SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM KUALA TANJUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM KUALA TANJUNG"

Transkripsi

1 SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM KUALA TANJUNG THORMAN LUMBANRAJA, S.E., MSi (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surya Nusantara, Pematangsiantar) ABSTRAK PT Inalum Kuala Tanjung yang berdiri pada 6 Juli 1979 di atas area 200 ha di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara adalah sebuah perusahaan yang memproduksi aluminium ingot, dengan desain produksi yang ditentukan adalah ton per tahun kemudian dipasarkan di dalam dan luar negeri. Persediaan adalah salah satu aktiva penting yang harus dimiliki oleh perusahaan. Persediaan bahan baku baku adalah barang-barang yang dibeli dan digunakan untuk proses produksi. Pentingnya pengendalian intern dalam suatu perusahaan adalah untuk mencegah dan menghindari terjadinya kesalahan, kecurangan, dan penyelewengan. Sehingga suatu perusahaan dapat menentukan perencanaan yang baik dalam menentukan jumlah persediaan yang dibutuhkan, waktu pemesanan, dan supaya persediaan dapat diterima dengan tepat waktu. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengendalian intern dalam penyediaan bahan baku serta prosedur pembelian bahan baku yang ada di PT. INALUM. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dengan bagian Perencanaan Produksi dan Keuangan, observasi, dokumentasi dan kepustakaan. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis pada PT. INALUM, diketahui bahwa penyediaan persediaan bahan baku serta prosedur pembelian bahan baku dalam kaitannya dengan sistem pengendalian intern dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (a) sistem pengendalian intern terhadap persediaan bahan baku sudah sangat baik, karena semuanya telah di jelaskan dalam AMP, (b) pengendalian intern yang dilakukan PT INALUM sudah efektif dan efisien, (c) penyediaan persediaan bahan baku yang dilakukan PT INALUM juga telah sesuai dengan sistem pengendalian intern perusahaan, (d) pembelian persediaan bahan baku dilakukan dengan menggunakan kontrak dan telah sesuai dengan prosedur pembelian. Keyword : pengendalian intern, bahan baku, prosedur pembelian.

2 PENDAHULUAN Persediaan bahan adalah merupakan suatu hal yang harus ada di dalam perusahaan, untuk menunjang kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Semua perusahaan baik besar maupun kecil akan selalu mempunyai persediaan bahan baku, walaupun dalam jumlah dan keadaan yang berbeda-beda.persediaan bahan baku ini berhubungan erat dengan kegiatan produksi. Perusahaan mengadakan kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Agar kegiatan produksi dapat berjalan dengan baik, maka dibutuhkan sistem pengendalian bahan baku. Sistem pengendalian bahan baku ini merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan. Suatu sistem pengendalian intern dibutuhkan dalam setiap bagian perusahaan, agar tujuan perusahaan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Hal ini dimaksudkan bahwa sistem pengendalian intern yang ada, tidak hanya dilakukan pada aspek-aspek yang memberi pemasukan saja, tetapi juga pada aspek-aspek yang memberikan beban pengeluaran bagi perusahaan. Satu bagian yang menjadi sumber pengeluaran yang tidak dapat dihindari oleh perusahaan adalah dalam hal persediaan bahan baku. Disini penting bagi perusahaan untuk mengupayakan pemenuhan kebutuhan bahan baku yang cukup agar tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil dan terjamin kontinuitasnya, serta efektif dan efisien. Sebuah sistem pengendalian juga tidak terlepas dari kenyataan bahwa suatu organisasi melibatkan individu-individu. Aktivitas individu ini diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Karena ketidakselarasan tujuan dapat mengakibatkan tujuan organisasi atau tujuan individu tidak tercapai.untuk itulah diperlukan suatu pengendalian kerja sehingga tujuan individu dapat selaras dengan tujuan organisasi. Salah satu alat untuk mencapai tujuan tersebut adalah adanya sistem pengendalian intern yang baik.. Perusahaan akan menghadapi berbagai konsekuensi dalam mencapai tujuannya yang berkaitan dengan bahan baku, yaitu harus menanggung biaya maupun risiko yang berkaitan dengan persediaan. Terjadinya kekurangan persediaan bahan baku atau tidak adanya bahan baku pada saat dibutuhkan dapat menyebabkan jalannya aktivitas produksi terhenti, sebaliknya terlampau banyaknya persediaan bahan baku akan mengakibatkan tertahannya modal secara tidak produktif, sehingga hal ini merupakan salah satu faktor kerugian bagi perusahaan. PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) merupakan perusahaan manufaktur yang merupakan industri hulu. PT. INALUM mengolah bahan baku berupa Alumina (Al2O3), Aluminium Flouride (Alf3),Coal Tar Pitch, Calcined Coke dan Pitch Coke menjadi barang jadi berupa aluminium ingot primer. Bahan baku yang dibutuhkan oleh PT. INALUM sebagian besar dibeli dari luar negeri, misalnya dari Jepang, Kuwait, Cina, Argentina, dan lain-lain, namun ada pula yang dibeli dari dalam negeri.pt. INALUM memiliki persediaan bahan baku yang minimum digudangnya, sehingga mereka tidak pernah mengalami kekurangan bahan baku. Walaupun demikian, PT. INALUM tetap harus memperkirakan kapan mereka akan melakukan pembelian dengan baik dan harus pada jumlah yang tepat dan pada waktu yang tepat. PT. INALUM telah menggunakan sistem akuntansi pusat pertanggungjawaban yang terdapat dalam tiap divisi. Setiap divisi terdiri dari beberapa departemen dan tiap departemen terdiri dari beberapa seksi. Masing-masing manajer pada perusahaan ini memimpin satu seksi dan bertanggungjawab atas seksi yang dipimpinnya serta tiap manajer juga bertanggungjawab untuk mengendalikan biaya-biaya dan akan mempertanggungjawabkannya pada bagian penganggaran atau sering disebut dengan bagian perencanaan (planning) perusahaan. Karena bagian penganggaran sangat berperan penting dalam hal penyediaan bahan yang akan diproduksi oleh PT. INALUM dalam setiap tahunnya. Pentingnya pengendalian persediaan, mendorong penulis untuk mengetahui bagaimana penyediaan persediaan bahan baku yang dilakukan oleh PT. INALUM dalam kaitannya dengan sistem pengendalian intern, sehingga akan memberikan pemahaman lebih mengenai keunggulan dan kelemahan dari sistem itu, melalui penulisan skripsi yang berjudul SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (INALUM). Pengertian Perencanaan dan Pengendalian Produksi 43

3 Dalam mempersiapkan ataupun menggunakan faktor-faktor produksi, perusahaan harus melakukan perencanaan.menurut William K. Carter (2009:4), perencanaanmerupakan proses merasakankesempatanmaupunancamaneksternal, menentukantujuan yang diinginkan, danmenggunakansumberdayauntukmencapaitujuantersebut. Atau suatu perencanaan adalah proses dimana perusahaan menyesuaikan sumber daya mereka dengan sasaran dan peluang mereka. Perusahaan yang tidak banyak mengadakan perencanaan sebelumnya, akan cenderung tidak memanfaatkan peluang-peluang yang sesuai dengan sumber daya perusahaan itu. Menurut Paul Sihotang (1990:3), perencanaan juga merupakan fungsi memilih sasaran perusahaan secara bijaksana, program dan pemilihan langkah-langkah apa yang harus dilaksanakan, siapa yang melakukan dan kapan aktivitasnya dilaksanakan. Sedangkan pengertian produksi menurut Jay Heizerdan Barry Render (2009:4), adalah kegiatan untuk menghasilkan suatu barang ataupun jasa. Dalam kegiatan produksi tentunya membutuhkan unsur-unsur yang diperlukan dalam proses produksi yang disebut dengan faktor-faktor produksi. MenurutFaktor-faktor produksi itu antara lain adalah sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya modal, dan sumberdaya pengusaha. Dimana faktor produksi tersebut nantinya akan dimasukkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang jadi atau jasa. Menurut William K. Carter (2009:381), perencanaan produksi (Production Planning), adalah suatukegiatanuntuk menetapkan produk yangakandiproduksi, jumlah produkyang dibutuhkan, kapan produk tersebut harus selesai dan sumber-sumber yang dibutuhkan. Sedangkan pengendalian produksimenurut William K. Carter (2009:391), yaitu aktivitas yang menetapkan kemampuan sumber-sumber yang digunakan dalam memenuhi rencana, kemampuan produksi berjalan sesuai rencana, melakukan perbaikan rencana. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Dengan membuat suatu perencanaan dan pengendalian produksi pada suatu perusahaan, maka kegiatan yang ada dalam perusahaan tersebut dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pengertian dan Jenis-jenis Persediaan Pada setiap tingkat perusahaan, baik perusahaan kecil, menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan harus dapat memperkirakan jumlah persediaan yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan produksi. Persediaan yang dimiliki tidak boleh terlalu banyak dan juga tidak boleh terlalu sedikit karena akan mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan untuk persediaan tersebut. Menurut Zaki Baridwan (1992:149), Persediaan adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual. Menurut Stice dan Skousen (2004:653), Persediaan juga didefenisikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, yang ditujukan untuk barang dalam proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi dan kemudian dijual. Menurut Warren Reeve (2005:452), Persediaan adalah suatu aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam proses produksi atau yang dalam perjalanan dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan (Supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Menurut Eldon S. Hendrikson dan Nugroho (1991:2), Istilah persediaan meliputi barang-barang dagangan yang dimaksudkan untuk dijual dalam kondisi usaha normal dan bahan baku serta bahan pembantu yang dipergunakan dalam peoses produksi untuk dijual. Jenis-jenis persediaan akan berbeda sesuai dengan bidang atau kegiatan normal usaha perusahaan tersebut. Untuk persediaan industri maka jenis persediaan yang dimiliki adalah persediaan bahan baku (raw material), barang dalam proses (work in process), persediaan barang jadi (finished goods), serta bahan pembantu yang akan digunakan dalam proses produksi. Menurut Stice dan Skousen (2004:654), Persediaan bahan baku adalah barang-barang yang dibeli untuk digunakan dalam proses produksi. Menurut Zaki Baridwan (1992:150), Persediaan bahan baku adalah barang-barang yang akan menjadi produk jadi yang dengan mudah dapat diikuti 44

4 biayanya.jadidapatdisimpulkanbahwapersediaanbahanbakuadalahbarang-barang bersifatmentahkemudiandiproduksimenjadiproduk jadi. yang FungsiPersediaan Menurut Stice dan Skousen (2009:571), Persediaan memiliki beberapa fungsi penting bagi suatu perusahaan, yaitu: a. Agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi, b. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi, c. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli dalam jumlah yang banyak ada diskon, d. Untuk hedging dari inflasi dan perubahan harga, e. Untuk menghindari kekurangan persediaan yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, mutu, dan ketidaktepatan pengiriman, f. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses. TujuanPersediaan Menurut Eldon S. Hendrikson dan Nugroho (1991:3), tujuan yang lazim dari pengukuran persediaan adalah untuk membandingkan biaya dengan pendapatan yang berkaitan dengannya dalam rangka menghitung laba bersih menurut struktur akuntansi tradisional. Selain itu, tujuan kedua pengukuran persediaan yang sering dinyatakan adalah menyajikan nilai barang untuk perusahaan. Tujuan ketiga adalah menyajikan informasi mengenai persediaan yang akan membantu para investor serta pemakai lainnya untuk memprediksi arus kas di masa mendatang. Biaya-biaya yang terkait dengan persediaan Menurut Stice dan Skousen (2004:662), biaya persediaan terdiri dari seluruh pengeluaran, baik yang langsung maupun tidak langsung, yang berhubungan dengan pembelian, persiapan, dan penempatan persediaan untuk dijual. Biaya persediaan bahan baku yang dimaksud adalah biaya termasuk harga pembelian, pengiriman, penerimaan, penyimpanan dan seluruh biaya yang terjadi sampai barang siap untuk dijual. Masalah penentuan besarnya persediaan sangatlah penting bagi perusahaan, karena persediaan memiliki efek langsung terhadap keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku dalam jumlah yang terlalu besar dibanding kebutuhan perusahaan akan meningkatkan beban bunga, biaya pemeliharaan dan penyimpanan dalam gudang serta kemungkinan terjadinya penyusutan dan kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga akan mengurangi keuntungan perusahaan. Begitu pula sebaliknya, jika persediaan terlalu kecil akan menghambat proses produksi, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian.dan cara penyelenggaraan bahan baku dalam setiap perusahaan adalah berbeda-beda. Baik dari segi jumlah unit persediaan bahan baku, waktu penggunaan, dan jumlah biaya untuk membeli bahan baku tersebut. Adapun biaya-biaya yang timbul karena persediaan adalah: a. Biaya penyimpanan Menurut Hansen dan Mowen (2001:584), merupakan biaya yang dikeluarkan untuk penyimpanan persediaan. Terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas persediaan semakin banyak.menurut Drs. AgusAhyari (1981:2), dimanabiayainitidakhanyamencakupsewagudang/penyusutangudang, tenagakerjadan lain sebagainya, tetapitermasukjugaadanyaresikokerusakan, kehilangandan lain sebagainya. b. Biaya pemesanan Menurut Hansen dan Mowen (2001:584),yaitu setiap kali bahan baku dipesan, perusahaan harus menanggung biaya pemesanan. Biaya pemesanan total per periode sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan dalam satu periode dikali biaya per pesanan. c. Biaya penyiapan 45

5 Menurut Hansen dan Mowen (2001:584), biaya penyiapan diperlukan apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri. Biaya penyiapan total per periode adalah jumlah penyiapan yang dilakukan dalam satu periode dikali biaya penyiapan. d. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan Menurut Hansen dan Mowen (2001:584), biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi permintaan proses produksi. Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek terutama dalam kenyataan bahwa biaya ini merupakan opportunity cost yang sulit diperkirakan secara objektif. Sistem Pencatatan Persediaan Menurut Stice dan Skousen ( 2009:665), metode pencatatan persediaan ada dua, yaitu metode perpetual dan metodeperiodik. Metode perpetual disebut juga metode buku, karena setiap jenis persediaan mempunyai kartu persediaan, sedangkan metode periodik disebut juga metode fisik. Dikatakan demikian karena pada akhir periode dihitung fisik barang untuk mengetahui persediaan akhir yang nantinya akan dibuat jurnal penyesuaian. Menurut Drs. Mulyadi (1986:137), terdapat beberapa perbedaan pencatatan ayat jurnal diantara kedua metode tersebut. Pada sistem perpetual, diperlukan ayat jurnal tambahan untuk mencatat harga pokok penjualan dari persediaan yang dijual, sedangkan dalam sistem periodik, harga pokok persediaan tidak dicatat pada saat terjadi penjualan. Perbedaan yang lain adalah dalam sistem perpetual pada saat terjadi pembelian, maka debit untuk pembelian persediaan adalah ke akun persediaan, sedangkan dalam sistem periodik yang harus didebit adalah akun pembelian. Menurut Stice dan Skousen (2009:667), Ada beberapa macam metode penilaian persediaan yang umum digunakan, yaitu: identifikasi khusus, biaya rata-rata (Average), masuk pertama, keluar pertama (FIFO), masuk terakhir, keluar pertama (LIFO). Setiap metode memiliki karakteristik khusus. Keempat metode tersebut memiliki fakta yang sama bahwa biaya persediaan dialokasikan ke laporan laba-rugi dan neraca. Hanya metode identifikasi khusus yang menentukan alokasi biaya berdasarkan arus perbedaan fisik. a. Identifikasi khusus Pada metode ini, biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan dan ke barang yang ada di tangan pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut.menurut Drs. AgusAhyari (1981:110), semuapersediaandiberikanidentitasmasingmasingpembelian. Olehkarenasetiappembeliandiberiidentitaskhususmakapersediaan yang masihadaakandapatdiketahuimasing-masingtanggalpembeliannyaberikutharganya. Metode ini diperlukan untuk mengidentifikasi biaya historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi khusus, arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang. Dan metode ini adalah metode yang jarang digunakan oleh perusahaan karena metode ini merupakan salah satu metode yang tidak praktis. b. Metode biaya Rata-Rata (Average) Metode ini membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode ini di dasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu ratarata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga. Penggunaan metode rata-rata memberi peluang setiap harga beli mempengaruhi penilaian persediaan dan harga pokok penjualan. Menurut Drs. R. AgusSartono (1996:560), metode rata-rata tertimbang adalah metode menentukan besarnya persediaan dengan cara mengalikan rata-rata tertimbang dengan setiap jenis persediaan.menurut Drs. AgusAhyari (1981:110), besarnya harga/nilai persediaan bahan baku atas dasar metode ini adalah sama dengan jumlah unit persediaan akhir dikalikan dengan rata-rata harga dari bahan baku perusahaan tersebut.asumsi yang dipergunakan disini adalah bahwa operasi pembelian dan penjualan mengakibatkan pengumpulan biaya dan pembebanan biaya-biaya ini pada barang-barang yang dijual dengan basis harga yang tunggal (single price). Harga tunggal ini diasumsikan sebagai suatu harga unit yang mewakili semua barang yang ditangani selama periode tertentu. Selainitu, metode rata-rata juga dianggap sebagai metode yang realistis dan paralel dengan arus fisik barang, khususnya ketika ada pencampuran dari unit persediaan yang identik. Tidak seperti metode yang lain, pendekatan biaya rata-rata memeberikan nilai yang sama untuk unsur serupa 46

6 dengan penggunaan yang sama. Tetapi, keterbatasan dari metode biaya rata-rata ini adalah bahwa nilai persediaan dapat tertinggal secara signifikan terhadap harga dalam periode dimana terdapat kenaikan atau penurunan harga yang cepat. c. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (FIFO) Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang lebih dahulu masuk. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan metode identifikasi khusus adalah tidak memungkinkan atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati paralel dengan arus fisik dari barang yang terjual. Beban dikenakan pada biaya yang dinilai melekat pada barang yang terjual. FIFO memberikan kesempatan kecil untuk manipulasi keuntungan karena pembebanan biaya ditentukan oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu, dalam metode FIFO unit yang tersisa pada persediaan akhir adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama dengan biaya penggantian di akhir periode (end-of-period replacement cost). Menurut Drs. R. AgusSartono (1996:559), FIFO adalahpersediaan yang pertamamasukdigantidenganpersediaan yang baru. Dengandemikianhargapokokproduksiditentukanolehpersediaan yang baru.menurut Drs. AgusAhyari (1981:114), metodeiniadalahsamadenganaruspenggunaanbahan. Menurut Eldon S. Hendriksen dan Nugroho (1991:25), ada tiga tujuan dari metode FIFO, yaitu: 1. Menjadi suatu taksiran yang baik untuk identifikasi spesifik sebagian besar tipe barang industri pada umumnya. 2. Penggabungan semua unsur laba yang dilaporkan pada saat penjualan. Seperti halnya identifikasi spesifik, di sini diasumsikan bahwa tak ada pemisahan yang dibuat antara keuntungan dan kerugian yang timbul akibat perubahan harga dan laba yang dihasilkan dari keputusan manajerial dalam kegiatan sehari-hari. 3. Penyajian persediaan akhir untuk tujuan neraca menurut harga yang paling baru, yang dapat diasumsikan untuk memberi gambaran yang dekat dengan harga ganti. Metode ini juga memiliki keuntungan yaitu tidak terpengaruh oleh pilihan yang sifatnya sembarang atau tidak teratur yang dilakukan oleh pelanggan. Selain dari keuntungan dari pada metode ini, juga terdapat kelemahan praktis yang serius bilamana yang dibeli adalah barang dengan jumlah kelompok yang banyak selama periode dengan harga-harga yang berbeda-beda, atau bilamana barang dikembalikan ke persediaan setelah dijualnya kelompok-kelompok barang berikutnya. Penggunaan metode FIFO dalam periode dimana terjadinya kenaikan harga mengaitkan persediaan paling lama yang berbiaya rendah dengan harga jual yang meningkat, sehingga memperbesar margin kotor. Namun, tingginya laba kotor yang dihasilkan hanya bersifat sementara karena nilai persediaan harus diganti dengan harga yang terus meningkat. Di periode dimana terjadi penurunan harga, persediaan lama yang berbiaya tinggi dikaitkan dengan harga jual yang menurun, sehingga memperkecil margin kotor. Dengan menggunakan FIFO, persediaan yang dilaporkan di neraca nilainya akan mendekati atau sama dengan biaya yang sekarang. d. Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (LIFO) Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang terjual. Metode LIFO sering dikritik dari sudut pandang teoretis karena metode ini tidak cocok dengan arus barang yang terjadi dalam sebuah perusahaan. Namun, LIFO adalah metode yang paling baik dalam pengaitan biaya persediaan dengan pendapatan. Di sisi lain, penggunaan LIFO dalam periode di mana terjadi kenaikan harga atau inflasi, LIFO akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi dan jumlah laba kotor yang lebih rendah. Dengan demikian, LIFO cenderung memberikan pengaruh yang stabil terhadap margin laba kotor. Dengan LIFO, persediaan dilaporkan dengan biaya dari pembelian awal. Dan jika LIFO telah digunakan untuk waktu yang lama, maka perbedaan antara nilai persediaan saat ini dengan biaya LIFO yang dilaporkan dapat menjadi semakin besar. Dan menurut Drs. R. AgusSartono (1996:559), LIFO mengasumsikanbahwapersediaan yang terakhirmasukdigantidenganpersediaan yang lama. Sehinggahargapokokproduksiditentukanolehpersediaan yang terakhirmasuk, sementarapersediaanakhirterdiriataspersediaan yang masuklebihawal. Menurut Drs. AgusAhyari 47

7 (1981:114), mengasumsikanbahwahargabahan yang masihadadalampersediaanjustrumempergunakanhargapersediaanawaldanpembelianpembelianpadaawaltahun. Menurut Eldon S. Hendriksen dan Nugroho (1991:26), LIFO dinyatakan bermanfaat dengan alasan-alasan sebagai berikut: 1. Memudahkan penandingan biaya berjalan terhadap pendapatan berjalan, 2. Jika harga meningkat, penilaian persediaan ditetapkan secara konservatif, 3. Perubahan-perubahan harga sepanjang siklus produksi tidak akan menimbulkan pelaporan keuntungan dan kerugian yang tidak direalisasikan yang timbul dari penguasaan jumlah persediaan semula dan peningkatan persediaan, 4. Memungkinkan pemerataan laba sepanjang siklus usaha bilamana harga-harga meningkat ataupun merosot, 5. Laba dilaporkan hanya bilamana tersedia untuk didistribusikan sebagai dividen atau untuk tujuan lainnya, 6. Diterimanya metode tersebut untuk tujuan pajak perseroan. Akibat dari Kesalahan Mencatat persediaan Menurut William K. Carter (2009:325), setiap kesalahan dalam perhitungan persediaan akan mempengaruhi laporan keuangan baik neraca maupun laba rugi. Dampak pada laba rugi biasanya sulit dievaluasi karena terdapat beberapa nilai yang berbeda yang dapat dipengaruhi oleh satu kesalahan. Jika kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan akan menyebabkan kesalahan penyajian saldo akhir, aktiva lancar, dan total aktiva pada neraca. Hal ini terjadi karena perhitungan fisik atas persediaan merupakan dasar dalam pembuatan jurnal penyesuaian untuk penyusutan persediaan. Kesalahan perhitungan fisik persediaan juga akan menyebabkan kesalahan dalam menetukan harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih dalam laporan laba rugi, kemudian laba bersih akan dimasukkan pada laporan ekuitas pemilik sebagai penambahan atas modal awal pemilik, sehingga akan menghasilkan penyajian yang salah atas modal akhir pemilik. Kesalahan perhitungan fisik persediaan biasanya baru terdeteksi setelah kesalahan itu terjadi. Oleh karena itu harus dilakukan koreksi untuk laporan keuangan tahun sebelumnya. Model-Model Penentuan Persediaan Perusahaan harus dapat menetukan berapa banyak jumlah bahan baku yang harus dipesan atau digunakan dalam proses produksi dan kapan seharusnya pemesanan itu dilakukan atau kapan perencanaan persediaan dilakukan. Menurut Drs. AgusAhyari (1981:7), beberapa kebijakan daat ditentukan oleh perusahaan dengan menentukankuantitas pesanan ekonomis, titik pemesanan kembali, stock minimun yang harus dimiliki oleh perusahaan, termasuk jangka waktu untuk pemesanan persediaan. Kuantitas Pesanan Ekonomis (Economic Order Quantity-EOQ) Menurut Drs. R. AgusSartono (1996:562), model ini merupakan model pengendalian persediaan yang paling tua dan paling terkenal. Didasarkan pada asumsi-asumsi: a. Permintaan diketahui dan bersifat konstan, b. Lead time yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan, diketahui dan konstan, c. Permintaan diterima dengan segera, d. Tidak ada diskon, e. Biaya yang terjadi hanya biaya set up atau pemesanan diketahui dan bersifat konstan, f. Tidak terjadi kehabisan stock. Jika permintaan diketahui, dalam memilih jumlah pesanan atau jumlah produksi, para manajer harus memfokuskan dirinya hanya pada biaya pemesanan (perencanaan persediaan) dan biaya penyimpanan. Menurut William K. Carter (2009:320), total biaya pemesanan (perencanaan persediaan) dan biaya penyimpanan dapat dijelaskan melalui persamaan berikut ini: TC = PD:Q+CQ:2 = Biaya Pemesanan + Biaya Penyimpanan Dimana: 48

8 TC = Total biaya pemesanan (perencanaan) dan biaya penyimpanan P = Biaya penempatan dan penerimaan pesanan (biaya mempersiapkan produksi) Q = Jumlah unit yang dipesan setiap kali dilakukan pemesanan (jumlah unit yang diproduksi) D = Permintaan tahunan yang diketahui C = Biaya penyimpanan per unit bahan baku untuk satu tahun Biaya penyimpanan persediaan dapat dihitung oleh setiap perusahaan yang menyimpan persediaan. Model biaya persediaan yang menggunakan biaya perencanaan persediaan dan ukuran jumlah produksi sebagai input hanya berlaku bagi perusahaan yang memproduksi sendiri persediaannya. Menurut Drs. R. Agus Sartono (1996:563), total biaya pemesanan dapat dihitung dengan mengalikan jumlah pesanan pertahun dengan biaya untuk menempatkan dan menerima pesanan. Total biaya pemesanan = D : Q x P Total biaya penyimpanan untuk tahun yang terkait didapat dengan CQ : 2, persamaan ini sama dengan mengalikan jumlah rata-rata persediaan ditangan (Q:2) dengan biaya penyimpanan per unit (C). (Asumsi nilai rata-rata persediaan Q : 2 ekuivalen dengan asumsi bahwa persediaan dipakai seluruhnya). Tujuan menggunakan model ini adalah mencari total pemesanan yang meminimalkan total biaya. Jumlah atau kuantitas pesanan ini disebut dengan Kuantitas Pesanan Ekonomis (EOQ). Model EOQ merupakan contoh dari sistem persediaan tekanan. Dalam sistem tekanan, akuisisi persediaandimulai dengan tindakan antisipasi terhadap permintaan dimasa yang akan datang, bukan karena reaksi terhadap permintaan. Menurut Drs. R. AgusSartono (1996:564), persamaan yang digunakan untuk menghitung EOQ adalah: Q = EOQ = 2DP : C Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point) EOQ telah menjawab pertanyaan berapa banyak persediaan yang harus dipesan (atau diproduksi). Mengetahui kapan pemesanan (atau menetapkan waktu produksi) juga merupakan hal yang penting dalam setiap kebijakan persediaan. Menurut Drs. R. AgusSartono (1996:566), Titik pemesanan ulang merupakan titik waktu dimana pesanan baru (atau produksi baru) harus dilakukan. Titik waktu ini merupakan fungsi dari EOQ, waktu tunggu, dan tingkat dimana persediaan sudah habis. Waktu tunggu merupakan waktu yang diperlukan untuk menerima kuantitas pesanan ekonomis ketika suatu pesanan dilakukan atau ketika produksi dimulai. Mengetahui tingkat pemakaian dan waktu tunggu membuat kita dapat menghitung titik pemesanan kembali yang dapat memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Titik pemesanan ulang = Tingkat pemakaian x Waktu tunggu Jika permintaan suku cadang atau produk tidak diketahui secara pasti, kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan. Dan untuk menghindari masalah ini, perusahaan sering sekali memilih untuk menyimpan persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman (safety stock) merupakan persediaan ekstra yang disimpan sebagai jaminan dalam menghadapi permintaan yang berubah-ubah. Persediaan pengaman dihitung dengan mengalikan waktu tunggu dengan selisih antara tingkat maksimum pemakain dan tingkat rata-rata penggunaan. TEORI PENGENDALIAN INTERN Defenisi Pengendalian Intern Sistem pengendalian intern merupakan sistem yang digunakan perusahaan untuk membangun masa depan yang baik. Karena suatu pengendalian intern yang baik sangat dibutuhkan dalam organisasi untuk mencegah dan menghindari terjadinya kesalahan, kecurangan, dan penyelewengan. Diperusahaan kecil, pengendalian masih dapat dilakukan langsung oleh pimpinan perusahaan. Namun semakin besar perusahaan, dimana ruang gerak dan tugas-tugas yang harus dilakukan semakin kompleks, menyebabkan pimpinan perusahaan tidak mungkin lagi melakukan pengendalian secara langsung, maka dibutuhkan suatu pengendalian intern yang dapat memberikan keyakinan kepada pimpinan bahwa tujuan perusahaan telah tercapai. 49

9 Adapun pengertian pengendalian intern menurut Drs. Ruchyat Kosasih (1981:185), adalah sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan pembentukan dan penggunaan semua saran, sehingga bila ditinjau dari sudut keuangan, akan memungkinkan menejemen dengan cara yang paling efektif mengamankan harta kekayaan perusahaan serta mengatur pekerjaan sekarang dan membuat rencana untuk masa yang akan datang. Dan sebagaimana diketahui menurut Statement on Auditing Procedures (SAP) No. 33 dan kodifikasi Statements on Auditing Standards AICPA tahun 1983, internal control adalah mencakup rencana organisasi, semua metode dan ukuran yang dikoordinasikan dan diterapkan di dalam suatu perusahaan untuk mengamankan aktiva (harta kekayaan), mencek ketelitian dan keandalan data akuntansinya, meningkatkan efisiensi operasi dan mendorong kepatuhan terhadap kebijakan menejemen yang telah ditetapkan. Pengendalian ini bersifat preventif yang berarti berusaha untuk mencegah terjadinya segala sesuatu yang merugikan perusahaan dan juga bersifat represif yang berarti mempunyai tindakan koreksi, bila terjadi hal-hal yang tidak menguntungkan perusahaan. Tujuan Pengendalian Intern Sebagaimana didefinisikan SAP No. 33 pengertian pengendalian intern mencakup 2 bagian yaitu: Pengendalian Akuntansi Terdiri dari rencana organisasi dan prosedur serta catatan yang berkaitanlangsung dengan pengamanan aktiva (harta kekayaan)mencakup tindakan kehati-hatian yang tidak diharapkan terhadap sumber daya perusahaan. Dan keandalan pencatatan keuangan serta sebagai konsekuensinya didisain untuk memberikan jaminan yang memadai. Tujuan utama pengendalian akuntansi adalah pengamanan aktiva dan keandalan catatan keuangan. Pengendalian akuntansi berhubungan erat dengan sistem otorisasi persetujuan, pengendalian aktiva, pemeriksaan intern dan semua masalah keuangan lainnya. Pengendalian Administratif Atau disebut pula pengendalian menejerial yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada rencana organisasi dan prosedur serta catatan yang berkaitan dengan proses keputusan yang mengarah pada otorisasi transaksi yang dilakukan oleh menejemen dan menjadi titik/langkah awal untuk penetapan pengendalian akuntansi terhadap transaksi-transaksi. Pengendalian ini tidak mempunyai pengaruh atau kecil sekali dampaknya pada catatan keuangan perusahaan. Misalnya: analisa statistik, penyelidikan waktu dan gerak, laporan pelaksanaan, program pelatihan pegawai dan pengendalian mutu. Menurut Mulyadi dalam bukunya Auditing (2008:181), tujuan pengendalian intern adalah sebagai berikut: a. Keandalan informasi keuangan, b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, c. Efektifitas dan efisiensi operasi. 1. KarakteristikPengendalian Intern Menurut SAP No. 33 karakteristik pengendalian intern suatu organisasi yang memuaskan harus meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Pengaturan organisasi yang baik yang memungkinkan adanya pemisahan pertanggungjawaban fungsi secara tepat 2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang tepat untuk memungkinkan adanya pengendalian akuntansi yang memadai terhadap aktiva, utang, pendapatan dan beban/biaya 3. Praktik yang sehat yang dijalankan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dari setiap bagian organisasi 4. Kualitas/mutu pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggungjawabnya. Frederick E Horn dalam buku Hand book for Auditors kumpulan James A Cashin yang mengutip tulisan Skinner dan Anderson dalam bukunya Analytical Auditing menyatakan bahwa ciri-ciri struktur pengendalian intern yang memuaskan, harus meliputi: 50

10 a. Adanya pendelegasian wewenang kepada petugas/pejabat tertentu untuk menyetujui transaksi dan penetapan tugas pengecekan kepada petugas yang lain untuk mengetahui, bahwa transaksi telah disetujui oleh pejabat yang berwenang b. Adanya penyelenggaraan akuntansi sedemikian rupa, sehingga catatan yang satu dapat dicek dengan catatan yang lain yang dibuat oleh petugas yang independen c. Adanya pengendalian secara fisik yang tepat termasuk penjagaan berganda (dual custody) aktiva berharga yang mudah diperjual belikan d. Adanya pemisahan fungsi penyimpanan aktiva dari fungsi pencatatannya dan dari pelaksanaan transaksi yang bersangkutan (sehingga terdapat suasana saling mencek) e. Adanya verifikasi secara periodik terhadap eksistensi aktiva yang dicatat Adanya penggunaan pegawai yang memiliki kecakapan/kemampuan dan latihan yang cukup sesuai dengan tingkat tanggung jawabnya. METODE PENELITIAN Metode deskriptif (Best, 1982:119) adalah salah satu jenis metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Metode deskriptif juga disebut dengan kegiatan menyimpulkan data mentah dalam jumlah yang besar sehingga hasilnya dapat ditafsirkan. Pengaturan, pengurutan atau manipulasi data bisa memberikan informasi yang deskriptif. Data yang cukup merupakan salah satu ukuran dalam menentukan baik tidaknya hasil suatu penelitian. Untuk memperoleh data tersebut, maka digunakan metode penelitian sebagai berikut: 1. Observasi Yang dilakukan penulis dalam memperoleh data dan informasi dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap data perusahaan 2. Wawancara Yaitu dengan mengadakan tanya jawab antara penulis dengan pihak perusahaan yang berwenang memberikan data yang diperlukan. Adapun daftar pertanyaan yang penulis tanyakan adalah: a. Berapa jumlah persediaan bahan baku yang dibeli dalam setiap tahunnya. b. Pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan penggunaan persediaan bahan baku. 3. Kepustakaan Penulis memperoleh data dengan melihat dan mengambil buku-buku dari perpustakaan yang dapat membantu dalam melakukan penulisan skripsi. Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh dari perusahaan yang diteliti, seperti: sejarah singkat dan struktur organisasi, sistem pengendalian intern yang berlaku serta data lainnya yang relevan. Metode Analisa Data Analisa data yang digunakan penulis adalah analisa kualitatif dimanaanalisaini akanmengungkapkanmasalahtidakdalambentukangka-angka, tetapiberkenaandengannilai yang didasarkanpadahasilpengolahan data danpenilaianpenulis. Dan cara yang digunakan penulis untuk mengolah data yang di peroleh adalah dengan menilai dan mengevaluasi dari prosedur pembelian bahan baku hingga proses produksi yang nantinya akan dijelaskan di Bab 4, sehingga dapat disimpulkan apakah sistem pengendalian intern bahan baku telah efektif dan efisien. Adapun ketentuan penilaian yang di buat penulis adalah: 1. Apabila prosedur pembelian yang dilakukan PT INALUM sesuai dengan ketentuan peraturan dalam prosedur pembelian bahan baku, maka sistem pengendalian intern terhadap bahan baku telah efektif. 2. Dan jika prosedur pembelian tidak sesuai dengan peraturan prosedur pembelian bahan baku, maka sistem pengendalian intern terhadap bahan baku tersebut kurang efektif. Hasil dan Pembahasan 51

11 Persediaan bahan baku merupakan salah satu bagian penting dalam perusahaan., karena persediaan sangat dibutuhkan bagi perusahaan dalam upaya memenuhi permintaan dari pelanggan, juga agar kegiatan produksi perusahaan tidak terganggu. Persediaan adalah aktiva yang dimiliki perusahaan yang akan digunakan untuk menjalankan kegiatan produksinya dengan maksud untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan. Persediaan yang terdapat pada PT INALUM yang akan digunakan dalam pembuatan aluminium ingot primer terdiri dari empat macam produk yaitu: 1. Alumina (Al2O3), merupakan bahan baku utama dalam proses peleburan aluminium. Alumina di impor dari Australia. Laydays dari bahan baku ini adalah 10 hari. 2. Aluminium Flouride (Alf3), digunakan sebagai anti crylite dalam proses produksi. 3. Petroleum Cokes (kokas), merupakan bahan baku untuk industri pabrik peleburan aluminium. Petroleum Coke di impor dari Amerika dan Jepang.Laydays dari bahan ini adalah 7 hari. 4. Coal Tar Pitch, merupakan bahan baku dalam curah untuk industri pabrik peleburan aluminium dan di impor dari China.Laydays dari bahan ini adalah 7 hari. Jadi rata-rata untuk rentang waktu pengiriman serta kedatangan kapal di pelabuhan Kuala Tanjung adalah 7 hari. Untuk membeli bahan baku dari pemasoknya, PT INALUM menggunakan kontrak jangka panjang yang berjangka waktu selama tiga tahun untuk pemasok yang ada diluar negeri dan berjangka waktu satu tahun untuk pemasok yang ada dalam negeri. Pada waktu pembelian bahan baku, perusahaan menggunakan metode FOB shipping point, sehingga total biaya dibebankan langsung ke harga pokok persediaan. Sistem pengendalian intern terhadap bahan baku yang dilakukan PT INALUM cukup baik, karena pihak perusahaan melakukan pengawasan terhadap persediaan bahan baku. Hal ini dimulai dari pembelian bahan baku hingga diproduksi menjadi barang jadi. Bahkan sebelum melakukan pembelian bahan baku, pihak perusahaan telah membuat perencanaan atau disebut dengan AMP (Annual Management Plan). PT INALUM memiliki tahun fiskal yaitu April-Maret tahun berikutnya. Maka manajemen akan menentukan perencanaan sebelum tahun fiskal baru. Setiap seksi akan menyusun perencanaan yang berkaitan dengan semua aktivitas yang akan dijalankan perusahaan. Misalnya, kapan pembelian bahan baku akan dilaksanakan, berapa jumlah bahan baku yang akan dibeli, dan masalah kegiatan produksi. Rencana-rencana yang disusun setiap seksi kemudian akan disaring atau dianalisa terlebih dahulu oleh bagian perencanaan untuk mengevaluasi urgensi dari setiap pekerjaan. Pendekatan Sistem Pengendalian Bahan Baku Pengendalian bahan baku perusahaan, akan mencakup baik jangka panjang, menengah maupun jangka pendek. Pada pengendalian bahan baku ini diperlukan kegiatan-kegiatan yang terpadu dari kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengendalian bahan baku ini. Pelaksanaan pengendalian bahan baku yang dilakukan PT INALUM adalah sebagai berikut: Perencanaan Jangka Panjang Perencanaan jangka panjang ini menyangkut kebijaksanaan perusahaan dalam bidang pengendalian dana untuk kepentingan persediaan serta fasilitas-fasilitas produksi perusahaan. Dalam perencanaan jangka panjang ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu peramalan penjualan jangka panjang dengan estimasi penyimpangannya, serta strategi perusahaan dalam masalah alokasi dana perusahaan untuk investasi. Perencanaan Jangka Pendek (Tahunan) Perencanaan jangka pendek ini merupakan dasar daripada penyusunan skedul produksi. Dalam perencanaan jangka pendek ini akan disusun perencanaan umum yang mendasarkan diri kepada fasilitas-fasilitas produksi, yang sudah ada sehubungan dengan perencanaan penjualan perusahaan. Dalam hal ini penentuan tingkat persediaan untuk keperluan produksi, keseimbangan penjualan, serta tenaga kerja yang ada sangat perlu diperhatikan. Skedul Produksi Dalam penyusunan skedul produksi ini, beberapa hal yang perlu dilakukan pihak PT INALUM adalah penggunaan fasilitas produksi yang sudah ada, tenaga kerja serta persediaan bahan untuk memenuhi permintaan konsumen. 52

12 Ketiga pelaksanaan pengendalian tersebut kemudian dimasukkan ke AMP (Annual Management Plan) Analisa Kebutuhan dan Penggunaan Bahan Baku Persediaan bahan baku, dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku untuk proses produksi pada waktu yang akan datang. Pihak perusahaan PT INALUM selalu menyediakan bahan baku dalam sejumlah/besaran fisik, akan tetapi kebutuhan akan bahan baku diperhitungkan atas dasar peramalan maupun perencanaan sebelumnya. PT INALUM juga memiliki minimum stok, dimana hal ini dilakukan untuk menghindari kekurangan bahkan kelebihan bahan baku. Pada umumnya, tingkat penggunaan bahanbaku serta kebutuhan bahan baku untuk proses produksi pada PT INALUM adalah relative konstan, atau bertambah dengan pertambahan yang teratur. Sehingga perencanaan produksi perusahaan haruslah disertai dengan dasar tingkat penggunaan bahan. Dimaksudkan tingkat penggunaan bahan ini adalah seberapa banyak jumlah dan jenis bahan baku yang dipergunakan untuk memproduksi satu unit produk akhir. Dengan demikian apabila data perencanaan produksi sudah didapat, manajemen perusahaan segera dapat menyusun kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi. Adapun tingkat penggunaan bahan baku PT INALUM untuk tahun 2013 dapat ditulis dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1 Penggunaan Bahan Baku ALUMINA ,76 MT COKE ,00 MT COAL TAR PITCH ,00 MT ALUMINIUM FLOURIDE 3.877,07 MT Sumber: PT INALUM Kuala Tanjung Prosedur Pembelian Bahan Baku Sebagaimana diketahui perusahaan di dalam usaha pengadaan bahan baku adalah dengan melaksanakan pembelian. Dalam hal ini, PT INALUM khususnya bagian pembelian perusahaan akan bertindak sebagai wakil perusahaan untuk melaksanakan pembelian tersebut, yang akan berhubungan langsung dengan supplier perusahaan. Walaupun demikian sesuai dengan pelaksanaan tujuan terpadu dalam perusahaan, maka di dalam melaksanakan pembelian ini, bagian pembelian hanyalah sebagai pelaksana teknis saja, sedangkan berapa jumlah yang akan dibeli serta kapan pembelian dilaksanakan secara umum telah digariskan oleh manajemen perusahaan dalam kebijaksanaan bahan baku perusahaan. Beberapa kegiatan penting yang dilaksanakan oleh bagian pembelian yang ada di PT INALUM adalah sebagai berikut: Menerima daftar permintaan pembelian Daftar permintaan pembelian dapat dibuat oleh semua bagian yang membutuhkan barang. Untuk pembelian bahan bakuyang berkepentingan langsung adalah bagian produksi, oleh karena itu yang menyusun daftar permintaan bahan adalah bagian produksi. Daftar permintaan barang ini sekaligus memuat informasi tentang apa dan berapa jumlah yang diperlukan untuk dibeli. Kolom barang yang sudah tersedia selalu disertakan untuk dipergunakan dalam pertimbangan apakah barang yang akan dibeli tersebut betul-betul diperlukan segera oleh perusahaan ataukah tidak. Dan kegiatan itu sendiri terlebih dahulu dilakukan olehsmelter Material and Product (SMP), kemudian kepada bagian Smelter Procurement (SPM)hingga ke bagian Jakarta Procurement (JPM). Meneliti daftar permintaan pembelian Dalam hal ini pihak perusahaan akan meneliti terlebih dahulu daftar permintaan pembelian, terutama yang menyangkut pembelian non rutin. Pihak pembelian akan meminta bantuan staff ahli dari dalam perusahaan untuk mempertimbangkan pelaksanaan pembelian tersebut, atau bahkan menolak permintaan pembelian apabila dirasakan pembelian tersebut tidak berguna bagi perusahaan. Dan yang melakukan penelitian daftar permintaan pembelian ini adalah bagian JPM. Memilih Supplier (Pemasok) 53

13 Dalam melaksanakan pembelian perusahaan akan memilih supplier yang dapat memenuhi persyaratan perusahaan. Dan PT INALUM telah memiliki pemasok tersendiri, dimana kualitas dan standar barang telah sesuai dengan persyaratan perusahaan mereka. Kegiatan ini sama halnya dengan meneliti daftar permintaan pembelian, karena yang langsung memilih supplier untuk perusahaan adalah bagian JPM. Namun, sebelumnya telah direkomendasikan dahulu dengan bagian SMP dan SPM. Memasukkan Order Kemudian JPM perusahaan memasukkan order kepada pemasok sesuai dengan jumlah barang yang tertera di dalam permintaan pembelian yang sudah dibuat sebelumnya. Dalam kegiatan order ini, maka yang perlu diperhatikan adalah bagaimana agar order tersebut sesuai dengan kebutuhan perusahaan, supaya bahan baku yang dibutuhkan tidak terlalu banyak ataupun kurang. Karena hal ini akan sangat berpengaruh pada proses produksi dan juga akan menimbulkan biaya yang cukup besar. Sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan itu sendiri. Penyimakan Order PT INALUM melakukan peninjauan ulang atas order yang telah dikirimkan sebelumnya kepada pemasok. Sehingga perkembangan pemasok dalam memenuhi order tersebut akan senantiasa dapat diikuti, dengan maksud untuk memperlancar pelaksanaan dari order perusahaan dan pengaturan persediaan yang ada dalam perusahaan. Menerima Barang/Bahan Pihak perusahaan khususnya departemen penerimaan barangakan memeriksa kembali jumlah bahan yang sudah diorder sebelumnya, apakah sesuai dengan pesanan serta kualitas yang cukup. Pencatatan pembelian bahan disusun, serta pembayaran dilaksanakan sesuai dengan jumlah bahan yang sudah diterima, dengan potongan harga maupun kuantitas. Pembelian bahan baku pada PT INALUM untuk tahun 2013 dapat ditulis dalam tabel sebagai berikut: Tabel 2. Pembelian Bahan Baku ALUMINA MT COKE MT COAL TAR PITCH MT ALUMINIUM FLOURIDE MT Sumber: PT INALUM Kuala Tanjung Pengendalian Kualitas Bahan Baku Bagi perusahaan-perusahaan yang memproduksikan suatu produk, dimana karakteristik bahan ini langsung menjadi karakteristik produk, maka kualitas dari bahan baku ini akan sangat besar pengaruhnya bagi kualitas produk akhir perusahaan. Dengan demikian perlu adanya pengendalian kualitas bahan baku ini dilakukan lebih teliti dan teratur untuk menjaga kualitas produk akhir. Langkah-langkah pengendalian yang dilakukan pihak INALUM yaitu: Seleksi Sumber Bahan Seleksi ini dilakukan sesuai dengan pengalaman hubungan pada waktu yang lalu dengan pihak pemasoknya, apakah kualitas bahan baku yang mereka pasarkan sesuai dengan standarisasi, persentase kerusakan bahan pada saat pengiriman barang dan sebagainya. Atas dasar pengalamanpengalaman ini perusahaan dapat memilih supplier yang paling baik untuk perusahaan. Kemudian mengadakan evaluasi dengan membuat beberapa daftar pertanyaan tentang kebiasaan dan karakter dari supplier yang bersangkutan serta penelitian kualitas terhadap pemasoknya. Pemeriksaan Dokumen Pembelian Yaitu dengan mengadakan pemeriksaan kembali terhadap dokumen-dokumen pembelian yang ada untuk melihat apakah informasi-informasi yang telah diberikan tersebut betul-betul dilaksanakan atau tidak. Seperti referensi yang telah diberikan oleh pemasok kepada perusahaan pada saat bahan tersebut telah diterima oleh perusahaan. Hal-hal yang perlu dilihat kebenarannya 54

14 ini adalah tingkat harga bahan, waktu pengiriman, spesifikasi bahan serta kualitas dari bahan itu sendiri. Dengan demikian perusahaan dapat mengurangi terjadimya masalah-masalah kualitas bahan pada waktu-waktu berikutnya. Pemeriksaan Penerimaan Bahan Baku Pemeriksaan dasar yang dilakukan oleh PT INALUM adalah pemeriksaan dari segi bentuk, jenis maupun kegunaannya. Kemudian pemeriksaan sampel, dimana hal ini dilaksanakan oleh karena banyaknya jumlah bahan yang harus diperiksa serta adanya kemungkinan penggunaan sampel dalam pemeriksaan tersebut. Dengan demikian diharapkan hasil pemeriksaan yang dilaksanakan cukup memadai disamping biaya pemeriksaan dapat ditekan seminimal mungkin. Pemeriksaan sampel ini dilaksanakan di laboratorium milik PT INALUM. Dan dari hasil pemeriksaan tersebut pihak perusahaan membuat catatan pemeriksaan berupa laporan. Dimana hal ini akan menjadi berguna sebagai sumber informasi dari dalam perusahaan. Pemeriksaan ini dilakukan oleh departemen penerimaan yang memiliki tugas sebagai berikut: 1. Membongkar bahan baku yang masuk 2. Membandingkan jumlah yang diterima dengan daftar perusahaan perkapalan 3. Mencocokkan bahan baku yang diterima dengan deskripsi dalam pesanan pembelian 4. Membuat laporan penerimaan 5. Memberitahu kepada departemen pembelian mengenai perbedaan yang ditemukan 6. Mengatur pemeriksaan apabila diperlukan 7. Memberitahu kepada departemen pengantaran dan departemen pembelian mengenai kerusakan yang terjadi selama bahan baku tersebut dalan perjalanan, 8. Mengirimkan bahan baku yang diterima ke lokasi yang sesuai Penjagaan Gudang Fasilitas Penyimpanan Setelah bahan baku tersebut diterima, perusahaan pada umumnya segera memasukkan bahan baku ke dalam gudang-gudang perusahaan atau fasilitas penyimpanan bahan yang lain untuk menunggu dipergunakan dalam proses produksi. Bagian gudang PT INALUM melakukan pemeriksaan secara periodik terhadap bahan baku yang disimpan, ini sangat diperlukan untuk menjaga agar bahan baku ini tidak mengalami penurunan kualitas selama penyimpanan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan bagian gudang adalah: 1. Penulisan identitas bahan baku dengan jelas bagi masing-masing gudang dan isinya untuk menjaga agar jangan sampai terjadi kekeliruan bahan atau pencampuran bahan baku. 2. Pembungkusan/pengepakan yang cukup baik agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan selama masa tunggu tersebut, misalnya penurunan kualitas, penurunan berat, atau kerusakan-kerusakan yang lain. 3. Pengadaan rotasi pengambilan bahan baku untuk mencegah terjadinya penungguan yang tidak merata berikut akibat-akibat negative yang lain. 4. Untuk bahan-bahan yang mempunyai batas waktu penggunaan, maka batas waktu tersebut harus ditulis dengan jelas untuk menjaga agar jangan sampai bahan baku tersebut tidak dapat dipergunakan lagi oleh karena lewat batas waktu. Pemeriksaan gudang ini pada umumnya dilaksanakan secara berkala, misalnya sebulan satu kali atau dua bulan sekali tergantung perusahaan itu sendiri. KESIMPULAN Setelah menganalisis dan mengevaluasi sistem pengendalian intern terhadap persediaan bahan baku pada PT INALUM maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. PT INALUM telah melakukan sistem pengendalian intern pada persediaan bahan bakudengan baik karena semuanya telah dijelaskan dalam AMP (Annual Management Plan)yaiturencanarencanakegiatan yang disusunsebelumtahunfiskalberikutnya. Dalam pelaksanaannya, informasi dan komunikasi atas persediaan bahan baku secara umum masih memadai untuk mendukung pengendalian intern. Fungsi-fungsi yang terlibat, prosedur-prosedur, dokumen dan catatan yang diperlukan dibentuk dan dikoordinasikan sedemikian rupa agar informasi persediaan bahan baku yang wajar dapat dihasilkan dan dikomunikasikan setiap saat. 55

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perencanaan dan pengendalian Produksi. Menurut Ilmu Ekonomi, pengertian produksi adalah kegiatan menghasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perencanaan dan pengendalian Produksi. Menurut Ilmu Ekonomi, pengertian produksi adalah kegiatan menghasilkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGENDALIAN BAHAN BAKU 1. Pengertian Perencanaan dan pengendalian Produksi Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang/jasa. Menurut Ilmu Ekonomi, pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian terencana dari suatu aktivitas merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian terencana dari suatu aktivitas merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengendalian terencana dari suatu aktivitas merupakan suatu karakteristik dasar dari industri modern, sebab pada dasarnya pengendalian yang efektif atas manusia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Sistem informasi akuntansi persediaan merupakan sebuah sistem yang memelihara catatan persediaan dan memberitahu

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU Universitas Esa Unggul Jakarta PENGERTIAN BAHAN BAKU Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku dapat diperoleh dari pembelian

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi. Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi. Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat satu dengan yang lainnya, yang berfungsi secara bersama-sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Neraca kebutuhan aluminium ingot (batangan) di dalam negeri hingga kini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Neraca kebutuhan aluminium ingot (batangan) di dalam negeri hingga kini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neraca kebutuhan aluminium ingot (batangan) di dalam negeri hingga kini masih timpang karena produksi tak mampu mengimbangi pertumbuhan konsumsi yang terus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mencapai tujuan suatu perusahaan dibutuhkan suatu sistem akuntansi yang dapat membantu perusahaan dalam mengelola sumber data keuangannya. Namun sebelum

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Secara umum, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Menurut (Jerry J.Weygandt 2007:5) pengertian akuntansi adalah : Suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan adalah suatu aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke:

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Akuntansi Biaya Modul ke: Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persediaan Dalam perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur, persediaan sangat penting dan termasuk bagian aktiva lancar yang aktif. Persediaan (inventory) adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002;2) menyatakan bahwa : Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Sistem Dari beberapa pengertian sistem, berikut adalah pengertian sistem menurut Mulyadi (2001:2) ; Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perekonomian sekarang ini, perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perekonomian sekarang ini, perusahaan dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Dalam perkembangan perekonomian sekarang ini, perusahaan dituntut untuk meningkatkan efektivitasnya. Meningkatkan efektivitas mencakup kemampuan perusahaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva lancar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva lancar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva lancar yang relatif besar di neraca dan sebagian aktivitas utama perusahaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT HERFINTA FARM AND PLANTATION MEDAN. A. Pengertian Persediaan dan Jenis Persediaan

BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT HERFINTA FARM AND PLANTATION MEDAN. A. Pengertian Persediaan dan Jenis Persediaan BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT HERFINTA FARM AND PLANTATION MEDAN A. Pengertian Persediaan dan Jenis Persediaan Berikut beberapa defenisi persediaan menurut beberapa ahli : Persediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian, Sistem dan Metode Pencatatan Persediaan 1. Pengertian Persediaan Persediaan atau sering disebut dengan persediaan barang dagang (merchandise inventory) secara umum

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana IV.1.1. Evaluasi atas Aktivitas Pembelian Barang Dagang Aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem pembelian dan pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Internal 1. Pengertian Pengendalian Internal Pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva dari penyalahgunaan, memastikan bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1. Pengertian Sistem Menurut James A. Hall (2011 : 6) Sistem adalah kelompok dari dua orang atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Materials : Controlling, Costing, and Planning. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1

Akuntansi Biaya. Materials : Controlling, Costing, and Planning. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1 Akuntansi Biaya Modul ke: Materials : Controlling, Costing, and Planning Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen S1 www.mercubuana.ac.id Definisi Bahan Baku adalah Bahan yang secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama dan Tahun Penelitian : Fifi Irmalinda (2004) Judul Penelitian : Perencanaan dan Pengawasan Persediaan pada PT. Samafitro Perwakilan Medan Perumusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO IV.1 Perencanaan Audit Operasional Audit operasional merupakan suatu proses sistematis yang mencakup serangkaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Menurut Ikatan Akuntasi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntan Publik (SAK ETAP) No.11 tahun 2013, pengertian

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur,

BAB II BAHAN RUJUKAN. Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur, BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Persediaan Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan, tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang, sedangkan Nafarin (2009: 9)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang, sedangkan Nafarin (2009: 9) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prosedur 1. Pengertian Prosedur Prosedur tidak hanya melibatkan aspek financial saja, tetapi aspek manajemen juga memiliki peranan penting. Prosedur merupakan rangkaian langkah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain, baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis I. Persediaan 1. Pengertian Persediaan Persediaan adalah barang-barang yang biasanya dapat dijumpai di gudang tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi dan Persediaan 2.1.1 Pengertian Akuntansi Secara umum, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survey Pendahuluan PT. Anugerah Indah Makmur adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi makanan dan minuman ringan. Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persediaan Pada umumnya, persediaan (inventory) merupakan barang dagangan yang utama dalam perusahaan dagang. Persediaan termasuk dalam golongan aset lancar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini dimana dunia usaha tumbuh dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Dalam perancangan sistem terlebih dahulu harus mengerti sub sistem. Sub sistem yaitu serangkaian kegiatan yang dapat ditentukan identitasnya, yang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PT Industri Telekomunikasi

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PT Industri Telekomunikasi BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) yang dimulai sejak pada tanggal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Istilah akuntansi untuk persediaan yang digunakan untuk menunjukkan

BAB II LANDASAN TEORITIS. Istilah akuntansi untuk persediaan yang digunakan untuk menunjukkan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Persediaan Istilah akuntansi untuk persediaan yang digunakan untuk menunjukkan barang-barang yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan tergantung pada jenis usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya perusahaan-perusahaan di berbagai bidang. Hal ini mendorong banyak pengusaha untuk lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Persediaan Persediaan ( inventory ) adalah suatu istilah umum yang menunjukan segala sesuatu atau sumber daya sumber daya perusahaan yang disimpan dalam antisipasi pemenuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Semua jenis perusahaan baik itu perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan perusahaan dagang memiliki persediaan sebagai aktiva lancar. Persediaan bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Jenis Jenis dan Biaya-Biaya Persediaan 1. Pengertian Persediaan Perusahaan didalam menjalankan operasoinalnya tentu memliki persediaan, baik itu perusahaan dagang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi dan Kebijakan 2.1.1 Pengertian Evaluasi dan Kebijakan Pengertian evaluasi menurut Syahrul dan Nizar (2000:58) adalah sebagai berikut: Penilaian atau proses penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Persediaan Bahan Baku 2.1.1.1. Pengertian Persediaan Persediaan bahan baku merupakan aktiva perusahaan yang digunakan untuk proses produksi didalam suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan. Fungsi Persediaan (2) Fungsi Persediaan 11/18/2015

Pengendalian Persediaan. Fungsi Persediaan (2) Fungsi Persediaan 11/18/2015 Pengendalian Persediaan Suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau Persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi Pengertian Akuntansi menurut Rudiyanto ( 2012 : 4 ) akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Sistem Dari beberapa jenis sistem, cukup sulit untuk memberikan definisi yang pas. Namun menurut West Churchman dalam buku Krismiaji (2002;1) sebagai berikut: Sistem

Lebih terperinci

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan 1 B I A YA B A H AN Masalah yang dihadapi manajemen yang berhubungan dengan bahan adalah keterlambatan tersedianya bahan akan mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi, sedangkan persediaan bahan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan

Manajemen Persediaan Manajemen Persediaan 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 A B C 20 40 60 80 100 100 80 60 40 20 Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Persediaan Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kondisi perekonomian yang tidak menentu,

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Piutang a. Pengertian Menurut Warren (2005 : 392) Piutang (receivables) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu,

Lebih terperinci

Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi;

Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi; Pengertian Persediaan Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun

Lebih terperinci

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN INVESTASI DALAM PERSEDIAAN Persediaan (Inventory) mrpk elemen utama dari Modal Kerja karena : 1. Jml persediaan paling besar dj dibanding dg Modal Kerja lainnya 2. Aktiva yg selalu dlm keadaan berputar,

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Jenis-Jenis Anggaran 1. Pengertian Anggaran Pengertian anggaran terus berkembang dari masa ke masa. Dulu anggaran hanya merupakan suatu alat untuk menyeimbangkan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi. Sistem pada dasarnya adalah suatu jaringan yang berhubungan dengan

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi. Sistem pada dasarnya adalah suatu jaringan yang berhubungan dengan 8 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi Sistem pada dasarnya adalah suatu jaringan yang berhubungan dengan prosedur prosedur yang erat hubunganya satu sama lain yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Survey Pendahuluan. PT. Kurnia Tirta Sembada adalah perusahaan yang bergerak dalam

BAB IV PEMBAHASAN. Survey Pendahuluan. PT. Kurnia Tirta Sembada adalah perusahaan yang bergerak dalam BAB I PEMBAHASAN I.1 Survey Pendahuluan PT. Kurnia Tirta Sembada adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur Akuntansi Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki sistem dan prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan standar operasional perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat ketat antar perusahaan saat ini terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat ketat antar perusahaan saat ini terjadi di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan yang sangat ketat antar perusahaan saat ini terjadi di dalam dunia usaha. Perusahaan harus menggunakan segala kemampuannya, metodemetode, dan

Lebih terperinci

2.1.2 Jenis-jenis Persediaan Menurut Carter (2006:40) Jenis-jenis persediaan pada perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut :

2.1.2 Jenis-jenis Persediaan Menurut Carter (2006:40) Jenis-jenis persediaan pada perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persediaan dan Jenis-jenis Persediaan 2.1.2 Pengertian Persediaan Persediaan adalah bagian utama dalam neraca dan sering kali merupakan perkiraan yang nilainya cukup

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Perencanaan produksi merupakan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Perencanaan produksi merupakan 56 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengadaan Bahan Baku PT Inalum 4.1.1. Perencanaan Produksi PT Inalum Produksi dapat diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam kegiatan operasional, baik untuk perusahaan dagang maupun untuk perusahaan manufaktur. Tanpa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persediaan merupakan salah satu hal yang utama dalam sebuah perusahaan karena

BAB I PENDAHULUAN. Persediaan merupakan salah satu hal yang utama dalam sebuah perusahaan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persediaan merupakan salah satu hal yang utama dalam sebuah perusahaan karena persediaan merupakan salah satu investasi yang ada dalam perusahaan. Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Sistem dan Prosedur Ada beberapa pengertian sistem dan prosedur, diantaranya adalah sebagai berikut : Menurut Mulyadi (2008: 4) Sistem adalah suatu jaringan prosedur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Menurut Kristanto (2003:2), sistem adalah kumpulan elemen elemen dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada sistem

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mengolah atau mengorganisir dokumen dokumen yang ada tujuannnya untuk

BAB II KAJIAN TEORI. mengolah atau mengorganisir dokumen dokumen yang ada tujuannnya untuk 8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Sistem Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi Para ahli mendefenisikan pengertian sistem akuntansi tidak jauh berbeda yaitu mengolah atau mengorganisir dokumen dokumen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memasuki perkembangan dunia ekonomi yang semakin luas saat ini, setiap perusahaan yang tumbuh dan berkembang memerlukan suatu pengendalian intern persediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Definisi atau Pengertian Persediaan. persediaan dapat diartikan sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI Definisi atau Pengertian Persediaan. persediaan dapat diartikan sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan 2.1.1 Definisi atau Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2011;14.5), persediaan dapat diartikan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pembahasan audit operasional atas fungsi pembelian dan pengelolaan bahan

BAB 4 PEMBAHASAN. Pembahasan audit operasional atas fungsi pembelian dan pengelolaan bahan BAB 4 PEMBAHASAN Pembahasan audit operasional atas fungsi pembelian dan pengelolaan bahan baku pada PT Urasima Putra Gamalindo difokuskan untuk hal-hal berikut ini: a) Mengidentifikasi kelemahan dan keunggulan

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING. Material : Controlling, Costing, and Planning. Riaty Handayani, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

COST ACCOUNTING. Material : Controlling, Costing, and Planning. Riaty Handayani, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis COST ACCOUNTING Material : Controlling, Costing, and Planning Riaty Handayani, SE., M.Ak. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Biaya merupakan salah satu elemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang dikoordinasikan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang dikoordinasikan untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Tujuan Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern Menurut Mulyadi ( 2005 : 163 ) sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi. berpengaruh pada kegiatan produksi dan penjualan.

BAB II BAHAN RUJUKAN. dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi. berpengaruh pada kegiatan produksi dan penjualan. BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Semua jenis perusahaan memiliki persediaan, baik itu perusahaan jasa, dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengarahkan pada pokok bahasan yang telah dikemukakan pada bab I.

BAB II LANDASAN TEORI. mengarahkan pada pokok bahasan yang telah dikemukakan pada bab I. 7 BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan beberapa landasan teori yang digunakan untuk mengarahkan pada pokok bahasan yang telah dikemukakan pada bab I. 2.1 Pengertian Sistem Sistem adalah sekelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

BAB II TINJAUAN PUSATAKA BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. Persediaan Barang Menurut C. Wigati Retno Astuti dan Cornelio Purwantini (2002:58), pengertian persediaan barang adalah semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci