PENGARUH KONSENTRASI TiO2 PADA APLIKASI FOTOKATALISIS DALAM PENJERNIHAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN CAT SEBAGAI MEDIA PEREKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KONSENTRASI TiO2 PADA APLIKASI FOTOKATALISIS DALAM PENJERNIHAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN CAT SEBAGAI MEDIA PEREKAT"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR TF PENGARUH KONSENTRASI TiO2 PADA APLIKASI FOTOKATALISIS DALAM PENJERNIHAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN CAT SEBAGAI MEDIA PEREKAT ANISA NURJANNAH NRP Dosen Pembimbing Lizda Johar Mawarani, ST, MT Dyah Sawitri, ST, MT JURUSAN TEKNIK FISIKA Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017

2 FINAL PROJECT TF THE EFFECT OF TiO2 CONCENTRATION ON THE PHOTOCATALYTIC APPLICATION IN WATER PURIFICATION USING PAINT AS AN ADHESIVE ANISA NURJANNAH NRP Supervisor Lizda Johar Mawarani, ST., MT. Dyah Sawitri, ST., MT. DEPARTMENT OF ENGINEERING PHYSICS Faculty of Industrial Technology Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017 ii

3

4 iv

5 PENGARUH KOMPOSISI KONSENTRASI DISPERSANT TiO2 PADA PEG6000 APLIKASI FOTOKATALISIS DAN TiO2 TERHADAP DALAM KEMAMPUAN PENJERNIHAN AIR DENGAN SELF MENGGUNAKAN CLEANING CAT TEMBOK CAT SEBAGAI BATU MEDIA GAMPING PEREKAT Nama Mahasiswa : Anisa Nurjannah NRP : Jurusan : Teknik Fisika Dosen Pembimbing : Lizda Johar Mawarani, ST, MT Dyah Sawitri, ST, MT Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan TiO 2 pada aplikasi proses fotokatalisis dengan media perekat cat besi sebagai upaya proses penjernihan air. TiO 2 struktur anatase dan komersil dilarutkan dalam cat besi dengan perbandingan komposisi TiO 2 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 gram dengan massa cat tetap yaitu 20 gram. Selanjutnya cat yang telah dicampur dengan TiO 2 dilapiskan pada stik es krim. Stik yang telah dilapisi TiO 2 dimasukkan ke dalam 100 ml air yang sudah diberi zat pewarna merah, kemudian diberi perlakuan penyinaran dengan sinar matahari 6 jam/hari selama 8 hari. Hasil pengamatan dan uji absorbansi menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi TiO 2 semakin besar kecenderungan (trend) penurunan nilai absorbansinya. Penurunan nilai absorbansi terbesar diperoleh sebesar 62,84% yakni dari sampel air yang diberi stik dengan lapisan TiO 2 komersil 2,5 gram. Adapun hasil pengujian bakteri menunjukkan bahwa TiO 2 dapat menekan pertumbuhan bakteri sebesar 78,48%. Kata kunci: penjernihan air, fotokatalisis, konsentrasi TiO 2 ix

6 Halaman ini memang dikosongkan x

7 THE EFFECT OF TiO 2 CONCENTRATION ON THE PHOTOCATALYTIC APPLICATION IN WATER PURIFICATION BY USING PAINT AS AN ADHESIVE Name : Anisa Nurjannah NRP : Department : Engineering Physics Supervisor : Lizda Johar Mawarani, ST, MT Dyah Sawitri, ST, MT Abstract Has been done this research on the effect additional TiO 2 on the application process photocatalytic to an adhesive media paint as the process of water purification. TiO 2 anatase structure and commercial dissolved in paint by comparison composition TiO 2 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 grams to the mass paint fixed 20 grams. Next, paint has been mixed with TiO 2 superimposed in stick ice cream. Stick ice cream in the sample dipped in water volume 100 ml who had been dyes red. Done the measurement of absorbance everyday after sun-dried for six hours at within 8 days. The result of the observation and absorbance measurement shows that the higher concentration TiO 2 the less absorbance value. In addition, the testing bacteria shows that TiO 2 reduce baccterial growth of 78,48%. Keyword: water purification, photocatalytic, TiO 2 concentration, stick ice cream xi

8 Halaman ini memang dikosongkan xii

9 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur Alhamdulillah senantiasa terpanjatkan kepada Allah SWT karena atas anugerah, petunjuk dan karunia-nya serta shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, atas terselesaikannya tugas akhir dengan judul: Pengaruh Konsentrasi TiO 2 pada Aplikasi Fotokatalisis dalam Penjernihan Air dengan Menggunakan Cat sebagai Media Perekat Berbagai motivasi dan bantuan diterima penulis selama penyelesain Tugas Akhir ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada : 1. Bapak Agus Muhamad Hatta, ST, MSi, Ph.D, selaku Ketua Jurusan Teknik Fisika ITS. 2. Bu Lizda Johar Mawarani, ST, MT dan Bu Dyah Sawitri, ST, MT atas bimbingannya selama pengerjaan tugas akhir ini kepada penulis. 3. Dr. Ing. Doty Dewi Risanti, ST, MT selaku Kepala Laboratorium Rekayasa Bahan. 4. Seluruh dosen Rekayasa Bahan yang telah memberikan materi dan bimbingan untuk menunjang tugas akhir, 5. Teman-teman Laboratorium Fotonik atas fasilitas yang telah diberikan. 6. Teman-teman Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi atas fasilitas yang telah diberikan 7. Kedua orang tua penulis, Mustofa dan Nurhasi atas doa dan dukungannya selama ini. 8. Rekan-rekan F47 Teknik Fisika ITS, yang senantiasa memberikan motivasi dan perhatian. xiii

10 9. Rekan rekan Ma had Aisyah Litahfidzil Qur an atas segala bantuan dan perhatiannya 10. Dan semua pihak yang turut memperlancar kegiatan Tugas Akhir ini yang tentunya tidak bisa disebutkan semuanya. Dalam laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membaca dan mempelajarinya. Surabaya, 25 Januari 2017 Penulis xiv

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN v ABSTRAK ix ABSTRACT xi KATA PENGANTAR xiii DAFTAR ISI xv DAFTAR GAMBAR xvii DAFTAR TABEL xix BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Titanium Dioksida (TiO 2) Proses Fotokatalisis TiO Absorbansi Aplikasi TiO 2 dalam Penjernihan Air Mekanisme TiO 2 dalam Inaktivasi Bakteri Bakteri yang Terdapat di Air Cat 11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sintesis TiO Uji Validitas TiO Pencampuran dan Pelapisan TiO 2 pada Cat Perlakuan Penyinaran Pengambilan Data Pengolahan Data dan Analisa 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas TiO Pengujian Degradasi Warna Air Pengujian Absorbansi 24 xv

12 4.4 Pengujian Bakteri 27 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 29 DAFTAR PUSTAKA 31 LAMPIRAN A LAMPIRAN B LAMPIRAN C LAMPIRAN D LAMPIRAN E BIOGRAFI PENULIS xvi

13 DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 2.1 Struktur kristal TiO 2 (a) anatase, (b) rutile, (c) brookite 3 Gambar 2.2 Proses fotokatalis TiO 2 5 Gambar 2.3 Mekanisme disinfeksi bakteri oleh fotokatalisis 9 Gambar 2.4 Bakteri yang terdapat di air (a) e-coli, (b) coliform 11 Gambar 2.5 Contoh cat besi 12 Gambar 3.1 Skema diagram alir penelitian 13 Gambat 3.2 Acuan standar JCPDS TiO 2 fase anatase 15 Gambar 3.3 Skema uji absorbansi 18 Gambar 4.1 Hasil uji XRD TiO 2 sintesis 21 Gambar 4.2 Pengamatan degradasi warna air pada jenis TiO 2 (a) sintesis, (b) komersil 23 Gambar 4.3 Hubungan konsentrasi TiO 2 terhadap nilai absorbansi pada jenis TiO 2 sintesis 24 Gambar 4.4 Hubungan konsentrasi TiO 2 terhadap nilai absorbansi pada jenis TiO 2 komersil 26 xvii

14 Halaman ini memang dikosongkan xviii

15 DAFTAR TABEL Hal Tabel 2.1 Perbedaan Struktur Kristal Anatase dan Rutile (Palupi,2006) 4 Tabel 3.1 Kode Stik yang Dilapisi TiO 2 16 Tabel 4.1 Ukuran Partikel TiO 2 Fasa Anatase 22 Tabel 4.2 Nilai Absorbansi Air Berwarna terhadap Perubahan Konsentrasi TiO 2 pada Jenis TiO 2 Sintesis 25 Tabel 4.3 Nilai Absorbansi Air Berwarna terhadap Perubahan Konsentrasi TiO 2 pada Jenis TiO 2 Komersil 25 Tabel 4.4 Hasil Analisis Total Plate Count (TPC) Bakteri 27 xix

16 Halaman ini memang dikosongkan xx

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh makhluk hidup di muka bumi ini. Hampir semua aspek kehidupan membutuhkan air bersih untuk kebutuhan air minum, memasak, mandi maupun mencuci. Namun demikian, secara umum pemenuhan kebutuhan air bersih saat ini sudah mulai berkurang oleh menurunnya kualitas maupun kuantitas air di lingkungan. Penurunan kualitas air dapat disebabkan karena pencemaran air. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air menjadi masalah yang besar. Dampak langsung dari pencemaran air adalah terjadi degradasi air dimana-mana, baik itu di air tanah, air sungai, maupun air laut (Achmad, 2004). Salah satu teknologi yang memungkinkan untuk mengatasi kekeruhan air adalah dengan memanfaatkan material fotokatalis. Bahan titanium dioksida dikenal dengan titania (TiO 2) bersifat fotokatalis. Sifat fotokatalis tersebut dapat digunakan untuk memecah ikatan-ikatan kimia yang ada pada air limbah. Material TiO 2 apabila dikenai cahaya UV akan merusak polutan sehingga akan mereduksi keberadaanya di air (Chang W. dan Lin W.Y., 1994). Penelitian yang telah dilakukan Agus A (2012) menunjukkan terjadinya perubahan warna pada air dengan pewarna yang diberi kayu dengan lapisan TiO 2 setelah disinari cahaya matahari langsung dalam selang waktu tertentu, yakni warna air tersebut semakin pudar. TiO 2 yang terbaik dalam fotokatalisis adalah TiO 2 fase anatase dengan energy gap sebesar 3,2 ev, lebih besar dari TiO 2 fase rutile yang energy gap-nya 3,0 ev. Dengan jari-jari yang lebih kecil dari lainnya, nano TiO 2 fase anatase memiliki luas permukaan yang lebih besar dalam mengabsorbsi sinar UV. Sehingga semakin besar pula energi yang diterima untuk digunakan pada proses fotokatalisis (Linsebigier et al., 1995). Pada penerapan aplikasi TiO 2 sebagai fotokatalis dalam penjernihan air di daerah yang sulit terjangkau, penggunaan alat 1

18 2 dan bahan menjadi pertimbangan tersendiri. Salah satunya adalah media untuk merekatkan TiO 2. Kriteria media perekat TiO 2 yang tepat untuk digunakan pada daerah yang sulit terjangkau yaitu mudah didapat, memiliki daya rekat yang bagus, mudah diterapkan, dan ramah lingkungan khususnya tidak mencemari atau meracuni air yang akan dijernihkan. Salah satu media perekat yang tepat adalah cat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dihadapi dalam tugas akhir ini adalah, bagaimana pengaruh konsentrasi TiO 2 dalam aplikasi fotokatalisis pada penjernihan air dengan menggunakan cat sebagai media perekat. 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi TiO 2 dalam aplikasi fotokatalisis pada penjernihan air dengan menggunakan cat sebagai media perekat. 1.4 Batasan Masalah Untuk memfokuskan penyelesaian masalah pada penelitian tugas akhir ini dan mencapai tujuan yang diinginkan, maka batasan masalah yang diambil adalah sebagai berikut. - TiO 2 yang digunakan yakni TiO 2 fasa anatase - Bahan perekat yang digunakan adalah cat kayu & besi AVIAN - Bahan pewarna yang digunakan adalah pewarna merah tua Ponceau 4R (Cl ) - Kejernihan air diamati dari perubahan warna dan nilai absorbansi yang diasumsikan mewakili tingkat air secara kuantitatif

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Titanium Dioksida (TiO 2) Titanium Dioksida (TiO 2) merupakan material kristalin yang memiliki tujuh bentuk polimorf, empat bentuk ditemukan di alam dan sisanya sintetik (Ahonen, 2001). Dari empat bentuk alami tersebut hanya tiga yang termasuk dalam sintesis anorganik yaitu anatase, rutile, dan brookite. Dua struktur kristal TiO 2 anatase dan rutile adalah yang paling sering digunakan dalam fotokatalisis, dengan anatase yang menunjukkan aktivitas fotokatalisis yang lebih tinggi. Struktur anatase dan rutile dapat dijelaskan dengan pola ikatan oktahedral TiO Dua struktur kristal tersebut dibedakan oleh distorsi dari setiap oktahedron dan pola pemanasan ikatan oktahedra (Linsebigler et. al, 1995) (a) (b) (c) Gambar 2.1 Struktur kristal TiO 2 fase (a) anatase, (b) rutile, (c) brookite (Landmann et al., 2012) Semikonduktor TiO 2 merupakan katalis yang banyak dipilih untuk proses fotokatalisis, karena TiO 2 bersifat inert secara biologi dan kimia, stabil terhadap korosi akibat foton, stabil terhadap korosi akibat kimia, tidak beracun, dan harganya relatif murah. TiO 2 jenis anatase lebih fotoaktif daripada jenis rutile, karena luas permukaan anatase lebih besar daripada rutile, sehingga sisi aktif per unit anatase lebih besar daripada rutile. 3

20 4 Energi pita konduksi untuk rutile mendekati potensial yang diperlukan untuk mereduksi air menjadi gas hydrogen secara elektrolisis, tetapi untuk anatase diagram energinya lebih tinggi, sehingga kemampuan mereduksinya lebih tinggi. Dengan potensial sebesar itu TiO 2 anatase dapat mereduksi molekul oksigen (O 2) menjadi superoksida (O 2+ ) secara elektrolisis. Superoksida ini juga mempunyai sifat yang sama dengan radikal hidroksil dalam mendegradasi material organik. Energi gap pada anatase adalah 3,2 ev sedangkan rutil 3,1 ev. Perbedaan struktur kristal anatase dan rutile ditunjukkan pada Tabel 2.1. Kristal rutile memiliki struktur yang lebih padat dibandingkan anatase, karenanya memiliki densitas dan indeks refraktif yang lebih tinggi. Pemilihan TiO 2 fase anatase dibandingkan dengan rutile adalah karena kristal anatase memiliki luas permukaan lebih besar daripada rutile, sehingga sisi aktif per unit anatase lebih besar dibandingkan rutile. Tabel 2.1 Perbedaan Struktur Kristal Anatase dan Rutile (Palupi,2006) Faktor Perbedaan Kristal Anatase Rutile Energi gap (ev), 3,2 3,1 Massa jenis (gr/cm 3 ) 3,83 4,24 Indeks bias 2,5688 2,9467 Jarak Ti-Ti (Å) 3,97 dan 3,04 3,57 dan 2,96 Jarak Ti-O (Å) 1,937 dan 1,966 1,946 dan 1,983 Parameter Kisi (Å) a = 3,782 a = 2,953 c = 9,502 c = 4, Proses Fotokatalisis TiO 2 Fotokatalisis, secara umum didefiniskan sebagai proses reaksi kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis padat. Dimana dalam langkah reaksinya melibatkan pasangan electron-hole. Definisi umum tersebut mempunyai implikasi bahwa beberapa langkah-langkah fotokatalis adalah merupakan reaksi redoks yang

21 5 melibatkan pasangan electron dan hole Pada Gambar 2.2 merupakan proses fotokatalis dari TiO 2. Gambar 2.2 Proses Fotokatalis TiO 2 (Hofmann, et al., 2003) Sebagaimana dinyatakan oleh Macias (2003) apabila partikel-partikel material TiO 2 menyerap energi hv yang besarnya melebihi energi gap maka akan menyebabkan elektron (e - ) di pita valensi tereksitasi ke pita konduksi sehingga akan meninggalkan hole (h + ) yang ditunjukkan oleh reaksi kimia (2.2). Pada bahan TiO 2 yang merupakan bahan semikonduktor, sebagian pasangan elektron-hole akan berdifusi ke permukaan partikel katalis. Pasangan elektron-hole yang terjebak di permukaan akan mengalami reaksi kimia dengan molekul donor yang terserap (D) atau molekul akseptor (A). Molekul donor akan teroksidasi oleh hole yang ditunjukkan oleh reaksi kimia (2.3) sedangkan elektron di pita konduksi akan mengurangi elektron molekul akseptor (2.4). TiO 2 + hv TiO 2 (h + + e - ) (2.1) D + h + D + (2.2) A + e - A - (2.3) Elektron pada pita konduksi akan mereduksi oksigen di udara sehingga menghasilkan ion superoksida (O 2 ) yang

22 6 merupakan partikel sangat reaktif sehingga mampu untuk mendekomposisi senyawa organik. Selanjutnya superoksida akan bereaksi dengan air (H 2O) yang menghasilkan radikal hidroksil ( OH ) dan ion hidroksil (OH - ) pada reaksi kimia (2.5). e - + O 2 O 2 (2.4) 2O 2 + H 2O 2 OH + 2 OH - + O 2 (2.5) Proses fotokatalisis TiO 2 akan menyebabkan terjadinya dekomposisi senyawa organik secara langsung oleh hole atau secara tidak langsung oleh radikal hidroksil yang dihasilkan oleh reaksi antara hole dengan air (H 2O) ditunjukkan oleh reaksi kimia (2.6) dan antara hole dengan ion hidroksil (OH - ) pada reaksi kimia (2.7). h + + H 2O OH + H + (2.6) h + + OH - OH (2.7) Hole dapat mendekomposisi senyawa organik secara langsung karena termasuk oksidator yang sangat kuat. Begitu pula dengan radikal hidroksil juga merupakan oksidator yang kuat sehingga mampu mendegradasi senyawa organik menjadi CO 2 dan H 2O. 2.3 Absorbansi Ketika cahaya dengan berbagai panjang gelombang (cahaya polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang gelombang tertentu saja yang akan diserap. Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya infra merah maka elektron yang ada dalam atom atau elektron ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar. Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang lebih rendah lagi misalnya pada gelombang radio.

23 7 Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi suatu zat yang ada dalam sampel. Dimana zat yang ada dalam sampel disinari dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan. Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang mengenai permukaan zat tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah I t/i 0 atau I 0/I t (perbandingan cahaya datang dengan cahaya setelah melewati materi ). Cahaya yang diserap dapat diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang dihamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum Lambert-Beer atau hukum Beer, berbunyi: jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan. Berdasarkan hukum Beer, persamaan yang digunakan untuk menghitung banyaknya cahaya yang ditransmisikan: dan absorbansi (A) dinyatakan dengan persamaan: (2.8) (2.9) dengan I 0 merupakan intensitas cahaya datang dan I t adalah intensitas cahaya setelah melewati sampel (Mulja dan Suharman, 1995). 2.4 Aplikasi TiO 2 dalam Penjernihan Air Penelitian terkait dengan TiO 2 sebagai fotokatalisis menjadi semakin berkembang pesat. Mulai dari teknologi pelapisan material yang dapat membersihkan dengan sendirinya,

24 8 teknologi pelapisan anti kotor hingga teknologi pemurnian air. Saat ini telah banyak dijumpai jurnal-jurnal ilmiah yang membahas tentang penggunaan TiO 2 (Fujishima dkk, 2005). Seperti yang dikemukakan oleh Heller (1998), semua pengetahuan yang diperoleh selama pengembangan semikonduktor fotoelektrokimiawi selama tahun 1970 dan pada 1980-an menghasilkan pengembangan fotokatalisis. Pada satu bagian, diketahui bahwa TiO 2 sangat baik untuk fotokatalisis dalam menghancurkan senyawa organik. Contohnya, jika serbuk TiO 2 ditaburkan ke dalam kolam dangkal yang airnya tercemari dan membiarkannya disinari cahaya matahri, air tersebut secara perlahan menjadi jernih (Fujishima dkk, 2005). TiO 2 jenis rutile dengan kemampuan dapat menyerap cahaya yang lebih luas tampaknya logis untuk mengasumsikan bahwa tipe rutile lebih cocok untuk digunakan sebagai fotokatalis. Namun, dalam kenyataannya, jenis anatase memiliki aktivitas fotokatalitik lebih tinggi. Salah satu alasannya adalah perbedaan dalam struktur energi antara kedua struktur. Dalam kedua jenis, posisi pita valensi dalam, dan hole yang dihasilkan menunjukkan kemampuan oksidatif yang cukup. Diketahui bahwa pita konduksi dalam jenis anatase lebih dekat ke posisi negatif daripada dalam jenis rutile sehingga reduksi dari jenis anatase lebih kuat daripada jenis rutile. Karena perbedaan dalam posisi pita konduksi, jenis anatase memiki aktivitas fotokatalitik yang lebih tinggi secara keseluruhan daripada tipe rutile (Vaclav dkk, 2007). Pada aplikasi fotokatalisis juga menunjukkan bahwa anatase lebih efisien daripada rutile, dengan struktur yang terbuka dibanding dengan rutile (Fujishima dkk, 2005). 2.5 Mekanisme TiO 2 dalam Inaktivasi Bakteri Mekanisme fotokatalisis TiO 2 dalam menekan pertumbuhan bakteri dapat dilihat pada Gambar 2.3. Fotokatalis dapat membunuh bakteri (i) dengan menghancurkan dinding sel bakteri melalui reaksi oksidasi dengan OH yang paling berperan dalam penghancuran dinding sel (ii). Selanjutnya (iii) TiO 2 mendekomposisi endotoksin pada membran sel yang berisi

25 9 lipopolisakarida, lipid A, dan rantai gula menggunakan H 2O 2 yang dihasilkan oleh reaksi oksidasi maupun reduksi sebagai berikut (Sunanda, 1998). Reaksi oksidasi: + h + OH OH + OH H 2O 2 (2.10) Reaksi reduksi: O 2 + e - O 2 O 2 + H + HO 2 HO 2 + e - + H + H 2O 2 (2.11) (i) (ii) (iii) Gambar 2.3 Mekanisme disinfeksi bakteri oleh fotokatalis pada sel bakteri (Sunanda, 2003) 2.6 Bakteri yang Terdapat di Air Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan, baik itu manusia, hewan dan tumbuhan, namun tidak semua jenis air yang dapat digunakan untuk kehidupan manusia. Air di alam ini terutama untuk kehidupan manusia merupakan hal yang sangat penting sekali karena air diperlukan untuk bermacam macam kegiatan seperti minum, mandi, pertanian, industri dan perikanan. Keperluan sehari-hari terhadap air berbeda untuk setiap tempat dan untuk tiap tingkatan kehidupan, yang jelas, semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat pula jumlah keperluan akan air (Sulistyandari, 2009). Kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup yang lain memerlukan air yang bersih dan terbebas dari bakteri-bakteri patogen yang merugikan. Sehingga harus diupayakan sedemikian

26 10 rupa agar tetap tersedia dan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu baik secara fisik, mikrobiologi, maupun kimia. Kehadiran mikroorganisme dalam air menjadi salah satu parameter biologis yang dapat menentukan persyaratan kualitas air. Salah satu kelompok mikroorganisme yang sangat penting diperhatikan kehadirannya dalam air, ialah bakteri terutama yang bersifat enteropatogenik atau penghasil toksin yang berbahaya terhadap manusia (Suriawira, 1996). Menurut ketentuan WHO (world health organization) dan APHA (american public health association), kualitas air ditentukan oleh kehadiran dan jumlah bakteri di dalamnya. Terdapat beberapa jenis bakteri yang hidup di dalam air yaitu bakteri coliform dan e-coli. Coliform merupakan bakteri fecal yang berasal dari sisa hewan atau tumbuhan yang sudah mati termasuk juga manusia. E-coli adalah bakteri komensial pada usus manusia dan umumnya bukan patogen penyebab penyakit, namun apabila di dalam air tersebut terkontaminasi oleh bakteri e-coli yang bersifat fecal jika dikonsumsi terus menerus dalam jangka panjang akan berdampak pada timbulnya penyakit seperti radang usus, diare, infeksi pada saluran kemih dan empedu (Ning, 2012). Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula resiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas adalah shigella, yaitu mikroba penyebab gejala diare, demam, kram perut, dan muntahmuntah (Suprihatin, 2004). Contoh bakteri e-coli dan coliform terdapat pada Gambar 2.4.

27 11 (a) (b) Gambar 2.4 Bakteri yang terdapat di air (a) e-coli, (b) coliform 2.7 Cat Cat adalah istilah umum yang digunakan untuk keluarga produk yang digunakan untuk melindungi dan memberi warna pada suatu objek atau permukaan dengan melapisinya dengan lapisan berpigmen. Cat dapat digunakan pada hampir semua jenis objek, antara lain untuk menghasilkan karya seni (oleh pelukis untuk membuat lukisan), salutan industri (industrial coating), bantuan pengemudi (marka jalan), atau pengawet (untuk mencegah korosi atau kerusakan oleh air). Cat dapat digunakan sebagai pelapis permukaan yang berfungsi untuk melindungi benda seperti besi, seng, kayu, dan tembok dengan membentuk lapisan tipis. Selain itu cat juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai yang memberikan keindahan pada permukaan yang dilapisi (Irawan, 2011). Cat diaplikasikan ke permukaan, pada saat itu proses pengeringan dimulai. Bagian cair mulai menguap dan meninggalkan lapisan film, lapisan film terdiri dari binder, aditif dan pigmen. Pada saat cat mengering pelarut, pigmen, binder dan aditif tidak secara kimiawi mengkilat. Namun partikel-partikel bergerak merapat atau menyatu bersam-sama untuk mengisi celah yang ditinggalkan oleh menguapnya pelarut, dengan istilah coalescence atau penyusutan. Cat besi adalah cat yang digunakan untuk melapisi bahan atau material bahan yang terbuat dari besi atau baja. Cat besi berfungsi sebagai cat anti korosi atau cat tahan korosi. Cat besi biasanya menggunakan perekat utamanya alkyd. Ada juga cat besi yang menggunakan perekat atau binder dari damar atau getah karet pohon. Pada dasarnya bahan baku cat yang digunakan untuk

28 12 membuat cat besi hampir sama dengan cat lainnya. Perbedaannya adalah pada cat besi ditambahkan lateks atau getah karet dan pada cat besi biasanya menggunakan pelarut minyak agar dapat melarutkan getah karet (Arisworo dkk, 2006). Gambar 2.5 Contoh cat besi

29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang tahapan pengerjaan dari penelitian yang telah dilakukan. Berikut ini merupakan diagram alir tahapan pengerjaan secara umum: tidak ya Gambar 3.1 Skema diagram alir penelitian secara umum 13

30 Sintesis TiO 2 Pada penelitian diperlukan beberapa alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan proses sintesis. Bahan yang digunakan adalah: TiCl 3 (Titanium trichlorid) HCl (hydrochlorid acid) 2M 37% NH 4OH (ammonia) 2M 25% Aquades Sedangkan alat yang digunakan pada proses sintesis adalah: Timbangan digital Gelas beker Gelas ukur Pipet Mortar Crucible ukuran 50 ml Magnetic stirrer Furnace Masker Sarung tangan Dalam proses sintesis digunakan TiCl 3 sebagai prekursor untuk menghasilkan TiO 2 dengan dicampurkan 10 ml TiCl 3 dengan 0,3 ml HCl dan 4,7 ml aquades, diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan temperatur 45 o dan kecepatan konstan selama 3 menit. Kemudian ditambahkan HCl 37% sebanyak 20 ml dengan posisi terus diaduk. Setelah larutan berwarna ungu encer kemudian ditambahkan NH 4OH 25% sebanyak 50 ml dan terus diaduk hingga mulai berwarna putih jenuh. Selanjutnya pengadukan dihentikan dan didiamkan untuk proses pengendapan TiO 2. Hasil pengendapan TiO 2 dipisahkan dengan fase cairnya lalu dicuci dengan menggunakan aquades sampai tidak lagi tercium bau NH 4OH. Untuk memperoleh fasa anatase dilakukan proses kalsinasi TiO 2 pada suhu 400 o C selama 4 jam, dan dikalsinasi kembali pada

31 15 suhu 500 o C selam 2 jam apabila masih bersifat amorf. Setelah didapatkan fasa anatase kemudian dilakukan karakterisasi TiO 2 dengan menggunakan XRD untuk mengetahui fasanya dan dihitung ukuran partikelnya. 3.2 Uji Validitas TiO 2 Uji validitas TiO 2 dilakukan dengan pengujian XRD. Pengujian XRD serbuk TiO 2 yang disintesis bertujuan untuk mengetahui fase TiO 2 yang terbentuk yaitu fase anatase serta mengetahui ukuran partikel dari masing-masing fase. TiO 2 yang disintesis sebanyak enam sampel. Pengujian X-Ray Diffraction (XRD) adalah pengujian material yang memanfaatkan prinsip difraksi sinar-x. Sinar-X ditembakkan pada sampel kemudian akan terjadi proses penghamburan setelah sinar-x bertumbukan dengan sampel yang diuji. Hasil dari pengujian ini berupa grafik intensitas terhadap sudut difraksi (2θ) seperti pada Gambar 3.2. Semakin tinggi intensitas yang dihasilkan menunjukkan bahwa material yang terkandung dalam sampel semakin kristalin. Semakin rendah intensitas yang dihasilkan menunjukkan bahwa material yang terkandung dalam sampel berbentuk amorf. Gambar 3.2 Acuan standar JCPDS TiO 2 fase anatase Pengujian ini juga dilakukan untuk mengetahui ukuran partikel dan presentase fasa dari suatu bahan. Dari hasil pengujian XRD serbuk TiO 2 tersebut kemudian dapat dilakukan perhitungan ukuran kristal menggunakan persamaan Scherrer (Sardela, 2008)

32 16 k D (3.1) cos * FWHM Dengan D adalah ukuran kristal suatu bahan (nm), k adalah konstanta (k=0,89), λ adalah panjang geombang sinar-x(cu Kλ) yang bernilai 0,154 nm, FWHM adalah full width half maximum (dalam radian), dan θ adalah sudut difraksinya. 3.3 Pencampuran dan Pelapisan TiO 2 Sebelum proses pencampuran TiO 2 dan cat, ditentukan variasi konsentrasi TiO 2 terlebih dahulu. Dengan hipotesa semakin besar konsentrasi akan meningkatkan efektivitas fotokatalisis, maka ditetapkan konsentrasi TiO 2 sebesar 0,5 gr; 1 gr; 1,5 gr; 2 gr dan 2,5 gr dengan konsentrasi cat dibuat tetap yaitu sebesar 20 gr. TiO 2 digerus terlebih dahulu sampai halus, kemudian ditaburkan ke dalam cat sesuai dengan masing-masing perbandingan konsentrasi. Campuran TiO 2 dan cat kemudian diaduk hingga merata. Selanjutnya proses pelapisan permukaan. Stik yang telah disiapkan sebelumnya, dilapisi dengan TiO 2 yang telah dicampur dengan cat. Bagian stik yang dilapisi hanya bagian atas stik saja. Teknik pelapisan stik menggunakan dua stik yang diletakkan dikedua sisi sampel stik, kemudian campuran TiO 2 dan cat dituangkan diatasnya lalu diratakan ke seluruh permukaan sampel sekali tarik. Teknik pelapisan ini bertujuan agar tebal lapisan di seluruh bagian sampel sama rata. Sampel kemudian dikeringkan selama 24 jam. Dengan 5 macam konsentrasi, dan 2 jenis TiO 2, maka total sampel yang dibuat adalah sebanyak 10 buah. Matriks rasio sampel uji disajikan pada Tabel 3.1.

33 17 Tabel 3.1 Kode Stik yang Dilapisi TiO 2 Berdasarkan Jenis dan Konsentrasi TiO 2 Konsentrasi Jenis TiO 2 TiO 2 (gr) Sintesis Komersil 0.5 S 0.5 K S 1 K S 1.5 K S 2 K S 2.5 K Perlakuan Penyinaran Permukaan stik berlapis TiO 2 yang telah kering kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi 100 ml air berwarna merah. Air berwarna merah tersebut diperoleh dari 2 liter (untuk semua sampel) aquades yang diberi pewarna merah tua sebanyak 8 tetes. Selanjutnya seluruh sampel dalam wadah tertutup transparan disinari matahari langsung dengan ditempatkan pada ruang terbuka selama 6 jam setiap harinya selama 8 hari sehingga total penyinaran 48 jam. 3.5 Pengambilan Data Data yang diambil dari penelitian ini adalah perubahan warna yang terjadi pada air berwarna setelah mendapatkan penyinaran. Data diambil secara kualitatif dan kuantitatif berupa pengamatan degradasi warna air, uji absorbansi serta uji perhitungan bakteri Pengamatan degradasi warna air Pengamatan degradasi warna air dilakukan di ruang tertutup dengan pencahayaan yang sama pada setiap pengamatan. Pengambilan gambar ini dilakukan setiap hari selama 8 hari setelah sampel mendapat perlakuan penyinaran. Tujuan pengamatan degradasi warna air adalah untuk membandingkan warna air pada masing-masing sampel berdasarkan perbedaan tingkat konsentrasi TiO 2. Data kualitatif hasil pengamatan

34 18 degradasi warna air merepresentasikan tingkat kejernihan air berdasarkan perubahan warna air Uji absorbansi Uji absorbansi menggunakan prinsip Lambert-Beer. Komponen alat yang digunakan untuk mengukur nilai absorbansi diantaranya adalah kuvet berisi air sampel yang akan diukur nilai absorbansinya, laser He-Ne dengan panjang gelombang 632 nm, monokromator, dan detektor OPM (optical power meter). Air yang diambil dari setiap wadah dimasukkan ke dalam kuvet. Kemudian kuvet diletakkan di tengah-tengah antara sumber sinar laser dengan detektor yang saling berhadapan seperti tampak pada Gambar 3.3. Dalam proses pengambilan data, dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Gambar 3.3 Skema uji absorbansi Nilai keluaran dari detektor adalah daya. Berdasarkan persamaan absorbansi pada persamaan (2.9), jika dihubungkan dengan persamaan intensitas gelombang elektromagnetik, maka: (3.2) dengan P merupakan daya laser (Watt) dan A adalah luas permukaan (m 2 ). Apabila intensitas laser sebelum mengenai kuvet berwarna dan nilai intensitas laser setelah melewati kuvet berisi air dibandingkan, maka:

35 19 Sehingga dapat dituliskan: (3.3) dengan A adalah absorbansi, mengenai kuvet dan berisi air. (3.4) adalah daya laser sebelum adalah daya laser setelah melewati kuvet Uji perhitungan bakteri Uji perhitungan bakteri menggunakan metode total plate count. Prinsip dari uji total plate count adalah bila sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung, dan kemudian dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Tujuan dari uji perhitungan bakteri adalah untuk mengetahui jumlah mikroba pada suatu bahan. Metode total plate count yang digunakan pada penelitian ini adalah spread plate (dengan memasukkan sampel sebanyak 0,1 ml). Pertama, sampel sebanyak 1 ml diambil dengan mikropipet dan dimasukkan ke dalam seri tabung reaksi yang masing-masing berisi 9 ml aquades hingga didapatkan pengenceran yang diinginkan. Dari masing-masing pengenceran diambil 0,1 ml dengan mikropipet dan diteteskan pada permukaan medium nutrient agar (NA) yang telah dipadatkan dalam cawan petri. Drigalski kemudian dibakar diatas bunsen dan didinginkan beberapa detik. Kemudian suspensi diratakan dengan menggosokkan Drigalski pada permukaan agar sambil cawan petri ikut diputar supaya penyebaran lebih efektif. Selanjutnya kultur diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang. Jumlah koloni dapat dihitung sebagai berikut: Jumlah koloni (CFU/0,1 ml) = jumlah koloni x

36 20 Dikarenakan metode yang digunakan adalah spread plate maka untuk mendapatkan jumlah koloni CFU/ml, hasil perhitungan koloni tersebut selanjutnya dikalikan dengan 10. Pengujian perhitungan bakteri dilakukan pada hari pertama sebelum diberi perlakuan penyinaran dan pada hari terakhir setelah mendapat perlakuan sinar matahari langsung. 3.6 Pengolahan Data dan Analisa Data yang diperoleh berupa pengamatan degradasi warna air, uji absorbansi dan uji perhitungan bakteri. Data pengamatan degradasi warna air berupa gambar dibandingkan berdasarkan perbedaan konsentrasi TiO 2 untuk melihat tingkat kejernihan air yang dilihat dari perubahan warna air. Adapun data hasil uji absorbansi, diperoleh nilai absorbansi masing-masing sampel dengan pengulangan sebanyak tiga kali. Nilai absorbansi yang sudah dirata-rata kemudian diplot dalam bentuk grafik berdasarkan konsentrasi TiO 2 untuk melihat trend penurunan nilai absorbansi terhadap perubahan konsentrasi TiO 2. Nilai absorbansi pada uji absorbansi merepresentasikan tingkat kejernihan air, semakin jernih suatu air maka nilai absorbansi semakin kecil. Sedangkan data hasil uji perhitungan bakteri dibandingkan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi TiO 2 terhadap jumlah bakteri pada air. Sampel yang diuji diantaranya adalah variabel kontrol (0) dan sampel dengan konsentrasi TiO 2 tertinggi yaitu TiO 2 sintesis dengan konsentrasi 2,5 gr (S 2,5).

37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas Uji validitas TiO 2 dilakukan dengan pengujian XRD. Gambar 4.1 merupakan salah satu hasil pengujian XRD TiO 2 fase anatase yang disintesis sebanyak enam kali dengan waktu pemanasan 400 o C selama waktu 4 jam. Data uji XRD seluruh hasil sintesis terlampir dalam Lampiran A. Dari pemanasan tersebut diperoleh serbuk TiO 2 dan diperoleh puncak-puncak pada Gambar 4.1. Untuk menganalisa fase anatase digunakan acuan standar JCPDS dan Pada kurva tersebut dapat dilihat bahwa ditemukan TiO 2 fase anatase pada sudut 2θ dengan 25,52, 48,18, 55,19 dan memiliki bidang (101), (200), (211). Counts Position [ 2Theta] (Copper (Cu)) Gambar 4.1 Hasil uji XRD TiO 2 sintesis Setelah dilakukan perhitungan sebagaimana persamaan (3.1) didapatkan ukuran partikel TiO 2 fasa anatase yang disajikan pada Tabel

38 22 Tabel 4.1 Ukuran Partikel TiO 2 Fasa Anatase Sintesis ke- Ukuran Partikel (nm) 1 20, , , , , ,36 Proses sintesis TiO 2 dilakukan sebanyak enam kali. Serbuk TiO 2 setelah mengalami proses kalsinasi kemudian digerus sampai halus sebelum dilakukan pengujian XRD. Berdasarkan hasil pengujian XRD yang terdapat pada Lampiran A, dari keenam hasil sintesis TiO 2 seluruhnya berfase anatase, kecuali pada sintesis ke-4 yang ditandai dengan tidak tampaknya puncak-puncak pada hasil uji XRD. Oleh karena itu, serbuk TiO 2 yang diperoleh dari hasil sintesis ke-4 tidak digunakan dalam penelitian ini. 4.2 Pengamatan Degradasi Warna Air Pengamatan degradasi warna air merupakan pengujian kualitatif yang diberikan pada air berwarna setelah mendapatkan perlakuan hingga 48 jam. Pengamatan dilakukan setiap 6 jam, 12 jam, 18 jam, 24 jam, 30 jam, 36 jam, 42 jam, dan 48 jam sehingga didapatkan 8 gambar untuk setiap air berwarna. Dari pengamatan degradasi ini diketahui bagaimana pengaruh konsentrasi TiO 2 dan lamanya waktu perlakuan penyinaran terhadap perubahan warna. Hasil pengamatan degradasi warna air pada hari pertama dan hari terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.2.

39 23 6 jam 48 jam 0,5 gr 1 gr 1,5 gr 2 gr 2,5 gr (a) 6 jam 48 jam 0,5 1 gr 1,5 2 gr 2,5 gr gr (b gr Gambar 4.2 Pengamatan degradasi ) warna air pada jenis TiO 2 (a) sintesis, (b) komersil Dari hasil pengamatan degradasi warna, dapat dilihat bahwa dari hari pertama sampai hari terakhir tidak menunjukkan terjadi degradasi warna yang cukup signifikan.

40 Pengujian Absorbansi Pengujian ini dilakukan pada setiap air berwarna yang telah diberi perlakuan. Pengujian absorbansi dilakukan setiap 6 jam setelah sampel diberi penyinaran. Pengujian dilakukan hingga total lama penyinaran yang diterima sampel mencapai 48 jam. Sehingga setiap air berwarna mengalami 8 kali pengujian absorbansi yaitu setelah penyinaran selama 6 jam, 12 jam, 18 jam, 24 jam, 30 jam, 36 jam, 42 jam, dan 48 jam. Pengujian absorbansi dilakukan di Laboratorium Rekayasa Fotonika dengan menggunakan laser He-Ne. Nilai keluaran dari detektor adalah daya. Data hasil pengukuran daya terlampir dalam Lampiran E. Data hasil uji absorbansi disajikan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. Berdasarkan data nilai absorbansi pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 dapat disajikan dalam bentuk grafik hubungan nilai absorbansi air berwarna terhadap perubahan konsentrasi TiO 2 pada jenis TiO 2 sintesis dan komersil seperti pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4. Gambar 4.4 Hubungan konsentrasi TiO 2 terhadap nilai absorbansi pada jenis TiO 2 anatase

41 25 Tabel 4.2 Nilai Absorbansi Air Berwarna terhadap Perubahan Konsentrasi TiO 2 pada Jenis TiO 2 Sintesis Konsentrasi Absorbansi Rata-Rata TiO 2 (gr) 0 jam 6 jam 12 jam 18 jam 24 jam 30 jam 36 jam 42 jam 48 jam 0,5 0, , , , , , , ,1167 0, , , , , ,0542 0, , , , ,5 0, , , , , , , , , , ,1314 0, , , , , , , ,5 0, , , , , , , , ,10262 Tabel 4.3 Nilai Absorbansi Air Berwarna terhadap Perubahan Konsentrasi TiO 2 pada Jenis TiO 2 Komersil Konsentrasi Absorbansi Rata-Rata TiO 2 (gr) 0 jam 6 jam 12 jam 18 jam 24 jam 30 jam 36 jam 42 jam 48 jam 0,5 0, , , , , , , , , , ,1741 0, , , , , ,1067 0, ,5 0, , , , , ,1059 0, , , , , , ,1052 0, , , , , ,5 0, , , , , , , , ,05942

42 26 Gambar 4.4 Hubungan konsentrasi TiO 2 terhadap nilai absorbansi pada jenis TiO 2 komersil Data hasil pengujian absorbansi menunjukkan adanya perubahan nilai absorbansi terhadap perubahan konsentrasi TiO 2 pada sampel yang direndam dalam air berwarna. Perlakuan penyinaran dilakukan untuk mengaktifkan sifat fotokatalis TiO 2 yang menempel pada stik yang direndam dalam air berwarna. Sifat fotokatalis tersebut berfungsi untuk degradasi warna dalam proses penjernihan air. Nilai absorbansi pada uji absorbansi merepresentasikan tingkat kejernihan air, semakin jernih suatu air maka nilai absorbansi semakin kecil. Dari data hasil uji absorbansi menunjukkan bahwa sampel dengan konsentrasi TiO 2 yang lebih besar memiliki pengaruh yang lebih besar pada proses penjernihan air berwarna daripada konsentrasi TiO 2 yang lebih kecil. Hal ini ditunjukkan dengan adanya trend penurunan nilai absorbansi terhadap kenaikan TiO 2. Penurunan nilai absorbansi terbesar diperoleh pada TiO 2 2,5 gr komersil dengan penurunan sebesar 62,9%. Namun demikian, penurunan nilai absorbansi tidak diiringi dengan semakin pudarnya warna air. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan nilai absorbansi tidak begitu signifikan. Tidak nampaknya degradasi warna diduga dikarenakan cat memiliki

43 27 halangan yang cukup besar sehingga dapat menghalangi proses fotokatalisis TiO 2. Dengan demikian cat dipandang kurang cocok digunakan sebagai perekat TiO 2. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Mikrajuddin (2009) pada proses penjernihan air dari pencemar organik dengan mencampurkan serbuk TiO 2 pada air limbah menunjukkan terjadi perubahan warna air yang cukup signifikan. Limbah yang pada mulanya berwarna kehitamhitaman berubah menjadi jauh lebih bening. Akan tetapi cara ini belum efektif karena TiO 2 yang sudah mengendap tentunya akan bercampur kembali dengan air jika mereka dipisahkan dengan difilter. Penelitian lain yang dilakukan oleh Agus A (2012) dengan merekatkan TiO 2 pada lem Aica Aibon dalam proses penjernihan air menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna pada air yang diberi pewarna setelah disinari cahaya matahri langsung dalam selang waktu tertentu. Namun kelemahannya adalah lem ikut luntur ketika dimasukkan ke dalam air sehingga membuat air menjadi keruh. 4.4 Pengujian Bakteri Pengujian ini dilakukan pada hari pertama sebelum diberi perlakuan sinar matahari dan pada hari terakhir setelah mendapat perlakuan sinar matahari langsung. Adapun sampel yang diujikan diantaranya adalah variabel kontrol (0) dan sampel dengan konsentrasi TiO 2 tertinggi (S 2,5). Sampel yang diuji pada hari pertama adalah variabel kontrol. Sampel ini diujikan sebelum diberi perlakuan sinar matahari langsung. Sedangkan sampel yang diuji pada hari terakhir adalah S 2.5. Pengujian perhitungan bakteri dilakukan dengan menggunakan metode total plate count (TPC). Berikut ini merupakan tabel hasil analisis total plate count pada 2 sampel air berwarna. Tabel 4.4 Hasil Analisis Total Plate Count (TPC) Bakteri Kode Sampel Jumlah Koloni (CFU/ml) 0 (hari ke-0) 1,72 x S 2,5 3,7 x 10 11

44 28 Metode total plate count (TPC) merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam analisa, karena koloni dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Jumlah bakteri pada sampel 0 dihari ke-0 sebesar 1,72 x CFU/ml. Sampel 0 diasumsikan sebagai keadaan awal yang mewakili jumlah bakteri seluruh sampel, karena sampel 0 belum diberi perlakuan penyinaran. Setelah semua sampel mendapat perlakuan penyinaran selama 48 jam, dilakukan pengujian bakteri kembali pada sampel dengan konsentrasi paling tinggi, yaitu S 2,5 Hasilnya, sampel dengan konsentrasi tertinggi, S 2,5 mengandung jumlah bakteri sebesar 3,7 x CFU/ml. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa dengan menjadikan sampel 0 dihari pertama sebagai pembanding, sampel S 2.5 mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga 78,48%.. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa fotokatalisis TiO 2 dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme.

45 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan, dengan adanya variasi konsentrasi TiO 2 untuk proses penjernihan air, dapat disimpulkan bahwa: Semakin tinggi konsentrasi TiO 2 yang dilapiskan pada stik, maka semakin tinggi pula kemampuannya dalam menjernihkan air Penurunan nilai absorbansi terbesar diperoleh pada TiO 2 2,5 gr komersil dengan penurunan sebesar 62,9% TiO 2 dapat menekan pertumbuhan bakteri hingga 78,48%. 29

46 30 Halaman ini memang dikosongkan.

47 DAFTAR PUSTAKA Achmad Rukaesih, 2004, Kimia Lingkungan, Andi: Yogyakarta Agus Ariyanto Pengaruh Konsentrasi TiO2 pada Aplikasi Fotokatalisis dalam Penjernihan Air. Tugas Akhir. Teknik Fisika ITS. Amy L. Linsebigler, Guangquan Lu, and John T. Yates, Jr Photocatalysis on TiO2 Surfaces: Principles, Mechanisms, and Selected Results. Surface Scinece Center, Department of Cemistry, University of Pittsburgh, Pittsburgh, Pennsylvania Li X Z, Zhang M, Chua H Disinfection of Municipal Wastewater by sensitized photooxidation. Water Sci Tech, Maresta Fajar T Sistem Penjernih Air yang Tercemar Bakteri E. Coli Berbasis Fotokatalis TiO2 Dikombinasikan dengan Karbon Aktif. Undip. Mikrajuddin Abdullah, dkk Penjernihan Air dari Pencemar Organik dengan Proses Fotokatalis pada Permukaan Titanium Dioksida (TiO 2). Jurnal Nanosains & Nanoteknologi. Ning Sri Utami Kaitan Pencemaran Bakteri Coliform dan E-Coli Pada Air Sumur Penduduk Dengan Kepadatan Permukiman Di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Program Pendidikan Geografi. UNS Surakarta. Nurfadhilah Pengaruh Komposisi Dispersant PEG6000 dan TiO 2 terhadap Kemampuan Self Cleaning Cat Tembok Batu Gamping. Tugas Akhir. Teknik Fisika ITS Siti Naimah, Rahyani Ernawati Efek Fotokatalisis Nano TiO 2 Terhadap Mekanisme Antimikroba E Coli dan Salmonella. Balai Besar Kimia dan Kemasan Kementrian Perindustrian. Suriawira Mikrobiologi air. Bandung: PT Alumni 31

48 32 Halaman ini memang dikosongkan

49 LAMPIRAN A Uji XRD TiO 2 Hasil XRD TIO 2 Fasa Anatase Counts TiO Position [ 2Theta] (Copper (Cu)) Sampel 1. Dipanaskan C selama 4 jam dengan ukuran partikel nm Counts Position [ 2Theta] (Copper (Cu)) Sampel 2. Dipanaskan C selama 4 jam dengan ukuran partikel nm

50 Counts Position [ 2Theta] (Copper (Cu)) Counts 40 4 Sampel 3. Dipanaskan C selama 4 jam dengan ukuran partikel nm Position [ 2Theta] (Copper (Cu)) Sampel 4. Dipanaskan C selama 4 jam dengan ukuran partikel nm (sampel tidak dipakai)

51 Counts Counts Position [ 2Theta] (Copper (Cu)) Sampel 5. Dipanaskan C selama 4 jam dengan ukuran partikel nm Position [ 2Theta] (Copper (Cu)) Sampel 6. Dipanaskan C selama 4 jam dengan ukuran partikel nm

52 TiO 2 Fase Anatase (JCPDS )

53 TiO 2 Fase Anatase (JCPDS )

54 Halaman ini memang dikosongkan

55 LAMPIRAN B Hasil Pengamatan Degradasi Warna Tabel B-1 Degradasi Warna Air pada Jenis TiO 2 Sintesis Lama Konsentrasi TiO 2 (gr) penyinaran jam 12 jam 18 jam

56 24 jam 30 jam 36 jam 42 jam

57 48 jam Tabel B-2 Degradasi Warna Air pada Jenis TiO 2 Komersil Lama Konsentrasi TiO 2 (gr) penyinaran jam 12 jam

58 18 jam 24 jam 30 jam 36 jam

59 42 jam 48 jam

60 Halaman ini memang dikosongkan

61 LAMPIRAN C Data Uji Absorbansi Tabel C-1 Nilai Absorbansi Air Berwarna terhadap Perubahan Konsentrasi TiO 2 pada Jenis TiO 2 Sintesis Konsentrasi TiO 2 (gr) 0,5 1 1,5 2 2,5 Absorbansi 6 jam 12 jam 18 jam 24 jam 30 jam 36 jam 42 jam 48 jam 0, , , , , , ,1167 0, , , , , , , ,1154 0, , , , ,0871 0, ,1438 0,118 0, , , , ,0542 0, , , , , , , ,0503 0, , , , , , , ,0581 0, , , , , , , , , , , , , , , ,0762 0,0924 0, , ,087 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,0953 0, , ,1208 0, , , , , , , ,1195 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,157 0, , , , , , ,10297

62 Tabel C-2 Nilai Absorbansi Air Berwarna terhadap Perubahan Konsentrasi TiO 2 pada Jenis TiO 2 Komersil Konsentrasi Absorbansi TiO 2 (gr) 6 jam 12 jam 18 jam 24 jam 30 jam 36 jam 42 jam 48 jam 0, , , , , , , , ,5 0, , , , , , , , , , , , , , , ,0881 0, , , , , , ,1067 0, ,1744 0, , , , , ,1059 0, , , , , ,0961 0, ,1075 0, ,1589 0, , , ,1059 0, , , ,5 0, , , , ,1028 0, , , , , , , ,1090 0, , , ,2303 0, ,1052 0, , , , , , , ,1025 0, , , , , , , ,1079 0, , , , , , , , , , , , , ,5 0, , , , , , , , ,1049 0, ,0979 0, , , ,0905 0,05958

63 LAMPIRAN D Dokumentasi Gambar D-1 Sampel yang akan diberi perlakuan penyinaran

64 Laser He-Ne Monokromator Kuvet Berisi sampel Detektor Gambar D-2 Uji absorbansi yang dilakukan di laboratorium Rekayasa Fotonika jurusan Teknik Fisika ITS

65 Konsentrasi TiO 2 (gr) P air LAMPIRAN E Data Hasil Pengukuran Daya pada Uji Absorbansi Tabel E-1 Hasil Pengukuran Daya pada Jenis TiO 2 Sintesis P transmisi (mv) 0 jam 6 jam 12 jam 18 jam 24 jam 30 jam 36 jam 42 jam 48 jam (mv) 0,5 7,92 5,48 5,28 6,18 6,36 6,49 6,48 5,69 6,09 5,78 1 7,92 5,48 5,46 6,61 6,16 6,99 6,02 5,41 5,98 6,80 1,5 7,92 5,48 5,37 6,41 5,61 6,64 6,40 5,94 6,17 6,48 2 7,92 5,48 5,85 6,60 6,35 6,74 6,32 6,0 6,21 6,54 2,5 7,92 5,48 5,50 6,39 6,36 6,86 6,14 5,65 5,81 6,25 Konsentrasi TiO 2 (gr) P air Tabel E-2 Hasil Pengukuran Daya pada Jenis TiO 2 Komersil P transmisi (mv) 0 jam 6 jam 12 jam 18 jam 24 jam 30 jam 36 jam 42 jam 48 jam (mv) 0,5 7,92 5,48 5,92 6,28 6,37 6,70 6,01 5,90 6,28 6,47 1 7,92 5,48 5,30 6,82 5,46 6,47 6,35 6,02 6,19 6,40 1,5 7,92 5,48 5,49 6,01 6,00 6,52 6,20 5,87 5,82 6,32 2 7,92 5,48 4,66 6,44 6,21 6,67 6,15 6,09 6,15 6,47 2,5 7,92 5,48 6,22 6,94 6,32 7,20 6,33 6,10 6,43 6,98

66 BIODATA PENULIS Penulis mempunyai nama lengkap Anisa Nurjannah lahir di Kabupaten Probolinggo pada tanggal 1 Januari 1994 dan merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Penulis melewati masa kecil tepatnya di Desa Sumberkedawung, Kabupaten Probolinggo dengan menempuh pendidikan di SDN Sumberkedawung V, kemudian SMPN 1 Leces. Kemudian melanjutkan studi di SMA Taruna Dra. Zulaeha yang kemudian dilanjutkan ke ITS Jurusan Teknik Fisika pada tahun 2012 dengan NRP Hingga pada tahun 2016 penulis akhirnya melaksanakan Tugas Akhir sebagai syarat untuk menyelesaikan studi S1 di Jurusan Teknik Fisika dengan judul Pengaruh Konsentrasi TiO 2 pada Aplikasi Fotokatalisis dalam Penjernihan Air dengan Menggunakan Cat sebagai Media Perekat. Bagi pembaca yang memiliki saran, kritik, atau ingin berdiskusi lebih lanjut tentang Tugas Akhir ini, maka bisa menghubungi penulis melalui nomor ( ) atau anaannisa4@gmail.com

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas

Lebih terperinci

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si SEMINAR TUGAS AKHIR Add Your Company Slogan STUDI AWAL FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) MENGGUNAKAN EKSTRAKSI BUNGA SEPATU SEBAGAI DYE SENSITIZERS DENGAN VARIASI LAMA ABSORPSI

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini

Lebih terperinci

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS SKRIPSI Oleh : Ahsanal Holikin NIM 041810201063 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian minyak, pekerjaan teknisi, dan proses pelepasan cat (Alemany et al,

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian minyak, pekerjaan teknisi, dan proses pelepasan cat (Alemany et al, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenol merupakan senyawa organik yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Fenol merupakan salah satu senyawa organik yang bersifat karsinogenik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis. Beberapa langkah-langkah fotokatalis

I. PENDAHULUAN. kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis. Beberapa langkah-langkah fotokatalis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah berkembang suatu mekanisme fotokatalis yang menerapkan pemanfaatan radiasi ultraviolet dan bahan semikonduktor sebagai fotokatalis, umumnya menggunakan bahan TiO2

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotokatalis telah mendapat banyak perhatian selama tiga dekade terakhir sebagai solusi yang menjanjikan baik untuk mengatasi masalah energi maupun lingkungan. Sejak

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini diulas dalam tiga subbab. Karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 3 macam, yaitu SEM-EDS, XRD dan DRS. Karakterisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Produksi H 2 Sampai saat ini, bahan bakar minyak masih menjadi sumber energi yang utama. Karena kelangkaan serta harganya yang mahal, saat ini orang-orang berlomba untuk mencari

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah banyak dibangun industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berkembangnya industri tentu dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga menimbulkan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Fenol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon pada cincin benzene dan merupakan senyawa yang bersifat toksik, sumber pencemaran

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL

2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL 3 2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL Pendahuluan Bahan semikonduktor titanium oxide (TiO 2 ) merupakan material yang banyak digunakan dalam berbagai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: fotokatalis, fenol, limbah cair, rumah sakit, TiO 2 anatase. 1. Pendahuluan

ABSTRAK. Kata Kunci: fotokatalis, fenol, limbah cair, rumah sakit, TiO 2 anatase. 1. Pendahuluan OP-015 PENGARUH BERAT TiO 2 ANATASE, KECEPATAN PENGADUKAN DAN ph DALAM DEGRADASI SENYAWA FENOL Zulkarnaini 1, Yeggi Darnas 2, Nofriya 3 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Unversitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Ana Thoyyibatun Nasukhah Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Ana Thoyyibatun Nasukhah Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si SEMINAR TUGAS AKHIR Add Your Company Slogan FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN MENGGUNAKAN EKTRAKSI DAGING BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) SEBAGAI DYE SENSITIZER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Titanium dioksida (TiO 2 ) sejak beberapa tahun terakhir banyak digunakan dalam berbagai bidang anatas anatara lain sebagai pigmen, bakterisida, pasta gigi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

PREPARASI KOMPOSIT TiO 2 -SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL DAN APLIKASINYA UNTUK FOTODEGRADASI METHYL ORANGE

PREPARASI KOMPOSIT TiO 2 -SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL DAN APLIKASINYA UNTUK FOTODEGRADASI METHYL ORANGE PREPARASI KOMPOSIT TiO 2 -SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL DAN APLIKASINYA UNTUK FOTODEGRADASI METHYL ORANGE Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Program Studi Kimia Oleh

Lebih terperinci

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Nining Kusmahetiningsih NRP Dosen Pembimbing : Dyah Sawitri, ST, MT. Your Ihr Logo

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Nining Kusmahetiningsih NRP Dosen Pembimbing : Dyah Sawitri, ST, MT. Your Ihr Logo SEMINAR TUGAS AKHIR Oleh : Nining Kusmahetiningsih NRP. 24080 100 038 Dosen Pembimbing : Dyah Sawitri, ST, MT Your Ihr Logo APLIKASI TiO 2 SEBAGAI SELF-CLEANING PADA CAT TEMBOK DENGAN DISPERSANT POLIETILEN

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. elektron valensi memiliki tingkat energi yang disebut energi valensi.

BAB III DASAR TEORI. elektron valensi memiliki tingkat energi yang disebut energi valensi. BAB III DASAR TEORI 3.1 Semikonduktor Semikonduktor adalah bahan yang mempunyai energi celah (Eg) antara 2-3,9 elektron volt. Bahan dengan energi celah diatas kisaran energi celah semikonduktor adalah

Lebih terperinci

Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor

Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880 Edisi Khusus, Agustus 009 Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor Indah Nurmawarti, Mikrajuddin Abdullah (a), dan Khairurrijal Kelompok Keahlian Fisika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan konsentrasi ammonium dengan metode spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT Tujuan Berdasarkan metode ph-metri akan ditunjukkan bahwa ion metalik terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta keasaman yang tergantung pada

Lebih terperinci

PENGARUH NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA PADA RESIN SEBAGAI MATERIAL TRANSPARAN ANTI UV DAN SELF CLEANING MATERIAL SKRIPSI LAILA SARI

PENGARUH NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA PADA RESIN SEBAGAI MATERIAL TRANSPARAN ANTI UV DAN SELF CLEANING MATERIAL SKRIPSI LAILA SARI PENGARUH NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA PADA RESIN SEBAGAI MATERIAL TRANSPARAN ANTI UV DAN SELF CLEANING MATERIAL SKRIPSI LAILA SARI 0810442038 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING I Dewa Gede Panca Suwirta 2710100004 Dosen Pembimbing Hariyati Purwaningsih,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan TiO 2 sebagai fotokatalis diperkenalkan pertama kali oleh Fujishima dan Honda tahun 1972 mengenai pemecahan air menjadi oksigen dan hidrogen secara fotoelektrokimia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Padatan ZnO dan CuO/ZnO Pada penelitian ini telah disintesis padatan ZnO dan padatan ZnO yang di-doped dengan logam Cu. Doping dengan logam Cu diharapkan mampu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 - Juni 2011 di Laboratorium Biofisika dan Laboratorium Fisika Lanjut, Departemen Fisika IPB.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu atom oksigen (O) yang berikatan secara kovalen yang sangat penting fungsinya. Dengan adanya penyediaan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

APLIKASI TiO 2 SEBAGAI FOTOKATALIS DALAM PENJERNIHAN AIR DENGAN MEDIA PEREKAT RESIN

APLIKASI TiO 2 SEBAGAI FOTOKATALIS DALAM PENJERNIHAN AIR DENGAN MEDIA PEREKAT RESIN TUGAS AKHIR TF141581 APLIKASI TiO 2 SEBAGAI FOTOKATALIS DALAM PENJERNIHAN AIR DENGAN MEDIA PEREKAT RESIN ANING MALIKAH ALFAIZAH NRP. 2412 100 059 Dosen Pembimbing Lizda Johar Mawarani, ST, MT Dyah Sawitri,

Lebih terperinci

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN LAPORAN TUGAS AKHIR SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN Oleh: Lisma Dian K.S (1108 100 054) Pembimbing: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. 1

Lebih terperinci

BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA

BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA TiO2 memiliki tiga macam bentuk kristal : Anatase rutil brukit namun yang memiliki aktivitas fotokatalis terbaik adalah anatase. Bentuk kristal anatase diamati terjadi

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB 4 DATA DAN ANALISIS BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya

Lebih terperinci

IMMOBILISASI TiO 2 DALAM MATRIKS SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK MENDEGRADASI LIMBAH CAIR PEWARNA TEKSTIL SKRIPSI

IMMOBILISASI TiO 2 DALAM MATRIKS SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK MENDEGRADASI LIMBAH CAIR PEWARNA TEKSTIL SKRIPSI IMMOBILISASI TiO 2 DALAM MATRIKS SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK MENDEGRADASI LIMBAH CAIR PEWARNA TEKSTIL SKRIPSI Oleh Angga Pradana NIM 061810301045 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS. PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 )

ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS. PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 ) ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 ) Kusnanto Mukti W, M 0209031 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta kusnantomukti@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahan material dalam skala nano yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION Yolanda Oktaviani, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas e-mail: vianyolanda@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan banyak limbah organik golongan senyawa azo, yang akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 ISSN 2302-8491 Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning Ardi Riski Saputra*, Dahyunir Dahlan Jurusan Fisika FMIPA

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI Oleh Yuda Anggi Pradista NIM 101810301025 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI DISPERSANT PEG6000 DAN TiO 2 TERHADAP KEMAMPUAN SELF CLEANING CAT TEMBOK BATU GAMPING

PENGARUH KOMPOSISI DISPERSANT PEG6000 DAN TiO 2 TERHADAP KEMAMPUAN SELF CLEANING CAT TEMBOK BATU GAMPING TUGAS AKHIR TF 141581 PENGARUH KOMPOSISI DISPERSANT PEG6000 DAN TiO 2 TERHADAP KEMAMPUAN SELF CLEANING CAT TEMBOK BATU GAMPING NUR FADHILAH NRP. 2412 100 097 Dosen Pembimbing Dyah Sawitri, ST., MT. Ir.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. SINTESIS NANOTUBE TiO 2 MENGGUNAKAN PROSES HYDROTHERMAL UNTUK PENYISIHAN ZAT WARNA METHYL ORANGE TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA. SINTESIS NANOTUBE TiO 2 MENGGUNAKAN PROSES HYDROTHERMAL UNTUK PENYISIHAN ZAT WARNA METHYL ORANGE TESIS UNIVERSITAS INDONESIA SINTESIS NANOTUBE TiO 2 MENGGUNAKAN PROSES HYDROTHERMAL UNTUK PENYISIHAN ZAT WARNA METHYL ORANGE TESIS LATIFA HANUM LALASARI NPM. 0706174045 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM MAGISTER TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran air minum oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat kimia, dapat terjadi pada sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi hidrogen klorida (HCl) dan waktu hidrotermal terhadap kristalinitas SBA-15, maka penelitian ini dilakukan dengan tahapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan nanoteknologi tersebut berbagai aspek persoalan dapat kita selesaikan (Anonim A, 2012). Pengembangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

Sintesa dan Karakterisasi Nanokomposit ZnO-Silika sebagai Fotokatalis dengan Metode Sonikasi

Sintesa dan Karakterisasi Nanokomposit ZnO-Silika sebagai Fotokatalis dengan Metode Sonikasi Sintesa dan Karakterisasi Nanokomposit ZnO-Silika sebagai Fotokatalis dengan Metode Sonikasi Penyusun: Mohammad Rahmatullah (2309 100 097) Septono Sanny Putro (2310 106 012) Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Sugeng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 11. Rangkaian pengukuran karakterisasi I-V.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 11. Rangkaian pengukuran karakterisasi I-V. 10 larutan elektrolit yang homogen. Pada larutan yang telah homogen dengan laju stirring yang sama ditambahkan larutan elektrolit KI+I 2 sebanyak 10 ml dengan konsentrasi 0.3 M tanpa annealing. Setelah

Lebih terperinci

SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM

SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM Oleh: Ella Agustin Dwi Kiswanti/1110100009 Dosen Pembimbing: Prof. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. Bidang Material Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 29 BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian XRD Hasil Pengeringan Pada pengujian XRD material TiO 2 hasil proses sol-gel hanya sampai proses pengeringan ini, akan dibandingkan pengaruh perbedaan molaritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan mengembangkan industri tekstil (Achmad, 2004). Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan mengembangkan industri tekstil (Achmad, 2004). Keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya adalah dengan mengembangkan industri tekstil (Achmad, 2004). Keberadaan industri tekstil selain menguntungkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai derajat Sarjana SI Program Studi Biologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa mual pada lambung, muntah, dan diare. Bahan ini juga bila terkena mata dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa mual pada lambung, muntah, dan diare. Bahan ini juga bila terkena mata dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Congo Red Congo Red merupakan bahan kimia yang memiliki potensi berbahaya terhadap kesehatan tubuh manusia, diantaranya bila tertelan dapat mengakibatkan rasa mual pada lambung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia selain membawa keuntungan juga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia selain membawa keuntungan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia selain membawa keuntungan juga membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar misalnya pencemaran oleh limbah industri dimana limbah

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI Santi Dewi Rosanti, Dwi Puryanti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan berkembangnya kehidupan manusia. Sehingga para peneliti terus berupaya untuk mengembangkan sumber-sumber energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspek Kimia CO 2 Karbon dioksida adalah produk akhir oksidasi senyawa organik dan karena itu dianggap sebagai senyawa yang stabil. Senyawa ini dapat diproses secara kimiawi

Lebih terperinci

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami I. Tujuan Pada percobaan ini akan dipelajari beberapa hal mengenai koloid,protein dan senyawa karbon. II. Pendahuluan Bila garam dapur dilarutkan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan melahirkan revolusi industri baru di abad 21 (Anonim, 2011). Sekarang ini nanoteknologi memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alkohol, dan fenol alkohol (Nair et al, 2008). Fenol memiliki rumus struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alkohol, dan fenol alkohol (Nair et al, 2008). Fenol memiliki rumus struktur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fenol Fenol (C 6 H 6 OH) merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus hidroksil yang terikat pada cincin benzena. Senyawa fenol memiliki beberapa nama lain seperti asam karbolik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan kadar krom dengan metode spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna bermuatan positif. Kation yang dihasilkan akan berinteraksi dengan adsorben sehingga terjadi penurunan intensitas warna. Penelitian ini bertujuan mensintesis metakaolin dari kaolin, mensintesis nanokomposit

Lebih terperinci