BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini berasal dari berbagai sumber yaitu :
|
|
- Ratna Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini berasal dari berbagai sumber yaitu : 1. Wawancara/Interview dari narasumber yang terpercaya dan pihak-pihak terkait : - drh. Hadi Wibowo selaku Pengurus Bidang Operasional; - Ibu Viona Tamin selaku pengurus bidang adopsi dan populasi; - dan Ibu Karin Helga Franken selaku Humas dari PPSJ. 2. Pengamatan langsung di lapangan 3. Literatur : buku dan artikel dari media elektronik yang berhubungan dengan PPSJ. 2.2 Data Umum Sejarah PPS Pada tahun 1894 didirikan sebuah perkumpulan dengan nama Vereeniging Voor de bescherming van dieren (Perhimpunan untuk melindungi binatang) oleh sekumpulan orang orang Belanda di Batavia (Jakarta). Perkumpulan tersebut selain memiliki sebuah tempat penampungan juga memiliki sebuah rumah sakit khusus untuk binatang piaraan. 3
2 4 Pada tahun 1932 didirikan sebuah tempat yang disebut sebagai Paardenfonds (bana kuda) oleh istri Gubernur Jendral De Jong. Paardenfonds ini adalah tempat khusus untuk makan kuda-kuda penarik delman atau sado sebagai tempat pemberhentiannya di kota besar dan kecil di seluruh Indonesia. Pada tahun 1948, di Jakarta didirikan Yayasan Penyayang Binatang sebagai kelanjutan perhimpunan untuk melindungi binatang dari zaman hindia belanda. Yayasan ini mengelola tempat penampungan binatang piaraan yang terletak di jalan Gunung Sahari. Pada tahun 1984, istri duta besar belanda Van Dongen tertarik oleh keadaan tempat penampungan binatang-binatang tersebut dan mendirikan sebuah wadah untuk para pecinta binatang dengan nama Club of Animal Lovers. Adapun para anggota dari Club of Animal Lovers tersebut adalah beberapa istri dari duta besar asing Negara lain, istri-istri dari beberapa menteri kita, istri Gubernur DKI dan beberapa tokoh masyarakat Indonesia lainnya. Tugas dari para anggota Club of Animal Lovers tersebut adalah mencari dana untuk membantu pemeliharaan tempat penampungan binatang di jalan Gunung Sahari, tetapi oleh karena tempat tersebut sudah sangat tua dan letaknya yang makin lama makin terdesak oleh tempat-tempat pertokoan sehingga tidak mungkin dipertahankan lebih lama lagi. Terlebih karena kenyataan tempat tersebut dijadikan usaha perseorangan untuk kepentingan pribadi yang mengelola. Maka timbulah keinginan untuk mengambil alih pengelolaannya, berhubung pada saat itu Club of Animal Lovers diketuai oleh seorang warga negara asing, maka hal itu tidak dapat dilaksanakan. Pada saat itulah, Ibu Sopiah salah seorang ibu yang amat peduli dengan satwa, tetap setia mengumpulkan makanan dan mencari sumbangan untuk satwa-satwa di gunung Sahari pada saat orang-orang asing tersebut kembali ke-negaranya, Ibu Sopiah kembali ke Semarang membawa semua anjing-anjing beliau. Sementara anjing-anjing dan kucing-kucing lain milik Club of Animal Lovers dipindah ke Rangunan yaitu ke Pondok Pengayom Satwa (PPS). Pada tahun 1985, didirikanlah Yayasan Pengayom Binatang oleh tokoh tokoh masyarakat Indonesia dan melibatkan pimpinan tempat penampungan binatang di jalan Gunung Sahari. Dengan demikian Yayasan Penyayang Binatang dilebur menjadi satu dengan Yayasan Pengayom Binatang. Tahun 1987 Atas prakarsa Ibu Soeprapto istri Gubernur DKI Jakarta pada saat itu di daerah Ragunan telah berdiri sebuah tempat penampungan binatang piaraan yang baru dengan nama PONDOK PENGAYOM SATWA. Tempat yang berada di jalan Gunung Sahari ditutup dan satwa 2 terutama anjing dan kucing dipindahkan ke tempat yang baru di Ragunan. Pada tahun 2002 Yayasan ini berubah nama menjadi Himpunan Penyayang Binatang. Yayasan inilah yang membawahi Pondok Pengayom Satwa. Selanjutnya para penyayang satwa berkumpul untuk ikut membantu PPS.
3 5 Saat ini, banyak perubahan-perubahan yang telah dilaksanakan untuk mendisiplinkan tatanan PPS mulai dari Ruang Tunggu, dapur sampai tempat perawatan hewan (rawat) inap. Sementara data-data dari hewan-hewan dan nama setiap blok kandangnya tersebut sudah disusun dan tercatat dalam dokumen PPS, yang isinya dilengkapi dengan status terakhir dari satwa tersebut (umur,data kesehatan, kebutuhan yang dibutuhkan oleh hewan tersebut sebelum di adopsi, dll). Pondok Penyayang Satwa melaksanakan tugas tugas melayani para penyayang binatang dengan menjadi konsultan dan penerangan bagaimana cara mengasuh dan memelihara para binatang piaraannya, antara lain : Mengadakan pengobatan dan perawatan binatang yang sehat maupun yang sakit; Menerima penitipan dan penyerahan binatang, bila ditinggal bepergian jauh; Melayani para penyayang binatang yang ingin mengadopsi binatang untuk dipelihara dirumahnya; Mengadakan tempat penguburan binatang-binatang yang mati; Melakukan perawatan binatang antara lain mandi, grooming dsb; Pondok Pengayom Satwa dipimpin oleh seorang dokter hewan dengan dibantu oleh 2 orang dokter hewan dan staf sekretariat, karyawan bagian kebersihan, dapur, perawat, keamanan dan lain sebagainya. Biaya operasional PPS didapat dari partisipasi beberapa penyayang binatang yang dibentuk dengan nama Himpunan Penyayang Binatang (HPB) dengan memberikan bantuan/donasi berupa uang atau bahan makanan binatang dan biaya biaya untuk tugastugas pelayanan yang diatur oleh pimpinan PPS. Sampai hari ini PPS telah berhasil membiayai (secara mandiri) operasional setiap bulan dan gaji untuk para karyawan apabila sangat diperlukan. Mengingat bahwa keberadaan PPS saat ini adalah satu satunya yang ada di Jakarta dan di Bali maka keberadaan PPS ini diminati oleh para penyayang binatang dan masalah apapun selalu dapat dipecahkan bersama dengan para penyayang binatang. Saat ini, Pondok Pengayom Satwa sudah berganti wajah baru dengan banyak renovasi. Mereka ingin meningkatkan kualitas dalam penanganan terhadap satwa, baik satwa titipan maupun satwa Pondok Pengayom Satwa sendiri. Namanya pun berganti menjadi Pondok Pengayom Satwa Jakarta (PPSJ) Pengurus PPSJ Pelindung Ibu Soeprapti Soeprapto Ibu Hj. Tatiek Fauzi Bowo Ibu Minarsih Soedarpo Sastrosatomo
4 6 Penasehat Bpk. H.R.S. Museno, SH Ka. Dinas Kelautan Dan Pertanian DKI Jakarta Ketua Ibu Diah Sulasmo Rizal Sekretaris drh. Christia Dilla Bendahara Ibu S. Koentjoro Bidang Operasional drh. Hadi Wibowo Administrasi & Umum Ibu C. Wulansari Keuangan Nurhanifah Kesehatan Hewan drh. Lily Wurangian Adopsi & Populasi Ibu Viona Tamin Humas Ibu Karin Helga Franken Fasilitas dan Peraturan PPSJ (Klinik) PPSJ menyediakan fasilitas klinik satwa untuk umum. PPSJ menyediakan pula fasilitas Rawat Inap terbatas untuk penyakit satwa tidak menular (ditentukan oleh klinik PPSJ). Biaya harian Rawat Inap sama besarnya dengan biaya penitipan satwa ditambah Rp ,- untuk perawatan harian. Biaya tersebut belum termasuk obat-obatan, alat medis dan atau makanan khusus yang mungkin diperlukan. Pemilik diwajibkan membayar uang muka yang besarnya separuh dari total perkiraan biaya rawat Inap Fasilitas dan Peraturan PPSJ (Adopsi) 1. Peminat dipersilahkan menghubungi Bag. Kesejahteraan Hewan (Keswan) PPSJ untuk diantar/dibantu memilih anjing/kucing; 2. Dipersilahkan mengisi kuesioner ; 3. Tim survey PPSJ (ibu Inge ) akan menghubungi melalui telepon mengenai
5 7 disetujui atau tidaknya adopsi. Bila disetujui, akan dibicarakan lebih lanjut dengan tim survey mengenai bagaimana dan kapan anjing/kucing dapat diambil, dsb; 4. Membayar biaya administrasi adopsi saat mengambil anjing/kucing di PPSJ Fasilitas dan Peraturan PPSJ (Penyerahan) 1. Pemilik dipersilahkan menghubungi Bag. Keswan PPSJ untuk menanyakan ada atau tidaknya tempat. 2. Anjing / Kucing yang akan diserahkan harus dalam keadaan sehat (ditentukan oleh Klinik PPSJ) tidak bunting / menyusui / masih menyusu dan tidak dalam kasus penggigitan 3. Biaya Administrasi - Anjing: Rp ,-/ekor - Kucing: Rp ,-/ekor Biaya penyerahan di butuhkan untuk merawat anjing/kucing tersebut seumur hidupnya di PPSJ atau hingga nantinya diadopsi pihak lain. Pihak PPSJ masih sangat mengharap agar para eks majikan dari hewan tersebut untuk sedapatnya ikut mengirim bantuan walau dalam bentuk makanan atau vitamin, bahkan dianjurkan untuk sesekali menjenguk satwanya tersebut Fasilitas dan Peraturan PPSJ (Penitipan) 1. Pemilik dipersilahkan menghubungi Bag. Keswan PPSJ untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai penitipan anjing/kucing di PPSJ (mengenai makanan harian satwa, kandang, dll.) 2. Anjing/kucing yang akan dititipkan harus dalam keadaan sehat, bebas kutu, tidak bunting/menyusu, telah divaksinasi lengkap dan menunjukan sertifikat vaksinasi asli yang masih berlaku. 3. Membayar uang jaminan titipan yang akan dikembalikan saat satwa diambil, sebesar : Anjing : Rp ,-/ekor Kucing : Rp ,-/ekor 4. Biaya penitipan harian dibayar dimuka, yaitu sebesar : Kurang dari 5 kg Rp ,- 5 kg <15 kg Rp ,- 15 kg <25 kg Rp ,- 25 kg <35 kg Rp ,- 35 kg <45 kg Rp ,- 45 kg < 55 kg Rp ,- Lebih dari 55 kg Rp ,-
6 Fasilitas dan Peraturan PPSJ (Pengangkutan) PPSJ menyediakan jasa pengangkutan satwa untuk anjing dan kucing dalam jarak tempuh terbatas dalam wilayah DKI Jakarta dengan biaya Rp ,- s/d Rp , Fasilitas dan Peraturan PPSJ (Kremasi dan Kuburan) PPSW juga menyediakan jasa kremasi satwa dengan biaya Rp ,- s/d Rp ,- /tergantung berat badan (abu dapat diambil) Fasilitas dan Peraturan PPSJ (Vaksinasi) Semua satwa yang diayomi di PPSJ akan disterilisasi/kebiri, yaitu Ovariohisterektomi untuk betina & Kastrasi untuk jantan. Hal ini penting dilakukan untuk : Mencegah satwa berkembang biak di PPSJ (Anjing & kucing dapat beranak 2 kali dalam setahun, setiap kali akan menghasilkan setidaknya 4 ekor anak. Anak yang dilahirkan ini akan bisa kawin dan beranak lagi pada umur 7 bulan. Jadi dalam setahun dari 1 pasangan, bisa dihasilkan setidaknya 24 ekor anakan) Mencegah perilaku seksual (berkelahi, dll) & berbagai penyakit yang berkaitan dengan reproduksi (misal infeksi rahim) Mencegah semakin banyaknya satwa telantar/ditelantarkan di luar PPSJ Bila satwa yang akan diadopsi belum disterilisasi (karena masih kecil dsb.), maka kami akan meminta agar satwa disterilisasi nantinya & menendatangani Surat Perjanjian Sterilisasi Visi PPSJ Menjadi yayasan yang mewadahi para pencinta binatang untuk lebih perduli terhadap binatang (anjing dan kucing khususnya) yang terlantar Misi PPSJ Menyayangi binatang (anjing dan kucing khususnya) yang terlantar dengan cara mengadopsi dan merawat mereka. 2.3 Data Khusus Target Sasaran
7 9 Demografis Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan. Usia : Tahun. Pendidikan : Kuliah, Bekerja. Kelas Sosial : B, B+ dan A. Geografis Tempat tinggal Psikografis Personality Behaviour Lifestyle : DKI Jakarta : Memiliki Jiwa Penyayang Binatang Yang Tinggi; Memiliki banyak teman : Pola hidup teratur; Suka melakukan kegiatan amal dan sosial. : Memiliki tempat tinggal yang memadai; Mengikuti acara-acara sosial 2.4 Analisa SWOT Strength Weakness Opportunity Threat PPSJ merupakan satu-satunya Yayasan yang bergerak di bidang menyayangi dan merawat binatang (anjing dan kucing yang terlantar khususnya); PSSJ memiliki tempat yang baik dan bersih sebagai tempat penampungan satwa terlantar khususnya anjing dan kucing; PPSJ memiliki tempat dan fasilitas yang memadai Kurangnya sosialisasi tentang keberadaan PPSJ Banyak organisasi penyayang binatang yang mengetahui keberadaan PPSJ Masyarakat Jakarta saat ini tidak memiliki kepedulian terhadap binatang (anjing dan kucing khususnya) liar, karena mereka berkarakter individual; Masyarakat Jakarta belum memiliki kewaspadaan terhadap binatang (anjing dan kucing khususnya) liar; Masyarakat Jakarta lebih memilih untuk menyayangi diri mereka sendiri dengan cara berpergian ke restaurant, mall, dsb daripada mempedulikan binatang
BAB I PENDAHULUAN. teman manusia tertua seperti yang dikutip dalam buku Encyclopedia of Pet
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia pada zaman dulu sampai sekarang hidup berdampingan dengan hewan peliharaan. Manusia memelihara kucing lebih dari 5.000 tahun. Hal ini terbukti dengan arkeolog
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Over populasi hewan domestik atau yang bisa disebut dengan hewan peliharaan yang ada di Indonesia sudah sangat tinggi. JAAN menyebut sepasang anjing yang tidak di sterilisasi
Lebih terperinciRe-branding Andrawina Pet Center 2008 BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial, dimana bersosialisasi merupakan sesuatu yang mutlak dalam kehidupannya karena manusia hidup saling membutuhkan. Berteman termasuk dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Hewan peliharaan di Jakarta meningkat seiring dengan meningkatnya penduduk.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hewan peliharaan di Jakarta meningkat seiring dengan meningkatnya penduduk. Hewan yang biasa dipelihara oleh masyarakat DKI Jakarta adalah anjing, kucing, kera, kelinci,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian dan perancangan, serta metodologi penulisan mengenai klinik perawatan anjing di Kota
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMELIHARAAN DAN LALU LINTAS HEWAN PENULAR RABIES DI KABUPATEN BADUNG
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMELIHARAAN DAN LALU LINTAS HEWAN PENULAR RABIES DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Memelihara hewan peliharaan merupakan kegiatan yang semakin digemari oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memelihara hewan peliharaan merupakan kegiatan yang semakin digemari oleh banyak orang. Hewan yang paling sering dijumpai dan dimiliki oleh seseorang salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berada disekitarnya baik hewan yang dipelihara maupun hewan yang secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kehidupan sehari-hari manusia tidak luput dari hewan yang berada disekitarnya baik hewan yang dipelihara maupun hewan yang secara tidak sengaja
Lebih terperinciLampiran 1 PERTANYAAN WAWANCARA PRA SURVEY
Lampiran 1 PERTANYAAN WAWANCARA PRA SURVEY Nama saya, Kho Ricky Prayogo mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata Jurusan Manajemen, sedang melakukan penelitian dengan judul ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN
Lebih terperinciKAMPANYE ADOPSI ANJING KAMPUNG BALI OLEH BALI ANIMAL WELFARE ASSOCIATION DI UBUD BALI MELALUI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
KAMPANYE ADOPSI ANJING KAMPUNG BALI OLEH BALI ANIMAL WELFARE ASSOCIATION DI UBUD BALI MELALUI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL Nama : Rizky Dwi Gusmy NIM : 2010 06 062 Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kita. Rasa ketertarikan itu muncul karena anjing memiliki karakter dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rasa ketertarikan manusia untuk memelihara anjing cukup besar, contohnya dengan munculnya berbagai komunitas pecinta anjing yang ada di sekitar kita. Rasa ketertarikan
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini dibutuhkan beberapa data yang valid sebagai sumber penelitian untuk konsep pembuatan media CD interaktif dongeng fabel anak. 2.1 Sumber Umum Survey
Lebih terperinciGriya Pecinta Anjing Di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Dewasa ini minat masyarakat akan hewan peliharaan cukup tinggi, hewan diminati oleh masyarakat karena dapat digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB 2 DATA & ANALISA
BAB 2 DATA & ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan Informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, seperti : 1. Buku 2. Website 3. Observasi 4. Wawancara 2.1.1 Pengertian Rumah
Lebih terperinciDi sisi lain ada pula café yang mengizinkan hewan peliharaan makan bersama pemiliknya namun pemilik hewan diminta untuk makan di luar area
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Banyaknya sarana rekreasi saat ini sangat bermanfaat bagi manusia untuk beristirahat sejenak dari rutinitas sehari-hari. Namun sarana rekreasi tersebut tidak memungkinkan
Lebih terperinciRUMAH SAKIT HEWAN DI KABUPATEN BANTUL BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Definisi Proyek Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 02/Permentan/OT.140/ 1/2010 tentang Pelayanan Jasa Medik Veteriner, definisi dari rumah sakit hewan
Lebih terperinciPENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015
1 PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 TANGGAL 1 DESEMBER 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSAT PERAWATAN ANJING DAN KUCING
BAB II TINJAUAN PUSAT PERAWATAN ANJING DAN KUCING II.1 IDENTIFIKASI PENGGUNA Pada pusat perawatan anjing dan kucing terbagi menjadi empat bagian. Bagian Shelter, bagian klinik, bagian direksi, dan bagian
Lebih terperinciIndonesia Panduan Relawan
International Animal Rescue Didedikasikan untuk penyelamatan dan rehabilitasi satwa Amal Terdaftar Nomor: AHU-278.AH.01.02.Tahun 2008 Indonesia Panduan Relawan International Animal Rescue (IAR) Yayasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. populasi kucing bahkan mencapai ekor (www.kompas.com, 5 Mei 2014).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kucing merupakan hewan yang sering ditemui dalam keseharian. Di Jakarta Utara populasi kucing bahkan mencapai 47.000 ekor (www.kompas.com, 5 Mei 2014). Dengan populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pet station
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Allah yang diciptakan lebih sempurna dibandingkan makhluk Allah lainnya. Hal yang membedakan antara manusia dengan makhluk ciptaan Allah
Lebih terperinciBUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 10 TAHUN 2017
BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS TERNAK DAN ATAU BAHAN ASAL TERNAK BUPATI JENEPONTO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pusat Perawatan Hewan Peliharaan
BAB 1 PENDAHULUAN Munculnya tren atau gaya hidup memelihara hewan peliharaan sudah bukan hal baru bagi kalangan masyarakat Jakarta. Bahkan tidak jarang, banyak orang yang sekedar ingin mengikuti tren yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan rumah sakit menghadapi suatu masalah global akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan rumah sakit menghadapi suatu masalah global akan membawa kompetensi pelayanan kesehatan yang terdesak oleh investasi asing atau pelayanan kesehatan
Lebih terperinciPET CARE CENTER DI DENPASAR
LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Periode Februari 2016 PET CARE CENTER DI DENPASAR
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung Proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari. c. Angket kepada masyarakat umum secara acak.
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung Proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : a. Wawancara dengan narasumber, baik dari pemilik maupun pasien
Lebih terperinciPENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015
PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 TANGGAL 1 DESEMBER 2015 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam
Lebih terperinciKebun Binatang Mini ala Fakultas Kedokteran Hewan
Kebun Binatang Mini ala Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR NEWS Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga tak hanya memiliki fasilitas akademik yang menunjang kegiatan belajar mahasiswa, tetapi juga
Lebih terperinciLAPORAN AKHIRPROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
LAPORAN AKHIRPROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KAMPUNG KUCING LIAR SEJAHTERA:UPAYA KONTROL POPULASIKUCING LIAR BERKELANJUTAN MELALUI STERILISASI BERSUBSIDIDAN PEMBUATAN PAKAN ALTERNATIF DARI SISA MAKANAN oleh:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hewan peliharaan anjing dan kucing merupakan hewan menggemaskan yang diminati banyak orang. Kebanyakan yang diminat adalah hewan ras. Hewan peliharaan juga kini mudah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
Lebih terperinciManual Prosedur. Pelayanan Grooming
Manual Prosedur Pelayanan Grooming Klinik Hewan Pendidikan Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 2012 1 Manual Prosedur Pelayanan Grooming Klinik Hewan Pendidikan Program Kedokteran Hewan Universitas
Lebih terperinciBAB 1 LATAR BELAKANG. : Kucing anggora dan peralatan perawatannya : nologaten. Gg selada,seleman Yogyakarta
BAB 1 LATAR BELAKANG Nama Perusahaan : Meong pus (Cat shop) Bidang Usaha : Peternakan Jenis Produk : Kucing anggora dan peralatan perawatannya Alamat Perusahaan : nologaten. Gg selada,seleman Yogyakarta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yang dimaksud dengan infertilitas adalah setahun berumah tangga dengan persetubuhan yang tidak memakai pelindung belum terjadi kehamilan. Kurang lebih 10-15% jumlah
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN PASUNG DI PROVINSI JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN PASUNG DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tuhan menciptakan manusia, alam, dan hewan beserta isinya sebagai satu kesatuan yang seharusnya tidak terpisahkan. Bilamana diibaratkan dengan sebuah mobil maka manusia
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN OPERASIONAL PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan masyarakat yang memelihara hewan peliharaan terutama anjing dan kucing semakin banyak pada saat ini. Kebanyakan masyarakat merasa tertarik untuk memelihara
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber data Data data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini akan diambil dari berbagai sumber, diantaranya: 1. Literatur: artikel dari media elektronik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sama lain. Menghadapi situasi seperti ini, daerah-daerah berkembang akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada abad yang sudah semakin canggih sekarang ini, sudah hampir tidak terdapat batasan lagi untuk berhubungan dengan daerah lain bahkan negara lain. Semua sudah saling
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1951 TENTANG PELAKSANAAN PENYERAHAN SEBAGIAN DARI URUSAN PEMERINTAH PUSAT DALAM LAPANGAN KEHEWANAN KEPADA PROPINSI JAWA-TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan tempat tinggal. Dalam 2-3 tahun terakhir ini, isu mengenai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesejahteraan hewan merupakan aspek penting yang mengacu pada kualitas hidup positif hewan tersebut. Hal ini terkait dengan kondisi fisik, psikologis maupun lingkungan
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG GUBERNUR KEPULAUAN
Lebih terperinciLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran
Menimbang PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, : a. bahwa rabies merupakan
Lebih terperinciPERATURAN DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK DAN HEWAN PENULAR RABIES YAITU ANJING
SALINAN PERATURAN DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK DAN HEWAN PENULAR RABIES YAITU ANJING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA MIAU MERAH,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 16 TAHUN 2004 SERI C NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 14 TAHUN 2004 T E N T A N G RETRIBUSI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 16 TAHUN 2004 SERI C NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 14 TAHUN 2004 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DAN KAWIN SUNTIK/INSEMINASI
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMELIHARAAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMELIHARAAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciManual Prosedur. Pelayanan Medis Klinik Hewan
Manual Prosedur Pelayanan Medis Klinik Hewan Klinik Hewan Pendidikan Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 2012 1 Manual Prosedur Pelayanan Medis Klinik Hewan Pendidikan Program Kedokteran Hewan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman dan kemajuan peradaban kehidupan manusia, maka kebutuhan pun semakin bertambah. Kesibukan dan beratnya pekerjaan, membuat manusia bekerja
Lebih terperinciBUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS TERNAK DAN ATAU BAHAN ASAL TERNAK BUPATI MAMASA,
BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS TERNAK DAN ATAU BAHAN ASAL TERNAK BUPATI MAMASA, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. duduk di salah satu warung kopi. Pembicaraan pengunjung warung tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep diri merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi proses komunikasi interpersonal seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Konsep diri tersebut terbentuk
Lebih terperinciFORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN. Peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Hubungan Dukungan Keluarga dengan Lama Hari Rawat Pasien Gangguan Jiwa Peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan Saya adalah mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Sejarah Singkat Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK
QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka saling membutuhkan satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka saling membutuhkan satu sama lain. Tidak sedikit manusia menjadikan hewan peliharaan sebagai teman dalam kehidupannya.
Lebih terperinciBAB II DATA DAN ANALISA
BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Metode yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data dan survey melalui media cetak seperti buku dan majalah, media elektronik seperti internet dan televisi. 1.
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan rekam medis elektronik (RME) tidak hanya terjadi di negaranegara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan rekam medis elektronik (RME) tidak hanya terjadi di negaranegara maju. Negara-negara berkembang mulai mengadopsi sistem elektronik untuk mendapatkan ekfektifitas
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Munculnya tren atau gaya hidup memelihara hewan. peliharaan sudah bukan menjadi hal baru bagi kalangan
BAB I Pendahuluan 2.1. Latar Belakang Masalah Munculnya tren atau gaya hidup memelihara hewan peliharaan sudah bukan menjadi hal baru bagi kalangan masyarakat di kota pendidikan Yogyakarta. Bahkan tidak
Lebih terperinciBAB II DATA DAN ANALISA
BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi yang dipakai dalam pembuatan tugas akhir ini dapat diperoleh dari beberapa sumber, antara lain : 1. Data Sumatif : Berasal dari beberapa artikel
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1951 TENTANG PELAKSANAAN PENYERAHAN SEBAGIAN DARI URUSAN PEMERINTAH PUSAT DALAM LAPANGAN KEHEWANAN KEPADA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kucing (Felis Silvestris Catus) adalah jenis hewan karnivora. Kata "kucing" biasanya lebih kepada "kucing" yang telah jinak, tetapi bisa juga tergolong dengan "kucing
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PAGAR ALAM NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK BERKAKI EMPAT DALAM KOTA PAGAR ALAM
PERATURAN DAERAH KOTA PAGAR ALAM NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK BERKAKI EMPAT DALAM KOTA PAGAR ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA PAGAR ALAM Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH A.
SALINAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH A.W.SYAHRANI SAMARINDA, KANUDJOSO BALIKPAPAN, TARAKAN DAN RUMAH SAKIT
Lebih terperinciBUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG OTORITAS VETERINER KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG OTORITAS VETERINER KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : Mengingat : a. b. c. d. 1. 2. 3. bahwa hewan merupakan karunia
Lebih terperincib. Mayoritas responden dalam penelitian ini berumur tahun, yaitu
BABV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab terakhir ini berisi 2 (dua) bagian yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan adalah rangkuman dari keseluruhan pembahasan dan analisis yang dilakukan dalam bab
Lebih terperinciWALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN
WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis Rabies, kini menjadi tantangan bagi pencapaian target Indonesia bebas Rabies pada 2015. Guna penanggulangan
Lebih terperinciTugas Akhir Universitas Mercu Buana April 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat pertumbuhan penduduk di indonesia semakin hari semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh dinas kependudukan tahun 2000-2025
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI
KOTA DUMAI Hasil Rapat Bersama DPRD Tanggal 21 Juli 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 10 Tahun 2008 Seri : D Nomor 06 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK DAN
Lebih terperinciBAB II DATA DAN ANALISA
BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari : 1. Internet, www.who.org 2. Internet, www.ashm.org.au 3. Internet, www.yakita.or.id 4.
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEREDARAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEREDARAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bekasi merupakan salah satu daerah yang berada di provinsi Jawa Barat. Terkenal sebagai kawasan industri dengan berbagai pabrik besar dan kecil terdapat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1983 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1983 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesehatan masyarakat veteriner mempunyai peranan penting
Lebih terperinciLAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA
LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (AI) DI RW02 KELURAHAN PANUNGGANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANUNGGANGAN KOTA TANGERANG
Lebih terperinciBAB II DATA DAN ANALISA
BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Gambaran Umum Tugas Akhir Dengan adanya permasalahan dalam sebuah visual identity dari rumah sakit Annisa Cikarang ini, maka penulis terfokus kepada Visual identity dari RS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makanan cepat saji termasuk ke dalam junk food atau makanan sampah. Makanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan cepat saji termasuk ke dalam junk food atau makanan sampah. Makanan cepat saji adalah makanan yang mengandung lemak tinggi seperti hamburger, ayam goreng,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam suatu organisasi atau perusahaan peranan sumber daya manusia sangatlah
Lebih terperinciHIV The Health System in Australia (Language: Indonesian)
HIV The Health System in Australia (Language: Indonesian) HIV Sistem Kesehatan Di Australia 7.1 Pengenalan 7.2 Dokter-dokter Umum 7.3 Pelayanan Kesehatan Seksual 7.4 Rumah sakit - Rumah sakit 7.5 Pelayanan
Lebih terperinciⅡ-1 Berobat (Menggunakan Fasilitas Pengobatan )
Ⅱ-1 Berobat (Menggunakan Fasilitas Pengobatan ) 1. Pengobatan di Jepang Teknologi Kedokteran Jepang mempunyai tingkat teknologi yang tinggi, akan tetapi pada umumnya dokter tidak menjelaskan secara rinci
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN BARAT Menimbang : a. bahwa Rabies adalah merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan syaraf pusat hewan berdarah panas disebabkan oleh virus dan dapat menular pada manusia. Penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR : 2 TAHUN 2000 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 22 TAHUN 2000 T E N T A N G
LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G SALINAN NOMOR : 2 TAHUN 2000 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 22 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI PEMERIKSAAN HEWAN TERNAK, HASIL TERNAK DAN HASIL
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh: Hidayati Mukarromah B Nursani Afifah B Yenny Rakhmawati B
LAPORAN AKHIR PKM-M PENANAMAN PEMAHAMAN KONSEP KESEJAHTERAAN HEWAN PADA ANAK USIA DINI DI TK AGRIANANDA IPB DRAMAGA BOGOR SEBAGAI SALAH SATU CARA PEMBENTUKAN SIKAP SIMPATI DAN EMPATI DALAM UPAYA MENEKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders) sebagaimana telah didiskusikan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi rencana pembangunan jangka panjang nasional 2005-2025 adalah Indonesia yang maju, adil, dan makmur. Visi tersebut direalisasikan pada empat misi pembangunan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semua ini membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman dan teknologi, terjadi perubahan pola hidup masyarakat. Perubahan pola hidup ini tidak selalu bersifat positif, ada beberapa pola
Lebih terperinciBab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan
Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK
BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Kelurahan Kelurahan Kebomas terletak di Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Penduduk Kelurahan Kebomas
Lebih terperinci- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG
- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
Lebih terperinciKomponen A : Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran, serta Strategi Pencapaiannya.
I. DESKRIPSI SWOT SETIAP KOMPONEN: Komponen A : Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran, serta Strategi Pencapaiannya. Program studi Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Unhas merupakan salah satu program studi di dalam
Lebih terperinciSepuluh Ide Bisnis untuk Remaja Senin, 25 Februari :28
Masa remaja menjadi momen penting dalam kehidupan seseorang. Sebagian besar impian remaja adalah mendapatkan pendidikan tinggi dan kualitas terbaik pada usia ini. Teknik dan kedokteran menjadi bidang yang
Lebih terperinciKlinik Perawatan Anjing di Kota Denpasar
LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Periode Juli 2015 Klinik Perawatan Anjing di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wadah tersebut adalah organisasi. Dengan adanya organisasi, perangkat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mencapai suatu tujuan usaha diperlukan suatu wadah, wadah tersebut adalah organisasi. Dengan adanya organisasi, perangkat yang terdapat didalamnya dapat
Lebih terperinciLampiran 1 Kuesioner Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah Rakyat di KTTSP Baru Sireum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor
Lampiran 1 Kuesioner Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah Rakyat di KTTSP Baru Sireum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor 19 No. Kuesioner : Enumerator : Tanggal : Waktu : PERNYATAAN PERSETUJUAN Nama
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PEMERIKSAAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PEMERIKSAAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa kesehatan hewan memiliki
Lebih terperinciGUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU
GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU Menimbang : a. bahwa rabies merupakan
Lebih terperinciLAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN TERNAK BESAR/KECIL TAHUN 2009
REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN TERNAK BESAR/KECIL TAHUN 2009 1. Provinsi 2. Kabupaten/Kota *) 3. Kecamatan 4. Desa/Kelurahan *) 5. Nomor Urut Perusahaan....
Lebih terperinci