BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyandang cacat tubuh atau disabilitas tubuh merupakan bagian yang tidak
|
|
- Ari Pranoto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyandang cacat tubuh atau disabilitas tubuh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelum istilah Disabilitas mungkin kurang akrab disebagian masyarakat Indonesia berbeda dengan Penyandang Cacat. Istilah ini banyak yang mengetahui atau sering digunakan ditengah masyarakat. Istilah Disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia berasal dari serapan kata bahasa Inggris disability yang berarti cacat atau ketidakmampuan. Namun, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Disabilitas belum tercantum. Penyandang Disabilitas dapat diartikan individu yang mempunyai keterbatasan fisik atau mental atau intelektual. Jadi, penyandang disabilitas tubuh adalah individu yang mempunyai keterbatasan atau kekurangan fisik, seperti cacat tubuh bawaan lahir, mengidap penyakit polio dan amputasi. Munculnya diskriminasi dalam masalah sosial yang sering tidak bisa dielakkan diantaranya kemampuan fisik yang berbeda antara masyarakat dengan keadaan fisik sempurna dibandingkan masyarakat penyandang disabilitas tubuh. Perbedaan kesempatan maupun perlakuan terhadap penyandang disabilitas dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat akan menimbulkan perbedaan kehidupan sosial maupun ekonomi pada kehidupan penyandang disabilitas yang pada akhirnya akan mengarah pada masalah sosial yaitu kemiskinan. Selain masalah sosial seperti kemiskinan, diskriminasi yang dihadapi oleh para masyarakat atau manusia yang mempunyai kekurangan secara fisik atau mental yang bisa disebut disabilitas yang secara kuantitas cenderung meningkat yang menjadi dasar pertimbangan terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang 1
2 disabilitas. Dimana disebutkan bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, penyandang disabilitas merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama. Perundang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1997 dalam pasal 1, yang dimaksud dengan penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya. Disabilitas menyebabkan seseorang mengalami keterbatasan atau gangguan yang mempengaruhi keleluasaan aktivitas fisik, kepercayaan dan harga diri, hubungan antar manusia maupun dengan lingkungannya. Dampak dari disabilitas tersebut menimbulkan permasalahan sosial antara lain adalah ketidak berfungsian sosial, yaitu penyandang disabilitas kurang mampu melaksanakan peran-peran sosialnya secara wajar dan hal ini yang semakin meyakini pandangan masyarakat untuk meremehkan kemampuan penyandang disabilitas dengan kekurangan fisiknya. Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Disabilitas, sebagai penjabaran dari Undang- Undang tentang penyandang disabilitas pasal 8 yang menyatakan bahwa pemerintah dan atau masyarakat berkewajiban mengupayakan terwujudnya hak-hak penyandang disabilitas. Serta pasal 16 yang menyatakan bahwa pemerintah dan atau masyarakat menyelenggarakan upaya: 1.Rehabilitasi; 2.Bantuan Sosial; 3.Pemeliharaan Taraf Kesejahteraan Sosial. Berdasarkan data tahun 2011, menurut Siswadi, Ketua Umum Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia berdasarkan data Depkes RI mencapai 3,11% dari populasi penduduk atau sekitar 6,7 2
3 juta jiwa. Sementara bila mengacu pada standar yang diterapkan Organisasi Kesehatan Dunia PBB dengan persyaratan lebih ketat, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 10 juta jiwa (tribunnews.com, 11 Maret 2014). Menurut ILO, prinsip untuk mengatasi diskriminasi yang terjadi pada penyandang disabilitas ini adalah hak, kesempatan dan perlakuan yang adil dalam semua siklus kehidupan dan pekerjaan untuk semua orang tanpa memandang disabilitas mereka. Semua orang bebas mengembangkan kemampuan pribadi mereka dan melakukan pilihan tanpa dibatasi oleh stereotip, asumsi dan prasangka tentang disabilitas mereka. Jadi, semua orang punya kemampuan yang sama atau harus diperlakukan dengan cara yang sama, tapi perilaku, aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang berbeda perlu secara adil dipertimbangkan, dinilai dan didukung, tanpa memandang status disabilitas mereka diperlukannya upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan sosial bagi penyandang disabilitas. Data Depkes tahun 2011 diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah penyandang disabilitas setiap tahun. Pada tahun 2010 sekitar 5,3 juta jiwa pada tahun 2011 sekitar 6,7 juta jiwa. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pemerintah maupun masyarakat agar diskriminasi terhadap penyandang disabilitas bisa diperkecil seperti yang diharapkan oleh PP Nomor 43 tahun 1998 yang dalam penjelasan menyatakan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang disabilitas yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi kesamaan kesempatan, rehabilitasi, pemberian bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial yang dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab bersama Pemerintah, masyarakat, keluarga, dan penyandang disabilitas sendiri dengan memberikan keterampilan sesuai dengan minat dan bakat dari penyandang disabilitas tubuh. 3
4 Menangani penyandang disabilitas, dibutuhkan pendekatan-pendekatan yang manusiawi agar mereka dapat lebih mudah mengadakan penyesuaian diri dalam kehidupan, karena penyandang disabilitas pada umnya sangat perasa, yang kadang berlebihan seperti rendah diri dan kemudian menjadi terisolasi dari kehidupan masyarakat. Keadaan disabilitas yang dimiliki oleh seseorang hanyalah sekedar kelainan belaka. Sebenarnya mereka juga mempunyai kemampuan untuk mencari nafkah sebagai sumber penghidupan bagi dirinya pribadi maupun keluarga. Hanya saja yang mereka perlukan untuk itu adalah adanya suatu pembinaan dan pelayanan yang intensif, dalam arti lebih tinggi intesitasnya dari orang yang normal, sehingga mereka punya suatu bekal untuk dapat hidup secara mandiri tanpa perlu bergantung pada orang lain. Disamping itu juga supaya dapat berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat disekelilingnya. Mereka juga sangat membutuhkan santunan sosial dan bimbingan keterampilan, serta pertolongan medis. Dengan adanya latihanlatihan bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan tersebut diharapkan para penyandang disabilitas dapat memiliki kepribadian sebagai manusia yang utuh, produktif serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat. Menurut Maslow, pada dasarnya manusia mempunyai lima kebutuhan dasar yang membentuk tingkatan-tingkatan atau hirarki yang disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak penting dan yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Kebutuhan tersebut adalah a) kebutuhan fisiologis yaitu sandang, pangan dan kebutuhan biologis; b) kebutuhan keamanan dan keselamatan yaitu bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, dan bebas dari teror; c) kebutuhan sosial yaitu memiliki teman, keluarga, dan kebutuhan cinta akan lawan jenis; d) kebutuhan penghargaan berupa mpujian, 4
5 piagam, tanda jasa, dan hadiah; dan e) kebutuhan aktualisasi diri yaitu keutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya (Maslow 1988:39). Namun salah satu kebutuhan manusia yang paling penting didalam hidupnya adalah kebutuhan akan harga diri. Kebutuhan akan harga diri yang dibagi dalam dua bagian. Pertama adalah penghormatan atau penghargaan pada diri sendiri yang mencangkup pada rasa percaya diri, kemandirian dan kebutuhan pribadi. Kedua adalah penghargaan dari orang lain, yang meliputi prestasi dan pengakuan dari orang lain. (Nurdin 1990:20). Apabila kebutuhan akan harga diri pada individu itu terpuaskan maka akan menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa kuat dan mampu serta perasaan berguana. Sebaliknya pemuasan kebutuhan akan harga diri itu terlambat maka akan menghasilkan sikap rendah hati, rasa tak pantas, rasa lemah, rasa tidak mampu, dan perasaan tidak berguna yang menyebabkan seseorang mengalami kehampaan, keraguan, dan keputusasaan dalam menghadapi tujuan hidupnya, serta penilaian yang rendah atas dirinya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain. Hal ini berlaku pada setiap manusia ciptaan Tuhan, tidak terkecuali pada penyandang disabilitas tubuh. Penyandang disabilitas sebagai individu pada hakekatnya masih mempunyai potensi yang dapat dikembangkan. Dalam mengembangkan potensi tersebut diperlukan adanya program khusus, yaitu Program usaha kesejahteraan sosial bagi orang dengan kecacatan. Oleh karena itu, penanganan terhadap orang dengan disabilitas tubuh perlu ditingkatkan dan dikembangkan serta disempurnakan baik kuantitas maupun kualitasnya menuju kearah tercapainya tujuan rehabilitasi secara tuntas yang tercermin pada terwujudnya peningkatan kesejahteraan sosial dan kemandirian bagi golongan disabilitas tubuh. Orang dengan disabilitas tubuh 5
6 diusahakan agar dapat berusaha secara aktif dan positif mengembangkan kemampuan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Pembangunan kesejahteraan sosial bagi penyandang disabilitas saat ini diarahkan pada upaya rehabilitasi sosial, dimana secara teknis dilaksanakan oleh Direktoriat Rehabilitasi Sosial orang dengan kecacatan Kementerian Sosial Republik Indonesia. Dalam menangani masalah disabilitas ini Kementerian Sosial telah melaksanakan usaha Rehabilitasi Sosial melalui sistem panti. Panti Rehabilitasi Sosial orang dengan disabilitas tubuh sebagai unit pelaksana teknis, mempunyai kedudukan sebagai lembaga yang melaksanakan kegiatan operasional dibidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas, untuk mempersiapkan mereka agar memiliki berbagai keterampilan dan kesiapan mental, fisik, sosial yang dibutuhkan bagi kepentingan hidupnya secara wajar sebagai warga negara dan anggota masyarakat umumnya. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Panti Sosial penyandang disabilitas tubuh perlu dilengkapi dengan berbagai perangkat, baik yang berupa sarana dan prasarana fisik, alat-alat keterampilan kerja, tenaga pelaksanaan agar panti sosial penyandang disabilitas tubuh dapat mempersiapkan para klien secara optimal. Hal ini sangat penting artinya, mengingat program rehabilitasi sosial merupakan proses dari suatu sistem yang melibatkan berbagai disiplin ilmu dari tahap pendekatan awal sampai dengan terminasi. Lahirnya suatu lembaga seperti Panti Sosial Bina Daksa Bahagia Sumatera Utara bagi penyandang disabilitas tubuh dimaksudkan untuk membantu para orang tua dan masyarakat dalam membina dan melayani penyandang disabilitas tubuh segingga mereka dapat mengembangkan potensi dan bakat dengan pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya. Usaha mewujudkan kesejahteraan penyandang disabilitas tubuh merupakan bagian integral dari pembangunan masyarakat Indonesia 6
7 seutuhnya. Para penyandang disabilitas tubuh merupakan bagian dari tunas bangsa yang memerlukan perhatian khusus dalam pembinaan tingkah lakunya dan pemikiran intelektualnya. Salah satu usaha dalam meningkatkan kesejahteraan penyandang disabilitas tubuh adalah dengan pendidikan bagian keterampilan. Akan tetapi sering berbenturan oleh karena diri pribadi seorang penyandang disabilitas itu sendiri. Oleh karenanya dalam mencapai taraf hidup yang sejahtera, pendidikan dan keterampilan memiliki peran yang penting. Pendidikan merupakan faktor utama dan sekaligus dapat dijadikan alat ukur dalam melihat maju mundurnya peradapan manusia. Pendidikan merupakan kunci utama pemberantasan kebodihan, tanpa menempuh proses pendidikan yang wajar agar hal tersebut dapat terwujud, disini perlu diberikan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas sehingga mereka mempunyai kepercayaan diri dan mempunyai keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai manusia. Program rehabilitasi bagi penyandang disabilitas tubuh melalui bimbingan keterampilan mengarah pada membantu pribadi penyandang disabilitas tubuh serta meningkatkan kualitas hidup mereka melalui bantuan-bantuan teknis dan usahausaha untuk memperbaiki lingkungan hidupnya, membuka kesempatan bagi mereka, menjamin dan menghormati hak manusia dan hak-hak mereka untuk duduk dalam lembaga perwakilan. Disamping itu berusaha keras untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik dari masyarakat untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan dan solidaritas serta tanggung jawab kepada anggotanya yang menyandang kecacatan, dengan menciptakan suatu masyarakat untuk sema yang didukung seluruh anggota masyarakat. 7
8 Adapun alasan peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan ini adalah bahwa setiap penyandang disabilitas tubuh mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan bimbingan keterampilan dalam hidupnya, namun sering kali mereka merasa tidak mampu untuk berdiri sendiri atau melakukan segala kegiatan mereka dengan bergantung pada orang lain. Usaha-usaha pembinaan dan pelayanan program bimbingan keterampilan untuk meningkatkan kemandirian terhadap penyandang disabilitas tubuh merupakan tanggung jawab bersama, orang tua, masyarakat serta pemerintah. Salah satu usaha dalam mewujudkan kemandirian penyandang disabilitas tubuh tersebut adalah melalui program bimbingan keterampilan di Panti Sosial Bina Daksa Bahagia Sumatera Utara sebagai salah satu panti naungan Kementerian Sosial Republik Indonesia. Yang khususnya melayani peyandang disabilitas tubuh di Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Riau, dan Sumatera Barat. Total hasil data penyandang disabilitas wilayah Sumatera bagian Utara pada tahun sejumlah jiwa, dan yang sudah direhabilitasi atau mendapat bimbingan keterampilan di Panti Sosial Bina Daksa Bahagia Sumatera Utara dari tahun sejumlah 273 jiwa. (Propil Panti Sosial Bina Daksa Bahagia Sumatera Utara) Program bimbingan keterampilan yang dilaksanakan dipanti meliputi bimbingan keterampilan menjahit, servis Hp, servis Elektronik dan Otomotif Sepeda Motor. Tapi, disaat program bimbingan keterampilan di Panti Sosial Bina Daksa Bahagia Sumatera Utara berlangsung, sering kali banyak klien penyandang disabilitas pulang atau dipulangkan sebelum waktu pemulangan klien dilaksanakan. Untuk itu peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh Program Bimbingan Keterampilan terhadap kemandirian penyandang disabilitas tubuh. 8
9 Berdasarkan latar belakang pemasalahan diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengetahui bagaimana pengaruh program bimbingan keterampilan terhadap kemandirian penyandang disabilitas tubuh di Panti Sosial Bina Daksa Bahagia Sumatera Utara. Penulis membatasi penelitian ini hanya pada ruang lingkup proses sedang berjalannya program bimbingan keterampilan yang diberikan kepada klien penyandang disabilitas tubuh. Penulis mengangkat permasalahan yang dirangkum dalam penelitian sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul Pengaruh Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa Bahagia Sumatera Utara. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah BagaimanaPengaruh Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Di Panti Sosial Bina Daksa Bahagia Sumatera Utara? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pelaksanaan program bimbingan keterampilan terhadap kemandirian penyandang disabilitas tubuh di Panti Sosial Bina Daksa Bahagia Sumatera Utara Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah 1. Bagi Penulis sendiri menambah pengetahuan apakah pelaksanaan program bimbingan keterampilan yang dilaksanakan oleh Panti Sosial Bina Daksa 9
10 Bahagia Sumatera Utara dapat mengubah kemandirian penyandang disabilitas tubuh. 2. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik penelitian ini diharapkan dapat menambah refrensi karya ilmiah dan sebagai bahan kajian yang menyangkut Pengaruh Program Bimbingan Keterampilan dalam meningkatkan Kemandirian penyandang disabilitas tubuh. 3. Mencari strategi pemikiran untukmemberi masukan kepada pemerintah, lembaga-lembaga masyarakat maupun instansi terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian penyandang disabilitas tubuh. 1.4 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi ini meliputi : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan denganmasalah dan obyek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan datadata lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini. 10
11 BAB V : ANALISIS DATA Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya. BAB VI : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. 11
BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah Disabilitas. disebagian masyarakat Indonesia berbeda dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyandang cacat tubuh atau disabilitas tubuh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah Disabilitas mungkin kurang akrab
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : MEIDINAR RAGIL PAWENING NPM :
UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT MELALUI REHABILITASI SOSIAL (Studi pada Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh di Pasuruan Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Jawa Timur)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran yang ringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesejahteraan sosial adalah upaya peningkatan kualitas kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap orang mampu mengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama meskipun mereka kembar. Hal tersebut dapat terjadi pada kondisi fisik dan non fisik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Anak terlantar merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Di perjalanan kehidupan suatu Bangsa selalu terjadi proses regenerasi yang pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. Dengan kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak dikatakan sebagai cikal bakal lahirnya suatu generasi baru, dimana anak menjadi generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang diharapkan mampu memikul
Lebih terperinciDEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN
MANUSIA DAN KEPRIBADIAN DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia tersebut. Ciri-ciri watak seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya, perbedaannya terletak pada kelainan bentuk dan keberfungsian sebagian fisiknya saja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan Hawa sebagai pendamping bagi Adam. Artinya, manusia saling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal adanya kehidupan manusia, kodrati manusia sebagai makhluk sosial telah ada secara bersamaan. Hal ini tersirat secara tidak langsung ketika Tuhan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil
Lebih terperinciUSAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENDERITA CACAT (Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1980 Tanggal 29 Oktober 1980) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENDERITA CACAT (Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1980 Tanggal 29 Oktober 1980) Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa usaha kesejahteraan sosial bagi penderita
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penyandang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan pengasuhan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan seorang anak dimulai ditengah lingkungan keluarga, lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan pengasuhan,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG PENJELASAN ATAS UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG PENJELASAN ATAS UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia mengalami suatu kemajuan sehingga berpengaruh pula kepada bidang pendidikan. Pendidikan ini diharapkan mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak. Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan penyandang disabilitas yang cukup banyak. Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN) Kementrian Sosial tahun
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa penyandang cacat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan yang layak belum tentu dapat dirasakan oleh semua orang. Berbagai macam perlakuan yang tidak layak sering dirasakan hampir pada semua orang, baik dalam pendidikan,
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan kemanusiaan adalah dua entitas yang saling berkaitan, pendidikan selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan diselenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang mesti didapatkan oleh semua orang, karena
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan hal yang mesti didapatkan oleh semua orang, karena dengan mendapatkan pendidikan seseorang dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan kebutuhan dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilandasi oleh tujuan untuk penciptaan keadilan dan kemampuan bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasionalnya selalu dilandasi oleh tujuan untuk penciptaan keadilan dan kemampuan bagi seluruh rakyat. Penciptaan tujuan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 9, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3670) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kompetensi merupakan aspek yang harus dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaannya. Begitu pula dengan penyandang disabilitas yang memerlukan penguasaan
Lebih terperinciPP 43/1998, UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT
Copyright (C) 2000 BPHN PP 43/1998, UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT Menimbang: *35751 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 43 TAHUN 1998 (43/1998) TENTANG UPAYA PENINGKATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perjalanan kehidupan suatu Bangsa selalu terjadi proses regenerasi yang pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. Dengan kata
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu pendidikan seharusnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna rungu wicara adalah kondisi realitas sosial yang tidak terelakan didalam masyarakat. Penyandang kecacatan ini tidak mampu berkomunikasi dengan baik selayaknya
Lebih terperinciBATASAN PERILAKU ORGANISASI. Dr. H. Ngusmanto, M.Si Dosen FISIP UNTAN HP
BATASAN PERILAKU ORGANISASI Dr. H. Ngusmanto, M.Si Dosen FISIP UNTAN HP. 08125711773 Email: ngusmantountan@gmail.com Introducion Organisasi adalah sistem sosial disamping sistem teknis-ekonomis Perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dalam usahanya, Negara menjumpai banyak rintangan serta
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki keinginan untuk lahir dengan kondisi fisik yang normal dan sempurna, namun pada kenyataannya ada manusia yang tidak dapat mendapatkan kesempurnaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Melalui jalur pendidikan dihasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ditingkat sekolah dasar merupakan pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak asasi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah sebuah permasalahan yang diyakini dapat menghambat cita-cita bahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian orang menilai bahwa ketidaksempurnaan atau kecacatan fisik adalah sebuah permasalahan yang diyakini dapat menghambat cita-cita bahkan aktivitas sehari-hari.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat
Lebih terperinciDampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang. Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa Bahagia Sumatera Utara Pasca
Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa Bahagia Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014 Diajukan untuk memenuhi salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, diperkirakan sebanyak 24 juta orang telah menderita skizofrenia (WHO, 2009). Di Indonesia, menurut Riskesdas (2007), sebanyak 1 juta orang atau sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk bekerja. Baik pekerjaan yang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyandang cacat merupakan bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan bangsa dan negara Indonesia pada umumnya ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu manusia yang cerdas, terampil, kreatif, mau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter yang berkepanjangan di negara kita telah banyak menyebabkan orang tua dan keluarga mengalami keterpurukan ekonomi akibat pemutusan hubungan kerja atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peran karyawan yang sangat penting bagi setiap organisasi atau perusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompeten merupakan aset yang tidak ternilai harganya bagi setiap organisasi ataupun perusahaan. Mengingat peran karyawan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Ensiklopedia Umum (1977 : 129), disebutkan bahwa efektivitas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Efektivitas Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Menurut Barnard, bahwa efektivitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang lengkap untuk dapat
Lebih terperinciUNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 4 Tahun T e n t a n g PENYANDANG CACAT
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 4 Tahun 1997 T e n t a n g PENYANDANG CACAT UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menimbulkan kompetensi di berbagai bidang baik ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut masyarakat
Lebih terperinciMengatasi diskriminasi terhadap penyandang cacat: Persoalan dan strategi penting
Mengatasi diskriminasi terhadap penyandang cacat: Persoalan dan strategi penting Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Menguraikan konsep
Lebih terperinciOleh : Pengaruh kreatifitas siswa dan prestasi belajar mata diklat produktif terhadap
Pengaruh kreatifitas siswa dan prestasi belajar mata diklat produktif terhadap minat berwiraswasta siswa kelas II Rumpun Otomotif SMK Negeri 2 Surakarta Oleh : Adit Priyadi NIM. K2502017 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara bertanggung jawab atas kesejahteraan setiap rakyatnya. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi berhak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUPLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUPLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan kehidupan yang sempurna, tapi jika kenyataan berbeda dengan harapan, bukan berarti tak ada jalan kesempurnaan. Tuhan menciptakan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Manusia Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk memperoleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk memperoleh pendidikan, pekerjaan dan beraktivitas sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Penyandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu, setiap manusia memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan bermutu sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten Gambar 1.1 Logo Dinas Provinsi Banten Provinsi Banten yang dibentuk berdasarkan Undang-undang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES (KONVENSI MENGENAI HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum untuk selanjutnya disebut Pemilu yang diselenggarakan secara langsung merupakan perwujudan kedaulatan rakyat. Pengakuan tentang kedaulatan
Lebih terperinci2014 PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan masalah sosial yang saling berkaitan dengan faktor lainnya seperti ekonomi, sosial dan budaya. Kemiskinan bukan hanya menjadi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu bangsa tak lepas dari poros penggerak anak muda. Potensi dan jati diri anak muda lah yang merupakan potensi penerus masa depan yang cerah. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah pelita dan harapan bagi suatu masyarakat, bangsa, dan negara yang kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi terwujudnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. norma yang mengatur kehidupannya menuju tujuan yang dicita-citakan bersama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang bertempat tinggal
Lebih terperinci1.7 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.7 LATAR BELAKANG Seiring perkembangan jaman yang disertai dengan perkembangan di berbagai sector diantaranya perindustrian, transportasi dan kesehatan di Indonesia khususnya di Semarang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia. Semua individu pasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melakukan pemba
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melakukan pemba ngunan dalam segala bidang. Hal ini bertujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik demi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di tingkat sekolah merupakan pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral, etika,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sampai saat ini pembangunan gedung-gedung di Indonesia sebagian besar cenderung belum mencerminkan kenyamanan bagi semua orang, dikarenakan belum dapat digunakan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara dan perlu mendapatkan perhatian khusus.
Lebih terperinciPENETAPAN HAKIM TERHADAP PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT UNDANG-UNDANG NO.4 TAHUN 1979 (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) SKRIPSI
PENETAPAN HAKIM TERHADAP PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT UNDANG-UNDANG NO.4 TAHUN 1979 (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) SKRIPSI Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Syarat-Syarat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan kesehatan. Pentingnya pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar Negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menghormati,
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah Negara yang memakai Pancasila sebagai dasar Negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menghormati, menjunjung tinggi harkat dan martabat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbedaan antara manusia dengan fisik yang sempurna dengan mereka yang memiliki kekurangan fisik ternyata melahirkan berbagai diskriminasi yang berupa 'ketidakadilan'.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial secara umum di Indonesia mencakup berbagai jenis masalah yang berkaitan dengan anak. Saat ini Departemen Sosial menangani 26 jenis PMKS
Lebih terperinciPMKS YANG MENERIMA BANTUAN SOSIAL
PMKS YANG MENERIMA BANTUAN SOSIAL Tujuan pembangunan kesejahteraan sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah mengatasi atau mengurangi masalah sosial yang dihadapi individu, keluarga, atau komunitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang terkait dengan pekerjaan, aktivitas sosialnya, dan lain-lain. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberdayaan diartikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok dan masyarakat luas agar mereka memiliki kemampuan untuk melakukan
Lebih terperinciPembangunan bidang Kesejahteraan Sosial merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan Nasional yang bertujuan membentuk
Pembangunan bidang Kesejahteraan Sosial merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan Nasional yang bertujuan membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Sasaran pembangunan di bidang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyandang cacat merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kejahatan semakin berkembang sesuai dengan perkembangan zaman terutama dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga timbul berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di abad 21 ini tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan dimana-mana sudah semakin cepat dan kompleks, guna memenuhi kebutuhan manusia yang juga semakin banyak. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. darah Indonesia. Dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah yang banyak dialami oleh negara-negara teringgal maupun negara-negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana masyarakat tidak bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya yang berupa sandang, papan, dan pangan. Kemiskinan masih menjadi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah Mencerdaskan kehidupan bangsa. Strategi untuk mencerdaskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah Mencerdaskan kehidupan bangsa. Strategi untuk mencerdaskan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan menjalani
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan menjalani kehidupan sebagai seorang penyandang disabilitas, apakah itu karena kecelakaan, penyakit, atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL
SALINAN NOMOR 29/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
Lebih terperinciDiterbitkan melalui:
SEGORES TINTA UNTUK NEGERI: Pemberdayaan Dalam Konteks Ketahanan Pangan Guna Mencapai Kemandirian dan Kedaulatan Pangan Oleh: Ahmad Satori Copyright 2014 by Ahmad Satori Penerbit Wafda Press www.kliksatori.blogspot.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari sumber daya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari sumber daya yang dimilikinya, termasuk didalamnya sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial lainnya. Krisis global membawa dampak di berbagai sektor baik di bidang ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan telah membawa dampak pada keterlantaran, ketunaan sosial hingga masalah sosial lainnya. Krisis global membawa dampak di berbagai sektor baik di bidang
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI PENYANDANG CACAT MISKIN DAN TERLANTAR DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA SKRIPSI
IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI PENYANDANG CACAT MISKIN DAN TERLANTAR DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena adanya keterbatasan atau kekurangan pada fisiknya, membuat individu umumnya kurang mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecelakaan, termasuk polio, dan lumpuh (http://id.wikipedia.org/wiki/ Anak_
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna daksa merupakan kelainan cacat fisik dalam gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian, adil dan merata, serat pengutamaan dan manfaat dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2013 arah pembangunan kesehatan adalah dengan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK BAGI ANAK
PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK BAGI ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA UTARA, Menimbang
Lebih terperinci