Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Ilmiah Sehat BebayaVol.1 No. 2, Mei 2017"

Transkripsi

1 PENGARUH TINDAKAN SUCTION TERHADAP PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PERIFER PADA PASIEN YANG DI RAWAT DIRUANG ICU RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA The Influence Of Suction On Changes In The Saturation Oxygen Peripheral On The Patients Treated In The Icu Abdul Wahab Sjahranie Hospital Samarinda Bayu Irmawan 1, Siti Khoiroh Muflihatin 2 1 Mahasiswa Ilmu Keperawatan STIKES muhammadiyah Samarinda 2 Dosen STIKES Muhammadiyah Samarinda ABSTRAK Latar Belakang:Tindakan suction dibutuhkan untuk menjaga kepatenan jalan napas, dari obstruksi yang dapat mengakibatkan gagal napas. Gagal napas dapat ditandai dengan terjadinya hipoksemia pada pasien. Cara termudah yang dapat dilakukan untuk mengetahui hipoksemia adalah dengan melihat saturasi oksigen perifer pasien. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tindakan suction terhadap perubahan saturasi oksigen perifer pada pasien yang di rawat diruang ICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Metode : Jenis penelitian ini menggunakan Metode Pre Eksperiment dengan rancangan penelitian One-Group Pretest-Postest Design. Penentuan sampel menggunakan accidental sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 26 orang. Analisis data dilakukan menggunakan uji T-Test Dependent dengan confidence interval 95% dan nilai α = 0,05. Hasil Penelitian : Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya perubahan saturasi oksigen perifer sebelum dan sesudah tindakan suction dengan nilai rata-rata -3,446, standar deviasi 0,895 dan nilai p-value = 0,0001 (α<0,05). Kesimpulan : Terdapat pengaruh tindakan suction terhadap perubahan saturasi oksigen perifer pada pasien yang di rawat diruang ICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Kata Kunci : Suction, Saturasi Oksigen Perifer. ABSTRACT Background : Suctioning has needed to maintain the airway, of obstruction that can lead to respiratory failure. Respiratory failure can be prefixed to the hipoksemia in patients. An easy way to know of hypoxemia by monitoring of the saturation oxygen peripheral patients. Objective : This study aimed to determine the influence of suction action against saturation oxygen pheripheral in patient treated at ICU department of Abdul Wahab Sjahranie Hospital Samarinda. Methods : This research uses a method of pre experiments using research design One Group Pretest Posttest Design. The samples done by accidental sampling, with total sample of 26 people. Data analysis was performed using Dependent T-Test with 95% confidence interval and the value of α= 0,05. Research result : The results from this study showed the influence of oxygen saturation peripheral levels before and after suction where there is a oxygen saturation peripheral mean -3,446, Standard deviations 0,895 and p-value = 0,0001 (α <0,05). Conclusion : The influence of suction on changes of saturation oxygen pheripheral on the patients treated in the ICU Abdul Wahab Sjahranie Hospital Samarinda. Keywords : Suction, Oxygen Saturation Peripheral 145

2 PENDAHULUAN Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang rawat rumah sakit dengan staf dan perlengkapan khusus ditujukan untuk mengelola pasien dengan penyakit, trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa. Peralatan standar di Intensive Care Unit (ICU) meliputi ventilasi mekanik untuk membantu usaha bernapas melalui Endotrakeal Tube (ETT) atau Trakheostomi (TC). Salah satu dari indikasi klinik untuk pemasangan alat ventilasi mekanik adalah gagal napas (Musliha, 2010). Gagal napas bisa terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbon dioksida dalam paru paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen (O2) dan pembentukan karbon dioksida (CO2) dalam sel-sel tubuh. Hal ini mengakibatkan tekanan oksigen arteri kurang dari 50 mmhg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbon dioksida lebih besar dari 45 mmhg (Hiperkapnia). Walaupun kemajuan teknik diagnosis dan terapi intervensi telah berkembang dengan pesat, namun gagal napas masih menjadi penyebab angka kesakitan dan kematian yang tinggi di ruang perawatan intensif (Brunner & Suddarth, 2012). Keberhasilan pengobatan pada penderita dengan gagal napas tidak hanya tergantung pada deteksi keadaan ini sejak dini, tetapi juga dari pemahaman akan mekanisme penyebabnya. Langkah pertama yang penting untuk mengenali bakal terjadinya gagal napas adalah kewaspadaan terhadap keadaan dan situasi yang dapat menimbulkan gagal napas (Price & Wilson, 2005). Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan gagal napas adalah obstruksi jalan napas, termasuk obstruksi pada Endotrakeal Tube (ETT). Obstruksi jalan napas merupakan kondisi yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, statis sekresi, dan batuk tidak efektif karena penyakit persyarafan seperti cerebrovaskular accident (CVA), efek pengobatan sedatif, dan lain lain (Hidayat, 2005). Penangganan untuk obstruksi jalan napas akibat akumulasi sekresi adalah dapat dengan melakukan tindakan penghisapan lendir (suction) dengan memasukkan selang kateter suction melalui hidung, mulut, Endotrakeal Tube (ETT) maupun Tracheostomi (TC) yang bertujuan untuk membebaskan jalan napas, mengurangi retensi sputum dan mencegah infeksi paru. Secara umum pasien yang mengalami obstruksi jalan napas memiliki respon tubuh yang kurang baik untuk mengeluarkan benda asing, sehingga sangat diperlukan tindakan penghisapan lendir (suction) (Nurachmah & Sudarsono, 2000). Menurut Wiyoto (2010), apabila tindakan suction tidak dilakukan pada pasien dengan gangguan bersihan jalan napas maka pasien tersebut akan mengalami kekurangan suplai oksigen (hipoksemia), dan apabila suplai oksigen tidak terpenuhi dalam waktu 5 menit maka dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Cara yang mudah untuk mengetahui hipoksemia adalah dengan pemantauan kadar saturasi oksigen (SpO2) yang dapat mengukur seberapa banyak persentase O2 yang mampu dibawa oleh hemoglobin. Pemantauan kadar saturasi oksigen (SpO2) dapat dilakukan dengan pemantauan menggunakan alat oksimetri saturasi oksigen perifer. Dengan pemantauan kadar saturasi oksigen perifer yang benar dan tepat saat pelaksanaan tindakan suction, maka kasus hipoksemia yang dapat menyebabkan gagal napas hingga mengancam nyawa bahkan berujung pada kematian bisa dicegah lebih dini. Berdasarkan data peringkat 10 penyakit tidak menular (PTM) yang terfatal menyebabkan kematian berdasarkan Case Fatality Rate (CFR) pada rawat inap rumah sakit pada tahun 2010, angka kejadian gagal nafas menempati peringkat kedua sebesar 20,98% (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Record RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda mulai dari bulan Januari - Maret 2016 total pasien yang dirawat di ICU adalah sebanyak 115 pasien dan yang mengalami kejadian gagal napas sebanyak 28 pasien (25,2 %). Rata rata pasien yang dirawat di ICU adalah pasien/bulan dan rata-rata yang mengalami kejadian gagal napas adalah pasien/bulan serta pasien/bulan meninggal akibat gagal napas. Sedangkan data yang diperoleh dari buku registrasi pasien ICU RSUD Abdul 146

3 Wahab Sjahranie Samarinda dari bulan Januari - Maret 2016 didapatkan bahwa dari 115 pasien sebanyak 34 pasien berumur tahun, rata rata pasien yang dirawat di ruang icu adalah laki laki yang mengalami kejadian gagal napas karena cedera kepala dan penyakit penyakit metabolik. Mengingat pentingnya pelaksanaan tindakan suction agar kasus gagal napas yang dapat menyebabkan kematian dapat dicegah maka sangat diperlukan pemantauan saturasi oksigen perifer yang tepat. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang sejauh mana perubahan saturasi oksigen perifer pada pasien yang dilakukan tindakan suction di ruang Intensive Care Unit RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tindakan suction terhadap saturasi oksigen perifer pada pasien yang di rawat di ruang ICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-Eksperiment Design dengan tidak melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimental. Dalam rancangan ini, dipilih jenis rancangan pre-eksperiment dengan The One Group Pretest-Posttest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah responden yang dirawat di ruang ICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Dengan jumlah sampel yang digunakan sebagai subjek penelitian ini berjumlah 26 responden. Variabel dalam penelitian ini ada 2 (dua) variabel, yaitu variabel bebas tindakan suction, sedangkan variabel terikat saturasi oksigen perifer. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari : Lembar carddeck responden ini terdiri dari identitas umum responden serta data data awal tentang diagnosa medis dan saturasi oksigen perifer. Lembar carddeck ini juga meliputi nilai - nilai dari hasil pemeriksaan penunjang responden dan terapi medis yang diberikan dokter.lembar Observasi terdiri dari kelompok kelompok nilai bedside monitor / oksimetri saturasi oksigen merupakan salah satu instrument yang digunakan peneliti, sebelum peneliti memberikan tindakan suction atau setelah melakukan tindakan suction, sehingga peneliti bisa mendapatkan data - data mengenai saturasi oksigen perifer dengan pemantauan menggunakan bedside monitor atau oksimetri saturasi oksigen. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan pada tanggal 26 September - 28 November 2016 di Ruang ICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Pada penelitian ini menggunakan uji normalitas shapiro wilk, pada variabel saturasi oksigen sebelum dan sesudah tindakan suction diperoleh nilai signifikan masing-masing pvalue > 0,05, sehingga data berdistribusi normal. Dimana analisis data bivariat menggunakan uji T-Test Dependent. HASIL Karakteristik Responden N Mean Tabel 1. Karakteristik Usia Responden Media n SD Mi n Ma x 26 33,92 33,00 13, % CI 28,64 39,20 Tabel 1 menunjukkan bahwa rata rata usia responden adalah 33,92 tahun denga standar deviasi 13,069 tahun, usia terendah responden adalah 14 tahu dan usia tertinggi adalah 55 tahun. Tabel 2. Karakteristik Jenis kelamin Responden Jenis Frekuensi Persentase Kelamin Laki-laki 20 76,9 Perempuan 6 23,1 Total ,0 Tabel 2 menunjuan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki laki yaitu 78,9%. 147

4 Tabel 3. Karakteristik Tingkat Pendidikan Terakhir Responden Pendidikan Frekuensi Persentase SMP 6 23,1 SMA 13 50,0 Perguruan tinggi 7 26,9 Total ,0 Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 26 responden terdapat 6 (3,1%) responden berpendidikan SMP, 13 responden (50%) berpendidikan SMA dan 7 responden (26,9%) lulysan perguruan tinggi. Tabel 4. Karakteristik Diagnosa Medis Responden Diagnosa Medis Frekuensi Persentase Cedera Kepala 11 42,3 Stroke + Hipertensi 4 15,4 Bedah / Laparatomy 3 11,5 Operasi Cesar + Eklampsi 3 11,5 Gagal Ginjal Kronik 2 7,7 Tumor Otak 2 7,7 Luka Bakar 1 3,8 Total ,0 Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dirawat dengan diagnosa medis cidera kepala (42,3%), sedangkan sisanya adalah penderita dengan diagnosa medis yang lain seperti Stroke (15,4%), Bedah Laparotomy (11,5%), Operasi SC (11,5%), GGK (7,7%), Tumor Otak (7,7%) dan luka bakar (3,8%) Tabel 5. Pengukuran Saturasi Oksigen Perifer Sebelum Tindakan Suction Ma N Mean Median SD Min x 26 93,65 94,00 1, N Sumber : Data Primer 2016 Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata nilai saturasi oksigen perifer sebelum dilaksanakan tindakan suction adalah 93,65% dengan standar defiasi 1,623%. Nilai saturasi oksien terendah adalah 90% dan tertinggi adalah 96%. Diyakini sebesar 95% bahwa nilai saturasi oksien perifer sebelum tinadakan suction berada pada rentang 93-94,31%. Tabel 6. Pengukuran Saturasi Oksigen Perifer Sesudah Tindakan Suction Media Mean SD Min Max n 26 97,46 98,00 1, Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata nilai saturasi oksigen perifer setelah dilaksanakan tindakan suction adalah 97,46% dengan standar defiasi 1,606%. Nilai saturasi oksien terendah adalah 94% dan tertinggi adalah 100%. Diyakini sebesar 95% bahwa nilai saturasi oksien perifer setelah tindakan suction berada pada rentang 96,81-98,11%. Analisis Bivariat Tabel 7. Pengaruh Tindakan Suction Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Perifer Pada Responden yang dirawat di Ruang ICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2016 Sebelum - Sesudah Mean SD SE -3,808 0,895 0,176 95% CI Lower -4,169 Upper -3,446 95% CI 93,00 94,31 95% CI 96,81 98,11 p- Valu e 0,

5 Tabel 7 menunjukan bahwa rata-rata selisih saturasi oksigen perifer sebelum dan sesudah intervensi suction adalah -3,808 dengan standar deviasi 0,895. Dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% diyakini bahwa ratarata selisih saturasi oksigen perifer responden berada pada rentang -4,169 sampai dengan - 3,446. Dan dari hasil statistik didapatkan nilai p-value sebesar 0,0001 (<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H o ditolak yang artinya secara statistik terdapat pengaruh sebelum dan sesudah intervensi suction yang signifikan pada saturasi oksigen perifer pada responden yang dirawat di ruang ICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. PEMBAHASAN Usia Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa rata-rata usia responden adalah 33,92 tahun. Usia termuda responden pada penelitian ini adalah 14 tahun dan usia tertua responden penelitian ini adalah 55 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian Sri Hartini (2013) yang menyatakan bahwa kebanyakan responden yang dirawat di Ruang Intensif RSDK Semarang berusia dewasa muda, rata rata responden berusia tahun sebanyak 44 orang atau sebesar (63,7%). Sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dari buku registrasi pasien ruang ICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dari bulan Januari - Maret 2016 didapatkan bahwa dari 115 pasien sebanyak 34 pasien berada pada rentang umur tahun. Dari hasil di atas, peneliti berasumsi bahwa responden penelitian ini sedang berada pada usia produktif, dimana aktifitas seharihari yang dilakukan menjadi meningkat sehingga mobilitas yang dilakukan pun meningkat pula yang berdampak semakin rentannya kelompok usia ini mengalami kecelakaan baik kecelakaan yang terjadi di lingkungan kerja maupun kecelakaan lalu lintas yang mengharuskan responden dirawat di ruang intensif. Jenis Kelamin Dari hasil penelitian ini didapatkan sebanyak 20 responden atau sebesar (76.9%) adalah laki-laki dan perempuan sebanyak 6 responden atau sebesar (23.1%). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan jumlah antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, sehingga dapat dikatakan bahwa responden laki-laki lebih mendominasi ruang perawatan intensif daripada responden perempuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Hartini (2013) yang menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki. Menurut asumsi peneliti bahwa dikarenakan aktifitas yang dilakukan laki-laki lebih banyak dan bervariasi dibandingkan perempuan, laki-laki bergerak lebih aktif dibandingkan perempuan sehingga risiko kecelakaan yang dapat menyebabkan gagal nafas pada laki-laki lebih besar dibanding perempuan. Kebanyakan aktifitas laki-laki sebagai pencari nafkah dan intensitas kegiatan diluar rumah yang lebih tinggi, aktifitas seperti memanjat, mengendarai kendaraan bermotor, olah raga dan lain-lain yang dapat meningkatkan resiko cidera dan jatuh sakit. Pendidikan Berdasarkan penelitian ini, responden terbanyak adalah berpendidikan SMA yaitu sebanyak 13 responden atau sebesar (50.0%), kemudian berpendidikan perguruan tinggi 7 responden atau sebesar (26.9%) dan responden terkecil adalah berpendidikan SMP sebanyak 6 responden atau sebesar (23.1%). Pada karakteristik responden berdasarkan pendidikan didapatkan hasil bahwa pendidikan yang terbanyak adalah SMA. Hal ini sejalan dengan penelitian Sri Hartini (2013) yang menyatakan bahwa kebanyakan responden yang dirawat di ruang Intensif RSDK Semarang menunjukkan bahwa mayoritas karakteristik responden adalah berpendidikan sekolah menengah atas sebanyak 41 orang atau sebesar (59,4%). Menurut asumsi peneliti bahwa kejadian responden dirawat di ruang intensif dapat terjadi pada tingkat pendidikan tinggi maupun rendah. Hal ini tergantung pada aktivitas yang dilakukan terutama aktivitas di luar rumah. Diagnosa Medis Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa responden terbanyak pada penelitian ini memiliki diagnosa medis atau mengalami cedera kepala sebanyak 11 orang atau sebesar 42,3%. Berdasarkan data yang diperoleh dari buku registrasi pasien di ruang ICU RSUD 149

6 Abdul Wahab Sjahranie Samarinda mulai dari bulan Januari - Maret 2016 total pasien yang dirawat di ICU adalah sebanyak 115 pasien dan yang mengalami kejadian gagal napas sebanyak 28 pasien (25,2 %). Dan dari 28 pasien yang mengalami gagal napas tersebut sebagian besar memiliki diagnosa medis cedera kepala sebanyak 13 pasien atau sebesar 46,4%. Menurut asumsi peneliti bahwa keadaan cedera kepala dapat menyebabkan terjadinya perdarahan di bagian arakhoid yang dapat berlanjut ke hematoma cerebral sehingga berdampak pada terjadinya penurunan kesadaran yang menyebabkan penekanan pada saluran pernapasan pasien. Penekanan ini menyebabkan transfer oksigen mengalami perhambatan sehingga suplai oksigen ketubuh menjadi berkurang terutama pada area perifer. Selain itu kondisi pasien yang mengalami penurunan kesadaran membuat epiglotis dan lidah menjadi kurang rileks, serta menurunnya respon batuk pasien, sehingga cairan/sekret dari nasofaring menjadi menumpuk dan mengakibatkan obstruksi jalan napas pada pasien yang berdampak pada penurunan suplai oksigen dalam tubuh yang beresiko untuk gagal napas. Saturasi Oksigen Perifer Sebelum Tindakan Suction Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa saturasi oksigen perifer responden sebelum diberikan tindakan suction rata-rata adalah 93,65%, dengan nilai saturasi oksigen perifer terendah adalah 90% dan nilai saturasi oksigen perifer tertinggi adalah 96%. Hasil ini menunjukkan adanya penurunan nilai saturasi oksigen perifer responden dibawah batas normal 95%. Hal ini dapat disebabkan responden mengalami keadaan trauma pada jalan napas, yaitu suatu keadaan dimana jalan nafas responden atau saluran napas penderita mengalami sumbatan, sumbatan ini bisa berupa sumbatan parsial atau sebagian dan total atau secara keseluruhan. Gangguan jalan nafas dapat timbul secara mendadak dan total, perlahan lahan dan sebagian serta progresif dan atau berulang, Kozier & Erb,( 2014). Menurut Brunner & Suddarth, (2010),Hipoksemia adalah penurunan satuarasi oksigen arteri dalam darah dapat memunculkan masalah perubahan status mental (mulai dari gangguan penilaian, orientasi, kelam pikir, letargi, dan koma), dyspnea, peningkatan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung, disritmia, sianosis, diaforesis dan ekstremitas dingin. Kondisi hipoksemia ini biasanya dapat mengarah kepada hipoksia. Pernyataan ini juga didukung oleh Wiyoto (2010), apabila tindakan suction tidak dilakukan pada pasien dengan gangguan bersihan jalan nafas maka pasien tersebut akan mengalami kekurangan suplai O2 (hipoksemia), dan apabila suplai O2 tidak terpenuhi dalam waktu 5 menit maka dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Cara yang mudah untuk mengetahui hipoksemia adalah dengan pemantauan kadar saturasi oksigen (SpO2) yang dapat mengukur seberapa banyak presentase O2 yang mampu dibawa oleh hemoglobin. Menurut asumsi peneliti bahwa sebelum responden diberikan tindakan suction mayoritas responden mengalami penurunan saturasi oksigen karena sumbatan jalan napas. Hal ini dapat disebabkan adanya kegagalan organ, kegagalan dalam sistem pernafasan karena bersihan jalan napas, atau karena responden terpasang ventilator mekanik, sehingga memerlukan tindakan suction agar gangguan jalan napas akibat obstruksi dapat dihindari dan daya kembang paru paru maksimal. Saturasi Oksigen Perifer Sesudah Tindakan Suction Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa saturasi oksigen perifer responden mengalami peningkatan sesudah dilakukan tindakan suction dengan nilai rata-rata saturasi oksigen perifer responden adalah 97,46%. Dengan nilai saturasi oksigen perifer terendah 94% dan tertinggi 100% setelah dilakukan tindakan suction. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan suction pada pasien dengan penurunan saturasi oksigen dapat meningkatkan saturasi oksigen perifer responden dan menjaga responden agar tidak mengalami gangguan jalan napas. Menurut Smeltzer et al, (2014), indikasi tindakan suction adalah untuk menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenance), apabila : pasien tidak mampu batuk efektif dan diduga terjadi aspirasi serta membersihkan jalan napas (bronchial toilet). Menurut Wiyoto (2010), apabila tindakan 150

7 suction tidak dilakukan pada pasien dengan gangguan bersihan jalan nafas maka pasien tersebut akan mengalami kekurangan suplai O2 (hipoksemia), dan apabila suplai O2 tidak terpenuhi dalam waktu 5 menit maka dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Cara yang mudah untuk mengetahui hipoksemia adalah dengan pemantauan kadar saturasi oksigen (SpO2) yang dapat mengukur seberapa banyak prosentase O2 yang mampu dibawa oleh hemoglobin. Menurut asumsi peneliti bahwa seluruh responden wajib diberikan tindakan suction jika didapatkan indikasi untuk tindakan suction karena responden dengan sakit kritis yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) sebagian besar menghadapi kematian, mengalami kegagalan multi organ, gagal napas, menggunakan ventilator, dan memerlukan support teknologi tinggi (Menerez, 2012). Berdasarkan data peringkat 10 penyakit tidak menular (PTM) yang terfatal menyebabkan kematian berdasarkan Case Fatality Rate (CFR) pada rawat inap rumah sakit pada tahun 2010, angka kejadian gagal nafas menempati peringkat kedua sebesar 20,98% (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari buku registrasi pasien di ruang ICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda mulai dari bulan Januari - Maret 2016 total pasien yang dirawat di ICU adalah sebanyak 115 pasien dan yang mengalami kejadian gagal napas sebanyak 28 pasien (25,2 %). Rata rata pasien yang dirawat di ICU adalah pasien/bulan dan rata-rata yang mengalami kejadian gagal napas adalah pasien/bulan serta pasien/bulan meninggal akibat gagal napas. Mengingat beberapa kasus yang telah terjadi maka tindakan suction harus dilakukan untuk mengurangi angka mortalitas dan memperbaiki kondisi respirasi pernapasan responden. Pengaruh Tindakan Suction Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Perifer Pada Responden yang dirawat di Ruang ICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2016 Berdasarkan analisis diketahui bahwa rata-rata selisih saturasi oksigen perifer sebelum dan sesudah intervensi suction adalah -3,808 dengan standar deviasi 0,895. Dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata selisih saturasi oksigen perifer responden berada pada rentang -4,169 sampai dengan -3,446. Dan dari hasil statistik didapatkan nilai p-value sebesar 0,0001 (<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya secara statistik terdapat pengaruh sebelum dan sesudah intervensi suction yang signifikan pada saturasi oksigen perifer pada responden yang dirawat di ruang ICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Menurut Smeltzer et al, (2014), indikasi tindakan suction adalah untuk menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenance), apabila pasien tidak mampu batuk efektif dan diduga terjadi aspirasi serta membersihkan jalan napas (bronchial toilet). Menurut Wiyoto (2010), apabila tindakan suction tidak dilakukan pada pasien dengan gangguan bersihan jalan napas maka pasien tersebut akan mengalami kekurangan suplai O2 (hipoksemia), dan apabila suplai O2 tidak terpenuhi dalam waktu 5 menit maka dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Cara yang mudah untuk mengetahui hipoksemia adalah dengan pemantauan kadar saturasi oksigen (SpO2) yang dapat mengukur seberapa banyak presentase O2 yang mampu dibawa oleh hemoglobin. Menurut Kozier & Erb,( 2014) komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan pada tindakan suction antara lain adalah Hipoksemia. Hipoksemia adalah keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam pembuluh darah arteri. Hipoksemia bisa terjadi karena kurangnnya tekanan parsial O2 (PaO2) atau kurangnya saturasi oksigen (SaO2) dalam pembuluh arteri. Seseorang dikatakan hipoksemia bila tekanan darah parsial pada pembuluh darah arterinya kurang dari 50 mmhg. Trauma jalan napas adalah suatu keadaan dimana airway penderita atau saluran napas penderita mengalami sumbatan, sumbatan ini bisa berupa sumbatan parsial atau sebagian dan total atau secara keseluruhan. Gangguan airway dapat timbul secara mendadak dan total, perlahan lahan dan sebagian serta progresif dan atau berulang, Kozier & Erb,( 2014). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ozden dan Gorgulu (2014) yang dilakukan di Ruang Intensive Care Bedah Cardiovascular Rumah Sakit Daerah di Turki 151

8 yang mendapatkan hasil dimana rata-rata saturasi oksigen sebelum tindakan suction adalah 97,10 % dan menurun saat dilakukan suction menjadi 96,71 %. Dan mengalami peningkatan setelah 5 menit dilakukan tindakan suction dengan nilai 97,65% atau meningkat 2,11%. Sedangkan setelah 10 menit nilai rata-rata saturasi oksigen pasien kembali meningkat menjadi 98,01 % atau 2,03%. Asumsi peneliti hasil pada penelitian tersebut diatas sejalan dengan hasil yang didapat oleh peneliti. Dimana terdapat peningkatan saturasi oksigen perifer ini dari nilai rata-rata sebelum tindakan suction sebesar 93,65% meningkat menjadi rata-rata 97,46% sesudah 5 menit dilakukan tindakan suction. Kesimpulan peneliti seluruh responden yang mengalami trauma jalan napas atau sumbatan jalan napas dan mengalami penurunan saturasi oksigen perifer wajib diberikan tindakan suction jika terdapat kriteria untuk dilakukan tindakan suction, karena responden dengan sakit kritis yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) sebagian besar menghadapi kematian, mengalami kegagalan multi organ, gagal napas, menggunakan ventilator, dan memerlukan support teknologi tinggi (Menerez, 2012). Berdasarkan data peringkat 10 penyakit tidak menular (PTM) yang terfatal menyebabkan kematian berdasarkan Case Fatality Rate (CFR) pada rawat inap rumah sakit pada tahun 2010, angka kejadian gagal napas menempati peringkat kedua sebesar 20,98% (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari buku registrasi pasien di ruang ICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda mulai dari bulan Januari - Maret 2016 total pasien yang dirawat di ICU adalah sebanyak 115 pasien dan yang mengalami kejadian gagal napas sebanyak 28 pasien (25,2 %). Rata rata pasien yang dirawat di ICU adalah pasien/bulan dan rata-rata yang mengalami kejadian gagal napas adalah pasien/bulan serta pasien/bulan meninggal akibat gagal napas. Mengingat beberapa kasus yang telah terjadi maka tindakan suction harus dilakukan untuk mengurangi angka mortalitas dan memperbaiki kondisi respirasi responden serta mencegah terjadinya gagal napas pada pasien. Pada penelitian ini terdapat kelemahan yang disebabkan karena keterbatasan peneliti sehingga belum dapat memperoleh hasil yang maksimal, yaitu antara lain pengukuran saturasi oksigen perifer menggunakan bed side monitor atau oximetri portabel, tidak dilakukan dengan pengukuran saturasi oksigen arteri untuk menunjukkan hasil saturasi oksigen yang maksimal. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik responden yang dirawat di Ruang ICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda menunjukkan, responden pada penelitian ini berusia rata-rata 33,92 tahun. Usia responden termuda adalah 14 tahun dan usia responden tertua adalah 55 tahun. Pada 26 responden yang diteliti sebanyak 20 orang berjenis kelamin laki-laki (76,9%) dan berjenis kelamin perempuan 6 orang (23,1%). Dan pendidikan responden terbanyak pada penelitian ini adalah berpendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 13 responden atau sebesar 50.0% dari 26 responden. Serta diagnosa medis responden terbanyak dalam penelitian ini adalah cedera kepala yang diderita 11 responden atau sebanyak 42,3%. 2. Saturasi oksigen perifer responden sebelum dilakukan tindakan suction rata-rata adalah 93,65%, dengan nilai saturasi oksigen perifer paling rendah 90% dan tertinggi 96%. 3. Saturasi oksigen perifer responden sesudah dilakukan tindakan suction rata-rata adalah 97,46%, dengan nilai saturasi oksigen perifer paling rendah 94% dan tertinggi 100%. 4. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat peningkatan saturasi oksigen perifer pada responden antara sebelum dan sesudah dilakukan tindakan suction. Dengan nilai saturasi oksigen perifer ratarata sebelum suction yaitu 93,65% meningkat menjadi rata-rata 97,46% sesudah tindakan suction. 5. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa rata-rata selisih saturasi oksigen perifer sebelum dan sesudah intervensi suction adalah -3,808 dengan standar deviasi 0,895. Dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata selisih saturasi oksigen perifer responden berada pada 152

9 rentang -4,169 sampai dengan -3,446. Dan dari hasil statistik didapatkan nilai p-value sebesar 0,0001 (<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya secara statistik terdapat pengaruh sebelum dan sesudah intervensi suction yang signifikan pada saturasi oksigen perifer pada responden yang dirawat di ruang ICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Saran 1. Bagi Instansi Rumah Sakit Diharapkan memberikan pendidikan dan pelatihan dalam pelaksanaan manajemen jalan napas khususnya tindakan suction, perawatan secara berkala alat-alat suction dan pembuatan SOP tindakan suction yang baik sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan pada pasien. 2. Bagi Perawat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadikan tindakan suction sebagai salah satu tindakan yang dapat dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada masalah penurunan saturasi oksigen akibat obstruksi jalan napas yang dialami pasien. 3. Bagi Institusi Pendidikan Bagi institusi pendidikan dapat menjadi bahan masukan dalam proses belajar mengajar dan menjadi referensi tambahan, sehingga tindakan suction dapat dijadikan prioritas pembelajaran sebelum melaksanakan asuhan keperawatan dengan pendekatan keperawatan kritis. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian berkelanjutan dengan variabel dependen yang berbeda seperti pengukuran pada saturasi oksigen arteri maupun efek hiperoxigenasi sebelum tindakan suction. KEPUSTAKAAN Arikunto, S (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (6th eds). Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, A., dkk.,(2003). Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat: Binarupa Awan Batam Centre. Burnside, & Glynn, MC, (1995). Diagnosis Fisik, (17th eds). Jakarta: EGC Carpenito, L.J (2001). Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada praktek klinis, (6th eds). Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan Indonesia (2012), Penyakit Tidak Menular, diperoleh dari Diunduh tanggal 25 Juni Guyton, A.C., (1995). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, (3rd eds). Jakarta : EGC. Harahap, I,. (2010). Oksigenasi dalam Suatu Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Hariyanto, G.,(2013). Rancang Bangun Oksimeter Digital Berbasis Mikrokontroler. Jurnal. Dipublikasikan. Universitas Airlangga. Surabaya. Hartini,S.,(2013), Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Perawat dalam Melakukan Tindakan Hisap Lendir pada Saturasi Pasien yang Terpasang Ventilator di Ruang Intensif RSDK Semarang. Jurnal, dipublikasikan. Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang. Hasan, I.M., (2002). Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hastono, S.P., (2001). Analisis Data. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hidajat, S.R., & De Jong, W., (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah, (2nd eds). Jakarta: EGC. Hidayat, A.A., (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, (1st eds). Jakarta: Salemba Medika. Hudak, C.M., & Gallo, B.M., (1996). Keperawatan Kritis & Pendekatan Holistik, (6th eds). Jakarta: EGC. Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S., (2004). Fundamentals of Nursing, Concepts, Process, and Practice, (7th eds). Upper Saddle: Prentice Hall. Medical Record RSUD AWS, (2016). 10 Besar Penyakit, diperoleh dari diunduh tanggal 30 Juni Menerez, Fernanda de Souza., Heitor Pons Leite., Paulo Cesar Koch Nogueira Malnutrition as An Independent Predictor Of Clinical Outcome In Critically III Children. Journal of Nutrition 28 (2012). Moorhead, S., Johnson, M., Mass, M.L., & Swanson, E., (2008). Nursing Outcomes Classification, (4th eds). ST Louis: Mosby Elsevier. 153

10 Musliha,(2010). Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : Nuha Medika. Nasution, S (2008). Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, (Eds.Revisi). Bandung: Rineka Cipta. Nofiyanto, M. (2013). perbedaan nilai saturasi oksigen (Spo2) berdasarkan ukuran kateter suction pada tindakan open suction di ruang General Intensive Care Unit Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal. Dipublikasikan. Universitas Padjajaran. Bandung. Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika. Nursalam, & Pariani, S., (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, (1st eds). Jakarta: Infomedika. Nurachmah, Elly. (2010). Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Nurachmah, E., Sudarsono, R.S. (2000). Buku Saku Prosedur Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC. Ozden, D., & Gorgulu, R.S., (2014). Effect of Open and Close Suction System on The Haemodynamic Parameters In Cardiac Surgery Patients. Jurnal. Dipublikasikan. Fakultas Keperawatan Univesitas Dokuz Eylul : Turki. Potter, P.A., & Perry, A.G., (2009). Fundamentals of Nursing, (7th eds). ST Louis: Mosby Elseveir. Potter Perry, (2010) (Fundamentals of Nursing) Fundamental Keperawatan; Prosedur pengisapan lender (Suction). Salemba Medika Riwidikdo, H., (2007). Statistik Kesehatan, Belajar mudah teknik analisis data dalam Penelitian Kesehatan, (2nd eds). Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Sekaran,U.,(2006). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat. Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H., (2010). Brunner and Suddarth s Texbook of Medical-Surgical Nursing, (12th eds). Philadelphia: Lipincott Willian and Wilkins. Swidarmoko, Boedi & Agus Dwi,S,. (2010). Pulmonologi Intervensi Gawat Darurat Napas. Jakarta : Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Welch, J. (2010). Pulse Oximeters. Biomedical Instrumentation and Technology, Wiyoto. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Prosedur Suction Dengan Perilaku Perawat Dalam Melakukan Tindakan Suction di ICU Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang. Jurnal. Dipublikasikan. 154

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ICU atau Intensive Care Unit merupakan pelayanan keperawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cidera dengan penyulit yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan pengobatan, memberikan pelayanan gawat darurat, rawat jalan dan rawat inap (Kemenkes,2008).

Lebih terperinci

Berty Irwin Kitong Mulyadi Reginus Malara

Berty Irwin Kitong Mulyadi Reginus Malara PENGARUH TINDAKAN PENGHISAPAN LENDIR ENDOTRAKEAL TUBE (ETT) TERHADAP KADAR SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG ICU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Berty Irwin Kitong Mulyadi Reginus Malara

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS 6 Arif Kurniawan*, Yunie Armiyati**, Rahayu Astuti*** ABSTRAK Kecemasan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN KRITIS YANG DILAKUKAN TINDAKAN SUCTION ENDOTRACHEAL TUBE DI ICU RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN KRITIS YANG DILAKUKAN TINDAKAN SUCTION ENDOTRACHEAL TUBE DI ICU RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN KRITIS YANG DILAKUKAN TINDAKAN SUCTION ENDOTRACHEAL TUBE DI ICU RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Roni Rohmat Wijaya 1), Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns, M.Kep. 2) danbc.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana pasien yang di rawat disini adalah pasien-pasien yang berpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. dimana pasien yang di rawat disini adalah pasien-pasien yang berpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang intensif merupakan salah satu unit pelayanan rumah sakit dimana pasien yang di rawat disini adalah pasien-pasien yang berpenyakit kritis dan membutuhkan pelayanan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 PENGARUH PRE OKSIGENASI TERHADAP STATUS HEMODINAMIK PASIEN YANG TERPASANG ENDOTRACHEAL TUBE DENGAN TINDAKAN SUCTION DI RUANG ICU RUMAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL 2 Ana Triwijayanti ABSTRAK Terapi oksigen merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial merupakan konstributor penting pada morbiditas dan mortalitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu dikembangkan di Indonesia. Berbagai pemberian pelayanan keperawatan intensif bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan terdapatnya keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. Penyakit ini

Lebih terperinci

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFORMED CONSENT DENGAN TINGKAT KECEMASAN BAGI KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU PURWODADI Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2)

Lebih terperinci

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka PNEUMOTHORAX A. Definisi Pneumotoraks adalah suatu kondisi adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (Price & Willson, 2003). Pneumotoraks terjadi ketika pleura parietal ataupun visceral

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC, 1 BAB 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC, PPOK, ISPA, dan lain-lain. WHO melaporkan bahwa 0,5% dari penduduk dunia terserang Penyakit

Lebih terperinci

OKSIGENASI DALAM SUATU ASUHAN KEPERAWATAN

OKSIGENASI DALAM SUATU ASUHAN KEPERAWATAN TINJAUAN PUSTAKA OKSIGENASI DALAM SUATU ASUHAN KEPERAWATAN Ikhsanuddin Ahmad Harahap* ABSTRAK Perawat dalam menjalankan perannya berorientasi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISA TINDAKAN SUCTION MELALUI OROPHARYNGEAL AIRWAY (OPA)

LAPORAN ANALISA TINDAKAN SUCTION MELALUI OROPHARYNGEAL AIRWAY (OPA) LAPORAN ANALISA TINDAKAN SUCTION MELALUI OROPHARYNGEAL AIRWAY (OPA) Project ini dikumpulkan untuk memenuhi tugas praktek klinik keperawatan Kegewadaruratan di Rumah Sakit Dr. M. Ashari Pemalang Oleh: Destini

Lebih terperinci

PENGARUH ROM PASIF TERHADAP LAJU PERNAPASAN DAN SpO 2 PADA PASIEN POST CRANIOTOMY DI ICU RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2015

PENGARUH ROM PASIF TERHADAP LAJU PERNAPASAN DAN SpO 2 PADA PASIEN POST CRANIOTOMY DI ICU RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2015 PENGARUH ROM PASIF TERHADAP LAJU PERNAPASAN DAN SpO 2 PADA PASIEN POST CRANIOTOMY DI ICU RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2015 Nopitasari, Endang Caturini Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik

Lebih terperinci

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Hubungan antara Peranan Perawat dengan Sikap Perawat pada Pemberian Informed Consent Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Pasien di RS PKU

Lebih terperinci

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014 JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014 Vanesha Sefannya Gunawan 1, Johan Arifin 2, Akhmad Ismail 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oksigen dalam darah. Salah satu indikator yang sangat penting dalam supply

BAB I PENDAHULUAN. oksigen dalam darah. Salah satu indikator yang sangat penting dalam supply BAB I PENDAHULUAN Darah memerlukan oksigen untuk dapat berfungsi dengan baik. Kekurangan oksigen dalam darah bisa membuat tubuh mengalami masalah serius. Selain olahraga dan transfusi darah, nutrisi tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasien kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam jiwa pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive Care

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PROSES KEPERAWATAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE Abdul Gafar, Hendri Budi (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI Anas Tamsuri*, Ahmad Subadi.** *) Dosen Akper Pamenang Pare **) Perawat Magang

Lebih terperinci

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI 1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI DESCRIPTION OF NURSE IN THE PREVENTION OF BEHAVIOR IN THE EVENT OF PLEBITIS INPATIENT KEDIRI BAPTIST

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. A. Latar Belakang Masalah. Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat. diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk

BAB I LATAR BELAKANG. A. Latar Belakang Masalah. Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat. diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam basa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. WHO (1957) mendefinisikan sehat dengan suatu keadaaan sejahtera sempurna. merawat kesehatan (Adisasmito, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. WHO (1957) mendefinisikan sehat dengan suatu keadaaan sejahtera sempurna. merawat kesehatan (Adisasmito, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (1957) mendefinisikan sehat dengan suatu keadaaan sejahtera sempurna dari fisik, mental, dan social yang tidak hanya terbatas pada bebas dari penyakit dan kelemahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami hipoksemia dan hiperkapnia. Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan ventilasi mekanik

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN IDENTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG PARU SEBUAH RUMAH SAKIT

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN IDENTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG PARU SEBUAH RUMAH SAKIT PENELITIAN IDENTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG PARU SEBUAH RUMAH SAKIT Heni Apriyani* *Dosen Prodi Keperawatan Kotabumi Poltekkes Tanjungkarang Salah satu kegiatan yang penting dalam

Lebih terperinci

TERAPI OKSIGEN DALAM ASUHAN KEPERAWATAN IKHSANUDDIN AHMAD HARAHAP. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

TERAPI OKSIGEN DALAM ASUHAN KEPERAWATAN IKHSANUDDIN AHMAD HARAHAP. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara TERAPI OKSIGEN DALAM ASUHAN KEPERAWATAN IKHSANUDDIN AHMAD HARAHAP Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Oksigen (O 2 ) merupakan salah satu komponen

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG Siti Romadoni, Aryadi, Desy Rukiyati PSIK STIKes Muhammadiyah Palembang Rumah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hiperoksigenasi 1. Definisi Hiperoksigenasi adalah teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi (100%) yang bertujuan untuk menghindari hipoksemi akibat penghisapan lendir

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh latihan mengunyah dan

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh latihan mengunyah dan BAB V HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh latihan mengunyah dan menelan terstruktur terhadap kemampuan mengunyah dan menelan dalam konteks asuhan keperawatan pasien

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN TINDAKAN SUCTION DI RUANG ICU RSUD GAMBIRAN KEDIRI

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN TINDAKAN SUCTION DI RUANG ICU RSUD GAMBIRAN KEDIRI 157 HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN TINDAKAN SUCTION DI RUANG ICU RSUD GAMBIRAN KEDIRI CORRELATION BETWEEN NURSE S KNOWLEDGE AND THE IMPLEMENTATION OF SUCTION IN ICU OF GAMBIRAN HOSPITAL

Lebih terperinci

PENCAPAIAN KOMPETENSI TINDAKAN SUCTION DALAM PEMBELAJARAN PRAKTEK KLINIK MELALUI METODA BEDSIDE TEACHING

PENCAPAIAN KOMPETENSI TINDAKAN SUCTION DALAM PEMBELAJARAN PRAKTEK KLINIK MELALUI METODA BEDSIDE TEACHING PENCAPAIAN KOMPETENSI TINDAKAN SUCTION DALAM PEMBELAJARAN PRAKTEK KLINIK MELALUI METODA BEDSIDE TEACHING Rahmawati 1, Satino 2 Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan Abstract:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional, yaitu setiap variabel diobservasi hanya satu kali saja dan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG

PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG Hendri Tamara Yuda 1, Putra Agina WS 2 1,2 Jurusan Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong

Lebih terperinci

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG 2013 Armi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang, Indonesia Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pasien kritis yang terpasang ventilator Mobilisasi Progresif Level I: - Head Of Bed - Continous Lateral Rotation Therapy Resiko dekubitus: skala braden

Lebih terperinci

Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***)

Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***) PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN PERAWATAN LUKA ULKUS DIABETIK SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***)

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh: Tresna Komalasari ABSTRAK Teknik relaksasi dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH 47 HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH Kris Linggardini Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

penyakit,cedera,penyulit yang mengancam nyawaatau

penyakit,cedera,penyulit yang mengancam nyawaatau 1 2 PENDAHULUAN Intensive Care Unit (ICU) adalah suatubagian dari rumah sakit yang mandiri denganstaf danperlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasienpasien yangmenderita

Lebih terperinci

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH Rahmat Ali Putra Hrp*Asrizal** *Mahasiswa **Dosen Departemen Keperawatan Medikal bedah Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS. PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS Manuscript OLEH : ARIF KURNIAWAN G2A008019 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama. Menurut Batticaca (2008), stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan

Lebih terperinci

AKURASI PEMASANGAN NASAL KANUL BERHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN DI ICU

AKURASI PEMASANGAN NASAL KANUL BERHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN DI ICU Media Ilmu Kesehatan Vol. 3, No. 3, Desember 2014 159 AKURASI PEMASANGAN NASAL KANUL BERHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN DI ICU Heri Purnajaya 1, Maryana 2, Fredi Erwanto 1 1 STIKES

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG Nina Susanti * ) Wagiyo ** ), Elisa *** ) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. DAFTAR PUSTAKA Alessandra, N., Ranzani, R., Villa, M., & Manara, D. (2014). Survey of Italian Intensive Care Unit Nurses Knowledge About Endotracheal Suctioning Guidelines. Intensive & Critical Care Nursing.

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RS PERMATA MEDIKA SEMARANG

UPAYA PENINGKATAN CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RS PERMATA MEDIKA SEMARANG UPAYA PENINGKATAN CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RS PERMATA MEDIKA SEMARANG Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Husada Semarang Niken.sukesi@yahoo.co.id Abstrak Latarbelakang:

Lebih terperinci

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi (Body Mass Index And Hemoglobin Level Related To Wound Healing Of Patients Undergoing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN Ayuningtyas Trisnawati,Wahyu Purnamasari,Emi Nurlaela,Rita

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2012

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2012 Muh. Anwar Hafid Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Stroke... HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2012 Muh. Anwar Hafid* *Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan pola hidup menyebabkan berubahnya pola penyakit infeksi dan penyakit rawan gizi ke penyakit degeneratif kronik seperti penyakit jantung yang prevalensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ventilator mekanik merupakan alat yang digunakan untuk membantu fungsi pernapasan. Penggunaannya diindikasikan untuk pasien dengan hipoksemia, hiperkapnia berat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah. Kejadian hipertensi secara

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA Oleh : Diyono 1 Sriyani Mugiarsih 2 Budi Herminto 3 Abstract Background. Pain is an unpleasant sensory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data Kantor Kepolisian Republik Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah lansia meningkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Suctioning 1. Definisi Suction ETT yaitu membersihkan sekret dari saluran endotracheal disamping membersihkan sekret, suction juga merangsang reflek batuk. Prosedur ini memberikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D.

HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D. HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Meggy Sukma S. Sumarno Amatus Yudi Ismanto Yolanda Bataha Program

Lebih terperinci

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia. PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT PADA LANSIA DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUNAN LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG Yasinta Asana,c*, Maria Sambriongb, dan Angela M. Gatumc

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016 PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU DUSUN JELAPAN SINDUMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: INDAH RESTIANI

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 213 218 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG Liliana Dewi Purnamasari 1),

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan tindakan darurat untuk mencegah kematian biologis dengan tujuan mengembalikan keadaan henti jantung dan napas (kematian klinis) ke

Lebih terperinci

TIDAK ADA HUBUNGAN ANTARA DURASI PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANUL NON HUMIDIFIER DENGAN INSIDEN IRITASI MUKOSA HIDUNG PADA PASIEN DI ICU

TIDAK ADA HUBUNGAN ANTARA DURASI PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANUL NON HUMIDIFIER DENGAN INSIDEN IRITASI MUKOSA HIDUNG PADA PASIEN DI ICU 154 TIDAK ADA HUBUNGAN ANTARA DURASI PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANUL NON HUMIDIFIER DENGAN INSIDEN IRITASI MUKOSA HIDUNG PADA PASIEN DI ICU Nuryanti Sindif 1, Muhamat Nofiyanto 1, R Anggono Joko

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK EKA FEBRIANI I32111019 NASKAH PUBLIKASI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH

PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH THE EFFECT OF FAMILY HEALTH CARE FUNCTION ON THE DIET THERAPY OF DIABETES MELLITUS TYPE

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 Suriani Ginting, Wiwik Dwi Arianti

Lebih terperinci

ABSTRACT. Ranti Susanti 1), Wahyuningsih Safitri 2), Anissa Cindy Nurul Afni 3) ABSTRAK

ABSTRACT. Ranti Susanti 1), Wahyuningsih Safitri 2), Anissa Cindy Nurul Afni 3) ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT MELAKSANAKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL: MENURUNKAN RISIKO CIDERA AKIBAT JATUH DI RUANG PERAWATAN DEWASA RSUD DR.MOEWARDI Ranti Susanti 1), Wahyuningsih

Lebih terperinci

TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT LAIN UNTUK PINDAH PERAWATAN

TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT LAIN UNTUK PINDAH PERAWATAN Pengertian Tujuan Kebijakan Transfer pasien pindah perawatan ke rumah sakit lain adalah memindahkan pasien dari RSIA NUN ke RS lain untuk pindah perawatan karena tidak tersedianya fasilitas pelayanan yang

Lebih terperinci

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIPERTENSI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DEMANGAN KOTA MADIUN Hariyadi,S.Kp.,M.Pd (Prodi Keperawatan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Lebih terperinci

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017 HUBUNGAN SIKAP CARING PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN TOTAL CARE DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO Erdianti Wowor Linnie Pondaag Yolanda Bataha Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta Perbedaan Pengaruh Pemberian Meditasi Sederhana Dan Latihan Deep Breathing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Mentari Senja Semanggi Surakarta Nur Annisa 1, Maryatun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian secara global. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bersihan jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang cepat atau kurang benar. Penderita cedera berat harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. kurang cepat atau kurang benar. Penderita cedera berat harus mendapatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era modernisasi kemajuan di bidang teknologi transportasi dan semakin berkembangnya mobilitas manusia berkendara di jalan raya menyebabkan kecelakaan

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR ARMARETA MALACOPPO Infeksi saluran kemih merupakan 40 % dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat tinggi. Pneumonia merupakan penyakit radang akut paru yang disebabkan oleh mikroorganisme yang mengakibatkan

Lebih terperinci

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VII (The Effect Of Health Education To The Student Knowledge Level Of First Aid

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR Umi Nur Hasanah 1), Yeti Nurhayati 2), Rufaida Nur Fitriana 3)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan perawatan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan kebutuhan kesehatan masyarakat dan harapan-harapannya. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG Fega Cristera Tumbuan Mulyadi Vandri D. Kallo Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di ruang perawatan anak RSUD Dr Moewardi Surakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret- September 2015 dengan jumlah

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Judul : Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap kecemasan keluarga pasien ICU di Rumah Sakit Estomihi Medan tahun 2014 Peneliti : Gustar Hutahaean Nim : 12.02.203 Alamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di Negara-negara maju. Namun seiring dengan transisi demografi di negaranegara berkembang mengakibatkan

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI TIDUR MIRING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

PENGARUH POSISI TIDUR MIRING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK PENGARUH POSISI TIDUR MIRING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG Wely 1), Rita Yulifah 2), Novita Dewi 3) 1) Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci