BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang perdagangan produk-produk original negara-negara anggotanya tidak dipungut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang perdagangan produk-produk original negara-negara anggotanya tidak dipungut"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori ACFTA (Asean-China Free Trade Area) FTA atau Free Trade Area adalah suatu bentuk kerja sama ekonomi regional yang perdagangan produk-produk original negara-negara anggotanya tidak dipungut bea masuk atau bebas bea masuk. Dalam FTA, sekelompok negara setuju untuk menghapus tarif diantara mereka namun tetap mempertahankan tarif mereka masingmasing terhadap impor dari negara-negara di luar FTA. Tujuan strategis FTA adalah meningkatkan keunggulan komparatif regional Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) sebagai suatu kesatuan unit produksi. Oleh karena itu, penghapusan rintangan tarif dan non-tarif di antara negara-negara anggota diharapkan untuk meningkatkan efisiensi ekonomi, produktivitas, dan daya saing negara-negara anggota ASEAN (Hady, 2004). Asean-China Free Trade Area (ACFTA), ialah sebuah area perdagangan bebas yang terdiri atas negara-negara yang menjadi anggota ASEAN serta Republik Rakyat Cina (RRC). RRC pertama kali menginisiasi ide ini pada bulan November tahun Dasar inisiasi ACFTA ialah penandatanganan ASEAN- China Comprehensive Economic Cooperation pada tanggal 6 November 2001 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. Sebagai titik awal proses pembentukan ACFTA, ditandatanganilah Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between ASEAN and China di Pnomh Penh, Kamboja pada tanggal 4 November 2002 dan ditandangani oleh sebelas kepala pemerintahan, antara lain: 10

2 a. Thaksin Shinawatra, Perdana Menteri Thailand b. Goh Chok Tong, Perdana Menteri Singapura c. Gloria Macapagal Arroyo, Presiden Filipina d. Than Shwe, Perdana Menteri Myanmar e. Mahathir bin Mohammad, Perdana Menteri Malaysia f. Bounhang Vorachith, Perdana Menteri Myanmar g. Megawati Sukarnoputri, Presiden Indonesia h. Hun Sen, Presiden Kamboja i. Hassanal Bolkiah, Sultan Brunei j. Phan Van Kai, Perdana Menteri Vietnam k. Zhu Rongji, Perdana Menteri Republik Rakyat Cina Setelah dilakukan negosiasi, ACFTA diluncurkan secara formal, ditandai dengan penandatanganan Trade in Goods Agreement dan Dispute Settlement Mechanism Agreement pada 29 November 2004 di Vientiane, Laos. Amandemen yang pertama kali ini berfokus pada area perdagangan bebas terutama di Vietnam, agar Vietnam menurunkan tarif dan menempatkan amandemen tersebut sebagai panduan. Protokol perubahan kedua Framework Agreement ditandatangani pada tanggal 8 Desember Persetujuan jasa ACFTA dilakukan saat pertemuan keempat puluh satu Tingkat Menteri Ekonomi ASEAN pada tanggal 15 Agustus 2009 di Bangkok, Thailand. ACFTA merupakan area perdagangan bebas terbesar, dalam ukuran populasi, dan area ketiga terbesar dalam ukuran jumlah nominal GDP (Gross Domestic Product) atau Pendapatan Domestik Bruto. Secara keseluruhan, anggota ACFTA memiliki GDP yang bervariasi, dengan nilai total US$6 triliun pada tahun

3 Volume perdagangan ini hanya dikalahkan oleh European Academic Area dan North American Free Trade Area. Tujuan dari pembentukan ACFTA adalah menciptakan kawasan ekonomi yang memiliki pasar sebesar 1,7 miliar konsumen dan menghasilkan total GDP yang diharapkan senilai 2 triliun dolar. Di samping itu, ASEAN dan RRC juga bertujuan untuk menggiatkan perdagangan di antara kedua belah pihak. Pada tanggal 1 Januari 2010, ACFTA akhirnya diwujudkan di sebelas negara peserta. Ketika ACFTA mulai diimplementasikan, RRC mengalahkan Amerika Serikat sebagai partner perdagangan ketiga terbesar setelah Jepang dan Eropa. Antara tahun 2003 hingga 2008, perdagangan dengan ASEAN meningkat dari US$59,6 juta menjadi US$192,5 juta. RRC pun menobatkan negaranya sebagai eksportir terbesar di dunia. Dalam rangka akomodasi kepentingan ACFTA tersebut, dan berdasarkan isi perjanjian dalam Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Beetween the Association of South East Asian Nations and the People s Republic of China, sebagaimana telah diratifikasi melalui KEPPRES nomor 48 Tahun 2004, pemerintah Indonesia membentuk peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan ACFTA, diantaranya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 355/KMK.01/2004 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Impor Barang dalam rangka Early Harvest Package ASEAN-China Free Trade Area, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 57/PMK.010/2005 tanggal 7 Juli 2005 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN-China Free Trade Area, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 21/PMK.010/2006 tanggal 15 Maret 2006 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN-China Free Trade Area, Peraturan Menteri Keuangan 12

4 Republik Indonesia nomor 04/PMK.011/2007 tanggal 25 Januari 2007 tentang Perpanjangan Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN- China Free Trade Area, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 53/PMK.011/2007 tanggal 22 Mei 2007 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN-China Free Trade Area, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 235/PMK.011/2008 tanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN-China Free Trade Area (Setyo, 2012). Perjanjian ACFTA ini menghapuskan tarif atas 7881 kategori produk dan 90% produk impor. Penghapusan tarif ini sangat mempengaruhi RRC dan keenam negara ASEAN, antara lain Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Keempat negara lainnya akan mengimplementasikan ACFTA pada tahun Persentase tarif rata-rata pada barang Cina yang dijual di ASEAN menurun dari 12,8% menjadi 0,6% menunda implementasi area perdagangan bebas di Myanmar, Vietnam, Laos, dan Kamboja. Sementara itu, barang ASEAN yang dijual ke RRC mengalami penurunan tarif dari 9,8% menjadi 0,1%. Keenam negara ASEAN juga mengurangi tarif atas barang yang dijual bersama dari 99.11% menjadi 0%. Manfaat yang dirasakan Indonesia antara lain terbukanya akses pasar produk pertanian Indonesia ke China, terbukanya pasar ekspor Indonesia ke China yang pada tahun 2005 mendapatkan tambahan tarif 40% dari normal track diturunkan tingkat tarifnya menjadi 0,5%, serta terbukanya pasar ekspor Indonesia ke China yang pada tahun 2005 mendapat tambahan 20% dari normal track diturunkan tingkat tarifnya menjadi 0,5%. 13

5 2.1.2 Financial Performance Definisi Financial Performance Financial Performance ialah level performa suatu bisnis pada periode waktu tertentu, yang diwujudkan dalam profit dan loss pada periode waktu yang bersangkutan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa performa finansial merupakan ukuran seberapa baik perusahaan dapat menggunakan asetnya dalam menjalankan bisnis dan mendapatkan pendapatan. Financial Performance juga merupakan istilah untuk membandingkan beberapa perusahaan yang bergerak pada industri ataupun bidang yang sama. Menurut Sucipto (2003), kinerja keuangan (financial performance) ialah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menciptakan laba. Menurut Arief Habib (2008:91), Kinerja keuangan dapat diukur dari berbagai indikator, salah satunya ialah rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan analisis fundamental untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan. Untuk melakukan analisis rasio, maka dibutuhkan data keuangan dan pengetahuan mengenai analisa rasio keuangan yang mencukupi Tujuan Analisis Financial Performane Menurut Jumingan (2009: 239) analisis financial performance memiliki beberapa tujuan, antara lain: a. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan perusahaan terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas, yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya. 14

6 b. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan semua aset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien. Menurut John D. Martin dan William Petty (Foundations of Finance, 2011:86), tujuan analisis finansial ialah untuk menciptakan nilai bagi shareholder, sebagai oposisi dari data keuangan akuntansi. Data finansial dalam bentuk rasio akan digunakan sebagai pedoman bagi pemegang saham. Selain itu, tujuan menghitung rasio ialah mengukur kemampuan perusahaan dari tahun ke tahun serta membandingkannya dengan industri lainnya Pengukuran Financial Performance Menurut Robert Ang (1997:13-24), financial performance (kinerja keuangan) dapat ditinjau dari lima aspek kinerja yaitu kinerja likuiditas, kinerja aktivitas, kinerja solvabilitas, kinerja profitabilitas dan kinerja pasar. Berikut ini deskripsi mengenai masing-masing kinerja: a. Kinerja Likuiditas Kinerja Likuiditas ialah kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek. Kinerja likuiditas dapat diukur melalui rasio likuiditas. Rasio ini membandingkan antara kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek untuk memenuhi kewajiban tersebut, Jika perusahaan dapat membayar kewajiban jangka pendek dengan aset jangka pendeknya, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan likuid. Jika perusahaan dalam keadaan ilikuid, maka dapat mempengaruhi tumpukan kewajiban jangka pendek yang berubah menjadi kewajiban utang jangka panjang. Hal ini tentunya akan memperburuk performa finansial 15

7 perusahaan di masa depan. Robert Ang (1997:41) mengatakan kinerja likuiditas dapat diukur menggunakan Current Ratio dan Quick Ratio. b. Kinerja Aktivitas Kinerja aktivitas ialah kemampuan perusahaan untuk menggunakan aset yang dimilikinya seefektif dan seefisien mungkin. Kinerja aktivitas dapat diukur dari activity ratio suatu perusahaan. Robert Ang (1997:42) mengklasifikasi rasio aktivitas menjadi Total Asset Turnover, dan Inventory Turnover. c. Kinerja Solvabilitas Kinerja Solvabilitas merupakan kinerja perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjangnya. Untuk mengukur performa solvabilitas, maka dapat dilihat rasio solvabilitas (solvency). Rasio solvabilitas seringkali juga disebut rasio pengungkit (leverage) karena merupakan rasio pengungkit pinjaman untuk memperoleh keuntungan. Dari rasio ini dapat diketahui komposisi penggunaan dana dari ekuitas (modal sendiri) dan dari hutang. Suatu perusahaan dikatakan solvable jika dengan seluruh hartanya dapat membayar seluruh hutangnya. Perusahaan yang tidak memiliki hutang berarti menggunakan modal sendiri untuk keseluruhan operasi perusahaan. Rasio solvabilitas dapat diukur menggunakan Debt Ratio dan Debt to Equity Ratio. 16

8 d. Kinerja Profitabilitas Kinerja profitabilitas ialah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Kinerja ini dapat diukur menggunakan profitability ratio yang merupakan rasio kombinasi dari rasio likuiditas, rasio manajemen aktiva, dan rasio solvabilitas. Semakin tinggi rasio, berarti semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam mengelola bisnisnya, dan semakin tinggi pula keuntungan yang diperolehnya. Adapun pendekatan rasio profitabilitas ialah Gross Profit Margin, dan Return on Asset. e. Kinerja Pasar Kinerja pasar merupakan kemampuan perusahaan dalam mengembangkan nilai pasar sahamnya dibandingkan dengan nilai ratarata industri. Rasio pasar dapat diukur dengan menggunakan Earning per Share dan Price Earning Ratio Laporan Keuangan Definisi Laporan Keuangan Berikut ini ialah definisi laporan keuangan menurut beberapa ahli: a. Menurut Munawir (2004: 2), laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. b. Menurut Darsono dan Ashari (2005), laporan keuangan adalah informasi yang memuat tentang posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan. 17

9 c. Menurut Jumingan (2009), laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian pada data keuangan perusahaan. d. Menurut Harahap (2007:105) laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Secara keseluruhan, laporan keuangan dapat diartikan sebagai catatan atas aktivitas finansial suatu bisnis atau suatu entitas Komponen Laporan Keuangan dari : Berdasarkan PSAK no. 1 revisi 2009, komponen laporan keuangan terdiri a. laporan posisi keuangan pada akhir periode; b. laporan laba rugi komprehensif selama periode; c. laporan perubahan ekuitas selama periode; d. laporan arus kas selama periode; e. catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya; dan f. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. 18

10 Rasio Laporan Keuangan Menurut Munawir (2007:64) rasio menggambarkan suatu hubungan matematika antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lain sehingga memberikan gambaran kepada pengnalisa tentang posisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan merupakan suatu alat analisis keuangan perusahaan untuk mengukur kinerja perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan pada laporan keuangan. Arti kata rasio sendiri ialah hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Walaupun menggunakan data historis, analisis rasio dapat digunakan untuk menilai risiko dan peluang pada masa yang akan datang. Pengukuran satu pos dan pos lainnya dapat memberikan kesimpulan yang berarti pada sebuah perusahaan. Hal ini juga dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat pertimbangan mengenai pencapaian perusahaan. Mengacu pada pandangan Irham Fahmi (2011:121), rasio keuangan terdiri dari beberapa bagian, yaitu likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio pasar. Pada bagian ini, akan dijelaskan cara menghitung masing masing rasio dan apa fungsinya secara satu persatu. a. Rasio likuiditas ialah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin kewajiban-kewajiban lancarnya yang akan jatuh tempo secara tepat waktu. Rasio ini terdiri dari: 1. Current Ratio Seringkali disebut juga rasio lancar. Dapat dihitung dengan cara membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini ditampilkan dalam bentuk desimal. Merupakan sebuah indikator jangka pendek terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya, 19

11 serta menunjukkan kemampuan operasional perusahaan dan kelancaran proses produksi. Desmond Wira (2011:73) berpendapat bahwa semakin besar rasio ini akan semakin baik, karena perusahaan mampu membayar kewajibannya. Menurut Gitman (2003:54), standar untuk quick ratio suatu perusahaan bernilai 2.0 berarti jika aset lancar perusahaan dijual dapat membayar 2 kali dari hutang lancar saat ini. 2. Quick Ratio Seringkali disebut Acid Test Ratio. Dapat dihitung dengan cara menghitung aktiva lancar dikurangi persediaan, kemudian dibagi dengan kewajiban lancar. Ditampilkan dalam bentuk desimal, dan berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar segera kewajibannya. Menurut Gitman (2003:55), standar untuk current ratio suatu perusahaan bernilai 1.0. b. Rasio Aktivitas ialah rasio yang memiliki nama lain rasio efisiensi / perputaran. Dalam bukunya, Desmond Wira (2011:74) mengatakan rasio ini berguna untuk mengukur kecepatan perusahaan melakukan operasinya dalam mengubah aset (persediaan) menjadi kas (menjual persediaan). Dapat pula digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola asetnya sehingga memberikan aliran kas masuk bagi perusahaan. Rasio ini terdiri dari: 1. Total Asset Turnover Rasio ini ditampilkan dalam bentuk desimal. Kegunaan rasio ini ialah untuk mengukur penggunaan seluruh aset perusahaan, mengukur berapa 20

12 besar penjualan dihasilkan dari setiap satuan moneter aset yang dimiliki. Semakin besar nilai rasio ini maka semakin baik, karena menunjukkan efisiensi yang tinggi dalam menghasilkan uang. 2. Inventory Turnover Rasio ini dimunculkan dalam bentuk desimal. Rasio ini berfungsi untuk mengukur berapa kali rata-rata persediaan barang jadi dapat terjual selama suatu periode waktu, biasanya setahun. Angka rasio yang rendah dapat menunjukkan barang tidak laku, terlalu banyak persediaan, atau kurangnya pemasaran. Sedangkan angka rasio yang tinggi menunjukkan barang cepat terjual sehingga biaya penyimpanan menurun (Desmond Wira, 2011:74). c. Rasio Leverage atau rasio pengungkit ialah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya. Nilai rasio utang yang kecil mungkin saja terjadi karena kebijakan perusahaan yang konservatif dalam menjalankan kebijakan keuangan. Perusahaan yang terlalu agresif berekspansi dapat memiliki tingkat hutang yang tinggi, akibatnya pendapatan pun akan tergerus beban bunga. Yang perlu diingat, rasio utang yang tinggi belum tentu buruk. Di saat ekonomi lancar dan suku bunga rendah, hutang dan bunga dapat dilunasi. 1. Debt Ratio Rasio ini seringkali disebut juga Debt to Equity Ratio, yang berguna untuk mengukur seberapa besar dana yang dipinjam telah digunakan 21

13 untuk membiayai aset. Debt Ratio yang lebih besar dari 1 harus dihindari, karena jika kreditur menagih dan semua aset dijual pun tidak akan mampu membayar utang (Desmond Wira, 2011:75). 2. Debt to Equity Ratio Rasio ini ditampilkan dalam bentuk desimal, yang berfungsi untuk mengukur dana yang disediakan kreditur dibandingkan dengan dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham). d. Rasio Profitabilitas ialah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan asetnya, dan bagaimana cara perusahaan tersebut mengontrol pengeluaran bebannya pada rate of return yang dapat diterima. Rasio ini terdiri dari: 1. Gross Profit Margin Rasio ini ditampilkan dalam bentuk persentase. GPM berguna untuk menunjukkan margin total yang tersedia untuk menutup pengeluaranpengeluaran lainnya selain HPP dan sisa yang tersedia masih memberikan laba. 2. Return on Asset Rasio yang ditampilkan dalam bentuk persentase ini memiliki fungsi untuk mengukur tingkat pengembalian nilai buku dari total investasi total aset. Menurut Desmond Wira (2011:77), ROA dapat menunjukkan 22

14 tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan asetnya untuk menghasilkan laba. e. Rasio Pasar ialah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola kekuatan saham perusahaannya dan kekuatan timbal balik yang dapat diberikan dari hasil investasi yang dilakukan oleh investor. 1. Earning per Share Menurut John A. Tracy (2012: 92), rasio ini merupakan alat pengukuran keuntungan untuk setiap unit kepemilikan, atau setiap saham yang diterbitkan sebuah perusahaan. EPS sangat penting bagi perusahaan publik karena menjadi penanda keberhasilan mereka dalam mendapatkan keuntungan. 2. Price per Earning Rasio yang dituliskan dalam bentuk desimal ini berfungsi untuk mengukur lama pengembalian modal dengan membandingkan tingkat harga saham dengan penghasilan perusahaan. PER menggambarkan seberapa banyak investor berani menghargai saham tersebut (Desmond Wira, 2011:78). Saham yang memiliki PER lebih tinggi berarti saham tersebut relatif mahal. Bagi investor, PER yang semakin kecil semakin baik, dan PER di bawah 10 dianggap murah. Namun apabila PER bernilai negative, maka dikatakan merugi. Di lain pihak, PER yang tinggi juga menandakan 23

15 bahwa saham perusahaan tersebut diincar banyak investor sehingga harganya terus meningkat Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai dampak dari ACFTA (ASEAN China Free Trade Agreement) biasanya difokuskan dengan kondisi ekonomi makro, hukum legal, perdagangan bebas dan investasi saja, tanpa meneliti kaitan yang lebih mendalam terhadap kinerja keuangan. Berikut ini beberapa penelitian yang terkait dengan dampak ACFTA. Leni Dewi Anggraeni (2010), membahas rencana persiapan Indonesia dalam menghadapi ACFTA, kelemahan strategi Indonesia sebagai bentuk dari ketidaksiapan Indonesia untuk bersaing dengan negara China, dampak positif dan negatif dari adanya ACFTA terhadap perekonomian Indonesia serta testimoni dari para pelaku ekonomi seperti produsen, pakar ekonomi dan pihak yang terkait akan perekonomian Indonesia dari adanya ACFTA. Vica Herawati (2010), meneliti pengaruh ACFTA terhadap kinerja keuangan UKM Tekstil yang ada di Pekalongan. Kinerja keuangan UKM Tekstil pada penelitian tersebut diukur dengan tingkat penjualan yang dibandingkan antara periode sebelum ACFTA dan sesudah ACFTA. Dalam penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa ternyata terdapat peningkatan pada penjualan setelah ACFTA. Hal ini menunjukkan bahwa dalam periode Januari sampai dengan April, pelaksanaan ACFTA belum memberikan dampak negatif terhadap kinerja keuangan UKM Tekstil di Pekalongan. 24

16 Laetitia Guilhot (2010:282), dalam jurnalnya yang berjudul Assessing the Impact of the Main East-Asian Free Trade Agreements Using a Gravity Model. First Results, menganggap ACFTA menstimulasi perdagangan intra-regional dan memiliki efek yang bervariasi di setiap negara, khususnya negara-negara di Asia. Secara keseluruhan, hasil penelitian menyatakan bahwa ACFTA memberikan dampak positif apabila dilihat dari hasil koefisien model gravity. Selain itu, China ditengarai akan mendominasi perdagangan bebas, karena keunggulan kompetitif yang dimilikinya secara ekonomis. Menurut Robert K. Arakaki, (2012:462) beropini ACFTA menciptakan penjualan yang tinggi baik di RRC maupun di ASEAN sehingga amat disayangkan bila masyarakat menjadi oposisi. Menurut Maria Permata (2010:23) dalam penelitiannya yang menggunakan model GTAP, ekspor Indonesia terutama dalam industri gas dan minyak bumi akan meningkat. Selain itu, apabila pemerintah menciptakan kondisi yang kondusif, maka ekspor pada industri mesin, besi-baja, bahan kimia, serta elektronika akan terdongkrak naik. Penelitian yang dilakukan oleh Ahn, Harris, Honda dan Kwan (2010:12) dalam jurnal berjudul Private Equity in Asia mengukuhkan kebenaran bahwa ACFTA akan memberikan kekuatan penuh dan efek yang positif, terlebih bagi perusahaan investasi. Pada tahun 2012 hingga tahun 2030, diproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi di Jawa akan melambat. Akan tetapi, ACFTA akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di luar pulau seperti di kota Batam dan Bintan (McKinsey Global Institute Journal, 2012:25). Menurut Kusuma Wirapati (2010:101), ACFTA dapat dianggap sebagai ancaman karena serbuan barang impor terutama dalam material tekstil, sehingga 25

17 akan menyebabkan semakin tingginya jumlah persediaan, tingginya jumlah konsumsi, dan mengurangi pendapatan negara. Ermita Yusida (2013:14), dengan metode Three Stage Least Square, menetapkan empat kuadran yang menjelaskan sensitivitas masing-masing industri. Industri besi-baja dan industri makanan-minuman diletakkan pada kuadran 1 yang berarti sensitivitasnya sangat tinggi terhadap ACFTA dan berpengaruh negatif. Sedangkan industri tekstil, diletakkan pada kuadran tiga yang berarti tidak terdampak ACFTA. 2.2 Pengembangan Hipotesis ACFTA diperkirakan akan mempengaruhi berbagai macam industri, terutama industri tekstil dan produk tekstil, besi-baja serta makanan dan minuman. Bermuara dari hal tersebut, penulis memutuskan untuk mengembangkan hipotesis terkait dengan pengaruh ACFTA pada industri yang bersangkutan. Salah satu dasar hipotesis ialah penemuan Ermita Yusida (2013:14) yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Terdapat dua jenis hipotesis yang akan diuji, yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Hipotesis nol merupakan hipotesis yang terjadi apabila tidak terdapat perbedaan pada variabel pertama dan variabel kedua. Hipotesis nol penelitian ini ialah tidak adanya perubahan secara signifikan baik sebelum dan setelah ACFTA (Sig. hasil uji Wilcoxon bernilai lebih dari 5%). Hipotesis alternatif akan diakui ketika variabel pertama dan variabel kedua memiliki perbedaan. Dari hipotesis alternatif tersebut, maka akan dibuat turunan sebanyak enam hipotesis sebagai berikut: 26

18 1. Hipotesis Pertama H 1 : terdapat pengaruh ACFTA secara signifikan terhadap financial performance perusahaan tekstil di Indonesia. 2. Hipotesis Kedua H 2 : terdapat pengaruh ACFTA secara signifikan terhadap financial performance perusahaan besi-baja di Indonesia. 3. Hipotesis Ketiga H 3 : terdapat pengaruh ACFTA secara signifikan terhadap financial performance perusahaan makanan-minuman di Indonesia. 4. Hipotesis Keempat H 4 : terdapat pengaruh ACFTA secara signifikan terhadap financial performance perusahaan tekstil di Malaysia. 5. Hipotesis Kelima H 5 : terdapat pengaruh ACFTA secara signifikan terhadap financial performance perusahaan besi-baja di Malaysia. 6. Hipotesis Keenam H 6 : terdapat pengaruh ACFTA secara signifikan terhadap financial performance perusahaan makanan-minuman di Malaysia. Secara umum, hipotesis di atas digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh yang terjadi sebelum dan setelah dilaksanakannya ACFTA terhadap financial performance dengan mengukur perbedaan rasio keuangan. Pengaruh yang ingin diteliti berupa naik atau turunnya kinerja keuangan di beberapa jenis industri di dua negara (Indonesia & Malaysia). 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Apel Apel adalah jenis buah-buahan, atau buah yang dihasilkan dari pohon buah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman Jeruk Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah-buahan yang paling banyak digemari oleh masyarakat kita. Buah jeruk selalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Tujuan utama dari pendirian sebuah perusahaan adalah mendapatkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba (Sartono,2002).

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERLAKUAN ACFTA TERHADAP FINANCIAL PERFORMANCE DI DUA NEGARA (INDONESIA DAN MALAYSIA)

PENGARUH PEMBERLAKUAN ACFTA TERHADAP FINANCIAL PERFORMANCE DI DUA NEGARA (INDONESIA DAN MALAYSIA) PENGARUH PEMBERLAKUAN ACFTA TERHADAP FINANCIAL PERFORMANCE DI DUA NEGARA (INDONESIA DAN MALAYSIA) Hana Wijaya, Yen Sun Universitas Bina Nusantara, Jl. KH. Syahdan no. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat, (021)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pada hakekatnya laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukomunikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LAPORAN KEUANGAN Sebuah perusahaan yang baik sudah seharusnya membuat laporan keuangan setiap periode untuk mengetahui kinerja perusahaan selama periode berjalan. Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Kalbe Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas perusahaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang industri farmasi dimana kegiatan utamanya menyediakan produk dan jasa pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja keuangan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja keuangan dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham. A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham. Adha dan Ratna

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling theory) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Price Earnig Ratio Price Earning Ratio merupakan salah satu ukuran paling besar dalam analisis saham secara fundamental dan bagian dari rasio penilaian untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Mayora Tbk maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil kinerja Likuiditas dilihat dari rasio

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab 4 yaitu penilaian kinerja keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk yang akan dibandingkan dengan rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Umum 1. Analisa Laporan Keuangan PT Kalbe Farma Tbk Pada tahun 2011, PT Kalbe Farma mencatat pertumbuhan penjualan bersih sebesar 6,7% menjadi Rp 10,91 triliun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya perjanjian kerjasama perdagangan antar dua negara atau yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya perjanjian kerjasama perdagangan antar dua negara atau yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses liberalisasi perdagangan mengalami perkembangan yang signifikan, ditandai dengan munculnya perjanjian kerjasama perdagangan antar dua negara atau yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan memberikan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston, 18 II. LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Anggarini (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Hubungan Likuiditas dan Leverage Terhadap Profitabilitas Pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Feriansya (2015:4) : Laporan keuangan merupakan tindakan pembuatan ringkasan dan keuangan perusahaan. Laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Laporan Keuangan Bagian akuntansi merupakan bagian yang sangat berjasa dalam menyajikan sebuah laporan keuangan sektor usaha. Laporan keuangan yang dimaksud terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini dalam suatu periode tertentu (Kasmir,

Lebih terperinci

23 Universitas Sumatera Utara BAB III PEMBAHASAN. A. Laporan keuangan. 1. Pengertian Laporan keuangan

23 Universitas Sumatera Utara BAB III PEMBAHASAN. A. Laporan keuangan. 1. Pengertian Laporan keuangan BAB III PEMBAHASAN A. Laporan keuangan 1. Pengertian Laporan keuangan Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas yang disusun berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu dasar informasi untuk menyusun dan mengevaluasi mengenai berbagai kebijakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Tujuan manajemen keuangan yakni memaksimalkan harga saham, bukan memaksimalkan laba per saham. Data akuntansi sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS Bab ini memuat input data dan hasil perhitungan rasio, pembandingan dengan rasio rata-rata industri tambang serta analisisnya. 3.1. Perhitungan Sebelum melakukan perhitungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M. LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Febriyanto, S.E., M.M. LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika perekonomian global masih diliputi oleh nuansa ketidakpastian yang tinggi yang tercermin dari perubahan yang berlangsung sangat cepat dan sulit diprediksi

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS LAPORAN KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK DI BURSA EFEK INDONESIA Dwi Setia Wati, Kusni Hidayati, Achmad Usman Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH ASEAN- CHINA FREE TRADE AREA ( ACFTA ) TERHADAP BISNIS INDONESIA DAN INTERNASIONAL

PENGARUH ASEAN- CHINA FREE TRADE AREA ( ACFTA ) TERHADAP BISNIS INDONESIA DAN INTERNASIONAL PENGARUH ASEAN- CHINA FREE TRADE AREA ( ACFTA ) TERHADAP BISNIS INDONESIA DAN INTERNASIONAL Oleh : Daniel E Syauta ( P056100493.36E ) dan Asniar ( P056100 ) LATAR BELAKANG ASEAN- China Free Trade Area

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Evanny Indri Hapsari (2012) Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur di BEI pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Prastowo (2002), Seorang investor membeli dan mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Prastowo (2002), Seorang investor membeli dan mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Prastowo (2002), Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain. Laba biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Laporan Keuangan dan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan disusun setiap akhir periode sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda-beda (Christianti, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda-beda (Christianti, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar keputusan keuangan yang dibuat oleh perusahaan dalam rangka memaksimalkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham. Keputusan keuangan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan memberikan kontribusinya pada perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan memberikan kontribusinya pada perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manufaktur merupakan sektor industri yang penting di lingkup perekonomian Indonesia, jumlah perusahaannya yang sangat besar dibagi menjadi sektor-sektor, salah

Lebih terperinci

Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K

Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K Analisis Laporan Keuangan adalah suatu kegiatan penilaian, penelahaan atas laporan keuangan perusahaan dengan mendasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan dalam suatu periode produksi perlu dilakukan evaluasi untuk melihat dan mengetahui pencapaian yang telah dilakukan perusahaan baik dari

Lebih terperinci

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain: Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2012 dikemukakan laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa

Lebih terperinci

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT))

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT)) DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT)) Resume Muhammad Akbar Budhi Prakoso 151040071 JURUSAN ILMU HUBUNGAN

Lebih terperinci

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode tertentu. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah sebuah integrasi ekonomi. ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antarnegara-negara ASEAN.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah sebuah integrasi ekonomi. ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antarnegara-negara ASEAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antarnegara-negara ASEAN. Seluruh negara anggota ASEAN telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam operasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik industri maupun jasa, termasuk industri consumer goods.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik industri maupun jasa, termasuk industri consumer goods. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persaingan di dunia bisnis yang semakin ketat pada era globalisasi saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang kompetitif antar seluruh sektor bisnis

Lebih terperinci

Analisa Rasio Keuangan

Analisa Rasio Keuangan Analisa Rasio Keuangan Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio atau atau indeks, yang menghubungkan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN LAPORAN KEUANGAN.

ANALISIS PEMANFAATAN LAPORAN KEUANGAN. ANALISIS PEMANFAATAN LAPORAN KEUANGAN www.mercubuana.ac.id SASARAN Agar mahasiswa dapat menjelaskan tujuan dan teknik analisis pemanfaatan laporan keuangan Agar mahasiswa dapat menjelaskan rasio likuiditas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemerintah memiliki tujuan untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara industri yang tangguh pada tahun 2025. Misi utama industri nasional yaitu menciptakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan keuangan Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari pembuatan ringkasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjuaan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. HM Sampoerna Tbk, didirikan di Indonesia pada tanggal 19 Oktober 1963 berdasarkan Akta Notaris Anwar Mahajudin, S.H., No. 69.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Signaling Theory 2.1.1. Pengertian Signaling Theory Menurut Jama an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam dunia bisnis, tingginya tingkat persaingan membuat setiap perusahaan akan senantiasa meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan. Oleh karena itu, setiap perusahaan akan selalu berusaha memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK Nama : Bella Kandi NPM : 21213695 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Erna Kustyarini SE., MMSI Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh perkembangan pasar modal yang ada di Indonesia, investor tertarik dengan saham yang dapat

Lebih terperinci

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat dilihat dan diukur dari kinerja perusahaan, yaitu melihat perkembangan dan pertumbuhan perusahaan tersebut melalui

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu cara untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Analisis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan hubungan antar bangsa dihadapkan pada kondisi yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan hubungan antar bangsa dihadapkan pada kondisi yang disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini perkembangan zaman, kemajuan teknologi, pertumbuhan ekonomi, dan hubungan antar bangsa dihadapkan pada kondisi yang disebut dengan dunia tanpa batas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Employee

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Employee BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu,antara lain : 1. Christian Herdinata, 2012. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN A. Arti Penting Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada saat ini begitu banyak perusahaan manufaktur yang berkembang di Indonesia, terutama perusahaan disektor barang konsumsi (Consumer Goods Industry) dan

Lebih terperinci

RASIO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT. KALBE FARMA BEKASI

RASIO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT. KALBE FARMA BEKASI RASIO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT. KALBE FARMA BEKASI Aprilia Puspasari Abstrak: Analisis perusahaan diperlukan guna mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengatasi masalah masalah perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh faktor ekonomi makro dan faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh faktor ekonomi makro dan faktor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang pengaruh faktor ekonomi makro dan faktor fundamental perusahaan terhadap return saham sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti lain.

Lebih terperinci

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau pasar ekuitas (equity market) adalah tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Segala macam kegiatan terorganisir untuk mencapai tujuan pasti membutuhkan manajemen. Jadi orang-orang dalam kegiatan tersebut akan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN DEPRESIASI

LAPORAN KEUANGAN DEPRESIASI LAPORAN KEUANGAN www.mercubuana.ac.id DEPRESIASI PENGERTIAN Laporan keuangan merupakan hasil pencatatan transaksi yang terjadi pada periode tertentu yang berguna untuk evaluasi dan perencanaan. Laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Sartono. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Sartono. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas Profitabilitas menurut Riyanto (2001) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Sartono (2001)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laba Setiap perusahaan berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba yang diperoleh perusahaan akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama antara lain:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama antara lain: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka terdapat beberapa simpulan yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama antara

Lebih terperinci

ANALISA LAPORAN KEUANGAN CV. DUNIA WARNA KARANGANYAR TAHUN ELLISA dan SUPRIHATI STIE AAS Surakarta

ANALISA LAPORAN KEUANGAN CV. DUNIA WARNA KARANGANYAR TAHUN ELLISA dan SUPRIHATI STIE AAS Surakarta ANALISA LAPORAN KEUANGAN CV. DUNIA WARNA KARANGANYAR TAHUN 2012-2014 ELLISA dan SUPRIHATI STIE AAS Surakarta Email : suprihati18@gmail.com ABSTRAK Analisis rasio laporan keuangan yang lazim digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisis rasio adalah suatu metode Analisis untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

Financial Performance (2)

Financial Performance (2) Financial Performance (2) Modul ke: Liquidiity Ratio Solvability Ratio Activity Ratio Profitability Ratio Market Ratio Fakultas Pascasarjana Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Magister Teknik Industri

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT SEPATU BATA TBK PERIODE

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT SEPATU BATA TBK PERIODE ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT SEPATU BATA TBK PERIODE 2011-2015 Disusun oleh : Nama : Komang Gita Danitri Yuniar NPM : 25214907 Jurusan : Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. bagaimana keadaan kinerja keuangan perusahaan setelah right issue. Nyoman (2006)

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. bagaimana keadaan kinerja keuangan perusahaan setelah right issue. Nyoman (2006) BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Penelitian Terdahulu Ada beberapa pendapat dari hasil penelitian terdahulu yang menjelaskan bagaimana keadaan kinerja keuangan perusahaan setelah right issue. Nyoman (2006)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sumber: Majalah SWA 6 Desember 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sumber: Majalah SWA 6 Desember 2007 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia usaha dewasa ini semakin maju ditandai dengan semakin ketatnya persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang ada. Persaingan ini terjadi di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Sawir (2008:67) kinerja keuangan adalah penilaian tingkat efisiensi dan produktifitas perusahaan di bidang keuangan yang dilakukan secara berkala atas

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu dari sistem manajemen secara keseluruhan. Manajemen yang baik dan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Sebagai akhir dari penelitian ini, disampaikan beberapa kesimpulan dan saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan teknis perdagangan (technical barriers to trade) dengan mengurangi atau menghilangkan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah perusahaan yang mengalami peningkatan, sejak beberapa tahun yang lalu

BAB I PENDAHULUAN. adalah perusahaan yang mengalami peningkatan, sejak beberapa tahun yang lalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan sektor industri di suatu negara sangat berpengaruh terhadap kemajuan ekonomi negara tesebut, sehingga secara langsung maupun tidak langung perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti terdahulu yang mengkaji antara lain: informasi penelitian diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti terdahulu yang mengkaji antara lain: informasi penelitian diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Peneliti Terdahulu Berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu yang mengkaji antara lain: Hendry (2013) meneliti tentang Analisis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 99 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah dilakukan penghitungan dan analisis terhadap kinerja keuangan PT. MCP, maka pada bab ini akan diberikan kesimpulan dari pembahasan dan analisis diatas serta saran-saran

Lebih terperinci