BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. masalah utama. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. masalah utama. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah"

Transkripsi

1 BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Analisis permasalahan berguna untuk memudahkan dalam pemecahan masalah utama. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang motif teratai sebagai hiasan tepi pada kain lurik melalui teknik batik lukis. Permasalahan pertama adalah karakter motif teratai. Motif pada tekstil sudah banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia sebagai contoh motif teratai. Teratai dapat diartikan sebagai alam tumbuhan yang mana menyangkut semua aspek mengenai macam jenis tumbuhan dan tanaman. Teratai berarti tumbuhan, bunga, sulur bunga. Di antara bermacam bunga teratai merupakan bunga yang sering dijadikan motif hias, yang nantinya akan dirancang sebagai hiasan tepi pada kain lurik. Permasalahan yang kedua adalah menentukan teknik penciptaan melalui batik lukis dengan menggunakan alat bantu canting dan kuas. Warna yang digunakan lebih cenderung kewarna-warna gradasi. Selain teknik batik lukis teknik pendukung lain yang di gunakan adalah teknik pengelantangan. Teknik pengelantangan untuk memudahkan pada proses pewarnaan gradasi sehingga untuk menunjang penciptaan desain permukaan pada lurik yang eksklusif. Permasalahan yang ketiga adalah pada pemilihan lurik ATBM tergantung pada pemintalan serat benang dan pewarnaan benang pada kain luriknya, mudah dan tidaknya saat proses pewarnaan remasol, pembatikan dan teknik pendukung pengelantangan. Jenis lurik yang susah di batik adalah lurik yang pemintalan 17

2 18 benangnya tebal, sedangkan jenis lurik yang susah pada proses pengelantangan adalah pada proses pewarnaan benang luriknya, contohnya pewarnaan yang paling sulit pada proses pengelantangan adalah pewarnaan indanthren, dan pewarnaan alam. Perlu dipahami karakteristik lurik sebelum dan setelah diberi desain motif pada bagaian tepi menggunakan teknik batik lukis dan proses melalui pengelantangan. Serat selulosa pada lurik setelah diberi perlakuan pengelantangan akan turun kekuatannya, karena proses pengelantangan adalah menghilangkan warna-warna yang ada pada bahan tekstil (raw material) yang di sebabkan oleh adanya pigmen-pigmen alam atau zat-zat lain, sehingga diperoleh warna kontras dengan warna tekstil aslinya (Rasyid Djufri, et. Al. 1976: 37) Pemahaman kekuatan serat lurik diperlukan untuk mentukan teknik serta takaran zat pengelantangan yang sesuai diterapkan pada lurik, proses pengelantangan menggunakan semprot yang diterapkan pada hiasan tepinya pada lurik melalui teknik batik lukis, hiasan tepi pada kain lurik yang perlu diingat bahwa ragam hias tidak merusak struktur dari benda atau bidang tersebut. Kemudian letak atau posisi ragam hias dan bidang yang akan dihias harus ada kesatuan dan keharmonisan. B. Strategi Pemecahan Masalah Penciptaan karya motif teratai dengan perpaduan unsur lurik sebagai media melalui teknik batik lukispada hiasan tepi dan dapat di aplikasikan melalui teknik pengelantangan. Teknik penciptaan karya ini memiliki permasalahan terutama dalam segi motif, warna, dan teknik. Perlu dilakukan strategi dan

3 19 langkah-langkah yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut, antara lain: 1. Memahami motif teratai pada kain lurik melalui teknik batik lukis dan teknik pendukung pengelantangan sebagai salah satu dari produk populer. 2. Melakukan teknik tekstil lain untuk menunjang proses penciptaan desain motif teratai pada kain lurik 3. Menentukan jenis lurik yang dipakai dalam penciptaan karya, dengan pertimbangan kenyamanan dan fungsinya sebagai pendukung karya. Lurik yang dipilih harus dapat menjadi media penerapan teknik tekstil lain yang digunakan sebagai penunjang penciptaan motif. 4. Menentukan perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi yang akan diterapkan pada kain lurik, melalui teknik batik lukis untuk mendapatkan motif yang sesuai dengan karakteristik, dan teknik pengelantangan tanpa menghilangakan semua garis luriknya, garis luriknya saat proses pengelantangan menjadi transparan. 5. Eksplorasi gagasan penciptaan produk mulai dari motif dan warna hingga desain produknya. Eksplorasi gagasan dilakukan untuk memudahkan dalam mengolah ide dari permasalahan yang ada. 6. Melakukan uji coba motif dan teknik dengan berbagai variasi sesuai dengan ide gagasan motif. 7. Membuat desain dan alternatif desain beserta konsepnya.

4 20 C. Pengumpulan Data Pengumpulan karya ini membutuhkan data-data pendukung dalam proses pembuatannya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur, pencarian data visual, wawancara dan studi komparasi. Sumber-sumber yang diambil di gunakan untuk memperkuat data-data yang sudah ada. Berdasarkan pengumpulan data tersebut, maka data-data yang berkaitan dengan penciptaan dalam proyek ini antara lain sebagai berikut : 1. Studi Literatur a. Buku karangan Nanang Rizali 2006 dengan judul Tinjauan Desain Tekstil berkaitan dengan konsep perancangan. b. Buku karangan Aryo Sunaryo 2009 dengan judul Ornamen Nusantaraberkaitan dengan motif dan hiasan tepi. c. Buku Karangan Wolfram Eberhard 2006 dengan judul A Dictionary of Chinise Symbols berkaitan dengan simbol-simbol teratai. d. Buku karangan Mikke Susanto 2002 dengan judul Diksi Rupa berkaitan dengan Seni Lukis. e. Buku karangan Nian S. Djoemena 2000 dengan judul Lurik Garis-Garis Bertuah berkaitan dengan tenun lurik. f. Buku karangan Yudaningrat 2011 dengan judul Lurik Tenun Tradusional Jawa berkaitan dengan tenun lurik tradisional. g. Buku karangan Asti Musman 2011 dengan judul Batik Warisan Adiluhur Batik berkaitan dengan perkembangan batik dalam tantangan modernisasi.

5 21 h. Buku karangan Soedarso 1998dengan judul Seni Lukis Batik Indonesia berkaitan seni lukis. i. Buku karangan Martin B. dan Dwidjoamiguno 2004 dengan judul Belajar Melukis Batik dan Motif-Motif Batik berkaitan dengan batik lukis dan motif batik. j. Buku dengan tim penyusun Ir. Rasyid Djumaeri dengan judul Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan. Buku ini membahas tentang pengertian pengelantangandan jenis-jenis zat dalam proses pengelantangan. 2. Studi Visual Hasil gambar dan dokumen yang telah diperoleh dari buku, foto-foto produk pengrajin lurik, dan contoh-contoh produkyang dapat menunjang yang dapat di jadikan contoh atau referensi untuk menguatkan ide dalam perancangan Tugas Akhir. Data yang diperoleh berawal dari data visual mengenai desain produk, warna,dan motif yang sedang diminati masyarakat sebagai konsumen/penikmat lurik batik yang ada di pasaran. Data visual didapatkan dari studi literatur dan studi pasar yang terkait dengan permasalahan yang ada. Kelompok tenun Sumber Rejekitex secara resmi berdiri pada tahun 2010 berada di dukuh Cabean desa Mlese. Di dukuh Cabean sendiri terdapat 24 pengrajin tenun lurik, dan 10 diantaranya bergabung dalam kelompok tenun Sumber Rejekitex. Berikut ini merupakan contoh hasil produk tenun lurik Sumber Rejekitex.

6 22 Gambar 9. Produk tenun lurik Sumber Rejekitex Foto: Bety N.S, 2015 Gambar 10. Produk tenun lurik pewarnaan alam (Sumber Rejekitex) Foto: Bety N.S, 2015 Gambar 11. Produk lurik yang disablon dengan motif Sumber Rejekitex Foto: Bety N.S, 2015

7 23 Gambar 12. Produk lurik batik pada hiasan tepi flora dan tengah motif kupu-kupu Foto: Bety N.S, 2015 Data lain yang diperoleh adalah berupa data visual mengenai lurik dengan screen cabut warna, motif cabut warna adalah pengambilan motif berbentuk flora dengan menggunakan screen diatas permukaan kain lurik. Berikut contoh produk lurik Sumber Rejekitex. Gambar 13. Produk tenun lurik Sumber Rejekitex Foto: Bety N. S, 2015 Gambar 14. Produk tenun lurik Sumber Rejekitex Foto: Bety N. S, 2015

8 24 Data visual tentang batik motif flora yang ada di wisma batik Bimo Suci yang diminati selera pasar dan konsumen saat ini yaitu contoh seperti dibawah ini: Gambar 15. Motif Flora diera sekarang karya Batik Bimo Suci Foto : Liansari 2014 Gambar 16. Motif Flora diera sekarang karya Batik Bimo Suci Foto : Liansari 2014 Aneka batik lukis karya bapak Iwan Batik Saint atau sering disebut Batik lek Iwon diarea obyek wisata Tamansari Kraton, yang beralamat Tamansari kt/433 RT 36 Kampung Cyber, memproduksi batik lukis nuansa alam dengan menggunakan bahan kain katun, santung, dan paris. Selain sebagai hiasan, batik lukis juga bisa dimanfaatkan sebagai fashion dan busana siap pakai. Motif-motif yang sering dibuat untuk batik lukis yaitu motif gambar burung, ikan, pemandangan, nuansa Ubud Bali, kegiatan sehari-hari, dan lain sebagainya. Berikut ini merupakan contoh produk bapak Iwan.

9 25 Gambar 17. Produk batik lukis alam karya Iwan (Lek Iwon) Jogyakarta Foto: Bety N.S, Observasi Gambar 18. Produk batik lukis alam karya Iwan (Lek Iwon) Jogyakarta Foto: Bety N.S, 2015 Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data di lapangan yang bertujuan untuk mendapatkan data berdasarkan peristiwa yang terjadi. Studi proses produksi ini merupakan proses pemecahan masalah pada teknik yang akan digunakan studi proses produksi merupakan sebuah gambaran hasil pengamatan terhadap teknik tekstil yang akan digunakan dalam pembuatan proses produksi. Hasil pengumpulan data berdasarkan studi proses produksi. Dalam studi proses produksi ini untuk mendapatkan data-data

10 26 yang berhubungan dengan proses pembuatan produksi lurik batik, baik dari teknik, pewarnaan dan bahan yang di gunakan. Berikut hasil observasi yang telah di lakukan di beberapa pengrajin: a. Observasi pertama di lakukan pada produk lurik yang sudah ada saat ini di pengrajin Kreatif tenun tradisional Sumber Rejekitex, dengan alamat desa Cabean, Mlese, Cawas, Klaten DiSumber Rejekitex tersebut membuat produk tenun lurik ATBM yang beragam corok garis-garis dan warnanya beraneka ragam. b. Observasi kedua dilakukan di Batik Lukis Abstrak Pandono Jl.Sentono RT 02 RW 02 Laweyan Surakarta, memproduksi batik lukis abstrak dengan menggunakan bahan kain katun, santung, paris dan kaos. c. Observasi ketiga dilakukan di Batik Saint atau sering disebut Batik lek Iwon diarea obyek wisata Tamansari Kraton, yang beralamat Tamansari kt/433 RT 36 Kampung Cyber, memproduksi batik lukis nuansa alam dengan menggunakan bahan kain katun, santung, dan paris. d. Observasi keempatdilakukan di Batik art Aris Laweyan Surakarta, memproduksi batik lukis sarung pantai identik menggunakan motif flora dengan bahan kain santung, lurik batik dengan berbagai motif menggunakan teknik cap. e. Observasi kelima dilakukan dibeberapa pusat perbelanjaan yang ada di Solo seperti di BTC, PGS, Kampung Batik Laweyan. Dari hasil observasi tersebut dapat dijelaskan bahwa batik pada kain lurik sudah

11 27 berkembang sejak dahulu tetapi motif teratai sebagai hiasan tepi pada kain lurik itu sangat jarang, namun ditemukan beberapa toko yang menjual kain lurik yang sudah dibatik menggunakan teknik cap. 4. Wawancara Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan juga keteranganketerangan yang tidak terdokumentasi. Wawancara pemilik Sumber Rejekitex yaitu Ibu Ninik yang dilaksanakan pada tanggal 2 April 2015 pukul 10:15 WIB. Beliau menjelaskan bahwa tenun lurik ATBM di kabupaten Klaten mengalami perkembangan karena beberapa hal, yaitu perkembangan trend dan selera masyarakat yang mempengaruhi pembuatan desain lurik dari segi warna hingga besar kecilnya garis lurik yang dihasilkan. Masyarakat jaman sekarang cenderung menyukai lurik dengan warna-warna yang sedang tren dari pada lurik dengan corak tradisi, oleh karena itu pengrajin lurik menggubah lurik dengan warna yang sedang digemari oleh masyarakat. Jika warna yang sedang trend adalah warna hijau maka kebanyakan lurik yang dibuat adalah warna hijau, hal tersebut terjadi agar lurik ATBM tetap berproduksi dan para pengrajin tetap bertahan. Selain itu adanya binaanbinaan juga mempengaruhi perkembangan desain Tenun lurik ATBM, karena pada umumnya para pembina memberi masukan tentang desain-desain yang sesuai dengan selera masyarakat. Kolaborasi Lurik dan batik sekarang sedang digemari oleh masyarakat sehingga pengrajin di Sumber Rejekitex memproduksi lurik batik (lutik). Tenun lurik produk sumber rejekitex menggunakan benang dengan kualitas yang cukup halus. Benang yang

12 28 digunakan adalah banang katun dengan nomor 64/ 2 untuk benang lungsi dan benang pakan. Wawancara mengenai seni lukis dengan Dr. Narsen Afatara, M.Sn. salah satu pengajar di UNS Fakultas Seni Rupa dan Desain jurusan Seni Rupa murni yang dilaksanakan pada tanggal 23 April 2015 pukul 11:15 WIBMenjelaskan bahwa dalam teknik melukis dalam seni ada empat teknik yaitu: a. sekali gores merupakan pencampuran warna padasebuah daun untuk tekanan kuas memberikan ketegasan warna, nuansa warna seperti yang dikehendaki. b. dusel, teknik ini biasanya banyak dipakai untuk alam dan benda. Karya realisme yang menginginkan nilai gelap terang (pencahayaan) yang penuh supaya mencapai gradasi bayangan yang detail. c.ipsofacto merupakan teknik dengan tumpang menumpang harus menunggu kering, biasanya menggunakan cat mudah kering. d. transparan teknik ini banyak diginakan oleh pelukis Cina, dengan teknik cat air atau teknik fresco (lukisan dinding) sehingga warna yang di bawah masih bisa kelihatan dengan warna tumpukannya. Wawancara mengenai batik lukis dengan bapak Iwan Batik Saint atau sering disebut Batik lek Iwon diarea obyek wisata Tamansari Kraton, yang beralamat Tamansari kt/433 RT 36 Kampung Cyberyang dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2015 pukul 14:30 WIB, memproduksi batik lukis nuansa alam dengan menggunakan bahan kain katun, santung, dan paris. Selain sebagai hiasan, batik lukis juga bisa dimanfaatkan sebagai fashion dan busana

13 29 siap pakai. Motif-motif yang sering dibuat untuk batik lukis yaitu motif gambar burung, ikan, pemandangan, nuansa Ubud Bali, kegiatan sehari-hari, dan lain sebagainya. Uji Coba Uji coba pada pengembangan desain ini meliputi dua percobaan, yakni uji coba visual motif dan uji coba teknik lukis batik. 1. Uji Coba Visual Motif Uji coba visual dilakukan untuk mencari karakter motif teratai yaitu bunga teratai yang akan dituangkan kedalam desain batik lukis. Dari hasil uji coba visual ditemukan karakter yang tepat untuk menggambarkan bunga teratai dengan penggayaan distorsi sehingga serasi diterapkan pada kain lurik melalui teknik batik lukis. Hasil Eksplorasi Visual Motif Flora Bunga Teratai Menjadi Motif Batik Lukis dengan Karakter Berbagai Penggayaan No. Realis Dekoratif Stilasi Distorsi Abstrak 1. Tabel 1.Hasil Eksplorasi Visual Motif Teratai Menjadi Motif Batik Lukis dengan Karakter Berbagai Penggayaan. Foto: Bety N.S, 2015

14 30 2. Uji Coba Teknik Bahan, Batik Lukis dan Teknik Pendukung Pengelantangan. Uji coba teknik bahan lurik ATBM dengan warna remasol dan dilakukan untuk mengetahui konsentrasi takaran surfurit (pengelantangan tekstil) yang akan diterapkan pada bahan kain lurik. Pada lurik ATBM ini diberikan perlakuan pengelantangan dengan menggunakan surfurit (pengelantangan tekstil) dengan takaran perbandingan 1 liter surfurit : ½ liter air melalui pengelantangan kondisi kuat dengan teknik semprot, menunggu reaksi perubahan warna selama 3-6 menit tergantung serat bahan pada lurik ATBM, sebagai penetral surfurit menggunakan Sir (penetral bau + bahan kimia) takarannya 3 tutup botol aqua/ 2 liter air. Hasil uji coba menunjukkan bahwa tingkat kekuatan tarik dan kekuatan mulur yang dihasilkan pengelantangan dengan teknik semprotmenggunakan surfurit tergantung serat bahan pada lurik ATBM sehinggamasih kuat dan tidak merusak serat. Berikut merupakan hasil uji coba. Hasil Uji Coba bahan No. Jenis kain Pengelantangan pada bahan lurik 1. ATBM Pengelantangan dan pembatikan pada bahan lurik Tabel 2. Hasil Uji Coba Bahan Lurik Foto: Bety N.S, 2015

15 31 Kesimpulan dari uji coba tersebut adalah warna yang dihasilkan dalam proses pengelantangandari konsentrasi ini adalah memunculkan warna krem keputih-putihan, memang tidak diharapkan memunculkan warna putih karena tekstur garis pada kain lurik harus tetap ada sehingga tidak menghilangkan karakter garis pada luriknya, dan konsentrasi maksimal yang dapat diterapkan pada kain lurik untuk menghasilkan warna krem keputih-putihan adalah dengan takaran perbandingan 1 liter surfurit : ½ liter air melalui pengelantangan kondisi kuat dengan teknik semprot, menunggu reaksi perubahan warna selama 3-6 menit tergantung serat bahan pada lurik ATBM, sebagai penetral surfurit menggunakan Sir (penetral bau + bahan kimia) takarannya 3 tutup botol aqua/ 2 liter air. Akan tetapi pada uji coba bahan dan teknik pengelantanganmelalui proses dua kali kemudian baru munculkan warna krem keputih-putihan karena bahan lurik ATBM serat benangnya tebal dan pada proses pewarnaan benang luriknya.

16 32 Hasil Uji Coba Warna, Teknik Batik Lukis, dan Pengelantangan dengan Semprot. No Zat War na 1. Rema zol 2. Rema zol Teknik Hasil Keterangan Warna Gradasi, Teknik Batik Lukis, dan Pengelanta ngandenga n Semprot Warna Gradasi, Teknik Batik Lukis, dan Pengelanta ngandenga n Semprot - Kain yang digunakan lurik. - Kain di rendam dahulu sebelum prosespengelantangankem udian mulai prosespengelantanganmen ggunakan surfurit dan penetral menggunakan sir. - Warna menggunakan remasol teknik pewarnaanya dengan teknik lukis dusel yaitu gradasi warna yang menginginkan warna gelap terang. - Proses pembatikan malam secara ekspresif sekali gores menggunakan canting dan kuas. - Kain yang digunakan lurik. - Kain di rendam dahulu sebelum proses pengelantangan kemudian mulai prosespengelantangan menggunakan surfurit dan penetral menggunakan sir. - Warna menggunakan remasol teknik pewarnaanya dengan teknik lukis dusel yaitu gradasi warna yang menginginkan warna gelap terang.

17 33 - Proses pembatikan malam secara ekspresif sekali gores menggunakan canting dan kuas. Tabel 3. Teknik Warna Gradasi, Teknik Batik Lukis, dan Pengelantangan dengan Semprot Foto: Bety N.S, 2015 Kesimpulan dalam uji coba di atas menunjukkan bahwa dalam pembatikan cairan malam yang tidak meresap sampai ke belakang lurik tidak mempengaruhi pembatikan pada bagian depan lurik setelah dilakukan proses lorod. Meresapnya cairan malam pada lurik dipengaruhi oleh besar kecilnya lubang ceret canting yang digunakan. Semakin besar lubang ceret canting yang digunakan, maka cairan malam yang diterapkan akan lebih banyak, sehingga mudah meresap hingga bagian belakang lurik. Sedangkan semakin kecil lubang ceret canting yang digunakan, cairan malam yang diterapkan ke lurik semakin sedikit sehingga susah menembus hingga bagian belakang lurik. Meresapnya pada pewarnaan remasol secara gradasi, danpengelantangandengan menggunakan surfurit hampir sama seperti proses pembatikan sulit meresap, sehingga pada proses pengelantangan dan warna yang dihasilkan sedikit turun pada bagian belakang dan tidak mempengaruhi proses pewarnaan dan pengelantangan pada bagian depan lurik.hal ini dikarenakan lurik memiliki struktur tenun kain yang sangat rapat sehingga menyulitkan resapan cairan malam dan zat tekstil pada lurik.

18 34 D. Gagasan Awal Perancangan Awalperancangan suatu karya diperlukan gagasan untuk membatasi suatu masalah yang akan dibahas dalam konsep perancangan, guna mempermudah proses perancangan karya. Gagasan awal perancangan tugas akhir ini adalah merancang motif teratai sebagai hiasan tepi pada kain lurik dengan sumber ide motif bunga teratai melalui teknik batik lukis dengan penambahan teknik melalui teknik pendukung pengelantangan dengan semprot pada bagian motif-motif bunga teratainya. Perancangan karya ini dimulai dengan memahami konsep dan beberapa aspek desain, serta mendalami motif teratai, material bahan, teknik batik lukis dan penambahan teknik pengelantanganyang penulis pilih. Perancangan karya ini dimulai dengan perancangan motif teratai, teknik pengembangan dan kebaharuannya. Perancangan motif teratai di visualisasikan dengan karakter penggayaan yaitu distorsi dengan melakukan perubahan bentuk obyeknya yang dilebih-lebihkan baik dari sisi ukuran maupun bentuknya pada bagian tertentu. Zat warna yang digunakan adalah zat warna sintetis (zat warna kimia) yaitu zat warna reaktif (Remazol). Pemilihan remazol karena lebih mudah untuk proses pewarnaan gradasi. Sedangkan material kain yang digunakan adalah kain lurik ATBM. Kain lurik ATBM dipilih karena merupakan bahannya yang memiliki kualitas bagus, pada proses pengelantangandapat memunculkan perubahan warna yang contras. Ide visual bunga teratai karena motif hias bunga teratai melambangkan kemurnian dan kesucian, dalam kepercayaan Hindhu dan Budha, teratai juga merupakan simbol kemurnian karena muncul tidak tercela meskipun dari dalam lumpur. Bunga teratai diartikan sebagai simbol kepribadian yang luhur. Bunga teratai berada dibawah pada relief candi yang ada di Prambanan

19 35 melambangkan sebagai penompang /tumpuan yang bersingga sana diatas simbol kesucian, sehingga dapat diterapkan pada kain yang bertujuan untuk penghias bagian tepi kain lurik. Kain lurik melalui ketegasan motifnya diibaratkan sebagai kekuatan yang mengandung semangat pantang menyerah dalam menghadapi kehidupan. Seni tenun berkaitan erat dengan sistem pengetahuan, budaya, kepercayaan, lingkungan alam, dan sistem organisasi sosial dalam masyarakat, karena kultur sosial dalam masyarakat beragam, memiliki kepribadian yang luhur maka seni tenun pada masing-masing daerah memiliki perbedaan. Salah satu bukti yang menunjukkan aktifitas menenun yaitu prasasti Lurik pakan malang yang ditemukan di jaman Kerajaan Hindhu Mataram pada abad 9 M. Prasasti tersebut mencerminkan bahwa kehidupan masyarakat pada jamannya telah dipenuhi dengan aktifitas yang menggali kreatifitas. Kesimpulan dari gagasan awal perancangan yaitu lurik dan teratai dapat di kolaborasikan karena memiliki kedekatan filosofi yang sama sehingga memiliki keseimbangan dan keserasian sehingga bunga teratai dapat diterapkan dalam sebuah kain lurik.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Perancangan motif teratai dapat dikolaborasikan dengan lurik karena memiliki

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Perancangan motif teratai dapat dikolaborasikan dengan lurik karena memiliki BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perancangan motif teratai membuat 12 desain motif pada hiasan tepi dengan berbagai komposisi penempatannya. Keseluruhan desain motif mengolah visual teratai dengan karakter

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTIF TERATAI SEBAGAI HIASAN TEPI PADA KAIN LURIK MELALUI TEKNIK BATIK LUKIS

PERANCANGAN MOTIF TERATAI SEBAGAI HIASAN TEPI PADA KAIN LURIK MELALUI TEKNIK BATIK LUKIS PERANCANGAN MOTIF TERATAI SEBAGAI HIASAN TEPI PADA KAIN LURIK MELALUI TEKNIK BATIK LUKIS TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Desain Program Studi Kriya

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang 15 BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang motif dengan sumber ide Dewi Sinta dalam cerita pewayangan Ramayana melalui

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pelestarian budaya bukan hanya yang berhubungan dengan masa lalu, namun justru membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai potensi masa lalu

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, maka terdapat tiga permasalahan sehubungan dengan perancangan batik tulis dengan sumber ide tanaman buah kakao.

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah A. Perancangan Motif Batik Geometri Permasalahan: 1. Pemahaman konsep perancangan. 2. Perancangan motif batik Geometri 3. Visualisasi bentuk dan warna

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada permasalahan yang muncul dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan faktor penting

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam perancangan batik dengan sumber inspirasi makanan hidangan istimewa kampung. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik BAB IV VISUALISASI Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah, merancang batik dengan berdasarkan mata pencaharian desa Bakaran, secara umum banyak menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad 18 atau awal abad 19. Batik diakui sebagai warisan budaya asli Indonesia milik dunia

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kreasi Baru Sumber: Makanan Hidangan Istimewa Kampung Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan hidangan istimewa

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. bergaya doodle. Pertama, permasalahan visual yaitu bagaimana

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. bergaya doodle. Pertama, permasalahan visual yaitu bagaimana BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan maka ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan motif kekayaan bahari menjadi sebuah motif batik bergaya doodle.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Cetak Saring Desain Motif Karakter Visual Ragam Hias Flora Fauna Perancangan Desain Motif Tekstil Cinderamata dengan Penerapan Ragam hias relief candi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi produksi dan pengelolaan pada industri tekstil serta pengolahan kain dewasa ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Kemajuan tersebut telah

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Serangga bersayap sisik ini biasanya memiliki sayap yang sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang bersayap indah, terdapat beberapa

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Indonesia tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh wilayahnya. Setiap daerah di Indonesia memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan yang ada, beberapa permasalahan yang perlu

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan yang ada, beberapa permasalahan yang perlu BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan yang ada, beberapa permasalahan yang perlu dianalisa, yaitu : Dalam merancang batik, perlu pemahaman tentang metode perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : Internet Wawancara dengan owner Survey terhadap target audience 2.2 DATA UMUM

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Studi Pustaka 1. Seni Batik Lukis Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik lukis dikerjakan dengan teknik tutup celup, menggunakan malam bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi untuk memperindah sesuatu atau sebagai simbol yang mengandung makna untuk mencapai sesuatu yang ada

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul, pertama mencari data tentang motif Parijoto yang terkait dengan hasil alam kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik 43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL TEKNIK RAGAM JENIS PENGERTIAN DAN HIAS SIFAT BAHAN TEKSTIL BAHAN PEWARNA TEKSTIL Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kudus Perancangan Motif Batik Buah Parijoto sebagai sumber pengembangan motif batik Parijoto Konsep desain Aspek Estetis Aspek Bahan Aspek Teknik

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Tema Karya yang di Angkat Penulis mengangkat bentuk visualisasi gaya renang indah ke dalam karya seni grafis karena berenang merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikat celup merupakan upaya penciptaan ragam hias permukaan kain setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di Indonesia tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat beragam. Kebudayaan tersebut tidak terlepas dari pengaruh budaya luar yang masuk ke Indonesia, salah satunya yaitu seni dekoratif

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. kontemporer dengan sumber ide space invaders sebagai busana remaja laki-laki

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. kontemporer dengan sumber ide space invaders sebagai busana remaja laki-laki BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Pada fokus permasalahan, yakni bagaimana mengembangkan batik kontemporer dengan sumber ide space invaders sebagai busana remaja laki-laki memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Penjelasan Judul Perancangan Promo Eksplorasi Dan Aplikasi Ragam Hias Ulos Batak merupakan kegiatan rancangan kerja yang berlandaskan pada teknik eksplorasi dan aplikasi kain tenun

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batik merupakan salah satu teknik pembuatan sandang secara secara tradisional yang ditemukan dan dimiliki bangsa Indonesia. Tradisi membentuk melewati kurun abad dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Sejak zaman purba, manusia sudah mulai menghias benda-benda yang mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk membuat suatu benda agar nampak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

PENAMAS ADI BUANA Volume 02, Nomer 2, 01 Oktober 2017

PENAMAS ADI BUANA Volume 02, Nomer 2, 01 Oktober 2017 PEMBUATAN BATIK JUMPUT DI DESA GLURANPLOSO KECAMATAN BENJENG KOTA GRESIK Nur Indah Rosyidah 1, Nurdiana Fatmawati 2, Novi Eka Styorini 3, Retno Wulan N.S 4, Siti Aisyah 5 1,2,3 Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II. Metode Perancangan. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam

BAB II. Metode Perancangan. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam BAB II Metode Perancangan A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam perancangan batik dengan sumber inspirasi cerita rakyat dan flora fauna Indonesia. Ada

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah

A. Bagan Pemecahan Masalah 39 BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Dampak Fast Fashion dan Pewarna Sintetis Permasalahan Merancang karya tekstil dengan eco printing yang maksimal dengan menggunakan potensi alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan pemberontakan artistik terhadap standar umum seni di akhir abad ke 19 di Perancis. Daripada melukis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menunjang keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB IV VISUALISASI. Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis

BAB IV VISUALISASI. Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis 29 BAB IV VISUALISASI Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis yang eksklusif, dengan merancangmotif dari sumber ide cerita pewayangan Dewi Sinta melalui teknik batik

Lebih terperinci

Kerajinan Batik Tulis

Kerajinan Batik Tulis Kerajinan Batik Tulis Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang menjadi Identitas bangsa salah satunya batik, pada tanggal 2 Oktober 2009 pengesahan batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Potensi Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang berarti keras, kuat. Dalam pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kain Tenun merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia, karena keberadaannya merupakan salah satu karya Bangsa Indonesia yang tersebar luas diseluruh kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia merupakan salah satu negara yang mengikuti perkembangan mode (trend) di dunia. Menurut buku Perancangan Buku Ilustrasi Motif Navajo pada Pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam kebudayaan yang terbentang dari Sabang sampai dengan Merauke. Kebudayaan tersebut tertuang dalam berbagai bentuk, salah satunya dalam

Lebih terperinci

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari sumber sebagai berikut: a. Literatur Didapat dari macam-macam buku baik cetak maupun

Lebih terperinci

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya kerajinan batik,batik merupakan warisan budaya indonesia. kerajinan pahat, kerajinan yang membutuhkan ketekunan. kerajinan ukir, adalah

Lebih terperinci

TANAMAN INDIGOFERA TINCTORIA SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN BATIK TULIS UNTUK PAKAIAN EKSKLUSIF WANITA

TANAMAN INDIGOFERA TINCTORIA SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN BATIK TULIS UNTUK PAKAIAN EKSKLUSIF WANITA TANAMAN INDIGOFERA TINCTORIA SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN BATIK TULIS UNTUK PAKAIAN EKSKLUSIF WANITA PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni lukis merupakan salah satu bagian dari cabang seni yang memiliki unsur dua dimensi dan sangat terkait dengan gambar. Secara historis terlihat bahwa sejak

Lebih terperinci

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran. Proses Sumber Persiapan gagasan Sketsa Pengalaman Ide atau Gagasan Karya Pewarnaan Konsultasi BAB I I I Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN Media Teknik massa Pencetakan A. Implementasi Teoritik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan pangan berupa makanan, sandang berupa pakaian, dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. Diantara berbagai jenis kain tradisional Indonesia lainnya yang dibuat dengan proses celup rintang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: sebagai jaring nelayan untuk menangkap ikan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: sebagai jaring nelayan untuk menangkap ikan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. KESIMPULAN Dari hasil tinjauan data, baik data teoritis maupun data lapangan, dan hasil eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: a. Kain seser adalah

Lebih terperinci

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Batik merupakan salah satu warisan leluhur Indonesia yang telah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, tetapi banyak masyarakat yang belum mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I 1.1. Latar belakang PENDAHULUAN Batik merupakan kain bergambar yang sangat identik dengan penggunaan teknik khusus yang dibuat mulai dari penggambaran motif, menerapkan malam (lilin) panas pada kain

Lebih terperinci

Teknik dasar BATIK TULIS

Teknik dasar BATIK TULIS Teknik dasar BATIK TULIS Bandung, November 2009 Pengertian Batik 1. Batik adalah karya seni rupa pada kain dengan pewarnaan rintang, yang menggunakan lilin batik sebagai perintang. Menurut konsensus Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan

Lebih terperinci

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM :

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM : BISNIS BATIK ONLINE Mata Kuliah Lingkungan Bisnis NAMA KELAS : AKHMAD DAHLAN : 11-S1TI-01 NIM : 11.11.4658 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Seiring dengan perkembangan batik yang ada di Indonesia,

Lebih terperinci

BATIK DARI INDONESIA

BATIK DARI INDONESIA BATIK DARI INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Rissa Destyan Anindita NIM : 09.12.3519 Kelas : S1SI4K SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Seni batik adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Latar Belakang Wallpaper adalah sejenis bahan yang digunakan untuk melapisi dan menghias dinding untuk kebutuhan interior rumah, kantor, atau fungsi bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Warisan budaya Indonesia sangat beragam, salah satunya kain tradisional yaitu Batik. Batik dalam Bahasa Jawa ditulis dengan bathik, mengacu pada huruf Jawa tha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik ikat celup sudah mendunia di berbagai Negara, Contohnya di Negara India mempunyai teknik Bandhni, Jepang dengan Shibori, dan Thailand dengan Mudmeenya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ragam hias di Indonesia merupakan suatu topik yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Setiap suku di Indonesia memiliki kebudayaan, tradisi dan adat istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luar, misalnya panas, pengaruh yang bersifat mekanis, kimiawi, serta merupakan alat penghantar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luar, misalnya panas, pengaruh yang bersifat mekanis, kimiawi, serta merupakan alat penghantar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit adalah lapisan luar badan yang melindungi badan atau tubuh binatang dari pengaruh luar, misalnya panas, pengaruh yang bersifat mekanis, kimiawi, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan/Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan/Penciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan/Penciptaan Kebutuhan manusia dari waktu ke waktu semakin bertambah. Ketika telah mencapai tingkat dimana kebutuhan utama dan kenyamanan terpenuhi, keinginan

Lebih terperinci

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER PRAKARYA KELAS VII

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER PRAKARYA KELAS VII SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER PRAKARYA KELAS VII 1. Arti dari kata kerajinan adalah? a. Kreativitas pada suatu barang melalui ketrampilan tangan. b. Kreativitas pada suatu barang dari bahan alam. c. Barang

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik sebuah karya bangsa yang menyimpan nilai luhur budaya masyarakat Indonesia. Dalam buku Batik Filosofi, Motif & Kegunaan yang ditulis oleh Adi Kusrianto (2014),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangans. Pikatan pada candi ini yang menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangans. Pikatan pada candi ini yang menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangans Candi Prambanan merupakan candi Hindu yang terbesar di Indonesia. dibangun oleh raja-raja dinasti Sanjaya pada abad IX, ditemukanya tulisan nama Pikatan

Lebih terperinci

BISNIS USAHA BATIK. : Nurrochim Kelas : NIM : Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis

BISNIS USAHA BATIK. : Nurrochim Kelas : NIM : Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis BISNIS USAHA BATIK Nama : Nurrochim Kelas : 10.12.4579 NIM : 10.12.4579 Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2 April 2011 Abtrak Indonesia memiliki berbagai variasi batik, salah satunya

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Cina yang merupakan salah satu dengan penduduk terbanyak di dunia memiliki berbagai seni budaya maupun mitos yang masih sangat kental. Acara-acara besar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan kerajinan bernilai seni tinggi dan menjadi salah satu warisan budaya Indonesia. Kain batik yang memiliki corak yang beragam serta teknik pembuatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari motif itu sendiri. Motif pada kain batik yang beredar dipasaran antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari motif itu sendiri. Motif pada kain batik yang beredar dipasaran antara lain BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motif merupakan unsur pokok dalam batik, karena batik tidak bisa lepas dari motif itu sendiri. Motif pada kain batik yang beredar dipasaran antara lain motif geometri,

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN ABSTRAK Di Indonesia kain jumputan dikenal dengan nama nama yang berbedabeda, masyarakat Jawa menyebutnya Jumputan, di daerah Bali dikenal dengan nama Sangsangan, sedangkan di Palembang orang menamakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ragam hias merupakan ciri khas dari setiap suku yang memilikinya. Indonesia yang merupakan negara dengan suku bangsa yang beraneka ragam tentulah juga menjadi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Penciptaan Taj Mahal adalahsalah satu keajaiban dunia yang ditetapkan oleh UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang bernama Agra

Lebih terperinci

MAKANAN HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN MOTIF BATIK MALAM DINGIN

MAKANAN HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN MOTIF BATIK MALAM DINGIN MAKANAN HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN MOTIF BATIK MALAM DINGIN PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBENTUKAN

BAB III PROSES PEMBENTUKAN BAB III PROSES PEMBENTUKAN Lahirnya karya seni rupa melalui proses penciptaan selalu terkait dengan masalah teknis, bahan, dan alat yang digunakan serta tahapan pembentukannya. Selain kemampuan dan pengalaman,

Lebih terperinci

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar MEMBUAT TEKSTIL DENGAN TEKNIK REKALATAR 87 Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari cara membuat ragam hias dengan teknik rekalatar. Melalui kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Visual Motif dan Makna Simbolis Batik Majalengka yang telah di uraikan, akhirnya peneliti memperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau dengan beragam suku dan budaya di tiap-tiap daerah. Dari tiap-tiap daerah di Indonesia mewariskan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dunia internasional, batik Indonesia telah mendapatkan penghargaan dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

PENERAPAN RAGAM HIAS RELIEF CANDI PRAMBANAN SEBAGAI PERANCANGAN MOTIF TEKSTIL UNTUK CINDERAMATA

PENERAPAN RAGAM HIAS RELIEF CANDI PRAMBANAN SEBAGAI PERANCANGAN MOTIF TEKSTIL UNTUK CINDERAMATA PENERAPAN RAGAM HIAS RELIEF CANDI PRAMBANAN SEBAGAI PERANCANGAN MOTIF TEKSTIL UNTUK CINDERAMATA PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. (malam) batik untuk menutup bagian-bagian yang dikehendaki tidak berwarna,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. (malam) batik untuk menutup bagian-bagian yang dikehendaki tidak berwarna, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Batik merupakan upaya pembuatan ragam hias pada kain dengan lilin (malam) batik untuk menutup bagian-bagian yang dikehendaki tidak berwarna, melalui proses

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas. 68 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya, hal itu diawali dengan adanya dorongan perasaan untuk menciptakan sesuatu yang baru

Lebih terperinci

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan BAB. III PROSES PENCIPTAAN A. Data Acuan Penulis menjadikan pengalaman pribadi dalam menciptakan karya seni kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan pembuatan motif

Lebih terperinci