A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)
|
|
- Adi Sumadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 A. IDEALISASI STRUKTUR RAGKA ATAP (TRUSS) Perencanaan kuda kuda dalam bangunan sederhana dengan panjang bentang 0 m. jarak antara kuda kuda adalah 3 m dan m, jarak mendatar antara kedua gording adalah 3 m dan sudut kemiringan atap adalah 30 terhadap batang horizontal. Kayu yang digunakan memiliki Kode Mutu E dengan klasifikasi Kelas A. Rencana kuda kuda dan atap dapat dilihat pada Gambar dan Gambar. 7 6 BC8 BC0 BC9 8,0 BC5 BC 0 0 BC6 BC BC BC 33 BC3 4 BC BC4 0 BC ,66 3,00,00,00 3,00 0,00 Gambar Rencana Kuda Kuda
2 Luas Atap Yang Membebani Satu Titik Buhul 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 Bumbungan Rangka Atap Gording 3,00,00,00 3,00 Gambar Rencana Atap Berdasarkan gambar rencana kuda - kuda dan gambar rencana atap, beberapa data untuk perencanaan seperti luas atap dan panjang gording yang membebani masingmasing titik buhul kuda - kuda serta panjang batang kuda kuda dapat di analisis. Luas atap dapat dilihat pada gambar rencana atap (Gambar ). Panjang elemen kuda - kuda dapat diperoleh berdasarkan Gambar, yaitu sebagai berikut :
3 Tabel Panjang Bentang Per Elemen o Batang Panjang ( m ) BC 3,05 BC,03 3 BC3,03 4 BC4 3,05 5 BC5 3,46 6 BC6,0 7 BC7,7 8 BC8,3 9 BC9,3 0 BC0,0 BC,7 BC,0 3 BC3 3,46 Sumber : Perhitungan Berdasarkan Gambar Rencana B. PERECAAA GORDIG. Data data: Beban pada gording Ukuran gording = 60/0 mm Luas gording = 0,06 0, = 0, 007 m² Berat per satuan volume Berat sendiri gording = 600 Kg/m³ = 6000 /m³ = Luas gording x Bj = ( 0,06 0, 6000) = 43,0 /m 0, m 0,06 m 3
4 Beban Vertikal (Penutup Atap) Berat atap seng gelombang (BWG 4) = 0 Kg/m² = 00 /m² Berat sendiri atap seng = Jarak gording x Bj = (,46 00) 3 = 346 /m Beban Hidup (L) Beban hidup (L) = 70 Kg = 700 Beban Angin Beban angin = 45 Kg/m = 450 /m. Pembebanan Beban Mati (D) Berat penutup atap = 346 /m Berat gording = 43,0 /m + Total = 389,0 /m D x = D sin α = 389,0 sin 30 = 94,60 /m D y = D cos α = 389,0 cos 30 = 337,06 /m Beban hidup (L) L = 700 L x = L sin α = 700 sin 30 = 350 L y = L cos α = 700 cos 30 = 606, Beban angin (W) Beban angin = 45 Kg/m = 450 /m Koefisien angin tekan (C ) = 4
5 = = 0, Koefisien angin isap (C ) = (PMI Pasal 4.3 Ayat.b, Hal 0) W tekan = W tekan = = 3,40 /m W isap = W isap = = - 6,80 /m Perhitungan momen untuk beban angin M x tekan = M x tekan = = 350,30 m M y tekan = M y tekan = = 0 m M x isap = M x isap = = - 700,65 m M y isap = M y isap = = 0 m 3. Perhitungan momen Beban pada sumbu kuat: M x (D) = M x (D) = 5
6 = 8,9 m M x (W) = L = 3 m M x tekan = = 350,30 m M x isap = = - 700,65 m M x (L) = L = 3 m M x (L) = = 6,50 m Beban pada sumbu lemah: M y (D) = L = 3 m M y (D) = = 379,9 m M y (W) = L = 3 m M y tekan = = 0 m M y isap = = 0 m M y (L) = L = 3 m M y (L) = = 454,66 m 6
7 Momen terfaktor: Kombinasi pembebanan sementara (DL + LL + W tekan ) m [SI 03 xxxx 000 butir 4..] m [SI 03 xxxx 000 butir 4..] Kombinasi pembebanan sementara (DL + LL + W isap ) m [SI 03 xxxx 000 butir 4..] m [SI 03 xxxx 000 butir 4..] Tegangan acuan kayu: E w = 000 MPa dan F b = 54 MPa Dimensi gording: Momen inersia penampang: mm 4 Momen statis penampang: mm 4 7
8 mm 3 mm 3 Karena nilai banding penampang d/b (0/60) =,00. Maka pada balok tidak diperlukan pengekang lateral [SI 03 xxxx 000 butir 8..], C l =,00 ilai C t diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38 < C maka nilai C t =,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal, C F =,00 [SI 03 xxxx 000 butir 5.6.], faktor koreksi pengawetan kayu, nilai C pt =,00 [SI 03 xxxx 000 butir 5.6.]. Faktor koreksi layan basah, untuk memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar 5 mm x 5 mm, F b =,00 nilai C M = (F b /C F ) = (,00/,00 =,00) < 8 Mpa maka C M =,00 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.3, hal III-]. Faktor reduksi tegangan untuk batang lentur, φ b = 0,85 dan faktor waktu (λ) pada kombinasi pembebanan maka λ = 0,80 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3., hal III-]. F ' C C C C F = 54 MPa bx = m t pt F bx M ' S F = = MPa x = x bx F ' C C C C F = 54 MPa by = m t pt F by M ' S F = = Mpa y = y by 4. Kontrol tegangan: Kontrol tegangan lentur (DL + LL + W tekan ) M b ux λφ M x + M b uy λφ M y,00 8
9 3 3 96, ,48 0 +,00 0,8 0, ,8 0, ,8 + 0,45,00 0,63,00 OK! Kontrol tegangan lentur (DL + LL + W isap ) M b ux λφ M x + M b uy λφ M y,00 3 3,9 0 98,48 0 +,00 0,8 0, ,8 0, ,0 + 0,45,00 0,47,00 OK! 5. Kontrol lendutan balok: Lendutkan ijin: L 3000 maks = ; maks = = 0 mm Lendutkan akibat beban tetap: E' E C C C = 000 MPa = w m r pt Lendutkan sumbu kuat: wx L E' I x 4 ; Lendutkan sumbu lemah: 4 94, ;,3 mm wy L E' I y 4 ; , ; 7,84 mm Lendutkan total: total = (( x ) + ( y ) ) 0,5 = ((,3) + (7,84) ) 0,5 = 7,9 mm < maks OK! Jadi, dimensi balok dapat digunakan. 9
10 C. PERHITUGA BEBA BEBA PADA KUDA KUDA. Perhitungan beban akibat berat kuda kuda sendiri pada titik buhul Kayu 60/0 mm adalah batang atas dan batang bawah, Kayu 60/0 mm adalah batang diagonal. Berat sendiri kuda - kuda yang bekerja pada satu titik buhul dengan rumus ; 0,5 x berat sendiri seluruh batang kuda - kuda yang terletak pada satu titik buhul. Titik buhul B Batang BC = ( 3,05 0,06 0, 6000) Batang BC5 = ( 3,46 ( 0,06 0,) 6000) = 65,88 = 74,74 Total = 39,6 + Titik buhul B Batang BC = ( 3,05 0,06 0, 6000) Batang BC = (,03 0,06 0, 6000) Batang BC6 = (,0 0,06 0, 6000) = 65,88 = 43,85 = 5,9 Total = 35,65 + Titik buhul B3 Batang BC = (,03 0,06 0, 6000) Batang BC3 = (,03 0,06 0, 6000) Batang BC7 = (,7 0,06 0, 6000) Batang BC0 = (,0 0,06 0, 6000) = 43,85 = 43,85 = 46,87 = 43,4 0
11 Batang BC = (,7 0,06 0, 6000) = 46,87 Total = 4,86 + Titik buhul B4 Batang BC3 = (,03 0,06 0, 6000) Batang BC4 = ( 3,05 0,06 0, 6000) Batang BC = (,0 0,06 0, 6000) = 43,85 = 65,88 = 5,9 Total = 35,65 + Titik buhul B5 Batang BC4 = ( 3,05 0,06 0, 6000) Batang BC3 = ( 3,46 ( 0,06 0,) 6000) = 65,88 = 74,74 Total = 39,6 + Titik buhul B6 Batang BC5 = ( 3,46 ( 0,06 0,) 6000) Batang BC6 = (,0 0,06 0, 6000) Batang BC7 = (,7 0,06 0, 6000) Batang BC8 = (,3 ( 0,06 0,) 6000) = 74,74 = 5,9 = 46,87 = 49,89 Total =,68 +
12 Titik buhul B7 Batang BC8 = (,3 ( 0,06 0,) 6000) Batang BC9 = (,3 ( 0,06 0,) 6000) Batang BC0 = (,0 0,06 0, 6000) = 49,89 = 49,89 = 43,4 Total = 43,0 + Titik buhul B8 Batang BC9 = (,3 ( 0,06 0,) 6000) Batang BC = (,7 0,06 0, 6000) Batang BC = (,0 0,06 0, 6000) Batang BC3 = ( 3,46 ( 0,06 0,) 6000) = 49,89 = 46,87 = 5,9 = 74,74 Total = 97,4 +. Perhitungan beban akibat gording Ukuran gording = 60/0 mm Luas gording = 0,06 0, = 0, 007 m² Berat per satuan volume = 600 Kg/m³ = 6000 /m³ Berat gording = Luas gording x Bj x jarak kuda kuda = ( 3,00 0,06 0, 6000) = 9,60 0, m 0,06 m
13 3. Perhitungan beban terhadap atap Berat atap seng gelombang (BWG 4) = 0 Kg/m² = 00 /m² Berat atap seng = Jarak gording x Jarak kuda kuda x Bj = 4. Perhitungan beban hidup (L) Beban hidup (L) = 70 Kg = Perhitungan beban akibat angin Beban angin tekan = 3,40 /m Beban angin isap = -6,80 /m Jarak kuda kuda = 3,00 m Beban angin untuk setiap titik buhul = beban angin x jarak daerah beban untuk titik buhul, dimana panjang daerah beban = 0,5 x panjang batang Tabel Perhitungan Beban Angin Tekan Titik 6 7 Panjang Daerah Beban Angin Batang Yang Beban Tekan Berseberangan (m) () BC5 3,46 538,7 Total 538,7 BC5 3,46 538,7 BC8,3 359,67 Total 898,39 BC8,3 359,67 Total 359,67 Sumber : Perhitungan Berdasarkan Gambar Rencana 3
14 Tabel 3 Perhitungan Beban Angin Isap Titik Panjang Daerah Batang Yang Beban Beban Angin Isap Berseberangan (m) () BC3 3,46 077,44 Total 077,44 BC3 3,46 077,44 BC9,3 79,33 Total 796,78 BC9,3 79,33 Total 79,33 Sumber : Perhitungan Berdasarkan Gambar Rencana Tabel 4 Rekapitulasi Gaya Gaya Batang (Tarik dan Tekan) omor Batang Besar Gaya - Gaya Yang Bekerja Pada Truss () Tarik (+) Tekan (-) BC 963, 0,00 BC 943,7 0,00 BC3 9704,0 0,00 BC4 97,76 0,00 BC5 0,00 33,50 BC6 57,66 0,00 BC7 0,00 8,9 BC8 0,00 888,37 BC ,37 BC0 5974,37 0,00 BC 0,00 398,43 BC 64,9 0,00 BC3 0,00 584,4 Sumber : Perhitungan Berdasarkan SAP 000 versi 7.4 D. KOTROL DIMESI BATAG TEKA Dimensi batang tarik dari struktur truss seperti Gambar, elemen batang terbuat dari kayu ukuran balok 60/0 dan panjang 3 m dengan kayu kelas A kode mutu E- dan balok di beri beban tekan maksimum 33,50.. Sifat penampang balok b = 0,06 m ; h = 0, m 4
15 0, m 0,06 m Jari jari girasi (r) mm 4 mm 4 ry < rx, maka rmin = 7,3 mm 4 Ke =,0 (sendi sendi) [SI 03 xxxx 000 butir 7.. (Gambar 7..)] Angka kelangsingan (KeL)/r =. Menghitung kuat tekan Kayu dengan kode mutu E- memiliki kuat tekan sejajar serat Fc = 4 MPa dan modulus elastisitas lentur Ew = 000 MPa [SI 03 xxxx 000 butir 3. (Tabel 3.)], faktor reduksi φ = 0,90 [SI 03 xxxx 000 butir (Tabel 4.3.)] ilai C t diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38 < C maka nilai C t =,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal, C F =,00 [SI 03 xxxx 000 butir 5.6.], faktor koreksi pengawetan kayu, nilai C pt =,00 [SI 03 xxxx 000 butir 5.6.]. Faktor koreksi layan basah, untuk memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar 5 mm x 5 mm, F b =,00 nilai C M = (F b /C F ) = (,00/,00 =,00) < 8 Mpa maka C M =,00 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.3, hal III-], faktor tahan stabilitas φs = 0,85 dan faktor tahanan tekan φc = 0,90 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, hal V-8], faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi pembebanan, c = 0,80 untuk batang massif [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3., hal III-]. 5
16 Kuat sejajar serat: MPa MPa 3. Menghitung faktor beban MPa MPa MPa 4. Menghitung tahanan tekan terkoreksi 5. Kontrol tekanan tekan berfaktor OK! 6
17 E. KOTROL DIMESI BATAG TARIK Dimensi batang tarik dari struktur truss seperti Gambar, elemen batang terbuat dari kayu ukuran balok 60/0 mm dan panjang 3 m dengan kayu kelas A kode mutu E- dan balok di beri beban tarik maksimum 97,76.. Menghitung kuat tarik sejajar Faktor tahanan kayu kelas mutu A = 0,80 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel.4, hal II-7], faktor kuat tarik sejajar serat Ft// = 50 MPa. MPa. Menghitung tahanan tarik terkoreksi ilai C t diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38 < C maka nilai C t =,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal, C F =,00 [SI 03 xxxx 000 butir 5.6.], faktor koreksi pengawetan kayu, nilai C pt =,00 [SI 03 xxxx 000 butir 5.6.]. Faktor koreksi layan basah, untuk memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar 5 mm x 5 mm, F b =,00 nilai C M = (F b /C F ) = (,00/,00 =,00) < 8 Mpa maka C M =,00 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.3, hal III-], faktor koreksi tahan api Crt =,00 [SI 03 xxxx 000 butir 5.6.], faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi pembebanan, faktor tahanan serat φt = 0,80 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, hal VI-3]. 3. Menghitung kebutuhan luas 7
18 mm Penampang pada daerah sambungan menentukan tegangan yang timbul karena terjadi pengurangan luas tampang akibat terdapat lubang alat sambung. Untuk itu kegiatan perencanaan diperkirakan terjadi pengurangan luas penampang sebesar 5% sehingga luas penampang bruto yang diperlukan adalah mm Pilih dimensi batang 60/0 mm yang memiliki luas 700 mm (boros pemakaian sehingga dianjurkan pakai dimensi batang 60/80) 4. Kontrol tahanan tarik Luas penampang yang ditetapkan kemudian dikontrol untuk melihat besar tahanan bahan OK! F. SAMBUGA MEKAIS MEGGUAKA BAUT. Sambungan pada batang BC5 dan BC a. Menghitung tahanan perlu sambungan gigi tunggal Sudut sambungan (θ = 0 ) terhadap BC, tebal kayu BC5 dan BC (b = 60 mm), sudut yang dibentuk oleh BC (θ = 0 ) terhadap BC5. Tinggi balok (h = 0 mm), faktor waktu λ = 0,80 untuk kombinasi pembebanan, faktor tahanan tekan φ = 0,90 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, hal V-8], panjang kayu muka (l m = 00 mm), kuat geser kayu (F v = 6,) berdasarkan Kode Mutu E- [Bahan Ajar Modul 8
19 Struktur Kayu, Tabel., hal II-8]. Faktor koreksi layan basah, untuk memperhitungkan kadar air masa layan pada balok kayu balok kayu besar 5 mm x 5 mm, F b =,00 nilai C M = (F b /C F ) = (,00/,00 =,00) < 8 Mpa maka C M =,00 [Bahan Ajar Modul Struktur Kayu, Tabel 3.3, hal III- ]. ilai C t diambil dalam kadar air kering dengan suhu T < 38 < C maka nilai C t =,00. Untuk kayu dengan mutunya ditetapkan secara maksimal. 33,50 BATAG BC BALOK 6/ BATAG BC5 BALOK 6/ BEHEL U 40, Celah 0 mm 963, Penguat Gambar 3 Detail Batang BC5 dan BC b. Menghitung kuat tumpu kayu Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): Berat jenis dasar (Gb): 9
20 Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): c. Menghitung tahanan geser kayu bagian muka mm mm /mm OK! 0
21 . Sambungan pada batang BC, BC6 dan BC a. Menghitung tahanan perlu sambungan Faktor tahanan sambungan φz = 0,65 [SI 03 xxxx 000 butir 0..], ρ = 600 kg/m 3 (berat jenis persatuan volume), F yb = 30 Mpa (kuat lentur baut), diameter (D) yang digunakan,70 mm, sudut sambungan (θ = 80 ), tebal kayu BC6, BC dan BC = 60 mm, banyaknya baut (n = ). 57,66 BATAG BC6 BALOK 6/ BATAG BC BALOK 6/ 80 BATAG BC BALOK 6/ 943,7 963, Gambar 4 Detail Batang BC, BC6 dan BC b. Menghitung kuat tumpu kayu Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): Berat jenis dasar (Gb):
22 Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): ilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (F es// ) /mm ilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (F em ) /mm c. Menghitung nilai R e, R t, K θ, K 4
23 d. Menghitung tahanan lateral (Z) pada sambungan dua irisan Moda kelelehan I m Moda kelelehan I s Moda Kelelehan III s Moda Kelelehan IV 3
24 e. Menghitung nilai koreksi : Faktor aksi kelompok (C g ) Menurut DS dari U.S (Tabel hal 7) mm =,6 in Interpolasi nilai Cg: A s = 5 in C g = 0,98 A s = in C g = 0,99 A s =,6 in f. Menghitung nilai koreksi : Geometrik (C ) Jarak tepi Jarak tepi yang tidak dibebani =,5D = 9,05 mm < 30 mm Karena a > a opt, maka C =,00 Jarak antar baris Karena I m /D = 60/,70 = 4,7, maka jarak antar baris pengencang adalah 60 mm. Jadi C =,00 g. Menghitung tahanan lateral acuan ijin sambungan (Z u ), maka 57,66 < 60,76 OK! 4
25 3. Sambungan pada batang BC5, BC6, BC7 dan BC8 Sambungan irisan antara batang BC5 dan BC6 a. Menghitung tahanan perlu sambungan Faktor tahanan sambungan φz = 0,65 [SI 03 xxxx 000 butir 0..], ρ = 600 kg/m 3 (berat jenis persatuan volume), F yb = 30 Mpa (kuat lentur baut), diameter (D) yang digunakan,70 mm, sudut sambungan (θ = 60 ), tebal kayu BC5, BC6, BC7 dan BC8 = 60 mm, banyaknya baut (n = 4). BATAG BC8 BALOK 6/ 888,37 BATAG BC6 BALOK 6/ BATAG BC5 BALOK 6/ 53 BATAG BC7 BALOK 6/ 60 33,50 8,9 57,66 Gambar 5 Detail Batang BC5, BC6, BC7 dan BC8 b. Menghitung kuat tumpu kayu antara batang BC5 dan BC6 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): Berat jenis dasar (Gb): 5
26 Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): ilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (F es// ) /mm ilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (F em ) /mm c. Menghitung nilai R e, R t, K θ, K 4 6
27 d. Menghitung tahanan lateral (Z) pada sambungan dua irisan Moda kelelehan I m Moda kelelehan I s Moda Kelelehan III s Moda Kelelehan IV 7
28 Sambungan irisan antara batang BC5 dan BC6 a. Menghitung tahanan perlu sambungan Faktor tahanan sambungan φz = 0,65 [SI 03 xxxx 000 butir 0..], ρ = 600 kg/m 3 (berat jenis persatuan volume), F yb = 30 Mpa (kuat lentur baut), diameter (D) yang digunakan,70 mm, sudut sambungan (θ = 60 ), tebal kayu BC5, BC6, BC7 dan BC8 = 60 mm, banyaknya baut (n = 4). b. Menghitung kuat tumpu kayu antara batang BC5 dan BC6 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): Berat jenis dasar (Gb): Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): ilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (F em// ) /mm 8
29 ilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (F es ) /mm c. Menghitung nilai R e, R t, K θ, K 4 d. Menghitung tahanan lateral (Z) pada sambungan dua irisan Moda kelelehan I m Moda kelelehan I s 9
30 Moda Kelelehan III s Moda Kelelehan IV Sambungan irisan antara batang BC8 dan BC7 a. Menghitung tahanan perlu sambungan Faktor tahanan sambungan φz = 0,65 [SI 03 xxxx 000 butir 0..], ρ = 600 kg/m 3 (berat jenis persatuan volume), F yb = 30 Mpa (kuat lentur baut), diameter (D) yang digunakan,70 mm, sudut sambungan (θ = 53 ), tebal kayu BC5, BC6, BC7 dan BC8 = 60 mm, banyaknya baut (n = 4). b. Menghitung kuat tumpu kayu antara batang BC6 dan BC7 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): 30
31 Berat jenis dasar (Gb): Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): ilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (F es// ) /mm ilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (F em53 ) /mm c. Menghitung nilai R e, R t, K θ, K 4 3
32 d. Menghitung tahanan lateral (Z) pada sambungan dua irisan Moda kelelehan I m Moda kelelehan I s Moda Kelelehan III s Moda Kelelehan IV 3
33 Sambungan irisan antara batang BC8 dan BC7 a. Menghitung tahanan perlu sambungan Faktor tahanan sambungan φz = 0,65 [SI 03 xxxx 000 butir 0..], ρ = 600 kg/m 3 (berat jenis persatuan volume), F yb = 30 Mpa (kuat lentur baut), diameter (D) yang digunakan,70 mm, sudut sambungan (θ = 53 ), tebal kayu BC5, BC6, BC7 dan BC8 = 60 mm, banyaknya baut (n = 4). b. Menghitung kuat tumpu kayu antara batang BC6 dan BC7 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): Berat jenis dasar (Gb): Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): 33
34 ilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (F es53 ) /mm ilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (F em// ) /mm c. Menghitung nilai R e, R t, K θ, K 4 d. Menghitung tahanan lateral (Z) pada sambungan dua irisan Moda kelelehan I m 34
35 Moda kelelehan I s Moda Kelelehan III s Moda Kelelehan IV e. Menghitung nilai koreksi : Faktor aksi kelompok (C g ) Menurut DS dari U.S (Tabel hal 7) mm =,6 in Interpolasi nilai Cg: A s = 5 in C g = 0,98 A s = in C g = 0,99 A s =,6 in f. Menghitung nilai koreksi : Geometrik (C ) 35
36 Jarak tepi Jarak tepi dengan beban = 4D = 50,80 mm < 55 mm Jarak tepi yang tidak dibebani =,5D = 9,05 mm < 0 mm Karena a > a opt, maka C =,00 Jarak ujung Karena batang horizontal tidak terputus pada sambungan (batang menerus, maka factor koreksi jarak ujung tidak dihitung) Jarak antar baris Karena I m /D = 60/,70 = 4,7, maka jarak antar baris pengencang adalah 5D (5 x,70 = 63,50 mm). Jarak antar baris pengencang pada gambar adalah 65 mm. Jadi C =,00 g. Menghitung tahanan lateral acuan ijin sambungan (Z u ), maka 33,50 < 4549,47 OK! 4. Sambungan pada batang BC8, BC9 dan BC0 a. Menghitung tahanan perlu sambungan Faktor tahanan sambungan φz = 0,65 [SI 03 xxxx 000 butir 0..], ρ = 600 kg/m 3 (berat jenis persatuan volume), F yb = 30 Mpa (kuat lentur 36
37 baut), diameter (D) yang digunakan,70 mm, sudut sambungan (θ = 60 ), tebal kayu BC8, BC9 dan BC0 = 60 mm, banyaknya baut (n = 3). BATAG BC8 BALOK 6/ BATAG BC9 BALOK 6/ ,37 BATAG BC0 BALOK 6/ 8394, ,37 Gambar 6 Detail Batang BC8, BC9 dan BC0 b. Menghitung kuat tumpu kayu antara batang BC8, BC9 dan BC0 Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): Berat jenis dasar (Gb): Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): 37
38 ilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (F es// ) /mm ilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (F em60 ) /mm c. Menghitung nilai R e, R t, K θ, K 4 d. Menghitung tahanan lateral (Z) pada sambungan dua irisan 38
39 Moda kelelehan I m Moda kelelehan I s Moda Kelelehan III s Moda Kelelehan IV e. Menghitung tahanan lateral acuan ijin sambungan (Z u ), maka 8394,37 < 0797,58 OK! 5. Sambungan pada batang BC, BC7, BC0, BC dan BC3 39
40 Sambungan irisan antara batang BC7 dan BC a. Menghitung tahanan perlu sambungan Faktor tahanan sambungan φz = 0,65 [SI 03 xxxx 000 butir 0..], ρ = 600 kg/m 3 (berat jenis persatuan volume), F yb = 30 Mpa (kuat lentur baut), diameter (D) yang digunakan,70 mm, sudut sambungan (θ = 33 ) terhadap BC dan BC7, tebal kayu BC, BC7, BC0, BC dan BC3 = 60 mm. 5974,37 BATAG BC7 BALOK 6/ BATAG BC BALOK 6/ BATAG BC0 BALOK 6/ 8,9 398, BATAG BC BALOK 6/ BATAG BC3 BALOK 6/ 943,7 9704,0 Gambar 7 Detail Batang BC, BC7, BC0, BC dan BC3 b. Menghitung kuat tumpu kayu antara batang BC7 dan BC Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): Berat jenis dasar (Gb): 40
41 Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): ilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (F es// ) /mm ilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (F em67 ) /mm c. Menghitung nilai R e, R t, K θ, K 4 4
42 d. Menghitung tahanan lateral (Z) pada sambungan dua irisan Moda kelelehan I m Moda kelelehan I s Moda Kelelehan III s Moda Kelelehan IV Sambungan irisan antara batang BC7 dan BC a. Menghitung tahanan perlu sambungan Faktor tahanan sambungan φz = 0,65 [SI 03 xxxx 000 butir 0..], ρ = 600 kg/m 3 (berat jenis persatuan volume), F yb = 30 Mpa (kuat lentur 4
43 baut), diameter (D) yang digunakan,70 mm, sudut sambungan (θ = 33 ) terhadap BC dan BC7, tebal kayu BC, BC7, BC0, BC dan BC3 = 60 mm. b. Menghitung kuat tumpu kayu antara batang BC7 dan BC Berat jenis kayu pada kadar air m % (m < 30 %): Berat jenis dasar (Gb): Berat jenis kayu pada kadar 5 % (G): ilai kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (F es67 ) /mm ilai kuat tumpu kayu sudut tegak lurus serat (F em// ) /mm c. Menghitung nilai R e, R t, K θ, K 4 43
44 d. Menghitung tahanan lateral (Z) pada sambungan dua irisan Moda kelelehan I m Moda kelelehan I s Moda Kelelehan III s 44
45 Moda Kelelehan IV e. Menghitung tahanan lateral acuan ijin sambungan (Z u ) (Pelat bagian kiri), maka 943,7 < 6089,4 OK! (Pelat bagian kanan), maka 9704,0 < 6089,4 OK! 45
A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)
A. IDEALISASI STRUKTUR RAGKA ATAP (TRUSS) Perencanaan kuda kuda dalam bangunan sederhana dengan panjang bentang 0 m. jarak antara kuda kuda adalah 3 m dan m, jarak mendatar antara kedua gording adalah
Lebih terperinciVI. BATANG LENTUR. I. Perencanaan batang lentur
VI. BATANG LENTUR Perencanaan batang lentur meliputi empat hal yaitu: perencanaan lentur, geser, lendutan, dan tumpuan. Perencanaan sering kali diawali dengan pemilihan sebuah penampang batang sedemikian
Lebih terperinciANALISIS SAMBUNGAN PAKU
ANALISIS SAMBUNGAN PAKU 4 Alat sambung paku masih sering dijumpai pada struktur atap, dinding, atau pada struktur rangka rumah. Tebal kayu yang disambung biasanya tidak terlalu tebal berkisar antara 20
Lebih terperinciPERHITUNGAN PANJANG BATANG
PERHITUNGAN PANJANG BATANG E 3 4 D 1 F 2 14 15 5 20 A 1 7 C H 17 13 8 I J 10 K 16 11 L G 21 12 6 B 200 200 200 200 200 200 1200 13&16 0.605 14&15 2.27 Penutup atap : genteng Kemiringan atap : 50 Bahan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Berat Jenis dan Kerapatan Kayu Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara 0.2-1.28 kg/cm 3. Berat jenis kayu merupakan suatu petunjuk dalam menentukan kekuatan
Lebih terperinciANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR
ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana
Lebih terperinciPertemuan IV,V,VI,VII II. Sambungan dan Alat-Alat Penyambung Kayu
Pertemuan IV,V,VI,VII II. Sambungan dan Alat-Alat Penyambung Kayu II.1 Sambungan Kayu Karena alasan geometrik, konstruksi kayu sering kali memerlukan sambungan perpanjang untuk memperpanjang kayu atau
Lebih terperinciPenyelesaian : Penentuan beban kerja (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983) : Penutup atap (genteng) = 50 kg/m2
II. KONSEP DESAIN Soal 2 : Penelesaian : Penentuan beban kerja (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983) : Penutup atap (genteng) = 50 kg/m2 = 0,50 kn/m2 Air hujan = 40 - (0,8*a) dengan a = kemiringan
Lebih terperinciIntegrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Balok Lentur.
Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Balok Lentur Pertemuan 11, 12 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa
Lebih terperinciV. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal
V. BATANG TEKAN Elemen struktur dengan fungsi utama mendukung beban tekan sering dijumpai pada struktur truss atau frame. Pada struktur frame, elemen struktur ini lebih dikenal dengan nama kolom. Perencanaan
Lebih terperinciPENELITIAN TERHADAP KEGAGALAN STRUKTUR RANGKA ATAP KAYU BENTANG 12 METER DAN METODE PERBAIKAN STRUKTURNYA
PENELITIAN TERHADAP KEGAGALAN STRUKTUR RANGKA ATAP KAYU BENTANG 12 METER DAN METODE PERBAIKAN STRUKTURNYA (STUDI KASUS) TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh
Lebih terperinciPERHITUNGAN IKATAN ANGIN (TIE ROD BRACING )
PERHITUNGAN IKATAN ANGIN (TIE ROD BRACING ) [C]2011 : M. Noer Ilham Gaya tarik pada track stank akibat beban terfaktor, T u = 50000 N 1. DATA BAHAN PLAT SAMBUNG DATA PLAT SAMBUNG Tegangan leleh baja, f
Lebih terperinciKAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR
KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI-5 2002 DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh
Lebih terperinciPERENCANAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN BERDASARKAN SNI 7971 : 2013 IMMANIAR F. SINAGA. Ir. Sanci Barus, M.T.
TUGAS AKHIR PERENCANAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN BERDASARKAN SNI 7971 : 2013 Disusun oleh: IMMANIAR F. SINAGA 11 0404 079 Dosen Pembimbing: Ir. Sanci Barus, M.T. 19520901 198112 1 001 BIDANG STUDI STRUKTUR
Lebih terperinciDimana : g = berat jenis kayu kering udara
1. TEGANGAN-TEGANGAN IZIN 1.1 BERAT JENIS KAYU DAN KLAS KUAT KAYU Berat Jenis Kayu ditentukan pada kadar lengas kayu dalam keadaan kering udara. Sehingga berat jenis yang digunakan adalah berat jenis kering
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERENCANAAN
BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1. Diagram Alir Perencanaan Struktur Atas Baja PENGUMPULAN DATA AWAL PENENTUAN SPESIFIKASI MATERIAL PERHITUNGAN PEMBEBANAN DESAIN PROFIL RENCANA PERMODELAN STRUKTUR DAN
Lebih terperinciPERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013
PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN 1961 NI- DAN SNI 7973:213 Eman 1, Budisetyono 2 dan Ruslan 3 ABSTRAK : Seiring perkembangan teknologi, manusia mulai beralih menggunakan
Lebih terperincid b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek
DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:
BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API 3.1. Kerangka Berpikir Dalam melakukan penelitian dalam rangka penyusunan tugas akhir, penulis melakukan penelitian berdasarkan pemikiran: LATAR
Lebih terperinciIII. DASAR PERENCANAAN
III. DASAR PERENCANAAN Persamaan kekuatan secara umum dapat dituliskan seperti pada Persamaan 3.1, dimana F u adalah gaya maksimum yang diakibatkan oleh serangkaian sistem pembebanan dan disebut pula sebagai
Lebih terperinciTAMPAK DEPAN RANGKA ATAP MODEL 3
TUGAS STRUKTUR BAJA 11 Bangunan gedung dengan struktur atap dibuat dengan struktur rangka baja. Bentang struktur bangunan, beban gravitasi, beban angin dan mutu bahan, dijelaskan pada data teknis berikut.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Analisis Penopang 3.1.1. Batas Kelangsingan Batas kelangsingan untuk batang yang direncanakan terhadap tekan dan tarik dicari dengan persamaan dari Tata Cara Perencanaan Struktur
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik
Lebih terperinciPERHITUNGAN GORDING DAN SAGROD
PERHITUNGAN GORDING DAN SAGROD A. DATA BAHAN [C]2011 : M. Noer Ilham Tegangan leleh baja (yield stress ), f y = 240 MPa Tegangan tarik putus (ultimate stress ), f u = 370 MPa Tegangan sisa (residual stress
Lebih terperincia home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12
Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Sambungan Baut Pertemuan - 12 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa
Lebih terperinciSTRUKTUR KAYU BATANG TEKAN
STRUKTUR KAYU BATANG TEKAN SNI 7973:2013 KUAT TEKAN SEJAJAR SERAT Pu P P u : gaya tekan terfaktor P : tahanan tekan terkoreksi P =Fc x Ag F c : kuat tekan sejajar serat terkoreksi A g : luas penampang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERENCANAAN
BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1 Diagram Alir Mulai Data Eksisting Struktur Atas As Built Drawing Studi Literatur Penentuan Beban Rencana Perencanaan Gording Preliminary Desain & Penentuan Pembebanan
Lebih terperinciSambungan diperlukan jika
SAMBUNGAN Batang Struktur Baja Sambungan diperlukan jika a. Batang standar kurang panjang b. Untuk meneruskan gaya dari elemen satu ke elemen yang lain c. Sambungan truss d. Sambungan sebagai sendi e.
Lebih terperinciSTUDI PUSTAKA KINERJA KAYU SEBAGAI ELEMEN STRUKTUR
TUGAS AKHIR STUDI PUSTAKA KINERJA KAYU SEBAGAI ELEMEN STRUKTUR Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi ( S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinci2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT
2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT Pendahuluan Elemen struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari 2 material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERHITUNGAN
BAB IV ANALISA PERHITUNGAN 4.1 PERHITUNGAN METODE ASD 4.1.1 Perhitungan Gording Data perencanaan: Jenis baja : Bj 41 Jenis atap : genteng Beban atap : 60 kg/m 2 Beban hujan : 20 kg/m 2 Beban hujan : 100
Lebih terperinciPERBANDINGAN BERAT KUDA-KUDA (RANGKA) BAJA JENIS RANGKA HOWE DENGAN RANGKA PRATT
PERBANDINGAN BERAT KUDA-KUDA (RANGKA) BAJA JENIS RANGKA HOWE DENGAN RANGKA PRATT Azhari 1, dan Alfian 2, 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau azhari@unri.ac.id ABSTRAK Batang-batang
Lebih terperinciPLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder
PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya
Lebih terperinciI. Perencanaan batang tarik
IV. BATANG TARIK Komponen struktur yang mendukung beban aksial tarik maupun tekan sering dijumpai pada struktur rangka kuda-kuda. Gaya aksial tarik ataupun tekan memiliki garis kerja gaya yang sejajar
Lebih terperinciPERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Lebih terperinciANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002
ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI 03 1729 2002 ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002 Maulana Rizki Suryadi NRP : 9921027 Pembimbing : Ginardy Husada
Lebih terperinciL p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi
DAFTAR SIMBOL a tinggi balok tegangan persegi ekuivalen pada diagram tegangan suatu penampang beton bertulang A b luas penampang bruto A c luas penampang beton yang menahan penyaluran geser A cp luasan
Lebih terperinciBAB I. Perencanaan Atap
BAB I Perencanaan Atap 1. Rencana Gording Data perencanaan atap : Penutup atap Kemiringan Rangka Tipe profil gording : Genteng metal : 40 o : Rangka Batang : Kanal C Mutu baja untuk Profil Siku L : BJ
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan
BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Lebih terperinci1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG
TUGAS AKHIR 1 HALAMAN JUDUL PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program
Lebih terperinciV. PENDIMENSIAN BATANG
V. PENDIMENSIAN BATANG A. Batang Tarik Batang yang mendukung gaya aksial tarik perlu diperhitungkan terhadap perlemahan (pengurangan luas penampang batang akibat alat sambung yang digunakan). Luas penampang
Lebih terperinciHenny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc
PERENCANAAN SAMBUNGAN KAKU BALOK KOLOM TIPE END PLATE MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 03 1729 2002) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002 Henny Uliani NRP : 0021044 Pembimbing
Lebih terperinciPERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Lebih terperinciIntegrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Baut.
Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Sambungan Baut Pertemuan 6, 7 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa
Lebih terperinciKAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Estika 1 dan Bernardinus Herbudiman 2 1 Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB 1 PERHITUNGAN PANJANG BATANG
BAB 1 PERHITUNGAN PANJANG BATANG A4 A5 A3 A6 T4 A1 T1 A2 D1 T2 D2 T3 D3 D4 T5 D5 T6 A7 D6 T7 A8 A 45 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B 30 1.1 Perhitungan Secara Matematis Panjang Batang Bawah B 1 B 2 B 3 B 4 B
Lebih terperinciTATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR KAYU UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SK SNI 03 - xxxx - 2000 SNI STANDAR NASIONAL INDONESIA TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR KAYU UNTUK BANGUNAN GEDUNG (Beta Version) Bandung, November 2000 SNI - 03 - xxxx - 2000 1. MAKSUD DAN TUJUAN 1.1 Maksud
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan Mei 2010, bertempat di Laboratorium Pengeringan Kayu, Laboratorium Peningkatan Mutu Hasil Hutan dan
Lebih terperinciIII. BATANG TARIK. A. Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni.
III. BATANG TARIK A. Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni. Gaya aksial tarik murni terjadi apabila gaya tarik yang bekerja tersebut
Lebih terperinciLAMPIRAN I (Preliminary Gording)
LAMPIRAN I (Preliminary Gording) L.1. Pendimensian gording Berat sendiri gording dapat dihitung dengan menggunakan atau dengan memisalkan berat sendiri gording (q), Pembebanan yang dipikul oleh gording
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Lebih terperinciANALISA DIMENSI DAN STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN METODE DAKTILITAS TERBATAS
Analisa Dimensi dan Struktur Atap Menggunakan Metode Daktilitas Terbatas 1 - ANALISA DIMENSI DAN STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN METODE DAKTILITAS TERBATAS M. Ikhsan Setiawan ABSTRAK Sttruktur gedung Akademi
Lebih terperinciKomponen Struktur Tarik
Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Struktur Tarik Pertemuan 2, 3 Sub Pokok Bahasan : Kegagalan Leleh Kegagalan Fraktur Kegagalan Geser Blok Desain Batang Tarik
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)
DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas bruto penampang
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh
Lebih terperincia home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Balok Lentur Pertemuan - 6
Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 SKS : 3 SKS Balok Lentur Pertemuan - 6 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa mampu
Lebih terperinciPERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA
PERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan
3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Setrata I (S-1) Disusun oleh : NAMA : WAHYUDIN NIM : 41111110031
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1)
LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1) PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG B POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG Oleh: Sonny Sucipto (04.12.0008) Robertus Karistama (04.12.0049) Telah diperiksa dan
Lebih terperinciBAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN RANGKA BALOK BAJA
BAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN RANGKA BALOK BAJA 3.1 Diagram Alir Perencanaan Kuda kuda Mulai KUDA KUDA TYPE 1 KUDA KUDA TYPE 2 KUDA KUDA TYPE 3 PRE/DESIGN GORDING PEMBEBANAN PRE/DESIGN GORDING
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : KEVIN IMMANUEL
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tinjauan Umum Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007) dalam Perencanaan Jembatan Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan mengumpulkan data dan informasi
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH, SEMARANG
LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH, SEMARANG (Design of Perum Perhutani Unit I Central Java Building, Semarang ) Disusun Oleh : ADE IBNU MALIK L2A3 02 095 SHINTA WENING
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG
HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas
Lebih terperinciPLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder
PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya
Lebih terperinciPENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB
PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 03-1729-2002) MENGGUNAKAN MATLAB R. Dhinny Nuraeni NRP : 0321072 Pembimbing : Ir. Ginardy
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu merupakan suatu bahan mentah yang didapatkan dari pengolahan pohon pohon yang terdapat di hutan. Kayu dapat menjadi bahan utama pembuatan mebel, bahkan dapat menjadi
Lebih terperinciBAB IV ANALISA STRUKTUR
BAB IV ANALISA STRUKTUR 4.1 Data-data Struktur Pada bab ini akan membahas tentang analisa struktur dari struktur bangunan yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan
Lebih terperinciE. PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER 3. PERENCANAAN TRAP TRIBUN DIMENSI
1.20 0.90 0.90 1.20 0.90 0.45 0. E. PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER. PERENCANAAN TRAP TRIUN DIMENSI 0.0 1.20 0.90 0.12 TRAP TRIUN PRACETAK alok L : balok 0cm x 45cm pelat sayap 90cm x 12cm. Panjang bentang
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai
8 BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Pada Pelat Lantai Dalam penelitian ini pelat lantai merupakan pelat persegi yang diberi pembebanan secara merata pada seluruh bagian permukaannya. Material yang digunakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metodologi Umum Secara garis besar metode penyelesaian tugas akhir ini tergambar dalam flow chart dibawah ini: Mulai Analisa 1.1 Analisa 1.2 Analisa 1.3 Mengumpulkan
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG
PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom
DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cd = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas bruto
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pembebanan Beban yang ditinjau dan dihitung dalam perancangan gedung ini adalah beban hidup, beban mati dan beban gempa. 3.1.1. Kuat Perlu Beban yang digunakan sesuai dalam
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom
A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas
Lebih terperinci5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul
Sistem Struktur 2ton y Sambungan batang 5ton 5ton 5ton x Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul a Baut Penyambung Profil L.70.70.7 a Potongan a-a DESAIN BATANG TARIK Dari hasil analisis struktur, elemen-elemen
Lebih terperinciBAB IV ANALISA & HASIL PERANCANGAN. Bab ini menjelaskan mengenai Perancangan dan Perhitungan struktur atas
BAB IV ANALISA & HASIL PERANCANGAN 4.1 Pendahuluan Bab ini menjelaskan mengenai Perancangan dan Perhitungan struktur atas berupa bangunan Kubah (Dome) dengan menggunakan profil baja. Untuk memudahkan proses
Lebih terperinciPERENCANAAN BATANG MENAHAN TEGANGAN TEKAN
PERENCANAAN BATANG MENAHAN TEGANGAN TEKAN TUJUAN: 1. Dapat menerapkan rumus tegangan tekuk untuk perhitungan batang tekan. 2. Dapat merencanakan dimensi batang tekan. PENDAHULUAN Perencanaan batang tekan
Lebih terperinciKata Kunci : Tegangan batang tarik, Beban kritis terhadap batang tekan
ANALISIS BAJA RINGAN SEBAGAI BAHAN KONSTRKSI ATAP PADA PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BANK INDONESIA PALANGKA RAYA AFRIJONI, ST Alumni Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Palangka Raya
Lebih terperinciBAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi
BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR PROYEK PEMBANGUNAN BANK DANAMON JL PEMUDA-JEPARA
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR PROYEK PEMBANGUNAN BANK DANAMON JL PEMUDA-JEPARA Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Lebih terperinciGambar 5.1 Rangka Kuda-Kuda
Pertemuan XII, XIII, XIV,XV V. Perencanaan Struktur Kau V.1 Kuda-Kuda Kau Kuda-kuda atap adalah konstruksi ang terdiri dari balok melintang (ang menerima gaa tarik), balok sebagai penopang atau tiang (ang
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Lebih terperinci4. Perhitungan dimensi Kuda-kuda
4. Perhitungan dimensi Kuda-kuda 4.1. Pembebanan: a. Beban mati b. Beban angin c. Beban plafond a. Beban mati (G); diasumsikan bekerja vertikal pada tiap titik simpul batang tepi atas, terdiri dari: Berat
Lebih terperinciPerancangan Batang Desak Tampang Ganda Yang Ideal Pada Struktur Kayu
Perancangan Batang Desak Tampang Ganda Yang Ideal Pada Struktur Kayu Arusmalem Ginting Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta Jurnal Janateknika Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS A1=1.655 L2=10. Gambar 4.1 Struktur 1/2 rangka atap dengan 3 buah kuda-kuda
BAB IV ANAISIS 4.. ANAISIS PEMBEBANAN 4.3.4. Beban Mati (D) Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu struktur atap ang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penelesaian-penelesaian,
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN STRUKTUR RANGKA ATAP BAJA UNTK BERBAGAI TYPE TUGAS AKHIR M. FAUZAN AZIMA LUBIS
STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR RANGKA ATAP BAJA UNTK BERBAGAI TYPE TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil M. FAUZAN AZIMA LUBIS 050404041
Lebih terperinciBAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR
BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR 4.1 Permodelan Elemen Struktur Di dalam tugas akhir ini permodelan struktur dilakukan dalam 2 model yaitu model untuk pengecekan kondisi eksisting di lapangan dan
Lebih terperinciTugas Akhir Perencanaan Struktur Salon, fitness & Spa 2 lantai TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : Enny Nurul Fitriyati I
Tugas Akhir Perencanaan Struktur Salon, fitness & Spa lantai A- TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR SALON FITNES DAN SPA LANTAI Disusun Oleh : Enny Nurul Fitriyati I.85060 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL
Lebih terperinciPEMODELAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BALOK BERLUBANG
PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BALOK BERLUBANG TUGAS AKHIR Oleh : Komang Haria Satriawan NIM : 1104105053 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 NPERNYATAAN Yang bertanda
Lebih terperinciANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR. Anton Wijaya
ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian Pendidikan sarjana teknik sipil Anton Wijaya 060404116 BIDANG
Lebih terperinciBAB II PERATURAN PERENCANAAN
BAB II PERATURAN PERENCANAAN 2.1 Klasifikasi Jembatan Rangka Baja Jembatan rangka (Truss Bridge) adalah jembatan yang terbentuk dari rangkarangka batang yang membentuk unit segitiga dan memiliki kemampuan
Lebih terperinciCAHYA PUTRI KHINANTI Page 3
BAB II PERHITUNGAN KAP A. Perhitungan Gording Gambar 2.1 Rencana Kap 1. Data Perhitungan Bentang kuda kuda = 10 m Jarak antar kuda-kuda = 4 m Kemiringan atap = 20 Berat penutup atap = 10 kg/m² (Seng Gelombang)
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAKSI... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xiii DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KUDA - KUDA RANGKA BATANG Suatu rangka (truss) adalah suatu struktur kerangka yang terdiri dari rangkaian batang-batang (projil) yang dihubungkan satu sarna lain dengan perantara
Lebih terperinciDESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM
DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM Fikry Hamdi Harahap NRP : 0121040 Pembimbing : Ir. Ginardy Husada.,MT UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG
Lebih terperinci