BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis Standar Akuntansi Aset Tetap Harga perolehan dari pos properti, pabrik dan peralatan akan diakui sebagai suatu aset jika aset tersebut memiliki manfaat ekonomis dimasa depan yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir ke dalam entitas dan harga perolehan dari pos tersebut dapat diukur secara andal. IAS 16 hanya berlaku ketika kedua kriteria pengakuan dasar ini untuk menentukan apakah pengeluaran memenuhi syarat sebagai aset dan tidak mempertimbangkan kriteria peningkatan utilitas atau masa manfaat. Standar akuntansi terkait aset tetap menurut IAS 16, aset tetap didefinisikan sebagai aset berwujud yang (a) digunakan untuk produk atau menyediakan barang atau jasa, untuk disediakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan (b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Standar ini mengatur bahwa aset tetap pada pengakuan awal dicatat sebesar biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap tersebut. Setelah pengakuan awal, aset tetap diperkenankan untuk diukur berdasarkan biaya historisnya (model biaya) atau nilai wajarnya (model revaluasi). Pada model biaya, aset tetap dicatat sebesar nilai perolehannya dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. Pada model ini, perusahaan juga diharuskan melakukan uji penurunan nilai pada aset tetap jika terdapat indikasi penurunan nilai. Penurunan nilai dari aset tetap merupakan suatu kondisi dimana nilai tercatat dari aset (carrying amount) melebihi jumlah 7

2 terpulihkan (recoverable amount). Secara periodik perusahaan harus mereview ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai ( test of impairment). Jika terdapat indikasi, maka perusahaan harus menaksir recoverable amount dari aset tersebut. Entitas harus memulai untuk menyusutkan aset ketika berada dilokasi dan kondisi serta tersedia untuk tujuan yang dimaksud. Model biaya hanya mengizinkan penurunan nilai tetapi tidak kenaikan nilai. Biaya perolehan minus penyusutan dan rugi penurunan nilai kumulatif. Rugi penurunan nilai dilaporkan dalam profit or loss. Ketika mengakui penurunan nilai, tidak perlu melibatkan aset/kewajiban pajak tangguhan. Aset/kewajiban pajak tangguhan diperhitungkan dalam perhitungan profit or loss. Contoh 1 Saldo mesin PT Jambia, Tbk. per Rp ,00 ; penyusutan kumulatif Rp ,00 Nilai wajar aset tetap Rp ,00. Penurunan nilai dan jurnal revaluasi. Solusi : Biaya perolehan mula-mula Rp ,00 (-) penyusutan kumulatif Rp ,00 Jumlah tercatat Rp ,00 (-) Nilai wajar Rp ,00 Penurunan nilai Rp ,00 8

3 Jurnal: Penyusutan mesin kumulatif Kerugian penurunan nilai Rp ,00 Rp ,00 Mesin Rp ,00 Contoh 2 Pada awal tahun buku 1 Januari 2011 PT Jambia, Tbk. merevaluasi aset tetapnya dalam kelompok mesin. Biaya perolehan awal Rp ,00 dengan penyusutan kumulatif Rp ,00. Jadi, jumlah tercatat adalah Rp ,00. Nilai wajar Rp ,00 intinya naik Rp ,00. Sisa umur manfaat 4 tahun. Nilai residu Rp.0,00. Metode penyusutan garis lurus dengan mengabaikan pajak tangguhan. Jurnal: Depresiasi kumulatif Rp ,00 Mesin Surplus revaluasi Rp ,00 Rp ,00 Dari contoh diatas penyusutan pada akhir untuk mencatat penyusutan. Solusi: Penyusutan 2011 dari nilai baru = Rp ,00 /4tahun = Rp ,00 Penyusutan 2011 dari nilai lama = Rp ,00 /4tahun = Rp ,00 Selisih penyusutan = Rp ,00 31 Des Beban penyusutan mesin Rp ,00 Akumulasi penyusutan mesin Rp ,00 9

4 31 Des Surplus revaluasi Rp ,00 Laba ditahan Rp ,00 (mencatat selisih penyusutan baru lama). Pada model revaluasi aset tetap dicatat pada nilai wajar pada tanggal revaluasi, dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai setelah revaluasi. Perusahaan harus melakukan revaluasi secara reguler terhadap satu atau lebih kelompok aset untuk memastikan jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah yang ditentukan menggunakan nilai wajar pada akhir pelaporan. Apabila saat dilakukan revaluasi diketahui terjadi penurunan terhadap nilai aset tetap, maka kerugian penurunan aset tersebut dicatat melalui laporan rugi laba. Namun jika pada saat dilakukan revaluasi diketahui bahwa terjadi peningkatan terhadap nilai aset tetap, maka selisih kenaikan nilai aset tersebut harus dicatat sebagai pendapatan komprehensif lainnya. Dari sini dapat dilihat bahwa perlakuan pencatatan yang berbeda pada model biaya dan model revaluasi akan berdampak pada perbedaan kinerja yang diukur melalui laporan laba rugi perusahaan. Entitas yang pada awalnya mengukur dengan model harga perolehan, dapat mengubah metodenya pada tahun berikutnya menjadi model revaluasi apabila nilai tercatat dari aset berusia panjang tidak lagi mencerminkan nilai wajar dari properti, pabrik dan peralatan pada tahun sebelumnya. Sekali entitas menggunakan model revaluasi, standar mengharuskan revaluasi atas properti, pabrik dan peralatan dilakukan secara berkala guna memastikan dengan yang ditentukan dengan nilai wajar pada akhir periode pelaporan. Standar ini juga 10

5 mengharuskan bahwa bilamana suatu aset direvaluasi, maka keseluruhan kelompok properti, pabrik dan peralatan harus direvaluasi dengan kelompok aset tersebut. Sebagai akibat dari suatu revaluasi properti, pabrik dan peralatan pada periode berikutnya, jika jumlah tercatat dari suatu aset meningkat, maka kenaikan di dalam jumlah tercatat dikreditkan pada laba-rugi komprehensif lain-lain (other comprehensive income) dalam tahun revaluasi dan diakumulasi di dalam ekuitas dengan judul surplus revaluasi. Namun, apabila kenaikan didalam jumlah tercatat yang membalikkan penurunan revaluasi dari aset yang sama yang pernah diakui sebelumnya dalam laporan laba atau rugi dapat disalinghapuskan, hingga sebatas penurunan di dalam jumlah tercatat sebelumnya. Apabila jumlah tercatat suatu aset tetap menurun sebagai akibat dari revaluasi, maka penurunannya diakui dalam laba atau rugi. Namun, penurunan diakui di dalam laporan laba-rugi komprehensif lain-lain (other comprehensive income) hingga sebatas suatu saldo kredit yang ada di dalam perkiraan surplus revaluasi, yang terkait dengan aset yang bersangkutan. Penurunan yang diakui di dalam laporan laba-rugi komprehensif lain-lain mengurangi jumlah akumulasi pada ekuitas dengan judul surplus revaluasi. Aset tetap lain seperti pabrik dan peralatan, penilai menentukan sendiri nilai pasar wajarnya. Frekuensi pelaksanaan revaluasi tergantung dari perubahan nilai wajar suatu aset, jika nilai wajar yang tercatat berbeda secara material dengan nilai revaluasi, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Untuk aset tetap yang mempunyai perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, revaluasi 11

6 dapat dilakukan setiap tahun, tetapi perubahan nilai wajar tidak signifikan dan fluktuatif tidak perlu revaluasi tiap tahun tapi revaluasi dapat dilakukan tiga atau lima tahun sekali. Dalam model revaluasi, perlakuan terhadap akumulasi penyusutan aset tetap pada tanggal revaluasi dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut: 1. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dan jumlah tercatat secara bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasian. 2. Dieliminasi terhadap jumlah bruto aset dan jumlah neto aset setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut, model ini biasa digunakan untuk revaluasi bangunan. Program konvergensi PSAK ke IFRS di Indonesia pada akhirnya menuntut beberapa penyesuaian di dalam standar akuntansi Indonesia. Secara umum perbedaan antara PSAK 16 (revisi 2011) Aset Tetap dengan PSAK 16 (revisi 2007): aset tetap adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Ikhtisar Perubahan PSAK No. Pokok Bahasan PSAK 16 (revisi 2011) PSAK 16 (revisi 2007) 1. Pengecualian Menambahkan pengecualian Hanya mengatur terhadap Ruang ruang lingkup untuk: a. aset pengecualian Lingkup tetap. Hanya mengatur ruang lingkup pengecualian ruang lingkup untuk hak untuk hak penambangan dan penambangan reservasi 26 diklasifikasikan dan reservasi sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58. b. pengakuan dan pengukuran aset tambang, seperti minyak, gas alam dan sumber daya 12

7 eksplorasi dan evaluasi PSAK Ruang Lingkup Tidak mengatur lagi mengenai properti investasi yang sedang dibangun atau dikembangkan. 3. Hibah Pemerintah Tidak mengatur syarat pengakuan aset tetap yang berasal dari hibah. Hanya mengatur nilai tercatat aset tetap yang dapat dikurangi dari hibah pemerintah. 4. Aset Tetap yang Tersedia untuk Dijual 5. Depresiasi atas Tanah Sumber: Pengaturan aset tetap yang tersedia untuk dijual dihapus karena sudah diatur dalam PSAK 58 Menjelaskan bahwa pada umumnya tanah memiliki umur ekonomis tidak terbatas sehingga tidak disusutkan, kecuali entitas meyakini umur ekonomis tanah terbatas. Perlakuan akuntansi tanah yang diperoleh dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan lainnya mengacu pada ISAK 25: Hak Atas Tanah alam sejenisnya yang tidak dapat diperbaharui Ruang lingkup mencakup properti yang dibangun atau dikembangkan untuk digunakan di masa depan sebagai properti investasi. Pengakuan aset tetap yang berasal dari hibah pemerintah mempunyai syarat bahwa: a. entitas telah memenuhi kondisi atau prasyarat hibah tersebut; b. hibah akan diperoleh. Mengatur perlakuan akuntansi terhadap suatu aset tetap yang tersedia untuk dijual. Perlakuan akuntansi untuk tanah yang diperoleh dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan lainnya mengacu pada PSAK 47: Tanah. 13

8 PSAK 16 (revisi 2011): aset tetap mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS 16 Property, Plant, and Equipment per 1 Januari 2009, kecuali: 1. IAS 16 paragraf 3 (b) tentang pengecualian untuk aset biologik tidak diadopsi karena IAS 41 agrikultur belum diadopsi. 2. PSAK 16 paragraf 43 mengenai perubahan kebijakan akuntansi dari model biaya ke model revaluasi. 3. IAS 16 paragraf 58 yang menjadi PSAK 16 paragraf 59 dengan tambahan penjelasan terkait penyusutan tanah yang mengacu pada ISAK IAS 16 paragraf 80 tentang ketentuan transisi tidak diadopsi karena tidak relevan. 5. IAS 16 paragraf 81 dan 81A-F mengenai tanggal efektif tidak diadopsi karena tidak relevan. 6. IAS 16 paragraf 68A mengenai penghentian pengakuan menjadi paragraf 69 dan nomor paragraf selanjutnya disesuaikan. Aset tetap adalah aset yang dimiliki entitas yang memiliki bentuk fisik dan dimanfaatkan untuk operasi entitas lebih dari satu tahun. Aset tetap dapat berbentuk tanah, bangunan, pabrik dan peralatan bahkan secara spesifik IAS 16 menyebutnya sebagai aset tetap tetapi standar untuk Property, Plant and Equipment. PSAK 16 revisi 2011 juga mempertimbangkan kemungkinan PSAK 16 diubah namanya seperti IFRS. Aset tetap diakui di laporan posisi keuangan jika memenuhi definisi aset tetap dan nilainya dapat diukur dengan andal. Kriteria pengakuan tersebut berlaku pada saat perolehan awal dan juga pada saat pengeluaran setelah perolehan awal. 14

9 2.1.2 Pilihan Kebijakan Akuntansi Stamp (1981) dalam Godfrey et al (2010) berpendapat bahwa akuntansi lebih mirip dengan ilmu hukum dari pada ilmu fisika. Hal ini dikarenakan ilmu fisika merupakan disiplin ilmu positif yang bersifat absolut, sedangkan ilmu hukum, sama halnya dengan akuntansi, merupakan disiplin ilmu normatif yang mengunakan subjektivitas, proses pembuatan keputusan oleh manusia, dan menghadapi konflik diantara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dan tujuan yag berbeda. Maka dari itu, akuntansi lebih bersifat fleksibel dan memperbolehkan penggunaan judgement dalam menentukan suatu kebijakan yang akan diambil. Positive accounting theory yang diperkenalkan oleh Watt dan Zimmerman (1986), membantu menjawab dan menjelaskan alasan mengapa suatu praktek akuntansi tertentu dilakukan dan memprediksi peran akuntansi dan informasi terkait di dalam keputusan ekonomi dari individu, perusahaan, maupun pihak-pihak lain. Dalam penelitiannya, mereka menemukan bahwa manager memilih suatu model akuntansi untuk meningkatkan kompensasi yang mereka dapat (bonus hypothesis) dan mengurangi kemungkinan terlanggarnya bond covenant (debt covenant hypothesis). Selain itu, terkait dengan political process, perusahaan yang lebih besar cenderung memilih prosedur akuntansi yang mengurangi laba dalam laporan keuangan perusahaan (size hyphothesis). Size hyphothesis ini erat kaitannya dengan political cost hypothesis, adapun tujuan perusahaan mengurangi laba dalam laporan keuangan perusahaan untuk mengurangi visibilitas politis dan biaya politis yang muncul. Fields et al (2001) melakukan penelitian empiris 15

10 terhadap pilihan akuntansi. Hasil penelitiannya mengklasifikasikan tujuan atau motivasi pilihan akuntansi menjadi tiga kategori, yaitu contracting, asset pricing dan influencing external parties. Kategori pertama (contracting) menjelaskan bahwa pilihan akuntansi dilakukan untuk mempengaruhi satu atau lebih perjanjian kontraktual perusahaan. Perjanjian kontraktual yang dimaksud bisa merupakan executive compensation agreement dan debt covenant. Kategori kedua (asset pricing) disebabkan oleh informasi yang asimetris, yang berusaha untuk mempengaruhi harga aset. Pilihan akuntansi dapat menyediakan mekanisme yaitu pihak yang mempunyai informasi lebih (manajemen) dapat memberikan informasi kepada pihak lain yang kekurangan informasi (investor) tentang timing, magnitude dan risiko arus kas masa depan. Kategori yang ketiga (influencing external party/externalities) menjelaskan bahwa motivasi pilihan model akuntansi digunakan untuk mempengaruhi pihak eksternal selain pemegang saham aktual maupun potensial. Contoh dari pihak eksternal ini adalah regulator, kompetitor dan supplier Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan mencerminkan seberapa besar total aset yang digunakan dalam perusahaan. Total aset yang dimiliki perusahaan menggambarkan permodalan, serta hak dan kewajiban yang dimilikinya (Bukhori, 2012). Semakin besar ukuran perusahaan, semakin besar dana yang dikelola dan semakin kompleks pengelolaannya. 16

11 Perusahaan besar cenderung mendapat perhatian yang lebih oleh masyarakat. Dengan demikian, perusahaan dituntut untuk menjaga stabilitas perusahaan dan meningkatkan kreadibilitasnya dalam menyajikan laporan keuangan karena perusahaan besar memiliki basis pengguna laporan keuangan yang lebih besar (Jao dan Gagaring, 2011). Untuk menjaga stabilitas dan kreadibilitasnya, perusahaan tentu saja akan berusaha menjaga dan terus meningkatkan kinerjanya Intensitas Aset Tetap Intensitas aset tetap merupakan rasio yang menandakan intensitas kepemilikan aset tetap suatu perusahaan dibandingkan dengan total aset. Kepemilikan aset tetap yang tinggi akan menghasilkan beban depresiasi atas aset yang besar pula, sehingga laba perusahaan akan berkurang akibat adanya jumlah aset tetap yang besar. Sehingga tingginya jumlah aset yang ada di perusahaan akan meningkatkan agresivitas pajak perusahaan. Intensitas kepemilikan aset tetap dapat mempengaruhi beban pajak perusahaan karena adanya beban depresiasi yang melekat pada aset tetap. Intensitas aset tetap merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar proporsi aset tetap dibandingkan dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi intensitas aset tetap maka semakin besar proporsi aset tetap yang ada di dalam perusahaan dibandingkan dengan aset lainnya (Adisamartha, 2015). Intensitas aset tetap menunjukkan proporsi aset tetap di dalam perusahaan dibandingkan dengan total aset yang dimiliki. Intensitas aset tetap diperoleh 17

12 dengan membandingkan total aset tetap dan total aset (Darmadi, 2013). Intensitas aset tetap (fixed aset intensity), digunakan sebagai pengukur informasi asimetri Leverage Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak (Aprilia, 2012). Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan sesuai dengan (Sofyan, 2008), DER (Debt to Equity Ratio) atau rasio total utang terhadap total ekuitas perusahaan Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya atau menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek perusahaan (Munawir, 2002). Tingkat likuiditas perusahaan dapat diukur melalui current ratio. Current ratio dihitung dengan cara aktiva lancar dibagi hutang lancar. Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dengan hutang lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk persentasi. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100% ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada diatas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh diatas jumlah hutang lancar. 18

13 2.1.7 Pertumbuhan perusahaan Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset yaitu pertumbuhan aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang datang (Taswan, 2003). Growth adalah perubahan (penurunan atau peningkatan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase perubahan aset pada saat tertentu terhadap tahun sebelumnya (Saidi, 2004). Berdasarkan definisi di atas dapat dijelaskan growth merupakan perubahan total aset baik berupa peningkatan maupun penurunan yang dialami oleh perusahaan selama satu periode (satu tahun). Pertumbuhan aset menggambarkan pertumbuhan aktiva perusahaan yang akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang menyakini bahwa persentase perubahan total aktiva merupakan indikator yang lebih baik dalam mengukur growth perusahaan (Putrakrisnanda, 2009). Ukuran yang digunakan adalah dengan menghitung proporsi kenaikan atau penurunan aktiva. 2.2 Penelitian Terdahulu Lin dan Peasnell (2000) meneliti perusahaan di Inggris, mengemukakan bahwa perusahaan yang lebih besar akan memilih revaluasi untuk mengurangi visibilitas politik dan biaya politik yang mungkin muncul. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi juga cenderung memilih menggunakan model revaluasi untuk meningkatkan kelayakan mereka dihadapan kreditor (dengan menurunkan tingkat leverage) sehingga dapat meningkatkan kapasitas pinjaman dan menurunkan potensi pelanggaran covenant. Perusahaan yang mempunyai proporsi aset tetap yang tinggi dibandingkan dengan total aset juga 19

14 terbukti lebih memilih menggunakan model revaluasi untuk mengurangi pelaporan profitabilitas perusahaan. Sedangkan untuk terkait profitabilitas, mereka tidak melihat adanya hubungan terhadap pilihan model revaluasi aset tetap dan pada jurnal mereka tidak menjelaskan secara detail alasannya. Missonier-Piera (2007) melakukan penelitian pada perusahaan di Swis. Penelitian menunjukan bahwa perusahaan yang memilih revaluasi kebanyakan merupakan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi dan peluang investasi yang lebih kecil. Hal ini menunjukan bahwa revaluasi digunakan sebagai metode untuk memberikan sinyal terhadap tambahan kapasitas pinjaman perusahaan, meningkatkan credit rating dan mengurangi kemungkinan pelanggaran debt covenant. Dalam konteks perusahaan di Swis, mereka menemukan bahwa penjualan ke luar negeri memiliki asosiasi positif terhadap penggunaan revaluasi dengan asumsi perusahaan ingin meningkatkan kelayakan kredit karena hal tersebut dianggap penting oleh foreign stakeholders. Tay (2009) melakukan penelitian pada perusahaan di Selandia Baru, menemukan pengaruh yang signifikan negatif antara gearing terhadap pilihan model revaluasi, berkaitan dengan berakhirnya masa resesi pada periode pengujian. Hal serupa juga ditemukan pada variabel likuiditas. Ia berargumen bahwa perusahaan dengan likuiditas yang rendah cenderung memilih menggunakan model revaluasi untuk memperlihatkan nilai aset tetap mereka yang sesungguhnya dapat dikonversi dalam bentuk kas, sehingga meningkatkan kelayakan dihadapan kreditor. Perusahaan dengan ukuran yang besar cenderung memilih model revaluasi. Perusahaan yang lebih besar lebih mungkin di audit 20

15 oleh kantor akuntan publik yang lebih besar dan cenderung memberi tekanan yang lebih besar pada perusahaan sehingga perusahaan ingin menghindari hal tersebut. Faktor lain yang diteliti adalah intensitas aset tetap. Ia menemukan bahwa perusahaan dengan intensitas aset tetap yang tinggi lebih mungkin memilih model revaluasi karena revaluasi layak diperhatikan bahwa aset tetap merupakan porsi terbesar dari total aset yang akan meningkatkan nilai perusahaan dan karenanya memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan basis aset. Manihuruk (2013) melakukan penelitian pada perusahaan yang terdaftar di bursa saham beberapa Negara Asean. Ia menemukan perusahaan dengan ukuran yang lebih besar akan semakin kecil kemungkinan dipilihnya model revaluasi pada pencataatan aset tetap mereka karena besar kemungkinan ukuran perusahaan akan semakin meningkat, sehingga mengakibatkan semakin meningkatnya biaya politis. Perusahaan dengan intensitas aset yang lebih besar akan semakin besar kemungkinan memilih menggunakan model revaluasi aset tetap. Perusahaan dengan tingkat hutang yang lebih besar akan semakin besar kemungkinan memilih menggunakan model revaluasi aset tetap pada pencataatan aset tetap mereka. Perusahaan yang lebih likuid akan semakin besar kemungkinan memilih menggunakan model revaluasi aset tetap. Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Lin dan Peasnell (2000) Fixed Asset Revaluation And Equity Depletion in UK Variabel Independen: Ukuran Perusahaan, Leverage, Intensitas Aset Tetap, Perusahaan yang lebih besar akan memilih revaluasi, tingkat leverage yang tinggi cenderung memilih menggunakan model revaluasi dan perusahaan yang 21

16 2. Missonie r-piera (2007) Motives for Fixed Asset Revaluation: An Empirical Analysis with Swiss Data Profitabilitas Variabel Dependen: Revaluasi Aset Variabel Independen: Leverage, Invesment Opportunity Set (IOS) Variabel Dependen: Revaluasi Aset mempunyai proporsi aset tetap yang tinggi dibanding total aset memilih model revaluasi, sedangkan profitabilitas peneliti belum menemukan hubungan terhadap pilihan model revaluasi. Penelitian menunjukan bahwa perusahaan yang melakukan revaluasi kebanyakan merupakan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi dan peluang investasi yang lebih kecil. Hal ini menunjukan bahwa revaluasi digunakan sebagai model untuk memberikan sinyal terhadap tambahan kapasitas pinjaman perusahaan, meningkatkan credit rating dan mengurangi kemungkinan pelanggaran debt covenant. Invesment Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif terhadap dipilihnya model revaluasi. 3. Tay (2009) Fixed Asset Revaluation: Management Incentives and Market Reactions Variabel Independen: Gearing, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Intensitas Aset Tetap Variabel Dependen: Revaluasi Aset Pengaruh yang signifikan negatif antara gearing terhadap pilihan model revaluasi. Likuiditas yang rendah cenderung memilih menggunakan model revaluasi. Ukuran yang besar cenderung memilih model revaluasi. Intensitas aset tetap yang tinggi lebih mungkin memilih model revaluasi 4. Seng dan Su (2010) Managerial Incentives Behind Fixed Asset Revaluation, Intern ational Journal of Business Research Variabel Independen: Ukuran Perusahaan, Penurunan Kas Dari Operasi, Intensitas Aset Tetap, Pertum buhan Perusahaan Variabel Dependen: Revaluasi aset tetap. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemilihan model revaluasi sedangkan penurunan kas dari operasi, intensitas aset tetap, pertumbuhan perusahaan tidak terbukti berpengaruh terhadap pemilihan model revaluasi 22

17 5. Nurjanah, Ai (2013) 6. Manihu ruk (2015) 7. Khairati (2015) Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Keputusan Revaluasi Aset Tetap pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pe milihan Metode Revaluasi Aset Tetap pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Saham Beberapa Negara ASEAN. Pengaruh Leverage, Arus Kas Operasi, Ukuran Perusahaan dan Fixed Aset Intensity Terhadap Revaluasi Aset Variabel Independen: Leverage, Ukuran Perusahaan, Struktur Aset, Pertumbuhan Aset, Investment Opportunity Set (IOS),Penurunan Kas, Ownership Control, Merger dan Akuisisi Variabel Dependen: Revaluasi Aset Tetap Variabel Independen: Ukuran perusahaan, Intensitas Aset, Leverage, dan Likuiditas Variabel Dependen: Metode Revaluasi Aset Tetap Variabel Independen: Leverage, Arus Kas Operasi, Ukuran Perusahaan Dan Fixed Aset Intensity Variabel Dependen: Revaluasi Aset Leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, penurunan kas dari aktivitas operasi, merger dan akuisisi tidak berpengaruh terhadap keputusan revaluasi aset tetap. Sedangkan struktur aset, Investment Opportunity Set (IOS), ownership control berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan revaluasi. Ukuran yang lebih besar akan semakin kecil kemungkinan untuk memilih menggunakan model revaluasi aset tetap. Perusahaan dengan intensitas aset yang lebih besar akan semakin besar kemungkinan memilih menggunakan model revaluasi aset tetap. Perusahaan dengan tingkat hutang yang lebih besar akan semakin besar kemungkinan memilih menggunakan model revaluasi aset tetap pada pencatatan aset tetap mereka. Perusahaan yang lebih liquid akan semakin besar kemungkinan memilih menggunakan model revaluasi aset tetap. Penelitian ini gagal membuktikan bahwa faktor leverage, penurunan arus kas, ukuran perusahaan, dan aset intensity mempengaruhi pilihan manajer untuk melakukan upward revaluation. 23

18 2.3 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelaskan hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah. Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dihubungkan secara teoritis melalui kerangka konseptual. Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, intensitas aset tetap, leverage, likuiditas dan pertumbuhan perusahaan sedangkan variabel dependennya adalah model revaluasi aset tetap. Model dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut: Ukuran Perusahaan (X 1 ) H 1 Intensitas Aset Tetap (X 2 ) Leverage (X 3 ) Likuiditas (X 4 ) Pertumbuhan Perusahaan (X 5 ) H2 H3 H4 H5 H6 Model Revaluasi Aset Tetap (Y) Gambar 2.3 Kerangka Konseptual 24

19 2.4 Hipotesis Penelitian Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pilihan Model Revaluasi dalam Pengukuran Aset Tetap Tay (2009) berpendapat bahwa perusahaan dengan ukuran besar kemungkinan akan memilih model revaluasi daripada perusahaan dengan ukuran kecil. Hal ini sejalan dengan political cost hypothesis dimana perusahaan besar berusaha untuk menunjukan konservatisme pada profitabilitas mereka untuk menghindar dari visibilitas politik yang berdampak pada meningkatnya biaya politik dan peraturan yang lebih ketat. Revaluasi dapat menunjukan konservatisme yang dapat mengurangi visibilitas politik karena depresiasi yang semakin besar dan basis aset untuk mengukur return on equity menjadi lebih besar. Pendapat yang sesuai dengan itu penelitian Seng dan Su (2010) ukuran perusahaan merupakan faktor penting dalam melakukan revaluasi aset tetap. Karena ingin menurunkan tekanan politik pemerintah atau serikat buruh, perusahaan besar akan menghindari pelaporan laba yang tinggi. Upward asset revaluation merupakan cara efektif untuk menurunkan pelaporan laba melalui peningkatan biaya depresiasi sebagai akibat peningkatan revaluasi. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah : H1 : Ukuran Perusahaan Berpengaruh Positif terhadap Kemungkinan Pilihan Model Revaluasi dalam Pengukuran Aset Tetap 25

20 2.4.2 Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Pemilihan Model Revaluasi dalam Pengukuran Aset Tetap Intensitas aset tetap merepresentasikan proporsi aset tetap dibandingkan total aset perusahaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lin dan Peasnell (2000), ditemukan bahwa intensitas aset tetap mempunyai hubungan yang signifikan positif terhadap pilihan model revaluasi aset tetap perusahaan. Hal ini juga terkonfirmasi melalui penelitian yang dilakukan oleh Tay (2009). Argumennya adalah revaluasi layak diperhatikan di mana aset tetap merupakan porsi terbesar dari total aset yang akan meningkatkan nilai perusahaan dan karenanya memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan basis aset. Selain itu revaluasi juga dilakukan untuk mengurangi pelaporan profitabilitas perusahaan, baik melalui depresiasi yang lebih besar, maupun dengan peningkatan basis aset yang digunakan untuk mengukur return on equity. Penelitian ini juga sejalan dengan Manihuruk (2015), menemukan intensitas aset tetap yang lebih besar akan semkin besar kemungkinan memilih menggunakan model revaluasi pada pencatatan aset tetap perusahaan. Penelitian ini mengambil posisi sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lin dan Peasnell (2000), Tay (2009) dan Manihuruk (2015). Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah : H2: Intensitas Aset Tetap Berpengaruh Positif terhadap Kemungkinan Pilihan Model Revaluasi dalam Pengukuran Aset Tetap 26

21 2.4.3 Pengaruh Leverage terhadap Pilihan Model Revaluasi dalam Pengukuran Aset Tetap Dalam penelitian yang dilakukan oleh Missonier-Piera (2007) dikemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif antara leverage dengan model revaluasi. Revaluasi aset tetap dapat mempengaruhi kekuatan perusahaan dalam negosiasi kontrak utang dengan pemberi pinjaman (Seng dan Su, 2010). Berdasarkan penjelasan diatas, penulis memiliki pemahaman yang sama. Peneliti beranggapan bahwa pilihan model revaluasi digunakan oleh perusahaan untuk mengurangi rasio leverage perusahaan sehingga meningkatkan kelayakan perusahaan dihadapan kreditor. Maka dari itu hipotesis yang diajukan adalah : H3 : Leverage Berpengaruh Positif terhadap Kemungkinan Pilihan Model Revaluasi dalam Pengukuran Aset Tetap Pengaruh Likuiditas terhadap Pilihan Model Revaluasi dalam pengukuran Aset Tetap Penelitan Tay (2009), Ia berpendapat bahwa revaluasi membantu memberikan informasi yang lebih aktual tentang jumlah kas yang dapat diterima dari penjualan aset dan dengan demikian membantu meningkatkan kapasitas pinjaman perusahaan serta mengurangi biaya pinjaman. Pilihan model revaluasi cenderung dilakukan oleh perusahaan dengan likuiditas rendah, sedangkan perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi tidak perlu melakukan revaluasi aset tetap. 27

22 Berbeda dengan penelitian yang sama pada Manihuruk (2015) perusahaan yang lebih likuid akan semakin besar kemungkinan memilih model revaluasi untuk aset tetap. Peneliti beranggapan bahwa perusahaan dengan likuiditas yang rendah cenderung memilih menggunakan model revaluasi untuk memperlihatkan nilai aset tetap mereka yang sesungguhnya dapat dikonversi dalam bentuk kas. Maka dari itu hipotesis yang diajukan adalah: H4 : Likuiditas Berpengaruh Negatif terhadap Kemungkinan Pilihan Model Revaluasi dalam PengukuranAset Tetap Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Pilihan Model Revaluasi dalam Pengukuran Aset Tetap Nurjanah (2013) meneliti pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap keputusan memilih model revaluasi dalam pengukuran aset tetap. Tinggi rendahnya pertumbuhan perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan dalam memilih model revaluasi. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang pertumbuhannya cepat maupun lambat tetap membutuhkan model khususnya aset tetap untuk meningkatkan probilitas dimasa yang akan datang. Peneliti beranggapan berbeda bahwa pertumbuhan perusahaan mempengaruhi dipilihnya model revaluasi. Oleh karena itu, peneliti akan menguji kembali variabel ini dengan hipotesis yang diajukan adalah : H5 : Pertumbuhan perusahaan Berpengaruh Positif terhadap Kemungkinan Pilihan Model Revaluasi Untuk Pengukuran Aset Tetap. 28

23 2.4.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Intensitas Aset Tetap, Leverage, Likuiditas, Pertumbuhan Perusahaan terhadap Pilihan Model Revaluasi dalam Pengukuran Aset Tetap Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu bahwa faktor-faktor ukuran perusahaan, intensitas aset tetap, leverage, likuiditas dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap pilihan model revaluasi. Peneliti beranggapan bahwa ukuran perusahaan, intensitas aset tetap, leverage, likuiditas dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap pilihan model revaluasi dalam pengukuran aset tetap. Oleh karena itu, peneliti akan menguji faktor-faktor ini secara simultan dengan hipotesis yang diajukan adalah: H6 : Ukuran Perusahaan, Intensitas Aset Tetap, Leverage, Likuiditas, Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif terhadap Kemungkinan Pilihan Model Revaluasi dalam Pengukuran Aset Tetap 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan diterapkannya. Menurut Azouzi dan Jarboui (2012) riset tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan diterapkannya. Menurut Azouzi dan Jarboui (2012) riset tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rerangka Teori 1. Kebijakan Akuntansi Positive Accounting Theory yang dikemukakan oleh Watt dan Zimmerman (1978) dalam Farahmita dan Siregar (2014) dapat menjelaskan mengapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Zimmerman (1978) dalam Farahmita dan Manihuruk (2015) dapat. historis ke nilai wajar untuk meminimalkan biaya kontrak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Zimmerman (1978) dalam Farahmita dan Manihuruk (2015) dapat. historis ke nilai wajar untuk meminimalkan biaya kontrak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori dan Penurunan Hipotesis 1. Landasan Teori a. Kebijakan akuntansi Positive Accounting Theory yang dikemukakan oleh Watt dan Zimmerman (1978) dalam Farahmita dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu. kemudian disampaikan kepada pemakai informasi tersebut (Januarti,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu. kemudian disampaikan kepada pemakai informasi tersebut (Januarti, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 1. Teori Akuntansi Positif Watt dan Zimmerman (1978) mengembangkan teori positif tentang penetapan standar akuntansi. Teori tersebut membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Singapura pada tahun Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut berupa

BAB I PENDAHULUAN. Singapura pada tahun Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang telah dilakukan secara bertahap mulai KTT ASEAN di Singapura pada tahun 1992.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk mencapai laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk mencapai laba BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aset Tetap Pada dasarnya tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk mencapai laba yang diinginkan dengan menggunakan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan menerapkan metoda nilai wajar atas aset atau

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan menerapkan metoda nilai wajar atas aset atau BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Keputusan revaluasi aset merupakan salah satu keputusan manajemen perihal penentuan jumlah tercatat aset yang dimiliki perusahaan setelah pengakuan awal. Keputusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang telah bergabung dengan International

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang telah bergabung dengan International BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konvergensi PSAK dengan IFRS/IAS merupakan salah satu komitmen dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang telah bergabung dengan International Federation of Accountants

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang cukup sering digunakan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap keberlangsungan siklus bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan nilai saham (Karnadi, 1993). Nilai pemegang saham akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aset yang memiliki masa pemakaian yang lama atau lebih dari satu periode dan

BAB I PENDAHULUAN. aset yang memiliki masa pemakaian yang lama atau lebih dari satu periode dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan operasional sebuah perusahaan banyak faktor yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan operasional tersebut agar dapat berjalan secara maksimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aset tidak lancar (aset tetap). Aset lancar berupa kas ataupun aset lainnya

BAB I PENDAHULUAN. aset tidak lancar (aset tetap). Aset lancar berupa kas ataupun aset lainnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aset adalah komponen yang sangat penting dalam sebuah perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi usahanya, baik itu aset lancar maupun aset tidak lancar (aset tetap).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam kajian pustaka dan hipotesis akan dijelaskan mengenai Teori-teori yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam kajian pustaka dan hipotesis akan dijelaskan mengenai Teori-teori yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Dalam kajian pustaka dan hipotesis akan dijelaskan mengenai Teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Teori-teori tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II A. Landasan Teoritis TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori sinyal (Signaling Theory) Teori sinyal mengasumsikan bahwa informasi yang diterima oleh masingmasing pihak tidak sama. Atau dengan kata lain, teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi memiliki sarana yang akan dicapai, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu memperoleh laba dan menaikkan nilai perusahaan.

Lebih terperinci

Asset Revaluation: The Implication on Tax, Accounting and Performance Management REVALUASI ASET. Waktu / Tempat: Balai Kartini, Senin 16 November 2015

Asset Revaluation: The Implication on Tax, Accounting and Performance Management REVALUASI ASET. Waktu / Tempat: Balai Kartini, Senin 16 November 2015 DEWAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA Asset Revaluation: The Implication on Tax, Accounting and Performance Management REVALUASI ASET Waktu / Tempat: Balai Kartini, Senin 16 November

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. PENURUNAN NILAI AKTIVA Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. International Accounting Standard Board (IASB). Menurut penelitian

BAB I PENDAHULUAN. International Accounting Standard Board (IASB). Menurut penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, arus globalisasi yang berkembang pesat membuat negaranegara di dunia khususnya di Indonesia terus berupaya untuk memperbaiki standar laporan keuangannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya laju pertumbuhan bisnis saat ini menuntut Indonesia untuk menyetarakan standar keuangan serta penyusunan laporan keuangan mengikuti standar internasional

Lebih terperinci

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS KELOMPOK GOODWILL: Dwi Rahayu 090462201 098 Dedi Alhamdanis 100462201 362 Larasati Sunarto 100462201 107 FAKULTAS EKONOMI UMRAH 2012 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama suatu perusahaan yaitu memperoleh pengembalian yang maksimal atas dana yang ditanamkan pemilik dalam perusahaan. Dana tersebut akan dinvestasikan oleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Laporan keuangan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selain itu, bab ini juga menguraikan tentang rumusan masalah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2017) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13, Properti investasi adalah suatu properti berupa tanah atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai A. Tinjauan Teoritis 1. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang digunakan oleh investor dalam menilai kinerja perusahaan go public. Laporan keuangan harus mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisa Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya dunia perekonomian dan perbankan internasional, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan standar akuntansi internasional, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LAPORAN KEUANGAN Sebuah perusahaan yang baik sudah seharusnya membuat laporan keuangan setiap periode untuk mengetahui kinerja perusahaan selama periode berjalan. Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba perusahaan pada masa yang akan datang, dimana laba perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. a. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) Teori akuntansi positif adalah teori yang memprediksi tindakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu prinsip yang dianut dalam proses pelaporan keuangan adalah prinsip konservatisme. Konservatisme merupakan konvensi laporan keuangan yang penting dalam akuntansi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan, keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jangka waktu tertentu. Adapun tujuan dari laporan keuangan yaitu: perusahaan dalam menghasilkan laba.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jangka waktu tertentu. Adapun tujuan dari laporan keuangan yaitu: perusahaan dalam menghasilkan laba. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Menurut Harahap (2010:105), Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan handal.

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan handal. BAB II LANDASAN TEORI A. Teori - teori 1. Pengertian dalam Akuntansi Menurut Belkaoui (2011:288), konservatisme sebagai suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam prinsip tersebut bertindak sebagai

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan adalah suatu bentuk laporan pada perusahaan untuk

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan adalah suatu bentuk laporan pada perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah suatu bentuk laporan pada perusahaan untuk dilaporkan kepada publik sebagai suatu sarana dalam mencari investor dan juga sebagai saran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang bermunculan, maka semakin ketat persaingan antar perusahaan. Untuk itu setiap perusahaan mencoba untuk

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa arus kas operasi tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap keputusan revaluasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pecking Order Theory Pecking order theory adalah teori struktur modal yang di rumuskan oleh Myes dan Majluf 1984. Disebut sebagai

Lebih terperinci

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan diterbitkan oleh perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan bagi investor yaitu keuntungan berupa dividend. gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan bagi investor yaitu keuntungan berupa dividend. gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli. 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Dividend 2.1.1.1 Pengertian Dividend Investasi dalam bentuk saham akan memberikan dua jenis keuntungan bagi investor yaitu keuntungan berupa dividend dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Agency Theory Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP

LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP Edisi : IX/September 2009 LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP Oleh: Ikhlasul Manna Muhammad Fahri Keduanya Auditor pada KAP Syarief Basir & Rekan I. PENDAHULUAN PSAK 16 (Revisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aset 2.1.1 Pengertian Aset Aset merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan yang bentuknya dapat berupa hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh perkembangan pasar modal yang ada di Indonesia, investor tertarik dengan saham yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan penting yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan penting yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan penting yang harus diambil oleh manajer keuangan yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan. Keputusan

Lebih terperinci

BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH

BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH X.1 ASET TETAP A. Definisi Aset Tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa, disewakan kepada pihak

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. ukuran perusahaan, dan Return On Asset (ROA) terhadap return saham (studi

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. ukuran perusahaan, dan Return On Asset (ROA) terhadap return saham (studi BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Arlina et al (2014), yang menguji Pengaruh informasi arus kas, laba kotor, ukuran perusahaan, dan Return On Asset (ROA) terhadap return

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi yang menjalankan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang menjalankan kegiatan dengan tujuan utama untuk menambah kekayaan pemilik melalui keuntungankeuntungan yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oktober 2015 menjelaskan bahwa saat ekonomi Indonesia melemah properti

BAB I PENDAHULUAN. Oktober 2015 menjelaskan bahwa saat ekonomi Indonesia melemah properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Properti dan real estat merupakan investasi yang diminati oleh masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa informasi atau berita yang menjelaskan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Signaling Theory 2.1.1. Pengertian Signaling Theory Menurut Jama an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu bertujuan sebagai bahan untuk membandingkan dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya kesamaan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan penelitian ini, yaitu : 1. Kadek dan Luh (2016) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha. Dengan adanya penghapusan batasan ini, persaingan dalam dunia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori - teori 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi a. Pengertian Konvergensi Konvergensi dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menyatukan pandangan/ perspektif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Properti investasi adalah properti berupa tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua duanya yang dikuasai oleh pemilik (lessor) atau penyewa (lesse)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (DSAK IAI) melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (DSAK IAI) melakukan adopsi International Financial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini menguji relevansi nilai pajak tangguhan sebagai dampak perubahan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) di Indonesia. Perubahan PSAK ini terjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pada pengungkapan suatu informasi yang dapat menjadi sinyal bagi investor dan pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pada pengungkapan suatu informasi yang dapat menjadi sinyal bagi investor dan pihak BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep Penelitian 2.1.1 Teori Sinyal Signaling Theory (Teori Sinyal) menyatakan bahwa terdapat kandungan informasi pada pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pentingnya informasi laba membuat setiap perusahaan berlombalomba

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pentingnya informasi laba membuat setiap perusahaan berlombalomba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya informasi laba membuat setiap perusahaan berlombalomba meningkatkan labanya agar bisa terlihat baik bagi para penggunanya. Namun, ada beberapa pihak

Lebih terperinci

PSAK 13 PROPERTI INVESTASI

PSAK 13 PROPERTI INVESTASI PSAK 13 PROPERTI INVESTASI 1 2 Agenda 1 2 3 Ruang Lingkup dan Definisi Klasifikasi Properti investasi Pengakuan dan Pengukuran 4 5 Perolehan dan Pelepasan Pengungkapan 2 3 Perkembangan PSAK Properti Investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengungkapan Laporan Keuangan. informasi (the release of information). Apabila dikaitkan dengan laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengungkapan Laporan Keuangan. informasi (the release of information). Apabila dikaitkan dengan laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengungkapan Laporan Keuangan Pengungkapan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi (the release of information). Apabila dikaitkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Laba 1. Pengertian dan Karakteristik Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Kondisi financial distress

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rerangka teori dan penurunan hipotesis 1). Rerangka teori a. Teori Sinyal Peringkat obligasi dapat dijelaskan dari perspektif teori sinyal. Menurut jama an (2008) signaling theory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana untuk melakukan ekspansi, memperbaiki struktur modal, meluncurkan produk baru atau untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Modal Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal, tersedianya modal yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Efek Indonesia dan Singapore Exchange tahun Dari seluruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Efek Indonesia dan Singapore Exchange tahun Dari seluruh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Singapore Exchange tahun 2013-2015. Dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Landasan Teori Untuk mencapai sasaran studi diperlukan landasan teori sebagai dasar dalam melakukan penelitian. II.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko yang seringkali sulit diprediksi oleh para investor. Untuk mengurangi resiko tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Segala macam kegiatan terorganisir untuk mencapai tujuan pasti membutuhkan manajemen. Jadi orang-orang dalam kegiatan tersebut akan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Laporan Keuangan 1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut Kieso (2002 : 3) adalah sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kebijakan Hutang 1. Pengertian Kebijakan Hutang Hutang menunjukkan besarnya kepentingan kreditur pada harta perusahaan. Pada prinsipnya hutang akan menguntungkan apabila perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus mengikuti perkembangan usahanya. Begitu juga dengan setiap

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus mengikuti perkembangan usahanya. Begitu juga dengan setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi dunia bisnis yang semakin ketat dan situasi ekonomi yang tidak menentu pada saat sekarang ini mendorong perusahaan untuk terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap entitas bisnis harus melaporkan aktivitas yang dilakukan perusahaan selama periode tertentu. Laporan tersebut merupakan sebuah laporan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

ANALISIS DETERMINASI KEPUTUSAN REVALUASI ASET TETAP (Studi Perbandingan Perusahaan Manufaktur di Indonesia dan Singapura Tahun )

ANALISIS DETERMINASI KEPUTUSAN REVALUASI ASET TETAP (Studi Perbandingan Perusahaan Manufaktur di Indonesia dan Singapura Tahun ) ANALISIS DETERMINASI KEPUTUSAN REVALUASI ASET TETAP (Studi Perbandingan Perusahaan Manufaktur di Indonesia dan Singapura Tahun 2013-2015) NIA EGI RAMADHANI niaegiramadhani@gmail.com Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Current Ratio (CR) Pengertian rasio aktiva lancar menurut Suad Husnan dan Enny Pujiastuti (2006:72): Rasio aktiva lancar adalah rasio mengukur seberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rentabilitas Menurut Munawir (2004:86), rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Sawir (2008:67) kinerja keuangan adalah penilaian tingkat efisiensi dan produktifitas perusahaan di bidang keuangan yang dilakukan secara berkala atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pengertian merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Menurut Jogiyanto (2000:107), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa : 1. Return realisasi (realized

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Defenisi Aset Tetap PSAK 16 mengatur perlakuan akuntansi aset tetap, agar pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai entitas di aset tetap, dan perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan politik pada tahun 1998 sampai sekarang membawa dampak yang signifikan terhadap perkembangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling theory) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan sistematika penulisan tesis. Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 Paragraf 05 adalah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan sistematika penulisan tesis. Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 Paragraf 05 adalah memberikan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam menganalisis laporan keuangan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam menganalisis laporan keuangan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan memberikan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan

Lebih terperinci