ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK PRODUKSI JUS BUAH PADA PT AMANAH PRIMA INDONESIA SKRIPSI WIDYA AMERYNA F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK PRODUKSI JUS BUAH PADA PT AMANAH PRIMA INDONESIA SKRIPSI WIDYA AMERYNA F"

Transkripsi

1 ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK PRODUKSI JUS BUAH PADA PT AMANAH PRIMA INDONESIA SKRIPSI WIDYA AMERYNA F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 INVENTORY ANALYSIS OF RAW MATERIALS FOR FRUIT JUICES PRODUCTION AT PT AMANAH PRIMA INDONESIA Widya Ameryna and Machfud Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. Phone and , and ABSTRACT There are many fresh fruits processing companies, some of which has been registered in Indonesia. In their operation, these companies need raw materials. The purpose of this study was to analyze the stock of raw materials for fruit juices production at the beverage drinks industry (case study at PT Amanah Prima Indonesia). The analysis has been conducted on the condition of stock, to determine the optimal amount and frequency of purchase of raw materials both in the form of fresh fruits and puree, and re-ordering point of the fresh fruits. The Economic Order Quantity (EOQ) method was used to determine the optimal amount of raw materials purchased. The result of the inventory analysis with the EOQ method indicated that: (1) the optimal amounts of raw materials purchased of each fresh fruits in 2009 and 2010 are 231 kg/order and 311 kg/order with the frequency of purchases is 17 and 22 times for apple, 964 kg/order and kg/order with the frequency of purchases is 69 and 88 times for guava, 295 kg/order and 408 kg/order with the frequency of purchases is 21 and 29 times for pineapple, 633 kg/order and 565 kg/order with the frequency of purchases is 46 and 41 times for soursop, and 186 kg/order and 208 kg/order with the frequency of purchases is 13 and 15 times for strawberry, (2) the optimal production amounts of puree to meet the demand of fruit juices in 2009 and 2010 are 32 kg/production periods and 44 kg/ production periods with the frequency of productions is 109 and 147 times for apple, 128 kg/production periods and 163 kg/ production periods with the frequency of productions is 429 and 547 times for guava, 38 kg/production periods and 53 kg/production periods with the frequency of productions is 128 and 177 times for pineapple, 86 kg/production periods and 77 kg/production periods with the frequency of productions is 290 and 259 timess for soursop, and 26 kg/production periods and 30 kg/production periods with the frequency of productions is 89 and 100 times for strawberry. To avoid the shortage of raw materials, the company has to re-order when the stock of raw materials of each fresh fruits at the warehouse in 2009 and 2010 are 51 and 99 kg for apple, 991 and kg for guava, 115 and 182 kg for pineapple, 562 and 308 kg for soursop, and 55 and 41 kg for strawberry. The result of EOQ analysis also indicated that the company could save their expenditure for raw materials of guava and soursop. The company could use this EOQ policy provided that the availability of the raw materials in the form of fresh fruit could be guaranteed and the amount of demand relatively stable. Keywords : inventory, fruit juices, EOQ

3 WIDYA AMERYNA. F Analisis Persediaan Bahan Baku Untuk Produksi Jus Buah Pada PT Amanah Prima Indonesia. Di bawah bimbingan Machfud RINGKASAN Buah-buahan tropis merupakan salah satu komoditi yang unggul di Indonesia, selain karena besarnya potensial untuk dibudidayakan, komoditi buah-buahan dan produk turunannnya ini memiliki pangsa pasar yang cukup tinggi. Berdasarkan Data Direktori Kementerian Perindustrian , tercatat sekitar 86 unit perusahaan skala sedang dan besar yang bergerak di bidang pengolahan buah segar tersebut, termasuk industri minuman jus buah. Pada pelaksanaannya, suatu perusahaan agroindustri membutuhkan bahan baku guna menunjang proses produksi. Total biaya untuk bahan baku terdiri dari biaya yang dibutuhkan untuk menyuplai bahan baku tersebut dan biaya persediaan jika ternyata terjadi kelebihan stok bahan baku. Dalam hal ini, pengendalian persediaan bahan baku di gudang memerlukan pengelolaan yang baik agar biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dikendalikan secara optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis persediaan bahan baku jus buah pada industri minuman (studi kasus di PT Amanah Prima Indonesia). Analisis meliputi analisis terhadap aspek kondisi persediaan, jumlah dan frekuensi pembelian bahan baku berupa buah segar dan puree yang optimal, serta titik pemesanan kembali bahan baku buah segar. Metode analisis yang digunakan untuk menentukan jumlah pengadaan bahan baku optimal adalah metode EOQ (Economic Order Quantity). Hasil analisis dengan metode EOQ : (1) jumlah pembelian buah segar yang optimal pada 2009 dan 2010 untuk masing-masing jenis buah yaitu apel sebesar 231 kg/pesan dan 311 kg/pesan dengan frekuensi pembelian 17 dan 22 kali, jambu sebesar 964 kg/pesan dan kg/pesan dengan frekuensi pembelian 69 dan 88 kali, nanas sebesar 295 kg/pesan dan 408 kg/pesan dengan frekuensi pembelian 21 dan 29 kali, sirsak sebesar 633 kg/pesan dan 565 kg/pesan dengan frekuensi pembelian 46 dan 41 kali, dan strawberi sebesar 186 kg/pesan dan 208 kg/pesan dengan frekuensi pembelian 13 dan 15 kali, (2) jumlah pengadaan puree optimal untuk memenuhi permintaan jus buah pada 2009 dan 2010 untuk masing-masing jenis buah yaitu apel sebesar 32 kg/periode produksi dan 44 kg/periode produksi dengan frekuensi produksi sebanyak 109 dan 147 kali, jambu sebesar 128 kg/periode produksi dan 163 kg/periode produksi dengan frekuensi produksi sebanyak 429 dan 547 kali, nanas sebesar 38 kg/periode produksi dan 53 kg/periode produksi dengan frekuensi produksi sebanyak 128 dan 177 kali, sirsak sebesar 86 kg/periode produksi dan 77 kg/periode produksi dengan frekuensi produksi sebanyak 290 dan 259 kali, dan strawberi sebesar 26 kg/periode produksi dan 30 kg/periode produksi dengan frekuensi produksi sebanyak 89 dan 100 kali. Agar tidak terjadi kekurangan bahan baku, perusahaan harus melakukan pemesanan kembali buah segar saat persediaan di tempat penyimpanan pada 2009 dan 2010 masing-masing untuk tiap jenis buah : apel sebesar 51 kg dan 99 kg, jambu sebesar 991 kg dan kg, nanas sebesar 115 kg dan 182 kg, sirsak sebesar 562 kg dan 308 kg, dan strawberi sebesar 55 kg dan 41 kg. Hasil analisis persediaan dengan metode EOQ juga menunjukkan bahwa perusahaan akan memperoleh sejumlah penghematan untuk puree jambu biji merah dan puree sirsak. Perusahaan dapat menjalankan kebijakan EOQ ini dengan asumsi ketersediaan bahan baku berupa buah segar bersifat pasti dan jumlah permintaan relatif stabil.

4 ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK PRODUKSI JUS BUAH PADA PT AMANAH PRIMA INDONESIA SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Oleh WIDYA AMERYNA F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

5 Judul Skripsi : Analisis Persediaan Bahan Baku Untuk Produksi Jus Buah Pada PT Amanah Prima Indonesia Nama : Widya Ameryna NIM : F Menyetujui, Pembimbing (Dr. Ir. Machfud, MS) NIP Mengetahui : Ketua Departemen, (Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti) NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis Persediaan Bahan Baku Untuk Produksi Jus Buah Pada PT Amanah Prima Indonesia adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan apapun dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2012 Yang membuat pernyataan Widya Ameryna F iii

7 Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya iv

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Iowa pada tanggal 29 November 1988 dengan nama lengkap Widya Ameryna Sabran. Penulis adalah putri dari pasangan Dr. Muhamad Sabran dan Dra. Endang Cahyawati. Penulis merupakan seorang kakak dari adik bernama Rakhmat Amesiandy. Penulis mengawali jenjang pendidikannya di TK Agrinusa, Banjarbaru pada tahun , dilanjutkan di SDN Banjarbaru Utara 1 pada tahun , dilanjutkan ke jenjang sekolah lanjutan di SLTPN 1 Banjarbaru pada tahun serta SMUN 1 Banjarbaru pada tahun Penulis lulus seleksi masuk IPB pada 2006 melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) dan terdaftar di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian-Institut Pertanian Bogor (Fateta-IPB), dengan nomor induk mahasiswa F Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam kepengurusan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa IPB Agria Swara sebagai Sekretaris Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) periode dan sebagai Presidium periode Selain itu, penulis juga aktif menorehkan prestasi dalam lomba paduan suara baik skala nasional maupun internasional. Penulis melakukan Praktek Lapangan dengan judul Mempelajari Aspek Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT Indofood Sukses Makmur Tbk - Noodles Division, Banjarmasin pada tahun v

9 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji serta syukur penulis hantarkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan pertolongan serta rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK PRODUKSI JUS PADA PT AMANAH PRIMA INDONESIA. Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, motivasi, dan kerjasama dari banyak pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Machfud, M.S. sebagai dosen pembimbing atas segala bantuan dalam memberi arahan dan motivasi serta kesabaran dalam membimbing penulis. 2. Dr. Ika Amalia Kartika, S.T.P, M.Si. dan Muhammad Arif Darmawan, S.T.P, M.T. selaku dosen penguji yang memberikan masukan dan arahan kepada penulis. 3. Bapak Muhamad Sabran, Ibu Endang Cahyawati, dan adik Rakhmat Amesiandy tersayang, atas segala kasih kasih sayang, semangat, doa serta dukungan kepada penulis. 4. Mas Munir atas semangat, doa, serta dukungan yang senantiasa diberikan kepada penulis selama tahapan penelitian hingga penyusunan skripsi. 5. Seluruh teman-teman TIN, terutama Raisa, Jaelani dan Mely, serta rekan satu bimbingan, Mitha dan Rofiq atas dukungan serta bantuan kerja sama yang telah banyak diberikan kepada penulis. 6. Indah, Windry, dan Yayoy yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan. 7. Agria Swara, yang telah mempertemukan penulis dengan orang-orang yang sangat berpengaruh dalam hidup penulis serta kenangan dan pengalaman berharga. 8. Seluruh staf pengajar dan pegawai administrasi IPB terutama Departemen Teknologi Industri Pertanian yang banyak membantu penulis selama menempuh studi di IPB. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang industri pertanian. Bogor, Mei 2012 Widya Ameryna vi

10 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ix xi DAFTAR LAMPIRAN... xii I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN PENELITIAN RUANG LINGKUP... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA BAHAN BAKU PRODUK HASIL MANAJEMEN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) PENELITIAN TERDAHULU III. METODE PENELITIAN KERANGKA PEMIKIRAN TATA LAKSANA PENELITIAN ANALISIS DATA IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAHAN BAKU PRODUK HASIL MANAJEMEN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU Kuantitas dan Frekuensi Pemesanan Bahan Baku Buah Segar Waktu Tunggu Pengadaan Bahan Baku Buah Segar Pembelian Bahan Baku Buah Segar Tingkat Pemakaian Bahan Baku Buah Segar vii

11 Tingkat Pemakaian Puree Biaya-Biaya Persediaan ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN PERBANDINGAN ANTARA METODE PERUSAHAAN DENGAN METODE EOQ V. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Data hasil pertanian buah segar di Indonesia ( )... 1 Tabel 2. Jumlah produk yang dihasilkan dari 1 kg buah segar/puree Tabel 3. Jenis, asal dan supplier buah segar Tabel 4. Frekuensi pemesanan buah segar Tabel 5. Waktu tunggu pengadaan bahan baku Tabel 6. Pembelian bahan baku per bulan (2009) Tabel 7. Pembelian bahan baku per bulan (2010) Tabel 8. Rata-rata pemakaian bahan baku per bulan (2009) Tabel 9. Rata-rata pemakaian bahan baku per bulan (2010) Tabel 10. Tingkat persediaan apel segar (2009 dan 2010) Tabel 11. Tingkat persediaan jambu biji merah segar (2009 dan 2010) Tabel 12. Tingkat persediaan nanas segar (2009 dan 2010) Tabel 13. Tingkat persediaan sirsak segar (2009 dan 2010) Tabel 14. Tingkat persediaan strawberi segar (2009 dan 2010) Tabel 15. Produksi puree yang dihasilkan dari buah segar per bulan (2009) Tabel 16. Produksi puree yang dihasilkan dari buah segar per bulan (2010) Tabel 17. Tingkat persediaan puree apel (2009 dan 2010) Tabel 18. Tingkat persediaan puree jambu biji merah (2009 dan 2010) Tabel 19. Tingkat persediaan puree nanas (2009 dan 2010) Tabel 20. Tingkat persediaan puree sirsak (2009 dan 2010) Tabel 21. Tingkat persediaan puree strawberi (2009 dan 2010) Tabel 22. Biaya pengadaan buah segar Tabel 23. Biaya pengadaan puree Tabel 24. Biaya menahan persediaan buah segar dan puree pada 2009 dan Tabel 25. Hasil perhitungan total biaya persediaan menurut perusahaan pada 2009 dan Tabel 26. Klasifikasi bahan baku dengan analisis ABC Tabel 27. Permintaan terhadap puree, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan periode Tabel 28. Jumlah kg dan frekuensi pengadaan/produksi puree yang optimal menurut metode EOQ pada 2009 dan Tabel 29. Permintaan terhadap buah segar, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan periode Tabel 30. Jumlah kg dan frekuensi pembelian buah segar yang optimal menurut metode EOQ pada 2009 dan Tabel 31. Persediaan pengaman bahan baku buah segar (2009 dan 2010) ix

13 Tabel 32. Titik pemesanan kembali buah segar (2009 dan 2019) Tabel 33. Besar EOQ, safety stock, reorder point, dan maximum inventory (kg) pada 2009 dan Tabel 34. Total biaya persediaan buah segar dan puree menurut metode EOQ selama 2009 dan Tabel 35. Total biaya persediaan buah segar dan puree menurut metode perusahaan dan metode EOQ serta penghematan yang diperoleh selama x

14 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Gambar 2. Diagram alir penelitian Gambar 3. Sistem produksi jus Gambar 4. Mekanisme pengadaan bahan baku buah segar di PT Amanah Prima Indonesia Gambar 5. Mekanisme penerimaan bahan baku buah segar di PT Amanah Prima Indonesia Gambar 6. Mekanisme pengeluaran bahan baku buah segar di PT Amanah Prima Indonesia Gambar 7. Grafik tingkat pemakaian bahan baku tahun Gambar 8. Grafik tingkat pemakaian bahan baku tahun Gambar 9. Kondisi persediaan apel menurut EOQ pada Gambar 10. Kondisi persediaan jambu biji merah menurut EOQ pada Gambar 11. Kondisi persediaan nanas menurut EOQ pada Gambar 12. Kondisi persediaan sirsak menurut EOQ pada Gambar 13. Kondisi persediaan strawberi menurut EOQ pada Gambar 14. Kondisi persediaan apel menurut EOQ pada Gambar 15. Kondisi persediaan jambu biji merah menurut EOQ pada Gambar 16. Kondisi persediaan nanas menurut EOQ pada Gambar 17. Kondisi persediaan sirsak menurut EOQ pada Gambar 18. Kondisi persediaan strawberi menurut EOQ pada xi

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Diagram alir proses pembuatan puree Lampiran 2. Diagram alir proses pembuatan jus Lampiran 3. Peta proses operasi jus buah Lampiran 4. Volume produksi jus 2009 dan Lampiran 5. Neraca massa produksi jus apel Lampiran 6. Neraca massa produksi jus jambu biji merah Lampiran 7. Neraca massa produksi jus nanas Lampiran 8. Neraca massa produksi jus sirsak Lampiran 9. Neraca massa produksi jus strawberi Lampiran 10a. Rincian biaya menahan persediaan buah segar pada 2009 dan Lampiran 10b.Rincian biaya menahan persediaan puree pada 2009 dan Lampiran 11a. Rincian perhitungan standar deviasi pemakaian apel segar pada Lampiran 11b.Rincian perhitungan standar deviasi pemakaian apel segar pada Lampiran 12a. Rincian perhitungan standar deviasi pemakaian jambu segar pada Lampiran 12b.Rincian perhitungan standar deviasi pemakaian jambu segar pada Lampiran 13a. Rincian perhitungan standar deviasi pemakaian nanas segar pada Lampiran 13b.Rincian perhitungan standar deviasi pemakaian nanas segar pada Lampiran 14a. Rincian perhitungan standar deviasi pemakaian sirsak segar pada Lampiran 14b.Rincian perhitungan standar deviasi pemakaian sirsak segar pada Lampiran 14a. Rincian perhitungan standar deviasi pemakaian strawberi segar pada Lampiran 14b.Rincian perhitungan standar deviasi pemakaian strawberi segar pada Lampiran 15. Perbandingan antara metode perusahaan dengan metode EOQ dari beberapa aspek xii

16 I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengendalian persediaan merupakan salah satu aspek penting yang dibutuhkan oleh perusahaan agroindustri. Manajemen pengendalian persediaan yang baik merupakan salah satu cara yang efektif dalam memecahkan permasalahan yang sering dihadapi oleh perusahaan agroindustri tersebut. Hal ini disebabkan aspek pengendalian persediaan memiliki peranan yang cukup penting dalam peningkatan produktivitas baik dalam hal penghematan biaya-biaya bahan baku, optimalisasi produksi dan waktu kerja, serta pemanfaatan sumber daya manusia dan fasilitas produksi secara efektif. Menurut Bedworth dan Bailey (1982), persediaan memiliki fungsi penting yang dapat meningkatkan efisiensi operasional suatu perusahaan. Dengan adanya persediaan maka proses produksi tidak terhambat oleh kekurangan bahan baku. Selain itu, prosedur untuk memperoleh dan menyimpan bahan baku yang dibutuhkan dapat dilaksanakan dengan biaya minimum. Pada pelaksanaannya, suatu perusahaan agroindustri membutuhkan bahan baku guna menunjang proses produksi. Bahan baku pada prinsipnya merupakan hal paling penting yang harus selalu ada dalam persediaan gudang bahan baku. Aspek bahan baku erat kaitannya dengan biaya yang dibutuhkan untuk menyuplai bahan baku tersebut ataupun biaya persediaan jika ternyata terjadi kelebihan stok bahan baku. Dalam hal ini, pengendalian persediaan bahan baku maupun persediaan produk jadi di gudang memerlukan pengelolaan yang baik agar biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dikendalikan secara optimal. Saat ini, industri minuman sudah mulai berkembang dengan cukup pesat. Buah sebagai salah satu bahan baku utama dapat diolah lebih lanjut menjadi jus segar guna memberikan nilai tambah pada komoditi hasil pertanian tersebut. Sifatnya yang memiliki daya umur simpan rendah, pengadaannya bergantung pada musim namun permintaan terus berjalan seiring waktu, membuat perencanaan pengadaan dan pengendalian persediaan terhadap bahan baku ini perlu dilakukan secara optimal. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, hasil pertanian berupa buah segar menunjukan peningkatan selama dengan rincian yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia (Tabel 1). Tabel 1. Data hasil pertanian buah segar di Indonesia ( ) Jumlah (ton) Jenis Buah Apel Jambu Biji Merah Nanas Sirsak Strawberi Sumber : (diakses pada 10 Januari 2011) Seiring dengan meningkatnya hasil pertanian tersebut, semakin meningkat pula usaha untuk melakukan pengolahan buah segar menjadi produk olahan yang lebih bernilai. Berdasarkan Data Direktori Kementerian Perindustrian , tercatat sekitar 86 unit perusahaan skala sedang dan besar yang bergerak di bidang pengolahan buah segar tersebut.

17 Dengan semakin banyaknya usaha industri pengolahan buah segar, maka semakin tinggi pula persaingan yang terjadi antar perusahaan. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai strategi agar dapat memperoleh tingkat efektifitas dan keuntungan yang tinggi. Sebagai salah satu aspek yang penting dalam proses produksi, pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku berupa buah segar merupakan hal yang turut diperhatikan oleh perusahaan. Penelitian ini akan menganalisis kebijakan perusahaan dalam pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku sehingga tercapai efektifitas dan efisiensi produksi yang tinggi. 1.2 TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pola persediaan bahan baku pada PT. Amanah Prima Indonesia 2. Menentukan frekuensi pembelian bahan baku dan jumlah kebutuhan bahan baku yang optimal 3. Mengetahui titik pemesanan kembali (reorder point) selama masa tenggang 1.3 RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup penelitian ini adalah analisis terhadap ketersediaan bahan baku buah segar (apel, nanas, jambu, sirsak dan strawberi) dan perencanaan pembelian untuk pengadaan bahan baku dalam memenuhi kebutuhan proses produksi. 2

18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BAHAN BAKU Bahan baku merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang bersangkutan (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Menurut Mulyadi (1981), bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian utama dari produk jadi. Menurut Assauri (1998), bahan baku merupakan bahan yang harus diperhitungkan dalam kelangsungan proses produksi. Banyaknya bahan baku yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan sumber-sumber di dalam perusahaan dan kelancarannya. Hal ini menunjukkan bahwa bahan baku merupakan salah satu faktor penting yang dapat memperlancar suatu proses produksi. Bahan baku berupa komoditi hasil pertanian seperti buah-buahan, tentunya harus turut memperhitungkan karakteristiknya yang mudah rusak, ketersediaannya yang berdasarkan musim dan bersifat kamba, dalam melakukan usaha pengendalian persediaan. Untuk karakteristiknya yang mudah rusak, menurut Satuhu (2004), buah mudah sekali mengalami perubahan fisiologis, kimia dan fisik jika tidak ditangani secara tepat. Akibatnya, mutu buah akan turun drastis dan tingkat kesegaran pun menurun dalam waktu singkat. Seperti yang dikutip Maflahah (2010) dalam Winarno dan Wikartakusuma (1981), pada pengolahan buah segar, sifat klimaterik atau non klimaterik dari buah yang bersangkutan merupakan salah satu faktor yang penting. Berdasarkan pola produksi dan jumlah gas CO 2 yang dihasilkan, buah dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu: a. Buah Klimaterik Buah klimaterik adalah buah yang ditandai dengan produksi CO 2 yang tinggi dan meningkat tajam pada akhir pertumbuhan dan perkembangan buah serta diikuti dengan perubahan yang nyata atas komposisi dan teksturnya. Contoh buah klimaterik adalah apel, pisang, mangga, alpukat, sirsak dan tomat. b. Buah Non Klimaterik Buah non klimaterik ditandai dengan tingkat produksi CO 2 yang rendah dan relatif terus menurun serta tidak diikuti dengan perubahan komposisi buah yang nyata selama proses perkembangan berlangsung. Buah yang termasuk jenis ini antara lain: semangka, nanas, anggur dan arbei. Beberapa perubahan mutu buah akan terjadi selama proses pematangan buah segar. Perubahan yang umumnya terjadi dapat secara fisik maupun kimiawi. Secara fisik, perubahan yang terjadi berupa perubahan pada warna dan tekstur. Sedangkan perubahan secara kimiawi dapat berupa perubahan pada kadar air, kandungan gula, kandungan vitamin C dan asam-asam organik. Menurut Winarno dan Wirakartakusuma (1981), perubahan warna merupakan salah satu perubahan yang sangat menonjol pada proses pematangan buah. Perubahan warna pada buahbuahan tersebut merupakan proses sintesis dari suatu pigmen tertentu, seperti karotenoid dan flavonoid, selain juga terjadi perombakan klorofil. Warna pada buah segar dikelompokkan ke dalam empat kelompok besar, yaitu: klorofil, antosianin, flavonoid dan karotenoid. Perubahan tekstur buah-buahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: adanya tekanan turgor, perubahan ukuran dan bentuk sel, adanya jaringan penunjang dan susunan

19 jaringan. Tekanan turgor adalah tekanan dari isi sel terhadap dinding sel sehingga sel ada pada volume normal, namun tetap dapat terjadi pertukaran senyawa (Pantastico, 1986). Perubahan kimiawi pada buah segar yang umum terjadi selama pematangan adalah perubahan kadar gula, kadar asam dan kadar vitamin C. Buah-buahan mentah mengandung kadar vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan dengan buah-buahan yang sudah tua. Kadar vitamin C pada buah akan meningkat sampai buah masak, dan akan menurun pada saat tingkat kemasakan telah terlampaui. Oleh karenanya, kandungan vitamin C pada buah segar dapat dijadikan sebagai indikator kematangan buah. Kadar vitamin C pada buah segar dipengaruhi oleh jenis buah, kondisi pertumbuhan, tingkat kematangan saat panen dan penanganan pasca panen (Winarno dan Wirakartakusuma, 1981). Untuk meminimumkan kerusakan buah segar pasca panen, maka penanganannya harus dilakukan dengan tepat. Menurut Pantastico (1986), penanganan pasca panen yang umum dilakukan meliputi: 1. Sortasi dan Grading Sortasi merupakan kegiatan untuk memisahkan komoditas atas dasar perbedaan faktor mutunya sehingga diperoleh komoditas yang baik dan seragam. Prinsip pemisahan antara lain didasarkan pada: perbedaan ukuran, perbedaan bentuk, perbedaan warna, dan lain-lain. Grading adalah kegiatan untuk menyatukan komoditas berdasarkan keseragaman ukuran, bentuk, warna, dan lain-lain. 2. Pengemasan Pengemasan adalah proses menempatkan komoditas pada suatu wadah dengan tujuan untuk melindungi komoditas dari berbagai penyebab kerusakan. 3. Pengangkutan Sistem proses pengangkutan produk hasil pertanian harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti : waktu dan jarak dari pasar, kondisi produk yang diangkut, perlakuan sebelum pengangkutan, harga komoditas dan biaya transportasi. Karena sifat buah-buahan yang mudah rusak dan kamba, maka buah-buahan diolah lebih lanjut menjadi puree sebagai bahan baku lanjutan untuk proses produksi produk akhir. Menurut Prabawati (2004), buah sirsak, jambu biji dan berbagai jenis buah di Indonesia, dapat ditingkatkan nilai ekonominya melalui pengolahan menjadi puree. Puree adalah bubur buah yang merupakan bahan setengah jadi, dapat diolah menjadi jus atau minuman sari buah (Yuniarti, 2003). Puree merupakan produk antara dari pengolahan buahbuahan dan merupakan bahan baku untuk industri jus, sirup serta industri pangan lain. Produk berbentuk puree akan memudahkan dalam transportasi, mutu produk lebih konsisten dan daya simpan lebih lama sehingga kontinuitas bahan baku untuk industri lanjutan dapat terjamin (Anonymous, 2007). Pengolahan puree diawali dengan pemeraman buah, pencucian, pemilihan, pengecilan ukuran dan pembuangan biji, pembuburan, dan penyaringan. Selanjutnya dilakukan pasteurisasi dan pengemasan (Prabawati, 2004). Pasteurisasi dilakukan untuk mengatasi penurunan kualitas puree. Menurut Umme et al. (1997), misalnya untuk puree sirsak yang tidak dipasteurisasi, hanya akan tahan selama dua hari pada suhu kamar dan akan terbentuk gas setelah dua hari. Perubahan kenampakan adalah tanda bahwa telah terjadi fermentasi yang dilakukan oleh mikroba yang ada di dalam puree. 4

20 2.2 PRODUK HASIL Jus merupakan produk hasil proses produksi dalam suatu industri minuman dengan bahan baku buah segar. Menurut Varnam dan Sutherland (1994), jus dapat didefinisikan sebagai cairan yang diperas dengan tekanan atau alat mekanis lain dari bagian yang dapat dimakan dari buah. Jus seringkali keruh, mengandung komponen-komponen seluler dalam suspensi koloid dengan beberapa jumlah jaringan yang terpecah dengan baik. Jus juga mengandung material berminyak dan berlilin, pigmen karotenoid yang berasal dari kulit atau daging buah. Tahap-tahap pengolahan jus buah secara umum adalah pemilihan dan penentuan kematangan buah, pencucian dan sortasi, ekstraksi, homogenisasi, penyaringan, deaerasi, pengawetan dan pembotolan atau pengalengan. Untuk buah-buahan tertentu, dapat dilakukan modifikasi terhadap pengolahan tersebut, tergantung pada sifat buah dan jus yang diinginkan. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jus buah antara lain: buah yang digunakan haruslah segar, banyak tersedia dan mengandung kadar air yang tinggi, tidak hambar serta tidak rusak dan tidak busuk (Arhurst, 1995). Cara penyimpanan bahan atau produk pangan adalah dengan cara penyimpanan dingin (chilling storage) di bawah 15 0 C dan di atas titik beku bahan atau produk. Penyimpanan dingin merupakan salah satu cara menghambat turunnya mutu jus buah, di samping penambahan zat-zat pengawet kimia dan konsentrasi gula yang tinggi. Pendinginan akan menurunkan laju pertumbuhan mikroba pada bahan produk yang disimpan. Menurut Pollard dan Timberlake (1974), suhu penyimpanan yang ideal bagi jus buah adalah 5,4-14,4 0 C. Suhu rendah di atas suhu pembekuan dan di bawah 15 0 C dapat mengurangi laju metabolisme. Dengan menyimpan bahan pangan pada suhu sekitar -2 0 C sampai 10 0 C, diharapkan dapat memperpanjang masa simpan produk pangan. Suhu rendah dapat memperlambat aktivitas metabolisme dan menghambat pertumbuhan mikroba. 2.3 MANAJEMEN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU Persediaan Pengertian persediaan Persediaan merupakan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Keberadaan persediaan berkaitan dengan faktor waktu, faktor ketidakpastian, faktor diskontinuitas, dan faktor ekonomi (Handoko, 2000). Menurut Bedworth dan Bailey (1982), persediaan memiliki fungsi penting yang dapat meningkatkan efisiensi operasional suatu perusahaan. Dengan adanya persediaan maka proses produksi tidak terhambat oleh kekurangan bahan baku. Selain itu, prosedur untuk memperoleh dan menyimpan bahan baku yang dibutuhkan dapat dilaksanakan dengan biaya minimum. Persediaan adalah aktiva lancar yang terdapat pada perusahaan dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan baku, bahan setengah jadi dan barang jadi) (Prawirosentono, 2001). Menurut Gitosudarmo (2002), persediaan adalah bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan. Sedangkan menurut Soemarsono (1999), persediaan diartikan barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali atau digunakan dalam kegiatan perusahaan. 5

21 Pengendalian persediaan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penentuan kebutuhan material sedemikian rupa sehingga di satu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan di lain pihak investasi persediaan material dapat ditekan secara optimal (Indrajit dan Djokopranoto, 2003) Tujuan dan Fungsi Persediaan Tujuan dari persediaan adalah untuk mencapai efisiensi dan efektifitas optimal dalam penyimpanan material (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Menurut Johns dan Harding (1996), tujuan pengendalian persediaan adalah meminimalkan investasi dalam sediaan, namun tetap konsisten dengan penyediaan tingkat pelayanan yang diminta. Menurut Assauri (1998), fungsi persediaan yang diadakan mulai dari persediaan yang berbentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi, antara lain: a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan oleh perusahaan b. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak memenuhi kualifikasi, sehingga harus dikembalikan c. Menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan jika bahan itu tidak ada di pasaran d. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi e. Mencapai penggunaan mesin yang optimal Jenis-Jenis Persediaan Menurut Rangkuti (2002), setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara pengolahan yang berbeda. Persediaan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis di antaranya sebagai berikut: a. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang berwujud serta komponen lain yang digunakan dalam proses produksi b. Persediaan komponen rakitan (purchased parts/components) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen yang diperoleh dari perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk c. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies) yaitu persediaan barangbarang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi d. Persediaan barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi e. Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim kepada pelanggan 6

22 Biaya-Biaya Persediaan Menurut Ahyari (2003), biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan penyelenggaraan persediaan di dalam suatu persediaan terdiri dari tiga macam biaya. Biayabiaya tersebut antara lain: a. Biaya Pemesanan Biaya pemesanan merupakan biaya-biaya yang terkait langsung dengann kegiatan pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan. Hal yang diperhitungkan dalam biaya pemesanan adalah frekuensi pemesanan dilakukan, berapa pun jumlah unit yang dipesan pada setiap kali pemesanan tersebut. Biaya pemesanan disebut juga ordering cost jika biaya tersebut dikeluarkan untuk pengadaan barang yang berasal dari pembelian. Biaya ini terdiri dari biaya persiapan pembelian, biaya pembuatan faktur, biaya ekspedisi dan administrasi serta biaya untuk dokumen lain yang menjamin lancarnya arus barang. Biaya pemesanan disebut set up cost jika biaya tersebut dikeluarkan untuk pengadaan barang yang berasal dari produksi sendiri. Biaya ini meliputi biaya yang diperlukan untuk perbaikan mesin, pengadaan bahan baku dan tenaga kerja. Pada prinsipnya biaya pemesanan ini akan diperhitungkan atas dasar frekuensi pembelian yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin besar frekuensi pembelian maka semakin besar pula biaya persediaannya. b. Biaya Penyimpanan Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan akibat adanya sejumlah bahan baku yang disimpan di gudang/tempat penyimpanan. Biaya ini juga sering disebut carrying cost atau holding cost. Beberapa contoh dari biaya penyimpanan ini antara lain: biaya simpan bahan, biaya asuransi bahan, biaya kerusakan dalam penyimpanan, biaya pemeliharaan bahan, biaya sewa gudang, dan lainnya. c. Biaya Tetap Persediaan Biaya tetap persediaan (fixed inventory cost) adalah seluruh biaya yang timbul akibat adanya persediaan bahan yang tidak terkait langsung baik dengan frekuensi pembelian maupun jumlah unit yang disimpan dalam tempat penyimpanan bahan baku. Beberapa contoh dari biaya ini antara lain: biaya bongkar bahan, biaya sewa beban, dan lainnya Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pengertian Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan persediaan fisik pada perusahaan akan melibatkan investasi yang sangat besar. Pelaksanaan fungsi ini akan berhubungan dengan seluruh bagian dengan tujuan agar usaha penjualan dapat berjalan efektif serta produk dan penggunaan sumber daya dapat berjalan secara maksimal. Istilah pengendalian merupakan penggabungan dari dua pengertian yang sangat erat kaitannya, tetapi dari masing-masing pengertian tersebut dapat diartikan sendiri-sendiri yaitu perencanaan dan pengawasan. Pengawasan tidak akan memiliki arti tanpa adanya 7

23 perencanaan terlebih dahulu, dan juga sebaliknya, perencanaan tidak akan menghasilkan sesuatu tanpa ada pengawasan. Perencanaan adalah proses untuk memutuskan tindakan apa yang akan diambil pada masa yang akan datang (Widjaja, 1996). Menurut Horngren (1992), perencanaan kebutuhan bahan adalah suatu sistem perencanaan yang mulanya berfokus pada jumlah dan besar permintaan produk jadi, yang selanjutnya menentukan besar kebutuhan untuk bahan baku, komponen dan sub perakitan saat proses produksi. Pengawasan bahan adalah suatu fungsi terkoordinasi di dalam organisasi yang terus menerus disempurnakan untuk mengelola bahan baku dan persediaan pada umumnya, serta melakukan pengendalian internal yang menjamin adanya dokumen sah suatu transaksi yang berhubungan dengan pengawasan bahan, meliputi pengawasan fisik dan pengawasan nilai atau rupiah bahan (Supriyono, 1999). Kegiatan pengawasan persediaan tidak terbatas pada penentuan atas tingkat dan komposisi persediaan, tetapi juga termasuk pengaturan dan pengawasan atau pelaksanaan pengadaan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan jumlah dan waktu yang ditentukan dan dengan tingkat biaya serendah-rendahnya. Menurut Widjaja (1996), pengendalian adalah proses manajemen yang memastikan bahwa kegiatan yang dijalankan oleh anggota dan suatu organisasi sesuai dengan rencana dan kebijakannya. Pengendalian berkisar pada kegiatan memberikan pengamatan, pemantauan, penyelidikan dan pengevaluasian ke seluruh bagian manajemen agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai Tujuan Pengendalian Bahan Baku Menurut Assauri (1998), tujuan pengawasan persediaan dapat diartikan sebagai usaha untuk: 1. Menjamin agar ketersediaan persediaan tetap terjaga sehingga proses produksi tidak terhenti 2. Menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar sehingga biaya yang berkaitan dengan persediaan dapat ditekan 3. Menjaga agar frekuensi pembelian bahan baku lebih efektif Tujuan dasar dari pengendalian bahan adalah kemampuan untuk melakukan pemesanan pada saat yang tepat ke pemasok terbaik untuk memperoleh kualitas dan kuantitas pada harga yang tepat (Matz, 1994). Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, maka perencanaan dan pengendalian persediaan yang tepat dibutuhkan agar kelangsungan proses produksi tetap terjaga Prinsip-Prinsip Pengendalian Menurut Matz (1994), sistem dan teknik pengendalian persediaan harus didasarkan pada prinsip-prinsip berikut: 1. Persediaan diciptakan dari pembelian : (a) bahan dan suku cadang, dan (b) tambahan biaya pekerja dan overhead untuk mengelola bahan menjadi barang jadi. 2. Persediaan berkurang melalui penjualan dan perusakan. 3. Perkiraan yang tepat atas jadwal penjualan dan produksi merupakan hal yang penting bagi pembelian, penanganan, dan investasi bahan yang efisien. 4. Kebijakan manajemen yang berupaya menciptakan keseimbangan antara keragaman dan kuantitas persediaan bagi operasi yang efisien dengan biaya pemilikan 8

24 persediaan tersebut merupakan faktor yang paling utama dalam menentukan investasi persediaan. 5. Pemesanan bahan merupakan tanggapan terhadap perkiraan dan penyusunan rencana pengendalian produksi. 6. Pencatatan persediaan saja tidak akan mencapai pengendalian atas persediaan. 7. Pengendalian bersifat komparatif dan relatif, tidak mutlak Model Pengendalian Persediaan Pada dasarnya kebijakan pengendalian persediaan meliputi dua aspek yaitu (1) pada saat kapan atau pada tingkat persediaan berapa harus dilakukan pemesanan atau pengadaan persediaan; dan (2) berapa banyak yang harus dipesan, diadakan atau diproduksi. Konsekuensi dari kedua aspek tersebut akan menentukan tingkat persediaan pada waktu tertentu dan rata-rata tingkat persediaan. Menurut Assauri (1998), kebijakan persediaan berkaitan dengan penentuan pemesanan dan tingkat persediaan yang optimum, berapa jumlah yang dipesan agar pemesanan tersebut ekonomis, dan kapan pemesanan itu dilakukan. Berdasarkan sifat permintaan dan waktu tunggu, model persediaaan dapat bersifat deterministik (diketahui dengan pasti) atau probabilistik (dijabarkan dengan sebuah fungsi probabilitas): 1. Model Persediaan Deterministik dan Probabilistik a. Model Persediaan Deterministik Menurut Taha (1997), permintaan deterministik dapat bersifat statis dalam arti bahwa laju pemakaian tetap konstan sepanjang waktu dan diketahui dengan pasti; permintaan deterministik dapat bersifat dinamis yaitu permintaan diketahui dengan pasti tetapi bervariasi dari satu periode ke periode berikutnya. Model deterministik merupakan model yang didasarkan pada asumsi bahwa laju permintaan diketahui untuk suatu selang periode. Asumsi-asumsi yang digunakan pada umumnya yaitu bahan yang dipesan satu macam, kebutuhan per periode diketahui, dan bahan yang dibutuhkan segera dapat tersedia (Love, 1979). b. Model Persediaan Probabilistik Model probabilistik merupakan model yang melibatkan distribusi peluang permintaan maupun peluang waktu tunggu. Menurut Waters (1992), model probabilistik dibedakan menjadi dua, yaitu model untuk permintaan diskrit dan model untuk permintaan kontinu. Model untuk permintaan diskrit digunakan untuk barang-barang yang sifat permintaannya tidak kontinu; sedangkan model permintaan kontinu digunakan untuk barang-barang dengan permintaan berkesinambungan atau terus menerus. Model untuk tingkatan seperti model permintaan kontinu adalah model service level atau model tingkat pelayanan. 2. Model Material Requirements Planning (MRP) Material Requirements Planning (MRP) adalah suatu sistem perencanaan dan penjadwalan kebutuhan material untuk produksi yang memerlukan beberapa tahapan proses/fase. Dengan kata lain, MRP merupakan suatu rencana produksi untuk sejumlah produk jadi yang diterjemahkan ke bahan mentah (komponen) yang dibutuhkan dengan menggunakan waktu tenggang sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa banyak yang 9

25 dipesan untuk masing-masing komponen suatu produk yang akan dibuat (Rangkuti, 2004). Sistem MRP merencanakan ukuran lot sehingga barang-barang tersebut tersedia pada saat dibutuhkan. Ukuran lot adalah kuantitas yang akan dipesan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan dengan kuantitas yang dapat meminimalkan biaya persediaan sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan. 2.4 METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) Pengertian EOQ (Economic Order Quantity) EOQ merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilakukan pada setiap kali pembelian. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dapat diperhitungkan pemenuhan kebutuhan (pembelian) yang paling ekonomis yaitu sejumlah barang yang akan dapat diperoleh melalui pembelian dengan menggunakan biaya yang minimal (Gitosudarmo, 2002). Menurut Yamit (1999), EOQ adalah jumlah pesanan yang dapat meminimumkan total biaya persediaan atau dengan kata lain pembelian yang paling optimal. EOQ diperhitungkan untuk menetapkan berapa total tetap bahan yang harus dibeli dalam setiap kali pembelian untuk menutup kebutuhan selama satu periode Kebijakan-Kebijakan EOQ (Economic Order Quantity) Menentukan Jumlah Bahan Baku yang Ekonomis Adanya pembelian bahan baku dalam jumlah yang optimal dapat menghasilkan total biaya persediaan yang paling minimal. Unsur-unsur yang mempengaruhi Economic Order Quantity (EOQ) antara lain : biaya penyimpanan per unit, biaya pemesanan tiap kali pesan, kebutuhan bahan baku untuk suatu periode tertentu, dan harga pembelian (Ahyari, 2003). Menurut Supriyono (1999), terdapat beberapa anggapan dasar yang perlu diperhatikan dalam perhitungan EOQ yaitu: 1. Selama saat akan dilakukan pembelian, dana selalu tersedia 2. Pemakaian bahan relatif stabil dari waktu ke waktu selama periode tertentu 3. Bahan tersebut selalu tersedia setiap saat akan dilakukan pembelian 4. Fasilitas penyimpanan selalu tersedia berapa kali pun pembelian dilakukan 5. Bahan yang bersangkutan tidak mudah rusak dalam penyimpanan Menentukan Persediaan Pengaman (Safety Stock) Persediaan pengaman merupakan suatu persediaan yang dicadangkan sebagai pengaman dari kelangsungan proses produksi. Persediaan pengaman diperlukan karena dalam kenyataannya jumlah bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi tidak selalu tepat seperti yang direncanakan (Ahyari, 2003). Meskipun EOQ sudah ditentukan, masih ada kemungkinan terjadi out of stock dalam proses produksi. Menurut Gitosudarmo (2002), kemungkinan out of stock tersebut akan timbul jika penggunaan bahan baku dalam proses produksi lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini akan menimbulkan terjadinya kekurangan persediaan karena persediaan 10

26 sudah habis sebelum pembelian atau pemesanan yang berikutnya datang ke gudang bahan baku, sehingga terjadi out of stock Menentukan Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) Jika besarnya persediaan pengaman telah diketahui, maka perusahaan dapat melakukan pemesanan kembali. Saat pemesanan kembali bahan baku ini disebut juga dengan istilah Reorder Point. Reorder Point adalah saat atau waktu tertentu perusahaan harus mengadakan pemesanan bahan baku kembali agar pesanan yang sudah dilakukan sebelumnya dapat datang tepat waktu (Gitosudarmo, 2002). Menurut Supriyono (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan Reorder Point antara lain: 1. Waktu Tunggu (Lead Time) Waktu tunggu merupakan waktu yang diperlukan dari saat pemesanan sampai bahan yang dipesan tersebut datang ke gudang. Semakin lama lead time maka semakin besar pula jumlah beban yang diperlukan dalam pemakaian. 2. Rata-Rata Pemakain Bahan Baku Besarnya bahan yang diperlukan selama lead time adalah jumlah lead time (hari/bulan) dikalikan tingkat rata-rata pemakaian bahan baku. 3. Besarnya Persediaan Pengaman (Safety Stock) Persediaan pengaman merupakan jumlah persediaan bahan baku yang minimum harus ada untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan yang sudah dipesan sehingga perusahaan tidak mengalami stock out atau mengalami gangguan kelancaran proses produksi. Reorder point ditentukan dari penjumlahan besar penggunaan bahan baku selama lead time dengan besar safety stock. 2.5 PENELITIAN TERDAHULU Pujihastuti (2008) melakukan analisis persediaan bahan baku di PT X dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity). Yanto (2008) melakukan analisis persediaan bahan baku berupa tomat segar (studi kasus di Bandung). Metode yang digunakan yaitu EOQ dengan pendekatan berdasarkan tingkat pelayanan. Penelitian lain dilakukan oleh Elisabeth (2004) yang melakukan analisis persediaan bahan baku ikan dalam usaha kerupuk udang di PT Mitra Marin Manunggal Sidoarjo, Jawa Timur. Hasil analisis dari penelitianpenelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode EOQ, terjadi sejumlah penghematan terhadap biaya persediaan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut memiliki relevansi dengan penelitian yang penulis lakukan. Keterkaitan tersebut berupa informasi adanya jumlah permintaan bahan baku, biayabiaya persediaan, lead time, frekuensi dan kuantitas pemesanan, jumlah persediaan, jumlah pemesanan bahan baku dan persediaan pengaman (safety stock). Dalam penelitian ini, metode yang memiliki total biaya persediaan paling minimum dan ketepatan saat dan jumlah pemesanan bahan baku akan diusulkan sebagai metode pengendalian persediaan bahan baku yang lebih optimal untuk perusahaan. Analisis persediaan bahan baku yang bersifat mudah rusak juga telah pernah dilakukan antara lain oleh Berk dan Gurler (2008), Broekmeulen dan van Donselaar (2007), serta William dan Patuwo (1999). Penelitian dilakukan dengan menggunakan beberapa model persediaan yang turut mempertimbangkan faktor kerusakan dari bahan baku. 11

27 III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam memperlancar proses produksi. Banyaknya bahan baku yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan sumber-sumber di dalam perusahaan dan kelancarannya. Manajemen yang baik terhadap ketersediaan bahan baku sangat diperlukan agar tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Setiap perusahaan harus memiliki kebijakan pengendalian persediaan yang jelas agar kondisi persediaan yang ada dapat tetap menjaga kontinuitas usaha perusahaan. Kebijakan yang tepat tersebut berguna untuk: 1. Menempatkan perusahaan pada posisi yang selalu siap untuk memenuhi sejumlah permintaan baik dalam kondisi normal maupun tidak. 2. Membantu tercapainya kapasitas produksi yang maksimal namun efektif. Saat terjadi peningkatan permintaan, perusahaan diharapkan mampu berproduksi pada kapasitas penuh. Sebaliknya saat permintaan rendah, kelebihan produksi dapat disimpan sebagai persediaan yang tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Menurut Ahyari (1995), persediaan bahan baku dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perkiraan pemakaian bahan baku, harga bahan baku, biaya-biaya persediaan seperti biaya pengadaan dan biaya menahan persediaan, kebijakan pembelian oleh perusahaan, besarnya persediaan pengaman dan reorder point. Konsep jalannya penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi motif perusahaan dalam melaksanakan sistem pengendalian persediaan bahan baku. Identifikasi ini merupakan hal yang penting karena motif tersebut sangat berpengaruh dalam penerapan manajemen persediaan, termasuk dalam hal pengendalian. Motif perusahaan mencakup alasan atau tujuan perusahaan dalam melaksanakan sistem pengendalian persediaan bahan baku yang dikaitkan dengan kondisi perusahaan. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi karakteristik bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Karakteristik ini mencakup jenis dan asal bahan baku, sistem pemesanan bahan baku, sistem penerimaan dan pengeluaran bahan baku, serta harga masing-masing jenis bahan baku. Analisis terhadap kondisi persediaan bahan baku merupakan tahap selanjutnya yang perlu dilakukan. Kondisi persediaan ini mencakup volume pemakaian bahan baku, waktu tunggu bahan baku, frekuensi dan jumlah pemesanan bahan baku, serta biaya-biaya persediaan. Analisis perbandingan selanjutnya dapat dilakukan setelah data-data diperoleh. Perbandingan dilakukan terhadap metode pengendalian persediaan oleh perusahaan yang mencakup model analisis ABC dan metode EOQ. Analisis perbandingan meliputi jumlah penerimaan, frekuensi pemesanan, jumlah persediaan rata-rata, total biaya pemesanan, total biaya penyimpanan, total biaya pembelian, dan total biaya persediaan bahan baku. Model pengendalian persediaan yang terbaik adalah yang memiliki total biaya persediaan terendah dan memperoleh penghematan biaya persediaan terbesar. Kerangka pemikiran penelitian ini digambarkan dalam Gambar 1.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BAHAN BAKU

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BAHAN BAKU II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BAHAN BAKU Bahan baku merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang bersangkutan (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Menurut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan produksi maka dari itu sebelum mengetahui mengenai manajemen produksi

Lebih terperinci

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY II. 1. Persediaan II. 1. 1. Pengertian Persediaan Setiap perusahaan baik perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur selalu berusaha untuk mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam memperlancar proses produksi. Banyaknya yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Uji Kenormalan Lilliefors Perumusan ilmu statistik juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi.pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 12 Pokok Bahasan : Perencanaan Persediaan Dosen :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Objektif: 12. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan jenis-jenis persediaan. 13. Mahasiswa dapat menghitung biaya-biaya dalam persediaan. 14.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Persediaan Bahan Baku 2.1.1.1. Pengertian Persediaan Persediaan bahan baku merupakan aktiva perusahaan yang digunakan untuk proses produksi didalam suatu

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PABRIK MAKANAN TERNAK MULTIGUNA KLATEN

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PABRIK MAKANAN TERNAK MULTIGUNA KLATEN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PABRIK MAKANAN TERNAK MULTIGUNA KLATEN SKRIPSI MITA FEBTYANISA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya perusahaan-perusahaan di berbagai bidang. Hal ini mendorong banyak pengusaha untuk lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini, dunia usaha tumbuh dengan semakin pesat. Sehingga menuntut perusahaan untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: BAHAN / BARANG YG DISIMPAN & AKAN DIGUNAKAN UTK MEMENUHI TUJUAN TERTENTU MISAL UTK PROSES PRODUKSI / PERAKITAN, UNTUK DIJUAL KEMBALI & UTK SUKU CADANG DR SUATU PERALATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Semua jenis perusahaan baik itu perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan perusahaan dagang memiliki persediaan sebagai aktiva lancar. Persediaan bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY A. Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang akan dipesan, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tauco di Perusahaan Kecap Manalagi Kota Denpasar Provinsi Bali

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tauco di Perusahaan Kecap Manalagi Kota Denpasar Provinsi Bali Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tauco di Perusahaan Kecap Manalagi Kota Denpasar Provinsi Bali IDA BAGUS MANIK BRAHMANDHIKA, RATNA KOMALA DEWI, I KETUT SUAMBA Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Dalam perancangan sistem terlebih dahulu harus mengerti sub sistem. Sub sistem yaitu serangkaian kegiatan yang dapat ditentukan identitasnya, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris, pengendalian persediaan merupakan fungsi-fungsi yang sangat penting, karena dalam persediaan melibatkan Investasi rupiah terbesarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada Perusahaan Roti Roterdam Malang. Berdasarkan hasil analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada Perusahaan Roti Roterdam Malang. Berdasarkan hasil analisis 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian Indah (2004) dengan judul penelitian yaitu: Efisiensi perencanaan bahan baku dalam usaha untuk mencapai efisiensi tingkat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X Oleh : ENY PUJIHASTUTI A14105541 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2 ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2 1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Email: iramutiara37@hotmail.com 2 Universitas Sultan Ageng

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEOI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini dimana dunia usaha tumbuh dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan Petunjuk Sitasi: Fatimah, Syukriah, & Nurul, A. (2017). Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H137-142). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KEDELAI YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE STOCKHASTIC PADA PT. LOMBOK GANDARIA

ANALISIS PENENTUAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KEDELAI YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE STOCKHASTIC PADA PT. LOMBOK GANDARIA ANALISIS PENENTUAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KEDELAI YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE STOCKHASTIC PADA PT. LOMBOK GANDARIA Fahmi Yusniaji Erni Widajanti Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia industri semakin maju, hal itu terbukti dengan banyaknya bermunculan industri-industri baru yang memproduksi berbagai macam

Lebih terperinci

Industrial Management ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU BUAH KELAPA SAWIT PADA PT. BAHARI DWIKENCANA LESTARI

Industrial Management ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU BUAH KELAPA SAWIT PADA PT. BAHARI DWIKENCANA LESTARI Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.6 No.1 (2017) 50-56 ISSN 2302 934X Industrial Management ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU BUAH KELAPA SAWIT PADA PT. BAHARI DWIKENCANA LESTARI Diana Khairani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Teori Inventori Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memasuki perkembangan dunia ekonomi yang semakin luas saat ini, setiap perusahaan yang tumbuh dan berkembang memerlukan suatu pengendalian intern persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah membuat bisnis di Indonesia sangat berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan sebuah solusi yang tepat agar dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang ketat antar perusahaan baik perusahaan nasional maupun perusahaan asing yang diakibatkan oleh faktor globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN M A N A J E M E N O P E R A S I O N A L M I N G G U K E S E P U L U H B Y. M U H A M M A D W A D U D, S E., M. S I. F A K U L T A S E K O N O M I U N I V.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan Persediaan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan. Pengolahan persediaan dengan teknik ABC dan EOQ Fakultas EKONOMI Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sediaan 1 pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam perusahaan

Lebih terperinci

Analisis Manajemen Persediaan Bahan Baku pada Perusahaan Base Camp Clothing dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity ( EOQ)

Analisis Manajemen Persediaan Bahan Baku pada Perusahaan Base Camp Clothing dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity ( EOQ) Prosiding Manajemen ISSN: 2460-8035 Analisis Manajemen Persediaan Bahan Baku pada Perusahaan Base Camp Clothing dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity ( EOQ) Andri Iskandar Program Studi Manajemen,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi. berpengaruh pada kegiatan produksi dan penjualan.

BAB II BAHAN RUJUKAN. dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi. berpengaruh pada kegiatan produksi dan penjualan. BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Semua jenis perusahaan memiliki persediaan, baik itu perusahaan jasa, dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI DIVISI GROCERY PT. HERO SUPERMARKET Tbk. CABANG HERO SOLO SQUARE

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI DIVISI GROCERY PT. HERO SUPERMARKET Tbk. CABANG HERO SOLO SQUARE ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI DIVISI GROCERY PT. HERO SUPERMARKET Tbk. CABANG HERO SOLO SQUARE MIFTAKHUL ARFAH HADIANI Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK PT. Hero

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARASI PEMENUHAN BAHAN BAKU PADA UD ANDALAS DI BANYUWANGI SKRIPSI

ANALISIS KOMPARASI PEMENUHAN BAHAN BAKU PADA UD ANDALAS DI BANYUWANGI SKRIPSI ANALISIS KOMPARASI PEMENUHAN BAHAN BAKU PADA UD ANDALAS DI BANYUWANGI THE COMPARISON ANALYSIS OF THE RAW MATERIAL FULFILLMENT AT UD ANDALAS IN BANYUWANGI SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Lebih terperinci

PENTINGNYA INVENTORY CONTROL BAHAN BAKU UNTUK MEMPERLANCAR PROSES PRODUKSI PADA PERUSAHAAN

PENTINGNYA INVENTORY CONTROL BAHAN BAKU UNTUK MEMPERLANCAR PROSES PRODUKSI PADA PERUSAHAAN PENTINGNYA INVENTORY CONTROL BAHAN BAKU UNTUK MEMPERLANCAR PROSES PRODUKSI PADA PERUSAHAAN Oleh : Drs. HARIYANTO 1 ) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap bidang usaha atau perusahaan pada umumnya selalu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ Hanna Lestari, M.Eng 1 Masalah produksi merupakan hal penting bagi perusahaan karena berkaitan dengan pencapaian laba perusahaan. Jika proses

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Persediaan Persediaan adalah stok atau simpanan barang-barang. Biasanya, banyak dari barang-barang yang disimpan perusahaan dalam persediaan berhubungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tersedianya produk yang cukup merupakan faktor penting guna menjamin kelancaran proses produksi. Persediaan yang terlalu banyak atau persediaan yang terlalu sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau profit, seperti usaha dagang, usaha jasa maupun manufaktur berupaya mencapai tujuan yaitu

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Biji Melinjo dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) untuk Meminimumkan Biaya Persediaan Analysis of Inventories

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke:

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Akuntansi Biaya Modul ke: Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN SETENGAH JADI DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITIY

ANALISIS EFISIENSI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN SETENGAH JADI DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITIY ejournal Administrasi Bisnis, 2017, 5 (4): 1128-1140 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 ANALISIS EFISIENSI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN SETENGAH JADI DENGAN METODE ECONOMIC

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama dan Tahun Penelitian : Fifi Irmalinda (2004) Judul Penelitian : Perencanaan dan Pengawasan Persediaan pada PT. Samafitro Perwakilan Medan Perumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi memerlukan pengelolaan yang baik terhadap seluruh kegiatan atau fungsi yang kegiatannya ada dalam

Lebih terperinci

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Pengumpulan Data Untuk EOQ Dalam melakukan penelitian untuk memecahkan permasalahan di PT. Primatama Konstruksi departemen PPIC

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalaian persediaan merupakan salah satu aspek penting dari beberapa aspek yang diuraikan diatas. Kebutuhan akan sistem pengendalian persediaan, pada dasarnya

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan Persediaan merupakan faktor yang penting dalam mencapai tujuan perusahaan, karena kekurangan/kelebihan persediaan akan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian dan Tujuan Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan perdagangan ataupun pabrik selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA WAROENG JEANS CABANG P. ANTASARI SAMARINDA

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA WAROENG JEANS CABANG P. ANTASARI SAMARINDA ejournal Administrasi Bisnis, 2018, 6 (1): 15-27 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2018 ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ristono (2009) persediaan adalah barang-barang yang disimpan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ristono (2009) persediaan adalah barang-barang yang disimpan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Menurut Ristono (2009) persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PERUSAHAAN KOPI BUBUK BALI CAP BANYUATIS

PENERAPAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PERUSAHAAN KOPI BUBUK BALI CAP BANYUATIS PENERAPAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PERUSAHAAN KOPI BUBUK BALI CAP BANYUATIS I Gusti Ayu Widi Astuti1, Wayan Cipta1, Made Ary Meitriana2 Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas

Lebih terperinci

APLIKASI METODE EOQ PADA PENGENDALIAN BAHAN BAKU NATA DE COCO PRIMAISKA DESA SINDANGLAKA KECAMATAN KARANGTENGAH KABUPATEN CIANJUR

APLIKASI METODE EOQ PADA PENGENDALIAN BAHAN BAKU NATA DE COCO PRIMAISKA DESA SINDANGLAKA KECAMATAN KARANGTENGAH KABUPATEN CIANJUR APLIKASI METODE EOQ PADA PENGENDALIAN BAHAN BAKU NATA DE COCO PRIMAISKA DESA SINDANGLAKA KECAMATAN KARANGTENGAH KABUPATEN CIANJUR Ir. Ramli, MP* dan Ema Nurahmawati, SP** RINGKASAN Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

( : WETTY ANGGUN WERTI JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

( : WETTY ANGGUN WERTI JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK OLI MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIK DENGAN MODEL (q,r) (Studi Kasus di Bengkel Maju Jaya Tuban) SKRIPSI Oleh : WETTY ANGGUN WERTI 24010211140077

Lebih terperinci