B A B I P E N D A H U L U A N. Bahan peledak merupakan sarana yang efektif sebagai alat pembongkar batuan dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "B A B I P E N D A H U L U A N. Bahan peledak merupakan sarana yang efektif sebagai alat pembongkar batuan dalam"

Transkripsi

1 B A B I P E N D A H U L U A N Bahan peledak merupakan sarana yang efektif sebagai alat pembongkar batuan dalam industri pertambangan. Oleh karena itu itu kehadirannya dimanfaatkan sebagai barang yang berguna, tetapi disamping itu juga merupakan barang yang berbahaya. Untuk itu dalam pelaksanaan pekerjaan peledakan harus hati-hati sesuai dengan peraturan dan teknikl-teknik yang diterpkan, sehingga pemanfaatannya lebih efesien dan aman. Penggunaan bahan peledak dalam operasi (teknik peledakan) penting untuk diketahui, sehingga ketepatan dalam pekerjaan peledakan dapat tercapai. Hal ini perlu karena banyaknya masalah yang terlibat dalam penaganannya. Sebelum pelaksanaan keputusan pekerjaan peledakan, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu adanya faktor-faktor pemilihan bahan peledak dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil ledakan.

2 B A B II POLA PEMBORAN DAN POLA PELEDAKKAN 2.1. Pola Pemboran (Drill Paterns) Hampir semua pola pemboran dapat diklasifikasikan menjadi : - Square. - Stanggred atau Zig-Zag. Dalam square patern jarak burden dan spasing sama (Gambar 2.1a), Rektangular pattern jarak spasing dalam satu baris lebih besar dari pada jarak burden (Gambar 2.1b). Square atau rektangular pattern dapat dibuat dengan membor sistem stranggered seperti terlihat pada gambar 2.1 dan 2.2. (a) Square drill pattern (b) Rectangular drill pattern GAMBAR 2.1 SQUARE DAN RECTANGULAR DRILL PATTERN

3 GAMBAR 2.2 STANGGERD DRILL PATTERN 2.2. Pola Peledakan Square Pattern Perlu diperhatikan dalam pemilihan kombinasi dari pemboran dan pola peledakan dengan delay detonator (delay pattern) untuk mendapatkan fragmentasi atau arah lemparan yang diinginkan. Pada umumnya square pattern digunakan dengan kombinasi V delay pattern (Gambar 2.3). GAMBAR 2.3. V DELAY PATTERN Nomor tiap lubang bor emnunjukan nomor urut ledakannya.

4 Peledakan dengan detonator delay seorang blaster dapat membagi ledakan menjadi beberapa bagian yang lebih kecil tiap ledakannya. Dengan detonator delay dapat memberikan penundaan diantar lubang tembak yang mendekat. Beberapa keuntungan diperoleh : - Mengurangi getaran - Mengurangi overbreak dan flyrock - Mengurangi fragmentasi Fragmentasi yang bagus dapat diperoleh bila saat peledakan dari masing-masing kolom isian (Charge) ada cukup waktu untuksetelah ada free face tambahan (sebelum isian bahan peledak yang lain sempat meledak). Rectangular Pattern Rectangular pattern biasanya dibuat dengan sistem straggered pattern untuk mendapatkan distribusi bahan peledak dengan baik. Dengan pola ini baris demi baris daripada delay pattern lebih cocok dengan seperti apa yang digambarkan seperti pada gambar 2.4a. Cara ini juga sering dipakai untuk memotong overburden dimana lemparan optimum diperlukan. Bila getaran menjadi batasan, pemboran diperbanyak dan tiap barisnya juga dipasang delay detonator yang lebih banyak seperti terlihat pada gambar 2.4b. a).

5 b). GAMBAR 2.4. STRAGGERED PATTERN DENGAN PELEDAKAN KE ARAH POJOK (COMMER) Gambar 2.5 adalah sebuah ilustrasi arah lemparan bersamaan dengan presplit dengan V type Pattern. GAMBAR 2.5 ARAH LEMPARAN DENGAN SISTEM NARROWER V TYPE DELAY PATTERN

6 2.3. Beberapa Lobang Tembak dengan Pola Peledakan yang Terarah Gambar dibawah ini merupakan pola peledakan dengan arah lemparan yang terarah. Nomor 1, 2 dan seterusnya adalah nomor delay detonator dengan penundaan, sedangkan panah adalah arah pelemparan broken rock. LEMPARAN BATUAN MENYEBAR KE DEPAN LEMPARAN BATUAN SEDIKIT KE TENGAH

7 2.4. Bentuk Pola Pemboran Pada Tambang Dalam Untuk membuat lubang maju didalam tambang bawah tanah atau Tunnel perlu diciptakan suatu bidang bebas (free face) untuk kebutuhan peledakan. Untuk menambah free face dibutuhkan Cut. Cut adalah suatu lubang bukaan yang diciptakan pada suatu face yang belum ada free face-nya, bentuknya berupa lubang bor sedalam kemajuan yang diperoleh. Tipe-tipe Cut ada tiga macam : 1. Burn Cut, dipakai untuk suatu lubang bukaan yang kecil. 2. Wegde/Angled Cut, dipaki untuk lubang bukaan yang relatif besar. 3. kombinasi dari ketiga tipe tersebut. Pola keseluruhan dalam pembuatan lubang maju (opening) tertentu, terdiri atas cut hole, relief/breast hole, angle hole dan tri hole, disebut round. ROUND 1.a. Bentuk pola pemboran burn Cut (paralel Out), dengan O lubang sama : BURN CUT / PARALEL CUT

8 1.b Bentuk bola pemboran Burn Cut Dengan 0 lubang dari salah satu atau lebih mempunyai diameter lebih besar 2. Bentuk pola pemboran Wedge/angled cut /V Cut

9

10 2.5. Sistem Kemajuan dari Lubang Bukaan Sistem kemajuan dari pada lubang bukaan (tunel) pada facenya ada dua cara. Yaitu : - Full Face Drive dan - Top heading and bench Jumlah lubang bor yang diperlukan dalam satu face, tergantung pada luas muka kerja. Misal untuk luas lubang buka face area =40 m2 di perlkan jumlah lubang bor 75 ( untuk batuan keras) dan face area = 50 m2 di perlukan jumlah lubang bor 80 buah ( batuan keras ) dan 75 buah ( untuk batuan sedimen). Sistem pembuatan Lubang Maju : FULL FACE TOP HEADING AND BENCH

11 BAB III TEKNIK PELEDAKAN A. DESAIN PELEDAKAN Istilah pemboran dan peledakan dimaksudkan sebagai methode penggalian dan pembongkaran batuan secara tertentu. Sebelum operasi pemboran dimulai penentuan letak lubang bor harus dievaluasi dengan hati-hati untuk mendapatkan hasil yang optimum dari bahan peledak yang dipilih.lebih dari pada itu, penyediaan lubang tembak yang tepat untuk pembongkaran dengan biaya rendah, Karakteristik massa batuan dan kemampuan pembuatan lubang tembak harus diidentifikasi. Kondisi-kondisitertentu pada suatu lokasi akan mempengaruhi secara detail daripada desain peledakan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain peledakan antara lain : - Diameter lubang bor - Ketinggian jenjang (bench hight) - Burden dan spasing - Struktur batuan - Fragmentasi - Kestabilan jenjang (bench stability requirement) - Environmental restriction dan tentu juga - Type bahan peledak yang akan digunakan, termasuk eneginya. Walaupun variabel-variabel desain peledakan telah tercover dengan baik, namun peranan lain yang juga memainkan adalah faktor keseimbangan sensitif antara ilmu dan unsur seni

12 peledakan masih diperlukan. Informasi, baik secara kwalitatifmaupun kwantitatif perlu dianalisa secara matang dalam proses desain peledakan (surface blast desain) Desain guidelines Hubungan antara berbagai dimensiyang digunakan dalam perencanaan peledakan dapat diintruksikan secara geometris pada Gambar 3.1. Disamping sifat-sifat batuan, garis-garis pedoman (guidelines) secara rule of thumb, faktor-faktor dibawah ini telah diterapkan pada desain peledakan. Faktor-faktor tersebut adalah : - Diameter lubang bor - Ketinggian jenjang dan kedalaman lubang bor - Burden, spasing, subdrilling dan stemming - Arah pemboran GAMBAR 3.1 GEOMETRIS PELEDAKAN SISTEM JENJANG

13 Diameter lubang bor Pemilihan diameter lubang bor tergantung pada tingkat produksi yang diinginkan. Dengan lubang bor yang lebih besar, lenih nesar pula tingkat produksi yang dihasilkan. Pemilihan ukuran lubang bor secara tepat adalah penting untuk memperoleh hasil fragmentasi secara maksimal dengan biaya rendah. Faktor-faktor yang membatasi pemilihan diameter lubang bor antara lain : 1. Ukuran fragmentasi yang diinginkan 2. Perlu pengisian dengan bahan peledak yang rendah (sedikit) karena bahay getaran (ground vibration) yang akan ditimbulkan. Pada umumnya ada 3 kriteria dalam menentukan lubang bor yang akan digunakan, yaitu kesediaan alat bor, kedalaman yang akan dipotong/diledakan dan jarak terdekat terhadap bangunan. Disamping itu, diameter lubang saling berkait dengan ketinggian jenjang (Gambar 3.3) dan burden. Untuk kontrol desain dengan hasil fragmentasi yang bagus, menurut pengalaman, diameter lubang bor harus berkisar antar 0,5 1% dari tinggi jenjang, atau D = 5 10 K Dimana d = diameter lubang bor (mm) K = tinggi jenjang (m) Dengan diameter lubang yang kecil, konsekwensinya burden juga kecil,akan memeberikan hasil fragmentasi yang bagsu dengan getaran (ground vibration) rendah. Hal ini perlu diperhatikan, lebih-lebih kalau lokasi peledakan dekat dengan perumahan

14 penduduk. Tapi pada daerah yang bebas/jauh dari perumahan bisa dipakai lubang bor yang lebih besar untuk mengurangi jumlah pemboran. Pemakaian lubang bor kecil pada kondisi batuan yang sangat berjoint akan menghasilkan fragmentasi yang baik dari pada lubang bor yang besar. Pada permukaan tiap-tiap joint terdapat reflaksi gelombang ledak yang dihasilkan oleh proses peledakan, karena bisa berfungsi sebagai free face (Gambar 3.2) Gambar 3.2. EFEK JOINT PADA FRAGMENTASI BILA MENGGUNAKAN DIAMETER LUBANG BOR BESAR (a). Dan diameter kecil (b).daerah yang diarsir menunjukan fragmentasi kurang (insufficient fragmentation)

15 Ketinggian jenjang dan kedalaman lubang bor Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan lubang bor dan alat muat yang tersedia. Ketinggian jenjang disesuaikan dengan kemampuan alat bor dan diameter lubang. Lebih tepatnya, jenjang yang rendah dipakai diameter lubang kecil, sedangkan diameter bor besar untuk jenjang yang tinggi (Gambar 3.3) memberikan ilustrasi tentang beberapa faktor dalam penentuan jenjang sehubungan dengan diameter lubang bor. Gambar 3.3 HUBUNGAN DIAMETER LUBANG BOR DENGAN KETINGGIAN JENJANG Secara praktis hubungan diantara lubang bor dengan ketinggian jenjang dapat diformulasikan sbb : K = d Dimana K = Tinggi Jenjang (m) d = diameter Lubang Bor (mm)

16 Burden, Spasing, Subdrilling dan Stemming Burden Burden dapat didefinisikan sebagai jarak dari lubang bor terhadap bidang bebas (free face) yang terdekat pada saat terjadi peledakan. Peledakan dengan jumlah baris (row) yang banyak, true burden tergantung penggunaan bentuk pola peledakan yang digunakan. Bila peledakan digunakan delay detonator dari tiap-tiap baris delay yang berdekatan akan menghasilkan free face yng baru. Burden merupakan variabel yang sangat penting dan krisis dalam mendesain peledakan. Dengan jenis bahan peledak yang dipakai dan batuan yang dihadapi, terdapat jarak maksimum burden agar peledakan sukses (Gambar 3.4) memberikan ilustrasi efek variasi jarak dengan jumlah bahan peledak formasi yang sama. Gambar 3.4. SCHEMATIC EFEC JARAK BURDEN

17 Jarak burden juga sangat erat hubungannya dengan besar kecilnya diameter lubang bor yang digunakan. Secara garis besar jarak burden optimum biasanya terletak diantara diameter lubang, atau B = d Dimana B = Burden (mm) d = Diamater Lubang Bor (mm) Bila karakteristik batuan dan bahan peledak diketahui, jarak burden dapat dihitung menurut formula Konya sebagai berikut : B = 3.15 De 3 Dimana B = Burden (ft) SGe SGr De SGe SGr = Diameter Bahan Peledak (in) = Spesific Gravity Bahan Peledak = Spesific Gravity Batuan Spacing Spasing adalah jarak diantara lubang tembak dalam suatu row. Spacing merupakan fungsi dari pada burden dan dihitung setelah burden ditetapkan terlebih dahulu. Secara teoritis, optimum spacing (S) berkisar antar 1,1 1,4 burden (B) atau : S = 1,1 1,8 B Jika spacing lebih kecil dari pada burden cenderung mengakibatkan steaming ejection yang lebih dini. Akibatnya gas hasil ledakan dihamburkan ke atmosfer dibarengi dengan noise dan air blast. Sebaliknya jika spacing terlalu besar diantara lubang tembak fragmentasi yang dihasilkan tidak sempurna. Biasanya rata-rata S = 1,25 B.

18 Subdrilling Subdrilling adalah tambahan kedalaman dari pada lubang bor dibawah rencana lantai jenjang. Subdrilling perlu untuk menghindari problem tonjolan pada lantai, karena dibagian ini merupakan tempat yang paling sukar diledakan. Dengan demikian, gelombang ledak yang ditimbulkan pada lantai dasar jenjang akan bekerja secara maksimum. Bila subdrilling berlebih adalah mubadzir (sia-sia) dan menghasilkan excessive ground vibration, karena pengurangan faktor yang lebih. Bila subdrilling tidak cukup dapat mengakibatkan problem tonjolan pada lantai. Secara praktis subdrilling (J) dibuat antara 20 40% burden (B), atau J = (0,2 0,4) X B Stemming Stemming adalah tempat materail penuntup di dalam lubang bor diatas. Kolom isian, bahan peledak. Stemming berfungsi untuk mengurung gas ledakkan. Ukuran stemming (S) yang diperlukan tergantung jarak burden (B) dan biasanya dibuat : S = (0,7 1) X B Arah Pemboran Ada dua cara dalam membuat lubang bor, yaitu membor dengan lubang mirirng atau lubang tegak (Gambar 3.5)

19 GAMBAR 3.5. PEMBORAN TEGAK (a) DAN MIRING (b) Dengan lubang bor miring biasanya untuk mengurangi problem back break. Lebih dari itu lubang bor miring mempunyai lebih banyak keuntungan dari pada yang tegak, yaitu : - bisa mengurngi biaya pemboran dan konsumsi bahan peledak, karena dengan burden yang lebih besar. - akan diperoleh jenjang (bench) yang stabil - mengurangi resiko timbulnya tonjolan dan brack break - hasil tumpukan (much pile shape) yang lebih bagus. Dengan pemboran miring gelombang ledak (scock wave) yang dipantulkan dari lantai dasar jenjang akan lebih besar (Gambar 3.6) GAMBAR 3.6. ILUSTRASI KEUNTUNGAN LUBANG BOR MIRING Dengan pemboran tegak, pada bagian atas jenjang kurang bagus karena ada back break, fragmentasi kurang dan pada bagian lantai dasar daya ledak tidak bisa sepenuhnya

20 tersalurkan. Tapi dengan bor miring, yang biasany dengan kemiringan 3 : 1 (18º) bisa menghindari problem tersebut diatas. Sebaliknya, terdapat beberapa kerugian atau kesulitan dalam membuat lubang bor miring, antara lain : - Sulit melakukan pemboran secara akurat (human erros), khususnya bila membor yang lebih dalam - Diperlukan supervision yang ketat. Disamping itu drillhole straghtness adalah merupakan faktor yang penting. Jika arah pemboran tidak lurus (aligment erros) akan memberikan pengaruh terhadap biayapemboran dan peledakan yang condong lebih besar. Disamping itu berakibat jarak spacing atau burden akan berubah dari desain yang telah ditetapkan, karena saling berhimpit/mengecil atau membesar (Gambar 3.7). GAMBAR 3.7. DRILLHOLE STRAGHTNESS(Kelurusan Lubang Bor) 3.2. Distribusi Bahan Peledak Kolom isisan bahan peledak (explosive column) Agar sedapat mungkin seluruh energi bahan peledak, dalam suatu ledakan, termanfaatkan untuk sejumlah massa batuan yang akan diledakan, maka distribusi bahan peledak didalam lubang bor adalah satu-satunya faktor yang penting demi suksesnya hasil peledakan. Bila Bulk explosive, misalnya ANFO atau bulk

21 emulsion, dimasukan ke dalam lubang bor seluruh cross-section lubang bor dapat terisi penuh, keadaan demikian disebut fully coumpled. Tapi bila bahan peledak cartridge digunakan biasanya berdiameter lebih kecil dari pada lubang bor, untuk kemudahan saat pengisian, keadaan demikian karena ada rongga/udara disebut decoupled terhadap dinding lubang bor (Gambar 3.8) GAMBAR 3.8. ILLUSTRASI FULLY COUPLED DAN DECOUPLED Tingkat decoupling dapat mempengaruhi daya kerja yang diperoleh didalam kolom isian bahan peledak. Karena adanya decoupling borehole presure akan berkurang, sehingga hasil kerja tidak tersalurkan seluruhnya kepada sejumlah massa batuan yang harus diledakan Menghitung berat bahan peledak dalam kolom isian Berat bahan peledak yang terdapat di dalam kolom isian pada tiap lubang bor merupakan fungsi dari pada density, diameter dan kolom isian bahan peledak. Berat bahan peledak tersebut (loading factor) dapat dihitung dengan cara sbb : Loading factor Ew de = Loading Density X Panjang Kolom Isian = 7,85 x De 2 x ρ x Ecl = 7,85 x De 2 x ρ

22 dimana Ew De = Berat bahan peledak dalam kolom isian (kg) (Loading factor) = Diameter bahan peledak (dm) ρ = Density bahan peledak (kg/dm 3 ) Ecl de = Panjang kolom isian (m) = Loading density (kg/m) Powder Factor (PF) Powder Factor adalah hubungan matematis antara bahan peledak terhadap jumlah batuan yang diledakan. Istilah powder factor disebut juga speccific charge weight. Ada 4 cara dalam menyatakan powder factor : 1. Berat bahan peledak per volume batuan yang diledakkan (kg/m 3 ) 2. Berat bahan peledak per berat batuan yang diledakkan (kg/ton) 3. Volume batuan per berat bahan peledak (m 3 /kg) 4. Berat batuan per berat bahan peledak (ton/kg) Secara umum, powder factor dapat dihubungkan dengan unit hasil produksi pada operasi peledakkan. Dengan powder factor dapat diketahui komsumsi bahan peledak yang dipakai untuk menghasilkan sejumlah batuan. Dari pengalaman, harga powder factor pada operasi penambangan, dengan batuan yang relatif solid, berkisar antara 0,30-0,60 kg/m 3. - Untuk menghitung dengan basis volume (cubik yard) tiap lubang bor dihitung seperti persamaan berikut V= (B x S xh) /27 Dimana V = Volume (cubic yard) B = Burden (ft)

23 S = Spacing (ft) H = Tinggi jenjang (ft) Untuk menghitung dengan basis berat (ton) tiap lubang bor dipakai persaman seperti berikut : W = (B x S x H) /27 x (27) / 2000 Dimana W = berat batuan (ton) ρ = Density batuan (lb/ft 3 ) Decking (deck loading) Decking adalah suatu cara membagi kolom isian bahan peledak menjadi 2 (dua) atau lebih. Dengan cara ini, diantara kolom isian bahan peledak diisi dengan material pengisi, steamming (misalnya drill cutting, crushed stone atau pasir). Cara ini biasanya diterapkan pada daerah batuan yang berlapis keras lemah (soft seam) atau terdapat rongga-rongga. Alasan lain dengan decking adalah untuk mengurangi getaran (ground vibration) atau mengurangi berat bahan peledak tiap delay. Jarak decking minimal 6 x diameter lubang.

24 Prinsip Priming GAMBAR 3.9. TYPICAL DECK LOADING Primers Primer adalah bahan peledak yang menerima penggalak dari detonator atau detonating cord. Hasil dari ledakkan tersebut kemudian disalurkan ke bahan peledak yang mempunyai sesitivitas sama atau yang kurang sensitive. Primer berbeda dengan booster dimana primer adalah bahan peledak yang dipasangi/berisi dengan detonator atau detonating cord sedang booster tidak. Bahan peledak ANFO adalah kurang sensitif terhadap detonator saja (No. 6). Agar bisa meledak diperlukan primer. Performan ANFO dapat dipengaruhi oleh diameter lubang, besar butir, density, tingkat kepadatan dan moisture. Dengan diameter lubang yang lebih besar VOD ANFO akan lebih besar pula. Diameter dan Panjang Primer Gambar 2.10 menunjukkan efek diameter primer terhadap kolom ANFO yang berdiameter 3 in. Bila diameter primer sama dengan diameter kolom ANFO, VOD ANFO sangat tinggi pada awal ledakkan, kemudian baru dicapai Vod stabil (jauh dari primer). Sedangkan bila diameter primer lebih kecil dari pada diameter ANFO, VOD ANFO pada awal ledakkan lebih rendah.

25 Primer harus cukup panjang untuk diperoleh rated VOD. Panjang primer harus paling tidak sama dengan atau lebih besar dari pada diameternya. Lebih baik panjangnya kurang lebih 2 x diameter untuk mendapatkan kepastian stable flat pressure yang terbentuk pada primer. GAMBAR EFEK DIAMETER PRIMER DENGAN VOD AWAL DAN DIAMETER KOLOM ANFO = 3 Posisi Primer Bila primer tidak cukup ANFO akan meledak dengan Vod yang rendah, atau bahkan bisa gagal tidak meledak. Bila hal ini terjadi hasil ledakkan tidak akan memberikan energi secara penuh dan akan menghasilkan gas-gas beracun, fumes dan smoke. Walaupun dengan penggunaan primer yang tepat akan berhasil, tetapi performnya masih dipengaruhi oleh primer. Secara umum, lokasi primer berpengaruh terhadap : - Besar-kecilnya stress wave dalam massa batuan. - Lemparan (perpindahan) hasil ledakan

26 Gambar memberikan illustrasi dengan posisi top priming dan bottom priming. Jadi secara singkatnya, prinsip priming memberikan performan ANFO secara maksimim dan primer harus : - Mempunyai daya ledak lebih besar (> 80 kbar) - Mendekati diameter sama dengan diameter kolom ANFO - Cukup panjang untuk memperoleh rated VOD. GAMBAR EFEK TOP DAN BOTTOM PRIMING 3.3. Perimbangan Geologis Geologis/kondisi batuan merupakan faktor yang penting dalam mendesain peledakkan. Hai ini berpengaruh besar terhadap pemakaian bahan peledak dan fragmentasinya. Gambar terlihat type efek geologis pada hasil bongkaran.

27 Case 1 : Bongkaran secara menyeluruh akan memperoleh karena tidak ada pengaruh hambatan. Case 2 : Terdapat satu set fractiure dan sedikit menyudut terhadap arah ledakkan. Hasil bongkaran dipengaruhi oleh adanya fracture tersebut karena energi gelombang ledak akan dipantulkan oleh adanya bidang-bidang bebas yang terbentuk diantara fracture. Hasil bongkaran akan berkurang karenanya. Case 3 : Kedudukan fracture tegak lurus dengan arah ledakkan dan hal ini mendapat kesulitan dengan jarak spacing yang lebar. Bidang fracturee mempantulkan energi gelombang ledak dan mempersulit hasil bongkaran. Sehingga jarak burden harus diperpendek (case 4). Case 4 : Jika horison section menyusuri melalui lubang bor, peledakkan ke arah kiri dip akan sulit. Kesulitan lain juga akan timbulnya backbreak dan tonjokan pada lantai jenjang.

28 GAMBAR ILLUSTRASI PENGARUH STRUKTUR DAN HASIL BONGKARAN Sehubungan dengan factor geologi, pertimbangan lain adalah pengaruh ketinggian jenjang, diameter lubang bor, proses penghancuran dan fragmentasinya. Elementelement penting dari factor geologis adalah adanya bedding planes, joint, dip dan rongga-rongga. Pada formasi yang mempunyai dip seperti tergambar dalam gambar 3.13, pemboran lubang tembak, mungkin dibuat dengan beberapa baris, dibuat sedemikian rupa untuk menghasilkan muka jenjang yang menyilang dengan arah dip. Dengan cara ini kemudian terjadi back break lebih besar. Disamping itu batuan yang tidak tersangga akan berjatuhan secara gravitasi. Gambar 3.14 peledakkan dilakukan berlawanan dengan dip, akan mengurangi terjadinya back break, tetapi akan lebih mungkin timbul tonjokkan pada lantai jenjang dan dasar lantai tidak merata.

29 GAMBAR GAMBAR Stooting against the dip gives less chance of backbreak but increases the posibility of a high toe the rough quarry floor or higher than normal muckpile

30 BAB IV SISTEM RANGKAIAN (CIRCUIT) Terdapat 4 type/cara melakukan penyambungan detonator listrik, yaitu dirangkai secara hubungan : - Seri - Paralel - Paralel seri atau - Seri paralel. Pemilihan sistem rangkaian akan tergantung dari pada jumlah detonator listrik yang akan diledakan. Secara umum, sambungan seri digunakan untuk jumlah lubang tembak yang sedikit, < 50 detonator. Sedangkan paralel seri atau seri paralel digunakan bila sejumlah besar detonator listrik yang akan diledakkan. Paralel biasanya hanya digunakan untuk peledakan secara khusus, banyak diterapkan pada tambang dalam Hubungan Seri Hubungan seri dalam suatu rangkaian peledakan dapat diilustrasikan seperti pada gambar 4.1. GAMBAR 4.1. SINGLE SERIES ELECTRIC BLASTING CIRCUIT

31 Dasar perhitungan untuk mengetahui berapa voltase yang akan terdapat didalam rangkaian tersebut adalah sebagai berikut : Prinsip dasar perhitungan R total = R 1 + R 2 + R R n = n R i total Volt = i 1 = i 2 = i n = i (nr) Dalam peledakkan seri, hubungan yang sudah lengkap harus diuji kontinuitasnya dengan teliti. Arus peledakkan harus paling rendah 1,5 A (pada suatu detonator), supaya tiap-tiap detonator dapat berfungsi sebagai mestinya. Contoh : kita punya 50 detonator listrik yang akan diledakkan dan dihubungkan secara seri, dengan masing-masing detonator tahanannya 1,6 ohm. Digunakan 100 yard kabel utama dan 100 yard kabel pembantu. Maka tahanan 50 detonator adalah : 50 x 1,6 ohm = 80 ohm Tahanan kabel utama : 100 yard = 5 ohm Tahanan kabel pembantu : 100 yard = 8 ohm Total tahanan = 93 ohm Jadi diperoleh voltase : V = 1,5 A x 93 ohm = 140 volt Catatan : Pada hubungan seri tidaklah umum memakai sumber yang besar, biasanya mengunakan arus yang rendah tetapi dengan voltase yang tinggi.

32 4.2. Hubungan Paralel GAMBAR 4.2. HUBUNGAN PARALEL Prinsip dasar : 1/R total = 1/R 1 + 1/R /R n = n/r n i total Volt = i 1 + i i n = i (nr) Hubungan yang sudah lengkap tidak dapat ditest kontikuitasnya, tapi tiap-tiap sambungan dapat ditest dengan ohm meter sebelum dimasukan. Untuk peledakkan paralel arus paling rendah 0,5 A, yaitu paling kecil digunakan untuk satu detonator, Contoh : Meledakkan dengan 50 detonator dihubungkan secara parallel, maka : Tahanan untuk 50 detonator = 1,6/50 = 0,03 ohm Tahanan kabel utama = 5 ohm Tahanan kabel pembantu = 8 ohm Tahanan total = 13,03 ohm Dibulatkan = 13 ohm

33 Arus yang dibutuhkan = 0,5 x 50 detonator = 25 A Voltasenya = 13 x 25 = 325 volt 4.3. Hubungan Serie - Paralel Dalam hubungan serie parallel masing-masing sambungan serie digabungkan lagi dengan hubungan paralel dengan sambungan seri yang lain, seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Tipe hubungan ini sering digunakan bila jumlah total detonator listrik yang akan diledakan melebihi 50. Tiap-tiap seri sebaiknya terbatas hanya 40 detonator atau maksimum resisten 100 ohm. Contoh perhitungan GAMBAR 4.3. HUBUNGAN SERIE PARALEL Apabila 50 detonator diatur dalam 10 deret (paralel) dan setiap deret terdiri dari 5 detonator (diseri), berapa voltase dalam rangkaian tersebut? Perhitungan : Dalam 10 deret paralel arus yang diperlukan adalah = 1,5 A x 10 = 15 A Total tahanan = 1,6 x = 13,8 ohm 10 Jadi voltase = 15 A x 13,8 ohm = 207 Volt

34 4.4. Hubungan Parallel - Seri GAMBAR 4.4. HUBUNGAN PARALLEL SERIE Contoh perhitungan Apabila dibuat 10 group seri,dimana setiap 5 detonator dihubungkan dalam hubungan parallel (contoh gambar diatas), dicari berapa voltase yang terdapat dalam hubungan tersebut? Perhitungan : Tahanan tiap group parallel adalah = (1,6)/5 = 0,32 ohm Sedangkan tahanan dari pada 10 group parallel yang disambung dengan serie adalah = 10 x 0,32 ohm = 3,2 ohm. Jumlah tahanan = 3, = 16,2 ohm Arus yang dibutuhkan adalah = 0,5 x 5 = 2,5 A Jadi voltase dalam rangkaian = 16,2 ohm x 2,5 A = 40 volt.

35 BAB V M I S F I R E 5.1. Handing Misfire Sekali waktu seorang juru ledak akan menghadapi kejadian misfire, sehingga sangatlah penting bagi juru ledak untuk mengetahui bagaiman menghadapinya. Semua misfire harus ditangani secara hati-hati dan oleh orang yang sudah berpengalaman dan orang yang teliti. Tidak seorangpun diperbolehkan mendekati daerah misfire, sampai misfire tersebut diledakkan atau untuk periode yang telah dianggap aman telah berlalu. Periode waktu yang aman tersebut paling sedikit 30 menit untuk peledakkan dengan sumbu api atau paling sedikit 5 menit bila digunakan detonator listrik. Yang dimaksud dengan misfire adalah bila bahan peledakkan yang dipasang dan diisi ke dalam lubang bor tidak mau meledak. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya misfire adalah dapat berasal dari bahan peledaknya sendiri, detonator, sumbu atau kawat penghantar. Oleh sebab itu, perawatan terhadap bahan-bahan tersebut harus baik, disamping ketelitian regu ledak dalam menjalankan tugasnya Misfire Yang Menggunakan Sumbu Api Prinsip penyebab dari misfire diaman sumbu api digunakan adalah terkelupasnya sumbu api (dikarenakan cerobohnya cara penangan), sumbu api yang lembab (akibat dari kondisi gudang atau tempat penyimpanan yang basah), juga karena penggunaan pisau yang tumpul untuk memotong sumbu api, sehingga berakibat tersumbatnya api yang akan membakarnya dan menghambat terbakarnya detonator, untuk pencegahannya adalah :

36 - Penyimpanan bahan peledak dan sumbu api seperti peraturan yang ada. - menggunakan bahan peledak yang cocok untuk maksud peledakkan. - Potonglah sumbu api yang terkena cukup lama, sepanjang 0,5. - Jangan menggunakan sumbu yang disambung. Sumbu dapat disambung dengan memotong miring kemudian diikat yang rapat, tetapi sedapat mungkin ini dihindari. Cara mengisi misfire tersebut adalah : - Pada peledakan dengan sumbu api, juru ledak harus menunggu 30 menit atau lebih, baru setelah itu mendekati lubang bor dimana misfire terjadi. - Bila stemming terlalu padat dan kerusaknya ada didalam lubang bor, maka cara mengatasinya adalah sebagai berikut : a. Mambongkar stemming tersebut, misalnya dengan jalan memancingnya keluar dengan alat yang tebuat dari tembaga atau bahan lainnya,yang tidak dapat mengeluarkan api. Bila dengan cara tersebut masih sukar, maka perlu disemprot air atau udara dari compresor. Bahan peledak dapat rusak karenanya, apabila bahan peledak tidak tahan terhadap air. Kemudian luabng tembak diledakkan dengan memasukkan primer yang baru. Penggunaan primer untuk misfire : - Stemming dapat dipindahkan dengan cara menyemprot dengan compresor atau dengan air. - Semprotan udara atau air harus melalui pipa karet yang kuat atau pipa plastik (jangan pipa besi).

37 - Pembongkaran stemming harus diusahakan setelah konsultasi dengan peraturan-peraturan yang berlaku, sebab di beberapa negara caratersebut tidak diperbolehkan. - Usaha apapun tidak diperbolehkan untuk menggali stemming dengan mempergunakan alat-alat. Ini adalah pekerjaan yang berbahaya, dimana suatu resiko daripada meledaknya bahan peledak akibat dari gesekkjan atau goncangan. - Nitroglicerin dan Slurry Explosive adalah tahan terhadap air, tetapi TNT/Amonium nitrat, ANFO dan Black Powder akan rusak sebagian atau seluruhnya oleh aliran air. - Apabilka digunakan semprotan air, dilanjutkan pada lubang tembak tersebut diisi dengan bahan peledak yang tahan terhadap air, apabila tersedia. Bila tidak tersedia, maka lubang tembak ditest dengan stick atau tongkat sehingga terbukti telah kering. - Kemudian masukkan primer dan ledakkan. b. Membuat lubang yang baru diletakkan dimuka daripada lubang bor dimana misfire terjadi, dengan jarak paling dekat 30 cm. Kemudian diisi dengan bahan peledak dan selanjutnya eldakkan. c. Bila stemming terlalu kuat tetapi tidak panjang, misalnya hanya sama panjang dengan bahan peledak, dengan memasukkan primer lagi kemudian diledakkan, maka misfire akan ikut meledak pula.

38 Misfire yang menggunakan detonator listrik : Prinsip penyebab misfire apabila digunakan detonator listrik adalah sebagai berikut : a. kebocoran arus. Meskipun Blasting Machine yang digunakan mempunyai arus yang cukup, tetapi pada kondisi yang lembab dan basah bisa menakibatkan bocornya arus ke tanah atau terjadi hubungan arus yang melintang. Hal ini bisa mengakibatkan kurang cukupnya arus yang melalui detonator-detonator, sehingga berakibat timbul misfire. Kesalahan tersebut dapat ditiadakan dengan cara membongkar sambungan-sambungan dan diisolasi, serta tetap menjaga supaya sambungan-sambungan dalam keadaan kering dan baik, selanjutnya harus dijauhkan dari benda-benda metal. b. Kabel Kabel utama mungkin dapat rusak akibat suatu peledakkan, sehingga untuk penggunaan berikutnya harus diperiksa dengan teliti. Untuk mengetahui adanya kabel yang putus atu telanjang, untuk mencegah timbulnya misfire dari adanya hubungan pendek atau bocoran arus tanah, akibat dari kerusakkan kabel. Pencegahannya : Pergunakanlah kawat yang baik; Kawat yang banyak sambungannya, mungkin akan menambah turunnya tegangan dan kebocoran arus. Cara mengatasi misfire tersebut : Bila peledakkan dengan listrik, maka kabel utama dilepaskan dulu dari blasting machine. Sesudah 5 (lima) menit baru aman mendekati lubang bordimana terjadi. Pertama-tama kawat penghantar diperiksa kalau terdapat putus atau lepas, kontak dengan tanah, air atau

39 konduktor lain. Kalau hal ini terjadi, maka dibetulkan dan kabel utama dipasang lagi pada blasting machine, kemudian diledakkan. c. Kesalahan dalam penyambungan Kemungkinan tipe muti shut exploder generator yang dioperasikan secara mekanis. Apabila mekanis tersebut tidak bekerja karena tidak cukup kecepatannya, maka arus yang ditimbulkannya tidak cukup untuk dapat menyalakan detonator-detonator dalam hubungan seri. Misfire dapat terjadi akibat hubungan pendek, karena juru ledak kurang perhatian terhadap adanya hubungan pendek dari kabel. Apabila jaringan kabel tidak ditest, sambungan yang longgar atau kotor mengakibatkan timbulnya tahanan yang tinggi, akan berakibat terjadinya misfire. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat ditiadakan dengan cara pengecekan yang hati-hati dan sistematis dari semua sambungan-sambungan. Apabila misfire terjadi, kabel utama harus dicabut dari exploder dan kunci exploder harus selalu dicabut dan selalu dibawah sendiri oleh juru ledak. Setelah 5 (lima) menit menunggu, juru ledak mulai menguji kabel dan hubungan-hubungannya dan suatu kesalahan yang didapat maka kabel tersebut harus disingkirkan, jaringan kabel harus selalu ditest dengan menggunakan safety ohmmeter. Ini adalah sangat penting bahwa semua pengetesan harus dilakukan dari tempat yang aman, dan semua orang berada ditempat perlindungan, untuk mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi akibat timbulnya ledakkan dari pekerjaan testing tersebut.

40 Apabila jaringan tersebut ternyata baik, maka kesalahan terletak didalam lubang bor. Selanjutnya harus dimasukkan lagi booster dan sambungan kabel dihubungkan dengan booster tersebut dan diledakkan. N O T E S : PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN DALAM PENANGANAN BAHAN PELEDAK : 1. Terlalu lama dalam menyundut/menyulut sumbu api. 2. Membor lagi kedalam lubang yang berisi bahan peledak. 3. Meledaknya bahan peledak pada electric blasting, sebelum diledakkan. 4. Terlalu cepat mendatangi tempat peledakakan setelah meledak. 5. Perlindungan yang tidak memadai untuk tampat berlindung. 6. Tindakan dan kondisi tidak aman pada saat transport, handling dan penimbunan. 7. Cara mengatasi misfire yang tidak benar. 8. Menggunakan sumbu api yang terlalu pendek. 9. Cara-cara taping yang salah. 10. Pada saat membawa bahan peledak sambil merokok. Juga membawa bahan peledak dan detonator menjadi satu.

41 5.2. Secodary Balsting Setelah melakukan peledakkan pada batuan induk (prmary blasting) kadang-kadang hasil bongkara (fragmentasinya) tidak mulus seperti apa yang diharapkan, tetapi terdapat bongkaran yang lebih besar (boulder). Untuk mengecilkan ukuran perlu dilakukan secodary blasting. Ada tiga cara yang dilakukan, yaitu ; a). Mud capping atau Plaster Shooting. b). Blok holling atau Popping. c). Snake holling. Blok Holling Mud Capping Snake Holling

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI Tingkat fragmentasi batuan hasil peledakan merupakan suatu petunjuk yang sangat penting dalam menilai keberhasilan dari suatu kegiatan peledakan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan) dengan menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya ledakan. Suatu operasi peledakan batuan

Lebih terperinci

= specific gravity batuan yang diledakkan

= specific gravity batuan yang diledakkan Rumus Perhitungan Geometri Peledakan Peledakan Geometri peledakan terdiri dari burden, spacing, sub-drilling, stemming, dan kedalaman lubang bor. 1. urden Jarak burden sangat erat hubungannya dengan besar

Lebih terperinci

POLA PEMBORAN & PELEDAKAN

POLA PEMBORAN & PELEDAKAN POLA PEMBORAN & PELEDAKAN Faktor-Faktor yang mempengaruhi kemampuan pemboran dan peledakan : 1. Arah Pemboran 2. Pola pemboran dan Peledakan 3. Waktu daur dan jam kerja efektif alat bor 4. Geometri Peledakan

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. Nama Praktikan/11215XXXX 4

BAB III KESIMPULAN. Nama Praktikan/11215XXXX 4 BAB III KESIMPULAN 3.1 Kriteria Penggalian Kemampuan untuk menaksir kemampugalian suatu massa batuan sangatlah penting, apalagi bila akan mengunakan alat gali mekanis kontinu. Tujuan memelajari kriteria

Lebih terperinci

BAB II I S I Kecepatan pemboran suatu alat bor juga dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :

BAB II I S I Kecepatan pemboran suatu alat bor juga dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : BAB I PENDAHULUAN Pemboran produksi (eksploitasi) merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan peledakan, karena dengan melakukan kegiatan peledakan tersebut terlebih dahulu batuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peledakan merupakan kegiatan lanjutan kegiatan pemboran Kegiatan peledakan sangatlah penting dalam kegiatan pertambangan, dikarenakan terkadang terdapat bahan galian yang

Lebih terperinci

GEOMETRI PELEDAKAN MENURUT ANDERSON OLEH KELOMPOK IV

GEOMETRI PELEDAKAN MENURUT ANDERSON OLEH KELOMPOK IV Mata Kuliah : Teknik Peledakan Dosen : Ir. Muh Jufri Nur. ST, MT GEOMETRI PELEDAKAN MENURUT ANDERSON OLEH KELOMPOK IV MARSALIN ( 2002 31 046 ) NAZRULLAH IQBAL ( 2002 31 003 ) ZULKIFLI SULAIMAN ( 2002 31

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengeboran Lubang Tembak Kegiatan dari pengeboran lubang tembak bertujuan untuk membuat lubang isian bahan peledak untuk kegiatan peledakan. Pada dasarnya prinsip pengeboran

Lebih terperinci

Jl. Raya Palembang Prabumulih KM.32 Indralaya, Sumatera Selatan, Indonesia ABSTRAK ABSTRACT

Jl. Raya Palembang Prabumulih KM.32 Indralaya, Sumatera Selatan, Indonesia   ABSTRAK ABSTRACT MODIFIKASI GEOMETRI PELEDAKAN DALAM UPAYA MENCAPAI TARGET PRODUKSI 80.000 TON/BULAN DAN MENDAPATKAN FRAGMENTASI YANG DIINGINKAN PADA TAMBANG GRANIT PT. KAWASAN DINAMIKA HARMONITAMA KABUPATEN KARIMUN KEPULAUAN

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Modul Simulasi Teknik Peledakan. Oleh : Ir. Effendi Kadir, MT Desrizal, ST

Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Modul Simulasi Teknik Peledakan. Oleh : Ir. Effendi Kadir, MT Desrizal, ST Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Modul Simulasi Teknik Peledakan Oleh : Ir. Effendi Kadir, MT Desrizal, ST 1 Teknik dan Logika Pemograman 1.1 Pendahuluan Flowchart dalam

Lebih terperinci

BATU SPLIT DAN CUTTING BOR UNTUK MATERIAL STEMMING DALAM KEGIATAN PEMBERAIAN BATUAN DENGAN PELEDAKAN

BATU SPLIT DAN CUTTING BOR UNTUK MATERIAL STEMMING DALAM KEGIATAN PEMBERAIAN BATUAN DENGAN PELEDAKAN INFO TEKNIK Volume 17 No. 2 Desember 2016 (263-272) BATU SPLIT DAN CUTTING BOR UNTUK MATERIAL STEMMING DALAM KEGIATAN PEMBERAIAN BATUAN DENGAN PELEDAKAN Romla Noor Hakim 1, Nurhakim 1, Kartini 1, dan Akhmad

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR JOINT TERHADAP FRAGMENTASI PELEDAKAN DAN PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT PT SEMEN PADANG (PERSERO), TBK.

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR JOINT TERHADAP FRAGMENTASI PELEDAKAN DAN PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT PT SEMEN PADANG (PERSERO), TBK. ANALISIS PENGARUH STRUKTUR JOINT TERHADAP FRAGMENTASI PELEDAKAN DAN PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT PT SEMEN PADANG (PERSERO), TBK. ANALYSIS OF INFLUENCE OF JOINT STRUCTURE ON DRAGING FRAGMENTATION AND PRODUCTIVITY

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 23 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN DAN PEMBERLAKUAN STANDAR KURIKULUM PENDlDlKAN DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

KAJIAN GROUND VIBRATION DARI KEGIATAN BLASTING DEKAT KAWASAN PEMUKIMAN UNTUK MENCAPAI KONDISI AMAN DI PENAMBANGAN BATUBARA.

KAJIAN GROUND VIBRATION DARI KEGIATAN BLASTING DEKAT KAWASAN PEMUKIMAN UNTUK MENCAPAI KONDISI AMAN DI PENAMBANGAN BATUBARA. KAJIAN GROUND VIBRATION DARI KEGIATAN BLASTING DEKAT KAWASAN PEMUKIMAN UNTUK MENCAPAI KONDISI AMAN DI PENAMBANGAN BATUBARA Oleh : Sundoyo 1 ABSTRAK Penelitian dilakukan di PT. Cipta Kridatama site PT.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA BLASTING DESIGN & GROUND SUPPORT

BAB IV ANALISA BLASTING DESIGN & GROUND SUPPORT BAB IV ANALISA BLASTING DESIGN & GROUND SUPPORT 4.1 ANALISA GROUND SUPPORT Ground support merupakan perkuatan dinding terowongan meliputi salah satu atau atau lebih yaitu Rib, wiremesh, bolting dan shotcrete

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Evaluasi Geometri Peledakan untuk Menghasilkan Fragmentasi yang diinginkan pada Kegiatan Pemberaian Batuan Andesit di PT Mandiri Sejahtera Sentra, Kabupaten

Lebih terperinci

PROPOSAL TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Tugas Akhir Penelitian Mahasiswa Pada Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya.

PROPOSAL TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Tugas Akhir Penelitian Mahasiswa Pada Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya. ANALISA DISTRIBUSI FRAGMENTASI BATUAN HASIL PELEDAKAN DENGAN PROGRAM SPLIT DESKTOP 2.0 SEBAGAI FUNGSI FAKTOR ENERGI (FE) DI PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) PROPOSAL TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Tugas Akhir Penelitian

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM WAKTU TUNDA PELEDAKAN NONEL UNTUK MENGURANGI EFEK GETARAN TANAH TERHADAP FASILITAS TAMBANG

RANCANGAN SISTEM WAKTU TUNDA PELEDAKAN NONEL UNTUK MENGURANGI EFEK GETARAN TANAH TERHADAP FASILITAS TAMBANG RANCANGAN SISTEM WAKTU TUNDA PELEDAKAN NONEL UNTUK MENGURANGI EFEK GETARAN TANAH TERHADAP FASILITAS TAMBANG DELAY SYSTEM DESIGN FOR NONEL BLASTING TO REDUCE GROUND VIBRATION EFFECT DUE TO MINE FACILITY

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN LUBANG LEDAK, BURDEN DAN SPACING TERHADAP PEROLEHAN FRAGMENTASI BATUGAMPING

ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN LUBANG LEDAK, BURDEN DAN SPACING TERHADAP PEROLEHAN FRAGMENTASI BATUGAMPING ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN LUBANG LEDAK, BURDEN DAN SPACING TERHADAP PEROLEHAN FRAGMENTASI BATUGAMPING Herman¹, Sri Widodo², Arif Nurwaskito¹ 1. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia

Lebih terperinci

Oleh : Santika Adi Pradhana Prodi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta No. Hp : ,

Oleh : Santika Adi Pradhana Prodi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta No. Hp : , KAJIAN TEKNIS PELEDAKAN PADA KEGIATAN PEMBONGKARAN LAPISAN PENUTUP UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS ALAT MUAT DI PT. THIESS CONTRACTORS INDONESIA MELAK, KALIMANTAN TIMUR Oleh : Santika Adi Pradhana Prodi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... repository.unisba.ac.id. Halaman

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... repository.unisba.ac.id. Halaman DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i v vii xi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Penelitian... 2 1.3. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

PERANAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DALAM KEGIATAN PELEDAKAN MINERAL DAN BATUBARA

PERANAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DALAM KEGIATAN PELEDAKAN MINERAL DAN BATUBARA PERANAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DALAM KEGIATAN PELEDAKAN MINERAL DAN BATUBARA Oleh ; Budiarto, Tedy Agung Cahyadi Staf Pengajar, Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral,UPN Veteran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PEMBELAJARAN -2

DAFTAR ISI PEMBELAJARAN -2 0 PEMELAJARAN -2 DAFTAR ISI ab Hal 1 PENDAHULUAN. 1 2 GEOMETRI PELEDAKAN. 2 (1) Geometri Peledakan Jenjang.. 2 (2) Rancangan Menurut R.L. Ash 3 (3) Rancangan Menurut C.J. Konya 8 (4) Rancangan Menurut

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Rancangan Teknis Peledakan Tambang Bijih Besi berdasarkan Pentahapan Tambang (Mine Sequence) di PT. Juya Aceh Mining, Desa Ie Mierah Kecamatan Bahbarot, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS PELEDAKAN DAN KEMAJUAN FRONT BUKAAN PADA TAMBANG BAWAH TANAH BIJIH EMAS PT CIBALIUNG SUMBERDAYA, PANDEGLANG-BANTEN

ANALISIS PELEDAKAN DAN KEMAJUAN FRONT BUKAAN PADA TAMBANG BAWAH TANAH BIJIH EMAS PT CIBALIUNG SUMBERDAYA, PANDEGLANG-BANTEN ANALISIS PELEDAKAN DAN KEMAJUAN FRONT BUKAAN PADA TAMBANG BAWAH TANAH BIJIH EMAS PT CIBALIUNG SUMBERDAYA, PANDEGLANG-BANTEN Hazzaliandiah 1, M. Taufik Toha 2, Bochori 3 1,2,3 Jurusan Teknik Pertambangan,

Lebih terperinci

bdtbt.esdm.go.id TEKNIK PELEDAKAN Rochsyid Anggara, ST

bdtbt.esdm.go.id TEKNIK PELEDAKAN Rochsyid Anggara, ST TEKNIK PELEDAKAN Rochsyid Anggara, ST Teknik Peledakan merupakan tindak lanjut dari kegiatan pemboran, dimana tujuannya adalah untuk melepaskan batuan dari batuan induknya agar menjadi fragmen-fragmen

Lebih terperinci

RANGKAIAN PELEDAKAN. Potong sumbu api tegak lurus, sesuai dengan panjang yang diperlukan. Ambil detonator secara hati-hati dari kemasan.

RANGKAIAN PELEDAKAN. Potong sumbu api tegak lurus, sesuai dengan panjang yang diperlukan. Ambil detonator secara hati-hati dari kemasan. RANGKAIAN PELEDAKAN A. PELEDAKAN CARA NON-LISTRIK 1. Sumbu Api ( Safety Fuse ) Sumbu api adalah alat berupa sumbu yang fungsinya adalah merambatkan api dengan kecepatan tetap.perambatan api tersebut dapat

Lebih terperinci

2. DETONATOR 1. DEFINISI BAHAN PELEDAK

2. DETONATOR 1. DEFINISI BAHAN PELEDAK UNDANGUNDANG No. 1 Tahun 1970, Tentang Keselamatan Kerja UNDANGUNDANG No. 4 Tahun 2009, Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara PP No. 19 Tahun 1973, Tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 Pertambangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan peledak dalam pertambangan dibutuhkan karena material material batuan yang berada di daerah pertambangan tersebut kadang susah untuk di hancurkan dengan alat

Lebih terperinci

ANALISIS FLYROCK UNTUK MENGURANGI RADIUS AMAN ALAT PADA PELEDAKAN OVERBURDEN PENAMBANGAN BATUBARA

ANALISIS FLYROCK UNTUK MENGURANGI RADIUS AMAN ALAT PADA PELEDAKAN OVERBURDEN PENAMBANGAN BATUBARA ANALISIS FLYROCK UNTUK MENGURANGI RADIUS AMAN ALAT PADA PELEDAKAN OVERBURDEN PENAMBANGAN BATUBARA Havis Abdurrachman *, Singgih Saptono, Bagus Wiyono UPN Veteran Yogyakarta *corresponding author: havisabdurrachman@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB V. PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Keakuratan Pengeboran Vertikal dari Pengukuran Lapangan. Keakuratan No. Blast

BAB V. PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Keakuratan Pengeboran Vertikal dari Pengukuran Lapangan. Keakuratan No. Blast BAB V. PEMBAHASAN 5.1. Keakuratan Pengeboran Vertikal Pengeboran pada daerah pushback 7 South menggunakan sistem Aquila. Sistem Aquila ini memiliki cara kerja dimana desain pengeboran dikirimkan secara

Lebih terperinci

Jenis - Jenis Detonator PT. Dahana, Orica, DNX, dan MNK

Jenis - Jenis Detonator PT. Dahana, Orica, DNX, dan MNK Jenis - Jenis Detonator PT. Dahana, Orica, DNX, dan MNK 1. PT. Dahana PT. Dahana memproduksi Dayadet (detonator produksi Dahana) dengan jenis detonator elektrik dan detonator nonel. Sumber: dahana.com

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Evaluasi Nilai Powder Factor untuk Optimalisasi Produksi Peledakan di CV Jayabaya Batu Persada, Desa Malingping Utara, Kec. Malingping Kab. Lebak, Provinsi

Lebih terperinci

REDESIGN GEOMETRI PELEDAKAN UNTUK MENDAPATKAN FRAGMENTASI BATUAN YANG OPTIMAL DI PREBENCH PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK

REDESIGN GEOMETRI PELEDAKAN UNTUK MENDAPATKAN FRAGMENTASI BATUAN YANG OPTIMAL DI PREBENCH PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK REDESIGN GEOMETRI PELEDAKAN UNTUK MENDAPATKAN FRAGMENTASI BATUAN YANG OPTIMAL DI PREBENCH PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK REDESIGN OF BLASTING GEOMETRY TO GET OPTIMUM FRAGMENTATION IN PREBENCH PT. BUKIT ASAM

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RINGKASAN ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI RINGKASAN ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI RINGKASAN ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL v vi vii viii x xi xiii BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Tujuan Penelitian 1 1.3. Batasan

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN PADA KEBERHASILAN PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN FRAGMENTASI HASIL PELEDAKAN

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN PADA KEBERHASILAN PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN FRAGMENTASI HASIL PELEDAKAN KAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN PADA KEBERHASILAN PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN FRAGMENTASI HASIL PELEDAKAN Rudi Frianto 1, Nurhakim 1, Riswan 1 Abstrak: Kajian teknis geometri peledakan pada keberhasilan

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN BERDASARKAN ANALISIS BLASTABILITY

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN BERDASARKAN ANALISIS BLASTABILITY KAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN BERDASARKAN ANALISIS BLASTABILITY DAN DIGGING RATE ALAT GALI MUAT DI PIT MT-4 TAMBANG AIR LAYA PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK TANJUNG ENIM, SUMATERA SELATAN TECHNICAL STUDY

Lebih terperinci

PENGARUH GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP FRAGMENTASI BATUANPADA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA SITE ADARO PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP FRAGMENTASI BATUANPADA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA SITE ADARO PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PENGARUH GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP FRAGMENTASI BATUANPADA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA SITE ADARO PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Riski Lestari Handayani 1, Jamal Rauf Husain 2, Agus Ardianto Budiman 1 1. Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE & DATA PENELITIAN

BAB III METODE & DATA PENELITIAN BAB III METODE & DATA PENELITIAN 3.1 Distribusi Jaringan Tegangan Rendah Pada dasarnya memilih kontruksi jaringan diharapkan memiliki harga yang efisien dan handal. Distribusi jaringan tegangan rendah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BAHAN PELEDAK. Karakter fisik Karakter kinerja detonasi

KARAKTERISTIK BAHAN PELEDAK. Karakter fisik Karakter kinerja detonasi KARAKTERISTIK BAHAN PELEDAK Karakter fisik Karakter kinerja detonasi Densitas (Density) Sensitivitas (Sensitivity) Ketahanan Thd. Air (Water resistance) Kestabilan Kimiawi (chemical stability) Karakteristik

Lebih terperinci

EVALUASI ISIAN BAHAN PELEDAK BERDASARKAN GROUND VIBRATION HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN PADA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

EVALUASI ISIAN BAHAN PELEDAK BERDASARKAN GROUND VIBRATION HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN PADA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN JURNAL HIMASAPTA, Vol., No., Agustus 6 : 45-49 EVALUASI ISIAN BAHAN PELEDAK BERDASARKAN GROUND VIBRATION HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN PADA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN Rusmawarni *, Nurhakim, Riswan,

Lebih terperinci

Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang

Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang Arus listrik Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang bergerak dari terminal negatif (-) ke

Lebih terperinci

RANCANGAN TEKNIS PENGEBORAN DAN PELEDAKAN OVERBURDEN

RANCANGAN TEKNIS PENGEBORAN DAN PELEDAKAN OVERBURDEN RANCANGAN TEKNIS PENGEBORAN DAN PELEDAKAN OVERBURDEN UNTUK MENDAPATKAN FRAGMENTASI YANG DIBUTUHKAN PADA TAMBANG BATUBARA DI PIT M3-34 PT. LEIGHTON CONTRACTORS INDONESIA KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI Oleh BUDYANUNG

Lebih terperinci

BAB III. TEORI DASAR

BAB III. TEORI DASAR BAB III. TEORI DASAR Pemberaian suatu batuan merupakan salah satu kegiatan utama dalam suatu kegiatan penambangan dan salah satu metode yang sering digunakan adalah pemboran dan peledakan selain digaru,

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Komponen dan Simbol-Simbol dalam Kelistrikan. No Nama Simbol Keterangan Meter analog. 1 Baterai Sumber arus

Tabel 4.1. Komponen dan Simbol-Simbol dalam Kelistrikan. No Nama Simbol Keterangan Meter analog. 1 Baterai Sumber arus BAB 4 RANGKAIAN LISTRIK DAN PERBAIKANNYA 4.1. Pendahuluan Rangkaian listrik merupakan satu sistem yang terdiri dari beberapa komponen kelistrikan dan kabel-kabel penghantar yang menghubungkan satu komponen

Lebih terperinci

STUDI TEKNIS PENGARUH PENGGUNAAN SEKAM PADI TERHADAP AKTIVITAS PELEDAKAN DI PT. SEMENBOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN

STUDI TEKNIS PENGARUH PENGGUNAAN SEKAM PADI TERHADAP AKTIVITAS PELEDAKAN DI PT. SEMENBOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN STUDI TEKNIS PENGARUH PENGGUNAAN SEKAM PADI TERHADAP AKTIVITAS PELEDAKAN DI PT. SEMENOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN Arif Nurwaskito 1, Wahyuddin 1, Sri Widodo 2, 1.JurusanTeknikPertambanganUniversitas

Lebih terperinci

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA 3.1. Pendahuluan Setiap bahan isolasi mempunyai kemampuan menahan tegangan yang terbatas. Keterbatasan kemampuan tegangan ini karena bahan isolasi bukanlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun hasil studi yang dikaji oleh penulis dari pemasangan gardu portal type

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun hasil studi yang dikaji oleh penulis dari pemasangan gardu portal type 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Adapun hasil studi yang dikaji oleh penulis dari pemasangan gardu portal type GARPOL/GP6 di lokasi HOTEL AMARIS Jl. Cimanuk No. 14 Bandung, meliputi : 4.1.1 Tiang

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Struktur dan Desain Delay Detonator Non Electric (Nonel) terhadap Distribusi Fragmentasi Hasil Peledakan dengan Menggunakan Model Kuz-Ram di PT. Mandiri

Lebih terperinci

Tata cara pemasangan dan pembacaan alat ukur regangan tanah

Tata cara pemasangan dan pembacaan alat ukur regangan tanah Tata cara pemasangan dan pembacaan alat ukur regangan tanah 1 Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan tata cara pemasangan dan pembacaan alat ukur regangan tanah untuk digunakan sebagai acuan dan pegangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH POWDER FACTOR TERHADAP HASIL FRAGMENTASI PELEDAKAN PADAPT. SEMEN BOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN

ANALISIS PENGARUH POWDER FACTOR TERHADAP HASIL FRAGMENTASI PELEDAKAN PADAPT. SEMEN BOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN ANALISIS PENGARUH POWDER FACTOR TERHADAP HASIL FRAGMENTASI PELEDAKAN PADAPT. SEMEN BOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN HerdyAdi Saputra¹,Sri Widodo², Arif Nurwaskito¹ 1. Jurusan Teknik Pertambangan

Lebih terperinci

Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah

Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah Ditinjau dari sistem penyanggaannya, maka metode penambangan bawah tanah (Underground mining)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PELEDAKAN PADA PROSES PEMBONGKARAN BATUGAMPING PT. SEMEN BOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN

ANALISIS BIAYA PELEDAKAN PADA PROSES PEMBONGKARAN BATUGAMPING PT. SEMEN BOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN ANALISIS BIAYA PELEDAKAN PADA PROSES PEMBONGKARAN BATUGAMPING PT. SEMEN BOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN Muhammad Fauzy 1, Sri Widodo 2, Nurliah Jafar 1 1. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas

Lebih terperinci

EVALUASI ISIAN BAHAN PELEDAK MENGGUNAKAN ANALISIS DISTRIBUSI UKURAN FRAGMEN PADA PELEDAKAN BATUAN PENUTUP DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA

EVALUASI ISIAN BAHAN PELEDAK MENGGUNAKAN ANALISIS DISTRIBUSI UKURAN FRAGMEN PADA PELEDAKAN BATUAN PENUTUP DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA EVALUASI ISIAN BAHAN PELEDAK MENGGUNAKAN ANALISIS DISTRIBUSI UKURAN FRAGMEN PADA PELEDAKAN BATUAN PENUTUP DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA Ahmad Ali Syafi i 1, Riswan 2*, Uyu Saismana 2, Romla Noor Hakim 2,

Lebih terperinci

STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE

STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE ADARO KABUPATEN TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Farida Kesumawati 1, Nurhakim

Lebih terperinci

EVALUASI PERIMETER BLASTING TERHADAP TINGKAT GETARAN TANAH (GROUND VIBRATION) PADA PRE BENCH PIT AIR LAYA PT. BUKIT ASAM (PERSERO), TBK

EVALUASI PERIMETER BLASTING TERHADAP TINGKAT GETARAN TANAH (GROUND VIBRATION) PADA PRE BENCH PIT AIR LAYA PT. BUKIT ASAM (PERSERO), TBK EVALUASI PERIMETER BLASTING TERHADAP TINGKAT GETARAN TANAH (GROUND VIBRATION) PADA PRE BENCH PIT AIR LAYA PT. BUKIT ASAM (PERSERO), TBK EVALUATION PERIMETER BLASTING TOWARD THE GROUND VIBRATION LEVEL IN

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Kegiatan Pembongkaran Dengan Peledakan. dalam volume besar akibat reaksi kimia bahan peledak yang melibatkan

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Kegiatan Pembongkaran Dengan Peledakan. dalam volume besar akibat reaksi kimia bahan peledak yang melibatkan 19 BAB III DASAR TEORI 3.1 Kegiatan Pembongkaran Dengan Peledakan 3.1.1 Pengertian Peledakan Peledakan adalah proses pembongkaran dan pemindahan massa batuan dalam volume besar akibat reaksi kimia bahan

Lebih terperinci

Pemetaan rinci berdasarkan kenampakan fisik tanah, warna dan komposisi tanah.

Pemetaan rinci berdasarkan kenampakan fisik tanah, warna dan komposisi tanah. MATERIAL GEOLOGI Material geologi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis jaitu: Material tanah dan Material batu 1. Material Tanah ada beberapa faktor eksplorasi tanah hal yang perlu diperhatikan, antara

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG II.1. Umum (3) Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga untuk menjamin keamanan manusia yang menggunakan peralatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembumian Gardu Induk Menentukan sistem pembumian gardu induk yang berfungsi dengan baik dari keseluruhan pemasangan pembumian dan mempunyai arti untuk mengalirkan arus

Lebih terperinci

MAKALAH PENGEBORAN DAN PENGGALIAN EKSPLORASI

MAKALAH PENGEBORAN DAN PENGGALIAN EKSPLORASI MAKALAH PENGEBORAN DAN PENGGALIAN EKSPLORASI Disusun Oleh : ERWINSYAH F1B3 13 125 TEKNIK JURUSAN PERTAMBANGAN FAKULTAS ILMU TEKNOLOGI KEBUMIAN UNIVERSITAS HALUOLEO 2017 KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERBITAN IJIN GUDANG BAHAN PELEDAK

PEDOMAN PENERBITAN IJIN GUDANG BAHAN PELEDAK PEDOMAN PENERBITAN IJIN GUDANG BAHAN PELEDAK DIAGRAM ALIR PROSES I V II VI III VII IV I. Surat Permohonan Dari perusahaan (KTT/Direksi) ditujukan kepada KAPIT Ijin Baru Perihal : Permohonan Penunjukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II RESISTIVITAS. Oleh: Dina Puji Lestari PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II RESISTIVITAS. Oleh: Dina Puji Lestari PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II RESISTIVITAS Oleh: Dina Puji Lestari 120210102019 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

SIMAK UI Fisika

SIMAK UI Fisika SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.

Lebih terperinci

ANALISIS GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP UKURAN FRAGMENTASI OVERBURDEN PADA TAMBANG BATUBARA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA JOBSITE ADARO KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP UKURAN FRAGMENTASI OVERBURDEN PADA TAMBANG BATUBARA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA JOBSITE ADARO KALIMANTAN SELATAN ANALISIS GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP UKURAN FRAGMENTASI OVERBURDEN PADA TAMBANG BATUBARA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA JOBSITE ADARO KALIMANTAN SELATAN Munawir 1, Andi Ilham Samanlangi 2, Anshariah 1 1. Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Arah dan Jarak Lemparan Fly Rock Akibat Kegiatan Peledakan di PT Dahana Jobsite PT Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) Page : 1 LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) 1. PENDAHULUAN. Las busur listrik elektrode terbungkus ialah salah satu jenis prose las busur listrik elektrode terumpan,

Lebih terperinci

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

BAB I LAS BUSUR LISTRIK BAB I LAS BUSUR LISTRIK A. Prinsip Kerja Las Busur Listrik Mengelas secara umum adalah suatu cara menyambung logam dengan menggunakan panas, tenaga panas pada proses pengelasan diperlukan untuk memanaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Keadaan Umum 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi CV JBP secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Provinsi Banten. Secara geografis lokasi

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI digilib.uns.ac.id 8 BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat yang digunakan : a. Las listrik f. Palu b. Bor besi g. Obeng c. Kunci pas/ring h. Rol pipa d. Tang i. Gergaji besi e. Kunci L j. Alat pemotong

Lebih terperinci

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) MAKSUD Yang dimaksud dengan lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi

Lebih terperinci

ASPEK KESELAMATAN DALAM LINGKUNGAN KERJA LISTRIK

ASPEK KESELAMATAN DALAM LINGKUNGAN KERJA LISTRIK TM - 1 ASPEK KESELAMATAN DALAM LINGKUNGAN KERJA LISTRIK Mengapa keselamatan kerja di lingkungan kerja listrik menjadi prioritas utama? Kecelakaan kerja di lingkungan kerja listrik disebabkan adanya sengatan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN SNI 13-6427-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode pengujian ini meliputi prosedur penentuan kehilangan campuran tanah semen, perubahan kadar

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat. Supervisor Departement Drill and Blast, PT Bina Sarana Sukses

Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat. Supervisor Departement Drill and Blast, PT Bina Sarana Sukses Jurnal Fisika FLUX Volume 14, Nomor 1, Februari 217 ISSN : 1829-796X (print); 2514-1713(online) http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/f/ Evaluasi Isian Bahan Peledak Berdasarkan groundvibration Hasil

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui tentang pengertian dan fungsi dari elektrode bumi. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan

Lebih terperinci

ENIM, SUMATERA SELATAN

ENIM, SUMATERA SELATAN KAJIAN TEKNIS PENGARUH FRAGMENTASI TERHADAP DIGGING TIME EXCAVATOR PC 2000 PADA PELEDAKAN INTERBURDEN B2C DI TAMBANG AIR LAYA, DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO), Tbk. TANJUNG ENIM, SUMATERA SELATAN TECHNICAL

Lebih terperinci

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Laboratorium Ergonomika dan Elektronika Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian dan di Laboratorium

Lebih terperinci

Pengaruh Peak Particle Velocity ( PPV ) dari hasil kegiatan peledakan terhadap kekuatan lereng penambangan ( FK) pada penambangan Batubara Oleh :

Pengaruh Peak Particle Velocity ( PPV ) dari hasil kegiatan peledakan terhadap kekuatan lereng penambangan ( FK) pada penambangan Batubara Oleh : Pengaruh Peak Particle Velocity ( PPV ) dari hasil kegiatan peledakan terhadap kekuatan lereng penambangan ( FK) pada penambangan Batubara Oleh : 1) Sundoyo ABSTRAK Penelitian ini adalah bertujuan untuk

Lebih terperinci

ROTARY DIPOLE untuk Band 80m Oleh YC0PE Ridwan Lesmana

ROTARY DIPOLE untuk Band 80m Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Hal 1 dari 8 halaman ROTARY DIPOLE untuk Band 80m Oleh YC0PE Ridwan Lesmana Pada LEMLOKTA Edisi-04 yang lalu, Penulis sudah menguraikan secara detail bagaimana mengatasi masalah mendirikan antenna untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Potensi ketidakstabilan yang terjadi pada batuan di sekitar lubang bukaan tambang bawah tanah biasanya akan selalu membutuhkan penanganan khusus terutama atas

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Jl. Raya Palembang-Prabumulih, Indralaya Utara, 30662, Sumatera Selatan ABSTRAK

Jl. Raya Palembang-Prabumulih, Indralaya Utara, 30662, Sumatera Selatan   ABSTRAK EVALUASI GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP FRAGMENTASI BATUAN MENGGUNAKAN BAHAN PELEDAK ANFO DAN BULK EMULSION PADA LAPISAN INTERBURDEN PIT 4500 BLOK SELATAN PT. PAMAPERSADA DAHANA (PERSERO) JOBSITE MELAK, KALIMANTAN

Lebih terperinci

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting Sandblasting Sandblasting adalah suatu proses pembersihan dengan cara menembakan partikel (pasir) kesuatu permukaan material sehingga menimbulkan gesekan atau tumbukan. Permukaan material tersebut akan

Lebih terperinci

Arang Tempurung Kelapa

Arang Tempurung Kelapa Arang Tempurung Kelapa Mengapa harus arang tempurung? Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), terutama minyak tanah, membuat masyarakat mencari alternatif lain untuk keperluan memasak. Salah satu yang

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu diharapkan hasil dengan kualitas yang baik dan memuaskan, yaitu : 1. Memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

PELATIHAN AHLI PELEDAKAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

PELATIHAN AHLI PELEDAKAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BLE 07 = POLA PELEDAKAN PELATIHAN AHLI PELEDAKAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI KATA

Lebih terperinci