ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI BAGIAN TIMUR KOTA PEKANBARU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI BAGIAN TIMUR KOTA PEKANBARU"

Transkripsi

1 ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI BAGIAN TIMUR KOTA PEKANBARU (Loss Analysis And Mapping Termite Distribution On Elementary School Buildings In the Eastern part of Pekanbaru city) Nico Christian 1, Yunus Afifuddin 2 dan Luthfi Hakim 2 1 Mahasiswa Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Jl. Tridharma Ujung No.1 Kampus USU Medan (Penulis Korespondensi, Nicochristian532@yahoo.co.id) 2 Staf Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara ABSTRACT Termites were one of the most important wood destroying organisms because of the damage caused by it was the largest compared with other wood destroying organism. One of the targets of termites attacks that were rarely investigated were school buildings. The purpose of this research was to get the amount of damage and economic losses caused by termites attacks on public elementary school buildings in the Pekanbaru city. The mapping of the distribution of termite attack by using a Geographic Information System (GIS). The method used in this research is purposive sampling which means directly choose the samples that were going to be selected as the subject of the research. From the result of the research, it was found that 100% of public elementary school buildings sampled attacked by termites with the percentage of 43,33% suffered moderate damage and 56,67% suffered minor damage. Keywords: Termites, School building, Economic losses. PENDAHULUAN Bangunan sekolah merupakan salah satu sarana bagi terlaksananya proses pendidikan. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai akan memberikan peluang yang lebih besar bagi terlaksananya sebuah proses pendidikan yang lebih berkualitas yang kemudian berpotensi melahirkan generasi yang cerdas dan kreatif. Bangunan sekolah dasar di Indonesia yang dalam kondisi baik sekitar 54%-56% sedangkan bangunan yang mengalami kerusakan berat selama tahun mencapai ruang kelas atau 22,9%. Oleh karena itu,dipandang perlu melakukan penelitian mengenai faktor perusak biologis yang menyerang bangunan sekolah dasar dan perkiraan ekonomis yang diakibatkannya (Sulaiman, 2005). Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan nilai ekonomis serangan rayap terhadap bangunan Sekolah Dasar Negeri di bagian barat Kota Pekanbaru, mendapatkan peta sebaran jenis rayap berikut kerusakan bangunan Sekolah Dasar Negeri di bagian timur Kota Pekanbaru dengan menggunakan GIS (Geographic Information System), Mendapatkan model penduga ekonomis akibat serangan rayap terhadap bangunan SD Negeri di bagian barat Kota Pekanbaru. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus Penelitian dilakukan di Laboatorium Teknologi Hasil Hutan. Penelitian ini berlokasi di seluruh SD Negeri bagian timur Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Bahan dan Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, meteran, tallysheet dan kuisioner, alat tulis, serta GPS Receiver dan Mikroskop. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, peta Kota Pekanbaru, Arc view GIS, data Sekolah Dasar Negeri di Kota Pekanbaru, data sekunder dari harga material kayu dipasaran berikut upah pekerja. Batasan Studi Penelitian ini hanya dilakukan pada Bangunan Sekolah Dasar Negeri yang terletak pada kecamatan bagian barat Kota Pekanbaru dengan metode Purposive Sampling dari jumlah total 94 buah Sekolah Dasar Negeri. Aspek yang diteliti adalah kerusakan yang disebabkan oleh serangan rayap pada komponen bangunan sekolah yang terbuat dari kayu. Komponen yang diamati adalah daun pintu, kusen pintu, daun

2 jendela, lisplang, kuda-kuda, papan tulis, lemari dan furniture yang terbuat dari kayu. Metode Penelitian Pengumpulan data primer Diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara dilapangan dengan menggunakan kuisioner, dan menganalisa kerusakan bangunan dengan tally sheet yang telah dipersiapkan sebelumnya.. Pengumpulan data sekunder: Data sekunder yang digunakan meliputi: 1. Peta Kota Pekanbaru 2. Harga Kayu di Pasaran 3. Upah Pekerja Pemasangan Komponen Kayu 4. Data Bangunan Sekolah Dasar Negeri di Kota Pekanbaru (Diknas Pemko Pekanbaru, 2014) 5. Kunci Determinasi (Nandika dkk, 2003) 6. Peta Jaringan Sungai Pengolahan Data 1. Perhitungan ekonomis m Krs = Kn Keterangan n=1 : Krs = Kerugian akibat serangan rayap r = rayap kayu kering, rayap tanah s = Total bangunan sampel Kn = nilai masing-masing komponen n = 1,2,3...m komponen 2. Perhitungan Standart Deviasi (S) S 2 = 1 (xi x )2 n 1 Keterangan : S 2 = standar Deviasi n = jumlah contoh xi = nilai ke 1 x = nilai rata-rata akibat serangan rayap i = 1,2,3...total bangunan sampel 3. Perhitungan Interval untuk rata-rata x ± tα/2 S n Dimana Sx = s n Keterangan : x = Nilai rata-rata hasil pengukuran S x = Standar error tα/2 = 2,1448 dan derajat kebebasan (n-1) untuk tingkat kepercayaan 95% S = Standar Deviasi n = 1,2,3... m Komponen (Sudzana,2002). Tingkat kerusakan bangunan gedung menurut Remran (1993) dalam Romaida (2002) dibedakan berdasarkan kriteria : 1. Rusak ringan yaitu : apabila persentase kerusakan lebih kecil dari 5%. 2. Rusak sedang yaitu : apabila persentase kerusakan antara 5-20%. 3. Rusak berat yaitu : apabila persentase kerusakan lebih besar dari 20%. 4. Pendugaan persamaan ekonomis bangunan SD Negeri Bagian Barat diformulasikan dalam persamaan regresi berikut : Y= a± bx1± cx2 ± dx3 ±... Dimana : Y = Kerugian ekonomis bangunan SD Negeri Bagian Timur (Rp/tahun) a = Konstanta b,c,d.. = Nilai penduga yang mempengaruhi nilai Y x1 = Faktor penduga usia bangunan x2 = Faktor penduga usia perbaikan x3 = Faktor penduga luas bangunan x4 = Faktor Penduga jarak bangunan dari sungai x5 = Faktor Penduga Luas Tanah x6 = Faktor Penduga Jumlah Kelas 5. Pemetaan dengan Geographic Information System (GIS) Menandai titik titik lokasi sekolah kedalam GPS (Global Positioning System). Titiktitik tersebut dimasukkan ke dalam file peta kota Pekanbaru yang telah dilengkapi peta jaringan sungai. Kemudian dibuat jarak antara lokasi sampel penelitian dari sungai dengan membuat interval berjarak 100m menggunakan Arc View GIS. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Negeri Bentuk bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Pekanbaru umumnya beragam, mulai dari yang bentuknya kecil dan sederhana sampai yang bangunannya bertingkat. Rata-rata bangunan SDN di kota Pekanbaru telah mengalami renovasi baik bagian dalam maupun bagian luar sekolah (Gambar 1).

3 a b Gambar 1. Gedung Sekolah, a. SDN 26 Kecamatan Sail, b. SDN 170 Kecamatan Bukit Raya Bangunan SD Negeri umumnya memiliki luas bangunan dan luas tanah yang relatif cukup luas. Luas bangunan terkecil terdapat pada SD Negeri 57 di kecamatan Pekanbaru Kota dengan luas 252 m 2 yang terdiri dari 6 kelas dan luas bangunan terbesar terdapat pada SD Negeri 52 di kecamatan Lima Puluh dengan luas 2352 m 2 yang terdiri dari 12 kelas. Tabel 2. Karakteristik-karakteristik bangunan SD Negeri di kota Pekanbaru Kecamatan Nama sekolah Usia bangunan (tahun) Luas Tanah (m 2 ) Lima Puluh Pekanbaru Kota Sail Rumbai Pesisir Bukit Raya Tenayan Raya SD Negeri 34 SD Negeri 30 SD Negeri 36 SD Negeri 52 SD Negeri 04 SD Negeri 56 SD Negeri 71 SD Negeri 125 SD Negeri 22 SD Negeri 57 SD Negeri 58 SD Negeri 82 SD Negeri 26 SD Negeri 38 SD Negeri 88 SD Negeri 25 SD Negeri 08 SD Negeri 09 SD Negeri 86 SD Negeri 55 SD Negeri 43 SD Negeri 67 SD Negeri 66 SD Negeri 170 SD Negeri 141 SD Negeri 104 SD Negeri 28 SD Negeri 172 SD Negeri 131 SD Negeri Sedangkan luas tanah terkecil terdapat pada SD Negeri 125 dengan luas 712 m 2 di kecamatan Pekanbaru Kota dan luas tanah terbesar terdapat pada SD Negeri 22 di kecamatan Pekanbaru Kota dengan luas 5990 m 2. Asal-usul areal bangunan sekolah kebanyakan adalah lahan gambut. Gambut umumnya mempunyai tingkat kemasaman yang relatif tinggi dengan kisaran ph 3-5 (Hartatik et al., 2004). Keasaman (ph) tanah sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan tanah. Rayap tanah merupakan salah satu kelompok makrofauna tanah yang memiliki kisaran toleransi yang cukup lebar terhadap ph tanah (Edwards & Lofty, 1977). Karakteristik bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru disajikan dalam Tabel Luas Bangunan (m 2 ) , Asal-usul areal bangunan Perladangan Perladangan Perladangan Hutan Hutan Hutan Perladangan Komponen bangunan yang telah disurvei rata-rata masih menggunakan kayu sebagai bahan utama walaupun pada meja dan kursi telah diganti menggunakan baja ringan pada bagian kaki dan sandaran kursi (Gambar 2). Selain karena factor keawetan dan tahan rayap dan karat, baja ringan mempunyai kelebihan yaitu kekuatan struktur yang lebih bagus, seperti lebih kuat dan lebih kaku

4 (Wildensyah, 2010). Pemakaian baja ringan pada komponen sekolah menyebabkan yang ditimbulkan akibat serangan rayap berkurang. a c d Gambar 2. Komponen bangunan yang memakai baja ringan : a dan b. Kursi dan meja. Komponen yang terbuat dari kayu : c. Resplank, d. kudakuda. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Setiap Komponen Bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru Kerugian ekonomis yang ditimbulkan akibat serangan rayap di SD Negeri bagian timur di kota Pekanbaru sangat bervariasi. Dalam penghitungan ekonomis terhadap b bangunan sekolah dasar negeri di kota Pekanbaru, digunakan 2 jenis kayu yaitu kayu tembesu dan kayu meranti sebagai penggantinya. Salah satu factor yang menyebabkan besarnya nilai ekonomis akibat serangan rayap pada berbagai bangunan SD Negeri adalah bangunan sekolah yang berdiri diatas lahan gambut. Rayap tanah sebenarnya merupakan salah satu kelompok makrofauna tanah yang dapat beradaptasi dengan kondisi tanah yang relatif basah. Penelitian pada lahan yang masih berupa hutan rawa gambut membuktikan bahwa rayap dapat dijumpai pada gambut dengan tingkat kejenuhan air tidak pernah kurang dari 80%. Rayap tanah juga terbukti dapat bertahan hidup pada lahan gambut yang tergenang selama berhari-hari dengan memanfaatkan tunggul-tunggul pohon sebagai pelindung koloni mereka (Agus, 2008). Kemungkinan rayap dapat menyerang suatu bangunan adalah melalui akses seperti retakan-retakan atau lubang pada dinding atau lantai bangunan. Bisa juga melalui liang kembara yang dibuat oleh rayap tanah agar rayap bisa mencapai daerah yang lebih jauh. Tabel 3. Biaya ekonomis akibat serangan rayap pada SD Negeri bagian timur di kota Pekanbaru Kecamatan Sekolah Tembesu (Rp) Meranti (Rp) Lima Puluh SDN 34 SDN 30 SDN 36 SDN 52 SDN Sail SDN 58 SDN 82 SDN 26 SDN 38 SDN 88 Pekanbaru Kota SDN 71 SDN 125 SDN 56 SDN 57 SDN 22 Rumbai Pesisir SDN 25 SDN 55 SDN 8 SDN 86 SDN Bukit Raya SDN 43 SDN 141 SDN 67 SDN 66 SDN Tenayan Raya SDN

5 Kecamatan Sekolah Tembesu (Rp) Meranti (Rp) SDN 28 SDN 172 SDN 131 SDN Jumlah Rata-rata Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Berbagai Komponen Bangunan Objek pengamatan pada penelitian ini adalah data-data ekonomis yang disebabkan oleh serangan rayap pada berbagai komponen bangunan di SD Negeri bagian timur Kota Pekanbaru. Nilai yang disajikan adalah total gabungan nilai masingmasing komponen dari berbagai SD Negeri bagian timur di kota Pekanbaru. Data tersebut disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Berbagai Komponen Bangunan SD Negeri bagian timur di Kota Pekanbaru Jenis komponen bangunan Jumlah kerusakan (buah) Harga tembesu per unit (Rp) Biaya kerusakan dengan tembesu (Rp) Harga meranti per unit (Rp) Biaya kerusakan dengan meranti (Rp) Pintu+kusen Jendela+kusen Kuda-kuda Resplank Kursi Meja Lemari Papan tulis Rata-rata c a e f Gambar 3. Komponen-komponen yang terserang rayap : a. Kusen pintu, b. Daun jendela, c. Daun pintu, d. Daun jendela, e. Meja, f. Lemari. b d Rayap tanah tidak hanya menyerang objek-objek yang berhubungan langsung dengan tanah seperti tiang-tiang kayu. Bisa juga melalui retakan retakan atau rongga pada semen, lantai, dan pondasi rumah permanen dan semi permanen. Terkadang komponen yang keberadaannya jauh dari tanah seperti kudakuda juga mengalami serangan yang tidak kalah banyaknya dan bahkan memakan ekonomis yang cukup besar. Serangan rayap terhadap resplank dan kuda kuda juga dibantu oleh adanya jamur yang terdapat pada masingmasing komponenen yang disebabkan oleh kebocoran dari atap. Nandika dkk., (2003) menyebutkan faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan populasi rayap meliputi curah hujan, suhu, kelembaban, ketersediaan makanan dan musuh alami. Faktorfaktor tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kelembaban dan suhu merupakan faktor yang secara bersamasama mempengaruhi aktifitas rayap. Perhitungan ekonomis antara rayap tanah dengan rayap kayu kering dibedakan menurut jenis rayapnya. Interval

6 ekonomis akibat serangan rayap tanah dan rayap kayu kering terhadap 30 SD Negeri bagian timur di kota Pekanbaru disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan kayu kering terhadap 30 bangunan SD Negeri bagian timur di Kota Pekanbaru Jenis rayap Parameter Tembesu Meranti Rayap tanah Jumlah Rayap kering Gabungan RT+RKK kayu Rata-rata Standar deviasi Interval ratarata Kerugian Persentase , ± ,46 [ ,54; ,46] 56,82% ,7 Jumlah Rata-rata Standar deviasi Interval ratarata Kerugian Persentase , ± ,74 [ ,26 ; ,74] 43,17% ± ,04 [ ,96 ; ,04] 58,49% ,5 Jumlah Rata-rata Standar deviasi Interval ratarata ,88 Nilai Kerugian yang besar dipengaruhi oleh intensitas kerusakan akibat rayap, upah pekerja dan harga bahan-bahan material. Semakin besar intesitas kerusakan komponen, maka upah pekerja dan bahan bahan pengganti yang dikeluarkan juga besar yang berakibat pada nilai ekonomis yang tinggi. Persentase terbesar akibat serangan rayap untuk kedua jenis kayu yaitu kayu tembesu dan kayu meranti disebabkan oleh rayap tanah. Dalam penelitian Hadhi (2009) juga menemukan bahwa hasil persentase serangan rayap terbesar adalah yang disebabkan oleh rayap tanah. Hal ini dapat terjadi karena rayap tanah dalam melakukan penyerangan menggunakan liang-liang kembara sehingga mereka bisa mencapai tempat-tempat yang lebih jauh. Rayap tanah mempunyai kemampuan untuk menjaga kelembaban didalam liang liang kembara sehingga rayap tanah dapat bergerak ke tempat yang lebih kering ± , ± ,25 [ ,75; ,25] 41,5% , ± ,64 [ ,38 ; ,62] [ ,36 ; ,64] Pearce (1997) juga menyatakan bahwa rayap tanah memiliki daya serang yang lebih tinggi dibandingkan dengan rayap kayu kering. Rayap ini memiliki anggota koloni yang sangat besar yaitu sekitar ekor dan dapat menyerang lebih dari satu struktur bangunan. Bangunan sekolah yang berdiri diatas lahan gambut juga merupakan salah satu factor kenapa rayap tanah memiliki anggota koloni yang sangat besar. Lahan gambut memiliki kandungan air didalamnya, sehingga pusat sarang rayap tanah biasanya berada didalam tanah agar mereka mampu mencukupi kebutuhan airnya. Persentase Kerusakan Bangunan SD Negeri Bagian Timur Pada Kota Pekanbaru Jumlah bangunan SD Negeri di kota Pekanbaru adalah 187 buah. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 30 bangunan SD Negeri bagian timur kota Pekanbaru. Terdapat 6 kecamatan di kota Pekanbaru bagian timur dan dari masing-masing kecamatan diambil 5 sampel.

7 Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh bangunan SD Negeri bagian timur di kota Pekanbaru terserang rayap dengan jenis kerusakan ringan dan sedang. Table 6. Persentase Kerusakan Bangunan SD Negeri di Kota Pekanbaru Kecamatan Sekolah Kerusakan (%) Jenis Kerusakan Lima Puluh SDN 34 7,69 Rusak Sedang SDN 30 0,8 Rusak Ringan SDN 36 11,05 Rusak Sedang SDN 52 5,66 Rusak Sedang SDN 4 5,98 Rusak Sedang Sail SDN 58 4,37 Rusak Ringan SDN 82 10,98 Rusak Sedang SDN 26 1,70 Rusak Ringan SDN 38 0,8 Rusak Ringan SDN 88 3,95 Rusak Ringan Pekanbaru Kota SDN 71 4,20 Rusak Ringan SDN 125 0,78 Rusak Ringan SDN 56 8,75 Rusak Sedang SDN 57 7 Rusak Sedang SDN 22 2,98 Rusak Ringan Rumbai Pesisir SDN 25 1,35 Rusak Ringan SDN 55 1,13 Rusak Ringan SDN 8 4,01 Rusak Ringan SDN 86 13,61 Rusak Sedang SDN 9 1,04 Rusak Ringan Bukit Raya SDN 43 9,09 Rusak Sedang SDN 141 2,07 Rusak Ringan SDN 67 1,96 Rusak Ringan SDN 66 3,41 Rusak Ringan SDN 170 8,45 Rusak Sedang Tenayan Raya SDN 104 4,37 Rusak Ringan SDN 28 8,17 Rusak Sedang SDN 172 6,45 Rusak Sedang SDN 131 5,22 Rusak Sedang SDN 47 Rata-rata Gambar 4 menunjukkan tingkat kerusakan bangunan SD Negeri bagian timur kota Pekanbaru yang didominasi kerusakan sedang. 100% 80% 60% 40% 20% 0% 56,67% 43,33% 0% Jenis Kerusakan Bangunan Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Parah Gambar 4. Histogram persentase kerusakan 30 SD Negeri bagian Timur di kota Pekanbaru 1,82 4,96 Rusak Ringan Rusak Ringan Berdasarkan Remran (1993) dalam Romaida (2002) menyatakan tingkat kerusakan bangunan gedung dibedakan berdasarkan kriteria : rusak ringan (<5%) dianggap tidak perlu dilakukan penggantian, rusak sedang (5-20%) dianggap perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak beserta upah perbaikan dan rusak berat (kerusakan >20%) perlu dilakukan penggantian dengan memperhitungkan harga kayu yang rusak beserta upah perbaikan. Bervariasinya jenis kerusakan yang terdapat pada berbagai SD Negeri dapat disebabkan karena usia bangunan yang sudah tua atau karena sudah lama tidak direnovasi. Renovasi yang tidak merata antar satu sekolah dengan sekolah lain juga menyebabkan bervariasinya jenis kerusakan. Renovasi yang tidak merata disebabkan banyaknya jumlah SD Negeri yang terdapat di Kota Pekanbaru yaitu sebanyak 187 buah. Berikut adalah peta sebaran tingkat kerusakan

8 akibat serangan rayap pada SDN bagian timur kota Pekanbaru 0 39'52" 0 36'48" '28" '32" '36" '40" '44" N 0 39'52" 0 36'48" Peta Sebaran Tingkat Kerusakan Akibat Serangan Rayap Kec Rumbai Pesisir Kec Lima Puluh Kec Tenayan Raya Kec Bukit Raya Gambar 6. Jenis rayap perusak yang ditemukan. a. Microtermes inspiratus, b. Cryptotermes cynochepalus Berikut adalah gambar peta sebaran jenis rayap yang ada di SDN bagian timur Kota Pekanbaru Kec Pekanbaru Kota 0 33'44" 0 33'44" Kec Sail Rusak Ringan 0 30'40" 0 30'40" Rusak Berat Skala 1 : Sungai Kecil Sungai Besar 0 27'36" 0 27'36" Sumber: Dinas Kehutanan Kota Pekanbaru (2014) '28" '32" '36" '40" Gambar 5. Peta Sebaran Tingkat Kerusakan Akibat Serangan Rayap '44" Jenis Rayap Perusak Kayu Rayap kayu kering (drywood termite) adalah golongan rayap yang biasa menyerang kayu-kayu kering, misalnya pada kayu yang digunakan sebagai bahan bangunan, perlengkapan rumah tangga dan lainlain.sarangnya terletak di dalam kayu dan tidak mempunyai hubungan dengan tanah. Rayap kayu kering dapat bekerja dalam kayu yang mempunyai kadar air % atau lebih rendah. Contoh dari golongan ini misalnya Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae). Nandika (2003) mengungkapkan bahwa serangan rayap kayu kering umumnya tidak terbatas pada kayu struktur bangunan tetapi juga seringkali menyerang barang barang mebeler (meja, kursi, dipan, kitchen set, dan lain lain), kusen, jendela dan pintu, tetapi tidak menyerang barang berlignoselulosa lainnya seperti kertas atau buku, kain, karpet dan lain lain Rayap subteran (subteranean termite) adalah golongan rayap yang bersarang di dalam tanah tetapi dapat juga menyerang bahan-bahan di atas tanah karena selalu mempunyai terowongan pipih terbuat dari tanah yang menghubungkan sarang dengan benda yang diserangnya. Untuk hidupnya mereka selalu membutuhkan kelembaban yang tinggi, serta bersifat Cryptobiotic (menjauhi sinar). Yang termasuk ke dalam rayap subteran adalah dari famili Rhinotermitidae serta sebagian dari famili Termitidae. a b Gambar 7. Peta Sebaran Jenis Rayap Model penduga ekonomis dengan menggunakan standar harga kayu tembesu Parameter yang dijadikan sebagai bahan untuk membuat model penduga ekonomis bangunan SD Negeri baik menggunakan standar harga kayu Tembesu dan standar harga kayu Meranti Kuning antara lain : usia bangunan, usia perbaikan, jumlah kelas, luas bangunan, luas tanah, dan jarak bangunan dari sungai. Model regresi penduga ekonomis dengan menggunakan standar harga kayu tembesu adalah: Y = , ,444 (Luas Bangunan) ,699 (Usia Perbaikan) ,95 (Jarak Sungai) Model penduga ekonomis dengan menggunakan standar harga kayu meranti kuning Model regresi penduga ekonomis dengan menggunakan standar harga kayu meranti kuning adalah: Y = , ,223 (Luas Bangunan) ,789 (Usia Perbaikan) ,085 (Jarak Sungai) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kerugian ekonomis serangan rayap terhadap 30 sampel bangunan SD Negeri bagian timur di Kota Pekanbaru untuk jenis kayu tembesu sebesar Rp dengan rata-rata Rp

9 dan untuk jenis kayu meranti sebesar Rp dengan rata-rata Rp Model regresi menggunakan standar harga kayu tembesu yaitu, Y = , ,444 (Luas Bangunan) ,699 (Usia Perbaikan) ,95 (Jarak Sungai) sedangkan model regresi menggunakan standar harga kayu meranti yaitu Y = , ,223 (Luas Bangunan) ,789 (Usia Perbaikan) ,085 (Jarak Sungai). Saran Pemerintah perlu lebih memperhatikan kondisi bangunan-bangunan SD Negeri agar lebih terawat dan melakukan peninjauan secara berkala untuk mengecek kondisi bangunannya. Diharapkan pula agar renovasi dan perbaikan yang dilakukan di SD Negeri bagian timur di Kota Pekanbaru lebih merata dan menjangkau semua SD Negeri di setiap kecamatan. DAFTAR PUSTAKA Agus, F dan I.M.G. Subiksa Lahan Gambut Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah. Bogor. ed. Surakarta : Muhammadiyyah Univ. Press. Pearce, M.J Termites Biology and Pest Management. Wallingford. Cabi. Remran Kerugian Ekonomi Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Perumahan di Pulau Batam.Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Hutan.Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Tidak dipublikasikan. Romaida, 2002.Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap dan Intensitas Serangan Rayap Pada Bangunan Rumah di Kota Cirebon [Skripsi] Jatinangor.Fakultas Kehutanan, UNWIM. Sulaiman Keterandalan Konstruksi Bangunan Pendidikan (Studi kasus pada gedung SD). Desertasi. Departemen Hasil Hutan.Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.Tidak dipublikasikan. Wildensyah, Iden Rangka Atap Baja Ringan. Bandung. Alfabeta. Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru,2014. Sekolah Dasar Di Kota Pekanbaru. Pekanbaru. Edwards, A.C dan Lofty, R Biology of Earthworms. Champman and Hall LTD. London. Hartatik, W., K. Idris, S. Sabiham, S. Djuniwati, dan J.S Adiningsih Pengaruh pemberian fosfat alam dan SP-36 pada tanah gambut yang diberi bahan ameliorant tanah mineral terhadap serangan P dan efisiensi pemupukan P. Prosiding Kongres Nasional VIII HITI. Universitas Andalas. Padang. Hadhi, P.S Serangan Rayap Terhadap Bangunan Sekolah Dasar Negeri di Kota Medan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Pertanian USU. Medan. Tidak Dipublikasikan Nandika, D. Yudi R. Dan Diba, F Rayap : Biologi dan Pengendaliannya Harun JP,

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI BAGIAN TIMUR DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI BAGIAN TIMUR DI KOTA PEKANBARU ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI BAGIAN TIMUR DI KOTA PEKANBARU SKRIPSI OLEH: NICO CHRISTIAN 111201105/TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU HASIL PENELITIAN OLEH: MEITA ENDASURA 111201152/TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 SEBARAN DAN PERKIRAAN KERUGIAN EKONOMIS SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI Oleh Hadhi Prabowo Syaiful 051203032/ Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN EKONOMIS DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK KOTA PEKANBARU

ANALISIS KERUGIAN EKONOMIS DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK KOTA PEKANBARU 1 ANALISIS KERUGIAN EKONOMIS DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK KOTA PEKANBARU (Economic Losses Analysis And Mapping Termite Distribution On Senior High School and Vocational

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU SKRIPSI OLEH: Frieda Sitepu 111201135/TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN EKONOMIS DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS KERUGIAN EKONOMIS DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU 1 ANALISIS KERUGIAN EKONOMIS DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU (Losses Analyze and Mapping The Distribution of Termites that Attacked The Junior High School

Lebih terperinci

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN) Jurnal Biologi Sumatera, Juli 2007, hlm. 23 27 ISSN 1907-5537 Vol. 2, No. 2 KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN) Ameilia

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN Hasil Penelitian Oleh : Hendra Simanjuntak 051203010 Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 RINGKASAN Ruli Herdiansyah.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI THE IDENTIFICATION OF THE IMPACT AND LEVEL OF TERMITE S ATTACKS ON THE BUILDING IN THE DISTRICT KUANTAN SINGINGI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMIS SERANGAN RAYAP DAN URGENSI TINDAKAN PENGAWETAN TERHADAP PEMBANGUNAN DI BEBERAPA PERUMAHAN KOTA PEMATANGSIANTAR

KAJIAN EKONOMIS SERANGAN RAYAP DAN URGENSI TINDAKAN PENGAWETAN TERHADAP PEMBANGUNAN DI BEBERAPA PERUMAHAN KOTA PEMATANGSIANTAR IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 KAJIAN EKONOMIS SERANGAN RAYAP DAN URGENSI TINDAKAN PENGAWETAN TERHADAP PEMBANGUNAN DI BEBERAPA PERUMAHAN KOTA PEMATANGSIANTAR Triastuti* 1, Irawaty

Lebih terperinci

Daniel, Farah Diba, dan Harnani Husni. Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak

Daniel, Farah Diba, dan Harnani Husni. Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak IDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR DI KOTA PONTIANAK BERDASARKAN FAKTOR PERUSAK KAYU Identification Damage of Building in Elementary School in the City of Pontianak Based on Wood Damaging

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan yang memiliki peran sebagai sarana transportasi yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana jembatan berfungsi untuk menghubungkan rute/lintasan

Lebih terperinci

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Jenis-jenis kayu untuk konstruksi di proyek- Pada kesempatan ini saya akan berbagi informasi tentang Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Kayu adalah material

Lebih terperinci

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala RAYAP MACROTERMES GILVUS (HAGEN) (ISOPTERA: TERMITIDAE) SEBAGAI HAMA PENTING PADA TANAMAN JARAK PAGAR (J. CURCAS) DI KEBUN INDUK JARAK PAGAR (KIJP) PAKUWON SUKABUMI JAWA BARAT (The Macrotermes gilvus Hagen

Lebih terperinci

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 21, No.1, Maret. 2014: 83-89 KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT (Residual Stand Damage Caused by Timber Harvesting in Natural Peat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Bimafika, 2012, 3, 393-398 IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON Tekat Dwi Cahyono Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon Diterima 29-02-2012;

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Material Struktur Bangunan Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi pertemuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah milik pemerintah dan 404 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SD di Kota Medan disajikan pada

Lebih terperinci

AUDIT KONSTRUKSI BANGUNAN

AUDIT KONSTRUKSI BANGUNAN KARYA TULIS AUDIT KONSTRUKSI BANGUNAN Disusun Oleh: APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 844 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 KATA PENGANTAR Puji syukur pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu dan Teknilogi Hasil Hutan 3(1): (2010)

Jurnal Ilmu dan Teknilogi Hasil Hutan 3(1): (2010) 26 BIODETERIORASI KOMPONEN KAYU RUMAH DI BEBERAPA DAERAH YANG BERBEDA SUHU DAN KELEMBABANNYA Biodeterioration of Wooden House Components in Some Places with Different Temperature and Humidity Trisna PRIADI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Myrtaceae yang diketahui tumbuh pada areal dataran rendah berawa (coastal

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Myrtaceae yang diketahui tumbuh pada areal dataran rendah berawa (coastal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pohon gelam (Melaleuca sp.) adalah salah satu jenis tumbuhan dari suku Myrtaceae yang diketahui tumbuh pada areal dataran rendah berawa (coastal swampy lowlands) di beberapa

Lebih terperinci

BAB V FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN JAMUR PELAPUK PADA BANGUNAN RUMAH SERTA KERUGIAN YANG DITIMBULKANNYA

BAB V FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN JAMUR PELAPUK PADA BANGUNAN RUMAH SERTA KERUGIAN YANG DITIMBULKANNYA BAB V FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN JAMUR PELAPUK PADA BANGUNAN RUMAH SERTA KERUGIAN YANG DITIMBULKANNYA Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan jamur pelapuk rata-rata terjadi pada 87% rumah di

Lebih terperinci

PENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING) Abdurachman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

PENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING) Abdurachman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan PENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING) Abdurachman Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Jl. Gunung Batu No. 5. Bogor 16610. Telp/fax : 0251 8633378/0251 86333413

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO 1 INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO (Johannes teijsmania altifrons) DI DUSUN METAH, RESORT LAHAI, TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH PROVINSI RIAU- JAMBI Yusi Indriani, Cory Wulan, Panji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, berasal dari bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu merupakan

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang Annisa Savitri* ), Ir. Martini**), Sri Yuliawati** ) * ) Mahasiswa Peminatan Entomologi

Lebih terperinci

KERUGIAN EKONOMI AKIBAT INFESTASI RAYAP PADA BANGUNAN PERUMAHAN (STUDI KASUS DESA GANDASULI, BOBOTSARI, PURBALINGGA, JAWA TENGAH)

KERUGIAN EKONOMI AKIBAT INFESTASI RAYAP PADA BANGUNAN PERUMAHAN (STUDI KASUS DESA GANDASULI, BOBOTSARI, PURBALINGGA, JAWA TENGAH) KERUGIAN EKONOMI AKIBAT INFESTASI RAYAP PADA BANGUNAN PERUMAHAN (STUDI KASUS DESA GANDASULI, BOBOTSARI, PURBALINGGA, JAWA TENGAH) Oleh TEGUH PRIBADI Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas PGRI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang memadai baik dari segi jumlah maupun kelengkapan fasilitas di dalamnya. Saat ini terdapat hampir lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten 1 I. PENDAHULUAN Indonesia mengalami kerugian ekonomi akibat serangan rayap pada kayu bangunan rumah penduduk mencapai 12,5% dari total biaya pembangunan perumahan tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Administratif dan Geografis Secara geografis KHDTK Cikampek terletak di 06 0 25 00-06 0 25 48 LS dan 107 0 27 36-107 0 27 50 BT, kurang lebih 5 km sebelah selatan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi 12 Gymnospermae lebih efisien pada intensitas cahaya tinggi (Kramer & Kozlowski 1979). Sudomo (2007) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang berlebihan akan menyebabkan laju transpirasi tinggi, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian yang terkait dengan kebencanaan letusan gunung berapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian yang terkait dengan kebencanaan letusan gunung berapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian, disini dibagi menjadi 2 kategori yaitu terkait dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kehilangan Berat (Weight Loss) Contoh Uji Kehilangan berat (WL) merupakan salah satu respon yang diamati karena berkurangnya berat contoh uji akibat aktifitas makan rayap

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ( Studi Kasus : Desa Kampung Dalam, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu ) Cindi Melani

Lebih terperinci

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU SKRIPSI Oleh: Agustia Wardhana 051203006/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Lebih terperinci

KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI

KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bujur Timur dan Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut

TINJAUAN PUSTAKA. bujur Timur dan Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut TINJAUAN PUSTAKA Ciri Umum dan Kondisi FisikKota Pekanbaru Kota Pekanbaru merupakan Ibukota provinsi Riau dengan luas 632,26 km 2. Secara geografis Kota Pekanbaru terletak anatara 101 14-101 34 bujur Timur

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan

METODE PENELITIAN. Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan 14 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachma. Waktu penelitian Mei 2015. Berikut adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Menengah Pertama Kota Medan memiliki 350 sekolah menengah pertama dengan perincian 45 buah milik pemerintah dan 305 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SMP di setiap

Lebih terperinci

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol., No., Juni 009 : 7 PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL THE INFLUENCE OF NATURAL AND ARTIFICIAL DRYING FOWORD THE

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi

TINJAUAN PUSTAKA. terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi TINJAUAN PUSTAKA Keawetan Alami Kayu Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi organisme yang bersangkutan (Duljapar,

Lebih terperinci

SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL

SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PADA PEMBANGUNAN TURAP DI KECAMATAN BENGKALIS

PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PADA PEMBANGUNAN TURAP DI KECAMATAN BENGKALIS PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PADA PEMBANGUNAN TURAP DI KECAMATAN BENGKALIS Dedi Enda 1,a, Oni Febriani 1 dan Ahmad Salim 1 1) Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bengkalis, Bengkalis Riau,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Melalui pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan untuk melakukan pemilihan antara penggunaan kayu dan baja ringan sebagai penutup atap terhadap

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Karakteristik-karakteristik bangunan Sekolah Dasar Negeri di Kota Medan Kecamatan Medan Tembung Nama Sekolah : SDN 0649974 : Jl. Letda Sujono Kec. Medan Tembung Tahun Berdiri : 1970

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DESAIN PRODUK DESAIN KICHEN SET UNTUK DAPUR DENGAN LUASAN 4 5 M² PADA BANGUNAN SETARA RUMAH TIPE 36

TUGAS AKHIR DESAIN PRODUK DESAIN KICHEN SET UNTUK DAPUR DENGAN LUASAN 4 5 M² PADA BANGUNAN SETARA RUMAH TIPE 36 TUGAS AKHIR DESAIN PRODUK DESAIN KICHEN SET UNTUK DAPUR DENGAN LUASAN 4 5 M² PADA BANGUNAN SETARA RUMAH TIPE 36 NISA AUFY WARDANI NRP. 3406.100.087 Dosen Pembimbing : Drs. Taufik Hidayat, MT NIP. 131652053

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan di kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan untuk kegiatan pengamatan dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

PEMETAAN KESEHATAN POHON DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PEMETAAN KESEHATAN POHON DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PEMETAAN KESEHATAN POHON DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh : DHANY NUGRAHA 081201055 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 PEMETAAN KESEHATAN POHON DI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

2016 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UNTUK TANAMAN ENDEMIK JAWA BARAT MENGGUNAKAN GISARCVIEW

2016 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UNTUK TANAMAN ENDEMIK JAWA BARAT MENGGUNAKAN GISARCVIEW 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang strategis karena terletak di daerah khatulistiwa yang mempunyai tipe hutan hujan tropis cukup unik dengan keanekaragaman jenis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 di Laboratorium Pengaruh Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 9 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber (DRT), Sei. Sinepis, Provinsi Riau. Waktu pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan yang dibutuhkan manusia untuk berbagai penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi. Namun pada kenyataannya,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kota Jakarta Timur, dengan fokus pada Kecamatan Jatinegara. Kecamatan ini memiliki 8 Kelurahan yaitu Cipinang Cempedak, Cipinang

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN Oleh: Jendro Zalukhu 081203017 / Teknologi Hasil Hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati merupakan salah satu jenis kayu yang diminati dan paling banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya di Indonesia. Selain memiliki sifat yang awet dan kuat,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2014, untuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2014, untuk 18 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2014, untuk kegiatan pengumpulan data, pengelolaan data, dan analisis data.

Lebih terperinci

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya Apri Heri Iswanto Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Rayap merupakan serangga kecil berwarna putih

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

ANALISIS KESEHATAN POHON DI JALUR HIJAU KOTA MEDAN BAGIAN UTARA SKRIPSI

ANALISIS KESEHATAN POHON DI JALUR HIJAU KOTA MEDAN BAGIAN UTARA SKRIPSI ANALISIS KESEHATAN POHON DI JALUR HIJAU KOTA MEDAN BAGIAN UTARA SKRIPSI ADI PUTRA SINAGA 121201064/ MANEJEMEN HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016 ABSTRAK ADI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Umum Bangunan Sekolah Kota Bogor memiliki 284 unit sekolah dasar (SD), 242 unit (85,2%) diantaranya merupakan sekolah dasar negeri, sedangkan sisanya (42

Lebih terperinci

Jojon Soesatrijo. Abstrak

Jojon Soesatrijo. Abstrak STUDI PEMANFAATAN KAYU ULIN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN TITI PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus di PT. Buana Karya Bhakti Kalimantan Selatan) Jojon Soesatrijo Abstrak Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret hingga September 2007 di hulu DAS Ciliwung, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, hulu DAS Ciliwung terletak pada 106º55

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rumah Kayu dari Norwegia yang Bergaya Klasik

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rumah Kayu dari Norwegia yang Bergaya Klasik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan material yang digunakan untuk banyak keperluan sehari-hari. Digunakan untuk membuat berbagai alat bantu kehidupan di berbagai bidang seperti bidang konstruksi,

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam Kamojang, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pengambilan data di

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG

PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG Pertemuan ke-15 Materi Perkuliahan : Sistem perawatan dan pemeliharaan bangunan baik pada internal dan eksternal PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG Pemeliharan (maintenance) bangunan adalah sangat

Lebih terperinci

JENIS, HARGA KAYU KOMERSIL DAN ANALISIS EKONOMI PADA INDUSTRI KAYU SEKUNDER PANGLONG DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

JENIS, HARGA KAYU KOMERSIL DAN ANALISIS EKONOMI PADA INDUSTRI KAYU SEKUNDER PANGLONG DI KOTA PADANGSIDIMPUAN JENIS, HARGA KAYU KOMERSIL DAN ANALISIS EKONOMI PADA INDUSTRI KAYU SEKUNDER PANGLONG DI KOTA PADANGSIDIMPUAN SKRIPSI Oleh: Karim Indra Muda Lubis 071203021 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penentuan Titik sampel. Mengukur Sudut Duduk Daun Pemeliharaan Setiap Klon

III. METODE PENELITIAN. Penentuan Titik sampel. Mengukur Sudut Duduk Daun Pemeliharaan Setiap Klon III. METODE PENELITIAN A. Diagram Alir Penelitian Penentuan Titik sampel Pengambilan Sampel pada Setiap Klon - Bidang Preferensi - Bidang Peliharaan - Bidang Petik Mengukur Temperatur, Kelembaban Udara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Januari 2010 Februari 2010 di Harapan Rainforest, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian yang terkait dengan kebencanaan tanah longsor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian yang terkait dengan kebencanaan tanah longsor BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian, disini dibagi menjadi 2 kategori yaitu terkait dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian. Strata IV ( m dpl) Karakter morfologi bambu tali dicatat (lampiran 2).

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian. Strata IV ( m dpl) Karakter morfologi bambu tali dicatat (lampiran 2). A. Bagan Alir Penelitian III. METODE PENELITIAN Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian Strata I (100-199 m ) Strata VII (700-799 m ) Strata II (200-299 m ) Strata VI (600-699 m ) Strata III (300-399

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016 73 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada daerah kajian Provinsi Kalimantan Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan Sistem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan USU Tahura Desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Provinsi

Lebih terperinci

SERANGAN RAYAP COPTOTERMES

SERANGAN RAYAP COPTOTERMES SERANGAN RAYAP COPTOTERMES SP. PADA TANAMAN MERANTI MERAH (SHOREA LEPROSULA MIQ.) DI BEBERAPA LOKASI PENANAMAN DI KALIMANTAN TIMUR Termites Attack of Coptotermes Sp. on Red Meranti (Shorea Leprosula Miq.)

Lebih terperinci

Increasing P Retention in the Peat Column Amended with Mineral Soil and Some Rock Phosphates

Increasing P Retention in the Peat Column Amended with Mineral Soil and Some Rock Phosphates Iurnal Taizah dan Llngkungan,Vol. 6 No. 1, Aprrl2004: 22-30 lssn 1410-7333 PENINGKATAN IKATAN P DALAM KOLOM TANAH GAMBUT YANG DIBERI BAHAN AMELIORAN TANAH MINERAL DAN BEBERAPA JENIS FOSFAT ALAM Increasing

Lebih terperinci

DIKTAT PENGERINGAN KAYU. Oleh: Efrida Basri

DIKTAT PENGERINGAN KAYU. Oleh: Efrida Basri 1 DIKTAT PENGERINGAN KAYU Oleh: Efrida Basri I. Konsep Dasar Pengeringan Kayu Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Propinsi Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember

Lebih terperinci

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BY : TIM PENGAMPU MK.MEKANISASI PERTANIAN DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY SNI 7604-2010

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gorontalo Utara yang merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah Desa Hilibadalu Kecamatan Sogaeadu Kabupaten Nias dengan luas 190 ha dan ketinggian tempat ± 18 m di atas permukaan

Lebih terperinci

SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BIBIT MERANTI (Shorea leprosula Miq.) DI PERSEMAIAN. NGATIMAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa

SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BIBIT MERANTI (Shorea leprosula Miq.) DI PERSEMAIAN. NGATIMAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BIBIT MERANTI (Shorea leprosula Miq.) DI PERSEMAIAN NGATIMAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Ringkasan Pemeliharaan bibit meranti (Shore leprosula Miq.) di persemaian

Lebih terperinci

BAB VIII PEMBAHASAN UMUM

BAB VIII PEMBAHASAN UMUM BAB VIII PEMBAHASAN UMUM Biodeteriorasi kayu mengakibatkan penurunan mutu dan tidak efisiennya penggunaan kayu. Selain itu umur pakai kayu menjadi lebih pendek dan berakibat konsumsi kayu menjadi meningkat,

Lebih terperinci

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BY : TIM PENGAMPU MK.MEKANISASI PERTANIAN DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY SNI 7604-2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bawahnya dari panas,hujan, angin, dan benda-benda lain yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bawahnya dari panas,hujan, angin, dan benda-benda lain yang bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atap merupakan salah satu bagian paling atas dari bangunan hunian, gudang, dan masih banyak lainnya yang berfungsi sebagai pelindung ruangan yang ada di bawahnya dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB UNTUK PEMETAAN WILAYAH PEMUKIMAN WARGA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI DI KOTA TANGERANG YANG TERKENA DAMPAK BANJIR

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB UNTUK PEMETAAN WILAYAH PEMUKIMAN WARGA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI DI KOTA TANGERANG YANG TERKENA DAMPAK BANJIR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB UNTUK PEMETAAN WILAYAH PEMUKIMAN WARGA DI DAERAH ALIRAN SUNGAI DI KOTA TANGERANG YANG TERKENA DAMPAK BANJIR Disusun Oleh : Rofifah Nur Mufidah K3513061 Program Pendidikan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kebun Meranti Paham terletak di Kelurahan Meranti Paham, Kecamatan Panai Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Sebelumnya bernama Kebun

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis

Lebih terperinci

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa 3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa Lahan basah non rawa adalah suatu lahan yang kondisinya dipengaruhi oleh air namun tidak menggenang. Lahan basah biasanya terdapat di ujung suatu daerah ketinggian

Lebih terperinci