BAB V FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN JAMUR PELAPUK PADA BANGUNAN RUMAH SERTA KERUGIAN YANG DITIMBULKANNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN JAMUR PELAPUK PADA BANGUNAN RUMAH SERTA KERUGIAN YANG DITIMBULKANNYA"

Transkripsi

1 BAB V FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN JAMUR PELAPUK PADA BANGUNAN RUMAH SERTA KERUGIAN YANG DITIMBULKANNYA Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan jamur pelapuk rata-rata terjadi pada 87% rumah di kota dan kabupaten yang diteliti (Lampiran 7). Jumlah rumah terserang jamur pelapuk kayu yang terbanyak di Kota Bogor, sedangkan yang terendah di Kota Tegal. Walaupun demikian jumlah rumah terserang jamur pelapuk di Kota Tegal masih di atas 70% (Gambar 4). Variasi intensitas pelapukan di berbagai daerah tersebut terkait dengan perbedaan iklimnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Singh (2004) bahwa lingkungan menjadi faktor yang menentukan terjadinya pelapukan kayu, terutama faktor suhu, kelembaban dan kurangnya ventilasi dalam bangunan. Gambar 4 Persentase rumah terserang jamur pelapuk di 10 daerah survey. Kondisi tingkat serangan jamur tersebut menunjukkan bahwa pelapukan kayu merupakan masalah yang cukup berat membebani masyarakat luas di berbagai kota dan kabupaten di Pulau Jawa. Dengan demikian masalah ini perlu mendapat perhatian serius dari masyarakat dan pemerintah dalam

2 45 penanggulangannya. Selain itu, penelitian dan diseminasi pengetahuan tentang pelapukan kayu pada bangunan perlu digiatkan untuk menopang strategi yang efektif dan ekonomis dalam pencegahan maupun penanggulanagn serangan jamur pelapuk kayu pada bangunan perumahan. Gambar 5 Persentase komponen lapuk pada bangunan rumah. Pada umumnya, komponen rumah yang paling banyak diserang jamur pelapuk adalah lisplang dan rangka atap dengan volume rata-rata per rumah masing-masing cm 3 dan cm 3 atau 37% dan 32% dari total pelapukan sebesar cm 3 kayu per rumah (Gambar 5). Komponen rumah lainnya yang diserang jamur pelapuk pada umumnya adalah yang terkena pembasahan air atau hujan seperti bagian tiang, dinding, jendela dan pintu yang di luar dan di kamar mandi. Pembasahan ini sangat menentukan pertumbuhan jamur pelapuk yang akhirnya akan berpengaruh terhadap tingkat pelapukan kayu. Komponen kayu bangunan yang tidak terkena pembasahan pada umumnya berkadar air sekitar 16% sehingga jamur pelapuk tidak dapat tumbuh, sebagaimana menurut Nicholas dan Crawford (2003) bahwa kadar air kayu yang optimal untuk pertumbuhan jamur pelapuk Basidiomycetes berkisar antara 40% 80 %. Tapi apabila kadar air kayu melebihi kisaran nilai tersebut, aerasi dalam kayu juga berkurang dan dapat menurunkan pertumbuhan jamur.

3 46 Lisplang merupakan komponen rumah yang terkena pengaruh langsung iklim, pembasahan hujan dan pemanasan matahari. Retakan kayu kerap terjadi pada komponen ini yang didahului dengan proses pengelupasan lapisan cat pelindung sehingga komponen kayu bangunan menjadi terbuka (Gambar 6). Kondisi tersebut memperbesar peluang serangan dan pertumbuhan jamur pelapuk pada lisplang. Selain itu pola dan posisi lisplang sangat penting dan pengaruhnya besar terhadap tingkat pembasahan. Lisplang yang berjarak cukup jauh dari ujung genting (> 7 cm) dan dipasang membentuk sudut 30 o dari bidang vertikal relatif tidak banyak terbasahi air limpasan atap. a b Gambar 6 Pengelupasan cat (a) dan serangan jamur (b) pada lisplang. Rangka atap sering kali mengalami pembasahan yang terutama disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sistem atap dengan baik. Bila masalah ini diperbaiki secara dini, pembasahan komponen kayu tidak berlangsung terus sehingga komponen kayu dapat kering kembali. Tapi akibat kelalaian dalam perawatan bangunan tersebut menyebabkan pembasahan kayu berulang dan berlangsung lama, sehingga mendukung pertumbuhan jamur.

4 47 Kayu kualitas bagus seperti jati dan kamper akan diserang jamur juga yaitu apabila mengalami pembasahan dalam waktu lama. Bagian teras kayu awet pun dapat diserang jamur ketika terkena air dalam waktu cukup lama (Ridout 2007). Zat ekstraktif yang menjadi pelindung alami dalam kayu awet khususnya pada bagian teras dapat terlarut dalam air atau bahan pelarut lainnya. Oleh karena itu ketika kayu awet mengalami pembasahan karena sering dan lama terkena air, selain warnanya berubah, sifat keawetannya juga berkurang disebabkan sebagian zat ekstraktifnya larut dan terbawa air. Kondisi tersebut akan terus berlanjut sehingga memungkinkan jamur pelapuk untuk tumbuh pada kayu dan mendegradasinya. Proses pelapukan kayu dipengaruhi oleh sinar matahari, hujan, kelembaban, dan angin (Watt 1999). Dalam penelitian inipun terbukti bahwa hujan dan pemanasan oleh sinar matahari pada komponen kayu bangunan mendukung terjadinya pelapukan kayu. Dengan pemanasan sinar matahari dan hujan dalam waktu lama, cat pelindung kayu dapat terkelupas sehingga kayu menjadi terbuka bagi serangan jamur pelapuk. Dengan berkurangnya pertahanan alami kayu berupa kandungan ekstraktif serta terbukanya cat pelindung, maka akan mudah terjadi pembasahan kayu sehingga kadar airnya melebihi 20%. Dengan demikian jamur pelapuk memungkinkan tumbuh dan mendegradasi kayu. Data lapangan menunjukkan bahwa 55% pembasahan komponen kayu bangunan disebabkan oleh kerusakan pada sistem atap dan dinding sebagai sistem pelindung. Sebagai contoh diantaranya adalah atap seng yang berkarat dan bocor atau adanya genting yang bergeser atau pecah yang tidak diperbaiki menyebabkan air hujan masuk ke dalam struktur bangunan dan membasahi kayu di bawahnya (Gambar 7). Selain itu dinding yang retak-retak juga menyebabkan air hujan masuk dan menjadikannya lembab. Sehingga komponen kayu pada dinding tersebut akan meningkat kadar airnya. Ketahanan bangunan dari biodeteriorasi sering terkendala keterbatasan bahan dan biaya untuk mendapatkan kesempurnaan rancangan, konstruksi, pemeliharaan dan ventilasi (Allsopp et al. 2004). Hasil survey menunjukkan bahwa sekitar 45% pembasahan komponen kayu disebabkan permasalahan desain

5 48 konstruksi. Banyak atap yang tidak melindungi struktur bangunan dengan baik sehingga terjadi pembasahan air hujan langsung pada jendela dan pintu. Pembasahan juga terjadi karena pantulan air hujan dari lantai yang terlalu dekat dengan pintu. Banyak juga atap yang ukuran dan kemiringanya tidak sempurna melindungi komponen kayu bangunan. Sebagaimana dijelaskan BPPPP (2006) bahwa kemiringan atap genting sebaiknya 30 o karena sudut kemiringan yang terlau kecil dapat menimbulkan masuknya air ke dalam bangunan. b a Gambar 7 Genting yang bergeser (a) menyebabkan pembasahan lisplang dan memicu pelapukan kayu (b). Di daerah yang bercurah hujan tinggi overhang atap perlu disesuaikan lebih lebar sehingga komponen kayu dibawahnya benar-benar terlindung dari pembasahan hujan. Bagian sambungan bangunan pada atap maupun dinding perlu perlindungan yang baik dari air hujan dan aliranya, karena bagian ini sering menjadi tempat infiltrasi air ke dalam struktur bangunan. Selain itu sistem drainase atap dan kapasitas talang penyalur air di atap tidak sedikit yang bermasalah sehingga terjadi genangan air di atap bahkan mengalir ke bagian struktur bangunan yang tidak dikehendaki dan menyebabkan pelapukan kayu komponen bangunan.

6 49 Selain karena air hujan, pembasahan kayu juga terjadi karena penggunaan air rumah tangga di dapur, tempat mencuci dan kamar mandi. Air kondensasi uap yang dihasilkan dari kegiatan memasak atau proses pengeringan pakaian dalam ruang yang ventilasinya buruk dapat terakumulasi dan membasahi komponen dinding dan kusen jendela. Pembasahan juga terjadi dari tanah terutama jika komponen kayu menyentuh tanah. Ada juga rumah yang lantai dan dindingnya senantiasa lembab sehingga kayu yang menempel pada bagian tersebut menjadi lembab dan rawan serangan jamur kayu. Hal ini terjadi karena drainase air pada tapak bangunan yang tidak benar ditambah lagi dengan sirkulasi udara yang tidak baik. Kasus lain di Semarang terdapat daerah yang sering mengalami pasang air laut (rob) sebagai faktor pembasah dinding, tiang dan pintu yang kemudian banyak menyebabkan terjadinya pelapukan kayu. Berdasarkan data dan fakta lapangan tersebut bahwa perencanaan bangunan dan pemeliharaannya sangat menentukan resiko pelapukan pada kayu. Komponen konstruksi dari kayu yang tidak dikeringkan lebih rawan pelapukan karena di dalamnya telah tersedia air yang bisa menumbuhkan jamur. Selain itu, lapisan cat pada kayu yang tidak kering dapat menggelembung dan lebih cepat terkelupas sehingga terbuka bagi pembasahan dan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu penggunaan kayu yang telah dikeringkan sangat dianjurkan untuk konstruksi bangunan rumah. Sambungan dan ujung komponen bangunan sering menjadi bagian yang paling cepat mengalami pelapukan. Sambungan menyediakan celah yang dapat menampung air yang cukup memasok pembasahan kayu dalam waktu lama. Evaporasi air dari bagian ini lebih lambat dibanding permukaan lainnya. Sehingga dengan hujan sedikit saja dapat menyebabkan air cepat masuk ke dalam celah sambungan dan menjadi sumber air yang sangat mendukung pertumbuhan jamur. Demikian pula bagian ujung kayu cenderung lebih basah dari permukaan lainnya, karena air lebih mudah masuk pada arah longitudinal kayu. Masalah ini terjadi pada berbagai komponen bangunan terutama pada lisplang. Oleh karena itu bagian sambungan dan ujung kayu perlu pendempulan yang sempurna, pemberian bahan penolak air dan pengecatan yang berkala sehingga aman dari pelapukan.

7 50 Serangan jamur pelapuk mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kekuatan komponen bangunan dalam memikul beban struktur. Sehingga bila dibiarkan dapat membahayakan bagi penghuni rumah dari keruntuhan komponen atap yang lapuk diserang jamur. Saluran air atau talang yang tersumbat dapat menyebabkan air mengalir ke daerah yang tidak semestinya, sehingga membasahi bagian kayu dan memicu terjadinya pelapukan. Dengan demikian pemeriksaan dan pemeliharaan bangunan terutama struktur atap dan saluran air semestinya dilakukan secara berkala. Gambar 8 Volume kerusakan kayu oleh jamur pelapuk pada berbagai kelas umur rumah. Gambar 8 mendeskripsikan rata-rata volume kerusakan kayu oleh jamur pelapuk per bangunan rumah yang berbeda kelas umurnya. Kerusakan komponen kayu bangunan rumah oleh jamur pelapuk cenderung lebih tinggi pada bangunan berumur lebih tua. Hal ini menunjukkan akumulasi biodeteriorasi dan mengindikasikan tidak ada upaya pengendalian yang nyata terhadap serangan organisme perusak pada kayu. Untuk mendapatkan masa pakai yang lama, masyarakat umumnya mengandalkan penggunaan kayu awet seperti jati dan kamper. Namun banyak diantaranya kini kesulitan mendapatkannya karena bagi sebagian besar masyarakat harganya tidak terjangkau. Dalam survey ini juga tidak ditemukan

8 51 masyarakat yang menggunakan kayu yang telah diawetkan secara memadai untuk rumahnya. Ada di antara masyarakat yang memperbaiki pelapukan kayu dengan menambal secara sederhana dengan semen atau dempul atau menunggu hingga komponen tersebut harus diganti. Jelas cara tersebut tidak menghentikan serangan organisme perusak Serangan jamur demikian sering ditemukan, hal ini terkait dengan penyebaran jamur dengan spora yang datang tanpa disadari penghuni rumah terbawa angin, air ataupun terbawa organisme sehingga menempel pada komponen kayu rumah. Ketika kadar air kayu tinggi dan faktor lingkungan lainnya tidak menghambat, maka jamurpun tumbuh dan mendegradasi kayu. Gambar 9 Persentase jenis pelapukan kayu pada bangunan rumah. Hasil survey kerusakan komponen bangunan rumah diberbagai daerah menunjukkan bahwa kasus kerusakan oleh jamur pelapuk putih paling banyak (47%) (Gambar 9). Sementara itu menurut Deacon (2004), jamur terpenting dalam pelapukan kayu softwood yang digunakan pada konstruksi di atas tanah di Amerika Serikat adalah jamur pelapuk coklat. Walaupun demikian, jamur pelapuk coklat hanya mencakup 6% dari seluruh jamur pelapuk kayu. Warna kayu yang menjadi lebih pucat pada serangan pelapuk putih disebabkan terdegradasinya komponen lignin disamping selulosa pada kayu.

9 52 Terdegradasinya lignin yang merupakan bahan perekat dan pengeras kayu dan mendominasi bagian lamela tengah yang menjadi pengikat antar sel-sel kayu, menyebabkan kayu menjadi susut, lunak dan berserabut. Sebagaimana yang diungkapkan Harris (2001) bahwa pada tahap lanjut jamur pelapuk putih menyebabkan kayu tampak seperti spong atau massa berserabut dengan kantungkantung atau garis-garis putih di antara bagian kayu yang masih utuh. Jamur pelapuk putih umumnya lebih banyak menyerang kayu daun lebar daripada kayu daun jarum. Dalam serangan pelapuk coklat, komponen lignin relatif tidak terdegradasi sehingga dimensi dan warna kayu cenderung tetap karena sel-sel kayu masih terikat oleh lamela tengah yang banyak mengandung lignin. Serpihan balok-balok tampak khas mencirikan lapuk coklat pada kayu sebagai akibat retakan sejajar dan melintang kayu. Karena selulosa banyak terdegradasi, kekuatan kayu pada lapuk coklat menurun drastis sehingga bila serpihan balok pada kayu tersebut ditekan atau diremas, akan mudah menjadi tepung. Nilai kerugian per rumah dalam setiap tahunnya yang di Semarang, Malang, Bogor, dan Lembang relatif tinggi dengan nilai masing-masing Rp18.700, Rp17.000, Rp15.500, dan Rp (Gambar 10). Bogor dan Lembang yang kelembabannya paling tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya, yaitu berurutan 83,9% dan 84,7% cenderung tinggi nilai kerugiannya. Tapi Semarang yang kelembaban rata-ratanya tidak terlalu tinggi, 75,0%, nilai rata-rata kerugiannya melebihi Bogor dan Malang. Hal ini mengindikasikan ada faktor selain iklim yang turut menentukan intensitas pelapukan kayu pada bangunan rumah. Perilaku penghuni terhadap bangunan, desain konstruksi bangunan, jenis dan perlakuan kayu yang digunakan, dapat mempengaruhi ketahanan bangunan rumah dari serangan jamur pelapuk.

10 53 Gambar 10 Kerugian ekonomis per unit rumah akibat pelapukan kayu. Dalam survey yang dilakukan, masyarakat pada umumnya tidak melakukan perlindungan kayu secara memadai. Diantaranya ada juga yang melakukan pengawetan kayu secara tradisional dengan perendaman kayu dalam air kolam selama berbulan-bulan atau dengan melabur kayu dengan ter atau oli bekas. Tapi persiapan yang lama tersebut sudah kurang diminati masyarakat. Hal yang lebih penting adalah banyak masyarakat yang kurang kesadarannya dalam pemeliharan bangunan rumahnya, terutama pada sistem atap dan talang air, sehingga tidak ada penanggulangan masuknya air ke dalam struktur rumah secara dini. Hal ini besar pengaruhnya terhadap pelapukan kayu bangunan. Alasan ekonomi banyak digunakan masyarakat sehingga menunda-nunda perbaikan kebocoran atap tersebut dan mencukupkan tindakan dengan menadah kebocoran di dalam rumah. Walaupun nilai kerugian per rumah tampak kecil, tapi dalam skala daerah nilai kerugian tersebut adalah besar sebagaimana disajikan dalam Gambar 11, karena jumlah bangunan rumah di masing-masing daerah adalah sangat besar dan cenderung mengalami peningkatan. Di Bogor kerugian akibat pelapukan bangunan rumah adalah Rp3,7 milyar/tahun; di Malang Rp3,9 milyar/tahun; sedangkan di Semarang adalah Rp7,7 milar/tahun. Dalam perhitungan kerugian

11 54 ini belum termasuk kerugian terganggunya waktu dan aktivitas untuk perbaikan rumah yang rusak; belum juga terhitung resiko keamanan, kesehatan dan kenyamanan penghuni akibat kerusakan bagian struktur bangunan rumahnya. Gambar 11 Kerugian ekonomis akibat pelapukan kayu pada bangunan rumah di sepuluh kota di Pulau Jawa. Jumlah rumah di Indonesia tahun 2008 adalah 54,7 juta, 58,6% nya berada di Pulau Jawa, atau sekitar 32,1 juta unit rumah (Badan Pusat Statistik 2009). Berdasasrkan hasil sensus pada tahun 2010 jumlah bangunan rumah terdapat sekitar 32,9 juta unit rumah di Pulau Jawa. Dengan rata-rata kerugian akibat pelapukan per rumah sebesar Rp /tahun, maka kerugian akibat jamur pelapuk pada bangunan rumah di Pulau Jawa diperkirakan sekurang-kurangnya mencapai Rp411,2 milyar/tahun. Di Inggris biaya perbaikan kayu bangunan pada tahun 1997 yang rusak oleh jamur pelapuk adalah 3 juta per minggu (Schmidt 2007), atau sekitar Rp208 milyar/tahun. Sekarang nilai kerugian tersebut bisa jadi lebih besar. Kerugian akibat jamur pelapuk di Pulau Jawa tampak besar. Hal ini diantaranya terkait dengan iklim tropis yang hangat dan lembab, lebih mendukung aktivitas jamur pelapuk sepanjang tahun dibandingkan di daerah beriklim sedang yang memiliki empat musim. Pertumbuhan jamur tidak sama di keempat musim tersebut. Pada musim dingin pertumbuhan jamur kayu lebih lambat dibandingkan dengan di

12 55 musim semi. Selain itu Mueller et al. (2004) menyatakan bahwa keragaman jenis jamur di daerah tropis lebih tinggi daripada di daerah iklim sedang. Selain kerugian ekonomi, pelapukan komponen kayu bangunan rumah juga dapat membahayakan keselamatan penghuninya. Kerusakan kayu oleh jamur pelapuk terkadang tidak tampak hancur seperti terserang rayap, tapi sesungguhnya kekuatan kayu tersebut berkurang secara nyata. Sebagaimana yang dilaporkan oleh Clausen dan Kartal (2003) bahwa pelapukan kayu oleh jamur menyebabkan perubahan kimia kayu akibat kerja enzim-enzim sehingga terjaadi penurunan kekuatan yang nyata. Jamur pelapuk selain mengubah sifat-sifat kayu, dapat berpengaruh juga terhadap kesehatan manusia. Salah satu contoh kasusnya di USA yaitu terdapat penyakit paru-paru (khususnya pada bayi) yang penyebabnya adalah dari pertumbuhan jamur Stachybotrys chartarum (S. Atra). Spora jamur dalam jumlah besar juga dapat memicu alergi, seperti alergi rhinitis (radang selaput lendir hidung) atau yang menyebabkan asma (Allsopp et al. 2004). Flannigan et al. (2001) melaporkan bahwa Ganoderma, Fomes, Armillaria, Piptoporus dapat menyebabkan alergi pernafasan.

BAB VIII PEMBAHASAN UMUM

BAB VIII PEMBAHASAN UMUM BAB VIII PEMBAHASAN UMUM Biodeteriorasi kayu mengakibatkan penurunan mutu dan tidak efisiennya penggunaan kayu. Selain itu umur pakai kayu menjadi lebih pendek dan berakibat konsumsi kayu menjadi meningkat,

Lebih terperinci

DIKTAT PENGERINGAN KAYU. Oleh: Efrida Basri

DIKTAT PENGERINGAN KAYU. Oleh: Efrida Basri 1 DIKTAT PENGERINGAN KAYU Oleh: Efrida Basri I. Konsep Dasar Pengeringan Kayu Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan

Lebih terperinci

Belajar Konstruksi Kayu Langsung dari Tukang Bangunan

Belajar Konstruksi Kayu Langsung dari Tukang Bangunan Belajar Konstruksi Kayu Langsung dari Tukang Bangunan 2 6 Juni 2015 Tidak semua orang tinggal di bangunan baru. Kebanyakan orang membeli rumah yang sudah pernah ditinggali oleh seseorang dan memutuskan

Lebih terperinci

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Survey (Observasi) Lapangan Dalam penelitian ini, secara garis besar penyajian data-data yang dikumpulkan melalui gambar-gambar dari hasil observasi lalu diuraikan

Lebih terperinci

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGAWETAN KAYU Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGERTIAN Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan dimana kayu akan digunakan

Lebih terperinci

International Quality Waterproofing

International Quality Waterproofing International Quality Waterproofing Hidup di negara tropis, kita dihadapkan pada cuaca yang cukup ekstrim yang datang silih berganti, yaitu panas matahari yang terik dan curah hujan yang tinggi. Menghadapi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Empat Jenis Kayu Rakyat berdasarkan Persentase Kehilangan Bobot Kayu Nilai rata-rata kehilangan bobot (weight loss) pada contoh uji kayu sengon, karet, tusam,

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Material Struktur Bangunan Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi pertemuan

Lebih terperinci

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL Syahrizal & Johny Custer Teknik Perkapalan Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau djalls@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG

PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG Pertemuan ke-15 Materi Perkuliahan : Sistem perawatan dan pemeliharaan bangunan baik pada internal dan eksternal PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG Pemeliharan (maintenance) bangunan adalah sangat

Lebih terperinci

AUDIT KONSTRUKSI BANGUNAN

AUDIT KONSTRUKSI BANGUNAN KARYA TULIS AUDIT KONSTRUKSI BANGUNAN Disusun Oleh: APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 844 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 KATA PENGANTAR Puji syukur pada

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN Pilihan suatu bahan bangunan tergantung dari sifat-sifat teknis, ekonomis, dan dari keindahan. Perlu suatu bahan diketahui sifat-sifat sepenuhnya. Sifat Utama

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu

Lebih terperinci

Konstruksi Atap. Pengertian, fungsi dan komponen konstruksi atap

Konstruksi Atap. Pengertian, fungsi dan komponen konstruksi atap Konstruksi Atap Pengertian, fungsi dan komponen konstruksi atap Atap adalah bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang melilndungi gedung dan penghuninya secara fisik maupun metafisik (mikrokosmos/makrokosmos).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penampungan Air Hujan Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah pengumpulan limpasan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air domestik, pertanian, maupun

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4.1. Sifat Fisis IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat fisis papan laminasi pada dasarnya dipengaruhi oleh sifat bahan dasar kayu yang digunakan. Sifat fisis yang dibahas dalam penelitian ini diantaranya adalah

Lebih terperinci

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/ Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Jenis kayu yang dipakai dalam penelitian ini adalah kayu rambung dengan ukuran sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DAFTAR ISI 13. Standar Operasional Prosedur Pemeliharaan Berkala

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON. Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON. Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON 7.1 Uraian Umum Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sampai saat ini. Beton banyak mengalami perkembangan,

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di BAB V KAJIAN TEORI 5.1. Kajian Teori Penekanan Desain Arsitektur Tropis Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di Kabupaten Magelang ini karena, kondisi alam di Kab. Magelang

Lebih terperinci

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Jenis-jenis kayu untuk konstruksi di proyek- Pada kesempatan ini saya akan berbagi informasi tentang Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Kayu adalah material

Lebih terperinci

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida Rumah Sehat edited by Ratna Farida Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati merupakan salah satu jenis kayu yang diminati dan paling banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya di Indonesia. Selain memiliki sifat yang awet dan kuat,

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Disusun Oleh: Ignatius Christianto S

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Disusun Oleh: Ignatius Christianto S SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Disusun Oleh: Ignatius Christianto S 0951010043 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANN

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI Secangkir kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu dan Teknilogi Hasil Hutan 3(1): (2010)

Jurnal Ilmu dan Teknilogi Hasil Hutan 3(1): (2010) 26 BIODETERIORASI KOMPONEN KAYU RUMAH DI BEBERAPA DAERAH YANG BERBEDA SUHU DAN KELEMBABANNYA Biodeterioration of Wooden House Components in Some Places with Different Temperature and Humidity Trisna PRIADI

Lebih terperinci

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

Kayu lapis untuk kapal dan perahu Standar Nasional Indonesia Kayu lapis untuk kapal dan perahu ICS 79.060.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah, definisi,

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS

BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS III.1 TROPIS Iklim tropis merupakan iklim yang terjadi pada daerah yang berada pada 23,5 lintang utara hingga 23,5 lintang selatan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan

Lebih terperinci

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION BASEMENT OF WATER TANK WRT-14-075 oleh: BAMBANG JOKO SUTONO UNIVERSITAS BALIKPAPAN Jl. Pupuk kel.gn.bahagia (BALIKPAPAN) (2014) ABSTRAK Rumah merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

ASPEK PERANCANGAN KENIKMATAN FISIK BANGUNAN TERHADAP PENGARUH IKLIM. Kemala Jeumpa* Bambang Hadibroto * Abstrak

ASPEK PERANCANGAN KENIKMATAN FISIK BANGUNAN TERHADAP PENGARUH IKLIM. Kemala Jeumpa* Bambang Hadibroto * Abstrak ASPEK PERANCANGAN KENIKMATAN FISIK BANGUNAN TERHADAP PENGARUH IKLIM Kemala Jeumpa* Bambang Hadibroto * Abstrak Perencanaan serta tata letak suatu bangunan harus disesuaikan dengan keadaan iklim sesuai

Lebih terperinci

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam PATHOLOGI BANGUNAN DAN KENYAMANAN TERMAL Tri Harso Karyono Majalah Konstruksi, April 1997 Dalam ilmu bahasa, pathologi berarti ilmu tentang penyakit, dengan pengertian ini, ilmu tersebut dianggap tidak

Lebih terperinci

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN November 2008

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN November 2008 KARYA TULIS PENGERINGAN KAYU Oleh : ARIF NURYAWAN, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 839 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN November 2008 Arif Nuryawan : Pengeringan Kayu,

Lebih terperinci

BAB VII DAMPAK SERANGAN JAMUR PELAPUK TERHADAP SIFAT-SIFAT KAYU

BAB VII DAMPAK SERANGAN JAMUR PELAPUK TERHADAP SIFAT-SIFAT KAYU BAB VII DAMPAK SERANGAN JAMUR PELAPUK TERHADAP SIFAT-SIFAT KAYU Pengaruh Serangan Jamur Pelapuk terhadap Struktur Anatomi Kayu Kayu memiliki struktur kompleks dan dapat menyimpan air yang sangat penting

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGOPERASIAN

PETUNJUK PENGOPERASIAN PETUNJUK PENGOPERASIAN LEMARI PENDINGIN MINUMAN Untuk Kegunaan Komersial SC-178E SC-218E Harap baca Petunjuk Pengoperasian ini sebelum menggunakan. No. Pendaftaran : NAMA-NAMA BAGIAN 18 17 16 1. Lampu

Lebih terperinci

Makalah Kusen SMK NEGERI 2 SALATIGA TUGAS KONSTRUKSI BANGUNAN XI TGB-B. Kelompok 2:

Makalah Kusen SMK NEGERI 2 SALATIGA TUGAS KONSTRUKSI BANGUNAN XI TGB-B. Kelompok 2: TUGAS KONSTRUKSI BANGUNAN Makalah Kusen XI TGB-B Kelompok 2: Deni Setyawan Dewi U. Dwi Prasetyo Ma rifatun K. Sekar Sukma D. Suryo T. Widya N. U. - - SMK NEGERI 2 SALATIGA - - Hal Pengesahan ` Laporan

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 PENYEBAB??? Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Pentingnya

Lebih terperinci

PENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA

PENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA PENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA Novan H. Toisi 1 dan Kussoy Wailan John 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Jl. Samarinda Paal Lima Kota Baru Jambi 30128

Lebih terperinci

PROSES PENGAWETAN KAYU. 1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan

PROSES PENGAWETAN KAYU. 1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan PROSES PENGAWETAN KAYU 1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan Tujuan dari persiapan kayu sebelum proses pengawetan adalah agar 1 ebih banyak atau lebih mudah bahan pengawet atau larutannya meresap ke dalam

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK MEKANIK GENTENG

PENGUJIAN KARAKTERISTIK MEKANIK GENTENG TUGAS AKHIR PENGUJIAN KARAKTERISTIK MEKANIK GENTENG Disusun : YULLI ARIYADI NIM : D.200.02.0067 NIRM : 02.6.106.03030.50067 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Juni

Lebih terperinci

FAQ. Pengisi Nat (Tile Grout):

FAQ. Pengisi Nat (Tile Grout): FAQ Pengisi Nat (Tile Grout): Q: Apa kelebihan pengisi nat AM dengan pengisi nat semen konvensional? A: Kelebihan pengisi nat AM dibandingkan dengan pengisi nat semen konvensional adalah mengandung bahan

Lebih terperinci

Perencanaan rumah maisonet

Perencanaan rumah maisonet Perencanaan rumah maisonet Pd-T-01-2005-C 1 Ruang lingkup Pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan rumah maisonet, sebagai arahan desain dan spesifikasi teknis yang diperuntukkan bagi para

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

KAJIAN FUNGSI TRITISAN PADA RUMAH DESAIN MINIMALIS

KAJIAN FUNGSI TRITISAN PADA RUMAH DESAIN MINIMALIS ENCLOSURE Volume 6 No. 2. Juni 2007 Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman KAJIAN FUNGSI TRITISAN PADA RUMAH DESAIN MINIMALIS Bambang Supriyadi ABSTRAKSI Indonesia terletak pada daerah hutan hujan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kayu-kayu dari hutan tanaman baik hutan tanaman industri (HTI) maupun hutan rakyat diperkirakan akan mendominasi pasar kayu pada masa mendatang seiring berkurangnya produktifitas

Lebih terperinci

Ketentuan gudang komoditi pertanian

Ketentuan gudang komoditi pertanian Standar Nasional Indonesia Ketentuan gudang komoditi pertanian ICS 03.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1 3 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Gerakan-gerakan kerja operator untuk tiap stasiun kerja sudah dirancang

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan Dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penyusun di PT. Surya Alam Rekananda pada proses pengeringan jagung, maka diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 5 : Bantalan OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi bantalan dalam konstruksi jalan rel Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan tipe bantalan serta penggunaan yang tepat sesuai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB V KESIMPULAN UMUM 177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai

Lebih terperinci

Perubahan Sifat Benda

Perubahan Sifat Benda Bab 6 Perubahan Sifat Benda Tujuan Pembelajaran Siswa dapat: 1. menjelaskan berbagai perubahan sifat pada benda (seperti bentuk, warna, dan rasa) akibat pembakaran, pemanasan, dan diletakkan di udara terbuka;

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kadar Air Tanah Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon maupun tanaman semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat pesat dan pembangunan juga terjadi di segala lahan untuk mencapai efektifitas pemanfaatan

Lebih terperinci

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Pondasi

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Pondasi Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Pondasi Pekerjaan pondasi yang telah disetting dalam software rab meliputi pekerjaanpekerjaan sebagai berikut: 1. Galian tanah pondasi 2. Pasangan Pondasi Batu Kosong

Lebih terperinci

Pintu dan Jendela. 1. Pendahuluan

Pintu dan Jendela. 1. Pendahuluan Pintu dan Jendela 1. Pendahuluan Pintu dan jendela pada dasarnya terdiri dari: kusen (ibu pintu/jendela ) dan daun (pintu/jendela) Kusen adalah merupakan rangka pintu atau jendela yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN

MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN dr. Tutiek Rahayu,M.Kes tutik_rahayu@uny.ac.id TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN 1 syarat LOKASI KONSTRUKSI Terhindar dari Bahan Pencemar (Banjir, Udara) Bahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan untuk tempat tinggal yaitu seluas 45964,88 Ha, dengan keterbatasan lahan

Lebih terperinci

Apa Itu UPVC? Keunggulan UPVC?

Apa Itu UPVC? Keunggulan UPVC? Apa Itu UPVC? UPVC adalah pengembangan dari Kusen PVC. Kusen PVC yang biasanya hanya digunakan sebagai material indoor, kurang kuat dan mudah patah. Namun tidak demikian halnya dengan UPVC. Material yang

Lebih terperinci

BAB 2 BAMBU LAMINASI

BAB 2 BAMBU LAMINASI BAB 2 BAMBU LAMINASI 2.1 Pengertian Bambu Laminasi Bambu Laminasi adalah balok/papan yang terdiri dari susunan bilah bambu yang melintang dengan diikat oleh perekat tertentu. Pada tahun 1942 bambu laminasi

Lebih terperinci

Macam Kayu Menurut Susunannya. Pengetahuan Bahan

Macam Kayu Menurut Susunannya. Pengetahuan Bahan Macam Kayu Menurut Susunannya Pengetahuan Bahan Bagian Melintang Permukaan Kayu KAYU MASAK Gambar ini menunjukkan pohon yang mempunyai kayu gubal dan kayu teras, dengan nama lain pohon kayu teras Perbedaan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA Wita Kristiana 1) ABSTRAK Rumah sederhana adalah rumah

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bayan 4 No. 20. Karakteristik bahan di sekitar lokasi Ke-1 didominasi oleh dinding

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bayan 4 No. 20. Karakteristik bahan di sekitar lokasi Ke-1 didominasi oleh dinding 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Simulasi 3.1.1. Lokasi Ke-1 Lokasi Ke-1 merupakan ruang semi tertutup yang terletak di Jalan Tambak Bayan 4 No. 20. Karakteristik bahan di sekitar lokasi Ke-1

Lebih terperinci

PENYEDIAAN SPESIMEN AWETAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI Oleh : Satino, M.Si

PENYEDIAAN SPESIMEN AWETAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI Oleh : Satino, M.Si PENYEDIAAN SPESIMEN AWETAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI Oleh : Satino, M.Si Penyajian spesimen objek biologi sebagai media pembelajaran Biologi dapat mengembangkan ketrampilan anak antara lain dalam

Lebih terperinci

SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL

SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang memiliki arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari penggunaannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeliharaan Bangunan Gedung Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, pemeliharaan bangunan

Lebih terperinci

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Gambar 3.1 Gerbang Masuk Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah sebuah perkampungan budaya yang dibangun untuk

Lebih terperinci

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING DEASY MONICA PARHASTUTI M. IRFAN NUGRAHA NOVSA LIRIK QORIAH TAUFAN HIDAYAT KELOMPOK 3 KG-3A PERMASALAHAN PADA ATAP PERMASALAHAN 5. BUBUNGAN RETAK PENYEBAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia konstruksi di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini, di berbagai tempat dibangun gedung-gedung betingkat, jembatan layang, jalan, dan

Lebih terperinci

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dan Saran Bab V Kesimpulan dan Saran V.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisa berdasarkan hasil observasi / survey, teori karakter kawasan dan teori fasade bangunan, didapat kesimpulan yang merupakan jawaban pertanyaan

Lebih terperinci

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar RUMAH SEHAT Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Pengertian Rumah Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah

Lebih terperinci

III. DASAR PERENCANAAN

III. DASAR PERENCANAAN III. DASAR PERENCANAAN Persamaan kekuatan secara umum dapat dituliskan seperti pada Persamaan 3.1, dimana F u adalah gaya maksimum yang diakibatkan oleh serangkaian sistem pembebanan dan disebut pula sebagai

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : Di Susun Oleh :

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : Di Susun Oleh : SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : Di Susun Oleh : DIAH SEKAR SARI (0951010032) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN

Lebih terperinci

MORFOLOGI DAN POTENSI. Bagian-Bagian Kayu - Kulit kayu - Kambium - Kayu gubal - Kayu teras - Hati - Lingkaran tahun - Jari-jari

MORFOLOGI DAN POTENSI. Bagian-Bagian Kayu - Kulit kayu - Kambium - Kayu gubal - Kayu teras - Hati - Lingkaran tahun - Jari-jari Kayu Definisi Suatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak dimanfaatkan untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kerusakan Komponen Gedung D Lantai Dasar Lantai 4 1. Komponen Arsitektur a. Keramik Kerusakan lantai yang terdapat pada lantai dasar Gedung KH.Mas Mansur adalah lantai keramik

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PRINSIP TEMA Keindahan Keselarasan Hablumminal alam QS. Al-Hijr [15]: 19-20 ISLAM BLEND WITH NATURE RESORT HOTEL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP DASAR KONSEP TAPAK KONSEP RUANG KONSEP BENTUK KONSEP STRUKTUR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus) Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina.

Lebih terperinci

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN) Jurnal Biologi Sumatera, Juli 2007, hlm. 23 27 ISSN 1907-5537 Vol. 2, No. 2 KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN) Ameilia

Lebih terperinci

BAB V. akan. Pembahasan. dianalisa. adalah: data untuk. di Ujung Berung. PGRI, terletak. Gambar 11 Bagan

BAB V. akan. Pembahasan. dianalisa. adalah: data untuk. di Ujung Berung. PGRI, terletak. Gambar 11 Bagan 46 BAB V Pembahasan Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi biaya konstruksi rumah sederhana, antara lain: value engineering, proses perancangan, jumlah unit yang dibangun, metoda membangun yang

Lebih terperinci

TKS 4406 Material Technology I

TKS 4406 Material Technology I TKS 4406 Material Technology I Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Brawijaya UMUM Atap adalah bagian bangunan yang mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara kepulauan yang secara astronomis terletak di sekitar garis katulistiwa dan secara geografis terletak di antara dua benua dan dua samudra, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin berkembang pesat memacu peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin berkembang pesat memacu peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin berkembang pesat memacu peningkatan pembangunan disegala sektor kehidupan, seiring dengan peningkatan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci