PENYAKIT MENULAR PADA MANUSIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYAKIT MENULAR PADA MANUSIA"

Transkripsi

1 PENYAKIT MENULAR PADA MANUSIA Dr.Budiman Chandra 1

2 Kata Pengantar Puji dan Syukur buku Penyakit Menular Pada Manusia telah dapat kami susun dengan harapan agar buku sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita dalam menjalankan tugas kesehatan dan kedokteran dilapangan. Judul buku ini sengaja dipilih mengenai penyakit menular pada manusia agar kita dapat mengenal lebih dekat jenis penyakitpenyakit menular yang setiap saat dapat menimbulkan kesakitan pada manusia karena kesehatan lingkungan yang jelek. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tak akan luput dari masalah kesehatan lingkungan yang jelek seperti cara pembuangan sampah yang sembarangan,limbah cair yang berasal dari rumah tangga dan industri dibuang langsung ke badan sungai akan mencemari lingkungan hidup manusia dan keadaan ini akan merupakan media baik terjadi penyebaran penyakit menular oleh bakteri,virus dan parasit pada manusia. Palembang, Januari 2011 Penyusun Dr.Budiman Chandra 2

3 Penyakit Menular 1 Pada Manusia Introduksi Penyakit menular pada manusia merupakan masalah penting yang dapat terjadi setiap saat terutama di negara berkembang khususnya Indonesia dimana lingkungan hidupnya jelek oleh karena terjadi urbanisasasi besar besaran dari desa ke kota,tumpukan sampah terdapat dimana mana, polusi udara dan penyakit menular seperti Demam Berdarah Dengue sudah merebak hampir disetiap daerah dan terakhir penyakit Polio serta penyakit Avian Infleunza yang ditularkan melalui unggas dinyatakan sebagai Kasus Kejadian Luar Biasa serta sempat merengut jiwa manusia, Dalam mengantisipasi dan mencegah menyebarnya penyakit menular pada masyarakat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah membuat batasan/kriteria dimana suatu penyakit menular dinyatakan sebagai Kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) apabila : (a) Penyakit yang terjadi sudah sangat serius dan menyebabkan ketidak - mampuan atau kematian. (b) Penyakit timbul dalam jumlah besar dan cendrung terus menerus meningkat dari waktu ke waktu. (c) Ada resiko penyakit tersebut akan menyerang dan menimbulkan kasus baru pada kelompok masyarakat lain. (d) Dapat menimbulkan bahaya penyebaran secara meluas yang bersifat regional atau International. (e) Membawa dampak kerugian sosial ekonomi masyarakat dengan ada dan berjangkitnya penyakit menular tersebut. (f) Kurang tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dan tenaga profesional setempat. 3

4 Klasifikasi Penyakit Menular Secara umum Penyakit menular dapat dibagi berdasarkan pada Etiologi,Mode of tranmissiom dan aspek Epidemiologi daripada jenis penyakit seperti yang terlihat pada diagram dibawah ini : Diagram Penyakit Menular Berdasarkan Etiologi, Mode of Transmussiom dan Epidemiologi Etiologi Bakteri Virus Protozoa Cacing Leptospiral Jamur Vektor PENYAKIT Mode of Permukaan Kulit MENULAR Tranmission Udara Air/makanan Binatang Epidemiology Zoonotic Sporadis Endemis Epidemis Pandemis Epidemiologi Penyakit Menular Ditinjau dari sudut epidemiologi dimana batasan, definisi,periodisitas dan dinamika penularan dari suatu penyakit perlu diketahui dan dipelajari agar tindakan dan penanganan terhadap penyakit tersebut dapat dilakukan dengan baik. 4

5 A.Batasan dan Definisi 1.Infeksi Masuknya dan berkembangnya agen penyakit kedalam tubuh manusia atau binatang serta timbul reaksi tubuh terhadap agen penyakit. 2.Inokulasi (Inoculation) Masuknya agen penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda kedalam tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada membrana mucosa disebut sebagai inokulasi,sebagai contoh gigitan nyamuk aedes menyebabkan Penyakit DBD. 3.Infestasi (Infestation) Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkembang biak disebut sebagai infestasi, sebagai contoh scabies. 4.Kontaminasi Agen penyakit terdapat didalam makanan dan air yang digunakan oleh manusia. 5.Penyakit Infeksius Jenis penyakit yang berasal orang atau binatang yang menderita sakit atau mengalami infeksi. 6.Penyakit Contagious Jenis penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung dari orang sakit kepada orang yang sehat. 7.Penyakit Menular Jenis penyakit yang disebabkan oleh agen penyakit yang spesifik atau racun yang dihasilkannya dan ditularkan melalui reservoir atau tidak langsung melalui vektor kepada orang. 8.Penyakit Tidak Menular Ditujukan pada jenis Penyakit seperti tumor,jantung koroner,diabetes mellitus dan lain lain. 5

6 B.Periodisitas berjangkitnya penyakit 1.Epidemik Berjangkitnya suatu penyakit pada sekelompok orang di masyarakat dengan jenis penyakit, waktu dan sumber yang sama diluar keadaan yang biasa (Kejadian Luar Biasa).Contoh : wabah penyakit Kolera. 2.Endemik Suatu keadaan dimana prevalensi berjangkitnya suatu jenis penyakit terjadi sepanjang tahun dengan frekwensi yang rendah di suatu tempat. Contoh : penyakit malaria dan kaki gajah 3.Sporadik Jenis penyakit yang tidak tersebar merata pada tempat dan waktu yang tidak sama,pada suatu saat dapat terjadi epidemik.contoh : penyakit poliomyelitis 4.Pandemik Jenis penyakit yang berjangkit dalam waktu cepat dan sama terjadi dimana - mana dibelahan Bumi. Contoh : Penyakit infleunza(1957) dan cholera el tor (1962). 5.Exotik Jenis penyakit yang berasal dari negara lain dan berjangkit di suatu negara.contoh : yellow fever 6.Zoonosis Penyakit atau infeksi yang ditularkan secara alami dari hewan bertulang belakang ke manusia. Contoh : rabies,anthrax,bovine tbc 7.Epizoonotik Penyakit zoonotik yang berjangkit secara epidemik dikalangan hewan.contoh : penyakit pes pada tikus 8.Enzoonotik Penyakit zoonotik yang berjangkit secara endemik dikalangan binatang.contoh : penyakit bovine tbc pada sapi 6

7 Dinamika Penularan Penyakit Dinamika penularan penyakit dari sumber atau reservoir infeksi ke orang yang suseptibel. Reservoir/sumber dari Infeksi Dinyatakan sebagai sesuatu yang menjadi tempat persinggahan agen penyakit hidup dan berkembang serta bertahan hidup,dikenal ada 2 tipe reservoir yaitu pada manusia dan hewan. 1.Reservoir dari Manusia Pada penyakit menular sumber infeksi berasal dari orang yang sedang mengalami infeksi dapat berupa kasus atau carrier. Kasus dapat berbentuk subklinis dan klinis dimana pada kasus subklinis tidak diketemukan gejala penyakit atau asimptomatis tetapi berpotensi untuk menularkan infeksi kepada orang lain,contoh penyakit poliomyelitis Carrier terjadi karena proses penyembuhan tidak sempurna dan secara bakteriologis agen penyakit masih ada dalam tubuh, contoh pada penyakit demam tipoid. 2.Reservoir dari Hewan Sumber infeksi dapat berasal dari hewan atau burung dan berupa kasus atau carrier seperti pada manusia. 7

8 Diagram Jalur Sumber Penyakit di Masyarakat Source Diseases in a Community Mode of Transmission Contact Vehicle Man Vector Primary Source Air Borne Transplacental M a n Secondary Source Case Subclinical A n i m a l Clinical Mild cattle birds Missed dogs goats Prodrome swine horses Convalescent rodents cats Carrier Sumber : Anderson,Health Principles and Practice,1967 Cara Transmisi Penyakit Menular Cara penyebaran atau Mode of transmission dari penyakit infeksi dapat ditularkan kepada manusia yang sensitif melalui beberapa cara penularan baik terjadi secara langsung atau tidak langsung dari orang ke orang lain dan cara penyebarannya di masyarakat,ditinjau dari aspek epidemiologik dapat bersifat lokal,regional maupun internasional. 8

9 Media langsung dari orang ke orang (Permukaan Kulit) Jenis Penyakit yang ditularkan antara lain : Venereal diseases HIV (AIDS) Trachoma Scabies Erysipelas Rabies Anthrax Gas-gangrene Foot and mouth diseases Aerobic wound infections Agen penyakit ditularkan langsung dari seorang yang infectious ke orang lain melalui hubungan intim seperti penyakit kelamin GO,Syphilis, HIV.dan cara memutuskan rantai penularan yaitu mengobati penderita dan tidak melakukan hubungan intim dengan pasangan bukan suami atau istri, khusus untuk HIV tidak mempergunakan alat suntik bekas dan menggunakan darah donor penderita HIV. Melalui Media Udara Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui udara pernafasan disebut sebagai Air Borne Disease. Jenis Penyakit yang ditularkan antara lain : TBC Pulmonum Smallpox Mumps Chickenpox Measles Rubella Diphteria CS.meningitis Whooping cough Influenza Scarlet fever Cara pencegahan penularan penyakit antara lain memakai masker,menjauhi kontak person serta mengobati penderita penyakit TBC dengan sputum BTA (+) Melalui Media Air Penyakit dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai Water Borne Disease atau Water Related Disease. 9

10 a.agen Penyakit: 1. Virus viral hepatitis. poliomyelitis 2. Bacterial cholera, dysentry, typhoid, diarhea 3. Protozoa amoebiasis, giardiasis 4. Helminthic ascariasis, whip worm, hydatid disease 5. Leptospiral weil's disease b. Aquatic Host: 1. Water multiplied schistosomiasis (vektor keong) 2. Not multiplied Guinea's worm dan fish tape worm (vektor cyclop) Penyakit - penyakit yang berhubungan dengan air, dapat dibagi dalam empat kelompok menurut cara penularannya: Water borne mechanisme Kuman patogen yang berada dalam air dapat menyebabkan penyakit pada manusia,ditularkan melalui mulut atau sistem pencernaan. contoh : cholera, typhoid, viral hepatitis,bacillary dysentry dan poliomyelitis. Water washed mechanism Jenis penyakit dari Water washed mechanism yang berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan Dapat berupa : a. infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak. b. infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma. c. penyakit melalui binatang pengerat seperti leptospirosis, 10

11 Water based mechanism Jenis penyakit dimana agen penyakitnya mempunyai sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup di dalam air. Contoh : schistosomiasis,dracunculus medinensis. Water related insect vector mechanism Jenis penyakit yang dutularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air, Contoh filariasis, dengue, malaria,yellow fever. Cara pencegahan penularan penyakit melalui media air atau makanan dapat dilakukan antara lain dengan cara : a. Penyakit infeksi melalui saluran pencernaan dapat dilakukan dengan cara Sanitation Barrier yaitu memutus rantai penularan seperti pneyediaan air bersih,menutup makaan agar tidak terkontaminasi oleh debu dan lalat, membuang air besar dan sampah tidak sembarangan tempat. b. Penyakit infeksi yang ditularkan melalui kulit dan mata, dapat dicegah dengan personal hygiene yang baik dan tidak sembarangan memakai peralatan orang lain seperti sapu tangan,handuk dan lainnya. c. Penyakit Infeksi lain yang berhubungan dengan air melalui vektor seperti malaria dan Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat dicegah dengan kontrol vektor. Melalui Media Vektor Penyakit Berupa serangga dikenal sebagai arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector borne diseases merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya kematian. Di Indonesia, penyakit penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada daerah 11

12 tertentu antara lain seperti Demam Berdarah Dengue (DBD),malaria, kaki gajah dan terakhir ini diketemukan penyakit virus Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti, disamping penyakit saluran pencernaan seperti dysentery, cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah. Kelas arthropoda yang penting dalam dunia kedokteran yang dapat menularkan penyakit pada manusia adalah kelas insecta, arachinoda dan crustasae, penularan peyakit ini dapat terjadi secara transmisi biologik dimana terjadi proses perkembang - biakan agen penyakit atau parasit dalam tubuh vektor seperti parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles dan disebut transmisi non biologik bila penularannya terjadi secara mekanis atau langsung seperti penyakit dysentery, typhoid dan cholera oleh lalat. Arthropoda yang Penting dalam dunia Kedokteran Arthropoda yang berperan penting sebagai vektor penyebaran penyakit (arthropods borne disease) dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 12

13 Tabel 1. Kelas Dan Species Dari Arthropoda Yang Penting Class Insecta Class Arachinida Class Crustacea 1. Ticks : 1. Cyclops Hard ticks Soft ticks 1. Mosquitos : Anophelines Culicines Aedes 2. Flies : Houseflies Sandflies Tsetse Flies Blackflies 2. Mites : Leptotrombidium and trombiculid mites Itch mite 3. Human Lice : Head and body lice Crab lice 4. Fleas : Rat fleas Sand Fleas 5. Reduviid bugs Sumber : Park & Park The Textbook of Preventive & Social Medicine Arthropods Borne Disease Istilah ini menunjukkn bahwa arthropoda merupakan vektor atau media yang bertanggung jawab untuk terjadinya penularan penyakit dari satu host (pejamu) ke host lain. Paul A. Ketchum, membuat klasifikasi arthropods borne diseases pada kejadian penyakit epidemis di Amerika Serikat seperti terlihat pada tabel dibawah ini 13

14 Tabel 2. Selected Arthropoda Bome Diseases of Humans Viral Diseases Animals Affected Reservoir Vector St. Louis Encephalitis Humans Perching birds Mosquite (Calex sp.) Encephalitis Western equire encephalitis Venezuelan aquine encephalitis Bacterial Diseases Rocky mt. spotted fever Epidemic thypus Horse and humans Horses (rare in humans) Etiological Agen Ricketsia ricketsii Ricketsia Prowazekii Wild birds Rodents and horses Reservoir Rodents, dogs, and foves Humans Mosquito (Culex and Culiseta sp.) Mosquite (Calex sp.) Vector Wood ticks (Dermacentor sp.) Body louse (Pediculus Endemic (murine) Typhus fever vestimenti) Ricketsia typhi Rats and field mice Rat flea (Xenopsylla cheopis) Rat louse (Polyplax spinulosa) Bubonic plague Yersimia pestis Rats and ground Squirels Sumber: Ketchum PA. Microbiology Introduction for Health Professionals Flea (Xenopsylla cheopis) Park & Park, membagi klasifikasi arthropods borne diseases yang sering menyebabkan terjadinya penyakit pada manusia sebagai berikut 14

15 Tabel 3. Arthropoda Bome Diseases Arthropoda Diseases transmitted 1. Mosquito Malaria, filaria, dengue yellow fever, encephalitis, haemorhagic fever 2. Housefly Typhoid and paratyphod fever, diarrhoea, dysentery, cholera, gastro-enteritis, amoebiasis, heminthic infestations, yaws, poliomyelitis, conjunctivitis, trachoma, anthrax, etc. 3. Sandfly Kalazar, oriental sore, oraya fever, sandfly fever 4. Tsetse fly Sleeping sickness 5. Louse Epidemic typhus, relapsing fever, trench fever 6. Rat flea Bubonic plague, chiggerosis, endemic thypus, hymenolepis diminuta 7. Blackfly Onchocerciasis 8. Reduviid bug Chagus disease 9. Hard tick Tick typhus, tick paralysis, viral encephalitis, tularemia, haemorrhagic fever, human babesiosis 10. Soft tick Relapsing fever 11. Trombiculid mite Scrub typhus 12. Itch-mite Scabies 13. Cyclops Guinea-worm disease, fish tapeworm (D. latus). Sumber : Park & Park The Textbook of Preventive & Social Medicine Transmisi Arthropoda Borne Diseases Masuknya agen penyakit kedalam tubuh manusia sampai terjadi atau timbulnya gejala penyakit disebut masa inkubasi atau incubation period, khusus pada arthropods borne diseases ada dua periode masa inkubasi yaitu pada tubuh vektor dan pada manusia. 15

16 1.Extrinsic Incubation dan Intrinsic Incubation Period Waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh vektor atau host. Sebagai contoh parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles disebut sebagai masa inkubasi ektrinsik berkisar antara hari tergantung dengan temperatur lingkungan dan dalam tubuh manusia disebut sebagai masa inkubasi intrinsik berkisar antara hari tergantung dengan jenis plasmodium malaria. 2.Definitive Host dan Intermediate Host Disebut sebagai host definitif atau intermediate tergantung dari apakah dalam tubuh vektor atau manusia terjadi perkembangan siklus seksual atau siklus aseksual pada tubuh vektor atau manusia, apabila terjadi siklus sexual maka disebut sebagai host definitif, sebagai contoh parasit malaria mengalami siklus seksual dalam tubuh nyamuk, maka nyamuk anopheles adalah host definitif dan manusia adalah host intermediate. Secara umum ada 3 cara transmisi dari arthropoda borne diseases pada manusia yaitu melalui : Transmisi secara langsung. Transmisi secara mekanik. Trassmisi secara biologi. Transmisi secara Langsung Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung. Contoh scabies, pediculus. Transmisi Secara Mekanik Agen penyakit ditularkan secara mekanik oleh arthropoda. seperti penularan penyakit diare, typhoid, keracunan makanan dan trachoma oleh lalat. 16

17 Secara karakteristik arthropoda sebagai vektor mekanik membawa agen penyakit dari manusia berupa tinja, darah, ulcus superficial, atau eksudat. kontaminasi bisa hanya dari permukaan tubuh arthropoda tapi juga bisa dari sudah dicernakan dan kemudian dimuntahkan atau dikeluarkan melalui tinja vektor. Agen penyakit yang paling banyak ditularkan melalui arthropoda adalah enteric bacteria yang ditularkan oleh lalat rumah. diantaranya adalah Salmonella typhosa, species lain dari salmonella, E. coli, dan Shigella dysentry yang paling sering ditemui dan paling penting. Lalat rumah dapat merupakan vektor dari agen penyakit tuberculosis, anthrax, tularemia, dan brucellosis. Transmisi Secara Biologi Bila agen penyakit multiflikasi atau mengalami beberapa perubahan dan perkembangan atau tanpa adanya multiflikasi di dalam tubuh arthropoda disebut sebagai transmisi biologis, dikenal ada tiga cara transmisi yaitu: 1.Propagative Bila agen penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi multiflikasi di dalam tubuh vektor. Contoh, plague bacilli pada rat fleas. 2.Cyclo-propagative Agen penyakit mengalami perubahan siklus dan multiflikasi di dalam tubuh arthropoda. Contoh, parasit malaria pada nyamuk anopheles. 3.Cyclo-developmental Bila agen penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi tidak mengalami multiflikasi di dalam tubuh arthropoda. Contoh, parasit filaria pada nyamuk culex, dan cacing pita pada cyclops. 17

18 Diagram Transimisi Biologis Parasit (dalam tubuh vektor) Perubahan Siklus Multifikasi Cyclo developmental Cyclo propagative Propagative (filarial) (pl. malaria) (plague bacilli) Arthropod Borne Diseases yang ditularkan melalui Gigitan Nyamuk(Indonesia) Untuk mengetahui lebih jelas mengenai penyakit penyakit endemis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk di Indonesia adalah sebagai berikut : a. Mode of transmission Filariasis (Kaki Gajah) Sexual Stage X Host Micro Vektor (manusia) filariae culex orang lain Asexual Stage 18

19 Penyakit Kaki gajah atau Bancroftian filariasis adalah infeksi dari cacing nematoda Wuchereria bancrofti yang mengalami perubahan siklus hidup(stadium Sexual) dan menjadi dewasa didalam kelenjar getah bening manusia sebagai Host definitif. Cacing betina akan memproduksi microfilariae dan masuk kedalam aliran darah perifer manusia pada malam hari(nocturnal periodicity) dengan konsentrasi tinggi pada jam antara 10:00 malam dan 2:00 pagi. Bentuk lain microfllariae dapat berada terus dalam aliran darah perifer manusia dalam konsentrasi tinggi pada siang hari (diurnal sub-periodicity).bersifat endemis di daerah Pacifik Selatan dimana vektor nyamuknya mempunyai kebiasaan mengigit pada siang hari dan banyak berjangkit di daerah perdesaan dibandingkan daerah perkotaan. Bila penderita Penyakit Kaki gajah ini digigit nyamuk dan mengisap darahnya, naka microfilariae di dalam tubuh vektor nyamuk akan mengalami multiplikasi dan menjadi sebagai host intermediate. Seandainya nyamuk infektious ini mengigit orang lain maka pada air liur nyamuk yang penuh dengan microfilariae akan masuk kedalam aliran darah orang tadi dan akan berubah menjadi cacing dewasa. b.mode of transmission Malaria Sexual Stage X orang lain Vektor Pl. Host anopheles Malaria (mausia) donor darah Asexual Stage X 19

20 Pada saat mengisap darah manusia, pada air liur nyamuk terdapat plasmodium malaria dalam stadium gametocyte.masuk ke dalam tubuh manusia dimana gamet betina dan jantan akan bersatu menghasilkan sporozoites dalam bentuk cysta selama waktu 8 10 hari dan nyamuk anopheles sebagai host definitif dan sebagai host intermediate adalah manusia. Pada orang yang sensitif, sporozoite akan masuk kedalam sel hepar atau hepatocyte, berkembang menjadi exoerythrocytic schinont. Hepatocyte akan pecah dan terjadi Stadium asexual (merozoites) didalam darah biasnya selama 6-11 hari dan kemudian berubah menjadi gametocyte setelah 3-14 hari, tergantung dari species parasit malaria. Malaria dapat juga ditularkan melalui transfusi darah donor dari orang yang infektif atau peralatan suntik bekas dipakai oleh orang yang infektif. c. Mode of transmission Dengue Hemorrhagic Fever (DBD) X Host Virus. Vektor (manusia) DBD aedes orang lain Multiplikasi Pada penyakit Dengue Hemorrhagic Fever (DBD) tidak terjadi siklus perubahan hidup dan hanya terjadi multiplikasi virus DBD dalam tubuh nyamuk aedes egypti sebagai host intermediate atau carrier untuk menularkan kepada orang lain. Berdasarkan ketiga siklus hidup yang ada diatas terdapat perbedaan dalam cara pemcegahan penularan dari masing masing penyakit tersebut kepada orang lain dimana pada penyakit Filiariasis dilakukan dengan cara case finding dan pengobatan yang adekuat, penyakit Malaria dilakukan tindakan prophylaxis atau pemberian obat-obat 20

21 malaria terutama pada daerah endemis sedangkan pada penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan isolasi pada penderita disamping usaha usaha lain seperti kontrol vektor. (Keterangan X = Pemutusan Rantai Penularan) KONTROL VEKTOR Pemutusan rantai penularan atau mode of transmission dari arthropod - borne diseases dapat dilakukan dengan mempelajari mode of transmission dari penyakit yang ada seperti penyakit kaki gajah atau filariasis dengan cara case finding yaitu mencari penderita penyakit filariasis dan mengobatinya sampai sembuh, karena transmisi biologik terjadi berupa cyclo - developmental atau parasit filarial berkembang biak dalam tubuh manusia bukan dalam tubuh vektor nyamuk culex, sebaliknya pada penyakit malaria pemutusan rantai penularan dilakukan dengan cara manipulasi lingkungan agar populasi nyamuk anopheles menjadi berkurang karena transmisi biologik terjadi berupa cyclo propogative atau parasit malaria berkembang biak dalam tubuh vektor nyamuk anopheles. Disamping cara tersebut diatas dapat juga kontrol kemis berupa penyemprotan dengan insektisida, kontrol biologis dengan menggunakan predator berupa pemeliharaan ikan pada kolam kolam dan kontrol genetik atau sterilisasi pada nyamuk. Prinsip Mengontrol Arthropoda Ada beberapa prinsip dalam mengontrol arthropoda antara lain : 1. Kontrol lingkungan 2. Kontrol kimia 3. Kontrol biologi 4. Kontrol genetik 1.Kontrol Lingkungan Cara ini merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda karena hasilnya dapat bersifat permanen. Misalnya, membersihkan tempat-tempat hidup arthropoda dengan cara membersihkan,menguras,mengubur dan memberikan bubuk abate untuk mengontrol populasi nyamuk aedes aegypti pada penyakit Demam Berdarah Dengue(DBD). 21

22 2.Kontrol Kimia Cara ini menggunakan golongan insektisida seperti : organochlorin organoposgat carbomate tetapi sering terjadi resistensi dan dapat menimbulkan kontaminasi lingkungan. 3.Kontrol Biologi Ditujukan untuk mengurangi polusi lingkungan akibat pemakaian insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun,misalnya memelihara ikan dikolam yang berisi air bersih. 4.Kontrol Genetik Ada beberapa teknik : Steril Technique Cytoplasmic Incompatibility Choromosomal Translocation 22

23 JENIS PENYAKIT YANG DITULARKAN 2 OLEH BAKTERI Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri,pada umumnya dapat diputuskan rantai penularannya dengan terapi kausal berupa pemberian obat obat antimikrobial,namum demikian ada jenis bakteri tertentu yang memproduksi racun atau toxin yang dapat menimbulkan kelainan pada sistem saraf seperti clostridium tetani,botulinum, perfringen,salmonella,staphylococus yang dapat memperberat penyakit dan menimbulkan bahaya kematian. Jenis Penyakit Yang Ditularkan oleh Bakteri Penyakit Agen Etiologi Transmisi Masa Inkubasi Kontrol Anthrax Bacillus anthracis Kontak,inhalasi, 1-4 hari pemeriksaan hewan ternak makan daging ternak infeksi B.Dysentry Shigelosis faeces penderita 1-7 hari Memutus rantai penularan ( makanan,air,lalat) & terapi B.Food Poisoning Salmonella, Clostridium, daging,telur & rodent 6-48 jam Sanitasi makanan Staphyloccus dll Chancroid Haemophilis kontak seksual 1-10 hari menghindari kontak ducreyl Cholera Vibrio cholerae faeces,muntah,air, bbp jam personal hgienis,sanitasi makanan,lalat sampai 5 hari & vaksinisasi Diphtheria Corynebacterium udara pernafasan dari 2-5 hari Imunisasi aktif diphtheria kasus atau carrier Gonorrhoea Neisseria gonorrhoeae kontak dgn cairan 1-8 hari sex hygiene dan terapi pus penderita 23

24 Jenis Penyakit Yang Ditularkan oleh Bakteri Penyakit Agen Etiologi Transmisi Masa Inkubasi Kontrol Impetigo Staphylococci & kontak dgn laesi 1-5 hari personal higienis & contagiosa streptococcus terapi Leprosy Mycobacterium kontak intim dgn 7 bln sp tahun diagnosa dini & leprae penderita terapi Paratyphoid Species faecs,air,makanan 1-14 hari sanitasi dan terapi fever Salmonella lalat Pertusis Hemophilus udara pernafasan& 5-10 hari Imunisasi aktif Pertusis ludah Pneumonia Pneumonococus udara pernafasan& 1-7 hari perbaikan lingkungan Ludah hidup Syphilis Treponema kontak dgn laesi, 3 minggu sex hygiene & terapi pallidum transfusi & transplacental Tetanus Clostridium spora masuk 4-21 hari aktif & pasif tetani luka imunisasi Tuberculosis Mycobacterium udara pernafasan & bervariasi case finding & Tuberculosis ternak sapi terapi Typhoid fever Salmonella faeces,air,makanan hari sanitasi & terapi typhi Yaws Treponema kontak dgn laesi,kutu& 1-3 bulan menjauhi kontak (frambesia) pertenue serangga 24

25 1.Anthrax Identifikasi Penyakit anthrax merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang pada kulit,kadang kadang dapat menyerang pada mediastinum dan tractus intestinal. Kelainan pada kulit berupa gatal-gatal dengan luka berbentuk papular serta vesikel dan dalam beberapa hari terdapat lekukan berwarna hitam yang dikelilingi oleh edema. Konfirmasi labarotorium diketemukan bakteri pada darah,laesi dan cairan yang dikeluarkan oleh luka. Distribusi geografis dan prevalensi Bersifat sporadis terutama dinegara - negara industri yang memproduksi produk yang berasal dari hasil peternakan seperti domba,kambing,sapi dan lainnya atau daerah peternakan pada umumnya. Riwayat Penyakit 1.Agens penyakit Bacillus anthracis 2.Reservoir infeksi Spora B.anthracis resisten terhadap desinfeksi dan dapat bertahan sampai beberapa tahun dalam tanah yang terkontaminasi. 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik kecuali untuk para pekerja yang berhubungan langsung dengan sumber infeksi. 4.Peroide masa waktu penularan Tidak ada penularan langsung dari manusia ke manusia,kecuali spora Bacillus anthracis dapat bertahan sampai bertahun - tahun dalam tanah yang terkontaminasi. 5.Faktor lingkungan Kebersihan lingkungan kerja memegang peran penting terutama industri yang mengolah hasil produk perternakan. 25

26 Cara Penularan Penularan terjadi bila luka bersentuhan dengan tubuh binatang ternak seperti sapi,domba,kambing,babi dan lainnya atau melalui produk hasil perternakan dan tanah yang terkontaminasi dengan kotoran ternak. Masa inkubasi Berkisar antara 2-5 hari Pencegahan dan kontrol a.usaha usaha pencegahan 1.Pemberian vaksin pada binatang ternak 2.Pengawasan lalu lintas ternak oleh Dinas perternakan 3.Desinfeksi tempat dan hasil produk serta personal hygienis pada karyawan yang bekerja pada sektor produk hasil perternakan. 4.Pemeriksaan kesehatan ternak yang akan dipotong 5.Penyuluhan kesehatan pada masyarakat tentang bahaya dan cara pencegahan terjadi penularan penyakit. b.kontrol / terapi Imunisasi pada orang yang berisiko tinggi dengan preparat cell-free vaccine. 26

27 2.Bacillary Dysentery Identifikasi Bacillary dysentery atau shigellosis, merupakan penyakit infeksi bakteri akut yang menyerang usus besar dengan gejala klinik seperti diare,demam,mual kadang kadang muntah, mules serta sakit perut dan pada tinja dijumpai darah, lendir dan nanah. Diagnosa, dengan diketemukannya bakteri Shigella pada sediaan yang berasal dari pus atau tinja. Distribusi geografis dan Prevalensi Tersebar diseluruh dunia,bersifat endemis di daerah tropis dan subtropis. Riwayat Penyakit 1. Agens penyakit Bakteri Group A Shigella dysenteriae Bakteri Group B Shigella flexneri Bakteri Group C Shigella boydii Bakteri Group A Shigella sonnei 2. Reservoir infeksi : manusia 3. Faktor host Tidak ada spesifik kecuali prevalensi tinggi terjadi pada penghuni di Rumah Sakit Jiwa,Pelaut atau pada kamp pengungsian. 4. Periode masa waktu penularan Semasa terjadi infeksi akut sampai tidak diketemukannya bakteri pada tinja penderita 5. Faktor lingkungan Kebersihan lingkungan memegang peran penting, dimana wabah sering terjadi pada daerah kumuh dan kamp pengungsian. 27

28 Cara Penularan (Mode of transmission) Cara penularan dapat melalui beberapa cara yaitu melalui : 1. Langsung Faecal oral transmission dari penderita atau carrier 2. Tidak Langsung Melalui vektor lalat, seperti air,susu,makanan yang terkontaminasi oleh tinja penderita. Masa inkubasi Berkisar antara 1-7 hari dan biasanya 1-3 hari. Pencegahan dan Kontrol a.usaha usaha pencegahan 1. Perbaikan lingkungan hidup 2. Personal hygienis 3. Penyediaan keperluan MCK yang memadai di Kamp pengungsian 4. Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan berkala pada penghuni RS jiwa dan kamp pengungsian b.pengobatan/terapi 1. Medikamentosa : preparat penicillin, tetracylin,chloramphenicol dll 2. Pemberian cairan infus pada kasus dengan dehidrasi 28

29 3.Bacterial Food Poisoning Identifikasi Food poisoning atau keracunan makanan adalah penyakit gastro enteritis akut yang dapat terjadi setiap saat terutama di Indonesia dan dikatagorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), hal ini disebabkan oleh karena makanan terkontaminasi oleh bakteri hidup atau oleh toxin yang dihasilkannya. Karakteristik keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri. dimana penderita menyantap jenis makanan yang sama, menyerang pada banyak orang dalam waktu bersamaan, sumber penyebab sama serta gejala gejala penyakitnya mirip satu dengan yang lain.keadaan seperti ini sering dijumpai pada sejumlah orang menderita penyakit gastro enteritis akut, sebagai contoh kasus keracunan makanan pada karyawan di sebuah pabrik atau keracunan makanan para tamu undangan di sebuah pesta. Distribusi geografi dan prevalensi Terjadi dimana mana,prevalensi penyakit ini meningkat terutama di negara barat oleh beberapa faktor antara lain : Peningkatan perdagangan internasional berupa produk bahan makanan yang berasal dari binatang ternak. Penggunaan detergen secara luas pada rumah tangga yang mempengaruhi pengolahan air kotor. Distribusi dan pemakaian makanan jadi atau kaleng meningkat dimana mana. Bacterial Food Poisoning Terjadi setelah menyantap makanan yang terkontaminasi oleh bakteri hidup atau oleh toxin yang dihasilkannya dan dapat dikatagorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). 29

30 Bacterial food poisoning dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya yaitu : (a) Salmonella food poisoning (infection type), (b) Staphylococcal food poisoning (toxin type) (c) Botulism (d) Cl.perfringens food poisoning. a.salmonella food Poisoning Salmonella food poisoning adalah penyakit zoonotic (berasal dari hewan) yang terdapat dimana - mana, ditularkan kepada manusia melalui ternak yang terkontaminasi seperti daging, susu, telur atau oleh karena terkontaminasi urine atau faeces tikus. Terdapat lebih dari 50 species Salmonella, species yang menyebabkan penyakit pada manusia seperti Sallmonella typhimurium, Sh.cholera - suis, Sh. Sonnei. Masa inkubasi 6-72 jam setelah menyantap makanan yang mengandung bakteri salamonella. Mikro-organisme berkembang biak didalam usus dan menimbulkan gejala penyakit gastroenteritis akut. Gejala klinis berupa mual,muntah, diare, sakit kepala,nyeri abdominal dan demam. Angka mortalitas sekitar 1 %. b.staphylococcal Food Poisoning Keracunan makanan yang disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus. Kuman Staphylococcus akan mati pada waktu makanan dimasak tetapi enterotoxin tahan panas pada temperatur 100ºC selama beberapa menit. Staphylococcus banyak diketemukan didalam tubuh seperti hidung, tenggorokan dan kulit manusia serta debu di dalam kamar dan menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang. Diketemukan juga pada makanan seperti salads, custards, susu serta produk yang dihasilkannya terkontaminasi oleh staphylococcus. Masa inkubasi relatif lebih pendek antara sekitar 1-6 jam karena disebabkan oleh toxin. 30

31 Infeksi terjadi setelah menyantap makanan yang terkontaminasi oleh toxin, bereaksi cepat dan langsung didalam usus dan sistem syaraf pusat(cns). Gejala klinis berupa mual, muntah, diare, nyeri abdominal dan diketemukan darah dan lendir dalam faeces. Kematian jarang terjadi dan dapat sembuh kembali dalam waktu 2-3 hari. c. Botulism Penyakit gastroenteritis akut yang disebabkan oleh exotoxin yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum bersifat anaerobik diketemukan banyak di tanah, debu, dalam saluran usus binatang dan akan berbentuk spora dalam makanan kaleng. Masa inkubasi cepat sekitar jam, gejala penyakit ini berbeda dengan yang lain karena exotoxin bekerja pada sistem syaraf parasymphatia berupa gejala gastrointestinal ringan tetapi yang dominan adalah dysphagia, diplopia, ptosis, dysarthria, kelemahan pada otot dan kadang kadang quadriplegia,deman biasa tidak ada, penurunan kesadaran dan fatal, kematian terjadi dalam waktu 4-8 hari disebabkan kegagalan pernafasan atau jantung. Sebaiknya makanan kaleng dimasak lebih dulu pada temperatur 100º C beberapa menit karena toxinnya bersifat thermolabil agar lebih aman. Pemberian obat. Guanidine hydrochloride per oral dosis mg/kg berat badan mengurangi terjadinya neuromuscular blok ditambah dengan perawatan yang baik akan sangat bermanfaat pada pengobatan botulism. d.ci.perfringens Food Poisoning Mikro - organisme Clostridium perfringens (Cl. Welchii) diketemukan dalam kotoran manusia dan binatang, tanah, air dan udara, penularan terjadi umumnya oleh karena menyantap makanan berupa daging hewan ternak yang sudah dimasak dan disimpan selama 24 jam atau lebih dan kemudian dimasak kembali secara cepat sebelum dimakan. Masa inkubasi sekitar 6 24 jam, patogenisitas dari Cl. Pertringens belum banyak diketahui,berkembang biak pada suhu sekitar 30 C dan memproduksi berbagai toxin seperti alpha toxin, theta toxin. diduga alpha toxin adalah exotoxin yang menimbulkan gejala penyakit dan ada juga pendapat bahwa jumlah 31

32 Cl.perfringens yang banyak dalam makanan dapat menyebabkan timbulnya food poisoning. Gejala klinis berupa nyeri perut, diare, lesu, subfebris, mual dan muntah jarang terjadi dan cepat sembuh dan tidak fatal. Differential Diagnosis: Penting dilakukan karena Bacterial Food Poisoning atau keracunan makanan oleh sebab bakteri seringkali di diagnosa sebagai penyakit cholera,acute bacillary dysentery dan keracunan zat arsenic. Pencegahan dan kontrol a.usaha usaha pencegahan 1. Memanaskan makanan yang telah diinapkan pada suhu yang tinggi. 2. Mengodok makanan dalam kalengan pada temperatur 100 c selama beberapa menit. 3. Pengawasan terhadap makanan yang berasal dari luar negeri(impor). 4. Pendidikan kesehatan/sanitasi makanan b.pengobatan/terapi 1. Medikamentosa : preparat antimikrobial anti toxin 2. Cairan Infus : pada penderita dengan dehidrasi 4.Chancroid (Ulcus Molle) Identifikasi Merupakan infeksi akut pada daerah kemaluan, berbentuk ulkus tunggal atau multipel dengan jaringan sekitarnya mengalami pembusukan, bengkak, sakit dan bernanah disertai pembengkakan kelenjar limpe di daerah inguinal. Diagnosa laboratorium diketemukan bakteri haemophilus ducreyi pada cairan eksudat dan kelenjar limpe. 32

33 Distribusi geografis dan prevalensi Tidak perbedaan umur, jenis kelamin dan ras kecuali berhubungan dengan kebiasaan sek,prevalensi penyakit tinggi di daerah pelabuhan laut. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Haemophilis ducreyi 2.Reservior infeksi Manusia 3.Faktor Host tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan Sepanjang penyakit belum sembuh dapat sampai berminggu -minggu. 5.Faktor lingkungan tidak ada yang spesifik Cara penularan Hubungan intim dengan penderita. Masa inkubasi Biasanya 3-5 hari dan dapat sampai 14 hari Pencegahan dan kontrol a.usaha usaha pencegahan 1. Sex education 2. Menghindari hubungan intim dengan bukan pasangan/psk b.kontrol/terapi Medikamentosa - Antimikrobial 33

34 5.Cholera Identifikasi Merupakan penyakit gastroenteritis akut atau muntaber yang terjadi tiba - tiba dengan keluhan menceret yang hebat dan kadang kadang muntah,kekurangan cairan,acidosis dan kegagalan sirkulasi,kematian dapat terjadi dalam waktu beberapa jam. Infeksi yang asimtomatis dapat terjadi terutama disebabkan oleh organisme El Tor biotype. Diagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan kultur cholera vibrios O group I yang berasal dan tinja dan muntah serta pemeriksaan serology. Distribusi geografis dan prevalensi Pada abad 19, penyakit ini pernah menyebabkan terjadi pandemi, mula-mula dari India menyebar hampir keseluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi penyakit kolera akan meningkat pada saat musim kemarau tiba, dimana terjadi krisis air bersih terutama didaerah pedesaan dan daerah aliran sungai, dimana masyarakat menggunakan air sungai untuk keperluan Mandi,Cuci dan Kakus (MCK). Riwayat Penyakit 1. Agens penyakit Bakteri Vibrio cholera serotipe Inaba dan Ogawa 2. Reservoir infeksi : manusia 3. Faktor host Tidak ada yang dominan,kecuali penderita dengan keadaan umum yang jelek akan memperberat dehidrasi yang ada dan dapat menimbulkan bahaya kematian. 4. Periode masa waktu penularan Biasanya beberapa hari pada fase penyembuhan kecuali pada carrier dapat sampai beberapa bulan. 5. Faktor lingkungan Lingkungan hidup yang jelek,sumber air yang tercemar dengan tinja dan muntah penderita. 34

35 Cara penularan Minum air yang tercemar oleh tinja dan muntah penderita kolera atau melalui carrier penyakit kolera dan dapat juga transmisi mekanis oleh lalat rumah. Masa Inkubasi Mulai beberapa jam sampai 5 hari biasanya 2-3 hari. Pencegahan dan Kontrol a.usaha usaha pencegahan 1. Penyediaan air bersih yang aman dan memenuhi persyaratan sanitasi. 2. Cara membuang air besar (BAB) yang baik dan memenuhi persyaratan sanitasi. 3. Menutup dan menyimpan makanan agar aman dan tidak dihinggapi oleh lalat. 4. Pendidikan kesehatan Personal higienis dan sadar lingkungan. 5. Imumnisasi aktif tetapi tidak efektif. 6. Desinfeksi tinja dan muntah pasien. b.pengobatan/terapi 1. Pemberian cairan infus larutan Ringer lactate, pengganti kehilangan cairan tubuh/dehidrasi. 2. Pemberian obat tetracyclin dan obat antimikrobial lainnya untuk membunuh kuman vibrio cholera. 6.Diphtheria Identifikasi Berupa penyakit infeksi akut pada tonsil,pharynx,larynx,hidung dan kadang kadang pada kulit,selaput lendir,conjunctiva mata dan alat kelamin. Kelainan berupa radang berbentuk bercak atau selaput abu-abu yang dikelilingi daerah pembengkakan berwarna merah yang disebabkan oleh sitotoksin yang dikeluarkan oleh bakteri C.diphtheriae. 35

36 Gejala lain berupa sakit menelan dan adanya pembengkakan kelenjar limpe disekitar leher (bull-neck. Penyakit ini perlu dilakukan differensial diagnosa dengan penyakit vincent angina,syphilis.candidiasis,infectious mononuceosis yang mirip gejala klinisnya dangan diphteri. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi swab bercak pada laesi dimana diketemukan bakteri serta tes intradermal Shick Test. Distribusi geografi dan prevalensi Tersebar di seluruh dunia,prevalensi penyakit diphteri makin hari makin berkurang dengan dilakukan program imumnisasi aktif pada anak balita hampir disetiap negara. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Corynebacterium diphtheriae Ada 3 jenis yaitu bio tipe mitis,gravis dan intermedius 2.Reservoir : Manusia 3.Faktor host Biasanya menyerang anak anak dibawah umur 15 tahun yang tidak pernah mendapat imunisasi. 4.Periode waktu masa penularan Biasanya hari setelah terjadi penyakit. 5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik. Cara penularan Melalui udara pernafasan atau air ludah penderita Masa inkubasi Antara 2 5 hari, kadang-kadang dapat lebih lama. Pencegahan dan Kontrol a.usaha usaha pencegahan 1. Melakukan imumnisasi aktif berupa DPT (Diptheri, Pertusis, Tetanus) pada anak balita 36

37 2. Melakukan Imunisasi pada pekerja berisiko tinggi seperti perawat,tenaga laboratoirium dan booster setiap 10 tahun. 3. Pendidikan kesehatan b.pengobatan/terapi Medikamentosa : Preparat Penicillin dan Eritromisin Antitoxin : unit 7.Gonorrhoea Identifikasi Penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan intim yang terlokalisir pada lapisan sel lendir alat genitalia. Terdapat perbedaan pada wanita dan pria,dimana pada pria terjadi peradangan pada bagian anterior urethrae dan mengeluarkan cairan nanah,dysuria dan pada kronis dapat menyebarkan posterior urethrae menyebabkan epididymitis dan menjadi carrier. Pada wanita terjadi urethretis dan cervicitis,biasanya ringan dan kadang-kadang tidak dirasakan dan risiko menular pada lawan jenis atau terjadi reaksi pingpong dan conjuctivitis pada bayi yang baru lahir. Konfirmasi laboratorium diketemukannya gram negatif diplococcus pada cairan swab urethrae. Distribusi geografis dan prevalensi Terdapat dimana-mana pada jenis kelamin,terutama kelompok umur usia muda. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Neisseria gonorrhoeae 2.Reservoir infeksi Manusia 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan Bila tidak diobati dapat sampai berbulan-bulan. 37

38 5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik Cara penularan Hubungan intim atau kontak dengan exudat yang dikeluarkan oleh alat genitalia. Masa inkubasi Biasanya 2-7 hari kadang-kadang lebih. Pencegahan dan kontrol a.usaha usaha pencegahan 1. Sex education 2.Pemberian tetes mata preparat antimikrobial pada bayi yang baru lahir. 3. Menghindari hubungan intim dengan bukan pasangan/psk b.kontrol/terapi Medikamentosa : Antimikrobial 8.Impetigo Contagiosa Identifikasi Merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri staphylococus atau streptocococus yang hidup commensal ditubuh manusia. Gejala klinis penyakit ini berupa kelainan pada kulit berupa,impetigo,carbuncle,furuncle,cellulitis dan abses,pada keadaan yang berat dapat menyebabkan terjadi septicemia, pneumonia,osteomyelitis,meningitis dan lainnya. Distribusi geografis dan prevalensi Distribusi tersebar diseluruh belahan bumi terutama pada daerah yang kumuh dan terjadi pada anak-anak. 38

39 Riwayat penyakit 1. Agens penyakit Strain staphlococus aureus coagulase antigen dan streptococus beta hemolyticus 2. Reservoir infeksi Manusia 3. Faktor host Personal hygiene 4. Periode masa waktu penularan Sepanjang masih ada pus pada penderita dan carrier 5. Faktor lingkungan Perumahan/daerah kumuh dan lingkungan rumah sakit (nasocomial infection). Cara penularan Kontak langsung atau melalui carrier Masa inkubasi Bervariasi antara 4 10 hari Pencegahan dan kontrol a.usaha usaha pencegahan 1.Personal hygiene 2.Perbaikan lingkungan hidup(perumahan yang sehat) 3.Pencegahan dan kontrol terhadap nasocomial infeksi. b.kontrol/terapi Medikamentosa Preparat antimikobial 9.Leprosy(Hansen s Disease) Identifikasi Infeksi bakteri kronis,karakteristik, laesi pada kulit dan selaput lendir berupa inflitrasi,macula,plaque,papula dan nodule disertai dengan pembesaran pada saraf tepi menyebabkan terjadi anesthesia,kelemahan dan paralyse pada otot, kelainan pada kulit,otot dan tulang. 39

40 Konfirmasi diagnosa diketemukan bakteri tahan asam pada sediaan kulit dan biopsi daerah laesi. Distribusi geografis dan prevalensi Distribusi tersebar diseluruh dunia,prevalensi penyakit 5 per 1000 penduduk dunia terutama di daerah tropis dan subtropis. Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Mycobacterium leprae 2.Reservoir infeksi : manusia 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan Sepanjang masih diketemukannya m.leprae pada laesi 5.Faktor lingkungan tidak ada yang spesifik Cara penularan Tidak diketahui dengan jelas,tetapi kontak intim yang lama(keluarga) merupakan penyebab terjadi penularan. Masa inkubasi Paling cepat 7 bulan dan biasanya 3-6 tahun Pencegahan dan kontrol a.usaha usaha pencegahan 1.Diagnosa dini 2.Pendidikan kesehatan 3.Imunisasi dengan BCG 4.Terapi Prophylaxis : preparat acedapsone(dds atau DADDS) setiap 3 bulan sekali selama dianggap mempunyai risiko tinggi) b.kontrol/terapi - Medikamentosa Oral Dapsone 6-10 mg/kgbb selama 1 minggu Rifampicin -Rehabilitasi : operasi plastik 40

41 10.Paratyphoid Fever Identifikasi Merupakan infeksi saluran pencernaan,diare disertai demam tinggi terus menerus,pembesaran limpa dan bintik merah kemudaan di punggung. Konfirmasi diagnosa dari hasil pemeriksaan serologik darah ditemukannya antibodi paratyphi didalam darah penderita. Distribusi geografis dan prevalensi Bersifat sporadis pada daerah tertentu. Riwayat penyakit 1.Agen penyakit Salmonella paratyphi A,B dan C 2.Reservoir infeksi Manusia dan sapi 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik 4.Periode masa waktu penularan Sepanjang masih ada agen penyakit dalam faeces penderita atau Carrier 5.Faktor lingkungan Food sanitation memegang peran penting Cara penularan Fecal oral atau melalui carrier Masa inkubasi 1-3 minggu untuk demam typhoid 1-10 hari untuk gasteroenteritis Pencegahan dan kontrol a.usaha usaha pencegahan 1.Food sanitation 2.Pemeriksaan berkala pada tukang masak 41

42 b.kontrol/terapi Medikamentosa Preparat antimikrobial 11.Pertussis (Whooping Cough) Identifikasi Pertusis atau batuk rejan (batuk seratus hari) yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis dengan gejala awal berupa pilek dan batuk. Pada hari ke 10 batuk akan bertambah dan menjadi spasmodik. Batuk keras sampai kali berturut- turut, penderita baru dapat bernafas dan terdengar sebagai whoop, kadang-kadang disertai dengan muntah. Komplikasi umum yang paling sering adalah pneumonia yang dapat menimbulkan kematian, encephalopati dapat juga terjadi dan meninggalkan kerusakan tetap pada otak. Kematian lebih sering dijumpai pada umur dibawah 1 tahun. Distribusi geografis dan Prevalensi Penyakit ini menyerang pada anak-anak dimana-mana, tidak dipengaruhi oleh ras,iklim dan geografis. Angka mortalitas selama 4 dekade menurun oleh adanya usaha pemberian imunisasi aktif pada anak balita. Riwayat Penyakit 1.Agens penyakit Bakteri Bordetella pertusis dan parapertusis 2.Reservoir infeksi : Manusia 3.Faktor host Case fatality rate tertinggi pada anak balita 0.5 % dan terutama yang tidak pernah mendapat imunisasi. 4.Periode masa penularan Sangat menular pada pada permulaan stadium catarrhal yaitu sebelum terjadi batuk paroxysmal. 5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik 42

43 Cara Penularan (Mode of transmission) Penularan melalui droplet penderita/kontak intim. Masa inkubasi Biasanya 7 hari kadang-kadang sampai 10 hari dan tidak lebih dari 21 hari. Pencegahan dan Kontrol a.usaha usaha pencegahan Imunisasi aktif merupakan satu-satunya cara pencegahan, karena kekebalan dari ibu tidak bersifat protektif. Insidens pertussis pada umur dibawah 6 bulan cukup tinggi (dibandingkan dengan campak) sedang immunoglobulin untuk pertussis belum tersedia. Komponen pertussis dalam DPT sering menimbulkan efek samping. Hal ini kurang menguntungkan bagi upaya pencegahan pertussis karena bila tidak menyebabkan drop out, dosis berikutnya diganti dengan DT. b.pengobatan/terapi Medikamentosa Kausal : Preparat antibiotika Simtomatis : Obat obat pereda batuk,panas dan pilek. 12.Bacterial Pneumonia Identifikasi Infeksi akut saluran pernafasan,karakteristik dengan gejal klinis demam mengigil,sakit pada dada,sesak nafas dan batuk dengan ludah berwarna kecoklatan dan leukositosis. Fatality rate % pada pasien yang dirawat di rumah sakit,diagnosa dini penting dengan pemeriksaan laboratorium dengan diketemukannya banayak gram negatif diplococus pada sputum penderita. 43

44 Distribusi geografis dan prevalensi Distribusi penyakit sporadis terutama daerah beriklim tropis dan lembab. Riwayat penyakit 1. Agens penyakit pneumonococi 2. Reservoir infeksi Manusia 3.Faktor host bayi,umur lanjut dan alkoholism 4.Periode masa waktu penularan Sepanjang tidak diketemukan lagi bakteri gram negatif diplococus dalam ingus pada ludah penderita dalam jumlah yang besar. 5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik Cara penularan Melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan ludah dan ingus penderita. Masa inkubasi Tidak begitu jelas dan biasanya 1-3 hari Pencegahan dan kontrol a.usaha usaha pencegahan 1.Memperbaiki lingkungan hidup yang kumuh 2.Pemberian vaccin pada orang yang berisiko tinggi b.kontrol/terapi Medikamentosa Preparat antimikrobial. 44

45 13.Syphilis (Leus) Identifikasi Infeksi akut dan kronis, yang mula-mula ditandai dengan laesi primer dan sekunder erupsi pada kulit dan selaput lendir,berjalan laten menyerang tulang,bagian dalam tubuh (viscera) dan saraf sentral. Syphilis primer dan sekunder dapat didiagnosa dengan pemeriksaan dark field atau phase contrast pada exudat dan kelenjar limpe penderita. Pemeriksaan serologis untuk kasus kronis dan laten. Distribusi geografis dan prevalensi Merupakan penyakit menular yang tersebar dimana-mana terutama pada umur muda tahun Riwayat penyakit 1.Agens penyakit Treponema pallidum 2.Reservoir infeksi Manusia 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik kecuali prevalensi tinggi pada usia muda tahun 4.Periode masa waktu penularan bervariasi dan tidak pasti 5.Faktor lingkungan Tidak ada yang spesifik Cara penularan Kontak langsung dengan exudat yang berasal dari penderita,transfusi darah dan transplacental. Masa Inkubasi 10 hari sampai 10 minggu 45

46 Pencegahan dan kontrol a.usaha- usaha pencegahan 1. Pendidikan sek 2. menutup lokalisasi perpelacuran 3. Diagnosa dan pengobatan dini b.kontrol/terapi Medikamentosa Antimikrobial 14.Tetanus Identifkasi Kuman penyebab tetanus adalah clostridium tetani. Spora tetanus yang masuk ke dalam luka, berkembang biak dalam suasana anaerobik dan membentuk neurotoxin. Pada neonatus (tetanus neonatorum) kumam masuk melalui luka pada tali pusat. Gejala khas berupa kejang rangsang atau mulut terkancing (trismus). Pada kasus yang ringan gejala tersebut hilang setelah 2-3 minggu. Gejala karakteristik berupa kejang otot yang sakit pada otot mulut dan leher, gejala pertama ditandai dengan kekakuan pada otot perut(abdominal rigidity) diikuti dengan kelainan sensorik berupa postur tubuh opisthotonus dan ekspresi muka risus sardonicus. Distribusi geografis dan prevalensi Bersifat sporadis dan menyerang pada semua umur dan prevalensi tinggi pada daerah industri dan daerah pertanian. Riwayat penyakit 1.Agen penyakit Clostridium tetani 2.Reservoir infeksi Usus binatang dan termasuk manusia. 3.Faktor host Tidak ada yang spesifik 46

Penyakit Menular INTRODUKSI

Penyakit Menular INTRODUKSI Penyakit Menular INTRODUKSI Penyakit menular pada manusia merupakan masalah penting yang dapat terjadi setiap saat terutama di negara berkembang khususnya Indonesia dimana lingkungan hidupnya jelek oleh

Lebih terperinci

Keracunan Makanan (Food Poisoning) Dr.Budiman Chandra

Keracunan Makanan (Food Poisoning) Dr.Budiman Chandra Keracunan Makanan (Food Poisoning) Dr.Budiman Chandra KERACUNAN MAKANAN Keracunan makanan atau food poisoning adalah penyakit gastro enteritis akut yang hampir terjadi setiap saat terutama di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan

Lebih terperinci

Sumber penularan penyakit. Penerima. Diagram Penularan Penyakit

Sumber penularan penyakit. Penerima. Diagram Penularan Penyakit BAB 2 PENYAKIT BAWAAN MAKANAN (FOOD BORNE DISEASE) Sumber penularan penyakit orang sakit binatang / insekta tanaman beracun parasit Penerima manusia hewan Penyebaran penyakit tergantung pada kontak langsung

Lebih terperinci

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan cita-cita UUD 1945. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai

Lebih terperinci

MAKALAH DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN VEKTOR PENYAKIT

MAKALAH DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN VEKTOR PENYAKIT MAKALAH DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN VEKTOR PENYAKIT DI SUSUN OLEH : FIRMAN FIRDAUZ S FUJI RAMDHANI ISTINI NURHALILI ORIZHA NUR BAROKAH YOHANES B KEMEKUK STIKES INSAN UNGGUL SURABAYA 2013 0 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C) Nama : Ardian Nugraheni (23111307C) Nifariani (23111311C) MACAM-MACAM PENYAKIT A. Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) 1) Pengertian Terjadinya penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue

Lebih terperinci

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR dr. I NYOMAN PUTRA Kepala Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok DEMAM BERDARAH DENGUE (DHF) Definisi Merupakan penyakit

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

Menerapkan ilmu kesehatan Masyarakat HILMA HENDRAYANTI S.Si., Apt

Menerapkan ilmu kesehatan Masyarakat HILMA HENDRAYANTI S.Si., Apt STANDAR KOMPETENSI : Menerapkan ilmu kesehatan Masyarakat HILMA HENDRAYANTI S.Si., Apt Menjelaskan ilmu kesehatan masyarakat Pengertian Kesehatan Masyarakat Menurut Winslow yang dimaksud dengan ilmu kesehatan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Imunisasi Pentavalen Hari / Tanggal : Selasa/ 08 Desember 2014 Tempat : Posyandu Katelia Waktu Pelaksanaan : 08.00 sampai selesai Peserta / Sasaran : Ibu dan Anak

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR A. Pengantar Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kedokteran mendorong para tenaga ahli selalu mengadakan riset terhadap berbagai penyakit termasuk salah

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa, PLEASE READ!!!! Sumber: http://bhell.multiply.com/reviews/item/13 Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus yang mengandung virus dengue dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) yang ditandai dengan

Lebih terperinci

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare. PENYAKIT CAMPAK Apakah setiap bintik-bintik merah yang muncul di seluruh tubuh pada anak balita merupakan campak? Banyak para orangtua salah mengira gejala campak. Salah perkiraan ini tak jarang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan terhadap beberapa penyakit yang terjadi di Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan terhadap beberapa penyakit yang terjadi di Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi. Kondisi tersebut menjadikan Kota Yogyakarta semakin padat penduduknya, sehingga

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

BIOSFIR. Lingkungan Biosfir. Niche Ekologis. Suksesi Ekologis. Terdiri dari: Fauna. Flora Organisme Populasi Komunitas Ekosistem

BIOSFIR. Lingkungan Biosfir. Niche Ekologis. Suksesi Ekologis. Terdiri dari: Fauna. Flora Organisme Populasi Komunitas Ekosistem BIOSFIR Terdiri dari: Lingkungan Biosfir Fauna Flora Organisme Populasi Komunitas Ekosistem Suksesi Ekologis Niche Ekologis Pergantian satu komunitas oleh komunitas lain Hukum Thermodinamika Rantai makanan

Lebih terperinci

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

KONSEP HOST-AGENT-ENVIRONMENT

KONSEP HOST-AGENT-ENVIRONMENT KONSEP HOST-AGENT-ENVIRONMENT Biologis laws ( John Gardon ) Penyakit Timbul Karena Ketidak Seimbangan Antara Agent & Host ( manusia ) Keadaan Keseimbangan Tsb Tergantung Dari Sifat Alami & Karakteristik

Lebih terperinci

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Prodi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

Penyakit Endemis di Kalbar

Penyakit Endemis di Kalbar Penyakit Endemis di Kalbar 1. Malaria Penyakit Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2009 (tabel 11) terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai

Lebih terperinci

infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit)

infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit) Rita Shintawati Pendahuluan Relapsing fever (RF) demam berulang infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit) Gejala klinis yg khas timbulnya demam berulang diselingi periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans yang mempengaruhi baik manusia maupun hewan. Manusia terinfeksi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Filariasis Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus, jumlah ini menurun dari tahun 2012 yang ditemukan sebanyak 36 kasus (Dinkes Prov.SU, 2014).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

Vektor Penyakit Menular Pada Manusia. Dr.Budiman Chandra

Vektor Penyakit Menular Pada Manusia. Dr.Budiman Chandra Vektor Penyakit Menular Pada Manusia Dr.Budiman Chandra 1 PENDAHULUAN Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropod - borne diseases atau sering juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari infeksi dan benda asing, juga berfungsi menyembuhkan

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR. Hafni Bachtiar FK UNAND

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR. Hafni Bachtiar FK UNAND EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR Hafni Bachtiar FK UNAND 1 EPIDEMIOLOGI Epi = Di antara / di atas / tentang Demos = Masyarakat Logos = Ilmu / Doktrin Kegunaannya : Dulu hanya untuk penyakit menular Gizi Kekurangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MALANG 2011/2012

DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MALANG 2011/2012 MAKALAH IMUNISASI DASAR BAYI BARU LAHIR Dajukan sebagai peryaratan mengikuti ujian semester3 Pembimbing: Bpk.Ahmad Rifai Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. D-III ADMINISTRASIPEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan perlindungan atau kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Tujuan pemberian imunisasi

Lebih terperinci

ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO. Dominicus Husada

ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO. Dominicus Husada ASPEK MEDIS DAN KEAMANAN VAKSIN KOMBINASI PENTABIO Dominicus Husada ISI 1. Pendahuluan 2. Aspek Medis Vaksin Kombinasi Pentabio 3. Aspek Keamanan Vaksin Kombinasi Pentabio 4. Penutup 5. Bonus PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi dan paratyphiditandai dengan keluhan dan gejala penyakit yang tidak khas, berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Makanan 1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi Makanan Makanan adalah salah satu kebutuhan pokok menusia untuk kelangsungan hidup, selain kebutuhan sandang dan perumahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus hewan dan manusia dengan ratusan strain yang berbeda, baik yang berbahaya maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki musim penghujan, ancaman penyakit yang diakibatkan gigitan nyamuk Aedes sp yaitu demam berdarah kembali menjadi pokok perhatian kita. Penyakit demam berdarah

Lebih terperinci

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 TEMA 1 : Tuberkulosis (TB) A. Apa itu TB? TB atau Tuberkulosis adalah Penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Tempat Sasaran Waktu : Imunisasi Campak : Pentingnya Imunisasi Campak bagi bayi : Puskesmas : Masyarakat : 09.00-09.35 WIB Hari dan Tanggal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting karena berkaitan dengan kondisi tubuh manusia. Apabila makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak terjaga kebersihannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 1. Defenisi Istilah ISPA yang merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut diperkenalkan pada tahun 1984. Istilah ini merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti 2215 105 046 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

Wabah Polio. Bersama ini kami akan membagi informasi mengenai POLIO yang sangat berbahaya, yang kami harap dapat bermanfaat untuk kita semua.

Wabah Polio. Bersama ini kami akan membagi informasi mengenai POLIO yang sangat berbahaya, yang kami harap dapat bermanfaat untuk kita semua. Environment & Social Responsibility Division ESR Weekly Tips no. 14/V/2005 Sent: 10 Mei 2005 Wabah Polio Seiring dengan gencarnya kasus wabah Polio yang menimpa Indonesia terutama di beberapa daerah, yang

Lebih terperinci

Rickettsia prowazekii

Rickettsia prowazekii Rickettsia prowazekii Nama : Eva Kristina NIM : 078114026 Fakultas Farmasi Sanata Dharma Abstrak Rickettsia prowazekii adalah bakteri kecil yang merupakan parasit intraseluler obligat dan ditularkan ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC,

Lebih terperinci

Proses Penyakit Menular

Proses Penyakit Menular Proses Penyakit Menular Bagaimana penyakit berkembang? Spektrum penyakit Penyakit Subklinis (secara klinis tidak tampak) Terinfeksi tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit; biasanya terjadi perubahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri patogen Leptospira, yang ditularkan secara langsung maupun tidak langsung dari hewan ke manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditransmisikan melalui cucukan nyamuk dari genus Aedes,

Lebih terperinci

COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI ( )

COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI ( ) COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI (078114113) KLASIFIKASI ILMIAH Kingdom : Bacteria Phylum : Proteobacteria Class : Gamma Proteobacteria Order : Legionellales Family : Coxiellaceae Genus :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut menyebabkan rumah sakit berpeluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari

Lebih terperinci

Rekayasa Lingkungan???

Rekayasa Lingkungan??? Rekayasa Lingkungan Semester V Norma Puspita, ST. MT. Rekayasa Lingkungan??? Lingkungan Hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella sp. 2.1.1 Klasifikasi Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C termasuk famili Enterobacteriaceae, ordo Eubacteriales, kelas Schizomycetes

Lebih terperinci

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

HERD IMMUNITY. Sesi ke-7 Epidemiologi Penyakit Menular Universitas Esa Unggul

HERD IMMUNITY. Sesi ke-7 Epidemiologi Penyakit Menular Universitas Esa Unggul HERD IMMUNITY Sesi ke-7 Epidemiologi Penyakit Menular Universitas Esa Unggul ade.heryana24@gmail.com 3 Sifat Utama Penyakit Menular dari Orang ke Orang Generation time Jarak antara kasus yang satu ke kasus

Lebih terperinci

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN 1 INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN PENGERTIAN Infeksi adalah proses ketika seseorang rentan (susceptible) terkena invasi agen patogen/infeksius dan menyebabkan sakit. Nosokomial berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kerugian akibat water-borne diseaseterjadi pada manusia dan juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Kerugian akibat water-borne diseaseterjadi pada manusia dan juga berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Water-borne diseases merupakan penyakit yang ditularkan ke manusia akibat adanya cemaran baik berupa mikroorganisme ataupun zat pada air. Kerugian akibat water-borne

Lebih terperinci

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1 Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalat Rumah (Musca domestica) Lalat rumah (M. domestica) merupakan lalat yang paling umum dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia. M. domestica

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI Diajukan Oleh : Devi Pediatri J500040023 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

Lebih terperinci

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu. Virus Influenza menempati ranking pertama untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918 1919 perkiraan sekitar 21 juta orang meninggal terkena suatu pandemik influenza. Influenza terbagi 3 berdasarkan typenya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini orang ingin melakukan segala sesuatu dengan cepat dan praktis, termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan makan. Hal ini sangat menunjang keberadaan berbagai

Lebih terperinci

Kesehatan Anak - Aneka penyakit anak yg perlu diketahui semua ortu

Kesehatan Anak - Aneka penyakit anak yg perlu diketahui semua ortu Kesehatan Anak - Aneka penyakit anak yg perlu diketahui semua ortu Fakta tentang penyakit Anak Sementara vaksin telah membuat beberapa penyakit masa kanak-kanak yang langka, yang lain masih banyak fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya dapat menyebabkan rasa gatal saja, nyamuk juga mampu menularkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas periode pertumbuhan (Golden Age Periode) dimana pada usia ini sangat baik untuk pertumbuhan otak

Lebih terperinci

1. Poliomyelitis Poliomyelitis adalah suatu penyakit virus yang dalam stadium beratnya menyebabkan

1. Poliomyelitis Poliomyelitis adalah suatu penyakit virus yang dalam stadium beratnya menyebabkan 1. Poliomyelitis Poliomyelitis adalah suatu penyakit virus yang dalam stadium beratnya menyebabkan kelumpuhan yang lemas karena kekurangan sel-sel syaraf baik dalam sum sum tulang punggung maupun otak.

Lebih terperinci

SELAYANG PANDANG PENYAKIT-PENYAKIT YANG DITULARKAN OLEH NYAMUK DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2004 Oleh : Akhmad Hasan Huda, SKM. MSi.

SELAYANG PANDANG PENYAKIT-PENYAKIT YANG DITULARKAN OLEH NYAMUK DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2004 Oleh : Akhmad Hasan Huda, SKM. MSi. SELAYANG PANDANG PENYAKIT-PENYAKIT YANG DITULARKAN OLEH NYAMUK DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 24 Oleh : Akhmad Hasan Huda, SKM. MSi. PENDAHULUAN Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk di Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEKEBALAN TUBUH, MENGHAPUS SERATUS PENYAKIT

MEMBANGUN KEKEBALAN TUBUH, MENGHAPUS SERATUS PENYAKIT MEMBANGUN KEKEBALAN TUBUH, MENGHAPUS SERATUS PENYAKIT Oleh : dr. Euis Heryati, M.Kes Makalah Disampaikan pada Kegiatan Gebyar Healthy Life, Happy Life 2009 BUMI SILIWANGI HEALTH CARE CENTER UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Chikungunya adalah penyakit yang mirip dengan Demam Berdarah Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk

Lebih terperinci

Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak

Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan teman-teman disekitarnya.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi

Lebih terperinci

Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta, 5 Maret 2016 Universitas Esa Unggul Jakarta Kelas 11 Paralel

Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta, 5 Maret 2016 Universitas Esa Unggul Jakarta Kelas 11 Paralel Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular Jakarta, 5 Maret 2016 Universitas Esa Unggul Jakarta Kelas 11 Paralel Epidemiologi = ilmu tentang populasi (harfiah) Epi = upon (tentang) Demos = peoples (populasi)

Lebih terperinci

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? BAB XXV Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? Pencegahan TB Berjuang untuk perubahan 502 TB (Tuberkulosis) merupakan

Lebih terperinci

Konsep dan Aplikasi Imunisasi. dr. Riska Yulinta Viandini

Konsep dan Aplikasi Imunisasi. dr. Riska Yulinta Viandini Konsep dan Aplikasi Imunisasi dr. Riska Yulinta Viandini Pengertian Imunisasi Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada

Lebih terperinci

KEJADIAN LUAR BIASA. Sri Handayani

KEJADIAN LUAR BIASA. Sri Handayani KEJADIAN LUAR BIASA Sri Handayani Timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya

Lebih terperinci

BATASAN EPIDEMIOLOGI

BATASAN EPIDEMIOLOGI BATASAN EPIDEMIOLOGI 1. EPIDEMIOLOGI IS THE SCIENCE CONCERNED WITH FACTORS AND CONDITIONS WHICH DETERMINE THE OCCURANCE AND DISTRIBUTION OF HEALTH, DESEASE, DEFECT, DISABILITY AND DEATH IN POPULATION (

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi Dasar 1. Pengertian Menurut Hidayat (2005) Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat

Lebih terperinci

Infeksi Nosokomial. Chairuddin P. Lubis. Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Infeksi Nosokomial. Chairuddin P. Lubis. Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Infeksi Nosokomial Chairuddin P. Lubis Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Definisi Infeksi nosokomial disebut juga infeksi rumah sakit (hospital infection atau associated

Lebih terperinci

KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI. Putri Ayu Utami S. Kep, Ns.

KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI. Putri Ayu Utami S. Kep, Ns. KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI Putri Ayu Utami S. Kep, Ns. Pengertian Epidemiologi berasal dari kata Yunani yaitu: Epi : Di antara / di atas / tentang Demos : Masyarakat Logos : Ilmu / Doktrin Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

TERJADINYA WABAH PENYAKIT

TERJADINYA WABAH PENYAKIT TERJADINYA WABAH PENYAKIT Definisi Sakit : Keadaan sakit : dinyatakan sebagai i. persimpangan dari keadaan normal, baik struktur maupun fungsinya, atau ii. keadaan dimana tubuh/organisme atau bagian dari

Lebih terperinci