BAB II KONSEP ID. sum, yang berarti saya berfikir, maka saya ada. Dan sejak itu timbul aliran yang mementingkan kesadaran dalam psikologi.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KONSEP ID. sum, yang berarti saya berfikir, maka saya ada. Dan sejak itu timbul aliran yang mementingkan kesadaran dalam psikologi."

Transkripsi

1 11 BAB II KONSEP ID A. Jiwa Perspektif Psikologi Jiwa merupakan objek pembahasan yang tidak akan pernah berhenti. Sejak zaman Yunani kuno, jiwa sudah mulai dibahas oleh para filosof, serta menjadi tema dan topik dalam kajian filsafat, dan sampai dengan sekarang ini pembahasan tentang jiwa akan tetap ada dan terus berlanjut. Maka mulailah timbul pandangan-pandangan kritis terhadap berbagai konsep, logika, teori dan metode yang mempelajari hakekat manusia. Pemikiran Plato ( SM) yang masih mencampur-adukkan ide (sebagai inti dari jiwa manusia) dengan roh (sebagai zat yang masuk ke dalam jasad manusia sehingga manusia itu hidup) misalnya, ditentang oleh pendapat seorang pendeta Katholik St. Thomas Aquinas ( ) yang menyatakan bahwa jiwa dan roh harus dipisahkan. Jiwa merupakan objek studi dari psikologi, sedangkan roh adalah urusan agama. Demikianlah awal dari pertumbuhan psikologi. 1 Kemudian Deskrates ( ) datang dengan semboyannya cogito ergo sum, yang berarti saya berfikir, maka saya ada. Dan sejak itu timbul aliran yang mementingkan kesadaran dalam psikologi. 2 Dalam mempelajari jiwa, perlu sebuah alat atau ilmu sebagai bahan pendekatan untuk mengetahui objek tersebut. Jiwa merupakan objek keilmuan dan alat untuk mendekati objek itu adalah psikologi. 1 Sukanto, Nafsiologi; Suatu Pendekatan Alternatif Atas Psikologi, Jakarta: Integrita Press, 1985, hlm. t.h 2 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1976, hlm. 13

2 12 Psikologi adalah ilmu yang masih muda. Ia terpisah menjadi ilmu yang berdiri sendiri sejak tahun 1879, yaitu pada waktu didirikannya laboratorium psikologi yang pertama oleh Wilhelm Wundt ( ) di Leipzig Jerman Pengertian Jiwa Jiwa merupakan kajian utama pada ruang lingkup psikologi, berbeda dengan fisiologi yang mempelajari struktur dan fungsi organ fisik biologis manusia, karena psikologi secara etimologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Menurut asal katanya, psikologi berasal dari kata Yunani yaitu psyche dan logos. Mengenai kata logos kiranya sudah banyak orang yang tahu, artinya adalah nalar, logika atau ilmu. Tetapi apakah psyche itu? Istilah Psyche mempunyai banyak arti. Dalam bahasa Inggris yaitu soul, mind, spirit. Dalam bahasa Indonesia ketiga kata-kata tersebut dapat diwakili oleh satu kata yaitu jiwa. Karena itulah kebanyakan orang cenderung mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa. 4 Tetapi arti ilmu jiwa masih kabur sekali. Apa yang dimaksud dengan jiwa, tidak seorangpun yang tahu dengan sesungguhnya. Karena kekaburan arti itu, sering timbul berbagai pendapat mengenai definisi psikologi yang saling berbeda, 5 sesuai dengan sudut pandang dan penafsiran masing-masing tokoh. Maka psikologi membatasi diri untuk hanya mempelajari gejala-gejala kejiwaan, khususnya kondisi, proses, dan fungsi-fungsi kejiwaan, dan untuk lebih mendapatkan kejelasan sasaran telaah metodologi dan efektifitas teknik-teknik pendekatannya, maka psikologi menyatakan diri sebagai sains yang mempelajari perilaku 3 Ibid, hlm Sarlito Wirawan Sarwono, Berkenalan Dengan Aliran-Aliran Dan Tokoh-Tokoh Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1986, hlm Sarlito Wirawan Sarwono, Op. Cit, hlm. 3

3 13 manusia, dengan asumsi bahwa perilaku merupakan ungkapan dan cerminan dari kondisi, proses, dan fungsi-fungsi kejiwaan. 6 Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya Pengantar Umum Psikologi memberikan definisi tentang psikologi yang sekiranya bisa diterima oleh semua pihak. Dia mengemukakan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya. 7 Dalam definisi di atas terdapat beberapa unsur. Pertama ilmu pengetahuan, yaitu suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu. Kedua tingkah laku atau perbuatan mempunyai arti yang lebih konkret dari pada jiwa. Karena lebih konkret itu, maka tingkah laku lebih mudah dipelajari dari pada jiwa dan melalui tingkah laku kita dapat mengenal seseorang. Termasuk tingkah laku di sini adalah perbuatan yang terbuka dan tertutup. Tingkah laku yang terbuka adalah tingkah laku yang segera dapat dilihat oleh orang lain, misalnya makan, minum, memukul, berbicara, menangis dan sebagainya. Sedangkan tingkah laku yang tertutup adalah tingkah laku yang hanya dapat diketahui secara tidak langsung dengan melalui alat-alat atau metode-metode khusus, tingkah laku tertutup ini misalnya keadaan berfikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut dan sebagainya. Ketiga adalah manusia, karena makin lama objek materiil psikologi makin mengarah kepada manusia, oleh karena manusia-lah yang paling berkepentingan dengan ilmu ini dan paling membutuhkan ilmu dalam berbagai segi 6 Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam; Menuju Psikologi Islami, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 1997, hlm Sarlito Wirawan Sarwono, Op. Cit. hlm. 5

4 14 kehidupan. Keempat adalah lingkungan, yaitu tempat di mana manusia itu hidup, menyesuaikan diri (beradaptasi) dan mengembangkan dirinya. 8 Jadi, jiwa menurut kacamata psikologi merupakan cerminan dari perilaku yang dimunculkan oleh seseorang dalam bentuk tindakan dan perbuatan nyata yang meliputi tindakan yang dapat teramati (perilaku terbuka) maupun tindakan yang tidak dapat diamati secara langsung (perilaku tertutup) dalam hubungannya dengan realitas ekternal di luar dirinya. 2. Jiwa Menurut Aliran-Aliran Dalam Psikologi Bertolak dari pengertian bahwa psikologi sebagai ilmu yang menelaah perilaku manusia, para ahli psikologi umumnya berpandangan bahwa kondisi ragawi, kualitas kejiwaan dan situasi lingkungan merupakan penentu-penentu utama perilaku dan corak kepribadian manusia. 9 Berangkat dari sinilah maka psikologi merupakan alat untuk mengetahui jiwa manusia yang sesungguhnya. Sampai dengan penghujung abad dua puluh ini terdapat empat aliran besar psikologi, yaitu: a) Psikoanalisis (Psychoanalysis) b) Psikologi Perilaku (Behavior Psychology) c) Psikologi Humanistik (Humanistic Psychology) d) Psikologi Transpersonal (Transpersonal Psychology) Masing-masing aliran meninjau manusia dari sudut pandang berlainan, dan dengan metodologi tertentu berhasil menentukan berbagai dimensi dan asas tentang kehidupan manusia, kemudian membangun teori dan 8 Ibid, hlm Hanna Djumhana Bastaman, Op. Cit, hlm. 49

5 15 filsafat mengenai manusia. 10 Walaupun sebenarnya banyak sekali aliranaliran lain dalam psikologi, 11 namun dalam sejarah perkembangannya hanya empat aliran tersebut di ataslah yang mendapat tempat dan apresiasi yang menyebabkan keempat aliran tersebut tetap eksis sampai dengan sekarang. Adapun konsep manusia menurut keempat aliran tersebut adalah sebagai berikut ini: 1) Mazhab Psikoanalisa berpendapat bahwa manusia adalah mahluk yang dikuasai oleh sistem unconsciousnes (ketidaksadaran) dalam diri manusia. Menurut Sigmund Freud, -tokoh pendiri Psikoanalisastruktur jiwa manusia terdiri dari tiga sistem dasar yaitu id, ego dan superego. 12 Id berisi dorongan-dorongan biologis, ego berisi kesadaran terhadap realitas kehidupan, dan superego berisi kesadaran normatif, yang semuanya berinteraksi satu sama lain dan masing-masing memiliki fungsi dan mekanisme yang khas. 13 Sementara itu, psikis manusia juga memiliki tiga strata kesadaran yaitu consciousnes (kesadaran), preconsciousnes (ambang sadar), dan unconsciousnes (ketidaksadaran). 14 Psikoanalisa yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud pada tahun 1909, dikenal dengan teorinya mengenai alam ketidaksadaran. Teori ini merupakan penemuan baru disaat itu, karena selama itu para ahli 10 Ibid. 11 Aliran-aliran dalam psikologi yang lain diantaranya; Strukturalisme (William Wundt ), Fungsionalisme (William James ), Assosiasionisme (Thomas Hobbes ), Hormic Psychology (William Mc. Dougall ), dan Gestalt Psychology/Configurationisme (Max Wertheimer ). (Singgih Dirgayunarsa, Pengantar Psikologi, Jakarta: Mutiara, 1983, hlm. 3) 12 Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami,; Studi Tentang Elemen Psikologi Dari Al- Qur an, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, hlm Hanna Djumhana Bastaman. Op. Cit. hlm Baharuddin. Loc. Cit.

6 16 hanya sibuk dengan alam kesadaran sebagaimana yang nyata dalam teori-teori lain yang berlaku disaat itu. 15 2) Aliran Behaviorisme atau aliran psikologi S-R adalah aliran yang khususnya terdapat di Amerika Serikat. Aliran ini dikemukakan oleh John. B. Watson ( ). Ia menentang pendapat yang umum berlaku saat itu bahwa dalam eksperimen-eksperimen psikologi diperlukan introspeksi. Introspeksi yang berarti mengamati perasaan sendiri, digunakan dalam eksperimen-eksperimen di laboratorium Wundt untuk mengetahui ada atau tidaknya perasaan-perasaan dalam diri orang yang diperiksa. 16 Diantara tokoh utama dalam Behaviorisme adalah Burrhus Frederic Skinner ( ). Dalam analisisnya, dia membuat tiga asumsi dasar. Pertama, bahwa perilaku terjadi menurut hukum (behavior can be controlled). Memang manusia yang berperasaan dan berfikir, namun dia tidak mencari penyebab tingkah laku itu pada jiwa, bahkan menolak alasan-alasan yang menjelaskan perilaku manusia dikendalikan oleh pikiran dan perasaan. Kedua, perilaku hanya dapat dijelaskan berkenaan dengan kejadian atau situasi-situasi antiseden yang dapat diamati. Dia berpegang teguh pada pendirian deterministik dan meneliti sebab-sebab perilaku yang dapat diamati. Ketiga, perilaku manusia tidak ditentukan oleh pilihan individual. Perilaku dan kepribadian manusia ditentukan oleh kejadian-kejadian masa lalu dan sekarang dalam dunia objektif. 17 3) Sementara itu, aliran psikologi Humanistik memandang manusia sebagai satu kesatuan yang utuh antara raga, jiwa dan spiritual. 15 Sarlito Wirawan Sarwono, Op. Cit, hlm Ibid, hlm Baharuddin, Op. Cit, hlm

7 17 Menurut Humanistik, susunan struktur psikis manusia terdiri dari dimensi somatis (raga), psikis (kejiwaan) dan neotik (kerohanian) atau disebut juga dengan dimensi spiritual. Hanna Djumhana Bastaman dalam mengomentari makna dimensi spiritual dalam psikologi Humanistik ini menguraikan bahwa pengertiannya sama sekali tidak mengandung konotasi agama, tetapi dimensi ini diyakini sebagai inti kemanusiaan dan merupakan sumber makna hidup dan potensi dari berbagai kemampuan dan sifat luhur manusia yang luar biasa, yang sejauh ini masih terabaikan dalam kajian psikologi. 18 Psikologi Humanistik berasumsi bahwa manusia memiliki potensi yang baik. Psikologi ini memusatkan perhatiannya untuk menelaah kualitas-kualitas insani, yaitu sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia yang melekat pada eksistensi manusia, seperti kemampuan abstraksi, daya analisis dan sinthesis, imajinasi, relatifitas, kebebasan berkehendak, tanggung jawab, aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan pribadi, sikap etis, rasa estetika dan lain-lain. Kualitas-kualitas ini merupakan ciri khas manusia, dan tidak dimiliki oleh makhluk lain semisal binatang. Kecuali itu, psikologi Humanistik memandang manusia sebagai pemilik otoritas atas dirinya sendiri. Asumsi ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang sadar, mandiri, pelaku aktif, yang dapat menentukan hampir segala tingkah lakunya. 19 Psikologi Humanistik menganggap bahwa hasrat untuk hidup bermakna adalah motivasi utama manusia. Bila seseorang berhasil memenuhinya maka akan menjadikan hidupnya bermakna dan 18 Ibid, hlm Ibid, hlm. 176

8 18 bahagia. Sebaliknya, bila ia tak berhasil memenuhi arti hidupnya, maka akan menyebabkan hidupnya hampa tak bermakna. 20 Jadi, Psikologi Humanistik ini memandang bahwa manusia-lah yang mempunyai kehendak bebas atas dirinya, jadi tidak deterministik seperti dalam pandangan Psikoanalisa dan Behaviorime. 4) Psikologi Transpersonal adalah pengembangan dari psikologi Humanistik. Tokoh-tokoh perintis psikologi Transpersonal adalah pemuka-pemuka dalam psikologi Humanistik. Nama-nama seperti Abraham Harold Maslow, Antony Sutich, dan Charles Taart merupakan pemuka aliran psikologi Humanistik yang menjadi perintis psikologi Transpersonal. 21 Psikologi Transpersonal seperti halnya psikologi Humanistik, menaruh perhatian pada dimensi spiritual manusia yang ternyata mengandung berbagai potensi dan kemampuan luar biasa yang sejauh ini terabaikan dari telaah psikologi kontemporer. Bedanya adalah psikologi Humanistik lebih memanfaatkan potensi-potensi ini untuk meningkatkan hubungan antar manusia, sedangkan psikologi Transpersonal lebih tertarik untuk meneliti pengalaman subjektiftransendental, serta pengalaman luar biasa dari potensi-potensi spiritual ini. 22 Dua hal penting yang menjadi sasaran psikologi Transpersonal yaitu potensi-potensi luhur batin manusia (human highest potentials) dan fenomena kesadaran manusia (human states of consciousnes). Potensi-potensi luhur adalah potensi-potensi yang bersifat spiritual, seperti transendensi diri, keruhanian, dimensi di atas alam kesadaran, 20 Hanna Djumhana Bastaman, Op. Cit, hlm Baharuddin, Op.Cit, hlm Hanna Djumhana Bastaman, Op. Cit, hlm. 54

9 19 pengalaman mistik, daya-daya batin, dan praktek-praktek keagamaan di kawasan dunia timur. Sedangkan fenomena kesadaran manusia adalah pengalaman seseorang melewati batas-batas kesadaran biasa, misalnya pengalaman alih dimensi, memasuki alam-alam kebatinan, kesatuan mistik, komunikasi batiniah, pengalaman meditasi, dan lain-lain. 23 Psikologi Transpersonal ini mungkin mendasarkan teorinya atas pengalaman dan pengetahuan yang didapat oleh seseorang dalam bermeditasi, kontemplasi, yoga, latihan pernafasan, dan latihan kerohanian lainnya. B. Konsep Id Telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya, bahwa ada banyak sekali aliran dalam psikologi yang semuanya mencoba untuk mengetahui jiwa manusia berdasarkan perilakunya yang meliputi gejala-gejala kejiwaan, khususnya kondisi, proses dan fungsi-fungsi kejiwaan manusia. Oleh karena itu, pembahasan ini akan lebih spesifik pada satu konsep saja yaitu id. Dan struktur kejiwaan yang akan dijelaskan nantinya akan mengacu pada satu aliran dalam psikologi, yaitu Psikoanalisa. 1. Pengertian Id J. P. Chaplin dalam bukunya Dictionary of Psychology yang diterjemahkan oleh Kartini Kartono, menjelaskan bahwa id adalah bagian dari jiwa atau psiche yang menjadi tempat kedudukan bagi libido. Dari id ini muncul impuls-impuls animalistis atau hewani dan khaotis yang menuntut pemuasan. Id tidak berhubungan dengan dunia luar, hanya berkontak dengan tubuh. Karena itu memusatkan tuntutannya kepada 23 Baharuddin, Op. Cit, hlm

10 20 tubuh sendiri. Id keseluruhannya dikuasai oleh prinsip-prinsip kesenangan dan berusaha untuk memaksa ego yang dikuasai oleh prinsip realitas untuk mengabulkan segala keinginannya, tanpa memandang konsekwensinya Struktur Kejiwaan Dalam Kajian Psikoanalisa Menurut Psikoanalisa, -tokohnya yaitu Sigmund Freud 25 -, struktur psikis manusia terdiri dari tiga sistem, yaitu id, ego dan superego. Id berisikan dorongan-dorongan instink biologis dan pengalamanpengalaman traumatis pada masa kanak-kanak; ego merupakan kesadaran terhadap realitas kehidupan; dan superego merupakan kesadaran normatif. Sementara itu psikis manusia memiliki tiga strata kesadaran, yaitu consciousnes (kesadaran), pre consciousnes (ambang sadar/pra sadar) dan unconsciousnes (ketidaksadaran). 26 Cara pandang Psikoanalisa dalam menganalisa jiwa manusia adalah secara vertikal ke bawah, sehingga Psikoanalisa disebut juga dengan depth psychology, yaitu cara pandang struktur jiwa manusia secara vertikal ke bawah, atau dengan istilah populernya top down. Berdasarkan itu, maka susunan struktur jiwa manusia masing-masing dari atas ke bawah adalah; concious (kesadaran), preconcious (pra sadar) dan unconcious (ketidaksadaran). Sejalan dengan itu, maka susunan dimensi-dimensi jiwa juga berturut-turut ke bawah adalah: superego, ego dan id J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Terj. Kartini Kartono, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hlm Pendiri dan penentu Psikoanalisa adalah Sigmund Freud ( ), seorang neurolog berasal dari Austria, keturunan Yahudi. Berangkat dari pengalaman dengan para pasien, Freud menemukan ragam dimensi dan prinsip-prinsip mengenai manusia yang kemudian menyusun teori psikologi yang sangat mendasar, majemuk, dan luas implikasinya di lingkungan ilmu-ilmu sosial, humaniora, filsafat, dan ilmu agama serta memberi ilham terhadap berbagai kreasi seni. (Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam; Menuju Psikologi Islami, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 1997, hlm. 49) 26 Baharuddin, Op. Cit, hlm Ibid.

11 21 3. Letak Id Dalam Struktur Kejiwaan Formulasi paling awal yang dibuat Freud tentang kekuatan represif menyamakan hal itu dengan sensor. Pikiran diibaratkan dengan tempat tinggal yang bertingkat tiga. Pada lantai paling atas tinggal para anggota keluarga kesadaran yang terhormat. Di bawahnya adalah orang-orang pra kesadaran yang tenang dan baik-baik yang diijinkan untuk mengunjungi tetangga yang tinggal di atasnya. Memang benar ada seorang polisi yang berjaga disetiap lantai, namun dia memiliki jiwa yang baik dan jarang menghalangi jalan bagi yang mau naik dan turun. Namun penghuni yang tinggal di lantai paling bawah adalah kelompok tidak tahu aturan yang suka huru-hara dan keributan yang selalu membuat gaduh saat melewati polisi yang berjaga di lantai yang menghubungkan mereka dengan para tetangga pra sadar. Sekali waktu ia akan menyelinap dengan menyamar sebagai orang baik-baik pada malam hari ketika para polisi sedang merasa santai. Polisi dalam hal ini adalah gambaran yang indah yang memakai kekuatan represif. 28 Adapun susunan atau struktur kejiwaan manusia menurut Psikoanalisa dapat ditampilkan dalam skema sebagai berikut : Reuben Osborn, Marxisme Dan Psikoanalisis, Terj. Tim Alenia, Jogjakarta: Alenia, 2005, hlm. 7

12 22 Keterangan : 1. : Conscious (kesadaran) dan superego 2. : Preconscious (bawah sadar) dan ego 3. : Unconscious (ketidaksadaran) dan id 29 Ketidaksadaran adalah bagian yang terpenting dan yang paling banyak diuraikan dalam sistem kejiwaan Freud. Bagian ini berisi prosesproses yang tidak disadari, akan tetapi tetap berpengaruh pada tingkah laku orang yang bersangkutan. Proses yang tidak disadari itu dinamakan proses primer dan ditandai emosi, keinginan-keinginan (desire) dan instink. Realitas tidak mendapat tempat dalam ketidaksadaran. 30 Salah satu penemuan besar Psikoanalisa adalah adanya kehidupan tak sadar pada manusia. Selama ini diyakini para ilmuwan bahwa manusia adalah makhluk rasional yang sepenuhnya sadar akan segala perilakunya. Ketidaksadaran ini adalah segi pengalaman yang tidak pernah kita sadari (karena terjadi pada tahap perkembangan di mana kita belum berbahasa atau karena berlangsung cepat sekali maupun terjadi di luar pusat perhatian kita) atau kita repres (secara tidak sadar tidak ingin kita sadari karena kita anggap mengganggu diri kita). Bagi Freud, ketidaksadaran merupakan salah satu inti pokok atau tiang pasak teorinya. Segi-segi terpenting perilaku manusia justru ditentukan oleh alam tidak sadarnya. Ia membayangkan kesadaran manusia sebagai gunung es, di mana hanya sebagian kecil saja yaitu puncak teratasnya yang tampak terapung di laut. Sebagian besar badan gunung es tersebut terendam di bawah permukaan laut. Bagian yang terendam ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu: bagian pra sadar yang dengan usaha dapat kita angkat ke kesadaran dan bagian tidak sadar yang hanya muncul dalam perbuatan-perbuatan tidak sengaja, 29 Baharuddin, Op. Cit, hlm Marvin E. Shaw dan Philip R. Costanzo, Teori-Teori Psikologi Sosial, Terj. Sarlito Wirawan Sarwono, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, hlm. 121

13 23 fantasi, khayalan, mimpi, mitos, dongeng dan sebagainya. Cara membagi psiche manusia secara ini disebut juga penggambaran psiche secara topografis. 31 Id berada dalam wilayah unconsciousnes (ketidaksadaran). Id ini merupakan dimensi jiwa yang mengandung instink-instink bawaan, nafsunafsu primer, pengalaman-pengalaman traumatis masa kanak-kanak yang ditekan ke dalam wilayah ketidaksadaran, dan merupakan sumber bagi energi psikis ego dan superego. Id berbentuk semacam energi awal, asli, spontan, impulsif, irrasional dan mencari kepentingan sendiri. Id berorientasi kepada kenikmatan dan menghindari serta menolak hal-hal yang tidak mengenakkan Hubungan Id Dengan Unsur Kejiwaan Lain Konsep id diperkenalkan dengan mengacu pada aspek-aspek ketidaksadaran kehidupan mental yang sangat bertentangan dengan standar-standar kesadaran yang diperoleh dari individu dari kehidupan sosial dan keluarga. Id adalah id, sesuatu yang menjalar dalam diri kita pada saat kita merasa terpaksa bertindak tidak sesuai dengan standar yang diakui oleh masyarakat. 33 Id adalah segi kepribadian tertua, sistem kepribadian pertama, ada sejak lahir (bahkan mungkin sebelum lahir), diturunkan secara genetis, langsung berkaitan dengan dorongan-dorongan biologis manusia dan merupakan sumber atau cadangan energi manusia, sehingga dikatakan juga oleh Freud sebagai jembatan antara segi biologis dan psikis manusia. Id bekerja berdasarkan prinsip-prinsip yang amat primitif, sehingga 31 Anggadewi Maesono (Ed), Psikoanalisis Dan Sastra, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003, hlm Baharuddin, Loc. Cit. 33 Reuben Osborn, Op. Cit, hlm. 8-9

14 24 bersifat kaotik (kacau, tanpa aturan), tidak mengenal moral, tidak memiliki rasa benar salah. Satu-satunya yang diketahui id adalah perasaan senang tidak senang, sehingga dikatakan bahwa id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan (plesure principle). 34 Id adalah kebutuhan dan emosi yang tidak tertata, tidak konsisten, kadang tidak dikenal, dan bahkan bersifat anti sosial yang melekat pada tubuh kita. 35 Organisme manusia yang seluruhnya berada dalam kekuasaan dorongan naluri id akan dengan segera mendapatkan kesulitan pada akhirnya musnah. Karena dunia luar tidak dengan segera memberikan kepuasan terhadap hasrat kita. Kita harus belajar untuk menangguhkan kepuasan ini sampai kesempatan yang mendukung ada pada saat dapat dicapai dengan aman. 36 Untuk dapat bertahan hidup seseorang mutlak harus dapat membedakan mana yang khayal dan mana yang kenyataan, maka berkembanglah sistem kepribadian kedua, yaitu ego. 37 Ego adalah segi kepribadian yang harus tunduk pada id dan harus mencari dalam realitas apa yang dibutuhkan dan pereda ketegangan. Dengan demikian ego adalah segi kepribadian yang dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan serta mau menanggung ketegangan dalam batas tertentu. Berlawanan dengan id yang bekerja berdasarkan prinsip kesenangan, ego bekerja dengan berdasarkan prinsip realitas (reality principle), artinya ia dapat menunda pemuasan diri atau mencari bentuk pemuasan yang lain yang lebih sesuai dengan batasan lingkungan (fisik maupun sosial) dan hati nurani. Ego menjalankan proses sekunder (secondary process), artinya ia menggunakan kemampuan berpikir secara 34 Anggadewi Maesono, Loc. Cit 35 Benjamin Nelson (Ed), Freud Manusia Paling Berpengaruh Abad Ke-20, Terj. Yurni, Surabaya: Ikon Teralitera, 2003, hlm Reuben Osborn, Op. Cit, hlm Anggadewi Maesono, Op. Cit, hlm. 4

15 25 rasional dalam mencari pemecahan masalah terbaik. 38 Ego adalah sesuatu yang tertata, lebih atau kurang sadar dan lebih atau kurang konsisten terhadap prinsip dan prasangka yang secara bebas kita artikan sebagai self atau diri. 39 Karakteristik utama ego dapat disimpulkan sebagai berikut: ego menengahi antara id dan realitas eksternal. Walaupun hubungannya dengan id tetap pada batas ketidaksadaran, hubungannya dengan dunia eksternal adalah hubungan yang sadar. Hubungan itu diatur oleh prinsip realitas, suatu prinsip yang bertanggung jawab atas kemungkinan yang disajikan oleh dunia eksternal dibandingkan dengan prinsip kesenangan id. 40 Fungsi utama ego adalah pengetesan realitas (reality testing) atau belajar membedakan antara diri sendiri dan lingkungan serta menengahi antara tuntutan id dan tuntutan superego yang berwujud aspek-aspek moral dan kritis dari pribadi. 41 Namun, ego lahir pada awal kehidupan seseorang, ketika ikatan emosional yang kuat antara orang tua dan anak sedang berada ada puncaknya. Ego dari seorang anak kecil terlalu lemah untuk sendirian menangani tuntutan id yang terlalu banyak. Ego itu harus mamperkuat diri dengan ijin dan wibawa dari orang tua. Perintah dan arahan dari orang tua secara eksternal diterapkan oleh anak, direproduksi dalam pikiran anak sebagai faktor penghambat yang kuat. Proses identifikasi terjadi di mana sikap orang tua dan standar perilaku sudah dihayati dalam pikiran anak. Itu adalah proses yang sangat rumit. Analoginya adalah seperti standar seseorang yang dicintai dan ditakuti sekaligus, dan terjadi pada tingkat 38 Ibid. 39 Benjamin Nelson (Ed), Loc. Cit. 40 Reuben Osborn, Op. Cit, hlm J. P. Chaplin, Op. Cit, hlm. 159

16 26 ketidaksadaran. Sikap orang tua yang sudah merasuk ini disebut oleh Freud dengan superego. Dengan demikian superego adalah modifikasi dari ego, ketika ego terlalu lemah untuk mengatasi masalah dan tuntutan baik dari id maupun dari realitas eksternal. Ini merupakan suatu representasi mental orang tua dan orang dewasa pada umumnya dalam pikiran. Representasi yang menurut Freud dianugerahkan dengan kualitas yang dibesar-besarkan di mana nampaknya orang tua, dalam pandangan anak, memiliki kualitas maha tahu dan hebat, kualitas yang memberikan wewenang yang tak bisa disangkal lagi. 42 Superego merupakan perwakilan dari berbagai nilai dan norma yang ada dalam masyarakat di mana individu itu hidup. Anak mengembangkan Superegonya melalui berbagai perintah dan larangan dari orang tuanya. Titik perkembangan yang amat penting dalam pembentukan superego adalah dilaluinya tahap oidipal dengan baik. Freud membagi superego dalam dua sub sistem, yaitu hati nurani dan ego ideal. Hati nurani diperoleh melalui penghukuman berbagai perilaku anak yang dinilai jelek oleh orang tua dan menjadi dasar bagi rasa bersalah (guilt feelings). Ego ideal adalah hasil pujian dan penghadiahan atas berbagai perilaku yang dinilai baik oleh orang tua. Anak mengejar keunggulan dan kebaikan dan bila berhasil akan memiliki nilai diri (self esteem) dan kebanggaan diri (pride). Berbeda dengan ego yang berpegang dengan prinsip realitas, superego yang memungkinkan manusia memiliki pengendalian diri (self control) selalu akan menuntut kesempurnaan manusia dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. 43 Jadi pada dasarnya hubungan antara id, ego dan superego itu saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Jika id itu berprinsip pada 42 Reuben Osborn, Op. Cit, hlm Anggadewi Maesono, Op. Cit, hlm. 4-5

17 27 kesenangan, ego berprinsip pada kenyataan, maka superego berprinsip pada kesempurnaan. Kesempurnaan yang sesuai dengan norma dan nilainilai dalam masyarakat di mana individu itu hidup, yang biasanya diperoleh individu tersebut dari proses belajar, identifikasi, asimilasi dan imitasi dari lingkungan sosial paling kecil, yaitu keluarga terutama orang tua. 5. Sifat Dan Kecenderungan Id Id mengacu pada tuntutan primitif dan naluriah sifat-sifat dasar manusia yang tidak terpengaruh pertimbangan-pertimbangan moral dan sosial. Karakteristik dari id, di mana Freud menempatkan tekanan khusus, terletak pada tuntutan tanpa syarat bagi kepuasan, irrasionalitas dan amoralitas. Id mengandung apa yang disebut dengan naluri hidup atau mati, yang merupakan kualitas rasial yang diwariskan dan menghubungkan kita dengan kerajaan binatang. Lebih lagi, pengalaman represif yang terlalu menyakitkan bagi kehidupan sadar bergabung dengan arus impuls id. Id dikuasai oleh prinsip kesenangan, yaitu karena hal tersebut menuntut kepuasan yang segera dan tanpa syarat dengan tidak mempertimbangkan adanya kesesuaian dengan waktu dan tempat. 44 Dalam garis besarnya, id mempunyai ciri-ciri: a priori (menang sendiri), self centered (egoistis), impulsif (tergesa-gesa, ingin senang), irrasional dan asosial. 45 Sedangkan kecenderungan id adalah condong ke arah pemenuhan kebutuhan dengan segera yang bertentangan dengan superego atau dalam hal ini berupa norma dan nilai yang berlaku pada suatu masyarakat tertentu. 44 Reuben Osborn, Op. Cit, hlm Sukanto, Op. Cit, hlm. 11

18 28

19 29

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah nafsu memang seringkali terdengar dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan juga sering menjadi tema dan bahan kajian dalam diskusi, dialog dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

SEJARAN DAN ALIRAN PSIKOLOGI. Pertemuan 4

SEJARAN DAN ALIRAN PSIKOLOGI. Pertemuan 4 SEJARAN DAN ALIRAN PSIKOLOGI Pertemuan 4 aprilia_tinalidyasari@yahoo.com SEJARAH PSIKOLOGI 1. Psikologi sebagai bagian dari filsafat obyeknya asal usul jiwa, ujud jiwa, akhir dan jadinya jiwa, hubungan

Lebih terperinci

SE S J E A J R A A R H DA D N A N A L A I L R I A R N A N PSI S KO K LOGI G Pertemuan 4

SE S J E A J R A A R H DA D N A N A L A I L R I A R N A N PSI S KO K LOGI G Pertemuan 4 SEJARAH DAN ALIRAN PSIKOLOGI Pertemuan 4 SEJARAH PSIKOLOGI 1. Psikologi sebagai bagian dari filsafat obyeknya asal usul jiwa, ujud jiwa, akhir dan jadinya jiwa, hubungan jasmani dan rohani Plato Aristoteles

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada.

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. PSIKOANALISIS Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. Obyek psikologi adalah kesadaran orang normal. Tugas

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI Subtitle MENGAPA INDIVIDU BERPERILAKU AGRESIF? PENDEKATAN-PENDEKATAN BIOLOGIS PSIKODINAMIKA BEHAVIOR HUMANISTIK KOGNITIF Memandang perilaku dari sudut pandang pemfungsian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD

RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD 1 A. Pengantar RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD Oleh: D. Tiala Berbicara mengenai Psikoanalisis, maka kita tidak akan terlepas dari nama seorang tokoh klasik terkenal, yaitu

Lebih terperinci

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK 31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com

Lebih terperinci

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI Pendekatan Psikoanalisa Tokoh : Sigmund Freud Lahir di Moravia, 6 Mei 1856. Wafat di London, 23 September 1939 Buku : The Interpretation of Dreams (1900) Tokoh

Lebih terperinci

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek MODEL TERAPI KONSELING Teori dan Praktek Ragam model terapi konseling Terapi Psikoanalitik / Freud, Jung, Adler Terapi Eksistensial humanistik / May, Maslow, Frank Jourard Terapi Client-Centered / Carl

Lebih terperinci

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 137 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Konsep mimpi Sigmund Freud. Mimpi adalah produk psikis yang dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis. Dengan menganalisis mimpi maka dapat mengetahui

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Perilaku Manusia O L E H M U N A E R A W A T I, S. P S I, M. S I

Dasar-Dasar Perilaku Manusia O L E H M U N A E R A W A T I, S. P S I, M. S I Dasar-Dasar Perilaku Manusia O L E H M U N A E R A W A T I, S. P S I, M. S I Psikologi itu apa? Psikologi berasal dari dua kata dalam bahasa Latin yaitu psyche =jiwa dan logos =ilmu Psikologi adalah studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

Menyampah' dari Perspektif Psikologi (2) Marselius Sampe Tondok Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya

Menyampah' dari Perspektif Psikologi (2) Marselius Sampe Tondok Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya Menyampah' dari Perspektif Psikologi (2) Marselius Sampe Tondok Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya Dipublikasikan pada Harian Surabaya Post, 20 Juli 2008 Kalau pada edisi lalu kita membahas perilaku

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Saifullah, S. Ag., M. Ag NIP

Saifullah, S. Ag., M. Ag NIP Resume Penelitian PERSPEKTIF FREUD TENTANG AGAMA DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN Oleh: Saifullah, S. Ag., M. Ag NIP. 197204062001121001 Sumber Dana: DIPA IAIN Ar-Raniry Tahun 2011 LEMBAGA PENELITIAN

Lebih terperinci

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (precon scious), dan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa PSIKOLOGI UMUM 1 Aliran Psikoanalisa Sigmund Freud 3 sumber utama yang mempengaruhi gerakan Psikonalisa: 1. Ketidaksadaran Mental events mulai dari yang sama sekali tidak disadari sampai yang jelas disadari.

Lebih terperinci

DASAR DASAR PERILAKU SOSIAL

DASAR DASAR PERILAKU SOSIAL Modul ke: DASAR DASAR PERILAKU SOSIAL Hakekat manusia, pengertian motivasi, pendekatan dasar pada motivasi Fakultas Psikologi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung

Lebih terperinci

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Definisi dan Manfaat Psikologi Komunikasi Karakteristik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Sub disiplin Psikologi Bidang terapan Psikologi

PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Sub disiplin Psikologi Bidang terapan Psikologi PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Pendekatan Biologi-saraf Pendekatan Perilaku Pendekatan Kognitif Pendekatan Psikoanalitik Pendekatan Phenomenologi Sub disiplin Psikologi

Lebih terperinci

Pengenalan Konsep Kognitif 1

Pengenalan Konsep Kognitif 1 Pengenalan Konsep Kognitif 1 Kognisi merupakan aktivitas mental pengetahuan, yang melibatkan perolehan, penyimpanan, pencarian, dan penggunaan. Menurut Matlin, kognisi membicarakan tentang proses-proses

Lebih terperinci

PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME

PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Psychoanalysis Therapy

Lebih terperinci

Pengertian Psikologi

Pengertian Psikologi 1 Pengertian psyche Pengertian Psikologi Psikologi berasal dari kata Yunani psyche yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi berarti : ilmu yang mempelajari tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya tulis, namun yang lebih penting dari tulisan tersebut adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya sastra bukan

Lebih terperinci

UNESA, GROWING WITH CHARACTER BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNESA, GROWING WITH CHARACTER BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori Gestalt telah berkembang sejak sekitar abad Ke 19. Dimulai dengan Gestalt I, kemudian berkembang terus hingga menuju ke Gestalt II. Gestalt II ini kemudian memunculkan

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR (ISBD)

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR (ISBD) Universitas Negeri Jakarta ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR (ISBD) Unit Pelaksana Teknis UPT MKU UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2016 Universitas Negeri Jakarta MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan jiwa,tokoh utama, kecemasan, dan struktur kepribadian. 2.1.1 Pergolakan

Lebih terperinci

Teori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Teori Sigmund Freud. Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual. Fitriani, S. Psi., MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Modul ke: 08 Wahidah Fakultas PSIKOLOGI Teori Sigmund Freud Sejarah hidup, Struktur Kepribadian dan Perkembangan Psikoseksual Fitriani, S. Psi., MA. Program Studi PSIKOLOGI Bagian Isi Apa itu Kepribadian?

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM. Pertemuan 1

PSIKOLOGI UMUM. Pertemuan 1 PSIKOLOGI UMUM aprilia_tinalidyasari@uny.ac.id Pertemuan 1 Pengertian Psikologi UMUM Berasal dari kata PSIKOLOGI DAN UMUM PSIKOLOGI Berasal dari Kata Yunani Psyche: jiwa Logos: ilmu ; ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOGNITIF (Diringkas oleh Hanna Widjaya Dosen PPS Unpad Bandung)

PSIKOLOGI KOGNITIF (Diringkas oleh Hanna Widjaya Dosen PPS Unpad Bandung) PSIKOLOGI KOGNITIF (Diringkas oleh Hanna Widjaya Dosen PPS Unpad Bandung) BUKU: COGNITION 3rd Ed. 1994 Margaret W. Matlin Harcourt Brace Publishers KOGNISI? Aktivitas Mental Melibatkan: Perolehan Penyimpanan

Lebih terperinci

Persepsi, Memori, Daya Bayang, Bahasa, Penyelesaian Masalah, Pemahaman/Penalaran, Pmbuatan Keputusan

Persepsi, Memori, Daya Bayang, Bahasa, Penyelesaian Masalah, Pemahaman/Penalaran, Pmbuatan Keputusan PSIKOLOGI KOGNITIF BUKU: COGNITION 3rd Ed. 1994 Margaret W. Matlin Harcourt Brace Publishers KOGNISI? Aktivitas Mental Melibatkan: Perolehan Penyimpanan Pencarian Penggunaan Pengetahuan MATLIN Membicarakan:

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM. Lidyasari, M.Pd. Pertemuan 1

PSIKOLOGI UMUM. Lidyasari, M.Pd. Pertemuan 1 PSIKOLOGI UMUM Oleh: Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd Pertemuan 1 Pengertian PsikologiUMUM Berasal dari kata PSIKOLOGI DAN UMUM PSIKOLOGI Berasal dari Kata Yunani Psyche: jiwa Logos: ilmu ; ilmuyang mempelajaritentang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Penelitian ini memaparkan penelitian dan analisis terdahulu tentang analisis psikologi sastra yang sudah didokumentasikan sehingga memberikan

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan pembahasan mengenai pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,

Lebih terperinci

Menyampah' dari Perspektif Psikologi (1) Marselius Sampe Tondok Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya

Menyampah' dari Perspektif Psikologi (1) Marselius Sampe Tondok Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya Menyampah' dari Perspektif Psikologi (1) Marselius Sampe Tondok Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya Dipublikasikan pada Harian Surabaya Post, 13 Juli 2008 Beberapa waktu yang lalu, saya menunggu kedatangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan dirinya di tengah-tengah masyarakat. Setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat kemanusiaan,

Lebih terperinci

MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG

MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG 1. Hakekat Perilaku Menyimpang Sebelum masuk ke dalam materi perubahan sosial budaya, saudara dapat menyaksikan video terkait dengan perilaku menyimpang di masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. didapatkan keterkaitan dalam membuka dan menjelaskan penelitian ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. didapatkan keterkaitan dalam membuka dan menjelaskan penelitian ini. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk sedikit mengkaitkan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sehingga nantinya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA A. Pendekatan Psikoanalisis Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmund Freud pada tahun 1896. Dia mengemukakan bahwa struktur kejiwaan manusia

Lebih terperinci

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN TEORI TEORI BELAJAR Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Kappa hasil karya Akutagawa Ryunosuke selesai ditulis pada tanggal 11 Februari 1927.

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke:

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Ringkasan Sejarah dan Aliran Psikologi Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Definisi Psikologi

Lebih terperinci

DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN

DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN MANUSIA DAN KEPRIBADIAN DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia tersebut. Ciri-ciri watak seseorang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari

BAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Psikologi Sosial Kata psikologi mengandung kata psyche yang dalam bahasa Yunani berarti jiwa dan kata logos yang dapat diterjemahkan dengan kata ilmu. Dengan demikian, istilah

Lebih terperinci

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya)

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios,

Lebih terperinci

Generasi Santun. Buku 1A. Timothy Athanasios

Generasi Santun. Buku 1A. Timothy Athanasios Generasi Santun Buku 1A Timothy Athanasios Teori Nilai PENDAHULUAN Seorang pendidik terpanggil untuk turut mengambil bagian dalam menumbuhkembangkan manusia Indonesia yang utuh, berakhlak suci, dan berbudi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENGANTAR DAN TEORI ALIRAN BEHAVIOUR

PENGANTAR DAN TEORI ALIRAN BEHAVIOUR PENGANTAR DAN TEORI ALIRAN BEHAVIOUR A. KONSEP & LINGKUP PSIKOLOGI KEPRIBADIAN Sebuah teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sekitar apa, bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

Carl Jung. Analytical Psychology. Asumsi

Carl Jung. Analytical Psychology. Asumsi Carl Jung Analytical Psychology Asumsi Fenomena yang berhubungan dengan kekuatan gaib atau magis (Occult) yang diturunkan oleh leluhur bisa dan memang berpengaruh pada kehidupan manusia Manusai bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

M O D U L A) APA ITU PSIKOLOGI? Kode Mata Kuliah : M P B

M O D U L A) APA ITU PSIKOLOGI? Kode Mata Kuliah : M P B M O D U L Kode Mata Kuliah : M P B Bobot S K S : 3 SKS Dosen Pengampu : Firman T. Rahman, S.Sos, M.Si Nama Mata kuliah : Pengantar Psikologi Topik/Pokok Bahasan : Tentang Psikologi Pokok-Pokok Perkuliahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra selalu identik dengan ungkapan perasaan dan pikiran pengarang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra selalu identik dengan ungkapan perasaan dan pikiran pengarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra selalu identik dengan ungkapan perasaan dan pikiran pengarang tentang hidup. Karya sastra yang diciptakan seorang pengarang adalah gambaran dan kepekaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. detail yang berbeda. Nilai berasal dari bahasa latin, dari kata value

BAB I PENDAHULUHAN. detail yang berbeda. Nilai berasal dari bahasa latin, dari kata value BAB I PENDAHULUHAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kata moral sering dipakai dengan pengertian yang lain yaitu budi pekerti, akhlak, nilai etika dan sebagainya, meskipun satu dengan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Sejarah & Perkembangan Ilmu Psikologi

PSIKOLOGI UMUM 1. Sejarah & Perkembangan Ilmu Psikologi PSIKOLOGI UMUM 1 Sejarah & Perkembangan Ilmu Psikologi Gambaran Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : PSI-101 Semester/Tahun Ajaran : I, 2014/2015 Syarat Untuk MK : Psikologi Umum 2 Jumlah SKS : 3 SKS Waktu Pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum diawali dalam suatu keluarga, orangtua yang bertanggung jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang diekspresikan dalam wujud media tulis. Untuk itu, karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Transseksual merupakan permasalahan yang kompleks. Di satu sisi, di

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Transseksual merupakan permasalahan yang kompleks. Di satu sisi, di BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Transseksual merupakan permasalahan yang kompleks. Di satu sisi, di wilayah publik transseksual dipandang sebagai perbuatan yang melanggar hukum, tabu, dan dosa. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial karena merupakan bagian dari masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintaspun pasti

Lebih terperinci

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI MODUL PERKULIAHAN ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI Manusia sebagai Pelaku Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Broadcasting Sofia Aunul Abstract Pemahaman komunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

Modul ke: Psikologi Sosial I. Fakultas Psikologi. Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi

Modul ke: Psikologi Sosial I. Fakultas Psikologi. Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi Modul ke: 01 Setiawati Fakultas Psikologi Psikologi Sosial I Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi Perkenalan Setiawati Intan Savitri, S.P. M.Si Mengajar di UMB dua matakuliah: Sosiologi dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009 BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup

Lebih terperinci

Psikologi: Definisi, Sejarah, dan Metode

Psikologi: Definisi, Sejarah, dan Metode Modul 1 Psikologi: Definisi, Sejarah, dan Metode Dra. Nina Ariyani Martini, M.Lib. M PENDAHULUAN odul 1 ini menyajikan pembahasan tentang definisi psikologi, sejarah perkembangan psikologi serta metode-metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra pada dasarnya mengungkapkan kejadian, namun kejadian tersebut bukanlah fakta yang sesungguhnya melainkan fakta dari hasil pemikiran pengarang. Pengarang

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING

PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING Esensi Konseling Suatu proses hubungan untuk membantu orang lain, yang terbangun dalam suatu hubungan tatap muka antara dua orang individu (klien yang menghadapi

Lebih terperinci

Modul 7 PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA USIA DEWASA

Modul 7 PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA USIA DEWASA Perkembangan Jiwa Agama Pada Usia Dewasa Modul 7 PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA USIA DEWASA PENDAHULUAN Psikologi Agama pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) disajikan untuk membantu mahasiswa memahami

Lebih terperinci

MANUSIA DAN BUDAYA. A. MANUSIA 1. Pengertian Manusia. Ringkasan Tugas Ilmu Budaya Dasar:

MANUSIA DAN BUDAYA. A. MANUSIA 1. Pengertian Manusia. Ringkasan Tugas Ilmu Budaya Dasar: MANUSIA DAN BUDAYA Ringkasan Tugas Ilmu Budaya Dasar: A. MANUSIA 1. Pengertian Manusia Makhluk Yang Tidak Bisa Hidup Sendiri. Ilmu Filsafat Memandang Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya Yang Diciptakan Tuhan

Lebih terperinci

Sifat Kodrat Manusia. Unsur-unsur Hakekat Manusia:

Sifat Kodrat Manusia. Unsur-unsur Hakekat Manusia: NENI KURNIAWATI Sifat Kodrat Manusia Unsur-unsur Hakekat Manusia: 1. Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga 2. Sifat kodrat manusia terdiri atas mahluk individu dan sosial 3. Kedudukan kodrat

Lebih terperinci

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PERENIALISME Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad 20. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang

Lebih terperinci

Carl Rogers, Abraham Maslow

Carl Rogers, Abraham Maslow Ursa Majorsy Mazhab Humanistik 3 Carl Rogers, Abraham Maslow Psikologi Umum 1 Aliran humanistik muncul pada tahun 1940-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behavioristik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya

Lebih terperinci

ALIRAN FUNGSIONALISME

ALIRAN FUNGSIONALISME ALIRAN FUNGSIONALISME Aliran fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang pernah sangat dominan pada masanya, dan merupakan hal penting yang patut dibahas dalam mempelajari psikologi. Pendekatan fungsionalisme

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Pengantar Memahami Teori Perkembangan Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Kajian Perkembangan Manusia Apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga ( 漫画 ) merupakan komik yang dibuat di Jepang. Kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang, sesuai dengan gaya yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang sangat. kompleks karena ada banyak aspek yang bisa diulas,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang sangat. kompleks karena ada banyak aspek yang bisa diulas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk yang sangat kompleks karena ada banyak aspek yang bisa diulas, dianalisa, dan diteliti. Manusia juga merupakan makhluk yang utuh. Walaupun banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak dikemudian hari. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan waktu kecil

BAB I PENDAHULUAN. anak dikemudian hari. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan waktu kecil BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan secara umum diawali dalam suatu keluarga, orang tua yang bertanggung jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya, karena pengaruh yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan 1.1 Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN Manusia dengan memiliki akal menjadikannya mahluk yang sempurna, sehingga dapat berkehendak melebihi potensi yang dimiliki oleh mahluk lainnya, hal tersebut

Lebih terperinci

Karakteristik manusia komunikan. Rahmawati Z

Karakteristik manusia komunikan. Rahmawati Z Karakteristik manusia komunikan Rahmawati Z Kenalilah Dirimu. Pemeran utama dalam proses komunikasi adalah manusia. Sebagai psikolog, kita memandang komunikasi justru pada perilaku manusia komunikasi.

Lebih terperinci

Pendekatan-Pendekatan Psikologi Kepribadian. Adhyatman Prabowo, M.Psi

Pendekatan-Pendekatan Psikologi Kepribadian. Adhyatman Prabowo, M.Psi Pendekatan-Pendekatan Psikologi Kepribadian Adhyatman Prabowo, M.Psi Psikoanalisa Ego (Neo analisis) Behavioristik Kognitif Trait Humanistik Psikoanalisa Analogi: Manusia dipandang sebagai sekumpulan dorongan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI Setelah memaparkan hal-hal yang menjadi dasar penulisan skripsi ini pada Bab I, maka pada Bab II akan diulas mengenai kajian pustaka, konsep penulisan skripsi,

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL MENITI LANGKAH KARYA SUTRI YANINGSIH MANIK DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL MENITI LANGKAH KARYA SUTRI YANINGSIH MANIK DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL MENITI LANGKAH KARYA SUTRI YANINGSIH MANIK DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Endang WidyasTuty Pratiwi Program Studi Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci