KARAKTERISTIK ASAM AMINO LINTAH LAUT (Discodoris sp.) ASAL PERAIRAN KEPULAUAN BELITUNG EFGA AMARTYA REZFANNI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISTIK ASAM AMINO LINTAH LAUT (Discodoris sp.) ASAL PERAIRAN KEPULAUAN BELITUNG EFGA AMARTYA REZFANNI"

Transkripsi

1 KARAKTERISTIK ASAM AMINO LINTAH LAUT (Discodoris sp.) ASAL PERAIRAN KEPULAUAN BELITUNG EFGA AMARTYA REZFANNI DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN EFGA AMARTYA REZFANNI. C Karakteristik Asam Amino Lintah Laut (Discodoris sp.) asal Perairan Kepulauan Belitung. Dibimbing oleh NURJANAH dan AGOES M. JACOEB. Lintah laut (Discodoris sp.) merupakan salah satu biota laut yang sampai saat ini belum termanfaatkan secara optimal. Lintah laut biasanya hidup di perairan dangkal berpasir serta terumbu karang hingga di dasar laut. Salah satu kandungan gizi yang belum diketahui adalah jenis dan jumlah asam amino yang terkandung di dalam lintah laut, sehingga perlu diadakan penelitian guna mengetahui jenis dan jumlah asam amino yang terdapat pada lintah laut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis dan jumlah asam amino yang terdapat pada daging dan jeroan lintah laut (Discodoris sp.). Komposisi kimia lintah laut diuji dengan metode termogravimetri, soxhlet dan kjeldahl berdasarkan AOAC Pengujian asam amino pada daging dan jeroan lintah laut diuji menggunakan metode HPLC (High Performanced Liquid Chromatografy) yang mengacu AOAC Komposisi kimia daging lintah laut terdiri atas kadar air 10,59%, abu 9,93%, abu tidak larut asam 0,49%, lemak 2,19%, protein 54,15%, dan karbohidrat 21,77%. Jeroan lintah laut mengandung kadar air sebesar 5,66%, abu 22,41%, abu tidak larut asam 6,48%, lemak 5,57%, protein 41,67% dan karbohidrat 20,45%. Daging dan jeroan lintah laut mengandung 17 asam amino yang terdiri atas 9 asam amino esensial dan 8 asam amino non esensial. Kandungan asam amino esensial yang paling tinggi pada daging dan jeroan lintah laut adalah leusin, yaitu sebesar 134,8 mg/g dan 18,9 mg/g. Asam glutamat merupakan asam amino non esensial yang paling tinggi pada daging dan jeroan lintah laut. Kadar asam glutamat pada daging dan jeroan lintah laut adalah 25,7 mg/g dan 26,8 mg/g. Kandungan taurin pada daging dan jeroan lintah laut sebesar 2,8 mg/g dan 2,7 mg/g. Asam amino pembatas pada daging dan jeroan lintah laut kering adalah sistein dengan nilai masing-masing 3,4 mg/g dan 4,0 mg/g. Asam amino esensial pembatas pada daging dan jeroan lintah laut kering adalah fenilalanin dengan nilai masing-masing adalah 4,6 mg/g dan 4,8 mg/g. Dua jenis protein yang terbatas dalam asam amino yang berbeda, bila dimakan secara bersamaan di dalam tubuh dapat menjadi susunan protein yang lengkap.

3 KARAKTERISTIK ASAM AMINO LINTAH LAUT (Discodoris sp.) ASAL PERAIRAN KEPULAUAN BELITUNG Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Oleh: EFGA AMARTYA REZFANNI C DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

4 Judul Skripsi :KARAKTERISTIK ASAM AMINO LINTAH LAUT (Discodoris sp.) ASAL PERAIRAN KEPULAUAN BELITUNG Nama NRP : Efga Amartya Rezfanni : C Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Nurjanah, MS. NIP Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb, Dipl.-Biol. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhil. NIP Tanggal Lulus :.

5 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Karakteristik Asam Amino Lintah Laut (Discodoris sp.) asal Perairan Kepulauan Belitung adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010 Efga Amartya Rezfanni C

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Bukittinggi pada tanggal 02 Juni 1988 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Edi Busti dan Widiarti. Penulis menempuh pendidikan formal dimulai dari SD 06 Balai-balai, Padang Panjang dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri I Padang Panjang dan lulus pada tahun Pendidikan selanjutnya ditempuh di SMA Negeri I Padang Panjang dan lulus pada tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2006 melalui jalur USMI. Setelah satu tahun mengikuti pendidikan Tingkat Persiapan Bersama, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Perairan (THP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan, seperti menjadi staf Hubungan Luar Komunikasi Himpunan Mahasiswa Hasil Perikanan (HIMASILKAN) tahun , dan sekretaris Himpunan Mahasiswa Hasil Perikanan (HIMASILKAN) tahun Selain itu penulis juga menjadi asisten praktikum mata kuliah ikhtiologi tahun Sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana, penulis melakukan penelitian yang berjudul Karakteristik Asam Amino Lintah Laut (Discodoris sp.) asal Perairan Kepulauan Belitung yang dibimbing oleh Dr. Ir. Nurjanah, MS. dan Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb, Dipl.-Biol.

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Karakteristik Asam Amino Lintah Laut (Discodoris sp.) asal Perairan Kepulauan Belitung. Skripsi hasil penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, terutama kepada : 1. Ibu Ir. Nurjanah, MS. dan Bapak Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb, Dipl.-Biol. selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan, pengarahan saran dan motivasi yang diberikan kepada penulis. 2. Ibu Asadatun Abdullah SPi, MSi, MSM. sebagai dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 3. Bapak Dr. Ir. Joko Santoso, MSi. selaku dosen pembimbing akademik atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis. 4. Bapak Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb, Dipl.-Biol. selaku ketua program studi S1 Departemen Teknologi Hasil Perairan. 5. Bapak Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhil. selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 6. Seluruh staff dosen, staff TU, staff laboratorium, dan staff penunjang lainnya, terima kasih atas kerja sama, bantuan, bimbingan, dan saran yang sangat berharga bagi penulis. 7. Ayahanda, ibunda serta adik-adikku tercinta atas segala doa, dukungan, dan semangat yang tiada henti kepada penulis. 8. Hendika Anridia, SPi. atas semangat, motivasi dan dukungannya selama menyelesaikan skripsi ini. 9. Tim lintah laut (Uti dan Reza) atas bantuan dan kebersamaannya dalam melaksanakan penelitian ini.

8 10. Aulia, Leli, Tika, Fau, Chubby, Mbak Nanda, Mbak Anggi, Ratna, Arin, Era, Aci, Nanang, Cece, Dede, Memey atas bantuan, semangat dan motivasi yang diberikan kepada penulis. 11. Teman teman seperjuanganku THP 43 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, persahabatan dan dukungan selama ini. 12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan nama satu persatu. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Bogor, Agustus 2010 Penulis

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Klasifikasi Lintah Laut (Discodoris sp.) Komposisi Kimia Lintah Laut Asam Amino Asam amino esensial Asam amino non esensial Taurin High Performance Liquid Chromatography (HPLC) METODOLOGI Waktu dan Tempat Pelaksanaan Alat dan Bahan Metode Penelitian Pengeringan sampel Analisis proksimat ) Analisis kadar air (AOAC 2005) ) Analisis kadar abu (AOAC 2005) ) Analisis kadar abu tidak larut asam (SNI ) ) Analisis kadar lemak (AOAC 2005) ) Analisis kadar protein (AOAC 1980) ) Analisis kadar karbohidrat (AOAC 2005) Analisis kandungan asam amino Analisis kandungan taurin HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Bahan Baku Proksimat Lintah Laut (Discodoris sp.) vii viii xi xii xiii

10 4.1.1 Kadar air Kadar abu Kadar abu tidak larut asam Kadar lemak Kadar protein Kadar karbohidrat Karakteristik Asam Amino Pemenuhan Kecukupan Gizi Asam Amino KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 44

11 DAFTAR GAMBAR No Halaman Gambar 1. Morfologi Discodoris sp Gambar 2. Struktur umum asam amino... 5 Gambar 3. Struktur taurin Gambar 4. Alur proses penggunaan HPLC Gambar 5. Kerangka penelitian Gambar 6. Daging lintah laut utuh (a) dan jeroan lintah laut utuh (b) Gambar 7. Serbuk daging lintah laut serbuk (a) dan serbuk jeroan lintah laut serbuk (b) Gambar 8. Histogram hasil proksimat lintah laut (Discodoris sp.) Gambar 9. Kromatogram standar asam amino (a) dan kromatogram taurin (b) Gambar 10. Kromatogram asam amino daging lintah laut kering Gambar 11. Kromatogram asam amino jeroan lintah laut kering Gambar 12. Histogram kandungan asam amino lintah laut (Discodoris sp.) Gambar 13. Kromatogram taurin daging lintah laut kering (a); Kromatogram taurin jeroan lintah laut kering (b)... 32

12 DAFTAR TABEL No Halaman 1. Kandungan zat gizi lintah laut Jenis asam amino esensial Jenis asam amino non esensial Komposisi kimia daging dan jeroan lintah laut kering Nilai retention time asam amino lintah laut (Discodoris sp.) Kandungan asam amino lintah laut kering... 34

13 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Contoh perhitungan analisis proksimat Prosedur analisis asam amino Prosedur analisis taurin Berat molekul asam amino dan nilai retention time masing-masing asam amino Luas area standar dan luas area sampel pada masing-masing asam amino Contoh perhitungan asam amino Contoh perhitungan taurin Kandungan asam amino pada daging lintah laut Kandungan asam amino pada jeroan lintah laut Dokumentasi kegiatan... 57

14 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lintah laut (Discodoris sp.) merupakan salah satu biota laut yang sampai saat ini keberadaanya belum banyak diketahui masyarakat. Lintah laut (Discodoris sp.) merupakan jenis biota yang tidak memiliki cangkang, hidup di zona intertidal atau pasang surut. Lintah laut biasanya hidup di perairan dangkal berpasir serta terumbu karang hingga di dasar laut. Salah satu daerah yang banyak ditemukan lintah laut adalah perairan Kepulauan Belitung, Bangka Belitung. Lintah laut merupakan salah satu organisme yang memiliki nilai gizi tinggi. Kandungan gizi pada lintah laut yang sangat baik terlihat dari komposisi kimia lintah laut. Lintah laut mengandung kadar air sebesar 19,36%, abu 10,69%, lemak 5,84%, protein 59,80% dan karbohidrat sebesar 4,32% (Witjaksono 2005). Lintah laut juga mengandung komponen bioaktif yang berfungsi sebagai antioksidan antara lain komponen alkaloid, steroid, asam amino, saponin dan fenol (Nurjanah 2009). Tingginya kandungan protein pada lintah laut menjadikan lintah laut berpeluang sebagai alternatif sumber protein hewani. Protein hewani mempunyai nilai biologis lebih tinggi dibandingkan dengan protein nabati, karena protein hewani memiliki komposisi dan kadar asam amino yang lebih lengkap. Asam amino merupakan komponen penyusun protein yang terdiri atas satu atom C sentral yang mengikat secara kovalen (Winarno 2008). Asam amino dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan utama, yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino esensial merupakan asam amino yang tidak dapat dibuat oleh tubuh dan harus diperoleh dari makanan sumber protein. Asam amino non esensial adalah asam amino yang dapat dibuat oleh tubuh manusia (Winarno 2008). Salah satu kandungan gizi yang belum banyak diketahui adalah karakteristik asam amino yang terkandung di dalam lintah laut. Asam amino sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Asam amino berfungsi memperbaiki jaringan yang rusak setelah luka, melindungi hati dari berbagai zat toksik, menurunkan tekanan darah, mengatur metabolisme kolesterol, mendorong sekresi

15 hormon pertumbuhan dan mengurangi kadar amonia di dalam darah (Kamiya et al. 2002). Mengingat asam amino penting bagi tubuh manusia dan lintah laut berpotensi menjadi sumber asam amino alternatif serta belum diketahui jenis dan jumlahnya, maka perlu adanya penelitian untuk tujuan tersebut. Semakin lengkap informasi mengenai kandungan gizi lintah laut maka diharapkan organisme ini dapat dimanfaatkan secara optimal. Kandungan asam amino suatu bahan pangan dapat diketahui dengan menggunakan metode-metode amino acid analyzer ataupun HPLC (High Performance Liquid Chromatography). Metode HPLC memberikan akurasi yang tinggi sehingga merupakan alternatif yang baik untuk penelitian ini. 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah menentukan jenis dan jumlah asam amino yang terdapat pada daging dan jeroan lintah laut (Discodoris sp.) dari Perairan Kepulauan Belitung.

16 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Lintah Laut (Discodoris sp.) Lintah laut merupakan salah satu biota laut yang termasuk ke dalam famili dorididae. Menurut Rudman (1999), lintah laut dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Molusca Kelas : Gastropoda Sub Kelas : Opistobranchia Ordo : Nudibranchia Sub Ordo : Doridina Famili : Dorididae Genus : Discodoris Spesies : Discodoris sp. Morfologi lintah laut dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Discodoris sp. Sumber : Nurjanah (2009) Penyebaran lintah laut (Discodoris sp.) secara umum terdapat di daerah tropis dan subtropis, Samudera Hindia dan Pasifik khususnya di zona intertidal atau daerah pasang surut, yaitu di daerah pantai berpasir, berlumpur dan pantai berbatu atau daerah karang. Beberapa daerah yang diketahui akan keberadaan lintah laut ini adalah perairan kepulauan Belitung dan kepulauan Buton. Masyarakat kepulauan Belitung mengenal lintah laut dengan nama inal-inal, sementara masyarakat pulau Buton menyebut hewan ini dengan nama kanadara.

17 Lintah laut hidup dan menempel rapat pada batu-batuan yang berlumpur ataupun berpasir yang menghasilkan lendir (mucus) untuk mencegah kehilangan air. Bagian bawah tubuhnya dapat bergerak dan menempel pada substratnya, sehingga gerakannya lambat (Rudman 1999). Discodoris sp. termasuk jenis hewan hermafrodit, artinya hewan yang memiliki kelamin ganda dimana alat kelamin jantan dan betina terdapat dalam satu individu. Ketika organisme ini siap untuk kawin maka ia akan berimigrasi ke daerah pantai yang berbatu dan ditumbuhi oleh tanaman alga atau rumput laut dan menyemprotkan telur dan sperma sekaligus di sekitar bebatuan tersebut. Telur-telur tersebut akan dibiarkan melayang di sekitar bebatuan dengan maksud agar terhindar dari predator dan dibiarkan telur menetas sendiri. Lintah laut termasuk jenis hewan herbivora. Makanan utamanya adalah plankton, alga, rumput laut dan sponge. Juvenil Discodoris sp. akan tumbuh menjadi populasi yang pesat bila mendapatkan makanan yang melimpah di sekitar daerah bebatuan yang subur dengan tumbuhan alga dan rumput laut. 2.2 Komposisi Kimia Lintah Laut Lintah laut merupakan salah satu organisme yang memiliki nilai gizi yang tinggi. Lintah laut mengandung protein tinggi yang baik bagi tubuh. Lintah laut juga mengandung komponen bioaktif yang berfungsi sebagai antioksidan antara lain komponen alkaloid, steroid, asam amino, saponin dan fenol (Nurjanah 2009). Kandungan zat gizi dari lintah laut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Kandungan zat gizi lintah laut Zat Gizi Lintah laut kering utuh 1 (%) Lintah laut kering tanpa jeroan 2 (%) Air 15,25 10,45 Abu Abu tidak larut asam 11,74 1,9 11,97 0,20 Lemak 4,5 1,41 Protein 49,60 59,11 Karbohidrat 18,83 17,08 Sumber : 1 Nurjanah (2009) 2 Andriyati (2009)

18 2.3 Asam Amino Asam amino merupakan komponen penyusun protein yang dihubungkan oleh ikatan peptida (Sitompul 2004). Awal pembentukan protein hanya tersusun dari 20 asam amino yang dikenal sebagai asam amino dasar atau asam amino baku. Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus, yaitu gugus amina (NH 2 ), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R dari Residu) atau disebut juga gugus rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya (Winarno 2008). Struktur asam amino dapat dilihat pada Gambar 2. H H O N C C H R OH R Gugus amina Gugus rantai samping Gugus karboksil Gambar 2 Struktur umum asam amino Sumber: Winarno (2008) Asam amino memiliki atom C pusat yang mengikat empat gugus yang berbeda, maka asam amino memiliki dua konfigurasi yaitu konfigurasi D dan konfigurasi L. Molekul asam amino mempunyai konfigurasi L apabila gugus NH 2 terdapat di sebelah kiri atom karbon α dan bila posisi gugus NH 2 di sebelah kanan, maka molekul asam amino disebut asam amino konfigurasi D (Lehninger 2004). Asam amino biasanya larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton, dan kloroform (Sitompul 2004). Berdasarkan sifat kimia rantai sampingnya, asam amino dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu asam amino yang bersifat basa lemah, asam lemah, hidrofilik jika polar dan hidrofobik jika nonpolar (Almatsier 2006). Protein dalam sel-sel tubuh dibentuk dari asam amino. Bila ada kelebihan asam amino dari jumlah yang digunakan untuk biosintesis protein, maka kelebihan asam amino akan diubah menjadi asam keto yang dapat masuk kedalam

19 siklus asam sitrat dan diubah menjadi urea. Hati merupakan organ tubuh tempat katabolisme dan anabolisme. Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis asam amino dalam sel (Duncan 2005). Tidak semua asam amino yang terdapat dalam molekul protein dapat dibuat dalam tubuh kita, bila ditinjau dari segi pembentukannya asam amino dibagi ke dalam dua golongan, yaitu asam amino eksogen dan asam amino endogen. Asam amino eksogen disebut juga asam amino esensial dan asam amino endogen disebut juga asam amino non esensial (Winarno 2008) Asam amino esensial Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat dibuat dalam tubuh dan harus diperoleh dari makanan sumber protein yang disebut juga asam amino eksogen (Winarno 2008). Asam amino seringkali disebut dan dikenal sebagai zat pembangun yang merupakan hasil akhir dari metabolisme protein. Jenis-jenis asam amino esensial disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis asam amino esensial Asam amino Singkatan tiga huruf berat molekul (g/mol) Histidin His 155,2 Arginin Arg 174,2 Treonin Thr 119,1 Valin Val 117,1 Metionin Met 149,2 Isoleusin Ile 131,2 Leusin Leu 131,2 Fenilalanin Phe 165,2 Lisin Lys 146,2 Triptofan Trp 204,2 Sumber: Hames dan Hooper (2005) Asam amino seringkali disebut dan dikenal sebagai zat pembangun yang merupakan hasil akhir dari metabolisme protein. Manfaat dari beberapa asam amino esensial adalah sebagai berikut: a. Asam amino histidin diperoleh dari hasil hidrolisis protein yang terdapat pada sperma suatu jenis ikan (kaviar). Histidin berfungsi mendorong pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak (Edison 2009). Asam amino ini juga bermanfaat baik untuk kesehatan radang sendi. Histidin merupakan asam

20 amino yang esensial bagi perkembangan bayi, tetapi tidak diketahui pasti apakah dibutuhkan oleh orang dewasa (Linder 1992). b. Arginin adalah asam amino yang dibentuk di hati dan beberapa diantaranya terdapat dalam ginjal. Arginin bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau produksi limfosit, meningkatkan pengeluaran hormon pertumbuhan (HGH) dan meningkatkan kesuburan pria (Linder 1992). c. Treonin dapat meningkatkan kemampuan usus dan proses pencernaan, mempertahankan keseimbangan protein, penting dalam pembentukan kolagen dan elastin, membantu fungsi hati, jantung dan sistem syaraf pusat serta mencegah serangan epilepsi (Harli 2008). d. Valin merupakan asam amino rantai bercabang yang berfungsi sebagai prekursor glukogenik. Valin sangat penting untuk pertumbuhan dan memelihara jaringan otot. Valin juga dapat memacu kemampuan mental, memacu koordinasi otot, membantu perbaikan jaringan yang rusak dan menjaga keseimbangan nitrogen (Harli 2008). Kekurangan asam amino ini dapat menyebabkan kehilangan koordinasi otot dan tubuh menjadi sangat sensitif terhadap rasa sakit, panas dan dingin (Edison 2009). e. Metionin penting untuk metabolisme lemak, menjaga kesehatan hati, menenangkan syaraf yang tegang, mencegah penumpukan lemak di hati dan pembuluh darah arteri terutama yang mensuplai darah ke otak, jantung dan ginjal, penting untuk mencegah alergi, osteoporosis, demam rematik, dan detoksifikasi zat-zat berbahaya pada saluran pencernaan. Metionin memberikan gugus metal untuk sintesis kolin dan kreatinin (Harli 2008). Metionin juga diperlukan tubuh untuk membentuk sistein (Edison 2009). f. Isoleusin diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal, membantu dalam perbaikan jaringan yang rusak, perkembangan kecerdasan, mempertahankan keseimbangan nitrogen tubuh, pembentukan asam amino non esensial lainnya dan pembentukan hemoglobin serta menstabilkan kadar gula darah. Kekurangan isoleusin dapat memicu gejala hypoglycemia (Harli 2008). g. Leusin dapat memacu fungsi otak, menambah tingkat energi otot, membantu menurunkan kadar gula darah yang berlebihan, membantu penyembuhan tulang, jaringan otot dan kulit (terutama untuk mempercepat penyembuhan

21 luka post-operative) (Harli 2008). Leusin juga berfungsi dalam menjaga sistem imun (Edison 2009). h. Fenilalanin merupakan prekursor tirosin. Fenilalanin diperlukan oleh kelenjar tiroid untuk menghasilkan tiroksin yang dapat mencegah penyakit gondok. Selain itu, fenilalanin juga berfungsi memproduksi epinefrin dan neropinefrin (Edison 2009). Asam amino ini dipakai untuk mengatasi depresi juga untuk mengurangi rasa sakit akibat migrain, menstruasi dan arthritis, menghasilkan neropinephrine otak yang membantu daya ingat dan daya hafal, serta mengurangi obesitas (Harli 2008). i. Lisin berfungsi sebagai bahan dasar antibodi darah, memperkuat sistem sirkulasi, mempertahankan pertumbuhan sel-sel normal bersama prolin dan vitamin C akan membentuk jaringan kolagen, menurunkan kadar trigliserida darah yang berlebih (Harli 2008). Kekurangan lisin dapat menyebabkan mudah lelah, sulit konsentrasi, rambut rontok, anemia, pertumbuhan terhambat dan kelainan reproduksi (Harli 2008). j. Triptofan merupakan prekursor vitamin niasin dan pengantar syaraf serotonin. Triptofan dapat meningkatkan penggunaan dari vitamin B kompleks, meningkatkan kesehatan syaraf, menstabilkan emosi, meningkatkan rasa ketenangan dan mencegah insomnia (membantu anak yang hiperaktif), serta meningkatkan pelepasan hormon pertumbuhan (Harli 2008) Asam amino non esensial Asam amino non esensial adalah asam amino yang dapat dibuat dalam tubuh disebut juga asam amino endogen (Winarno 2008). Beberapa asam amino non esensial dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jenis asam amino non esensial Asam amino Singkatan tiga huruf Berat molekul Asam aspartat Asp 133,1 Asam glutamate Glu 147,2 Serin Ser 105,1 Glisin Gly 75,0 Alanin Ala 89,0 Prolin Pro 115,1 Tirosin Tyr 181,1 Sistin Sis 120,1 Sumber: Hames dan Hooper (2005)

22 Asam amino non esensial seperti juga asam amino esensial memiliki beberapa manfaat yang baik untuk tubuh makhluk hidup. Manfaat dari beberapa asam amino non esensial adalah sebagai berikut: a. Asam glutamat dan asam aspartat dapat diperoleh masing-masing dari glutamin dan asparagin. Gugus amida yang terdapat pada molekul glutamin dan asparagin dapat diubah menjadi gugus karboksilat melalui proses hidrolisis asam atau basa. Asam glutamat bermanfaat untuk menahan konsumsi alkohol berlebih, mempercepat penyembuhan luka pada usus, meningkatkan kesehatan mental serta meredam depresi. Asam aspartat merupakan komponen yang berperan dalam biosintesis urea, prekursor glukonik dan prekursor pirimidin. Selain itu asam aspartat bermanfaat untuk penanganan pada kelelahan kronis dan peningkatan energi (Linder 1992). b. Serin merupakan komponen pada fosfolipid yang mengandung gugus hidroksil. Serin digunakan sebagai prekursor etanolamin dan kolin (Linder 1992). c. Glisin adalah asam amino yang dapat menghambat proses dalam otak yang menyebabkan kekakuan gerak seperti pada multiple sclerosis (Harli 2008). d. Alanin merupakan asam amino dengan gugus R nonpolar yang digunakan sebagai prekursor glukogenik dan pembawa nitrogen dari jaringan permukaan untuk ekskresi nitrogen (Linder 1992). e. Prolin adalah asam amino yang gugus R-nya nonpolar dan bersifat hidrofobik. Prolin memiliki gugus amino yang bebas dan membentuk struktur aromatik. Asam amino ini dapat diperoleh dari hasil hidrolisis kasein (Hawab 2007). f. Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai gugus fenol dan bersifat asam lemah. Asam amino ini dapat diperoleh dari kasein, yaitu protein utama yang terdapat pada keju. Tirosin memiliki beberapa manfaat, yaitu dapat mengurangi stress, anti depresi serta detoksifikasi obat dan kokain (Linder 1992). g. Sistin dihasilkan bila dua molekul sistein berikatan kovalen sebagai jembatan disulfida atau ikatan disulfida. Sistin digunakan sebagai prekursor taurin. Sistin berperan pada struktur beberapa protein fungsional seperti pada hormon

23 insulin, imunoglobin sebagai antibodi dan keratin yang ditemukan pada rambut, kulit dan kuku (Hawab 2007) Taurin Taurin atau 2-aminoethanesulphonic acid adalah asam amino non protein yang mengandung belerang. Taurin merupakan asam amino non esensial karena dapat disintesis dari sistein dan metionin (Welborn dan Manahan 1995). Taurin merupakan asam amino bebas terbanyak yang terdapat dalam jaringan, seperti otot jantung dan otak (Patel 2006). Struktur kimia taurin dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Struktur Taurin Sumber: Patel (2006) Taurin mengandung gugus amino, tetapi tidak memiliki gugus karboksil yang diperlukan untuk membentuk ikatan peptida. Itu sebabnya, molekul tersebut tidak berfungsi sebagai pembangun struktur protein. Taurin merupakan senyawa tidak esensial bagi nutrien manusia karena secara internal dapat disintesis dari asam amino metionin atau sistein dan piridoksin (Vitamin B6). Taurin sangat diperlukan pada saat masa pertumbuhan. Taurin banyak ditemukan dalam susu murni, telur, daging dan ikan. Selain itu, taurin banyak dijumpai pada produk suplemen makanan atau minuman. Taurin dibentuk oleh tubuh di dalam hati yang diikuti dengan (Marsh dan May 2009). reaksi oksidasi dari dekarboksilasi asam amino sistein Pada moluska laut, taurin memiliki fungsi mengatur osmoregulasi agar tetap seimbang (Welborn dan Manahan 1995). Pada manusia, taurin berfungsi mempertahankan keseimbangan sel membran pada jaringan yang aktif, seperti pada jaringan otak dan jantung (Patel 2006). Selain itu, taurin juga berfungsi membantu metabolisme kolesterol dan mengemulsi asam empedu sehingga meringankan beban kerja dari hati, pankreas dan kantong empedu (Smayda 2002).

24 2.4 High Performance Liquid Chromatography (HPLC) HPLC secara mendasar merupakan perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi kolom. High Performance Liquid Chromatography (HPLC) adalah kromatografi yang dikembangkan menggunakan cairan sebagai fase gerak baik cairan polar maupun cairan non polar, dan bekerja pada tekanan tinggi (Adnan 1997). High Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan suatu cara pemisahan komponen dari suatu campuran berdasarkan perbedaan distribusi/absorbsi/adsorbsi komponen di antara dua fase yang berbeda, yaitu fase diam (stasioner) dan fase gerak (mobil) (Salamah 1997). Secara umum dapat dikatakan bahwa kromatografi adalah suatu proses migrasi differensial dimana komponen-komponen sampel ditahan secara selektif oleh fase diam (Sudarmadji et al. 2007). Pada kromatografi, partisi cair yang digunakan pada fase stasioner maupun fase mobil berupa cairan. Pelarut yang digunakan harus tidak dapat bercampur. Pelarut yang lebih polar biasanya digunakan sebagai fase stasioner, oleh karena itu sistem ini dinamakan kromatografi fase normal (normal phase Chromatography). Bila fase stasioner yang dipakai senyawa non polar, sedangkan fase mobilnya polar atau terbalik dengan sistem fase normal maka sistemnya disebut kromatografi fase terbalik (reverse phase choromatography) (Adnan 1997). Pelarut yang biasanya digunakan pada HPLC adalah air, metanol, asetonitril, kloroform, dan pelarut lainnya yang berada dalam keadaan murni (HPLC grade). Pelarut-pelarut tersebut sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu dengan kertas saring milipore (0,45 mm) dan harus dihilangkan gasnya (degassing) (Salamah 1997). Komponen utama alat yang dipakai dalam HPLC antara lain (1) reservoir zat pelarut untuk fase mobil; (2) pompa; (3) injektor; (4) kolom; (5) detektor dan (6) rekorder (Adnan 1997). Jantung dari peralatan HPLC adalah kolom dimana terdapat fase diam dan terjadi pemisahan komponen antara fase diam dan fase bergerak yang dialirkan dengan bantuan pompa (Salamah 1997). Alur proses penggunaan HPLC dapat dilihat pada Gambar 4.

25 Gambar 4 Alur proses penggunaan HPLC Sumber: Husgen dan Schuster (2001) Sebelum dilakukan analisis asam amino dengan kromatografi terlebih dahulu dilakukan pembuatan hidrolisat protein yang bertujuan untuk memutuskan ikatan peptidanya dengan hidrolisis asam atau hidrolisis basa. Semua protein akan menghasilkan asam-asam amino jika dihidrolisis, tetapi ada beberapa protein disamping menghasilkan asam amino juga menghasilkan molekul-molekul protein yang masih berikatan. Hidrolisis asam yang umum digunakan adalah HCl 6 N yang menyebabkan kerusakan triptofan dan sedikit kerusakan juga terjadi pada serin dan treonin. Hidrolisis basa biasanya menggunakan NaOH 2 4 N dan tidak merusak triptofan tetapi menyebabkan deaminasi asam amino lain (Nur et al. 1992). Banyak senyawa yang sukar dideteksi oleh detektor HPLC. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan proses derivatisasi. Proses derivatisasi dapat dilakukan sebelum sampel diinjeksikan (pre colomn derivatization), atau sesudah pemisahan dari kolom (post colomn derivatization) (Adnan 1997). Metode analisis asam amino dengan HPLC memiliki beberapa keuntungan diantaranya dapat bekerja lebih cepat sehingga waktu yang dibutuhkan singkat serta HPLC mampu memisahkan senyawa yang sangat serupa dengan resolusi yang baik (Adnan 1997). Kelemahan dari metode ini adalah sulitnya mendeteksi senyawa yang kita inginkan jika sampel yang digunakan memiliki banyak pengotor. Selain itu, kebersihan kolom HPLC harus dijaga, karena kolom yang kotor tidak akan mampu mendeteksi senyawa yang akan dianalisis (Husgen dan Schueter 2001).

26 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokima Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Laboratorium Biologi-Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor dan Balai Besar Litbang Pertanian Pasca Panen, Cimanggu Bogor. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada analisis proksimat adalah blender, plastik, timbangan analitik, cawan porselen, oven, desikator, tabung reaksi, gelas erlenmeyer, tabung kjeldahl, tabung sokhlet, pemanas, destilator, buret dan tanur. Alat yang digunakan dalam analisis asam amino dan taurin adalah oven, syringe, pipet mikro, timbangan analitik, labu takar, mortar, kertas saring milipore, dan High Performance Liquid Chromatrografi (HPLC) dengan merek Waters Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah lintah laut kering yang diperoleh dari perairan Kepulauan Belitung. Bahan yang digunakan pada analisis proksimat, asam amino dan taurin adalah akuades, campuran selenium, H 2 SO 4, NaOH, H 3 BO 3, HCl 0,09 N, HCl 6 N, pelarut heksana, AgNO 3, NaCl, metanol, pikolotiosinat, trietilamin, natrium asetat 1 M, asetonitril 60%, kertas saring whatman, air suling, pereaksi carrez, buffer natrium karbonat, larutan danzil klorida dan larutan metilamin hidroklorida. 3.3 Metode Penelitian Pengeringan sampel Penelitian ini diawali dengan pengeringan sampel. Proses pengeringan ini bertujuan untuk memudahkan proses penghancuran sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah lintah dengan ukuran yang banyak terambil. Kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

27 Lintah laut (Discodoris sp.) Daging Jeroan Pengeringan di bawah sinar matahari Pengeringan di bawah sinar matahari Penghancuran Penghancuran Analisis proksimat dan analisis asam amino Analisis proksimat dan analisis asam amino Analisis Proksimat Gambar 5 Kerangka penelitian Analisis proksimat yang dilakukan terhadap daging lintah laut meliputi uji kadar air, uji kadar abu dan uji kadar abu tidak larut asam dengan metode termogravimetri, uji kadar lemak menggunakan metode sokhlet, uji kadar protein menggunakan metode kjeldahl dan perhitungan kadar karbohidrat dengan cara by difference. 1) Analisis Kadar Air (AOAC 2005) Penentuan kadar air didasarkan pada berat contoh sebelum dan sesudah dikeringkan. Cawan kosong dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 105 o C, lalu dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit dan kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam cawan lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 o C sampai beratnya konstan (lebih kurang selama 6 jam) dan kemudian cawan dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit selanjutnya ditimbang kembali. Kadar air ditentukan dengan rumus: % Kadar air = B - C x 100% B - A

28 Keterangan: A = Berat cawan kosong (gram) B = Berat cawan dengan daging lintah (gram) C = Berat cawan dengan daging lintah setelah dikeringkan (gram). 2) Analisis kadar abu (AOAC 2005) Cawan dibersihkan dan dikeringkan di dalam oven selama 30 menit dengan suhu 105 o C, lalu dimasukkan dalam desikator dan kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 5 gram ditimbang lalu dimasukkan ke dalam cawan dan kemudian dibakar di atas kompor listrik sampai tidak berasap lagi dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600 o C selama 7 jam. Cawan dimasukkan di dalam desikator lalu ditimbang. Kadar abu ditentukan dengan rumus: % Kadar abu = Berat abu x 100% Berat sampel 3) Analisis kadar abu tidak larut asam (SNI ) Abu hasil penetapan kadar abu total dilarutkan dalam 25 ml HCl 10% dan dididihkan selama 5 menit. Larutan tersebut kemudian disaring dengan kertas saring whatman bebas abu dan dicuci dengan air suling sampai bebas klorida (dengan peraksi AgNO 3 ). Kertas saring whatman kemudian dikeringkan dalam oven. Abu yang telah kering kemudian diabukan kembali dalam tanur dengan menggunakan wadah cawan porselen. Cawan porselen tersebut kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga beratnya tetap (BSN 2000). Kadar abu tidak larut asam ditentukan dengan rumus: % Kadar abu = Berat abu tidak larut asam x 100% Berat sampel awal 4) Analisis Kadar lemak (AOAC 2005) Daging lintah seberat 2 gram (W 1 ) disebar di atas kapas yang beralaskan kertas saring dan digulung membentuk thimble. Sampel yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W 2 ) dan disambungkan dengan tabung Soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung Soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak (n-heksana).

29 Kemudian dilakukan refluks selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C, setelah itu labu dimasukkan dalam desikator sampai beratnya konstan (W 3 ). Kadar lemak ditentukan dengan rumus: % Kadar Lemak = W 3 -W 2 x 100% W 1 Keterangan : W 1 = Berat sampel lintah (gram) W 2 = Berat labu lemak tanpa lemak (gram) W 3 = Berat labu lemak dengan lemak (gram) 5) Analisis Kadar protein (AOAC 1980) Prinsip dari analisis protein, yaitu untuk mengetahui kandungan protein kasar (crude protein) pada suatu bahan. Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Daging lintah ditimbang seberat 0,5 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu kjeldahl. Satu butir selenium dimasukkan ke dalam tabung tersebut dan ditambahkan 3 ml H 2 SO 4. Tabung yang berisi larutan tersebut dimasukkan ke dalam alat pemanas dengan suhu 410 o C, kemudian ditambahkan 10 ml air. Proses destruksi dilakukan sampai larutan menjadi bening. Larutan yang telah jernih didinginkan dan kemudian ditambahkan 50 ml akuades dan 20 ml NaOH 40%, lalu didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam erlenmeyer 125 ml yang berisi 25 ml asam borat (H 3 BO 3 ) 2% yang mengandung indikator bromcherosol green 0,1 % dan methyl red 0,1% dengan perbandingan 2:1. Destilasi dilakukan dengan menambahkan 50 ml larutan NaOH-Na 2 S 2 O 3 ke dalam alat destilasi hingga tertampung 40 ml destilat di dalam erlenmeyer dengan hasil destilat berwarna hijau kebiruan. Lalu destilat dititrasi dengan HCl 0,09 N sampai terjadi perubahan warna merah muda yang pertama kalinya. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti contoh. Kadar protein dihitung dengan rumus sebagai berikut: % Nitrogen = x 100%

30 % Protein = % N x faktor konversi (6,25) 6) Analisis kadar karbohidrat (AOAC 2005) Analisis kadar karbohidrat dilakukan secara by difference, yaitu hasil pengurangan dari 100% dengan kadar air, abu, protein, lemak dan serat kasar sehingga kadar karbohidrat tergantung pada faktor pengurangan. Hal ini karena karbohidrat sangat berpengaruh kepada zat gizi lainnya. Kadar karbohidrat dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Karbohidrat (%) = 100% - (% abu + % air + % lemak + % protein) Analisis kandungan asam amino Komposisi asam amino ditentukan dengan menggunakan HPLC. Perangkat HPLC harus dibilas terlebih dahulu dengan eluen yang akan digunakan selama 2-3 jam. Begitu pula dengan syringe yang akan digunakan dibilas dengan akuades sampai syiringe benar-benar bersih. Analisis asam amino dengan menggunakan HPLC terdiri dari empat tahap, yaitu: tahap pembuatan hidrolisat protein, tahap pengeringan, tahap derivatisasi dan tahap injeksi serta analisis asam amino. a. Tahap pembuatan hidrolisat protein Preparasi sampel, yaitu tahap pembuatan hidrolisat protein, sampel ditimbang sebanyak 0,1 g dan dihancurkan. Sampel yang telah hancur ditambahkan HCl 6 N sebanyak 10 ml yang kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 100 o C selama 24 jam. Pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi hidrolisis. b. Tahap pengeringan Sampel disaring dengan dengan kertas saring milipore. Penyaringan ini bertujuan agar larutan yang dihasilkan benar-benar bersih, terpisah dari padatan. Hasil saringan diambil sebanyak 30 µl dan ditambahkan dengan 30 µl larutan pengering. Larutan pengering dibuat dari campuran metanol, pikotiosianat dan trietilamin dengan perbandingan 4:4:3. c. Tahap derivatisasi Larutan derivatisasi sebanyak 30 µl ditambahkan pada hasil pengeringan, larutan derivatisasi dibuat dari campuran metanol, natrium asetat dan trietilamin dengan perbandingan 3:3:4. Proses derivatisasi dilakukan agar detektor mudah untuk mendeteksi senyawa yang ada pada sampel, selanjutnya

31 dilakukan pengenceran dengan cara menambahkan 20 ml asetonitril 60% atau buffer natrium asetat 1 M, lalu dibiarkan selama 20 menit. d. Injeksi ke HPLC Hasil saringan diambil sebanyak 40 µl untuk diinjeksikan ke dalam HPLC. Perhitungan konsentrasi asam amino yang ada pada bahan dilakukan dengan pembuatan kromatogram standar dengan menggunakan asam amino yang telah siap pakai yang mengalami perlakuan yang sama dengan sampel. Kandungan asam amino dalam bahan dapat dihitung dengan rumus: % asam amino = Keterangan: C = Konsentrasi standar asam amino (µg/ml) FP = faktor pengenceran BM = Bobot molekul dari masing-masing asam amino (g/mol) Kondisi HPLC pada saat berlangsungnya hidrolisis asam amino adalah sebagai berikut: Temperatur : 27 o C (suhu ruang) Jenis kolom HPLC : Pico tag 3,9 x 150 nm column Kecepatan alir eluen : 1 ml/menit Tekanan : 3000 psi Program : Gradien Fase gerak : Asetonitril 60% dan buffer natrium asetat 1 M Detektor : UV Panjang gelombang : 254 nm Analisis kandungan taurin (AOAC 2005) Kandungan taurin dapat dianalisis menggunakan alat HPLC. Pada pengujian kadar taurin, sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam tabung ukur 100 ml, kemudian ditambahkan 80 ml air suling dan 1 ml pereaksi carrez lalu dikocok hingga homogen. Selanjutnya dilakukan pengenceran dengan cara menambahkan air suling sampai tanda tera dan dikocok hingga homogen. Kemudian larutan disaring menggunakan kertas saring whatman. Filtrat ditampung dalam erlenmeyer dan disimpan di tempat yang gelap.

32 Selanjutnya dilakukan tahap derivatisasi dengan mengambil 1 ml ekstrak sampel dimasukkan ke labu takar 10 ml, kemudian ditambahkan 1 ml buffer natrium karbonat dan 1 ml larutan dansil klorida. Setelah itu sampel didiamkan selama 2 jam lalu dikocok dan ditambahkan 0,5 ml laturan metilamin hidroklorida kemudian dikocok kembali hingga homogen. Hasil derivatisasi diambil sebanyak 40 µl kemudian diinjeksikan ke dalam HPLC untuk mengetahui kandungan taurin pada sampel. Kandungan taurin dalam bahan dapat dihitung dengan rumus: % taurin = x C x Keterangan : C = konsentrasi standar taurin Kondisi alat HPLC saat berlangsungnya analisis taurin sebagai berikut: Temperatur : 27 o C (suhu ruang) Jenis kolom HPLC : Pico tag 3,9 x 150 nm coulumn Kecepatan alir eluen : 1 ml/menit Tekanan : 3000 psi Fase gerak : asetonitril 60% dan buffer natrium asetat 1M Detektor : UV Panjang gelombang : 272 nm

33 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Baku Lintah laut yang digunakan pada penelitian ini adalah Discodoris sp. yang berasal dari kepulauan Belitung. Lintah laut yang digunakan berupa lintah laut yang sudah dikeringkan menggunakan cahaya matahari. Daging dan jeroan lintah laut kering memiliki tekstur keras dan berwarna kecoklatan. Daging lintah laut kering memiliki bentuk yang lebih beraturan dibandingkan dengan jeroan lintah laut. Daging dan jeroan lintah laut yang telah kering dihancurkan sampai menjadi serbuk untuk memudahkan proses analisis. Daging dan jeroan lintah laut dapat dilihat pada Gambar 6. Serbuk daging dan jeroan lintah laut dapat dilihat pada Gambar 7. (a) Gambar 6 Daging lintah laut utuh (a) dan jeroan lintah laut utuh (b) (b) (a) Gambar 7 Serbuk daging lintah laut (a) dan serbuk jeroan lintah laut (b) (b)

34 4.2 Proksimat Lintah Laut (Discodoris sp.) Sifat dari setiap unsur pokok yang terdapat dalam bahan pangan perlu diketahui untuk mengembangkan bahan pangan tersebut. Salah satu metode yang lazim dilakukan adalah analisis proksimat. Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi secara kasar (crude) yang meliputi kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat. Kandungan karbohidrat dihitung secara by difference. Contoh perhitungan analisis proksimat dapat dilihat pada Lampiran 1. Komposisi kimia daging dan jeroan lintah laut kering disajikan pada Tabel 4. Persentase hasil proksimat lintah laut (Discodoris sp.) disajikan pada Gambar 8). Tabel 4 Komposisi kimia daging dan jeroan lintah laut kering Jenis Gizi Daging Lintah Laut (g/100 g) Jeroan Lintah Laut (g/100 g) AKG (19-29 tahun) 1 Pria Wanita Air 10,59 5, Abu 7,78 22, Abu tidak 0,29 6, larut asam Lemak 2,19 5,57 54 g/hari 54 g/hari Protein 54,15 41,67 50 g/hari 42 g/hari Kabohidrat 21,77 20, g/kap/hari 100 g/kap/hari Sumber: 1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2004) Hasil Proksimat Lintah Laut (Discodoris sp.) Air Abu Abu tidak larut asam Jenis-jenis analisis Lemak Protein Kabohidrat Gambar 8 Histogram hasil proksimat lintah laut (Discodoris sp.) Daging lintah laut, Jeroan lintah laut

35 4.1.1 Kadar air Air merupakan komponen yang penting dalam bahan makanan, karena air dapat memberikan pengaruh pada penampakan, tekstur serta cita rasa. Bahkan di dalam makanan kering sekalipun, terkandung air dalam jumlah tertentu. Produk hasil perikanan memiliki kandungan air yang sangat tinggi, sekitar 80%. Kadar air merupakan banyaknya jumlah air yang terkandung dalam suatu bahan. Kadar air daging lintah laut kering yang berasal dari kepulauan Belitung adalah sebesar 10,59%. Nilai ini lebih besar jika dibandingkan dengan kadar air yang terdapat pada jeroan lintah laut, yaitu 5,66%. Otot mengandung lebih banyak air dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya (Almatsier 2006). Kadar air daging lintah laut sebanding dengan kadar air lintah laut tanpa jeroan hasil penelitian Andriyanti (2009) dan lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Nurjanah (2009). Semakin rendah kadar air, maka secara proporsional kandungan gizi lainnya akan naik. Rendahnya kadar air yang dikandung oleh lintah laut (Discodoris sp.) ini diduga karena adanya proses pengeringan yang menyebabkan terlepasnya air bebas dari bahan. Semakin lama waktu pengeringan yang dilakukan, kadar air yang terdapat pada suatu bahan pangan akan semakin rendah (Winarno 2008) Kadar Abu Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan yang dianalisis dan cara pengabuannya (Budiyanto 2002). Sebagian besar bahan makanan, sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral yang juga dikenal sebagai unsur anorganik (kadar abu). Dalam proses pembakaran, komponen-komponen organik terbakar, tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut abu (Winarno 2008). Kadar abu dapat dijadikan sebagai petunjuk akan keberadaan mineral suatu bahan. Daging lintah laut yang berasal dari kepulauan Belitung mengandung abu sebesar 7,78%. Nilai ini lebih kecil jika dibandingkan dengan kadar abu yang terdapat pada jeroan lintah laut, yaitu 22,41%. Perbedaan nilai abu antara daging dan jeroan lintah laut disebabkan karena mineral yang diperoleh dari lingkungan terakumulasi di dalam jeroan. Terakumulasinya mineral di dalam jeroan

36 menyebabkan kadar abu pada jeroan lintah laut hasil penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan lintah laut tanpa jeroan hasil penelitian Andriyanti (2009) dan lintah laut utuh hasil penelitian Nurjanah (2009). Pada umumnya hewan memperoleh asupan mineral dari tumbuhan dan kemudian menumpuknya di dalam jaringan tubuhnya. Kadar abu daging lintah laut lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar abu lintah laut tanpa jeroan hasil penelitian Andriyanti (2009). Kadar abu daging lintah laut hasil penelitian ini juga lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar abu yang terkandung pada lintah laut utuh hasil penelitian Nurjanah (2009). Perbedaan nilai abu ini diduga disebabkan oleh perbedaan organisme dan lingkungan tempat hidup organisme tersebut. Setiap organisme memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengabsorbsi dan mengeluarkan logam. Manusia memerlukan berbagai jenis mineral untuk metabolisme terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas-aktivitas enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan pekerjaan enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu transfer ikatan-ikatan penting melalui membran sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan saraf terhadap rangsangan (Almatsier 2006) Kadar abu tidak larut asam Abu tidak larut asam merupakan garam-garam klorida yang tidak larut pada asam yang sebagian adalah garam-garam logam berat dan silika. Hasil analisis menunjukkan bahwa daging lintah laut yang berasal dari kepulauan Belitung mengandung abu tidak larut asam sebesar 0,29%. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan kadar abu tidak larut asam yang terdapat pada jeroan lintah laut, yaitu 6,48%. Perbedaan nilai abu tidak larut asam antara daging dan jeroan lintah laut disebabkan karena mineral yang diperoleh dari lingkungan terakumulasi di dalam jeroan. Jeroan mengandung abu tidak larut asam seperti pasir, lumpur, silika dan kerikil kecil. Hal ini diduga karena lintah laut yang bersifat sebagai filter feeder dan menempel pada substrat. Mineral-mineral yang tidak larut asam tersebut terabsorbsi ke dalam tubuh dan akhirnya terakumulasi dalam jeroan.

37 Kadar abu tidak larut asam daging lintah laut lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai abu tidak larut asam lintah laut tanpa jeroan hasil penelitian Andriyanti (2009) dan lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Nurjanah (2009). Perbedaan nilai abu tidak larut asam ini diduga karena perbedaan organisme dan akibat adanya kontaminasi mineral pada saat pengeringan. Pengeringan dengan sinar matahari sangat rentan terhadap cemaran debu dan pasir. Kadar abu tidak larut asam merupakan salah satu kriteria dalam menentukan tingkat kebersihan dalam proses pengolahan. Tingginya kadar abu tidak larut asam mengindikasikan adanya kontaminasi residu mineral atau logam yang tidak dapat larut dalam suatu produk (Basmal et al. 2003). Terdapatnya abu tidak larut asam dalam jumlah besar pada bahan pangan berindikasi tidak baik bagi kesehatan. Komponen abu tidak larut asam dapat merusak kinerja organ ginjal jika dikonsumsi dalam jumlah banyak (Nurjanah 2009). Kadar abu maksimum untuk produk perikanan yang dikeringkan dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari dibatasi maksimum 0,3%. Daging lintah laut masih bagus untuk dijadikan bahan pangan karena masih mengandung kadar abu tidak larut asam di bawah 0,3 %. Namun, jeroan lintah laut kurang baik dikonsumsi karena mengandung komponen abu tidak larut asam di atas 0,3% Kadar lemak Lemak didefinisikan sebagai bahan-bahan yang dapat larut dalam eter, kloroform (benzene) dan tidak larut dalam air. Lemak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram lemak dapat menghasilkan 9 kkal/gram, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Lemak juga berfungsi memberi rasa gurih, sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K, melindungi organ-organ tubuh dan memperbaiki tekstur dan cita rasa bahan pangan (Nasoetion et al. 1994). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, daging lintah laut yang berasal dari kepulauan Belitung mengandung lemak sebesar 2,19%. Nilai ini lebih kecil jika dibandingkan dengan kadar lemak yang terdapat pada jeroan lintah laut, yaitu 5,57%. Lintah laut banyak menyimpan cadangan makanan dalam bentuk lemak di

38 dalam rongga perutnya. Lemak pada tubuh makhluk hidup disimpan sebesar 45% di sekeliling organ dan rongga perut (Almatsier 2006). Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa daging lintah laut mengandung lemak sebesar 1,41% (Andriyanti 2009). Nurjanah (2009) meneliti lintah laut secara utuh dan memperoleh kadar lemak sebesar 4,5%. Perbedaan nilai lemak ini diduga disebabkan karena umur panen dan laju metabolisme organisme. Lemak akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia, karena sifat fisiologis hewan yang akan menuju fase perkembangbiakan. Hewan akan membutuhkan lebih banyak energi yang disimpan dalam bentuk lemak untuk berkembang biak. Adanya variasi komposisi kimia dapat terjadi antar spesies dan antar individu dalam satu spesies (Suzuki 1981). Peranan lemak di dalam tubuh adalah menghasilkan energi yang diperlukan tubuh. Lemak juga berperan membentuk struktur tubuh, penghasil asam lemak esensial dan pembawa vitamin yang larut dalam lemak. Angka kecukupan lemak untuk orang dewasa menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2004) yaitu 54 g/hari untuk pria dan wanita. Daging dan jeroan lintah laut dapat menyumbang kebutuhan lemak sebesar 2,19 g/100 g dan 5,57 g/100 g bahan mentah Kadar Protein Protein merupakan suatu zat makanan yang penting bagi tubuh. Protein berfungsi sebagai pembangun struktur, biokatalis, hormon, sumber energi, penyangga racun, pengatur ph, dan sebagai pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi. Protein tersusun atas atom C, H, O, dan N serta unsur lainnya yaitu P dan S yang membentuk unit-unit asam amino (Girindra 1993). Daging lintah laut mengandung protein sebesar 54,15% sedangkan jeroan mengandung protein sebesar 41,67%. Kadar protein daging lintah laut lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai protein lintah laut tanpa jeroan dan lintah laut utuh penelitian Andriyanti (2009) dan Nurjanah (2009). Perbedaan nilai protein ini diduga disebabkan oleh umur, makanan yang dikonsumsi, laju metabolisme dan laju pergerakan. Umur dan ukuran hewan akan mempengaruhi kadar protein yang terdapat dalam tubuh hewan tersebut (Shipton 1999). Semakin

39 bertambahnya usia, maka akumulasi protein pada daging akan semakin menumpuk. Protein di dalam tubuh manusia berfungsi membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Kekurangan protein dalam jangka waktu yang lama dapat mengganggu berbagai proses dalam tubuh dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Protein yang lengkap adalah protein yang mengandung semua asam amino esensial yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang cukup. Pada umumnya protein lengkap banyak ditemukan pada hewan. Angka kecukupan protein untuk orang dewasa menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2004) yaitu 50 g/hari untuk pria dan 42 g/hari untuk wanita. Daging dan jeroan lintah laut dapat menyumbang kebutuhan protein hewani sebesar 54,15 g/100g dan 41,67 g/100 g bahan mentah. Hal ini menunjukkan bahwa lintah laut dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan protein dan berpotensi menjadi salah satu bahan pangan yang kaya akan protein Kadar karbohidrat Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi hewan dan manusia. Semua karbohidrat tersusun atas unsur C, H dan O (Nasoetion et al. 1994). Hasil perhitungan by difference memberikan nilai bahwa karbohidrat yang terdapat pada daging lintah laut sebesar 21,77%. Nilai ini lebih besar jika dibandingkan dengan karbohidrat yang terdapat pada jeroan (20,45%). Perbedaan nilai karbohidrat antara daging dan jeroan lintah laut tidak terlalu mencolok, karena karbohidrat pada hewan tersimpan dalam bentuk glikogen yang banyak terdapat pada otot dan hati. Dua pertiga bagian dari glikogen disimpan di dalam otot dan selebihnya di dalam hati (Almatsier 2006). Kadar karbohidrat daging dan jeroan lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai karbohidrat lintah laut tanpa jeroan hasil penelitian Andriyanti (2009) dan dengan lintah laut utuh hasil penelitian Nurjanah (2009). Perbedaan nilai karbohidrat ini diduga karena perbedaan kandungan air yang terdapat pada bahan. Penurunan kadar air yang terdapat pada bahan akan diikuti oleh peningkatan kandungan gizi lainnya secara proporsional.

40 Karbohidrat yang terdapat dalam seafood tidak mengandung serat, kebanyakan dalam bentuk glikogen (Nurjanah et al. 2008). Glikogen banyak terdapat pada hati dan otot. Glikogen terdapat pada otot-otot hewan, manusia dan ikan. Glikogen juga disimpan dalam hati hewan sebagai cadangan energi yang sewaktu-waktu dapat diubah menjadi glukosa (Winarno 2008). Glikogen disebut juga sebagai pati hewan karena diproduksi dari glukosa di dalam tubuh. Glikogen dipergunakan oleh hewan untuk memasok energi bagi jaringan tubuh pada saat bergerak (Nasoetion et al. 1994). Peranan karbohidrat di dalam tubuh adalah sebagai sumber energi untuk aktivitas tubuh, baik untuk bergerak ataupun bekerja. Apabila jumlah karbohidrat yang tersedia di dalam tubuh tidak mencukupi, maka akan terjadi peningkatan penguraian lemak. Jika kadar karbohidrat dan lemak juga tidak mencukupi, maka protein akan dirombak untuk menghasilkan energi (Nasoetion et al. 1994). Angka kecukupan karbohidrat untuk orang dewasa menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2004) yaitu 130 g/hari untuk pria dan 100 g/hari untuk wanita. Daging dan jeroan lintah laut dapat menyumbang kebutuhan karbohidrat sebesar 21,77 g/100 g dan 20,45 g/100 g bahan mentah. 4.3 Karakteristik Asam Amino Analisis asam amino dan taurin dilakukan untuk menduga jenis dan kadar asam amino yang terdapat pada lintah laut kering menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Injeksi campuran asam amino dan taurin standar menghasilkan kromatogram (Gambar 9), yang masing-masing peak menunjukkan jenis asam amino tertentu. Kromatogram asam amino sampel daging dan jeroan lintah laut dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11. Jenis asam amino dalam sampel didapatkan dengan membandingkan peak sampel dan standar asam amino. Perhitungan konsentrasi masing-masing asam amino didasarkan pada luas (area) tiap peak. Contoh perhitungan asam amino dapat dilihat pada Lampiran 6.

41 Respon Respon RT (menit) RT(menit) (a) (b) Gambar 9 Kromatogram standar asam amino (a) dan kromatogram taurin (b) Respon RT (menit) Gambar 10 Kromatogram asam amino daging lintah laut kering Respon RT (menit) Gambar 11 Kromatogram asam amino jeroan lintah laut kering

42 Gambar 10 dan 11 menunjukkan bahwa kromatogram asam amino yang dihasilkan mempunyai peak-peak yang menggambarkan banyaknya jenis komponen dalam sampel. Setiap kromatogram yang terbentuk pada masingmasing uji mempunyai noise-noise pengganggu yang mengotori kromatogram. Noise-noise tersebut terbentuk akibat adanya pemecahan asam amino yang tidak sempurna selama hidrolisis protein berlangsung. Selain itu, terbentuknya noisenoise pengganggu juga dapat disebabkan karena sampel yang diuji tidak dibersihkan dari komponen gizi lainnya seperti karbohidrat, mineral, dan lemak. Sampel yang mengandung banyak komponen didalamnya akan mempunyai kromatogram dengan banyak peak (Riyadi 2009). Jenis asam amino yang terdapat pada daging dan jeroan lintah laut didapat dengan cara membandingkan retention time standar asam amino dengan retention time sampel yang diuji. Retention time merupakan waktu yang diperlukan oleh sampel mulai dari saat injeksi sampai sampel mencapai peak maksimum (Riyadi 2009). Peak asam amino yang diuji akan memiliki nilai retention time yang sama dengan nilai retention time standar. Retention time asam amino lintah laut disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Nilai retention time asam amino lintah laut (Discodoris sp.) No. Jenis Asam Amino Nilai Retention Time Sampel Daging Jeroan Standar 1 Asam Aspartat 3,00+0,03 3,01+0,10 3,188 2 Asam Glutamat 4,45+0,11 4,57+0,05 4,415 3 Serin 5,68+0,04 5,71+0,04 5,643 4 Glisin 6,92+0,14 6,98+0,13 6,922 5 Histidin 8,50+0,14 8,61+0,07 8,408 6 Arginin 9,79+0,09 9,88+0,01 9,855 7 Treonin 11,13+0,05 11,23+0,08 11,027 8 Alanin 12,23+0,03 12,27+0,27 12,115 9 Prolin 13,37+0,05 13,35+0,07 13,35 10 Tirosin 14,78+0,15 14,82+0,08 14, Valin 17,21+0,07 15,97+0,12 15, Metionin 15,97+0,18 17,24+0,10 17, Sistein 18,55+0,04 18,61+0,13 18, Isoleusin 20,07+0,02 20,11+0,01 20, Leusin 21,71+0,06 21,71+0,10 21, Fenilalanin 23,29+0,04 23,37+0,03 23, Lisin 24,49+0,08 24,65+0,13 24, Taurin 3,00+0,03 2,26+0,07 2,228

43 Pengujian asam amino pada daging dan jeroan lintah laut menghasilkan hampir semua jenis asam amino esensial, kecuali triptofan, karena terjadinya kerusakan asam amino triptofan pada saat hidrolisis asam berlangsung. Tidak teridentifikasinya asam amino lainnya diduga karena terjadinya kerusakan pada tahap hidrolisis protein, pengeringan dan derivatisasi. Mutu protein ditentukan oleh jenis dan proporsi asam amino yang dikandungnya. Protein yang bermutu tinggi adalah protein yang mengandung semua jenis asam amino dalam proporsi yang yang sesuai untuk pertumbuhan. Semua protein hewani, kecuali gelatin merupakan protein yang bermutu tinggi (Almatsier 2006). Asam amino dibagi menjadi dua, yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino esensial merupakan asam amino yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh manusia (nutritive food) dan asam amino non esensial merupakan asam amino yang dapat dibentuk oleh tubuh manusia (Winarno 2008). Gambar 12 menunjukkan adanya 17 asam amino pada lintah laut kering (Discodoris sp.). Asam amino tersebut terdiri atas 9 asam amino esensial dan 8 asam amino non esensial. Asam amino esensial yang terdapat pada lintah laut kering adalah histidin, arginin, treonin, valin, metionin, isoleusin, leusin, fenilalanin, lisin. Asam amino non esensial yang terdapat pada lintah laut kering adalah asam aspartat, asam glutamat, serin, glisin, alanin, prolin, tirosin dan sistein. Kadar Asam Amino (mg/g) Jenis-jenis Asam Amino Gambar 12 Histogram kandungan asam amino lintah laut (Discodoris sp.), Daging lintah laut, Jeroan lintah laut

44 Kandungan asam amino esensial yang tertinggi pada daging dan jeroan lintah laut kering adalah leusin dengan nilai 13,8 mg/g dan 18,9 mg/g. Leusin merupakan asam amino yang paling banyak ditemui pada bahan pangan sumber protein. Leusin dan lisin merupakan asam amino esensial yang banyak ditemukan pada moluska laut (Villanueva et al. 2004). Kandungan asam amino non esensial yang tertinggi pada daging dan jeroan lintah laut kering adalah asam glutamat dengan nilai 25,7 mg/g dan 26,8 mg/g. Asam amino non esensial yang banyak ditemui di jaringan otot hewan adalah alanin, glisin, dan asam glutamat (Krug et al. 2009). Asam glutamat mengandung ion glutamat yang dapat merangsang beberapa tipe syaraf yang ada pada lidah manusia. Asam glutamat dan asam aspartat memberikan cita rasa pada seafood, namun dalam bentuk garam sodium seperti pada MSG akan memberikan rasa umami (Uju et al 2009). Asam glutamat merupakan komponen paling penting dalam pembentukan cita rasa pada makanan hasil laut. Tingginya kadar asam glutamat pada daging dan jeroan lintah laut disebabkan karena proses analisis yang menggunakan hidrolisis asam yang mempunyai derajat analisis yang lebih tinggi. Selain itu, asam amino glutamin dan asparagin mengalami deaminasi membentuk asam glutamat dan asam aspartat. Secara umum, kandungan asam amino yang paling banyak ditemui pada moluska laut adalah asam glutamat, asam aspartat, glisin, alanin dan taurin (Derby et al. 2007). Kandungan asam amino pada jeroan lintah laut kering pada umumnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan kandungan asam amino yang terdapat pada daging. Tingginya kandungan asam amino pada jeroan diduga karena terjadinya penguraian protein menjadi asam amino pada usus halus dan yang sebagian akan disimpan di dalam hati. Hal ini menyebabkan jeroan lintah laut kering memiliki kandungan asam amino yang lebih tinggi. Kandungan asam amino pada hewan laut dipengaruhi oleh jenis, organ yang diamati, umur panen, dan proses fisologis dari organisme itu sendiri (Litaay 2005). Taurin sering disebut sebagai asam amino, namun taurin bukanlah bagian dari penyusun protein di dalam tubuh manusia. Taurin tetap bebas berada dalam jaringan dan aliran darah. Kromatogram taurin daging dan jeroan lintah laut disajikan pada Gambar 13. Nilai retention time taurin lintah laut dapat dilihat pada

45 Tabel 5. Sama halnya dengan asam amino, perhitungan konsentrasi taurin juga didasarkan pada luas (area) tiap peak. Contoh perhitungan taurin dapat dilihat pada Lampiran 7. Respon Respon Noise pengganggu (a) RT (menit) (b) RT (menit) Gambar 13 Kromatogram taurin daging lintah laut kering (a); kromatogram taurin jeroan lintah laut kering (b) Gambar 13 menunjukkan bahwa kromatogram yang terbentuk pada masingmasing uji taurin memiliki noise pengganggu yang cukup banyak. Munculnya noise pengganggu pada masing-masing kromatogram diduga karena sampel lintah laut yang diuji tidak mengalami pemurnian terlebih dahulu. Hal ini mengakibatkan komponen non-taurin terdeteksi di kromatogram dan muncul sebagai noise pengganggu. Taurin merupakan salah satu asam amino bebas yang keberadaannya berlimpah. Taurin merupakan senyawa tidak esensial bagi nutrien manusia karena secara internal dapat disintesis dari asam amino metionin atau sistein dan piridoksin (Vitamin B6). Taurin di dalam tubuh berperan dalam pergerakan ionion magnesium, kalium, natrium dan kalsium dalam keluar dan masuk sel sehingga membantu koneksi impuls syaraf. Pada kondisisi tertentu, misalnya pada saat perkembangan dan pertumbuhan, taurin sangat diperlukan. Hal inilah yang menyebabkan keberadaan taurin banyak di dalam susu murni, telur dan ikan (Marsh dan May 2009).

46 Taurin merupakan asam amino bebas yang dominan terdapat pada banyak organisme laut. Berdasarkan Gambar 12 dapat dilihat bahwa kandungan taurin pada daging dan jeroan lintah laut kering adalah sebesar 2,8 mg/g dan 2,7 mg/g. Tingginya kadar taurin yang terdapat pada daging lintah laut kering jika dibandingkan dengan jeroan disebabkan karena pada umumnya taurin terdapat pada otot rangka dan sistem syaraf. Taurin juga banyak terdapat pada organ jantung, namun kandungan taurin pada jantung tidak lebih dominan dibandingkan dengan kandungan taurin pada otot rangka dan sistem saraf. Taurin ditemukan pada konsentrasi tinggi pada otak, organ pencernaan dan pada jaringan otot. Keberadaan taurin pada jaringan otot Haliotis rufescens sangat berlimpah (Krug et al. 2009). Taurin terdapat sekitar 79,5% dalam total asam amino pada otot abalon (Haliostis rubra) (Litaay 2005). 4.4 Pemenuhan Kecukupan Gizi Asam Amino Kandungan gizi bahan pangan berbeda-beda. Protein hewani mempunyai nilai biologis lebih tinggi dibandingkan dengan protein nabati. Hal ini disebabkan karena komposisi dan kadar asam amino pada hewan lebih lengkap dan lebih tinggi dibandingakan dengan komposisi asam amino pada tumbuhan (Trimartini 2008). Kandungan asam amino pada masing-masing spesies tidaklah sama. Masing-masing spesies memiliki proses fisiologis yang berbeda. Perbedaan kandungan asam amino ini juga dapat disebabkan oleh umur, musim penangkapan serta tahapan dalam daur hidup organisme (Okuzumi dan Fujii 2000; Litaay 2005). Komposisi asam amino pada daging dan jeroan lintah laut kering serta komposisi asam amino daging abalon dan kerang hijau dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan bahwa komposisi asam amino lintah laut lebih besar jika dibandingkan dengan asam amino yang terdapat pada abalon dan kerang hijau. Tingginya kandungan asam amino pada lintah laut menyebabkan peluang pemanfaatan lintah laut sebagai salah satu sumber asam amino cukup besar.

47 Tabel 6. Kandungan asam amino beberapa moluska laut dalam keadaan kering No. Jenis Asam Amino Daging Lintah Laut kering 1 Kandungan asam amino (mg/g) Jeroan Daging Lintah Laut Abalon 2 kering 1 Kerang Hijau 3 Kebutuhan ** (mg/g) 1 Asam Aspartat 11,30 12,50 0,09 0,19 ~ 2 Asam Glutamat 25,70 26,80 1,09 0,63 ~ 3 Serin 5,00 4,80 0,95 2,02 ~ 4 Glisin 11,20 11,70 1,74 5,32 ~ 5 Histidin* 6,30 5,80 0,23 1, Arginin* 4,80 4,90 2,99 7,43 ~ 7 Treonin* 5,80 5,30 0,82 2, Alanin 11,30 11,80 0,98 4,2 ~ 9 Prolin 4,90 4,90 0,83 1,93 ~ 10 Fenilalanin* 4,60 4,80 0,26 2,9 72*** 11 Tirosin 5,00 5,40 0,57 2,27 12 Valin* 7,90 7,90 0,37 5, Metionin* 9,80 10,00 0,13 2,12 14 Sistein 3,40 4, **** 15 Isoleusin* 6,10 6,60 0,18 3, Leusin* 13,80 18,90 0,24 6, Lisin* 10,40 9,70 0,76 5, Taurin 2,80 2,70 9,46 - ~ Keterangan: * Asam amino esensial; ** FAO/WHO (1985) diacu dalam Santoso et al. (1996) *** Jumlah fenilalanin + tirosin; **** Jumlah metionin + sistein 1 Hasil penelitian ini 2 Okuzumi dan Fujii (2000) 3 Fatima (1996) Rendahnya salah satu jenis asam amino pada lintah laut dapat dilengkapi dengan protein lain yang memiliki asam amino berbeda. Beberapa macam protein dapat saling mengisi dalam asam amino esensial. Dua jenis protein yang terbatas dalam asam amino yang berbeda, bila dimakan secara bersamaan di dalam tubuh dapat menjadi susunan protein yang lengkap. Dalam keadaan tercampur, asam amino yang berasal dari berbagai jenis protein dapat saling mengisi untuk menghasilkan protein yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan pemeliharaan (Almatsier 2006). Kekurangan salah satu jenis asam amino akan menyebabkan keseimbangan nitrogen menjadi negatif. Pembentukan jaringan baru hanya akan terlaksana apabila seluruh asam amino esensial tersedia dalam waktu bersamaan.

48 Asam amino pembatas pada daging dan jeroan lintah laut kering adalah sistein dengan nilai masing-masing 3,40 mg/g dan 4,00 mg/g. Asam amino esensial pembatas pada daging dan jeroan lintah laut kering adalah fenilalanin dengan nilai masing-masing adalah 4,60 mg/g dan 4,80 mg/g. Setiap jenis bahan pangan yang mengandung protein memiliki asam amino pembatas. Asam amino pembatas merupakan asam amino yang berada dalam jumlah paling sedikit, sehingga disebut sebagai asam amino pembatas (Harris dan Karmas1989). Histidin merupakan asam amino yang berfungsi mendorong pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Asam amino ini juga bermanfaat baik untuk kesehatan radang sendi. Kebutuhan tubuh akan histidin menurut FAO/WHO (1985) diacu dalam Santoso et al. (1996) adalah 26 mg/g. Daging dan jeroan lintah laut dapat menyumbang histidin sebesar 6,30 mg/g dan 5,80 mg/g. Treonin diperlukan tubuh untuk membentuk asam amino glisin dan serin. Treonin merupakan asam amino esensial yang berfungsi menjaga keseimbangan protein yang tepat di dalam tubuh, meningkatkan kemampuan usus dan proses pencernaan, penting dalam pembentukan kolagen dan elastin, membantu fungsi hati, jantung dan sistem syaraf pusat serta mencegah serangan epilepsi. Kebutuhan tubuh akan treonin menurut FAO/WHO (1985) diacu dalam Santoso et al. (1996) adalah 43 mg/g. Konsumsi daging dan jeroan lintah laut sebanyak 1 gram dapat menyumbangkan treonin sebesar 5,80 mg/g dan 5,30 mg/g. Fenilalanin merupakan asam amino esensial yang berperan penting dalam metabolisme tubuh. Fenilalanin juga berfungsi mengurangi rasa sakit dan mengatasi depresi. Fenilalanin diperlukan oleh kelenjar tiroid untuk menghasilkan tiroksin yang dapat mencegah penyakit gondok. Selain itu, fenilalanin juga berfungsi memproduksi epinefrin dan neropinefrin otak yang membantu dalam proses daya ingat dan daya hafal. Asam amino lain yang mempunyai kemiripan fungsi dengan fenilalanin adalah tirosin. Tirosin merupakan asam amino non esensial yang berfungsi mengurangi stres, anti depresi serta detoksifikasi obat dan kokain. Kebutuhan tubuh akan fenilalanin dan tirosin menurut FAO/WHO (1985) diacu dalam Santoso et al. (1996) adalah 72 mg/g. Daging dan jeroan lintah laut dapat menyumbang fenilalanin sebesar 4,80 mg/g dan 4,60 mg/g dan tirosin sebesar 5,00 mg/g dan 5,40 mg/g.

49 Valin merupakan asam amino rantai bercabang yang berfungsi sebagai prekursor glukogenik. Valin sangat penting untuk pertumbuhan dan memelihara jaringan otot. Valin juga dapat memacu kemampuan mental, memacu koordinasi otot, membantu perbaikan jaringan yang rusak dan menjaga keseimbangan nitrogen. Kebutuhan tubuh akan valin menurut FAO/WHO (1985) diacu dalam Santoso et al. (1996) adalah 55 mg/g. Daging dan jeroan lintah laut dapat menyumbang valin sebesar 7,90 mg/g dan 7,90 mg/g. Metionin diperlukan tubuh untuk memecah lemak agar tidak terjadi penumpukan lemak di arteri. Metionin mengandung belerang yang sangat penting untuk antioksidan alami tubuh. Metionin juga berfungsi menghasilkan asam amino lain, yaitu sistein. Sistein berfungsi menghilangkan racun dan meningkatkan kesehatan kardiovaskular. Kebutuhan tubuh akan metionin dan sistein menurut FAO/WHO (1985) diacu dalam Santoso et al. (1996) adalah 42 mg/g. Daging dan jeroan lintah laut dapat menyumbang metionin sebesar 9,80 mg/g dan 10,0 mg/g dan sistein sebesar 3,40 mg/g dan 4,00 mg/g. Isoleusin merupakan asam amino yang terkenal karena kemampuannya meningkatkan ketahanan tubuh. Isoleusin juga berfungsi menyembuhkan serta memperbaiki jaringan otot dan mempercepat pembekuan darah pada tempat cedera. Kebutuhan tubuh akan isoleusin menurut FAO/WHO (1985) diacu dalam Santoso et al. (1996) adalah 46 mg/g. Daging dan jeroan lintah laut dapat menyumbang isoleusin sebesar 6,10 mg/g dan 6,60 mg/g. Leusin bekerja dengan asam amino isoleusin dan valin dalam memperbaiki otot, mengatur gula darah, dan menyediakan cadangan energi. Leusin juga berfungsi meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan membantu membakar lemak viseral yang terletak di lapisan terdalam tubuh. FAO/WHO (1985) diacu dalam Santoso et al. (1996) adalah 93 mg/g. Daging dan jeroan lintah laut dapat menyumbang leusin sebesar 13,80 mg/g dan 18,90 mg/g. Lisin berfungsi sebagai bahan dasar antibodi darah, memperkuat sistem sirkulasi, mempertahankan pertumbuhan sel-sel normal bersama prolin dan vitamin C akan membentuk jaringan kolagen, menurunkan kadar trigliserida darah yang berlebih. Kebutuhan tubuh akan lisin menurut FAO/WHO (1985) diacu

50 dalam Santoso et al. (1996) adalah 66 mg/g. Daging dan jeroan lintah laut dapat menyumbang lisin sebesar 10,4 mg/g dan 9,70 mg/g. Asam amino sangat penting sebagai komponen pembangunan dasar seluruh jaringan tubuh, terutama neurotransmitter. Neurotransmitter merupakan bahan kimia yang berfungsi untuk membantu otak dalam menyerap informasi dan mengolahnya secara optimal di dalam sel-sel otak. Penyerapan asam amino oleh tubuh terjadi di usus halus dan di seluruh tubuh melalui peredaran darah. Apabila asam amino dari makanan melebihi kebutuhan tubuh, maka kelebihan asam amino tersebut tidak dapat ditimbun. Asam amino tersebut akan diubah menjadi lemak sebagai cadangan kalori tubuh (Trimartini 2008). Asam amino memiliki fungsi-fungsi biologis yang sangat penting. Asupan protein atau asam amino yang cukup sangat penting untuk pertumbuhan anakanak dan menjaga kesehatan orang dewasa. Beberapa fungsi biologis dari asam amino adalah meningkatkan sistem imun, mempengaruhi aktivitas saraf di otak, mempercepat perbaikan jaringan yang rusak, melindungi saluran pencernaan dari berbagai zat toksik, menurunkan tekanan darah, mengatur metabolisme kolesterol, mendorong sekresi hormon pertumbuhan dan mengurangi kadar amonia di dalam darah (Kamiya et al. 2002). Taurin memiliki dua peran utama dalam metabolisme manusia, yaitu taurin sebagai neurotransmitter dan sebagai pengemulsi asam empedu. Secara medis, taurin dapat menyembuhkan hepatitis akut. Pemberian taurin sebanyak 4 gram 3 kali sehari dapat menurunkan bilirubin dan asam empedu total secara signifikan (Matsuyama et al. 2001). Taurin juga dapat mengobati penyakit jantung. Orang yang menderita gagal jantung mengalami kemajuan kesehatan dengan melakukan terapi taurin dalam jumlah 3 sampai 5 gram per hari. Menurut penelitian Nakaya et al. (2000), taurin sangat efektif dalam meningkatkan metabolisme kolesterol, menurunkan kadar kolesterol dan triacylglycerol dalam darah dengan cara meningkatkan sekresi kolesterol menjadi asam empedu dan menurunkan produksi kolesterol. Metabolisme asam amino non esensial, termasuk glutamat, menyebar luas di dalam jaringan tubuh. Telah diketahui bahwa 57% dari asam amino yang diabsorpsi dikonversikan menjadi urea melalui hati, 6% menjadi plasma protein,

51 23% absorpsi asam amino melalui sirkulasi umum sebagai asam amino bebas, dan sisanya 14% tidak dilaporkan (Sukawan 2008).

52 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Lintah laut kering mengandung 17 asam amino yang terdiri dari 9 asam amino esensial dan 8 asam amino non esensial. Asam amino esensial yang terdapat pada lintah laut kering adalah histidin, arginin, treonin, valin, metionin, isoleusin, leusin, fenilalanin, lisin. Asam amino non esensial yang terdapat pada lintah laut kering adalah asam glutamat, asam aspartat, serin, glisin, alanin, prolin, tirosin dan sistein. Kandungan asam amino pada jeroan lintah laut kering lebih tinggi jika dibandingkan dengan kandungan asam amino yang terdapat pada daging. Kandungan asam amino esensial yang tertinggi pada daging dan jeroan lintah laut kering adalah leusin dengan nilai 13,8 mg/g dan 18,8 mg/g. Kandungan asam amino non esensial yang tertinggi pada daging dan jeroan lintah laut kering adalah asam glutamat dengan nilai 25,7 mg/g dan 26,8 mg/g. Asam amino pembatas pada daging dan jeroan lintah laut adalah sistein dengan nilai 3,4 mg/g dan 4 mg/g. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk melakukan penelitian mengenai kandungan asam amino yang terdapat pada lintah laut segar dan yang telah mengalami proses pengolahan serta dilakukannya pengujian asam amino triptofan agar data mengenai komposisi asam amino pada lintah laut semakin lengkap.

53 DAFTAR PUSTAKA Adnan M Teknik Kromatografi dalam Analisis Bahan Pangan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Alamatsier Y Prinsip Dasar Ilmu dan Gizi. Cetakan keenam. Jakarta: Gramedia. Andriyanti R Ekstraksi senyawa aktif antioksidan dari lintah lau (Discodoris sp) asal perairan Kepulauan Belitung [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. [AOAC] Association of Official Analytical Chemist Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington: The Association of Official Analytical Chemist, Inc. [BSN] Badan Standardisasi Nasional Teh Kering dalam Kemasan, SNI Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Basmal J, Syarifudin, Ma ruf WF Pengaruh konsentrasi larutan potassium hidroksida terhadap mutu kappa-karagenan yang diekstraksi dari Euchema cottonii. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 9(5): Budiyanto AK Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press. Derby CD, Kicklighter CE, Jhonson PM, Zang X Chemical Composition of Inks of Diverse Marine Molluscs Suggests Convergent Chemical Defenses. Journal J chem ecol. Vol (33): Duncan AW The Chemistry of Food and Nutrition. Manchester: F.C.S. Analytical Chemist. Edison T Amino acid: Esensial for our bodies. [02 Maret 2010] Fatima M Growth indices, nutritive value and chemical significance of the green mussel. Pakistan: Institute of Marine Science, University of Karachi. Girindra A Biokimia I. Jakarta: Gramedia. Hames D, Hooper N Biochemistry, 3 th. New York: Taylor dan Francis. Harli M Asam amino esensial. [14 Februari 2010].

54 Harris RS dan Karmas E Evalusi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan. Edisis ke-2. Bandung: ITB-Press. Hawab HM Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Diadit Media. Hayes KC, Stephan ZF, Sturman JA. (1980). Growth depression in taurinedepleted infant monkeys. J Nutr. Vol (110): Husgen AG, Scuhster R HPLC for Food Analysis. Germany: Agilent Technoligies Company. Kamiya T, Miyukigaoka, Shi T, Ibaraki (2002). Biological Functions and Health Benefits of Amino Acids. Foods Food Ingredients. No. 206 Krug PJ, Riffell JA, Zimmer RK Endogeneos signaling pathway dan chemical communication between sperm and egg. The Journal Experimental Biology 212: Lehninger AL Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Widyakarya Nasioanal Pangan dan Gizi. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Linder MC Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara Kimia. Aminuddin P, Penerjemah. Jakarta: UI Press. Litaay M Peranan nutrisi dalam siklus reproduksi abalone. Oseana. No 3:1-7. Mars R, May P Taurine. [26 Februari 2010]. Matsuyama Y, Morita T, Higuchi M, Tsujii T. (2001). The effect of taurine administration on patients with acute hepatitis. Prog. Clin. Biol. Res. 125: Nakaya Y, Minami A, Harada N, Sakamoto S, Niwa N, Ohnaka M Taurine improves insulin sensitivity in the Otsuka Long-Evans Tokushima Fatty rat, a model of spontaneous type 2 diabetes. American Journal of Clinical Nutrition. 71(1): Nasoetion A, Riyadi H, Mudjajanto ES Dasar-dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Nur MA, Adijuwana H, Kosasih Penuntun Praktikum Teknik Laboratorium. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

55 Nurjanah, Kustiariyah, Rusyadi S Karakteristik gizi dan potensi pengembangan kerang pisau (Solen spp) di perairan kabupaten Pemengkasan Madura. Jurnal Perikanan dan Kelautan 13(1):41-51 Nurjanah Karakterisasi lintah laut (Discodoris sp) dari perairan pantai Pulau Buton sebagai antioksidan dan antikolesterol [seminar pascasarjana]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Okuzumi M, Fujii T Nutritional and Functional Properties of Squid and Cuttlefish. Japan: National Cooperative Association of Squid Processors Patel S Taurin and energy drink: meant to be or doomed. Nashville: Psychology Department, Vanderbilt Universty. Riyadi W Identifikasi signal kromatogram HPLC. Rudman WB Discodoris lilacina. Sea slug. http.// [06 Oktober 2009]. Salamah E Analisis Kimia Menggunakan HPLC Bagian-I. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. Vol 3:1. Santoso J, Sumaryanto H, Hidayat A, Mulya S Pembuatan makan bayi (weaning food) dari campuran tepung beras dan konsentrat protein ikan. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 2(2): Shipton TA The Protein Requirements of the South African Abalone, Haliostis midaae. Grahamstown: Rhodes University Sitompul S Analisis asam amino dalam tepung ikan dan bungkil kedelai. Buletin Teknik Pertanian 9(1): Smayda R Contemporary review of therapeutic benefits of the amino acid taurin. The Journal of Biological Chemistry 257(6): Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi Analisa Bahan Makana dan Pertanian. Cetakan ke-3. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas, Universitas Gajah Mada. Sukawan UY Efek toksik monosodium glutamat pada binatang percobaan. SUTISNING 3: Suzuki T Fish and Krill Protein Processing Technology. London: Applied Science Publisher LTD. Trimartini Metabolisme asam amino. [14 Februari 2010].

56 Uju, Nurhayati T, Ibrahim B, Trilaksani W, Siburian M Karakterisasi dan recovery protein dari air cucian minced fish dengan membrane resrved osmosis. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan 12(2): Villanueva R, Riba J, Ruiz-Capillas C, Gonzales AV, Baeta M Amino acid composition of early stages of cephalopods and effect of amino acid dietary treatments on Octopus vulgaris paralarvae. Aqualculture 242 (2004): Welborn JR, Manahan DT Taurine Metabolism in larvae of marine molluscs (bivalvia, gastropoda). The Journal of Experimental Biology 198: Winarno FG Kimia pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia. Winarno FG, Fardiaz S, Fardiaz D Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: Gramedia. Witjaksono HT Komposisi kimia ekstrak dan minyak dari lintah laut (Discodoris boholensis) [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

57 LAMPIRAN

58 Lampiran 1 Contoh perhitungan analisis proksimat a. Kadar air No Ulangan B.Cawan B.sample B. sebelum di oven B.setelah di oven Hasil(%) 1 Daging 1 25,1765 1, , , , ,8328 1, , , ,56 2 Jeroan 1 24,7865 0, , ,5541 5, ,8206 0, , ,6104 5,79 % kadar air daging = x 100% = x 100% = 10,63%* % kadar air jeroan = x 100% = x 100% = 5,54% Keterangan: A = Berat cawan kosong (gram) B = Berat cawan dengan daging lintah (gram) C = Berat cawan dengan daging lintah setelah dikeringkan (gram). b. Kadar abu No Ulangan B.Cawan B.sample B.setelah di tanur Hasil(%) 1 Daging 1 24,01 5,1 24,4 7, ,93 5,18 24,35 7,92 2 Jeroan 1 19,72 5,03 20,83 22, ,90 5,01 21,04 22,75

59 Kadar abu daging (%) = x 100 % = x 100% = 7,65% Kadar abu jeroan (%) = x 100% = 22,06% c. Kadar abu tidak larut asam No Ulangan Bobot B.setelah B.cawan sampel di tanur Hasil(%) 1 Daging 1 5,1 23,76 23,77 0,19 2 5,18 20,79 20,81 0,38 2 Jeroan 1 5,03 16,04 16,36 6,36 2 5,01 19,89 20,22 6,59 Kadar abu tidak larut asam daging (%) = x 100% = x 100% = 0,19% Kadar abu tidak larut asam jeroan (%) = x 100% = 6,36% d. Kadar lemak No Ulangan B.sampel B.labu lemak B.setelah di oven Hasil 1 Daging 1 2, , ,6601 2,30 2 2, , ,0564 2,08 2 Jeroan 1 2, , ,1388 5,42 2 2, , ,3748 5,73

60 Kadar Lemak daging (%) = x 100% = = 2,30% x 100% kadar lemak jeroan (%) = x 100% = 5,42% Keterangan : W 1 = Berat sampel lintah (gram) W 2 = Berat labu lemak tanpa lemak (gram) W 3 = Berat labu lemak dengan lemak (gram) e. Kadar protein No Kode Ulangan B.sample Titrasi dengan HCl N HCl Hasil 1 Daging 1 0, ,95 0,09 54,06 2 0, ,75 0,09 54,23 2 Jeroan 1 0, ,45 0,09 41,70 2 0, ,50 0,09 41,65 Nitrogen daging (%) = x 100% = x 100% = 8,65% Kadar protein daging = 8,65% x 6,25 = 54,07% Nitrogen jeroan (%) = x 100% = 6,67% Kadar protein jeroan = 6,67% x 6,25 = 41,7%

61 f. Kadar karbohidrat Karbohidrat daging (%) = 100 % - (% air + % abu+ % lemak + % protein + % serat kasar) = 100 % - (10,63% + 7,65% + 2,30% + 54,06% + 1,1 % = 24,25% Karbohidrat jeroan (%) = 100 % - (% air + % abu+ % lemak + % protein + % serat kasar) = 100% - (5,54% + 22,06% + 5,42% + 41,7%) = 25,28%

62 Lampiran 2 Prosedur analisis asam amino Penimbangan sampel 0,1 g Penambahan HCl 6 N sebanyak 10 ml Pemanasan dalam oven 100 o C selama 24 jam Penyaringan dengan kertas saring milipore Pencampuran 30 µl contoh dengan 30 µl larutan pengering Penambahan 30 µl larutan derivatisasi Pendiaman selama 20 menit Penambahan natrium asetat 1 M 20 ml Penginjekan ke HPLC

63 Lampiran 3 Prosedur analisis taurin Penimbangan sampel 0,5 g Penambahan air suling sebanyak 80 ml Penambahan pereaksi carrez sebanyak 1 ml Pengocokan Pengenceran sampai tanda tera Pengocokan Penyaringan dengan kertas saring whatman Penyimpanan di tempat yang gelap Pemipetan 1 ml sampel Penambahan 1 ml natrium karbonat dan 1 ml dansil Pendiaman selama 2 jam Pengocokan Penambahan 0,5 metilamin hidroklorida Pengocokan Penginjeksian ke HPLC

64 Lampiran 4 Berat molekul asam amino dan nilai retention time masing-masing asam amino No Jenis asam amino Nilai retention time sampel Bobot daging jeroan molekul I II III I II III 133,1 3,05 3,01 2,967 2,967 2,95 3,123 1 Asam Aspartat 2 Asam 147,2 4,395 4,355 4,618 4,618 4,513 4,577 Glutamat 3 Serin 105 5,63 5,67 5,747 5,747 5,68 5,688 4 Glisin 75 6,795 6,858 7,13 7,13 6,895 6,917 5 Histidin 155,1 8,4 8,508 8,61 8,61 8,68 8,542 6 Arginin 174,2 9,697 9,805 9,892 9,892 9,873 9,865 7 Treonin 119,1 11,075 11,192 11,152 11,152 11,24 11,303 8 Alanin 89 12,188 12,248 12,255 12,522 12,3 11,983 9 Prolin 115,1 13,36 13,43 13,32 13,32 13,433 13,3 10 Tirosin 181,1 14,623 14,828 14,918 14,918 14,773 14, Valin 117,1 16,045 15,762 16,107 16,107 15,87 15, Metionin 149,2 17,165 17,175 17,302 17,302 17,3 17, Sistein 120,1 18,575 18,587 18,497 18,497 18,747 18,59 14 Isoleusin 131,1 20,072 20,053 20,097 20,097 20,12 20, Leusin 131,1 21,745 21,64 21,755 21,755 21,785 21, Fenilalanin 165,1 23,268 23,262 23,35 23,35 23,365 23,4 17 Lisin 146,1 24,405 24,562 24,528 24, ,793 24, Taurin 2,288 2,228 2,198 2,187 2,328 2,235

65 Lampiran 5 Luas area standar dan luas area sampel pada masing-masing asam amino No Jenis asam amino Luas Luas area sampel area Daging Jeroan standar I II III I II III Asam Aspartat 2 Asam Glutamat 3 Serin Glisin Histidin Arginin Treonin Alanin Prolin Tirosin Valin Metionin Sistein Isoleusin Leusin Fenilalanin Lisin Taurin

66 Lampiran 6 Contoh perhitungan asam amino Daging lintah laut, ulangan 1 A. amino asam aspartat (%) = = = 1,11% Jeroan lintah laut, ulangan 1 Asam amino asam aspartat = = = 1,97%

67 Lampiran 7 Contoh perhitungan taurin Taurin (%) = x C x = x 0,1 % x = 0,28% Taurin (%) = x C x = x 0,1 % x = 0,27%

68 Lampiran 8 Kandungan Asam Amino pada Daging Lintah Laut No. Jenis Asam Amino Hasil (%) Ratarata Standar deviasi I II III 1 Asam Aspartat 1,11 1,07 1,20 1,13 0, Asam Glutamat 2,59 2,52 2,59 2,57 0, Serin 0,50 0,51 0,48 0,50 0, Glisin 1,11 1,08 1,17 1,12 0, Histidin 0,62 0,63 0,64 0,63 0, Arginin 0,48 0,48 0,48 0,48 0, Treonin 0,58 0,57 0,58 0,58 0, Alanin 1,08 1,15 1,16 1,13 0, Prolin 0,49 0,48 0,50 0,49 0, Tirosin 0,49 0,49 0,53 0,50 0, Valin 0,79 0,75 0,83 0,79 0, Methionin 0,98 0,97 0,99 0,98 0, Sistein 0,35 0,32 0,34 0,34 0, Isoleusin 0,61 0,61 0,62 0,61 0, Leusin 1,39 1,32 1,42 1,38 0, Phenilalanin 0,45 0,46 0,47 0, Lisin 1,05 1,05 1,02 1,04 0, Taurin 0,28 0,28 0,28 0,28 0,0016

69 Lampiran 9 Kandungan Asam Amino pada Jeroan Lintah Laut No. Jenis Asam Hasil (%) Standar deviasi Rata-rata Amino I II III 1 Asam Aspartat 1,20 1,29 1,28 1,25 0, Asam Glutamat 2,70 2,67 2,68 2,68 0, Serin 0,49 0,49 0,48 0,48 0, Glisin 1,17 1,16 1,18 1,17 0, Histidin 0,64 0,56 0,53 0,58 0, Arginin 0,48 0,50 0,50 0,49 0, Treonin 0,50 0,54 0,55 0,53 0, Alanin 1,16 1,19 1,19 1,18 0, Prolin 0,50 0,50 0,49 0,49 0, Tirosin 0,53 0,52 0,56 0,54 0, Valin 0,83 0,78 0,77 0,79 0, Methionin 0,99 1,02 1,01 1,00 0, Sistein 0,41 0,40 0,39 0,40 0, Isoleusin 0,64 0,65 0,69 0,66 0, Leusin 1,89 1,88 1,89 1,89 0, Phenilalanin 0,47 0,48 0,48 0,48 0, Lisin 1,02 0,93 0,96 0,97 0, Taurin 0,27 0,27 0,27 0,27 0,0026

70 Lampiran 10 Dokumentasi Kegiatan Analisis kadar air Analisis kadar abu Analisis kadar abu tidak larut asam Analisis kadar lemak Analisis kadar protein High Performance Liquid Chromatography Rekorder

2 TINJAUAN PUSTAKA. Sub Kelas : Opistobranchia : Nudibranchia. Morfologi lintah laut dapat dilihat pada Gambar 1.

2 TINJAUAN PUSTAKA. Sub Kelas : Opistobranchia : Nudibranchia. Morfologi lintah laut dapat dilihat pada Gambar 1. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Lintah Laut (Discodoris sp.) Lintah laut merupakan salah satu biota laut yang termasuk ke dalam famili dorididae. Menurut Rudman (1999), lintah laut dapat

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 14 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Laboratorium Pengolahan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Baku Lintah laut yang digunakan pada penelitian ini adalah Discodoris sp. yang berasal dari kepulauan Belitung. Lintah laut yang digunakan berupa lintah laut

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ASAM AMINO DAN KOMPONEN BIOAKTIF SOTONG (Sepia recurvirostra) SUHANA SULASTRI

KARAKTERISTIK ASAM AMINO DAN KOMPONEN BIOAKTIF SOTONG (Sepia recurvirostra) SUHANA SULASTRI KARAKTERISTIK ASAM AMINO DAN KOMPONEN BIOAKTIF SOTONG (Sepia recurvirostra) SUHANA SULASTRI DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 20 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2011. Sampel sotong diambil di Muara Angke, Jakarta. Identifikasi sotong dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan buntal pisang

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan buntal pisang 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Buntal Pisang (Tetraodon lunaris) Puffer fish (Tetraodontiformes) merupakan kelompok ikan yang memiliki karakteristik adaptasi yang tinggi pada perairan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 15 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012. Preparasi bahan baku, perhitungan rendemen, dan analisis morfometrik dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PROFIL ASAM AMINO KERANG BULU (Anadara antiquata) TAUFIK HIDAYAT

PROFIL ASAM AMINO KERANG BULU (Anadara antiquata) TAUFIK HIDAYAT PROFIL ASAM AMINO KERANG BULU (Anadara antiquata) TAUFIK HIDAYAT DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK TAUFIK HIDAYAT. C34070047.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

Metabolisme Protein. Tenaga. Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA

Metabolisme Protein. Tenaga. Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA Metabolisme Protein Tenaga Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA Metabolisme protein Tenaga Pendahuluan Metabolisme protein dan asam amino Klasifikasi asam amino Katabolisis

Lebih terperinci

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti yang paling utama) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

BIOMOLEKUL II PROTEIN

BIOMOLEKUL II PROTEIN KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 22 Sesi NGAN BIOMOLEKUL II PROTEIN Protein dan peptida adalah molekul raksasa yang tersusun dari asam α-amino (disebut residu) yang terikat satu dengan lainnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

EKSTRAKSI SENYAWA AKTIF ANTIOKSIDAN DARI LINTAH LAUT (Discodoris sp.) ASAL PERAIRAN KEPULAUAN BELITUNG

EKSTRAKSI SENYAWA AKTIF ANTIOKSIDAN DARI LINTAH LAUT (Discodoris sp.) ASAL PERAIRAN KEPULAUAN BELITUNG EKSTRAKSI SENYAWA AKTIF ANTIOKSIDAN DARI LINTAH LAUT (Discodoris sp.) ASAL PERAIRAN KEPULAUAN BELITUNG Oleh : Rizki Andriyanti C34050241 DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 18 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Pantai Ekowisata Mangrove, Pantai Kapuk, Muara Karang, Jakarta Utara.

Lebih terperinci

BAB IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV Hasil dan Pembahasan BAB IV Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian yang dilakukan, dipilih sampel berupa daging teripang hitam (Holothuria edulis) yang sudah dikeringkan. Analisis pendahuluan berupa penentuan kadar protein

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 17 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari Januari sampai April 2010. Keong pepaya dibeli dari nelayan di sekitar Perairan Cirebon. Analisis proksimat keong ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 12 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2012. Penelitian dilakukan di Laboratorium Karakterisasi Bahan Baku Hasil Perairan (preparasi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Desikator. H 2 SO 4 p.a. pekat Tanur pengabuan

3 METODOLOGI. Desikator. H 2 SO 4 p.a. pekat Tanur pengabuan 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2011 sampai dengan Juni 2011. Sampel anemon laut (Stichodactyla gigantea) diambil disekitar kawasan Pulau Pramuka, Taman Nasional

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XVIII PENGUJIAN BAHAN SECARA KIMIAWI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 12 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2012. Penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel dari Balai Riset Pengembangan Budidaya Laut Lampung.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia pangan terdapat banyak sekali bahan tambahan pangan (BTP). Salah satu BTP yang paling sering dijumpai di masyarakat adalah bumbu penyedap rasa berbentuk blok.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggandaan dan penyediaan asam amino menjadi amat penting oleh karena senyawa tersebut dipergunakan sebagai satuan penyusun protein. Kemampuan jasad hidup untuk membentuk

Lebih terperinci

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein II. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Menganalisis unsur-unsur yang menyusun protein 2. Uji Biuret pada telur III. DASAR

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ASAM AMINO DAGING KERANG TAHU (Meretrix meretrix), KERANG SALJU (Pholas dactylus) DAN KEONG MACAN (Babylonia spirata) RIZKY CHAIRUNISAH

KARAKTERISTIK ASAM AMINO DAGING KERANG TAHU (Meretrix meretrix), KERANG SALJU (Pholas dactylus) DAN KEONG MACAN (Babylonia spirata) RIZKY CHAIRUNISAH KARAKTERISTIK ASAM AMINO DAGING KERANG TAHU (Meretrix meretrix), KERANG SALJU (Pholas dactylus) DAN KEONG MACAN (Babylonia spirata) RIZKY CHAIRUNISAH DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu, Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU),

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 15 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai bulan Mei 2010. Tempat penelitian di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

Asam Amino dan Protein

Asam Amino dan Protein Modul 1 Asam Amino dan Protein Dra. Susi Sulistiana, M.Si. M PENDAHULUAN odul 1 ini membahas 2 unit kegiatan praktikum, yaitu pemisahan asam amino dengan elektroforesis kertas dan uji kualitatif Buret

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakan terdiri dari pakan buatan dan pakan alami. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan disesuaikan dengan jenis hewan baik ukuran, kebutuhan protein, dan kebiasaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

ASAM AMINO PERAIRAN BOGOR 20100

ASAM AMINO PERAIRAN BOGOR 20100 PENGARUH PENGGORENGAN TERHADAP KARAKTERISTIKK ASAM AMINO IKAN BUNTAL PISANG (Tetraodon lunaris) DARI PERAIRAN KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT GINANJAR PRATAMA C34061700 DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 17 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2012. Karakterisasi limbah padat agar, pembuatan serta karakterisasi karbon aktif dilakukan di Laboratorium Karakterisasi

Lebih terperinci

Asam amino merupakan komponen utama penyusun

Asam amino merupakan komponen utama penyusun ANALISIS ASAM AMINO DALAM TEPUNG IKAN DAN BUNGKIL KEDELAI Saulina Sitompul Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein, dan dibagi dalam dua kelompok yaitu asam amino esensial dan non-esensial.

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011, dan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat produk yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Formulir organoleptik

Lampiran 1 Formulir organoleptik LAMPIRA 55 56 Lampiran Formulir organoleptik Formulir Organoleptik (Mutu Hedonik) Ubi Cilembu Panggang ama : o. HP : JK : P / L Petunjuk pengisian:. Isi identitas saudara/i secara lengkap 2. Di hadapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Kandungan air dalam suatu bahan perlu diketahui untuk menentukan zatzat gizi yang terkandung dalam bahan pangan tersebut. Kadar air dalam pangan dapat diketahui melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial PROTEIN KEGUNAAN 1. Zat pembangun dan pengatur 2. Sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N 3. Sumber energi Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) LAMPIRAN 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) METODE PENGUJIAN Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer ditambahkan larutan

Lebih terperinci

c. Kadar Lemak (AOAC, 1995) Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet

c. Kadar Lemak (AOAC, 1995) Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet Lampiran 1. Prosedur Analisis a. Kadar Air (AOAC, 1995) Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Sebelum digunakan, cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu 100 o C selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml - BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Alat alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss alat destruksi Kjeldahl 250ml - - alat destilasi uap - - - labu destruksi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2011 bertempat di Laboratorium Biologi Mikro 1 untuk identifikasi keong ipong-ipong, Departemen

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian. III.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dalam Penelitian

Metodologi Penelitian. III.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dalam Penelitian BAB III Metodologi Penelitian III. Bahan dan Alat yang Digunakan dalam Penelitian Obyek penelitian ini adalah teripang hitam (holothuria edulis). Sampel berupa daging teripang hitam (Holothuri edulis)

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 24 Sesi NGAN Review IV A. KARBOHIDRAT 1. Di bawah ini adalah monosakarida golongan aldosa, kecuali... A. Ribosa D. Eritrosa B. Galaktosa E. Glukosa C. Fruktosa

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian 15 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012 bertempat di Laboratorium Biokimia Hasil Perairan (preparasi sampel dan analisis

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian 15 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Karakterisasi Bahan Baku Hasil Perairan (preparasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

Protein. Kuliah Biokimia ke-3 PROTEIN

Protein. Kuliah Biokimia ke-3 PROTEIN Protein Kuliah Biokimia ke-3 PS Teknologi Hasil Pertanian Univ.Mulawarman Krishna P. Candra, 2015 PROTEIN Protein berasal dari kata latin Proteus (penting) Makromolekul yang dibentuk dari satu atau lebih

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan antara lain : oven, autoklap, ph meter, spatula, saringan, shaker waterbath,

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA

PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I UJI ASAM AMINO UJI MILLON UJI HOPKINS-COLE UJI NINHIDRIN Oleh LUCIANA MENTARI 06091010033 PROGRAM PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 15 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai Juni 2011 bertempat di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan dan Laboratorium Preservasi dan

Lebih terperinci

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis. 1. Kadar Air (AOAC, 1999) Sebanyak 3 gram sampel ditimbang dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobot keringnya. tersebut selanjutnya dikeringkan dalam oven

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan

Lebih terperinci

: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif.

: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif. II. Tujuan : Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif. III. Alat dan bahan : Rak tabung reaksi Tabung reaksi Gelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

METODE. Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat 22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu 1. Analisa Proksimat a. Kadar Air (AOAC 1999) Sampel sebanyak 2 g ditimbang dan ditaruh di dalam cawan aluminium yang telah diketahui

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.3 Metode Penelitian. 3.1 Waktu dan Tempat

3 METODOLOGI. 3.3 Metode Penelitian. 3.1 Waktu dan Tempat 10 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan. Bahan penelitian berupa hasil samping produksi karagenan diperoleh dari PT. Araminta Sidhakarya, Tangerang. Fermentasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2012. Cangkang kijing lokal dibawa ke Laboratorium, kemudian analisis kadar air, protein,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP PROFIL PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA KEONG MATAH MERAH (Cerithidea obtusa) ZARA TAHIRA INSANABELLA

PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP PROFIL PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA KEONG MATAH MERAH (Cerithidea obtusa) ZARA TAHIRA INSANABELLA PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP PROFIL PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA KEONG MATAH MERAH (Cerithidea obtusa) ZARA TAHIRA INSANABELLA DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci