BAB I PENDAHULUAN. menyebut gambar hiasan, kata tambahan untuk memperindah, penyebutan tandatanda

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. menyebut gambar hiasan, kata tambahan untuk memperindah, penyebutan tandatanda"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunga diartikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai bagian dari tumbuhan yang akan menjadi buah, memiliki warna yang elok dan harum. Bunga diartikan pula sebagai kata untuk menyebutkan jenis bunga tertentu, menyebut gambar hiasan, kata tambahan untuk memperindah, penyebutan tandatanda baik, dan kata yang digunakan untuk menyebut sesuatu yang elok atau cantik. Bunga atau dalam bahasa Korea disebut kkot ( 꽃 ) diartikan melalui kamus Naver sebagai bagian dari tumbuhan yang tersusun dari putik, benang sari, mahkota, kelopak, serta memiliki bentuk dan warna yang beragam. Bunga diartikan pula sebagai sesuatu dari bagian tumbuhan yang mekar. Kemudian, bunga digunakan pula untuk menyebut perempuan cantik atau memiki popularitas. Bunga secara umum, digunakan untuk menyebutkan sesuatu yang indah dan berwarna, serta dikaitkan untuk menyebut sesuatu yang dianggap cantik atau indah. Bunga dan keindahan seperti telah melekat sehingga bunga digunakan untuk menyebut suatu keindahan. Bunga lekat dengan makna indah, digunakan sebagai sesuatu yang dimaknai melalui karya sastra yang dianggap memiliki keindahan melalui makna dan bahasa. Keindahan dalam karya sastra, diungkapkan sebagai suatu yang menyentuh hati atau perasaan yang memiliki syarat keutuhan, keselarasan, dan kejelasan (Noor, 1

2 2 2005: 22). Karya sastra, disusun sedemikin rupa untuk mencapai suatu keutuhan, keselarasan, dan kejelasan yang menyentuh hati atau perasaan. Penyusunan suatu karya penuh dengan kesengajaan untuk mencapai suatu keindahan dalam karya sastra. Puisi kerap disebut sebagai hasil suatu karya yang memiliki keindahan dilihat dari makna dan susunan bahasanya. Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra, sukar untuk dideskripsikan pengertiannya. Namun, sesuatu yang mampu membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas, dan dapat menimbulkan keharuan dapat dikategorikan sebagai puisi (Pradopo, 1987: 13). Pengertian puisi seperti yang dinyatakan oleh Teeuw ini, sering kali berubah mengingat hakekatnya sebagai suatu karya seni yang kerap mengalami ketegangan antar konveksi dan pemabaruan (Pradopo, 1987: 3). Lirik lagu sebagai karya sastra, memiliki unsur penyusun yang sama seperti puisi karena memperhatikan makna dan susunan bahasanya untuk mencapai suatu keindahan. Penelitian ini menggunakan lirik lagu karena adanya pembacaan yang tetap terhadap kata-kata dalam susunan lirik lagu. Pembacaan suatu puisi memunculkan unsur-unsur yang melebihi puisi itu sendiri. Perbedaan gaya pengucapan, penekanan, tempo, dan tinggi rendah suara ditentukan oleh kepribadian pembaca, dan menunjukkan interpretasi pembaca terhadap puisi yang dibacanya (Wellek dan Warren, 2014: 162). Lirik lagu memiliki pembacaan kata dengan nada sehingga ketetapan dalam pembacaannya tidak berubah. Terlebih, lirik lagu memiliki nada yang diciptakan sehingga dapat

3 3 menghidupkan setiap kata yang ingin dipaparkan dan mempermudah dalam pemahaman terhadap penekanan yang ingin disampaikan. Karya sastra tercipta dari pemikiran kreatif yang diupayakan memiliki keindahan sehingga sastra dapat dikatakan sebagai hasil dari suatu karya seni. Sastra adalah sebuah kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 2014: 3). Suatu pemikiran kreatif yang melahirkan karya yang memiliki suatu seni, mementingkan keindahan dan makna yang ingin disampaikan karena fungsi sastra sebagai suatu alat untuk menyampaikan maksud terhadap pembaca. Keindahan dalam lirik lagu sebagai karya sastra, kerap mengalami pemadatan untuk memenuhi keindahan secara susunan bahasa. Namun, hal ini tidak dapat dikesampingkan untuk memenuhi keindahan karena puisi ataupun lirik lagu memiliki tujuan untuk dapat dipahami sehingga makna menjadi hal penting yang harus diutamakan sehingga kejelasan, keselarasan, dan keutuhan menjadi keindahan yang menyeluruh dan mendapat perhatian yang sama. Karya sastra memanfaatkan sarana-sarana bahasa secara lebih sistematis dan dengan sengaja (Wellek dan Warren, 2014:15). Hal ini dilakukan untuk mencapai keindahan yang padat makna. Hasil karya sastra disusun sedemikian rupa untuk memaksimalkan penggunaan bahasa yang sistematis dan penuh kesengajaan sehingga hal yang dikemukakan dalam suatu karya bukan suatu kebetulan, tetapi hal yang telah dipikiran dan memiliki maksud tertentu. Penelitian ini meneliti sembilan lagu berjudul bunga atau dalam bahasa Korea disebut dengan kkot ( 꽃 ). Bunga yang secara umum diartikan sebagai suatu keindahan, digunakan dalam karya sastra yang memiliki keindahan secara makna

4 4 dan bahasa. Penggabungan bunga sebagai simbol keindahan dan lirik lagu sebagai karya sastra yang indah, menimbulkan pertanyaan tentang tema yang terdapat dalam lagu berjudul bunga. Tema yang mencakup keseluruhan makna dalam mengemukkan bunga, menjadi hal yang menarik karena menggunakan simbol keindahan untuk menyusun suatu makna dengan memperhatikan faktor keindahan secara susunan bahasa dan makna. Makna menyeluruh atau tema yang berusaha dikemukakan, akan memperhatikan konflik dan karakter. Konflik sebagai sarana sastra, lebur dan berperan sebagai tema, sehingga pembahasan konflik dapat digunakan untuk menentukan tema. Kemudian, karakter menjadi hal yang penting karena menjalankan konflik. Karakter dihidupkan dengan pemaparan konflik yang ditimbulkan, karena itu untuk dapat memahami konflik maka karakter penting untuk mempermudah pemahaman tentang hal yang ingin disampaikan dengan memperhatikan cara berfikir dan penyelesaian suatu permasalahan yang dialami oleh suatu karakter. Penentuan tema pokok mencakup berbagai hal karena tema pokok mewakili keutuhan dari suatu karya. Apabila tema telah ditemukan, maka makna bunga pada lagu dapat dengan mudah dipaparkan. Bunga memiliki tempat khusus dalam masyarakat Korea, salah satunya mugunghwa ( 무궁화 ) yang lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai bunga sharon. Bunga ini dijadikan sebagai bunga nasional. Mugunghwa tidak memiliki wangi atau warna yang mencolok, tetapi memiliki kemampuan untuk mekar yang

5 5 lama yaitu sekitar 100 hari. Bunga ini merepresentasikan keadaan masyarakat Korea tentang ketekunan, kelembutan, dan keteguhan. Bunga banyak digunakan pula sebagai judul lagu, penelitian ini menggunakan sembilan lagu berjudul bunga pada periode waktu 2011 hingga Periode ini digunakan tidak untuk membatasi periode karya sastra namun untuk mempermudah pengumpulan data karena lirik lagu sebagai bagian dari puisi merupakan karya sastra yang tidak terkurung oleh waktu, dapat dibandingkan semua zaman, walaupun bentuknya selalu berubah, berkembang, dan penuh dengan kemungkinan. Kesusasteraan bukan suatu seri karya yang unik dan tak punya kesamaan satu sama lain, dan bukan pula sejumlah karya yang terkurung oleh lingkungan waktu. Sebaliknya, sastra juga bukan suatu semesta yang sudah tercetak serba sama dan tidak berubah. Pendapat tersebut berdasarkan sudut pandang perspektivisme (Wellek dan Warren, 2014: 41). Penelitian dilakukan terhadap sembilan lagu berjudul bunga yang dirilis pada Berikut daftar lagu yang akan dianalisis: Judul dan Penyanyi Judul dan Penyanyi Tanggal Rilis 1. 꽃 - 하와이 1. Bunga - Hwaaii 17 Agustus 꽃 - 아이비 2. Bunga - Ivy 27 April 꽃 - 김동현 3. Bunga - Kim Dong Hyun 17 Februari 꽃 - 타이미 4. Bunga - Tymee 10 Juli 꽃 - 준수 feat Tablo 5. Bunga - Junsu feat Tablo 3 Maret 꽃 - 스웨덴세탁소 6. Bunga - Sweden Laundry 20 Maret 꽃 - 이루판트 7. Bunga - Eluphant 8 Juli 꽃 - 조수미 8. Bunga - Jo Su Mi 27 Agustus 꽃 - 개인플레이 9. Bunga - Gainplay 15 Desember 2015

6 6 Sembilan lagu dipilih berdasarkan waktu rilis untuk mempermudah pencarian terhadap penggunaan bunga sebagai judul lagu dan untuk keterfokusan dalam penelitian terhadap tema dalam lagu berjudul bunga. Lagu bunga yang dipopulerkan oleh Sumi Jo( 조수미 ) pada 2015, pertama kali dipopulerkan oleh penyanyi Kim Gwang Seok ( 김관석 ) pada 1991, kemudian pada 2012 dipopulerkan kembali oleh penyanyi IU ( 아이유 ). Ketiga penyanyi menyampaikan maksud dengan susunan lirik yang berbeda dan menggunakan penekanan nada yang berbeda pula. Perbedaan tersebut membuktikan bahwa susunan dalam lirik merupakan kesengajaan yang memiliki makna dan maksud tertentu, serta penekanan pada nada baca mempengaruhi maksud dalam lirik. Fungsi sastra menurut sejumlah teoretikus, adalah untuk membebaskan pembaca dan penulisnya dari tekanan emosi. Mengekspresikan emosi berarti melepaskan diri dari emosi itu (Wellek Warren, 2014: 32). Mengucapkan penekanan yang sama seperti yang disampaikan oleh penyanyi, merupakan cara peluapan emosi dengan menempatkan diri pada posisi penyanyi sehingga penekanan terhadap isi dapat lebih mudah dipahami oleh diri. Mengikuti cara baca penyanyi dalam pembacaan lirik menjadi ketetapan yang dapat membatasi fungsi lirik untuk dinikmati secara bebas. Hal ini merupakan kekurangan dan kelebihan yang dianggap sebagai sesuatu yang melekat pada penilaian lirik lagu. Penulis menganggap hal tersebut sebagai kelebihan karena dengan pembacaan yang konsisten dapat mempermudah penangkapan maksud melalui penekanan yang ditegaskan dan ditonjolkan untuk diungkapkan.

7 7 Penelitian sastra sewajarnya bertolak dari interpretasi dan analisis karya sastra itu sendiri sebab ketertarikan untuk membahas pengarang, lingkungan sosial, dan proses sastra karena adanya karya sastra (Wellek dan Warren, 2014: 156). Pembahasan tema berdasarkan keunikan pada bunga sebagai kata yang telah lekat dengan makna keindahan, kemudian dimaknai secara indah dan menggunakan susunan bahasa yang indah pula. 1.2 Rumusan Masalah Bunga sebagai sesuatu yang diartikan sebagai keindahan, dianalisis melalui lirik lagu sebagai hasil dari karya sastra yang indah dilihat dari makna dan susunan bahasanya. Dua keindahan yang dipadukan menjadi kesatuan utuh sebagai hasil karya sastra, menimbulkan pertanyaan tentang tema lagu. Rumusan masalah penelitian meliputi pertanyaan tentang : 1. Apa tema pokok dari lagu berjudul bunga? 2. Apakah bunga selalu diekspresikan sebagai keindahan? 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Penggunaan judul lagu dengan kata bunga atau dalam bahasa Korea disebut sebagai kkot ( 꽃 ) memiliki jumlah yang banyak dan mencakup jangkauan waktu yang luas pula. Penelitian ini membatasi periode penggunaan lagu berjudul kkot ( 꽃 ) atau bunga, terhitung dari tahun 2011 hingga Hal ini dilakukan untuk membatasi jumlah lagu yang digunakan sebagai objek penelitian agar fokus penelitian dapat tercapai.

8 8 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Bunga sebagai salah satu simbol yang umum digunakan untuk menyatakan keindahan, diteliti melalui lirik lagu yang merupakan salah satu dari hasil karya sastra yang memiliki unsur indah. Penelitian ini, mencoba menghubungkan pengertian tentang bunga sebagai keindahan melalui pernyataan suatu karya sastra, sehingga bertujuan untuk mengemukakan makna bunga melalui analisis tema. Penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan manfaat praktis dalam mengemukakan makna melalui tema lagu yang berkaitan dengan bunga, serta memberikan manfaat teoretis dalam perkembangan penelitian tentang makna bunga melalui tema. 1.5 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan terhadap skripsi yang berjudul "Makna Bunga Sakura dalam Tiga Lirik Lagu AKB48" yang ditulis pada 2014 oleh Fath Yustia Hendrawan. Pemaknaan bunga dengan jenis karakter bunga sakura tersebut memiliki kesimpulan bahwa bunga sakura mereprentasikan akhir dari masa lalu dan awal dari masa depan. Skripsi ini dianalisis dengan memanfaatkan teori semiotika riffaterre. Fath Yustia Hendrawan melihat keunikan dalam lirik lagu yang memiliki periode waktu peluncuran yang hampir bersamaan antara Februari-Maret yang merupakan rentang waktu yang mendekati kelulusan sekolah dan universitas di Jepang.

9 9 Skripsi tersebut menganalisis tentang makna bunga sakura dan karakteristik bunga sakura. Fath Yustia Hendrawan meneliti tiga lagu milik AKB48 yang menggunakan kata sakura dalam judul lagu. Berbeda dengan hal tersebut, analisis yang akan dilakukan penulis adalah pada tema dari sembilan lagu yang berjudul "bunga" dan dengan penyanyi yang beragam. Selain itu, kedua skripsi pun memanfaatkan kajian yang berbeda. Tinjauan Pustaka dilakukan pula dalam skripsi karya Agfinia Ika Puspita yang berjudul "Makna Simbol Kehidupan Wanita Korea dalam Novel Grafis ' 황토빛이야기 1' ( Hwangthobit Iyagi 1 ) Karya Kim Dong Hwa : Kajian Semiotika Pierce". Puspita meneliti simbol kehidupan wanita Korea yang terdapat dalam novel. Skripsi ini menyimpulkan bahwa terdapat makna simbol kehidupan wanita Korea yang direpresentasikan dalam hujan dan tujuh jenis bunga. Kedua penelitian meneliti tentang makna bunga. Puspita dalam skripsinya menyimpulkan bahwa simbol kehidupan wanita dalam novel tersebut direpresentasikan melalui hujan dan tujuh jenis bunga. Ketujuh jenis bunga tersebut dipaparkan berdasarkan karakteristik tertentu yang merepresentasikan kehidupan wanita Korea, sedangkan penulis akan meneliti tema pada sembilan lagu berjudul bunga. Skripsi berjudul Analisis Tema dan Fakta Cerita dalam Cerita Anak Dangnakwi Areul San Nongbu oleh Intan Ekapratiwi pada 2012, meneliti tentang tema dan fakta cerita sebagai dua dari tiga bagian unsur intrinsik yang dibagi oleh Robert Santon. Penulis, memanfaatkan teori tentang tema untuk mengemukakan tema yang terdapat pada sembilan lagu berjudul bunga. Analisis yang dilakukan

10 10 oleh penulis bertujuan untuk mengemukakan tema pokok pada lagu berjudul bunga melalui analisis konflik, karakter, dan tema-tema yang dipaparkan dalam lirik lagu. Hal ini dimanfaatkan untuk mengemukakan tema pokok dengan metode yang lebih terperinci untuk mengurangi kesalahan terhadap pemahaman tema pokok. Kemudian, hubungan antara tema pokok dan bunga sebagai judul, akan dianalisis untuk mengemukakan keterkaitan antar keduanya demi mencapai keseluruhan yang harus dimiliki oleh suatu tema pokok. Perbedaan dua skripsi ini terdapat dalam jenis karya sastra yang diteliti serta metode yang berbeda pula sehingga diasumsikan memiliki perbedaan pula dalam hasil yang akan ditemukan. 1.6 Landasan Teori Sastra diartikan sebagai tulisan, kemudian pengertian itu ditambah dengan kata su yang berarti indah atau baik sehingga susastra berati tulisan yang indah (Fananie, 2002: 4). Sastra yang diartikan sebagai tulisan yang indah, berkaitan dengan teks. Berkaitan dengan teks, melibatkan pula bahasa sebagai material penyususn suatu teks. Suatu teks digolongkan sebagai teks sastra apabila didalamnya mengandung nilai estetik. Teks sastra menggunakan bahasa secara lebih bebas dan tidak dominan sebagai sarana komunikasi sehingga bahasa yang digunakan dalam sastra sering bersifat ambigu, abstrak, simbolis, dan inkonvensional. Demi menjelmakan aspek estetik, bahasa disusun melalui permainan kata yang direfleksikan dengan ungkapan makna yang bersifat imajinatif (Fananie, 2002: 2-3).

11 11 Kata merupakan sarana terwujudnya bangunan cerita, kata merupakan sarana pengucapan sastra (Nurgiyantoro, 1998: 22). Kata memiliki peran penting dalam terciptanya suatu karya sastra. Kata dipilih dan disusun untuk menciptakan makna dalam karya sastra. Makna dalam karya sastra disusun dan membentuk suatu kesatuan sehingga karya sastra dapat dianggap sebagai suatu kesatuan dari unsurunsur pembentuk. Struktur secara etimologis berasal dari kata structura (Latin), berarti bentuk, bangunan, sedangkan system berasal dari kata systema (Latin), berarti cara. Struktur dengan demikian menunjuk pada kata benda, sedangkan sistem menunjuk pada kata kerja. Pengertian-pengertian struktur telah digunakan untuk menunjuk unsur-unsur yang membentuk totalitas pada dasarnya telah mengimplikasikan keterlibatan sistem (Ratna, 2011: 91). Suatu sistem memiliki keterkaitan yang membentuk keutuhan sehingga dapat dikatakan pula bahwa struktur merupakan hasil dari unsurunsur yang dipadukan menjadi suatu kesatuan utuh. Struktur berarti bentuk keseluruhan yang kompleks (complex whole). Setiap objek atau peristiwa adalah pasti sebuah struktur yang terdiri dari berbagai unsur, yang setiap unsurnya tersebut menjalin hubungan. Puisi dianggap sebagai sebuah objek, karena itu pasti sebuah struktur (Siswantoro, 2010:13). Puisi tersusun menjadi suatu kesatuan yang disusun menggunakan pilihan kata yang membentuk makna-makna dan keseluruhan. Hawks berpendapat bahwa setiap unsur dalam struktur itu tidak mempunyai makna dengan sendirinya melainkan maknanya ditentukan oleh hubungannya dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam struktur itu (Pradopo, 1987:

12 ). Setiap unsur yang berdiri sendiri, tidak dapat memiliki arti tanpa keterkaitannya dengan unsur lain. Keterkaitan yang menghubungkan suatu unsur dengan unsur lainnya, membentuk suatu kesatuan sehingga memiliki suatu makna. Pentingnya hubungan dalam keterkaitan ini menjadi suatu pengikat yang menyatukan unsur-unsur yang tanpa makna menjadi suatu kesatuan makna yang menyeluruh. Ide kesatuan dalam suatu struktur harus bulat dan utuh, serta tidak dapat berdiri sendiri sehingga unsur-unsurnya saling berkaitan. Struktur dalam ide transformasi struktur itu tidak statis tapi dinamis sehingga sebuah struktur mampu melakukan prosedur-prosedur transformasi dalam arti bahan-bahan baru dapat diolah melalui prosedur tersebut, kemudian struktur itu mengatur dirinya sendiri sehingga tidak memperlukan bantuan dari luar dirinya untuk mengesahkan prosedur transformasinya. Ide kesatuan, ide transformasi, dan ide pengaturan diri harus dimiliki untuk membentuk keseluruhan makna yang padu dan bulat (Sulistyowati dan Tarman Effendi, 2010: 90). Struktur itu padu dan bulat, dinamis, dan mengatur dirinya sendiri sehingga dapat dinyatakan bahwa struktur merupakan bagian-bagian dalam yang menyatukan sesuatu menjadi suatu kesatuan utuh dan membentuk makna dari hubungan antar unsur yang dipadukan. Analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan dan menunjukkan keterkaitan antar fungsi setiap unsur demi mencapai makna keseluruhan (Nurgiyantoro, 1998: 37).

13 13 Puisi memiliki kepadatan komposisi dengan konveksi ketat, ditandai dengan pemakaian sedikit kata tetapi mengungkapkan lebih banyak hal (Siswantoro, 2010: 23). Puisi sebagai karya seni itu puitis. Kata puitis sudah mengandung nilai keindahan yang khusus untuk puisi. Sesuatu dinyatakan puitis apabila hal itu membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas, secara umum apabila hal itu menimbulkan keharuan disebut puitis. Kepuitisan dapat dicapai dari bermacam cara, dapat melalui visual, bunyi, dan orkestrasi (Pradopo, 1987: 13). Puisi sebagai karya sastra yang terdiri dari susunan kata pilihan yang membentuk makna, memiliki suatu keindahan dalam kata puitis. Sesuatu yang dinyatakan puitis, dimiliki oleh lirik lagu sebagai sesuatu yang dapat diartikan sebagai puisi. Kepuitisan yang dicapai menggunakan kesengajaan dan pemikiran sehingga penyusunan suatu karya sastra yang dapat disebut sebagai puisi, memiliki struktur yang disusun demi mencapai suatu kemenyeluruhan yang utuh. Puisi disusun dari kata-kata pilihan yang membangun suatu makna yang terikat dari suatu unsur dengan unsur lainnya. Kata merupakan sarana terwujudnya bangunan cerita, kata merupakan sarana pengucapan sastra (Nurgiyantoro, 1998: 22). Teori adalah alat, kapasitasnya berfungsi untuk mengarahkan sekaligus membantu memahami objek secara maksimal. Teori memiliki fungsi statis sekaligus dinamis. Aspek statisnya adalah konsep-konsep dasar yang membangun sekaligus membedakan suatu teori dengan teori yang lain. Aspek dinamisnya adalah konsep-konsep dasar itu sendiri sesudah dikaitkan dengan hakikat objeknya.

14 14 Konsep inilah yang berubah secara terus-menerus, sehingga penelitian yang satu berbeda dengan penelitian yang lain (Ratna, 2011:95) Penelitian ini memanfaatkan kajian-kajian tentang tema yang meneliti puisi melalui struktur penyusun tema. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan (Pradopo, 1987: 3). Karya sastra sebagai suatu hasil dan ada, sehingga karena kehadirannya-lah yang memunculkan ketertarikan untuk membahas pengarang, lingkungan sosial, dan proses sastra (Wellek dan Warren, 2014:156). Ketertarikan dalam meneliti suatu karya karena karya yang telah ada sebagai suatu hasil dari pemikiran yang telah terwujud. Strukturalisme dianggap sebagai mementingkan objek, dengan konsekuensi menolak, bahkan mematikan subjek pencipta sehingga dianggap antihumanis. Strukturalisme dianggap pula melepas karya dari sejarah sastra dan sosial budaya yang justru merupakan asal-usulnya (Ratna, 2011: 92). Struktural sebagai suatu kesatuan dari unsur-unsur yang tidak bermakna, kemudian menjadi bermakna karena unsur-unsur yang saling dikaitkan. Struktur dalam karya sastra dibangun oleh unsur-unsur penyusun yang lebih kecil. Tema merupakan salah satu unsur penyusun karya sastra. Tema dalam sebuah karya sastra merupakan salah satu dari unsur pembangun cerita yang secara bersama membentuk kemenyeluruhan. Tema disampaikan secara tersurat dan mengikat unsur tokoh, plot, latar, dan cerita sehingga tema memaknai dan memadukan unsur tersebut (Nurgiyantoro, 1998: 74).

15 15 Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat sehingga tema yang diungkapkan dalam karya sastra bisa beragam (Fananie, 2002:84). Ragam tema memuat sesuatu yang umum karena makna khusus dipaparkan di dalam karya sastra secara lebih terperinci. Tema pokok harus dapat memuat keseluruhan makna khusus dengan mengungkapkannya dalam sesuatu yang bersifat umum. Di dalam karya sastra, tema merupakan hasil dari pemikiran yang imajinatif. Tema sebagai suatu karya imajinatif, dapat diungkapkan melalui dialog tokohtokohnya, melalui konflik yang dibangun, atau melalui komentar secara tidak langsung. Kemudian watak tokoh yang diungkapkan pengarang mengalir seirama dengan situasi yang dihadapi oleh para tokoh (Fananie, 2002: 84). Tokoh membawa tema, sehingga detail yang terdapat dalam penjelasan dalam penokohan membawa makna-makna penting. Konflik sengaja diciptakan untuk dijalankan oleh tokoh. Penyikapan tokoh dalam menghadapi konflik menyimpan makna yang dapat diungkapkan sebagai hal khusus dan dapat digunakan untuk mendapatkan tema dengan lebih mudah melalui pemahaman terhadap konflik yang dijalankan oleh karakter. Tema membentuk kebersatuan pada cerita dan memberi makna pada setiap peristiwa (Stanton, 2007: 8). Tema menjelaskan hal-hal khusus yang dipadukan menjadi suatu tema pokok yang lebih general, sehingga lebih menyatu dan membentuk kepaduan dengan tema tertentu yang melingkupi tema-tema khusus yang ada.

16 16 Tema adalah makna yang dapat merangkum semua elemen dalam cerita dengan cara paling sederhana (Stanton, 2007: 41). Tema berfungsi menyatukan semua elemen khusus yang terdapat dalam pemaparan, mendapatkan tema berarti telah mendapatkan makna penting dalam karya. Tema yang telah didapatkan, kemudian disatu-padukan untuk mendapatkan tema pokok karena tema mencakup hal-hal khusus dan tema pokok merupakan sesuatu yang umum melalui penjelasan makna-makna khusus tersebut. Tema memberi kekuatan dan menegaskan kebersatuan kejadian-kejadian yang sedang diceritakan sekaligus mengisahkan kehidupan dalam konteksnya yang paling umum (Stanton, 2007: 7). Cara paling efektif mengenali tena sebuah karya adalah dengan mengamati secara teliti setiap konflik yang ada didalamnya (Stanton, 2007: 42). Konflik mencakup permasalahan yang dimunculkan untuk dihadapi oleh karakter. Konflik menyediakan suatu permasalahan yang akan dihadapi dan diselesaikan oleh karakter. Konflik dan penyikapan karakter, memunculkan tema karena terdapat maksud khusus dari permasalahan yang dimunculkan serta cara penyikapan yang disampaikan melalui karakter. Konflik merupakan unsur pokok dalam pembangunan ide cerita dan plot, pada umumnya erat berkaitan dengan tema. Memahami konflik yang dihadapi oleh tokoh, merupakan cara khusus yang dapat digunakan untuk menemukan tema (Nurgiyantoro, 1998: 85-86). Memahami konflik dapat melalui cara pandang tokoh dalam melihat permasalahan tersebut, sehingga makna penting dalam adanya konflik dapat mudah untuk dipahami.

17 17 Konflik (conflict) yang notabene adalah kejadian yang terglong penting dan esensial dalam pengembangan plot (Nurgiyantoro, 1998: 122). Konflik mengembangkan alur yang merupakan punggung dari suatu karya sastra. Alur sebagai penegak dalam cerita yang dipaparkan, kemudian konflik dapat dianggap sebagai cabang dari tongkat penegak yang memusat pada ikatan alur. Wellek dan Warren berpendapat bahwa konflik adalah sesuatu yang dramatic, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan (Nurgiyantoro, 1998: 122). Konflik sebagai suatu permasalahan, tidak ingin ditemui dalam kehidupan. Konflik sengaja dimunculkan dalam cerita sebagai sarana mengadukan dua kekuatan seimbang. Aksi dan reaksi yang seimbang dalam suatu pertarungan menimbulkan pemikiran yang beragam terhadap penilaian permasalahan. Kemudian, dimunculkan penyelesaian konflik untuk meredakan pertarungan yang seimbang dengan maknamakna khusus yang dapat ditemukan melalui analisis konflik tersebut. Penyelesaian konflik dapat dipahami melalui sudut pandang karakter dalam menyikapi permasalahan. Konflik dan tokoh dapat digunakan sebagai sarana pemahaman makna khusus dalam karya sastra. Tokoh cerita menunjuk pada orangnya, sedangkan watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap tokoh. Karakter dapat berarti pelaku cerita dan dapat pula berarti perwatakan. Antara tokoh dengan perwatakan yang dimiliki, memang merupakan suatu kepaduan yang utuh (Nurgiyantoro, 1998: 165). Karakter mencakup sikap suatu tokoh dalam menyikapi konflik sehingga melalui

18 18 pemahaman karakter, permasalahan akan lebih mudah dipahami melalui sudut padang tokoh dalam melihat suatu permasalahan. Tema memberikan koherensi dan makna pada fakta-fakta cerita (Stanton, 2007: 39). Tema mencakup keseluruhan dalam suatu karya sehingga berfungsi mengikat keseluruhan yang ada. Judul sering dianggap memiliki hubungan yang relevan dengan karya yang diampunya namun judul dapat pula mengacu pada detail yang tidak menonjol sehingga menjadi petunjuk terhadap makna cerita bersangkutan (Stanton, 2007: 52). Judul merupakan bagian dari fakta cerita, tema memberikan koherensi pada fakta cerita. Hal ini membuktikan bahwa ada kepaduan antara tema dan judul yang saling memberikan makna satu sama lain karena keterikatan keduanya. Judul dan tema saling berkaitan dan memberikan makna sehingga saling terikat dan membentuk makna. Mengemukakan tema memerlukan pembahasan lewat isi dan judul demi menemukan kepaduan yang lebih detail untuk mendapatkan tema pokok dalam suatu karya sastra. Tema dipaparkan dalam berbagai hal yang berkaitan dengan makna penting dalam suatu karya sastra. Tema berisikan hal-hal khusus yang mendetail. Tema terangkum dalam konflik dan diperankan oleh karakter. Tema dalam karya sastra dapat ditemukan melalui pembahasan konflik dan karakter. Tema-tema yang telah ditemukan, kemudian dapat disimpulkan melalui pembahasan untuk mendapatkan tema pokok. Keterkaitan tema pokok dalam pembahasan isi, tidak dapat dilepaskan dari judul karena keduanya yang saling berkaitan dan saling memberikan makna.

19 19 Keseluruhan yang dimiliki tema pokok, harus mencakup pembahasan isi dan judul sebagai suatu kesatuan dalam suatu karya sastra. 1.7 Metode Penelitian 1. Metode Pengumpulan Data Penentuan objek material dilakukan dengan menggunakan lirik lagu yang memiliki judul kkot ( 꽃 ) atau bunga. Sembilan lagu diperoleh dari ketentuan objek material yang dibutuhkan, kemudian dilakukan proses penerjemahan dan pemahaman. 2. Metode Analisis Data Analisis terhadap tema pokok pada sembilan lagu berjudul kkot ( 꽃 ) atau bunga melalui konflik, karakter, tema, dan judul. 1.8 Sistematika Penulisan BAB I - Pendahuluan (Latar Belakang - Rumusan Masalah - Ruang Lingkup Penelitian - Tujuan dan Manfaat Penelitian - Tinjauan Pustaka - Landasan Teori - Metode Penelitian - Sistematika Penulisan) Berisi latar belakang yang mendasari adanya pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam rumusan masalah. Ruang lingkup penelitian ada untuk mendapatkan data yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini dan agar penelitian tidak terlalu melebar sehingga menjadi tidak fokus pada satu tujuan. Tujuan dan manfaat penelitian akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terurai

20 20 dalam rumusan masalah. Pembuktian keaslian penelitian akan diuraikan dalam tinjauan pustaka. Landasan teori akan mendasari pemanfaatan kajian dalam penelitian ini. Metode analisis data akan menguraikan langkah-langkah kerja penulis dalam menyusun penelitian ini. BAB II Tema melalui Konflik dan Karakter Analisis tema terhadap sembilan lagu melalui konflik, karakter, dan tema dalam lagu. Tiga unsur tersebut memunculkan tema pokok. BAB III Tema Pokok dan Judul Penentuan tema pokok dan menganalisis keterkaitannya dengan bunga yang diposisikan sebagai judul lagu. BAB V Simpulan Simpulan dari analisis yang telah dilakukan. Berisi jawaban atas pertanyaan yang telah dirumuskan.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang populer di antara bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain sebagainya. Sebutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Sastra banyak diminati masyarakat karena bersifat mendidik dan menghibur (sebagai bacaan). Selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang saling berinteraksi terhadap sesama. Manusia dalam berinteraksi tidak pernah lepas dari komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai berbagai permasalahan yang kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut menyangkut berbagai hal, yakni permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan salah satu media yang digunakan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan salah satu media yang digunakan seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1998:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti yang lebih dulu yang ada kaitannya dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang banyak memiliki sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di terjemahkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata BAB II LANDASAN TEORI Seperti yang telah disebutkan dalam bab pendahuluan bahwa sastra adalah suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata lain, kegiatan sastra itu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh manusia. Pada konteks yang berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas instruksi atau

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas instruksi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Istilah sastra secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas instruksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah hasil cerminan dari sebuah budaya kelompok masyarakat yang menceritakan tentang interaksi manusia dengan lingkungannya dan merupakan hasil kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah suatu hal yang yang tidak bisa lepas dari diri seorang manusia, dalam pribadi setiap manusia pasti memiliki rasa cinta atau rasa ingin tahu terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114).

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114). Suatu karya sastra menampilkan pelbagai permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karya satra merupakan hasil dokumentasi sosial budaya di setiap daerah. Hal ini berdasarkan sebuah pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan umat manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan nonmaterial. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier. Sedangkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun yang dimaksud dengan kebutuhan material adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang peneliti penelitian sebelumnya, konsep dan landasan teori. Peneliti penelitian sebelumnya berisi tentang

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra diambil dari bahasa latin dan juga sansekerta yang secara harafiah keduanya diartikan sebagai tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra. Bahasa sudah menjadi sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang pengarang terhadap lingkungan sosial budaya melalui media bahasa. Karya sastra ini hadir sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai seni dalam sebuah karya tidak selalu berwujud pada benda tiga dimensi saja. Adapun kriteria suatu karya dapat dikatakan seni jika karya tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi penelitian, maka harus memiliki konsep-konsep yang jelas.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drama adalah salah satu genre karya sastra yang terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi sastra dan pementasan, Sastra berupa teks naskah sedangkan pementasan berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil cipta, kreasi, imajinasi manusia yang berbentuk tulisan, yang dibangun berdasarkan unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik. Menurut Semi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media bahasa merupakan salah satu media yang digunakan oleh seorang sastrawan untuk menyampaikan karya seni yaitu sebuah karya sastra untuk para pembaca. Keindahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil karya seseorang baik lisan maupun tulisan jika mengandung unsur estetik maka akan banyak disukai oleh semua kalangan. Di era globalisasi seperti saat ini, banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat memasuki hutan makin ke dalam makin lebat dan belantara, ada peristiwa suka dan duka, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang mengandung konsep atau gagasan tertentu. Dalam kegiatan komunikasi, katakata dijalin satukan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci