UNIVERSITAS INDONESIA REKONTEKSTUALISASI KOLEKSI MUSEUM PURNA BHAKTI PERTIWI TESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA REKONTEKSTUALISASI KOLEKSI MUSEUM PURNA BHAKTI PERTIWI TESIS"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA REKONTEKSTUALISASI KOLEKSI MUSEUM PURNA BHAKTI PERTIWI TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora GUNAWAN WAHYU WIDODO NPM : PROGRAM STUDI MAGISTER ARKEOLOGI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI 2010

2 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di. Jika di kemudian hari ternyata saya melakukam plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh kepada saya. Depok, 23 Juli 2010 Gunawan Wahyu Widodo. ii

3 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutif maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Gunawan Wahyu Widodo NPM : Tanda Tangan : Tanggal : 23 Juli 2010 iii

4

5 KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, atas karunia dan rahmat-nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Humaniora Jurusan Arkeologi pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: (1) Beasiswa unggulan Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menempuh studi magister arkeologi di (2) Prof. Dr. Noerhadi Magetsari selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini; (3) Dr. Wanny Rahardjo W. selaku dosen Ko-pembimbing, atas kesabaran dan dorongan serta motivasi yang diberikan kepada saya untuk segera menyelesaikan penyusunan tesis ini; (4) Dr. Irmawati M. Johan selaku Ketua Program Studi Arkeologi, atas kebijakankebijakannya selalu mengingatkan agar saya dapat menyelesaikan studi pada waktunya; (5) Dr. Wiwin Djuwita Ramelan dan Dr. Agi Ginanjar selaku penguji yang telah memberikan koreksi, kritik dan sarannya untuk kebaikan tesis ini; (6) Seluruh Staf Pengajar Program Studi Arkeologi yang telah memberikan ilmunya kepada saya; (7) Bp. Subianto, Direktur MPBP yang telah memberi kesempatan dan dorongan untuk mengikuti program S2 museologi. (8) Para Pejabat dan seluruh staff Museum Purna Bhakti Pertiwi yang telah membantu dalam usaha memperoleh data yang diperlukan; (9) Rekan-rekan satu angkatan (kartum, mey, salam, windu, ayu, daniel, zahir, unding, kukuh, rofik, dini, bete, yudi) untuk seluruh diskusinya dan banyolannya. v

6 (10) Istriku yang tercinta Endang Pratiwi dan anakku yang kubanggakan Wresniwira Luhur Parintis dan anakku tersayang Kinanthi Nugrahening Gusti all of you my inspiration; (11) Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tesis ini (Mas Budi Museum Negeri Lampung, Mas Pri UI); (12) Teman2 Bagian Pendidikan Penelitian MPBP terima kasih atas pengertiannya. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Depok, Juli 2010 Penulis vi

7 PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Gunawan Wahyu Widodo NPM : Program Studi Departemen Fakultas Jenis Karya : Magister Arkeologi : Arkeologi : Ilmu Pengetahuan Budaya :Tesis Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Rekontekstualisasi Koleksi Museum Purna Bhakti Pertiwi Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 23 Juli 2010 Yang Menyatakan, Gunawan Wahyu Widodo vii

8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR FOTO... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan penulisan dan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Metode Penelitian Peneliatian Terdahulu Sistematika Penulisan LANDASAN TEORI Proses Kurasi Museum Interpretasi Koleksi Kajian Museologi Peran Museum Sebagai Lembaga Pendidikan Penyajian Koleksi GAMBARAN UMUM MUSEUM PURNA BHAKTI PERTIWI Sejarah Museum Purna Bhakti Pertiwi Visi dan Misi Museum Koleksi Pengadaan Koleksi Dokumentasi Perawatan Koleksi Penyimpanan Koleksi Penyajian Koleksi Bimbingan Edukasi Publikasi Pameran Museum Pameran tetap Museum Ruang Perjuangan x

9 3.4.3 Ruang Utama Ruang Khusus Ruang Asthabrata Perpustakaan Struktur Organisasi Sumberdaya Manusia dan Organisasi Sarana dan Prasarana Rancang bangun Luas areal Tempat parkir Mobil antar jemput Kursi roda Shelter Loker Toilet Kantin Musola Playground Data Penelitian Koleksi Cenderamata Koleksi Penghargaan PEMBERIAN MAKNA KOLEKSI MPBP Pertukaran Cenderamata Antar Kepala Negara/Pemerintahan Pemberian Konteks Baru Koleksi Cenderamata dari Kepala Negara/Pemerintahan Cenderamata dari Pemerintah Indonesia Koleksi Penghargaan Pemberian Makna Koleksi Penghargaan dari PBB Pemaknaan penghargaan From Rice to Self Sufficiency dari FAO Pemaknaan Penghargaan The Health for All Dari WHO Pemaknaan Penghargaan UNDP Pemaknaan Penghargaan The Avecienna dari UNESCO Pemaknaan Penghargaan UNPA Pembangunan Nasional PENYAJIAN KOLEKSI CENDERAMATA DAN PENGHARGAAN Alur Cerita Persahabatan Antarbangsa Persahabatan Indonesia dengan Malaysia Persahabatan Indonesia dengan Amerika Serikat Persahabatan Indonesia dengan Negara Amerika Selatan Persahabatan Indonesia dengan Selandia Baru Persahabatan Indonesia dengan Negara Islam Keris Lambang Penghormatan Penyajian Persahabatan Antarbangsa xi

10 5.2.1 Persahabatan Indonesia dengan Malaysia Persahabatan Indonesia dengan Amerika Serikat Persahabatan Indonesia dengan Negara Amerika Selatan Persahabatan Indonesia dengan Selandia Baru Persahabatan Indonesia dengan Negara Islam Keris Lambang Penghormatan Alur Cerita Tema Prestasi Soeharto Medali From Rice to Self Sufficiency Penghargaan The Health for All Penghargaan UNDP Penghargaan The Avecienna Penghargaan UNPA Penyajian Koleksi dengan Tema Prestasi Soeharto Medali From Rice to Self Sufficiency Penghargaan The Health for All Penghargaan UNDP Penghargaan The Avecienna Penghargaan UNPA Penyajian Panca Usaha Tani: Menuju Swasembada Pangan Simulasi Menggunakan Permainan Ular Tangga PENUTUP DAFTAR PUSTAKA xii

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Jumlah Koleksi Berdasarkan Klasifikasi Tabel 3.2 Data Pengunjung dalam dua Dua Dekade Tabel 3.3 Jenjang Pendidikan Karyawan MPBP Tabel 3.4 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Asia Tabel 3.5 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah ASEAN Tabel 3.6 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Timur Tengah Tabel 3.7 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Asia Tengah Tabel 3.8 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Afrika Tabel 3.9 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Eropa Timur Tabel 3.10 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Eropa Barat Tabel 3.11 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Amerika Utara Tabel 3.12 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Amerika Selatan.. 61 Tabel 3.13 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Australia Tabel 3.14 Koleksi Penghargaan MPBP dari Lembaga Internasional Tabel 4.1 Produksi Beberapa Hasil Pertanian Terpenting Tabel 4.2 Angka Kematian dan Harapan Hidup Tabel 4.3 Jumlah Sarana Tenaga Kesehatan 1988/ / xiii

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Basic Function Gambar 2.2 Proses Musealisasi Gambar 2.3 Bagan Furst Method Gambar 2.4 Teori Pendidikan Gambar 3.1 Struktur Organisasi MPBP xiv

13 DAFTAR FOTO Halaman Foto 3.1 MPBP Tampak dari Atas Foto 3.2 Konsep bangunan Museum dengan Mempertimbangkan aspek Lingkungan Foto 3.3 Ruang Penyimpanan MPBP Foto 3.4 Kujungan Mahasiswa di MPBP Foto 3.5 Ruang Perjuangan Foto 3.6 Ruang Perjuangan Foto 3.7 Ruang Khusus Lantai Foto 3.8 Perpustakaan Foto 4.1 Tempat Sirih Foto 4.2 Tempat Sirih, perak, Datuk Hussein Onn, PM Malaysia Foto 4.3 Mate, Presiden Chili, Foto 4.4 Mate Presiden Mexico Foto 4.5 Waka Huia, Selandia Baru Foto 4.6 Miniatur Gedung Putih, Presiden Amerika Serikat Foto 4.7 Al Qur an, kertas, Presiden Sudan, Abdul Rachman Sigaru Dahab Foto 4.8 Piagam & Medali Health For All Golden Medal Award Foto 4.9 Piagam UNDP, PBB Foto 4.10 Medali emas The Avicienna, emas, Unesco Foto 4.11 Medali UNPA, dari WHO Foto 5.1 Tradisi Minum Teh Yerba dengan Mate Foto 5.2 Presiden Soeharto memberikan cenderamata keris kepada Anand Panyarachun, Perdana Menteri Thailand dalam acara jamuan makan malam di Istana Negara xv

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara Lampiran 2 Simulasi Panyajian Dengan Permainan Ular Tangga Lampiran 4 Simulasi Penyajian dengan Permainan Ular Tangga dengan Peralatan Komputer xvi

15 ABSTRAK Nama : Gunawan Wahyu Widodo NPM : Tesis ini membahas tentang rekontekstualisasi koleksi Museum Purna Bhakti Pertiwi. Rekontekstualisasi adalah memberi interpretasi baru, dilakukan dengan penelitian koleksi. Penelitian koleksi ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah memberikan pemaknaan baru terhadap koleksi cenderamata para kepala negara dan penghargaan dari PBB. Hasil akhir penelitian tesis ini adalah penyajian koleksi yang informatif. Kata kunci: museum, interpretasi, pamaknaan viii

16 ABSTRACT Name : Gunawan Wahyu Widodo NPM : This thesis discusses the re-contextualization of Purna Bhakti Pertiwi Museum collection. Re-contextualization was done by the research collections. This collection of research is a descriptive research with a qualitative approach. Results from this study is to give new meaning to the collection of souvenirs of the heads of state and an award from the UN. The final result of this research is presenting an informative collection. Keywords: museum, interpretation, context ix

17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan museum di Indonesia pada dasarnya cukup meningkat. Perhatian masyarakat pada lembaga museum adalah fenomena perkembangan yang cukup manarik untuk kita cermati, jumlah pengunjung yang memperlihatkan kecenderungan naik adalah bentuk perhatian yang kongkrit dari masyarakat. Secara kelembagaan kepedulian ditandai dengan munculya keinginan yang kuat lembaga-lembaga pemerintah dan swasta untuk mendirikan sebuah museum. Meningkatnya perhatian masyarakat tersebut seiring dengan semakin meningkatnya tuntutan hidup di antaranya pengembangan dunia ilmu pengetahuan, kebudayaan dan interaksi antarnegara, museum menjadi alternatif bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan estetis budaya (Sudharto, 2001:26). Animo yang cukup tinggi selayaknya mendapatkan perhatian adalah bagaimana museum didirikan tidak hanya memiliki tujuan sempit yaitu memberikan kepuasan pada kelompok-kelompok tertentu, namun museum mampu memberikan asas manfaat bagi kepentingan masyarakat luas. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, mencatat jumlah museum di Indonesia pada tahun 2005 berjumlah 269. Angka yang relatif cukup besar tersebut adalah potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai media yang bermanfaat untuk masyarakatnya. Pendirian sebuah lembaga museum memiliki tujuan utama yaitu pelestarian warisan budaya, meliputi aspek perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Secara kelembagaan museum memiliki peran sebagai lembaga pelestarian produk budaya negara. Mengacu pada definisi ICOM Code of Profesional Ethics yang direvisi melalui the 21st General Assembly di Soul pada tanggal 8 Oktober 2004, lebih tegas museum memiliki peran dan fungsi sebagai berikut; A museum is a non profit making permanent institution in the service of society and of its development, open to the public, which acquires, conservers, researchers, communicates and exhibits, for purposes of study, education and enjoyment, the tangible and intangible evidence of people and their environment. Dengan demikian salah satu fungsi dan tugas museum adalah mengkomunikasikan warisan budaya kepada masyarakat. Hal terpenting dalam aspek mediasi dengan masyarakat tersebut adalah apa yang hendak ingin disampaikan? Tentunya adalah informasi/pengetahuan, yang terkonsep melalui sebuah pameran.

18 2 Informasi atau pengetahuan adalah sebuah pesan yang akan disampaikan kepada pengunjung, pesan yang sudah melalui proses kurasi yaitu kajian koleksi dengan melakukan interpretasi melalui proses museological context. Pada akhirnya konsep mediasi dengan masyarakat melalui pameran akan merangsang pengunjung membangun sendiri pengetahuanya dan secara psikologis menimbulkan rasa nyaman bagi mereka selama kunjungan berlangsung (Magetsari, 2008:3). Pemahaman tersebut seiring dengan perubahan pandangan dari konsep museum tradisional ke paradigma museum baru (new museum) yang ditandai adanya perubahan pandangan dari orientasi koleksi kepada orientasi masyarakat. Sutarga dalam buku Capitaselecta Museografi dan Museologi (2000) menyatakan bahwa bagi para penyelenggara museum hendaknya untuk mengubah tampilan atau kemasan dalam tata saji, tata saji yang berorientasi pada kepentingan masyarakat. Pendekatan kontekstual adalah sebuah pilihan bagi kurator pameran untuk merancang dan mendesain tata pamer. Tata pamer yang didukung dengan pemanfaatan secara optimal yang meliputi ; media, grafis, gambar, sketsa, skema, dan informasi tertulis agar koleksi yang dipamerkan dapat dipahami dari berbagai sudut sejarah, latar dan evolusinya dan proses pembuatannya/kejadianya, fungsi sosial budayanya, peranannya, proses penyebarannya dan sebagainya sejarah, latar dan evolusinya dan proses pembuatannya/kejadianya, fungsi sosial budayanya, peranannya, proses penyebarannya dan sebagainya (2000:51).. Seorang ahli museum (museolog) memiliki kewenangan dalam menentukan dan memilih informasi apa yang akan disampaikan kepada masyarakat. Pilihan informasi tersebut merupakan hasil kerja para kurator museum melalui proses kurasi dengan kegiatan riset koleksi. Proses kurasi dalam lembaga museum merupakan kegiatan utama yang meliputi; preservasi, konservasi, pemeran, edukasi dan kegiatan riset. Furst dalam Museum Studies; Material Culture Research and the curation procces. Proses kurasi berupa kegiatan riset koleksi adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan para penyelenggara museum. Riset koleksi sangat penting dilakukan karena dengan kegiatan riset tersebut museum akan dapat menggali informasi yang mampu mendukung dalam menyampaikan visi misi museum kepada masyarakat. Furst lebih tegas meyatakan; the goals of material culture research is to interpret and reconstruct material culture in its cultural context and to integrate the conclusion in the overall state of research (1991;970).

19 3 Sebagai lembaga pelestarian benda-benda budaya museum memiliki peran sebagai salah satu pusat informasi dan juga sebagai media pendidikan bagi publik untuk menyampaikan pesan yang berupa misi dan visi sebuah lembaga museum didirikan, untuk itu aktifitas yang mendukung pada ranah pendidikan adalah penelitian koleksi. Permasalahan mendasar sebuah lembaga museum adalah koleksi yang dipamerkan tanpa dilakukan lebih dahulu penelitian sehingga koleksi belum memiliki makna. Fungsi manajemen museum hanya melakukan manajemen koleksi, sehingga berdampak pada kegiatan pameran yang apa adanya. Pemeran yang tidak didukung dengan riset koleksi yang memadai, sehingga interpretasi yang dibangun oleh pengunjung berbeda dengan interpretasi yang diinginkan oleh pengelola museum. Informasi yang disampaikan menjadi tidak bermakna, bukan karena informasi itu tidak bermakna, tetapi karena informasi yang disampaikan bukan untuk target yang dimaksud. Museum sering secara sepihak menentukan sendiri pengunjung imajiner yang dianggap mewakili pengunjung yang sebenarnya. Akan tetapi penentuannya sering mengalami bias, karena kurator yang menentukan materi pameran. Museummuseum seringkali menampilkan suatu gambaran yang palsu dan terlalu positif mengenai masa lampau (Schouten, 1992: 4). Banyak diantara objek yang dikatakan sebagai museum, dengan koleksi yang berkualitas tetapi belum dilengkapi dengan ketenagaan yang memadai yang mampu memberikan pelayanan dengan menggunakan metode dan tehnik bimbingan edukatif kultural. Beberapa museum bahkan tidak dilengkapi fasilitas informasi (sistem label) yang memadai serta penyajian koleksinya masih tradisional (Sudharto, 2001:28). Konsep kunci dalam museologi adalah pemahaman mendasar yang harus dikuasai oleh para pengelola museum. Menurut Magetsari (2008: 13) konsep kunci itu adalah preservasi, penelitian dan komunikasi. Preservasi berkaitan dengan tugas-tugas museum dalam pengelolaan koleksi yang di dalamnya termasuk memelihara fisik maupun administrasi koleksi, dan masalah manajemen koleksi yang terdiri dari pengumpulan, dokumentasi, konservasi dan restorasi koleksi (Magetsari, 2008: 13). Sementara itu konsep penelitian berkaitan dengan penelitian terhadap warisan budaya dan berkaitan dengan subject matter discipline. Konsep ini menjadi tugas baru dari kurator, karena dalam pandangan museolog/kurator tidak lagi menjadi pengelola koleksi, tetapi menjadi peneliti yang melakukan interpretasi terhadap koleksi yang akan disajikan kepada pengunjung. Selanjutnya komunikasi mencakup kegiatan penyebaran

20 4 hasil penelitian berupa knowledge dan pengalaman dalam bentuk pameran, programprogram pendidikan, events, dan publikasi (Magetsari, 2008: 13). Dalam konsep komunikasi, penyajian objek hasil interpretasi disampaikan menjadi pesan yang dapat merangsang pengunjung untuk melihatnya. Artefak dan display dapat menjadi relevan dengan pengalaman dan identitas pengunjung melalui interpretasi (Magetsari, 2008: 14). Metode interpretasi yang baik akan dapat menarik perhatian dan minat pengunjung, karena objek yang dipamerkan dikaitkan dengan kerangka pikir dan pengalaman masyarakatnya. Ketiga konsep ini dalam penerapannya bekerja dalam kesinambungan yang tidak saling terlepas. Museum Purna Bhakti Pertiwi (selanjutnya disingkat MPBP) dengan misi melestarikan sejarah perjalanan hidup dan pengabdian Bapak dan Ibu Soeharto sebagai ajang penelitian, penerangan (informasi), rekreasi serta sebagai objek wisata bagi masyarakat luas. Mengacu pada misi MPBP, idealnya pameran dapat menyajikan informasi dalam rangka pencitraan tokoh Jenderal (Purn) H.M. Soeharto dan Ibu Tien Soeharto (selanjutnya disebut Soeharto dan Tien Soeharto). Pencitraan terhadap kedua tokoh tersebut menjadi kajian setiap aktivitas yang dilakukan pengelola MPBP. Pengunjung museum menjadi target dalam penyampaian visi misi museum yaitu tentang konsep pencitraan kedua tokoh tersebut. Dari konsep pencitraan tersebut masyarakat dapat mengetahui dan mempelajari prilaku kedua tokoh. Akhirnya pengunjung mendapatkan pengetahuan serta dapat mengambil hikmahnya, maka kehadiran MPBP memiliki arti penting bagi publik. Dalam penelitian ini akan menfokuskan pada koleksi yang memiliki keterkaitan langsung dengan tokoh Soeharto. Pemilihan tokoh Soeharto tentunya mempertimbangkan alasan yaitu Soeharto adalah seorang pemimpin nasional yang memiliki pengaruh international, dengan segala prestasi yang dicapainya. Memimpin Republik Indonesia selama 32 (tiga puluh dua) tahun adalah waktu yang cukup panjang, tentunya sosok Soeharto banyak mewarnai sejarah perkembangan negara Indonesia. Terlepas dari kekurangan dan kelebihannya, Soeharto sebagai manusia biasa memiliki kelemahan dan keunggulan, keunggulan atau prestasi yang dapat dijadikan inspirasi bagi pengunjung MPBP. MPBP dengan koleksi merupakan wujud dari jejak rekam Soeharto dengan segala atribut yang melekat dalam pribadinya. Koleksi yang cukup banyak dapat dijadikan sebagai sumber data yang dapat bercerita tentang ketokohan Soeharto. Soeharto dengan segala atributnya merupakan bagian dari sejarah perjalanan bangsa

21 5 Indonesia. Perjalanan bangsa Indonesia sejak dari masa kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan. Selama ini koleksi yang ada tidak dapat membangun citra ketokohannya, konsep tata pamer yang menggunakan klasifikasi berdasarkan bahan dasar koleksi serta tanpa dilakukan riset koleksi yang mengarah pada museological context. Tata pamer MPBP yang tersaji tidak mampu menyampaikan infomasi atau pengetahuan baik untuk kepentingan internal MPBP dan keinginan masyarakat serta visi serta misi lembaga. Peran Soeharto dalam kancah internasional tidaklah kecil, konsep pembangunan yang digagas Soeharto dengan Repelita mampu mengangkat harkat dan martabat negara Indonesia menjadi negara swasembada pangan pada tahun Hubungan dengan dunia internasional pada prinsipnya adalah konsep diplomasi Indonesia yang terwakili melalui Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia. Dunia internasional tersebut menjadi salah satu pendorong dalam keberhasilan Indonesia dalam meraih dan menuju swasembada pangan. Swasembada pangan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional, tujuan tersebut yang terencana melalui konsep Repelita. Data tentang hubungan Indonesia dalam rangka diplomasi antarnegara tersebut dapat kita ketahui salah satunya melalui koleksi MPBP. Bertukar cenderamata saat terjadi diplomasi antar dua negara adalah kebiasaan dari para pemimpin negara. Hubungan diplomasi antara Seoharto sebagai Presiden Republik Indonesia dengan para kepala negara/pemerintahan yaitu; presiden, perdana menteri dan seorang raja atau ratu terdokumentasi melalui koleksi tidak kurang 164 item. Jumlah koleksi tersebut identik dengan jumlah diplomasi yang dilakukan antara tokoh-tokoh negara tersebut. Koleksi yang cukup banyak tersebut hendaknya dapat memberikan sajian data kepada pengunjung. Informasi tentang eksistensi bangsa Indonesia dalam konteks peran bangsa Indonesia dipentas internasional. Konsep pertukaran cenderamata tersebut dapat dianalisis dari wujud dan makna cenderamata yang diberikan. Melihat peristiwa yang terjadi dalam prosesi pertukaran cenderamata tersebut Soeharto selalu memberikan cenderamata kepada tamunya berupa keris. Pamungkas dalam buku Mengenal Keris (2007) Keris pada prinsipnya adalah senjata tradisional masyarakat Jawa yang memilki sejarah cukup tua sekitar tahun 125 M (2007:4). Data sejarah menunjukkan bahwa beberapa candi terdapat ukiran berbentuk keris. Kaitan dengan pemilihan keris sebagai benda cenderamata memiliki alasan yang cukup relevan bahwa keris adalah benda budaya dengan segala aspek makna yang dimilikinya. Sementara itu cenderamata cenderamata yang diterima Soeharto dari para pemimpin negara memiliki bentuk dan tipe yang variatif. Perbedaan

22 6 tersebut dilihat dari bentuk fisik serta bahan yang digunakan. Interpretasi terhadap koleksi cenderamata tersebut akan dilakukan untuk mendapatkan konteks baru. Koleksi cenderamata para kepala negara/pemerintahan tersebut informasi yang disajikan sangat minim hanya meliputi, nama koleksi, bahan, ukuran, nama pemberi, tanggal dan tempat diberikan. Kemasan informasi tersebut tidak banyak memberikan pengetahuan bagi pengunjung. Maka pemaknaan kembali terhadap koleksi merupakan upaya agar kehadiran benda-benda koleksi tersebut dapat memberi manfaat berupa pengetahuan bagi masyarakat. Dengan mempertimbangkan kondisi yang ada, eksebisi yang dikemas tanpa melalui interpretasi secara museologi tidak akan dapat menyampaikan pesan yang bermanfaat bagi masyarakat dan lembaga museum itu sendiri. Dampak pada masyarakat/pengunjung MPBP ketika tidak dapat menangkap pesan tentang konsep ketokohan Soeharto. Informasi yang dibangun pengelola museum tidak mampu mempengaruhi pemahaman pengunjung, pengunjung justru memiliki interpretasi yang dibangun secara bebas dalam menginterpretasikan ketokohan Soeharto, bahkan pengunjung tidak memiliki sama sekali interpretasi tentang konsep ketokohan Soeharto. Sebagai lembaga pelestarian benda budaya museum tidak hanya berfungsi sebagai pusat informasi namun juga berperan sebagai media pendidikan yang memberikan layanan edukatif kultural bagi masyarakat luas. Museum juga memiliki peran sebagai institusi yang menciptakan pemaknaan terhadap koleksi serta media penyampai pengetahuan pada masyarakat. Knell, Simon J. dalam Museum Revolution (2007:134) lebih tegas menyatakan; It is commonly understood that museums are key agents in the creation of meaning. That is, they create and transfer information and knowledge in an effort to engage visitors in issues that are relevant and significant to them personally and to their communities. In the process, museums assemble and share multiple interpretations, or meanings. Museum tidak dapat dilepaskan dari kegiatan penelitian, pada suatu sisi kegiatan penelitian merupakan latar penunjang bagi tampilan museum, sedangkan di sisi lain museum dalam salah satu fungsinya sebagai institusi pelayanan akademik merupakan ajang bagi kegiatan penelitian pada umumnya. Mengapa penelitian koleksi itu penting? Mundarjito dalam makalah Museum Etnografi : Ruang Pelestarian dan Pemanfaatan Budaya (2005:4) manyatakan ; Seperti kita ketahui ilmu pengetahuan selalu berkembang disalah satu fungsi lainya mestinya Penelitian terhadap koleksi ini memerlukan penelitian oleh karena harus diinterpretasikan dan disajikan kepada masyarakat/pengunjung,

23 7 dengan tujuan agar dapat mempengaruhi pengalaman pengunjung. Melalui metode interpretasi dilakukan untuk mendapatkan konteks baru karena informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa koleksi museum menjadi sangat penting peranannya dalam aktifitas penelitian yang pada gilirannya untuk kepentingan pendidikan. Penelitian kebudayaan materi memiliki tujuan dalam menginterpretasikan dan merekonstruksi kebudaayaan materi dalam konteks kebudayaannya dan untuk mengintegrasikan hasil penelitian secara menyeluruh. Penekanan pada penelitian ini adalah untuk mengukur sejauh mana koleksi dapat memberikan data atau informasi kepada publik tentang hubungan diplomasi yang dilakukan oleh Soeharto sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan Indonesia dengan negara lain di dunia. Pola diplomasi yang dilakukan memiliki dua bentuk yaitu dilplomasi bilateral dan multilateral. 1.2 Perumusan Permasalahan MPBP dapat dikatakan memiliki jumlah koleksi yang tidak sedikit, buah koleksi adalah sebuah potensi data yang dimilikinya. Koleksi dikelompokkan dalam 3 macam yaitu non cenderamata, cenderamata dan penghargaan. Ketiga kolompok koleksi tersebut yang dipilih untuk dijadikan obyek penelitian ini adalah; koleksi cenderamata dari para kepala negara dan kepala pemerintahan, dan koleksi penghargaan dari PBB. Kegiatan penelitian di MPBP merupakan sebuah jawaban yang harus dilakukan. Hampir seluruh materi yang dipamerkan tidak diawali riset koleksi, sehingga pesan yang diproduksi tidak informatif. Oleh karena itu masih banyak koleksi yang ada sudah tidak memiliki konteks, sehingga pemaknaannya juga belum ada. Penelitian ini akan memberi pemaknaan baru terhadap koleksi penghargaan dari PBB serta memberi interpretasi terhadap koleksi cenderamata yang diberikan kepada Soeharto. Interpretasi juga dilakukan terhadap materi cenderamata keris yang dipilih Soeharto untuk dijadikan benda cenderamata bangsa Indonesia. Cenderamata keris tersebut diberikan kepada para kepala negara dan kepala pemerintahan. Interpretasi terhadap cenderamata akan menampilkan makna bagaimana Indonesia memandang negara lain melalui cenderamata keris, demikian juga bagaimana negara lain memandang bangsa Indonesia dengan representasi cenderamata yang diberikannya. Sementara itu interpretasi terhadap koleksi penghargaan PBB akan memberikan pengetahuan tentang cita-cita bangsa Indonesia yang harus dicapai dan dilakukan dengan kerja keras penuh kesungguhan.

24 8 Pemberian makna baru terhadap koleksi cenderamata para kepala negara dan penghargaan dari PBB akan disajikan dalam dalam pameran tetap. Bagaimanakah konsep penyajian pemaknaan baru terhadap koleksi cenderamatara para kepala negara dan koleksi penghargaan PBB di MPBP. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Mengacu pada rumusan masalah tujuan dan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut; a. Memberi pemaknaan baru pada koleksi penghargaan dari PBB dan koleksi cenderamata. b. Rekontekstualisasi terhadap koleksi penghargaan akan memberikan informasi berupa pengetahuan tentang prestasi bangsa Indonesia dalam kurun waktu kepemimpinan Soeharto. c. Rekontekstualisasi terhadap koleksi cenderamata akan memperlihatkan cara pandang bangsa Indonesia terhadap negara-negara lain akan dipandang dan diperlakukan sebagai apa? demikian juga sebaliknya, negara lain akan melihat Indonesia akan dipandang dan diperlakukan sebagai apa? d. MPBP bagi masyarakat memiliki arti penting, informasi yang disampaikan adalah hasil kajian yang berupa pengetahuan. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Jumlah koleksi MPBP berkisar pada angka item, koleksi tersebut terbagi dalam klasifikasi berdasarkan bahan dasar koleksi meliputi; logam, tanah, kain, kertas, tulang, dan lain lain. Dilihat dari bagaimana sejarah koleksi tersebut hadir dimuseum terbagi menjadi 3 yaitu; non cenderamata, cenderamata (pemberian), dan penghargaan. Koleksi non cenderamata adalah koleksi yang merupakan benda-benda koleksi pribadi Soeharto dan Tien Soeharto yang memiliki nilai estetika dan sejarah. Koleksi kelompok cenderamata merupakan koleksi yang berasal dari para kepala negara/pemerintahan, serta koleksi kelompok penghargaan dari Perserikatan Bangsa-bangsa. Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai objek penelitian adalah koleksi cenderamata dari para kepala negara dan kepala pemerintahan yang diberikan kepada Presiden Soeharto. Demikian juga cenderamata yang diberikan Presiden Soeharto kepada para kepala negara dan pemerintahan. Penelitian akan dilakukan juga terhadap

25 9 koleksi penghargaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diberikan kepada Soeharto, Presiden Republik Indonesia. Lokasi penelitaian adalah Museum Purna Bhakti Pertiwi terletak di Jl. Taman Mini I Jakarta Pembatasan objek penelitian memiliki pertimbangan sebagai berikut; bahwa kegiatan penelitian koleksi dalam upaya interpretasi belum pernah di lakukan, pada prinsipnya koleksi yang berupa cenderamata yang memberikan inspirasi bagi pencetus ide dalam mendirikan museum, koleksi cenderamata yang berasal dari tokoh dunia akan memberikan informasi yang bernanfaat bagi masyarakat. Batasan objek penelitian dengan mempersempit objek penelitian pada koleksi dalam kontek hubungan multilateral dan bilateral untuk mempermudah dalam proses interpretasi koleksi. 1.5 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penyusunan karya ilmiah atau tesis, metode memegang peranan penting dari suatu penelitian, sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang memadai. Penggunaan metode yang sistematis diharapkan akan menghasilkan tulisan yang baik pula. Metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna (Sugiyono, 2008 :9). Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini, terdapat tahap-tahap penelitian yang diterapkan sebagai suatu cara kerja yang terdiri atas tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, dan tahap penafsiran data yang dapat dijabarkan sebagai berikut; Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data informasi tentang koleksi dan data peristiwa apa yang terjadi ketika koleksi tersebut dijadikan sebagai cenderamata oleh para tokoh dunia ketika saling bertemu. Data peristiwa dilakukan penelusuran melalui kepustakaan dan dokumen. Teknik pengumpulan data dalam

26 10 penelitian ini diperoleh dengan cara observasi di MPBP dan studi kepustakaan. Tahapan pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Observasi yaitu cara pengamatan langsung ke lapangan (field research) dengan melihat dan memperhatikan secara langsung terhadap kondisi objektif MPBP seperti tata pamer, benda koleksi, kemudian melakukan perekaman (recording) dengan melakukan pencatatan dan pemotretan. 2. Penelusuran dokumentasi, yaitu menelaah berbagai arsip tentang data koleksi dan tata pamer di MPBP. 3. Studi kepustakaan, yaitu menelaah sejumlah buku, jurnal ilmiah, dan hasil-hasil penelitian untuk memperoleh informasi tentang aktivitas Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia ketika melakukan tugas-tugas diplomasi. 4. Wawancara, wawancara dilakukan dengan sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki kompetensi dalam bidang tersebut Pengolahan Data Setelah data tentang koleksi penghargaan dari PBB dan koleksi data informasi koleksi cenderamata para kepala Negara/pemerintahan selesai dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah memasuki tahap pengolahan data. Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan sesuai dengan masalah yang ingin dipecahkan. Permasalahan penelitian adalah rekontekstualisasi atau pemaknaan ulang koleksi. Kajian terhadap pemaknaan ulang koleksi diperlukan landasan teori-teori yang berkenaan dengan pemaknaan. Beberapa teori yang telah dikumpulkan di dalam tahap pengumpulan data seperti teori museologi, museological context sebagai dasar dalam memberikan pemaknaan ulang terhadap koleksi Penafsiran Data Setelah tahap pengumpulan dan pengolahan data dilakukan secara lengkap, kemudian dilanjutkan pada tahap berikutnya yaitu interpretasi data. Interpretasi data dengan menggunakan teori museologi akan mendapatkan pemaknaan ulang tentang koleksi penghargaan dan cenderamata. 1.6 Penelitian Terdahulu Berdasarkan data MPBP, penelitian terdahulu yang menggunakan MPBP sebagai objek penelitian dalam kajian museologi, penelitian dalam bidang pariwisata, penelitian bidang arsitektur, serta penelitian dalam bidang informatika.

27 11 1. Penelitian oleh. Priyanto, Mahasiswa Arkeologi, konsentrasi museologi, Universitas Indonesia, penelitian dalam bentuk tesis dengan judul Museum Purna Bhakti Pertiwi Dalam Konsep Soeharto Srebagai Prajurit dan Negarawan. 2. Penelitian oleh Lina Susanti, STBA Bandung, penelitian dalam bentuk Skripsi Potential of Purna Bhakti Pertiwi as an Interesting Tourist Object. 3. Penelitian oleh Roy John Crystofel Rey, Manajemen Infomatika Gunadharma, penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul System Multimedia Pada Museum Purna Bhakti Pertiwi. 4. Penelitian oleh Ulfani, jurusan Arsitektur Universitas Trisakti, penelitian dalam bentuk Skripsi dengan judul Manajemen Pemeliharaan Lansekap Museum Purna Bhakti Pertiwi. 5. Penelitian oleh RR Mega Nurhayani, Fakultas Komunikasi IISIP, penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul Kegiatan Internal dan Eksternal Seksi Humas Protokol Museum purna Bhakti Pertiwi. 1.7 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi tesis ini, maka komposisinya disajikan sebagai berikut : Bab 1, merupakan bab pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab 2, landasan teori yang dipergunakan dalam memberikan makna ulang atau interpretasi koleksi. Pemaknaan koleksi dengan menggunakan teori museologi. Demikan juga pameran museum dalam perannya sebagai institusi pendidikan, serta koleksi penghargaan sebagai konsep prestasi serta interprestasi cenderamata sebagai konsep penghargaan antar bangsa sebagai dasar penyajian pameran. Bab 3 membahas tentang gambaran umum MPBP yang terdiri atas: sejarah museum, fungsi, visi, dan misi museum, struktur organisasi, sumber daya manusia, sarana dan prasarananya, pengelolaan koleksi, program edukasi, publikasi museum, eksebisi museum, tinjauan museologi terhadap pameran MPBP. Demikian juga data penelitian yang terbagi menjadi dua kategori yaitu penghargaan PBB dan koleksi cenderamata dari para kepala Negara dan pemerintahan. Bab 4 proses pemberian makna terhadap data penelitian. Data koleksi penghargaan dari PBB dimaknai sebagai prestasi pencapaian bangsa Indonesia dalam

28 12 konteks pembangunan. Sementara itu data koleksi cenderamata para kepala negara/pemerintah dilakukan analisis data dengan melakukan analisis komparasi. Bab 5 menyajikan pameran dengan konsep pemeran menggunakan pendekatan konstruktivisme. Pameran tentang koleksi penghargaan dari PBB dan pameran koleksi cenderamata. Bab 6 berisi tentang simpulan dan saran. Simpulan menguraikan hasil dari penelitian tentang rekontekstualisasi koleksi penghargaan dari PBB dan koleksi cenderamata para kepala negara/pemerintahan. Memberikan rekomendasi kepada manajemen museum dalam melakukan perbaikan dalam aspek pengelolaan koleksi.

29 BAB 2 LANDASAN TEORI Dinamika masyarakat yang ada memberikan wacana baru bagi penyelenggara museum untuk merubah pandangan dari orientasi koleksi kepada orientasi masyarakat/publik (Direktorat Permuseuman, 2008:6). Hauenschild dalam buku Claims and Reality of New Museology menyatakan istilah perubahan paradigma dari orientasi koleksi ke orientasi masyarakat memberi istilah dengan nama memuseologi baru. Museologi baru merupakan gagasan tentang museum sebagai alat pendidikan dalam pelayanan pembangunan sosial, museum untuk kita, atau lebih tepatnya harus menjadi salah satu alat yang sempurna bahwa masyarakat telah tersedia untuk mempersiapkan dan mendampingi transformasi sendiri (1988:1). Para museolog tidak merasa puas dalam mereformasi museum tradisional mereka mencari cara untuk merubah secara radikal metode kerja, isi dan struktur lembaga dan pemikiran yang sudah usang/kuno. Tujuannya adalah untuk membantu museum mencapai arti sosial serta memberikan kontribusi yang kongkrit pada masyarakat dalam kehidupan seharihari (Hauenschild, 1988:5). Menurut Tanudirjo salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut, museum dapat memamerkan koleksi secara kontekstual. Koleksi yang dipamerkan seharusnya ditampilkan dalam konteks yang lebih luas dan tidak terbatas hanya pada informasi tentang koleksi itu sendiri. Koleksi tersebut harus diletakkan dalam situasi yang terkait dengan sesuatu yang lain. Jika koleksi ditampilkan sebagai benda mati dan tidak memberikan informasi apa pun kepada pengunjung, maka sebenarnya fungsi museum sebagai tempat belajar pengetahuan telah mati. Dengan kata lain, kurator museum harus menghidupkan kembali benda-benda tersebut dengan memberikan informasi yang relevan (2007:15). Pendirian sebuah lembaga museum memiliki tujuan utama yaitu melestarikan warisan budaya bangsa, meliputi aspek perlindungi, pengembangan dan pemanfaatan benda-benda koleksinya untuk masyarakat. Secara kelembagaan museum memiliki peran sebagai lembaga pelestarian produk budaya bangsa. Mengacu pada definisi ICOM (International Council of Museum), lebih tegas museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya terbuka untuk umum, yang memiliki fungsi; konservasi, penelitian

30 13 tentang benda-benda bukti material manusia dan lingkungannya baik yang memiliki bentuk (tangible) maupun yang tak bentuk (intangible) serta memamerkannya untuk tujuan-tujuan atau kepentingan pendidikan dan hiburan (ICOM, 2008). Dikatakan bahwa sebuah museum seyogjanya lebih mendatangkan manfaat bagi masyarakat, dan bukan sekadar menjadi tempat penyimpanan benda-benda langka dan mahal, bukan merupakan benteng yang memamerkan koleksi benda langka, melainkan sebuah lembaga kebudayaan yang melayani masyarakat (Magetsari, 2008:8). Museum harus dapat memberikan manfaat untuk masyarakat. Masyarakat menjadi pertimbangan utama oleh lembaga museum dalam menentukan tema pameran. Begitu juga metode atau tehnik penyampaian informasi serta pemilihan model pameran yang kontekstual, yang didukung oleh fasilitas yang cukup kotekstual atau modern. Pelayanan kepada masyarakat akan dapat terlaksana dan tercapai jika sebuah museum menjalankan fungsinya dengan baik yaitu preservasi, penelitian dan komunikasi. 2.1 Proses Kurasi Museum Pengertian secara umum kurasi adalah seluruh aspek yang dilakukan oleh pengelola museum dalam memperlakukan koleksi. Secara etimologi kurasi berasal dari kata curation ; curate; curator; curatorial. Kata curation dalam bahasa Indonesia memiliki padanan dengan kata kurasi, kurator dan kuratorial. Dalam An English- Indonesian Dictionary kata curator memiliki makna kepala museum. Kurasi menurut Furst dalam Museum Studies and Material Culture adalah The curation process of an individual artefact; acquisition, documentasion, preservation measure, strorage and axhibition style can severely limits its value for scientific research or, on the other hand can facility research considerably (Pearce, 1991:99). Sementara itu Mikke Susanto dalam buku Menimbang Ruangan Menata Rupa pekerjaan kuratorial adalah kerja menimbang ruang ; menyatukan karya-seniman dengan pasar-media-publik dalam satu wacana-suasana-tempat pameran. Didalam pekerjaan tersebut mencakup penelitian atas teks/objek, konseptualisasi, interpretasi, perencanaan dan promosi pameran atau koleksi (Mikke, 2004:75). Dalam perkembangan museum yang mengarah dari museum tradisional kepada museum baru, peranan kurator sudah ada sejak abad ke-16. Para kurator memperlakukan koleksi sebatas sebagai benda seni, barang antik atau langka. Pada perkembangan selanjutnya, museum menjadi milik masyarakat, rasa keingintahuan yang cukup tinggi menyebabkan museum menjadi jembatan antara karya dan publik.

31 14 Rasa ingin tahu tidak hanya sebatas kenikmatan karya visual, tetapi juga menjadi pemahaman seluk beluk dan nilai dibalik karya tersebut (Mikke, 2004:76). Douglas Davis (1997) dalam bukunya berjudul Art Culture: Essay on the Postmodern yang dikutip Mikke Susanto menyatakan bahwa museum abad ke-21 perlu melakukan tiga hal, yaitu: (1) preservasi atau pemeliharaan masa lalu (2) Revelation atau pembukaan rahasia (penyusunan elemen masa kini) (3) Regeneration atau kelahiran kembali melalui edukasi dan penyebaran (masa yang akan datang). Magetsari dalam makalah Filsafat Museologi pekerjaan utama dalam sebuah lembaga museum meliputi preservasi, penelitian dan komunikasi merupakan konsep manajemen memori kultural yang merupakan konsep kunci dalam pengaktualisasian museologi. Konsep kunci dimaksud memiliki keterkaitan yang erat satu dengan yang lainnya. Tiga hal pekerjaan pokok sebagai kurator museum tersebut saling keterkaitannya dapat dilihat dalam gambar diagram 2.1. Gambar 2.1 Basic Function Preservasi mencakup pengertian pemeliharaan fisik maupun administrasi dari koleksi. Termasuk di dalamnya masalah manajemen koleksi yang terdiri atas pengumpulan, pendokumentasian, konservasi dan restorasi koleksi. Dalam konsep ini pengumpulan, pendokumentasian, konservasi dan restorasi koleksi tidaklah diperlakukan sebagai fungsi-fungsi yang saling terkait, melainkan beberapa aspek saja dari fungsi manajemen koleksi (Magetsari, 2008:13).

32 15 Penelitian mengacu pada penelitian terhadap warisan budaya yang menjadi tugas kurator baru yang telah berubah fungsi menjadi peneliti, dalam arti dari mengelola koleksi menjadi meneliti koleksi (Magetsari, 2008:13). Penelitian terhadap koleksi diperlukan karena koleksi harus diinterpretasikan dan disajikan kepada pengunjung agar dalam penyajiannya dapat mempengaruhi pengalaman pengunjung. Komunikasi mencakup kegiatan penyebaran hasil penelitian berupa knowledge dan pengalaman dalam bentuk pameran, program-program pendidikan, events, dan publikasi (Magetsari, 2008:13). 2.2 Interpretasi Koleksi Pemaknaan koleksi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan penafsiran ulang atau interpretasi ulang terhadap koleksi. Interpretasi pada prinsipnya adalah sebuah kajian atau riset terhadap koleksi. Kegiatan riset dilakukan untuk mendapatkan makna baru yang disesuaikan dengan visi dan misi museum. Intepretasi atau rekonteks dapat dilakukan dengan melalui penelitian atau kajian koleksi. Penelitian dalam sebuah museum menurut Mark S. Graham dalam Museum Management and Curatorship: Assessing priorities: Research at museum, penelitian adalah; penyelidikan diarahkan pada penemuan fakta beberapa melalui studi yang cermat dari subjek; suatu program penyelidikan kritis atau ilmiah. Dalam konteks museum, penyelidikan bertujuan untuk semua usaha, termasuk masyarakat perilaku dan kemampuan belajar mereka, teknik pengiriman untuk layanan, tanggapan terhadap iklan, semua aspek koleksi, utilitas bangunan dan masalah keamanan (2005: 288). Interpretasi bila mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, interpretasi memiliki makna pemberian kesan ; pendapat; atau pandangan teoritis terhadap sesuatu ; tafsiran (Hasan, 2001:439). Sedangkan dalam Encarta Dictionary (2006), interpretation is an explanation or establish of meaning of significance of something. Pengertian interpretasi dimaksud adalah sebagai sebuah penjelasan atau pembentukan makna atau signifikansi dari sesuatu. Timothy Ambrose dan Crispin Paine dalam buku Museum Basic menyatakan bahwa ; Interpretation usually means translating from one language to another. In the museum world, though, it has a special meaning: explaining an object and its significance. Interpretation may not only explain an object and its significance, it may also provide a conservation message about the object and its context (Timothy, 2006:78).

33 16 Timothy juga menjelaskan tentang maksud dan tujuan sebuah objek diinterpretasikan atau diberi makna; to interpret something, you have to have someone to interpret it to. That person will of course come with his or her own interests, assumptions, beliefs, knowledge and curiosity. Mengacu pendapat yang dikemukakan oleh David Dean dalam Museum Exhibition menyatakan bahwa Interpretation is the act or process of explaining or clarifying, translating, or presenting personal understanding about subject or object (Dean, 1994:6). Pengertian di atas mempertegas tentang fungsi lembaga museum sebagai agen pencipta/produksi makna. Makna yang ciptakan dikomunikasikan dan diinformasikan kepada pengunjung atau masyarakat, sebagai bentuk usaha dalam melibatkan masyarakat terhadap isu atau beberapa hal yang memiliki hubungan permasalahan mereka. Bary Lord dan Gail Dexter Lord dalam buku The Manual of Museum Management menyatakan interpretation is the term used to describe the way that museum Communicate with the public about its collection and research activities. Lord and Lord dalam pernyataan tersebut secara khusus menyatakan bahwa konsep komunikasi yang dilakukan museum melalui aktivitas penelitian, konsep komunikasi antara museum dengan masyarakat melalui koleksi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa komunikasi lembaga museum dengan masyarakat idiealnya adalah komukasi dua arah, sebagai bagian dari perkembangan zaman. Sebagai koreksi dalam tentang konsep interpretasi sebagai konsep komunikasi satu arah. Sehingga pengunjung perlu menerjemahkan kembali bahasa dari objek yang dipamerkan. Interpretasi adalah istilah yang sangat familiar bagi para professional museum yang mencakup orientasi, label dan teks serta penyajian informasi (Lord dan Lord, 1997:238). Beberapa difinisi dan pengertian interpretasi terhadap koleksi museum di atas pada prinsipnya interpretasi dilakukan dalam konteks tangible dan intangible. Tangible adalah wujud atau bentuk koleksi meliputi nama koleksi, ukuran, fungsi, asal koleksi dan nama pemberi, sedangkan interpretasi koleksi ditinjau dari nilai intangible adalah melakukan pemaknaan dengan mengungkap informasi dibalik koleksi, meliputi; konteks peristiwa; siapa nama dan jabatan pemberi, dalam rangka atau peristiwa apa koleksi diberikan, manfaat dan pengaruh adanya peristiwa tersebut dan segala informasi yang berkaitan dengan koleksi tersebut. Analisis dalam penelitian ini lebih menitik beratkan pada interpretasi dalam konteks intengible. Pemilihan pada interpretasi secara intangible lebih diprioritaskan

34 17 dengan beberapa alasan. Koleksi merupakan cenderamata dan penghargaan, informasi peristiwa di balik koleksi lebih memiliki nilai informasi yang sangat penting dalam kerangka menyampaikan visi dan misi MPBP. Nilai intangeble koleksi lebih banyak menyimpan data, data yang dapat merekontruski sebuah peristiwa atau konsep dan kebijakan yang dilakukan. 2.3 Kajian Museologis Museum merupakan sebuah institusi museologi 1 mencakup seluruh aspek teoretis dari seluruh kegiatan permuseuman, dan museologi menjadi fungsi dasar sebuah museum yang meliputi; penelitian konservasi atau pelestarian dan komunikasi (Noerhadi, 2009:1). Sementara itu, peran mendasar menciptakan makna melalui koleksi. Proses menciptakan makna atau interpretasi sebuah koleksi dapat menjadi sebuah kekuatan yang mampu menjadi media antara institusi museum dengan sebuah masyarakat institusi museum. Pesan yang disampaikan melalui konsep pameran adalah bentuk komunikasi dalam menyampaikan pesan yang berupa visi atau misi lembaga museum. Pada akhirnya konsep mediasi dengan masyarakat melalui pameran akan merangsang pengunjung membangun sendiri pengetahuanya dan secara psikologis menimbulkan rasa nyaman bagi mereka selama kunjungan berlangsung (Noerhadi, 2008:3). Pemahaman tersebut sebagaimana halnya dengan perkembangan dari konsep museum tradisional ke paradigma new museum yang ditengarai adanya perubahan pandangan dari orientasi koleksi benda-benda antik menjadi lembaga yang memicu pengungkapan makna pameran yang selalu berkembang kegunaan museum. Pengungkapan kegunaan tersebut di antaranya museum mampu menggugah pemahaman manusia tentang sesuatu yang penting dari masa lampau. Dalam rangka pelayanan kepada masyarakat lembaga museum dituntut untuk memanfaatkan keunikan, kekuatan, kelemahan dan kebutuhan yang menjadi ciri masyarakat sebagai dasar penyusunan program dalam memenuhi harapan masyarakat. Manusia membentuk lingkungan berdasarkan kebutuhan, lingkungan yang dibentuk itu pada akhirnya menciptakan sebuah kebudayaan materi. Tindakan membuat dan memakai tersebut menjadi kontek primer benda yang dapat ditentukan berdasarkan 1 Museologi adalah disiplin ilmu yang berkenaan dengan pengkajian terhadap tujuan dan pengorganisasian museum-museum.

35 18 fungsinya, yaitu produksi dan fungsi (Mensch, 2003:5-6). Manusia mempertahankan serta menyimpan benda tersebut, meski dengan mempergunakan berbagai macam alasan, yaitu ; pragmatik, estetik, simbolik atau metafisik (Mensch : 2003 : 6). Museum sebagai lembaga yang memiliki fungsi mengumpulkan, merawat dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan penelitian, edutainment tentang benda-benda bukti material manusia dan lingkungannya baik berupa tangible maupun intangible. Permasalahan utama bagi profesional museum adalah membuat konsep pameran sebagai media dalam penyampaian pesan adalah dari konteks satu ke konteks yang lain, yaitu konteks primer ke kontek museologis. Berikut adalah cara kerja atau kerangka yang dapat dijadikan sebagai kerangka kerja seorang kurator dalam memberikan intepretasi atau Apakah konteks primer itu, adalah konteks pada saat objek belum disimpan dan dijadikan koleksi museum. Objek yang demikian ini dibuat dipergunakan dan dirawat oleh masyarakat guna keperluan praktis, estetis atau simbolis (Noerhadi ; 2008). Ketika benda tersebut menjadi koleksi museum, maka akan mengalami proses musealisasi yaitu proses berubahnya konteks benda, dari konteks primer ketika benda berada di luar museum Gambar 2.2 Proses musealisasi, Sumber Mensch 2003:6

36 19 dengan fungsi dan kegunaannya, menjadi konteks museologis. Adalah konteks benda yang sudah mengalami seleksi dan mendapatkan nilai informasi. Benda yang sudah mendapat informasi dinamakan culture heritage. Penjelasan bagan 2.1 di atas menunjukkan alur benda koleksi sebelum dan sesudah menjadi koleksi museum. Dijelaskan ketika benda belum menjadi koleksi museum (primary context) dan masih dipergunakan oleh masyarakat (society) sesuai dengan fungsi dan kegunaannya ekonomis (economy value) dari benda tersebut sangat menonjol karena masyarakat masih memanfaatkannya untuk memenuhi dalam segala aspek kebutuhannya. Proses musealisasi (musealisation) merupakan tahap penyaringan atau seleksi melalui proses musealisasi dari konteks primer menjadi konteks museologi (museological context). Peran para kurator dari berbagai disiplin ilmu yang sangat menonjol, kurator memberikan makna atau interpretasi yang disesuaikan dengan bidang disiplin pengetahuannya. Perubahan yang terjadi dalam proses museologi konteks adalah benda tersebut sudah mendapatkan makna atau informasi, proses pemberian makna merupakan proses museality. Perubahan yang mendasar terjadi adalah secara fungsi dari benda yang dipergunakan sebagai pemenuhan kebutuhan manusia dalam segala bidang menjadi benda yang memiliki nilai atau dokumen, sehingga perubahan status benda tersebut secara otomatis menjadi koleksi warisan budaya culture heritage. Hans Jorg Furst dalam Museum Studies in Material Culture: Material Culture Research and the Curation Process; memberikan arahan apa yang meski dilakukan kurator museum dalam melaksanakan kurasi atau aktivitas pengelolaan koleksi. Penelitian koleksi untuk mendapatkan pemaknaan menjadi salah satu perhatiannya. It is clear that a flexible frame for the researh process offers adventages over a linear and rigid one as research interest and so thier departure point of the individual researchers differ. In my belief, research has not by necessity tobe inductive, that is, to start from the object. Rather, it is equally sensible and is valid to start from either the object s curation process, or from it s comparative aspects, or from its interpretation (deduction), or from its culture context. Indeed it is often advisible to start from the curation process as the catalogue information in the obeject is the crusial point of museum studies (Furst; 1991:98). Di dalam buku Material Culture Research and the Curation Procces Furst menyatakan bahwa tujuan dari penelitian kebudayaan adalah; the goals of material culture research is to interpret and reconstruct material culture in its cultural context and to integrate the conclusion in the overall state of research (1991;97). Tujuan dari penelitian kebudayaan materi adalah menginterpretasi dan merekonstruksi

37 20 kebudayaan meteri dalam konteks kebudayaan serta untuk mengintegrasikan hasil penelitian secara menyeluruh. Curatorial knowledge, however, is much more than knowledge about artefact, it is an aspect of museum knowledge, part of museum culture, within which curator define, maintain, extend their roles. This is not said cynically. Curators must know their collection, and must interpret them to outsiders, be the latter other scholar or a non scholastic public. The measure of curatorial productifity, there for is one of ideas, expressed as text of one from on another. thus we find another paradox, artefact are, in the context of their parent culture, indegenous instrument of production (whether they produce material things, ides or both is here irrelevant) one they are transferred to museums, however, they become some of the instrument of production which curators use to demonstrate their professional roles and to delineate their productive relations within museums. The ideas curators produce are expressions of museum ideology, and collectively are an aspect of their relations of production. (Furst: 1991;75) Pengetahuan seorang kurator museum tentunya memiliki pemahaman tentang artefak, dan menginterpretasikanya untuk disampaikan kepada masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab atas pekerjaan sebagai kurator. Furst memberikan kerangka kerja bagi kurator dalam melakukan proses kurasi sebuah koleksi didalam museum. Konsep helix pada prinsipnya memiliki cara kerja seperti konsep musiality. Bagan 2.3 Gambar 2.3. menjelaskan proses penelitian koleksi yang dilakukan untuk koleksi yang sudah berada atau menjadi koleksi museum. Koleksi sudah memiliki

38 21 label, Furst menyebutnya dengan istilah object in context. Untuk melakukan penelitian lanjutan koleksi tersebut mengalami decontextualized, hal ini kurator lakukan untuk dilakukan analisis lanjutan yang disebut analisa komparatif. Analisis komparatif dilakukan yaitu membandingkan data penelitian satu dengan yang lain yang sifatnya sebanding. Membandingkan data dalam museological context adalah data yang berupa makna koleksi. Analisis perbandingan makna tersebut akan digunakan untuk menginterpretasikan ulang atau mendapatkan pemaknaan baru terhadap koleksi yang disesuaikan dengan visi dan misi museum. Analisis komparatif Furst Method ini akan digunakan dalam penelitian koleksi cenderamata para kepala negara dan pemerintahan. Sementara itu untuk koleksi penghargaan dari PBB tidak dapat analisis yang dilakukan tidak menggunakan comparative analisys, hal tersebut dikarenakan koleksi penghargaan yang diberikan oleh PBB merupakan penghargaan yang pertama kali diberikan. Maka dari itu rekontekstualisasi makna yang dapat dilakukan adalah menciptakan makna baru melalui teori interpretasi. Pemahaman penelitian koleksi menurut Direktorat Permuseuman dalam Pedoman Tata Pameran Di Museum. Peranan penelitian koleksi museum yang dilakukan kurator yang sangat penting, hal itu penting dilakukan untuk mendapatkan data informasi cukup tersedia yang akan dikomunikasikan dengan pengunjung melalui sebuah pameran. Beberapa acuan dasar yang dibuat oleh Direktorat Permuseuman adalah sebagai berikut; 1. Adanya permasalahan yang menjadikan koleksi sebagai data utama, bukan data sekunder. 2. Adanya penelitian secara fisik terhadap koleksi; berupa pengukuran, penggambaran, pemotretan secara langsung terhadap koleksi, bukan melalui foto. 3. Adanya pemecahan masalah yang berkenaan dengan penelitian koleksi, 4. Hasil penelitian dapat memberikan penjelasan yang lebih luas pada koleksi yang diteliti secara mandiri hasilnya harus tajam dan mendalam. 5. Hasil penelitian dapat memberikan penjelasan secara lebih luas dalam konteks ilmu pengetahuan. Hasil penelitian dapat memberikan masukan yang lebih luas pada wawasan ilmu pengetahuan. 6. Hasil penelitian terhadap koleksi juga dapat menghasilkan suatu dukungan terhadap suatu teori yang sudah umum, misalnya tentang difusi, akulturasi dan lokal jenius.

39 22 7. Hasil penelitian diharapkan adanya manfaat dalam konteks kemasa kinian atau masa yang akan datang bila dilakukan penelitian terhadap koleksi. Sejalan dengan pandangan bahwa museum harus berperan dalam masyarakat masa kini dan mempu mengikuti perkembangan zaman, maka hasil penelitian pun mengandung bagian yang dapat disumbangkan pada zaman sekarang. Penelitian koleksi memiliki alur yang terbagi menjadi tiga jenis penelitian yaitu; 1. Penelitian terhadap koleksi sepenuhnya bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang riwayat koleksi sendiri. 2. Penelitian terhadap koleksi bertujuan untuk menguraikan peranan suatu koleksi yang lebih luas dalam kerangka sejarah (kesenian, politik, masyarakat ekonomi dll). 3. Penelitian koleksi dengan tujuan hanya sebagai data pendukung dari suatu kajian peristiwa sejarah yang pernah terjadi. Rumusan penelitian koleksi yang dibuat oleh Direktorat Permuseuman berisi tentang tujuh acuan dasar penelitan serta tiga alur jenis penelitian, yang dapat mendukung dalam proses penelitian dalam tesis ini adalah poin ke 7 dan pada poin 2. Poin yang dimaksud adalah; Penelitian koleksi memiliki manfaat dalam konteks kekinian atau masa yang akan serta penelitian koleksi bertujuan menguraikan peranan suatu koleksi yang lebih luas dalam kerangka sejarah (kesenian, politik, masyarakat ekonomi dan lain-lain). 2.4 Peran Museum Sebagai Lembaga Pendidikan Pada awalnya sejarah museum memiliki konsentrasi pada koleksi, koleksi menjadi bagian yang terpenting. Karena itu museum disebut sebagai cabinet of curiousties (almari keingintahuan). Perubahan terjadi pada fase berikutnya, museum menjadi lembaga yang semakin terbuka bagi masyarakat. ICOM telah merumuskan beberapa tugas yang manjadi dasar pijakan sebuah museum. Kebijakan yang berupa tugas dan tujuan yang sudah ditetapkan ICOM dijadikan sebagai tugas minimal yang harus dilakukan oleh museum. Semestinya museum dalam konteks kekinian lebih mengutamakan pada tujuan yang berupa misi dan visi sebuah lembaga museum didirikan (Tanudirjo, :1). Lebih lanjut dikatakan bahwa komitmen lembaga museum pada visi dan misi pendiriannya dalam pengelolaannya akan lebih terpusat pada pelayanan masyarakat.

40 23 Untuk menuju pada pelayanan pengunjung Tanudirjo dalam makalah Menuju Museum Yang Peduli Pegunjung menyampaikan tiga hal yang harus dilakukan bagi lembaga museum; 1. Mengubah paradikma dari cabinet of curiousities menjadi museum yang memiliki beragam fungsi. 2. Pengelolaan museum dengan manajemen model strategic management for visitor oriented museum 3. Menata ulang konsep tata pamer yang mempedulikan pengunjung. Menurut Hein (1995:23) dalam Learning in the Museum, penyajian pameran yang menunjang museum berperan sebagai institusi pendidikan dibagi menjadi empat macam atau empat model pendekatan dalam penyajian pameran museum. Gambar 2.4 Teori Pendidikan (Sumber: Hein, 1998: 25) Model Didaktik Ekspositori Model pendidikan didaktik eskpositori merupakan representasi pembelajaran tradisional di sekolah. Sekolah pada umumnya melakukan pembelajaran didasarkan pada struktur subjek, dan guru menyampaikan informasi kepada siswa tahap demi tahap. Guru menyusun pelajaran, didasarkan pada struktur subjek kemudian mengajarkannya pada murid (Hein, 1998: 25-26).

41 24 Menurut Hein pendidikan didaktik ekspositori, maka bentuk aplikasi belajar di museum disusun berdasarkan bebarpa karakteristik sebagai berikuti : 1. Pameran merupakan sebuah percontohan, memiliki kronologis yang jelas. 2. Lebel dan panel merupakan komponen menjelaskan apa yang harus dipelajari dari pameran; 3. Subjek ditata secara hirarkis mulai dari yang simpel hingga yang kompleks; 4. Pameran disusun berdasarkan subjek dari yang sederhana hingga yang kompleks; 5. Isi yang dipelajari dari program pendidikan mempunyai tujuan pembelajaran yang spesifik (Hein, 1998: 27-28). Dalam pendekatan didaktik ekspositori konsep penyajian objek di museum ditata secara statis. Penyajian yang statis mengakibatkan pengunjung harus mengandalkan penglihatannya saja untuk berinteraksi dengan koleksi Model Stimulus Respon Pameran dengan pendekatan Stimulus Respon disajikan secara berulang-ulang agar dapat menstimulus pengunjung. Pameran dengan pendekatan tersebut berisi propaganda yang tujuannya adalah untuk indoktrinasi. Stimulus respon lebih banyak membahas tentang kemajuan pembelajaran di sekolah yang diukur dengan menggunakan tes tertulis atau hafalan dari siswa yang belajar. Landasan pemikiran teori ini adalah bahwa siswa atau pengunjung museum berada dalam posisi pasif dalam menerima dan menyerap informasi. Menurut Hein karakteristik tersebut adalah; 1. Labeling dan panel menjelaskan apa yang akan dipelajari dari pameran; 2. Pameran menjadi percontohan, dimana di bagian awal dan akhirnya jelas, dan disusun berdasarkan tujuan padagogi (Hein, 1998: 29) Model Diskoveri Belajar diskoveri merupakan cara yang sangat efektif untuk diajarkan kepada pembelajar yang ingin belajar prinsip-prisip ilmu pengetahuan dengan mengobservasinya langsung objek atau fenomena yang akan dipelajari. Pengunjung dapat mengeksplorasi pameran. Pameran model ini diharapkan pengujung dapat menarik kesimpulan yang benar, oleh karena itu peranan panduan atau informasi yang jelas akan membantu penyampaian pesan yang diinginkan Model Pameran Constructivist Pameran dengan pendekatan constructivist pada dasarnya adalah memberi keleluasaan pengunjung dalam membangun pengetahuannya sendiri. Interpretasi yang

42 25 dibangun antar pengunjung dapat berbeda, karena pameran akan memberi jalan kepada pengunjung untuk menarik kesimpulannya sendiri. Pameran akan tampak seperti mempresentasikan banyak perspektif, pengunjung memiliki kesempatan untuk menginterpretasikan objek, sehingga dimungkinkan akan terjadi banyak sudut pandang. Hein memberikan dua hal prinsip dalam pendekatan ini, yaitu; Pertama proses belajar partisipasi aktif dari pembelajar sangat diperlukan. Di dalam pameran menggunakan pendekatan ini pameran menjadi sarana bagi orang yang belajar untuk menggunakan tangan dan pikirannya untuk berinteraksi. untuk mendapatkan kesimpulan, melakukan eskperimen dan menambah pemahamannya. Hal ini akan membuat mereka dapat menarik generalisasi tentang fenomena yang mereka pelajari. Kedua, pendekatan pendidikan konstruktivis mengharuskan kesimpulan yang diambil tidak divalidasi dengan standar kebenaran eksternal, tetapi oleh pembelajar itu sendiri. Gagasan validitas yang dibuat oleh koinstruktivis tidak tergantung pada kesesuaian dengan kebenaran objektif yang eksistensinya terpisah dari orang atau kelompok yang sedang belajar. (Hein, 1998: 34). Keempat pendekatan tersebut di atas merupakan beberapa model yang dapat dijadikan sebagai cara dalam menyampaian pesan melalui pameran. Hasil analisis terhadap koleksi cenderamata dalam konteks hubungan antara kepala negara akan menghasilkan pemaknaan baru berupa cara pandang atau perlakuan satu negara terhadap negara lain. Maka dari model pameran yang cocok utuk menyampaikan pesan ini adalah dengan pendekatan Stimulus Respon. Model pendekatan Stimulus Respon ini berisi propaganda yang tujuannya adalah untuk indoktrinasi, pengunjung museum berada dalam posisi pasif dalam menerima dan menyerap informasi yang disajikan oleh kurator. Pada pendekatan ini interpretasi pengunjung dibangun sesuai dengan tujuan pameran. Sedangkan analisis koleksi penghargaan PBB yang dimaknai awal sebagai prestasi bangsa, maka pameran dapat menggunakan model pendekatan constructivits. Konsep prestasi akan dapat dinterpretasi oleh pengunjung dalam berbagai cara. Pengunjung diberi kebebasan dalam memahami pesan pameran. Perbedaan pendekatan dalam menyampaikan misi pameran tersebut materi data analisis yang memiliki perbedaan. Koleksi cenderamata dari para kepala negara akan menghasilkan informasi yang bersifat satu arah. Hal tersebut mempertimbangkan visi dan misi MPBP, yaitu sebagai wahana pelestarian perjuangan dan pengabdian Soeharto dan Tien Soeharto. Sementara koleksi penghargaan pada prinsipnya adalah sebuah

43 26 prestasi atau pencapaian dari sebuah kerja keras. Sehingga dengan mudah untuk direkunstruksi proses dan peristiwanya. 2.5 Penyajian Koleksi Tujuan sebuah pemeran museum menurut Dean David dalam buku Museum Exhibition adalah; While profit may not be the specific motive, museums have the desire to sell the institution, change attitudes, modify behavior, and increase conformity (ofknowledge). All are viable and reasonable goals for museums (Dean, 1994:2). Sementara itu Edson dalam The Handbook for Museum mengutip pendapat John Cotton Dana, the innovative founder of the Newark Museum in 1909, menyatakan; sebuah museum yang baik adalah museum yang menarik, menghibur serta membangkitkan rasa ingin tahu, dengan begitu merupakan sebuah promosi dan menjadikan museum sebagai institusi pendidikan (Edson, 1996:185). Dalam aspek pameran Museum harus mampu menampilkan aspek kehidupan masyarakat. Mengenal dan memahami motivasi masyarakat serta kebutuhan akan pengetahuan merupakan dasar atau landasan mendasar dalam aspek pengembangan sebuah pameran, dalam upaya memberikan service kepada masyarakat. Penyajian koleksi atau pameran menurut Sutarga dalam buku Pedoman PenalaranTentang Metode dan Tehnik Penyajian Bimbingan Edukatif di Museum adalah sebuah jembatan antara kegiatan kurasi dengan masyarakat, (1986:29). Demikian juga dalam penyajian koleksi Sutarga membagi dalam tiga jenis tehnik penyajian, yaitu; 1. Teknik penyajian konseptual, penyajian ini bersifat tematis dan perlu adanya informasi yang baik mengenai tema yang disajikan. Susunan pameran merupakan kombinasi antara benda koleksi dengan naskah-naskah keterangan serta foto-foto. Pengunjung dapat diberikan informasi yang mendalam mengenai bagian-bagian dari aspek yang disajikan. 2. Penyajian Estetis, pameran berusaha untk menempatkan beberapa benda koleksinya yang memiliki estetika yang lebih, sehinga bentuk keindahannya benar benar dapat ditampilkan. Benda dimaksud adalah; bentuk lemari pajangan, pencahayaan, warna dan bahan yang menjadi later belakangnya. 3. Penyajian evokatif, tehnik penyajian yang mampu merangsang penuh suasana. Metode penyajian ini memiliki bentuk tiga demensi dan dalam ruangan atau

44 27 sudut pameran benda koleksi dan bahan-bahan visual lainya yang mendukung. Benda-benda tersebut diletakkan sedimikian rupa dengan latar belakang yang sangat mirip dengan lingkungan aslinya.

45 BAB 3 GAMBARAN UMUM MUSEUM PURNA BHAKTI PERTIWI Uraian dalam bab 3 secara rinci akan mendiskripsikan tentang keberadaan secara menyeluruh Museum Purna Bhakti Pertiwi. Deskripsi ini memberikan gambaran tentang sejarah dan riwayat berdirinya museum serta keberadaan bangunan dan areal dengan pembagian tata ruang yang ada. Informasi tentang koleksi juga merupakan bagian yang terpenting, yang dideskripsikan secara rinci baik dari materi koleksi serta jumlah dan jenis koleksi yang ditabulasikan dengan menggunakan matrik. Demikian juga dalam bab ini akan disampaikan koleksi yang akan dijadikan obyek penelitian. Koleksi dimaksud meliputi cenderamata dari para kepala negara dan kepala pemerintahan, serta koleksi penghargaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. 3.1 Sejarah Museum Museum Purna Bhakti Pertiwi dibangun atas ide Tien Soeharto pada tahun Beliau berkeinginan untuk membangun sebuah wadah yang memiliki fungsi untuk menyimpan dan merawat benda-benda penghargaan berupa cenderamata yang diberikan oleh masyarakat luas kepada Soeharto, Presiden Republik Indonesia atau kepada Tien Soeharto sebagai Ibu Negara. Konsep bangunan museum adalah sebuah pilihan yang tepat untuk mengaktualisasikan peranan yang lebih besar. Bangunan dengan konsep tumpeng mempertimbangkan berbagai alasan yaitu bertumpu pada khasanah budaya Jawa. Tumpeng atau gunungan sebagai kelengkapan inti upacara tradisional yang merupakan ungkapan keagungan Gusti Kang Maha Agung (Singgih, 1993:10). Tumpeng sebagai konsepsi dasar rancang bangun museum. Konsepsi dasar tersebut bertumpu pada suatu bagian ungkapan dari khasanah budaya tradisional yang melambangkan rasa syukur, keselamatan dan keabadian (Singgih, 1993:9). Bangunan MPBP dengan bentuk tumpeng merupakan representasi dari keluarga Soeharto dalam mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu juga merupakan ucapan terima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia yang telah memberikan dukungan kepada Soeharto selama pengabdiannya pada bangsa Indonesia. Disamping itu

46 29 pemilihan bangunan dengan konsep tumpeng juga merupakan manifestasi dari seorang tokoh dengan karakter Jawa, yang tercermin melalui simbol-simbol bangunan serta pemilihan koleksi dan tata letak yang sangat terorganisir melalui penataan ruangan pamer. Gagasan mendirikan museum dengan konsep tumpeng disampaikan kepada Ir. Franky du Ville, rancang bangun disiapkan selama tiga tahun. Pada akhirnya pada tanggal 26 Desember 1987 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan MPBP. Pembangunan berlangsung selama lima tahun dari tahun 1987 sampai dengan Foto 3.1 MPBP tampak dari atas Penataan koleksi dilakukan selama kurang lebih delapan bulan, mulai bulan Desember 1992 sampai dengan Agustus Penataan koleksi dilakukan oleh para tenaga professional dalam berbagai disiplin ilmu; musiawan, perancang mode, sejarawan, desainer grafis dan lain sebagainya. Penataan dapat diselesaikan dengan model tata pamer kontemporer yang disesuaikan dengan konsep tata ruang bangunan. Setelah melalui proses pembangunan yang cukup panjang selama 5 (lima) tahun 1987 s.d. 1992, pada 23 Agustus 1993 MPBP diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia.

47 Visi dan Misi Museum Museum Purna Bhakti Pertiwi memiliki visi dan misi sebagai berikut; Visi museum adalah Melengkapi dan memperkaya khasanah budaya Indonesia sebagai wahana pemersatu dan lambang mitra antar museum. Sedangkan misinya adalah Melestarikan sejarah perjalanan hidup dan pengabdian Bapak dan Ibu sebagai ajang penelitian, penerangan (informasi), rekreasi serta sebagai obyek wisata bagi masyarakat luas Foto 3.2 Konsep bangunan museum dengan mempertimbangkan aspek lingkungan (Sumber: MPBP, 2010) Visi dan misi MPBP tentunya diselaraskan dengan International Council of Museum (ICOM) A museum is a non profit making permanent institution in the service of society and of its development, open to the public, which acquires, conservers, researchers, communicates and exhibits, for purposes of study, education and enjoyment, the tangible and intangible evidence of people and their environment (ICOM code of ethics for Museum, 2008). Pengertian tersebut di terjemahkan ulang dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1995 tentang pemeliharaan dan pemanfaatan benda cagar budaya di museum serta Kepmen Kebudayaan dan Pariwisata No. KM 33/PL.303/MKP/2004 tentang museum, bahwa museum adalah lembaga tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda material budaya manusia dan alam serta lingkungan, guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Mencermati visi dan misi yang perlu mendapatkan perhatian adalah visi museum, meski ditetapkan oleh Yayasan Purna Bhakti Pertiwi, namun tentunya tidak menutup kemungkinan untuk dikoreksi atau dilakukan kaji ulang. Visi pada

48 31 prinsipnya adalah harapan meski sifatnya melangit, dan bersifat memacu harapan, sehingga visi dapat dikoreksi menjadi Melengkapi dan memperkaya khasanah budaya Indonesia. 3.3 Koleksi Pengelolaan koleksi merupakan inti pekerjaan dari sebuah museum, secara prinsip pengelolaan sebuah museum dikenal dengan istilah museologi meliputi; koleksi, preservasi/ konservasi dan komunikasi. Tiga hal prinsip tersebut dapat dijabarkan dalam pengelolan Museum Purna Bhakti Pertiwi. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Museum Purna Bhakti Pertiwi memiliki jumlah koleksi item. Dalam pelaksanaan pencatatan digunakan klasifikasi berdasarkan bahan dasar koleksi untuk menentukan golongan dan klasifikasi. Sistem penggolongan koleksi yang digunakan adalah sebagai berikut; binatang, boneka, busana, batu, cetakan, gading, gambar, kayu, logam, tanah, tekstil, wayang. Adapun jumlah koleksi berdasarkan klasifikasi koleksi dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah Tabel 3.1 Jumlah Koleksi Berdasarkan Klasifikasi Tahun 2010 Data Koleksi Sesuai Golongan (Sumber: MPBP, 2010) No Klasifikasi Kode Jumlah Koleksi Golongan 1 Binatang Bg Boneka Bn Batu Bt Cetakan Ct Gading Gd 2 6 Gambar Gr Kayu Ky Logam Lg Tanah Tn 4.197

49 32 10 Tekstil Tx Wayang Wy Lain-Lain Ll Alat musik Am 153 Klasifikasi koleksi Museum Purna Bhakti Pertiwi didasarkan atas bahan dasar yang dijadikan pertimbangan utama. Membagi klasifikasi koleksi seperti yang terlihat pada tabel 3.1. pada prinsipnya kurang dapat memberikan informasi yang dapat membangun keberadaan MPBP dalam mengemban visi dan misi sebagai pewaris nilai kejuangan Soeharto dan Tien Soeharto. MPBP sebagai museum tokoh, yaitu seluruh koleksi yang ada dengan segala informasi dibangun untuk membentuk karakter tokoh Soeharto dan Tien Soeharto dalam konsep pengabdiannya pada bangsa Indonesia. Mengacu pada alasan tersebut klasifikasi koleksi hendaknya meliputi; 1. Golongan; membagi koleksi dalam tiga macam yaitu koleksi non cenderamata, koleksi cenderamata dan koleksi penghargaan. Fungsinya untuk mengelompokkan dalam tiga macam golongan besar jenis koleksi yang ada, sehingga dengan mudah koleksi dikenali atau mempermudah dalam kepentingan kajian koleksi. 2. Klasifikasi; mengacu pada rumusan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Permuseuman yang membagi koleksi dalam 10 kelas yaitu; Biologika, Geologika, Etnografika, Arkeologika, Historika, Numismatika dan Heraldika, Filologika, Keramologika, Seni Rupa, Teknologika. Suyati dalam Metode Pengadaan Dan Pengelolaan Koleksi; klasifikasi koleksi hendaknya mempertimbangkan pada fungsi museum sebagai salah satu institusi untuk mencerdaskan bangsa. Oleh karena itu, klasifikasi koleksi museum didasarkan pada kreteria disiplin ilmu (2000, 28). Sesuai dengan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. KM.33/PL.303/MKP/2004 tahun 2004 tentang Museum pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (3) dinyatakan bahwa koleksi museum adalah benda-benda bukti material hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan

50 33 kebudayaan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat (3) dinyatakan bahwa benda cagar budaya di museum adalah semua koleksi museum berupa benda cagar budaya bergerak atau benda cagar budaya tertentu yang disimpan, dirawat, diamankan, dan dimanfaatkan di museum. Selain benda cagar budaya, untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, maka koleksi museum di samping benda asli (realia), dapat juga berupa replika, atau reproduksi yang syah menurut persyaratan museum. Syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah benda untuk dapat ditetapkan menjadi koleksi museum adalah sebagai berikut : 1. Mempunyai nilai penting bagi perkembangan kebudayaan manusia dan lingkungannya, 2. Dapat diidentifikasi dari aspek ruang, waktu, bentuk, dan fungsinya, 3. Dapat dijadikan dokumen dalam arti sebagai kenyataan dan kehadirannya bagi penelitian ilmiah 4. Dapat dijadikan suatu monumen atau calon monumen dalam sejarah alam dan budaya, (Asiarto, 2008: 21) Demikian juga Direktorat Permuseuman dalam Pedoman Museum Indonesia memberikan beberapa kriteria bahwa pengadaan koleksi adalah kegiatan pengumpulan benda-benda asli atau tidak asli untuk disimpan, dirawat dan disajikan kepada masyarakat. Pengadaan koleksi dengan menggunakan beberapa prinsip, kriteria dan prosedur sbb; 1. Setiap benda yang dijadikan koleksi berorientasi pada upaya pelestariaan 2. Diadakan penelitian 3. Jelas asal dan usul serta kepemilikan 4. Disesuaikan dengan visi dan misi pendirian museum 5. Memiliki kapasitas untuk dipamerkan dan dimanfaatkan untuk penelitian 6. Benda dalam kondisi baik 7. Pengadaan dapat dilakukan dengan pembelian, peminjaman, dan pertukaran. Koleksi Museum Purna Bhakti Pertiwi dengan jumlah tidak kurang dari item. Jumlah koleksi yang relatif banyak tersebut adalah sebuah permasalahan tersendiri, perlu penanganan secara serius serta dibutuhkan sumber

51 34 daya manusia yang berkualitas dalam skala yang cukup banyak. Pengelolaan koleksi secara garis besar meliputi; Pengadaan koleksi Pengadaan koleksi baru dilakukan dan disesuaikan dengan kebutuhan museum. Penambahan koleksi adalah hal yang menjadi kebutuhan sebuah museum untuk menambah serta melengkapi informasi dari sebuah tema-tema dari sebuah museum. MPBP selama waktu berjalan belum secara optimal dalam menambah koleksi baru. Mengacu pada kriteria yang telah ditentukan oleh Direktorat Permuseum pengadaan sangat dimungkinkan dan dianjurkan untuk sebuah lembaga museum. MPBP diperlukan beberapa kriteria sebagai pegangan dalam menajemen melakukan upaya untuk menambah jumlah koleksi Dokumentasi Registrasi yang dilakukan oleh pencatat atau registrar dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan bahan dasar koleksi. Disamping itu selain pencatatan dilakukan juga melakukan pemotretan secara digital. Registrasi dilakukan dengan komputerisasi yang terintegrasi antar unit kerja (local area network). Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah dalam penanganan serta mengadakan kontrol terhadap sirkulasi koleksi. Unit ini merupakan seksi dalam pengelolaan koleksi yang memiliki fungsi strategis. Kegiatan pencatatan yang dilakukan dalam meliputi segala alur koleksi sejak dari masuk museum sampai dapat disajikan dan disimpan serta di konservasi kembali, selalu dalam pantauan serta catatan unit Administrasi Koleksi. Penggunaan data base koputerisasi dengan menggunakan integrasi antar unit adalah bentuk saling keterkaitan antar setiap unit dalam melaksanakan tugas sebagai pengelola museum. Kepentingan dalam pemanfaaatan data koleksi melalui sistem data base pada komputerisasi sangat membantu gai pengelola maupun pihak luar dalam memanfaatkan data koleksi sesuai kepentingan yang sudah ditentukan Perawatan Koleksi Perawatan koleksi merupakan salah satu unit terpenting dalam pengelolaan museum, laboratorium konservasi adalah hal yang sangat mutlak dalam sebuah

52 35 lembaga museum, melalui laboratorium setiap aktivitas konservasi dapat dilakukan. Konservasi yang merupakan bentuk perlindungan terhadap koleksi dilakukan secara periodik dengan melakukan pembagian tanggung jawab kepada seluruh staf pada unit perawatan koleksi sesuai dengan klasifikasi koleksi. Sebagai langkah yang berkelanjutan setiap staf perlu dibekali keilmuan sesuai dengan pembidangannya. Keahlian tersebut sangat perlu dilakukan dengan mengadakan bentuk-bentuk kursus secara internal dengan mengundang ahli khsusus atau kerja sama dengan lembaga terkait atau mengirim staf secara khusus pada seorang pakar. Laboratorium museum yang tersedia adalah kebutuhan mutlak lambaga museum. Penanganan terhadap setiap kerusakan pada koleksi dilakukan dalam dua cara, yaitu preventif dan kuratif. Kegiatan pencegahan akan bahaya serangan serangga terutama rayap dilakukan secara berkala dengan mengunkan jasa rekanan. Semantara itu untuk koleksi staf Museum Purna Bhakti Pertiwi secara periodik melakukan evalusai dalam meningkatkan kemampuan terhadap staf dalam aspek konservasi. Setiap staf diharapkan mampu memiliki keahlian secara khusus dalam menangani setiap permasalahan yang berhubungan dengan koleksi. Secara periodik kegiatan konservasi dilakukan terhadap koleksi museum yang sangat beragam dan memiliki jumlah yang relatif banyak Penyimpanan Koleksi Penyimpanan koleksi atau storage system adalah hal yang sangat penting dalam aspek pengendalian koleksi. Ruang penyimpanan koleksi memiliki fungsi sebagai tempat untuk menyimpan koleksi yang tidak dipamerkan. Penyimpanan koleksi selain berfungsi sebagai tempat untuk melindungi koleksi agar tidak mudah rusak, juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai pengontrol atau pengendali dalam menentukan koleksi mana yang layak untuk dipamerkan. Oleh karena itu sistem pergudangan yang baik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai tempat perawatan juga menentukan dalam arus atau sirkulasi koleksi.

53 36 Foto 3.3 Ruang Penyimpanan Museum Purna Bhakti Pertiwi (Sumber: MPBP, 2010) Museum Purna Bhakti Pertiwi meskipun bangunanya relatif baru, serta rancang bangun yang didesain sesuai unruk kepentingan museum namun demikian tempat penyimpanan koleksi belum mendapatkan perhaatian. Sebuah museum idealnya memiliki ruang penyimpanan secara ideal mampu manampung 90% dari total jumlah koleksi. tidak demikian dengan tempat penyimpanan Museum Purna Bhakti Pertiwi kapasitas yang tersedia diperkirakan hanya mampu menampung tidak lebih dari 10 % dari jumlah koleksi yang ada Penyajian Koleksi Museum Purna Bhakti Pertiwi dalam melakukan kegiatan pameran memiliki dua macam bentuk pameran, yaitu pameran tetap dan pameran temporer. Pameran tetap meliputi 5 ruang; Ruang Perjuangan, Ruang Utama, Ruang Khusus, Ruang Asthabrata, Perpustakan serta Graha Lukisan. Pameran temporer dilaksanakan dua kali dalam setahun. Labeling atau narasi merupakan hal yang terpenting dalam pemeran. Lebeling pada prisipnya merupakan hasil dari kegiatan penelitian. Kegiatan penelitan informasi benda koleksi yang pada akhirnya menghasilkan makna atau interpretasi baru adalah kegiatan museological context. Labeling yang berisi pesan atau kontek yang akan disampaikan haruslah mampu menjawab setiap pertanyaan

54 37 yang akan diajukan oleh setiap pengunjung. Maka dari itu menentukan tema pameran terutama pemeran temporer adalah hal yang sangat penting, kita akan mampu membuat dan menyampaikan pesan sesuai dengan kebutuhan. Selain itu orientsai masyarakat juga menjadi pertimbangan dalam menentukan tema yang cocok dan sesuai perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Kegiatan pameran Museum Purna Bhakti Pertiwi belum diawali dengan riset atau penelitian, sehingga makna atau pesan yang disampaikan belum sesuai dengan visi dan misi museum. Estetika masih dijadikan sebagai pertimbangan utama dalam melakukan pameran. Masyarakat atau pengunjung belum dijadikan pertimbangan menentukan dan penyampaian pesan, orientasi pameran masih didominasi oleh otoritas museum Bimbingan Edukasi Orientasi baru sebuah lembaga museum harus mampu menjadi agen perubahan dalam pencerdasan bangsa, fungsi pendidikan yang harus melekat pada lembaga museum, bagaimana cara dan usaha agar setiap pengunjung yang hadir mendapatkan pengetahuan baru atas hasil kunjungan. Oleh karena itu memberikan konteks pemaknaan pada setiap koleksi merupakan hal terpenting. Penyampaian makna tersebut seyogianya dikemas dalam bentuk tata pamer yang kontekstual. Pameran yang kontestual menurut Sutarga (2000:5) penyajian koleksi yang ditunjang dengan berbagai media, baik grafis, gambar, sketsa dan skema. Kegiatan edukasi Museum Purna Bhakti Pertiwi mengacu pada fungsi dan peranan lembaga museum, yaitu memberikan layanan bimbingan penulisan kepada para pelajar mahasiswa atau lembaga tertentu yang secara khusus mengadakan kajian tentang pemuseuman. Selain itu tugas-tugas tertentu yang berkaitan dengan pendidikan di samping menyelenggarakan kegiatan yang berpusat di MPBP, juga mengadakan kegiatan di luar museum, misalnya; museum masuk sekolah, kegiatan tersebut diselenggarakan dua kali dalam setahun. Pelaksanaan kegiatan tersebut MPBP bekerja sama dengan museum-museum yang ada di lingkungan Taman Mini Indonesia Indah yang tergabung dalam Forum Komunikasi Museum dan Taman.

55 38 Foto 3.4 Kunjungan Mahasiswa di Museum Purna Bhakti Pertiwi (Sumber: MPBP, 2010) Publikasi Salah satu penunjang dalam kegiatan permuseuman adalah publikasi. Publikasi pada dasarnya merupakan upaya lembaga museum untuk memilih jalur yang paling efektif dalam menyampaikan pesan berupa penyampaian informasi serta bentuk undangan bagi masyarakat untuk berkunjung ke museum. Pemilihan atau penggunaan media informasi seharusnya disesuaikan dengan kondisi masyarakat, sebagai contoh bila yang menjadi sasaran siswa sekolah dasar maka pola kerja sama dengan pihat terkait perlu dilakukan. Program museum masuk sekolah barangkali sebuah pilihan yang menarik atau bentuk kegiatan lainya seperti kompetisi menggambar objek museum dan sebagainya. Sebaliknya bila yang menjadi sasaran adalah mahasiswa sebaiknya media yang digunakan adalah kegiatan seminar, demikian juga masyarakat umum pemanfaatan media massa dapat dilakukan seperti pemasangan iklan kegiatan pameran yang dilakukan, akan memiliki efektivitas dalam penyampaian informasi. Museum Purna Bhakti Pertiwi masih terbatas dalam memanfaatkan pola media yang ada, meski dilihat dari data kunjungan termasuk salah satu museum yang banyak pengunjungnya. Data pengunjung dapat dilihat dari rekapuilasi dari tahun 1993 sampai dengan 2009, sebagai berikut;

56 39 Tabel 3.2 Data Pengunjung Dalam Dua Dekade Museum Purna Bhakti Pertiwi (Sumber: MPBP, 2010) TAHUN JENIS PENGUNJUNG WISNU WISMAN WISNU WISMAN JULAH PER BULAN Dalam usianya yang memasuki tahun ke-17 ada kecenderungan pengunjung menurun. Kecenderungan perubahan kunjungan semestinya segera dilakukan evaluasi untuk menentukan langkah atau solusi dari permasalah yang muncul.

57 Pameran Museum Pameran merupakan salah satu upaya sebuah lembaga museum dalam menyampaikan informasi berupa pengetahuan kepada masyarakat dan museum dapat mengemas pesan-pesan yang akan disampaikan kepada publik. Wahyudi dan M.Djohan (2009:107) menyatakan bahwa sebuah pameran pada dasarnya adalah sebuah interpretasi. Para profesional museum yang membuat presentasi bendabenda museum yang telah diinterpretasi lalu dikomuniksaikan kepada pengunjung. Untuk sebuah museum yang telah menjadi new museology, maka biasanya pameran adalah sebuah penyampaian informasi dan bukan penyampaian tentang bendabenda. Jika sebuah museum masih melakukan pameran yang memamerkan bendabenda maka disebutnya open storage dan bukan sebuah pameran. Melalui media pameran merupakan hal yang sangat penting dalam kelembagaan museum, sehingga melalui pameran museum dapat melakukan edukasi kepada msyarakat. Pameran sebuah museum harus memperhatikan nilai edukatif, informatif, estetika, dan artistik, sebagaimana dinyatakan dalam Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. KM. 33 / PL. 303 / MKP / 2004, Pasal 21 ayat (1) dinyatakan bahwa pemanfaatan koleksi museum melalui penyajian harus memperhatikan nilai edukatif, informatif, estetika dan artistik. Beberapa jenis kegiatan pameran yang diselenggarakan oleh Museum Purna Bhakti Pertiwi adalah sebagai berikut; pameran tetap, pameran temporer, dan pameran keliling Pemeran Tetap Museum Museum Purna Bhakti Pertiwi memiliki bangunan seluas m 2 cukup memadai sebagai sarana penyampaian informasi melalui tata pemeran. Konsep pameran tetap disesuaikan tema-tema dengan ruangan yang ada. 5 (lima) buah ruangan yang ada adalah Ruang Perjuangan, Ruang Utama, Ruang Khusus, Ruang Asthabrata, dan Perpustakaan. Pameran tetap MPBP terbagi dalam 5 (lima) ruang tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kerangka pencitraan. Pembagian ruangan dilakukan secara tematik memiliki sifat yang permanen. Mengacu pada Pedoman Museum Indonesia, tata pamer museum, pameran tetap memiliki jangka waktu sekurang - kurangnya 2-4 tahun (2008:46). Langkah yang perlu diambil dalam penentuan lama waktu yang ditentukan dalam pedoman tata pamer museum adalah

58 41 materi pameran yang dapat kita perbaharui secara periodik, namun tema tetap dipertahankan. MPBP belum mencapai tahapan seperti itu, pameran masih dilakukan dengan koleksi menjadi hal terpenting. Pameran hendaknya menekan pada aspek informasi yang menjadi perhatian Ruang Perjuangan Ruang Perjuangan adalah ruangan yang letaknya paling terdepan, dengan luas m 2. Sesuai dengan namanya ruangan memiliki tema perjuangan, yaitu perjuangan tokoh Soeharto dari lahir sampai menjadi presiden. Ruang Perjuangan terdiri dari 2 (dua) lantai. Lantai 1 berisi tentang riwayat sejarah kehidupan Soeharto sejak lahir, masa kanak-kanak, remaja, hingga menjadi presiden. Foto 3.5 Ruang Perjuangan lantai 1 (Sumber: MPBP, 2010) Lantai 2 adalah pameran tetap yang menyajikan koleksi yang memiliki keterkaitan dengan sejarah perjuangan Soeharto. Ruang Perjuangan denga tema perjuangan Soeharto dimaksdukan sebagai informasi awal bagi pengunjung museum, untuk mengenal lebih jauh perjuangan tokoh Soeharto. Pemilihan tema tersebut akan mempermudah bagi pengunjung dalam mengapresiasi koleksi Museum Purna Bhakti Pertiwi.

59 Ruang Utama Ruang Utama yang memiliki luas m 2 terdiri dari 7 lantai merupakan ruang yang paling besar diantara ke 5 ruang yang ada. Ruang tersebut menyajikan konsep pameran tetap yang berupa koleksi cenderamata dan non cenderamata. Media penataan koleksi pada Ruang Utama menggunakan tiga macam yaitu build in vitrine 2, free standing vitrine 3, vitrine bebas 4. Metode penyajian menggunakan klasifikasi berdasarkan bahan dasar koleksi, yaitu; logam, tanah, batu, kayu, gambar, binatang, tekstil, alat musik, wayang, boneka dan bahan cetakan. Klasifikasi bahan dasar koleksi dijadikan kriteria dalam tata pamer, selain itu kriteria ini juga menjadi pertimbangan dalam aspek konservasi. Foto 3.6 Ruang Utama lantai 1 (Sumber: MPBP, 2010) 2 Build in vitrine (BV); nama istilah tempat menata kolaksi show case yang menempel di dinding bangunan museum, sifatnya permanen 3 Free standing vitrine (fsv): nama istilah showcase yang berdiri tidak menempel pada dinding museum, memiliki sifat permanen 4 Vitrine bebas nama tempat display koleksi yang memiliki sifat mudah digerakan atau dapat dipindah pindah

60 43 Pada Ruang Utama Lantai 1 materi koleksi yang dipamerkan sebagian besar adalah koleksi cenderamata non tekstil. Pada lantai 2 koleksi yang dipamerkan adalah koleksi tekstil Nusantara. Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa konsep pameran yang disajikan oleh MPBP khususnya pada Ruang Utama menggunakan klasifikasi koleksi berdasarkan bahan dasar dari benda koleksi. Konsep pameran seperti ini tampaknya sudah tidak cocok karena tidak komunikatif. Pameran tersebut juga tidak memiliki alur cerita (story line), pada hal alur cerita sangat membantu pengunjung dalam menginterpretasi pesan dari pameran. Penggunaan tema berdasarkan bahan tidak akan membangun cerita yang utuh tentang tema besar yang menjadi misi pendirian museum yaitu membangun citra tentang tokoh Soeharto. Dalam rangka membangun citra tokoh Soeharto seharusnya dibuat tata pemer denga tema peran Soeharto dalam kegiatan nasional dan internasional seperti tema; konsep pertanian, stategi dalam menekan laju pertubuhan penduduk Indonesia, konsep kesehatan untuk masyarakat, pendidikan. Dalam lingkup internasional dapat memilih tema peranan Soeharto dalam Asean, Gerakan Non Blok, APEC (Asia Pacific Economy Cooperative) dan lain sebagainya. Untuk mendukung tema-tema tersebut perlu dipilih koleksi yang relevan. Selain itu pameran pameran di MPBP tidak didahului dengan riset koleksi hal itu menyebabkan pameran yang dilakukan tidak informatif. Sesungguhnya dengan melakukan penelitian kurator pameran lebih mudah memilih tema-tema pameran yang cocok untuk masyarakat Ruang Khusus Ruang Khusus merupakan salah satu dari empat bangunan yang berbentuk kerucut yang memiliki 2 lantai dengan luas 576 m 2, Ruang Khusus ini berisi tata pamer yang memiliki arti khusus dan penting bagi keberadaan tokoh Soeharto dan Tien Soeharto. Materi pemeran terdiri atas tanda-tanda kehormatan yang di terima oleh dan Tien. Tanda tanda kehormatan tersebut berasal dari dalam negeri dan luar negeri, baik dari pemerintah maupun lembaga sosial. Koleksi lebih difokuskan

61 44 pada pemilihan materi kolekasi tanda-tanda kehormatan yang merupakan pencapaian prestasi dan kerja keras dan kesungguhan dari seorang Soeharto dan Ibu Tien Soeharto. Koleksi tentang tanda-tanda kehormatan berupa piagam dan bintang jasa dari pemerintah Indonesia dan luar negeri serta organisasi. Bentuk penghargaan tersebut berasal dari berbagai bidang yaitu; pemerintahan, keamanan, kesehatan, social, politik, budaya dan lahraga. Di antara materi tanda-tanda kehormatan tersebut adalah; The Order of Sikatuna dari pemerintah Filipina, The Order of Mushungwa dari Korea Selatan. Foto 3.7 Ruang Khusus lantai 1 (Sumber: MPBP, 2010) Ruang Asthabrata Ruang Asthabrata terdiri dari 2 lantai dengan luas m 2. Lantai 1 dipamerkan koleksi wayang, sedangkan pada lantai 2 dipamerkan koleksi foto-foto keluarga. Penataan koleksi wayang pada lantai 1 disajikan dalam 34 vitrin dengan cerita Wahyu Srimakutha Rama, pada dasarnya adalah sebuah pesan moral yang disampaikan oleh Soeharto kepada pengunjung museum. Pesan moral tersebut merupakan ajaran tentang kepemimpinan yang berlandaskan pada 8 (delapan) unsur alam yaitu; bumi, bulan, air, tanah, angin, samudera, matahari dan angkasa.

62 45 Ke 8 unsur alam tersebut menjadi falsafah atau acuan bagi setiap pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya Perpustakaan Perpustakaan Museum Purna Bhakti Pertiwi memiliki luas 567 m 2 terdiri dari 2 lantai. Perpustakaan menyajikan buku-buku koleksi Soeharto yang berjumlah 5000 judul buku dalam berbagai disiplin ilmu, selain itu disajikan pula album foto dokumenter dan keluarga. Perpustakaan Museum Purna Bhakti Pertiwi (MPBP) merupakan perpustakaan museum. Dalam pengelolaannya perpustakaan ini mengadakan bahan referensi dan pustaka yang berkaitan dengan ruang lingkup permuseuman serta informasi tentang Soeharto. Koleksi Perpustakaan disediakan untuk membantu para pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum dalam melakukan kegiatan pendidikan dan penelitian. Perpustakaan MPBP berusaha memberikan informasi yang tepat dan lengkap kepada pengguna informasi melalui bahan pustaka cetak. Perpustakaan menyimpan koleksi pribadi Soeharto dan kelurga di antaranya merupakan cenderamata dari para Kepala Negara/Pemerintahan, sahabat, penerbit dan masyarakat luas maupun koleksi yang diperoleh dengan cara pembelian. Foto 3.8 Perpustakaan MPBP (Sumber: MPBP, 2010)

63 Macam koleksi Koleksi Perpustakaan MPBP terdiri dari dapat digolongkan dalam 5 macam; 1. Buku, dalam berbagai disiplin ilmu khususnya yang berkaitan dengan bidang ilmu permuseuman dan koleksi museum, serta tentang Soeharto 2. Majalah ilmiah, pengetahuan umum, dan hiburan 3. Suratkabar & tabloid 4. Al Qur an dengan cetakan dari berbagai negara 5. Kliping, Buku cerita anak dan album foto Sistem Layanan Sistem layanan yang dipergunakan adalah baca di tempat. Pengguna hanya dapat membaca buku, majalah, dan jenis koleksi lainnya di ruang baca, tanpa dapat dipinjam/dibawa keluar Fasilitas Penelusuran Litliterur Penelusuran buku pustaka dapat dilakukan secara otomatis maupun manual. Otomatis dapat dilakukan melalui On-line Public Access Catalogues (OPAC), literatur sekunder seperti indeks. Sementara itu penelusuran manual berbentuk kartu, berdasarkan; judul buku, pengarang buku, dan subjek buku. 3.5 Struktur Organisasi Gambar 3.1 Struktur Orgnanisasi Museum Purna Bhakti Pertiwi (Sumber: MPBP, 2010)

64 47 Museum Purna Bhakti Pertiwi berada di bawah naungan Yayasan Purna Bhakti Pertiwi merupakan lembaga yang dikelola oleh keluarga Soeharto. Dalam pelaksanaan tanggung jawabnya lembaga ini mengawasi dan mengontrol pelaksanaan manajemen Museum Purna Bhakti Petiwi telah menetapkan struktur organisasi. Organisasi yang telah ditetapkan tersebut memiliki fungsi sebagaimana pelaksana setiap kebijakan dan tujuan yang telah ditetapkan melalui visi dan misi MPBP. Untuk pelaksanaan tugas museum, yayasan ini menunjuk dan mengangkat direksi museum yang meliputi seorang direktur dan dibantu oleh dua orang wakil direktur. Untuk melengkapi serta mempermudah dalam menjalankan tugas dan fungsi yang sudah ditetapkan oleh yayasan, Direktur MPBP menujuk dan mengangkat staf yang meliputi; manajer, kepala bagian, kepala seksi, dan staf. Bagan organisasi yang telah ditetapkan oleh Yayasan Purna Bhakti Pertiwi, merupakan penatapan kerangka kerja manajemen MPBP dalam mengambil setiap langkah kebijakan, baik yang bersifat internal maupun eksternal. 3.6 Sumber Daya Manusia dan Organisasi Tabel 3.3 Jenjang Pendidikan Karyawan MPBP (Sumber: MPBP, 2010) NO URAIAN PENDIDIKAN S2 S1 D3 SLTA SLTP Kepala Museum Manajer Kepala Bagian Kepala Seksi Staf Jumlah 140

65 48 Purna Bhakti Pertiwi yang memiliki areal dan bangunan yang sangat luas memiliki jumlah koleksi yang cukup banyak, oleh sebab itu museum ini memerlukan sumber daya manusia yang cukup banyak pula. Sumber daya manusia yang ada terdiri; 1. Karyawan sebanyak 140 orang 2. Pekerja perawatan taman 24 orang, (out sourcing) 3. Pekerja kebersihan berjumlah 22 orang Pendidikan sumber daya manusia MPBP sangat beragam, meliputi jenjang pendidikan SLTP sampai dengan Strata 2. Jenjang pendidikan dan jabatan karyawan MPBP per 7 April 2010 adalah terlihat pada data tabel 3.3 di atas. 3.7 Sarana dan Prasarana Museum Purna Bhakti Pertiwi adalah museum yang menggunakan gedung baru oleh karena itu dalam rancangan bangunan museum ini mempertimbangkan berbagai aspek yang meliputi; Rancang Bangun Rancang bangun MPBP yang bertumpu pada budaya lokal dengan bentuk tempeng. Rancang bangunan seperti itu menyediakan ruangan yang cukup memadai untuk menyelenggarakan dan mengelola sebuah museum. Tata ruang yang relatif luas yaitu m3 memudahkan pengelola dalam membagi ruang sesuai dengan kepentingan serta standar sebuah museum meliputi; ruang pamer, ruang konservasi, ruang edukasi, gudang, dan perpustakaan, dan lain sebagainya Luas Areal MPBP memiliki luas areal yang luas 19,78 ha. Secara keseluruhan pemanfaatan tata ruang yang lebih banyak tata ruang hijau memberikan kanyamanan bagi pengunjung atau masyarakat yang akan menikmati panorama museum. Konsekuensi dari tata ruang dengan areal yang cukup luas pengelola harus memiliki konsentrasi dalam menciptakan kenyamanan serta kesinambungan dalam

66 49 mengelola alur pengunjung. Konsekuensi tersebut tercermin dalam penyiapan beberapa fasilitas yang disediakan bagi pengunjung meliputi; Tempat Parkir Tempat parkir yang cukup memadai bagi pengunjung dalam skala besar bukan merupakan hal yang merepotkan bagi pengelola museum, karena lahan parkir yang tersedia mampu menampung 400 mobil. Tersedianya parkir khusus bagi pengendara yang mengalami cacat fisik, hal ini merupakan bentuk kepedulian museum terhadap pengunjung Mobil Antar Jemput Pengunjung (Shuttle car) Jarak lokasi parkir dengan bangunan museum atau tempat pamaeran koleksi cukup jauh, oleh karena itu pengelola memberikan layanan antar jemput berupa mobil kereta dari areal parkir menuju museum Kursi Roda Hal yang sering dilupakan oleh pengelola public service adalah memberikan fasilitas kepada masayarakat yang mengalami cacat fisik. Museum Purna Bhakti Pertiwi memiliki kepedulian yang tinggi dalam memperhatikan pengunjung yang cacat fisik. Penyediaan kursi roda, serta parkir khusus dan jalur khusus serta toilet khusus bagi pengunjung cacat fisik merupakan kepedulian MPBP pada pengunjung Shalter Shalter adalah tempat transit bagi pengunjung Museum Purna Bhakti Pertiwi sebelum dan sesudah melakukan kunjungan. Tempat transit tersebut dilengkapi dengan kantin dan warung kelontong yang memberikan kenyamanan dalam pemenuhan kebutuhan bagi pengunjung museum Loker Penitipan Barang Fasilitas lain yang disediakan MPBP bagi pengunjung utuk menempatkan barang bawaan, hal ini dilakukan mengingat tidak seluruh barang boleh dibawa memasuki ruang pamer. Disediakan dua macam tempat penitipan yaitu loker terbuka dan loker tertutup Toilet Toilet merupakan sarana umum yang harus selalu tersedia dan terjaga dengan baik. Area museum yang luas memiliki konsekuensi untuk

67 50 menyediakan toilet yang cukup banyak dan terjangkau dengan mudah bagi pengunjung. Toilet harus selalu terjaga kebersihannya. Kebersihan adalah kunci keramahan museum dalam menjaga kenyamanan pengunjung Kantin dan Kios Cenderamata Salah satu fasilitas penunjang untuk melengkapi rasa nyaman pengunjung dalam menikmati sajian museum adalah kantin. Meski terkesan kurang memiliki keterkaitan langsung, namun kantin memiliki peran penting dalam pelayanan pada pengunjung. Selain kantin, kios cenderamata juga memiliki peran yang tidak kalah penting dengan menyediakan aneka sajian kerajinan tangan yang menarik akan memberikan kesan berupa kenang-kenangan yang akan tersimpan dan dibawa pulang bagi setiap pengunjung Museum Purna Bhakti Pertiwi Mushola Tersedia dalam ukuran yang cukup luas sebagai bagian dalam memberikan rasa nyaman bagi pengujung Museum Purna Bhakti Pertiwi dalam menjalankan peribadatan saat melakukan kunjungan Play Ground (area bermain anak) Kepedulian pada pengunjung pada usia dini merupakan kelengkapan bagi pengujung tipe keluarga. Dengan tersedianya aneka permainan sederhana diharapkan pengunjung tipe keluarga ini merasa nyaman dan senang. 3.8 Data Penelitian Museum Purna Bhakti Pertiwi memiliki koleksi sebanyak item. Koleksi dikelompokkan dalam tiga macam; koleksi cenderamata, koleksi penghargaan, dan koleksi non cenderamata. Jumlah koleksi yang cukup banyak tersebut pada hakekatnya adalah merupakan sumber informasi dan pengetahuan. Koleksi secara keseluruhan dapat dirinci sebagai berikut; 1. Koleksi non cenderamata sebanyak buah. Koleksi non cenderamata ini meliputi koleksi yang merupakan benda koleksi pribadi Soeharto dan Tien Soeharto. 2. Koleksi Cenderamata, koleksi ini sebanyak jenis koleksi ini buah. Koleksi cenderamata tersebut berasal dari berbagai macam kalangan seperti; masyarakat biasa, petani, lembaga sosial, pejabat daerah, menteri, duta besar,

68 51 perdana menteri, presiden, raja/ratu, dan lembaga sosial taraf nasional dan internasional. 3. Koleksi penghargaan, koleksi ini meliputi penghargaan yang berasal dari pemerintah Republik Indonesia, pemerintah luar negeri atau lembaga swadaya masyarakat baik yang bersifat nasional maupun internasional. Koleksi penghargaan yang berasal dari dalam negeri sejumlah 33 buah. Koleksi penghargaan tersebut berasal dari berbagai bidang meliputi; militer, pemerintahan, sosial, dan budaya. Sementara koleksi penghargaan yang berasal dari luar negeri sejumlah 43 buah. Penghargaan sejumlah 43 buah tersebut diberikan sebagai bentuk penghargaan yang diberikan kepada bangsa Indonesia melalui Presiden Soeharto. Dalam penelitian ini dipilih dua kelompok koleksi yaitu; 1) Koleksi penghargaan yang berasal dari para kepala negara/pemerintahan serta penghargaan dari orgnanisasi badan dunia PBB, 2) Koleksi cenderamata yang berasal dari para kepala negara dan pemerintahan Koleksi Cenderamata Istilah cenderamata memiliki padanan kata hadiah, atau kenang-kenangan. John M. Echols dalam Kamus Inggris Indonesia, memberikan definisi cenderamata; hadiah, kado, pemberian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cenderamata memiliki makna; pemberian sebagai kenang-kenangan, sebagai pertanda ingat; tanda mata. Koleksi cenderamata MPBP adalah koleksi yang diperoleh dari pertukaran hadiah antar Soeharto dengan kapasitasnya sebagai presiden dengan para tokoh bangsa, sahabat, saudara dan lain sebagainya. Pertukaran cenderamata ketika terjadi hubungan diplomasi antarnegara. Sedangkan koleksi non cenderamata merupakan koleksi pribadi, baik berupa memorabilia atau benda-benda yang menjadi perhatian khusus Soeharto dan Tien Soeharto. Koleksi MPBP yang terbagi dalam tiga macam yaitu cenderamata berjumlah buah, non cenderamata berjumlah buah dan koleksi penghargaan 43 buah. Khusus koleksi penghargaan terbagi menjadi dua kategori yaitu; 5 buah penghargaan dari PBB, 38 buah penghargaan dari para kepala negara. Koleksi cenderamata lebih sedikit apa bila dibandingkan dengan koleksi non

69 52 cenderamata. Perbedaan yang cukup tajam tersebut dari pengamatan penulis disebabkan karena tidak adanya catatan atau dokumentasi awal yang cukup memadai. Cenderamata tersebut sebelum menjadi koleksi MPBP tidak dilengkapi dengan catatan atau dokumentasi. Dokumentasi yang tidak ada atau tidak lengkap tersebut menyulitkan pengelola dalam melacak data peristiwa saat terjadi pertukaran cenderamata. Kesulitan dalam melacak informasi awal berupa; nama pemberi, jabatan, tempat dan tanggal peristiwa, hal tersebut menyebabkan perbandingan antara koleksi cenderamata dan non cenderamata lebih banyak non cenderamata. Catatan awal tentang cenderamata tersebut menjadi informasi kunci dalam melakukan kegiatan lanjutan berupa riset koleksi. Riset koleksi merupakan salah satu proses kurasi yang memiliki arti penting dalam kegiatan museologi. Keterbatasan pengetahuan museologi oleh sumber daya manusia MPBP adalah permasalahan mendasar. Hal itu menjadi permasalahan lembaga museum secara keseluruhan di Indonesia terutama manajemen MPBP. Akses akan pengetahuan museologi yang relatif terbatas barang kali yang menjadi salah satu kendala. Pada tebel di bawah ini akan disajikan data cenderamata yang berasal dari para kepala negara dan kepala pemerintahan. Cenderamata tersebut diterima Soeharto selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Tabel data penelitian tersebut dikelompokkan berdasarkan pada wilayah geografis menjadi 7 kelompok; wilayah Asean, Asia, Asia Tengah, Timur Tengah, Eropa Barat, Eropa Timur, wilayah Afrika, Australi, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Tabel 3.4 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Asia (Sumber: MPBP, 2010) No Nama Koleksi No Register Negara Nama Pemberi Pemberi 1 Piring buah Presiden Korea Roh Tae Woo Selatan 2 Tempayan Seladon Presiden Korea Roh Tae Woo Selatan 3 Lukisan Keluarga Presiden Mongolia Punsalmaagin Orhirbart

70 53 4 Lukisan pemandangan alam Cenderamata the 5 Olympiade Seoul Presiden Korea Selatan Presiden Korea Selatan Perangkat minum Republik Rakyat Cina 7 Miniatur perahu finisi Presiden Bangladesh 8 Bunga teratai Presiden Bangladesh 9 Sepasang cepuk dan nampan Presiden Sri Langka Roh Tae Woo Chun Doo Hwan Yang Shangkun Zia Urrahman Zia Urrahman J.R. Jayawardene 10 Patung dewa mabuk Presiden Taiwan Lee Teng Hui 11 Hiasan PM Bangladesh Sheikh Hasina 12 Seperangkat piring PM Jepang Zenko suzuki tradisional CAWAN 13 Guci PM Jepang Michio Watanabe 14 Asbak PM Taiwan Viencent C. Siew 15 Lukisan bermain layang-layang PM Jepang Ryutaro Hashimoto 16 Piring hias PM Sri Lanka DJ. Wijetunga 17 Piring PM Sri Lanka R. Premadasa 18 Mangkuk PM Jepang Zenko suzuki 19 Lukisan PM Khmer Marshal Lon Noh perkampungan 20 Vas PM Korea Selatan Young Hoon Kang 21 Vas PM Korea Selatan Young Hoon Kang 22 Hiasan dinding PM Papua Nugini Bill Skate CMG MP 23 Hiasan dinding PM Papuanugini Paias Ningh 24 Hiasan dinding PM Vietnam Pham Van Dong 25 Maket perahu layar PM Bangladesh Sheikh Hasina Koleksi yang berasal dari kawasan Asia berjumlah 25 buah pemberian dari 20 kepala pemerintahan/negara wilayah Asia. Koleksi sejumlah 25 tersebut beberapa koleksi dipilih sebagai cenderamata dengan mempertimbangkan nilai nilai

71 54 budaya setempat, namun terdapat beberapa koleksi yang dipilih tidak memiliki hubungan dengan budaya lokal setempat. Tabel 3.5 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah ASEAN (Sumber: MPBP, 2010) No Nama Koleksi No Register Negara Nama Pemberi Pemberi 1 Ukiran kayu Presiden Laos Nouhak Phaumsavanh 2 Pedang Presiden Laos Nouhak Phoum Savanh 3 Perangkat mandi Presiden Philipina Corazon Aquino 4 Foto Presdien Fidel Presiden Philipina Fidel Ramos Ramos dengan Isteri 5 Bahan baju Barong Presiden Philipina Fidel Ramos Tagalog 6 Piring hias Presiden Philipina Fidel Ramos 7 Perangkat minum Presiden Philipina Fidel Ramos 8 Jam dinding Presiden Philipina Fidel Ramos 9 Kotak bertutup Presiden Philipina Fidel Ramos 10 Piring besar Presiden Singapura We Kim Wee 11 Seperangakat kerajinan Presiden Singapura Ong Teng Cheng perak 12 Lemari hias kecil Presiden Vietnam Le Duc Anh 13 Seperangkat mangkuk PM Kamboja Norodom Sihanouk 14 Piring PM Kamboja Hun Sen 15 Kendi PM Kamboja Norodom Sihanouk 16 Kotak PM Kamboja Norodom Sihanouk 17 Piring hias PM Kamboja Norodom Sihanouk 18 Bokor bertutup PM Kamboja Norodom Sihanouk 19 Kain songket PM Kamboja Norodom Sihanouk

72 55 20 Patung gajah PM Kamboja Norodom Sihanuk 21 Patung orang PM Kamboja Norodom Sihanuk 22 Seperangkat tempat sirih PM Kamboja Hun Sen 23 Bokor (klenting) PM Kamboja Samdech Norodom Ranariddh 24 Seperangkat alat minum PM Kamboja Norodom Sihanuk terdiri dari 25 Tongkat PM Laos Khamtay Shipandone 26 Seperangkat tempat koktil PM Malaysia Dr. Mahathir bin : Mohamad 27 Seperangkat tempat sirih PM Malaysia Datuk Hussein Onn 28 Seperangkat tea set PM Malaysia Tun Haji Abdul Razak 29 Sendok (Gayung) PM Malaysia Dr. Mahathir bin Mohamad 30 Kotak bertutup PM Malaysia Datuk Hussein Onn 31 Perangkat alat minum PM Malaysia Tun Haji Abdul Razak 32 Cepuk bertutup/tempat perhiasan PM Malaysia Datuk Sri Anwar Ibrahim-Tmbalan 33 Seperangkat tempat sirih PM Malaysia DR. Mahathir Muhammad 34 Cangkir PM Thailand Chuan Leek Pai Perangkat minum PM Thailand Banharn Silpa-Archa 36 Dua potong baju tidur PM Thailand Chuan Leek Pai 37 Piring PM Thailand Banharn Silpa-Archa 38 Mangkuk bertutup PM Thailand Chatichai Choonhavan 39 Bahan baju PM Thailand Chuan Leek Pai 40 Kaca rias PM Thailand Tinsulanonda 41 Perangkat makan PM Thailand Banharn Silpa-Archa 42 Pulpen PM Thailand Ban Harn Silpa Archa 43 Seperangkat alat minum PM Thailand Banharn Silpa Archa terdiri dari 44 Guci (bencharong) PM Thailand General Chavalit

73 56 45 Tatakan pulpen PM Thailand Ban Harn Silpa Archa 46 Seperangkat tea set PM Malaysia Dr. Mahathir bin Mohamad 47 Seperangkat tempat sirih PM Malaysia Dr. Mahathir bin Mohamad 48 Bokor bertutup PM Myanmar Jenderal Tan Shwe Koleksi cenderamata dari wilayah Asean merupakan jumlah terbanyak, dilihat dari jumlah koleksinya sejumlah 48 buah, merupakan cenderamata dari 23 kepala negara/pemerintahan. Materi koleksi cenderamata yang dipilih memiliki berbagai macam bentuk. Beberapa diantarannya merupakan koleksi yang memiliki makna budaya lokal. Sementara beberapa koleksi pemilihannya tanpa memperhatikan nilai atau makna budaya, dan aspek estetika menjadi pilihan benda cenderamata. Tabel 3.6 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Timur Tengah (Sumber: MPBP, 2010) No Nama Koleksi No Register Negara Nama Pemberi Pemberi 1 Karpet Presiden Presiden Afganistan Afganistan 2 Karpet/permadani Presiden Iran Ali Akbar Hashemi Rafsanjani 3 Hiasan (Masjid) Presiden Palestina Yasser Arafat 4 Pedang Kehormatan Presiden Palestina Yasser Arafat Negara Palestina 5 Kotak berkaki dan bertutup Presiden Palestina Yasser Arafat 6 Karpet/permadani Presiden Turki Nazmiye Deremel 7 Mangkuk bertutup Presiden Turki Nazmiyev Deremel 8 Pedang PM Arab Saudi Muhamoud Az Zaobi 9 Kotak bertutup PM Arab Saudi Muhamoud Az Zaobi 10 Kotak Raja Yordania Raja Hussen

74 57 11 Kotak perhiasan PM Kuwait Sheikh Saad Al Abdullah Al Salim Al Sabah 12 Kaligrafi Al-Qur'an PM Pakistan Mohtrama Benazir Bhuto 13 Bahan baju PM Suriah Eng Mahmoud Al Zaobi 14 Uang Koin Suriah PM Suriah Engmahmoud Al Zoabi 15 Al' Quran PM Syria Eng Mahmud Al Zaobi 16 Guci bertutup PM Kuwait Sheikh Al Abdullah Al Salem Al Sabah Cendermata dari wilayah Timur tengah ini sejumlah 16 koleki dari 8 kepala negara atau kepala pemerintahan. Pemilihan koleksi cenderamata sebagian besar merupakan benda-benda yang memiliki makna budaya setempat. Beberapa diantaranya merupakan pruduk-produk yang menjadi identitas bangsa setempat. Tabel 3.7 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Asia Tengah (Sumber: MPBP, 2010) No Nama Koleksi No Register Negara Nama Pemberi Pemberi 1 Tas kerja laki-laki Presiden India Presiden India 2 Guci Presiden India Presiden Ramaswamy 3 Seperangkat perhiasan Presiden Kazakstan Nursultan A Nazarbayev 4 Lukisan pertapa (magic) Presiden Kirgiztan Askar Abayev 5 Baju Laki-laki Presiden Turkmenistan 6 Kain panjang Presiden Turkmenistan 7 Pakaian tradisional Presiden Turkmenistan 8 Foto kuda dalam bingkai kaca Presiden Turkmenistan 9 Buku tentang pakaian adat Turkmenistan Album foto kegiatan kunjungan Bapak soeharto ke 10 Turkmenistan Presiden Turkmenistan Presiden Turkmenistan Saparmurat Niyazov Saparmurat Niyazov Saparmurat Niyazov Saparmurat Niyazov Saparmurat Niyazop Saparmurat Niyazop

75 58 11 Selendang Presiden Turkmenistan Saparmurat Niyazov 12 Anting Presiden Kyrghstan Askar Abayev Cenderamata dari negara dalam kawasan Asia Tengah sejumlah 12 buah merupakan cenderamata dari 4 kepala negara. Pemilihan koleksi cenderamata lebih mempertimbangkan benda-banda yang menjadi ciri khas negara masing-masing. Tabel 3.8 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Afrika (Sumber: MPBP, 2010) No Nama Koleksi No Register Negara Nama Pemberi Pemberi 1 Satu set catur Presiden Afrika Nelson Mandela selatan 2 Piring hias Presiden Aljazair Liamire Zeroal 3 Piring Presiden Algeria 4 Lukisan kuda Presiden Bosnia Alija Izetbegovic 5 Topeng/hiasan dinding Presiden Burkina Blaise Compaore Faso 6 Patung orang naik unta Presiden Burkina Blaise Compaore Faso 7 Tiga ekor patung badak Presiden Kenya Daniel T. Arap Moi 8 Piring hias Presiden Libya Moammar Khaddafi 9 Sepasang tas dan sepatu Presiden Mali Alpha Oumar Konare 10 Kulit zebra Presiden Namibia Sam Nujoma 11 Al Quran Presiden Sudan Abdul Rachman Sigaru Dahab 12 Hiasan (gong) Presiden Tanzania Julius K. Nyerere 13 Hiasan Presiden Zambia Frederick JT. Chiluba 14 Batu kecubung PM Madagaskar Albert Zafi 15 Seperangkat alat merokok PM Somalia Muhammed A Alim 16 Tempat duduk PM Tunisia Dr. Hamed Koroui

76 59 17 Alat tradisional penumbuk sagu PM Panuatu Maxime Carlot Korman Cenderamata dari wilayah Afrika berjumlah 17 buah koleksi merupakan cenderamata dari 14 kepala negara. Pemilihan materi cenderamata merupakan benda-benda yang menjadi ciri khas masing-masing negara. Tabel 3.9 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Eropa Timur (Sumber: MPBP, 2010) No Nama Koleksi No Register Negara Nama Pemberi Pemberi 1 Lukisan kuda Presiden Bosnia Alija Izetbegovic 2 Foto Kunjungan Bapak Presiden Hungaria Pal Losonezi dan Ibu Tien Soeharto ke Hungaria 3 Bokor bersusun tiga Presiden Rumania Emil Constantinescu 4 Lukisan siluet tarian rakyat Uganda Presiden Uganda Yoweri Kaguta Museveri 5 Seperangkat alat minum Presiden Ukraina Leonid D. Kuchma 6 Piring PM Polandia Wlodzimierz Cemoszewics 7 Tempat buah PM Polandia Wlodzimierz Cemoszewics 8 Lukisan kuda PM Polandia Wlodzimierz Cemoszewics Cenderamata dari wilayah Eropa Timur terdapat 8 koleksi cenderamata. Cenderamata tersebut berasal dari 5 presiden dan sebuah cenderamata dari perdana menteri. Beberapa cenderamata memiliki makna budaya daiantaranya adalah lukisan tariam rakyat Uganda, namun hal tersebut memerlukan data pendukung yang cukup untuk dapat di cari konteks awal koleksi dimaksud.

77 60 Tabel 3.10 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Eropa Barat (Sumber: MPBP, 2010) No Nama Koleksi No Register Negara Pemberi Nama Pemberi 1 Piring oval Kanselir Jerman Helmut Kohl 2 Vas bunga Presiden Martti Ahtisaari Finlandia 3 Piring besar Presiden Martti Ahtisaari Finlandia 4 Pedang Presiden Kroasia Dr.Tranjo Tudjman 5 Piring Presiden Kroasia Dr.Tranjo Tudjman 6 Dinner set Wegdwood Ratu Inggris Ratu Elizabeth II 7 Tempat buah Ratu Belanda Ratu Beatrix 8 Foto Ratu Beatrix dengan Pangeran Claus Ratu Belanda Ratu Beatrix 9 Vas bunga PM Cekoslovakia Vacklav Klaus 10 Mangkuk PM Cekoslovakia Vaclav Klaus 11 Vas bunga PM Cekoslovakia Vaclav Klaus 12 Kristal (hiasan) PM Inggris Margaret Thatcher 13 Tempat buah PM Italia Romano Prodi 14 Patung burung PM Belanda R.F.M. Lubbers 15 Vas bunga PM Kroasia Nikica Valentic 16 Lukisan pemandangan PM Kroasia Nikica Valentic 17 Gelas PM Perancis Francois Mitterand 18 Cepuk tak bertutup PM Perancis Francois Mitterand 19 Vas bunga PM Kroasia Nikica Valentic 20 Maket perahu PM Norwegia Gro Harlem Brundtland 21 Seperangkat alat minum PM Slovakia Jozef Merovcik 22 Gelas bertutup PM Perancis Francois Mitterand

78 61 Cenderamata dari wilayah Eropa Barat sejumlah 22 buah koleksi merupakan cenderamata dari 12 kepala negara/pemerintahan. Materi koleksi secara garis besar mengisyarakatkan tentang karakteristik negara Eropa yang identik dengan negara maju. Sebagian besar koleksi merupakan pruduk kemajuan teknologi, seperti beberapa kristal, porselen pruduksi Wegwood. Tabel 3.11 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Amerika Utara (Sumber: MPBP, 2010) No Nama Koleksi No Register Negara Nama Pemberi Pemberi 1 Miniatur Gedung Putih Presiden Amerika Serikat 2 Mata uang Amerika Serikat 3 Mata uang Amerika Serikat Presiden Amerika Serikat Presiden Amerika Serikat Richard Nixon Bill Clinton Bill Clinton 4 Stempel Kenegaraan Presiden Ronald Reagen Amerika Serikat 5 Hiasan (ikan lumba-lumba) PM Kanada S Keith Mc Walter 6 Piring ceper PM Kanada Jean Chreatian 7 Patung burung pinguin PM Kanada Jean Chretien Cenderamata dari wilayah Amerika Utara tidak jauh berbeda dengan karekteristik cenderamata dari Eropa Barat. Jenis cenderamata menampilkan karakteristik sebagai negara maju. Beberapa koleksi dari Amerika Serikat lebih menonjolkan pada identitas kenegaraan. Tabel 3.12 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Amerika Selatan (Sumber: MPBP, 2010) No Nama Koleksi No Register Negara Nama Pemberi Pemberi 1 Mate Presiden Argentina Carlos Saul Menem 2 Mate Presiden Chili Augusto Pinochet Ugarte

79 62 3 Mate Presiden Mexico Carlos Salinas de Gortari 4 Kotak perhiasan Presiden Colombia Ernesto Samper 5 Mata uang Suriname 5 buah Presiden Suriname 6 Lukisan Orang Indian Presiden Suriname Jules Albert Wijdenbosch Jules Albert Wijdenbosch Koleksi cenderamata dari wilayah Amerika Selatan terdapat 6 buah cenderamata dari 5 tokoh. Pemilihan jenis koleksi merupakan benda-benda budaya masyarakat setempat. Demikian juga satu buah koleksi lukisan merupakan karya pelukis local yang cukup terkenal di negara setempat. Seemantara 3 buah koleki khas masyarakat Amerika Selatan yang dikenal dengan mate. Tiga negara Argentina, Chile dan Mexico memberikan benda yang sama, hal tersebut cukup menarik untuk dianalisis, seberapa penting mate memiliki makna budaya bagi ketiga negara tersebut. Tabel 3.13 Koleksi Cenderamata dari Negara Wilayah Australia (Sumber: MPBP, 2010) No Nama Koleksi No Register Negara Nama Pemberi Pemberi 1 Kotak PM Australia Jhon Howard 2 Piring hias PM Australia Paul Keating 3 Piring hias PM Australia John Howard 4 Piring hias PM Australia Paul Keating 5 Sendok Makan PM New Zaeland 6 Waka Huia PM New Zealand 7 Piring hias PM New Zealand 8 Piring hias PM New Zealand 9 Kapak Green Stone PM New Zealand R.D.Muldon, CH Jim Bolger Jim Bolger Jim Borger Jim Bolger

80 63 Cenderamata dari wilayah Benua Australia terdapat 9 koleksi cenderamata. koleki tersebut merupakan cenderamata dari 4 perdana menteri, yaitu 5 buah dari Australia sedangkan 4 buah dari Selandia Baru. Pemilihan materi cenderamata dapat diberikan catatan bahwa cenderamata dari Australia materi bendanya lebih bersifat benda produk modern. Sementara itu cendramata yang berasal dari Selandia Baru merupakan benda-benda budaya suku asli Selandia Baru Koleksi Penghargaan Data penelitian pada tabel 3.14 adalah koleksi penghargaan dari lembaga dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa diberikan kepada Soeharto, Presiden Republik Indonesia. Koleksi penghargaan tersebut merupakan prestasi bangsa Indonesia dalam berbegai bidang pembangunan. Pembangunan yang dicapai tersebut pada prinsipnya adalah sebuah kerja bersama bangsa Indonesia dalam upaya mencapai taraf hidup yang lebih baik. Jumlah penghargaan dari badan dunia sejumlah 5 macam dalam berbagai bidang, yaitu; pangan, kesehatan, kependudukan, pengentasan kemiskinan, dan pendidikan. Penghargaan dimaksud adalah sebagai berikut; Tabel 3.14 Koleksi Penghargaan MPBP dari Lembaga Internasional (Sumber: MPBP, 2010) No Nama Koleksi Penghargaan Nomor Registrasi Nama Lembag a Nama Pemberi Keterang an Dalam Peristiwa 1 Medali FAO FAO Dr. Edouard Saoma, Dirjen FAO 22 Juli Piagam dan Medali "The Health for All" Medali "The Health for All" PBB WHO PBB WHO 18 Februari Februari Piagam UN Population Award UNPA PBB 8 Juni 1989

81 64 4 Piagam UNDP PBB UNDP 29 Agustus Medali "The Avicenna" UNESC O 19 Juni 1993 Lima macam penghargaan dari badan dunia PBB tersebut berupa piagam dan medali. Penghargaan yang diberikan kepada Presiden Soeharto tidak semua merupakan satu pasang berupa medali dan piagam. Dari ke enam macam penghargaan tersebut hanya penghargaan dari "The Health for All" yang diberikan dalam bentuk sepasang. Namun demikian sebuah catatan yang penting adalah ke 4 dari lima penghargaan merupakan penghargaan yang pertama kali berikan oleh PBB.

82 BAB 4 PEMBERIAN MAKNA KOLEKSI MPBP Dalam bab ini dilakukan pemberian makna baru koleksi cenderamata dan penghargaan PBB. Proses pemberian makna dilakukan dengan menggunakan teori museologi. Mengacu pada kajian museologi, bahwa museum memiliki fungsi sebagai lembaga atau agen pencipta/produksi makna museums are key agents in the creation of meaning (Janes, 2007:135). Interpretasi pada hakekatnya adalah hasil sebuah riset koleksi. Riset koleksi yang dilakukan oleh kurator museum. Museolog memiliki peran dan fungsi memilih informasi apa yang akan disampaikan kepada masyarakat melalui pameran. Pemilihan informasi dengan mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Kepentingan dan kebutuhan tersebut berorientasi pada ilmu pengetahuan. Pada akhirnya konsep mediasi dengan masyarakat melalui pameran akan merangsang pengunjung membangun sendiri pengetahuanya dan secara psikologis menimbulkan rasa nyaman bagi mereka selama kunjungan berlangsung (Magetsari, 2008:3). Visi dan misi museum dijadikan sebagai acuannya dalam pemilihan makna. Proses pemberian makna baru ini dilakukan dengan menggunakan teori museologi. Data penelitian terbagi dalam dua kelompok yaitu cenderamata dan penghargaan. Koleksi cenderamata analisis data menggunakan metode Furst dengan. Penelitian ini pada prinsipnya adalah upaya profesional museum atau kurator memberikan pemaknaan baru terhadap koleksi. Metode Furst diawali dari object in context yaitu koleksi museum yang sudah diberi konteks atau memiliki konteks awal. Pada tahap selanjutnya konteks awal tersebut dihilangkan (decontextualized) untuk dilakukan analisis perbandingan makna. Analisis perbandingan yaitu memperbandingkan makna cenderamata yang diterima dan yang diberikan Presiden Soeharto. Presiden Soeharto, memilih keris sebagai cenderamata. Keris sebagai benda budaya dijadikan sebagai cenderamata oleh kepala negara tentunya memiliki nilai filosofi. Makna fislosifis tersebut dijadikan sebagai dasar dalam interpretasi, sehingga akan dapat kita lihat bangsa Indonesia memandang negara lain sebagai apa dalam konteks diplomasi tersebut. Sementara itu negara lain juga memberikan cenderamata kepada Presiden Soeharto dan cenderamata tersebut juga merepresentasikan cara pandang bangsa lain terhadap bangsa Indonesia. Sementara proses pemaknaan baru

83 66 terhadap koleksi penghargaan PBB menggunakan teori museologi. Teori museologi ini memberikan ruang gerak seorang kurator melakuan kajian data-data yang mendukung penghargaan dari PBB. Berawal dari pertanyaan mengapa Presiden Soeharto menerima penghargaan dari PBB? Data-data yang mendukung tersebut dijadikan kurator untuk memberikan pemaknaan baru terhadap koleksi penghargaan. Makna penghargaan adalah prestasi bangsa namun ketika penghargaan PBB menjadi koleksi MPBP, bagaimana prestasi bangsa Indonesia disampaikan kepada pengunjung. Koleksi penghargaan berjumlah 5 macam, merupakan penghargaan dari PBB. Pemilihan terhadap penghargaan dari PBB mempertimbangkan bahwa, lembaga ini merupakan lembaga dunia, setiap kebijakan dijadikan ukuran dan acuan bagi dunia. Sebagai lembaga internasional PBB memiliki kewenangan dalam melakukan penilaian prestasi sebuah negara dalam berbagai aspek meliputi; pangan, kesehatan, kependudukan, pendidikan, buruh, pengungsi, dan lain sebagainya. Setiap bidang yang menjadi perhatian PBB dibentuk lembaga yang mengurusinya, lembaga yang merupakan perangkat PBB adalah WHO 5, FAO 6, UNESCO 7, UNDP 8, dan lain sebagainya. Penghargaan memiliki pemahaman sebagai bentuk imbalan atas prestasi yang dilakukan. Mc. Echols dalam An English-Indonesian Dictionary (1982) memberikan pengertian tentang kata penghargaan dalam bahasa Inggris adalah reward memiliki makna ganjaran; hadiah; penghargaan. Penghargaan dapat diartikan sebagai sebuah prestasi kerja. Istilah prestasi kerja menurut Aloysia Alfra Phalestie seorang psikolog dalam artikel Prestasi Kerja (2010), ia memberi pengertian bahwa prestasi lebih merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang untuk mengetahui sejauh mana seseorang mencapai prestasi yang diukur atau dinilai. Dengan demikian prestasi adalah juga suatu hasil yang dicapai seseorang setelah ia melakukan suatu kegiatan. Dalam dunia kerja, prestasi kerja disebut sebagai work performance (Phalesti, 2010:1). Sementara itu Menurut Hasibuan (1995:105) dalam buku Manajemen sumber daya manusia, prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam 5 WHO: World Health Organisation; lembaga organisasi dunia yang mengurusi masalah kesehatan 6 FAO: Food Agriculture Organisation, lembaga pangan dunia yang mengurusi masalah kemiskinan 7 UNESCO (United Nation Education, Scientific Culture Organisation) organisasi dunia yang mengurusi masalah pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan. 8 UNDP (United Nations Developments Programme)

84 67 melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. 4.1 Pertukaran Cenderamata Antar Kepala Negara/Pemerintahan Kegiatan penyelengaraan tugas-tugas kenegaraan dalam hubungan dengan negara lain pelaksanaanya diatur dengan Undang-Undang Dasar RI tahun 1945, pasal 11 Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjajnjian dengan negara lain. Pasal tersebut mengamanatkan kepada presiden dalam kewenangannya melakukan hubungan dengan negara lain. Amanat itu diterjemahkan sebagai konsep bangsa Indonesia untuk melakukan aktifitas berupa hubungan antarbangsa atau diplomasi. Diplomasi dilakukan untuk menunjang dan memperkokoh tercapainya tujuan nasional. Dalam arti sempit hubungan internasional memiliki demensi politik, namun demikian hubungan internasional dalam makna yang sangat luas meliputi aspek; politis, ekonomi, budaya, sosial, kultural, pendidikan serta pertahanan, dan keamanan. Diplomasi antar`para kepala negara atau pemerintahan dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan diplomasi tersebut menjadi sebuah kebiasaan dilakukan kegiatan saling tukar cenderamata. Tukar cenderamata dilakukan tentunya dengan berbagai macam alasan sesuai dengan kepentingan dan tujuan diantara masing-masing negara. Demikian juga dalam pemilihan materi yang dijadikan benda cenderamata, sangart bergantung dari si pemberi, biasanya banyak dipengaruhi oleh budaya negara setempat Pemberian Konteks Baru Koleksi Cenderamata dari Kepala Negara/Pemerintahan Merujuk pada klasifikasi pada tabel 3.5 sampai dengan tabel 3.12 koleksi cenderamata dari pemerintah luar negeri yang berasal dari kepala negara atau pemerintahan berjumlah 164 koleksi. Koleksi tersebut berasal dari 66 negara merupakan koleksi cenderamata yang berasal dari kelompok Presiden sejumlah 51 orang, kelompok raja sejumlah 3 orang, kelompok perdana menteri 58 orang. Sementara itu dari 66 negara dimaksud adalah sebagai berikut; Afghanistan, Afrika Selatan, Algeria, Aljazair, Amerika Serikat, Argentina, Australia, Bangladesh, Belanda, Bosnia, Ceko, Chili, Filipina, Finlandia, Hungaria, India, Inggris, Iran, Jepang, Jerman,

85 68 Kamboja, Kanada, Kazahtan, Kenya, Kirgystan, Khmer, Kolombia, Korea Selatan, Kroasia, Kuwait, Laos, Libya, Madagaskar, Malaysia, Mali, Mexico, Mongolia, Myanmar, Namibia, Norwegia, Palestina, Panuatu, Perancis, Polandia, RRC, Rumania, Saudi Arabia, Selandia Baru, Singapura, Slovakia, Somalia, Srilanka, Sudan, Suriah, Suriname, Syiria, Taiwan, Tanzania, Thailand, Tunisia, Turki, Turkmenistan, Uganda, Ukraina, Vietnam, Yordania, Zambia. Secara garis besar seluruh cenderamata yang diberikan kepada Soeharto selaku Presiden Republik Indonesia dilakukan dalam melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Kegiatan kenegaraan berupa hubungan diplomasi dengan 67 negara, yang direpresantasikan melalui cenderamata. Kegiatan diplomasi merupakan tugas yang selalu melekat dalam jabatannya. Pengertian hubungan internasional dalam arti sempit mengatakan bahwa; Ilmu Hubungan Internasional sebagai subyek akademis terutama memperhatikan hubungan politis antar bangsa. Definisi tersebut hanya menekankan pada aspek politis, sementara hubungan internasional memiliki cakupan yang sangat luas meliputi; politis, ekonomi, budaya, sosial, kultural. Ilmu hubungan internasional adalah mempelajari perilaku internasional, yaitu perilaku aktor-baik non negara maupun negara dalam arena transaksi internasional. Perilaku tersebut berupa perang, konflik, kerjasama, pembentukan aliansi, interaksi dalam organisasi internasional, transaksi bisnis, pertandingan olah raga, pariwisata, pertemuan ilmiah, program pertukaran pendidikan, aktifitas misi keagamaan dan sebagainya (Mas oed 1994:27-28). Koleksi cenderamata sejmlah 164 buah dari para kepala negara tersebut dalam hasil observasi lapangan sebagian besar tidak dilengkapi dengan data yang cukup memadai. Sebagai langkah untuk memberikan konteks baru atas koleksi tersebut diadakan penelitian melalui referensi baik pustaka maupun situs-situs pada internet, wawancara dengan beberapa pihak yang memiliki kewenangan. Beberapa koleksi cenderamata yang dapat di analisis untuk dapat dilakukan pemaknaan baru adalah koleksi yang berasal dari negara Malaysia, Amerika Serikat, New Zealand, Sudan dan Syiria. Pemilihan negara tersebut merupakan perwakilan dari empat benua. Benua Asia diwakili oleh negara Malaysia (wilayah Asean) dan Syria (wilayah Timur Tengah). Benua Amerika diwakili oleh Amerika Serikat (Wilayah Amerika Utara) dan

86 69 Argentina; Chili serta Mexico (wilayah Amerika Selatan). Benua Australia diwakili oleh New Zealand. Pemilihan koleksi dari sepuluh negara tersebut dapat dijadikan sebagai model analisis terhadap koleksi yang lainnya. Koleksi cenderamata dari sepuluh negara tersebut adalah sebagai berikut; 1. Seperangkat tempat sirih, Tiga buah koleksi cenderamata MPBP berupa seperangkat tempat sirih merupakan pemberian dari Perdana Menteri Malaysia, yaitu Datuk Hussein Onn dan Dr. Mahathir Muhammad. Tempat sirih dalam tradisi masyarakat minang disebut selapah, semantara masyarakat Jawa menyebutnya pekinangan, adalah tempat untuk menaruh segala peralatan menyirih. Selapah sebagai istilah nama lokal dalam buku Makmur Eman dalam buku Beberapa Jenis Wadah Koleksi Museum Negeri Prov. Sumatera Barat Aditya Warman alat terbuat berfungsi tempat menaruh peralatan menyirih juga secara filosofis memiliki makna budaya sebagai perangkat untuk menanti tamu (1993:57). Tradisi menyirih merupakan kebiasaan bagi masyarakat melayu. Penduduk Malaysia termasuk dalam rumpun bangsa melayu yang bertalian erat dangan Indonesia dan Filipina (Negara dan bangsa oleh :Grolier international, Inc 1996:210). Tradisi makan sirih merupakan warisan budaya masa silam, lebih dari 3000 tahun yang lampau atau di zaman Neolitik, hingga saat ini. Budaya makan sirih hidup di Asia Tenggara. Pendukung budaya ini terdiri dari berbagai golongan, meliputi masyarakat bawah, pembesar negara, serta kalangan istana (Al Mudra, 2001:1). Pada saat ini sirih sangat dikenal di kalangan masyarakat Melayu. Selain dimakan/menyirih oleh rakyat kebanyakan, sirih juga dikenal sebagai simbol budaya dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam adat istiadat Melayu. Sirih dipakai dalam upacara menyambut tamu, upacara merisik dan meminang, upacara pernikahan, pengobatan tradisional, dan berbagai upacara adat yang lain. Dalam upacara pernikahan, sirih dirangkai dalam bentuk sirih junjung yang cantik, dan bersama dengan sirih penyeri dipakai sebagai barang hantaran kepada pengantin perempuan. Di dalam upacara resmi kebesaran istana, sirih junjung dipakai sebagai hiasan yang menyemarakkan suasana. Sirih junjung juga dibawa sebagai kepala suatu arak-arakan adat.

87 70 Menyirih merupakan tradisi yang memiliki tata cara tertentu baik dalam penggunaan maupun peralatan yang digunakan meliputi; 1.1. Tepak sirih; Digunakan sebagai perangkat yang tidak boleh dilupakan dalam upacara-upacara resmi adat. Oleh karena tepak sirih merupakan simbol yang memiliki arti penting, maka pemakaiannya tidak boleh sembarangan. Di dalam tepak sirih terdapat combol (cembul) yang digunakan untuk menyimpan ramuan sirih pinang. Combol ini disusun mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Bagian dalam tepak sirih yang lengkap dibagi menjadi dua bagian. Di bagian atas ditempatkan empat combol dengan susunan tertentu, yaitu pinang, kapur, gambir, dan tembakau. Di bagian bawah disusun cengkih, sirih, dan kacip. Pada tepak sirih yang berbentuk bulat, combol disusun melingkar sesuai dengan urutannya. Masyarakat Melayu menamakan tepak sirih yang berbentuk bujur sangkar sebagai puan, dan yang berbentuk empat persegi panjang disebut tepak. Ada kalanya, daun-daun sirih tidak dimasukkan menjadi satu ke dalam tepak sirih, tetapi ditempatkan dalam suatu wadah yang disebut bekas sirih. Pengaturan seperti ini memberikan tampilan yang lebih indah dan rancak. Bagi masyarakat Melayu, sirih disusun sedemikian rupa untuk menunjukkan uruturutan ketika mengapur sirih, yang dahulu didahulukan dan yang kemudian dikemudiankan. Daun-daun sirih yang disusun dalam tepak sirih harus dilipat bersisip antara satu dengan yang lain dan disatukan tangkainya, disusun sebanyak lima atau enam helai dalam satu baris. Satu tepak sirih selalu berisi empat atau lima susun sirih. Sirih harus disusun secara berlipat agar tidak terlihat ekornya. Ekor sirih yang terlihat dianggap kurang sopan dan tidak menghormati tamu. Tepak sirih yang sudah lengkap dihias dengan bunga dan diberi alas kain songket. Tepak sirih seperti ini disebut tepak sirih adat. 1.2 Kelengkapan Tepak Sirih; Komponen yang melengkapi tepak sirih terdiri atas combol, bekas sirih, kacip, gobek, celepa, ketur, dan bujam epok. Sedangkan combol diisi dengan pinang, gambir, tembakau, cengkih, dan kapur.

88 Makna / Filosofi Bahan Berkapur-sirih Sirih melambangkan sifat rendah hati, memberi, serta senantiasa memuliakan orang lain. Makna ini ditafsirkan dari cara tumbuh sirih yang memanjat pada para-para, batang pohon sakat, atau batang pohon api-api yang digemarinya, tanpa merusakkan batang atau apapun tempat ia hidup. Daun sirih yang lebat dan rimbun memberi keteduhan di sekitarnya. Kapur melambangkan hati yang putih bersih serta tulus, tetapi jika keadaan memaksa, ia akan berubah menjadi lebih agresif dan marah. Kapur diperoleh dari hasil pemrosesan cangkang kerang atau pembakaran batu kapur. Secara fisik, warnanya putih bersih, tetapi reaksi kimianya dapat menghancurkan. Foto 4.1 Tempat Sirih, perak, Dr. Mahathir Muhammad, Perdana Menteri Malaysia (Sumber: MPBP, 2010) Foto 4.1 Tempat Sirih, perak, Datuk Hussein Onn, Perdana Menteri Malaysia (Sumber: MPBP, 2010)

89 72 Gambir memiliki rasa sedikit pahit, melambangkan kecekalan/keteguhan hati. Makna ini diperoleh dari warna daun gambir yang kekuning-kuningan serta memerlukan suatu pemrosesan tertentu untuk memperoleh sarinya, sebelum dapat dimakan bersama sirih. Dimaknai bahwa sebelum mencapai sesuatu, kita harus sabar melakukan proses untuk mencapainya. Pinang merupakan lambang keturunan orang yang baik budi pekerti, jujur, serta memiliki derajat tinggi. Bersedia melakukan suatu pekerjaan dengan hati terbuka dan bersungguh-sungguh. Makna ini ditarik dari sifat pohon pinang yang tinggi lurus ke atas serta mempunyai buah yang lebat dalam setandan. Tembakau melambangkan hati yang tabah dan bersedia berkorban dalam segala hal. Ini karena daun tembakau memiliki rasa yang pahit dan memabukkan bila diiris halus sebagai tembakau, dan tahan lama disimpan. 2. Mate Mate adalah jenis koleksi cenderamata terdapat 2 buah, merupakan cenderamata dari Presiden Argentina, Carlos Saul Menem, dan cenderamata dari Presiden Chili, Augusto Pinochet Ugarte, serta dari Presiden Mexico, Carlos Salinas de Gortari. Mate adalah sebuah gelas berbentuk bulat dan berkaki dilengkapi dengan sedotan. Pada awalnya gelas terbuat dari labu sedangkan sedotan dibuat dari jerami. Menurut Miss. Lissa, Staf Atase Kebudyaan Kedutaan Chile, mate merupakan alat minum teh tradisional Amerika Selatan. Teh yang dihidangkan dinamakan yerba. Teh yerba Foto 4.3 Mate, perak, Carlos Salinas de Gortari, Presiden Mexico (Sumber: MPBP, 2010)

90 73 diseduh dan dimasukan kedalam labu dihidangkan dengan cara duduk melingkar dan hanya menggunakan satu gelas dengan cara minum bergantian. Ritual minum teh yerba dengan mate merupakan upacara khusus digunakan untuk penyambutan tamu. Minum yerba mate dianggap lebih dari sekedar baik untuk tubuh, melainkan juga baik bagi jiwa. Foto 4.4 Mate perak, Augusto Pinochet Ugarte, Presiden Chili, (Sumber: MPBP, 2010) Minum yerba dapat menjadi bentuk meditasi atau refleksi - memungkinkan untuk menanamkan kebaikan ke dalam tubuh dan beristirahat sementara merangsang pikiran. Mereka yang berbagi teman bergabung dalam semacam ikatan total penerimaan dan persahabatan. Umumnya penyedia akan memulai menghisap dan kemudian mengambil minuman pertama. Hal ini dianggap sebagai tindakan kebaikan oleh orang lain dalam lingkaran, karena biasanya yang pertama melayani dianggap yang terburuk. 3. Wakahuia Wakahuia, koleksi cenderamata dari Jim Bolger, Perdana Menteri Selandia Baru. Wakahuia (treasure box) semacam kotak bertutup berbentuk oval terbuat dari kayu dan berukir. Wakahuia bagi masyarakat suku Maori merupakan penduduk asli Selandia Baru, merupakan kotak yang sangat berharga memiliki fungsi untuk menyimpan benda-banda berharga seperti hei tiki atau bulu burung sebagai hiasan atau penghias rambut kaum wanita (

91 74 Cenderamata wakahuia tersebut dapat diinterpretasikan bahwa Perdana Menteri Jim Bolger memandang Indonesia sebagai negara yang memiliki arti penting bagi Selandia Baru. Pemberian cenderamata wakahuia merupakan simbolisasi dari rasa penghormatan dan persahabatan. Foto 4.5 Waka Huia, kayu, Jim Bolger, Perdana Menteri Selandia Baru (Sumber: MPBP, 2010) 4. Miniatur Gedung Putih, Koleksi miniatur Gedung Putih adalah cendermata dari Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon, diberikan kepada Presiden Soeharto. Koleksi miniatur Gedung Putih terbuat bahan logam bersepuh emas. Pemilihan cenderamata berupa miniatur Gedung Putih memiliki makna dan pesan bagi bangsa Indonesia. Gedung Putih memiliki sejarah penting bagi bangsa Amerika Serikat. Gedung Putih adalah Istana Kepresidenan Amerika Serikat, dibangun oleh presiden pertama Amerika Serikat, George Washington pada tahun Gedung Putih juga berfungsi sebagai tempat tinggal para presiden Amerika Serikat dan keluarganaya sejak dari Presiden John Adam sampai Barac Obama. Kecuali Presiden George Washington tidak pernah menempati, meski dia sendiri yang membangunnya. Gedung Putih merupakan sejarah AS, maka duniapun memandang bahwa Gedung putih adalah simbol Amerika Serikat. Koleksi cenderamata miniatur Gedung Putih dapat kita interpretasikan bahwa Indonesia dengan segala potensi yang dimilikinya oleh Amerika dipandang sebagai negara yang cukup diperhitungkan dalam berbagai aspek. Oleh karena perlu

92 75 diperlakukan sebagai negara sahabat. Mengutip situs resmi tentang sejarah Gedung Putih adalah sebagai berikut; For more than 200 years, the White House has been more than just the home of the Presidents and their families. Throughout the world, it is recognized as the symbol of the President, of the President's administration, and of the United States. For two hundred years, the White House has stood as a symbol of the Presidency, the United States government, and the American people. Foto 4.6 Miniatur Gedung Putih logam gold plated, Richard Nixon, Presiden Amerika Serikat (Sumber: MPBP, 2010) 5. Al' Quran Cenderamata Al Quran terdapat 2 buah, koleksi tersebut dari Perdana Menteri Syria, Eng Mahmud Al Zaobi, dan cenderamata dari Presiden Sudan, Abdul Rachman Sigaru Dahab. Dua negara dari wilayah Timur Tengah dan Afrika memberikan cenderamata berupa Al Qur an dan Kaligrafi Al Quran. Syiria dan Sudan merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk mayoritas Islam. Islam menjadi agama resmi bagi ketiga negara. Al Qur an merupakan kitab suci bagi pemeluk agama Islam. Kitab suci memiliki peranan pandangan hidup yang memberikan pedoman dan arah bagi pemeluknya. Beberapa konsep dasar didalam kitab suci al Qur an memberikan

93 76 rambu-rambu didalam tata pergaulan. Bagaimana seorang muslim memperlakukan sesame muslim. Pemahaman dalam agama Islam bahwa setiap Muslim itu adalah saudara. Pemberian cenderamata Al Qur an memiliki makna bahwa sebagai seorang Muslim harus selalu terbuka dan menerima dan membantu sesama Muslim. Indonesia dengan penduduk mayoritas adalah pemeluk agama Islam serta menjadi negara terbesar dalam jumlah penduduk Muslimnya. Indonesia di mata negara Islam merupakan negara sahabat atau bahkan lebih dari itu, yaitu sebagai saudara seiman dan seakidah. Foto 4.7 Al Qur an, kertas, Presiden Sudan, Abdul Rachman Sigaru Dahab (Sumber: MPBP, 2010) Cenderamata dari Pemerintah Indonesia Hubungan antarnegara lebih sering disebut hubungan diplomasi. Diplomasi memiliki pengertian merupakan cara dengan peraturan dan tata-krama tertentu yang digunakan suatu negara guna mencapai kepentingan nasional negara tersebut dalam hubungan dengan negara lain atau dangan masyarakat international. Secara konvensional dalam bentuk yang paling tajam diplomasi berupa perundingan yang dilakukan oleh para pejabat resmi negara sebagai pihak-pihak yang mewakili kepentingan nasional masing-masing negara (Warsito; 2007: x). Secara sederhana, diplomasi didefinisikan sebagai seni dan praktik negosiasi antara wakil-wakil dari negara atau sekelompok negara. Istilah ini biasanya merujuk pada diplomasi internasional, dimana hubungan internasional melalui perantara diplomat profesional

94 77 terkait isu-isu perdamaian, perdagangan, perang, ekonomi dan budaya. Begitu pula perjanjian internasional yang biasanya dinegosiasikan oleh para diplomat. Praktik diplomasi antara para pemimpin negara tersebut terjadi dalam hubungan secara langsung maupun tidak langsung. Tugas-tugas kenegaraan berupa hubungan diplomasi disamping membahas permasalahan pokok yang menjadi agenda pembicaraan, mereka terbiasa melakukan kegiatan tukar cenderamata. Praktek tukar cenderamata ini meski tidak diatur dalam aturan resmi namun kegiatan ini sudah menjadi rutinitas acara kenegaraan. Koleksi MPBP menjadi bukti adanya peristiwa tersebut, koleksi sebanyak buah merupakan koleksi cenderamata, meski koleksi tersebut meski berasal dari berbagai masyarakat. Presiden Soeharto memilih keris sebagai cenderamata untuk kepada kepala negara/pemerintah negara asing. Pemilihan keris sebagai cenderamata memiliki beberapa alasan berkaitan dan makna budaya, baik dilihat dari fungsi keris dan makna filosofi keris. 1. Keris Sebagai Cenderamata Bangsa Indonesia Keris merupakan salah satu koleksi jenis senjata yang ada di MPBP. Aneka macam keris tersaji pada Ruang Khusus lantai dua. Keanekaragaman koleksi keris yang ada di Nusantara cukup memberikan gambaran tentang kekayaan ragam budaya bangsa. Salah satu jenis keris yang biasa dipergunakan oleh Soeharto, Presiden RI sebagai cenderamata adalah keris yang berasal dari Bali. Keindahan dan eksotika keris Bali merupakan salah pertimbangan utama untuk dijadikan materi cenderamata. Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya akan berbagai macam budaya, adatistiadat, dan suku bangsa. Suku-suku bangsa seperti suku Sunda, Madura, Batak, Asmat, dan Jawa memiliki keistimewaan sendiri. Keistimewaan tersebut sangat bervariasi, tersebar di berbagai daerah atau propinsi di tanah air. Dikatakan istimewa karena di masing-masing suku tersebut memiliki corak budaya dan variasi budaya yang menunjang potensi berbagai budaya Indonesia. Corak dan variasi ini dapat dilihat dari pola tarian, lagu-lagu daerah, senjata tradisional, rumah, pakaian adat, serta logat bahasa yang berlaku di masing-masing suku. Suku Sunda (Propinsi Jawa Barat), misalnya, dengan berbagai corak dan variasi budayanya sangat berbeda dengan budaya yang terdapat pada Suku Madura (Propisnsi Jawa Timur). Demikian halnya dengan budaya Suku Batak (Sumatra) yang akan sangat berbeda dengan budaya Suku Asmat (Papua). Dari berbagai bentuk budaya dan adat istiadat yang berlaku dan diakui di

95 78 masing-masing suku di tanah air, maka senjata juga merupakan salah satu corak yang memiliki tempat khusus dalam hidup dan kehidupan masyarakat. Soeharto, Presiden Republik Indonesia memilih keris sebagai benda cenderamata untuk diberikan kepada negara lain dalam rangkaian proses diplomasi memiliki beberapa alasan. Pemilihan materi keris tersebut mempertimbangkan bahwa keris merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang tinggi nilainya. Pemilihan keris sebagai benda cenderamata tentunya sudah mempertimbangkan dari berbagai aspek, baik bentuk, fungsi dan makna budayanya. Pada akhirnya pengakuan secara resmi dari PBB bahwa keris sebagai warisan asli bangsa Indonesia, merupakan nilai positif tentang eksisistensi keris. 1.1 Pengertian Keris Haryoguritno dalam buku Keris Jawa Antara Mistis dan Nalar secara etimologi keris berasal dari kata kris dari bahasa Sansekreta artinya menghunus (2006: 26). Keris dijadikan falsafah masyarakat Jawa, keris selalu dikaitkan dengan berbagai nilai falsafah misalnya keris bentuk brojol mengandung falsafah harapan agar semua yang direncanakan dapat terlaksana dengan lancar termasuk lancar dalam persalinan anak (Haryoguritno, 2006:37). Melalui berbagai studi pustaka, penulis mendapatkan berbagai hal yang sangat menarik dan dapat memberikan pemahaman dan perspektif keris. Menurut perspektif penulis, keris adalah sebuah tosan aji yang memiliki makna bagi pemiliknya, misteri ghaib, nilai-nilai spiritual, dilengkapi dengan etika dalam melaksanakannya, tuah yang positif maupun negatif, dan secara fisik adalah sebuah benda seni asli Indonesia yang bernilai tinggi dan perlu dihargai dan dikenal dengan baik. Berbagai macam fungsi keris dalam kehidupan masyarakat memiliki menurut Haryoguritno adalah sebagai berikut; 1. Fungsi Senjata. a. Senjata tajam; fungsi paling awal dan nyata sebagai senjata ruket, senjata untuk perkelaian jarak dekat. b. Senjata pidana; pada mas kerajaaan, keris berfungsi sebagai alat untuk menghukum terpidana dengan cara ditusuk pada bagian dada tembus jantung. Pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat I ( ) sering melakukan ekseskusi terpidana dengan keris.

96 79 c. Senjata paraga; keris untuk dipamerkan seluruh alat peraga keris. 2. Keris Sebagai Atribut. a. Pelengkap busana adat Jawa. b. Keris sebagai atribut raja dan bangsawan; atribut kerajaan sebagai perangkat keprabon. Untuk menjadi seorang raja harus dibuktikan dengan pewarisan dan pennguasaan sebuah keris pusaka. c. Atribut utusan raja; raja berhak menunjuk seorang yang dapat mewakili kapasitasnya sebagai seorang raja, penugasan tersebut seorang utusan dilengkapi dengan pusaka keris kerajaan. Pernikahan putri Ratu Juliana; Be- Esterfeld dengan Pangeran Jerman Benhard Von Lippe, PB X menugaskan putranya Suryohamijoyo untuk menghadiri undangan pernikahan. PB X melengkapinya dengan mengenakan keris pusaka Kenjeng Kyai Pakumpulan. d. Atribut prajurit; seluruh punggawa dan prajurit kraton mengenakan keris dalam pisowanan. e. Penanda pangkat atau status sosial; keris merupakan atribut masyarakat aristokrasi, bentuk keris dan asesoris dapat menandakan status kepangkatan pemakainya. 3. Keris sebagai lambang : a. Identitas pribadi dan keluarga; keris dengan bentuk tertentu pada masa lalu menandakan pemiliknya. Keris Dapur Carubuk berpamor Pandhia Abala Pandhita keris khusus dikenakan para Brahmana. b. Lambang kedewasaan; dalam falsafah Jawa seorang dianggap dewasa dan sempurna hidupnya apa bila telah memiliki 5 perkara, yaitu; curiga (keris), turangga (kuda), kukila (burung peliharaan), wanita (istri) wisma (rumah). c. Lambang persaudaraan kebiasaaan bertukar cenderamata dimiliki hampir semua bangsa. Hal itu tidak hanya dilakukan antar pribadi dengan yang lain, atau antar keluarga tetapi juga antar pemimpin negara. Cenderamata yang dianggap paling bermakna pada zaman dahulu adalah keris. Kebiasaan tersebut dilestarikan oleh para pejabat RI pada masa kini sering memilih keris sebagi cenderamata bagi sesama pejabat dari negara sahabat. Tukar menukar keris merupakan lambang persahabatan dan persaudaraan.

97 80 d. Lambang kepahlawanan; tokoh legendaris dan pahlawan nasional seperti; Ken Arok, Jaka Tarub, Arya Penangsang, Sultan Agung, Trunojoyo, Imam Bonjol Jenderal Sudirman, bahkan Bung Tomo menyandang keris saat terjadi kegentingan. Keris menjadi jembatan penghubung semangat nasionalis masa kini dengan jiwa patriot masa lalu. Keris menjadi saksi sejarah, pendamping psikologis perjuangan fisik dan lambang kepahlawanan. Keris bagi bangsa Indonesia adalah sebuah sejarah dan salah satu identitas kebangsaan. Fungsi keris dalam aspek kehidupan masyarakat Jawa memiliki pengaruh yang luar biasa. Baik dilihat dari fungsi dan makna filosofis, keris adalah salah satu jatidiri bangsa Indonesia. Pemilihan keris sebagai benda cenderamata bagi para kepala negara/pemerintahan yang melakukan kontak diplomasi dengan Indonesia dapat diinterpretasikan sebagai konsep persahabatan. Indonesia memandang kepada negara lain adalah sebagai negara sahabat. Sebagai negara sahabat akan selalu membantu atau perlu dibantu. Analisis dari 10 buah koleksi dari 164 buah koleksi cenderamata dari para kepala negara dan kepala pemerintahan luar negeri, dapat dilakukan pemberian konteks baru yaitu; 1. Koleksi tempat sirih dari negara Malaysia; memiliki makna sebagai media penghormatan kepada tamu. Tamu diperlakukan tidak sebagai orang lain tetapi sebagai sahabat. Perlakuan tersebut juga melambangkan bahwa Negara pemberi memiliki sifat rendah hati, memberi, serta senantiasa memuliakan orang lain. 2. Mate, cenderamata dari Chili, Argentina, dan Mexico, merupakan tradisi minum teh masyarakat Amerika Selatan, tradisi minum teh ini memiliki makna sebagai bentuk penghargaan kepada tamu yang diperlakukan sebagai sahabat. 3. Wakahuia, cenderamata dari Selandia Baru memiliki makna bahwa Indonesia memiliki makna penting bagi negara Selandia Baru. Memberikan benda yang berharga berupa wakahuia merepresentasikan dari perasaan penghormatan serta ingin menjadikan hubungan dua negara tersebut dalam hubungan yang sangat erat. 4. Miniatur Gedung Putih ; cenderamata dari Presiden Amerika Serikat tersebut memiliki makna bahwa Gedung Putih adalah simbol Kepresidenan, pemerintah

98 81 Amerika Serikat, dan rakyat Amerika. Gedung Putih merupakan sejarah bagi Amerika Serikat. Cenderamata tersebut dapat diinterpretasikan sebagai lambang super power nya Amerika Serikat. Namun demikian dapat juga diinterpretasikan dalam makna lain yaitu bahwa cenderamata tersebut memberikan arti sebagai penerimaan Amerika terhadap Indonesia untuk menjadi mitra yang dapat saling menguntungkan. Demikian juga dapat diinterpretasikan sebagai bentuk penghargaan kepada Indonesia sebagai negara yang cukup strategis, dengan segala potensi yang dimilikinya. 5. Al Qur an, cenderamata dari negara Sudan dan Syiria. Pemaknaan terhadap cenderamta tersebut adalah konsep persaudaraan sebagai sesama negara dengan pemeluk agama Islam yang dominan. Dari beberapa bentuk dan model cenderamata dapat diberi catatan bahwa melalui pertukaran cenderamata tersebut masyarakat dapat mengetahui dan mempelajari bahwa kepala negara dapat menyampaikan pesan-pesan secara simbolis melalui pemilihan benda cenderamata kepada bangsa lain. 4.2 Koleksi Penghargaan Museum Purna Bhakti Pertiwi diresmikan dan dibuka untuk umum pada tanggal 23 Agustus 1993 oleh Presiden ke 2 Republik Indonesia. Museum memiliki koleksi sejumlah buah. Keberadan koleksi museum ini adalah refleksi dari tokoh Soeharto dan Tien Soeharto, hal tersebut mengacu pada misi Museum Purna Bhakti Pertiwi yaitu melestarikan sejarah perjalanan hidup dan pengabdian Soeharto dan Tien Soeharto. Pada prinsipnya keberadaan koleksi MPBP merupakan jejak rekam sejarah kedua tokoh tersebut. Pada penelitian ini dipilih koleksi museum yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan tokoh Soeharto. Sedangkan koleksi yang berkaitan dengan Tien Soeharto tidak dipilih menjadi data penelitian. Pemilihan tersebut dengan mempertimbangkan alasan bahwa, Soeharto adalah seorang Presiden ke 2 Republik Indonesia, selama kurang lebih 32 tahun memegang kekuasaan. Maka segala aktivitas kenegaraan merupakan salah satu jejak rekam dari bagian sejarah bangsa Indonesia. Jejak rekam tersebut layak untuk dijadikan sebuah sumber informasi yang penting. Perjalanan karir sebagai presiden banyak melakukan aktivitas kenegaraan. Aktivitas

99 82 kenegaraan baik yang dalam konteks nasional dan internasional. Setiap aktivitas yang ia lakukan tentunya menjadi sebuah peristiwa yang pantas untuk direkam dan dilestariakan serta dapat dan di kaji yang pada akhirnya diinformasikan kepada masyarakat. Aktivitas kenegaraan pada prinsipnya adalah proses pelaksanaan tugas sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Pelaksanaan tugas-tugas yang dilakukan dalam upaya mencapai tujuan nasional. Segala macam aktivitas tersebut pada akhirnya akan mendapatkan penilaian. Penilaian dilakukan untuk mendapatkan gambaran angka pencapaian dengan ukuran dan kriteria yang sudah ditentukan. Menurut Handoko dalam buku Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia (1991) memberikan gambaran bagaimana cara menilai sebuah prestasi kerja dalam sebuah perusahaan. Penilaian hendaknya memberikan suatu gambaran akurat mengenai prestasi kerja karyawan. Untuk mencapai tujuan ini sistem-sistem penilaian harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job related), praktis mempunyai ukuran yang dapat diandalakan. Job related berarti menilai perilaku-perilaku kritis yang mewujudkan keberhasilan perusahaan (1991:138). Koleksi MPBP yang berupa penghargaan diberikan oleh PBB pada hakekatnya adalah prestasi bangsa Indonesia. Penghargaan tersebut dianugrahkan kepada Presiden Soeharto tentunya sudah dilakukan penilaian dengan menggunakan ukuran yang sudah ditentukan oleh lembaga PBB. Penghargaan yang diberikan kepada bangsa Indonesia tersebut menjadi koleksi MPBP, hal tersebut adalah menegaskan bahwa penghargaan itu sudah menjadi benda budaya material culture. Koleksi berupa penghargaan dari PBB memiliki informasi atau sebagai bentuk dokumentasi tentang keuletan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa secara adil dan merata. Banyak cara untuk mengetahui sejarah manusia masa lalu, melalui sebuah produk tinggalannya dapat kita temukan atau kita gali sebuah informasi peristiwa masa itu. Michael Brian Schiffer dalam buku Formation Processes of the Historical and Archeological Record (1996) menyatakan bahwa; studi tentang masa lampau adalah sebuah pengetahuan yang luar biasa. Sebagai bagian dunia fenomenologi, dunia masa lampau berjalan dalam kurun waktu yang tidak panjang, dan kita mengakui akan hal itu. Studi tentang manusia masa lampau adalah sesuatu yang mungkin untuk dibuat

100 83 dengan menyuguhkan bukti bahwa suatu obyek yang dibuat dan telah digunakan pada masa lampau bertahan sampai masa sekarang, bukti-bukti itu sangat dapat membantu untuk membuat sebuah kesimpulan. Hanya dengan kesimpulan, sebuah scientific proses (cara ilmiah), dapat memberi pengetahuan tentang apa yang dilakukan masyarakat. Kesimpulan tentang perilaku manusia pada masa lampau akan sangat dipercaya dengan disusunnya sejumlah bukti dan generalisasi yang relevan sebagai data pendukungannya (1996:73). Museum Purna Bhakti Pertiwi memiliki koleksi yang tidak sedikit, koleksi tersebut merupakan sebuah potensi data yang dapat bercerita. Data yang dimaksud adalah informasi tentang segala sesuatu dibalik koleksi, yang berkaitan dengan Soeharto dan bangsa Indonesia. Mengacu pada Direktorat Permuseuman dalam buku Pedoman Museum Indonesia (2008) bahwa pengadaan koleksi adalah kegiatan pengumpulan benda-benda asli atau tidak asli untuk disimpan, dirawat dan disajikan kepada masyarakat. Pengadaan koleksi dengan menggunakan beberapa prinsip. Beberapa prinsip tersebut diantaranya adalah setiap benda yang dijadikan koleksi berorientasi pada upaya pelestariaan. Koleksi berupa penghargaan dapat interpretasikan sebagai konsep prestasi kerja Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia. Prestasi kerja Soeharto pada prinsipnya adalah bentuk pencapaian pembangunan bangsa Indonesia. Prestasi bangsa sebagai interpretasi terhadap koleksi penghargaan merupakan pencapaian dari kerja keras bangsa Indonesia yang terkonsep melalui program pembangunan nasional. Pemaknaan baru terhadap koleksi dapat dilakukan dengan melalui teori museologi yaitu "Interpretasi adalah tindakan atau proses untuk menjelaskan atau mengklarifikasi, menerjemahkan, atau menyajikan sebuah pemahaman dari subjek atau objek (Dean, 1994:6). 4.3 Pemberian Makna Koleksi Penghargaan dari PBB Rekonteks terhadap koleksi merupakan hasil dari sebuah evaluasi terhadap konteks awal sebuah koleksi. Koleksi penghargaan MPBP merupakan penghargaan dari PBB, penghargaan tersebut disajikan dengan informasi yang sangat minim, hal tersebut tidak mampu membangun kerangka berfikir pengunjung. Informasi yang tidak mampu membangun dan menginspirasi pengunjung, maka pameran tidak informatif.

101 84 Labeling pada koleksi penghargaan dari PBB terbatas pada nama penghargaan, asal, tanggal dan tempat penghargaan, dan alasan penghargaan diberikan kepada Soeharto, presiden Republik Indonesia. Koleksi penghargaan dari PBB disajikan dalam ruang serta show case yang berbeda-beda. Hal tersebut menyebabkan tata pamer yang tidak informatif dan komunikatif. Sehingga tujuan yang diharapkan dalam menyampaikan pesan tentang prestasi bangsa Indonesia tidak sampai kepada pengunjung. Untuk itu perlu dilakukan interpretasi baru serta konsep sajian baru dalam sebuah pameran yang mampu memberikan pengetahuan kepada pengunjung. Merujuk pada klasifikasi pada tabel 3.14 tentang koleksi penghargaan dari PBB terdapat 5 macam. Ke-5 macam penghargaan dimaksud adalah sebagai berikut; Medali From Rice to self Sufficiency dari FAO, Piagam dan medali "The Health for All", Medali UN Population Award, Piagam UNDP, Medali "The Avicenna". Penjelasan secara garis besar tentang 5 macam penghargaan dari PBB adalah sebagai berikut; 1. Medali From Rice to Self Sufficiency dari FAO, diberikan kepada Presiden Soeharto, pada tanggal 22 Juli Piagam dan medali "The Health for All" ; penghargaan dari WHO diberikan pada tanggal 18 Februari 1991, diberikan kepada bangsa Indonesia atas kepeloporan Presiden Soeharto dalam bidang kesehatan. 3. Piagam UN Population Award, diberikan kepada Presiden Soeharto dalam keberhasilannya mengontrol pertumbuhan jumlah penduduk. Penghargaan diberikan pada 8 Juni Piagam UNDP, diberikan kepada Presiden Soeharto atas komitmen, peranan dan jasanya dalam upaya pengentasan kemiskinan. Penghargaan diberikan pada tanggal 29 Agustus Medali "The Avicenna"; diberikan kepada Presiden Soehart oleh UNESCO atas komitmennya dalam pembangunan pendidikan untuk rakyat, diberikan pada tanggal 19 Juni Pemaknaan Penghargaan From Rice to Self Sufficiency dari FAO Dalam buku Soeharto Bapak Pembangunan, Tjahjadi Nugraha memberikan gambaran Indonesia dimasa transisi pemerintahan Orde Lama dengan Orde Baru.

102 85 Soeharto sebagai prajurit yang mengalami peristiwa masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang dan kemerdekaan bangsa Indonesia cukup memberikan pengalaman dalam menata Indonesia. Dimasa Orde Lama bangsa Indonesia mengalami instabilitas politik, sehingga dalam bidang ekonomi terabaikan. Kekalutan politik membawa dampak kemerosotan bidang ekonomi, tahun 1966 mengalami inflasi mencapai 650%. Volume perdagangan luar negeri merosot, dan beban utang luar negeri lebih besar dari seluruh pendapatan nasional. Selama dua puluh tahun merdeka sejarah bangsa tidak mencatat kemajuan pembangunan ekonomi. Indonesia tetap miskin di tengah kekayaan alamnya, rakyat tetap menderita dan kebutuhan dasar hidupnya tak terpenuhi (Nugraha, 1985:189). Kecukupan beras merupakan satu-satunya jawaban yang harus di kerjakan oleh Soeharto diawal masa kepemimpinannya, maka disusunlah pola pembangunan yang berkelanjutan. Bidang pertanian menjadi konsentrasi Soeharto dalam membangun bangsa Indonesia. Kerja keras dalam bidang pertanian sejak Pelita I (1969), membawa Indonesia mampu meningkatkan hasil pertanian dan memperbaiki kehidupan petani. Hasilnya, tahun 1984, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras yang merupakan kebutuhan pokok penduduk (Ramadhan, 1989:2). Keberhasilan ini mempunyai nilai yang luar biasa, karena mengubah Indonesia dari pengimpor beras terbesar di dunia menjadi swasembada beras. Prestasi bangsa ini mengantar Soeharto diundang untuk berpidato di depan Konferensi ke-23 FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia), di Roma, Italia, 14 November Pada kesempatan itu, Soeharto menyerahkan bantuan ton beras (sumbangan dari para petani Indonesia) untuk disampaikan kepada rakyat di negara-negara Afrika yang menderita kelaparan. Petikan pidato Soeharto depan Konferensi ke-23 FAO (Badan Pangan Dunia), di Roma, Italia, 14 November 1985, yang dikutip dari Metro File: Soeharto Sang Pencetus Pembangunan sebagai berikut ; undangan ini mencerminkan perhatian yang besar dari FAO terhadap Indonesia yang sedang membangun khususnya pembangunan pertanian, petani Indonesia itu menjadi anggota rombongan resmi yang menghadiri acara ini, belasan lainya lagi hadir di sini sekarang duduk pada bagian untuk pengunjung di ruangan ini.. Prestasi pembangunan di bidang pangan ini merupakan kerja raksasa dari seluruh bangsa Indonesia. Kerja keras para petani ini berhasil meningkatkan produksi beras, yang tahun 1969 hanya sebesar 12, 2 juta ton menjadi lebih dari 25,8 juta ton pada tahun 1984 (Ramandhan,1989:3). Medali From Rice to Self Sufficiency adalah penghargaan

103 86 dalam bidang pangan dari FAO yang dianugrahkan kepada Soeharto, Presiden RI. Penghargaan diberikan oleh Direktur Jenderal FAO Dr. Edouard Souma pada hari Senin tanggal 22 Juli 1986 atas keberhasilan bangsa Indonesia dalam swasembada pangan. Koleksi penghargaan dari PBB tersebut merupakan lambang dari sebuah prestasi bangsa. Prestasi yang berupa sebuah kerja keras bangsa Indonesia dalam upaya menjadi negara yang memiliki kedaulatan pangan. Pernyataan Direktur Jenderal FAO, Dr. Edouard Souma melalui berita Kompas yang dikompilasi oleh LKBN Antara dalam buku Presiden RI ke 2, HM Soeharto Dalam Berita halaman 692; Kepada wartawan Direktur Jenderal FAO, Dr. Edouard Souma mengatakan, pemberian medali tersebut baru pertama kali dilakukan oleh FAO mewakili 158 negara anggota. Pemimpin tertinggi organisasi pangan sedunia itu menyampaikan terima kasih kepada Presiden Soeharto atas pidato yang disampaikan pada sidang peringatan 40 tahun FAO di Roma Italia, ia juga menyampaikan terima kasih kepada Presiden Soeharto atas undangan pemerintah Indonesia kepadanya guna menghadiri pertemuan kontak tani dan nelayan ke 6 tahun ini yang akan dipusatkan di desa Marihat Bandar, Kab Simalungun, Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini Dirjen FAO akan menerima bantuan pangan tahap pertama dari para petani Indonesia untuk rakyat Afrika yang sedang dilanda kekurangan pangan. Bantuan ini dijanjikan dalam sidang FAO Roma tahun lalu sebanyak ton beras dan akan diserahkan dalam bentuk uang senilai 17,5 miliar rupiah. Menurut Edouard Souma uluran tangan dari para petani dan rakyat Indonesia untuk membantu saudara-saudaranya di negara lain yang menderita kelaparan seperti ini. Baru pertama kali ia alami selama menjadi dirjen FAO selama sepuluh tahun maupun oleh pejabat sebelumnya. Bantuan tahap pertama yang akan diserahkan di Simalungun nanti menurut Affandi, Menteri Pertanian, sekitar 4,5 miliar juta dolar AS. Mengutip istilah yang disampaikan Dirjen FAO bahwa peristiwa ini adalah hal yang sangat luar biasa, mengingat selama 40 tahun berdirinya organisasi pangan dunia tersebut baru pertama kali sebuah negara mampu swasembada pangan. Dan pertama kali lembaga pangan dunia tersebut memberikan penghargaan tertinggi dalam bidang pangan yaitu From Rice to Self Sufficiency. Hal yang mengharukan adalah bersamaan dengan prestasi bangsa meraih predikat swasembada pangan, kemampuan bangsa Indonesia melalui peran serta para petani Indonesia memberikan bantuan pangan kepada rakyat Afrika ton beras. Bantuan tersebut merupakan bantuan kemanusiaan atas derita rakyat Afrika sedang menderita kekurangan pangan. Peristiwa tersebut yang lebih penting adalah, melalui swasembada pangan Soeharto selaku Presiden RI dapat menghantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa

104 87 yang memiliki ketahanan dalam pangan. Makna yang lebih penting adalah bangsa Indonesia mampu melakukan diplomasi kepada seluruh bangsa didunia melalui pangan. Dunia mengakui tentang bangsa Indonesia. Dampak positif dalam pencapaian tersebut pada berbagai aspek yaitu ekonomi, politik, sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan menuju pada peningkatan. Seperti yang telah dikemukan di atas pada tujuan nasional yang ditetapkan. Secara museologis, interpretasi terhadap koleksi dapat dilakukan, seperti apa yang pernah disampaikan di muka bahwa museum memiliki fungsi sebagai agen dalam memproduksi pemaknaan. Melalui koleksi penghargaan From Rice to Self Sufficiency, kita dapat merekonstruksi sebuah konsep pembangunan bangsa Indonesia. Pembangunan dengan titik berat pada sektor pertanian, yang disesuaikan pada kondisi dan potensi bangsa Indonesia sebagai negara agraris. Medali From Rice to Self Sufficiency, dapat merekontruksi sebuah kerja keras bangsa Indonesia melalui kepemimpinan Soeharto. Kerja keras dalam mewujudkan cita-cita menjadi bangsa yang memiliki ketahanan dan kemandirian dalam bidang pangan. Mewujudkan cita-cita tersebut diperlukan kerja keras berupa konsep pertanian yang matang dan terencana. Beberapa prinsip mendasar yang dilakukan bangsa Indonesia dalam proses pencapaian prestasi besar berupa swasembada pangan adalah konsep pertanian yang efisien dan efektif. Kebijakan sektor pertanian yang berupa intensifikasi dan ekstensifikasi. Kedua prinsip itu yang dijalankan pemerintah dalam mengaplikasikan kegiatan pertanian untuk mensukseskan tujuan nasional. Yang dimaksud dengan istilah intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian adalah sbb; 1. Intensifikasi Pertanian Upaya dalam meningkatkan kualitas dan tehnik pertanian dengan memanfaatkan lahan yang ada. Intensifikasi pertanian merupakan hasil pengamatan terhadap petani Indonesia yang hanya memiliki lahan yang sempit serta pengetahuan teknologi pertanian yang masih tradisional. Salah satu strategi Soeharto dalam upaya meningkatkan produksi pertanian adalah mengolah lahan pertanian dengan tehnik bercocok tanam yang maju/modern. Hal tersebut dilakukan karena mayoritas petani hanya memiliki tanah yang sempit yang tidak lebih dari setengah hektar, dan karena tanah yang subur telah digarap dengan intensif, bahkan sampai ke puncak-puncak gunung (Wilson, 1992:134).

105 88 Penerapan konsep pertanian yang terarah dan terencana menjadi perhatian Soeharto. Diawal masa pemerintahan Soeharto adalah masa yang sangat sulit, Indonesia menjadi negara pengimpor beras terbesar. Kerja keras para petani ini berhasil meningkatkan produksi beras, pada awal tahun Soeharto tahun 1969 produksi beras sebesar 12, 2 juta ton menjadi 25,8 juta ton pada tahun Konsep Panca Usaha Pertanian menjadi konsentrasi pemerintah untuk meningkatkan produksi beras. Konsep Panca Usaha Pertanian dimaksud adalah sebagai berikut; (1). Pengolahan tanah yang benar; Permasalahan mendasar adalah sempitnya lahan pertanian yang dimiliki oleh para petani, lahan yang dimiliki kurang dari setengah hektar. Upayanya adalah bagaimana cara meningkatkan produktivitas dengan memanfaatkan lahan yang ada. Sistem pertanian yang maju menjadi pilihan. Upaya tersebut dilakukan dengan menambah dan meningkatkan pengetahuan para petani tentang bagaimana tehnik bercocok tanam yang modern. Kelompok petani dibentuk si setiap desa untuk mengikuti bimbingan dari para penyuluh pertanian yang disebut Intensifikasi massal (Inmas) dan Bimbingan massal (Bimas). Kegiatan tersebut tidak hanya dilakukan melalui tatap muka saja, tetapi juga disiarkan melalui radio dan televisi bahkan juga sejumlah media cetak menyediakan halaman khusus untuk koran masuk desa dengan muatan materi siaran yang khas pedesaan membimbing petani. Perkembangan kelompok pendukung yang tergabung dalam Kontak Tani untuk menggalakkan inovasi, semangat kerjasama dan peningkatan intensifikasi memainkan peran yang penting dalam meningkatkan produksi pertanian. (2). Memilih bibit unggul; Pemilihan bibit unggul ini sebagai upaya dalam meningkatkan produksi beras. Usaha menciptakan bibit yang baik yaitu varitas unggul yang tahan hama serta memiliki usia panen yang relatif pendek. Pada Pembangunan Lima Tahun (Pelita ) II ( ), Pelita III ( ), dan Pelita IV ( ) telah berhasil menyediakan dan menggunakan jenis-jenis bibit unggul sebanyak 50 jenis diantaranya jenis padi gogo rancah, IR 3, IR 5, IR 8 (Wilson, 1992:135). (3) Pembangunan Irigasi;

106 89 Strategi dalam system pertanian dengan Panca Usaha Pertranian dala upaya meningkatkan produksi pertanian adalah dengan pembangunan irigasi yaitu membangun waduk dan bendungan berbagi daerah yang memiliki potensi air yang berfungsi untuk pengairan pertanian di beberapa daerah. Perbaikan sarana pengairan menjadi perhatian Soeharto. Lahan pertanian yang semula mengandalkan system pengairan tadah hujan diubah dengan system pangairan yang menngunakan sarana dan fasilitas pengairan dari bendungan atau waduk. Petani dapat menggarap ladang sawah tanpa terpengaruh perubahan musim hujan dan kemarau. Beberapa waduk serba guna telah dibangun, antara lain Proyek Asahan (Sumatera), Proyek Saguling (Jawa Barat), Proyek Gajah Mungkur (Jawa Tengah), Proyek untuk daerah sungai, Arakundo, Kali Brantas, Wampu Ular dan sebagainya (Nugroho, 1985:292). Proyek-proyek tersebut selain digunakan untuk irigasi, pengendalian banjir, dan pelestarian sumber alam, sekaligus menghasilkan tenaga listrik yang dapat mendukung pembangunan industri. (4) Pemupukan; Pupuk merupakan salah satu komponen yang amat penting dalam upaya penting dalam upaya menigkatkan hasil produksi pertanian. Ketersedian dan pemerataan distribusi pupuk bagi petani diperlukan campur tangan dari pemerintah. Pada awal-awal dilaksanakannya pembangunan (Pelita I) Indonesia belum mempunyai pabrik pupuk, dan ketika itu pemenuhannya dengan cara membeli dari luar negeri (impor). Presiden Soeharto bersikukuh untuk memiliki pabrik pupuk sendiri, tidak bergantung dengan negara lain. Ketersediaan pupuk merupakan rencana ke depan bangsa Indonesia menjadi negara yang memiliki kedaulatan dalam hal pangan. Pembangunan pabrik-pabrik pupuk dilaksanakan di sejumlah daerah yang merupakan sentra-sentra pertanian, antara lain Pabrik Pupuk Kaltim I-II, Pabrik Pupuk Asean di Aceh, Pabrik Pupuk Iskandar Muda di Aceh, Pabrik Pupuk Petrokimia di Gresik, Pabrik Pupuk Kujang di Jawa Barat. Pabrik-pabrik pupuk tersebut memproduksi Pupuk Urea, Pupuk ZA, dan Pupuk TSP. Pada awalnya produksi pabrik pupuk hanya ton per tahun. Permulaan yang baik itu telah diteruskan sedemikian rupa sehingga sekarang ini situasi penawaran dan permintaan pupuk telah menguntungkan Indonesia, karena Indonesia setiap tahun dapat menghasilkan pupuk 5 juta ton (Wilson, 1992:135).

107 90 (5) Pemberantasan hama; Upaya dalam meningkatkan hasil produksi pertanian tidak berhenti pada apek pemupukan. Tanaman yang tumbuh subur dan berkembang dengan baik memiliki ketahanan yang kurang atau rentan terhadap penyakit atau hama atau wereng. Penelitian serta pengenalan tipe-tipe wereng/hama dilakukan dan disosialisaikan melalui pengarahan secara terpadu terhadap para petani. Ketersediaan pestisida dan penanaman secara bergiliran/rotasi jenis tananamn perlu dilakukan. Hama dan penyakit pada tanaman padi sangat beragam, di samping faktor lingkungan (curah hujan, suhu dan musim) yang sangat mempengaruhi produksi padi. Pembasmian hama-hama pengganggu tanaman tersebut di atas dapat dilakukan dengan cara antara lain penggunaan insektisida yang ramah lingkungan. 2. Ektensifikasi Pertanian Upaya meningkatkan produksi pertanian dengan cara memperluas areal pertanian. Perluasan areal pertanian dengan membuka lahan-lahan baru, di seluruh wilayah Indonesia dilakukan dengan cara transmigrasi yaitu penduduk pulau yang padat dipindahkan ke pulau yang jarang penduduknya. Lokasi tempat tinggal yang baru ini para transmigran disediakan rumah tinggal dan lahan yang baru untuk ditanami. Berikut adalah data peningkatan produksi pertanian pada Repelita III yang mengalami kenaikan rata-rata 6,1%, sumber diambil dari buku Repelita IV 1979/ Tabel 4.1 Produksi Beberapa Hasil Pertanian Terpenting (Sumber: Buku Repelita IV) (ribu ton). Jenis hasil ) ) ) Kenaikan 1. Boras 7) ,1 2. Jagung ,2 3. Ubi kayo ,6 4. Ubi jalar ,8 5. Kedelai Kacang tanah ,6

108 91 7. Ikan laut ,7 5,2 8. Ikan darat ,2 5,6 9. Daging ,3 10. Telur ,4 11. Susu 3) ,2 12. Karet ,6 13. Kelapa sawit/minyak 7) ,9 14. Kelapa/kopra ,8 15. Intl sawit ,9 16. Kopi ,8 17. T e h ,0 18. Cengkeh 21,2 35,2 39,2 40, ,1 19. Lada ,4 20. Tembakau ,2 21. Gula tebu 7) ,7 22. Kapas 0,5 0, ,8 7,0 204,0 23. Kayu bulat 4) ,7 24. Kayu olahan 6) 7) ,5 25. Kayu lapis 6) 7) ,6 1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara 3) Dalam juta liter 4) Dalam ribu m3 5) Angka ramalan. Untuk padi/beras dan palawija ramalan III 6) Dalam ribu m3 r.e. (round wood equivalent). 7) Dalam perhitungan laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi nilai tambah produk ini diperhitungkan di dalam sektor industri Pemaknaan Penghargaan The Health for All dari WHO Pembangun dalam segala bidang yang dicanangkan oleh Soeharto, Presiden RI melalui program Repelita, selain memprioritaskan pertanian, sektor kesehatan juga menjadi perhatian dalam proses membangun. Setelah melalui lima tahap pada Pelita Tahap V dalam membangun pada sektor kesehatan Indonesia berhasil melakukan terobosan pemerataan dalam bidang kesehatan. WHO pada tanggal 18 Februari 1991 setelah melakukan serangkaian penilaian dalam aspek kesehatan, Indonesia mendapatkan medali dan piagam penghargaan The Health for All. Penghargaan tersebut diberikan oleh Direktur Jenderal WHO Hiroshi Nakajima kepada Soeharto,

109 92 Presiden RI dalam kepeloporannya dalam menangani bidang kesehatan (HM Soeharto Dalam Berita, 2010;568). WHO mencatat keberhasilan Presiden Soeharto dalam mengeluarkan Inpres Puskesmas 15 tahun yang lalu, antara lain menetapkan kebijakan pemerataan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masayarakat melalui peningkatan partisipasi masyarakat, serta penetapan Pos Pelayanan Terpadu/Posyandu (HM Soeharto Dalam Berita, 2010;565). Dari laporan hasil pencapaian PJP I (Pembangunan Jangka Panjang) Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam 1994/ /99, dalam bidang kesehatan. Indonesia telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu hasil terpenting yang menimbulkan kepercayaan dunia akan keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah kondisi yang dicapai tahun 1974, yang dalam hal ini World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa Indonesia sebagai salah satu negara yang telah bebas dari penyakit cacar, angka kematian bayi dan ibu dapat diturunkan. samping itu program perbaikan gizi yang dilakukan pemerintah dapat menaikkan usia harapan hidup, (Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam 1994/ /99). Upaya Pelayanan Kesehatan juga dilakukan diantaranya adalah menyediakan sarana kesehatan bagi masyarakat, yaitu didirikannya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di seluruh pelosok tanah air. Sebelum Repelita I di seluruh Indonesia baru terdapat buah puskesmas dan pada akhir Repelita I menjadi buah puskesmas. Pada akhirnya pembangunan tersebut terus dilanjutkan sehingga pada tahun 1992/93 jumlah puskesmas dan puskesmas pembantu yang ada dan berfungsi masingmasing mencapai buah dan buah. Dengan jumlah puskesmas tersebut berarti satu puskesmas rata-rata melayani penduduk, sedangkan pada tahun 1968 rasio puskesmas terhadap penduduk adalah satu puskesmas melayani sekitar penduduk. Aspek tenaga medis juga mendapatkan perhatian yang cukup besar dari Presiden Soeharto. Petugas puskesmas dapat aktif melakukan pelayanan di luar gedung puskesmas sambil melakukan penyuluhan kesehatan, sebagian besar puskesmas dilengkapi dengan puskesmas keliling roda-4 atau khusus untuk daerah sungai dan kepulauan dengan perahu bermotor. Puskesmas perahu bermotor sangat penting untuk pelayanan di daerah-daerah kepulauan dan desa pedalaman. Sampai dengan tahun 1992/93 telah dilaksanakan pengadaan unit puskesmas keliling.

110 93 Untuk menjamin tersedianya tenaga medis di daerah-daerah terpencil tersebut, sejak tahun 1991/92 dilakukan penempatan 924 tenaga dokter sebagai pegawai tidak tetap, yaitu tenaga dokter yang ditugaskan dalam waktu tertentu tanpa harus menjadi pegawai negeri dan diberikan tunjangan khusus sesuai dengan tingkat keterpencilan lokasi penempatannya. Pada tahun 1992/93 telah ditempatkan lagi dokter sebagai pegawai tidak tetap. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan partisipasi aktif masyarakat juga mendapatkan perhatian yang cukup. Posyandu merupakan bentuk peran serta masyarakat yang nyata khususnya oleh pendidikan kesejahteraan keluarga (PKK) dan organisasi wanita lainnya. Peningkatan peran serta PKK (Program Kesejahteraan Keluarga) tersebut memungkinkan posyandu sebagai lembaga masyarakat dapat berkembang dengan pesat. Apabila pada akhir Repelita III baru tercatat sebanyak posyandu, pada akhir Repelita IV menjadi lebih dari buah, dan pada tahun 1992/93 bertambah lagi menjadi posyandu. Pada tabel di bawah ini merupakan laporan perkembangan pencapaian pembangunan pada sektor kesehatan, yang dikutip dari buku Rencana Pembangunan Lima Tahun Ketiga Bab IX Pemerataan Pembangunan dan Penanggulangan Kemiskinan hal sebagai berikut; Tabel 4.2 Angka Kematian dan Harapan Hidup (Sumber: Buku Repelita) Akhir Repelita III (1983) Akhir Repelita IV (1988) Akhir Repelita V ( 1993) 1. Angka Kematian Kasar 1) 9,9 7,9 7,5 2. Angka Kematian Bayi 2 ) 90,3 58,0 49,8 3. Angka Kematian Anak 3 ) 17,8 10,6 6,5 4. Harapan Hidup Ratarata 4) 56,0 63,0 65,0 1) Angka Kematian Kasar : Jumlah kematian per penduduk

111 94 2) Angka Kematian Bayi : Jumlah kematian bayi (0-12 bulan) per kelahiran hidup 3) Angka Kematian Anak : Jumlah kematian anak (1-4 tahun) per anak 4) Harapan Hidup Rata-rata : Rata-rata umur penduduk (dalam tahun) Tabel 4.3 Jumlah Sarana Tenaga Kesehatan 1988/ /94 (Sumber: Buku Repelita) A Jumlah sarana Upaya Kesehatan satuan 1988/ /94 Perubah an (%) 1 Puskesmas buah ,8 2 Puskesmas Pembantu buah ,8 3 Puskesmas Keliling buah ,5 4 Puskesmas dengan Tempat Perawatan 5 Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta 6 Jumlah Tempat Tidur RS dan Puskesmas Perawatan buah ,5 buah ,5 buah ,4 B Jumlah Tenaga Kesehatan 1 Dokter Ahli orang ,9 2 Dokter Umum orang ,2 3 Dokter Gigi orang ,3 4 Apoteker orang ,3 5 Sarjana Kesehatan Masyarakat dan Sarjana Kesehatan Lain orang , 0 6 Paramedis Perawatan orang ,1 7 Paramedis Non-Perawatan orang ,6 8 Pekarya Kesehatan orang ,3 9 Sarjana Non Kesehatan dan orang ,9

112 95 Non Medis Lain I. Total Depkes dan Pemda orang ,5 II. Non-Depkes dan Swasta orang ,4 Jumlah Seluruhnya orang ,1 Beberapa usaha di atas merupakan alasan bangsa Indonesia mendapatkan penghargaan Health For All Golden Medal Award dari WHO. Foto 4.8, Piagam & medali Health For All Golden Medal Award (Sumber: MPBP, 2010) Pemaknaan Penghargaan dari UNDP Pada tanggal 8 September 1997, James Gustave Speth, Administrator UNDP (United Nation Development Program) menyerahkan piagam UNDP kepada Soeharto, Presiden RI. Penyerahan penghargaan tersebut atas komitmen, peranan, dan jasa Presiden Soeharto dalam upaya pengentasan kemiskinan. Mengutip penjelasan Menteri Luar Negeri Ali Alatas dalam harian BISNIS INDONESIA terbitan 29/08/1997 dalam buku H.M. Soeharto Dalam Berita, menyatakan ini merupakan penghargaan pertama kali yang diberikan lembaga itu kepada presiden atau tokoh dunia (Antara, 2010:69). Laporan pencapaian hasil pembangunan dalam Pembangunan Jangka Panjang I program pengentasan kemiskinan, dalam buku Rencana Pembangunan Lima Tahun

113 96 Keenam (Repelita VI) buku ke 02 Bab IX Pemerataan Pembangunan dan Penanggulangan Kemiskinan halaman dapat disampaikan beberapa program pembnagunan yang menghantarkan bangsa Indonesia memperolah penghargaan UNDP. Pemerataan Pembangunan dan Penanggulangan Kemiskinan merupakan salah satu upaya Presiden Soeharto dalam membangun bangsa ini. Berbagai upaya telah dilakukan di berbagai sektor seperti; pertanian, kependudukan, pendidikan, kesehatan, dan transmigrasi serta pembangunan desa. Pemerataan lebih digalakkan lagi yang dilaksanakan melalui kebijaksanaan delapan jalur pemerataan, yaitu (1) pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang, dan perumahan; (2) pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan; (3) pemerataan pembagian pendapatan; (4) pemerataan kesempatan kerja; (5) pemerataan kesempatan berusaha; (6) pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita; (7) pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh tanah air; dan (8) pemerataan kesempatan memperoleh keadilan. (Repelita 1994/ /98, 1994: 59) Keberhasilan pembangunan pertanian juga telah memberikan sumbangan besar kepada stabilitas harga pangan yang pada gilirannya memberikan sumbangan pada upaya menekan laju inflasi dan memantapkan stabilitas ekonomi. Kebijaksanaan swasembada beras memberikan jaminan ketersediaan pangan yang mencukupi kebutuhan penduduk, sekaligus membantu mengentaskan penduduk dari kemiskinan. Aspek penting dalam pemerataan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan ialah pemerataan pendidikan, terutama pendidikan dasar. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya program wajib belajar bagi anak umur 7-12 tahun, serta pembangunan gedung SD yang sekarang rata-rata telah mencapai lebih dari 2 gedung per desa. Keberhasilan di bidang pendidikan ini merupakan modal yang besar dalam pengembangan sumber daya manusia. Di samping itu, bagi penduduk dewasa (di luar usia sekolah), telah diadakan program paket kerja sambil belajar yang bertujuan untuk menghilangkan buta aksara dan angka, buta bahasa Indonesia, dan buta pengetahuan dasar, serta sekaligus membantu mereka dalam berusaha. Upaya ini secara langsung memberi kesempatan bagi penduduk miskin untuk ikut menikmati hasil pembangunan

114 97 dan melakukan usaha yang dapat meningkatkan pendapatan. (Repelita 1994/ /98, 1994: 61) Berbagai upaya pembangunan yang sebagian diantaranya diuraikan di atas telah berhasil mengurangi jumlah penduduk miskin. Pada tahun 1970, jumlah penduduk miskin diperkirakan sekitar 70 juta orang atau 60 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Pada tahun 1976 telah turun menjadi 54,2 juta atau sekitar 40 persen dari jumlah penduduk, dan pada tahun 1990 jumlahnya berkurang lagi menjadi 27,2 juta orang atau sekitar 15persen dari seluruh penduduk. Di daerah perdesaan, penurunan jumlah penduduk miskin jauh lebih cepat dibandingkan dengan di daerah perkotaan. Antara tahun 1976 dan tahun 1990, jumlah penduduk miskin di perdesaan berkurang 60 persen, sedangkan di perkotaan hanya sekitar 6 persen. Hal ini, selain disebabkan oleh pembangunan yang berhasil di sektor pertanian di wilayah perdesaan, juga disebabkan oleh arus urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk miskin ke kota-kota. Foto 4.9 Piagam UNDP, PBB, kertas (Sumber: MPBP 2010)

115 Pemaknaan Penghargaan The Avecienna dari UNESCO Medali emas yang diberikan oleh UNESCO (United Nation Education, Scientific Culture Organisation) kepada Soeharto, Presiden RI, diserahkan oleh Dr. Fredico Mayor, Dirjen UNESCO pada tanggal 19 Juni Penghargaan The Avicienna diberikan atas jasa dan pengabdian Presiden Soeharto dalam pembangunan bidang pendidikan untuk rakyat. Catatan UNESCO menyebutkan Indonesia dalam konsep pembangunan bidang pendidikan sejak tahun 1970-an telah mewujudkan kebijakan wajib belajar 6 tahun dan pembangunan sarana dan prasanara sekolah dasar dengan dibangunnya SD Inpres serta perbaikan kualitas guru dan kurikulum Sekolah Dasar. Keberhasilan kebijakan wajib belajar 6 tahun itu dikonsolidasikan dengan program anak asuh yang dirancang untuk meningkatkan mutu pendidikan dikalangan keluarga miskin. Keberpihakan pemerintah terhadap program-program pendidikan untuk rakyat mampu menghantarkan Indonesia mendapatkan penghargaan The Avecienna dari PBB. Beberapa catatan penting tentang program-program pendidikan untuk rakyat yang diambil dari Laporan pencapaian hasil pembangunan dalam Pembangunan Jangka Panjang I program pendidikan, dalam buku Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam (Repelita VI) buku ke 04 Bab XXXII Pemerataan Pembangunan dan Penanggulangan Kemiskinan hal dapat disampaikan secara garis besar dibawah ini. Penyediaan sarana dan prasarana sekolah dasar (SD-MI) mampu menjangkau pada seluruh wilayah pelosok tanah air. Indikasi yang mengisyaratkan peningkatan jumlah kelulusan anak sekolah dari tingkat SD samapi dengan perguruan tinggi. Peningkatan angka partisipasi siswa SD-MI yang berusia terhadap kelompok umur 7-12 tahun mengalami peningkatan dari 41,4 % pada tahun 1968/69 meningkat 93,5 % pada tahun 1993/94. Peningkatan hampir dua kali lipat dari angka 12,3 juta menjadi 29,5 juta. Meningkatnya angka partisipasi tersebut merupakan pengaruh dari diadakannya program Inpres SD mulai tahun 1973/74 yang kemudian diikuti dengan pencanangan Wajib Belajar Enam Tahun pada tahun Melalui program Inpres SD, sejak Repelita II sampai tahun 1992/93 telah dibangun lebih dari 146 ribu gedung SD baru dan sekitar 166 ribu buah tambahan ruang kelas serta sekitar 470 ribu rumah dinas guru. Keberhasilan dalam program pendidikan dasar memiliki pengaruh besar terhadap

116 99 peningkatan jumlah siswa pada tingkat SLTP, SLTA dan perguruan tinggi (Repelita 1994/ /98, 1994: 68-69). Rasio jumlah murid terhadap jumlah penduduk kelompok umur tahun dari 16,9 persen pada tahun 1968/69 menjadi sekitar 53 persen pada tahun 1993/94. Jumlah murid SLTP termasuk murid madrasah tsanawiyah (MTs) telah meningkat dari sekitar 1,2 juta siswa menjadi hampir 7 juta siswa. Lulusan SLTP juga meningkat dari hanya 306,9 ribu menjadi 1,9 juta. Sementara itu, murid. sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) meningkat menjadi delapan setengah kali lipat, yaitu dari 482 ribu siswa menjadi 4,1 juta siswa. Dengan demikian, APK tingkat SLTA meningkat dari 8,6 persen menjadi 33,2-persen dan lulusannya pun meningkat dari 100,3 ribu orang pada tahun 1968 menjadi 1,2 juta orang pada tahun 1993/94. Sejalan dengan itu, lulusan SLTA yang melanjutkan ke perguruan tinggi meningkat dari 25,7 persen menjadi 41 persen sehingga jumlah mahasiswa meningkat dari hanya 156 ribu orang menjadi lebih dari 2,2 juta orang. Dengan demikian, APK pada tingkat pendidikan tinggi meningkat dari 1,6 persen pada tahun 1968 menjadi 10,5 persen pada tahun 1993/94. Jumlah dosen meningkat dari 7,4 ribu orang menjadi sekitar 84,4 ribu (Repelita 1994/ /98, 1994: 69). Perhatian yang cukup besar juga terhadap anak-anak yang kurang beruntung; yaitu anak-anak miskin dan didaerah terpencil diselenggarakan SD Kecil dan sistem guru kunjung.dalam pada itu, kepada murid yang berprestasi yang berasal dari Foto 4.10, Medali emas The Avicienna, emas, Unesco (Sumber: MPBP, 2010)

117 100 keluarga miskin disediakan beasiswa untuk membantu kelancaran sekolah. Sementara itu, untuk memberi kesempatan menikmati pendidikan kepada penduduk yang tidak mampu bersekolah terutama karena kemiskinan, program pendidikan luar sekolah (PLS) dengan menyelenggarakan program kelompok belajar Paket A, kelompok belajar Paket B, kelompok belajar usaha, dan magang. Penyelenggaraan program ini terutama ditujukan untuk memberantas tiga buta, yaitu buta aksara Latin dan angka, buta bahasa Indonesia dan buta pengetahuan dasar serta memberi bekal keterampilan berusaha. (Repelita 1994/ /98, 1994: 72). Keberhasilan pembangunan pendidikan telah mendukung keberhasilan di sektor lain. Meningkatnya pengetahuan masyarakat berkat pendidikan, antara lain berdampak pada peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat, penurunan angka kematian bayi dan balita, dan peningkatan angka harapan hidup penduduk. Meningkatnya derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat pada gilirannya meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja. (Repelita 1994/ /98, 1994: 74). Pemberian makna baru pada koleksi di atas merupakan sebuah model yang dapat dijadikan sebagai pola analisis terhadap koleksi cenderamata lainnya. Banyaknya koleksi MPBP yang belum dilakukan kajian atau penelitian konsep penelitian ini dapat digunakan untuk memberi makna pada koleksi lainnya. Analisis di atas bagi kurator pameran akan memiliki banyak pilihan bila akan melakukan pameran tentang koleksi cenderamata. penghargaan yang diinterpretasikan sebagai prestasi bangsa dapat kita hubungkan cara dan usaha bagaimana proses pencapaiannya. Pembangunan nasional adalah bingkainya yang dijabarkan dalam konsep perencanaan dalam Repilita I sampai dengan Repelita VI. Konsep pembangunan nasional dalam Repelita memiliki cakupan dalam segala bidang Pemberian Makna Penghargaan United Nation Population Award (UNPA) Penghargaan UNPA dari World Health Organization, badan kesehatan dunia diberikan kepada Soeharto Presiden Republik Indonesia, pada tanggala 8 Juni Penghargaan tersebut merupakan keberhasilan bangsa Indonesia dalam menekan laju pertumbuhan penduduk melalui program KB (Keluarga Berencana). Prestasi pencapaian tersebut diberikan atas komitmen dan dorongan Soeharto selaku Kepala Negara dalam program KB. Selama 20 tahun terakhir laju pertumbuhan penduduk

118 101 dapat ditekan, hal ini merupakan keberhasilannya sebagai Presiden Republik mendorong rakyatnya melaksanakan program pembangunan khususnya program kependudukan dan keluarga berencana. Keberhasilan Indonesia dalam menekan laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan dari 3% menjadi 2,22%, menghantarkan Soeharto sebagai Kepala Negara RI menerima Penghargaan UNPA serta uang tunai sebesar US$ (Antara, 2009:796). Kelarga Berencana merupakan bagian tak terpisahkan dari program pembangunan nasional. Melalui GBHN tahun 1978 program KB dijadikan sebagai salah satu prioritas menekan laju pertumbuhan penduduk menjadi 2,1% pada tahun 1984 dan 1,5% pada tahun Berbagai program yang dijalankan adalah sebagai berikut; rangsangan dalam perpajakan, peningkatan pendapatan bagi keluarga akseptor, Undang-Undang Usia Minimum Perkawinan, dan upaya memperbaiki kedudukan kaum wanita (Yusuf, 2009:982). Dukungan berupa aktifitas kepala negara dalam mensukseskan sebuah program nasional sangat besar artinya, karena selalu mendapat perhatian yang besar media massa. Dukungan pada program KB merupakan isyarat bagi pejabat lainnya untuk lebih giat, dan memberikan dorongan moral dan kegairahan kepada petugas lapangan. Seperti ditulis dalam buku HM Soeharto dalam Berita yang mengutip dari Population Communication Service dari the John Hopkins University di Baltimore; untuk menjamin kesinambungan dukungan dari pemerintah tertinggi, program kependudukan dalam dunia, politik nyata-harus mampu mengembangkan landasan dan kemampuannya politiknya sendiri. Jaringan kerja yang terinci dari organisasi masyarakat yang terlibat dalam program kependudukan, yang berhasil menunjukkan mengerahkan rakyat (antara lain dengan safari-safarfi), adalah satu kekuatan politik yang tak mudah dilenyapkan. Karena itu Indonesia mungkin sedang membuat peta politik dengan demensi baru dalam program pembangunan kependudukan, sebagai model bagi negara-negara lainnya (Yusuf, 2001:803). Demikian juga komentar pakar kependudukan, Donald Warwick, Pr, menulis dalam Population and Development Review, yang dikutip oleh Yusuf dalam buku HM Soeharto Dalam Berita Antara sebagai berikut;. Program KB Indonesia dianggap model bagi pengendalian kesuburan yang disponsori pemerintah di negara-negara berkembang (Yusuf, 2001:803). Keberhasilan Soeharto, Presiden RI dalam program Keluarga Berencana tersebut dapat kita lihat melalui beberapa laporan pada buku H.M. Soeharto dalam berita. XI tahun 1989 halaman 70.

119 102.. Anak petani desa Kemusuk di daerah Argomulyo, Godean 30 km sebelah barat kota Yogyakarta itu tepat 8 Juni 1989 di New York memperoleh penghargaan United Nations Populations Award diserahkan Sekjen PBB, Javier Perez de Cuellar. Bukan sekedar hadiah ulang tahunnya yang ke-68, tetapi penghargaan, dunia (PBB) atas keberhasilannya sebagai Presiden Republik Indonesia mendorong rakyatnya melaksanakan program pembangunan k hususnya program kependudukan dan keluarga berencana. Hadiah PBB tersebut berupa medali emas, sebuah diploma dan uang tunai US$12.500,-. Pelaksanaan program pembangunan termasuk program kependudukkan dan keluarga berencana adalah upaya bangsa untuk mencapai masyarakat adil makmur. Tidak banyak negara yang memberikan perhatian atau prioritas tinggi pada anggaran pembangunannya untuk kependudukan. PBB menilai tidak banyak kepala-kepala negara yang memiliki perhatian yang cukup besar terhadap program KB (Antara, 2010:70). Selaku kepala negara, Soeharto memberikan kemungkinan untuk dibentuknya jaringan pelaksanaan. Yang pertama dan paling utama adalah para aparat perencana pemerintah, yaitu : Foto 4.11, Medali UNPA, dari WHO ( Sumber: MPBP, 2010) 1. Bappenas (Badan Perencanan Pembangunan Nasional) atau para teknokrat yang memberi dukungan teknis dan kemudian mengoperasionalkan dalam penyedian dan dan daya serta kelembagaan untuk mewujudkan komitmennya. Juga aparat daerah sejak dari gubernur sampai kepala desa berperan dalam menggerakkan masa. Munculnya tokoh-tokoh yang memiliki komitmen yang cukup tinggi perhatiannya dalam upaya mensukseskan program keluarga berencana, diantaranya adalah;

120 103 Haryono Suyono, Sutjipto Wirosardjono Suryaningrat. Demikain juga peran kelompok-kelompok masyarakat melalui PKK berperan aktif dalam mensukseskan program KB (Antara, 2010:69). 2. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) Sikap positif pemerintah di bidang kependudukan dibuktikan dengan Keputusan Menteri Kesejahteraan Rakyat No. 37/38, pada tanggal 18 Oktober 1968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional. Lembaga ini diberikan tugas mengkoordinir segala kegiatan dalam bidang keluarga berencana. Selanjutnya tanggal 27 Januari 1970 keluar Keputusan Presiden No. 8 tahun 1970 yang menyatakan berdirinya Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Mulai saat itu KB lebih tegas dilaksanakan secara integral sebagai bagian pambangunan nasional. program KB dikoordinasikan oleh lembaga ini, dan dibentuk tahun Pada awalnya Program KB memiliki hambatan yang cukup berat. Penolakan dan pertentangan dalam masyarakat secara luas, namun belakangan mendapat dukungan dari para pemuka agama. KB bukan lagi sebuah program yang ditekankan oleh pemerintah, tetapi menjadi popular di kalangan keluarga dan dilaksanakan atas kesadaran sendiri. Untuk kelancaran program KB tingkat nasional, pada tahun anggaran 1970/1971, Pemerintah Indonesia mulai memberi bantuan sebesar 1,3 juta dolar, dan 3 juta dolar AS dari para donatur asing. Bantuan terus meningkat dari tahun ke tahun, menjadi 34,3 juta dolar AS tahun 1977/1978. Kondisi kependudukan adalah tingkat kelahiran kasar 44 per seribu dengan angka kematian bayi tahun 1971 sebesar 143 per seribu bayi laki-laki dan 121 perseribu bayi perempuan. Melalui program KB dan Kesehatan serta pembangunan sektor lain, angka itu dapat diturunkan. Angka kelahiran dapat di tekan menjadi 2 %. Sedangkan angka kematian tahun 1980 sebesar 112 per seribu, tahun 1983 turun menjadi 92 per seribu, 1985 sebesar 71 per seribu dan tahun 1988 sebesar 58,04 per seribu. 4.4 Pembangunan Nasional Pembangunan nasional mengacu pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia. Tujuan nasional dimaksud adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

121 104 memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian dan keadilan sosial. Panji Haryadi dalam Jurnal Ilmiah Vol 4: Hubungan Internasional (2010;179) mengutip pendapat Paul Scabury melalui bukunya Power, Freedom and Diplomacy, menerangkan bahwa apa yang dimaksud dengan tujuan Nasional; Istilah tujuan nasional berkaitan dangan beberapa kumpulan cita-cita atau tujuan suatu bangsa yang berusaha dicapainya melalui hubungan dengan negara lain. Dengan kata lain, bahwa pengertian ini merupakan konsep umum tujuan nasional dan bersifat normatif. Pengertian lain yang bersifat deskriptif tujuan nasional dianggap sebagi tujuan yang harus dicapai suatu bangsa secara tetap melalui kepemimpinan pemerintah. Proses pencapaian tujuan nasional melalui kepemimpinan Soeharto, Presiden ke-2 Republik Indonesia ( ) diterjemahkan dalam konsep pembangunan berkelanjutan dan bertahap, dituangkan dalam rancangan Garis-Garis Besar Halauan Negara. Maksud dan tujuan pembangunan nasional dijabarkan sebagai; Pemberi arah bagi perjuangan bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan dengan tujuan mewujudkan kondisi yang diinginkan. Baik dalam jangka sedang 5 tahun maupun dalam jangka panjang 25 tahun sehingga secara bertahap cita-cita bangsa Indonesia seperti yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945 terwujudnya masyarakat Indonesia yag adil dan makmur. (GBHN:1993;49-50). Arah pembangunan nasional dijadikan sebagai acuan dalam menentukan kebijakan oleh Soeharto, selaku Presiden Republik Indonesia. Strategi dalam melaksanakan cita-cita bangsa Indonsia yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur, kebijakan yang diambil adalah dengan membuat konsep rancangan pembangunan secara bertahap, yaitu REPELITA. Rancangan tersebut memuat konsep pembangunan jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek dengan selama 5 tahun, sedangkan jangka panjang selama 25 tahun. Konsep pembangunan jangka panjang pada prinsipnya adalah rangkaian pembangunan jangka pendek selama 5 tahap. Indonesia adalah negara agraris, potensi bangsa tersebut dilihat oleh Soeharto dengan memilih sektor pertanian menjadi titik berat dalam setiap perencanaan programprogram pembangunan. Terlihat dalam setiap tahap Repelita memiliki konsentrasi yang berbeda, namun sektor pertanian selalu menjadi hal yang penting. Berikut adalah rancangan Repelita dalam lima tahap dan titik berat sektor pembangunannya, yaitu ;

122 Repelita I ( ); titik berat pembangunan adalah sektor pertanian dan industri yang mendukung sektor pertanian. 2. Repelita II ( ); titik berat pembangunan adalah sektor pertanian dengan meningkatkan industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. 3. Repelita III ( ); titik berat pembangunan adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi. 4. Repelita IV ( ); titik berat pembangunan adalah sektor pertanian untuk melanjutkan usaha-usaha menuju swasembada pangan dengan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baik industri berat maupun ringan. 5. Repelita V ( ); titik berat pembangunan adalah sektor industri dengan jenis industri padat karya dan padat sumber daya alam yang berorientasi ekspor untuk tinggal landas. 6. Repelita VI ( ); titik berat pembangunan adalah sektor industri yang kuat dan maju sehingga mampu menunjang terciptanya perekonomian yang mandiri dan handal. Repelita dijadikan sebagai konsep pembangunan bangsa Indonesia, pembangunan yang selalu memperhatikan tiga landasan dalam pelaksanaannya yaitu; pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas nasional. Ketiga hal tersebut dikenal dengan istilah Trilogi Pembangunan. Pekerjaan berskala besar yang bernama Pembangunan Nasional diperlukan sebuah keseriusan, perencanaan yang matang serta kerja keras. Pencapaian hasil sebagai prestasi bangsa Indonesia adalah ketika dikukuhkan oleh PBB melalui badan pangan dunia FAO (Food Agriculture Organisation) Indonesia menjadi negara swasembada pangan, yaitu bangsa yang memiliki ketahanan di bidang pangan.

123 BAB 5 PENYAJIAN KOLEKSI CENDERAMATA DAN PENGHARGAAN Dalam bab ini akan disajikan hasil pemberian makna baru koleksi MPBP yang berupa cenderamata dari para kepala pemerintah dan kepala negara. Demikian juga pemberian makna koleksi penghargaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada bab sebelumnya telah diuraikan bahwa lembaga museum juga memiliki peran sebagai institusi pendidikan. Misi pendidikan disampaikan dalam konsep pameran. Pemilihan model pameran yang dipilih dalam menyampaikan hasil penelitian koleksi MPBP adalah dengan pendekatan Stimulus Respon dan Cunstructivist. Dua macam pendekatan tersebut dipilih dengan mempertimbangkan bahwa materi penelitian yang dikelompokkan menjadi dua macam. Pertama adalah koleksi cenderamata para kepala negara dan yang ke dua adalah koleksi penghargaan dari PBB. Penyajian kedua macam kelompok koleksi tersebut akan disajikan dalam ruang yang berbeda. Penyajian koleksi cenderamata menggunakan Utama MPBP, sedangkan penyajian koleksi Penghargaan tetap menggunakan Ruang Khusus. Model pendekatan Stimulus Respon tujuannya adalah untuk indoktrinasi, pengunjung museum berada dalam posisi pasif dalam menerima dan menyerap informasi yang disajikan oleh kurator. Sedangkan pendekatan Cunstructivist interpretasi terhadap pameran dibangun secara personal oleh pengunjung. Interpretasi antara pengunjung satu dengan lainnya tidak harus sama. Penyajian pameran ini terbagi dalam dua tema yaitu; koleksi cenderamata dengan tema Persahabatan Antarbangsa sedangkan koleksi penghargaan PBB dengan tema Prestasi Soeharto, Presiden Republik Indonesia. Tema pameran Persahabatan Antarbangsa dijadikan sebagai tema pilihan untuk menyajikan pameran untuk memberi pengetahuan kepada pengunjung tentang peran Soeharto, Presiden Republik Indonesia di mata dunia. Melalui cenderamata dari para kepala negara atau pemerintahan dapat dijadikan sebagai jembatan untuk melihat pola hubungan antarnegara. Pola hubungan antarnegara dimaksud adalah Indonesia dilihat dan dipandang sebagai apa oleh negara lain, atau bentuk perlakuan yang diberikan. Demikian juga Indonesia dalam memperlakukan negara lain dapat dilihat dari pemilihan cenderamata yang diberikan oleh Presiden Soeharto kepada para kepala negara/pemerintahan negara lain. Soeharto memilih keris sebagai cenderamata. Keris

124 107 memiliki kekayaan dalam makna budaya, persahabatan dan penghormatan merupakan makna yang ingin disampaikan bangsa Indonesia kepada negara lain. Mengacu pada salah satu cita-cita pendirian bangsa Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 menyatakan; memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sementara itu penyajian koleksi penghargaan dengan tema Prestasi Soeharto, Presiden RI dapat memberikan informasi kepada pengunjung tentang prestasi yang pernah dicapai bangsa Indonesia. Prestasi tersebut diharapkan akan menginspirasi pada pengunjung tentang etos kerja, kebersamaan dan konsistensi dalam membangun bangsa. Dengan kesungguhan Indonesia mampu mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Penyajian koleksi cenderamata dapat menggunakan jenis pameran tetap, sedangkan lokasi pameran di Ruang Utama lantai 1 dengan menggunakan showcase tipe free standing vitrine. Pemilihan tempat pada Ruang Utama lantai I mempertimbangkan bahwa, ruangan ini merupakan tempat yang paling luas, dibandingkan dengan ruang yang lain. Sementara data koleksi yang cukup banyak akan tetap dapat disajikan. Sedangkan koleksi penghargaan PBB dapat dipamerkan tetap menggunakan Ruang Khusus. Dengan mempertimbangkan pemakaian istilah Ruang Khusus yang diperuntukkan untuk menyajikan materi penghargaan Soeharto. 5.1 Alur Cerita Tema Persabatan Antarbangsa Soeharto sebagai Kepala Negara memiliki peran dan fungsi salah satunya adalah melakukan tugas diplomasi atau hubungan dangan negara lain. Dalam hubungan diplomasi dengan negara lain memiliki motif berbagai macam tujuan. Hubungan diplomasi yang dilakukan Soeharto, menggambarkan peran bangsa Indonesia di mata dunia akan dapat dinilai, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki harkat dan martabat. Alur cerita penyajian pameran cenderamata dengan tema Persahabatan Antarbangsa terbagi dalam 6 bagian pokok yaitu; 1. Persahabatan Indonesia Dengan Malaysia, 2. Persahabatan Indonesia Dengan Amerika Serikat 3. Persahabatan Indonesia Dengan Amerika Selatan 4. Persahabatan Indonesia Dengan Selandia Baru, 5. Indonesia Dengan Negara Islam, 6. Keris Lambang Penghormatan

125 Persahabatan Indonesia Dengan Malaysia Hubungan persahabatan Indonesia-Malaysia secara letak geografis kedua bertetangga dan berada dalam satu kawasan Asean. Dilihat dari historisnya bangsa Indonesia dengan Malaysia berada dalam satu rumpun Polenesia. Kedekatan hubungan Indonesia dan Malaysia tercermin dalam pemilihan cenderamata yang dipilih oleh kedua negara. Tempat Sirih (menyirih) yang memiliki fungsi-fungsi khusus dalam aktifitas sosial bangi bangsa Melayu (Malaysia dan Indonesia). Makna sosial dan filosofi kegiatan menyirih cukup memberikan alasan sebagai ungkapan penghargaan Malaysia kepada bangsa Indonesia sebagai sahabat dan keluarga Persahabatan Indonesia Dengan Amerika Serikat Amerika Serikat merupakan negara yang memiliki kekuatan dan pengaruh yang luar biasa bagi seluruh dunia. Tradisi berkunjung ke Gedung Putih, untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat bagi kepala negara yang baru terpilih seakan menjadi agenda kegiatan wajib. Penerimaan Amerika Serikat dalam hubungan diplomasi memiliki arti penting bagi setiap negara. Hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat yang direpresentasikan melalui hubungan Presiden Soeharto dengan Presiden Richard Nixon dapat dilihat dari simbolisasi melalui cenderamata yang diberikan kepada Indonesia berupa miniatur Gedung Putih. Gedung Putih merupakan simbol dari Amerika. Cenderamata tersebut memiliki makna bahwa Amerika membuka pintu bagi bangsa Indonesia. Indonesia dengan segala potensi yang dimiliki baik dilihat dari letak geografis, potensi sumber daya manusia dan alamnya, sebagai negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia dipandang sebagai negara cukup penting untuk dijadikan sebagai mitra atau sahabat Persahabatan Indonesia Dengan Negara Amerika Selatan Indonesia dalam melakukan diplomasi dengan bangsa lain tidak mempertimbangkan letak wilayah negara atau karakteristik sebuah negara. Keterbukaan serta saling menghargai kedaulatan negara adalah prinsip-prinsip yang dipakai dalam melakukan hubungan diplomasi. Argentina, Mexico dan Chile merupakan negara yang terletak di wilayah Amerika Latin. Pola hubungan diplomasi negaa tersebut dengan Indonesia dapat dilihat dari pemilihan cenderamata yang diberikan kepada Soeharto, Presiden RI.

126 109 Mate dipilih oleh ketiga negara tersebut sebagai cenderamata untuk Soeharto. Mate memiliki makna filosofi penting bagi ketiga negara dimaksud. Tradisi minum teh yerba lebih dikenal dengan Yerba Mate adalah konsep penghormatan dan pertemanan kepada tamu. Indonesia oleh ketiga negara; Argentina, Mexixo dan Chili diperlakukan sebagai sahabat dekat Persahabatan Indonesia Dengan Selandia Baru Hubungan diplomasi kedua negara tersebut dapat dilihat dari pemilihan materi cenderamata. Wakahuia (treasure box) merupakan benda yang berwujud kotak oval dan bertutup yang memiliki fungsi untuk menaruh benda berharga bagi suku Maori. Suku Maori merupakan penduduk asli Selandia Baru. Wakahui bagi suku Maori memiliki fungsi yang sangat penting dalam aspek kehidupan. Hubungan diplomasi Presiden Soeharto dengan Jim Bolger, Perdana Menteri Selandia Baru dapat dilihat dari cenderamata dimaksud. Selandia Baru memandang Indonesia adalah negara layak dianggap sebagai sahabat, tetangga dan keluarga. Penghormatan tersebut disimbolisasikan melalui penyerahan wakahuia Persahabatan Indonesia Dengan Negara Islam Hubungan diplomasi dengan negara di Timur Tengah pada prinsipnya sudah terjalin dalam rentang waktu yang cukup lama. Demikian juga dengan negara-negara Afrika, Indonesia bukalah hal yang baru bagi mereka. Sejarah kemerdekaan Afrika banyak diilhami dari peristiwa konferensi Asia-Afrika di Bandung. Namun demikian Agama Islam secara empiris menjadikan hubungan emosional dengan negara-negara di Timur Tengah dan sebagian negara di Afrika. Indonesia yang memiliki penduduk terbesar umat Muslimya secara tidak langsung merupakan keluarga besar dari umat Muslim di dunia. Timur Tengah merupakan asal muasal Agama Islam dilahirkan. Pola hubungan Indonesia dengan Pakistan, Syiria serta Sudan yang direpresentasikan oleh Presiden Soeharto dengan Perdana Menteri Syria, Eng Mahmud Al Zaobi, Perdana Menteri Pakistan, Mohtrama Benazir Bhuto, serta Presiden Sudan, Abdul Rachman Sigaru Dahab dapat dilihat dari cenderamata yang berupa al Qur an dan kaligrafi Al Qur an. Konsep sebagai keluarga besar adalah bentuk penghormatan dari mereka kepada bangsa Indonesia Keris Lambang Penghormatan

127 110 Panil terakhir adalah tentang pengetahuan keris sabagai benda budaya bangsa Indonesia. Hamzuri dalam buku Keris (1988:vi) menyatakan; keris merupakan senjata tradisional masyarakat di Indonesia meliputi; Jawa, Bali Madura, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera. Dan keris memiliki sejarah yang cukup panjang, Ragil Pamungkas dalam buku Mengenal Keris: Senjata Magis Masyarakat Jawa (2007:40) keris sudah dikenal sejak tahun 125. Buanajaya dalam buku Keris Nusantara (1988:45) memberikan pemaknaan keris dalam pandangan masyarakat Jawa, keris merupakan kelengkapan yang harus dimiliki oleh seorang pria Jawa; wisma, wanita, curiga, turangga, kukila. Curiga dimaksud adalah pusaka keris. Tidak dikatakan lelaki sejati sebelum pria Jawa memiliki kelima unsur di atas. Keris juga merupakan ekspresi seni, keris juga merupakan simbol kekuasaan. Soeharto memilih keris sebagai cenderamata memiliki pesan, bahwa hal tersebut merupakan symbol penghormatan dan persahatan. Soeharto memandang bahwa setiap bangsa memiliki harkat dan mertabat yang sama, tercermin dalam Pembukaan UUD Penyajian Persahabatan Antarbangsa Sesuai dengan alur cerita di atas, pameran terbagi dalam 6 kelompok yang merupakan subtema yaitu; Persahabatan Indonesia Dengan Malaysia 1. Koleksi cenderamata yang terdiri dari 2 buah tempat sirih cenderamata dari Perdana Menteri Malaysia; Dr. Mahathir Muhammad dan satu buah cenderamata dari Dato Hussein Onn. 2. Foto prosesi tukar-menukar cenderamata Presiden Soeharto dengan Dr. Mahathir Muhammad, Perdana Menteri Malaysia. 3. Foto prosesi tukar-menukar cenderamata Presiden Soeharto dengan Dato Hussein Onn, Perdana Menteri Malaysia. 4. Kliping koran yang mewartakan hubungan diplomasi antar kedua negara 5. Panil tentang kegiatan tradisi menyirih masyarakat melayu, kapan, manfaat serta fungsi menyirih sebagai bentuk penghormatan dan persahabatan. 6. Foto tentang praktek atau tata cara menyirih bagi masyarakat Melayu.

128 Persahabatan Indonesia Dengan Amerika Serikat 1. Koleksi maket Gedung Putih, cenderamata dari Richard Nixon, Presiden Amerika Serikat. 2. Foto prosesi penyerahan cenderamata Presiden Soeharto dengan Presiden Richard Nixon. 3. Foto Gedung Putih 4. Panil tentang sejarah Gedung Putih yang berisi tentang fungsi bangunan, makna bangunan bagi masyarakat Amerika Serikat Persahabatan Indonesia Dengan Amerika Selatan 1. Koleksi 3 buah mate pemberian dari presiden Mexico, Presiden Chile, dan Presiden Argentina. 2. Foto prosesi tukar cenderamata Presiden Soeharto dengan Presiden Mexico. 3. Foto prosesi tukar cenderamata Presiden Soeharto dengan Presiden Chile. 4. Foto prosesi tukar cenderamata Presiden Soeharto dengan Presiden Argentina. 5. Panil tentang informasi tradisi minum teh yerba dengan menggunakan mate bagi masyarakat Amerika Selatan. Tata cara membuat mate yerba serta manfaat bagi yang meminumnya. Fungsi mate yerba sebagi konsep jamuan persahabatan. 6. Foto masyarakat Amerika Selatan dalam tradisi minum teh yerba dengan menggunakan mate dari bahan asli, yaitu buah labu. Foto 5.1 Tradisi minum teh Yerba dangan Mate

129 Persahabatan Indonesia Dengan Selandia Baru 1. Koleksi wakahuia 2. Foto prosesi tukar cenderamata Presiden Soeharto dengan Perdana Menteri Selandia baru.. 3. Panil tentang informasi wakahuia 4. Foto tentang Suku Maori mempergunakan wakahuia, cara menyimpan dan mempergunakan benda-benda berharga yang disimpan dalam wakahuia seperti, Hei teki, bulu burung Persahabatan Indonesia Dengan Negara Islam 1. Koleksi koleksi kaligrafi bertuliskan Allah, cenderamata dari Perdana Menteri Pakistan 2. Koleksi Al Qur an, cenderamata dari dari Perdana Menteri Syiria 3. Koleksi Al Qur an, cenderamata dari Presiden Sudan 4. Foto prosesi tukar cenderamata Presiden Soeharto dengan Presiden Pakistan 5. Foto prosesi tukar cenderamata Presiden Soeharto dengan Presiden Syiria 6. Foto prosesi tukar cenderamata Presiden Soeharto dengan Presiden Sudang 7. Panil tentang kegiatan ritual dalam praktek membaca/melantunkan ayat-ayat al Qur an dari keempat negara; Indonesia, Syiria, pakistan dan Sudan Keris Lambang Penghormatan Foto 5.2 Presiden Soeharto memberikan cenderamata keris kepada Anand Panyarachun, Perdana Menteri Thailand dalam acara jamuan makan malam di Istana Negara (Sumber: MPBP, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Rekontekstualisasi koleksi..., Gunawan Wahyu Widodo, FIB UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Rekontekstualisasi koleksi..., Gunawan Wahyu Widodo, FIB UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan museum di Indonesia pada dasarnya cukup meningkat. Perhatian masyarakat pada lembaga museum adalah fenomena perkembangan yang cukup manarik untuk kita

Lebih terperinci

REKONTEKSTUALISASI KOLEKSI MUSEUM PURNA BHAKTI PERTIWI Oleh : Gunawan Wahyu Widodo 1

REKONTEKSTUALISASI KOLEKSI MUSEUM PURNA BHAKTI PERTIWI Oleh : Gunawan Wahyu Widodo 1 Pendahuluan REKONTEKSTUALISASI KOLEKSI MUSEUM PURNA BHAKTI PERTIWI Oleh : Gunawan Wahyu Widodo 1 Dalam beberapa dekade terakhir ini perhatian serta minat masyarakat terhadap museum mengalami kenaikan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Peran edukasi..., Zahir Widadi, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Peran edukasi..., Zahir Widadi, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap museum mempunyai tanggung jawab pelayanan edukasi terhadap masyarakatnya. Ambrose dan Paine (2007:48) menyatakan bahwa secara umum museum mempunyai tiga peranan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dinamika masyarakat yang ada memberikan wacana baru bagi penyelenggara museum untuk merubah pandangan dari orientasi koleksi kepada orientasi masyarakat/publik (Direktorat Permuseuman,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Pamuji, FIB UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Pamuji, FIB UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas permuseuman kini makin berkembang sebagai akibat dari terjadinya perubahan paradigma. Apabila pada awalnya aktivitas permuseuman berpusat pada koleksi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PERAN MUSEUM SANDI DALAM MENUMBUHKAN PEMAHAMAN FUNGSI DAN PERAN PERSANDIAN TESIS TAMPIL CHANDRA NOOR GULTOM

UNIVERSITAS INDONESIA PERAN MUSEUM SANDI DALAM MENUMBUHKAN PEMAHAMAN FUNGSI DAN PERAN PERSANDIAN TESIS TAMPIL CHANDRA NOOR GULTOM UNIVERSITAS INDONESIA PERAN MUSEUM SANDI DALAM MENUMBUHKAN PEMAHAMAN FUNGSI DAN PERAN PERSANDIAN TESIS TAMPIL CHANDRA NOOR GULTOM 0806435904 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ARKEOLOGI DEPOK

Lebih terperinci

BAB 7 PENUTUP. Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi

BAB 7 PENUTUP. Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi BAB 7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan I La Galigo merupakan intangible heritage yang menjadi identitas masyarakat Sulawesi Selatan dan saat ini masih bertahan di tengah arus globalisasi. Salah satu cara untuk melestarikan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 103 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Museum Taman Prasasti adalah salah satu museum di Jakarta yang mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri. Daya tarik tersebut berupa lokasi museum yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA AKIBAT HUKUM KEWAJIBAN BERBAHASA INDONESIA BERDASARKAN PASAL 31 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TERHADAP PRODUCTION SHARING CONTRACT (PSC) DI BIDANG PERMINYAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Museum merupakan lembaga yang bertugas untuk mengumpulkan, merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi kebudayaan dan ilmu

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR 135. Dengan Konsep Edutaiment Penekanan Desain Post- Modern. oleh: SHAFIRA EKA HARIANANDA Dosen Pembimbing Utama:

TUGAS AKHIR 135. Dengan Konsep Edutaiment Penekanan Desain Post- Modern. oleh: SHAFIRA EKA HARIANANDA Dosen Pembimbing Utama: TUGAS AKHIR 135 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Semarang Central Library Dengan Konsep Edutaiment Penekanan Desain Post- Modern Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA TRANSFER ARSIP DINAMIS INAKTIF : STUDI KASUS DI PUSTAKA BOGOR SKRIPSI HUTAMI DEWI

UNIVERSITAS INDONESIA TRANSFER ARSIP DINAMIS INAKTIF : STUDI KASUS DI PUSTAKA BOGOR SKRIPSI HUTAMI DEWI UNIVERSITAS INDONESIA TRANSFER ARSIP DINAMIS INAKTIF : STUDI KASUS DI PUSTAKA BOGOR SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora HUTAMI DEWI 0705130257 FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) KANTOR CABANG JAKARTA TIMUR SKRIPSI WIDIANA SASTI KIRANA

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) KANTOR CABANG JAKARTA TIMUR SKRIPSI WIDIANA SASTI KIRANA UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) KANTOR CABANG JAKARTA TIMUR SKRIPSI WIDIANA SASTI KIRANA 0806379872 FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PROSES PENINGKATAN MINAT BACA MELALUI PEMBERIAN PENGHARGAAN: STUDI KASUS DI PERPUSTAKAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH SKRIPSI RISNA PRIDAJUMIGA 0705130508 FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR-FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PASCASARJANA PENERIMA BEASISWA S2 DALAM NEGERI BPK-RI

UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR-FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PASCASARJANA PENERIMA BEASISWA S2 DALAM NEGERI BPK-RI UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR-FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PASCASARJANA PENERIMA BEASISWA S2 DALAM NEGERI BPK-RI TESIS YUNITA KUSUMANINGSIH NPM. 0806480920 FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA TESIS FAKULTAS EKONOMI MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK EKONOMI PERENCANAAN KOTA & DAERAH JAKARTA JULI 2010

UNIVERSITAS INDONESIA TESIS FAKULTAS EKONOMI MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK EKONOMI PERENCANAAN KOTA & DAERAH JAKARTA JULI 2010 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KEBERADAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) BANTAR GEBANG BEKASI TESIS MARTHIN HADI JULIANSAH 0706181725 FAKULTAS EKONOMI MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO PERPUSTAKAAN UMUM DENGAN KONSEP EDUTAINMENT DI KOTA YOGYAKARTA

UNIVERSITAS DIPONEGORO PERPUSTAKAAN UMUM DENGAN KONSEP EDUTAINMENT DI KOTA YOGYAKARTA UNIVERSITAS DIPONEGORO Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur PERPUSTAKAAN UMUM DENGAN KONSEP EDUTAINMENT DI KOTA YOGYAKARTA dengan Penekanan Desain Arsitektur Organik TUGAS AKHIR Periode

Lebih terperinci

STRATEGI PENDANAAN MELALUI SEKURITISASI PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT. ABC FINANCE TESIS

STRATEGI PENDANAAN MELALUI SEKURITISASI PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT. ABC FINANCE TESIS UNIVERSITAS INDONESIA STRATEGI PENDANAAN MELALUI SEKURITISASI PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT. ABC FINANCE TESIS AGUNG YUDIVIANTHO 0806432101 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RSUD TG. UBAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN METODE BALANCED SCORECARD

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RSUD TG. UBAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN METODE BALANCED SCORECARD UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RSUD TG. UBAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN METODE BALANCED SCORECARD TESIS PUTU WIRASATA 0906586713 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPETENSI PEGAWAI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DI MAHKAMAH KONSTITUSI TESIS

ANALISIS KOMPETENSI PEGAWAI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DI MAHKAMAH KONSTITUSI TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KOMPETENSI PEGAWAI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DI MAHKAMAH KONSTITUSI TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains (M.Si) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PADA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM RI

EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PADA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM RI EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PADA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM RI TESIS ARIE ARYANI 0606039101 KAJIAN STRATEGIK PERENCANAAN, STRATEGIK DAN KEBIJAKAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

MEKANISME, WEWENANG, DAN AKIBAT HUKUM PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA TESIS

MEKANISME, WEWENANG, DAN AKIBAT HUKUM PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA TESIS MEKANISME, WEWENANG, DAN AKIBAT HUKUM PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA TESIS WIWIK BUDI WASITO NPM. 0606006854 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS HUKUM PROGRAM

Lebih terperinci

Kajian Transformasi Menuju Institusi Kepolisian Indonesia Berbasis Pemolisian Masyarakat TESIS

Kajian Transformasi Menuju Institusi Kepolisian Indonesia Berbasis Pemolisian Masyarakat TESIS Kajian Transformasi Menuju Institusi Kepolisian Indonesia Berbasis Pemolisian Masyarakat Studi Kasus: Kepolisian Resor Metropolitan Bekasi TESIS R. DINUR KRISMASARI 0606161836 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN LEMBAGA SENSOR FILM (LSF) DALAM MENEGAKKAN PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA TESIS LAILA MAHARIANA

UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN LEMBAGA SENSOR FILM (LSF) DALAM MENEGAKKAN PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA TESIS LAILA MAHARIANA UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN LEMBAGA SENSOR FILM (LSF) DALAM MENEGAKKAN PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Hukum LAILA MAHARIANA

Lebih terperinci

PERUMUSAN KEY PERFORMANCE INDICATOR FUNGSI PENGADAAN KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD TESIS

PERUMUSAN KEY PERFORMANCE INDICATOR FUNGSI PENGADAAN KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD TESIS PERUMUSAN KEY PERFORMANCE INDICATOR FUNGSI PENGADAAN KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD TESIS DINO ANDRIAN 06060161281 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA TESIS UNIVERSITAS INDONESIA PETA KOMPETENSI DAN ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN BAGI TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL DI DKI JAKARTA TESIS INE RAHMAWATI 0806441314 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

Lebih terperinci

MENCARI BENTUK IDEAL KERJA SAMA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DI INDONESIA TESIS

MENCARI BENTUK IDEAL KERJA SAMA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DI INDONESIA TESIS UNIVERSITAS INDONESIA MENCARI BENTUK IDEAL KERJA SAMA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DI INDONESIA TESIS IKA ESTI KURNIAWATI 0706305495 FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM JAKARTA JUNI 2010

Lebih terperinci

Universitas Indonesia

Universitas Indonesia Universitas Indonesia ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PESERTA PROGAM (Studi Kasus : Kecamatan Cilincing Kotamadya Jakarta Utara) T E S I S RAMA CHANDRA 0706305980 FAKULTAS

Lebih terperinci

Staf Pengajar pada Jurusan Pendidikan Sejarah, FIS, UNY.

Staf Pengajar pada Jurusan Pendidikan Sejarah, FIS, UNY. Pendekatan Contextual dalam Pembelajaran Sejarah: Pemanfaatan Museum 1 Oleh: Ririn Darini 2 Beberapa Persoalan dalam Pengajaran Sejarah Sejarah merupakan bidang ilmu yang sesungguhnya memiliki nilai penting

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR JAFT Periode 134/56 Januari-Juni 2016

TUGAS AKHIR JAFT Periode 134/56 Januari-Juni 2016 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GALERI BATIK DI KOTA PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER Disusun oleh: Novitasari Arsiyd Awaliyah 21020112130033 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO KANTOR BPN KABUPATEN PEMALANG TUGAS AKHIR RISTA DHIAN ANGGOROWATI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO KANTOR BPN KABUPATEN PEMALANG TUGAS AKHIR RISTA DHIAN ANGGOROWATI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO KANTOR BPN KABUPATEN PEMALANG TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana RISTA DHIAN ANGGOROWATI 21020111130084 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN/PROGRAM

Lebih terperinci

POSISI SISWA SEBAGAI SUBJEK DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL: TELAAH KRITIS DALAM KERANGKA FILSAFAT PENDIDIKAN PAULO FREIRE SKRIPSI ANDI SETYAWAN

POSISI SISWA SEBAGAI SUBJEK DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL: TELAAH KRITIS DALAM KERANGKA FILSAFAT PENDIDIKAN PAULO FREIRE SKRIPSI ANDI SETYAWAN i POSISI SISWA SEBAGAI SUBJEK DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL: TELAAH KRITIS DALAM KERANGKA FILSAFAT PENDIDIKAN PAULO FREIRE SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana humaniora

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA STUDI KASUS DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI T E S I S

UNIVERSITAS INDONESIA IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA STUDI KASUS DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI T E S I S UNIVERSITAS INDONESIA IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA STUDI KASUS DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI T E S I S Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Sains (M.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP EKSPOR KOMODITAS MINYAK KELAPA SAWIT (CRUDE PALM OIL) INDONESIA : KASUS INDONESIA - INDIA TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA SILABUS PENGAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING DI UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA SILABUS PENGAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING DI UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA TESIS UNIVERSITAS INDONESIA SILABUS PENGAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING DI UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA TESIS LUCIA TYAGITA RANI CAESARA NPM 0706307102 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PADA INDUSTRI FREIGHT FORWARDING DENGAN INTEGRASI IPA DAN TAGUCHI TESIS

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PADA INDUSTRI FREIGHT FORWARDING DENGAN INTEGRASI IPA DAN TAGUCHI TESIS PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PADA INDUSTRI FREIGHT FORWARDING DENGAN INTEGRASI IPA DAN TAGUCHI TESIS NAMA : PRIYAMBODO NUR ARDI NUGROHO NPM : 0806 422 662 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI PADA PROYEK BANGUNAN GEDUNG DI JABODETABEK SKRIPSI

ANALISA RISIKO PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI PADA PROYEK BANGUNAN GEDUNG DI JABODETABEK SKRIPSI 127/FT.EKS.01/SKRIP/12/2008 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA RISIKO PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI PADA PROYEK BANGUNAN GEDUNG DI JABODETABEK SKRIPSI NANI IRIANI 04 05 21 03 52 NIK FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI KASUS PENGUKURAN KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA TEBET BERDASARKAN KONSEP BALANCED SCORECARD TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI KASUS PENGUKURAN KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA TEBET BERDASARKAN KONSEP BALANCED SCORECARD TESIS UNIVERSITAS INDONESIA STUDI KASUS PENGUKURAN KINERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA TEBET BERDASARKAN KONSEP BALANCED SCORECARD TESIS RONI CAHYADI 0706299460 FAKULTAS EKONOMI MAGISTER PERENCANAAN

Lebih terperinci

Analisis Koizumi Doctrine dalam Konteks Persaingan Jepang dengan Cina di ASEAN. Tesis

Analisis Koizumi Doctrine dalam Konteks Persaingan Jepang dengan Cina di ASEAN. Tesis Analisis Koizumi Doctrine dalam Konteks Persaingan Jepang dengan Cina di ASEAN Tesis Melati Patria Indrayani, S. Sos 0706191884 UNIVERSITAS INDONESIA Fakultas Pascasarjana Program Studi Kajian Wilayah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PERSEPSI PASIEN JAMKESMAS RAWAT INAP TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RSCM DENGAN METODE SERVQUAL TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA PERSEPSI PASIEN JAMKESMAS RAWAT INAP TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RSCM DENGAN METODE SERVQUAL TESIS UNIVERSITAS INDONESIA PERSEPSI PASIEN JAMKESMAS RAWAT INAP TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RSCM DENGAN METODE SERVQUAL TESIS APRIYAN LESTARI PRATIWI 0806480460 FAKULTAS EKONOMI MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA PENGEMBANGAN DAN DAMPAK INDUSTRI BIOETANOL DI JAWA TIMUR DENGAN METODE INPUT OUTPUT TESIS KULSUM

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA PENGEMBANGAN DAN DAMPAK INDUSTRI BIOETANOL DI JAWA TIMUR DENGAN METODE INPUT OUTPUT TESIS KULSUM UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA PENGEMBANGAN DAN DAMPAK INDUSTRI BIOETANOL DI JAWA TIMUR DENGAN METODE INPUT OUTPUT TESIS KULSUM 0806422605 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM PASCA SARJANA TEKNIK INDUSTRI DEPOK JUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PENERAPAN MANAGEMENT QUALITY BERBASIS ISO DALAM MEMPERCEPAT COLLECTION PERIODE (STUDI KASUS PT KBI) TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PENERAPAN MANAGEMENT QUALITY BERBASIS ISO DALAM MEMPERCEPAT COLLECTION PERIODE (STUDI KASUS PT KBI) TESIS UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PENERAPAN MANAGEMENT QUALITY BERBASIS ISO DALAM MEMPERCEPAT COLLECTION PERIODE (STUDI KASUS PT KBI) TESIS Oleh : RATIH AJENG WIDATI H. 07 06 17 2986 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN HUKUM BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL T E S I S

UNIVERSITAS INDONESIA KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN HUKUM BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL T E S I S UNIVERSITAS INDONESIA KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN HUKUM BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL T E S I S IRA YUSTISIA SMARAYONI 0706186120 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN ORANG ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN TESIS RUDI HALOMOAN TOBING

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN ORANG ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN TESIS RUDI HALOMOAN TOBING ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN ORANG ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN TESIS RUDI HALOMOAN TOBING 0606023450 KAJIAN STRATEJIK IMIGRASI PROGRAM STUDI KAJIAN KETAHANAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI PADA DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN T E S I S

UNIVERSITAS INDONESIA PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI PADA DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN T E S I S UNIVERSITAS INDONESIA PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI PADA DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN T E S I S Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelas Magister Sains Nama : SARWO

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENILAIAN HARGA SAHAM PERDANA MENGGUNAKAN METODE FREE CASH FLOW TO EQUITY DAN P/E MULTIPLE ( Studi Kasus PT BW Plantation Tbk. ) TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY ( Studi Kasus Pada Pelaksanaan Program Kemitraan Perajin Kulit Mitra Binaan Area Kamojang di Kelurahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEBAGAI PAJAK DAERAH DI KABUPATEN SIDOARJO TESIS

TINJAUAN PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEBAGAI PAJAK DAERAH DI KABUPATEN SIDOARJO TESIS UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEBAGAI PAJAK DAERAH DI KABUPATEN SIDOARJO TESIS TASNIWATI 0806480870 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK JAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA 1 UNIVERSITAS INDONESIA GAMBARAN KOMPETENSI PERAWAT ICU DAN HCU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN PENGALAMAN DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH TAHUN 2009 SKRIPSI OLEH: RAHMIKA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA i UNIVERSITAS INDONESIA IDENTIFIKASI PENGARUH KETERAMPILAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP DAYA SAING PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM IMPLEMENTASI SISTEM e - PROCUREMENT PADA PROSES PENGADAAN

Lebih terperinci

TESIS SANTI SRI HANDAYANI UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS HUKUM PROGRAM PASCA SARJANA JAKARTA DESEMBER 2009

TESIS SANTI SRI HANDAYANI UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS HUKUM PROGRAM PASCA SARJANA JAKARTA DESEMBER 2009 IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KONSUMEN DALAM PELAYANAN AIR MINUM PDAM TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TESIS SANTI SRI HANDAYANI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA DIKAITKAN DENGAN IKLAN-IKLAN YANG MENYESATKAN KONSUMEN TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA DIKAITKAN DENGAN IKLAN-IKLAN YANG MENYESATKAN KONSUMEN TESIS TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA DIKAITKAN DENGAN IKLAN-IKLAN YANG MENYESATKAN KONSUMEN TESIS F. INDRA SANTOSO A. 0706175956 FAKULTAS HUKUM PROGRAM MAGISTER HUKUM HUKUM EKONOMI JAKARTA

Lebih terperinci

TANGGAPAN PUSTAKAWAN DAN PENGGUNA TERHADAP CD PERMAINAN UNTUK MENJADI KOLEKSI PERPUSTAKAAN SD CHARITAS SKRIPSI

TANGGAPAN PUSTAKAWAN DAN PENGGUNA TERHADAP CD PERMAINAN UNTUK MENJADI KOLEKSI PERPUSTAKAAN SD CHARITAS SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA TANGGAPAN PUSTAKAWAN DAN PENGGUNA TERHADAP CD PERMAINAN UNTUK MENJADI KOLEKSI PERPUSTAKAAN SD CHARITAS SKRIPSI STEVANUS YULYANTO 0705130575 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM

Lebih terperinci

Lokasi yang direkomendasikan Peruntukan lahan Zoning plan Rencana tapak Zona skematik Arsitektur bangunan Tata pamer Program ruang MUSEUM BATIK

Lokasi yang direkomendasikan Peruntukan lahan Zoning plan Rencana tapak Zona skematik Arsitektur bangunan Tata pamer Program ruang MUSEUM BATIK Mei 2012 Sudut pandang tentang batik Konsep pemikiran Museum Batik Indonesia Lokasi pilihan Orientasi bangunan sebagai titik tolak harmonisasi kawasan Situasi tapak Zoning plan Block plan dan konsep bangunan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN USAHA RISOLES BUNDA BOGOR TESIS

STRATEGI PEMASARAN USAHA RISOLES BUNDA BOGOR TESIS STRATEGI PEMASARAN USAHA RISOLES BUNDA BOGOR TESIS PUDJO NUGROHO 0706169386 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA AGUSTUS 2009 STRATEGI PEMASARAN USAHA RISOLES

Lebih terperinci

PEMANFAATAN INTERNET GRATIS DI PERPUSTAKAAN SMK NEGERI 2 SURAKARTA SEBAGAI PENUNJANG KEGIATAN BELAJAR

PEMANFAATAN INTERNET GRATIS DI PERPUSTAKAAN SMK NEGERI 2 SURAKARTA SEBAGAI PENUNJANG KEGIATAN BELAJAR PEMANFAATAN INTERNET GRATIS DI PERPUSTAKAAN SMK NEGERI 2 SURAKARTA SEBAGAI PENUNJANG KEGIATAN BELAJAR TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar Ahli Madya dalam Program D-III

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO PUSAT BUDAYA DAN PARIWISATA KARESIDENAN MADIUN TUGAS AKHIR FARY NUR FAIZAL

UNIVERSITAS DIPONEGORO PUSAT BUDAYA DAN PARIWISATA KARESIDENAN MADIUN TUGAS AKHIR FARY NUR FAIZAL UNIVERSITAS DIPONEGORO PUSAT BUDAYA DAN PARIWISATA KARESIDENAN MADIUN TUGAS AKHIR FARY NUR FAIZAL 21020110120060 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN/PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SEMARANG OKTOBER 2014 UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

PAMERAN BUKU SEBAGAI MEDIA PROMOSI DI KANTOR ARSIP DAN PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PAMERAN BUKU SEBAGAI MEDIA PROMOSI DI KANTOR ARSIP DAN PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI PAMERAN BUKU SEBAGAI MEDIA PROMOSI DI KANTOR ARSIP DAN PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Vokasi Ahli Madya (A.Md)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Council of Museum (ICOM), lembaga internasional

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Council of Museum (ICOM), lembaga internasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut International Council of Museum (ICOM), lembaga internasional museum yang diakses melalui icom.museum pada tanggal 24 September 2014, museum merupakan suatu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA BANK MANDIRI MELALUI LEMBAGA PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA (PUPN)/DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA (DJKN) SEBELUM DAN SESUDAH BERLAKUNYA PERATURAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH BRAND BANK MANDIRI TERHADAP BRAND EQUITY BANK SYARIAH MANDIRI TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH BRAND BANK MANDIRI TERHADAP BRAND EQUITY BANK SYARIAH MANDIRI TESIS UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH BRAND BANK MANDIRI TERHADAP BRAND EQUITY BANK SYARIAH MANDIRI TESIS Budi Satria 0706192325 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI TIMUR TENGAH DAN ISLAM JAKARTA JANUARI 2009

Lebih terperinci

POLA PERSEPSI KONSUMEN PADA KAFE TANAMERA COFFEE DAN KAFE PAVILIUN 28 DALAM KONTEKS PENERAPAN VISUAL MERCHANDISING TESIS

POLA PERSEPSI KONSUMEN PADA KAFE TANAMERA COFFEE DAN KAFE PAVILIUN 28 DALAM KONTEKS PENERAPAN VISUAL MERCHANDISING TESIS POLA PERSEPSI KONSUMEN PADA KAFE TANAMERA COFFEE DAN KAFE PAVILIUN 28 DALAM KONTEKS PENERAPAN VISUAL MERCHANDISING TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen (S2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan sosial budaya. Jenis pariwisata ini dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat lokal,

Lebih terperinci

PENGATURAN DAN PELAKSANAAN NATIONAL SINGLE WINDOW DI INDONESIA TESIS

PENGATURAN DAN PELAKSANAAN NATIONAL SINGLE WINDOW DI INDONESIA TESIS UNIVERSITAS INDONESIA PENGATURAN DAN PELAKSANAAN NATIONAL SINGLE WINDOW DI INDONESIA TESIS NAMA : ARY FITRIA NANDINI NPM : 0706175621 FAKULTAS HUKUM PROGRAM MAGISTER HUKUM HUKUM EKONOMI JAKARTA JANUARI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PEMBERIAN HAK PAKAI ATAS TANAH HAK MILIK SEBAGAI ALTERNATIF BAGI WARGA NEGARA ASING UNTUK MEMILIKI RUMAH TINGGAL DI INDONESIA DALAM MENUNJANG KEPENTINGAN INVESTASI TESIS Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA KETRAMPILAN INSTRUKTUR MATERI INFORMATION LITERACY (IL): Studi Kasus Program Orientasi Belajar Mahasiswa (OBM) Universitas Indonesia TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN MENGENAI SANKSI TEGURAN LISAN ATAU TERTULIS DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS TESIS

TINJAUAN MENGENAI SANKSI TEGURAN LISAN ATAU TERTULIS DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS TESIS UNIVERSITAS INDONESIA TINJAUAN MENGENAI SANKSI TEGURAN LISAN ATAU TERTULIS DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS TESIS NAMA : Dini Dwiyana NPM : 0806426673 FAKULTAS HUKUM MAGISTER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DISPARITAS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ANTAR KABUPATEN / KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA DISPARITAS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ANTAR KABUPATEN / KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TESIS UNIVERSITAS INDONESIA DISPARITAS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ANTAR KABUPATEN / KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TESIS RAJA ISKANDAR MUDA RAMBE NPM: 0606038686 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER

Lebih terperinci

ANALISIS KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KARTU KREDIT TERKAIT UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG KARTU KREDIT TESIS

ANALISIS KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KARTU KREDIT TERKAIT UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG KARTU KREDIT TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KARTU KREDIT TERKAIT UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG KARTU KREDIT TESIS Susi Handayani 0706305633 FAKULTAS HUKUM PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN POLIKLINIK BERBASIS REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT MEDIKA PERMATA HIJAU JAKARTA BARAT TAHUN 2009 SKRIPSI

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN POLIKLINIK BERBASIS REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT MEDIKA PERMATA HIJAU JAKARTA BARAT TAHUN 2009 SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN POLIKLINIK BERBASIS REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT MEDIKA PERMATA HIJAU JAKARTA BARAT TAHUN 2009 SKRIPSI FATIMAH HANIYAH 100500070X FAKULTAS KESEHATAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG WAKAF UANG (Di Kecamatan Rawalumbu Bekasi) TESIS EFRIZON A

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG WAKAF UANG (Di Kecamatan Rawalumbu Bekasi) TESIS EFRIZON A FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG WAKAF UANG (Di Kecamatan Rawalumbu Bekasi) TESIS EFRIZON A 0606039234 UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI KAJIAN TIMUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia

Lebih terperinci

PERANAN BPOM DALAM MELAKUKAN TINDAKAN HUKUM TERHADAP PRODUK MAKANAN IMPOR YANG MENGANDUNG MELAMIN TESIS. Kartika Ajeng.

PERANAN BPOM DALAM MELAKUKAN TINDAKAN HUKUM TERHADAP PRODUK MAKANAN IMPOR YANG MENGANDUNG MELAMIN TESIS. Kartika Ajeng. PERANAN BPOM DALAM MELAKUKAN TINDAKAN HUKUM TERHADAP PRODUK MAKANAN IMPOR YANG MENGANDUNG MELAMIN TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Hukum (M.H) Oleh: Kartika Ajeng.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prima Charismaldy Ramadhan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Prima Charismaldy Ramadhan, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki banyak daya tarik didalamnya, termasuk pariwisata. Selain memiliki banyak nilai sejarah dan menjadi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RENCANA IMPLEMENTASI MANAJEMEN LAYANAN TI BERBASIS STANDAR ISO : STUDI KASUS DI SUATU INSTITUSI PENDIDIKAN NEGERI KARYA AKHIR

PENGEMBANGAN RENCANA IMPLEMENTASI MANAJEMEN LAYANAN TI BERBASIS STANDAR ISO : STUDI KASUS DI SUATU INSTITUSI PENDIDIKAN NEGERI KARYA AKHIR PENGEMBANGAN RENCANA IMPLEMENTASI MANAJEMEN LAYANAN TI BERBASIS STANDAR ISO 20000 : STUDI KASUS DI SUATU INSTITUSI PENDIDIKAN NEGERI KARYA AKHIR MUHAMMAD KASFU HAMMI 0706308231 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA EFEKTIVITAS SUNSET POLICY DALAM MENINGKATKAN TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA TESIS EHRMONS FISCA PURWA

Lebih terperinci

RELEASE AND DISCHARGE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH (Studi Kasus Kebijakan Penyelesaian BLBI)

RELEASE AND DISCHARGE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH (Studi Kasus Kebijakan Penyelesaian BLBI) RELEASE AND DISCHARGE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH (Studi Kasus Kebijakan Penyelesaian BLBI) TESIS Oleh: LILY EVELINA SITORUS NPM 0706187432 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sajian pemberitaan media oleh para wartawan narasumber penelitian ini merepresentasikan pemahaman mereka terhadap reputasi lingkungan sosial dan budaya Kota Yogyakarta.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN KUALITAS PENGUNGKAPAN INFORMASI TERHADAP RETURN SAHAM TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN KUALITAS PENGUNGKAPAN INFORMASI TERHADAP RETURN SAHAM TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN KUALITAS PENGUNGKAPAN INFORMASI TERHADAP RETURN SAHAM TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Akuntansi ARIF

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN KETERSEDIAAN KOLEKSI BAHAN AJAR STUDI KASUS DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN KETERSEDIAAN KOLEKSI BAHAN AJAR STUDI KASUS DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU TESIS UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN KETERSEDIAAN KOLEKSI BAHAN AJAR STUDI KASUS DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU TESIS RASDANELIS NPM 0706306996 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA STRATEGI PT AKR CORPORINDO TBK MEMASUKI BISNIS BBM DI INDONESIA TESIS RICHARD YAURI TAHA

UNIVERSITAS INDONESIA STRATEGI PT AKR CORPORINDO TBK MEMASUKI BISNIS BBM DI INDONESIA TESIS RICHARD YAURI TAHA UNIVERSITAS INDONESIA STRATEGI PT AKR CORPORINDO TBK MEMASUKI BISNIS BBM DI INDONESIA TESIS RICHARD YAURI TAHA 0706186474 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PROGRAM PASCA

Lebih terperinci

PENERAPAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT PADA PT. MULTISTRADA ARAH SARANA TBK KARYA AKHIR

PENERAPAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT PADA PT. MULTISTRADA ARAH SARANA TBK KARYA AKHIR PENERAPAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT PADA PT. MULTISTRADA ARAH SARANA TBK KARYA AKHIR IWAN ELI SETIAWAN 0606147522 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA AGUSTUS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN NILAI PASAR WAJAR EFEK DALAM PORTOFOLIO REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN NILAI PASAR WAJAR EFEK DALAM PORTOFOLIO REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF TESIS UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN NILAI PASAR WAJAR EFEK DALAM PORTOFOLIO REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF TESIS ILLSYA MEILANDA 0 7 0 6 1 7 7 5 8 3 FAKULTAS HUKUM MAGISTER KENOTARIATAN DEPOK

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN KEBUTUHAN TELLER DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ANTRIAN PADA PT. BANK XYZ (STUDI EMPIRIK CABANG UTAMA) TESIS

ANALISIS PERHITUNGAN KEBUTUHAN TELLER DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ANTRIAN PADA PT. BANK XYZ (STUDI EMPIRIK CABANG UTAMA) TESIS ANALISIS PERHITUNGAN KEBUTUHAN TELLER DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ANTRIAN PADA PT. BANK XYZ (STUDI EMPIRIK CABANG UTAMA) TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar S2 JUSTINA SUSILONINGSIH

Lebih terperinci

Model Estimasi Price Earnings Ratio Saham Sektor Keuangan, Properti Dan Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia TESIS

Model Estimasi Price Earnings Ratio Saham Sektor Keuangan, Properti Dan Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia TESIS UNIVERSITAS INDONESIA Model Estimasi Price Earnings Ratio Saham Sektor Keuangan, Properti Dan Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat umtuk memperoleh gelar Magister

Lebih terperinci

TRANSFORMASI POLA PIKIR DARI MITRA BISNIS WARALABA KE PEMILIK MEREK SENDIRI: KAJIAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS PENGEMBANGAN MEREK TUGAS AKHIR

TRANSFORMASI POLA PIKIR DARI MITRA BISNIS WARALABA KE PEMILIK MEREK SENDIRI: KAJIAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS PENGEMBANGAN MEREK TUGAS AKHIR TRANSFORMASI POLA PIKIR DARI MITRA BISNIS WARALABA KE PEMILIK MEREK SENDIRI: KAJIAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS PENGEMBANGAN MEREK TUGAS AKHIR MUHAMMAD SYAIFUL 1141923016 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO KAMPUS FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO TUGAS AKHIR ATIKAH FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

UNIVERSITAS DIPONEGORO KAMPUS FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO TUGAS AKHIR ATIKAH FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS DIPONEGORO KAMPUS FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO TUGAS AKHIR ATIKAH 21020112140160 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR SEMARANG SEMARANG 2016 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Lebih terperinci

Analisis Jenis Properti Hunian Sebagai Pengembang di Daerah Fatmawati Jakarta Selatan

Analisis Jenis Properti Hunian Sebagai Pengembang di Daerah Fatmawati Jakarta Selatan s UNIVERSITAS INDONESIA Analisis Jenis Properti Hunian Sebagai Pengembang di Daerah Fatmawati Jakarta Selatan TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen Baihaki

Lebih terperinci

KEHADIRAN BACK CHANNEL NEGOTIATION PADA PROSES NEGOSIASI OSLO AGREEMENT ANTARA ISRAEL DAN PALESTINA TESIS

KEHADIRAN BACK CHANNEL NEGOTIATION PADA PROSES NEGOSIASI OSLO AGREEMENT ANTARA ISRAEL DAN PALESTINA TESIS UNIVERSITAS INDONESIA KEHADIRAN BACK CHANNEL NEGOTIATION PADA PROSES NEGOSIASI OSLO AGREEMENT ANTARA ISRAEL DAN PALESTINA TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO. Taman Rekreasi Pendidikan di Semarang Penekanan Desain Universal Desain TUGAS AKHIR DIMAS DISEPTYANTO L2B

UNIVERSITAS DIPONEGORO. Taman Rekreasi Pendidikan di Semarang Penekanan Desain Universal Desain TUGAS AKHIR DIMAS DISEPTYANTO L2B UNIVERSITAS DIPONEGORO Taman Rekreasi Pendidikan di Semarang Penekanan Desain Universal Desain TUGAS AKHIR DIMAS DISEPTYANTO L2B 009 129 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR SEMARANG JUNI & 2014 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGAWASAN DALAM PENCIPTAAN PEMILU YANG LANGSUNG UMUM BEBAS RAHASIA JUJUR DAN ADIL SKRIPSI ADE NUGROHO WICAKSONO Y

PENGAWASAN DALAM PENCIPTAAN PEMILU YANG LANGSUNG UMUM BEBAS RAHASIA JUJUR DAN ADIL SKRIPSI ADE NUGROHO WICAKSONO Y UNIVERSITAS INDONESIA PENGAWASAN DALAM PENCIPTAAN PEMILU YANG LANGSUNG UMUM BEBAS RAHASIA JUJUR DAN ADIL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum ADE NUGROHO WICAKSONO

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa yang besar adalah bangsa yang yang menghargai sejarah. Mempelajari sejarah berarti belajar dari pengalaman tentang hal yang telah terjadi di masa lalu. Keberhasilan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PENDIDIKAN PROFESI, PENGALAMAN AUDITOR, JUMLAH KLIEN (AUDIT CAPACITY) DAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS AUDIT TESIS

ANALISA PENGARUH PENDIDIKAN PROFESI, PENGALAMAN AUDITOR, JUMLAH KLIEN (AUDIT CAPACITY) DAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS AUDIT TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA PENGARUH PENDIDIKAN PROFESI, PENGALAMAN AUDITOR, JUMLAH KLIEN (AUDIT CAPACITY) DAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KUALITAS AUDIT TESIS TIA ADITYASIH 0806435356 FAKULTAS

Lebih terperinci

TESIS MERRY MAGDALENA UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA DESEMBER 2008

TESIS MERRY MAGDALENA UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA DESEMBER 2008 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN INVESTASI AKTIVA TETAP PADA PERUSAHAAN YANG DIKELOMPOKAN DALAM FINANCIALLY CONSTRAINED STUDI KASUS: INDUSTRI MANUFAKTUR TESIS MERRY MAGDALENA 0606145233 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Museum dalam Sejarahnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Museum dalam Sejarahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Museum dalam Sejarahnya Museum dikenal sebagai ruang atau tempat yang menampung segala hal yang berkaitan dengan kegiatan mengumpulkan, merawat, dan menyajikan

Lebih terperinci

SEKOLAH TESIS I Z Z A T Y. Faktor-faktor yang..., Izzaty, FE UI, 2009

SEKOLAH TESIS I Z Z A T Y. Faktor-faktor yang..., Izzaty, FE UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SEKOLAH ANAK JENJANG SMP DAN SMA DI SUMATERA BARAT TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi I Z

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN BADAN GABUNGAN KHUSUS UNTUK PENANGGULANGAN TEROR DI INDONESIA

PEMBENTUKAN BADAN GABUNGAN KHUSUS UNTUK PENANGGULANGAN TEROR DI INDONESIA i PEMBENTUKAN BADAN GABUNGAN KHUSUS UNTUK PENANGGULANGAN TEROR DI INDONESIA TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Sains (M.Si) Ilmu Hubungan Internasional, Universitas

Lebih terperinci