PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER ORANGTUA DAN JENIS KELAMIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER ORANGTUA DAN JENIS KELAMIN"

Transkripsi

1 PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER ORANGTUA DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi HALAMAN DEPAN Diajukan Oleh : FARAH CARIMA F FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

2

3

4

5 PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER ORANGTUA DAN JENIS KELAMIN Farah Carima, Juliani Prasetyaningrum Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku bullying pada remaja dengan pola asuh otoriter orangtua, serta untuk mengetahui perbedaan perilaku bullying ditinjau dari jenis kelamin. Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP di kota Surakarta. Subjek penelitian atau responden pada penelitian ini adalah 89 subjek yang terdiri dari 47 remaja putra dan 42 remaja putri. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan alat ukur berupa skala perilaku bullying dan skala pola asuh otoriter orangtua. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Product Moment dari Pearson dan analisis dengan menggunakan t-test. Berdasarkan hasil analisis data dengan korelasi product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (r xy )= 0,452 dengan taraf signifikansi = 0,000 (p < 0,01) yang berarti ada hubungan positif antara pola asuh otoriter orangtua dengan perilaku bullying pada remaja. Variabel perilaku bullying dan pola asuh otoriter orangtua termasuk dalam kategori rendah. Selain itu dari hasil pengujian independent sampel t-test diperoleh nilai uji-t sebesar t = 2,822 dengan taraf sig 0,006= (p<0,05) yang berarti ada perbedaan perilaku bullying pada remaja putra dan remaja putri. Dalam penelitian ini remaja putra lebih sering melakukan perilaku bullying dibandingkan remaja putri. Kata kunci: perilaku bullying, pola asuh otoriter orangtua, jenis kelamin ABSTRACT This research aims to know corellation between bullying behavior in students with authoritarian parenting parents, and to show the difference in behavior of bullying be reviewedfrom gender. This research was conducted in one of the first high schools in the city of Surakarta. The subject in this research amounts to 89 people consisting 47 students are male and 42 students are female. Sampling is done with cluster random sampling techniques. The methods used in this research is quantitative methods with a measuring instrument in the form of scale of bullying behavior and scale of authoritarian parenting parents. Technique of data analysis with correlation Product Moment from Pearson and analysis with t-test. Based on the results of data analysis with the correlation product moment obtained coefisien correlation value (rxy) = with taraf significance = (p < 0.01) it means there is a positive corelation between authoritarian parenting parents with bullying behavior on students. Bullying behavior variable and 1

6 authoritarian parenting parents included in low categories. Beside in addition to that of the results with either using independent sample t-test obtained the value t-test is with taraf sig = (p < 0.05) it means there is a difference bullying behavior between male students and female students. This research shows that male students more often do bullying behavior than female students Keywords: bullying behavior, authoritarian parenting parents, gender 1. PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Pada masa ini remaja diharapkan dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya dengan baik, sehingga remaja sudah mampu menentukan pilihan untuk masa depannya dan sudah dapat mengatasi permasalahan yang ada pada dirinya serta remaja dapat berperilaku mengikuti nilai dan aturan yang berlaku dilingkungan sekitarnya (Levianti, 2008). Namun kenyataannya karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini sering menimbulkan masalah pada diri remaja (Erickson dalam Maya, 2015). Pencarian identitas di masa remaja dapat mengarah kepada perilaku yang positif serta negatif (Levianti, 2008). Perilaku negatif yang banyak dilakukan oleh remaja salah satunya adalah perilaku bullying, perilaku ini marak terjadi dilingkup sekolah. Perilaku bullying ini sendiri diartikan sebagai bentuk penindasan terhadap korban yang lemah dengan melakukan hal-hal yang tidak disukai serta dilakukan secara berulang (Halimah, Khumas & Zainudin, 2015). Perilaku tersebut bisa terjadi diberbagai setting seperti di sekolah, di rumah, di pondok pesantren, di tempat penitipan anak, di tempat kursus, kantor, diarea bermain dan lain sebagainya. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nansel (dalam Yahaya, Ramli, Hashim, Ibrahim & Rahman, 2009) dari 8,4 persen anak-anak terdapat 20 persen dari anak-anak di Negara Amerika bahwa mereka menjadi korban perilaku bullying yang dilakukan setidaknya satu kali dalam seminggu. Haynie (dalam Yahaya dkk, 2009) ada 24,4 persen menjadi 44,6 persen anak-anak mengalami bullying berulang kali didalam lingkungannya. Perilaku bullying merupakan masalah yang serius dan merupakan perilaku kekerasan yang mengiriskan 2

7 sehingga dapat mempengaruhi mereka hingga 25 persen menjadi 50 persen anak di sekolah. Penelitian tentang fenomena bullying yang dilakukan oleh Huneck (dalam Nurhayanti, Novotasari & Natalia, 2013) mengungkapkan bahwa % siswa Indonesia melaporkan mendapat ejekan, cemoohan, pengucilan, pemukulan, tendangan, ataupun dorongan, setidaknya sekali dalam seminggu. Penelitian yang juga dilakukan oleh Sejiwa (dalam Nurhayanti, Novotasari & Natalia, 2013) pada tahun 2008 tentang perilaku bullying di tiga kota besar di Indonesia yaitu Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta mencatat terjadinya tingkat bullying sebesar 67,5% ditingkat sekolah menengah atas (SMA) dan 66.1% ditingkat sekolah lanjutan pertama (SMP), bullying yang dilakukan sesama siswa, tercatat sebesar 41,2% untuk tingkat SMP dan 43,7% untuk tingkat SMA dengan kategori tertinggi bullying psikologis berupa mengucilkan. Peringkat kedua ditempati bullying verbal (mengejek) dan terakhir bullying fisik (memukul). Gambaran kekerasan di SMP di tiga kota besar yaitu : Yogya:77,5% (mengakui ada bullying), 22,5% (mengakui tidak ada bullying), Surabaya: 59,8 % (ada bullying), Jakarta: 61,1% (ada bullying) Ditemukan juga bahwa kasus bullying lebih banyak dilakukan oleh remaja putra dibandingkan oleh remaja putri, seperti survei yang telah dilakukan di Malta menemukan bahwa 15-24% anak laki-laki setiap tahun mengatakan bahwa mereka sering melakukan perilaku bullying, dibandingkan dengan 8 13% anak perempuan. Sedangkan 60% pelaku bullying laki-laki mengaku lebih sering melakukan perilaku bullying fisik dibandingkan dengan 30% anak perempuan Borg (dalam Saifullah, 2016). Selain itu dikemukakan juga oleh Scheithauer (dalam Saifullah, 2016) bahwa anak laki-laki lebih banyak melakukan bullying berupa tindakan agresif dibandingkan anak perempuan, namun anak perempuan terlibat dalam bullying tidak langsung. Dikatakan juga bahwa anak laki-laki memiliki lebih banyak kebebasan untuk mengekspresikan perilaku agresif mereka sedangkan anak perempuan diharapkan tidak agresif agar sesuai dengan stereotip mereka bahwa anak perempuan cenderung ramah dan lemah lembut (Turkel dalam Hertinjung & Karyani, 2015). Selain itu didapatkan juga bahwa remaja 3

8 laki-laki lebih banyak terlibat aksi bullying dibandingkan dengan remaja putri, hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh adila (dalam Saifullah, 2016) yang menyatakan bahwa pelajar laki-laki lebih sering menggunakan tindakan bullying terhadap pelajar lain baik secara langsung maupun tidak langsung dibandingkan dengan pelajar perempuan. Dari data hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 16 Mei 2016 bertempat disalah satu Sekolah Menengah Pertama Swasta di kota Surakarta yang dilakukan kepada kepala sekolah, guru dan didapatkan temuan mengenai perilaku bullying yang terjadi di sekolah tersebut. Dari pihak kepala sekolah diperoleh informasi bahwa terdapat siswasiswinya terlibat dalam kasus bullying di sekolah, kepala sekolah juga menjelaskan perilaku bullying yang sering terjadi di sekolah berbentuk bullying verbal, seperti adanya siswa atau siswi yang seringkali mendapatkan ejekan atau julukan oleh teman-temannya. Selain itu salah satu guru wali kelas VIII.C yang diwawancarai juga menyatakan bahwa pada saat jam pelajaran berlangsung salah satu anak di kelas tersebut kerap meganggu teman yang duduk disampingnya dengan memukul kepala temannya itu, hingga anak tersebut sering mendapatkan panggilan dari guru Bimbingan Konseling untuk mendapatkan pengarahan. Guru BK di sekolah tersebut juga menyatakan bahwa sering menangani siswa atau siswi yang kerap mengganggu teman yang lain saat di sekolah, pihak guru BK juga pernah memberikan konseling kepada siswa yang tidak mau masuk sekolah karena perilaku bullying yang diterimanya di sekolah. Salah satu siswa di sekolah tersebut juga mengatakan bahwa teman-teman sekelasnya sering memanggilnya botak, siswi lain yang diwawancarai juga mengatakan seringkali diacuhkan oleh teman-temannya di sekolah. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti mulai pukul ± WIB- ± WIB didapatkan hasil saat jam istirahat salah satu siswa di bully oleh temannya ia dipukul dan sempat didorongdorong oleh temannya. Maka dapat disimpulkan bahwa di sekolah tersebut terjadi perilaku bullying, perilaku bullying yang terjadi meliputi bullying secara verbal seperti mengejek, memberikan julukan, bullying secara fisik seperti memukul dan mendorong serta bullying serta psikologis seperti mendiamkan dan mengacuhkan. 4

9 Tis ina dan Suroso (2015) menemukan bahwa bullying yang dilakukan seorang siswa disekolah dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu faktor keluarga, sekolah dan teman sebaya. Salah satu faktor yang dapat memunculkan pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah. Terdapat faktor lain yang mendorong terjadinya perilaku bully menurut Tis ina dan Suroso (2015) yaitu: pola asuh otoriter orangtua, regulasi emosi, perilaku asertif, konformitas, religiusitas, komunikasi, peran kelompok sebaya, tipe atau peran kepribadian, dan kontrol sosial. Serta menurut Wiyani (dalam Nurhayanti, Novotasari & Natalia, 2013) yaitu: anak- anak yang dari pola asuh orangtua otoriter, anak-anak yang sering berperilaku kasar, serta orangtua yang permisif terhadap perilaku agresif anak. Jika fungsi didalam keluarga tidak berjalan dengan baik, seperti pola asuh yang tidak sesuai, tentu perilaku negatif seperti bullying akan muncul dari dalam diri remaja, hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan Santrock (2005) bahwa pola asuh otoriter dapat diartikan sebagai orangtua yang membatasi dan bersifat menghukum yang mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk orangtua, serta membuat batasan dan kendali yang tegas dan hanya melakukan sedikit komunikasi verbal, sehingga anak tidak mampu mengungkapkan perasaan yang ada didalam dirinya. Tekanan didalam diri anak yang tidak terselesaikan karena orangtua yang otoriter dapat menyebabkan munculnya pelampiasan perilaku kesal anak di luar rumahnya, seperti diungkapkan oleh Sarwono (2012) yang menyatakan anak yang merasakan tekanan didalam dirinya namun tidak mampu menyelesaikan dengan baik akan cenderung melampiaskan permasalahannya dalam bentuk perilaku bullying. Hal ini sesuai dengan Pohan (dalam Suastini, 2011) yang menyatakan bahwa perbuatan negatif anak terjadi karena anak sudah terbiasa melihat atau menonton perbuatan-perbuatan negatif yang dilakukan orangtuanya. Selain itu peran orangtua juga sebagai model anak-anaknya dapat dilakukan dengan memberikan contoh buruk kepada anak anaknya bagaimana seharusnya anakanak bertindak dan apa yang sebaiknya dilakukan anak. Jika orang tua berlaku 5

10 demikian kepada anaknya, itu berarti ia menyediakan model terhadap anak untuk meniru perilaku tersebut (Hartuti dalam Suastini, 2011). Hasil temuan penelitian Georgiou dan Olweus (dalam Hasan & Ee, 2015) yang menunjukkan bahwa pelaku bullying lebih cenderung berasal dari keluarga di mana orangtua membesarkan anak dari pola asuh orangtua otoriter. Dikatakan oleh Vernonbeck (dalam Evangelista, Mendoza & Malabanan, 2014) menambahkan pola asuh otoriter dapat mempengaruhi perilaku anak-anak. Hal ini menyebabkan, anak-anak akan berperilaku buruk di sekolah dan tidak mampu berkomunikasi dengan orangtua. Orangtua juga memiliki kesulitan berkomunikasi dengan anak. Sejak pengasuhan pola asuh otoriter yang dialami oleh anak-anak, maka anak-anak mungkin meniru atau melakukan hal yang sama dengan perilaku yang dilakukan oleh orangtuanya atau meluapkan perilaku negatif diluar lingkungan rumahnya. Georgiou (dalam Nikivorou, Georgiou & Stavrinides, 2013) menyatakan bahwa semakin tinggi pola asuh orangtua otoriter maka akan tinggi tingkat perilaku bullying. Para peneliti yang sama juga menemukan bahwa orangtua yang sering merasa marah dengan anak-anak mereka maka anak-anak cenderung memiliki perilaku bullying dikarenakan anak meniru orangtua. Tis ina dan Suroso (2015) juga telah melakukan penelitian yang menyatakan bahwa semakin tinggi pola asuh otoriter yang diterapkan orangtua maka bullying anak disekolah semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah pola asuh otoriter yang diterapkan orangtua maka bullying anak disekolah juga akan semakin rendah. Pendapat lain menurut Egan dalam Damantari (2011) bullying dan victimization lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Hal yang sama juga disebutkan bahwa perilaku bullying lebih menonjol terjadi pada kalangan laki-laki daripada perempuan. Selain itu dikatakan pula bahwa jenis kelamin turut berperan menjadi salah satu faktor perilaku bullying, bahwa siswa laki-laki cenderung setuju dengan perilaku bullying, namun bukan berarti bahwa perempuan tidak setuju dengan bullying. Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Usman (dalam Putri, Nauli & Novayelinda, 2015) yaitu: jenis kelamin, tipe kepribadian 6

11 anak, kepercayaan diri, iklim sekolah, peranan kelompok atau teman sebaya. Perilaku bullying juga dipengaruhi oleh faktor yang lain seperti jenis kelamin. Hasil penelitian lain juga mengungkap adanya perbedaan perilaku bullying pada remaja putra dan putri bahwa 31 orang (66,0 %) laki-laki yang terlibat kasus bullying dan sebanyak 11 orang (30,6 %) adalah remaja putri, dan dari penemuan tersebut disimpulkan bahwa mayoritas remaja putra lebih banyak terlibat dalam perilaku bullying dibandingkan dengan remaja putri (Putri, Nauli & Novayelinda, 2015). Berdasarkan uraian di atas penulis ingin membuktikan hipotesis yaitu: ada hubungan positif antara perilaku bullying pada remaja dengan pola asuh otoriter orangtua. Semakin tinggi pola asuh otoriter orangtua maka semakin tinggi perilaku bullying pada remaja dan sebaliknya semakin rendah pola asuh otoriter orangtua maka semakin rendah perilaku bullying pada remaja. Selain itu penulis juga ingin mengetahui perbedaan perilaku bullying pada remaja putra dan putri yakni remaja putra lebih sering melakukan tindakan bullying dibandingkan dengan remaja putri 2. METODE Penelitian ini terdiri atas variabel tergantung yaitu perilaku bullying dan variabel bebas yaitu pola asuh otoriter orangtua dan jenis kelamin. Populasi penelitian sebanyak 172 orang yang terdiri dari siswa-siswi kelas VII dan VIII di salah satu Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kota Surakarta, peneliti mengambil sampel dengan menggunakan teknik cluster random sampling yang mana dari masing-masing jenjang kelas VII dan VIII terdapat 4 kelas yaitu A, B, C, dan D kemudian dipilihlah 2 kelas dari masing-masing jenjang secara random (acak), terpilihlah kelas VII.C dan VII.D serta VIII.C dan VIII.D dengan jumlah keseluruhan sampel sebanyak 89 subjek. Pengumpulan data menggunakan skala perilaku bullying yang telah disusun oleh Astuti (2015) berdasarkan aspek-aspek bullying fisik, bullying verbal, dan bullying psikologis. Sedangkan skala pola asuh otoriter orangtua merupakan skala 7

12 yang telah disusun oleh Prameswari (2014) berdasarkan aspek pemberian disiplin, komunikasi, pemenuhan kebutuhan dan pandangan terhadap remaja. Skala yang digunakan tersebut telah memenuhi kriteria valid dan reliabel. Uji validitas skala menggunakan validitas konstruk (construct validity) yang menyatakan bahwa setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total, pengujian validitas seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat dilakukan dengan mencari daya beda skor tiap aitem hal ini dilakukan dengan meilihat nilai r hitung dan r tabel (r hitung> r tabel) (Sugiyono, 2015). Daya beda untuk skala bullying berkisar (0,220-0,562) sedangkan untuk skala pola asuh otoriter orangtua berkisar (0,214-0,591). Reliabilitas skala dihitung dengan teknik cronbach aplha untuk mengetahui koefisien reliabilitas (α) kedua skala tergolong reliabel dengan nilai (α) perilaku bullying = 0,891 (32 aitem) dan nilai (α) pola asuh otoriter orangtua = 0,876 (31 aitem). Teknik analisis data menggunakan teknik product moment dari pearson dan independent sample t-test yang keduanya dilakukan dengan bantuan program SPPS for windows. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment dari Pearson diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar = 0,452 (p) = 0,000 (p< 0,01) artinya ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh otoriter dengan perilaku bullying pada remaja, maka dari itu hipotesis peneliti dinyatakan diterima. Terbukti dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu adanya hubungan positif yang signifikan menjelaskan bahwa semakin tinggi pola asuh otoriter orangtua maka semakin tinggi perilaku bullying pada remaja, sebaliknya semakin rendah pola asuh otoriter orangtua maka semakin rendah perilaku bullyingnya, pola asuh otoriter orangtua turut mempengaruhi perilaku bullying pada remaja.tingkat pola asuh otoriter orangtua dan perilaku bullying dalam penelitian ini termasuk dalam kategori rendah. Remaja yang tidak diasuh dengan pola asuh otoriter akan memiliki perilaku bullying yang rendah. Hal ini disebabkan karena remaja yang tidak 8

13 diasuh dengan pola asuh otoriter orangtua akan mendapatkan kebutuhan afeksi yang lebih baik melalui hubungan penuh kasih sayang dengan orangtuanya, adanya sikap terbuka, serta penanaman sikap dan moral sehingga anak tersebut memiliki kecenderungan untuk berperilaku positif (Fatchurahman & Praktiko 2012). Sedangkan remaja yang memiliki pola asuh otoriter orangtua yang tinggi akan cenderung melampiaskan permasalahannya dalam bentuk perilaku bullying, hal ini disebabkan karena munculnya perilaku bullying pada remaja karena terdapat tekanan didalam diri anak yang tidak terselesaikan menyebabkan munculnya pelampiasan perilaku kesal anak diluar rumahnya (Sarwono, 2012). Pelampiasan dapat muncul dikarenakan sikap otoriter orangtua dirumah, dimana orangtua membatasi anak dan bersifat menghukum yang mendesak anak untuk mengikuti petunjuk orangtua serta membuat batasan dan kendali yang tegas dan hanya melakukan sedikit komunikasi verbal, sehingga anak tidak dapat menyampaikan ide, gagasan, ataupun perasaan kepada orangtuanya (Santrock, 2005). Pola asuh otoriter orangtua yang tinggi akan membuat anak terbiasa dengan perilaku-perilaku negatif yang dilakukan oleh orangtuanya di rumah, sehingga anak akan lebih mudah melakukan perilaku negatif di luar rumah seperti perilaku bullying (Georgio & Olweus dalam Hasan & Ee, 2015). Sesuai yang diungkapkan oleh Loeber dan Stouthamer (dalam Efobi & Nwokolo, 2014) yang menyatakan gaya pengasuhan otoriter yang dilakukan oleh orang tua, yaitu dengan cara mendidik anak dengan cara tidak konsisten serta sering memberikan hukuman terhadap anak tanpa penjelasan, hal ini menyebabkan anak berperilaku negatif. Pohan (dalam Suastini, 2011) menambahkan bahwa seseorang yang pada masa remaja memiliki pola asuh otoriter orangtua yang tinggi atau negatif maka remaja tersebut akan cenderung memiliki perilaku-perilaku yang juga negatif, hal tersebut dikarenakan anak menjadikan perilaku atau perbuatan negatif yang dilakukan orangtuanya sebagai model. Proses modelling dimulai dari tahap seorang anak yang memperhatikan orangtuanya, kemudian perilaku tersebut disimpan oleh anak dalam ingatannya, setelah itu informasi yang diterima dan 9

14 telah tersimpan didalam memori diproduksi kembali lalu perilaku tersebut mendapatkan penguatan (reinforcement) sehingga perilaku tersebut muncul (Bandura dalam Laila,2006). Sumbangan efektif (SE) variabel pola asuh otoriter orangtua terhadap perilaku bullying sebesar 20% ditunjukkan dengan koefisien determinasi sebesar (r 2 ) = 0,452. Masih terdapat 80% faktor lain yang mempengaruhi perilaku bullying. Hasil tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Tis ina dan suroso (2015) yang menyatakan bahwa pola asuh otoriter orangtua menjadi salah satu faktor munculnya perilaku bullying, semakin tinggi pola asuh otoriter yang diterapkan orang tua maka bullying anak disekolah semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah pola asuh otoriter yang diterapkan orangtua maka bullying anak disekolah juga akan semakin rendah.namun terdapat faktor lain yang mempengaruhi perilaku bullying yaitu regulasi emosi, perilaku asertif, konformitas, religiusitas, komunikasi, peran kelompok sebaya, tipe atau peran kepribadian, dan kontrol sosial. Hasil analisis variabel pola asuh otoriter orangtua diketahui bahwa rerata empirik (RE) sebesar 66,42 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 77,5 yang berarti bahwa variabel pola asuh otoriter orangtua termasuk kedalam kategori rendah. Berdasarkan kategori skala pola asuh otoriter orangtua diketahui bahwa 8% (7orang) memiliki pola asuh otoriter orangtua yang tergolong sangat rendah; 54% (48 orang) memiliki pola asuh otoriter orangtua yang rendah; 29% (26 orang) memiliki pola asuh otoriter orangtua yang sedang; dan 9% (8 orang) memiliki pola asuh otoriter orangtua yang sedang dari data tersebut menunjukkan bahwa prosentase dari jumlah terbanyak berada pada posisi rendah. Hal ini dikarenakan sekolah tersebut adalah sekolah yang bernuansa islami, artinya di sekolah tersebut juga terdapat penanaman nilai-nilai keislaman, selain itu pihak sekolah telah melakukan upaya prevensi yang meliputi: 1). Terdapat mata pelajaran khusus di bidang agama islam salah satunya aqidah ahklak yang mana materi yang ada didalamnya mencakup adab-adab atau aturan dalam berinteraksi dengan orang lain, diantaranya berbicara dengan tutur kata yang baik, tidak menyakiti perasaan orang lain, bersikap sopan, menghargai sesama muslim, saling tolong menolong 10

15 dalam kebaikan, mengucapkan salam ketika bertemu dan mengajarkan juga konsep islam yaitu dosa dan pahala yang mana perbuatan buruk yang dilakukan akan mendapatkan dosa dan balasan pahala bagi yang melakukan perbuatan baik, 2). Terdapat mading dan pamflet yang memberikan penjelasan, peringatan dan informasi mengenai dampak dan bahaya bullying. Selain upaya pencegahan pihak sekolah telah melakukan upaya penanganan yakni dengan adanya guru BK di sekolah yang berperan aktif menangani anak-anak yang bermasalah dengan memanggil anak tersebut untuk diberikan konseling, dengan langkah tersebut sekolah telah meminimalisir perilaku bullying. Hasil analisis variabel perilaku bullying diketahui bahwa rerata empirik sebesar 59,07 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 80 bahwa variabel perilaku bullying termasuk kedalam kategori rendah. 32,6% (29 orang) memiliki perilaku bullying yang tergolong sangat rendah; 46% (41 orang) memiliki perilaku bullying yang tergolong rendah; 18% (16 orang) memiliki perilaku bullying yang tergolong sedang; dan 3,4% (3 orang) memiliki perilaku bullying yang tergolong tinggi. Ini menunjukkan bahwa prosentase dari jumlah terbanyak berada pada posisi rendah Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji t-test dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan perilaku bullying antara remaja putra dan remaja putri. Prosentase mean yang diperoleh dari kelompok remaja putra sebesar 63,19 sedangkan dari kelompok remaja putri sebesar 54,45. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Borg (dalam Saifullah, 2016) didapatkan bahwa kasus bullying lebih banyak dilakukan oleh remaja putra dibandingkan oleh remaja putri, survei yang telah dilakukan di Malta, menemukan bahwa % remaja putra setiap tahun mengatakan bahwa mereka sering melakukan perilaku bullying, dibandingkan dengan 8 13% remaja putri. Sedangkan 60 % pelaku bullying remaja putra mengaku lebih sering melakukan perilaku bullying fisik dibandingkan dengan 30 % remaja putri. Hal serupa juga mengatakan bahwa sebanyak 83 responden yang dijadikan sampel didalam penelitianterdapat 31 orang (66,0 %) remaja putra yang terlibat kasus bullying dan sebanyak 11 orang (30,6 %) adalah remaja putri, dan dari 11

16 penemuan tersebut disimpulkan bahwa remaja putra lebih banyak terlibat dalam perilaku bullying dibandingkan dengan remaja putri (Putri, Nauli & Novayelinda, 2015). Selain itu bentuk bullying pada laki-laki dan perempuan juga berbeda, laki-laki lebih dominan ke bentuk fisik, hal ini terlihat dari hasil wawancara yang terhadap subjek laki-laki yang menyatakan subjek pernah memukul teman serta meneriakinya ketika terdapat teman di sekolah yang menantangnya (w.no baris 35-37, hal1) kemudian pada subjek ke dua yang di wawancara juga menyatakan bahwa ia pernah didorong oleh temannya (w.no baris 67-69, hal 6) Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa anak laki-laki cenderung lebih agresif, kasar, tidak peka terhadap perasaan oranglain, lebih suka melakukan tindakan agresif secara fisik, terlihat dari hasil wawancara diatas bahwa anak lakilaki cenderung mudah melakukan dan menerima bentuk bullying yang bersifat fisik seperti pukulan. Dari hasil wawancara peneliti kepada subjek perempuan yang menyatakan bahwa ia sering mengejek teman yang tidak pintar dikelas (w.no baris , hal 12) serta juga pernah menertawakan temannya yang tidak dapat mengerjakan tugas didepan kelas (w.no baris ,hal 13). Sedangkan subjek lain mengaku bahwa ia sering menjadi bahan pembicaraan atau digosipkan oleh temantemannya yang iri dengannya (w.no baris , hal 17). Dari hasil wawancara diatas juga terlihat bahwa remaja perempuan cenderung melakukan bullying secara verbal. Selain itu juga tampak dari hasil wawancara pada subjek perempuan ynag berinisial FN yang juga menunjukkan bahwa perilaku bullying pada perempuan lebih bersifat verbal. Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan tersebut adalah adanya hubungan positif antara pola asuh otoriter orangtua dengan perilaku bullying. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pola asuh otoriter orangtua dapat digunakan sebagai prediktor untuk mengukur tingkat perilaku bullying. Setiap penelitian pasti memiliki kelemahan, adapun kelemahan dalam penelitian akan peneliti masukan ke dalam saran penelitian pada bab selanjutnya. 12

17 4. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1) Ada hubungan positif antara pola asuh otoriter orangtua dengan hubungan perilaku bullying pada remaja, artinya semakin tinggi perilaku bullying maka semakin tinggi pola asuh otoriter orangtua dan sebaliknya. 2) Subjek penelitian memiliki perilaku bullying yang tergolong rendah. 3) Subjek penelitian memiliki pola asuh otoriter orangtua yang tergolong rendah. 4)Terdapat perbedaan perilaku bullyiing ditinjau dari jenis kelamin. 5) Perilaku bullying pada laki-laki sebesar 64,47 sedangkan perempuan sebesar 55,64. Jadi sebagian besar perilaku bullying lebih sering dilakukan oleh laki-laki dibanding perempuan. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang diperoleh penulis selama pelaksanaan penelitian, maka penulis memberikan sumbangan saran yang diharapkan dapat bermanfaat, yaitu: Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang diperoleh penulis selama pelaksanaan penelitian, maka penulis memberikan sumbangan saran yang diharapkan dapat bermanfaat, yaitu:1) bagi siswa, Agar siswa terhindar dari perilaku bullying karena siswa seharusnya mencontoh kedisplinan serta perilaku-perilaku positif yang dilakukan oleh orangtua di rumah. 2) bagi orangtua, Agar orang tua dapat menerapkan pola asuh yang sesuai untuk anak-anaknya, dengan menjalin komunkasi yang baik dan memberikan kesempatan anak untuk mengungkapkan pendapatnya, dengan sehingga anak akan terhindar perilaku bullying. 3).bagi peneliti lain, Jika tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik yang sama, disarankan untuk menambah variabel-variabel lain serta juga dapat memilih subjek dengan kriteria yang berbeda serta lokasi yang berbeda dari penelitian ini. PERSANTUNAN Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Mama tercinta Aminah dan Abi tercinta Muhammad Yunus Babher yang telah senantiasa mendoakan tanpa lelah untuk penulis. Suamiku Ali Baladraf serta ketiga Saudaraku Sarah, Amira dan Fahira yang selalu memberikan semangat tiada henti 13

18 serta sahabatku yang selalu mendukung penulis. Serta ibu Dra. Juliani Prasetyaningrum, M.Si., Psi. yang telah memberikan semangat dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. DAFTAR PUSTAKA Astuti, A. N. (2015). Hubungan Antara Inferioritas Dan Perilaku Bullying Remaja Di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Damantari. (2011). Perilaku Bullying Pada Remaja di Sekolah Ditinjau dari Jenis Kelamin (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah, Surakarta. Efobi, A., & Nwokolo, C. (2014). Relationship beetwen parenting styles and tendency to bullying behaviour among adolescents. Journal of Education and Human Development, 3(1), Diunduh dari Evangelista, K. D., Mendoza, R. A., & Malabanan. M. G. A. (2014). Parental authority and its effects on the agression of children. Journal of Education, Arts and Sciences, 1(3), Diunduh dari Fatchurahman, M., & Praktiko, H. (2012). Kepercayaan diri, kematangan emosi, pola asuh orangtua demokratis dan kenakalan remaja. Jurnal Psikologi Indonesia, 1(2), Halimah, A., Khumas, A.,& Zainuddin, K. (2015). Persepsi pada bystander terhadap intensitas bullying pada siswa SMP. Jurnal Psikologi, 42(2), Hassan, N. C., & Ee. (2015). Relationship beetwen bully s behaviour and parenting styles amongst elementary school students. Journal of Education and Training, 1(1), Diunduh dari Hertinjung, W. S., & Karyani, U. (2015). Profil pelaku dan korban bullying di sekolah dasar (University Reaserach Coloqium). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah, Surakarta. Laila, N. Q. (2015). Pemikiran pendidikan moral albert bandura. Jurnal Pendidikan, 3(1),

19 Levianti. (2008). Konformitas dan bullying pada siswa. Jurnal Psikologi, 6(1), 1-9 Maya, N. (2015). Fenomena cyberbullying Sosial dan Ilmu Politik, 4(3), di kalangan pelajar. Jurnal Ilmu Nikivorou, M., Georgiou, S., & Stavrinides, P. (2013). Attachment to parents and peers as a parameter of bullying and victimization. Journal of Criminology, 9, 1-9. doi: /.org Nurhayanti, R., Novotasari, D., & Natalia. (2013). Tipe pola asuh orang tua yang berhubungan dengan perilaku bullying di SMA Kabupaten Semarang. Jurnal Keperawatan Jiwa, 1(1), Prameswari, N. L. D.A. (2014). Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dan Ketakutan Akan Kegagalan dengan Motivasi Berprestasi (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Putri, H. N., Nauli, F. A., & Novayelinda, R. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku bullying pada remaja. Jurnal JOM, 2(2), Saifullah, F. (2016). Hubungan antara konsep diri dengan bullying pada siswasiswi smp. Journal Psikologi, 4(2), Santrock, J. W. (2005). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Sarwono, S. W. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Suastini, N. (2011). Hubungan antara pola asuh orang tua otoriter dengan agresivitas remaja. Jurnal JP3, 1(1), Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Tindakan Komprehensif. Bandung: ALFABETA. Tis ina, N. A., & Suroso. (2015). Pola asuh otoriter, konformitas dan perilaku school bullying. Jurnal Psikologi Indonesia, 4(2), Yahaya, A., Ramli, J., Hashim, S., Ibrahim, M., & Rahman, R. (2009). Teachers and students perception towards bullying in Batu Pahat District secondary school. European of Social Sciences, 11(4), Diunduh dari 15

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang ditandai dengan perubahan-perubahan didalam diri individu baik perubahan secara fisik, kognitif,

Lebih terperinci

PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI SELF ESTEEM DAN JENIS KELAMIN

PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI SELF ESTEEM DAN JENIS KELAMIN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI SELF ESTEEM DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan yang terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif dan

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: DINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anak-anak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta sebagai persyaratan memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pada periode ini

Lebih terperinci

PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP KECENDERUNGAN BULLYING PADA SD PADAMU NEGERI MEDAN. Reflina Sinaga Surel:

PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP KECENDERUNGAN BULLYING PADA SD PADAMU NEGERI MEDAN. Reflina Sinaga Surel: PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP KECENDERUNGAN BULLYING PADA SD PADAMU NEGERI MEDAN Reflina Sinaga Surel: sinagareflina@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami pengaruh

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi harus terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 MUDALREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 MUDALREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 MUDALREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah kenakalan di kalangan pelajar sekolah sedang hangat dibicarakan. Perilaku agresif dan kekerasan yang dilakukan pelajar sudah di luar batas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN IDENTITAS DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN IDENTITAS DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN IDENTITAS DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Masa anak usia sekolah merupakan masa dimana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan dari keluarga ke teman-teman sebayanya. Pada masa sekolah anak lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap negara pasti memerlukan generasi penerus untuk menggantikan generasi lama. Bangsa yang memiliki generasi penerus akan tetap diakui keberadaannya, oleh

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN PREMULUNG NO.94 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI

KORELASI ANTARA BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN PREMULUNG NO.94 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI KORELASI ANTARA BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN PREMULUNG NO.94 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN FACEBOOK DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA SISWA-SISWI DI SMA NEGERI 8 BEKASI Putri Ratna Juwita Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Dedy Kintaka Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dedy Kintaka Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNION: Jurnal Pendidikan Matematik, Vol 5 No 1, Maret 2017 HUBUNGAN ANTARA LATAR BELAKANG EKONOMI KELUARGA, PERHATIAN ORANG TUA DAN INTENSITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP SE-KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa atau murid di lingkungan sekolahnya. Masalah yang sering muncul

BAB I PENDAHULUAN. siswa atau murid di lingkungan sekolahnya. Masalah yang sering muncul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah menjadi lingkungan pada siswa atau murid dalam proses untuk berinteraksi sosial secara langsung dengan teman sebaya atau guru. Akan tetapi, sekarang ini banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di

BAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok. Pihak yang kuat disini

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Pudyastuti Widhasari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi INTUISI 7 (1) (2015) INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/intuisi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP METODE MENGAJAR GURU MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA SISWA DI SEKOLAH

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA SISWA DI SEKOLAH HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA SISWA DI SEKOLAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

JURNAL HUBUNGAN PERGAULAN TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 2 KERTOSONO TAHUN PELAJARAN 2016/2017

JURNAL HUBUNGAN PERGAULAN TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 2 KERTOSONO TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL HUBUNGAN PERGAULAN TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 2 KERTOSONO TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE CORRELATION OF PEERS RELATIONSHIPS WITH BULLYING BEHAVIOUR

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajad Sarjana S-1 Diajukan oleh: Eni Suparni

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Subyek Penelitian Gambaran umum subjek penelitian ini diperoleh dari data yang diisi responden, yaitu inisial, usia, jenis kelamin responden,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai-nilai keagamaan yang diajarkan, di pesantren bertujuan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Nilai-nilai keagamaan yang diajarkan, di pesantren bertujuan membentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman tentang pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua yang erat dalam proses sejarah kehidupan Indonesia sejak ratusan tahun yang silam. Ia adalah

Lebih terperinci

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaraan Memperoleh

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaraan Memperoleh KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaraan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : DINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ukuran pencapaian sebuah bangsa yang diajukan oleh UNICEF adalah seberapa baik sebuah bangsa memelihara kesehatan dan keselamatan, kesejahteraan, pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Artikel Publikasi: HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : Agung Nugroho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini, remaja menaruh minat dan perhatian yang cukup besar terhadap relasi dengan teman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar, serta tempat menerima dan memberi pelajaran (http://www.sekolahdasar.net). Sekolah adalah

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK KESATRIAN PURWOKERTO TAHUN 2011/2012

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK KESATRIAN PURWOKERTO TAHUN 2011/2012 PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK KESATRIAN PURWOKERTO TAHUN 2011/2012 THE EFFECT OF PARENTING PARENTS OF STUDENTS DISCIPLINE IN CLASS XI SMK KESATRIAN PURWOKERTO

Lebih terperinci

Abstrak. Hubungan Tingkat Pendapatan (Vera Widyastuti)1. Oleh : Vera Widyastuti, Universitas Negeri Yogyakarta,

Abstrak. Hubungan Tingkat Pendapatan (Vera Widyastuti)1. Oleh : Vera Widyastuti, Universitas Negeri Yogyakarta, Hubungan Tingkat Pendapatan (Vera Widyastuti)1 HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI SMK

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN 1. Kondisi dan kesan umum (ciri fisik). 2. Kondisi lingkungan rumah tempat tinggal dan lingkungan tetangga serta lingkungan

Lebih terperinci

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENGEDALIAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENGEDALIAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENGEDALIAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR, DAN GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS. Eddi Artanti Puji Lestari L.A

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR, DAN GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS. Eddi Artanti Puji Lestari L.A PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR, DAN GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS Eddi Artanti Puji Lestari L.A La.tanti@yahoo.co.id Abstract This study aims to determine whether parenting

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subyek siswa-siswi SMP Swasta di Taman Sidoarjo. SMP Dharma Wanita 9 Taman terletak

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Dian Setyorini ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN GADGET

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN GADGET HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN GADGET DENGAN POLA KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DALAM KELUARGA PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : MASYITHOH PUTRI PERTIWI 12500041 ABSTRAK:

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ORANG TUA SISWA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA, KELAS VIII SMP NEGERI 2 BANYUDONO. (Tahun Pelajaran 2012/2013) SKRIPSI

PENGARUH PENDAPATAN ORANG TUA SISWA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA, KELAS VIII SMP NEGERI 2 BANYUDONO. (Tahun Pelajaran 2012/2013) SKRIPSI PENGARUH PENDAPATAN ORANG TUA SISWA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA, KELAS VIII SMP NEGERI 2 BANYUDONO (Tahun Pelajaran 2012/2013) SKRIPSI Oleh GUNTUR ADHE PRADANA A 410 070 206 PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat pada saat sekarang ini, telah membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying merupakan fenomena yang marak terjadi dewasa ini terutama di lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya baik di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Theresiana Salatiga yang terletak di jalan Kemiri Raya II Salatiga dengan akreditasi A. SMA Theresiana merupakan

Lebih terperinci

POLA ASUH KELUARGA DAN TIPE KEPRIBADIAN REMAJA DI SMPN 7 MEDAN

POLA ASUH KELUARGA DAN TIPE KEPRIBADIAN REMAJA DI SMPN 7 MEDAN POLA ASUH KELUARGA DAN TIPE KEPRIBADIAN REMAJA DI SMPN 7 MEDAN Susi Yanti*, Siti Zahara Nasution** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan,

Lebih terperinci

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PADA

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PADA PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : ANGGI WAHYU YULIANA NPM : 12500040

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN SIKAP TERHADAP OTORITAS GURU DENGAN MINAT BELAJAR SISWA T E S I S.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN SIKAP TERHADAP OTORITAS GURU DENGAN MINAT BELAJAR SISWA T E S I S. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN SIKAP TERHADAP OTORITAS GURU DENGAN MINAT BELAJAR SISWA T E S I S Diajukan oleh Dhanty Susanti S 300 090 020 MAGISTER SAINS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu tertentu. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan

Lebih terperinci

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri Oleh: SUCI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Akuntansi sejumlah 66 siswa di SMK Yadika 4 berusia tahun. Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Akuntansi sejumlah 66 siswa di SMK Yadika 4 berusia tahun. Jumlah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI jurusan Teknik Komputer Jaringan sejumlah 66 siswa dan siswa-siswi

Lebih terperinci

PROFIL PERILAKU BULLYING PESERTA DIDIK DI SEKOLAH (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 1 Panti Kabupaten Pasaman) ABSTRACT

PROFIL PERILAKU BULLYING PESERTA DIDIK DI SEKOLAH (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 1 Panti Kabupaten Pasaman) ABSTRACT PROFIL PERILAKU BULLYING PESERTA DIDIK DI SEKOLAH (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 1 Panti Kabupaten Pasaman) Radhita Syam Prima Mutiara 1, Helma 2, Joni Adison 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs AL HIDAYAH KARANGPLOSO. Jauharotul Maknunah

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs AL HIDAYAH KARANGPLOSO. Jauharotul Maknunah HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs AL HIDAYAH KARANGPLOSO Jauharotul Maknunah Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN EMPATI NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN EMPATI NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN EMPATI NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh:

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukanoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012 Roy Silitonga, Sri Hartati *) Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S1 ) Psikologi Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

: KASIH ERLIANA K

: KASIH ERLIANA K HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Skripsi Oleh : KASIH ERLIANA

Lebih terperinci

Marlinda 1 Yusmansyah 2 Syarifuddin Dahlan 3 ABSTRACT

Marlinda 1 Yusmansyah 2 Syarifuddin Dahlan 3 ABSTRACT 0 HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA OTORITER DENGAN PERILAKU BULLYING DISEKOLAH Marlinda (ajaymarlinda@yahoo.co.id) 1 Yusmansyah 2 Syarifuddin Dahlan 3 ABSTRACT The aim of research is to recognize the correlation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Pendekatan pendekatan kuantitatif menekankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2010), penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA LAKI-LAKI KELAS XI DI SMK TUNAS BANGSA SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA LAKI-LAKI KELAS XI DI SMK TUNAS BANGSA SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA LAKI-LAKI KELAS XI DI SMK TUNAS BANGSA SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK A TK ISLAM ORBIT 2 PRAON NUSUKAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK A TK ISLAM ORBIT 2 PRAON NUSUKAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK A TK ISLAM ORBIT 2 PRAON NUSUKAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk memberikan pengajaran kepada siswa atau murid di bawah pengawasan guru dan kepala sekolah. Di dalam sebuah institusi

Lebih terperinci

JURNAL PENGARUH PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017

JURNAL PENGARUH PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL PENGARUH PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE EFFECT OF DIVORCE OF PARENTS TO THE EMOTIONAL INTELLIGENCE ON THE NINE GRADE

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di sekolah SMK NEGERI 1 Kecamatan SUTERA Kabupaten Pesisir Selatan. 4.2. Pelaksanaan Penelitian 4.2.1. Tempat

Lebih terperinci

Esa Gunarti Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Esa Gunarti Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNION: Jurnal Pendidikan Matematik, Vol 5 No 1, Maret 2017 HUBUNGAN ANTARA KREATIVITAS, KEMAMPUAN NUMERIK DAN SIKAP SISWA TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI Wahyu Pranoto Iranita Hervi Mahardayani 1 2 Abstract This study aims to empirically examine the relationship

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di Indonesia. Salah satunya yang cukup marak akhir-akhir ini adalah kasus kekerasan atau agresivitas baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konflik ini melibatkan orangtua dan remaja. Konflik orangtua dan remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. konflik ini melibatkan orangtua dan remaja. Konflik orangtua dan remaja yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahwa empat dari lima juta keluarga di Amerika cenderung mengalami konflik keluarga yang serius dan membuat tertekan, dimana konflik ini melibatkan orangtua dan remaja.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia terlahir memiliki kesamaan dan perbedaan antara satu dengan lainnya, dan hal tersebut yang menjadikan manusia sebagai makluk yang unik. Manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VII SMP PGRI 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VII SMP PGRI 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VII SMP PGRI 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY HARMONY WITH THE AGGRESSIVE

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi mengenai sensitivitas moral, pertimbangan moral, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. panelitian kami adalah kemandirian dalam belajar. Sedangkan variabel

BAB III METODE PENELITIAN. panelitian kami adalah kemandirian dalam belajar. Sedangkan variabel 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Identivikasi Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang sebab perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMAN 5 TAMBUN SELATAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMAN 5 TAMBUN SELATAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMAN 5 TAMBUN SELATAN SKRIPSI Oleh : Harin Kusuma Batin 201310517004 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

Lebih terperinci

Eka Fitriyanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta Kata kunci: Persepsi profesi bidan, prestasi belajar Asuhan Kebidanan II

Eka Fitriyanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta   Kata kunci: Persepsi profesi bidan, prestasi belajar Asuhan Kebidanan II KORELASI PERSEPSI MAHASISWA PROFESI BIDAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN II PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2014 Eka Fitriyanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MENJAHIT PADA SISWA SMPN 2 MOJOGEDENG KABUPATEN KARANGANYAR

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MENJAHIT PADA SISWA SMPN 2 MOJOGEDENG KABUPATEN KARANGANYAR PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MENJAHIT PADA SISWA SMPN 2 MOJOGEDENG KABUPATEN KARANGANYAR Siti Nur Qomariyah Guru SMPN 2 Mojogendeng Karang Anyar Abstrak Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menempuh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : AMALIA LUSI BUDHIARTI

Lebih terperinci