KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA CLUSTER PERUMAHAN DI SENTUL CITY, BOGOR JAWA BARAT ADITYA WAHYU TRI ASMORO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA CLUSTER PERUMAHAN DI SENTUL CITY, BOGOR JAWA BARAT ADITYA WAHYU TRI ASMORO"

Transkripsi

1 KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA CLUSTER PERUMAHAN DI SENTUL CITY, BOGOR JAWA BARAT ADITYA WAHYU TRI ASMORO DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA CLUSTERPERUMAHAN DI SENTUL CITY, BOGOR JAWA BARAT ADITYA WAHYU TRI ASMORO Skripsi Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

3 RINGKASAN ADITYA WAHYU TRI ASMORO. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Cluster Perumahan di Sentul City, Bogor Jawa Barat. Dibimbing oleh ANI MARDIASTUTI dan YENI ARYATI MULYANI. Sentul City yang mengusung konsep eco-city memiliki bentuk lansekap yang unik dengan topografi dari landai hingga berbukit. Kawasan ini memiliki struktur dan komposisi vegetasi bervariasi yang tersebar di beberapa tipe perumahan yang menggunakan konsep tertutup (cluster). Salah satu keanekaragaman hayati yang dapat ditemukan di kawasan ini adalah burung. Ketersediaan tipe habitat yang beraneka ragam akan mempengaruhi tinggi rendahnya keanekaragaman jenis burung yang ada pada suatu lokasi (Blendinger dan Ricardo 2001). Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan habitat burung, (2) mengidentifikasi keanekaragaman jenis burung, (3) membandingkan komposisi jenis burung, (4) mengetahui penyebaran strata vertikal dan horizontal burung pada beberapa tipe vegetasi dan arsitektur pohon, (5) mengetahui pengaruh arsitektur pohon terhadap pemanfaatan pohon oleh burung. Penelitian dilaksanakan di kawasan Sentul City pada lima cluster perumahan dan jalan utama yang ditentukan berdasarkan umur cluster dan komposisi vegetasi, pada bulan Juni samapi September Kondisi habitat dan vegetasi (vegetasi dominan, tinggi pohon, tipe arsitektur pohon, bagian yang dimanfaatkan secara vertikal dan arsitektur pohon) digambarkan dengan menggunakan data kualitatif, dikumpulkan secara langsung. Pengumpulan data burung menggunakan metode daftar jenis MacKinnon (MacKinnon et al. 1998) dengan jumlah 10 jenis burung tiap daftarnya. Analisis terhadap keanekaragaman jenis burung menggunakan kurva spesies area, penghitungan frekuensi penemuan jenis burung serta indeks kesamaan komunitas burung. Analisis pemanfaatan vegetasi oleh burung dilakukan secara deskriptif. Tercatat 42 jenis burung dari 24 suku, terdapat 6 jenis burung yang tidak ditemukan serta 25 jenis baru jika dibandingkan hasil AMDAL Bukit Sentul pada tahun Keanekaragaman jenis burung tertinggi ditemukan di cluster Northridge yaitu 33 jenis burung, sedangkan cluster Venesia-Pasadena-Sakura merupakan lokasi dengan keanekaragaman jenis burung terendah. Dari daftar jenis MacKinnon menunjukkan kurva spesies area makin landai pada daftar terakhir, menunjukkan tidak adanya pertambahan jenis baru pada lokasi penelitian. Tercatat beberapa jenis burung memiliki nilai frekuensi penemuan jenis yang tinggi pada suatu lokasi namun tidak ditemukan pada lokasi lain. Hal tersebut menunjukkan adanya sebaran burung yang rendah pada jenis-jenis tersebut. Lokasi penelitian dengan kesamaan komunitas burung tertinggi adalah cluster perumahan Bali dengan Venesia-Pasadena-Sakura (IS=0.76) yang dipengaruhi oleh luasan lokasi, lingkungan sekitar wilayah studi. Pada umumnya burung banyak ditemukan pada bagian 2/3 tajuk utama terkecuali di cluster Argenia dimana pada strata 2 paling banyak ditemukan burung. Bagian percabangan tengah pada tajuk pohon merupakan bagian yang paling banyak dimanfaatkan oleh burung pada enam lokasi penelitian. Kata kunci: Keanekaragaman Jenis, Burung, Sentul City

4 SUMMARY ADITYA WAHYU TRI ASMORO. Bird Diversity at Several Types of Residential Cluster in Sentul City, Bogor West Java. Under Supervision of ANI MARDIASTUTI and YENI ARYATI MULYANI. Sentul City held the eco-city concept and has a unique landscape with a variety of topography. This area has a variety of vegetation structure and composition which are distributed in several residential clusters. One of the biodiversity that can be found in this area is bird. Variety of habitat types will influence the bird diversity in each area (Blendinger and Ricardo 2001). The objective of this research were (1) to describe the habitat of birds, (2) to examine bird diversity, (3) to compare the bird composition among cluster types, (4) to examine vertical and horizontal distributions of birds in several vegetation and tree architecture, (5) to examine the influence of tree architecture on tree utilization by bird. The research was conducted in Sentul City from June to September 2011, in the area of research are five residential cluster which are selected by the age of cluster and composition of vegetation, and one location is a boulevard. The habitat condition and vegetation (dominant vegetation, tree height, type of tree architecture, vertical and architecture utilized side) are described with qualitative data and collected by direct survey. Bird data is collected by MacKinnon species list method (MacKinnon et al. 1998) with 10 species of birds each list. Bird diversity analyzed by using species area curve, meet frequence and index of similarity. Utilization of vegetation using descriptive analysis. A total of 42 species of bird from 24 families were recorded in this research. There were 6 species cannot find and 25 new species recorded compare by the result of AMDAL Bukit Sentul at The highest bird diversity found in Northridge cluster with 33 species of bird and the lowest bird diversity found in Venesia-Pasadena-Sakura cluster. Based on MacKinnon species list result, showed the leveled out of curve. It showed there was nothing increment of bird species at research location. Some of birds have a high number of meet frequence in one location, but cannot find in other location. It showed there was a low distribution of bird species. The highest similarity index was found between Bali cluster and Venesia-Pasadena-Sakura cluster (IS=0.76). In general, most of bird can be found at 2/3 of tree crown except in Argenia cluster. Midlde branching part of the tree crown are the most utilize part by bird. There are management method that can impelement, (1) provide and defence birds habitat, (2) planting a favourite vegetation for birds, (3) establish protected area for birds, (4) research on bird diversity in other locations, (5) intensively monitoring on bird diversity, (6) Sosialization in the importance of bird diversity, (7) develope an environmental education programs. Key words: Species diversity, Bird, Sentul City

5 PERNYATAAN Dengan ini saya menyataan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Cluster Perumahan di Sentul City, Bogor Jawa Barat adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi ataupun lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2012 Aditya Wahyu Tri Asmoro E

6 Judul Skripsi : Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Cluster Perumahan di Sentul City, Bogor Jawa Barat Nama : Aditya Wahyu Tri Asmoro NIM : E Menyetujui, Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc. Dr.Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc. NIP NIP Mengetahui, Ketua DepartemenKonservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. NIP Tanggal Lulus:

7 KATA PENGANTAR Bismillahirahmannirrahiim. Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT dengan segala karunia, curahan rahmat dan kasih sayang-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Karya ilmiah yang berjudul Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Cluster Perumahan di Sentul City, Bogor Jawa Barat dengan pembimbing Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc dan Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc. merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas kehutanan Institut Pertanian Bogor. Sebagai titik akhir dalam menempuh masa perkuliahan, semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tidak lupa, penulis juga mengapresiasi semua pihak yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun selama ini. Bogor, Januari 2012 Penulis

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banjar pada tanggal 19 Agustus 1989 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Darsim Arfandi,SE dan Royanah. Penulis mulai menempuh pendidikan pada tahun 1994 di Taman Kanak-kanak Melati dan lulus pada tahun Penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar di SDN Mulyasari pada tahun , kemudian pada tahun 2001 melanjutkan ke SMPN 1 Pataruman hingga tahun 2004, setelah itu melanjutkan ke SMAN 1 Banjar dan lulus pada tahun Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Selama kuliah di IPB penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan, diantaranya menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Ekologi Satwa liar (tahun ) dan asisten praktikum mata kuliah Inventarisasi dan Pemantauan Satwaliar(tahun 2010). Penulis juga anggota paduan suara mahasiswa IPB Agriaswara (tahun ). Selain itu, penulis juga tergabung dalam Masyarakat Roempoet Fakultas Kehutanan dan menjabat sebagai ketua divisi seni suara pada tahun Penulis adalah anggota HIMAKOVA (Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata), Kelompok Pemerhati Burung (KPB) Perenjak dan pernah menjadi ketua Kelompok Pemerhati Burung (KPB) periode Pengalaman lapangan penulis meliputi Eksplorasi Flora dan Fauna Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Rawa Danau pada tahun 2009, RAFFLESIA di Cagar Alam Gunung Burangrang pada tahun 2010, Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Manupeu Tanadaru Nusa Tenggara Timur pada tahun 2009, SURILI di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Barat pada tahun Praktek Pengenalan Ekosistem hutan bertempat di Cagar Alam Leuweung Sancang Timur-Papandayan, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walatdan pada tahun 2011 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di

9 TamanNasional Bantimurung Bulusaraung Sulawesi Selatan. Pada tahun 2010 penulis mengikuti pelatihan pencincinan burung bersama Indonesia Bird Banding Schemes (IBBS). Selain itu, penulis juga berkesempatan mengikuti International Training on Rapid Biodiversity Assesment bersama University of Viena, Austria pada tahun 2010 di Taman Nasional Gede Pangrango, Cagar Alam Krakatau, dan Taman Nasional Ujung Kulon. Pada tahun 2011 penulis berkesempatan mengikuti Korea-Indonesia Human Resources Development Training on Tropical Forestry bersama Kangwon National University, Korea Selatan di Bogor dan Yogyakarta. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Cluster Perumahan di Sentul City, Bogor Jawa Barat, dengan pembimbing Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc dan Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc.

10 UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahirabbil `aalamiin, Puji dan syukur dipanjatkan ke-hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya serta para pengikutnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang tuaku tercinta, Bapak Darsim Arfandi dan Ibu Royanahatas doa, kasih sayang, dukungan serta motivasi selama kegiatan penelitian ini. 2. Ibu Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc. dan Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc,selaku dosen pembimbing atas kesabaran dan telah memberikan motivasi, nasehat serta bimbingannya. 3. Ibu Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si yang telah menjadi moderator saat seminar skripsi, Ibu Dr. Ir. Elis Nina Herliyana, M.Si yang telah bersedia sebagai penguji pada ujian komprehensif serta Bapak Dr. Ir. Jarwadi Budi Hernowo, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis. 4. Pengelola Sentul City, Mas Fajar, Bu Beby yang telah memberikan bantuan selama penelitian berlangsung hingga selesai. 5. Saudara-saudarikuMba Aning, Mba Ima, Mas Bowo, Mas Nunu, dan Dek Billa yang telah memberikan semangat, dorongan selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini. 6. Ibu Ratna, Ibu Titin, Ibu Evan serta segenap staf tata usaha Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah banyak membantu persiapan administrasi dari awal penelitian hingga proses ujian komprehensif. 7. Tutia Rahmi, S.Hut, Aronika Kaban, Zulfikri dan Fadila Tamnge yang telah menjadi partner penulis, serta pertukaran pikiran tentang penelitian ini. 8. Insan Kurnia S.Hut, Lina K Dewi S.Hut, Herry Jamaksari S.Hut, Hari Purnomo S.Hut, atas masukan, diskusi, saran serta kritikselama penyusunan skripsi ini.

11 9. KPB Perenjak 44, Aron, Tia, Ari, Chacha, Yunda, Rurun, Dahlan, Mamat, Faid, Hireng, Aga, Mprit, Muthia atas kerjasama, dan pengalaman berharga dalam dunia perburungan yang sangat berguna dalam penelitian ini. 10. Dinar Dara Tri Puspita Purbasari S.Hut, Anindya Gitta S.Hut, Fella AP Ayu atas dorongan semangat dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini. 11. Neina Febrianti atas bantuannya dalam pembuatan gambar arsitektur pohon dan peta lokasi penelitian pada skripsi ini. 12. Irham Fauzi atas bantuannya dalam pembuatan peta lokasi penelitian. 13. Keluarga Besar KSHE 44 KOAK terimakasih atas dorongan moril hingga akhir penyelesaian skripsi ini. 14. Keluarga besar HIMAKOVA, terima kasih atas pengalaman berharga dalam berorganisasi. 15. Rekan seperjuangan Alfian Prayanta atas bantuan dan pertukaran pikiran dalam penyusunan skripsi ini. 16. Kak Dede, Indah, Winda, Fadhil, Keken, Ridho, Wima, Nita, Sherly, Gaby, Tika atas dorongan semangat selama proses penelitian. 17. Naylla Munadya atas semangat, motivasi, dan perhatiannya selama proses penelitian hingga selesainya skripsi ini. 18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya yang telah membantu dan memberikan andil dalam proses kematangan jiwa penulis serta penyelesaian skripsi Bogor, Januari 2012 Penulis

12 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Manfaat... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Jenis Burung di Permukiman Penyebaran Jenis Burung Habitat Burung Faktor-faktor yang Mempengaruhi keanekaragaman Jenis Burung 6 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Letak Geografis Kondisi Fisik Geologi dan Tanah Topografi dan Iklim Kondisi Biotik Vegetasi Fauna Tata Letak Perumahan di Sentul City BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Data yang Dikumpulkan Metode Pengumpulan Data... 13

13 BAB V Keanekaragaman Jenis Burung Vegetasi Pemanfaatan Vegetasi dan Penyebaran Jenis Burung Analisis Data Kekayaan Jenis Burung Menggunakan Daftar Jenis MacKinnon Frekuensi Penemuan Jenis Burung pada Daftar jenis Indeks Kesamaan Komunitas Burung Pemanfaatan Vegetasi dan penyebaran Jenis Burung HASIL 5.1 Keanekaragaman Jenis Burung Cluster Perumahan Argenia Cluster Perumahan Venesia-Pasadena-Sakura Cluster Perumahan Bali Cluster Perumahan Mediterania1-Bukit Golf Hijau Cluster Perumahan Northridge Sentul City Boulevard Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Cluster Perumahan di Sentul City Indeks Kesamaan komunitas Burung Penyebaran Burung pada Strata Vertikal Vegetasi Penyebaran Burung pada Strata Vertikal Vegetasi di Cluster Argenia Penyebaran Burung pada Strata Vertikal Vegetasi di Cluster Venesia-Pasadena-Sakura Penyebaran Burung pada Strata Vertikal Vegetasi di Cluster Bali Penyebaran Burung pada Strata Vertikal Vegetasi di Cluster Mediterania1-Bukit Golf Hijau Penyebaran Burung pada Strata Vertikal Vegetasi di Cluster Northridge Penyebaran Burung pada Strata Vertikal Vegetasi di Sentul 33

14 City Boulevard Penyebaran Burung pada Arsitektur Pohon Penyebaran Burung pada Arsitektur Pohon di Cluster Argenia Penyebaran Burung pada Arsitektur Pohon di Cluster Venesia-Pasadena-Sakura Penyebaran Burung pada Arsitektur Pohon di Cluster Bali Penyebaran Burung pada Arsitektur Pohon di Cluster Mediterania1-Bukit Golf Hijau Penyebaran Burung pada Arsitektur Pohon di Cluster Northridge Penyebaran Burung pada Arsitektur Pohon di Sentul City Boulevard Pemanfaatan Vegetasi oleh Burung BAB VI PEMBAHASAN 5.1Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Cluster Perumahan di Sentul City Indeks Kesamaan Komunitas Burung Penyebaran Burung pada Strata Vertikal Vegetasi Penyebaran Burung pada Arsitektur pohon Pemanfaatan vegetasi oleh Burung Implementasi Terhadap Pengelolaan Sentul City BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 61

15 DAFTAR TABEL No Halaman 1 Lokasi pengambilan data Frekuensi penemuan jenis burung pada cluster Argenia Frekuensi penemuan jenis burung di cluster Venesia-Pasadena- Sakura Frekuensi jenis burung di cluster Bali Frekuensi jenis burung di cluster Mediterania 1-Bukit Golf Hijau Frekuensi penemuan jenis burung di cluster Northridge Frekuensi penemuan jenis burung di Sentul City Boulevard Indeks kesamaan jenis burung Penyebaran burung pada strata vertikal di cluster Argenia Penyebaran burung pada strata vertikal di cluster Venesia-Pasadena- Sakura Penyebaran burung pada strata vertikal di cluster Bali Penyebaran burung pada strata vertikal di cluster Mediterania1-Bukit Golf Hijau Penyebaran burung pada strata vertikal di cluster Northridge Penyebaran burung pada strata vertikal di Sentul City Boulevard Penyebaran burung pada arsitektur pohon di cluster Argenia Penyebaran jenis burung pada arsitektur pohon di luster Venesia- Pasadena-Sakura Penyebaran jenis burung pada arsitektur pohon di cluster Bali Penyebaran jenis burung pada arsitektur pohon di cluster Mediterania1-Bukit Golf Hijau Penyebaran jenis burung pada arsitektur pohon di cluster Northridge Penyebaran jenis burung pada arsitektur pohon di Sentul City Boulevard Aktivitas pemanfaatan oleh burung cluster Argenia Aktivitas pemanfaatan oleh burung cluster Venesia-Pasadena-Sakura 38

16 23 Aktivitas pemanfaatan oleh burung cluster Bali Aktivitas pemanfaatan oleh burung cluster Mediterania1-Bukit Golf Hijau Aktivitas pemanfaatan oleh burung cluster Northridge Aktivitas pemanfaatan oleh burung di Sentul City Boulevard... 39

17 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1 Peta lokasi Sentul City Penyebaran burung pada strata vertikal dan arsitektur pohon Kondisi cluster perumahan Argenia Arsitektur pohon dominan yang ditemukan di Cluster Argenia Kondisi cluster perumahan Venesia-Pasadena-Sakura Arsitektur pohon dominan yang ditemukan di cluster Venesia- Pasadena-Sakura Kondisi cluster perumahan Bali Arsitektur pohon dominan yang ditemukandi cluster Bali Kondisi cluster perumahan Mediterania 1-Bukit Golf Hijau Arsitektur pohon dominan yang ditemukan di cluster Mediterania1- Bukit Golf Hijau Kondisi cluster perumahan Northridge Arsitektur pohon dominan yang ditemukan di cluster Northridge Kondisi Sentul City Boulevard Arsitektur pohon dominan yang ditemukan di Sentul City Boulevard Kurva penemuan jenis burung dengan Metode Daftar Jenis MacKinnon pada enam lokasi penelitian Dendrogram indeks kesamaan komunitas burung menggunakan software Minitab versi Persentase pemanfaatan vegetasi oleh burung... 37

18 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1 Tabel arsitektur pohon Tabel penemuan jenis burung pada lokasi penelitian Frekuensi penemuan jenis burung Tabel pemanfaatan vegetasi tiap lokasi penelitian Foto beberapa jenis burung yang dapat ditemukan di Sentul City... 70

19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sentul City (awalnya dikenal sebagai Bukit Sentul) merupakan sebuah kawasan permukiman yang kini berkembang menjadi kota baru dengan konsep Eco-city. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengelola kawasan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dengan memperhatikan kondisi ekosistem sebagai habitat bagi keanekaragaman hayati (Carreiro et al. 2008). Salah satu keanekaragaman hayati yang dapat ditemukan di kawasan ini adalah burung. Keberadaan jenis burung sebagai salah satu faktor keanekaragaman hayati diharapkan menjadi perhatian penting dalam usaha perencanaan dan pembangunan Sentul City menjadi kota baru dengan konsep Eco-city. Bentuk lansekap yang unik dengan topografi dari landai hingga berbukit, serta struktur dan vegetasi yang bervariasi tersebar dalam beberapa tipe perumahan dengan konsep tertutup (cluster) yang membentuk suatu ruang terbuka hijau di Sentul City. Keberadaan vegetasi pada suatu perumahan merupakan sumberdaya yang sangat penting dalam suatu asosiasi lingkungan hidup (Perkins dan Heynen 2004). Keanekaragaman jenis vegetasi akan mempengaruhi daya dukung habitat yang berkaitan erat dengan keanekaragaman satwa di dalamnya (Ewusie 1990). Struktur pohon berupa tinggi pohon, struktur dedaunan, kondisi tajuk serta arsitekturnya merupakan hal yang berkaitan erat terhadap kesukaan burung sebagai tempat tinggal atau mencari makan (Pakpahan 1998). Perbedaan struktur dan komposisi vegetasi serta luasan ruang terbuka hijau yang berada antar cluster perumahan di Sentul City ini akan menyediakan berbagai tipe habitat yang berbeda satu sama lain. Ketersediaan tipe habitat yang beraneka ragam akan mempengaruhi tinggi rendahnya keanekaragaman jenis burung yang ada pada suatu lokasi (Blendinger dan Ricardo 2001). Analisis dampak lingkungan (AMDAL) yang telah dilakukan di Sentul City pada tahun 2000 mencatat 23 jenis burung menempati kawasan yang memiliki luas ± 3000 ha ini (Bukit Sentul 2000). Hingga saat ini, telah terjadi banyak perkembangan, perubahan struktural maupun bentang alam di Sentul City. Perubahan tersebut dapat mempengaruhi keanekaragaman jenis burung yang ada

20 di kawasan ini. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai keanekaragaman jenis burung di kawasan Sentul City sebagai salah satu data dasar perencanaan pengelolaan kawasan Sentul City menuju eco-city. 1.2 Tujuan 1. Mendeskripsikan habitat burung pada 5 cluster perumahan dan 1 jalan utama di Sentul City. 2. Mengidentifikasi keanekaragaman jenis burung pada 5 cluster perumahan dan 1 jalan utama di Sentul City. 3. Membandingkan perbedaan komposisi jenis burung antara 5 cluster perumahan dan 1 jalan utama di Sentul City. 4. Mengetahui penyebaran strata vertikal burung terkait tipe vegetasi dan strata horizontal terkait arsitektur vegetasi pada 5 cluster perumahan dan 1 jalan utama di Sentul City. 5. Mengetahui pengaruh arsitektur vegetasi terhadap keanekaragaman jenis burung pada 5 cluster perumahan dan1 jalan utama di Sentul City. Lokasi penelitian yang dipilih adalah 5 cluster perumahan, yaitu cluster Argenia, Venesia-Pasadena-Sakura, Bali, Mediterania 1-Bukit Golf Hijau dan Northridge serta Sentul City Boulevard. 1.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai data dan informasi dasar mengenai keanekaragaman jenis burung pada beberapa cluster perumahan di Sentul City, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengelolaan kawasan.

21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Jenis Burung di Permukiman Keanekaragaman hayati dapat dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetik, dan keanekaragaman komunitas (Indrawan et al. 2007). Jumlah jenis merupakan tingkatan paling sederhana dalam suatu ukuran komunitas yang disebut sebagai kekayaan jenis (Primack et al. 1998). Namun, secara umum keanekaragaman jenis ini menunjukkan jumlah jenis yang beragam yang terdapat pada suatu lokasi tertentu (Indrawan et al. 2007). Informasi mengenai kekayaan jenis burung dapat diperoleh menggunakan metode daftar jenis (Bibby et al. 2000). MacKinnon et al. (1998) menyatakan bahwa hasil pengamatan menggunakan suatu daftar jenis dapat menggambarkan tempat data tersebut dikumpulkan dan akan memperlihatkan perbedaan pada setiap pola survei yang berbeda. Keanekaragaman jenis burung berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lainnya. Menurut Kreb (1978) tinggi rendahnya suatu keanekaragaman jenis pada suatu komunitas dipengaruhi oleh waktu, heterogenitas, ruang, persaingan, pemangsaan, kestabilan lingkungan serta produktivitas. Selain itu, ketersediaan tipe habitat, ketersediaan pakan, serta keberadaan predator juga mempengaruhi tinggi rendahnya keanekaragaman jenis burung yang berada pada suatu lokasi (Blendinger dan Ricardo 2001). Kawasan permukiman merupakan suatu bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung yang mendukung bagi habitat hidupan liar termasuk burung (Handikto 1997). Tinggi rendahnya keanekaragaman jenis burung pada suatu kawasan permukiman dipengaruhi oleh kondisi iklim yang baik, tumbuhan yang beragam serta habitat yang bervariasi (Alikodra dan Zuhud 1984). Rosanna (2005) melakukan penelitian di beberapa ruang terbuka hijau dan koridor permukiman di Jakarta antara lain Taman Suropati tercatat 21 jenis burung, Taman Situ Lembang tercatat 15 jenis burung, Taman Monas tercatat 22 jenis burung, Koridor Teuku Umar tercatat 17 jenis burung serta Koridor Gondangdia tercatat 18 jenis burung. Penelitian tersebut dilakukan pada ruang

22 terbuka hijau sekitar perumahan serta koridor-koridor RTH dengan jenis tanaman Mahoni daun besar (Swietenia macrophylla), Asam jawa (Tamarindus indicus), Kelapa (Cocos nucifera), Sawo kecik (Manilkara kauki) serta beberapa jenis tanaman hias. Handikto (1997) melakukan penelitian pada beberapa perumahan di Bogor, yaitu Vila Duta, Bantar Kemang dan Bogor Baru mencatat 29 jenis burung dari 17 suku tersebar pada ketiga perumahan tersebut. Jenis burung Lonchura leucogastroides dan Passer montanus merupakan jenis burung yang memiliki kelimpahan tinggi pada penelitian ini. Sebanyak 63 jenis burung tercatat di wilayah kabupaten Bogor pada habitat pekarangan permukiman (Alikodra dan Zuhud 1984). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hernowo (1985) pada area permukiman di Wilayah Tk. II Bogor mencatat 55 jenis burung dari 29 suku. Banyak jenis burung tercatat di kawasan pekarangan dengan lingkungan sekitar yang beragam (Hernowo 1985). Ontario et al. (1990) menyatakan jenis-jenis yang memiliki nilai kelimpahan relatif tinggi dan merata pada penelitiannya di sekitar kawasan permukiman Bogor dan Jakarta antara lain Walet linci (Collocalia linchi), Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps), Perenjak jawa (Prinia familiaris), Cabe jawa (Dicaeum trochileum), Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), Gereja eurasia (Passer montanus), Bondol jawa (Lonchura leucogastroides) serta Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster). Jenis-jenis tersebut ditemukan pada habitat dengan jenis tanaman seperti Jambu air (Eugenia aquea), Cengkeh (E. aromatica), Nangka (Artocarpus heterophyllus), Mahoni daun besar (Swietenia macrophylla) serta diselingi beberapa jenis tumbuhan bawah. 2.2 Penyebaran Jenis Burung Burung menempati berbagai tipe habitat, baik hutan maupun bukan hutan (Alikodra 2002). Bebagai jenis burung juga dapat ditemukan pada suatu habitat liar dan habitat semi liar dalam suatu kawasan konsesi kayu, hutan perdesaan, kawasan penghutanan kembali dan areal yang memiliki semak belukar (MacKinnon et al. 1998).

23 Burung merupakan satwaliar yang dalam penyebarannya dapat menggunakan ruang secara baik. Burung dapat menyebar secara horizontal maupun vertikal yang dapat dilihat dari tipe habitat yang ditempati dan stratifikasi tajuk pada suatu vegetasi. Pola penyebaran tersebut merupakan suatu bentuk adaptasi dan strategi dalam mendapatkan sumberdaya yang berkaitan dengan lingkungan hidupnya (Petersen 1980 dalam Sinulingga 1994). Menurut Odum (1993) satwa termasuk burung memiliki tiga tipe pola penyebaran, yaitu acak (random) yang terjadi akibat keseragaman lingkungan sekitar, teratur (uniform) dimana burung cenderung mempertahankan jarak dengan individu yang menjadi saingannya, serta pola penyebaran berkelompok (clumped) yaitu kecenderungan pada burung untuk hidup dalam suatu kelompok yang menyebar secara acak. 2.3 Habitat Burung Habitat merupakan suatu area yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik dalam satu kesatuan yang dipergunakan sebagai tempat hidup dan berkembang biak satwa liar serta mampu memenuhi semua kebutuhan dasar dari populasi yang ada di dalamnya (Alikodra 2002). Sebagai salah satu komponen dalam suatu ekosistem, burung memerlukan ruang untuk mencari makan, minum, berlindung, bermain, dan tempat untuk berkembangbiak, yang menjadi satu kesatuan yaitu habitat (Alikodra 1990). Burung memerlukan dan memilih tempat tertentu untuk makan, bersarang, bertelur, tumbuh dewasa serta berlindung dari suatu pemangsaan (Masy ud 1989). Burung menempati suatu habitat yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Kondisi habitat yang dibutuhkan tiap jenis burung tidak sama. Oleh karena itu habitat yang dikatakan baik bagi suatu jenis satwaliar belum pasti baik bagi jenis yang lainnya (Alikodra 2002). Meskipun burung merupakan jenis satwaliar yang hampir dapat ditemukan pada berbagai tempat (Hernowo 1985), namun habitat yang cocok merupakan suatu persyaratan utama bagi keberadaan jenis burung itu sendiri. Ruang Terbuka Hijau dalam suatu perkotaan merupakan salah satu tempat yang cocok bagi habitat burung. Mulyani dan Pakpahan (1993) menyatakan

24 bahwa ruang terbuka hijau selain berfungsi sebagai paru-paru kota, diharapkan mampu memberikan fungsi perlindungan (refuge) dan dapat menggantikan habitat alami burung. Selain itu, Ontario et al. (1990) menyatakan bahwa daerah pemukiman di perkotaan dapat menjadi habitat bagi berbagai jenis burung. 2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Jenis Burung Menurut Hernowo dan Prasetyo (1989), faktor yang mempengaruhi keanekaragaman jenis burung di RTH adalah ukuran habitat, bentuk habitat, komposisi jenis dan struktur tanaman, tipe habitat serta tata letaknya. Selain itu, menurut Rosanna (2005) keanekaragaman spesies tanaman, penutup tanah, tanaman rendah, kompleksitas dan kerapatan pohon juga menentukan keanekaragaman jenis burung pada suatu RTH. Hails et al. (1990) dalam Rosanna (2005) menyatakan bahwa faktor penting yang mempengaruhi populasi dan keanekaragaman jenis burung di daerah perkotaan adalah keanekaragaman struktur tanaman dan penutupan tanaman. Daerah perkotaan yang kaya akan jenis burung adalah daerah yang memiliki komposisi jenis tanaman yang beragam. Daerah tersebut terdiri dari taman, pekarangan, padang rumput, hutan tanaman dua musim, serta daerah yang memiliki semak belukar (Robertson et al dalam Rosanna 2005). Handikto (1997) menyatakan bahwa kualitas lingkungan suatu permukiman dapat mempengaruhi keberadaan jenis-jenis burung yang ada di dalamnya. Keberadaan jenis burung turut dipengaruhi oleh sistem percabangan (bentuk arsitektur pohon) dan keadaan tajuk pohon (Handayani 1995). Tingkat kesukaan burung terhadap suatu jenis pohon bergantung pada struktur tanaman yang meliputi tinggi tajuk, percabangan dan organisasi kanopi (Rosanna 2005). Sistem percabangan (bentuk arsitektur pohon) dan keadaan tajuk pohon merupakan salah satu karakteristik penting sebagai habitat burung. Pada umumnya, burung menyukai jenis tanaman yang memiliki percabangan yang kontinyu (Handayani 1995). Sebagai habitat burung, struktur percabangan (arsitektur pohon) digunakan oleh burung sebagai tempat bertengger dan bersarang (Handayani 1995). Berdasarkan Halle et al. (1978) terdapat 21 tipe arsitektur pohon yaitu Holtum,

25 Corner, Tomlinson, Chamberlain, Leeuwenberg, Schoute, Kwan Koriba, Prevost, Fagerlind, Petit, Aubreville, Scarrone, Rauh, Attim, Nozeran, Massart, Roux, Cook, Champagnat, Magenot dan Troll (Lampiran 1).

26 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Letak Geografis Sentul City (awalnya dikenal sebagai Bukit Sentul) merupakan sebuah kawasan permukiman yang memiliki luas ± ha. Kawasan yang dikembangkan oleh PT Sentul City Tbk berlokasi 35 km dari selatan Jakarta dan 5 km dari sebelah timur Kota Bogor. Di sekitar kawasan ini terdapat beberapa gunung, yaitu Gunung Pancar, Gunung Paniisan, Gunung Liang, Gunung Garangsang, Gunung Salak dan Gunung Hambalang. Selain itu, kawasan yang berada pada ketinggian mdpl ini dilalui oleh aliran sungai Citeureup, Cikeas, Citaringgul dan Cijayanti yang dijadikan sebagai kawasan permukiman sekaligus pariwisata (Bukit Sentul 2000). 3.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah Batuan penyusun di kawasan Sentul City dapat dikelompokkan ke dalam tiga batuan, yaitu batuan lempung, batuan vulkanik, dan batuan endapan aluvial. Berdasarkan studi AMDAL Bukit Sentul tahun 2000, tanah di Kawasan Sentul City dikelompokkan ke dalam lima klasifikasi tanah, yaitu: typic hapludult, typic dystropept, oxic dystropept, typic hemipropept dan aquic dystropept (Bukit Sentul 2000) Topografi dan Iklim Topografi Sentul City merupakan kawasan yang bergelombang dan berbukit dengan ketinggian mdpl memiliki kemiringan berkisar antara 0% sampai dengan 25 %. Suhu rata-rata bulanan kawasan ini berdasarkan stasiun pengukur iklim Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Darmaga, Bogor dari Januari 1998-April 2009 berkisar antara 24,55 o C-26,75 o C. Suhu rata-rata bulanan terendah terjadi pada bulan Februari dan suhu rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan Oktober (Bukit Sentul 2000).

27 3.3 Kondisi Biotik Vegetasi Jenis vegetasi yang terdapat di kawasan Sentul City sangat dipengaruhi oleh topografi dan peruntukan lahannya. Topografi pada kawasan ini dibedakan menjadi dua bentang alam utama, yaitu bentang alam basah dan bentang alam kering. Bentang alam basah terletak di daerah yang relatif datar sampai landai, sedangkan bentang alam kering berada pada daerah sepanjang sungai dengan topograsi bergelombang hingga terjal. Vegetasi asli yang terdapat di bentang alam basah yaitu jenis-jenis tanaman budidaya seperti pisang, talas, ketela pohon dan kacang tanah. Bentang alam kering, umumnya berupa hutan alami dan hutan binaan. Pada hutan lama terdapat jenis tanaman yang telah ada sejak awal pembangunan di kawasan tersebut yaitu karet (Hevea brasiliensis). Sedangkan hutan binaan di kawasan sentul didominasi oleh pinus (Pinus merkusii). Jenis vegetasi di kawasan Sentul City umumnya ditanam berdasarkan peruntukan lahannya. Beberapa daerah rekreasi, misalnya, ditanami jenis buahbuahan dan sayuran seperti belimbing (Averrhoa carambola), melinjo (Gnetum gnemon), lamtoro (Leucaena leucocephala), bacang (Mangifera foetida), mangga (Mangifera indica), sawo kecik (Manilkara kauki), mengkudu (Morinda citrifolia), salam (Syzygium polyanthum), asam jawa (Tamarindus indica), dan kecapi (Sandoricum koetjape). Jenis vegetasi yang umumnya dijumpai pada sempadan jalan utama, jalan lingkungan dan jalan perumahan adalah pohon trembesi (Samanea saman), akasia (Acacia mangium), kelapa sawit (Elaeis guineensis), dan beberapa jenis palem sadeng (Livistonia rotundifolia), palem bismarck (Bismarckia nobilis), palem kuning (Chrysalidocarpus lutescens), dan palem raja (Roystonia regia) (Ameliawati 2010).

28 3.3.2 Fauna Satwaliar yang terdapat di kawasan ini antara lain berbagai jenis herpetofauna seperti Bufo melanotictus, Polypedates leucomystax, Rana chalconata, Varanus salvator, serta Caloetus jubatus. Selain itu terdapat pula berbagai jenis mamalia seperti Herpestes javanicus, Lutra cinerea, dan Sus scrofa. Berdasarkan AMDAL Sentul 2000 terdapat sekitar 23 jenis burung di kawasan Sentul City. Salah satu jenisnya merupakan jenis unggas Gallus domesticus dan satu jenis lainnya diduga merupakan burung lepasan masyarakat yaitu Columba domesticus, sedangkan 21 jenis lainnya adalah Alcedo sp., Apus affinis, Collocalia linchi, Geopelia striata, Gerygone sulphurea, Halcyon chloris, Hirundo rustica, Lanius schah, Lonchura punctulata, Lonchura leucogastroides, Megalaima sp., Cinnyris jugularis, Orthotomus sp., Passer montanus, Pycnonotus aurigaster, Prinia sp., Spilornis cheela, Streptopelia chinensis dan Zosterops palpebrosus (Bukit Sentul 2000). 3.4 Tata Letak Perumahan di Sentul City Sentul City merupakan salah satu perumahan yang telah menerapkan sistem cluster dalam pembagian tipe perumahannya. Konsep cluster merupakan konsep perumahan tertutup yang hanya menggunakan satu akses (gate) untuk keluar dan masuk areal perumahan tersebut. Di Sentul City terdapat sekitar 40 tipe perumahan yang terbagi dalam cluster-cluster perumahan (Gambar 1). Tiap cluster di Sentul City memiliki ukuran bangunan dan luasan ruang terbuka hijau yang berbeda satu sama lain. Begitu halnya dengan komposisi jenis dan struktur vegetasi yang ada di dalamnya (Bukit Sentul 2000

29 Gambar 1 Kawasan Sentul City

30 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Sentul City, Bogor Jawa Barat. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan survei pendahuluan pada bulan Juni 2011 untuk mendapatkan karakteristik cluster perumahan yang menjadi lokasi penelitian serta untuk menentukan cluster perumahan mana saja yang dipilih. Penelitian berlangsung pada bulan Juli-September Pemilihan Lokasi Penelitian Berdasarkan karakteristik cluster perumahan yang didapat dari survei pendahuluan, maka dipilih enam lokasi penelitian di Sentul City. Lima lokasi merupakan cluster perumahan sedangkan satu lokasi merupakan jalan utama bervegetasi (boulevard) (Tabel 1). Tabel 1 Lokasi pengambilan data di kawasan Sentul City No Nama Lokasi Deskripsi I Argenia (Equator, Perumahan baru dengan vegetasi pinus, sawo kecik, Andalusia, Casablanca) serta rumput dan alang-alang dengan luas 110 ha. II III IV Taman Venesia- Pasadena- Sakura Bali (Legian, Tampak Siring, Besakih, Udayana) Mediterania 1, Bukit Golf Hijau Cluster dengan rumah yang cukup rapat, vegetasi terdiri dari pinus, mangga, kupu-kupu, dan dadap merah serta luas 37,6 ha. Cluster dengan vegetasi berupa jati, dadap merah, bintaro, diselingi kelapa, kembang sepatu, dan palempaleman dengan kerapatan rumah sangat rapat dengan luasan sekitar 27 ha. Merupakan cluster tertua dengan jenis vegetasi trembesi, akasia, gmelina, sengon dan ukuran rumah yang relatif besar dengan luas total keduanya 112 ha. V Northridge Golf Estate Areal cluster yang menerupai hutan sekunder, jenis vegetasi gmelina, sengon, kupu-kupu, akasia, flamboyan, serta terdapat semak belukar dengan kerapatan rumah yang relatif jarang dan ukuran rumah sangat besar, dengan luas kawasan sekitar 136,9 ha. VI Sentul Boulevard Merupakan jalur hijau pada jalan utama yang dimulai dari pintu gerbang utama hingga Taman Venesia (kurang lebih 3 km), terdapat jenis vegetasi sengon, gmelina, kupu-kupu di sisi kiri-kanan jalan.

31 Penentuan cluster perumahan sebagai lokasi penelitian ditentukan berdasarkan kondisi vegetasi dan umur tiap cluster perumahan, sedangkan penentuan Sentul Boulevard sebagai lokasi penelitian dilakukan untuk mendapatkan perbandingan keanekaragaman jenis burung di luar kawasan permukiman. 4.3 Bahan dan Alat Alat dan bahan yang digunakan dalam pengumpulan data keanekaragaman jenis burung dan tipe vegetasi adalah perekam suara, kamera, buku panduan lapang pengenalan jenis burung MacKinnon et al. (1998), kamera, meteran, kompas, alat pengukur waktu, alat tulis, dan tally sheet. 4.4 Data yang Dikumpulkan Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi: 1. Karakteristik cluster lokasi penelitian meliputi jenis vegetasi, luas cluster, umur cluster, dan kerapatan perumahannya. 2. Jenis burung, kelimpahan individu dan penyebarannya. 3. Pemanfaatan vegetasi oleh burung terkait aktivitas bertengger, makan, bertengger dan bersuara, serta menelisik. 4. Karakteristik vegetasi yang dimanfaatkan meliputi komposisi, struktur, dan arsitektur pohon Data sekunder yang dikumpulkan meliputi bioekologi burung, kondisi umum lokasi penelitian (letak, luas, topografi dan iklim, tanah dan geologi, hidrologi, serta sejarah pengelolaan kawasan), serta luasan ruang terbuka hijau di kawasan perumahan Sentul City. 4.5 Metode Pengumpulan Data Keanekaragaman Jenis Burung Metode yang digunakan untuk menginventarisasi jenis burung adalah daftar jenis MacKinnon (MacKinnon et al. 1998) yang di modifikasi. Pada daftar jenis menurut MacKinnon et al. (1998) tiap daftar dicatat 20 jenis burung, namun dalam penelitian ini burung yang ditemukan dicatat pada daftar jenis dengan

32 jumlah jenis pada satu daftar sebanyak 10 jenis burung. Setelah daftar pertama mencapai 10 jenis, maka dilanjutkan pada daftar ke-2, ke-3 dan daftar selanjutnya hingga tidak ditemukan lagi pertambahan jenis burung. Setiap jenis burung hanya dicatat satu kali dalam satu daftar, jika ditemukan jenis yang sama maka dicatat pada daftar jenis selanjutnya. Selain jenis burung, dilakukan pula pencatatan pada aktivitas yang dilakukan oleh burung. Identifikasi jenis menggunakan panduan lapangan Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan MacKinnon et al. (1998) dan tatanama menggunakan Daftar Burung Indonesia oleh Sukmantoro et al. (2007). Pencatatan dilakukan sepanjang hari, mulai pukul WIB dimulai dari pintu gerbang cluster dengan menyusuri jalan yang ada pada cluster perumahan tersebut. Pengulangan waktu pengamatan dilakukan hingga didapatkan sepuluh daftar jenis pada tiap-tiap lokasi penelitian. Sebagai contoh, pada cluster Argenia pengamatan dilakukan pada tiga perumahan yaitu Taman Andalusia, Taman Equator dan Taman Casablanca. Pengamatan dimulai dari Taman Equator pada pagi hari kemudian dilanjutkan ke Taman Andalusia menjelang siang dan pada sore hari di Taman Casablanca. Pengamatan dilanjutkan keesokan harinya dengan jalur yang berbeda, yaitu dengan menukar tempat mulai pengamatan dengan perumahan lainnya. Proses pengamatan tersebut dilakukan pada seluruh cluster perumahan yang menjadi lokasi penelitian. Sedangkan di Sentul Boulevard, pengamatan dimulai dari pintu gerbang utama Sentul City pada tepian ruas jalan sebelah kiri di hari pertama, dan ruas jalan seberang pada hari selanjutnya Vegetasi Data vegetasi dikumpulkan dengan cara pencatatan secara langsung jenisjenis vegetasi dominan, pengukuran tinggi pohon dan semak, tipe arsitektur dan jarak tanam vegetasi. Selain itu diambil sketsa struktur vegetasi (jarak antara vegetasi, tinggi dan diameter), serta foto kondisi vegetasi yang ada pada lokasi penelitian.

33 4.5.3 Pemanfaatan Vegetasi dan Penyebaran Jenis Burung Jenis vegetasi dan bagian yang dimanfaatkan oleh burung dicatat secara langsung saat pengamatan. Pengambilan data pemanfaatan vegetasi oleh burung berupa aktivitas yang dilakukan burung serta lokasi burung beraktivitas di pohon yang dimanfaatkan. Lokasi sebaran aktivitas burung pada pohon dikategorikan secara vertikal dan horizontal. Lokasi vertikal dibagi ke dalam empat strata. Strata 1 merupakan bagian pada tajuk utama vegetasi (2/3 bagian tajuk utama), strata 2 merupakan batas dari tinggi bebas cabang hingga pertemuan dengan cabang tajuk utama (1/3 bagian tajuk utama), strata 3 merupakan batang utama hingga tinggi bebas cabang serta semak dan rumput sedangkan strata 4 merupakan bagian lantai vegetasi/tanah (Gambar 2). Keterangan : 1 2/3 bagian tajuk utama 2 1/3 bagian tajuk utama 3 rumput, semak, batang utama hingga tinggi bebas cabang 4 lantai vegetasi/tanah A puncak kanopi B bagian tepi tajuk C percabangan tengah tajuk D batang utama Gambar 2 Penyebaran burung pada strata vertikal dan arsitektur pohon Lokasi sebaran aktivitas burung di pohon secara horizontal dikelompokkan kedalam 4 bagian. Bagian A merupakan puncak kanopi teratas dari pohon, bagian B merupakan bagian tepi dari tajuk pohon, bagian C adalah percabangan tengah

34 yang berada pada tajuk pohon, sedangkan bagian D merupakan bagian batang utama pohon (Gambar 2). Jika pemanfaatan yang dilakukan burung pada epifit, liana atau benalu yang menempel pada vegetasi utama maka pencatatan tetap dilakukan berdasarkan strata vegetasi serta bagian arsitektur pohon namun diberi keterangan khusus. Sedangkan jika ditemukan jenis burung namun pada suatu vegetasi yang tidak dapat diukur secara strata dan arsitektur atau pada substrat tertentu, maka tetap dilakukan pencatatan terhadap jenis subtrat yang dimanfaatkan oleh burung tersebut. 4.6 Analisis Data Kekayaan Jenis Burung Menggunakan Daftar Jenis MacKinnon Daftar jenis yang didapat disajikan dalam bentuk kurva penemuan jenis burung, dengan sumbu X adalah daftar yang dibuat dan sumbu Y adalah jumlah kumulatif jenis burung yang tercatat pada setiap daftar Frekuensi Penemuan Jenis Burung Pada Daftar Jenis Untuk mengetahui jenis burung yang mudah ditemukan dalam lokasi penelitian, ditentukan dengan menghitung frekuensi penemuan suatu jenis burung pada daftar jenis MacKinnon yang didapat. Keterangan: F = fi N F = Frekuensi penemuan jenis fi = Jumlah daftar ditemukannya suatu jenis N = Total seluruh daftar jenis Nilai frekuensi dibagi ke dalam tiga kategori yaitu tinggi (F= ), sedang (F= ) dan rendah (F= ). Selain itu, nilai frekuensi dijumlahkan tiap lokasi untuk melihat tingkat penemuan jenis burung pada tiap-tiap lokasi penelitian.

35 4.6.3 Indeks Kesamaan Komunitas Burung (IS) Untuk melihat kesamaan komunitas burung antar lokasi penelitian, digunakan Indeks Kesamaan jenis (IS) menurut Jaccard (1901) (van Balen 1984), dengan rumus: Keterangan: IS = c a + b + c a = Jumlah jenis yang hanya terdapat di lokasi 1 b = Jumlah jenis yang hanya terdapat di lokasi 2 c = Jumlah yang terdapat di lokasi 1 dan 2 Selain itu, untuk melihat perbedaan komposisi jenis burung pada lokasi penelitian, indeks kesamaan jenis (IS) digambarkan dalam sebuah dendrogram yang dianalisis mengguanakan software Minitab versi Pemanfaatan Vegetasi dan Penyebaran Jenis Burung Hasil dari pemanfaatan vegetasi dan penyebaran jenis burung meliputi jenis burung yang memanfaatkan tiap strata dan aktivitas yang dilakukan (bertengger, makan, bertengger dan bersuara, menelisik) di bandingkan tiap cluster perumahan lokasi penelitian dalam bentuk grafik dan di analisis secara deskriptif.

36 BAB V HASIL 5.1 Keanekaragaman Jenis Burung Cluster Perumahan Argenia Cluster perumahan Argenia merupakan cluster yang terbilang masih baru. Vegetasi yang ditanam rata-rata masih dalam tingkat pancang (Gambar 3). Jenis vegetasi yang ditanam di cluster perumahan ini yaitu pinus merkusi (Pinus merkusii), sawo kecik (Manilkara kauki), bunga sapu tangan dan kiputri dengan tinggi antara 2-4,5 meter dan jarak tanam 3-8 meter, serta arsitektur pohon dominan Attim dan Rauh (Gambar 4; Lampiran 4). Selain itu di cluster perumahan ini terdapat sekelompok pohon sengon yang memiliki tinggi hingga 13 meter. Letak cluster perumahan ini berbatasan dengan permukiman di luar sentul city dan dibatasi oleh aliran sungai. Karena masih tergolong baru, di cluster ini masih banyak terdapat lahan kosong berupa padang rumput dan ditumbuhi alangalang. Gambar 3 Kondisi cluster perumahan Argenia. Gambar 4 Arsitektur pohon dominan yang ditemukan di cluster Argenia.

37 Sebanyak 17 jenis burung dari 14 suku ditemukan di cluster perumahan Argenia. Suku Apodidae dan Hirundinidae merupakan suku dengan jenis burung yang paling banyak ditemukan di lokasi ini yaitu masing-masing dua jenis (Lampiran 2). Jenis burung Orthotomus sutorius adalah jenis burung yang memiliki tingkat penemuan jenis burung yang tinggi pada cluster Argenia (Tabel 2). Selain itu, tercatat jenis burung Passer montanus dan Lonchura punctulata merupakan jenis yang banyak ditemui pada lokasi ini. Tabel 2 Frekuensi penemuan jenis burung pada cluster Argenia Kategori Jenis Burung Frekuensi Tinggi Orthotomus sutorius 1 Lonchura punctulata 0.9 Passer montanus 0.9 Collocalia linchi 0.8 Collocalia maxima 0.8 Sedang Gerygone sulphurea 0.6 Dicaeum trochileum 0.6 Cacomantis merulinus 0.5 Dendrocopos macei 0.5 Hirundo striolata 0.5 Aegithina tiphia 0.5 Rendah Streptopelia chinensis 0.3 Cacomantis sepulcralis 0.3 Anthus novaeseelandiae 0.2 Parus major 0.2 Delichon dasypus 0.1 Alcedo meninting Cluster Perumahan Venesia-Pasadena-Sakura Letak cluster perumahan Venesia, Pasadena dan Sakura berbatasan dengan daerah perbukitan yang ditumbuhi oleh semak belukar. Jenis vegetasi yang ditanam di cluster ini antara lain kecrutan (Spathodea campanulata), sikat botol (Callistemon citrinus), akasia (Acacia mangium), pinus merkusi (Pinus merkusii), serta jenis pohon araucaria (Araucaria sp.). Ketinggian dari vegetasi yang ditanam di cluster ini antara 5-12,5 meter dengan jarak tanam antar pohon adalah 4-10 meter, serta arsitektur pohon dominan yaitu Attim dan Rauh (Gambar 6; Lampiran 4). Pada jenis pohon pinus dan akasia ditanam secara berkelompok pada tepian

38 cluster yang tidak dibangun permukiman. Sedangkan jenis pohon lain ditanam teratur pada pinggiran jalan permukiman. Gambar 5 Kondisi cluster perumahan Venesia-Pasadena-Sakura. Gambar 6 Arsitektur pohon dominan yang ditemukan di cluster Venesia- Pasadena-Sakura. Tercatat 14 jenis burung dari 12 suku di cluster perumahan ini. Dari jenisjenis burung yang ditemukan terdapat 8 jenis burung yang memiliki nilai frekuensi penemuan jenis yang tinggi (Tabel 3). Jenis burung Collocalia linchi dan Hirundo striolata banyak ditemukan di cluster perumahan ini.

39 Tabel 3 Frekuensi penemuan jenis burung di cluster Venesia-Pasadena-Sakura Kategori Jenis Burung Frekuensi Tinggi Collocalia linchi 1 Dicaeum trochileum 1 Lonchura leucogastroides 1 Passer montanus 1 Orthotomus sutorius 1 Pycnonotus aurigaster 0.9 Lonchura punctulata 0.9 Hirundostriolata 0.8 Sedang Streptopelia chinensis 0.7 Cinnyris jugularis 0.7 Rendah Gerygone sulphurea 0.3 Aegithina tiphia 0.2 Halcyon cyanoventris 0.2 Orthotomus sepium Cluster Perumahan Bali Cluster perumahan Bali terbagi menjadi empat perumahan yaitu Tampak Siring, Udayana, Legian dan Besakih. Jenis vegetasi yang ditanam di lokasi ini antara lain tanjung (Mimusops elengi), waru (Hibiscus tiliacecus), pulai (Alstonia scholaris), dan akasia (Acacia mangium). Selain jenis-jenis tersebut, terdapat juga jenis vegetasi lain seperti sengon (Paraserianthes falcataria), dadap merah (Erythrina cristagalli), mangga (Mangifera sp.), petai (Parkia speciosa), dan bintaro (Cerbera manghas). Tinggi pohon di lokasi ini antara 4-12 meter, dengan jarak tanam 5-12 meter dan tipe Attim merupakan arsitektur pohon yang dominan di lokasi ini (Gambar 8;Lampiran 4). Letak cluster perumahan ini juga berbatasan dengan perbukitan yang ditumbuhi semak serta terdapat aliran sungai. Gambar 7 Kondisi cluster perumahan Bali

40 Gambar 8 Arsitektur pohon dominan yang ditemukan di cluster Bali Sebanyak 16 jenis burung dari 13 suku ditemukan pada empat perumahan yang di cluster Bali. Dari seluruh jenis yang ditemukan, tercatat 6 jenis diantaranya memiliki tingkat penemuan jenis burung yang tinggi dibandingkan jenis burung lainnya (Tabel 4). Tingginya tingkat penemuan jenis burung dapat menunjukkan bahwa habitat pada lokasi ini memiliki daya dukung yang sesuai bagi keberadaan jenis burung. Selain itu, jumlah individu dari suatu jenis burung yang melimpah juga mempengaruhi tingkat penemuan jenis burung di cluster Bali ini. Tabel 4 Frekuensi jenis burung di cluster Bali Kategori Jenis Burung Frekuensi Tinggi Collolacia linchi 1 Passer montanus 1 Orthotomus sutorius 1 Dicaeum trochileum 0.9 Lonchura leucogastroides 0.9 Cinnyris jugularis 0.9 Sedang Hirundo tahitica 0.7 Pycnonotus aurigaster 0.7 Orthotomus sepium 0.6 Streptopelia chinensis 0.5 Dendrocopos macei 0.4 Rendah Cacomantis merulinus 0.3 Hirundo striolata 0.3 Aegithina tiphia 0.2 Zosterops palpebrosus 0.2 Lonchura punctulata 0.1

41 5.1.4 Cluster Perumahan Mediterania 1-Bukit Golf Hijau Cluster perumahan Mediterania 1 dan Bukit Golf hijau merupakan cluster tertua yang dibagung di Sentul City. Jenis vegetasi yang terdapat di cluster ini antara lain sengon (Paraserianthes falcataria), trembesi (Samanea saman), gmelina (Gmelina arborea), kupu-kupu (Bauhinia purpurea), serta akasia (Acacia mangium). Tinggi vegetasi yang ada di cluster ini berkisar antara 5-23 meter. Kecuali jenis sengon, gmelina dan akasia yang ditanam mengelompok, jenis trembesi dan kupu-kupu ditanam secara teratur pada pinggiran jalan perumahan dengan jarak tanam 4-8 meter. Sedangkan tipe arsitektur pohon yang dominan ditemukan di lokasi ini yaitu Attim dan Troll (Gambar 10;Lampiran 4). Gambar 9 Kondisi cluster perumahan Mediterania 1-Bukit Golf Hijau Gambar 10 Arsitektur pohon dominan yang ditemukan di cluster Mediterania1- Bukit Golf Hijau

42 Sebanyak 23 jenis burung dari 17 suku ditemukan di cluster perumahan tertua di Sentul City ini dengan jenis burung terbanyak dari suku Columbidae yaitu 3 jenis burung (Lampiran 1). Tujuh jenis burung tercatat memiliki nilai penemuan jenis burung tinggi, sedangkan 16 jenis burung lainnya terbagi secara merata dalam kategori penemuan jenis sedang dan rendah (Tabel 5). Tabel 5 Frekuensi jenis burung di cluster Mediterania 1-Bukit Golf Hijau Kategori Jenis Burung Frekuensi Tinggi Collocalia linchi 1 Passer montanus 1 Dicaeum trochileum 0.9 Pycnonotus aurigaster 0.9 Lonchura punctulata 0.8 Cinnyris jugularis 0.8 Orthotomus sutorius 0.8 Sedang Gerygone sulphurea 0.5 Hirundo striolata 0.5 Parus major 0.5 Zosterops palpebrosus 0.5 Halcyon cyanoventris 0.4 Streptopelia chinensis 0.4 Lanius schach 0.4 Orthotomus sepium 0.4 Rendah Cacomantis merulinus 0.2 Pericrocotus cinnamomeus 0.1 Columba domesticus 0.1 Geopelia striata 0.1 Centropus bengalensis 0.1 Lonchura leucogatroides 0.1 Hirundo tahitica 0.1 Dendrocopos macei Cluster Perumahan Northridge Cluster perumahan Northridge merupakan salah satu cluster terluas di Sentul City. Di cluster ini, masih banyak terdapat lahan-lahan kosong yang ditumbuhi oleh vegetasi liar dan semak belukar. Vegetasi lain yang terdapat di cluster ini seperti pinus merkusi (Pinus merkusii), akasia (Acacia mangium), bintaro (Cerbera manghas) dan sengon (Paraserianthes falcataria) dengan ketinggian antara 8-18 meter dan jarak tanam 3-13 meter. Tipe arsitektur pohon yang paling banyak ditemui di cluster perumahan ini adalah Attim (Gambar

43 12;Lampiran 4). Selain kondisi vegetasi yang tergolong liar, di cluster ini juga terdapat sebuah telaga. Gambar 11 Kondisi cluster perumahan Northridge. Gambar 12 Arsitektur pohon yang ditemukan di cluster Northridge. Sebanyak 33 jenis burung dari 21 suku tercatat di cluster perumahan ini. Jenis burung terbanyak ditemukan dari suku Cuculidae, yaitu sebanyak 5 jenis burung (Lampiran 1). Dari 33 jenis burung yang di temukan di lokasi penelitian ini, tercatat hanya dua jenis burung yaitu Streptopelia chinensis dan Pycnonotus aurigaster memiliki nilai frekuensi penemuan jenis burung yang tinggi (Tabel 6). Jenis burung dengan nilai frekuensi yang tinggi dapat menunjukkan bahwa kelimpahan jenis burung tersebut juga tinggi yang menyebabkan jenis burung tersebut mudah ditemukan atau dapat dikatakan dominan pada lokasi tersebut.

44 Tabel 6 frekuensi penemuan jenis burung di cluster Northridge Kategori Jenis Burung Frekuensi Tinggi Pycnonotus aurigaster 1 Streptopelia chinensis 0.9 Sedang Collocalia linchi 0.7 Dicaeum trochileum 0.7 Dendrocopos macei 0.7 Centropus bengalensis 0.6 Aegithina tiphia 0.5 Pellorneum capistratum 0.5 Pericrocotus cinnamomeus 0.4 Lonchura punctulata 0.4 Lanius schach 0.4 Passer montanus 0.4 Orthotomus sepium 0.4 Rendah Halcyon cyanoventris 0.3 Treron vernans 0.3 Cacomantis sonneratii 0.3 Cinnyris jugularis 0.3 Malacocincla sepiarium 0.3 Surniculus lugubris 0.2 Cacomantis merulinus 0.2 Cacomantis sepulcralis 0.2 Hirundo striolata 0.2 Arachnothera longirostra 0.2 Zosterops palpebrosus 0.2 Gerygone sulphurea 0.1 Halcyon chloris 0.1 Alcedo meninting 0.1 Lalage nigra 0.1 Lonchura leucogastroides 0.1 Falco moluccensis 0.1 Amaurornis phoenicurus 0.1 Orthotomus sutorius 0.1 Timalia pielata Sentul City Boulevard Sentul City Boulevard merupakan jalan utama sepanjang ± 3 km yang disisi kanan dan kiri jalan ditanami berbagai jenis vegetasi. Jenis vegetasi yang terdapat di Sentul City Boulevard antara lain sengon (Paraserianthes falcataria), gmelina (Gmelina arborea), akasia (Acacia mangium), trembesi (Samanea saman), pinus merkusi (Pinus merkusii) dan beringin (Ficus benjaminna) dengan tinggi antara

45 10-22 meter dan jarak tanam 4-6 meter. Sedangkan tipe arsitektur pohon yang paling banyak ditemukan di lokasi ini yaitu Attim dan Rauh (Gambar 14;Lampiran 4). Letak Boulevard ini berbatasan langsung dengan cluster-cluster perumahan yang ada di Sentul City. Gambar 13 Kondisi Sentul City Boulevard. Gambar 14 Arsitektur pohon yang ditemukan di Sentul City Boulevard. Tercatat 21 jenis burung dari 18 suku di Sentul City Boulevard. Kondisi boulevard yang berbatasan dengan cluster-cluster perumahan menyebabkan banyak jenis burung yang ditemukan di lokasi ini sama dengan cluster-cluster yang terhubung dengan Boulevard ini (Lampiran 2). Kecuali dengan cluster Argenia yang tidak terhubung langsung dengan Boulevard sehingga memiliki kesamaan komunitas jenis burung yang relatif rendah (Tabel 8). Tercatat 5 jenis burung termasuk dalam katergori frekuensi penemuan jenis yang tinggi, 6 jenis burung termasuk kategori sedang dan 10 jenis burung lainnya termasuk dalam tingkat penemuan jenis burung rendah di Sentul City Boulevard (Tabel 7).

46 Tabel 7 Frekuensi penemuan jenis burung di Sentul City Boulevard Kategori Jenis Burung Frekuensi Tinggi Collocalia linchi 1 Gerygone sulphurea 0.9 Pycnonotus aurigaster 0.9 Dicaeum trochileum 0.8 Zosterops palpebrosus 0.8 Sedang Cinnyris jugularis 0.7 Orthotomus sutorius 0.7 Lonchura leucogastroides 0.6 Pericrocotus cinnamomeus 0.5 Streptopelia chinensis 0.5 Passer montanus 0.4 Rendah Aegithina tiphia 0.3 Hirundo striolata 0.3 Dendrocopos macei 0.3 Orthotomus sepium 0.3 Pellorneum capistratum 0.3 Halcyon cyanoventris 0.2 Hirundo tahitica 0.2 Alcedo meninting 0.1 Cacomantis merulinus 0.1 Lonchura punctulata 0.1 Selain jenis burung yang dapat ditemukan pada vegetasi di sepanjang Sentul Boulevard ini, tercatat jenis burung yang sering terlihat terbang di lokasi ini seperti Collocalia linchi, Hirundo striolata dan Hirundo tahitica Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Cluster Perumahan di Sentul City Jumlah jenis burung yang tercatat selama penelitian adalah 42 jenis burung yang terdiri dari 24 suku (Lampiran 2). Tiap cluster perumahan yang menjadi lokasi penelitian memiliki perbedaan, baik dari jumlah maupun keanekaragaman jenis burungnya (Lampiran 2). Jumlah jenis burung terbanyak ditemukan di cluster perumahan Northridge, sedangkan cluster dengan jenis burung terendah yaitu cluster perumahan Venesia, Pasadena dan Sakura (Gambar 15). Kurva penemuan jenis burung yang didapatkan merupakan hasil pengamatan menggunakan daftar jenis MacKinnon yang dimodifikasi, dimana tiap daftar terdiri dari 10 jenis burung.

47 Jumlah Jenis Daftar ke- Keterangan: Argenia Venesia-Pasadena-Sakura Bali Boulevard BGH, Mediterania 1 Northridge Gambar 15 Kurva penemuan jenis burung dengan Metode Daftar Jenis MacKinnon pada enam lokasi penelitian. Pada umumnya, kurva penemuan jenis pada tiap-tiap lokasi penelitian menunjukan kelandaian pada daftar-daftar terakhir kecuali pada cluster Northridge dimana kurva masih belum menunjukkan kelandaian yang signifikan (Gambar 15) Indeks Kesamaan Komunitas Burung Indeks kesamaan komunitas burung (IS) menunjukkan tingkat kesamaan komunitas burung pada lokasi penelitian. Lokasi penelitian dengan kesamaan komunitas burung tertinggi adalah cluster perumahan Bali dengan Sentul City Boulevard (IS=0.76) (Tabel 8).

48 Similarity Tabel 8 Indeks kesamaan jenis burung I II III IV V VI I II III IV V VI 1 Keterangan: I Argenia IV Mediterania1-BGH II Venesia-Pasadena-Sakura V Northridge III Bali VI Sentul City Boulevard Selain dapat dilihat dari nilai IS, tingkat kesamaan komunitas burung juga dapat dilihat dari hubungan tiap lokasi yang saling membentuk cluster atau kelompok tersendiri yang ditunjukkan dalam dendrogram. Cluster perumahan Argenia dan Northridge merupakan lokasi yang memiliki tingkat kesamaan jenis burung cenderung berbeda dengan lokasi lainnya, sehingga membentuk cluster atau komunitas burung tersendiri (Gambar 16). Dendrogram Single Linkage; Correlation Coefficient Distance 68,56 79,04 89,52 100,00 I II III VI Variables IV V Keterangan: I Argenia IV Mediterania1-BGH II Venesia-Pasadena-Sakura V Northridge III Bali VI Sentul City Boulevard Gambar 16 Dendrogram indeks kesamaan komunitas burung menggunakan software Minitab versi 15.

49 5.2 Penyebaran Burung pada Strata Vertikal Vegetasi Penyebaran Burung pada Strata Vegetasi di Cluster Argenia Pada cluster Argenia ditemui semua bagian strata vertikal vegetasi. Strata vegetasi yang paling banyak ditemukan jenis burung adalah strata 2 diduga karena kondisi vegetasi di cluster ini yang masih dalam tingkat pancang. Namun jenis burung yang hanya memanfaatkan satu strata saja paling banyak ditemukan di strata 1. Jenis burung Anthus novaeseelandiae adalah jenis burung yang hanya ditemukan pada strata 3. Jenis burung Gerygone sulphurea dan Dendrocopos macei adalah jenis burung yang paling banyak ditemui pada strata 1 dan 2 di cluster Argenia (Tabel 9). Tabel 9 Penyebaran burung pada strata vertikal di cluster Argenia Strata Jenis Burung 1 Cacomantis sepulcralis, Dicaeum trochileum, Streptopelia chinensis 2 Orthotomus sutorius 3 Anthus novaeseelandiae 1,2 Dendrocopos macei, Gerygone sulphurea, Parus major, Cacomantis merulinus, Aegithina tiphia 3,4 Lonchura punctulata 1-4 Passer montanus Penyebaran Jenis Burung pada Strata Vertikal Vegetasi di Cluster Venesia-Pasadena-Sakura Pada cluster perumahan Venesia-Pasadena-Sakura strata 1 dan 2 adalah bagian yang paling banyak ditemukannya berbagai jenis burung. Jenis Aegithina tiphia dan Gerygone sulphurea hanya ditemukan pada strata 1 pada cluster ini. Selain dua jenis burung tersebut yang hanya dapat ditemukan pada strata 1, di cluster perumahan ini jenis Orthotomus sepium merupakan burung yang hanya ditemukan pada strata 2 (Tabel 10). Tabel 10 Penyebaran burung pada strata vertikal di cluster Venesia-Pasadena- Sakura Strata Jenis Burung 1 Aegithina tiphia, Gerygone sulphurea 2 Orthotomus sepium 1,2 Cinnyris jugularis, Lonchura leucogastroides, Orthotomus sutorius, Lonchura punctulata, Streptopelia chinensis 1-3 Dicaeum trochileum, Pycnonotus aurigaster 1-4 Passer montanus

50 5.2.3 Penyebaran Burung pada Strata Vertikal Vegetasi di Cluster Bali Di cluster Bali ini terctcatat banyak jenis burung ditemukan pada strata 1 vegetasi. Terkecuali jenis burung Passer montanus yang memiliki sifat lebih toleran terhadap manusia yang ditemukan pada semua strata vegetasi. Pada cluster perumahan ini, jenis burung pada strata 1 yang banyak ditemui adalah Cinnyris jugularis dan Dicaeum trochileum (Tabel 11). Tabel 11 Penyebaran burung pada strata vertikal di cluster Bali Strata Jenis Burung 1 Lonchura leucogastroides, Dicaeum trochileum, Pycnonotus aurigaster, Aegithina tiphia, Cacomantis merulinus, Zosterops palpebrosus 1,2 Cinnyris jugularis, Dendrocopos macei, Orthotomus sepium, Orthotomus sutorius 1-4 Passer montanus Penyebaran Burung pada Strata Vertikal Vegetasi di Cluster Mediterania1-Bukit Golf Hijau Sebanyak 9 jenis burung ditemukan di strata 1 vegetasi pada cluster tertua di Sentul city ini. Strata 1 pada cluster ini merupakan bagian vegetasi yang paling banyak ditemukan jenis burung. Tercatat jenis burung Centropus bengalensis hanya ditemukan pada strata 3 serta jenis burung Columba domesticus yang hanya ditemukan pada strata 4. Sementara 8 jenis burung lainnya dapat ditemukan pada lebih dari satu strata (Tabel 12). Tabel 12 Penyebaran burung pada strata vertikal di cluster Mediterania1-Bukit Golf Hijau Strata Jenis Burung 1 Dicaeum trochileum, Lanius schah, Cacomantis merulinus, Pericrocotus cinnamomeus, Zosterops palpebrosus, Halcyon cyanoventris, Geopelia striata, Dendrocopos macei, Lonchura leucogastroides 3 Centropus bengalensis 4 Columba domesticus 1,2 Cinnyris jugularis, Orthotomus sepium 1,3 Parus major, Grygone sulphurea 1-3 Orthotomus sutorius, Pycnonotus aurigaster 1-4 Passer montanus 2,4 Lonchura punctulata

51 5.2.5 Penyebaran Burung pada Strata Vertikal Vegetasi di Cluster Northridge Sebanyak 13 jenis burung hanya dapat ditemukan pada strata 1 di cluster perumahan Northridge. Sedangkan jenis burung yang hanya dapat ditemukan pada strata 2 adalah Orthotomus sutorius. Pada strata 3 tercatat jenis burung semak seperti Pellorneum capistratusm, Malacocincla sepiarium dan Timalia pielata. Selain itu, tercatat jenis burung dari suku Rallidae yaitu Amaurornis phoenichurus yang ditemukan pada strata 4 sedangkan 15 jenis burung lainnya dapat ditemukan pada lebih dari satu strata (Tabel 13). Tabel 13 Penyebaran burung pada strata vertikal di cluster Northridge Strata Jenis Burung 1 Dicaeum trochileum, Cacomantis sepulcralis, Zosterops palpebrosus, Dendrocopos macei, Cinnyris jugularis, Surniculus lugubris, Pericrocotus cinnamomeus, Cacomantis merulinus, Lalage nigra, Lonchura leucogastroides, Gerygone sulphurea, Falco moluccensis, Treron vernans 2 Orthotomus sutorius 3 Pellorneum capistratum, Timalia pielata, Malacocincla sepiarium 4 Amaurornis phoenichurus 1,2 Cacomantis soneratii, Aegithina tiphia 1-3 Pycnonotus aurigaster, Lanius schah 1-4 Passer montanus 1,3 Centropus bengalensis, Lonchura punctulata Penyebaran Burung pada Strata Vertikal Vegetasi di Sentul City Boulevard Sentul City Boulevard memiliki strata vegetasi yang lengkap (1-4). Namun jenis-jenis burung paling banyak ditemukan pada bagian atas strata vegetasi (Tabel 14). Tabel 14 Penyebaran burung pada strata vertikal di Sentul City Boulevard Strata Jenis Burung 1 Dicaeum trochileum, Gerygone sulphurea, Halcyon cyanoventris, Cinnyris jugularis, Cacomantis merulinus 3 Pellorneum capistratum 1,2 Pericrocotus cinnamomeus, Zosterops pabebrosus, Aegithina tiphia, Streptopelia chinensis, Dendrocopos macei, Lonchura leucogastroides 1-3 Pycnonotus aurigaster, Orthotomus sutorius 1,2 Cacomantis soneratii, Aegithina tiphia 2,3 Orthotomus sepium

52 5.3 Penyebaran Burung pada Arsitektur Pohon Penyebaran Burung pada Arsitektur Pohon di Cluster Argenia Pada cluster Argenia, terdapat empat tipe arsitektur pohon yaitu Attim, Rauh dan Troll (Lampiran 1; Lampiran 4). Bagian arsitektur yang paling banyak ditemukan jenis burung adalah bagian percabangan tengah pada tajuk pohon (bagian C). Selain dimanfaatkan oleh jenis-jenis tertentu, pada bagian strata ini juga ditemui jenis burung yang memanfaatkan lebih dari 1 bagian arsitektur pohon (Tabel 15). Tabel 15 Penyebaran burung pada arsitektur pohon di cluster Argenia Bagian Arsitektur B C D A,B B,C Jenis Burung Streptopelia chinensis Gerygone sulphurea, Cacomantis merulinus, Cacomantis sepulcralis, Passer montanus Dendrocopos macei Dicaeum trochileum Aegithina tiphia, Parus major, Orthotomus sutorius Penyebaran Burung pada Arsitektur Pohon di Cluster Venesia- Pasadena-Sakura Tipe arsitektur pohon yang ditemukan di cluster Venesia-Pasadena-Sakura yaitu Attim, Rauh, Troll dan Koriba. Bagian dari arsitektur vegetasi yang paling banyak ditemui jenis burung adalah bagian C yaitu pada percabangan tengah tajuk vegetasi. Banyak jenis burung dapat ditemukan pada berbagai bagian arsitektur vegetasi di lokasi ini (Tabel 16). Selain itu, tercatat jenis burung Aegithina tiphia hanya ditemukan pada bagian B arsitektur vegetasi di cluster perumahan ini. Tabel 16 Penyebaran jenis burung pada arsitektur pohon di luster Venesia- Pasadena-Sakura Bagian Arsitektur B C A,C Jenis Burung Aegithina tiphia Gerygone sulphurea, Orthotomus sepium, Cinnyris jugularis Lonchura leucogastroides, Passer montanus B, C Orthotomus sutorius A,B,C Streptopelia chinensis, Dicaeum trochileum, Lonchura punctulata, Pycnonotus aurugaster Penyebaran Burung pada Arsitektur Pohon di Cluster Bali Bagian percabangan tengah pada tajuk pohon (bagian C) merupakan yang paling banyak dimanfaatkan oleh burung di cluster perumahan Bali (Tabel 17). Selain empat jenis burung yang ditemukan pada bagian ini, tercatat lima jenis burung lain juga memanfaatkan bagian C pada arsitektur pohon.

53 Tabel 17 Penyebaran jenis burung pada arsitektur pohon di cluster Bali Bagian Arsitektur Jenis Burung A Lonchura leucogastroides B Zosterops palpebrosus C Streptopelia chinensis, Cacomantis merulinus, Passer montanus, Orthotomus sutorius A,B Dicaeum trochileum B,C Aegithina tiphia, Orthotomus sepium C,D Dendrocopos macei A,B,C Cinnyris jugularis, Pycnonotus aurigaster Penyebaran Burung pada Arsitektur Pohon di Cluster Mediterania 1- Bukit Golf Hijau Kondisi pohon dengan tipe arsitektur Attim dan Troll serta ketinggian pohon yang cukup dewasa pada cluster Mediterania 1-Bukit Golf Hijau mempengaruhi penyebaran jenis burung pada lokasi ini. Dapat terlihat bahwa jenis-jenis burung yang ditemukan pada lokasi ini menyebar tidak hanya pada satu bagian arsitektur pohon saja, akan tetapi banyak jenis burung yang memanfaatkan lebih dari satu bagian jenis burung. Tercatat hanya 7 jenis burung yang dapat ditemukan pada satu bagian arsitektur saja, beberapa diantaranya seperti jenis Cacomantis merulinus, Halcyon cyanoventris dan Dendrocopos macei (Tabel 18). Tabel 18 Penyebaran jenis burung pada arsitektur pohon di cluster Mediterania1- Bukit Golf Hijau Bagian Arsitektur Jenis Burung B Cacomantis merulinus, Lanius schah C Halcyon cyanoventris, Pericrocotus cinnamomeus, Geopelia striata, Orthotomus sepium. D Dendrocopos macei A,B Pycnonotus aurigaster, A,C Gerygone sulphurea, Passer montanus A,D Lonchura punctulata B, C Orthotomus sutorius, Zosterops palpebrosus A,B,C Dicaeum trochileum, Cinnyris jugularis A,B,C,D Parus major Penyebaran Burung pada Arsitektur Pohon di Cluster Northridge Pada cluster perumahan Northridge, jenis-jenis burung yang ditemukan memiliki konsentrasi yang tinggi pada bagaian C arsitektur vegetasi (Tabel 19). Tipe arsitektur pohon yang ditemui di lokasi ini antara lain Attim, Rauh, Troll dan Nezeran (Lampiran 1; Lampiran 4).

54 Tabel 19 Penyebaran jenis burung pada arsitektur pohon di cluster Northridge Bagian Arsitektur A C A,B A,C B,C C,D A,B,C,D Jenis Burung Falco moluccensis, Centropus bengalensis, Halcyon cyanoventris, Gerygone sulphurea Orthotomus sutorius, Orthotomus sepium, Passer montanus, Lanius schah, Lonchura leucogastroides, Lonchura punctulata, Cacomantis merulinus, Cacomantis soneratii, Cacomantis sepulcralis, Surniculus lugubris, Treron vernans, Lalage nigra Zosterops palpebrosus Pericrocotus cinnamomeus, Aegithina tiphia Cinnyris jugularis, Dicaeum trochileum Dendrocopos macei Pycnonotus aurigaster Penyebaran Burung pada Arsitektur Pohon di Sentul City Boulevard Pada sepanjang Sentul City Boulevard tercatat tiga tipe arsitektur pohon yang dimanfaatkan burung yaitu Pttim, Koriba dan Korner (Lampiran 1; Lampiran 4). Penemuan beberapa jenis burung banyak tecatat pada bagian C arsitektur vegetasi (Tabel 20), terutama pada pohon dengan arsitektur attim seperti trembesi (Samanea saman), sengon (Paraserianthes falcataria) dan akasia (Acacia mangium) (Lampiran 3). Jenis burung Zosterops palpebrosus dan Dicaeum trochileum merupakan beberapa jenis burung yang mudah ditemui pada lokasi ini dapat ditemui pada tiga bagian arsitektur vegetasi (Tabel 20). Tabel 20 Penyebaran jenis burung pada arsitektur pohon di Sentul City Boulevard Bagian Arsitektur A C A,C B,C C,D A,B,C A,C,D Jenis Burung Halcyon cyanoventris Streptopelia chinensis, Cacomantis merulinus, Lonchura leucogastroides, Orthotomus sepium Pericrocotus cinnamomeus, Aegithina tiphia, Cinnyris jugularis Gerygone sulphurea, Orthotomus sutorius Dendrocopos macei Dicaeum trochileum, Zosterops palpebrosus Pycnonotus aurigaster 5.4 Pemanfaatan Vegetasi oleh Burung Setiap cluster perumahan di Sentul City memiliki vegetasi yang berbedabeda. Selama penelitian pada enam cluster perumahan yang diamati, tercatat 30 jenis vegetasi yang dimanfaatakan oleh berbagai jenis burung. Dari keseluruhan jumlah jenis vegetasi yang dimanfaatkan, jenis sengon (Paraserianthes falcataria), akasia (Acacia mangium), dan trembesi (Samanea saman) merupakan jenis vegetasi yang paling digemari oleh burung (Gambar 17).

55 Kupu-kupu Tanjung Jenis Vegetasi Rumput Pinus Semak Trembesi Akasia Sengon Persentase Gambar 17 Persentase pemanfaatan vegetasi oleh burung. Jenis vegetasi sengon (Paraserianthes falcataria) merupakan jenis yang tercatat paling banyak dimanfaatkan pada tiga cluster perumahan, yaitu Northridge, Argenia, dan Sentul City Boulevard. Selain itu, jenis akasia (Acacia mangium) merupakan jenis yang paling banyak dimanfaatkan di cluster perumahan Bali dan cluster perumahan Venesia-Pasadena-Sakura. Sedangkan di cluster Mediterania 1 dan bukit Golf Hijau jenis vegetasi yang paling banyak dimanfaatkan adalah trembesi (Samanea saman). Hampir di seluruh lokasi penelitian, bentuk arsitektur pohon yang umumnya banyak dimanfaatkan adalah tipe attim (Lampiran 4). Jenis burung yang ditemukan selama penelitian di Sentul City pada umumnya memanfaatkan vegetasi yang ada untuk melakukan aktivitas harian. Aktivitas yang tercatat antara lain bertengger, bertengger dan bersuara, makan serta menelisik yang ditemukan pada empat strata vertikal vegetasi. Pada cluster perumahan Argenia, tercatat aktivitas bertengger paling banyak dilakukan pada strata 2 yaitu (80%) dan sebagian besar burung yang ditemukan memanfaatkan strata 1 untuk bertengger sambil bersuara. Aktivitas makan pada cluster perumahan ini paling umum ditemukan pada strata 3 yaitu pada rerumputan, meskipun aktivitas makan yang dilakukan oleh burung-burung di lokasi ini dapat ditemukan juga pada bagian strata lainnya (Tabel 21).

56 Tabel 21 Aktivitas pemanfaatan oleh burung cluster Argenia Aktivitas % Aktivitas pemanfaatan tiap strata Bertengger Bertengger & bersuara Makan Sebanyak 75% aktivitas bertengger yang dilakukan oleh burung pada cluster perumahan Venesia-Pasadena-Sakura ditemukan pada strata 1. Sedangkan aktivitas bertengger sambil bersuara dapat ditemukan hampir merata pada strata 1 dan 2 di perumahan ini. Strata 1 pada cluster perumahan ini adalah bagian yang paling disukai oleh burung untuk melakukan aktivitas makan (Tabel 22). Tabel 22 Aktivitas pemanfaatan oleh burung cluster Venesia-Pasadena-Sakura Aktivitas % Aktivitas pemanfaatan tiap strata Bertengger Bertengger & bersuara Makan Pada cluster perumahan Bali, tercatat lebih dari 85% aktivitas bertengger yang dilakukan oleh burung dilakukan pada strata 1. Seperti pada cluster Venesia- Pasadena-Sakura, aktivitas bertengger sambil bersuara tercatat hampir merata pada strata 1 dan 2. Sedangkan aktivitas makan paling sedikit ditemukan pada bagaian strata 2 dan 4 di cluster perumahan ini. Selain ketiga aktivitas tersebut, ditemukan beberapa burung yang melakukan aktivitas menelisik pada bagian strata 1 (Tabel 23). Tabel 23 Aktivitas pemanfaatan oleh burung cluster Bali Aktivitas % Aktivitas pemanfaatan tiap strata Bertengger Bertengger & bersuara Makan Menelisik 100 Aktivitas bertengger dapat ditemukan pada 3 strata vertikal vegetasi di cluster perumahan Mediterania1-Bukit Golf Hijau, dengan bagian paling banyak ditemukan burung bertengger adalah strata 1. Sebanyak 66.7% aktivitas bertengger ambila bersuara ditemukan pada strata 1 dan hanya sebagian kecil burung yang melakukan aktivitas ini pada bagian strata 3. Aktivitas makan pada umumnya dilakukan pada bagian strata 1 di cluster perumahan ini, sama halnya dengan aktivitas menelisik (Tabel 24).

57 Tabel 24 Aktivitas pemanfaatan oleh burung cluster Mediterania1-Bukit Golf Hijau Aktivitas % Aktivitas pemanfaatan tiap strata Bertengger Bertengger & bersuara Makan Menelisik 100 Pada cluster perumahan Northridge, aktivitas bertengger banyak ditemukan pada strata 1 (61.4%). Aktivitas bertengger dan bersuara sering ditemukan pada strata 1 dan 3 di cluster perumahan ini. Sedangkan aktivitas makan dan menelisik, umumnya ditemukan pada strata 1 (Tabel 25). Tabel 25 Aktivitas pemanfaatan oleh burung cluster Northridge Aktivitas % Aktivitas pemanfaatan tiap strata Bertengger Bertengger & bersuara Makan Menelisik 100 Di Sentul City Boulevard, aktivitas bertengger banyak ditemukan pada strata 1 dan 2. Sedangkan aktivitas bertengger sambil bersuara banyak ditemukan pada strata 2 dan 3. Secara umum, aktivitas makan yang dilakukan oleh burung pada lokasi ini dilakukan pada strata 1. Aktivitas menelisik hanya ditemukan pada strata 1 (Tabel 26). Tabel 26 Aktivitas pemanfaatan oleh burung di Sentul City Boulevard Aktivitas % Aktivitas pemanfaatan tiap strata Bertengger Bertengger & bersuara Makan Menelisik 100

58 BAB VI PEMBAHASAN 5.1 Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Cluster Perumahan di Sentul City Terdapat 6 jenis burung yang tidak ditemukan serta 25 jenis baru jika dibandingkan hasil AMDAL Bukit Sentul pada tahun 2000 (Bukit Sentul 2000). Jenis burung dari suku Cuculidae merupakan jenis yang paling banyak ditemukan, yaitu sebanyak lima jenis. Pada penelitian ini tercatat lebih banyak jenis burung jika dibandingkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Handikto (1997) di wilayah Kotamadya Bogor, dengan kesamaan jenis yang ditemukan sekitar 58%. Namun, jika dibandingkan dengan hasil penelitian (Hernowo 1985) keanekaragaman jenis burung pada enam lokasi penelitian di Sentul City lebih rendah. Hal ini diduga karena perbedaan struktur dan komposisi vegetasi serta tingkat gangguan pada lokasi penelitian tersebut. Pada penelitian yang dilakukan oelh Hernowo (1985) vegetasi dominan pada lokasi penelitiannya adalah jenisjenis tanaman buah. Selain menyediakan pakan burung berupa buah-buahan yang dihasilkan oleh vegetasi, tanaman pekarangan juga menyediakan sumber pakan lain yaitu serangga. Kondisi vegetasi di Sentul City berupa taman-taman buatan, sedangkan pada lokasi penelitian Hernowo (1985) pada areal pedesaan cenderung lebih alami. Dari daftar jenis MacKinnon yang dihasilkan pada ke enam lokasi menunjukkan kurva spesies area yang semakin landai bahkan cenderung mendatar pada daftar-daftar terakhir. Jumlah daftar yang didapatkan adalah 10 daftar jenis pada tiap lokasi penelitian. Pada cluster Argenia, kurva mulai terlihat landai pada daftar ke 4, sedangkan pada cluster perumahan Venesia-Pasadena-Sakura kurva mulai landai pada daftar ketiga (Gambar 8). Seperti pada penelitian yang dilakukan Dewi et al. (2007), pada habitat kebun yang menunjukkan kelandaian kurva pada daftar ke 7. Hal tersebut dapat menduga bahwa tidak ada pertambahan jenis baru pada lokasi penelitian (MacKinnon et al. 1998). Namun, pada cluster Northridge dapat terlihat bahwa kurva tidak terlihat melandai secara signifikan seperti pada cluster perumahan yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa di lokasi tersebut masih ada kemungkinan ditemukannya jenis burung lain. Menurut

59 MacKinnon et al. (1998) pencatatan kekayaan jenis burung dapat menggunakan 20 jenis burung tiap daftar jenisnya. Namun hal tersebut tidak cocok diterapkan di Sentul City, karena kekayaan jenis burung yang tidak terlalu melimpah sehingga penggunaan 10 jenis burung tiap daftar jenis lebih cocok. Cluster Argenia merupakan salah satu yang baru dibangun di Sentul City. Banyak jenis burung berbeda antara Argenia dengan lokasi yang lain (Lampiran 2). Hal tersebut karena perbedaan umur maupun komposisi vegetasi yang ada di cluster perumahan ini. Di cluster perumahan ini banyak dijumpai jenis burung dari suku Apodidae seperti Collocalia linchi dan Collocalia maxima, hal tersebut terkait dengan tipe habitat di perumahan ini yang terbuka dan disukai kelompok burung ini untuk menangkap serangga saat terbang (MacKinnon et al. 1998). Selain itu, jenis Collocalia linchi merupakan jenis burung walet yang umum ditemukan pada semua ketinggian (MacKinnon et al. 1998). Selain jenis tersebut, di lokasi ini juga ditemukan jenis Delichon dasypus yang sering bergabung dengan jenis layang-layang lain ataupun kelompok walet. Letak cluster perumahan yang berdampingan dengan perbukitan merupakan habitat yang sesuai bagi jenis burung yang tergolong ke dalam keluarga layang-layang ini (MacKinnon et al. 1998). Cluster Venesia-Pasadena-Sakura merupakan yang paling sedikit dijumpai jenis burung dibandingkan lokasi lainnya, meskipun jenis vegetasi yang ada di dalamnya tidak terlalu berbeda dengan cluster perumahan lain yang menjadi lokasi penelitian. Hal tersebut diduga karena lokasi ini berbatasan langsung dengan areal di luar Sentul City yang memiliki komposisi vegetasi yang lebih beragam sehingga memberikan daya dukung habitat yang lebih baik, sehingga burung-burung yang ada diduga terkonsentrasi pada lokasi yang memiliki daya dukung yang lebih tinggi dibandingkan pada cluster perumahan Venesia- Pasadena-Sakura. Jenis vegetasi yang beragam dapat memberikan lebih beragam sumber-sumber daya dukung habitat bagi burung terutama pakan (Hernowo dan Prasetyo 1989). Burung-burung di cluster Bali banyak ditemukan pada pinggiran perumahan di cluster ini. Hal ini diduga karena pada jalur-jalur yang berada dalam perumahan ditanami jenis vegetasi yang mengandung lebih sedikit daya dukung

60 habitat seperti sumber pakan daripada daerah pada pinggiran perumahan yang ditanami jenis-jenis vegetasi dengan daya dukung habitat yang lebih tinggi. Hal ini juga berpengaruh terhadap konsentrasi penemuan jenis burung yang terkumpul pada vegetasi-vegetasi pinggiran di perumahan ini. Jenis burung Dicaeum trochileum banyak ditemukan di vegetasi kupu-kupu (Bauhinia purpurea) serta trembesi (Samanea saman) di cluster Mediterania1- Bukit Golf Hijau. Hal ini karena pada vegetasi tersebut banyak ditumbuhi oleh benalu. Jenis burung Dicaeum trochilem menyukai rumpun benalu untuk dimakan bijinya (MacKinnon et al. 1998). Selain itu pada trembesi juga banyak ditemui jenis Cinnyris jugularis karena vegetasi tersebut tengah berbunga. Jenis burung dari suku Nectarinidae ini menyukai vegetasi berbunga yang menjadi sumber pakannya berupa nektar dan sari bunga (MacKinnon et al. 1998). Pada cluster perumahan ini juga ditemukan jenis burung yang diduga merupakan jenis burung lepasan dari masyarakat sekitar yaitu jenis Columba domesticus dari suku Columbidae. Jenis burung tersebut merupakan jenis yang telah banyak diintroduksi dari habitat alaminya ke daerah perkotaan (MacKinnon et al. 1998). Northridge merupakan perumahan dengan jumlah penemuan jenis burung tertinggi dibandingkan lima lokasi penelitian yang lain. Selain lahan terbangun yang masih sedikit, kondisi lahan terbuka yang ditumbuhi oleh berbagai vegetasi dari semak hingga pohon yang membentuk tipe habitat menyerupai hutan sekunder juga mendukung habitat bagi jenis-jenis burung. Lima jenis burung pemakan serangga dari suku Cuculidae ditemukan di lokasi ini. Hal tersebut terkait dengan kondisi vegetasi lokasi ini yang memungkinkan banyak terdapatnya jenis serangga. Tipe habitat menyerupai hutan sekunder ini memiliki potensi serangga yang lebih besar dibandingkan tipe habitat lainnya (Priatna 2002). Selain itu, di lokasi ini juga ditemukan jenis burung semak seperti Pellorneum capistratum, Malacocincla sepiarium dan Timalia pielata dari suku Timaliidae. Tipe vegetasi dan ketersediaan ekosistem yang lebih kompleks seperti terdapatnya danau menjadikan banyak jenis burung di lokasi ini tidak ditemukan pada lokasi yang lainnya (Lampiran 1). Ekosistem yang lebih beragam seperti perpaduan ekosistem air (danau, sungai, kolam), padang rumput, dan pekarangan

61 lebih mampu mendukung kebutuhan burung karena mempunyai komponen yang kompleks (Hernowo dan Prasetyo 1989). Sentul City Boulevard merupakan jalan utama yang berbatasan langsung dengan cluster-cluster perumahan di Sentul City. Kondisi tersebut menyebabkan banyak jenis burung yang ditemukan di lokasi ini sama dengan cluster-cluster yang terhubung dengan Boulevard ini (Lampiran 1). Kecuali dengan cluster Argenia yang tidak terhubung langsung dengan Boulevard sehingga memiliki kesamaan komunitas jenis burung yang relatif rendah (Tabel 8). Jenis burung yang mudah ditemui di lokasi ini antara lain Geryone sulphurea dan Zosterops palpebrosus. Jenis-jenis tersebut dapat dengan mudah ditemukan pada vegetasi jenis sengon (Paraserianthes falcataria) yang banyak terdapat di sisi kanan-kiri Boulevard ini. Jenis burung tersebut adalah pemakan serangga, serta buah kecil untuk jenis Zosterops palpebrosus (MacKinnon et al. 1998) yang banyak terdapat pada bagian puncak tajuk dari pohon Paraserianthes falcataria. Jenis burung lain yang dapat ditemukan pada lokasi ini adalah Alcedo meninting dan Halcyon cyanoventris. Dua jenis burung dari suku alcedinidae ini merupakan burung pemangsa ikan (MacKinnon et al. 1998), dan dapat ditemukan pada lokasi ini karena disekitar Sentul Boulevard terdapat aliran sungai serta danau yang menjadi sumber pakan burung-burung tersebut. Tercatat beberapa jenis burung yang memiliki nilai frekuensi penemuan jenis yang tinggi pada suatu lokasi namun tidak dapat ditemukan pada lokasi yang lainnya (Lampiran 3). Selain itu tercatat juga jenis-jenis burung yang hanya dapat ditemui pada salah satu lokasi penelitian. Jenis Collocalia maxima merupakan jenis dengan nilai frekuensi penemuan yang tinggi pada cluster Argenia, namun tidak dapat ditemukan pada lokasi lainnya. Selain itu, tercatat 12 jenis burung yang hanya ditemukan pada salah satu lokasi penelitian saja seperti Halcyon chloris, Lalage nigra, Treron vernans, Geopelia striata, Columba domesticus, Falco moluccensis dan Timalia pileata (Lampiran 2; Lampiran3). Hal ini menunjukkan adanya sebaran burung yang rendah pada jenis-jenis tersebut meskipun pada beberapa jenis memiliki nilai frekuensi penemuan jenis burung yang cukup tinggi. Tinggi rendahnya nilai frekuensi penemuan jenis pada lokasi penelitian dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kecocokan ekologi bagi

62 habitat burung dan jumlah pengambilan daftar jenis tiap lokasinya. Makin banyak pengambilan daftar jenis burung pada lokasi penelitian memberikan kemungkinan peningkatan terhadap frekuensi penemuan suatu jenis burung. Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa narasumber yang dapat di percaya, terdapat jenis burung yang saat ini sudah jarang ditemukan lagi di kawasan Sentul City yaitu Turnix suscitator. Padahal, beberapa tahun terakhir jenis burung tersebut sangat mudah ditemui di daerah perumahan Sentul City. Selain itu, tercatat pula beberapa jenis burung baru di kawasan perumahan Sentul City yang tidak pernah ditemukan sebelumnya seperti jenis Aegithina tiphia, Dendrocopos macei, Otus lempiji dan Caprimulgus macrurus. Hal tersebut diduga terkait fenomena species turnover. Fenomena tersebut merupakan pergantian suatu jenis tertentu pada suatu wilayah yang dipengaruhi oleh laju kepunahan atau tingkat imigrasi jenis tersebut (Diamond 1969). 5.2 Indeks Kesamaan Komunitas Burung Keberadaan jenis vegetasi yang relatif sama serta letak lokasi penelitian yang saling berdekatan satu sama lain diduga menjadi faktor yang menyebabkan dua lokasi tersebut memiliki kesamaan komunitas burung yang tinggi. Perbedaan jumlah jenis burung yang relatif rendah dibandingkan dengan lokasi yang lain juga mempengaruhi nilai indeks kesamaan komunitas burung. Seperti pada cluster Northridge dengan Sentul City Boulevard memiliki nilai kesamaan komunitas jenis burung yang lebih rendah (IS=0.58) dibandingkan Bali dengan Sentul city Boulevard. Hal tersebut karena jumlah burung yang berbeda pada dua lokasi tersebut lebih tinggi (14 jenis berbeda) dibandingkan dengan lokasi dengan nilai kesamaan jenis burung tertinggi (5 jenis berbeda) (Lampiran 2). Tingkat kesamaan komunitas burung juga dipengaruhi pada luasan lokasi, lingkungan sekitar terutama tipe habitat dari tiap-tiap wilayah studi (Jokimaki dan Jokimaki 2003). Berdasarkan dendrogram yang didapat (Gambar 16), dapat terlihat bahwa cluster perumahan Argenia dan Northridge membentuk suatu cluster atau komunitas tersendiri ditunjukan dengan keterkaitan garis penghubung dengan lokasi yang lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa dua lokasi tersebut

63 memiliki tingkat perbedaan komunitas burung yang relatif tinggi dibandingkan dengan lokasi yang lainnya. 5.3 Penyebaran Burung pada Strata Vertikal Vegetasi Pada cluster Argenia ditemui semua bagian strata vertikal vegetasi. Strata vegetasi yang paling banyak ditemukan jenis burung adalah strata 2 diduga karena kondisi vegetasi di cluster ini yang masih dalam tingkat pancang. Namun jenis burung yang hanya memanfaatkan satu strata saja paling banyak ditemukan di strata 1. Jenis burung Anthus novaeseelandiae adalah jenis burung yang hanya ditemukan pada strata 3. Burung ini ditemukan pada lahan-lahan kosong berumput di cluster Argenia yang merupakan habitat paling disukai oleh jenis burung ini (MacKinnon et al. 1998). Jenis burung Gerygone sulphurea dan Dendrocopos macei adalah jenis burung yang paling banyak ditemui pada strata 1 dan 2 di cluster Argenia. Meskipun jenis vegetasi pinus (Pinus merkusii) mendominasi di lokasi ini, namun jenis-jenis burung yang ditemukan di strata 1 dan 2 banyak ditemukan di pohon sengon (Paraserianthesfalcataria). Selain karena pohon sengon tengah berbunga pada saat penelitian, pohon ini juga menjadi sumber pakan bagi burung karena banyak terdapat ulat dalam kayunya. Sedangkan pada strata 3 dan 4 banyak ditemui jenis burung Lonchura punctulata dan Passer montanus karena pada lokasi ini banyak terdapat padang rumput seperti alang-alang dimana biji rerumputan merupakan sumber pakan dari jenis burung-burung tersebut (MacKinnon et al. 1998). Pada cluster perumahan Venesia-Pasadena-Sakura tercatat jenis Aegithina tiphia dan Gerygone sulphurea hanya ditemukan pada strata 1 pada cluster ini. Jenis-jenis burung pemakan serangga tersebut sering ditemukan memakan serangga serta bersuara pada ranting-ranting vegetasi (MacKinnon et al. 1989). Selain sebagai tempat mencari makan karena banyak terdapat buah dan bunga, strata 1 pada vegetasi juga banyak dimanfaatkan jenis burung ini untuk bersarang. Selain dua jenis burung tersebut yang hanya dapat ditemukan pada strata 1, di cluster perumahan ini jenis Orthotomus sepium merupakan burung yang hanya ditemukan pada strata 2 vegetasi. Jenis burung ini ditemukan pada percabangan

64 bawah tajuk sampil melompat dan bersuara, terkadang mematuk serangga pada batang pohon sebagai pakannya (MacKinnon et al. 1998). Strata 1 merupakan bagian yang paling banyak ditemukan burung di cluster perumahan Bali. Hal tersebut diduga karena pada strata dibawah 1 lebih banyak gangguan karena cukup padatnya perumahan dan aktivitas manusia di cluster ini. Terkecuali jenis burung Passer montanus yang memiliki sifat lebih toleran terhadap manusia yang ditemukan pada semua strata vegetasi. Pada cluster perumahan ini, jenis burung pada strata 1 yang banyak ditemui adalah Cinnyris jugularis dan Dicaeum trochileum banyak ditemui pada pohon akasia (Acacia mangium), sikat botol (Eucalyptus sp.), dan kecrutan (Spathodea camphanulata). Pada saat penelitian, jenis-jenis tersebut tengah berbunga sehingga dapat menjadi sumber nektar dan biji bunga yang merupakan pakan bagi burung-burung tersebut. Selain itu, pada akasia terdapat benalu yang bijinya sangat digemari oleh jenis burung Dicaeum trochileum (MacKinnon et al. 1998). Perumahan Northridge memiliki strata vertikal vegetasi yang lengkap dan lebih kompleks dari segi komponen habitatnya. Komponen habitat yang kompleks pada suatu kawasan turut mempengaruhi penyebaran jenis burung terkait strata vertikal vegetasi. Hal tersebut terkait sumberdaya berupa pakan yang tersedia akan lebih melimpah. Oleh karena itu pada lokasi ini, penemuan jenis burung tersebar secara merata sesuai habitat tiap jenis burung. Seperti terlihat pada strata 1, sebanyak 13 jenis burung (Tabel 13) yang hanya ditemukan pada bagian strata ini merupakan jenis-jenis burung yang sebagian besar manfaatkan bagian teratas strata vegetasi (MacKinnon et al. 1998). Penyebaran jenis burung secara vetrikal pada strata vegetasi juga menunjukkan keterkaitan jenis-jenis burung secra ekologi dengan jenis pakan yang terdapat pada strata vegetasi (Wisnubudi 2009). Selain itu, ketinggian vegetasi yang berbeda juga mempengaruhi penyebaran jenis burung pada strata vertikal vegetasi. Pada beberapa jenis burung yang terbiasa berjalan juga mempengaruhi penyebaran pada strata vertikal vegetasi, dimana jenis-jenis burung tersebut akan sulit ditemukan pada bagian strata vegetasi yang cukup tinggi (Wisnubudi 2009). Sentul City Boulevard memiliki strata vegetasi yang lengkap (1-4). Namun jenis-jenis burung paling banyak ditemukan pada bagian atas strata vegetasi

65 (Tabel 14). Selain karena tajuk bagian atas adalah habitat yang digemari jenisjenis burung di lokasi ini, banyaknya penemuan burung pada bagian atas strata vegetasi diduga karena banyaknya aktivitas manusia yang dilakukan lebih dekat pada strata bawah vegetasi sehingga kecenderungan jenis burung di lokasi ini menyebar pada strata atas vegetasi dengan gangguan yang relatif lebih sedikit. 5.4 Penyebaran Burung pada Arsitektur Pohon Tipe arsitektur pohon yang paling disukai oleh burung pada lokasi penelitian adalah Attim. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Rossana (2005) pada kawasan RTH dan koridor perumahan di sekitar Jakarta menunjukkan bahwa pohon dengan tipe arsitektur Attim merupakan pohon yang banyak diumpai jenis burung. Tipe arsitektur ini memiliki percabangan yang menerus pada batang (kontinyu) dengan cabang yang monopodial dan ortotropik (Halle et al. 1978). Kebanyakan jenis burung menyukai bentuk tajuk dengan percabangan yang kontinyu (Handayani 1995). Hal tersebut diduga karena bentuk tajuk yang dihasilkan oleh sistem percabangan pada arsitektur Attim dapat memberikan fungsi ekologi yang lebih sesuai bagi burung terutama fungsi cover, dimana pohon dengan tipe arsitektur ini cenderung memiliki tajuk yang tertutup. Bagian arsitektur yang paling banyak ditemukan jenis burung di cluster perumahan Argenia adalah bagian percabangan tengah pada tajuk pohon (bagian C). Selain dimanfaatkan oleh jenis-jenis tertentu, pada bagian strata ini juga ditemui jenis burung yang memanfaatkan lebih dari 1 bagian arsitektur pohon (Tabel 15). Hal tersebut terjadi karena beberapa jenis burung memilih tempat tertentu yang sesuai untuk tempat makan, bersarang, bertengger dan mencari tempat berlindung (Masy ud 1989). Hampir seluruh tipe arsitektur yang ada pada lokasi ini memiliki bentuk mengerucut seperti pada jenis pohon pinus (Pinus merkusii) dan sawo kecik (Manilkara kauki) yang masih dalam umur pancang sehingga bagian percabangan tengah menjadi lebih dominan dibandingkan bagian puncak tajuk. Hal tersebut diduga menjadi penyebab banyak burung ditemukan di bagian C pada arsitektur pohon, dalam hal ini burung lebih merasa ternaungi jika memanfaatkan bagian tersebut.

66 Perilaku burung juga turut mempengaruhi penyebaran burung pada arsitektur pohon. Seperti pada cluster Venesia-Pasadena-Sakura, tercatat jenis burung Aegithina tiphia hanya ditemukan pada bagian B arsitektur pohon di cluster perumahan ini. Jenis burung ini sangat suka bersembunyi di balik dedaunan hijau dan memakan serangga (MacKinnon et al. 1998) yang banyak terdapat di bunga pada bagian B arsitektur pohon. Beberapa jenis burung ditemukan pada bagian arsitektur yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya terutama pakan. Pada cluster Bali, jenis burung Lonchura leucogastroides yang umumnya ditemukan pada rerumputan untuk memakan bijinya (MacKinnon et al. 1998), namun pada cluster ini jenis burung tersebut hanya ditemukan pada bagian A arsitektur pohon yang tidak terdapat rerumputan. Hal ini diduga karena jenis burung tersebut juga memakan biji-bijian pada bagian puncak kanopi pohon. Selain itu, kebanyakan jenis burung Lonchura leucogastroides ini ditemukan dekat sarang yang letaknya pada puncak-puncak kanopi pohon. Penyebaran burung pada arsitektur pohon juga dipengaruhi pemanfaatan habitat terkait aktivitas harian burung misalnya bertengger. Di Sentul City Boulevard, tercatat burung Halcyon cyanoventris dan Cacomantis merulinus bertennger pada bagian c arsitektur pohon. Jenis burung dari suku Alcedinidae ini suka bertengger pada cabang-cabang pohon, sedangkan jenis Cacomantis merulinus merupakan jenis burung yang suaranya mudah dikenali namun sulit terlihat karena kerap bersembunyi pada rimbunnya tajuk pohon (MacKinnon et al. 1998). Kondisi pohon dengan tinggi antara 5-23 meter yang berada pada lokasi ini juga memberikan kesempatan bagi burung-burung yang ada untuk dapat memilih bagain arsitektur pohon yang mana yang paling memenuhi kebutuhannya. Pada bagian C arsitektur pohon di cluster Northridge banyak ditemukan jenis burung dari suku Cuculidae yaitu Cacomantis merulinus, Cacomantis sepulcralis, Cacomantis soneratii dan Surniculus lugubris yang merupakan jenis burung dengan suara yang nyaring namun gemar bersemburnyi pada rimbunnya tajuk pohon (MacKinnon et al. 1998). Hal tersebut tentu saja menjadikan bagian C arsitektur pohon menjadi bagian yang tepat sebagai tempat bersembunyi karena lebih ternaungi oleh dedaunan dan padatnya ranting-ranting pada pohon. Pada lokasi ini juga tercatat satu jenis burung pemangsa dari suku Falconidae yaitu

67 Falco moluccensis yang bertengger pada puncak kanopi pohon setelah terbang melayang berputar-putar diudara (soaring). Jenis burung Falco moluccensis ini merupakan jenis burung yang mangintai mangsanya dengan cara terbang melayang sambil berputar-putar dan kerap ditemukan bertengger pada pohon yang tinggi (MacKinnon et al. 1998). Di Sentul City Boulevard, tercatat jenis burung Zosterops palpebrosus dan Dicaeum trochileum pada tiga bagian arsitektur pohon (Tabel 20). Jenis-jenis burung tersebut merupakan burung pemakan serangga kecil serta memakan bijibijian yang banyak terdapat pada puncak-puncak pohon yang tinggi (MacKinnon et al. 1998). Oleh karena itu, jenis-jenis burung tersebut dapat ditemui pada bagian A, B dan C arsitektur pohon yang banyak mengandung sumber pakan terutama pada pohon sengon (Paraserianthes falcataria), trembesi (Samanea saman) dan akasia (Acacia mangium) yang sedang berbunga pada saat itu. 5.5 Pemanfaatan Vegetasi oleh Burung Sebagai bagian dari habitat, vegetasi di lokasi penelitian menjadi bagian yang dimanfaatkan oleh burung terutama untuk melakukan aktivitas harian. Tercatat empat jenis aktivitas yang memanfaatkan strata vegetasi, yaitu bertengger, bertengger & bersuara, makan dan menelisik. Secara umum, aktivitas bertengger merupakan yang paling banyak dilakukan oleh burung dalam pemanfaatan strata vegetasi di lokasi penelitian. Aktivitas bertengger ini ditemukan dari pagi hingga sore. Beberapa jenis burung yang tercatat pada lokasi penelitian juga melakukan aktivitas lain saat bertengger, yaitu makan. Seperti pada jenis burung Dendrocopos macei yang bertengger pada batang pohon sambil makan dengan cara mematuk-matuk bagian batang vegetasi yang menjadi tempatnya bertengger. Jenis burung dari suku Picidae ini seringkali terlihat bergelayut pada batang pohon dan mematuk atau mengebor batang pohon yang menjadi sumber makanannya yaitu berupa serangga dan tempayak (MacKinnon et al. 1998). Pada cluster Argenia, aktivitas bertengger yang dilakukan oleh burung paling banyak dilakukan di strata 2 (80%), sedangkan aktivitas bertenggger & bersuara banyak dilakukan oleh burung pada strata 1 (61,1%). Aktivitas makan

68 yang dilakukan oleh burung di cluster perumahan ini tersebar dari strata 1 hingga 4 (Lampiran 4). Aktivitas makan pada cluster perumahan ini banyak ditemukan pada strata 3 dan 4 terutama bagi jenis burung Lonchura punctulata, Passer montanus dan Anthus novaeseelandiae. Sedangkan jenis burung lain cenderung melakukan aktivitas makan pada strata 1 dan 2. Hal tersebut terkait kondisi vegetasi di cluster ini yang menyediakan sumber pakan pada strata 3-4 berupa rerumputan mengandung biji yang banyak digemari oleh burung Lonchura punctulata dan Passer montanus (Mackinnon et al. 1998). Aktivitas harian yang dilakukan oleh burung akan mempengaruhi penyebaran burung baik pada strata vertikal maupun pada arsitektur pohon yang dimanfaatkan. Strata 1 pada cluster perumahan Venesia-Pasadena-Sakura merupakan bagian yang paling banyak dimanfaatkan burung sebagai tempat melakukan aktivitas harian terutama untuk aktivitas bertengger dan makan. Pada kedua strata tersebut banyak ditemui jenis burung yang sumber pakannya terdapat pada bagian-bagian atas strata vegetasi. Seperti jenis Aegithina tiphia, Cinnyris jugularis dan Gerygone sulphurea yang memakan sari bunga, nektar serta berbagai biji-bijian yang banyak terdapat pada bagian atas vegetasi (MacKinnon et al. 1998). Sedangkan aktivitas bertengger dan bersuara paling banyak dilakukan pada strata 2. Pada cluster Bali, keseluruhan aktivitas burung paling banyak dilakukan pada strata 1. Hal tersebut terkait pengaruh ketergangguan habitat serta komposisi jenis burung yang ada di lokasi ini. Meskipun ditemukan juga jenis burung yang memanfaatkan strata bawah pada aktivitas yang dilakukan oleh burung, namun secara umum jenis burung di lokasi ini memilih strata atas (1 dan 2) untuk melakukan aktivitas hariannya. Tiap jenis burung memiliki pola pemanfaatan strata vegetasi yang berbeda satu sama lain. Pola stratifikasi pemanfaatan habitat oleh burung erat kaitannya dengan lingkungan hidup yang ditempati oleh burung, terutama dalam pola adaptasi strategi untuk mendapatkan sumberdaya (Peterson 1980 dalam Wisnubudi 2009). Oleh karena itu, setiap jenis burung akan cenderung menempati habitat tertentu sesuai dengan keperluan hidupnya (Wisnubudi 2009).

69 Aktivitas yang paling banyak ditemukan di cluster perumahan Mediterania 1-Bukit Golf hijau adalah bertengger yang banyak dilakukan oelh burung pada strata 1 vertikal vegetasi. Tidak hanya bertengger, pada cluster perumahan ini aktivitas lain seperti makan, bertengger & bersuara, serta aktivitas menelisik yang dilakukan oleh burung paling umum dijumpai pada strata 1. Pada cluster perumahan ini, tercatat aktivitas menelisik yang banyak dilakukan oleh burung pada pagi hari. Menelisik merupakan aktivitas yang dilakukan oleh burung untuk merawat diri berupa membersihkan bulu-bulu pada tubuhnya serta mengeringkannya. Oleh karena itu, seringkali aktivitas menelisik ini ditemukan pada bagian strata 1 dimana bagian ini mendapatkan intensitas cahaya matahari yang lebih banyak dibandingkan strata lainnya. Aktivitas menelisik juga umumnya dilakukan oleh burung pada pagi hari, terkecuali jika terjadi hujan maka burung akan menelisik kembali untuk mengeringkan bulu-bulunya. Pada cluster perumahan Northridge, aktivitas harian yang dilakukan oleh burung paling banyak ditemukan pada bagian atas strata vegetasi. Lebih dari 60% aktivitas harian yang dilakukan oleh burung meliputi bertengger, makan, bertengger & bersuara dan aktivitas menelisik dilakukan pada strata 1. Seperti pada cluster perumahan Northridge, di Sentul City Boulevard pun tidak jauh berbeda. Sebagian besar aktivitas yang dilakukan oleh burung terkonsentrasi pada strata 1 kecuali pada aktivitas bertengger & bersuara ynag banyak ditemukan pada strata 2. Pada jalan utama sepanjang ± 3 km ini aktivitas makan merupakan yang paling banyak ditemukan. Aktivitas makan yang dilakukan burung seringkali tercatat pada pagi dan sore hari. Aktivitas makan yang dilakukan oleh burung dilakukan pada berbagai bagian vegetasi seperti pada percabangan, bagian bunga, serta pada bagian tajuk yang mengandung biji-bijian. Selain ketiga aktivitas harian yang tercatat, pada beberapa cluster ditemukan jenis burung yang melakukan aktivitas menelisik. 5.6 Implementasi Terhadap Pengelolaan Sentul City Sentul City sebagai kawasan permukiman yang terus berkembang baik secara sarana dan prasarana memberikan dampak bagi keberadaan satwaliar. Seperti yang diungkapkan Hernowo (1991) bahwa pembangunan infrastruktur

70 dapat mempengaruhi jumlah individu serta jenis satwaliar termasuk burung. Sebagai contoh, saat ini luasan areal terbuka yang menjadi habitat burung semakin berkurang. Sebagai kawasan permukiman yang mengusung konsep eco-city, sudah seharusnya perhatian terhadap eksistensi burung sebagai bagian dari ekosistem yang terdapat di Sentul City dapat ditingkatkan. Upaya pengelolaan kawasan Sentul City yang sejalan dengan kelestarian berbagai jenis burung dapat dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor terkait, sehingga manfaat dapat dirasakan tidak hanya dari sisi antroposentris namun juga dari sisi ekologis. Beberapa langkah pengelolaan yang dapat dilakukan antara lain: 1. Menyediakan dan mempertahankan habitat bagi berbagai jenis burung yang ada di kawasan Sentul City. Dari hasil penelitian ini, tercatat jenis burung paling banyak ditemukan di cluster perumahan Northridge. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa habitat yang terdapat di cluster perumahan tersebut memiliki kesesuaian ekologi bagi burung, sehingga lebih banyak burung yang ditemukan di lokasi ini jika dibandingkan cluster perumahan yang lain. Oleh karena itu kondisi habitat seperti pada cluster perumahan Northridge berupa komposisi vegetasi yang beragam dan bersemak perlu dipertahankan. Selain itu, dapat juga dilakukan penyediaan habitat serupa yang disukai burung pada lokasi lain di Sentul City untuk menghindari resiko hilangnya habitat bagi berbagai jenis burung akibat pembangunan yang terus berlangsung pada cluster-cluster perumahan yang ada. 2. Penanaman jenis-jenis vegetasi yang digemari oleh burung. Pada beberapa cluster perumahan yang menjadi lokasi penelitian, banyak burung ditemukan pada jenis-jenis pohon tertentu seperti sengon (Paraserianthesfalcataria), akasia (Acacia mangium) dan trembesi (Samanea saman) (Lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis vegetasi tersebut merupakan jenis yang digemari oleh burung. Oleh karena itu, dalam upaya pengelolaan kawasan di Sentul City untuk melestarikan keberadan jenis burung sebaiknya pemilihan jenis vegetasi yang akan ditanam mengacu pada jenisjenis vegetasi yang digemari oleh burung.

71 Komposisi jenis burung yang tercatat berbeda tiap lokasi penelitian. Oleh karena itu, dalam penanaman vegetasi tiap cluster perumahan perlu dilakukan perlakuan yang berbeda pada tiap-tiap lokasi yang ada di Sentul City. Seperti pada cluster Argenia, tidak ditemukan jenis burung pemakan nektar, lebih banyak ditemui jenis burung pemakan serangga. Berdasarkan hal tersebut, maka di cluster perumahan ini perlu ditanami jenis-jenis vegetasi yang menghasilkan bunga. 3. Pembuatan areal perlindungan bagi burung di kawasan Sentul City. Sebagian besar kawasan Sentul City merupakan kawasan permukiman baik yang telah terbangun dan dihuni maupun lahan kosong yang direncanakan akan dibangun permukiman serta fasilitas lainnya. Hal tersebut tentu saja akan mengancam keberadaan habitat bagi berbagai jenis burung yang telah ada. Untuk menghindari dan sebagai upaya pengkayaan keanekaragaman jenis burung di kawasan Sentul City maka dapat dibuat suatu kawasan berupa areal perlindungan bagi burung. Areal perlindungan dapat dibuat secara khusus pada suatu areal tertentu di Sentul City misalnya pada jalur-jalur taman, namun dapat pula dibuat pada pinggiran-pinggiran permukiman sebagai pembatas cluster satu sama lain dengan memaksimalkan fungsi perlindungan bagi burung seperti pembinaan habitat berupa pengkayaan vegetasi yang digemari burung. Pembuatan areal perlindungan juga dapat diwujudkan dengan pembuatan koridor-koridor berupa vegetasi yang saling terhubung pada tiap cluster perumahan yang ada di Sentul City. 4. Penelitian pada keanekaragaman jenis burung pada lokasi lain di Sentul City. Pada penelitian ini, hanya dilakukan pada beberapa perumahan pada beberapa cluster dan satu jalan utama. Oleh karena itu, masih sangat perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara menyeluruh pada lokasi-lokasi lain yang belum pernah diteliti terutama pada lokasi yang memiliki kondisi habitat yang masih baik. Beberapa lokasi yang berpotensi untuk dilakukan penelitian keanekaragaman jenis burung antara lain Mediterania 2, Lapangan Golf, Taman Budaya, beberapa perumahan pada cluster Argenia, Taman Parahyangan, Kawasan sekitar Sentul International Convention Center (SICC).

72 Penelitian ini dapat dilakukan secara bekerja sama dengan pihak-pihak yang berminat pada kelestarian burung, seperti untuk penelitian mahasiswa dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berjalan pada bidang kelestarian burung. 5. Perlu dilakukan monitoring berkala terhadap keberadaan jenis burung di Sentul City. Pembangunan dan tingkat perubahan bentang alam yang digantikan oleh sarana prasarana di Sentul City akan merubah pula keanekaragaman jenis burung yang ada baik dari segi jumlah jenis maupun populasi burung. Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring secara berkala terutama pada lokasilokasi yang telah diteliti dan berpotensi memiliki keanekaragaman jenis burung yang tinggi. Monitoring ini dapat dilakukan secara berkala tiap sebulan sekali atau dapat dilakukan monitoring secara menyeluruh apabila terdapat pembangunan yang mungkin dapat mempengaruhi kondisi keanekaragaman jenis burung yang ada. Selain itu, kegiatan monitoring yang dilakukan dapat berupa patroli. Kegiatan patroli ini dilakukan untuk menghindari terjadinya usaha perburuan burung. Berdasarkan hasil wawancara, di kawasan Sentul City masih sering ditemui perburuan burung oleh warga sekitar. 6. Sosialisasi akan pentingnya keanekaragaman jenis burung di Sentul City pada masyarakat yang tinggal dalam kawasan khususnya serta kepada masyarakat umum. Kegiatan sosialisasi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti: a. Pembuatan papan interpretasi mengenai pentingnya keberadaan berbagai jenis burung seperti ajakan untuk melestarikan burung dan habitatnya, larangan untuk mengganggu habitat burung, terutama untuk mencegah perburuan burung. b. Pembuatan peta interpretasi sebaran burung secara umum pada gerbang utama Sentul City atau dapat dibuat hal serupa pada gerbang-gerbang cluster perumahan mengenai keberadaan jenis-jenis burung di lokasi tersebut.

73 c. Publikasi mengenai keanekaragaman jenis burung yang terdapat di Sentul City, dapat dilakukan dengan pembuatan leaflet atau pemuatan buku panduan lapang (field guide) mengenai burung-burung di Sentul City. 7. Pengembangan kegiatan-kegiatan pendidikan lingkungan hidup yang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: a. Pekan pendidikan lingkungan hidup pada anak-anak usia dini yang tinggal di kawasan Sentul City dengan materi pengenalan berbagai jenis burung serta pentingnya menjaga keanekaragaman jenis burung. b. Pengembangan wisata minat khusus yaitu wisata pengamatan burung (birdwatching tourism) di kawasan Sentul City. Wisata pengamatan burung (birdwatching) merupakan kegiatan rekreasi alam dengan mengamati keanekaragaman jenis burung dan segala perilaku serta kicauannya dilandasi kesadaran untuk memelihara dan melindungi keanekaragaman jenis burung dan habitatnya (Wisnubudi et al. 2005). Kegiatan wisata birdwatching bermanfaat bagi manusia maupun keberlangsungan jenis burung pada habitat alaminya. Perkembangan signifikan wisata birdwatching serta tingginya manfaat ekonomi yang dihasilkan memberikan suatu dorongan bagi masyarakat untuk melindungi kawasan alami yang dinilai telah memberikan jasa berdasarkan pengetahuan dari sudut pandang konservasi secara biologi (Sekercioglu 2002).

74 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Tiap cluster perumahan yang menjadi lokasi penelitian memiliki karakteristik habitat burung yang berbeda, yaitu: a. Pada cluster perumahan Argenia memiliki habitat relatif terbuka dengan vegetasi dominan pinus merkusi, sawo kecik, bunga sapu tangan, dan kiputri serta struktur vegetasi yang masih dalam tingkat pancang. b. Pada cluster perumahan Venesia-Pasadena-Sakura memiliki habitat burung yang didominasi vegetasi jenis kecrutan, tanjung, akasia, flamboyan, pinus merkusi serta araucaria. c. Pada cluster perumahan Bali, habitat burung didominasi vegetasi jenis tanjung, waru, pulai, akasia, bintaro serta terdapat beberapa vegetasi budidaya seperti mangga dan petai. d. Pada cluster perumahan Mediterania1-Bukit Golf Hijau memiliki bentuk kanopi yang sudah tertutup dengan tinggi pohon yang cukup dewasa, dengan jenis vegetasi dominan yaitu trembesi, kupu-kupu, sengon, akasia serta gmelina. e. Kondisi habitat burung di cluster perumahan Northridge menyerupai hutan sekunder yang didominasi vegetasi jenis bintaro, sengon, pinus merkusi dan akasia. Selain itu, pada lokasi ini terdapat semak belukar dan sebuah telaga. f. Habitat burung pada Sentul City Boulevard berupa jalur hijau di samping kiri-kanan jalan, dengan jenis vegetasi sengon, trembesi, akasia, gmelina, beringin serta pinus merkusi. 2. Jumlah jenis burung yang tercatat di Sentul City adalah 42 jenis dari 24 suku. Jumlah jenis burung terbanyak tercatat di cluster perumahan Northridge yaitu 33 jenis. Selain itu, di cluster perumahan Mediterania 1 dan Bukit Golf hijau tercatat 23 jenis burung, di Sentul City Boulevard 21 jenis burung, di cluster perumahan Argenia 18 jenis burung, di cluster Bali 16 jenis burung dan 14 jenis burung tercatat di cluster perumahan Venesia-Pasadena-Sakura.

75 3. Terdapat perbedaan jenis burung antar cluster perumahan lokasi penelitian yang disebabkan beberapa faktor, yaitu umur dan jenis vegetasi, kelengkapan komponen ekosistem, luasan lahan terbuka. 4. Penyebaran burung pada strata vertikal vegetasi paling banyak ditemukan di bagian 2/3 tajuk teratas vegetasi (strata 1), kecuali pada cluster perumahan Argenia yaitu pada strata 2. Sedangkan penyebaran burung pada arsitektur pohon paling banyak ditemukan di bagian percabangan tengah pada tajuk pohon (bagian C). Penyebaran burung baik pada strata vegetasi maupun arsitektur pohon dipengaruhi oleh faktor ekologi, perilaku serta tingkat gangguan. 5. Arsitektur pohon mempengaruhi tingkat pemilihan burung terhadap pohon yang disukai. Pada umumnya, burung yang ditemukan selama penelitian menyukai pohon yang memiliki tipe arsitektur Attim dengan bentuk percabangan yang kontinyu. 7.2 Saran Perlu dilakukan upaya untuk mempertahankan keanekaragaman jenis burung yang ada dengan pembinaan habitat bagi burung seperti pembuatan daerah penyangga pada bagian perbatasan cluster-cluster perumahan berupa tutupan vegetasi yang banyak digemari oleh burung sebagai habitat. Selain itu, diperlukan monitoring berkala untuk mengidentifikasi keberadaan jenis burung serta mengidentifikasi area lain di kawasan Sentul City yang berpotensi sebagai habitat burung.

76 DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS Pengelolaan Satwaliar Jilid 1. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Alikodra HS Teknik Pengelolaan Satwaliar Dalam Rangka Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Ameliawati P Analisis Keanekaragaman Hayati Tanaman pada Lanskap Ruang Terbuka Hijau Sentul City, Bogor. [skripsi]. Bogor: Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Balen B van Bird Counts and Bird Observation in the Neighbourhood of Bogor. Wageningen-The Netherlands: Nature Conservation, Department Agriculture University Wageningen. Blendinger GP, Ricardo AO Seed suply as a limiting factor for granivoros bird assemblages in the Monte Dessert, Argentina. Austral Ecology 26: Bukit Sentul Tbk AMDAL Pembangunan Pemukiman Bukit Sentul. Bandung. Carreiro MM, Song YC, Wu J In: Ecology, Planning and Management of Urban Forest: International Perspective. New York: Springlers Publisher. Dewi RS Keanekaragaman Jenis Burung di Beberapa Tipe Habitat Taman Nasional Gunung Ciremai. [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Diamond JM Avifaunal Equilibria and Species Turnover Rates on The Channel Islands of California. Los Angeles: Physiology Department, Medical Center, University of California. Endah RM Peranan Hutan Kota Terhadap Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Bentuk Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata Cibubur, Taman Rekreasi Wiladatika Cibubur dan Taman Monas). [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Ewusie JY Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Halle F, Oldeman RAA, Tomlinson PB Tropical Trees and Forest: an Architectural Analysis. New York: Verlag.

77 Handayani E Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Kota sebagai Habitat Burung (Studi Kasus: Kotamadya Bogor, Jawa Barat). [skripsi]. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Handikto D Studi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Ruang Terbuka Hijau Beberapa Lokasi Perumahan Di Wilayah Kotamadya Bogor. [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Hernowo JB Studi Pengaruh Tanaman Pekarangan Terhadap Keanekaragaman Jenis Burung Daerah Pemukiman Penduduk Perkampungan Wilayah Tingkat II Bogor. [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Hernowo JB, Prasetyo LB Konsepsi ruang terbuka hijau di kota sebagai pendukung pelestarian burung. Media Konservasi II (4): Indrawan M, Primack RB, Supriatna J Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Jarulis, Salsabila A, Bakar A Fauna burung di taman kota dan jalur hijau Kota Padang. Gradien 1 (2): Jokimaki J, Jokimaki MLK Spatial similiarity of urban bird communities: a multiscale approach. Journal of Biogeography 30: Krebs CJ Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. 2 nd Ed. New York: Harper and Row. MacKinnon J, Phillips K, van Balen B Seri Panduan Lapangang Burungburung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor: Birdlife International-Indonesia Program-Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI. Masy ud B Memperbaiki habitat satwaliar. Media Konservasi 2 (3): Mulyani YA, Pakpahan AM Studi pendahuluan tentang keanekaragaman jenis burung di Kota Baru Bandar Kemayoran, Jakarta. Media Konservasi IV (2): Odum EP Dasar-dasar Ekologi. Ed ke-3. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Ontario J, Hernowo JB, Haryanto, Ekarelawan Pola pembinaan habitat burung di kawasan pemukiman terutama di perkotaan. Media Konservasi III (1): Pakpahan AM Penanaman pohon untuk habitat burung. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia Vol. 1/1/98. Bogor: IPB Bogor

78 Primack RB, Supriatna J, Indrawan M, Kramadibrata P Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Perkins HA, Heynen N Inequitable acces to urban reforestation: the impact of urban political economy on housing tenure and urban forest. Cities 21 (4): Rosanna Y Ruang Terbuka Hijau Sebagai Habitat Burung Di Perkotaan (Kajian Terhadap Habitat Burung dan Estetika Kota). [tesis]. Jakarta: Program Kajian Pengembangan Perkotaan, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Sekercioglu CH Impacts of birdwatching on human and avian comunities. Environmental Conservation 29 (3): Sukmantoro W, Irham M, Novarino W, Hasudungan F, Kemp N, Muchtar M Daftar Burung Indonesia No. 2. Bogor: IDOU. Wisnubudi G Penggunaan strata vegetasi oleh burung di kawasan wisata Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Vis Vitalis 02 (2). Wisnubudi G, Mardiastuti A, Hernowo JB Keanekaragaman dan kelimpahan jenis avifauna untuk pengembangan ekowisata birdwatching di Taman Nasional Gunung halimun, Jawa Barat. Forum Pascasarjana 28:37-48.

79 LAMPIRAN

80 Lampiran 1 Tabel tipe arsitektur pohon (Halle et al. 1978) No Jenis Arsitektur Ilustrasi Keterangan No Jenis Arsitektur Ilustrasi Keterangan 1 Holtum Batang lurus, tidak bercabang dan monoaksial (aksis tunggal yang berasal dari satu meristem apikal bunga terminal). 12 Scarrone Batang monopodial, percabangan ritmik, cabang simpodial dan ortotropik 2 Corner Batang lurus, tidak bercabang, monoaksial (ada ruas pertumbuhan ritmik pada batang). 13 Rauh Batang monopodial, percabangan ritmik, cabang monopodial dan ortotropik 3 Tomlinson Cabang dengan aksis vegetativ ekuivalen, homogen dan ortotropik. Basitoni, yaitu percabangan tumbuh pada bagian module dari dalam tanah. 14 Attim Batang monopodial, percabangan tidak ritmik (disebut cabang menerus) pada batang, cabang monopodial dan ortotropik

81 Lampiran 1 Lanjutan No Jenis Arsitektur 4 Chamberlain 5 Leeuwenberg Ilustrasi Keterangan No Cabang aksis ekuivalen, homogen, ortotropik. Akrotomi, yaitu percabangan diatas bagian tanah. Bentuk percabangan tidak menggarpu, hanya satu tiap module, simpodium bercabang satu nampak seperti tidak bercabang. Cabang aksis ekuivalen, homogen, ortotropik. Akrotomi. Bentuk percabangan tidak menggarpu, hanya satu tiap module, simpodium bercabang dua atau lebih, percabangan jelas. Jenis Arsitektur 15 Nozeran 16 Massart Ilustrasi Keterangan Batang monopodial & ortotropik, percabangan ritmik, cabang monopodial dan plagiotropik Batang monopodial & ortotropik, percabangan ritmik, cabang monopodial dan plagiotropik 6 Schoute Cabang aksi ekuivalen, homogen, ortotropik. Akrotomi, yaitu percabangan diatas bagian tanah bersifat dichotomus. 17 Roux Batang monopodial dan ortotropik. Pada model Roux cabang-cabang pohon tidak ritmik, tetapi menerus pada batang 7 Kwan Koriba Batang simpodial beberapa batang plagiotropik kecuali satu tumbuh ortotropik. Batang plagiotropik: cabang, dst, Batang ortotropik: batang kedua, dst, Cabang pertama dan kedua zig-zag 18 Cook Batang monopodial, ortotropik, cabang ritmis plagiotropik.

82 Lampiran 1 Lanjutan No Jenis Arsitektur Ilustrasi Keterangan No Jenis Arsitektur Ilustrasi Keterangan 8 Prevost Batang simpodial dan ortotropik. Ada batang yang tumbuh proleptik di bagian bawah percabangan batang utama, cabang simpodial dan plagiotropik 19 Champagnat Pada dasarnya memiliki batang ortotropik, namun karena pertumbuhan sekunder sehingga terjadi pembengkokan nampak seperci campuran dengan plagiotropik. 9 Fagerlind Batang simpodial dan ortotropik. Cabang simpodial. 20 Magenot Batang bersifat campuran ortotropik(pada permudaan) dan plagiotropik. 10 Petit Batang monopodial dan ortotropik.cabang-cabang menerus pada batang. 21 Troll Batang tumbuh plagiotropik, Cabang-cabang monopodial dan, plagiotropik. 11 Aubreville Batang monopodial dengan pertumbuhan tahap demi tahap, dengan pertumbuhan cabang-cabang yang ritmik. Cabangnya simpodial bersifat terminal. Perkembangan cabang plagiotropik, istilah Terminalia / model Pagoda

83 Lampiran 2 Tabel penemuan jenis burung pada lokasi penelitian No Suku Nama Ilmiah Nama Lokal Nama Inggris Lokasi I II III IV V VI Jumlah 1 Falconidae Falco moluccensis Alapalap Sapi Spotted Kestrel x 1 2 Rallidae Amaurornis phoenicurus Kareo Padi White-breasted Waterhen x 1 3 Columbidae Columba domesticus Merpai batu Common Pigeon x 1 4 Geopelia striata Perkutut Jawa Zebra Dove x 1 5 Treron vernans Punai Gading Pink-necked Green Pigeon x 1 6 Streptopelia chinensis Tekukur Biasa Spotted Dove x x x x x x 6 7 Cuculidae Centropus bengalensis Bubut Alang-alang Lesser Coucal x x 2 8 Surniculus lugubris Kedasi Hitam Asian Drongo-Cuckoo x 1 9 Cacomantis merulinus Wiwik Kelabu Plaintive Cuckoo x x x x x 5 10 Cacomantis sonneratii Wiwik Lurik Banded Bay Cuckoo x 1 11 Cacomantis sepulcralis Wiwik Uncuing Rusty-breasted Cuckoo x x x 3 12 Strigidae Otus lempiji* Celepuk Reban Collared Scops Owl 13 Caprimulgidae Caprimulgus macrurus* Cabak Maling Large-tailed Nightar 14 Apodidae Collocalia linchi Walet Linci Cave Swiftlet x x x x x x 6 15 Collocalia maximus Walet Sarang-hitam Black-nest Swiftlet x 1 16 Alcedinidae Halcyon cyanoventris Cekakak Jawa Javan Kingfisher x x x x 4 17 Halcyon chloris Cekakak Sungai Collared Kingfisher x 1 18 Alcedo meninting Rajaudang Meninting Blue-eared Kingfisher x x x 3 19 Picidae Dendrocopos macei Caladi Ulam Fulvous-breasted Woodpecker x x x x x 5 20 Hirundinidae Hirundo tahitica Layanglayang Batu Pacific Swallow x x 2 21 Hirundo striolata Layanglayang Loreng Striated Swallow x x x x x x 6

84 Lampiran 2 Lanjutan No Suku Nama Ilmiah Nama Lokal Nama Inggris Lokasi I II III IV V VI 22 Delichon dasypus Layanglayang Rumah Asian House Martin x 1 23 Motacilidae Anthus novaeseelandiae Apung Tanah New Zealand Pipit x 1 24 Campephagidae Lalage nigra Kapasan Kemiri Pied Triller x 1 25 Pericrocotus cinnamomeus Sepah Kecil Small Minivet x x x 3 26 Aegithinidae Aegithina tiphia Cipoh Kacat Common Iora x x x x x 5 27 Pycnonotidae Pycnonotus aurigaster Cucak Kutilang Sooty-headed Bulbul x x x x x 5 28 Laniidae Lanius schach Bentet Kelabu Long-tailed Shrike x x 2 29 Timaliidae Malacocincla sepiarium Pelanduk Semak Horsfield's Babbler x 1 30 Pellorneum capistratum Pelanduk Topi-hitam Black-capped Babbler x x 2 31 Timalia pileata Tepus Gelagah Chestnut-capped Babbler x 1 32 Sylviidae Orthotomus sepium Cinenen Jawa Olive-backed Tailorbird x x x x x 5 33 Orthotomus sutorius Cinenen Pisang Common Tailorbird x x x x x x 6 34 Acanthizidae Gerygone sulphurea Remetuk Laut Golden-bellied Geryone x x x x x x 6 35 Paridae Parus major Gelatikbatu Kelabu Great Tit x x 2 36 Dicaeidae Dicaeum trochileum Cabai Jawa Scarlet-headed Flowerpecker x x x x x x 6 37 Nectarinidae Cinnyris jugularis Burungmadu Sriganti Olive-backed Sunbird x x x x x 5 38 Arachnothera longirostra Pijantung Kecil Little Spiderhunter x 1 39 Zosteropidae Zosterops palpebrosus Kacamata Biasa Oriental White-eye x x x 3 40 Estrilidae Lonchura leucogastroides Bondol Jawa Javan Munia x x x x x 5 41 Lonchura punctulata Bondol Peking Scaly-breasted Munia x x x x x x 5 42 Ploceidae Passer montanus Burunggereja Erasia Eurasian Tree Sparrow x x x x x x 6 Jumlah Keterangan: I Argenia II Venesia-Pasadena-Sakura III Bali IV Mediterania1-Bukit Golf Hijau V Northridge VI Sentul City Boulevard *Ditemukan diluar waktu pengamatan di kawasan Sentul City Jumlah

85 Lampiran 3 Frekuensi penemuan jenis burung No Suku Nama Ilmiah Nama Lokal Lokasi I II III IV V VI 1 Falconidae Falco moluccensis Alapalap Sapi Rallidae Amaurornis phoenicurus Kareo Padi Columbidae Columba domesticus Merpati batu Geopelia striata Perkutut Jawa Treron vernans Punai Gading Streptopelia chinensis Tekukur Biasa Cuculidae Centropus bengalensis Bubut Alang-alang Surniculus lugubris Kedasi Hitam Cacomantis merulinus Wiwik Kelabu Cacomantis sonneratii Wiwik Lurik Cacomantis sepulcralis Wiwik Uncuing Apodidae Collocalia linchi Walet Linci Collocalia maximus Walet Sarang-hitam Alcedinidae Halcyon cyanoventris Cekakak Jawa Halcyon chloris Cekakak Sungai Alcedo meninting Rajaudang Meninting Picidae Dendrocopos macei Caladi Ulam Hirundinidae Hirundo tahitica Layanglayang Batu Hirundo striolata Layanglayang Loreng Delichon dasypus Layanglayang Rumah Motacilidae Anthus novaeseelandiae Apung Tanah Campephagidae Lalage nigra Kapasan Kemiri 0.1

86 Lampiran 3 Lanjutan No Suku Nama Ilmiah Nama Lokal Lokasi I II III IV V VI 23 Pericrocotus cinnamomeus Sepah Kecil Aegithinidae Aegithina tiphia Cipoh Kacat Pycnonotidae Pycnonotus aurigaster Cucak Kutilang Laniidae Lanius schach Bentet Kelabu Timaliidae Malacocincla sepiarium Pelanduk Semak Pellorneum capistratum Pelanduk Topi-hitam Timalia pileata Tepus Gelagah Sylviidae Orthotomus sepium Cinenen Jawa Orthotomus sutorius Cinenen Pisang Acanthizidae Gerygone sulphurea Remetuk Laut Paridae Parus major Gelatikbatu Kelabu Dicaeidae Dicaeum trochileum Cabai Jawa Nectarinidae Cinnyris jugularis Burungmadu Sriganti Arachnothera longirostra Pijantung Kecil Zosteropidae Zosterops palpebrosus Kacamata Biasa Estrilidae Lonchura leucogastroides Bondol Jawa Lonchura punctulata Bondol Peking Ploceidae Passer montanus Burunggereja Erasia Keterangan: I Argenia II Venesia-Pasadena-Sakura III Bali IV Mediterania1-Bukit Golf Hijau V Northridge VI Sentul City Boulevard

87 Lampiran 4 Tabel pemanfaatan vegetasi tiap lokasi penelitian No Jenis Vegetasi Nama Ilmiah % Pemanfaatan Vegetasi Tiap Cluster I II III IV V VI Tipe Arsitektur 1 Sengon Paraserianthesfalcataria Attim 2 Akasia Acacia mangium Attim 3 Trembesi Samanea saman Attim 4 Pinus Pinus merkusii Rauh 6 Gmelina Gmelina arborea Attim 7 Semak Rumput Kupu-kupu Bauhinia purpurea Troll 10 Sikat botol Callistemon citrinus Rauh 11 Dadap merah Erythrina cristagalli Troll 12 Kecrutan Spathodea campanulata Attim 13 Tanjung Mimusops elengi Attim 14 Flamboyan Delonix regia Attim 15 Waru Hibiscus tiliacecus 5.26 Attim 16 Sawo kecik Manilkara kauki 6.52 Rauh 17 Jati Tectona grandis Attim 18 Bambu Bambusa sp Mahoni Swietenia mahagoni 1.89 Attim 20 Ceri Muntingia calaburu Troll 21 Bisbul Diospyros sp Attim 22 Bintaro Cerbera manghas Koriba 23 Mangga Mangifera sp Scarrone 24 Cemara Casuarina sp Nezerran 25 Araucaria Araucaria cunninghamii 5.09 Rauh 26 Petai Parkia speciosa 3.51 Attim 27 Palem raja Roystonia regia 1.89 Corner 28 Kelapa Cocos nucifera 1.89 Corner 29 Sawit Elaeis gueneensis 2.74 Corner 30 Beringin Ficus benjamina 1.37 Attim Keterangan: I Argenia II Venesia-Pasadena-Sakura III Bali IV Mediterania 1-Bukit Golf Hijau V Northridge VI Sentul City Boulevard

88 Lampiran 5 Foto beberapa jenis burung yang dapat ditemukan di Sentul City Nama: Falco moluccensis Foto oleh: Peter ericson Lokasi: Halmahera Nama: Treron vernans Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Taman Burung TMII Nama: Amaurornis phoenicurus Foto oleh: Arya Arismaya M Lokasi: TN Sebangau, Kalteng Nama: Streptopelia chinensis Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Kebun Raya Bogor Nama: Columba domesticus Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Mediterania1, Sentul City Nama: Centropus bengalensis Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Kampus IPB Dramaga 4 8 Nama: Geopelia striata Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Taman Burung TMII Nama: Surniculus lugubris Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Suaka Elang, Bogor

89 Lampiran 5 lanjutan Nama: Cacomantis merulinus Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Kampus IPB Dramaga Nama: Caprimulgus macrurus Foto oleh: Myron Tay Lokasi: Jurong Lake, Singapore Nama: Cacomantis soneratii Foto oleh: Ayuwat Jearwattanakanok Lokasi: Chiangmai, Thailand Nama: Collocalia maximus Foto oleh: Lim Chan Koon Lokasi: Serawak, Malaysia Nama: Cacomantis sepulcralis Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Kampus IPB Dramaga Nama: Collocalia linchi Foto oleh: Rahmat Hidayat Lokasi: Kampus IPB Dramaga Nama: Otus lempiji Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Kampus IPB Dramaga Nama: Halcyon cyanoventris Foto oleh: Adhy Maruly Lokasi: TN Merapi

90 Lampiran 5 lanjutan Nama: Halcyon chloris Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Krakatau Nama: Hirundo striolata Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Kampus IPB Dramaga Nama: Alcedo meninting Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Kampus IPB Dramaga Nama: Delichon dasypus Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Argenia, Sentul City Nama: Dendrocopos macei Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Kampus IPB Dramaga Nama: Anthus novaeseelandiae Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Argenia, Sentul City Nama: Hirundo tahitica Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Maros, Sulsel Nama: Lalage nigra Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Northridge, Sentul City

91 Lampiran 5 lanjutan Nama: Pericrocotus cinnamomeus Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Mediterania1, Sentul City Nama: Malacocinla sepiarium Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Suaka Elang, Bogor Nama: Aegithina tiphia Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Kampus IPB Dramaga Nama: Pellorneum capistratum Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Gunung Walat, Sukabumi Nama: Pycnonotus aurigaster Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Kebun Raya Bogor Nama: Timalia pielata Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Northridge, Sentul City Nama: Lanius schah Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Mediterania1, Sentul City Nama: Orthotomus sepium Foto oleh: Swiss winasis Lokasi: TN Baluran

92 Lampiran 5 lanjutan Nama: Orthotomus sutorius Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Kampus IPB Dramaga Nama: Cinnyris jugularis Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Mediterania1, Sentul City Nama: Gerygone sulphurea Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Jasinga, Bogor Nama: Arachnothera longirostra Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Gunung Walat, Sukabumi Nama: Parus major Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Argenia, Sentul City Nama: Zosterops palpebrosus Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Mediterania1, Sentul City Nama: Dicaeum trochileum Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Kampus IPB Dramaga Nama: Lonchura leucogastroides Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Kampus IPB Dramaga

93 Lampiran 5 lanjutan Nama: Lonchura punctulata Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Kampus IPB Dramaga Nama: Paser montanus Foto oleh: Aditya Wahyu TA Lokasi: Kampus IPB Dramaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Jenis Burung di Permukiman Keanekaragaman hayati dapat dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetik, dan keanekaragaman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...2 B. Tujuan Penelitian...3 C. Manfaat Penelitian...3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...2 B. Tujuan Penelitian...3 C. Manfaat Penelitian...3 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN PERNYATAAN...iv HALAMAN PERSEMBAHAN...v KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN...xiii INTISARI...xiv

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PT

DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PT DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PT.BA) (PERSERO) TBK - UNIT PRODUKSI OMBILIN (UPO) DAN TAMBANG BATUBARA TANPA IZIN (PETI) TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI OMBILIN SAWAHLUNTO

Lebih terperinci

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut.

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut. PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI GUNUNG ASEUPAN Dalam Rangka Konservasi Dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17 persen dari jumlah seluruh spesies burung dunia, 381 spesies diantaranya merupakan spesies endemik (Sujatnika, Joseph, Soehartono,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City 21 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak, Luas, dan Aksesibilitas Kawasan Sentul City mempunyai akses langsung yang terdekat yaitu Tol Jagorawi dan Tol Ringroad Sentul City. Selain itu, terdapat akses menuju kawasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies burung dunia. Tiga ratus delapan puluh satu spesies di antaranya merupakan endemik Indonesia

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN SKRIPSI Oleh : PARRON ABET HUTAGALUNG 101201081 / Konservasi Sumber Daya Hutan PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Lampung (Unila) yang dikenal dengan sebutan Kampus Hijau (Green

I. PENDAHULUAN. Universitas Lampung (Unila) yang dikenal dengan sebutan Kampus Hijau (Green I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Lampung (Unila) yang dikenal dengan sebutan Kampus Hijau (Green Campus) memiliki ruang terbuka hijau dengan tipe vegetasi yang beragam serta multi strata berupa

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan kehidupan manusia dan membantu penyebaran Tumbuhan yang ada disuatu kawasan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan mangrove mencapai 2 km. Tumbuhan yang dapat dijumpai adalah dari jenis Rhizopora spp., Sonaeratia

Lebih terperinci

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA Enggar Lestari 12/340126/PBI/1084 ABSTRACT Interaction between birds and habitat is the first step to determine their conservation status.

Lebih terperinci

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E

DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E14101043 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN LUKMANUL HAKIM.

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK (Diversity Of Pitcher Plants ( Nepenthes Spp ) Forest

Lebih terperinci

KAJIAN KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE LANSKAP HUTAN TANAMAN PINUS (Studi Kasus : Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu)

KAJIAN KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE LANSKAP HUTAN TANAMAN PINUS (Studi Kasus : Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu) KAJIAN KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE LANSKAP HUTAN TANAMAN PINUS (Studi Kasus : Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu) TIARA SUKRA DEWI E 34101056 DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pembatasan Masalah Penelitian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Daerah Tepi (Edges) Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Propinsi Riau selama 6 bulan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 16 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada lima tipe habitat yaitu hutan pantai, kebun campuran tua, habitat danau, permukiman (perumahan), dan daerah perkotaan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI

Lebih terperinci

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 Kemampuan

Lebih terperinci

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekayaan jenis burung di Pulau Serangan, Bali pada bulan Februari sampai Maret tahun 2016. Pengamatan dilakukan sebanyak 20 kali, yang dilaksanakan pada

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tabel tipe arsitektur pohon (Halle et al. 1978)

Lampiran 1 Tabel tipe arsitektur pohon (Halle et al. 1978) LAMPIRAN Lampiran 1 Tabel tipe arsitektur pohon (Halle et al. 1978) No Jenis Arsitektur Ilustrasi Keterangan No Jenis Arsitektur Ilustrasi Keterangan 1 Holtum Batang lurus, tidak bercabang dan monoaksial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan di kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan untuk kegiatan pengamatan dan pengambilan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Alam Kabupaten Pandegalang dan Serang Propinsi

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada suatu kawasan strategis. Letak astronomis negara Indonesia adalah antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 141º BT. Berdasarkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota 23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Burung Burung merupakan salah satu satwa yang mudah dijumpai di setiap tempat dan mempunyai posisi yang penting sebagai salah satu kekayaan alam di Indonesia. Jenisnya

Lebih terperinci

PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO

PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO 1 PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO RESTU GUSTI ATMANDHINI B E 14203057 DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM START MENGGUNAKAN UNIT CONTOH LINGKARAN KONVENSIONAL

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara yang memiliki kekayaan spesies burung dan menduduki peringkat pertama di dunia berdasarkan jumlah spesies burung

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan Dari 9 pekarangan dengan masing-masing 3 pekarangan di setiap bagiannya diketahui bahwa luasan rata-rata pekarangan pada bagian pertama 303 m 2, pada bagian ke-dua

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT. SARMIENTO PARAKANTJA TIMBER KALIMANTAN TENGAH Oleh : SUTJIE DWI UTAMI E 14102057 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO 1 INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO (Johannes teijsmania altifrons) DI DUSUN METAH, RESORT LAHAI, TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH PROVINSI RIAU- JAMBI Yusi Indriani, Cory Wulan, Panji

Lebih terperinci

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3). III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3). B. Alat dan Objek Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Timor memiliki avifauna yang unik (Noske & Saleh 1996), dan tingkat endemisme burung tertinggi dibandingkan dengan beberapa pulau besar lain di Nusa Tenggara (Pulau

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori B. Hipotesis... 18

DAFTAR ISI. BAB III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori B. Hipotesis... 18 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xi ABSTRAK... xiii ABSTRACT... xiv BAB

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM SENTUL CITY

BAB IV KONDISI UMUM SENTUL CITY 26 BAB IV KONDISI UMUM SENTUL CITY PT. Sentul City Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang properti. Perusahaan ini beralamat di Gedung Graha Utama, Jl. M.H. Thamrin, Sentul City, Bogor 15810,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan, binatang peliharaan, pemenuhan kebutuhan ekonomi, dan estetika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Revegetasi di Lahan Bekas Tambang Setiadi (2006) menyatakan bahwa model revegetasi dalam rehabilitasi lahan yang terdegradasi terdiri dari beberapa model antara lain restorasi

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI (Shorea spp.) PADA AREAL PMUMHM DI IUPHHK PT. ITCI Kartika Utama KALIMANTAN TIMUR YULI AKHIARNI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak dan Luas Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi 05 33 LS dan 105 15 BT. Pantai Sari Ringgung termasuk dalam wilayah administrasi Desa

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Populasi adalah kelompok kolektif spesies yang sama yang menduduki ruang tertentu dan pada saat tertentu. Populasi mempunyai

Lebih terperinci

PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI

PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN POLA ZONASI (SEBARAN) MANGROVE SERTA MAKROZOOBENTHOS YANG BERKOEKSISTENSI, DI DESA TANAH MERAH DAN OEBELO KECIL KABUPATEN KUPANG

STRUKTUR DAN POLA ZONASI (SEBARAN) MANGROVE SERTA MAKROZOOBENTHOS YANG BERKOEKSISTENSI, DI DESA TANAH MERAH DAN OEBELO KECIL KABUPATEN KUPANG STRUKTUR DAN POLA ZONASI (SEBARAN) MANGROVE SERTA MAKROZOOBENTHOS YANG BERKOEKSISTENSI, DI DESA TANAH MERAH DAN OEBELO KECIL KABUPATEN KUPANG Oleh: Muhammad Firly Talib C64104065 PROGRAM STUDI ILMU DAN

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) ASAL JAWA BARAT DENGAN PENANDA RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) ASAL JAWA BARAT DENGAN PENANDA RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) ANALISIS KERAGAMAN GENETIK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) ASAL JAWA BARAT DENGAN PENANDA RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) MUHAMMAD IQBAL SYUKRI DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM Muhdi Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan USU Medan Abstract A research was done at natural tropical

Lebih terperinci

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. TODO CONSULT 1. Hendra Masrun, M.P. 2. Djarot Effendi, S.Hut.

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. TODO CONSULT 1. Hendra Masrun, M.P. 2. Djarot Effendi, S.Hut. PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG KARANG Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. TODO CONSULT

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suksesi dan Restorasi Hutan Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pepohonan. Masyarakat hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tumbuh

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA PENYANGGA TAMAN NASIONAL BALURAN. Oleh : RINI NOVI MARLIANI E

STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA PENYANGGA TAMAN NASIONAL BALURAN. Oleh : RINI NOVI MARLIANI E STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA PENYANGGA TAMAN NASIONAL BALURAN Oleh : RINI NOVI MARLIANI E34101037 DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Struktur Vegetasi Struktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Struktur vegetasi disusun oleh tumbuh-tumbuhan baik berupa pohon, pancang,

Lebih terperinci

STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG

STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG Sri Sumarni Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang e-mail : sri_nanisumarni@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kawasan Taman Hutan Raya Pancoran Mas secara administratif terletak di Kota Depok, Jawa Barat. Luas Tahura Pancoran Mas berdasarkan hasil pengukuran

Lebih terperinci

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii Jung et de Vriese) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT NURKHAIRANI DEPARTEMEN HASIL

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung, merupakan suatu kawasan ekosistem

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

PERLAKUAN STERILISASI EKSPLAN ANGGREK KUPING GAJAH (Bulbophyllum beccarii Rchb.f) DALAM KULTUR IN VITRO IWAN GUNAWAN

PERLAKUAN STERILISASI EKSPLAN ANGGREK KUPING GAJAH (Bulbophyllum beccarii Rchb.f) DALAM KULTUR IN VITRO IWAN GUNAWAN PERLAKUAN STERILISASI EKSPLAN ANGGREK KUPING GAJAH (Bulbophyllum beccarii Rchb.f) DALAM KULTUR IN VITRO IWAN GUNAWAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKHTIAR SANTRI AJI.

RINGKASAN BAKHTIAR SANTRI AJI. PEMETAAN PENYEBARAN POLUTAN SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA CILEGON BAKHTIAR SANTRI AJI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP.

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP. PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PARAKASAK Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat Habitat adalah kawasan yang terdiri dari berbagai komponen baik fisik maupun biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang

Lebih terperinci

Gambar 18. Fungsi Vegetasi Mereduksi Bising di Permukiman (Sumber: Grey dan Deneke, 1978)

Gambar 18. Fungsi Vegetasi Mereduksi Bising di Permukiman (Sumber: Grey dan Deneke, 1978) 57 Analisis Fungsi Ekologi RTH Peredam Kebisingan Bukit Golf Hijau (BGH) adalah salah satu cluster di Sentul City dimana penghuninya sudah cukup banyak yang menempati rumah-rumah disini. Mayoritas penghuninya

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di perkebunan kopi Sumber Rejo Way Heni

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di perkebunan kopi Sumber Rejo Way Heni III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di perkebunan kopi Sumber Rejo Way Heni Lampung Barat pada bulan Juni sampai bulan Oktober 2012. Penelitian ini berada

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada, dua per tiga wilayah Indonesia adalah kawasan perairan.

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan April 2014 di lahan basah Way Pegadungan Desa Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

KONDISI HABITAT Rafflesia sp DI IUPHHK PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SEKTOR TELE, KABUPATEN SAMOSIR, SUMATERA UTARA

KONDISI HABITAT Rafflesia sp DI IUPHHK PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SEKTOR TELE, KABUPATEN SAMOSIR, SUMATERA UTARA KONDISI HABITAT Rafflesia sp DI IUPHHK PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SEKTOR TELE, KABUPATEN SAMOSIR, SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH: HANA FERONIKA SIREGAR 071201022/ MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN HUTAN PROGRAM

Lebih terperinci

STUDI KONDISI VEGETASI DAN KONDISI FISIK KAWASAN PESISIR SERTA UPAYA KONSERVASI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM FERI SURYAWAN

STUDI KONDISI VEGETASI DAN KONDISI FISIK KAWASAN PESISIR SERTA UPAYA KONSERVASI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM FERI SURYAWAN STUDI KONDISI VEGETASI DAN KONDISI FISIK KAWASAN PESISIR SERTA UPAYA KONSERVASI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM FERI SURYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PENYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Analisis

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU INDAH HERAWANTY PURWITA DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KOMUNITAS BURUNG DI BAWAH TAJUK: PENGARUH MODIFIKASI BENTANG ALAM DAN STRUKTUR VEGETASI IMANUDDIN

KOMUNITAS BURUNG DI BAWAH TAJUK: PENGARUH MODIFIKASI BENTANG ALAM DAN STRUKTUR VEGETASI IMANUDDIN KOMUNITAS BURUNG DI BAWAH TAJUK: PENGARUH MODIFIKASI BENTANG ALAM DAN STRUKTUR VEGETASI IMANUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN BAWAH DI HUTAN DIKLAT PONDOK BULUH KABUPATEN SIMALUNGUN

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN BAWAH DI HUTAN DIKLAT PONDOK BULUH KABUPATEN SIMALUNGUN PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN BAWAH DI HUTAN DIKLAT PONDOK BULUH KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI Oleh: Novida H. Simorangkir 1212011120 FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI RUANG TERBUKA HIJAU DI TIGA TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DI BOGOR ALIFAH MELTRIANA

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI RUANG TERBUKA HIJAU DI TIGA TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DI BOGOR ALIFAH MELTRIANA KEANEKARAGAMAN BURUNG DI RUANG TERBUKA HIJAU DI TIGA TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DI BOGOR ALIFAH MELTRIANA DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A34204018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT Diversity of Species Meranti (Shore spp) In Protected Forest Area Ambawang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci