BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tersebar dipesisir utara pulau jawa, Sumatra, Kalimantan dan Bangka adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tersebar dipesisir utara pulau jawa, Sumatra, Kalimantan dan Bangka adalah"

Transkripsi

1 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Yarosit Yarosit merupakan salah satu bahan mineral yang banyak mengandung besi. Salah satu cara pemanfaatan pasir besi yang tersebar secara luas di Indonesia yang tersebar dipesisir utara pulau jawa, Sumatra, Kalimantan dan Bangka adalah dengan membuat bahan yang lebih bermanfaat (Dani Gustaman, 007-a, Zulfalina Manaf, 004). Yarosit yang di gunakan pada percobaan ini berasal dari P.D Kerta Pertambangan Jabar (Dani Gustaman, 007-b). Yarosit merupakan bahan mineral yang memiliki kandungan utama hematite Fe O 3, disamping Fe O 3 juga terdapat material ikutan lain seperti SiO, Al O 3, TiO, K O, Na O, MgO. Adapun komposisi kimia dari pasir yarosit ini adalah sebagai berikut: Tabel.1 Komposisi kimia serbuk mineral yarosit ( Dani Gustaman, 007-c). No. Oksida Kadar (% berat) 1. Fe O SiO.6 3. Al O TiO 1, 5. CaO 0,19 6. MnO 1, K O 1,0 8. Na O,11 9. MgO 0, LOI 0,506 Ket: LOI = Lost of ignition

2 5. Titanium dioksida (TiO ) TiO merupakan bahan yang termasuk kedalam bahan material oksida, yang strukturnya berikatan kovalen. TiO memiliki tiga macam bentuk kristal diantaranya adalah anatase, rutile dan brookite. TiO termasuk kedalam semikonduktor karena memiliki celah energi di bawah 6 ev, TiO memiliki celah energi sebesar ev dengan resistivitas dalam suhu ruang cm. Bentuk kristal anatase memiliki energi gap sebesar 3.0 ev 3.1 ev, dan untuk rutile memiliki energi gap sebesar 3. ev 3.3 ev. (anonym-a, 005). Gambar.1. Struktur kristal TiO rutille (www. ruby.colorado.edu ).

3 6 Gambar.. Struktur kristal TiO anatase (www. ruby.colorado.edu ). Gambar.3. Struktur kristal TiO brookite (www. ruby.colorado.edu ). Adapun perbedaan rutile, anatase dan brookite terlihat dalam Tabel..

4 7 Tabel. Perbedaan, Rutile, Anatase, Brookite (www. ruby.colorado.edu ). Rutile Anatase Brookite Form.Wt Z 4 8 CrystalSystem Tetragonal Tetragonal Ortorombik PointGroup 4/mm 4/mm - SpaceGroup P4 /mnm I4 1 /amd Pbca UnitCell a(å) b(å) c(å) Vol Density Hematit (Fe O 3 ) Hematit adalah bijih besi yang paling banyak dimanfaatkan karena kadar besinya tinggi, mencapai 66% dan kadar kotorannya relatif rendah. Istilah hematit berasa dari bahasa Yunani yang memiliki arti seperti darah karena hematit berbentuk serbuk yang berwarna merah gelap menyerupai warna darah. Hematit memiliki bilangan koordinasi 6 sehingga setiap ion Fe 3 di kelilingi oleh 6 ion O dan setiap ion O di kelilingi oleh 4 ion Fe 3. Struktur kristal hematit digambarkan pada Gambar.4.

5 8 Gambar.4. Sruktur kristal Hematit Fe O 3 (www. ruby.colorado.edu ). Hematit ini memiliki massa jenis 5.55 gram/cm 3, berat molekul gram/mol (Barsoum,1997). Hematit tergolong pada suatu semi konduktor tipe-n dengan memiliki band gap sebesar 3.1 ev (kingery,1960)..4 Keramik Berdasarkan sifatnya bahan keramik memiliki keunggulan dibanding material yang lain. Pemilihan bahan keramik sebagai bahan dasar divais semikonduktor didasarkan pada sifat-sifat yang dimilikinya yaitu (Van Vlack, 1991): a). b). c). Kapasitas panas yang baik dan konduktivitas panas yang rendah. Tahan korosi. Dilihat dari sifat kelistriknya dapat bersifat sebagai insulator, semikonduktor, konduktor bahkan superkonduktor. d). Dilihat dari sifat kemagnetannya dapat bersifat magnetik dan nonmagnetik, keras dan kuat, namun getas.

6 9 Dua jenis ikatan dapat terjadi dalam keramik, yakni ikatan ionik dan ikatan kovalen. Sifat keseluruhan material bergantung pada ikatan yang dominan. Klasifikasi bahan keramik dapat dibedakan menjadi dua kelas yaitu kristalin dan amorf (non kristalin). Dalam material kristalin terdapat keteraturan jarak dekat maupun jarak jauh, sedangkan dalam material amorf tidak memiliki keteraturan pada jarak jauh. Keramik memiliki sifat termal yang meliputi: kapasitas panas, koefisien ekspansi termal, dan konduktivitas termal. Keramik memiliki sifat mekanik kuat, keras namun rapuh. Semua sifat ini memungkinkan keramik dijadikan perangkat teknologi semikonduktor baik untuk teknologi piezoelectric transducer (pengubah gaya tekanan menjadi arus listrik atau sebaliknya), alat komunikasi, sensor gas, mikrokontroler maupun fungsi yang lain (Van Vlack, 1991). Diketahui secara teoritis karakterisasi listrik keramik dapat diubah dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan penambahan zat aditif. Aditif yang ditambahkan dapat larut padat ataupun tidak, dapat diketahui dengan melihat struktur kristal keramik sebelum dan sesudah ditambah zat aditif. Larut padat merupakan hasil stuktur kristal sebelum dan sesudah ditambah zat aditif memiliki struktur kristal yang sama. Apabila zat aditif ini dapat larut padat pada keramik matrik maka salah satu kemungkinan yang terjadi adalah ion-ion akan masuk secara subsitusi menggantikan ion-ion keramik matrik (Dani Gustaman, 007-b). Apabila zat aditif berbentuk AX ditambahkan kedalam keramik matrik B X 3 dan dapat larut padat didalamnya maka berdasarkan prinsip kesetimbangan massa dan netralitas

7 10 muatan, akomodasi ion A 4 dari AX di dalam kristal B X 3 secara subsitusi akan mengikuti reaksi cacat: (Dani Gustaman, 007-b, Barsoum M,1997). 1 1 AX A B 3X ( x) X e (.1) ( gas ) Dengan, A 1 N adalah ion A 4 yang masuk ke subkisi B didalam kisi B X 3, X (x) adalah ion X dari MX yang masuk ke subkisi X di dalam kisi B X 3 X adalah gas yang dilepaskan dan e merupakan elekron AX 3A N VN 6X ( x) (.) Dengan, A 1 N adalah ion A 4 yang masuk ke subkisi B didalam kisi B X 3, X (x) adalah ion X dari MX yang masuk ke subkisi X di dalam kisi B X 3, dan V N 3 adalah cacat kekosongan N..4.1 Keramik Oksida Fe O 3 dan TiO Keramik Oksida Fe O 3 dan TiO memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik yang dimiliki oleh keramik Oksida Fe O 3 dan TiO dapat dilihat dalam Tabel.3.

8 11 Tabel.3 karakteristik keramik Fe O 3 dan TiO (www. Kimianet.LIPI). No Karakteristik Fe O 3 TiO 1. Energi band gap 3.1eV ev. Struktur kristal Hexagonal Rutile,anatase,brookit (distorsi cubik) 3. Titik lebur 1735K berubah 1875 K menjadi Fe 3 O 4 dan oksigen 4. Densitas 5.18 g/cm 3 4.5g/ cm 3 Adapun proses penyisipan zat aditif TiO pada Fe O 3 di gambarkan pada Gambar.5. Gambar.5. Posisi ion TiO didalam Fe O Keramik Semikonduktor Pergerakan muatan didalam keramik digolongkan menjadi tiga yaitu: 1. Adanya eksitasi melewati band gap (intrinstik) Akibat adanya elekron yang tereksitasi dari pita valensi ke pita konduksi yang meninggalkan hole pada pita valensi, dimana jumlah hole dan elekron sama.

9 1. Dengan menambahkan pengotor (ekstristik) Konduktivitas semikonduktor ekstrinsik sangat ditentukan oleh kehadiran pengotor dari luar. Terdapat dua jenis semikonduktor ekstrinsik yaitu semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor tipe-n, merupakan semikonduktor akibat adanya ketidakmurnian kimiawi, yang mengakibatkan karakteristik bahan semikonduktor berubah. Dikarenakan bertambahnya konsentrasi hole dan elektron, golongan V dapat menghasilkan pembawa muatan negatif yang berfungsi sebagai donor sehingga membentuk semikonduktor ekstrinsik tipe-n. Semikonduktor tipe-p, merupakan pencampuran golongan III yang memiliki elektron valensi 3, sehingga untuk membentuk ikatan yang stabil dibutuhkan elektron tambahan. Atom yang memiliki 4 elektron valensi mampu mengisi kekosongan itu. Ketidakmurnian kimiawi menyebabkan muatan negatif dan atom-atom pembentuk kristal yang kehilangan satu elektron menjadi bermuatan positif membentuk hole. Semikonduktor yang didoping oleh akseptor disebut semikonduktor tipe-p karena muatan positif (hole) sebagai pembawa muatan. 3. Membuat menjadi non stokiometri Pada semikonduktor nonstokiometri, elekron dan hole yang tereksitasi di pita konduksi dan valensi merupakan suatu hasil dari reduksi dan oksidasi.

10 13 Gambar.6. Skema tingkat energi untuk (a) Semikonduktor interistik, (b)semikonduktor ekstrinsik, (c) semikonduktor nonstokiometri (Barsoum,1997)..5 Cacat Pada Struktur Kristal Kristal terdiri dari susunan atom yang teratur dan periodik. Tetapi, ternyata tidak ada kristal yang sempurna. Cacat kristal ini terjadi selama proses pertumbuhan kristal, proses pemurnian, dan bahkan seringkali cacat kristal sengaja diciptakan untuk menghasilkan sifat-sifat tertentu. Cacat kristal dapat dibedakan menjadi : cacat titik, cacat garis, cacat bidang dan cacat ruang..5.1 Cacat Titik Cacat titik adalah ketidak sempurnaan kristal yang terjadi pada suatu titik kisi tertentu. Cacat tersebut dapat berupa : a. Kekosongan (vacancy) Vacansi adalah kekosongan sisi kisi, yaitu sisi yang seharusnya ditempati atom, kehilangan atomnya. Vakansi terbentuk selama proses pembekuan, dan juga karena getaran atom yang mengakibatkan perpindahan atom dari sisi kisi normalnya.

11 14 Gambar.7. Gambar Cacat kekosongan (John Willey, 1964). b. Ketidak murnian (impurity) Impuritas adalah atom asing yang hadir pada suatu material, penambahan atom impuritas ke dalam logam akan mengakibatkan pembentukan larutan padat atau fasa baru. Larutan padat terbentuk ketika atom solute ditambahkan ke material induk, struktur kristal tetap dijaga, dan tidak ada struktur baru yang terbentuk. Larutan padat terbentuk ketika atom solute ditambahkan ke material induk, dimana struktur kristalnya tetap di jaga sehingga tidak adanya struktur baru yang terbentuk. Dalam menentukan derajat kelarutan atom yang larut di pengaruhi faktor ukuran atom, struktur kristal,elektonegatifan dan valensi.

12 15 Gambar.8. Gambar Cacat Impuritas (John Willey, 1964). c. Cacat Schottky Adalah suatu cacat yang terjadi didalam kristal ionik akibat adanya kekosongn ion negatif dan ion positif pada keadaan setimbang termal. d. Cacat Frenkel Adalah suatu cacat cacat dimana jumlah kisi yang kosong sama dengan atom yang menyisip.5. Cacat Garis Cacat garis adalah cacat yang terjadi pada sederetan titik kisi yang bersambung dan membentuk suatu garis (dislokasi)..5.3 Cacat Bidang Cacat bidang adalah cacat yang terjadi karena adanya perubahan transisi arah keteraturan atom, dan ini menimbulkan cacat pada daerah batas butir, sehingga disebut cacat batas butir.

13 16.5. Cacat Ruang Cacat ruang adalah cacat yang terjdi di pori-pori (voids) atau salah susun (stacking fault)..6 Termistor Termistor adalah suatu komponen elektronik yang berubah resistifitas sesuai dengan berubahnya temperature (seperti terlihat pada gambar.8). Secara bahasa thermistor merupakan singkatan dari thermal resistor. Termistor di bagi menjadi jenis berdasarkan nilai koefisien hambatan temperatur yaitu: a. Termistor PTC (positive temperature coeffient) Merupakan suatu termistor yang memiliki nilai hambatan yang bertambah seiring dengan bertambahnya temperatur. Bahan PTC yang banyak di gunakan adalah BaTiO 3 (Hyde, 197). b. Termistor NTC (Negatif temperature coefficient) Merupakan suatu jenis termistor yang akan menunjukan pengurangan nilai seriring dengan meningkatnya temperatur.

14 17 Gambar.9. Grafik hubungan antara hambatan dengan temperatur untuk termistor NTC dan PTC. Kedua dari termistor tersebut memiliki fungsi yang ideal sebagai sensor. Termistor NTC sering menggunakan berbagai bahan material oksida dari mangan, nikel, kobalt, besi dan titanium. Dalam pembuatan keramik termistor NTC biasanya menggabungkan beberapa bahan oksida, yang di sinter pada suhu tertentu, seperti: (FeTi) O 3, MgAl O 4 dan Mg Cr O 4 (Dani Gustaman, 004-a). Hambatan (R) bergantung pada ukuran penghantar yaitu panjang penghantar dan luas bidang (A) yang di tembus oleh arus listrik dan merupakan nilai resistifitas bahan (Dani Gustaman, 004-a). R l A..(.3) Dengan : = Tahanan jenis listrik (Ohm.cm), R = Tahanan listrik (Ohm) A = Luas penampang perpukaan pellet (cm ) L = Tebal pelet (cm)

15 18 Didalam termistor terdapat dua parameter yang sangat penting yaitu konstanta termistor (B) dan sensitifitas termistor( ). Kedua nilai ini tergantung pada nilai R-T termistor. Konstanta B merupakan karakteristik dari material termistor yang dibuat karena berhubungan dengan energi aktivasi bahan (energi minimal yang dibutuhkan atom-atom bahan untuk berpindah), sedangkan nilai merupakan karakter dari berkurangnya nilai hambatan setiap kenaikan 1K, yang dihitung pada suhu kamar(5 o C) dan 85 o C. Hubungan hambatan listrik termistor NTC terhadap temperatur pada gambar.5, menunjukan hubungan eksponensial yang dapat di tuliskan pada persamaan.4 (Dani Gustaman,004-b, Moulson dan Herbet,1990): exp 0 B T Dengan : (T ) = Resistifitas listrik pada suhu tertentu (ohm) 0 = Konstanta (Resistifitas listrik pada T tak hingga) B = Konstanta termistor (K) T = Suhu termistor (K) e = Bilangan logaritma natural (.7188)

16 19 ln ln o. B T (.5) Dari persamaan tersebut diketahui bahawa B dapat di cari dari kemiringan kurfa ln terhadap 1/T. Untuk mencari nilai konstanta (sensitivitas) dapat dicari dengan persamaan.6 (Dani Gustaman, 006). B x100% (.6) T Dengan : = Sensitifitas (%/K) B = Koefisien termistor (K) T = Suhu (K) Nilai B dan merupakan ukuran kualitas termistor yang telah di buat, semakin besar nilai keduanya semakin baik termistor yang terlah terbentuk..7 Proses Pabrikasi Keramik.7.1 Proses Preparasi Serbuk Merupakan proses pengambilan bahan dari mineral, proses penghalusan serta pencampuran. Pada tahapan penghalusan menggunakan dry milling atau penggerusan secara manual. Pada proses pencampuran menggunakan cairan inert sebagai media pencampurnya.

17 0.7. Proses kompaksi Proses kompaksi material keramik di golongkan ke dalam 3 golongan yaitu: - Metode kompaksi kering Merupakan pembentukan terhadap serbuk halus yang mengandung sedikit air yang diberi tekanan yang dibatasi oleh cetakan. - Metode kompaksi basah Metode ini menggunakan penekanan dan penyaringan larutan serbuk didalam suatu medan magnet. - Metode HIP (Hot Isostatic Pressing) Pada pembentukan keramik ini proses pembentukan dan berlangsung secara bersamaan. Secara skematis dapat dilihat pada gambar.10. Repacking Deformation Increasing pressure Gambar.10. Tahap-tahap kompaksi serbuk keramik (Riady, N,00)

18 1.7.3 Proses Sintering Sintering merupakan pemanasan di bawah temperature cairnya, tujuannya adalah penghilangan pori diantara serbuk awal. Sehingga terbentuknya partikelpartikel yang seragam. Temperatur sintering biasanya dari temperatur leleh bahan yang akan di gunakan (Van Vlack,1984). Gambar.11. Sinter padat (a) sebelum sinter partikel mempunyai permukaan sendiri-sendiri.(b) setelah sinter butiran-butiran hanya memiliki satu permukaan saja (Van Vlack,1984)..8 Difrasi Sinar X Difraksi sinar-x merupakan proses hamburan sinar-x oleh bahan kristal. Sinar-X adalah radiasi elekromagnetik transversal, seperti cahaya tampak, tetapi dengan panjang gelombang yang jauh lebih pendek, jangkau panjang gelombangnya tidak terdefinisi dengan jelas dan diperkirakan memiliki panjang gelombang cahaya unggu hingga sinar gamma yang dipancarkan oleh bahanbahan radioaktif. Dalam kristalografi, panjang gelombang yang digunakan berkisar antara 0.5 sampai dengan.5 amstrong (Guiner 1963). Diketahui bahwa gelombang elekromagnetik memiliki interpretasi ganda sebagai gelombang dan

19 sebagai partikel. Pada pembahasan difraksi sinar-x banyak menggunakan sinar-x yang membawa sifat gelombang. Karena berupa gelombang elekromagnetik, sinar-x menjalar pada media apapun dengan kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya didalam vakum. Karena selalu menjalar sepanjang garis lurus sinar-x tidak dapat dibelokan oleh lensa, namun sinar-x dapat dipantulkan oleh cermin, dari teori mengenai optic geometri diketahui bahwa sebuah berkas yang menjalar diudara bertemu dengan permukaan sebuah medium padat dengan indeks n<1, maka peristiwa pantulan sempurna (total reflection) bisa terjadi saat sudut datang cukup kecil. Sinar-x secara prinsip memiliki gelombang yang berinteraksi dengan suatu material dapat di manfaatkan untuk mengeksplorasi keadaan mikroskopik. Dari sinilah kemudian berkembang ilmu analisis sinar-x yang meliputi spektroskopi, difraksi, refleksi dan polarisasi dan sebagainya. Penggunaan sinar-x bertujuan untuk membantu menunjukan sifat-sifat material diantaranya: a. Penentuan struktur kristal b. Penentuan ukuran sel satuan c. Analis kualitatif indentifikasi unsur/senyawa d. Analisis komposisi kimia Secara sistimatis penumbukan sinar-x di gambarkan oleh Gambar.10, ketika sinar-x yang monokromatik jatuh pada sebuah kristal maka sinar-x tersebut akan dihamburkan di segala arah, akan tetapi dikarenakan ketelaruran letak atomatom dalam kristal maka pada arah tertentu saja gelombang hambur akan berinterferensi konstruktif dan pada arah lain akan berinterferensi destruktif.

20 3 Gambar.1. Skema Difraksi sinar X (XRD) (culity,1956). Dari gambar.1 tampak bahwa sinar yang dipantulkan oleh lapisan bawah menempuh lintasan yang lebih panjang. Beda lintasan antara sinar 1 dan sinar BC+CD, agar terjadinya interferensi maksimum sinar 1 dan sinar harus sefasa, yang berarti bahwa beda lintasan kedua sinar haruslah sama dengan panjang gelombang sinar atau kelipatannya. BC CD n (.7) Bragg menyebutkan sudut antara berkas sinar-x dan bidang kristal sebagai, dikarenakan sudut pada BAC sama dengan, jarak BC akan sama dengan jarak AC dikalikan sin : BC = AC sin...(.8) Karena jarak AC sama dengan jarak antara bidang atom d, hubungna BBC dan AC dapat dituliskan: BC = d sin...(.9) Karena BC=CD maka:

21 4 Diketahui hukum Bragg: BC + CD = d sin...(.10) n d sin (.11) n = 1,, 3,... = orde difraksi = Panjang gelombang sinar X = Sudut antara sinar datang dengan permukaan kristal d = Jarak antar kisi Pada persamaan ini memberikan gambaran antara jarak bidang dalam kristal dengan sudut dimana radiasi refeleksi yang menunjukan intensitas maksimum pada panjang gelombang tertentu. Apabila panjang gelombang lebih panjang dari d maka tidak ada penyelesaian untuk n dan tidak adanya pendifraksi. Parameter kisi untuk suktur hexagonal dirumuskan (.1), ortorombik(.13): 1 d 4 3 h hk a k l c (.1) 1 d h a k b l c (.13)

22 5.9 Scanning Elekron Mikroscope (SEM) Scanning Electron Microscope (SEM) adalah sebuah alat karakterisasi bahan yang digunakan untuk mengetahui: a. Topografi : gambar permukaan atau tekstur dari suatu benda. b. Morfologi : ukuran dan bentuk partikel penyusun c. Komposisi : Gabungan dan komposisi unsur-unsur penyusun bahan d. Kristalografi : Sifat kekristalan yang dimiliki bahan SEM pertama kali ditemukan pada tahun 1938 oleh Von Ardenne, dengan menggunakan prinsip tumbukan berkas elektron pada permukaan bahan. Jika seberkas elektron menumbuk suatu bahan, akan dihasilkan berkas cahaya (photon). Interaksi terjadi pada sebuah volum tertentu pada bahan. Besar kecilnya volum yang berinteraksi bergantung pada: a. Nomor atom; nomor atom besar menunjukan jumlah atom banyak dan berkas elektron akan semakin banyak yang diserap, sehingga volum interaksi menjadi kecil b. Accelerating voltage/av (pemercepat tegangan); AV besar akan menghasilkan berkas elektron yang banyak sehingga volum interaksi semakin besar c. Sudut datang; semakin besar sudut datang, volum interaksi semakin kecil. Besar bulir dapat dihitung dengan menggunakan persamaan.14 berikut (Anonim, 005 : 6 ).

23 6 L k v nl P k...(.14) L k n l v = Rata-rata diameter butir = Jumlah garis uji = Panjang garis uji = Pembesaran foto P k = Jumlah batas butir yang terpotong

KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd.

KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd. KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd. m.sukar1982xx@gmail.com A. Keramik Bahan keramik merupakan senyawa antara logam dan bukan logam. Senyawa ini mempunyai ikatan ionik dan atau ikatan kovalen. Jadi sifat-sifatnya

Lebih terperinci

2016 PENGARUH SUHU PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK LISTRIK KERAMIK FILM TEBAL BERBASIS

2016 PENGARUH SUHU PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK LISTRIK KERAMIK FILM TEBAL BERBASIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan salah satunya adalah mineral besi.sejauh ini pemanfaatan mineral kurang maksimal, hanya ditambang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING I Dewa Gede Panca Suwirta 2710100004 Dosen Pembimbing Hariyati Purwaningsih,

Lebih terperinci

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Karakterisasi XRD. Pengukuran 11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi

Lebih terperinci

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 2.1. Cacat Kristal Diperlukan berjuta-juta atom untuk membentuk satu kristal. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat cacat atau ketidakteraturan dalam tubuh kristal.

Lebih terperinci

MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI

MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI edy wiyono 2004 PENDAHULUAN Pada umumnya atom tunggal tidak memiliki konfigurasi elektron yang stabil seperti gas mulia, maka atom atom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara yang ingin maju. Perkembangan IPTEK dapat mendorong kemajuan suatu negara. Kemajuan luar biasa

Lebih terperinci

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA Benda = Materi = bahan Wujud benda : 1) Padat 2) Cair 3) Gas Benda Padat 1. Mekanis kuat (tegar), sukar berubah bentuk, keras 2. Titik leleh tinggi 3. Sebagian konduktor

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang industri dapat meningkatkan perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara yang sedang

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT Susunan yang sempurna ada di keseluruhan material kristal pada skala atom tidaklah ada. Semua bahan padat mengandung sejumlah besar cacat atau ketaksempurnaan. CACAT

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di dunia, yang menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang besar. PLTN

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO Disampaikan oleh: Kurmidi [1106 100 051] Dosen Pembimbing Drs. Suminar Pratapa, M.Sc.,Ph.D. Sidang Tugas Akhir (J 102) Komponen Otomotif :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dibayar oleh umat manusia berupa pencemaran udara. Dewasa ini masalah lingkungan kerap

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT Susunan yang sempurna ada di keseluruhan material kristal pada skala atom tidaklah ada. Semua bahan padat mengandung sejumlah besar cacat atau ketaksempurnaan. 3.1

Lebih terperinci

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA

BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA TiO2 memiliki tiga macam bentuk kristal : Anatase rutil brukit namun yang memiliki aktivitas fotokatalis terbaik adalah anatase. Bentuk kristal anatase diamati terjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI HASIL 4.1.1 Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam Pengujian untuk mengetahui densitas sampel pellet Abu vulkanik 9,5gr dan Al 2 O 3 5 gr dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara. Sebagai negara berkembang, Indonesia melakukan swasembada diberbagai bidang, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotokatalis telah mendapat banyak perhatian selama tiga dekade terakhir sebagai solusi yang menjanjikan baik untuk mengatasi masalah energi maupun lingkungan. Sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai Negara, penelitian dan pengembangan dalam bidang. elektronika khususnya komponen-komponen elektronik masih terus

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai Negara, penelitian dan pengembangan dalam bidang. elektronika khususnya komponen-komponen elektronik masih terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai Negara, penelitian dan pengembangan dalam bidang elektronika khususnya komponen-komponen elektronik masih terus dikembangkan sampai saat ini. Perkembangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

Bab 1 Bahan Semikonduktor. By : M. Ramdhani

Bab 1 Bahan Semikonduktor. By : M. Ramdhani Bab 1 Bahan Semikonduktor By : M. Ramdhani Tujuan instruksional : Mengerti sifat dasar sebuah bahan Memahami konsep arus pada bahan semikonduktor Memahami konsep bahan semikonduktor sebagai bahan pembentuk

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan Bab ini memaparkan hasil dari sintesis dan karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit Sr 2 Mg 1-X Fe x MoO 6-δ dengan x = 0,2; 0,5; 0,8; dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell 1 Ika Wahyuni, 2 Ahmad Barkati Rojul, 3 Erlin Nasocha, 4 Nindia Fauzia Rosyi, 5 Nurul Khusnia, 6 Oktaviana Retna Ningsih Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

SUSUNAN ATOM DALAM. 1. Irfa Hambali 2. Rezki Al Khairi. 4. Junedi Ramdoner 5. Priselort D. 7. Venti Nuryati

SUSUNAN ATOM DALAM. 1. Irfa Hambali 2. Rezki Al Khairi. 4. Junedi Ramdoner 5. Priselort D. 7. Venti Nuryati SUSUNAN ATOM DALAM BENDA PADAT 1. Irfa Hambali 2. Rezki Al Khairi 3. M. Cakra Megasakti 4. Junedi Ramdoner 5. Priselort D 6. Joko Prianto 7. Venti Nuryati Anggota Kelompok 1 Joko Prianto Irfa Hambali Rezki

Lebih terperinci

Bab 1. Semi Konduktor

Bab 1. Semi Konduktor Bab 1. Semi Konduktor Operasi komponen elektronika benda padat seperti dioda, LED, Transistor Bipolar dan FET serta Op-Amp atau rangkaian terpadu lainnya didasarkan atas sifat-sifat semikonduktor. Semikonduktor

Lebih terperinci

Modul - 4 SEMIKONDUKTOR

Modul - 4 SEMIKONDUKTOR Modul - 4 SEMIKONDUKTOR Disusun Sebagai Materi Pelatihan Guru-Guru SMA/MA Provinsi Nangro Aceh Darussalam Disusun oleh: Dr. Agus Setiawan, M.Si Dr. Dadi Rusdiana, M.Si Dr. Ida Hamidah, M.Si Dra. Ida Kaniawati,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si. DETEKTOR RADIASI INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Alat deteksi sinar radioaktif atau sistem pencacah radiasi dinamakan detektor radiasi. Prinsip: Mengubah radiasi menjadi

Lebih terperinci

1. Semikonduktor intrinsik : bahan murni tanpa adanya pengotor bahan lain. 2. Semikonduktor ekstrinsik : bahan mengandung impuritas dari bahan lain

1. Semikonduktor intrinsik : bahan murni tanpa adanya pengotor bahan lain. 2. Semikonduktor ekstrinsik : bahan mengandung impuritas dari bahan lain 1. Semikonduktor intrinsik : bahan murni tanpa adanya pengotor bahan lain 2. Semikonduktor ekstrinsik : bahan mengandung impuritas dari bahan lain Adalah Semikonduktor yang terdiri atas satu unsur saja,

Lebih terperinci

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : METODE X-RAY Kristalografi X-ray adalah metode untuk menentukan susunan atom-atom dalam kristal, di mana seberkas sinar-x menyerang kristal dan diffracts ke arah tertentu. Dari sudut dan intensitas difraksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 7 KERAMIK Part 2

BAB 7 KERAMIK Part 2 BAB 7 KERAMIK Part 2 PENGERTIAN KERAMIK Keramik adalah bahan yang terbentuk dari hasil senyawa (compound) antara satu atau lebih unsur-unsur logam (termasuk Si dan Ge) dengan satu atau lebih unsur-unsur

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar

Lebih terperinci

Keramik. Ikatan atom pada keramik. Sifat-sifat bahan keramik 04/10/2016. Lukhi mulia s

Keramik. Ikatan atom pada keramik. Sifat-sifat bahan keramik 04/10/2016. Lukhi mulia s Ikatan atom pada keramik Keramik Lukhi mulia s O Ikatan ion O Ikatan kovalen O Ikatan logam O Ikatan dipol O Ikatan antar atom dan sifat-sifat kristal 1 3 1438 1438 3 3 Pendahuluan O Keramik merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal Hasil karakterisasi struktur kristal dengan menggunakan pola difraksi sinar- X (XRD) keramik komposit CS- sebelum reduksi

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Sebuah pita diukur, ternyata lebarnya 12,3 mm

Lebih terperinci

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2 STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2 Meilinda Nurbanasari Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Nasional, Bandung Dani Gustaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metoda Penelitian Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen dan studi literatur. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan. Yaitu tahapan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! Bookmark not ABSTRACT... Error! Bookmark not KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR ISTILAH... v DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur);

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur); 01 : STRUKTUR MIKRO Data mengenai berbagai sifat logam yang mesti dipertimbangkan selama proses akan ditampilkan dalam berbagai sifat mekanik, fisik, dan kimiawi bahan pada kondisi tertentu. Untuk memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini diulas dalam tiga subbab. Karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 3 macam, yaitu SEM-EDS, XRD dan DRS. Karakterisasi

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI 140310110018 JURUSAN FISIKA OUTLINES : Sinar X Difraksi sinar X pada suatu material Karakteristik Sinar-X Prinsip

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN Variasi kecepatan stiring 800 rpm, variasi temperatur sintering 700, 800, 900 C Variasi temperatur 700 C = struktur kristal tetragonal, fase nya anatase, no PDF 01-086-1156,

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Kurva histerisis (Anggraini dan Hikam, 2006)

Gambar 2.1. Kurva histerisis (Anggraini dan Hikam, 2006) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Feroelektrik Pada tahun 1920 Valasek menemukan fenomena feroelektrik dengan meneliti sifat garam Rochelle (NaKC 4 H 4 O 6.4H 2 O) (Rizky, 2012). Feroelektrik adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Amorf Salah satu jenis material ini adalah gelas atau kaca. Berbeda dengan jenis atau ragam material seperti keramik, yang juga dikelompokan dalam satu definisi

Lebih terperinci

MAKALAH PITA ENERGI. Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna ( ) Rombel 1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor

MAKALAH PITA ENERGI. Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna ( ) Rombel 1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor MAKALAH PITA ENERGI Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna (4211412011) Rombel 1 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI Dari hasil percobaan dan uji sampel pada bab IV, yang pertama dilakukan adalah karakterisasi reaktor. Untuk mewakili salah satu parameter reaktor yaitu laju sintesis

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KERAMIK TERMISTOR NTC DARI PASIR YAROSIT YANG BERSTRUKTUR HEMATIT DENGAN PENAMBAHAN OKSIDA MANGAN

KARAKTERISTIK KERAMIK TERMISTOR NTC DARI PASIR YAROSIT YANG BERSTRUKTUR HEMATIT DENGAN PENAMBAHAN OKSIDA MANGAN KARAKTERISTIK KERAMIK TERMISTOR NTC DARI PASIR YAROSIT YANG BERSTRUKTUR HEMATIT DENGAN PENAMBAHAN OKSIDA MANGAN Dede Taufik 1, Dani Gustaman Syarif 2, Saeful Karim 3 1 Balai Besar Keramik, Jl. Ahmad Yani

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM Pada bab sebelumnya telah diperlihatkan hasil karakterisasi struktur kristal, morfologi permukaan, dan komposisi lapisan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Barium Stronsium Titanat (Ba x Sr 1-x TiO 3 ) BST merupakan kombinasi dua material perovskit barium titanat (BaTiO) dan stronsium titanat (SrTiO). Pada kedudukan A, kisi ABO

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES Nama Kelompok: 1. Diah Ayu Suci Kinasih (24040115130099) 2. Alfiyan Hernowo (24040115140114) Mata Kuliah Dosen Pengampu : Ilmu Material Umum : Dr.

Lebih terperinci

Semikonduktor. Sifat. (ohm.m) Tembaga 1,7 x 10-8 Konduktor Silikon pd 300 o K 2,3 x 10 3 Semikonduktor Gelas 7,0 x 10 6 Isolator

Semikonduktor. Sifat. (ohm.m) Tembaga 1,7 x 10-8 Konduktor Silikon pd 300 o K 2,3 x 10 3 Semikonduktor Gelas 7,0 x 10 6 Isolator Semikonduktor Definisi I: Bahan yang memiliki nilai hambatan jenis (ρ) antara konduktor dan isolator yakni sebesar 10 6 s.d. 10 4 ohm.m Perbandingan hambatan jenis konduktor, semikonduktor, dan isolator:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZED ZIRCONIA (CSZ)

PENGARUH PENAMBAHAN BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZED ZIRCONIA (CSZ) PENGARUH PENAMBAHAN BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZED ZIRCONIA (CSZ) Juari 1, Salomo 2, D. G. Syarif 3 1 Mahasiswa Program Studi S1 Fisika 2 Bidang Fisika

Lebih terperinci

MODUL 1 KULIAH SEMIKONDUKTOR

MODUL 1 KULIAH SEMIKONDUKTOR MODUL 1 KULIAH SMIKONDUKTOR I.1. LOGAM, ISOLATOR dan SMIKONDUKTOR. Suatu bahan zat padat apabila dikaitkan dengan kemampuannya dalam menghantarkan arus listrik, maka bahan zat padat dibedakan menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graphene merupakan susunan atom-atom karbon monolayer dua dimensi yang membentuk struktur kristal heksagonal menyerupai sarang lebah. Graphene memiliki sifat

Lebih terperinci

LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion

LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion 1 IKATAN ION A. KECENDERUNGAN ATOM UNTUK STABIL Gas mulia merupakan sebutan untuk unsur golongan VIIIA. Unsur unsur ini bersifat inert (stabil). Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI STRUKTUR MIKRO DAN STRUKTUR KRISTAL FILM TEBAL FETIO 3 DARI BAHAN MINERAL INDONESIA

KARAKTERISASI STRUKTUR MIKRO DAN STRUKTUR KRISTAL FILM TEBAL FETIO 3 DARI BAHAN MINERAL INDONESIA http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/gravity ISSN 2442-515x, e-issn 2528-1976 GRVITY Vol. 2 No. 2 (2016) KRKTERISSI STRUKTUR MIKRO DN STRUKTUR KRISTL FILM TEBL FETIO 3 DRI BHN MINERL INDONESI Yus Rama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

Atom silikon dan germanium masingmempunyai empat elektron valensi. Oleh karena itu baik atom silikon maupun atom germanium disebut juga dengan atom

Atom silikon dan germanium masingmempunyai empat elektron valensi. Oleh karena itu baik atom silikon maupun atom germanium disebut juga dengan atom Mata Kuliah Pertemuaan Pokok Bahasan Waktu : Elektronika Analog : I : Bahan Semikonduktor : 2x55 menit Berdasarkan sifat hantantaran listrik bahan dapat dibagi atas 3 jenis yaitu: bahan yang tidak dapat

Lebih terperinci

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Sifat sifat zat padat bergantung pada: Jenis atom penyusunnya Struktur materialnya Berdasarkan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelasan adalah suatu proses penggabungan logam dimana logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan selain digunakan untuk memproduksi suatu

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1993

Fisika EBTANAS Tahun 1993 Fisika EBTANA Tahun 1993 EBTANA-93-01 Dimensi konstanta pegas adalah A. L T 1 B. M T C. M L T 1 D. M L T M L T 1 EBTANA-93-0 Perhatikan kelima grafik hubungan antara jarak a dan waktu t berikut ini. t

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan TiO 2 sebagai fotokatalis diperkenalkan pertama kali oleh Fujishima dan Honda tahun 1972 mengenai pemecahan air menjadi oksigen dan hidrogen secara fotoelektrokimia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logam Berat Istilah "logam berat" didefinisikan secara umum bagi logam yang memiliki berat spesifik lebih dari 5g/cm 3. Logam berat dimasukkan dalam kategori pencemar lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kristal merupakan benda padat yang terbentuk dari komposisi atom-atom,

BAB II KAJIAN TEORI. Kristal merupakan benda padat yang terbentuk dari komposisi atom-atom, BAB II KAJIAN TEORI A. Kristal Kristal merupakan benda padat yang terbentuk dari komposisi atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul dengan susunan berulang dan jarak yang teratur dalam tiga dimensi. Keteraturan

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

DASAR PENGUKURAN LISTRIK DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Contoh Simpulan Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai energi panas dan temperatur.

Lebih terperinci

ATOM BERELEKTRON BANYAK

ATOM BERELEKTRON BANYAK ATOM BERELEKTRON BANYAK A. MODEL ATOM BOHR * Keunggulan Dapat menjelaskan adanya : 1. Kestabilan atom. Spektrum garis pada atom hidrogen (deret Lyman, Balmer, Paschen, Brackett, Pfund) * Kelemahan Tidak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv v vi viii ix x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN : Uji Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Perubahan Sudut Polarisasi Cahaya Menggunakan Alat Semiautomatic Polarymeter Nuraniza 1], Boni Pahlanop Lapanporo 1], Yudha Arman 1] 1]Program Studi Fisika, FMIPA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Seiring dengan pemanfaatan PLTN terdapat kecenderungan penumpukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup:

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup: PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup: kristal semikonduktor intrinsik dan kristal semikonduktor ekstrinsik. Oleh karena itu, sebelum mempelajari modul

Lebih terperinci

THERMISTOR Thermally Sensitive Resistor. KARAKTERISTIK NTC CONTOH PRODUK APLIKASI. R vs T- THERMISTOR. Inkubator. Termistor Pembatas Arus.

THERMISTOR Thermally Sensitive Resistor. KARAKTERISTIK NTC CONTOH PRODUK APLIKASI. R vs T- THERMISTOR. Inkubator. Termistor Pembatas Arus. BBK, 27 MEI 2009 KARAKTERISASI KERAMIK FILM TEBAL CuFe 2 O 4 UNTUK TERMISTOR NTC YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN Fe 2 O 3 DARI MINERAL YAROSIT Wiendartun 1 ),, Dani Gustaman Syarif 2 ), Dadi Rusdiana 1

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

SEMIKONDUKTOR oleh: Ichwan Yelfianhar dirangkum dari berbagai sumber

SEMIKONDUKTOR oleh: Ichwan Yelfianhar dirangkum dari berbagai sumber SEMIKONDUKTOR oleh: Ichwan Yelfianhar dirangkum dari berbagai sumber Pengertian Umum Bahan semikonduktor adalah bahan yang bersifat setengah konduktor karena celah energi yang dibentuk oleh struktur bahan

Lebih terperinci

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi dimodifikasi oleh Dr. Indriana Kartini Bab V Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Fasa merupakan bagian homogen suatu sistem

Lebih terperinci