OLEH: Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OLEH: Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK"

Transkripsi

1 KONFLIK HARTA PUSAKA ANTAR SUKU DI NAGARI TAMBANGAN KECAMATAN X KOTO KABUPATEN TANAH DATAR (STUDI KASUS KONFLIK ANTAR KEMENAKAN MALAKOK SUKU PISANG DENGAN PIHAK SUKU PANYALAI) OLEH: Dwiyuliana Putri 1 Adiyalmon S,Ag, M.Pd. 2 Delmira Syafrini, MA. 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Dwiyuliana Putri (NIM: ), Thesis title, Konflik Harta Pusaka Antar Suku di Nagari Tambangan Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar (Studi Kasus: Kemenakan Malakok Suku Pisang dengan Pihak Suku Panyalai), Thesis, Sociology Education Program (STKIP) PGRI West Sumatera, Padang, The thesis explains about a conflict of inheritance among tribes in Nagari Tambangan which occurred between Anak Kemenakan Malakok 4 from tribe of Pisang 5 and tribe of Panyalai 6. There are many efforts tried to so lve the problem but it is still incomplete yet. The aims of the research are 1) to explain and to analize the causes of the inheritance conflict. 2) what makes the conflict still incomplete. The theory used is conflict theory by Lewis A. Coser. For method of research, the researcher uses qualitative approach with using a case study of research. The informants, 20 people, are taken through snowball sampling. Data found, which are primary and secondary data form, are collected through interviewing, observing, and cocumentation with using supporting isntruments like pen, handphone, etc. Analysis unit of the research is group. The result of this research reveal that 1. The main inheritance conflict which happen between Kemenakan Malalkok from tribe of Pisang and panyalai tribe. a) The grab of the authority of the farm management, b) the construction of a house which is in the confilct farm, c) the main witness had died, d) a provocation from people around. 2. The fact of making the conflict still incomplete because of there some people try to make the problem worse, while the village administration has tried to solve this case, such as : a) forgery geneology, b) any intervention from other side, c) threat from one of the conflict side, d) difficult to do the kinship mediation between the conflict people. Key Word : Conflict of inheritance among tribes 1 Mahasiswi STKIP PGRI Sumatera Barat jurusan Pendidikan Sosiologi periode Mei Dosen Pembimbing 1 Skripsi. Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 3 Dosen Pembimbing 2 Skripsi. Pendidikan Sosiolog STKIP PGRI Sumatera Barat 4 Kemenakan pendatang yang diangkat oleh kepala suku menjadi bagian dari sukunya 5 Salah satu suku yang ada di Minangkabau Sumatera Barat 6 Salah satu suku yang ada di Minangkabau Sumatera Barat

2 PENDAHULUAN Minangkabau adalah suatu tempat di Indonesia dimana orang dapat menjumpai masyarakat yang diatur menurut tertib hukum ibu (matrilineal), begitu juga dalam dalam sistem kepemilikan harta diwarisi berdasarkan garis keturunan ibu. Di Minangkabau wujud atau bentuk harta tidak berupa benda saja seperti hutan, sawah, tanah, perladangan dan lain-lain namun ada juga harta yang tidak bersifat benda seperti gelar dan lain sebagainya (Amir :94). Orang yang memiliki banyak harta materil, dikatakan orang kaya dan berada pada stratifikasi atas di dalam masyarakat, tetapi menurut pandangan adat orang kaya ditinjau dari banyaknya harta pusaka turun-temurun yang dimilikinya. Dari status adat lebih terpandang orang atau kaum yang banyak memiliki harta pusaka, ini bukan harta karena dibeli harta yang bersifat materil itu berwujud seperti kepemilikan tanah. Pola kepemilikian tanah di Minangkabau tidaklah bersifat individual, melainkan milik komunal yaitu milik suku, kaum dan Nagari. Regenerasi atau proses pewarisan tanah itu didasarkan atas sistem kemasyarakatan yang berpolakan matrilineal (garis keturunan ibu) yaitu dari mamak kepada kemenakan. Dengan adanya kepemilikan tanah maka seseorang dapat melakukan penguasaan atas tanah tersebut. Kekayaan, terutama dalam bentuk tanah menurut tradisional orang Minangkabau dapat dikategorikan ke dalam beberapa bentuk: berupa harta pusaka, tanah rajo dan atau tanah ulayat. (Navis, 1984:149). Harta pusaka dimiliki oleh setiap kaum dalam suatu suku dan telah diwariskan melalui beberapa generasi. Harta ini tidak boleh diperjual-belikan karena menyangkut sosial genealogis, kecuali dipegang-gadaikan yang lebih cenderung bersifat sosial dari pada ekonomi. Transaksi ini baru dibolehkan setelah melalui rapat kaum yang dipimpin oleh penghulu yaitu biasa disebut dengan Kerapatan Adat Nagari (KAN) dengan didasarkan atas beberapa pertimbangan, seperti mayik tabujue tangah rumah (mayat terbujur ditengah rumah) digunakan untuk biaya penyelenggaraan jenazah kerabat yang meninggal, rumah gadang katirisan (rumah gadang yang sudah bocor atau sebagai penutup diri), gadih gadang indak balaki (gadis dewasa yang belum bersuami) dan mambangkik batang tarandam (membangkit batang terendam) di Minangkabau (Amir, 2006:100). Harta di Minangkabau terbagi dua yaitu: 1. Harta pusaka tinggi adalah segala harta pusaka yang diwarisi secara turun- menurun. Jadi bukan harta pencaharian dari orang yang kini masih hidup, tetapi peninggalan atau warisan dari nenek moyang yang mendahului kita (Amir, 2011: 19). 2. Harta pusaka rendah adalah segala harta yang berasal dari hasil pencaharian ayah dan ibu selama dalam masa perkawinan dan segala harta yang diperoleh dari segala pemberian baik dari ibu dan bapak sebelum perkawinan (Mahyuddin, 2009:70). Permasalahan yang berhubungan dengan anak kemenakan dalam Nagari Seperti halnya mengenai masalah harta pusaka sering memicu terjadinya konflik. Konflik harta pusaka khususnya mengenai hal pewarisan sering kita temui di dalam kehidupan sehari-hari seperti konflik yang terjadi di Nagari Tambangan Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar. Konflik terjadi antara kemenakan malakok suku Pisang atau kemenakan pendatang yang mengaku mamak dengan pihak suku Panyalai pada tanggal 22 Agutus tahun Yang mana suku Pisang malakok yang berasal dari Kayu Tanam diketuai Wanimis dan dari pihak Panyalai diketuai Harmen Dt. Sinaro kedua kelompok tersebut memperebutkan hak pengelolaan sawah Simpang Empat dan sawah Banda Pinang Utara seluas 2 hektar yang bertempat di Simpang Empat Nagari Tambangan. Konflik ini dipicu pembangunan rumah yang akan didirikan adik perempuan Harmen yang bernama Fatmawati (pihak Panyalai) di atas sawah Simpang Empat yang menyebabkan kemarahan pihak kemenakan malakok suku Pisang. Sehingga pihak Wanimis merusak pondasi rumah yang sedang dibangun tersebut dan mengklaim bahwa sawah Simpang Empat merupakan pusaka tinggi suku Pisang pihak mereka yang tidak boleh dikelola dan dibanguni rumah begitu juga dengan Sawah Banda Pinang Utara. Namun dibantah oleh pihak Panyalai bahwa, sawah Simpang Empat adalah sawah yang sudah dihibahkan atau diberikan oleh kakek mereka Latin Dt. Rajo Maninjun dan sawah Banda Pinang Utara adalah sawah Pegang gadai yang warisnya atau yang berhak menebus sawah tersebut adalah kemenakan malakok yang berasal dari Pauh Panta Bukittinggi bukanlah dari suku Pisang pihak Wanimis bersaudara yang

3 berasal dari Kayu Tanam. Konflik bukan hanya terjadi sebatas pengklaiman itu saja, namun berbentuk kekerasan yang juga dialami oleh mereka yang terlibat konflik berupa intimidasi dan kekerasan fisik bahkan aksi anarkis tersebut terjadi berulang kali seperti: perang mulut, ancaman dengan senjata tajam dan lain-lain. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik antara kemenakan malakok suku Pisang dengan pihak suku Panyalai seperti: Penyelesaian oleh Wali Nagari dengan memberikan nasehat dan pandangan kepada kedua pihak yang berkonflik berikutnya penyelesaian oleh Kerapatan Adat Nagari (KAN) yang mana dalam sidang tersebut dilakukan upaya penyelesaian terbaik oleh KAN serta usulan-usulan perdamain untuk kedua belah pihak yang sedang berkonflik dan terakhir penyelesaian oleh Pengadilan Negeri. Akan tetapi konflik ini masih saja berkelanjutan sampai saat ini, sehingga di dalam kehidupan bermasyarakat antara kemenakan suku Pisang malakok dengan pihak suku Panyalai terjadi hubungan yang tidak harmonis sampai ke anak cucu mereka. Maka atas dasar itu Peneliti tertarik untuk meneliti Konflik Harta Pusaka Antar Suku di Nagari Tambangan Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar (Studi Kasus Kemenakan Malakok Suku Pisang dengan Pihak Suku Panyalai). Berdasarkan hal diatas maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. Apa akar konflik harta pusaka antar suku di Nagari Tambangan Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar? 2. Mengapa konflik harta pusaka antar suku di Nagari Tambangan Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar tidak bisa terselesaikan? Tujuan Penelitian Adalah: 1. Menjelaskan dan menganalisis akar konflik harta pusaka antar suku di Nagari Tambangan Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar. 2. Menjelaskan apa yang menyebabkan konflik harta pusaka antar suku di Nagari Tambangan Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar tidak bisa terselesaikan. Manfaat penelitian ini adalah : 1. Secara akademis, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan 2. Secara praktis, hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi tokoh-tokoh masyarakat, Wali nagari, ketua KAN, niniak mamak, cadiak pandai, bundo kanduang dalam menyelesaikan konflik antar suku mengenai harta pusaka. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bodgan dan Taylor penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati (Moleong, 1990:3). Sedangkan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Maxfield studi kasus adalah penelitian tentang studi subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase sepesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Jadi dapat penulis simpulkan penelitian kualitatif dengan menggunakan tipe studi kasus yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang akar penyebab konflik dan proses penyelesaian konflik harta pusaka antar suku yang belum terselesaikan walau upaya penyelesaianya sudah dilakukan (Nazir, 2011:57). Informan penelitian menggunakan mekanisme snowball sampling. Mekanisme pencarian para informan penelitian seperti ini dilakukan apabila si peneliti tidak mengetahui kriteria siapa saja yang dapat diwawancarai untuk mendapatkan informasi tertentu. Akibatnya peneliti tidak mengetahui identitas orang yang dapat diwawancarai untuk mendapatkan informasi tertentu. Dia hanya mengetahui bahwa orang-orang yang perlu diwawancarai adalah mereka yang mengetahui isu yang sedang diteliti atau melakukan sesuatu yang ingin diketahui oleh peneliti. Cara mendapatkan informan dengan mekanisme ini adalah dari seorang informan atau dokumen (Afrizal, 2008: ). Pengumpulan data dilakukan dengan 3 metode yaitu : 1. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan

4 oleh dua pihak, yaitu wawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Maleong, 2007:186). Wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara mendalam, karena wawancara mendalam bersifat terbuka dalam pelaksanaanya dan tidak hanya mewawancarai satu kali saja tetapi berulangulang dan mencek dalam kenyataan melalui pengamatan. Wawancara dilakukan dengan cara mengadakan wawancara secara langsung dan mendalam tentang permasalahan (Afrizal, 2008:97-98). 2. Observasi Merupakan suatu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan data yang akan dibutuhkan terutama dalam dan menafisirkan gejala yang berhubungan dengan konflik harta pusaka antar Suku Pisang dengan Panyalai. Sehubungan dengan objek penelitian hal-hal yang diobservasi meliputi: sidang Pleno KAN, tempat yang dijadikan sumber konflik berupa sawah, serta kejadian atau proses terjadinya konflik yaitu pada tanggal 22 Agustus tahun 2011 sekitar jam WIB. 3. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data informasi yang besifat sekunder yang berkaitan dengan penelitian. Data ini diperoleh dari berbagai sumber seperti: perpustakaan, hasil penelitian yang terdahulu yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Selain itu peneliti menggunakan kamera hape untuk mendukung data otentik. Unit analisis adalah subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto, 2010:89). Dari uraian di atas unit analisis penilitian ini adalah kelompok yaitu kemenakan malakok suku Pisang dengan pihak suku Panyalai yang terlibat konflik Adapun teknik analisis data menggunakan model Miles dan Heberman dalam (Sugyono, 2012:337). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 3. Penarikan Kesimpulan HASIL PENELITIAN 5.1 Akar Konflik Akar konflik harta pusaka antar suku yang terjadi antara kemenakan malakok suku Pisang dengan pihak Panyalai antara lain sebagai berikut : 1. Perebutan Hak Pengelolaan Sawah Lahan dalam konflik ini adalah berupa sawah dengan jumlah luas kedua sawah yang berkonflik adalah 2 hektar lebih yang mana masing-masing sawah berbeda sejarahnya. Sawah Simpang Empat (Banda Pinang Selatan) merupakan sawah pemberian dari mendiang terdahulu Latin Dt. Rajo Maninjun yaitu dengan luas 1 hektar lebih sedangkan sawah Banda Pinang Utara merupakan sawah yang sudah dipegang gadai pihak Panyalai yang mana ahli waris sahnya bukan dari Pihak Wanismis bersaudara. Namun sikap kemenakan malakok yang menyalahi aturan menyebabkan terjadinya perebutan hak pengelolaan sawah Simpang Empat dan Banda Pinang Utara milik pihak Panyalai. 2. Pembangunan Rumah Pembangunan rumah yang dilakukan oleh adik perempuan Harmen DT. Sinaro yang bernama Fatmawati di atas Sawah Simpang Ampek. Pembangunan rumah merupakan salah satu penyebab atau akar konflik dari permasalahan yang terjadi antara pihak kemenakan malakok suku Pisang dengan pihak suku Panyalai. 3. Meninggalnya Saksi Kunci Mursik adalah saksi kunci yang mengetahui segalanya atau paham tentang bagaimana seluk-beluk sawah Banda Pinang dan sawah Simpang Empat yang sedang berkonflik. Meninggalnya Mursik sebagai saksi kunci sawah Simpang Empat dan Banda Pinang dianggap pihak kemenakan malakok yang berasal dari Kayu Tanam sebagai suatu keberuntungan karena dengan meninggalnya saksi kunci tersebut, tidak ada lagi orang yang akan menghalangi aksi mereka untuk merampas sawah Simpang Empat dan sawah Banda Pinang Utara. 1. Reduksi Data 2. Penyajian Data

5 4. Provokasi Dari Salah Satu Anggota Masyarakat Adanya pihak yang memprovokatori, terilihat jelas bahwa ada motif di balik masalah ini. Sifat tidak senang atau iri dalam pembangunan rumah di atas sawah Simpang Empat yang di bangun oleh Fatmawati dari pihak Panyalai merupakan salah satu alasan orang tersebut memprovokasi pihak kemenakan malakok agar melakukan aksi perebutan sawah Simpang Empat, begitu juga sawah Banda Pinang Utara. 5.2 Upaya Penyelesaian Oleh Pihak Pemerintahan Nagari Upaya penyelesaian konflik sudah dilakukan oleh pihak wali nagari dengan menerima pengaduan dari pihak Panyalai. Maka dari itu diberikan pemanggilan dan pemberian nasehat. Namun permasalahan ini belum juga bisa terselesaikan sehingga diserahkan kepada lembaga pemerintahan Nagari yaitu Kerapatan Adat Nagari (KAN) dengan melakukan sidang Pleno dan pengambilan keputasan yang dihadiri oleh penghulu dari 6 suku. Yang mana keputusan sawah Simpang Empat merupakan sawah yang sudah dihibahkan Latin kepada anak-anaknya dan sawah Banda Pinang Utara merupakan pegang gadai. Namun tidak ada kesepakatan dari kedua pihak sehingga konflik masih tetap terjadi dan masalah ini diserahkan kepada lembaga hukum Negara yaitu Pengadilan Negera. Adapun Faktor yang menyebabkan tidak kunjung terselesaikann konflik: 5.3 Beberapa Tindakan Pihak Yang Bertikai yang Memperuncing Keadaan 1. Pemalsuan Ranji Ditemukanya ranji palsu yang dibuat oleh pihak kemenakan malakok suku Pisang yang diketuai Wanimis bersaudara. Di dalam ranji yang dibuat oleh suku kemenakan malakok yang diketuai Wanimis bersaudara bertali darah dengan Latin Dt. Rajo Maninjun ditemukan adanya pemalsuan di dalam ranji tersebut yang isinya menghubungkan pihak kemenakan malakok menjadi bertali darah dengan Lati Dt. Rajo Maninjun. Padahal di dalam ranji asli yang diperlihatkan oleh kemenakan malakok suku Pisang yang berasal dari Pauh Panta Bukittinggi ditemukan bahwa Latin tidak memiliki kemenakan bertali darah atau putuih warih batali darah. 2. Intervensi Pihak Luar Dalam Konflik Adanya intervensi atau keterlibatan pihak lain dalam kasus ini, untuk membantu kemenakan malakok, terlihat jelas dari latar belakang pendidikan kemenakan malakok suku Pisang yang diketuai Wanimis dan saudaranya banyak yang tidak tamat sekolah dan tidak bisa tulis baca namun ranji dan bukti-bukti palsu yang mereka buat terkesan rapi seolah ada yang membantu mereka dalam hal pembuatan ranji palsu dan dalam surat menyurat lainnya. Ada pihak lembaga hukum yang membantu kemenakan malakok dibelakang kasus ini yang sangat paham tentang hukum sehingga mereka merasa percaya diri untuk memenangkan perkara ini. 3. Ancaman Kemenakan Malakok Suku Pisang Masyarakat Tambangan sangat takut untuk ikut campur dalam masalah ini, karena diancam oleh pihak kemenakan malakok suku Pisang. Pihak kemenakan malakok Wanimis bersaudara memiliki anggota keluarga yang banyak dan lebih mengandalkan keberanian atau otot karena mayoritas pihak kemenakan malakok berpendidikan rendah dan tidak tamat sekolah. Dilihat dari kejadian yang dialami Fatmawati yang dilarang membangun rumah oleh pihak kemenakan malakok dan diancam dengan menggunakan senjata tajam seperti golok, sehingga menyebabkan masyarakat merasa takut untuk ikut campur dan terlibat dalam masalah ini. 4. Sulitnya Mediasi Secara Kekeluargaan Sulitnya mediasi, yang dilakukan secara kekeluargaan antara pihak kemenakan malakok juga merupakan salah satu faktor penyebab konflik tidak kunjung selesai. Sehingga di dalam kehidupan bermasyarakat antara kemenakan malakok dengan pihak Panyalai terdapat hubungan yang antagonis. KESIMPULAN Berdasarakan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Akar konflik yang menyebabkan terjadinya konflik antara kemenakan malakok suku Pisang dengan pihak suku Panyalai ada empat: a. Perebutan sawah Simpang Empat (Banda Pinang selatan) dan sawah Banda Pinang Utara seluas 2 hektar lebih.

6 b. Pembangunan rumah yang akan didirikan oleh salah satu anggota keluarga dari pihak Panyalai yang bernama Fatmawati, di atas sawah Simpang Empat. c. Meninggalnya, saksi kunci yang mengetahui sejarah kedua buah sawah yang berkonflik. d. Provokasi dari salah satu anggota masyarakat terhadap pihak kemenakan malakok suku Pisang. 2. Adapun yang menyebabkan konflik tidak kunjung terselesaikan oleh pihak pemerintah Nagari seperti Wali Nagari dan Kerapatan Adat Nagari (KAN) adalah: Beberapa tindakan pihak yang bertikai yang memperuncing keadaan seperti : a. Pembuatan ranji palsu b. Intervensi pihak luar dalam konflik. c. Ancaman dari pihak kemenakan malakok terhadap pihak yang berusaha membantu pihak suku Panyalai. d. Sulitnya mediasi yang dilakukan secara kekeluargaan antara kedua pihak yang terlibat konflik karena sikap kemenakan malakok yang keras tidak mau untuk didamaikan. Navis, AA Alam Takambang jadi Jakarta: PT. Pustaka Grafitipers Guru. Nazir.Muhamad Metode Penelitian Kualitatif. Cetakan ke 7: Ghalia Insonesia Nazir, Muhamad Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Sugyono Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuntitatif, Kualitatifdan R&D. Alfebeta: Bandung Yakub, M. Dt. Nurdin Hukum Kekerabatan MinangKabau. Bukittinggi: CV. Pustaka Indonesia. DAFTAR PUSTAKA I. BUKU Afrizal Pengantar Penelitian Kualitatif. Padang: Laboratorium sosiologi Fisip Unand Padang. Arikunto, Suharismi Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta H. Mahyuddin, Suardi Dinamika Sistem Adat MinangKabau : PT. Candi Cipta Paramuda. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya M.S, Amir Adat Minangkabau. Jakarta : PT. Mutiara Sumber Widya Harato Pusako Tinggi dan PencaharianMinangkabau. Jakarta : Citra Harta Prima Panduan Pengelolaan Suku dan Nagari di Minangkabau. Jakarta : Citra Harta Prima.

BAB I PENDAHULUAN. pangan dalam kehidupannya, yaitu dengan mengolah dan mengusahakan

BAB I PENDAHULUAN. pangan dalam kehidupannya, yaitu dengan mengolah dan mengusahakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah merupakan benda tidak bergerak yang mutlak perlu bagi kehidupan manusia. Hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah pusako adalah tanah hak milik bersama dari pada suatu kaum yang mempunyai pertalian darah dan diwarisi secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH:

KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH: KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH: PUTRI MAYA SARI 10070151 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Praktek Pewarisan Harta Pusaka Tinggi Tidak Bergerak di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan

Lebih terperinci

Registration Of The Ulayat Kaum Land Based On Personal Name Of Mamak Kepala Waris And Legal Consequences In Payakumbuh.

Registration Of The Ulayat Kaum Land Based On Personal Name Of Mamak Kepala Waris And Legal Consequences In Payakumbuh. Registration Of The Ulayat Kaum Land Based On Personal Name Of Mamak Kepala Waris And Legal Consequences In Payakumbuh Resfina Agustin Riza 1, Syafril 1, Adri 1 1 Jurursan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang berada di Indonesia.Provinsi Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi Lampiran 2 HASIL WAWANCARA Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi 1. Bagaimanakah cara orang tua menyampaikan hukum adat Minangkabau kepada anak, terkait adanya pewarisan harta kepada anak perempuan?

Lebih terperinci

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Pemahaman Progresif tentang Hak Perempuan atas Waris, Kepemilikan Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Beberapa Istilah Penting terkait dengan Hak Perempuan atas Waris dan Kepemilikan Tanah: Ahli

Lebih terperinci

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT )

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) Dewifebrina 1 Dra. Fachrina,M.Si 2 Erningsih,S.Sos 3 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, oleh karenanya manusia tidak bisa terlepas dari tanah. Tanah sangat dibutuhkan oleh setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waris adalah perpindahan harta milik atau perpindahan pusaka.sehingga secara istilah ilmu waris adalah ilmu yang mempelajari tentang perpindahan harta pusaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki

Lebih terperinci

Sementara faktor ekonomi-politik adalah faktor yang mempengaruhi tejadiya konnik tanah yang datang dari luar sistem masyarakat nagari Simawang.

Sementara faktor ekonomi-politik adalah faktor yang mempengaruhi tejadiya konnik tanah yang datang dari luar sistem masyarakat nagari Simawang. RXNGKASAN ZULKARh'ARV HARUN (95106lSPD) : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Konflik Tanah di Minangkabau : Studi Kasus di Nagari Simawang Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar (dibawah bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa berupa sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan baik yang langsung untuk kehidupanya

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA Oleh,, 1) Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH

WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) ENZI PATRIANI NPM 10080297 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan keragaman kelompok etnis yang mendiami tanah nusantara, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan keragaman kelompok etnis yang mendiami tanah nusantara, diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kekayaan yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia adalah keragaman budaya dan keragaman kelompok etnis yang mendiami tanah nusantara, diantaranya kelompok etnis

Lebih terperinci

Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau)

Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau) PENGAMBILAM KEPUTUSAN DALAM KELUARGA MENURUT BUDAYA MINANGKABAU Oleh : Dra. Silvia Rosa, M. Hum Ketua Jurusan Sastra Daerah Minangkabau FS--UA FS Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan

Lebih terperinci

KONFLIK TANAH ULAYAT KAUM SUKU KOTO DI NAGARI KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL

KONFLIK TANAH ULAYAT KAUM SUKU KOTO DI NAGARI KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL KONFLIK TANAH ULAYAT KAUM SUKU KOTO DI NAGARI KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL NADIA FAUZA NPM. 10070232 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP (PGRI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Pembagian Harta Warisan. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk membedakan dengan istilah-istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum adat di Indonesia bersifat pluralistik sesuai dengan banyaknya jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat C. Van Vollenhoven

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umunmya sistem kekerabatan suku bangsa yang ada di Indonesia menarik garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat Minangkabau

Lebih terperinci

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat)

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat) Prosiding Peradilan Agama ISSN: 2460-6391 Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat) 1 Utari Suci Ramadhani, 2 Dr. Tamyiez Dery,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Minangkabau merupakan satu-satunya budaya yang menganut sistem kekerabatan matrilineal di Indonesia. Masyarakat Minangkabau merupakan komunitas masyarakat matrilineal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA A. Analisis Terhadap Kebiasaan Pembagian Waris Di Kejawan Lor Kelurahan Kenjeran Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu penjelmaan dari jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad 1.Setiap

BAB I PENDAHULUAN. satu penjelmaan dari jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad 1.Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adat merupakan cerminan kepribadian suatu bangsa yang menjadi salah satu penjelmaan dari jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad 1.Setiap bangsa di dunia ini

Lebih terperinci

FAKTOR EKTERNAL YANG MEMPENGARUHI REMAJA MENYALAHGUNAKAN OBAT TRAMADOL DI DESA AURCINO KABUPATEN TEBO ARTIKEL JURNAL

FAKTOR EKTERNAL YANG MEMPENGARUHI REMAJA MENYALAHGUNAKAN OBAT TRAMADOL DI DESA AURCINO KABUPATEN TEBO ARTIKEL JURNAL FAKTOR EKTERNAL YANG MEMPENGARUHI REMAJA MENYALAHGUNAKAN OBAT TRAMADOL DI DESA AURCINO KABUPATEN TEBO ARTIKEL JURNAL Oleh: YAN IQBAL NPM. 10070022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

KEPASTIAN HUKUM BAGI TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT Oleh: Ridho Afrianedy,SHI, Lc (Hakim PA Sungai Penuh)

KEPASTIAN HUKUM BAGI TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT Oleh: Ridho Afrianedy,SHI, Lc (Hakim PA Sungai Penuh) KEPASTIAN HUKUM BAGI TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT Oleh: Ridho Afrianedy,SHI, Lc (Hakim PA Sungai Penuh) Latar Belakang Tak sekali terjadi konflik horizontal di tengah masyarakat

Lebih terperinci

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI MINANGKABAU (STUDI KASUS DI NAGARI SULIT AIR-KABUPATEN SOLOK)

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI MINANGKABAU (STUDI KASUS DI NAGARI SULIT AIR-KABUPATEN SOLOK) 1 PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI MINANGKABAU (STUDI KASUS DI NAGARI SULIT AIR-KABUPATEN SOLOK) Mifta Nur Rizki Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki masyarakat majemuk. Kemajemukan masyarakat di negara Indonesia terdiri dari berbagai etnis, suku, adat dan budaya.

Lebih terperinci

KEHIDUPAN ANAK DARI HASIL PERKAWINAN CAMPURAN

KEHIDUPAN ANAK DARI HASIL PERKAWINAN CAMPURAN KEHIDUPAN ANAK DARI HASIL PERKAWINAN CAMPURAN (Studi Kasus: Status dan Hak Waris Anak Dari Perkawinan Laki-Laki Minangkabau dengan wanita Batak di Jorong Pasar Rao Pasaman) SKRIPSI Tugas Untuk Mencapai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SYARAT MENGGADAI TANAH HARTA PUSAKA TINGGI DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI KABUPATEN AGAM NAGARI KAMANG MUDIAK KIKKY FEBRIASI

PERKEMBANGAN SYARAT MENGGADAI TANAH HARTA PUSAKA TINGGI DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI KABUPATEN AGAM NAGARI KAMANG MUDIAK KIKKY FEBRIASI Kikky Febriasi 1 PERKEMBANGAN SYARAT MENGGADAI TANAH HARTA PUSAKA TINGGI DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI KABUPATEN AGAM NAGARI KAMANG MUDIAK KIKKY FEBRIASI ABSTRACT In Minangkabau community, tanah

Lebih terperinci

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V10.i4 ( )

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V10.i4 ( ) TINJAUAN ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JALAN DAN TEROWONGAN BALINGKA- NGARAI SIANOK Rio Tutri * Program Studi Pendidikan Sosiologi, STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang * Email: riotutri123@gmail.com

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang:a. bahwa dalam Undang - undang Nomor

Lebih terperinci

ARTIKEL PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH HARTA PUSAKO TINGGI DI NAGARI PIANGGU

ARTIKEL PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH HARTA PUSAKO TINGGI DI NAGARI PIANGGU ARTIKEL PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH HARTA PUSAKO TINGGI DI NAGARI PIANGGU KECAMATAN IX KOTO SUNGAI LASI KABUPATEN SOLOK Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

1 2 3

1 2 3 Perjuangan Perempuan terhadap Penguasaan Tanah Ulayat oleh Laki-laki di Minangkabau Yuhelna 1, Isnaini 2, Yanti Sri Wahyuni 3 STKIP PGRI Sumatera Barat 1 Lenayuhelna86@gmail.com, 2 ichagta@gmail.com, 3

Lebih terperinci

KULIAH WARDAT 10 April 2012 Pertemuan ke 9

KULIAH WARDAT 10 April 2012 Pertemuan ke 9 KULIH WRDT 10 pril 12 Pertemuan ke 9 UU No.1/ 1974: Ps. 3: asas monogamy relative Ps. 5: syarat perkawinan Ps.8: Larangan perkawinan Ps. 13: Pencegahan perkawinan Ps. 31: Hak & kewajiban Suami Istri seimbang/

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN HAK WARIS PADA MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN HAK WARIS PADA MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN HAK WARIS PADA MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU A. Kondisi Geografis Secara geografi kota Padang terletak di pesisir pantai barat pulau Sumatera, dengan garis pantai sepanjang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002 Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI Menimbang : a. bahwa modal dasar pembangunan Nagari yang tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang di dalamnya terdapat beraneka ragam suku bangsa, adat istiadat, dan kebudayaan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL

FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL ERWIN LUTER NIM. 09070140 PROGRAM PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahkluk hidup pasti akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat hukum yang berkaitan dengan pengurusan

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa nagari sebagai kesatuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008 No. Urut : 06 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Selatan, Sumatera Barat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Selatan, Sumatera Barat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan yang dilakukan mengenai Pola Bangun Atap Rumah Gadang Koto Baru Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat,

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU. A. Gambaran Umum Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan

BAB III PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU. A. Gambaran Umum Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan BAB III PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU A. Gambaran Umum Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan 1. Tata Letak Nagari Pariangan Kanagari Pariangan berada

Lebih terperinci

REGULASI KONFLIK ANTARA PEMILIK USAHA SOMEL DENGAN PEMASOK KAYU DI NAGARI BULUH KASOK KECAMATAN LUBUK TAROK KABUPATEN SIJUNJUNG ABSTRACT

REGULASI KONFLIK ANTARA PEMILIK USAHA SOMEL DENGAN PEMASOK KAYU DI NAGARI BULUH KASOK KECAMATAN LUBUK TAROK KABUPATEN SIJUNJUNG ABSTRACT 0 REGULASI KONFLIK ANTARA PEMILIK USAHA SOMEL DENGAN PEMASOK KAYU DI NAGARI BULUH KASOK KECAMATAN LUBUK TAROK KABUPATEN SIJUNJUNG Rivel Gusman Erianto 1, Rio Tutri 2, Yuhelna 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Perkawinan Menurut Hukum Adat Minangkabau di Kenagarian Koto Baru, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA PEMANFAATAN TANAH ULAYAT KAUM DI KENAGARIAN LUBUK BASUNG. Skripsi

PENYELESAIAN SENGKETA PEMANFAATAN TANAH ULAYAT KAUM DI KENAGARIAN LUBUK BASUNG. Skripsi PENYELESAIAN SENGKETA PEMANFAATAN TANAH ULAYAT KAUM DI KENAGARIAN LUBUK BASUNG Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh : LENI MARLINA 07 140 008 Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelesaian sengketa..., Dina Amanda, FH UI, 2011.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelesaian sengketa..., Dina Amanda, FH UI, 2011. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tanah adalah suatu hak yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Tanah adalah tempat untuk mencari nafkah, mendirikan rumah atau tempat kediaman, menjadi

Lebih terperinci

Keywords: Conflict, Pagang-Gadai, Tanah Ulayat

Keywords: Conflict, Pagang-Gadai, Tanah Ulayat KONFLIK GADAI TANAH ULAYAT STUDI: PADA MASYARAKAT MELAKUKAN PRAKTEK GADAI TANAH ULAYAT KAUM DI JORONG KAJAI NAGARI LADANG PANJANG KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN Eti Siska Putri 1, Firdaus 2, Rio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang penduduknya memiliki aneka ragam adat kebudayaan. Mayoritas masyarakat Indonesia yang bertempat tinggal di pedesaan masih berpegang teguh

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA ABSTRACT

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA ABSTRACT KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA Susi Susanti 1, Mila Kurnia Sari², Titiek Fujita Yusandra² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM USAHA TAMBANG EMAS DI NAGARI PADANG LAWEH KECAMATAN KOTO VII KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL

KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM USAHA TAMBANG EMAS DI NAGARI PADANG LAWEH KECAMATAN KOTO VII KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL 0 KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM USAHA TAMBANG EMAS DI NAGARI PADANG LAWEH KECAMATAN KOTO VII KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL HERMANTONI NIM. 09070156 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

PERUBAHAN SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG BLANTI KARYA WISRAN HADI

PERUBAHAN SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG BLANTI KARYA WISRAN HADI PERUBAHAN SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG BLANTI KARYA WISRAN HADI ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) BUDI SAPUTRA NIM 09080126 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena hukum kewarisan sangat erat kaitannya dengan ruang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena hukum kewarisan sangat erat kaitannya dengan ruang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum kewarisan merupakan bagian dari hukum keluarga yang memegang peranan sangat penting bahkan menentukan dan mencerminkan sistem dan bentuk hukum yang berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra dan timur asing, yang mempunyai upaya memaksa lagi pula tidak di

BAB I PENDAHULUAN. putra dan timur asing, yang mempunyai upaya memaksa lagi pula tidak di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku yang berlaku bagi bumi putra dan timur asing, yang mempunyai upaya memaksa lagi pula tidak di kodifikasikan.

Lebih terperinci

BEBERAPA KENDALA YURIDIS DAN SOSIOLOGIS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI KABUPATEN TANAH DATAR

BEBERAPA KENDALA YURIDIS DAN SOSIOLOGIS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI KABUPATEN TANAH DATAR BEBERAPA KENDALA YURIDIS DAN SOSIOLOGIS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI KABUPATEN TANAH DATAR TESIS Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan berbangsa, khususnya dalam kehidupan masyarakat heterogen, seperti Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI ( KAN ) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH HARTA PUSAKO TINGGI DI KENAGARIAN TALANG MAUR PAYAKUMBUH

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI ( KAN ) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH HARTA PUSAKO TINGGI DI KENAGARIAN TALANG MAUR PAYAKUMBUH PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI ( KAN ) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH HARTA PUSAKO TINGGI DI KENAGARIAN TALANG MAUR PAYAKUMBUH Oleh (ELVA SUSANTI, 1010005600032, FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TAMANSISWA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan logos yang berarti ilmu atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan logos yang berarti ilmu atau 55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu metod artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan logos yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 143 144 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 145 146 Lampiran 3 Pengukuran Variabel Penelitian untuk Jawaban Pengetahuan No. Pernyataan Betul Salah Pengetahuan tentang keluarga sistem matrilineal

Lebih terperinci

JURNAL KORI HARTATI NIM

JURNAL KORI HARTATI NIM FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KURANGNYA MOTIVASI ORANG TUA UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN ANAK KE TINGKAT SMP DI KAMPUNG SUNGAI SALAK NAGARI KOTO RAWANG KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENGANTAR... 1

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PELESTARIAN ADAT BUDAYA DALAM HIDUP BERNAGARI DI KOTA PADANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. A.A Navis, Alam Terkembang Jadi guru :Adat dan Kebudayaan Minangkabau, ( Jakarta PT. Pustaka Grafitipers, 1986).

DAFTAR PUSTAKA. A.A Navis, Alam Terkembang Jadi guru :Adat dan Kebudayaan Minangkabau, ( Jakarta PT. Pustaka Grafitipers, 1986). DAFTAR PUSTAKA A.A Navis, Alam Terkembang Jadi guru :Adat dan Kebudayaan Minangkabau, ( Jakarta PT. Pustaka Grafitipers, 1986). Alwir Darwis, Kedudukan dan Peranan Pemimpin Informal dalam Menggalang ketahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik tanah yang muncul sering sekali terjadi karena adanya masalah dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,

Lebih terperinci

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Kanun Jurnal Ilmu Hukum Susiana No. 55, Th. XIII (Desember, 2011), pp. 139-148. HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Manusia hidup dan melakukan aktivitas di

Lebih terperinci

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN Hukum adat kekerabatan adalah hukum adat yang mengatur tentang bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua dan sebaliknya

Lebih terperinci

ABSTRACT. By: Zul Mai Roffi* Dasrizal** Farida**

ABSTRACT. By: Zul Mai Roffi* Dasrizal** Farida** 1 2 ABSTRACT Social Economic of Communities around Lubuk Larangan Jorong Sungai Tanuak Kenagarian Barung Barung Belantai Tengah Kecamatan Koto XI Tarusan Pesisir Selatan By: Zul Mai Roffi* Dasrizal** Farida**

Lebih terperinci

HUKUM ADAT (Pasca Mid Semester)

HUKUM ADAT (Pasca Mid Semester) HUKUM ADAT (Pasca Mid Semester) Struktur Genealogis Teritorial keanggotaan struktur genealogis teritorial ada dua : 1. Harus masuk dalam satu kesatuan genealogis. 2. Harus berdiam di daerah persekutuan

Lebih terperinci

PENYULUHAN DAN PELATIHAN PERLENGKAPAN PROSESI ADAT PERKAWINAN KANAGARIAN NAN XX KOTA PADANG

PENYULUHAN DAN PELATIHAN PERLENGKAPAN PROSESI ADAT PERKAWINAN KANAGARIAN NAN XX KOTA PADANG Program PPM KOMPETITIF Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 4.500.000 Tim Pelaksana Reniwati, Noviatri, Rona Almos, dan Khanizar Fakultas Sastra Lokasi Kota Padang, Sumatera Barat PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaum ditentukan oleh luasnya tanah yang dimiliki.1. Minangkabau sampai saat ini adalah manggadai. Di Minangkabau sendiri

BAB I PENDAHULUAN. kaum ditentukan oleh luasnya tanah yang dimiliki.1. Minangkabau sampai saat ini adalah manggadai. Di Minangkabau sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut adat Minangkabau, tidak ada sejengkal tanahpun yang tidak berpunya di bumi Minangkabau. Tanah tersebut bisa dikuasai oleh suatu kaum sebagai hak ulayat,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang: PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT a. bahwa berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan

Lebih terperinci

Cover Page. The handle holds various files of this Leiden University dissertation.

Cover Page. The handle  holds various files of this Leiden University dissertation. Cover Page The handle http://hdl.handle.net/1887/20262 holds various files of this Leiden University dissertation. Author: Tulius, Juniator Title: Family stories : oral tradition, memories of the past,

Lebih terperinci

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupan dan memenuhi segala kebutuhannya. Seperti yang dikemukakan oleh Soekanto (2007, hlm.23) Manusia senantiasa

Lebih terperinci

Hambatan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok di SMA Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman

Hambatan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok di SMA Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman Hambatan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok di SMA Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman Oleh: Peninas Saputri Student Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera

Lebih terperinci

SANKSI ADAT TERHADAP PERKAWINAN SESUKU DALAM KENAGARIAN SUNGAI ASAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN SKRIPSI

SANKSI ADAT TERHADAP PERKAWINAN SESUKU DALAM KENAGARIAN SUNGAI ASAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN SKRIPSI SANKSI ADAT TERHADAP PERKAWINAN SESUKU DALAM KENAGARIAN SUNGAI ASAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum OLEH : RESTY YULANDA 07140159

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat PERAN MAMAK TERHADAP PENDIDIKAN KEMENAKAN (Studi kasus: Kemenakan dari Anak Janda di Kampung Rumah Nan Ampek Nagari Punggasan Timur Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan) Oleh: Muslim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang sentralistik, dimana segala bentuk keputusan dan kebijakan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. negara yang sentralistik, dimana segala bentuk keputusan dan kebijakan yang ada BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara, Indonesia telah mengalami berbagai macam bentuk sistem pemeritahan. Sebelum reformasi bergulir, Indonesia adalah sebuah negara yang sentralistik,

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL

PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL Oleh: RAHMAN ILAHI NPM: 100300 INFLUENCE OF RESIDENT GROWTH TO THE SETTLEMENT ENVIRONMENT IN IN PAUH SUBDISTRICT

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat beretnis Minangkabau di Desa

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat beretnis Minangkabau di Desa BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Identitas Informan Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat beretnis Minangkabau di Desa Way Urang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Seribu Rumah Gadang Bagi Masyarakat Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan ARTIKEL

Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Seribu Rumah Gadang Bagi Masyarakat Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan ARTIKEL Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Seribu Rumah Gadang Bagi Masyarakat Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan ARTIKEL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ADOPSI HUKUM ADAT MATRILINEAL AKIBAT HUKUM ADOPSI 15/03/2018

ADOPSI HUKUM ADAT MATRILINEAL AKIBAT HUKUM ADOPSI 15/03/2018 ADOPSI HUKUM ADAT MATRILINEAL Anggota Kelompok: 1. Dwi Linda Permatasari (10) 2. Dinda Dini Dwi C (20) 3. Rosalina Dwi F (23) 4. Devi Almas Nur A (26) 5. TaraditaN (27) Masyarakat dengan sistem matrilineal

Lebih terperinci

KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT

KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT Dedi Mardia Fitri 1 Erianjoni, M.Si 2 Elvawati, M.Si 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN A. Pengertian Hukum Waris Pengertian secara umum tentang Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil, yang terdiri dari seorang

Lebih terperinci

JURNAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI KERAPATAN ADAT NAGARI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG. Oleh: P R I M A Z O L A NPM:

JURNAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI KERAPATAN ADAT NAGARI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG. Oleh: P R I M A Z O L A NPM: JURNAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI KERAPATAN ADAT NAGARI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG Oleh: P R I M A Z O L A NPM: 0910005600047 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG 2015 1 PENYELESAIAN

Lebih terperinci

MOTIF PERKAWINAN DIBAWAH UMUR di NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK (Studi kasus : Jorong Galagah) JURNAL

MOTIF PERKAWINAN DIBAWAH UMUR di NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK (Studi kasus : Jorong Galagah) JURNAL MOTIF PERKAWINAN DIBAWAH UMUR di NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK (Studi kasus : Jorong Galagah) JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran kawin sasuku pada masyarakat Minangkabau dianggap sebagai perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

MAKNA TRADISI MANJAPUIK ADAT JO PUSAKO PADA UPACARA KEMATIAN BAGI MASYARAKAT DI NAGARI SIKABAU KECAMATAN PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA ARTIKEL

MAKNA TRADISI MANJAPUIK ADAT JO PUSAKO PADA UPACARA KEMATIAN BAGI MASYARAKAT DI NAGARI SIKABAU KECAMATAN PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA ARTIKEL MAKNA TRADISI MANJAPUIK ADAT JO PUSAKO PADA UPACARA KEMATIAN BAGI MASYARAKAT DI NAGARI SIKABAU KECAMATAN PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA ARTIKEL Suci Nurul Hidayati NPM: 11070139 PRORAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Hukum Adopsi menurut Hukum Adat

Hukum Adopsi menurut Hukum Adat Hukum Adopsi menurut Hukum Adat Oleh: 1. Rico Andrian Hartono(135010101111114)/ 17 2. Ramadhanti Safirriani(135010119111001)/ 46 3. Farahdyba R (135010107111189)/ 44 4. Giovanna Calista F (135010101111106)/

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 0037/Pdt.G/2014/PTA.Pdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 0037/Pdt.G/2014/PTA.Pdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 0037/Pdt.G/2014/PTA.Pdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Padang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingakat banding, dalam persidangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Barat adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang memakai sistem pemerintahan lokal selain pemerintahan desa yang banyak dipakai oleh berbagai daerah

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA A. Analisis Tradisi Pelaksanaan Kewarisan Tunggu Tubang Adat Semende di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Alokasi waktu penelitian tentang tradisi masyarakat muslim dalam membagi harta warisan secara kekeluargaan di kecamatan Jekan

Lebih terperinci