PERUBAHAN SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG BLANTI KARYA WISRAN HADI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERUBAHAN SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG BLANTI KARYA WISRAN HADI"

Transkripsi

1 PERUBAHAN SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG BLANTI KARYA WISRAN HADI ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) BUDI SAPUTRA NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014

2 PERUBAHAN SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG BLANTI KARYA WISRAN HADI Budi Saputra 1, Dr. Yasnur Asri, M.Pd. 2, Titiek Fujita Yusandra, S.S., M.Pd. 3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya ditemukan perubahan sosial dalam novel Orang-orang Blanti karya Wisran Hadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk; (1) mendeskripsikan bentuk perubahan sosial yang terefleksi dalam novel Orang-orang Blanti karya Wisran Hadi, (2) mendeskripsikan penyebab perubahan sosial yang terefleksi dalam novel Orang-orang Blanti karya Wisran Hadi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa: Pertama, dalam novel Orang-orang Blanti terdapat empat bentuk perubahan sosial, yaitu perubahan pengelolaan harta pusaka, pergeseran posisi bundo kanduang, perubahan peran penghulu, dan perubahan sistem perkawinan. Kedua, dalam novel Orang-orang Blanti terdapat dua penyebab terjadinya perubahan sosial. Dua penyebab yang sangat berpengaruh besar dalam perubahan tersebut yaitu faktor ekonomi dan kekuasaan, serta kekacauan dalam negeri. Kata kunci: Perubahan Sosial, Novel Orang-orang Blanti

3 PERUBAHAN SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG BLANTI KARYA WISRAN HADI Budi Saputra 1, Dr. Yasnur Asri, M.Pd. 2, Titiek Fujita Yusandra, S.S., M.Pd. 3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This research background by the number of found social alteration in novel Orang-orang Blanti written by Wisran Hadi. This porpuse of this research is: (1) to describe social alteration form that reflexive in novel Orang-orang Blanti written by Wisran Hadi, (2) to describe cause of social alteration that reflexive in novel Orangorang Blanti written by Wisran Hadi. This research is a qualitative research resulting descriptive data on written words. Based on the result of this research can know that: First, in novel Orang-orang Blanti there are four social alteration forms, among of inheritance management, displacemen position of bundo kanduang, role change of penghulu, and system change of marriage. Second, in novel Orang-orang Blanti there are two causes the happering social alteration. Two causes that very big influential in that change are economic factor and dominance, as well as disorder in state. Key words: Social Alteration, Novel Orang-orang Blanti

4 PENDAHULUAN Karya sastra tidak tercipta dengan sendirinya. Karya sastra tercipta dari hasil interpretasi pengarang atas fenomena sosial yang dihadapinya. Seorang pengarang mencermati, menghayati, mengolah, dan memberi muatan imaji pada hasil interpretasi tersebut. Sebagai interpretasi pengarang atas fenomena sosial di sekitarnya, tidak sedikit pula karya sastra memberikan kekayaan batin bagi pembaca. Karya sastra selain memberikan hiburan, juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai-nilai ajaran hidup. Orang dapat mengetahui nilai-nilai hidup, susunan adat istiadat, suatu keyakinan, dan pandangan hidup orang lain atau masyarakat melalui karya sastra. Prosa fiksi, khususnya novel, tidak dapat dilepaskan dari realita fenomena sosial yang ada dalam kehidupan. Peristiwa-peristiwa yang ditampilkan pengarang dalam cerita rekaan (novel) memberikan kejutan dan pengalaman tersendiri bagi pembaca. Artinya, ketika pembaca membaca cerita yang ditulis pengarang, maka pembaca akan masuk ke dunia imajinasi pengarang tersebut. Pembaca seolah dapat merasakan, menghayati, dan menemukan permasalahan kehidupan yang ditawarkan pengarang. Sebuah karya sastra menurut Junus (1986: 11), dianggap sebagai dokumen yang mencatat unsur-unsur sosio-budaya. Setiap unsur di dalamnya mewakili secara langsung sosiobudaya tertentu. Dalam hal ini, karya sastra dianggap menggambarkan atau memuat kondisi tertentu pada saat karya itu diciptakan. Mencakup dalam pengertian ini yaitu karya sastra yang berlatar budaya Minangkabau dan ditulis oleh pengarang yang berasal dari Minangkabau akan mencerminkan kenyataan sosial dan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat tersebut. Kenyataan sosial dan kebudayaan dapat berupa perubahan sosial yang terjadi tergantung sistem nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Itu semua disajikan pengarang melalui tokohtokohnya. Salah satu novel yang dominan mengangkat permasalahan sosial masyarakat Minangkabau ke dalam karyanya, yaitu novel Orang-orang Blanti karya Wisran Hadi. Novel ini diterbitkan oleh Yayasan Citra Budaya Indonesia pada tahun Dalam penelitian ini, penulis mengambil judul Perubahan Sosial dalam Novel Orang-orang Blanti Karya Wisran Hadi. Masalah ini dianggap penting untuk dibahas karena berhubungan dengan kehidupan masyarakat yang menitikberatkan kepada nilai-nilai sosial yang tercermin pada kehidupan nyata. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini difokuskan pada perubahan sosial dalam novel Orang-orang Blanti karya Wisran Hadi. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk perubahan sosial yang terefleksi dalam novel Orang-orang Blanti karya Wisran Hadi, (2) mendeskripsikan penyebab perubahan sosial yang terefleksi dalam novel Orangorang Blanti karya Wisran Hadi. Perubahan sosial adakalanya hanya terjadi pada sebagian ruang lingkup, tanpa menimbulkan akibat besar terhadap unsur lain dari sistem tersebut. Namun, perubahan mungkin juga mencakup keseluruhan aspek sistem, dan menghasilkan perubahan secara menyeluruh dan menciptakan sistem yang secara mendasar berbeda dari sistem yang lama (Martono, 2011: 4). Menurut Soemardjan (dalam Martono, 2011:4), perubahan sosial meliputi segala perubahanperubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompokkelompok dalam masyarakat. Mac Iver (dalam Soekanto: 1982:263) juga mendefenisikan, bahwa perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau perubahan terhadap keseimbangan (equlibrium) hubungan sosial. Menurut Soekanto (dalam Martono, 2011: 16), perubahan sosial bukanlah sebuah proses yang terjadi dengan sendirinya. Pada umumnya, ada beberapa faktor yang berkontribusi dalam memunculkan perubahan sosial. Faktor tersebut dapat digolongkan pada faktor dari dalam dan faktor dari luar masyarakat. Nanang (2011; 16) menjelaskan, faktor yang berasal dari dalam terdiri dari dua faktor. Pertama, bertambah dan berkurangnya penduduk. Pertambahan jumlah penduduk akan menyebabkan perubahan jumlah dan persebaran wilayah pemukiman. Berkurangnya jumlah penduduk juga akan menyebabkan perubahan sosial budaya. Kedua, penemuan-penemuan baru. Penemuan baru yang berupa teknologi dapat mengubah cara individu berinteraksi dengan orang lain. Perkembangan teknologi juga dapat mengurangi jumlah kebutuhan tenaga kerja karena tenaga manusia telah digantikan oleh mesin. Ketiga, pertentangan atau konflik.

5 Proses perubahan sosial dapat terjadi sebagai akibat adanya konflik sosial dalam masyarakat. Konflik sosial dapat terjadi manakala ada perbedaan kepentingan atau terjadi ketimpangan sosial. Sementara itu faktor yang berasal dari luar terbagi atas tiga faktor pula. Pertama,terjadinya bencana alam atau kondisi lingkungan fisik. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan baru tersebut. Kedua, peperangan yang terjadi. Peristiwa perperangan baik perang saudara maupun perang antarnegara dapat menyebabkan perubahan. Pihak yang menang biasanya akan memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah. Ketiga, adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Adanya interaksi antara dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka dapat disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut Semi (1993:23) penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak menggunakan angka-angka tetapi mengutamakan penghayatan terhadap interaksi serta terhadap konsep yang dikaji secara empiris. Penelitian ini dimulai dari pengumpulan data, klasifikasi data, dan sampai pada pembuatan laporan. Maka dalam penelitian ini dideskripsikan tentang perubahan sosial dalam novel Orang-orang Blanti karya Wisran Hadi. Data dalam penelitian sastra adalah kata-kata, kalimat, dan wacana yang terdapat di dalam karya sastra. Objek penelitian ini adalah perubahan sosial yang terefleksi dalam novel Orang-orang Blanti karya Wisran Hadi. Sumber data yaitu novel Orang-orang Blanti karya Wisran Hadi. Diterbitkan oleh Yayasan Citra Budaya Indonesia, tahun 2000 dengan ISBN : Novel ini terdiri atas 186 halaman dengan 12 bagian tanpa judul subbagian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara (1) membaca secara berulang-ulang novel Orang-orang Blanti karya Wisran Hadi, (2) menandai, mencatat, menginvetarisasi data yang berhubungan dengan tokoh dan perilaku tokoh, (3) mengiventarisasi dan mengklasifikasikan data yang berhubungan dengan perubahan social, dengan cara membuat cacatan kutipan yang digambarkan dalam novel Orang-orang Blanti karya Wisran Hadi Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara (1) mendeskripsikan data yang sudah diinvetariskan, (2) mengklasifikasikan bentuk dan penyebab perubahan sosial dalam novel Orang-orang Blanti karya Wisran Hadi, (3) memberikan interpretasi terhadap data yang diperoleh, (4) mengambil kesimpulan dari hasil interpretasi, (5) menulis laporan hasil penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Perubahan Sosial Perubahan sosial dalam novel Orang-orang Blanti adalah perubahan yang tidak direncanakan, yaitu perubahan yang dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak dikehendaki Ada pun bentuk perubahannya adalah sebagai berikut: a. Perubahan Pengelolaan Harta Pusaka Perubahan pengelolaan harta pusaka yang ditemukan dalam novel Orang-orang Blanti karya Wisran Hadi terdiri atas dua macam, (1) membagi dan menjual harta pusaka, dan (2) adanya perampasan hak waris harta pusaka. 1) Membagi dan Menjual Harta Pusaka Kepemilikan harta disesuaikan dengan cara mendapatkannya. Harta pusaka diperoleh dari warisan yang diturunkan mamak kepada kemenakan. Kemenakan laki-laki mempunyai hak mengusahakan dan kalau bisa menambah, sedangkan kemenakan perempuan mempunyai hak memiliki. Harta ini tidak boleh dibagi-bagi oleh yang berhak. Keutuhan harta pusaka melambangkan keutuhan kaum kerabat, kecuali kalau terjadi kepunahan dalam suatu keluarga (tidak ada lagi anggota yang patut jadi ahli waris). Selain harta pusaka ada lagi harta pencarian dan hibah. Harta ini dimiliki oleh yang mendapatkan baik laki-laki maupun perempuan. Kalau lakilaki ingin memberikan harta itu kepada anak dan istrinya maka ia harus mendapatkan izin saudara perempuannya (Navis, 1986: ).

6 Berdasarkan penjelasan di atas terlihat perempuan di Minangkabau berada dalam pusat penguasaan harta, sedangkan laki-laki mendapat hak mengatur pengelolaan, pengurusan, dan membagi pemakaiannya secara adil. Harta pusaka yang diwariskan secara turun-temurun menurut sistem matrilineal tidak dapat dibagi maupun dijual untuk keperluan pribadi. Begitu pula membagi-bagi harta pusaka kepada ahli waris yang tidak berhak, dengan sendirinya berakibat memecah-belah keutuhan sistem kekerabatan (Navis, 1986:162) Apa yang dilakukan oleh Datuk Tuo dalam novel Orang-orang Blanti, merupakan contoh perilaku yang menyalahgunakan kuasa dan memicu kegoncangan dalam kaumnya. Datuk Tuo sebagai seorang penghulu yang seharusnya mempertahankan keberadaan harta pusaka itu, malah membagi dan menjual tanah pusaka kaum untuk keperluan pribadi. Sementara saudara perempuannya (Nenek Bu Yuk) tidak memiliki kuasa untuk mempertahankan tanah pusaka yang seharusnya menjadi haknya. Kenyataan yang sama juga dialami oleh Empon. Sulan yang satu-satunya anak laki-laki Empon juga ikut menjual tanah pusaka dengan alasan untuk mencari ayahnya yang telah menjual tanah pusaka dan melarikan uang hasil penjualannya. Dalam hal ini, Empon sebagai seorang perempuan juga tidak kuasa untuk mempertahankan tanah pusaka miliknya. 2) Adanya Perampasan Hak Waris Harta Pusaka Perubahan lain dalam pengelolaan harta pusaka yaitu adanya pihak perempuan yang berusaha menguasai semua harta pusaka. Hal ini terjadi antara Bu Yuk dengan Ciani sebagai saudara perempuan ibunya yang mendominasi pemakaian tanah pusaka. Ciani berusaha menguasai rumah gadang dan sawah ladang yang seharusnya juga menjadi hak Bu Yuk sebagai pewaris dari ibu Bu Yuk. Ciani dan Bu Yuk mempunyai hak yang sama terhadap tanah pusaka yang diwariskan Nenek. Tapi Ciani sengaja membelakangi tatanan adat bahwa kemenakan perempuan punya hak dalam pemilikan. Dengan alasan anaknya banyak, Datuk Tuo tidak menjalankan fungsinya, dan menyatakan bahwa suaminya tidak untuk mencari harta, Ciani tidak mengizikan Bu Yuk naik ke rumah gadang dan tidak diberi hak waris harta pusaka. Apa yang dilakukan Ciani tersebut, tentu merupakan bentuk dari keegoan dan kerakusan dalam menguasai harta pusaka. Ciani ingin mengambil harta pusaka lebih banyak daripada saudara-saudara perempuannya. b. Pergeseran Posisi Bundo Kanduang Perempuan di Minangkabau dipanggil dengan sebutan bundo kanduang. Bundo artinya adalah ibu, kanduang adalah sejati. Artinya bundo kanduang adalah ibu sejati yang memiliki sifat-sifat keibuan dan kepemimipinan. Bundo kanduang sebagai golongan perempuan penerus keturunan yang memelihara diri, serta mendudukkan diri sendiri dengan aturan adat basandi syarak. Membedakan buruk dan baik, halal dan haram dalam makanan serta perbuatan lahiriahnya, karena sebagai penerus keturunan mempunyai tugas pokok dalam membentuk dan menentukan watak manusia dalam melanjutkan keturunan (Hakimy, 2004: 69). Bundo kanduang sebagai sosok yang memiliki posisi yang kuat dalam mengambil keputusan dalam budaya Minangkabau, di dalam novel Orang-orang Blanti, diperankan oleh Nenek. Nenek sebagai bundo kanduang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Seharusnya, Nenek berhak dan berkuasa melarang kaum laki-laki untuk menjual dan membagi harta pusaka yang keluar dari ketentuan adat. Dengan demikian, tampaklah bahwa sosok bundo kanduang sebagai orang yang diikutkan dalam musyawarah menentukan keputusan, dan memiliki kekuasaan dalam memelihara tanah pusaka ternyata tidak berlaku dalam masyarakat Blanti. Peran bundo kanduang dilemahkan dan dikuasai oleh pihak laki-laki. c. Perubahan Peran Penghulu Perubahan peran penghulu yang ditemukan dalam novel Orang-orang Blanti karya Wisran Hadi terdiri atas lima macam, (1) penghulu tidak berperan sebagai tampuk kekuasaan, (2) beralihnya fungsi penghulu, (3) perubahan gelar penghulu, (4) penghulu meresmikan kuburan, dan (5) pengangkatan penghulu tidak sesuai adat. 1) Penghulu Tidak Berperan sebagai Tampuk Kekuasaan Seharusnya, tugas seorang penghulu yaitu untuk mengatur segala yang ada di dalam perkauman, baik pengaturan pemakaian, pembagian harta pusaka. Dalam hal ini peranan laki-laki di dalam dan di luar kaumnya menjadi sesuatu yang harus dijalankan. Namun karena pergeseran waktu, mereka tidak lagi berperan sebagai pemegang tampuk kekuasaan, melainkan hanya sebagai

7 simbol yang keberadaannya hanya sebagai pelengkap dalam masyarakat maupun dalam pemerintahan. Pola hidup dan kebiasaan mereka sudah terpengaruh oleh perkembangan zaman. 2) Beralihnya Fungsi Penghulu Seseorang yang menyandang gelar penghulu bertugas menjalankan tugasnya yang mencakup segala bidang, seperti di bidang ekonomi, pendidikan, agama, dan lain sebagainya. Seorang penghulu menyelesaikan dengan sebaik-baiknya apabila terjadi perselisihan dalam lingkungan anak kemenakannya dan masyarakat nagari. Jika tugas dalam lingkungan anakkemenakannya ini telah dilaksanakan sebagaimana mestinya menurut hukum adat Minangkabau, maka ia dapat dikatakan sebagai penghulu yang arif dan bijaksana dan penghulu yang peduli terhadap pembangunan pemerintahan di Minangkabau. Namun seiring berjalannya waktu, realita semacam itu tidak lagi ditemui sekarang. Fungsi penghulu sudah bergeser. 3) Perubahan Gelar Penghulu Selain bergesernya fungsi dan kewibawaan seorang penghulu sebagai orang yang menempati tempat tertinggi di dalam struktur masyarakat di Minangkabau, gelar penghulu juga mengalami perubahan. Perubahan gelar ini karena adanya unsur-unsur kepentingan politik dalam pengangkatan penghulu dari zaman ke zaman tak dapat dihindari. Pengangkatan ini dilakukan oleh para penguasa yang seharusnya bukan hak mereka untuk melakukan pengangkatan penghulu baru. 4) Penghulu Meresmikan Kuburan Pengaruh Gampo Alam dan orang-orangnya di Blanti sangat begitu besar. Datuk Tuo dan penghulu lain yang memang telah terikat sumpah, tidak berdaya meredam pelanggaran demi pelanggaran dalam tatanan adat. Hal ini menunjukkan bahwa sifat kepemimpinan penghulu telah goyah dan mudah saja dilumpuhkan. Semenjak Gampo Alam membuat kompleks pekuburan, para penghulu pun mendapatkan tugas baru untuk meresmikan kuburan 5 ) Pengangkatan Penghulu Tidak Sesuai Adat Perubahan yang lain juga terlihat dari berlomba-lombanya orang untuk menjadi penghulu. Semua orang memerlukan jabatan dan berusaha merebutnya. Mendapatkan gelar penghulu adalah sebuah kebanggaan. Begitu pula cara pengangkatan penghulu yang tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan adat.. Menurut mamangan, jabatan penghulu ialah jabatan yang diwariskan dari ninik ke mamak, dari mamak ke kemenakan. Kemenakan seorang penghulu secara sosiologis, ialah semua orang yang menjadi warga sukunya pada nagari kediamannya. Namun tidak semua laki-laki warga suku itu berhak dicalonkan sebagai penghulu. Yang berhak dicalonkan menjadi pengganti penghulu ialah kemenakan di bawah dagu, yakni kemenakan yang mempunyai pertalian darah (Navis, 1986:136). d) Perubahan Sistem Perkawinan Perkawinan ideal dalam adat Minangkabau dilakukan, apabila terjadi perkawinan antara keluarga dekat, seperti perkawinan awak sama awak, yang dilakukan antar orang sekorong, sekampung, senagari atau se-minangkabau (Navis, 1986:194). Dengan adanya perkawinan awak samo awak ini akan memperkukuh hubungan kekerabatan terutama dalam mempertahankan harta pusaka agar tidak jatuh ke tangan orang lain, seperti perkawinan Ciani dengan Datuk Pinang Sirah yang berkedudukan sebagai seorang penghulu merupakan bentuk perkawinan yang diterima oleh masyarakat Blanti. Sedangkan perkawinan yang dilakukan dengan orang luar dipandang sebagai perkawinan yang bisa merusak struktur adat Minangkabau. Dengan demikian rnasyarakat Minangkabau tidak mengakui adanya perkawinan antarsuku budaya, antaragama dan perkawinan dalam suku. Bagi mereka yang melanggar ketetapan ini akan terasing dalam masyarakat dan tidak akan mendapatkan pengakuan sebagai orang Minangkabau yang beradat. Hal ini juga terlihat dari pernikahan Buk Yuk dengan Eko. Bu Yuk yang lama hidup di rantau dan terpisah dari adat Blanti, menikah dengan Eko yang tidak seagama dan berbeda suku budaya. Ketika masyatakat Blanti mengetahui perihal pernikahnnya itu, keberadaan Bu Yuk pun tidak diakui. Selain itu Bu Yuk juga tidak mendapatkan haknya untuk mengelola tanah pusaka sebagaimana mestinya. Bahkan Bu Yuk diusir dari rumah gadang yang seharusnya juga menjadi bagiannya 2. Penyebab Perubahan Sosial Berikut analisis dari penyebab terjadinya perubahan sosial dalam novel Orang-orang Blanti karya Wisran Hadi. Penyebab yang dimaksud yaitu: (a) faktor ekonomi dan kekuasaan, dan (b) kekacauan dalam negeri.

8 a) Faktor Ekonomi dan Kekuasaan Penyebab perubahan sosial yang terjadi dalam novel Orang-orang Blanti salah satunya disebabkan oleh faktor ekonomi dan kekuasaan. Datuk Tuo yang sebagai penghulu bagi kaumnya telah mencontohkan perbuatan yang tidak sepatutnya, yaitu membagi-bagi tanah pusaka demi kepentingan pribadi. Tanah pusaka yang berhasil ia rebut dari nenek itu pun, selanjutnya ia jual kepada Gampo Alam yang berniat mengukuhkan kehadiran keluarga Orang Pulau sebagai keluarga terhotmat di tengah-tengah orang Blanti. Menurut Navis (1986: 166), tanah pusaka hanya boleh digadaikan apabila terjadi empat hal besar dalam kaum. Itu pun harus atas kesepakatan semua warga kaum, seperti (a), mayat terbujur di atas rumah, (b) mendirikan gelar pusaka, (c) gadis dewasa yang belum kawin, dan (d) rumah gadang ketirisan. Dengan demikian, apa yang dilakukan Datuk Tuo tentu telah menyalahi ketentuan adat. Atas nama kepentingan pribadi, Datuk Tuo merebut seuma tanah pusaka dari nenek. Bertolak belakang dari fungsi penghulu yang seharusnya mengatur dan menetapkan penguasaan harta pusaka dan membaginya secara adil. Apa yang dilakukan Ciani yang menguasai rumah gadang dan sawah ladang tanpa mempedulikan hak Bu Yuk, adalah contoh akibat dari tidak berpungsinya peran Datuk Tuo. Pertengkaran Nenek dengan Datuk Tuo berpengaruh besar dalam sistem kemasyarakatan di Blanti. Nenek sebagai bundo kanduang telah ditindas oleh Datuk Tuo. Sementara Datuk Tuo sebagai penghulu tidak menjalankan fungsi kepenghuluan dengan semestinya dan memberi contoh yang buruk. Sehingga perpecahan di dalam kaum pun tidak dapat dihindari dan terus memanas. Terlebih sejak kedatangan Gampo Alam dengan kekuasaan dan kekayaan yang dimilikinya, sedikit demi sedikit tanah pusaka pun jatuh ke tangannya. Gampo Alam membeli tanah dan sawah Datuk Tuo, mendirikan rumah gadang, merebut gelar ampuan, mendirikan kompleks pekuburan, hingga mengangkat penghulu yang tidak sesuai dengan ketentuan adat. Semua itu jelaslah pelanggaran-pelanggaran yang dibuat Gampo Alam dengan orang-orangnya. Tidak jarang pula Gampo Alam mengancam bahkan membunuh orangorang yang berusaha menghalangi rencananya. Gampo Alam berhasil menjalankan rencananya itu tentu berawal dari Datuk Tuo yang dengan mudahnya menjual tanah pusaka kepada Gampo Alam. Selain menyalahgunakan kekuasaannya sebagai penghulu dalam merebut tanah pusaka, Datuk Tuo juga tidak mau gelarnya itu diusik oleh siapa pun. Sebenarnya, gelar penghulu bisa diwariskan kepada Dawis. Namun Datuk Tuo tidak mempercayai Dawis melanjutkan tugas dan fungsi kepenghuluan di dalam kaum. b) Kekacauan dalam Negeri Penyebab berikutnya yang memicu terjadinya perubahan sosial dalam novel Orangorang Blanti adalah karena terjadinya kekacauan di dalam negeri. Kekacauan ini terjadi manakala ada perbedaan kepentingan antarindividu atau kelompok. Sebagaimana halnya Gampo Alam dan orang-orangnya yang berupaya mengukuhkan kehadiran keluarga orang Pulau sebagai keluarga terhormat di tengah-tengah orang Blanti. Kepentingan Gampo Alam jelas berbeda dengan kepentingan orang-orang di Blanti. Gampo Alam yang menginginkan banyak pembangunan dari tanah pusaka yang berhasil dikuasainya, banyak ditentang orang-orang Blanti. Tapi upaya itu tidak membuahkan hasil dan hanya sia-sia. Tidak jarang pula Gampo Alam dan orang-orangnya mengancam hingga membunuh orang-orang yang tidak sepaham dengannya. Kaum Bu Yuk yang terancam, telah membuat Bu Yuk harus meninggalkan kampung halamannya hingga akhirnya kawin dengan orang yang tidak seagama karena lama meninggalkan adat Blanti. Begitu pula, sebuah keluarga yang menentang Gampo Alam ikut ditangkap dan dibunuh. SIMPULAN Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Pertama, dalam novel Orang-orang Blanti terdapat empat bentuk perubahan sosial, yaitu perubahan pengelolaan harta pusaka, pergeseran posisi bundo kanduang, perubahan peran penghulu, dan perubahan sistem perkawinan. Kedua, dalam novel Orang-orang Blanti terdapat dua penyebab terjadinya perubahan sosial. Dua penyebab yang sangat berpengaruh besar dalam perubahan tersebut yaitu faktor ekonomi dan kekuasaan serta kekacauan dalam negeri. Perubahan sosial yang terjadi dalam novel Orang-orang Blanti adalah perubahan profil budaya Minangkabau. Hal itu terlihat pada empat unsur budaya, yaitu (a) pengelolaan dan

9 pemilikan harta pusaka yang awalnya ada di pihak perempuan, telah berpindah tangan kepada pihak laki-laki, (b) posisi dan peran bundo kanduang sebagai simbol sistem matrilineal dan figur sentral dalam keluarga, bergeser ke sistem patrilineal, (c) keberadaan penghulu sebagai pimpinan adat telah digeser oleh penguasa kaya dan berpangkat tinggi, dan (d) perubahan sistem perkawinan dari sistem perkawinan yang ideal menurut adat ke bentuk sistem perkawinan di luar adat. Secara keseluruhan, tokoh-tokoh yang dilukiskan Wisran Hadi dalam novel Orang-orang Blanti adalah tokoh-tokoh yang sedang mengalami kehilangan identitas dalam tatanan adat Minangkabau. Terutama tokoh-tokoh perempuan yang erat kaitannya dengan sistem matrilineal. Dalam novel ini, terlihat bahwa budaya patriaki begitu dominan menguasai aspek budaya yang melekat dalam diri perempuan sebagai bundo kanduang. SARAN Saran yang ingin penulis sampaikan sehubungan dengan penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut. Pertama, kajian sosiologi sastra dapat diterapkan untuk menelaah, menganalisis, serta mengkritik karya sastra, khususnya prosa. Kedua, pentingnya melakukan kajian karya sastra yang intens terkait dengan masalah sosial budaya di Minangkabau. Hal ini penting sebagai upaya membuka cakrawala berpikir masyarakat intelektual, terkait dengan masalah-masalah krusial yang berkembang di tengah masyarakat saat ini. Ketiga, bagi lembaga pendidikan, khususnya untuk pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah perlu diberi perhatian khusus karena pelajaran ini dapat memberikan kontribusi besar terhadap dunia pendidikan, khususnya pada pembelajaran apresiasi sastra yang dapat menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa tentang bagaimana cara berperilaku, bertindak, serta cara berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat. KEPUSTAKAAN Hadi, Wisran Orang-orang Blanti. Padang: Yayasan Citra Budaya Indonesia. Hakimy, Idrus Pegangan Penghulu, Bundo Kanduang, dan Pidato Alua Pasambahan Adat di Minangkabau. Bandung: Rosdakarya. Junus, Umar Sosiologi Sastra: Persoalan Teori dan Metode. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia. Martono, Nanang Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Pers. Navis, A.A Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Budaya Minangkabau. Jakarta: Pustaka Grafiti Pers. Semi, M. Atar Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan.

BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan salah satu bentuk media yang digunakan untuk menerjemahkan ide-ide pengarang. Di dalam karya sastra, pengarang merefleksikan realitas yang ada

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA ABSTRACT

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA ABSTRACT KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA Susi Susanti 1, Mila Kurnia Sari², Titiek Fujita Yusandra² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA Oleh,, 1) Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL PERSIDEN KARYA WISRAN HADI ARTIKEL ILMIAH

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL PERSIDEN KARYA WISRAN HADI ARTIKEL ILMIAH KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL PERSIDEN KARYA WISRAN HADI ARTIKEL ILMIAH WAHYU RIRIN SEPTIANI NPM 10080269 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

Lebih terperinci

PERUBAHAN NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NOVEL TAMU KARYA WISRAN HADI ARTIKEL ILMIAH

PERUBAHAN NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NOVEL TAMU KARYA WISRAN HADI ARTIKEL ILMIAH PERUBAHAN NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NOVEL TAMU KARYA WISRAN HADI ARTIKEL ILMIAH diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (STRATA 1) ALVINO PRASETYAWAN NPM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI ARTIKEL ILMIAH

NILAI-NILAI ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI ARTIKEL ILMIAH NILAI-NILAI ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) RIKA AGUSTIN NPM 09080066

Lebih terperinci

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Pemahaman Progresif tentang Hak Perempuan atas Waris, Kepemilikan Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Beberapa Istilah Penting terkait dengan Hak Perempuan atas Waris dan Kepemilikan Tanah: Ahli

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau)

Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau) PENGAMBILAM KEPUTUSAN DALAM KELUARGA MENURUT BUDAYA MINANGKABAU Oleh : Dra. Silvia Rosa, M. Hum Ketua Jurusan Sastra Daerah Minangkabau FS--UA FS Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan

Lebih terperinci

WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH

WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) ENZI PATRIANI NPM 10080297 PROGRAM

Lebih terperinci

PERUBAHAN GAYA HIDUP TOKOH HASAN DALAM NOVEL ATHEIS KARYA ACHDIAT K. MIHARDJA ARTIKEL ILMIAH RATNA ARIANI HASIBUAN NPM

PERUBAHAN GAYA HIDUP TOKOH HASAN DALAM NOVEL ATHEIS KARYA ACHDIAT K. MIHARDJA ARTIKEL ILMIAH RATNA ARIANI HASIBUAN NPM PERUBAHAN GAYA HIDUP TOKOH HASAN DALAM NOVEL ATHEIS KARYA ACHDIAT K. MIHARDJA ARTIKEL ILMIAH RATNA ARIANI HASIBUAN NPM. 10080178 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah pusako adalah tanah hak milik bersama dari pada suatu kaum yang mempunyai pertalian darah dan diwarisi secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu,

Lebih terperinci

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Praktek Pewarisan Harta Pusaka Tinggi Tidak Bergerak di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Minangkabau merupakan satu-satunya budaya yang menganut sistem kekerabatan matrilineal di Indonesia. Masyarakat Minangkabau merupakan komunitas masyarakat matrilineal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan dalam adat Minangkabau merupakan salah satu hal yang penting karena berhubungan erat dengan sistem kekerabatan matrilineal dan garis keturunan. Menurut alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Kehidupan sosial dapat mendorong lahirnya karya sastra. Pengarang dalam proses kreatif menulis dapat menyampaikan ide yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Kedua elemen tersebut

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran kawin sasuku pada masyarakat Minangkabau dianggap sebagai perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan

Lebih terperinci

PERUBAHAN SOSIAL DALAM NOVEL NEGERI PEREMPUAN KARYA WISRAN HADI (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI

PERUBAHAN SOSIAL DALAM NOVEL NEGERI PEREMPUAN KARYA WISRAN HADI (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI PERUBAHAN SOSIAL DALAM NOVEL NEGERI PEREMPUAN KARYA WISRAN HADI (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana S1 pada Jurusan Sastra Indonesia oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang ada di masyarakat berbeda-beda antara masyarakat satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang ada di masyarakat berbeda-beda antara masyarakat satu dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial merupakan sebuah gejala atau fenomena yang muncul dalam realitas kehidupan bermasyarakat. Dalam mengidentifikasi permasalahan sosial yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahkluk hidup pasti akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat hukum yang berkaitan dengan pengurusan

Lebih terperinci

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN Hukum adat kekerabatan adalah hukum adat yang mengatur tentang bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan Indonesia tidak hanya memiliki pengaruh dalam keluarga, tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENGANTAR... 1

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 143 144 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 145 146 Lampiran 3 Pengukuran Variabel Penelitian untuk Jawaban Pengetahuan No. Pernyataan Betul Salah Pengetahuan tentang keluarga sistem matrilineal

Lebih terperinci

REPRESENTASI FUNGSI BUNDO KANDUANG PADA TOKOH MANDEH PIAH DALAM NOVEL LIMPAPEH KARYA A.R RIZAL ABSTRACT

REPRESENTASI FUNGSI BUNDO KANDUANG PADA TOKOH MANDEH PIAH DALAM NOVEL LIMPAPEH KARYA A.R RIZAL ABSTRACT REPRESENTASI FUNGSI BUNDO KANDUANG PADA TOKOH MANDEH PIAH DALAM NOVEL LIMPAPEH KARYA A.R RIZAL Nola Darmawati 1, Samsiarni², Emil Septia² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE ARTIKEL ILMIAH

PENYIMPANGAN MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE ARTIKEL ILMIAH PENYIMPANGAN MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) AHMAD RESKI NPM.

Lebih terperinci

ANALISIS PANDANGAN HIDUP TOKOH ALIF DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI ARTIKEL ILMIAH

ANALISIS PANDANGAN HIDUP TOKOH ALIF DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI ARTIKEL ILMIAH ANALISIS PANDANGAN HIDUP TOKOH ALIF DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) FITRI YANTI NIM.

Lebih terperinci

E JURNAL ILMIAH. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)

E JURNAL ILMIAH. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) CITRA PEREMPUAN MINANGKABAU DALAM NOVEL DI BAWAH LINDUNGAN KA BAH KARYA HAMKA E JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) ALISMA YENTI NIM. 09080041

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan berbangsa, khususnya dalam kehidupan masyarakat heterogen, seperti Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras,

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras, suku, dan kebudayaan di setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri dari ribuan pulau yang dipisahkan oleh lautan, menjadikan negara ini memiliki etnis serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat dewasa ini, masalah yang berhubungan dengan kehidupan sosial sudah makin kompleks dan terdiri dari berbagai aspek yang mana hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui bagaimana persoalan-persoalan kebudayaan yang ada. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui bagaimana persoalan-persoalan kebudayaan yang ada. Kebiasaan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan pada hakikatnya merupakan wujud dari upaya manusia dalam menanggapi lingkungan secara aktif. Aktif yang dimaksud adalah aktif mengetahui bagaimana persoalan-persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, oleh karenanya manusia tidak bisa terlepas dari tanah. Tanah sangat dibutuhkan oleh setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA LAMPIRAN HASIL WAWANCARA 83 LAMPIRAN Wawancara Dengan Bapak Eriyanto, Ketua Adat di Karapatan Adat Nagari Pariaman. 1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Tradisi Bajapuik? - Pada umumnya proses pelaksanaan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan dalam kehidupannya, yaitu dengan mengolah dan mengusahakan

BAB I PENDAHULUAN. pangan dalam kehidupannya, yaitu dengan mengolah dan mengusahakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah merupakan benda tidak bergerak yang mutlak perlu bagi kehidupan manusia. Hal ini dapat

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN NILAI AGAMA ISLAM DALAM NOVEL ORANG-ORANG BLANTI KARYA WISRAN HADI ARTIKEL ILMIAH

PENYIMPANGAN NILAI AGAMA ISLAM DALAM NOVEL ORANG-ORANG BLANTI KARYA WISRAN HADI ARTIKEL ILMIAH PENYIMPANGAN NILAI AGAMA ISLAM DALAM NOVEL ORANG-ORANG BLANTI KARYA WISRAN HADI ARTIKEL ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) LELY OKTARIA NPM 09080049

Lebih terperinci

PERUBAHAN SIKAP TOKOH SAMSUL BAHRI DALAM NOVEL SITI NURBAYA KARYA MARAH RUSLI (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) ARTIKEL ILMIAH

PERUBAHAN SIKAP TOKOH SAMSUL BAHRI DALAM NOVEL SITI NURBAYA KARYA MARAH RUSLI (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) ARTIKEL ILMIAH PERUBAHAN SIKAP TOKOH SAMSUL BAHRI DALAM NOVEL SITI NURBAYA KARYA MARAH RUSLI (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) ARTIKEL ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Perkawinan Menurut Hukum Adat Minangkabau di Kenagarian Koto Baru, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

KEHIDUPAN ANAK DARI HASIL PERKAWINAN CAMPURAN

KEHIDUPAN ANAK DARI HASIL PERKAWINAN CAMPURAN KEHIDUPAN ANAK DARI HASIL PERKAWINAN CAMPURAN (Studi Kasus: Status dan Hak Waris Anak Dari Perkawinan Laki-Laki Minangkabau dengan wanita Batak di Jorong Pasar Rao Pasaman) SKRIPSI Tugas Untuk Mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umunmya sistem kekerabatan suku bangsa yang ada di Indonesia menarik garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat Minangkabau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan peristiwa hukum yang terjadi didalam hidup bermasyarakat yang menyangkut nama baik keluarga ataupun masyarakat. Hal ini diterangkan dalam buku

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya BAB II Kajian Pustaka 2.1. Perempuan Karo Dalam Perspektif Gender Dalam kehidupan masyarakat Batak pada umumnya dan masyarakat Karo pada khususnya bahwa pembagian harta warisan telah diatur secara turun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata krama yaitu jopuik manjopuik, pinang meminang, batuka tando, akad nikah,

BAB I PENDAHULUAN. tata krama yaitu jopuik manjopuik, pinang meminang, batuka tando, akad nikah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara garis besar, dalam aturan adat istiadat, tata cara perkawinan dapat dibagi atas dua bagian, yakni: perkawinan menurut syarak (agama) dan perkawinan menurut adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat 181 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat Prabangkara karya Ki Padmasusastra menghasilkan beberapa temuan penting yang dapat

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN DAN RESOLUSI KONFLIK

DINAMIKA PERUBAHAN DAN RESOLUSI KONFLIK DINAMIKA PERUBAHAN DAN RESOLUSI KONFLIK Sumber-sumber Perubahan Sosial Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto Pertemuan-6 PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS UPN V YK 1 PENDAHULUAN Dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waris adalah perpindahan harta milik atau perpindahan pusaka.sehingga secara istilah ilmu waris adalah ilmu yang mempelajari tentang perpindahan harta pusaka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Pembagian Harta Warisan. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk membedakan dengan istilah-istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NASKAH DRAMA MATRILINI KARYA WISRAN HADI

NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NASKAH DRAMA MATRILINI KARYA WISRAN HADI NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NASKAH DRAMA MATRILINI KARYA WISRAN HADI Oleh,, 1) Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN A. Sekilas Tentang Bapak Kasun Sebagai Anak Angkat Bapak Tasral Tasral dan istrinya

Lebih terperinci

Kajian Pakaian penghulu Minangkabau

Kajian Pakaian penghulu Minangkabau Kajian Pakaian penghulu Minangkabau Oleh : Diskadya Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom. Abstrak Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku dan bangsa, dimana didalamnya terdapat berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga 7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB III KEBIASAAN PEMBAGIAN WARIS ADAT MASYARAKAT KEJAWAN LOR. A. Pengertian Anak Perempuan Sulung oleh Masyarakat Kejawan Lor

BAB III KEBIASAAN PEMBAGIAN WARIS ADAT MASYARAKAT KEJAWAN LOR. A. Pengertian Anak Perempuan Sulung oleh Masyarakat Kejawan Lor BAB III KEBIASAAN PEMBAGIAN WARIS ADAT MASYARAKAT KEJAWAN LOR A. Pengertian Anak Perempuan Sulung oleh Masyarakat Kejawan Lor Anak perempuan tertua atau disebut juga dengan anak perempuan sulung, oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia memiliki kodrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sistem semiotik terbuka, karya dengan demikian tidak memiliki kualitas estetis intrinsik secara tetap, melainkan selalu berubah tergantung dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 20 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CERPEN E JURNAL

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 20 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CERPEN E JURNAL KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 20 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CERPEN E JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA I) ASMAWATI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan

yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan RINGKASAN Kekerasan dalam rumah tangga atau yang dikenal dengan KDRT sering terjadi walau telah dikeluarkan undang-umdang yang tujuannya melindungi perempuan dan dapat menyeret pelakunya ke meja hijau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkawinan pada dasarnya merupakan manifestasi keinginan manusia untuk hidup berkelompok. Keinginan itu tercermin dari ketidakmampuan untuk hidup sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Penelitian tentang sastra lisan yang dilakukan selama ini, cenderung

BAB VI PENUTUP. Penelitian tentang sastra lisan yang dilakukan selama ini, cenderung BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Penelitian tentang sastra lisan yang dilakukan selama ini, cenderung berangkat dari pemikiran bahwa sastra yang tumbuh dalam masyarakat tradisi merupakan artefak kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan seorang diri, tetapi manusia adalah makhluk sosial yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup bermasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia sangat luas, juga mempunyai puluhan bahkan ratusan adat budaya. Begitu juga dengan sistem kekerabatan yang dianut, berbeda sukunya maka berbeda pula

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku

Lebih terperinci

NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PADA SEBUAH KAPAL KARYA NH. DINI E-JURNAL ILMIAH

NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PADA SEBUAH KAPAL KARYA NH. DINI E-JURNAL ILMIAH E-JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) TRI WIDOLA NIM. 09080075 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa nagari sebagai kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PELESTARIAN ADAT BUDAYA DALAM HIDUP BERNAGARI DI KOTA PADANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat pada saat sekarang ini, masalah dalam kehidupan sosial sudah semakin kompleks dan berkepanjangan, dimana terdapat beberapa aspek yang

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BULAN SUSUT KARYA ISMET FANANY E JURNAL ILMIAH

PENYIMPANGAN NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BULAN SUSUT KARYA ISMET FANANY E JURNAL ILMIAH PENYIMPANGAN NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BULAN SUSUT KARYA ISMET FANANY E JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) ERIK ESTRADA NPM.09080045

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra berusaha mengkongkretkan ide-ide, imaji, gagasan, konsep dan sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga

Bab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam menjalani kehidupannya manusia selalu membutuhkan interaksi dengan orang lain. Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam ikatan suatu perkawinan.ikatan perkawinan adalah ikatan lahir

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam ikatan suatu perkawinan.ikatan perkawinan adalah ikatan lahir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah menjadi kodrat alam, sejak dilahirkan kedunia manusia ditakdirkan untuk saling berpasang-pasangan agar hidup bersama untuk membentuk suatu keluarga

Lebih terperinci