KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM USAHA TAMBANG EMAS DI NAGARI PADANG LAWEH KECAMATAN KOTO VII KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM USAHA TAMBANG EMAS DI NAGARI PADANG LAWEH KECAMATAN KOTO VII KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL"

Transkripsi

1 0 KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM USAHA TAMBANG EMAS DI NAGARI PADANG LAWEH KECAMATAN KOTO VII KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL HERMANTONI NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2017

2

3 1 COMMUNITY INVOLVEMENT IN ENTERPRISE GOLD MINE IN PADANG LAWEH VILLAGE KOTO VII DISTRICT SIJUNJUNG REGION Oleh: Hermantoni 1 Maihasni 2 Yenita Yatim 3 1 The Sosiology education student of STKIP PGRI Sumatera west. 2,3 The Sosiology staff of sosiology education of STKIP PGRI Sumatera west ABSTRACT Mining businesess is one of the efforts made by the people of Nagari Padang Laweh. To develop this mining operation will require land as mining sites. Land that can be used as mining land in Nagari Padang Laweh them is productive land is rice paddies and fields. The purpose of this study was to describe the parties involved in the mine and describe the form of community involvement in the mine. The theory used is phenomenological theory proposed by Alfred Schutz. Informants were taken by purposive sampling, namely: 1) Penghulu in Nagari Padang Laweh, 2) Community heir customary rights in Nagari Padang Laweh, 3) Communities that participate in conducting mining activities in Nagari Padang Laweh and 4) guard their homesteads as rights holders administrative villages in West Sumatra. Informant study amounted to 15 people. Data were collected through observation, interviews and documentation. Data analysis was performed using data reduction, data presentation and draw conclusions. These results indicate that the parties involved in the mine is the community Nagari Padang Laweh, ninik mamak and people from outside Nagari Padang Laweh. People engaged among the individual communities as workers, investors and service providers and the prince as a group that allows the use of land for mining activities. Mining community, both individuals and groups and prince or ninik mamak including the parties involved in mining activities. Forms Nagari Padang Laweh community involvement in mining activities is mining workers as a society, as a community service providers, ninik mamak as parties to allow the land to be used as the mining area and the community as a financier. Key Words: involvement, society, mining

4 PENDAHULUAN Masalah tanah adalah masalah yang sensitif bagi manusia pada umumnya dan masyarakat Minangkabau khususnya, karena tanah di Minangkabau merupakan salah satu unsur dalam organisasi matrilineal. Di samping itu bagi orang Minangkabau tanah dianggap sebagai salah satu kriteria yang menentukan martabat seseorang dalam kehidupan nagari. Seseorang yang mempunyai tanah asal dianggap orang asli dalam nagari yang lebih berhak atas kebesaran dalam nagari (Syarifuddin, 1984:184). Tanah ulayat di Minangkabau menganut asas terpisah horizontal. Konsekuensi logis dari dianutnya asas terpisah horizontal terhadap tanah ulayat di Minangkabau ialah bahwa hak ulayat sebagai hak yang tertinggi tidak boleh dilepaskan kepada pihak lain. Sebagaimana fatwa adat: dijua indak dimakan bali, digadai indak dimakan sando (Narullah, 1999:19). Ali (2000:21) berpendapat yang menjadi inti dari sistim kekerabatan matrilineal adalah kaum. Kaum tersebut akan mempunyai pula tanah kaum yaitu bahagian dari tanah ulayat suku yang dikuasai melalui taruko atau penggarapan oleh anggota kaum yang bersangkutan. Selanjutnya masing-masing kaum tersebut terdiri pula dari beberapa paruik yaitu suatu kesatuan masyarakat yang terdiri dari orang-orang turunan dari seorang nenek perempuan. Penguasaan sebahagian tanah kaum oleh sebuah paruik disebut ganggam bauntuak. Penguasaan terhadap semua jenis tanah ulayat mempunyai unsur kepunyaan bersama (elemen kolektif). Harta kekayaan yang berbentuk tanah merupakan sumber kehidupan bagi setiap anggota masyarakat hukum, baik masyarakat hukum suku maupun masyarakat hukum nagari. Apabila masyarakat hukum memiliki tanah yang luas maka setiap anggota masyarakat akan memperoleh kesempatan yang besar pula memanfaatkan tanah-tanah yang dimiliki oleh masyarakat hukum yang bersangkutan. Hak bersama-sama anggota masyarakat hukum terhadap tanah yang dimiliki oleh masyarakat hukum itu yang disebut dengan hak ulayat. Keberadaan sumberdaya alam yang memiliki potensi ekonomi perlu dilakukan pengelolaan agar dapat termanfaatkan secara maksimal dan berguna dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Keberadaan kegiatan pertambangan batubara pada daerah penelitian merupakan suatu upaya dari pemerintah untuk dapat memanfaatkan potensi wilayah yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertambangan merupakan salah satu aktivitas yang memanfaatkan sumberdaya alam. Pemanfaatan sumberdaya alam ini dapat dilakukan dengan pencairan, penggalian atau bahkan peledakan guna memperoleh hasil tambang yang diharapkan. Kegiatan pertambangan banyak dilakukan pada kawasan hutan yang memiliki potensi, bahkan sejumlah kawasan pertambangan telah mengubah fungsi hutan menjadi kawasan kematian meskipun terdapat upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup namun tidak seimbang. Pembabatan hutan primer, kawasan hutan yang dilindungi hingga kawasan hutan yang berisi peninggalan sejarah purbakala menjadi kawasan tambang yang dimanfaatkan, terbukti dengan besarnya laju deforestrasi hutan mencapai ,92 Ha per tahun pada tahun 2011 (WWF Indonesia, 2011). Nagari Padang Laweh merupakan salah satu nagari di Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung. Nagari Padang Laweh adalah salah satu nagari yang menganut sistem adat Bodi Caniago, yaitu sistem adat yang menunjukkan corak kepribadian Melayu yaitu pemerintahan demokrasi terbuka, dimana para penghulunya mementingkan musyawarah dan mufakat sesuai peribahasa Duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Nagari Padang Laweh terdiri dari 5 suku yaitu Caniago, Piliang, Malayu, Tobo dan Patopang (Sumber: Kantor Wali Nagari Padang Laweh, 2016). Nagari Padang Laweh merupakan salah satu nagari yang memiliki potensi pertambangan, salah satunya pertambangan emas. Kegiatan pertambangan emas yang dilakukan di Nagari Padang Laweh telah dimulai sejak awal tahun Kegiatan penambangan emas ini dilakukan oleh masyarakat, baik perorangan maupun kelompok. Aktivitas penambangan emas ini umumnya dilakukan di sungai yaitu Batang Ombilin. Masyarakat Nagari Padang Laweh menjadikan kegiatan pertambangan ini menjadi mata pencaharian utama, disamping bermata pencaharian sebagai petani. Berkembangnya pertambangan emas di Nagari Padang Laweh tidak lepas dari keterlibatan masyarakat. Masyarakat terlibat dalam pertambangan emas karena adanya sumber daya alam yang tersedia serta ikut serta dalam pertambangan emas karena ikut dalam usaha tambang emas dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu perkembangan yang ada di Nagari Padang Laweh saat ini adalah mulai berkurangnya kegiatan yang dilakukan di sungai Batang Ombilin. Untuk itu, kegiatan pertambangan ini tentu membutuhkan lahan sebagai tempat beraktivitas melakukan penambangan. Pertambangan emas yang berlangsung di Nagari Padang Laweh umumnya

5 2 dikelola oleh pribadi, namun dalam skala pertambangan yang cukup besar. Untuk mengembangkan usaha pertambangan ini maka diperlukan lahan sebagai tempat pertambangan. Lahan yang dapat dijadikan sebagai lahan pertambangan di Nagari Padang Laweh diantaranya adalah lahan produktif yaitu sawah dan ladang. Berkaitan dengan usaha pertambangan yang ada di Nagari Padang Laweh, tidak seluruh masyarakat mendukung kegiatan tersebut. Pihak yang kurang mendukung kegiatan pertambangan di Nagari Padang Laweh salah satunya adalah penghulu. Lahan yang ada di Nagari Padang Laweh seluruhnya berada di bawah pengguasaan para penghulu yang dinamakan pusako tinggi kaum. Tanah ulayat kaum adalah seluruh wilayah yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu kaum secara turun temurun di bawah penguasaan penghulu atau datuk dalam kaumnya. Sebagian masyarakat yang sanak saudaranya bekerja di pertambangan, merasa bahwa dengan kerabatnya bekerja di pertambangan maka ikatan saling membantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari berkurang karena harus bekerja di pertambangan. Keberadaan kegiatan pertambangan ini memicu timbulnya mentalitas masyarakat yang lebih cenderung individualistis, materialistis, tercampurnya kebudayaan asli dengan kebudayaan modern, serta hubungan kekerabatan warga masyarakat mulai merenggang. Kegiatan pertambambangan juga rawan memicu konflik, salah satunya disebabkan kurang meratanya pembangian hasil pertambangan yang dilakukan di tanah milik bersama. Apalagi kegiatan pertambangan dikendalikan oleh pemilik modal sehingga pemilik lahan tidak memiliki kewenangan penuh terhadap kegiatan tambang di lahan milik mereka. Observasi awal yang peneliti lakukan, kegiatan tambang di Nagari Padang Laweh dilakukan pada beberapa tanah ulayat kaum. Namun terdapat beberapa kaum yang tidak menyerahkan tanah ulayat mereka untuk pertambangan, salah satunya adalah Syafaruddin, warga Nagari Padang Laweh yang merupakan pemegang kuasa ulayat Suku Koto. Tanah ulayat yang dimiliki oleh kaum Syafaruddin berupa sawah dan ladang. Alasan yang dikemukakan oleh Syafarudin menolak tanahnya dijadikan sebagai lahan tambang adalah untuk menjaga pusako tinggi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Alasan lain adalah anak dan kemenakan banyak sehingga membutuhkan lahan baik untuk pertanian maupun untuk rumah. Namun, tidak seluruh masyarakat di Nagari Padang Laweh menolak pertambangan di daerah mereka. Hal ini seperti ditemukan saat observasi pada masyarakat nagari Padang Laweh, yaitu Bapak J. Rajo Mudo bahwa kegiatan pertambangan di Nagari Padang Laweh ini telah membuka lapangan pekerjaan. Terbukanya lapangan pekerjaan ini membuat banyak masyarakat yang bekerja pada sektor pertambangan. Beliau sendiri merelakan tanahnya dijadikan areal pertambangan dengan perjanjian berupa sewa tempat. Tanah yang dimiliki oleh Bapak Rajo Mudo ini merupakan tanah ulayat dan penyerahan untuk kegiatan pertambangan ini diketahui oleh kaumnya. Bahkan ada beberapa anggota kaum beliau yang menggantungkan hidup dari kegiatan tambang ini. Jumlah masyarakat Padang Laweh yang terlibat dalam pertambangan pada tahun orang, diantaranya sebagai penambang, pemilik kapal dan penyedia jasa. Berdasarkan pernyataan di atas penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dan membahas lebih lanjut tentang keterlibatan masyarakat dalam usaha pertambangan emas. Keterlibatan masyarakat ini penting diteliti karena adanya motivasi dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan ikut terlibat dalam usaha tambang emas. Pada kesempatan ini penulis membuat tulisan berbentuk skripsi dengan judul Keterlibatan Masyarakat dalam Usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung. Rumusan penelitian penelitian penelitian sebagai berikut: 1) Siapakah yang terlibat dalam usaha tambang emas? dan 2) Apa saja bentuk keterlibatan masyarakat dalam usaha tambang emas? Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan pihak yang terlibat dalam usaha tambang emas dan 2) Mendeskripsikan bentuk keterlibatan masyarakat dalam usaha tambang emas. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena pendekatan kualitatif yaitu dianggap mampu menggambarkan suatu kenyataan atau fenomena yang ada dilapangan dan bisa menjelaskan masalah yang akan diteliti secara mendalam. (Moleong, 2007:3) Tipe penelitian adalah deskriptif (Nazir, 2003: 16) yang bertujuan untuk mendeskripsikan keterlibatan masyarakat dalam Usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khususnya

6 3 alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Informan penelitian berjumlah 15 orang yaitu masyarakat yang ikut melakukan usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh sebanyak 13 orang, panghulu sebagai pewaris hak ulayat di Nagari Padang Laweh sebanyak 1 orang dan wali nagari sebagai pemegang hak administratif nagari di Sumatera Barat sebanyak 1 orang. Data primer berupa keterlibatan masyarakat dalam usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung. Data sekunder dikumpulkan melalui buku, laporan, dokumendokumen atau gambar-gambar yang didapatkan dari pemerintahan setempat. Data yang didapat dalam data ini dari masyarakat dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari suratsurat pribadi, buku harian dan dokumendokumen yang didapat dari kantor Wali Nagari Padang Laweh Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi atau pengamatan langsung dilakukan oleh peneliti dengan cara mengamati kegiatankegiatan pertambangan di Nagari Padang Laweh. Hasil observasi didapatkan bahwa masyarakat yang terlihat dalam kegiatan pertambangan emas di Nagari Padang Laweh sebagian umumnya masyarakat asli Padang Laweh, berasal dari berbagai jorong di Nagari Padang Laweh. Kegiatan pertambangan sendiri berlangsung di Jorong Koto, Sei Gemuruh, Sei Gemiri dan Taratak Betung, namun masyarakat yang melakukan penambangan emas juga berasal dari Jorong Bukit Gombak walaupun di jorong tersebut tidak ada kegiatan pertambangan emas. Pengumpulan data selanjutnya adalah wawancara yaitu agar diperoleh informasi tentang keterlibatan masyarakat dalam usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung. Dalam melakukan wawancara peneliti memakai alat bantu catatan penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah berisi item-item pertanyaan pokok kemudian dikembangkan. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam ditujukan pada seluruh informan untuk mengetahui keterlibatan masyarakat dalam usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung. Wawancara dilakukan di lokasi usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh karena sebagian besar informan melakukan aktivitas penambang emas dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Selanjutnya dilakukan studi dokumen, dimana dokumen yang didapatkan terdiri dari profil Nagari Padang Laweh yang terdiri dari luas wilayah, penggunaan lahan, orbitasi, topografi, jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk, sarana prasarana serta kondisi sosial Nagari Padang Laweh. Untuk memastikan keterlibatan masyarakat dalam usaha tambang emas, peneliti melakukan wawancara dengan wali nagari untuk memastikan adanya keterlibatan masyarakat dalam usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh, terutama jumlah masyarakat yang terlibat dalam usaha tambang emas. Analisis Data dilakukan dengan pengumpulan data tentang keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pertambangan di Nagari Padang Laweh Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung, Reduksi data yang peneliti lakukan yaitu mengelompokkan data tentang pihak yang terlibat dalam usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh. Dari hasil wawancara didapatkan pihak yang terlibat yaitu masyarakat Nagari Padang Laweh dan niniak mamak di Nagari Padang Laweh. Selanjutnya bentuk keterlibatan masyarakat dalam usaha tambang emas yaitu sebaga tenaga kerja, penyedia jasa dan pemodal, sedangkan bentuk keterlibatan niniak mamak adalah mengizinkan usaha tambang emas di ulayat yang mereka miliki, penyajia data yaitu pengelompokan pihak yang terlibat dalam usaha tambang emas dan bentuk keterlibatan dalam usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh. Melalui tabel yang telah disajikan, peneliti menarik kesimpulan tentang bentuk keterlibatan masyarakat dalam usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh dan penarikan kesimpulan tentang keterlibatan masyarakat dalam usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh. Penelitian dilakukan di Nagari Padang Laweh Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung. Nagari Padang Laweh memiliki potensi tambang emas sehingga masyarakat memanfaatkan tersebut dengan usaha tambang emas. HASIL PENELITIAN 1. Pihak yang Terlibat dalam Usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh a. Masyarakat Nagari Padang Laweh Nagari Padang Laweh dianugrahi oleh kekayaan alam berupa sungai yang mengandung emas. Dengan latar belakang tersebut, masyarakat memiliki pekerjaan selain bertani yaitu mendulang emas. Kegiatan ini mulai muncul tahun 2000 an sampai saat ini. Hasil pengamatan yang peneliti lakukan, masyarakat

7 4 Nagari Padang Laweh menjadi tenaga kerja dalam kegiatan pertambangan. Pekerjaan menambang emas dapat dijadikan cara untuk dapat menghasilkan uang dalam waktu cepat. Banyaknya cadangan emas di Batang Ombilin membuat minat masyarakat untuk terjun langsung sebagai penambang emas. Tingginya pendapatan masyarakat yang berprofesi sebagai penambang emas, karena kandungan emas yang ada di Batang Ombilin Nagari Padang Laweh jumlahnya banyak. Hasil pengamatan di lapangan, masyarakat yang ikut menjadi penambang di Nagari Padang Laweh ini rata-rata bekerja dengan toke atau juragan dan sudah bekerja lebih dari 5 tahun. Masyarakat yang bekerja sebagai penambang mendapatkan penghasilan atau pendapatan yang lumayan besar serta mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini membuat masyarakat lain tertarik untuk terlibat dalam kegiatan pertambangan di Nagari Padang Laweh, yaitu menjadi penambang emas. Masyarakat Nagari Padang Laweh bekerja sebagai penambang. Pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan oleh masyarakat di Nagari Padang Laweh bertujuan untuk meningkatkan pendapatan. Masyarakat memanfaatkan sumber daya alam ini sebagai mata pencaharian, salah satunya menjadi penambang emas seiring dengan adanya cadangan sumber daya alam berupa emas di Nagari Padang Laweh. Usaha tambang emas ini dilakukan di Batang Ombilin yang mengalir di Nagari Padang Laweh. Masyarakat yang terlibat dalam usaha tambang emas ini lebih dari 100 orang. Selain menjadi pekerja, masyarakat Nagari Padang Laweh ada juga sebagai pemodal. Masyarakat yang terlibat usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh umumnya telah bekerja menjadi penambang lebih dari 5 tahun dan memiliki pendapatan Rp Rp /bulan. Masyarakat Nagari Padang Laweh tidak hanya menjadi pekerja, tetapi ada juga yang menjadi pemodal. Keterlibatan masyarakat ini merupakan upaya masyarakat Nagari Padang Laweh memanfaatkan potensi sumber daya alam yang dimiliki dengan cara melakuka penambang emas. Potensi ini umumnya terdapat di aliran Sungai Batang Ombilin yang terdapat di Nagari Padang Laweh serta di daerah sekitar aliran sungai tersebut. Seiring dengan pesatnya kegiatan penambangan emas, maka cadangan emas di Sungai Batang Ombilin mulai menipis sehingga masyarakat memanfaatkan lahan di sekitar sungai dan mengolah lahan tersebut sebagai areal pertambangan emas. b. Ninik Mamak sebagai Pemegang Ulayat di Nagari Padang Laweh Penguasa ulayat di Nagari Padang Laweh adalah ninik mamak. Sebagai penguasa ulayat sungai Batang Ombilin, para penghulu mendapatkan bagian dari kegiatan penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat. Ninik mamak sebagai pemegang ulayat mengizinkan adanya kegiatan tambang di ulayat mereka dengan imbalan. Masyarakat Nagari Padang Laweh yang mendapatkan manfaat ekonomi berupa pendapatan dari kegiatan tambang emas bukan hanya penambang emas saja, tetapi juga pemilik lahan. Sistem kepemilikan lahan Sungai Batang Ombilin adalah tanah ulayat, dimiliki oleh para penghulu yang ada di Nagari Padang Laweh. Penghulu atau ninik mamak termasuk pihak yang ikut terlibat dalam kegiatan pertambangan. Keikutsertaan penghulu memang tidak langsung, tetapi mengizinkan tanh ulayat untuk dijadikan areal pertambangan di Nagari Padang Laweh. Keterlibatan penghulu dalam kegiatan pertambangan di Nagari Padang Laweh juga disebabkan oleh faktor ekonomi, karena mereka mendapatkan sewa dari lahan yang dijadikan sebagai areal pertambangan. Keterlibatan penghulu lebih sebagai pemanfaatan lahan yang tidak dipakai dan kebanyakan disetujui oleh anggota kaum mereka. Pihak yang terlibat dalam usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh adalah masyarakat yang terlibat sebagai pekerja, pemodal dan penyedia jasa. Pihak yang terlibat selanjutnya adalah ninik mamak dengan cara mengizinkan lahan ulayat yang mereka miliki dijadikan sebagai areal usaha tambang emas. 2. Bentuk Keterlibatan Masyarakat dalam Usaha tambang Emas di Nagari Padang Laweh a. Keterlibatan sebagai Pekerja Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pertambangan di Nagari Padang Laweh karena kegiatan pertambangan menjanjikan dari segi ekonomi, sehingga masyarakat rela meninggalkan lahan pertanian yang menjadi sumber kehidupan mereka. Keadaan ini dialami oleh sebagian penduduk Nagari Padang Laweh. Perekonomian merupakan masalah utama dalam sebuah kehidupan masyarakat, sehingga tak dapat dipungkiri lagi berbagai usaha ditempuh untuk memenuhi kebutuhan perekonomian tersebut, mulai dari usaha kecil sampai usaha besar. Lahan merupakan objek yang dijadikan sebagai kegiatan ekonomi, seperti bertani, kebun dan kegiatan lain. Masyarakat yang bermata pencaharian sebagai penambang emas

8 5 di Nagari Padang Laweh umumnya laki-laki, berumur antara 18 tahun sampai dengan 55 tahun. Masyarakat ini berasal dari seluruh jorong yang ada di Nagari Padang Laweh. Keterlibatan masyarakat Nagari Padang Laweh dalam kegiatan pertambangan lebih banyak sebagai pekerja. Pilihan masyarakat menjadi pekerja ini karena keterbatasan modal serta keterbatasan kemampuan. Keterlibatan masyarakat Padang Laweh menjadi pekerja ini sudah dimulai sejak awal dimulainya kegiatan tambang di Padang Laweh. Masyarakat Nagari Padang Laweh umumnya menjadi pekerja dalam usaha tambang emas. Keterlibatan masyarakat Padang Laweh umumnya sebagai pekerja pada pertambangan dan bekerja pada seorang pemodal yang juga berasal dari Padang Laweh. Keterlibatan masyarakat sebagai pekerja ini umumnya bekerja dengan seorang pemodal dan kadang-kadang menyewa kapal untuk penambang dari orang yang menyediakan jasa penyewaan kapal saja. Masyarakat Nagari Padang Laweh tidak seluruhnya menjadi tenaga kerja, ada yang menyediakan jasa dan menjadi pemodal untuk kegiatan pertambangan ini. Keterlibatan masyarakat Nagari Padang Laweh dalam usaha tambang emas salah satunya adalah sebagai pekerja, bekerja dengan seorang pemodal. Usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh ini mampu menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran. b. Penyedia Jasa Aktivitas penambangan emas di sepanjang aliran Sungai Batang Ombilin Nagari Padang Laweh ini tidak hanya menguntungkan para penambang saja, tetapi juga masyarakat lain seperti pedagang, tukang ojek dan sebagainya. Tingginya pendapatan para penambang emas di Nagari Padang Laweh ini juga berdampak terhadap masyarakat yang terkait dengan aktivitas tambang tersebut. Salah satunya adalah pedagang, dimana segala kebutuhan para penambang dipenuhi oleh para pedagang yang ada di Nagari Padang Laweh dan pedagang ini umumnya menjual berbagai kebutuhan. Saat adanya kegiatan penambangan emas membuat oleh Di Nagari Padang Laweh berdampak secara ekonomi bagi masyarakat lain karena masyarakat yang tidak terlibat langsung juga memiliki keuntungan dengan usaha tambang emas. Salah satunya adalah bengkel untuk memperbaiki peralatan tambang yang mengalami kerusakan. Bengkel ini didirikan oleh masyarat di sekitar lokasi usaha tambang sehingga memudahkan pengguna jasa untu menggunakannya. Bentuk keterlibatan masyarakat Nagari Padang Laweh dalam kegiatan pertambangan adalah sebagai penyedia jasa. Banyaknya kegiatan yang dilakukan dalam pertambangan membuka kesempatan untuk lapangan pekerjaan selain pertambangan, seperti warung dan bengkel. Pekerjaan ini umumnya dilakukan oleh masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha tambang emas dan usaha tersebut dijalankan di sekitar lokasi usaha tambang emas. Masyarakat yang menyediakan jasa ini memanfaatkan peluang dengan banyak aktivitas masyarakat usaha tambang emas serta menyediakan jasa yang berkaitan dengan usaha tambang emas. c. Mengizinkan Penggunaan Lahan sebagai Areal Pertambangan Beroperasinya usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh ini tidak hanya menyebabkan masyarakat menjadi penambang emas, tetapi juga masyarakat yang terkait dengan penambangan emas. Pemilik lahan yang terdiri dari penghulu dan ninik mamak beserta kaum menjadi pemilik lahan secara bersama. Ninik mamak sebagai penguasa ulayat berupa tanah membolehkan untuk dikelola sebagai lahan tambang. Dengan adanya izin dari ninim mamak, maka usaha tambang emas dapat dijalankan di Nagari Padang Laweh. Keterlibatan ninik mamak sebagai pihak yang mengizinkan penggunaan lahan ulayat mereka untuk usaha tambang emas dan hal ini diketahui oleh seluruh anggota kaum karena mendapatkan manfaat dari usahatam bang emas ini. Ninik mamak sebagai penguasan ulayat umumnya mendapatkan fee dari kegiatan usaha tambang emas. Keterlibatan masyarakat Nagari Padang Laweh dalam kegiatan pertambangan adalah mengizinkan lahan untuk digunakan sebagai areal pertambangan oleh ninik mamak. Ninik mamak sebagai pemegang ulayat berhak untuk mengizinkan atau melarang pengelolaan ulayat yang mereka miliki. Namun Aktivitas penambangan yang dilakukan di lahan masyarakat meninggalkan banyak lobang bekas tambang. Hal ini membuat banyak masyarakat yang menyesal merelakan tanahnya untuk dijadikan lahan tambang. d. Masyarakat sebagai Pemodal Modal merupakan bagian penting dalam usaha tambang emas. Modal usaha tambang emas diantaranya adalah mesih dan kapal serta anggota tambang. Modal untuk usaha tambang emas termasuk besar. Pemodal yang berasal dari masyarakat Nagari Padang Laweh. Keterlibatan

9 6 masyarakat Nagari Padang Laweh sebagai pemodal ini tentu baik, karena dapat meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat daerah sendiri. Bentuk keterlibatan masyarakat Nagari Padang Laweh dalam kegiatan pertambangan adalah sebagai masyarakat pekerja pertambangan, masyarakat sebagai penyedia jasa, ninik mamak sebagai pihak yang mengizinkan lahan untuk digunakan sebagai areal pertambangan dan masyarakat sebagai pemodal. Bentuk keterlibatan masayrakat nagari Padang Laweh dalam usaha tambang emas adalah sebagai pekerja dalam usaha tambang emas, bekerja pada pemodal yang berasal bari berbagai daerah, termasuk Nagari Padang Laweh sendiri. Bentuk keterlibatan sebagai penyedia jasa, dilakukan oleh masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha tambang emas dan usaha tersebut dijalankan di sekitar lokasi usaha tambang emas. Masyarakat yang menyediakan jasa ini memanfaatkan peluang dengan banyak aktivitas masyarakat usaha tambang emas serta menyediakan jasa yang berkaitan dengan usaha tambang emas. Keterlibatan dengan mengizinkan lahan untuk digunakan sebagai areal pertambangan oleh dilakukan oleh ninik mamak sebagai pemegang ulayat berhak untuk mengizinkan atau melarang pengelolaan ulayat yang mereka miliki dan keterlibatan sebagai pemodal, karena usaha tambang emas dapat meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat Teori Fenomenologi (Phenomenological Sociology) yang lahir dari pemikiran Alfred Schutz berisikan tentang persoalan pokok ilmu sosial, yakni bagaimana kehidupan bermasyarakat itu dapat terbentuk. Alfred Schutz sebagai salah seorang tokoh teori ini bertolak dari pandangan Weber pula, dimana terakhir ini berpendirian bahwa tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan manusia lain memahami pula tindakan itu sebagai sesuatu yang penuh arti. Pemahaman secara subyektif terhadap sesuatu tindakan sangat menentukan terhadap kelangsungan proses interaksi sosial, maksudnya adalah menemukan sebab-sebab subjektif dan objektif ciri-ciri bayangan objek pengalaman inderawi (fenomen) (Sutopo, 2002:46). Masyarakat Nagari Padang Laweh merupakan salah satu pihak yang terlibat dalam usaha tambang emas. Masyarakat Nagari Padang Laweh ini umumnya menjadi pekerja. Masyarakat yang terlibat usaha tambang emas ini umumnya telah bekerja menjadi penambang lebih dari 5 tahun dan memilikipendapatan Rp Rp /bulan. Masyarakat Nagari Padang Laweh tidak hanya menjadi pekerja, tetapi ada juga yang menjadi pemodal. Faktor saling memahami satu sama lain baik antar individu maupun antar kelompok ini diperlukan untuk terciptanya kerjasama di hampir semua organisasi sosial (Ritzer, 2011:60). Schutz memusatkan perhatiannya kepada struktur kesadaran yang diperlukan untuk terjadinya saling bertindak atau interaksi dan saling memahami antar sesama manusia. Secara singkat dapat dikatakan bahwa interaksi sosial terjadi dan berlangsung melalui penafsiran dan pemahaman tindakan masingmasing baik antar individu maupun antar kelompok. Penghulu atau ninik mamak termasuk pihak yang ikut terlibat dalam kegiatan pertambangan. Keikutsertaan penghulu memang tidak langsung, tetapi mengizinkan tanh ulayat untuk dijadikan areal pertambangan di Nagari Padang Laweh. Keterlibatan penghulu dalam kegiatan pertambangan di Nagari Padang Laweh juga disebabkan oleh faktor ekonomi, karena mereka mendapatkan sewa dari lahan yang dijadikan sebagai areal pertambangan. Keterlibatan penghulu lebih sebagai pemanfaatan lahan yang tidak dipakai dan kebanyakan disetujui oleh anggota kaum mereka. Adanya keterlibatan masyarakat dalam usaha tambang emas merupakan bentuk subyektivitas. Konsep ini menunjuk kepada pemisahan keadaan subyektif atau secara sederhana menunjuk kepada dimensi dari kesadaran umum ke kesadaran khusus kelompok sosial yang sedang saling berintegrasi. Intersubyektivitas yang memungkinan pergaulan sosial itu terjadi, tergantung kepada pengetahuan tentang peranan masing-masing yang diperoleh melalui pengalaman yang bersifat pribadi. Konsep intersubyektivitas ini mengacu kepada suatu kenyataan bahwa kelompok-kelompok sosial saling mengintepretasikan tindakannya masingmasing dan pengalaman mereka juga diperoleh melalui cara yang sama seperti yang dialami dalam interaksi secara individual. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pertambangan di Nagari Padang Laweh karena kegiatan pertambangan menjanjikan dari segi ekonomi, sehingga masyarakat rela meninggalkan lahan pertanian yang menjadi sumber kehidupan mereka. Keadaan ini dialami oleh sebagian penduduk Nagari Padang Laweh. Perekonomian merupakan masalah utama dalam sebuah kehidupan masyarakat, sehingga tak dapat dipungkiri lagi berbagai usaha ditempuh untuk memenuhi kebutuhan perekonomian tersebut, mulai dari usaha kecil sampai usaha

10 7 besar. Lahan merupakan objek yang dijadikan sebagai kegiatan ekonomi, seperti bertani, kebun dan kegiatan lain. Keterlibatan masyarakat Nagari Padang Laweh dalam kegiatan pertambangan lebih banyak sebagai pekerja. Pilihan masyarakat menjadi pekerja ini karena keterbatasan modal serta keterbatasan kemampuan. Keterlibatan masyarakat Padang Laweh menjadi pekerja ini sudah dimulai sejak awal dimulainya kegiatan tambang di Padang Laweh. Bentuk keterlibatan masyarakat Nagari Padang Laweh dalam kegiatan pertambangan adalah sebagai masyarakat pekerja pertambangan, masyarakat sebagai penyedia jasa, ninik mamak sebagai pihak yang mengizinkan lahan untuk digunakan sebagai areal pertambangan dan masyarakat sebagai pemodal. Keterlibatan masyarakat terbanyak adalah sebagai pekerja, dimana masyarakat yang terlibat berusia tahun, sudah terlibat dalam kegiatan tambang > 5 tahun. Masyarakat yang terlibat juga berasal dari seluruh Nagari Padang Laweh. Ninik mamak yang terlibat berasal untuk kesejahteraan anak dan kemenakan melalui fee dari usaha tambang yang mereka dapatkan. Fenomena keterlibatan masyarakat dalam usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung merupakan kehidupan sosial yang telah mereka jalani tidak memungkinkan adanya usaha di atas tanah ulayat yang merupakan harta milik bersama. Hal ini menjadi dasar peneliti untuk menggunakan teori fenomenologi, karena banyaknya masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pertambangan di Nagari Padang Laweh. Keterlibatan masyarakat Nagari Padang Laweh dalam usaha tambang emas ini didasari oleh kepentingan ekonomi. Adanya sumber daya alam yang dapat dikelola menyebabkan banyak masyarakat berminat untuk mengelola, salah satunya kandungan emas. Keterlibatan masyarakat sebagai pekerja, berarti masyarakat melakukan pekerjaan dalam usaha tambang emas, sementara ninik mamak sebagai pemegang ulayat mengizinkan penggunaan lahan yang mereka kuasai. Keterlibatan selanjutnya sebagai pemodal, berarti memiliki potensi untuk meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat dan keterlibatan sebagai penyedia jasa dengan memanfaatkan usaha tambang emas yang ada di Nagari Padang Laweh. PENUTUP Kesimpulan Pihak yang terlibat dalam usaha tambang emas di Nagari Padang Laweh adalah masyarakat Nagari Padang Laweh, ninik mamak dan masyarakat dari luar Nagari Padang Laweh. Masyarakat yang terlibat diantaranya masyarakat perorangan sebagai pekerja, pemodal dan penyedia jasa dan penghulu sebagai kelompok yang mengizinkan pemakaian lahan untuk kegiatan pertambangan. Masyarakat melakukan penambangan baik perorangan maupun kelompok dan penghulu atau ninik mamak termasuk pihak yang ikut terlibat dalam kegiatan pertambangan. Keikutsertaan penghulu memang tidak langsung, tetapi mengizinkan tanah ulayat untuk dijadikan areal pertambangan di Nagari Padang Laweh dan membagi hasil pertambangan dengan anggota kaumnya. Bentuk keterlibatan masyarakat Nagari Padang Laweh dalam kegiatan pertambangan adalah pekerja pertambangan, penyedia jasa, mengizinkan lahan untuk digunakan sebagai areal pertambangan dan pemodal Saran 1. Untuk masyarakat yang ikut terlibat dalam kegiatan tambang agar memperhatikan daya dukung lingkungan dengan mengelola kekayaan sumber daya alam secara bijak agar dapat dimanfaatkan oleh generasi yang akan datang. 2. Untuk pemerintah, untuk memperhatikan daya dukung lingkungan, terutama kegiatan pertambangan sehingga tidak merugikan masyarakat.

11 8 DAFTAR PUSTAKA Amir Syarifuddin Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Hukum Adat Minangkabau. Jakarta; Gunung Agung Ali, Achmad Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofi dan Sosiologis. Jakarta; Chandra Pratama. Kantor Wali Nagari Padang Laweh, 2016 Moleong, J Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Narullah Dt. Parpatiah Nan Tuo, Status Tanah Ulayat di Minangkabau. LKAAM, Padang Nazir Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Ritzer, George Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sutopo, H.B Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press WWF Indonesia, Kehutanan

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang:a. bahwa dalam Undang - undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008 No. Urut : 06 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Minangkabau merupakan satu-satunya budaya yang menganut sistem kekerabatan matrilineal di Indonesia. Masyarakat Minangkabau merupakan komunitas masyarakat matrilineal

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH:

KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH: KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH: PUTRI MAYA SARI 10070151 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang berada di Indonesia.Provinsi Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1

Lebih terperinci

KEPASTIAN HUKUM BAGI TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT Oleh: Ridho Afrianedy,SHI, Lc (Hakim PA Sungai Penuh)

KEPASTIAN HUKUM BAGI TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT Oleh: Ridho Afrianedy,SHI, Lc (Hakim PA Sungai Penuh) KEPASTIAN HUKUM BAGI TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT Oleh: Ridho Afrianedy,SHI, Lc (Hakim PA Sungai Penuh) Latar Belakang Tak sekali terjadi konflik horizontal di tengah masyarakat

Lebih terperinci

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Pemahaman Progresif tentang Hak Perempuan atas Waris, Kepemilikan Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Beberapa Istilah Penting terkait dengan Hak Perempuan atas Waris dan Kepemilikan Tanah: Ahli

Lebih terperinci

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Praktek Pewarisan Harta Pusaka Tinggi Tidak Bergerak di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan dalam kehidupannya, yaitu dengan mengolah dan mengusahakan

BAB I PENDAHULUAN. pangan dalam kehidupannya, yaitu dengan mengolah dan mengusahakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah merupakan benda tidak bergerak yang mutlak perlu bagi kehidupan manusia. Hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaum ditentukan oleh luasnya tanah yang dimiliki.1. Minangkabau sampai saat ini adalah manggadai. Di Minangkabau sendiri

BAB I PENDAHULUAN. kaum ditentukan oleh luasnya tanah yang dimiliki.1. Minangkabau sampai saat ini adalah manggadai. Di Minangkabau sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut adat Minangkabau, tidak ada sejengkal tanahpun yang tidak berpunya di bumi Minangkabau. Tanah tersebut bisa dikuasai oleh suatu kaum sebagai hak ulayat,

Lebih terperinci

ABSTRACT. By: Zul Mai Roffi* Dasrizal** Farida**

ABSTRACT. By: Zul Mai Roffi* Dasrizal** Farida** 1 2 ABSTRACT Social Economic of Communities around Lubuk Larangan Jorong Sungai Tanuak Kenagarian Barung Barung Belantai Tengah Kecamatan Koto XI Tarusan Pesisir Selatan By: Zul Mai Roffi* Dasrizal** Farida**

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang: PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT a. bahwa berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kenegerian Rumbio Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pemimpin adat kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk Ulak

Lebih terperinci

ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH MENJADI TEMPAT USAHA SEMENTARA DI JORONG TIGA BATUR KENAGARIAN SUNGAI TARAB KECAMATAN SUNGAI TARAB

ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH MENJADI TEMPAT USAHA SEMENTARA DI JORONG TIGA BATUR KENAGARIAN SUNGAI TARAB KECAMATAN SUNGAI TARAB ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH MENJADI TEMPAT USAHA SEMENTARA DI JORONG TIGA BATUR KENAGARIAN SUNGAI TARAB KECAMATAN SUNGAI TARAB Kafrinas 1, Yeni Erita 2, Ade Irma Suryani 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL

FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL ERWIN LUTER NIM. 09070140 PROGRAM PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Barat adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang memakai sistem pemerintahan lokal selain pemerintahan desa yang banyak dipakai oleh berbagai daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang : a bahwa dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki masyarakat majemuk. Kemajemukan masyarakat di negara Indonesia terdiri dari berbagai etnis, suku, adat dan budaya.

Lebih terperinci

memasuki lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian

memasuki lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan

Lebih terperinci

ARTIKEL PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH HARTA PUSAKO TINGGI DI NAGARI PIANGGU

ARTIKEL PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH HARTA PUSAKO TINGGI DI NAGARI PIANGGU ARTIKEL PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH HARTA PUSAKO TINGGI DI NAGARI PIANGGU KECAMATAN IX KOTO SUNGAI LASI KABUPATEN SOLOK Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupan dan memenuhi segala kebutuhannya. Seperti yang dikemukakan oleh Soekanto (2007, hlm.23) Manusia senantiasa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang : a bahwa dalam Undang-undang

Lebih terperinci

PROFIL PEREMPUAN PEKERJA TAMBANG MANGAN

PROFIL PEREMPUAN PEKERJA TAMBANG MANGAN PROFIL PEREMPUAN PEKERJA TAMBANG MANGAN Kasus : Tambang Rakyat Kamang Saiyo Nagari Kamang Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung JURNAL Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pemanfaatan lahan antara masyarakat adat dan pemerintah merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Salah satu kasus yang terjadi yakni penolakan Rancangan

Lebih terperinci

JURNAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI KERAPATAN ADAT NAGARI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG. Oleh: P R I M A Z O L A NPM:

JURNAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI KERAPATAN ADAT NAGARI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG. Oleh: P R I M A Z O L A NPM: JURNAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI KERAPATAN ADAT NAGARI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG Oleh: P R I M A Z O L A NPM: 0910005600047 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG 2015 1 PENYELESAIAN

Lebih terperinci

PERUBAHAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PASCA PEMBANGUNAN JEMBATAN SITI NURBAYA

PERUBAHAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PASCA PEMBANGUNAN JEMBATAN SITI NURBAYA 1 PERUBAHAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PASCA PEMBANGUNAN JEMBATAN SITI NURBAYA (Studi Kasus: Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Kota Padang) JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku

Lebih terperinci

JURNAL KORI HARTATI NIM

JURNAL KORI HARTATI NIM FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KURANGNYA MOTIVASI ORANG TUA UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN ANAK KE TINGKAT SMP DI KAMPUNG SUNGAI SALAK NAGARI KOTO RAWANG KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah pusako adalah tanah hak milik bersama dari pada suatu kaum yang mempunyai pertalian darah dan diwarisi secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu,

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

TIPOLOGI DESA BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL

TIPOLOGI DESA BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL 0 TIPOLOGI DESA BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan SI (Strata I) SAKRI EFENDI

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (Strata I)

ARTIKEL ILMIAH. diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (Strata I) SASTRA LISAN MANTRA PENANGKAL BISO DI NAGARI TALANG BABUNGO KECAMATAN HILIRAN GUMANTI KABUPATEN SOLOK PROVINSI SUMATRA BARAT ARTIKEL ILMIAH diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA Oleh,, 1) Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002 Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI Menimbang : a. bahwa modal dasar pembangunan Nagari yang tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT )

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) Dewifebrina 1 Dra. Fachrina,M.Si 2 Erningsih,S.Sos 3 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu penjelmaan dari jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad 1.Setiap

BAB I PENDAHULUAN. satu penjelmaan dari jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad 1.Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adat merupakan cerminan kepribadian suatu bangsa yang menjadi salah satu penjelmaan dari jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad 1.Setiap bangsa di dunia ini

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA ABSTRACT

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA ABSTRACT KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA Susi Susanti 1, Mila Kurnia Sari², Titiek Fujita Yusandra² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum adat di Indonesia bersifat pluralistik sesuai dengan banyaknya jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat C. Van Vollenhoven

Lebih terperinci

PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 01 TAHUN 2003 TENTANG PEMANFAATAN TANAH ULAYAT NAGARI

PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 01 TAHUN 2003 TENTANG PEMANFAATAN TANAH ULAYAT NAGARI PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 01 TAHUN 2003 TENTANG PEMANFAATAN TANAH ULAYAT NAGARI DENGAN RAHMAT ALLAH TUHAN YANG MAHA KUASA WALI NAGARI SUNGAI KAMUYANG Menimbang : a. bahwa salah satu aset

Lebih terperinci

KONDISI MASYARAKAT YANG MENGKONVERSI LAHAN PERTANIAN DI NAGARI SUNGAI NANAM KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK JURNAL

KONDISI MASYARAKAT YANG MENGKONVERSI LAHAN PERTANIAN DI NAGARI SUNGAI NANAM KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK JURNAL KONDISI MASYARAKAT YANG MENGKONVERSI LAHAN PERTANIAN DI NAGARI SUNGAI NANAM KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK JURNAL MESI ELFIA NORA NIM. 08030126 Pembimbing I Pembimbing II Erna Juita, S. Pd, M.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan keragaman kelompok etnis yang mendiami tanah nusantara, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan keragaman kelompok etnis yang mendiami tanah nusantara, diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kekayaan yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia adalah keragaman budaya dan keragaman kelompok etnis yang mendiami tanah nusantara, diantaranya kelompok etnis

Lebih terperinci

MOBILITAS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRAN (Studi: Di Jorong Bukit Harapan (Sp3) Nagari Tiumang Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya)

MOBILITAS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRAN (Studi: Di Jorong Bukit Harapan (Sp3) Nagari Tiumang Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya) MOBILITAS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRAN (Studi: Di Jorong Bukit Harapan (Sp3) Nagari Tiumang Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya) ARTIKEL ILMIAH MESI ARYANI 10070007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

TRADISI MANGAKU INDUAK DAN MANIMBANG SALAH DALAM PERKAWINAN DI NAGARI TARATAK BARU KECAMATAN TANJUNG GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG

TRADISI MANGAKU INDUAK DAN MANIMBANG SALAH DALAM PERKAWINAN DI NAGARI TARATAK BARU KECAMATAN TANJUNG GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG TRADISI MANGAKU INDUAK DAN MANIMBANG SALAH DALAM PERKAWINAN DI NAGARI TARATAK BARU KECAMATAN TANJUNG GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG Darfian Petra, Nurharmi, Yusrizal Program Studi Pendidikan Pancasila Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumberdaya alam yang banyak dimiliki di Indonesia adalah hutan. Pembukaan hutan di Indonesia merupakan isu lingkungan yang populer selama dasawarsa terakhir

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa nagari sebagai kesatuan

Lebih terperinci

ALASAN MASYARAKAT TIDAK MENGIKUTI PROGRAM BPJS DI NAGARI SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

ALASAN MASYARAKAT TIDAK MENGIKUTI PROGRAM BPJS DI NAGARI SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL 1 ALASAN MASYARAKAT TIDAK MENGIKUTI PROGRAM BPJS DI NAGARI SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL PUTRI WAHYUNI NPM: 12070056 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, oleh karenanya manusia tidak bisa terlepas dari tanah. Tanah sangat dibutuhkan oleh setiap

Lebih terperinci

Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 2010

Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 2010 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1960 TENTANG PERJANJIAN BAGI HASIL DI KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU TESIS Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S2 Program Studi Magister

Lebih terperinci

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENGALIHAN TANAH ULAYAT UNTUK PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM DAN FASILITAS SOSIAL (FASUM DAN FASOS) DI PEDESAAN

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENGALIHAN TANAH ULAYAT UNTUK PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM DAN FASILITAS SOSIAL (FASUM DAN FASOS) DI PEDESAAN PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENGALIHAN TANAH ULAYAT UNTUK PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM DAN FASILITAS SOSIAL (FASUM DAN FASOS) DI PEDESAAN (Studi Kasus Nagari Saok Laweh Kabupaten Solok Sumatera

Lebih terperinci

illryw Elvi Zuriyani,lV.Si s':

illryw Elvi Zuriyani,lV.Si s': STUDI KEHMUPAN PETANI PADI SAWAH SETELAH KOI{I{ERSI LAIIAN PERTANIAN MENJADI PERUMAHAN DI KELURAHAN LUBUK MINTURTTN KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG JURNAL odajufigrrscfiog*isahfi So*tqwatil*$*{aryeta{efr

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN ANAK PADA PERUBAHAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT DI JORONG PASAR USANG GUGUK KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK JURNAL

PERAN PENDIDIKAN ANAK PADA PERUBAHAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT DI JORONG PASAR USANG GUGUK KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK JURNAL PERAN PENDIDIKAN ANAK PADA PERUBAHAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT DI JORONG PASAR USANG GUGUK KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK JURNAL NITA OKTAVIA 10070112 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT PENDATANG DENGAN MASYARAKAT PRIBUMI (Studi Kasus di Jorong Bukit Subur Nagari Ranah Palabi Kecamatan Timpeh Kabupaten Dharmasraya). Watini 1 DrZusmelia M.Si 2 MarleniM.Pd 3

Lebih terperinci

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM PERAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DALAM PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DI DESA BIWINAPADA KABUPATEN BUTON SELATAN Muhamad Yasir Pendidikan Sosiologi FIS-UNM ABSTRAK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI

PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 02/SG/2002 TENTANG PEMUNGUTAN UANG LEGES Dengan rahmat Allah

Lebih terperinci

KEBERADAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) SIJUNJUNG DALAM MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT DI SIMPANG TANAH BADANTUANG JORONG GANTING NAGARI SIJUNJUNG

KEBERADAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) SIJUNJUNG DALAM MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT DI SIMPANG TANAH BADANTUANG JORONG GANTING NAGARI SIJUNJUNG KEBERADAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) SIJUNJUNG DALAM MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT DI SIMPANG TANAH BADANTUANG JORONG GANTING NAGARI SIJUNJUNG Oleh : *Retri dhanila, Erna Juita, S.Pd., M.Si**Farida,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

POTENSI PERKAMPUNGAN ADAT SIJUNJUNG SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA DI KABUPATEN SIJUNJUNG

POTENSI PERKAMPUNGAN ADAT SIJUNJUNG SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA DI KABUPATEN SIJUNJUNG POTENSI PERKAMPUNGAN ADAT SIJUNJUNG SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA DI KABUPATEN SIJUNJUNG Syobriyal 1, Bakaruddin 2, Ade Irma Suryani 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

MEILIN NENCY NPM:

MEILIN NENCY NPM: STRATEGI PENDUDUK TRANSMIGRAN DALAM MEWUJUDKAN INTEGRASI DENGAN PENDUDUK ASLI DI JORONG SUNGAI TAMBANG II NAGARI SIJUNJUNG KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kecamatan Canduang 1. Kondisi Geografis Kecamatan Canduang merupakan salah satu dari beberapa kecamatan di Kabupaten Agam. Dimana wilayah ini ditetapkan menjadi

Lebih terperinci

WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH

WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) ENZI PATRIANI NPM 10080297 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis Kecamatan sungai beremas merupakan salah satu daerah di sebelah utara kabupaten pasaman barat dengan luas wilayah sekitar 440,48 km 2 atau 11,33 persen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis memasukkan dalam jenis penelitian kualitatif empiris, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran kawin sasuku pada masyarakat Minangkabau dianggap sebagai perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung 1. Keadaan Geografis Desa Tanjung termasuk desa yang tertua di Kecamatan XIII Koto Kampar dan Desa Tanjung sudah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan BAB V KESIMPULAN Matrilineal seperti yang telah banyak kita fahami, membawa kepada pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan memiliki posisi tawar yang baik dalam pengambilan keputusan,

Lebih terperinci

SOSIAL KAPITAL ANTARA TOKE DAN PETANI KARET

SOSIAL KAPITAL ANTARA TOKE DAN PETANI KARET SOSIAL KAPITAL ANTARA TOKE DAN PETANI KARET (Studi Kasus: Petani Karet Yang Memiliki Hutang di Nagari Tanjung Betung, Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman) ARTIKEL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

Sementara faktor ekonomi-politik adalah faktor yang mempengaruhi tejadiya konnik tanah yang datang dari luar sistem masyarakat nagari Simawang.

Sementara faktor ekonomi-politik adalah faktor yang mempengaruhi tejadiya konnik tanah yang datang dari luar sistem masyarakat nagari Simawang. RXNGKASAN ZULKARh'ARV HARUN (95106lSPD) : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Konflik Tanah di Minangkabau : Studi Kasus di Nagari Simawang Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar (dibawah bimbingan

Lebih terperinci

Keywords : Management, Remitansi, TKW (Labor Female)

Keywords : Management, Remitansi, TKW (Labor Female) 1 POLA PENGELOLAAN UANG KIRIMAN (REMITANSI) OLEH KELUARGA TKW (TENAGA KERJA WANITA) DI NAGARI TARATAK TANGAH LUMPO KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Sandra Sasmila 1, Nilda Elfemi 2, Ikhsan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENGANTAR... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam memberikan dampak yang

Lebih terperinci

PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL

PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL Oleh: MELISA 11060280 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

SOCIAL PARTICIPATION IN ROAD CONSTRUCTION IN THE BOJAKAN VILLAGE OF NORTH SIBERUT DISTRICT MENTAWAI ISLANDS

SOCIAL PARTICIPATION IN ROAD CONSTRUCTION IN THE BOJAKAN VILLAGE OF NORTH SIBERUT DISTRICT MENTAWAI ISLANDS SOCIAL PARTICIPATION IN ROAD CONSTRUCTION IN THE BOJAKAN VILLAGE OF NORTH SIBERUT DISTRICT MENTAWAI ISLANDS Erlius 1, Drs. Ardi Abbas, MT 2, Drs. Nilda Elfemi, M.Si 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu syarat untuk tercapainya pembangunan pertanian yang berkelanjutan yaitu tejaminnya ketersediaan lahan dan sumberdaya air. Dengan demikian perlu dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu menjelaskan fenomena secara akurat yang di temukan di lapangan yang selanjutnya dianalisis

Lebih terperinci

SISTEM PENDIDIKAN ANAK DALAM PANTI ASUHAN AISYIYAH CABANG KOTO TANGAH KOTA PADANG ARTIKEL ILMIAH ANNISA NPM

SISTEM PENDIDIKAN ANAK DALAM PANTI ASUHAN AISYIYAH CABANG KOTO TANGAH KOTA PADANG ARTIKEL ILMIAH ANNISA NPM SISTEM PENDIDIKAN ANAK DALAM PANTI ASUHAN AISYIYAH CABANG KOTO TANGAH KOTA PADANG ARTIKEL ILMIAH ANNISA NPM. 12070113 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut sebagai UUD 1945), Negara Indonesia. kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut sebagai UUD 1945), Negara Indonesia. kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut sebagai UUD 1945), Negara Indonesia merupakan Negara

Lebih terperinci

ARTIKEL E JURNAL. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (SI) Oleh: RISKA UTARI

ARTIKEL E JURNAL. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (SI) Oleh: RISKA UTARI UPAH PANEN PEKERJA TANI SAWAH (Analisis Sosiologi Gender Tentang Perbedaan Upah Antar Pekerja Perempuan dengan Pekerja Laki-laki dari Jenis Pekerjaan yang Sama di Nagari Riak Danau, Kecamatan Basa Ampek

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN TUKANG OJEK PADI

PERAN PEREMPUAN TUKANG OJEK PADI 1 PERAN PEREMPUAN TUKANG OJEK PADI DALAM MEMPERTAHANKAN FUNGSI KELUARGA (Studi Kasus : di Jorong Batu Basa Nagari Batu Basa Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar) ARTIKEL Oleh: NILA SARI 12070117 PRODI

Lebih terperinci

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI MINANGKABAU (STUDI KASUS DI NAGARI SULIT AIR-KABUPATEN SOLOK)

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI MINANGKABAU (STUDI KASUS DI NAGARI SULIT AIR-KABUPATEN SOLOK) 1 PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI MINANGKABAU (STUDI KASUS DI NAGARI SULIT AIR-KABUPATEN SOLOK) Mifta Nur Rizki Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waris adalah perpindahan harta milik atau perpindahan pusaka.sehingga secara istilah ilmu waris adalah ilmu yang mempelajari tentang perpindahan harta pusaka

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR SEBAGAI PENDORONG PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT DI KANAGARIAN KOTO BARU KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR SEBAGAI PENDORONG PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT DI KANAGARIAN KOTO BARU KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN 1 BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR SEBAGAI PENDORONG PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT DI KANAGARIAN KOTO BARU KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

STRATEGI KELUARGA MISKIN MELANJUTKAN STUDI ANAKNYA KE PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS: KANAGARIAN TALU, KECAMATAN TALAMAU, KABUPATEN PASAMAN BARAT)

STRATEGI KELUARGA MISKIN MELANJUTKAN STUDI ANAKNYA KE PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS: KANAGARIAN TALU, KECAMATAN TALAMAU, KABUPATEN PASAMAN BARAT) STRATEGI KELUARGA MISKIN MELANJUTKAN STUDI ANAKNYA KE PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS: KANAGARIAN TALU, KECAMATAN TALAMAU, KABUPATEN PASAMAN BARAT) Cici Rahma Sari 1, Elvawati 2, Dian Kurnia Anggreta 3 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ayat (2) UU No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ayat (2) UU No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia, yang bersatu sebagai bangsa Indonesia. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH DI NAGARI KOTO BARU KECAMATAN LUHAK NAN DUO KABUPATEN PASAMAN BARAT JURNAL

OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH DI NAGARI KOTO BARU KECAMATAN LUHAK NAN DUO KABUPATEN PASAMAN BARAT JURNAL OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH DI NAGARI KOTO BARU KECAMATAN LUHAK NAN DUO KABUPATEN PASAMAN BARAT JURNAL SOFTI NUR RAHMAH NIM. 08030137 Pembimbing I Pembimbing II Drs. Helfia Edial, MT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB KELUARGA MAMPU MENERIMA BANTUAN RASKIN (BERAS MISKIN) DI JORONG KAMBANG HARAPAN NAGARI KAMBANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

FAKTOR PENYEBAB KELUARGA MAMPU MENERIMA BANTUAN RASKIN (BERAS MISKIN) DI JORONG KAMBANG HARAPAN NAGARI KAMBANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL FAKTOR PENYEBAB KELUARGA MAMPU MENERIMA BANTUAN RASKIN (BERAS MISKIN) DI JORONG KAMBANG HARAPAN NAGARI KAMBANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL DELVA SESRIANI NPM. 10070047 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, pemanfaatan tanah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, pemanfaatan tanah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup, terutama manusia. Hubungan antara manusia dengan tanah sangat erat bahwa tanah sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR KABUPATEN GUGUK MALINTANG

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR KABUPATEN GUGUK MALINTANG BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR KABUPATEN GUGUK MALINTANG A. Geografis dan Demografis 1. Letak dan Batas Wilayah 1 Kota Padang Panjang merupakan salah satu kota terkecil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Pembagian Harta Warisan. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk membedakan dengan istilah-istilah

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PELESTARIAN ADAT BUDAYA DALAM HIDUP BERNAGARI DI KOTA PADANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

rur?/,,.,, PERPANJAI{GAN JARINGAN IRIGASI DI KANAGARIAN LUBUK JANTAN KECAMATAN I{NTAU BUO UTARA KABUPATEN TANAH DATAR ELVI ZURYANT, S.Si., M.

rur?/,,.,, PERPANJAI{GAN JARINGAN IRIGASI DI KANAGARIAN LUBUK JANTAN KECAMATAN I{NTAU BUO UTARA KABUPATEN TANAH DATAR ELVI ZURYANT, S.Si., M. PERPANJAI{GAN JARINGAN IRIGASI DI KANAGARIAN LUBUK JANTAN KECAMATAN I{NTAU BUO UTARA KABUPATEN TANAH DATAR JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu keturunan ditarik dari ayahnya. Dilihat dari marga yang dipakai oleh orang batak yang diambil dari

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN HAK WARIS PADA MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN HAK WARIS PADA MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN HAK WARIS PADA MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU A. Kondisi Geografis Secara geografi kota Padang terletak di pesisir pantai barat pulau Sumatera, dengan garis pantai sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang teletak di bagian Asia tenggara yang dilalui garis khatulistiwa. Indonesia berada diantara benua Asia dan Australia serta diantara

Lebih terperinci