Buku Panduan Pengisian Survei Kemudahan Berusaha 2018 Pelaksanaan Kontrak (Enforcing Contract) February 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Buku Panduan Pengisian Survei Kemudahan Berusaha 2018 Pelaksanaan Kontrak (Enforcing Contract) February 2017"

Transkripsi

1 Buku Panduan Pengisian Survei Kemudahan Berusaha 2018 Pelaksanaan Kontrak (Enforcing Contract) February 2017 Disiapkan oleh : Pokja Koordinasi Kemudahan Berusaha 1. ASUMSI STUDI KASUS Dua perusahaan domestik - Penjual dan Pembeli - membuat kontrak untuk penjualan beberapa barang buatan sesuai pesanan (custom-made goods). Lebih lanjut, Penjual sepakat untuk menjual ke Pembeli, dan Pembeli sepakat untuk membeli dari Penjual, furnitur custom. Setelah pengiriman barang, Pembeli berpendapat bahwa kualitas barang tidak memadai, lalu menolak untuk membayar. Penjual bersikeras bahwa kualitas barang telah sesuai dan meminta pembayaran sesuai harga dalam kontrak. Dikarenakan barang adalah barang yang pembuatannya disesuaikan dengan permintaan Pembeli, Penjual tidak dapat menjual barang tersebut kepada pihak ketiga. Setelah Pembeli menolak untuk membayar, Penjual menggugat Pembeli. Pengadilan memutuskan memenangkan Penjual 100% dan memerintahkan Pembeli membayar sesuai kontrak. 1. Baik Penjual dan Pembeli merupakan perusahaan lokal dan berlokasi di Jakarta. 2. Penjual menuntut Pembeli untuk mengganti jumlah yang disepakati di dalam kontrak. Nilai gugatan tersebut adalah: Rp Pengadilan yang memutus kasus tersebut berlokasi di Jakarta dan merupakan pengadilan tingkat pertama dengan yurisdiksi terhadap gugatan perkara perdagangan sebesar Rp Penjual khawatir Pembeli mungkin melenyapkan aset, membawa aset keluar dari yurisdiksi peradilan atau menjadi pailit. Oleh karena itu, jika prosedur tersebut diperbolehkan dihadapan pengadilan yang berwenang, Penjual akan meminta dan mendapatkan sita atas aset bergerak Pembeli (perlengkapan kantor atau kendaraan) sebelum memperoleh putusan Pengadilan. 5. Pembeli menentang gugatan tersebut, yang kemudian digugat berdasarkan pokok perkaranya. Pendapat atas kualitas barang yang dikirim oleh Penjual diperlukan dan diberikan oleh seorang ahli selama proses persidangan: a. Jika hal itu adalah praktik yang lazim dilakukan di Negara Anda bagi Penjual dan Pembeli untuk memanggil saksi ahli mereka sendiri, maka masing-masing pihak mengajukan satu saksi ahli untuk memberikan pendapat atas kualitas barang yang dikirim oleh Penjual. b. Jika hal itu adalah praktik yang lazim dilakukan di negara Anda bagi seorang hakim untuk menunjuk seorang ahli independen untuk memberikan pendapat atas kualitas barang yang dikirim oleh penjual, maka hakim dapat melakukannya. Hal ini diasumsikan bahwa tidak ada kesaksian dari ahli yang berlawanan yang diajukan. 6. Putusan memenangkan Penjual secara 100%. Pembeli diwajibkan untuk membayar harga sesuai dalam kontrak kepada Penjual. 7. Pembeli tidak mengajukan banding terhadap putusan itu. 8. Penjual mulai melaksanakan putusan saat periode waktu yang ditentukan oleh Undang-Undang untuk mengajukan banding telah berlalu. Diasumsikan bahwa Pembeli tidak memiliki dana di dalam rekening banknya. Akibatnya, aset bergerak Pembeli (perlengkapan kantor atau kendaraan) disita dan disimpan untuk kemudian dilelang kepada publik. 9. Pelelangan atas aset bergerak pembeli kemudian diatur, diiklankan dan diselenggarakan. Aset-aset yang ada terjual dan nilai gugatan sepenuhnya diperoleh Penjual. Definsi: untuk keperluan pengisian kuesioner, istilah-istilah di bawah ini memiliki arti: 1. Pengadilan yang Berwenang berarti pengadilan di Jakarta dengan yurisdiksi atas sengketa perdagangan yang serupa dengan yang dijelaskan dalam asumsi studi kasus. Jika ada lebih dari satu pengadilan yang kompeten, pengadilan yang kompeten berarti pengadilan yang paling mungkin untuk menentukan hasil/memberi putusan atas studi kasus yang diberikan. 2. Saksi ahli berarti saksi dengan kualifikasi yang dibutuhkan atau pengalaman untuk memberikan pendapat tentang apakah barang yang dikirim sudah memenuhi kualitas yang memadai. Opini ahli dibutuhkan dan diberikan sebelum putusan dijatuhkan. *** 1

2 Berikan tanggapan Anda terhadap bagian berikut dengan mempertimbangkan asumsi studi kasus yang diberikan di atas. Untuk kemudahan Anda, jawaban tahun lalu juga dicantumkan dalam kuesioner ini jika tersedia. Harap dicatat bahwa jawaban tersebut mewakili paduan jawaban berdasarkan semua jawaban yang kami terima dari berbagai kontributor. 2

3 2. Pemutakhiran Perubahan Apakah ada perubahan sejak 1 Juni 2015 dalam litigasi niaga lokal? Misalnya: amandemen hukum acara perdata dan/atau berlakunya peraturan baru, pelaksanaan atau perubahan pada sistem manajemen kasus, pengenalan solusi otomatis seperti, e-filing, e- notifikasi, dll, pelaksanaan mediasi/konsiliasi, perubahan substansial dalam UU arbitrase, pengenalan pengadilan untuk gugata kecil, pembentukan pengadilan niaga baru, atau pengangkatan hakim baru. Jika relevan, jelaskan perubahan (-perubahan) tersebut. Sertakan informasi tentang tanggal adopsi peraturan, publikasi dan penegakan hukum atau peraturan baru. Apakah ada perubahan yang diharapkan terjadi sejak sekarang hingga 1 Juni 2016? Jika ada, jelaskan Jawaban Ya, telah ada perubahan sejak 1 Juni 2015 Pada tanggal 7 Agustus 2015 Mahkamah Agung mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana 1. SK KMA 43/2017 Pembentukan Pokja Kemudahan Berusaha Membentuk wadah koordinasi dan pembentukan kebijakan untuk merencanakan kegiatan pembaruan dan melaksanakan kegiatan pembaruan terkait dengan kemudahan berusaha. 2. Perma 7/2016 Penegakan Disiplin Kerja Hakim Pada Mahkamah Agung Dan Badan Peradilan Yang Berada Dibawahnya Sebagai mekanisme Quality Control terhadap aturan terkait jangka waktu penanganan perkara yang telah ditentukan. 3. Perma 8/2016 Pengawasan Dan Pembinaan Atasan Langsung Di Lingkungan Mahkamah Agung Dan Badan Peradilan Di Bawahnya Sebagai mekanisme Quality Control terhadap aturan terkait jangka waktu penanganan perkara yang telah ditentukan. 4. Perma 14 /2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara Ekonomi Syariah Mengatur bahwa sengketa perkara Ekonomi Syariah dengan nilai dibawah Rp. 200 juta akan diselesaikan berdasarkan dengan prosedur berdasarkan Perma Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Penyelesaian Gugatan Sederhana 5. SEMA No. 2 Tahun 2014 yang memotong standar waktu penanganan perkara di pengadilan tingkat pertama dna banding, dari 6 bulan menjadi 5 bulan bagi pengadilan tingkat pertama dan 3 bulan bagi perkara pada tingkat banding. 6. SK KMA No. 119 Tahun 2014 tentang Penetapan Hari Musyawarah dan Ucapan pada Mahkamah Agung RI mengubah sistem pembacaan berkas dari berurutan menjadi serentak, jangka waktu pemutusan perkara menadi maksimal 3 bulan dari sebelumnya 6 bulan. 7. SK KMA No. 214 Tahun 2014 tentang Jangka Waktu Penanganan perkara di Mahkamah Agung yang telah memotong jangka waktu penanganan perkara menjadi hanya 250 hari atau 8 bulan terhitung dari perkara masuk 3

4 sampai dengan keluar dari Mahkamah Agung. 8. SEMA No. 6 Tahun 2014 tentang Penanganan Bantuan Panggilan/ Pemberitahuan yang memanfaatkan teknologi informasi untuk delegasi panggilan/ pemberitahuan (service civil process), sistem sistem informasi dalam pengiriman, dan monitoring bantuan panggilan. 9. SEMA No. 1 Tahun 2014 tentang Dokumen Elektronik yang memberlakukan sistem e-filing bagi perkara kasasi / PK. 10. SK KMA No. 178/KMA/SK/XII/2015 yang memberlakukan sistem secure printing untuk mengganti proses yang ada menjadi proses otomatis sehingga mengehmat puluhan hingga ratusan jam kerja penggandaan dan otentikasi berkas. 11. Sistem Informasi Penelurusan Perkara (SIPP) di seluruh 4 lingkungan peradilan di Indonesia yang memungkinkan semua orang dapat mengakses informasi tentang perkembangan penanganan perkara, penundaan persidangan, serta amar putusan secara online. 12. Platform database putusan nasional yang menampilkan hasil putusan yang dapat ditelusuri berdasarkan jenis perkara, jenis pengadilan,dan relasi dengan putusan lain. 3. Pengadilan Kompeten/Terkait Apakah Pengadilan Negeri di Jakarta mempunyai yurisdiksi atas kasus yang dijelaskan dalam bagian 1, dengan mengingat nilai gugatan sebesar Rp ? Jawaban Ya Berdasarkan Pasal 3 dari Peraturan Mahkamah Agung No.2 tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana nilai gugatan berada di bawah yurisdiksi pengadilan sederhana sebagai bagian dari Pengadilan Negeri di Indonesia termasuk di Jakarta Jika pengadilan kompeten telah berubah, jawab semua pertanyaan di Bagian 4, 5 dan 6 dengan asumsi pengadilan baru akan menyidangkan kasus tersebut. 4.1 Automasi Pengadilan 4. Kualitas Indeks Proses Peradilan Pengajuan Berkas Elektronik Apakah gugatan awal dapat diajukan secara elektronik melalui platform resmi yang ada di Pengadilan Negeri Jakarta? Jawablah "Tidak" jika keluhan hanya dapat diajukan melalui surel/ atau faks. Jika gugatan awal diajukan secara elektronik, apakah salinan cetaknya juga harus diserahkan? 4 Tahun ini: Tidak Jawaban: Tidak relevan Pelayanan Proses secara Elektronik

5 Tahun ini: Tidak Apakah gugatan awal yang diajukan secara elektronik kepada Pengadilan Negeri Jakarta dapat dikirmkan kepada tergugat secara elektronik? Jika demikian, sebutkan bagaimana hal tersebut dilakukan (via surel, SMS, faks, dll.) Pembayaran Biaya Pengadilan secara Elektronik Dapatkah biaya pengadilan dibayarkan secara elektronik di Pengadilan Negeri Jakarta Pilih "Ya" jika pembayaran dapat dilakukan melalui online banking Penerbitan Dasar Putusan Apakah putusan yang diberikan pada seluruh tingkatan dalam kasus-kasus niaga tersedia bagi publik melalui publikasi Lembaran Negara resmi, dalam surat kabar atau dalam situs internet pengadilan? Jika putusan diterbitkan secara daring, sertakan tautan situs yang relevan Apakah putusan yang diberikan dalam kasus-kasus niaga di Pengadilan Tinggi dan tingkat Mahkamah Agung tersedia bagi publik melalui publikasi Lembaran Negara resmi, dalam surat kabar atau dalam situs internet pengadilan? Jika putusan diterbitkan secara daring, sertakan tautan situs yang relevan Tahun ini: Tidak putusan Pengadilan Negeri sekarang diterbitkan di tautan berikut: itjen/umum Putusan Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung diterbitkan di tautan berikut: 5

6 Struktur & Proses Pengadilan Pengadilan Niaga Khusus Di Jakarta, apakah ada pengadilan, divisi atau jenjang pengadilan yang hanya ditujukan untuk persidangan kasus niaga? Apa nama pengadilan, divisi atau jenjang tersebut? Apa ambang yurisdiksi (nilai gugatan minimum) untuk kasus-kasus agar dapat disidangkan oleh pengadilan ini, divisi atau jenjang pengadilan tersebut? Pengadilan Gugatan Kecil Di Jakarta, adakah pengadilan/divisi untuk gugatan sederhana atau prosedur jalur cepat untuk gugatan sederhana? pengadilan sederhana merupakan suatu pengadilan dengan yurisdiksi terbatas untuk menyidangkan kasus dengan jumlah uang yang relatif kecil. Pengadilan ini biasanya memiliki aturan Hukum Acara Perdata yang lebih sederhana, aturan pembuktian yang sederhana, dan ditandai dengan penggunaan bahasa yang Perlu dicatat bahwa pengadilan niaga yang dimaksud adalah pengadilan yang memiliki yurisdiksi atas perkara-perkara perdagangan, sementara itu pengadilan Meskipun tidak ada peradilan khusus niaga yang dimaksud dengan skenario Survei namun Indonesia berdasarkan Perma Nomor 2 Tahun 2015 memiliki Pengadilan Sederhana berwenang untuk menyelesaikan gugatan komersial dengan nilai maksimum sebesar Rp.200 juta Meskipun bukan peradilan khusus, namun tersedia prosedur jalur cepat untuk gugatan perdata sederhana yang nilainya dibawah 200 juta rupiah sederhana. Apa nama pengadilan, divisi atau jenjangnya? Peradilan Sederhana sebagai bagian dari Pengadilan Negeri yang terkait Apa UU/peraturan yang menentukan pengadilan/divisi atau prosedur jalur cepat tersebut? Jika mungkin, cantumkan tautan ke UU tersebut. Berapa jumlah uang maksimum yang dibayarkan untuk kasus agar dapat disidangkan oleh pengadilan/divisi tersebut atau melalui prosedur tersebut? Apakah representasi atau mewakili diri sendiri diperbolehkan dalam proses persidangan ini? Jika gugatan sederhana diselesaikan melalui pengadilan atau divisi yang berdiri sendiri, sebutkan apakah hukum acara perdata sederhana berlaku. Penyitaan Pra-Sidang Dengan asumsi bahwa penggugat khawatir terdakwa akan melenyapkan aset dan memindahkan aset bergerak dari luar yurisdiksi pengadilan atau terkena pailit, apakah penggugat diperbolehkan untuk meminta dan mendapatkan sita atas aset begerak terdakwa (perlengkapan kantor atau kendaraan) pada pengadilan dan proses yang sama? Pelimpahan Kasus Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana ( /bawas_doc/doc/perma_02_2015_fi x(4).pdf) Atau dapat diperoleh di Rp Ya Dapat dilihat pada Pasal 4 ayat (4) Perma Nomor 2 Tahun 2015 Ya hukum acara perdata yang disederhanakan berlaku dalam proses peradilan sederhana Penyitaan pra-sidang ini diatur dalam Pasal 227 dari Herzien Inlandsch Reglement (HIR) sebagai Hukum Acara Perdata Indonesia 6

7 Bagaimana kasus-kasus baru diserahkan kepada hakim di Pengadilan Negeri Jakarta? Secara acak, oleh ketua pengadilan/bagian Oleh ketua pengadilan/bagian menurut kebijaksanaannya sendiri Secara acak, oleh panitera/asisten pengadilan Oleh panitera/asisten pengadilan menurut kebijaksanaannya sendiri Secara acak, berdasarkan pokok perkara atau jadwal persidangan dan jumlah kasus dalam satu waktu. Secara acak, melalui sistem otomatis Berdasarkan beberapa kriteria berdasarkan abjad atau secara rotasional Tidak secara acak Lainnya, jelaskan Apakah para pihak atau para penasihat hukum mereka dapat mempengaruhi penunjukan hakim atau memprediksi hakim yang akan ditugaskan untuk kasus mereka secara pasti? Kesamaan Gender Menurut hukum acara perdata yang berlaku, apakah kesaksian seorang perempuan memberi efek beban pembuktian yang sama di pengadilan jika dibandingkan dengan kesaksian laki-laki dalam semua jenis kasus persidangan? Jika tidak, dalam kasus apa kesaksian tersebut tidak memberikan efek beban yang sama (misalnya, niaga, keluarga, dll.) Jawaban: Tidak Pengangkatan hakim menjadi kewenangan Ketua Pengadilan Negeri yang terkait Tidak relevan 7

8 4.3 Manajemen Kasus Standar Waktu untuk Perkara Perdata, Penangguhan dan Kelanjutan Perkara Apakah ada undang-undang atau peraturan lainnya di Indonesia yang menetapkan standar waktu keseluruhan untuk acara persidangan utama dalam perkara perdata? Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2014 tentang Penyelesaian Perkara di Pengadilan Tingkat Pertama dan Tingkat Banding pada Empat Lingkungan Peradilan kasus di pengadilan tingkat pertama harus diselesaikan dalam waktu maksimal lima bulan sementara kasus di pengadilan banding harus diselesaikan dalam waktu maksimal tiga bulan. pembatasan waktu ini harus mencakup waktu untuk menghasilkan salinan dari putusan pengadilan. Selain itu, berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung No.214 / KMA / SK / XII / 2014 tentang Jangka Waktu Penanganan Perkara pada Mahkamah Agung Republik Indonesia semua permohonan kasasi dan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung harus telah diselesaikan dalam waktu maksimal 250 hari. Jika "Ya", manakah dari peristiwa utama tersebut yang memiliki tenggat waktu khusus yang diatur oleh UU? Sebutkan pasal tertentu dalam UU/peraturan yang berlaku dan, jika mungkin, termasuk tautan ke materi tersebut. Proses sita Landasan hukum: Pasal 122 dari HIR mengatur bahwa periode waktu antara penyampaian panggilan sidang dan sidang pertama tidak boleh kurang dari 3 hari kerja Sidang pertama Landasan hukum: Pasal 122 dari HIR mengatur bahwa sidang pertama dilakukan paling awal dalam waktu 3 hari kerja setelah tanggal disampaikannya panggilan sidang Penyampaian Jawaban Gugatan Landasan hukum: Pasal 113 dan 141 dari Reglement op de Rechtsvordering (Rv) menyatakan bahwa Tergugat harus menyampaikan jawaban atas gugatan pada tanggal sidang pertama atau tanggal lain yang ditentukan oleh Pengadilan (yang didasarkan pada Pasal 141 Rv dalam waktu 14 hari). Penyelesaian jangka waktu pembuktian Landasan hukum: Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2014 Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2014 tentang Penyelesaian Perkara di Pengadilan Tingkat Pertama dan Tingkat Banding pada Empat Lingkungan Peradilan, kasus di pengadilan tingkat pertama harus diselesaikan dalam waktu maksimal lima bulan setelah pengajuan gugatan sementara kasus di pengadilan banding harus diselesaikan dalam waktu maksimal tiga bulan setelah pengajuan klaim. Oleh karena itu, jangka waktu proses pembuktian akan menjadi bagian dari jangka waktu putusan akhir dan tidak akan menyebabkan jangka waktu putusan akhir untuk terlewati. Waktu para ahli untuk memberikan opininya Dasar Hukum: Berdasarkan Pasal 221 Rv seorang ahli harus menyampaikan laporan mereka kepada Pengadilan berdasarkan kerangka waktu yang ditetapkan oleh Pengadilan (biasanya dalam waktu 14 hari) Tenggat waktu untuk menyerahkan putusan akhir Dasar Hukum: Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2014 tentang Penyelesaian Perkara di Pengadilan Tingkat Pertama dan Tingkat Banding pada Empat Lingkungan Peradilan kasus di pengadilan tingkat pertama harus diselesaikan dalam waktu maksimal lima bulan setelah pengajuan gugatan sementara kasus di pengadilan banding harus diselesaikan dalam waktu maksimal tiga bulan setelah pengajuan gugatan Lainnya, tolong jelaskan Lainnya, jelaskan Apakah standar waktu tersebut dipatuhi dalam lebih dari 50% kasus? Apakah UU juga mengatur jumlah penangguhan atau penundaan maksimum yang dapat diberikan? 8 Landasan hukum/penjelasan:

9 Apakah penangguhan terbatas pada keadaan luar biasa atau kejadian tidak terduga? Pilih "Tidak" jika hakim memiliki kewenangan terbatas untuk memberikan penangguhan dan hanya dapat melakukannya atas permintaan para pihak, bahkan jika tidak ada alasan untuk memberikannya. Pilih "Ya", jika UU menyebutkan penyebab umum penangguhan (misalnya kematian pihak/pengacara, penunjukan ahli, upaya untuk mencapai penyelesaian) dan/atau jika UU secara eksplisit menyatakan bahwa penangguhan hanya dapat diberikan dalam keadaan luar biasa. Jika ada peraturan mengenai penangguhan, apakah peraturan itu dipatuhi dalam lebih dari 50% kasus? Mekanisme Penilaian Kinerja Apakah ada laporan yang tersedia mengenai Pengadilan Negeri Jakarta yang dapat digunakan untuk memantau kinerja pengadilan, perkembangan kasus melalui pengadilan dan memastikan kepatuhan dengan standar waktu yang disebutkan di atas? Berdasarkan Pasal 126 dan 127 dari Herzien Inlandsch Reglement (HIR) sebagai Hukum Acara Perdata Indonesia jika Tergugat tidak hadir pada sidang pertama Hakim akan memberikan satu kali waktu penundaan atau kelanjutan bagi Tergugat untuk hadir di sidang kedua. Jika Tergugat juga gagal untuk menghadiri sidang kedua maka Hakim akan memutuskan gugatan secara in absentia (Verstek). Landasan hukum/penjelasan: Berdasarkan Pasal 126 dan 127 dari Herzien Inlandsch Reglement (HIR) alasan untuk memberikan penundaan terbatas bahwa Tergugat tidak dapat menghadiri sidang pertama karena alasan yang sah misalnya, karena satu dan lain hal Jurusita gagal untuk menyampaikan panggilan sidang kepada Tergugat atau Kepala Desa yang seharusnya memberikan panggilan sidang tidak berhasil melakukannya. Tahun lalu: n.a. Pengadilan Negeri menerapkan hukum acara perdata secara konsisten Jika "Ya", mana dari laporan berikut yang tersedia secara daring/online? Laporan-laporan tersebut dapat menjadi bagian dari laporan tahunan di pengadilan. Waktu laporan disposisi (mengukur waktu yang dibutuhkan pengadilan untuk memutus/mengadili kasusnya) Laporan Tingkat Penyelesaian (mengukur jumlah kasus yang diselesaikan versus jumlah kasus yang masuk) Usia laporan kasus tertunda (memberikan gambaran mengenai semua kasus yang tertunda sesuai dengan jenis dan usia kasus serta tindakan terakhir yang diambil dan tindakan berikutnya yang akan dilakukan) Laporan kemajuan kasus tunggal (memberikan gambaran tentang status sebuah kasus tunggal) Berikan tautan jika memungkinkan: htpp://sipp.pn-jakartapusat.go.id Pertemuan Pra-Sidang Apakah pertemuan pra-sidang bagian dari teknik manajemen kasus dilakukan sebelum dibawa ke Pengadilan Negeri Jakarta? Sebuah pertemuan pra-sidang adalah pertemuan yang dipimpin oleh hakim dan dirancang untuk mempersempit isu-isu dan pertanyaan terkait bukti sebelum sidang. Tujuannya adalah untuk membahas kemungkinan penyelesaian dan untuk mempercepat proses persidangan sementara mengurangi kegiatan pra-peradilan yang tidak perlu atau taktik penundaan lainnya. Tahun ini: Tidak / YA Landasan hukum/penjelasan: Pada prinsipnya Konsep pertemuan prasidang (pre-trial hearing) diadopsi di negara-negara Common Law seperti Amerika Serikat, Inggris dan Negaranegara Persemakmuran lainnya seperti Australia dan Selandia Baru. 9 Di Indonesia proses yang mirip dengan Pre-trial hearing bisa dilihat pada Pasal 11 Perma 2 Tahun 2015 tentang Penyelesaian Sengketa Gugatan Sederhana dimana dikenal istilah Pemeriksaan Pendahuluan yang bertujuan untuk memeriksa sederhana

10 atau tidaknya pembuktian. Dalam hal pembuktian tidak bisa dilaksanakan secara sederhana, maka Hakim bisa menetapkan bahwa perkara ini bukan perkara sederhana. Jika "Ya", masalah apa yang akan dibahas dan tindakan yang akan dilakukan di dalam pertemuan pra-sidang tersebut? Penjadwalan, termasuk jangka waktu untuk mengajukan mosi dan dokumen lainnya ke pengadilan Pemeriksaan kompleksitas kasus dan lamanya sidang yang diproyeksikan Kemungkinan penyelesaian atau ADR Perubahan daftar saksi Temuan waktu/kesepakatan tentang bukti Kuasa peradilan dan isu-isu prosedural lain Mempersempit isu-isu kontroversial Lainnya, jelaskan Sistem Manajemen Kasus Secara Elektronik Jika sistem manajemen kasus secara elektronik dilaksanakan di Pengadilan Negeri Jakarta, mohon jawab dua pertanyaan berikut. Manakah dari tindakan berikut yang dapat dilakukan hakim melalui sistem elektronik? Mengakses UU, peraturan dan yurisprudensi ( Secara otomatis menjadualkan sidang untuk semua kasus pada berkas perkara hakim secara otomatis (Tersedia pada SIPP) Untuk PN Jakarta Pusat ( Untuk PN Surabaya ( Mengirim pemberitahuan (misalnya surel) kepada advokat Melacak status sebuah kasus pada berkas yang ada pada hakim (tersedia sebagai akses publik SIPP) Melihat dan mengelola dokumen-dokumen perkara (berkas, mosi dll.) Bantuan penulisan putusan (tersedia dalam fitur internal SIPP) Membuat Penetapan pengadilan secara semi otomatis (tersedia dalam fitur internal SIPP) Melihat perintah dan putusan pengadilan dalam kasus tertentu (tersedia dalam fitur internal SIPP) Fitur tambahan, jelaskan Manakah dari tindakan berikut yang dapat dilakukan advokat melalui sistem elektronik? Mengakses UU, peraturan dan yurisprudensi Mengakses formulir yang diserahkan ke pengadilan Menerima pemberitahuan (misalnya surel) Melacak status dari kasus yang diberikan (sidang selanjutnya, tenggat waktu dll.) Melihat dan mengelola dokumen-dokumen perkara (berkas, mosi dll.) Mengajukan berkas perkara dan dokumen ke pengadilan Melihat perintah dan putusan pengadilan dalam kasus yang diberikan Fitur tambahan, jelaskan Jadual/agenda Sidang. Riwayat Perkara, Statistik perkara, estimasi biaya perkara dll 10

11 4.4 Penyelesaian Sengketa Alternatif Arbitrase Di Indonesia, apakah arbitrase untuk kasus niaga lokal diatur oleh UU konsolidasi atau gabungan bab/bagian dari UU Hukum Perdata yang berlaku yang meliputi hampir seluruh aspek arbitrase? Jika "Ya", sebutkan judul dan tahun penerbitan UU tersebut. Apakah klausul arbitrase atau perjanjian arbitrase yang sah biasa diterapkan oleh pengadilan di Jakarta? Pilih "Tidak" jika pengadilan akan mengadili kasus meskipun ada klausul arbitrase atau perjanjian yang sah. Apakah ada sengketa niaga - selain dari sengketa yang berhubungan dengan ketertiban umum atau kebijakan publik - yang tidak dapat diajukan ke arbitrase di Indonesia? Proses arbitrase diatur dalam UU No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konsumen, Hubungan Industrial, Persaingan Usaha, HKI Apakah ada dari perkara-perkara di bawah ini yang tidak dapat dibawa ke arbitrase: Perkara yang melibatkan properti tidak bergerak Perkara dalam perusahaan (misalnya perkara mengenai keputusan yang dibuat oleh badan eksekutif sebuah perusahaan atau perkara terkait pengaturan pemegang saham) Perkara terkait hak cipta Kegiatan keuangan dan perbankan (termasuk transaksi efek) Perkara terkait kepailitan, kebangkrutan atau likuidasi suatu perusahaan Perkara terkait pekerjaan Lainnya, jelaskan Mediasi/Konsiliasi Sukarela Apakah mediasi/konsiliasi secara sukarela ada di Indonesia? Pilih Ya jika para pihak tidak perlu berpartisipasi dalam proses tersebut kecuali jika mereka menginginkannya. Di Indonesia, apakah mediasi/konsiliasi diatur oleh UU konsolidasi atau gabungan bab/bagian dari UU Hukum Perdata yang berlaku yang meliputi hampir seluruh aspek mediasi/konsiliasi secara substansial? Jika "Ya", sebutkan judul dan tahun penerbitan UU tersebut. Apakah ada insentif keuangan untuk para pihak yang mencoba melakukan mediasi/konsiliasi (misalnya, pengembalian biaya pengajuan ke pengadilan, kredit pajak penghasilan dll.) UU No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Peraturan Mahkamah Agung No.1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan mengatur prosedur untuk proses mediasi / konsiliasi sukarela Landasan hukum/penjelasan: Pasal 22 Perma 1/2016 mengatur bahwa pihak yang tidak beritikad baik dalam mediasi akan dihukum dengan perintah untuk membayar uang perkara. Dan apabila yang bersangkutan adalah penggugat, maka gugatan tidak akan diterima Bentuk insentif yang ada saat ini adalah insentif negatif 11

12 5. Perkiraan Waktu Bagian berikut mencakup pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan perkiraan waktu untuk tahapan-tahapan yang berbeda dari sebuah kasus niaga. Mengingat pengalaman Anda dengan kasus-kasus yang sebanding dengan studi kasus yang diberikan, sebutkan jumlah hari kalender yang biasanya diperlukan, dalam praktiknya, untuk menyelesaikan studi kasus yang diberikan. Jika Anda memutakhirkan pengadilan yang berwenang pada bagian 3, sebutkan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk pengadilan baru tersebut di bawah ini Fase Pengajuan dan Pemanggilan Bagian ini mengukur waktu yang dibutuhkan antara saat Penjual (penggugat) memutuskan untuk menggugat dan saat Pembeli (terdakwa) menerima panggilan sidang di Pengadilan Negeri Jakarta (dengan asumsi bahwa kedua pihak berdomisili di Jakarta). [catatan : harus dilihat dari perspektif penyelesaian sengketa sederhana sesuai dengan skenario yang diberikan] a. Sebelum mengajukan gugatan, Penjual mencoba untuk mendapatkan pembayaran di luar pengadilan melalui surat peringatan atau somasi. Berapa lama proses tersebut memakan waktu? b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan seorang pengacara untuk menulis gugatan awal dan mengumpulkan semua dokumen pendukung yang diperlukan untuk pengajuan gugatan (termasuk mengesahkan dokumendokumen tersebut, jika diperlukan)? c. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengajukan gugatan awal ke pengadilan dan menetapkan tergugat? 7 hari 1 hari 7 hari Jawaban d. Apa penyebab utama keterlambatan selama fase ini? Kesulitan mencari tergugat untuk tujuan pengiriman panggilan Lambatnya penyitaan yang dilakukan oleh juru sita, advokat atau lainnya Ketersediaan advokat Jasa pos yang tidak efisien Mendapat informasi dari kantor registrar (tanggal sidang, pra-putusan terhadap keluhan dll.) Lainnya, jelaskan Dari sudut pandang di atas, apakah estimasi tahun lalu untuk seluruh fase "pengajuan dan pemanggilan" masih akurat? Tahun lalu (penanggalan kalender) Tahun ini Berdasarkan Pasal Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana pendaftaran klaim, penentuan hakim dan panitera pengadilan harus dilakukan dalam 2 hari. Hakim kemudian akan secepatnya memutuskan apakah gugatan berada di bawah lingkup pengadilan sederhana dan menentukan hari sidang pertama dan memanggil Tergugat. Proses ini biasanya memakan waktu 7 hari sehingga total seluruh pengajuan gugatan dan pemanggilan tergugat adalah 15 hari (dengan memperhitungkan periode 7 hari untuk mengirim surat permintaan nonlitigasi/somasi. 12

13 5.2 Fase Sidang dan Putusan Bagian ini mengukur waktu yang dibutuhkan untuk putusan yang akan diberikan jika gugatan telah diajukan kepada pengadilan dan tergugat telah ditetapkan. a. Berapa lama waktu yang dibutuhkan, dalam praktiknya, antara saat kasus diajukan dan saat pertemuan pra-sidang (pretrial) diadakan? Jika pertemuan pra-sidang tidak diadakan di Negara Anda, lanjutkan ke pertanyaan berikutnya. b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan, dalam praktiknya, antara saat kasus diajukan dan saat sidang pertama diadakan? c. Berapa banyak sidang yang dibutuhkan, dalam praktiknya, untuk menyelesaikan studi kasus standar? d. Ketika sebuah sidang ditunda, atau jika dibutuhkan lebih dari satu kali sidang untuk menyelesaikan kasus, berapa lama para pihak harus menunggu hingga sidang selanjutnya? e. Berapa lama waktu yang dibutuhkan seorang ahli, dalam praktiknya, untuk memberikan pendapatnya? f. Berapa lama waktu yang dibutuhkan hakim, dalam praktiknya, untuk memberikan putusan akhir secara tertulis setelah penutupan periode bukti? g. Berapa jangka waktu untuk mengajukan banding di Indonesia? Jawaban Pasal Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana pengajuan gugatan membutuhkan 2 hari. Proses panggilan sidang sampai dengan sidang pertama akan mengambil 7 hari. Pasal Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana pengajuan gugatan membutuhkan 2 hari. Proses panggilan sidang sampai dengan sidang pertama akan mengambil 7 hari. Sekitar tiga sampai empat kali sidang 3 hari, meskipun jangka waktu ini tidak diatur dalam Perma 2/2015 Dalam perkara gugatan sederhana biasanya tidak diperlukan adanya ahli. Namun biasanya diberikan waktu sampai 3 hari untuk menyiapkan saksi ahli. Kurang lebih 7 hari Untuk peradilan sederhana pihak yang kalah dapat mengajukan keberatan dalam waktu 7 hari setelah tanggal putusan h. Apa penyebab utama keterlambatan selama fase ini? Timbunan kasus (tunggakan kasus) Sering terjadi penundaan Periode menunggu di antara persidangan Ketersediaan para ahli yang terbatas dan keterlambatan yang disebabkan oleh aktivitas para ahli Lainnya, jelaskan Tahun lalu (penanggal Tahun ini an Dari sudut pandang di atas, apakah estimasi tahun lalu untuk seluruh fase "sidang dan putusan" masih akurat? 5.3 Pelaksanaan Putusan Pengadilan kalender) Berdasarkan Pasal 5 (3) dari Peraturan Mahkamah Agung No.2 tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana seluruh proses persidangan dan putusan akan membutuhkan maksimal 25 hari terhitung sejak hari sidang pertama. Bagian ini mengukur waktu yang dibutuhkan pihak yang menang, saat periode banding telah selesai, untuk: (i) memulai pelaksanaan putusan; (ii) menyita aset bergerak pihak yang kalah; (iii) mengatur pelelangan aset yang disita; dan (iv) mendapatkan kembali nilai gugatan. a. Berapa lama waktu yang dibutuhkan, dalam praktiknya, untuk mendapatkan salinan putusan yang dapat dilaksanakan dan menghubungi petugas pelaksana yang terkait? 13 Jawaban 2 hari (Pasal 20 ayat 3 Peraturan Mahkamah Agung No.2/2015)

14 b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan, dalam praktiknya, untuk mencari, mengidentifikasi dan menyita aset bergerak pihak yang kalah (termasuk waktu yang diperlukan untuk mendapatkan perintah dari pengadilan untuk menyita dan mengambil alih aset)? c. Berapa lama waktu yang dibutuhkan, dalam praktiknya, untuk mengiklankan, mengatur dan melelang aset bergerak pihak yang kalah? Berdasarkan Pasal 196 HIR jika pihak yang kalah tidak mau secara sukarela memenuhi putusan pengadilan maka dalam waktu 8 hari Pengadilan akan meminta pihak yang kalah untuk memenuhi putusan tersebut. kegagalan untuk melakukannya akan menyebabkan Pengadilan untuk menyita aset pihak yang kalah ini Berdasarkan Pasal 54 Permenkeu Nomor 27 PMK/06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang maka waktu lelang untuk benda bergerak adalah sekitar 10 hari kerja atau sekitar 14 hari kalender. d. Jika dalam praktiknya lebih dari satu lelang akan diperlukan untuk mengganti nilai gugatan, berapa jumlah hari yang ada di sela-sela pelelangan? e. Setelah lelang selesai, berapa lama waktu yang dibutuhkan pihak yang menang untuk mendapatkan kembali nilai gugatan? Permenkeu 27 /PMK.06/2016 tidak diatur selisih waktu diantara lelang apabila lelang kedua diperlukan. (khusus untuk benda bergerak) Berdasarkan pasal 79 Permenkeu 27 /PMK.06/2016 pembayaran harga dan bea lelang harus dilakukan maksimum 5 hari kerja setelah lelang dilakukan. f. Apa penyebab utama keterlambatan selama fase ini? Memberikan aset bergerak Penyelenggaraan lelang publik Menunggu pelaksanaan lelang Mencari pembeli barang-barang yang ada Lainnya, jelaskan: Biasanya dalam hal lelang benda bergerak, masalah terbesar adalah mencari pembeli barang (sesuai dengan konteks survei) dan mencari benda bergerak yang dapat disita. Dari sudut pandang di atas, apakah estimasi tahun lalu untuk seluruh fase "pelaksanaan/eksekusi" masih akurat? Tahun lalu (penanggalan Tahun ini kalender) hari kerj Permohonan aanmaning : 18 hari Waktu Tunggu aanmaning : 8 hari Permohonan Sita Eksekusi : 9-14 hari kerja Permohonan Eksekusi lelang : 6 hari kerja Pelaksanaan Lelang pada Kantor Lelang : 10 hari kerja Total Hari : 51 hari kerja 14

15 6. Estimasi Biaya Bagian berikut mencakup pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan perkiraan biaya untuk tahapan-tahapan yang berbeda dari sebuah kasus/perkara niaga. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, sebutkan perkiraan sebagai persentase dari nilai gugatan, dimana untuk Doing Business 2017, sebesar Rp (lihat Bagian 1). Sebutkan semua biaya dan pengeluaran yang Penjual (penggugat) harus bayarkan untuk mendapatkan dan melaksanakan putusan. a. Kami tertarik terhadap semua biaya dan pengeluaran yang (penggugat) harus bayarkan terlebih dulu, terlepas dari apakah Penjual dapat mendapatkan kembali biaya-biaya tersebut pada akhirnya, ketika ia memenangkan kasusnya. b. Sebutkan biaya- biaya resmi saja. Jika Anda memutakhirkan pengadilan yang kompeten dalam Bagian 3, mohon perbarui juga biaya-biaya karena biaya-biaya tersebut berlaku di pengadilan baru. 6.1 Biaya Advokat Sebutkan perkiraan biaya advokat rata-rata yang akan dikeluarkan oleh sebuah firma hukum lokal untuk menangani kasus seperti skenario studi kasus yang diberikan, dengan mempertimbangkan kualifikasi dan pengalaman advokat yang dipersyaratkan di negara Anda untuk kasus ini. Sebutkan biaya yang diminta di bawah ini: a. biaya untuk menangani sebuah kasus hingga ke proses putusan; b. biaya pelaksanaan/eksekusi jika seorang advokat dibayar secara umum untuk tujuan ini; c. Jika ada, pajak pertambahan nilai atau pajak lain. Apakah estimasi tahun lalu masih akurat? Tahun lalu (% dari nilai gugatan) Tahun Ini % Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2/2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana dan Pasal 196 dan 200 dari HIR untuk tujuan eksekusi karena seluruh waktu untuk menyelesaikan sengketa tersebut turun secara signifikan maka biaya pengacara/advokat juga turun secara signifikan menjadi sekitar 15% dari gugatan Perma 2/2015 juga membuka peluang para pihak untuk melakukan litigasi tanpa kuasa hukum (pasal 4ayat (4)) Perma 2/ Biaya Pengadilan (hingga ke putusan saja) Sebutkan perkiraan biaya rata-rata yang akan dikeluarkan oleh Penjual (penggugat), dengan mengingat pengadilan yang berwenang untuk studi kasus yang diberikan. Apakah estimasi tahun lalu masih akurat? Tahun lalu (% dari Tahun Ini nilai gugatan) % Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif yang berlaku di Mahkamah Agung dan Badan Pengadilan yang berada dibawahnya dan 15

16 a. Dalam sebuah kasus yang serupa dengan kasus standar, berapa biaya untuk pendaftaran kasus (biaya pengajuan saja)? Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.W10.U1/PDT.02.IX tentang Perincian Panjar Biaya Pendaftaran Perkara di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan biaya pengadilan total seharusnya Rp atau 1.15 % dari nilai gugatan Jawaban Rp (Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif yang berlaku di Mahkamah Agung dan Badan Pengadilan yang berada dibawahnya) b. Berapa besar biaya untuk penerbitan putusan? Rp.300 per halaman atau sekitar Rp untuk putusan pengadilan setebal 50 halaman c. Berapa biaya yang dikenakan oleh ahli lokal jika ahli tersebut bekerja selama 10 jam? d. Berapa besar biaya pengadilan lainnya yang harus dibayarkan terlebih dulu oleh Penjual? Rp * Rate ahli tidak diatur oleh hakim, namun dibuat sesuai kesepakatan para pihak Rp Apabila diajukan permohonan Sita Jaminan 16

17 6.3 Biaya Pelaksanaan Sebutkan perkiraan biaya rata-rata yang akan diajukan oleh Penjual (penggugat) untuk kasus yang serupa dengan kasus standar. Apakah estimasi tahun lalu masih akurat? Tahun lalu (% dari nilai gugatan) Tahun ini % Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif yang berlaku di Mahkamah Agung dan Badan Pengadilan yang berada dibawahnya dan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.W10.U1/PDT.02.IX tentang Perincian Panjar Biaya Pendaftaran Perkara di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan biaya pelaksanaan total seharusnya Rp atau 6.6 % dari nilai gugatan Jawaban a. Berapa besar biaya untuk pendaftaran putusan? Rp. -- b. Berapa besar biaya perintah penyitaan? Rp c. Berapa besar biaya untuk pelelangan (iklan, pajak, petugas pelaksana dll.)? Rp d. Apakah Penjual harus membayar terlebih dulu biaya untuk organisasi perlelangan (atau apakah petugas pelaksana perlu mengeluarkan biaya di luar dari hasil perlelangan)? e. Berapa besar biaya lain yang harus dibayarkan terlebih dulu oleh Penjual? Tidak ada Ya, Penjual harus membayar biaya resmi lelang dimuka 17

Survey Kemudahan Berusaha 2018

Survey Kemudahan Berusaha 2018 Pembaruan Peradilan dalam Survey Kemudahan Berusaha 2018 Enforcing Contract dan Resolving Insolvency Pokja Koordinasi Kemudahan Berusaha Mahkamah Agung RI [SK KMA 43/KMA/SK/II/2017] Survei Kemudahan Berusaha

Lebih terperinci

Rencana Aksi Pokja Koordinasi Kemudahan Berusaha. Mahkamah Agung Republik Indonesia [SK KMA NO.43/KMA/SK/II/2017]

Rencana Aksi Pokja Koordinasi Kemudahan Berusaha. Mahkamah Agung Republik Indonesia [SK KMA NO.43/KMA/SK/II/2017] Rencana Aksi Pokja Koordinasi Kemudahan Berusaha Mahkamah Agung Republik Indonesia [SK KMA NO.43/KMA/SK/II/2017] Parameter Enforcing Contract Waktu (hari) Indikator Jakarta East Asia & Pacific OECD high

Lebih terperinci

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM Lampiran: Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor : 353/DJU/SK/HM02.3/3/2015 Tanggal : 24 Maret 2015 PROSEDUR PENGGUNAAN DAN SUPERVISI APLIKASI SISTEM INFORMASI PENELUSURAN PERKARA

Lebih terperinci

ADMINISTRASI PERKARA KEPANITERAAN PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SIBOLGA

ADMINISTRASI PERKARA KEPANITERAAN PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SIBOLGA ADMINISTRASI PERKARA KEPANITERAAN PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SIBOLGA No. KEGIATAN INDIKATOR TARGET KINERJA KET HARI I II III I I KEPANITERAAN PERKARA DI PENGADILAN NEGERI. Pendaftaran gugatan dan permohonan

Lebih terperinci

4. SOP KEPANITERAAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI SEMARANG

4. SOP KEPANITERAAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI SEMARANG 4. SOP KEPANITERAAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI SEMARANG I. Prosedur pendaftaran Akta Perjanjian Bersama dan Surat Keterangan Perkara - Prosedur Pendaftaran Perjanjian Bersama

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

DAFTAR ISI. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE PROSES Acara Cepat KLRCA Bagian II SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI Bagian III PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

Lebih terperinci

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B MANUAL MUTU PENJAMINAN MUTU PENGADILAN

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B MANUAL MUTU PENJAMINAN MUTU PENGADILAN PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B MANUAL MUTU PENJAMINAN MUTU PENGADILAN KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2017 STANDAR WAKTU PENYELESAIAN PERKARA PADA PENGADILAN NEGERI BANTUL 2017

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN KEPANITERAAN PERDATA PENGADILAN

STANDAR PELAYANAN KEPANITERAAN PERDATA PENGADILAN STANDAR PELAYANAN KEPANITERAAN PERDATA PENGADILAN Jenis No. Pelayanan 1 Pelayanan Permohonan Dasar Hukum Persyaratan Mekanisme & Prosedur Jangka Waktu Biaya Kompetensi Pelaksana Pasal 120 Pemohon 1. Permohonan

Lebih terperinci

PENGGUGAT/ KUASANYA. Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Majelis Hakim, dan Panitera menunjuk Panitera Pengganti. Kepaniteraan

PENGGUGAT/ KUASANYA. Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Majelis Hakim, dan Panitera menunjuk Panitera Pengganti. Kepaniteraan PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI PENGADILAN NEGERI PROSES PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI KEJAKSAAN NEGERI KEPANITERAAN PIDANA PENGGUGAT/ KUASANYA KEPANITERAAN PERDATA Berkas diterima

Lebih terperinci

BIAYA PERKARA UNDANG-UNDANG NO. 50 TAHUN 2009

BIAYA PERKARA UNDANG-UNDANG NO. 50 TAHUN 2009 BIAYA PERKARA UNDANG-UNDANG NO. 50 TAHUN 2009 1 TAKAH RAKERPTA 2012 Pasal 91A UU NO. 50 TAHUN 2009 (1) Dalam menjalankan tugas peradilan, peradilan agama dapat menarik biaya perkara. (2) Penarikan biaya

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PERADILAN DALAM MENDORONG KEMUDAHAN BERUSAHA

KONTRIBUSI PERADILAN DALAM MENDORONG KEMUDAHAN BERUSAHA KONTRIBUSI PERADILAN DALAM MENDORONG KEMUDAHAN BERUSAHA SYAMSUL MAARIF SH., LLM., PHD HAKIM AGUNG MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA 2016 PERADILAN DAN SURVEY KEMUDAHAN BERUSAHA PERINGKAT KEMUDAHAN BERUSAHA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan

Lebih terperinci

Buku Panduan Pengisian Survei Kemudahan Berusaha 2018 Penyelesaian Kepailitan (Resolving Insolvency) Februari 2017

Buku Panduan Pengisian Survei Kemudahan Berusaha 2018 Penyelesaian Kepailitan (Resolving Insolvency) Februari 2017 Buku Panduan Pengisian Survei Kemudahan Berusaha 2018 Penyelesaian Kepailitan (Resolving Insolvency) Februari 2017 Disiapkan oleh : Pokja Koordinasi Kemudahan Berusaha www.pembaruanperadilan.net/eodb 1.

Lebih terperinci

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 9 ARBITRASE (2)

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 9 ARBITRASE (2) BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 9 ARBITRASE (2) G. Prosedur Pemeriksaan Perkara Prosedur pemeriksaan di arbitrase pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan di pengadilan karena

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PERDATA PENGADILAN NEGERI TANAH GROGOT. No AKTIVITAS PROSEDUR WAKTU

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PERDATA PENGADILAN NEGERI TANAH GROGOT. No AKTIVITAS PROSEDUR WAKTU 1 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PERDATA PENGADILAN NEGERI TANAH GROGOT No AKTIVITAS PROSEDUR WAKTU 1. Penyelesaian Perkara : Penyelesaian Perkara : Pendaftaran gugatan dan permohonan,

Lebih terperinci

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) SEKITAR EKSEKUSI (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Tinjauan Umum Eksekusi 1. Pengertian eksekusi Pengertian eksekusi menurut M. Yahya Harahap, adalah pelaksanaan secara paksa

Lebih terperinci

BAGAN ALUR PROSEDUR PENDAFTARAN PERKARA GUGATAN

BAGAN ALUR PROSEDUR PENDAFTARAN PERKARA GUGATAN BAGAN ALUR PROSEDUR PENDAFTARAN PERKARA GUGATAN PENGGUGAT/KUASA HUKUM Mendaftarkan Gugatan di Meja I MEJA I Pendaftaran Gugatan & Meneliti Kelengkapan Berkas & Menghitung Panjar Biaya Perkara () MAJELIS

Lebih terperinci

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene No.1172, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Gugatan Sederhana. Penyelesaian. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA DENGAN

Lebih terperinci

STANDAR.OPERASIONAL.PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PERDATA NO. URAIAN KEGIATAN WAKTU PENYELESAIAN KETERANGAN

STANDAR.OPERASIONAL.PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PERDATA NO. URAIAN KEGIATAN WAKTU PENYELESAIAN KETERANGAN STANDAR.OPERASIONAL.PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PERDATA NO. URAIAN KEGIATAN WAKTU PENYELESAIAN KETERANGAN A. PENYELESAIAN PERKARA 1. Pendaftaran gugatan dan permohonan, setelah biaya perkara ditaksir oleh

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekayaan budaya dan etnis bangsa

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia \ Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA PELAKSANAAN KEMITRAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN Undang-undang Arbitrase Tahun (Direvisi tahun 2011)

DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN Undang-undang Arbitrase Tahun (Direvisi tahun 2011) DAFTAR ISI Undang-undang Arbitrase Tahun 2005 UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN 2005 (Direvisi tahun 2011) 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur SUSUNAN BAGIAN Bagian I Pendahuluan 1. Judul singkat

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Keterbukaan Informasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/11.2009 TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama? PANDUAN WAWANCARA Mediator: 1. Apa saja model-model Pendekatan Agama dalam proses mediasi terhadap perkara perceraian? a. Bagaimana cara menerapkan model-model pendekatan agama dalam proses mediasi terhadap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE KLRCA (Direvisi pada tahun 2013) Bagian II PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada tahun 2010) Bagian III SKEMA Bagian IV PEDOMAN UNTUK

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/12.2014 TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PENGURUS BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa perbedaan pendapat

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Mediasi

Lebih terperinci

PENETAPAN KETUA PENGADILAN NEGERI BIAK TENTANG

PENETAPAN KETUA PENGADILAN NEGERI BIAK TENTANG PENETAPAN KETUA PENGADILAN NEGERI BIAK Nomor : W30.U4/ /HK.02/III/2017 TENTANG PERUBAHAN PANJAR BIAYA PERKARA PERDATA, SITA, PEMERIKSAAN SETEMPAT, DAN EKSEKUSI PADA PENGADILAN NEGERI BIAK KETUA PENGADILAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE PROSES Acara Cepat KLRCA Bagian II SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI Bagian III PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. Bahwa mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian

Lebih terperinci

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan MEDIASI Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN Dasar Hukum : Pasal 130 HIR Pasal 154 RBg PERMA No. 1 tahun 2016 tentang Prosedur

Lebih terperinci

ALUR PENDAFTARAN GUGATAN PERMOHONAN DI PENGADILAN NEGERI

ALUR PENDAFTARAN GUGATAN PERMOHONAN DI PENGADILAN NEGERI ALUR PENDAFTARAN GUGATAN PERMOHONAN DI PENGADILAN NEGERI LUBUK PAKAM PERMOHAN Meja I Pendaftaran Permohonan &Kelengkapan Berkas & Menghitung Panjar Biaya Perkara Meja II Registrasi Perkara dan Kelengkapannya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE. ISLAM KLRCA (Direvisi pada 2013) PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada 2010) ARBITRASE ISLAM KLRCA

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE. ISLAM KLRCA (Direvisi pada 2013) PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada 2010) ARBITRASE ISLAM KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase Islam KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE ISLAM KLRCA (Direvisi pada 2013) Bagian II PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada 2010) Bagian III SKEMA Bagian IV PEDOMAN UNTUK

Lebih terperinci

Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama; Pajak jo Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008; MEMUTUSKAN

Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama; Pajak jo Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008; MEMUTUSKAN SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA BANGKALAN NOMOR : W13-A30/04/Hk008/SK/01/2017 TENTANG PANJAR BIAYA PERKARA PADA PENGADILAN AGAMA BANGKALAN Menimbang : Bahwa berdasarkan Keputusan Panitera Mahkamah

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM SENGKETA PENETAPAN LOKASI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PADA PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Dana Bantuan Sahabat ini berlaku bagi Nasabah Dana Bantuan Sahabat yang sebelumnya adalah Nasabah aktif ANZ Personal Loan pada saat produk

Lebih terperinci

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang 1 Tahun - Jangka Waktu Hibah - Kecuali dapat dibuktikan sebaliknya, Debitor dianggap mengetahui atau patut mengetahui bahwa hibah

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XII) PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL copyright by Elok Hikmawati 1 Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI KALIANDA. NOMOR : W9.U4/Kp.01.1/156/XI/2016 T E N T A N G STANDART PELAYANAN PERADILAN

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI KALIANDA. NOMOR : W9.U4/Kp.01.1/156/XI/2016 T E N T A N G STANDART PELAYANAN PERADILAN PENGADILAN NEGERI KALIANDA JL. Indra Bangsawan No. 37. Kalianda Lampung Selatan Telp / Fax : (0727) 322063 ; 322115 Website : www.pn-kalianda.go.id, Email: pnkalianda.info@gmail.com SURAT KEPUTUSAN KETUA

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN GUGATAN SEDERHANA (SMALL CLAIM COURT)

PEMERIKSAAN GUGATAN SEDERHANA (SMALL CLAIM COURT) PEMERIKSAAN GUGATAN SEDERHANA (SMALL CLAIM COURT) di INDONESIA Oleh : Wasis Priyanto Ditulis saat Bertugas di PN Sukadana Kab Lampung Timur Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata

Lebih terperinci

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG

Lebih terperinci

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 LAMPIRAN : Keputusan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia Nomor : Kep-04/BAPMI/11.2002 Tanggal : 15 Nopember 2002 Nomor : Kep-01/BAPMI/10.2002 Tanggal : 28 Oktober 2002 PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE

Lebih terperinci

KETUA PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT

KETUA PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT PENETAPAN KETUA PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT KELAS IA KHUSUS Nomor: W.10.UI/ 984 /Pdt.Sus-PHI.02.I.2018.01 TENTANG: Panjar Pendaftaran Biaya Perkara yang nilai gugatannya diats Rp.150.000.000,- (seratus

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa gejolak moneter yang terjadi di

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum untuk Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth 1. Definisi Syarat dan Ketentuan Umum ANGSURAN adalah suatu

Lebih terperinci

ROADMAP RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PENELUSURAN INFORMASI PERKARA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TAHUN

ROADMAP RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PENELUSURAN INFORMASI PERKARA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TAHUN ROADMAP RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PENELUSURAN INFORMASI PERKARA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015-2019 FEBRUARI 2015 DAFTAR ISI BAGIAN 1 PENDAHULUAN... 1 BAGIAN 2 RENCANA PENGEMBANGAN FUNGSI...

Lebih terperinci

V. STANDARD OPERATING PROCEDURES ( SOP ) KEPANITERAAN PERDATA

V. STANDARD OPERATING PROCEDURES ( SOP ) KEPANITERAAN PERDATA V. STANDARD OPERATING PROCEDURES ( SOP ) KEPANITERAAN PERDATA A. PERKARA Kepaniteraan perdata menerima Pendaftaran gugatan / permohonan dari Pemohon. Biaya perkara ditentukan berdasarkan Surat Keputusan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

PENYELESAIAN SENGKETA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PENYELESAIAN SENGKETA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA Bambang Heriyanto, S.H., M.H. Wakil Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Disampaikan pada Rapat Kerja Kementerian

Lebih terperinci

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

DRAFT REVISI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN

DRAFT REVISI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DRAFT REVISI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN 1. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : ----- TAHUN ---------- TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian

Lebih terperinci

Peranan Peradilan Dalam Proses Penegakan Hukum UU No.5/1999. Putusan KPPU di PN dan Kasasi di MA

Peranan Peradilan Dalam Proses Penegakan Hukum UU No.5/1999. Putusan KPPU di PN dan Kasasi di MA Peranan Peradilan Dalam Proses Penegakan Hukum UU No.5/1999 Dalam Perkara Keberatan Terhadap Putusan KPPU di PN dan Kasasi di MA Fenomena proses penegakan hukum di Indonesia Dibentuknya berbagai Komisi

Lebih terperinci

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 32/2000, DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU *12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sistem dan mekanisme

Lebih terperinci

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PERDATA PASCA SIDANG

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PERDATA PASCA SIDANG BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PERDATA PASCA SIDANG Putusan Jurusita Sita Pengganti Mengirim Kutipan kepada Tidak Pihak yang tidak hadir (Pengacaranya) Meminta Putusan ke Meja 3 Salinan hadir atau tidak?

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 243, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4045) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA PELAKSANAAN KEMITRAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n 2 000 Tentang Desain Industri DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Singapore International Mediation Centre (SIMC) Peraturan Mediasi

DAFTAR ISI. Singapore International Mediation Centre (SIMC) Peraturan Mediasi DAFTAR ISI Singapore International Mediation Centre (SIMC) Peraturan Mediasi Peraturan 1 Penerapan 2 Peraturan 2 Dimulainya Mediasi 3 Peraturan 3 Perjanjian Mediasi 3 Peraturan 4 Penunjukan Mediator 4

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI KLAS I B METRO

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI KLAS I B METRO 1 SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI KLAS I B METRO NOMOR : W9-U2/661/HK.02/VIII/2015. TENTANG: PENENTUAN PANJAR BIAYA DAN RADIUS WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI KLAS IB METRO KETUA PENGADILAN NEGERI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Undang-undang Arbitrase Tahun 2005

DAFTAR ISI Undang-undang Arbitrase Tahun 2005 DAFTAR ISI Undang-undang Arbitrase Tahun 2005 UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN 2005 (Direvisi tahun 2011) 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Undang-Undang Arbitrase Tahun 2005 3 SUSUNAN BAGIAN

Lebih terperinci

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Talak

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Talak PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN JLN. ASAHAN KM. 3 TELP/FAX (0622) 7551665 E-MAIL : pasimalungun@gmail.com SIMALUNGUN Nomor SOP W2-A12/ /OT.01.3/I/2017 Tanggal Pembuatan 28 Maret 2016 Tanggal Revisi 03 Januari

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.649, 2013 KOMISI INFORMASI. Sengketa Informasi Publik. Penyelesaian. Prosedur. Pencabutan. PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PROSEDUR PENYELESAIAN

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL Yati Nurhayati ABSTRAK Permasalahan perburuhan yang terjadi antara pekerja dan pengusaha atau antara para pekerja

Lebih terperinci

PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. OLEH : Prof. Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum

PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. OLEH : Prof. Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL OLEH : Prof. Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum Sejalan dengan perkembangan zaman era globalisasi sudah barang tentu tuntutan perkembangan penyelesaian sengketa perburuhan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. Oleh: NY. BASANI SITUMORANG, SH., M.Hum. (Staf Ahli Direksi PT Jamsostek)

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. Oleh: NY. BASANI SITUMORANG, SH., M.Hum. (Staf Ahli Direksi PT Jamsostek) PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Oleh: NY. BASANI SITUMORANG, SH., M.Hum. (Staf Ahli Direksi PT Jamsostek) PENERAPAN HUKUM ACARA PERDATA KHUSUS PENGADILAN HUBUNGAN

Lebih terperinci

2016, No objek materiil yang jumlahnya besar dan kecil, sehingga penyelesaian perkaranya memerlukan waktu yang lama; e. bahwa Mahkamah Agung d

2016, No objek materiil yang jumlahnya besar dan kecil, sehingga penyelesaian perkaranya memerlukan waktu yang lama; e. bahwa Mahkamah Agung d No.2059, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Ekonomi Syariah. Penyelesaian Perkara. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN PERKARA EKONOMI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN KEBERATAN DAN PENITIPAN GANTI KERUGIAN KE PENGADILAN NEGERI DALAM PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama suatu proses dimuka pengadilan adalah untuk memperoleh putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap, artinya suatu putusan hakim yang tidak dapat

Lebih terperinci

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) PENGADILAN NEGERI HAM, PHI, PERIKANAN DAN NIAGA MEDAN

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) PENGADILAN NEGERI HAM, PHI, PERIKANAN DAN NIAGA MEDAN STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) PENGADILAN NEGERI HAM, PHI, PERIKANAN DAN NIAGA MEDAN MEDAN 2011 DAFTAR ISI BAB I PERDATA A. PERDATA UMUM... 1 B. PERDATA KHUSUS 1. PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT DAN PKPU...

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PENANGANAN PERKARA PIDANA ACARA BIASA PADA PENGADILAN NEGERI TENGGARONG

STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PENANGANAN PERKARA PIDANA ACARA BIASA PADA PENGADILAN NEGERI TENGGARONG PENANGANAN PERKARA PIDANA ACARA BIASA 1. Penerimaan berkas perkara Kepaniteraan Pidana (Petugas Meja I) Pedoman Pelaksanaan Tugas Buku II 1 hari 1. Menerima perkara yang dilimpahkan oleh Penuntut Umum

Lebih terperinci

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Gugat

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Gugat PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN JLN. ASAHAN KM. 3 TELP/FAX (0622) 7551665 E-MAIL : pasimalungun@gmail.com SIMALUNGUN Nomor SOP W2-A12/ /OT.01.3/I/2017 Tanggal Pembuatan 28 Maret 2016 Tanggal Revisi 03 Januari

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 LAMPIRAN A PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM Dalam Pedoman ini, yang dimaksud dengan: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 (1) Penyelenggaraan dan penggunaan anggaran bantuan hukum di

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI TEGAL KELAS I A Nomor : W12.U3 / 87 / KP.00.3/10/2017

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI TEGAL KELAS I A Nomor : W12.U3 / 87 / KP.00.3/10/2017 PENGADILAN NEGERI TEGAL KELAS I A Jl. Mayjend. Sutoyo SM. No. 9 Telp. ( 0283 ) 356091 356093 Faks. ( 0283 ) 352813 TEGAL 52113 Webmail: info@pn-tegal.go.id email : pn_tegal1@yahoo.co.id Website : www.pn-tegal.go.id

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG Nomor : W13-A35/0162/HK.00.8/SK/I/2016

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG Nomor : W13-A35/0162/HK.00.8/SK/I/2016 SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG Nomor : W13-A35/0162/HK.00.8/SK/I/2016 TENTANG BESARAN PANJAR BIAYA PERKARA PADA PENGADILAN AGAMA KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 KETUA PENGADILAN AGAMA KABUPATEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PERADILAN PENGADILAN NEGERI TANAH GROGOT

STANDAR PELAYANAN PERADILAN PENGADILAN NEGERI TANAH GROGOT STANDAR PELAYANAN PERADILAN PENGADILAN NEGERI TANAH GROGOT A. Pendahuluan Guna menjamin pelaksanaan tugas peradilan yang transparan dan memberikan pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat pencari keadilan

Lebih terperinci

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. Bahwa mediasi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 244, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4046) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PENANGANAN PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI TENGGARONG

STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PENANGANAN PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI TENGGARONG STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PENANGANAN PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI TENGGARONG No TAHAPAN PELAKSANA DASAR 1. Penerimaan berkas perkara Kepaniteraan Perdata (Petugas Meja Pertama) 2.

Lebih terperinci

PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Pesanggrahan Raya No.32 Kembangan Jakarta Barat Telp./Fax. (021) sd. 95

PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Pesanggrahan Raya No.32 Kembangan Jakarta Barat Telp./Fax. (021) sd. 95 \ PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Pesanggrahan Raya No.32 Kembangan Jakarta Barat 11610 Telp./Fax. (021) 58352092 sd. 95 E-Mail: info@pa-jakartabarat.go.id ; Website: www.pa-jakartabarat.co.id A. Dasar

Lebih terperinci

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA I. PENDAHULUAN Bahwa dalam beracara di Pengadilan Agama tidak mesti berakhir dengan putusan perceraian karena ada beberapa jenis

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM NOMOR : 3/DJU/HM02.3/6/2014

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM NOMOR : 3/DJU/HM02.3/6/2014 MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM Gedung Sekretariat Mahkamah Agung RI Lantai 3, 4 dan 5 JalanJendral Ahmad Yani Kav. 58 Bypass, Cempaka Putih Timur Jakarta Pusat

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER

STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER I. KETENTUAN UMUM A. Tujuan 1. Meningkatkan kualitas pelayanan pengadilan bagi prajurit TNI dan masyarakat pencari keadilan. 2. Meningkatkan

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER

STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER I. KETENTUAN UMUM A. Tujuan 1. Meningkatkan kualitas pelayanan pengadilan bagi prajurit TNI dan masyarakat pencari keadilan. 2. Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI ELECTRONIC BILL PRESENTMENT AND PAYMENT DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BW JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Perlindungan

Lebih terperinci

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. PRESIDEN, bahwa pembangunan hukum nasional dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Pemberkasan / Alat Tulis Kantor (ATK)

Pemberkasan / Alat Tulis Kantor (ATK) Lampiran : SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI PASURUAN Tanggal : 3 Mei 206 Nomor : SK / KPN / 390 / V / 206 No. Radius U r a i a n PERMOHONAN Panggilan Pemohon maksimal 2 (dua) kali - 2 X @ Rp. 75.000,-

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN ADMINISTRASI PERSIDANGAN

TATA CARA PEMERIKSAAN ADMINISTRASI PERSIDANGAN TATA CARA PEMERIKSAAN ADMINISTRASI PERSIDANGAN L II.3 TATA CARA PEMERIKSAAN ADMINISTRASI PERSIDANGAN I. PERKARA PERDATA Untuk memeriksa administrasi persidangan, minta beberapa berkas perkara secara sampling

Lebih terperinci

BAB III EKSEKUSI NAFKAH IDDAH DAN MUT AH. A. Prosedur dan Biaya Eksekusi di Pengadilan Agama Pekalongan

BAB III EKSEKUSI NAFKAH IDDAH DAN MUT AH. A. Prosedur dan Biaya Eksekusi di Pengadilan Agama Pekalongan BAB III EKSEKUSI NAFKAH IDDAH DAN MUT AH A. Prosedur dan Biaya Eksekusi di Pengadilan Agama Pekalongan 1. Prosedur eksekusi Dalam melaksanakan eksekusi di Pengadilan Agama Pekalongan, ada beberapa prosedur

Lebih terperinci