OPTIMALISASI KECERDASAN MAJEMUK DALAM PEMBELAJARAN LITERASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMALISASI KECERDASAN MAJEMUK DALAM PEMBELAJARAN LITERASI"

Transkripsi

1 OPTIMALISASI KECERDASAN MAJEMUK DALAM PEMBELAJARAN LITERASI Riskha Arfiyanti Mira Nuryanti Universitas Swadaya Gunung Djati Cirebon Abstrak Literasi menjadi salah satu keterampilan yang harus dimiliki dan dikuasai peserta didik pada abad 21. Budaya literasi dapat ditumbuhkan melalui pembelajaran. Setiap peserta didik memiliki berbagai kemampuan yang harus dikembangkan. Pembelajaran yang dilakukan harus dapat memperhatikan pengembangan potensi mereka secara optimal, begitu pula dalam pembelajaran literasi. Optimalisasi potensi peserta didik secara utuh menuntut pendidik mempertimbangkan beragam cara, model, dan media dalam melaksanakan pembelajaran literasi. Budaya literasi tidak saja dapat ditumbuhkan melalui keterlibatan kecerdasan linguistik, tetapi juga melalui beragam kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Dengan kata lain, kecerdasan dalam diri peserta didik dapat dioptimalkan dalam pemerolehan keterampilan literasi. Kata kunci: kecerdasan majemuk, literasi, pembelajaran literasi, potensi peserta didik A. Pendahuluan Kompetensi yang diperlukan pada abad 21 bagi peserta didik mencakup kecakapan belajar dan berinovasi, literasi, kecakapan hidup, dan karakter. Di samping itu Kemendikbud (2016, hlm. 1) menyatakan bahwa Mata Pelajaran Bahasa Indonesia berperan membina dan mengembangkan kepercayaan diri peserta didik sebagai

2 komunikator, pemikir imajinatif, dan warga negara Indonesia yang melek literasi dan informasi. Maka, literasi menjadi salah satu keterampilan yang harus dikuasai peserta didik. Literasi secara terbatas mencakup kemampuan membaca dan menulis. Namun, kini makna konsep literasi menjadi luas seiring perubahan zaman akibat berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi informasi, dan komunikasi. Literasi mengandung beragam arti dan mencakup beragam keterampilan, tidak saja meliputi keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga keterampilan menyimak dan berbicara. Literasi juga mencakup literasi media, literasi informasi, dan literasi digital. Walaupun demikian, pembelajaran literasi di sekolah dan dalam konteks pembahasan makalah hanya menekankan kemampuan membaca dan menulis atau kita mengenalnya dengan istilah keberaksaraan (melek huruf). Setiap individu mempunyai kemampuan yang beragam sebagai bekal untuk menghadapi berbagai tantangan dalam menjalani kehidupan. Namun, kemampuan yang ada tidak pernah digali dan dikembangkan. Potensi tersebut akan berkembang jika dioptimalkan melalui pembelajaran yang terarah dan terpadu. Dengan demikian, pembelajaran yang dilakukan harus dapat membantu individu (peserta didik) untuk dapat menstimulasi pengembangan potensi kecerdasannya secara optimal. Paradigma yang berkembang selama ini dalam pendidikan di Indonesia adalah kesuksesan seseorang diukur dari kecerdasan intelektualnya (IQ). Dengan kata lain, IQ dianggap menjadi satu-satunya tolok ukur kecerdasan seseorang. Padahal, IQ hanyalah satuan ukuran yang menunjukkan taraf kemampuan seseorang. IQ biasanya diukur di sekolah dan bersifat skolastik. Hal ini berarti, IQ tidak menjamin dapat mengukur semua kecerdasan yang dimiliki seseorang ( Kusmiatun dalam Wiedarti, 2005, hlm. 135).

3 Kecerdasan banyak ditentukan oleh berbagai faktor. Menurut Gardner, setiap individu sedikitnya memiliki delapan kecerdasan dalam dirinya. Namun, kecerdasan tersebut harus ditumbuhkan melalui pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh pendapat Armstrong (2014, hlm. 7) yang mengungkapkan keyakinannya bahwa teori kecerdasan jamak memberikan kontribusi yang berharga bagi pendidikan. Maka, dalam pembelajaran literasi, pendidik harus mampu menciptakan beragam aktivitas yang dapat melibatkan potensi kecerdasan individu. Armstrong (2014, hlm. 8) juga menyatakan bahwa membaca dan menulis tidak hanya melibatkan tindakan linguistik, tetapi juga semua kecerdasan. B. Pembahasan 1. Kecerdasan Majemuk Teori kecerdasan majemuk dikembangkan oleh Howard Gardner. Teori kecerdasan majemuk (KM) adalah validasi tertinggi bahwa perbedaan individu itu penting (Jasmine, 2012, hlm. 11). Perbedaan itu dapat kita lihat dalam hal, misalnya, bakat, minat, dan kecerdasan. Setiap individu dibekali kemampuan tertentu yang berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Pendapat ini dikuatkan pula oleh asumsi mengenai kecerdasan majemuk. Asumsi tersebut bertitik tolak pada paradigma bahwa setiap anak yang lahir telah memiliki potensi genius (Uno, 2009, hlm. 41). Perbedaan kemampuan yang ada dalam diri individu tersebut merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pendidik dalam melaksanakan pembelajaran. Menurut Chatib (2009), setidaknya ada tiga paradigma mendasar yang diubah Gardner mengenai konsep kecerdasan, yaitu kecerdasan tidak dibatasi tes formal, kecerdasan itu multidimensi, dan kecerdasan itu suatu proses discovering ability. Jadi, kecerdasan seseorang tidak mungkin dibatasi oleh suatu indikator dalam tes formal, seperti halnya tes IQ karena

4 kecerdasan seseorang itu tidak statis. Kecerdasan seseorang juga dapat dilihat dari banyak dimensi. Berdasarkan hasil observasi, Gardner (Armstrong, 2014, hlm. 14) menyimpulkan terdapat delapan kecerdasan yang dimiliki setiap orang dalam tingkatan yang lebih besar atau lebih kecil. Berdasarkan pernyataan gardner dapat dimaknai bahwa delapan kecerdasan yang dominan tampak pada diri setiap individu akan berbeda. Misalnya, ada orang yang unggul dalam bidang bahasa, tetapi belum tentu cerdas dalam bidang musik, begitu pula sebaliknya. Berikut delapan kecerdasan yang yang dikemukakan Gardner beserta karakteristiknya. a. Kecerdasan Lingustik Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk menangani struktur bahasa, suara, dan arti. Bentuk kecerdasan ini juga tampak melalui kepekaan akan makna dan urutan kata serta kemampuan membuat beragam penggunaan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks. Kecerdasan Linguistik, umumnya memiliki ciri, antara lain: 1) suka menulis kreatif; 2) suka membaca; 3) suka menceritakan lelucon; 4) mengeja kata dengan tepat dan mudah; 5) suka mengisi teka-teki silang; dan 6) unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis, dan berkomunikasi). b. Kecerdasan Logis-Matematis Orang yang memiliki kecerdasan matematika dan logika adalah orang yang mampu memecahkan masalah, mampu berpikir logis, mampu bekerja dengan angka dan pola abstrak. Kecerdasan ini mengatur pola berpikir induktif dan deduktif. Kecerdasan logis-matematis mempunyai ciri: 1) menghitung problem aritmatika dengan cepat; 2) suka

5 mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis; 3) mampu menjelaskan masalah secara logis; (d) suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu; (e) berprestasi dalam Matematika dan IPA. c. Kecerdasan Visual/Spasial Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual-spasial secara akurat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran, dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Anak-anak yang memiliki kecerdasan ini biasanya dapat: 1) mudah membaca peta atau diagram; 2) memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu; 3) senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya; 4) menggambar orang atau benda mirip aslinya; 5) suka berimajinasi; 6) mencoret-coret di atas kertas; dan 7) lebih memahami informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian. d. Kecerdasan Musik Kecerdasan musik merupakan gabungan dari kemampuan mengenali pola nada, tinggi-rendahnya nada, melodi, dan irama, ditambah dengan kepekaan terhadap aspek-aspek bunyi dan musik secara mendalam. Kecerdasan musik ditandai dengan 1) mudah mengingat melodi suatu lagu; 2) suka memainkan alat musik; 3) suka bernyanyi atau bersenandung; 4) lebih bisa belajar dengan iringan musik; 5) mudah mengikuti irama musik; 6) mempunyai suara bagus untuk bernyanyi; dan 7) berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik. e. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk mengerti maksud, motivasi, dan perasaaan orang lain. Kecerdasan ini terkait dengan kepandaian untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Kecerdasan

6 interpersonal dapat menuntun seseorang untuk memahami orang lain, mampu bekerja sama, dan berkomunikasi. Kecerdasan interpersonal memiliki ciri, di antaranya: 1) suka bersosialisasi di mana saja; 2) mempunyai banyak teman; 3) berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik antarteman; 4) berempati terhadap perasaan atau penderitaan orang lain; 5) berbakat menjadi pemimpin. f. Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan intrapersonal berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Orang dengan kecerdasan ini memiliki pengetahuan tentang dirinya, terutama kepekaan terhadap nilai, tujuan, dan perasaannya. Kecerdasan intrapersonal memiliki ciri, antara lain: 1) mempunyai sikap mandiri dan berkemauan kuat; 2) mampu bekerja atau belajar dengan baik seorang diri; 3) memiliki rasa percaya diri yang tinggi; 4) banyak belajar dari kesalahan masa lalu; 5) berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan. g. Kecerdasan Kinestetis Kecerdasan kinestetis berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan tubuh secara terampil. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, daya tahan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan. Kecerdasan kinestetik-jasmani memiliki ciri: 1) banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu; 2) aktif dalam kegiatan fisik, seperti berenang, bersepeda; 3) memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan seperti menjahit; 4) pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau perilaku orang lain; dan 5) berprestasi dalam mata pelajaran olahraga. h. Kecerdasan Naturalis Kecerdasan naturalis merupakan kemampuan untuk mengenali, membedakan, menggolongkan, dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam ataupun

7 lingkungan. Inti kecerdasan natural adalah kemampuan manusia untuk mengenali alam sekitarnya. Kecerdasan naturalis memiliki ciri, antara lain: 1) suka pada berbagai hewan peliharaan; 2) sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka; 3) suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang; 4) berprestasi dalam mata pelajaran IPA, biologi, dan yang berkaitan dengan lingkungan hidup. 2. Pembelajaran Literasi Literasi merupakan salah satu materi yang dipelajari dalam Kurikulum 2013 revisi di samping lingkup materi bahasa dan sastra. Lingkup materi literasi mencakup teks dalam konteks, berinteraksi dengan orang lain, menafsirkan, menganalisis, mengevaluasi teks, dan mencipta teks (Kemendikbud, 2016). Karena Kurikulum 2013 berbasis teks, bahan pembelajaran literasi pun berkaitan dengan teks. Literasi secara sederhana terkait dengan keterampilan membaca dan menulis. Pembelajaran literasi, menurut Abidin (2015, hlm. 38), harus dapat mengkaji bagaimana teks, pembaca, dan penulis beroperasi dalam berbagai konteks sosial budaya. Dengan demikian, pembelajaran literasi bukan saja bertujuan mengembangkan kemampuan literasi siswa, melainkan juga siswa yang kritis atas berbagai fenomena dan informasi yang diterima. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan dengan mengedepankan kerja sama secara harmonis antarpeserta didik dan juga pendidik. Sekaitan dengan konsep literasi dalam Kemendikbud (2016, hlm. 1) disebutkan sebagai berikut. Literasi diartikan sebagai kemampuan seorang peserta didik dalam membaca dan menulis. Kemampuan berliterasi merupakan bentuk integrasi dari kemampuan menyimak, mewicara, membaca, menulis,

8 dan berpikir kritis. Adapun dalam pengembangannya literasi merupakan upaya peningkatan kemampuan membaca dan menulis peserta didik yang berhubungan dengan keberhasilannya meraih prestasi akademis. Pembelajaran literasi dalam Kurikulum 2013 revisi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dipelajari di kelas I-XII. Pembahasan materi literasi, yang diuraikan sebagai contoh implementasi kecerdasan linguistik dalam makalah ini, difokuskan pada siswa SMP kelas VII. Materi literasi kelas VII terdapat pada kompetensi dasar (KD) berikut. 3.9 Menemukan unsur-unsur dari buku fiksi dan nonfiksi yang dibaca. 4.9 Membuat peta pikiran/rangkuman alur tentang isi buku nonfiksi/buku fiksi yang dibaca Menelaah hubungan unsur-unsur dalam buku fiksi dan nonfiksi Menyajikan tanggapan terhadap isi buku fiksi dan nonfiksi yang dibaca. 3. Optimalisasi Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran Literasi Dalam penerapan kecerdasan majemuk, proses pembelajaran dikelola sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki tiap peserta didik. Hal ini selaras dengan pendapat Jasmine (2012, hlm. 11) bahwa penggunaan kecerdasan majemuk dalam pembelajaran bergantung pada pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara peserta didik belajar, di samping pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap bakat dan minat peserta didik. Oleh karena itu, pendidik dapat memotivasi peserta didik untuk mengoptimalkan potensi mereka melalui materi yang telah dipelajari. Dengan kata lain, peserta didik diberi

9 kebebasan untuk menggunakan kecerdasan, misalnya selain kecerdasan berbahasa, dalam pembelajaran. Armstrong (2014) menyarankan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran literasi berikut. a. Kecerdasan Linguistik Dari empat keterampilan berbahasa, keterampilan menyimak dan berbicara dikuasai manusia lebih dahulu dibandingkan keterampilan membaca dan menulis. Sekaitan keterampilan berbicara, Armstrong (2014, hlm. 128 ) mengungkapkan bahwa pengetahuan mengenai kata-kata dan makna sebelumnya-sebuah kosakata lisan yang baik merupakan prasyarat yang sangat berguna dalam proses membaca dan menulis. Oleh karena itu, dasar perolehan keterampilan literasi dapat dibangun dari penguasaan keterampilan lisan peserta didik. Seorang yang cerdas linguistik akan terampil berbahasa, baik lisan maupun tulisan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan kecerdasan linguistik peserta didik dalam pembelajaran literasi, yaitu berikut ini. 1) Peserta didik menyimak rekaman percakapan yang diambil dari percakapan sehari-hari, baik percakapan sendiri dengan teman di lingkungan sekolah maupun dari lingkungan keseharian, kemudian mereka diminta menuliskan dialog tersebut dalam bentuk naskah drama. 2) Peserta didik bercerita mengenai pengalamannya, kemudian menuliskan pengalaman itu dalam bentuk teks narasi atau cerpen sebagai bahan pembelajaran membaca. 3) Pendidik dapat menggunakan kalimat-kalimat yang diucapkan peserta didik, misalnya, untuk mengenalkan tatabahasa dan kosakata sebagai bahan dalam pembelajaran menulis. 4) Peserta didik diminta menginterpretasi secara lisan berbagai literatur atau teks puisi yang dibaca. 5) Pendidik memberikan tema pada peserta didik. Melalui proses curah gagasan, setiap peserta didik

10 menyumbangkan gagasan mengenai kata kunci yang berkaitan dengan tema yang akan digunakan sebagai bahan tulisan. b. Kecerdasan Logis-Matematis Peserta didik yang memiliki kecerdasan logis dapat membedakan dan membuat kalimat yang logis atau tidak logis. Armstrong (2014, hlm. 8 4) menyatakan bahwa petualangan seperti hal yang masuk akal dan tidak masuk akal, logis dan tidak logis membantu siswa membuat diferensiasi yang penting untuk memahami semua jenis bahan literasi. Berikut kegiatan yang dapat melibatkan kecerdasan logis-matematis dalam pembelajaran literasi. 1) Peserta didik diberi teks dan diminta membedakan opini dan fakta dalam teks. 2) Peserta didik dapat mengidentifikasi kalimat yang logis dan tidak logis dalam teks yang dibacanya. Begitu pula, mereka dapat menulis teks dengan menggunakan kalimat yang logis. 3) Peserta didik dapat memperkuat argumen yang dikemukakan dalam tulisannya dengan data dan fakta, mengutip sumber yang relevan. 4) Peserta didik dapat menghitung kecepatan efektif membaca (KEM) sendiri setelah membaca teks. c. Kecerdasan Visual/Spasial Rudolf Anheim (dalam Armstrong, 2014, hlm. 45) mengungkapkan bahwa di balik setiap kata ada beberapa jenis gambaran visual. Maka, saat pembaca memaknai teks, kemampuan menciptakan gambaran visual semakin bertambah. Armstrong (2014, hlm. 46) mengutip sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan strategi visualisasi membantu para pembaca untuk lebih memahami teks dan memberi kepada penulis keterampilan prakepenulisan untuk meningkatkan kreativitas. Beberapa kegiatan kecerdasan visual dalam pembelajaran literasi dapat dilakukan sebagai berikut.

11 1) Peserta didik membaca cerita, lalu membuat gambargambar yang berkaitan dengan isinya, misalnya, melukiskan suasana, menggambarkan objek cerita. 2) Pendidik mengenalkan huruf sebagai gambar, misalnya huruf s dengan gambar ular. 3) Peserta didik memvisualisasikan kata yang ditulisnya, misalnya, gambar mobil untuk kata mobil. 4) Peserta didik mendiskusikan bahan bacaan, bukan saja melalui kata yang diucapkan, melainkan juga pada imajinasi visual internal dan gambar eksternal mereka, misalnya saat menanggapi sebuah cerita peserta didik dapat menggambarkan karakter tokohnya. d. Kecerdasan Musik Studi terhadap individu dengan kesulitan bahasa tertentu, seperti gagap, menunjukkan bahwa kata-kata dan musik mempunyai koneksi penting di otak yang dapat memfasilitasi proses pengolahan bahasa dan literasi (Armstrong, 2014, hlm. 63). Oleh karena itu, pendidik perlu memperhatikan keterkaitan kata-kata dan musik serta memanfaatkan dengan maksimal sehingga dapat membantu peserta didik memperoleh keterampilan literasi. Kegiatan yang dapat disarankan sebagai berikut. 1) Peserta didik mempelajari makna kata baru melalui lagulagu yang dinyanyikan terlebih dahulu. 2) Peserta didik menulis sebuah puisi dan menciptakan musikalisasi dari puisi tersebut. 3) Dalam pembelajaran, dialog dalam teks dapat dijadikan sarana untuk bermain-main secara kreatif dengan irama, dialek, dan intonasi. e. Kecerdasan Interpersonal Armstrong (2014, hlm. 109) mengungkapkan bahwa tidak mungkin untuk mengisolasi literasi dari konteks sosial. Maka, pendidik perlu mempertimbangkan peran penting konteks sosial dalam pembelajaran literasi. Aktivitas yang

12 dapat dilakukan untuk mengoptimalkan kecerdasan interpersonal sebagai berikut. 1) Peserta didik menulis esai yang bertema sosial, misalnya tentang kenakalan remaja, limbah. Dari tulisan mereka dapat diketahui rasa empati dan kepedulian terhadap lingkungan. 2) Pendidik memberikan bacaan yang dapat mengasah kepekaan peserta didik pada lingkungannya, terutama teks yang berkaitan dengan kehidupan mereka seharihari. 3) Peserta didik berkolaborasi dalam menulis sehingga akan terbentuk kemampuan bekerja sama dan saling menghargai dalam diri mereka. f. Kecerdasan Intrapersonal Setiap individu memiliki gaya belajar yang berbeda, ada yang dapat bekerja secara berkelompok, ada pula yang dapat bekerja secara mandiri. Pendidik perlu untuk memperhatikan hal ini dalam mengelola pembelajaran. Uno 2009, hlm. 152) mengungkapkan bahwa salah satu karakteristik pelajar yang memiliki kecerdasan intrapersonal kuat adalah kemampuannya merumuskan tujuan realistis bagi dirinya. Aktivitas yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan keterlibatan kecerdasan interpersonal dalam pembelajaran literasi diuraikn sebagai berikut. 1) Pendidik memberikan berbagai pilihan tema untuk bahan tulisan kepada peserta didik. Dengan begitu, pendidik dapat memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam mengambil keputusan. 2) Pendidik memberikan sejumlah kata yang dapat menimbulkan emosi peserta didik, misalnya kata senang, sedih, bahagia. Kemudian, peserta didik diminta menuliskan pengalaman yang berkaitan dengan perasaan tersebut. Hal ini ditegaskan oleh Armstrong (2014, hlm. 92) bahwa emosi manusia penting terhadap literasi.

13 3) Peserta didik membaca novel atau cerpen yang dapat membangkitkan emosi mereka. Lalu, mereka diminta mengekspresikan perasaan, misalnya bagaimana tanggapan terhadap kehidupan yang dialami tokoh cerita. g. Kecerdasan Kinestetis Armstrong (2014, hlm. 26) mengemukakan bahwa terdapat bukti hasil riset otak yang menunjukkan ke dasar neurologis yang kuat pada hubungan antara gerakan fisik dan bahasa serta literasi. Dalam pembelajaran literasi, penggunaan kecerdasan linguistik dapat dioptimalkan sejalan dengan aktivitas psikomotor. Aktivitas yang dapat dilakukan sekaitan hal tersebut, yaitu sebagai berikut. 1) Peserta didik membaca teks, lalu pendidik meminta mereka mengekspresikan gerakan dari kata kerja atau kata sifat yang terdapat dalam teks, misalnya kata marah, berdiri. 2) Peserta didik mendeklamasikan puisi yang sudah dibacanya. 3) Peserta didik membaca naskah drama dan mementaskan drama tersebut. h. Kecerdasan Naturalis Armstrong (2014, hlm. 139) berpendapat bahwa pendekatan untuk pemerolehan literasi yang menekankan alam dan fenomena alam dapat menjadikan pembaca dan penulis yang sukses. Kegiatan yg dapat dilakukan di antaranya berikut ini. 1) Peserta didik mengamati peristiwa yang terjadi di alam dan menuliskannya dalam bentuk esai. Mereka juga diharapkan dapat memberikan solusi atau pendapat mengenai masalah lingkungan, seperti limbah, polusi, dalam esainya. 2) Peserta didik diajak ke ruang terbuka kemudian mereka mengidentifikasi objek yang ada di alam sekitar sebagai bahan/tema menulis puisi.

14 3) Saat membaca teks yang berisi tentang peristiwa yang terjadi di alam, peserta didik diminta merasakan dan membayangkan kejadian seperti apa, terasa seperti apa. Peserta didik juga didorong untuk menyelidiki flora atau fauna yang disebutkan dalam teks. Berikut aktivitas pembelajaran sebagai contoh optimalisasi delapan kecerdasan majemuk dalam pembelajaran literasi kelas VII SMP dalam KD menemukan unsur-unsur dari buku fiksi dan nonfiksi yang dibaca serta membuat peta pikiran/rangkuman alur tentang isi buku nonfiksi/buku fiksi yang dibaca. 1) Peserta didik membaca buku fiksi, misalnya novel, untuk mendata unsur-unsurnya sambil diiringi musik untuk menciptakan suasana tenang (kecerdasan musik). 2) Peserta didik menentukan gagasan isi buku dan mengemukakan alasannya (kecerdasan logis). 3) Peserta didik mampu menunjukkan fakta dan data terhadap unsur-unsur yang diperolehnya serta mampu memberikan argumen yang logis (kecerdasan logis - matematis). 4) Peserta didik berkolaborasi (kecerdasan interpersonal) menyumbangkan ide berupa kata kunci untuk membuat peta pikiran alur isi dengan menambahkan gambar pada setiap kata kunci yang dibuat (kecerdasan visual-spasial). 5) Setelah membaca dan membuat peta pikiran, peserta didik diajak ke luar kelas dalam upaya mencari ide dari lingkungan alam (kecerdasan natural) sebagai bahan menulis drama yang terkait dengan isi buku (kecerdasan lingusitik). Kata kunci yang ditentukan dapat digunakan untuk mengembangkan cerita. 6) Peserta didik secara berkelompok mementaskan drama (kecerdasan kinestetik) sesuai dengan naskah drama yang ditulis sebelumnya dengan penuh ekspresi dan penghayatan terhadap karakter (kecerdasan intrapersonal). Peserta didik mampu menciptakan

15 ilustrasi musik untuk mengiringi pementasan drama (kecerdasan musik). 7) Pada akhir pembelajaran, pendidik dan peserta didik merefleksi kegiatan yang sudah dilakukan. Tiap peserta didik diminta memberikan respons terhadap setiap penampilan temannya (kecerdasan intrapersonal). C. Simpulan Pendidik harus mampu menciptakan lingkungan kelas yang mengakomodasi berbagai aktivitas yang dapat menstimulasi peserta didik sehingga mereka memperoleh pengalaman dalam berbagai kecerdasan. Lingkungan yang kondusif akan mendukung terciptanya budaya literasi dan membangun kemandirian belajar peserta didik. Dengan demikian, melalui budaya literasi peserta didik dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat. Daftar Rujukan Abidin, Y. (2015). Pembelajaran multiliterasi: Sebuah jawaban tantangan pendidikan abad ke-21 dalam konteks keindonesiaan. Bandung: Refika Aditama. Armstrong, T. (2014). Kecerdasan jamak dalam membaca dan menulis. Jakarta: Indeks. Chatib, M. (2009). Sekolahnya manusia. Bandung: Kaifa. Jasmine, J. (2012). Metode mengajar multiple intelligences. Bandung: Nuansa Cendekia. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Silabus mata pelajaran sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs) mata pelajaran bahasa Indonesia. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Wiedarti, P. (Editor). (2005). Menuju budaya menulis: Suatu bunga rampai. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni, UNY dan Tiara Wacana.

16 Uno, H. dan Masri K. (2009). Mengelola kecerdasan dalam pembelajaran: Sebuah konsep pembelajaran berbasis kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara.

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat 2. Bidang : Karir 3. Tujuan a. Tujuan Umum : Memberikan pemahaman kepada siswa mengenai bakat dan macam-macam kecerdasan b. Tujuan

Lebih terperinci

Beri tanda [v] pada statement di bawah ini yang sesuai dengan diri Anda saat ini. Jumlahkan tanda [v] pada masing-masing kolom.

Beri tanda [v] pada statement di bawah ini yang sesuai dengan diri Anda saat ini. Jumlahkan tanda [v] pada masing-masing kolom. Beri tanda [v] pada statement di bawah ini yang sesuai dengan diri Anda saat ini. Jumlahkan tanda [v] pada masing-masing kolom. Suka menulis kreatif Menonjol dalam kelas seni di sekolah Mengarang kisah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya.

Lebih terperinci

MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI

MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI Tuti Utami Prodi Pendidikan Guru Anak Usia Dini, FKIP, Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN LITERASI DALAM BUKU AJAR SISWA KELAS VII MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KURIKULUM 2013

KAJIAN LITERASI DALAM BUKU AJAR SISWA KELAS VII MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KURIKULUM 2013 KAJIAN LITERASI DALAM BUKU AJAR SISWA KELAS VII MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KURIKULUM 2013 Mira Nuryanti Juwanda Universitas Swadaya Gunung Jati Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penyempurnaan

Lebih terperinci

BUDAYA LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENULIS KARYA ILMIAH

BUDAYA LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENULIS KARYA ILMIAH BUDAYA LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENULIS KARYA ILMIAH Riskha Arfiyanti Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon Abstrak Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Lembang. Lembaga formal dalam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya berada pada rentang usia antara

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Linda Kholidatunnur 82321112083 Abstrak Beragam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu merupakan anugerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yaitu suatu upaya

Lebih terperinci

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE APE SESUAI DENGAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN OLEH : Ana, M.Pd. PELATIHAN PEMBUATAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF SKM (SEDERHANA, KREATIF DAN MANDIRI) BAGI TUTOR PAUD DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA (Suatu Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi fisika dalam IPA terpadu pada dasarnya merupakan salah satu pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang menganggap pelajaran

Lebih terperinci

MULTIPLE INTELEGENCY TERHADAP PERKEMBANGAN BELAJAR SISWA

MULTIPLE INTELEGENCY TERHADAP PERKEMBANGAN BELAJAR SISWA Vol,1, Vol. 1, Desember 2015 Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra Indramayu http:/jurnal.faiunwir.ac.id MULTIPLE INTELEGENCY TERHADAP PERKEMBANGAN BELAJAR SISWA Oleh : Nurlaeliyah, M.Pd.I Abstrak

Lebih terperinci

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Rita Eka Izzaty, M.Si, Psi (Psikolog Psikologi Perkembangan Anak) Dosen Jur. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP, UNY Anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam proses pendidikan. Ini berarti bahwa tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bergantung

Lebih terperinci

ANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN

ANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN ANAK BERBAKAT TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami karakteristik dan jenis-jenis keberbakatan guna melakukan deteksi dini TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:

Lebih terperinci

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda)

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda) MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda) Anak bahagia disekolah sudah disosialisasikan lewat Quantum Learning, Joy in School dan Super Learning. Alasan lewat penelitian menunjukkan bahwa apabila anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas manusia menyongsong kehidupan masa depan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tersebut dikarenakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan anak usia dini sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Hal ini berdampak pada keinginan orang tua untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Hurlock (1980 : 208) mengatakan bahwa masa Sekolah Menengah Atas/SMK adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Pada masa inilah pembendaharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu

Lebih terperinci

PERANAN METODE BERCAKAP-CAKAP DALAM PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA TERPADU PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK. Abstrak

PERANAN METODE BERCAKAP-CAKAP DALAM PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA TERPADU PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK. Abstrak PERANAN METODE BERCAKAP-CAKAP DALAM PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA TERPADU PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK Oleh: Ni Putu Parmini Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Saraswati Tabanan Abstrak

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) Icah 08210351 Icah1964@gmail.com Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu eksak yang menjadi dasar perkembangan segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dalam tatanan kehidupan manusia.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi NASKAH PUBLIKASI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Standar Guru C C2 C3 C4 C5 C6 Menggunakan secara lisan wacana wacana lisan untuk wawancara Menggunakan wacana lisan untuk wawancara Disajikan penggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) dirasakan penting untuk dipelajari karena materi-materi tersebut sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD JURNAL INOVASI PENDIDIKAN Volume 1 Nomer 2, September 2017, Halaman 1-6 ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD Dian Ika Kusumaningtyas 1) dan Maharani Putri Kumalasani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan pendidikan global, pendidikan di Indonesia mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik strategi,

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang : SMP/SMA Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012 1. Mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra 2. Mengungkapkan wacana tulis nonsastra 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu, pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA Bidang Kajian Jenis Artikel : Pendidikan Matematika : Hasil Penelitian PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA Setyati Puji Wulandari 1), Imam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci kesuksesan pembangunan suatu bangsa, karena itu berbagai upaya pengembangan sumber daya manusia haruslah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam hal hasil belajar terutama di bidang matematika dan sains. Menurut Eriba dkk (Lisma, 2009)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang : SMP/SMA Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 1. Mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra 1.1 Menggunakan wacana lisan untuk wawancara 1.1.1 Disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak dan menjadikannya lebih tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari, oleh sebab itu matematika diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Pada jenjang sekolah menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan bagi anak usia dini memiliki manfaat yang besar bagi dirinya sendiri dan bagi perkembangan sosialnya karena tingkat kecerdasan anak yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan awal yang akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya, tujuan dari pendidikan anak usia dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk yang bersifat individu juga sebagai makhluk yang bersifat sosial. Sebagai makhluk sosial manusia cendrung hidup berkelompok, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) diajarkan secara terpadu dalam mata pelajaran IPA Terpadu. IPA Terpadu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan salah satu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Setiap anak selalu memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sempurna, dan Sempurnanya manusia ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sempurna, dan Sempurnanya manusia ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sempurna, dan Sempurnanya manusia ditandai dengan kepemilikan akal berikut kecerdasannya. Dengan akal ini manusia bisa melakukan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, terdapat empat aspek kebahasaan yang harus dikuasai siswa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGANALISIS TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE SMART LEARNING SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN Sri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di dalamnya terdiri dari berbagai komponen, mulai dari perencanaan pembelajaran sampai pada evaluasi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menjadi sukses seseorang harus memiliki kecerdasan lainnya seperti kecerdasan sosial, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual dll. Salah satu kecerdasan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada masalah yang dihadapi guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK Aisyiyah 16 Ngringo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap setiap siswa akan berbeda dan bervariasi. Tidak setiap siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap setiap siswa akan berbeda dan bervariasi. Tidak setiap siswa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya perbedaan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa, tentunya akan berimplikasi pada perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. Kecerdasan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*)

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*) PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Isniatun Munawaroh,M.Pd*) Salah satu implikasi yang paling provokatif dalam teori Multiple Intelligence adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku utama dan siswa sebagai peserta didik yang pasif. Melalui metode yang umum seperti metode ceramah

Lebih terperinci

ANAK BERBAKAT. Oleh: Euis Kurniati, S.Pd Jumát 21 mei 2004 Nara sumber di mq fm bandung

ANAK BERBAKAT. Oleh: Euis Kurniati, S.Pd Jumát 21 mei 2004 Nara sumber di mq fm bandung ANAK BERBAKAT Oleh: Euis Kurniati, S.Pd Jumát 21 mei 2004 Nara sumber di mq fm bandung A. Bakat, kemampuan dan prestasi Bakat (Aptitude) diartikan sebagi kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini memaparkan mengenai teori yang sesuai dengan permasalahan yang di teliti. Berbagai aspek yang terkait dengan salah satu unsur manajemen pendidikan yaitu kegiatan ekstrakurikuler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kecerdasan merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Gardner (2003) tidak memandang kecerdasan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asep Resa Baehaki,2014

BAB I PENDAHULUAN. Asep Resa Baehaki,2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BahasaIndonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran KELAS XII SEMESTER 1 SILABUS Semester : 1 Standar : Mendengarkan 1. Memahami informasi dari berbagai laporan 1.1 Membedakan antara fakta dan opini dari berbagai laporan lisan Laporan laporan kegiatan OSIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan suatu kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir, serta keterampilan ekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR

PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR 113 PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR Nur Samsiyah Abstrak Multiple intelegensi ialah kecerdasan ganda yang dimiliki oleh seseorang. Intelegensi adalah sehimpunan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran dan pembelajaran erat kaitannya dengan perubahan tingkah laku dan pola pikir seseorang. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 94 BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian, implikasi serta saran-saran yang berhubungan dengan penelitian lanjutan, maupun upaya memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS ANEKDOT MENJADI NASKAH DRAMA MELALUI MODEL BERPIKIR

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS ANEKDOT MENJADI NASKAH DRAMA MELALUI MODEL BERPIKIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa, khususnya menulis, adalah keterampilan produktif dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yakni (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Pendidikan adalah suatu usaha

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN. oleh. Isah Cahyani. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN. oleh. Isah Cahyani. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PEMBELAJARAN SEJARAH SASTRA YANG MENYENANGKAN oleh Isah Cahyani Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS Universitas Pendidikan Indonesia A. Pendahuluan Kehadiran sejarah sastra dapat mengembangkan

Lebih terperinci

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) PENDEKATAN INTELEGENSI GANDA DALAM PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK DIGITAL DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FT-UNY Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara. Secara eksplisit pendidikan karakter adalah amanat Undang-undang Nomor 23

Lebih terperinci