BAB II TINJAUAN PUSTAKA. industri kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Industri Kecil
|
|
- Hendri Darmadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Kecil Ada dua definisi industri kecil yang dikenal di Indonesia. Pertama, definisi industri kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Industri Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal satu milyar rupiah dan memiliki kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha paling banyak 200 juta rupiah (Sudisman dan Sari, 1996). Kedua, menurut Biro Pusat Statistik (1999): klasifikasi industri berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang, (2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang, (3) industri menengah dengan pekerja orang, (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih. Walaupun banyak definisi mengenai industri kecil, namun industri kecil mempunyai karakteristik yang hampir seragam (Kuncoro, 2000): 1. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya. Data BPS (1994) dalam Kuncoro (2000) menunjukkan jumlah pengusaha kecil mencapai 34,316 juta orang yang meliputi 15,635 juta pengusaha kecil mandiri (tanpa menggunakan tenaga kerja lain), 18,227 juta orang pengusaha kecil yang menggunakan tenaga kerja anggota keluarga sendiri, serta 54 ribu orang pengusaha kecil yang memiliki tenaga kerja tetap. 2. Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari
2 modal sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir. 3. Sebagian besar industri kecil ditandai dengan belum dimilikinya status badan hukum. Menurut catatan BPS (1994) dalam Kuncoro (2000), dari jumlah perusahaan kecil sebanyak , ternyata 90,6 persen merupakan perusahaan perorangan yang tidak berakta notaris; 4,7 persen tergolong perusahaan perorangan yang berakta notaris, dan hanya 1,7 persen yang sudah mempunyai badan hukum (PT/NV, CV, Firma, atau Koperasi). 4. Ditinjau menurut golongan industri tampak bahwa hampir sepertiga bagian dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan, minuman dan tembakau (ISIC 31), industri tekstil (ISIC 32), industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya termasuk perabot rumah tangga (ISIC 33) masing-masing berkisar antara 21 persen hingga 22 persen dari seluruh industri kecil yang ada. Sedangkan yang bergerak pada kelompok usaha industri kertas (ISIC 34) dan kimia (ISIC 35), diikuti kelompok industri barang galian bukan logam (ISIC 36) relatif masih sangat sedikit sekali yaitu kurang dari satu persen. Menurut Kuncoro (2000), pembinaan pengusaha kecil harus lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pengusaha kecil menjadi pengusaha menengah. Namun disadari pula bahwa pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, keterampilan, keahlian, manajemen sumberdaya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Secara lebih spesifik, masalah dasar yang
3 dihadapi pengusaha kecil adalah: (1) kelemahan dalam memperoleh pasar dan memperbesar pangsa pasar, (2) kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan, (3) kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumberdaya manusia, (4) keterbatasan jaringan usaha kerja sama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran), (5) iklim usaha yang kurang kondusif karena persaingan yang saling mematikan, (6) pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurang kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil. Industri kecil sangat padat karya dan persediaan tenaga kerja di Indonesia masih sangat banyak, mengikuti laju pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja yang rata-rata pertahun sangat tinggi, sehingga upah minimum tenaga kerja khususnya dari kelompok berpendidikan rendah di Indonesia masih relatif murah dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia dengan jumlah penduduk atau angkatan kerja yang lebih sedikit (Tambunan, 1997) Teori Tenaga Kerja Permintaan Tenaga Kerja Dalam proses produksi, tenaga kerja memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari apa yang telah dilakukannya, yaitu berwujud upah. Maka pengertian permintaan tenaga kerja dapat diartikan sebagai jumlah tenaga kerja yang diminta oleh pengusaha pada berbagai tingkat upah (Boediono, 1984). Menurut Ananta (1993) permintaan tenaga kerja merupakan sebuah daftar berbagai altenatif kombinasi tenaga kerja dengan input lainnya yang tersedia yang berhubungan dengan tingkat gaji.
4 Permintaan perusahaan atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang karena barang itu member nikmat (utility) kepada si pembeli. Akan tetapi pengusaha mempekerjakan seseorang karena seseorang itu membantu memproduksi barang atau jasa untuk dijual kepada masyarakat konsumen. Dengan kata lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari penambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Permintaan akan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand (permintaan turunan). Meningkatnya permintaan terhadap rumah misalnya akan menimbulkan tambahan permintaan terhadap tenaga kerja bangunan, tukang kayu, tukang cat, tukang instalasi rumah, dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi jumlah tenaga pengangkutan, pabrik semen dan lain-lain (Simanjuntak, 1998) Fungsi Permintaan Suatu Perusahaan akan Tenaga Kerja Misalkan jumlah tenaga kerja di suatu perusahaan sebanyak 99 orang. Pengusaha mempertimbangkan apakah perlu menambah pekerja menjadi 100 orang atau terpaksa mengurangi seorang supaya tinggal 98. Yang menjadi pertanyaan adalah dasar apa yang perlu dipergunakan pengusaha untuk menambah atau mengurangi jumlah tenaga kerja tersebut? Pertama pengusaha perlu memperkirakan tambahan hasil (output) yang diperoleh pengusaha sehubungan dengan penambahan seorang tenaga kerja. Tambahan hasil tersebut dinamakan tambahan hasil marjinal atau marginal physical product dari tenaga kerja, disingkat MPP L. Kedua, pengusaha menghitung jumlah uang yang akan diperoleh pengusaha dengan tambahan hasil marjinal tersebut. Jumlah uang ini dinamakan
5 penerimaan marjinal atau marginal revenue, yaitu nilai MPP L tadi. Jadi marginal revenue sama dengan nilai MPP L, yaitu besarnya MPP L dikalikan dengan harganya per unit (P) (Simanjuntak, 1998): MR = YMPPL = MPP L x P... (2.1) Dimana : MR VMPP L = Marginal Revenue, penerimaan marjinal = Value Marginal Physical Product of Labour = nilai pertambahan hasil marjinal dari tenaga kerja MPP P L = Marginal Physical Product of Labor = Harga jual barang yang diproduksikan per unit Akhirnya pengusaha membandingkan MR tersebut dengan biaya mempekerjakan tambahan seorang tenaga kerja tadi. Jumlah biaya yang dikeluarkan pengusaha sehubungan dengan mempekerjakan tambahan seorang tenaga kerja adalah upahnnya sendiri (W) dan dinamakan biaya marjinal atau marginal cost (MC). Bila tambahan penerimaan marjinal (MR) lebih besar daripada biaya mempekerjakan orang yang menghasilkannnya (W), maka mempekerjakan tambahan orang tersebut akan menambah keuntungan pengusaha. Dengan kata lain dalam rangka menambah keuntungan, pengusaha akan terus menambah jumlah tenaga kerja selama MR lebih besar daripada W. Misalkan tenaga kerja terus ditambah sedangkan alat-alat dan faktor produksi lain jumlahnya tetap, maka perbandingan alat-alat produksi untuk setiap pekerja menjadi lebih kecil dan tambahan hasil marjinal menjadi lebih kecil pula. Dengan kata lain, semakin bertambah tenaga kerja yang dipekerjakan, semakin
6 kecil MPP L nya dan nilai MPP L itu sendiri. Ini yang dinamakan hukum diminishing returns dan dilukiskan dengan garis DD dalam gambar berikut: Upah VMPP L W 1 D W E W 2 D = MPP L x P O A N B Penempatan Tenaga Kerja Gambar 2.1. Fungsi Permintaan Terhadap Tenaga Kerja Gambar 2.1. melukiskan fungsi permintaan dari satu perusahaan terhadap tenaga kerja. Garis DD melukiskan besarnya nilai hasil marjinal tenaga kerja (value marginal physical product of labor, VMPP L ) untuk setiap tingkat penempatan tenaga kerja. Bila misalnya jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan OA = 100 orang, maka nilai hasil kerja orang yang ke-100 dinamakan VMPP L - nya dan besarnya sama dengan: MPP L x P = W 1. Nilai ini lebih besar daripada tingkat upah yang sedang berlaku (W). Oleh sebab itu laba pengusaha akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan mempekerjakan orang hingga ON. Di titik N pengusaha mencapai laba maksimum dimana nilai
7 MPP L x P sama dengan upah (W) yang dibayarkan kepada tenaga kerja. Dengan kata lain pengusaha mencapai laba maksium (Simanjuntak, 1998) bila: MPP L x P = W... (2.2) Penambahan tenaga kerja yang melebihi daripada ON misalkan OB, akan mengurangi keuntungan pengusaha. Pengusaha membayar upah dalam tingkat yang berlaku (W), padahal nilai hasil marjinal yang diperolehnya hanya sebesar W 2 yang lebih kecil daripada W. Jadi pengusaha cenderung untuk menghindari jumlah tenaga kerja yang lebih besar daripada ON. Penambahan tenaga kerja yang lebih besar daripada ON dapat dilaksanakan hanya bila pengusaha yang bersangkutan dapat membayar upah di bawah W atau apabila pengusaha mampu menaikkan harga jual barang. Aspek lain yang dapat ditarik sebagai kesimpulan dari hubungan tingkat upah, MPP L, harga barang, dan jumlah tenaga kerja yang dapat dipekerjakan adalah bahwa sebagai reaksi terhadap peningkatan upah (Simanjuntak, 1998): a. Pengusaha menuntut peningkatan produktivitas kerja tenaga kerja sedemikian rupa sehingga pertambahan produksi yang dihasilkan tenaga kerja senilai dengan pertambahan upah yang diterimanya b. Pengusaha terpaksa menaikkan harga jual barang c. Pengusaha mengurangi jumlah tenaga kerja yang bekerja d. Pengusaha melakukan kombinasi dari dua di antara ketiga alternatif di atas atau kombinasi dari ketiganya Shift dalam Permintaan Tenaga Kerja
8 Perubahan tingkat upah mengakibatkan perubahan dalam permintaan akan tenaga kerja. Besarnya perubahan yang terjadi dalam jangka pendek tergantung dari besarnya elastisitas permintaan akan tenaga kerja yang dipengaruhi oleh kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dan faktor produksi yang lain, elastisitas permintaan akan hasil produksi, proporsi biaya tenaga kerja terhadap jumlah seluruh biaya produksi dan elastisitas penyediaan faktor-faktor pelengkap yang lain (Simanjuntak, 1998). Perubahan yang terjadi dalam jangka pendek seperti itu adalah perubahan yang terjadi sepanjang garis permintaan (garis DD pada Gambar 2.1). Sesuai dengan perkembangan waktu, dalam jangka panjang perubahan permintaan akan tenaga kerja dalam bentuk loncatan (shift) dapat terjadi karena pertambahan hasil produksi secara besar-basaran, peningkatan produktivitas kerja tenaga kerja, dan penggunaan teknologi baru (Simanjuntak, 1998): Pertama, sehubungan dengan usaha-usaha pembangunan ekonomi nasional, biasanya beberapa sektor bertumbuh dengan cepat sementara beberapa sektor lainnya bertumbuh dengan lambat. Akibatnya, penghasilan orang yang bekerja di sektor yang pertumbuhannya cepat juga meningkat dengan cepat dibandingkan dengan pertambahan penghasilan mereka yang bekerja di sektor yang pertumbuhannya lambat. Ketimpangan pertambahan penghasilan seperti itu biasanya mengubah pola konsumsi. Golongan yang penghasilannya bertambah dengan cepat biasanya mempunyai tambahan permintaan yang besar akan barang-barang mewah seperti mobil, TV, Video, alat-alat musik, pendidikan, rekreasi, dan lain-lain. Tambahan permintaan akan barang-barang tersebut menimbulkan shift dalam permintaan
9 akan tenaga kerja di perusahaan-perusahaan dimana barang tersebut diproduksi (Simanjuntak, 1998). Jadi, peningkatan hasil produksi menyebabkan peningkatan permintaan tenaga kerja (penyerapan tenaga kerja). Kedua, shift terhadap permintaan tenaga kerja dapat terjadi karena peningkatan produktivitas para tenaga kerja. Kenyataan menunjukkan bahwa salah satu yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan produktivitas para tenaga kerja. Akan tetapi seperti halnya dengan perbedaan pertumbuhan di beberapa sektor, maka peningkatan produktivitas kerja di sektorsektor tersebut juga berbeda. Ada sektor-sektor dimana terjadi peningkatan produktivitas kerja yang tinggi, sedangkan di beberapa sektor lain produktivitas kerja bertambah dengan rendah atau tidak bertambah sama sekali. Pertambahan produktivitas kerja dapat mempengaruhi kesempatan kerja melalui tiga cara. Di satu pihak peningkatan produktivitas kerja berarti bahwa untuk memproduksikan hasil dalam jumlah yang sama diperlukan pekerja dalam jumlah sedikit. Sebab itu, bila jumlah produksi tetap sama, sebagian pekerja dapat dilepaskan (Simanjuntak, 1998). Jadi, peningkatan produktivitas kerja melalui pengurangan jumlah tenaga kerja untuk memperoleh jumlah produksi yang sama menyebabkan permintaan tenaga kerja (penyerapan tenaga kerja) menurun. Di pihak lain, peningkatan produktivitas kerja dapat dilakukan dengan menurunkan biaya produksi per unit barang. Dengan turunnya biaya produksi per unit, pengusaha dapat menurunkan harga jual barang per unit dan oleh sebab itu permintaan masyarakat akan barang tersebut bertambah. Pertambahan permintaan akan barang mendorong pertambahan produksi, dan selanjutnya menambah permintaan akan tenaga kerja (Simanjuntak,1998). Jadi, peningkatan
10 produktivitas kerja melalui penurunan biaya produksi per unit barang menyebabkan permintaan tenaga kerja (penyerapan tenaga kerja) meningkat. Alternatif lain adalah bahwa pengusaha dapat memilih menaikkan upah tenaga kerja sehubungan dengan peningkatan produktivitas kerja. Meningkatnya pendapatan tenaga kerja akan menambah daya beli mereka, sehingga permintaan mereka akan konsumsi hasil produksi bertambah juga. Selanjutnya pertambahan permintaan akan hasil produksi tersebut menaikkan permintaan akan tenaga kerja (Simanjuntak, 1998). Jadi peningkatan produktivitas kerja melalui peningkatan upah tenaga kerja menyebabkan permintaan tenaga kerja (penyerapan tenaga kerja) meningkat pula. Hal ketiga yang mengakibatkan shift dalam permintaan akan tenaga kerja adalah perubahan dalam metode produksi (penggunaan teknologi baru). Pada tingkat akhir, permintaan akan tenaga kerja dalam jangka panjang dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam metode produksi (teknologi baru). Adanya kemajuan yang pesat dalam penggunaan komputer menimbulkan permintaan yang pesat akan tenaga-tenaga di bidang tersebut. Akan tetapi kebutuhan akan tenagatenaga untuk pembukuan, dokumentasi, dan lain-lain menjadi relatif berkurang. Jadi perubahan metode produksi di satu pihak menambah permintaan tenaga dalam keahlian tertentu, akan tetapi di pihak lain mengurangi permintaan tenaga akan keahlian yang lain (Simanjuntak, 1998) Penyediaan dan Pasar Tenaga Kerja Penyediaan atau supply tenaga kerja atau angkatan kerja dalam masyarakat adalah jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Di antara
11 mereka sebagian sudah aktif dalam kegiatannya yang menghasilkan barang atau jasa, mereka dinamakan golongan yang bekerja atau employed persons. Sebagian lain tergolong yang siap bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan, mereka dinamakan pencari kerja atau penganggur. Jumlah yang bekerja dan pencari kerja dinamakan angkatan kerja atau labor force (Simanjuntak, 1998): Penyediaan Tenaga Kerja = Angkatan Kerja = Supply Tenaga Kerja Angkatan Kerja = Yang Bekerja + Penganggur Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan atau demand dalam masyarakat. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan tingkat upah. Proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui penyediaan dan permintaan tenaga kerja dinamakan pasar kerja. Seseorang dalam pasar kerja, berarti dia menawarkan jasanya untuk produksi, apakah dia sedang bekerja ataupun mencari pekerjaan. Besarnya penempatan (jumlah orang yang bekerja atau tingkat employment) dipengaruhi oleh faktor kekuatan penyediaan dan permintaan tenaga kerja tersebut. Selanjutnya, besarnya penyediaan dan permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh upah (Simanjuntak, 1998). Dalam ekonomi Neoklasik diasumsikan bahwa penyediaan atau penawaran tenaga kerja akan bertambah bila tingkat upah bertambah. Ini dilukiskan dengan garis SS pada Gambar 2.2. Sebaliknya permintaan terhadap tenaga kerja akan berkurang bila tingkat upah meningkat. Ini dilukiskan dengan garis DD pada gambar berikut (Simanjuntak, 1998):
12 Tingkat Upah D S W 1 W 2 S O Ld Le Ls Tenaga Kerja, Penempatan, Pengangguran D Gambar 2.2. Penyediaan dan Permintaan Tenaga Kerja Dengan asumsi bahwa semua pihak mempunyai informasi yang lengkap mengenai pasar kerja, maka teori neoklasik beranggapan bahwa jumlah penyediaan tenaga kerja selalu sama dengan permintaan (Le dalam Gambar 2.2.). Keadaan pada saat penyediaan tenaga kerja sama dengan permintaan tenaga kerja dinamakan titik ekuilibrium (Titik E). Dalam hal penyediaan tenaga kerja sama dengan permintaan tenaga kerja, tidak terjadi pengangguran. Dalam kenyataan, titik ekuilibrium itu tidak pernah tercapai karena informasi memang tidak pernah sempurna dan hambatan-hambatan institusional selalu ada. Upah yang berlaku (Wi) pada umumnya lebih besar daripada upah ekuilibrium (We). Pada tingkat upah Wi, jumlah penyediaan tenaga kerja adalah Ls, sedang permintaan tenaga kerja hanya sebesar Ld. Selisih antara Ls dan Ld merupakan jumlah penganggur.
13 2.2.3 Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha. Menurut Simanjuntak (1985), penyerapan tenaga kerja di sektor industri kecil dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari tiap-tiap unit usahanya. Faktor internal dipengaruhi oleh tingkat upah, produktivitas tenaga kerja, modal, dan pengeluaran non upah lainnya. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga. Faktor eksternal tersebut antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga. Dalam dunia usaha tidaklah memungkinkan mempengaruhi kondisi eksternal, maka hanyalah pemerintah yang dapat menangani dan mempengaruhi faktor eksternal tersebut. Dengan melihat keadaan tersebut maka dalam mengembangkan sektor industri kecil dapat dilakukan dengan menggunakan faktor internal dari industri yang meliputi tingkat upah, produktivitas tenaga kerja,dan modal. Adapun faktor tersebut diuraikan sebagai berikut: Tingkat Upah Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan dalam melaksanakan proses produksi. Dalam proses produksi tenaga kerja memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari usaha yang telah dilakukannya yakni upah. Dewan Penelitian Pengupahan Nasional memberikan definisi upah ialah suatu penerimaan kerja yang berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan
14 yang layak bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan menurut suatu persetujuan Undang-Undang dan Peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dengan penerima kerja (Sarjanaku.com, 2012). Upah merupakan penghargaan dari tenaga karyawan/tenaga kerja yang dimanifestasikan sebagai hasil produksi yang berwujud uang, atau suatu balas jasa yang dianggap sama dengan itu, tanpa suatu jaminan yang pasti dalam tiaptiap minggu atau bulan. Gaji sebenarnya juga upah, tetapi sudah pasti banyaknya dan waktunya. Artinya banyaknya upah yang diterima itu sudah pasti jumlahnya pada setiap waktu yang telah ditetapkan. Dalam hal waktu yang lazim digunakan di Indonesia adalah bulan. Gaji merupakan upah kerja yang dibayar dalam waktu yang ditetapkan. Sebenarnya bukan saja waktu yang ditetapkan, tetapi secara relatif banyaknya upah itu pun sudah pasti jumlahnya. Di Indonesia, gaji biasanya untuk pegawai negeri dan perusahaan-perusahaan besar. Jelasnya di sini bahwa perbedaan pokok antara gaji dan upah yaitu dalam jaminan ketepatan waktu dan kepastian banyaknya upah. Namun keduanya merupakan balas jasa yang diterima oleh para karyawan atau tenaga kerja (Sarjanaku.com, 2012). Pengupahan sendiri merupakan salah satu faktor yang paling sensitif karena upah merupakan salah satu faktor pendorong untuk bekerja dan berpengaruh terhadap moral dan disiplin tenaga kerja. Oleh karena itu, setiap perusahaan atau organisasi manapun seharusnya dapat memberikan upah yang seimbang dengan beban kerja yang dipikul tenaga kerja. Ehrenberg (1998) menyatakan apabila terdapat kenaikan tingkat upah rata-rata, maka akan diikuti oleh turunnya jumlah tenaga kerja yang diminta,
15 berarti akan terjadi pengangguran. Sebaliknya, dengan turunnya tingkat upah ratarata akan diikuti oleh meningkatnya kesempatan kerja, sehingga dapat dikatakan bahwa kesempatan kerja mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat upah. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Kuncoro (2001), dimana kuantitas tenaga kerja yang diminta akan menurun sebagai akibat dari kenaikan upah. Apabila tingkat upah naik sedangkan harga input lain tetap, berarti harga tenaga kerja relatif lebih mahal dari input lain. Situasi ini mendorong pengusaha untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja yang relatif mahal dengan input-input lain yang harganya relatif lebih murah guna mempertahankan keuntungan yang maksimum. Adapun beberapa faktor penting yang mempengaruhi besarnya upah yang diterima oleh para karyawan/tenaga kerja, yaitu: 1. Penawaran dan permintaan karyawan 2. Organisasi buruh 3. Kemampuan untuk membayar 4. Produktivitas 5. Biaya hidup 6. Peraturan pemerintah Produktivitas Kerja Produktivitas pada dasarnya adalah sikap mental yang mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Seperti yang dikemukakan Afrida (2003) dan Simanjuntak (1998) produktivitas mengandung pengertian filosofis-kualitatif, kuantitatif-teknis operasional. Secara filosofis-kualitatif, produktivitas merupakan
16 pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk miningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan mutu kehidupan besok harus lebih baik daripada hari ini. Pandangan hidup dan sikap mental demikian akan mendorong menusia untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi terus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja. Definisi kerja secara kuantitatif, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumberdaya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu. Sedangkan pengertian secara operasional mengandung makna peningkatan produktivitas yang dapat terwujud dalam empat bentuk: a. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit b. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang c. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang sama d. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil. Produktivitas tenaga kerja merupakan gambaran kemampuan pekerja dalam menghasilkan output (Ananta, 1993). Hal ini karena produktivitas merupakan hasil yang diperoleh oleh suatu unit produksi dengan jumlah tenaga kerja yang dimiliki, dengan produktivitas kerja yang tinggi menunjukkan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja juga tinggi. Produktivitas juga didefinisikan sebagai perbandingan antara hasil kerja yang telah dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan
17 dalam waktu tertentu. Satuan ukurannya adalah angka yang menunjukkan rasio antara output dan input. Kenaikan produktivitas berarti pekerja dapat menghasilkan lebih banyak dalam jangka waktu yang sama, atau suatu tingkat produksi tertentu dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih singkat. Produktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut (Sudarsono, 1988) : PR TK = Q...(2.3) TK dimana: PR TK = Produktivitas Q = Volume produksi yang dihasilkan sebagai akibat dari penggunaan tenaga kerja TK = Banyaknya tenaga kerja yang digunakan Peningkatan kualitas pekerja yang dicerminkan oleh tingkat pendidikan rata-rata yang semakin membaik, memberi dampak positif terhadap produktivitas tenaga kerja. Begitupula dengan upaya peningkatan keterampilan dan pelatihan tenaga kerja yang disertai dengan penerapan teknologi yang sesuai, berdampak pula terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja (Mulyadi, 2006). Menurut Mulyadi (2006), semakin tinggi produktivitas tenaga kerja maka akan semakin rendah penyerapan tenaga kerja. Sebaliknya semakin rendah produktivitas tenaga kerja, maka penyerapan tenaga kerja akan semakin meningkat Modal Pengertian modal meliputi dua aspek. Dalam teori ekonomi istilah modal diartikan sebagai barang modal, yaitu benda-benda yang digunakan untuk
18 memproses dan memproduksikan berbagai jenis barang. Mesin penggiling padi, berbagai jenis peralatan untuk menghasilkan tekstil dan pakaian, dan alat-alat berat yang digunakan untuk membuat jalan dan bangunan digolongkan sebagai modal. Dalam kegiatan bisnis dan sistem finansial, modal diartikan pula sebagai dana yang digunakan untuk melakukan investasi di sektor keuangan seperti membeli saham dan obligasi. Sering juga dikatakan mengenai modal kerja dalam membincangkan kegiatan usaha, dan istilah modal tersebut diartikan sebagai dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha sehari-hari. Dengan mengamati penggunaan istilah modal di atas dapat disimpulkan bahwa modal meliputi tiga pengertian berikut: (1) barang dan peralatan fisik yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa, (2) dana keuangan yang disisihkan untuk diinvestasikan dalam harta-harta keuangan (seperti saham dan obligasi), dan (3) dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan memproduksi dan menyalurkan barang kepada pembeli (Sukirno et al. 2004). Modal menurut Smith dalam Hakim (2002) merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam proses pertumbuhan output, sehingga jumlah dan pertumbuhan output bergantung pada laju pertumbuhan modal. Pengaruh modal terhadap tingkat output total bisa secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung, maksudnya adalah peningkatan produktivitas perkapita yang dimungkinkan karena adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang semakin tinggi. Besarnya modal akan mementukan tingkat output secara aktif dan hal tersebut berarti dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Secara teoritis, semakin besar nilai investasi pada industri kecil dimana investasi yang dilakukan
19 bersifat padat karya maka modal pun akan bertambah, sehingga kesempatan kerja yang diciptakan semakin tinggi. Berdasarkan pemikiran tersebut maka dapat dilihat penyerapan tenaga kerja yaitu elastis terhadap modal (Hakim, 2002). Tersedianya modal kerja yang cukup mempunyai efek yang besar terhadap penggunaan tenaga kerja. Modal dapat digunakan untuk membeli mesin-mesin atau peralatan untuk melakukan peningkatan proses produksi. Dengan penambahan mesin-mesin atau peralatan produksi maka akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi. Makin besar skala produksi, kegiatan perusahaan juga bertambah sehingga permintaan terhadap tenaga kerja juga meningkat. Modal dapat digunakan untuk memperbesar perusahaan atau mendirikan usaha baru. Usaha baru tersebut bisa merupakan perluasan dari usaha yang lama. (Komarudin, 1981). Penambahan modal terhadap setiap industri akan dapat meningkatkan bahan baku atau dapat mengembangkan usaha (menambah jumlah usaha). Dengan semakin banyak usaha yang berkembang atau berdiri maka akan dapat menyerap tenaga kerja yang banyak pula ( Zamrowi, 2007). Menurut Haryani (2002), dalam prakteknya faktor-faktor produksi baik sumberdaya manusia maupun yang non sumberdaya manusia seperti modal tidak dapat dipisahkan dalam menghasilkan barang atau jasa. Pada suatu industri, dengan asumsi faktor- faktor produksi yang lain konstan, maka semakin besar modal yang ditanamkan akan semakin besar permintaan tenaga kerja Penelitian Terdahulu Irsan dalam Zamrowi (2007), dalam studinya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri
20 Pengolahan di Indonesia, dengan menggunakan analisis regresi linear berganda secara OLS (Ordinary Least Square) pengujian statistik menunjukkan kemaknaan (signifikan) yang sangat berarti untuk upah, modal dan nilai tambah mempunyai signifikansi pada tingkat 1 persen yang berarti bahwa 99 persen kebenaran daripada upah, modal dan nilai tambah dapat dipercaya, sementara untuk kemajuan teknologi pada tingkat 10 persen yang berarti kebenaran daripada kemajuan teknologi dapat dipercaya. Dari hasil estimasi tersebut maka upah (W), modal (K), dan nilai tambah (Va) berpengaruh secara signifikan terhadap input tenaga kerja (L). Sedangkan penelitian yang dilakukan Irwan Ernaro dalam Zamrowi (2007), disimpulkan bahwa modal mempunyai pengaruh yang signifikan dan bersifat positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada 33 industri kecil makanan dan minuman. Untuk nilai tambah mempunyai pengaruh yang signifikan dan bersifat positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Zamrowi (2007) dalam studinya yang berjudul Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil (Studi di Industri Kecil Mebel di Kota Semarang) dengan menggunakan analisis regresi linear berganda OLS (Ordinary Least Square) disimpulkan bahwa variabel upah tenaga kerja (X1), produktivitas tenaga kerja (X2), dan non upah (X 4 ) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, sedang modal (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Supriadi et al. meneliti Pengaruh Stok Modal dan Upah Minimum Kabupaten terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada UKM di Kabupaten Tasikmalaya Periode Tahun (Studi Kasus pada Industri Komoditi
21 Unggulan) dengan metode Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel stok modal pada industri bordir, bambu, pandan dan mendong berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Sedang variabel upah minimum pada industri bordir berpengaruh negatif dan tidak signifikan, upah minimum pada industri bambu dan mendong berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan untuk upah minimum pada industri pandan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Sari (2000) dalam penelitiannya berjudul Analisis Pengaruh Keberadaan Usaha Konveksi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kecamatan Medan Area Kodya Medan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel upah tenaga kerja (X 1 ), jumlah mesin (X 2 ), dan variabel rencana produksi (X 3 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Setyadi (2008) dalam penelitiannya Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil Konveksi (Studi Kasus Desa Sendang Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara) dengan metode regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel upah tenaga kerja (X1) dan variabel biaya bahan baku (X 2 ) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, sedang variabel nilai produksi (X 3 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Fadliilah dan Hastarini (2012), dalam penelitiannya Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil (Studi Kasus di Sentra Industri Kecil Ikan Asin di Kota Tegal), dengan metode Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varibel upah tenaga kerja (X1) dan variabel produktivitas
22 (X 2 ) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, sedang variabel modal kerja (X 3 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Elnopembri (2007) melakukan penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil di Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa upah minimum regional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil. Tingkat suku bunga kredit investasi Bank Pembangunan Daerah dan Bank Pemerintah di daerah sama-sama memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil, artinya peningkatan suku bunga kredit akan mengakibatkan turunnya permintaan tenaga kerja industri kecil. Nilai produksi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil. Ekspansi yang dilakukan industri kecil dengan menciptakan akses pasar akan mendorong peningkatan produksi sehinga berdampak terciptanya lapangan kerja baru Kerangka Konseptual Kerangka konseptual menunjukkan tentang pola fikir terhadap pemecahan masalah penelitian yang ditemukan dan didasarkan pada teori-teori yang relevan yang diambil sebagai dasar pemecahan masalah penelitian. Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori, dan beberapa penelitian terdahulu yang secara substansional mempunyai kesamaan baik dalam kajian teori maupun model analisis yang digunakan, dan berdasarkan suatu asumsi bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi dalam penyerapan tenaga kerja
23 pada industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai adalah faktor-faktor internal yaitu upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja dan modal kerja, sedangkan faktor eksternal dianggap tetap, maka dapat disusun suatu kerangka konseptual bahwa: faktor-faktor internal yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai adalah upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, dan modal kerja. Upah Tenaga Kerja (X 1 ) Produktivitas Tenaga Kerja (X 2 ) Penyerapan Tenaga Kerja (Y) (X ) Modal Kerja (X 3 ) Gambar 2.3. Kerangka Konseptual 2.5. Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pendapat atau teori yang masih kurang sempurna. Dengan kata lain hipotesis adalah kesimpulan yang belum final dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya. Selanjutnya hipotesis dapat diartikan juga sebagai dugaan pemecahan masalah yang bersifat sementara yakni pemecahan masalah yang mungkin benar dan mungkin salah (Nawawi, 2001). Berdasarkan hal di atas, maka dalam penelitian ini akan dirumuskan hipotesis guna memberikan arah dan pedoman dalam melakukan penelitian.
24 Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel upah tenaga kerja mempunyai pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. 2. Variabel produktivitas tenaga kerja mempunyai pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. 3. Variabel modal kerja mempunyai pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Ulviani (2010) yang berjudul : Analisis Pengaruh Nilai Output dan Tingkat Upah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah
7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. berkerja di perusahaan/usaha tersebut, baik berkaitan dengan produksi maupun
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik 1. Pengertian Tenaga Kerja Berdasarkan BPS, pekerja atau tenaga kerja adalah semua orang yang biasanya berkerja di perusahaan/usaha tersebut, baik berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai landasan ini mempunyai sejumlah persamaan dan perbedaan dengan penelitian saat ini. Hasil penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Beberapa defenisi dari UMKM memiliki pengertian yang berbeda berdasarkan sumbernya (Hubeis, 2009; Tambunan, 2009)
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tenaga kerja. Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya manusia mengandung pengertian usaha kerja atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tenaga Kerja Menurut Sudarso (1991), tenaga kerja merupakan manusia yang dapat digunakan dalam proses produksi yang meliputi keadaan fisik jasmani, keahlian-keahlian,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. definisi industri kecil tersebut antara lain: tanah dan bangunan tempat usaha. c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Industri Kecil Sampai saat ini industri kecil memiliki berbagai macam definisi. Kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan industri kecil pun beranekaragam, sehingga
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tahun 2011 (Azhar & Arifin, 2011). Penelitian yang berjudul Faktor faktor
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Penelitian yang dilakukan oleh Kholidah Azhar dan Zainal Arifin pada Tahun 2011 (Azhar & Arifin, 2011). Penelitian yang berjudul Faktor
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sukirno (2008), industri adalah perusahaan yang menjalankan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Industri 1. Pengertian Industri Menurut Sukirno (2008), industri adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder. Industri merupakan suatu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecil dan menengah oleh sejumlah peneliti dengan daerah dan periode waktu yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Beberapa penilitian tentang penyerapan tenaga kerja pada sektor industri kecil dan menengah oleh sejumlah peneliti dengan daerah dan periode waktu yang berbeda-beda,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Ketenagakerjaan Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sebelum penelitian ini terdapat penelitian sejenis yang sudah dilakukan oleh beberapa orang. Penelitian terdahulu yang menjadi refrensi
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) untuk mempercepat
Lebih terperinciJURNAL ILMIAH. Disusun Oleh : Afid Nurdian Syah
ANALISIS VARIABEL - VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KECIL TEMPE (STUDI KASUS SENTRA INDUSTRI TEMPE SANAN KELURAHAN PURWANTORO KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG) JURNAL ILMIAH
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Produksi Produksi merupakan serangkaian proses dalam penggunaan berbagai input yang ada guna menghasilkan output tertentu. Produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.
Lebih terperinciPerusahaan, Produksi, dan Biaya
Perusahaan, Produksi, dan Biaya Perusahaan adalah kesatuan teknis, yang bertujuan untuk menghasilkan benda-benda atau jasa. Perusahaan ingin mencapai laba setinggi mungkin. Pengertian sehari-hari, laba
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Dewasa ini perhatian para ahli ekonomi terhadap masalah pembangunan ekonomi di setiap negara sangat besar sekali, karena
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH MUHAMMAD MARDIANTO 07114042 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012).
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012). Penelitian yang berjudul Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah
Lebih terperinciII. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional
II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Kesempatan Kerja Secara umum, kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang mencerminkan seberapa jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akandibahas mengenai teori yang menjadi dasar pokok permasalahan. Teori yang akan dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, Produk Domestik Regional Bruto
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Investasi a) Definisi Investasi Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain
Lebih terperinciTINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN
TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi dan perkembangan tekhnologi yang pesat. Hal tersebut membawa dampak pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang selama ini dilakukan telah membawa pertumbuhan ekonomi dan perkembangan tekhnologi yang pesat. Hal tersebut membawa dampak pada sikap peningkatan
Lebih terperinciPENGARUH INVESTASI, NILAI PRODUKSI, DAN JUMLAH UNIT USAHA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN PATI
PENGARUH INVESTASI, NILAI PRODUKSI, DAN JUMLAH UNIT USAHA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN PATI SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang
Lebih terperinciII. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional
II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian nasional terutama dalam menunjang industri penghasil komponen, industriindustri pengerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan
Lebih terperinciVI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku
VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,
Lebih terperinciPBAB II URAIAN TEORITIS
PBAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Endang Puspasari (1999) skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kecil di Pasar Pagi Wonosobo. Fakultas Ekonomi. Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketenagakerjaan 2.1.1 Kesempatan Kerja dan Tenaga Kerja Menurut Suroto (1992), kesempatan kerja adalah keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan dalam suatu wilayah. Menurut
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan
Lebih terperinciANALISA PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
ANALISA PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Lapeti Sari Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Penelitian ini bertujuan antara lain adalah: memberikan gambaran tentang persediaan
Lebih terperinciPERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen
PERILAKU KONSUMEN A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan mempertimbangkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
Lebih terperinciMateri 4 Ekonomi Mikro
Materi 4 Ekonomi Mikro Teori Produksi Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami analisis ekonomi konsep biaya, biaya produksi jangka pendek dan panjang. Mahasiswa dapat memahami konsep
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang punggung perekonomian. Tumpuan harapan yang diletakkan pada sektor industri dimaksudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki 419 pulau. Total luas Propinsi Sumatera Utara sebesar 72.981,23
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Hart (1973) setelah melakukan penelitian terhadap penduduk di
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Sektor Informal Menurut Hart (1973) setelah melakukan penelitian terhadap penduduk di kota Accra dan Nima, Ghana, ia mengemukakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORETIS
BAB II URAIAN TEORETIS 2.1 INDUSTRI 2.1.1 Pengertian Industri Dalam istilah ekonomi, industri mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada
9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS DAN ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI
PRODUKTIVITAS DAN ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI Muhammad Hasan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar Email : hasdiansa@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produktivitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, industri adalah
20 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Industri 1. Pengertian Industri Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi,
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai acuan atau referensi untuk melakukan penelitian ini. Dengan adanya penelitian terdahulu
Lebih terperinciPERMINTAAN ATAS FAKTOR PRODUKSI
Ekonomi Mikro PERMINTAAN ATAS FAKTOR PRODUKSI Pertimbangan pengusaha dalam berproduksi 1. Produk apa yang diinginkan konsumen 2. Berapa tingkat produksi yang mendatangkan laba maksimum 3. Bagaimana sifat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pendapatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengertian pembangunan ekonomi secara essensial dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT
BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT 5.1. Peran Infrastruktur dalam Perekonomian Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting
Lebih terperinciDinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja
Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata
Lebih terperinciMsi = x 100% METODE PENELITIAN
20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,
Lebih terperinciTEORI PRODUKSI DAN KEGIATAN PERUSAHAAN
TEORI PRODUKSI DAN KEGIATAN PERUSAHAAN BENTUK-BENTUK PERUSAHAAN PERUSAHAAN PERORANGAN Dimiliki, dikelola dan dipimpin oleh seseorang yang bertanggung jawab penuh terhadap semua resiko dan aktivitas perus
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit) kepada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan Produksi adalah upaya atau kegiatan untuk menambah nilai pada suatu barang. Arah kegiatan ditujukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pendapatan Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas.
Lebih terperinciV. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010
65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Peranan Kredit dalam Kegiatan Usahatani Ada dua sumber permodalan usaha yaitu modal dari dalam (modal sendiri) dan modal dari luar (pinjaman/kredit).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak dapat berkembang dengan baik hal terburuk yang akan muncul salah. satunya adalah masalah pengangguran.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN.
PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional
Lebih terperinciPeningkatan Daya Saing Industri Manufaktur
XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI KOTA BOGOR. Oleh : EVA DWI PRIHARTANTI H
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI KOTA BOGOR Oleh : EVA DWI PRIHARTANTI H14103031 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ides Sundari, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain di berbagai belahan dunia menghadapi gelombang besar berupa meningkatnya tuntutan demokratisasi, desentralisasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. 1. perkembangan ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses perubahan pada masyarakat yang diikuti penyesuaian sistem sosial untuk mencapai kesejahterahan masyarakat. Pembangunan ekonomi
Lebih terperincikesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
Lebih terperinciPELATIHAN OLIMPIADE EKONOMI PERSIAPAN OLIMPIADE SAINS PROVINSI. HARI/TANGGAL : Kamis/ 24 MEI JUMLAH SOAL : 50 butir
PELATIHAN OLIMPIADE EKONOMI PERSIAPAN OLIMPIADE SAINS PROVINSI HARI/TANGGAL : Kamis/ 24 MEI 2012 WAKTU : 120 MENIT JUMLAH SOAL : 50 butir Pilihlah satu jawaban yang paling tepat pada soal di bawah ini!
Lebih terperinci