REDESAIN WISMA FAJAR SENAYAN UNTUK FUNGSI WISMA ATLET YANG MENDUKUNG PEMULIHAN KELELAHAN
|
|
- Herman Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 REDESAIN WISMA FAJAR SENAYAN UNTUK FUNGSI WISMA ATLET YANG MENDUKUNG PEMULIHAN KELELAHAN Ferina Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia Abstrak Atlet dituntut untuk selalu memiliki kondisi tubuh yang prima, terutama pada musim pertandingan untuk mencapai hasil yang optimal. Adakalanya, kondisi fisik atlet terganggu oleh kelelahan yang dapat ditimbulkan oleh beban fisik dan mental dari latihan dan pertandingan, kondisi lingkungan yang tidak mendukung, kurangnya istirahat, tidak terpenuhinya sumber energi, dsb. Kelelahan ini sudah harus dapat pulih dalam waktu 24 jam agar tidak mengganggu aktivitas atlet, khususnya ketika menghadapi pertandingan. Pemulihan kelelahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan kegiatan istirahat, pemulihan pasif dan aktif, serta pengisian sumber energi yang diperlukan tubuh. Penanggulangan kelelahan tidak hanya dapat diupayakan dengan kegiatan pemulihan, tetapi juga dapat dicapai dengan menghindari penyebab kelelahan tersebut. Hal ini dapat ditunjang dengan rancangan permukiman atlet yang menerapkan prinsip-prinsip ergonomi. Fokus utama dalam prinsip ergonomi ini adalah setiap rancangan selalu mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan manusia, sehingga tercipta
2 kenyamanan dan dapat terhindar dari beban lelah tambahan. Wisma Fajar Senayan yang saat ini sering digunakan untuk hunian atlet, dirasakan tidak nyaman oleh para atlet yang pernah menempatinya, perasaan tidak nyaman ini terkadang memberikan pengaruh negatif pada kegiatan istirahat mereka, khususnya tidur. Kenyataan tersebut mengindikasikan bahwa kondisi Wisma Fajar kurang cocok untuk hunian atlet, khususnya untuk mendukung terjadinya pemulihan kelelahan atlet. Untuk itu, dibutuhkan adanya redesain Wisma Fajar yang dapat menjawab kebutuhan atlet akan hunian dan pemulihan kelelahan, sehingga atlet dapat selalu tampil optimal. Katakunci : Redesain, Wisma atlet, Pemulihan, Kelelahan 1. Pendahuluan Atlet dituntut untuk selalu memiliki kondisi tubuh yang prima, terutama pada musim pertandingan untuk mencapai hasil yang optimal. Atlet dengan jadwal pertandingan yang padat memiliki kemungkinan cukup besar mengalami kelelahan fisik yang tentunya akan sangat menyulitkan atlet yang mengikuti pertandingan untuk tampil optimal, dan jika dipaksakan pun akan semakin memupuk tingkat kelelahan menjadi semakin besar. Pemulihan kelelahan menjadi salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam mencapai kondisi fisik atlet yang optimal. Pemulihan kelelahan dapat dicapai dengan lingkungan yang mendukung. Tempat tinggal merupakan bagian dari lingkungan menjadi salah satu faktor yang dapat mendukung pencapaian kondisi fisik optimal pada atlet. Wisma Fajar dirasakan sebagian besar atlet kurang sesuai untuk mencapai kondisi optimal seperti yang diharapkan, khususnya dalam hal pemulihan kelelahan fisik. Wisma Fajar yang terletak pada kawasan Gelora Senayan, sejak awal memang tidak difungsikan
3 untuk hunian atlet, melainkan difungsikan sebagai mess karyawan Singapura, sehingga layout ruang pada Wisma Fajar tidak seperti layout pada wisma atlet pada umumnya. Layout Wisma Fajar seperti pada unit apartemen, dengan ruang bersama pada bagian depan dengan koridor yang menghubungkan dengan kamar tidur. Lantai dasar Wisma Fajar juga hanya berupa koridor terbuka yang memudahkan siapapun mengakses unit-unit wisma. Hal ini kurang menguntungkan bagi atlet yang ingin menghindari gangguan dari publik, misalnya dari media massa ataupun penggemar. Selain itu, Wisma juga tidak memiliki fasilitas untuk tamu, misalnya lobby atau ruang penerima tamu, hal ini memungkinkan tamu menggunakan fasilitas pada unit hunian yang mungkin menimbulkan kesesakan, kebisingan, dan gangguan lain, baik bagi atlet yang menerima kunjungan, maupun tidak. Wisma Fajar juga tidak memiliki fasilitas yang dapat membantu mempercepat proses pemulihan kelelahan, misalnya fasilitas spa, massage, dll. Padahal, dibutuhkan beberapa alternatif metode yang mampu memulihkan kelelahan secepat mungkin. Pemaparan diatas menjelaskan pentingnya melakukan redesain Wisma Fajar dengan memperhatikan kebutuhan atlet akan pemulihan kelelahan agar tercipta kondisi yang optimal. Diharapkan dengan dilaksanakannya redesain dapat memberikan hunian yang lebih aman, sehat, dan nyaman, melalui perancangan ruang dan fasilitas-fasilitas sesuai kebutuhan atlet, sehingga dapat membantu proses pemulihan kelelahan atlet secara optimal.
4 2. Permasalahan Untuk menyusun konsep perancangan dalam kasus redesain Wisma Fajar Senayan untuk fungsi wisma atlet yang mendukung pemulihan kelelahan, perlu diketahui permasalahan-permasalahan apa saja yang mungkin akan dihadapi selama proses perancangan. Dalam hal ini perlu memperhatikan beberapa aspek, antara lain : II.1 Aspek Manusia Dengan mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas dan kebutuhan manusia sebagai pelaku kegiatan, antara lain seperti: gaya hidup, kebiasaan, nilai-nilai dan sistem yang dianut, standard-standard kenyamanan (dimensi tempat duduk, dimensi ruang, dimensi furniture). Dalam hal ini permasalahan yang perlu dikaji adalah : Bagaimana program ruang yang dapat menjawab kebutuhan atlet akan pemulihan kelelahan? II.2 Aspek Ruang Dengan mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan ruang dalam suatu bangunan yang dapat berupa ruang privat, maupun ruang publik. Pertimbangan dapat berupa faktor kenyamanan dalam ruang (kenyamanan thermal, akustik, pencahayaan), organisasi ruang, hubungan ruang, penggunaan warna dan material dalam ruang, sirkuasi dalam ruang, penggunaan furniture yang sesuai, dsb. Dalam hal ini permasalahan yang perlu dikaji adalah : Bagaimana merancang ruang yang dapat mendukung proses pemulihan kelelahan atlet?
5 II.3 Aspek Lingkungan Dengan mempertimbangkan hal-hal yang ada pada tapak, yang dapat berupa sirkulasi dari lingkungan menuju bangunan dan sebaliknya, vegetasi pada tapak, faktor ketidaknyamanan yang berasal dari lingkungan (suhu dan kelembaban udara, kebisingan, dan radiasi matahari), dsb. Dalam hal ini permasalahan yang perlu dikaji, antara lain : Bagaimana meminimalisir ketidaknyamanan lingkungan yang dapat mengganggu proses pemulihan kelelahan? Bagaimana memanfaatkan potensi lingkungan sehingga dapat mendukung proses pemulihan kelelahan atlet? II.4 Aspek Bangunan Dengan mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan bangunan, yang dapat berupa sistem utilitas, massa bangunan, struktur bangunan fasad bangunan, material pada bangunan, dsb. Dalam hal ini permasalahan yang perlu dikaji adalah : Bagaimana sistem-sistem dalam bangunan yang dapat mendukung proses pemulihan kelelahan, serta tidak menambah beban lelah bagi atlet?. 3. Metodologi Karya tulis ini menggabungkan 2 jenis metode, yaitu metode penelitian dan juga metode perancangan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Alasan pemilihan metode ini karena metode deskriptif cocok untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan tingkah laku manusia. Proses penelitian deskriptif dilakukan dengan pengumpulan data, penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut.
6 Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode, antara lain : 1. Metode studi literature, dengan mengkaji dari bahan-bahan pustaka dan referensi yang diperoleh melalui buku, majalah, internet, dan sumber lainnya mengenai permukiman atlet, kelelahan, pemulihan lelah, fasilitas pemulihan kelelahan. 2. Metode kuesioner, dengan membagikan kuesioner pada atlet dan pelatih, sehingga diperoleh data yang berguna untuk perancangan. 3. Metode wawancara, dengan mewawancarai narasumber yang dapat memberikan informasi seputar topik dan tema, yaitu atlet, pelatih, pengelola Wisma Fajar. 4. Metode observasi lapangan, dengan mengumpulkan data secara langsung di lapangan dan mendokumentasikannya, serta mengambil beberapa objek sebagai bahan studi banding. Untuk metode perancangan dengan menggunakan pendekatan aspek manusia, ruang, lingkungan, dan bangunan. 4. Hasil Dan Pembahasan Karena perancangan arsitektur ditujukan untuk manusia, maka untuk mendapatkan perancangan yang baik perencanaan dan perancangan harus didasarkan pada manusia dengan segala perilakunya. Berdasarkan pemikiran tersebut, dalam perencanaan dan perancangan ulang Wisma Fajar dilakukan sejumlah riset mengenai perilaku atlet yang berkaitan dengan kelelahan dan pemulihannya, sehingga didapatkan bahan perancangan yang diharapkan dapat menjawab kebutuhan atlet sebagai pengguna wisma atlet. Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh data bahwa mayoritas atlet sering mengalami kelelahan, baik kelelahan fisik, maupun mental. Kelelahan fisik umumnya lebih banyak dirasakan oleh atlet yang mengandalkan kekuatan fisik, sedangkan kelelahan mental
7 lebih banyak dirasakan oleh para atlet yang mengandalkan konsentrasi otak. Baik kelelahan fisik, maupun mental sudah harus dipulihkan dalam waktu 24 jam agar tidak mengganggu performa atlet di hari berikutnya, khususnya performa saat pertandingan. Setiap jenis kelelahan memiliki cara pemulihan yang berbeda. Beberapa kegiatan yang umumnya dilakukan untuk memulihkan kelelahan fisik adalah tidur, massage, spa, mandi air hangat, bersantai, dan olahraga ringan, sedangkan untuk memulihkan kelelahan mental, umumnya kegiatan yang dilakukan para atlet adalah mengobrol, bercanda, menonton televisi, jalanjalan, membaca buku, menikmati pemandangan alam, relaksasi, meditasi, dan yoga. Dengan demikian, juga terdapat perbedaan fasilitas antara kelelahan fisik dan kelelahan mental. Berbagai fasilitas pemulihan ini harus dirancang dengan kapasitas besar, sehingga dapat menampung sejumlah besar atlet dalam waktu bersamaan karena adanya keterbatasan waktu istirahat atlet dalam waktu sehari, sedangkan atlet sudah harus pulih dalam waktu 24 jam. Selain dengan penyediaan fasilitas-fasilitas pemulihan, pemulihan kelelahan dapat diwujudkan dengan rancangan wisma yang dapat menghambat terjadinya kelelahan, salah satunya dengan penerapan ergonomi pada bangunan. Fokus perhatian dari sebuah kajian ergonomis akan mengarah ke upaya pencapaian sebuah perancanganan desain suatu produk yang memenuhi persyaratan fitting the task to the man (Granjean, 1982), sehingga setiap rancangan desain harus selalu memikirkan kepentingan manusia, yakni perihal keselamatan, kesehatan, keamanan maupun kenyamanan. Penerapan ergonomi dalam perencanaan dan perancangan wisma atlet ini meliputi : 1. Perancangan luasan ruang yang mempertimbangkan dimensi tubuh manusia, ruang gerak manusia, dan dimensi furniture yang ideal bagi manusia. 2. Perancangan wisma dengan mempertimbangkan kekurangan dan kelebihan manusia, yang diwujudkan dengan penyediaan fasilitas untuk kemudahan penyandang cacat
8 3. Perancangan ruang dalam dan luar yang mempertimbangkan aspek psikologi manusia, seperti memasukkan suasana yang mendukung pemulihan kelelahan atlet. 4. Perancangan ruang dalam dan luar juga mempertimbangkan pengaruh lingkungan terhadap manusia, antara lain berupa : - Cahaya. Untuk pencahayaan alami digunakan ratio jendela dan lantai 1:5, untuk menghindari silau dapat digunakan sun shading, gorden/ tirai, dan tumbuhan. Untuk pencahayaan buatan digunakan lampu dengan kuat penerangan sesuai standar, misalnya 120 lux untuk pencahayaan ruang tidur, 50 lux untuk lampu tidur, lux untuk lampu baca. - Kebisingan. Kebisingan pada unit hunian dapat diatasi dengan pembatasan jumlah penghuni dalam ruang, penempatan area ruang tidur di zona private, penempatan kamar mandi di bagian depan ruang tidur yang berbatasan dengan koridor, serta menghindari penataan ruang dengan pintu-pintu saling berhadapan. Kebisingan dari luar bangunan dapat diatasi dengan menempatkan barrier vegetasi, serta penempatan bangunan di tengah tapak dengan dikelilingi taman. - Getaran mekanis. Getaran mekanis dapat diatasi dengan menggunakan peredam di sekitar benda yang mengeluarkan getaran mekanis, serta menggunakan material yang dapat mengurangi getaran, seperti beton. - Temperatur dan kelembaban. Karena suhu udara Jakarta cukup bervariasi, yaitu 24,4 C-33,8 C dan adanya perbedaan kebutuhan masing-masing individu akan suhu udara yang nyaman, maka selain digunakan penghawaan alami dengan ventilasi silang, juga menggunakan penghawaan buatan dengan AC. - Warna. Penerapan warna yang tepat diyakini dapat memberikan efek positif bagi pengguna ruang, misalnya untuk ruang makan digunakan warna biru dan biru muda, untuk ruang makan digunakan kuning dan warna oranye, dsb.
9 Di samping penerapan aspek ergonomi, perlu juga dilakukan upaya-upaya lain untuk mengurangi beban lelah tambahan, antara lain dengan menyediakan fasilitas kebutuhan sehar-hari, seperti mini market, fasilitas laundry, dsb, sehingga memungkinkan atlet menggunakan waktu istirahat mereka secara optimal, serta menyediakan fasilitas yang dapat meminimalisir terjadinya gangguan-ganggunan (misalnya kebisingan karena kunjungan tamu, penggemar, ataupun media massa) di area hunian, seperti adanya ruang menerima tamu, konferensi pers, serta sistem kartu akses menuju area khusus atlet. Mempertimbangkan beberapa kriteria di atas, Wisma Fajar dinilai membutuhkan perancangan ulang atau redesain karena kondisinya berbeda jauh dari harapan para atlet akan wisma atlet, khususnya untuk wisma atlet yang mendukung pemulihan kelelahan. Redesain Wisma Fajar ini meliputi : 1. Pembongkaran Tower B yang awalnya terdiri dari 12 lapis dan terpisah dengan tower lain menjadi tower baru dengan ketinggian 16 lapis yang terhubung dengan 2 tower lainnya, yaitu tower A dan C. Pembongkaran ini dilakukan karena adanya kebutuhan penambahan luasan ruang, baik untuk fasilitas, maupun hunian. Pembongkaran pada tower B agar fasilitas pemulihan mudah diakses dari tower manapun. 4.1 Ilustrasi Perubahan pada Wisma Fajar Sumber : Dokumentasi pribadi
10 Tower baru dirancang lebih menjorok karena adanya koridor terbuka pada lantai dasar yang difungsikan sebagai tempat bersantai, serta adanya area-area terbuka pada lantai 3 dan 4 yang difungsikan untuk ruang makan terbuka, serta area spa dan massage terbuka, agar area-area tersebut terhalang dari cahaya matahari langsung dengan letak yang diapit 2 tower lainnya. Bentuk massa bangunan menyesuaikan dengan bangunan yang telah ada, khususnya pada area hunian agar tercipta kesan adil, tidak ada perbedaan antara hunian pada tower lama dan baru. Namun, terdapat modifikasi bentuk pada bagianbagian tertentu yang memungkinkan, misalnya pada bagian balkon podium menggunakan bentuk lengkung, agar bangunan tidak terkesan kaku. 4.2 Bentuk Massa Bangunan Sumber : Dokumentasi pribadi 2. Adanya perubahan layout pada Tower A dan Tower C, Dengan layout lama yang seperti apartemen potensi terjadinya kebisingan dan interaksi yang tidak diinginkan sangat besar. 4.3 Perubahan layout pada area hunian Sumber : Dokumentasi pribadi
11 3. Adanya perubahan fasade karena adanya penyesuaian dengan rancangan bukaan dan balkon. Fasade baru banyak menggunakan material alami seperti batu alam, warna netral, serta banyak memasukkan vegetasi pada bangunan. Balkon memasukkan unsur alam dengan menggunakan tanaman pada dinding pembatas. 4.4 Perubahan Fasade Sumber : Dokumentasi pribadi 4. Adanya penambahan lift pada Tower A dan C karena waktu tunggu lift yang tidak ideal, sehingga memungkinkan terjadi kepadatan saat menunggu lift dan penggunaan tangga untuk mencapai unit hunian. Penambahan lift ini mencakup 1 lift penumpang dan 1 lift barang. Sedangkan pada Tower B disediakan 3 lift penumpang dan1 buah lift barang karena jumlah pengguna Tower B yang lebih banyak. 5. Adanya penambahan tangga darurat karena Wisma fajar tidak memiliki tangga darurat yang terpisah dengan tangga sirkulasi. Setiap tower memiliki 2 unit tangga darurat.
12 6. Adanya penggunaan sprinkler, smoke detector dan hydrant untuk pencegahan bahaya kebakaran. 7. Menggunakan sistem daur ulang air 8. Adanya penggunaan ramp untuk transportasi vertical pada bagian podium, ramp ini selain sebagai penghubung antara tower A dan C dengan Tower B pada bagian podium, juga dimaksudkan untuk memfasilitasi kegiatan olahraga ringan. 9. Adanya penambahan entrance bagi pejalan kaki untuk memudahkan akses dari luar tapak ke masing-masing tower. 10. Taman dirancang dengan bentuk lengkung yang dinamis dengan unsur air pada taman, seperti kolam, air mancur, dsb agar tidak memberikan kesan monoton. 11. Ruang terbuka tidak hanya dijadikan lahan parkir, tetapi juga sebagai tempat bersantai, relaksasi, dan olahraga ringan. 5. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Wisma Fajar Senayan kurang cocok untuk fungsi wisma atlet, khususnya untuk wisma atlet yang mendukung pemulihan kelelahan, sehingga perlu adanya redesain yang disesuaikan dengan perilaku para atlet sebagai pengguna bangunan. Dalam merancang wisma atlet yang mendukung pemulihan kelelahan hal-hal yang perlu diperhatikan dan pertimbangkan antara lain : 1. Pentingnya prinsip ergonomic dalam perancangan wisma atlet yang mendukung pemulihan kelelahan. 2. Perlunya penyediaan fasilitas-fasilitas pemulihan kelelahan, seperti fasilitas spa dan massage, fasilitas menonton, fasilitas meditasi, jogging track, dsb. 3. Perlunya fasilitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari agar para atlet dapat menggunakan waktu istirahat secara efektif.
13 4. Perlunya penyediaan fasilitas untuk menerima tamu, serta sistem akses kartu untuk menuju area khusus atlet agar atlet terbebas dari kunjungan yang tidak diinginkan, sehingga waktu istirahat dapat digunakan secara efektif. 5. Pentingnya keadilan dalam rancangan wisma atlet, baik dalam hal kemudahan pencapaian, fasilitas yang diberikan 6. Kemudahan akses, baik dari tapak ke dalam bangunan, lobby ke unit hunian, maupun hunian ke fasilitas. 7. Menghindari terjadinya kesesakan pada ruang, baik dengan perancangan luasan ruang yag memadai, maupun dengan perancangan ruang terbuka. 8. Menghindari terjadinya waktu tunggu lift yang lama. 9. Menerapkan bentuk-bentuk yang dinamis. 10. Suasana alami yang dapat mendukung pemulihan.
14 DAFTAR PUSTAKA Almuktabar, N. T. K. (2009). Perspektif Fisiologi Suatu Analisis Kelelahan Saat Dehidrasi. Jurnal IPTEK Olahraga, 11(2), American College of Sport Medicine. (2009). Nutrisi dan Performance Athletic. Official Journal of the American College of Sport Medicine, Andiningsari, P. (2009). Hubungan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kelelahan (Fatigue) pada Pengemudi Travel X-Trans Jakarta Trayek Jakarta-Bandung Tahun Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Darmasetiawan, C, Puspakesuma, L. (1991). Teknik Pencahayaan dan Tata Letak Lampu. Jakarta: Grasindo. Dinangsit, D. (2009). Perbedaan Pengaruh Metode Massage Air (Hydromassage) dan Metode Massage Manual terhadap Performa setelah Kelelahan. Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Frick, H, Suskiyanto, B. (2007). Dasar-dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius. Giriwijoyo, H. Y. S, Komaryah, L. Kartinah, N. T. (2007). Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: UPI. Juwana, J. S. (2005). Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta: Erlangga. Manuaba, I. B. A. (1983). Aspek Ergonomi dalam Perencanaan Kompleks Olahraga dan Rekreasi. Diskusi Rencana Induk Gelora Senayan. Marcella, J. (2004). Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: Grasindo. Marlina, E. (2008). Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Yogyakarta: ANDI. Med Express. (2009). Bebas Kelelahan. Yogyakarta: Kanisius Muhaimin, M. T. (2001). Teknologi Pencahayaan. Bandung: Refika. Nuzuli (2005). Perbandingan Pengaruh Efektivitas Kebugaran Fisisk Daerah Pegunungan dengan Daerah Dataran Rendah terhadap Cardiovascular. Jurnal Ilmu Keolahragaan Sport Sains, 1(1), 1-9. Rini, D. S. (2011). Dampak Penerapan Pelatihan Harness terhadap Peningkatan Kemampuan Dinamis Anaerobik. Program Sarjana Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Panero, J. Zelnik, M. (2003). Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta: Erlangga. Sitepu, I. D. (2007). Efektifitas Massage terhadap Penurunan Kelelahan Otot Tangan Operator Komputer PUSKOM UNIMED Tahun Program Magister Ilmu Kesehatan
15 Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja. Universitas Sumatera Utara. Medan. Silvanne, C. O. (2010). Desain Interior Asian Spa di Kawasan Wisata Tawangmangu. Program Sarjana Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Sudana. (2009). Perbedaan Kelelahan Kerja pada Operator SPBU antara Shift Pagi dan Shift Pagi dan Shift Malam di SPBU Tanjung Morawa Tahun Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan. Suptandar, J.P. (2004). Faktor Akustik dalam Perancangan Disain Interior. Jakarta: Djambatan. Suptandar, J.P. (2004). Pengantar Mata Kuliah Desain Interior untuk Arsitek dan Desainer. Jakarta: Universitas Trisakti. Sari, S. M. (2003). Peran Warna pada Interior Rumah Sakit Berwawasan Healing Environment terhadap Proses Penyembuhan Pasien. Dimensi Interior, 1(2), Sofia, Y. (2010). Hal-Hal Sepele yang Biasa Anda Remehkan tapi Sangat Bermanfaat bagi Kesehatan. Yogyakarta: Madhara Pustaka. Wardani, L.K. (2003). Evaluasi Ergonomi dalam Perancangan Desain. Dimensi Interior, 1(1), Zuhriyah, F. (2007). Hubungan antara Kesesakan dengan Kelelahan akibat Kerja pada Karyawan Bagian Penjahitan Perusahaan Konveksi PT Mondrian Klaten Jawa Tengah. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Atlet dituntut untuk selalu memiliki kondisi tubuh yang prima, terutama pada musim pertandingan untuk mencapai hasil yang optimal. Seperti yang dikemukakan oleh Sajoto
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY
81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.
BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. TUJUAN PERANCANGAN Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan sebuah fasilitas kesehatan berupa hunian bagi kaum lansia agar dapat terlihat lebih nyaman
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Green design merupakan sebuah terapan konsep bangunan yang dapat menyelesaikan atau memahami permasalahan sebuah bangunan.
Lebih terperinciBAB III : DATA DAN ANALISA
BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Wisma atlet merupakan salah satu tempat hunian bagi atlet yang berfungsi untuk tempat tinggal sementara. Selain itu keberadaan wisma atlet sangat diperlukan untuk
Lebih terperinciBAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk
BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan
Lebih terperinciHOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012 Disusun Oleh : Nama : Vindri Anggraini
Lebih terperinciBab IV. Konsep Perancangan
Bab IV Konsep Perancangan 4.1 Konsep Perancangan Konsep perancangan pada proyek ini didasari oleh tinjauan data mengenai sifat dan karakteristik pasien, dimana beberapa dari pasien dewasa maupun anak-anak
Lebih terperinci5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental friendly development.
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN
BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisa yang dilakukan, terdapat beberapa variabel aksesibilitas dan penataan ruang berdasarkan sistem terapi yang perlu diperhatikan
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pusat es krim merupakan fasilitas yang dirancang untuk penikmat es krim. Pusat es krim menyediakan berbagai jenis es krim dan kebutuhan mengenai es krim bagi masyarakat terutama
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Dasar dari perancangan Rumah Susun dan Pasar di Jakarta Barat ini disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2
Lebih terperinciBAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N
BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N V.1 Perancangan Siteplan Siteplan massa bangunan berorientasi kepada pantai Selat Sunda dan Gunung Krakatau. Pada siteplan ini jalan utama untuk memasuki kawasan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia 5.1.1. Gaya Perancangan Gaya arsitektur yang dipakai pada bangunan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia ini direncanakan
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN
PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN Stefani Gillian Tania A. Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia Abstrak Wisma atlet sekarang ini sudah tidak digunakan lagi karena kondisi
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building
BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka
Lebih terperinciBAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di
BAB V KONSEP V. 1. KONSEP PENGGUNA Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di Kemanggisan Jakarta Barat adalah sebagai berikut : 1. Target pasar utama adalah mahasiswa yang
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet
Lebih terperinciPERANCANGAN BANGUNAN HEMAT ENERGI DENGAN PENDEKATAN PERANCANGAN PASIF PADA ASRAMA ATLET DI SENAYAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN
PERANCANGAN BANGUNAN HEMAT ENERGI DENGAN PENDEKATAN PERANCANGAN PASIF PADA ASRAMA ATLET DI SENAYAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011 Disusun Oleh: Nama: Jessica Novita
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya
165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang
Lebih terperinciBAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik
BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat pendidikan di negara kita, memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang kehidupan yang sangat
Lebih terperinciBAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin
BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.
Lebih terperinciBAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki
BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Indonesia memiliki beragam cabang olahraga, ada olahraga yang membutuhkan kerjasama tim dan ada pula yang hanya mengandalkan kekuatan individu.
Lebih terperinciL2
L1 L2 L3 L4 L5 DRAFT PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA ATLET Nama / No. Responden : Usia : Cabang Olahraga : Asal : 1. Kegiatan apa saja yang Anda lakukan sehari hari? Bagaimana jadwalnya (waktu berlangsung)?
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu
153 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Di dalam perancangan Sekolah Seni Pertunjukan Tradisi Bugis terdapat beberapa input yang dijadikan dalam acuan perancangan. Aplikasi yang diterapkan dalam
Lebih terperinciBAB V HASIL RANCANGAN
BB V HSL CG 5.1 KOSEP PK 5.1.1 Pengelompokan Fungsi Penerapan konsep tapak dalam rancangan yaitu terlihat jelas dari pemisahan tiap blok massa bangunan maupun ruang luar berdasarkan hirarki fungsi ruang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang
PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan untuk tempat tinggal yaitu seluas 45964,88 Ha, dengan keterbatasan lahan
Lebih terperinciBAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA
BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL.
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAK i ii iii iv v ix xiii xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Lebih terperinciWawancara pengurus wisma ragunan
Wawancara pengurus wisma ragunan 1. Berapa jumlah atlet di masing2 cabang olahraga? 2. Bagaimana cara pembagian kamar yg ada di wisma? Pengelompokan kamar2 berdasarkan apa? 3. Dari fasilitas/ruangan yg
Lebih terperinciBAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan
BAB V KONSEP V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan Gambar 34. Zoning dan Pola Sirkulasi Main entrance berada pada bagian selatan bangunan. Warna biru menunjukan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang
Lebih terperinciGambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam
Gambar 4. Blok Plan Asrama UI Sumber : Survei Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam perawatan atau maintenance AC tersebut. Kamar untuk yang memakai AC merupakan kamar yang paling besar
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 LATAR BELAKANG... 1 1.2 TUJUAN DAN SASARAN...
Lebih terperinci[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]
5.1. Konsep Dasar BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep Dasar yang akan di terapkan pada bangunan Stasiun Televisi Swasta ini berkaitan dengan topik Ekspresi Bentuk, dan tema Pendekatan ekspresi bentuk pada
Lebih terperinciKegiatan ini dilakukan penghuni apartemen
BAB 4 ANALISIS DATA 4.1 Analisis Aspek Manusia Analisa yang dilakukan pada aspek ini membahas kegiatan penghuni apartemen, staf pengelola dan karyawan apartemen, serta tamu yang datang di apartemen. Analisa
Lebih terperinciBAB V. KONSEP PERANCANGAN
BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada
190 BAB VI HASIL PERANCANGAN Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada bangunan, terbagi menjadi tiga wujud nilai yaitu Hablumminal alam, Hablumminannas, dan Hablumminallah,
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,
BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai
Lebih terperinciREDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA
REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya
Lebih terperinciAsrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta
BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep perencanaan 6.1.1. Pelaku dan kategori kebutuhan ruang, dan Besaran Ruang. 6.1.1.1. Pelaku Dan Kategori Kebutuhan Ruang Dari analisis yang telah dilakukan
Lebih terperinciBAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic,
BAB.IV. KONSEP DESAIN IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic, Refreshing, berarti tidak kaku, mampu memotivasi pengguna Relaxing, mampu
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai
BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis di dapat berdasarkan pendekatan
Lebih terperinci46 Andhy Setiawan
BAB V KONSEP DAN DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Konsep dasar perencanaan Condotel dan Town House ini adalah untuk memberikan hunian baru dengan system
Lebih terperinciBAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan
BAB V KONSEP V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 1. Topik dan Tema Hotel kapsul ini menggunakan pendekatan teknologi, yakni dengan menggunakan sistem struktur modular pada perencanaan dan perancangan
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini
BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN
BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan merupakan aplikasi dari konsep ekowisata pada pengembangan kawasan agrowisata sondokoro yang meliputi bebera aspek, diantaranya: 6.1. Dasar Pengembangan Dasar
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Perancangan yang mengangkat konsep hemat energi listrik merupakan salah satu upaya dalam penerapan arsitektur berkelanjutan.
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR
LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Program Ruang Tabel 6.1. Program ruang SMA Boarding Al-Adzkar kota Tangerang Selatan Ruang Jumlah (unit) Total (m 2 ) R.
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro
Lebih terperinciKONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
AKADEMI SEPAK BOLA BARCELONA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI DI ALAM SUTERA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012 Disusun Oleh : Nama : Adri Hermawan NIM : 1200973905
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi
DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi i ii iii iv v x xiii xiv xv BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) salah satunya disebabkan oleh pelayanan sarana kesehatan yang belum memadai. Dengan memperbaiki pelayanan
Lebih terperinciBAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR
BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR VI.I Konsep Dasar Permasalahan dalam dari perencanaan dan perancangan bangunana Taman Pintar ini adalah, bagaimana
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Olahraga dapat menjadi batu loncatan sebagai pemersatu bangsa, daerah dan negara lainnya, baik di dalam skala nasional maupun internasional. Dalam setiap skala, negara-negara
Lebih terperinci2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan rumah sakit sebagai suatu lembaga yang menyediakan pelayanan jasa kesehatan sering kali menimbulkan tekanan psikologis dan ekonomi bagi konsumennya. Selama
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis
185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PROYEK
31 BAB III DESKRIPSI PROYEK A. Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut yang akan direncanakan dan dirancang adalah Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A yang akan menampung pasien rujukan dari
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEMA
BAB III TINJAUAN 3.1. Interpretasi Tema Rehabilitasi berasal dari dua kata, yaitu re yang berarti kembali dan habilitasi yang berarti kemampuan. Menurut arti katanya, rehabilitasi berarti mengembalikan
Lebih terperinciBAB V KONSEP. Tabel Pemintakatan Tapak No Zona Nama Bangunan Besaran (%) 1 Publik Bangunan Utama Pedodonti Area parkir
80 BAB V KONSEP A. Konsep Dasar Konsep terfokus pada upaya pembentukkan kesan serta perilaku khususnya pasien demi tercapainya kepuasan pasien serta kesembuhan yang menyeluruh, tidak hanya dari segi fisik
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Letak Geografis Site Site yang akan dibangun berlokasi di sebelah timur Jalan Taman Siswa dengan koordinat 07 o 48 41.8 LS 110 o 22 36.8 LB. Bentuk site adalah persegi panjang
Lebih terperinciHotel Resort Di Gunungkidul
BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Tapak Privat Semi Privat Publik Semi Publik Privat Semi Privat Privat Gambar 6.1. Konsep Tapak Pembagian tapak terbagi atas kebutuhan privasi tiap ruang berdasar kebutuhan
Lebih terperinciBAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan
BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT 6.1. Fungsi Bangunan Fungsi dari bangunan Student Apartment ini sendiri direncanakan sebagai tempat untuk mewadahi suatu hunian yang dikhususkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...
DAFTAR ISI PROYEK AKHIR SARJANA... i KATA PENGANTAR... ii LEMBAR PENGESAHAN....iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...
Lebih terperincib e r n u a n s a h i jau
01 TOW N H O U S E b e r n u a n s a h i jau Penulis Imelda Anwar Fotografer M. Ifran Nurdin Kawasan Kebagusan di Jakarta Selatan terkenal sebagai daerah resapan air bagi kawasan ibukota sekaligus permukiman
Lebih terperinciPENGAPLIKASIAN KONSEP HEMAT ENERGI DI WISMA ATLET SENAYAN. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011
PENGAPLIKASIAN KONSEP HEMAT ENERGI DI WISMA ATLET SENAYAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011 Disusun Oleh : Nama : Rendy Hasan Sazali NIM : 1100051463 JURUSAN
Lebih terperinciBAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Perencanaan dan perancangan Wisma Atlet Jatidiri Semarang bertujuan untuk mendapatkan suatu rancangan sarana beristirahat atlet yang mewadahi
Lebih terperinciBAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan
Lebih terperinciBAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan
BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Utama Perencanaan Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta ini bertujuan merancang sebuah fasilitas pembinaan remaja dengan menghasilkan konsep tata ruang yang mendukung
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP PERANCANGAN
BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Perancangan 4.1.1. Konsep Desain Hotel Convention ini memiliki konsep yang berintegritas dengan candi prambanan yang iconik, serta dapat mengedukasikan bagi
Lebih terperinciPENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat
PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat Ashadi 1, Nelfiyanthi 2, Anisa 3 1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini memiliki pendekatan Sustainable Design yang secara lebih fokus menitik beratkan kepada
Lebih terperinciJenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Griya seni dan Budaya Terakota ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Re-Inventing Tradition
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Perancangan fasilitas fisik Perancangan fasilitas fisik yang baik bagi gerbong kereta api Argo Wilis penumpang kelas eksekutif dilihat dari sudut pandang
Lebih terperinciberfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Solusi-solusi desain yang diterapkan oleh biro Kas+Architecture dalam perancangan rumah tinggal Bukit Gading Mediterania dan rumah tinggal Langsat, sejalan dengan kajian teori
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Analisa Lahan Perencanaan Dalam Konteks Perkotaan 4.1.1 Urban Texture Untuk Urban Texture, akan dianalisa fungsi bangunan yang ada di sekitar tapak yang terkait dengan tata
Lebih terperinci