BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi 1. Gambaran Umum Kota Surakarta Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan nama kota SALA atau SOLO berada pada dataran rendah. Popularitasnya semakin menanjak dengan banyaknya nama, disebut dalam perjalanan sejarah Indonesia sebagai pusat kebudayaan Jawa maupun kesenian. Berada didataran rendah dengan ketinggian ± 92 meter diatas permukaan air laut, yang berarti lebih rendah atau sama tingginya dengan permukaan Bengawan Solo, dan dilalui beberapa sungai yaitu Kali Pepe, Kali Anyar dan Kali Jenes yang semuanya bermuara di Bengawan Solo. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali, sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo. Wilayah administrasi Kota Surakarta adalah sebagai berikut: a. Luas wilayah : ± M 2 (+ 44,040 km 2 ). b. Panjang maksimal : l 0,30 km (Utara - Selatan). c. Lebar maksimal : 7,50 km (Barat - Timur). d. Terbagi dalam 5 (lima) Kecamatan yang terdiri dari 51 Kelurahan, dengan 589 RW, RT. 2. Gambaran Keraton Surakarta Keraton Surakarta terletak di pusat Kota Solo, yaitu di Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Pembangunan Keraton dilakukan oleh Susuhunan Pakubuwono II dari tahun 1743 hingga Konstruksi bangunan keraton menggunakan bahan kayu jati yang diperoleh dari Alas Kethu di dekat kota Wonogiri. Arsitek keraton ini adalah Pangeran Mangkubumi (kerabat raja Solo yang memberontak dan mendirikan kesultanan Yogyakarta dengan gelar Sultan 41

2 Hamengku Buwana). Sehingga tidak mengherankan jika bangunan kedua keraton memiliki kesamaan. Keraton ini didirikan sebagai pengganti istana atau Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger Pecinan Istana terakhir Kerajaan Mataram didirikan di desa Sala (Solo) dan setelah resmi istana Kerajaan Mataram selesai dibangun, nama desa itu diubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Jaman keemasan Keraton Surakarta dialami pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwono X di tahun Keraton Surakarta melakukan restorasi besar-besaran, dengan percampuran gaya arsitektur antara Jawa dan Eropa dalam nuansa putih dan biru. Beberapa pengertiaan Keraton menurut KRMH Suryo Adi Wijoyo, ada tujuh pengertian (saptawedha) yang tercakup dalam istilah Keraton. Pertama, Keraton berarti kerajaan. Kedua, Keraton berarti kekuasaan raja yang mengandung dua aspek: kenegaraan (staatsrechtelijk) dan kereligiusan (magischreligieus). Ketiga, Keraton berarti penjelmaan wahyu nurbuwat dan oleh karena itu menjadi pepunden dalam Kajawen. Keempat, Keraton berarti istana, kedaton Dhatulaya (rumah). Kelima, bentuk bangunan Keraton yang unik dan khas mengandung makna simbolik yang tinggi, yang menggambarkan perjalanan jiwa ke arah kesempurnaan. Keenam, Keraton sebagai Cultuur historische instelling (lembaga sejarah kebudayaan) menjadi sumber dan pemancar kebudayaan. Ketujuh, Keraton sebagai Badan (juridische instellingen), artinya Keraton mempunyai barang-barang hak milik atau wilayah kekuasaan (bezittingen) sebagai sebuah dinasti. 3. Kondisi Kepariwisataan Kota Surakarta Salah satu tolok ukur keberhasilan pariwisata adalah dilihat dari kunjungan wisata serta kontribusi aktifitas pariwisata dalam perekonomian di kawasan tersebut. Perkembangan pariwisata di Surakarta mengalami ketidakstabilan pada periode tahun

3 Tabel IV.1 Jumlah Wisatawan Obyek Daya Tarik Wisata Di Kota Surakarta No. Tahun Wisatawan Mancanegara Wisatawan Domestik Jumlah Ket: Keraton Surakarta, Puro Mangkunegaran, Museum Radya Pustaka, Museum Batik Wuryongratan, Taman Balekambang, THR Sriwedari, Wayang Orang Sriwedari, Taman Satwa Jurug Sumber Data: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta, 2015 Wisatawan yang berkunjung ke Surakarta yaitu wisatawan mancanegara lebih banyak mengunjungi Puro Mangkunegaran dikarenakan terdapat berbagai peninggalan Jawa yang tidak banyak dipublikasikan oleh media yaitu gamelan, topeng-topeng tradisional, kitab-kitab kuno dari jaman Mataram, perhiasan emas kuno, kereta untuk upacara tradisional, pementasan wayang kulit, dan lukisan-lukisan kuno. Sedangkan wisatawan domestik banyak yang mengunjungi Taman Balekambang dikarenakan kondisi taman kota yang rindang dan alami serta banyaknya event yang diselenggarakan di Taman Balekambang seperti Sendratari Ramayana, Festival Payung dan Solo Java Jazz. Tabel IV.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Keraton Surakarta Tahun Jumlah Wisatawan Mancanegara Domestik Sumber Data: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta,

4 Wisatawan mancanegara paling banyak mengunjungi Keraton Surakarta tahun 2014 dan wisatawan domestik paling banyak mengunjungi Keraton Surakarta pada tahun Wisatawan mancanegara paling banyak berkunjung ke Keraton Surakarta yaitu bulan Juni, Juli dan Agustus. Wisatawan mancanegara sebagian besar tertarik dengan sejarah keraton dan bangunan keraton yang unik. Sedangkan wisatawan domestik kunjungan paling banyak yaitu pada saat libur sekolah bulan Desember dan Juli, libur lebaran serta libur Natal dan Tahun Baru yaitu bulan Desember dan Januari. 4. Struktur Lembaga Pengelola Keraton Surakarta Lembaga pengelola Keraton Surakarta dibentuk berdasarkan Kepmen. Pariwisata dan Budaya No. 10a/U/VII/1989 tanggal 15 Agustus 1989, namun sudah tidak lama aktif dan tidak efisien. Saat ini pengelolaan keraton dipegang oleh lembaga/organisasi yang dibentuk oleh pihak keraton dengan susunan sebagai berikut: Gambar IV.1 Struktur Lembaga Pengelola Keraton Surakarta Sumber: Data sekunder, diolah Februari

5 Struktur dari organisasi internal ini pada prinsipnya membagi habis fungsi serta kegiatan keraton menjadi 4 bidang pokok. Kedudukan setiap bidang masing-masing dibawah koordinasi seorang pengageng dan langsung dibawah pengawasan Sinuhun Paku Buwono XIII. Bidang-bidang utama kegiatan tersebut sebagai berikut: a. Parentah Keraton Dipimpin seorang pengageng dan lembaga ini membawahi 3 sub bidang yaitu: Sitoradyo (Sekretariat), Marduyagnyo (Pemerintahan) dan Pantiwardoyo (Perbendaharaan) dengan tugas: 1) Sitaradyo, mempunyai tugas-tugas utama meliputi personalia dan ganjaran; pertanahan, pesanggrahan dan rumah-rumah milik raja; kesehatan; dan ekspedisi (pengiriman surat-surat) umum. 2) Marduyagnyo, bertanggung jawab atas urusan umum; pranatan (peraturan-peraturan keraton); pengawasan (wismayana); keamanan keraton; kebersihan lingkungan keraton; listrik, air minum dan telepon. 3) Pantiwardoyo, mempunyai fungsi dan tugas untuk mengelola anggaran keuangan, potongan gaji, pensiunan abdi dalem dan janda abdi dalem, kas keraton (reksahardana). b. Parentah Keputren, bertanggung jawab atas kegiatan sesaji dan dapur keraton, bedaya (wanita penari), pesinden atau waranggana, reksawanita (semacam polisi wanita keraton), kesehatan (juru rawat). c. Sasana Wilapa, mempunyai tugas membuat surat-surat resmi dan meneruskan perintah raja. d. Kasentanan, urusan pekerjannya meliputi segala urusan yang menyangkut keperluan putra-putra raja serta membuat surat-surat keputusan yang berkaitan dengan kepentingan putra-putra raja. Dilihat dari struktur dan pembagian atau beban tanggung jawab, kedudukan Parentah Keraton dapat dikatakan paling pokok dan terkait erat dengan pengelolaan pariwisata, karena lingkup kerjanya meliputi pengembangan kesenian dan budaya, kehumasan, museum dan perpustakaan, pemeliharaan 45

6 gedung-gedung, kebersihan dan juga pengelolaan kas keraton yang didapat dari tiket masuk dan iuran para kerabat keraton. Didalam menjalankan pengelolaan museum dan pariwisata Keraton Surakarta, pengageng atau ketua dan wakil pengageng atau wakil ketua yang mengambil seluruh kebijakan pengelolaan pariwisata Keraton Surakarta. Kemudian pengelola museum dan pariwisata Keraton Surakarta mengalami metamorfosa dan mengadopsi perkembangan struktur organisasi modern karena pariwisata keraton tidak bisa dikelola sendiri oleh ketua dan wakil ketua, yaitu ditambah dengan pamitran atau sekretaris, bendahara, manajer baik itu manajer di kantor dan manajer lapangan yang bertugas mengawasi pegawa-pegawai seperti pemandu wisata, petugas tiket, pedagang, petugas parkir, dan petugas kebersihan. B. Hasil Penelitian 1. Keunggulan Wisata Budaya Keraton Surakarta Keraton Surakarta yang dibuka untuk obyek wisata budaya pada tahun 1963 adalah gambaran wisata budaya dengan berbagai keunggulan seperti masih adanya Raja yang memimpin, masih menjalankan berbagai upacara adat serta kegiatan budaya secara turun temurun, masih terdapat bangunan kokoh dengan unsur benda-benda peninggalan sejarahnya. a. Keunggulan Wisata Budaya Keraton Surakarta Menurut Pemaknaan Wisatawan Keraton Surakarta menjadi simbol yang identik dengan wisata budaya dan sejarah di tanah Jawa. Keraton Surakarta dalam pandangan wisatawan memiliki simbol-simbol yang dapat menjadi keunggulan dari obyek wisata budaya. 1) Daya Tarik di Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta Menurut wisatawan domestik dengan golongan usia muda dan dewasa, daya tarik obyek wisata Keraton Surakarta adalah arsitektur bangunan kuno perpaduan konsep Jawa dan Eropa di Keraton Surakarta yang terkesan megah dan dulunya menjadi pusat pemerintahan Jawa 46

7 namun sekarang sudah jarang ditemui bangunan dengan arsitektur seperti itu. Hal ini terungkap dalam beberapa pernyataan berikut: Ibu Endang Peninggalan sejarah dari jaman aku belum lahir, seneng aja lihat bangunan keratonnya yang masih klasik banget. (Wawancara 11 Desember 2015) Ajeng Bangunannya arsitekturnya klasik Jawa kuno banget. Cuma kalau museum nggak begitu tertarik. (Wawancara 12 Desember 2015) Bapak Anwar Ngelihat bangunannya arsitekturnya yang kuno dan jarang ada bangunan sekarang yang kayak gini. Tahu keraton kayak gini isinya apa aja silsilahnya bagaimana. (Wawancara 12 Desember 2015) David Kalau menurut saya karena kesan keraton sama bentuk bangunan jadul yang memang enak buat dilihat aja sih. (Wawancara 10 Desember 2015) Pernyataan wisatawan domestik yang lebih menyukai bangunan dan arsitektur klasik dengan perpaduan Eropa dan Jawa di Keraton Surakarta ditambah dengan benda peninggalan sejarah sama halnya dengan pernyataan wisatawan mancanegara sebagai berikut: Leon I googled Solo, and what come up first is Keraton, so I thought it s must be good. And personally I m into old building and stuff historical. (Saya mencari di Google tentang Solo dan yang pertama muncul adalah keraton, jadi saya pikir itu bagus. Dan secara pribadi tertarik dengan bangunan tua dan benda sejarah, Wawancara 13 Januari 2016) Mr. Akio I think it s architecture and the relic in the museum. (Saya pikir arsitekturnya dan barang peninggalan di museum, Wawancara 6 Desember 2015) 47

8 Sehingga beberapa wisatawan baik itu wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara tertarik untuk melihat obyek wisata budaya karena keunikan dari arsitektur bangunan Keraton Surakarta serta benda-benda peninggalan sejarah yang tersimpan di Museum Keraton Surakarta. Berwisata ke Keraton Surakarta tidak sebatas memandang bangunan dengan arsitektur kuno dan megah, tetapi wisatawan tertarik karena masih ada kekuasaan Raja Paku Buwono XIII dan dapat mempelajari budaya, sejarah, adat istiadat sebagai simbol non fisik. Hal ini terungkap pada pernyataan wisatawan domestik sebagai berikut: Ibu Endang Ada keraton yang masih ditinggalin raja sampai sekarang. Tahu kalau di Solo ada suatu peninggalan yang bisa dibanggakan. Dan kalau sama anakku aku selalu ngajak ke dalem keraton dulu, tempat tinggalnya, ada yang menikah, upacara, ada tamu yang dateng nanti acaranya di sini. (Wawancara 11 Desember 2015) Simbol non fisik seperti budaya dan sejarah Jawa juga menjadi daya tarik wisatawan mancanegara, seperti terungkap dalam pernyataan para informan berikut: Vanny I think this nice, but there is no much place to go, I don t know why i can t go there. But it s nice because I like the culture and the architecture (Saya pikir ini bagus, tapi tidak banyak tempat untuk pergi, saya tidak tahu kenapa saya tidak dapat pergi ke sana. Tapi ini bagus karena saya suka dengan budaya dan arsitekturnya, Wawancara 12 Desember 2015) Anna Because I like history so I like this place, and the building of course. (Karena saya suka sejarah jadi saya suka tempat ini juga dan tentu saja bangunannya, Wawancara 12 Desember 2015) 48

9 Dari beberapa ulasan diatas wisatawan domestik tertarik pada arsitektur bangunan Keraton Surakarta, benda-benda peninggalan sejarah yang ada di Museum Keraton Surakarta, untuk mengetahui fungsi dari bangunan serta tertarik karena masih ada kekuasaan raja. Sedangkan wisatawan mancanegara lebih tertarik pada arsitektur bangunan Keraton Surakarta, benda-benda peninggalan sejarah, dan cerita sejarah serta budaya di Keraton Surakarta. Matrik IV.1 Daya Tarik di Obyek Wisata Keraton Surakarta No. Wisatawan Domestik Wisatawan Mancanegara 1. Arsitektur bangunan Keraton Surakarta. Arsitektur bangunan Keraton Surakarta yang terkesan kuno dan klasik. 2. Benda-benda koleksi Benda-benda sejarah di peninggalan sejarah di Museum Keraton Surakarta. Museum Keraton Surakarta. 3. Pengetahuan tentang fungsi Sejarah dan budaya di dari bangunan di Keraton dan Keraton Surakarta. masih ada raja yang berkuasa. Sumber: Data primer, diolah Februari ) Motivasi Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta Wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara yang berwisata ke keraton memiliki ketertarikan berbeda terhadap wisata keraton. Pengetahuan yang dimiliki wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara tentang keraton sebagai obyek wisata dan sebagai pusat dari kebudayaan Jawa menimbulkan motivasi berwisata ke Keraton Surakarta. Menurut penuturan dari wisatawan domestik ketertarikan ini didasari oleh keingintahuan terhadap budaya Jawa dan keseluruhan isi 49

10 dari keraton serta mengenalkan Keraton Surakarta dan budaya Jawa kepada anak dan saudara atau disebut juga motivasi budaya. Motivasi budaya ini terungkap pada pernyataan berikut: Ibu Endang Aku itu orang Jawa tapi nggak tahu kebudayaan sendiri, orang Solo kok belum pernah ke keraton. Kadangkadang aku pengen ngenalin ke anakku ke saudara. Kalau ada saudara sih ngajakin ke keraton soalnya kebanyakan belum pernah ke sini. Kalau anakku aku ajakin berkali-kali mereka seneng-seneng aja. (Wawancara 10 Desember 2015) David Karena mau tahu aja keraton gimana. Katanya keraton itu bagus, berhubung gue bukan orang Jawa jadi mau tahu, isi keraton apaan aja. (Wawancara 13 Desember 2015) Sedangkan dari penuturan informan lainnya motivasi berwisata ke Keraton Surakarta adalah motivasi fisiologis yaitu mengisi waktu libur sekolah dan mengisi waktu libur di Solo. Hal ini terungkap dalam pernyataan beberapa informan berikut: Ajeng Soalnya kan lagi liburan terus pengen tahu aja beda keraton di sini sama keraton di Jogja, ya ternyata gedhean yang Jogja, bagusan yang Jogja hahaha. (Wawancara 10 Desember 2015) Bapak Anwar Pengen lihat cagar budaya yang ada di Solo sama ngisi waktu luang selama di sini. (Wawancara 12 Desember 2015) Perbedaan budaya dengan negara asal membuat wisatawan mancanegara tertarik dengan budaya tradisional Jawa yang sangat beragam dan masih dijaga oleh masyarakat Jawa sehingga menjadi identitas bangsa dan tertarik pada museum yang berkaitan dengan sejarah masa lampau dimana wisatawan dapat mengetahui kehidupan 50

11 dari suatu masyarakat tradisional di suatu tempat. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: Leon I interested in it s culture. Because my brother told me that in Indonesia they keep the culture as their identity. (Saya tertarik dengan budaya. Karena kakak saya berkata pada saya jika di Indonesia masyarakat menjaga budaya sebagai identitas mereka, Wawancara 13 Januari 2016) Mr. Akio I have interest in traditional culture like in my country, and i heard that in Indonesia they have many-many traditional culture. And when I visited to Yogyakarta my tour guide says that Solo Java palace also. (Saya tertarik dengan budaya tradisional seperti di negara saya, dan saya mendengar jika di Indonesia terdapat banyak budaya tradisional. Dan ketika saya berkunjung ke Yogyakarta pemandu wisata saya berkata bahwa Solo adalah keraton Jawa juga, Wawancara 6 Desember 2015) Anna Because I like historical museum, so every time I visit some place, I go to their museum. And I like to know how they live in this place before. (Karena saya suka museum sejarah, jadi setiap saya berkunjung ke suatu tempat, saya pergi ke museum. Dan saya suka untuk mengetahui bagaimana mereka hidup di tempat ini sebelumnya, Wawancara 12 Desember 2015) Dari wisatawan mancanegara tidak semua memiliki motivasi berkunjung ke keraton. Tanpa adanya motivasi ini disebabkan ketidaktahuan dan kurangnya informasi secara detail mengenai kota Solo, sehingga wisatawan mancanegara hanya mengikuti ajakan pemandu wisata lokal dari Solo untuk berkunjung ke Keraton Surakarta. Hal ini terungkap pada pernyataan informan berikut: Vanny I don t know, because honestly I did not know anything about Solo, so I go find some local guide and they took me to this place. 51

12 (Saya tidak tahu, karena jujur saya tidak tahu apa pun tentang Solo, jadi saya pergi untuk mencari pemandu wisata lokal dan mereka mengajak saya ke tempat ini, Wawancara 12 Desember 2015) Dari beberapa uraian diatas terjadi perbedaan motivasi dari wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara meskipun keduanya memiliki ketertarikan yang sama terhadap arsitektur bangunan keraton, koleksi benda di museum keraton atau ketertarikan terhadap budaya dan sejarah. Wisatawan domestik berkunjung ke Keraton Surakarta motivasinya adalah mengenalkan budaya Jawa dengan simbol fisik bangunan serta benda koleksi di museum keraton kepada anak dan saudaranya serta ingin mengetahui tentang keraton sebagai perwujudan dari budaya Jawa. Wisatawan domestik lainnya yang mengunjungi Keraton Surakarta motivasinya adalah untuk mengisi waktu luang atau waktu libur. Wisatawan mancanegara yang baru sekali berkunjung ke Keraton Surakarta mengaku tertarik pada simbol non fisik yaitu budaya Indonesia khususnya budaya Jawa, selain itu tertarik pada sejarah Keraton Surakarta dan masyarakat di tempat tersebut. No. Jenis Motivasi 1. Motivasi budaya 2. Motivasi fisiologis Matrik IV.2 Motivasi Kunjungan Wisatawan Wisatawan Domestik a) Mengenalkan kebudayaan Jawa ke anak dan saudara. b) Ingin tahu tentang Keraton Surakarta. a) Mengisi waktu luang atau waktu libur. Sumber: Data primer, diolah Februari 2016 Wisatawan Mancanegara a) Ketertarikan terhadap budaya tradisional Jawa. b) Ketertarikan terhadap sejarah dan kehidupan dari suatu tempat. a) Mengikuti ajakan pemandu wisata lokal kota Solo. 52

13 3) Penilaian Wisatawan Terhadap Pengelolaan dan Pelayanan Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta Pengelolaan Keraton Surakarta dari segi penyajian daya tarik untuk wisatawan, baik itu koleksi di museum dan tata letaknya, bentuk bangunannya, tata letak loket, pedagang dan tempat parkir, serta rute masuk ke pelataran keraton dan museum keraton tidak ada yang berubah. Salah satu wisatawan domestik dan asli dari Kota Solo juga kurang memahami apakah penampilan obyek wisata Keraton Surakarta boleh diubah atau tidak dikarenakan dari aturan keraton sendiri atau karena dampak konflik dengan Pemerintah Kota Solo, sehingga pengelolaan Keraton Surakarta dan wisatanya terlihat tidak ingin mengembangkan produknya. Hal ini terungkap pada pernyataan berikut: Ibu Endang Kalau aku bilang monoton dari dulu sampai sekarang sama yang disajikan. Aku nggak ngerti sih termasuk baik apa nggak. Ini udah baik apa belum boleh direnovasi atau nggak, kayak terima apa adanya gitu. Dari keratonnya yang nggak boleh apa dari pihak pemerintah yang nggak klop sama keraton, kan punya aturan sendiri-sendiri juga. (Wawancara 11 Desember 2015) Penilaian wisatawan lainnya mengenai pengelolaan obyek wisata Keraton Surakarta adalah keseluruhan dari bangunan yang dilihat oleh wisatawan kurang terawat, kurang dibersihkan dan kurang dikelola dengan baik oleh pihak keraton. Pada bagian dalam museum terdapat banyak sarang laba-laba yang tidak dibersihkan. Pengelola juga kurang memperhatikan dan memikirkan inovasi tampilan koleksi benda-benda sejarah Keraton Surakarta dikarenakan minimnya penerangan di museum yang menggunakan lampu pijar 5 watt. Kelemahan pengelolaan lainnya menurut wisatawan terutama saat kunjungan pertama adalah lokasi loket jauh dengan pintu masuk ke Keraton Surakarta. Seperti terungkap pada pernyataan beberapa informan berikut: 53

14 Ajeng Kalau dari tempatnya dilihat kurang terawat. Terus kalau kayak loket kejauhan sih dari loket sampai ke tempat masuknya. (Wawancara 12 Desember 2015) Bapak Anwar Kalau pengelolaan agak kurang ya soalnya kan kalau dilihat dari kondisinya kurang dikelola dengan baik dari pihak keratonnya. (Wawancara 12 Desember 2015) David Kurang kayaknya, soalnya ini aja ada dua loket, sama banyak yang nggak keurus kebersihannya, masa ada kereta kuda di sudut museum yang nggak tahu bakal diapain, terus banyak sarang laba-laba, gelap lagi soalnya cuma pakai lampu pijar 5 watt. (Wawancara 10 Desember 2015) Penilaian wisatawan domestik lebih menyoroti mengenai pengelolaan dari segi kebersihan, perawatan dan penampilan, sementara wisatawan mancanegara menyoroti tentang penggunaan bahasa Inggris di Keraton Surakarta. Banyak benda dan bangunan di keraton yang tidak ada penjelasan dalam Bahasa Inggris. Penggunaan bahasa Inggris juga tidak terdapat pada tanda arah masuk, rute wisata keraton, tata tertib di Keraton Surakarta. Pengelolaan yang buruk lainnya adalah penggunaan bahasa Inggris pada pemandu wisata dan pengelola yang mengawasi. Jika memang Keraton Surakarta diperuntukkan untuk wisatawan mancanegara maka seharusnya pegawai mulai dari pemandu wisata, petugas tiket, pedagang dan pengawas aktif dalam berbahasa Inggris sehingga wisatawan mancanegara tidak dibingungkan dengan berbagai pertanyaan seperti apa saja yang ada di Keraton Surakarta, bagaimana sejarah keraton dan bendabenda di museum, dan apa saja aturan masuk lingkungan pelataran Keraton Surakarta. Hal tersebut seperti terungkap pada pernyataan wisatawan mancanegara sebagai berikut: Vanny No it s not good, just like I told you, just give some information. 54

15 (Tidak cukup bagus, seperti yang saya bilang pada anda, hanya memberi sedikit informasi, Wawancara 12 Desember 2015) Anna Yaaa I am not comfortable with this place because no body can speak English and no sign with English language. (Yaaa saya tidak nyaman dengan tempat ini karena tidak ada seorang pun yang bisa bicara Inggris dan tidak ada tanda dengan bahasa Inggris, Wawancara 12 Desember 2015) Leon If this place goal only for local tourist, I think it s enough, but for foreign tourist like me, this place must change. Because I can t find any sign written with English. (Jika tempat ini tujuannya hanya untuk turis lokal, saya rasa sudah cukup, tapi untuk turis seperti saya tempat ini harus diubah. Karena saya tidak dapat menemukan tanda tertulis dengan bahasa Inggris, Wawancara 13 Januari 2016) Salah satu informan mancanegara tidak terlalu mempermasalahkan dengan tanda atau orang yang dapat berbahasa Inggris tetapi lebih menyoroti perawatan bangunan terlihat kurang terawat, berbeda dengan bangunan-bangunan kuno di negara Jepang. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: Mr. Akio As Japanese I think Indonesian people need to pay more attention to keep the building well. Because ini Japan old building such as palace was taken care well. (Sebagai warga Jepang saya pikir orang Indonesia harus memberikan perhatian lebih untuk menjaga bangunan ini dengan baik. Karena di Jepang, bangunan kuno seperti keraton ini dijaga dengan baik, Wawancara 6 Desember 2015) Pengelolaan obyek wisata budaya tidak terlepas dari interaksi antara pengelola dan wisatawan. Interaksi itu melalui pelayanan pengelola terhadap wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Pelayanan pengelola obyek wisata ini dapat terlihat dari beberapa hal yaitu pelayanan petugas parkir dalam mengatur kendaraan wisatawan, pelayanan petugas tiket dengan ramah dan memberi pengarahan jalan masuk, pelayanan 55

16 pedagang yang menyediakan minuman, makanan ringan, dan souvenir, pelayanan pemandu wisata yang menjelaskan sejarah serta makna di bangunan dan unsur keraton lainnya. Meskipun pengelolaan penampilan obyek wisata dari museum dan bangunan yang monoton, tetapi pelayanan pengelola terhadap wisatawan sudah lengkap perbagiannya yaitu ada petugas parkir, pedagang, toilet umum dan pengarahan dari loket ke pintu masuk, seperti terungkap pada pernyataan berikut ini: Bapak Anwar Pelayanan udah oke. Ada petugas parkir, ada yang jual, ada toiletnya, diarahkan lewat sini pas di pintu masuk itu. (Wawancara 12 Desember 2015) Interaksi melalui pelayanan pengelola yaitu pegawai terhadap wisatawan dapat terlihat dari pemandu yang menjelaskan keseluruhan isi dari Keraton Surakarta terhadap wisatawan domestik sehingga wisatawan tidak hanya melihat-lihat tapi tahu tentang maknanya. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: Ibu Endang Kalau menurut aku baik. Kalau rombongan aku mau pakai guide biar ngerti ini apa ini apa. Guidenya pun jelasinnya bagus. Tapi kalau berdua gini apalagi sama anak muda terserah kamu mau lihat apa. (Wawancara 11 Desember 2015) David Cukup aja sih, cuman kalau mau tau isi keraton sama sejarahnya harus pake tourguide. (Wawancara 10 Desember 2015) Untuk salah satu wisatawan yang baru pertama kali ke Keraton Surakarta, jarak antara loket dan pintu masuk kurang petunjuk yang jelas sehingga wisatawan tidak tahu harus berjalan ke arah mana jika tidak bertanya kepada petugas tiket dan informasi di Kori Roto, seperti pernyataan informan berikut: 56

17 Ajeng Kurang gimana ya kalau yang belum pernah ke sini kayak nggak tahu jalannya. Pintu masuknya itu lewat mana. (Wawancara 12 Desember 2015) Dikarenakan kurangnya petunjuk dalam bahasa Inggris baik itu dalam arah masuk, tata tertib wisatawan dan penjelasan tentang bangunan atau koleksi benda di museum, maka keseluruhan wisatawan mancanegara mengeluhkan tidak maksimalnya pelayanan pengelola obyek wisata budaya Keraton Surakarta terhadap wisatawan asing. Seolah-olah pengelola hanya mempersiapkan Keraton Surakarta untuk wisatawan domestik dan tidak melakukan persiapan matang untuk wisatawan mancanegara. Dengan sedikitnya penjelasan dalam bahasa Inggris dan sedikit yang berbahasa Inggris dengan aktif, maka pelayanan pengelola obyek wisata Keraton Surakarta dengan wisatawan mancanegara tidak cukup baik bahkan wisatawan mancanegara menjadi tidak tertarik dengan keraton. Hal ini terungkap pada pernyataan berikut: Vanny I think good enough, but for foreign tourist must put any sign with English. (Saya pikir cukup bagus, tapi untuk wisatawan asing harus lebih banyak tanda dengan bahasa Inggris, Wawancara 12 Desember 2015) Leon Not that good, but I think it s ok. May be because there s no tour guide that can explain this place with English well. (Tidak cukup bagus tapi saya pikir tidak apa-apa. Mungkin karena tidak ada pemandu wisata yang dapat menjelaskan tempat ini dalam bahasa Inggris dengan baik, Wawancara 13 Januari 2016) Anna Because there s no who can speak English, I think I don t like this place that much. (Karena tidak ada yang bisa berbicara bahasa Inggris, saya pikir saya tidak terlalu suka tempat ini, Wawancara 12 Desember 2015) 57

18 Berbeda dengan salah satu turis asing yang cukup puas dengan pelayanan keraton karena memiliki pemandu wisata sendiri sehingga dapat menerjemahkan penjelasan pemandu wisata Keraton Surakarta menggunakan bahasa Inggris. Namun informan tersebut mengaku jika datang tanpa didampingi pemandu yang dapat berbahasa Inggris secara aktif, maka tidak akan mengerti apa-apa tentang Keraton Surakarta. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: Mr. Akio It s satisfaction enough, because I got my own guide, but if I was alone it will be a different story. Because there is no any sign write in English, especially sign about this place. (Cukup puas karena saya memiliki pemandu sendiri, tapi jika saya sendiri ceritanya akan berbeda. Karena banyak tanda yang tertulis tidak menggunakan bahasa Inggris, terutama tanda mengenai keraton, Wawancara 6 Desember 2015) Wisatawan mancanegara mengeluhkan tidak dikuasainya bahasa Inggris dalam berbagai petunjuk, penjelasan atau komunikasi antara wisatawan dengan pegawai. Petunjuk atau tanda dalam bahasa Inggris hanya digunakan pada beberapa papan peringatan saja seperti Stop Batas Pengunjung (Stop Limit Visitor). Tidak ada tanda yang menjelaskan bangunan serta benda koleksi di museum dalam bahasa Inggris, sehingga wisatawan kurang paham mengenai fungsi dari bangunan dan benda sejarah di Keraton Surakarta. Pengelolaan Keraton Surakarta dengan lahan yang begitu luas dan pegawai yang banyak tidak lepas dari masalah biaya operasional yang berkaitan dengan tarif masuk ke Keraton Surakarta, karena pada saat ini tiket masuk wisatawan Keraton Surakarta menjadi pendapatan utama dalam merawat keraton secara keseluruhan. Untuk wisatawan domestik, tarif masuk keraton dipatok sebesar Rp ,00 dan hal ini sudah sesuai dengan apa yang didapat dan dilihat oleh wisatawan selama berwisata ke 58

19 Keraton Surakarta dari tampilan koleksi di museum dan bangunan keraton. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: Ibu Endang Aku pribadi cukup. Nggak mahal. (Wawancara 11 Desember 2015) Bapak Anwar Kalau menurut saya sudah cukup. Karena dengan harga Rp dibandingkan dengan kondisi lokasinya ya udah sebanding. (Wawancara 12 Desember 2015) Sedangkan untuk wisatawan domestik terutama yang berusia muda tarif sebesar Rp ,00 mahal jika dibandingkan dengan Kota Tua Jakarta sebesar Rp 5.000,00 dan dikarenakan koleksi benda-benda di museum yang sedikit, kurang terawat, serta akses wisatawan yang hanya sampai di pelataran Keraton Surakarta. Seperti ungkapan wisatawan berikut: Ajeng Kalau dari isinya museum yang belum sesuai sama tarif Rp itu. (Wawancara 12 Desember 2015) David Mahal sih kalau cuman segini, dibanding sama museum di kota tua Jakarta, tapi ya nggakpapa lah sekalian ngisi kas keraton hehehehe. (Wawancara 10 Desember 2015) Teruntuk wisatawan mancanegara tarif yang dipatok lebih mahal yaitu sebesar Rp ,00 namun bagi wisatawan mancanegara tarif tersebut sudah cukup dan sesuai dengan tampilan koleksi benda-benda di museum keraton, keadaan bangunan keraton serta akses wisatawan di pelataran Keraton Surakarta. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: Vanny Ya it s enough and cheap. 59

20 2015) (Ya ini cukup dan murah, Wawancara 12 Desember Anna About 1 dollar I think worth it with condition like this. (Sekitar 1 dollar saya pikir setimpal dengan kondisi seperti ini, Wawancara 12 Desember 2015) Leon I think its ok, worth it for me. (Saya pikir ini setimpal untuk saya, Wawancara 13 Januari 2016) Mr. Akio Worth it compared to this condition haha. (Setimpal jika dibandingkan dengan kondisi seperti ini, Wawancara 6 Desember 2015) Matrik IV.3 Penilaian Wisatawan Terhadap Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta No. Kategori Wisatawan Domestik Wisatawan Mancanegara 1. Pengelolaan a) Tidak ada perubahan penyajian a) Kurang tanda dan produk wisata untuk wisatawan. b) Kurang terawat dan kurang terjaga kebersihan di bagian museum dan bangunan. penjelasan terkait dengan informasi bangunan, benda, dan tata tertib wisatawan dalam bahasa Inggris. c) Kurang penerangan untuk museum Keraton Surakarta. d) Letak loket dan pintu masuk terlalu jauh. e) Tarif sudah sesuai dengan tampilan obyek wisata Keraton Surakarta untuk wisatawan dewasa. f) Tarif tidak sesuai dengan tampilan obyek wisata Keraton Surakarta untuk wisatawan muda. 2. Pelayanan a) Ada petugas parkir, pedagang dan fasilitas seperti toilet umum. b) Pengarahan rute wisatawan. c) Kurang informasi arah dari loket dengan pintu masuk terutama untuk kunjungan pertama. d) Penjelasan pemandu wisata kepada wisatawan domestik sudah bagus. Sumber: Data primer, diolah Februari 2016 a) Banyak pemandu wisata yang tidak bisa berbahasa Inggris. b) Tarif sudah sesuai dengan tampilan obyek wisata Keraton Surakarta. 60

21 b. Keunggulan Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta Menurut Pemaknaan Pengelola Keraton Surakarta sebagai obyek dan daya tarik wisata budaya selalu menyajikan dua hal yaitu dari segi obyek wisata dan atraksi wisata budaya. Hal ini sudah digagas dan disadari oleh setiap pegawai dan pengelola bahwa keunggulan tersebut yang dikomersilkan kepada wisatawan. Dibalik penyajian produk-produk untuk wisatawan ada beberapa motif keraton dibuka untuk obyek wisata. 1) Motif Keraton Surakarta Menjadi Obyek Wisata Budaya Berbicara mengenai obyek wisata yang dulunya adalah kerajaan dan sampai saat ini masih ada Raja yang berkuasa, terdapat upaya untuk mengenalkan adat istiadat dan budaya Jawa yang kental dengan nilai, norma, sejarah serta tradisi kepada generasi penerus atau kepada masyarakat yang hidup dijaman modern. Hal ini diungkapkan oleh beberapa informan berikut: Ibu Retno Mungkin maksudnya biar masyarakat tahu adat budaya keraton itu seperti apa. Masalah sejarah keraton juga ada yang ingin tahu. Biar masyarakat umum mengerti tentang adat istiadat, ini kan jadi pusat kebudayaan. (Wawancara 6 Desember 2015) Bapak Setiadi Biar masyarakat tahu kadang-kadang kan masyarakat tahunya keraton itu sudah tidak ada. Keraton itu merupakan sumber budaya Jawa, budaya yang adiluhung. Biar masyarakat itu tahu betul, karena keraton itu merupakan sumber yang utama bahkan masyarakat seluruh dunia itu tahu. Sebelum ada obyek wisata masyarakat kesannya angker, setelah jadi wisata masyarakat jadi buat penelitian, buat belajar ya buat acuan jembatan budaya Jawa. (Wawancara 17 Desember 2015) Ibu Eni Karena mungkin memang masyarakat harus tahu sebenarnya budaya Jawa tidak hanya ceritanya saja itu seperti apa. Tidak hanya tahu ceritanya begini, bangunannya begini tapi tahu kalau budaya Jawa itu masih ada sampai sekarang dan dulu 61

22 itu ada campur tangan dari Sinuhun Paku Buwono XII. (Wawancara 6 Januari 2016) Dari pernyataan diatas informan mengatakan bahwa latar belakang keraton dibuka untuk obyek wisata budaya adalah demi mempertahankan atau melestarikan dan mengenalkan pusat kebudayaan Jawa kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak hanya sekedar tahu bentuk bangunan dengan kesan kekunoan tetapi mengetahui dan paham benar mengenai sejarah dan kebudayaan Jawa. Motif Keraton Surakarta dibuka untuk obyek wisata dengan upaya pelestarian budaya Jawa juga diungkapkan oleh pernyataan informan pendukung sebagai berikut: KGPH Puger.tetapi semakin kesini agar menjaga budaya Jawa adat istiadat Jawa itu tidak hilang dengan berbagai terpaan modernisasi. (Wawancara 14 Januari 2016) Hal lain yang menjadi motif Keraton Surakarta menjadi obyek wisata adalah perintah dari Sinuhun Paku Buwono XII untuk memanfaatkan ruang kadipaten menjadi museum Keraton Surakarta. Hal ini diungkapkan oleh pernyataan informan sebagai berikut: KGPH Puger Dulu itu dhawuh dari ayah saya Swarga Sinuhun Paku Buwono XII untuk memanfaatkan kadipaten yang sekarang jadi museum itu. Kemudian dibukalah keraton ini pada tahun (Wawancara 14 Januari 2016) KRMH Suryo Adi Wijoyo Awal mulanya adalah ketika keraton itu mengalami metamorfosa yang dihadapi tetapi kurang siap. Ketika itu dhawuh dari Swarga Sinuhun Paku Buwono XII. Jadi beliau ndhawuhi setelah mengadakan rapat besar muncul dhawuh dalem dari Sinuhun disana di museumnya itu dulu adalah kadipaten, kadipaten itu adalah tempat adipati yang setelah itu menjadi Sinuhun. Jadi situ dulu adalah ndalem kadipatennya Sinuhun ke XII sebelum beliau diangkat menjadi raja. Setelah 62

23 itu muncul dhawuh daripada terbengkalai apalagi di keraton sendiri sudah tidak menjadi pusat pemerintahan kemudian Sinuhun diskusi dengan Sasana Wilapa siapa yang pas menjadi pengageng museum dan pariwisata keraton. Motif lainnya adalah perkembangan pariwisata di Indonesia yang menjadikan Keraton Surakarta sebagai ikon Kota Solo oleh Soekarno berbarengan dibukanya sebagai obyek wisata. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: KRMH Suryo Adi Wijoyo..karena dulu kongres pariwisata pertama di Solo terus dibukalah ini oleh Soekarno supaya menjadi ikon dari kota Solo. (Wawancara 13 Januari 2016) Motif lain Keraton Surakarta disamping perintah Paku Buwono XII, pelestarian budaya, dan menjadi ikon Kota Solo adalah untuk bantuan sumber penghidupan abdi dalem karena keraton sudah tidak lagi menjadi pusat pemerintahan maka dalam hal pendanaan turut mengalami perubahan. Hal ini disampaikan oleh pernyataan informan berikut: KGPH Puger.selain itu untuk membantu penghidupan abdi dalem. (Wawancara 14 Januari 2016) Berdasarkan pernyataan-pernyataan informan diatas, hal yang menjadi motif Keraton Surakarta menjadi obyek wisata adalah perintah dari Sinuhun Paku Buwono XII untuk memanfaatkan kadipaten yaitu rumah dari Adipati sebelum menjadi Sinuhun atau menjadi raja Keraton Surakarta, supaya tempat kadipaten tersebut tidak terbengkalai dikarenakan keraton sudah tidak lagi menjadi pusat pemerintahan di Jawa. Selain itu sedang ada Kongres Pariwisata pertama kali di Indonesia yang membuat Soekarno menjadikan keraton sebagai ikon kota Solo. Kemudian pelestarian kebudayaan Jawa agar tidak hilang terkena 63

24 modernisasi. Terakhir menjadi sumber bantuan biaya operasional untuk perawatan Keraton Surakarta seluas 10 hektar dan untuk gaji abdi dalem. Matrik IV.4 Motif Keraton Surakarta Menjadi Obyek Wisata Budaya No. Ditinjau dari Keterangan 1. Sejarah wisata Menurut pengelola dan pegawai Keraton Surakarta, Keraton Surakarta latar belakang dibukanya keraton menjadi obyek wisata adalah perintah Sinuhun Paku Buwono XII untuk memanfaatkan ruangan kadipaten yang sekarang menjadi museum keraton. 2. Pelestarian kebudayaan Jawa Keraton Surakarta yang menjadi pusat kebudayaan Jawa harus dilestarikan seiring dengan terpaan modernisasi dan pengenalan kebudayaan Jawa secara lebih mendalam kepada masyarakat. 3. Ikon wisata Kota Solo Diresmikan oleh Soekarno menjadi ikon Kota Solo saat kongres pariwisata pertama di Indonesia dan berbarengan dibuka menjadi obyek wisata. 4. Sumber pendanaan Keraton Surakarta Untuk biaya operasional dan perawatan Keraton Surakarta seluas 10 hektar karena keraton sudah tidak menjadi pusat pemerintahan dan untuk menghidupi abdi dalem keraton. Sumber: Data primer, diolah Februari ) Keunggulan Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta Ketertarikan wisatawan dapat berkembang dengan melihat fungsi sebenarnya dari bangunan tersebut seperti digunakan untuk pelaksanaan upacara adat, pernikahan keraton dan penerimaan tamu. Pihak pegawai Keraton Surakarta juga menuturkan bahwa arsitektur dan bangunan fisik keraton menjadi salah satu simbol untuk menarik wisatawan domestik dan wisatawan mancangera. Selain arsitektur dan bangunan Keraton Surakarta, pihak pengelola obyek wisata menampilkan 64

25 berbagai benda-benda sejarah seperti kereta kuno, kursi, perhiasan, baju khas keluarga Keraton dan lain-lain yang juga diunggulkan oleh pengelola. Hal ini terungkap pada pernyataan sebagai berikut: Bapak Dodi Ya kalau keraton sajikan dari silsilahnya dari bangunannya yang masih sakral. Sama bangunan juga koleksi di museum. Nanti kan balik lagi ke wisatawan mau lihat apa. (Wawancara 7 Desember 2015) Ibu Retno Ya apa ya mungkin sejarahnya, bangunannya, acara suro itu. (Wawancara 6 Desember 2015) Ibu Eni Ya seperti yang dilihat sendiri di dalam yang disajikan bisa dilihat langsung oleh wisatawan museum dan koleksinya sama bangunan keraton. Kalau misalnya wisatawan ingin melihat gamelan atau koleksi buku-buku di keraton kan juga tidak bisa. (Wawancara 6 Januari 2016) Sepertinya bangunan, bangunan yang masih kuno dan belum berubah sama koleksi benda-benda di museum dan kalau wisatawan pakai guide jadi tau sejarahnya. (Wawancara 6 Januari 2016) Simbol fisik berupa bangunan dan benda koleksi di museum sebagai daya tarik untuk wisatawan juga didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut: KGPH Puger Bicara unggulan dan daya tarik itu banyak. Dari museumnya sendiri disitu ada benda-benda koleksi yang tidak hanya dipajang tetapi ada maknanya ada sejarahnya dan ada manfaat dijamannya. Kemudian dari bangunan keraton itu sendiri yang dibangun oleh Paku Buwono II tahun 1746 ada filosofinya juga. (Wawancara 14 Januari 2016) KRMH Suryo Adi Wijoyo...barang-barang yang ada di keraton dulu dan sekarang sudah tidak diproduksi. (Wawancara 13 Januari 2016) 65

26 Berbicara mengenai Keraton Surakarta tidak hanya mengenai arsitektur bangunan yang berdiri dengan kokoh dan megah. Tetapi pemaknaan simbol fisik tersebut adalah bangunan serta koleksi bendabenda di museum Keraton Surakarta dianggap sakral dan tidak boleh dipegang sembarangan. Benda-benda peninggalan sejarah di museum keraton seperti baju keraton, pusaka keraton, prasasti Jawa, senjata perang prajurit keraton, perhiasan putri keraton, miniatur rumah adat Jawa termasuk mobil kuno dan kereta kuno menjadi daya tarik wisata budaya selanjutnya dikarenakan benda-benda tersebut saat ini sudah tidak diproduksi lagi dan menjadi bukti bahwa benda-benda peninggalan sejarah memiliki masa jaya pada jamannya. Selain itu daya tarik yang ada di Keraton Surakarta adalah pengetahuan pada bidang seni yaitu seni karawitan, seni tari, seni wayang, seni bicara Jawa yang hanya bersumber di Keraton Surakarta. Seperti pernyataan informan berikut: Bapak Setiadi Yang disajikan sebagai daya tarik sebenarnya banyak sekali. Namun tidak semua orang tahu. Disini ada semua terutama dibidang seni, ada seni karawitan, seni tari, seni wayang, seni bicara Jawa kalau dikelola betul keraton sumbernya. Nah itu daya tarik untuk umum. (Wawancara 17 Desember 2015) Berkaitan dengan obyek wisata Keraton Surakarta yang disajikan untuk pengunjung tidak hanya benda-benda dan bangunan, tetapi pihak pengelola juga menyajikan cerita sejarah, filosofi dan pengetahuan tentang keraton, unsur keaslian dari keraton seperti prajurit, filosofi bangunan, dan suasana masuk keraton. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: KRMH Suryo Adi Wijoyo Kita itu harus punya produk yang tidak keluar jalur dari aturan-aturan keraton supaya ada pengunjung. Dari segi histori terus ada guide juga salah satu produk yang harus kita 66

27 tonjolkan supaya jangan sampai kok keraton cuma gini-gini aja. Dan keraton itu banyak historisnya banyak pengetahuannya maka setiap pengunjung itu saya tawari guide kalau nggak mereka hanya tau bangunannya seperti itu saja kemudian foto udah. Jadi itu yang jadi unggulan dari cerita sejarahnya, filosofinya dan juga dari pengetahuannya. (Wawancara 13 Januari 2016) Daya tarik di keraton itu dari segi histori setelah itu yang asli dari keraton seperti prajurit kita tampilkan memang udah dari dulu ada di Brojonolo juga tidak hanya di Kori Kamandungan, jadi setiap titik perhentian abdi dalem mesti ada yang jaga. Dan juga setiap bangunan yang tinggi besar itu punya arti sendiri ada filosofinya. Selain itu kita juga menyajikan suasana, masuk keraton itu pagi siang sore malem itu situasinya beda-beda. (Wawancara 13 Januari 2016) Simbol non fisik sebagai daya tarik wisata budaya keraton yang paling utama adalah cerita sejarah, filosofi dan pengetahuan, silsilah rajaraja Mataram dan raja Keraton Surakarta, serta makna disetiap bangunan dan benda-benda pusaka keraton, sehingga tersedia pemandu wisata yang akan menjelaskan secara detail makna dari bangunan dan benda dari setiap rute. Daya tarik wisata budaya keraton juga tersaji dalam suasana berbeda di lingkungan Keraton Surakarta dengan ketenangan yang akan didapat oleh wisatawan. Dari uraian diatas disebutkan bahwa Keraton Surakarta memiliki keunggulan wisata budaya yang kental akan suasana adat Jawa kuno dan disajikan untuk wisatawan. Beberapa hal dapat dilihat dan dapat dikunjungi setiap hari oleh wisatawan berupa simbol benda yaitu bangunan keraton dan benda-benda peninggalan sejarah keraton. Wujud budaya berupa kesenian menjadi daya tarik cukup kuat namun saat ini sudah mulai ditinggalkan masyarakat seperti seni wayang, seni karawitan, seni tari, seni musik berupa gamelan, dan seni berbicara Jawa. Namun daya tarik paling utama dan tidak kalah penting adalah cerita sejarah, filosofi serta pengetahuan dari setiap bangunan keraton dan benda-benda peninggalan sejarah keraton serta suasana masuk keraton. 67

28 Matrik IV.5 Keunggulan Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta No. Ditinjau dari Obyek Wisata 1. Simbol Fisik a) Arsitektur bangunan Keraton Surakarta. b) Benda-benda peninggalan sejarah Keraton Surakarta. c) Prajurit Keraton Surakarta. 2. Simbol Non Fisik a) Sejarah, filosofi, pengetahuan Keraton Surakarta. b) Bidang seni (seni tari, seni karawitan, seni wayang, seni bicara Jawa) c) Suasana di Keraton Surakarta. Sumber: Data primer, diolah Februari ) Keunggulan Atraksi Wisata Budaya Keraton Surakarta Disisi lain terlepas dari museum dan pariwisata keraton sebagai simbol fisik unggulan dan daya tarik wisata budaya, keraton secara rutin melaksanakan sekaten yang ditutup dengan turunnya gamelan yang ditabuh satu minggu di Masjid Agung kemudian dikeluarkannya gunungan yang disebut Gerebeg Mulud. Kegiatan budaya yang juga rutin diselenggarakan oleh keraton dan dilihat oleh wisatawan adalah adalah Kirab Pusaka 1 Suro, Gerebeg Idul Adha dan Gerebeg Pasa. Hal tersebut terungkap pada pada pernyataan informan berikut: Bapak Dodi 2016)...upacara 1 Suro, sekaten (Wawancara 11 Januari Bapak Setiadi Daya tarik budaya contohnya turunnya gamelan selama seminggu ditabuh di Masjid Agung itu termasuk budaya yang setahun sekali ditampilkan. Puncaknya nanti ada gunungan. Kemudian sekaten, itu event yang paling besar. Namun daya tarik 68

29 paling besar ya keraton beserta isinya itu tadi. (Wawancara 17 Desember 2015) Hal senada diungkapan pula oleh KGPH Puger selaku Pengageng Museum dan Pariwisata Keraton Surakarta sebagai berikut : KGPH Puger...selain itu ada juga acara-acara budaya kirab pusaka, gerebeg mulud, yang sekaten itu juga. (Wawancara 14 Januari 2016) Simbol berupa kegiatan adat dipercaya masih mengandung nilai tradisi dan kesakralan adat Jawa sehingga upacara adat tersebut tidak boleh hilang dan tetap dilestarikan. Mengingat keberadaan budaya Jawa sudah mulai hilang terkena arus modernisasi, sehingga dengan pelestarian diharapkan budaya Jawa yang bersumber di Keraton Surakarta tidak akan punah. Seperti terungkap dalam pernyataan informan berikut: Bapak Setiadi Ya itu tadi pelestarian, biar budaya tidak punah karena keraton sumber segala macam budaya. (Wawancara 17 Desember 2015) Pelaksanaan upacara adat dan kebudayaan budaya dari jaman keraton masih dalam masa kejayaannya dan menjadi pusat pemerintahan sampai sekarang sudah tergantikan oleh pemerintahan modern, tidak ada yang berubah karena harus dilakukan pelestarian kebudayaan Jawa yang sesuai dengan aturan keraton dan hal ini diperkuat oleh pernyataan informan berikut: KRMH Suryo Adi Wijoyo Sedangkan kegiatan adat itu sebenarnya bukan masuk ranah museum dan pariwisata keraton tapi masuk ranah agenda tahunan wisata kalau wisata di keraton kan harian, kalau agenda itu seperti gunungan, sekaten, suro, wiyosan jumenengan yang 69

30 tidak boleh diubah-ubah supaya yang ditampilkan tetap sesuai dengan koridor keraton. Kegiatan budaya itu terutama jangan sampai hilang karena kalau hilang bahaya nanti, wong Jawa ilang Jawane. Kalau ditambahi malah nggakpapa tapi dalam koridor keraton seperti tarian, wayang, gamelan dan sebagainya. (Wawancara 13 Januari 2016) Meskipun bukan termasuk ke dalam ranah pengelolaan museum dan pariwisata Keraton Surakarta, gelaran upacara adat dan kegiatan budaya menjadi agenda rutin keraton setiap tahun. Kegiatan budaya dan upacara adat tradisi menjadi sumber peradaban masyarakat Jawa. Sehingga upaya pelestarian harus tetap terlaksana mengingat sudah semakin terlupakan nilai luhur budaya Jawa. Pelestarian ini bertujuan untuk mempertahankan kebudayaan Jawa dan diharapkan ada penambahan-penambahan kegiatan budaya dan diperkenalkan kepada masyarakat seperti tarian, gamelan, dan wayang sehingga mengedukasi masyarakat semakin menarik minat wisatawan untuk berwisata ke Keraton Surakarta. Berbeda dengan pernyataan informan sebelumnya, upacara adat dan kegiatan budaya sampai jaman modern ini tetap dilaksanan dan tidak diubah karena untuk menjaga kesakralan dari sebuah adat yang sudah diturunkan dari para leluhur Jawa. Pengubahan atau peniadaan upacara adat dikhawatirkan oleh pihak keraton akan mengganggu ketentraman dan keselamatan keluarga keraton hingga masyarakat karena masih kuatnya kepercayaan terhadap hal mistis. Hal ini tersampaikan pada pernyataan beberapa informan sebagai berikut: Bapak Dodi Kan dari dulu keraton itu sakral umpamanya dirubah kan nggak berani nanti kalau ada apa-apa resiko kan ada. (Wawancara 21 Desember 2015) Ibu Retno Itu nggak mungkin dirubah. Soalnya udah dari sana dari para leluhur harus seperti itu. Jadi mereka tidak berani merubahnya. Takut nanti ada apa-apa. Kayak suro kayak ngasih 70

31 bunga-bunga. Kalau nggak kok mesti ada kenapa-kenapa. (Wawancara 6 Desember 2015) Ibu Eni Udah dari jaman raja-raja dulu gitu jadi kalau mau merubah atau menghilangkan tidak berani. (Wawancara 6 Januari 2016) Dari beberapa ulasan diatas upacara adat tradisi dan kegiatan budaya Jawa terus bersaing dengan budaya modern. Kecenderungan masyarakat saat ini hanyut dalam budaya modern tidak dapat ditekan lagi. Untuk itulah langkah yang diambil oleh Keraton Surakarta adalah melestarikan kebudayaan Jawa mulai dari upacara adat hingga kegiatan budaya yang berhubungan dengan kesenian dan dikemas dalam bidang pariwisata. Disamping dari sisi pelestarian, Keraton Surakarta tidak berani mengubah atau menghilangkan upacara adat dan kebudayaan Jawa karena berkaitan erat dengan nilai kesakralan dari budaya Jawa. Matrik IV.6 Keunggulan Atraksi Wisata Budaya Keraton Surakarta No. Atraksi Wisata Tujuan Menjadi Agenda Rutin 1. Kirab Pusaka 1 a) Pelestarian budaya Jawa Suro, Sekaten, b) Menjaga nilai kesakralan kegiatan Gunungan, budaya dan upacara adat tradisi Upacara Gerebeg c) Tidak berani merubah atau menghilangkan tradisi yang telah turun temurun Sumber: Data primer, diolah Februari ) Pemilihan Pengelola dan Pegawai Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta Konsistensi Keraton Surakarta untuk berada dikoridor adat Jawa dengan sedikit adopsi organisasi modern adalah kebijakan pengelola Museum dan Pariwisata Keraton Surakarta yang berasal dari keluarga 71

32 keraton seperti Pengageng Museum dan Pariwisata Keraton Surakarta merupakan adik dari Sinuhun Paku Buwono XIII, selain itu Wakil Pengageng, Sekretaris, Bendahara dan Manajer juga termasuk ke dalam keluarga keraton. Alasan utama pengelola museum dan pariwisata berasal dari keluarga keraton karena mengetahui seluk beluk, nilai, dan aturan Keraton Surakarta sehingga memahami betul apa saja yang harus disajikan kepada wisatawan. Tidak semua bagian dari Keraton Surakarta boleh dikomersilkan kepada wisatawan, karena tujuan utama dari pariwisata keraton adalah wisata pengetahuan supaya sumber budaya dan adat istiadat Jawa tetap terlestarikan. Pernyataan ini seperti yang disampaikan oleh KRMH Suryo Adi Wijoyo seperti berikut: KRMH Suryo Adi Wijoyo Karena keraton itu tidak disebut obyek wisata seperti Jurug, Sangiran katakanlah jadi tujuan orang lebaran pulang kampung atau lewat mampir dengan tujuan utama di Solo itu Klewer dan kuliner, kalau keraton jadi murni obyek wisata sini udah dirombak dikasih orang jualan atau apa. Soalnya kalau di sini dijadikan murni obyek wisata sumbernya orang Jawa nanti hilang, memang kita memarkan koleksi dari keraton ada mobil kuno, kereta jaman dulu tetapi di situ ada sisi historisnya dari setiap benda dan bangunan. Makanya kalau di keraton itu bukan wisata senang-senang tapi kaitannya dengan wisata pengetahuan. (Wawancara 13 Januari 2016) Pada hakikatnya berwisata ke Keraton Surakarta adalah untuk wisata pengetahuan mengetahui histori dan filosofi budaya Jawa sehingga orang yang bekerja atau menjadi pengelola dari pariwisata keraton harus paham betul mengenai seluk beluk dari bangunan dan benda peninggalan sejarah. Untuk itulah bagi pegawai yang bekerja keraton tidak dapat sembarangan orang karena dapat menyebabkan salah persepsi jika informasi yang disampaikan kepada wisatawan tidak benar. Sehingga dalam hal ini pegawai yang bekerja di Keraton Surakarta direkrut sendiri oleh KGPH Puger selaku Pengageng Museum dan Pariwisata Keraton dengan pertimbangan dari pengelola lain namun yang 72

33 direkrut paling utama adalah abdi dalem yang sudah lama ikut keraton atau keluarganya menjadi abdi dalem dan merasa mampu bekerja sebagai pegawai museum dan pariwisata keraton. Cara pemilihan pegawai seperti ini kemudian turun temurun sejak keraton dibuka untuk obyek wisata. Seperti yang terungkap dalam pernyataan beberapa informan tersebut: Bapak Dodi Sini dulu kan pengunjung belum ramai, terus kebanyakan yang kerja di sini dari dulu udah ikut sama keraton jadi abdi dalem entah orangtuanya atau saudaranya terus diajak buat kerja di sini tapi istilahnya bukan kerja tapi mengabdi. (Wawancara 7 Desember 2015) Ibu Retno Kalau seperti guide itu ibaratnya ada yang turun temurun, dulu mbahnya guide turun temuurun itu ada. Ada yang dari pihak luar, dari pariwisata tapi jarang banget. Kebanyakan dari abdi dalem yang ada di sini mbak yang sudah lama kalau mereka merasa mampu mereka dapat direkrut jadi guide di sini. Dan mereka juga pegawai tetap. Kalau yang mengelola wisata keraton ini biasanya direkrut orang dalem, putra-putrinya PB XII dari jaman dulu mereka yang mengelola. Kayak Sasana Wilapa seperti struktur pemerintahan itu Gusti Wandansari, kalau kayak museum dan wisata ini Gusti Puger. Jadi masih orang keraton sendiri. (Wawancara 6 Desember 2015) Bapak Setiadi Itu yang menentukan Gusti Puger. Contoh saya sendiri mengabdi di Keraton dari tahun 1997 sampai Dulu saya pelukis kemudian saya dikasih rambu-rambu Gusti Puger untuk membuat lamaran biar nanti menjadi abdi dalem. Saya diberi tugas penjaga sampai tahun 2001 kemudian saya resmi menjadi abdi dalem. Terus tahun 2005 saya menjadi pemandu wisata. (Wawancara 17 Desember 2015) Ibu Eni Itu yang milih dari Gusti Puger langsung dengan pertimbangan dari anak-anaknya juga, karena anak-anaknya juga bantu menglola wisata keraton. (Wawancara 6 Januari 2016) 73

34 Pemilihan pegawai Keraton Surakarta yang berasal dari abdi dalem atau orang terdekat Keraton Surakarta juga dibenarkan oleh pernyataan Pengageng Museum dan Pariwisata Keraton Surakarta yaitu Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Puger sebagai berikut: KGPH Puger Kalau pemilihan itu dari musyawarah bersama, ada yang ditunjuk oleh saya dan sebagian besar abdi dalem, saya tanya mampu tidak kalau mereka mampu mereka pindah ke bagian museum dan pariwisata, tapi mereka harus tanggung jawab dengan tugasnya tidak boleh neko-neko. (Wawancara 14 Januari 2016) Hal serupa juga diungkapkan oleh Manajer Museum dan Pariwisata Keraton Surakarta yaitu Kanjeng Raden Mas Haryo Suryo Adi Wijoyo jika yang bekerja sebagai pegawai museum dan pariwisata Keraton Surakarta berasal dari orang terdekat keraton yaitu dari pawiyatan atau sekolah pembicara khusus untuk Keraton Surakarta sehingga sudah paham mengenai keraton. KRMH Suryo Adi Wijoyo...kalau pegawai-pegawai yang sudah ada ini kebanyakan dari pawiyatan atau sekolah yang mencetak pembicara khusus untuk keraton yang memang orang-orang terdekat, dan kalau sudah paham keraton maka sudah paham seperti ini, kalau untuk tiket seperti mbak Eni kita butuh penyegaran yang bisa memahami hak yang diterima segini aja kalau mau ya monggo. (Wawancara 13 Januari 2016) Dapat disimpulkan bahwa pemilihan pengelola obyek wisata keraton merekrut dari keluarga Keraton Surakarta yang sedari kecil sudah paham mengenai keraton dan adat Jawanya, sedangkan untuk pegawai seperti pemandu wisata, petugas tiket, pedagang dan petugas parkir direkrut sendiri oleh ketua pengelola pariwisata yang berasal dari abdi dalem dan orang-orang terdekat Keraton Surakarta. 74

35 Matrik IV.7 Pemilihan Pengelola dan Pegawai Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta No. Cara Pemilihan Keterangan 1. Hubungan Keluarga Menjadi Pengageng (Ketua), Wakil Pengageng (Wakil Ketua), Sekretaris, Bendahara dan Manajer. 2. Abdi Dalem Menjadi pemandu wisata, petugas tiket dan informasi, pedagang, petugas parkir, serta petugas kebersihan. Sumber: Data primer, diolah Februari ) Sumber Daya Manusia di Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta Dalam obyek wisata budaya ada peran dari sumber daya manusia yang mengorganisir, mengelola sekaligus melestarikan obyek wisata budaya. Pelestarian ini terwujud dalam dibukanya Keraton Surakarta menjadi obyek wisata dan agenda tahunan wisata keraton seperti Kirab Pusaka 1 Suro dan Sekaten yang dikelola oleh Sasana Wilapa dengan melibatkan seluruh keluarga keraton serta abdi dalem. Tanpa adanya sumber daya manusia, maka usaha keraton dalam melestarikan obyek wisata Keraton Surakarta tidak akan membuahkan hasil. Sumber daya manusia yang dipilih juga tidak sembarangan dan terbukti bahwa yang bekerja di Keraton Surakarta terutama dibagian museum dan pariwisata Keraton Surakarta sudah bekerja cukup lama sekitar 7 tahun sampai 18 tahun. Seperti yang terungkap dalam pernyataan berikut: Bapak Dodi Sudah berapa lama ya, pokok e dari tahun (Wawancara 7 Desember 2015) 75

36 Ibu Retno Sudah 10 tahun nggih mbak. (Wawancara 6 Desember 2015) Bapak Setiadi Saya bekerja di sini tahun Jadi udah 18 tahun, kalau pemandu wisatanya berarti udah 10 tahun mbak. (Wawancara 17 Desember 2015) Ibu Eni Kerja di sini dari tahun 2008 jadi udah 7 tahun. (Wawancara 6 Januari 2016) Cukup lamanya bekerja di Keraton dengan istilah mengabdi kepada Keraton Surakarta dan kepada Paku Buwono XIII membuktikan bahwa ada alasan lain pegawai-pegawai tersebut mampu bertahan bekerja di keraton dalam ranah pariwisata setelah sekian lama. Alasan bekerja di keraton adalah orangtua dulunya menjadi abdi dalem dan keraton sedang membutuhkan seseorang untuk menjadi penjaga parkir ketika mulai dibukanya keraton menjadi obyek wisata, kemudian menyebabkan pegawai parkir tersebut mengajukan diri dan sebagai bentuk pengabdian turun temurun, seperti terungkap dalam pernyataan berikut: Bapak Dodi Dulu kan saya masih punya anak kecil terus orangtua saya abdi dalem di sini terus di sini butuh orang buat bantu bersih-bersih terus saya bantuin lama-lama butuh penjaga parkir juga akhirnya saya yang jaga parkir. (Wawancara 7 Desember 2015) Alasan lain bekerja selama 10 tahun di Keraton Surakarta adalah mendapat kepercayaan langsung dari pihak pengelola museum dan pariwisata serta pihak keraton untuk mengelola barang jualan seperti minuman, cinderamata, buku sejarah keraton serta baju batik yang bekerja sama dengan putri keraton sekaligus mengawasi wisatawan. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: 76

37 Ibu Retno Apa ya saya ngikut suami mbak. Suami saya kan ikut Sinuhun istilahnya ajudannya. Terus kita dipercaya ngelola ini sambil ini lihat-lihat ngawasi gitu. (Wawancara 6 Desember 2015) Selain turun temurun dari orang tua dan mendapat kepercayaan untuk mengelola barang jualan, alasan salah satu pemandu wisata ini adalah pengabdian dengan loyalitas tinggi kepada Keraton Surakarta dan kepada Paku Buwono XIII serta sudah lama menjadi abdi dalem Keraton Surakarta, seperti yang terungkap dalam pernyataan sebagai berikut: Bapak Setiadi Saya dulu abdi dalem. Jadi pengabdian kepada keraton. (Wawancara 17 Desember 2015) Berbeda lagi dengan informan berikut yang mengenal salah satu keluarga keraton kemudian mendapat penawaran untuk bekerja di keraton, seperti terungkap pada pernyataan berikut ini: Ibu Eni Kalau saya ya dulu kenal lah sama salah satu keluarga keraton terus kemudian cerita kalau mau ada penambahan loket. Terus saya ditawarin mau nggak bekerja di keraton. (Wawancara 6 Januari 2016) Sedangkan untuk pengelola Museum dan Pariwisata Keraton Surakarta yang berasal dari pihak keraton terjadi karena ada hubungan dekat yaitu bapak dan anak dengan Pengageng Museum dan Pariwisata serta memiliki gelar Sarjana Ekonomi sehingga ditugaskan untuk mengawasi bagian manajemen mulai dari administrasi, kinerja pegawai, personalia, hingga perputaran tiket. Selain adanya hubungan dekat dengan ketua museum dan pariwisata, pemilihan pengelola dari keluarga Keraton Surakarta didasarkan pada gelar sarjana yang dimiliki, sehingga dapat memberi masukan terhadap kinerja dan rencana kedepan dari 77

38 Keraton Surakarta dari sisi penyesuaian pengelolaan terhadap modernitas jaman. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: KRMH Suryo Adi Wijoyo Saya itu dari tahun 2010 awal dan saya sebetulnya sama saya mendudukkan diri sebagai pegawai atau abdi dalem tetapi tatarannya karena saya ada gradenya otomatis saya diberi wewenang lebih karena dengan ilmu yang saya punya untuk mengawasi dan memanajemen dari perputaran tiket. (Wawancara 13 Januari 2016) Bekerja di Keraton Surakarta berdasarkan pada pengabdian yang sudah turun temurun dari keluarga dan adanya hubungan deket antara keluarga Keraton Surakarta. Kemudian mengenai kesejahteraan pegawai wisata keraton sudah diperhatikan dan mengalami peningkatan setelah pengelolaan dibawah naungan Gusti Puger. Hal ini terungkap pada pernyataan pemandu wisata serta petugas tiket dan informasi sebagai berikut: Bapak Setiadi Itu diperhatikan oleh pihak keraton. Dibawah naungan Gusti Puger sudah ada peningkatan lagi. (Wawancara 17 Desember 2015) Ibu Eni Cukup diperhatikan kalau saya rasa tapi tidak tahu dengan pegawai lain. (Wawancara 6 Januari 2016) Namun sangat berbeda dengan pernyataan diatas bahwa yang terjadi selama bekerja di Keraton Surakarta, kesejahteraan pegawai kurang diperhatikan oleh pihak keraton. Hal ini terjadi pada petugas parkir dan pedagang di lingkungan Keraton Surakarta dimana pegawai tersebut dibiarkan bekerja tanpa ada jaminan kesejahteraan seperti pelayanan kesehatan. Seperti terungkap pada pernyataan informan berikut: 78

39 Bapak Dodi Ya kalau mau jaga parkir di sini silahkan, nggak silahkan. Jadi nggak diurus selama ini. Kan hasil dari parkir nggih masuk ke pengelola mbak. (Wawancara 7 Desember 2015) Ibu Retno Kurang untuk masalah kesejahteraan, kurang sekali. Mereka jarang memikirkan untuk masalah seperti itu. Dulu ya mbak denger-denger ada dokter tapi kok saya juga nggak pernah lihat. Terus kayak guide gitu mereka gajinya dikit cuma Rp ,00 tapi kan dapet tip dari pengunjung (Wawancara 6 Desember 2015) Kurang diperhatikannya kesejahteraan pegawai museum dan pariwisata Keraton Surakarta selama bekerja dibenarkan oleh informan pendukung berikut ini: KRMH Suryo Adi Wijoyo Kalau melihat kesejahteraan ya seadanya begini orang belum UMK yang diterima. Ya buat makan bisa kalau buat punya yang lain-lain nggak bisa. (Wawancara 13 Januari 2016) Kesejahteraan pegawai kurang diperhatikan disebabkan karena gaji belum sesuai dengan UMK (Upah Minimum Kerja) Kota Solo. Selain itu pendanaan untuk gaji harus dikelola juga untuk abdi dalem keraton yang berjumlah 600 orang. Pegawai-pegawai di Keraton berjumlah 15 orang untuk pemandu wisata, 3 orang untuk pedagang, 2 orang petugas tiket, 3 orang petugas parkir. Dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia obyek wisata Keraton Surakarta memiliki latar belakang pendidikan berbeda, yaitu SD, SMP, SMA, dan Sarjana Strata-1, namun latar belakang pendidikan ini tidak berpengaruh pada alasan bekerja di Keraton Surakarta. Pengelola yang berlatarbelakang pendidikan Sarjana memang harus berasal dari keluarga keraton sedangkan untuk pegawai berdasarkan pengabdian kepada keraton, diminta pengelola untuk membantu dan menjadi 79

40 pegawai. Meskipun jenjang pendidikan beragam, tetapi kesejahteraan tidak terlalu diperhatikan karena gaji pegawai masih dibawah UMK. Matrik IV.8 Sumber Daya Manusia di Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta No Lama Bekerja Alasan Bekerja Kesejahteraan tahun a) Sebagai manajer pendidikan terakhir Sarjana Strata 1, diberi wewenang oleh keluarga Keraton Surakarta untuk memanajemen pengelolaan dan mengawasi perputaran tiket tahun a) Sebagai petugas tiket pendidikan terakhir SMA, bekerja di Keraton Surakarta karena ditawari oleh keluarga keraton. b) Sebagai pedagang pendidikan terakhir SMA, alasan bekerja karena suami sebagai ajudan Raja PB XIII sehingga diperintah untuk mengelola dagangan dan mengawasi wisatawan tahun a) Sebagai petugas parkir pendidikan terakhir tidak tamat SD, menjadi pegawai di keraton karena sudah membantu Keraton Surakarta sejak lama. b) Sebagai pemandu wisata pendidikan terakhir SMP, alasan bekerja sebagai bentuk pengabdian kepada Keraton Surakarta karena sedari dulu sudah menjadi abdi dalem. Sumber: Data primer, diolah Februari 2016 a) Kesejahteraan kurang karena gaji masih dibawah UMK. a) Menurut petugas tiket kesejahteraan diperhatikan. b) Menurut pedagang kesejahteraan kurang diperhatikan. a) Menurut petugas parkir kesejahteraan kurang diperhatikan. b) Menurut pemandu wisata kesejahteraan diperhatikan. 6) Fasilitas Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta Di Keraton Surakarta fasilitas memadai mulai dari adanya lahan parkir yang cukup luas untuk motor dan mobil, toilet umum untuk pria dan wanita, pedagang makanan dan minuman kemasan, cinderamata keraton, bahkan pedagang jamu tradisional, banyak tempat sampah mulai dari luar keraton hingga di dalam keraton, serta ada fasilitas tempat 80

41 istirahat bagi wisatawan mulai dari bagian luar hingga bagian pelataran keraton. Fasilitas pertama yang ada di Keraton Surakarta adalah tempat parkir. Keraton Surakarta memiliki dua lahan parkir, yaitu di dekat loket pertama dan di dekat pintu masuk. Lahan parkir di kedua tempat ini juga berbeda dimana lahan parkir di tempat pertama lebih luas untuk kendaraan roda dua, roda empat dan bus pariwisata, sedangkan lahan parkir di dekat loket kedua cukup sempit, hanya sanggup menampung beberapa motor pengunjung dan dipenuhi oleh banyak pedagang. Gambar IV.2 Gambar IV.3 Tempat Parkir 1 Tempat Parkir 2 (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) Fasilitas kedua yang ada di obyek wisata budaya Keraton Surakarta adalah toilet umum. Toilet ini terbagi menjadi dua yaitu satu untuk wanita dan satu untuk pria dengan jalur masuk cukup tertutup dan tertulis petunjuk dalam bahasa Inggris yaitu Gent dan Ladies. Kondisi toilet ini jauh dari kata bersih. Banyak debu dan kotoran yang menumpuk di sudut-sudut toilet. Kondisi pintu dan bak mandi juga jarang dibersihkan karena terlihat sangat kotor. Toilet umum yang berada di sebelah kiri pintu masuk juga timbul bau yang menyengat dan tidak diberi pengharum kamar mandi. Pengunjung yang menggunakan fasilitas toilet ini diwajibkan untuk membayar biaya kebersihan seikhlasnya tanpa dipatok tarif khusus. 81

42 Gambar IV.4 Toilet Umum (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) Fasilitas ketiga adalah pedagang yang berada di sepanjang rute dari museum ke pelataran keraton. Pedagang ini menjual makanan ringan, minuman kemasan, baju batik, kain batik, buku-buku cerita keraton, dan cinderamata keraton yang sebenarnya adalah usaha dari salah satu keluarga keraton dan mengutus orang lain yaitu istri dari mantan ajudan PB XIII untuk mengelola. Gambar IV.5 Pedagang di Dalam Lingkungan Keraton Surakarta (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) Untuk lingkungan di luar Keraton Surakarta atau di dekat pintu masuk keraton, terdapat satu pedagang yang menjual makanan ringan, minuman kemasan, buku-buku cerita keraton, blangkon, kipas dan lainlain. Dulunya tempat ini adalah koperasi keraton namun tidak berjalan lagi sehingga dialihkan menjadi tempat berjualan. Selain pedagang yang menjual barang-barang khas keraton, banyak pedagang asongan yang 82

43 berjualan di sekitar tempat parkir kedua. Pedagang ini antara lain pedagang jamu, pernak-pernik, es krim, alat jahit, mainan anak. Gambar IV.6 Pedagang di Luar Lingkungan Keraton Surakarta (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) Gambar IV.7 Pedagang Asongan di Luar Lingkungan Keraton Surakarta (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) Fasilitas yang keempat adalah tempat sampah. Di Keraton Surakarta ketersediaan tempat sampah cukup banyak dan letaknya strategis. Tempat sampah tidak tersedia dalam jenis organik dan anorganik, tetapi hanya tersedia untuk semua jenis sampah dan ada kantong sampah plastik, kayu hingga besi. Letak tempat sampah ini mulai dari pintu masuk di dekat pedagang, di dekat pintu masuk museum, di sudut museum hingga di sudut-sudut pelataran keraton. Dengan adanya tempat sampah ini maka pengunjung tidak akan kesulitan untuk membuang bungkus plastik bekas makanan atau minuman. Selain tempat sampah, pihak pengelola Keraton Surakarta juga menyediakan asbak puntung rokok di meja-meja tempat istirahat. 83

44 Gambar IV.8 Tempat Sampah di Keraton Surakarta Gambar IV.9 Asbak di Keraton Surakarta (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) Fasilitas kelima adalah tempat istirahat. Tempat istirahat ini berupa kursi yang terbuat dari kayu untuk istirahat pengunjung setelah berkeliling keraton. Kursi-kursi dan meja ini tersedia dari dekat pedagang di pintu masuk dan beberapa di depan museum Keraton Surakarta. Gambar IV.10 Kursi untuk Istirahat Wisatawan Gambar IV.11 Kursi untuk Istirahat Wisatawan (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) Fasilitas yang tidak ada di Keraton Surakarta adalah fasilitas tempat makan. Wisata Keraton Surakarta yang buka mulai dari pukul hingga membuat wisatawan sering melalui jam makan siang saat masih di keraton, namun di Keraton Surakarta atau di luar keraton hanya tersedia pedagang makanan ringan. Fasilitas terakhir yang tidak mendukung obyek wisata Keraton Surakarta adalah tidak ada fasilitas keamanan dan fasilitas kesehatan. Fasilitas keamanan seperti satpam seharusnya ada dikarenakan pengunjung dapat mencapai ratusan baik itu wisatawan dari sekitar Solo, luar Solo hingga luar negeri. Fasilitas keamanan berguna untuk menjaga 84

45 ketenangan dan kenyamanan wisatawan selama berwisata di keraton. Dengan wisatawan berlatar belakang berbeda dan usia mulai dari anakanak hingga lansia, fasilitas kesehatan sudah sepatutnya disediakan pihak pengelola. Namun fasilitas kesehatan misalnya kotak P3K tidak tersedia di obyek wisata Keraton Surakarta. Fasilitas yang tidak ada selanjutnya adalah fasilitas transportasi atau dalam hal ini adalah kerjasama antara pihak pengelola Keraton Surakarta dengan jasa layanan transportasi seperti travel atau ojek dan bus. Jika ada kerjasama wisatawan yang ingin berkunjung ke keraton dapat memiliki akses yang mudah, karena satu-satunya transportasi yang dapat menjangkau hingga kawasan Keraton Surakarta adalah becak. Fasilitas jasa yang juga nihil adalah kerjasama antara pihak pengelola Keraton Surakarta dengan penyedia jasa penginapan. Wisatawan dari luar kota dan luar negeri biasanya bertanya kepada pihak penginapan seperti hotel tempat wisata khas dari Solo dan bagaimana cara untuk ke Keraton Surakarta. Jika ada kerjasama maka pihak penginapan dapat menyediakan jasa transportasi kemudian diantar sampai keraton sehingga dapat memudahkan akses wisatawan dan sekaligus menjadi media promosi Keraton Surakarta. 85

46 Matrik IV.9 Fasilitas Obyek Tarik Wisata Budaya Keraton Surakarta No. Fasilitas Kondisi 1. Fasilitas tempat parkir Tersedia cukup luas. 2. Fasilitas toilet umum Tersedia dan terpisah antara pria dan wanita, tetapi kondisi kurang terjaga kebersihan. 3. Fasilitas pedagang Tersedia cukup banyak pedagang makanan ringan, minuman kemasan, dan cinderamata tentang Keraton Surakarta. 4. Fasilitas kebersihan Tersedia banyak tempat sampah dan asbak. 5. Fasilitas untuk istirahat Tersedia cukup banyak bangku untuk istirahat pengunjung. 6. Fasilitas untuk tempat makan Tidak tersedia. 7. Fasilitas keamanan Tidak tersedia. 8. Fasilitas kesehatan Tidak tersedia. 9. Fasilitas transportasi Tidak tersedia (tidak ada kerjasama dengan jasa penyedia layanan transportasi). 10. Fasilitas layanan jasa Tidak tersedia (tidak ada kerjasama dengan pihak penginapan). Sumber: Data Primer, diolah Februari ) Pemeliharaan Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta Di Keraton Surakarta dari bangunan hingga benda-benda di museum dibersihkan setiap hari oleh abdi dalem dan dibetulkan jika rusak. Hal ini terungkap pada pernyataan informan sebagai berikut: Bapak Dodi Ya dari abdi dalem itu tiap hari rutin dibersihkan sampah-sampahnya. Kalau ada yang rusak dibetulin. (Wawancara 7 Desember 2015) Ibu Eni Karena saya dari pagi sampai siang di loket terus kurang tahu nggih mbak tapi yang jelas setiap hari dibersihkan 86

47 oleh abdi dalem. Dibagian loket sini saya juga bersihkan tiap pagi pas mau buka. (Wawancara 6 Januari 2016) Abdi dalem yang setiap hari membersihkan bagian museum, pelataran keraton, serta bangunan keraton sudah memiliki kewajiban untuk membersihkan bagian tertentu seperti satu abdi dalem membersihkan satu benda koleksi, ada yang membersihkan bangunan museum dan bangunan keraton, dan ada pula yang menyapu di kawasan pelataran Keraton Surakarta. Seperti terungkap pada pernyataan sebagai berikut: Ibu Retno Kalau museum dan bangunan itu yang bersihin abdi dalemnya. Jadi ada tugas masing-masing ini bersihin ini gitu. Istilahnya gimana ya mbak tiap abdi dalem megang sendirisendiri yang dibersihkan apa. (Wawancara 6 Desember 2015) Bapak Setiadi Yang membersihkan itu abdi dalem sendiri. Ada yang diwajibkan membersihkan museum, kemudian pelataran. Ada tugasnya masing-masing. (Wawancara 17 Desember 2015) Hal serupa juga diungkapkan oleh manajer museum dan pariwisata Keraton Surakarta, bahwa setiap hari tempat wisata ini selalu dibersihkan. Namun ada satu hal yang dulu sudah pernah dilakukan yaitu bersih-bersih museum dan area pelataran keraton setiap hari Jumat saat ini sudah tidak dilakukan lagi, tetapi kegiatan Jumat bersih tersebut rencananya dijalankan lagi dan melibatkan pegawai serta pengelola, seperti yang terungkap berikut: KRMH Suryo Adi Wijoyo Nah kalau masalah pemeliharaan sebetulnya dulu sudah tapi agak macet jadi saat libur hari Jumat itu kita adakan bersihbersih barang yang kita tampilkan, semua turun tangan dari pegawai sampai pengageng. Dari museumnya ketika mau buka mesti bersih-bersih. (Wawancara 13 Januari 2016) 87

48 Dari seluruh informan baik itu pegawai maupun pengelola mengatakan bahwa Keraton Surakarta dibersihkan setiap hari. Tetapi berdasarkan hasil observasi banyak sampah terutama sampah daun di halaman depan museum, meskipun sudah dikumpulkan disatu sudut akan tetapi sampah tersebut tidak langsung dibuang. Selain itu meskipun sudah menyediakan cukup banyak tempat sampah, tetap ada pengunjung yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Gambar IV.12 Sampah Daun Berserakan (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) Gambar IV.13 Sampah yang Menumpuk (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) Pemeliharaan juga dapat terlihat dari penampilan bangunan dan benda koleksi. Berdasarkan hasil observasi atap di salah satu koridor depan museum mengalami kerusakan namun belum diperbaiki. Gambar IV.14 Kerusakan Atap di depan Museum Gambar IV.15 Kerusakan Atap di depan Museum (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) Selain atap di koridor depan museum, lantai di koridor depan museum salah satunya mengalami kerusakan namun tidak diganti dengan 88

49 ubin yang sama tetapi hanya diganti dengan kayu yang dibentuk menyerupai ubin. Gambar IV.16 Kerusakan Lantai di depan Museum (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) Benda-benda koleksi di Keraton Surakarta yang kurang terawat adalah beberapa kereta kuno yang dipajang di koridor musuem. Kondisi kereta sudah rusak dan catnya mengelupas. Padahal jika dirawat dengan baik kereta tersebut memiliki nilai artistik yang sangat indah. Gambar IV.17 Kereta Kuno yang Terbengkalai (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) Untuk bagian dalam museum keraton, berdasarkan hasil observasi ruangan terlihat tidak menarik karena pemasangan lampu yang tidak terang, cat tembok yang mengelupas, dan benda-benda koleksi di museum berdebu dan kotor. 89

50 Gambar IV.18 Gambar IV.19 Ruang Display Museum Cat Tembok yang Mengelupas yang Kurang Penerangan (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) Matrik IV.10 Pemeliharaan Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta No. Pemeliharaan Kondisi 1. Dibersihkan setiap hari oleh abdi dalem (petugas kebersihan). 2. Disapu setiap hari oleh abdi dalem (petugas kebersihan). 3. Tersedia banyak tempat sampah. Benda koleksi dan ruangan museum tetap berdebu. Masih ada sampah daun yang menumpuk. Masih ada beberapa sampah plastik yang menumpuk di hiasan. 4. Upaya perbaikan dan renovasi. Kerusakan di bagian atap bangunan museum dan ubin di museum. 5. Perawatan benda-benda koleksi. Ada kereta kuno terbengkalai dengan 6. Perawatan ruangan museum Keraton Surakarta. Sumber: Data primer, diolah Februari 2016 kerusakan yang parah. Ruangan museum terlihat gelap dan cat yang mengelupas. 8) Sumber Pendanaan Pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya Keraton Surakarta Terkait dengan sepinya obyek dan daya tarik wisata Keraton Surakarta dan setelah terjadinya kekisruhan antara calon Raja Keraton Surakarta pada beberapa tahun lalu, dampaknya dirasakan pada pembiayaaan pengelolaan obyek dan daya tarik wisata budaya mulai dari 90

51 gaji pegawai sampai biaya operasional Keraton Surakarta. Selain itu biaya operasional Keraton Surakarta dalam ranah wisata sepenuhnya mengandalkan tiket masuk Museum dan Pariwisata Keraton Surakarta seharga Rp ,00 untuk wisatawan domestik dan Rp ,00 untuk wisatawan asing, seperti pernyataan salah satu informan tersebut: Ibu Eni Itu saya kurang berkenan untuk menjawabnya tapi ya dari tiket masuk ini untuk mengelola yang di dalem sana terutama dari koleksi-koleksi yang dilihat pengunjung. (Wawancara 6 Januari 2016) Pernyataan dari petugas tiket dan informasi mengenai pembiayaan pengelolaan obyek dan daya tarik wisata budaya Keraton Surakarta diatas juga dikuatkan oleh pernyataan informan sebagai berikut: KRMH Suryo Adi Wijoyo...dan biaya operasional itu tidak bisa ditipu, kalau misal pemerintah memberikan bantuan baru bisa jalan untuk semuanya, karena kalau hanya mengandalkan dari tiket ini nggak bisa jalan terus, kelihatan kan gimana jumlah wisatawan yang datang hariannya. (Wawancara 13 Januari 2016) Dibenarkan bahwa sebagian besar biaya operasional Keraton Surakarta dan ranah pariwisatanya mengandalkan tiket masuk museum dan pariwisata Keraton Surakarta. Penjabaran lebih rinci lagi diungkapkan oleh pedagang yang berada di dalam keraton dimana dahulunya suami beliau menjadi ajudan Sinuhun Paku Buwono XIII sehingga cukup mengetahui mengenai pembiayaan pengelolaan museum dan parwisata serta keseluruhan pembiayaan Keraton Surakarta. Sebelum terjadi konflik, keraton mendapat bantuan dana dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebanyak 1,4 Milyar untuk jangka waktu 1 tahun pembiayaan pengelolaan keraton secara keseluruhan, kemudian dari Pemerintah Kota Solo sebanyak 360 Juta. Namun yang terjadi bantuan biaya operasional baik dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Solo sudah 3 91

52 tahun tidak ada. Selain dari tiket masuk museum dan pariwisata Keraton Surakarta, pihak keraton mendapat bantuan dari UNICEF sebagai donatur dan dari kerabat-kerabat Keraton Surakarta yang semula dari pihak luar kemudian diberi gelar kehormatan oleh keraton sehingga ikut membantu dalam pembiayaan Keraton Surakarta. Hal ini terungkap pada pernyataan informan berikut: Ibu Retno Wah dulu sebelum keraton ini terjadi kekrisuhan itu dulu ya mbak dari provinsi dapat dana 1,4 M untuk 1 tahun untuk gaji karyawan untuk suro ya pokoknya untuk biaya ini pengelolaan keraton. Dari pemkot 360 juta tapi sekarang sudah hampir 3 tahun ini tidak keluar karena pernah denger kan antara Sinuhun dengan badan lembaga dewan adat tidak bersatu jadi distop. Sekarang ada donatur dari luar negeri ada yang bantu dari UNICEF. Terus dari kita memberi gelar itu kan nanti mereka istilahnya nyengkuyung keraton. (Wawancara 6 Desember 2015) Pernyataan informan mengenai sumber pendanaan pengelolaan Keraton Surakarta juga dibenarkan oleh pernyataan KGPH Puger selaku Pengageng Museum dan Pariwisata Keraton Surakarta sebagai berikut: KGPH Puger Bicara masalah dukungan anggaran dulu sekitar 15 tahun yang lalu keraton mendapat subsidi dari Pemkot Surakarta dan Pemprop Jawa Tengah untuk pembiayaan upacara dan acara adat, gaji pegawai dan abdi dalem, dan atraksi budaya. Namun setelah ada konflik itu nggih kami memutuskan untuk mandiri dalam mengurusi semua dan kami tetap berusaha mendapatkan dana dari sumber lain, seperti dari tiket masuk ke obyek wisata karena tidak kena pajak, dari wewenang keraton memungut biaya penggunaan lahan di alun-alun saat sekaten dan bantuan dari kerabat-kerabat keraton. Dukungan anggaran tadi sampai sekarang masih terasa kurang apalagi dana untuk operasional keraton, untuk gaji pegawai dan abdi dalem, biaya pemeliharaan rutin, biaya sesaji dan upacara-upacara, biaya pengembangan kesenian dan kebudayaan di keraton sendiri secara rutin ada latihan keroncong, karawitan, menari dan masih banyak lainnya. Contoh ngeten mawon setiap hari Senin dan Kamis, keraton 92

53 mengeluarkan anggaran untuk membeli bunga segar itu untuk sajen sebesar Rp ,00. (Wawancara 14 Januari 2016) Permasalahan yang dihadapi oleh Keraton Surakarta adalah terkait dengan dukungan anggaran untuk biaya operasional keraton secara keseluruhuan. Setelah terjadinya konflik, pembiayaan pengelolaan dalam bentuk dana bantuan dari Pemerintah Kota Solo dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terhenti. Pemasukan dana untuk operasional Keraton Surakarta saat ini berasal dari tiket masuk obyek dan daya tarik wisata yang tidak kena pajak, wewenang keraton memungut biaya penggunaan lahan di alun-alun saat sekaten dan bantuan dari kerabat keraton yang diberi gelar kehormatan. Namun biaya operasional tersebut masih kurang karena digunakan untuk banyak hal meliputi gaji pegawai dan abdi dalem, biaya pemeliharaan rutin, biaya sesaji, upacara adat dan kegiatan budaya atau atraksi wisata, biaya pengembangan kesenian dan kebudayaan yang secara rutin diadakan. Matrik IV.11 Sumber Pendanaan Pengelolaan Keraton Surakarta No. Sebelum tahun 2012 Setelah tahun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebesar 1,4 M Pemerintah Kota Solo sebesar 360 Juta Tiket masuk Keraton Surakarta 4. - Bantuan kerabat Keraton Surakarta 5. Wewenang Keraton Surakarta - memungut biaya penggunaan alunalun utara Bantuan dana dari UNICEF. Sumber: Data primer, diolah Februari

54 9) Promosi Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya Keraton Surakarta Kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke Keraton Surakarta terjadi karena adanya promosi. Promosi dilakukan melalui radio yaitu RRI Solo dan melalui spanduk atau baliho besar berisi jadwal kegiatan budaya seperti Sekaten, Gerebeg Mulud dan Kirab Pusaka. Atraksi wisata tersebut kebanyakan dilaksanakan di Keraton Surakarta atau di alun-alun utara, sehingga dengan promosi simbol wisata ini dapat menambah kunjungan wisatawan baik dari dalam negeri atau luar negeri. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh pemandu wisata sebagai berikut: Bapak Setiadi Promosi lewat radio RRI kadang lewat spanduk besar pengumuman untuk pengunjung ada event di keraton. (Wawancara 17 Desember 2015) Selain promosi melalui radio lokal di Kota Solo, promosi dilakukan melalui media sosial seperti Facebook milik pegawai dan pengelola sendiri. Promosi juga dilakukan melalui kerjasama pengelola wisata Keraton Surakarta dengan biro-biro perjalanan seperti brosur wisata Kota Solo yang terdapat di setiap kantor biro perjalanan. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: KRMH Suryo Adi Wijoyo Sebenarnya promosi sudah, lewat facebook dari temanteman kemudian dari biro-biro perjalanan. Nanti kan kedepannya kita juga memikirkan program-program untuk tiketnya gimana fasilitasnya gimana. (Wawancara 13 Januari 2016) Lebih jelas lagi Pengageng Museum dan Pariwisata Keraton Surakarta menuturkan bahwa promosi obyek dan daya tarik wisata budaya Keraton Surakarta dilakukan melalui 4 macam, yang pertama yaitu bekerjasama dengan pengusaha batik dengan mengadakan pentas seni dan pameran berkaitan dengan batik khas Solo yang diselenggarakan di keraton dan hal tersebut bertujuan untuk menarik minat wisatawan 94

55 mengunjungi keraton. Kedua adalah tetap ada kerjasama dengan Pemerintah Kota Surakarta yaitu melalui website Kota Solo dengan mencantumkan Keraton Surakarta sebagai salah satu destinasi wisata Kota Solo. Promosi ketiga adalah kerjasama dengan biro travel yaitu Keraton Surakarta menjadi salah satu tujuan destinasi wisata di biro travel tersebut. Promosi yang terakhir adalah melalui media yaitu media cetak seperti koran, majalah, dan brosur serta media elektronik yaitu televisi yang menayangkan bangunan beserta isinya serta upacara adat tradisi dan kegiatan budaya. Hal ini terungkap pada pernyataan berikut: KGPH Puger Untuk promosi sendiri nggih mbak ada beberapa hal yang sudah dilakukan oleh keraton. Pertama, bekerja sama dengan pengusaha-pengusaha batik. Misalnya gini dengan mengadakan pentas seni dan workshop-workshop tentang batik, nah nantinya kegiatan itu lokasinya di keraton sendiri dan dapat menarik pengunjung untuk melihat pentas batik tadi sekaligus mengunjungi Keraton. Kedua, pihak keraton mengadakan kerjasama dengan pemkot, kalau anda bisa lihat di website Surakarta salah satu tempat wisatanya adalah keraton. Yang ketiga, pihak keraton mengadakan kerjasama dengan biro travel, dengan cara memasukkan keraton jadi salah satu tujuan wisata di biro travel. Terakhir melalui media baik media cetak seperti koran, majalah, dan pamflet maupun media elektronik misalnya TV dan video yang menyuguhkan keraton dalam bentuk visual audio, jadi nanti calon wisatawan dapat melihat keindahan dan keanggunan keraton dan pada akhirnya mereka akan berkunjung ke keraton. (Wawancara 14 Januari 2016) Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola wisata keraton dalam memperkenalkan simbol obyek dan daya tarik wisata budaya kepada masyarakat. Promosi wisata Keraton Surakarta melalui media cetak seperti brosur, koran, majalah, dan baliho tentang event keraton, melalui media elektronik seperti televisi dan radio, serta melalui media online seperti Facebook dan website Pemerintah Kota Surakarta. Promosi lainnya adalah melalui kerjasama dengan pengusaha 95

56 batik untuk menampilkan karyanya di Keraton Surakarta dengan tujuan menarik minat wisatawan lebih banyak, tetapi promosi ini sudah lama tidak terlaksana mengingat anggaran dana yang menipis. Promosi terakhir adalah melalui kerjasama dengan biro perjalanan yaitu wisatawan yang menggunakan jasa travel diajak untuk berwisata ke Keraton Surakarta, tetapi promosi ini tidak begitu efektif dikarenakan banyak wisatawan yang tidak menggunakan jasa biro perjalanan. Sehingga promosi yang paling efektif adalah melalui media cetak, media elektronik, dan media online. Matrik IV.12 Promosi Wisata Budaya Keraton Surakarta No. Media Promosi Keterangan 1. Media cetak Melalui koran, brosur, majalah, baliho event Keraton Surakarta. 2. Media elektronik Melalui televisi dan radio. 3. Media online Melalui facebook dan website Pemerintah Kota Solo Sumber: Data primer, diolah Februari Perkembangan Tata Kelola Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya Keraton Surakarta a. Perkembangan Tata Kelola Menurut Pemaknaan Wisatawan Pengetahuan wisatawan yang berpengaruh pada motivasi mengunjungi Keraton Surakarta dapat terlihat dari segi frekuensi mengunjungi obyek wisata Keraton Surakarta, melihat atraksi wisata budaya serta manfaat yang diperoleh setelah berkunjung ke Keraton Surakarta. 1) Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata Keraton Surakarta Wisatawan keraton dari sektor domestik dapat dikategorikan menjadi beberapa asal daerah seperti para informan asli dari Solo, asli dari luar Solo namun sedang kuliah di Solo, dan dari luar Solo yang sedang ada keperluan di Solo. Frekuensi kunjungan baik dari luar Solo 96

57 ataupun yang sudah cukup lama tinggal di Solo adalah satu kali. Hal ini diungkapkan dalam pernyataan berikut: Ajeng Baru pertama ini mbak. (Wawancara 10 Desember 2015) Bapak Anwar Baru pertama ini kalau ke keraton Solo. (Wawancara 12 Desember 2015) David Baru satu kali. (Wawancara 13 Desember 2015) Sementara itu untuk warga Solo asli frekuensi mengunjungi dan berwisata ke Keraton Surakarta cukup sering dilakukan. Seperti pernyataan Ibu Endang berikut: Ibu Endang Sering sih, kalau dulu-dulu sering kalau sekarang jarang. (Wawancara 10 Desember 2015) Untuk wisatawan mancanegara secara keseluruhan baru pertama kali berkunjung ke Keraton Surakarta. Pernyataan ini diungkapkan oleh beberapa infoman berikut: Vanny This is my first time, but I ve been here for three or four days. (Ini pertama kalinya tapi saya sudah di sini tiga atau empat hari, Wawancara 12 Desember 2015) Anna This is my first time. (Ini pertama kalinya, Wawancara 12 Desember 2015) Leon This is the first time. Because i came to Indonesia without planning it before. 97

58 (Ini pertama kalinya. Karena saya datang ke Indonesia tanpa merencanakan sebelumnya, Wawancara 13 Desember 2015) Mr. Akio First time been in Solo and this palace but second time been in Indonesia. (Pertama kalinya di Solo dan keraton tapi kedua kalinya saya di Indonesia, Wawancara 6 Desember 2015) Frekuensi wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke keraton untuk pertama kali menandakan bahwa obyek wisata keraton Surakarta kurang begitu menarik minat wisatawan dikarenakan buruknya kondisi fasilitas, kondisi bangunan dan museum dan perawatan produk wisata. Selain itu disebabkan pula oleh pengetahuan dan motivasi pada diri wisatawan. Wisatawan yang ingin mengetahui budaya Jawa dan memperkenalkan budaya Jawa ke anak atau saudara lebih sering berkunjung ke keraton. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perkembangan tata kelola dari segi kunjungan wisatawan tidak mengalami perkembangan yang signifikan karena kunjungan wisatawan hanya terjadi sekali. Matrik IV.13 Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta No. Kriteria Wisatawan Wisatawan Domestik Mancanegara 1. Perempuan Gol. Dewasa Lebih dari satu kali Satu kali 2. Laki-laki Gol. Dewasa. Satu kali Satu kali 3. Perempuan Gol. Muda. Satu kali Satu kali 4. Laki-laki Gol. Muda. Satu kali Satu kali Sumber: Data primer, diolah Februari

59 2) Motivasi Kunjungan Wisatawan Melihat Atraksi Wisata Budaya Keraton Surakarta Beberapa wisatawan domestik pernah melihat langsung atraksi wisata yaitu kegiatan budaya Keraton Surakarta seperti Kirab Pusaka 1 Suro, Sekaten, dan Gerebeg namun belum pernah melihat upacara adat karena aturan yang tidak boleh dilihat oleh masyarakat umum. Penuturan informan tersebut terungkap dalam pernyataan berikut ini: Ibu Endang Kalau buat yang kayak upacara adat di dalem keraton belum mbak, kan emang nggak boleh ya, tapi kalau kayak sekaten atau suro begitu pernah lihat. (Wawancara 10 Desember 2015) Hal senada berkaitan dengan pernah menyaksikan langsung kegiatan budaya keraton disampaikan oleh pernyataan informan berikut: Ajeng Nggak pernah sih. Cuma kalau yang suro itu pernah sekali saja aku lihatnya. (Wawancara 10 Desember 2015) Wisatawan domestik yang bertempat tinggal di Solo dan luar Solo belum pernah menyaksikan kegiatan budaya dan upacara adat tradisi. Seperti terungkap dalam pernyataan berikut: David Belum pernah sih kalau gue. (Wawancara 13 Desember 2015) Bapak Anwar Waduh belum pernah karena saya baru pertama ke Solo, tapi sering tahu ada acara tentang kegiatan-kegiatan yang diadain di keraton dari berita. (Wawancara 12 Desember 2015) 99

60 Begitu pula dengan wisatawan mancanegara yang belum pernah melihat atraksi budaya karena keterbatasan waktu, seperti terungkap pada pernyataan berikut: Vanny Anna Leon No.. (Tidak.., Wawancara 12 Desember 2015) No.. (Tidak, Wawancara 12 Desember 2015) No I haven t. (Belum pernah, Wawancara 13 Januari 2016) Mr. Akio so i have not seen any of that. (..jadi saya tidak melihat seluruh kegiatan budaya itu, Wawancara 6 Desember 2015) Bagi wisatawan yang pernah melihat kegiatan budaya seperti Sekaten dan Kirab Pusaka 1 Suro dikarenakan keingintahuan pada kesakralan benda-benda pusaka dan kerbau bule atau kerbau berwarna putih. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: Ajeng Lebih ke pengen tahu yang ditampilin di kirab itu apa aja. Benda-benda yang masih sakral gitu sama kebonya kayak gimana. (Wawancara 10 Desember 2015) Ibu Endang Ya itu tadi jadi orang Jawa biar tahu kebudayaan Jawa, masih ada benda-benda peninggalan sama kebo bule yang disucikan terus dilihatin ke masyarakat. (Wawancara 10 Desember 2015) Wisatawan domestik yang belum pernah melihat kegiatan budaya dan upacara adat tradisi memang tidak tertarik karena pengelola 100

61 kurang menjelaskan mengenai makna dan tujuan kirab. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: David Soalnya emang nggak begitu tertarik. Gimana ya kayak kurang ngejelasin aja arti misal apa itu kirab tujuannya kenapa. Kalau yang sekaten itu pernah sih sekali aja. (Wawancara 13 Desember 2015) Meskipun belum pernah melihat atraksi wisata budaya karena lokasi tempat tinggal di Tangerang tetapi informan tersebut mengakui bahwa yang dilihat dari berita atraksi wisata budaya seperti kirab dan sekaten menarik untuk masyarakat, sehingga masyarakat menjadi lebih tahu kebudayaan Jawa. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: Bapak Anwar Jauh kalau mau lihat. Cuma ya dari berita itu emang menarik banget buat masyarakat. Masyarakat jadi tahu yang masih ada di keraton. (Wawancara 12 Desember 2015) Wisatawan mancanegara belum pernah melihat atraksi budaya baik itu kirab pusaka, sekaten dan gerebeg karena di Indonesia selama beberapa hari saja dan jarak antara Indonesia dengan negara asal yang jauh. Seperti terungkap pada pernyataan informan sebagai berikut: Vanny..because I only stay for 3 days. (..karena saya di Solo hanya 3 hari, Wawancara 12 Desember 2015) Anna..I visit solo for 1 day...saya berkunjung ke Solo hanya 1 hari. Wawancara 12 Desember 2015) Leon Cause Solo so far away from my town. 101

62 (Karena Solo sangat jauh dari kota saya, Wawancara 13 Januari 2016) Mr. Akio I have no much time in here.. (Saya tidak punya waktu cukup banyak di sini.., Wawancara 6 Desember 2015) No. Matrik IV.14 Frekuensi dan Motivasi Melihat Atraksi Wisata Budaya Wisatawan Domestik Frekuensi Motivasi 1. Laki-laki Gol. Muda Belum pernah melihat. Tidak tertarik karena kurang penjelasan tentang makna dan tujuan kirab pusaka dan sekaten. 2. Perempuan Gol. Muda Pernah melihat Kirab Ingin tahu acara Kirab Pusaka, Pusaka. benda-benda pusaka dan kerbau bule. 3. Laki-laki Gol. Dewasa Belum pernah melihat. Lokasi tempat tinggal yang jauh dari Solo. 4. Perempuan Gol. Dewasa Pernah melihat Kirab Pusaka dan Sekaten. Ingin tahu budaya Jawa dengan benda-benda pusaka dan kerbau bule yang sakral. Wisatawan Frekuensi Motivasi Mancanegara 5. Laki-laki Gol. Muda Belum pernah melihat. Lokasi negara asal yang jauh. 6. Perempuan Gol. Muda Belum pernah melihat. Hanya di Solo 3 hari. 7. Laki-laki Gol. Dewasa Belum pernah melihat. Waktu di Indonesia terbatas. 8. Perempuan Gol. Dewasa Belum pernah melihat. Hanya di Solo 1 hari. Sumber: Data primer, diolah Februari

63 3) Informasi Obyek Wisata Keraton Surakarta Promosi dengan berbagai cara dapat menjaring kunjungan wisatawan lebih banyak ke Keraton Surakarta. Untuk wisatawan domestik terutama dari Kota Solo dan sekitarnya, mengetahui obyek dan daya tarik wisata Keraton Surakarta karena sudah lama tinggal di Solo. Kemudian wisatawan tersebut menginformasikan serta mengajak saudara dari luar Solo untuk berwisata ke Keraton Surakarta. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: Ibu Endang Kalau aku ya karena tinggal di Solo, tapi kalau saudara ada yang denger-denger ada juga yang tahu dari aku sendiri, aku ajakin kan belum pernah ke sini. (Wawancara 11 Desember 2015) Untuk wisatawan domestik yang berasal dari luar Solo dan sedang berkuliah di Solo, informasi mengenai simbol wisata budaya Keraton Surakarta diperoleh dari teman yang berwisata ke keraton terlebih dahulu atau asli dari Solo. Seperti terungkap pada pernyataan informan berikut: Ajeng Tahunya kalau aku dari temen. (Wawancara 12 Desember 2015) David Dari temen kuliah, katanya nggak pas kuliah di Solo kalau nggak ke keraton. (Wawancara 10 Desember 2015) Wisatawan domestik yang singgah sebentar di Kota Solo dengan tujuan wisata atau memiliki urusan bisnis mengetahui Keraton Surakarta melalui peta lokasi wisata di hotel tempat menginap dan mengetahui dari media elektronik yaitu televisi. Hal ini terungkap pada pernyataan berikut: 103

64 Bapak Anwar Dari ini sih lihat lokasi wisata di hotel tapi sebelumnya udah pernah tahu lewat televisi cuma baru ini berkunjung ke sini. Kebetulan saya ke Solo ketemu rekan bisnis nginep di hotel dan ada lokasi wisata apa aja di Solo jadinya saya pengen lihat keraton kayak apa. (Wawancara 12 Desember 2015) Akses informasi wisatawan domestik dengan wisatawan mancanegara tentunya berbeda. Untuk wisatawan mancanegara promosi yang telah dilakukan oleh pihak pengelola Keraton Surakarta tidak terakses secara langsung baik media online ataupun media cetak. Wisatawan mancanegara mengetahui dari orang lain yaitu dari saudara yang belajar di Indonesia, dari pemandu wisata saat berkunjung ke Yogyakarta, dari rekan sesama wisatawan asing dan dari orang Indonesia yang ditemui di penginapan. Hal tersebut terungkap pada pernyataan sebagai berikut: Vanny Nothing, I just met Spanish people and said I ve been in Solo and it s more quite than Yogyakarta. (Tidak ada, saya bertemu dengan orang Spanyol dan berkata saya di Solo dan ini lebih sepi dibanding Yogyakarta, Wawancara 12 Desember 2015) Anna I talked with the people in my hotel and I told that I like about historical and they tell me about this place. (Saya berbicara dengan orang di tempatku menginap dan saya bilang saya suka tentang sejarah dan mereka memberitahu saya tentang tempat ini, Wawancara 12 Desember 2015) Leon From my brother who studied in Indonesia. (Dari saudaraku yang belajar di Indonesia, Wawancara 13 Januari 2016) 104

65 Mr. Akio From my tour guide when I visited Yogyakarta. (Dari pemandu wisataku saat saya sedang mengunjungi Yogyakarta, Wawancara 6 Desember 2015) Perkembangan tata kelola obyek dan daya tarik wisata berkaitan dengan promosi yang telah dilakukan oleh pengelola melalui media elektronik, media online, dan media cetak. Hal ini kemudian terakses oleh wisatawan sehingga mengetahui keberadaan wisata Keraton Surakarta. Namun usaha promosi pihak pengelola hanya terakses oleh satu wisatawan domestik yang melihat dari media elektronik yaitu televisi dan dari lokasi wisata Kota Solo dipenginapan. Wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara lainnya mengetahui wisata keraton melalui teman, saudara atau sesama wisatawan dari mancanegara yang telah berkunjung ke Keraton Surakarta. Kenyataannya tersebut membuktikan bahwa perkembangan tata kelola dari usaha promosi memberikan hasil. 4) Kesesuaian Antara Pemikiran Wisatawan dengan Kondisi Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta Pengetahuan yang ada dibenak wisatawan yaitu Keraton Surakarta sebagai sumber kebudayaan Jawa dan sekarang menjadi obyek wisata dengan penyajian dan tampilan yang penuh dengan unsur Jawa mulai dari bangunan hingga benda-benda peninggalan sejarah khas dari suku Jawa sangat sesuai dengan pemikiran wisatawan yang baru pertama kali berkunjung ke Keraton. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: David Sesuai lah sama bayangan saya, ada unsur-unsur Jawa macem keris sama yang lainnya. Pokoknya hal yang ditemuin dari suku Jawa, khas gitu. (Wawancara 10 Desember 2015) 105

66 Keraton Surakarta yang penuh dengan unsur khas suku Jawa dalam penyajian dan tampilan obyek wisata, dalam hal perawatan bangunan dan benda-benda di museum tidak sesuai dengan pemikiran dibenak wisatawan domestik dari Kota Solo karena dari tahun ke tahun keadaan obyek wisata di Keraton Surakarta tampilannya tidak ada yang berubah. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: Ibu Endang Dari dulu aku ke sini sampai sekarang kok keraton nggak terawat ya nggak ada yang berubah. Kalau denger berita keraton kayak pemasukan untuk perawatan kurang karena segini gedhenya. (Wawancara 11 Desember 2015) Pemikiran wisatawan yang pertama kali berkunjung ke Keraton Surakarta juga tidak sesuai dengan kenyataan kondisi obyek wisata karena bangunan yang sudah sangat tua, penerangan museum yang kurang dan berbeda dengan foto di internet, bangunan dan museum yang kurang terawat seperti atap yang rusak dan koleksi benda di museum yang kotor. Hal ini terungkap pada pernyataan berikut: Ajeng Nggak sih kayak gimana ya udah tua bangunannya. Terus nyeremin museumnya beda sama kayak difoto-foto gitu, kan kalau di foto kelihatan terang. (Wawancara 12 Desember 2015) Bapak Anwar Belum, nggak terawat banget bangunannya sama isi museumnya. Padahal arsitektur klasiknya bisa jadi point wisatanya tapi ya bisa dilihat kalau banyak bangunan yang udah rusak atapnya jebol, koleksi museumnya yang kotor banget. (Wawancara 12 Desember 2015) Begitu pula dengan wisatawan mancanegara yang baru pertama kali berwisata ke Keraton Surakarta pemikiran tentang sajian di keraton sesuai dengan kondisi yang ada karena obyek wisata tersebut sudah 106

67 lengkap dalam menyajikan arsitektur bangunan klasik dan kebudayaan Jawa. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: Leon Because I like old building and culture, I think it is good enough. (Karena saya suka bangunan tua dan budaya, saya pikir ini cukup bagus, Wawancara 13 Januari 2016) Untuk wisatawan mancanegara penting sekali petunjuk atau tanda dalam bahasa Inggris yang menjelaskan mengenai obyek wisata Keraton Surakarta seperti sejarah keraton, kegunaan benda-benda peninggalan sejarah, kegunanaan bangunan, dan gambaran keraton saat ini dengan raja yang masih berkuasa serta beberapa informasi dasar seperti tempat membeli tiket dan rute wisata keraton. Keraton Surakarta sangat menarik kunjungan wisatawan mancanegara jika beberapa informasi tersampaikan dengan jelas dan dapat dimengerti, seperti ungkapan berikut ini: Vanny I don t know because I just arrived like 20 minutes ago. You know maybe they can put some information about this place. It s nice to see this place, but they should put some basic information. (Saya tidak tahu karena saya sampai di sini baru sekitar 20 menit yang lalu. Kamu tahu mungkin mereka (pengelola) dapat menaruh beberapa informasi mengenai tempat ini. Bagus untuk berkunjung ke tempat ini, tetapi mereka harus menaruh beberapa informasi dasar, Wawancara 12 Desember 2015) Wisatawan mancanegara juga membandingkan dengan Keraton Yogyakarta yang terlihat terawat, bersih dan penerangan yang cukup, tetapi saat berwisata ke Keraton Surakarta kondisinya tidak sesuai dengan pemikiran wisatawan sebelumnya karena banyak tempat 107

68 terutama di museum yang kurang penerangan. Seperti terungkap pada pernyataan berikut: Mr. Akio If compared to palace in Yogyakarta, I think this is didn t like my expectation. This place is not so clean, and there is so many room that dark. (Jika saya bandingkan dengan keraton di Yogyakarta, saya pikir ini tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Tempat ini tidak bersih dan banyak ruangan yang gelap, Wawancara 6 Desember 2015) Kondisi Keraton Surakarta dalam penilaian pengelolaan dan pelayanan yang kurang terawat, penerangan ruang museum yang kurang, sedikitnya informasi dan pemandu wisata yang menggunakan bahasa Inggris membuat salah satu wisatawan mancanegara tidak akan merekomendasikan Keraton Surakarta kepada temannya. Hal ini terungkap pada pernyataan berikut: Anna Mmm not really. If my friend ask me, I will not recommend this place. (Mmm tidak. Jika teman saya bertanya, saya tidak akan merekomendasikan tempat ini, Wawancara 12 Desember 2015) Dari beberapa ulasan diatas pengelolaan yang telah dilakukan oleh pihak pengelola Museum dan Pariwisata Keraton Surakarta dengan pemikiran wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara yang beberapa kali berkunjung atau baru satu kali berkunjung sudah sesuai dengan keinginan yang ingin diperoleh wisatawan. Hal ini terlihat pada keinginan wisatawan untuk mengetahui budaya suku Jawa dengan arsitektur bangunan yang klasik serta benda-benda peninggalan khas suku Jawa seperti keris, baju, miniatur rumah, dan alat-alat tradisional lainnya. Namun bagi beberapa wisatawan obyek wisata Keraton Surakarta jauh dari pemikiran wisatawan karena kondisi bangunan yang 108

69 kurang terawat, kurang bersih, banyak kerusakan, penerangan untuk museum yang kurang, dan kurang informasi atau penjelasan dalam bahasa Inggris. Matrik IV.15 Kesesuaian Antara Pemikiran Wisatawan dengan Kondisi Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta No. Kategori Wisatawan Domestik Wisatawan Mancanegara 1. Sudah sesuai Benda-benda Arsitektur bangunan dan peninggalan sejarah khas budaya Jawa yang kental. suku Jawa. 2. Tidak sesuai Bangunan kurang Bangunan kurang terawat, terawat, kebersihan kebersihan kurang, kurang, penerangan penerangan museum museum kurang. kurang, sedikit informasi menggunakan bahasa Inggris. Sumber: Data primer, diolah Februari ) Manfaaat yang Diperoleh Wisatawan Setelah Berwisata ke Keraton Surakarta Pengelolaan terhadap simbol fisik dan simbol non fisik oleh pihak pengelola museum dan pariwisata Keraton Surakarta dapat tersampaikan dengan jelas kepada wisatawan. Wisatawan sudah tahu mengenai sejarah Keraton Surakarta, isi dari keraton itu sendiri, bendabenda peninggalan sejarah, adat istiadat Jawa, arsitektur bangunan yang megah, mengetahui bahwa masih ada raja yang berkuasa dan berbagai macam atraksi wisata. Penjelasan tersebut terungkap dalam pernyataan para informan sebagai berikut: 109

70 Ibu Endang Kalau aku lebih tahu di Solo dulu ada kerajaan tahu sejarahnya yang sampai sekarang masih ditinggalin raja. Kalau ponakan aku yang aku ajakin sekarang dia kan dari Purwokerto baru pertama ke sini jadi dia tahu kalau Solo ada keraton yang bisa dibanggakan. (Wawancara 11 Desember 2015) Ajeng Cuma kayak udah tahu bangunanya kayak gimana, isinya apa aja gitu sih. (Wawancara 12 Desember 2015) Bapak Anwar Ya tahu sejarah kerajaan yang ada di Solo, jaman dulu benda-benda yang ada apa aja, tradisinya gimana, adatnya gimana. (Wawancara 12 Desember 2015) David Tahu kalau keraton Solo itu gimana, peninggalanya apa aja, sama tahu kalau rajanya ada sampai sekarang tapi nggak ada kekuasan macem kayak yang di Jogja. (Wawancara 10 Desember 2015) Hal serupa mengenai yang didapat oleh wisatawan mancanegara setelah berkunjung ke Keraton Surakarta juga terungkap dalam pernyataan wisatawan mancanegara sebagai berikut: Leon I feel amaze and start to like Indonesia because of it s culture, especially about this palace, or keraton. Thanks to you for explain it to me. Because it believe there is not much foreign tourist know a fact that king of Solo is still alive. (Saya merasa takjub dan mulai untuk menyukai Indonesia karena kebudayaan terutama tempat ini atau keraton. Terimakasih untuk anda yang telah menjelaskan pada saya. Karena hal itu saya percaya tidak banyak turis asing yang tahu fakta bahwa raja Keraton Solo masih hidup, Wawancara 13 Januari 2016) Mr. Akio Now I know history about this place. (Sekarang saya tahu sejarah tentang tempat tersebut, Wawancara 6 Desember 2015) 110

71 Wisatawan mengaku mendapat pengetahuan tentang kebudayaan dan sejarah Jawa setelah berwisata keraton. Namun bagi beberapa wisatawan tidak mengerti tentang Keraton Surakarta dikarenakan kurangnya informasi mengenai bangunan dan benda-benda di keraton dalam bahasa Inggris, sehingga wisatawan mancanegara hanya melihat arsitektur bangunan Keraton Surakarta. Seperti ungkapan berikut: Vanny I get nothing information about this place. I just know that this place is one of building culture in Indonesia. (Saya tidak mendapat informasi apa-apa tentang tempat ini. Saya hanya tahu bahwa tempat ini adalah salah satu bangunan budaya di Indonesia, Wawancara 12 Desember 2015) Anna I get nothing, because you know theres no one who speaks English, so I get nothing. (Saya tidak mendapat apa-apa, karena kamu tahu di sini tidak ada yang bisa berbicara bahasa Inggris, jadi saya tidak dapat apa-apa, Wawancara 12 Desember 2015) Meskipun penilaian terhadap Keraton Surakarta yang buruk berkaitan dengan pengelolaan dan pelayanan tetapi tata kelola yang diterapkan oleh pengelola supaya wisatawan mengetahui tentang kebudayaan Jawa tersampaikan dengan baik. Wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara paham jika di Keraton Surakarta masih ada raja yang berkuasa, tahu simbol kejayaan pada masa lalu dalam bentuk bangunan, sejarah keraton, benda-benda peninggalan sejarah, kegiatan budaya dan upacara adat tradisi di Keraton Surakarta. 111

72 Matrik IV.16 Manfaaat yang Diperoleh Wisatawan Setelah Berwisata ke Keraton Surakarta No. Wisatawan Domestik Wisatawan Mancanegara 1. Mengetahui ada raja yang masih berkuasa. Mengetahui ada raja yang masih berkuasa. 2. Mengetahui sejarah dan Mengetahui sejarah dan budaya budaya Keraton Surakarta, Keraton Surakarta. benda-benda peninggalan sejarah, adat dan tradisi, isi Keraton Surakarta. Sumber: Data primer, diolah Februari 2016 b. Perkembangan Tata Kelola Menurut Pemaknaan Pengelola Kegiatan pariwisata Keraton Surakarta yang sudah mengalami metamorfosa terutama dari segi struktur organisasi berpengaruh cukup besar terhadap perkembangan kegiatan pariwisatanya. Dampaknya dapat terlihat dari perkembangan kegiatan pariwisata sebelum mengenal struktur organisasi modern dan setelah mengenal struktur organisasi modern. 1) Perkembangan Kegiatan Pariwisata Keraton Surakarta Keraton Surakarta sejak 1963 sudah dibuka menjadi tempat wisata hingga saat ini kondisi bangunan mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan. Pada dasarnya konstruksi bangunan, koleksi museum dan adat budaya di Keraton Surakarta harus berwujud asli sesuai dengan saat keraton berdiri. Dengan kondisi yang sudah berubah yaitu ditampilkannya Keraton Surakarta sebagai obyek wisata budaya, maka pengelolaan dari pertama kali beroperasi sampai sekarang sudah sekitar 50 tahun mengalami perubahan-perubahan terutama dalam cara mengelola obyek wisata keraton demi tujuan pelestarian kebudayaan dan penghidupan keluarga serta abdi dalem keraton. 112

73 Pengelolaan obyek wisata Keraton Surakarta yang dimulai sejak tahun 1963 sampai 2016 saat ini mengalami perbedaan. Pada saat awalawal keraton dibuka untuk obyek wisata, pengelolaan sangat bergantung pada perintah Paku Buwono XII yaitu keraton hanya dibuka begitu saja untuk obyek wisata dan tidak memikirkan strategi serta program kedepannya karena masih ada campur tangan pemerintah. Namun setelah terjadinya konflik internal di Keraton Surakarta, pemerintah sudah lepas tangan dan wisata keraton menjadi pendapatan utama untuk merawat seluruh kompleks Keraton Surakarta seluas 10 hektar dan menggaji ratusan abdi dalem. Untuk saat ini dibawah kepemimpinan Paku Buwono XIII dan KGPH Puger dan setelah mengadopsi struktur organisasi modern pada tahun 2009 yaitu pengelola pada bidang sekretaris, bendahara dan manajer menerapkan organisasi modern, sehingga pengambil kebijakan, pengawasan, pengelolaan keuangan tidak hanya berpusat pada pengageng saja. Seperti terungkap pada pernyataan berikut ini: KRMH Suryo Adi Wijoyo Jelas beda. Kalau dari pengelolaan itu kan banyak kita punya program kita punya pegawai, kalau dulu cuma dibuka begitu saja belum memikirkan kedepannya, pemerintah masih ambil bagian disitu. Setelah Paku Buwono ke XII pengelolaan beda karena menjadi pendapatan utama. Setelah itu dikaji kalau ini semua nggak cukup buat gaji abdi dalem buat merawat semua bangunan yang 10 hektar. Kemudian ada terobosan-terobosan dan pemikiran, kalau dulu kan belum melihat kearah itu, kalau sekarang sudah melihat karena pemerintah sudah lepas tangan. Dan dulu dhawuh dari Swarga Sinuhun Paku Buwono XII masih istilahnya jadi manut banget gitu, kalau sekarang kondisinya sudah seperti ini. Makanya saya kemudian ditunjuk sama beliau karena kita butuh satu pemikiran yang bisa memahamai jaman sekarang ya bisa memahami jaman dulu, kalau keraton harus dua arah itu. (Wawancara 13 Januari 2016) Keraton Surakarta sejak awal berdiri menjadi obyek wisata budaya sudah memiliki pengelola yaitu abdi dalem keraton dan cara mengelola wisata keraton sudah mengalami banyak perbaikan. Perbaikan 113

74 pengelolaan sampai saat ini belum optimal dikarenakan pembenahan pola manajemen tidak cukup dengan pembentukan organisasi pengelola keraton tetapi perlu perencanaan yang matang dan visioner namun tetap melestarikan dan menjaga keraton, penempatan personal secara profesional yang sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak hanya merekrut dari pihak keluarga keraton, dan harus ada koordinasi dan pengawasan terhadap benda-benda koleksi di museum Keraton Surakarta. Hal ini terungkap pada pernyataan KGPH Puger sebagai berikut: KGPH Puger Jadi gini nggih awal berdirinya Keraton sebagai tempat wisata ini, sudah memiliki tenaga kerja dan pengurus yaitu abdi dalem keraton itu sendiri, tapi dengan upah yang diterima tidak besar, nah hal ini karena loyalitas mereka terhadap keraton yang sangat tinggi. Dan pengelolaan wisata keraton dulu dan sekarang sudah mengalami perbaikan tapi belum optimal dan belum mapan karena saya sendiri menyadari hal itu. Sebenarnya perlu adanya penyegaran sumber daya manusia karena secara situs, Keraton Surakarta landasannya sudah mapan. Untuk membenahi pola manajemen di Keraton Surakarta nggih mbak tidak cukup dengan pembentukan suatu badan pengelola saja tapi harus didukung dengan perencanaan yang matang, dengan langkah-langkah menempatkan keraton sebagai suatu cagar budaya yang harus dijaga dan dilindungi dari kepentingan apapun, jadi nggak boleh itu ada namanya misal ngerubah keraton supaya wisatawan bisa ngrasakke nginep di sini. Terus direkrutnya orang-orang profesional di bidangnya, yang bisa mengatur di manajemen, yang bisa itung-itungan di bendahara. Dan yang paling penting itu harus ada yang koordinir dan ngawasi koleksi benda di museum biar nggak jadi kepemilikan pribadi. (Wawancara 14 Januari 2016) Keraton Surakarta dari pertama kali dibuka menjadi obyek wisata sampai saat ini tidak ada perubahan. Pada saat keraton mengalami kebakaran pada tahun 1985, pembangunan ulang juga serupa dengan bentuk bangunan awal. Di Museum Keraton Surakarta pun tidak ada perubahan atau inovasi pengemasan benda-benda koleksi dan hanya dibersihkan saja. Hal ini terungkap pada pernyataan petugas parkir berikut: 114

75 Bapak Dodi Dari dulu sampai sekarang tetep seperti ini aja mbak. Dulu pas keraton terbakar tahun 85 dibangunnya seperti itu lagi. Museum juga nggak ada paling dibersih-bersihin. (Wawancara 7 Desember 2015) Ada alasan yang melandasi yaitu Keraton Surakarta sampai saat ini masih dipimpin oleh Raja Paku Buwono XIII serta ada aturan dan ketetapan dari pertama Keraton Surakarta berdiri yang tidak boleh dilanggar bahkan diubah. Jika ada perubahan-perubahan bangunan atau batas tempat yang boleh dikunjungi wisatawan dikhawatirkan akan terjadi hal-hal tidak diinginkan karena kesakralan dari setiap sudut bangunan dan benda-benda masih terasa kental seperti menurut kepercayaan bahwa banyak penjaga keraton yang tidak kasat mata sehingga harus hati-hati dalam setiap perbuatan dan perkataan. Masukan-masukan yang disampaikan oleh wisatawan selama ini hanya ditampung saja, tetapi untuk beberapa masukan seperti perbaikan bagian bangunan yang rusak dan tidak perlu perubahan secara menyeluruh hal itu dapat terealisasi. Seperi terungkap pada pernyataan pemandu wisata, pedagang, dan petugas tiket sebagai berikut: Bapak Setiadi Ya nggak ada itu kan sudah ketetapan dari keraton jadi tidak dirubah. (Wawancara 17 Desember 2015) Ibu Retno Duh apa ya mbak, kayaknya nggak ada. Saya lihat gitugitu aja, kalau dirubah mungkin takut kenapa-kenapa. Banyak yang kasih ide tapi ya ditampung aja. (Wawancara 6 Desember 2015) Ibu Eni Kalau yang diubah saya lihat nggak ada mbak, soalnya keraton ini kan masih ada rajanya sampai sekarang jadi masih jaga kesakralan. Kalau ada masukan dari pengunjung hanya diubah dibenahi sedikit tidak secara menyeluruh. (Wawancara 6 Januari 2016) 115

76 Hal serupa juga diungkapkan oleh KRMH Suryo Adi Wijoyo selaku manajer dari obyek wisata Keraton Surakarta mengenai perubahan yang ada di Keraton Surakarta sebagai berikut: KRMH Suryo Adi Wijoyo Kalau keraton itu tetep jangan sampai diubah. Tapi kalau wisatawan ada masukan diperbaiki direnovasi dibuat lebih bagus ya kita tampung tapi harus tetap sesuai dengan aturan yang sudah ada di keraton. (Wawancara 13 Januari 2016) Di Keraton Surakarta tidak terjadi perubahan baik pada bangunan dan koleksi museum ataupun penambahan kegiatan wisata. Keraton Surakarta sudah mempunyai tatanan aturan sendiri yang tidak boleh dilanggar atau diubah. Cikal bakal adat dan budaya Jawa tetap berada pada jalurnya sehingga yang disajikan untuk wisatawan sangat identik. Pengelolaan obyek wisata Keraton Surakarta sedari awal menampilkan museum dan pelataran keraton serta hanya ada penambahan tempat pembelian tiket dan informasi di dekat Kori Kamandungan Lor karena lokasinya strategis. Jika wisatawan sudah membeli tiket di loket pertama dan ingin berfoto dengan prajurit Keraton Surakarta maka disediakan fotografer dan foto bisa langsung dicetak. Jika tidak ingin berfoto, maka wisatawan berjalan sekitar 300 meter untuk sampai di pintu masuk dan menunjukkan tiket kepada pegawai pemeriksa tiket. Setelah itu wisatawan ditawarkan pemandu wisata dan jika tidak memakai pemandu wisata, wisatawan diarahkan untuk berbelok ke arah kanan untuk menuju pelataran keraton terlebih dahulu kemudian melihat-lihat koleksi benda di museum Keraton Surakarta. Rute masuk Keraton Surakarta dibuat seperti itu tujuannya agar wisatawan tahu mengenai sejarah Keraton Surakarta, makna dan filosofi Keraton Surakarta dari setiap bangunannya, serta norma-norma yang ada di Keraton Surakarta, terlebih lagi jika wisatawan memakai jasa pemandu wisata. Alasan lainnya karena bangunan keraton yang lain masih penuh dengan nilai kesakralan serta untuk menghormati privasi dari keluarga 116

77 Keraton Surakarta. Penjelasan tersebut terungkap pada pernyataan pemandu wisata sebagai berikut: Bapak Setiadi Pertama beli tiket dulu di depan, kemudian ke pelataran kemudian ke museum keraton. Biar tahu sejarah, maknanya apa, larangannya gimana. Biar wisatawan itu nggak bingung biar tahu semuanya. Dan memang wisatawan hanya boleh ke museum dan pelataran keraton saja, karena tempat yang lain masih sangat sakral dan menghormati privasi keluarga keraton. (Wawancara 17 Desember 2015) Ungkapan pemandu wisata diatas diperjelas oleh pernyataan manajer museum dan pariwisata Keraton Surakarta mengenai rute masuk ke obyek wisata budaya Keraton Surakarta sebagai berikut: KRMH Suryo Adi Wijoyo Sebenarnya jalur masuk itu dari pagelaran yang sekarang jadi tempat pasar sementara, setelah itu naik ke Sitiinggil, setelah itu ke sini masuk ke Kori Lenteng, Kori Brajanala, setelah itu ke Kori Roto ke Kamandungan, setelah itu ke pelataran keraton baru masuk museum. Dari dulu sudah seperti itu jalurnya. Tapi karena situasi yang macet akhirnya masyarakat terkonsentrasi ke sini. (Wawancara 13 Januari 2016) Manajer Museum dan Pariwisata Keraton Surakarta mengungkapkan rute masuk wisatawan ke Keraton Surakarta adalah dari pagelaran (tempat Pasar Klewer sementara), melewati Kori Lenteng dan Kori Brajanala, melewati Kori Roto dan Kori Kamandungan, kemudian ke pelataran Keraton Surakarta dan terakhir adalah museum Keraton Surakarta. Setelah melihat situasi yang semakin macet maka konsentrasi rute masuk Keraton Surakarta dimulai dari tempat membeli tiket di dekat Kori Roto dan berakhir di museum Keraton Surakarta. Perkembangan tata kelola suatu obyek wisata di daerah tidak lepas dari peran pemerintah kota. Di Keraton Surakarta pernah terjadi perebutan kekuasaan sehingga terjadi konflik dua kubu yang harus 117

78 didamaikan oleh pemerintah, tetapi tidak berakhir dengan damai, sehingga Pemerintah Kota Solo tidak lagi campur tangan mengenai urusan tata kelola wisata Keraton Surakarta meskipun sangat mendukung pelestarian budaya. Lepas tangan Pemkot Solo berdampak pada biaya operasional Keraton Surakarta mulai dari gaji abdi dalem, perbaikan dan perawatan bangunan, pelaksanaan upacara adat dan kegiatan budaya, hingga pengadaan untuk sesaji dilakukan secara mandiri oleh pihak Keraton Surakarta. Seperti terungkap pada pernyataan kedua informan berikut: Bapak Setiadi Pemkot akhir-akhir ini tidak ada peran untuk wisata keraton. Semua abdi dalem merasakan. Makanya keraton mandiri membiayai operasionalnya sendiri. (Wawancara 17 Desember 2015) Ibu Retno Sebetulnya mendorong sekali pelestarian budaya. Tapi ya itu mungkin karena kisruh ya. Makanya sekarang keraton mandiri wong dana distop. (Wawancara 6 Januari 2016) Mengenai peran Pemerintah Kota Solo dalam pengelolaan obyek wisata budaya yang tidak aktif lagi juga didukung oleh pernyataan informan pendukung sebagai berikut: KRMH Suryo Adi Wijoyo Peran pemkot sebenarnya sudah dimasukkan ke dalam agenda utama wisata di Solo seperti gunungan, muludan, suro, sekaten sudah dimasukkan dan pemkot yang jadi pemangku kota Solo sudah mencoba masuk ke area keraton tapi masih belum bisa dibicarakan dengan duduk bersama beliau-beliau dari generasi dulu kan tidak mungkin kalau langsung dilimpahkan begitu saja ke generasi sekarang. (Wawancara 13 Januari 2016) Sampai saat ini antara Pemerintah Kota Solo dan pihak Keraton Surakarta belum dapat membicarakan dampak konflik keraton secara bersama-sama sehingga Pemkot Solo sudah lepas tangan mengenai bantuan biaya operasional. Meskipun begitu tetap ada kerjasama dengan 118

79 memasukkan kegiatan budaya seperti gunungan, muludan, suro dan sekaten serta keraton itu sendiri ke dalam agenda utama wisata Kota Solo. Perkembangan kegiatan pariwisata yang terjadi di Keraton Surakarta dari pertama kali beroperasi tahun 1963 sampai 2008, pengelolaannya masih belum optimal. Terlihat dari pengelola yang belum memiliki program kerja, pegawai diangkat dari abdi dalem, obyek wisata hanya diawasi oleh abdi dalem, bangunan dan benda peninggalan sejarah tidak ada yang berubah, rute wisata keraton dari pagelaran (tempat Pasar Klewer sementara) dan mendapat bantuan dana untuk pemerintah. Tetapi mulai dari tahun 2009 atau setelah mengadopsi struktur organisasi modern, pengelola wisata keraton mulai menyusun program kerja, pegawai yang profesional dibidangnya, obyek wisata diawasi oleh pengelola, bangunan dan benda peninggalan sejarah diperbaiki, rute masuk hanya dari pelataran keraton lalu ke museum, obyek wisata keraton menjadi pendapatan utama dan peran Pemkot Solo sebatas membantu dalam bidang promosi. Matrik IV.17 Perkembangan Tata Kelola Obyek Wisata Keraton Surakarta No. Ditinjau dari Perkembangan Tata Kelola 1. Obyek Wisata a) Direnovasi dan diperbaiki bagian yang rusak Keraton Surakarta namun tidak merubah secara keseluruhan. b) Rute wisata Keraton mulai dari pelataran kemudian ke museum keraton. c) Obyek wisata keraton diawasi oleh pegawai dan pengelola. 2. Pengelolaan Keraton Surakarta Sumber: Data primer, diolah Februari 2016 a) Memiliki program kerja. b) Memiliki pegawai dengan direkrutnya orangorang profesional dibidangnya. c) Obyek wisata Keraton Surakarta menjadi pendapatan utama. d) Peran Pemerintah Kota Solo membantu dalam hal promosi obyek wisata dan atraksi wisata. 119

80 2) Kunjungan Wisatawan Obyek Wisata Budaya Keraton Surakarta Karakteristik wisatawan obyek wisata budaya Keraton Surakarta berasal dari daerah dan latar belakang yang berbeda. Wisatawan Keraton Surakarta yang berasal dari Indonesia karakteristiknya adalah rombongan keluarga dan rombongan wisata dari kantor serta sekolah. Hal tersebut seperti ungkapan berikut ini: Bapak Dodi..kalau dari orang Indonesia kebanyakan ngajak keluarganya yang merantau-merantau itu buat liburan. (Wawancara 7 Desember 2015) Ibu Retno..dari luar Solo, kalau dari Solo sendiri malah jarang ke sini, kalau nggak nganter saudara nggak kesini. Mungkin kurang promo ya kalau di dalem Solo kalau di luar Solo kan lihat dari internet bisa. (Wawancara 6 Desember 2015) Ibu Eni Kebanyakan dari keluarga ya biasa keluarga dari luar Solo belum pernah ke keraton atau dari rombongan wisata luar kota biasanya pakai bus itu mungkin acara dari sekolah. (Wawancara 6 Januari 2016) Hal tersebut didukung oleh Manajer Museum dan Pariwisata Keraton Surakarta, seperti pernyataan berikut: KRMH Suryo Adi Wijoyo Kebanyakan itu malah akademisi dari TK, SD, SMP, SMA. Kalau dari reguler itu dari masyarakat yang masih paham dan yang bilang kalau dulu hidupnya di Solo terus datang ke Solo ke tempat saudara diajak ke keraton lagi. (Wawancara 13 Januari 2016) Sedangkan wisatawan mancanegara berwisata ke Keraton Surakarta karena ingin tahu budaya dan sejarah keraton dan berasal dari Asia dan Eropa yaitu Jepang, Malaysia, dan Belanda, seperti terungkap dalam pernyataan berikut: 120

81 Ibu Retno Kebanyakan yang banyak dari luar negeri. (Wawancara 6 Desember 2015) Bapak Dodi Ya banyak yang dari luar Indonesia itu biasanya mau tahu sejarahnya. (Wawancara 7 Desember 2015) Bapak Setiadi Kalau luar negeri itu paling banyak berasal dari Jepang, Belanda, Malaysia. Dari mereka kebanyakan ingin tahu budaya Jawa seperti apa. (Wawancara 17 Desember 2015) Wisatawan dengan jumlah banyak pada saat hari libur nasional seperti libur sekolah, libur Idul Fitri, dan libur Natal serta tahun baru. Untuk hari Senin sampai Kamis, saat bulan puasa dan bulan suro jumlah pengunjung Keraton Surakarta sekitar 10 sampai 50 orang, namun mengalami peningkatan pada hari Sabtu dan Minggu yaitu kurang lebih 100 orang. Hal ini tersampaikan pada pernyataan berikut: Bapak Dodi Wah nggak tahu pastinya, kalau ramai bisa ramai banget kalau sepi ya sepi banget. Kalau sepi banget itu sehari cuma 10 orang kalau hari-hari sepi itu bulan puasa sama kalau bulan Jawa bulan suro. Kalau paling ramai habis lebaran, Natal, liburan anak sekolah. (Wawancara 7 Desember 2015) Ibu Retno Kalau kunjungan wisatawan itu kurang tahu berapaberapanya tapi ya yang paling ramai pas musim liburan. (Wawancara 6 Desember 2015) Bapak Setiadi Itu saya nggak tahu pastinya tapi paling ramai itu Sabtu Minggu. Kemudian setelah lebaran, liburan anak sekolah, Mei Juni itu wisatawan asing. (Wawancara 17 Desember 2015) Ibu Eni Nggak tentu tiap harinya, bisa dilihat hari ini aja hari Senin hanya sekitar 50an orang, tapi kalau Sabtu Minggu atau libur bisa sampai 100 orang. (Wawancara 6 Januari 2016) 121

82 Hal serupa juga didukung oleh manajer Museum dan Pariwisata Keraton Surakarta bahwa ada sekitar 200 hingga 250 wisatawan saat musim libur panjang dan hanya 50 orang wisatawan saat hari Senin sampai Kamis sebagai berikut: KRMH Suryo Adi Wijoyo Ya seperti yang saya katakan tadi dengan keadaan seperti ini sekitar 50 orang tapi kalau ada rentetan liburan tadi apalagi ada kunjungan study tour dari sekolah-sekolah bisa sekitar 200 sampai 250 orang. (Wawancara 13 Januari 2016) Gambar IV.20 Wisatawan Pada Hari Senin Gambar IV.21 Wisatawan Pada Hari Sabtu (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) Gambar IV.22 Wisatawan Pada Hari Minggu (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) Gambar IV.23 Study Tour SDN 2 Cirebon bulan Desember (Sumber: dokumentasi, Monica, 2015) Dengan tata kelola wisata Keraton Surakarta yang kurang optimal, kurang ada gagasan baru karena menjaga kesakralan serta kurang terawatnya bangunan maupun benda koleksi membuat jumlah wisatawan Keraton Surakarta semakin mengalami penurunan. Meskipun ada promosi 122

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Keraton Surakarta sebagai simbol obyek dan daya tarik wisata memiliki simbol fisik dan non fisik yang menarik bagi wisatawan. Simbol-simbol ini berupa arsitektur bangunan keraton,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Surakarta dan lebih tepatnya di lingkup Keraton Surakarta. Penelitian ini dilakukan pada rentan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor menjanjikan bagi pendapatan devisa negara. Melalui pariwisata keragaman potensi di setiap daerah dapat disorot untuk dipromosikan baik bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota

Lebih terperinci

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Surakarta atau sering disebut dengan nama kota Solo adalah suatu kota yang saat ini sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas kota dengan berbagai strategi. Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D 003 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta

Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta Luas wilayah Kota Surakarta 44,04 km 2 dan terletak di Propinsi Jawa Tengah (central java) yang terdiri ata satu) kelurahan, 606 (enam ratus enam) Rukun Warga (RW) serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan keanekaragaman kebudayaan yang akan menjadi modal dasar sebagai landasan pengembangan

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR Oleh: FITRI YULIANA L2D 002 409 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang mempunyai keistimewaan tersendiri. DIY dipimpin oleh seorang sultan dan tanpa melalui pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal. dan sebagainya (Wikipedia, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal. dan sebagainya (Wikipedia, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pusat : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal dan sebagainya (Wikipedia, 2015). Informasi : Sekumpulan data/ fakta yang diorganisasi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat dengan banyaknya perkembangan bisnis industri dan pembangunannya. Namun dimata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Baik dari segi ekonomi, teknologi dan juga hukum. Untuk sektor ekonomi, pariwisata menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah keberadaan kota Surakarta tidak bisa terlepas adanya keraton Surakarta yang secara proses tidak dapat terlepas pula dari kerajaan pendahulunya yakni

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah yang cukup panjang, dimulai pada tanggal 13 Februari 1755 dengan dilatari oleh Perjanjian Giyanti yang membagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Kesenian tradisional pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Kesenian tradisional pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam bentuk kesenian tradisional. Keberagaman kesenian tradisional tersebut adalah bagian dari kebudayaan setempat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta Kuda dalam perkembangannya telah ada ketika manusia mulai melakukan aktivitas produksi yang tidak dapat dipenuhi dari hasil produksinya sendiri. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari pengaruh saat Keraton Yogyakarta mulai dibuka sebagai salah satu obyek kunjungan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1. Letak Administrasi Kota Surakarta Kota Surakarta terletak di Provinsi Jawa Tengah dan dibatasi oleh empat Kabupaten di sekitarnya, yaitu Sukoharjo, Karanganyar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai beraneka kebudayaan, adat istiadat, dan sumber daya alam yang dapat dijadikan sumber pendapatan utama dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangannya Keraton Kasunanan lebih dikenal daripada Keraton

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangannya Keraton Kasunanan lebih dikenal daripada Keraton 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan Kota Solo adalah kota yang memiliki dua kerajaan, yaitu Keraton Kasunanan dan Keraton Mangkunegaran. Keraton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara. Banyak negara menjadikan pariwisata sebagai sektor ungglan dalam memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : ANANG MARWANTO NIM

Lebih terperinci

ABSTRAK MEMPERKENALKAN DAN MEMPROMOSIKAN LEGENDA SANGKURIANG DI GUNUNG TANGKUBAN PERAHU MELALUI ENVIRONMENTAL GRAPHIC DESIGN

ABSTRAK MEMPERKENALKAN DAN MEMPROMOSIKAN LEGENDA SANGKURIANG DI GUNUNG TANGKUBAN PERAHU MELALUI ENVIRONMENTAL GRAPHIC DESIGN ABSTRAK MEMPERKENALKAN DAN MEMPROMOSIKAN LEGENDA SANGKURIANG DI GUNUNG TANGKUBAN PERAHU MELALUI ENVIRONMENTAL GRAPHIC DESIGN Oleh Clarissa Shephina NRP 0964216 Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini semakin mendukung terkikisnya nilai-nilai tradisional sebuah bangsa. Lunturnya kesadaran akan nilai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor prioritas yang memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu Negara. Bahkan sektor pariwisata melebihi sektor migas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata sebagai salah satu industri jasa ikut membantu meningkatkan perekonomian negara seiring dengan industri lainnya seperti pertanian, pertambangan

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture>

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture> BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan museum tidak hanya sekedar untuk menyimpan berbagai bendabenda bersejarah saja. Namun dari museum dapat diuraikan sebuah perjalanan kehidupan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan aneka ragam kebudayaan dan tradisi. Potensi merupakan model sebagai sebuah bangsa yang besar. Kesenian wayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo :

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul Proyek Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Bengawan Solo Tree House Resort (Pengembangan Urban Forest III Surakarta). Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehari-hari membutuhkan refreshing dengan salah satu jalannya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehari-hari membutuhkan refreshing dengan salah satu jalannya adalah dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata menjadi suatu kebutuhan yang mendominasi kehidupan manusia sekarang ini di era globalisasi. Seseorang yang sibuk akan rutinitas sehari-hari membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parwisata berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: Pencarian bahan melalui buku, artikel, dan literatur dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA Penelitian tentang kampung kota dari pakar teknik arsitektur pada umumnya lebih banyak yang mengupas masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimiliki Indonesia sebagai negara majemuk yang terdiri dari ribuan pulau,

BAB 1 PENDAHULUAN. dimiliki Indonesia sebagai negara majemuk yang terdiri dari ribuan pulau, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Budaya merupakan salah satu wajah dari suatu bangsa. Budaya memiliki peran penting dalam aspek sejarah terbentuknya suatu bangsa, sehingga budaya merupakan kata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting

Lebih terperinci

1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna

1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna 1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan Melayu. Pembangunan istana

Lebih terperinci

BAB VIII MOTIVASI BERWISATA SPIRITUAL DI PALASARI

BAB VIII MOTIVASI BERWISATA SPIRITUAL DI PALASARI BAB VIII MOTIVASI BERWISATA SPIRITUAL DI PALASARI 8.1 Dasar Motivasi Wisatawan M otivasi merupakan hal yang paling mendasar dalam mempelajari pariwisata maupun wisatawan. Motivasi merupakan trigger dari

Lebih terperinci

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang BAB II FIRST IMPRESSION Berdasarkan pengetahuan perancang tentang kondisi dan potensi yang mendasari perencanaan untuk penambahan fasilitas pada lokasi Istana Maimun. Selanjutnya, perancang melakukan survey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun didirikan pada tahun 1906, dan selesai pada tahun 1909.Secara keseluruhan biaya pembangunan masjid ditanggung sendiri oleh Sultan Maamun Al-Rasyid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata juga tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat kental kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat kental kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat kental kehidupannya dengan seni. Salah satu seni yang cukup berkembang saat ini adalah seni teater. Perkembangan ini terlihat

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN EKOWISATA

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN EKOWISATA 49 BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN EKOWISATA 6.1 Persepsi Masyarakat terhadap Pengembangan Kawasan Ekowisata Islami Curug Cigangsa Mulai tahun 2012, Curug Cigangsa telah dibuka menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan BAB IV KESIMPULAN Kota Sawahlunto terletak sekitar 100 km sebelah timur Kota Padang dan dalam lingkup Propinsi Sumatera Barat berlokasi pada bagian tengah propinsi ini. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah sudah mencanangkan bahwa pariwisata harus menjadi andalan pembangunan Indonesia. Keputusan Presiden (Keppres) No. 38 Tahun 2005, mengamanatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Lampiran I Brosur Paket Wisata Desa Wisata Pentingsari

LAMPIRAN. 1. Lampiran I Brosur Paket Wisata Desa Wisata Pentingsari LAMPIRAN 1. Lampiran I Brosur Paket Wisata Desa Wisata Pentingsari 2. Lampiran II Brosur Rincian Biaya dan Kegiatan Desa Wisata Pentingsari 3. Lampiran III Kuesioner BAGIAN 1: CHECKLIST OBYEK SITUASI DESA

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki beragam produk wisata andalan seperti wisata sejarah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sejarah, budaya, dan kekayaan alamnya. Sejak masih jaman Kerajaan, masyarakat dari seluruh pelosok dunia datang ke

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 25 A job interview

English for Tourism Lesson 25 A job interview English for Tourism Lesson 25 A job interview Pelajaran 25: Wawancara Pekerjaan L1 Juni Tampi: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke-25. Wawancara Pekerjaan. Lesson 25. A Job Interview.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda peninggalan bersejarah dan purbakala yang merupakan warisan dari nenek moyang bangsa ini. Peninggalan

Lebih terperinci

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bangsa memiliki ciri dan kebiasaan yang disebut kebudayaan, menurut Koentjaraningrat (1974), Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1.Gambaran Umum Lokasi Taman Mini Indonesia Indah merupakan obyek wisata berupa taman yang di dalamnya terdapat anjungan berupa rumah adat rumah adat yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik tersendiri karena penduduknya yang beragam budaya dan agama. Untuk memasuki kota Semarang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang merupakan istana

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber data Data data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini akan diambil dari berbagai sumber, diantaranya: 1. Literatur: artikel dari media elektronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah

Lebih terperinci

INTERVIEW GUIDE ANALISIS PELUANG BISNIS PADA OBYEK WISATA TANGKAHAN

INTERVIEW GUIDE ANALISIS PELUANG BISNIS PADA OBYEK WISATA TANGKAHAN INTERVIEW GUIDE ANALISIS PELUANG BISNIS PADA OBYEK WISATA TANGKAHAN Pertanyaan bagi pemilik usaha 1. Barang atau jasa apa yang Anda jual di obyek wisata Tangkahan? Saya menjual barang-barang kerajinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

23. URUSAN KEBUDAYAAN

23. URUSAN KEBUDAYAAN 23. URUSAN KEBUDAYAAN Pemerintah daerah memiliki peran yang cukup strategis dalam melestarikan dan mengembangkan nilai- nilai budaya yang ada di masyarakat. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D 304 155 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Data Produk 1. Sejarah SuryoArt Craft Agus Suryono dulu adalah seorang desain interior dan properti kemudian menjadi karyawan perbankan, pada tahun 2011 pak Suryono memutuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan atau promosi dituntut semakin inovatif, kreatif dan efektif. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan atau promosi dituntut semakin inovatif, kreatif dan efektif. Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, perkembangan multimedia sebagai media pengenalan atau promosi dituntut semakin inovatif, kreatif dan efektif. Perusahaan atau

Lebih terperinci

SENTRA BATIK SEBAGAI DESTINASI WISATA DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DI SURAKARTA

SENTRA BATIK SEBAGAI DESTINASI WISATA DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DI SURAKARTA SENTRA BATIK SEBAGAI DESTINASI WISATA DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DI SURAKARTA Reza Septian Dwiputra, Made Suastika, Amin Sumadyo. Program Studi Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta Email

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. merupakan suatu bentuk penghormatan kepada nenek moyang masyarakat Suku

BAB IV KESIMPULAN. merupakan suatu bentuk penghormatan kepada nenek moyang masyarakat Suku 74 BAB IV KESIMPULAN KESIMPULAN Dalam perkembangan dunia pariwisata di Indonesia, tradisi yang lakukan oleh masyarakat Suku Dayak Kenyah di Desa Budaya Pampang merupakan potensi besar yang dapat dikenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN.

BAB V PEMBAHASAN. BAB V PEMBAHASAN Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui kesenjangan (gap) kualitas pelayanan Keraton Kasepuhan serta mengetahui cara perbaikan kualitas pelayanan yang sesuai dengan keinginan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA :

KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA : KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10 NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : 2010 52 047 TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA LINK : http://cicikurn1a.weblog.esaunggul.ac.id UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2013 LATAR BELAKANG YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa BAB V KESIMPULAN Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa topeng (meski sebagian tokoh mengenakan topeng, terminologi ini digunakan untuk membedakannya dengan wayang topeng) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.

Lebih terperinci

Bhagyashri, Pranav, & Achaliyaparag, 2012).

Bhagyashri, Pranav, & Achaliyaparag, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir terjadi sebuah revolusi dalam informasi dan teknologi komunikasi, yang tidak hanya mengubah perilaku keseharian masyarakat tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG 1.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek 1.1.1.1.Identitas Kota Solo Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan nama Solo terletak di Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan serta pengembangan suatu kesenian apapun jenis dan bentuk kesenian tersebut. Hal itu disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di provinsi Jawa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah, berada antara 110045'15'' - 110045'35'' Bujur Timur dan antara 7036'00''-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu hal yang begitu lekat dengan masyarakat Indonesia. Pada dasarnya kebudayaan di Indonesia merupakan hasil dari kelakuan masyarakat yang sudah

Lebih terperinci