PERENCANAAN INTERPRETASI WISATA BIRDWATCHING DI PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR, JAWA BARAT GYTHA NAFISAH SUKARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN INTERPRETASI WISATA BIRDWATCHING DI PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR, JAWA BARAT GYTHA NAFISAH SUKARA"

Transkripsi

1 PERENCANAAN INTERPRETASI WISATA BIRDWATCHING DI PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR, JAWA BARAT GYTHA NAFISAH SUKARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Perencanaan Interpretasi Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2014 Gytha Nafisah Sukara E

4

5 RINGKASAN GYTHA NAFISAH SUKARA. Perencanaan Interpretasi Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh E.K.S HARINI MUNTASIB and YENI ARYATI MULYANI. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT KRB) merupakan salah satu tujuan wisata favorit di kota Bogor. Sebagian besar minat pengunjung yang datang ke PKT KRB yaitu menikmati pemandangan dan keindahan lingkungan, sedangkan minat terhadap fauna masih sangat kecil (Ibrahim 2006). Padahal, PKT KRB merupakan habitat yang baik bagi burung, selain itu merupakan tempat persinggahan burung-burung migran (Sukmantoro 2007). Hal ini didukung oleh sejumlah penelitian yang telah mengungkapkan potensi keanekaragaman jenis burung di PKT KRB sejak 1932 hingga 2013 yang berkisar antara 43 dan 62 jenis burung (Diamond et. al. 1987; Van Balen 1999; Levelink et. al. 1997; Tirtaningtyas 2004). Salah satu upaya untuk meningkatkan minat pengunjung terhadap fauna khususnya burung di PKT KRB adalah dengan menggunakan teknik interpretasi sebagai jembatan penghubung antara pengunjung dengan keanekaragaman jenis burung yang ada di PKT KRB. Untuk menghasilkan suatu program interpretasi yang baik, harus dilakukan perencanaan terlebih dahulu melalui tahapan yang dinamis dan sistematis yang meliputi inventarisasi data, analisis data, sintesis data dan perencanaan interpretasi (Sharpe 1982). Penelitian perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB ini berlangsung selama dua bulan yaitu pada bulan Mei 2013 dan Juni Penelitian dilakukan pada 12 lingkungan di PKT KRB yang terbagi berdasarkan kelompok tumbuhan. Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Binokuler, Global Positioning System (GPS), kamera DSLR Nikon D7000, Lensa Sigma mm, tripod, buku identifikasi burung, kuesioner untuk pengunjung, panduan wawancara, peta tutupan lahan PKT KRB, dan penunjuk waktu. Dalam pelaksanaanya, pengambilan data di setiap lingkungan dilakukan selama tiga hari dengan waktu pengamatan pagi hari (antara pukul ), siang hari (antara pukul WIB) dan sore hari (antara pukul WIB). Data pengamatan burung di lapangan diperoleh dengan menggunakan metode Daftar Jenis MacKinnon (MacKinnon et. al. 2010) yang berisi 5 jenis burung dalam satu daftar dengan total jumlah daftar pada setiap lingkungan adalah 36 daftar. Selain mengidentifikasi potensi keanekaragaman jenis dan sebaran burung di PKT KRB melalui interpretasi birdwatching, penelitian ini juga berupaya untuk mengetahui respon pengunjung, pakar burung, dan pengelola terhadap potensi wisata birdwatching di PKT KRB melalui wawancara. Aktifitas wawancara dilakukan dengan menghimpun 100 responden yang terdiri dari pelajar SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, dan pengunjung umum. Selain itu, wawancara dilakukan pula dengan 15 responden dari Kelompok Pecinta Burung (KPB), 2 responden dari pakar burung, dan 2 responden dari pihak pengelola. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di PKT KRB, tercatat ada 48 jenis burung yang terdiri atas 23 suku burung dapat ditemukan. Namun demikian, berdasar hasil wawancara, status konservasi, endemisitas dan keberadaan jenis burung dari tahun ke tahun yang diperoleh dari hasil perbandingan dengan data

6

7 penelitian sebelumnya, maka ditentukan 25 jenis burung yang potensial untuk dikembangkan sebagai objek daya tarik untuk wisata birdwatching di PKT KRB. Untuk memudahkan dalam melihat jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata birdwatching di PKT KRB, maka dirancang 3 jalur interpretasi yang ditentukan berdasarkan lingkungan-lingkungan yang memiliki frekuensi pertemuan tertinggi dari masing-masing jenis burung. Jalur pertama adalah jalur pengamatan burung air, pada jalur ini dapat ditemukan burung kowak-malam kelabu yang dapat dijadikan sebagai atraksi utama. Jalur ke-2 adalah jalur pengamatan burung langka, sebagian dari beberapa jenis burung yang dilindungi seperti raja-udang meninting, cekakak sungai, burung-madu kelapa, dan betet biasa memiliki frekuensi pertemuan tertinggi pada jalur ini. Jalur ke-3 adalah jalur pengamatan burung endemik, beberapa jenis burung endemik seperti punai penganten, cabai jawa dan cinenen jawa memiliki frekuensi pertemuan tertinggi pada jalur ini. Tema besar yang ditentukan untuk interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB adalah Mengintip Keanekaragaman Jenis Burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, sedangkan sub-tema yang ditentukan berdasarkan 3 jalur yang telah direncanakan yaitu, mengenal burung-burung air, mengenal burung-burung yang dilindungi, dan mengenal burung-burung endemik. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung PKT KRB, sebagian besar pengunjung (88%) menyatakan tertarik untuk mengikuti kegiatan wisata birdwatching yang akan dikembangkan di PKT KRB. Sasaran interpretasi yang dipilih untuk wisata birdwatching di PKT KRB adalah kelompok pelajar SD dan pengunjung umum. Kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB dapat dilakukan pada bulan Mei dan Juni mulai dari pagi hari hingga sore hari ( WIB) pada jalur utama yaitu jalur burung langka, kombinasi jalur burung air dan burung langka, serta kombinasi jalur burung air, burung langka dan burung endemik. Fasilitas dan media pendukung yang dapat dikembangkan untuk mendukung program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB antara lain adalah jasa interpreter yang mampu berkomunikasi dengan pengunjung dan memiliki wawasan luas mengenai keanekaragaman jenis burung di PKT KRB, tempat penyewaan binokuler, booklet yang berisi informasi keanekaragaman jenis burung yang ada di PKT KRB dan peta-peta jalur interpretasi, diorama burung, dan papan interpretasi. Kata kunci: Perencanaan interpretasi, Keanekaragaman jenis burung, birdwatching

8

9 SUMMARY GYTHA NAFISAH SUKARA. Interpretation Planning on Birdwatching Program in the Center for Plant Conservation Bogor Botanic Garden, West Java. Supervised by E.K.S HARINI MUNTASIB and YENI ARYATI MULYANI. Center for Plant Conservation Bogor Botanic Garden of the Indonesian Institute of Sciences (PKT KRB LIPI) is a favourite destination in Bogor. Most of visitors come to enjoy its beautiful scenery and landscape, but only few of them interest in animals (Ibrahim 2006). In fact, PKT KRB is also a place to stay for some birds, including migrating birds stopover (Sukmantoro 2007). Prior researches has discovered kinds of bird in PKT KRB since 1932 up to 2013 (Diamond et. al. 1987; Van Balen 1999; Levelink et. al. 1997; Tirtaningtyas 2004). In order to increase visitor interests of birds in PKT KRB a proper interpretation program shall be made to conect a bridge between people and birds that live in PKT KRB. A good interpretation program came from a well-defined plan which made through dynamic and systematic data inventarization, analysis, synthesis and interpretation plan (Sharpe 1982). The research of interpretation planning for birdwatching in PKT KRB was conducted from May 2013 and June It was carried in 12 areas in PKT KRB based on plant categories. It also equipped with Binoculars, Global Positioning System (GPS), DSLR camera (Nikon D7000), Sigma mm lense, tripod, birds identification books, sets of questionaire, interview guidance, PKT KRB s field map, and a timer. During the activities, data was collected in three times morning (around ), noon (around ), and afternoon (around ) in each area for three days. Birdwatching data were collected using Mac Kinnon list (MacKinnon et. al. 2010) which consisted of 5 kinds of bird in a list and ended up to 36 list altogether. Despite of birds identification and distribution in PKT KRB through birdwatching activity, the research also conducted to find out visitor, bird experts, and management responses about PKT KRB birdwatching program through interviews. Interview activities were held to 100 respondents from elementary, junior high, and senior high school students, college students, and other visitors. Interview also held to 15 respondets from bird lovers, 2 respondents from bird experts, and 2 respondents from PKT KRB s management. The research was able to identify 48 kinds of bird which belong to 23 birds family. However, based on interviews, conservation status, endemicities, and bird existances over the years, the numbers of potential bird to be the object of birdwatching program in PKT KRB had been narrowed down to only 25 kinds of bird. In order to increase visitor interest on birdwatching in PKT KRB, the research has come up with 3 different interpretation tracks which suited to areas where most of birds acquitance are high. On the first track, Water Birds Track, visitor could see black-crowned night-heron as its main object. Secondly, on the Rare Birds Track some rare birds, such as blue-eared kingfisher, collared kingfisher, plain-throated sunbird, and red-breasted parakeet are easily to find in a high rate of acquitence. Thirdly, on the Endemic Birds Track, some endemic

10

11 birds, such as grey-cheeked green-pigeon, scarlet-headed flowerpecker dan olivebacked tailor bird are in a high rate of acquintance. The main topic of this research is Touting birds diversity in PKT KRB. It could be narrowed down into three sub-topic which are suited to 3 different tracks: water birds track, rare birds track, and endemic birds track. Based on interview, 88% PKT KRB visitors respoded that they are interested in birdwatching program. Therefore, the program could be tailored for Elementry school students and common visitors. Birdwatching program can be provide only on May and June from morning until afternoon ( WIB) at major track (rare birds track), combination of water birds track and rare birds track, and also combination of water birds track, rare birds track, and endemic birds track. Facilities and media that can be provide to promote the birdwatching programs are interpreters that can communicate with visitors and have a lots of knowledge about birds diversity at PKT KRB, binoculars rental, booklets about birdwatching program in PKT KRB, interpretation map and tracks, birds diorama, and interpretation boards about birds. Keywords: Interpretation planning, bird diversity, birdwatching

12

13 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

14

15 PERENCANAAN INTERPRETASI WISATA BIRDWATCHING DI PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR, JAWA BARAT GYTHA NAFISAH SUKARA Tesis Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

16

17 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc

18

19 Judul Tesis : Perencanaan Interpretasi Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Jawa Barat Nama : Gytha Nafisah Sukara NIM : E Disetujui oleh Komisi Pembimbing Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS Ketua Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Ricky Avenzora, M.Sc Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc Agr Tanggal Ujian: 23 Desember 2013 Tanggal Lulus: 30 Januari 2014

20

21 PRAKATA Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga penulis bisa membuat dan menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Tema terpilih dalam penelitian adalah pengembangan wisata birdwatching dengan judul Perencanaan Interpretasi Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Adapun penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan sejak awal bulan Mei sampai dengan akhir bulan Juni Penulisan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc sebagai komisi pembimbing yang telah memberi pengarahan, saran, kritik, motivasi dan semangat selama penelitian dan penulisan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc sebagai penguji luar komisi dan Dr. Ir. Ricky Avenzora, M.Sc atas segala saran dalam perbaikan tesis ini. Rasa hormat dan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua penulis Prof. Dr. Endang Sukara dan Dra. Ratu Ratna Isnaniah serta kepada Ayah dan Ibu mertua Dr. Ir. Tri Pranadji, MS dan Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS atas doa, nasihat dan motivasi yang telah diberikan. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada suami dan anak tercinta Anas Farizi, STP dan Nashita Alisha Farizi atas doa, kasih sayang dan dukungannya selama penulis menyelesaikan masa studi. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman pascasarjana Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan IPB atas kebersamaan dan semangat yang telah diberikan dan juga kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Januari 2014 Gytha Nafisah Sukara

22

23 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR LAMPIRAN v 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Kerangka Pemikiran Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum PKT KRB Ekoturisme: Wisata Birdwatching Perencanaan Interpretasi Alam Interpretasi Alam Tujuan Interpretasi Perencanaan Interpretasi Syarat Perencanaan Interpretasi Alam Jalur Interpretasi 15 3 METODE Waktu dan Tempat Alat Metode Penelitian dan Pengambilan Data Jenis Data Rencana Pelaksanaan Penelitian 16 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Jenis Burung untuk Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Kekayaan Jenis Burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Frekuensi dan Sebaran Spasial Jenis Burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Sebaran Temporal Jenis Burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Jenis-Jenis Burung yang Menjadi Potensi Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Keinginan dan Harapan Pengunjung Tujuan dan Motivasi datang ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Persepsi Pengunjung terhadap Keanekaragaman Jenis Burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Keinginan dan Harapan Pengunjung terhadap Pengembangan Interpretasi Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Keinginan dan Harapan Pakar Burung dan Pengelola 44

24 ii Keinginan dan Harapan Pakar Burung Keinginan dan Harapan Pengelola Perencanaan Jalur Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Jalur Pengamatan Burung Air Jalur pengamatan Burung Langka Jalur Pengamatan Burung Endemik Perencanaan Interpretasi Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Objek dan Tema Interpretasi Misi dan Tujuan Interpretasi Sasaran Interpretasi Waktu dan Lokasi Interpretasi Wisata Birdwatching Fasilitas dan Media Interpretasi Teknik dan Rencana Kegiatan Interpretasi Wisata Birdwatching Contoh Program Interpretasi 67 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran 69 DAFTAR PUSTAKA 70 LAMPIRAN 74

25 iii DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Jenis data yang digunakan dalam penelitian 16 Tabel 4.1 Jenis-jenis burung yang ditemukan pada ke-12 lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 21 Tabel 4.2 Perbandingan jumlah jenis burung yang ditemukan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dari hasil penelitian sebelumnya 24 Tabel 4.3 Sebaran dan frekuensi perjumpaan burung pada masingmasing lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 28 Tabel 4.4 Status konservasi dan endemisitas burung yang yang terdapat di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 31 Tabel 4.5 Persentase tujuan datang ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor pada masing-masing kelompok pengunjung 37 Tabel 4.6 Persentase pengetahuan pengunjung terhadap keanekaragaman jenis burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 38 Tabel 4.7 Persentase pengunjung yang melihat adanya burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dan ketertarikannya 38 Tabel 4.8 Persepsi mengenai kesukaan pengunjung terhadap burung 39 Tabel 4.9 Informasi yang ingin didapatkan mengenai burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 40 Tabel 4.10 Cara-cara yang diinginkan pengunjung dalam mengikuti kegiatan wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 41 Tabel 4.11 Fasilitas pendukung yang dibutuhkan untuk wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 41 Tabel 4.12 Lama waktu berkunjung ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 42 Tabel 4.13 Keinginan terhadap lamanya kegiatan wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 43 Tabel 4.14 Lokasi pertemuan setiap jenis burung yang potensial sebagai objek wisata dengan frekuensi pertemuan tertinggi 46 Tabel 4.15 Jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 54 Tabel 4.16 Kategori jenis-jenis burung yang dijadikan objek wisata birdwatching di PKT KRB dan lokasi pertemuannya 60 Tabel 4.17 Susunan waktu kegiatan interpretasi pada jalur pengamatan burung langka 67

26 iv DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Bagan alir proses perencanaan interpretasi wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 4 Gambar 2.1 Area koleksi tumbuhan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Sumber PKT KRB) 6 Gambar 2.2 Proses perencanaan interpretasi (Sharpe 1982) 11 Gambar 4.1 Kekayaan jenis burung pada 12 lingkungan yang ada di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 23 Gambar 4.2 Grafik sebaran temporal burung pada 12 lingkungan yang ada di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 30 Gambar 4.3 Peta sebaran spasial jenis burung yang potensial untuk wisata birdwatching pada lingkungan 1, 2, dan 3 di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 33 Gambar 4.4 Peta sebaran spasial jenis burung yang potensial untuk wisata birdwatching pada lingkungan 4, 5, dan 6 di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 34 Gambar 4.5 Peta sebaran spasial jenis burung yang potensial untuk wisata birdwatching pada lingkungan 7, 8, dan 11 di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 35 Gambar 4.6 Peta sebaran spasial jenis burung yang potensial untuk wisata birdwatching pada lingkungan 9, 10, dan 12 di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 36 Gambar 4.7 Rata-rata persentase tujuan datang ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor bagi kelompok pelajar dan umum 37 Gambar 4.8 Persepsi mengenai kesukaan pengunjung terhadap burung 39 Gambar 4.9 Informasi yang ingin didapatkan mengenai burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 40 Gambar 4.10 Keinginan pengunjung terhadap fasilitas pendukung untuk wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 42 Gambar 4.11 Persentase rata-rata lama waktu kunjungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya 43 Gambar 4.12 Keinginan kelompok pelajar dan umum terhadap waktu kegiatan wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 43 Gambar 4.13 Peta interpretasi pada jalur pengamatan burung air 48 Gambar 4.14 Peta interpretasi pada jalur pengamatan burung langka 49 Gambar 4.15 Peta interpretasi pada jalur pengamatan burung endemik 50 Gambar 4.16 Sekawanan burung kowak-malam kelabu yang sedang bertengger di sekitar kolam gunting 51 Gambar 4.17 Skema jalur untuk pelaksanaan program interpretasi wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 63

27 v DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Kuesioner survey terhadap pengunjung Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 74 Sebaran temporal dan frekuensi jenis-jenis burung pada masing-masing lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 77 Booklet program interpretasi wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor untuk anak SD 89

28

29 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT KRB) merupakan Kebun Raya pertama di Indonesia dengan luas 87 hektar. Keanekaragaman flora dan fauna yang dipadu dengan konsep tata ruang yang indah menjadikan PKT KRB sebagai salah satu tujuan wisata favorit di kota Bogor. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata jumlah pengunjung yang datang ke PKT KRB pada tahun yang mencapai orang/tahun (Lopulalan 2011). Ibrahim (2006) mengungkapkan bahwa sebagian besar kedatangan pengunjung PKT KRB bertujuan untuk menikmati pemandangan lepas yang beragam, keindahan lingkungan dan mencari suasana santai (65.24%), sedangkan minat terhadap fauna masih sangat kecil (0.39%). Sebagai pusat konservasi tumbuhan, PKT KRB menjadi habitat yang baik bagi burung. Selain itu, PKT KRB juga merupakan tempat persinggahan burungburung yang bermigrasi (Sukmantoro 2007). Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa PKT KRB memiliki keanekaragaman burung yang relatif tinggi, yang berfluktuasi dari masa ke masa. Diamond et. al. (1987) mencatat jenis burung sebanyak 62 jenis pada periode tahun , sedangkan pada periode tahun jenis burung yang tercatat sebanyak 43 jenis. Pada tahun 1984 Van Balen mencatat ada 56 jenis burung di PKT KRB (Van Balen 1999). Levelink et. al. (1997) menyatakan bahwa terdapat lebih dari 50 jenis burung yang dapat ditemukan di PKT KRB dan tidak sulit bagi pengamat burung untuk menemukan setidaknya 30 jenis burung yang berbeda pada pagi hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hermawan pada tahun 2001, tercatat ada 46 jenis burung. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Tirtaningtyas (2004), tercatat ada 56 jenis burung yang dapat ditemukan di PKT KRB. Beberapa jenis burung yang ada di PKT KRB memiliki daya tarik dan keistimewaan. Berdasarkan potensi fauna burung yang dimiliki oleh PKT KRB, maka terdapat peluang bagi PKT KRB untuk mengembangkan wisata birdwatching sebagai sarana pendidikan konservasi alam dan lingkungan. Birdwatching atau birding adalah salah satu teknik konservasi sebagai media untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya konservasi burung di alam. Aktivitas ini sudah menjadi salah satu hobi baru di kalangan masyarakat kita, sehingga berpotensi untuk dikembangkan ke arah pengelolaan yang lebih lanjut (BTNB 2010). Untuk meningkatkan minat pengunjung terhadap burung-burung yang ada di PKT KRB diperlukan interpretasi untuk menjembatani antara burung sebagai objek daya tarik untuk wisata dengan pengunjung PKT KRB. Tanpa adanya interpretasi berupa petunjuk/tanda dan informasi yang menjelaskan apa yang sebenarnya tersimpan dalam kawasan tersebut mengakibatkan banyak nilai-nilai yang hilang, tidak dapat diketahui dan dinikmati oleh sebagian besar pengunjung, sedangkan objek yang ada tidak dapat menceritakan tentang dirinya sendiri (Muntasib 1998). Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan program interpretasi yang dapat menambah pengetahuan pengunjung mengenai burungburung yang ada di PKT KRB dan memberikan pengalaman yang berharga kepada pengunjung sehingga menumbuhkan rasa cinta terhadap burung-burung sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati.

30 2 1.2 Perumusan Masalah Kebun Raya adalah lembaga/institusi yang mengoleksi tumbuhan hidup dan mendokumentasikannya untuk tujuan penelitian ilmiah, konservasi, tampilan/display dan pendidikan (BGCI 2013). Sesuai dengan definisi Kebun Raya, saat ini Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT KRB) lebih mengutamakan pengembangan dalam bidang konservasi ex-situ tumbuhan tropika (PKT KRB-LIPI 2013), walau demikian PKT KRB mempunyai misi dan tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat dan meningkatkan pendidikan lingkungan. Pengembangan dalam aspek wisata dapat menjadi salah satu cara untuk mencapai misi dan tujuan dari PKT KRB. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor merupakan bagian dari habitat beraneka jenis burung yang beberapa di antaranya memiliki daya tarik dan keistimewaan, akan tetapi potensi ini belum dikembangkan secara optimal. Informasi dan program wisata terkait dengan keanekaragaman jenis burung yang ada di PKT KRB masih belum tersedia. Kenyataan tersebut merupakan peluang bagi pengelola untuk memperkenalkan keanekaragaman jenis burung yang ada di PKT KRB sehingga dapat memberikan manfaat atau nilai tambah yang lebih besar bagi masyarakat, khususnya para pengunjung PKT KRB dan dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap burung. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan minat masyarakat terhadap burung adalah dengan interpretasi yang menarik dan sesuai dengan keinginan pengunjung. Sharpe (1982), menyatakan bahwa interpretasi bertujuan untuk membantu pengunjung dalam mengembangkan kesadaran, apresiasi, dan pengertian tentang lokasi yang dikunjungi, sehingga mendapatkan banyak pengalaman yang menyenangkan. Interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dapat dilaksanakan sehingga memberikan manfaat nilai tambah, kepuasan yang lebih maksimal serta meningkatkan minat dan kesadaran bagi para pengunjung tentang keindahan dan arti pentingnya keanekaragaman jenis burung yang ada di kawasan PKT KRB. Untuk itu, diperlukan penelitian perencanaan interpretasi wisata birdwatching yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan pihak pengelola PKT KRB, untuk mewujudkan wisata birdwatching yang menarik sesuai keinginan pengunjung dengan pengelolaan yang lestari. 1.3 Kerangka Pemikiran Perencanaan interpretasi perlu disusun dengan baik agar optimal, meminimumkan kendala dan dapat memaksimumkan efisiensi sumberdaya yang ada. Untuk itu perlu diketahui jenis-jenis burung yang dapat dilihat dan dapat dijadikan objek interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB. Disamping itu, titik lokasi aktivitas burung-burung yang dijadikan objek interpretasi dan waktu aktivitasnya, serta titik lokasi pengamatan burung yang tidak mengganggu aktivitas burung tersebut dengan memperhatikan keindahan landscape serta mengetahui keinginan pengunjung terhadap interpretasi birdwatching di PKT KRB juga perlu diketahui dengan baik. Penelitian perencanaan interpretasi akan dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan yang merujuk kepada metode penelitian yang dilakukan oleh Sharpe (1982) dan Veverka (1998). Tahapan-

31 3 tahapan dalam proses perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB meliputi inventarisasi data, wawancara, analisis data, sintesis dan perencanaan interpretasi (Gambar 1.1). Pengunjung yang menjadi sasaran untuk interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB antara lain adalah kelompok pelajar yang terdiri dari pelajar Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi (PT), pengunjung umum, dan pengunjung dari Kelompok Pencinta Burung (KPB). Pemlihan sasaran pengunjung yang dimulai dari usia dini dikarenakan perubahan tingkah laku dan pembentukan karakter seseorang akan terus berkembang, namun akan lebih efektif pada usia 8-12 tahun (Kardos et. al. 1998). Interpretasi tidak hanya bertujuan untuk membantu pengunjung dalam mengembangkan kesadaran, apresiasi dan pemahaman tentang lokasi yang dikunjungi, tetapi juga membantu pihak pengelola mencapai tujuan-tujuan pengelolaan dengan memasukan pesan-pesan ke dalam program interpretasi (Sharpe 1982). Interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB bertujuan mengungkapkan makna dan hubungan antara objek interpretasi dengan pengunjung melalui pengalaman langsung di lapangan dengan dengan bantuan media ilustratif seperti foto, peta interpretasi, papan interpretasi dan booklet. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian Perencanaan Interpretasi Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor ini adalah untuk menyusun perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB. Adapun tujuan penelitian ini secara spesifik adalah: a. Mengidentifikasi potensi jenis-jenis burung dan sebarannya yang memiliki keistimewaan dan daya tarik di setiap lingkungan yang ada di PKT KRB. b. Mengidentifikasi harapan dan keinginan dari pengunjung dan pakar burung terhadap interpretasi birdwatching di PKT KRB. c. Membuat rekomendasi jalur-jalur interpretasi untuk wisata birdwatching. d. Membuat peta interpretasi wisata birdwatching yang di dalamnya terdapat lokasi objek-objek interpretasi dan jalur interpretasi dengan pemandangan landscape yang bagus untuk menikmati kegiatan birdwatching. e. Menyusun perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB 1.5 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian dapat berguna sebagai bahan masukan bagi pengelola dalam hal pengembangan wisata birdwatching di PKT KRB, panduan bagi pengunjung yang akan melakukan kegiatan birdwatching di PKT KRB sehingga dapat memberikan pengetahuan tambahan, dan meningkatkan rasa cinta terhadap burung, khususnya untuk burung-burung yang ada di PKT KRB. Dengan demikian akan meningkatkan kualitas kunjungan ke PKT KRB.

32 4 INVENTARISASI DATA Burung dan Habitat a. Inventarisasi dan verifikasi data burung dan pengambilan data visual (Jenis, perilaku, keistimewaan, daya tarik, aktivitas, lokasi dan waktu melihatnya) b. Inventarisasi data habitat burung c. Pengambilan titik-titik aktivitas burung dengan GPS receiver WAWANCARA Pakar dan Pengelola Metode wawancara mendalam (in depth interview). a. Pendapat terkait birdwatching di PKT KRB b. Keinginan dan harapan terkait wisata birdwatching di PKT KRB Pengunjung Metode wawancara terstruktur dengan kueisioner a. Tujuan dan motivasi pengunjung b. Persepsi pengunjung c. Keinginan dan harapan pengunjung terkait kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB Sasaran pengunjung: Pelajar (SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi), pengunjung umum, dan publik pencinta burung. ANALISIS Analisis deskriptif dan tabulasi: - Kekayaan jenis burung dan sebarannya untuk masing-masing lingkungan serta frekuensi perjumpaan jenis burung pada setiap lingkungan - Identifikasi dan pemilihan jenis-jenis burung yang berpotensi sebagai objek interpretasi berikut habitatnya Analisis pemetaan: - Pengolahan data GPS dengan metode GIS menggunakan perangkat lunak ArcView untuk mendapatkan titik-titik aktivitas burung. Analisis deskriptif: - Mengolah dan mendeskripsikan data hasil wawancara dengan para pakar dan pihak pengelola - Menarik kesimpulan dari hasil pengolahan data deskriptif terkait pendapat, keinginan dan harapan terkait pengembangan wisata birdwatching di PKT KRB Analisis deskriptif kuantitatif dan tabulasi: a. Tujuan dan motivasi pengunjung b. Persepsi pengunjung mengenai burungburung di PKT KRB c. Keinginan dan harapan pengunjung mengenai kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB (kegiatan pemanduan, fasilitas pendukung ) SINTESIS - Menentukan jenis-jenis burung yang akan dijadikan objek interpretasi - Menentukan titik-titik lokasi aktivitas burung - Merancang jalur interpretasi untuk wisata birdwatching di PKT KRB - Pemetaan burung-burung yang akan dijadikan objek interpretasi dan posisi pengamatan burung berikut jalur interpretasi PERENCANAAN INTERPRETASI - Penentuan tema - Lokasi dan waktu kegiatan - Sasaran pengunjung - Fasilitas pendukung interpretasi Gambar 1.1 Bagan alir proses perencanaan interpretasi wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor

33 5 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum PKT KRB Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT KRB) merupakan kawasan konservasi dan wisata alam yang berada di tengah-tengah kota Bogor. PKT KRB memiliki daya tarik wisata berupa pemandangan arsitektur lanskap yang alami serta koleksi tumbuhan tropika yang lengkap dibandingkan dengan kebun raya lainnya, yaitu sebanyak jenis koleksi tumbuhan dan pohon (LIPI 2010). Hal ini menjadikan PKT KRB sebagai salah satu tujuan wisata di kota Bogor. PKT KRB yang berdiri di tengah-tengah kota Bogor ini menjadi habitat dari beraneka ragam jenis burung. Distribusi dan kelimpahan jenis burung berkaitan dengan vegetasinya. Variasi habitat burung pada lokasi-lokasi tertentu dapat disebabkan karna faktor-faktor alam (tipe tanah, ketinggian dataran, curah hujan, tutupan lahan). Kondisi kawasan akan sangat berpengaruh terhadap keberadaan burung. Bagi kawasan yang tidak dilindungi kemungkinan adanya perubahan habitat burung sangat besar sehingga dapat mengancam keberadaan jenis burung (Bibby et. al. 1998). Namun sesuai dengan Perda No. 11 tahun 1978, semua jenis satwa liar yang ada di PKT KRB secara hukum dilindungi, sehingga dapat menekan perubahan habitat di PKT KRB. Jalan utama (aspal), jalan setapak, dan saluran air membagi PKT KRB ke dalam beberapa lingkungan (area koleksi tumbuhan) yang terdiri dari bagianbagian, kemudian dibagi lagi menjadi petak-petak. Setiap bagian ditandai dengan angka Romawi dan setiap petak ditandai dengan huruf. Keduanya dituliskan pada tonggak kecil di tepi suatu bagian. Hampir semua tumbuhan memiliki label dari logam berwarna hijau dan label alumunium kecil yang mengidentifikasi tumbuhan secara lengkap (Levelink et. al. 1997). Dengan adanya pembagian-pembagian di PKT KRB peneliti dapat lebih mudah mengetahui tutupan lahan di masing-masing tempat, sehingga memudahkan dalam pengamatan burung. Area koleksi tumbuhan di PKT KRB dibagi menjadi 12 lingkungan (Gambar 2.1). Masing-masing lingkungan didominasi oleh jenis tumbuhan yang berbeda. Menurut Dempster (1975), keanekaragaman satwa dipengaruhi oleh komposisi jenis-jenis tumbuhan yang ada, yang menyediakan bahan makanan bagi satwa. Dickson et. al. (1979) menyatakan bahwa sifat-sifat vegetasi yang mendukung kehidupan burung adalah keanekaragaman jenis, struktur, kerapatan populasi, dan kerapatan tajuk-tajuknya.

34 Gambar 2.1 Area koleksi tumbuhan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Sumber PKT KRB)

35 7 2.2 Ekoturisme: Wisata Birdwatching Istilah ekoturisme diperkenalkan oleh Ceballos-Lascurain (1987) dan digunakan untuk menjelaskan kegiatan turisme berbasis pada alam di kawasan tropis. Istilah ini disamaartikan dengan wisata alam (nature tourism) (Boo 1990). Ekoturisme menurut Ceballos-Lascarain (1987), McDill et al. (1999), Norman et al. (1997), Higgins (1996), dan Williams (1992), diartikan sebagai petualangan berbasis kepada alam yang sengaja direncanakan dan direncanakan dengan penuh kesadaran oleh kelompok orang yang tertarik untuk belajar tentang alam, tentang sejarah, dan budaya yang tumbuh berkembang di suatu daerah yang dikunjunginya serta dengan memberikan keuntungan sosial ekonomi kepada penduduk setempat dengan mengembangkan kegiatan ekonomi berbasis komunitas lokal dan memberikan kontribusi terhadap konservasi sumber daya alam melalui interpretasi alam dan pendidikan lingkungan. Definisi ekoturisme juga dipakai oleh Orams (1995), Wight (1993), Boyd et. al. (1996), Mandziuk (1995), Herath (1996), Buckley (1994), Linberg et al. (1996), dan Nelson (1994). Ekoturisme memiliki karakteristik turisme berbasis kepada alam, menghormati alam sebagai motif utama untuk ikut berpartisipasi dalam penghormatan terhadap alam, mempromosikan konservasi dan meminimalkan dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan, memberikan keuntungan kepada tuan rumah (memberikan kesempatan menumbuhkan ekonomi masyarakat lokal), menghormati budaya masyarakat adat dan mereduksi dampak sosial, dan mempromosikan pendidikan lingkungan kepada wisatawan. Menurut Deng et al. (2002), wisata berbasis alam adalah suatu kegiatan wisata yang tergantung pada penggunaan sumber daya alam dimana secara relatif merupakan bagian daerah yang belum dikembangkan, termasuk pemandangan, topografi, jalan air, vegetasi, kehidupan liar, dan peninggalan sejarah. Menurut Alikodra (2011), jika ekoturisme dapat diimplementasikan secara tepat, kondisi sosial ekonomi masyarakat diyakini juga akan meningkat demikian juga devisa Negara tanpa harus merusak lingkungan hidup dan mengorbankan budaya bangsa. Indonesia memiliki peluang karena keanekaragam dan keunikan sumber daya alam hayati yang dimilikinya dan keanekaragaman budaya bangsanya. Lingkungan atau sumber daya alam merupakan modal utama dalam ekoturisme. Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan ekoturisme ini mempunyai dampak negatif untuk kondisi alam tersebut. Untuk mengatasi atau mengurangi dampak negatif tersebut dibuatlah suatu kegiatan wisata minat khusus yang mempunyai materi-materi kegiatan yang mengandung unsur pendidikan lingkungan. Berdasarkan UU Sisdiknas (2003), pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perencanaan di masa yang akan datang. Birdwatching atau birding adalah salah satu teknik pendidikan konservasi sebagai media untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya konservasi burung di alam. Aktivitas ini sudah menjadi salah satu hobi baru di kalangan masyarakat kita, sehingga berpotensi untuk dikembangkan ke arah pengelolaan yang lebih lanjut (BTNB 2010). Definisi lain birdwatching menurut Son et. al.(2011) adalah wisata yang erat hubungannya dengan perlindungan ekosistem dan budaya masyarakat adat di sekitar area pengamatan. Kegiatan ini juga dapat menyediakan keuntungan ekonomi bagi penduduk setempat. Kegiatan birdwatching juga diartikan sebagai

36 8 suatu kegiatan pengamatan, identifikasi, dan pemotretan burung untuk maksud rekreasi (Glowinski 2008). Dalam dua dekade ini wisata birdwatching mulai populer dan tumbuh dengan cepat. Mengamati burung mulai dijadikan sebagai hobi dan dapat dijadikan sarana rekreasi yang menyenangkan. Pengamat burung memiliki pengetahuan, skill, minat, kesenangan yang berbeda-beda. Bagi pemula diperlukan program berisi pengenalan terhadap lingkungan, jenis-jenis burung, dan luasan area pengamatan (Maple et al. 2010). Penelitian sangat diperlukan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang breeding, sarang, distribusi, tingkah laku, habitat burung, dan data migrasi burung (RCS 2012). Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan wisata birdwatching antara lain mengamati burung serta tingkah lakunya, baik hanya mengamati beberapa kelompok burung tertentu ataupun menikmati berbagai jenis burung yang ditemui. Berbagai keunikan yang dimiliki oleh burung dapat memberikan inspirasi bagi pengamat burung sehingga dapat meningkatkan kreativitas atau daya cipta (Mulyani dan Pakpahan 1993). Menurut Cahyana (2007), Pengelolaan wisata birdwatching yang baik dan profesional akan memberikan keuntungan finansial dan membantu upaya konservasi burung karena pengelola akan berusaha untuk melakukan pengelolaan habitat burung Interpretasi Alam 2.3 Perencanaan Interpretasi Alam Interpretasi didefinisikan sebagai suatu mata rantai antara pengunjung dan sumber daya alam yang ada (Sharpe 1982). Menurut Jubenvile et al. (1987), interpretasi merupakan suatu tindakan dalam mendemonstrasikan hubungan akan fenomena alam yang terjadi di sekitar kita. Tilden (1957), mendefinisikan interpretasi alam sebagai suatu kegiatan pendidikan yang bertujuan menunjukkan arti dan hubungan antara seseorang dengan alam lingkungannya dengan menggunakan benda-benda aslinya, melalui pengalaman langsung di lapangan dengan media ilustratif seperti foto, slide, film dan sebagainya. PHPA (1988) membagi unsur utama interpretasi menjadi tiga, yaitu: a. Pengunjung Beberapa hal yang harus dianalisis dan diperhatikan dalam perencanaan dan pelaksanaan interpretasi antara lain adalah: - Tempat yang paling banyak mendapat perhatian pengunjung - Asal sebagian besar pengunjung - Distribusi musiman pengunjung - Peresentase jumlah pengunjung yang melewati pintu utama dan pintu lainnya Informasi yang harus dikumpulkan untuk mengetahui karakteristik pengunjung dalam rangka penyusunan program interpretasi adalah: - Proporsi pengunjung nusantara dan mancanegara - Ukuran kelompok, distribusi umur dan tingkat pendidikan - Distribusi musiman kunjungan, waktu berkunjung, lama tinggal dan frekuensi kunjungan ulang

37 9 - Jenis transportasi, tema dan media yang paling menarik bagi pengunjung. b. Pemandu Wisata Kualitas dari pemandu wisata sangat menentukan tingkat keberhasilan interpretasi. Syarat-syarat yang harus dipenuhi pemandu wisata antara lain: - Menguasai beberapa ilmu atau ahli dalam bidang ilmu tertentu (flora, fauna, sejarah, geologi atau budaya) yang berkaitan dengan objek wisata - Menguasai pengetahuan di bidang pendidikan dan komunikasi masa serta sekaligus mempraktekkannya - Menguasai cara-cara melaksanakan interpretasi secara baik dan benar c. Obyek Interpretasi Obyek interpretasi meliputi segala yang ada di dalam kawasan yang dijadikan sebagai obyek dalam menyelenggarakan interpretasi. Agar program interpretasi dapat berlangsung dengan baik, maka pemilihan, penggunaan dan pemeliharaan obyek interpretasi perlu dilaksanakan. Metode penyampaian interpretasi menurut Sharpe (1982) dan PHPA (1988) secara garis besar digolongkan menjadi dua macam, yaitu: a. Pelayanan secara langsung (personal services): penyampaian program interpretasi dilakukan langsung oleh petugas interpretasi kepada pengunjung. Pengunjung dapat langsung bersentuhan dengan obyek interpretasi yang ada, sehingga pengunjung dapat secara langsung melihat, mendengar atau bila memungkinkan dapat mencium, meraba dan merasakan obyek interpretasi tersebut. b. Pelayanan secara tidak langsung (non personal service): penyampaian program interpretasi dilakukan dengan menggunakan alat bantu (media) dalam memperkenalkan obyek interpretasi dan petugas interpretasi tidak berhubungan langsung dengan pengunjung. Veverka (1994), memaparkan bentuk layanan dan program interpretasi disampaikan melalui dua macam teknik komunikasi yaitu verbal dan non-verbal. Setiap teknik memiliki elemen yang membantu kita mengembangkan isi dan struktur pesan interpretasi: a. Komunikasi verbal: point utama yang dipertimbangkan adalah pilihan kata yang digunakan dalam penyampaian interpretasi dapat menyampaikan banyak pesan tersembunyi. Pesan verbal mencakup musik latar, tipe suara laki-laki atau perempuan, muda atau tua, dan jenis aksen merupakan bagian dari penciptaan gambaran yang diharapkan. Pesan ini juga merupakan komponen penghubung antara pendengar dengan pesan-pesan yang disampaikan. b. Komunikasi Non-Verbal: Komunikasi ini memanfaatkan alat indera yang kita miliki. Penyampaian interpretasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media interpretasi yang merupakan suatu cara, metode, rekaman atau peralatan yang bisa menyampaikan pesan interpretasi kepada publik. Elemen komunikasi non-verbal meliputi: suara, aroma, rasa, tekstur, warna, simbol, penggunaan ruang, bahasa tubuh dan waktu.

38 Tujuan Interpretasi Menurut Tilden (1957), Tujuan interpretasi bukan hanya mengungkapkan keindahan dari suatu kawasan saja, tetapi juga bertujuan untuk meyakinkan orang akan pentingnya keberadaan kawasan tersebut dan mendorong mereka untuk ikut melestarikannya. Adapun tujuan interpretasi selanjutnya adalah sebagai berikut: a. Untuk membantu mengubah tingkah laku dan sikap untuk memotivasi, memberikan inspirasi, mengambil informasi dan membuatnya berarti dan menarik. b. Untuk membawa pengunjung melalui proses sensitivitas, kewaspadaan, pemahaman, apresiasi dan akhirnya komitmen. Sharpe (1982) menyebutkan 3 tujuan interpretasi, yaitu: a. Membantu pengunjung dalam mengembangkan kesadaran, apresiasi dan pemahaman tentang lokasi yang dikunjungi. b. Membantu pihak pengelola mencapai tujuan-tujuan pengelolaan karena: (i) interpretasi dapat mendorong pengunjung menggunakan sumberdaya dengan baik, (ii) interpretasi dapat memperkecil atau menghindari dampak dari aktivitas manusia. c. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap sasaran dan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu instansi/institusi, dengan memasukan pesan-pesan ke dalam program interpretasi Perencanaan Interpretasi Muntasib (1998), menyatakan bahwa suatu perencanaan, termasuk perencanaan interpretasi alam, perlu mengetahui terlebih dahulu sumber daya yang dimiliki dan kebutuhan pasarnya terlebih dahulu. Dengan mengetahui sumber daya dan kebutuhan pasar, maka suatu perencanaan interpretasi akan lebih mudah untuk dilakukan. Jubenville et al. (1987), menyatakan ada tiga elemen utama yang menjadi dasar perencanaan interpretasi, yaitu perencana, pengunjung, dan sumber daya. Ketiga elemen tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu: a. Pengunjung akan mempengaruhi sumber daya b. Situasi keberadaan sumber daya akan mempengaruhi program perencanaan c. Program perencanaan akan mempengaruhi situasi keberadaan sumber daya d. Pengunjung akan mempengaruhi program perencanaan e. Program perencanaan akan mempengaruhi keberadaan pengunjung Grater (1976) menyatakan bahwa sebelum menyusun perencanaan interpretasi sebaiknya didahului oleh suatu prospektus. Prospektus tersebut merupakan suatu studi dasar untuk menyusun perencanaan interpretasi. Garis besar prospektus itu adalah sebagai berikut : a. Tinjauan umum tentang lokasi yang akan diinterpretasikan b. Ringkasan tujuan program interpretasi c. Faktor-faktor yang berpengaruh:

39 11 - Lingkungan (cuaca dan iklim, keadaan lahan, kondisi geografis, nilai sejarah alam, nilai sejarah, arkeologi dan lain-lain) - Pengunjung (asal, tingkat pendapatan, latar belakang, pola kegiatan pengunjung dan kegiatan interpretasi yang sudah dilaksanakan) d. Deskripsi dan fasilitas yang sekarang ada (pusat pengunjung, jalan interpretasi, tanda-tanda interpretasi, interpretasi sendiri, fasilitas slide, film, publikasi pada pengunjung, perpustakaan dan sebagainya), rencana usulan yang diinginkan baik fasilitas maupun aktivitas dan penanganan berbagai aktivitas dan fasilitas yang sudah ada. e. Usulan program, berupa usulan dari hasil program interpretasi yang disusun. f. Studi pendukung program interpretasi g. Peningkatan keahlian staf h. Perkiraan biaya usulan program i. Peta kawasan yang menunjukkan lokasi serta usulan kegiatan dan fasilitasnya. Menurut Sharpe (1982), program interpretasi yang baik harus direncanakan terlebih dahulu melalui tahapan-tahapan yang dinamis dan sistematis. Tahapantahapan dalam perencanaan interpretasi meliputi penentuan tujuan, melakukan inventarisasi dan pengumpulan data, menganalisis data, mensintesis data, merumuskan alternatif perencanaan, merencanakan kegiatan ekoturisme, melaksanakan kegiatan ekoturisme, dan evaluasi/perbaikan rencana. Bagan alir proses perencanaan interpretasi dapat dilihat pada Gambar 2.2. Masukan Tujuan Inventarisasi & Pengumpulan Data Analisis sintesis rencana implementasi Evaluasi Umpan Balik Gambar 2.2. Proses perencanaan interpretasi (Sharpe 1982) a. Tujuan Tujuan merupakan pedoman untuk mewujudkan suatu aktivitas khusus uang dibutuhkan dalam perencanaan interpretasi. Tujuan merupakan kebijakan yang menegaskan program secara langsung dan seimbang. Jika tujuan dari suatu perencanaan interpretasi dikembangkan secara konsisten, maka tingkat keberhasilan perencanaan dapat diukur. b. Inventarisasi dan pengumpulan data Tujuan dalam tahap inventarisasi ini adalah mengidentifikasi lokasi untuk menemukan sumberdaya serta keindahan alam. Aspek-aspek yang diidentifikasi antara lain: fisik, biologi, lingkungan dan budaya. Inventarisasi yang baik sangat diperlukan untuk memperoleh data dasar, sehingga penyampaian interpretasi efektif. Teknik-teknik inventarisasi yang digunakan tergantung pada sumber informasi. Standar prosedurnya antara lain: - Mencari literatur yang baru, - Menguji kembali data yang telah dipetakan, - Wawancara terhadap pengelola, masyarakat dan orang-orang yang berpengalaman di lapangan.

40 12 c. Analisis Tahapan Analisis menguji dan mengevaluasi data dan informasi-informasi yang diperoleh, sehingga menghasilkan kritik dan saran untuk pengembangan rencana interpretasi dan disusun dalam sistem yang interaktif. Hal lain yang diperlukan dalam tahap analisis yaitu mengidentifikasi potensi dan tema-tema interpretasi. Dasar tema bisa berupa ciri khusus suatu daerah atau yang sifatnya lebih umum dan unik. d. Sintesis dan alternatif perencanaan Sintesis merupakan tahap untuk memadukan berbagai alternatif kegiatan dan mengidentifikasi masing-masing penerapannya. Rancangan dan ide imajinatif menjadi penting, penyediaan selang pemilihan antara alternatif yang sama baiknya dengan basis untuk seleksi program. Dalam mempersiapkan alternatif, perencana harus sering melakukan review atau mengkaji ulang tujuan-tujuan rencana interpretasi yang digunakan sebagai pedoman. e. Rencana Tahap dan proses perencanaan menitik beratkan pada pemilihan alternatif, yaitu alternatif yang lebih memuaskan untuk semua kepentingan. Dalam tahap ini perencana harus melakukan perbaikan yang diperlukan dan mulai melengkapi semua aspek dan rencana yang diperoleh, termasuk pendugaan secara terperinci dan dampak implementasinya. f. Implementasi/penerapan Mencakup kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemilihan cara dan tempat pelaksanaan interpretasi. Langkah ini bertujuan untuk melaksanakan penyampaian cerita sekaligus memecahkan masalah yang timbul. g. Evaluasi dan perbaikan rencana Untuk melihat kelanjutan dari suatu rencana yang dibuat, kegiatan monitoring dan pemantauan diperlukan sehingga tujuan dapat tercapai. Evaluasi dilakukan terhadap para pengguna dan dampak fasilitas yang di bangun terhadap sumberdaya serta dampak program terhadap para pengguna. Veverka (1998) menjelaskan bahwa dalam perencanaan interpretasi harus mengikuti beberapa proses perencanaan interpretasi yang terdiri dari: a. What (apa): Mencakup Inventarisasi sumberdaya, penentuan tema, dan sub tema yang akan diinterpretasikan. Inventarisasi sumber daya: Proses perencanaan diawali dengan inventarisasi suberdaya suatu kawasan yang akan dijadikan bahan interpretasi. Inventarisasi ini dapat membantu mengembangkan tema yang sesuai untuk interpretasi. Gambaran yang mencerminkan kawasan tersebut berdasarkan sumberdaya yang ada dapat dijadikan sebagai acuan untuk membuat suatu tema. Tema dan sub-tema: Tema harus berdasarkan apa yang ada di kawasan yang akan diinterpretasikan. Tema merupakan kunci dari ide suatu presentasi. Ketika suatu presentasi yang baik telah selesai di paparkan, maka pendengar harus dapat menyimpulkan isi dari presentasi kedalam satu kalimat yang merupakan tema tersebut. Sub-tema berfungsi untuk memberikan gambaran dari tema utama. b. Why (mengapa): Tanpa adanya misi, tujuan, dan objektif yang jelas, maka perencanaan interpretasi tidak dapat dilakukan.

41 Misi yang ada mencakup tiga hal, yaitu: (i) Siapa Anda? (ii) Apa yang Anda lakukan? dan (ii) Mengapa Anda lakukan? Isi dari misi yang ada akan mempermudah dalam mengendalikan interpretasi yang akan dibuat. Tujuan interpretasi merupakan hal umum yang diinginkan terjadi, namun tidak terlalu spesifik. Objektif lebih spesifik dari tujuan interpretasi. Objektif yang digunakan untuk mengembangkan perencanaan interpretasi antara lain: - Objektif dalam pembelajaran (Learning Objectives): Pengetahuan apa yang akan disampaikan sesuai dengan keinginan kita kepada pengunjung agar pengunjung dapat belajar atau mengingatnya. - Objektif dalam tingkah laku (Behavioral Objectives): Mengarahkan pengunjung dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang telah ditentukan. - Objektif dalam perasaan/emosi (Emotional Objectives): Mengarahkan pengunjung sehingga pengunjung dapat mengeluarkan berbagai emosi seperti terkejut, marah, sedih, perasaan bersalah, perasaan diterima, bangga, dan emosi-emosi lainnya terkait dengan subjek permasalahannya. c. Who (siapa): Analisis pengunjung dapat digunakan untuk membantu mengestimasi potensi permintaan terhadap kawasan dan layanannya, sehingga bisa mendapatkan ide-ide untuk fasilitas baru. Data yang dikumpulkan untuk analisis pengunjung dapat berupa demografi pengunjung (daerah asal pengunjung, kelompok umur, jenis kelamin, latar belakang sosial-ekonomi), motif pengunjung dan orientasi kebutuhan pengunjung (peta, penunjuk jalan, dan informasi/fasilitas lainnya). d. How/When/Where (bagaimana/kapan/dimana): Memutuskan bagaimana kita ingin menginterpretasikan tiap sumberdaya yang telah diinventarisasi berikut dengan waktu dan tempat interpretasi tersebut akan dilakukan. Hal yang harus diingat adalah tema dan objektif dari keseluruhan kawasan. Interpretasi masing-masing sumberdaya harus fokus dalam mengilustrasikan tema interpretasi. e. I&O (Implementation and Operations): Tujuan utama yaitu mempertimbangkan berapa jumlah biaya (waktu, sumberdaya, budget, pekerja) untuk menerapkan beberapa aspek dalam rencana interpretasi. Pada I&O mencakup analisis dari pengembangan kawasan, pengembangan media, dan kebutuhan pekerja dimasa yang akan datang. Estimasi biaya/budget hendaknya akurat dan representatif. f. So What: Memberikan arahan bagaimana cara kita untuk mengevaluasi program interpretasi dan pelayanannya. Enam bagian utama dari proses evaluasi antara lain: Identifikasi objek yang ingin di evaluasi Memilih teknik atau alat untuk evaluasi yang paling sesuai Menggunakan teknik evaluasi yang telah dipilih dan mendapatkan hasilnya. Membandingkan hasil nyata di lapangan dengan hasil yang diinginkan. Menganalisis hasil Membuat rekomendasi/saran untuk kemajuan program 13

42 14 Dari proses perencanaan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa suatu perencanaan interpretasi merupakan suatu proses awal yang merupakan tahapan persiapan sebelum pelaksanaan kegiatan interpretasi yang disajikan dalam bentuk yang dinamis dan sistematis. Perencanaan interpretasi ini sebagai bahan pertimbangan untuk pihak pengelola dalam mengembangkan kegiatankegiatannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan Syarat Perencanaan Interpretasi Alam Menurut Bradley (1982), perencanaan interpretasi yang baik harus memiliki persyaratan sebagai berikut: a. Dapat digunakan Program interpretasi dapat digunakan dan disenangi, namun keselamatan pengunjung harus diperhatikan terutama dalam penggunaan jalan dan interaksi dengan obyek interpretasi. b. Efisien Dimaksudkan untuk mencegah agar fasilitas yang dipergunakan tidak terbuang percuma, baik dari segi pelayanan, pembiayaan, pemeliharaan maupun dari segi penggunaan. c. Aminitas Dapat mengungkapkan keindahan dari kawasan yang direncanakan, menyediakan paket yang bervariasi tetapi kompak dengan karakteristik yang ada, indah dan memberikan gambaran dari subjek interpretasinya, dan memperhatikan landscape yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam. d. Fleksibel dan selektif Perencanaan merupakan suatu proses yang terbuka sehingga harus memadukan keinginan atau selera pengunjung dengan potensi kawasan tanpa banyak mengadakan perubahan. Program yang disusun terutama disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia, tetapi harus berkembang sehingga pengujung dapat lebih tertarik agar dapat memahami, merenungkan dan mengevaluasi gambaran yang diperoleh. e. Meminimumkan kerusakan lingkungan Sedikit melakukan perubahan terhadap lingkungan alam dan memperhitungkannya. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan tekanan yang ditimbulkan pengunjung, terutama untuk jenis-jenis objek langka. f. Penggunaaan sumberdaya yang optimal Sebuah masalah yang terus-menerus dalam perencanaan adalah pengalokasian modal dan sumberdaya manusia di antara bermacam-macam tipe investasi yang dibutuhkan untuk sebuah program interpretasi, terdapat sebuah pilihan antara perkembangan-perkembangan baru dan perbaikan-perbaikan program yang menunjukkan beberapa penafsiran saat semua itu digunakan secara optimum. g. Keterlibatan dan partisipasi publik Pendapat umum dan saran-saran dari publik dalam sebuah perencanaan interpretasi keseluruhan sangat diperlukan. Hal ini berfungsi sebagai kritik dan saran dalam penyusunan interpretasi.

43 Jalur Interpretasi Cara terbaik dalam menentukan panjang jalur interpretasi adalah berdasarkan pada waktu berjalan kaki. Hal ini tergantung pada tanah lapang, jarak aktual dan orang yang berjalan di jalur tersebut. Jalur ideal umumnya antara 15 menit sampai 20 menit waktu berjalan kaki, tidak lebih dari 45 menit (Berkmuller 1981). Karakteristik jalur interpretasi yang baik menurut Berkmuller (1981) antara lain adalah: a. Menyajikan pemandangan alam yang indah seperti air terjun, habitat satwa liar, aliran sungai, gua, pohon besar berumur ratusan tahun dan sebagainya. b. Jalur yang menyenangkan untuk berjalan dan tidak membahayakan pengunjung (tidak licin, tidak curam, tidak berlumpur atau tergenang). c. Membuat pengunjung tetap gembira, tidak tegang. d. Mudah dilalui pengunjung, terdapat tanda-tanda serta peta lokasi yang jelas. Menurut Veverka (1994), jalur yang direncanakan dapat berupa: a. Area yang berhubungan dengan panca indera, seperti: taman bunga, pekarangan, pemandangan yang indah dan air terjun. b. Fasilitas yang meliputi: pusat pengunjung, jembatan, toko cinderamata, kantor informasi, kios-kios, fasilitas demonstrasi dan lahan pertanian atau taman pekarangan. c. Kawasan orientasi, antara lain: - Atraksi tapak dan sumberdaya terdekat yang mungkin saja bukan merupakan bagian dari tapak, tetapi dapat menginterpretasikan tapak yang sama atau berkaitan. - Lokasi kunci untuk orientasi pengunjung seperti persimpangan jalan utama, camping ground, area penambatan kapal/perahu dan area kontak pengunjung lainnya. 3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT KRB) LIPI, Bogor. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan mulai Mei 2013 sampai dengan Juni Penelitian perencanaan interpretasi birdwatching di PKT KRB dilakukan pada 12 lingkungan yang ada di PKT KRB untuk mengetahui jenis dan sebaran burung. 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Binokuler, Global Positioning System (GPS), kamera DSLR Nikon D7000, Lensa Sigma mm, tripod, buku identifikasi burung, kuesioner untuk pengunjung, panduan wawancara, peta tutupan lahan PKT KRB, dan penunjuk waktu.

44 Metode Penelitian dan Pengambilan Data Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan metode survei, yang terdiri dari studi pustaka, pengamatan lapangan dan wawancara dengan pengunjung dan pengelola PKT KRB Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan hasil kuesioner. Sedangkan, data sekunder diperoleh dari berbagai literatur sebagai penunjang data primer. Data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Jenis data yang digunakan dalam penelitian Kelompok Data Jenis data Metode Pengumpulan Data Burung Habitat Pengunjung Pakar dan Pengelola - Jenis-jenis burung - Status Konservasi dan endemisitas - Keistimewaan dan daya tarik - Lokasi dan waktu aktivitas - Perilaku - Jenis habitat - Kondisi - Tujuan dan motivasi pengunjung - Persepsi pengunjung terhadap kegiatan birdwatching di PKT KRB - Keinginan dan harapan terkait kegiatan birdwatching di PKT KRB - Pendapat mengenai kegiatan birdwatching di PKT KRB - Keinginan dan harapan terkait kegiatan birdwatching di PKT KRB Rencana Pelaksanaan Penelitian studi pustaka dan verifikasi observasi dan studi pustaka observasi dan studi pustaka observasi dan studi pustaka observasi dan studi pustaka observasi dan studi pustaka observasi dan studi pustaka wawancara dan kuesioner wawancara dan kuesioner wawancara dan kuesioner wawancara wawancara Penelitian ini terbagi dalam empat tahap yaitu tahapan pengumpulan data, tahap analisis data, tahap sintesis data dan perencanaan interpretasi. 1) Tahap Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengamatan langsung di lapangan (observasi) dan wawancara. a. Pengamatan Lapangan Pengamatan lapangan ini dilakukan untuk mengetahui potensi burung yang memiliki daya tarik untuk dijadikan sebagai obyek interpretasi serta mengetahui sebaran dan habitat/lokasi di tempat burung tersebut berada pada waktu tertentu serta mengetahui habitatnya. Pengambilan data pada masing-masing lingkungan dilakukan selama tiga hari dengan waktu pengamatan pagi hari (antara pukul ), siang hari (antara pukul WIB) dan sore hari (antara pukul WIB). Untuk mengetahui jumlah jenis atau kekayaan jenis burung yang ada di PKT

45 17 KRB, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode Daftar Jenis MacKinnon (MacKinnon et. al., 2010), yaitu dengan cara berjalan dan mencatat jenis-jenis burung yang dijumpai ke dalam sebuah daftar. Menurut MacKinnon et. al. (2010) setiap daftar berisikan 20 jenis burung, tetapi dalam penelitian ini digunakan daftar berisi 5 jenis burung mengingat kekayaan burung di lokasi penelitian serta keterbatasan waktu penelitian. Jumlah daftar yang dipergunakan pada masing-masing waktu pengamatan dalam satu hari adalah empat daftar, sehingga total jumlah daftar yang dipergunakan adalah 36 daftar per lingkungan. Verifikasi dilakukan untuk mendata jenis habitat yang dipergunakan oleh burung dan kondisinya, serta mencatat aktivitas yang dilakukan burung pada habitat tersebut. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengenali jenis-jenis habitat yang dijadikan sebagai bagian dari habitat burung dan mendeskripsikan kaitan antara burung yang dijadikan sebagai objek interpretasi dengan habitatnya tersebut. b. Wawancara Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak terkait dengan pengembangan wisata birdwatching meliputi pengunjung, pakar-pakar burung dan pihak pengelola PKT KRB. Pengunjung Pengunjung yang akan yang akan diwawancara dan dijadikan sasaran untuk pengembangan wisata birdwatching di PKT KRB yaitu meliputi pelajar (SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi), pengunjung umum dan publik pencinta burung. Metode wawancara yang dipergunakan adalah metode wawancara terstruktur menggunakan kuesioner (Lampiran 1). Dalam hal ini, pertanyaanpertanyaan tertulis berikut alternatif jawaban telah disediakan oleh peneliti. Metode penentuan jumlah responden dilakukan dengan cara teknik sampling menggunakan Rumus Solvin berdasarkan data rata-rata populasi jumlah pengunjung PKT KRB setiap bulannya. Menurut data pengelola PKT KRB dalam Lopulalan (2011), rata-rata jumlah pengunjung dari tahun adalah orang/bulan. Rumus Slovin dijabarkan sebagai berikut (Sevilla et. al. 1993): Keterangan: = Jumlah rata-rata pengunjung/bulan pada tahun ( ) = Jumlah sampel (orang) e = Batas maksimum kesalahan yang masih bisa diterima (margin error), dengan asumsi 10 % (nilai bias yang dihasilkan akan semakin besar jika asumsi 10 %) = orang

46 18 Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 100 kuesioner, dengan jumlah responden untuk kelompok pelajar SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, dan pengunjung umum masing-masing berjumlah 20 orang. Selain itu, diambil responden dari publik pencinta burung berjumlah 15 orang sebagai data pembanding. Jenis kuesioner yang digunakan yaitu kombinasi dari kuesioner tertutup dan terbuka. Kombinasi kuesioner tertutup dan terbuka adalah kuesioner yang jawabannya sudah ditentukan, tetapi dapat diikuti dengan pertanyaan terbuka, dalam hal ini responden diberi kebebasan untuk menjawab sesuai pendapatnya (Istijanto 2009). Pakar Burung dan Pengelola Pemilihan responden untuk wawancara dilaksanakan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Responden yang diambil sebagai sampel oleh peneliti dianggap memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian (Babbie 2001). Dalam hal ini responden adalah pakar burung dan pihak pengelola PKT KRB. Jumlah responden yang akan diwawancarai sebanyak 2 orang pakar burung dan 2 orang dari pihak pengelola. Pakar burung yang dijadikan sebagai responden dipilih berdasarkan pada kriteria bahwa pakar burung tersebut bekerja di PKT KRB/pernah melakukan penelitian di PKT KRB/memiliki pengetahuan terkait burung-burung yang ada di PKT KRB. Metode pengambilan data yang dipilih adalah wawancara mendalam (in depth interview). Wawancara dilakukan melalui tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan narasumber menggunakan panduan wawancara. Panduan wawancara merujuk pada obyek penelitian. Pengambilan data melalui wawancara ini didasarkan pada alasan bahwa informasi mengenai burung-burung yang memiliki potensi untuk kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB dapat digali selengkap mungkin serta mengetahui pendapat, keinginan dan harapan terkait pengembangan wisata birdwatching di PKT KRB. 2) Tahap Analisis Data Data-data yang telah terkumpul diolah kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk data yang mudah dimengerti dan ditafsirkan sehingga menghasilkan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis yang dilakukan meliputi analisis dari data yang telah diperoleh di lapangan berupa jenis-jenis burung yang ada di PKT KRB dan habitatnya serta analisis dari hasil wawancara dengan pengunjung, pakar burung dan pengelola. Analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Analisis data jenis-jenis burung dan habitat Pada tahap ini dilakukan analisis kekayaan jenis burung yang ada di PKT KRB dan sebarannya untuk masing-masing lingkungan di PKT KRB serta frekuensi perjumpaan jenis burung pada setiap lingkungan. Frekuensi perjumpaan jenis burung pada setiap lingkungan digunakan untuk melihat tingkat kemudahan perjumpaan dengan jenis burung dengan menggunakan rumus berikut:

47 19 Data kekayaan jenis burung di PKT KRB yang dicatat dengan menggunakan daftar jenis MacKinnon dituangkan ke dalam kurva yang menggambarkan hubungan antara jumlah kumulatif jenis-jenis burung yang ada pada masing-masing lingkungan di PKT KRB terhadap jumlah daftar yang dibuat. Kecuraman kurva mencerminkan kekayaan jenis yang ada di lingkungan tersebut. Selanjutnya yaitu mengidentifikasi dan melakukan pemilihan jenis-jenis burung yang berpotensi sebagai objek interpretasi dan mengidentifikasi habitat yang dijadikan sebagai tempat aktivitas burung. Untuk menentukan jenis burung yang akan dijadikan sebagai objek interpretasi akan dipertimbangkan dari data hasil observasi langsung di lapangan dan data hasil wawancara dengan pengunjung PKT KRB. Kriteria pemilihan jenis burung berdasarkan jenis-jenis burung yang disukai pengunjung, status konservasi, endemisitas, dan keberadaan burung dari tahun ke tahun. Titik-titik lokasi aktivitas burung yang telah di simpan dalam GPS receiver dipindahkan ke dalam komputer dan diolah dengan menggunakan metode Geographic Information System (GIS) dengan perangkat lunak ArcGIS. b. Analisis hasil wawancara dengan pengunjung Pengolahan data hasil wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner kepada pengunjung PKT KRB yang terdiri dari pelajar SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, pengunjung umum dan publik burung dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase. Dari hasil pengolahan data hasil wawancara dengan kuesioner, peneliti dapat mengetahui keinginan pengunjung terhadap interpretasi birdwatching yang akan dikembangkan di PKT KRB Hasil pengolahan data dipindahkan dalam bentuk tabel dan grafik kemudian dideskripsikan. Data-data yang diolah yaitu: Tujuan dan motivasi pengunjung untuk datang ke PKT KRB Persepsi dan pengetahuan pengunjung: Hal yang disukai dari burung, jenis-jenis burung yang disukai, potensi burung di PKT KRB. Keinginan dan harapan pengunjung: Tanggapan rencana pengembangan interpretasi birdwatching di PKT KRB, dan harapan serta saran terhadap program interpretasi birdwatching yang akan dikembangkan di PKT KRB. c. Analisis hasil wawancara dengan pakar burung dan pengelola Mengolah dan mendeskripsikan data hasil wawancara dengan pengelola dan para pakar burung tentang pendapat mengenai potensi burung yang ada di PKT KRB untuk kegiatan wisata birdwatching, keinginan dan harapan terkait interpretasi wisata birdwatching dan masa depan pengembangan interpretasi birdwatching di PKT KRB. Hal ini untuk menambah informasi bagi pengembangan perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB. 3) Tahap Sintesis Data a. Menentukan jenis-jenis burung yang akan dijadikan sebagai objek interpretasi. Objek interpretasi ditentukan berdasarkan jenis-jenis burung yang disukai pengunjung, status konservasi, endemisitas dan keberadaan

48 20 jenis burung dari tahun ke tahun berdasarkan perbandingan dari data hasil penelitian sebelumnya. b. Menentukan titik-titik lokasi jenis-jenis burung yang dipilih sebagai objek interpretasi dan posisi untuk pengamatan burung dengan mempertimbangkan aspek keindahan landscape sebagai penunjang kegiatan wisata birdwatching. Hal ini bertujuan agar pengunjung dapat menikmati burung sekaligus keindahan landscape di PKT KRB. c. Merancang jalur interpretasi untuk wisata birdwatching. d. Pemetaan objek-objek interpretasi dan posisi pengamatan burung di PKT KRB dengan menggunakan perangkat lunak ArcView. Peta interpretasi didesain dengan menggunakan perangkat lunak Photoshop CS3. 4) Tahap Perencanaan Interpretasi Perencanaan interpretasi merupakan suatu proses awal yang merupakan tahapan persiapan sebelum pelaksanaan kegiatan interpretasi yang disajikan dalam bentuk yang dinamis dan sistematis. Tahap perencanaan interpretasi ini diperoleh dari keseluruhan hasil analisis dan sintesis yang merujuk pada proses perencanaan yang dikemukakan oleh Sharpe (1982) dan Veverka (1998). Rencana kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: a. Menentukan topik, tema dan sub tema dari program interpretasi di PKT KRB. Inventarisasi sumber daya berupa keanekaragaman jenis burung di PKT KRB dapat membantu mengembangkan tema yang sesuai untuk interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB. b. Menentukan misi dan tujuan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB. c. Menentukan sasaran pengunjung untuk interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB. d. Menentukan fasilitas dan media interpretasi yang dibutuhkan untuk pengembangan program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB. e. Menyusun materi program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dan menentukan cara-cara yang dipergunakan dalam penyampaian materi berdasarkan masing-masing kelompok pengunjung yang menjadi sasaran interpretasi wisata birdwatching berikut dengan penentuan waktu kegiatan. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Potensi Jenis Burung untuk Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Kekayaan Jenis Burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT KRB) memiliki potensi keanekaragaman jenis burung yang dapat dijadikan sebagai daya tarik untuk wisata birdwatching. Berdasarkan hasil pengamatan burung yang telah dilakukan pada 12 lingkungan yang ada di PKT KRB, tercatat ada 48 jenis burung yang terdiri atas 23 suku burung (Tabel 4.1).

49 Tabel 4.1 Jenis-jenis burung yang ditemukan pada ke-12 lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor No. Suku dan nama Latin Nama Lokal Nama Inggris Ardeidae 1 Nycticorax nycticorax Kowak-malam kelabu Black-crowned Night-heron Accipitridae 2 Pernis ptilorhynchus Sikep-madu Asia Oriental Honey-buzzard Rallidae 3 Amaurornis phoenicurus Kareo padi White-breasted Waterhen Columbidae 4 Treron griseicauda Punai penganten Grey-cheeked Green-Pigeon 5 Treron vernans Punai gading Pink-necked Green-Pigeon 6 Ptilinopus melanospila Walik kembang Black-naped Fruit-Dove 7 Streptopelia bitorquata Dederuk Jawa Island Collared-Dove 8 Streptopelia chinensis Tekukur biasa Spotted-Dove Psittacidae 9 Psittacula alexandri Betet Biasa Red-breasted Parakeet 10 Cacatua sulphurea Kakatua jambul-kuning Yellow-crested Cockatoo 11 Eclectus roratus Nuri bayan Electus Parrot 12 Loriculus pusillus Serindit Jawa Blue-crowned Hanging-Parrot Cuculidae 13 Cacomantis merulinus Wiwik kelabu Plaintive Cuckoo Apodidae 14 Collocalia fuciphaga Walet sarang-putih Edible-nest Swiftlet 15 Collocalia linchi Walet linci Cave Swiftlet 16 Cypsiurus balasiensis Walet-palem Asia Asian Palm-swift Alcedinidae 17 Alcedo meninting Raja-udang meninting Blue-eared Kingfisher 18 Todirhamphus chloris Cekakak sungai Collared Kingfisher Capitonidae 19 Megalaima haemacephala Takur ungkut-ungkut Coppersmith Barbet Picidae 20 Dendrocopus macei Caladi ulam Fulvous-breasted Woodpecker 21 Dendrocopos moluccensis Caladi tilik Sunda Woodpecker Aegithinidae 22 Aegithina tiphia Cipoh kacat Common Iora Chloropseidae 23 Chloropsis cochinchinensis Cica-daun sayap-biru Blue-winged Leafbird Pycnonotidae 24 Pycnonotus atriceps Cucak kuricang Black-headed Bulbul 25 Pycnonotus melanicterus Cucak kuning Black-crested Bulbul 26 Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang Sooty-headed Bulbul 27 Pycnonotus brunneus Merbah mata-merah Red-eyed Bulbul 28 Alophoixus bres Empuloh janggut Grey-cheeked Bulbul Laniidae 29 Lanius schach Bentet kelabu Long-tailed Shrike Sylviidae 30 Prinia familiaris Perenjak jawa Bar-winged Prinia 31 Orthotomus sutorius Cinenen pisang Common Tailorbird 32 Orthotomus sepium Cinenen Jawa Olive-backed Tailorbird Muscicapidae 33 Eumyias indigo Sikatan ninon Indigo Flycatcher 34 Cyornis banyumas Sikatan cacing Hill Blue-flycatcher 21

50 22 Tabel 4.1 Jenis-jenis burung yang ditemukan pada ke-12 lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) No. Suku dan nama Latin Nama Lokal Nama Inggris Rhipiduridae 35 Rhipidura javanica Kipasan belang Pied Fantail Dicaeidae 36 Dicaeum concolor Cabai polos Plain Flowerpecker 37 Dicaeum trochileum Cabai Jawa Scarlet-headed Flowerpecker Nectariniidae 38 Anthreptes malacensis Burung-madu kelapa Plain-throated Sunbird 39 Nectarnia jugularis Burung-madu sriganti Olive-backed Sunbird 40 Arachnothera longirostra Pijantung kecil Little Spiderhunter Zosteropidae 41 Zosterops palpebrosus Kacamata biasa Oriental White-eye Ploceidae 42 Lonchura punctulata Bondol peking Scaly-breasted Munia 43 Lonchura maja Bondol haji White-headed Munia 44 Lonchura leucogastroides Bondol Jawa Javan Munia 45 Passer montanus Burung-gereja erasia Eurasian Tree Sparrow Oriolidae 46 Oriolus chinensis Kepudang kuduk-hitam Black-naped Oriole Dicruridae 47 Dicrurus macrocercus Srigunting hitam Black Drongo 48 Dicrurus leucophaeus Srigunting kelabu Ashy Drongo Kekayaan jenis burung yang ada di PKT KRB dapat digambarkan dalam bentuk kurva pertambahan jenis burung pada masing-masing lingkungan yang ada di PKT KRB. Kecuraman kurva mencerminkan kekayaan jenis yang ada di lingkungan tersebut. Semakin curam kurva pertambahan jenisnya, maka keanekaragaman jenis burung yang terdapat pada lingkungan tersebut semakin tinggi. Kurva pertambahan jenis burung dapat dilihat pada Gambar 4.1. Kurva pertambahan jenis menggambarkan bahwa kekayaan jenis burung tertinggi terdapat pada lingkungan 4 yaitu sebanyak 32 jenis, sedangkan kekayaan jenis burung paling rendah terdapat pada lingkungan 7 yaitu sebanyak 18 jenis. Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan keanekaragaman jenis burung pada suatu tempat adalah daya adaptasi burung terhadap kehadiran manusia dan kebutuhan hidupnya (Sawitri dan Iskandar 2012). Tingginya keanekaragaman jenis burung pada lingkungan 4 dapat dikarenakan oleh sedikitnya tingkat kunjungan pada lingkungan tersebut dan ketersediaan pakan tercukupi. Menurut Mamiri (2008), pengunjung PKT KRB kurang menyukai lingkungan 4 karena suasananya yang sepi sehingga dapat mungkinan munculnya tindakan kejahatan dan tempatnya yang tidak sesuai untuk anak-anak. Sedangkan pada lingkungan 7 memiliki kekayaan jenis yang rendah mungkin dikarenakan adanya beberapa mess karyawan PKT KRB, selain itu lingkungan 7 merupakan salah satu lingkungan yang disukai oleh pengunjung karena tempatnya yang nyaman dan teduh dengan pemandangan pohon kenari di sebelah kanan dan kiri jalan.

51 23 22 Jenis 12 Suku 25 Jenis 13 Suku 24 Jenis 14 Suku 32 Jenis 17 Suku 21 Jenis 12 Suku 21 Jenis 13 Suku 17 Jenis 11 Suku 19 Jenis 12 Suku 22 Jenis 14 Suku 25 Jenis 13 Suku 23 Jenis 14 Suku 23 Jenis 13 Suku Gambar 4.1 Kekayaan jenis burung pada 12 lingkungan yang ada di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Dibandingkan dengan hasil penelitian burung sebelumnya, Diamond et. al. (1987) mencatat jenis burung sebanyak 62 jenis pada periode tahun , dan pada periode tahun jenis burung yang tercatat sebanyak 43 jenis. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Tirtaningtyas (2004), tercatat ada 56 jenis burung yang dapat ditemukan di PKT KRB. Jumlah jenis burung di PKT KRB yang tercatat sejak tahun 1932 hingga sekarang mengalami fluktuasi antara 43 dan 62 jenis. Namun hanya ada 26 jenis burung yang selalu ada di PKT KRB sejak pengamatan tahun 1932 hingga sekarang. Penelitian ini menggambarkan bahwa dinamika jenis burung yang ada di PKT KRB cukup tinggi. Keberadaan 26 jenis burung selama 81 tahun di PKT KRB mungkin dapat dijadikan indikator kemapanan ekosistem dan kecocokan PKT KRB sebagai habitat ke 26 jenis burung tersebut. Sebaliknya, kepunahan satu atau lebih jenis burung dari ke 26

52 24 jenis burung tersebut, boleh jadi dapat dipakai sebagai penanda perubahan ekosistem di PKT KRB. Koskimies (1989), menyatakan bahwa burung dapat dijadikan sebagai indikator perubahan habitat dan dapat mendeteksi kerusakan lingkungan yang tidak dapat diukur dengan dengan parameter fisik maupun kimia. Selain itu burung menempati berbagai macam habitat sebagai pemakan tumbuhtumbuhan atau buah-buahan, daging atau serangga maupun pemakan segalanya. Indikator ekologi dibutuhkan untuk mengevaluasi keanekaragaman hayati dan mengestimasi perubahan lingkungan (Nguyen 1997). Jenis baru yang ditemukan di PKT KRB pada penelitian ini dan tidak ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya ada 10 jenis, yaitu dederuk Jawa, cucak kuning, cucak kuricang, merbah mata-merah, sikatan ninon, bondol haji, caladi tilik, nuri bayan, kakatua jambul-kuning dan bentet kelabu. Dengan ditemukannya jenis baru, dapat dikatakan bahwa PKT KRB memiliki peranan penting sebagai tempat berlindung jenis-jenis burung lainnya. Jenis-jenis burung baru yang ada di PKT KRB kemungkinan berasal dari habitat di sekitar PKT KRB. Daftar perbandingan jenis-jenis burung yang dapat ditemukan dari penelitian sebelumnya hingga saat ini dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Perbandingan jumlah jenis burung yang ditemukan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dari hasil penelitian sebelumnya. Diamond et. al. Tirtaningtyas Sukara (1987) (2004) (2013) No. Nama suku dan jenis Nama Lokal Ardeidae 1 Egretta alba Kuntul besar 2 Nycticorax nycticorax Kowak-malam kelabu Accipitridae 3 Pernis ptilorhynchus Sikep-madu Asia 4 Accipiter soloensis Elang-alap Cina Turnicidae 5 Turnix suscitator Gemak loreng Rallidae 6 Amaurornis phoenicurus Kareo padi Columbidae 7 Treron oxyura Punai salung 8 Treron griseicauda Punai penganten 9 Treron vernans Punai gading 10 Ptilinopus melanospila Walik kembang 11 Streptopelia bitorquata Dederuk Jawa 12 Streptopelia chinensis Tekukur biasa 13 Gopelia striata Perkutut Jawa Psittacidae 14 Psittacula alexandri Betet biasa 15 Eclectus roratus Nuri bayan 16 Cacatua sulphurea Kakatua jambul-kuning 17 Loriculus pusillus Serindit Jawa Cuculidae 18 Cacomantis sonneratii Wiwik lurik 19 Cacomantis merulinus Wiwik kelabu 20 Cacomantis variolosus Wiwik rimba 21 Surniculus lugubris Kedasi hitam 22 Eudynamis scolopacea Tuwur Asia Strigidae 23 Strix seloputo Kukuk seloputu 24 Otus bakkamoena Celepuk reban

53 25 Tabel 4.2 Perbandingan jumlah jenis burung yang ditemukan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dari hasil penelitian sebelumnya (Lanjutan) Diamond et. al. Tirtaningtyas Sukara (1987) (2004) (2013) No. Nama suku dan jenis Nama Lokal Apodidae 25 Collocalia fuciphaga Walet sarang-putih 26 Collocalia linchi Walet linci 27 Cypsiurus balasiensis Walet-palem Asia Hemiprocnidae 28 Hemiprocne longipennis Tepekong jambul Alcedinidae 29 Alcedo meninting Raja-udang meninting 30 Halcyon cyanoventris Cekakak Jawa 31 Todirhamphus chloris Cekakak sungai Capitonidae 32 Megalaima haemacephala Takur ungkut-ungkut Picidae 33 Dinopium javanense Pelatuk besi 34 Dendrocopus macei Caladi ulam 35 Dendrocopos moluccensis Caladi tilik Pittidae 36 Pitta guajana Paok pancawarna Hirundinidae 37 Hirundo rustica Layang-layang api 38 Hirundo tahitica Layang-layang batu 39 Hirundo daurica Layang-layang gua 40 Hirundo striolata Layang-layang loreng Campephagidae 41 Hemipus hirundinaceus Jingjing batu 42 Lalage nigra Kapasan kemiri 43 Pericrocotus cinnamomeus Sepah kecil Artamidae 44 Artamus leucorhynchus Kekep babi Aegithinidae 45 Aegithina tiphia Cipoh kacat Chloropseidae 46 Chloropsis cochinchinensis Cica-daun sayap-biru Pycnonotidae 47 Pycnonotus atriceps Cucak kuricang 48 Pycnonotus melanicterus Cucak kuning 49 Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang 50 Pycnonotus brunneus Merbah mata-merah 51 Alophoixus bres Empuloh janggut Dicruridae 52 Dicrurus macrocercus Srigunting hitam 53 Dicrurus leucophaeus Srigunting kelabu 54 Dicrurus remifer Srigunting bukit Oriolidae Kepudang kudukhitam 55 Oriolus chinensis Corvidae 56 Corvus enca Gagak hutan Turdidae 57 Copsychus saularis Kucica kampung 58 Zoothera citrina Anis merah

54 26 Tabel 4.2 Perbandingan jumlah jenis burung yang ditemukan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dari hasil penelitian sebelumnya (Lanjutan) Diamond et. al. Tirtaningtyas Sukara (1987) (2004) (2013) No. Nama suku dan jenis Nama Lokal Sittidae 59 Sitta frontalis Munguk beledu Paridae 60 Parus major Gelatik-batu kelabu Timaliidae 61 Pellorneum capistratum Pelanduk topi-hitam 62 Malacocincla sepiarium Pelanduk semak Pachycephalidae 63 Pachycephala cinerea Murai bakau Silviidae 64 Phylloscopus sp Cikrak 65 Phylloscopus borealis Cikrak kutub 66 Orthotomus sutorius Cinenen pisang 67 Orthotomus ruficeps Cinenen kelabu 68 Orthotomus sepium Cinenen Jawa 69 Prinia familiaris Perenjak Jawa 70 Prinia polychroa Perenjak coklat Muscicapidae 71 Eumyias indigo Sikatan ninon 72 Cyornis banyumas Sikatan Cacing 73 Muscicapa dauurica Sikatan bubik Rhipiduridae 74 Rhipidura javanica Kipasan belang Laniidae 75 Lanius schach Bentet Kelabu Sturnidae 76 Sturnus contra Jalak suren 77 Acridotheres javanicus Kerak kerbau 78 Aplonis panayensis Perling kumbang Nectariniidae 79 Anthreptes malacensis Burung-madu kelapa 80 Nectarnia jugularis Burung-madu sriganti 81 Aethopyga mystacalis Burung -madu Jawa 82 Arachnothera longirostra Pijantung kecil Dicaeidae 83 Dicaeum trochileum Cabai Jawa 84 Dicaeum concolor Cabai polos Zosteropidae 85 Zosterops palpebrosus Kacamata biasa 86 Zosterops flavus Kacamata Jawa Ploceidae 87 Passer montanus Burung-gereja Erasia 88 Lonchura maja Bondol Haji 89 Lonchura leucogastroides Bondol Jawa 90 Lonchura punctulata Bondol Peking 91 Padda oryzivora Gelatik Jawa Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor sekarang ini telah terisolasi dari hutan di sekitarnya, hal ini menyebabkan terbatasnya pergerakan populasi jenis burung. Hutan yang terdekat yang masih memungkinkan sebagai habitat burung adalah Ciburial (5 Km ke arah Barat Daya), Gunung Pancar (10 Km ke arah Timur), Megamendung (10 Km ke arah Barat Daya), Gunung Gede Pangrango (30 Km ke arah Tenggara), dan Gunung Halimun (35 Km ke arah

55 27 Tenggara). Terputusnya populasi burung di PKT KRB dengan hutan di sekitarnya menyebabkan tidak adanya dukungan kelangsungan populasi. Menurut Prawiradilaga et. al. (2003), Elang merupakan salah satu indikator dari rusaknya lingkungan. Namun, dengan hadirnya jenis-jenis burung migrasi seperti sikep madu Asia dan jenis-jenis burung yang baru ditemukan, habitat di PKT KRB dapat dikatakan masih baik. Kekayaan jenis burung di PKT KRB memiliki jumlah yang sedikit jika dibandingkan dengan kawasan-kawasan konservasi lainnya seperti Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang memiliki 138 jenis burung (Wisnubudi, 2004). Namun, bukan berarti PKT KRB tidak potensial untuk pengembangan wisata birdwatching. Tersedianya program untuk wisata birdwatching serta adanya minat untuk mengikuti kegiatan tersebut merupakan peluang untuk dilakukannya kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB Frekuensi dan Sebaran Spasial Jenis Burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Sebaran jenis burung pada masing-masing lingkungan yang ada di PKT KRB berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan jenis habitat pada masingmasing lingkungan. Marone (1991) menyatakan bahwa perbedaan jenis habitat akan mempengaruhi sebaran spasial jenis-jenis burung. Beberapa jenis burung hanya ditemukan pada lingkungan tertentu saja, misalnya burung kowak-malam kelabu hanya dapat ditemukan di lingkungan 3 dan 4 saja karena diantara kedua lingkungan ini terdapat kolam gunting yang merupakan habitat yang sesuai bagi burung air. Contoh lainnya yaitu sikep-madu Asia yang hanya dapat ditemukan pada lingkungan 4 dan 9 saja. Hal ini karena lingkungan 9 merupakan lokasi dari koleksi tanaman kayu dengan tajuk yang tinggi dan pada lingkungan ini terdapat banyak sarang lebah. Madu, sarang lebah, dan larva lebah merupakan salah satu sumber pakan sikep-madu Asia (Bhardwaj 2009). Jenis-jenis burung yang memiliki sebaran merata yang dapat ditemui pada 12 lingkungan yang ada di PKT KRB tercatat ada sembilan jenis dari total 48 jenis burung. Jenis-jenis burung tersebut berikut dengan total frekuensi pertemuan pada ke-12 lingkungan di PKT KRB secara berturut-turut adalah cucak kutilang (0.73), walet linchi (0.62), cabai Jawa (0.47), tekukur biasa (0.41), cekakak sungai (0.34), cipoh kacat (0.64), perenjak Jawa (0.15), cabai polos (0.15) dan burungmadu kelapa (0.14). Jenis-jenis burung tersebut memiliki daya adaptasi yang tinggi pada keseluruhan lingkungan yang ada di PKT KRB. Hal ini dikarenakan PKT KRB memiliki beranekaragam jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan yang beranekaragam dapat menyediakan beranekaragam sumber-sumber makanan bagi burung berupa serangga, buah, biji ataupun nektar dan sebagai implikasinya, pemilihan tanaman dengan waktu berbuah atau pun berbunga yang berbeda akan lebih baik dalam penyediaan sumber pakan bagi burung (Hernowo et. al. 1989). Daftar sebaran dan total frekuensi pertemuan masing-masing jenis burung pada ke-12 lingkungan yang ada di PKT KRB dapat dilihat pada Tabel 4.3.

56 28 Tabel 4.3. Sebaran dan frekuensi perjumpaan burung pada masing-masing lingkungan di PKT KRB Frekuensi (lingkungan) Total No. Jenis Burung 1 2* Kowak-malam Kelabu Sikep-madu Asia Kareo padi Punai penganten Punai gading Walik kembang Dederuk Jawa Tekukur biasa Kakatua jambul-kuning Nuri bayan Betet biasa Serindit Jawa Wiwik kelabu Walet sarang-putih Walet linchi Walet-palem Asia Raja-udang meninting Cekakak sungai Takur ungkut-ungkut Caladi ulam Caladi tilik Cipoh kacat Cica-daun sayap-biru Cucak kuning Cucak kuricang Cucak kutilang Merbah mata-merah Empuloh janggut Bentet kelabu Prenjak Jawa Cinenen pisang Cinenen Jawa

57 29 Tabel 4.3. Sebaran dan frekuensi perjumpaan burung pada masing-masing lingkungan di PKT KRB (lanjutan) No Lingkungan. Suku dan nama latin 1 2* Total 33 Sikatan ninon Sikatan cacing Kipasan belang Cabai polos Cabai Jawa Burung-madu kelapa Burung-madu sriganti Pijantung kecil Kacamata biasa Burung gereja Bondol haji Bondol Jawa Bondol peking Kepudang kuduk-hitam Srigunting hitam Srigunting kelabu Total Keterangan: * = Lingkungan dengan frekuensi pertemuan tertinggi = Lingkungan dengan frekuensi pertemuan terendah

58 Sebaran Temporal Jenis Burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Perjumpaan jenis burung terbanyak berturut-turut adalah pada saat pagi hari yaitu sebanyak 44 jenis, kemudian pada siang hari yaitu sebanyak 41 jenis, dan pada sore hari yaitu sebanyak 32 jenis. Sebaran temporal burung pada 12 lingkungan yang ada di PKT KRB dapat dilihat pada Gambar 4.2. Pada pagi hari jenis burung terbanyak dapat ditemukan pada lingkungan 3 dan 4 dengan jumlah sebanyak 21 jenis burung. Perjumpaan burung dengan jenis terbanyak pada siang hari ditemukan pada lingkungan 4 sebanyak 21 jenis. Perjumpaan burung dengan jenis terbanyak pada sore hari ditemukan pada lingkungan 4 sebanyak 19 jenis. Sedangkan perjumpaan burung dengan jenis paling sedikit pada pagi hari ditemukan pada lingkungan 9 dengan jumlah sebanyak 14 jenis burung. Pada siang hari perjumpaan jenis burung yang paling sedikit dijumpai pada lingkungan 6. Pada sore hari perjumpaan jenis burung yang paling sedikit dijumpai pada lingkungan 11. Sebaran temporal dan frekuensi jenis-jenis burung pada masingmasing waktu pengamatan di setiap lingkungan yang ada di PKT KRB dapat dilihat pada Lampiran 2. Waktu Pengamatan Sore hari ( ) Siang hari ( ) Pagi hari ( ) Jumlah jenis Gambar 4.2. Grafik sebaran temporal burung pada 12 lingkungan yang ada di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor

59 Jenis-Jenis Burung yang Menjadi Potensi Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Beberapa jenis burung yang ada di PKT KRB memiliki potensi untuk dijadikan sebagai objek daya tarik wisata birdwatching. Burung yang dipilih sebagai objek berdasarkan ketertarikan pengunjung terhadap jenis burung tertentu, status konservasi burung, endemisitas burung, dan keberadaan jenis-jenis burung dari hasil penelitian sebelumnya hingga saat ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung, tercatat ada 28 jenis burung disukai oleh pengunjung. Jenis-jenis burung kesukaan pengunjung secara berurutan adalah Cekakak sungai (14%), raja-udang meninting (7.8%), kowakmalam kelabu (6.4%), kepudang kuduk-hitam (6%), burung-madu kelapa (5.8%), cucak kuricang (5.4%), walik kembang (5.4%), cucak kuning (4.8%), betet biasa (4.8%), cabai Jawa (4.2%), cabai polos (3.8%), cucak kutilang (3.6%), caladi ulam (2.8%), sikep-madu Asia (2.8%), serindit Jawa (2.8%), tekukur biasa (2.6%), burung-madu sriganti (2.6%), perenjak Jawa (2.6%), punai penganten (2%), kipasan belang (1.8%), bondol Jawa (1.6%), empuloh janggut (1.4%), pijantung kecil (1.4%), cipoh kacat (0.8%), takur ungkut-ungkut (0.8%), kareo padi (0.8%), merbah mata merah (0.6%), dan cinenen Jawa (0.6%). Beberapa jenis burung yang masuk ke dalam daftar satwa yang dilindungi sesuai dengan UU No. 5 tahun 1990 dan PP No. 7 Tahun 1999 antara lain adalah: Nuri bayan, kakatua jambul-kuning, pijantung kecil, burung madu-kelapa, burung madu-sriganti, raja-udang meninting, cekakak sungai, kipasan belang, dan sikepmadu Asia. Betet biasa, Nuri bayan dan sikep-madu Asia terdaftar dalam Apendiks II CITES (Convention International on Trade of Endangered Species of Flora and Fauna), sedangkan kakatua jambul-kuning terdaftar dalam Apendiks I CITES. Disamping itu, ada juga yang memiliki status endemik seperti serindit Jawa, cabai Jawa, perenjak Jawa, cinenen Jawa dan punai penganten (Tabel 4.4). Tabel 4.4 Status konservasi dan endemisitas burung yang yang terdapat di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor No. Jenis Burung Lingkungan UU No. 5 PP No. 7 CITES Endemik 1 Betet biasa 4, 6, 7 II 2 Nuri bayan 4, 6,8 II 3 Kakatua jambul-kuning 4, 9 I 4 Serindit Jawa 4, 6 5 Pijantung kecil 1-7, Burung-madu kelapa Burung-madu sriganti 8, 10, 12 8 Cabai Jawa Perenjak Jawa Punai penganten 1-4, 6, 7, 9, Raja-udang meninting Cekakak sungai Kipasan belang 1-4, Sikep-madu Asia 4, 9 II 15 Cinenen Jawa 1-5, 8-12

60 32 Jenis burung yang selalu ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya hingga saat ini jumlahnya mencapai 26 jenis, yaitu punai penganten, walik kembang, tekukur biasa, betet biasa, wiwik kelabu, walet linci, raja udang meninting, cekakak sungai, caladi ulam, cipoh kacat, cucak kutilang, srigunting kelabu, kepudang kuduk-hitam, cinenen pisang, perenjak Jawa, sikatan cacing, kipasan belang, burung-madu kelapa, pijantung kecil, cabai jawa, cabai polos, kacamata biasa, burung-gereja Erasia, bondol Jawa, dan bondol peking. Burung nuri bayan dan kakatua jambul-kuning bukan asli pulau Jawa melainkan merupakan burung dari Indonesia bagian Timur. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. 57 tahun 2008 kedua jenis burung ini hanya diperkenankan dipelihara di dalam ekosistem yang terkendali dan tidak diperkenankan dilepaskan ke wilayah alami untuk mengantisipasi terjadinya invasif. Oleh karena itu, burung nuri bayan dan kakatua jambul-kuning sebaiknya tidak ada di PKT KRB dan tidak tepat untuk dijadikan sebagai objek wisata birdwatching di kawasan ini. Sementara itu, pada pengamatan yang dilakukan pada tahun 2013, hanya ditemukan masing-masing satu individu, sehingga kemungkinan besar tidak akan akan bertahan lama. Kedua jenis burung ini tidak ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya, begitu pula dengan cucak kuricang, cucak kuning dan merbah mata merah. Sekalipun disukai oleh pengunjung, ketiga jenis burung ini tidak ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya, sehingga tidak dijadikan sebagai objek daya tarik untuk wisata birdwatching. Ke-12 lingkungan di PKT KRB dapat dijadikan sarana pendidikan tentang konservasi burung. Dari data yang berhasil dikumpulkan, sedikitnya kita dapat mengamati 8 dari 10 jenis burung yang dilindungi di PKT KRB dan 5 jenis burung endemik. Kesukaan pengunjung terhadap jenis burung tertentu tidak sepenuhnya terkait dengan status konservasi dan endemisitas dari burung tersebut. Kowak-malam kelabu, kepudang kuduk-hitam, walik kembang, cucak kutilang, cabai polos, caladi ulam, tekukur biasa, bondol jawa, empuloh janggut, cipoh kacat, takur ungkut-ungkut dan kareo padi juga disukai pengunjung sekalipun tidak memiliki status konservasi endemik dan dilindungi. Data hasil penelitian ini memiliki potensi untuk perencanaan intrepretasi dalam upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang keindahan dan status konservasi burung. Berdasarkan kategori pemilihan jenis burung yang potensial di PKT KRB, maka ditentukan ada 25 jenis burung yang memiliki potensi untuk dijadikan sebagai objek wisata birdwatching di PKT KRB. Sebaran ke 25 jenis burung di 12 lingkungan di PKT KRB dapat dituangkan ke dalam peta sebaran spasial yang dapat dilihat pada Gambar 4.3, Gambar 4.4, Gambar 4.5, dan Gambar 4.6.

61 Gambar 4.3 Peta sebaran spasial jenis burung yang potensial untuk wisata birdwatching pada lingkungan 1, 2, dan 3 di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 33

62 34 Gambar 4.4 Peta sebaran spasial jenis burung yang potensial untuk wisata birdwatching pada lingkungan 4, 5, dan 6 di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor

63 Gambar 4.5 Peta sebaran spasial jenis burung yang potensial untuk wisata birdwatching pada lingkungan 7, 8, dan 11 di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 35

64 36 Gambar 4.6 Peta sebaran spasial jenis burung yang potensial untuk wisata birdwatching pada lingkungan 9, 10, dan 12 di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor

65 Keinginan dan Harapan Pengunjung Tujuan dan Motivasi datang ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan kuesioner terhadap pengunjung yang akan menjadi sasaran untuk pengembangan wisata birdwatching di PKT KRB, pengunjung PKT KRB datang dengan memiliki tujuan yang berbeda-beda pada masing-masing kelompok. Persentase tujuan datang ke PKT KRB pada masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel. 4.5 Persentase tujuan datang ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor pada masing-masing kelompok pengunjung. No. Tujuan Persentase (%) SD SMP SMA PT Umum KPB 1 Menikmati keindahan alam Melihat koleksi tumbuhan Melihat monumen bersejarah Tugas sekolah/kuliah Melihat satwa burung Untuk kelompok pelajar dan umum, rata-rata persentase tujuan untuk datang ke PKT KRB berurutan mulai dari yang paling tinggi adalah menikmati keindahan alam yang mencapai 84%, melihat koleksi tumbuhan (6%), tugas sekolah (5%), melihat satwa burung (3%) dan melihat monumen bersejarah (2%) (Gambar 4.7). Sedangkan untuk Kelompok Pencinta Burung (KPB), persentase tujuan untuk datang ke PKT KRB yang paling tinggi adalah melihat satwa burung, yaitu mencapai 60%. Bagi pengunjung yang memiliki tujuan datang ke PKT KRB untuk melihat satwa burung, sebesar 20% termotivasi untuk mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai burung, 20% hanya senang melihat saja, sedangkan 60% motivasi pengunjung dalam melihat satwa burung adalah untuk melakukan dokumentasi/fotografi. Gambar 4.7 Rata-rata persentase tujuan datang ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor bagi kelompok pelajar dan umum

66 Persepsi Pengunjung terhadap Keanekaragaman Jenis Burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap objek tertentu. Di dalam proses persepsi, seseorang dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula (Polak 1976). Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor memiliki nilai tambah yaitu sebagai habitat dari beranekaragam jenis burung. Berdasarkan hasil wawancara dengan kuesioner terhadap 100 orang pengunjung dari kelompok pelajar dan umum, persentase rata-rata pengunjung yang mengetahui bahwa di PKT KRB terdapat beranekaragam jenis burung yaitu sebesar 57%, sedangkan 43% pengunjung lainnya tidak mengetahui adanya keanekaragaman jenis burung di PKT KRB. Sedangkan pada KPB, sebesar 100% mengetahui bahwa di PKT KRB terdapat keanekaragaman jenis burung. Persentase pengetahuan pengunjung terhadap keanekaragaman jenis burung yang ada di PKT KRB pada masingmasing kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel. 4.6 Persentase pengetahuan pengunjung terhadap keanekaragaman jenis burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. No. Persepsi Persentase (%) SD SMP SMA PT Umum KPB 1 Mengetahui adanya keanekaragaman jenis burung di PKT KRB Tidak mengetahui adanya keanekaragaman jenis burung di PKT KRB Dari hasil yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa masih banyak pengunjung yang tidak sadar atau belum mengetahui adanya keanekaragaman jenis burung di PKT KRB. Persentase pengunjung yang melihat adanya burung di PKT KRB berikut dengan persepsi mereka mengenai ketertarikan terhadap burung yang mereka lihat dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel. 4.7 Persentase pengunjung yang melihat adanya burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dan ketertarikannya. Persentase (%) No. Persepsi SD SMP SMA PT Umum KPB 1 Melihat adanya burung di PKT KRB 2 Ketertarikan Aktivitas dan keberadaan burung-burung yang ada di PKT KRB dapat menarik ataupun tidak menarik perhatian pengunjung. Dari rata-rata 86% pengunjung kelompok pelajar dan umum yang melihat adanya burung di PKT KRB, 89% menyatakan bahwa burung yang mereka lihat tersebut menarik perhatian mereka. Sedangkan bagi KPB, 100% menyatakan bahwa burung yang

67 39 mereka lihat menarik perhatian mereka. Adapun hal-hal yang disukai pengunjung PKT KRB dari burung secara berurutan dari yang paling disukai adalah penampilan fisik (62%), suara (20%), cara terbang (10%), perilaku (5%), lainnya (3%) (Gambar 4.8). Kesukaan pengunjung terhadap burung pada masing-masing kelompok secara terperinci dapat dilihat pada Tabel % 3% Penampilan fisik 10% Suara 20% 62% Cara terbang Prilaku Lainnya Gambar 4.8 Persepsi mengenai kesukaan pengunjung terhadap burung Tabel. 4.8 Persepsi mengenai kesukaan pengunjung terhadap burung Persentase (%) No. Persepsi SD SMP SMA PT Umum KPB Ratarata 1 Penampilan fisik Suara Cara terbang Perilaku Lainnya Keinginan dan Harapan Pengunjung terhadap Pengembangan Interpretasi Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Ketertarikan terhadap kegiatan wisata birdwatching Sebagian besar pengunjung pada masing-masing kelompok, yaitu kelompok pelajar, umum dan KPB menyatakan tertarik untuk mengikuti kegiatan wisata birdwatching yang akan dikembangkan di PKT KRB. Sebanyak 88% pengunjung yang diwawancarai menyatakan tertarik untuk mengikuti program dari kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB karena rasa suka terhadap burung, untuk menambah wawasan dan ingin mendapatkan pengalaman baru. Selain itu, 98% pengunjung menyatakan bahwa perlu dilakukan interpretasi dan disediakan media interpretasi. Untuk memudahkan dalam menyusun materi program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB, perlu diketahui hal-hal yang menarik bagi pengunjung

68 40 terkait informasi yang ingin didapatkan mengenai burung sebagai objek interpretasi di PKT KRB. Pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa sebagian besar pengunjung ingin mengetahui tentang keanekaragaman jenis burung yang ada di PKT KRB (56%), kemudian 24% pengunjung ingin mengetahui tentang aktivitas burung yang ada di PKT KRB, 15% pengunjung ingin mengetahui habitat atau tempat tinggal burung-burung yang ada di PKT KRB, dan 3% pengunjung ingin mengetahui tentang fungsi ekologi dan sebaran burung yang ada di PKT KRB (Gambar 4.9). Tabel. 4.9 Informasi yang ingin didapatkan mengenai burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Persentase (%) No. Informasi SD SMP SMA PT Umum KPB Ratarata 1 Jenis-jenis burung Habitat burung Aktivitas burung Lainnya % Jenis-jenis burung 24% Habitat burung 17% 56% Aktivitas burung Lainnya Gambar 4.9 Informasi yang ingin didapatkan mengenai burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Cara-cara yang diinginkan untuk melakukan kegiatan wisata birdwatching Dalam melakukan kegiatan wisata birdwatching dapat dapat ditemani oleh interpreter/guide maupun tidak. Sebesar 87% pengunjung dari kelompok pelajar dan umum menginginkan adanya interpreter yang dapat memandu jalannya kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB. Hal ini dikarenakan pengunjung ingin mendapatkan informasi lebih dalam mengenai burung dan agar kegiatan yang dilakukan lebih terarah. Sedangkan 13% pengunjung ingin melakukan kegiatan birdwatching tanpa pemandu karena merasa lebih leluasa, tidak dibatasi oleh waktu dan ada tantangan, namun dalam melakukan kegiatan tersebut pengunjung dapat menggunakan media interpretasi seperti peta interpretasi, booklet/leaflet, dan papan interpretasi sebagai panduan dalam melakukan kegiatan birdwatching. Sebaliknya, 80% KPB ingin melakukan kegiatan birdwatching tanpa adanya pemandu.

69 41 Pengunjung pada kelompok pelajar dan umum lebih menyukai apabila kegiatan birdwatching dilakukan secara berkelompok/bersama-sama dengan jumlah 3-4 orang dalam satu kelompok (88%), sedangkan pengunjung yang ingin melakukan kegiatan secara perorangan/sendiri hanya 12%. Sebaliknya, 80% KPB lebih menyukai apabila kegiatan birdwatching dilakukan secara perorangan. Persentase mengenai cara-cara yang diinginkan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB pada masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel Tabel Cara-cara yang diinginkan pengunjung dalam mengikuti kegiatan wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor No. Keinginan pengunjung Persentase (%) SD SMP SMA PT Umum KPB 1 Dengan interpreter/guide Tanpa interpreter/guide Perorangan Berkelompok Fasilitas dan media pendukung kegiatan wisata birdwatching Menurut data hasil penelitian, keinginan pengunjung terhadap fasilitasfasilitas dan media pendukung yang perlu ditambahkan dalam kegiatan birdwatching di PKT KRB. Persentase masing-masing fasilitas pendukung yang dibutuhkan menurut masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel Fasilitas/media pendukung yang utama adalah tersedianya media berupa booklet/buku informasi yang memberikan informasi mengenai jenis-jenis burung yang dapat dijumpai di PKT KRB (37%), berikutnya yang dibutuhkan adalah diorama burung sebagai ilustrasi burung yang ada di PKT KRB (26%), papan interpretasi sebagai media untuk memberikan informasi-informasi tambahan kepada pengunjung (24%), tempat pengamatan burung yang nyaman serta strategis (11%) dan lainnya yaitu berupa binokuler (Gambar 4.10). Tabel 4.11 Fasilitas pendukung yang dibutuhkan untuk wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Persentase (%) No. Fasilitas SD SMP SMA PT Umum KPB Ratarata 1 Tempat pengamatan Papan interpretasi Booklet/buku informasi Diorama burung Lainnya

70 42 26% 2% 11% 24% Tempat pengamatan Papan interpretasi Booklet/buku informasi 37% Diorama burung Lainnya. Gambar 4.10 Keinginan pengunjung terhadap fasilitas pendukung untuk wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Salah seorang pakar burung (Sudaryanti 2013), menyatakan bahwa disediakannya alat bantu untuk melihat burung yaitu binokuler dan teropong juga merupakan salah satu fasilitas pendukung yang sangat penting dalam kegiatan wisata birdwatching. Beberapa saran lainnya yang didapat dari pengunjung PKT KRB terkait fasilitas pendukung yang diperloleh yaitu tempat pengamatan burung berupa platform di atas pohon untuk mempermudah pengamatan burung yang ada di atas tajuk pohon yang tinggi ataupun penentuan lokasi-lokasi tertentu yang dapat dijadikan sebagai tempat pemberian makan burung, sehingga burungburung dapat berkumpul pada satu tempat (bird feeder). Namun berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola (Witono 2013) dan pakar burung (Prawiradilaga 2013), fasilitas berupa penyediaan tempat bird feeder tidak sarankan terkait dengan keamanan bagi burung-burung tersebut untuk menghindari penyalahgunaan dari pengunjung yang memiliki niat tidak baik. Durasi kegiatan wisata birdwatching Berdasarkan data hasil penelitian, persentase lama waktu berkunjung dalam 1 kali kunjungan ke PKT KRB bervariasi pada masing-masing kelompok (Tabel 4.12). Rata-rata persentase lamanya waktu berkunjung ke PKT KRB pada kelompok pelajar, umum dan KPB paling tinggi adalah 3-5 jam dengan persentase rata-rata sebesar 48%, kemudian sebanyak 30% selama kurang dari 3 jam dan sebanyak 22% selama lebih dari 6 jam (Gambar 4.11). Tabel Lama waktu berkunjung ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Persentase (%) No. Waktu berkunjung SD SMP SMA PT Umum KPB Ratarata 1 < 3 jam jam > 6 jam

71 43 22% 30% < 3 jam 3-5 jam 48% > 6 jam Gambar 4.11 Persentase rata-rata lama waktu kunjungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Untuk membantu menyusun perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB, perlu diketahui keinginan pengunjung terhadap lamanya waktu dalam kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB. Rata-rata persentase keinginan pengunjung pada kelompok pelajar dan umum terhadap lamanya waktu untuk kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB yaitu kurang dari tiga jam sebesar 53% pengunjung, 3-5 jam sebesar 33% sedangkan 14% pengunjung ingin melakukan kegiatan birdwatching selama lebih dari 6 jam (Gambar 4.12). Secara terperinci persentase keinginan pengunjung terhadap lamanya waktu kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB dapat dilihat Tabel Sebagian besar pengunjung PKT KRB dari kelompok pelajar dan umum berkeinginan untuk mengikuti kegiatan pengamatan burung selama kurang dari 3 jam, sedangkan pada KPB sebagian besar (53%) menginginkan lamanya waktu kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB adalah 3-5 jam. Tabel Keinginan terhadap lamanya kegiatan wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor No. Waktu berkunjung Persentase (%) SD SMP SMA PT Umum KPB 1 < 3 jam jam > 6 jam Gambar 4.12 Keinginan kelompok pelajar dan umum terhadap waktu kegiatan wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor

72 Keinginan dan Harapan Pakar Burung dan Pengelola Keinginan dan Harapan Pakar Burung Menurut para pakar burung dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Prawiradilaga dan Sudaryanti 2013), PKT KRB sangat potensial untuk dijadikan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan wisata birdwatching melihat terdapatnya jumlah jenis burung yang bervariasi. Pengembangan wisata birdwatching di PKT KRB dapat dilaksanakan agar dapat menambah pengetahuan pengunjung yang mengikuti kegiatan wisata birdwatching sehingga dapat menumbuhkan rasa perduli terhadap burung-burung dan juga lingkungan yang ada di PKT KRB. Program yang direncanakan disarankan untuk pengenalan burung yang memiliki sebaran yang luas terlebih dahulu sehingga dapat memudahkan pengamatan bagi para pemula. Untuk kelompok umum dan pelajar SD sebagai pengenalan awal dapat diprioritaskan pada pengenalan burung-burung yang memiliki daya tarik dari bentuk tubuhnya, warna, dan suaranya. Sedangkan untuk pelajar SMP, SMA dan PT, materi yang disampaikan bisa lebih mendalam dengan memperkenalkan jenis-jenis burung yang memiliki status dilindungi oleh Negara berdasarkan UU No. 5 tahun 1990, PP No. 7 tahun 1999 dan jenis-jenis burung yang terdaftar dalam Appendix II CITES, serta jenis-jenis burung endemik Indonesia. Materi yang disusun dapat mengkaitkan hubungan antara burungburung yang diamati dengan habitatnya. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB, fasilitas utama yang harus disiapkan adalah penyewaan binokuler. Selain itu, pemandu harus dilatih terlebih dahulu dan harus bisa komunikatif dengan pengunjung, sehingga materi yang disampaikan kepada pengunjung dapat diterima dengan baik. Pihak pengelola diharapkan dapat menjaga kelestarian burung-burung yang ada di PKT KRB. Semak-semak yang ada di PKT KRB hendaknya tidak dibersihkan semuanya agar kelestarian burung-burung semak seperti kareo padi, cinenen Jawa, cinenen pisang, sikatan ninon, sikatan cacing, dan perenjak Jawa tetap terjaga. Keamanan pun perlu diperhatikan untuk mencegah adanya penangkapan liar terhadap beberapa jenis burung tertentu yang dapat mengancam keberadaan jenis burung di PKT KRB Keinginan dan Harapan Pengelola Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Witono dan Fijridiyanto 2013), pihak pengelola mendukung adanya program perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB. Selama ini belum pernah ada program untuk wisata birdwatching di PKT KRB yang dijalankan oleh pihak pengelola sendiri, namun ada yang memanfaatkan PKT KRB sebagai sarana untuk melakukan birdwatching seperti yang dilakukan oleh Burung Indonesia dalam rangka memperingati keanekaragaman burung di Indonesia dan ulang tahun ke 10 Burung Indonesia pada bulan Juli 2010 (Kompas, 24 Juli 2010, Burung di Kebun Raya Bogor

73 45 tinggal 50 jenis). Kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB merupakan tantangan bagi pihak pengelola untuk mempertahankan keanekaragaman jenis burung yang ada di PKT KRB. Kegiatan ini merupakan alternatif baru bagi pengunjung PKT KRB untuk mendapatkan pengetahuan mengenai burung yang ada kaitannya dengan tumbuhan-tumbuhan yang ada di PKT KRB. Tumbuhantumbuhan yang ada di PKT KRB merupakan habitat dan penyedia makanan bagi burung-burung yang ada di PKT KRB. Harapan pihak pengelola yaitu agar perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dapat di susun dengan matang, sehingga siap untuk dikenalkan kepada masyarakat. 4.4 Perencanaan Jalur Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Perencanaan jalur interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dapat dirancang berdasarkan beberapa kriteria yang merujuk pada Berkmuller (1981). Keriteria pertama adalah jalur yang dirancang diharapkan mampu mengarahkan pengunjung pada objek yang spektakuler, yaitu jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata birdwatching di PKT KRB. Kriteria lain yang perlu diperhatikan adalah landscape yang menarik dan kenyamanan jalur. Dalam merancang jalur interpretasi, perlu diketahui terlebih dahulu lokasi dan waktu pertemuan yang pasti dari masing-masing jenis burung yang akan dijadikan objek interpretasi. Setiap jenis burung memiliki frekuensi pertemuan yang berbeda-beda pada setiap lingkungan. Semakin tinggi frekuensi pertemuan suatu jenis burung dalam suatu lingkungan, maka semakin tinggi peluang untuk melihat jenis burung tersebut. Oleh sebab itu, tahap awal dalam merancang jalur interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB adalah dengan melakukan pemilihan lokasi dari masing-masing jenis burung berdasarkan frekuensi pertemuan tertinggi dari masing-masing jenis burung tersebut. Tabel 4.14 menampilkan lokasi pertemuan setiap jenis burung yang potensial sebagai objek wisata dengan frekuensi pertemuan tertinggi. Berdasar data yang ditampilkan dalam Tabel 4.14, terdapat beberapa jenis burung yang hanya dapat ditemukan pada waktu-waktu tertentu saja. Burung caladi ulam dan bondol Jawa hanya dapat ditemukan pada waktu pagi hari dan siang hari saja sedangkan pada sore hari kedua jenis burung ini tidak dapat ditemukan. Sikep-madu Asia dan burung-madu sriganti hanya dapat ditemukan pada siang dan sore hari. Burung kareo padi hanya dapat ditemukan pada pagi hari saja, sedangkan burung serindit Jawa dapat ditemukan pada pagi dan sore hari saja. Burung-burung yang memiliki frekuensi pertemuan kecil, memberikan gambaran bahwa burung tersebut termasuk burung yang sulit untuk ditemukan di PKT KRB. Berdasarkan lokasi pertemuan setiap jenis burung yang potensial sebagai objek wisata dengan frekuensi pertemuan tertinggi, ada 3 lokasi yang potensial untuk pengembangan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB. Lokasi yang pertama meliputi lingkungan 1 (taman Teisjmann), lingkungan 2 (depan Laboratorium Treub) dan lingkungan 3 (sisi Barat kolam gunting), kemudian lokasi yang kedua meliputi lingkungan 4 (koompassia excelsa/ king tree),

74 46 lingkungan 5 (taman Meksiko/koleksi kaktus dan koleksi tanaman air), lingkungan 6 (koleksi palem) dan lingkungan 7 (jalan kenari II sisi Selatan), sedangkan lokasi yang ketiga meliputi lingkungan 9 (koleksi tanaman kayu) dan lingkungan 12 (koleksi tanaman obat). Tabel 4.14 Lokasi pertemuan setiap jenis burung yang potensial sebagai objek wisata dengan frekuensi pertemuan tertinggi Frekuensi pada waktu Total No. Jenis Burung Lingkungan pengamatan frekuensi Pagi Siang Sore 1. Kowak-malam kelabu* Caladi ulam Raja-udang meninting Burung-madu kelapa Bondol Jawa Kareo padi* Prenjak Jawaº Cucak kutilang Serindit Jawaº Tekukur biasa Betet biasa Cipoh kacat Pijantung kecil Sikep-madu Asia Punai pengantenº Takur ungkut-ungkut Cinenen Jawaº Kepudang kuduk-hitam Kipasan belang Empuloh janggut Cekakak sungai Cabai Jawaº Cabai polos Burung-madu sriganti Walik kembang Keterangan: * Burung air Burung yang dilindungi (UU No. 5 tahun 1990 dan PP No. 7 tahun 1999) + Apendiks II CITES º Burung endemik Jalur interpretasi dirancang berdasarkan tiga lokasi pusat sebaran jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek interpretasi untuk wisata birdwatching di PKT KRB. Jalur pertama adalah Jalur Burung Air dengan panjang jalur 0.84 km, pada jalur ini jenis burung utama yang di perkenalkan adalah burung kowakmalam kelabu, selain itu jenis-jenis lainnya yang dapat dijumpai adalah empuloh janggut, kipasan belang, prenjak Jawa, tekukur biasa, dan pijantung kecil. Jalur kedua adalah Jalur Burung Langka yang memiliki panjang jalur 1.3 km, pada jalur ini terdapat sebagian dari jenis-jenis burung yang dilindungi oleh Negara yang ada di PKT KRB seperti raja-udang meninting, cekakak sungai dan burungmadu kelapa, selain itu terdapat jenis burung yang termasuk ke dalam Apendix II CITES yaitu betet biasa. Jenis burung lainnya yang dapat ditemukan pada jalur ini adalah kowak-malam kelabu, caladi ulam, bondol Jawa, kareo padi, cucak

75 47 kutilang, serindit Jawa, kepudang kuduk-hitam dan cipoh kacat. Jalur yang terakhir adalah Jalur Burung Endemik dengan panjang jalur 1.4 km, pada jalur ini dapat ditemukan tiga jenis burung endemik, yaitu cinenen Jawa, punai penganten dan cabai Jawa. Selain itu, jenis-jenis lainnya yang dapat ditemukan pada jalur ini adalah takur ungkut-ungkut, sikep-madu Asia, cabai polos, walik kembang, dan burung-madu sriganti. Beberapa lokasi dengan landscape yang menarik pada jalur-jalur interpetasi yang dirancang dijadikan sebagai titik-titik lokasi pemberhentian untuk pengamatan. Gambaran lokasi dengan keindahan landscape, jalur-jalur yang dirancang serta objek interpretasinya dapat dilihat pada pete jalur interpretasi yang dituangkan pada Gambar 4.13, Gambar 4.14 dan Gambar Jalur Pengamatan Burung Air A. Lokasi Kolam Gunting Jalur Burung Air berawal dari Kolam Gunting yang terletak di sisi sebelah Timur Jalan Kenari I yang terdapat di lingkungan 3. Kolam ini memiliki pulau kecil yang di tengahnya merupakan habitat dari kawanan burung kowak-malam kelabu yang dapat dijadikan sebagai atraksi utama pada jalur ini. Berdasarkan hasil penelitian, burung kowak-malam kelabu merupakan salah satu burung yang paling disukai oleh pengunjung PKT KRB dengan menduduki peringkat ketiga. Burung ini merupakan burung yang bersifat nokturnal atau aktif di malam hari. Pada sore hari burung ini terbang secara berkelompok ke arah Utara untuk mencari makan, kemudian pada pagi harinya burung kowak-malam kelabu ini kembali ke PKT KRB untuk beristirahat dan bertengger pada tajuk tertinggi pohon-pohon yang ada di sekitar kolam gunting dan pohon-pohon di pulau kecil yang terletak di tengah-tengah kolam gunting (Gambar 4.16). B. Lokasi Taman Teisjmann Lokasi selanjutnya, pada jalur pengamatan Burung Air adalah lokasi Taman Teisjmann. Pada jalur menuju taman ini terdapat makam tua Belanda yang dapat dijumpai di dalam hutan bambu di sisi Timur Laut Taman Teisjmann. Makam tua Belanda ini merupakan makam dari dua orang ahli burung (ornitologis) yang berkebangsaan Belanda, yaitu H. Kuhl dan J. C. van Hasselt (Levelink et. al. 1997). Jenis burung yang dapat ditemukan pada lokasi ini adalah burung kipasan belang. Burung kipasan belang ini merupakan salah satu burung semak, hutan bambu yang rapat menjadi salah satu habitat yang baik bagi burung ini sehingga frekuensi pertemuan di sekitar hutan bambu ini merupakan yang tertinggi apabila dibandingkan dengan lokasi lainnya. Pada sisi Tenggara hutan bambu yang terletak di lingkungan 3, dapat ditemukan burung empuloh janggut dengan frekuensi pertemuan tertinggi apabila dibandingkan dengan lingkungan lainnya. Taman Teisjmann terletak di lingkungan 1 dan dikelilingi oleh koleksi tumbuhan palem-paleman. Burung prenjak Jawa dan tekukur biasa memiliki frekuensi pertemuan tertinggi di lingkungan ini dibandingkan dengan lingkungan lainnya. Banyaknya semak-semak dan pohon palem di sekitar taman ini menjadikan lingkungan ini sebagai habitat yang baik bagi burung prenjak Jawa dan tekukur biasa.

76 48 Gambar 4.13 Peta interpretasi pada jalur pengamatan burung air

77 Gambar 4.14 Peta interpretasi pada jalur pengamatan burung langka 49

78 50 Gambar 4.15 Peta interpretasi pada jalur pengamatan burung endemik

79 51 Gambar 4.16 Sekawanan burung kowak-malam kelabu yang sedang bertengger di sekitar kolam gunting C. Depan Laboratorium Treub Lokasi di depan Laboratorium Treub ini merupakan lokasi terakhir pengamatan pada Jalur Burung Air yang terletak di lingkungan 2. Kebun yang terletak di depan Laboratorium Treub disusun sehingga pepohonan besar dapat memberi naungan pada tanaman dibawahnya, yaitu suku bawang-bawangan (Lil.) dan temu-temuan (Zing.). Dalam susunan kebun yang rapat ini, seringkali ditemukan burung pijantung kecil yang terbang melintas dengan cepat namun dapat dikenali dengan suaranya yang khas. Burung pijantung kecil ini memiliki frekuensi pertemuan terbesar di lingkungan ini dibandingkan pada lingkungan lainnya Jalur Pengamatan Burung Langka A. Kolam Gunting Pada Jalur Burung Langka, lokasi awal yang dijadikan titik pengamatan adalah adalah pada perbatasan lingkungan 3 dan lingkungan 4 yaitu lokasi kolam gunting yang menampilkan atraksi burung kowak-malam kelabu. Menuju ke Taman Meksiko, terdapat pohon koompassia excelsa/ king tree. Burung caladi ulam dapat ditemukan pada lokasi ini, namun frekuensi pertemuannya sangat kecil. B. Taman Meksiko Taman Meksiko yang merupakan taman koleksi kaktus yang terletak di lingkungan 5 PKT KRB. Taman Meksiko merupakan taman yang sebagian besar koleksi tumbuhannya berasal dari Meksiko seperti spesies dari famili Agavaceae yaitu Agave americana L, Yucca aloifolia L, kamboja, pohon lilin dan berbagai jenis kaktus seperti Opuntia schumanni. Pada Taman Meksiko dapat dijumpai burung-madu kelapa yang merupakan salah satu jenis burung langka yang dilindungi oleh Negara. Burung ini memiliki frekuensi pertemuan tertinggi pada lingkungan ini dibandingkan dengan lingkungan lainnya.

80 52 C. Koleksi Tanaman Air Lokasi selanjutnya masih terdapat di lingkungan 5, yaitu koleksi tanaman air. Dalam perjalanan menuju lokasi koleksi Tanaman air, jalur diarahkan melalui lingkungan 6 terlebih dahulu untuk melihat burung serindit Jawa dan cucak kutilang. Setelah itu, baru memasuki lokasi koleksi tanaman air yang merupakan salah satu habitat dari burung raja-udang meninting, kareo padi, dan burung bondol Jawa. Ketiga jenis burung ini memiliki frekuensi pertemuan tertinggi pada lingkungan ini dibandingkan dengan lingkungan lainnnya. Namun, burung kareo padi memiliki nilai frekuensi pertemuan yang sangat kecil sehingga jarang sekali bisa ditemukan. Raja-udang meninting merupakan salah satu jenis burung yang dilindungi oleh Negara dan merupakan salah satu burung yang yang paling disukai pengunjung PKT KRB. D. Jalan Kenari II Dari lingkungan 5, kita menuju ke lingkungan 7 yang merupakan jalan Kenari II. Jalan Kenari II ini terletak di sebelah timur sungai Ciliwung, di kedua sisi jalannya ditanami pohon-pohon kenari yang menjulang tinggi. Burung-burung yang dapat ditemukan sepanjang jalan kenari II adalah cipoh kacat, kepudang kuduk-hitam, cekakak sungai dan burung betet biasa yang dapat dikenali dari suaranya yang nyaring dan parau. Burung cekakak sungai merupakan salah satu jenis burung yang dilindungi oleh Negara, sedangkan burung betet biasa termasuk ke dalam Apendiks II CITES dalam perdagangan satwa liar. E. Jalan Astrid Jalan Astrid merupakan jalan yang paling menonjol dan ditandai dengan bunga Canna yang indah membelah jalan berlapis aspal sehingga terbagi menjadi dua jalur. Bunga Canna yang ditanam ditata sedemikian rupa sehingga menyerupai bendera Belgia yang merupakan bendera negara asal dari Ratu Astrid yang namanya diabadikan untuk jalan ini. Pada bagian kanan dan kiri jalan ini ditanami pohon damar (Agathis dammara). Jalan Astrid ini merupakan lokasi yang paling disukai oleh pengunjung (Ibrahim 2006), oleh karena itu lokasi ini dijadikan sebagai tempat beristirahat dan juga lokasi terakhir pengamatan pada Jalur Burung Langka Jalur Pengamatan Burung Endemik A. Jembatan Gantung Jembatan gantung ini merupakan penghubung antara lingkungan 10 dengan lingkungan 9 yang dipisahkan oleh sungai Ciliwung. Lingkungan 9 merupakan lokasi koleksi tanaman kayu. Pada lingkungan ini dapat dijumpai burung-burung endemik seperti punai penganten dan cinenen Jawa. Burung punai penganten sering kali bertengger pada tajuk pohon yang tinggi, salah satu keunikan jenis burung ini yaitu selalu terlihat bersama pasangannya. Burungburung lainnya yang dapat ditemukan pada lingkungan 9 antara lain adalah takur ungkut-ungkut, dan sikep-madu Asia. Sikep-madu Asia merupakan salah satu burung raptor migran yang dapat ditemukan di PKT KRB. Selain itu sikep-madu Asia ini merupakan jenis burung yang dilindungi oleh Negara dan termasuk kedalam Apendiks II CITES.

81 53 B. Jembatan Surya Lembayung Jembatan ini merupakan penghubung antara lingkungan 9 dengan lingkungan 12. Untuk mengamati burung punai penganten dapat lebih mudah dilakukan pada jembatan ini. Berdekatan dengan jembatan Surya Lembayung, yaitu pada lingkungan 12 terdapat lokasi koleksi tanaman obat yang ramai dengan berbagai jenis burung, beberapa diantaranya adalah burung cabai Jawa, cabai polos, dan walik kembang. Ketiga jenis burung ini memiliki frekuensi pertemuan tertinggi di lingkungan ini dibandingkan lingkungan lainnya. Burung cabai Jawa merupakan salah satu burung endemik yang dapat ditemukan di lingkungan ini. C. Taman Lebak Sudjana Kassan Tumbuhan yang ditanam di taman Lebak Sudjana Kassan di susun sedemikian rupa hingga menyerupai burung garuda apabila dilihat dari atas. Pada lokasi ini seringkali terdengar siulan merdu dari burung cipoh kacat di atas pohon beringin (Ficus benjamina). Lokasi ini berdekatan dengan lokasi koleksi tanaman obat dan sungai Ciliwung, sehingga dapat terdengar suara burung cekakak sungai yang bersahutan dengan nyaring. D. Jalan Astrid Pada jalur menuju ke jalan Astrid, yaitu disebelah utara rumah anggrek, dapat ditemukan burung-madu sriganti, namun nilai frekuensi pertemuannya sangat kecil, sehingga peluang untuk menemukan jenis ini sangat kecil. Lokasi sekitar Jalan Astrid dijadikan sebagai tempat beristirahat dan juga lokasi terakhir pengamatan pada Jalur Burung Endemik. 4.5 Perencanaan Interpretasi Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Objek dan Tema Interpretasi Objek Interpretasi Berdasarkan hasil penelitian, jenis-jenis burung yang dapat dikembangkan untuk dijadikan objek interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB ada 25 jenis. Dari ke-25 jenis burung tersebut, beberapa diantaranya termasuk ke dalam kategori jenis-jenis burung air, burung yang dilindungi, burung endemik, dan burung menarik lainnya. Foto jenis-jenis burung yang dijadikan sebagai objek wisata birdwatching di PKT KRB dan deskripsinya dapat dilihat pada Tabel 4.15, sedangkan gambaran mengenai burung yang dapat dijadikan sebagai objek interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dan lokasi pertemuannya dapat dilihat pada Tabel 4.16.

82 54 Tabel 4.15 Jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor No. Jenis-jenis burung potensial Deskripsi dan daya tarik 1 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan 2 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan 3 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan 4 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Alcedinidae : Cekakak Sungai : Todirhamphus chloris : Collared Kingfisher : PKT KRB - lingkungan 10 Cekakak Sungai dapat ditemukan di seluruh lingkungan yang ada di PKT KRB, Namun frekuensi pertemuan tertinggi adalah pada lingkungan 7 dan 10. Burung ini mudah dikenali lewat suaranya yang nyaring dan khas serta perpaduan warna putih dan biru yang indah pada bulunya. Sumber makanan berupa kepiting sungai, kadal, serangga besar, katak, ulat, cacing. Sarang berupa galian dibawah pohon atau tepi sungai. Burung ini merupakan burung yang dilindungi oleh Negara. : Alcedinidae : Raja-udang Meninting : Alcedo meninting : Blue-eared Kingfisher : PKT KRB lingkungan 5 Raja-udang meninting lebih mudah ditemukan pada habitat yang memiliki kolam. Frekuensi pertemuan tertinggi yaitu pada lingkungan 5. Burung ini mudah dikenali dari penampilan fisiknya yang unik mulai dari bentuk tubuh dan perpaduan warna bulunya yang mencolok. Kecepatan terbang yang tinggi menyebabkan burung ini sulit untuk diamati ketika terbang. Sumber makanan berupa ikan kecil, katak dan serangga. Burung ini merupakan burung yang dilindungi oleh Negara. : Ardeidae : Kowak-malam Kelabu : Nycticorax nycticorax : Black-crowned Night-heron : PKT KRB lingkungan 3 Kowak-malam kelabu merupakan burung air yang hanya dapat ditemukan pada lingkungan 3 dan 4 di sekitar kolam gunting. Burung ini merupakan burung nokturnal yang aktif di malam hari. Pada sore hari burung ini terbang ke arah Utara untuk mencari makan dan pada pagi hari kembali ke PKT KRB untuk beristirahat. Ukurannya yang besar, dan kebiasaan terbang secara berkelompok menjadi daya tarik dari burung air ini. Sumber makanan utama adalah ikan. : Oriolidae : Kepudang Kuduk-hitam : Oriolus chinensis : Black-naped Oriole : PKT KRB lingkungan 7 Kepudang kuduk-hitam dapat ditemukan hampir di seluruh lingkungan di PKT KRB, namun frekuensi pertemuan terbesar yaitu pada lingkungan 10. Burung ini memiliki suara merdu yang khas dan dapat didengarkan sepanjang hari. Warna burung yang kuning mencolok dengan perpaduan warna hitam pada mata dan sayapnya menambah keindahan burung ini. Sumber makanan burung ini adalah buah buahan kecil dan serangga Sarang berbentuk cawan, dari rumput, menggantung pada pohon tinggi.

83 55 Tabel 4.15 Jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) No. Jenis-jenis burung potensial Deskripsi (MacKinnon et.al. 2010) 5 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Nectariniidae : Burung-madu Kelapa : Anthreptes malacensis : Plain-throated Sunbird : PKT KRB lingkungan 3 Burung-madu kelapa dapat ditemukan pada seluruh lingkungan di PKT KRB, namun frekuensi pertemuan terbesar yaitu pada lingkungan 5 dan 6. Burung ini memiliki warna bulu yang cantik pada burung jantan yaitu perpaduan hijau metalik, ungu, coklat dan kuning. Sedangkan pada burung betina memiliki perpaduan warna hijau zaitun dan kuning. Sumber makanan utama burung ini adalah ulat dan nektar bunga. Burung ini dilindungi oleh Negara. 6 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Columbidae : Walik Kembang : Ptilinopus melanospila : Black-naped Fruit-Dove : PKT KRB lingkungan 12 Walik kembang dapat ditemukan dengan mudah di lingkungan 12 pada lokasi koleksi tanaman obat. Burung jantan memiliki kepala berwarna putih dan hijau pada bagian bawah dada dan tubuh bagian atas, sedangkan betina memiliki warna hijau di seluruh badan. Warnanya yang menyerupai warna daun menjadikan burung ini sulit untuk diamati. Sumber makanan utama burung ini adalah buah-buahan dan ficus. 7 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Psittacidae : Betet Biasa : Psittacula alexandri : Red-breasted Parakeet : PKT KRB lingkungan 7 Burung betet biasa memiliki frekuensi pertemuan tertinggi pada lingkungan 7. Burung ini sulit untuk diamati karena warnanya yang dominan hijau menyerupai daun. Namun, burung ini dapat dikenali melalui suaranya yang nyaring dan parau. Sumber pakan berupa buah-buahan, biji-bijian, nektar, tunas pepohonan, dan bunga-bungaan. Burung ini terdaftar dalam Appendix II CITES. 8 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Dicaeidae : Cabai Jawa : Dicaeum trochileum : Scarlet-headed Flowerpecker : PKT KRB lingkungan 12 Burung cabai jawa yang berukuran kecil ini dapat ditemukan pada seluruh lingkungan di PKT KRB. Namun frekuensi pertemuan paling tinggi adalah di lingkungan 11. Burung jantan memiliki bulu kepala yang berwarna merah padam, sedangkan pada burung betina berwarna kecoklatan. Suara khas yang dikeluarkan pada saat terbang dapat dengan mudah dikenali. Burung ini merupakan burung endemik Indonesia.

84 56 Tabel 4.15 Jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) No. Jenis-jenis burung potensial Deskripsi (MacKinnon et.al. 2010) 9 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Dicaeidae : Cabai Polos : Dicaeum concolor : Plain Flowerpecker : PKT KRB lingkungan 12 Burung cabai polos yang berukuran kecil ini dapat ditemukan pada seluruh lingkungan di PKT KRB. Frekuensi pertemuan tertinggi burung ini terdapat pada lingkungan 12. Tubuh bagian atas berwarna hijau-zaitun, sedangkan tubuh bagian bawah keabu-abuan pucat dengan perut tengah berwarna krem. 10 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Pycnonotidae : Cucak kutilang : Pycnonotus aurigaster : Sooty-headed Bulbul : PKT KRB lingkungan 1 Burung cucak kutilang merupakan jenis burung yang memiliki frekuensi pertemuan terbesar dan tersebar di seluruh lingkungan yang ada di PKT KRB. Frekuensi paling tinggi yaitu pada lingkungan 6. Burung ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kehadiran manusia sehingga sangat mudah untuk dilihat. Kicauan merdu burung-burung kutilang dapat didengar sepanjang hari di PKT KRB. 11 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Picidae : Caladi ulam : Dendrocopus macei : Fulvous-breasted Woodpecker : PKT KRB lingkungan 4 Burung caladi ulam hanya dapat ditemukan pada lingkungan 4 dan 10. Mahkota jantan berwarna merah, sedangkan pada betina berwarna hitam. Caladi ulam merupakan burung pelatuk yang memiliki kebiasaan mematuk batang pohon dengan paruhnya untuk mencari makanan berupa serangga, semut ataupun larva. Selain itu burung pelatuk membuat rongga pada batang pohon untuk membuat sarangnya. 12 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Accipitridae : Sikep-madu Asia : Pernis ptilorhynchus : Oriental Honey-buzzard : PKT KRB lingkungan 9 Sikep-madu Asia yang ditemukan bulan Mei-Juni 2013, sedangkan puncak migrasi raptor migran yaitu pada bulan Oktober-November. Keberadaan sikep madu Asia di PKT KRB kemungkinan karena jenis tersebut masih terlalu muda untuk mengikuti arus migrasi sehingga menetap di PKT KRB untuk sementara waktu sampai cukup dewasa. Raptor migran ini dapat ditemukan pada lingkungan 9 karena banyak tersedia sumber pakannya yang berupa sarang lebah. Burung ini dilindungi oleh Negara dan terdaftar dalam Appendix II CITES.

85 57 Tabel 4.15 Jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) No. Jenis-jenis burung potensial Deskripsi (MacKinnon et.al. 2010) 13 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Psittacidae : Serindit Jawa : Loriculus pusillus : Yellow-throated Hanging-Parrot : PKT KRB lingkungan 6 Serindit Jawa memiliki ukuran yang sangat kecil (12 cm), dengan warna bulu tubuhnya yang hijau dan tunggir merah. burung ini dapat ditemukan di lingkungan 4 dan 6. Dengan frekuensi pertemuan terbesar pada lingkungan 6. Serindit Jawa memiliki kebiasaan yang unik, yaitu tidur dengan posisi menggantung. Burung ini merupakan burung endemik Jawa dan Bali. 14 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Columbidae : Tekukur biasa : Streptopelia chinensis : Spotted-Dove : PKT KRB Lingkungan 12 Tekukur biasa dapat ditemukan pada seluruh lingkungan di PKT KRB dengan frekuensi pertemuan terbesar pada lingkungan 2 dan 6. Burung ini dapat beradaptasi dengan kehadiran pengunjung dan seringkali terlihat mencari makan di atas permukaan tanah. Bunyi suara khas yang diulang-ulang ( tekuk-kurr ) sangat mudah dikenali. 15 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Nectariniidae : Burung-madu Sriganti : Nectarnia jugularis : Olive-backed Sunbird : PKT KRB Lingkungan 12 Burung-madu sriganti agak sulit ditemukan di PKT KRB. Frekuensi pertemuan tertinggi yaitu pada lingkungan 12. Burung ini memiliki sumber makanan yang serupa dengan burung-madu kelapa, sehingga harus bersaing untuk mendapatkan makanan. Burung-madu sriganti memiliki status konservasi dilindungi oleh Negara. 16 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Silviidae : Prenjak Jawa : Prinia familiaris : Bar-winged Prinia : PKT KRB Lingkungan 1 Burung endemik Sumatra, Jawa dan Bali yang berukuran kecil dengan warna tubuh bagian atas berwarna coklat zaitun dan garis putih yang khas pada sayap, memiliki kicauan yang nyaring dan aktif bersahutan satu sama lain. Burung ini dapat dijumpai pada seluruh lingkungan di PKT KRB dan tinggal di habitat yang bersemak dengan sarang yang dianyam dari rerumputan dan serat tumbuhan. Frekuensi pertemuan tertinggi terdapat pada lingkungan 1.

86 58 Tabel 4.15 Jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) No. Jenis-jenis burung potensial Deskripsi (MacKinnon et.al. 2010) 17 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan 18 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Columbidae : Punai Penganten : Treron griseicauda : Grey-cheeked Green-Pigeon : PKT KRB lingkungan 1 Burung Punai penganten dapat ditemukan dengan frekuensi tertinggi pada lingkungan 9. Burung ini memiliki status endemik Sumatera, Jawa dan Bali. Endemisitas dan warna bulunya yang indah menjadi daya tarik dari burung ini. Makanan utamanya adalah buah-buahan dan biji-bijian. Punai Penganten memiliki kebiasaan hidup tidak jauh dari pasangannya dan selalu bersama-sama. Burung ini jarang bersuara sehingga sulit diidentifikasi melalui suara. : Muscicapidae : Kipasan Belang : Rhipidura javanica : Pied Fantail : PKT KRB lingkungan 10 Burung kipasan belang memiliki ciri khas berupa ekornya yang lebar dengan ujung bulu ekor berwarna putih seperti kipas. Burung ini dapat ditemukan dengan frekuensi tertinggi pada lingkungan 1 dan 10 pada habitat bambu dan habitat yang bersemak. Sumber makanan utamanya adalah serangga. Kipasan belang merupakan burung yang dilindungi oleh Negara. 19 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Ploceidae : Bondol Jawa : Lonchura leucogastroides : Javan Munia : PKT KRB lingkungan 5 Burung bondol Jawa seringkali terlihat secara berkelompok pada habitat yang memiliki kolam. Frekuensi terbesar pertemuan burung ini adalah pada lingkungan 5. Sumber makanan utamanya adalah biji-bijian dan lumut. Kebiasaannya berkelompok dan dapat beradaptasi dengan kehadiran manusia, menjadikan burung ini menarik dan mudah diamati. 20 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Pycnonotidae : Empuloh Janggut : Alophoixus bres : Grey-cheeked Bulbul : PKT KRB lingkungan 1 Burung empuloh janggut memiliki ciri khas berupa bulu tenggorokan serta dagu berwarna putih mencolok yang sering digembungkan seperti janggut dan suara kicauan yang keras tanpa irama. Burung ini memiliki frekuensi pertemuan tertinggi pada lingkungan 3 dan 10.

87 59 Tabel 4.15 Jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) 21 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Nectariniidae : Pijantung kecil : Arachnothera longirostra : Little Spiderhunter : PKT KRB Lingkungan 5 Pijantung kecil dapat ditemukan hampir di seluruh lingkungan yang ada di PKT KRB. Frekuensi pertemuan tertinggi adalah pada lingkungan 2. Burung ini memiliki daya tarik berupa paruhnya yang sangat panjang dan kecepatan terbang yang tinggi. Selain itu burung ini juga memiliki status konservasi dilindungi oleh Negara. Sumber makanan burung ini adalah nektar bunga dan serangga. 22 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Chloropseidae : Cipoh Kacat : Aegithina tiphia : Common Iora : PKT KRB lingkungan 4 Burung cipoh kacat dapat ditemukan di seluruh lingkungan yang ada di PKT KRB. Burung sulit untuk diamati karena warna bulunya yang menyerupai daun, namun keberadaannya dapat diketahui dengan mudah dari alunan suaranya yang sangat merdu. Frekuensi pertemuan tertinggi dari burung ini adalah pada lingkungan 7. Sumber makanan utama dari burung ini adalah serangga. 23 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Capitonidae : Takur Ungkut-ungkut : Megalaima haemacephala : Coppersmith Barbet : PKT KRB lingkungan 4 Burung takur ungkut-ungkut memiliki kombinasi warna bulu yang menarik. Frekuensi pertemuan tertinggi burung ini adalah pada lingkungan 9. Keberadaan burung ini dapat diketahui dari suaranya yang monoton, bergaung metalik: tuk, tuk, tuk, yang berselang selama beberapa menit dengan tempo yang tetap. Burung ini memiliki paruh yang kuat. Seringkali terlihat sedang mematuki batang pohon untuk dijadikan sebagai sarangnya. 24 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Rallidae : Kareo Padi : Amaurornis phoenicurus : White-breasted Waterhen : PKT KRB lingkungan 5 Kareo padi merupakan burung air yang sulit ditemui di PKT KRB, namun dapat ditemukan pada lingkungan 5. Kaeo padi mencari makan di tanah, dengan sumber makanan berupa bijibijian, serangga, cacing, siput dan akar akaran. Sarangnya berada di antara alang-alang, rumput tinggi atau semak belukar yang padat, baik di habitat basah maupun kering.

88 60 Tabel 4.15 Jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) No. Jenis-jenis burung potensial Deskripsi (MacKinnon et.al. 2010) 25 Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan : Silviidae : Cinenen Jawa : Orthotomus sepium : Olive-backed Tailorbird : PKT KRB lingkungan 5 Burung cinenen Jawa ini memiliki ukuran yang kecil. Frekuensi pertemuan tertinggi burung ini adalah di lingkungan 9. Burung ini merupakan burung endemik Jawa, Bali dan Lombok. Sumber makanan berupa ulat dan serangga kecil. Tabel Kategori jenis-jenis burung yang dijadikan objek wisata birdwatching di PKT KRB dan lokasi pertemuannya No. Kategori Lingk. Lokasi Jenis burung 1. Burung-burung air 3 5 Sisi Barat kolam gunting Koleksi tanaman air kowak-malam kelabu kareo padi 2. burung-burung yang dilindungi 3. Burung-burung endemik 4. burung-burung menarik lainnya Hutan Bambu Depan Lab. Treub Taman Meksiko Koleksi tanaman air Jalan Kenari II Koleksi tanaman kayu Samping rumah anggrek Taman Teisjmann Koleksi palem Koleksi tanaman kayu Koleksi tanaman obat Depan Lab. Treub Koleksi tanaman kayu Koompassia excelsa/ king tree Koleksi tanaman air Koleksi palem Jalan Kenari II Koleksi tanaman kayu Jalan Kenari II Koleksi tanaman obat kipasan belang pijantung kecil burung-madu kelapa raja-udang meninting betet biasa, cekakak sungai sikep-madu Asia burung-madu sriganti prenjak Jawa serindit Jawa punai penganten, cinenen Jawa cabai Jawa tekukur biasa empuloh janggut caladi ulam bondol Jawa cucak kutilang cipoh kacat takur ungkut-ungkut kepudang kuduk-hitam walik kembang,cabai polos Topik, Tema, dan Sub-Tema Interpretasi Dalam perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB, semua data penelitian yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber digunakan untuk merumuskan dan mendukung pengembangan tema interpretasi. Hal pertama yang dilakukan sebelum membuat suatu tema interpretasi adalah menentukan topik yang akan diinterpretasikan (Lewis 2005). Topik yang dipilih sebagai dasar pengembangan tema interpretasi adalah burung sebagai objek wisata birdwatching di PKT KRB. Formula untuk merumuskan suatu tema interpretasi menurut Mullins (1979) yaitu tema = topik (obyek) + pesan yang ingin disampaikan kepada pengunjung.

89 61 Pesan yang ingin disampaikan kepada pengunjung dapat diuraikan dalam bentuk materi interpretasi. Materi yang disampaikan adalah pengenalan jenis-jenis burung, aktivitas, habitat dan penyebaran jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata, daya tarik dan keistimewaan burung, status konservasi dan endemisitas burung, manfaat burung bagi kehidupan dan lingkungan, serta upaya konservasi untuk menjaga kelestarian burung. Oleh karena itu, tema besar yang diangkat untuk interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB adalah Mengintip Keanekaragaman Jenis Burung di PKT KRB. Sub-tema yang dapat dikembangkan untuk perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB adalah: (1) Mengenal Burung-Burung Air di PKT KRB, (2) Mengenal Burung- Burung Endemik dan (3) Mengenal Burung-Burung yang Dilindungi Misi dan Tujuan Interpretasi Veverka (1998) menyatakan, tanpa adanya misi, tujuan dan objektif yang jelas, maka perencanaan interpretasi tidak dapat dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka dibuat suatu misi, tujuan dan objektif dari interpretasi yang direncanakan agar dapat lebih mudah mengarahkan interpretasi yang akan dibuat. Misi dari interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB adalah menciptakan peluang bagi pengunjung untuk mengerti, menghargai dan mendapat pengalaman berharga yang terkait dengan keanekaragaman jenis burung di PKT KRB sebagai objek interpretasi. Sehingga dapat tumbuh rasa cinta dan rasa ingin menjaga burung-burung tersebut sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati dan meningkatkan minat pengunjung terhadap burung yang ada di PKT KRB. Tujuan yang ingin dicapai terhadap interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB adalah: 1) Pengunjung dapat mengerti mengenai materi interpretasi yang disampaikan sehingga dapat mengaitkan/mengintegrasikan hubungan antara burung dengan habitatnya. 2) Pengunjung menyadari bahwa PKT KRB memiliki peran penting sebagai lokasi berlindung dari berbagai macam jenis burung. 3) Pengunjung dapat terinspirasi untuk berpartisipasi dalam menjaga keanekaragaman jenis burung di PKT KRB Sasaran Interpretasi Jones et. al. (2001), mengklasifikasikan wisatawan birdwatching menjadi 2 kategori, yaitu general birdwatchers dan specialist birdwatchers. General birdwatchers biasanya melakukan perjalanan wisata dengan anggota keluarga mereka, sehingga kegiatan wisata lebih terorientasi pada aktivitas keluarga. Mereka lebih menyukai berpartisipasi dalam jenis wisata alam liar dibandingkan berpartisipasi dalam perjalanan khusus untuk wisata birdwatching. Burung dapat merupakan nilai tambah atau bonus untuk seorang general birdwatcher yang melakukan kegiatan wisata alam. Sasaran pengunjung untuk kegiatan wisata birdwatching menurut Nature Tourism Planning (2005) dibagi menjadi dua, yaitu untuk casual wildlife watcher dan serious birdwatcher. Casual wildlife watcher salah satunya adalah sightseer atau seseorang yang melakukan perjalanan wisata

90 62 untuk tujuan mencari pengalaman baru. Serious birdwatcher biasanya memiliki pengetahuan pengalaman yang lebih banyak mengenai burung dibandingkan casual wildlife watcher. Kardos et. al. (1998) menyatakan bahwa pendidikan lingkungan perlu diterapkan mulai dari usia dini. Perubahan tingkah laku dan pembentukan karakter seseorang akan terus berkembang, namun akan lebih efektif pada usia 8-12 tahun. UNESCO (1976) menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan lingkungan dari usia dini adalah untuk menghasilkan generasi yang memiliki keperdulian terhadap lingkungan sekitarnya dan memiliki pengetahuan, kemampuan, kebiasaan, motivasi dan komitmen untuk bekerja secara individual maupun kelompok dalam upaya memberikan solusi terhadap suatu permasalahan ataupun dapat mencegah permasalahan baru yang muncul di lingkungan (UNESCO 1976). Berdasarkan tingginya minat pengunjung terhadap wisata birdwatching di PKT KRB dan pentingnya pendidikan lingkungan pada usia dini, maka pengunjung yang menjadi sasaran program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB adalah pelajar SD dan pengunjung umum Waktu dan Lokasi Interpretasi Wisata Birdwatching Sebaran dan komposisi spesies di suatu kawasan turut berubah seiring dengan perubahan waktu dan musim karena dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti cuaca, suhu, curah hujan, arah angin dan sebagainya (Ziana 2005). Lambert (1992) menyatakan bahwa perubahan suatu habitat mengakibatkan beberapa jenis burung mengubah perilaku makannya dan memperluas daerah jajahannya. Oleh sebab itu, program interpretasi untuk wisata birdwatching di PKT KRB dilakukan khusus pada bulan Mei dan Juni sesuai dengan bulan dilaksanakannya penelitian. Waktu program interpretasi dilakukan mulai dari pagi hari (pukul 06.00) hingga sore hari (pukul 17.00). Namun, lebih baik apabila dilakukan pada pagi hari, karena jenis burung yang dapat ditemukan akan lebih banyak. Interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dapat dilakukan pada tiga jalur yang telah direncanakan, yaitu jalur burung air, jalur burung langka dan jalur burung endemik. Namun, jalur utama yang dijadikan sebagai jalur interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB antara lain adalah jalur burung langka, karena sebagian besar jenis burung yang disukai oleh pengunjung dapat dilihat dengan mudah pada jalur ini. Jalur burung air dan jalur burung endemik merupakan jalur opsional apabila pengunjung menginginkan perpanjangan waktu dalam kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB. Lokasi untuk pelaksanaan program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB direncanakan sesuai berdasarkan keinginan pengunjung terhadap lamanya waktu kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB dan jalur-jalur yang telah direncanakan sebelumnya. Skema jalur untuk pelaksanaan program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dapat dilihat pada Gambar Titik-titik lokasi-pengamatan yang direncanakan untuk pengembangan program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB antara lain adalah sepanjang jalur-jalur berikut:

91 63 A. Jalur utama (Jalur burung langka) Jalur utama untuk program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB merupakan jalur burung langka dengan panjang jalur 1.3 km. Waktu yang dibutuhkan untuk menelusuri jalur ini dengan asumsi kecepatan berjalan 2 km/jam adalah sekitar 39 menit berjalan kaki. Selain dapat ditemukan berbagai jenis burung langka/dilindungi, ada pula beberapa jenis burung lainnya seperti burung air. Jenis burung air yang hanya dapat ditemukan pada pagi hari mulai dari pukul adalah burung kareo padi yang dapat ditemukan pada lokasi koleksi tanaman air. Lokasi-lokasi menarik yang dilalui pada jalur ini adalah kolam gunting, taman Meksiko, koleksi tanaman air, koleksi tanaman buah-buahan, jalan Kenari II, dan jalan Astrid. B. Jalur kombinasi I (jalur burung air dan burung langka) Panjang jalur kombinasi dari jalur burung air dan burung langka untuk wisata birdwatching di PKT KRB adalah 2.1 km. Waktu yang dibutuhkan untuk menelusuri jalur ini dengan asumsi kecepatan berjalan 2 km/jam adalah sekitar 63 menit. Lokasi-lokasi menarik yang dilalui pada jalur ini adalah kolam gunting, Istana Bogor, makam Belanda, taman Teisjmann, hutan depan laboratorium Treub, taman Meksiko, koleksi tanaman air, koleksi tanaman buah-buahan, jalan Kenari II, dan jalan Astrid. C. Jalur kombinasi II (jalur burung air, burung langka, dan burung endemik) Panjang jalur kombinasi dari jalur burung air, burung langka dan burung endemik adalah 3.5 km. Waktu yang dibutuhkan untuk menelusuri jalur ini dengan asumsi kecepatan berjalan 2 km/jam adalah sekitar 105 menit. Lokasilokasi menarik yang dilalui pada jalur ini adalah kolam gunting, Istana Bogor, makam Belanda, taman Teisjmann, hutan depan laboratorium Treub, taman Meksiko, koleksi tanaman air, koleksi tanaman buah-buahan, jalan Kenari II, jembatan merah, koleksi tanaman kayu, taman Lebak Sudjana Kassan dan jalan Astrid. Gambar Skema jalur untuk pelaksanaan program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB

92 Fasilitas dan Media Interpretasi Fasilitas interpretasi merupakan salah satu kunci untuk mencapai keberhasilan dalam menyampaikan pesan-pesan kepada pengunjung (Kardos et. al 1998). Beberapa pertimbangan dalam perencanaan fasilitas interpretasi antara lain adalah: (1) fasilitas dapat menambah pengetahuan pengunjung, (2) fasilitas dapat mengarahkan pengunjung ke suatu tempat, (3) fasilitas dapat memberikan informasi mengenai identitas obyek yang menjadi daya tarik wisata, dan (4) fasilitas dapat meningkatkan rasa keperdulian pengunjung terhadap lingkungan (Ham 1992). Salah satu fasilitas utama yang dapat disediakan adalah berupa ketersediaan SDM (Sumber Daya Manusia) sebagai interpreter/guide. Seorang interpreter untuk wisata birdwatching di PKT KRB harus memahami segala sesuatunya mengenai keanekaragaman jenis burung di PKT KRB agar dapat menyampaikan pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada pengunjung dengan baik. Interpreter yang sudah terlatih dan mengerti tentang burung dapat mendampingi peserta dalam melakukan kegiatan wisata birdwatching. Salah satu alat utama yang digunakan untuk wisata birdwatching adalah binokuler. Oleh karena itu, dibutuhkan penyediaan fasilitas berupa tempat penyewaan binokuler. Tempat penyewaan binokuler dapat ditempatkan di pusat informasi PKT KRB. Selain itu, dibutuhkan fasilitas interpretasi berupa media interpretasi yang dapat menunjang kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung, media yang paling dibutuhkan dalam mengikuti kegiata wisata birdwatching di PKT KRB secara berurutan adalah booklet/buku informasi yang memuat peta jalur interpretasi dan jenis-jenis burung yang ada di PKT KRB, papan interpretasi dan diorama burung. Peta Interpretasi memuat tentang jalur dan obyek interpretasi. Peta didesain dalam bentuk booklet agar mudah untuk dibawa kemana-mana. Selain itu, booklet yang dirancang memuat informasi-informasi mengenai 25 jenis burung potensial yang dapat ditemukan di PKT KRB. Booklet ini dapat dijadikan sebagai buku panduan bagi pengunjung untuk mengetahui gambaran dari jenis-jenis burung potensial tersebut, sehingga pengunjung yang mengikuti kegiatan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dapat dengan mudah mengidentifikasi jenis burung yang ditemukan pada saat pengamatan. Contoh booklet dapat dilihat pada Lampiran 3. Ham (1992) menyatakan bahwa papan interpretasi merupakan media komunikasi staregis yang memuat informasi penting bagi pengunjung. Beberapa persyaratan papan interpretasi antara lain adalah: (1) dapat digunakan oleh semua orang mulai dari anak-anak, orang tua, maupun orang cacat, (2) mudah dibaca, (3) didesain agar kuat terhadap cuaca dan vandalisme sehingga tidak memerlukan perawatan yang sulit, dan (4) posisi penempatan papan interpretasi hendaknya sesuai dengan karakter lokasi dan obyek interpretasi. Papan interpretasi interpretasi yang dirancang di PKT KRB memuat informasi-informasi spesifik mengenai potensi jenis burung yang dapat dijumpai pada titik-titik lokasi pengamatan yang telah ditentukan. Diorama burung dapat digunakan untuk memberikan informasi tambahan kepada pengunjung mengenai keanekaragaman jenis burung yang ada di PKT KRB. Diorama burung dapat berupa patung-patung dari beberapa jenis burung

93 65 yang potensial untuk dijadikan sebagai objek wisata birdwatching di PKT KRB yang dapat dijadikan sebagai media untuk menyampaikan materi interpretasi. Diorama dapat ditempatkan pada pusat informasi untuk menarik pengunjung agar pengunjung memiliki rasa keingintahuan mengenai keberadaan burung yang ada di PKT KRB Teknik dan Rencana Kegiatan Interpretasi Wisata Birdwatching Untuk menyampaikan pesan-pesan yang berupa materi interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB kepada pengunjung, diperlukan teknik interpretasi. Teknik interpretasi yang digunakan merujuk pada Sharpe (1982), yaitu teknik secara langsung (attended service) dan tidak langsung (unattended service). Penyampaian materi dengan menggunakan teknik interpretasi secara langsung dilakukan secara langsung oleh seorang interpreter/guide yang ditunjuk oleh pihak pengelola PKT KRB dan telah mendapatkan pelatihan khusus. Untuk teknik secara tidak langsung dilakukan tanpa seorang interpreter/guide, namun penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa mediamedia interpretasi. Teknik secara langsung Kegiatan wisata birdwatching dengan teknik interpretasi secara langsung melibatkan langsung antara interpreter dan pengunjung dengan burung-burung yang ada di PKT KRB sebagai objek interpretasi, sehingga pengunjung dapat langsung melihat dan mendengar suara burung-burung tersebut. Peran seorang interpreter sangatlah besar untuk dapat memberikan pemaparan yang menarik mengenai burung-burung tersebut. Dalam pelaksanaannya pengunjung akan memperoleh informasi awal mengenai objek-objek interpretasi yang akan di paparkan, kemudian penjelasan mengenai rencana kegiatan untuk pelaksanaan program interpretasi, sehingga pengunjung sudah mengetahui program yang dipilih dan garis besar rencana kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB, serta mendapatkan pemaparan-pemaparan mengenai objek-objek interpretasi yang dilakukan oleh interpreter pada saat pelaksanaan program interpretasi. Kegiatan yang dilakukan berupa perjalanan eksplorasi burung dan diskusi di lokasi pengamatan dengan seorang interpreter. Teknik secara tidak langsung Kegiatan wisata birdwatching dengan teknik interpretasi secara tidak langsung dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa media interpretasi seperti papan interpretasi, diorama burung, dan booklet dalam memperkenalkan burung-burung yang ada di PKT KRB sebagai objek interpretasi. Program interpretasi dengan teknik secara tidak langsung ini harus menarik dan mewakili keseluruhan objek interpretasi. Karena, sebelum mengikuti suatu program wisata biasanya pengunjung ingin melihat dulu keseluruhan potensi yang ada di suatu tempat wisata, baru setelah itu pengunjung akan memilih program interpretasi yang ditawarkan.

94 66 Rencana kegiatan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB mentikberatkan pada potensi burung yang dapat dikembangkan di PKT KRB. Rencana kegiatan ini dikelompokan menjadi dua rencana, yaitu rencana untuk kelompok pelajar Sekolah Dasar (SD) dan umum. Rencana kegiatan untuk pelajar SD dan umum memiliki kesamaan, namun dibedakan dari isi materi dan tata cara penyampaiannya. Tahapan rencana kegiatan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB untuk pelajar SD terdiri dari: 1) Tahap pengenalan awal interpretasi wisata birdwatching Tahap pengenalan awal dimulai dari perkenalan dengan interpreter, pengenalan apa itu wisata birdwatching, pengenalan alat-alat yang dipergunakan untuk wisata birdwatching, penjelasan mengenai tata cara dan peraturan-peraturan dalam mengikuti kegiatan wisata birdwatching, pengenalan potensi burung yang dapat ditemukan di PKT KRB. 2) Tahap eksplorasi penelusuran jalur interpretasi wisata birdwatching Pada tahap eksplorasi ini, materi yang disampaikan adalah pengenalan jenisjenis-burung yang ditemukan sepanjang jalur dan titik pengamatan. Materi yang disampaikan juga dapat dilakukan dalam bentuk permainan yaitu berupa tebak-tebakan siapa sajakah aku dan apa yang aku lakukan. Peserta juga dapat memberi tanda (check list) terhadap jenis-jenis burung yang dijumpai. Kegiatan menggambar dan mewarnai jenis burung yang paling mereka sukai juga dapat dilakukan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas anak. 3) Tahap review kegiatan interpretasi wisata birdwatching Pada tahap review ini dilakukan penjelasan mengenai cara-cara menjaga kelestarian burung dengan menjaga kualitas lingkungan yang ada di sekitar kita dan apa dampak negatif khususnya terhadap burung apabila kualitas lingkungan sekitar kita buruk, serta memberikan kesimpulan mengenai apa saja yang telah mereka lewati dan amati. Tahapan rencana kegiatan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB untuk pengunjung umum terdiri dari: 1) Tahap pengenalan awal interpretasi wisata birdwatching Pengenalan awal untuk peserta umum dimulai dari perkenalan dengan interpreter, pengenalan apa itu wisata birdwatching, pengenalan alat-alat yang dipergunakan untuk wisata birdwatching, penjelasan mengenai tata cara dan peraturan-peraturan dalam mengikuti kegiatan wisata birdwatching, pengenalan potensi burung yang dapat ditemukan di PKT KRB. 2) Tahap eksplorasi penelusuran jalur interpretasi wisata birdwatching Pada tahap eksplorasi penelusuran jalur interpretasi, materi yang disampaikan adalah pengenalan jenis-jenis burung yang ditemukan sepanjang jalur dan titik pengamatan berikut dengan penjelasan mengenai status konservasinya. Materi yang disampaikan juga dapat dilakukan dalam bentuk permainan yaitu berupa tebak-tebakan siapa sajakah aku dan apa yang aku lakukan dan permainan berupa perlombaan siapa yang paling banyak mengidentifikasi burung. Peserta juga dapat memberi tanda (check list) terhadap jenis-jenis burung yang dijumpai.

95 67 3) Tahap review kegiatan interpretasi wisata birdwatching Pada tahap review ini dilakukan penjelasan mengenai cara-cara menjaga kelestarian burung dengan menjaga kualitas lingkungan yang ada di sekitar kita dan apa dampak negatif khususnya terhadap burung apabila kualitas lingkungan sekitar kita buruk, serta memberikan kesimpulan mengenai apa saja yang telah mereka lewati dan amati Contoh Program Interpretasi Program interpretasi yang dapat dikembangkan di PKT KRB adalah program pengenalan keanekaragaman jenis burung dengan tema Mengintip Keanekaragaman Jenis Burung di PKT KRB. Burung-burung yang dapat diperkenalkan adalah burung-burung air, burung-burung yang dilindungi dan endemik, serta burung-burung lainnya yang ada di PKT KRB. Salah satu contoh program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB yang dapat dikembangkan adalah pada jalur utama, yaitu pada jalur pengamatan burung langka yang ditujukan bagi pengunjung Sekolah Dasar (SD). Pada jalur ini dapat dijumpai banyak jenis-jenis burung yang dilindungi dan juga yang paling disukai oleh pengunjung. Durasi/lamanya waktu kegiatan disesuaikan dengan keinginan pengunjung, yaitu kurang dari 3 jam. Program yang direncanakan pada jalur pengamatan burung langka ini memiliki durasi kegiatan sekitar 200 menit. Susunan waktu kegiatan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB pada jalur pengamatan burung langka dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.17 Susunan waktu kegiatan interpretasi pada jalur pengamatan burung langka No. Titik lokasi pengamatan Kegiatan Durasi (menit) 1 Pusat Informasi a. Pengenalan dengan interpreter 25 b. Pengenalan wisata birdwatching c. Pengenalan alat yang dipergunakan d. Penjelasan mengenai tata cata dan peraturan dalam melakukan kegiatan wisata birdwatching termasuk penjelasan mengenai diperlukannya kesabaran dalam pengamatan e. Pengenalan potensi burung yang dapat ditemukan di PKT KRB 2. Kolam Gunting Melihat atraksi burung kowak-malam kelabu 15 - Cara membedakan burung yang masih muda dengan yang dewasa - Melihat cara terbangnya - Habitat - Aktivitas dan kebiasaannya - Makanan 3. Taman Meksiko Pengamatan burung-madu kelapa sebagai burung yang dilindungi oleh Negara dan jenis lainnya yang dapat dijumpai pada lokasi ini, seperti: prenjak Jawa, dan cucak kutilang 20 - Habitat - Aktivitas dan kebiasaannya - Makanan

96 68 Tabel 4.17 Susunan waktu kegiatan interpretasi pada jalur pengamatan burung langka (Lanjutan) No. Titik lokasi pengamatan Kegiatan Durasi (menit) 4. Koleksi tanaman air a. Pengamatan burung raja-udang meninting dan jenis lainnya yang dapat dijumpai pada lokasi ini, seperti: bondol Jawa, tekukur biasa dan kareo padi Habitat - Aktivitas dan kebiasaannya - Makanan b. Istirahat 30 - Makan dan minum (snack) - Kegiatan lomba menggambar dan mewarnai burung yang disukai (pemenang akan mendapatkan hadiah souvenir dari PKT KRB pada akhir kegiatan) 5. Jalan Kenari II Pengamatan burung betet biasa dan Cekakak sungai. Selain itu dilakukan pengamatan jenisjenis lainnya seperti: cipoh kacat dan kepudang kuduk-hitam Habitat - Aktivitas dan kebiasaannya - Makanan 6. Jalan Astrid Istirahat dan review 30 - Pembagian souvenir - Kaitan antara burung dengan habitatnya - Review Durasi berjalan kaki dengan asumsi kecepatan 2 km/jam 40 Total durasi (menit) KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1) Kekayaan jenis burung yang terdapat di PKT KRB dapat mendukung kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB. Jumlah jenis burung yang potensial untuk dikembangkan sebagai objek daya tarik untuk wisata birdwatching adalah 25 jenis burung. 2) Sebagian besar pengunjung PKT KRB (88%) menyatakan tertarik untuk mengikuti program dari kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB. Rata-rata pengunjung pada kelompok pelajar dan umum menginginkan waktu kegiatan wisata birdwatching selama kurang dari 3 jam (53%) dengan didampingi oleh seorang interpreter (88%), sedangkan sebagian besar KPB (53%) menginginkan waktu kegiatan wisata birdwatching selama 3-5 jam tanpa didampingi oleh seorang interpreter (80%). 3) Jalur-jalur interpretasi yang dirancang berdasarkan frekuensi pertemuan terbesar dari masing-masing jenis burung yang potensial sebagai objek interpretasi pada seluruh lingkungan di PKT KRB adalah Jalur Pengamatan Burung Air, Jalur Pengamatan Burung Langka, dan Jalur Pengamatan Burung Endemik.

97 69 4) Perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB memiliki tema besar Mengintip Keanekaragaman Jenis Burung di PKT KRB. Pengunjung yang menjadi sasaran interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB adalah pengunjung SD (Sekolah Dasar) dan umum. Teknik penyampaian materi interpretasi menggunakan teknik secara langsung (dengan interpreter) dan dan tidak langsung (dengan media interpretasi). Waktu pelaksanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB ini dapat dilakukan pada bulan Mei dan Juni pada 3 jalur yaitu: jalur burung langka, kombinasi jalur burung langka dan burung air, dan kombinasi jalur burung langka, burung air dan burung endemik. Pelaksanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dapat dilakukan mulai dari pagi hari (06.00 WIB) hingga sore hari (17.00 WIB). Fasilitas dan media interpretasi yang dapat dikembangkan adalah tempat penyewaan binokuler, booklet yang berisi peta dan informasi-informasi mengenai keanekaragaman jenis burung sebagai objek wisata birdwatching di PKT KRB, papan interpretasi, dan diorama burung. Contoh program interpretasi yang direncanakan adalah pada jalur pengamatan burung langka untuk pengunjung SD dengan durasi kegiatan 200 menit. 5.2 Saran 1) Apabila akan dikembangkan program interpretasi untuk wisata birdwatching di PKT KRB, maka perlu adanya pelatihan interpreter/guide untuk wisata birdwatching di PKT KRB. 2) Penelitian perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB hanya dilakukan selama dua bulan, maka perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk memastikan keberadaan dari keanekaragaman jenis burung di PKT KRB setiap bulannya dalam satu tahun. 3) Perlu dilakukan pemantauan secara berkala untuk memastikan keberadaan jenis-jenis burung yang dijadikan sebagai objek interpretasi di jalur-jalur interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB. 4) Perlu adanya pemantauan terhadap jenis-jenis burung asing yang ada di PKT KRB seperti burung nuri bayan dan kakatua jambul kuning agar tidak menjadi invasif.

98 70 DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS Pengembangan ecotourism (implementasi pemanfaatan biodiversity secara berkelanjutan). Makalah Seminar Biodiversity. Jakarta (ID): Sarana Wanajaya Babbie E. (2001). The Practice of Social Research. 9th Edition. Belmont (CA): Wadsworth Thomson. Berkmuller K Guidelines and Techniques for Environmental Interpretation. Switzerland (CH): Van Tienhoven Foundation and IUCN Bhardwaj GB Photo essay: a brief glimpse into the private world of the Oriental Honey-Buzzard Pernis ptilorhynchus. Indian Birds 4 (5): [BTNB] Balai Taman Nasional Baluran Pemetaan Jalur Interpretasi Wisata Pengamatan Burung di Resort Bama, SPTNW I Bekol. Laporan kegiatan pengendali ekosistem hutan. Baluran (ID): Departemen Kehutanan, Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Bibby C, Jones M, Marsden S Expedition Field Techniques-Bird Surveys. London (GB): Expedition Advisory Centre. Boo E Ecotourism: The Potentials and Pitfalls. World Wildlife Fund. Vol 1. [BGCI] Botanic Gardens Conservation International. Definition of a Botanic Garden; [diunduh 2013 Jan 20]. Tersedia pada: resources/1528/. Boyd SW, Butler RW Managing Ecotourism: An Opportunity Spectrum Approach. Tourism Management 17 (8): Buckley R A Framework for Ecotourism. Annals of Tourism Research. 21(3): Cahyana AN Fotografi burung sebagai tantangan dan kesempatan dalam birdwatching. Di dalam: Kelompok Pemerhati Burung Perenjak, editor. Prosiding Seminar Nasional Burung Indonesia, Bogor 2 Juni Bogor (ID): Kelompok Pemerhati Burung Perenjak. hlm Dempster JP Animal Population Ecology. London (GB): Academic Pr. Deng J, King B, Bauer T Evaluating Natural Attractions for Tourism. Annals of Tourism Research. 29(2): Diamond JM, Bishop KD, Van Balen S Bird Survival in an Isolated Javan Woodland: Island or Mirror?. Conservation Biology. 1(4): Dickson JG, Conner RN, Fleet RR, Croll JC, Jacson JA The Role of Insectivorous Birds in Forest Ecosystems. New York (US): Academic Pr. [Ditjen PHPA] Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Pedoman Interpretasi Taman Nasional. Proyek Pengembangan Taman Nasional dan Hutan Wisata. Bogor (ID). Glowinski Bird-watching, ecotourism, and economic developement: A review of the evidence. Applied Research in Economic Developement 5: Grater RK The Interpreter s Handbook. Southwest Parks and Monuments Association. Ham SH Environmental Interpretation: a practical guide for people with big ideas and small budgets. Colorado (US): North American Pr.

99 Herath G Ecotourism Development in Austrialia. Annals of Tourism Research. 23(2): Higgins B The Global Structure of the Nature Tourism Industry: Ecotourists, Tour Operators, and Local Businesses. Journal of Travel Research. 35 (2): Ibrahim Y Studi Permintaan Manfaat Rekreasi di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor/LIPI [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Istijanto Aplikasi Praktis Riset Pemasaran: Cara Praktis Meneliti Konsumen dan Pesaing. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Jubenville A, Twight BW, Becker RH Outdoor Recreation Management, Theory and Aplication. Oxford (GB): Venture Publishing, Inc. Kardos A and Vaughn S Planning for Interpretation and Visitor Experience. West Virginia: Harpers Ferry Center. Koskimies P Birds as a tool in environmental monitoring. Ann. Zool. Fennici. 26: Levelink J, Mawdsley A and Rijnberg T Four Guided Walks Bogor Botanical Garden. Bogor (ID): PT. Bogorindo Botanicus Indonesia. Lewis WJ Interpreting for Park Visitors. Eastern National (US). Linberg K, Enriquez J, Sproule K Ecotourism Questioned: Case Studies from Belize. Annals of Tourism Research. 23(3): [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Biodiversity For Better Life. Berita Kebun Raya (Mei): 9:5. Lopulalan B Antisipasi Peluang 2012 Pariwisata Indonesia. Newsletter Informasi Pemasaran Pariwisata. 2(19):28. MacKinnon J, Phillips K, van Balen B Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Terjemahan dari Fieldguide to the Birds of Borneo, Sumatra, Java dan Bali. Bogor (ID): Burung Indonesia Mamiri SA Persepsi dan Preferensi pengunjung terhadap fungsi dan Lokasi Obyek-Obyek Rekreasi di Kebun Raya Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Maple LC, Eagles PFJ, Rolfe H Birdwatchers specialisation characteristics and national park tourism planning. Journal of ecotourism. 9 (3): Mandziuk GW Ecotourism: A Marriage of Conservation & Capitalism. Plan Canada. 29(33). Marone L Habitat Features Affecting Bird Spatial Distribution in the Monte Desert, Argentina. Ecologia Austral. 1: McDill MG, Finley SJ, Kays J Promoting Ecotourism on Private Lands. Northeast Regional Center for Rural Development. The Pennsylvania State University, University Park, PA. Mullins GW Plan Ahead for Interpretation. Environmental Interpretation workshop, TV A/Murray State University. Golden Pond, Kentucky (US). Mulyani YA dan Pakpahan A Pemanfaatan kawasan pesisir untuk ekoturisme Birdwatching. Bogor 17 September Seminar Nasional Manajemen Kawasan Pesisir untuk Ekoturisme. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Muntasib H Pengenalan Teknik Interpretasi Lingkungan. Makalah Pelatihan Fasilitator Program REPLING. Diselenggarakan oleh RMI 71

100 72 bekerja sama dengan UPT Kebun Raya Bogor dan didukung oleh The Van Melle Green Grant Program. Bogor (ID). Nelson JG The Spread of Ecotourism: Some Planning Implications. Environmental Conservation. 21(3): Nguyen HM Bird Composition as an Ecological Indicator of Forest Disturbance Levels [report]. Texas (US): Department of Biology. University of Texas. Norman WC, Frauman E, Toepper L, Sirakaya E Green Evaluation Program and Compliance of Nature Tour Operators. Orams MB Towards a more desirable form of ecotourism. Tourism Management. 16(1):3-8. Pemerintah Republik Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta (ID): Sekertariat Negara. Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jakarta (ID): Sekertariat Negara. Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 57 Tahun 2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional. Jakarta (ID). [PKT KRB-LIPI] Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor - LIPI Visi dan Misi PKT KRB [Diakses 2013 Januari 10]. Tersedia pada:. [RCS] Raptor Conservation Society Briding and Nature Interpretation Tours [Diakses 2012 Agustus 6]. Tersedia pada: Sawitri R dan Iskandar S Keragaman Jenis Burung di Taman Nasional Kepulauan Wakatobi dan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 9(2): Sevilla CG, Jesus AO, Twila GP, Bella PR, Gabriel GU Research Methods. Quezon City (PH): Rex Printing Co. Inc. Sharpe GW Intrepreting The Environment. New York (US): Jhon Willey and Sons Inc. Edisi ke-2. Son Nguyen LH, Dung Le T, Van Nguyen T Developing bird watching ecotourism combined with education and natural conservation. Hanoi National University of Education 136 Xuan Thuy, Hanoi, Vietnam. Tilden F Interpreting Our Heritage. The University of North Carolina Press. Chapel Hill. Page: Tirtaningtyas FN Dinamika Keberadaan dan Penggunaan Habitat Oleh Burung di Kebun Raya Bogor [Skripsi]. Jakarta (ID): Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta. [UNESCO-UNEP] United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization - United Nations Environment Programme The Belgrade Charter. Connect: UNESCO-UNEP Environmental Education Newsletter. 1(1): 1 2. Van Balen S Birds on Fragmented Island, Persistence in the Forest of Java and Bali. Tropical Resource Management Papers. Netherlands (NL).

101 Veverka JA Interpretive master planning: the essential planning guide for interpretive centers, self-guided trails, historic sites, zoos, exhibits, and programs. California (US): Acorn Naturalists, Tustin. Wight P Ecotourism: Ethics or Eco-Sell?. Journal of Travel Research 4(2): 3-9. Williams PW A local Framework for Ecotourism Development. Western Wildlands. Fall: Ziana N Kajian Perbandingan Komuniti Burung di Kawasan Hutan Dibalak, Hutan Ditebang Habis dan Kebun Getah di Lembah Sungai Beris, Sik, Kedah [Tesis] [diakses 2014 Januari 01]. Tersedia pada: 73

102 74 Lampiran 1. Kuesioner survei terhadap pengunjung Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor KUESIONER PENELITIAN Salam lestari, Sebelumnya, kami memohon maaf mengganggu aktivitas Bapak/Ibu/ Saudara/i. Kami memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i meluangkan waktu mengisi kuesioner. Kuesioner ini merupakan bagian dari penelitian dengan tujuan untuk menyusun suatu perencanaan interpretasi untuk wisata birdwatching (pengamatan burung) di Kebun Raya Bogor yang diharapkan dapat digunakan sebagai penuntun dalam pelaksanaan kegiatan birdwatching. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan pengunjung tentang burung-burung yang ada di Kebun Raya Bogor dan pada akhirnya meningkatkan rasa kecintaan terhadap burung dan kelestarian burung pun dapat tetap terjaga. Karena pentingnya penelitian ini, kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini. Terimakasih. No. Responden :... Tanggal :... Isilah titik-titik berikut dan lingkari pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda! Nama : Jenis Kelamin : Umur : Asal/Tempat tinggal : Pendidikan terakhir : Pekerjaan a. Pelajar (SD/SMP/SMA)* Tingkat/kelas:... b. Mahasiswa c. Pegawai Negeri Sipil d. Pegawai Swasta e. Lainnya (sebutkan) NGO Keterangan: * coret yang tidak perlu A. Motivasi dan Aktivitas Pengunjung 1. Pernahkan datang ke Kebun Raya Bogorsebelumnya? a. Pernah b. Tidak Pernah Apabila sudah pernah, berapa kali? 2. Berapa lama Anda menghabiskan waktu dalam 1 kali kunjungan ke Kebun Raya Bogor? a. < 3 jam c. Seharian penuh (> 6 jam) b. 3-5 jam

103 75 3. Apakah tujuan Anda datang ke Kebun Raya Bogor? a. Ingin menikmati keindahan alam (jalan-jalan/refreshing) b. Ingin melihat koleksi tumbuhan c. Ingin melihat monumen-monumen bersejarah d. Tugas sekolah/kuliah e. Ingin melihat burung f. Lainnya (sebutkan) 4. Apabila jawaban pada no. 4 Anda Ingin melihat burung di Kebun Raya Bogor, apakah motivasi Anda dalam melakukan kegiatan tersebut? a. Untuk mendapatkan pengetahuan b. Senang melihat saja c. Untuk dokumentasi (Fotografi/ videografi)* d. Lainnya (sebutkan)... Keterangan: * coret yang tidak perlu B. Persepsi Pengunjung 1. Tahu kah Anda bahwa di Kebun Raya Bogor terdapat beranekaragam jenis burung? a. Ya b. Tidak 2. Apakah Anda melihat burung selama masa kunjungan ke Kebun Raya Bogor? a. Ya b. Tidak 3. Apabila Ya, apakah burung-burung tersebut menarik perhatian Anda? (Apabila jawaban no. 2 yaitu tidak (opsi b), abaikan pertanyaan ini) a. Ya b. Tidak 4. Apa yang paling Anda sukai dari burung? a. Penampilan fisik (warna, ukuran, bentuk) d. Perilaku b. Suara e. Lainnya (Sebutkan) c. Cara terbang 5. Sebutkan 5 jenis burung yang paling Anda sukai di Kebun Raya Bogor? (dilihat dari data berupa foto jenis-jenis burung yang ada di KRB) C. Keinginan dan Harapan Pengunjung 1. Apabila di Kebun Raya Bogor tersedia program wisata birdwatching (pengamatan burung), apakah Anda tertarik mengikutinya? a. Tertarik b. Tidak tertarik 2. Menurut Anda perlu/tidak dilakukan interpretasi/disediakannya media informasi (seperti leaflet, peta, papan informasi, pemandu)untuk pengembangan kegiatan birdwatching di Kebun Raya Bogor? a. Ya b. Tidak

104 76 3. Apa yang paling Anda ingin ketahui mengenai burung? a. Jenis-jenis Burung c. Aktivitas burung b. Habitat/ tempat tinggal burung d. Lainnya (sebutkan) Manakah cara yang Anda pilih untuk melakukan kegiatan bird watching di Kebun Raya Bogor? a. Dengan pemandu wisata b. Tidak dengan pemandu wisata (menggunakan peta) 5. Berdasarkan jumlah peserta kegiatan birdwatching, cara mana yang paling Anda sukai: a. Sendiri (Perorangan) b. Bersama-sama (Berkelompok), berapa orang Berapa lama waktu yang Anda inginkan dalam mengikuti kegiatan bird watching? a. < 3 jam c. Seharian (> 6 jam) b. 3-5 jam d. Lainnya (sebutkan) Menurut Anda fasilitas pendukung apa yang perlu ditambahkan dalam kegiatan bird watching di Kebun Raya Bogor. (Pilih yang menurut Anda paling penting) a. Tempat pengamatan burung (jelaskan seperti apa keinginan Anda) b. Papan/peta informasiyang memberikan informasi mengenai lokasi yang dapat ditemukan burung. c. Buku informasi tentang burung-burung yang adadi Kebun Raya Bogor d. Diorama burung (model contoh tiruan burung sebagai ilustrasi) e. Lainnya (sebutkan)... Atas kerjasamanya kami ucapkan Terima Kasih

105 77 Lampiran 2. Sebaran temporal dan frekuensi jenis-jenis burung pada masing-masing lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Lingkungan 1 Frekuensi pertemuan No. Jenis burung pagi siang sore 1 Bondol haji Bondol peking Burung-madu kelapa Cabai Jawa Cabai polos Cekakak sungai Cinenen Jawa Cipoh kacat Cucak kuning Cucak kutilang Empuloh janggut Kepudang kuduk-hitam Kipasan belang Prenjak Jawa Pijantung kecil Punai pengantin Sikatan cacing Tekukur biasa Walet palem-asia Walet linchi Walik kembang Dederuk Jawa

106 78 Lampiran 2. Sebaran temporal dan frekuensi jenis-jenis burung pada masing-masing lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) Lingkungan 2 Frekuensi pertemuan No. Jenis burung pagi siang sore 1 Bondol haji Burung gereja Burung-madu kelapa Cipoh kacat Takur ungkut-ungkut Cabai Jawa Cabai polos Cekakak sungai Cinenen Jawa Cinenen pisang Cucak kuning Cucak kuricang Cucak kutilang Kepudang kuduk-hitam Kipasan belang Prenjak Jawa Pijantung kecil Punai gading Punai penganten Raja-udang meninting Sikatan cacing Tekukur biasa Walet linchi Walet palem-asia Walik kembang

107 79 Lampiran 2. Sebaran temporal dan frekuensi jenis-jenis burung pada masing-masing lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) Lingkungan 3 Frekuensi pertemuan No. Jenis burung pagi siang sore 1 Bondol Jawa Cabai Jawa Cabai polos Cekakak sungai Cinenen Jawa Cipoh kacat Cucak kuning Cucak kutilang Empuloh janggut Kacamata biasa Kepudang kuduk-hitam Kipasan belang Kowak-malam kelabu Burung-madu kelapa Merbah mata-merah Prenjak Jawa Pijantung kecil Punai Gading Punai penganten Raja-udang meninting Tekukur biasa Walet palem-asia Walet linchi Walik kembang

108 80 Lampiran 2. Sebaran temporal dan frekuensi jenis-jenis burung pada masing-masing lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) Lingkungan 4 Frekuensi pertemuan No. Jenis burung pagi siang sore 1 Burung gereja Betet biasa Nuri bayan Cabai Jawa Cabai polos Caladi ulam Cekakak sungai Cinenen Jawa Cinenen pisang Cipoh kacat Cucak kutilang Empuloh janggut Sikep-madu Asia Kakatua jambul-kuning Kepudang kuduk-hitam Kipasan belang Kowak-malam kelabu Burung-madu kelapa Prenjak Jawa Pijantung kecil Punai pengantin Raja-udang meninting Serindit Jawa Sikatan cacing Sikatan ninon Takur ungkut-ungkut Tekukur biasa Walet palem-asia Walet sarang-putih Walet linchi Walik kembang Wiwik kelabu

109 81 Lampiran 2. Sebaran temporal dan frekuensi jenis-jenis burung pada masing-masing lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) Lingkungan 5 Frekuensi pertemuan No. Jenis burung pagi siang sore 1 Burung gereja Bentet kelabu Bondol Jawa Bondol peking Cabai Jawa Cabai polos Caladi tilik Cekakak sungai Cinenen Jawa Cinenen pisang Cipoh kacat Cucak kutilang Kareo padi Burung-madu kelapa Prenjak Jawa Pijantung kecil Raja-udang meninting Tekukur biasa Walet sarang-putih Walet linchi Walik kembang

110 82 Lampiran 2. Sebaran temporal dan frekuensi jenis-jenis burung pada masing-masing lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) Lingkungan 6 Frekuensi pertemuan No. Jenis burung pagi siang sore 1 Betet biasa Cabai Jawa Cabai polos Cekakak sungai Cipoh kacat Cucak kutilang Kareo padi Kepudang kuduk-hitam Burung-madu kelapa Nuri bayan Prenjak Jawa Pijantung kecil Punai penganten Raja-udang meninting Serindit Jawa Sikatan ninon Takur ungkut-ungkut Tekukur biasa Walet sarang-putih Walet linchi Walik kembang

111 83 Lampiran 2. Sebaran temporal dan frekuensi jenis-jenis burung pada masing-masing lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) Lingkungan 7 Frekuensi pertemuan No. Jenis burung pagi siang sore 1 Betet biasa Cabai Jawa Cabai polos Cekakak sungai Cipoh kacat Cucak kutilang Empuloh janggut Kepudang kuduk-hitam Burung-madu kelapa Prenjak Jawa Pijantung kecil punai penganten Raja-udang meninting Tekukur biasa Walet linchi Walet palem-asia Walik kembang Wiwik kelabu

112 84 Lampiran 2. Sebaran temporal dan frekuensi jenis-jenis burung pada masing-masing lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) Lingkungan 8 Frekuensi pertemuan No. Jenis burung pagi siang sore 1 Burung gereja Bondol Jawa Cabai Jawa Cabai polos Cekakak sungai Cinenen Jawa Cipoh kacat Cucak kutilang Dederuk Jawa Empuloh janggut Kepudang kuduk-hitam Burung-madu kelapa Burung-madu sriganti Nuri bayan Prenjak Jawa Raja-udang meninting Takur ungkut-ungkut Tekukur biasa Walet linchi Walik kembang

113 85 Lampiran 2. Sebaran temporal dan frekuensi jenis-jenis burung pada masing-masing lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) Lingkungan 9 Frekuensi pertemuan No. Jenis burung pagi siang sore 1 Cabai Jawa Cabai polos Cekakak sungai Cinenen Jawa Cinenen pisang Cipoh kacat Cucak kutilang Empuloh janggut Kakatua jambul-kuning Kepudang kuduk-hitam Kipasan belang Burung-madu kelapa Prenjak Jawa Pijantung kecil Punai penganten Raja-udang meninting Sikep-madu Asia Takur ungkut-ungkut Tekukur biasa Walet palem-asia Walet linchi Walik kembang

114 86 Lampiran 2. Sebaran temporal dan frekuensi jenis-jenis burung pada masing-masing lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) Lingkungan 10 Frekuensi pertemuan No. Jenis burung pagi siang sore 1 Cabai Jawa Cabai polos Caladi ulam Cekakak sungai Cinenen Jawa Cinenen pisang Cipoh kacat Cucak kutilang Dederuk Jawa Empuloh janggut Kepudang kuduk-hitam Kipasan belang Burung-madu kelapa Burung-madu sriganti Prenjak Jawa Pijantung kecil Raja-udang meninting Srigunting kelabu Sikatan cacing Tekukur biasa Walet linchi Walik kembang Wiwik kelabu

115 87 Lampiran 2. Sebaran temporal dan frekuensi jenis-jenis burung pada masing-masing lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) Lingkungan 11 Frekuensi pertemuan No. Jenis burung pagi siang sore 1 Burung gereja Bondol Jawa Bondol peking Cabai Jawa Cabai polos Cekakak sungai Cinenen Jawa Cipoh kacat Cucak kutilang Kareo padi Kepudang kuduk-hitam Kipasan belang Burung-madu kelapa Prenjak Jawa Pijantung kecil Punai penganten Raja-udang meninting Srigunting hitam Tekukur biasa Walet linchi Wiwik kelabu

116 88 Lampiran 2. Sebaran temporal dan frekuensi jenis-jenis burung pada masing-masing lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) Lingkungan 12 Frekuensi pertemuan No. Jenis burung pagi siang sore 1 Burung gereja Bondol Jawa Cabai Jawa Cabai polos Cekakak sungai Cica-daun sayap-biru Cinenen Jawa Cipoh kacat Cucak kutilang Empuloh janggut Kepudang kuduk-hitam Burung-madu kelapa Burung-madu sriganti Prenjak Jawa Pijantung kecil Raja-udang meninting Takur ungkut-ungkut Tekukur biasa Walet linchi Walik kembang Wiwik kelabu

117 89 Lampiran 3 Booklet program interpretasi wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor untuk anak SD

118 90 Lampiran 3 Booklet program interpretasi wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor untuk anak SD (Lanjutan)

3 METODE Jalur Interpretasi

3 METODE Jalur Interpretasi 15 2.3.5 Jalur Interpretasi Cara terbaik dalam menentukan panjang jalur interpretasi adalah berdasarkan pada waktu berjalan kaki. Hal ini tergantung pada tanah lapang, jarak aktual dan orang yang berjalan

Lebih terperinci

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PAKET WISATA ALAM BERBASIS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA SMP DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MIFTACHU FIRRIDJAL

PENYUSUNAN PAKET WISATA ALAM BERBASIS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA SMP DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MIFTACHU FIRRIDJAL PENYUSUNAN PAKET WISATA ALAM BERBASIS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA SMP DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MIFTACHU FIRRIDJAL DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Agustus 2007, bertempat di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMB). Taman Nasional Gunung Merbabu

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun di Provinsi

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung, merupakan suatu kawasan ekosistem

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Luas KHDTK Cikampek adalah 51,10 ha. Secara administratif

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan keanekaragaman sumberdaya hayatinya yang tinggi dijuluki megadiversity country merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMB) merupakan salah satu dari taman nasional baru di Indonesia, dengan dasar penunjukkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 135/MENHUT-II/2004

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interpretasi 2.1.1 Definisi dan Tujuan Interpretasi Tilden (1957) menyatakan bahwa interpretasi merupakan kegiatan edukatif yang sasarannya mengungkapkan pertalian makna,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Januari 2010 Februari 2010 di Harapan Rainforest, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek, Kab. Karawang, Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian desktriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat gambaran secara

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat

Lebih terperinci

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA Enggar Lestari 12/340126/PBI/1084 ABSTRACT Interaction between birds and habitat is the first step to determine their conservation status.

Lebih terperinci

PERENCANAAN HUTAN KOTA UNTUK MENINGKATKAN KENYAMANAN DI KOTA GORONTALO IRNA NINGSI AMALIA RACHMAN

PERENCANAAN HUTAN KOTA UNTUK MENINGKATKAN KENYAMANAN DI KOTA GORONTALO IRNA NINGSI AMALIA RACHMAN PERENCANAAN HUTAN KOTA UNTUK MENINGKATKAN KENYAMANAN DI KOTA GORONTALO IRNA NINGSI AMALIA RACHMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekowisata 2.1.1 Pengertian Ekowisata Ekowisata didefinisikan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) dalam Fennel (1999) sebagai suatu bentuk perjalanan wisata ke area

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR Oleh: Nadya Tanaya Ardianti A07400018 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Studi

Gambar 2. Lokasi Studi 17 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi Studi Studi ini berlokasi di Kawasan Sungai Kelayan di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sungai Kelayan terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan (Gambar 2).

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

INTEGRASI DATA SEMITERSTRUKTUR SECARA SKEMATIK BERBASIS XML (EXTENSIBLE MARKUP LANGUAGE) TITIN PRAMIYATI K.

INTEGRASI DATA SEMITERSTRUKTUR SECARA SKEMATIK BERBASIS XML (EXTENSIBLE MARKUP LANGUAGE) TITIN PRAMIYATI K. INTEGRASI DATA SEMITERSTRUKTUR SECARA SKEMATIK BERBASIS XML (EXTENSIBLE MARKUP LANGUAGE) TITIN PRAMIYATI K. SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii

DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan Penulisan...

Lebih terperinci

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Analisis

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan April 2014 di lahan basah Way Pegadungan Desa Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI

PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

INTEGRASI DATA SEMITERSTRUKTUR SECARA SKEMATIK BERBASIS XML (EXTENSIBLE MARKUP LANGUAGE) TITIN PRAMIYATI K.

INTEGRASI DATA SEMITERSTRUKTUR SECARA SKEMATIK BERBASIS XML (EXTENSIBLE MARKUP LANGUAGE) TITIN PRAMIYATI K. INTEGRASI DATA SEMITERSTRUKTUR SECARA SKEMATIK BERBASIS XML (EXTENSIBLE MARKUP LANGUAGE) TITIN PRAMIYATI K. SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN TAMAN MARGASATWA MEDAN SEBAGAI HUTAN KOTA DAN SARANA REKREASI SKRIPSI. Oleh : HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN /MANAJEMEN HUTAN

STUDI PENGEMBANGAN TAMAN MARGASATWA MEDAN SEBAGAI HUTAN KOTA DAN SARANA REKREASI SKRIPSI. Oleh : HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN /MANAJEMEN HUTAN STUDI PENGEMBANGAN TAMAN MARGASATWA MEDAN SEBAGAI HUTAN KOTA DAN SARANA REKREASI SKRIPSI Oleh : HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN 031201002/MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi objek wisata yang tersebar di seluruh pulau yang ada. Salah satu objek wisata yang berpotensi dikembangkan adalah kawasan konservasi hutan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung merupakan salah satu sumber plasma nutfah yang memberikan warna dalam kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia. Sebagai salah satu fauna yang indah dan diminati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaaan sumber daya dan keanekaragaman hayati berupa jenis-jenis satwa maupun

BAB I PENDAHULUAN. kekayaaan sumber daya dan keanekaragaman hayati berupa jenis-jenis satwa maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Kaba dengan luas areal 13.490 hektar merupakan salah satu kawasan konservasi darat di Bengkulu yang memiliki kekayaaan sumber daya dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17 persen dari jumlah seluruh spesies burung dunia, 381 spesies diantaranya merupakan spesies endemik (Sujatnika, Joseph, Soehartono,

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENENTUAN BENTUK DAN LUAS PLOT CONTOH OPTIMAL PENGUKURAN KEANEKARAGAMAN SPESIES TUMBUHAN PADA EKOSISTEM HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH : STUDI KASUS DI TAMAN NASIONAL KUTAI SANDI KUSUMA SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A34201018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI Individual Density of Boenean Gibbon (Hylobates muelleri)

Lebih terperinci

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Indikator Perkuliahan Menjelaskan kawasan yang dilindungi Menjelaskan klasifikasi kawasan yang dilindungi Menjelaskan pendekatan spesies Menjelaskan

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi 10 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi Penelitian mengenai perencanaan lanskap ini dilakukan di kawasan bersejarah Komplek Candi Gedong Songo,, Kecamatan Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Peta,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekowisata bagi negara-negara berkembang dipandang sebagai cara untuk mengembangkan perekonomian dengan memanfaatkan kawasan-kawasan alami secara tidak konsumtif. Untuk

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Gambar 1 Lokasi penelitian. 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL (Kasus di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat) HENDRO ASMORO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENILAIAN DAN PENGEMBANGAN POTENSI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI TAMAN WISATA ALAM (TWA) SIBOLANGIT

PENILAIAN DAN PENGEMBANGAN POTENSI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI TAMAN WISATA ALAM (TWA) SIBOLANGIT PENILAIAN DAN PENGEMBANGAN POTENSI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI TAMAN WISATA ALAM (TWA) SIBOLANGIT SKRIPSI IRENA ASTRIA GINTING 081201017 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman Desa Bujung Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat. B. Alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) merupakan suatu kawasan hutan tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pembatasan Masalah Penelitian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Daerah Tepi (Edges) Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Propinsi Riau selama 6 bulan adalah untuk

Lebih terperinci

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK YUSNIDAR. Keefektivan Komunikasi Masyarakat

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Tarik Kawasan Situ Cileunca sebagai Kawasan Wisata

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Tarik Kawasan Situ Cileunca sebagai Kawasan Wisata Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Tarik Kawasan Situ Cileunca sebagai Kawasan Wisata Salsabila Azka Nadya Halim dan Jenny Ernawati Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode Survey Deskriptif Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey deskriptif. Metode survey deskriptif merupakan metode untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA ( STUDI KASUS PENGEMBANGAN PELABUHAN MAKASSAR )

ANALISIS IMPLEMENTASI MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA ( STUDI KASUS PENGEMBANGAN PELABUHAN MAKASSAR ) ANALISIS IMPLEMENTASI MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA ( STUDI KASUS PENGEMBANGAN PELABUHAN MAKASSAR ) TEGUH PAIRUNAN PUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGIC BUSINESS UNIT UNTUK MENINGKATKAN POTENSI INOVASI KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI PERHUTANI

ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGIC BUSINESS UNIT UNTUK MENINGKATKAN POTENSI INOVASI KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI PERHUTANI ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGIC BUSINESS UNIT UNTUK MENINGKATKAN POTENSI INOVASI KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN RURIN WAHYU LISTRIANA PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014. Lokasi penelitian adalah di kawasan hutan mangrove pada lahan seluas 97 ha, di Pantai Sari Ringgung

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3). III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3). B. Alat dan Objek Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung 21 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung Balak Resort Muara Sekampung Kabupaten Lampung Timur. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Indonesia semakin hari semakin berkembang. Sektor pariwisata merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Indonesia semakin hari semakin berkembang. Sektor pariwisata merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Indonesia semakin hari semakin berkembang. Sektor pariwisata merupakan salah satu aset di setiap wilayah di dunia. Dari sektor pariwasata,

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN 13 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian dilakukan di kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), TNBBS (Gambar 1). Survei pendahuluan telah dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

Gambar 12. Lokasi Penelitian

Gambar 12. Lokasi Penelitian III. METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalur wisata Puncak, terletak di Kabupaten Bogor. Jalur yang diamati adalah jalur pemasangan reklame yang berdasarkan data

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI. Oleh: Darsini

ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI. Oleh: Darsini ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI Oleh: Darsini PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 Hak cipta milik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN WULANING DIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL PENGEMBANGAN LANSKAP WISATA BUDAYA DI KAWASAN SUNGAI CODE, KOTA YOGYAKARTA. Lis Noer Aini

MODEL KONSEPTUAL PENGEMBANGAN LANSKAP WISATA BUDAYA DI KAWASAN SUNGAI CODE, KOTA YOGYAKARTA. Lis Noer Aini MODEL KONSEPTUAL PENGEMBANGAN LANSKAP WISATA BUDAYA DI KAWASAN SUNGAI CODE, KOTA YOGYAKARTA Lis Noer Aini Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Arsitektur

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 11/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur 16 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Grama Tirta Jatiluhur, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat (Gambar 2 dan 3). Penelitian berlangsung

Lebih terperinci