Abstrak. Key words: Stabilitas, Pigmen angkak, Monascus purpureus, Endomycopsis burtonii PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Abstrak. Key words: Stabilitas, Pigmen angkak, Monascus purpureus, Endomycopsis burtonii PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 7. STABILITAS PIGMEN DAN LOVASTATIN ANGKAK YANG DIPRODUKSI SECARA KO-KULTUR Monascus purpureus TOS DENGAN Endomycopsis burtonii PADA BERBAGAI SUHU DAN ph Abstrak Pigmen dan lovastatin merupakan metabolit sekunder yang diproduksi oleh Monascus purpureus. Angkak yang diproduksi secara ko-kultur M. purpureus TOS dengan Endomycopsis burtonii disertai angkak produk monokultur M. purpureus, dipelajari stabilitas pigmen dan lovastatinnya terhadap suhu (7 C, C, C dengan waktu kontak 5, dan 5 menit) dan ph (, 5, 7 dengan waktu kontak,,, dan jam). Suhu 7 C, C, dan C dengan waktu kontak 5-5 menit serta ph 7 dengan waktu kontak - jam tidak mempengaruhi stabilitas pigmen merah angkak baik yang diproduksi secara monokultur maupun ko-kultur. Nilai ph, dan 5, dengan waktu kontak - jam menyebabkan penurunan stabilitas pigmen merah angkak monokultur maupun ko-kultur. Suhu 7 C- C dengan waktu kontak 5- menit tidak mempengaruhi kadar lovastatin angkak ko-kultur, sedangkan suhu C dengan waktu kontak 5 menit serta ph,-5, dengan waktu kontak, dan jam menyebabkan penurunan kadar lovastatin angkak hasil ko-kultur. Suhu 7 C- C dengan waktu kontak 5-5 menit serta ph,-7, tidak mempengaruhi kadar lovastatin angkak yang diproduksi secara monokultur. Key words: Stabilitas, Pigmen angkak, Monascus purpureus, Endomycopsis burtonii PENDAHULUAN Pigmen dan lovastatin angkak merupakan metabolit-metabolit sekunder yang diproduksi M. purpureus pada fase stasioner atau akhir fase logaritmik. Pada fermentasi padat menggunakan beras sebagai substrat, diproduksi pigmen merah ekstraseluler (Kaur et al 9). Selain pigmen merah, selama fermentasi angkak juga diproduksi pigmen kuning dan jingga. Pigmen angkak digunakan sebagai pewarna makanan di Cina, Taiwan, dan Filipina untuk mewarnai produk-produk pangan seperti ikan, daging, acar, anggur, pasta ikan, keju, dan sebagainya Komponen utama pigmen angkak terdiri dari rubropunktatin, rubropunktamin, ankaflavin, monaskorubrin, monaskorubramin, dan monaskin. Rubropunktamin (C H 9 NO ) dan monaskorubramin (C H 9 NO ) merupakan komponen pigmen 9

2 merah, rubropunktatin (C H O 5 ) dan monaskorubrin (C H O 5 ) merupakan pigmen jingga, sedangkan monaskin (C H O 5 ) dan ankaflavin (C H O 5 ) merupakan komponen pigmen kuning. Karakteristik pigmen angkak yang diproduksi menggunakan kultur tunggal M. purpureus terutama kestabilan pigmen terhadap suhu dan ph, telah dipelajari oleh beberapa peneliti seperti Kaur et al. (9 ) dan Sutrisno (97). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pigmen merah angkak labil terhadap pemanasan di atas suhu 7 C dan menunjukkan perubahan warna dari merah menjadi kehitaman ketika terkena panas C selama 5 menit (Kaur et al., 9 ). Suhu tinggi dapat nenyebabkan terjadinya kerusakan gugus kromofor pigmen sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada ikatan atau gugus fungsionalnya (Sutrisno,97). Penelitian berkaitan pengaruh suhu dan ph terhadap stabilitas lovastatin, selama ini belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu dan ph terhadap stabilitas pigmen dan lovastatin angkak hasil ko-kultur M. purpureus dengan E. burtonii dibandingkan dengan pigmen dan lovastatin angkak yang diproduksi secara monokultur. Penelitian ko-kultur M. purpureus dengan E. burtonii yang telah dilakukan sebelumnya, mampu meningkatkan produksi pigmen dan lovastatin angkak. Karakteristik pigmen dan lovastatin angkak sangat penting dipelajari untuk aplikasi lebih luas pada berbagai makanan dengan dengan suhu pemanasan yang berbeda. Angkak dengan kandungan pigmen sangat potensial dikembangkan untuk menekan penggunaan pewarna berbahaya yang sering digunakan pada makanan. Kandungan lovastatin yang terdapat pada angkak juga sangat potensial sebagai pangan fungsional. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Strain Kapang dan Khamir Kapang yang digunakan pada penelitian ini adalah Monascus purpureus strain TOS koleksi laboratorium Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, 9

3 Cibinong, Bogor. Khamir yang digunakan adalah Endomycopsis burtonii koleksi laboratorium Ilmu Hayati, ITB, Bandung. Produksi lovastatin dan pigmen angkak oleh M. purpureus strain TOS ko-kultur dengan E.burtonii Angkak diproduksi menggunakan M. purpureus strain TOS ( 7 cfu/ml) kokultur dengan E.burtonii pada substrat beras IR yang telah disterilisasi dahulu. Ko-kultur dilakukan dengan menambahkan E. burtonii pada fermentasi hari ke dengan konsentrasi cfu/ml. Fermentasi dilakukan pada suhu ± C selama hari, selanjutnya angkak dikeringkan pada suhu ± C sampai mencapai kadar air ± 5%. Produksi lovastatin angkak tanpa ko-kultur dilakukan dengan kondisi yang sama tanpa perlakuan penambahan E. burtonii. Pengaruh Suhu Terhadap Stabilitas Pigmen dan Lovastatin Angkak Ekstraksi Pigmen Angkak Angkak dihaluskan dengan mortar hingga menjadi bubuk. Bubuk pigmen angkak sebanyak mg diekstraksi dengan 9 l etanol 75%, dikocok dengan vortex mixer. Langkah selanjutnya dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 95 G selama 5 menit. Supernatan ditampung dalam tabung eppendorf, sedangkan pellet (biomassa) ditambah lagi dengan 9 l etanol 75%, dikocok dengan vortex mixer dan disentrifugasi pada kecepatan 95 G selama 5 menit. Supernatan yang diperoleh digabungkan dengan supernatan hasil ekstraksi pertama dan dikocok dengan vortex mixer. Pengaruh suhu terhadap stabilitas pigmen angkak Ekstrak pigmen dipipet sebanyak ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Satu buah tabung reaksi digunakan sebagai kontrol disimpan pada suhu kamar, sedangkan 9 tabung reaksi lainnya dipanaskan pada suhu 7 C, C, dan C dengan waktu kontak divariasikan meliputi: 5, dan 5 menit. 9

4 Pengaruh ph terhadap stabilitas pigmen angkak Ekstrak pigmen dipipet sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, masing-masing tabung ditambahkan 5 ml, M buffer Na-sitrat ph, 5 ml, M buffer Na-sitrat ph 5, dan 5 ml, M buffer Na-sitrat ph 7. Tabung disimpan pada suhu kamar dengan variasi lama penyimpanan,,, dan jam. Pengaruh suhu dan ph terhadap kadar Lovastatin Angkak Pengaruh suhu terhadap kadar lovastatin angkak Angkak dihancurkan menjadi bentuk bubuk ( mesh), selanjutnya ditimbang g sebanyak kali. Masing-masing diekstrak dengan ml asetonitril dan, ml asam fosfat,%, diinkubasi selama menit pada suhu kamar. Angkak diperlakukan dengan suhu 7 C, C, dan C dengan waktu kontak divariasikan meliputi: 5, dan 5 menit. Sampel disentrifus dengan kecepatan rpm selama menit. Supernatan kemudian disaring dengan kertas saring membran nilon berukuran,5 mikron. Sampel kemudian diinjeksikan ke HPLC untuk dianalisis kadar lovastatin (Miyake et al, 9) Pengaruh ph terhadap kadar lovastatin angkak Angkak dihancurkan menjadi bentuk bubuk ( mesh), selanjutnya ditimbang g sebanyak 9 kali. Angkak diekstrak dengan ml asetonitril dan, ml asam fosfat,%, diinkubasi selama menit pada suhu kamar. Masing-masing ditambahkan 9 ml, M buffer Na-sitrat ph, 9 ml, M buffer Na-sitrat ph 5, dan, M buffer Na-sitrat ph 7. Masing-masing tabung disimpan pada suhu kamar dengan variasi lama penyimpanan,,, dan jam. Analisis. Analisis yang dilakukan meliputi pengukuran intensitas warna dan kadar lovastatin angkak oleh pengaruh suhu dan ph. Analisis terhadap intensitas warna angkak dilakukan terhadap pigmen merah, kuning dan jingga yang dikandung angkak. Intensitas warna diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang nm untuk warna kuning, 7 nm untuk warna jingga dan 5 nm untuk warna merah. Produksi pigmen dinyatakan dalam nilai absorbansi dikalikan dengan faktor pengenceran (Miyake et al, 9). Analisis terhadap kadar lovastatin 95

5 angkak dilakukan dengan metode Miyake et al (9) menggunakan alat HPLC. Sampel setelah perlakuan suhu dan ph, disentrifus dengan kecepatan rpm selama menit. Supernatan kemudian disaring dengan kertas saring membran nilon berukuran,5 mikron. Sampel kemudian diinjeksikan ke HPLC untuk dianalisis kadar lovastatin (Miyake et al, 9). Hasil dan Pembahasan. Pengaruh suhu dan waktu kontak terhadap stabilitas pigmen merah angkak Hasil analisis pengaruh suhu terhadap stabilitas pigmen merah angkak yang diproduksi oleh M. purpureus TOS secara monokultur maupun secara ko-kultur dengan E. burtonii disajikan pada Gambar 7.. Analisis secara statitistik menunjukkan bahwa, pemberian panas pada suhu 7 C, C dan C dengan waktu kontak 5,, dan 5 menit tidak mempengaruhi stabilitas pigmen merah angkak baik terhadap angkak yang diproduksi secara monokultur maupun ko-kultur (p>,5). Pigmen merah angkak (monokultur dan ko-kultur) relatif tahan terhadap suhu 7- C. Shin (5) melaporkan bahwa pigmen angkak secara umum mempunyai kemampuan mewarnai yang kuat dan produk pangan yang diberi warna angkak, memiliki penampilan yang baik terhadap panas. Pigmen angkak juga stabil terhadap sinar radiasi maupun ultraviolet. Faktor-faktor seperti oksidasi, logam, alkalinitas dan keasaman berpengaruh kecil terhadap intensitas warna pigmen angkak. 9

6 Absorbansi 5 nm 7 C C C Absorbansi 5 nm 7 C C C Kontrol 5 5 Waktu kontak (menit) Kontrol 5 5 Waktu kontak (menit) ( a ) ( b ) Gambar 7. Pengaruh suhu terhadap stabilitas pigmen merah angkak (a) monokultur, (b) ko-kultur M. purpureus TOS dengan E. burtonii Ketahanan pigmen merah angkak oleh pengaruh suhu tinggi, menunjukkan bahwa angkak dapat diaplikasikan pada makanan-makanan yang diproses dengan suhu tinggi, misalnya pada makanan kaleng yang disterilisasi pada suhu C dengan lama waktu (5-5) menit. Aplikasi pigmen merah angkak juga dapat digunakan sebagai pengganti nitrit pada produk olahan daging. Fabre et al. (99) melaporkan bahwa pigmen angkak lebih stabil dibanding pewarna yang biasa digunakan untuk mewarnai produk-produk daging seperti garam-garam nitrit. Penelitian Fabre et al. (99) untuk mengetahui stabilitas pigmen angkak yang dihasilkan oleh Monascus ruber sebagai pewarna produk-produk daging menunjukkan bahwa, pigmen angkak peka atau sensitif terhadap cahaya, suhu tinggi dan ph asam. Akan tetapi pigmen angkak lebih stabil dibanding pewarna yang biasa digunakan untuk mewarnai produk-produk daging seperti garam-garam nitrit. Produk daging yang diwarnai dengan angkak, setelah tiga bulan disimpan pada suhu C dan dalam kondisi vakum, warnanya tetap stabil (stabilitasnya sekitar 95 persen). 97

7 Kaur et al (9), melaporkan bahwa pigmen merah angkak yang diproduksi secara monokultur menggunakan M. purpureus MTCC, stabil pada suhu 7 C selama 5 menit, tetapi intensitas warna menurun pada suhu di atas 7 C. Pada suhu C, warna merah angkak berubah menjadi merah kehitaman akibat kerusakan molekul pigmen dalam larutan. Ketidakstabilan pigmen M. purpureus pada suhu tinggi tersebut dikorelasikan dengan terjadinya kerusakan secara cepat dari molekul penyusun pigmen (5% residu pigmen yang tertinggal setelah perlakuan jam pada suhu C) ( Lee and Chen, ). Penurunan intensitas pigmen merah oleh perlakuan suhu tinggi diduga disebabkan oleh terjadinya dekomposisi dan berubahnya struktur pigmen merah, sehingga menyebabkan sifatnyapun dapat berubah menjadi lebih pucat. Suhu tinggi kemungkinan juga dapat nenyebabkan terjadinya kerusakan gugus kromofor pigmen sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada ikatan atau gugus fungsionalnya (Sutrisno,97). Penurunan intensitas pigmen merah angkak akibat perlakuan pemanasan pada suhu tinggi, kemungkinan disebabkan oleh kerusakan pada struktur pigmen. Pigmen merah angkak tersusun oleh unit-unit yang diantaranya terdiri dari gugus fungsional-gugus fungsional yang membentuk gugus kromophor dan beberapa ikatan rangkap serta gugus-gugus lainnya. Akibat perlakuan panas, ikatan rangkap pada struktur tersebut dapat terbuka. Juga dimungkinkan terjadi kerusakan pada gugus kromophor antara lain akibat terlepasnya gugus fungsioanal atau terbukanya gugus fungsional yang menyusun gugus kromophor (Fessenden 99). Komponen utama pigmen angkak khususnya pigmen merah terdiri dari rubropunktamin (C H 9 NO ) dan monaskorubramin (C H 9 NO ). Struktur monaskorubramin (C H 9 NO ) disusun oleh gugus-gugus fungsional antara lain: gugus khromophor, gugus keton, gugus ester dan gugus amina. Gugus-gugus penyusun komponen pigmen tersebut mempunyai sifat fisik spesifik yang akan mempengaruhi karakteristik pigmen secara umum. Misalnya gugus keton sebagai salah satu gugus penyusun pigmen tersebut, dengan adanya dua pasang elektron menyendiri pada oksigen, suatu senyawa karbonil tidak dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa karbonil lainnya, maka titik didihnya lebih rendah dari 9

8 pada senyawa alkohol. Alkohol secara umum mendidih pada suhu ± 7 C, perlakuan panas pada pigmen angkak dengan suhu minimal sama atau lebih dari suhu mendidih alkohol (minimal 7 C), menyebabkan gugus ini mudah mendidih dan menguap (Fessenden et al 995). Dengan menguapnya gugus penyusun pigmen merah angkak akibat perlakuan suhu tinggi, menyebabkan struktur penyusun pigmen merah tidak utuh lagi atau mengalami kerusakan. Kondisi ini dapat menyebabkan intensitas warna merah angkak menurun. Kestabilan pigmen merah angkak hasil ko-kultur M. purpureus TOS dengan E. burtonii oleh pengaruh suhu, sangat potensial untuk tujuan aplikasi secara luas pada produk olahan pangan, mengingat proses pengolahan pangan secara umum melibatkan penggunaan suhu yang relatif tinggi.. Pengaruh ph dan waktu kontak terhadap stabilitas pigmen merah angkak Pengaruh ph terhadap stabilitas pigmen merah angkak (monokultur dan kokultur) disajikan pada Gambar 7.. Analisis secara statitistik menunjukkan bahwa, ph 7, dengan waktu kontak,, dan jam tidak mempengaruhi stabilitas pigmen merah angkak monokultur maupun hasil ko-kultur (p>,5). Perlakuan ph, dan 5, dengan waktu kontak - jam, menyebabkan penurunan secara nyata intensitas pigmen merah angkak monokultur maupun angkak hasil ko-kultur. Kestabilan intensitas pigmen merah angkak pada ph netral, sangat potensial untuk tujuan aplikasi pada produk olahan makanan dan minuman yang phnya netral. Lee et al., (995) melaporkan bahwa pigmen Monascus baik untuk pewarna makanan dan minuman dengan ph netral. Timotius () juga melaporkan bahwa pigmen merah dan kuning angkak lebih stabil terhadap panas pada ph tinggi daripada ph asam. Fabre et al (99) juga menyatakan bahwa pigmen merah angkak lebih stabil pada kondisi alkali dan paling sensitif terhadap ph asam. 99

9 Absorbansi 5 nm ph, ph 5, ph 7, Waktu kontak (jam) Absorbansi 5 nm ph, ph 5, ph 7, Waktu kontak (jam) ( a ) ( b ) Gambar 7. Pengaruh perlakuan ph terhadap stabilitas pigmen merah angkak, (a) monokultur (b) ko-kultur M. purpureus TOS dengan E. burtonii Boelhasrin et al, 9 melaporkan bahwa kestabilan zat warna angkak dalam larutan dipengaruhi oleh cahaya matahari, suhu, ph, oksidator, dan surfaktan nonionik. Penurunan pigmen lebih cepat pada ph rendah kemungkinan berhubungan dengan percepatan interaksi air dengan pigmen oleh adanya asam seperti rusaknya ikatan ester dari rubropunktamin atau monaskorubramin.. Pengaruh suhu dan waktu kontak terhadap stabilitas pigmen kuning angkak Stabilitas pigmen kuning angkak hasil ko-kultur M. purpureus TOS dengan E. burtonii oleh pengaruh suhu disajikan pada Gambar 7.. Perlakuan suhu 7 C dan C dengan waktu kontak 5,, dan 5 menit, menunjukkan tidak mempengaruhi secara nyata intensitas pigmen kuning angkak. Semakin lama waktu kontak dengan suhu 7 C dan C tidak menyebabkan penurunan intensitas pigmen kuning angkak hasil ko-kultur. Suhu C dengan kombinasi waktu kontak yang sama, menyebabkan penurunan intensitas pigmen kuning angkak hasil ko-kultur secara nyata (p<,5).

10 Pigmen kuning angkak disusun oleh struktur monaskin (C H O 5 ) dan ankaflavin (C H O 5 ). Struktur monaskin dan ankaflavin disusun oleh gugusgugus fungsional antara lain: gugus khromophor, gugus keton, gugus ester dan gugus amina. Gugus-gugus penyusun komponen pigmen tersebut mempunyai sifat fisik spesifik yang akan mempengaruhi karakteristik pigmen secara umum. Misalnya gugus keton sebagai salah satu gugus penyusun pigmen tersebut, dengan adanya dua pasang elektron menyendiri pada oksigen, suatu senyawa karbonil tidak dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa karbonil lainnya, maka titik didihnya lebih rendah dari pada senyawa alkohol padanannya. Alkohol secara umum mendidih pada suhu ± 7 C, perlakuan panas dengan suhu minimal sama atau lebih dari suhu mendidihnya alkohol pada pigmen angkak, menyebabkan gugus ini mudah mendidih dan menguap. Dengan menguapnya gugus penyusun pigmen kuning angkak akibat perlakuan suhu tinggi, menyebabkan struktur penyusun pigmen kuning tidak utuh lagi atau mengalami kerusakan, kondisi ini dapat menyebabkan intensitas warna angkak menurun (Fessenden et al 995). Absorbansi nm C C C Kontrol 5 5 Waktu kontak (menit) Absorbansi nm ( a ) ( b ) Gambar 7. Pengaruh suhu terhadap stabilitas pigmen kuning angkak (a) monokultur (b) ko-kultur M. purpureus TOS dengan E. burtonii C C C Kontrol 5 5 Waktu kontak (menit)

11 Kestabilan zat warna angkak dalam larutan dipengaruhi oleh cahaya matahari, suhu, ph, oksidator, dan surfaktan nonionik (Boelhasrin et al, 9). Suhu sampai batas tertentu dapat menyebabkan ikatan rangkap rusak atau gugus fungsi pada struktur pigmen terbuka sehingga menyebabkan penurunan intensitas pigmen, warna dapat memudar).. Pengaruh ph dan waktu kontak terhadap stabilitas pigmen kuning angkak Stabilitas pigmen kuning angkak (monokultur dan ko-kultur) oleh pengaruh ph disajikan pada Gambar 7.. Stabilitas pigmen kuning angkak yang diproduksi oleh M. purpureus TOS secara monokultur, tidak dipengaruhi kondisi ph,-7, pada berbagai waktu kontak (- jam). Angkak hasil ko-kultur M. purpureus TOS dengan E. burtonii, perlakuan ph, dengan waktu kontak,, jam, serta ph, 5, dan 7, dengan waktu kontak,,, jam, tidak mempengaruhi secara nyata stabilitas pigmen kuning angkak, sedangkan ph, dengan waktu kontak jam menyebabkan penurunan stabilitas pigmen kuning angkak hasil ko-kultur secara nyata (p<,5). 9 9 Absorbansi nm 7 5 ph, ph 5, ph 7, Absorbansi nm 7 5 ph, ph 5, ph 7, Waktu kontak (jam) Waktu kontak (jam) ( a ) ( b ) Gambar 7. Pengaruh perlakuan ph terhadap stabilitas pigmen kuning angkak (a): monokultur, (b) ko-kultur M. purpureus TOS dengan E. burtonii

12 Penurunan intensitas pigmen kuning angkak akibat perlakuan ph, dengan waktu kontak jam merupakan fenomena yang mirip seperti yang terjadi pada pigmen merah dan jingga angkak. Secara umum kestabilan zat warna angkak dalam larutan dipengaruhi oleh cahaya matahari, suhu, ph, oksidator, dan surfaktan nonionik (Boelhasrin et a.l, 9). Struktur penyusun pigmen kuning angkak adalah monaskin (C H O 5 ) dan ankaflavin (C H O 5 ). Struktur monaskin dan ankaflavin disusun oleh gugus-gugus fungsional antara lain: gugus khromophor, gugus keton, gugus ester dan gugus amina. Gugus-gugus penyusun komponen pigmen tersebut mempunyai sifat fisik spesifik yang akan mempengaruhi karakteristik pigmen secara umum. 5. Pengaruh suhu dan waktu kontak terhadap stabilitas pigmen jingga angkak hasil ko- kultur M. purpureus TOS dengan E. burtonii Kestabilan intensitas pigmen jingga angkak (monokultur dan ko-kultur) oleh pengaruh suhu disajikan pada Gambar 7.5. Perlakuan suhu 7 C, C dengan waktu kontak 5, dan 5 menit dan suhu C dengan waktu kontak 5 dan menit, tidak mempengaruhi secara nyata intensitas pigmen jingga angkak. Sedangkan suhu C dengan waktu kontak 5 menit menyebabkan penurunan intensitas pigmen jingga angkak hasil ko-kultur secara nyata (p<,5). Absorbansi 7 nm C C Absorbansi 7 nm C C C Kontrol 5 5 Waktu kontak (menit) Kontrol 5 5 Waktu kontak (menit) ( a ) ( b ) Gambar 7.5 Pengaruh suhu terhadap stabilitas pigmen jingga angkak (a), monokultur (b) ko-kultur M. purpureus TOS dengan E. burtonii

13 Suhu 7 C, C dengan waktu kontak 5-5 menit dan suhu C dengan waktu kontak 5 dan menit, belum menyebabkan kerusakan pada struktur penyusun pigmen jingga angkak. Sedangkan suhu C dengan waktu kontak 5 menit sudah menyebabkan kerusakan struktur pigmen jingga angkak. Pigmen jingga angkak tersusun oleh struktur rubropunktatin (C H O 5 ) dan monaskorubrin (C H O 5 ).. Pengaruh ph terhadap stabilitas pigmen jingga angkak Stabilitas pigmen jingga angkak monokultur dan angkak hasil ko-kultur M. purpureus TOS dengan E. burtonii oleh pengaruh ph disajikan pada Gambar 7.. Perlakuan ph,,, dan, dengan waktu kontak,,, jam tidak mempengaruhi secara nyata intensitas pigmen jingga angkak (p<,5). Pigmen jingga angkak stabil pada ph,,,, dan, dengan waktu kontak,,, dan jam. Absorbansi 7 nm 7 5 ph, ph 5, ph 7, Absorbansi 7 nm 7 5 ph, ph 5, ph 7, Waktu kontak (jam) Waktu kontak (jam) ( a ) ( b ) Gambar 7. Pengaruh perlakuan ph terhadap stabilitas pigmen jingga angkak, (a) monokultur (b) ko-kultur M. purpureus TOS dengan E. burtonii Pigmen jingga angkak tersusun oleh komponen rubropunktatin (C H O 5 ) dan monaskorubrin (C H O 5 ). Seperti halnya komponen penyusun pigmen merah dan kuning angkak, rubropunktatin dan monaskorubrin juga tersusun oleh unit-unit gugus fungsional antara lain: gugus khromophor, gugus keton, gugus ester dan gugus amina. Gugus-gugus penyusun komponen pigmen tersebut mempunyai sifat fisik

14 spesifik yang akan mempengaruhi karakteristik pigmen secara umum. Pada penelitian ini perlakuan ph,,, dan, dengan waktu kontak,,, jam, ternyata belum mempengaruhi kestabilan pigmen jingga angkak. 7. Pengaruh suhu terhadap stabilitas kadar lovastatin angkak Kadar lovastatin angkak (monokultur dan ko-kultur) oleh pengaruh suhu disajikan pada Gambar 7.7. Analisis secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan suhu 7 C, C, C dengan waktu kontak5-5 menit dan suhu 7 C- C dengan waktu kontak 5 dan menit, tidak mempengaruhi kadar lovastatin angkak yang diproduksi secara monokultur maupun secara ko-kultur (p>,5). Suhu C dengan waktu kontak 5 menit menyebabkan penurunan kadar lovastatin angkak kokultur (p<,5). Kadar lovastatin (%),5,5,5 7 C C C Kadar lovastatin (%),5,5,5 7 C C C Kontrol 5 5 Waktu kontak (menit) Kontrol 5 5 Waktu kontak (menit) ( a ) ( b ) Gambar 7.7 Pengaruh suhu terhadap stabilitas kadar lovastatin angkak (a) monokultur (b) ko-kultur M. purpureus TOS dengan E. burtonii Penurunan kadar lovastatin angkak akibat perlakuan sampai suhu tertentu, kemungkinan disebabkan oleh kerusakan pada struktur lovastatin. Lovastatin mempunyai kerangka utama poliketida, suatu cincin hidroksiheksahidronaptalen, pada rantai sisi C dan C, terikat metilbutirat dan suatu hidroksilakton. Akibat 5

15 perlakuan panas dimungkinkan terjadi kerusakan pada gugus penyusun lovastatin, antara lain akibat terlepasnya gugus yang menyusun kerangka poliketida yang berupa cincin hidroksiheksahidronaptalen. Juga dimungkinkan terjadi kerusakan ikatan rangkap pada struktur tersebut atau menyebabkan ikatan rangkap terbuka (Simpson, 95). Meskipun terjadi penurunan kadar lovastatin angkak hasil ko-kultur M purpureus TOS dengan E. burtonii oleh pengaruh perlakuan suhu C dengan waktu kontak 5 menit, namun kadar lovastatin angkak hasil ko-kultur tersebut masih lebih tinggi dibandingkan kadar lovastatin angkak penelitian-penelitian sebelumnya. Angkak hasil ko-kultur dengan kadar lovastatin yang masih relatif tinggi, memiliki potensi yang cukup tinggi untuk diaplikasikan pada produk-produk pangan sekaligus sebagai pangan fungsional. Disamping itu, produk angkak hasil ko-kultur berpeluang sebagai salah satu sumber lovastatin yang sangat potensial dan relatif murah. Lovastatin merupakan bahan bioaktif kelompok statin yang sangat penting dalam perkembangan biomedis (Altieri,). Sudah lama lovastatin dikenal sebagai senyawa penurun kolesterol dengan melakukan penghambatan enzim HMG-CoA reductase (-hidroksi metilglutaril CoA reduktase) yang berperan penting dalam biosintesis kolesterol. Sampai saat ini Indonesia masih tergantung pada impor bahan ini.. Pengaruh ph terhadap stabilitas kadar lovastatin angkak Kadar lovastatin angkak (monokultur dan ko-kultur) oleh pengaruh perlakuan ph disajikan pada Gambar 7.. Perlakuan ph,, 5, dan 7, pada semua waktu kontak tidak mempengaruhi kadar lovastatin angkak monokultur dan ph 7, pada semua waktu kontak terhadap angkak ko-kultur, tidak mempengaruhi kadar lovastatin angkak dan ko-kultur (p>,5). Sedangkan ph, dan ph 5, pada semua waktu kontak, menyebabkan penurunan kadar lovastatin angkak hasil ko-kultur (p<,5).

16 Lovastatin angkak hasil ko-kultur M purpureus TOS dengan E. burtonii memiliki karakteristik stabil pada ph netral, dan tidak stabil atau mengalami penurunan pada ph asam (, dan 5,). Aplikasi angkak secara luas pada produk pangan diupayakan pada kondisi ph netral (7,) dan dihindari penggunaan pada produk pangan yang mempunyai ph asam untuk mencegah penurunan kadar lovastatin angkak.,5,5 Kadar lovastatin (%),5,5 ph, ph 5, ph 7, Kadar lovastatin (%),5,5 ph, ph 5, ph 7, Waktu kontak (jam) Waktu kontak (jam) ( a ) ( b ) Gambar 7. Pengaruh ph terhadap stabilitas kadar lovastatin (a) monokultur (b) ko-kultur M. purpureus TOS dengan E. burtonii SIMPULAN Perlakuan suhu 7 C, C dan C dengan waktu kontak 5,, dan 5 menit, tidak mempengaruhi stabilitas pigmen merah angkak baik yang diproduksi oleh M. purpureus TOS secara monokultur maupun ko-kultur dengan E. burtonii. kuning dan jingga angkak. Akan tetapi suhu tinggi ( C) dengan waktu kontak yang lebih lama (5 menit) menyebabkan penurunan intensitas pigmen merah, kuning dan jingga angkak. Pigmen angkak hasil ko-kultur M. purpureus dengan E. burtonii cukup stabil pada ph netral (7,) dengan waktu kontak,, dan jam. Pada ph asam (, dan 5,) dengan waktu kontak,, dan jam, menyebabkan 7

17 penurunan intensitas pigmen merah angkak. Hasil ini berbeda untuk pigmen kuning dan jingga angkak yang relative stabil pada ph rendah (,) Pengaruh suhu 7 C, C dengan waktu kontak 5,, dan 5 menit, dan C dengan waktu kontak 5 dan menit, juga tidak mempengaruhi kestabilan kadar lovastatin angkak hasil ko-kultur secara nyata dibanding kontrol. Hanya pada suhu lebih tinggi C dengan waktu kontak lebih lama (5 menit), menyebabkan penurunan kadar lovastatin angkak hasil ko-kultur secara nyata. Seperti halnya pigmen angkak, kadar lovastatin juga mengalami penurunan pada ph, dan 5,. DAFTAR PUSTAKA Altieri DC.. Statins benefit begin to sprourt. J. Clin. Invest. :5-. Boelhasrin, M.P., S.T, Darijanto, N. Nurhayati, M. Nurhamidah, L, Widowati dan A. Rahmizar. 9. Isolasi dan karakterisasi Monascorubrin dari Monascus purpureus Went. Laporan Penelitian. ITB, Bandung. Hutchings JB. 99. Food colour and appearance. Blackie Academic & Profesional. Wester Cleddens Road, Bishopbriggs, Glasgow G NZ. Kaur B, Deb Kumar Cakraborty, Harbinder Kaur. 9. Production and evaluation of physicochemical properties of red pigment from Monascus pupureus MTCC. The Internet Journal of Microbiology: Vol. 7, Number. Fabre CE, Santerre MO, Baberian R, Pereilleux A, Goma G, Balance PJ. 99. Production and food application of the red pigment of Monascus ruber. J. Food Sci., 5:99-. Fessenden RJ, Joan S. Fessenden. 99. Kimia Organik Jilid. Aloysius Hadyana P, alih bahasa. Ed ke. Jakarta: Penerbit Erlangga. Lee YK, Chen DC, Lim BL, Tay HS and Chua J Fermentative production of natural food colorants by the fungus Monascus. Icheme symposium series. 7: 9-. Lee YK and Chen DC.. Applications of Monascus pigment as food colorant. Disp.in: Manjasari LV. 5. Optimasi produksi pigmen angkak dan lovastatin oleh Monascus purpureus. Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB, Bogor.

18 Miyake, T., Ohno, S. Sakai, S. 9. Process for the production of Monascus pigment. United States of Pattern. 9. Nurhidayat N.. Angkak meningkatkan jumlah trombosit. Bogor: Simpson, K.L. 95. Chemical changes in natural food pigments. Di dalam : Thomas R. (ed). Chemical changes in food during processing. Avi publishing Co., New York. Sutrisno, A.D. 97. Pembuatan dan peningkatan kualitas zat warna merah alami yang dihasilkan oleh Monascus sp. Di dalam: Risalah Seminar Bahan Tambahan Kimiawi (Food Additives). S. Fardiaz, R. Dewanti dan S. Budijanto (ed.). Jakarta, Indonesia, Oktober -, 9. Shin, C.S., H-J. Kim, M-J. Kim, and J-Y Ju. 5. Morphological change and enhanced pigmen production of Monascus when co-cultured with Saccharomyces cereviseae or Aspergillus oryzae. Biotechnol. Bioeng. 59, Timotius KH.. Produksi pigmen angkak oleh Monascus. Jurnal. Teknol. Dan Industri Pangan, Vol. XV, No.. 9

8. PEMBAHASAN UMUM. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

8. PEMBAHASAN UMUM. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 8. PEMBAHASAN UMUM Peningkatan intensitas warna dan kadar lovastatin angkak, diupayakan dengan melakukan ko-kultur M.purpureus dengan khamir amilolitik indigenus. Aplikasi ko-kultur pada produksi angkak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hayatun Nufus, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hayatun Nufus, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk melalui fermentasi sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu. Awalnya fermentasi banyak digunakan untuk

Lebih terperinci

Increased Production of Red Pigment Angkak High Lovastatin Using Co-cultures of Monascus purpureus and Saccharomyces cerevisiae

Increased Production of Red Pigment Angkak High Lovastatin Using Co-cultures of Monascus purpureus and Saccharomyces cerevisiae PENINGKATAN PRODUKSI PIGMEN MERAH ANGKAK TINGGI LOVASTATIN MENGGUNAKAN KO-KULTUR Monascus purpureus DAN Saccharomyces cerevisiae Increased Production of Red Pigment Angkak High Lovastatin Using Co-cultures

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

5. PENINGKATAN KADAR LOVASTATIN ANGKAK MELALUI KO-KULTUR Monascus purpureus DENGAN Endomycopsis burtonii. Abstrak PENDAHULUAN

5. PENINGKATAN KADAR LOVASTATIN ANGKAK MELALUI KO-KULTUR Monascus purpureus DENGAN Endomycopsis burtonii. Abstrak PENDAHULUAN 5. PENINGKATAN KADAR LOVASTATIN ANGKAK MELALUI KO-KULTUR Monascus purpureus DENGAN Endomycopsis burtonii Abstrak Peningkatan produksi lovastatin pada fermentasi angkak dipelajari melalui ko-kultur M. purpureus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Absorbansi dan Kurva Standar Pada Pengujian Kadar Amilosa

Lampiran 1. Data Absorbansi dan Kurva Standar Pada Pengujian Kadar Amilosa 35 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Data Absorbansi dan Kurva Standar Pada Pengujian Kadar Amilosa Tabel 6. Data absorbansi pada larutan standar amilosa pada berbagai konsentrasi (ppm) yang diukur pada panjang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Aktivitas Antioksidan

4. PEMBAHASAN 4.1. Aktivitas Antioksidan 4. PEMBAHASAN 4.1. Aktivitas Antioksidan Antioksidan berperan untuk menetralkan radikal bebas dengan cara menambah atau menyumbang atom pada radikal bebas (Pokorny et al., 2001). Didukung dengan pernyataan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... i ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Pertanyaan Penelitian... 3 D.

Lebih terperinci

STUDI STABILITAS BAHAN PEWARNA ALAMI YANG DIHASILKAN OLEH Monascus purpureus 3090

STUDI STABILITAS BAHAN PEWARNA ALAMI YANG DIHASILKAN OLEH Monascus purpureus 3090 1 STUDI STABILITAS BAHAN PEWARNA ALAMI YANG DIHASILKAN OLEH Monascus purpureus 3090 Djadjat Tisnadjaja Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI Jl. Raya Bogor Km 46, Cibinong Email : djadjatt@indo.net.id Abstrak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan dan Maksud Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10 Setelah dilakukan peremajaan pada agar miring

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK OLEH NAMA : ISMAYANI NIM : F1F1 10 074 KELOMPOK : III ASISTEN : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si. LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

MERAH ANGKAK. Angkak sebagai Pewarna

MERAH ANGKAK. Angkak sebagai Pewarna Pewarna Alami untuk Pangan MERAH ANGKAK Angkak merupakan beras yang difermentasi dengan menggunakan ragi Monascus spp. Sebutan untuk angkak berbeda-beda, yaitu masyarakat Cina menyebutnya Ang-Khak, Hong

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2006 sampai dengan Januari 2008. Penelitian bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi,

Lebih terperinci

5009 Sintesis tembaga ftalosianin

5009 Sintesis tembaga ftalosianin P 59 Sintesis tembaga ftalosianin (H H ) 6 Mo 7 2 2. H2 + 8 + CuCl H 2-8 H 3-8 C 2 - H 2 - HCl Cu C 8 H 3 CH 2 CuCl H 2 Mo 7 6 2. H 2 C 32 H 16 8 Cu (18.1) (6.1) (99.) (1235.9) (576.1) Literatur Classic

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung. 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2015 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Depy Afiandiningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Depy Afiandiningsih, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan produk makanan di Indonesia semakin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi di bidang pangan. Para produsen makanan berlomba-lomba menciptakan sebuah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),

Lebih terperinci

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 40 setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 ml. Reaksi enzimatik dibiarkan berlangsung selama 8 jam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015. 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian dasar dengan metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung dari bulan Juni 2011 sampai dengan Januari 2012

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium, 36 BAB III METODELOGI PENELITIAN Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium, bahan, dan cara kerja penelitian. Dibawah ini adalah uraian mengenai tiga hal tersebut. 3.1

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di Laboratorium Instrumentasi dan Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Fermentasi Alkohol Fermentasi merupakan kegiatan mikroba pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikroba yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Spektrofotometer Genesis II keluaran Milton Roy Co., USA (No. Catalog 4001/4 ); Waterbadi Termostat WK-24 (Sibata Scientific Technology Ltd); Kertas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat I. PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan kegiatan penelitian diperlukan peralatan laboratorium, bahan serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. Tiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan Pengekstrak. Abstrak

Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan Pengekstrak. Abstrak J. Tek. Pert. Vol 4 (1) : 13 - Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh dan Jenis Bahan Pengekstrak. Widya Dwi Rukmi Putri*, Elok Zubaidah*, N. Sholahudin** staf pengajar Jur.Teknologi Hasil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hijau yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara Gunung Mas di Bogor. Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Genetika Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN

LAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN LAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN A.1 DATA PENELITIAN PENDAHULUAN Tabel A.1 Data Panjang Gelombang Antosianin Perlakuan Panjang Gelombang Dipotong kecil-kecil 506 Diblender 507,5 Tabel A.2

Lebih terperinci

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Analisa Protein Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu memahami prinsip dasar berbagai metode analisa protein Mahasiswa mampu memilih metode yang tepat untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di Laboratorium Instrumentasi dan Biokimia Jurusan Kimia FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

Gambar 6. Kerangka penelitian

Gambar 6. Kerangka penelitian III. BAHAN DAN METODOLOGI A. Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L) yang dibeli dari toko obat tradisional pasar Bogor sebagai sumber pigmen brazilein dan sinapic

Lebih terperinci

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di 31 III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di Laboratorium Instrumentasi dan Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011. Penelitian ini sebagian besar dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : a) Proses Fermentasi di Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemanas listrik, panci alumunium, saringan, peralatan gelas (labu Erlenmayer, botol vial, gelas ukur,

Lebih terperinci

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET AFLATOKSIN Senyawa metabolik sekunder yang bersifat toksik dan karsinogenik Dihasilkan: Aspergilus flavus & Aspergilus parasiticus Keduanya tumbuh pada biji-bijian, kacang-kacangan,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa serta Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 2 dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI ETANOL PADA EKSTRAKSI SENYAWA ANTIKOLESTEROL DARI PRODUK FERMENTASI Monascus sp

PENGARUH KOMPOSISI ETANOL PADA EKSTRAKSI SENYAWA ANTIKOLESTEROL DARI PRODUK FERMENTASI Monascus sp PENGARUH KOMPOSISI ETANOL PADA EKSTRAKSI SENYAWA ANTIKOLESTEROL DARI PRODUK FERMENTASI Monascus sp Marlia Singgih 1*, Sophi Damayanti 1, Vienna Saraswaty 2, Diah Ratnaningrum 2, Sri Priatni 2 1. Sekolah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN

LAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN LAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN A.1 DATA PENELITIAN PENDAHULUAN Tabel A.1 Data Panjang Gelombang Antosianin Perlakuan Panjang Gelombang Dipotong kecil-kecil 512 Diblender 514,5 Tabel A.2

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku yang digunakan adalah kelopak kering bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang berasal dari petani di Dramaga dan kayu secang (Caesalpinia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, bertempat di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) Pengujian daya serap air (Water Absorption Index) dilakukan untuk bahan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, 1.2. Bahan beaker glass, tabung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 2.4 BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan untuk preparasi media fermentasi semi padat adalah limbah pertanian berupa kulit durian, kulit jeruk Siam, kulit jeruk Medan, dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 34 BAHAN DAN METODE PENELITIAN TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mutu dan Keamanan Pangan, SEAFAST Center, Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Kimia Pangan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Dari tepung ubi jalar terfermentasi yang diperoleh dianalisa aktivitas antioksidan.

METODE PENELITIAN. Dari tepung ubi jalar terfermentasi yang diperoleh dianalisa aktivitas antioksidan. 1 Penelitian ini bertujuan untuk menetukan pengaruh fermentasi angkak terhadap aktivitas antioksidan ditinjau dari berbagai dosis inokulum. Pengujian antioksidan dilakukan dengan metode penangkap radikal

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Bahan sejumlah kurang lebih 1 g ditimbang. Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan 200 ml HCl 3%. Sampel kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium sulfat dalam menghasilkan enzim bromelin dan aplikasinya sebagai koagulan pada produksi keju. 3.1

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul pengaruh variasi periode pemanasan pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah dilaksanakan sejak tanggal 11 April

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah proteas Bacillus subtilis diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi Jurusan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tambahan. Bahan utama berupa daging sapi bagian sampil (chuck) dari sapi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tambahan. Bahan utama berupa daging sapi bagian sampil (chuck) dari sapi III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama berupa daging sapi

Lebih terperinci

39 Universitas Indonesia

39 Universitas Indonesia BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ekstraksi Buah Mengkudu Untuk ekstraksi, buah mengkudu sebanyak kurang lebih 500 g dipilih yang matang dan segar serta tidak perlu dikupas terlebih dahulu. Selanjutnya bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Januari 2015 bertempat di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material serta

Lebih terperinci

ENZIM. Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA

ENZIM. Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA ENZIM Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA ENZIM ENZIM ADALAH PROTEIN YG SANGAT KHUSUS YG MEMILIKI AKTIVITAS KATALITIK. SPESIFITAS ENZIM SANGAT TINGGI TERHADAP SUBSTRAT

Lebih terperinci