PENGARUH KOMPOSISI ETANOL PADA EKSTRAKSI SENYAWA ANTIKOLESTEROL DARI PRODUK FERMENTASI Monascus sp

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KOMPOSISI ETANOL PADA EKSTRAKSI SENYAWA ANTIKOLESTEROL DARI PRODUK FERMENTASI Monascus sp"

Transkripsi

1 PENGARUH KOMPOSISI ETANOL PADA EKSTRAKSI SENYAWA ANTIKOLESTEROL DARI PRODUK FERMENTASI Monascus sp Marlia Singgih 1*, Sophi Damayanti 1, Vienna Saraswaty 2, Diah Ratnaningrum 2, Sri Priatni 2 1. Sekolah Farmasi ITB, Jl. Ganesha 10, Bandung Pusat Penelitian Kimia LIPI, Jl. Sangkuriang, Bandung * marlia@fa.itb.ac.id Jakarta, 7-8 November 2013 ABSTRAK Produk fermentasi Monascus pada beras atau angkak telah diketahui sebagai produk pangan fungsional hipolipidemik karena mengandung senyawa metabolit sekunder lovastatin. Monakolin K atau lovastatin merupakan inhibitor bagi enzim HMG-Co) reduktase yang mengkatalisis reduksi dari HMG-CoA pada biosintesis kolesterol. Umumnya angkak menjadi kurang disukai karena rasa dan aromanya. Ekstraksi angkak merupakan suatu alternatif, karena lebih mudah diformulasi menghasilkan produk pangan fungsional yang disukai. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh komposisi etanol dalam ekstraksi senyawa antikolesterol lovastatin pada produk fermentasi Monascus sp. Pada penenelitian ini digunakan etanol dengan komposisi 20% - 70% yang mengandung asam fosfat 0,25% dan 0,75%. Kandungan lovastatin, citrinin dan pigmen merah pada ekstrak etanol yang diperoleh, dianalisis pada panjang gelombang masing-masing 238 nm, 330 nm dan 500 nm dan diidentifikasi dengan metode KLT. Berdasarkan pengamatan absorbansi dari lovastatin dan uji KLT, pelarut etanol 40% dan asam fosfat 0,75% bekerja optimal dalam proses ekstraksi senyawa antikolesterol pada produk fermentasi Monascus sp. Kata kunci: Monascus, antikolseterol, ekstraksi,lovastatin atau lovastatin adalah salah satu jenis obat antikolesterol golongan statin yang telah disetujui I. PENDAHULUAN Hiperkolesterolemia atau tingginya kadar kolesterol dalam darah dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit yang berbahaya diantaranya adalah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. WHO memperkirakan lebih dari 60% kematian di negara berkembang disebabkan oleh penyakit jantung koroner [10] Senyawa golongan statin atau golongan HMGCoA reduktase telah terbukti memiliki efek untuk menurunkan kadar lipid serum dengan cara menghambat biosintesis kolesterol sehingga terjadi penurunan penyakit kardiovaskuler [5]. Lovastatin oleh FDA pada tahun Berbagai macam fungi telah dilaporkan memiliki potensi sebagai penghasil Monacolin K, diantaranya adalah Monascus sp, Aspergillus sp., Acremonium chrysogenum, Penicillium funiculosum, Trichoderma viridae dan T. longibrachiatum [1]. Akan tetapi sampai saat ini upaya untuk memproduksi Monacolin K terkendala pada hasil yang terlalu sedikit dan mahalnya biaya produksi [8]. Produk fermentasi Monascus sp. telah dikenal di Indonesia dengan nama Angkak. Metabolit sekunder yang terkandung dari hasil fermentasi 19

2 Monascus sp. selain Monacolin K adalah senyawa GABA yang berperan sebagai agen hipotensi dan asam dimerumat yang memiliki aktivitas antioksidan, sehingga produk dari hasil fermentasi ini dapat digolongkan sebagai pangan fungsional [12]. Produk angkak saat ini yang dijual dalam bentuk beras merah kering kurang diminati oleh konsumen karena baik rasa, kelarutan dan bentuknya kurang menarik. Saat ini telah berkembang metode teknologi mikroenkapsulasi dimana teknologi ini selain melindungi zat aktif, yang juga dapat menutupi rasa ataupun aroma yang tidak diinginkan dari bahan aktif. Melalui teknologi ini kestabilan dari bahan aktif yang mudah menguap, sensitif terhadap cahaya, oksidasi atau panas dapat dipertahankan. Ekstraksi angkak merupakan suatu alternatif, karena lebih mudah diformulasi menghasilkan produk pangan fungsional yang disukai. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh komposisi etanol dalam ekstraksi senyawa antikolesterol lovastatin pada produk fermentasi Monascus sp. II. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah: isolat Monascus purpureus koleksi PP Kimia LIPI, beras pera, media PDA, etanol teknis, etil asetat teknis, methanol pa., asetonitril pa., dan bahan-bahan penunjang lainnya. Metode Proses Fermentasi Monascus Purpureus Pada fermentasi Monascus sp disiapkan starter Monascus sp dari satu agar miring isolat yang disuspensikan dengan air steril sebanyak 10 ml. Suspensi Monascus sp selanjutnya diinokulasikan ke substrat beras (beras:air = 1:1) yang telah di autoklaf selama 15 menit. Inkubasi dilakukan pada nampan aluminium bertutup dan berpori ukuran 35x25 cm, pada suhu 30 o C selama 10 hari. Mulai hari ke 5 sampai hari ke 10, permukaan substrat disemprot air steril sekitar 30% v/b. selanjutnya, hasil fermentasi dikeringkan pada suhu 50 o C. Selanjutnya produk fermentasi Monascus (MFR) digunakan untuk proses ekstraksi. Proses Ekstraksi Produk Fermentasi M.purpureus 1. Pelarut etil asetat (Metode Sun et al, 2011 yang dimodifikasi) 10 gram MFR diekstraksi dalam pelarut etil asetat ph 3 menggunakan shaker selama 2 jam. Hasil ekstraksi kemudian disaring menggunakan kertas saring dalam corong kaca. Larutan filtrat lalu dicuci dengan 1 ml larutan Na 2 CO 3 5% dalam corong pemisah. Larutan etil asetat lalu dievaporasi hingga menghasilkan ekstrak MFR. Kemudian ekstrak dilarutkan menggunakan 5 ml methanol serta dilakukan analisis dengan TLC menggunakan lovastatin pembanding untuk mengetahui adanya lovastatin yang terkandung dalam ekstrak. Sisa larutan ekstrak kemudian diencerkan sebanyak empat kali pengenceran. Hasil pengenceran ekstrak kemudian dianalisis dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 283 nm, 330 nm, dan 500 nm. 2. Variasi konsentrasi pelarut ethanol 20%, 30%, 40%, 50% dan phospat 0.75% (Metode Sun et al, 2011 yang dimodifikasi) 1 gram MFR masing-masing diekstraksi dalam 10 ml campuran larutan etanol 20%, 30%, 40%, 50% dan fosfat 0.75% menggunakan waterbath pada suhu 65 o C selama 30 menit. Hasil ekstraksi kemudian disaring menggunakan kertas saring dalam corong kaca. Larutan filtrat lalu diekstraksi kembali dengan menambahkan 10 ml larutan etil asetat ph 3 dalam corong pemisah. Larutan fasa etil asetat lalu dipisahkan dan dievaporasi hingga menghasilkan ekstrak. Residu hasil ekstraksi dengan pemanasan lalu ditambahkan 10 ml larutan etil asetat dan diekstraksi kembali menggunakan shaker selama 2 jam. Hasil ekstraksi residu kemudian disaring dan diambil bagian filtrat. Filtrat kemudian dicuci dengan 1 ml larutan Na 2 CO 3 5% dalam corong pemisah. Larutan fasa etil asetat dievaporasi hingga menghasilkan ekstrak Ekstrak yang telah didapatkan kemudian dilarutkan dengan 5 ml methanol dan dianalisis menggunakan TLC untuk mengetahui adaya senyawa lovastatin dan diencerkan hingga 6 kali pengenceran. Hasil pengenceran ekstrak kemudian dianalisis dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 283 nm, 330 nm, dan 500 nm. 20

3 3. Variasi konsentrasi pelarut ethanol 60%, 70% dan phospat 0.75% 1 gram MFR masing-masing diekstraksi dalam 10 ml campuran larutan etanol 60%, 70% dan fosfat 0.75% menggunakan waterbath pada suhu 65 o C selama 30 menit. Hasil ekstraksi kemudian disaring menggunakan kertas saring dalam corong kaca. Larutan filtrat lalu diuapkan menggunakan cawan penguap hingga volume larutan filtrat tersisa 1-2 ml. Sisa larutan dan ekstrak pada cawan penguap kemudian di ekstraksi kembali dengan menambahkan 10 ml larutan etil asetat ph 3 dalam corong pemisah. Larutan fasa etil asetat lalu dipisahkan dan dievaporasi hingga menghasilkan ekstrak. Residu hasil ekstraksi dengan pemanasan lalu ditambahkan 10 ml larutan etil asetat dan diekstraksi kembali menggunakan shaker selama 2 jam. Hasil ekstraksi residu kemudian disaring dan diambil bagian filtrat. Filtrat kemudian dicuci dengan 1 ml larutan Na 2 CO 3 5% dalam corong pemisah. Larutan fasa etil asetat dievaporasi hingga menghasilkan ekstrak Ekstrak yang telah didapatkan kemudian dilarutkan dengan 5 ml methanol dan dianalisis menggunakan TLC untuk mengetahui adanya senyawa lovastatin dalam ekstrak. Kemudian sisa larutan analisis TLC diencerkan hingga 6 kali pengenceran. Hasil pengenceran ekstrak kemudian dianalisis dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 283 nm, 330 nm, dan 500 nm. menunjukkan bahwa untuk menghasilkan ekstrak lovastatin yang optimum dapat menggunakan beberapa pelarut seperti asetonitril, metanol, etil asetat, butil asetat, toluen dan kloroform [9]. Asetonitril merupakam pelarut yang paling maksimum mengikat lovastatin, tetapi etil asetat merupakan pelarut yang baik untuk analisis konsentrasi lovastatin dan citrinin yang ada pada sampel MFR hingga kisaran dari 77 sampai 92% [3]. Lovastatin dapat larut dalam kondisi ekstraksi asam pada ph 3 4,2. Ekstrak MFR kemudian dicuci menggunakan larutan Na 2 CO 3 5% untuk menetralisir suasana asam pada ekstraksi lovastatin dan dievaporasi. Ekstrak MFR yang telah dievaporasi dilarutkan dalam metanol untuk dianalisis kandungan lovastatinnya, senyawa yang diduga citrinin, dan pigmen menggunakan spektrofotometer UV-vis U Hasil absorbansi yang telah didapatkan lalu diplotkan dalam kurva standar lovastatin sehingga didapatkan konsentrasi lovastatin. Kurva standar lovastatin dapat dilihat pada Gambar 1. Pembuatan kurva standar dilakukan setiap kali menentukan kadar lovastatin di dalam sampel uji untuk mengurangi galat yang disebabkan oleh ketidakstabilan alat akibat perbedaan waktu analisis. Persamaan dari kurva standar lovastatin ialah y= x dengan R 2 sebesar III. HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi MFR untuk mendapatkan senyawa lovastatin dilakukan dengan menggunakan sampel MFR yang telah diperoleh melalui tahap fermentasi oleh strain Monascus sp. menggunakan metode fermentasi substrat padat dimana metode ini merupakan salah satu pilihan terbaik untuk memproduksi metabolit dari mikroba dengan menggunakan bahan baku yang bernilai murah. Penggunaan spesies Monascus akan meningkatkan produksi dari metabolit sekunder lovastatin pada saat proses fermentasi, sehingga diharapkan dengan penggunaan strain jamur ini akan didapatkan lovastatin yang melimpah. Dalam tahapan ini, fermentasi menggunakan strain Monascus sp dilakukan pada substrat beras yang ditambahkan air (1:1). Ekstraksi dilakukan dengan pemberian larutan etil asetat ph 3 dengan bantuan shaker pada suhu ruang selama 2 jam pada kecepatan 130 rpm. Studi yang telah dilakukan 21 Gambar 1. Kurva standar Lovastatin (metode spektrofotometri :238nm) Hasil analisis ekstrak lovastatin menggunakan spektrofotometer UV-vis menunjukkan adanya serapan. dimana serapan tersebut menunjukkan adanya senyawa lovastatin. Absorbansi yang timbul lalu diplotkan kedalam persamaan kurva standar lovastatin sehingga dapat diketahui

4 konsentrasi lovastatinnya. Ekstrak MFR pada pelarut etil asetat selain dianalisis kandungan lovastatinnya, dilakukan pula analisis untuk mengetahui senyawa yang diduga citrinin dan adanya pigmen. Salah satu uji yang dilakukan dalam analisis lovastatin yaitu analisis senyawa yang diduga citrinin yang ditandai adanya serapan pada λ 330 nm. Pada hasil analisis terdapat serapan yang diduga dikarenakan adanya senyawa citrinin yang ikut terekstraksi bersama senyawa lovastatin. Adanya senyawa citrinin yang timbul merupakan salah satu hasil metabolit sekunder yang dihasilkan pula oleh penggunaan strain Monascus disamping dihasilkannya senyawa lovastatin. Senyawa lovastatin dan senyawa citrinin merupakan senyawa poliketida derivatif yang dapat dihasilkan pada waktu yang sama [7], sehingga dalam mengekstraksi lovastatin akan dimungkinkan terdapatnya senyawa citrinin yang ikut terekstraksi. Analisis adanya pigmen yang dihasilkan oleh strain Monascus sp telah dilakukan pada studi ini. Analisis kandungan pigmen dilakukan untuk mengetahui pengaruh kandungan lovastatin yang diperoleh dari ekstraksi MFR dengan kandungan pigmen yang didapatkan; Pigmen yang dapat dihasilkan oleh jamur tersebut ialah pigmen berwarna kuning hingga merah. Data analisis serapan untuk pigmen dari hasil ekstrak MFR menggunakan pelarut etil asetat bernilai negatif. Hasil negatif tersebut menunjukkan tidak adanya serapan yang timbul, dimana hasil tersebut dimungkinkan karena pigmen yang ada dalam MFR belum mampu diekstraksi dengan menggunakan pelarut etil asetat ph 3. Pada awal studi telah dilakukan ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat yang efektif untuk mengikat lovastatin. Pada studi ini dilakukan kombinasi penggunaan pelarut etanol (20%, 30%, 40%, 50%) dan kombinasi pelarut asam fosfat (0.25% dan 0.75%) untuk isolasi lovastatinnya. Keefektifan penggunaan etanol-fosfat dalam mengisolasi lovastatin dan dan membuang citrinin telah dibuktikan pada studi yang dilakukan oleh Chun-Lin Lee et al pada tahun Pengaruh konsentrasi asam fosfat pada ekstraksi MFR dilakukan untuk mengetahui kandungan lovastatin, senyawa yang diduga citrinin dan pigmen yang akan berhasil diekstraksi dengan konsentrasi etanol yang tetap. Hasil ekstraksi lovastatin, senyawa diduga citrinin, dan pigmen pada pelarut etanol 20% dan kombinasi asam fosfat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data hasil absorbansi ekstrak MFR Pelarut λ 238 λ 330 λ 500 Etil aetat ph 3 etoh 20%- 0.25% fosfat - Etil asetat etoh 20%- 0.75% fosfat - Etil asetat Hasil absorbansi ekstrak lovastatin dengan pelarut etanol dan kombinasi asam fosfat menghasilkan nilai absorbansi yang berbeda. Absorbansi yang berbeda diduga dipengaruhi oleh adanya perbedaan konsentrasi asam fosfat yang berbeda. Hal tersebut telah dibahas sebelumnya pada penelitian Chun- Lin Lee et al (2007), dimana konsentrasi asam fosfat yang berbeda akan mempengaruhi keasaman dari pelarut etanol pada saat ekstraksi, dan menaikan konsentrasi lovastatin yang berhasil diekstraksi. Senyawa yang diduga citrinin menghasilkan nilai absorbansi yang berbeda pada penggunaan konsentrasi asam fosfat yang berbeda. Nilai absorbansi senyawa yang diduga citrinin pada konsentrasi asam fosfat 0,75% menunjukan nilai yang lebih besar dibandingkan penggunaan asam fosfat 0,25%. Perbedaan konsentrasi pada asam fosfat diduga mempengaruhi adanya senyawa citrinin yang ikut terekstraksi. Hasil studi ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Lee et al. (2007), dimana hasil ekstraksi senyawa citrinin dengan penggunaan asam fosfat yang lebih besar mengakibatkan banyaknya senyawa citrinin yang ikut terkstraksi karena kondisi asam yang lebih besar ditemukan menjadi sebuah kondisi yang efektif untuk menaikan kemampuan hidrofobik bagi lovastatin dan citrinin, tetapi efek tersebut akan lebih akan lebih berpengaruh besar pada senyawa lovastatin dibandingkan dengan senyawa citrinin.. 22

5 Analisis kandungan pigmen untuk uji pendukung ekstrak lovastatin dari MFR menunjukan hasil yang berbeda. Pigmen yang berhasil diekstraksi menggunakan pelarut dengan kombinasi asam fosfat 0,75%. Kombinasi pelarut asam fosfat 0,75% mampu mengikat pigmen pada ekstrak dikarenakan faktoer keasaman dari pelarut ekstraksi akan mempengaruhi banyaknya pigmen yang mampu diekstrak oleh pelarut. Salah satu cara untuk mengambil pigmen dari angkak ialah pengaruh keasaman larutan. berhasil diekstrak, dimana absorbansi lovastatin dan absorbansi pigmen berbanding lurus. Analisis ekstrak sampel MFR dengan kombinasi konsentrasi pelarut etanol (20%,30%,40%,50%) serta asam fosfat (0.75%) diukur konsentrasi lovastatinnya dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Data hasil absorbansi kombinasi penggunaan pelarut etanol dan asam fosfat dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan gambar grafik terlihat bahwa kandungan lovastatin berjumlah lebih besar dibandingkan senyawa yang diduga citrinin. Penggunaan pelarut etanol-fosfat terbukti menunjukkan keefektifan dalam ekstraksi lovastatin dalam jumlah yang besar pada studi ini. Kondisi optimum yang didapat untuk mengekstraksi lovastatin dalam jumlah besar terlihat pada penggunaan konsentrasi etanol 40%. Pada penelitian Lee et al. (2007), penggunaan konsentrasi yang optimum dalam mengekstraksi lovastatin terdapat pada konsentrasi etanol 50%. Adanya perbedaan hasil studi ini diduga akibat perbedaan penggunaan strain jamur dan sampel yang digunakan, penggunaan bahan pelarut ekstraksi serta kondisi ekstraksi pada laboratorium. Pada panjang gelombang 330 nm spektrofotometer mendeteksi adanya senyawa yang diduga citrinin, hal tersebut ditunjukan dengan adanya absorbansi dari filtrat ekstraksi. Nilai absorbansi yang cukup besar terlihat pada konsentrasi etanol 40%. Adanya senyawa yang diduga citrinin dalam jumlah besar dengan kondisi optimum pada ekstraksi lovastatin membuat kondisi tersebut tidak cocok untuk optimalisasi ekstraksi lovastatin dengan konsentrasi besar, dan senyawa yang diduga citrinin dalam jumlah rendah. Pada keseluruhan kombinasi etanol (20%,30%,40%,50%) dan asam fosfat 0.75% sudah mampu mengikat pigmen dalam sampel MFR. Terdapat sebuah keterkaitan antara absorbansi pigmen yang berhasil terekstraksi dengan absorbansi lovastatin yang 23 Gambar 2. Hasil analisis spektrofotometri pada ekstrak MFR (kombinasi etanol 20%-70% dan asam fosfat 0.75%) Ekstrak MFR yang telah dilarutkan dalam kombinasi pelarut etanol (60%, 70%), dan asam fosfat (0.75%) dilakukan melalui dua kali tahap evaporasi, hal ini dikarenakan semakin besarnya kadar etanol dan semakin sedikitnya jumlah air dalam larutan akan membuat kelarutan etanol dalam etil asetat menjadi besar, hal tersebut akan membuat senyawa lovastatin tidak berpindah kepada larutan etil asetat ph 3, tetapi bercampur dengan etil asetat ph 3. Nilai absorbansi lovastatin yang terlihat pada grafik menunjukan nilai yang besar. Kemampuan pelarut etanol dengan konsentrasi diatas 50% dalam mengekstrak senyawa lovastatin yang sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Chun-Lin Lee et al (2007), dimana konsentrasi etanol yang semakin besar akan menaikan jumlah senyawa lovastatin yang diekstraksi dan akan menurunkan konsentrasi senyawa citrinin. Kandungan senyawa yang diduga citrinin pada pelarut etanol 60% dengan kombinasi pelarut asam fosfat 0,75% bernilai lebih rendah dibandingkan kandungan senyawa yang diduga citrinin menggunakan pelarut etanol 40% dan asam fosfat 0,75%. Dengan data tersebut diduga untuk mengekstraksi senyawa lovastatin dari ekstrak MFR dalam jumlah besar dan senyawa yang diduga citrinin dalam jumlah rendah dapat menggunakan kombinasi pelarut etanol 60% dan asam fosfat 0,75%. Konsentrasi pigmen yang berhasil diekstraksi menggunakan kombinasi pelarut etanol diatas 50% terdapat dalam jumlah yang besar. Keasaman dari pelarut etanol

6 mempengaruhi konsentrasi pigmen yang berhasil diekstraksi. Kandungan lovastatin tertinggi diperoleh pada komposisi etanol 40% dan asam fosfat 0,75% yaitu sekitar 25 ppm. Hasil analisis dapat dilihat pada Gambar 3 etoh 40%-fosfat 0.75%, 6: etoh 50%-fosfat 0.75%. Hasil uji KLT yang telah disemprotkan asam molibdat terhadap sampel dengan konsentrasi pelarut dibawah 50% menunjukan beberapa fragmentasi. Fragmentasi senyawa lovastatin ditunjukan pada kotak merah dalam Gambar 2 dimana terdapat spot yang sejajar antara sampel dengan senyawa pembanding lovastatin dalam plat KLT. Spot paling jelas terlihat pada spot ke lima yaitu ekstrak MFR yang diekstraksi oleh etanol 40% dan asam fosfat 0.75%. Spot yang lebih tebal pada KLT dapat menunjukkan konsentrasi lovastatin yang semakin besar pada ekstrak dengan pelarut etanol 40% dan asam fosfat 0.75%. Gambar 3. Pengaruh komposisi etanol (kombinasi etanol 20 70% dan asam fosfat 0.75%) terhadap konsentrasi lovastatin pada ekstrak MFR Ekstrak yang diperoleh dari kombinasi pelarut etanol dan asam fosfat dikonfirmasi kandungan lovastatinnya dengan uji KLT. Uji KLT terhadap ekstrak dilakukan dengan menggunakan fasa diam plat silica dan fasa gerak/eluen kloroform:etil asetat (7:3). Hasil uji KLT kemudian dianalisis dengan lampu UV untuk mengetahui fragmentasinya. Hasil analisis fragmentasi sampel yang dianalisis dengan lampu UV tidak disertakan. Plat silica yang telah dianalisis dibawah sinar UV lalu disemprotkan dengan asam molibdat. Hasil uji KLT terhadap ekstrak pada kombinasi konsentrasi pelarut etanol dibawah 50% dan asam fosfat setelah disemprotkan asam molibdat dapat dilihat pada Gambar Gambar 4. Data KLT ekstrak MFR menggunakan eluen kloroform:etil asetat =7:3 (1: lovastatin pembanding, 2: etoh 20%-fosfat 0.25%, 3 : etoh 20%-fosfat 0.75%, 4: etoh 30%-fosfat 0.75%, 5 : 24 IV. KESIMPULAN Berdasarkan keseluruhan hasil dari absorbansi lovastatin dan uji KLT dimungkinkan bahwa pelarut yang bekerja optimal dalam mengisolasi lovastatin ialah pada pelarut etanol 40% dan asam fosfat 0,75%. DAFTAR PUSTAKA [1] Ahmad A, Panda BP, Khan S., Ali M., dan Javed S, 2009, Downstreaming and purification of Lovastatin from Monascus purpureus culture, Thai J. Pharm. Sci., 33, [2] AOAC. Association Official Of Analytical Chemistry AoacPeer-Verified Methods Program. Maryland: Aoac International. [3] Contam, E. P Scientific Opinion On The Risks For Public And Animal Health Related To The Presence Of Citrinin In Food And Feed. European Food Safety Authority (Efsa), [4] Chun-Lin Lee, W.-P. C.-J.-M A Simple And Rapid Approach For Removing Citrinin While Retaining Monacolin K In Red Mold Rice. Agricultural And Food Chemistry, [5] DepKes RI, 2006, Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner : Fokus Sindrom Koroner Akut, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, DitJen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Bakti Husada, Jakarta.

7 [6] Júlio Cesar De Carvalho, B. O Biopigments From Monascus: Strains Selection, Citrinin Production And Color Stability. Brazilian Archives Of Biology And Technology, [7] Lin Lee C., Wang J.J., Kuo S.L., Pan T.M., (2006), Monascus fermentation of dioscorea for increasing the production of cholesterollowering agent-monacolin K and antiinflamation agent-monascin, Appl. Microbiol Biotechnol 72: [8] Sun JL, Zou X, Liu AY, Xiao TF, 2011, Elevated yield of Monacolin K in Monascus purpureus by Fungal Elicitor and Mutagenesis of UV and LiCl, Biol Res, 44, [9] R.C Pansurya, R. S Supercritical Fluid Extraction Of Lovastatin From The Wheat Bran Obtained After Solid-State Fermentation. Food Technology Biotechnology, [10] WHO,2012, /cvd_atlas_13_coronaryhd.pdf, diakses : 24 Juli 2012 [11] Xu Ganrong, C. Y Prevention Of Pigment Interference In Hp:C Analysis Of Monascus Citrinin And Monacolins. Food And Fermentation Industry, Y.C. Su, J.J. Wang, T.T.Lin, And T.M.Pan Production Of Secondary Metabolites, ᵞ- Amino Butyric Acid And Monakolin K By Monascus, J. Ind. Microbiol. Biotechnol. 30:

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10 Setelah dilakukan peremajaan pada agar miring

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di Laboratorium Instrumentasi dan Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia

Lebih terperinci

Gambar 6. Kerangka penelitian

Gambar 6. Kerangka penelitian III. BAHAN DAN METODOLOGI A. Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L) yang dibeli dari toko obat tradisional pasar Bogor sebagai sumber pigmen brazilein dan sinapic

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini

OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini Analisis Komponen Kimia dan Uji KLT Bioautografi Fungi Endofit dari Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Juli 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Lampung Selatan, analisis aktivitas antioksidan dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Absorbansi dan Kurva Standar Pada Pengujian Kadar Amilosa

Lampiran 1. Data Absorbansi dan Kurva Standar Pada Pengujian Kadar Amilosa 35 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Data Absorbansi dan Kurva Standar Pada Pengujian Kadar Amilosa Tabel 6. Data absorbansi pada larutan standar amilosa pada berbagai konsentrasi (ppm) yang diukur pada panjang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi No. 229, Bandung. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Tepung Kentang Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan kentang. Pembuatan tepung kentang dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa pengukusan,

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan kegiatan penelitian diperlukan peralatan laboratorium, bahan serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. Tiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 1 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

UJI KUALITATIF ETANOL YANG DIPRODUKSI SECARA ENZAMATIS MENGGUNAKAN Z. MOBILIS PERMEABEL

UJI KUALITATIF ETANOL YANG DIPRODUKSI SECARA ENZAMATIS MENGGUNAKAN Z. MOBILIS PERMEABEL UJI KUALITATIF ETANOL YANG DIPRODUKSI SECARA ENZAMATIS MENGGUNAKAN Z. MOBILIS PERMEABEL Dian Pinata NRP. 1406 100 005 DOSEN PEMBIMBING Drs. Refdinal Nawfa, M.S LATAR BELAKANG Krisis Energi Sumber Energi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGANTIAN GLUKOSA pa DENGAN GLUKOSA TEKNIS SEBAGAI SUMBER KARBON TAMBAHAN PADA PEMBENTUKAN MONAKOLIN K DARI PROSES FERMENTASI ANGKAK

PENGARUH PENGGANTIAN GLUKOSA pa DENGAN GLUKOSA TEKNIS SEBAGAI SUMBER KARBON TAMBAHAN PADA PEMBENTUKAN MONAKOLIN K DARI PROSES FERMENTASI ANGKAK PENGARUH PENGGANTIAN GLUKOSA pa DENGAN GLUKOSA TEKNIS SEBAGAI SUMBER KARBON TAMBAHAN PADA PEMBENTUKAN MONAKOLIN K DARI PROSES FERMENTASI ANGKAK Djadjat Tisnadjaja, Ai Hertati dan Herman Irawan Puslit Bioteknologi-LIPI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium. Metode yang digunakan untuk mengekstraksi kandungan kimia dalam daun ciplukan (Physalis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk mengetahui aktivitas penangkap radikal dari isolat fraksi etil asetat ekstrak etanol herba

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di 21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Spektrofotometer Genesis II keluaran Milton Roy Co., USA (No. Catalog 4001/4 ); Waterbadi Termostat WK-24 (Sibata Scientific Technology Ltd); Kertas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS Standar Nasional Indonesia Kecap kedelai ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Pendahuluan...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4 Klasifikasi... 1 5 Syarat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011. Penelitian ini sebagian besar dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan 3 Percobaan Garis Besar Pengerjaan Rangkaian proses isolasi pertama-tama dimulai dengan proses pengumpulan sampel. Karena area sampling adalah area yang hanya ditemukan pada musim hujan, sampel alga baru

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. BAHAN 1. Mikroorganisme Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu berasal dari Laboratorium Mikrobiologi Departemen Farmasi FMIPA UI. 2. Medium dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di Laboratorium Instrumentasi dan Biokimia Jurusan Kimia FMIPA

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODA

III. BAHAN DAN METODA III. BAHAN DAN METODA 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :peralatan distilasi, neraca analitik, rotary evaporator (Rotavapor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan dan Instrumen. Cara Kerja. Fermentasi Tepung [9] Penepungan [16] Analisa Aktivitas Antioksidan [5]

METODE PENELITIAN. Bahan dan Instrumen. Cara Kerja. Fermentasi Tepung [9] Penepungan [16] Analisa Aktivitas Antioksidan [5] 1 Monascus yang memberi pengaruh positif pada kesehatan melalui penghambatan reduktase 3- hydroxy-methyglutaryl-koenzim A (HMG CoA) yang merupakan enzim kunci terhadap proses sintesis kolesterol dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini merupakan deskriptif laboratorium yaitu dengan

METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini merupakan deskriptif laboratorium yaitu dengan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian ini merupakan deskriptif laboratorium yaitu dengan melakukan observasi pada jajanan yang dicurigai mengandung Rhodamin B dan dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas BAB III METODE PENELITIAN Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas minyak belut yang dihasilkan dari ekstraksi belut, dilakukan penelitian di Laboratorium Riset Kimia Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

8. PEMBAHASAN UMUM. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

8. PEMBAHASAN UMUM. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 8. PEMBAHASAN UMUM Peningkatan intensitas warna dan kadar lovastatin angkak, diupayakan dengan melakukan ko-kultur M.purpureus dengan khamir amilolitik indigenus. Aplikasi ko-kultur pada produksi angkak

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) Disusun oleh: Nama : Eky Sulistyawati FA/08708 Putri Kharisma FA/08715 Gol./Kel.

Lebih terperinci

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA Retno Putri Pamungkas, Vivin Nopiyanti INTISARI Analisis Rhodamin

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Desember di Laboratorium Biomasa Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Desember di Laboratorium Biomasa Universitas Lampung. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Biomasa Universitas Lampung. B. Alat dan Bahan Alat-alat yang

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tahap Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan meliputi tahap studi literatur, persiapan alat dan bahan baku. Bahan baku yang digunakan adalah nata de banana. 3.1. Persiapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental di laboratorium untuk memperoleh data.data yang dikumpulkan adalah data primer. Pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku yang digunakan adalah kelopak kering bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang berasal dari petani di Dramaga dan kayu secang (Caesalpinia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

GARAM GUNUNG ASAL KRAYAN SEBAGAI ZAT ADITIF UNTUK MENSTABILKAN KLOROFIL SAYURAN ABSTRAK

GARAM GUNUNG ASAL KRAYAN SEBAGAI ZAT ADITIF UNTUK MENSTABILKAN KLOROFIL SAYURAN ABSTRAK GARAM GUNUNG ASAL KRAYAN SEBAGAI ZAT ADITIF UNTUK MENSTABILKAN KLOROFIL SAYURAN Herman dan Laode Rijai Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur. Email : herman.farmasi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini isolat actinomycetes yang digunakan adalah ANL 4,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini isolat actinomycetes yang digunakan adalah ANL 4, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Actinomycetes Pada penelitian ini isolat actinomycetes yang digunakan adalah ANL 4, isolat ini telah berhasil diisolasi dari sedimen mangrove pantai dengan ciri

Lebih terperinci

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori PERCOBAAN III A. Judul : Penetapan Besi secara Spektrofotometri B. Tujuan : dapat menetapkan kandungan besi dalam suatu sampel dengan teknik kurva kalibrasi biasa dan teknik standar adisi. C. Dasar Teori

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian, 22 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil Pertanian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari 2015, dengan tahapan kegiatan pengambilan sampel kulit udang di P.T Lola Mina,

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat Isolat bakteri koleksi Laboratorium Mikrobiologi hasil isolasi Laut Belawan ditumbuhkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang ditunjang studi pustaka. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 2 dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium, 36 BAB III METODELOGI PENELITIAN Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium, bahan, dan cara kerja penelitian. Dibawah ini adalah uraian mengenai tiga hal tersebut. 3.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pembuatan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer Brookfield (Model RVF), Oven (Memmert), Mikroskop optik, Kamera digital (Sony), ph meter (Eutech), Sentrifugator

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG PENGARUH JENIS SUBSTRAT (JAGUNG, KACANG KEDELAI, DAN KACANG HIJAU) DAN VARIASI ph (5, 6, DAN 7) TERHADAP PRODUKSI PIGMEN, LOVASTATIN, DAN SITRININ OLEH Monascus purpureus EFFECT OF SUBSTRATE (CORN, SOYBEAN,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kelapa sawit segar dan buah pascaperebusan (perebusan pada suhu 131 o C, tekanan uap 2 atmosfer, selama 100

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN Hasil Kerja Ekstraksi Jahe

BAB 4 PEMBAHASAN Hasil Kerja Ekstraksi Jahe 4.1. Hasil Kerja Ekstraksi Jahe BAB 4 PEMBAHASAN Bahan jahe merupakan jenis varietas putih besar yang diapat dari pasar bahan organik Bogor. Prinsip kerja ekstraksi ini adalah dengan melarutkan senyawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2015 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional laboratorik untuk mengetahui kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2015. Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. dilakukan di daerah

Lebih terperinci