BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya kerjasama bilateral antara Indonesia dan
|
|
- Bambang Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Seiring dengan meningkatnya kerjasama bilateral antara Indonesia dan Korea, kedua negara tersebut terus mengembangkan kerjasama di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi. Hubungan kedua negara mencapai puncaknya dalam 10 tahun terutama sejak terbentuknya forum Komisi Bersama tahun Kerjasama kedua negara lebih diperkuat lagi dengan terbentuknya Joint Declaration on Strategic Partnership yang ditanda-tangani oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Korea Selatan Roh Moo Hyun tahun 2006 di Jakarta 1. Perwujudan kerjasama bilateral saat ini dikembangkan dalam bentuk kerjasama investasi dari Korea ke Indonesia, seperti Lotte Group, POSCO, dan sebagainya. Hal tersebut membuktikan adanya kepercayaan yang tinggi dari para investor Korea Selatan kepada Indonesia. Keputusan investasi tersebut diikuti bukan hanya oleh perusahaan afiliasi 2 dan perusahaan vendor 3 dari perusahaan besar Korea Selatan, tetapi juga oleh perusahaan Korea Selatan lainnya. Potensi Indonesia yang sangat 1 diunduh pada tanggal 16 Juni Perusahaan afiilisasi adalah affiliated company yaitu perusahaan yang secara efektif dikendalikan oleh perusahaan lain, atau tergabung dengan perusahaan atau beberapa perusahaan lain karena kepentingan atau pemilikan (pengurus yang sama). Diakses dari bisnis bank/perusahaan_afiliasi.aspx pada tanggal 17 Juni 17:56 3 Perusahaan vendor adalah sebuah lembaga, perorangan atau pihak ketiga yang menyediakan bahan, jasa, produk untuk diolah atau dijual kembali atau dibutuhkan oleh perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Suatu perusahaan yang memiliki mekanisme kerja dan sistem, sebagaimana perusahaan kita sendiri. Diakses dari teknologi informasi yang.html pada tanggal 17 Juni 18:29 1
2 2 besar dengan sumber daya alam yang melimpah, kondisi perekonomian yang terus berkembang, dan pasar domestik yang besar adalah kombinasi sempurna jika digabungkan dengan kemampuan investasi Korea Selatan yang besar. Salah satu investor Korea yang mengembangkan usahanya di Indonesia adalah PT. Komitrando Emporio. Perusahaan tersebut berdiri di Yogyakarta yang bergerak pada bidang pembuatan tas berkualitas ekspor. PT. Komitrando Emporio memproduksi berbagai macam tas yang terdiri dari Backpack (Ransel), Tas Kosmetik, dan berbagai macam Travel Bag. Perusahaan ditutntut memenuhi kebutuhan pelanggan akan tas yang berkualitas dengan harga bersaing, serta proses produksi dan pengiriman produk yang tepat waktu, maka dibutuhkan penggunaan sarana teknologi modern yang didukung oleh penerapan pola manajemen kerja berbasis profesional. Oleh kerena itu dalam pelaksanaan proses produksi diterapkan spesialisasi tenaga kerja sehingga setiap bagian memiliki tingkat profesionalitas sesuai dengan pekerjaan masing-masing. Dengan kata lain, kinerja setiap bagian yang ada dalam perusahaan harus dapat bekerja sama secara intensif, kondusif, dan produktif sesuai dengan keahlian masing-masing. Sehubungan dengan permintaan konsumen lebih besar terhadap produksi tas modern saat ini, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tentang jumlah kapasitas produksi tas yang dikerjakan di PT. Komitrando Emporio. Hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk penulisan tugas akhir dengan judul : KAPASITAS PRODUKSI TAS : STUDI KASUS DI
3 3 PERUSAHAAN KOREA, PT. KOMITRANDO EMPORIO, YOGYAKARTA (BULAN FEBRUARI MARET 2013). 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana proses produksi tas di PT. Komitrando Emporio? 2. Jenis tas apa sajakah yang di produksi oleh PT. Komitrando Emporio dan berapa kapasitas produksi tas di PT. Komitrando Emporio pada bulan Februari hingga Maret 2013, kemudian jenis tas apakah yang banyak di produksi dari bulan Februari hingga Maret 2013? 3. Apa saja penyebab produksi tas menjadi tinggi dan rendah pada setiap jenis tas yang di produksi oleh PT. Komitrando Emporio? 3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui proses produksi tas di PT. Komitrando Emporio. 2. Mengetahui jenis tas yang di produksi oleh PT. Komitrando Emporio dan mengetahui kapasitas produksi tas di PT. Komitrando Emporio pada bulan Februari hingga Maret 2013, kemudian jenis tas yang banyak di produksi oleh PT. Komitrando Emporio pada bulan Februari hingga Maret Mengetahui penyebab produksi tas menjadi tinggi dan rendah pada setiap jenis tas yang di produksi oleh PT. Komitrando Emporio.
4 4 4. Batasan Masalah Permasalahan yang diajukan agar lebih terarah dan tidak menimbulkan kesimpangsiuran dalam penafsiran perlu adanya pembatasan. Dalam hal ini penelitian dibatasi pada: 1. Penelitian ini hanya dibatasi pada analisis deskriptif kapasitas produksi tas dari bulan Februari hingga Maret Data yang dianalisis hanya data daftar produksi tas di PT. Komitrando Emporio berdasarkan akumulasi volume proses produksi tas di PT. Komitrando Emporio dari bulan Februari hingga Maret Manfaat Penelitian Setiap penelitian diharapkan dapat menambah manfaat. Demikian pula dengan penelitian ini. Oleh karena itu, Laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak sebagai berikut: 1. Bagi PT. Komitrando Emporio Sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam menentukan langkah perbaikan, khususnya dalam produksi tas sebagai perbandingan di masa yang akan datang. 2. Bagi Program Studi Untuk menciptakan lulusan yang benar-benar mampu mengaplikasikan pengetahuan yang didapat pada perkulihan melalui praktek kerja nyata, sehingga dapat memperoleh lulusan yang benarbenar siap kerja.
5 5 3. Bagi Masyarakat Dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan menjadi salah satu sumber informasi bagi pembaca atau referensi untuk melakukan penulisan lebih lanjut mengenai tema tersebut yang diambil dari praktek kerja lapangan. 6. Metodologi Penelitian Penelitian terkait tema Analisis dan Pembahasan Kapasitas Produksi tas di PT. Komitrando Emporio ini menggunakan metode penelitan yang deskriptif. Dalam penelitian ini, data dasar akan dikumpulkan melalui cara observasi, survei dan sensus. Pengumpulan data Dalam penelitian ini terdapat tiga cara pengumpulan data sebagai berikut : a. Observasi Bentuk observasi yang dilakukan adalah dengan cara mengamati bagaimana proses produksi tas yang dilakukan oleh karyawan unit pelaksana produksi. Pengamatan dilakukan dengan cara meminta ijin langsung kepada PT. Komitrando Emporio yang merupakan lokasi penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. b. Wawancara Dalam bentuk percakapan langsung melalui pengajuan pertanyaan berkaitan dengan rumusan masalah yang telah disusun yaitu mengenai proses produksi dan kapasitas produksi dalam proses produksi kepada karyawan (responden) yang berada di bagian produksi. Melalui
6 6 wawancara yang dilakukan akan diperoleh informasi sebagai bahan pembahasan penelitian. c. Studi Pustaka Selain teknik observasi dan wawancara, dilakukan juga teknik studi pustaka untuk melengkapi data yang diperlukan. Data yang dikumpulkan adalah laporan-laporan yang berupa data proses produksi dan jenis bahan yang digunakan untuk pembuatan tas di PT. Komitrando Emporio. d. Analisis data Setelah mengetahui produksi tas yang diproduksi oleh PT. Komitrando Emporio, maka akan dilakukan pengumpulan data kemudian pengelolahan data selanjutnya melakukan analisis data yang mengacu pada tabel jenis produksi tas bulan Februari-Maret 2013 ditinjau dari volume produksinya. Hasil analisis kemudian disimpulkan dan disajikan secara deskriptif dalam bentuk laporan tugas akhir. 7. Tinjauan Pustaka Penilitian ini dilakukan dengan meninjau Tugas Akhir karya Ulfa Yunita Putri yang berjudul ANALISIS DESKRIPTIF PRODUK DAN PENJUALAN BISKUIT LOTTE JENIS SANDWICH DI LOTTEMART WHOLESALE YOGYAKARTA (Studi Kasus Penjualan Januari-Maret 2012). (2013). Pada tugas akhir tersebut dibahas tentang produk dan penjualan biskuit lotte jenis sendwich. Penelitian di atas memiliki perbedaan dengan
7 7 penelitian yang akan dibahas pada tugas akhir ini. Penelitian tersebut hanya membahas tentang jenis sandwich pada Lottemart, sedangkan pada penelitian ini objek penelitian yang berbeda dan pokok permasalahan yang dibahas juga berbeda, yaitu mengenai Analisis Kapasitas Produksi Tas di PT. Komitrando Emporio. 8. Sistematika Penulisan Tugas Akhir berupa laporan praktek kerja lapangan yang berjudul KAPASITAS PRODUKSI TAS : STUDI KASUS DI PERUSAHAAN KOREA, PT. KOMITRANDO EMPORIO, YOGYAKARTA (BULAN FEBRUARI MARET 2013) ini disajikan dalam empat bab, yaitu: Bab I Pendahuluan yang memuat latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan. Bab II mengulas gambaran umum PT. Komitrando Emporio yang terdiri dari sejarah singkat perusahaan, lokasi, dan struktur organisasi. Bab III merupakan analisis dan pembahasan kapasitas produksi tas di PT. Komitrando Emporio. Bab IV merupakan bab terakhir yang menutup Tugas Akhir ini, berisikan kesimpulan dan saran.
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia-Republik Korea (Korea Selatan) terus mengalami perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak pembukaan hubungan diplomatik pada tahun 1966, hubungan bilateral Indonesia-Republik Korea (Korea Selatan) terus mengalami perkembangan dan peningkatan yang cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bisnis retail merupakan usaha penjualan sejumlah komoditas kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis retail merupakan usaha penjualan sejumlah komoditas kepada konsumen. Kata retail berasal dari bahasa Inggris yang berarti eceran. Menurut Kamus Besar Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan yang sebenarnya diperusahaan, selain itu mahasiswa juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. waralaba swalayan cukup tinggi, terbukti dengan banyaknya swalayan yang saat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki bisnis waralaba swalayan cukup tinggi, terbukti dengan banyaknya swalayan yang saat ini mulai bermunculan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak menimbulkan isu-isu dan permasalahan dalam hubungan antar negara, berbagai macam seperti permasalahan
Lebih terperinciBAB I. HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia. disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu manajemen perusahaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri yang sedang berkembang pesat di Indonesia menarik beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri yang sedang berkembang pesat di Indonesia menarik beberapa Negara di Asia seperti Korea, China, dan Jepang untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Negara-negara
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. di Perusahaan Korea, pada Divisi Gudang, PT. Komitrando Emporio, ini disusun
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Tugas akhir dengan judul Proses Keluar Masuk Bahan Baku Pembuatan Tas di Perusahaan Korea, pada Divisi Gudang, PT. Komitrando Emporio, ini disusun sebagai laporan pelaksanaan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 2006
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG TIM NASIONAL PENINGKATAN EKSPOR DAN PENINGKATAN INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prof. Dr. Yang Seung-Yoon, Ph.D, Prof. Emeritus Hankuk University of Foreign
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Indonesia-Korea telah terjalin sejak pembentukan hubungan diplomatik pada tahun 1973. Sampai sekarang Indonesia dan Korea Selatan satu sama lain masih menjalin
Lebih terperinciSAMBUTAN PRESIDEN RI PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REP. KOREA. 6 MARET 2009 Jumat, 06 Maret 2009
SAMBUTAN PRESIDEN RI PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REP. KOREA. 6 MARET 2009 Jumat, 06 Maret 2009 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK KOREA, YANG MULIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun an Korea Selatan mempunyai visi untuk menguasai pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan adalah negara maju di Asia yang sukses dibidang industri. Pada tahun 1964-1970an Korea Selatan mempunyai visi untuk menguasai pasar dunia, hingga akhirnya
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS DIVIDEN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 5 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 5 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN NAMA KABUPATEN KEPULAUAN RIAU MENJADI KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rizky Aprillian Utami, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia dituntut untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya mineral, telekomunikasi, perkebunan, dan industri. Banyaknya perusahaan asing
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Indonesia termasuk negara yang paling banyak didominasi oleh perusahaan asing pada sektor-sektor strategis seperti sektor keuangan, energi, sumber daya mineral,
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KOMITE PENGARAH PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KOMITE PENGARAH PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DI PULAU BATAM, PULAU BINTAN DAN PULAU KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciKEPPRES 87/2003, TIM NASIONAL PENINGKATAN EKSPOR DAN PENINGKATAN INVESTASI
Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 87/2003, TIM NASIONAL PENINGKATAN EKSPOR DAN PENINGKATAN INVESTASI *51306 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 87 TAHUN 2003 (87/2003) TENTANG TIM NASIONAL
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 20112011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.241, 2013 ADMINISTRASI. Kepegawaian. Pemeliharaan Kesehatan. PNS. Pensiunan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5484)
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1994 VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam usaha tentunya mencari konsumen sebanyak-banyaknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam usaha tentunya mencari konsumen sebanyak-banyaknya untuk memperoleh keuntungan yang besar. Para pengusaha akan berlomba-lomba menanamkan modalnya demi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36. TAHUN TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36. TAHUN 20092009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG HAK KEUANGAN, KEDUDUKAN PROTOKOL, DAN PERLINDUNGAN KEAMANAN PIMPINAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 63 TAHUN 2003 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemulihan kondisi ekonomi Indonesia. satunya adalah perusahaan yang bergerak dalam jasa pelayanan pengiriman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang ekonomi saat ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan muncul dan tumbuhnya berbagai perusahaan yang masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan ide-ide yang kreatif dan inovatif. Industri barang dan jasa pun semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di Indonesia banyak yang tertarik untuk terjun dalam dunia bisnis. Perkembangan zaman yang semakin modern ini membuat para pengusaha muncul dengan ide-ide
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2006 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERTANI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciKerangka Acuan Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Kerangka Acuan Kerja TENAGA PENDUKUNG TEKNIS BIDANG WORKING GROUP (WG) PENGEMBANGAN BATAM-BINTAN-KARIMUN (BBK) KERJASAMA EKONOMI INDONESIA SINGAPURA (04.1) TAHUN
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG TIM KOORDINASI PENINGKATAN KELANCARAN ARUS BARANG EKSPOR DAN IMPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di kawasan timur: China, Vietnam, dan India (Besterfield, 2003:2).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, manusia tidak pernah terlepas dari kegiatan dunia usaha atau bisnis. Hal itu dikarenakan, semua kegiatan usaha yang dilakukan oleh
Lebih terperinciTERM OF REFERENCE KUNJUNGAN DELEGASI GRUP KERJA SAMA BILATERAL (GKSB) DPR RI PARLEMEN JERMAN KE-JERMAN MEI 2012
TERM OF REFERENCE KUNJUNGAN DELEGASI GRUP KERJA SAMA BILATERAL (GKSB) DPR RI PARLEMEN JERMAN KE-JERMAN 20 26 MEI 2012 I. Latar Belakang Hubungan bilateral Indonesia-Jerman dimulai sejak tahun 1952. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA SEKRETARIAT KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, DEPARTEMEN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang kian membaik, menurut Zuraya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang kian membaik, menurut Zuraya (2014) berdasarkan hasil survei Bank Indonesia (BI) terhadap kegiatan dunia usaha mengindikasikan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DI DAERAH
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Pegawai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya perusahaan-perusahaan sejenis yang. dalam memenuhi kebutuhannya mereka semakin jeli untuk melihat mana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan dalam dunia bisnis dewasa ini dirasakan semakin ketat, seiring dengan bertambahnya perusahaan-perusahaan sejenis yang menawarkan produk atau jasa yang sama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umumnya, serta kondisi persaingan yang ketat dalam lingkungan bisnis yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kondisi perekonomian global sekarang ini, yang ditunjukkan dengan hilangnya batas-batas negara dan segi investasi, individu, dan informasi pada umumnya, serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan salah satu bagian terpenting dalam sebuah negara, karena hasil produk yang diciptakan oleh industri dapat menjadi komoditas utama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini telah mulai banyak masyarakat yang menciptakan usaha terlebih dalam tingkat usaha kecil dan menengah. Hal itu diharapkan agar dapat mempercepat pemulihan ekonomi
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2007 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 52 TAHUN 2007 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa Pegawai Negeri Sipil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung atau Foreign Direct Investment-FDI. Investasi yang dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dalam dunia industri memacu perkembangan yang pesat pada bisnis internasional. Salah satunya ditandai dengan maraknya investasi asing langsung atau Foreign
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 20142013 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pegawai Negeri
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri jasa telah mendominasi perekonomian dan bahkan mampu menciptakan
BAB I A. LATAR BELAKANG MASALAH Industri jasa telah mendominasi perekonomian dan bahkan mampu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan Pendapatan Domestic Bruto (PDB). Berbagai deregulasi, perkembangan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN MODAL DASAR PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN MODAL DASAR PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam meningkatkan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEENAM ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2000 TENTANG PENETAPAN
Lebih terperinci@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Secara umum setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara umum setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan dan mendapatkan laba yang maksimum. Dengan mendapatkan laba yang tinggi dan terus
Lebih terperinciKEPPRES 31/1997, PEMBANGUNAN DAN PENGUSAHAAN KILANG MINYAK DAN GAS BUMI OLEH BADAN USAHA SWASTA
Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 31/1997, PEMBANGUNAN DAN PENGUSAHAAN KILANG MINYAK DAN GAS BUMI OLEH BADAN USAHA SWASTA *47271 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 31 TAHUN 1997 (31/1997)
Lebih terperinciQUICK SURVEI DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM
QUICK SURVEI DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM I. PENDAHULUAN Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter dengan tujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini semua sektor industri tidak hanya di Indonesia bahkan di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini semua sektor industri tidak hanya di Indonesia bahkan di dunia mengalami persaingan global yang semakin ketat dan pesat. Salah satu sektor industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro dan kecil (UMK) termasuk dalam bagian usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan mempunyai peran yang cukup penting dalam membangun perekonomian di Indonesia.
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 35 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2010 KORUPSI. KOLUSI. NEPOTISME. Penyelenggaraan Negara. KPK. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5137) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kebutuhan seseorang, yaitu untuk mengekspresikan diri, untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri dalam
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. persaingan yang semakin ketat di dalam dunia kerja. mengkonsumsi produk-produk jasa yang timbul dari kebutuhan untuk
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam menghadapi era globalisasi, pendidikan merupakan sebuah hal yang mutlak agar dapat memiliki daya saing yang tinggi. Tanpa memiliki pendidikan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia bisnis di lingkungan global dan persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia bisnis di lingkungan global dan persaingan yang ketat,setiap perusahaan atau organisasi bersaing menjadi yang terbaik.setiap perusahaan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan investasi pada dasarnya erat kaitannya dengan aspek kebijakan ekonomi makro, aspek sosial dan politik serta aspek bisnis. Persoalan investasi bukan lagi semata-mata
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PERESMIAN PERLUASAN PABRIK PT. BAYER INDONESIA CIMANGGIS, DEPOK, JAWA BARAT RABU, 27 MEI 2015
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PERESMIAN PERLUASAN PABRIK PT. BAYER INDONESIA CIMANGGIS, DEPOK, JAWA BARAT RABU, 27 MEI 2015 Yang terhormat: Walikota Depok; Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman yang semakin berkembang ini, masyarakat dapat menginvestasikan dananya dengan memperjualbelikan instrumen keuangan di dalam pasar modal. Pasar modal memiliki
Lebih terperinciPT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Lainnya: Keterbukaan Informasi - Press Release PGN Memenuhi Kebutuhan Gas Untuk Industri di Jawa Timur
No Surat/Pengumuman Nama Perusahaan Kode Emiten Lampiran 2 018100.S/HM.05/SPER/2012 PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PGAS Tanggal dan Jam 18 Jun 2012 18:21:14 Perihal Keterbukaan Informasi Yang Perlu
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2009 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL ANALIS PASAR HASIL PERTANIAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL ANALIS PASAR HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pembangunan perekonomian nasional yang bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan politik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi disamping dua tujuan lainnya yaitu pemerataan dan stabilitas. Indikator
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PINJAMAN LUAR NEGERI TAHUN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PINJAMAN LUAR NEGERI TAHUN 2010-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. cukup penting dalam mencapai tujuan organisasi, baik itu perusahaan besar
BAB 1 PENDAHULUAN A LATAR BELAKANG Manajemen sumber daya manusia bukanlah suatu yang baru dilingkungan suatu organisasi, Khususnya dibidang bisnis. Dimana sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria UKM menurut UU No. 9
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UKM (Usaha Kecil Menengah) merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS KETENAGAKERJAAN
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (3) Peraturan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG TIM PENGAMAT INDONESIA DALAM INTERNATIONAL MONITORING TEAM DI FILIPINA SELATAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG TIM PENGAMAT INDONESIA DALAM INTERNATIONAL MONITORING TEAM DI FILIPINA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 83 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN UANG PENGHARGAAN BAGI KETUA, WAKIL KETUA, DAN ANGGOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KETUA DAN ANGGOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN KETUA DAN ANGGOTA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tuntutan bagi perusahaan untuk terus melakukan inovasi baru, bertahan dan bersaing dengan perusahaan lain.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendirian perusahaan mempunyai tujuan umum yaitu untuk memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimumkan nilai saham dan meningkatkan kesejahteraan pemegang
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PATEN DAN PEMERIKSA MEREK
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PATEN DAN PEMERIKSA MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Pegawai Negeri Sipil yang
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada saat ini kegiatan pemasaran sangat gencar dilakukan oleh setiap industri bisnis dan perusahaan-perusahaan. Dimana kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan,
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG TIM NASIONAL PENINGKATAN EKSPOR DAN PENINGKATAN INVESTASI
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG TIM NASIONAL PENINGKATAN EKSPOR DAN PENINGKATAN INVESTASI PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa guna mendukung peningkatan ekspor dan peningkatan investasi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar RI No.8 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar RI No.8 Tahun 1995 bahwa tujuan pembangunan nasional Indonesia adalah untuk menciptakan masyarakan adil dan makmur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman, keberadaan bisnis ritel atau eceran di tengah-tengah masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini dikarenakan adanya perubahan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. penulisan. Pada latar belakang dibahas mengenai isu-isu yang berhubungan dengan
PENDAHULUAN Pada bab I akan dijelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan. Pada latar belakang dibahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga bisa membantu membuka lapangan pekerjaan. Di Indonesia, koperasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi di Indonesia sebagai negara berkembang, mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Berbagai jenis koperasi yang ada sangat mendapat dukungan dari Pemerintah
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PEREKAYASA DAN TEKNISI PENELITIAN DAN PEREKAYASAAN
PERATURAN NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PEREKAYASA DAN TEKNISI PENELITIAN DAN PEREKAYASAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandung memberikan kontribusi pada industri pariwisata daerah dan sharedari. membuka sebuah bisnis kuliner di Kota Bandung.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis kuliner telah menjadi salah satu aspek penting dalam perekonomian di Kota Bandung. Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan Bandung, Acuviarta Kartabi dalam Ramdani
Lebih terperinci