BAB II PENDEKATAN PEMBENTUKAN KONSEP DENGAN METODE REFUTATIONAL TEXT, PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA, KONSEP SUHU DAN KALOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PENDEKATAN PEMBENTUKAN KONSEP DENGAN METODE REFUTATIONAL TEXT, PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA, KONSEP SUHU DAN KALOR"

Transkripsi

1 12 BAB II PENDEKATAN PEMBENTUKAN KONSEP DENGAN METODE REFUTATIONAL TEXT, PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA, KONSEP SUHU DAN KALOR A. Pendekatan Pembentukan Konsep dengan Metode Refutational Text Menurut Klausmeier (1980, dalam Arneds, R.I, 1989), untuk mencapai level pembelajaran konsep lebih tinggi, siswa harus (1) mendefenisikan konsep dan mengetahui sifat-sifat pentingnya, (2) dapat mengenali contoh dan bukan contoh, dan (3) mengevaluasi contoh dan bukan contoh menyangkut sifat-sifat pentingnya. Menurut Rosser (1984, dalam Dahar, 1996:80), konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemenelemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain. Sehingga untuk dapat menguasai konsep seseorang harus mampu membedakan antara satu dengan peristiwa yang lain, sehingga siswa dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu, misalnya warna, bentuk, besar, jumlah dan sebagainya. Menurut Gagne (Arends, 1989:320), secara essensial belajar konsep merupakan menempatkan sesuatu kedalam suatu kelas dan kemudian mampu mengenali kelasnya, sehingga dalam prosesnya dibutuhkan penilaian apakah sebuah situasi khusus merupakan sebuah contoh dalam kelas yang 12

2 13 besar. Menurutk Gagne, ada enam hakekat konsep yaitu : a. Konsep memiliki defenisi dan label (nama).; b. Konsep mempunyai atribut (ciri) kritis.; c. Konsep mempunyai atribut nonkritis.; d. Konsep dapat ditempatkan kedalam kategori.; e. Konsep dipelajari melalui contoh dan bukan contoh.; f. Konsep dipengaruhi oleh konteks sosial.; g. Pembelajaran konsep meliputi pembelajaran pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural. Menurut Arends, R. I (1989), ada tiga pendekatan dalam mengajarkan konsep yaitu pengajaran langsung (direct presentation), pembentukan konsep (concept formation) dan pencapaian konsep (concept attainment). Setiap pendekatan di mulai dengan guru membuat set dan diakhiri dengan usaha untuk meluaskan pemikiran siswa mengenai berpikir mereka sendiri, perbedaan terdapat pada penahapan internal. Masing-masing tiga pendekatan itu memiliki tujuan-tujuannya sendiri dan struktur internalnya sendiri. Pelajaran pembentukan konsep adalah yang paling bersifat induktif dan mengharuskan siswa untuk menghasilkan daftar objek dan gagasan dari dasar-dasar informasi mereka sendiri sebelum mengaitkannya dengan defenisi dan penamaan konsep. Pembentukan konsep adalah suatu pendekatan yang lebih inventif dimana aktivitas utama berpusat pada kegiatan memasukan dan mengelompokkan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep ke dalam kategori (Arends, R. I, 1989). Pendekatan ini bertujuan membantu siswa untuk membedakan antara apa yang menjadi sifat suatu objek atau terhadap kelompoknya dan membentuk kategori sendiri dengan membuat skema sehingga menghasilkan perbedaan dan kemampuan mengklasifikasikan atau

3 14 mengelompokkan. Langkah-langkah dalam pembentukan konsep yaitu: (1) Mengajukan pertanyaan kepada siswa yang dapat menghasilkan daftar objek atau gagasan.; (2) Meminta siswa mengelompokkan objek-objek kedalam kelas.; (3) Meminta siswa memberi nama beragam kelas objek (Arneds, R.I, 1989). Syntax dalam pendekatan pembentukan konsep (PPPG IPA 1999 dalam Syamsu, 2005) adalah : Fase 1 : Menyebutkan dan menyusun daftar konsep (proses mental membedakan) Fase 2 : Mengelompokkan (proses mental : mengenai ciri-ciri umum dan mengabstraksikan) Fase 3 : Memberi label dan mengkategorikan (proses mental menentukan urutan secara hierarkis) Bahan bacaan refutational text dibagikan sebelum ketiga fase tersebut dilaksanakan. Menurut Hydn dan Alvermann (Hardigaluh, B. & Judin, T.,2002), bahan bacaan refutational text merupakan suatu metode dan sebagai bahan remidiasi kesalahan konsep siswa. Metode refutational text yang umum adalah teks yang langsung menunjukkan kesalahpahaman. Hal ini hanya berlaku apabila ada kesalahpahaman yang umum terjadi. Pengetahuan yang bertentangan setidaknya benar-benar harus langsung ditunjukkan. Menurut Sinatra, G.M, & Pintrich, P.R (2003) penggunaan teksteks yang memberikan keyakinan yang umum, menyangkalnya dan kemudian menyajikan keyakinan yang ilmiah sebagai alternatif dapat mengubah

4 15 keyakinan siswa yang intuitif tetapi tidak bersifat ilmiah. Teks penyangkalan ini bertujuan untuk merubah opini seseorang mengenai suatu isu. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sinatra, G.M, dan kolega-koleganya dalam mempelajari pembelajaran perubahan konseptual dalam sains, telah memunculkan sedikitnya satu kesimpulan yang stabil yaitu siswa mengubah konsepsi-konsepsi mereka yang bersifat intuitif tetapi tidak ilmiah menjadi konsepsi-konsepsi yang lebih bersifat ilmiah dengan lebih banyak membaca teks penyangkalan daripada membaca teks-teks informasi sederhana (Sinatra, G.M, & Pintrich, P.R, 2003). Tidak hanya terdapat bukti eksperimen bahwa siswa bergerak dalam arah teori ilmiah setelah membaca penyangkalan, tetapi juga terdapat bukti dari wawancara dan observasi bahwa perubahan terjadi dan siswa memilih penyangkalan dibandingkan bentuk-bentuk teks sains lainnya. Sehingga teks penyangkalan itu sebagai suatu bentuk persuasif argumen daripada sekedar deskripsi informasi (Sinatra, G.M, & Pintrich, P.R, 2003). Menurut Sutrisno (Hardigaluh, B. & Judin, T., 2002 ), refutation text adalah teks yang membandingkan antara ide yang benar dan ide yang salah. Menurut Sutrisno (Hardigaluh, B. & Judin, T., 2002), dalam kerangka pemahaman konstruktivisme ide yang benar itu berupa penjelasan terbaik yang diterima oleh banyak orang. Sedangkan menurut Anders, P.L & Guzzetti, B. J (2005), refutation text (teks penyangkalan) adalah merupakan salah satu strategi pengajaran yang memperlihatkan efek-efek jangka panjang dan paling konsisten dalam meningkatkan perubahan konseptual. Teks

5 16 penyangkalan adalah suatu bagian yang mengidentifikasikan kesalahan konsepsi atau konsepsi alternatif dan secara langsung menyangkalnya dengan menjelaskan konsepsi yang diterima. Siswa-siswa yang membaca teks penyangkalan cenderung mempertahankan belajar mereka sepanjang waktu. Menurut pendapat Sinatra, G.M & Pintrich, P.R (2003), ada beberapa alasan mengapa teks penyangkalan itu efektif, yaitu : (1) Dari peneliti (Dole, Niederhauser & Hayes, 1990) menspekulasikan bahwa kekuatan teks penyangkalan adalah membantu para pembaca untuk mengidentifikasikan kapankan gagasan-gagasan teks itu berbeda dari gagasan-gagasan mereka sendiri yang telah ada sebelumnya. Ini mungkin menyebabkan siswa untuk menjadi tidak puas dengan konsepsikonsepsi alternatif mereka (konflik kognitif ), dan mungkin memotivasi siswa untuk mengujikan hal yang masuk akal (plausibility) dan kemampuan diterapkannya konsepsi-konsepsi baru. (2) Barbara dan rekan-rekannya menemukan bahwa siswa lebih memilih teks eksposisi penyangkalan untuk mempelajari konsep-konsep kompleks. Siswa mungkin lebih dapat belajar dari teks yang mereka sukai. (3) Penulis teks penyangkalan berusaha untuk lebih berinteraksi dengan pembaca dengan mempertimbangkan gagasan-gagasannya. Oleh karena itu teks penyangkalan meningkatkan proses transaksi pembuatan makna antara pembaca dan penulis. Akhirnya, teks penyangkalan juga memberikan pandangan otoratif terhadap informasi benar yang

6 17 mungkin dianggap pembaca lebih kredibel dibandingkan teks bukan penyangkalan. Menurut Anders, P.L & Guzzetti, B. J (2005), teks penyangkalan mungkin bervariasi dalam strukturnya, bisa struktur naratif (cerita), atau mungkin menggambarkan struktur eksposisi (informasi tanpa dialog). Kebanyakan textbook ditulis sebagai teks eksposisi bukan penyangkalan dan tidak berisi penyangkalan terhadap kesalahan-kesalahan umum. Teks penyangkalan naratif cukup efektif untuk siswa-siswa sekolah dasar, tetapi tidak penting pada level-level sekolah menengah pertama dan atas. Cara paling umum untuk menuliskan teks penyangkalan adalah dengan mengutip konsepsi alternatif, kemudian penyangkalan, tetapi penyangkalan mungkin muncul terlebih dahulu, diikuti oleh konsepsi alternatif (Anders, P.L & Guzzetti, B. J (2005). Menurut Mikkila-Erdmann (Suping, Shanah M, 2003), penggunaan pertanyaan dan pernyataan tertulis atau teks yang membimbing siswa untuk menerima konsep lebih baik untuk mengubah konseptual sains siswa. Menurut Tekin, S., Kolomuc, A., dan Ayas, A. (2004), teks perubahan konseptual cukup berhasil untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dan miskonsepsi. Teks pengubah konseptual bertujuan untuk menyusun dan mengganti konsep yang miskonsepsi dengan konsep yang benar. Ketika ditemukan miskonsepsi dalam proses pembelajaran, teks pengubah konseptual merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan keberhasilan pendidikan. Dalam penelitian Tastan, I., Dikmenli, M., dan

7 18 Cardak, O. (2008), menyarankan dilakukan studi yang sama pada berbagai pelajaran dan berbagai tingkat kelas. Menurut Strike dan Posner (Hynd, C., Alvermann, D., & Qian, G., 1997), berpendapat bahwa perubahan konseptual lebih mungkin terjadi ketika siswa percaya bahwa ilmu pengetahuan adalah logis dan berguna untuk sehari-hari mereka dalam berurusan dengan dunia. Posner, et al. (1982) berhipotesis bahwa ada empat syarat untuk perubahan konseptual, yaitu: (a) tidak puas dengan satu konsepsi saat ini, diikuti oleh sejauh mana konsepsi baru bisa dianggap (b) dimengerti, (c) masuk akal, dan (d) berbuah (dalam arti bahwa ini akan menyediakan kerangka kerja bagi solusi masalah baru) (Hynd, C., Alvermann, D., & Qian, G., 1997). Untuk mengubah konseptual siswa menurut Guzzetti, et al., (1993), salah satu strategi adalah mendukung penggunaan teks-teks refutational yang membantah konsep-konsep intuitif siswa yang biasa atau lazim untuk menjadi konsep yang ilmiah. Teks yang membantah ide nonscientific terbukti efektif dalam membantu siswa belajar prinsip-prinsip ilmiah yang tampak berlawanan (Hynd, C., Alvermann, D., & Qian, G., 1997). Teks adalah satu-satunya faktor yang menghasilkan perubahan konseptual jangka panjang. Sebuah refutational text memperkenalkan teori umum, keyakinan, atau ide, hal yang menyangkal, dan menawarkan alternatif teori, keyakinan, atau ide yang muncul untuk menjadi lebih memuaskan (Hynd, C. R., 2001). Refutational text juga harus digunakan untuk menunjukkan bentuk-bentuk tulisan persuasif, sehingga siswa bisa melihat apa efek sangkalan terhadap

8 19 ide-ide mereka dan menolong mereka untuk berpikir kritis tentang apa yang mereka pelajari. Menurut Pinarbas, T., Canpolat, et al (2006), refutation text yang ditulis sebelumnya dan pandangan dominan saat ini digunakan sebagai solusi untuk menangani konsep siswa. Menurut Deliani (Hardigaluh, B. & Judin, T., 2002), adapun struktur yang dinamakan refutation text ini diawali dengan membicarakan konsepsikonsepsi siswa lebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan argumentasi dengan mengubah atau mempertajam konsepsi-konsepsi siswa sehingga sesuai dengan konsepsi para ahli (yang dianggap benar). Adapun langkahlangkah pengembangan bacaan yang berbentuk refutation text sebagai berikut: 1. Menyajikan jenis-jenis kesalahan yang banyak dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal tes diagnostik. 2. Membahas anggapan-anggapan siswa atau konsepsi awal siswa (prakonsepsi) terhadap materi ajar yang dijaring dengan tes diagnostik. 3. Membahas alternatif penyajian materi yang mungkin diterima oleh kebanyakan siswa dan konsepsi-konsepsi yang salah dapat diperbaiki. Di sini dapat dilakukan dengan pemberian arahan atau peringatan kepada siswa dari setiap langkah pekerjaan agar tidak dapat melupakan konsep-konsep yang digunakan (Hardigaluh, B. & Judin, T., 2002). Dalam penelitian Hardigaluh, B. & Judin, T. bahan bacaan refutation text memberikan pengaruh terhadap pemahaman siswa tentang konsep suhu dan kalor.

9 20 Berdasarkan pemaparan di atas maka pembelajaran pendekatan pembentukan konsep dengan metode refutational text adalah suatu cara mengajar yang lebih inventif dimana aktivitas utama berpusat pada kegiatan memasukkan dan mengelompokkan contoh dan bukan contoh dari konsepkonsep ke dalam kategori, yang dihubungkan dengan struktur teks yang langsung memperlihatkan kesalahpahaman. Struktur teks tersebut berupa bahan bacaan refutational text pada materi suhu dan kalor pada siswa SMP. B. Pendekatan Pembentukan Konsep dengan Metode Ceramah Metode ceramah merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan (Roestiyah N.K., 2008). Metode ceramah merupakan metode pengajaran yang sangat sederhana karena kesederhanaannya inilah metode ini paling banyak digunakan (Gulo, W, 2002). Pada metode ceramah guru memberikan penerangan atau penuturan secara lisan kepada sejumlah siswa (Wartono, 2003). Siswa mendengarkan dan mencatat seperlunya. Pada umumnya murid bersifat pasif, yaitu menerima saja apa yang dijelaskan oleh guru. Metode caramah mempunyai keuntungan-keuntungan antara lain : a. Dapat diberikan sejumlah besar murid. b. Dapat menyelesaikan suatu mata pelajaran dengan cepat. c. Guru akan lebih mudah mengawasi ketertiban siswa dalam mendengarkan pelajaran.

10 21 d. Perhatian guru tidak terbagi-bagi. e. Perhatian guru terpusat pada kelas. Kekurangan-kekurangannya antara lain bahwa: a. Murid sering kali tidak ikut aktif dalam proses belajar itu, sehingga pelajaran menjadi kurang efektif. b. Terutama bagi murid yang belum cukup dewasa, metode ceramah ini sering menimbulkan kebosanan. c. Guru tidak mampu mengontrol sejauh mana siswa telah memahami uraiannya, apakah ketenangan/kediaman siswa dalam mendengarkan pelajaran itu berarti bahwa siswa telah memahami pelajaran yang diberikan. Metode ceramah diperlukan ketika guru hendak menjelaskan hal-hal bersikap teoritis. Metode ceramah juga dipergunakan untuk mengulang suatu pelajaran yang telah lalu secara cepat, untuk memberikan penjelasanpenjelasan yang diperlukan sebelum melakukan suatu percobaan atau demonstrasi. Untuk menjaga jangan sampai siswa bersikap pasif dalam proses belajar, metode ceramah biasanya diselinggi dengan tanya jawab atau diskusi yang mengusahakan agar siswa ikut juga dalam proses pengembangan pengertian baru itu. Dengan mengajukan pertanyaan guru dapat meneliti apakah siswa telah menguasai pengertian dari setiap pokok persoalan yang telah diuraikan, serta dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran itu.

11 22 Berdasarkan pemaparan di atas maka pendekatan pembentukan konsep dengan metode ceramah adalah merupakan suatu cara mengajar yang lebih inventif dimana aktivitas utama berpusat pada kegiatan memasukkan dan mengelompokkan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep ke dalam kategori, informasi atau uraian tentang suatu pokok materi dan masalah disampaikan secara lisan kepada sejumlah siswa. C. Penguasaan Konsep Penguasaan konsep diperoleh melalui proses belajar sedangkan belajar merupakan proses kognitif yang melibatkan tiga proses yaitu memperoleh informasi baru, mentransformasikan informasi dan menguji relevansi dan ketetapan pengetahuan, proses tersebut berlangsung secara bersamaan (Dahar, 1996). Menurut Anderson dan Krathwohl (Dirgantara, Y., 2008), penilaian penguasaan konsep mengacu pada Taksonomi Bloom. Penguasaan konsep menurut revisi taksonomi Bloom untuk aspek kognitif terdiri dari: 1) mengingat (remember); meliputi mengenali (recognizing), mengingat (recalling); 2) pemahaman/mengerti (understand); meliputi menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying), merangkum/meringkas (summarizing), menyimpulkan (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining); 3) menerapkan (apply), meliputi melaksanakan/menjalankan (executing), menerapkan (implementing); 4) menganalisis (analyze), meliputi membedakan/membuat perbedaan (differenting),

12 23 menyusun/mengorganisasikan (organizing), menghubungkan (attributing); 5) mengevaluasi/menilai (evaluate), meliputi mencek (cheking), mengkritik (criticuing); 6) menciptakan (create), meliputi membangkitkan/menghasilkan (generating), merencanakan (planing), menghasilkan (producing). Menurut Rustaman (dalam Suwarna, 2005), untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama lebih ditekankan pada tiga jenjang kognitif yang pertama yaitu pengetahuan atau ingatan (C 1 ), pemahaman (C 2 ), dan penerapan konsep (C 3 ). Penguasaan konsep sangat perlu bagi siswa karena jika siswa sudah menguasai konsep materi pelajaran dengan baik maka siswa tersebut akan mampu membawa konsep tersebut ke dalam bentuk persoalan lain yang ada hubungannya dengan konnsep itu. D. Kemampuan Berpikir Logis Kemampuan berpikir logis setiap individu atau siswa pada dasarnya tidak sama, tergantung dari tingkat perkembangan intelektulnya. Piaget (Zahar, 2000) menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir logis memiliki perkembangan intelektualnya pada tingkat operasi formal yaitu pada umur lebih dari 12 tahun. Pada tahap ini siswa sudah mempunyai kemampuan berpikir abstrak. Menurut Albrecht (dalam Zahar, 2000), mengemukakan bahwa dalil logika merupakan peta verbal yang terdiri dari tiga bagian yaitu : (1) Dasar pemikiran atau fakta tempat berpijak.; (2) Argumentasi atau cara kita menempatkan dasar pemikiran bersama-sama.; (3) Kesimpulan atau hasil yang dicapai dengan menerapkan argumentasi pada

13 24 dasar pemikiran. Sehingga dalil logis adalah suatu pernyataan proses berpikir lengkap yang terdiri dari sejumlah dasar pemikiran, sebuah argumentasi dan sebuah kesimpulan. Proses berpikir tersebut didapat melalui berpikir induktif dan deduktif. Berpikir deduktif bekerja dari atas ke bawah, sedangkan berpikir deduktif bekerja sebaliknya, dari bawah ke atas. Dalam penelitian Zahar (2002), untuk kriteria penalaran logis induktif dan deduktif dilihat dari kriteria soal mudah, soal sedang dan sukar. Menurut Ratnata (1995), kriteria untuk menentukan soal mudah, sedang dan sukar dirinci dalam Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 dibawah ini. Tabel 2.1 Kriteria Soal untuk Berpikir Induktif Kriteria soal Tujuan A. Soal Mudah : Untuk menjaring berpikir induktif siswa pada taraf daya 1. Sifat soal mudah pikir sederhana logis, siswa diharapkan mampu : 2. Mengandung dua variabel yang hubungannya 1. Melihat fakta-fakta dalam soal linier 2. Berargumentasi berdasarkan fakta tersebut 3. Argumentasi yang dituntut pada taraf sederhana 3. Menarik inferensi (kesimpulan) sederhana dan logis B. Soal sedang : Untuk menjaring berpikir induktif siswa pada taraf daya 1. Sifat soal tidak terarah nalar sedang logis, siswa diarapkan mampu : 2. Mengandung dua variabel yang hubungannya 1. Melihat fakta-fakta dalam soal terbalik 2. Berargumentasi berdasarkan fakta tersebut 3. Kemampuan berargumentasi yang dituntut pada 3. Menarik kesimpulan mendekati kompleks dan logis tahap mendekati kompleks sedang C. Soal sukar : Untuk menjaring penalaran induktif siswa pada taraf daya 1. Sifat soal tidak terarah nalar ketat (tinggi) logis, siswa diharapkan mampu : 2. Mengandung lebih dari dua variabel 1. Melihat fakta-fakta dalam soal 3. Ada unsur variabel yang linier dan terbalik 2. Berargumentasi berdasarkan variabel yang kompleks 4. Siswa dituntut mampu berargumentasi yang dan logis kompleks 3. Menarik kesimpulan yang kompleks dan logis

14 25 Tabel 2.2 Kriteria Soal untuk Berpikir Deduktif Kriteria soal A. Soal Mudah : 1. Sifat soal terarah 2. Siswa dituntut mampu memahami hukumhukum, konsep-konsep dan persamaan yang bersifat sederhana tentang suhu dan kalor 3. Argumentasi yang dituntut pada taraf sederhana B. Soal sedang : 1. Argumentasi yang dituntut pada taraf sederhana Sifat soal tidak terarah 2. Siswa dituntut mampu memahami hukumhukum dan konsep-konsep suhu dan kalor yang sedikit rumit 3. Kemampuan berargumentasi yang dituntut pada tahap mendekati kompleks sedang C. Soal sukar : 1. Sifat soal tidak terarah 2. Siswa dituntut dapat mengemukakan hukumhukum, konsep-konsep yang rumit (kompleks) 3. Siswa dituntut mampu berargumentasi secara kompleks Tujuan Untuk menjaring berpikir deduktif siswa pada taraf daya pikir sederhana logis, siswa diharapkan mampu : 1. Mengemukakan hukum-hukum dan konsep-konsep sederhana tentang suhu dan kalor berdasarkan pernyataan dan pertanyaan dalam soal 2. Berargumentasi berdasarkan hukum-hukum dan konsep sederhana 3. Menarik kesimpulan yang logis Untuk menjaring berpikir deduktif siswa pada taraf daya nalar sedang logis, siswa diarapkan mampu : 1. Mengemukakan konsep-konsep yang berhubungan erat dengan persoalaan 2. Berargumentasi melalui berpikir yang sedikit rumit, berdasarkan fakta-fakta, hukum-hukum dan teori-teori maupun konsep yang ada 3. Menarik kesimpulan mendekati kompleks dan logis Untuk menjaring penalaran deduktif siswa pada taraf daya nalar ketat (tinggi) logis, siswa diharapkan mampu : 1. Memahami hukum-hukum, konsep-konsep yang kompleks untuk memecahkan persoalan 2. Berargumentasi berdasarkan hukum-hukum, konsepkonsep yang kompleks 3. Menarik kesimpulan yang kompleks dan logis Berdasarkan penjelasan pada Tabel 2.1 dan 2.2, peneliti memahami bahwa secara keseluruhan kriteria untuk berpikir induktif adalah siswa mampu melihat fakta-fakta dalam soal kemudian dapat berargumentasi dan dapat menarik kesimpulan yang logis. Sedangkan kriteria untuk berpikir deduktif adalah siswa dapat mengemukakan hukum-hukum, konsep-konsep untuk memecahkan masalah dalam soal, kemudian dapat berargumentasi

15 26 berdasarkan hukum-hukum, konsep-konsep tersebut dan kemudian dapat menarik kesimpulan dengan benar. Berdasarkan penjelasan di atas maka indikator yang menunjukkan siswa mampu berpikir logis adalah siswa mampu berpikir induktif dan deduktif. E. Materi Suhu dan Kalor 1. Suhu (temperatur) dan Termometer Suhu adalah ukuran derajat panas atau dinginya suatu benda. Konsep suhu (temperatur) berakar dari ide kualitatif yaitu panas dan dingin yang berdasarkan pada indera sentuhan kita. Benda yang terasa panas umumnya memiliki suhu yang lebih tinggi dari pada benda yang dingin. Hal ini tidak cukup jelas dan indera dapat terkelabui. Untuk menggunakan suhu sebagai ukuran panas atau dingin perlu dibuat suatu skala suhu, yaitu dibuat termometer (alat yang dirancang untuk mengukur temperatur). Untuk mengukur suhu sebuah benda, sentuhkan termometer dengan benda tersebut. Jika kita ingin mengetahui suhu secangkir kopi panas, masukkan termometer ke dalam kopi, saat keduannya berinteraksi termometer menjadi lebih panas dan kopi sedikit menjadi lebih dingin. Setelah termometer mencapai nilai tunaknya baca suhunya. Sistem telah mencapai kondisi kesetimbangan, di mana interaksi antara termometer dan kopi tidak menyebabkan perubahan lebih jauh pada sistem. Untuk mengukur suhu secara kuantitatif maka perlu dibuat semacam skala numerik yang dalam pembacaanya tidak menggunakan ukuran panas dan dingin tetapi dalam skala

16 27 angka yang menyatakan tinggi rendahnya suhu suatu benda. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu benda dengan tepat dan menyatakannya dengan angka disebut termometer. 2. Kalor Menurut beberapa sumber kalor didefinisikan sebagai energi yang dipindahkan di antara sebuah sistem dan sekelilingnya sebagai akibat dari adanya perbedaan suhu (Giancoli, 2001 & Halliday, 1997). Kalor hanya digunakan bila menjelaskan perpindahan energi dari satu benda ke benda yang lain (Tipler, 2001). Energi dalam adalah jumlah dari semua energi yang dimiliki tiap molekul di sebuah benda. Dengan demikian maka kalor adalah energi yang dipindahkan akibat adanya perbedaan temperatur. Sedangkan energi dalam merupakan jumlah dari semua energi yang dimiliki tiap molekul di sebuah benda yang ditransfer dari sistem yang panas ke sistem yang dingin dalam bentuk panas karena adanya perbedaan temperatur bila suatu sistem bersinggungan dengan sistem yang lain. Menurut Joseph Black kenaikan suhu suatu benda dapat digunakan untuk menentukan kalor yang tersimpan dalam benda tersebut. Besarnya kalor yang diserap atau yang dilepaskan oleh suatu benda (Q) sebanding dengan massa benda, kalor jenis dan perubahan suhu. Secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan: Q = mc T (2.1)

17 28 Keterangan: Q = banyaknya kalor yang diserap atau yang dilepaskan dengan satuan joule atau kalori m = massa benda dengan satuan kg c = kalor jenis benda dengan satuan joule/kg 0 C T = perubahan suhu dengan satuan 0 C atau K Kalor jenis (c) merupakan besaran karakteristik dari suatu zat. Kalor jenis suatu zat didefenisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg sesuatu zat sebesar 1 K atau 1C 0 (Giancoli, 2001: 492). Jika hasil yang didapat positif, panas memasuki benda dan suhunya naik. Jika hasilnya negatif, panas keluar dari benda dan suhunya turun (Young dan Freedman, 2002: 468). Pada umumnya jika suatu benda diberi kalor, maka dalam waktu tertentu zat tersebut wujudnya akan berubah menjadi wujud lain. Perubahan fase (phase change) adalah transisi dari satu fase ke fase lainnya. Fase tersebut adalah fase padat, fase cair dan fase gas yang pada prinsipnya merupakan suatu proses reversibel (dapat berbalik) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. GAS PADAT Keterangan: 1 = mencair/melebur 4 = mengembun 2 = membeku 5 = menyublim 3 = menguap 6 = mengkristal Gambar 2.1. Proses Perubahan Wujud Zat Cair, Padat dan Gas 2 CAIR

18 29 Kalor yang dibutuhkan untuk mengubah 1 kg zat dari padat menjadi cair disebut kalor lebur dinyatakan dengan L. Kalor yang dibutuhkan untuk merubah suatu zat dari fase cair ke uap disebut kalor penguapan U. Pada saat terjadi perubahan fase, tidak terjadi kenaikkan suhu meskipun pada zat tersebut ada kalor yang diberikan, kalor yang diterima digunakan untuk merubah wujud zat sehingga tidak nampak adanya kalor (yang biasanya ditandai dengan perubahan suhu). Itulah sebabnya kalor ini dinamakan kalor laten (artinya kalor tersembunyi). Kalor yang terlibat dalam perubahan fase tidak hanya bergantung pada kalor laten, tetapi juga pada massa total zat tersebut sehingga banyaknya kalor yang diperlukan dalam perubahan fase suatu benda adalah: Q = ml (2.2) Q = mu (2.3) Keterangan: L = kalor laten pada proses peleburan dari zat tertentu dalam satuan joule/kg U = kalor laten pada proses penguapan dari zat tertentu dalam satuan joule/kg m = massa zat dengan satuan kg Q = kalor yang diperlukan atau dilepaskan selama perubahan fase Untuk sembarang bahan pada tekanan tertentu, suhu pembekuan sama dengan suhu peleburan. Pada suhu unik ini fase cair dan padat (misalnya air dan es) dapat muncul bersamaan pada kondisi yang disebut kesetimbangan fase ( phase equilibrium) (Young dan Freedman, 2002: 470). Gambar 2.2 di bawah ini menunjukkan bagaimana suhu berubah ketika ditambahkan panas secara

19 30 kontinu pada spesimen es dengan suhu awal C (titik a). Suhu naik hingga tercapai titik lebur (titik b). Lalu ketika panas terus ditambahkan, suhu tetap konstan hingga seluruh es mencair (titik c). kemudian suhu mulai naik lagi sampai suhu didih tercapai (titik d). Pada titik ini suhu kembali konstan hingga seluruh air berubah menjadi gas (titik e) (Young dan Freedman, 2002: 471). T ( 0 C) Fase gas (uap) 125 d e 100 Titik didih Fase cair (air) 25 b c 0 Titik lebur Fase padat (es) -25 a Waktu Gambar 2.2. Grafik Suhu terhadap Waktu untuk Spesimen Air dengan Wujud Awal Padat (es). (Young dan Freedman, 2002: 471). 3. Hukum Kekekalan Energi dan Asas Black Dalam aktivitas sehari-hari misalnya pada saat kita menuang air dingin ke dalam kopi panas dan kemudian diaduk rata sampai terjadi kesetimbangan termal maka akan diperoleh air hangat yang suhunya antara air panas dan air dingin. Pertukaran kalor pada contoh ini sesuai dengan hukum kekekalan energi, banyaknya kalor yang diserap oleh zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diserap oleh zat yang suhunya lebih rendah, yang secara matematis dinyatakan sebagai berikut:

20 31 Q lepas = Q serap (2.4) Persamaan 2.4 di atas dikenal dengan asas Black, disesuaikan dengan ilmuwan yang pertama kali menyelidiki tentang pertukaran kalor yakni Joseph Black ( ). 4. Perpindahan Kalor Bila dua benda atau lebih terjadi kontak termal maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bertemperatur lebih tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah, hingga tercapainya kesetimbangan termal. Proses perpindahan panas ini berlangsung dalam 3 mekanisme, yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi. a. Perpindahan Kalor Secara Konduksi Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Berdasarkan daya hantar kalor, benda dibedakan menjadi dua, yaitu : (1) Konduktor adalah zat yang memiliki daya hantar kalor baik. Contoh : besi, baja, tembaga, aluminium, dll. (2) Isolator adalah zat yang memiliki daya hantar kalor kurang baik. Contoh : kayu, plastik, kertas, kaca, air, dll. Adapun dalam kehidupan sehari-hari, banyak peralatan rumah tangga yang prinsip kerjanya memanfaatkan konsep perpindahan kalor secara konduksi, antara lain : setrika listrik, solder.

21 32 b. Perpindahan Kalor Secara Konveksi Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis zat. Dari peristiwa berikut, maka dapat dipahami peristiwa konveksi yaitu: (1) Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misalnya sistem pemanasan air, sistem aliran air panas. (2) Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara, misal terjadinya angin darat dan angin laut, sistem ventilasi udara, untuk mendapatkan udara yang lebih dingin dalam ruangan dipasang AC atau kipas angin, dan cerobong asap pabrik. Peristiwa angin laut dan angin darat merupakan contoh peristiwa alam yang melibatkan arus konveksi pada zat gas. Pada siang hari daratan lebih cepat panas daripada lautan. Hal ini mengakibatkan udara panas di daratan akan naik dan tempat tersebut diisi oleh udara dingin dari permukaan laut, sehingga terjadi gerakan udara dari laut menuju ke darat yang biasa disebut angin laut. Angin laut terjadi pada siang hari, biasa digunakan oleh nelayan tradisional untuk pulang ke daratan. Sedangkan pada malam hari daratan lebih cepat dingin daripada lautan. Hal ini mengakibatkan udara panas di permukaan air laut akan naik dan tempat tersebut diisi oleh udara dingin dari daratan, sehingga terjadi gerakan udara dari darat menuju ke laut yang disebut angin darat. Angin darat terjadi pada

22 33 malam hari, biasa digunakan oleh nelayan tradisional untuk melaut mencari ikan. c. Perpindahan Kalor Secara Radiasi Radiasi adalah perambatan atau perpindahan panas melalui gelombang elektromagnetik. Energi yang dipancarkan oleh benda berupa gelombang elektromagnetik dinamakan energi radiasi. Setiap benda yang mempunyai suhu di atas 0 K memancarkan energi radiasi. Setiap orang merasakan kehangatan radiasi matahari dan panas yang intens dari permukaan kayu atau dari batu bara yang membara di perapian. Kebanyakan panas yang sangat panas tersebut mencapai tubuh tidak dengan konduksi atau konveksi melalui udara melainkan dengan radiasi. Perpindahan panas ini akan terjadi bahkan jika tidak ada media (hampa udara) di antara tubuh dan sumber panas. Oleh karena itu radiasi juga sering disebut sebagai perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara. Alat yang digunakan untuk mengetahui adanya radiasi kalor atau energi pancaran kalor disebut termoskop. Termoskop terdiri dari dua buah bola kaca yang dihubungkan dengan pipa U berisi alkohol yang diberi warna. Salah satu lampu dicat hitam, sedangkan yang lain dicat putih. Apabila pancaran kalor mengenai bola yang dicat hitam, hal ini mengakibatkan tekanan gas pada bola tersebut menjadi besar, sehingga mengakibatkan turunnya permukaan zat cair yang ada di bawahnya. Dari hasil pengamatan yang dilakukan bila menggunakan alat termoskop ini maka dapat disimpulkan bahwa permukaan benda hitam,

23 34 kusam, dan kasar merupakan pemancar dan penyerap kalor yang baik. Permukaan benda putih, mengkilap dan halus merupakan pemancar dan penyerap kalor yang buruk. Penerapan perpindahan kalor secara radiasi dalam kehidupan seharihari adalah sebagai berikut : (1) Pada siang hari yang cerah orang lebih suka memakai baju cerah daripada baju gelap, agar mengurangi penyerapan kalor. (2) Cat mobil atau motor dibuat mengkilap untuk mengurangi penyerapan kalor. (3) Mengenakan jaket tebal atau meringkuk di bawah selimut tebal saat udara dingin badan akan terasa hangat. Udara termasuk isolator yang baik. Dalam selimut terdapat bulu-bulu kecil atau serat yang akan menjebak udara sehingga kalor mengumpul di bawah selimut membuat lebih hangat. (4) Dinding termos dilapisi oleh perak, hal ini bertujuan untuk mencegah hilangnya kalor secara radiasi. Ruang hampa antara dinding kaca pada termos bertujuan untuk mencegah perpindahan kalor secara konveksi.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang. masing-masing komponen masukkan itu berbeda-beda pada setiap lembaga

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang. masing-masing komponen masukkan itu berbeda-beda pada setiap lembaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut pendapat Gulo, W (2002), ada enam komponen yang saling berinteraksi yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian

Lebih terperinci

KALOR. Keterangan Q : kalor yang diperlukan atau dilepaskan (J) m : massa benda (kg) c : kalor jenis benda (J/kg 0 C) t : kenaikan suhu

KALOR. Keterangan Q : kalor yang diperlukan atau dilepaskan (J) m : massa benda (kg) c : kalor jenis benda (J/kg 0 C) t : kenaikan suhu KALOR Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

- - KALOR - - Kode tujuh3kalor - Kalor 7109 Fisika. Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila.

- - KALOR - - Kode tujuh3kalor - Kalor 7109 Fisika. Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila. - - KALOR - - KALOR Definisi Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama

Lebih terperinci

BAB 6 KALOR. Energi Kalor. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi:

BAB 6 KALOR. Energi Kalor. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi: BAB 6 KALOR Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Standar Kompetensi: Memahami wujud zat dan perubahannya

Lebih terperinci

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD 1. Apa yang dimaksud dengan kalor? 2. Bagaimana pengaruh kalor pada benda? 3. Berapa jumlah kalor yang diperlukan untuk perubahan suhu benda? 4. Apa yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB 10 KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR

BAB 10 KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR BAB 10 KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR A. Kalor Sebagai Bentuk Energi Kalor adalah suatu jenis energy yang dapat menimbulkan perubahan suhu pada suatu benda. Secara alami kalor berpindah dari benda yang bersuhu

Lebih terperinci

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K. KALOR Dosen : Syafa at Ariful Huda, M.Pd MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pemenuhan nilai tugas OLEH : MARDIANA 20148300573 LADAYNA TAWALANI M.K. 20148300575 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD Kalor dan Perpindahannya BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD 1. Apa yang dimaksud dengan kalor? 2. Bagaimana pengaruh kalor pada benda? 3. Berapa jumlah kalor yang diperlukan

Lebih terperinci

KALOR DAN KALOR REAKSI

KALOR DAN KALOR REAKSI KALOR DAN KALOR REAKSI PENGERTIAN KALOR Kalor Adalah bentuk energi yang berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah ketika kedua benda bersentuhan. Satuan kalor adalah Joule (J)

Lebih terperinci

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada

Lebih terperinci

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. KALOR A. Pengertian Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kress et al dalam Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi (2008: 373)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kress et al dalam Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi (2008: 373) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Representasi Matematika Kress et al dalam Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi (2008: 373) mengatakan bahwa secara naluriah manusia menyampaikan, menerima,

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal 64 LAMPIRAN I Tes Hasil Belajar Observasi Awal 65 LAMPIRAN II Hasil Observasi Keaktifan Awal 66 LAMPIRAN III Satuan Pembelajaran Satuan pendidikan : SMA Mata pelajaran : Fisika Pokok bahasan : Kalor Kelas/Semester

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur. KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda

Lebih terperinci

KALOR (HEAT) Kalor. padat KALOR PERPINDAHAN KALOR

KALOR (HEAT) Kalor. padat KALOR PERPINDAHAN KALOR KALOR (HEAT) Peta konsep (Concept map) Kalor Memerlukan kalor Memerlukankalor ASAS BLACK kalor padat Melepaskan kalor cair Melepaskan kalor gas Mengubah wujud zat KALOR Mengubah wujud zat.. Bergantung

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud benda serta perpindahan kalor untuk kegiatan PELATIHAN

Lebih terperinci

pendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi

pendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi pendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi Standar kompetensi : memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi dasar : Mendiskripsikan peran dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya

Lebih terperinci

LAMPIRAN I (TBL. 01) Hasil Belajar Siswa pada Observasi Awal

LAMPIRAN I (TBL. 01) Hasil Belajar Siswa pada Observasi Awal LAMPIRAN I (TBL. 01) Hasil Belajar Siswa pada Observasi Awal No No Induk Jenis Kelamin Skor Ketuntasan > 75 1 8710 P 91 Tuntas 2 8712 L 83 Tuntas 3 8716 L 68 Tidak Tuntas 4 8720 P 59 Tidak Tuntas 5 8721

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya kami bisa menyelesaikan makalah yang kami beri judul suhu dan kalor ini tepat pada waktu yang

Lebih terperinci

Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK

Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK TUNTAS 5 Siswa 5 40 TIDAK TUNTAS 6 Siswa 6 40 TIDAK

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatihan Soal 9.3

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatihan Soal 9.3 1. Perhatikan pernyataan berikut! SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatihan Soal 9.3 1. Angin laut terjadi pada siang hari, karena udara di darat lebih panas daripada di laut. 2. Sinar

Lebih terperinci

9/17/ KALOR 1

9/17/ KALOR 1 9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak didapati penggunaan energi dalambentukkalor: Memasak makanan Ruang pemanas/pendingin Dll. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

KALOR. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan

KALOR. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan KALOR A. Pengertian Kalor Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda

Lebih terperinci

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B Kalor sebagai Energi 143 B A B B A B 7 KALOR SEBAGAI ENERGI Sumber : penerbit cv adi perkasa Perhatikan gambar di atas. Seseorang sedang memasak air dengan menggunakan kompor listrik. Kompor listrik itu

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR A. Pengertian Suhu Suhu atau temperature adalah besaran yang menunjukkan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Pengukuran suhu didasarkan pada keadaan fisis zat (

Lebih terperinci

Anda dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor, dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah.

Anda dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor, dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah. Kalor dan Suhu Anda dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor, dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah. Sebuah gunung es mempunyai kalor yang lebih

Lebih terperinci

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN MATERI POKOK 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memformulasikan konsep kalor jenis dan kapasitas kalor. Mendeskripsikan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR

LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR KELAS KONTROL LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR PERCOBAAN 1 PERPINDAHAN KALOR SECARA KONVEKSI FAKTA Proses terjadinya angin laut! Angin laut terjadi pada siang hari, proses terjadi angin laut yaitu

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALATIHAN SOAL BAB 9

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALATIHAN SOAL BAB 9 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALATIHAN SOAL BAB 9 1. Perhatikan grafik pemanasan 500 gram es berikut ini! http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/fis9-9.1.png Jika kalor

Lebih terperinci

KALOR. Kelas 7 SMP. Nama : NIS : PILIHAN GANDA. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

KALOR. Kelas 7 SMP. Nama : NIS : PILIHAN GANDA. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! KALOR Kelas 7 SMP Nama : NIS : PILIHAN GANDA Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Suatu bentuk energi yang berpindah karena adanya perbedaan suhu disebut... a. Kalorimeter b. Kalor c. Kalori

Lebih terperinci

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744 A. Suhu dan Pemuaian B. Kalor dan Perubahan Wujud C. Perpindahan Kalor A. Suhu Kata suhu sering diartikan sebagai suatu besaran yang menyatakan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Seperti besaran

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA (LAPORAN ) PRAKTIKUM IPA SD PDGK 4107 MODUL 5. KALOR PERUBAHAN WUJUD ZAT dan PERPINDAHANNYA PADA SUATU ZAT

LEMBAR KERJA (LAPORAN ) PRAKTIKUM IPA SD PDGK 4107 MODUL 5. KALOR PERUBAHAN WUJUD ZAT dan PERPINDAHANNYA PADA SUATU ZAT LEMBAR KERJA (LAPORAN ) PRAKTIKUM IPA SD PDGK 4107 MODUL 5 KALOR PERUBAHAN WUJUD ZAT dan PERPINDAHANNYA PADA SUATU ZAT NAMA NIM : : KEGIATAN PRAKTIKUM A. PERCOBAAN TITIK LEBUR ES 1. Suhu es sebelum dipanaskan

Lebih terperinci

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR Pengertian Sifat Termal Zat. Sifat termal zat ialah bahwa setiap zat yang menerima ataupun melepaskan kalor, maka zat tersebut akan mengalami : - Perubahan suhu / temperatur

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep KALOR. Pengaruh Kalor. Perubahan. Wujud Zat. Kalor yang Dibutuhkan untuk Perubahan Wujud

KALOR. Peta Konsep KALOR. Pengaruh Kalor. Perubahan. Wujud Zat. Kalor yang Dibutuhkan untuk Perubahan Wujud BAB 6 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan dapat mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari KALOR Peta Konsep

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR. perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu,

BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR. perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR A. Pendekatan Keterampilan Proses Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II KALOR Pembelajaran ini bertujuan agar Anda dapat :

BAB II KALOR Pembelajaran ini bertujuan agar Anda dapat : BAB II KALOR Pembelajaran ini bertujuan agar Anda dapat : Menyelidiki pengaruh kalor terhadap : a.perubahan suhu benda b. perubahan wujud benda Menyelidiki: a. faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 4. Kalor dan PerpindahannyaLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 4. Kalor dan PerpindahannyaLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - FISIKA BAB 4. Kalor dan PerpindahannyaLatihan Soal 4.3 1. Perhatikan peristiwa berikut! 1) Kapur barus pewangi pakaian didalam lemari makin lama makin kecil. 2) Timbulnya butir-butir air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

II. KAJIAN TEORI. Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan

II. KAJIAN TEORI. Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan II. KAJIAN TEORI A. Pendekatan Matematika Realistik Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dimulai sekitar tahun 1970-an. Yayasan yang diprakarsai

Lebih terperinci

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita sering tidak menyadari mengapa es

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Topik Alokasi Waktu : SMP IT Al-Multazam : Ilmu Pengetahuan Alam : 7 (Tujuh) / 2 (Dua) : Kalor dan Perpindahannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara

Lebih terperinci

FISIKA TERMAL Bagian I

FISIKA TERMAL Bagian I FISIKA TERMAL Bagian I Temperatur Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur adalah termometer.

Lebih terperinci

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi Standar Kompetensi 7. Menerapkan konsep suhu dan kalor 8. Menerapkan konsep fluida 9. Menerapkan hukum Termodinamika 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi 11. Menerapkan konsep magnet dan elektromagnet

Lebih terperinci

Soal Dan Pembahasan Suhu Dan Kalor

Soal Dan Pembahasan Suhu Dan Kalor Soal Dan Suhu Dan Kalor 1. Panas sebesar 12 kj diberikan pada pada sepotong logam bermassa 2500 gram yang memiliki suhu 30 C. Jika kalor jenis logam adalah 0,2 kalori/gr C, tentukan suhu akhir logam! :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif pertama kali muncul dari para filosofis di awal abad masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus memiliki

Lebih terperinci

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1A WACANA Setiap hari kita menggunakan berbagai benda dan material untuk keperluan kita seharihari. Bagaimana

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA 1. Kalor berpindah karena perbedaan suhu

LEMBAR KERJA 1. Kalor berpindah karena perbedaan suhu LEMBAR KERJA 1. Kalor berpindah karena perbedaan suhu Kendaraan memerlukan bensin atau solar agar dapat dijalankan. Tanaman disiram dan diberi pupuk agar dapat tumbuh subur, hewan mencari makan untuk kelangsungan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 15) Temperatur Skala Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor dan Energi Internal Kalor Jenis Transfer Kalor Termodinamika Temperatur? Sifat Termometrik?

Lebih terperinci

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto MENU HARI INI TEMPERATUR KALOR DAN ENERGI DALAM PERUBAHAN FASE Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat

Lebih terperinci

Penggunaan Matematika

Penggunaan Matematika Penggunaan Matematika Jika dalam bentuk lambang: Pertambahan panjang merupakan panjang akhir dikurangi panjang mula-mula (L t L o ). Maka, panjang benda setelah pemuaian dapat ditentukan, yakni Contoh

Lebih terperinci

3. Pernyataan yang benar untuk jumlah kalor yang diserap menyebabkan perubahan suhu suatu benda adalah... a. b. c. d.

3. Pernyataan yang benar untuk jumlah kalor yang diserap menyebabkan perubahan suhu suatu benda adalah... a. b. c. d. ULANGAN UMUM SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011-2012 SMPK KOLESE SANTO YUSUP 2 MALANG Mata pelajaran : Fisika Hari/tanggal : Rabu, 16 Mei 2012 Kelas : VII Waktu : 07.00 08.30 Pilihlah jawaban yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembelajaran fisika yang tertuang di dalam kerangka Kurikulum 2013 ialah menguasai konsep dan prinsip serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang akan memiliki pengalaman dari hasil fenomena yang diamati dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman-pengalaman yang dimiliki itu kemudian menjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Metode Eksperimen Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan ke dalam metode pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 136) metode eksperimen

Lebih terperinci

KALOR. system yang lain; ini merupakan dasar kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif pertukaran kalor.

KALOR. system yang lain; ini merupakan dasar kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif pertukaran kalor. 59 60 system yang lain; ini merupakan dasar kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitati pertukaran kalor. KALOR. Energi termal, atau energi dalam, U, mengacu pada energi total semua molekul pada

Lebih terperinci

KALOR. hogasaragih.wordpress.com

KALOR. hogasaragih.wordpress.com KALOR Ketika satu ketel air dingin diletakkan di atas kompor, temperatur air akan naik. Kita katakan bahwa kalor mengalir dari kompor ke air yang dingin. Ketika dua benda yang temperaturnya berbeda diletakkan

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR. = skala fahrenheit. 1 skala Celcius = skala Reamur. = skala Reamur

SUHU DAN KALOR. = skala fahrenheit. 1 skala Celcius = skala Reamur. = skala Reamur SUHU DAN KALOR 1. Definisi Suhu Suhu merupakan derajat/tingkatan panas atau dinginnya suatu benda. Suhu termasuk besaran skalar denagn satuan pokoknya kelvin (K). Alat utnuk mengukur suhu adalah termometer.termometer

Lebih terperinci

Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5

Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5 Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5 PENGERTIAN KALOR Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian dan pembahasan, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan model

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian dan pembahasan, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan model BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian dan pembahasan, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada materi pokok

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajarn Khusus (TPK) untuk Pembelajaran-2 :

Tujuan Pembelajarn Khusus (TPK) untuk Pembelajaran-2 : Tujuan Pembelajarn Khusus (TPK) untuk Pembelajaran-2 : 1. Menjelaskan pengertian kalor. 2. Menjelaskan pengaruh kalor terhadap temperatur benda atau pada wujud benda 3. Mengerjakan analisa kuantitatif

Lebih terperinci

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN L A M P I R A N RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI : Memahami wujud zat dan perubahannya KOMPETENSI DASAR : Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda

Lebih terperinci

Kalor dan Suhu. Sumber:Pembakaran dan Peleburan, Mandira Jaya Abadi Semarang

Kalor dan Suhu. Sumber:Pembakaran dan Peleburan, Mandira Jaya Abadi Semarang Bab VI Tujuan Pembelajaran Anda dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor, dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah. Sumber:Pembakaran dan Peleburan,

Lebih terperinci

Lampiran I HASIL VALIDASI BUKU SISWA

Lampiran I HASIL VALIDASI BUKU SISWA No. I II III Lampiran I HASIL VALIDASI BUKU SISWA Aspek penilaian Skor validasi Keterangan Isi/ Materi 1. Kesesuaian materi dengan kurikulum 3 Baik 2. Keluasan/ cakupan materi kalor 3 Baik 3. Tingkat Kesulitan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemeriksaan, penyelidikan (Trianto, 2009). Menurut (Majid, 2014)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemeriksaan, penyelidikan (Trianto, 2009). Menurut (Majid, 2014) BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka 1. Inkuiri Terbimbing Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan (Trianto, 2009). Menurut

Lebih terperinci

12/3/2013 FISIKA THERMAL I

12/3/2013 FISIKA THERMAL I FISIKA THERMAL I 1 Temperature Our senses, however, are unreliable and often mislead us Jika keduanya sama-sama diambil dari freezer, apakah suhu keduanya sama? Mengapa metal ice tray terasa lebih dingin?

Lebih terperinci

KALOR Kalor 1 kalori 1 kalori = 4.18 joule 1 joule = 0.24 kalori Q = H. Dt Q = m. c. Dt H = m. c Q = m. L

KALOR Kalor 1 kalori 1 kalori = 4.18 joule 1 joule = 0.24 kalori Q = H. Dt Q = m. c. Dt H = m. c Q = m. L KALOR Kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari suhu tinggi ke suhu rendah. Jika suatu benda menerima / melepaskan kalor maka suhu benda itu akan naik/turun atau wujud benda berubah. Beberapa pengertian

Lebih terperinci

Termometri dan Kalorimetri

Termometri dan Kalorimetri Termometri dan Kalorimetri 1 Termometri adalah cara penentuan temperatur/suhu Kalorimetri/Kalorimeter cara penentuan jumlah panas Hygrometri/Hygrometer cara penentuan kelembaban udara Suhu adalah ukuran

Lebih terperinci

3. besarnya gaya yang bekerja pada benda untuk tiap satuan luas, disebut... A. Elastis D. Gaya tekan B. Tegangan E. Gaya C.

3. besarnya gaya yang bekerja pada benda untuk tiap satuan luas, disebut... A. Elastis D. Gaya tekan B. Tegangan E. Gaya C. LATIHAN SOAL PERSIAPAN UJIAN KENAIKAN KELAS BAB 1 ELASTISITAS A. Soal Konsep 1. Sifat benda yan dapat kembali ke bentuk semula setelah gaya yang bekerja pada benda dihilangkan merupakan penjelasan dari...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Defenisi Operasional Untuk menyamakan persepsi mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan adanya defenisi operasional mengenai istilah-istilah

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Kelas/Semester : X/2 Materi Pembelajaran : Suhu dan Kalor Alokasi Waktu : menit Pertemuan : Pertama

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Kelas/Semester : X/2 Materi Pembelajaran : Suhu dan Kalor Alokasi Waktu : menit Pertemuan : Pertama RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Kelas/Semester : X/2 Materi Pembelajaran : Suhu dan Kalor Alokasi Waktu : 12 45 menit Pertemuan : Pertama A. Kompetensi Dasar 3.8. Menganalisis pengaruh kalor dan

Lebih terperinci

Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga C, maka A dan B dalam kesetimbangan termal satu sama lain

Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga C, maka A dan B dalam kesetimbangan termal satu sama lain Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini (minggu 5) Kalor dan Hukum Termodinamika Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga C,

Lebih terperinci

Secara matematis faktor-faktor di atas dirumuskan menjadi: H= Q / t = (k x A x T) / l

Secara matematis faktor-faktor di atas dirumuskan menjadi: H= Q / t = (k x A x T) / l SUHU DAN KALOR A. Perpindahan Kalor Kalor juga dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Proses inilah yang disebut perpindahan kalor/ panas/ energi. Ada tiga jenis perpindahan kalor, yaitu:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian-pengertian, sikapsikap,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian-pengertian, sikapsikap, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian-pengertian, sikapsikap, aperesiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

LEMBAR TERJEMAH NO BAB HALAMAN PARAGRAF TERJEMAH 1. I 2 2 Hai orang-orang beriman apabila dikatakan

LEMBAR TERJEMAH NO BAB HALAMAN PARAGRAF TERJEMAH 1. I 2 2 Hai orang-orang beriman apabila dikatakan 106 Lampiran 1. Daftar Terjemah LEMBAR TERJEMAH NO BAB HALAMAN PARAGRAF TERJEMAH 1. I 2 2 Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa

Fisika Umum (MA101) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Topik hari ini (minggu 6) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa

Fisika Umum (MA101) Topik hari ini (minggu 6) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Fisika Umum (MA101) Topik hari ini (minggu 6) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN C = (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya, yaitu : c = (2)

BAB I PENDAHULUAN C = (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya, yaitu : c = (2) 1 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Tujuan dari praktikum ini yaitu; Mengamati dan memahami proses perubahan energi listrik menjadi kalor. Menghitung faktor konversi energi listrik menjadi kalor. 1.2 Dasar

Lebih terperinci

Silabus. - Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan turunan.

Silabus. - Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan turunan. Sekolah : SMP... Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : IPA Fisika Silabus Standar Kompetensi : 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan 1.1 Mendeskripsikan

Lebih terperinci

I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan kalor jenis berbagai logam

I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan kalor jenis berbagai logam I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan kalor jenis berbagai logam II. DASAR TEORI III. Kalor itu sendiri sering kita identikkan dengan panas,

Lebih terperinci

Bab IV Kalor dan Konservasi Energi

Bab IV Kalor dan Konservasi Energi Bab IV Kalor dan Konservasi Energi Sumber : Ilmu Pengetahuan Populer 5 Energi matahari diubah menjadi energi termal kalor - dengan menggunakan kolektor parabolik matahari. Fisika SMA/MA X 105 Peta Konsep

Lebih terperinci

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya 1 By The Nest We do you Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya 1. Sebuah benda diukur menggunakan termometer Celcius menunjukan 20 o C jika diukur menggunakan termometer Fahrenheit menunjukan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Model POE (Prediction, Observation and Explanation)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Model POE (Prediction, Observation and Explanation) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model POE (Prediction, Observation and Explanation) 2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Model POE Saat ini banyak dikembangkan model pembelajaran, salah satu model yang dapat digunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmen Asesmen atau penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik

Lebih terperinci

Kalor. Pengertian kalor

Kalor. Pengertian kalor Kalor Pengertian kalor Gelas berisi air ledeng dicelupkan sebagian ke dalam bak berisi air panas, air ledeng mengalami kenaikan suhu dan air panas mengalami penurunan suhu. Ini menunjukkan terjadinya perpindahan

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini. Suhu dan Kalor

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini. Suhu dan Kalor Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Suhu dan Kalor RIVIEW Keadaan/Wujud Zat ES (H 2 O Padat) AIR (H 2 O Cair) UAP (H 2 O Gas) Secara mikroskopis, apa perbedaan ketiga jenis keadaan/wujud zat tersebut?

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini. Kalor dan Hukum Termodinamika

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini. Kalor dan Hukum Termodinamika Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Kalor dan Hukum Termodinamika Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga C, maka A dan

Lebih terperinci

MAKALAH TERMOS AIR. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Termodinamika. disusun Oleh: 1. Deni Setiawan ( )

MAKALAH TERMOS AIR. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Termodinamika. disusun Oleh: 1. Deni Setiawan ( ) MAKALAH TERMOS AIR Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Termodinamika. disusun Oleh: 1. Deni Setiawan (5301408035) 2. Nur Cahyanto Dwi P (5301408038) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB II. POE adalah singkatan dari Predict-Observe-Explain. POE ini sering juga

BAB II. POE adalah singkatan dari Predict-Observe-Explain. POE ini sering juga BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA KONSEP DIFUSI DAN OSMOSIS A. Strategi POE (Predict, Observe, Explain)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based. kelas VIID SMPK St.Theresia Kupang yang berjumlah 30 orang.

BAB V PENUTUP. penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based. kelas VIID SMPK St.Theresia Kupang yang berjumlah 30 orang. BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan analisis asosiatif data penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan secara umum bahwa penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah

Lebih terperinci

MATERI SUHU DAN KALOR

MATERI SUHU DAN KALOR MATERI SUHU DAN KALOR A. SUHU 1. Pengertian Suhu Suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Untuk mengetahui dengan pasti dingin atau panasnya suatu benda,

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL A. TUJUAN 1. Mengukur konduktivitas termal pada isolator plastisin B. ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran dapat diperhatikan pada gambar 1.

Lebih terperinci

Kalor. B a b 7. A. Pengertian Temperatur B. Pemuaian Zat C. Pengertian Kalor D. Perpindahan. Kalor

Kalor. B a b 7. A. Pengertian Temperatur B. Pemuaian Zat C. Pengertian Kalor D. Perpindahan. Kalor B a b 7 Kalor Sumber: ma hem-chaos.net Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi dengan cara menganalisis pengaruh

Lebih terperinci

Fisika Dasar 13:11:24

Fisika Dasar 13:11:24 13:11:24 Coba anda gosok-gosok tangan anda, apa yang anda rasakan? 13:11:24 Apakah tangan anda menghangat? Kenapa bisa terjadi seperti itu? Mempelajari pengaruhdarikerja, aliranpanas, dan energi di dalam

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB V PERPINDAHAN KALOR Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Gagne menyatakan hasil belajar berupa: 1. Informasi Verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. Gagne menyatakan hasil belajar berupa: 1. Informasi Verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar IPA 1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Gagne menyatakan hasil

Lebih terperinci

Fluida Dan Kalor. ρ = massa jenis zat cair h = tinggi zat cair dari permukaan g = percepatan gravitasi P t = tekanan total P o = tekanan udara luar

Fluida Dan Kalor. ρ = massa jenis zat cair h = tinggi zat cair dari permukaan g = percepatan gravitasi P t = tekanan total P o = tekanan udara luar Fluida Dan Kalor Fluida Statis Fluida ( zat alir ) adalah zat yang dapat mengalir, misalnya zat cair dan gas. Fluida dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu fluida statis dan dinamis. TEKANAN HIDROSTATIS

Lebih terperinci