ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN"

Transkripsi

1 ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN RANI APRILIAN. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Dibimbing Oleh AHYAR ISMAIL. Krisis ekonomi global saat ini mulai mengancam beberapa negara di dunia. Sebagai upaya dalam mengatasi krisis ekonomi tersebut, Indonesia memacu laju pertumbuhan ekonominya melalui berbagai sektor. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Terlebih lagi, kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia dapat menjadi modal dalam mendukung pertumbuhan ekonominya. Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap wisata saat ini, pemerintah mulai menyadari bahwa sektor pariwisata dapat memberikan keuntungan jangka panjang jika pengelolaan yang dilakukan menerapkan prinsipprinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan. Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung merupakan tempat wisata yang menawarkan objek rekreasi yang tergolong pada sumberdaya yang bersifat barang publik dimana manfaat ekonomi yang diberikan bersifat intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat dihitung secara riil karena belum memiliki nilai pasar. Adapun salah satu pendekatan untuk menilai barang-barang non pasar ini adalah Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method). Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik pengunjung TWA Situ Gunung, (2) mengkaji fungsi permintaan wisata dengan metode biaya perjalanan dan (3) menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan kuisioner. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pengelola TWA Situ Gunung dan studi literatur atau referensi lainnya yang berupa jurnal, artikel, serta penyusuran data melalui internet. Analisis menggunakan Metode Biaya Perjalanan dengan alat pengolah data Stata 9 dan pendugaan surplus konsumen untuk mengetahui nilai manfaat ekonomi diolah dengan Microsoft Excel Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabelvariabel tersebut yaitu :biaya perjalanan, tingkat pendapatan, lama mengetahui TWA Situ Gunung, umur, jenis kelamin pengunjung, waktu tempuh dan daya tarik wisata. Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan jumlah kunjungan wisata. Guna menentukan nilai manfaat ekonomi total dari TWA Situ Gunung, surplus konsumen diestimasi berdasarkan fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp ,00. Surplus konsumen merupakan proxy dari Willingness To Pay dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan Willingness To Pay sehingga dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan periode Mei 2008-April 2009, saat penelitian berlangsung. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp

3 ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

4 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, September 2009 Rani Aprilian H

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 8 April Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan Dayat Hidayat, BA dan Aan Hasanah Spd. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Kenari pada tahun 1993, kemudian melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Dasar Negeri Cisaat Gadis. Pada Tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Cisaat, lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Sukabumi selama 1 semester yang kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bogor dan masuk dalam program IPA pada tahun Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan sebagai staf divisi Study Research and Development Resources Environmental and Economic Student Association (REESA) periode 2007/2008. Selain itu, penulis juga pernah menjabat sebagai Bendahara II dari Unit Kegiatan Mahasiswa Music Agriculture Expression (MAX!!) periode 2007/2008.

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun skripsi ini dibuat sebagai suatu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Penelitian ini memberi gambaran mengenai karakteristik pengunjung dan penilaian mereka terhadap Taman Wisata Alam Situ Gunung, mengkaji fungsi permintaan wisata serta menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata tersebut melalui pendugaan surplus konsumen dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari skripsi ini baik dari segi isi maupun teknik penulisan sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, dengan segala keterbatasannya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, September 2009 Penulis

7 UCAPAN TERIMA KASIH Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Allah SWT atas segala ridho dan Rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis. 3. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T sebagai dosen penguji utama. 4. Ibu Pini Wijayanti, SP Msi. sebagai dosen penguji wakil departemen. 5. Pengelola objek wisata Taman Wisata Alam Situ Gunung yang telah memberikan informasi dalam skripsi ini. 6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB. 7. Ibunda, Ayahanda, kakak serta adik-adikku yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do a yang tulus. 8. Sahabat-sahabatku, Ani, Meita, Danti, Asri, Gita, Gian, Ade, Hans, Rendy, Pram, Andita, Tri F, Gusty, Mutiara, Buja, Sahata serta teman-teman seperjuangan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 42 untuk kebersamaannya selama ini. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas kebaikannya.

8 DAFTAR ISI RINGKASAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata Rekreasi Bentuk-Bentuk Pariwisata Taman Wisata Alam Barang Publik Penilaian Manfaat Ekonomi Permintaan Wisata Willingness To Pay Regresi Poisson Pendugaan Surplus Konsumen Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Objek pariwisata merupakan barang publik Permintaan Wisata Metode Biaya perjalanan Nilai Manfaat Ekonomi atau Surplus Konsumen Kerangka Operasional IV. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Metode Pengambilan Contoh Pengolahan Data Pendugaan Surplus Konsumen Hipotesis Penelitian Halaman i v vi viii x xi xiii

9 V. GAMBARAN UMUM Lokasi dan Kondisi Geografis Latar Belakang Taman Wisata Alam Situ Gunung Sejarah Taman Wisata Alam Situ Gunung Potensi Biotik Kawasan Obyek Wisata VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG Karakteristik Responden Umur Daerah Asal Tingkat Pendidikan Pekerjaan Tingkat Pendapatan Cara Kedatangan Jumlah Rombongan Alat Transportasi Sumber Informasi Lokasi Lama Mengetahui Lokasi Tujuan Wisata Lama Kunjungan Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh Persepsi Pengunjung Keamanan Penyediaan Fasilitas Rekreasi Pelayanan Pengelola Penyediaan Sarana Informasi Aksesibilitas Kebersihan Tempat Wisata Kualitas Udara Tingkat Kebisingan VII. FUNGSI PERMINTAAN WISATA DAN SURPLUS KONSUMEN Fungsi Permintaan Wisata dan Interpretasi Model Fungsi Permintaan Wisata Interpretasi Model Surplus Konsumen VIII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran IX. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 84

10 Nomor DAFTAR TABEL 1. Penerimaan Devisa Negara Indonesia Tahun (dalam persen) Keterkaitan antara Tujuan, Jenis Data, Metode Pengambilan Sampel dan Metode Analisis Data Jumlah Kunjungan di TWA Situ Gunung Periode Mei April Hasil Analisis Regresi Poisson Perhitungan Surplus Konsumen Total Surplus Konsumen Periode Mei 2008-April Halaman

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Penerimaan Devisa Pariwisata, Tahun Klasifikasi valuasi non-market Kurva Permintaan Wisata Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Wisata Total Surplus Konsumen Surplus Konsumen Alur Kerangka Pemikiran Sebaran Umur Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Sebaran Derah Asal Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Sebaran Pendidikan Akhir Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Sebaran Jenis Pekerjaan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Sebaran Pendapatan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Sebaran Cara Kedatangan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Sebaran Alat Transportasi yang digunakan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Sebaran Sumber Informasi Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Sebaran Lama Mengetahui Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Sebaran Tujuan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Sebaran Lama Kunjungan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Sebaran Jarak Tempuh Menuju Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun

12 21. Sebaran Waktu Tempuh Menuju Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Keamanan Tahun Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Fasilitas Wisata Tahun Fasilitas Wisata di TWA Situ Gunung Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Pelayanan Pengelola Tahun Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Penyediaan Informasi Tahun Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Aksesibilitas Tahun Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Kebersihan Tahun Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Kualitas Udara Tahun Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Tingkat Kebisingan Tahun

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Olah Data Tanpa Pengujian Variabel Hasil Olah Data Setelah Pengujian Variabel... 87

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi global saat ini mulai mengancam beberapa negara. Kondisi tersebut mengharuskan setiap negara tidak terkecuali Indonesia untuk dapat memacu laju pertumbuhan ekonominya sebagai upaya antisipasi terhadap krisis ekonomi tersebut. Dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi, Indonesia diharapkan mampu mendorong perkembangan di berbagai sektor. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang cukup berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor tersebut mampu meningkatkan cadangan devisa negara, meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar tempat wisata serta memperluas lapangan kerja. Apabila dikembangkan dengan baik diharapkan sektor pariwisata dapat membantu sebagai katalisator pembangunan di Indonesia (Yoeti, 2008). Pada tahun 1960an sampai dengan 1970an pariwisata mulai berperan sebagai salah satu sumber utama penerimaan devisa. Pada tahun 1980an sampai dengan 1990an pariwisata mulai menjadi perhatian karena dampak positifnya dalam perekonomian baik langsung maupun tidak langsung terhadap penerimaan pemerintah, pendapatan nasional dan tenaga kerja. Secara umum pariwisata merupakan sektor yang tumbuh secara pesat di negara berkembang yang mempunyai dampak multidimensi (Lumaksono, 2009). Menurut Yoeti (2008), dengan melihat pertumbuhan kunjungan wisatawan dan perolehan devisa, cukup meyakinkan bahwa sektor pariwisata tetap memberikan yang terbaik bagi perekonomian di indonesia. Berikut merupakan data perolehan devisa dari sektor pariwisata.

15 Juta US $ Devisa Tahun Gambar 1. Penerimaan Devisa Pariwisata, Tahun Sumber : Badan Pusat Statistik (2008) Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2009) mengenai perkembangan pariwisata dan transportasi nasional, secara keseluruhan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada tahun 2008 mencapai 6,23 juta orang atau meningkat 13,24 persen jika dibanding jumlah wisatawan mancanegara tahun 2007 sebesar 5,51 juta. Selanjutnya, penerimaan devisa tahun 2008 mencapai US$ 7,5 milyar atau naik 41,5 persen jika dibanding dengan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 5,3 milyar. Kenaikan ini disebabkan karena meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara dan pengeluaran per kunjungan, sedangkan jumlah wisatawan dalam negeri jumlahnya lebih besar lagi dan kelompok ini merupakan penggerak utama dari perekonomian nasional (Santosa, 2002). Aktivitas sektor pariwisata telah didorong dan ditanggapi secara positif oleh pemerintah dengan harapan dapat menggantikan sektor migas yang selama ini menjadi primadona dalam penerimaan devisa negara. Sektor pariwisata

16 memang cukup menjanjikan untuk turut membantu menaikkan cadangan devisa dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Situasi nasional yang kini mulai memperlihatkan perkembangan ke arah kestabilan khususnya dalam bidang politik dan keamanan akan memberikan jaminan kepercayaan kepada wisatawan asing untuk masuk ke wilayah Indonesia. Berikut merupakan tabel mengenai besarnya pendapatan Indonesia dari berbagai sektor. Tabel 1. Penerimaan Devisa Negara Indonesia Tahun (dalam persen) Sumber devisa Migas 40,8 47,2 45,8 46,8 Pariwisata 19,6 18,9 19,6 19,5 Tekstil 14,3 11,9 11,6 11,9 Garmen 15,9 15,4 16,2 15,0 Kayu Lapis 9,4 6,5 6,8 6,8 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005 Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Kondisi ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Beragam sumberdaya alam yang ada dapat menjadi modal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap wisata saat ini, pemerintah mulai menyadari bahwa sektor pariwisata dapat memberikan keuntungan jangka panjang jika pengelolaan yang dilakukan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan. Sebagai upaya pencapaian kondisi tersebut, diperlukan suatu kerja sama dan koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang berperan langsung dalam menangani pengelolaan sumberdaya alam yang ada di

17 wilayahnya. Terlebih lagi dengan adanya kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan pada pemerintah di daerah untuk dapat meningkatkan kesejahteraan warganya dengan menggali dan mengelola sumberdaya alam yang dimilikinya. Pengelolaan sumberdaya yang optimal ditunjukkan melalui kesesuaian tarif masuk dengan nilai manfaat yang sebenarnya dirasakan wisatawan termasuk biaya pemeliharaan tempat wisata. Selain itu, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengelolaan dan pengembangan potensi lain yang dimiliki suatu tempat wisata, maka penting untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi nilai manfaat ekonomi dari suatu objek wisata, serta karakteristik dari pengunjung dan respon yang timbul jika terdapat perubahan tarif masuk dari tempat wisata tersebut. Kabupaten Sukabumi berpotensi cukup besar untuk dikelola menjadi daerah tujuan wisata karena terdapat beragam sumberdaya alam menarik di dalamnya. Posisi wilayahnya yang berada di dataran tinggi memberikan nilai tambah untuk menghasilkan suasana sejuk yang alami. Selain itu, akses transportasi terhadap tempat wisata relatif mudah dijangkau. Salah satu obyek wisata di daerah Sukabumi yang potensial menarik perhatian wisatawan domestik adalah Taman Wisata Alam Situ Gunung. Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung merupakan suatu tempat wisata yang menawarkan objek rekreasi dan daya tarik yang beragam seperti panorama alam yang indah, danau atau situ, air terjun, flora dan fauna serta sejuknya udara pegunungan. Objek rekreasi yang terdapat di TWA Situ Gunung tersebut tergolong pada sumberdaya yang bersifat barang publik dimana konsumsi yang

18 dilakukan seseorang terhadapnya, tidak akan mengurangi konsumsi orang lain terhadap barang tersebut. Selain itu, barang publik memberikan manfaat ekonomi yang intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat dihitung secara riil karena belum memiliki nilai pasar seperti rasa nyaman, pemandangan yang indah, udara yang sejuk dan lain sejenisnya Perumusan Masalah Pariwisata merupakan sektor yang berperan besar terhadap penerimaan negara. Hal tesebut mendorong pemerintah untuk mengembangkan berbagai potensi wisata yang ada, dimana mencakup beragam sumberdaya alam di Indonesia. Pengembangan sektor wisata melalui peningkatan kualitas pengelolaan serta pendugaan nilai manfaat ekonomi dari suatu sumberdaya alam yang dijadikan objek rekreasi menjadi penting untuk dilakukan. Indonesia memiliki sumber daya alam beranekaragam serta kehidupan sosial budaya yang jarang ditemui di negara lain. Potensi ini menjadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga prospek perkembangan pariwisata di Indonesia khususnya untuk wisatawan mancanegara akan berkembang secara positif sejalan dengan upaya pemerintah untuk membenahi unsur-unsur yang berkaitan dengan pariwisata. Guna mendukung hal tersebut, diperlukan peran serta dari berbagai lapisan baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun masyarakat sekitar tempat wisata untuk menjaga, mengembangkan dan melestarikan potensi wisata yang dimilikinya. Ratusan potensi ekowisata di Jawa Barat hingga kini belum tergarap optimal menjadi obyek kunjungan yang bernilai ekonomi tinggi. Padahal, prospek pengembangan wisata berbasis alam di provinsi ini merupakan yang terbesar

19 dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Jawa. Jika potensi obyek wisata berbasis alam dikelola optimal, maka akan berpeluang meningkatkan pendapatan daerah 1. Pada umumnya potensi wisata yang dimiliki di berbagai daerah merupakan wisata berbasis alam dan lingkungan. Seperti halnya TWA Situ Gunung yang terdapat di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Tempat wisata tersebut menawarkan beragam sumberdaya alam yang potensial untuk dijadikan suatu objek wisata. Sebagian besar jasa lingkungan yang ditawarkan tidak memiliki nilai pasar sehingga penentuan tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari jasa lingkungan yang didapat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan untuk menentukan nilai manfaat ekonomi dari jasa lingkungan yang ditawarkan dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya akan dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kawasan wisata lebih lanjut. Pendekatan terhadap harga ini kemudian digunakan untuk mengestimasi besarnya permintaan, surplus konsumen maupun nilai manfaat ekonomi. Adapun salah satu pendekatan untuk menilai barang-barang non pasar ini adalah Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method). Permintaan rekreasi berupa frekwensi kunjungan yang dilakukan wisatawan dalam periode tertentu terhadap TWA Situ Gunung tersebut diduga dapat dipengaruhi oleh pendapatan, tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin dan berbagai variabel sosial ekonomi lainnya. Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh penting untuk mengestimasi manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan. Nilai manfaat tersebut 1 Kompas Ratusan Potensi Belum Tergarap Optimal. optimal.html. Diakses: 4 September, 2009

20 meliputi surplus konsumen yang berguna untuk pengambilan keputusan dan bahan pertimbangan pengembangan tempat wisata sehingga pengelolaan yang dilakukan mendukung tercapainya alokasi sumberdaya optimum. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka muncul beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah karakteristik dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung? 2. Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata terhadap TWA Situ Gunung? 3. Berapakah nilai manfaat ekonomi TWA Situ Gunung yang bersifat barang publik? 1.3. Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang berkunjung ke TWA Situ Gunung. 2. Mengkaji fungsi permintaan wisata TWA Situ Gunung dengan menggunakan metode biaya perjalanan. 3. Menduga nilai manfaat ekonomi yang dihasilkan TWA Situ Gunung berdasarkan nilai surplus konsumen yang diperoleh pengunjung berdasarkan metode biaya perjalanan Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut :

21 1. Menambah wawasan terhadap aplikasi metode kuantitatif dalam menentukan nilai manfaat ekonomi dari suatu sumberdaya alam yang belum memiliki nilai pasar. 2. Bahan pertimbangan bagi pengelola dalam menentukan upaya pengembangan lebih lanjut potensi TWA Situ Gunung. 3. Hasil dari penilaian manfaat ekonomi diharapkan dapat menjadi dasar dalam menentukan alokasi sumberdaya yang optimum. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan sumberdaya dan lingkungan Ruang Lingkup Penelitian 1. Penelitian ini membahas mengenai pengukuran nilai manfaat ekonomi dari TWA Situ Gunung berdasarkan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method). 2. Penelitian ini membahas satu lokasi wisata dengan karakteristik sumberdaya alam yang dimilikinya. 3. Permintaan manfaat rekreasi merupakan jumlah kunjungan rekreasi selama periode tertentu. 4. Pengunjung pada tahun berjalan dianggap mempunyai distribusi yang sama dengan pengunjung pada saat penelitian. 5. TWA Situ Gunung dianggap menjadi satu-satunya tujuan wisata responden.

22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Definisi pariwisata berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan Bab I pasal 1 yaitu: 1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan dengan sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di dalamnya. 2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. 3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. 4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Pengertian pariwisata yang dikemukakan oleh Wahab (1992) yaitu pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Menurut Sabda (2003) faktor penting yang terdapat dalam konsep pariwisata adalah : (1) dilakukan hanya untuk sementara waktu, (2) dilakukan dari satu tempat ketempat lain, (3) walaupun ada bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi dan (4) orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah atau mendapatkan penghasilan dan semata-mata sebagai konsumen di tempat yang dikunjungi.

23 Pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 yaitu yang menjadi sasaran perjalanan wisata meliputi : 1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka. 2. Karya manusia yang berwujud peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan. 3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempattempat ibadah, tempat-tempat ziarah dan lain-lain Rekreasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), rekreasi adalah penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan dan piknik. Adapun ciri-ciri dari rekreasi antara lain sebagai berikut (Pangemanan, 1993): 1. aktivitas rekreasi tidak mempunyai bentuk dan macam tertentu. Semua kegiatan manusia dapat dijadikan sebagai aktivitas rekreasi asalkan dilakukan dalam waktu senggang dan memenuhi tujuan dan maksud positif dari rekreasi. 2. rekreasi bersifat luwes, ini berarti bahwa rekreasi tidak dibatasi oleh tempat, dapat berupa rekreasi di dalam ruangan (indoor recreation) dan rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), dimana saja sesuai dengan macam dan bentuk kegiatan yang dapat dilakukan.

24 3. rekreasi dapat dilakukan oleh perorangan maupun kelompok orang. 4. rekreasi bersifat universal, tidak terbatas oleh umur, bangsa, jenis kelamin, pangkat dan kedudukan sosial Bentuk-bentuk Pariwisata Menurut Wahab (1992), kepariwisataan tidak menggejala sebagai bentuk tunggal. Istilah ini umum sifatnya yang menggambarkan beberapa bentuk perjalanan dan penginapan sesuai dengan motivasi yang mendasari kepergian tersebut. Orang melakukan perjalanan untuk memperoleh berbagai tujuan dan memuaskan bermacam-macam keinginan. Sebenarnya pariwisata sebagai suatu gejala, terwujud dalam beberapa bentuk yang antara lain sebagai berikut : 1. menurut jumlah orang yang bepergian a. pariwisata individu, yakni hanya seorang atau satu keluarga yang bepergian. b. pariwisata rombongan, yakni sekelompok orang yang biasanya terikat hubungan-hubungan tertentu kemudian melakukan perjalanan bersama-sama misalnya klub, sekolah atau suatu tour yang diorganisir oleh suatu usaha perjalanan, dan biasanya rombongan ini didampingi oleh seorang pemimpin perjalanan. Jumlah peserta rombongan itu boleh bervariasi tetapi biasanya lebih dari 15 atau 20 orang peserta. 2. menurut maksud bepergian a. pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, maksud kepergian untuk memulihkan kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata dan memberikan kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan dan keletihan kerja selama di tempat rekreasi.

25 b. pariwisata budaya, bermaksud untuk memperkaya informasi dan pengetahuan tentang negara lain dan untuk memuaskan kebutuhan hiburan. Dalam hal ini termasuk pula kunjungan ke pameran-pameran (fair), perayaan-perayaan adat, tempat-tempat cagar alam, cagar purbakala, dan lain-lain. c. pariwisata pulih sehat, yang memuaskan kebutuhan perawatan medis di daerah atau tempat lain dengan fasilitas penyembuhan, misalnya sumber air panas, tempat-tempat kubangan lumpur yang berkhasiat, perawatan dengan air mineral yang berkhasiat, penyembuhan secara khusus, perawatan dengan pasir hangat, dan lain-lain. Pariwisata ini memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu seperti misalnya kebersihan, ketenangan dan taraf hidup yang pantas. d. pariwisata sport, yang akan memuaskan hobi orang-orang seperti mengail ikan, berburu binatang liar, menyelam ke dasar laut, bermain ski dan mendaki gunung. e. pariwisata temu wicara, pariwisata konvensi mencakup pertemuanpertemuan ilmiah, seprofesi dan bahkan politik. Pariwisata jenis ini memerlukan tersedianya fasilitas pertemuan di negara tujuan dan faktor-faktor lain yang penting seperti letak strategis, tersedianya transportasi yang mudah, iklim yang cerah dan sebagainya. Seseorang yang berperan serta dalam konferensi akan meminta fasilitas wisata yang lain misalnya tour dalam dan luar kota, tempat membeli cenderamata dan lain-lain.

26 3. menurut alat transportasi a. pariwisata darat (bis mobil pribadi, kereta api) b. pariwisata tirta (laut, sungai, danau) c. pariwisata dirgantara 4. menurut letak geografis a. pariwisata domestik nasional, menunjukkan arus wisata yang dilakukan oleh warga dan penduduk asing yang bertugas di sana, yang terbatas dalam suatu negara tertentu. b. pariwisata regional, yakni kepergian wisatawan terbatas pada beberapa negara yang membentuk suatu kawasan pariwisata, misalnya perjalanan wisatawan di negara-negara Eropa Barat c. pariwisata internasional, yang meliputi gerak wisatawan dari satu negara ke negara lain di dunia. 5. menurut umur, dibedakan menjadi pariwisata remaja dan pariwisata dewasa. 6. menurut jenis kelamin, pariwisata dibedakan menjadi pariwisata pria dan pariwisata wanita. 7. menurut tingkat harga dan tingkat sosial, jenis pariwisata terdiri dari pariwisata taraf lux, pariwisata taraf menengah dan pariwisata taraf jelata Taman Wisata Alam Pengertian Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, dalam pasal 1 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Taman Wisata Alam adalah Kawasan Pelestarian Alam dengan tujuan

27 utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Pengertian Kawasan Alam itu sendiri adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Pada pasal 33 dalam PP RI Nomor 68 Tahun 1998 tersebut dijelaskan pula bahwa suatu kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Taman Wisata Alam, apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik, 2. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam, 3. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam Barang Publik Suatu barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa mungkin seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Selanjutnya, barang publik sempurna (pure public goods) didefinisikan sebagai barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat (Aristo, 2005). Selanjutnya Aristo (2005) menyatakan bahwa barang publik memiliki dua sifat atau dua aspek yang terkait dengan penggunaannya, yaitu :

28 Non-rivalry. Non-rivalry dalam penggunaan barang publik berarti bahwa penggunaan satu konsumen terhadap suatu barang tidak akan mengurangi kesempatan konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. Setiap orang dapat mengambil manfaat dari barang tersebut tanpa mempengaruhi manfaat yang diperoleh orang lain. Non-excludable. Sifat non-excludable barang publik ini berarti bahwa apabila suatu barang publik tersedia, tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut, dengan kata lain setiap orang memiliki akses ke barang tersebut. Dalam konteks pasar, maka baik mereka yang membayar maupun tidak membayar dapat menikmati barang tersebut. Sebuah barang publik disebut sebagai pure public goods atau barang publik murni apabila memiliki dua sifat ini secara absolut Penilaian Ekonomi Penilaian ekonomi atau economic valuation adalah sebuah upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia bagi barang dan jasa tersebut. Secara umum, teknik valuasi ekonomi sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness to Pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP. Beberapa teknik yang termasuk ke dalam kelompok pertama ini adalah

29 Travel Cost Method, Hedonic Pricing dan teknik Random Utility Model. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang populer dalam kelompok ini adalah yang disebut dengan Contingent Valuation Method (CVM) dan Discrete Choice Method (Fauzi, 2006). Secara skematis, teknik valuasi non-market tersebut dapat dilihat pada tampilan berikut : VALUASI NON-MARKET Tidak Langsung (Revealed WTP) Langsung (Expressed WTP) Travel Cost Method, Hedonic Pricing Random Utility Model Contingent Valuation Contingent Choice Random Utility Model Gambar 2. Klasifikasi Valuasi Non-market Sumber : Fauzi, Permintaan Wisata Definisi permintaan wisata berdasarkan beberapa ahli antara lain 2 : 1. Ekonomi, dimana permintaan pariwisata menggunakan pendekatan elastisitas permintaan atau pendapatan dalam menggambarkan hubungan antara permintaan dengan tingkat harap ataukah permintaan dengan variabel lainnya. Hal ini dapat diterangkan dalam kurva sebagai berikut : 2 Ariyanto, E Ekonomi Pariwisata. Diakses: 8 February, 2009.

30 P P P 1 P 2 P 1 P 1 P 2 X 1 X 2 X a.faktor Harga terhadap Permintaan X 1 X 2 b.faktor Nonharga terhadap Permintaan X Gambar 3. Kurva Permintaan Wisata Sumber: Ariyanto, 2004 Gambar tersebut menunjukkan perubahan yang terjadi pada kurva permintaan. Pada panel a, perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun. Sedangkan pada panel b, kurva permintaan akan bergerak ke kanan atau ke kiri apabila terdapat perubahan perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor- faktor bukan harga. Seperti jika harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan menyebabkan kurva permintaan berpindah ke kanan atau ke kiri. 2. Geografi, menafsirkan permintaan dengan lebih luas dari sekedar pengaruh harga, sebagai penentu permintaan karena termasuk yang telah melakukan perjalanan maupun yang belum mampu melakukan wisata karena suatu alasan tertentu. 3. Psikologi, lebih dalam melihat permintaan pariwisata, termasuk interaksi antara kepribadian calon wisatawan, lingkungan dan dorongan dari dalam jiwanya untuk melakukan kepariwisataan.

31 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata adalah 3 : 1. Harga, dimana dengan harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata maka akan memberikan imbas atau timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian atau calon wisatawan, sehingga permintaan wisatapun akan berkurang, begitupula sebaliknya. 2. Pendapatan, apabila pendapatan suatu negara tinggi maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi mereka membuat sebuah usaha pada daerah tujuan wisata jika dianggap menguntungkan. 3. Sosial Budaya, dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau dengan kata lain berbeda dari apa yang ada di negara calon wisatawan berasal, maka peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi. Hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian informasi sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya mereka. 4. Sosial Politik, dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan daerah tujuan wisata dalam situasi aman dan tentram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka sosial politik akan terasa dampak atau pengaruhnya dalam terjadinya permintaan. 5. Intensitas Keluarga, banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata. Hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri. 3 Ariyanto, E Ekonomi Pariwisata. Diakses: 8 February, 2009.

32 6. Harga barang Substitusi, disamping kelima aspek tersebut, harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti daerah tujuan wisata yang dijadikan cadangan dalam berwisata, seperti: Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, akibat suatu hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat daerah tujuan wisata sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia (Kuala Lumpur dan Singapura). 7. Harga barang Komplementer, merupakan sebuah barang yang saling membantu dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi, apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan obyek wisata lainnya. Morley (1990) dalam Ross (1998) mengatakan permintaan akan pariwisata tergantung pada ciri-ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur, motivasi, dan watak. Ciri-ciri ini masing-masing akan mempengaruhi kecenderungan orang untuk bepergian mencari kesenangan, kemampuannya untuk bepergian dan pilihan tempat tujuan perjalanannya. Permintaan juga ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri tempat tujuan perjalanan, daya tariknya, harga dan efektif tidaknya kegiatan memasarkan tempat tujuan. Kebijaksanaan dan tindakan pemerintah dapat mendorong atau menurunkan permintaan akan pariwisata secara langsung dan sengaja, dan secara tidak langsung melalui faktor-faktor yang penting bagi wisatawan, seperti keamanan.

33 Menurut Wahab (2003), ada banyak faktor ekstern atau intern yang besar pengaruhnya dalam diri seseorang ketika mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan berwisata atau tidak. Adapun faktor-faktor tersebut ditunjukkan dalam gambar berikut ini : IRASIONAL (dorongan bawah sadar) Faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan (permintaan) RASIONAL (dorongan yang disadari) - lingkup pergaulan dan ikatan-ikatan keluarga - tingkah laku prestise - tiruan dan mode - pengaguman pribadi (dalam pola tingkah laku) - perasaan-perasaan keagamaan - hubungan masyarakat dan promosi pariwisata - iklan dan penyebaran informasi pariwisata - kondisi ekonomi (faktor pendapatan dan biaya) - sumber-sumber wisata (asset wisata)- (alam, panorama, warisan budaya, perayaan-perayaan sosial dan lainlain) - fasilitas wisata (pengorganisasian industri pariwisata di dalam negara tersebut, transportasi). - fasilitas wisata (prosedur kunjungan, bea cukai dan lain-lain). - kondisi lingkungan ( sikap masyarakat setempat terhadap orang asing, keramah tamahan dan sikap mudah bergaul). - susunan kependudukan (umur, jenis kelamin, dan urbanisasi) - situasi politik (kestabilannya, tingkat kebebasan warganya). - keadaan geografis (jarak dari negara pasaran sumber wisatawan, keindahan panorama dan lain-lain). Gambar 4. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Wisata Sumber : Wahab, Willingness To Pay Salah satu tolok ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian harga (price tag) pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan. Maka dari itu,

34 digunakan apa yang disebut dengan nilai ekonomi sumberdaya alam (Fauzi, 2006). Selanjutnya Fauzi (2006) juga menyatakan secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar (Willingness To Pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan, dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem dapat diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa. Haab dan McConnell (2002), menyatakan bahwa pengukuran WTP yang dapat diterima atau reasonable harus memenuhi syarat : 1. WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif. 2. Batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan. 3. Adanya konsistensi antara keacakan (randomness) pendugaan dan keacakan perhitungannya. Pada pengukuran nilai sumber daya alam, nilai tersebut tidak selalu harus diperdagangkan untuk mengukur nilai moneternya. Adapun yang diperlukan disini adalah pengukuran seberapa besar kemampuan membayar (purchasing power) masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa dari sumber daya (Fauzi, 2006) Regresi Poisson Pada umumnya analisis regresi menggunakan variabel respon yang merupakan variabel random kontinu dan berdistribusi normal, tetapi bisa saja variabel respon yang digunakan adalah variabel diskrit dan berdistribusi Poisson.

35 Jika terdapat variabel respon yang berupa variabel numerik diskrit dan berdistribusi Poisson, maka analisis regresi linier kurang tepat digunakan, dan regresi yang tepat digunakan adalah regresi Poisson (Sundayani, 2004). Menurut Hogg and Craig (1970) dalam Sundayani (2004), jika suatu variabel random mempunyai tipe diskrit dan menyatakan banyaknya kejadian dalam interval tertentu (waktu, area, dan lain-lain), maka variabel random tersebut berdistribusi Poisson. Menurut Wijayanti (2003), estimator model permintaan rekreasi sering dibuat dalam bentuk fungsi kontinu, yang diduga dengan OLS (Ordinary Least Square). Namun sifat permintaan rekreasi mengandung masalah-masalah yang rumit, antara lain : 1. Trip (jumlah kunjungan wisata) adalah kuantitas non negatif 2. Metode pengumpulan data adalah survey di lokasi sehingga pengunjung melakukan kunjungan nol tidak akan diperoleh 3. Trip tidak tersedia dalam kuantitas kontinyu Menurut Smith dan Desvausges (1985) dalam Rahayu (1999), penggunaan metode OLS dalam mengestimasi permintaan rekreasi akan menghasilkan koefisien regresi yang bersifat bias, karena fungsi permintaan rekreasi merupakan data cacah (count data) dari jumlah kunjungan dalam semusim atau setahun, sehingga dependent variable merupakan bilangan bulat positif Pendugaan Surplus Konsumen Surplus konsumen adalah ukuran nilai berlebih yang diterima oleh konsumen dari suatu barang melebihi dari yang mereka bayarkan (Nicholson, 2002). Surplus konsumen mengukur manfaat yang diterima konsumen dari

36 partisipasinya di suatu pasar. Surplus konsumen dapat dihitung dengan mencari luas daerah di bawah kurva permintaan dan di atas harga. Gambar 5 menunjukkan supply barang X terhadap individu sebanyak 0x 1. Nilai marjinal X adalah 0P 1. Guna membeli 0x 1 barang X, pengeluaran uang adalah harga dikalikan dengan kuantitas yang dikonsumsi, atau daerah segiempat 0P 1 AX 1. Kemauan membayar total jelas melebihi jumlah ini, karena jumlah tersebut adalah hasil penjumlahan nilai-nilai marjinal X dari 0 hingga X 1, yaitu daerah 0DAX 1. Daerah ini merupakan penggambaran tingkat faedah total dan merupakan manfaat kotor atau total dalam perhitungan manfaat-biaya. Daerah yang diarsir DAP 1 dikenal dengan nama surplus konsumen dan merupakan ukuran kemauan membayar di atas pengeluaran kas untuk konsumsi (Hufschmidt et al., 1987). Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Selain itu, surplus konsumen haruslah selalu ditambahkan pada nilai pasar barang-barang dan jasa-jasa yang dikonsumsikan agar diperoleh estimasi yang sebenarnya manfaat ekonomi total (Hufschmidt et al., 1987). D Surplus Konsumen Harga barang X tiap satuan Garis Harga A P 1 0 X 1 Banyaknya satuan barang X Gambar 5. Total Surplus Konsumen adalah bidang di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga Sumber: Hufschmidt, Penelitian Terdahulu

37 Pangemanan (1993) dalam penelitiannya di Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara, menduga fungsi permintaan dan manfaat dengan menggunakan metode biaya perjalanan. Penelitian dilakukan dengan mengaplikasikan Zonal Travel Cost Method. Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai biaya perjalanan dapat digunakan sebagai nilai pengganti bagi harga pasar barang publik (obyek wisata Bunaken) melalui mekanisme pasar. Hal ini dapat dibuktikan dari tanda koefisien regresi biaya perjalanan yang negatif dan nyata pada taraf kesalahan 1 persen. Sabda (2003) menduga fungsi permintaan dan manfaat rekreasi di Obyek Wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo Jawa timur. Penelitian tersebut mengkaji pengaruh dua faktor ekonomi yaitu biaya perjalanan dan pendapatan perkapita terhadap laju kunjungan wisatawan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kedua variabel tersebut mempengaruhi laju kunjungan wisatawan ke Obyek Wisata Pasir Putih secara nyata, biaya perjalanan merupakan faktor pembatas partisipasi seseorang dalam menikmati Obyek Wisata Pasir Putih. Supriyatna (2004) menduga permintaan dan surplus konsumen pengunjung Taman Wisata Danau Lido dengan menggunakan metode biaya perjalanan dan metode kontingensi. Pendugaan fungsi permintaan dilakukan melalui Individual Travel Cost Method, pengolahan data dianalisis melalui regresi Linear Berganda. Peneliti mencoba membandingkan nilai WTP yang diperoleh berdasarkan metode kontingensi dan metode biaya perjalanan. Berdasarkan hasil analisis diketahui rata-rata kesediaan membayar pengunjung dengan metode kontingensi adalah sebesar Rp 5.288,00 sedangkan dengan metode biaya perjalanan diperoleh Rp ,00 per orang. Nilai manfaat rekreasi tahunan berdasarkan pendekatan

38 biaya perjalanan Rp ,00 lebih besar jika dibandingkan dengan nilai manfaat rekreasi tahunan dengan pendekatan kontingensi Rp Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan biaya perjalanan lebih tepat digunakan untuk kasus Taman Wisata Danau Lido jika dibandingkan dengan pendekatan kontingensi. Suharti (2007) dalam penelitiannya di di Kebun Wisata Pasir Mukti menduga permintaan dan surplus konsumen dengan menggunakan metode biaya perjalanan. Nilai manfaat ekonomi tersebut dapat diketahui dengan menggunakan Individual Travel Cost Method. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar biaya masuk / karcis responden berada di bawah Rp ,00. Adapun variabelvariabel yang berpengaruh nyata pada taraf 15 % antara lain biaya perjalanan, pendapatan individu per tahun, jumlah rombongan, jarak tempuh, lama mengetahui Kebun Wisata Pasir Mukti, jumlah rekreasi selama satu tahun, daya tarik, tempat wisata alternatif, jenis kelamin dan status hari. Penelitian-penelitian terdahulu pada intinya membahas hal yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun penelitian yang dimaksud adalah mengenai pengkajian fungsi permintaan wisata serta pendugaan nilai manfaat ekonomi berdasarkan surplus konsumen. Hal yang yang membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada alat analisis. Alat analisis yang digunakan penulis untuk menentukan fungsi permintaan wisata adalah analisis regresi poisson.

39 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Objek Pariwisata Sebagai Barang Publik (Public Goods) Beragam potensi pariwisata yang ada di berbagai daerah di Indonesia sangat erat kaitannya dengan sumberdaya alam dan lingkungan. Sumberdaya alam yang alami pada umumnya termasuk kriteria barang publik. Barang publik atau public goods merupakan barang yang jika dikonsumsi oleh seseorang tidak akan mengurangi kesempatan orang lain untuk mengkonsumsi barang tersebut. Selain itu, barang publik juga memiliki sifat non excludable yang berarti seseorang tidak dapat membatasi akses orang lain terhadap sumberdaya tersebut. Manfaat ekonomi dari suatu barang publik sulit untuk diukur. Hal ini dikarenakan belum adanya nilai pasar untuk sumberdaya tersebut, dengan kata lain bersifat intangible. Maka dengan demikian diperlukan suatu pendekatan untuk mengukur seberapa besar nilai manfaat ekonomi yang dihasilkan dari suatu sumberdaya alam Permintaan Wisata Menurut Sinaga (1995), permintaan wisata terbagi ke dalam dua bagian, yaitu : 1) permintaan potensial (potential demand), yaitu sejumlah orang yang memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan rekreasi karena mempunyai uang, keadaan fisik masih kuat, hanya masih belum mempunyai waktu senggang untuk bepergian sebagai wisatawan, 2) permintaan aktual (actual demand), yaitu sejumlah orang yang sedang melakukan perjalanan rekreasi ke suatu daerah tujuan tertentu. Clawson dan Knetsch (1975), mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata, yaitu :

40 1. Faktor individu atau faktor yang berhubungan dengan konsumen potensial a) jumlah individu yang berada di sekitar tempat wisata, b) distribusi (penyebaran) geografis daerah konsumen potensial yang berkaitan dengan kemudahan atau kesulitan untuk mencapai areal wisata, c) karakteristik sosial ekonomi seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, dan tingkat pendidikan, d) pendapatan perkapita rata-rata, distribusi pendapatan masing-masing individu untuk keperluannya, e) rata-rata waktu luang dan alokasinya, f) pendidikan khusus, pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan rekreasi. 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat wisata, adalah: a) keindahan dan daya tarik, b) intensitas dan sifat pengelolaannya, c) alternatif pilihan tempat wisata lain, d) kapasitas akomodasi untuk keperluan potensial, e) karakteristik iklim dan cuaca tempat wisata. 3. Hubungan konsumen potensial dengan tempat wisata, adalah: a) lama waktu perjalanan yang diperlukan dari tempat tinggal ke tempat wisata, b) kesenangan (kenyamanan) dalam perjalanan, c) biaya yang diperlukan untuk berkunjung ke tempat wisata,

41 d) meningkatnya permintaan wisata sebagai akibat promosi yang menarik Metode Biaya Perjalanan Travel Cost Method atau metode biaya perjalanan digunakan untuk mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumberdaya melalui pendekatan (proxy). Biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumberdaya digunakan sebagai proxy untuk menentukan harga dari sumberdaya tersebut. Metode ini terdiri dari dua pendekatan yaitu Zonal Travel Cost Method (ZTCM) dan Individual Travel Cost Method (ITCM). ZTCM merupakan estimasi Travel Cost Method berdasarkan data yang berhubungan dengan zona asal pengunjung (pengelompokan zona asal). Sedangkan ITCM merupakan estimasi Travel Cost Method berdasarkan data survei dari setiap individu (pengunjung), bukan berdasarkan pengelompokan zona. Pada penelitian ini digunakan pendekatan Individual Travel Cost Method karena lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survei dan teknik statistika sehingga hasil yang diperoleh relatif lebih akurat daripada metode zonasi. Metode biaya perjalanan ini didasarkan pada model yang mengasumsikan bahwa orang akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat rekreasi tersebut sampai pada titik dimana nilai marjinal utilitas dari perjalanan terakhir bernilai sama dengan nilai marjinal biaya baik dalam biaya uang dan biaya waktu yang dikeluarkan untuk mencapai lokasi tersebut. Secara umum, jumlah biaya perjalanan ini adalah biaya pulang pergi ditambah dengan nilai uang dari waktu yang dihabiskan untuk perjalanan dari rekreasi tersebut. Kemudian fungsi permintaan terhadap daerah tersebut dapat diestimasi dengan menggunakan biaya

42 perjalanan itu sebagai representasi dari nilai atau harga dari lokasi kunjungan itu. (Turner et al, 1994) Nilai Manfaat Ekonomi atau Surplus Konsumen Nilai surplus konsumen diartikan sebagai tambahan nilai yang diterima individu untuk konsumsi sebuah barang melebihi dari yang dibayarkan (Nicholson, 2002). Nilai yang bersedia dibayar oleh seseorang untuk memperoleh haknya mengkonsumsi suatu barang pada harga yang sedang berlaku. Konsep ini diilustrasikan pada Gambar 6 berikut : Harga P 1 P 0 E 0 0 X 0 Gambar 6. Surplus Konsumen Sumber: Nicholson, 2002 h x Kuantitas X per periode Pada harga P 0 konsumen ini meminta sebesar X 0 seperti ditunjukkan oleh kurva permintaan h x. Jika harga naik ke P 1 (mengurangi konsumsi X ke kuantitas nol) konsumen ini akan membutuhkan tambahan pendapatn P 1 E 0 P 0 untuk menjaga kesejahteraannya tetap sama. Daerah ini disebut surplus konsumen Kerangka Operasional Pembangunan di Indonesia saat ini mulai berorientasi terhadap pengembangan di sektor industri pariwisata. Hal ini dikarenakan sektor pariwisata dinilai mampu bertahan, tidak terpengaruh krisis keuangan yang terjadi di dalam negeri serta memberikan efek berantai terhadap distribusi pendapatan penduduk di

43 sekitar kawasan wisata. Terlebih lagi sektor pariwisata merupakan sektor yang nir konflik. Pada dasarnya potensi objek wisata yang terdapat di daerah-daerah erat kaitannya dengan sumberdaya alam. Potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya tersebut, perlu dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat tanpa melupakan upaya konservasi sehingga tetap tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari. TWA Situ Gunung yang berada di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, merupakan suatu kawasan wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut karena beragam potensi yang terdapat di dalamnya. Saat ini, objek wisata tersebut selain menjadi kawasan pelestarian juga menjadi sarana rekreasi. Panorama alam yang indah, danau, air terjun, flora dan fauna serta sejuknya udara pegunungan menjadi daya tarik dan objek wisata dari tempat wisata tersebut. Hal tersebut merupakan peluang besar bagi daerah setempat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui sektor pariwisata. Terlebih lagi, saat ini motivasi kunjungan wisatawan mayoritas masih berorientasi pada wisata sumber daya alam. Peluang besar terhadap pasar yang dimiliki, hingga saat ini dirasa belum dimanfaatkan secara optimal. Diperlukan pemanfaatan potensi sumber daya alam secara bijaksana, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dari sisi sumberdaya alam. Peningkatan aksesibilitas wilayah juga diperlukan dari sisi kewilayahan. Selain itu, dari sisi sumber daya manusia diperlukan peningkatan kualitas yang memadai, dengan demikian optimalisasi pemanfaatan potensi diharapkan dapat

44 meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dicirikan oleh tingginya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan yang ditawarkan. Berdasarkan uraian dan kondisi indikator di atas, menggambarkan bahwa ketersediaan potensi sumber daya dan peluang yang besar belum menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Ini berarti, dalam pengelolaan pariwisata diperlukan upaya-upaya keras yang bersifat integratif dan kolektif serta terobosan-terobosan baru yang melibatkan seluruh pihak terkait (multi stakeholders) 4. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam meningkatkan kualitas pengembangan ekowisata, antara lain ekologi, etnologi atau budaya, ekonomi, edukasi, dan masalah estetika meliputi interior atau konsep bangunan 5. Terkait dengan faktor ekonomi, sebagian besar potensi wisata alam yang ditawarkan di TWA Situ Gunung tidak memiliki nilai pasar sehingga penentuan tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari jasa lingkungan yang didapat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan untuk menentukan nilai manfaat ekonomi dari jasa lingkungan yang ditawarkan dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya akan dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kawasan wisata lebih lanjut. Potensi alam yang terdapat di TWA Situ Gunung merupakan sumber daya alam yang tergolong barang publik dimana sumberdaya tersebut memiliki kriteria non rivalry and non excludable. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu penilaian manfaat ekonomi dari TWA Situ Gunung agar alokasi sumberdaya tersebut menjadi optimum. 4 Profil Kabupaten Sukabumi. Diakses: 4 September, Kompas Ratusan Potensi Belum Tergarap Optimal. optimal.html. Diakses: 4 September, 2009

45 Guna mendapatkan nilai manfaat ekonomi tersebut, maka perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik dari pengunjung TWA Situ Gunung serta menentukan fungsi permintaan wisata berdasarkan frekwensi kunjungan. Adapun karakteristik tersebut meliputi faktor sosial ekonomi pengunjung TWA Situ Gunung seperti pendapatan pengunjung, tingkat pendidikan pengunjung, umur dan jenis kelamin pengunjung, jumlah anggota rombongan, jarak tempuh, waktu tempuh, lamanya rekreasi, daerah asal, pengetahuan pengunjung, pekerjaan pengunjung, daya tarik lokasi, dan status hari kunjungan wisatawan. Berdasarkan hasil regresi biaya perjalanan dan faktor-faktor sosial ekonomi pengunjung maka dapat diestimasi fungsi permintaan TWA Situ Gunung. Selanjutnya, dari estimasi tersebut maka dapat diduga nilai surplus konsumen pengunjung. Pada akhirnya, nilai manfaat ekonomi dapat diduga dengan mengalikan nilai surplus konsumen per kunjungan per individu dengan total kunjungan selama periode tertentu. Alur kerangka berfikir ditunjukkan pada Gambar 7 berikut.

46 Taman Wisata Alam Situ Gunung Tujuan pelestarian Tujuan wisata Jasa lingkungan sebagai barang publik Potensi wisata Belum optimalnya pengelolaan TWA Situ Gunung Secara Ekonomi Analisis secara ekonomi TWA Situ Gunung Belum diketahui karakteristik dan persepsi pengunjung Belum diketahui faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan wisata Belum diketahui nilai manfaat ekonomi Analisis Deskriptif Analisis Regresi Poisson Pendugaan Surplus Konsumen Karakteristik dan persepsi pengunjung Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata Nilai manfaat ekonomi tempat wisata Rekomendasi Pengelolaan dan Pengembangan Tempat Wisata Keterangan : Gambar 7. Alur Kerangka Pemikiran Di luar Ruang Lingkup Penelitian

47 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di TWA Situ Gunung yang terletak di kaki Gunung Gede Pangrango, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa di kawasan tersebut memiliki beragam sumberdaya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai suatu obyek wisata. Adapun pengambilan data primer dilakukan selama selang waktu ± 2 bulan, yaitu dari awal bulan April sampai akhir bulan Mei Metode Pengambilan Contoh Pengambilan sampel dilakukan secara purposive atau judgmental sampling yang digunakan dengan menentukan kriteria khusus terhadap pengunjung TWA Situ Gunung. Adapun kriteria yang dikehendaki adalah pengunjung berusia di atas 15 tahun, dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi responden dengan menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Respoden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Angka tersebut ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla, 1993) yaitu : η = N Keterangan : 1+ Ne 2 η = ukuran sampel, N = ukuran populasi, e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi).

48 Menurut data yang diperoleh dari pengelola TWA Situ Gunung, jumlah kunjungan rata-rata pada periode Mei 2008-April 2009 terhadap lokasi wisata tersebut adalah sebesar orang. Berdasarkan rumus tersebut didapatkan jumlah sampel sebanyak 100 responden dengan batas kesalahan sebesar 10%. Pengunjung yang datang berkelompok atau rombongan dipilih beberapa orang sebagai wakil kelompoknya. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei yaitu melalui wawancara, kuesioner dan observasi. Data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis yakni data primer dan data sekunder. Data primer meliputi : 1. karakteristik pengunjung seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, motivasi kunjungan dan cara kedatangan. 2. daerah asal, 3. banyaknya kunjungan rekreasi yang dilakukan, 4. total biaya rekreasi yang dikeluarkan oleh tiap individu, 5. penilaian pengunjung terhadap kawasan dan pelayanan seperti lokasi, kebersihan, kualitas lingkungan, fasilitas rekreasi, keamanan, maupun pelayanan dan informasi dari pengelola. Data sekunder yang diperlukan meliputi karakteristik TWA Situ Gunung seperti sejarah dan status kawasan, luas kawasan, lokasi, keadaan fisik, potensi wisata, fasilitas penunjang dan lain sebagainya yang didapat dari studi literatur Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan Stata 9 dan kemudian digunakan untuk membentuk model regresi

49 poisson. Pendugaan kunjungan ke TWA Situ Gunung dapat dilakukan dengan Individual Travel Cost Method tiap individu per tahun kunjungan, yaitu : Y = b 0 +b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4 +b 5 X 5 +b 6 X 6 +b 7 X 7 +b 8 X 8 +b 9 X 9 +b 10 X 10 +b 11 D 1 +b 12 D 2 + b 13 D 3 +e i b 1, b 2, b 3, b 4, b 5, b 6, b 7, b 8, b 9. b 10 = Koefisien regresi untuk faktor X 1, X 2, X 3, X 4, X 5, X 6, X 7, X 8, X 9, dan X 10. b 11, b 12, b 13 = Koefisien regresi untuk faktor D 1, D 2, D 3. Parameter yang diharapkan: b 1, b 6, b 7, b 10 < 0, b 2, b 3, b 4, b 5,, b 8, b 9. b 11, b 12, b 13 > 0 dimana: Y = Jumlah kunjungan ke lokasi TWA Situ Gunung dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian (tahun 2009) dengan kata lain frekuensi kunjungan per tahun. b 0 = Konstanta X 1 = Biaya perjalanan individu ke lokasi TWA Situ Gunung (rupiah per orang). X 2 = Pendapatan responden (rupiah per tahun). X 3 = Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun mengenyam pendidikan (tahun). X 4 = Umur responden (tahun). X 5 = Jumlah anggota rombongan yang ikut serta melakukan rekreasi (orang). X 6 = Jarak tempuh dari tempat tinggal, jarak yang ditempuh dari tempat keberangkatan (km).

50 X 7 = Waktu tempuh dari tempat keberangkatan hingga kembali ke tempat asal (jam). X 8 = Waktu yang dihabiskan responden di lokasi wisata (jam). X 9 = Pengetahuan pengunjung mengenai tempat wisata yang dituju. Dihitung berdasarkan jangka waktu responden mengetahui tempat wisata tersebut (tahun). X 10 = Jumlah tanggungan pengunjung (orang). D 1 = Dummy daya tarik lokasi yang menyebabkan pengunjung ingin melakukan kunjungan kembali atau tidak, dimana semakin baik respon pengunjung maka semakin sering seseorang untuk melakukan kunjungan lagi ke lokasi ini. Daya tarik dikategorikan menjadi : ingin berkunjung kembali (1) dan tidak ingin berkunjung kembali (0). D 2 = Dummy status hari pengunjung melakukan wisata, yang dikategorikan dimana hari libur (0) dan hari biasa (1). D 3 = Dummy jenis kelamin, dimana laki-laki dikategorikan (1) dan perempuan (0). e i = Error term Pendugaan Surplus Konsumen Setelah mengetahui fungsi permintaan maka kita dapat mengukur surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi. Surplus konsumen tersebut dapat diukur melalui formula : WTP Consumer Surplus = Y 2 2b 1

51 dengan Y adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i dan b 1 adalah koefisien dari biaya perjalanan (Fauzi, 2006) Hipotesis Penelitian 1. Biaya perjalanan ke lokasi wisata, jarak tempuh, waktu tempuh dan jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh nyata secara negatif terhadap kunjungan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung. 2. Pendapatan, umur, jumlah rombongan, lamanya kunjungan wisata dan lama mengetahui lokasi diduga berpengaruh nyata secara positif terhadap kunjungan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung. 3. Jenis kelamin, daya tarik dan status hari diperkirakan dapat berpengaruh nyata terhadap kunjungan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung. Keterkaitan dalam metode penelitian ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Keterkaitan antara Tujuan, Jenis Data, Metode Pengambilan Sampel dan Metode Analisis Data Metode Jenis Metode No Tujuan Pengambilan Data Analisis Data Sampel 1 Karakteristik pengunjung TWA Situ Gunung Data Primer, Data sekunder Purposive sampling Analisis Deskriptif 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke TWA Situ Gunung Data Primer Purposive sampling Metode Biaya Perjalanan 3 Nilai manfaat ekonomi TWA Situ Gunung Data Primer, Data sekunder Purposive sampling Surplus Konsumen

52 V. GAMBARAN UMUM 5.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Taman Wisata Alam Situ Gunung mempunyai luas 120 Ha. Secara administrasi pemerintahan, tempat wisata ini terletak di Desa Gede Pangrango, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Secara astronomis berada pada koordinat 106 o o BT dan 06 o o LS. TWA Situ Gunung terletak di kaki Gunung Gede Pangrango pada ketinggian antara meter di atas permukaan laut. Keadaan topografinya sebagian kecil datar dan sebagian besar berbukit. Adapun curah hujan di area ini berkisar antara mm pertahun dengan hari hujan per tahun. Suhu udara berkisar o C dengan kelembaban rata-rata 84%. Cara untuk mencapai Taman Wisata Alam Situ Gunung dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu : 1. Jakarta Bogor Cisaat Situ Gunung yang jaraknya mencapai 123 km. 2. Bandung Sukabumi Cisaat dengan jarak kurang lebih 108 km. Lokasi TWA Situ Gunung dapat dicapai dengan mudah. Adapun sarana yang tersedia untuk menuju lokasi tersebut salah satunya yaitu kendaraan umum dengan trayek Kadudampit - Cisaat. Jarak tempuh dari Cisaat ke Situ Gunung kurang lebih 7 km. Jalan menuju Taman Wisata Alam Situ Gunung merupakan jalan aspal yang dapat dilalui baik oleh kendaraan roda dua, kendaraan roda empat maupun bus atau truk. Berbagai sarana dan prasarana yang disediakan di TWA Situ Gunung antara lain adalah sebagai berikut :

53 - pasanggrahan yang tersedia sebanyak empat buah dan sebuah aula yang dapat menampung lebih dari 200 orang - bumi perkemahan seluas 5 Ha di bawah tegakan hutan damar - kantor pusat informasi dan pelayanan - jalan setapak dibuat dengan maksud untuk memperlancar dan sekaligus memberikan petunjuk bagi wisatawan tentang potensi yang ada dalam kawasan, karena itu jalan setapak ini dibuat sebagai penghubung tempattempat yang mempunyai potensi dan atraksi wisata - kafetaria, menyediakan dan melayani kebutuhan makanan dan minuman - kios cindremata diperuntukkan bagi wisatawan untuk membeli kenangkenangan - shelter yang dapat digunakan sebagai tempat bersantai sambil menikmati pemandangan alam - fasilitas lainnya yaitu berupa tempat parkir, mushola, MCK, taman bermain dan teater alam TWA Situ Gunung adalah salah satu tempat wisata di Sukabumi yang menyajikan suasana pegunungan yang cukup kental. Jika mengunjungi tempat wisata ini, bukan hanya pemandangan indah yang ditawarkan, tetapi sekaligus rute tracking melewati membelah bukit dan pinggir danau. Berbagai sumberdaya alam yang dimiliki oleh tempat wisata tersebut sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut, terlebih lagi TWA Situ Gunung merupakan tempat wisata yang cukup banyak diminati. Tabel 3 menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan TWA Situ Gunung selama periode Mei April 2009.

54 Tabel 3. Jumlah Kunjungan di TWA Situ Gunung Peeriode Mei April 2009 Bulan (2008) Mei 1851 Juni 2377 Juli 3142 Agustus 2560 September 706 Oktober 7131 November 1486 Desember 2206 Jumlah Kunjungan (orang) Bulan (2009) Januari 1963 Februari 1098 Maret 2469 April 1630 TOTAL Jumlah Kunjungan Objek wisata ini juga memberlakukan tiket masuk bagi orang dewasa yaitu Rp 6.500,00. Berdasarkan cara kedatangan, pengunjung yang menggunakan kendaraan roda dua dikenakan biaya Rp 1.500,00, kendaraan roda empat dikenakan biaya Rp 2.500,00, dan untuk kendaraan roda enam dikenakan biaya Rp 6.000,00. Selain itu, TWA Situ Gunung menyediakan fasilitas akomodasi berupa wisma yang disewakan. Tarif wisma dibedakan berdasarkan luasan, antara lain Wisma Standar dengan tarif Rp ,00, Wisma Deluxe dikenakan tarif Rp ,00, dan Aula dengan tarif sewa Rp ,00. Di samping itu, untuk fasilitas outbond dikenakan tarif sebesar Rp , Latar Belakang Taman Wisata Alam Situ Gunung TWA Situ Gunung merupakan kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama adalah untuk pariwisata dan rekreasi alam. Situ Gunung ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian

55 Nomor 6411/Kpts/Um/1975 tanggal 27 November Pada tanggal 4 Juni 1990 SK Dirjen tersebut dicabut/diganti dengan SK Mentri Kehutanan No. 184/kptsII/1990. Sebagai tindak lanjut dari keputusan tersebut maka disusunlah Rencana Karya Lima Tahun Tahap II sebagai dasar pelaksanaan pengelolaan selama lima tahun ( ) yang terarah dan terinci. Sejak tahun 1990 hak pengusahaannya telah diserahkan kepada Perum Perhutani unit III Jawa Barat Sejarah Taman Wisata Alam Situ Gunung Telaga Situ Gunung dibangun pada tahun 1817 oleh Rangga Jagat Syahadana yang lebih dikenal dengan nama Embah Jalun ( ) sebagai perwujudan rasa bahagia dan bangga karena dikaruniai seorang anak laki-laki yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangannya. Rangga Jagat Syahadana adalah seorang pejuang keturunan keluarga Raja Mataram yang berhaluan keras dalam menentang penjajah Belanda, kemudian beliau meninggalkan Mataram untuk bergabung dengan para pejuang dari Banten. Pada tahun 1808 Rangga Jagat Syahadana tiba di Cirebon dan menikah dengan seorang gadis yang berasal dari daerah Kuningan. Selama melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda yang dilakukan dengan berpindah-pindah beliau pernah beberapa kali tertangkap yaitu tahun 1810 di Sumedang dan tahun 1840 di Sukabumi. Pada penangkapan terakhir Belanda memutuskan hukuman gantung padanya di sebuah lapangan yang sekarang menjadi alun-alun Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Berkat kesaktian yang dimilikinya, akhirnya beliau dapat melepaskan diri dan memutuskan untuk pergi ke Banten dengan meninggalkan anak dan istrinya. Namun, karena perjalanan yang sulit serta usia yang sudah lanjut akhirnya beliau jatuh sakit dan meninggal

56 dunia di Bogor pada tahun Telaga Situ Gunung kemudian diambil alih secara paksa oleh Belanda dan dibangun kembali pada tahun Di kawasan tersebut pernah dibangun suatu perhotelan dengan nama Hotel Situ Gunung yang saat ini sudah tidak ada Potensi Biotik Kawasan Taman Wisata Alam Situ Gunung merupakan habitat dari berbagi jenis flora dan fauna, antara lain : Flora Taman Wisata Alam Situ Gunung mempunyai keanekaragaman flora diantaranya adalah Puspa (Schima walichii), Rasamala (Altingia excelsa), Damar (Agathis sp), Saninten (Castanopsis argentea), Hamirung (Vemonea arborea), Gelam (Euginia fastigiata), Kisireum (Cleistocalyx operculata), Lemo (Litsea cubeba), Beleketebe (Litsea sp), Suren (Toona sureni), Riung anak (Castanopsis javanica), Walen (Ficus ribes), Merang (Hibiscus surattensis), Kipangung (Trevesia sondaica), Kiputat (Placchomia valida), Karembi (Homolanthus populnea), dan Manggong (Macaranga rizoides). Selain jenis-jenis tersebut terdapat pula jenis anggrek yang dilindungi diantaranya Anggrek Tanah Bunga Merah, Anggrek Tanah Bunga Putih dan Anggrek Bajing Bunga Kuning. Fauna Fauna yang terdapat di Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah 62 jenis satwa liar yang terdiri dari 41 jenis burung (11 jenis yang dilindungi) dan 21 jenis Mamalia (8 jenis dilindungi). Jenis mamalia yang dilindungi antara lain adalah Kucing hutan (Felis bengalensis), Anjing hutan (Cuon

57 alpinus), Owa (Hylobates moloch), Trenggiling (Manis javanica), Landak (Hystrix branchura), Surili (Presbytis comata), Kijang (Munticus muntjak) dan Kancil (Tragulus javanicus). Adapun jenis mamalia lainnya adalah Bajing, Monyet ekor panjang, Lutung dan Babi hutan. Jenis burung yang dilindungi di Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah Elang Bondol (Haliastur Indus), Alap-alap (Accipiter virgatus), burung Sesep Madu (Aethopyga eximia), burung Kipas (Riphidura javanica), Cekaka (Halcyon chloris), burung Madu Kuning (Nectarinia jugularis), burung Madu Merah (Aethipiga sipraja), burung Madu Pipi Merah (Anthreptes singalensis), burung Cabe (Dicaeum trochileum). Sedangkan jenis burung lainnya antara lain Kutilang, Betet ekor panjang, Prenjak Tuwu, Emprit, Cipoh, Kepondang, Tulung Tumpuk dan ayam hutan Obyek Wisata TWA Situ Gunung memiliki obyek dan daya tarik wisata yang cukup beragam seperti panorama alam, flora dan fauna serta kualitas udara yang sejuk. Selain itu, TWA Situ Gunung memiliki obyek wisata alam yang sangat menarik untuk dikunjungi, diantaranya yaitu : 1. Danau Situ Gunung adalah sebuah telaga buatan yang luasnya sekitar 10 Ha dengan panorama yang indah dikelilingi bukit dan tegakan pohon damar. Salah satu kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Danau Situ Gunung yakni menaiki perahu. 2. Air terjun yang terdapat di kawasan TWA Situ Gunung adalah Curug Cimanaracun dan Curug Sawer.

58 VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG 6.1. Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Situ Gunung diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100 orang responden yang terdiri dari 69 orang laki-laki dan 31 orang perempuan. Pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung didominasi oleh laki-laki yang sebagian besar datang secara berkelompok Umur Menurut karakteristik umur, sebagian besar pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah kaum muda yang berusia antara tahun yaitu sebanyak 49%. Pengunjung yang usianya berkisar antara tahun sebanyak 22%. Selain itu, pengunjung yang berusia di atas 33 tahun sebanyak 15% dan 14% sisanya merupakan pengunjung yang berusia di bawah 18 tahun. Pengunjung yang berusia di bawah 18 tahun tersebut didominasi oleh pelajar. Hal ini merepresentasikan keadaan di lapangan dimana banyak ditemui kaum muda di tempat wisata tersebut. Proporsi jumlah responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Gambar 8 berikut ini. 15% 14% 22% <18 tahun 18-25tahun tahun >33 tahun 49% Gambar 8. Sebaran Umur Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

59 Daerah Asal Berdasarkan karakteristik daerah asal, pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung didominasi oleh mereka yang berasal dari Sukabumi yakni sebesar 71%. Pengunjung yang berasal dari daerah Jakarta dan sekitarnya sebanyak 19%. Sisanya merupakan mereka yang datang dari daerah Bandung 8% dan dari daerah lainnya sebanyak 2%. Data tersebut disajikan dalam Gambar 9 berikut. 8% 2% 19% Jakarta dan sekitarnya Sukabumi Bandung dan sekitarnya Lainnya 71% Gambar 9. Sebaran Derah Asal Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 Data di atas menunjukkan wisatawan lokal yang masih berasal dari Sukabumi merupakan konsumen potensial bagi tempat wisata ini. Hal tersebut bisa dikarenakan masih minimnya tempat wisata di wilayah Sukabumi sehingga banyak wisatawan yang menentukan pilihannya pada TWA Situ Gunung. Ini dapat menjadi pertimbangan bagi pengelola dalam memaksimalkan berbagai fasilitas dan daya tarik wisata untuk menarik perhatian wisatawan lokal lebih banyak lagi. Namun demikian, dari data tersebut diketahui juga bahwa TWA Situ Gunung masih memerlukan upaya promosi agar keberadaanya dapat lebih diketahui khalayak ramai sehingga dapat meningkatkan kunjungan dari luar daerah Sukabumi.

60 Tingkat Pendidikan Berdasarkan faktor tingkat pendidikan, sebagian besar pengunjung TWA Situ Gunung merupakan lulusan SMA yakni sebanyak 43%. Pengunjung yang berpendidikan akhir SMP sebanyak 23% dan SD sebanyak 1%. Sedangkan 33% sisanya berpendidikan akhir Perguruan Tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan akhir pengunjung diharapkan akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman mereka akan pentingnya menjaga keberlanjutan dari suatu sumber daya alam dan meminimalisir kerusakan akibat esploitasi alam yang terjadi sehingga keberadaan dari TWA Situ Gunung dapat terus dijaga. Terkait dengan karakteristik tingkat pendidikan pengunjung TWA Situ Gunung, pengelola sebaiknya dapat menambah dan meningkatkan sarana informasi wisata serta petunjuk-petunjuk yang mudah dipahami oleh wisatawan, sehingga pemanfaatan lokasi tersebut dapat terarah dan terkelola dengan baik. Proporsi mengenai tingkat pendidikan responden ditunjukkan pada Gambar 10 berikut ini. 33% 1% 23% SD SMP SMA PT 43% Gambar 10. Sebaran Pendidikan Akhir Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Pekerjaan Jenis Pekerjaan dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung sangat beragam, namun sebagian besar merupakan pegawai swasta (32%). Pelajar dan

61 mahasiswa (28%), wiraswasta (19%) dan sisanya merupakan Pegawai Negeri Sipil, ibu Rumah Tangga dan buruh pabrik. Hal ini dapat menjadi penyebab TWA Situ Gunung lebih ramai didatangi pada hari libur, dimana para pengunjung memanfaatkan waktu luang mereka untuk melakukan rekreasi. Oleh karena itu, sebaiknya pengelola dapat menambah sarana dan prasarana serta atraksi wisata alam terutama pada hari libur sehingga dapat menarik minat wisatawan lebih banyak lagi. 32% 3% 9% 19% PNS Wiraswasta Pelajar/Mahasiswa Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Buruh 9% 28% Gambar 11. Sebaran Jenis Pekerjaan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Tingkat Pendapatan Berdasarkan tingkat pendapatan, sebagian besar pengunjung TWA Situ Gunung memiliki pendapatan kurang dari Rp ,00. Gambar 12 menunjukkan 25% pengunjung memiliki pendapatan antara Rp , ,00. Pengunjung yang berpendapatan antara Rp , ,00 sebanyak 24% dan 22% lainnya memiliki pendapatan kurang dari Rp ,00. Faktor pendapatan dapat mempengaruhi kegiatan konsumsi termasuk konsumsi wisata dimana kebutuhan wisata merupakan kebutuhan tersier. Oleh karena itu, konsumen akan mengutamakan kebutuhan primer dan sekundernya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk

62 berwisata. Diharapkan dengan semakin tingginya pendapatan, alokasinya terhadap kegiatan rekreasi juga semakin meningkat sehingga nilai kesediaan membayar dari pengunjung juga dapat bertambah. Hal ini dapat menjadi dasar pertimbangan pengelola dalam menentukan harga tiket yang berlaku demi perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana pariwisata di Taman Wisata Alam Situ Gunung. 9% 7% 4% 25% 9% 22% 24% < > Gambar 12. Sebaran Pendapatan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Cara Kedatangan Sebagian besar pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung mendatangi tempat wisata tersebut secara berkelompok baik dengan keluarga, teman-teman maupun rekan kerja di perusahaan. Pengunjung yang datang dengan cara demikian yaitu sebesar 85%. Pengunjung lainnya memutuskan untuk mengunjungi tempat wisata tersebut bersama pasangannya sebanyak 13% dan 2% sisanya datang untuk berwisata sendirian. Berdasarkan informasi tersebut, penyediaan paket-paket wisata dapat menjadi alternatif tawaran bagi pengunjung TWA Situ Gunung yang datang secara berkelompok, sehingga aktivitas wisata

63 dapat lebih terorganisir. Gambar 13 menunjukkan proporsi cara kedatangan pengunjung TWA Situ Gunung. 13% 2% Kelompok Pasangan Sendiri 85% Gambar 13. Sebaran Cara Kedatangan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Jumlah Rombongan Berdasarkan hasil observasi di lapangan, diketahui bahwa wisatawan yang mengunjungi TWA Situ Gunung sebagian besar memutuskan untuk datang secara berkelompok dengan jumlah anggota rombongan <10 orang (69%). Pengunjung lainnya datang dengan jumlah rombongan antara orang (27%) dan sisanya datang dalam jumlah rombongan yang besar yakni di atas 27 orang (4%). Adapun wisatawan yang berkunjung dengan jumlah rombongan relatif banyak, biasanya merupakan perusahaan ataupun rombongan mahasiswa yang melakukan aktivitas outbond. Hal ini kembali dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola untuk meningkatkan fasilitas wisata, baik mengenai lahan parkir maupun fasilitas lainnya, agar kapasitas dari tempat wisata tersebut dapat mencukupi jumlah rombongan atau wisatawan yang datang. Adapun proporsi jumlah rombongan dapat dilihat pada Gambar 14 berikut ini.

64 4% 27% <10 orang orang >27 orang 69% Gambar 14. Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Alat Transportasi Berdasarkan alat transportasi yang digunakan wisatawan menuju tempat wisata, sebagian besar pengunjung TWA Situ Gunung datang dengan menggunakan kendaraan roda dua yakni sebanyak 47%. Pengunjung lainnya datang dengan menggunakan mobil pribadi sebanyak 22%. Sisanya memutuskan untuk mengunjungi lokasi wisata dengan menggunakan kendaraan umum (17%), kendaraan charter atau bus (9%) dan berjalan kaki (5%). Wisatawan yang berkunjung ke lokasi ini didominasi oleh mereka yang datang berkelompok dengan menggunakan motor pribadi. Selain dianggap lebih ekonomis, kendaraan ini juga dinilai lebih sesuai dengan aksesibilitas di lokasi wisata tersebut. Kendaraan roda empat umumnya digunakan oleh pengunjung yang membawa rombongan keluarganya. Bus biasanya digunakan oleh rombongan karyawan perusahaan atau pun rombongan mahasiswa yang hendak melakukan aktivitas outbond. Sedangkan mereka yang memilih berjalan kaki merupakan wisatawan lokal yang bertempat tinggal tidak jauh dari Taman Wisata Alam Situ Gunung. Gambar 15 menunjukkan sebaran alat transportasi yang digunakan pengunjung TWA Situ Gunung.

65 9% 5% 22% 17% mobil motor umum charter/bus berjalan kaki 47% Gambar 15. Sebaran Alat Transportasi yang digunakan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Sumber Informasi Lokasi Menurut sumber informasi keberadaan TWA Situ Gunung, sebagian besar pengunjung mengetahuinya dari teman atau saudara yaitu sebanyak 60%. Pengunjung yang mengetahui dengan sendirinya sebanyak 35%. Mereka yang menjawab demikian sebagian besar merupakan wisatawan lokal yang telah lama tinggal di sekitar tempat wisata ataupun wilayah Sukabumi dan mengetahui keberadaan TWA Situ Gunung sejak lama sehingga sulit untuk menentukan dari mana sumber pengetahuan mengenai TWA Situ Gunung tersebut. Sisanya pengunjung mengetahui keberadaan tempat wisata dari media cetak atau elektronik seperti koran, televisi maupun internet sebanyak 5%. Hal tersebut diharapkan dapat memotivasi pengelola untuk meningkatkan kegiatan promosinya lebih baik lagi baik melalui media cetak maupun elektronik sehingga dapat menambah jumlah kunjungan wisatawan luar daerah. Sebaran sumber informasi mengenai keberadaan TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 16 berikut ini.

66 5% 35% Koran-Tv-Internet Teman/Saudara Tahu Sendiri 60% Gambar 16. Sebaran Sumber Informasi Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Lama Mengetahui Lokasi Berdasarkan karakteristik lama mengetahui tempat wisata yang dihitung dalam tahun, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 17, diketahui bahwa 41% pengunjung TWA Situ Gunung baru mengetahui keberadaan tempat wisata tersebut dalam kurun waktu 1-4 tahun. Sebanyak 23% lainnya telah mengetahui keberadaan TWA Situ Gunung lebih dari 18 tahun yang lalu. Mereka yang termasuk dalam kelas tersebut sebagian besar merupakan wisatawan lokal yang berasal dari daerah Sukabumi. Selain itu, 22% pengunjung telah mengetahui keberadaan tempat wisata tersebut selama tahun dan 14% sisanya sudah mengetahui TWA Situ Gunung selama 5-9 tahun. 23% 22% 41% 1-4 tahun 5-9 tahun tahun >18 tahun 14% Gambar 17. Sebaran Lama Mengetahui Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

67 Tujuan Wisata TWA Situ Gunung mempersembahkan suasana yang begitu dekat dengan alam. Panoramanya yang memikat mampu menarik minat banyak wisatawan yang datang berkunjung hanya untuk sekedar menikmati keindahan alam dan suasana sejuk di tempat tersebut. Wisatawan semacam ini banyak ditemui di lokasi dan sangat mendominasi motivasi kunjungan yakni sebesar 77%. Adapula pengunjung lain yang datang ke TWA Situ Gunung melakukan aktivitas piknik bersama keluarga ataupun rekan kerja sebesar 11%, 7% datang untuk berolah raga dan 5% sisanya untuk melakukan kegiatan lain. Sebaran tujuan wisata pengunjung TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 18. Terkait dengan tujuan wisata, perawatan fasilitas yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung dalam menikmati keindahan alam yang ditawarkan TWA Situ Gunung. 11% 5% 7% Menikmati Alam Olahraga Piknik Lainnya 77% Gambar 18. Sebaran Tujuan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Lama kunjungan Lama kunjungan diartikan sebagai waktu yang dihabiskan wisatawan di TWA Situ Gunung. Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa 41% pengunjung menghabiskan waktu di lokasi tersebut hanya 1-2 jam. Biasanya

68 mereka berkunjung dengan tujuan menikmati pemandangan alam dan suasana sejuk di lokasi tersebut. Sehingga waktu yang dihabiskan di lokasi hanya sebentar. Pengunjung lainnya memerlukan 3-4 jam untuk melakukan aktivitas wisata (37%). Pengunjung yang menghabiskan waktu di lokasi hingga 5-6 jam sebanyak 13% dan 7-8 jam sebanyak 6%. Pengunjung sisanya menghabiskan waktu untuk berwisata di TWA Situ Gunung lebih dari 8 jam (9%). Pengunjung yang demikian sebagian besar meluangkan waktunya sejak pagi untuk melakukan aktivitas survei ataupun outbond. Hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola agar menambah atraksi wisata alam yang menarik minat pengunjung, dengan demikian diharapkan akan meningkatkan antusiasme mereka untuk menghabiskan waktu berwisata lebih lama lagi. Proporsi mengenai waktu yang dihabiskan pengunjung dalam berwisata di TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 19 berikut ini. 13% 9% 41% 1-2 jam 3-4jam 5-6jam >6jam 37% Gambar 19. Sebaran Lama Kunjungan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa responden TWA Situ Gunung merupakan pengunjung yang berasal dari daerah yang relatif dekat dengan lokasi wisata. Sebagian besar pengunjung menempuh jarak 2-32 km untuk mencapai lokasi (65%). Diperkirakan mereka merupakan wisatawan lokal yang

69 berasal dari daerah Sukabumi dan sekitarnya. Selebihnya menempuh jarak lebih dari 33 km, kemungkinan besar merupakan pengunjung yang berasal dari luar kota. Sebaran jarak yang ditempuh pengunjung menuju TWA Situ Gunung ditunjukkan pada Gambar 20 berikut ini. 6% 9% 6% 3% 2% 5% 4% 65% 2-32 km km km km km km km >218 km Gambar 20. Sebaran Jarak Tempuh Ke Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 Berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menuju lokasi, sebagian besar responden memerlukan waktu 1-2 jam untuk pulang pergi yakni sebanyak 60%. Jumlah waktu tersebut diperkirakan dibutuhkan oleh mereka yang masih berasal dari daerah sekitar Sukabumi. Selain itu, 15% responden membutuhkan waktu sebanyak 5-6 jam. Jumlah waktu sekian pada umumnya dibutuhkan oleh mereka yang berasal dari daerah Cianjur, Bogor dan Sukabumi selatan. Jumlah waktu 3-4 jam dan 7-10 jam masing-masing 10% dari keseluruhan responden. Pengunjung sisanya memerlukan waktu lebih dari 10 jam untuk pulang pergi dari TWA Situ Gunung hingga ke daerah asal sebanyak 5%. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh kemacetan yang mungkin terjadi di ruas jalan. Sebaran waktu tempuh yang dibutuhkan pengunjung menuju TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 21 berikut ini.

70 10% 5% 15% 10% 60% 1-2 jam 3-4 jam 5-6 jam 7-10 jam >10 jam Gambar 21. Sebaran Waktu Tempuh Menuju Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun Persepsi pengunjung mengenai Taman Wisata Alam Situ Gunung Melalui wawancara dan kuesioner, peneliti juga mencoba untuk menggali informasi mengenai penilaian pengunjung terhadap TWA Situ Gunung. Adapun informasi tersebut meliputi keadaan keamanan objek wisata, penyediaan fasilitas rekreasi, pelayanan pengelola dalam menerima pengunjung, penyediaan informasi, dan kemudahan mencapai lokasi atau aksesibitas. Selain itu pengunjung diminta untuk menilai faktor lingkungan yang terdiri dari faktor kebersihan, kualitas udara dan tingkat kebisingan. Hal ini perlu dilakukan agar pengelola dapat mengetahui faktor apa saja yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan dalam mengelola TWA Situ Gunung Keamanan Hasil observasi lapang terhadap pengunjung TWA Situ Gunung mengenai tingkat keamanan di tempat wisata tersebut 74% responden menyatakan aman. Pengunjung lainnya menyatakan sangat aman sebanyak 19% dan sisanya 7% menyatakan kurang aman. Adapun kriteria aman yang dimaksud meliputi kecelakaan fisik akibat aktivitas rekreasi maupun kriminalitas seperti terjadinya

71 kehilangan materi ataupun benda lain akibat pencurian. Berikut merupakan proporsi penilaian pengunjung mengenai keamanan TWA Situ Gunung. 7% 19% sangat nyaman aman kurang aman 74% Gambar 22. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Keamanan Tahun Penyediaan Fasilitas Rekreasi Berdasarkan sarana dan prasarana wisata di TWA Situ Gunung, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 23, 68% responden menyatakan bahwa fasilitas di tempat wisata tersebut masih kurang memadai. Responden yang menyatakan fasilitas wisata disana memadai sebesar 26% dan sisanya menyatakan sangat memadai sebesar 6%. Adapun responden yang menyatakan kurang memadai melihat bahwa fasilitas yang ada di lokasi tersebut kurang terawat dan sangat perlu untuk diadakannya fasilitas tambahan. 6% 26% sangat memadai memadai kurang memadai 68% Gambar 23. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Fasilitas Wisata Tahun 2009

72 Beberapa fasilitas yang perlu diperbaiki antara lain WC umum, tempat ibadah dan tempat parkir. Sedangkan fasilitas yang menurut responden perlu untuk ditambahkan yaitu tempat berteduh, tempat sampah dan fasilitas bermain. Berikut merupakan gambar fasilitas yang terdapat di TWA Situ Gunung. Gambar 24. Fasilitas Wisata di TWA Situ Gunung Sebagian fasilitas yang disebutkan sebelumnya telah tersedia di Taman Wisata Alam Situ Gunung. Akan tetapi kondisinya dinilai cukup tidak nyaman untuk dimanfaatkan. Oleh karena itu perhatian pengelola akan perbaikan dan penambahan fasilitas sangat diperlukan dalam pengembangan tempat wisata tersebut lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan kualitas dari tempat wisata itu sendiri Pelayanan Pengelola Taman Wisata Alam Situ Gunung Berdasarkan faktor pelayanan pengelola dalam menerima pengunjung yang melakukan rekreasi atau kegiatan lainnya di TWA Situ Gunung, Gambar 25

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taman Wisata Alam Menurut PPAK (1987) Wisata Alam adalah bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungannya. Sedangkan berdasarkan UU No.5 1990

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H44050654 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber daya alam. Berada pada daerah beriklim tropis menjadikan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam dengan berbagai manfaat baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung berupa produk jasa lingkungan yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Menurut undang-undang No. 10 tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan 11 BAB II A. Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi pariwisata Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah, keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis budaya, serta berbagai peninggalan

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada objek dan daya tarik wisata, teknik pengukuran manfaat wisata alam dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi berkepanjangan pernah menimpa negara Indonesia dampak

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi berkepanjangan pernah menimpa negara Indonesia dampak BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi berkepanjangan pernah menimpa negara Indonesia dampak dari krisis yang berkepanjangan ini salah satunya adalah berdampak pada terhambatnya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan. pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan seluruh potensi

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan. pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan seluruh potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya sektor pariwisata. Untuk lebih memantapkan pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam dengan beragam manfaat, berupa manfaat yang bersifat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produk hutan yang dapat dinikmati secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyaknya rakyat miskin. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyaknya rakyat miskin. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dampak dari krisis yang berkepanjangan ini bisa terlihat salah satunya pada pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia memiliki banyak potensi untuk dikembangkan baik dalam sektor pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang harus dimanfaatkan dan dilestarikan. Indonesia diberikan anugerah berupa kekayaan alam yang

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekonomi Wisata

Penentuan Nilai Ekonomi Wisata Penentuan Nilai Ekonomi Wisata BAGIAN EKONOMI LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN FEM IPB Pendahuluan (1) Pendahuluan (2) Pendahuluan (3) TCM metode yang tertua untuk pengukuran nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan pembangunan perekonomian nasional, merupakan peran yang signifikan. Secara nasional, sektor pariwisata

Lebih terperinci

Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016

Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016 Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016 HISTORY OF TCM TCM metode yang tertua untuk pengukuran nilai ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Tari Seni tari merupakan seni menggerakkan tubuh secara berirama, biasanya sejalan dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu gagasan

Lebih terperinci

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun budaya. Namun sejalan dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, tekanan terhadap sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam ini, hampir merata terdapat di seluruh wilayah

Lebih terperinci

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) Oleh : GITA ALFA ARSYADHA L2D 097 444 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam kekayaan sumber daya alam. Keberagaman potensi alam, flora, fauna serta berbagai macam budaya, adat istiadat,

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI INFORMASI BAGI UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Kasus Desa Citaman DAS Cidanau) ADE FAHRIZAL

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI INFORMASI BAGI UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Kasus Desa Citaman DAS Cidanau) ADE FAHRIZAL ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI INFORMASI BAGI UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Kasus Desa Citaman DAS Cidanau) ADE FAHRIZAL DEPARTEMEN EKONOMI SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata juga tidak dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang melimpah dengan jumlah total pulau mencapai 17.508 pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekowisata bagi negara-negara berkembang dipandang sebagai cara untuk mengembangkan perekonomian dengan memanfaatkan kawasan-kawasan alami secara tidak konsumtif. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa bagi negara yang cukup efektif untuk dikembangkan. Perkembangan sektor pariwisata ini terbilang cukup

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumberdaya alam adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumberdaya alam adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Alam Sumberdaya alam adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan untuk proses produksi. Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan,

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan modal penting untuk meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian

I. PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian terfokus kepada peningkatan produksi, terutama pada peningkatan produksi tanaman pangan, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Pasar Wisata Alam Langkah awal dalam melakukan analisis pengembangan wisata alam berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Cilacap merupakan kota yang terletak di sebelah selatan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Cilacap merupakan kota yang terletak di sebelah selatan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Cilacap merupakan kota yang terletak di sebelah selatan dari Kabupaten Cilacap. Kota Cilacap memiliki morfologi berupa dataran rendah. Secara administratif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Hussen dalam Adrianto, 2010) Willingness to pay(wtp) pada

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Hussen dalam Adrianto, 2010) Willingness to pay(wtp) pada TINJAUAN PUSTAKA Konsep Penilaian Ekonomi Menurut (Hussen dalam Adrianto, 2010) Willingness to pay(wtp) pada dasarnya untuk mengukur nilai benefits dari sesuatudidasarkan atas perspektif manusia (individu),

Lebih terperinci

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANDY AKHDIAR A14104101 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan sektor industri pariwisata di dunia saat ini sangat pesat dan memberi kontribusi yang besar terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. subur, dan mendapat julukan sebagai Negara Agraris membuat beberapa. memiliki prospek yang menjanjikan dan menguntungkan.

BAB I PENDAHULUAN. subur, dan mendapat julukan sebagai Negara Agraris membuat beberapa. memiliki prospek yang menjanjikan dan menguntungkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di negara beriklim tropis, memiliki tanah yang cukup subur, dan mendapat julukan sebagai Negara Agraris membuat beberapa wilayah di Indonesia cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk meningkatkan devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah yang memiliki industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011. BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa

Lebih terperinci