TINJAUAN PUSTAKA. dari saluran-saluran/bandar-bandar/parit-parit yang diselenggarakan dan
|
|
- Sucianty Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Keadaan Lahan Sawah Menurut Siregar (1981), areal persawahan menurut pengairannya dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu: 1. Sawah irigasi, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan airnya dari saluran irigasi yang diselenggarakan oleh Dinas Irigasi dan Departemen Pekerjaan Umum. 2. Sawah irigasi desa, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan airnya dari saluran-saluran/bandar-bandar/parit-parit yang diselenggarakan dan dipelihara oleh masyarakat desa/petani di suatu daerah tertentu. 3. Sawah tadah hujan, atau di luar Pulau Jawa dan Madura disebut sawah berbandar langit, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan airnya semata-mata dari curah hujan. Tanah sawah berbeda dengan tanah lahan kering. Ciri utama tanah sawah adalah identik dengan genangan air dalam waktu yang lama. Penggenangan tanah menyebabkan terjadinya perubahan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kondisi inilah yang membedakan lahan sawah dengan lahan kering (Rajamuddin, 2009). Sistem penanaman padi di sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan penanaman. Mula-mula sawah dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3 hari, namun beberapa tempat, tanah dibiarkan sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua atau ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu, bibit hasil semaian ditanam (AAK, 1990). 5
2 6 Sebelum menanam padi di lahan sawah, maka perlu dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus sudah dipersiapkan dua bulan sebelum penanaman. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu dengan cara tradisonal yaitu pengolahan tanah sawah yang dilakukan dengan alat-alat sederhana seperti sabit, cangkul, bajak dan garu yang semuanya dikerjakan oleh manusia atau dibantu oleh hewan misalnya, kerbau atau sapi. Cara modern yaitu pengolahan tanah sawah yang dilakukan dengan mesin, yaitu dengan traktor dan alat-alat pengolahan tanah yang serba dapat bekerja sendiri (Sugeng, 1998). Penyiapan lahan untuk budidaya tanaman padi dapat ditempuh dengan beberapa cara. Secara manual penyiapan lahan dilakukan menggunakan tangan dan alat sederhana. Sedangkan secara mekanis menggunakan bajak (ploughing) dan garu (harrowing). Cara yang banyak digunakan pula adalah secara kimiawi yaitu dengan herbisida. Namun dapat pula digunakan gabungan dari cara-cara tersebut (Noor, 1996). Sumberdaya Di Bidang Pertanian Sumber daya ada lima sumber-sumber daya untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa ada lima penggerak utama yang tersedia bagi petani. ini adalah (1) hewan domestik, (2) angin, (3) air yang mengalir, (4) listrik, dan (5) mesin panas. Beberapa di antaranya kembali harus dibatasi penggunaannya, seperti yang akan disebutkan kemudian. Pada kenyataannya, sampai saat ini hanya dua dari lima yang disebutkan, yaitu, hewan domestik dan mesin panas, telah terbukti praktis untuk memasok listrik
3 7 administratif. angin sejauh ini, air, dan listrik terbatas sepenuhnya bekerja stasioner (Jones, 1996). Salah satu unsur yang dapat membedakan antara teknologi maju (modern) dengan teknologi sederhana (tradisional) adalah terletak pada tenaga yang menjadi penggerak dari teknologi itu sendiri. Teknologi modern lebih menekankan tenaga mesin, sedang teknologi tradisional lebih memerlukan tenaga manusia dan atau tenaga hewan. Sebagai suatu teknologi tradisional maka hubungan antara manusia dengan sistem peralatan yang dipunyai terasa sangat akrab. Ini tentunya disebabkan disamping peralatan tersebut diperoleh dengan amat mudah, bahkan beberapa diantara dibuat sendiri oleh pemiliknya, juga alat tersebut dalam waktu yang relatif lama berdampingan dengan manusianya (Dakung, dkk., 1989). Tingkatan paling rendah dari mekanisasi yakni penggunaan binatang penarik (terutama kerbau atau sapi) untuk pembajakan dan pelumpuran serta pengangkutan hasil panen dari lahan. Kendala yang ada mungkin seperti pengerjaan secara manual, yaitu trafficability yang buruk pada lahan berlumpur dan tingginya energi yang dibutuhkan pada tanah-tanah berliat halus (terutama Vertisol) sehingga waktu yang tersedia bagi lahan untuk dapat dikerjakan amat terbatas (Hardjowigeno dan Rayes, 2005). Sumberdaya Manusia Praktek penggemburan tanah sebelum penanaman telah berlangsung sejak lama. Dibeberapa daerah penggemburan sangat sulit dilakukan karena kondisi tanah yang tidak mendukung. Petani telah mengatasi masalah ini dengan menggunakan alat berat. Dibeberapa daerah yang biaya tenaga kerjanya tidak terlalu tinggi, banyak lahan digemburkan dengan menggunakan tenaga manusia.
4 8 Pada saat mesin pengolah tanah belum tersedia, beberapa kuda digunakan untuk mengolah lahan. Namun selama pengolahan lahan dengan menggunakan tenaga kuda, luas olahan yang diperoleh masih terlalu kecil, mesin pengolahan tanah dapat mengolah lahan dalam ukuran yang lebih luas (Burton, 1997). Menurut Daywin dkk (2008), daya yang digunakan dalam pengolahan tanah dapat digolongkan ke dalam daya biologis (manusia, kerbau, sapi) dan daya motor bakar (motor bensin, diesel). Daya manusia dan ternak dalam mengolah tanah dan kapasitas kerjanya dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Daya tersedia dan kapasitas kerja dalam pengolahan tanah dengan daya biologis Sumber tenaga Daya tersedia Kapasitas Kerja Keterangan kw/unit 1. Manusia 0,040 per orang pria (HOK/Ha) Tanah sawah 2x cangkul, siap tanam 2. Sepasang hewan (Kerbau, Sapi) 0,5 Ha/musim 1,072 (2 ekor hewan) (Ha/musim) 1 orang pria, 2x cangkul, tanah berat, siap tanam Tanah sawah 2x bajak singkal 1,5-2,5 (Ha/musim) 14-21(har/Ha) Tanah kering 2x bajak singkal Sumberdaya Mesin (Traktor) Tujuan utama dari penggunaan alat dan mesin pertanian adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja petani dan merubah pekerjaan berat menjadi lebih ringan dan menarik. Secara historis, kemajuan mekanisasi pertanian selalu disebabkan kurangnya tenaga kerja di pedesaan karena diserap oleh bidang industri. Keberhasilan negara-negara maju dalam aplikasi mesin-mesin pertanian mereka tidaklah terjadi dalam sekejap. Mereka telah melakukan pnelitian-
5 9 penelitian baik di laboratorium maupun di lapangan sebelum suatu mesin diaplikasikan. Sejalan dengan penelitian-penelitian tersebut maka juga telah membuat suatu program pengembangan yang mantap dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis, sosial dan ekonomis (Daywin dkk, 2008). Mesin dapat membantu pekerja agar pekerjaan lebih aman dan dengan tingkat produktifitas tinggi. Semakin besar ukuran dan jumlah mesin, maka semakin banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan per orangnya. Inilah dasar untuk meningkatkan produktifitas per orang dalam industri pertanian. Proses mekanisasi ini telah berlangsung dan mengalami peningkatan signifikan sejak 1950 (Herbs, 1980). Pemanfaatan traktor dan mesin-mesin lainnya untuk pengolahan lahan, penanaman, dan pemanenan serta pemrosesan bergantung pada, dengan sedikit perkecualian, bahan bakar yang tidak dapat diperbarui lagi. Mekanisasi bisa memperbaiki hasil panen melalui pengolahan lahan yang baik, penanaman, pemupukan, dan pemanenan yang lebih efisien hingga akhirnya memperkuat dampak unsur lain dari paket revolusi hijau (Reijnteis dkk, 1999). Jumlah penduduk yang semakin bertambah telah dan akan terus membutuhkan bahan makanan dan serat yang semakin banyak dan kenaikan produksi pertanian yang terjadi juga telah didorong oleh kemajuan di bidang non enjinering seperti bibit unggul, pemupukan dan budidaya tanaman yang lebih baik. Akan tetapi yang paling utama adalah meningkatnya penggunaan mekanis dan semakin efektifnya penggunaan mesin pertanian (Daywin dkk, 2008). Banyak koperasi di Zimbabwe yang memandang traktor sebagai salah satu alat untuk mengangkat pertanian dari teknik-teknik primitif ke suatu sistem
6 10 dengan hasil lebih banyak dan karenanya pendapatan lebih baik. Tetapi mekanisasi menggantikan tenaga kerja dengan sumber daya yang langka dan mahal, yaitu modal dan manajemen. Pembenarannya adalah bahwa traktor menyiapkan lahan secara baik dan lebih cepat dan bahwa tanaman yang ditabur awal pada persemaian yang baik diharapkan menghasilkan pemanenan yang lebih baik. Namun, setelah itu kemungkinan besar traktor tersebut tidak digunakan lagi selama musimnya berjalan (Reijnteis dkk, 1999). Klasifikasi Traktor Traktor berperanan penting sebagai sumber penggerak peralatan pertanian. Berdasarkan model/tipenya, pembagian traktor dapat dilihat pada gambar 1. Traktor roda dua tipe standar (standard type) Tipe unit (integral mounted type) Traktor Kecil Tipe gusur (trailing type) Traktor rantai (crawler) Traktor Tipe kombinasi (combination type) Traktor roda empat (Wheel tractor) Traktor Besar Traktor rantai (crawler) Gambar 1. Klasifikasi traktor (Hardjosentono dkk, 2000) Menurut Hardjosentono (2000), menurut cara penggandengan peralatannya, maka traktor tangan dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu: a) Integrated mounted tractor (tipe unit); peralatannya langsung dihubungkan dengan poros (sumbu/as) dengan transmisi gigi. Dalam hal ini, penerusan tenaganya positif. Atau dengan kata lain efisiensinya tinggi. Kelemahannya adalah jika peralatan mendapat beban yang berlebihan (over-loaded), motor atau gigi transmisi akan rusak berat. Berbeda dengan
7 11 tipe lain yang penerusan tenaganya menggunakan rantai (chain) atau V- belt. Jika terjadi kelebihan beban, maka bagian yang rusak adalah rantai atau V-beltnya (transmisi tali kipas), yang harganya relatif lebih murah daripada gigi-gigi transmisi atau onderdil lain. Oleh karena itu, sekarang ini traktor kecil tipe unit sudah jarang dijumpai di Indonesia. b) Trailing type (tipe gusur); peralatannya digandengkan dengan traktor hanya dengan bantuan pen (pasak) saja. Jadi bekerjanya berdasarkan kekuatan tarik maju kedepan dari traktor. c) Combination type (tipe kombinasi); dapat digunakan sebagai tipe unit maupun tipe gusur. Tipe kombinasi menggunakan rantai (chain) sebagai penerus tenaga dari transmisi ke peralatan cangkul/garu berputar (rotary tiller). Pada rantai itu terdapat sebuah mata rantai yang lemah, sehingga jika traktor kelebihan beban, maka rantai ini yang akan patah/rusak, bukan susunan gigi transmisi atau motornya. Andai kata kita hendak membajak tanah, maka cangkul/garu berputar yang terpasang pada unit tadi dapat dilepas dan traktor bisa dipakai sebagai tipe gusur dengan memasangkan pasak (draw-bar/hitch). Traktor Tangan Traktor roda dua atau traktor tangan (power tiller/hand tractor) adalah mesin pertanian yang dapat dipergunakan untuk mengolah tanah dan lain-lain. Pekerjaan pertanian dengan alat pengolah tanahnya digandengkan/dipasang di bagian belakang mesin. Alat ini mempunyai efisiensi tinggi, karena pembalikan dan pemotongan tanah dapat dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Traktor roda dua merupakan mesin serba guna karena dapat juga berfungsi sebagai tenaga
8 12 penggerak untuk alat-alat lain seperti pompa air, alat prosesing, gandengan (trailer) dan lain-lain (Hardjosentono dkk, 2000). Dari banyak hasil penelitian dan pengujian traktor roda 2 dalam pengolahan tanah berhasil dikumpulkan lebih kurang 15 jenis traktor roda 2 dan data kapasitas pengolahan tanah yang meliputi tanah sawah dan tanah kering, baik dengan bajak singkal maupun bajak pisau berputar. Dari data dapat dihasilkan angka rata-rata perkiraan kapasitas kerja seperti dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Angka rata-rata perkiraan kapasitas kerja (Ha/kW, jam) dengan faktor koreksi ± 10 %. Pengolahan tanah Ha/kW.jam 1. Tanah sawah a. Dengan bajak singkal 2 x 0,0073 b. Dengan bajak pisau beputar 2 x 0, Tanah kering siap tanam a. Dengan bajak singkal 2 x 0,0053 b. Dengan bajak pisau beputar 2 x 0,0080 (Daywin dkk, 2008). Pengolahan Tanah Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara menciptakan kondisi tanah yang siap tanam. Walaupun pengolahan tanah sudah dilakukan oleh manusia sejak dahulu kala dan sudah mengalami perkembangan yang demikian pesat baik dalam metode maupun peralatan yang dihunakan, tetapi sampai saat ini pengolahan tanah masih belum dapat dikatakan sebagai ilmu yang pasti (eksakta) yang dapat dinyatakan secara kuantitatif. Belum ada metode yang memuaskan yang tersedia untuk menilai hasil olah yang dihasilkan oleh suatu alat pengolah tanah tertentu (Daywin dkk, 2008). Tujuan lain dari pada memecahkan gumpalan tanah sampai butir-butir yang sekecil-kecilnya ialah agar jarak antara dua butir tanah itu sekecil mungkin.
9 13 Jika jarak antara kedua butir tanah itu sekecil mungkin, maka pori dalam tanah dengan sendirinya menjadi kecil pula dan lebih kecil pori dalam tanah lebih baik, oleh karena pori yang lebih kecil itu akan menghambat air menyusup ke bagian bawah tanah (Siregar, 1981). Mengolah tanah pertanian dapat diartikan merubah tanah sedemikian rupa, sehingga karenanya diperoleh susunan tanah sedemikian rupa, sehingga karenanya diperoleh susunan tanah sebaik-baiknya ditinjau dari sudut persediaan zat makanan, air, udara, dan suhu panas yang akan memberikan kesempatan sebaik-baiknya guna perkembangan dan peri kehidupan tumbuh-tumbuhan serta mikroorganisme tanah (Dakung, dkk., 1989). Evaluasi terhadap mudah tidaknya lahan dikerjakan sangat bergantung kepada sistem pengelolaan tanah dan air yang digunakan atau direncanakan. Penyiapan lahan dan pekerjaan lain termasuk penyiangan dan pemanenan dapat dilakukan secara manual tanpa kendala spesifik pada kebanyakan tipe lahan dan tanah. Kesulitan dijumpai pada lahan berbatu dan miring, meskipun hanya sebagian kecil dari daerah lahan sawah aktual dan potensial. Masalah juga dijumpai pada penyiapan lahan berlumpur yang berdrainase buruk, karena kemudahan untuk dilewati amat rendah (Hardjowigeno dan Rayes, 2005). Alat Pengolahan Tanah Pertama Alat pengolah tanah pertama adalah alat-alat yang pertama sekali digunakan yaitu untuk memotong, memecah dan membalik tanah. Alat-alat tersebut ada dikenal beberapa macam, yaitu bajak singkal. bajak piring, bajak pisau berputar, bajak chisel, bajak subsoil, dan bajak raksasa (Daywin dkk, 2008).
10 14 Peralatan yang digunakan oleh petani untuk memecah dan meremahkan tanah sampai suatu kedalaman dari 6 sampai 36 inci (15,2 sampai 91,4 cm) dikenal dengan alat pengolah tanah primer, yang mencakup bajak singkal, bajak piringan, putar, pahat, dan bajak bawah tanah (Smith dan Wilkes, 1990). Bajak singkal ditujukan untuk pemecahan banyak tipe tanah dan cocok sekali untuk pembalikan tanah serta penutupan sisa-sisa tanaman. Telapak bajak secara keseluruhan merupakan hal yang sangat esensial untuk pembajakan yang baik, pemotongan oleh mata bajak dan sedikit pengangkatan irisan alur, pengendalian sisi samping, kemantapan bajak, sementara singkal menyelesaikan pengangkatan, penggemburan, dan pembalikan pemotongan tanah paliran. Terutama pada singkal-lah tergantung pembajakan yang berhasil. Lengkung dan panjang singkal menentukan derajat kegemburan yang diberikan kepada tanah potongan paliran (Smith dan Wilkes, 1990). Pada saat bergerak maju, maka pisau akan memotong tanah dan mengarahkan potongan/keratin tersebut ke bagian singkal. Singkal akan menerima potongan tanah, dan karena kelengkungannya maka potongan tanah akan dibalik dan dipecah. Kelengkungan singkal ini berbeda untuk kondisi dan jenis tanah yang berbeda agar diperoleh pembalikan tanah yang baik (Daywin dkk, 2008). Alat Pengolahan Tanah Kedua Pengolahan tanah kedua diartikan sebagai pengadukan tanah sampai jeluk yang komperatif tidak terlalu dalam. Peralatan pengolahan lahan pertama mungkin digunakan untuk pengolahan lahan kedua. Bajak satu arah dan beberapa jenis bajak brujul dapat disesuaikan dengan alat-alat tambahan, sehingga dapat digunakan untuk pengolahan lahan kedua pada jeluk yang lebih dangkal (Smith dan Wilkes, 1990).
11 15 Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. Dengan pengolahan tanah kedua, tanah menjadi gembur dan rata, tata air diperbaiki, sisa-sisa tanaman dan tumbuhan pengganggu dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas, kadangkadang diberikan kepadatan tertentu pada permukaan tanah, dan mungkin juga dibuat guludan atau alur untuk pertanaman (Daywin dkk, 2008). Garu adalah peralatan yang digunakan untuk meratakan tanah dan memecahkan bongkahan-bongkahan tanah, mengaduk tanah, mencegah dan membinasakan gulma. Di bawah kondisi tertentu, garu dapat digunakan untuk menutup biji. Ada tiga jenis utama garu, yaitu garu piringan, garu gigi paku dan garu gigi pegas (Smith dan Wilkes, 1990). Kedalaman Olah Tanah Sebagai diketahui lapisan bunga tanah (top soil) tidaklah sama untuk semua jenis tanah. Ada tanah yang lapisan bunganya tebal dan ada juga tanah yang lapisan bunganya tipis. Lepas dari tebal tipisnya bunga tanah itu, dalamnya pengolahan tanah yaitu: dangkal, sedang, atau dalam, akan mempengaruhi hasil pertanaman. Ini dapat dibuktikan dengan angka-angka sebagai tersebut pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Pengaruh dalam nya pengolahan tanah terhadap hasil Dalamnya pengolahan tanah (cm) Hasil (gram/rumpun) Angka-angka yang disajikan menunjukkan bahwa pengolahan tanah yang terbaik ialah di sekitar 30 cm. Bandingkanlah pengolahan sedalam 28 cm dan 32
12 16 cm. Yang ini berarti dalam praktek dengan pencangkulan tanah hampir sama dengan satu kali saja mengayunkan cangkul yang panjangnya kurang lebih 30 cm (Siregar, 1981). Untuk padi sawah, kedalaman pembajakan konvensional sejak adanya manusia dan tenaga ternak hanya 10 sampai kurang 15 cm saja. Karena itu selalu ada air irigasi yang cukup untuk tanaman di atas dan di dalam lapisan olah atau top soil. Petakan sawah harus benar-benar datar dan rata, karena sifat-sifat permukaan air, sehingga petakan sawah yang dibuat kecil akan mempermudah pembuatan lapisan olah datar dan rata (Daywin dkk, 2008). Bajak pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama dengan cangkul. Bajak berguna untuk memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah. Dalam pembajakan tanah biasanya ditentukan oleh jenis tanaman dan ketebalan lapisan tanah atas. Kedalaman lapisan olah tanah untuk tanaman padi lebih kurang 18 cm (IRRI) bahkan ada tanah yang harus dibajak lebih dalam lagi sekitar 20 cm (AAK, 1990). Genangan Air Pengolahan Adapun kebutuhan tanaman padi akan air itu ditetapkan oleh berbagai macam faktor, seperti: macam tanah, iklim (basah atau kering), umur tanaman, dan sebagainya. Sebagai dimaklumi, tanah yang dipergunakan untuk bercocok tanam padi terdiri dari berbagai macam; ada tanah yang ringan, ada pula yang sedang, atau berat; ada tanah yang banyak mengandung pasir, dimana air secara cepat mengalir ke lapisan bawah dari tanah dan menghilang, sehingga tidak tersedia untuk diserap oleh akar tanaman (Siregar, 1981).
13 17 Sebelum dilakukan pencangkulan, terlebih dahulu sawah harus digenangi air, sambil dilakukan perbaikan pada pematang. Begitu pula bila dilakukan pembajakan, air harus tergenang di sawah. Ketika penggaruan/penyisiran dilakukan, genangan air dikurangi dipetakan sawah, yaitu tinggi air sekitar 2 cm dari permukaan (Rasyid, 1991). Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pertanaman padi dimana tanahnya diolah dengan mempergunakan air dalam jumlah yang cukup banyak senantiasa lebih tinggi daripada hasil pertanaman dimana tanahnya diolah secara kering ataupun dengan persediaan air yang serba kurang. Kenyataan ini dapat dibuktikan dengan angka sebagai dicantumkan di bawah ini. Tabel 4. Pengaruh pengolahan tanah dengan mempergunakan air yag cukup banyak dan air yang serba kurang terhadap hasil Cara Pengolahan Tanah Penghasilan (kw/ha) Varietas Mas Varietas Gajah Raci Tanah Diolah Dengan 26,9 100% % Genangan Air Yang Cukup Tanah Diolah Dengan 20,7 77% 13,6 54% Persediaan Air Yang Serba Kurang (Siregar, 1981). Untuk wilayah-wilayah dimana sawahnya kekurangan air, air menjadi mahal dan berhubung dengan itu penggunaannya perlu dihemat. Pada saat-saat pengolahan tanah dimulai, yaitu dari sejak hari air dimasukkan ke lapangan sampai tiba saatnya tanah dibajak/diluku untuk pertama kali, kehilangan air oleh perkolasi, yaitu hilangnya air oleh peresapan melewati lobang/pori dari lapisan atas kelapisan bawah dari tanah adalah cukup tinggi. Untuk menghindarkan hilangnya air dengan jalan perkolasi itu, maka perlulah tanah itu, segera sesudah jenuh dengan air, digaru atau disisir dengan maksud agar tanah setelah dilakukan pencangkulan/pembajakan pertama masih merupakan bongkal-bongkal besar
14 18 dipecahkan menjadi bagian yang sekecil-kecilnya sehingga merupakan lumpur yang lunak serta halus sekali, jadi merupakan koloid (Siregar, 1981). Pola Pengolahan Tanah Menurut Hardjosentono dkk (2000), dalam melakukan pengolahan tanah, perlu menggunakan pola-pola tertentu. Tujuan dari pola pengolahan tanah ini adalah agar lebih efektif dan efisien. Dengan menggunakan pola yang sesuai, diharapkan waktu yang terbuang pada saat pengolahan tanah (pada saat implemen pengolahan tanah diangkat) sesedikit mungkin, lahan yang diolah tidak diolah lagi sehingga diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih efisien. Hasil pengolahan tanah (khususnya untuk pembajakan) bisa merata. Bagian lahan yang diangkat tanahnya akan ditimbun kembali dari alur berikutnya. Sehingga diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih efektif. Membajak dengan sistem berkeliling dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Putaran keliling sebaiknya berlawanan arah dengan jarum jam. 2. Pada putaran pertama, pembajakan tanah dilakukan pada tepi petakan dan diusahakan betul-betul rapat dengan pematang. Slice dilemparkan kearah kiri atau kearah tengah petakan. 3. Pada putaran kedua sampai keempat cara berbelok berpusing kearah lebih dalam. Slice dilemparkan kearah kanan atau kearah pematang. 4. Pada putaran kelima dan selanjutnya cara berbelok biasa tidak seperti putaran sebelumnya. Traktor meninggalkan petakan dengan meninggalkan open furrow/dead furrow (Sugeng, 1998).
15 19 Kapasitas Lapang Pengolahan Tanah Menurut Yunus (2004), Persamaan untuk menentukan kapasitas lapang adalah sebagai berikut : KLT = W. V... (1) dimana : KLT W V = Kapasitas lapang teoritis (Ha/jam) = Lebar kerja alat (m) = Kecepatan (m/jam) KLE = L... (2) T dimana : KLE L T = Kapasitas lapang efektif (Ha/jam) = Luas lahan (Ha) = Total waktu tempuh (jam) Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefinifikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh: ha, Kg, Lt) per satuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kw per jam, bila alat / mesin itu menggunakan daya penggerak motor. Jadi, satuan kapasitas kerja menjadi: Ha/kW.Jam (Daywin, dkk., 2008). Kapasitas lapangan teoritik suatu alat adalah laju mesin dalam menampilkam fungsi seperti yang dimaksud dari mesin itu jika dioperasikan secara kontinyu pada lebar rata-ratanya. Kapasitas lapangan teoritik ini merupakan luas akre sebenarnya yang dapat dikerjakan setiap jamnya. Kehilangan waktu dan perbaikan tidak diperhitungkan. Kapasitas lapangan efektif suatu alat adalah laju rata-rata mesin itu mengerjakan lahan yang dinyatakan dalam akre per
16 20 jam. Ini mencakup perhitungan kelonggaran untuk kehilangan waktu dalam berbelok dan perbaikan (Smith dan Wilkes, 1990). Kapasitas lapang suatu alat/mesin dibagi menjadi dua yaitu kapasitas lapang teoritis atau kemampuan kerja suatu alat di dalam sebidang tanah jika berjalan maju sepenuhnya, waktunya 100 % dan alat tersebut bekerja dalam lebar maksimum (100%) serta kapasitas lapang efektif yaitu rata-rata kerja dari alat di lapangan untuk menyelesaikan suatu bidang tanah dengan luas lahan yang diolah dengan waktu kerja total (Darun, 1990). Efisiensi Traktor Menurut Yunus (2004), Efisiensi suatu traktor tergantung dari kapasitas lapang teoritis dan kapasitas lapang efektif. Karena efisiensi merupakan perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis yang dinyatakan dalam bentuk (%). Persamaan yang digunakan untuk mengetahui efisiensi pengolahan tanah adalah sebagai berikut : Efisiensi = KKKKKK xx 100%... (3) KKKKKK dimana : KLE KLT = Kapasitas lapang efektif = Kapasitas lapang teoritis Menurut Daywin dkk. (2008), Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi hendaknya dilakukan: 1. Pemeliharaan traktor dan alat-alatnya dengan seksama 2. Pemilihan operator/driver yang berpengalaman 3. Pengerjaan dilakukan berdasarkan areal lapangan
17 21 Pada saat mengolah tanah menggunakan traktor dan alat bajak maka akan diperoleh tanah terolah dengan luas tertentu dan selesai ditempuh dalam waktu tertentu, sehingga kemampuan kerja lapang mengolah tanah tersebut atau yang dapat dinyatakan dalam satuan luas tanah terolah persatuan waktu. Semakin luas tanah yang diselesaikan dalam waktu yang semakin singkat maka dikatakan bahwa pekerjaan mengolah tanah tersebut mempunyai efisiensi tanah yang tinggi (Yunus, 2004). Bahan Bakar Biaya ini adalah pengeluaran solar atau bensin (bahan bakar) pada kondisi kerja per jam. Satuannya adalah lt per jam, sedangkan harga per liter yang dugunakan adalah harga lokasi. Pemakaian bahan bakar suatu mesin/peralatan yang tepat (lt/jam), adalah bila ditentukan dengan mengukur rata-rata per jam pada kondisi kerja yang diberikan. Dari laporan-laporan praktek lapang masalah mekanisasi pertanian dan dari beberapa hasil pengujian, dapat diperkirakan ratarata pemakaian bahan bakar (solar) lt per-hp perjam seperti pada tabel 3. Tabel 5. Rata-rata pemakaian bahan bakar solar menurut jenis traktor dan mesin diesel (lt/hp-jam) Jenis traktor dan mesin Pemakaian b.b solar (lt solar/hp-jam) 1. Traktor roda 2 0,17 2. Traktor roda 4 0,18 3. Mesin diesel stationer 0,16 4. Traktor rantai 0,10 (light duty) 0,13 (medium duty) 0,18 (heavy duty) (Daywin dkk, 2008). Menurut Wartawan (1997), Ditinjau dari segi bahan bakar, dalam hal ini bahan bakar minyak yang disingkat BBM, yang pertama diingat bahwa kinerja
18 22 optimal yang diperoleh seorang pengemudi dari bekerjanya mesin kendaraan adalah bergantung kepada dua sifat utama BBM, yaitu: 1. Dapat memberikan campuran bahan bakar-udara dalam perbandingan yang benar (yang biasanya diatur oleh karburator atau injektor). 2. Dapat memberikan pembakaran secara normal pada saat yang tepat di dalam siklusnya. Analisis Ekonomi Investasi di bidang mesin/alat dimaksud untuk memperoleh keuntungan yang wajar, karena itu perlu dilakukan perhitungan biaya produksi. Prestasi mesin/alat harus mengimbangi total biaya tetap (fixed cost/owning cost) dan biaya tidak tetap (variable cost/operating cost) (Daywin dkk, 2008). Menurut Darun (2002), Analisis ekonomi digunakan untuk mengetahui besarnya biaya pengoperasian traktor. Dengan begitu, maka dapat dihitung besarnya keuntungan ataupun kerugian finansial jika menggunakan traktor. Biaya pokok = BBBB xx + BBBBBB xx CC... (4) dimana: BT BTT x C = Total biaya tetap (Rp/thn) = Total biaya tidak tetap (Rp/jam) = Total jam kerja per tahun (jam) = Kapasitas kerja alat (jam/ha)
TINJAUAN PUSTAKA. pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan,
TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Traktor Sejarah traktor dimulai pada abad ke-18, motor uap barhasil diciptakan dan pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, sementara itu penelitian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. proses yang dinamis, dengan proses tujuan masa depan yang tak terbatas. Dalam
TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Traktor Sejarah menunjukkan bahwa proses mekanisasi pertanian adalah suatu proses yang dinamis, dengan proses tujuan masa depan yang tak terbatas. Dalam suatu sistem yang kompetitif,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan,
TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Traktor Sejarah traktor dimulai pada abad ke-18, motor uap berhasil diciptakan dan pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, sementara itu penelitian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. manusia dihasilkan dan disiapkan dengan menggunakan tenaga otot-otot manusia.
TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Traktor Pada mulanya, semua tanaman budidaya untuk kebutuhan pangan manusia dihasilkan dan disiapkan dengan menggunakan tenaga otot-otot manusia. Berabad-abad kemudian tenaga otot
Lebih terperinciLampiran 1. Peta wilayah Kelurahan Situgede, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor LOKASI PENGAMATAN
L A M P I R A N Lampiran 1. Peta wilayah Kelurahan Situgede, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor LOKASI PENGAMATAN 50 Lampiran 2. Struktur Lahan Sawah Menurut Koga (1992), struktur lahan sawah terdiri dari: 1.
Lebih terperinciB. Pokok Bahasan : Peralatan Pengolahan Tanah. C. Sub Pokok Bahasan: Jenis-jenis alat pengolahan tanah I
Pertemuan ke-6 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. tenaga manusia, dengan bentuk yang sangat sederhana. Kemudian Thomas
TINJAUAN PUSTAKA Bajak Bajak merupakan alat pertanian yang paling tua, telah dipergunakan sejak 6000 th SM di Egypt. Pada awal mulanya bajak sepenuhnya ditarik oleh tenaga manusia, dengan bentuk yang sangat
Lebih terperinci3. MENGIDENTIFIKASI JENIS ALAT PENGOLAHAN TANAH SECARA MEKANIS 10
1. PENDAHULUAN 3 2. MENENTUKAN POLA PENGOLAHAN TANAH 4 3. MENGIDENTIFIKASI JENIS ALAT PENGOLAHAN TANAH SECARA MEKANIS 10 4. PENGOLAHAN TANAH PERTAMA 12 5. PENGOLAHAN TANAH KEDUA 15 6. CARA MENGGEMBURKAN
Lebih terperinciALAT PENGOLAHAN TANAH PRIMER (BAJAK SINGKAL) (Laporan Praktikum Mata Kuliah Alat dan Mesin Pertanian) Oleh: Hendri Setiawan
ALAT PENGOLAHAN TANAH PRIMER (BAJAK SINGKAL) (Laporan Praktikum Mata Kuliah Alat dan Mesin Pertanian) Oleh: Hendri Setiawan 1314071028 LABORATORIUM DAYA, ALAT, DAN MESIN PERTANIAN JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Budidaya tebu bisa dibedakan dalam lima tahap yaitu pengolahan tanah, penyiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Budidaya tebu harus dilaksanakan seefektif dan seefisien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara yang berbasis pertanian umumnya memiliki usaha tani keluarga skala kecil dengan petakan lahan yang sempit. Usaha pertanian ini terutama
Lebih terperinciALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN
ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN Pemupukan merupakan usaha memasukkan usaha zat hara kedalam tanah dengan maksud memberikan/menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan tanaman agar didapatkan hasil (produksi)
Lebih terperinciALAT DAN MESIN PANEN PADI
ALAT DAN MESIN PANEN PADI Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia dari jaman ke jaman, cara pemungutan hasil (panen) pertanian pun tahap demi tahap berkembang sesuai dengan
Lebih terperinciKAPASITAS KERJA PENGOLAHAN TANAH Oleh: Zulfikar, S.P., M.P
Mata Kuliah: Mekanisasi Pertanian KAPASITAS KERJA PENGOLAHAN TANAH Oleh: Zulfikar, S.P., M.P Yang dimaksud dengan kapasitas kerja adalah kemampuan kerja suatu alat atau mesin memperbaiki hasil (hektar,
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB III PERSIAPAN LAHAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU
Lebih terperinciPertemuan ke-8. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa
Pertemuan ke-8 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Sayuran
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Sayuran Menurut Williams et al. (1993) budidaya sayuran meliputi beberapa kegiatan yaitu pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Budidaya
Lebih terperinciSTUDI BANDING KINERJA PENGOLAHAN TANAH POLA TEPI DAN POLA ALFA PADA LAHAN SAWAH MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN BAJAK ROTARI DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU
STUDI BANDING KINERJA PENGOLAHAN TANAH POLA TEPI DAN POLA ALFA PADA LAHAN SAWAH MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN BAJAK ROTARI DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU (Comparative of The Performance of Tillage Pattern Side
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN BAB IV KLASIFIKASI TRAKTOR DAN PENGELOMPOKAN TRAKTOR RODA DUA DAN RODA EMPAT Drs. Kadirman, MS. KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciPengolahan lahan merupakan salah satu hal yang penting, kegiatan bercocok tanam.
Pengolahan Tanah PENDAHULUAN Pengolahan lahan merupakan salah satu hal yang penting, karena merupakan pondasi awal, sebelum bl melakukan lkk kegiatan bercocok tanam. Dengan pengolahan lahan yang baik maka
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka
Lebih terperinciGaru (harrow) 1. Garu piringan (disk harrow)
Garu (harrow) Tanah setelah dibajak pada pengolahan tanah pertama, pada umumnya masih merupakan bongkah-bongkah tanah yang cukup besar, maka untuk lebih menghancurkan dan meratakan permukaan tanah yang
Lebih terperinciPEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa
Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,
Lebih terperinciPENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum
PENYIAPAN LAHAN Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai berlatih peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali tentang pembersihan lahan tanaman bawang merah dengan baik
Lebih terperinciPETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN
PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. air dalam kegiatan pertaniannya terutama pada awal kegiatan penanaman. Di
TINJAUAN PUSTAKA Lahan Sawah Sawah adalah bentuk pertanian lahan basah karena menggunakan banyak air dalam kegiatan pertaniannya terutama pada awal kegiatan penanaman. Di Indonesia terdapat bermacam-macam
Lebih terperinciPertemuan ke-11. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa
Pertemuan ke-11 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai. a. Pengambilan data tahanan penetrasi tanah
METODE PENELITIAN A. Rangkaian kegiatan Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Pengambilan data tahanan penetrasi tanah b. Pengolahan tanah c. Pesemaian d. Penanaman dan uji performansi
Lebih terperinciPertemuan ke-12. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa
Pertemuan ke-12 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus
Lebih terperinciPertemuan ke-7. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa
Pertemuan ke-7 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian 2. Khusus
Lebih terperinciEFISIENSI LAPANG DAN BIAYA PRODUKSI BEBERAPA ALAT PENGOLAHAN TANAH SAWAH DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT
EFISIENSI LAPANG DAN BIAYA PRODUKSI BEBERAPA ALAT PENGOLAHAN TANAH SAWAH DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT (Field Efficiency and Production Cost of Some Rice Field Tillage Tools in Kecamatan
Lebih terperinciSISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH
SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem
Lebih terperinciMesin-mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering CREATA - LPPM R T A N T S A N N I B O G O
Daftar Isi i ii Daftar Isi iii N I I Oleh : Frans Jusuf Daywin F. Godfried Sitompul Imam Hidayat Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kalibrasi Load Cell & Instrumen Hasil kalibrasi yang telah dilakukan untuk pengukuran jarak tempuh dengan roda bantu kelima berjalan baik dan didapatkan data yang sesuai, sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan pertumbuhan sekitar 1,5% tahun, sehingga mendorong permintaan pangan yang terus meningkat. Sementara
Lebih terperinciAlat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum
Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum Penyusun E. Eko Ananto Dadan Ridwan Ahmad Trip Alihamsyah Penyunting Sunihardi Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciKeteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2015
KAJIAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI TERHADAP SUMBERDAYA PERTANIAN UNTUK PENGOLAHAN TANAH PADA LAHAN SAWAH DI DESA PELAWI UTARA KECAMATAN BABALAN KABUPATEN LANGKAT (Study of The Efficiency of The Production
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI LINTASAN UJI Tanah yang digunakan untuk pengujian kinerja traktor tangan Huanghai DF-12L di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Pertanian, Leuwikopo, IPB adalah
Lebih terperinciOleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)
Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga
Lebih terperinciALAT DAN MESIN PENGOLAHAN TANAH
ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN TANAH 1. Maksud dan tujuan pengolahan tanah Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia untuk merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan
Lebih terperinciAPLIKASI ALSINTAN MENDUKUNG UPSUS PAJALE DI NTB. Darwis,SP
APLIKASI ALSINTAN MENDUKUNG UPSUS PAJALE DI NTB Darwis,SP OUTLINE 1 PENDAHULUAN 2 - PENGENALAN ALAT 3 4 5 SISTEM PERSEMAIAN APLIKASI RICE TRANSPLANTER PENUTUP PENDAHULUAN Kegiatan penanaman memerlukan
Lebih terperinciMesin Pemanen Jagung Tipe mower
PEDOMAN PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN Mesin Pemanen Jagung Tipe mower BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2007 I. PEDOMAN PENGGUNAAN MESIN PEMANEN TIPE MOWER 1 Mesin pemanen jagung tipe mower ini
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga bulan September 2012 di Laboratorium Lapang Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi (Oriza sativa) adalah salah satu jenis serealia yang umumnya dibudidayakan melalui sistem persemaian terlebih dahulu. Baru setelah bibit tumbuh sampai
Lebih terperinciSistem bahan bakar Sistem pelumasan
Sistem bahan bakar a. Sistem bahan bakar pada motor bensin Berfungsi untuk : 1. Mengatur perbandingan campuran bahan bakar dan udara 2. Mengatur jumlah pemasukan bahan bakar dan udara ke silinder 3. Merubah
Lebih terperinciUJI KINERJA DAN ANALISIS BIAYA TRENCHER BERTENAGA TRAKTOR RODA EMPAT UNTUK PEMBUATAN PARIT PADA TANAH PADAS DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X JEMBER
UJI KINERJA DAN ANALISIS BIAYA TRENCHER BERTENAGA TRAKTOR RODA EMPAT UNTUK PEMBUATAN PARIT PADA TANAH PADAS DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X JEMBER Yuan Septia 1, Siswoyo Soekarno 1, Ida Bagus Suryaningrat
Lebih terperinciDESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor)
DESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor) Radite P.A.S 2, Wawan Hermawan, Adhi Soembagijo 3 ABSTRAK Traktor tangan atau
Lebih terperinciMenembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)
Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Mesin Bajak Sawah Mesin bajak sawah diatas menggunakan 4 pully dan 1 poros yang saling menghubungkan untuk melakukan putaran di poros tersebut terdapat mata baja
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman tebu untuk keperluan industri gula dibudidayakan melalui tanaman pertama atau plant cane crop (PC) dan tanaman keprasan atau ratoon crop (R). Tanaman keprasan merupakan
Lebih terperinciPengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut
Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut Penyusun E. Sutisna Noor Penyunting Arif Musaddad Ilustrasi T. Nizam Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciANAllSlS MASUKBN - KELUABAN ENERGI PADA PENANAMAN PAD! coryza Sativa L. I VARlETAS IR 64 DENGAM BEBERAPA PERLAKUAM PENGOLAHAM TA#AW
ANAllSlS MASUKBN - KELUABAN ENERGI PADA PENANAMAN PAD! coryza Sativa L. I VARlETAS IR 64 DENGAM BEBERAPA PERLAKUAM PENGOLAHAM TA#AW Oleh ENNY SETIYOWATI F 26. 1605 1994 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di sawah dusun Kaliglagah, desa Kalibeji, kecamatan Tuntang, kabupaten Semarang. Penelitian ini dilaksanakan mulai 31
Lebih terperinciMESIN PERTANIAN YANG DI GUNAKAN DI DESA TLOGOSADANG, KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN. Nanda Kusuma Arum, Mahrus Ali
MESIN PERTANIAN YANG DI GUNAKAN DI DESA TLOGOSADANG, KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN Nanda Kusuma Arum, Mahrus Ali Universitas Muhammadiyah Gresik Universitas Merdeka Surabaya ABSTRAK Di desa Tlogosadang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Penelitian dilakukan di lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik PG Pesantren Baru yang terletak di desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten
Lebih terperinciMasa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks.
Nama Laboratorium : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian ; Ir. H. Koes Sulistiadji, M.S. Mekanik Traktor roda empat Pengukuran dimensi : - Dimensi unit traktor IK-SP TR4: 2007 butir 1 - Dimensi
Lebih terperinciSUMBER DAYA DAN TENAGA DI BIDANG PERTANIAN
SUMBER DAYA DAN TENAGA DI BIDANG PERTANIAN A. Macam macam sumber daya di bidang pertanian Tenaga yang dipakai dibidang pertanian berasal dari: 1. Sumber daya alam yang terbarukan; seperti air, angin dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan
Lebih terperinciPertemuan ke-13. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa
Pertemuan ke-13 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus
Lebih terperinciUJI KAPASITAS KERJA DAI\ EFISIENSI HAND TRAKTOR
AgrowY Volume VI. No, 2. Maret 2015 ISSN :1978-2276 UJI KAPASITAS KERJA DAI\ EFISIENSI HAND TRAKTOR I.IIITUK PENGOLAHAN TANAH LAHAN KERING THE EXPERIMENT OF EFFICIENCYAND WORK CAPACITYAT IAND TRACTOR FOR
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Padi Organik dan Padi Konvensional Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam artisan
Lebih terperinciALAT DAN MESIN PENANAM
ALAT DAN MESIN PENANAM Penanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih di dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji diatas permukaan tanah atau menanamkan tanah didalam tanah. Hal
Lebih terperinciLampiran 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian. mulai
42 Lampiran 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian mulai Mengukur luas lahan sawah Membagi menjadi 9 petakan Waktu pembajakan Pembajakan Kecepatan bajak: -1 m/s -1,4m/s -1,2 m/s Waktu pengglebekan Pengglebekan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian
III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Lebih terperinciAdapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian:
Lampiran 1. Spesifikasi traktor pengujian Spesifikasi Traktor Pengujian Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian: Merk/Type Kubota B6100 Tahun pembuatan 1981 Bahan bakar Diesel Jumlah
Lebih terperinciOleh Team RB BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT DINAS PERTANIAN JAWA BARAT
Oleh Team RB BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT DINAS PERTANIAN JAWA BARAT Dimulai tahun 1800 >>Motor Tenaga Uap Tahun 1900>> Traktor dengan Tenaga uap Pada tahun 1898 Rudolf Diesel (Jerman) Seorang Insyiniur
Lebih terperinci3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat
III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan September 2011 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo dan lahan percobaan Departemen Teknik
Lebih terperinciPELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA POPULASI DAN TANAM BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA POPULASI DAN TANAM BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : Populasi dan Tanam Tujuan berlatih:
Lebih terperinciPENYIAPAN BIBIT UBIKAYU
PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila
Lebih terperinciOlah Tanah Konservasi (olah tanah minimum dan tanpa olah tanah)
hierra Blog mahasiswa Universitas Brawijaya Home about sang penulis (DESI HERAWATI) Type and h Olah Tanah Konservasi (olah tanah minimum dan tanpa olah tanah) Posted by Desi Herawati Mar 28 Pengolahan
Lebih terperinci15 Traktor. Bajak Piring Dua Sisi - Disc Harrow. 15 Traktor Galaxy 304 : 30 HP, 4WD. Bajak Singkal - Share Plough. 16 Traktor Galaxy 404 : 40 HP, 4WD
1 www.galaxindo.com DAFTAR ISI PERSIAPAN LAHAN Bajak Piring Dua Sisi - Disc Harrow 15 Traktor Bajak Singkal - Share Plough 15 Traktor Galaxy 304 : 30 HP, 4WD 6 Penggembur Tanah - Rotary Tiller 16 Traktor
Lebih terperinciKARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB
KARAKTERISTIK TANAH Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB Pendahuluan Geosfer atau bumi yang padat adalah bagian atau tempat dimana manusia hidup dan mendapatkan makanan,, mineral-mineral
Lebih terperinciBKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi
% liat = [ H,( T 68),] BKM % debu = 1 % liat % pasir 1% Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3... pf pf ialah logaritma dari
Lebih terperinciMATA KULIAH: MEKANISASI PERTANIAN OLEH: ZULFIKAR, S.P., M.P
MATA KULIAH: MEKANISASI PERTANIAN OLEH: ZULFIKAR, S.P., M.P Pengolahan tanah adalah salah satu kegiatan persiapan lahan (land preparation) yang bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian
Lebih terperinciBanyak jenis dari seed metering devices, namun secara garis besar dapat dibedakan menjadi : - horizontal feed / rotor metering devices - vertical
IV. MESIN PENANAM 4.1 Seeder Fungsi mesin penanam yaitu meletakkan benih yang akan ditanam pada kedalaman, jumlah tertentu dan seragam, dan pada sebagian besar alat penanam menutup dengan tanah kembali.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010 Pembuatan prototipe hasil modifikasi dilaksanakan di Bengkel Departemen Teknik
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Kegiatan penelitian yang meliputi perancangan, pembuatan prototipe mesin penanam dan pemupuk jagung dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya
Lebih terperinciVII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG
VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil
Lebih terperinciBudi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut
Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan komoditas strategis kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan terhitung dari bulan Mei sampai dengan bulan Juni tahun 2009 yang bertempat di lahan HGU PG Pesantren Baru, Kediri,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK
AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK Pengujian penjatah pupuk berjalan dengan baik, tetapi untuk campuran pupuk Urea dengan KCl kurang lancar karena pupuk lengket pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dikeluarkannya kebijakan revolusi agraria berupa bimbingan massal (bimas) dan intensifikasi massal (inmas) dari tahun 1960 -an hingga 1990-an, penggunaan input yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten
Lebih terperinciyang tinggi dan ragam penggunaan yang sangat luas (Kusumaningrum,2005).
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Juta ton BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan sumber pangan utama yang digunakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Di Indonesia,
Lebih terperinciMACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN
MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN PENDAHULUAN Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan umumnya berpagar keliling. Di atas lahan pekarangan tumbuh berbagai ragam tanaman. Bentuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI TRAKTOR Pengukuran Wheel Slip dan Pemasangan Bajak Rotari Pada Traktor Poros Tunggal
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI TRAKTOR Pengukuran Wheel Slip dan Pemasangan Bajak Rotari Pada Traktor Poros Tunggal Oleh : Kelompok 3 1. David Torhis Sitinjak 240110120033 2. Reinaldy Pradana 240110120040
Lebih terperinciTEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135
TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan
Lebih terperinciAGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciDENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT
DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh
3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai
18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai dengan bulan Desember 2013. Penelitian dilakukan di kebun percobaan
Lebih terperinciBUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso
BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu
Lebih terperinciPengembangan Jasa Pengolahan Tanah Sawah Secara Mekanis di Kabuapten Kuningan
Pengembangan Jasa Pengolahan Tanah Sawah Secara Mekanis di Kabuapten Kuningan SKRIPSI DIYANTI WEDA SARI F14103060 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciPENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan
PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah
Lebih terperinci