LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI TRAKTOR Pengukuran Wheel Slip dan Pemasangan Bajak Rotari Pada Traktor Poros Tunggal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI TRAKTOR Pengukuran Wheel Slip dan Pemasangan Bajak Rotari Pada Traktor Poros Tunggal"

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI TRAKTOR Pengukuran Wheel Slip dan Pemasangan Bajak Rotari Pada Traktor Poros Tunggal Oleh : Kelompok 3 1. David Torhis Sitinjak Reinaldy Pradana Rizkiyanti Dwi H.M Jeremia Kristian Muhammad Nugraha Ryansyah Pratama Rizki Dicky A Asisten : 1. M. Akbar Anugrah 3. Dudin Zaenudin 4. Ganjar Wijaya 5. Rizky Tanda 6. Ricky Hasiholan 7. Dwi Agustina K DEPARTEMEN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2014

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pertanian, proses pengolahan tanah sangat dibutuhkan untuk mendapatkan kondisi atau kontur tanah yang cocok untuk proses bercocok tanam. Karena kondisi tanah yang baik (sesuai) akan membantu tanaman untuk dapat tumbuh secara optimal. Oleh karena itu, diperlukan suatu alat atau mesin yang dapat mengolah lahan secara cepat dan tidak memerlukan banyak tenaga manusia sehingga dapat mengurangi kejerihan manusia dalam mengolah lahan. Salah satu mesin yang dapat membantu proses pengolahan secara cepat dan tidak memerlukan banyak tenaga manusia dalam penggunaannya adalah traktor. Traktor terdiri dari dua jenis yaitu traktor tangan (traktor dua roda) dan traktor empat roda. Dalam pemakaiannya, traktor tangan dan traktor empat roda hampir sama yaitu dengan memasangkan implemen yang dibutuhkan berdasarkan kontur lahan yang tersedia. Akan tetapi, dalam penggunaan traktor terkadang terdapat hambatan atau kendala tersendiri. Kondisi dan kontur lahan yang basah atau memiliki kelembaban tinggi akibat hujan sering menyebabkan laju traktor terhambat. Kondisi lahan yang demikian dapat menyebabkan roda traktor mengalami slip. Slip terjadi jika ban berputar akan tetapi traktor tidak berjalan. Adapun praktikum kali ini akan membahas mengenai pengukuran wheel slip dan pemasangan bajak rotari pada traktor roda dua. 1.2 Tujuan Tujuan pada praktikum teknologi traktor kali ini diantaranya : 1. Mengetahui jumlah slip yang terjadi pada traktor. 2. Menganalisis nilai kecepatan traktor dan nilai putaran mesin traktor yang digunakan. 3. Mengetahui pola pengolahan tanah yang sesuai menggunakan traktor tangan dengan implemen bajak rotari pada lahan.

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengolahan Tanah Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis, tersusun dari empat bahan utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut berbeda komposisinya untuk setiap jenis tanah, kadar air dan perlakuan terhadap tanah. Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah dapat berubah keadaannya dari waktu ke waktu, sesuai sifat-sifatnya yang meliputi sifat fisik, kimia dan sifat mekanis, serta keadaan lingkungan yang keseluruhannya menentukan produktifitas tanah. Pada tanah pertanian, sifat mekanis tanah yang terpenting adalah reaksi tanah terhadap gaya-gaya yang bekerja pada tanah, dimana salah satu bentuknya yang dapat diamati adalah perubahan tingkat kepadatan tanah. Pengolahan tanah adalah semua pekerjaan pendahuluan sebelum tanam untuk membuat tanah dalam keadaan sebaik-baiknya guna pertumbuhan perakaran sampai pada keadaan siap ditanami. Pengolahan tanah adalah semua pekerjaan pendahuluan sebelum proses penanaman. Tujuan utama dari pengolahan tanah adalah menciptakan kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman dengan usaha yang seminimum mungkin. Sebagai awal kegiatan budidaya pertanian sebelum kegiatan lainnya dilakukan, kegiatan ini perlu diupayakan secara efektif dan efisien, oleh karena menyangkut kualitas hasil dan ketepatan waktu pengolahan tanah. Pengolahan tanah umumnya masih didominasi oleh penggunaan cangkul (secara manual) oleh tenaga manusia dan alat bajak yang ditarik oleh tenaga ternak. Dengan penggunaan tenaga manusia dan tenaga ternak akan mengakibatkan produksi pertanian rendah dan waktu yang lama bila dibandingkan dengan penggunaan tenaga mekanis seperti traktor terutama sebagai sumber tenaga penarik bajak dan alat pertanian lainnya. Penggunaan traktor sebagai sumber tenaga dalam pengolahan tanah, diharapkan dapat mengurangi waktu dan biaya yang diperlukan untuk proses pengolahan tanah, kapasitas kerja menjadi

4 lebih tinggi dan pendapatan petani bertambah, sehingga dapat dilaksanakan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi yang sempurna. Kecepatan dalam pengolahan tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas kerja efektif yang dapat dicapai dalam pengolahan tanah. Kapasitas kerja efektif adalah faktor yang menentukan besarnya biaya penggunaan alat persatuan luas. Pengolahan tanah merupakan bagian proses terberat dari keseluruhan proses budidaya, dimana proses ini mengkonsumsi energi sekitar 1/3 dari keseluruhan energi yang dibutuhkan dalam proses budidaya pertanian. Cara pengolahan tanah akan berpengaruh terhadap hasil pengolahan dan konsumsi energinya. Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa masalah pengolahan tanah merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan produksi pertanian yang optimal. Kondisi tanah yang baik adalah salah satu faktor berhasilnya produksi tanaman dan untuk mencapai kondisi tanah yang baik diperlukan pengolahan tanah dengan alat dan mesin pertanian. Akhir-akhir ini masalah yang utama di dalam pembukaan dan pengolahan tanah adalah bagaimana agar didapatkan efisiensi yang optimal. Hal ini dimaksudkan dari pengertian minimal tillage yaitu pengolahan yang seminimal mungkin, tetapi menghasilkan tanah yang baik dan pertumbuhan tanaman yang optimal dengan biaya yang rendah. Kegiatan pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi pengolahan tanah I (primary tillage) dan pengolahan tanah II (secondary tillage). Kegiatan pengolahan tanah pertama secara sederhana bertujuan membongkar tanah menjadi bongkahan-bongkahan agar mampu menangkap udara, air dan sinar matahari, guna proses pelapukan sehingga tanah menjadi matang, bebas dari tanaman gulma dan siap untuk masuk ke pengolahan tanah kedua yang bertujuan menghancurkan dan mencampur bongkah tanah yang telah matang secara mesra (proses penghancuran dan pembusukan) agar menjadi media tumbuh tanaman yang baik. Tujuan pengolahan tanah sebagai berikut : 1. Menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk persemaian atau tempat tumbuh benih. Tanah yang padat diolah sampai gembur, sehingga mempercepat infiltrasi air, berkemampuan baik menahan hujan, memperbaiki aerasi dan memudahkan perkembangan akar.

5 2. Meningkatkan kecepatan infiltrasi tanah sehingga menurunkan run off dan mengurangi bahaya erosi. 3. Menghambat atau mematikan tumbuhan pengganggu. 4. Membenamkan tumbuh-tumbuhan atau sampah-sampah yang ada di atas permukaan tanah ke dalam tanah sehingga menambah kesuburan tanah. 5. Membunuh serangga, larva atau telur-telur serangga melalui perubahan tempat tinggal dan terik matahari. 6. Menyiapkan lahan sebagai media tumbuh tanaman yang baik. Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah : 1. Mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia. 2. Mengurangi kerusakan produksi pertanian. 3. Menurunkan ongkos produksi. 4. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi. 5. Meningkatkan taraf hidup petani. 6. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial farming). Proses yang terjadi pada pengolahan tanah dengan bajak dapat diasumsikan terdiri dari beberapa bagian proses. Untuk alat ini, proses yang terjadi terdiri dari proses intake, main flow dan output. Proses intake merupakan proses dimana suatu bagian/lapisan tanah dipisahkan dari bagian utamanya. Proses main flow adalah proses yang terjadi selama tanah bergerak sepanjang bagian alat (plough-body). Proses output mencakup perubahan yang terjadi setelah irisan tanah terlepas dari alat. 2.2 Pola Pengolahan Tanah (Pembajakan) Dengan Traktor Tangan Mesin rotari dapat digolongkan sebagai alat pengolah tanah pertama maupun kedua. Karena selain memotong, mengangkat dan membalik tanah, mesin ini juga menghancurkan bongkahan tanah, sekaligus meratakan. Bekerjanya mesin rotari tidak hanya ditarik oleh traktor tetapi terutama karena diputarnya susunan

6 pisau pada poros. Putaran pisau ini biasanya searah dengan putaran roda ke depan. Pisau-pisau mesin rotari dibuat melengkung. Apabila susunan pisau diatur ke arah dalam semua maka akan diperoleh hasil pengolahan tanah yang berbentuk cembung. Apabila disusun ke arah luar semua (kecuali pisau terluar) akan didapatkan hasil cekung. Untuk mendapatkan arah yang datar, posisi pisau diatur seimbang. Gambar 1. Bajak Rotari (Sumber : Chandrawinata Agung, 2013) Pemasangan bajak ke traktor tangan adalah sebagai berikut : Pemasangan mesin rotari biasanya cukup menggunakan dua buah mur-baut, namun ada juga yang menggunakan pena seperti bajak. Hal ini disebabkan beban yang dibutuhkan untuk menarik rotari lebih kecil dibandingkan dengan bajak. Di bagian atas mesin rotari kadang-kadang dilengkapi dengan pengait untuk menahan beban mesin rotari dan membantu dalam pemasangan. Gambar 2. Posisi Bajak Ke Traktor (Sumber : Chandrawinata Agung, 2013)

7 Kedudukan mesin rotari harus satu sumbu dengan traktor. Setelah mesin rotari tepasang dengan mantap, baru dipasang rantai penerus daya. Beberapa jenis mesin rotari, rantainya menyatu, sehingga pemasangannya harus berbarengan dengan mesin rotari. Berdasarkan cara penggandengan peralatannya traktor kecil diklasifikasikan dalam tiga kelompok : 1. Tipe Unit (Integral Maunted Tractor) adalah traktor roda dua yang peralatannya langsung dihubungkan dengan poros (sumbu as) dengan gigi transmisi. 2. Tipe Gusur (Trailing Type), peralatannya digandengkan ke traktor dengan pen (pasak) jadi bekerjanya berdasarkan kekuatan tarik maju kedepan dari traktor. 3. Tipe Kombinasi (Combination Type), traktor yang dapat dipakai secara tipe gusur dan tipe unit. Tipe kombinasi menggunakan rantai (chain) sebagai penerus tenaga dari transmisi ke peralatan cangkul/garu berputar (rotari tiller). Pengolahan tanah, perlu menggunakan pola-pola tertentu. Tujuan dari pola pengolahan tanah ini adalah : 1. Lebih efisien, dengan menggunakan pola yang sesuai diharapkan : a. Waktu yang terbuang pada saat pengolahan tanah (pada saat implemen pengolahan tanah diangkat) sesedikit mungkin. b. Lahan yang diolah tidak diolah lagi sehingga diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih efisien. 2. Lebih efektif Hasil pengolahan tanah (khususnya untuk pembajakan) bisa merata. Bagian lahan yang diangkat tanahnya akan ditimbun kembali dari alur berikutnya, sehingga diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih efektif. Beberapa macam pola pengolahan tanah yang disesuaikan dengan bentuk lahan dan jenis alat yang digunakan. Beberapa pola pengolahan tanah, antara lain :

8 2.2.1 Pola Tengah Pembajakan dilakukan dari tengah membujur lahan. Pembajakan kedua pada sebelah hasil pembajakan pertama. Traktor diputar ke kanan dan membajak rapat dengan hasil pembajakan pertama. Pembajakan berikutnya dengan cara berputar ke kanan sampai ke tepi lahan. Pola ini cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit. Diperlukan lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Ujung lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara manual (dengan cangkul). Gambar 3. Pengolahan Pola Tengah (Sumber : Chandrawinata Agung, 2013) Pola ini akan menghasilkan alur balik (back furrow) yaitu alur bajakan yang saling berhadapan satu sama lain, sehingga akan terjadi penumpukan lemparan hasil pembajakan, memanjang di tengah lahan. Gambar 4. Alur Balik (Sumber : Chandrawinata Agung, 2013) Gambar 5. Alur Tepi Tidak Tertimbun (Sumber : Chandrawinata Agung, 2013)

9 2.2.2 Pola Tepi Pengolahan tanah dilakukan dari salah satu titik sudut lahan. Berputar ke kiri sejajar sisi lahan, sampai ke tengah lahan. Lemparan pembajakan ke arah luar lahan. Pada akhir pengolahan, operator akan kesulitan dalam membelokkan traktor. Gambar 6. Pola Pengolahan Tepi (Sumber : Defredo, 2005) Pola ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangkar, dan lahan tidak terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada kedua diagonal lahan. Lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 4 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara manual (dengan cangkul). Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat pembajakan yaitu : 1. Menjaga agar traktor berjalan lurus. Pada saat membajak, tanah hasil bajakan akan terlempar ke arah sisi tepi (biasanya ke kanan), sehingga bajak akan terdorong ke kiri, dan traktor akan terdorong dan akan berbelok ke kanan. Operator harus menahan agar traktor tetap berjalan lurus. Untuk mengontrol agar jalannya traktor lurus, sesaat sebelum melakukan pembajakan, operator melihat satu titik lurus di depan. Pada saat akan mengontrol, operator dapat melihat kembali titik tadi apakah masih berada lurus di depan. 2. Menjaga kedalaman pembajakan. Pada saat membajak, tanah akan terangkat ke atas, sehingga bajak akan terdorong ke bawah, dan bagian depan traktor akan terangkat. Operator harus menahan agar posisi traktor stabil. Untuk implemen yang baik, biasanya dilengkapi dengan peralatan

10 yang dapat menahan bajak, sehingga kedalaman bisa dijaga, dan operator tidak perlu menahan. Biasanya di bagian depan traktor juga dilengkapi dengan pemberat untuk menyeimbangkan beban. 3. Mengangkat implemen, apabila implemen menabrak halangan yang menimbulkan beban berat seperti : batu besar, tanah keras atau liat, batang atau tanggul pohon besar dan sebagainya. Dengan mengangkat implemen, beban traktor akan berkurang. Selain itu juga dapat menjaga agar implemen tidak rusak. 2.3 Bajak Rotari / Pisau Berputar Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar. Berbeda dengan bajak piringan yang berputar karena ditarik traktor, maka bajak ini terdiri dari pisau-pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada suatu poros yang berputar karena digerakan oleh suatu motor. Bajak ini banyak ditemui pada pengolahan tanah sawah untuk pertanaman padi dan tanaman hortikultura. Menggunakan bajak putar saat pengolahan tanah dapat dilakukan sekali tempuh. Bajak putar atau bajak rotari dapat digunakan untuk pengolahan tanah kering ataupun tanah sawah. Bajak rotari ini ditarik kedepan oleh traktor, namun mempunyai pisau pemotong yang digerakkan oleh mesin pembantu yang dipasang pada rangka bajak tersebut. Tipe bajak ini dibuat dalam ukuran 4, 5, 6 inci dan memerlukan daya sebesar 90 daya kuda. Bajak pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama dengan cangkul. Bajak berguna untuk memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah. Dalam pembajakan tanah biasanya ditentukan oleh jenis tanaman dan ketebalan lapisan tanah atas. Kedalaman lapisan olah tanah untuk tanaman padi lebih kurang 18 cm bahkan ada tanah yang harus dibajak lebih dalam lagi sekitar 20 cm. Salah satu masalah dari penggunaan bajak putar ialah apabila di dalam tanah terdapat benda-benda keras, untuk itu biasanya diadakan pengamanan (dilengkapi per-per pada pisaunya, adanya pengamanan slip pada mesinnya). Berdasarkan atas sistem pengambilan daya untuk menggerakkan rotor dan pisau dari bajak putar, jenis bajak putar secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu :

11 1. Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dari mesin tersendiri terpisah dari tenaga traktor sebagai sumber daya penariknya (self propelled unit). 2. Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau dari pto traktor, yang sekaligus traktor tersebut sebagai sumber daya penariknya (pto drives tractor). Prinsip kerja bajak putar pisau-pisau dipasang pada rotor secara melingkar hingga beban terhadap mesin merata dan dapat memotong tanah secara bertahap. Pada waktu rotor berputar dan alat bergerak maju pisau akan memotong tanah. Luas tanah yang terpotong dalam sekali pemotongan tergantung pada kedalaman dan kecepatan maju. Gerakan putaran rotor yang memutar pisau-pisau diakibatkan daya dari motor yang diteruskan melalui sistem penerusan daya khusus sampai ke rotor tersebut. Sistem penerusan daya untuk ukuran bajak putar kecil yang digerakkan dengan traktor tangan biasanya menggunakan sistem hubungan roda cakram dengan rantai. Untuk bajak putar ukuran besar yang digerakkan dengan traktor besar, biasanya menggunakan universal joint. Bagian-bagian bajak putar adalah : 1. Pisau, berfungsi untuk mencacah saat bajak putar beroprasi. Pisau ini juga cukup baik untuk mencacah gulma maupun seresah, namun tidak dapat menutupnya dengan tanah secara baik seperti jika menggunakan bajak singkal maupun bajak piringan. Besar dan jumlah pisau disesuaikan dengan daya penggerak dan keperluannya. Cara pemasangan pisau dalam hubungannya dengan bentuk permukaan dan hasil pengolahan tanah. 2. Poros putar, berfungsi untuk memutar rotor-rotor bajak putar. 3. Rotor, berfungsi sebagai tempat pemasangan pisau-pisau dari bajak putar. 4. Penutup belakang (rear shield), berfungsi membantu penghancuran tanah. 5. Roda dukung (land wheel), berfungsi untuk mengatur kedalaman pengolahan tanah. Sistem pemasangan pisau, dengan jumlah yang lebih sedikit akan memperoleh sedikit hambatan karena adanya seresah pada tanah dan pisau dapat masuk lebih dalam pada tanah sehingga seresah dapat bercampur dengan tanah.

12 Juga dapat mengurangi kemungkinan macetnya alat pada waktu kerja di tanah yang basah dan lengket. Namun hasil pengolahan diperoleh bongkah yang lebih besar. Kecepatan perputaran pisau dan kecepatan maju akan mempengaruhi kehalusan pengolahan tanah, semakin cepat perputaran pisau akan diperoleh pemotongan yang semakin halus, makin lambat perputaran pisau maka hasil pemotongan akan besar-besar. Pada kecepatan rendah, kemungkinan penyumbatan oleh tanah dan seresah makin besar tetapi kecepatannya yang besar akan dapat merusak struktur tanah dan mengurangi umur pemakaian pisau. Kandungan air tanah, bila tanah dikerjakan pada kandungan air dimana ikatan partikel kecil maka hasil pengerjaan tanah akan lebih halus. Merancang pengolah tanah rotari harus dipenuhi persyaratan, yaitu : a. Alat mesin mempunyai manuverabilitas tinggi sesuai dengan kondisi kerja yang lembab atau basah. b. Alat mesin mampu mengolah tanah dengan kedalaman yang cukup untuk membenamkan sisa tanaman dan mencampur lapisan tanah atas secara vertikal. c. Desain rotari dilengkapi pengatur guna mengatasi tanah basah dan sisa tanaman. d. Permukaan tanah hasil kerja rata, tanpa terbentuknya alur-alur atau gundukan tanah. e. Alat mesin mempunyai ketahanan kerja, kekuatan konstruksi dan pelindung bagian-bagian penting terhadap benturan benda keras. Pengolahan tanah dengan rotari menghasilkan kualitas penghancuran dan campuran yang sempurna antara cacahan gulma/sisa tanaman dengan tanah. Gulma sisa tanaman yang terbenam dalam tanah tersebut akan membusuk dan menjadi pupuk organik. Pengolahan tanah dengan rotari juga dinilai sebagai cara terbaik dalam menghasilkan pelumpuran sehingga menjadi media tumbuh yang optimum dan menekan pertumbuhan gulma. Bilah pisau tipe C sesuai untuk lahan kering maupun sawah, karena dapat memotong sisa-sisa tanaman. Desain bilah pisau melibatkan tahapan yang rumit,

13 meliputi penempaan, pembentukan bilah sesuai kurva sudut rasional agar sisa-sisa tanaman tidak mengkait. Ketebalan pisau C berkisar 9,0 10 mm bagian leher dan 4,5 5,0 mm (bagian tengah dan ujung) dengan sisi ketajaman tunggal. Pengolah tanah rotari dengan lebar kerja 60 cm, akan memakai bilah pisau dengan urutan kerja membentuk sudut 45. Kedalaman olah bervariasi antara cm, dan pengalaman di lapangan berkisar cm terutama pada lahan dengan ketersediaan air irigasi cukup. Kualitas pencampuran pada pengolahan tanah menggunakan rotari tidak hanya tergantung pada sifat tanah, juga kecepatan putar rotari, bentuk dan posisi dari pelindung rotari kaitannya dengan lemparan pertikel tanah. Tabel 1. Kecepatan Putar Rotari Untuk Pengolahan Tanah rpm Kondisi Tanah Kecepatan Maju (m/s) Tanah pasir gembur basah 0,5 0, Tanah biasa Tanah lengket 0,3 0, Tanah sangat lengket 0,2 0,3 Sumber : Tanah kering dan keras kecepatan maju diperkecil dan putaran rotari ditingkatkan Gambar 7. Traktor Tangan Bajak Rotari (Sumber : Defredo, 2005) Pengolahan tanah kedua atau sekunder diartikan sebagai pengadukan tanah sampai kedalaman yang komparatif tidak terlalu dalam. Alat alat yang biasa digunakan dalam pengolahan tanah sekunder adalah garu, penggembur dan pemberaan. Salah satu garu yang paling sering digunakan adalah garu rotari.

14 Garu rotari merupakan garu yang berupa pisau-pisau yang dipasang pada suat poros yang berputar karena digerakkan oleh suatu motor, kedalaman garu rotari berkisar antara cm dan mempumyai kelebihan dapat membajak dan menggaru pada waktu yang bersamaan. Rotari merupakan mesin yang efisien karena dapat melakukan pengolahan tanah, pemecahan tanah, dan perataan tanah dalam satu proses. Sumber tenaga putar rotari didapatkana dari putaran PTO traktor. Power Take Off (tempat pengambilan daya) merupakan keluaran daya dari mesin traktor yang berupa putaran yang bisa digunakan untuk menggerakkan peralatan lain. Poros PTO dihubungkan secara langsung dengan poros setelah kopling, kemudian PTO sendiri menggunakan versneling tersendiri untuk mengatur kecepatan putar PTO agar sesuai dengan kebutuhan. Keuntungan dari penggunaan garu rotari adalah : a. Pengolahan dan penghancuran bongkahan dilakukan secara berurutan. b. Tanah tidak dapat berpindah. c. Pencampuran pupuk bisa lebih seragam dengan tanah. d. Biaya pengolahan menjadi lebih murah. e. Tidak memerlukan banyak penyetelan alat. Roda traktor berguling akan mengalami gaya traksi, tahanan gelinding, gaya kemudi, gaya dukung tanah dan gaya akibat berat traktor. Traksi adalah gaya dorong yang dihasilkan oleh roda traktor atau alat traksi lainnaya. Arah traksi adalah searah dengan arah gerak traktor dan berlawanan arah dengan tahanan gelinding. Traksi dapat diperoleh sebagai reaksi dari roda penggerak melawan tanah, yang sangat tergantung pada keadaan kualitas tanah. Pada kondisi tanah dan keadaan permukaan tanah tertentu maka faktor yang memengaruhi traksi dapat dilihat dari segi alat traksi adalah jenis dan keadaan alat traksi serta beban yang diterima. Besarnya tenaga maksimum yang dapat dikerahkan roda ke permukaan tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah terhadap roda sehingga memungkinkan roda menghasilkan tenaga tarik lebih besar. Hal ini tergantung pada ketahanan tanah terhadapat keretakan, kohesi tanah (pada tanah liat) dan sudut gesekan dalam tanah.

15 2.4 Slip (Slippage) Intensitas slip merupakan pengurangan kecepatan maju traktor karena beban operasi pada kondisi lapang. Slip roda yang terjadi pada roda traksi traktor dapat diketahui dari pengurangan kecepatan traktor pada saat operasi dengan beban dibandingkan dengan kecepatan teoritis. Slip roda traktor merupakan salah satu faktor pembatas bagi pengoperasian traktor-traktor pertanian. Slip akan selalu terjadi pada traktor baik pada saat menarik beban maupun saat tidak menarik beban. Slip terjadi bila roda meneruskan gaya-gaya pada permukaan alas, pengukuran slip agak rumit akibat pengecilan jari-jari ban efektif statis maupun dinamis. Meningkatkan slip roda dapat menambah kemampuan traksi, gaya tarik traktor masih dapat ditambah dengan menaikkan slip hingga 30 %, tetapi slip yang optimum pada operasi traktor adalah %. Slip roda traksi merupakan selisih antara jarak tempuh traktor saat dikenai beban dengan jarak tempuh traktor tanpa beban pada putaran roda penggerak yang sama. Untuk menghitung slip roda traksi pada pada persamaan berikut : St = S o S b S o 100 %... (1) dimana : St = Slip roda traksi (%) Sb = Jarak tempuh traktor saat diberi pembebanan dalam 10 putaran roda (m) So = Jarak tempuh traktor tanpa beban dalam 10 putaran roda (m) Besarnya slip dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut : a. Beban pada roda traksi. b. Jenis, ukuran, dan kondisi roda traksi. c. Jenis dan kondisi tanah/landasan traksi. Slip pada roda dapat diperkecil dengan memperhatikan fakror-faktor sebagai berikut : (1) diameter roda (2) lebar roda (3) bentuk lempengan tapak, (4) sudut lempengan tapak terhadapat garis singgung roda dan sumbu roda (5) jarak

16 antara lempengan. Penurunan tenaga yang dibutuhkan untuk mengatasi slip akan menaikkan tenaga tarik taktor. Perbedaan kecepatan dan transmisi yang digunakan juga dapat memberikan pengaruh pada slip. Efisiensi tenaga tarik yang tertinggi dalam mengolahan tanah adalah pada tingkat slip antara %. Pada tanah liat yang basah, tenaga terbesar untuk menarik mungkin dicapai pada slip sekitar 35 %. Tanah basah atau becek slip dapat terjadi sampai 60 % dan hanya menghasilkan tanah sekitar %. Hal ini berarti banyak tenaga yang hilang untuk mengatasi tahanan gelinding dan slip roda serta hasil yang didapat berupa proses pelumpuran oleh roda. Dalam penggunaan traktor pada tanah liat basah atau lumpur, harus diperhatikan luas kotak permukaan roda dengan tanah untuk menaikkan tarikan, makin luas permukaan, maka tarikan akan makin baik. Kelengketan tanah pada sirip dari roda besi adalah salah satu hal yang dapat menyebabkan tingginya slip. Jika kelengketan tanah pada sirip sangat banyak akan menimbulkan roda besi ini ditutupi tanah, sehingga gaya angkat yang akan dihasilakan akan kecil dan menyebabkan tingginya slip roda.

17 BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali adalah sebagai berikut : 1. Pita ukur (meteran). 2. Patok. 3. Stopwatch. 4. Traktor poros tunggal. 3.2 Prosedur Praktikum Pada pelaksanaan praktikum ada beberapa prosedur kegiatan yang dilakukan, yaitu : 1. Diameter roda traktor poros tunggal diukur dengan menggunakan pita ukur. 2. Mesin traktor poros tunggal dinyalakan. 3. Pada bagian tengah ban roda diberi tanda dengan menggunakan patok. 4. Jarak traktor saat pergi dihitung hingga sepuluh kali putaran serta waktu dihitung menggunakan stopwatch. 5. Proses nomor 3 diulangi pada saat pulang. 6. Mesin traktor poros tunggal dimatikan. 7. Bajak rotari dipasang pada traktor poros tunggal. 8. Slip dihitung dengan menggunakan rumus.

18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perhitungan 1. Diameter roda = 55 cm = 0,55 m 2. Jarak teoritis So = π d n = π 0,55 m 10 = 17, m 3. Jarak aktual Sb 1 = 16,87 m Sb 2 = 17,15 m 4. Waktu efektif - t 1 = 24,32 detik - t 2 = 26,55 detik 5. Kecepatan rata-rata V = S b t - V 1 = S b1 = 16,87 m = 0, m/s t 1 24,32 s - V 2 = S b2 = 17,15 m = 0, m/s t 2 26,55 s 6. Slip S o S b S o 100 % - Slip 1 = S o S b 1 S o 100 % = 17, m 16,87 m 17, m = 2, % 100 %

19 - Slip 2 = S o S b 2 S o 100 % = 17, m 17,15 m 17, m = 0, % 100 %

20 David Torhis Pembahasan Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengamatan terhadap laju traktor tangan, yaitu slip yang dialami traktor ketika dioperasikan pada lahan. Percobaan ini dilakukan di area lapangan merah dengan kondisi tanah yang sedikit basah karena hujan. Pada dasarnya, ketika traktor ataupun kendaraan lainnya dioperasikan di daerah dengan tanah yang basah akan lebih sulit dibandingkan ketika dioperasikan di lahan yang kering karena pada lahan yang basah, tanah yang dilintasi ban traktor akan ikut terbawa dan menggumpal pada bagian ban traktor sehingga sedikit menyulitkan laju traktor serta menambah beban laju pada traktor. Traktor yang digunakan yakni jenis traktor tangan. Sebelum traktor tangan dioperasikan, terlebih dahulu dimensi ban pada traktor tersebut diukur, dan didapatkan ukuran diameter ban kiri dengan ban kanan tidak sama. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pada saat traktor dioperasikan di lahan menghasilkan laju yang tidak konstan dan sangat tidak beraturan. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya putaran yang dihasilkan pada masing-masing roda. Dimana pada roda menghasilkan 10 putaran. Perbedaan jumlah putaran yang dihasilkan oleh masing-masing roda disebabkan oleh kondisi tanah pada lahan yang cukup kuat sehingga proses pembajakkan membutuhkan daya yang cukup kuat pula. Selain itu tekstur tanah yang bergunung-gunung dan tidak merata juga menjadi faktor yang mempengaruhi banyaknya putaran yang terjadi pada masing-masing roda, dimana pada saat proses membajak sebagian roda ada yang berputar dan sebagian roda yang lain ada yang mengalami slip maupun skid.

21 Reinaldy Pradana Pembahasan Praktikum ini yaitu mengukur slip dan skid dengan traktor poros tunggal. Pada praktikum ini kita mengukur pada waktu efektif, kecepatan dan slip, akan tetapi kita mengukur pada diameter roda dan jumlah putaran roda pada traktor. Diameter pada traktor didapatkan 55 cm. Setelah mendapatkan diameter roda traktor, kita dapat waktu efektif dan waktu hilang, waktu yang didapat pada waktu efektif 1 yaitu 24,32 detik dan waktu efektif 2 yaitu 26,55 detik. Setelah mendapat waktu efektif, hasil berjalannya oleh traktor mendapatkan rata-rata lebar kerja, jarak teoritis dan jarak aktual. Pada rata-rata jarak aktual 1 didapatkan 16,87 m, dan jarak aktual 2 yaitu 17,15. Sedangkan jarak teoritis yang didapat 17,78 m dan juga kecepatan rata rata 1 yang didapat yaitu 0,693 km/jam dan kecepatan rata rata 2 yaitu 0,645 km/jam. Setelah mendapatkan data ketiga itu dilanjutkan menghitung slip. Setelah mendapat rata-rata jarak aktual, teoritis dan kecepatan, kita dapat mengukur slip roda traktor saat penggarapan atau pengolahan tanah. Slip 1 pada putaran pada traktor yang didapatkan yaitu sekitar 2,36 % dan slip 2 sebesar 0,7451 %. Setelah mendapatkan waktu efektif dan jarak aktual, kita juga harus mengetahui titik penting dalam pengolahan tanah menggunakan gigi 1 yaitu kecepatan traktor dalam memggunakan gigi 1 dan slip pada traktor menggunakan implemen. Kecepatan traktor dalam menggunakan implemen yang didapat yaitu 1,08 km/jam dan juga slip pada traktor yang didapat dalam menggunakan gigi 1 yaitu 17,24 %. Dalam praktikum ini, perhitungan dalam pengukuran slip dan skid sangat penting, disebabkan karena untuk slip dan skid pada traktor juga diukur dalam pengolahan tanah dimana kondisi traktor melakukan tahanan bekerja dalam penggunaan gigi 1.

22 4.2 Pembahasan Pada praktikum teknologi traktor kali ini yaitu pengukuran wheel slip dan pemasangan bajak rotari pada traktor poros tunggal yang dilakukan perhitungannya terhadap slip pada roda traktor tangan. Praktikum ini dilakukan dilahan praktikum yang terdapat di lapangan merah Universitas Padjadjaran. Slip adalah suatu kondisi di mana traktor mengalami pergerakan perputaran roda berulang-ulang pada satu titik lokasi dengan tingkat kelicinan tertentu. Slip merupakan suatu permasalahan dalam proses pengolahan tanah, sehingga perhitungan slip perlu dilakukan agar diperoleh suatu solusi yang dapat mengoptimalkan proses pengolahan tanah. Slip dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti kondisi lahan di lapangan serta traksi yang diberikan oleh ban itu sendiri. Pengukuran dan pengamatan pada praktikum kali ini, sama dengan praktikum-praktikum sebelumnya hanya saja kali ini menggunakan traktor tangan. Dengan metode yang sama yakni parameter yang diperlukan pada pengukuran wheel slip ini yaitu diameter roda, jarak teoritis, jarak aktual, waktu, kecepatan rata-rata. Kemudian akan didapatkan perhitungan slip dengan rumus S o S b S o 100 %. Ketika pengukuran dilakukan, praktikan mempersiapkan patok dan meteran juga stopwatch. Pada putaran roda hingga 10 kali, maka traktor diharuskan memutar balik ke tempat semula. Dari pergi dan pulang pengamatan traktor tangan ini didapatkan waktu pergi 24,32 detik dan pulang 26,55 detik. Kemudian dari parameter-parameter yang diamati, slip yang didapatkan sebesar 2,3656 % dan 0,7451 %. Rizkiyanti Dwi H.M Untuk mengatasi slip dapat dilakukan dengan menurunkan tenaga yang disalurkan ke roda sehingga tenaga tarik traktor akan semakin besar. Penurunan tenaga yang dibutuhkan untuk mengatasi slip akan menaikkan tenaga tarik pada traktor. Perbedaan kecepatan dan perbedaan transmisi yang digunakan juga dapat memberikan pengaruh pada slip. Pada praktikum ini, digunakan gigi yang berbeda pada saat menjalankan traktor. Perbedaan gigi ini akan mempengaruhi kecepatan pada traktor. Semakin besar gigi yang digunakan maka akan semakin besar pula tenaga tarik traktornya, sehingga traktor tersebut berjalan lebih cepat dan semakin

23 besar gigi yang digunakan maka akan semakin kecil slip yang terjadi. Selain itu kondisi tanah juga mempengaruhi terjadinya slip. Pada tanah yang kering slip biasanya terjadi sampai %, sedangkan pada tanah basah terjadi sekitar 35 %. Kemudian pemasangan implemen yaitu bajak rotari. Implemen traktor di sini adalah peralatan yang digunakan pada traktor sesuai dengan kegunaannya. Sebuah traktor tidak dapat digunakan untuk mengolah tanah jika traktor tersebut tidak dipasangi oleh implemen. Implemen pada traktor dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu alat pembuka, alat penghancur atau penghalus, alat perata, alat pemeliharaan. Dan kegunaan dari implement ini adalah mempercepat waktu penanganan pra-panen, menaikkan kualitas, kuantitas, serta kapasitas produksi, mengurangi tenaga manusia yang kurang efisien dan memperluas area pertanian.

24 Jeremia Kristian Pembahasan Pada praktikum Teknologi Traktor kali ini, praktikan melakukan perhitungan nilai slip pada traktor tangan, praktikum dilakukan di lapangan merah dengan kondisi tanah yang cukup basah, pada umumnya tanah basah akan sedikit sulit untuk dilajui oleh traktor dikarenakan tanah basah akan menempel atau mudah melekat pada roda traktor sehingga laju traktor pun sedikit lambat. Traktor tangan yang digunakan adalah traktor tangan manual, traktor tangan manual ini berbeda dengan traktor tangan tangan matic dimana traktor tangan manual ini terdapat tuas untuk daya sehingga perlu disesuaikan terlebuh dahulu sebelum digunakan. Pembahasan kali ini yaitu pengaruh slip pada traktor tangan khususnya pada roda yang ada pada traktor, slip itu sendiri adalah selisih jarak yang dicapai atas dasar perhitungan jumlah putaran roda dengan jarak sesungguhnya dibagi jarak yang dapat dicapai dengan putaran roda. Pada praktikum ini mengukur terlebih dahulu dimensi roda traktor dimensi roda traktor yaitu berdiameter 0,55 m atau 55 cm, pada praktikum ini menghitung jumlah putaran roda sebanyak 10 kali. Slip pada traktor itu sendiri dipengaruhi oleh diameter roda, lebar roda, bentuk lempengan tapak dan sudut lempengan tapak terhadap garis singgung roda dan sumbu roda. Sehingga slip terjadi apabila dipengaruhi oleh komponen-komponen tersebut. Pada hasil pengamatan tersebut dapat dilihat bahwa jarak aktual yang menggunakan meteran untuk pengukuran jaraknya dibandingkan dengan jarak teoritis yang menggunakan rumus untuk perhitungannya terdapat perbedaan, pada jarak aktual itu sendiri didapatkan hasil dengan jarak yang ditempuh selama 10 putaran roda yaitu berjarak 16,87 m dan 17,15 m karena pulang-pergi sedangkan jarak teoritis dengan 17, m dapat dilihat bahwa perbedaan tersebut terjadi pada waktu yang dihitung tidak tepat saat roda tepat 10 putaran. Selanjutnya adalah pembahasan mengenai nilai slip, berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pada saat traktor dioperasikan di lahan menghasilkan laju yang tidak konstan dan sangat tidak beraturan yaitu sebesar 0, m/s dan 0, m/s. Didapatkan nilai slip sebesar

25 2, % dan 0, %, slip tersebut terjadi karena lahan yang cukup basah. Selain menghitung nilai slip, pada praktikum ini dikenalkan bagaimana pemasangan bajak rotari pada traktor tangan ini. Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar. Ada tiga jenis bajak rotari yang biasa dipergunakan. Ada 3 jenis bajak rotari yaitu tipe tarik dengan mesin tambahan (pull auxiliary rotary engine), pada jenis ini terdapat motor khusus untuk menggerakkan bajak, sedangkan gerak majunya ditarik oleh traktor. Tipe tarik dengan penggerak PTO (pull power take off driven rotary plow) dimana alat ini digandengkan dengan traktor melalui tiga titik gandeng (three point hitch). Untuk memutar bajak ini digunakan daya dari as PTO traktor. Tipe kebun berpenggerak sendiri (self propelled garden type rotary plow). Bajak yang digunakan pada praktikum ini adalah tipe tarik dengan penggerak PTO dimana daya pada motor disalurkan ke bajak dengan menggunakan sproket dan rantai sehingga putaran pada motor akan disalurkan ke bajak dan bajak pun akan berputar. Adapun kesalahan-kesalahan yang benar-benar terjadi pada saat praktikum berlangsung ini terlihat pada hasil jarak teoritis dan jarak aktual yang berbeda jauh. Faktor-faktor ini bisa disebabkan oleh : 1. Kurangnya ketelitian praktikan saat melakukan praktikum. 2. Kondisi alat yang dilakukan bergantian. 3. Pada saat perhitungan jarak aktual menggunakan meteran yang sulit untuk diluruskan sehingga tidak tepat jarak yang diukur. 4. Waktu menggunakan stopwatch yang tidak tepat pada saat putaran roda sudah 10 kali putaran.

26 Muhammad Nugraha Pembahasan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan nilai diameter roda traktor poros tunggal sebesar 55 cm yang apabila dikonversikan kedalam satuan meter adalah 0,55 m pengukuran dilakukan menggunakan pita ukur (meteran) serta untuk jarak teoritis roda adalah 17, m sedangkan jarak aktual roda 10 putaran roda pada saat pergi adalah 16,87 m dan pada saat pulang adalah 17,15 m sehingga didapatkan rata-rata sebesar 17,01 m. Waktu efektif pengukuran pada saat pergi adalah 24,32 detik, untuk waktu efektif pengukuran pada saat pulang adalah sebesar 26,55 detik. Besar kecepatan rata-rata roda saat jarak aktual pergi dibagi dengan waktu efektif pengukuran pada saat pergi adalah sebesar 0, m/s serta kecepatan rata-rata roda saat jarak aktual pulang dibagi dengan waktu efektif pengukuran pada saat pulang adalah sebesar 0, m/s. Nilai slip setelah dihitung menggunakan persamaan didapatkan slip pada pengukuran pergi dan pulang secara berurutan adalah 2, % dan 0, %. Traktor yang digunakan pada saat proses pengukuran berlangsung adalah traktor tangan manual dimana traktor tangan manual memiliki transmisi secara manual dan memiliki kopling untuk setiap tingkatan dayanya sehingga sedikit lebih rumit dan perlu keahlian yang baik untuk dapat menggunakannya, berbeda dengan praktikum sebelumnya yang menggunakan traktor tangan matic. Setelah proses pengukuran, maka praktikan memasang bajak rotari pada traktor poros tunggal dimana bajak rotari mempunyai pisau pemotong (cangkulcangkul kecil) yang berputar dan digerakkan oleh mesin pembantu/tambahan. Bajak ini sering disebut bajak putar, jenis ini banyak ditemui pada pengolahan tanah sawah untuk pertanaman. Ada tiga jenis bajak rotari yang banyak digunakan saat ini, yaitu : tipe tarik dengan mesin tambahan (pull auxiliary rotary engine), dilengkapi dengan motor khusus untuk menggerakkan bajak. Tipe tarik dengan penggerak PTO (pull power take off driven rotary plow), umumnya alat ini digandengkan dengan traktor, sedangkan tenaga pemutar bajak menggunakan tenaga dari as PTO. Tipe kebun bergerak sendiri (self propeled garden type rotary plow), alat ini sering terdapat pada traktor tangan (hand tractor).

27 Pada saat praktikum kondisi lapangan tidak bersahabat, kondisi tanahnya memiliki kelembaban yang tinggi sehingga ban traktor tertutupi tanah sehingga alur ban traktor tidak bisa menggigit tanah akibatnya traktor banyak mengalami slip. Praktikum kali ini mengalami hambatan dan hambatan itu dapat disebabkan oleh beberapa faktor meliputi kelembaban tanah yang tinggi membuat gerak traktor menjadi sulit dan traktor sangat sulit berjalan lurus selalu berkelok-kelok, hal ini juga dapat menyebabkan slip pada traktor. Kadar liat yang tinggi ditambah kondisi lahan setelah hujan, membuat lahan menjadi licin, sehingga tanah semakin liat. Distribusi tekanan traktor menjadi tidak merata pada setiap titiknya sehingga dengan demikian pergerakan traktor menjadi tidak stabil. Slip pada roda traktor yang sangat besar mengakibatkan laju gerak traktor tidak lurus menjadi berkelokkelok. Faktor kesalahan operator pada saat pengukuran data akan selalu menyertai dalam setiap pengukuran dilapangan. Faktor ini kemungkinan besar juga terjadi pada saat pengukuran pada praktikum kali ini, kesalahan pembacaan ukuran pun dapat mempengaruhi hasil pengukuran yang ada. Slip adalah suatu kondisi dimana traktor mengalami pergerakan perputaran roda berulang-ulang pada satu titik lokasi dengan tingkat kelicinan tertentu. Slip akan membuat traktor sukar untuk melaju, kemampuan laju berkurang, jarak tempuh lebih sedikit dan waktu pembajakan menjadi lebih lama. Skid adalah kondisi traktor bergerak dalam kondisi bergeser. Perputaran roda terjadi yang kemudian diiringi dengan pergeseran keadaan traktor atau kendaraan lainnya dari kedudukannya semula. Dengan demikian traktor akan mengalami irama pergerakan yang tidak stabil yang berkelok-kelok saat traktor berjalan walaupun perputaran rodanya tinggi pada saat itu.

28 Ryansyah Pratama Pembahasan Pada praktikum kali ini, praktikan akan melakukan pengukuran, slip serta cara pemasangan implemen yang telah dipasang di traktor poros tunggal (traktor tangan). Hal yang harus pertama kali dilakukan praktikan adalah praktikan mengukur diameter roda traktor, hal ini bertujuan agar praktikan dapat menghitung berbagai aspek yang akan ditanyakan nantinya, hanya saja traktor poros tunggal yang digunakan traktor poros tunggul manual (non-matik). Seperti langkah-langkah yang telah dipelajari sebelumnya, praktikan memutar memasang engkol pada mesin traktor dan memutarnya searah jarum jam dan menarik choke, tidak lupa menyeting start di traktor tersebut. Setelah traktor hidup, barulah praktikan menyeting gigi yang terdapat para traktor sesuai dengan pedoman yang telah ada, lalu traktor dioperasikan sepuluh putaran roda kanan dan di hitung waktunya. Waktu yang didapatkan pada perngukuran pergi traktor adalah 24,32 detik dengan slip sebesar 2, %. Sama halnya dengan pengukuran pergi, praktikan melakukan pengukuran pulang dengan sepuluh putaran roda kanan traktor dan menghitung waktunya, dari pengukuran pulang yang dilakukan didapatkan hasil waktu dan slip yang didapatkan adalah sebagai berikut, 26,55 detik dan 0, %. Dari hasil yang didapat dari pengukuran pulang dan pergi traktor poros tunggal manual tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran pulang lebih baik dibandingkan pengukuran pergi karena slip yang terjadi pada pengukuran pulang lebih kecil di bandingkan slip yang terjadi pada pengukuran pergi.

29 Rizki Dicky A Pembahasan Pada praktikum Teknologi Traktor ini dilakukan pengukuran wheel slip dan pemasangan bajak rotari pada traktor poros tunggal atau yang biasa dikenal sebagi traktor tangan. Slip meupakan suatu keadaan dimana jarak aktual lebih besar daripada jarak teoritis. Dimana jarak aktual merupakan jarak yang didapat dari 10 kali putaran ban traktor dan jarak teoritis adalah jarak yang dicari berdasarkan rumus-rumus dan angka-angka dari pengukuran ban traktor. Rumus jarak teoritis adalah πdn. Sedangkan jumlah putaran ban traktor di tandai dengan huruf n. Slip yang terjadi pada praktikum ini disebabkan oleh kondisi tanah yang basah akibat di guyur hujan sebelumnya sehingga menyebabkan tanah menjadi licin dan ban traktor menjadi slip saat bergesekan dengan tahah. Pada dasarnya traktor atau pun kendaraan yang memiliki ban akan lebih sulit untuk dikendarai di tanah apabila tanah dalam keadaan basah. Biasanya besaran slip pada traktor tidak lebih dari 2 %, tetapi pada percobaan kelompok 3 didapatkan dua slip yang berbeda, slip 1 sebesar 2,36 % dan slip 2 sebesar 0,74 %. Selain menghitung jarak dan slip, pada praktikum ini juga dilakukan perhitungan kecepatan traktor serta waktu efektifnya. Nilai kecepatan traktor diperoleh dari perbandingan jarak aktual terhadap waktu efektif. Sedangkan waktu efektif merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh 10 kali putaran ban atau roda traktor. Kemudian pada praktikum ini juga di perlihatkan bagaimana cara pemasangan bajak rotari pada traktor poros tunggal yang di praktikakan oleh beberapa praktikan berbadan besar, karena bajak rotari pada traktor poros tunggal ini lumayan berat. Bajak rotari ini dipasang dengan cara manual. Bajak yang di pasang pada traktor haruslah merupakan pasangan dari traktornya, karena tidak semua traktor dapat dipasang dengan bajak yang sama.

30 David Torhis BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Adapun beberapa kesimpulan yang didapatkan dari praktikum kali ini antara lain : 1. Slip dan skid terjadi karena faktor kelicinan permukaan lahan. 2. Slip dan skid diperoleh dengan membandingkan jarak dan jumlah putaran roda traktor kemudian dibandingkan dengan hitungan teoritis. 3. Slip dan skid dapat mempengaruhi kecepatan, jarak tempuh, dan waktu yang dibutuhkan dalam pembajakan. 4. Untuk kisaran tertentu slip dan skid dibutuhkan oleh sebuah traktor. 5.2 Saran Adapun beberapa saran yang dapat diberikan dari praktikum kali ini antara lain : 1. Sebelum menggunakan traktor kita harus tahu terlebih dahulu tentang spesifikasi, kemampuan daya dan sistem yang ada agar sesuai dengan apa yang akan kita kerjakan. 2. Harus selalu memperhatikan faktor keamanan. 3. Selalu merawat dan menjaga traktor dengan baik. 4. Pelajari dengan baik materi tentang slip dan skid.

31 Reinaldy Pradana BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah : 1. Ada dua jenis kontak yang terjadi antara ban dan permukaan jalan, yaitu static contact dan dynamic contact. Static contact artinya bahwa ban dan permukaan jalan tidak mengalami slip relatif satu dengan yang lainnya. 2. Sudut slip pada setiap ban dipengaruhi oleh banyak faktor, jika dipakai faktor-faktor tersebut dapat diuraikan bahwa sudut slip dipengaruhi oleh konstruksi ban, gaya lateral, gaya normal., tekanan ban, keausan ban dan gaya longitudinal dari ban. 3. Jika ban berputar dan tidak ada gaya samping yang tegak lurus dengan bidang ban, maka ia akan bergerak pada arah bidang ban. Kalau padanya bekerja gaya samping F s pada pusat ban, maka ban akan mengalami deformasi lateral. 4. Skid pada roda depan akan tidak terjadi jika gaya kesamping pada roda depan lebih kecil atau sama dengan gaya gesek yang mampu didukung oleh roda depan, begitu juga pada roda belakng. Skid tidak akan terjadi jika gaya geseknya masih mampu menahan gaya kesamping yang terjadi. 5.2 Saran Adapun saran yang diberikan selama praktikum ini adalah : 1. Ketelitian selama pelaksanaan praktikum harus diutamakan agar meminimalisir adanya kesalahan pada hasil. 2. Praktikan agar terlebih dahulu memahami materi praktikum yang telah tersedia sebelum pelaksanaannya. 3. Praktikan agar lebih mendengarkan instruksi yang diberikan oleh asisten selama praktikum.

32 Rizkiyanti Dwi H.M BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum pengukuran wheel slip dan pemasangan bajak rotari pada traktor poros tunggal ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Slip yang terjadi pada kedua roda menunjukan nilai yang berbeda-beda, keadaan ini selain disebabkan oleh keadaan tanah juga disebabkan karena permodelan pada kedua ban belakang traktor tersebut yang mampu berputar berbeda. 2. Slip yang terjadi pada penggunaan traktor poros tunggal ini sebesear 2,36 m dan 0,7451 m. 3. Semakin dalam bajak membelah tanah maka semakin besar juga tahanan dari tanah tersebut sehingga semakin besar pula nilai slip yang terjadi. 4. Pengunci diferensial diperlukan untuk membebaskan traktor dari slip. 5. Implemen traktor di sini adalah peralatan yang digunakan pada traktor sesuai dengan kegunaannya. 5.2 Saran Untuk terciptanya kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan praktikum ini maka praktikan mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Praktikan diharuskan mengetahui dan memahami prosedur praktikum dengan baik agar tidak menghasilkan data yang fluktuatif. 2. Praktikan diharuskan mengenal dan memahami parameter-parameter pengukuran yang akan diidentifikasi serta faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada perhitungan. 3. Sebaiknya praktikan diberi modul praktikum agar dapat mempelajari atau sedikitnya mengetahui mengenai materi praktikum yang akan dilaksanakan.

33 Jeremia Kristian BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu sebagai berikut: 1. Slip adalah selisih jarak yang dicapai atas dasar perhitungan jumlah putaran roda dengan jarak sesungguhnya dibagi jarak yang dapat dicapai dengan putaran roda. 2. Slip pada roda traktor dipengaruhi oleh diameter roda, lebar roda, bentuk lempengan tapak dan sudut lempengan tapak terhadap garis singgung roda dan sumbu roda. 3. Jenis lahan mempengaruhi laju traktor dan slip itu sendiri. 4. Terjadi perbedaan jarak teoritis dengan jarak aktual. 5. Dimensi roda traktor yaitu berdiameter 0,55 m atau 55 cm. 6. Didapatkan nilai slip sebesar 2, % dan 0, %, slip tersebut terjadi karena lahan yang cukup basah. 7. Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar. 8. Bajak yang digunakan pada praktikum ini adalah tipe tarik dengan penggerak PTO. 5.2 Saran Adapun saran untuk praktikum kali ini yaitu sebagai berikut : 1. Dalam pengukuran, tali meteran harus lurus dan tegang (jangan ada lendutan) sehingga data yang diperoleh akurat. 2. Pembacaan skala pada meteran harus teliti. 3. Perhatikan ketentuan atau peraturan selama praktikum, karena traktortraktor yang diukur cukup besar dan berbahaya apabila menimpa praktikan. 4. Pada saat menyalakan traktor harus memperhatikan prosedurnya. 5. Pemasangan implemen harus sesuai prosedur.

34 Muhammad Nugraha BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum kali ini antara lain sebagai berikut : 1. Slip dapat mempengaruhi kinerja pembajakan traktor secara umum dilapangan. 2. Umumnya pada lahan pertanian yang basah, kadar liat tinggi dan konfigurasi lahan yang fluktuatif/tidak seragam, menimbulkan slip yang besar pada laju traktor. 3. Nilai diameter roda traktor poros tunggal berdasarkan pengukuran menggunakan pita ukur adalah sebesar 55 cm atau 0,55 m. 4. Jarak teoritis roda berdasarkan perhitungan 10 kali putaran roda adalah 17, m. 5. Jarak aktual roda 10 putaran roda pada saat pergi adalah 16,87 m dan pada saat pulang adalah 17,15 m sehingga didapatkan rata-rata sebesar 17,01 m. 6. Waktu efektif pengukuran pergi adalah 24,32 detik, sedangkan untuk waktu efektif pengukuran pulang adalah sebesar 26,55 detik. 7. Kecepatan pada pengukuran pergi adalah 0, m/s serta pada sat pulang adalah 0, m/s. 8. Slip pada pengukuran pergi sebesar 2, % dan slip roda pengukuran pulang sebesar 0, %. 9. Slip adalah suatu kondisi dimana traktor mengalami pergerakan perputaran roda berulang-ulang pada satu titik lokasi dengan tingkat kelicinan tertentu. 10. Bajak rotari mempunyai pisau pemotong (cangkul-cangkul kecil) yang berputar dan digerakkan oleh mesin pembantu/tambahan. 11. Tipe tarik dengan penggerak PTO (pull power take off driven rotary plow), umumnya alat ini digandengkan dengan traktor, sedangkan tenaga pemutar bajak menggunakan tenaga dari as PTO. 12. Faktor kesalahan operator pada saat pengukuran data akan selalu menyertai dalam setiap pengukuran dilapangan, sehingga dapat mempengaruhi hasil pengukuran yang ada.

B. Pokok Bahasan : Peralatan Pengolahan Tanah. C. Sub Pokok Bahasan: Jenis-jenis alat pengolahan tanah I

B. Pokok Bahasan : Peralatan Pengolahan Tanah. C. Sub Pokok Bahasan: Jenis-jenis alat pengolahan tanah I Pertemuan ke-6 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan,

TINJAUAN PUSTAKA. pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Traktor Sejarah traktor dimulai pada abad ke-18, motor uap barhasil diciptakan dan pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, sementara itu penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara yang berbasis pertanian umumnya memiliki usaha tani keluarga skala kecil dengan petakan lahan yang sempit. Usaha pertanian ini terutama

Lebih terperinci

3. MENGIDENTIFIKASI JENIS ALAT PENGOLAHAN TANAH SECARA MEKANIS 10

3. MENGIDENTIFIKASI JENIS ALAT PENGOLAHAN TANAH SECARA MEKANIS 10 1. PENDAHULUAN 3 2. MENENTUKAN POLA PENGOLAHAN TANAH 4 3. MENGIDENTIFIKASI JENIS ALAT PENGOLAHAN TANAH SECARA MEKANIS 10 4. PENGOLAHAN TANAH PERTAMA 12 5. PENGOLAHAN TANAH KEDUA 15 6. CARA MENGGEMBURKAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan,

TINJAUAN PUSTAKA. pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Traktor Sejarah traktor dimulai pada abad ke-18, motor uap berhasil diciptakan dan pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, sementara itu penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK Pengujian penjatah pupuk berjalan dengan baik, tetapi untuk campuran pupuk Urea dengan KCl kurang lancar karena pupuk lengket pada

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

ALAT PENGOLAHAN TANAH PRIMER (BAJAK SINGKAL) (Laporan Praktikum Mata Kuliah Alat dan Mesin Pertanian) Oleh: Hendri Setiawan

ALAT PENGOLAHAN TANAH PRIMER (BAJAK SINGKAL) (Laporan Praktikum Mata Kuliah Alat dan Mesin Pertanian) Oleh: Hendri Setiawan ALAT PENGOLAHAN TANAH PRIMER (BAJAK SINGKAL) (Laporan Praktikum Mata Kuliah Alat dan Mesin Pertanian) Oleh: Hendri Setiawan 1314071028 LABORATORIUM DAYA, ALAT, DAN MESIN PERTANIAN JURUSAN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Sayuran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Sayuran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Sayuran Menurut Williams et al. (1993) budidaya sayuran meliputi beberapa kegiatan yaitu pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Budidaya

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB III PERSIAPAN LAHAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga bulan September 2012 di Laboratorium Lapang Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. air dalam kegiatan pertaniannya terutama pada awal kegiatan penanaman. Di

TINJAUAN PUSTAKA. air dalam kegiatan pertaniannya terutama pada awal kegiatan penanaman. Di TINJAUAN PUSTAKA Lahan Sawah Sawah adalah bentuk pertanian lahan basah karena menggunakan banyak air dalam kegiatan pertaniannya terutama pada awal kegiatan penanaman. Di Indonesia terdapat bermacam-macam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon Saat ini proses budidaya tebu terdapat dua cara dalam penanaman. Pertama dengan cara Plant Cane dan kedua dengan Ratoon Cane. Plant Cane adalah tanaman tebu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

Pengolahan lahan merupakan salah satu hal yang penting, kegiatan bercocok tanam.

Pengolahan lahan merupakan salah satu hal yang penting, kegiatan bercocok tanam. Pengolahan Tanah PENDAHULUAN Pengolahan lahan merupakan salah satu hal yang penting, karena merupakan pondasi awal, sebelum bl melakukan lkk kegiatan bercocok tanam. Dengan pengolahan lahan yang baik maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Mesin Bajak Sawah Mesin bajak sawah diatas menggunakan 4 pully dan 1 poros yang saling menghubungkan untuk melakukan putaran di poros tersebut terdapat mata baja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2010 September 2011. Perancangan dan pembuatan prototipe serta pengujian mesin kepras tebu dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan September 2011 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo dan lahan percobaan Departemen Teknik

Lebih terperinci

Uji Kinerja Traktor Roda Empat Tipe Iseki TG5470 Untuk Pengolahan Tanah Menggunakan Bajak Rotari Pada Lahan Lempung Berpasir

Uji Kinerja Traktor Roda Empat Tipe Iseki TG5470 Untuk Pengolahan Tanah Menggunakan Bajak Rotari Pada Lahan Lempung Berpasir Uji Kinerja Traktor Roda Empat Tipe Iseki TG5470 Untuk Pengolahan Tanah Menggunakan Bajak Rotari Pada Lahan Lempung Berpasir Bobby Wirasantika*, Wahyunanto Agung Nugroho, Bambang Dwi Argo Jurusan Keteknikan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN BAB IV KLASIFIKASI TRAKTOR DAN PENGELOMPOKAN TRAKTOR RODA DUA DAN RODA EMPAT Drs. Kadirman, MS. KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Menyiapkan Lahan Dengan Traktor Roda 2

KATA PENGANTAR. Menyiapkan Lahan Dengan Traktor Roda 2 KATA PENGANTAR Kurikulum Program Keahlian Budidaya Tanaman dikembangkan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pengembangan program sekolah berbasis pada kebutuhan dan potensi wilayah. Strategi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TRAKTOR TANGAN Traktor tangan (hand tractor) merupakan sumber penggerak dari implemen (peralatan) pertanian. Traktor tangan ini digerakkan oleh motor penggerak dengan daya yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pembuatan Alat 3.1.1 Waktu dan Tempat Pembuatan alat dilaksanakan dari bulan Maret 2009 Mei 2009, bertempat di bengkel Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo,

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional 25 4 PENDEKATAN RANCANGAN Rancangan Fungsional Analisis pendugaan torsi dan desain penjatah pupuk tipe edge-cell (prototipe-3) diawali dengan merancang komponen-komponen utamanya, antara lain: 1) hopper,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kalibrasi Load Cell & Instrumen Hasil kalibrasi yang telah dilakukan untuk pengukuran jarak tempuh dengan roda bantu kelima berjalan baik dan didapatkan data yang sesuai, sedangkan

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN TANAH

ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN TANAH ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN TANAH 1. Maksud dan tujuan pengolahan tanah Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia untuk merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan

Lebih terperinci

Garu (harrow) 1. Garu piringan (disk harrow)

Garu (harrow) 1. Garu piringan (disk harrow) Garu (harrow) Tanah setelah dibajak pada pengolahan tanah pertama, pada umumnya masih merupakan bongkah-bongkah tanah yang cukup besar, maka untuk lebih menghancurkan dan meratakan permukaan tanah yang

Lebih terperinci

Sebelum abad 19: Perkakas Pertanian masih kasar. Setiap buruh tani hanya mampu menghasilkan pangan untuk mencukupi 5-6 orang 1920: Dengan peralatan

Sebelum abad 19: Perkakas Pertanian masih kasar. Setiap buruh tani hanya mampu menghasilkan pangan untuk mencukupi 5-6 orang 1920: Dengan peralatan MENGENAL ALAT DAN MESIN PERTANIAN Sejarah Mekanisasi Pertanian (Smith & Wilkes, 1976) Sebelum abad 19: Perkakas Pertanian masih kasar. Setiap buruh tani hanya mampu menghasilkan pangan untuk mencukupi

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN PERANCANGAN

IV. PENDEKATAN PERANCANGAN IV. PENDEKATAN PERANCANGAN A. KRITERIA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung dengan tenaga tarik traktor tangan ini dirancangan terintegrasi dengan alat pembuat guludan (furrower) dan alat pengolah

Lebih terperinci

PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN. dilengkapi dengan. Edisi Januari 2004

PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN. dilengkapi dengan. Edisi Januari 2004 PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN T r a k t o r Q U I C K dilengkapi dengan P A R T L I S T Edisi Januari 2004 2 TRAKTOR QUICK TL800 single speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUKURAN VISKOSITAS Viskositas merupakan nilai kekentalan suatu fluida. Fluida yang kental menandakan nilai viskositas yang tinggi. Nilai viskositas ini berbanding terbalik

Lebih terperinci

DESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor)

DESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor) DESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor) Radite P.A.S 2, Wawan Hermawan, Adhi Soembagijo 3 ABSTRAK Traktor tangan atau

Lebih terperinci

Masa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks.

Masa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks. Nama Laboratorium : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian ; Ir. H. Koes Sulistiadji, M.S. Mekanik Traktor roda empat Pengukuran dimensi : - Dimensi unit traktor IK-SP TR4: 2007 butir 1 - Dimensi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. MODIFIKASI ALAT PENYIANG Alat ini merupakan hasil modifikasi dari alat penyiang gulma yang terdahulu yang didesain oleh Lingga mukti prabowo dan Hirasman tanjung (2005), Perubahan

Lebih terperinci

Oleh Team RB BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT DINAS PERTANIAN JAWA BARAT

Oleh Team RB BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT DINAS PERTANIAN JAWA BARAT Oleh Team RB BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT DINAS PERTANIAN JAWA BARAT Dimulai tahun 1800 >>Motor Tenaga Uap Tahun 1900>> Traktor dengan Tenaga uap Pada tahun 1898 Rudolf Diesel (Jerman) Seorang Insyiniur

Lebih terperinci

Pertemuan ke-7. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa

Pertemuan ke-7. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa Pertemuan ke-7 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian 2. Khusus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN A. ANALISIS PENGATUR KETINGGIAN Komponen pengatur ketinggian didesain dengan prinsip awal untuk mengatur ketinggian antara pisau pemotong terhadap permukaan tanah, sehingga

Lebih terperinci

Sistem bahan bakar Sistem pelumasan

Sistem bahan bakar Sistem pelumasan Sistem bahan bakar a. Sistem bahan bakar pada motor bensin Berfungsi untuk : 1. Mengatur perbandingan campuran bahan bakar dan udara 2. Mengatur jumlah pemasukan bahan bakar dan udara ke silinder 3. Merubah

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN BAB V PERSIAPAN MENGHIDUPKAN, MENGHIDUPKAN, MEMATIKAN DAN MENJALANKAN TRAKTOR Drs. Kadirman, MS. KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

TRAKTOR RODA-4. Klasifikasi. trakor roda-4. Konstruksi. Penggunaan traktor di pertanian

TRAKTOR RODA-4. Klasifikasi. trakor roda-4. Konstruksi. Penggunaan traktor di pertanian TRAKTOR RODA-4 Klasifikasi traktor roda-4 Konstruksi trakor roda-4 Penggunaan traktor di pertanian Klasifikasi Berdasarkan Daya Penggerak (FWP = fly wheel power) 1. Traktor kecil (

Lebih terperinci

Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20

Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20 Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20 Bacalah buku petunjuk sebelum anda menggunakan mesin penyiang bermotor (power weeder) BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN Pemupukan merupakan usaha memasukkan usaha zat hara kedalam tanah dengan maksud memberikan/menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan tanaman agar didapatkan hasil (produksi)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi pembebanan,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D 1. LINGKUP Pedoman ini mencakup metode pengukuran kuat geser tanah menggunakan uji geser langsung UU. Interpretasi kuat geser dengan cara ini bersifat langsung sehingga tidak dibahas secara rinci. 2. DEFINISI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman tebu untuk keperluan industri gula dibudidayakan melalui tanaman pertama atau plant cane crop (PC) dan tanaman keprasan atau ratoon crop (R). Tanaman keprasan merupakan

Lebih terperinci

KAPASITAS KERJA PENGOLAHAN TANAH Oleh: Zulfikar, S.P., M.P

KAPASITAS KERJA PENGOLAHAN TANAH Oleh: Zulfikar, S.P., M.P Mata Kuliah: Mekanisasi Pertanian KAPASITAS KERJA PENGOLAHAN TANAH Oleh: Zulfikar, S.P., M.P Yang dimaksud dengan kapasitas kerja adalah kemampuan kerja suatu alat atau mesin memperbaiki hasil (hektar,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data pengamatan hasil penelitian Jumlah mata pisau (pasang) Kapasitas efektif alat (buah/jam) 300,30 525,12 744,51

Lampiran 1. Data pengamatan hasil penelitian Jumlah mata pisau (pasang) Kapasitas efektif alat (buah/jam) 300,30 525,12 744,51 38 Lampiran 1. Data pengamatan hasil penelitian Jumlah mata pisau (pasang) 2 4 6 Kapasitas efektif alat (buah/jam) 300,30 525,12 744,51 Bahan yang rusak (%) 0 0 11 39 Lampiran 2. Kapasitas alat (buah/jam)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari referensi dari beberapa sumber yang berkaitan dengan judul yang di

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengukuran Titik Berat Unit Transplanter Pengukuran dilakukan di bengkel departemen Teknik Pertanian IPB. Implemen asli dari transplanter dilepas, kemudian diukur bobotnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 8 bulan, dimulai bulan Agustus 2010 sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu (1)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A.WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Juni 2010. Desain pembuatan prototipe, uji fungsional dan uji kinerja dilaksanakan di Bengkel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang BAB III METODOLOGI 3.1 Pembongkaran Mesin Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan mengganti atau memperbaiki komponen yang mengalami kerusakan. Adapun tahapannya adalah membongkar mesin

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Kegiatan penelitian yang meliputi perancangan, pembuatan prototipe mesin penanam dan pemupuk jagung dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya

Lebih terperinci

GERAK MELINGKAR. = S R radian

GERAK MELINGKAR. = S R radian GERAK MELINGKAR. Jika sebuah benda bergerak dengan kelajuan konstan pada suatu lingkaran (disekeliling lingkaran ), maka dikatakan bahwa benda tersebut melakukan gerak melingkar beraturan. Kecepatan pada

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc E1 Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc Irvan Ilmy dan I Nyoman Sutantra Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI LABORATORIUM PROSES DAN SISTEM PRODUKSI LABORATORIUM TEKNOLOGI MEKANIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2017 TATA TERTIB PRAKTIKUM

Lebih terperinci

Vol. 12, No. 2, Agustus TERMZNOLOGZ TRAKTOR DAN PERALA TAN (Bagian I)

Vol. 12, No. 2, Agustus TERMZNOLOGZ TRAKTOR DAN PERALA TAN (Bagian I) Vol. 12, No. 2, Agustus 1998 TERMZNOLOGZ TRAKTOR DAN PERALA TAN (Bagian I) E.Namaken sembiringl, Radite Praeko A. S. I, I Nengah ~uastawa', dm Tineke anda an^' KATA PENGANTAR Terminologi traktor beserta

Lebih terperinci

STUDI BANDING KINERJA PENGOLAHAN TANAH POLA TEPI DAN POLA ALFA PADA LAHAN SAWAH MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN BAJAK ROTARI DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU

STUDI BANDING KINERJA PENGOLAHAN TANAH POLA TEPI DAN POLA ALFA PADA LAHAN SAWAH MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN BAJAK ROTARI DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU STUDI BANDING KINERJA PENGOLAHAN TANAH POLA TEPI DAN POLA ALFA PADA LAHAN SAWAH MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN BAJAK ROTARI DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU (Comparative of The Performance of Tillage Pattern Side

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Jagung Jarak tanam tergantung pada varietas jagung yang akan ditanam. Jarak tanam untuk jagung hibrida adalah 75 x 25 cm atau 75 x 40 cm. Kedalaman lubang tanam antara

Lebih terperinci

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 Oleh : Galisto A. Widen F14101121 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian:

Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian: Lampiran 1. Spesifikasi traktor pengujian Spesifikasi Traktor Pengujian Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian: Merk/Type Kubota B6100 Tahun pembuatan 1981 Bahan bakar Diesel Jumlah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. sangat penting, yaitu untuk menghilangkan kulit atau penutup luar buah atau

BAB II DASAR TEORI. sangat penting, yaitu untuk menghilangkan kulit atau penutup luar buah atau BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Pengupasan Pengupasan merupakan pra-proses dalam pengolahan agar didapatkan bahan panganyang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang sangat penting,

Lebih terperinci

Pilihlah jawaban yang paling benar!

Pilihlah jawaban yang paling benar! Pilihlah jawaban yang paling benar! 1. Besarnya momentum yang dimiliki oleh suatu benda dipengaruhi oleh... A. Bentuk benda B. Massa benda C. Luas penampang benda D. Tinggi benda E. Volume benda. Sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo, Departemen

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Prototipe 1. Rangka Utama Bagian terpenting dari alat ini salah satunya adalah rangka utama. Rangka ini merupakan bagian yang menopang poros roda tugal, hopper benih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Budidaya tebu bisa dibedakan dalam lima tahap yaitu pengolahan tanah, penyiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Budidaya tebu harus dilaksanakan seefektif dan seefisien

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jagung. B. Pengolahan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jagung. B. Pengolahan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Jagung Jagung adalah tanaman yang menghendaki keadaan hawa yang cukup panas dan lembab dari waktu tanam sampai periode mengakhiri pembuahan. Jagung tidak membutuhkan persyaratan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL

IV. ANALISIS STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL IV. ANALISIS STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL Tahapan analisis rancangan merupakan tahap yang paling utama karena di tahap inilah kebutuhan spesifik masing-masing komponen ditentukan. Dengan mengacu pada hasil

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Pengupasan Pengupasan merupakan pra-proses dalam pengolahan agar didapatkan bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang sangat penting,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian Bengkel Metanium, Leuwikopo, dan lahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Perancangan Rem Persamaan umum untuk sistem pengereman menurut Hukum Newton II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini : F = m. a Frem- F x = m.

Lebih terperinci

PERFORMANSI TRAKTOR TANGAN RODA DUA MODIFIKASI MENJADI RODA EMPAT MULTIFUNGSI (PENGOLAHAN DAN PENYIANGAN) UNTUK KACANG TANAH DI KABUPATEN LOMBOK BARAT

PERFORMANSI TRAKTOR TANGAN RODA DUA MODIFIKASI MENJADI RODA EMPAT MULTIFUNGSI (PENGOLAHAN DAN PENYIANGAN) UNTUK KACANG TANAH DI KABUPATEN LOMBOK BARAT Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 1, Maret 217 PERFORMANSI TRAKTOR TANGAN RODA DUA MODIFIKASI MENJADI RODA EMPAT MULTIFUNGSI (PENGOLAHAN DAN PENYIANGAN) UNTUK KACANG TANAH DI KABUPATEN

Lebih terperinci

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR)

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) Alat ukur dalam dunia teknik sangat banyak. Ada alat ukur pneumatik, mekanik, hidrolik maupun yang elektrik. Termasuk dalam dunia otomotif, banyak juga alat ukur

Lebih terperinci

PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI

PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Rancang Bangun Furrower Pembuat Guludan Rancang bangun furrower yang digunakan untuk Traktor Cultivator Te 550n dilakukan dengan merubah pisau dan sayap furrower. Pada furrower

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci