UJI TOKSISITAS KADMIUM DAN TIMBAL PADA MIKROALGA Chaetoceros gracilis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI TOKSISITAS KADMIUM DAN TIMBAL PADA MIKROALGA Chaetoceros gracilis"

Transkripsi

1 UJI TOKSISITAS KADMIUM DAN TIMBAL PADA MIKROALGA Chaetoceros gracilis MARTIWI DIAH SETIAWATI SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : UJI TOKSISITAS KADMIUM DAN TIMBAL PADA MIKROALGA Chaetoceros gracilis Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2009 MARTIWI DIAH SETIAWATI C

3 RINGKASAN MARTIWI DIAH SETIAWATI. C UJI TOKSISITAS KADMIUM DAN TIMBAL PADA MIKROALGA Chaetoceros gracilis. Dibimbing oleh : RICHARDUS KASWADJI dan DWI HINDARTI Kadmium dan timbal adalah jenis logam berat yang sering digunakan untuk bahan baku maupun bahan tambahan suatu industri. Pengetahuan mengenai sifat dan karakteristik serta potensi toksisitas kedua logam berat tersebut terhadap organisme sangat dibutuhkan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran akibat kegiatan industri. Kadmium dan timbal diujikan pada satu spesies mikroalga yaitu C. gracillis. Jenis mikrolaga ini dipilih karena spesies ini banyak digunakan untuk aktivitas budidaya laut yaitu sebagai pakan udang dan sebagai produsen primer di lingkungan perairan laut. Tujuan dari penelitian ini adalah menduga nilai IC 50 (Inhibition Concentration), NOEC (No Observed Effect Concentration), dan LOEC (Lowest Observed Effect Concentration) selama 96 jam setelah diberikan toksikan berupa kadmium dan timbal terhadap perkembangan jumlah sel C. gracillis. Metode penelitian yang digunakan mengacu pada Asean Canada CPMS II, Penelitian dilakukan di laboratorium Ekotoksikologi dan Analisis Kimia P2O LIPI pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap diantaranya; persiapan alat dan bahan, kultivasi C. gracillis, uji toksisitas pendahuluan, uji definitif, dan pengukuran konsentrasi aktual. Data kepadatan sel dan konsentrasi aktual yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan program ICPIN untuk menghitung nilai IC 50 dan program TOXSTAT untuk menghitung nilai NOEC dan LOEC.. Nilai IC jam dari toksikan kadmium dan timbal terhadap C.gracillis masing masing adalah 1.3 mg Cd/l dan 0.7 mg Pb/ l. Nilai LOEC 96 jam dari toksikan kadmium dan timbal terhadap C.gracillis masing masing adalah 0.56 mg Cd/l dan 0.26 mg Pb/l. Nilai NOEC 96 jam dari toksikan kadmium dan timbal terhadap C.gracillis adalah kurang dari 0.56 mg Cd/l dan 0.26 mg Pb/l.

4 Hak cipta milik Martiwi Diah Setiawati, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, microfilm, dan sebagainya

5 UJI TOKSISITAS KADMIUM DAN TIMBAL PADA MIKROALGA Chaetoceros gracilis MARTIWI DIAH SETIAWATI SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

6 SKRIPSI Judul : UJI TOKSISISTAS KADMIUM DAN TIMBAL PADA MIKROALGA Chaetoceros gracilis Nama : MARTIWI DIAH SETIAWATI NRP : C Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Richardus Kaswadji, M.Sc Ir. Dwi Hindarti, M.Sc NIP NIP Mengetahui, Ketua Departemen ITK Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo,M.Sc NIP Tanggal Lulus : 10 Agustus 2009

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada ALLAH SWT karena dengan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Februari sampai bulan Mei 2009 di Laboratorium Ekotoksikologi dan Laboratorium Analisis Kimia, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Richardus Kaswadji M. Sc dan Ir. Dwi Hindarti M.Sc selaku dosen pembimbing. 2. Dr. Ir.Tri Prartono, M.Sc sebagai dosen penguji dan Dr. Henry M. Manik, M.T sebagai Ketua Komisi Pendidikan Departemen ITK, FPIK, IPB. 3. Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc selaku pembimbing akademik. 4. Triyoni Purbonegoro, S.Si; Rahma Puspitasari, S.Si; Suratno, S.Si; Rozak Amd; dan Eston Amd yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian. 5. Kedua orangtua penulis atas doa dan dukungan yang diberikan dalam berbagai hal. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Agustus 2009 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... x xi xii 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Kadmium Karakteristik dan Sumber Kadmium Kadmium di Laut` Toksisitas Kadmiun Terhadap Organisme laut Timbal Karakteristik dan Sumber Timbal Timbal di Laut Toksisitas Timbal Terhadap Organisme Laut Mikroalga Sebagai Organisme Uji Toksisitas Chaetoceros gracilis METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Alat Pemeliharaan Kultur C. gracilis, Uji Toksisitas dan Pengukuran Konsentrasi Aktual Bahan-Bahan Untuk Pemeliharaan C. gracilis, Uji Toksisitas dan Pengukuran Konsentrasi Aktual Metode pelaksanaan Pencucian dan Sterilisasi Peralatan Kultur C. gracilis dan Pemeliharaannya Pembuatan Larutan CdCl 2 dan Pb(NO 3 ) Uji Mencari Kisaran Konsentrasi (Range Finder Test) Uji Toksisitas Kadmium dan Timbal Terhadap Perkembangan Jumlah Sel C. gracilis Pengukuran Kualitas Air Pengukuran Konsentrasi Aktual Larutan Uji Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pola Pertumbuhan C. gracilis Parameter Kualitas Air Suhu... 26

9 4.2.2 Derajat Keasamaan (ph) Salinitas Oksigen Terlarut Uji Toksisitas Pendahuluan (Range Finder Test) Uji Definitif Konsentrasi Aktual Toksisitas Kadmium dan Timbal Terhadap Pertumbuhan Sel C. gracilis KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 68

10 DAFTAR TABEL Halaman 1. Toksisitas kadmium terhadap beberapa jenis organisme laut Toksisitas timbal terhadap beberapa jenis organisme laut Komposisi bahan-bahan media Walne bagi pemeliharaan C. gracilis Kondisi yang direkomendasikan Asean-Canada CPMS II (1995) untuk uji toksisitas pertumbuhan mikroalga Hasil pengukuran kualitas air pada uji toksisitas kadmium pada mikroalga C. gracilis Hasil pengukuran kualitas air pada uji toksisitas timbal pada mikroalga C. gracilis Kualitas air uji pendahuluan toksisitas timbal pada C. gracilis Persentase penghambatan kepadatan C. gracilis terhadap timbal pada uji pendahuluan Kandungan timbal dan nitrat dalam senyawa Pb(NO 3 ) 2 dalam berbagai konsentrasi Hasil pengukuran konsentrasi nominal dan aktual Persentas penghambatan pertumbuhan sel C. gracilis akibat pengaruh kadmium dan timbal pada jam ke Nilai IC 50, NOEC dan LOEC pada uji toksisitas kadmium dan timbal pada C. gracilis... 37

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Morfologi Chaetoceros gracilis Kurva pertumbuhan kultur C. gracilis selama 7 hari Grafik kepadatan sel C. gracilis dengan berbagai konsentrasi timbal jam ke-96 pada uji toksisitas pendahuluan Grafik kepadatan sel C. gracilis selama 96 jam pada berbagai konsentrasi kadmium Grafik kepadatan sel C. gracilis selama 96 jam pada berbagai konsentrasi timbal Organel yang terdapat di kloroplas... 39

12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Perhitungan kepadatan sel mikroalga dengan menggunakan Haemocytometer Pembuatan berbagai konsentrasi kadmium dari larutan stok kadmium sebesar 1000 ppm Pembuatan berbagai konsentrasi timbal dari larutan stok timbal 1000 dan 100 ppm Pembuatan stok kultur untuk inokulasi agar memiliki kepadatan awal 10 6 sel/ml Penentuan fase pertumbuhan C. gracilis Persentase penghambatan pertumbuhan C. gracilis pada jam ke-48 dengan toksikan kadmium pada uji akhir Persentase penghambatan pertumbuhan C. gracilis pada jam ke-72 dengan toksikan kadmium pada uji akhir Persentase penghambatan pertumbuhan C. gracilis pada jam ke-96 dengan toksikan kadmium pada uji akhir Persentase penghambatan pertumbuhan C. gracilis pada jam ke-96 dengan toksikan timbal pada uji pendahuluan Persentase penghambatan pertumbuhan C. gracilis pada jam ke-48 dengan toksikan timbal pada uji akhir Persentase penghambatan pertumbuhan C. gracilis pada jam ke-72 dengan toksikan timbal pada uji akhir Persentase penghambatan pertumbuhan C. gracilis pada jam ke-96 dengan toksikan timbal pada uji akhir Hasil penentuan nilai IC jam pada uji toksisitas kadmium pada pertumbuhan C. gracilis menggunakan program ICPIN Hasil penentuan nilai IC jam pada uji toksisitas timbal pada pertumbuhan C. gracilis menggunakan program ICPIN Hasil penentuan nilai NOEC dan LOEC 96 jam pada uji tosisitas kadmium pada pertumbuhan C. gracilis menggunakan program TOXSTAT... 61

13 16. Hasil penentuan nilai NOEC dan LOEC 96 jam pada uji toksisitas timbal pada pertumbuhan C. gracilis menggunakan program TOXSTAT Diagram alir analisis statistik untuk uji toksisitas kronik pada pertumbuhan fitoplankton Dokumentasi alat dan bahan penelitian Dokumentasi hasil penelitian... 67

14 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semakin meningkatnya perkembangan industri akan berdampak pada peningkatan jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan sekitar termasuk di dalamnya adalah lingkungan perairan laut. Salah satu limbah yang diproduksi adalah limbah logam berat. Kandungan logam berat akan semakin meningkat dengan adanya peningkatan aktivitas industri yang berbahan baku logam berat maupun sebagai bahan tambahan. Apabila limbah yang dihasilkan tidak diolah sebelum dibuang ke laut, hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat luas karena tingkat toksisitas logam berat yang sangat tinggi terhadap makhluk hidup, terutama ketika terjadi bioakumulasi dalam rantai makanan. Kadmium dan timbal adalah jenis logam berat yang sering digunakan untuk bahan baku maupun bahan tambahan suatu industri. Kadmium biasanya dimanfaatkan oleh beberapa industri seperti industri peleburan logam, industri petrokimia, industri pelapisan logam, industri PVC dan plastik, dan lain-lain. Timbal banyak dimanfaatkan untuk industri baterai, pigmen, keramik, insektisida, bahan peledak, hasil pembakaran bensin yang mengandung bahan aditif tetraetil dan pembangkit listrik tenaga panas. Pengetahuan mengenai sifat dan karakteristik serta potensi toksisitas kedua logam berat tersebut terhadap organisme sangat dibutuhkan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran akibat kegiatan industri. Kadmium dan timbal diujikan pada satu spesies mikroalga yaitu C. gracilis. Jenis mikrolaga ini dipilih karena spesies ini banyak digunakan untuk aktivitas budidaya laut yaitu sebagai pakan udang dan sebagai produsen primer di

15 lingkungan perairan laut. Penelitian mengenai toksisitas kadmium terhadap C. gracilis sudah pernah dilakukan (Hindarti, 1997, 2008, Damayati,1998). Uji toksisitas timbal pada mikroalga telah dilakukan (Rivkin, 1979, Henaldi, 1998, Yap et al., 2004). Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah penggunaan konsentrasi timbal pada biota uji mikroalga yang lebih besar dari 1 mg/l. Dengan uji toksisitas dapat diketahui konsentrasi logam berat tertinggi yang tidak berpengaruh nyata (No Observed Effect Concentration), konsentrasi logam berat terendah yang berpengaruh nyata (Lowest Observed Effect Concentration), konsentrasi aman dan debit aman limbah yang diperbolehkan dibuang ke perairan, sehingga data yang diperoleh dapat digunakan sebagai pedoman dalam penetapan baku mutu lingkungan. Peningkatan konsentrasi kadmium dan timbal dalam tubuh C. gracilis dapat berpengaruh terhadap proses metabolisme dan yang paling nyata adalah gangguan pada kloroplas (Wong et al., in Puspitasari (2000)) yang berakibat pada penghambatan pertumbuhan sel, sehingga keberadaan mikroalga tersebut di lingkungan laut menjadi semakin berkurang. Oleh karena itu diperlukan penelitian dengan menggunakan metoda uji toksisitas untuk mengetahui konsentrasi kadmium dan timbal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan C. gracilis.

16 1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah menduga nilai IC 50 (Inhibition Concentration) selama 96 jam setelah diberikan toksikan berupa kadmium dan timbal pada mikroalga C. gracilis dan menentukan nilai NOEC serta LOEC terhadap perkembangan jumlah sel C. gracilis

17 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kadmium Karakteristik dan Sumber Kadmium Kadmium (Cd) termasuk golongan II B periode 5 pada daftar unsur-unsur periodik. Unsur ini memiliki nomor atom 48, massa atom relatif gram/mol, titik cair o C, dan titik didih 767 o C (Shadily, 1980). Kadmium dapat berbentuk kompleks dengan ion lainnya. Terdapat 4 bentuk utama dari kadmium, yaitu kadmium halida, kadmium sulfida, kadmium oksida, dan kadmium organik. Beberapa kandungan kadmium seperti CdO, CdS, Cd(OH) 2, CdCO 3, and CdSiO 3 yang memiliki kelarutan yang rendah di air, bergantung pada ph (Chongprasith et al., 1999). Kadmium dapat ditemukan dari berbagai sumber, baik dari alam maupun dari aktivitas manusia. Di alam dapat ditemukan berbagai sumber kadmium, tetapi kebanyakan ditemukan dalam bijih seng, timbal dan tembaga. Sumber lain kadmium adalah bijih tetrahedrite-tennartile nitrat yang dapat ditemukan pada lapisan atas perairan, yang biasanya dipengaruhi oleh zona fotik dan produktivitas fitoplankton. (Simpson et al., 1981 in Chongprasith et al., 1999). Menurut Fergusson (1990) in Chongprasith et al. (1999), pada kulit bumi jumlah kadmium berkisar 0.2 ppm yaitu pada batuan beku berkisar < ppm dan konsentrasi yang lebih tinggi pada bagian sedimen batuan. Walaupun tidak ada asosiasi yang jelas antara sedimen dan kandungan kadmium, tetapi terdapat beberapa asosiasi antara kadmium dan bahan organik, yang ditunjukkan adanya konsentrasi kadmium pada batubara ( ppm), peat ( ppm) dan crude oil ( ppm). Sumber alami kadmium lainnya yang berasal dari

18 atmosfer adalah dari percikan laut, kebakaran hutan dan pelepasan partikel logam dari vegetasi darat. Sumber ini sulit untuk dikuantifikasi dengan baik. Sumber utama kadmium dari aktivitas manusia adalah aktivitas pertambangan, industri metalurgi dan lumpur limbah. Konsentrasi kadmium pada asap dari peleburan tembaga, timbal, nikel dan seng sulfide relatif tinggi karena logam tersebut mudah menguap (Chongprasith et al., 1999) Kadmium di Laut Pada konsentrasi tertentu kadmium memberikan akibat yang buruk pada organisme laut dan kesehatan pada umumnya. Di perairan laut dengan salinitas 10 sampai dengan 35 o / oo, kadmium umumnya dalam bentuk kadmium kompleks klorida (Chongprasith et al., 1999). Kadmium kloro (CdCl 2, CdCl + 3 dan CdCl - ) banyak ditemukan pada air laut pada ph 7 sampai 9. Kadmium kloro cenderung stabil karena ikatan yang kuat. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut, konsentrasi kadmium yang diinginkan untuk biota laut adalah mg Cd/L. Kriteria kualitas air laut wilayah ASEAN untuk perlindungan kesehatan manusia dari dampak buruk akibat mengkonsumsi makanan laut yang tercemar adalah mg Cd/L dan untuk aktivitas rekreasi laut adalah mg Cd/L (Chongprasith et al., 1999). Kadmium yang masuk di perairan laut disarankan tidak melebihi 0.01 mgcd/l. Dalam keadaaan normal kadmium di laut nilainya 0.11x10-3 mg/l (Waldhichuk, 1974 in Hutagalung, 1984).

19 2.1.3 Toksisitas Kadmium Terhadap Organisme Laut Kadmium ditempatkan pada posisi kedua dari beberapa penelitian toksisitas akut terhadap organisme air. Adapun urutan toksisitasnya adalah Hg 2+ > Cd 2+ >Ag + >Ni 2+ >Pb 2+ >As 2+ >Cr 2+ >Sn 2+ >Zn 2+ (Waldhichuk, 1974 in Hutagalung, 1984 ). Toksisitas kadmium terhadap beberapa jenis organisme laut dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Toksisitas kadmium terhadap beberapa jenis organisme laut (Chongprasith et al., 1999) Waktu Tingkat Nilai Jenis Uji Konsentrasi Hidup Akhir (jam) µg Cd/L Mikroalga NOEC ` 546 Dunaliella tertiolecta sel/ml LOEC IC NOEC 290-<1000 Chaetoceros gracilis sel/ml LOEC IC Invertebrata 8620 Ceassostrea comercialis dewasa LC Referensi Thongra-ar et al., 1995 Hindarti, 1997 Dechaprompun, 1984 Perna viridis Ikan Larva NOEC LOEC IC Panggabean, 1997 Lates calcarifer 10 hari NOEC 3000 LOEC IC25 >9500 IC50 >9500 Sulaiman, Timbal Karakteristik dan Sumber Timbal Timbal (Pb) termasuk golongan unsur transisi (IVB) terletak pada periode keenam dengan nomor atom 82 dan bobot atom gram/mol. Timbal berasosiasi dalam bentuk senyawa galena (PbS), anglosite (PbSO 4 ), platterenitte

20 (Pb 3 O 4 ) dan Cerrussite (PbCO 3 ). Timbal tidak pernah ditemukan dalam logam murni (Palar, 2004). Timbal banyak digunakan dalam industri baterai, pigmen, keramik, insektisida, bahan peledak, hasil pembakaran bensin yang mengandung bahan aditif tetraetil dan pembangkit listrik tenaga panas. Timbal tidak termasuk unsur yang esensial bahkan bersifat toksik untuk makhluk hidup karena dapat menyebabkan kerusakan hebat pada ginjal, sistem reproduksi, hati, otak dan sistem saraf sentral bahkan kematian (Saeni, 1989 in Dewi et al., 2005) Timbal di Laut Logam timbal bersifat kronik dan kumulatif. (Hutagalung dan Hamidah in Dewi et al., 2005). Logam ini dalam bentuk organik lebih toksik daripada anorganik. Di air laut kandungan timbal normal adalah 0.03 μg/l (Waldichuk,1974 in Hutagalung, 1984), untuk pengamanan biota laut maka EPA menetapkan kadar maksimal timbal dalam air laut adalah μg/l. Dalam bentuk garam sederhana timbal adalah racun yang sangat berbahaya bagi biota laut pada konsentrasi diatas 2.5 mg/l (Silalahi, 1999). Menurut Fredmen et al., (1980) in Rahmawati 1998 menyatakan bahwa di laut timbal memiliki siklus yang singkat, hal ini dikarenakan adanya proses adsorbsi, desorbsi, presipitasi dan proses biologi oleh organisme yang menyebabkan berkurangnya konsentrasi timbal dalam air laut, sehingga sedimen adalah tempat terakhir bagi timbal yang mengendap di lingkungan laut. Keberadaaan garam-garam lain di perairan mengurangi ketersediaan timbal karena proses presipitasi, seperti timbal berikatan dengan anion-anion karbonat membentuk timbal karbonat yang tidak mudah larut. Hal ini berarti bahwa

21 dengan meningkatnya salinitas toksisitas timbal akan berkurang. Berdasarkan Golberg, 1983 in Silalahi 1999 kandungan timbal terlarut di laut hanya 10%. Menurut Scoullus in Dewi et al., (2005), Pb dapat menjadi sangat larut di dalam air pada beberapa kondisi perairan tertentu, antara lain; ph rendah, kandungan bahan organik rendah, konsentrasi padatan terlarut serta berbagai macam garam, yakni kalsium, besi, mangan, seng dan kadmium Toksisitas Timbal Terhadap Organisme Laut Chaetoceros gracilis Timbal ditempatkan pada posisi ke lima dari beberapa penelitian toksisitas akut terhadap organisme air. Adapun urutan toksisitasnya adalah Hg 2+ >Cd 2+ >Ag + >Ni 2+ >Pb 2+ >As 2+ >Cr 2+ >Sn 2+ >Zn 2+.(Waldhichuk,1974 in Hutagalung, 1984). Toksisitas kadmium terhadap beberapa jenis organisme laut dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Toksisitas Timbal terhadap beberapa jenis organisme laut Jenis Ikan Lates calcafier Mikroalga Tetraselmis sp Skeletonema costatum Isochrysis galbana Ditylum brightwelli Invertebrata Perna veridis Tingkat Nilai Waktu Uji Konsentrasi Hidup Akhir (jam) µg Pb/L cm Refrensi LC Wong and Tan, NOEC ` 144 sel/ml LOEC IC NOEC - sel/ml LOEC 96 - IC NOEC LOEC - sel/ml IC NOEC sel/ml - dewasa LOEC - IC Febriana, 1995 Rivkin, 1979 Yap et al., 2004 Wong dan Tan, 1994 EC Yap et al., 2004

22 2.3 Mikroalga Sebagai Organisme Uji Toksisitas Mikroalga merupakan produsen primer di laut. Perubahan yang drastis dalam populasi mikroalga akan berpengaruh terhadap organisme tingkat trofik yang lebih tinggi. Uji toksisitas menggunakan mikroalga berguna untuk menentukan tokisisitas suatu toksikan terhadap mikrolaga. Dalam uji toksisitas, kultur mikroalga telah diketahui umur dan kepadatannya, dan dipaparkan dalam suatu seri toksikan (Rand and Petrocelli, 1985). Beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur respon mikrolaga terhadap toksikan antara lain; kepadatan sel, kandungan klorofil, asimilasi karbon 14 ( 14 C), dan konsentrasi Adenosine Triphosphate (ATP) (Parrish, 1985). Uji toksisitas dengan menggunakan parameter kepadatan sel merupakan uji yang paling cepat dan mudah dilakukan. Nilai akhir (end point) dari uji ini adalah nilai IC 50, NOEC dan LOEC. IC 50 adalah nilai konsentrasi toksikan yang menghambat pertumbuhan mikroalga sebesar 50% dibandingkan dengan kontrol. NOEC merupakan konsentrasi tertinggi dari toksikan yang secara statistik tidak berpengaruh nyata. LOEC adalah konsentrasi terendah dari toksikan yang secara statistik berpengaruh nyata terhadap organisme uji (Rand dan Petrocelli,1985). Beberapa penelitian telah dilakukan oleh Darmayati (1998) untuk mengetahui pengaruh kadmium terhadap C. gracilis, Tetraselmis sp dan Perna viridis. Hal yang sama dilakukan oleh Hindarti (2008) untuk mengetahui pengaruh kadmium terhadap C. gracilis dan Tripneustes gratilla. Belum dilakukan penelitian mengenai pengaruh timbal terhadap C. gracilis.

23 2.3 Chaetoceros gracillis C. gracillis merupakan jenis dari marga Chaetoceros dan termasuk divisi Bacillariophyta. Bacillariophyta biasa dikenal dengan nama diatom, mikroalga ini mudah dikenali karena selnya dilindungi semacam kapsul gelas dan tidak memilki pergerakan yang jelas. Bagian yang hidup dari diatom tinggal di dalam kotak yang tersusun dari silikon oksida (SiO 2 ). Hidup dari C. gracilis adalah uniselluler dan memiliki septa. Urutan taksonomi dari C. gracilis adalah sebagai berikut (Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, 2009) Divisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis : Bacillariophyta : Bacillariophyceae : Centrales : Chaetocerotaceae : Chaetoceros : gracilis Gambar 1. Morfologi Chaetoceros gracilis (

24 Pertimbangan utama dalam pemilihan biota uji adalah biota yang dipilih harus sensitif terhadap bahan yang digunakan dalam uji, kelimpahan tinggi dalam suatu perairan, distribusi dan ketersediaannya sepanjang tahun, bernilai ekonomis, kemudahan dalam pemeliharaan, dan keadaan fisik secara umum (Hindarti, 1997). Mikroalga termasuk C. gracilis direkomendasikan menjadi biota uji karena memenuhi kriteria diatas dan memiliki peranan ekologi penting. Chaetoceros merupakan salah satu genus diatom penting dalam plankton laut, karena Chaetoceros merupakan genus terbesar dalam diatom laut dengan jumlah spesies sekitar 400 (Von-Quillfeldt, 2001) dan berperan sebagai produsen primer serta merupakan makanan penting bagi biota lain, terutama udang (Panggabean, 1997).

25 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2009 di Laboratorium Ekotoksikologi dan Laboratorium Analisis Kimia, Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI), Ancol, Jakarta Utara. Penelitian ini adalah bagian dari program penelitian Laboratorium Ekotoksikologi, Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI), Ancol, Jakarta Utara. 3.2 Alat dan Bahan Alat Pemeliharaan Kultur C. gracilis, Uji toksisitas dan Pengukuran Konsentrasi Aktual Alat-alat yang dibutuhkan untuk pemeliharaan kultur C. gracillis, uji toksisitas, dan pengukuran konsentrasi aktual terdiri dari; ruang dengan pencahayaan terus-menerus sebesar 400 ft-c (foot candle) dan suhu 27 ±1 0 C, alat saring dan kertas millipore 0.45 μm, thermometer, DO (Dissolved Oxygen) meter, refraktometer, ph meter, autoclave, labu erlenmeyer (1 L dan 250 ml), alumunium foil, micropippet dan tip, mikroskop, haemocytometer dan penutup, botol sampel 2 ml, pipet pasteur, botol Nalgen, corong pisah dan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). 3.2 Bahan Pemeliharaan C. gracilis, Uji Toksisitas dan Pengukuran Konsentrasi Aktual Bahan-bahan yang digunakan dalam pemeliharaan C. gracilis dan uji toksisitas terdiri dari; kultur C. gracilis dengan strain yang berasal dari

26 Laboratorium Kelompok Penelitian Marikultur P2O-LIPI, media Walne (Tabel 3), aseton, asam nitrat 10%, akuades, air laut yang telah disaring dengan membran filter 0.45 μm dan disterilisasi dengan autoclav, larutan induk (stock solution) kadmium (CdCl 2 ) dan timbal (Pb(NO 3 ) 2 ), serta larutan lugol sebagai bahan pengawet. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk ekstraksi perolehan konsentrasi aktual adalah HNO 3 1N, NaOH 1N, APDC (amonium pyrollidine dithiocarbamate) 2%, MIBK (methyl isobutyl ketone), akuades dan HNO 3 pekat. 3.3 Metode Pelaksanaan Pencucian dan Sterilisasi Peralatan Pencucian peralatan disesuaikan dengan prosedur ASEAN Canada CPMS- II (1995), sebagai berikut: 1. Peralatan dari bahan dasar kaca maupun plastik dicuci dengan detergen non fosfat/ teepol sampai bersih kemudian dibilas dengan air ledeng. 2. Peralatan dari bahan dasar kaca maupun plastik dicuci dengan HNO 3 10% untuk menghilangkan logam berat yang masih ada, kemudian dibilas dengan akuades 3 kali. 3. Peralatan gelas dicuci dengan aseton pekat untuk menghilangkan bahan organik yang masih ada, kemudian dibilas dengan akuades 3 kali. Erlenmeyer yang telah dicuci ditutup dengan alumunium foil, kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoclave pada suhu 121 o C dalam waktu 15 menit. Setelah itu dikeringkan dengan menggunakan oven selama 1 jam.

27 3.3.2 Kultur C. gracilis dan Pemeliharaannya Pemeliharaan kultur C. gracilis dimulai dengan pembuatan media Walne sebagai media kultur. Pembuatan Walne meliputi penambahan trace metal, vitamin dan nutrien ke dalam air laut yang steril. Susunan dari komponen media Walne ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi bahan-bahan media Walne bagi pemeliharaan C. gracilis (Asean Canada CPMS-II,1995) Komponen Komposisi Jumlah terlarut dalam 100 ml akuades Stok vitamin primer Vitamin B1 100 mg Vitamin B2 5 mg Stok Trace Metal ZnCl gr CoCl 2 2 gr (NH 4 )6Mo 7 O 2.4H 2 O 0.9 gr CuSO 4.5H 2 O 2 gr Larutan media NaNO g Na 2 EDTA 4.5 g H 3 BO g NaH 2 PO 4.H 2 O 2.0 g FeCl 3.6H 2 O 0.13 g MnCl 2.4H 2 O g Stok Vitamin Primer 10 ml Stok Trace Metal 0.1 ml Media Walne dibuat dengan mencampurkan komposisi larutan media kecuali stok vitamin primer dan stok trace metal dalam akuades. Setelah terlihat jernih, tambahkan 10 ml stok vitamin primer sampai terlarut dengan baik. Kemudian tambahkan 0.1 ml trace metal dan akuades hingga volume larutan mencapai 100 ml. Setelah itu, media Walne ditempatkan di dalam botol gelap dan disimpan di lemari pendingin. Kultur mikroalga secara normal menggunakan media Walne dengan penambahan EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat), tetapi pada uji toksisitas media kulturnya menggunakan media Walne tanpa penambahan EDTA.

28 Kultur untuk mengamati pertumbuhan C. gracillis dimulai dengan menambahkan 1 ml media Walne + EDTA pada satu liter air laut steril. Kemudian ambil 100 ml air laut yang telah ditambahkan Walne ke dalam gelas Erlenmeyer 250 ml dan tambahkan C. gracillis sebanyak 1 ml. Sebelumnya kepadatan awal C. gracilis dihitung dengan menggunakan haemocytometer di bawah mikroskop. Jumlah sel yang dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: Kepadatan = ( x / 400) x (1) dimana x merupakan banyaknya jumlah sel yang terhitung (Lampiran 1). Satuan yang digunakan adalah sel per mililiter (sel/ml). Erlenmeyer tersebut kemudian ditutup dengan kapas yang bertujuan untuk menghindari masuknya benda asing ke dalam wadah, setelah itu diaerasi dan diberi label yang mencantumkan spesies yang dikultur dan tanggal dimulainya kultur. Kepadatan C. gracilis diharapkan dapat mencapai 1x10 6 sel/ml dalam 4-7 hari. Mikroalga yang tidak dapat tumbuh secepat ini tidak dapat digunakan untuk uji pertumbuhan 96 jam. Pemeliharaan C. gracilis dilakukan dengan ulangan sebanyak 3 kali dalam minggu yang berbeda. Hasil kepadatan sel yang diperoleh kemudian diplotkan dalam bentuk grafik dengan y adalah kepadatan sel dan x adalah hari pemeliharan.

29 3.3.3 Pembuatan larutan CdCl 2 dan Pb (NO 3 ) 2 Larutan induk (stock solution) kadmium dibuat dari kadmium klorida monohidrat (CdCl 2.H2O), formula pembuatan larutan induk adalah sebagai berikut:..(2) Berat molekul CdCl 2.H 2 O adalah 201,329 gram/mol dan berat molekul logam kadmium adalah gram/mol serta konsentrasi larutan induk yang diinginkan adalah 1000 mg/l. Dalam pembuatan larutan induk dengan konsentrasi 1000 mg/l maka g CdCl 2.H 2 O dilarutkan dalam 1 liter akuades. Pembuatan larutan CdCl 2 dengan konsentrasi yang berbeda-beda dalam air laut terdapat pada Lampiran 2.. Larutan induk (stock solution) timbal dibuat dari Timbal (II) Nitrat (Pb (NO 3 ) 2 Dimana berat molekul Pb (NO 3 ) 2 adalah gram/mol dan berat molekul logam timbal adalah gram/mol serta konsentrasi larutan induk yang diinginkan adalah 1000 mg/l. Dalam pembuatan larutan induk dengan konsentrasi 1000 mg/l, maka g (Pb (NO 3 ) 2 dilarutkan dalam 1 liter akuades. Pembuatan larutan (Pb (NO 3 ) 2 dengan konsentrasi yang berbeda-beda dalam air laut terdapat pada Lampiran 3.

30 3.3.4 Uji mencari kisaran konsentrasi (Range Finder Test) Sebelum melakukan uji toksisistas perlu dilakukan uji pendahuluan untuk menentukan kisaran konsentrasi timbal (Pb) yang akan diujikan. Uji pendahuluan tidak perlu dilakukan pada kadmium karena kisaran konsentrasi kadmium untuk biota uji C. gracilis mengacu pada penelitian Hindarti, Uji ini dilakukan karena informasi atau literatur tentang toksisitas timbal terhadap pertumbuhan C. gracilis belum ditemukan. Uji dilakukan selama 96 jam dengan menggunakan urutan konsentrasi, yaitu kontrol, 0.01, 0.1, 1, 10, dan 100 mg/l dengan tiga kali ulangan untuk tiap konsentrasi. Nilai IC 50 didapatkan berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan prinsip interpolasi linier. Nilai ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan kisaran konsentrasi timbal dalam uji definitif dengan satuan yang digunakan adalah mg/l Uji Toksisitas Kadmium dan Timbal terhadap Perkembangan Jumlah sel C. gracilis Berdasarkan penelitian sebelumnya (Hindarti, 2008) diperoleh seri konsentrasi kadmium definitive test yang dilakukan selama 96 jam, yaitu kontrol, 0.56, 1, 1.8, 3.2, dan 5.6 mgcd/l dengan tiga kali ulangan untuk tiap konsentrasi. Berdasarkan nilai IC 50 yang diperoleh dari uji pendahuluan, maka konsentrasi timbal yang dipergunakan dalam uji akhir (definitive test) yang dilakukan selama 96 jam yaitu kontrol, 0.32, 0.56, 1, 1.8, 3.2 mgpb/l dengan tiga kali ulangan untuk tiap konsentrasi. Penentuan kisaran konsentrasi didasarkan pada deret logaritmik, yaitu kisaran berada pada minimal dua level deret logaritmik diatas dan dibawah nilai IC 50.

31 Larutan uji yang telah dibuat dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml sebanyak 100 ml. Pembuatan larutan uji dimulai dari kontrol, konsentrasi larutan terendah sampai dengan konsentrasi tertinggi. Setelah itu ditambahkan C. gracilis yang telah berumur 4 hari sebanyak 1 ml dengan kepadatan 1x10 6 sel/ml (Lampiran 4). Hal ini dilakukan agar dalam 100 ml larutan uji terdapat 10 4 sel C. gracilis per mililiter. Kemudian seluruh Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil agar terhindar dari kontaminasi. Seluruh Erlenmeyer diletakkan pada ruang yang bersuhu 27±1 0 C dengan pencahayaaan terus menerus sebesar 400 foot candle. Setiap hari Erlenmeyer diaduk dua kali agar larutan di dalamnya menjadi homogen dan posisinya diacak agar mendapat pencahayaan yang merata. Kepadatan kultur diamati secara teratur dengan menghitung jumlah sel pada jam ke-48, 72, dan 96. Perhitungan kepadatan sel untuk tiap konsentrasi dilakukan tiga kali ulangan. Larutan uji dari masing-masing Erlenmeyer diambil 0.9 ml dan tambahkan lugol 0.1 ml sebagai pengawet dalam botol sample yang berukuran 2 ml. Uji toksisitas dapat diterima jika kepadatan sel dalam kontrol mencapai 2x 10 5 selama 96 jam sesuai prosedur yang ditetapkan oleh Asean-Canada CPMS II (1995). Pada Tabel 4 disajikan kondisi yang direkomendasikan untuk uji toksisitas mikroalga.

32 Tabel 4. Kondisi yang direkomendasikan Asean-Canada CPMS II(1995) untuk uji toksisitas pertumbuhan mikroalga. No. Kondisi Uji Perlakuan 1 Tipe uji Statis, tidak diperbaharui 2 Temperatur 27±1 o C 3 Pencahayaan Pencahayaan kontinu 4. Kualitas cahaya Cool White pencahayaan flouresenct 5 Intensitas cahaya 400±40 foot candle 6. Ukuran labu erlenmeyer 250 ml 7. Volume larutan uji 100 ml 8. Umur kultur mikroalga yang 4-7 hari digunakan 9. Kepadatan awal kultur 10 4 sel/ml 10. Jumlah ulangan per konsentrasi Banyaknya pengadukan 2 kali sehari 12. Air pelarut Media pertumbuhan mikroalga tanpa EDTA 13 Faktor pengenceran Logaritmik 14 Lama uji 96 jam 15 Pengaruh yang diukur Pertumbuhan (jumlah sel) 16 Nilai akhir (End point) IC 50, NOEC dan LOEC 17 Kriteria uji yang dapat diterima Rata-rata pertumbuhan pada kontrol setelah 96 jam mencapai 2x10 5 sel/ml Pengukuran kualitas air Kualitas air larutan uji merupakan hal yang penting dalam penelitian, dimana hal ini menentukan bahwa hanya logam berat kadmium dan timbal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan C. gracilis, maka kondisi kualitas air pada larutan uji diusahakan optimum. Pengukuran kualitas air dilakukan di hari ke-0. Parameter kualitas air yang diukur diantaranya adalah suhu, oksigen terlarut, ph dan salinitas. Pengukuran suhu dan ph dapat diukur menggunakan ph meter, oksigen terlarut diukur dengan menggunakan DO meter dan salininitas diukur dengan menggunakan refraktometer. Sebelum dilakukan pengukuran, alat-alat yang digunakan dikalibrasi terlebih dahulu.

33 3.3.7 Pengukuran Konsentrasi Aktual Larutan Uji Pengukuran konsentrasi aktual dibagi menjadi 3 tahap yaitu, pengenceran larutan, ekstraksi, dan pengukuran konsentrasi aktual dengan AAS. Prosedur Ekstraksi larutan berdasarkan Standard Method (1992) dan Margusson danwesterland (1981) adalah sebagai berikut: 1. Pada konsentrasi kadmium 0.56 Cd mg/l dan 1 Cd mg/l serta seluruh konsentrasi timbal diencerkan 10 kali dalam 250 ml, sedangkan pengenceran konsentrasi kadmium 1.8, 3.2, dan 5.6 mg/l dilakukan 100 kali dalam 250 ml. 2. ph larutan diatur sesuai dengan range optimum ekstraksi, yaitu kadmium sampai dengan ph 3 dan timbal sampai dengan ph 2.3 ± 0.2, dengan penambahan NaOH 1N atau HNO 3 1N 3. Setelah itu dituangkan ke corong pisah dan dilakukan penambahan APDC 2% sebanyak 5 ml serta dikocok ± 1 menit, kemudian ditambahkan 25 ml MIBK dan kocok ± 1 menit. Setelah itu biarkan sampai fase organik dan anorganik terpisah 4. Setelah terpisah fase organik diambil, dibilas dengan air suling 10 ml dan dibiarkan ± 5 menit sampai fase organik dan an organik terpisah kembali 5. Kemudia fase organik diambil dan ditambahkan 0.25 ml HNO 3 pekat lalu dikocok. Kemudian larutan tersebut dibiarkan selama 20 menit, setelah itu ditambahkan 9.75 ml air suling dan dikocok selama 1 menit. Fase terakhir adalah mengambil fase anorganik untuk diukur selanjutnya dalam AAS. Prosedur pengukuran konsentrasi aktual dengan AAS adalah sebagai berikut:

34 1. Penyetingan alat yaitu dengan menyesuaikan panjang gelombangnya dan slit width. 2. Pengukuran absorbansi blanko, larutan standart, dan reagent 3. Jika hasil yang diperoleh memiliki koefisisen determinasi 99% maka larutan standart itu dapat digunakan sebagai acuan untuk menghitung konsentrasi aktual 4. Pengukuran konsentrasi aktual yang diurutkan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi yang tinggi Analisis Data Hasil eksperimen yang didapat selama observasi dianalisis dengan cara sebagai berikut. Persentase penghambatan (Inhibition) atau perangsangan (Stimulation) perkembangan jumlah sel jika dibandingkan dengan kontrol dihitung dengan rumus: I % C T x100%...(3) C S % T C x100%...(4) C Keterangan: I% : Persentase penghambatan pertumbuhan S% : Persentase rangsangan pertumbuhan C T : Rata-rata jumlah sel dalam larutan kontrol : Rata-rata jumlah sel dalam kadmium atau timbal

35 Untuk menganalisis data yang diperoleh digunakan dua macam program yaitu TOXSTAT untuk menganalisis NOEC dan LOEC dan ICPIN (Inhibition Concentration Program) untuk menghitung IC 50. Dalam menghitung nilai IC 50 menggunakan metode interpolasi linier dengan persamaan matematis sebagai berikut: C j 1 C j IC p C j ( Mi(1 p /100) M j ) x( )...(5) M M j 1 j Dimana: C j : Konsentrasi dimana rata-rata respon yang diamatai lebih besar daripada Mi(1-p/100) C j+1 : Konsentrasi dimana rata-rata respon yang diamatai lebih kecil daripada Mi(1-p/100) M i M j : Rata-rata respon kontrol : Rata-rata respon konsentrasi j M j+1 : Rata-rata respon konsentrasi j+1 p IC p : persentase penghambatan respon perlakuan terhadap respon kontrol : Konsentrasi dimana pertumbuhan terhambat sebesar p% dibanding dengan rata-rata respon kontrol Untuk menggunakan program TOXSTAT maka data harus diubah dalam bentuk log 10, kemudian sebelum menganalisis NOEC dan LOEC data harus diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapirowilks dan keseragaman dengan menggunakan uji Bartlet s. Jika uji tersebut telah dilakukan dan data menyebar normal serta seragam, kemudian dilakukan Analisis Ragam Rancangan Acak Lengkap dengan persamaan matematis sebagai berikut:

36 Y i...(6) ij ij dimana: Y ij : Jumlah sel C. gracillis akibat perlakuan logam berat kadmium atau timbal μ τ i ε ij : rataan umum : Pengaruh kadmium atau timbal ke-i : galat akibat pengaruh perlakuan kadmium atau timbal ke-i dan ulangan ke-j Jika perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap respon maka dapat dilakukan uji t- dunet untuk perolehan nilai NOEC dan LOEC.

37 kepadatan x10^4 (sel/ml) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pola Pertumbuhan C. gracilis Berdasarkan hasil pengamatan, kepadatan kultur C. gracilis sebagai bagian dari persiapan uji toksisitas selama 7 hari diperoleh kurva pertumbuhan yang disajikan pada Gambar 2. Pola Pertumbuhan C.gracillis hari pengamatan kultur minggu pertama kultur minggu kedua kultur minggu ketiga Gambar 2. Kurva pertumbuhan kultur C. gracilis selama 7 hari Menurut kurva pertumbuhan sel diatas, adaptasi kultur terjadi sampai hari ke-1. Pada hari ke-1 sampai hari ke-2 terjadi percepatan pertumbuhan, sedangkan pada permulaan hari ke-2 sampai hari ke-3 terjadi fase eksponensial, hari ke-3 sampai dengan hari ke-4 terjadi pengurangan laju pertumbuhan, hari ke-4 sampai hari ke-5 hampir tidak ada penambahan populasi (stationary phase) dan terjadi penurunan sel pada awal hari ke-5 menuju hari ke-7 (Lampiran 5). Melalui kurva pertumbuhan sel C. gracilis terhadap waktu dapat diketahui waktu yang tepat untuk inokulasi di saat pertumbuhan C. gracilis pada puncaknya

38 yaitu pada hari 3 sampai 4 dan dapat diketahui pola pertumbuhannya yaitu cenderung logaritmik sehingga memudahkan saat menganalisis data untuk perolehan nilai NOEC dan LOEC. Kultur ini dilakukan selama 3 kali. Hal ini untuk memastikan bahwa pada saat hari ke-4 C. gracilis telah mencapai kepadatan 10 6 sel/ml sehingga memenuhi kriteria sebagai biota uji menurut Asean Canada CPMS-II, Parameter Kualitas Air Kualitas air uji memiliki peranan yang penting dalam menentukan kelayakan habitat bagi biota uji. Beberapa parameter yang digunakan dalam penentuan kualitas air uji adalah suhu, salinitas, ph, dan oksigen terlarut. Hasil pengukuran kualitas air disajikan pada Tabel 5 dan 6. Tabel 5. Hasil pengukuran kualitas air pada uji toksisitas kadmium pada mikroalga C. gracilis. Konsentrasi (mg Cd/L) Konsentrasi aktual (mg Cd/L) ph DO (mg/l) Temperatur ( 0 C) Salinitas ( 0 / 00 ) kontrol Tabel 6. Hasil pengukuran kualitas air pada uji toksisitas timbale pada mikroalga C. gracilis. Konsentrasi nominal (Pb mg/l) Konsentrasi aktual (mg Pb/l) ph DO (mg/l) Temperatur ( 0 C) Salinitas ( 0 / 00 ) kontrol

39 4.2.1 Suhu Pada pengukuran kualitas air uji dengan toksikan kadmium dan timbal diperoleh suhu berkisar antara o C. Nilai suhu air pada setiap konsentrasi kadmium dan timbal cenderung sama karena penelitian ini dilakukan di laboratorium sehingga perbedaan suhu dapat dikontrol. Kualitas air uji masih mendukung penelitian ini karena C. gracilis tumbuh optimal pada suhu o C (Bissinger et al., 2008) Derajat Keasamaan (ph) Derajat keasaman (ph) kualitas air uji pada masing-masing perlakuan kadmium dan timbal berkisar antara , sehingga kondisi ini merupakan kondisi yang layak untuk media pertumbuhan. ph untuk masing-masing perlakuan memiliki perbedaan yang relatif kecil karena dengan pemberian toksikan tidak secara langsung memberikan pengaruh terhadap perubahan ph pada media air uji dan C. gracilis dapat mentoleransi ph tersebut. Hal inilah yang akan memudahkan uji analisis berikutnya, dimana faktor yang benar-benar ingin dilihat adalah konsentrasi logam berat dan parameter kualitas air diasumsikan sama. Newel dan Newel (1977) in Darmayati et al., (1998) menyatakan bahwa diatom sangat dipengaruhi oleh ph air laut, akan tetapi ph dengan rentang bukanlah suatu faktor pembatas untuk pertumbuhan diatom Salinitas Hasil pengukuran salinitas pada media air uji untuk masing-masing perlakuan kadmium dan timbal adalah sama yaitu 34% 0. Diharapkan nilai

40 salinitas akan konstan selama uji berlangsung karena dengan penurunan nilai salinitas akan meningkatkan toksisitas logam. Lioa et all in Yuniananda 1996 mengemukakan bahwa salinitas minimum untuk pertumbuhan Chaetoceros sp adalah 6 % 0, tetapi jenis diatom ini juga dapat tumbuh pada salinitas 50 % Oksigen Terlarut Hasil pengukuran oksigen terlarut pada media air uji untuk masing-masing perlakuan kadmium dan timbal berkisar antara mg/l. Kondisi ini memungkinkan media air dijadikan media uji, karena menurut Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut, oksigen terlarut yang diinginkan untuk biota laut lebih besar dari 5 mg/l. Nilai oksigen terlarut pada suatu media akan berpengaruh terhadap tingkat toksisitasnya. 4.3 Uji Pendahuluan (Range Finder Test) Uji ini dilakukan untuk mendapatkan kisaran konsentrasi akhir dari logam berat timbale yang akan digunakan untu uji definitive. Pada saat yang sama dilakukan pengukuran kualitas air uji. Tabel 7 menyajikan pengukuran kualitas air uji pendahuluan toksikan timbal pada C. gracilis dan Tabel 8 menyajikan hasil uji pendahuluan Tabel 7. Kualitas air uji pendahuluan toksisitas timbal pada C. gracilis Konsentrasi nominal (mg Cd/L) ph DO (mg/l) Temperatur ( 0 C) Salinitas (% 0 ) kontrol

41 Tabel 8. Persentase penghambatan kepadatan C. gracilis terhadap timbal pada uji pendahuluan Toksikan Timbal (Pb) Konsentrasi nominal (mg/l) Rata-rata jumlah sel (x10 4 sel/ml) I (%) S (%) kontrol I (%) = persentase penghambatan (inhibition) S (%) = Persentase rangsangan (stimulation) Tabel 7 menunjukkan bahwa parameter kualitas air tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan sel C. gracilis karena tiap tiap parameter memiliki nilai yang hampir sama walaupun dikondisikan memiliki konsentrasi timbal yang berbeda-beda dan data kualitas air ini menunjukkan bahwa C. gracilis berada pada kondisi optimum untuk pertumbuhannya. Berdasarkan analisis statistik menggunakan sistem interpolasi linier yang terdapat pada program ICPN, diperoleh nilai IC 50 untuk timbal pada uji pendahuluan adalah 0.7 mg/l. Dengan demikian konsentrasi timbal yang digunakan untuk uji akhir (definitive test) adalah 0.32, 0.56, 1, 1.8 dan 3.2 ppm dan konsentrasi kadmium yang dipakai adalah 0.56, 1, 1.8, 3.2 dan 5.6 ppm. Urutan kisaran konsentrasi dalam uji definitif mengacu pada deret logaritmik. Hasil rata-rata kepadatan sel C. gracilis pada larutan kontrol timbal range finder test setelah 96 jam adalah 7.367x10 5 sel/ml. Uji ini dianggap valid karena kepadatan sel pada larutan kontrol setelah 96 jam lebih dari 2x10 5 sel/ml, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh ASEAN-Canada CPMS-II (1995) untuk uji toksisitas pada mikrolaga.

42 kepadatan sel (x10^4 sel/ml) kontrol konsentrasi Pb mg/l Gambar 3. Grafik kepadatan sel C. gracilis dengan berbagai konsentrasi timbal jam ke-96 pada uji toksisitas pendahuluan Gambar 3 menunjukkan bahwa kepadatan sel terendah terdapat pada konsentrasi timbal 1 mg/l. Kepadatan sel tertinggi terdapat pada konsentrasi timbal 100 mg/l, berdasarkan data Tabel 8 berarti kepadatan sel pada konsentrasi 100 mg/l lebih tinggi daripada kepadatan sel kontrol, dengan kata lain pada konsentrasi 100 mg/l C. gracilis mengalami rangsangan untuk melakukan pertumbuhan. Berdasarkan Gambar 3 semakin tinggi konsentrasi timbal yang diberikan belum tentu akan menurunkan kepadatan sel C. gracilis. Hal ini di sebabkan oleh kemampuan timbal yang mudah mengendap diperairan laut, seperti reaksi kimia berikut: Pb(NO 3 ) 2 + 2NaHCO 3 Pb(CO 3 ) s + 2NaNO 3 + CO 2 +H 2 O (Moody,1991) Terikatnya timbal (II) nitrat dengan sodium hidrogenkarbonat mampu membentuk timbal (II) karbonat, dimana timbal (II) karbonat sebagai produk reaksi kimia yang berbentuk solid dan memiliki kemampuan untuk mengendap

43 dalam air. Mengendapnya timbal (II) karbonat berarti mengurangi tingkat toksisistas dalam kolom air, dengan kata lain konsentrasi timbal 10 mg/l dan 100 mg/l dimungkinkan memiliki kandungan timbal terlarut yang jauh lebih kecil dari konsentrasi nominalnya, sedangkan sodium nitrat sebagai nutrient bagi mikroalga tidak mengendap. Sehingga pertumbuhan dari C. gracilis akan terjadi perangsangan karena turunnya toksisitas dan bertambahnya nutrien yang dibutuhkan. Dibawah ini merupakan komposisi kandungan timbal dan nitrat dalam Senyawa Pb(NO 3 )2: Tabel 9. Kandungan timbal dan nitrat dalam senyawa Pb(NO 3 ) 2 dalam berbagai konsentrasi Konsentrasi nominal Kandungan timbal (mg) Kandungan nitrat (mg) timbal (mg/l) Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa kandungan nutrien (nitrat) lebih banyak daripada toksikan (timbal) dengan perbandingan nitrat dan timbal adalah 27 :16. Oleh karena itu hasilnya cenderung tidak stabil, karena memdapatkan pengaruh faktor luar yang berupa nutrien, dimana semakin tinggi konsentrasi timbal maka akan semakin tinggi nutrien yang dihasilkan.

44 4.4 Uji Definitif Konsentrasi Aktual Konsentrasi aktual diukur dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Larutan yang ingin diukur diekstrak terlebih dahulu. Larutan yang telah dibuat bisa digunakan jika nilai koefisien determinasi larutan standart mencapai 99%. Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai konsentrasi aktual kadmium mendekati nilai nominalnya, sedangkan nilai konsentrasi aktual timbal memiliki simpangan yang agak jauh dari nilai nominalnya. Hal ini disebabkan kemampuan timbal yang mudah mengendap di larutan yang basa. Walaupun pada saat preservasi larutan telah diawetkan dengan HNO 3 pekat. Tabel 10. Hasil pengukuran konsentrasi nominal dan aktual Toksikan Konsentrasi nominal Konsentrasi aktual (mg/l) (mg/l) Kadmium (Cd) kontrol Timbal (Pb) kontrol

45 kepdatan sel (x10^4 sel/ml) Toksisitas Kadmium dan Timbal terhadap Pertumbuhan Sel C. gracilis Data parameter kualitas air pada penelitian ini menunjukkan bahwa larutan uji berada dalam kondisi optimum untuk pertumbuhan mikroalga. Menurut hasil perhitungan, kepadatan sel setelah 96 jam pada larutan kontrol kadmium adalah 9.74x10 5 sel/ml dan larutan kontrol timbal adalah 9.42x10 5 sel/ml. Hal ini berarti uji ini valid untuk melakukan uji akhir (definitive test) sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh ASEAN-Canada CPMS-II (1995) untuk uji toksisitas pada mikrolaga. Respon yang dihasilkan pada penelitian ini adalah berupa perkembangan jumlah sel C. gracilis selama 96 jam dengan konsentrasi kadmium dan timbal yang berbeda-beda. Hasil pengukuran perkembangan jumlah sel terhadap kadmium selama 96 jam terdapat pada Gambar 4 dan terhadap timbal selama 96 jam terdapat pada Gambar jam ke-48 jam ke-72 jam ke kontrol Konsentrasi konsentrasi kadmium(mgcd/l) CdCl 2 (mg/l) Gambar 4. Grafik kepadatan sel C. gracilis selama 96 jam pada berbagai konsentrasi kadmium

46 kepadatan sel (x10^4 sel/ml) kontrol Konsentrasi konsentrasi timbal(mgcd/l) Pb(NO 3 ) 2 mg/l jam ke-48 jam ke-72 jam ke-96 Gambar 5. Grafik kepadatan sel C. gracilis selama 96 jam pada berbagai konsentrasi timbal Perkembangan jumlah sel dimulai pada jam ke-0 dengan kepadatan sel seluruh konsentrasi sebesar 10 4 sel/ml. Setelah dilakukan pengamatan pada jam ke-48, 72 dan 96 terjadi penurunan jumlah sel pada tiap-tiap perlakuan kadmium dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan data yang diperoleh ditunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi kadmium maka pertumbuhan sel C. gracilis menurun, hal ini ditunjukkan pada penurunan jumlah sel C. gracilis. Jadi, dengan adanya toksikan kadmium akan menghambat pertumbuhan C. gracilis. Nilai persentase penghambatan pertumbuhan C. gracilis selama uji toksisitas kronik kadmium pada jam ke-48, 72 dan 96 dapat dilihat dalam Lampiran 6, 7 dan 8. Berbeda halnya dengan C. gracilis yang diberi perlakuan berupa timbal. Setelah dilakukan pengamatan pada jam ke- 48, dan 72 terjadi penurunan jumlah sel C. gracilis sampai dengan konsentrasi 0.45 mg/l. Akan tetapi untuk konsentrasi yang lebih besar mengalami peningkatan jumlah sel secara bertahap, begitu halnya pada pengamatan jam ke-96 terjadi penurunan jumlah sel C.

47 gracilis sampai dengan konsentrasi 0.71 mg/l, akan tetapi jumlah sel kembali meningkat pada saat konsentrasinya lebih besar dari 0.71 mg/l. Berdasarkan deskripsi Gambar 4 dan 5, kedua logam berat yang digunakan pada penelitian ini yaitu kadmium mampu menurunkan jumlah sel C. gracilis dibandingkan dengan kontrol. Respon alga selama periode perlakuan logam berat secara umum berhubungan dengan penurunan jumlah sel (Foster in Yuniananda, 1996). Ini berarti bahwa terdapat hubungan negatif dimana meningkatnya konsentrasi yang diberikan pada medium akan meningkatkan penurunan jumlah sel mikroalga. Penelitian uji toksisitas kadmium terhadap mikrolga telah banyak dilakukan Hindarti et al. (2008); Yap et al. (2004) ; Darmayati et al. (1998) dan seluruhnya memiliki respon yang sama yaitu semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka jumlah sel mikroalga akan turun. Karena hasilnya konsisten maka kadmium digunakan sebagai referensi toksikan. Pada penelitian kali ini hasilnya cenderung sama dengan penelitian sebelumnya. Toksikan kedua yang dipakai adalah timbal. Penelitian ini belum banyak dilakukan pada mikroalga. Penelitian ini pernah dilakukan oleh Yap et al., (2004), Henaldi (1998) dan Rivkin (1979). Semuanya memiliki kisaran konsentrasi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan toksikan referensi untuk memastikan jika penelitian yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur yang semestinya. Pada kasus ini terdapat fenomena dimana setelah konsentrasi timbal 0.71 mg/l terjadi kenaikan kepadatan sel C. gracilis. Fenomena ini terjadi dua kali yaitu pada saat melakukan range finder test dan definitive test (Lampiran 9, 10, 11 dan 12).

48 Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor; pertama timbal memiliki sifat mudah mengendap dalam air laut sehingga kandungan timbal di kolom perairan jauh lebih sedikit dibandingkan di dasar perairan. Hal ini telah disimulasikan dan terbukti pada pengamatan visual bahwa konsentrasi timbal 10 ppm mengendap lebih sedikit daripada 100 ppm, sehingga pemberian timbal pada konsentrasi tinggi pada pertumbuhan C. gracilis cenderung tidak efektif untuk uji toksisitas. Mungkin dengan alasan seperti itulah dua penelitian sebelumnya hanya menggunakan konsentrasi timbal maksimal adalah 1 mg/l. Akan tetapi pada penelitian Yap et al. (2004) digunakan konsentrasi sampai dengan 2.5 mg/l dengan hasil semakin tinggi konsentrasi semakin rendah kepadatan sel Isochrysis sp dengan frekuensi pengadukan yang tidak dipaparkan. Faktor kedua adalah adanya phytochelatin pada mikroalga yang berfungsi sebagai detoksifikan logam berat. Bajguz (2004) menyatakan bahwa kandungan Phytochelatin maksimal dalam tubuh Chlorella vulgaris semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi timbal yag diberikan. Oleh karena itu, hal inilah yang menyebabkan kepadatan sel semakin bertambah setelah konsentrasi 0.71 mg/l. Secara umum respon biota uji terhadap pemberian toksikan adalah negatif, maksudnya pemberian toksikan akan menyebabkan berkurangnya jumlah sel dibandingkan dengan kontrol. Presentase inhibition (penghambatan) dan stimulation (perangsangan) dari pertumbuhan C. gracilis pada jam ke-96 akibat penambahan kadmium dan timbal dapat dilihat di Tabel 11.

49 Tabel 11. Persentase penghambatan pertumbuhan sel C. gracilis akibat pengaruh kadmium dan timbal pada jam ke-96 Toksikan Kadmium (Cd) Timbal (Pb) Konsentrasi nominal (mg/l) Konsentrasi aktual (mg/l) Rata-rata jumlah sel (x10 4 sel/ml) I (%) S (%) kontrol kontrol I (%) = persentase penghambatan (inhibition) S (%) = Persentase rangsangan (stimulation) Berdasarkan Tabel 11, pemberian toksikan yang berupa kadmium akan meningkatkan penghambatan sel C. gracilis dengan semakin tingginya konsentrasi kadmiun yang diberikan. Berbeda halnya dengan pemberian toksikan yang berupa timbal, dimana peningkatan penghambatan sel C. gracilis sampai dengan konsentrasi timbal sebesar 0.71 mg/l, sedangkan pada saat konsentrasi timbal 1.71 mg/l dan 2.74 mg/l penghambatannya semakin berkurang. Dari data penghambatan pertumbuhan sel C. gracilis kemudian dapat diduga nilai IC 50, LOEC dan NOEC. Nilai IC 50 merupakan konsentrasi toksikan yang secara nyata mampu menghambat pertumbuhan C. gracilis sebesar 50% selama 96 jam. Nilai LOEC merupakan konsentrasi toksikan terendah yang diuji dan secara nyata mampu menghambat pertumbuhan C. gracilis selama 96 jam. Nilai NOEC merupakan nilai konsentrasi toksikan tertinggi yang diuji dan tidak mempengaruhi

50 pertumbuhan C. gracilis. Pada Tabel 12 disajikan nilai IC 50, NOEC, dan LOEC pada masing-masing toksikan. Tabel 12. Nilai IC 50, NOEC dan LOEC pada uji toksisitas kadmium dan timbal pada C. gracilis Toksikan IC 50 NOEC LOEC Kadmium (Cd) (mg/l) 1.3 < Timbal (Pb) (mg/l) 0.7 < Metode pencarian IC 50 berdasarkan metode interpolasi linier dan pada penelitian ini digunakan program ICPIN. Nilai IC jam dari toksikan kadmium dan timbal bagi C. gracllis adalah 1.3 mg Cd/l dan 0.7 mg Pb/l. Ini berarti bahwa pada konsentrasi kadmium 1.3 mg/l dan timbal 0.7 mg/l mampu menghambat pertumbuhan sel C. gracilis sebesar 50%. Perhitungan nilai IC jam terdapat dalam Lampiran 13 dan 14. Nilai LOEC dan NOEC dihitung dengan software TOXSTAT, dimana sebelumnya digunakan analisis ragam dengan Rancangan Acak Lengkap, yang masing-masing datanya telah diubah menjadi bentuk logaritmik basis 10. Hal ini dilakukan karena biota uji yang dipakai adalah fitoplankton yang memiliki pola pertumbuhan logaritmik. Berdasarkan data yang diperoleh, baik timbal maupun kadmium masing-masing memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan sel C. gracilis. Ini ditunjukkan dengan nilai F hitung yang lebih besar dari pada F tabel. Karena perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap respon maka perlu dilakukan uji lanjut yang kemudian dapat menduga nilai LOEC dan NOEC. Pada penelitian ini nilai LOEC yang ditemukan yaitu 0.56 mg/l untuk kadmium dan 0.26 mg/l untuk timbal, dan nilai NOEC adalah kurang dari 0.56

51 mg/l untuk kadmium dan kurang dari 0.26 mg/l untuk timbal. Ini berarti bahwa nilai NOEC terletak antara nilai LOEC dan kontrol untuk masing-masing perlakuan. Perhitungan LOEC dan NOEC dapat dilihat pada Lampiran 15 dan 16. Nilai IC 50 kadmium yang dihitung adalah 1.3 mg/l, hal ini memiliki kecenderungan nilai yang mirip dengan hasil penelitian Yuniananda (1996) yaitu 0.89 mg Cd/l dan Hindarti et al. (2008) yaitu 1.8mg Cd/l. Berbeda halnya dengan nilai IC 50 timbal yang berbeda-beda dari beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan spesies mikroalga yang berbeda-beda. Nilai IC 50 timbal pada penelitian ini adalah 0.7 mg/l. Nilai IC 50 ini diperoleh tanpa mengikutsertakan data pada konsentrasi 1.79 mg/l dan 2.74 mg/l, jika diikutkan maka nilai dugaan IC 50 akan terlalu tinggi atau terlalu rendah dan dua penelitian sebelumnya konsentrasi yang dipakai hanya sampai 1 mg/l. Kedua logam berat ini mampu menghambat kepadatan sel karena adanya pemanfaatan ion logam berat oleh organisme dalam sistem kultur yang terjadi dalam dua tahap, yaitu sistem pasif dan sistem aktif (Ting et al., 1989). Penyerapan pasif terjadi ketika logam berat berinteraksi dengan dinding sel dan penyerapan aktif berarti logam berat tersebut ditransportasi melalui membran sel menuju sitoplasma. Proses aktif ini dapat terjadi jika logam berat tersebut bersifat lipofilik. Karena kadmium dan timbal termasuk logam yang susah larut dalam lipid (Darmono, 1995) maka ion logam tersebut mengalami proses difusi terfasilitasi. Setelah ion logam berat melewati membran sel, maka enzim dan organel sel menjadi tujuan ion logam berat tersebut dimana secara struktural selsel ini mengalami kehilangan banyak karbohidrat, penurunan jumlah vakuola,

52 penegangan dinding sel dan pengaruh yang paling nyata adalah gangguan pada kloroplas (Wong et al (1995) in Puspitasari (2000) Kadmium dan timbal yang berlebih akan berpengaruh terhadap kloroplas, hal ini akan terjadi pada struktur dan proses metabolisme di dalamnya. Dimana akan menyebabkan degradasi membran tilakoid, dimana tilakoid adalah satu bagian dari kloroplas yang menerima cahaya matahari (Gambar 6). Gambar 6. Organel yang terdapat di kloroplas ( Degradasi membran tilakoid akan menyebabkan terhambatnya reaksi kimia fotosintesis juga dapat menggangu biomassa klorofil sel tersebut. Terganggunya reaksi kimia fotosintesis dan rendahnya kandungan klorofil inilah yang menyebabkan adanya hambatan terbentuknya ATP dan NADPH sebagai output fotosintesis. Terhambatnya pembentukan ATP dan NADPH berarti akan menghambat aktivitas dari mikroalga, seperti respirasi, metabolisme sel dan reproduksi sel. Jika energi yang ada tidak mampu menyokong untuk kebutuhan dasar makhluk hidup maka organisme tersebut akan mati. Hal inilah yang menyebabkan degradasi kepadatan sel mikroalga C. gracilis setelah penambahan logam berat.

53 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil penelitian uji toksisitas kadmium dan timbal pada pertumbuhan C. gracilis menunjukkan bahwa respon yang diberikan oleh C. gracilis merupakan respon akibat perlakuan yang diberikan bukan dari pengaruh parameter kualitas air. Nilai IC jam logam berat kadmium terhadap perkembangan jumlah sel C. gracilis adalah 1.3 mg Cd/l dan nilai IC jam logam berat timbal terhadap perkembangan jumlah sel C. gracilis adalah 0.7 mg Pb/l. Nilai LOEC 96 jam logam berat kadmium terhadap perkembangan jumlah sel C. gracilis adalah 0.56 mg Cd/l dan nilai LOEC 96 jam logam berat timbal terhadap perkembangan jumlah sel C. gracilis adalah 0.26 mg Pb/l. Nilai NOEC untuk kadmium lebih kecil dari 0.56 mg/l dan untuk timbal lebih kecil dari 0.26 mg/l. Berdasarkan data IC50, NOEC dan LOEC logam berat timbal lebih toksik daripada cadmium pada biota uji C. gracilis. 5.2 Saran 1. Konsentrasi yang digunakan saat uji akhir disarankan lebih rendah dari 0.56 mg Cd/l dan 0.26 mg Pb/l, agar nilai NOEC dapat ditemukan. 2. Sebaiknya digunakan PbCl 2 untuk mewakili timbal sebagai toksikan.

54 DAFTAR PUSTAKA ASEAN-Canada CPMS II Protocol for Sublethal Toxicity Test Using Tropical Marine Organism. Regional Workshop on Chronic Toxicity Testing, Burapha University, Institute of Marine Science. Hal Bajguza, A. dan B. G. Zylkiewicz Protective Role of 20-Hydroxyecdysone Against Lead Stress in Chlorella vulgaris Cultures. Phytochemistry 65: 713 Bissinger, J. E., J. S. Davis, dan D. Atkitson. Predicting Marine Phytoplankton Maximum Growth Rates From Temperature: Improving On The Eppley Curve Using Quantile Regression. Limnol. Oceanogr. 53(2): Chongprasith, P., W. Utomprurkporn dan C. Rattikhansuka ASEAN Marine Water Quality Criteria For Cadmium. ASEAN-Canada CPMS-II AMWQC for Cadmium. Marine Environment Division, Water Quality Management Bureau, Pollution Control Department. Bangkok. Hal VII- 1 sampai VII-64 Darmayati, Y., D. Hindarti, M. G. L. Panggabean, dan Sulistijo Toxicity of PT. Asahimas as Effluent on Phytoplankton Growth and Green Mussel (Perna Viridis) Embrio Development, h Proceedings Of The Fourth ASEAN-Canada Technical Conference on Marine Science, Oktober EVS Environment Consultants Ltd and Departement of Fisheries Malaysia, Langkawi, Malaysia. Darmono Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta. Unirvesitas Indonesia. Hal Dewi, A. B. N., D. Setiadi, dan M. S. Saeni Pencemaran Logam Berat Timbal Pada Udang Putih dan Cumi-cumi Di Perairan Teluk Jakarta. Analisis Lingkungan 2(2): Environmental Protection Agency (EPA) Methods of Measuring The Acute Toxicity of Enffluents to Freshwater and Marine Organism 4 th Edition. Ed C.L Weber. Environmental Monitoring and Support Laboratory. US EPA. Cincinati. Ohio. EPA/600/4//027. h Henaldi Toksisitas Kronik Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb) Terhadap Pertumbuhan Tetraselmis sp.[skripsi]. FPIK-IPB. Bogor. Hindarti D Metode Uji Toksisitas dalam Metode Analisis Air Laut, Sedimen, dan Biota. Buku 2. P2O LIPI. Jakarta.

55 Hindarti, D., Z. Arifin, R. Puspitasari, dan E. Rochyatun Sediment Contaminant and Toxicity in Kelabat Bay, Bangka Belitung Province. Marine Research Indonesia. 33 (2): Hutagalung H. P Logam Berat dalam Lingkungan Laut. Oseana. IX(1) : Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004 tentang Baku Mutu air Laut untuk Biota Laut. Menteri Negara Lingkungan Hidup. Moody, B Comparative Inorganic Chemistry Third Edition. Chapman and Hall,Inc. New York. Hal Palar H Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta : Jakarta Parish, P. R. Acute Toxicity Test. In: Rand, and S. R. Petrocelli Fundamental of Aquatic Toxicology. Hemisphere Publishing Co. Hal Puspasari, R Peran Fitoplankton Dalam Mengurangi Kandungan Logam Berat Pb Dalam Air Laut. [Tesis]. FPIK-IPB. Bogor. Panggabean, L. M. G Toxicity of Hexavalent Chromium and Cadmium to Green Mussel (Perna Viridis) Embryos. EVS Environment Consultants, NorthVancouver and Departement of Fisheries Malaysia. Kuala Lumpur. Von-Quillfeltdt, C. H Identification of Some Easily Confused Common Diatom Species in Arctic Spring Blooms. Botanica Marina Vol. 44. dalam [20 April 2009] Rand, G. M dan, S. R. Petrocelli Fundamental of Aquatic Toxicology. Hemisphere Publishing Co. Hal Rahmawati, F. B Uji Toksisitas Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb) terhadap fertilisasi telur Bulu Babi. [Skripsi]. FPIK-IPB. Bogor. Rivkin, B Effect of Lead on Growth of The Marine Diatom Skeletonema Costatum. Marine Biology 50: Sekolah Tinggi Ilmu Sumber Daya Hayati Klasifikasi Tumbuhan Chaetoceros gracilis. Dalam [16 Februari 2009] Shadily, H Ensiklopedi Indonesia. Buku 1 (A-CER). Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta. Hal. 568.

56 Silalahi, M. D. S Penyisihan Pb dalam air Limbah Dengan Teknik Pertukaran Ion, Studi Kasus Air Limbah Pabrik Aki P.T G.S Batteray,Inc, Sunter, Jakarta Utara. [Tesis]. Jakarta. Ilmu Lingkungan- UI. Standard Methods Extraction or Air-Acetyllene Flame Method APHAA 3111 C. California. Margunson, B dan S. Westerlund Solvent Extraction Procedure Combine with Back Extraction for Trace Metals Determinations by Atomic Absorption Spectrophotometry. Ting Y. P., F. Lawson, dan I. G. Prince The Uptake of Heavy Metals Ions By Algae. Australian Jurnal of Biotechnology. 4(3): Yap C. K., A. Ismail, H. Omar, dan S. G. Tan Toxicities and Tolerances of Cd, Cu, Pb and Zn in a primary producer (Isochrysis galbana) and in a primary consumer (Perna viridis). Environmental International 29: Yuniananda, D Pengaruh Kronik Kadmium (Cd) dan Kromium Heksavalen (Cr 6+ ) Terhadap Pertumbuhan Chaetoceros gracilis. [Skripsi]. FPIK- IPB. Bogor. aetoceros-gracile-1.jpg [16 Februari 2009]. www2.mcdaniel.edu/biology/botf99/cellstructure/palstids. [20 Mei 2009]

57 Lampiran 1. Perhitungan kepadatan sel mikroalga dengan menggunakan haemocytometer Haemocytometer dibagi kedalam beberapa persegi untuk memudahkan dalam penghitungan sel. Pada tiap sisi dari haemocytometer terdapat 25 persegi yang lebih besar, didalamnya terdapat 16 persegi yang lebih kecil, jadi total persegi adalah 400. Untuk mendapatkan kepadatan sel (sel/ml) dimana x adalah jumlah sel mikroalga, maka gunakan formula berikut. Kepadatan = ( x / 400) x Angka 1000 menunjukkan konversi dari 1 ml ke dalam mm 3 dan menunjukan luas dari tiap persegi kecil.

58 Lampiran 2. Pembuatan berbagai konsentrasi kadmium dari larutan stok kadmium sebesar 1000 ppm a. konsentrasi kadmium 0.56 mg Cd/l (ppm) C 1xV1 C2xV 2 Dimana: C1 : konsentrasi yang diinginkan (ppm) V1 : volume larutan akhir ( air laut + logam berat kadmium) C2 : konsentrasi larutan stok (ppm) V2 : Volume konsentrasi larutan stok kadmium yang ditambahkan Sehingga 0.56ppmx500ml 1000ppmxV x500 V V ml Ini berarti bahwa untuk mendapatkan larutan kadmium dengan konsentrasi 0.56 ppm dalam 500 ml maka perlu ditambahkan larutan stok kadmium sebesar 0.28 ml. b. Konsentrasi kadmium 1 ppm 1ppmx500ml 1000ppmxV 2 V 2 1x V2 0. 5ml Ini berarti bahwa untuk mendapatkan larutan kadmium dengan konsentrasi 1 ppm dalam 500 ml maka perlu ditambahkan larutan stok kadmium sebesar 0.5 ml. Lampiran 2. (lanjutan) c. Konsentrasi kadmium 1.8 ppm 1.8 ppmx500ml 1000ppmxV2 V 2 1.8x V2 0. 9ml Ini berarti bahwa untuk mendapatkan larutan kadmium dengan konsentrasi 1.8 ppm dalam 500 ml maka perlu ditambahkan larutan stok kadmium sebesar 0.9 ml. d. Konsentrasi kadmium 3.2 ppm 3.2 ppmx500ml 1000ppmxV 2

59 V 2 3.2x V2 1. 6ml Ini berarti bahwa untuk mendapatkan larutan kadmium dengan konsentrasi 1 ppm dalam 500 ml maka perlu ditambahkan larutan stok kadmium sebesar 0.5 ml. e. Konsentrasi kadmium 5.6 ppm 5.6 ppmx500ml 1000ppmxV 2 V 2 5.6x V2 2. 8ml Ini berarti bahwa untuk mendapatkan larutan kadmium dengan konsentrasi 1 ppm dalam 500 ml maka perlu ditambahkan larutan stok kadmium sebesar 0.5 ml. Lampiran 3. Pembuatan berbagai konsentrasi timbal dari larutan stok timbal 1000 dan 100 ppm a Konsentrasi Timbal 0.32 ppm 0.32ppmx500ml 100ppmxV 2 V x V2 1. 6ml Ini berarti bahwa untuk mendapatkan larutan timbal dengan konsentrasi 0.32 ppm dalam 500 ml maka perlu ditambahkan larutan stok timbal 100ppm sebesar 0.9 ml b Konsentrasi Timbal 0.56 ppm 0.56ppmx500ml 100ppmxV2 V x V2 2. 8ml Ini berarti bahwa untuk mendapatkan larutan timbal dengan konsentrasi 0.56 ppm dalam 500 ml maka perlu ditambahkan larutan stok timbal 100ppm sebesar 2.8 ml

60 Lampiran 3.(lanjutan) c. Konsentrasi Timbal 1 ppm 1ppmx500ml 1000ppmxV 2 1x500 V V2 0. 5ml Ini berarti bahwa untuk mendapatkan larutan timbal dengan konsentrasi 1 ppm dalam 500 ml maka perlu ditambahkan larutan stok timbal 100ppm sebesar 0.5 ml d. Konsentrasi Timbal 1.8 ppm 1.8 ppmx500ml 1000ppmxV2 1.8x500 V V2 0. 9ml Ini berarti bahwa untuk mendapatkan larutan timbal dengan konsentrasi 1.8 ppm dalam 500 ml maka perlu ditambahkan larutan stok timbal 100ppm sebesar 0.9 ml e. Konsentrasi Timbal 3.2 ppm 3.2 ppmx500ml 1000ppmxV 2 3.2x500 V V2 1. 6ml Ini berarti bahwa untuk mendapatkan larutan timbal dengan konsentrasi 3.2 ppm dalam 500 ml maka perlu ditambahkan larutan stok timbal 100ppm sebesar 1.6 ml

61 Lampiran 4. Pembuatan stok kultur untuk inokulasi agar memiliki kepadatan awal 10 6 sel/ml C 1xV1 C2xV 2 Dimana: C1 : kepadatan sel yang diinginkan (sel/ml) V1 : volume akhir C2 : Kepadatan sel hasil kultur pada hari keempat (sel/ml) V2 : Volume kepadatan sel hasil kultur pada hari keempat yang ditambahkan V x200 ml x10 V ml 40ml Ini berarti bahwa untuk memperoleh kepadatan 10 6 sel/ml dalam 200 ml air maka harus menambahkan stok mikroalga 40 ml yang memiliki kepadatan x10 6 sel/ml.

62 hari kekepadatan sel (x10^4 sel/ml) kepadatan x10^4 (sel/ml) Lampiran 5. Penentuan Fase Pertumbuhan C. gracilis Pola Pertumbuhan C.gracillis hari pengamatan kultur minggu pertama kultur minggu kedua kultur minggu ketiga Pemeliharaan kultur dilakukan sebanyak 3 kali Setelah dirata-ratakan kepadatan selnya Hari ke: 0-1 : Fase adaptasi Fase ini hampir tidak ada penambahan populasi. Fase ini dimulai saat inokulasi mikroalga ke dalam media kultur sehingga terjadi beberapa penyesuaian terhadap lingkungan yang baru. 1-2 : Fase akselerasi pertumbuhan Penambahan populasi terjadi secara tajam

63 Lampiran 5. (lanjutan) 2-3 : Fase eksponensial Penambahan populasi terjadi secara konstan dan merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan. Disebut eksponensial karena apabila dibandingkan dengan hari ke-0 memiliki hubungan eksponensial Series1 Expon. (Series1) y = e x R 2 = :Fase pengurangan laju pertumbuhan Penambahan populasi mengalami perlambatan. Pada fase ini sudah terjadi perubahan lingkungan kultur seperti kurangnya nutrien dan persaingan antar individu 4-5 : Fase stasioner Hampir tidak ada penembahan populasi 5-6 : Fase penurunan Terjadi penurunan kepadatan sel

64 Lampiran 6. Persentase penghambatan pertumbuhan C. gracilis pada jam ke-48 dengan toksikan kadmium pada uji akhir Toksikan : CdCl 2 Biota uji : C. gracilis Volume : 100 ml Kepadatan sel : 1 x 10 4 sel/ml konsentrasi konsentrasi Hitungan I Hitungan II Ratarata (mg/l) actual replika kontrol 0 A B C A B C A B C A B C A B C A B C Ratarata I%

65 Lampiran 7. Persentase penghambatan pertumbuhan C. gracilis pada jam ke-72 dengan toksikan kadmium pada uji akhir Toksikan : CdCl 2 Biota uji : C. gracilis Volume : 100 ml Kepadatan sel : 1 x 10 4 sel/ml Konsentrasi konsentrasi Hitungan I Hitungan II Ratarata nominal aktual (mg/l) (mg/l) replika kontrol 0 A B C A B C A B C A B C A B C A B C Ratarata 71.5 I%

66 Lampiran 8. Persentase penghambatan pertumbuhan C. gracilis pada jam ke-96 dengan toksikan kadmium pada uji akhir Toksikan : CdCl 2 Biota uji : C. gracilis Volume : 100 ml Kepadatan sel : 1 x 10 4 sel/ml konsentrasi konsentrasi Hitungan I Hitungan II Ratarata (mg/l) aktual replika kontrol 0 A B C A B C A B C A B C A B C A B C Ratarata I%

67 Lampiran 9. Persentase penghambatan pertumbuhan C. gracilis pada jam ke-96 dengan toksikan Timbal pada uji pendahuluan Toksikan : Pb(NO 3 ) 2 Biota uji : C. gracilis Volume : 100 ml Kepadatan sel : 1 x 10 4 sel/ml konsentrasi konsentrasi Hitungan I Hitungan II Ratarata (mg/l) aktual replika kontrol A B C A B C A B C A B C A B C A B C Ratarata I% S%

68 Lampiran 10. Persentase penghambatan pertumbuhan C. gracilis pada jam ke- 48 dengan toksikan timbal pada uji akhir Toksikan : Pb(NO 3 ) 2 Biota uji : C. gracilis Volume : 100 ml Kepadatan sel : 1 x 10 4 sel/ml konsentrasi konsentrasi Hitungan I Hitungan II Ratarata (mg/l) aktual replika kontrol 0 A B C A B C A B C A B C A B C A B C Ratarata I%

69 Lampiran 11. Persentase penghambatan pertumbuhan C. gracilis pada jam ke-72 dengan toksikan timbal pada uji akhir Toksikan : Pb(NO 3 ) 2 Biota uji : C. gracilis Volume : 100 ml Kepadatan sel : 1 x 10 4 sel/ml konsentrasi konsentrasi Hitungan I Hitungan II Ratarata (mg/l) aktual replika kontrol 0 A B C A B C A B C A B C A B C A B C Ratarata I%

70 Lampiran 12. Persentase penghambatan pertumbuhan C. gracilis pada jam ke- 96 dengan toksikan timbal pada uji akhir Toksikan : Pb(NO 3 ) 2 Biota uji : C. gracilis Volume : 100 ml Kepadatan sel : 1 x 10 4 sel/ml konsentrasi (mg/l) B C A B C A B C A B C A B C konsentrasi Hitungan I Hitungan II Ratarata aktual replika kontrol 0 A B C A Ratarata I%

71 Lampiran 13. Hasil penentuan nilai IC jam pada uji toksisitas kadmium pada pertumbuhan C. gracilis menggunakan program ICPIN *** Inhibition Concentration Percentage Estimate *** Toxicant/Effluent : CdCl 2 Test Start Date : 16 Maret 2009 Test Ending Date: 21 Maret 2009 Test Species : Chaetoceros gracilis Test Duration : 96 h DATA FILE : cd_aktua.icp Con.ID Number Cons (mg/l) Response Std Pooled Response Replicates Means Dev Means The Linear Interpolation Estimate: Entered P Value: Number of Resamplings : 80 The Bootstrap Estimates Mean : Standard Deviation :

72 Lampiran 14. Hasil penentuan nilai IC jam pada uji toksisitas timbal pada pertumbuhan C. gracilis menggunakan program ICPIN *** Inhibition Concentration Percentage Estimate *** Toxicant/Effluent : Pb(NO 3 ) 2 Test Start Date : 16 Maret 2009 Test Ending Date: 21 Maret 2009 Test Species : Chaetoceros gracilis Test Duration : 96 h DATA FILE : Pb_aktua.icp Conc. Number Concentration Response Std. Pooled ID Replicates Means Dev. Response Means The Linear Interpolation Estimate: Entered P Value: Number of Resamplings : 80 The Bootstrap Estimates Mean : Standard Deviation :

73 Lampiran 15. Hasil penentuan nilai NOEC dan LOEC 96 jam pada uji toksisitas kadmium pada pertumbuhan C. gracilis menggunakan program TOXSTAT TOXSTAT Effect of CdCl2 to C. gracilis File: Cdcl2 Transform: LOG BASE 10(Y) Shapiro Wilks test for normality D = W = Critical W (P = 0.05) (n = 18) = Critical W (P = 0.01) (n = 18) = Data PASS normality test at P=0.01 level. Continue analysis. Effect of CdCl2 to C. gracilis File: Cdcl2 Transform: LOG BASE 10(Y) Bartletts test for homogeneity of variance Calculated B statistic = 8.13 Table Chi-square value = (alpha = 0.01) Table Chi-square value = (alpha = 0.05) Average df used in calculation ==> df (avg n - 1) = 2.00 Used for Chi-square table value ==> df (#groups-1) = Data PASS homogeneity test at 0.01 level. Continue analysis.

74 Lanjutan Lampiran 15 Effect of CdCl2 to C. gracilis File: Cdcl2 Transform: LOG BASE 10(Y) ANOVA TABLE SOURCE DF SS MS F Between Within (Error) Total Critical F value = 3.11 (0.05,5,12) Karena F > Critical F REJECT Ho:All groups equal Effect of CdCl2 to C. gracilis File: Cdcl2 Transform: LOG BASE 10(Y) DUNNETTS TEST - TABLE 1 OF 2 Ho:Control<Treatment GROUP IDENTIFICATION TRANSFORM MEAN T MEAN CALCULATED IN STAT SIG ORIGINAL UNIT control * * * * * Dunnett table value = 2.50 (1 Tailed Value, P=0.05, df=12,5)

75 Lampiran 16. Hasil penentuan nilai NOEC dan LOEC 96 jam pada uji toksisitas timbal pada pertumbuhan C. gracilis menggunakan program TOXSTAT Lead File: lead Transform: LOG BASE 10(Y) Shapiro Wilks test for normality D = W = Critical W (P = 0.05) (n = 12) = Critical W (P = 0.01) (n = 12) = Data PASS normality test at P=0.01 level. Continue analysis. Lead File: lead Transform: LOG BASE 10(Y) Bartletts test for homogeneity of variance Calculated B statistic = 3.67 Table Chi-square value = (alpha = 0.01) Table Chi-square value = 7.81 (alpha = 0.05) Average df used in calculation ==> df (avg n - 1) = 2.00 Used for Chi-square table value ==> df (#groups-1) = Data PASS homogeneity test at 0.01 level. Continue analysis.

76 Lamjutan Lampiran 16 Lead File: lead Transform: LOG BASE 10(Y) ANOVA TABLE SOURCE DF SS MS F Between Within (Error) Total Critical F value = 4.07 (0.05,3,8) Karena F > Critical F REJECT Ho:All groups equal Timbal File: lead Transform: LOG BASE 10(Y) DUNNETTS TEST - TABLE 1 OF 2 Ho:Control<Treatment GROUP IDENTIFICATION TRANSFORM MEAN T MEAN CALCULATED IN STAT SIG ORIGINAL UNIT Kontrol * * * Dunnett table value = 2.50 (1 Tailed Value, P=0.05, df=12,5)

77 Lampiran 17. Diagram alir analisis statistic untuk uji toksisitas kronik pada pertumbuhan fitoplankton (US. EPA, 1992) Data (kelangsungan hidup, pertumbuhan, proses reproduksi,dsb) Nilai dugaan Pengujian Hipotesa Nilai akhir dugaan (LC,EC,IC) Transformasi data Uji Shapiro-wilk Distribusi tidak normal Variasi Distribusi normal Uji Bartlet Variasi hoterogen Tidak Jumlah replica Ya Tidak ada analisis statistik Ya Jumlah replica Tidak 4 replica atau lebih Tidak Ya yaa T-test dengan benferroni Uji dunnet Uji steel Uji Wilcoxon dengan benferronni Nilai akhir NOEC dan LOEC

78 Lampiran 18. Dokumentasi alat dan bahan penelitian A B C D E F H I G J K L Keterangan: A: Alat penyaring air laut dengan membran filter 0.45µm G: Haemocytometer B: ph meter H: Mikroskop C: Refraktometer dan DO meter I : Botol sampel 2 ml D : Autoclave J : corong pisah E: Erlenmeyer dan gelas beker K: AAS F: Micro pipet dan tip L: Kultur C. gracilis

79 Lampiran 19. Dokumentasi hasil penelitian Penempatan erlenmeyer dibawah cahaya lampu pada saat uji toksisitas Hasil uji toksisitas timbal pada C. gracilis selama 96 jam Hasil uji toksisitas kadmium pada C. gracilis selama 96 jam

80 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 18 Februari 1987 dan merupakan anak pertama dari keluarga Bapak Margono dan Ibu Sardiyem. Masa pendidikan formal penulis dimulai dari SDN1 Mrisen, SLTPN1 Delanggu dan SMAN1 Klaten. Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor melalui Jalur USMI. Penulis resmi diterima sebagai mahasiswi dengan Mayor Imu dan Teknologi Kelautan dan Minor Statistika Industri pada tahun Selama belajar di IPB penulis pernah menjadi asisten Metode Statistika ( ), asisten Oseanografi Kimia ( ), pengajar kalkulus dan fisika di CSC (Cla-x Smart Community). Penulis juga aktif sebagai pengurus Keluarga Mahasiswa Klaten ( ), Himpunan mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) sebagai sekertaris LITJAK ( ) dan sebagai sekertaris 1 HIMITEKA ( ), serta sebagai pengurus FKM-C (Forum Keluarga Muslim) divisi Syiar ( ). Karya tulis yang pernah dibuat penulis yang berjudul Are Phytoplankton Give The Answer to Global Warming Solution? dimuat dalam proceeding The 15 th Tri University International Seminar and Symposium. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, penulis melaksanakan penelitian dengan judul UJI TOKSISITAS KADMIUM DAN TIMBAL PADA MIKROALGA Chaetoceros gracilis.

PENGARUH SEDIMEN BERMINYAK TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROALGA Isochrysis sp.

PENGARUH SEDIMEN BERMINYAK TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROALGA Isochrysis sp. PENGARUH SEDIMEN BERMINYAK TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROALGA Isochrysis sp. GESHA YULIANI NATTASYA SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura Lampung pada bulan Juli - Agustus 2011. B. Materi Penelitian B.1. Biota Uji Biota

Lebih terperinci

Biota kultur yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL Lampung.

Biota kultur yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL Lampung. III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13-21 Januari 2014 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Laboratorium

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Laboratorium 16 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Laboratorium Fitoplankton Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. 3.2. Materi

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga bulan April

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga bulan April 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga bulan April 2010 bertempat di Laboratorium Kultivasi Mikroalga di Pusat Penelitian Surfaktan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung. Uji protein dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung pada bulan November 2012. 3.2 Materi Penelitian 3.2.1 Biota uji Biota uji yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2014 bertempat di Laboratorium

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2014 bertempat di Laboratorium III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2014 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol) 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian disusun menggunakan metoda statistika rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor, dimana faktor yang diujikan adalah pengaruh konsentrasi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kelimpahan sel Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way Anova

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Formulasi :... (1) pengamatan yang dilakukan adalah sebanyak 3 kali pengulangan.

LAMPIRAN. Formulasi :... (1) pengamatan yang dilakukan adalah sebanyak 3 kali pengulangan. LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Penghitungan kelimpahan diatom Formulasi :... (1) Dimana N adalah jumlah sel mikroalga yang teramati Bidang Pengamatan pengamatan yang dilakukan adalah sebanyak 3 kali pengulangan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura Lampung dan uji proksimat di Politeknik Lampung 2012. B. Materi

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata, IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di Laboratorium Pendidikan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.

Lebih terperinci

SEBARAN MENEGAK KONSENTRASI Pb, Cu, Zn, Cd, DAN Ni DI SEDIMEN PULAU PARI BAGIAN UTARA KEPULAUAN SERIBU. Oleh : ACHMAD AULIA RACHMAN C

SEBARAN MENEGAK KONSENTRASI Pb, Cu, Zn, Cd, DAN Ni DI SEDIMEN PULAU PARI BAGIAN UTARA KEPULAUAN SERIBU. Oleh : ACHMAD AULIA RACHMAN C SEBARAN MENEGAK KONSENTRASI Pb, Cu, Zn, Cd, DAN Ni DI SEDIMEN PULAU PARI BAGIAN UTARA KEPULAUAN SERIBU Oleh : ACHMAD AULIA RACHMAN C64102057 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perlakuan dalam penelitian ini diulang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perlakuan dalam penelitian ini diulang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perlakuan dalam penelitian ini diulang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Alat dan Bahan Penelitian DO Meter ph Meter Termometer Refraktometer Kertas Label Botol Sampel Lampiran 1. Lanjutan Pisau Cutter Plastik Sampel Pipa Paralon Lampiran 2. Pengukuran

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

FITOPLANKTON : DISTRIBUSI HORIZONTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN DONGGALA SULAWESI TENGAH

FITOPLANKTON : DISTRIBUSI HORIZONTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN DONGGALA SULAWESI TENGAH FITOPLANKTON : DISTRIBUSI HORIZONTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA DI PERAIRAN DONGGALA SULAWESI TENGAH Oleh : Helmy Hakim C64102077 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, Desa Hanura, Kecamatan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Tujuan Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah mengetahui teknik kultur Chaetoceros sp. dan Skeletonema sp. skala laboratorium dan skala massal serta mengetahui permasalahan yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos LAMPIRA 30 Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC 1984) Cawan alumunium kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada temperatur 100 o C. Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

GEOKIMIA Pb, Cr, Cu DALAM SEDIMEN DAN KETERSEDIAANNYA PADA BIOTA BENTIK DI PERAIRAN DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR

GEOKIMIA Pb, Cr, Cu DALAM SEDIMEN DAN KETERSEDIAANNYA PADA BIOTA BENTIK DI PERAIRAN DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR GEOKIMIA Pb, Cr, Cu DALAM SEDIMEN DAN KETERSEDIAANNYA PADA BIOTA BENTIK DI PERAIRAN DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR Oleh: Sabam Parsaoran Situmorang C64103011 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2009 bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung dan Laboratorium Pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan 2. Alat

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan 2. Alat III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Limbah cair usaha kegiatan peternakan dari MT Farm Ciampea b. Air Danau LSI IPB. c.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian berjudul Pengujian Biji Pala (Myristica sp.) sebagai Bahan Anestesi Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) dilaksanakan di Laboratorium Bahan Baku dan Industri

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lapangan dan di laboratoirum. Pengambilan sampel ikan bertempat di DAS Citarum bagian hulu dengan 4 stasiun yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan terukur yang melebihi 0,1 mg/l tersebut dikarenakan sifat ortofosfat yang cenderung mengendap dan membentuk sedimen, sehingga pada saat pengambilan sampel air di bagian dasar ada kemungkinan sebagian material

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Proses pengambilan sampel dilakukan di Perairan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta pada tiga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012

3. BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012 11 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012 bertempat di Laboratorium Kultivasi Mikroalga di Pusat Penelitian Surfaktan

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013 i ANALISIS KADAR LOGAM BERAT KROMIUM (Cr) DENGAN EKSTRAKSI PELARUT ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) MENGGUNAKAN ATOMIC ABSORPTION SPECTROFOTOMETRY (AAS) DI SUNGAI DONAN (CILACAP) PADA JARAK 2 KM SESUDAH PT. PERTAMINA

Lebih terperinci

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung, Desa Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

III. METODOLOGI. Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2015 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Muara Kamal pada bulan Agustus Oktober 2011. Analisis preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Produktivitas

Lebih terperinci

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung, Desa Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung dari bulan Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: 1. 0 ppm: perbandingan media

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Nitrogen Organik, N-NH 3, N-NO 3, Ortofosfat, TSS, Kerapatan Sel, COD.

Lampiran 1. Prosedur Analisis Nitrogen Organik, N-NH 3, N-NO 3, Ortofosfat, TSS, Kerapatan Sel, COD. LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Nitrogen Organik, N-NH 3, N-NO 3, Ortofosfat, TSS, Kerapatan Sel, COD. a. Analisis Nitrogen Organik (APHA ed. 20 th 4500-N org C, 1998) 1. Pembuatan larutan Digestion

Lebih terperinci

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA Oleh: Yuri Hertanto C64101046 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan. Stasiun II Karang, Pulau Tarahan. Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang. Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang

Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan. Stasiun II Karang, Pulau Tarahan. Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang. Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang LAMPIRAN 10 Lampiran 1 Stasiun pengambilan contoh bivalvia Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan Stasiun II Karang, Pulau Tarahan Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

Lebih terperinci

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM FENTI FATMAWATI 1,, AYUMULIA 2 1 Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Bandung. email: fenti.fatmawati@stfb.ac.id.

Lebih terperinci

Gambar 7. Lokasi penelitian

Gambar 7. Lokasi penelitian 3. METODA PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di muara Sungai Angke dan perairan Muara Angke, Jakarta Utara (Gambar 7). Lokasi tersebut dipilih atas dasar pertimbangan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen 21 Bab III Metodologi Penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa permasalahan yang sudah penulis kemukakan di Bab I. Dalam penelitian ini digunakan 2 pendekatan, yaitu eksperimen dan telaah pustaka.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 17 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2012. Karakterisasi limbah padat agar, pembuatan serta karakterisasi karbon aktif dilakukan di Laboratorium Karakterisasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 36 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013 TUGAS AKHIR SB 091358 PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI MEDIA EKSTRAK TAUGE (MET) DENGAN PUPUK UREA TERHADAP KADAR PROTEIN Spirulina sp. PADA MEDIA DASAR AIR LAUT Dwi Riesya Amanatin (1509100063) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan Chlorella sp. dan waktu kontak) dan empat kali ulangan untuk masingmasing

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan Chlorella sp. dan waktu kontak) dan empat kali ulangan untuk masingmasing BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini bersifat eksperimental. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif melalui RAL (Rancangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain 3 unit bak kultivasi (p = 100 cm, l = 60 cm dan t = 40 cm), 6 unit aquarium (p = 40 cm, l = 25 cm dan t = 27

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum yakni tentang analisis penyebaran logam berat tembaga pada air tanah dan aliran sungai di sekitar industri kerajinan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini diberikan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. ini diberikan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena pada penelitian ini diberikan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan adanya kontrol

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung (BBPBL), Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri

Lebih terperinci

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel.

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 24 III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 3. Bahan yang digunakan untuk

Lebih terperinci

STUDI EKOLOGI KISTA DINOFLAGELLATA SPESIES PENYEBAB HAB (Harmful Algal Bloom) DI SEDIMEN PADA PERAIRAN TELUK JAKARTA. Oleh; Galih Kurniawan C

STUDI EKOLOGI KISTA DINOFLAGELLATA SPESIES PENYEBAB HAB (Harmful Algal Bloom) DI SEDIMEN PADA PERAIRAN TELUK JAKARTA. Oleh; Galih Kurniawan C STUDI EKOLOGI KISTA DINOFLAGELLATA SPESIES PENYEBAB HAB (Harmful Algal Bloom) DI SEDIMEN PADA PERAIRAN TELUK JAKARTA Oleh; Galih Kurniawan C64104033 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi terutama bidang industri di Indonesia memiliki dampak yang beragam. Dampak positifnya adalah pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, di sisi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 33 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2010 di Laboratorium PT. Suri

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2010 di Laboratorium PT. Suri 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2010 di Laboratorium PT. Suri Tani Pemuka (Japfa), Unit Hatchery Udang Vannamei, Jalan Raya Gilimanuk km

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama dilaksanakan di laboratorium bioteknologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad, tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental, berupa uji hayati statis (static bioassay) menurut standar APHA, (2005).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini dibandingkan beberapa parameter polutan dalam limbah cair tapioka yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian bioremediasi logam berat timbal (Pb) dalam lumpur Lapindo menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas pseudomallei)

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanankan pada bulan Juni 2009 sampai dengan Agustus 2009. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Uji Akademi Kimia Analisis Penelitian dilakukan bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, 1.2. Bahan beaker glass, tabung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe Estuari dan Debit Sungai. Tipe estuari biasanya dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Pada saat pasang, salinitas perairan akan didominasi oleh salinitas air laut karena

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan hidup rakyat melalui pembangunan di bidang industri, nampak memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan perairan pesisir dan laut karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Penelitian ini didukung oleh penelitian deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Diambil daging. Ditambah 25 ml aquades. Ditambah 10 ml HNO 3

Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Diambil daging. Ditambah 25 ml aquades. Ditambah 10 ml HNO 3 Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Kerang Diambil daging Ditambah 25 ml aquades Ditambah 10 ml HNO 3 Dipanaskan dengan suhu 120 0 C selama 30 menit Didinginkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Bayam

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Bayam Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Bayam Dalam 100 g bayam mengandung 426 mg nitrat dan 557 mg fosfor dan konsentrasi nitrat yang optimum dalam perkembangbiakan fitoplankton adalah 0,9-3,5

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas di berbagai sektor pembangunan, terutama pada sektor industri, maka masalah pencemaran lingkungan menjadi masalah yang sangat

Lebih terperinci

SNTMUT ISBN:

SNTMUT ISBN: PENAMBAHAN NUTRISI MAGNESIUM DARI MAGNESIUM SULFAT (MgSO 4.7H 2 O) DAN NUTRISI KALSIUM DARI KALSIUM KARBONAT (CaCO 3 ) PADA KULTIVASI TETRASELMIS CHUII UNTUK MENDAPATKAN KANDUNGAN LIPID MAKSIMUM Dora Kurniasih

Lebih terperinci

Minimalisir Logam Berat Ni Pada Limbah Cair Industri Elektroplating dengan Pseudomonas fluorescens

Minimalisir Logam Berat Ni Pada Limbah Cair Industri Elektroplating dengan Pseudomonas fluorescens Minimalisir Logam Berat Ni Pada Limbah Cair Industri Elektroplating dengan Pseudomonas fluorescens Mardiyono 1, Ratno Agung Samsumaharto 2 1 Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi 2 Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci