Efektifitas Minyak Kedelai Sebagai Media Pertumbuhan Pseudomonas sp.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Efektifitas Minyak Kedelai Sebagai Media Pertumbuhan Pseudomonas sp."

Transkripsi

1 Efektifitas Minyak Kedelai Sebagai Media Pertumbuhan Pseudomonas sp. Pada Produksi Biosurfaktan Sebagai Zat Aktif Deteksi Mastitis Subklinis Sapi Perah The Effectiveness of Soybean Oil as a Media to Propagate of Pseudomonas sp. in the Production of Biosurfactants as an Active Substances to Detect Subclinical mastitis in Dairy Cows Dimas Rizky E.P*, Masdiana C. Padaga, Dyah Ayu Oktavinie. Program Studi Kedokteran Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya *dimasrizky.veterinarymedicine@gmail.com ABSTRAK Mastitis adalah suatu peradangan pada ambing yang ditandai oleh perubahan struktur air susu disertai atau tanpa disertai perubahan patologis pada ambing (klinis dan subklinis). Salah satu kerugian ekonomi mastitis subklinis adalah penurunan produksi susu per kwartir antara 9 45,5% per hari. Deteksi dini mastitis perlu dilakukan untuk menanggulangi dampak kerugian. Salah satu cara deteksi dini mastitis adalah menggunakan surfaktan. Biosurfaktan yaitu surfaktan yang dihasilkan oleh mikroorganisme seperti Pseudomonas sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas biosurfaktan asal Pseudomonas sp yang ditumbuhkan pada minimum media minyak kedelai dalam mendeteksi mastitis. Biosurfaktan dihasilkan dari Pseudomonas sp. yang ditumbuhkan pada minimum media minyak kedelai dengan variasi konsentrasi (0%, 10%, 20%,dan 30%) dan variasi waktu inkubasi (24 jam, 48 jam, 72 jam). Kualitas biosurfaktan diuji berdasarkan nilai uji drop collapse dan uji emulsifikasi. Konsentrasi efektif dan minimal biosurfaktan ditentukan dengan mereaksikan variasi konsentrasi biosurfaktan (0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%) dengan variasi konsentrasi susu mastitis (0%, 50%, dan 100%). Efektifitas biosurfaktan untuk deteksi mastitis diuji berdasarkan nilai sensitivitas dan spesifisitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi dan waktu inkubasi minimum media minyak kedelai berpengaruh signifikan terhadap hasil drop collapse dan emulsifikasi. Konsentrasi dan waktu inkubasi efektif untuk produksi biosurfaktan adalah konsentrasi 20% dengan waktu inkubasi 24 jam. Konsentrasi biosurfaktan 50% mampu bereaksi dengan 100% susu mastitis, dan konsentrasi biosurfaktan 75% dan 100% mampu bereaksi dengan susu mastitis 50%, jadi konsentrasi efektif dan minimal biosurfaktan adalah 100%, 75%, dan 50% dengan nilai sensitivitas dan spesifisitas konsentrasi biosurfaktan 100% untuk deteksi mastitis sebesar 87% dan 96%. Kata kunci :Mastitis, Pseudomonas sp, minyak kedelai, biosurfaktan, Sensitivitas, Spesifisitas

2 ABSTRACT Mastitis is the inflammation of the mammary gland characterized by structure changes in milk with or without pathological changes in the mammary gland (clinical and subclinical). One as economic losses of subclinical mastitis as a decrease of milk production per quarter at 9 to 45.5 % per day. Initial detection of subclinical mastitis needs to be done to mitigate the impact of losses. One as the initial detection of mastitis is using surfactants. Biosurfactants are surfactants that are produced by microorganism such as Pseudomonas sp. This research was conducted to study the sensitivity and specifity of biosurfactants from Pseudomonas sp that was cultivated on soybean oil as minimum media to detect mastitis. The minimum media of soybean oil were prepared on various concentration (0%, 10%, 20%, and 30%) and various of incubation time (24 h, 48 h, and 72 h). The quality of the biosurfactants resulted than assesed based on drop collapse test and emulsification test. The effective and minimum concentration of biosurfactant determined by reacting various of biosurfactant concentration (0%, 25%, 50%, 75%, and 100%) with various of concentration the mastitis milk (0%, 50%, and 100%). The effectiveness of biosurfactants to detect mastitis was observed based on the sensitivity and specifity. The results showed that incubation time and concentration of soybean oil as a minimum media significantly influence the results of the drop collapse and emulsification. The concentration 20 % soybean oil as minimum media and 24 h incubation time achieved the effective introduction of biosurfactant product. Biosurfactant concentration of 50 % is able to reacted with 100 % mastitis milk, and biosurfactant concentration of 75 % and 100 % able to reacted with mastitis milk 50 %, so the effective concentration and minimum biosurfactant was 100 %, 75 %, and 50 % respectively and produced a sensitivity and specificity values of concentration biosurfactant 100 % to detect mastitis of dairy cows of 87 % and 96 % respectively. Key words: mastitis, Pseudomonas sp., soybean oil, biosurfactant, Sensitivity, Specifity PENDAHULUAN Salah satu penghambat peningkatan produksi susu adalah penyakit yang dapat secara langsung maupun tidak langsung menurunkan produksi. Penyakit radang ambing yang dikenal sebagai mastitis, merupakan masalah utama dalam tata laksana usaha peternakan sapi perah yang sangat merugikan (Fehlings and Deneke, 2000). Mastitis merupakan suatu peradangan pada jaringan interna kelenjar susu atau ambing yang ditandai oleh perubahan fisik maupun kimia air susu dengan disertai atau tanpa disertai perubahan patologis pada kelenjar mammae. Kasus mastitis terutama mastitis subklinis di Indonesia sampai akhir tahun 2006, tercatat sekitar 75 83% (Sudarwanto dkk, 2006). Kerugian ekonomi yang diakibatkan mastitis antara lain: Penurunan produksi susu per kwartir antara 9 45,5% per hari, penurunan kualitas susu yang mengakibatkan penolakan susu mencapai 30-40%, penurunan kualitas hasil olahan susu, dan peningkatan biaya perawatan dan pengobatan serta pengafkiran ternak lebih awal. (Sudarwanto, 1999) Jumlah sel somatik (JSS) yang meningkat pada kasus mastitis subklinik menjadi parameter penting untuk mendiagnosa mastitis (Sudarwanto dkk. 2006). Tindakan deteksi mastitis lain yang dapat dilakukan di peternakan adalah Surf

3 Field Mastitis Test (SFMT). Reagen CMT dan SFMT sama-sama mengandung anionik surfaktan atau deterjen. Deterjen atau surfaktan merupakan salah satu komposisi reagen CMT dimana surfaktan dapat digunakan untuk mendeteksi peningkatan kadar sel somatis dalam susu mastitis. Menurut Xia, (2006), jenis surfaktan yang berbeda memiliki efek yang berbeda pula pada susu. Biosurfaktan dihasilkan oleh beberapa mikroorganisme, adanya keanekaragaman jenis dan sumber mikroorganisme yang menghasilkan biosurfaktan dengan struktur kimia, fungsi dan manfaat yang berbeda. Berdasarkan Georgiu (1992) Pseudomonas sp. merupakan salah satu bakteri penghasil biosurfaktan. Bedasarkan penelitian Pratomo dkk (2013) menunjukan bahwa biosurfaktan dapat digunakan sebagai metode deteksi mastitis pada sapi perah. Keuntungan yang paling signifikan penggunaan bakteri surfaktan dibanding kimia surfaktan adalah penerimaan lingkungan, karena kemampuan biodegradasi dan tidak beracun untuk lingkungan. (Abouseoud, 2007). Produksi biosurfaktan dipengaruhi media dan lama inkubasinya. Media sangat berpengaruh pada pertumbuhan mikroorganisme dan molekul yang dapat di biotransformasi oleh mikroorganisme tersebut. Minyak kedelai memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh yang sangat besar (sekitar 65-90%). Berdasarkan hal ini maka minyak kedelai memiliki potensi yang besar untuk digunakan sebagai sumber karbon tambahan dalam pembuatan biosurfaktan (Muliawati, 2006). Berdasarkan latar belakang penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas minyak kedelai sebagai media pertumbuhan Pseudomonas sp. pada produksi biosurfaktan sebagai zat aktif deteksi mastitis subklinis sapi perah. MATERI DAN METODE Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan Isolasi bakteri dilakukan sesuai dengan standar metode uji mikrobiologi Standar Nasional Indonesia (SNI) :2012. Susu diambil pada peternakan sapi perah di Karangploso UD. Hadi Putra diambil sebanyak 60 ml yang kemudian dimasukkan ke dalam botol steril. Identifikasi dan karakterisasi masing-masing koloni berdasarkan morfologi koloni dan sifat biokimianya berdasarkan Bergey s manual of determinative bacteriology. Uji skrining bakteri penghasil biosurfaktan menggunakan uji aktivitas hemolitik yaitu dengan Pseudomonas sp. di inokulasi pada media Blood Agar Plate (BAP) selama 24 jam, hasil positif dapat dilihat ketika media Blood Agar Plate (BAP) terdapat zona bening (Saravanan et al,2012). Kurva Pertumbuhan Bakteri Isolat Pseudomonas sp. Untuk mendapatkan waktu pertumbuhan bakteri yang optimal, dilakukan pembuatan kurva pertumbuhan dengan pengamatan pertumbuhan bakteri dengan metode Total Plate Count (TPC) untuk mengitung koloni bakteri pada kultur dan metode kerapatan optik (Optical Density/OD) pada kultur dalam media NB. TPC dilakukan setiap 24 jam sekali dan dinyatakan sebagai hasil logaritmik dari jumlah sel/ml kultur, sedangkan pengukuran OD dilakukan setiap dua jam sekali (Fatimah, 2007). Pembuatan Starter Bakteri Stok isolat Pseudomonas sp. pada media TSA agar miring, kemudian di tumbuhkan pada media TSA plate dengan metode streak 4 kuadran dan di inkubasi 24 jam pada suhu 30 0 C, kemudian dari koloni bakteri yang tumbuh di ambil koloni bakteri yang terpisah kemudian di tumbuhkan kembali pada media TSA agar miring untuk di jadikan refresh

4 kultur dan TSA plate sebagai koloni bakteri yang akan di jadikan starter. Kedua media TSA diinkubasi pada suhu 30 0 C. Setelah itu kultur bakteri yang tumbuh pada media TSA plate diambil sejumlah 1 ose yang kemudian ditanamkan pada media nutrient broth 10 ml diinkubasi suhu 30 0 C. Setelah itu kultur bakteri yang tumbuh pada media NB sebelumnya di tanamkan kembali dengan konsentrasi isolat yang di tanamkan sejumlah 1% pada media NB yang kedua sebagai starter bakteri, yang diinkubasi 30 0 C. Waktu Inkubasi setiap perlakuan disesuaikan dengan hasil kurva pertumbuhan bakteri saat memasuki fase stasioner awal. Pembuatan Minimal Media Minyak Kedelai Minimum media dibuat dalam 4 kategori konsentrasi. Kategori pertama sebagai kontrol negatif berisi aquades 100 % (A). Perlakuan 1 konsentrasi 10 % (B) berisi aquades 90 % dan minyak 10 %, perlakuan 2 konsentrasi 20 % (C) berisi aquades 80% dan minyak 20 % dan perlakuan 3 konsentrasi 30 % (D) berisi aquades 70 % dan minyak 30 %. Masing-masing kelompok perlakuan dilakukan secara duplo kemudian ditambahkan 1 ml dosis starter bakteri sesuai dengan fase awal stasioner kurva pertumbuhan dalam 100 ml minimum media, selanjutnya di inkubasi menggunakan inkubator goyang 120 rpm dengan suhu 300. Sampel diamati dengan variabel waktu 24, 48 dan 72 jam (Muliawati, 2006). Produksi Biosurfaktan Kultur bakteri dalam minimum media minyak kedelai disentrifugasi dengan kecepatan rpm selama 15 menit pada suhu 4 C sehingga dari proses ini akan di dapatkan tiga lapis zat dalam tabung sentrifus. Lapisan paling bawah adalah sel bakteri. Lapisan tengah berisi supernatan yang mengandung biosurkfaktan. Lapisan paling atas adalah padatan dari minyak kedelai yang mempunyai masa lebih ringan dari supernatan. Selanjutnya di uji aktifitasnya dengan metode emulsifikasi dan drop collapse (Angaleswari, 2012). Uji Emulsifikasi Aktifitas emulsi dilakukan dengan menambahkan 7,2ml (90%) supernatan dengan 0,8 ml (10%) hidrokarbon uji (nhexadekan). Setelah itu divortek selama 1 menit, Campuran tersebut diukur kestabilan emulsinya dengan mengukur nilai OD campuran sebelum dan setelah inkubasi suhu 30 0 C selama 2 jam, pada panjang gelombang 610 nm. Kontrol negatif terdiri dari air mineral steril dan minimum media sebagai blanko OD. Aktivitas emulsifikasi dilaporkan sebagai hasil rata-rata dari 5 ulangan (Fatimah, 2007). Uji Drops Collaps Drop collaps dilakukan dengan meneteskan 1 tetes (±25μl) supernatan kultur bakteri pada minimum media minyak di atas permukaan minyak murni pada wadah datar seperti cawan petri. Pengukuran dengan menghitung waktu tetesan supernatan mampu memecah lemak minyak pada satuan detik. Hasil pengujian dilaporkan sebagai hasil rata-rata dari 5 ulangan (Satpute et al, 2008). Sampel Susu Sampel susu yang digunakan dalam penelitian merupakan sampel susu kuartir. Pengambilan sampel disesuaikan dengan jadwal pemerahan di peternakan. Sampel susu yang diambil dari sapi laktasi yang berada di UD. Hadi Putra, Karang Ploso, Malang. Jumlah sampel ditentukan dengan metode purposif, dimana jumlah dan jenis sampel ditentukan oleh peneliti berdasarkan pada kondisi peternakan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 60 sampel yang berasal dari 15 ekor sapi perah dalam periode laktasi normal.

5 Penghitungan Jumlah Sel Somatik Penghitungan sel somatik dilakukan dengan cara langsung (Metode Breed) menurut Wahyono dkk, (2003). Penentuan Konsentrasi Efektif Biosurfaktan Susu mastitis mengandung sel somatik. Prinsip kerja dari uji ini berdasarkan pada reaksi hasil dari biosurfaktan yang berikatan dengan membran sel somatik sehingga terbentuk masa kental. Semakin kental masa yang terbentuk maka reaksi semakin tinggi dan susu mengandung banyak sel somatik. Perbandingan jumlah sampel susu dan biosurfaktan adalah 1:1. Konsentrasi biosurfaktan yang digunakan (0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%) dan konsentrasi susu mastitis (0%, 50%, dan 100%). Data disajikan berupa hasil positif yang ditandai dengan penggumpalan susu. Dan hasil negatif jika tanpa ada reaksi perubahan. Uji Sensitivitas dan Spesifisitas Biosurfaktan sebagai Deteksi Mastitis Prosedur penentuan tingkat mastitis dengan biosurfaktan sebagai berikut : a) 2 ml susu sampel di letakkan pada paddle. b) Ditambahkan 2 ml reagen ke dalam susu sampel. c) Digoyangkan secara horizontal perlahanlahan selama detik. d) Diamati penggumpalan yang terjadi antara sampel susu dan biosurfaktan. e) Peralatan dicuci dengan air bersih (Muhammad et al., 2009). Reagen yang digunakan 3 macam metode yaitu biosurfaktan, SFMT (Surf Field Mastitis test), dan WST (White Side Test). Semua sampel susu yang akan diuji terlebih dahulu dihitung jumlah sel somatik dengan metode breed sebagai gold standard uji mastitis. Nilai sensitivitas dan spesifisitas didapatkan dengan membandingkan hasil uji gold standard dengan hasil uji biosurfaktan. Analisis Data Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif untuk untuk mengetahui konsentrasi biosurfaktan yang terbaik untuk mendeteksi penyakit mastitis, dan data kuantitatif Pada data uji emulsifikasi dan drop collapse untuk mencari konsentrasi dan waktu inkubasi minimal media minyak kedelai terbaik untuk menghasilkan biosurfaktan dengan ragam ANOVA menggunakan SPSS 21.0 Edition for Windows. Apabila terdapat perbedaan nyata uji dilanjutkan dengan pembandingan berganda uji Tukey atau Beda Nyata Jujur (BNJ) α = 0.05%. Serta Analisa data selanjutnya untuk mengetahui nilai diagnostik biosurfaktan sebagai deteksi mastitis yang diolah dan di analisa menggunakan tabel 2 x 2, Sehingga akan di peroleh nilai sensitivitas dan spesifisitas dari reagen biosurfaktan. HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan Isolat Pseudomonas sp. diperoleh dari penelitian sebelumnya yaitu Pseudomonas sp. asal susu sapi dari penelitian Pratomo, dkk. (2013). Stock isolat sebelumnya dilakukan refresh pada media agar padat Tripton Soya Agar (TSA) yang di inkubasi selama 24 jam pada suhu 30 C. Isolat yang telah tumbuh kemudian dilakukan uji biokimia untuk mengkonfirmasi jenis bakteri dengan melihat sifat biokimia bakteri isolat sesuai Bergey s Manual of Determinative Bacteriology dan hasil dari uji biokimia dapat dilihat pada Tabel 1.

6 Tabel 1. Hasil Uji Identifikasi Bakteri Variabel yang Diamati Hasil Uji MR-VP MR (+), VP (-) Uji Sitrat Positif Uji Katalase Positif Pewarnaan Gram Gram negatif Uji Oksidase Positif Uji H2S Positif Uji Fermentasi Negatif Karbohidrat Uji Indol Negatif Hasil karakterisasi bakteri yang dilakukan dengan menggunakan uji biokimia menunjukkan bahwa isolat bakteri yang digunakan adalah jenis Pseudomonas sp.. Uji verifikasi apakah Pseudomonas sp. mampu menghasilkan biosurfaktan yaitu dengan menumbuhkan Pseudomonas sp. pada media Blood Agar Plate (BAP). Gambar 1. β Hemolisis Pseudomonas sp. pada media Blood Agar Plate (BAP) Terbentuknya koloni pada media BAP dapat melisiskan eritrosit, akibat dari metabolit sekunder bakteri berupa biosurfaktan memiliki aktivitas hemolitik yang mampu melisiskan sel darah merah pada media tumbuh BAP melalui mekanisme pengikatan gugus hidrofilik pada eritrosit (Rodrigues et al, 2006) Isolat Pseudomonas sp. selanjutnya diukur pertumbuhannya yang berfungsi untuk mengetahui waktu pertumbuhan optimal dari isolat Pseudomonas sp. dalam minimal media untuk menghasilkan biosurfaktan yang optimal. Pertumbuhan Pseudomonas sp. menunjukkan bahwa pada jam ke-20 Pseudomonas sp memasuki fase stasioner dengan nilai Optical Density (OD) sebesar 0,751 dan dengan jumlah koloni 9,80 x 108 CFU/ml. Uji Kualitas Biosurfaktan Asal Pseudomonas sp Pada Minimum Media Minyak Kedelai Kualitas biosurfaktan diuji melalui uji aktifitas emulsi dan uji drop collaps. Hasil dari uji emulsifikasi dan drop collaps setelah dianalisa secara statistik (p<0,05) menunjukkan perbedaan yang signifikan pada beberapa perlakuan (Tabel 2). Tabel 2. Rata-rata hasil uji aktifitas emulsi dan rata-rata hasil uji drop collapse pada masing-masing kelompok perlakuan. Perlakuan Aktivitas Emulsi (D610) Drop Collapse (Detik) 24;0 0,1083 ± 0,0921 a 56,40 ± 0,4406 j 24;10 1,1583 ± 0,1205 bc 2,68 ± 0,4192 b 24;20 1,2734 ± 0,0964 c 1,55 ± 0,4740 a 24;30 1,1351 ± 0,0872 bc 5,24 ± 0,4084 c 48;0 0,0849 ± 0,0831 a 57,36 ± 0,4023 k 48;10 0,4562 ± 0,0699 ab 18 ± 0,4888 e 48;20 0,8167 ± 0,1029 abc 16,14 ± 0,6651 d 48;30 0,3009 ± 0,1161 a 20,03 ± 0,6086 f 72;0-0,0225 ± 0,1362 a 59,10 ± 0,3803 l 72;10 0,2129 ± 0,1063 a 35,31 ± 0,4555 h 72;20 0,4054 ± 0,0830 ab 32,72 ± 0,4038 g 72;30 0,0443 ± 0,0214 a 37,11 ± 0,5216 i Keterangan : - pada kolom perlakuan, 2 angka sebelah kiri dari titik koma menunjukkan lama inkubasi minimum media dan sebelah kanan dari titik koma menunjukkan konsentrasi minyak kedelai yang ditambahkan pada minimum media - Notasi pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan perlakuan yang signifikan antar perlakuan (p < 0.05) Tabel 2 menunjukan hasil uji emulsifikasi dan drop collapse. Berdasarkan data yang diperoleh dan dilakukan uji statistik ANOVA dan lanjutan BNJ menunjukan bahwa angka terbaik pada uji emulsi dan drop collapse biosurfaktan yang dihasilkan pada minimum media minyak

7 kedelai adalah pada waktu inkubasi dan konsentrasi minimum media minyak kedelai 24;20 dengan nilai emulsifikasi 1,2734 ± 0,0964 yang ditunjukkan dengan tingginya nilai tingkat kekeruhan karena minyak (nhexadekan) yang telah dipecah oleh biosurfaktan terbentuk menjadi misel dan tersebar ke seluruh bagian yang kemudian misel-misel tersebut akan menyerap setiap gelombang yang dipantulkan dari alat spektrofotometer dengan panjang gelombang 610nm. Perlakuan 24;20 memiliki perbedaan yang signifikan dengan perlakuan lainnya karena tidak ada notasi yang sama pada kelompok perlakuan lain serta memiliki nilai emulsifikasi tertinggi. Nilai emulsifikasi semakin besar apabila semakin banyak partikel antara biosurfaktan dan n-hexadekan (minyak) yang berikatan di dalam larutan. Emulsi terjadi pada permukaan larutan karena kemampuan senyawa surfaktan untuk menggabungkan senyawa Polar dan senyawa non Polar (Willumsen et al, 2008). Prinsip dari uji emulsi adalah senyawa yang mempunyai aktifitas permukaan (surface-active agent) sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan (surface tension) antar cairan yang terdapat dalam suatu sistem. Kemampuan menurunkan tegangan permukaan menjadi hal yang menarik disebabkan oleh struktur kimianya mampu menyatukan dua senyawa yang berbeda polaritasnya (Anandaraj et al, 2010). Pertumbuhan Pseudomonas sp pada substrat minyak menyebabkan selnya bersifat lebih hidrofob. Hidrofobisitas sel ini menyebabkan sel tersebut menunjukkan aktivitas emulsifikasi lebih baik dan mampu menurunkan tegangan permukaan supernatan kultur secara signifikan dibanding sel yang ditumbuhkan pada substrat senyawa polar (Fatimah, 2007). Francy et al. (1990) menegaskan bahwa pengaruh senyawa hidrokarbon pada komponen permukaan sel yang hidrofobik dapat menyebabkan sel tersebut kehilangan integritas struktural selnya dan melepaskan biosurfaktan ke dalam medium. Sehingga pada medium cair minyak kedelai terkandung biosurfaktan di dalamnya yang dapat digunakan untuk pengujian aktivitas biosurfaktan. Nilai drop collapse terbaik dari Tabel 2 yaitu perlakuan 24;20 dengan nilai drop collapse 1,55 ± 0,474. Penentuan nilai drop collapse terbaik di dasarkan pada nilai terkecil dari drop collapse yaitu dari waktu yang tercepat dalam biosurfaktan memecah minyak. Berdasarkan penelitian Youseef et al (2004) disebutkan bahwa jika biosurfaktan dalam memecah atau menurunkan tegangan permukaan minyak selama 1 detik, dan tidak lebih dari 1 menit menunjukan kualitas biosurfaktan yang baik. Pada uji drop collapse sifat hidrofilik dan hidrofobik berperan dalam menurunkan tegangan permukaan. Ketika suatu biosurfaktan diteteskan di atas cairan minyak maka dengan kandungan biosurfaktan yang tinggi akan langsung memecah minyak dan langsung menyatu dengan biosurfaktan. Semakin tinggi kandungan biosurfaktan maka semakin cepat dalam memecah minyak atau hidrokarbon (Bodour and Miller, 1998). Konsentrasi dan waktu inkubasi minimum media minyak kedelai memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil drop collapse dan emulsifikasi. Pada Tabel.2 Hasil uji drop collapse biosurfaktan menunjukan perbedaan nilai yang signifikan pada setiap perlakuannya. Hasil emulsifikasi menunjukan sedikit perbedaan dimana pada beberapa perlakuan tidak terdapat beda yang terlalu signifikan. Kualitas biosurfaktan terbaik ditentukan dari nilai emulsifikasi dan drop collapse terbaik dari setiap perlakuan (Fatimah, 2007). Penentuan Konsentrasi Efektif Biosurfaktan dalam Mendeteksi Susu Mastitis Uji kualitas biosurfaktan sebelumnya menunjukkan bahwa hasil terbaik didapatkan

8 dari minimum media dengan konsentrasi minyak kedelai sebesar 20% yang di inkubasi selama 24 jam. Biosurfaktan hasil terbaik dari tahap penelitian sebelumnya digunakan untuk penentuan konsentrasi efektif biosurfaktan dalam mendeteksi susu mastitis. Konsentrasi efektif dan minimal biosurfaktan dalam mendeteksi mastitis ditunjukan dengan kemampuan biosurfaktan dalam bereaksi dengan susu mastitis dengan jumlah sel somatik sel/ml yang merupakan acuan jumlah sel somatik yang termasuk dalam kategori mastitis sub klinis berdasarkan SNI :2011. Analisa data dilakukan secara kualitatif dengan melihat kemampuan biosurfaktan dalam mendeteksi mastitis dengan variasi konsentrasi biosurfaktan dan sampel susu mastitis yang ditunjukan dengan proses penggumpalan. Tabel 3 menunjukan konsentrasi biosurfaktan yang mampu menunujukan reaksi dengan susu mastitis dengan variasi konsentrasi 0%,50%, dan 100% Tabel 3 Hasil Uji Efektifitas Konsentrasi Biosurfaktan Pengenceran Susu Mastitis (%) Biosurfaktan Keterangan : Reaksi (+) Menunjukan terjadi reaksi penggumpalan. Reaksi (-) Menunjukan tidak terjadi reaksi penggumpalan Gambar. 2. Penggumpalan susu mastitis dengan biosurfaktan Berdasarkan Tabel 3 data uji efektifitas konsentrasi biosurfaktan dalam mendeteksi mastitis didapatkan hasil bahwa konsentrasi minimal biosurfaktan asal minimum media minyak kedelai dalam mendeteksi mastitis adalah pada konsentrasi biosurfaktan 50% dan konsentrasi susu mastitis 100%. Konsentrasi biosurfaktan 50% ditentukan berdasarkan analisa secara kualitatif, dimana pada konsentrasi biosurfaktan 50% mampu untuk menggumpalkan konsentrasi susu mastitis 100%. Konsentrasi efektif biosurfaktan adalah 100% dan 75%, karena pada konsentrasi biosurfaktan tersebut hasil reaksi antara biosurfaktan dan susu mastitis dengan konsentrasi 50% dan 100% tampak penggumpalannya. Untuk pengujian mastitis tahap selanjutnya digunakan konsentrasi biosurfaktan 100% agar hasil maksimal dalam mendeteksi mastitis subklinis. Hal ini sesuai dengan penggunaan reagan deteksi mastitis CMT (Carlifornia Mastitis Test) yang direaksikan dengan 100% konsentrasi sampel susu tanpa adanya pengenceran pada sampel susu terlebih dahulu dengan perbandingan CMT dan sampel susu 1:1 (Muhammad et al, 2009). Kemampuan biosurfaktan dalam mendeteksi mastitis dikarenakan biosurfaktan dapat berperan dalam lisinya suatu sel, akibat biosurfaktan mampu berikatan dengan dinding dari suatu sel. Pengikatan pada dinding sel dapat terjadi akibat biosurfaktan memiliki 2 struktur kimia yang bersifat hidrofobik dan hidrofilik, begitu pula pada struktur dinding sel yang tersusun atas hidrofobik dan hidrofilik. Ikatan antara biosurfaktan dan sel somatis menyebabkan rusaknya dinding sel sehingga zat-zat Polar masuk ke dalam sel yang menyebabkan sel bersifat hipotonis yang mengakibatkan inti sel menjadi lysis (Delghan-Naudeh et al, 2005). Susu mastitis pada sapi mengandung sel somatis yang terdiri dari 75% leukosit yang terdiri dari neutrophil, macrofag, limfosit, eritrosit, dan 25% sisanya adalah sel

9 epitel (Diaryman s digest, 2009). Penambahan biosurfaktan pada susu yang diduga mastitis mengakibatkan menempelnya sisi hidrofobik biosurfaktan pada dinding luar sel somatik yang bersifat hidrofobik dan akan merusak membran sel somatik, hal ini terjadi akibat sel somatik kehilangan integritas struktur selnya sehingga yang terjadi adalah keluarnya protein histon pada sel somatik dari inti sel kemudian protein histon tersebut akan terkumpul menjadi satu dan terbentuk suatu gumpalan kental pada susu mastitis (Xia, 2006). Uji Sensitifitas dan Spesifisitas Biosurfaktan Terhadap Susu Mastitis Sampel susu yang digunakan untuk pengujian adalah sejumlah 60 sampel, yang semuanya telah dilakukan uji penghitungan jumlah sel somatik untuk menentukan gold standard. Kemudian setiap sampel susu yang sudah dihitung jumlah sel somatiknya direaksikan dengan biosurfaktan, serta dilakukan uji SFMT (Surf Field Mastitis Test) dan WST (White Side Test) sebagai kontrol positif dan pembanding hasil. Hasil berupa reaksi positif (terbentuk penggumpalan) dan reaksi negatif (tidak terbentuk penggumpalan). Sampel positif mastitis sub klinis ditentukan berdasarkan SNI :2011 tentang susu segar sapi yaitu dengan jumlah sel somatis sel/ml sebagai gold standard. Data uji mastitis diperoleh data kualitatif, kemudian data diolah dengan menggunakan Tabel Uji Diagnostik untuk mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas (Budiarto, 2003). Data analisa hasil sensitivitas dan spesifisitas tersaji dalam Tabel.4. Tabel 4. Uji Diagnostik Biosurfaktan Jumlah Sel Somatis (sel/ml) Biosurfaktan < Jumlah Positif 13 (a) 2 (b) 15 Negatif 2 (c) 43 (d) 45 Jumlah Sensitivitas a : (a+c) % 87% Keterangan Spesifisitas d : (b+d) % 96% Pengukuran sensitivitas dan spesifisitas uji mastitis biosurfaktan sampel susu dilakukan dengan membandingkan hasil uji mastitis biosurfaktan dengan jumlah sel somatis metode (Breed) sebagai uji baku (Gold standard). Berdasarkan Tabel 4 sebanyak 15 (25 %) sampel berasal dari kuartir sapi yang menderita mastitis subklinis dan 45 (75%) sampel susu sapi yang tidak menderita mastitis. Reaksi true positive pada pengujian di dapatkan sejumlah 13 sampel (21,77 %), reaksi true negative sebanyak 43 sampel (71,77 %), reaksi false positive sebanyak 2 sampel (3,33 %), dan reaksi false negative sebanyak 2 sampel (3,33 %). Data hasil uji mastitis dengan biosurfaktan menunjukkan hasil pengujian yang hampir sama dengan jumlah sel somatis (Breed) yang dapat diketahui dari nilai sensitivitas yaitu sebesar 87 % dan nilai spesifisitasnya sebesar 96 %. Di bandingkan dengan hasil pada penelitian ini pada uji mastitis dengan reagan SFMT (Surf Field Mastitis Test) yang memiliki nilai sensitivitas 100 % dan spesifisitasnya sebesar 91 %, sedangkan pada uji mastitis menggunakan WST (White Side Test) yang memiliki nilai sensitivitas 100 % dan spesifisitasnya sebesar 40 %. Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai sensitivitas biosurfaktan sebagai deteksi mastitis masih di bawah reagan SFMT dan WST yaitu sebesar 87 %, akan tetapi pada nilai spesifisitas biosurfaktan sebagai deteksi mastitis lebih baik dari pada reagan SFMT dan WST yaitu sebesar 96 %. Biosurfaktan yang dihasilkan terbukti memiliki tingkat spesifisitas yang lebih baik dibandingkan

10 SFMT dan WST. Biosurfaktan mampu bereaksi dan berikatan dengan sel somatis pada susu mastitis. Berdasarkan Ruegg et al. (2002) suatu alat diagnosa deteksi mastitis pada sapi perah harus memiliki nilai sensitivitas minimal 73 % - 89 % dan nilai spesifisitas minimal 75 % - 85 %. Biosurfaktan merupakan reagan yang layak di jadikan sebagai deteksi mastitis pada sapi perah. Uji sensitivitas menunjukkan kemampuan uji mastitis biosurfaktan untuk memperlihatkan hasil positif pada sapi yang menderita mastitis subklinis. Uji mastitis biosurfaktan yang makin sensitif maka mampu mendeteksi mastitis subklinis meskipun jumlah sel somatis masih sangat rendah dalam susu. Uji spesifisitas menunjukkan kemampuan uji mastitis biosurfaktan untuk memperlihatkan hasil yang negatif pada sapi yang tidak menderita mastitis subklinis. Semakin spesifik suatu uji maka uji tersebut hanya mampu mendeteksi agen tertentu saja (Rueeg et al, 2002). Kesimpulan Minimum media minyak kedelai dapat digunakan sebagai media pertumbuhan Pseudomonas sp. untuk menghasilkan biosurfaktan. Waktu inkubasi dan konsentrasi minimum media minyak kedelai terbaik dalam menghasilkan biosurfaktan yaitu pada perlakuan 24;20 dengan nilai emulsifikasi 1,2734 ± 0,0964 dan nilai drop collapse 1,55 ± 0,4740. Konsentrasi minimal dan efektif biosurfaktan Pseudomonas sp. untuk mendeteksi mastitis adalah 50%, 75%, dan 100%. Biosurfaktan memiliki nilai sensitivitas sebesar 87% dan nilai spesifisitas sebesar 96%. Ucapan Terima Kasih Terima kasih kepada direktorat jenderal DIKTI karena telah memberikan pembiayaan penelitian ini. Terima kasih kepada Laboratorium Sentral Ilmu Hayati dan Laboratorium KESMAVET PKH Universitas Brawijaya sebagai tempat pelaksanaan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Abouseoud, M., R. Maachi, A. Amrane, S. Boudergua, dan A. Nabi Evaluation of different carbon and nitrogen sources in production of biosurfactant by Pseduomonas Fluorescens. Desalination. 223: Anandaraj, B and P. Thivakaran Isolation and Production of Biosurfactant producing Organism From Oil Spilled Soil. Journal Bioscient Technology, vol 1 (3), 2010 : Angaleswari, C, L. Suji and P. U. Mahalingam, Potentials of Biosurfactant Producing Pseudomonas sp from automobile workshop. Pelagia Research Library. Applied Science Research 3 (6): Bodour, A.A and R.M. Miller-Maier Application of a Modified Drop Collapsing Technique for Surfactant Quantitation and Screening of Biosurfactant Producing Microorganisms. Journal of Microbiological Methods. 32: Budiarto, E Pengantar Epidemiologi. Jakarta. EGC Buchanan RE, Gibbons NE, Bergey s manual of determinative bacteriology, eighth edition. The Williams and Wilkins C, Baltimore, pp Dairyman s Digest What you should know about somatic cells. Winter issue.

11 Delghan, G,. Noudeh,.M, Housaindokht,. And B.,S.,F,. Bazzaz Isolation, Characterization, and Investigation of Surface and Hemolytic Activities of a Lipopeptide Biosurfactant Producedby Bacillus subtilis ATCC The Journal Of Microbiology. Vol. 43, No. 3: Pratomo, A, F., Zobda, R, P,. Shanda, F., Wildan, M., Putra, E, R, D MASTECH (Mastitis Detection Technology) Metode Deteksi Mastitis Berbasis Biosurfaktan Asal Pseudomonas sp.. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Artikel Ilmiah. Jakarta. Fatimah Uji Produksi Biosurfaktan Oleh Pseudomonas sp. pada Substrat Yang Berbeda. Jurnal Kimia. (3) : Fehlings, K. & J. Deneke Mastitis problematik in Betriebenmit Oekologischer Rinderhaltung. Tieraerztl Praxia (G) 28: Francy D, S,. Thomas JM, Raymond RL and Ward CH, 1991.Emulsification of Hydrocarbons by Surface Bacteria. J indmicrobiol 8: Georgiou, G., Lin, S.C. and Sharma, M.M., Microbial Biosurfactants, Process Biochem., 14, Muhammad G., A, Naureen, M.N. Asi, M. Saqib, And Fazal-ur-Rehman Evaluation of a 3% Surf Solutions (Surf Field Mastitis Test) For The Diagnosis of Subclinical Bovine and Bubaline Mastitis. Tropical Animal Health and Production Journal Muliawati,. I.D Sintesis Biosurfaktan Dengan Menggunakan Minyak kedelai Sebagai Sumber Karbon Tambahan Secara Biotransformasi Oleh Pseudomonas aeruginosa. Universitas Sebelas Maret. Surakarta Rodrigues,L.,I,M. Banat,J. Teixeira,. H,C,V., Meib and R. Oliveira Isolation and Partial Characterization of a Biosurfactant Produced Bay Streptococcus thremophilus A. Coll. Surf B: Biointerfaces.53: Ruegg, L, P,. Douglas, J, Reinemann, Milk Quality and Mastitis Test. University of Wisconsin. Madison Saravanan. V, and Vijayakumar. S Isolation and screening of biosurfactant producing microorganisms from oil contaminated oil. Youth Education and Research Trust. J. Acad. Indus. Res. Vol. 1(5) Satpute, S.K., Bhawsar, B.D., Dhakephalkar, P.K. and Chopade, B.A Assessment of different screening methods for selecting biosurfactant producing Maine bacteria. Ind. J. Mar. Sci. 37: SNI Metode Pengujian Cemaran Mikroba Dalam Daging, Telur Dan Susu, Serta Hasil Olahannya. ICS SNI Susu Segar. ICS Spakauskas V., I, Klimiene, and A. Matusevicius A Comparison of Indirect Methods for Diagnostic of Subclinical Mastitis in Lactating Dairy Cows. Veterinarski Arhiv 76 (2), Sudarwanto, M Usaha peningkatan produksi susu melalui program pengendalian mastitis subklinik. Orasi Ilmiah, 22 Mei Sudarwanto, M., H. Latif and M. Noordin The relationship of the somatic cell counting to sub-clinical mastitis and to improve milk quality. The 1 st International AAVS Scientific Conference. Jakarta, July 12-13, 2006.

12 Wahyono, F. Pangestu, dan Tampoebolon B.I.M Status Sel Somatik Pada Susu Sapi di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 28 (1) March Willumsen, P.A and Karlson Screening of Bacteria, Isolated krom PAH Contamined Soils, for Production of biosurfaktan and Bioemulsifiers. Journal of Biodegradation7 : Xia, Stephen S The rheology of gel formed uring the California Mastitis Test. The University of Waikato. Thesis. Youssef, N., K.E. Duncan and K.N. Savage Comparison of methods to detect biosurfactant production by diverse microorganism. Journal Microbiology Methods 56:

EFEKTIFITAS CRUDE BIOSURFAKTAN ASAL

EFEKTIFITAS CRUDE BIOSURFAKTAN ASAL EFEKTIFITAS CRUDE BIOSURFAKTAN ASAL Pseudomonas sp. YANG DITUMBUHAKAN PADA MEDIA PERTUMBUHAN LIMBAH MINYAK GORENG SEBAGAI ZAT AKTIF DETEKSI MASTITIS SUBKLINIS SAPI PERAH The Effectiveness of Crude Biosurfactants

Lebih terperinci

Efektifitas Limbah Tahu Sebagai Media Pertumbuhan Pseudomonas sp. Pada Produksi Biosurfaktan Sebagai Zat Aktif Deteksi Mastitis Subklinis Sapi Perah

Efektifitas Limbah Tahu Sebagai Media Pertumbuhan Pseudomonas sp. Pada Produksi Biosurfaktan Sebagai Zat Aktif Deteksi Mastitis Subklinis Sapi Perah Efektifitas Limbah Tahu Sebagai Media Pertumbuhan Pseudomonas sp. Pada Produksi Biosurfaktan Sebagai Zat Aktif Deteksi Mastitis Subklinis Sapi Perah The effectiveness of Liquid Tofu Waste as Growth Media

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing 4 TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing Kelenjar mamaria atau ambing pada sapi letaknya di daerah inguinal yang terdiri dari empat perempatan kuartir. Setiap kuartir memiliki satu puting, keempat

Lebih terperinci

Potensi Biosurfaktan Asal Pseudomonas sp. pada Media Limbah Tetes Tebu Terhadap Kadar Biological Oxygen Demand

Potensi Biosurfaktan Asal Pseudomonas sp. pada Media Limbah Tetes Tebu Terhadap Kadar Biological Oxygen Demand Potensi Biosurfaktan Asal Pseudomonas sp. pada Media Limbah Tetes Tebu Terhadap Kadar Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) pada Bioremediasi Limbah Cair Rumah Potong Ayam (RPA)

Lebih terperinci

Luddy Ardian*, Masdiana C. Padaga, Herawati, Program Studi Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya

Luddy Ardian*, Masdiana C. Padaga, Herawati, Program Studi Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya Pengaruh Penggunaan Biosurfaktan Asal Pseudomonas sp. Media Limbah Rendaman Kedelai Terhadap Kadar Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand (BOD) Pada Limbah Cair Rumah Potong Ayam (RPA)

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran A: Alur Kerja Isolasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan

LAMPIRAN. Lampiran A: Alur Kerja Isolasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan 56 LAMPIRAN Lampiran A: Alur Kerja Isolasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan Air laut Dimasukkan ke dalam botol Winkler steril Diisolasi bakteri dengan pengenceran 10 0, 10-1, 10-3 Dibiakkan dalam cawan petri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1 Metode Pengumpulan Data 2.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UPT Laboratorium Biosain dan Bioteknologi Universitas Udayana. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

Pengambilan sampel tanah yang terkontaminasi minyak burni diambil dari

Pengambilan sampel tanah yang terkontaminasi minyak burni diambil dari BAB IH METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA-UNRI. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan November 2007 sampai

Lebih terperinci

The sensitivity and Specificity Study of CMT, WST, and SFMT reagents as Subclinical Mastitis Test Materials at Sumber Makmur Dairy Farm, Ngantang

The sensitivity and Specificity Study of CMT, WST, and SFMT reagents as Subclinical Mastitis Test Materials at Sumber Makmur Dairy Farm, Ngantang Kajian Sensitivitas dan Spesifisitas Reagen CMT, WST dan SFMT Sebagai Bahan Uji Mastitis Subklinis di Peternakan Sapi Perah Rakyat, KUD Sumber Makmur Ngantang The sensitivity and Specificity Study of CMT,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media Bushnell-Haas, Larutan Standar Mc. Farland, Larutan Orsinol

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media Bushnell-Haas, Larutan Standar Mc. Farland, Larutan Orsinol LAMPIRAN Lampiran 1. Komposisi Media Bushnell-Haas, Larutan Standar Mc. Farland, Larutan Orsinol a. Komposisi Media Bushnell-Haas per liter (Atlas, 1946) 1) KH 2 PO 4 = 1,0 g 5) FeCl 3 = 0,05 g 2) K2HPO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga pada bulan Januari-Mei

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat Isolat bakteri koleksi Laboratorium Mikrobiologi hasil isolasi Laut Belawan ditumbuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

UJI PRODUKSI BIOSURFAKTAN OLEH Pseudomonas sp. PADA SUBSTRAT YANG BERBEDA

UJI PRODUKSI BIOSURFAKTAN OLEH Pseudomonas sp. PADA SUBSTRAT YANG BERBEDA Berk. Penel. Hayati: 12 (181 185), 2007 UJI PRODUKSI BIOSURFAKTAN OLEH Pseudomonas sp. PADA SUBSTRAT YANG BERBEDA Fatimah Jurusan Biologi FMIPA Universitas Airlangga Surabaya Jl. Mulyorejo, Kampus C, 60115.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN BIOSURFAKTAN ASAL BAKTERI

PENGARUH PENGGUNAAN BIOSURFAKTAN ASAL BAKTERI PENGARUH PENGGUNAAN BIOSURFAKTAN ASAL BAKTERI Pseudomonas sp MEDIA LIMBAH MINYAK GORENG TERHADAP KADAR (COD) DAN (BOD) PADA BIOREMEDIASI LIMBAH CAIR RUMAH POTONG AYAM (RPA) TRADISIONAL MALANG EFFECT OF

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto LAMPIRAN Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto Lampiran 2. Pembuatan Media dan Reagen 2.1 Pembuatan Media Skim Milk Agar (SMA) dalam 1000 ml (Amelia, 2005) a. 20 gram susu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian bioremediasi logam berat timbal (Pb) dalam lumpur Lapindo menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas pseudomallei)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan meliputi pemberian minyak atsiri jahe gajah dengan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1: Komposisi dan Penyiapan Media Skim Milk Agar, Komposisi Media Feather Meal Agar, Komposisi Media Garam Cair.

LAMPIRAN Lampiran 1: Komposisi dan Penyiapan Media Skim Milk Agar, Komposisi Media Feather Meal Agar, Komposisi Media Garam Cair. LAMPIRAN Lampiran 1: Komposisi dan Penyiapan Media Skim Milk Agar, Komposisi Media Feather Meal Agar, Komposisi Media Garam Cair. a. Komposisi media skim milk agar (Widhyastuti & Dewi, 2001) yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan memberikan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol (Nazir, 1999). Pada penelitian

Lebih terperinci

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU LAMPIRAN

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU LAMPIRAN LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian Peremajaan Bacillus Isolasi Bakteri Oportunistik Produksi Antimikrob Penghitungan Sel Bakteri Oportunistik Pengambilan Supernatan Bebas Sel Pemurnian Bakteri

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh dipping puting sapi perah yang terindikasi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh dipping puting sapi perah yang terindikasi 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh dipping puting sapi perah yang terindikasi mastitis subklinis dengan rebusan daun kersen (Muntingia calabura L.) terhadap jumlah koloni Staphylococcus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu yang digunakan adalah sampel susu kuartir yang berasal dari Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Total sampel yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces.

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces. 43 Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian Limbah Udang Pengecilan Ukuran Sterilisasi suhu 121 c, tekanan 1 atm Dianalisis kadar air dan bahan keringnya Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, 1.2. Bahan beaker glass, tabung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 perlakuan, sedangkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini berlangsung selama tujuh bulan, yakni mulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2011. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Ilmu

Lebih terperinci

Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis)

Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis) Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis) Str Isolasi dan Karakteristik Bakteri Asam Laktat Isolat Bakteri Asam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang diduga memiliki khasiat sebagai antioksidan, antibakteri dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Sampel air panas. Pengenceran 10-1 Lampiran 1. Metode kerja Sampel air panas Diambil 10 ml Dicampur dengan media selektif 90ml Di inkubasi 24 jam, suhu 50 C Pengenceran 10-1 Di encerkan sampai 10-10 Tiap pengenceran di tanam di cawan petri

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, lokasi, dan waktu penelitian 1. Materi penelitian 1.1. Alat

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, lokasi, dan waktu penelitian 1. Materi penelitian 1.1. Alat III. METODE PENELITIAN A. Materi, lokasi, dan waktu penelitian 1. Materi penelitian 1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, beaker glass, tabung reaksi, cawan petri,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. D. Alat dan bahan Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

BAB III METODE PENELITIAN. D. Alat dan bahan Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dasar dengan menggunakan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan sampel Populasi yang digunakan

Lebih terperinci

M-KID(MASTITIS KID DETECTION): INOVASI PEMBUATAN DETEKSI MASTITIS YANG DIAPLIKASIKAN PADA PETERNAKAN SAPI PERAH DI KOTA MALANG

M-KID(MASTITIS KID DETECTION): INOVASI PEMBUATAN DETEKSI MASTITIS YANG DIAPLIKASIKAN PADA PETERNAKAN SAPI PERAH DI KOTA MALANG M-KID(MASTITIS KID DETECTION): INOVASI PEMBUATAN DETEKSI MASTITIS YANG DIAPLIKASIKAN PADA PETERNAKAN SAPI PERAH DI KOTA MALANG Dimas Rizky Erste Putra 1), Muhammad Wildan 2), Farras Shanda 3), Hendri Ramdhoni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

MASTECH (MASTITIS DETECTION TECHNOLOGY) METODE DETEKSI MASTITIS BERBASIS BIOSURFAKTAN ASAL Pseudomonas sp

MASTECH (MASTITIS DETECTION TECHNOLOGY) METODE DETEKSI MASTITIS BERBASIS BIOSURFAKTAN ASAL Pseudomonas sp MASTECH (MASTITIS DETECTION TECHNOLOGY) METODE DETEKSI MASTITIS BERBASIS BIOSURFAKTAN ASAL Pseudomonas sp Faizal Agung Pratomo 1), Paura Rangga Zobda 2), Farras Shanda 3), Muhamad Wildan 4), Dimas Rizky

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian BAB III METODE PENELITIAN III.1. Tahapan Penelitian Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian III.1.1. Studi Literatur Tahapan ini merupakan tahapan awal yang dilakukan sebelum memulai penelitian. Pada tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density) inkubasi D75 D92 D110a 0 0,078 0,073

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

BAB III METODE PENELITIAN. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya

Lebih terperinci

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif 75 Lampiran 1. Metode Kerja L.1.1 Bagan kerja Air Panas - Isolasi dan Seleksi Bakteri Pemurnian Bakteri Isolat Murni Bakteri Uji Bakteri Penghasil Selulase Secara Kualitatif Isolat Bakteri Selulolitik

Lebih terperinci

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di 18 III. METODE PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

NO BAB IV. BASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Isolasi Bakteri dari Sampel Tanah

NO BAB IV. BASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Isolasi Bakteri dari Sampel Tanah BAB V. BASL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. solasi Bakteri dari Sampel Tanah Hasil penseleksian dan pengisolasian bakteri dari sampel tanah atau lumpur telah diperoleh isolasi-isolat murni. Stasiun ditemukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Rumah Potong Ayam (RPA), Biosurfaktan, Pseudomonassp, Air rendaman kedelai, Bioremediasi, Total Suspended Solid (TSS), Lemak

ABSTRAK. Kata kunci : Rumah Potong Ayam (RPA), Biosurfaktan, Pseudomonassp, Air rendaman kedelai, Bioremediasi, Total Suspended Solid (TSS), Lemak Pengaruh Penggunaan Biosurfaktan Asal Pseudomonas sp dengan Media Tumbuh Air Rendaman Kedelai terhadap Kadar Total Suspended Solid (TSS) dan Lemak pada Bioremediasi Limbah Cair Rumah Potong Ayam (RPA)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB dan lahan pertanian Kampung Bongkor, Desa Situgede, Karang Pawitan-Wanaraja,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda pada pollard terhadap kandungan total bakteri, Gram positif/negatif dan bakteri asam laktat telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi karakteristik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September 21 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September 2014 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia, Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas komponen hidrofilik dan hidrofobik serta memiliki kemampuan menurunkan

BAB I PENDAHULUAN. atas komponen hidrofilik dan hidrofobik serta memiliki kemampuan menurunkan 7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Surfaktan atau surface active agent adalah senyawa amfifatik yang terdiri atas komponen hidrofilik dan hidrofobik serta memiliki kemampuan menurunkan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul pengaruh variasi periode pemanasan pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah dilaksanakan sejak tanggal 11 April

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPT Pengembangan Agrobisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen Biologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian dasar dengan metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium 11 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi susu dipengaruhi beberapa faktor utama yang salah satunya adalah penyakit. Penyakit pada sapi perah yang masih menjadi ancaman para peternak adalah penyakit mastitis yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) merupakan salah satu jenis tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, diperoleh hasil pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Tabel 2 : Hasil pengukuran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN A. Spesifikasi Susu Skim Bubuk Oldenburger Komponen Satuan Jumlah (per 100g bahan) Air g 3,6 Energi kj 1480 Protein g 34,5 Lemak g 0,8 Karbohidrat g 53,3 Mineral

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian diadakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Pengambilan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus terhadap kualitas yoghurt susu kambing

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Produksi susu segar dalam negeri hanya mampu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Produksi susu segar dalam negeri hanya mampu PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan susu Nasional dari tahun ke tahun terus meningkat disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Produksi susu segar dalam negeri hanya mampu memenuhi 20

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 2.1 Metode Pengambilan Data 2.1.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang berasal dari daerah Sumalata, Kabupaten Gorontalo utara. 4.1.1 Hasil Ektraksi Daun Sirsak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan Kunak, Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Sampel diuji di laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada April 2013 sampai dengan Mei 2013 di laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. merupakan limbah yang berbahaya, salah satunya adalah limbah oil sludge yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. merupakan limbah yang berbahaya, salah satunya adalah limbah oil sludge yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kemajuan teknologi di berbagai bidang kehidupan khususnya dalam bidang industri menyumbangkan angka peningkatan pencemaran lingkungan tiap tahunnya. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: 1. 0 ppm: perbandingan media

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 media violet red bile agar (VRB). Sebanyak 1 ml contoh dipindahkan dari pengenceran 10 0 ke dalam larutan 9 ml BPW 0.1% untuk didapatkan pengenceran 10-1. Pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2. MATERI DAN METODE 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2.2. Materi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang skrining dan uji aktivitas enzim protease bakteri hasil isolasi dari limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Pacar Keling Surabaya menghasilkan data-data sebagai

Lebih terperinci

METODE. A. Peremajaan Salmonella sp. B. Verifikasi Salmonella sp.

METODE. A. Peremajaan Salmonella sp. B. Verifikasi Salmonella sp. METODE Alur Penelitian Alur penelitian dan metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 6 tahapan, yaitu: peremajaan bakteri Salmonella sp., verifikasi bakteri Salmonella sp., isolasi fage,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

Lebih terperinci

8-063 AKTIVITAS BIOSURFAKTAN DARI BAKTERI LUMPUR MINYAK MFS3. Biosurfactant activity from Oil Sludge Bacteria MFS3

8-063 AKTIVITAS BIOSURFAKTAN DARI BAKTERI LUMPUR MINYAK MFS3. Biosurfactant activity from Oil Sludge Bacteria MFS3 8-063 AKTIVITAS BIOSURFAKTAN DARI BAKTERI LUMPUR MINYAK MFS3 Biosurfactant activity from Oil Sludge Bacteria MFS3 Fifi Afiati, Martha Sari,Wien Kusharyoto Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Cibinong Science

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sejumlah 205 sampel susu kuartir yang diambil dari 54 ekor sapi di 7 kandang peternakan rakyat KUNAK, Bogor, diidentifikasi 143 (69.76%) sampel positif mastitis subklinis (Winata 2011).

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, bertempat di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oil sludge merupakan sedimen atau endapan pada dasar tangki

BAB I PENDAHULUAN. Oil sludge merupakan sedimen atau endapan pada dasar tangki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Oil sludge merupakan sedimen atau endapan pada dasar tangki penyimpanan bahan bakar minyak yang terbentuk akibat adanya kontak antara minyak, udara, dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimental dengan menguji isolat bakteri endofit dari akar tanaman kentang (Solanum tuberosum

Lebih terperinci

Y ij = µ + B i + ε ij

Y ij = µ + B i + ε ij METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2008 sampai bulan September 2009. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Bagian Teknologi Hasil Ternak Perah dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengisolasi Actinomycetes dan melihat kemampuannya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengisolasi Actinomycetes dan melihat kemampuannya dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi untuk mengisolasi Actinomycetes dan melihat kemampuannya dalam menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. sampai Maret Pengambilan sampel tanah rizosfer Zea mays di Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. sampai Maret Pengambilan sampel tanah rizosfer Zea mays di Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Desember 2013 sampai Maret 2014. Pengambilan sampel tanah rizosfer Zea mays di Kecamatan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Genetika Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Lebih terperinci

Teknik Isolasi Mikroorganisme

Teknik Isolasi Mikroorganisme Teknik Isolasi Mikroorganisme Noorkomala Sari loocev@gmail.com Laboratorium Mikrobiologi Program Studi Biologi FMIPA ITS Surabaya 23 Desember 2009 1. Pendahuluan Mikroorganisme ada dimana-mana. Mereka

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. WaktudanTempat Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di LaboratoriumBiokimiaFakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitas Lampung. B. AlatdanBahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh daya antibakteri ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis secara in vitro dengan

Lebih terperinci