ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DESA CIBODAS KECAMATAN CIKAJANG KABUPATEN GARUT YANI LUVITASARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DESA CIBODAS KECAMATAN CIKAJANG KABUPATEN GARUT YANI LUVITASARI"

Transkripsi

1 ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DESA CIBODAS KECAMATAN CIKAJANG KABUPATEN GARUT YANI LUVITASARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Efisiensi Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014 Yani Luvitasari NIM H

4

5 ABSTRAK YANI LUVITASARI. Analisis Efisiensi Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT. Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang memiliki dua kelompok ternak yang tergabung dalam Koperasi Peternak Garut Selatan (KPGS) Cikajang. Kondisi usahaternak yang dijalankan oleh peternak di Desa Cibodas, masih berupa peternakan rakyat, sehingga sistem pemeliharaannya masih secara tradisional. Kondisi ini menunjukkan bahwa untuk memperoleh keuntungan yang maksimal maka peternak harus mengatur alokasi faktor-faktor produksi dengan efisien. Kondisi tersebut menarik untuk dikaji, adapun hal yang ingin dikaji oleh peneliti dari kondisi peternak di Desa Cibodas ialah mengenai karakteristik peternak, tingkat efisiensi produksi, dan tingkat pendapatan peternak. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik peternak, analisis linier berganda yang kemudian ditransformasikan kedalam bentuk logaritma natural, analisis pendapatan usahaternak, dan analisis penggunaan input optimal. Hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik peternak di lokasi penelitian di dominasi oleh peternak laki-laki, rata-rata usia peternak tahun, rata-rata tingkat pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar, rata-rata pengalaman beternak selama tahun, dengan rata-rata kepemilikan sapi sebanyak 1,8 ST. Berdasarkan perhitungan pendapatan diketahui bahwa pendapatan peternak tersebut sudah menguntungkan dengan ratarata kepemilikan sapi sebanyak 1,8 ST. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa penggunaan input pakan hijauan, konsentrat, dan air masing-masing berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen, sedangkan untuk input tenaga kerja tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen. Hasil analisis penggunaan input optimal menunjukkan bahwa penggunaan input di lokasi penelitian masih belum optimal, karena nilai rasio NPM/BKM dari setiap input masih belum menujukkan nilai sama dengan satu. Kata kunci: faktor produksi, input optimal, koperasi, produksi susu

6

7 ABSTRACT YANI LUVITASARI. Analysis of Production Efficiency and Income of Dairy Cattle Breeders at Cibodas Village, Sub-District of Cikajang, Garut. Supervised by YUSMAN SYAUKAT. There are two dairy farmer groups in Cibodas area which are also joined thekoperasipeternakgarut Selatan (KPGS) Cikajang. The dairy farmers are mostly smallholders, thus the dairy farms are still being maintained traditionally. Therefore, to achieve the maximum profit, the farmers should arrange the production factor allocation efficiently. Therefore, it is interesting to see as also analyzed by the writer, the farmers characteristics, production efficiency analysis, and the degree of income analysis. This study uses the descriptive analysis to identify the farmers characteristics, the double linier regression which further is being transformed into the natural logarithm form, the farmers degree of income analysis, and the optimum input usage analysis. The study is resulting evidences that the dairy farmers in KPGS are dominated by men, with the average age is years old, farmers are typically finished their elementary school, with the dairy farming experiences are on average, and the owned dairy cows are 1,8 ST. The degree of income analysis shows that with 1,8 ST owned cows per farmer, the dairy business has already profitable. The regression analysis shows that the usage of feed, concentrate, and water are significantly influenced the model with 5 percent alpha, while the worker factor is not significantly proven to influence the model. The optimum input usage analysis shows that input usage has not been optimally used in Cibodas Area, it is showed by the NPM/BKM ratio of each input is not equal with one. Keywords: cooperative, milk production, production factor, optimum input

8

9 ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI DESA CIBODAS KECAMATAN CIKAJANG KABUPATEN GARUT YANI LUVITASARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkngan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

10

11

12

13 PRAKATA Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia-nya, skripsi yang berjudul Analisis Efisiensi Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas dukungan dari banyak pihak, untuk itu dalam kesempatan ini, penulis meenyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada : 1. Orang tua tercinta (Bapak Maman (Alm),Ibu A ah Rohayati, dan Bapak Ade Safari), yang telah memberikan doa dan semangat. Semoga karya ini dapat menjadi salah satu persembahan terbaik untuk mereka. 2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M. Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu serta wawasan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr.Ir. Ahyar Ismail, M. Agr dan Rizal Bakhtiar S.Pi, M.Si selaku dosen penguji utama dan selaku dosen perwakilan departemen yang telah memberikan banyak masukan dalam penulisan skripsi ini. 4. Staff pengajar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis. 5. Segenap pengurus KPGS Cikajang dan peternak di Desa Cibodas yang telah bersedia membantu memberikan informasi terkait penelitian ini. 6. Tegar Nugraha yang selalu memberikan bantuan, motivasi dan semangat. 7. Sahabat-sahabat seperjuangan di ESL 47, Dian, Dewi,Esya, dan Atika. 8. Sahabat-sahabat Himpunan Mahasiswa Garut Ai, Eva, Shovi, Pika, Tatang, Iman, Ika, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga segala saran dan kritik terkait skripsi penulis terima. Semoga penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca. Bogor, November 2014 Yani Luvitasari

14

15 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xix DAFTAR GAMBAR xx DAFTAR LAMPIRAN xx PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 7 Teori Ekonomi Produksi 7 Efisiensi Usaha Ternak 8 Pendapatan Usaha Ternak 8 Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah 10 Penelitian Terdahulu 10 KERANGKA PEMIKIRAN 12 Kerangka Pemikiran Teoritis 12 Konsep Usaha Peternakan Sapi Perah12 Fungsi Produksi13 Elastisitas Produksi15 Konsep Penggunaan Input Optimal17 Kerangka Pemikiran Konseptual 19 METODE PENELITIAN 22 Lokasi dan Waktu Penelitian 22 Jenis dan Sumber Data 22 Metode Pengambilan Contoh 22

16 Metode Analisis dan Pengolahan Data 23 Analisis Karakteristik Peternak23 Analisis Fungsi Produksi24 Pengujian Statistik25 Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah 27 Analisis Penggunaan Input Optimal 29 GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 31 Letak Geografis dan Pembagian Administratif 31 Gambaran Umum Penduduk dan Matapencaharian 31 Gambaran Umum KPGS Cikajang 32 Gambaran Umum Peternak Desa Cibodas Anggota KPGS Cikajang 33 HASIL DAN PEMBAHASAN 37 Karakteristik Peternak 37 Umur Peternak37 Tingkat Pendidikan38 Pengalaman Beternak39 Jenis Kelamin Peternak Responden40 Analisis Pendapatan Usaha Ternak 40 Analisis Penerimaan Usaha Ternak41 Analisis Struktur Biaya Usaha Ternak42 Analisis Pendapatan Usaha Ternak45 Analisis Efisiensi Produksi Usaha Ternak 46 Analisis Penggunaan Input Optimal 51 SIMPULAN DAN SARAN 54 Simpulan 54 Saran 54 DAFTAR PUSTAKA 56 LAMPIRAN 59 RIWAYAT HIDUP 74

17

18

19 DAFTAR TABEL 1Konsumsi daging, telur, dan susu di Indonesia tahun Jenis dan metode analisis data 23 3 Perhitungan analisis pendapatan usaha ternak sapi perah 28 4Jadwal kegiatan peternak responden dalam pemeliharaan sapi perah di Desa Cibodas, Kec. Cikajang, Kab. Garut 35 5 Karakteristik peternak responden berdasarkan usia di Desa Cibodas,Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut 37 6 Karakteristik peternak responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut 38 7 Karakteristik peternak responden berdasarkan pengalaman beternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut 39 8 Karakteristik peternak responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut 40 9 Rata-rata penerimaan per peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Rata-rata biaya produksi per peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Ciakajang, Kabupaten Garut Rata-rata pendapatan per peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Hasil pendugaan fungsi produksi susu di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Rasio NPM dan BKM usahaternak milik peternak responden di DesaCibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut 52

20 DAFTAR GAMBAR 1 Kurva Produksi 15 2 Kurva daerah produksi 16 3 Penentuan keuntungan dengan penggunaan input optimal 18 4 Kerangka pemikiran operasional 21 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuisioner Penelitian 60 2 Hasil analisis regresi 68 3 Data Karakteristik Peternak Responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang. Kabupaten Garut 70 4 Data Kepemilikan Sapi Peternak Responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut 71 5 Faktor-Faktor Produksi Usaha Ternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut 72 6 Dokumentasi Penelitian 73

21 PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS2014), Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada triwulan I-2014 meningkat sebesar 0,95 persen dibandingkan triwulan IV-2013, dari sisi produksi pertumbuhan ini terutama didukung oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang meningkat sebesar 22,70 persen 1. Subsektor peternakan mampu menyerap tenaga kerja sekitar 10,40 persen 2. Subsektor peternakan memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat. Hal ini karena subsektor peternakan memiliki peran penting bagi masyarakat seperti dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani yang sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang terus bertambah dan juga diiringi oleh peningkatan rata-rata pendapatan penduduk. Produk utama subsektor peternakan adalah daging, telur, dan susu. Komoditi subsektor peternakan yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah sapi perah. Susu sapi perah merupakan salah satu bahan makanan yang menjadi sumber protein hewani. Kebutuhan akan protein hewani masyarakat Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan jumlah penduduk dan tingkat kesadaran gizi masyarakat yang didukung oleh pengetahuan dan teknologi. Data mengenai tingkat konsumsi susu yang terus meningkat dibandingkan komoditas peternakan lainnya di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan tingkat konsumsi daging, telur, dan susu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 di Indonesia. Jika dilihat dari tingkat konsumsi nasional, jumlah konsumsi susu lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi daging dan telur. Jumlah permintaan susu tertinggi ialah pada tahun 2011, yaitu sebanyak 3.494,81 ribu ton. Begitu juga jika dilihat dari 1 tanggal 1 Juni nian_2013.pdf diakses tanggal 1 Juni 2014

22 2 konsumsi per kapita, jumlah konsumsis susu lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi daging dan telur. Tabel 1Konsumsi Daging, Telur, dan Susu di Indonesia Tahun Jenis Konsumsi Nasional (000 Ton) Sumber : Departemen Pertanian (2013) Tingkat konsumsi susu sapi yang tinggi tentunya menimbulkan permintaan yang tinggi pula. Kenyataannya tingkat produksi susu nasional belum dapat memenuhi permintaan susu yang terus meningkat, yang menyebabkan Indonesia masih harus mengimpor susu sapi untuk memenuhi kekurangan produksi susu di dalam negeri. Menurut data BPS pada tahun 2013, permintaan susu nasional baru terpenuhi sekitar 25 persen saja, sedangkan sisanya sekitar 75 persen berasal dari impor. Hal ini menunjukkan bahwa produksi susu dalam negeri perlu ditingkatkan lagi. Peningkatan produksi susu nasional dapat dilakukan dengan pembinaan dan pengembangan usaha peternakan sapi perah sehingga membuka kesempatan bagi para peternak agar dapat lebih meningkatkan produktivitas dan pendapatan dari usaha ternak yang dijalankannya. Tahun Daging 1.643, , , , ,54 Telur 1.453, , , , ,78 Susu 2.125, , , , ,51 KonsumsiPer Kapita (Kg/Kapita/Thn) Daging 6,43 6,60 6,85 7,08 7,05 Telur 5,35 5,17 5,20 5,51 5,68 Susu 9,51 13,14 13,14 14,26 11,01 Selain itu, produktivitas produksi susu sapi perah juga dapat dicapai dengan mengembangkan usaha peternakan sapi perah. Keberadaan usaha peternakan sapi perah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak. Pengembangan usahaternak tersebut dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti aspek produksi, kebijakan, dan kelembagaan. Sebagai negara yang sedang

23 3 berkembang, mayoritas peternak di Indonesia masih didominasi oleh peternakan rakyat yang berada didaerah pedesaan dengan tingkat daya saing dan tingkat kehidupan yang masih sangat rendah. Hal ini menyebabkan usaha peternakan di Indonesia tidak dapat terlepas dari peran koperasi sebagai suatu bentuk kelembagaan. Koperasi peternak ini memiliki fungsi dalam membantu para peternak untuk memperoleh bantuan berupa pinjaman dana untuk pengembangan usaha ternak, pelayanan kesehatan ternak, dan juga membantu dalam memasarkan susu hasil produksi yang selanjutnya akan disalurkan oleh koperasi tersebut ke beberapa Industri Pengolahan Susu (IPS). Menurut BPS (2013), provinsi penghasil susu terbesar kedua setelah Jawa Timur adalah Provinsi Jawa Barat. Kemampuan untuk menghasilkan produksi susu di Provinsi Jawa Barat tidak terlepas dari kontribusi kabupaten dan kota yang tercakup dalam wilayah Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah sentra produksi susu sapi di Provinsi Jawa Barat. Kondisi bentang alam Kabupaten Garut sangat memungkinkan untuk meningkatkan produksi susu sapi baik kualitas maupun kuantitasnya. Adapun potensi yang dimiliki Kabupaten Garut untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perah yaitu jumlah populasi sapi perah sekitar ekor dan luas penggembalaan sekitar 2.651,65 Ha dengan produktivitas lahan dalam menghasilkan pakan sebesar 28,29 Ton/Ha 3. Berdasarkan uraian diatas, maka susu sapi perah dapat dijadikan sebagai salah satu komoditas strategis oleh pemerintah Kabupaten Garut. Hal ini karena susu merupakan industri peternakan yang berbasis pedesaan yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Selain kondisi lahan dan jumlah ternak yang berpotensi, faktor pendukung lainnya ialah adanya sebuah kelembagaan peternak yang ikut berperan dalam pengelolaan peternakan sapi perah di Kabupaten Garut. Koperasi Peternak Garut Selatan Cikajang (KPGSCikajang) merupakan koperasi pertama yang menangani usaha susu sapi di Kabupaten Garut, sehingga KPGS Cikajang memiliki peran penting dalam pengembangan usaha sapi perah di Kabupaten Garut. Peternak anggota KPGS Cikajang terbagi menjadi 37 kelompok, salah satunya adalah Maret 2014

24 4 kelompok ternak Ngamplang dan Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Kelompok yang berada di Desa Cibodas tersebut merupakan kelompok yang memiliki kualitas susu paling baik diantara kelompok yang lain. Kualitas tersebut berdasarkan standar kandungan lemak yang terkandung di dalam susu. Standar kandungan lemak yang ditetapkan oleh KPGS Cikajang ialah sebesar 3,30. Kondisi tersebut menarik untuk dikaji, adapun hal yang ingin dikaji oleh peneliti dari kondisi peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah mengenai karakteristik peternak, tingkat efisisensi produksi, dan tingkat pendapatan peternak. Perumusan Masalah Kecamatan Cikajang merupakan salah satu daerah sentra penghasil susu terbesar di Kabupaten Garut. Selain memiliki cuaca yang cocok untuk membudidayakan sapi perah, didukung pula oleh tersedianya lahan yang dapat digunakan untuk menyediakan pakan ternak, sehingga usaha ternak tersebut dapat memberikan prospek yang menjanjikan. Pengembangan usaha ternak tersebut tidak hanya memberikan hasil pada peningkatan produksi susu sapi saja, melainkan juga dapat meningkatkan pendapatan bagi para peternaknya jika dikelola dengan baik. Hal ini juga diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan peternak melalui perolehan dari pendapatan usaha ternak sapi perah yang mereka jalankan. Perolehan pendapatan tersebut salah satunya melalui penjualan susu segar. Sistem penjualan susu segar yang dilakukan oleh peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah melalui KPGS Cikajang, yang kemudian disalurkan ke Industri Pengolahan Susu. Pendapatan peternak yang meningkat dapat memberikan kesempatan bagi peternak untuk meningkatkan skala usahanya, sehingga perkembangan usaha ternak susu sapi perah dapat terus berkembang. Pendapatan usaha ternak yang diterima peternak merupakan selisih dari penerimaan penjualan susu dan penjualan sapi yang terjual dengan biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak. Penerimaan yang diperoleh dari penjualan susu merupakan penerimaan utama yang dijadikan sebagai sumber biaya untuk membiayai biaya produksi

25 5 usaha ternak sapi perah peternak. Adapun pengeluaran utama yang harus dikeluarkan peternak ialah biaya untuk pembelian pakan konsentrat. Pendapatan peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut salah satunya dipengaruhi oleh besarnya biaya produksi. Berdasarkan hasil survei di lapangan, yang menjadi kendala dalam biaya produksi yang dikeluhkan peternak di daerah penelitian ialah tingginya harga konsentrat yaitu sebesar Rp per kg. Hal ini dikeluhkan oleh peternak karena peternak beranggapan bahwa harga konsentrat hampir setengah dari harga susu yang ditetapkan oleh KPGS Cikajang, yaitu sebesar Rp per liter. Asumsinya apabila kebutuhan pakan konsentrat tinggi, maka biaya produksi akan meningkat dan akan mengurangi pendapatan peternak. Kondisi usaha ternak yang dijalankan oleh peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut masih berupa peternakan rakyat berskala kecil, sehingga sistem pemeliharaannya masih secara tradisisonal. Kondisi ini menunjukkan bahwa untuk memperoleh keuntungan yang maksimal maka peternak harus mengatur alokasi faktor-faktor produksi dengan efisien. Efisiensi usaha ternak tersebut diharapkan dapat meminimumkan biaya produksi. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana karakteristik peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut? 2) Bagaimana tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut? 3) Bagaimana efisiensi produksi usaha ternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut? Tujuan Penelitian Berdasarkan tujuan umum yang telah dipaparkan, maka tujuan khusus penelitian ini adalah : 1) Mengidentifikaasi karakteristik peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut.

26 6 2) Menganalisis tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. 3) Menganalisis efisiensi produksi usaha ternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1) Peternak sapi perah, diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan produksi susu dalam usaha ternak sapi perahnya. 2) Para akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi dan dapat memberikan tambahan pengetahuan. 3) KPGS Cikajang dan Pemerintah Kabupaten Garut, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan usaha sapi perah. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah: 1) Penelitian ini mencakup tentang analisis efisiensi produksi serta analisis pendapatan usaha ternak sapi perah anggota KPGS Cikajang, Kabupaten Garut. 2) Usaha ternak sapi perah yang diteliti adalah usaha ternak sapi perah anggotakpgs Cikajang, Kabupaten Garut. 3) Penelitian dilaksanakan di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dengan mengambil sample 37 responden peternak.

27 7 TINJAUAN PUSTAKA Teori Ekonomi Produksi Produksi dalam artian yang umum didefinisikan sebagai segala kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan atau menambah guna atas suatu benda untuk memenuhi kebutuhan kepuasan manusia. Setiap proses untuk menghasilkan barang dan jasa dinamakan proses produksi. Produksi dalam artian lebih operasional adalah suatu proses dimana satu atau beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang dan jasa yang disebut output. Input sebagai faktor produksi merupakan semua benda dan alat-alat yang digunakan untuk menghasilkan atau menambah daya guna barang. Faktor produksi meliputi sumber daya alam, manusia, modal, dan sumber daya kewirausahaan. Sumberdaya alam meliputi tanah, air, hutan, udara, sinar matahari, dan barang-barang tambang. Sumber daya manusia dibedakan atas sifat kerja dan kualitas kerja. Sumber daya modal dibedakan menurut sifat, fungsi, bentuk, dan menurut sumber. Banyak jenis kegiatan yang terjadi dalam proses produksi karena ada perubahan bentuk, tempat, dan waktu penggunaan hasil-hasil produksi. Tujuan produksi adalah menjaga kesinambungan usaha, meningkatkan keuntungan, meningkatkan jumlah, mutu, dan metode barang, serta untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Masing-masing perubahan tersebut menentukan penggunaan input untuk menghasilkan output yang diinginkan. Ada tiga konsep efisiensi dalam penyelenggaraan produksi yaitu efisiensi teknis, efisiensi harga, dan ekonomis. Efisiensi teknis menyatakan perbandingan output fisik dengan input fisik telah mencapai maksimum. Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis jika faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif kalau nilai dari produk marjinal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisiensi ekonomi jika usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis sekaligus juga mencapai efisiensi harga. Efisiensi

28 8 ekonomis menyatakan kondisi proses produksi telah mencapai keuntungan yang maksimum berupa nilai uang (bukan berupa hasil produk fisik). Pandangan dari konsep efisiensi ekonomi pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila dapat menghasilkan keuntungan maksimum (Soekartawi 1991). Efisiensi Usaha Ternak Menurut Mubyarto (1989), efisiensi usaha ternak merupakan hasil bersih (netto) dari kegiatan usaha ternak yang diperoleh setelah mengurangakan hasil atau pendapatan kotor (bruto) dari produksi dengan jumlah seluruh biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak. Apabila hasil usahaternak tersebut besar, maka ini mencerminkan rasio yang baik dari nilai hasil dan biaya. Semakin tinggi rasio berarti usahaternak tersebut semakin efisien. Menurut Yekti (2005), efisiensi ekonomi merupakan rasio antara keuntungan aktual dengan keuntungan potensial yang mungkin dicapai oleh suatu usahatani. Oleh sebab itu, untuk mengetahuinya perlu dilakukan estimasi terhadap fungsi keuntungan frontliner. Fungsi keuntungan tersebut menyatakan kemampuan keuntungan maksimum atau potensial apabila sumberdaya digunakan secara optimal. Efisiensi ekonomi suatu usaha ternak dapat dilakukan dengan pendekatan fungsi keuntungan. Tingkat efisiensi usaha ternak dapat diketahui melalui analisis R/C rasio. R/C rasio merupakan rasio penerimaan dan biaya. Analisis R/C rasio dalam usaha ternak biasanya menggambarkan tingkat efisiensi usaha ternak berdasarkan rasio antar variabel biaya yang harus dikeluarkan dan penerimaan yang diterima. R/C rasio dapat menunjukkan rasio yang diterima peternak berdasarkan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan Usaha Ternak Tujuan usaha ternak adalah untuk memperoleh pendapatan yang sebesarbesarnya dengan menggunakan biaya yang efisien. Tujuan tersebut dapat dicapai antara lain melalui analisis pendapatan dengan cara menghitung semua penerimaan yang diperoleh dengan seluruh biaya pengeluaran, melakukan efisiensi usaha, dan melakukan penataan manajemen yang baik. Unsur pokok yang menjadi bahan analisis dalam pendapatan adalah dengan menghitung penerimaan dan biaya-biaya yang digunakan. Biaya yang dikeluarkan sebagai

29 9 biaya untuk memperoleh hasil selama periode usaha tertentu disebut sebagai biaya usaha. Biaya usaha tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel (Gusasi dan Saade 2006). 1) Biaya Tetap Biaya tetap ialah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai usaha secara tetap, tidak tergantung pada besarnya skala usaha seperti pajak bumi dan bangunan, biaya penyusutan kandang, peralatan, listrik dan gaji tetap karyawan yang dinyatakan dalam rupiah selama satu siklus pemeliharaan. 2) Biaya Variabel Biaya variabel ialah biaya yang dikeluarkan tergantung pada jumlah besar kecilnya volume usaha. Semakin besar usaha, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Adapun biaya-biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel diantaranya, biaya tenaga kerja dan bahan bakar, semuanya dinyatakan dalam rupiah pada periode rata-rata setiap pemeliharaan. Menurut Halcrow (1981), konsep biaya dari segi ekonomi harus dipandang dari kelangkaan dan alternatif penggunaan suatu sumberdaya. Petani dihadapkan pada pengambilan keputusan untuk mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya guna mencapai tujuan yang diharapkan. Pemilihan komoditas yang akan diusahakan tentunya dilandasi oleh adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi (Yekti 2005). Menurut Rahim dan Hastuti (2007), pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang digunakan dalam proses produksi, dengan kata lain pendapatan tersebut meliputi pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan yang diperoleh peternak merupakan suatu kriteria dalam menentukan tingkat keuntungan serta keberhasilan peternak dalam menjalankan usaha ternak. Pendapatan merupakan selisih antara keseluruhan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan oleh peternak. Perhitungan mengenai penerimaan dan biaya usaha ternak perlu dilakukan sebelum menghitung pendapatan usaha ternak (Soeyatno 2013). Keberhasilan usaha ternak jika dilihat dari segi pendapatan dinilai berdasarkan tingkat efisiensinya, yaitu kemampuan usaha tersebut menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dan dihitung dengan

30 10 membandingkan penerimaan dengan biaya atau sering disebut R/C rasio. Unsurunsur yang diperlukan dalam analisis pendapatan usaha ternak sapi perah, yaitu total penerimaan tunai, total penerimaan lain-lain, total biaya tunai, dan total biaya diperhitungkan (Soeyatno 2013). Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Menurut Sudono (1999), peternakan sapi perah lebih menguntungkan dari peternakan lainnya. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari peternakan sapi perah ialah sebagai berikut : 1) Suatu usaha tetap; 2) Sapi perah sangat efisien dalam merubah makanan ternak menjadi protein hewani dan kalori; 3) Jaminan pendapatan tetap; 4) Penggunaan tenaga kerja yang tetap; 5) Sapi perah dapat menggunakan berbagai jenis hijauan yang tersedia; 6) Kotoran sapi perah dapat membantu menjaga kesuburan tanah. Adapun yang mempengaruhi keuntungan peternakan sapi perah ialah sebagai berikut : 1) Skala Usaha Produktif 2) Daya Dukung Sumberdaya Pakan 3) Bibit Sapi Perah 4) Harga Input Produksi dan Output 5) Agroklimat 6) Kualitas Susu 7) Manajemen Budidaya 8) Skala Usaha Selain faktor-faktor diatas, faktor lain yang mempengaruhi pendapatan usaha tenak adalah karakteristik dari peternak itu sendiri. Adapun karaketristik peternak yang berpengaruh terhadap pendapatan adalah sebagai berikut : (1) skala kepemilikan; (2) umur; (3) tingkat pendidikan; (4) pengalaman beternak; (5) motivasi beternak; (6) jumlah tanggungan keluarga; dan (7) tenaga kerja. Penelitian Terdahulu Heriyatno (2009) melakukan penelitian pada anggota Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat mengenai analisis pendapatan dan faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah di tingkat peternak. Menunjukkan bahwa jumlah pemberian pakan

31 11 konsentrat, jumlah pemberian pakan hijauan, dan masa laktasi berpengaruh nyata terhadap produktivitas sapi perah peternakan, sedangakan besarnya biaya usaha tidak berpengaruh secara nyata, sekitar 40,2 % hubungan antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan jumlah produksi susu di tingkat peternak dapat dijelaskan oleh fungsi produksi tersebut. Usaha ternak sapi perah yang dijalankan oleh anggota KSU Karya Nugraha memiliki nilai R/C rasio sebesar 1,11, sehingga usaha tersebut layak untuk dijalankan. Kamiludin (2009) melakukan penelitian mengenai usaha peternakan sapi perah di Kawasan Peternakan Sapi Perah Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini adalah : 1) Menganalisis struktur biaya dan struktur penerimaan peternakan sapi perah di kawasan peternakan sapi perah, dan 2) Menganalisis besarnya pendapatan yang diperoleh oleh peternakan sapi perah di kawasan peternakan sapi perah, yaitu dengan menghitung rasio penerimaan terhadap total biaya usaha ternak. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa biaya usaha ternak di kawasan peternakan sapi perah Cibungbulang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Komponen dari biaya variabel terdiri dari biaya pakan, insemenasi buatan dan obat-obatan, perlengkapan, air, dan listrik, sedangakan untuk biaya tetap terdiri dari biaya transportasi, penyusutan bangunan, penyusutan peralatan, penyusutan ternak, penyusutan kendaraan, tenaga kerja dalam keluarga, dan tenaga kerja kuar keluarga. Hasil analisis mengenai pendapatan menunjukkan bahwa penerimaan usaha ternak di kawasan peternakan sapi perah Cibungbulang dibagi atas penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai diperoleh dari penjualan susu dan penjualan ternak, sedangkan penerimaan tidak tunai meliputi susu yang dikonsumsi oleh pemilik dan tenaga kerja, serta perubahan nilai ternak.

32 12 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu sebagai acuan alur berfikir dalam melakukan penelitian. Konsep Usaha Peternakan Sapi Perah Sejarah peternakan sapi perah di Indonesia dibagi menjadi dua masa, yaitu 1) masa pemerintahan Hindia Belanda dari awal abad ke-19 sampai tahun 1940; 2) masa pemerintahan Indonesia merdeka sampai sekarang. Kedua masa tersebut memiliki perbedaan, dimana pada masa pemerintahan Belanda peternakan sapi perah umumnya berbentuk perusahaan susu yang memelihara sapi perah dan menghasilkan susu yang kemudian dijual ke konsumen, sedangkan pada masa pemerintahan Indonesia merdeka selain terdapat perusahaan-perusahaan susu, juga terdapat beberapa peternak sapi perah yang memiliki 2 sampai 3 ekor sapi sebagai usaha sampingan (Sudono 1999). Menurut Mubyarto (1989), pola pemeliharaan peternakan di Indonesia dibagi menjadi tiga kelompok : 1) Peternakan Rakyat Peternakan yang budidayanya dilakukan secara tradisional, pemeliharaannya dilakukan oleh anggota keluarga dengan keterampilan yang masih sederhana. Biaya yang dikeluarkan hanya untuk membeli bibit, pembuatan kandang, dan peralatan-peralatan lain. Tujuan utama pemeiharaan hewan ialah sebagai ternak kerja. 2) Peternakan Semi Komersial Keterampilan yang dimiliki sudah cukup baik. Bahan makanan yang digunakan berupa hasil ikutan panen seperti bekatul, jerami, jagung, dan rumput yang dikumpulkan oleh anggota keluarga sendiri. Tujuan utama pemeliharaan hewan ternak ialah untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi pribadi.

33 13 3) Peternakan Komersial Dijalankan oleh peternak yang memiliki modal dan sarana produksi yang cukup modern. Sudah dapat membayar tenaga kerja. Makanan ternak yang dipakai dibeli dari luar dalam jumlah yang banyak. Tujuan utama pemeliharaan ternak ialah untuk mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya. Menurut Priyanti et al (2009) usaha sapi perah di Indonesia sebagian besar didominasi oleh peternakan rakyat. Peternak dituntut untuk memiliki pengetahuan dalam melaksanakan usahanya, baik dalam bidang produksi maupun pemasaran sehingga dapat menghitung keuntungan dan kerugian yang terjadi. Adapun tujuan dari pemeliharaan sapi perah yang berorientasi bisnis ialah untuk memperoleh keuntungan ekonomi yang optimal berdasarkan sumberdaya dan nilai investasi yang dimiliki. Menurut Sudono dan Rosdiana (2003), jumlah sapi yang dimiliki oleh peternakan milik rakyat biasanya berjumlah dua sampai tiga ekor. Peternakan milik rakyat tersebut biasanya tidak terlepas dari peran koperasi. Peternakan milik rakyat tersebut tidak lepas dari adanya peran koperasi peternak yang menangani usaha ternak seperti menyediakan pakan konsentrat dan penyaluran susu dari peternak ke IPS. Keperasi sapi perah tersebut tentunya berbeda dengan koperasi biasa, karena koperasi sapi perah beranggotakan peternak sapi perah dimana anggota merupakan pengusaha dan usahanya tersebut menunjang kehidupan koperasi. Fungsi Produksi Menurut Debertin (1986), fungsi produksi merupakan hubungan teknis input menjadi output. Secara umum fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut : y = f(x) dimana : y = output x = input Pengukuran tingkat produktivitas dari suatu proses produksi dapat menggunakan produk marjinal (PM) dan produk rata-rata (PR) sebagai tolak ukur. Produk marjinal diartikan sebagai perubahan output akibat dari perubahan satu satuan input variabel. Produk rata-rata merupakan produksi total (y) per satuan

34 14 input variabel. Secara matematis produk marjinal dan produk rata-rata dapat digambarkan sebagai berikut: PM PR = y/ x = y/x dimana : y/ x = Perbandingan perubahan jumlah input yang digunakan dengan perubahanjumlah output yang diproduksi. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara PM dan PR ialah sebagai berikut (Soekartawi 1990) : Apabila PM lebih besar dari PR, hal ini menunjukkan bahwa produksi ratarata (PR) masih ada dalam kondisi meningkat. Apabila PM lebih kecil dari PR, ini berarti bahwa produksi rata-rata (PR) ada dalam kondisi menurun. Apabila PM sama dengan PR, maka produksi rata-rata (PR) ada dalam kondisi maksimum. Produksi total (PT) maksimum dapat dicapai pada saat PM sama dengan nol. Secara matematis dituliskan sebagai berikut : PT max = fʹ(x) = y x = 0, dan 2y x 2 = fʺ (x) < 0 Selanjutnya PM akan sama dengan PR pada saat PR ada pada kondisi maksimum, dan PR akan mencapai maksimum pada saat turunan pertamanya sama dengan nol. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :

35 15 y A B C x y D E PR x PM Gambar 1Kurva Produksi Keterangan : A = Produksi total B = Output pada saat PR maksimum C = titik belok D = PM maksimum E : PR maksimum (PR dan PM berpotongan) Elastisitas Produksi Elastisitas produksi (E p ) merupakan respon perubahan output dari perubahan input (Debertin 1986). Elastisitas produksi digunakan untuk mengukur

36 16 efisiensi. Secara matematis persamaan elastisitas produksi dapat dirumuskansebagai berikut : E p = ( y/ x)* x/y = PM/PR dimana : E p = elastisitas produksi karena y/ x adalah PM, maka besarnya E p tergantung dari besar kecilnya PM dari suatu input, misalnya input x. Pembagian daerah dalam fungsi produksi dapat dijelaskan melalui konsep elastisitas produksi. Pada tingkat penggunaan input yang meningkat, elastisitas produksi (E p ) akan berubah karena E p merupakan nisbah dari PM dan PR. Nilai E p tersebut dapat menunjunkkan daerah produksi. Jika E p lebihbesar dari satu, maka PM akan lebih besar dari PR, dan hal ini berada pada daerah I. Daerah II dimulai pada titik E p = 1 dan PM = PR, sedangkan daerah III dimulai pada titik E p = 0 dan PM juga = 0. Daerah III ini akan selalu terjadi pada saat E p negatif, demikian pula PM juga negatif (Priyanti et al 2009). Kondisis tersebut dapat dilihat pada gambar berikut : y x y I II PM III Gambar 2Kurva daerah produksi PR x

37 17 I : pada daerah I produksi masih dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan jumlah input produksi dan keuntungan maksimum belum tercapai. Daerah tersebut merupakan daerah Irrasional. II : pada daerah II keuntungan maksimum telah tercapai dengan tingkat penggunaan faktor produksi tertentu. Daerah tersebut merupakan daerah Rasional. III:penambahan faktor produksi pada daerah III tidak lagi efisien, sehingga daerah ini disebut daerah Irrasional. Konsep Penggunaan Input Optimal Efisiensi ekonomi merupakan kombinasi dari input untuk memaksimumkan keuntungan. Tingkat keuntungan maksimum pada peternak dapat diketahui melalui pendekatan penerimaan total dan biaya total, serta dengan menentukan jumlah input optimum. Maksimisasi keuntungan dengan menggunakan pendekatan penerimaan total dan biaya total secara matematis ditulis sebagai berikut (Debertin 1986) : Π = TR TC = P y. y - vi xi - B = P y. f(xi) - vixi B dimana : Π TR TC x P Y = keuntungan = total penerimaan (total revenue) = total biaya (total cost) = jumlah input = harga output vi = harga input B = biaya Selain dengan menggunakan pendekatan diatas, maksimisasi keuntungan juga dapat dilakukan dengan menentukan jumlah input optimum. Secara matematis dituliskan sebagai berikut :

38 18 1) Necessary Condition Π max : π x = 0 Πʺ = 0 π = P y. y - vi = 0 xi xi P y. y xi = vi NPMi = vi 2) Sufficient Condition dimana : d2π dx2 < 0 PM = produk marjinal NPM = nilai produk marjinal Keuntungan maksimal diperoleh ketika NPM sama dengan vi, pada kondisi ini dapat diketahui jumlah input optimal yang harus digunakan oleh preternak untuk memaksimalkan keuntungannya. Jika penggunaan input dalam proses produksi sudah mencapai penggunaan input yang optimal, maka kegiatan produksi yang dilakukan oleh peternak tersebut sudah dapat dikatakan efisien. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. y NPMi vi xi* x Gambar 3Penentuan keuntungan dengan penggunaan input optimal

39 19 Keterangan : xi* = penggunaan input optimal Kerangka Pemikiran Konseptual Usaha peternakan sapi perah memiliki potensi yang baik untuk terus dikembangkan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dilapangan, usaha ternak yang dijalankan oleh peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut masih berupa peternakan rakyat. Kondisi ini menunjukkan bahwa untuk memperoleh keuntungan yang maksimal maka peternak harus mengatur alokasi faktor-faktor produksi dengan efisien. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap pendapatan peternak, sehingga perlu adanya suatu penelitian mengenai karakteristik peternak, tingkat efisiensi produksi, dan tingkat pendapatan peternak untuk mengetahui kendala-kendala yang sebenarnya dihadapi oleh para peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Penelitian ini melakukan analisis deskriptif terlebih dahulu dengan cara mengidentifikasi karakteristik peternak untuk mengetahui bagaimana karakteristik peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Identifikasi karakteristik peternak didasarkan pada faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah kepemilikan sapi perah, dan pengalaman beternak. Setelah mengidentifikasi karakteristik peternak, selanjutnya dilakukan analisis efisiensi produksi untuk mengetahui apakah penggunaan input-input faktor produksi sudah berada pada tingkat efisien atau tidak. Produksi yang berada pada tingkat efisien dapat menunjukkan hasil produksi yang optimal, dimana produksi optimal tersebut dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Analisis ini menggunakan pendugaan dan pengujian model fungsi Cobb-Douglas terhadap faktor-faktor produksi yang digunakan. Efisiensi produksi dapat diketahui melalui efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis, dalam penelitian ini hanya mengkaji tingkat efisiensi ekonomis. Efisiensi ekonomis tersebut dapat dilihat melalui nilai NPM (nilai produk marjinal) dan BKM (biaya korbanan marjinal) dari faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi. Efisiensi ekonomis tercapai jika nilai NPM

40 20 = BKM, artinya faktor produksi yang digunakan telah mencapai tingkat optimal sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Selain efisiensi produksi, dilakukan juga analisis pendapatan untuk mengetahui berapa besar keuntungan para peternak dalam usahanya. Penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output berupa susu sapi, tentunya membutuhkan suatu biaya (cost) yang harus dikeluarkan oleh peternak. Hasil dari produksi peternak yang dijual akan menghasilkan suatu penerimaan. Selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan peternak menjadi pendapatan yang diperoleh oleh peternak sapi perah. Adapun bagan kerangka pemikiran operasional yang dapat dilihat pada Gambar 4.

41 21 Usaha ternak di Desa Cibodas, Kec. Cikajang, Kab. Garut Sistem peternakan di Desa Cibodas masih bersifat tradisional dengan jumlah kepemilikan sapi yang masih relatif rendah. Masalah : Bagaimana peningkatan pendapatan peternak? Bagaimana tingkat penggunaan input optimal? Analisis Deskriftif Analisis pendapatan usaha ternak Analisis Penggunaan Input Optimal Identifikasi Karakteristik Peternak Estimasi Tingkat Pendapatan Usaha Ternak Estimasi Efisiensi Produksi Rekomendasi untuk peternak dan koperasi Gambar 4Kerangka pemikiran operasional Keterangan : = hubungan koordinasi = feed back

42 22 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi pada penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), karena Desa Cibodas memiliki kelompok ternak yang menghasilkan kualitas susu yang baik diantara kelompok ternak didesa lainnya. Penetuan standar kualitas susu yang ditetapkan oleh KPGS Cikajang ialah berdasarkan kandungan lemak yang terkandung didalam susu. Adapun standar jumlah kandungan lemak yang ditetapkan oleh KPGS Cikajang ialah sekitar 3,30 persen. Pengambilan data dilakukan bulan Juli Jenis dan Sumber Data Berdasarkan jenis dan sumber data, maka data yang digunakan dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua, yaitu : data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dilapangan dan wawancara dengan responden. Proses wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur, sedangkan data sekunder diperoleh dari intansi-intansi terkait. Metode Pengambilan Contoh Responden dalam penelitian ini adalah peternak anggota KPGS Cikajang yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dan minimal mengusahakan satu ekor sapi perah. Jumlah responden yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 37 orang peternak. Pengambilan data dari peternak dilakukan di Kampung Ngamplang dan Kampung Cibodas, Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Hal ini dilakukan dengan alasan karena kedua kampung tersebut memiliki kualitas susu yang baik. Proses pengambilan sampel responden dilakukan dengan metode purposive samplingserta berdasarkan arahan dari ketua kelompok ternak yang ada di Kampung Ngamplang, Desa Cibodas dengan pertimbangan bahwa responden yang akan dijadikan sampel telah memiliki informasi yang dibutuhkan peneliti

43 23 dan memiliki kesediaan untuk diwawancara. Jenis dan metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2Jenis dan Metode Analisis Data No Tujuan Jenis Data (Primer/Sekunder) Metode Analisis Data 1 Identifikasi karakteristik peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut 2 Analisis tingkat pendapatan peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut 3 Analisis tingkat efisiensi produksi usaha ternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Data primer dan sekunder Data primer Data primer Analisis deskriptif Analisis pendapatan Analisis regresi linier berganda Metode Analisis dan Pengolahan Data Data yang diperoleh dari hasil observasi langsung dilapangan, studi literatur, wawancara, dan pengisian kuisioner dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi keadaan umum usaha ternak sapi perah dan karakteristik peternak sapi perah. Analisis kuantitatif meliputi analisis efisiensi dan analisis pendapatan usaha ternak. Tahap analisis yang digunakan ialah dengan transfer data, pengolahan data menggunakan Microsoft Excel dan Minitab, kemudian dilanjutkan dengan tahap interpretasi data. Penilain untuk karakteristikpeternak responden dapat diketahui melalui data primer dan data sekunder yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Analisis Karakteristik Peternak Analisis terhadap karakteristik peternak dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan pertanyaanpertanyaan tersetruktur yang diajukan kepada peternak. Adapun karakteristik yang dianggap penting meliputi umur peternak, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengalaman beternak. Karakteristik tersebut dianggap penting karena akan berpengaruh terhadap pelaksanaan usaha ternak.

44 24 Analisis Fungsi Produksi Model estimasi yang digunakan untuk menduga fungsi produksi usaha ternak sapi perah ini adalah model fungsi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobbdouglas merupkan model fungsi produksi yang sering digunakan oleh peneliti dalam melakukan analisis mengenai usaha ternak ataupun usahatani. Alasannya karena perhitungan dan penjelasan fungsi ini lebih mudah dibandingkan dengan fungsi lain dan lebih mudah ditransfer dalam bentuk linier. Selain itu parameter didalam fungsi cobb-douglas dapat digunakan sebagai elastisitas produksi untuk setiap faktor produksi.model fungsi produksi Cobb-Douglas untuk usaha ternak yang dipertimbangkan secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut : y =b 0. x 1 b1. x 2 b2. x 3 b3 x 4 b4. e u dimana : y x 1 x 2 x 3 x 4 b 0 u b i e = produksi susu sapi (liter/st/hari) = pakan hijauan (kg/st/hari) = pakan konsentrat (kg/st/hari) =air (liter/st/hari) =tenaga kerja (HOK) = konstanta = galat = besaran parameter, elastisitas dari masing-masing faktor produksi, dimana i = 1 4 = bilangan natural model fungsi produksi Cobb-Douglas diatas selanjutnya dirubah kedalam fungsilogaritme natural (ln). Adapun bentuk persamaannya adalah sebagai berikut : ln y = ln b 0 + b 1 ln x 1 + b 2 ln x 2 + b 3 ln x 3 + b 4 lnx 4 dimana : ln y ln x 1 = ln produksi susu sapi (liter/ekor/hari) = ln pakan hijauan (kg/st/hari)

45 25 ln x 2 ln x 3 ln b 4 ln b 0 = ln pakan konsentrat (kg/st/hari) = ln air (liter/st/hari) = ln tenaga kerja (HOK) = ln konstanta Pengujian Statistik Pengujian fungsi produksi dilakukan untuk mengevaluasi apakah model yang digunakan sudah baik atau tidak. Pengujian model secara statistik antaralain terdiri dari koefisien determinasi, uji-t, dan uji-f. 1. Koefisien Determinasi (R-square) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui tingkat keragaman variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen dalam model. Nilai R-square berkisar antar 0 sampai dengan 1. Jika nilai R-square mendekati 1, maka model tersebut semakin baik, karena semakin besar keragaman variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen dan semakin sedikit kergaman variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel lain diluar model (Gujarati 2003). 2. Uji-t Statistik Uji-t statistik digunakan untuk melihat hubungan atau pengaruh antara variable independen secara individual terhadap variable dependen. Hipotesis yang digunakan : a. Jika hipotesis positif H 0 = b 0 0 : variable independen tidak mempengaruhi variable-variabel dependen secara signifikan. H 1 = b 1 > 0 : variable independen mempengaruhi variable-variabel dependen secara positif dan signifikan. b. Jika hipotesis negatif H 0 = b 0 0 : variable independen tidak mempengaruhi variable-variabel dependen secara signifikan.

46 26 H 1 = b 1 < 0 : variable independen mempengaruhi variable-variabel dependen secara positif dan signifikan. Pengambilan keputusan uji-t adalah : Jika t-tabel t-hitung, H0 diterima berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika t-tabel < t-hitung, H0 ditolak berarti variabel independen secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap variabel dependen. 3. Uji F Statistik Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel penjelas secara bersamasama berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan : H 0 : b 1 = b 2 = b 3 = b 4 = b 5 = 0 ( tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama) H 0 : b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 0 (ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama) Pengambilan keputusan uji F adalah : Apabila F-hitung > F tabel, maka H 0 ditolak berarti secara bersama-sama variable independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen. Apabila F-hitung < F tabel, maka H 0 diterima berarti secara bersama-sama variable independen secara signifikan tidak mempengaruhi variabel dependen. Uji Asumsi Klasik Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, multikolinearitas, dan normalitas. 1. Normalitas Uji ini dilakukan dengan uji normal P-Plot. Mendeteksi dengan melihat penyebaran data (titik-titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan : Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

47 27 Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 2. Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variable independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari variabel lainnya. Ada tidaknya mulitikolinearitas dapat diprediksi melalui nilai VIF setiap prediktor, yaitu jika nilai VIF prediktor tidak melebihi 10, maka tidak ada multikolinearitas. 3. Autokorelasi Ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat dideteksi dengan menggunakan Durbin Watson test, dengan hipotesis sebagai berikut : Jika nilai Durbin Watson statistik < D L, atau Durbin Watson statistik > 4 D L, maka terdapat autokorelasi. Jika nilai D U < Durbin Watson < 4 D U, maka tidak ada autokorelasi. Jika nilai D L Durbin Watson D L atau 4 D U Durbin Watson 4 D L,berati ragu-ragu. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Analisis pendapatan usaha ternak dapat dilakukan dengan menghitung penerimaan kotor dikurangi biaya total. Selisih yang diperoleh tersebut yang dinamakan penerimaan bersih. Pengeluaran total biaya peternakan sapi perah dibagi menjadi dua, yaitu : (1) biaya tunai dan (2) biaya non tunai. Biaya tunai adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh peternak dalam usaha ternak, sedangkan biaya biaya non tunai adalah biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan oleh peternak dalam menjalankan usaha ternaknya, namun ikut diperhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah berupa pengeluaran untuk pembelian pakan konsentrat, air, kesehatan hewan, dan listrik. Biaya non tunai yang dikeluarkan oleh peternak responden ialah berupa pengeluaran untuk biaya tenaga kerja, dan biaya penyusutan peralatan. Biaya penyusutan alat-alat pertanian dihitung dengan membagi selisih antara nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal dipakai.

48 28 Metode yang digunakan dalam perhitungan penyusutan alat-alat pertanian adalah metode garis lurus. Alasan penggunaan metode ini adalah karena jumlah penyusutan alat diasumsikan sama dan tidak laku untuk dijual kembali. Rumus biaya penyusutan adalah sebagai berikut: Biaya penyusutan = Keterangan: Nb nilai sisa n Nb n = Nilai pembelian (Rp) = Umur teknis (tahun) Perhitungan mengenai analisis pendapatan usaha ternak sapi perah peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3Perhitungan AnalisisPendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Variabel Keterangan Nilai (Rp/Tahun) A Penerimaan Tunai B Total Penerimaan C Biaya Tunai D Biaya non tunai E Biaya Total F Pendapatan atas biaya tunai G Pendapatan atas biaya total Harga x hasil susu dijual (liter) Harga jual sapi pedet Harga jual sapi afkir Total A a. Pakan Konsentrat b. Kesehatan Hewan c. Air d. Listrik Biaya Tetap Penyusutan peralatan Biaya tenaga kerja Pakan Hijauan C+D B-C B-E

49 29 Analisis Penggunaan Input Optimal Penggunaan input yang optimal dalam proses produksi penting untuk diketahui. Hal ini karena dengan menggunakan jumlah input yang optimal peternak dapat mengurangi pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan input produksi, sehingga dapat memaksimalkan keuntungan. Keuntungan yang maksimal tersebut dapat dipenuhi apabila jumlah input optimal sama dengan jumlah input aktual. Secara matematis kriteria penggunaan input optimal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Π = P y. y 4 i=1 vi xi B 4 = P y. f(x 1, x 2, x 3, x 4 ) - i=1 vi xi B π x 1 = P y. b 1 [ b 0 x 1 b1-1 x 2 b2 x 3 b3 x 4 b4 ] v 1 = 0 Py (b 1 y x1 ) = v 1 Py MPP = v 1 Karena Py MPP 1 = NPM 1, maka penggunaan input optimal terjadi saat NPM 1 /V 1 = 1 π x 2 = P y. b 2 [ b 0 x 1 b1 x 2 b2-1 x 3 b3 x 4 b4 ] v 2 = 0 Py (b 2 y x1 ) = v 2 Py MPP = v 2 Karena Py MPP 2 = NPM 2, maka penggunaan input optimal terjadi saat NPM 2 /V 2 = 1 π x 3 = P y. b 3 [ b 0 x 1 b1 x 2 b2 x 3 b3-1 x 4 b4 ] v 3 = 0 Py (b 3 y x1 ) = v 3 Py MPP = v 3 Karena Py MPP 3 = NPM 3, maka penggunaan input optimal terjadi saat NPM 3 /V 3 = 1 π x 4 = P y. b 4 [ b 0 x 4 b1 x 2 b2 x 3 b3 x 4 b4-1 ] - v = 0 Py (b 4 y x4 ) = v 4

50 30 Py MPP = v 4 Karena Py MPP 4 = NPM 4, maka penggunaan input optimal terjadi saat NPM 4 /V 4 = 1 NPM 1 /v 1 = NPM 2 /v 2 = NPM 3 /V 3 = NPM 4 /v 4 Secara, penentuan penggunaan input optimal untuk setiap input adalah : NPMi Vi = 1 Dimana : NPM : nilai produk marjinal BKM : biaya korbanan marjinal (v i )

51 31 GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Pembagian Administratif Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Desa ini terletak kurang lebih 1 Km dari pusat Kecamatan Cikajang, 27 Km dari Ibukota Kabupaten Garut, 80 Km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat, dan 300 Km dari pusat pemerintahan negara. Desa Cibodas memiliki batas administratif sebagai berikut : Sebelah Utara : Desa Cikajang Sebelah Selatan : Desa Girijaya Sebelah Barat : Desa Cikajang Sebelah Timur : Desa Giriawas Desa Cibodas memiliki tofografi yang berbukit-bukit. Suhu udara di daerah ini berkisar antara 20 sampai dengan 25 derajat celsius, sehingga cocok untuk dijadikan sebagai daerah pertanian. Desa Cibodas memiliki curah hujan sedang yang biasanya terjadi di bulan November sampai dengan bulan April, sehingga rentan terkena kekeringan. Desa Cibodas masuk kedalam kategori desa besar untuk desa-desa yang berada di pulau Jawa. Adapun luas wilayah yang ada di Desa Cibodas terdiri dari : Luas tanah : 216,8 Ha Luas taman : 18,5 Ha Luas pekarangan : 25,7 Ha Luas pemukiman : 21,5 Ha Luas perkebunan : 52,5 Ha Luas prasarana umum : 47,6 Ha Gambaran Umum Penduduk dan Matapencaharian Desa Cibodas memiliki sekitar jiwa kepala keluarga dengan jumlah penduduk sekitar jiwa pada tahun 2013 yang terdiri atas jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Berdasarkan jumlah penduduk tersebut Desa Cibodas termasuk kedalam kategori desa besar dengan tingkat pertumbuhan seitar 0,02 persen pertahun. Komposisi penduduk Desa Cibodas berdasarkan matapencaharian terdiri atas : buruh tani 160 orang, tani 108

52 32 orang, pedagang 173 orang, pertukangan 123 orang, PNS 137 orang,wiraswasta 405 orang, dan lain-lain 145 orang. Gambaran Umum KPGS Cikajang KPGS Cikajang merupakan salah satu koperasi susu sapi perah yang terletak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. KPGS Cikajang merupakan koperasi pertama yang menangani usaha susu sapi di Kabupaten Garut. Awalnya, KPGS Cikajang berdiri sebagai sebuah amalgamasi dari Koperasi pertanian Desa Cikajang, Desa Cikandang, dan Desa Cigedug menjadi KUD Cikajang I. KUD Cikajang I mengalami perubahan anggaran dasar dan mengganti nama menjadi KPGS Cikajang pada tahun Kegiatan utama KPGS Cikajang ialah pada unit pengolahan usaha sapi perah. Susu segar yang dihasilkan oleh sapi perah diperoleh dari para peternak yang merupakan anggota dari KPGS Cikajang yang kemudian disalurkan ke beberapa IPS, seperti : PT. Indolakto, PT. Danone Dairy Indonesia, dan PT. Ultrajaya. Selain menampung dan memasarkan susu segar KPGS Cikajang juga memiliki unit usaha lain sebagai penunjang dalam memenuhi kebutuhan anggotanya serta untuk meningkatkan keuntungan koperasi. Adapun unit usaha lain yang dijalankan oleh KPGS Cikajang, ialah sebagai berikut : 1) Unit usaha sapi perah (unit utama); 2) Unit usaha pakan ternak; 3) Unit usaha simpan pinjam; 4) Minimarket (bekerjasama dengan Yomart); 5) Unit usaha produk pasteurisasi dan yoghurt. Selain memiliki unit usaha, KPGS Cikajang juga memiliki unit pelayanan. Unit pelayanan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Adapun unit pelayanan yang disediakan oleh KPGS Cikajang untuk anggotanya ialah sebagai berikut : 1) Unit pelayanan kredit sapi; 2) Unit pelayanan kesehatan hewan dan reproduksi; serta 3) Unit simpan dan pinjam. Pelayanan lain yang di berikan oleh KPGS Cikajang untuk anggotanya ialah menyediakan mobil penjemputan susu hasil perahan peternak. Penjemputan tersebut dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari, yaitu sekitar pukul WIB dipagi hari dan pukul untuk sore hari.

53 33 Gambaran Umum Peternak Desa Cibodas Anggota KPGS Cikajang Usaha ternak yang dijalankan oleh responden peternak sapi perah di Desa Cibodas pada umumnya merupakan jenis pekerjaan utama bagi para peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Selain itu, usaha ternak tersebut biasanya merupakan usaha yang diwariskan oleh orangtua. Hal ini dapat dilihat dari status kepemilikan lahan dan kandang yang sebagian besar merupakan warisan dari orangtua. Hampir semua kandang yang dimiliki oleh peternak merupakan jenis kandang permanen dengan ukuran 2 meter kali 1,5 meter dengan tinggi sekitar 2 meter. Kandang tersebut biasanya memiliki lokasi yang dekat dengan sumber air baik itu sumur umum, kolam ikan, maupun sungai. Usaha ternak yang dijalankan oleh peternak sapi perah di lokasi penelitian masih berupa peternakan rakyat, dimana tenaga kerja yang dipakai didalam usaha ternaknya sebagian besar masih menggunakan tenaga kerja keluarga dengan rata-rata kepemelikian sapi laktasi sebanyak 1,32 ST. Sapi perah yang dipelihara oleh peternak responden ialah sapi perah betina bangsa FH (Frisien Holstein). Pakan yang diberikan oleh peternak adalah hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan biasanya diperoleh peternak dari sekitar hutan atau ada juga yang sengaja menanamnya dilahan disekitar kandang sapi perah milik pribadi. Jenis rumput yang ditanam ialah rumput gajah (pennisetum purpureum), sehingga biasanya pakan hijauan yang digunakan oleh peternak untuk pakan ternaknya merupakan campuran antara rumput gajah dan rumput liar.hal ini karena jumlah rumput gajah yang ditanam jumlahnya masih kurang untuk memenuhi kebutuhan pakan harian ternak. Pakan tambahan yang diberikan selain hijauan ialah konsntrat. Konsentrat diperoleh peternak langsung dari KPGS Cikajang dengan harga Rp per kg. Selain pakan, kebutuhan lain yang diperlukan dalam pemeliharaan sapi perah adalah air. Perbandingan air yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 liter susu adalah 3,6 liter. Peternak di Desa Cibodas sebagian besar menggunakan air sumur. Sumur tersebut merupakan sumur umum yang dibuat dari program PNPM, sehingga peternak harus membayar Rp per bulan untukdapat memanfaatkan air tersebut. Selain pakan hijauan, konsentrat, dan air, dalam pelaksanaan usahaternak juga dibutuhkan peralatan yang dapat mendukung pelaksanaan usahaternak sapi

54 34 perah. Adapun peralatan yang digunakan oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, ialah sebagai berikut : a. Milk can, yaitu wadah yang digunakan untuk menampung susu saat akan disetorkan ke koperasi. Wadah ini biasanya terbuat dari aluminium khusus, namun juga ada yang terbuat dari plastik dengan kapasitas 10 sampai 15 liter. b. Ember, ember ini digunakan untuk menampung susu segar saat diperah, dapat juga digunakan untuk keperluan lain seperti untuk memandikan sapi, menampung air, membersihkan kandang, dan menampung pakan ternak. c. Sabit, sabit biasanya digunakan untuk memotong rumput untuk pakan ternak. d. Golok, biasanya digunakan untuk memotong kayu saat membetulkan bagian kandang yang rusak. e. Gayung, biasanya digunakan untuk memberi susu sapi dari induk ke anaknya, bisa juga digunakan untuk memandikan dan membersihkan kandang. f. Sapu lidi, biasanya digunakan untuk membersihkan kandang. g. Sikat, biasanya digunakan untuk memandikan sapi dan membersihkan kandang. h. Sepatu boots, digunakan oleh peternak untuk mencari rumput. Selain pakan, air, dan perlatan yang digunakan dalam kegiatan usaha ternak, faktor lain yang dianggap dapat berpengaruh terhadap usaha tani ialah kondisi kesehatan sapi. Penyakit yang sering diderita oleh sapi milik peternak responden di Desa Cibodas antaralain lumpuh (milk fever) dan mastitis. Lumpuh pada sapi biasanya terjadi pasca melahirkan, penyakit ini disebabkan akibat kekurangan zat kapur. Sapi yang terjangkit penyakit lumpuh ini biasanya langsung dijual oleh peternak dengan harga yang lebih murah dari harga sapi normal. Penyakit mastitis pada sapi ialah penyakit yang menyerang ambing sapi akibat dari peradangan kelenjar susu. Hal ini dapat menyebabkan megeringnya susu sapi dan berdampak pula pada penurunan pendapatan usahaternak. Menurut Soeyatno (2013), penyakit mastitis dapat disebabkan oleh bakteri yang sterptococcus cocci

55 dan staphylococus cocci yang masuk melalui puting dan kemudian berkembangbiak dikelenjar susu. Masuknya bakteri tersebut dapat disebabkan oleh puting yang ada dalam keadaan terbuka kemudian menyentuh lantai atau dari tangan pemerah yang terkontaminasi bakteri. Pemerahan susu yang dilakukan oleh peternak masih dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan menggunakan tangan. Kegiatan memerah susu biasanya memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk satu ekor sapi. Sebelum melakukan pemerahan tersebut biasanya para peternak melakukan pemeliharaan terhadap sapi itu sendiri, pembersihan kandang, dan memberi pakan. Peternak responden dilokasi penelitian menyebut rangkaian kegiatan tersebut dengan nama kokomong. Adapun rangkaian kegiatan yang rutin dilakukan oleh peternak di Desa Cibodas dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4Jadwal Kegiatan Peternak Responden Dalam Pemeliharaan Sapi Perah Di Desa Cibodas, Kec. Cikajang, Kab. Garut Waktu Kegiatan Jam Jenis Kegiatan Pagi Membersihkan kandang sapi Membersihkan sapi sebelum diperah 3. Memberikan pakan dan air 4. Memerah susu Menyetorkan susu ke TPS 2. Persiapan Mencari rumput 3. Mencari rumput Sore Istirahat Memberi pakan dan air 3. Membersihkan kandang sapi 4. Membersihkan sapi sebelum diperah 5. Memerah sapi 1. Menyetorkan susu ke TPS 2. Memberi pakan dan air Jadwal pemeliharaan sapi yang tertera pada Tabel 4 merupakan jadwal yang sesuai dengan prosedur yang diberikan oleh penyuluh dalam penyuluhan yang diadakan oleh koperasi. Penyuluhan yang diberikan oleh koperasi bertujuan untuk

56 36 meningkatkan produktivitas susu sapi yang diharapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan peternak.

57 37 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Karakteristik peternak dianggap sebagai salah satufaktor yang memepengaruhi tingkat pendapatan peternak. Beberapa karakteristik yang dianggap dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan usaha ternak sapi perah meliputi umur peternak, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan pengalaman beternak. Umur Peternak Informasi mengenai umur peternak dianggap penting karena pada umumnya umur dianggap sebagai hal yang memepengaruhi pengetahuan dan sikap dalam menentukan tindakan dalam beternak. Berdasarkan hasil yang diperoleh dilapang, umur peternak yang dijadikan responden dalam penelitian ini berkisar antara 33 sampai 65 tahun. Jumlah umur terbanyak yaitu berada pada kelompok umur 41 sampai 50 tahun dengan jumlah sebnyak 21 orang atau sekitar 56,8 persen. Jumlah presentase umur terendah ialah sebesar 10,8 persen, yang berada pada kelompok umur > 60 tahun. Komposisi sebaran umur tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Usia Di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut No Umur (tahun) Jumlah Persentase (%) , , ,9 4 > ,8 Total Berdasarkan komposisi sebaran umur pada Tabel 5, dapat diketahui bahwa umur peternak sapi perah yang merupakan responden dalam penelitian ini berada pada usia produktif dengan kisaran umur 41 sampai 50 tahun. Hal ini menandakan bahwa para peternak yang ada di lokasi penelitian mempunyai potensi yang tinggi untuk dapat meningkatkan pendapatan dan usaha ternaknya.menurut Kurniawati

58 38 (2012), umur merupakan varibel penting yang dapat memepengaruhi kegiatan usaha karena umur berkaitan erat dengan kemampuan fisik serta daya fikir seorang peternak.selain itu, pada usia tersebut umumnya manusia memiliki rasa ingi tahu dan minat mengadopsi teknologi yang sangat tinggi. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan bagi responden dianggap penting dalam penelitian ini.hal ini karena tingkat pendidikan dianggap sebagai penentu kualitas sumberdaya manusia tersebut.sumberdaya manusia dengan kualitas yang baik dapat terlihat dari tingkat pengetahuan, dan penyelesaian masalah yang dihadapi dalam usaha ternaknya.selain itu tingkat pendidikan yang pernah diperoleh oleh peternak dianggap dapat mempengaruhi penyerapan teknologi dan ilmu pengetahuan. Sebagian besar tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden dalam penelitian ini adalah di tingkat Sekolah Dasar (SD)/sederajat, yaitu sebesar 67,57 persen atau sebannyak 25 responden. Jumlah tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain seperti SMP/sederajat dan SMA/sederajat, yaitu sekitar 8,11 persen atau sebnayak 3 orang untuk pendidikan terkhir SPM/sederajat, dan sebnayak 10,81 persen atau sebanyak 4 orang untuk tingkat pendidikan terkahir SMA/sederajat. Sedangkan sisanya yang tidak tamat SD, yaitu sebesar 13,51 persen atau sebanyak 5 orang. Komposisi mengenai tingkat pendidikan peternak responden dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut No Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1 Tidak Tamat SD 5 13,51 2 SD/sederajat 25 67,57 3 SMP/sederajat 3 8,11 4 SMA/sederajat 4 10,81 Total

59 Selain pendidikan formal, para peternak juga memerlukan pendidikan tambahan berupa pendidikan non formal untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usaha ternaknya.pendidikan non formal ini biasanya dapat diperoleh oleh peternak melalui penyuluhan yang rutin diadakan oleh koperasi baik itu yang diadakan pada kelompok ternak setiap bulannya maupun yang diluar kelompok ternak yang berlangsung setiap satu tahun sekali di tingkat provinsi. Pengalaman Beternak Pengalaman beternak responden dianggap dapat mempengaruhi tigkat pengetahuan dan keterampilan peternak.hal ini karena pengalaman beternak berkaitan dengan lamanya peternak menjalankan usaha ternaknya. Semakin lama pengalaman beternak seorang responden maka akan semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Pengalaman beternak di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak Di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut No Pengalaman Beternak (tahun) Jumlah Persentase (%) , , ,73 4 >31 1 2,71 Total Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah peternak yang menjadi responden dalam penelitian ini paling banyak berkisar antara tahun, yaitu sebanyak 15 orang atau sekitar 40,54 persen, sedangkan pengalaman beternak 1-10 tahun mencapai 27,03 persen atau sebnayak 10 orang. Pengalaman beternak antara tahun sebanyak 11 orang atau sekitar 29,73 persen dan peternak yang pengalaman beternaknya lebih dari 30 tahun hanya ada 1 orang atau sebesar 2,71 persen. Hal ini menujukkan bahwa peternak responden dalam penelitian ini sudah cukup berpengalaman dalam beternak.

60 40 Jenis Kelamin Peternak Responden Kegiatan usahaternak yang dilakukan oleh peternak responden di Desa Cibodas tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, namun juga dilakukan oleh kaum perempuan. Hasil penelitian terhadap jenis kelamin peternak di Desa Cibodas menunjukkan bahwa kegiatan usahaternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut didominasi oleh kaum laki-laki dengan jumlah responden sebanyak 27 orang dengan nilai presentase sebesar 72,97 persen, sedangkan usahaternak yang dijalankan oleh perempuan mempunyai jumlah responden peternak sebanyak 10 orang dengan nilai presentase sebesar 27,03 persen. Adapun kondisi sebaran umum peternak responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) 1 Laki-laki 27 72,97 2 Perempuan 10 72,03 Total Analisis Pendapatan Usaha Ternak Pendapatan usahaternak merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan oleh peternak.pendapatan yang diperoleh dalam usahaternak tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.sebelum melakukan perhitungan mengenai pendapatan usahaternak harus dilakukan perhitungan mengenai penerimaan dan biaya dalam usaha ternak tersebut.pendapatan yang diperoleh merupakan suatu kriteria dalam menentukan tingkat keuntungan serta keberhasilan peternak dalam menjalankan usaha ternaknya.

61 41 Analisis Penerimaan Usaha Ternak Penerimaan yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari penerimaan tunai yang diperoleh dari hasil penjualan susu ke koperasi dan penerimaan dari hasil penjualan ternak. Penerimaan tunai yang diperoleh dari hasil penjualan susu merupakan hasil perkalian antara jumlah total produksi susu segar dengan harga jual dari susu tersebut.sapi ternak yang biasa dijual oleh peternak responden dilokasi penelitian diantaranya terdiri dari sapi pedetdan sapi afkir.adapun jumlah kepemikian rata-rata sapi yang dimiliki oleh peternak responden dilokasi penelitian sekitar 1,8 ST, dengan rata-rata produksi susu sekitar 14,05 liter per ekor per hari. Harga susu yang diterima oleh setiap peternak berbeda-beda dikarenakan kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan peternak juga berbeda-beda. Range harga yang ditetapkan oleh KPGS Cikajang berkisar antara Rp hingga Rp per liter. Penetapan harga tersebut berdasarkan pada kandungan kadar lemak yang terdapat pada susu. Jika kandungan lemak yang terkandung dalam susu rendah, maka harga yang ditetapkan untuk susu tersebut juga rendah. Harga susu yang diterima oleh peternak dilokasi penelitian ialah sebesar Rp 3.900, ini menunjukkan bahwa susu sapi yang diproduksi oleh para peternak memiliki kualitas yang baik. Sumber penerimaan peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9Rata-rata penerimaan per peternak di Desa Cibodas,Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Komponen Penerimaan Jumlah Harga (Rp/satuan) Jumlah (Rp/tahun) Persentase (%) Penerimaan: a. Penjualan Susu (ltr/tahun) b. Penjualan Sapi Afkir (ekor/tahun) c. Penjualan pedet (ekor/tahun) 6.700, ,9 0, ,87 0, ,23 Total Penerimaan

62 42 Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa rata-rata total penerimaan per peternak responden adalah sebesar RP per tahun yang seluruhnya diterima dari penerimaan tunai. Adapun penerimaan yang diterima dari penjualan susu sapi adalah Rp per tahun dengan jumlah total produksi susu 6.700,37 liter pertahun. Total produksi susu sapi diperoleh dari hasil kali antara jumlah produksi susu perhari, yaitu sebesar 14,05 liter per ekor per hari, dengan rata-rata kepemilikan sapi laktasi, yaitu sebanyak 1,32 ST dan variabel waktu yang ditentukan untuk menghitung total pendapatan yaitu 360 hari. Penerimaan lainnya yang diperoleh oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah dari penjualan sapi afkir dan sapi pedet. Dilokasi penelitian terdapat sekitar 17 orang dari 37 peternak responden yang menjual sapi afkir dengan jumlah sapi afkir yang dijual sebanyak 25 ekorper tahun dengan rata-rata harga penjualan sapi afkir sekitar Rp per ekor, sehingga dari penjualan sapi afkir tersebut diperoleh penerimaan sebesar Rp per tahun. Diketahui untuk penjualan sapi pedet, terdapat sekitar 19 orang dari 37 peternak responden yang menjual sapi pedet, dengan jumlah sapi pedet yang dijual sekitar 22 ekor ternak per tahun. Adapun rata-rata harga penjualan sapi pedet di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah sekitar Rp per ekor, sehingga penerimaan yang diperoleh dari penjualan sapi pedet ialah sebesar Rp per tahun. Total penerimaan yang diperoleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dari penjualan ternak ialah sebesar Rp per tahun. Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui bahwa penerimaan dari hasil penjualan susu sapi merupakan sumber penerimaan terbesar yang diterima oleh peternak responden yaitu sekitar 78,9 persen dari total seluruh penerimaan. Analisis Struktur Biaya Usaha Ternak Biaya dalam usaha ternak sapi perah terdiri dari biaya tunai dan biaya non tunai.biaya tunai yang dikeluarkan oleh petrnak responden dalam penelitian ini meliputi biaya pakan konsentrat, air, biaya kesehatan hewan, dan biaya listrik. Rata-rata penggunaan konsentrat per hari yang digunakanoleh peternak responden ialah sebanyak 5,83 kilogram per ST per hari, harga konsentrat ialah sebesar Rp

63 per kilogram. Kemudian untuk biaya air yang digunakan dalam usahaternak tersebut ialah sebesar Rp per bulan. Biaya tersebut merupakan biaya iuran wajib yang ditetapkan untuk para pengguna sumur PNPM, sedangkan untuk biaya kesehatan hewan, peternak diwajibkan membayar iuran sebesar Rp 15 per liter susu kepada KPGS Cikajang. Biaya non tunai merupakan biaya yang tidak dikeluarkan oleh peternak responden dalam usahaternaknya. Biaya non tunaiyang dihitung dalam penelitian ini meliputi peyusutan peralatan dan tenaga kerja keluarga. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahaternak ini merupakan tenaga kerja keluarga, sehingga biaya untuk pembayaran tenaga kerja tersebut dikategorikan sebagai biaya nontunai.kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja dilokasi penelitian salah satunya adalah mencari rumput untuk pakan ternak, sehingga biaya untuk pakan hijauan tidak dimasukkan kedalam variabel biaya karena sudah termasuk kedalam pembayaran biaya tenaga kerja. Adapun rata-rata penggunaan hijaunan per hari yang digunakan oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah sebanyak 41,55 kilogram per ST per hari.biaya penyusutan peralatan yang digunakan oleh peternak responden ialah sebesar Rp per bulan, dan untuk biaya upah tenaga kerja ialah sebesar Rp per hari. Tenaga kerja yang digunakan oleh peternak responden ialah tenaga kerja keluarga, sehingga biaya untuk pembayaran upah tenaga kerja tersebut dimasukkan kedalam biaya yang tidak tunai. Adapun jumlah rata-rata tenaga kerja yang digunakan dalam usahaternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut ialah sebanyak 1,21 HOK. Rata-rata biaya produksi peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 10.

64 44 Tabel 10Rata-Rata Biaya Produksi Per Peternak Di Desa Cibodas, Kecamatan Ciakajang, Kabupaten Garut Komponen Biaya Produksi Jumlah Harga satuan (Rp/satuan) Jumlah(Rp/tahun) Persentase(%) Biaya Tunai : a. Pakan Konsentrat (kg/thn) Berdasarkan Tabel 10dapat kita ketahui bahwa rata-rata total biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut adalah sebesar Rp per tahun. Total biaya produksi tersebut terdiri atas dua komponen biaya, yaitu biaya tunai dan biaya non tunai. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah sebesar Rp per tahun. Biaya tunai tersebut meliputi biaya pakan konsentrat yaitu sebesar Rp per tahun, biaya air sebesar Rp per tahun, biaya kesehatan hewan Rp per tahun, dan biaya listrik sebesar Rp per tahun. Biaya kesehatan untuk hewan ternak yang dikeluarkan oleh peternak responden di KPGS Cikajang menggunakan sistem subsidi silang antar peternak, sehingga biaya yang dibebankan kepada peternak ialah sebesar Rp 15 dari setiap liter susu yang dihasilkan , ,66 b. Air (Rp/bln) ,13 c. Biaya Kesehatan Hewan (Rp/bln) 6.324, ,26 d. Listrik (Rp/bln) ,42 Total Biaya Tunai Biaya non tunai : a. Penyusutan peralatan (Rp/bln) b.tenaga Kerja (HOK) , ,59 1, ,71 TotalBiaya non tunai Biaya Total Komponen biaya lainnya yang harus dikeluarkan oleh peternak responden ialah biaya non tunai.besarnya rataan biaya non tunai yang harus dikeluarkan

65 45 peternak responden untuk kegiatan usaha ternaknya ialah sebesar Rp per tahun. Biaya non tunai tersebut terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan peralatan. Besarnya biaya tenaga kerja per hari ialah sebesar Rp per orang, sehingga besarnya rataan biaya tenaga kerja pertahun ialah Rp , sedangkan untuk biaya penyusutan pealatan ialah sebesar Rp per tahun.jika dilihat dari struktur biaya yang dikeluarkan oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dapat diketahui bahwa pengeluaran untuk biaya non tunai lebih besar dari pada biaya tunai. Komponen biaya terbesar dalam biaya non tunaitersebut ialah biaya untuk tenaga kerja yaitu sebesar 37,71 persen dari total seluruh biaya produksi. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Pendapatan usahaternak merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahaternak. Pendapatan usahaternak dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Komponen yang diperlukan dalam analisis pendapatan usahaternak sapi perah ini yaitu total penerimaan tunai, total biaya tunai, dan total biaya. Perhitungan nilai pendapatan peternak responden sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ini dihitung per tahun untuk memperoleh pendapatan yang maksimal. Secara lebih penjelasan mengenai rata-rata pendapatan per tahun peternak respondendalam usahaternak sapi perah di Desa Cibodas, Kecamatan Ciakajang, Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 11.

66 46 Tabel 11Rata-Rata Pendapatan Per Peternak Di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Uraian Jumlah (Rp/tahun) Total penerimaan Tota biaya tunai Total biaya non tunai Total biaya Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa usahaternak yang dijalankan oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dapat dikatakan telah memberikan keuntungan bagi peternak responden. Hal ini karena penerimaan peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan oleh peternak responden. Pendapatan yang didapat oleh peternak responden merupakan selisih anatara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Adapun dalam penelitian ini, pendapatan peternak responden dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh peternak responden ialah sebesar Rp per tahun atau sekitar Rp per bulan, sedangkan untuk pendapatan atas biaya total yang diperoleh peternak responden ialah sebesar Rp per tahun atau sekitar Rp per bulan. Usaha ternak yang dijalankan oleh peternak responden tersebut dikatakan menguntungkan jika dilihat dari jumlah rata-rata kepemilikan sapi, yaitu sebanyak 1,8 ST. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Ternak Indikator keberhasilan dari usahaternak dapat dilihat dari tingkat efisiensinya.model fungsi produksi yang digunakan untuk menganalisis faktorfaktor produksi dalam penelitian ini adalah fungsi Cobb-Douglas. Faktor-faktor produksi yang dianggap dapat mempengaruhi produktivitas sapi perah milik

67 peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut yaitu pakan hijauan, pakan konsentrat, air, dan tenaga kerja. Sebagian dari variabelvariabel bebas tersebut dipilih berdasarkan study literatur dari penelitian terdahulu dan sebagian lagi berdasarkan dari hasil pendugaan dilokasi penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software Minitab diperoleh hasil pendugaan fungsi produksi seperti pada Tabel 12. Tabel 12Hasil pendugaan fungsi produksi susu di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut 47 Variabel Koefisien Regresi Simpangan Baku Koefisien T-Hit P-Value VIF Konstanta 1,5533 0,2192 7,09 0,000 Ln x 1 0, , ,74 0,010 1,5 Ln x 2 0, , ,54 0,000 1,4 Ln x 3 0, , ,59 0,001 1,4 Ln x 4 0, , ,37 0,179 1,1 R-Sq = 75,3% R-Sq(adj) = 72,3% Alfa = 5% Keterangan : y x 1 x 2 x 3 x 4 = Produksi susu (liter/st/hari) = Hijauan (kg/st /hari) = Konsentrat (kg/st /hari) = Air (liter/st /hari) = Tenaga kerja (HOK) Berdasarkan hasil estimasi menggunakan OLS (Ordinary Least Square) fungsi produksi penduga adalah sebagai berikut : 0,173 0,0875 0,0753 0,0549 y = 1,55 x 1 x 2 x 3 x 4 Berdasarkan Tabel 12, hasil pendugaan parameter dengan menggunakan software Minitab diperoleh nilai R 2 sebesar 75,3 persen. Nilai ini mengartikan bahwa keragaman faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas susu sapi perah

68 48 di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dapat dijelaskan oleh pakan hijauan, konsentrat, air, dan tenaga kerja, sedangkan sisanya sebesar 24,7 persen dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Model regresi berganda logaritma natural (ln) ini telah di uji dengan uji asumsi klasik, yaitu normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Hasil uji asumsi tersebut dapat dilihat pada lampiran1. Nilai koefisien yang terdapat dalam model Cobb- Douglas merupakan nilai elastisitas dari variabel-variabel produksi tersebut. Pengaruh dari masing-masing variabel bebas tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pakan Hijauan (x 1 ) Pakan hijauan merupakan bahan pakan yang berserat kasar. Penggunaan pakan hijauan dapat membantu meningkatkan produktivitas susu sapi perah sebanyak 8 sampai 10 persen(makin 2011). Hipotesis mengenai hijauan ialah semakin tinggi penggunaan hijauan, maka semakin tinggi pula produksi susu yang dihasilkan. Berdasarkan hasil regresi tingkat penggunaan pakan hijauan memiliki nilai P-value sebesar 0,010. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata 5 persen, maka tingkat penggunaan hijauan dapat dikatakan berpengaruh secara nyata terhadap produksi susu dilokasi penelitian. Nilai koefisien hasil regresi hijauan memiliki nilai sebesar 0, Nilai koefisien regresi tersebut memiliki arti bahwa apabila terjadi penambahan faktor produksi berupa pakan hijauan sebesar satu persen, maka akan meningkatkan produktivitas susu sapi sebanyak 0,17276 persen dengan menganggap faktor lain tetap (ceteris paribus). Hasil analisis regresi tersebut sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa setiap penambahan pakan hijauan dapat meningkatkan produktivitas susu. Jika dilihat dari nilai elastisitas produksi, maka pakan hijauan memiliki nilai elastisitas diantara 0 dan 1 (0<Ep<1). Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi berupa pemberian pakan hijauan berada pada daerah rasional. Rata-rata pemberian pakan hijauan pada sapi perah milik peternak responden ialah sebesar 41,55 kg per ST per hari. Pakan hijauan ini diperoleh responden dengan cara mencari ke padang rumput. Namun apabila peternak responden ingin membeli langsung pakan hijauan dari penjual rumput, penjual

69 49 tersebut menyediakan rumput dengan harga jual sekitar Rp per 75 kg atau sekitar Rp 333 per kg. 2. Pakan Konsentrat (x 2 ) Pakan konsentrat merupakan pakan tambahan yang berguna sebagai penguat bagi ternak.pakan konsentrat biasanya terbuat dari campuran biji-bijian dan campuran limbah pertanian seperti jagung, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, dan hasil ikutan pabrik petanian seperti dedak. Berdasarkan hasil regresi konsentrat memiliki nilai P-value sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf nyata lima pesen. Nilai ini menunjukkan bahwa pakan konsentrat yang diberikan berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi susu. Nilai koefisien hasil regresi pakan konsentrat memiliki nilai sebesar 0, Nilai koefisien tersebut memiliki arti bahwa apabila terjadi penambahan faktor produksi berupa pemberian pakan konsentrat sebesar satu pesen, maka dapat menyebabkan peningkatan produksi susu sapi perah sebesar 0,08753 persen dengan menganggap bahwa faktor lain tetap (ceteris paribus). Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa perubahan jumlah pakan konsentrat satu satuan akan meningkatkan produksi susu sapi perah. Elastisitas produksi berada antara 1 dan 0 (0<Ep<1) yang menunjukkan bahwa pemberian faktor produksi berupa pakan konsentrat berada pada daerah rasional. Konsentrat memiliki banyak kandungan energi dan protein yang tinggi. Pemberian konsentrat dapat meningkatkan produksi susu sapi karena memiliki jumlah TDN > 75 persen dengan kandungan protein kasar yang lebih besar dari 16 pesen. Berdasarkan hasil pengamatan dilapang, diketahui bahwa para peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut masih belum memperhatikan jumlah penggunaan pakan konsentrat. Para peternak responden tidak mempunyai takaran yang pasti dan tetap dalam pemberian pakan konsentrat, sehingga pemberiannya hanya berdasarkan perkiraan saja.hal ini menunjukkan bahwa peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut masih belum memahami berapa banyak kebutuhan konsentrat yang harus digunakan untuk sapi produksi sehingga dapat menyebabkan ketidak seimbangan nutrisi. Adapun jumlah rata-rata penggunaan konsentrat oleh peternak responden

70 50 di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah sebanyak 5,83 kilogram per ST per hari. 3. Air (x 3 ) Air merupakan salah satu bahan makanan yang dibutuhkan sapi perah dalam jumlah besar selain energi. Komposisi air susu sapi perah rata-rata pada umumnya sekitar 87 persen nya berupa air dan sekitar 70 persen tubuh sapi terdiri dari air. Jumlah air minum yang diberikan untuk sapi perah tersebut tergantung dari jumlah produksi air susu, temperatur lingkungan, kesehatan hewan, dan macam makanan yang diberikan. Idealnyakebutuhan air untuk produksi air susu adalah 3,6 sampai 4 liter untuk memproduksi 1 liter air susu. Secara keseluruhan air minum yang dibutuhkan berkisar antara 37 sampai 45 liter per hari (Makin 2011). Berdasarkan hasil regresi, variabel air mempunyai nilai P-value sebesar 0,001 lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa air berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi susu. Nilai koefisien hasil regresi air memiliki nilai sebesar 0, Nilai koefisien regresi tersebut mengandung arti bahwa apabila terjadi penambahan faktor produktsi berupa pemberian air sebesar satu persen, maka akan meningkatkan produksi susu sapi perah sebanyak 0,07530 persen dengan menganggap faktor lain tetap (ceteris paribus). Pernyataan inisesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan sebanyak satu liter air dapat meningkatkan produksi sapi perah. Elastisitas produksi memiliki nilai antara 0 dan1 (0<Ep<1) menunjukkan bahwa faktor produksi pemberian air berada pada daerah rasional. Air mutlak dibutuhkan sapi untuk dapat memproduksi susu, maka dari itu dengan adanya peningkatan atau penurunan dalam pemberian air sebesar satu persen pada sapi laktasi akan mengakibatkan perubahan yang signifikan terhadap produksi susu. Adapun rata-rata pemberian air oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah sebanyak 38,35 liter per ST per hari. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian air minum pada sapi dilokasi

71 51 penelitian sudah sesuai dengan ketentuan jumlah normal pemberian air untuk sapi perah. 4. Tenaga Kerja (x 4 ) Tenaga kerja yang digunakan oleh responden peternak dilokasi penelitian sebagian besar menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Usahaternak yang dijalankan oleh peternak responden masih berupa peternakan rakyat dengan rata rata kepemilikan sapi sebanyak 2,48 ekor. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja dalam kegiatan usahaternak sapi perah diantaranya membersihkan kandang, mencari rumput, memandikan sapi, memberi pakan, dan memerah susu. Berdasarkan nilai variabel tenaga kerja mempunyai nilai P-value sebesar 0,179 lebih besar dari taraf nyata lima persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah produksi susu. Nilai koefisien hasil regresi tenaga kerja memiliki nilai sebesar 0, Nilai koefisien ini mengandung arti bahwa setiap penambahan jumlah tenaga kerja sebesar satu persen, makaakan meningkatkan produksi susu sebesar 0,05493 persen dengan menganggap faktor lain tetap (ceteris paribus). Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi susu sapi perah. Elastisitas produksi berada antara 1 dan 0 (0<Ep<1) menunjukkan bahwa tenaga kerja berada pada daerah rasional. Tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap produksi susu karena berkaitan dengan kegiatan pemerahan. Hal ini karena dalam proses pemerahan sapi memerlukan penanganan khusus, misalnya pekerja yang melakukan pemerahan tidak boleh diganti-ganti karena akan memberi dampak negatif pada ternak, yaitu seperti sapi menjadi mudah stress dan menyebabkan menurunnya jumlah produksi susu sapi. Analisis Penggunaan Input Optimal Input optimal ialah penggunaan sejumlah input yang dapat membantu memaksimalkan keuntungan. Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mencapai keuntungan maksimal ada dua, yaitu syarat keharusan (necessary condition) dan

72 52 syarat kecukupan (sufficient condition). Necessary condition dapat tercapai saat rasio nilai produk marjinal (NPM) terhadap biaya korbanan marjinal (BKM) atau harga faktor produksi sama dengan satu. Nilai produk marjinal diperoleh dari hasil perkalian antara marginal physical product (MPP) dengan harga produk itu sendiri (Py). Besarnya biaya korbanan marjinal sama dengan harga masing-masing input yang digunakan dalam proses produksi. Input yang digunakan dalam penelitian ini antaralain pakan hijauan, pakan konsentrat, air, dan tenaga kerja. Harga setiap kilogram dari input hiajuan tersebut, yaitu sebesar Rp 333, untuk harga konsentrat ialah sebesar Rp per kilogram, harga air ialah harga yang ditetapkan sebagai iuran atas penggunaan air dari sumur PNPM yang dibayarkan setiap bulan, yaitu sebesar Rp 3.000, dan untuk biaya input tenaga kerja ialah sebesar Rp per hari. Rasio NPM dan BKM untuk usaha ternak peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13Rasio NPM Dan BKM Usahaternak Milik Peternak Responden Di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Faktor Produksi Hijauan (kg/hari/st) Konsentrat (kg/hari/st) Air (ltr/hari/st) Tenaga Kerja (HOK) Koefisien Regresi Input Aktual NPM BKM Rasio NPM/BKM Input Optimal 0, ,55 227, ,68 28,44 0, ,83 822, ,39 2,28 0, ,35 107, ,08 41,27 0, , , ,79 0,96 Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa NPM dari input pakan hijauan adalah sebesar 227,89. Kondisi ini berarti bahwa setiap penambahan satu kilogram pakan hijauan akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 227,89, dengan biaya korbanan sebesar Rp 333 per kilogram. Tabel 14 juga menunjukkan nilai rasio NPM/BKM dari penggunaan input pakan hijauan, yaitu sebesar 0,68

73 53 (NPM/BKM<1), ini berarti bahwa pemberian pakan hijauan belum optimal, sehingga peternak responden perlu mengurangi jumlah pemberian pakan hijauan dari 41,55 kilogram per ST per hari menjadi 28,44 kilogram per ST per hari. Nilai produk marjinal untuk input pakan konsentrat ialah sebesar 822,47, ini berarti bahwa setiap penambahan satu kilogram pakan konsentrat dapat meningkatkan pendapatan sebesar Rp 822,47, dengan biaya korbanan sebesar Rp per kilogram. Rasio NPM/BKM dari penggunaan input pakan konsentrat ialah sebesar 0,39 (NPM/BKM<1). Kondisi ini berarti bahwa penggunaan input konsentrat oleh peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut belum optimal, sehingga peternak responden harus mengurangi penggunaan input pakan konsentrat dari 5,83 kilogram per ST per hari menjadi 2,28 kilogram per ST per hari. Nilai produk marjinal dari penggunaan input air ialah sebesar 107,62, ini berarti bahwa setiap penambahan satu liter air dapat meningkatkan pendapatan sebesar Rp 107,62. Biaya korbanan marjinal untuk input air ialah sebesar Rp 100 per hari, sedangkan untuk nilai rasio NPM/BKM dari input air ialah sebesar 1,07 (NPM/BKM>1). Kondisi ini berarti bahwa untuk dapat memaksimalkan pendapatan, maka penggunaan input air oleh peternak responden harus ditambah dari 38,34 liter per ST per hari menjadi 41,27 liter per ST per hari. Nilai produk marjinal dari penggunaan input tenaga kerja ialah sebesar 2.489,33. Kondisi ini berarti bahwa setiap penggunaan satu orang pekerja dapat meningkatkan pendapatan sebesar Rp 2.489,33. Biaya korbanan yang dikeluarkan untuk input tenaga kerja ialah sebesar Rp per per jam, nilai biaya korbanan tersebut diperoleh dari hasil pembagian jumlah biaya tenaga kerja per hari yaitu sebesar Rp dengan rata-rata lama jam kerja, yaitu sekitar 8 jam. Rasio NPM/BKM dari penggunaan ini tenaga kerja ialah sebesar 0,79 (NPM/BKM<1) ini berarti bahwa peternak responden harus mengurangi input tenaga kerja jika ingin memaksimalkan pendapatan usaha ternaknya. Besarnya input tenaga kerja yang harus dikurangi ialah dari penggunaan rata-rata awal sebanyak 1,21 HOK menjadi 0,96 HOK.

74 54 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini menunjukkan karakeristik peternak di lokasi penelitian didominasi oleh laki-laki, rata-rata usia peternak tahun, rata-rata tingkat pendidikan terakhir peternak responden ialah tingkat Sekolah Dasar, dan ratarata pengalaman beternak ialah selama tahun. 2. Rata-rata tingkat pendapatan peternak dengan rata-rata kepemilikan sapi sebanyak 1,8 ST ialah sebagai berikut: pendapatan atas biaya tunai usahaternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut ialah sebesar Rp per tahun atau sebesar Rp per bulan, sedangkan pendapatan rata-rata atas biaya total sebesar Rp per tahun atau sekitar Rp per bulan, dengan demikian usaha ternak yang dijalankan oleh peternak dikatakan menuntungkan dan layak untuk diusahakan. 3. Pengujian hasil regresi linear berganda menunjukkan bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen, sedangkan pakan konsentrat, pakan hijauan, dan air berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen.input yang digunakan oleh peternak di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut belum ada pada kondisi optimal karena nilai rasio NPM/BKM dari ke empat input yang digunakan sebagai faktor produksi belum sama dengan 1, sehingga peternak perlu mengurangi jumlah penggunaan input produksi untuk input hijauan, konsentrat, dan tenaga kerja, sedangkan untuk air peternak perlu menambah jumlah penggunaannya. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disarankan: 1. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan diketahui bahwa rata-rata kepemilikan sapi peternak masih rendah, yaitu sebanyak 1,8 ST. Peternak disarankan untuk meningkatkan skala usahanya dengan menambah jumlah kepemilikan sapi supaya usahaternak yang dijalankan lebih menguntungkan.

75 55 Adapun yang menjadi kendala dalam penambahan hewan tenak tersebut ialah modal yang dimiliki peternak responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, maka dari itu perlu adanya peran dari pihak KPGS Cikajang yaitu dengan mempermudah proses simpan pinjam kredit usahaternak baik dalam bentuk bantuan pinjaman dana maupun kredit sapi. 2. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa penggunaan input aktual di lokasi penelitian masih belum optimal. Penggunaan input berpengaruh pada penggunaan biaya dan pendapatan yang akan diterima oleh peternak, dengan demikian penyuluhan yang rutin diberikan oleh KPGS Cikajang perlu membahas penggunaan input optimal. Selain penyuluhan, pemberian modul mengenai cara pemberian takaran input juga dirasa dapat membantu peternak, karena berdasarkan hasil penelitian mengenai karaktersitik dan survei di lapangan peternak di lokasi penelitian cenderung mudah dan mau mengadopsi ilmu-ilmu baru.

76 56 DAFTAR PUSTAKA Ako A Ilmu Ternak Perah Daerah Tropis. PT Penerbit IPB Perss : Bogor. Anisa A Analisis Fungsi Biaya dan Efisiensi Usahaternak Sapi Perah di Wilayah Kerja KPSBU Lembang Kabupaten Bandung. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Biografi Desa Biografi Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. [BPS] Badan Pusat Statistik [Internet]. Indonesia (ID). [disadur Juni 01]. Tersedia pada Debertin DL Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing Company : Universisy of Kentucky. Departemen Pertanian Konsumsi Daging, Telur, dan Susu di Indonesia Tahun [internet]. Indonesia (ID). [disadur 2014 Februari 17]. Tersedia pada Doll JP. dan Frank Orazem Production Economics Theory with Aplication. United States Copyright : America. Gujarati D Ekonomietrika Dasar. Erlangga : Jakarta. Gusasi Achmad dan Muh. Amir Saade Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Ternak Ayam Potong pada Skala Usaha Kecil. Jurnal Agrisistem. Halcrow HG Ekonomi Pertanian. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang Perss. Heriyatno Analisis Pendapatan dan Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah di Tingkat Peternak (Kasus Anggota Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

77 57 Juanda B Ekonometrika Pendugaan dan Pemodelan. IPB Press : Bogor. Kamiludin A Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah di Kawasan Peternakan Sapi Perah Cibungbulang Kabupten Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Kurniawati R Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Makin M Tata Laksana Peternakan Sapi Perah. Graha Ilmu : Yogyakarta. Mubyarto Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penerbit Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial : Jakarta. Pemerintah Kabupaten Garut Sektor Peternakan Kabupaten Garut. [Internet]. Indonesia (ID). [disadur 2014 Maret 2014]. Tersedia pada Priyanti A, Nurtini S, Firman A Analisis Ekonomi dan Aspek Sosial Usaha Sapi Perah dalam Buku Profil Peternakan Sapi Perah di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Padan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Bogor. [Pusdatin Setjen Pertanian] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekertariat Jendral Kementrian Pertanian Statistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Tahun 2013.[Internet]. Indonesia (ID). [ disadur 2014 Juni 01]. Tersedia pada [Pusdatin Setjen Pertanian] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekertariat Jendral Kementrian Pertanian Outlook Komoditas Pertanian Subsektor Peternakan Susu. Indonesia (ID). Rahim A. dan Diah Retno Dwi hastuti. 2007/2008.Pengantar,teori,dan kasus ekonomika pertanian. Penebar swadaya: Jakarta.

78 58 Soekartawi.1993/1991.Agribisnis : teori dan aplikasinya/soekartawi. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. Soeyatno RF Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu di Desa Pendesari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang Jawa Timur.[Thesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Stephanie H Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) Desa Kertawinangun Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Sudono A Ilmu Produksi Ternak Perah. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Syarif EK. dan Bagus Harianto Buku Pintar Beternak dan Bisnis Perah. Jakarta Selatan : PT AgroMedia Pustaka. Sapi Vidiayanti A Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktorfaktor Produksi pada Usaha Peternakan Sapi Perah.[Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Yekti A Efisiensi Ekonomi Usahatani Melon di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta : Yogyakarta.

79 LAMPIRAN 59

80 60 Lampiran 1Kuisioner Penelitian No. Responden : ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH ANGGOTA KPGS CIKAJANG, KABUPATEN GARUT Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Tanggal Pengisian : A. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : tahun 3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan 4. Alamat : 5. No. Telepon : 6. Pendidikan Formal Terakhir : 1. Tidak tamat SD 3. SMP/sederajat 2. SD 4. SMA/ sederajat 5. DIII/S1 7. Jumlah tanggungan keluarga (termasuk responden) : orang B. Karakteristik Peternak 1. Satus kepemilikan hewan ternak : 1. Non pemilik 2. Pemilik 2. Pengalaman beternak : tahun 3. Status usahaternak sapi perah *) : 1. Pekerjaan utama 2. Pekerjaan sampingan *pekerjaan dilihat dari curahan waktu kerja Pekerjaan utama atau sampingan : 1. Beternak komoditi lain 2. Bertani 3. Wiraswasta 4. PNS 5. Lainnya Curahan waktu untuk pekerjaan utama : jam per hari Besarnya pendapatan dari pekerjaan utama : Rp Curahan waktu untuk pekerjaan sampingan : jam per hari Besarnya pendapatan dari pekerjaan sampingan : Rp 4. Tergabung dalam kelompok ternak/koperasi : 1. Ya, mengapa? 2. Tidak, mengapa? Nama kelompok ternak/koperasi : Tergabung sejak tahun : Peran dalam kelompok ternak/koperasi : 1. Pengurus 2. Anggota 5. Pernah mengikuti pelatihan :

81 a. Ya Nama pelatihan : Tahun pelatihan : b. Tidak Alasan : 6. Luas lahan : ha 7. Luas kandang : m 2 8. Status kepemilikan kandang : a. Milik Harga beli : Rp b. Sewa : Harga sewa : Rp 9. Jarak kandang ke tempat lain (m) No. Tempat lain Kandang Penyedia pangan Sumber air Penerimaan susu 4. Lainnya 10. Waktu pemerahan : a. Pagi : WIB b. Sore : WIB 11. Data struktur populasi ternak : No Status Sapi Jumlah (ekor) 1. Pedet jantan 2. Pedet betina 3. Dara 4. Laktasi 5. Kering kandang

82 62 6. Jantan muda 7. Jantan dewasa 8. Lainnya Total 12. Produksi susu : liter/ekor/hari 13. Input produksi yang digunakan Jenis Input Jumlah Harga Satuan (Rp) Harga Total (Rp) A. Pakan 1. Hijauan 2. Konsentrat Lainnya B. Kesehatan 1. Dokter hewan 2. Obat-obatan 3. Vitamin Lainnya C. Lainnya 14. Tenaga kerja yang digunakan

83 63 No. Jenis Tenaga Kerja 1. Keluarga Jumlah (orang) Upah per Bulan (Rp) Total (Rp) 2. Non keluarga 15. Kegiatan peternakan No. Jenis Kegiatan Jumlah Tenaga Kerja Lama kerja/hari Jumlah Upah/hari Jumlah Upah/bula n 1. Memandikan sapi 2. Mencari pakan 3. Memberi pakan 4. Memberi minum 5 Memerah susu 6. Membersihkan kandang Lainnya 16. Biaya peternakan lainnya No. Jenis pengeluaran Jumlah Biaya (Rp) 1. Biaya pemeliharaan kandang 2. Biaya pengairan 3. Pajak (PBB) 4. Biaya listrik 5. Biaya peralatan kandang a. Ember b. Milk can c. Literan

84 64 d. Gayung e. Sabit f. Golok g. Cangkul h. Sekop i. Selang j. Sapu lidi k. Sikat l. Sepatu boots 6. Biaya transportasi a. Penjualan susu b. Pengadaan pakan 7. Lainnya 17. Penyusutan peralatan yang digunakan No. Jenis alat Jumlah (buah) Nilai pembelia n (Rp) 1. Ember Waktu Pembelina (Tahun) Estimasi Umur Ekonomi s (Tahun) Biaya Penyusut an (Rp) 2. Milk can 3. Literan

85 65 4. Gayun g 5. Sabit 6. Golok 7. Cangk ul 8. Sekop 9. Selang 10. Sapu lidi 11. Sikat 12 Sepatu boots Total Penyusutan 18. Penerimaan peternak No. Jenis Penerimaan Jumlah Penjualan/Bulan 1. Penjualan susu ke koperasi (liter) 2. Penjualan susu ke konsumen (liter) 3. Penjualan susu ke loper(liter) 4. Penjualan susu ke kelompok tani (liter) 5. Penjualan ternak a. Afkir b. Pedet jantan c. Jantan muda Harga Satuan (Rp) Total (Rp)

86 66 d. Jantan dewasa Lainnya 6. Lainnya Total penerimaan 19. Kendala yang dihadapi dalam usahaternak sapi perah a. Terkait dengan input produksi (ketersediaan, harga, cara mendapatkan, sistem pembelian, dll) b. Terkait dengan usaha ternak atau on farm (ketersediaan air, cuaca, bencana alam, penyakit, dll) c. Terkait dengan tahap produksi (gagal produksi, keterbatasan tenaga kerja, biaya penyimpanan, dll) d. Terkait dengan pemasaran (harga, kesulitan memasarkan, sistem penjualan, permintaan rendah, dll)

87 67 e. Terkait dengan modal f. Permasalahan lainnya

88 Percent 68 Lampiran 2Hasil analisis regresi Uji Asumsi Kalsik a. Uji normalitas Hipotesis : H0 : Residual menyebar normal H1 : Residual tidak menyebar normal Uji kenormalan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov menghasilkan p-value sebesar > 0,150. Nilai p-value tersebut lebih dari taraf nyata 0,05 sehingga terima H0 artinya asumsi residual menyebar normal terpenuhi. Probability Plot of RESI2 Normal Mean 0, StDev 0,2229 N 37 KS 0,110 P-Value >0, ,50-0,25 0,00 RESI2 0,25 0,50 0,75 b. Homoskedastisitas (uji Glejser) H0 : Homoskedastisitas H1 : Heteroskedastisitas Regression Analysis: abs resi versus ln x1, ln x2, ln x3, ln x4 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 4 0, , ,88 0,484 Residual Error 32 1, ,05572 Total 36 1,98026

89 69 Uji kehomogenan ragam dengan menggunakan uji Glejser menghasilkan p- value sebesar 0,484. Nilai ini lebih besar dari taraf nyata (0,05) sehingga sehingga terima H0 artinya uji kehomogenan ragam terpenuhi. c. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi menggunakan Uji Durbin-Watson.Hasil menunjukan bahwa nilai DW sebesar 1,83, dengan jumlah sample 37 (n) dan jumlah peubah bebas 4 (k=4) maka menghasilkan dl = 1,25 dan du= 1,72. Nilai DW pada penelitian ini termasuk ke dalam kategori du<dw<4-dl, hal ini menunjukan tidak ada autokorelasi. d. Uji Multikolinearitas Multikolinieritas terjadi pada peubah bebas bila nilai Variance Inflation Factors (VIF ) lebih dari 10. Nilai VIF untuk setiap peubah bebas pada penelitian ini diperoleh sebesar kurang dari 10.Hal ini menandakan tidak terdapat multikolinieritas antar peubah bebas yang digunakan.

90 70 Lampiran 3Data Karakteristik Peternak Responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang. Kabupaten Garut No. Nama Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pengalaman Beternak 1 Pudin 42 L SD 19 2 Hj. Oom 61 P Tidak Tamat SD 27 3 Endang 45 L SD 5 4 Adir 55 L SD 20 5 Komariah 48 P SD 14 6 Enjang 41 L SD 9 7 Dedeh 44 P SD 5 8 Enan 48 L SD 20 9 Dede 35 P SMP Empud 60 L Tidak Tamat SD Ade 47 P Tidak Tamat SD 7 12 Dasah 56 P SD Komara 40 L SD Koswara 65 L SD Gani 58 L SD Kusmirat L SD 6 17 Junaedi L SD 7 18 Ayat 41 L SD 5 19 Cicin 45 P SD Kholil 65 L SD Nuraisah 39 P SMA Entah 36 L SMP Cucun 33 L SMP Atik 44 P SD Sopanji 48 L SMA Tana 50 L SD Suparman 48 L Tidak Tamat SD Hj. Atam 60 L SD Saepudin 47 L SD Juhana 71 L Tidak Tamat SD Osid Rosidin 48 L SD Ukan 55 L SD Ahya 65 L SD Nursonjaya 43 L SD Ahmad 44 L SD 14 Nurrohman 36 Ook Buhori 43 L SMA Ibih Satibi 51 L SMA 24

91 71 Lampiran 4Data Kepemilikan Sapi Peternak Responden di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut No Nama sapi laktasi sapi jantan sapi dara sapi pedet sapi kering kandang sapi (ST) 1 Pudin ,25 2 Hj. Oom ,75 3 Endang ,75 4 Adir Komariah Enjang Dedeh 1 1 1,25 8 Enan 1 1 1,25 9 Dede ,75 10 Empud Ade 1 1 1,5 12 Dasah ,75 13 Komara 1 1 1,25 14 Koswara Gani 2 1 2,25 16 Kusmirat Junaedi 1 1 1,25 18 Ayat ,75 19 Cicin 1 1 1,75 20 Kholil 1 1 1,25 21 Nuraisah 1 1 1,5 22 Entah Cucun 1 2 1,5 24 Atik 1 1 1,5 25 Sopanji 2 1 2,25 26 Tana Suparman Hj. Atam 1 1 1,5 29 Saepudin 2 1 2,5 30 Ebih Osid ,25 32 Ukan 3 3 3,75 33 Ahya 1 1 1,5 34 Nursonjaya 1 1 1,5 35 Ahmad N Ook Buhori 1 1 1,25 37 Ibih Satibi 1 1 1,25 Jumlah Rata-rata 1, , , , ,

92 72 Lampiran 5Faktor-Faktor Produksi Usaha Ternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut No Produksi Susu(liter/hari) sapi (ST) Hijauan (kg/st/hari) Konsentrat (kg/st/hari) Air (liter/st/hari) Tenaga Kerja (HOK) ,25 47, , , , , , ,75 36, , , , , , , , , , ,75 53, , , ,5 33, , , , ,75 37, , , , , ,25 44, , , , , , , , , , , , , , , , , ,5 46, , , , ,5 46, , ,5 33, , , , ,25 31, , , , , , ,5 46, , , ,5 40 1, , ,25 44, , ,75 26, , , ,5 46, , , ,5 53, , , , , , , , , , , Jumlah , , , ,75 Rata-rata 14, , , , , ,

93 73 Lampiran 6Dokumentasi Penelitian Rumput gajah di sekitar kandang milik peternak Kondisi di kandang sapi saat akan memberi pakan Kondisi pengangkutan susu di TPS (Tempat Pengumpulan Susu)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu alur pemikiran yang bersifat teoritis dengan mengacu kepada teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan output dengan berbagai kombinasi input dan teknologi terbaik yang tersedia (Nicholson,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak 24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Trias Farm yang berlokasi di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Menurut Arikunto (2010: 161) objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Hal ini karena objek penelitian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup teori produksi, konsep efisiensi,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN, FAKTOR PRODUKTIVITAS DAN MANAJEMEN USAHA SAPI PERAH KUD GIRI TANI KABUPATEN BOGOR NI MADE DEWI ADNYAWATI

ANALISIS PENDAPATAN, FAKTOR PRODUKTIVITAS DAN MANAJEMEN USAHA SAPI PERAH KUD GIRI TANI KABUPATEN BOGOR NI MADE DEWI ADNYAWATI ANALISIS PENDAPATAN, FAKTOR PRODUKTIVITAS DAN MANAJEMEN USAHA SAPI PERAH KUD GIRI TANI KABUPATEN BOGOR NI MADE DEWI ADNYAWATI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PERAN KOPERASI TERHADAP USAHA TERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR DIAN SIDHIKAH

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PERAN KOPERASI TERHADAP USAHA TERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR DIAN SIDHIKAH ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PERAN KOPERASI TERHADAP USAHA TERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR DIAN SIDHIKAH DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan

III. METODE PENELITIAN. merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan 64 III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei. Metode survei merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan langsung terhadap gejala

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi atau memproduksi menurut Putong (2002) adalah menambah kegunaan (nilai-nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang optimasi penggunaan input produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada komoditas lain, seperti pada tanaman bawang merah dan kubis.

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU Gibson F. Ginting, Hiras M.L. Tobing dan Thomson Sebayang 085372067505, franseda19@rocketmail.com Abstrak Tujuan dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis yang sangat mendukung, usaha peternakan di Indonesia dapat berkembang pesat. Usaha

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor pertanian yang memiliki peranan penting terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari tahun ke tahun semakin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT Rina Karuniawati 1) dan Anna Fariyanti 2)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH Dalam suatu kegiatan usaha ekonomi mempunyai tujuan utama untuk memperoleh keuntungan. Dalam usahaternak sapi perah salah satu usaha untuk memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor)

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor) ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor) SKRIPSI FAJAR MUTAQIEN PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produktivitas usahatani padi dapat mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah produksi. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh penggunaan faktor produksi

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI YENI MARLIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL TINOMBO DI DESA LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL TINOMBO DI DESA LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG e-j. Agrotekbis 2 (5) : 533-538, Oktober 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL TINOMBO DI DESA LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG Analysis of

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang... FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) (Studi Kasus Pada Gapoktan Nusa Bhakti Desa Adinuso Kecamatan Reban Kabupaten Batang) Umi Faidah, Endah Subekti, Shofia

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS KOMODITAS BUAH-BUAHAN DAN PERKEBUNAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI. Oleh : Ridwan Lutfiadi

ANALISIS EFISIENSI BISNIS KOMODITAS BUAH-BUAHAN DAN PERKEBUNAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI. Oleh : Ridwan Lutfiadi ANALISIS EFISIENSI BISNIS KOMODITAS BUAH-BUAHAN DAN PERKEBUNAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Ridwan Lutfiadi ABSTRACT Bekasi area is quite appropriate for the development of fruit and plantation

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah metode penelitian yang berpusat pada pemecahan masalah masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didukung oleh kondisi alam dan iklim tropis di Indonesia. Adanya perubahan pola

BAB III METODE PENELITIAN. didukung oleh kondisi alam dan iklim tropis di Indonesia. Adanya perubahan pola 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Jamur tiram (pleorotus ostreatus) merupakan salah satu komoditi penting yang bernilai ekonomis. Jamur tiram dapat menjadi salah satu komoditi potensial

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CENGKEH DI KECAMATAN JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CENGKEH DI KECAMATAN JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CENGKEH DI KECAMATAN JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Disusun Oleh: ISTIANA F0108156 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Produksi Produksi merupakan serangkaian proses dalam penggunaan berbagai input yang ada guna menghasilkan output tertentu. Produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dede Upit, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dede Upit, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan salah satu komoditi utama subsektor peternakan. Dengan adanya komoditi di subsektor peternakan dapat membantu memenuhi pemenuhan kebutuhan protein

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja Koperasi Susu Bandung Utara (KPSBU) yang menerapkan mekanisasi pemerahan.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ( Studi Kasus : Desa Kampung Dalam, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu ) Cindi Melani

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) Muhammad Febri Anggian Siregar, Iskandarini, Hasman Hasyim Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO J. Agroland 17 (3) :233-240, Desember 2010 ISSN : 0854 641 EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO Production Factor Efficiency and Income

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO Kiki Diantoro 1, M. Sunarsih 2, Djoko Soejono 3 1) Alumni Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dari survey rumah tangga petani dalam penelitian Dampak Bantuan Langsung Pupuk dan Benih

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: 214-221 ISSN 1411-0172 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN ANALYSIS OF LIVESTOCK REVENUE AND FEASIBILITY BROILER CHICKENS

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Energi (KKPE) dari Bank Rakyat Indonesia Cabang Sumedang.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Energi (KKPE) dari Bank Rakyat Indonesia Cabang Sumedang. III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah para Peternak Sapi Perah di Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang yang menerima Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996), III. KERANGKA PEMIKIRAN 3. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.. Konsep Usahatani Menurut Bachtiar Rivai (980) yang dikutip oleh Hernanto (996), mengatakan bahwa usahatani merupakan sebuah organisasi dari alam,

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor FENNY KURNIAWATI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Usahatani Analisis usahatani yang digunakan pada penelitian ini membahas dari segi penerimaan usahatani, biaya usahatani dan pendapatan usahatani. Selain itu menganalisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal

BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Indonesia merupakan negara agraris yang mana sebagian besar dari penduduknya bekerja disektor pertanian. Namun, sektor pertanian ini dinilai belum mampu

Lebih terperinci

EFISIENSI EKONOMI USAHA SAPI PERAH DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK) KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI EKONOMI USAHA SAPI PERAH DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK) KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR EFISIENSI EKONOMI USAHA SAPI PERAH DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK) KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR (ECONOMIC EFFICIENCY OF DAIRY CATTLE FARMING IN LIVESTOCK BUSINESS AREA PAMIJAHAN DISTRIC, BOGOR

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013 ANALISIS EFISIENSI USAHATANI KUBIS (Brassica oleracea) DI DESA SUKOMAKMUR KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG Rini Utami Sari, Istiko Agus Wicaksono dan Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU 30 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU (Manihot esculenta) DI DESA PUNGGELAN KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA Supriyatno 1), Pujiharto 2), dan Sulistyani

Lebih terperinci