BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata saus berasal dari bahasa Perancis (sauce) yang diambil dari bahasa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata saus berasal dari bahasa Perancis (sauce) yang diambil dari bahasa"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saus Kata saus berasal dari bahasa Perancis (sauce) yang diambil dari bahasa latin salsus yang berarti digarami. Sedangkan saus dalam istilah masakmemasak berarti cairan kental yang digunakan sewaktu memasak atau dihidangkan bersama-sama makanan sebagai penyedap atau agar makanan kelihatan bagus. Saus juga dapat diartikan sebagai cairan kental (pasta) yang terbuat dari bubur buah berwarna menarik (biasanya merah), mempunyai aroma dan rasa yang merangsang dengan atau tanpa rasa pedas. Saus merupakan salah satu produk olahan pangan yang sangat populer. Saus tidak saja hadir dalam sajian seperti mie bakso atau mie ayam, tetapi juga dijadikan bahan pelengkap nasi goreng, mie goreng dan aneka makanan fast food (Wikipedia, 2015) Saus Cabai Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI ), saus cabai didefinisikan sebagai saus yang diperoleh dari pengolahan bahan utama cabai (Capsicum sp) yang telah matang dan bermutu baik, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain, serta digunakan sebagai penyedap makanan misalnya pada mie, gorengan dan saat ini sedang maraknya digunakan pada jajanan berupa bakso bakar. 8

2 9 Gambar 2.1 Bakso Bakar dengan olesan Saus Cabai Saus Gejrot Saus gejrot ialah saus pedas manis yang dibuat dengan bahan utama berupa kecap manis ataupun gula merah serta ditambahkan dengan cabai (dihaluskan), bawang merah dan bawang putih (dihaluskan), air, garam, asam cuka, tepung maizena dan penyedap, yang biasanya dikonsumsi sebagai saus pada tahu dangdut. Tahu dangdut ialah jajanan yang terbuat dari tahu yang digoreng kemudian di dalamnya diisi dengan sayuran seperti buncis, wortel dan kentang. Gambar 2.2 Saus Gejrot dan Tahu Dangdut 2.2 Bahan Tambahan Pangan Bahan Tambahan Pangan (BTP) atau food additive adalah senyawa ataupun campuran dari berbagai senyawa dan bukan merupakan bahan utama yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dan minuman pada proses pengolahan, pengemasan dan penyimpanan untuk mendapatkan hasil yang lebih menarik (Hardinsyah dan Fadilla, 2001).

3 10 Menurut Irianto dan Waluyo (2007), Bahan Tambahan Pangan (aditif) adalah zat yang ditambahkan pada makanan dalam jumlah kecil untuk memperbaiki rupa, susunan atau sifat makanan. Bahan Tambahan Pangan tersebut bisa memiliki nilai gizi, tetapi bisa juga tidak Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan. Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila tidak digunakan untuk menyembunyikan atau menutupi penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan dan tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk pangan serta tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan (Cahyadi, 2009). Sesuai PERMENKES RI No. 033 Tahun 2012, Bahan Tambahan Pangan yang digunakan dalam pangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. BTP tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung dan tidak diperlakukan sebagai bahan baku pangan. b. BTP dapat mempunyai nilai gizi atau tidak, yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan pada pembuatan, pengolahan, pengemasan dan penyirmpanan sehingga diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung. c. BTP tidak termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai gizi.

4 Jenis Bahan Tambahan Pangan Secara umum bahan tambahan pangan dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu (Fardiaz, 2007) : a. Dengan sengaja ditambahkan (Direct Additives atau Intentional food Additives) Adalah bahan tambahan pangan yang sengaja ditambahkan pada makanan. Jumlah penambahannya telah ditentukan untuk menghindari dampak yang kurang baik bagi kesehatan. Untuk hal ini dibagi dalam 3 kategori : 1. Bahan tambahan pangan bersifat aman atau GRAS (Generally Recognize As Safe), dengan dosis yang relatif tidak dibatasi, misalnya pati (sebagai pengental). 2. Bahan tambahan pangan yang boleh digunakan namun harus mendapat persetujuan dari instansi yang berwenang (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan). Misalnya, zat warna yang sudah dilengkapi sertifikat dari negara asalnya bahwa aman dan boleh digunakan pada makanan (Diluar daftar PERMENKES RI No. 722/Menkes/PerIX/1988). 3. Bahan tambahan pangan yang digunakan dengan dosis tertentu, dimana untuk menggunakannya ditentukan dosis maksimum, sesuai PERMENKES RI No. 722/Menkes/PerIX/1988 (sekarang PERMENKES RI No. 033 Tahun 2012). b. Tidak sengaja ditambahkan (Indirect Additives atau Incidental food Additives) Adalah bahan tambahan pangan yang tanpa sengaja masuk pada rantai makanan, penyebabnya timbul dari berbagai akibat penyimpangan dalam

5 12 produksi, pembuatan, cara kerja, pengemasan maupun pemasaran makanan. Beberapa bahan kimia ikutan yang dapat menimbulkan indirect additives ialah : 1. Residu pestisida kimia yang terdapat pada hasil-hasil pertanian atau perkebunan akibat penggunaan pestisida kimia pada saat penanaman. 2. Bahan tambahan pangan atau obat-obatan yang diberikan pada makanan ternak, berupa antibiotik, hormon dan lain-lain yang umumnya terbawa pada produk daging, telur dan susu. 3. Unsur-unsur bahan pengemas yang terlepas pada makanan. 4. Zat pencemar yang berasal dari proses pengolahannya, misalnya minyak pelumas yang digunakan pada mesin pembuat makanan. Berdasarkan PERMENKES RI No. 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan, jenis BTP yang diizinkan dalam penggolongan diantaranya ialah : 1. Bahan Pengkarbonasi (Carbonating Agent) Bahan Pengkarbonasi (Carbonating Agent) adalah bahan untuk membentuk karbonasi di dalam pangan, misalnya karbondioksida. 2. Pemanis (sweetener) Pemanis (sweetener) adalah bahan tambahan pangan berupa pemanis alami dan pemanis buatan yang memberikan rasa manis pada produk pangan. a. Pemanis Alami (Natural Sweetener) Pemanis Alami (Natural Sweetener) adalah pemanis yang dapat ditemukan pada bahan alam walaupun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi. Contohnya: sorbitol, manitol, laktitol, silitol dan eritritol.

6 13 b. Pemanis buatan (Artificial Sweetener) Pemanis buatan (Artificial Sweetener) adalah pemanis yang diproses secara kimiawi dan tidak terdapat pada alam. Contohnya: aspartam, asam siklamat, sakarin, sukralosa dan neotam. 3. Pengawet (Preservative) Pengawet (Preservative) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah dan menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Contohnya: asam sorbat, asam benzoat, etil para-hidroksibenzoat, sulfit, nisin, nitrit, nitrat, asam propionat dan lisozim hidroklorida. 4. Penguat rasa (Flavour enhancer) Penguat rasa (Flavour enhancer) adalah bahan tambahan pangan untuk memperkuat dan memodifikasi rasa dan aroma yang telah ada dalam bahan pangan tanpa memberikan rasa atau aroma baru. Contohnya: asam L-glutamat dan garamnya, asam guanilat dan garamnya, asam inosinat dan garamnya dan garam-garam dari 5-ribonukleotida. 5. Pewarna (Colour) Pewarna (Colour) adalah bahan tambahan pangan terdiri dari pewarna alami dan pewarna sintetis yang ketika ditambahkan pada pangan mampu memberi dan memperbaiki warna. a. Pewarna alami (Natural Colour) Pewarna alami (Natural Colour) adalah pewarna yang dibuat melalui proses ekstraksi, isolasi atau derivatisasi (sintesis parsial) dari tumbuhan,

7 14 hewan, mineral atau sumber alami lain, termasuk pewarna identik alami. Contohnya : kurkumin, riboflavin, karmin, klorofil, karamel, beta karoten, karotenoid, merah bit, antosianin dan titanium dioksida. b. Pewarna sintetis (Synthetic Colour) Pewarna sintetis (Synthetic Colour) adalah pewarna yang diperoleh secara kimiawi. Contohnya : tartrazin, kuning kuinolin, kuning FCF, karmoisin, ponceau 4R, eritrosin, merah allura, indigotin, biru berlian, hijau FCF dan coklat HT. Beberapa bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 033 Tahun 2012 ialah : 1. Asam borat 7. Kokain 2. Asam salisilat 8. Nitrobenzen 3. Dietilpirokarbonat 9. Sinamil antranilat 4. Dulsin 10. Dihidrosafrol 5. Formalin 11. Biji tonka 6. Kalium bromat 12. Minyak kalamus Adapun menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999, selain bahan tambahan pangan di atas masih ada tambahan kimia lain yang dilarang penggunaannya yaitu rhodamin B (pewarna merah), methanil yellow (pewarna kuning) dan potasium bromat ( pengeras) (Cahyadi, 2009).

8 15 Selain kedua peraturan di atas, pengawasan bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan juga diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri RI dan Kepala BPOM RI nomor 43 tahun 2013, yaitu terhadap : a. Asam borat b. Boraks c. Formalin (larutan formaldehid) d. Parafomaldehid (serbuk dan tablet paraformaldehid) e. Pewarna merah rhodamin B f. Pewarna merah amaranth g. Pewarna kuning metanil (methanil yellow) h. Pewarna kuning auramin 2.3 Zat Pewarna Warna merupakan salah satu faktor sensori yang dipakai manusia untuk menilai suatu produk, sehingga dengan melihat suatu warna manusia dapat merasa senang atau sedih, suka atau tidak suka, kecewa dan marah. Makanan yang bergizi, enak dan teksturnya yang sangat baik tidak akan dimakan jika memiliki warna yang tidak sedap dipandang ataupun memberi kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya. Warna merupakan faktor yang dapat menentukan mutu pangan serta digunakan sebagai indikator kesegaran dan kematangan yang dapat dilihat dari warna yang seragam dan merata (Winarno, 2004). Zat pewarna adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk meningkatkan dan memberi warna makanan serta mengembalikan warna yang hilang sewaktu pengolahan dan penyimpanan kepada warna aslinya. Zat pewarna

9 16 juga digunakan untuk membuat warna produk olahan menjadi seragam dan memberikan karakteristik warna yang diinginkan pada makanan (Enie, 2006). Pewarna makanan banyak digunakan untuk berbagai jenis makanan, terutama produk jajanan pasar serta berbagai makanan olahan yang dibuat oleh industri kecil ataupun industri rumah tangga meskipun pewarna buatan juga ditemukan pada berbagai jenis makanan yang dibuat oleh industri besar (Yuliarti, 2007) Jenis Zat Pewarna Secara garis besar, berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk dalam golongan bahan tambahan pangan yaitu : 1. Pewarna Alami Zat pewarna alami sudah sejak lama digunakan oleh masyarakat misalnya kunyit untuk warna kuning dan daun suji untuk warna hijau. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kini telah ditemukan zat pewarna sintetis yang penggunaannya lebih praktis dan harganya lebih murah (Cahyadi, 2009). Warna cemerlang yang terdapat pada tumbuhan dan hewan dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami untuk makanan dan minuman. Beberapa pewarna alami ikut menyumbangkan nilai nutrisi bagi tubuh seperti karotenoid, riboflavin dan kobalamin. Selain menghasilkan warna, pewarna alami juga dapat dimanfaatkan sebagai bumbu (misalnya kunir dan paprika) serta sebagai pemberi rasa (misalnya karamel) ke bahan olahannya. Umumnya pewarna alami aman

10 17 digunakan dalam jumlah yang besar sekalipun karena zat yang terkandung di dalamnya tidak mengganggu kesehatan (Cahyadi, 2009). Secara kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih banyak daripada zat pewarna sintetis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan yang baik. Pada kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tekstur dan aroma makanan. Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna yang lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis. Oleh karena itu zat ini tidak dapat digunakan sesering zat pewarna sintetis (Lubis, 2009). Tabel 2.1 Daftar Zat Pewarna Alami yang diizinkan di Indonesia No Warna Nama Nomor Indeks 1 Merah Alkanat Merah Karmin Kuning Annato Kuning Karoten Kuning Kurkumin Kuning Safron Hijau Klorofil Biru Ultramarin Coklat Karamel - 10 Hitam Carbon black Hitam Besi oksida Putih Titanium dioksida Sumber : Winarno, 2004 Berdasarkan tabel di atas, zat pewarna alami yang menghasilkan warna merah adalah alkanat dan karmin. Karmin diperoleh dengan cara mengekstraksi asam karminat dan kemudian dilapisi aluminium. Zat pewarna karmin ini mahal sehingga jarang digunakan (Winarno, 2004).

11 18 2. Pewarna Sintetis Pewarna sintetis merupakan zat warna yang diperoleh dengan cara sintesis kimia yang mengandalkan bahan-bahan kimia sehingga warna yang dihasilkan lebih kuat meskipun jumlah zat pewarna yang digunakan hanya sedikit. Selain itu, walaupun telah mengalami proses pengolahan dan pemanasan warna yang dihasilkan akan tetap cerah (Cahyadi, 2009). Proses pembuatan zat pewarna sintetis dilakukan dengan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen ataupun logam berat lainnya yang bersifat racun. Zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak lebih dari 0,0004 % dan timbal tidak lebih dari 0,0001 %, sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada (Yuliarti, 2007). Tabel 2.2 Zat Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia No Warna Nama Nomor Indeks 1 Kuning Tartrazin Kuning Quinoline yellow Oranye Sunset yellow FCF Merah Karmoisin Merah Ponceau 4R Merah Eritrosin Merah Allura red Biru Indigotin Biru Brilliant blue FCF Hijau Fast green FCF Coklat Brown HT Sumber : Peraturan Menkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 Seperti yang tertera pada tabel 2.2 bahwa warna merah dari zat pewarna sintetis yang diizinkan dihasilkan oleh karmoisin, ponceau 4R, eritrosin dan allura red. Menurut Walford (1980), ponceau 4R dikenal dengan brilliant scarlet 4R atau cochineal red A memiliki warna merah gelap, larut dalam air dan sering digunakan dalam pembuatan permen, makanan laut yang dibekukan, buah dan

12 19 sayuran kaleng. Di Inggris, rata-rata asupan yang diizinkan untuk zat pewarna ponceau 4R adalah 0,88 mg/kg dan perkiraan asupan per hari yang ditetapkan oleh Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) adalah 0,125 mg/kg berat badan. Tabel 2.3 Zat Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia No Bahan Pewarna Nomor Indeks Warna 1 Citrus red No Ponceau 3 R (Red G) Ponceau SX (Food Red No. 1) Rhodamin B (Food Red No. 5) Guinea Green B (Acid Green No. 3) Magenta (Basic Violet No. 14) Chrysoidine (Basic Orange No. 2) Butter Yellow (Solveent yellow No. 2) Sudan I (Food yellow No. 2) Methanil Yellow (Food yellow No. 14) Auramine (Ext. D & C Yellow No. 1) Oil Oranges SS (Basic Yellow No. 2) Oil Oranges XO (Solvent Oranges No. 7) Oil Yellow AB (Solvent Oranges No. 5) Oil Yellow OB (Solvent Oranges No. 6) Sumber : Peraturan Menkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 Dari berbagai pewarna tekstil yang disalahgunakan sebagai pewarna makanan, yang paling banyak digunakan adalah rhodamin B dan methanil yellow. Rhodamin B merupakan zat warna sintetis yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil. Penggunaan rhodamin B pada makanan dan minuman dalam waktu lama akan mengakibatkan kanker dan gangguan fungsi hati. Namun, jika terpapar rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan rhodamin B. Bila rhodamin B tersebut masuk melalui makanan akan mengakibatkan iritasi pada saluran pencernaan dan mengakibatkan gejala keracunan dengan urin yang berwarna merah maupun merah muda (Yuliarti, 2007).

13 Batasan Maksimum Penggunaan Zat Pewarna Tubuh manusia mempunyai batasan maksimum dalam mentolerir konsumsi bahan makanan yang disebut ADI (Acceptable Daily Intake). ADI didefinisikan sebagai besarnya asupan harian suatu zat kimia yang bila dikonsumsi seumur hidup tampaknya tanpa risiko berarti berdasarkan semua fakta yang diketahui pada saat itu (Lu, 2006). ADI dihitung berdasarkan berat badan konsumen dan sebagai standar digunakan berat badan 50 kg untuk negara Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Satuan ADI adalah mg bahan tambahan pangan per kg berat badan. Semakin kecil tubuh seseorang maka semakin sedikit bahan tambahan pangan yang dapat diterima oleh tubuh (Asrik, 2009). Tabel 2.4 Rata-rata Asupan Harian Perkapita Zat Pewarna dalam Miligram Zat Pewarna Umur 6-23 Bulan 6-12 Tahun Tahun Brilliant Blue FCF 0,52 1,0 0,76 Aluminium Lake Indigotine 0,35 0,54 0,49 Aluminium Lake Fast Green FCF Tidak ada Tidak ada Tidak ada Aluminium Lake Erythrosine 1,3 2,8 2,1 Aluminium Lake Allura Red 2,2 4,9 3,8 Aluminium Lake Allura Red Tidak ada 1,8 2,5 Calcium Lake Tartrazine 2,2 4,3 3,0 Aluminium Lake Tartrazine 0,09 0,10 0,11 Calcium Lake Sunset Yellow FCF 1,1 2,7 1,7 Aluminium Lake Total 7,8 18,1 14,5 Sumber : Walfrod, 1984

14 21 Seperti halnya zat pewarna sintetis, zat pewarna alami juga memiliki batas maksimum pemakaian seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 2.5 Batas Maksimum ADI untuk Zat Pewarna Alami Zat Pewarna ADI Maksimum, mg/kg Annato 1,25 b Kantaxantin 12,50 a -Apo-8 -karotenal 2,50 a -Karoten 2,50 a Kunyit (Turmeric) 0,50 b Riboflavin 0,50 b Sumber : Noonan (1981) dalam Winarno, Keterangan : a = sudah bersifat mutlak berdasarkan penelitian tentang sifat toksik dan metabolisme dalam tubuh. b = masih bersifat sementara karena data tentang tingkat keamanannya belum lengkap. Batas maksimum penggunaan zat pewarna baik alami ataupun sintetis berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Bahan Tambahan Pangan tahun 1995 dapat dilihat pada Lampiran Dampak Zat Pewarna Sintetis pada Makanan Terhadap Kesehatan Penggunaan zat pewarna dalam makanan akan berdampak positif dan negatif. Dampak positif yang bisa dirasakan oleh produsen dan konsumen diantaranya dapat mengendalikan warna asli suatu produk makanan yang rusak atau pudar akibat proses pengolahan, memperbaiki warna yang kurang menarik, memberi warna yang seragam pada produk yang diolah pada waktu yang berlainan serta untuk menarik perhatian konsumen (Cahyadi, 2009). Tidak semua makanan yang kita konsumsi mengandung zat pewarna yang dinyatakan berbahaya sesuai PERMENKES RI No. 722/Menkes/PerIX/1988 (sekarang PERMENKES RI No. 033 Tahun 2012). Namun demikian, penggunaan zat pewarna tersebut hendaknya dibatasi karena meskipun relatif aman,

15 22 pemakaian dalam jumlah besar tetap dapat membahayakan kesehatan (Yuliarti, 2007). Penggunaan bahan-bahan aditif secara terus menerus dan melebihi kadar yang telah ditentukan, menyebabkan zat tersebut terakumulasi (tertimbun) dalam tubuh yang dapat merusak jaringan dan organ. Seperti pada penggunaan zat pewarna sintetis dengan kadar yang tinggi, sehingga hati akan bekerja keras untuk merombaknya agar dapat dikeluarkan dari hati. Hati memiliki kemampuan terbatas untuk merombak zat pewarna sehingga akan ada yang tertimbun di hati kemudian dapat mengganggu fungsi ginjal. Bahan tambahan sintetis tidak hanya mengganggu kesehatan tetapi juga menyebabkan nilai gizi pada makanan tertentu berkurang (Irianto dan Waluyo, 2007). Tabel 2.6 Dampak Zat Pewarna Sintetis pada Makanan Terhadap Kesehatan No Jenis Zat Pewarna Sintetis Dampak Terhadap Kesehatan 1 Tartazine Reaksi alergi khususnya bagi orang yang sensitif pada asam asetilsiklik dan asam benzoat, asma, dan mengakibatkan hiperaktif pada anak-anak. 2 Sunset yellow FCF Radang selaput lendir pada hidung, sakit pinggang, muntah-muntah dan gangguan pencernaan. 3 Allura Red AC Memicu kanker limpa. 4 Ponceau 4R Kerusakan sistem urin dan dapat memicu timbulnya tumor, hiperaktif pada anak-anak, serta sebagai penyebab kanker. 5 Red 2G Gatal-gatal dan ruam kulit. 6 Fast Red E Lebih beresiko terhadap penderita hepatitis B kronik dan kanker hati 7 Amaranth Tumor, reaksi alergi pada pernafasan dan hiperaktif ada anak-anak. 8 Briliant Black BN Kanker hati 9 Brown HT Kanker hati 10 Brilliant blue FCF Ruam kulit dan hiperaktivitas 11 Fast Green FCF Reaksi alergi dan produksi tumor. 12 Erythrosine Mengakibatkan reaksi alergi seperti nafas pendek, dada sesak, sakit kepala, iritasi kulit, kemunduran kerja otak dan menurunnya konsentrasi belajar. Sumber : Peraturan Menkes RI, Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 dalam Cahyadi (2009).

16 23 Dampak di atas dapat terjadi jika penggunaan zat pewarna sintetis tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, sebaiknya sebelum membeli makanan dan minuman harus meneliti kondisi fisik, kandungan bahan pembuatnya dan kehalalannya melalui label yang terdapat pada kemasan pangan tersebut agar keamanan makanan yang dikonsumsi senantiasa terjaga. Penggunaan zat pewarna yang bukan untuk makanan juga dapat membahayakan kesehatan, misalnya penggunaan rhodamin B. Rhodamin B sangat berbahaya jika terhirup, mengenai mata ataupun tertelan yang menyebabkan terjadinya iritasi yang ditandai dengan mata kemerahan dan timbunan cairan pada mata, serta iritasi saluran pencernaan dan bahaya kanker hati. Ciri-ciri makanan yang mengandung zat pewarna rhodamin B antara lain makanan berwarna merah mencolok, lebih terang dan cenderung berpendar serta banyak memberikan titiktitik warna karena tidak homogen serta memiliki rasa agak pahit (Yuliarti, 2007). 2.4 Zat Pemanis Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan untuk keperluan produk olahan pangan, industri serta makanan dan minuman kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma makanan dan minuman, memperbaiki sifat fisik pangan dan digunakan sebagai pengawet, sumber kalori tubuh dan untuk mengontrol pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi serta sebagai bahan substitusi pemanis utama (Cahyadi, 2009). Rasa manis merupakan suatu sensasi yang sangat penting bagi manusia karena menyebabkan respon positif yang menyenangkan. Respon tersebut

17 24 dijumpai sejak dalam kandungan hingga manusia lahir. Di seluruh dunia kebiasaan makan sampai saat ini dengan berbagai cara memerlukan rasa manis, hal ini terlihat pada produksi gula dunia yang terus berkembang sejak tahun 1990 (Munte, 2003) Jenis Zat Pemanis Berdasarkan sumbernya pemanis dapat dikelompokkan menjadi pemanis alami dan pemanis buatan (sintetis). 1. Pemanis Alami Pemanis alami berasal dari tumbuhan dan hewan. Tanaman penghasil pemanis yang utama adalah tebu (Saccharum officanarum L) dan bit (Beta vulgaris L). Bahan pemanis yang dihasilkan dari kedua tanaman tersebut dikenal sebagai gula alam atau sukrosa. Beberapa pemanis alami yang sering digunakan adalah (Cahyadi, 2009) : 1. Sukrosa 6. D-Fruktosa 2. Laktosa 7. Sorbitol 3. Maltosa 8. Manitol 4. Galaktosa 9. Gliserol 5. D-Glukosa 10. Glisina Contoh pemanis alami yang sering digunakan adalah (Situmeang, 2010) : 1. Gula Tebu Gula tebu mengandung zat pemanis fruktosa yang merupakan salah satu jenis glukosa. Gula tebu disebut juga dengan gula pasir, diperoleh dari tanaman tebu dan merupakan pemanis yang paling banyak digunakan. Selain memberi rasa

18 25 manis, gula tebu juga bersifat mengawetkan. Gula tidak mengandung vitamin, tidak ada serat, hanya memiliki sejumlah kecil mineral, akan tetapi mengandung 394 kkal dalam 100 gram bahan. 2. Gula Merah Gula merah adalah pemanis dengan warna coklat dan merupakan pemanis kedua yang banyak digunakan setelah gula tebu. Gula jenis ini sering digunakan pada makanan tradisional seperti bubur, dodol dan gulali. 3. Madu, merupakan pemanis alami yang dihasilkan oleh lebah madu. 2. Pemanis Sintetis Pemanis buatan (sintetis) merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memberikan rasa manis pada makanan tetapi tidak memiliki nilai gizi. Pada mulanya pemanis buatan (sintetis) diproduksi dengan tujuan komersil untuk memenuhi ketersediaan poduk makanan dan minuman bagi penderita diabetes melitus (kencing manis) yang harus mengontrol kalori makanannya. Namun, dalam perkembangannya pemanis buatan (sintetis) mengalami diversifikasi fungsi. Kalangan pengusaha juga menggunakannya untuk meningkatkan rasa manis dan cita rasa pada produk-produk yang sudah mengandung gula (Syah dkk, 2005). Diantara berbagai jenis pemanis buatan, hanya beberapa saja yang diizinkan penggunaannya dalam makanan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 208/Menkes/Per/IV/1985, diantaranya sakarin yang mempunyai rasa manis kali dari gula, siklamat yang mempunyai rasa manis kali

19 26 dari gula dan aspartam yang mempunyai rasa manis kali dari gula dalam jumlah yang dibatasi atau dengan dosis tertentu. Nama Pemanis Sintetis Sakarin (serta Garam Natrium) Siklamat (serta garam natrium dan garam kalsium) Tabel 2.7 Daftar Pemanis Sintetis yang Diizinkan di Indonesia ADI 0-2,5 mg Aspartam 0-40 mg Sorbitol Jenis Bahan Makanan Makanan berkalori rendah a. Permen karet b. Permen c. Saus d. Es krim dan sejenisnya e. Es lilin f. Jam dan jeli g. Minuman ringan h. Minuman yoghurt i. Minuman ringan fermentasi Makanan berkalori rendah a. Permen karet b. Permen c. Saus d. Es lilin e. Minuman yoghurt f. Minuman ringan fermentasi Kismis, Jam dan jeli, roti serta makanan lain Sumber : Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 Batas Maksimal Penggunaan a. 50 mg/kg (sakarin) b. 100 mg/kg (Na-sakarin) c. 300 mg/kg (Na-sakarin) d. 200 mg/kg (Na-sakarin) e. 300 mg/kg (Na-sakarin) f. 200 mg/kg (Na-sakarin) g. 300 mg/kg (Na-sakarin) h. 300 mg/kg (Na-sakarin) i. 50 mg/kg (Na-sakarin) a. 500 mg/kg dihitung sebagai asam siklamat b. 1 g/kg dihitung sebagai asam siklamat c. 3 g/kg dihitung sebagai asam siklamat d. 3 g/kg dihitung sebagai asam siklamat e. 3 g/kg dihitung sebagai asam siklamat f. 500 mg/kg dihitung sebagai asam siklamat 5 g/kg 300 g/kg 120 g/kg Penetapan jenis pemanis yang diizinkan dan batas ADI di Indonesia mengacu pada peraturan yang dikeluarkan oleh US Food and Drug Administration (FDA) atau Codex Alimentaris Commission (CAC) (Ambarsari, 2008).

20 27 Tabel 2.8 Beberapa Jenis Pemanis Buatan Pengganti Sukrosa yang Diizinkan Penggunaannya di Indonesia ADI Jumlah Tingkat Jenis Bahan (mg/kg Kalori Kemanisan* Pemanis berat (kkal/g) badan) Sifat Alitam Penggunaannya bersama pemanis lain bersifat sinergis Acesulfame- K - Dapat dicerna oleh enzim pencernaan Relatif lebih stabil dibandingkan jenis pemanis lainnya - Tidak dapat dicerna, bersifat non glikemik dan non kariogenik Aspartam Stabil pada kondisi kering, namun tidak tahan panas - Berbahaya bagi penderita fenilketonuria karena dapat menyebabkan risiko penurunan fungsi otak - Dapat menimbulkan gangguan tidur dan migrain bagi yang sensitif Neotam Terurai secara cepat dan dibuang sempurna tanpa akumulasi oleh tubuh melalui metabolisme normal Sakarin Timbul reaksi dermatologis bagi anak-anak yang alergi terhadap sulfa - Berpotensi memacu pertumbuhan tumor dan bersifat karsinogenik Siklamat Dalam dosis tinggi dapat menyebabkan tumor kandung kemih, paru, hati dan limpa sukralosa Stabil pada kondisi panas - Tidak dapat dicerna dan langsung dikeluarkan oleh tubuh tanpa perubahan *dibandingkan dengan sukrosa Sumber : SNI , BPOM Dampak Pemanis Sintetis pada Makanan Terhadap Kesehatan Beberapa efek penggunaan pemanis buatan (sintetis) akan membahayakan kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan. Hasil penelitian National Academy of Science tahun 1968 menyatakan bahwa konsumsi sakarin oleh orang

21 28 dewasa sebanyak 1 gram atau lebih rendah tidak menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Namun, konsumsi sakarin yang terlalu banyak akan merugikan bagi orang-orang yang tidak memerlukan diet khusus terutama usia anak-anak karena dapat menimbulkan diare. Sakarin juga dapat menyebabkan kanker pada hewan percobaan di laboratorium (Luthana, 2008). Pengujian terhadap keamanan siklamat juga dilakukan pada tahun 1967 dengan hasil bahwa siklamat dapat merubah usus ke cyclohexylamine yang dapat menjadi karsinogenik. Namun hal ini hanya berlaku pada beberapa individu saja yang memiliki kemampuan merubah usus ke cyclohexylamine (Deman, 1980). 2.5 Kerangka Konsep Saus Cabai Zat Pewarna Buatan Uji Kualitatif Diizinkan Saus Gejrot Sakarin Siklamat Uji Kuantitatif Tidak Diizinkan PERMENKES RI No. 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan. Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.801, 2013 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Pewarna. batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ANALISIS ZAT PEWARNA PADA KEPAH ASIN (Polymesoda erosa) YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL DAN PASAR SUKARAMAI DI KOTA MEDAN TAHUN 2013 A. Identitas Responden a. Nomor Responden

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zat Warna Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI tahun 2012, pewarna adalah bahan tambahan pangan (BTP) berupa pewarna alami, dan pewarna sintetis, yang ketika ditambahkan ataudiaplikasikan

Lebih terperinci

Bahan Tambahan Pangan (Food Additive)

Bahan Tambahan Pangan (Food Additive) Bahan Tambahan Pangan (Food Additive) A. Tujuan menambahkan bahan tambahan pangan ke dalam makanan: 1. Meningkatkan mutu pangan 2. Meningkatkan daya tarik 3. Mengawetkan pangan B. Macam-macam Bahan Tambahan

Lebih terperinci

LKS 01 MENGIDENTIFIKASI ZAT ADITIF DALAM MAKANAN

LKS 01 MENGIDENTIFIKASI ZAT ADITIF DALAM MAKANAN LKS 01 MENGIDENTIFIKASI ZAT ADITIF DALAM MAKANAN A. Kompetensi Dasar: 3.7 Mendeskripsikan zat aditif (alami dan buatan) dalam makanan dan minuman (segar dan dalam kemasan), dan zat adiktif-psikotropika

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penggolongan Bahan Tambahan Pangan (BTP)

Lampiran 1. Penggolongan Bahan Tambahan Pangan (BTP) Lampiran 1. Penggolongan Bahan Tambahan Pangan (BTP) Tabel Daftar Golongan BTP yang Diizinkan Penggunaannya No. Nama Golongan 1 Antibuih (Antifoaming Agent) 2 Antikempal (Anticaking Agent) 3 Antioksidan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or preparedform, which are part of human diet. Artinya adalah

Lebih terperinci

Resiko Bahan Kimia Pada Makanana

Resiko Bahan Kimia Pada Makanana Resiko Bahan Kimia Pada Makanana Nur Hidayat Macam Bahan Kimia Bahan kimia dalam makanan ada yang sengaja ditambahkan ada yang muncul karena proses pengolahan atau dari bahan bakunya Resiko yang perlu

Lebih terperinci

Lampiran 1. A. Karakteristik Responden 1. Nama Responden : 2. Usia : 3. Pendidikan :

Lampiran 1. A. Karakteristik Responden 1. Nama Responden : 2. Usia : 3. Pendidikan : Lampiran 1 KUESINER PENELITIAN Analisa Kandungan Natrium Benzoat, Siklamat Pada Selai Roti Yang Bermerek Dan Tidak Bermerek Serta Tingkat Pengetahuan Penjual Tentang Natrium Benzoat, Siklamat Pada Selai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern sekarang ini banyak terjadi perkembangan di bidang industri makanan dan minuman yang bertujuan untuk menarik perhatian para konsumen. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai kebutuhan dasar, makanan tersebut harus mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya

Lebih terperinci

Tabel Pelarut Dalam Percobaan Metode Kromatografi. A n-butanol 40 bagian volume. B Iso-butanol 30 bagian volume

Tabel Pelarut Dalam Percobaan Metode Kromatografi. A n-butanol 40 bagian volume. B Iso-butanol 30 bagian volume Tabel Pelarut Dalam Percobaan Metode Kromatografi A n-butanol 40 bagian volume Asam asetat glasial 10 bagian volume Air suling 20 bagian volume B Iso-butanol 30 bagian volume Etanol air suling 20 bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Tambahan Pangan Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan, bukan merupakan bahan khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi saat ini, penggunaan zat warna alami semakin

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi saat ini, penggunaan zat warna alami semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Pewarna telah lama digunakan pada bahan makanan dan minuman untuk memperbaiki tampilan produk pangan. Pada mulanya zat warna yang digunakanan adalah zat warna

Lebih terperinci

Zat Aditif : Zat zat yg ditambahkan pada makanan atau minuman pada proses pengolahan,pengemasan atau penyimpanan dengan tujuan tertentu.

Zat Aditif : Zat zat yg ditambahkan pada makanan atau minuman pada proses pengolahan,pengemasan atau penyimpanan dengan tujuan tertentu. Zat Aditif : Zat zat yg ditambahkan pada makanan atau minuman pada proses pengolahan,pengemasan atau penyimpanan dengan tujuan tertentu. Tujuan : - Meningkatkan mutu makana -Menambah daya tarik makanan

Lebih terperinci

Tabel jenis pewarna alami pada produk makanan dan batas maksimum penggunaannya

Tabel jenis pewarna alami pada produk makanan dan batas maksimum penggunaannya Lampiran 1 Tabel jenis pewarna alami pada produk makanan dan batas maksimum penggunaannya No Jenis Pewarna Alami INS ADI (Acceptable Dairy Intake) Batas Maksimum Penggunaan Kategori (Jam,Jelly dan Marmalad)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat pemerintah telah melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jajan merupakan suatu kebiasaan yang telah lama tertanam dalam diri setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam Taryadi (2007), jajanan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik diolah maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi menyebabkan aktivitas masyarakat meningkat, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks menyebabkan perlu

Lebih terperinci

(asam sitrat), Pengawet (natrium benzoat), Pewarna makanan. Komposisi: Gula, Glukosa, Buah nanas, Asam Sitrat, Perasa dan Pewarna

(asam sitrat), Pengawet (natrium benzoat), Pewarna makanan. Komposisi: Gula, Glukosa, Buah nanas, Asam Sitrat, Perasa dan Pewarna Lampiran 1. Komposisi Selai roti bermerek. 1. Sampel A Komposisi: Gula, Buah stroberi, Pengental (pektin), Pengatur keasaman (asam sitrat), Pengawet (natrium benzoat), Pewarna makanan. 2. Sampel B Komposisi:

Lebih terperinci

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia berbahaya pada makanan sering kita temui pada berbagai jenis produk seperti makanan yang diawetkan, penyedap rasa, pewarna makanan,

Lebih terperinci

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan Waktu : 60 menit Baca baik-baik soal dibawah ini dan jawablah pada lembar jawab yang telah

Lebih terperinci

ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan yaitu untuk memperbaiki warna,

ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan yaitu untuk memperbaiki warna, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Jajanan Kebutuhan makan anak-anak sekolah dasar perlu mendapat perhatian karena anak-anak mulai mempunyai kesibukan-kesibukan dengan pelajaran di sekolah dan di sekitar

Lebih terperinci

Zat Aditif pada Makanan

Zat Aditif pada Makanan Bab 10 Zat Aditif pada Makanan Sumber: Encarta 2005 Gambar 10.1 Makanan dan minuman Manusia sebagai makhluk hidup memerlukan makan dan minum untuk melangsungkan kehidupannya. Zat-zat makanan yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memilih bahan makanan maka kita perlu memperhatikan kebersihan dan mutunya

BAB I PENDAHULUAN. memilih bahan makanan maka kita perlu memperhatikan kebersihan dan mutunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan pangan adalah bahan yang dibutuhkan oleh manusia untuk tumbuh dan berkembang serta mampu beraktifitas dan memelihara kondisi tubuh. Dalam memilih bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai kebutuhan dasar, makanan tersebut harus mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerupuk mie merupakan salah satu makanan ringan yang paling banyak diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan renyah saat dimakan, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat pemerintah telah melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang di konsumsi,

Lebih terperinci

RINGKASAN Herlina Gita Astuti.

RINGKASAN Herlina Gita Astuti. RINGKASAN Herlina Gita Astuti. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Pemanis Buatan Siklamat pada Selai Tidak Berlabel yang Dijual di Pasar Besar Kota Palangka Raya Tahun 2015. Program Studi D-III Farmasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan jajanan (street food) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan

Lebih terperinci

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan Waktu : 60 menit Baca baik-baik soal dibawah ini dan jawablah pada lembar jawab yang telah

Lebih terperinci

BAHAYA KERACUNAN METANIL YELLOW PADA PANGAN

BAHAYA KERACUNAN METANIL YELLOW PADA PANGAN BAHAYA KERACUNAN METANIL YELLOW PADA PANGAN Pangan merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Selama ini manusia mengonsumsi pangan berupa pangan segar maupun pangan olahan. Kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan bahan dasar makanan harus mengandung zat gizi untuk memenuhi fungsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kecamatan Tilango merupakan bagian dari beberapa kecamatan yang ada di kabupaten Gorontalo yang memiliki 7 desa yakni desa Dulomo,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Tambahan Pangan Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan atau juga dikenal sebagai street food adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, dipasar, tempat pemukiman serta lokasi

Lebih terperinci

PEWARNA ALAMI; Sumber dan Aplikasinya pada Makanan & Kesehatan, oleh Dr. Mutiara Nugraheni, S.T.P., M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko

PEWARNA ALAMI; Sumber dan Aplikasinya pada Makanan & Kesehatan, oleh Dr. Mutiara Nugraheni, S.T.P., M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko PEWARNA ALAMI; Sumber dan Aplikasinya pada Makanan & Kesehatan, oleh Dr. Mutiara Nugraheni, S.T.P., M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-4462135; 0274-882262;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia. Meningkatnya

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

ANALISIS SECARA BIOKIMIA METHANYL YELLOW PADA TAHU YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL KODYA BANDUNG

ANALISIS SECARA BIOKIMIA METHANYL YELLOW PADA TAHU YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL KODYA BANDUNG ANALISIS SECARA BIOKIMIA METHANYL YELLOW PADA TAHU YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL KODYA BANDUNG Mia Nurkanti Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, UNPAS Abstrak Tahu merupakan pangan yang popular di masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan menentukan kemajuan suatu bangsa di masa depan. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. Batas Maksimum. Batas Tambahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. Batas Maksimum. Batas Tambahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.800, 2013 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Batas Maksimum. Batas Tambahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan di sekolah menyita waktu terbesar dari aktifitas keseluruhan anak sehari hari, termasuk aktifitas makan. Makanan jajanan di sekolah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan setiap insan baik secara fisiologis, psikologis, sosial maupun antropologis. Pangan selalu terkait

Lebih terperinci

TES HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

TES HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan TES HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan Waktu : 60 menit Baca baik-baik soal dibawah ini dan jawablah pada lembar jawab yang telah disediakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting. Saat ini minuman dijual dalam berbagai jenis dan bentuk, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. penting. Saat ini minuman dijual dalam berbagai jenis dan bentuk, serta BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting. Saat ini minuman dijual dalam berbagai jenis dan bentuk, serta dikemas dengan berbagai kemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang Kesehatan No 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Manusia memerlukan makanan seimbang yaitu karbohidrat, protein, nabati, vitamin dan mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Makanan mempunyai peran yang sangat penting dalam kesehatan masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus masyarakatlah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena makanan berguna untuk menjaga kelangsungan proses fisiologis tubuh dapat berjalan dengan lancar. Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa jenis dan kadar zat pewarna buatan yang terdapat pada selai roti yang bermerek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal pemerintah telah melakukan berbagai upaya kesehatan seperti yang tercantum dalam Pasal 10 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dapat mengubah fungsi tubuh, tidak korosif, dan tidak merugikan secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dapat mengubah fungsi tubuh, tidak korosif, dan tidak merugikan secara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minuman Minuman adalah segala sesuatu yang dikonsumsi dan dapat menghilangkan rasa haus. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berasa dan tidak berbau. Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia, termasuk Bahan Tambahan Pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang undang kesehatan RI No. 23 pasal 10 tahun 1992 menyebutkan bahwa peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui 15 macam kegiatan, salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minuman Ringan 2.1.1. Definisi Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan salah satu olahan semi padat dengan bahan utama susu. Es krim merupakan produk olahan susu sapi yang dibuat dengan bahanbahan utama yang terdiri atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi daging sapi di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 523.927 ton, hasil tersebut meningkat dibandingkan produksi daging sapi pada tahun 2014 yang mencapai 497.670

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupannya, makhluk hidup membutuhkan makanan, karena dari makanan manusia mendapatkan berbagai zat yang diperlukan oleh tubuh untuk dapat bekerja dengan optimal.

Lebih terperinci

BAB II BELAJAR, METODE INKUIRI, DAN ZAT ADITIF PADA MAKANAN

BAB II BELAJAR, METODE INKUIRI, DAN ZAT ADITIF PADA MAKANAN BAB II BELAJAR, METODE INKUIRI, DAN ZAT ADITIF PADA MAKANAN A. Belajar 1. Pengertian Belajar Menurut Dmiyati dan Mudjiono ( 2006, h. 5 ) mengatakan Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu isi dari dasar-dasar pembangunan kesehatan di Indonesia adalah adil dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Saus Cabai Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabai (Capsicum sp) yang matang dan baik, dengan atau tanpa penambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Validasi metode analisis merupakan suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan atau street foods adalah jenis makanan yang dijual kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, tempat pemukiman, serta lokasi yang sejenis. Jenis

Lebih terperinci

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan suatu bangsa adalah suatu usaha yang dirancang secara khusus untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Kesehatan adalah salah satu komponen kualitas manusia,

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan dikembang secara luas oleh petani di Propinsi Aceh.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 239/Men.Kes/Per/V/85 TENTANG ZAT WARNA TERTENTU YANG DINYATAKAN SEBAGAI BAHAN BERBAHAYA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 239/Men.Kes/Per/V/85 TENTANG ZAT WARNA TERTENTU YANG DINYATAKAN SEBAGAI BAHAN BERBAHAYA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 239/Men.Kes/Per/V/85 TENTANG ZAT WARNA TERTENTU YANG DINYATAKAN SEBAGAI BAHAN BERBAHAYA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan tambahan pangan dalam Peraturan Menteri Kehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan tambahan pangan dalam Peraturan Menteri Kehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Tambahan Pangan Bahan tambahan pangan dalam Peraturan Menteri Kehatan RI No. 1168/Menkes/PER/X/1999 adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Makanan Jajanan Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris disebut street food menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Anak usia Sekolah Dasar merupakan kelompok usia yang mempunyai aktivitas yang cukup tinggi, baik dalam keadaan belajar maupun di saat istirahat. Untuk mendapatkan kondisi

Lebih terperinci

1. Pernyataan berikut yang merupakan teori atom Dalton adalah... A. Atom adalah bagian terkecil dari materi yang tidak dapat dibagi lagi. B.

1. Pernyataan berikut yang merupakan teori atom Dalton adalah... A. Atom adalah bagian terkecil dari materi yang tidak dapat dibagi lagi. B. 1. Pernyataan berikut yang merupakan teori atom Dalton adalah... A. Atom adalah bagian terkecil dari materi yang tidak dapat dibagi lagi. B. Atom tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan. C. Atom dari unsur

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 3. ZAT ADITIFLatihan Soal 3.2. (1) dan (2) (1) dan (4) (2) dan (3) (3) dan (4)

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 3. ZAT ADITIFLatihan Soal 3.2. (1) dan (2) (1) dan (4) (2) dan (3) (3) dan (4) SMP kelas 8 - KIMIA BAB 3. ZAT ADITIFLatihan Soal 3.2 1. Perhatikan tabel berikut ini! Zat Lakmus Merah Biru (1) (-) (+) (2) (+) (-) (3) (+) (-) (4) (-) (+) Pasangan zat yang bersifat basa adalah... (1)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan, pendengaran, sentuhan, perasa dan pembau. Dunia visual menggunakan indra penglihatan yang biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya industri makanan dan minuman di Indonesia terjadi peningkatan produksi makanan dan minuman yang beredar di pasaran sehingga penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanis buatan semakin banyak digunakan sebagai pemanis dalam makanan. Hal itu disebabkan karena pemanis buatan memiliki kemanisan yang sama bahkan lebih jika dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata saus berasal dari bahasa Perancis (sauce) yang diambil dari bahasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata saus berasal dari bahasa Perancis (sauce) yang diambil dari bahasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saus Kata saus berasal dari bahasa Perancis (sauce) yang diambil dari bahasa latin salsus yang berarti digarami. Sedangkan saus dalam istilah dalam masakmemasak berarti cairan

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI. Lokasi : No. Objek Pengamatan Kategori A Pemilihan Bahan Makanan Ya Tidak

LEMBAR OBSERVASI. Lokasi : No. Objek Pengamatan Kategori A Pemilihan Bahan Makanan Ya Tidak LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN KIPANG PULUT DI KECAMATAN PANYABUNGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2011 Data Responden Penjamah Makanan Nama : Umur : Jenis Kelamin : Lokasi : No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan berkembang serta mampu beraktivitas dan memelihara kondisi tubuhnya. Untuk itu bahan pangan atau biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam dan tersedia secara cukup merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan tambahan atau zat aditif pada makanan semakin meningkat, terutama setelah adanya penemuan-penemuan termasuk keberhasilan dalam mensintesis bahan kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kepadatan penduduk tertinggi. Berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia menurut provinsi tahun 2011 sekitar 241.182.182

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manisan Buah Manisan adalah salah satu proses pengawetan yang menggunakan gula sebagai pengawetnya (Royaningsih, 1999). Manisan buah adalah salah satu bentuk makanan olahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman sari buah atau nektar, produk roti, susu, permen, selai dan jeli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Jajanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Makanan jajanan (Street Foods) adalah jenis makanan yang dijual dikaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, di tempat pemukiman serta lokasi yang sejenis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari

PENDAHULUAN. Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari PENDAHULUAN Latar Belakang Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari campuran sari buah dan air dengan penambahan bahan pembentuk gel yang dapat membuat teksturnya menjadi kenyal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman dikomsumsi karena

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman dikomsumsi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari makanan. Sebagai kebutuhan dasar makanan tersebut harus mengandung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 208/MENKES/PER/IV/r985

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 208/MENKES/PER/IV/r985 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 208/MENKES/PER/IV/r985 TENTANG PEMANIS BUATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. \Ienimbang : a. bahwa pada akhir-akhir ini terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi pengolahan pangan, industri produksi pangan semakin berkembang. Industri skala kecil, sedang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolang-kaling merupakan hasil produk olahan yang berasal dari perebusan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolang-kaling merupakan hasil produk olahan yang berasal dari perebusan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolang-kaling merupakan hasil produk olahan yang berasal dari perebusan endosperm (makanan cadangan yang terdapat di dalam biji tumbuhan) biji buah aren yang masih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bumbu Giling Bumbu adalah tanaman aromatik yang telah ataupun belum diolah yang ditambahkan pada makanan untuk penyedap dan pembangkit selera makan, digunakan dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB 1. Di Indonesia, sebagian besar masyarakatnya mempunyai tingkat pendidikan

BAB 1. Di Indonesia, sebagian besar masyarakatnya mempunyai tingkat pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, sebagian besar masyarakatnya mempunyai tingkat pendidikan yang relatif rendah, sehingga kesadaran dan kemampuan masyarakat sebagai konsumen juga masih

Lebih terperinci

Pengaturan & Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

Pengaturan & Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengaturan & Penggunaan Bahan Tambahan Pangan BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA BTP??? bahan atau campuran bahan yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dan diupayakan agar lebih tersedia dalam kualitas dan kuantitas secara memadai

Lebih terperinci