Pengaruh Pasta Gigi Siwak dan Pasta Gigi Nano Kalsium Karbonat Terhadap Kekerasan yang Terdemineralisasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Pasta Gigi Siwak dan Pasta Gigi Nano Kalsium Karbonat Terhadap Kekerasan yang Terdemineralisasi"

Transkripsi

1 Pengaruh Pasta Gigi Siwak dan Pasta Gigi Nano Kalsium Karbonat Terhadap Kekerasan yang Terdemineralisasi Febi Dianti*, Siti Triaminingsih, Bambang Irawan Departement of Dental Material, Faculty of Dentistry Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia * Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas penyikatan dengan pasta gigi nano kalsium karbonat dan pasta gigi mengandung Siwak terhadap kekerasan gigi manusia yang sebelumnya didemineralisasi dengan larutan asam sitrat 0,3%. Penyikatan dilakukan selama empat belas menit dan dua puluh delapan menit yang setara dengan dua minggu dan empat minggu. Pengujian kekerasan permukaan dilakukan dengan menggunakan Knoop Hardness Tester dan hasil pengujian dianalisis dengan uji Wilcoxon, Kruskal Wallis dan uji Mann-Whithney. Hasil pengujian menunjukkan peningkatan kekerasan permukaan yang bermakna dengan nilai kekerasan tertinggi pada penyikatan dengan menggunakan pasta gigi nano kalsium karbonat dibanding dengan penyikatan menggunakan pasta gigi mengandung Siwak (p<0,05). Effect of Toothpaste Containing Miswak and Toothpaste with Nano Calcium Cabonate to Demineralized Human Enamel Surface Hardness Abstract This study aimed to determine the effectiveness of brushing with toothpase containing Miswak and toothpaste with nano calcium carbonate on surface hardness of human enamel that have been demineralize using citric acid. Enamel brushed for fourteen minutes and twenty eight minutes which equal to two weeks and four weeks. Enamel surface hardness then measured using Knoop Hardness Tester and the results analyzed with Wilcoxon, Kruskall Wallis and Mann-Whitney test. The result of this experiment shows increasing enamel surface hardness after aplication with toothpaste containing nano calcium carbonate is higher than aplication with toothpaste containing Miswak (p<0,05). Keywords: Human enamel, nano calcium carbonate, Miswak, Knoop hardness tester Pendahuluan merupakan material kristalin yang terdiri atas kalsium hidroksiapatit dan menutupi seluruh mahkota anatomis gigi. Apabila sering terpapar oleh asam dan

2 diperberat dengan retensi plak pada permukaan gigi, maka akan terjadi pembentukan lesi. Lesi pada permukaan gigi tidak harus selalu berupa lubang, lesi awal justru hanya akan terlihat seperti bercak putih. Sering kali masyarakat mengganggap bahwa warna putih kapur pada permukaan gigi bukan merupakan karies. Padahal gambaran klinis tersebut menandakan bahwa telah terbentuk lesi awal. Lesi awal atau sering disebut white spot yaitu lesi terbentuk akibat dari proses demineralisasi yang terjadi pada permukaan . Beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya demineralisasi antara lain retensi plak, larutan asam, penurunan aliran dan kapasitas buffer saliva. 1,2 Lesi awal bersifat reversibel yang berarti masih dapat dipulihkan melalui proses remineralisasi. Remineralisasi dibutuhkan untuk mengembalikan struktur pada gigi dan meningkatkan kembali kekerasan yang mengalami penurunan akibat proses demineralisasi. 1,3 Remineralisasi dapat terjadi apabila terdapat kalsium, fosfat dan fluor yang cukup, peningkatan aliran dan kapasitas buffer saliva. Saliva merupakan faktor penting dalam terjadinya remineralisasi. Karena saliva mengandung Ca 2+ dan HPO 2-4 yang berfungsi untuk 2- menggantikan ion yang hilang pada saat demineralisasi. Fungsi lain HPO 4 yaitu untuk meningkatkan kapisatas buffer pada saat terbentuknya lesi awal. 4 Saliva juga mengandung fluor yang rata-rata berjumlah 0,03 ppm. Selain dari saliva, ion kalsium, fosfat dan fluor juga bisa didapatkan dari penggunaan obat kumur, pasta gigi, dan pengaplikasian agen remineralisasi secara topikal. 5 Fungsi utama pasta gigi ialah untuk mencegah terjadinya karies. Pada saat terjadi demineralisasi, kalsium apatit akan hilang, kehilangan kalsium apatit ini dapat digantikan dengan agen Ca 2+ dan fluor yang terkandung dalam pasta gigi. 4 Kandungan kalsium, fosfat dan fluor dalam pasta gigi mampu memicu terjadinya remineralisasi. Banyak nya ion kalsium dan fosfat yang masuk ke dalam lesi mempengaruhi pembentukan mineral apatit pada lesi. 6 Sedangkan fluor berfungsi untuk menggantikan hidroksiapatit yang hilang pada saat terjadi demineralisasi. Fluor akan mengendap pada lesi dan membentuk fluor apatit. Namun kemampuan fluor untuk meremineralisasi bergantung pada keberadaan kalsium. Kalsium membantu fluor untuk dapat masuk ke dalam lesi sub permukaan dan meningkatkan retensi pada lesi. 6,7 Saat ini telah beredar pasta gigi mengandung kalsium karbonat berukuran nano dan pasta gigi dengan fluor yang berasal dari bahan herbal. Nano kalsium karbonat mampu melepaskan ion kalsium lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan kalsium karbonat dalam ukuran yang berbeda. 6 Hal ini dapat dibuktikan dengan terlihatnya peningkatan kadar kalsium dan peningkatan ph setelah paparan kalsium karbonat nano selama empat minggu

3 pada lesi sub permukaan. 6,8 Sedangkan pasta gigi dengan kandungan fluor yang berasal dari tanaman herbal Siwak juga terbukti mampu meremineralisasi gigi dalam waktu 21 hari. 9 Selain fluor, pasta gigi Siwak ini juga mengandung kalsium karbonat hanya saja tidak dalam ukuran nano. Hal ini tentu akan mempengaruhi penyerapan fluor ke dalam lesi. Saat ini belum ada penelitian yang membandingkan kemampuan remineralisasi pasta gigi nano kalsium karbonat dengan pasta gigi herbal mengandung Siwak. Karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitas pasta gigi mengandung nano kalsium karbonat dan pasta gigi mengandung Siwak dalam proses terjadinya remineralisasi dinilai berdasarkan kekerasan yang dihasilkan. Tinjauan Teoritis gigi merupakan lapisan terluar dan jaringan terkeras dalam tubuh manusia yang menutupi struktur anatomi gigi. Sekitar 87% dari volum merupakan kristal yang tersusun dengan terorganisir dan rapat. Kristal-kristal ini menjadi bagian dari gigi sebanyak 95% dari berat gigi. terbentuk dari proses odontogenesis yang cukup panjang yaitu mulai dari terbentuknya benih gigi hingga gigi erupsi proses pematangan masih tetap berlanjut. Ketersediaan kalsium dan magnesium sebagai bahan organik sangat dibutuhkan untuk pembentukan struktur, fungsi dan resistensi . Struktur cukup rumit yaitu terdiri atas hidroksiapatit (Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 ) yang merupakan partikel berukuran nm. pada gigi dewasa mengandung sekitar 85% material inorganik, 12% air dan 3% protein dan lemak. Kandungan air dalam berfungsi untuk memungkinkan difusi asam dan komponen lain yang menuju ke dalam gigi melalui pori-pori interprismatik pada dan sebagai jalur keluar masuknya mineral pada saat proses demineralisasi dan remineralisasi. 4,10 Proses Terbentuknya Lesi pada Permukaan Gigi yang baru erupsi mengandung banyak karbonat dan sedikit fluor. 2 Saat ph dalam rongga mulut mencapai di bawah 5,5 maka akan terjadi demineralisasi yaitu hilangnya mineral dari permukaan dan dari inti kristalin . 4 Ion asam akan masuk ke dalam prisma yang akan memicu proses demineralisasi di bawah permukaan gigi. Karakteristik klinis terjadinya lesi awal pada permukaan gigi adalah terlihatnya bercak putih seperti kapur terutama pada saat rongga mulut dalam kondisi kering dan tidak terlihat adanya perubahan

4 pada permukaan gigi. Apabila tidak segera diatasi maka permukaan gigi akan menjadi rapuh, lalu terjadi peningkatan porositas pada dan pada gambaran radiograf akan terlihat dengan jelas radiolusesi di permukaan gigi yang menandakan bahwa lesi telah meluas. 4 Faktor yang dapat mempercepat perluasan lesi antara lain yaitu akumulasi plak, frekuensi konsumsi karbohidrat, frekuensi asupan makanan atau minuman asam. Beberapa jenis minuman asam terbukti dapat meningkatkan potensi terjadinya demineralisasi dan hilangnya kalsium dari permukaan gigi, salah satu jenis minuman tersebut adalah minuman bersoda. 4,11 Proses Remineralisasi pada Pada gigi yang telah mengalami demineralisasi awal, lesi yang terbentuk masih dapat disembuhkan melalui proses remineralisasi. Remineralisasi dapat berlangsung apabila terjadi peningkatan kadar kalsium, fosfat, fluor, dan kualitas serta kuantitas saliva. Faktor tersebut dibutuhkan untuk mendapatkan ion mineral yang mampu menggantikan hidroksiapatit yang hilang pada saat terjadi demineralisasi. 2,4 Proses remineralisasi terjadi saat ph saliva meningkat diikuti dengan dimulainya pembentukan kristal hidroksiapatit baru oleh kalsium, fosfat dan fluor yang terkandung dalam saliva. 4 Oleh sebab itu saliva dibutuhkan pada proses remineralisasi. Selain itu saliva juga berperan sebagai pelindung gigi dari kondisi asam. Kalsium dan fosfat akan bereaksi dengan fluor lalu membentuk fluor apatit. Selanjutnya terjadi pengendapan kembali hidroksiapatit yang akan membentuk lapisan dangkal pada permukaan . 1,12 Apabila mulut dalam kondisi yang baik dalam arti memiliki kualitas dan kuantitas saliva yang baik, kebersihan yang terjaga, cukup asupan fluor dan ditambah dengan penggunaan material preventif seperti pasta gigi, maka kemungkinan terjadinya remineralisasi akan meningkat. 4 Kekerasan Permukaan Proses demineralisasi dan remineralisasi tentu akan berpengaruh terhadap kekerasan . Pada saat terjadi demineralisasi, hidroksiapatit akan hilang. Hilangnya hidroksiapatit dari permukaan disebabkan oleh penurunan ph di ambang batas ph kritis yaitu 5,5. Hilangnya hidroksiapatit dari permukaan berpengaruh terhadap kekerasan permukaan . 4 Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurun kekerasan permukaan setelah mengalami demineralisasi. 1 Karena itu remineralisasi dibutuhkan untuk mengembalikan struktur hidroksiapatit yang hilang akibat demineralisasi. 4 Penelitian mengenai remineralisasi

5 pada permukaan yang dilakukan pada berbagai jenis pasta gigi menunjukkan peningkatan kekerasan permukaan setelah gigi disikat menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor. 1,3 Untuk dapat menilai kekerasan permukaan saat terjadi demineralisasi dan remineralisasi maka dilakukan uji kekerasan permukaan . Uji Kekerasan Permukaan Uji kekerasan dapat digunakan untuk menilai kekerasan permukaan suatu material salah satunya untuk permukaan . Terdapat dua jenis uji kekerasan yang dapat digunakan untuk menguji kekerasan permukaan yaitu uji kekerasan Vickers dan Knoop. Uji kekerasan Vickers dan Knoop umumnya digunakan untuk material yang kecil dan sangat keras. Indenter yang digunakan dalam uji kekerasan Vickers adalah berupa berlian berbentuk piramida dengan dasar persegi bersudut 136 o. Sedangkan, uji kekerasan Knoop menggunakan indenter berupa berlian berbentuk piramida dengan sudut 172 o 30 dan 130 o. Cara penggunaan kedua uji ini adalah dengan mengarahkan indenter piramida ke permukaan material yang akan diuji. Bentuk indentasi dengan sudut yang lebih besar, uji Knoop sensitif untuk menguji permukaan material yang terdemineralisasi atau lapisan tipis pada permukaan material. Untuk menguji kekerasan permukaan gigi, beban yang diberikan sebesar 50 gram dalam waktu 15 detik. 15 Nilai kekerasan dan dentin bila diuji menggunakan Vickers adalah 352 VHN untuk dan 63 VHN untuk dentin. 5,15 Bila pengujian dilakukan dengan Knoop besaran kekerasan adalah 343 KHN dan nilai kekerasan dentin 68 KHN. 13,15 Pasta Gigi Nano Kalsium Karbonat Pasta gigi sebagai agen preventif tentu saja mampu memicu proses remineralisasi. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan kini telah tercipta kalsium karbonat dalam ukuran nano. Nano kalsium karbonat digunakan sebagai kandungan pasta gigi karena diyakini mampu mencegah terbentuknya karies. 6 Salah satu contohnya adalah pasta gigi dengan merek dagang Systema Nano. Ukuran nano pada kalsium karbonat ini memiliki arti menyerupai kalsium apatit pada . Nano kalsium karbonat terbukti mampu melepaskan ion kalsium lebih cepat dibandingkan dengan kalsium karbonat yang tidak berukuran nano. 6 Selain itu, nano kalsium karbonat juga membantu meningkatkan pengendapan fluor apatit menjadi lebih dalam dan meluas, sehingga mampu mencapai lesi di bawah permukaan. Hal

6 ini dapat dibuktikan dengan terlihatnya peningkatan kadar kalsium dan peningkatan ph setelah paparan kalsium nano selama empat minggu pada lesi di bawah permukaan. 6 Pasta Gigi Herbal Mengandung Siwak Salvadora persica atau yang dikenal dengan Siwak mengandung Tri-Methylamin, salvadrin, chloride, fluor, silica, sulfur, mustard, dan vitamin C. Kandungan fluor dalam Siwak sebesar 1,02 µg/g. Fluor dalam Siwak berfungsi untuk mencegah terjadinya karies. Selain itu Siwak juga mampu menurunkan gingivitis dan plak. 9,16,17 Fluor merupakan salah satu ion mineral yang berperan dalam pencegahan terbentuknya karies dengan cara menurunkan kelarutan terhadap asam dan memicu terjadinya proses remineralisasi. Kandungan fluor dalam pasta gigi umumnya sebanyak 1000 ppm. 5 Namun, kadar fluor yang rendah sekalipun terbukti mampu mencegah terjadinya demineralisasi dan memicu terjadinya remineralisasi dengan meningkatkan pegendapan apatit pada dan membentuk fluorapatit. 10 Pembentukan fluorapatit dapat terjadi apabila fluor bereaksi dengan ion kalsium dan hidrogen fosfat. Fluorapatit terbentuk bersamaan dengan larutnya hidroksiapatit pada ph 5,5. 5 Fluorapatit dapat masuk ke dalam lesi dengan bantuan kalsium. 6,20 Saat mencapai lesi, fluorapatit bersama dengan ion kalsium mengendap dan menggantikan struktur mineral yang hilang akibat proses demineralisasi. Selain itu, pengendapan fluorapatit dapat menguatkan karena fluorapatit memiliki kelarutan pada ph yang lebih rendah dibanding dengan kelarutan hidroksiapatit. 24 Pada sebuah penelitian terbukti bahwa pasta gigi dengan kandungan fluor mampu memicu reaksi remineralisasi pada lesi white spot dan meningkatkan kadar fluor pada gigi dalam waktu 14 hingga 21 hari. 1,19 Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratoris yang dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Material Kedokteran Gigi FKG UI dan Laboratoria Teknik Mesin dan Dirgantara ITB pada bulan Oktober sampai November Sebanyak 24 gigi molar 3 ditanam dengan menggunakan akrilik dalam mould dan dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing terdiri atas 8 spesimen. Spesimen dihaluskan dengan menggunakan silicone carbide paper nomor 800 dan Setelah itu spesimen

7 dipoles dengan alumina 1 µm. Selanjutnya dilakukan pengukuran kekerasan awal menggunakan Knoop Hardness Tester Zwick Roell-USA dengan beban 50 gram selama 15 detik. Setelah diketahui kekerasan awal, dilakukan perendaman dalam 25 ml larutan asam sitrat 0,3% dengan ph 3,25 selama 3 menit. Setelah proses demineralisasi, kekerasan diukur kembali. Spesimen sesuai dengan kelompoknya disikat dengan menggunakan akudes (sebagai kontrol), pasta gigi nano kalsium karbonat, dan pasta gigi mengandung Siwak dengan perbandingan 1:1 (3 g pasta gigi : 3 ml akuades). Penyikatan dilakukan menggunakan sikat gigi elektrik Pierrot dengan tekanan penyikatan terkontrol yaitu 150 gram. Penyikatan dilakukan selama 14 menit (setara dengan 2 minggu) dan 28 menit (setara dengan 4 minggu). Pengukuran kekerasan dilakukan setiap setelah disikat selama 14 menit dan 28 menit seperti saat pengukuran kekerasan awal. Hasil nilai kekerasan permukaan lalu diuji normalitas dan homogenitas menggunakan Levene s statistic, didapatkan hasil data tidak terdistribusi homogen sehingga metode analisis data yang digunakan adalah uji non-parametrik. Uji Wilcoxon digunakan untuk melihat perbedaan kekerasan dalam satu kelompok penyikatan, Kruskal Wallis untuk melihat kemaknaan perlakuan antar ketiga kelompok dan Mann-Whitney untuk melihat kemaknaan antar dua kelompok penyikatan. Hasil Penelitian Perubahan kekerasan terjadi setelah proses demineralisasi dan setelah penyikatan setara 2 minggu dan 4 minggu. Nilai kekerasan gigi dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1 Nilai Rata-rata Kekerasan Gigi (KHN) Kelompok Awal Demineralisasi Penyikatan setara 2 minggu Penyikatan setara 4 minggu Akuades 361 ± 5, ± 3, ± 4, ± 3,41 Pasta Gigi Nano 355 ± 9, ± 3, ± 3, ± 2,46 kalsium karbonat Pasta Gigi Siwak 360 ± 5, ± 2, ± 2, ± 1,86

8 Kekerasan (KHN) Pada tabel 5.1 terlihat adanya perubahan kekerasan sebelum dan sesudah perendaman spesimen dalam larutan asam sitrat 0,3% serta setelah dilakukan penyikatan dengan akuades, pasta gigi nano kalsium karbonat, dan pasta gigi mengandung Siwak. Kekerasan setelah demineralisasi mengalami penurunan pada setiap kelompok yaitu kelompok penyikatan dengan akuades, penyikatan dengan pasta gigi nano kalsium karbonat dan pasta gigi mengandung Siwak, dengan nilai kekerasan berturut-turut 251 ± 3,27 KHN, 246 ± 3,04 KHN, dan 251 ± 2,91 KHN. Nilai kekerasan pada ketiga kelompok mengalami perubahan setelah diberi perlakuan dengan penyikatan menggunakan akuades, pasta gigi Nano kalsium karbonat, dan pasta gigi mengandung Siwak. Kekerasan pada kelompok akuades meningkat yaitu menjadi 253 ± 4,53 KHN setelah disikat setara 2 minggu dan 254 ± 3,41 KHN setelah penyikatan setara 4 minggu. Pada kelompok penyikatan dengan pasta gigi Nano kalsium karbonat juga terjadi peningkatan kekerasan menjadi 288 ± 3,82 KHN setelah penyikatan setara 2 minggu dan kembali meningkat menjadi 328 ± 2,46 KHN setelah disikat setara 4 minggu. Peningkatan kekerasan juga terjadi pada kelompok pasta gigi mengandung Siwak setelah disikat setara 2 minggu yaitu menjadi 271 ± 2,58 KHN dan setelah penyikatan setara 4 minggu kekerasan mengalami peningkatan menjadi 296 ± 1,86 KHN ,79 9,59 5,30 3,27 3,04 2,91 4,53 Awal Demineralisasi Penyikatan setara 2 Penyikatan setara 4 minggu minggu Perlakuan 3,82 2,58 3,41 2,46 1,86 Akuades Pasta Gigi Nano Kalsium Karbonat Pasta Gigi mengandung Siwak Gambar 1 Grafik Nilai Kekerasan Awal , Setelah Demineralisasi, Setelah Penyikatan setara 2 minggu dan Penyikatan setara 4 minggu. Pada gambar 1 terlihat adanya perubahan kekerasan pada masing-masing kelompok. Untuk melihat kemaknaan perubahan kekerasan yang terjadi dalam masing-masing kelompok dilakukan pengujian dengan metode Wilcoxon. Dari hasil pengujian, didapatkan penurunan

9 kekerasan dari kekerasan awal ke kekerasan setelah demineralisasi baik pada kelompok penyikatan dengan Akuades, pasta gigi Nano kalsium karbonat ataupun pasta gigi mengandung Siwak memiliki perbedaan yang bermakna. Kekerasan setelah demineralisasi hingga penyikatan setara 2 minggu hanya pada kelompok penyikatan dengan pasta gigi Nano kalsium karbonat dan pasta gigi mengandung Siwak yang mengalami peningkatan kekerasan yang bermakna dengan nilai p<0,05, sedangkan pada kelompok yang disikat dengan Akuades, peningkatan kekerasan tidak berbeda bermakna dengan nilai p>0,05. Peningkatan kekerasan yang bermakna kembali terjadi setelah penyikatan setara 2 minggu dan setelah penyikatan setara 4 minggu untuk kelompok yang disikat dengan pasta gigi Nano kalsium karbonat dan pasta gigi mengandung Siwak, dan peningkatan yang tidak berbeda bermakna pada kelompok yang disikat dengan Akuades (p>0,05). Kekerasan setelah penyikatan setara 4 minggu dengan kekerasan awal pada masing-masing kelompok memiliki perbedaan bermakna dengan nilai p<0,05. Setelah diketahui nilai kemaknaan antar perlakuan dalam masing-masing kelompok, selanjutnya dilakukan pengujian dengan menggunakan uji statistik Kruskal-Wallis untuk melihat kemaknaan penurunan dan peningkatan nilai kekerasan antar ketiga kelompok penyikatan (Tabel 5.2). Hasil uji kemaknaan kekerasan awal menunjukkan nilai p>0,05 yang berarti bahwa kekerasan awal pada ketiga kelompok tidak berbeda bermakna. Pengujian juga dilakukan untuk melihat kemaknaan perubahan kekerasan setelah demineralisasi, nilai yang didapat adalah p>0,05 yang artinya kekerasan setelah demineralisasi pada ketiga kelompok tidak memiliki perbedaan yang bermakna. Nilai kemaknaan untuk penyikatan setara 2 minggu menunjukkan bahwa kekerasan antar kelompok penyikatan dengan akuades, pasta gigi Nano kalsium karbonat, dan pasta gigi mengandung Siwak berbeda bermakna. Remineralisasi setelah penyikatan setara 4 minggu juga menunjukkan kekerasan antar kelompok penyikatan dengan akuades, pasta gigi nano kalsium, dan pasta gigi mengandung Siwak berbeda bermakna.

10 Tabel 2 Uji Kruskal-Wallis untuk melihat perubahan kekerasan antar ketiga kelompok penyikatan. Nilai Kemaknaan Keterangan Kekerasan Awal 0,387 Tidak Berbeda Bermakna Kekerasan Setelah Demineralisasi dengan Asam Sitrat 0,3% Kekerasan Setelah Penyikatan setara 2 minggu Kekerasan Setelah Penyikatan setara 4 minggu 0,083 Tidak berbeda Bermakna 0,000 Berbeda Bermakna 0,000 Berbeda Bermakna Setelah mengetahui terdapat perbedaan bermakna antar kelompok penyikatan selanjutnya dilakukan uji statistik Post Hoc uji Mann-Whitney untuk melihat kemaknaan nilai kekerasan antar dua kelompok penyikatan. Pada tabel 3 terlihat adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok penyikatan dengan Akuades terhadap kelompok penyikatan dengan pasta gigi Nano kalsium karbonat, kelompok penyikatan dengan Akuades terhadap kelompok penyikatan dengan pasta gigi mengandung Siwak dan kelompok yang disikat dengan pasta gigi Nano kalsium karbonat terhadap kelompok yang disikat dengan pasta gigi mengandung Siwak setelah disikat setara 2 minggu dengan nilai p<0,05. Hasil yang sama juga terlihat pada kekerasan setelah penyikatan setara 4 minggu pada kelompok penyikatan dengan Akuades terhadap kelompok yang disikat dengan pasta gigi Nano kalsium karbonat, kelompok penyikatan dengan Akuades terhadap kelompok yang disikat dengan pasta gigi mengandung Siwak dan kelompok penyikatan dengan pasta gigi Nano kalsium karbonat terhadap kelompok penyikatan dengan pasta gigi mengandung Siwak, hasilnya adalah p<0,05 sehingga dapat diasumsikan terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok penyikatan.

11 Tabel 3 Hasil Analisis Post Hoc uji Mann-Whitney untuk melihat perubahan kekerasan antar kelompok penyikatan. Kekerasan setelah penyikatan setara 2 minggu Kelompok Akuades terhadap kelompok pasta gigi Nano kalsium karbonat Nilai Kemaknaan 0,000 Keterangan Berbeda Bermakna Kelompok Akuades terhadap kelompok pasta gigi mengandung Siwak 0,000 Berbeda Bermakna Kelompok pasta gigi Nano kalsium karbonat terhadap pasta gigi mengandung Siwak 0,000 Berbeda Bermakna Kekerasan setelah penyikatan setara 4 minggu Kelompok Akuades terhadap kelompok pasta gigi Nano kalsium karbonat 0,000 Berbeda Bermakna Kelompok Akuades terhadap kelompok pasta gigi mengandung Siwak 0,000 Berbeda Bermakna Kelompok pasta gigi Nano kalsium karbonat terhadap kelompok pasta gigi mengandung Siwak 0,000 Berbeda Bermakna Pembahasan Sifat mekanis dipengaruhi oleh kandungan mineral yang terdapat di dalamnya. Salah satu sifat mekanis dapat dilihat dari kekerasannya. 24 Konsentrasi kalsium berpengaruh terhadap sifat mekanis , sehingga apabila terjadi perubahan pada konsentrasi kalsium pada maka hal tersebut dapat mempengaruhi sifat mekanis . Kekerasan dapat menurun apabila konsentrasi kalsium juga menurun. Penurunan konsentrasi kalsium pada permukaan ini dapat disebabkan oleh larutnya kalsium akibat terpapar larutan asam dengan ph yang rendah. Pada hasil penelitian ini terlihat adanya penurunan kekerasan yang bermakna setelah didemineralisasi dengan larutan asam sitrat 0,3% dengan ph 3,25 selama 3 menit. Hal ini sesuai pada penelitian Chunhua dkk (2014) yang menyatakan bahwa asam sitrat 0,3% dengan ph 3,25 mampu menurunkan kekerasan permukaan gigi manusia. Kekerasan yang menurun terjadi karena ph

12 larutan asam sitrat yang rendah yaitu di bawah 5,5 yang merupakan ph kritis bagi hidroksiapatit sehingga memicu terjadinya demineralisasi. 4 Proses terbentuknya lesi awal di bawah permukaan dimulai dengan terjadinya demineralisasi pada gigi. Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya demineralisasi antara lain akumulasi plak, kapasitas buffer dan laju alir saliva dan larutan asam. 4 Pada penelitian ini penggunaan larutan asam sitrat dengan konsentrasi 0,3% bertujuan untuk mendemineralisasi permukaan sebagai asumsi terjadinya lesi awal pada (secara klinis terlihat sebagai white spot). Hal ini sesuai dengan penelitian Attin dkk (2005) yang menyatakan bahwa asam sitrat mampu mengikat dan melarutkan kalsium. Penurunan kekerasan akibat demineralisasi menunjukkan telah terbentuknya lesi di bawah permukaan . Lesi awal di bawah permukaan bersifat reversibel yang artinya proses hilangnya kalsium yang terjadi pada permukaan tersebut masih dapat dihentikan dan struktur kalsium yang hilang tersebut masih dapat digantikan melalui proses remineralisasi. Agar dapat memicu terjadinya remineralisasi diperlukan beberapa faktor pendukung di antaranya ketersediaan ion kalsium, fosfat dan fluor yang cukup, ph netral dan kualitas serta kuantitas saliva yang baik. 2,4 Pada penelitian ini dilakukan penyikatan dengan menggunakan akuades, pasta gigi nano kalsium karbonat dan pasta gigi mengandung Siwak pada yang terdemineralisasi. Peningkatan kekerasan terjadi pada ketiga kelompok penyikatan, hanya saja penyikatan dengan menggunakan akuades tidak mengalami peningkatan kekerasan yang bermakna. Hal ini disebabkan oleh kandungan dari akuades itu sendiri yang tidak mengandung mineral apapun. Selain itu peningkatan kekerasan yang tidak bermakna pada kelompok yang disikat dengan menggunakan akuades menunjukan bahwa tidak ada intervensi bulu sikat pada penelitian ini. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rios D dkk (2006) terjadi peningkatan kekerasan setelah penyikatan tanpa pasta gigi yang dilakukan secara in situ dengan beban penyikatan yang tidak terkontrol. 25 Kadar kalsium, fosfat, dan fluor yang terdapat pada saliva dan plak berpengaruh terhadap pembentukan karies dan konsentrasi kalsium yang tinggi dapat membantu dalam pencegahan karies. 10 Kondisi saliva pada rongga mulut sering kali dipengaruhi oleh makanan dan minuman yang masuk ke dalam mulut dan dapat membuat kapasitas buffer, kualitas serta kuantitas saliva menjadi tidak stabil. Oleh karena itu diperlukan asupan mineral tambahan untuk mendukung terjadinya remineralisasi. Pada penelitian ini dilakukan penyikatan dengan menggunakan pasta gigi karena pada pasta gigi nano kalsium karbonat dan pasta gigi mengandung Siwak terkandung ion kalsium dan fluor di dalamnya. 6,9 Kalsium, dan fluor

13 merupakan ion yang memiliki peranan penting dalam proses remineralisasi. 4 Hasil penelitian ini juga menunjukkan terjadi peningkatan kekerasan pada kelompok yang disikat dengan pasta gigi nano kalsium karbonat. Peningkatan yang signifikan terlihat setelah penyikatan setara dengan 2 minggu dan penyikatan setara dengan 4 minggu. Peningkatan kekerasan setelah disikat setara 2 minggu dan 4 minggu dapat dipengaruhi oleh kadar kalsium pada permukaan . Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arun dkk (2013) yang meneliti mengenai tiga produk pasta gigi mengandung kalsium dan terbukti mampu meningkatkan kekerasan . Peningkatan kekerasan yang terjadi setelah disikat setara 2 minggu menggunakan pasta gigi nano kalsium karbonat dapat disebabkan oleh ukuran nano kalsium yang terdapat pada pasta gigi ini menyerupai ukuran hidroksiapatit yang terdapat pada . Ukuran partikel kalsium pada nano kalsium karbonat memudahkan untuk mencapai lesi di bawah permukaan jauh lebih dalam dan meluas dibanding dengan kalsium karbonat yang tidak berukuran nano. 6 Peningkatan kekerasan juga terjadi setelah penyikatan setara 4 minggu. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nakashima dkk (2009) menemukan bahwa terjadi peningkatan kadar kalsium pada lesi setelah terpapar nano kalsium karbonat dalam bentuk pasta setara 4 minggu. Peningkatan kadar kalsium pada penelitian ini yang mengakibatkan kenaikan kekerasan yang mengalami demineralisasi. Peningkatan kekerasan juga terjadi pada kelompok yang disikat setara 2 minggu dan 4 minggu dengan menggunakan pasta gigi herbal mengandung Siwak. Peningkatan kekerasan menandakan telah terjadinya remineralisasi. Faktor yang berperan pada terjadinya remineralisasi ini adalah peranan fluor yang terdapat pada pasta gigi mengandung Siwak. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Fatemeh (2009) yang mengungkapkan bahwa salah satu kandungan Siwak adalah fluor. Fluor akan berikatan dengan ion kalsium untuk membentuk fluorapatit dan menggantikan hidroksiapatit yang larut akibat demineralisasi. Fluorapatit memiliki resistensi terhadap asam yang lebih baik daripada hidroksiapatit. Penyikatan dengan pasta gigi mengandung Siwak setara 2 minggu dan 4 minggu terbukti mampu meningkatkan kekerasan . Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nibal Mohamed dkk (2008) yang membuktikan bahwa perendaman dalam ekstrak Siwak dengan konsentrasi 5% dan 10% selama 1 minggu mampu meremineralisasi permukaan yang mengalami demineralisasi dilihat dari peningkatan kekerasan . Ekstrak Siwak 10% juga terbukti mampu meningkatkan resistensi dan kekerasan karena peranan fluor di dalam nya. Fluor ini lalu berikatan dengan kalsium dan fosfat yang dapat menggantikan hidroksiapatit yang larut akibat demineralisasi. 26,27

14 Terjadi peningkatan kekerasan yang lebih tinggi pada kelompok penyikatan dengan pasta gigi nano kalsium karbonat dibandingkan dengan penyikatan menggunakan pasta gigi mengandung Siwak. Hal ini dapat dipengaruhi oleh peranan fluor yang terdapat pada Siwak. Fluor memang memiliki peranan yang penting dalam proses remineralisasi, namun mekanisme kerja fluor juga terbatas oleh ketersediaan kalsium, karena fluor nantinya akan berikatan dengan kalsium untuk membentuk fluoroapatit. 10,18 Selain itu faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan peningkatan kekerasan pada kedua kelompok penyikatan adalah ukuran partikel kalsium karbonat dalam kedua pasta gigi tersebut. Kalsium karbonat yang terkandung dalam pasta gigi mengandung Siwak tidak berukuran nano seperti pada pasta gigi nano kalsium karbonat. Bila dilihat dari ukuran partikel kalsiumnya, kalsium yang berukuran nano memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mencapai lesi di bawah permukaan. 6 Faktor lain yang juga ikut berpengaruh terhadap kemampuan remineralisasi kedua jenis pasta gigi tersebut adalah pelepasan ion kalsium. Nakashima dkk (2009) pada penelitiannya menemukan bahwa pelepasan ion kalsium pada nano kalsium karbonat terbukti lebih cepat bila dibandingkan dengan kalsium karbonat yang tidak berukuran nano. Hal ini tentu saja mempengaruhi kecepatan remineralisasi . Apabila pelepasan ion kalsium terjadi lebih cepat maka kadar kalsium yang sampai pada permukaan juga lebih banyak. Kadar kalsium yang lebih banyak mampu meningkatkan kekerasan dengan signifikan. Terjadinya peningkatan kekerasan menunjukan telah berlangsungnya proses remineralisasi. Peningkatan kekerasan yang terjadi pada kelompok penyikatan dengan akuades setara 4 minggu menunjukkan peningkatan yang tidak berbeda bermakna terhadap kekerasan setelah demineralisasi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penyikatan hanya dengan menggunakan akuades saja tidak cukup untuk menghilangkan lesi awal . Oleh karena itu dibutuhkan asupan mineral tambahan dalam pasta gigi, disamping kondisi intraoral seperti ph saliva yang netral, kapasitas buffer, kualitas dan kuantitas saliva yang baik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kekerasan yang dihasilkan setelah penyikatan dengan pasta gigi nano kalsium karbonat setara 2 minggu dan 4 minggu sudah masuk ke dalam range kekerasan manusia yaitu 288 ± 2,46 KHN setelah disikat setara 2 minggu dan 328 ± 2,46 KHN setelah disikat setara 4 minggu. Sedangkan pada penyikatan dengan pasta gigi mengandung Siwak nilai kekerasan setelah disikat setara 4 minggu yang masuk ke dalam range kekerasan manusia yaitu 296 ± 1,86 KHN. Gutiérrez-Salazara dkk (2003) menyebutkan pada penelitiannya bahwa kekerasan manusia yaitu berkisar

15 KHN. Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya kekerasan setelah penyikatan setara 2 minggu dengan pasta gigi nano kalsium karbonat mampu mengembalikan kekerasan seperti kekerasan rata-rata manusia. Sedangkan penyikatan dengan pasta gigi mengandung Siwak baru dapat mendekati rata-rata kekerasan manusia setelah disikat setara 4 minggu. Kekerasan setelah disikat setara 4 minggu lebih tinggi pada kelompok yang disikat dengan pasta gigi nano kalsium karbonat bila dibandingkan dengan kelompok penyikatan dengan pasta gigi mengandung Siwak. Peningkatan kekerasan mendekati kekerasan awal menandakan bahwa kedua pasta gigi tersebut mampu mencegah perluasan lesi di bawah permukaan dengan memicu proses remineralisasi. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa penyikatan setara 2 minggu dan 4 minggu dengan menggunakan pasta gigi nano kalsium karbonat dan pasta gigi mengandung Siwak mampu meningkatkan kekerasan yang terdemineralisasi. Namun, penyikatan setara 4 minggu dengan menggunakan pasta gigi nano kalsium karbonat dan pasta gigi mengandung Siwak belum mampu mengembalikan kekerasan awal . Hasil kekerasan yang disikat dengan menggunakan pasta gigi nano kalsium karbonat lebih tinggi dibanding dengan kelompok yang disikat dengan pasta gigi mengandung Siwak. Saran Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah perlu dilakukan pengecekan lebih lanjut kandungan fluor yang terdapat dalam pasta gigi mengandung Siwak dan pasta gigi nano kalsium karbonat serta perlu dilakukan tambahan waktu penyikatan untuk mengembalikan kekerasan seperti kekerasan awal. Daftar Referensi 1. Priyadarshini Sh, Raghu Ramya, Shetty Ashish, PM Gautham, Reddy Satyanarayana, Srinivasan Raghu. Effect of Organic Versus Inorganic Fluoride on Enamel Microhardness: An in vitro Study. Journal of Conservative Dentistry 2013 Jun;3:205.

16 2. Bath-Balogh, Mary. J.Fahrenbach, Margaret. Dental Embryology, histology and anatomy 2nd ed. 2nd ed. Elsevier Saunders; , 23 p. 3. Arun Balakrishnan, Jonathan R, Benin P, Arvind Kuumar. Evaluation to Determine the Caries Remineralization Potential of Three Dentifrices: An in vitro study. Journal of Conservative Dentistry Jun;3: Graham, W.r Mount. Preservation and restoration of tooth structure 2nd ed. 2nd ed. China; , p. 5. John M. Powers, Sakaguchi R. Craig s Restorative Dental Material. 12th ed. 12th ed. United States of America: Mosby Elsevier; ;106, p. 6. Syozi Nakashima, Makoto Yoshie, Hiroshi Sano, Armasastra Bahar. Effect of a test dentifrice containing nano-sized calciumcarbonate on remineralization of enamel lesions in vitro. Journal of Oral Biology Jan;1. 7. Prabhakar AR, Jaiswal Manojkumar. In vitro remineralization of enamel subsurface lesions and assesment of dentine tubule occlusion from NaF dentifrices with and without calcium. Journal of indian society of pedodontics and preventive dentistry Mar;31: Joeng S.H, Jang S.O, Kim K.N, Kwon H.K, Park Y.D, & Kim B.I. Remineralization Potential of New Toothpaste Containing Nano-Hydroxyapatite. Trans Tech Publ Switz. 2006; Fatemeh Ezoddini-Ardakani. Efficiency of Miswak (Salvadora persica) in preventing dental caries. Sch Dent Shahid Sadoughi Univ Med Sci Yazd Iran. 2009; Li Xiaoke, Wang Jinfang, Joiner Andrew, Chang Jiang. The remineralisation of enamel: a review of the literature. Elsevier. 2014; 11. Attin T, Weiss K, Becker K, Buchalla W, Wiegand A. Impact of modified acidic soft drinks on enamel erosion. Soft drink modifications and erosion. Oral Disesases Jun;2: Shanti S, R Arathi. Enamel surface remineralization: Using synthetic nanohydroxyapatite. Wiley Periodicals, Inc Dec;3(4). 13. Fuentes V, Toledan M, Osorio R, M. Carvalho R. Microhardness of superficial and deep sound. Microhardness of human dentin Jan; Gutiérrez-Salazara M del Pilar, Reyes-Gasgaa J. Microhardness and Chemical Composition of Human Tooth. Mater Res Jun;6(3). 15. Craig R.G, Peyton F.A. The Microhardness of Enamel and Dentin. J.D. Res. 37(4):August 1958.

17 16. Hebbala M, V. Ankola A, Sharma R, Johrid S. Effectiveness of Herbal and Fluoridated Toothpaste on Plaque and Gingival Scores Among Residents of a Working Women s Hostel A Randomised Controlled Trial Mar;10(4). 17. Puneet Gupta, Nupur Agarwal, Rajni Sharma. Evaluating the anti-plaque Efficiency of Herbal Dentifrices An In vitro Study Jun;2(1). 18. Faiez Hattab. Remineralisation of carious lesion and fluoride uptake by enamel exposed to various fluoride dentifrices in vitro Aug;11(3). 19. Naumova E.A., Niemann N, Aretz L, Arnold W.H. Effects of different amine fluoride concentrations on enamel remineralization May; 20. Tyagi Shashi Prabha, Garg Paridhi, Sinha Dakshita Joy, Singh Udai Pratap. An update on remineralizing agents. J Interdiscip Dent Dec;3(3). 21. Ilze Maldupa, Anda Brinkmane,Inga Rendeniece, Anna Mihailova. Evidence Based Toothpaste Classification, According to Certain Characteristics of Their Chemical Composition. 2012;14(1). 22. Jayakumar, Padmini, Haritha, Reddy Pathakota. Role of dentifrice in plaque removal: A clinical trial. Indian J Dent Res Jan;21(2): C.J. Philpotts, C. Olimpieri, A. Joiner. The Effect of Brush Load on Enamel and Dentine Wear. Unilever Oral Care. 2007; 24. Zhou Chunhua, Zhang Dongliang, Bai Yuxing, Li Song. Casein phosphopeptide amorphous calcium phosphate remineralization of primary teeth early enamel lesions. Elsevier. 2014; Daniela Rios, Heitor Marques Honório, Ana Carolina Magalhães, Marília Afonso Rabelo Buzala, Regina Guenka Palma-Dibb, Maria Aparecida De Andrade Moreira Machado, Salete Moura Bonifácio da Silva. Influence of toothbrushing on enamel softening and abrasive wear of eroded bovine enamel: an in situ study. Braz Oral Res. 2006;20(2): Nibal Mohammed Al-Obaidy, Sulafa K.EL-Samarrai, Ahlam H.Majeed. Effect of Siwak Extract on the Microhardness and Microscopic Feature of Initial Caries-Like Lesion of Permanent Teeth, Compared to Fluoridated Agents. 2008;5(4). 27. Nibal Mohammed Hoobi, Baydaa Hussein, Alhan Ahmed Qasim, Manhal Abdulrahman. Dissolution of calcium ion from teeth treated with different concentrations of siwak water extract in comparison with sodium fluoride. J Bagh Collage Dent Mar;26(1).

Pengaruh Pasta Gigi Nano Kalsium Karbonat dan Siwak terhadap Kekasaran Permukaan yang Mengalami Demineralisasi

Pengaruh Pasta Gigi Nano Kalsium Karbonat dan Siwak terhadap Kekasaran Permukaan  yang Mengalami Demineralisasi Pengaruh Pasta Gigi Nano Kalsium Karbonat dan Siwak terhadap Kekasaran Permukaan Email yang Mengalami Demineralisasi Meirdina Detara*, Siti Triaminingsih, Bambang Irawan Departement of Dental Materials,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan melarutnya bahan anorganik, dan diikuti kerusakan pada matriks organik pada gigi. Penyebab karies adalah

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan  pada spesimen adalah sebagai berikut: 26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil rata rata pengukuran kekerasan email pada spesimen adalah sebagai berikut: Tabel 5.1. Kekerasan Email Rata-rata Microhardness Kontrol Perlakuan p Konsentrasi xylitol 20%

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. KOMPOSISI KALSIUM Hasil rata rata pengukuran komposisi kalsium pada sampel adalah sebagai berikut: Tabel 5. 1. Rata rata komposisi kalsium email Kontrol Perlakuan p Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengukuran Nilai Kekerasan Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui besar nilai kekerasan gigi desidui sebelum dan sesudah perendaman pada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak produk-produk yang menawarkan makanan dan minuman secara instant. Promosi dari masing-masing produk tersebut telah menarik pembeli terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi terjadinya karies di Indonesia masih menunjukkan angka yang cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6, yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi karies di Indonesia menunjukkan angka yang masih tinggi. Indeks DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang memiliki arti bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur email dan dentin pada gigi merupakan faktor penting terjadinya karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi (Samaranayake,

Lebih terperinci

Ind. J. Chem. Res, 2014, 1, Pengaruh Minuman Bersoda Terhadap Demineralisasi Gigi Dengan Penambahan Natrium Fluorida Ruslan*

Ind. J. Chem. Res, 2014, 1, Pengaruh Minuman Bersoda Terhadap Demineralisasi  Gigi Dengan Penambahan Natrium Fluorida Ruslan* Ind. J. Chem. Res, 2014, 1, 61-65 EFFECT OF SOFT DRINK TO DEMINERALIZATION ON THE TOOTH ENAMEL BY ADDITION OF SODIUM FLUORIDE Pengaruh Minuman Bersoda Terhadap Demineralisasi Email Gigi Dengan Penambahan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L)

KARAKTERISTIK  GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) KARAKTERISTIK EMAIL GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) Latar Belakang Provinsi Aceh merupakan penghasil asam sunti yang merupakan bumbu masakan seperti kuah asam keueng, tumeh eungkot sure,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan secara komprehensif dikarenakan latar belakangnya yang berdimensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam ekstrinsik maupun intrinsik yang tidak diproduksi oleh bakteri (Balogh dan Fehrenbach,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan 27 November 2008 bertempat di klinik ortodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI. Selama periode tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi merupakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Asam penyebab erosi berbeda dengan asam penyebab karies

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil Penelitian Penelitian ini berlangsung di Pesantren Al-Hamidiyah, Depok pada tanggal 4, 5, dan 7 November 2008. Jumlah subyek penelitian yang digunakan adalah 30 orang

Lebih terperinci

The Effect of Brushing with Dentifrices Containing Various Abrasive

The Effect of Brushing with Dentifrices Containing Various Abrasive The Effect of Brushing with Dentifrices Containing Various Abrasive Materials for Roughness Surface of Acrylic Resin I Putu Arya Ramadhan, Mia Damiyanti, Siti Triaminingsih Corresponding address : Department

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. alat Micro Vickers Hardness Tester. Alat tersebut bekerja dengan cara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. alat Micro Vickers Hardness Tester. Alat tersebut bekerja dengan cara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Kekerasan Email Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui nilai kekerasan email gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum terjadi pada individu di seluruh dunia (Selwitz dkk, 2007). Menurut data riskesdas tahun 2013, sekitar

Lebih terperinci

Efek obat kumur mengandung cengkeh terhadap kekerasan enamel gigi

Efek obat kumur mengandung cengkeh terhadap kekerasan enamel gigi 25 Efek obat kumur mengandung cengkeh terhadap kekerasan enamel gigi 1 Yumi Lindawati, 2 Novia 1 Departemen Biologi Oral 2 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara e-mail: drg.yumi@yahoo.com

Lebih terperinci

Nadia Fitri Hapsari*, Ade Ismail**, Oedijono Santoso***

Nadia Fitri Hapsari*, Ade Ismail**, Oedijono Santoso*** RESEARCH Hapsari / Ismail / Santoso 34 PENGARUH KONSUMSI KEJU CHEDDAR 10 GRAM TERHADAP ph SALIVA - Studi terhadap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung Semarang Nadia Fitri

Lebih terperinci

Pengaruh Durasi Aplikasi Gel Topikal Gum Arabic (Acacia senegal) 20 mg/ml terhadap Kekerasan Gigi setelah Demineralisasi

Pengaruh Durasi Aplikasi Gel Topikal Gum Arabic (Acacia senegal) 20 mg/ml terhadap Kekerasan  Gigi setelah Demineralisasi Pengaruh Durasi Aplikasi Gel Topikal Gum Arabic (Acacia senegal) 20 mg/ml terhadap Kekerasan Email Gigi setelah Demineralisasi Nidya Paramita, Andi Soufyan, Mia Damiyanti Alamat Koresponden : Department

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktifitas berbagai mikroorganisme yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyakit gigi dan mulut yang masih menjadi masalah utama di bidang kedokteran gigi adalah karies. 1 Karies merupakan penyakit multifaktorial dan kronis yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Struktur Gigi Desidui Gigi desidui atau lebih dikenal dengan gigi susu adalah gigi yang pertama kali muncul di rongga mulut. Gigi desidui sudah mulai berkembang

Lebih terperinci

Tingkat keasaman minuman ringan mempengaruhi kelarutan mineral gigi

Tingkat keasaman minuman ringan mempengaruhi kelarutan mineral gigi Nurlindah Hamrun, Dewi Kartika: Tingkat keasaman minuman ringan 9 Tingkat keasaman minuman ringan mempengaruhi kelarutan mineral gigi 1 Nurlindah Hamrun, 2 Dewi Kartika 1 Bagian Oral Biologi 2 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk.,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk., I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit kronis paling umum di dunia dengan prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk., 2002). Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang (Herdiyati, 2006 dalam Syafriadi dan Noh, 2014). Diskolorasi gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang (Herdiyati, 2006 dalam Syafriadi dan Noh, 2014). Diskolorasi gigi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi yang mengalami perubahan warna, atau dikenal dengan diskolorasi merupakan salah satu alasan pasien datang ke klinik dokter gigi (Perdigȃo, 2010 dalam Torres dkk.,

Lebih terperinci

Perbedaan Tingkat Kekerasan antara Gigi Desidui Dengan TAF dan Tanpa TAF Sebelum dan Sesudah Perendaman pada Susu

Perbedaan Tingkat Kekerasan  antara Gigi Desidui Dengan TAF dan Tanpa TAF Sebelum dan Sesudah Perendaman pada Susu Perbedaan Tingkat Kekerasan Email antara Gigi Desidui Dengan TAF dan Tanpa TAF Sebelum dan Sesudah Perendaman pada Susu The Hardness Difference between Deciduous Tooth Enamel With and Without TAF Before

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan gaya hidup sehat semakin meningkat. Salah satunya adalah adanya kecenderungan masyarakat untuk mengonsumsi makanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Jaringan keras gigi terdiri dari enamel, dentin dan sementum. Jaringan keras tersebut pada dasarnya sama dengan jaringan tulang yang sebagian besar terdiri atas zat anorganik. Enamel

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Gambar 5.1. Elektromikrograf Permukaan Email Gigi Kontrol Negatif dari Sampel Email Gigi Premolar (Spesimen yang sama digunakan pada Gambar 5.2.) dengan identifikasi SEM pada perbesaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keju merupakan makanan yang banyak dikonsumsi dan ditambahkan dalam berbagai makanan untuk membantu meningkatkan nilai gizi maupun citarasa. Makanan tersebut mudah diperoleh

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Saat ini konsumsi minuman ringan pada anak maupun remaja mengalami peningkatan hingga mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Minuman ringan yang telah beredar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan orthodonti bertujuan untuk memperbaiki letak gigi yang tidak normal sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang proporsional

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK. Kontrol. Perlakuan larutan remineralisasi + Xylitol 20%

BAB 4 METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK. Kontrol.  Perlakuan larutan remineralisasi + Xylitol 20% 19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK 4.2. SPESIMEN Spesimen diambil dari gigi yang diekstraksi dari beberapa klinik di Jakarta. Spesimen gigi terdiri dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang mengkonsumsi air minum dari air PAH dan air PDAM di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bir merupakan minuman beralkohol dengan tingkat konsumsi nomor 2

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bir merupakan minuman beralkohol dengan tingkat konsumsi nomor 2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bir merupakan minuman beralkohol dengan tingkat konsumsi nomor 2 terbanyak di dunia dan merupakan salah satu minuman yang digemari di Indonesia. Menurut Direktur Marketing

Lebih terperinci

Hardita Bicevani Mulya*, Andina Rizkia Putri Kusuma**, Aning susilowati** the same ability in occluding the dentinal tubules.

Hardita Bicevani Mulya*, Andina Rizkia Putri Kusuma**, Aning susilowati** the same ability in occluding the dentinal tubules. Mulya / Kusuma / Susilowati 14 PERBEDAAN KEMAMPUAN PASTA GIGI DESENSITISASI KOMERSIAL DENGAN BAHAN AKTIF HIDROKSIAPATIT DAN NOVAMIN DALAM PENUTUPAN TUBULUS DENTIN DENGAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPE Hardita

Lebih terperinci

Identifikasi, Pencegahan, dan Restorasi sebagai Penatalaksanaan Karies Gigi pada Anak

Identifikasi, Pencegahan, dan Restorasi sebagai Penatalaksanaan Karies Gigi pada Anak Identifikasi, Pencegahan, dan Restorasi sebagai Penatalaksanaan Karies Gigi pada Anak Inne Suherna Sasmita, drg., Sp.Ped Arlette Suzy Puspa Pertiwi, drg., Sp.KGA Bagian Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Karies gigi merupakan penyakit kronis yang mempengaruhi sejumlah besar populasi. Proses karies mempengaruhi mineralisasi gigi, enamel, dentin, dan sementum, serta disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penilitian Penelitian mengenai perbedaan kekerasan email gigi desidui antara sebelum dan sesudah perendaman dengan beberapa jenis sediaan susu telah dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan tanggal 27 November 2008 di klinik orthodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI.

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 14 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Kriteria Spesimen a. Bentuk dan ukuran spesimen - Resin komposit berbentuk tabung berdiameter 6 mm dan tinggi 3 mm yang ditanam dalam resin. b. Jumlah spesimen Keseluruhan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM (Ca) PADA SALIVA SKRIPSI Oleh: DIAN NIRMALA SARI NIM. 031610101017 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2008 PENGARUH KONSUMSI COKELAT

Lebih terperinci

Research Report. Key words: Bleaching, enamel, young permanent tooth, micro hardness, NaF, CPP-ACP

Research Report. Key words: Bleaching, enamel, young permanent tooth, micro hardness, NaF, CPP-ACP 206 Volume 47, Number 4, December 2014 Research Report Kekerasan mikro enamel gigi permanen muda setelah aplikasi bahan pemutih gigi dan pasta remineralisasi (Enamel micro hardness of young permanent tooth

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit kronik yang paling sering ditemukan di dunia (Roberson dkk., 2002). Karies menempati urutan tertinggi dalam penyakit gigi dan mulut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluhan masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut yang sering diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey kesehatan rumah tangga

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: irigasi saluran akar, EDTA, etsa (H3PO4 37%), kekerasan dentin saluran akar. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: irigasi saluran akar, EDTA, etsa (H3PO4 37%), kekerasan dentin saluran akar. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Bahan irigasi yang biasa digunakan saat pembersihan dan preparasi saluran akar yaitu sodium hipoklorit (NaOCL), kloroheksidin, dan ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA), bahan tersebut berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena memiliki kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, berbagai vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obar kumur memiliki banyak manfaat bagi peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur digunakan untuk membersihkan mulut dari debris atau sisa makanan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies 2.1.1 Definisi Karies Karies gigi adalah penyakit kronik, prosesnya berlangsung sangat lama berupa hilangnya ion-ion mineral secara kronis dan terus menerus dari permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ASI atau Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik untuk bayi dan tidak ada satupun makanan lain yang dapat menggantikan ASI. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal,

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANTARA PERENDAMAN DALAM MINUMAN BERSODA DAN JUS LEMON SELAMA 30, 60, 120 MENIT TERHADAP KEKERASAN PADA PERMUKAAN GIGI NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN ANTARA PERENDAMAN DALAM MINUMAN BERSODA DAN JUS LEMON SELAMA 30, 60, 120 MENIT TERHADAP KEKERASAN  PADA PERMUKAAN GIGI NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN ANTARA PERENDAMAN DALAM MINUMAN BERSODA DAN JUS LEMON SELAMA 30, 60, 120 MENIT TERHADAP KEKERASAN EMAIL PADA PERMUKAAN GIGI NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk dipublikasikan pada jurnal ilmiah Fakultas

Lebih terperinci

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si. SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA 04111004066 Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si. PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Lebih terperinci

BAB 2 PASTA GIGI SEBAGAI SALAH SATU MEDIA DALAM MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT

BAB 2 PASTA GIGI SEBAGAI SALAH SATU MEDIA DALAM MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT 15 BAB 2 PASTA GIGI SEBAGAI SALAH SATU MEDIA DALAM MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT Pada masa lalu, pasta gigi yang digunakan bersama sikat gigi hanya bersifat sebagai alat kosmetik. Tetapi akhir-akhir ini

Lebih terperinci

The Effect of Immersions of the Teeth in Fresh Orange Juice and. Commercial Orange Juice to the Enamel Hardness (In Vitro Study)

The Effect of Immersions of the Teeth in Fresh Orange Juice and. Commercial Orange Juice to the Enamel Hardness (In Vitro Study) The Effect of Immersions of the Teeth in Fresh Orange Juice and Commercial Orange Juice to the Enamel Hardness (In Vitro Study) Saindra Arsa G, Ratna Meidyawati, RAH Nilakesuma Corresponding address :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu hal paling penting bagi kesehatan setiap masyarakat. Pada era modern seperti saat ini, masyarakat memiliki gaya hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut pada anak-anak. Target WHO tahun 2010 adalah untuk mencapai indeks caries 1,0. Hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Gigi Desidui Gigi desidui atau yang umumnya dikenal sebagai gigi susu akan erupsi secara lengkap saat anak berusia kurang lebih 2,5 tahun. Gigi desidui berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mulut merupakan tempat yang ideal untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme karena mulut memiliki kelembaban serta memiliki asupan makanan yang teratur. Mikroba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, usia, ras, ataupun status ekonomi (Bagramian R.A., 2009). Karies

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, usia, ras, ataupun status ekonomi (Bagramian R.A., 2009). Karies BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit kronik yang sering terjadi di dalam rongga mulut yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, usia, ras, ataupun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi dan S-ECC Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan prevalensi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Early Childhood Caries (ECC) Early childhood caries merupakan suatu bentuk karies rampan pada gigi desidui yang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 14 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Definisi Operasional a. Spesimen resin komposit tipe hibrid bahan uji yang terbuat dari resin komposit hibrid dengan ukuran diameter 6 mm dan tinggi 3 mm yang dipolimerisasi

Lebih terperinci

The Hardness Difference of Deciduous Tooth Enamel Between Before and After Soaking with Milk, Tea, and Soda

The Hardness Difference of Deciduous Tooth Enamel Between Before and After Soaking with Milk, Tea, and Soda The Hardness Difference of Deciduous Tooth Enamel Between Before and After Soaking with Milk, Tea, and Soda Perbedaan Kekerasan Email Gigi Desidui Antara Sebelum dan Sesudah Perendaman dengan Susu, Teh,

Lebih terperinci

PENGARUH APLIKASI GEL DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH TERHADAP KEKERASAN GIGI

PENGARUH APLIKASI GEL DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH TERHADAP KEKERASAN  GIGI PENGARUH APLIKASI GEL DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH TERHADAP KEKERASAN EMAIL GIGI Inggrid Trusty Wiselyana, Ali Noerdin, Andi Soufyan Abstrak Daun sirih mengandung komponen utama yaitu polifenol, yang lebih

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian pretest and posttest control group design. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

[JDS] JOURNAL OF SYIAH KUALA DENTISTRY SOCIETY

[JDS] JOURNAL OF SYIAH KUALA DENTISTRY SOCIETY [JDS] JOURNAL OF SYIAH KUALA DENTISTRY SOCIETY Journal Homepage : http://jurnal.unsyiah.ac.id/jds/ E-ISSN : 2502-0412 KEKERASAN PERMUKAAN EMAIL GIGI TETAP SETELAH PAPARAN MINUMAN RINGAN ASAM JAWA Suzanna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah dasar yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat. Aktivitas anak sekolah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung

Lebih terperinci

KADAR KALSIUM GIGI PADA MENCIT YANG MENGKONSUMSI SUSU. Oleh : Ari Tri Wanodyo Handayani

KADAR KALSIUM GIGI PADA MENCIT YANG MENGKONSUMSI SUSU. Oleh : Ari Tri Wanodyo Handayani KADAR KALSIUM GIGI PADA MENCIT YANG MENGKONSUMSI SUSU Oleh : Ari Tri Wanodyo Handayani ABSTRACT There is a theory revealing that calcium diet given in the period of post eruptive tooth is not influential

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK 4.2. SPESIMEN DAN SAMPEL Spesimen diambil dari gigi yang diekstraksi dari beberapa klinik di Jakarta. Spesimen gigi terdiri

Lebih terperinci

PENGARUH APLIKASI TOOTH MOUSSE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFIL YANG DIRENDAM DALAM MINUMAN BERKARBONASI

PENGARUH APLIKASI TOOTH MOUSSE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFIL YANG DIRENDAM DALAM MINUMAN BERKARBONASI PENGARUH APLIKASI TOOTH MOUSSE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFIL YANG DIRENDAM DALAM MINUMAN BERKARBONASI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program

Lebih terperinci

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 1. Maret 2016

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 1. Maret 2016 1 DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 1. Maret 2016 Laporan Penelitian PERBEDAAN KEKERASAN PERMUKAAN GIGI AKIBAT LAMA PERENDAMAN DENGAN JUS JERUK (Citrus sinensis. Osb) SECARA IN VITRO Aizar Agi Syahrial,

Lebih terperinci

PENGARUH MINUMAN JUS LEMON KEMASAN TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN GIGI BERDASARKAN DURASI WAKTU. Herry Imran 1, Nasri 1, Rohani M 1

PENGARUH MINUMAN JUS LEMON KEMASAN TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN  GIGI BERDASARKAN DURASI WAKTU. Herry Imran 1, Nasri 1, Rohani M 1 PENGARUH MINUMAN JUS LEMON KEMASAN TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN EMAIL GIGI BERDASARKAN DURASI WAKTU Herry Imran 1, Nasri 1, Rohani M 1 Abstract: Acid content in the juice drinks can cause tooth erosion,

Lebih terperinci

PERBEDAAN KELARUTAN KALSIUM PADA GIGI DESIDUI DAN GIGI PERMANEN DALAM PERENDAMAN MINUMAN BERKARBONASI RASA BUAH

PERBEDAAN KELARUTAN KALSIUM PADA GIGI DESIDUI DAN GIGI PERMANEN DALAM PERENDAMAN MINUMAN BERKARBONASI RASA BUAH 68 PERMANEN DALAM PERENDAMAN MINUMAN BERKARBONASI RASA BUAH Octa Nana Erviana*, Diyah Fatmasari**, Benni Benyamin** Keywords: carbonated beverage, solubility of tooth calcium,tooth erosion ABSTRACT Introduction:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan di dalam rongga mulut merupakan faktor penting yang mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam mengontrol ph plak gigi. Komposisi

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kelompok I: Gel ekstrak buah belimbing wuluh (Konsentrasi 0,25%)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kelompok I: Gel ekstrak buah belimbing wuluh (Konsentrasi 0,25%) BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Kelompok I: Gel ekstrak buah belimbing wuluh (Konsentrasi 0,25%) Demineralisasi email gigi (kehilangan kalsium dan fosfat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan masalah di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh bakteri, jaringan host, substrat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) SIKMR merupakan modifikasi dari semen ionomer kaca dan monomer resin sehingga bahan ini memiliki sifat fisis yang lebih baik dari

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: permen karet, sukrosa, xylitol, kapasitas bufer, ph saliva

ABSTRAK. Kata kunci: permen karet, sukrosa, xylitol, kapasitas bufer, ph saliva ABSTRAK Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang dominan di Indonesia. Mikroorganisme dalam flora oral normal manusia memetabolisme karbohidrat terfermentasi dan menghasilkan produk

Lebih terperinci

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah*** PENGARUH KUMUR SARI BUAH BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) (Studi terhadap Anak Usia 12-15 Tahun Pondok Pesantren Al-Adzkar, Al-Furqon, Al-Izzah Mranggen Demak) Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ortodonsia adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang bertujuan memperbaiki keadaan gigi-gigi maupun rahang yang menyimpang dari kondisi normal (Graber dan Vanarsdall,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies dan penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua kelompok umur di Indonesia (Tampubolon,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies 2.1.1 Definisi Karies Karies merupakan suatu proses hilangnya ion-ion mineral secara kronis dan berkelanjutan dari jaringan gigi seperti email, dentin, sementun, dan permukaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: molar, karies, menyikat gigi, makanan kariogenik. viii

ABSTRAK. Kata kunci: molar, karies, menyikat gigi, makanan kariogenik. viii ABSTRAK HUBUNGAN FREKUENSI MENYIKAT GIGI DAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN PADA ANAK SEKOLAH DASAR USIA 8-12 TAHUN DI DESA PERTIMA, KARANGASEM, BALI Karies

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah penyakit infeksi gigi dan mulut yang paling sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kelompok

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 5.1 Distribusi kapasitas dapar saliva sesudah pengunyahan parafin, 2 buah xylitol, dan 4 buah xylitol

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 5.1 Distribusi kapasitas dapar saliva sesudah pengunyahan parafin, 2 buah xylitol, dan 4 buah xylitol BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama 3 hari di pesantren Al-Hamidiyah pada awal bulan November 2008. Subyek penelitian terdiri dari santri usia 10-12 tahun sebanyak 30 orang untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN TUMPAT GLASS IONOMER CEMENT TERHADAP Ph SALIVA PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI PETE, SAYEGAN, SLEMAN, YOGYAKARTA.

PENGARUH BAHAN TUMPAT GLASS IONOMER CEMENT TERHADAP Ph SALIVA PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI PETE, SAYEGAN, SLEMAN, YOGYAKARTA. JURNAL GIGI DAN MULUT VOL.3.NO.2, SEPTEMBER 2016 PENGARUH BAHAN TUMPAT GLASS IONOMER CEMENT TERHADAP Ph SALIVA PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI PETE, SAYEGAN, SLEMAN, YOGYAKARTA. Susilarti 1), Aryani Widayati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. putih akan membuat orang lebih percaya diri dengan penampilannya (Ibiyemi et

BAB 1 PENDAHULUAN. putih akan membuat orang lebih percaya diri dengan penampilannya (Ibiyemi et BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi merupakan salah satu bagian tubuh terpenting yang harus dijaga keindahannya. Dalam bidang kedokteran gigi terdapat berbagai macam perawatan, salah satunya bertujuan

Lebih terperinci

Pencegahan dekalsifikasi setelah perawatan ortodonsi

Pencegahan dekalsifikasi  setelah perawatan ortodonsi Edy Habar: Pencegahan dekalsifikasi email setelah perawatan 1 Pencegahan dekalsifikasi email setelah perawatan ortodonsi Eddy H. Habar Bagian Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih percaya diri karena memiliki nilai estetika yang tinggi.perubahan warna gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih percaya diri karena memiliki nilai estetika yang tinggi.perubahan warna gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi yang sehat, putih dan rapi adalah keinginan setiap orang, karena adalah salah satu elemen penting penunjang estetika.gigi yang putih membuat seseorang lebih percaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris secara in vitro terhadap kekerasan gigi

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris secara in vitro terhadap kekerasan  gigi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian eksperimental laboratoris secara in vitro terhadap kekerasan email gigi desidui. B. Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rongga mulut terdapat berbagai macam koloni bakteri yang masuk melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang masuk melalui makanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau biofilm dan diet (terutama dari komponen karbohidrat) yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau biofilm dan diet (terutama dari komponen karbohidrat) yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies merupakan interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm dan diet (terutama dari komponen karbohidrat) yang dapat difermentasi oleh bakteri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya permintaan perawatan ortodontik (Erwansyah, 2012). Perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya permintaan perawatan ortodontik (Erwansyah, 2012). Perawatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat ortodontik sekarang banyak digunakan di masyarakat luas. Kesadaran terhadap penampilan wajah dan daya tarik seseorang berpengaruh pada meningkatnya permintaan

Lebih terperinci