PENGARUH APLIKASI GEL DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH TERHADAP KEKERASAN GIGI
|
|
- Sudomo Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH APLIKASI GEL DENGAN EKSTRAK DAUN SIRIH TERHADAP KEKERASAN GIGI Inggrid Trusty Wiselyana, Ali Noerdin, Andi Soufyan Abstrak Daun sirih mengandung komponen utama yaitu polifenol, yang lebih dikenal dengan nama tanin. Tanin dapat berikatan dengan protein pada sehingga berpengaruh terhadap kekerasan permukaan gigi. Cara aplikasi pada adalah dengan bentuk topikal gel. Pada penelitian ini digunakan 18 spesimen gigi sapi yang ditanam dalam resin akrilik dan dibagi dalam 3 kelompok perlakuan yaitu gel ekstrak daun sirih 15%, 25% dan 35% selama 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan. Kekerasan diukur menggunakan alat uji Mikroindentasi Knoop. Analisis statisik menggunakan Repeated ANOVA dan One Way ANOVA. Terdapat peningkatan Kekerasan setelah aplikasi 6 bulan pada konsentrasi 15%. Gel dengan kandungan ekstrak daun sirih memberikan perubahan bermakna terhadap kekerasan gigi. Abstract Betel leaf (Piper betle Linn) contains a main component, known as Tannin. Tannin can easily binding with proteins. It can affect enamel s hardness. Betel leaf extract were applied to the as a topical gel. 18 specimens of bovine teeth were embedded in acrylic resin, divided into 3 groups of gel application betel leaf extract 15%, 25% and 35% for 1 month, 3 months and 6 months. Enamel s hardness measured by Knoop micro indentation tester. Statistical analysis was done by Repeated ANOVA and One Way ANOVA. There was significant increase (p<0.05) of micro hardness number after 6 months gel application with 15% betel leaf extract. Gel with betel leaf extract can significantly affect the enamel s hardness. Keywords: Betel Leaf; ; s Hardness; Gel
2 Pendahuluan Salah satu tradisi masyarakat pada jaman dahulu adalah menginang atau menyirih dengan menggunakan daun sirih yang dicampur dengan menggunakan gambir dan kapur. Berdasarkan penelitian, menginang dapat membuat gigi menjadi lebih kuat. Namun kebiasaan tersebut perlahan sudah ditinggalkan oleh masyarakat sekarang, dikarenakan perkembangan jaman yang menganggap menginang kurang bersih dan menghasilkan air liur yang berlebihan. Sirih merupakan jenis tanaman yang cukup dikenal masyarakat dan banyak digunakan untuk bahan obat tradisional, seperti obat asma, rheumatik dan penyembuh luka (1). Daun sirih dapat pula membantu mencegah penyakit gigi. Polifenol dalam sirih (Piper betle Linn) berperan sebagai agen antiseptik dan dapat menghambat aktivitas biologis Streptococcus mutans sebagai bakteri penyebab karies gigi. Keunggulan daun sirih sebagai antiseptik membawa daun sirih sebagai agen penghambat terjadinya karies gigi. Antiseptik menghambat bakteri untuk bersintesis sehingga plak tidak menyebabkan karies gigi. Karies sebagai penyakit gigi dengan prevalensi tertinggi di Indonesia. (2) Menurut hasil survei Kesehatan Rumah Tangga 2004, prevalensi karies gigi di Indonesia adalah 90,05% (3) Karies disebabkan karena terjadinya demineralisasi akibat terpapar asam laktat yang diproduksi oleh Streptococcus mutans (4)(5). Dewasa ini, semakin banyak cara untuk mencegah terjadinya karies pada gigi, antara lain dengan menyikat gigi dengan teratur, berkumur antiseptik dan aplikasi fluor. Mulai berkembang pula produk berbahan dasar daun sirih yang ada di pasaran, fungsi daun sirih sebagai agen antiseptik yang 3-4 kali lebih baik daripada fluoride mulai terlihat menjanjikan. Selama ini sudah banyak pilihan produk, diantaranya pasta gigi dan obat kumur, sedangkan produk dalam bentuk gel topikal belum banyak berkembang. Bercermin pada penggunaan topikal fluoridesebagai agen penghambat demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi gigi (6), bentuk sediaan gel memiliki beberapa keunggulan. Kelebihan dari bentuk gel adalah waktu pemaparan yang lebih lama. Topikal fluoride memiliki waktu aplikasi yang cukup lama yaitu 5 menit dan selama 1 jam tidak boleh makan dan minum (7) jauh lebih lama dibandingkan dengan waktu aplikasi obat kumur
3 gigi. (8) Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh gel ekstrak daun sirih dan pasta gigi. Oleh karena hal tersebut, diharapkan produk gel dapat menjadi salah satu alternatif dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. sebagai lapisan paling luar dan paling keras pada gigi, sebagian besar terdiri dari kristal hidroksiapatit [Ca 10 (PO4) 6 (OH) 2 ]. Kristal ini bersifat permeabel terhadap ion dan molekul yang berkontak langsung terhadap permukaannya. Ketika berkontak dengan asam, maka akan terjadi pelarutan yang menyebabkan penurunan kekerasan permukaan gigi sehingga menjadi dasar atas terjadinya karies dengan konsentrasi tertentu yang akan diaplikasikan dalam waktu 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan terhadap kekerasan gigi. Tinjauan Pustaka Sirih (Familia Piperaceae) merupakan tanaman yang banyak ditanam orang Indonesia di halaman, memiliki batang berwarna hijau kecokelatan, permukaan kulit kasar dan berkerut-kerut, mempunyai nodul/ruas yang besar tempat keluarnya akar. Tumbuh memanjat dan bersandar pada batang pohon lain, tinggi dapat mencapai 5 m- 15 m. Sirih (Familia Piperaceae) memiliki daun tebal, tumbuh berseling, bertangkai, daun berbentuk jantung dengan ujung daun meruncing. Daun sirih mengandung senyawa organik yaitu minyak atsiri berupa minyak terbang betel fenol, saskuiterpen, eugenol dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi, antifungisida (9) ; alkaloida; flavonoida; tannin yang dalam pengobatan, digunakan sebagai antidiare, vasokontriktor, antiseptik, antibakteri, antifungi, dan adstringensia (10) ; triterpenoid/steroida dan saponin. Dalam daun sirih (Familia Piperaceae) 100 gram terdapat kandungan: air 85,4 mg; protein 3,1 mg; karbohidrat 6,1 mg; serat 2,3 mg; yodium 3,4 mg; mineral 2,3 mg; kalsium 230 mg; fosfor 40 mg; besi ion 3,5 mg; karoten (vitamin A) 9600 iu; kalium nitrat 0,26-0,42 mg; tiamin 70 mg; riboflavin 30 mg; asam nikotinal 0,7 mg; vitamin C 5 mg; kanji 1,0-1,2%; gula non reduksi 0,6-2,5%; gula reduksi 1,4-3,2%. merupakan jaringan keras termineralisasi yang menutupi mahkota gigi. Dalam kondisi lingkungan mulut yang selalu berubah-ubah, dapat terpengaruh
4 dengan kondisi tersebut, baik kondisi mekanis maupun kimia. harus dapat menahan beban kunyah 100kg.cm -2, perubahan suhu 10-60ºC, serangan bakteri dan enzim dan kontak dari berbagai zat pada rongga mulut. Perubahan yang sering terjadi pada menyebabkannya lebih siap untuk bertahan pada perubahan selanjutnya (11). Material anorganik dari sebagian besar terdiri dari kalsium fosfat yang berhubungan dengan hexagonal hydroxyapatite dengan formula Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2. Ionion fluoride, fosfat dan kalsium yang terdapat dalam lingkungan sekitar gigi memiliki sifat-sifat yang potensial untuk terjadinya peningkatan kekerasan kembali, dimana penambahan konsentrasi ion fosfat dan kalsium meningkatkan kapasitas pengerasan kembali. Kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan benda padat terhadap penetrasi, sedangkan dalam kedokteran gigi, kekerasan permukaan umumnya diukur berdasarkan ketahanannya terhadap indentasi. Pada dasarnya, uji kekerasan menggunakan ujung indentor kecil yang diaplikasikan ke permukaan yang akan diukur dengan beban tertentu. Kemudian hasil indentasi diukur dengan mikroskop. Semakin keras bahan tersebut, semakin kecil indentasi yang dihasilkan. (12) Berdasarkan alat Knoop, gigi memiliki nilai kekerasan KHN, dengan rata-rata sekitar 380 KHN. Kekerasan berbeda pada tiap gigi serta bervariasi pada tiap permukaan gigi. Pada permukaan bukal dan labial gigi anterior rata-rata kekerasannya adalah 365±35 KHN, sedangkan pada permukaan bukal gigi posterior 393±50 KHN. (13) Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain eksperimental laboratorik dan dilakukan di laboratorium Dental Material FKG UI. Jumlah spesimen yang digunakan adalah 18 spesimen yang dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan. Sebelum perlakuan dimulai, dilakukan tahap persiapan spesimen yaitu Pada setiap kelompok, 6 spesimen gigi diaplikasikan gel ekstrak daun sirih 15%, 25% dan 35% setiap 4 menit sekali selama 104 menit (diasumsikan sebagai pemakaian selama 4 menit pada 1 minggu sekali selama 6 bulan). Nilai kekerasan awal diuji, kemudian spesimen diaplikasikan gel dengan ekstrak daun sirih selama 20 menit pertama, selanjutnya dilakukan pengujian kekerasan kembali. Spesimen diaplikasikan kembali dengan gel ekstrak daun sirih selama 40 menit berikutnya, kemudian dilakukan pengujian kekerasan kembali.
5 Spesimen diaplikasikan kembali dengan gel ekstrak daun sirih selama 44 menit terakhir, kemudian dilakukan pengujian kekerasan kembali. Hasil Penelitian Pada penelitian ini telah dilakukan uji kekerasan setelah dilakukan aplikasi gel dengan esktrak daun sirih 15%, 25% dan 35% masing-masing selama 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan (dengan asumsi aplikasi 1 minggu sekali selama 4 menit sehingga dilakukan penelitian selama 20 menit, 40 menit dan 44 menit). Nilai rerata kekerasan yang diperoleh dengan menggunakan alat Knoop Microhardness Tester dapat dilihat pada tabel. Tabel 1 : Nilai Rerata Kekerasan Pada Awal Sebelum Aplikasi dan Setelah Aplikasi Gel dengan Ekstrak Daun Sirih 15%, 25% dan 35% Selama 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan. Konsentrasi Nilai Rerata Kekerasan (KHN) Ekstrak Daun Sirih n Sebelum Aplikasi Aplikasi 1 bulan Aplikasi 3 bulan Aplikasi 6 bulan 15% ± ± ± ± % ± ± ± ± % ± ± ± ± 5.12 Tabel 1, Menunjukkan nilai rerata kekerasan pada aplikasi gel ekstrak daun sirih 15%, 25% dan 35% sebelum aplikasi dan setelah aplikasi selama 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan. Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa setelah aplikasi gel dengan konsentrasi 15% terjadi penurunan kekerasan pada nilai rerata kekerasan setelah aplikasi 1 bulan (295.8 ± 5.18 KHN) dan setelah aplikasi 3 bulan (212.2 ± 7.15 KHN) namun terjadi kenaikan nilai rerata kekerasan setelah aplikasi 6 bulan (244.2 ± 8.50 KHN). Pada kelompok aplikasi gel ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 25% terjadi penurunan nilai rerata kekerasan yang bermakna setelah aplikasi 1 bulan (378.5 ± 6.47 KHN), 3 bulan (314.2 ±7.48 KHN) dan 6 bulan dengan nilai rerata kekerasan (261.5 ± 7.15 KHN). Pada kelompok aplikasi gel ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 35% terjadi penurunan nilai rerata
6 kekerasan setelah aplikasi 1 bulan (346.3 ± 4.89), 3 bulan (307.7 ± 7.21 KHN) dan 6 bulan (268.8 ± 5.12 KHN). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji one way ANOVA dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada kelompok konsentrasi 15%, 25% dan 35%. Analisis Post Hoc LSD menunjukkan perubahan nilai kekerasan yang bermakna antara gigi yang diaplikasikan gel dengan konsentrasi 15% dan dengan konsentrasi 25% setelah aplikasi 1 bulan. DISKUSI Dalam penelitian ini dilakukan pengaplikasian gel dengan kandungan ekstrak daun sirih 15%, 25% dan 35% pada 18 spesimen gigi sapi. Seperti yang diungkapkan Turssi CP (2010),bahwa tidak terdapat perbedaan antara gigi manusia dan gigi sapi dalam kekerasannya. (14) gigi sapi memiliki karakteristik demineralisasi dan remineralisasi menyerupai gigi manusia. Pada masing-masing konsentrasi tersebut, dilakukan aplikasi selama 20 menit, 40 menit dan 44 menit. Lama waktu aplikasi diasumsikan sebagai pemakaian Gel selama 4 menit setiap minggunya dan akan diperiksa setelah aplikasi 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan. Pada penelitian yang telah dilakukan, penurunan kekerasan setelah aplikasi 1 bulan dan 3 bulan berikutnya pada konsentrasi 15%. Peningkatan kekerasan terjadi setelah aplikasi 6 bulan berikutnya. Sedangkan pada konsentrasi 25% dan 35% terjadi penurunan kekerasan secara terus-menerus setelah aplikasi 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan dan ditunjukkan oleh hasil uji statistik sebagai perbedaan yang bermakna. Penurunan kekerasan ini diduga berkaitan dengan kandungan zat tanin dalam ekstrak daun sirih yang terdapat dalam gel. Seperti yang diungkapkan oleh Menukaet al (2011) bahwa pada ekstrak daun sirih Piper betle Linn terkandung senyawa fenol, tanin, flavanoid dan alkaloid. (15) Pada hasil uji kadar tanin yang dilakukan menggunakan metode spektrofotometri oleh Balitro, didapatkan kadar tanin sebesar 2.57% pada konsentrasi gel ekstrak daun sirih 15%, 4.83 pada konsentrasi gel ekstrak daun sirih 25% dan kadar tanin 6.18% pada konsentrasi gel ekstrak daun sirih 35%.
7 Seperti yang diungkapkan oleh Hagerman(2011), bahwa tanin dapat dengan mudah berikatan erat dengan protein sehingga membentuk kompleks protein. (16) Menurut K, Delak et al (1992), pada gigi yang termineralisasi, terdapat beberapa protein yang disebut amelogenin. (17) Protein menyusun sekitar 58% dari zat organik pada . Hal ini menunjukkan ikatan tanin dengan protein yang terjadi pada dapat mempengaruhi kekerasan gigi. Pada gigi terdapat akumulasi ikatan kimia antara tanin dengan protein sehingga mengakibatkan ketika dilakukan pengukuran kekerasan gigi, akumulasi tersebut menutupi permukaan gigi, sehingga didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan kekerasan dibandingkan dengan yang sebelum diaplikasikan gel tersebut. Pengaruh tanin yang terdapat dalam kandungan ekstrak daun sirih terhadap kekerasan juga dapat dilihat pada hubungannya dengan gel. Pada penelitian ini, ekstrak daun sirih dibentuk dalam bentuk sediaan gel. Gel yang digunakan adalah carboxymethilcellulose/cmc. Menurut Najebb (2009), tanin jika dicampur dengan gelatin maka akan terjadi endapan. Hal ini juga diduga mengakibatkan kekerasan gigi setelah diaplikasikan gel tersebut menurun nilainya dikarenakan permukaan gigi tertutup oleh lapisan endapan yang terbentuk dari ikatan gelatin dengan tanin. Penurunan kekerasan juga diperkuat oleh nilai ph pada gel ekstrak daun sirih. Pada gel ekstrak daun sirih 15% bernilai ph 6.16, pada konsentrasi 25%; 6.16 dan pada konsentrasi 35% bernilai Dari hasil uji ph tersebut didapatkan kesimpulan bahwa pada ketiga konsentrasi gel ekstrak daun sirih tersebut mengandung ph asam. Suasana asam pada gel tersebut dikarenakan terdapat kandungan asam tanin / tannic acid didalamnya. Penurunan nilai kekerasan terjadi pada konsentrasi 15%, 25% dan 35%. Semakin lama paparan gel maka nilai kekerasannya juga semakin menurun. Hal ini disebabkan karena paparan asam tanin pada permukaan yang lebih lama pula sehingga terjadi peningkatan reaksi demineralisasi. Menurut Gray (1961), kelarutan yang disebabkan oleh asam adalah hasil dari reaksi antara ion hydrogen dan material anorganik pembentuk .
8 Pengikatan ion fosfat dengan ion H + menyebabkan ph kristal HA menjadi turun hingga ph 4.5. PH tersebut menunjukkan bahwa sudah terjadi erosi dan terbentuknya porositas pada . Hal tersebut yang menyebabkan kekerasan dapat menurun. Pada hasil aplikasi gel ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 15% setelah aplikasi 6 bulan terjadi peningkatan nilai kekerasan . Hal ini diduga disebabkan karena reaksi antara Kalsium Hidroksiapatit yang berikatan dengan tanin.pada ekstrak daun sirih 100 mg terdapat kandungan kalsium sebanyak 230 mg, hal tersebut merupakan komposisi yang cukup banyak dibandingkan dengan zat lain pada ekstrak daun sirih. Peningkatan kekerasan terjadi setelah aplikasi 6 bulan sehingga memungkinkan terjadi reaksi antara kalsium hidrosiapatit dengan tanin. Ikatan antara tanin dan kalsium tersebut membentuk sebuah lapisan baru yang menyebabkan ketika dilakukan uji kekerasan, penjejasan dilakukan di atas lapisan tersebut. Hal tersebut menyebabkan peningkatan nilai kekerasan gigi. Berdasarkan hasil analisis statistik One Way ANOVA untuk membandingkan nilai kekerasan setelah aplikasi gel dengan kandungan ekstrak daun sirih 15%, 25% dan 35% menunjukkan perbedaan bermakna antara awal sebelum aplikasi dengan setelah aplikasi 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan. Berdasarkan uji Post Hoc, terdapat perbedaan bermakna untuk kenaikan nilai kekerasan antara gel dengan konsentrasi daun sirih 15% dan 25% serta 15% dan 35% setelah aplikasi 1 bulan, 15% dan 35 serta 25% dan 35% setelah aplikasi 3 bulan, 15% dan 25% serta 15% dan 35% setelah aplikasi 6 bulan. Hal ini diduga disebabkan karena kadar tanin yang semakin banyak pada konsentrasi gel ekstrak daun sirih yang semakin besar. Kadar tanin menyebabkan penurunan kekerasan gigi yang semakin rendah. Dari penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa dengan meningkatnya konsentrasi semakin mempengaruhi nilai kekerasan , yaitu akan menurunkan kekerasan . Penurunan kekerasan berkaitan dengan kadartanin yang terkandung dalam ekstrak daun sirih sehingga meningkatkan porositas permukaan . Aplikasi gel dengan kandungan ekstrak daun sirih kurang efektif dalam
9 meningkatkan kekerasan , baik bila dilakukan dengan konsentrasi kecil atau besar dan dalam waktu 6 bulan. KESIMPULAN Gel dengan ekstrak daun sirih 15%, 25% dan 35% memberikan perubahan yang bermakna setelah aplikasi 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan terhadap kekerasan gigi yaitu terdapat penurunan kekerasan setelah aplikasi gel ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 15%, 25% dan 35%. Penurunan kekerasan terjadi setelah aplikasi 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan terhadap permukaan gigi sedangkan kenaikan kekerasan setelah aplikasi gel ekstrak daun sirih 15% selama 1 bulan. SARAN Perlu penelitian lebih lanjut dengan waktu aplikasi yang lebih panjang sehingga dapat terlihat perubahan pengaruh aplikasi gel ekstrak daun sirih yang lebih signifikan. KEPUSTAKAAN 1. Damayanti R. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih: Obat Mujarab dari Masa ke Masa. Jakarta: Agro Media Pustaka; Thlstrup A, Fejerskov O. Text Book of Preventive and Community Dentistry India: Elsevier; Anonim. Penyakit Gigi: Jorok, 77 Persen Orang Indonesia Malas Sikat Gigi. [Online]. [cited 2012 December 1. Available from: 4. Darby M, Walsh M. Dental Hygiene Theory and Practice. Philadelphia: WB Saunders; Gani B, Tanzil A, Mangundjaja S. Aspek Molekuler Sifat Virulensi Streptococcus Mutans. IJD. 2006; 13(2): p
10 6. Angela A. Pencegahan Primer Pada Anak yang Berisiko Karies Tinggi. J Dent. 2005; 28(3). 7. Lubis S. Fluor dalam Pencegahan Karies Gigi. USU Repository; Dhuru VB. Contemporary Dental Materials. New Delhi: Oxford University Press; Damiyanti R, Mulyono. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih: Obat Mujarab dari Masa ke Masa. Jakarta: Agro Media Pustaka; Bruneton J. Pharmacognosy Phytochemistry Medical Plants. Paris: Lavoisier Publishing; Mjor I. Reaction Patterns in Human Teeth. In.: CRC Press Inc; p Philips RW, Moore BK. Elements of Dental Materials for Dental Hygienists and Dental Assistants. In. Philadelphia: WB Saunders ; p RC C, Muntz M, Gilmore R, Pigman W. Microhardness Studies of Intact Surface Enamel. 1957;: p Turssi C, Messias D, Corona S, Serra M. Viability of Using Enamel and Dentin from Bovine Origin as a Substitute of Human Counterparts in an Intraoral Erosion Model. 2010;: p LA A, HS H, LR A, HS A. Standardization of Spray-Dried Powder of Piper Betle Hot Water Extract. 2011; 7(26): p Hagerman AE. The Tannin Handbook: Delak K, Harcup C, Lakshminarayanan R, Sun Z, Fan Y, Moradian-Oldak J, et al. The Tooth Enamel Protein, Porcine Ameloogenin, is an Intrinsically Disorders Protein with an Extended Molecular Configuration in The Monomeric Form. 2009;
11 48(10).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengukuran Nilai Kekerasan Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui besar nilai kekerasan gigi desidui sebelum dan sesudah perendaman pada beberapa
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:
26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil rata rata pengukuran kekerasan email pada spesimen adalah sebagai berikut: Tabel 5.1. Kekerasan Email Rata-rata Microhardness Kontrol Perlakuan p Konsentrasi xylitol 20%
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia adalah karies gigi. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak produk-produk yang menawarkan makanan dan minuman secara instant. Promosi dari masing-masing produk tersebut telah menarik pembeli terutama
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi Karies Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan sementum yang disebabkan aktifitas bakteri flora mulut yang ada dalam suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranahta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keanekaragaman floristik di kawasan timur Indonesia beserta keanekaragaman budayanya cukup menarik, namun belum banyak yang diungkapkan termasuk di kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang bebas pada jaringan lunak dan keras pada permukaan rongga mulut, yang terdiri dari bakteri hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di seluruh dunia dan dialami oleh hampir seluruh individu pada sepanjang hidupnya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas mikroba dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan dan plak, terutama pada daerah sayap bukal atau bagian-bagian yang sukar dibersihkan (David dan MacGregor,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis dengan host dan terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, fungi, mycoplasma, protozoa, dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Struktur Gigi Desidui Gigi desidui atau lebih dikenal dengan gigi susu adalah gigi yang pertama kali muncul di rongga mulut. Gigi desidui sudah mulai berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies dan penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua kelompok umur di Indonesia (Tampubolon,
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. KOMPOSISI KALSIUM Hasil rata rata pengukuran komposisi kalsium pada sampel adalah sebagai berikut: Tabel 5. 1. Rata rata komposisi kalsium email Kontrol Perlakuan p Konsentrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada permukaan gigi atau permukaan jaringan keras lain didalam rongga mulut. Plak gigi terdiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi tersusun atas enamel, dentin, sementum, rongga pulpa, lubang gigi, serta jaringan pendukung gigi. Rongga mulut merupakan batas antara lingkungan luar dan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obar kumur memiliki banyak manfaat bagi peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur digunakan untuk membersihkan mulut dari debris atau sisa makanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi karies di Indonesia menunjukkan angka yang masih tinggi. Indeks DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang memiliki arti bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi merupakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Asam penyebab erosi berbeda dengan asam penyebab karies
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi merupakan salah satu anggota tubuh yang memiliki peran penting dan apabila mengalami kerusakan maka dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya sehingga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basis gigitiruan merupakan bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, sekaligus berperan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan dan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian pretest and posttest control group design. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinciPERBANDINGAN EFEK ANTIBAKTERI AIR SEDUHAN DAUN SIRIH (Piper betle Linn) TERHADAP Streptococcus mutans PADA WAKTU KONTAK DAN KONSENTRASI YANG BERBEDA
PERBANDINGAN EFEK ANTIBAKTERI AIR SEDUHAN DAUN SIRIH (Piper betle Linn) TERHADAP Streptococcus mutans PADA WAKTU KONTAK DAN KONSENTRASI YANG BERBEDA ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia (RI) dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan RI tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikeluhkan masyarakat.menurut survei di Indonesia, karies gigi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gigi merupakan salah satu penyakit yang paling sering dikeluhkan masyarakat.menurut survei di Indonesia, karies gigi merupakan penyakit endemik dengan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius oleh tenaga kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi, hal ini
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi dan S-ECC Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur email dan dentin pada gigi merupakan faktor penting terjadinya karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi (Samaranayake,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rongga mulut manusia tidak pernah terbebas dari bakteri karena mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan menempel pada gigi, jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit yang umum terjadi dan mengenai 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2001
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mulut merupakan tempat yang ideal untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme karena mulut memiliki kelembaban serta memiliki asupan makanan yang teratur. Mikroba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan gaya hidup sehat semakin meningkat. Salah satunya adalah adanya kecenderungan masyarakat untuk mengonsumsi makanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir (Hunter) Roxb. Tanaman ini merupakan komoditas utama Provinsi Sumatera Barat. Sekitar 80%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan sebuah cedera pada tubuh akibat penetrasi pada sebagian atau seluruh lapisan kulit dan meluas kedalam jaringan yang ada didasarnya. Luka seperti itu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum terjadi pada individu di seluruh dunia (Selwitz dkk, 2007). Menurut data riskesdas tahun 2013, sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktifitas berbagai mikroorganisme yang ditandai dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan melarutnya bahan anorganik, dan diikuti kerusakan pada matriks organik pada gigi. Penyebab karies adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau biofilm dan diet (terutama dari komponen karbohidrat) yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies merupakan interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm dan diet (terutama dari komponen karbohidrat) yang dapat difermentasi oleh bakteri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit yang diderita oleh banyak manusia di dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia, penyakit periodontal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah salah satu hasil ternak yang dikenal sebagai bahan makanan yang memilki nilai gizi tinggi. Kandungan zat gizi susu dinilai lengkap dan dalam proporsi seimbang,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L)
KARAKTERISTIK EMAIL GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) Latar Belakang Provinsi Aceh merupakan penghasil asam sunti yang merupakan bumbu masakan seperti kuah asam keueng, tumeh eungkot sure,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena memiliki kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, berbagai vitamin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak dialami masyarakat di Indonesia adalah karies gigi. Penyakit tersebut menyerang semua golongan umur, mulai dari anak-anak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi atau yang biasa dikenal dengan gigi berlubang adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan, untuk itu dalam memperoleh kesehatan rongga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang paling sering dialami oleh masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang dilakukan oleh Departemen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Anak Usia Prasekolah Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Perkembangan fisik yang terjadi pada masa ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Resin akrilik merupakan bahan yang paling banyak digunakan di Kedokteran
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resin akrilik merupakan bahan yang paling banyak digunakan di Kedokteran Gigi terutama dalam pembuatan basis gigi tiruan. Salah satu jenis resin akrilik yang sering
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK. Kontrol. Perlakuan larutan remineralisasi + Xylitol 20%
19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK 4.2. SPESIMEN Spesimen diambil dari gigi yang diekstraksi dari beberapa klinik di Jakarta. Spesimen gigi terdiri dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut manusia terdapat lebih dari tiga ratus spesies bakteri (Wilson dan Kornman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rongga mulut terdapat berbagai macam koloni bakteri yang masuk melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang masuk melalui makanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi terjadinya karies di Indonesia masih menunjukkan angka yang cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6, yang memiliki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan alam telah lama digunakan di bidang kedokteran maupun kedokteran gigi untuk keperluan preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pengobatan dengan menggunakan tanaman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar saliva mayor dan minor yang ada pada mukosa mulut. 1 Saliva terdiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Streptococcus mutans merupakan mikroflora normal yang terdapat di rongga mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan bagian atas. Trauma
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehilangan gigi merupakan hal yang normal dari proses menua, dan dapat dianggap sebagai suatu penyakit biasa. Meningkatnya usia dengan penyakit gigi dan mulut serta
Lebih terperinciPENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM
PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM (Ca) PADA SALIVA SKRIPSI Oleh: DIAN NIRMALA SARI NIM. 031610101017 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2008 PENGARUH KONSUMSI COKELAT
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN Gambar 5.1. Elektromikrograf Permukaan Email Gigi Kontrol Negatif dari Sampel Email Gigi Premolar (Spesimen yang sama digunakan pada Gambar 5.2.) dengan identifikasi SEM pada perbesaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut yang menjadi fokus penelitian utama di bidang kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut tersebar luas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam ekstrinsik maupun intrinsik yang tidak diproduksi oleh bakteri (Balogh dan Fehrenbach,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut mengandung berbagai macam komunitas bakteri yang berlimpah dan kompleks yang menghuni bagian atau permukaan yang berbeda dari rongga mulut. Ketidakseimbangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulut tersusun dari beberapa komponen jaringan, yang merupakan pintu masuk utama mikroorganisme atau bakteri. Daerah di dalam mulut yang rentan terhadap serangan bakteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh manusia jauh sebelum mengenal gula. Madu baik dikonsumsi saat perut kosong (Suranto, Adji :
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya karies gigi (Suwelo, 2005). Kebersihan rongga mulut dapat dilihat berdasarkan ada atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat, baik dibidang kedokteran maupun kedokteran gigi yang dapat dipertanggung jawabkan secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pepaya (Carica Papaya) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tropis. Pusat penyebaran tanaman diduga berada dibagian selatan Meksiko dan Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit kronik yang paling sering ditemukan di dunia (Roberson dkk., 2002). Karies menempati urutan tertinggi dalam penyakit gigi dan mulut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka, sehingga penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut pada anak-anak. Target WHO tahun 2010 adalah untuk mencapai indeks caries 1,0. Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan secara komprehensif dikarenakan latar belakangnya yang berdimensi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) SIKMR merupakan modifikasi dari semen ionomer kaca dan monomer resin sehingga bahan ini memiliki sifat fisis yang lebih baik dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah penyakit infeksi gigi dan mulut yang paling sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kelompok
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk.,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit kronis paling umum di dunia dengan prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk., 2002). Di Indonesia,
Lebih terperinciDeskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA
1 Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA 5Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan komposisi ekstrak daun Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern sekarang ini penelitian tentang antibiotik masih menjadi fokus para peneliti untuk mengatasi terjadinya resistensi bakteri terhadap beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal pada anak usia 12-15 tahun di Indonesia cenderung meningkat dari 76,25% pada tahun 1998 menjadi 78,65% pada tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu hal paling penting bagi kesehatan setiap masyarakat. Pada era modern seperti saat ini, masyarakat memiliki gaya hidup yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan Streptococcus viridans yang dapat mengeluarkan toksin sehingga sel-sel pejamu rusak dan bersifat aerob serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak yang tidak meliputi anasir gigitiruan. 1 Resin akrilik sampai saat ini masih merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan mayor dari ekosistem yang kompleks ini yaitu dental plak yang berkembang secara alami pada jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak 15 provinsi memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada pengobatan tradisional untuk perawatan kesehatan mereka. Salah satu tanaman obat yang digunakan
Lebih terperinciDAYA ANTIBAKTERI LARUTAN NATRIUM FLUORIDE
DAYA ANTIBAKTERI LARUTAN NATRIUM FLUORIDE (NaF) 0,2% DAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO) TERHADAP PERTUMBUHAN Lactobacillus acidophilus (Penelitian Eksperimental Laboratoris) SKRIPSI diajukan guna melengkapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinea atau dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang tumbuh di lapisan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. alat Micro Vickers Hardness Tester. Alat tersebut bekerja dengan cara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Kekerasan Email Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui nilai kekerasan email gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan bahan makanan yang banyak mengandung protein dan dikonsumsi oleh manusia sejak beberapa abad yang lalu. Ikan banyak dikenal karena termasuk lauk pauk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies merupakan penyakit pada gigi dan mulut yang tersebar pada masyarakat. 1 Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah karies gigi, diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah gigi yang paling sering dijumpai. Hipersensitivitas dentin ditandai sebagai nyeri akibat dentin yang terbuka jika
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pohon Arak (salvadora persica) (Almas,2002). dan minyak atsiri untuk meningkatkan air liur (Zaenab dkk,2004)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Siwak Kusumasari (2012) menyatakan bahwa penggunaan siwak sudah bergeser dari tradisional menjadi modern, siwak juga merupakan alat pembersih mulut terbaik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di masyarakat. Karies gigi merupakan penyakit terbanyak di dalam rongga mulut. Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit yang sering dijumpai di rongga mulut sehingga menjadi masalah utama kesehatan gigi dan mulut (Tampubolon, 2005). Karies gigi terjadi pada
Lebih terperinci