PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI SEMEN BEKU KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) KABUPATEN KAMPAR RIAU

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI SEMEN BEKU KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) KABUPATEN KAMPAR RIAU Yendraliza S.Pt, M.P 1), drh. Jully Handoko, M.KL 1), dan Dr. Endang Triwulanningsih 2) Data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan populasi ternak kerbau di Kabupaten Kampar dalam 3 tahun terakhir dengan laju penurunan sebesar 0,53%. Pemotongan ternak kerbau juga memperlihatkan peningkatan sebesar 0,17% dan sebagian besar kerbau yang dipotong adalah jantan sehingga populasi kerbau jantan menurun setiap tahun (Yendraliza dkk, 2009). Pemerintah Kabupaten Kampar telah melakukan introduksi inseminasi buatan (IB) pada kerbau dengan mendatangkan semen beku dari Provinsi Kalimantan Selatan. Hasil evaluasi semen beku pada November 2010 menunjukkan motilitas dan persentase hidup spermatozoa masih tergolong rendah yaitu 40% (Balitbang Kampar, 2011). Alternatif yang dapat ditempuh untuk mengurangi atau melepaskan ketergantungan terhadap suplai semen beku tersebut adalah dengan melakukan sendiri konservasi dan preservasi semen kerbau dalam bentuk semen beku di Kabupaten Kampar. Keinginan untuk merealisasikan alternatif tadi terbentur pada masalah belum pernah dilakukannya pengkajian dan penelitian yang sistematis, terarah dan mendalam tentang teknologi semen beku kerbau lumpur, khususnya di Kabupaten Kampar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan formula pengencer semen yang tepat dalam pengolahan dan pembuatan semen beku kerbau lumpur Kabupaten Kampar melalui uji in vitro. Luaran yang diharapkan adalah diperolehnya data performans kelayakan reproduksi ternak kerbau jantan yang siap di tampung semennya. Penelitian ini dilakukan di Desa Kampar, Kabupaten Kampar pada kerbau jantan milik peternak yang sudah diseleksi sebanyak tiga ekor kerbau jantan dengan umur > 3 tahun sejak Bulan Mei-Oktober 2011 Materi Hewan percobaan yang digunakan sebagai sumber semen adalah tiga ekor kerbau jantan dewasa kelamin, ditempatkan dalam kandang individu milik rakyat. Pakan yang diberikan adalah rumput lapangan yang ada di sekitar peternakan. Pakan tambahan yang diberikan adalah dedak dan minuman diberikan secara ad libitum. Pakan konsentrat diberikan sebanyak 3 kg per ekor per hari. Perawatan kesehatan seperti pemberian obat cacing, vaksinasi, dll, dilakukan secara reguler pada setiap individu kerbau. Metode Rancangan yang digunakan adalah RAL Faktorial 3x4x4. Faktor yang dipakai adalah jenis pengencer Triskuning telur (T-KT) standar konvensional, pengencer komersial T-KT konsentrat (Triladylr ), dan pengencer komersial berbasis tumbuhan, soybean lecithin (Andromed ). Perlakuan terdiri atas 4 dosis semen (10 x 10 6 sperma/ml; 15 x 10 6 sperma/ml; 20 x 10 6 sperma/ml; dan 25 x 10 6 sperma/ml), masing-masing dengan 3 ulangan. Peubah yang diukur Dengan Perguruan Tinggi (KKP3T) 228

2 adalah motilitas, sperma hidup, MPU sperma pra dan pasca-pembekuan setelah inkubasi. Prosedur Kerja Bahan pengencer disiapkan 1 hari sebelum penampungan. Penampungan semen dilakukan dengan menggunakan vagina buatan (VB) yang diisi air panas ( C) menggunakan jantan teaser (pemancing). Setiap kerbau dijadwalkan ditampung semennya 2 kali per minggu pada interval yang sama (hari Senin dan Kamis) pada pagi hari (pukul ). Setiap). Setiap kerbau dibiarkan melayani VB sekali per penampungan dalam waktu 5 menit sesudah penunggangan semu (fase mount). Semen yang tertampung dalam gelas tampung segera dibawa ke laboratorium pengolahan semen dan disimpan dalam penangas air (37 0 C) untuk selanjutnya dilakukan berbagai pengujian atau penilaian motilitas dan karakteristik semen lainnya (pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis). Penilaian makroskopik meliputi volume, warna, konsistensi dan konsentrasi ion hidrogen (ph). Penilaian mikroskopis meliputi motilitas massa, konsentrasi sel sperma per ml semen, jumlah spermatozoa hidup dan normal. Analisis Data Semua data yang diperoleh dari hasil penelitian dihimpun dan ditabulasi untuk kemudian dilakukan analisis statistik menggunakan prosedur analisis sidik ragam (Anova) standar sesudah dilakukan angular and square root transformation untuk seluruh data yang berkatagori persen (Steel dan Torrie, 1960). Perbedaan di antara rerata antara ketiga pengencer diperbandingkan dengan menggunakan Anova (the General Linear Models Procedure/GLM untuk the least square means dari SPSS 10). Volume Semen Volume semen bervariasi di antara ketiga pejantan dengan rata-rata berkisar 1,5 hingga 2,5 cc pada ejakulasi pertama dan ejakulasi kedua. Perbedaan rata-rata volume antara pejantan kemungkinan disebabkan oleh umur dan bangsa (Ranjhan dan Pathak, 1979). Pejantan pertama berumur 3 tahun dengan berat badan 450 kg, pejantan kedua berumur 3,5 tahun dengan berat badan 400 kg sedangkan pejantan ketiga berumur 4 tahun dengan berat badan 660 kg. Volume ejakulasi kerbau rawa ini berbeda dengan hasil penelitian Kustono (1992) pada kerbau Murrah di Pusat Inseminasi Buatan, Metro Manila. Selanjutnya Kustono (1992) menyatakan bahwa volume ejakulasi kerbau Murrah di Manila rata-rata adalah 11,5 cc. Perbedaan ini kemungkinan besar disebabkan oleh manajemen pemeliharaan, pakan dan bangsa. Pola pemeliharaan pejantan yang digunakan dalam penelitian adalah ekstensif yaitu dilepaskan di lapangan pengembalaan pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari. Pakan tambahan diberikan hanya pada saat penampungan. Motilitas Rata-rata persentase motilitas semen pada ejakulasi pertama dari ketiga pejantan adalah 75% (Tabel 1). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan Kustono (1992) yang melakukan penampungan semen pada kerbau Murrah di Manila. Hasil penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan Matharoo dan Singh (1980) serta Clammohoi dan Palad (1967) yang mendapatkan motilitas semen kerbau 71,42% dan 58,2%. Perbedaan ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain musim, cekaman stress dan bangsa pejantan (Ranjhan dan Patak, 1979). Konsentrasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah spermatozoa untuk Dengan Perguruan Tinggi (KKP3T) 229

3 pejantan berkisar antara 900 hingga dengan rata-rata 1200x10 6 /ml. Rata-rata motilitas semen pada pejantan ketiga lebih tinggi dibandingkan pejantan pertama dan pejantan kedua. Hasil ini masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan konsentrasi kerbau rawa di BIB Banjarmasin yaitu berkisar 3.014x10 6 /ml (BIB Banjarmasin, 2010). Konsentrasi semen kerbau rawa di Kabupaten Kampar masih berada dalam kisaran hasil penelitian Kustono (1992) pada kerbau Murrah. Penggunaan Beberapa Pengencer Rataan motilitas, persentase sperma hidup dan MPU pada berbagai jenis pengencer dalam konsentrasi sperma yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2. Motilitas, persentase sperma hidup dan MPU pada penggunaan Andromed sebagai pengencer dalam konsentrasi sperma kerbau yang berbeda lebih baik jika dibandingkan dengan Tryladylr dan Tris Kuning telur standard. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kandungan lecithin kacang kedele dalam Andromed dengan high density lipoprotein (HDL) yang rendah dan tidak seperti pada kuning telur yang dapat menghambat respirasi dan motilitas spermatozoa (Moussa et al., 2002). Motilitas, persentase hidup dan MPU sperma pada penelitian ini berbeda dengan Triwulanningsih et al., (2011) yang menyatakan bahwa penggunaan tris standar dengan penambahan glutathionin lebih meningkatkan motilitas dan persentase hidup spermatozoa pada kerbau lumpur dan Kustono (1999( yang menyatakan bahwa pengencer tris egg yolk paling efisien menjaga motilitas spermatozoa sperma kerbau Murrah. Motilitas, Persentase Hidup dan MPU Semen Kerbau setelah Equilibrasi Motilitas dan persentase hidup semen kerbau setelah equilibrasi tidak memperlihatkan hasil yang berbeda pada ketiga jenis pengencer (Tris, Tryladylr dan Andromed). Penggunaan pengencer Andromed pada semen beku kerbau lumpur memberikan MPU yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Tryladylr dan Tris Kuning Telur. Perbedaan konsentrasi dalam berbagai jenis pengencer tidak memberikan nilai yang berbeda dalam motilitas, persentase hidup dan MPU semen beku kerbau lumpur di Kabupaten Kampar (Tabel 3). Rendahnya nilai motilitas, persentase sperma hidup dan MPU semen kerbau setelah equilibrasi pada penggunaan pengencer Tryladylr dan Tris Kuning Telur jika dibandingkan penggunaan Andromed sebagai pengencer kemungkinan diduga kuning telur mengandung hormon steroid dan prekursor (Hartman et al., 1998). Hormon-hormon ini dapat menyebabkan penurunan kualitasnya (Mu ller- Schlo et al., 2001). Motilitas dan persentase hidup semen kerbau di Kabupaten Kampar setelah equilibrasi lebih tinggi dari semen kerbau Afrika yang dikoleksi dari epididimis dengan menggunakan pengencer Tryladylr dan Andromed pada beberapa waktu equilibrasi yang berbeda (Herold et al., 2006). Perbedaan ini kemungkinan disebabkan jenis kerbau yang berbeda dan cara koleksi semennya juga berbeda (Hafez, 2000). Motilitas, Persentase Hidup dan MPU Semen Kerbau Pasca Lelah Motilitas, persentase hidup dan MPU semen kerbau pasca-lelah disajikan pada tabel 4. Motilitas semen kerbau pasca lelah pada ketiga jenis pengencer tidak berbeda sedangkan persentase hidup dan MPU semen beku kerbau pasca-lelah pada penggunaan penegncer Andromed lebih tinggi dibandingkan penggunaan pengencer Tryladylr dan Tris Kuning Telur. Kesamaan nilai motilitas dari ketiga jenis pengencer ini disebabkan komposisi buffer, nutrisi (fruktosa) dan kuning telur sebagai anti cold shock serta Dengan Perguruan Tinggi (KKP3T) 230

4 gliserol hampir sama. Namun pengencer Andromed merupakan pengencer yang lebih unggul dalam memberikan perlindungan pada sperma pada saat proses pembekuan (Arifiantini dan Yusuf, 2004). Kesimpulan Kerbau jantan di Kabupaten Kampar memiliki semen yang layak dijadikan semen beku Penggunaan Andromed sebagai pengencer semen beku kerbau di Kabupaten Kampar menunjukkan hasil yang lebih baik dalam mempertahankan motilitas, persentase hidup dan MPU dari mulai pengenceran sampai pasca lelah Konsentrasi sperma tidak berpengaruh terhadap motilitas, persentase hidup dan MPU dalam pengenceran, equilibrasi dan pembekuan sperma. Tidak ada interaksi jenis pengencer dengan konsentrasi sperma yang digunakan Saran Disarankan untuk menggunakan Andromed dalam mengencerkan dan pembekuan semen kerbau Untuk melakukan uji semen beku yang sudah di buat pada kerbau betina di Kabupaten Kampar. Penelitian ini melibatkan peneliti lingkup Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Keterlibatan tersebut diwujudkan melalui partisipasi peneliti di Badan Litbang Pertanian sebagai Anggota Tim Penelitian, referensi ilmiah dan pertukaran informasi ilmiah bidang reproduksi ternak 1. Pengajar Universitas Taman Siswa 2. Peneliti Badan Litbang Pertanian Dengan Perguruan Tinggi (KKP3T) 231

5 PENGEMBANGAN PAKAN IKAN/UNGGAS BERBASIS MAGGOT HERMITIA ILLUCENS BIOKONVERSI SAMPAH LOADING RAMP PABRIK PENGOLAHAN CPO Agustin Zarkani, SP., M.Si 1), Yahumri, SP 1), Miswarti, SP., M.Si 2) Maggot Hermetia illucens telah menjadi alternatif solusi atas masalah sumber pakan nasional karena terbukti dapat menggantikan fungsi tepung ikan sebagai sumber protein pada pelet. Namun produksi maggot masih terbatas karena budidayanya tergantung pada limbah Palm Kernel Meal (PKM) PKM yang pada kenyataannya tidak semua pabrik CPO menghasilkan jenis limbah ini. Penelitian ini bertujuan merekayasa media bahan lain berbasis sampah loading ramp pabrik CPO yang selalu terdapat pada setiap pabrik pengolahan CPO tanpa tergantung pada limbah PKM. Penelitian dilakukan melalui analisa fisik-kimia sampah loading ramp serta analisa parameter lingkungan mikro-makro dan ekologi maggot. Evaluasi potensi media dilakukan dengan fermentasi loading ramp menggunakan EM4, mikroba rumen, dan pupuk organic cair (POC) serta tanpa fermentasi. Perlakuan produksi media dilakukan dengan ratio pengkayaan 1:0,25 (v/v); 1:0,5 (v/v); dan 1:1 (v/v) untuk dedak dan sekam serta 1,25%; 2,5% dan 5% untuk gula. Uji tanpa pilihan pakan dilakukan di rumah kaca dalam kotak-kotak rearing (tiga ulangan) dan uji pilihan dilakukan di lapangan (tiga ulangan) dengan mengacu terhadap hasil terbaik pada uji tanpa pilihan. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan melibatkan 20 ekor maggot instar ke-2. Maggot diinkubasi dalam tabung plastik berdiameter 10 cm dan tinggi 20 cm yang mengandung 300 gr media. Respon perbedaan pertumbuhan dan mortalitas akan dianalisis dengan ANAVA dan uji lanjut LSD pada taraf 0,05. Analisa ketertarikan dan kesesuaian media dilakukan dengan pengaturan komposisi bahan pengkayaan. Pengujian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan tiga ulangan. Respon perbedaan pertumbuhan dan kebugaran (jumlah telur dan sex ratio) akan dianalisis dengan ANAVA dan uji lanjut LSD pada taraf 0,05. Analisa media kandidat yang potensial dilakukan dengan membandingkan aneka jenis media yang digunakan terhadap preferensi imago menempatkan telur, bobot maggot, dan mortalitas. Hasil penelitian diketahui bahwa sampah loading ramp terdiri dari kelopak buah sawit 56%, buah sawit 12%, pasir 20,1%, bebatuan 0,5%, dan lainnya 4,4%. Nutrisi sampah loading ramp mengandung protein 9,8% dan lemak 10,32%. Melalui parameter mikro-makro dan ekologi mendapatkan sekitar 24 jenis tanaman gulma dengan 4 jenis diantaranya merupakan sumebr pakan imago Hermetia yaitu Widelia biflora, Melastoma malabathricum, Lantana camara, dan Mimosa pudica. Selain itu ditemukan 5 jenis predator/parasitoid dan 5 jenis athropoda dekomposer. Uji terhadap perlakuan media berbasis sampah loading ramp dan masing-masing komposisi tanpa pengkayaan dan dengan pengkayaan menggunakan dedak, sekam, dan gula serta dengan fermentasi menggunakan EM4, mikroba rumen, dan pupuk organic cair (POC) diketahui bahwa semua media mampu mendukung tumbuh kembang maggot dengan tingkat yang beragam. Analisis secara menyeluruh menetapkan media hidup maggot yang berasal dari sampah loading ramp fermentasi POC dengan pengkayaan dedak 1:0,5 (v/v) sebagai Dengan Perguruan Tinggi (KKP3T) 232