I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization (2013), pada tahun 2008 terhitung 7,6
|
|
- Bambang Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (2013), pada tahun 2008 terhitung 7,6 juta kematian (13% dari seluruh angka kematian di dunia) disebabkan oleh kanker. Data dari GLOBOCAN (2008) menunjukkan bahwa di dunia, insidensi kanker payudara pada wanita adalah 23% dari keseluruhan insidensi kanker. Angka kematian wanita disebabkan oleh kanker payudara ini mencapai 13,9% dari keseluruhan angka kematian yang disebabkan oleh kanker. Di Indonesia, insidensi kanker payudara pada wanita terhitung 19,2% dari keseluruhan insidensi kanker dan angka kematian wanita karena kanker ini mencapai 25,5% dari keseluruhan angka kematian yang disebabkan oleh kanker. Metode pengobatan yang digunakan untuk kanker payudara yang biasa dilakukan yaitu radioterapi, kemoterapi/hormonterapi, dan masektomi (Gullick dan Schwab, 2001; McCartney dan Turkington, 2002). Menurut McCartney dan Turkington (2002), radioterapi dan masektomi merupakan metode pengobatan kanker secara lokal. Kedua metode tersebut tidak dapat mengobati kanker yang telah mengalami metastasis. Kemoterapi menjadi pilihan utama untuk mengobati kanker payudara baik lokal maupun yang telah bermetastasis. Obat-obatan yang biasa digunakan dalam kemoterapi kanker payudara antara lain sejenis daunorubicin, doxorubicin, taxane paclitaxel, docetaxel, tamoxifen (Yezhelyev et al., 2006), epirubicin, cisplantin, cyclophosphamide, docetaxel, fluorouracil, gemcitabine, methotrexate, mitomycin, dan mitoxantrone (Liao et al., 2013). Dewasa ini immunoterapi dikembangkan sebagai pendamping kemoterapi. 1
2 2 Antibodi monoklonal yang biasa digunakan sebagai agen immunoterapi kanker payudara adalah Herceptin (trastuzumab) (McCartney dan Turkington, 2002). Catumaxomab digunakan sebagai agen immunoterapi pada kanker yang positif CD3 dan Epithelial Cell Adhession Molecule (EpCAM) (Scott et al., 2012). Menurut Liao et al. (2013), kemoterapi memberikan efek samping toksik terhadap tubuh dan tidak spesifik terhadap sel kanker. Pengobatan herbal dirasa memiliki efek samping toksisitas yang lebih rendah. Oleh karena itu, pengobatan herbal mulai dikembangkan baik sebagai adjuvan kemoterapi maupun mandiri. Pengobatan kanker yang biasa digunakan memanfaatkan sifat sitotoksik suatu senyawa. Protein RIP (Ribosome Inactivating Protein) dari daun Mirabilis jalapa L. (Protein MJ) telah menunjukkan aktivitas sitotoksik secara in vitro pada berbagai sel kanker (Ikawati et al., 2003; Ikawati et al., 2006), salah satunya terhadap sel T47D (Sismindari et al., 2010). RIP memiliki efek sitotoksik lebih tinggi pada sel kanker dibandingkan dengan sel non-kanker (Stirpe dan Battelli, 2006), begitu pula pada protein RIP dari daun M. jalapa (Sismindari et al., 2010). Akan tetapi, RIP memiliki stabilitas yang kurang baik ketika memasuki sel, sehingga mudah didegradasi. RIP membutuhkan metode sistem penghantaran obat yang tepat untuk meningkatkan stabilitas dan spesifisitasnya terhadap sel kanker (De Virgilio et al., 2010). Sistem penghantaran obat dengan nanopartikel dinilai memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan stabilitas protein, meningkatkan durasi efek terapi dan dapat diaplikasikan tanpa injeksi (Florence, 1997). Nanopartikel kitosan diketahui memiliki mekanisme hipotesis spons proton sehingga dapat melindungi protein 2
3 3 dari degradasi di endosom (Taira et al., 2005). Kitosan dan pektin merupakan jenis nanopartikel yang memiliki sifat biokompatibel, biodegradabel, dan mukoadesif (Morris et al., 2010; Jana et al., 2011), sehingga aman digunakan sebagai media penghantaran obat. EpCAM merupakan antigen penanda sel kanker epitel baik primer maupun metastasis (Sieuwerts et al., 2009;). EpCAM memiliki ekspresi yang berlebih pada sel kanker payudara dibandingkan dengan ekspresinya pada sel epitel normal (Osta et al., 2004). Dengan pemberian antibodi anti EpCAM pada sistem penghantaran obat dimungkinkan dapat membawa RIP mencapai sasaran tanpa merusak sel normal. Antibodi anti EpCAM diintegrasikan pada nanopartikel yang mengemas RIP untuk membentuk pengembangan sistem penghantaran obat yang tertarget. Karakterisasi nanopartikel kitosan-pektin sebagai penutup luka telah dilakukan. Akan tetapi, nanopartikel tersebut tidak berfungsi sebagai penghantar obat, sehingga tidak membawa protein obat di dalamnya. Nanopartikel kitosanpektin tersebut juga tidak terkonjugasi dengan antibodi. Pembentukan nanopartikel kitosan-pektin dapat dilakukan melalui metode polielektrolit kompleks (PEC) (Birch dan Schiffman, 2014). Pengaruh sitotoksisitas nanopartikel kitosan-pektin terkonjugasi antibodi terhadap sel belum diteliti. Oleh karena itu, penelitian tentang preparasi, karakterisasi, dan uji sitotoksisitas nanopartikel kitosan-pektin terkonjugasi antibodi perlu dilakukan. 3
4 4 B. Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini antara lain: 1) Apakah protein MJ dapat diformulasikan dengan nanopartikel pektin penaut silang kitosan rantai sedang? 2) Apakah nanopartikel pektin penaut silang kitosan rantai sedang dapat dikonjugasikan dengan antibodi anti EpCAM? 3) Bagaimana efek sitotoksik protein MJ yang diformulasikan dalam sistem penghantaran obat melalui nanopartikel pektin penaut silang kitosan rantai sedang yang diintegrasikan dengan antibodi anti EpCAM pada sel kanker payudara T47D dan sel epitel normal (sel Vero)? C. Tujuan Penelitian ini memiliki tujuan antara lain: 1) Mengemas protein MJ dengan nanopartikel pektin penaut silang kitosan rantai sedang. 2) Mengkonjugasikan antibodi anti EpCAM dengan nanopartikel pektin penaut silang kitosan rantai sedang untuk meningkatkan keefektifan dan keefisiensian terapi kanker payudara. 3) Mempelajari efek sitotoksik protein MJ yang diformulasikan dalam sistem penghantaran obat melalui nanopartikel pektin penaut silang kitosan rantai sedang yang diintegrasikan dengan antibodi anti EpCAM pada sel kanker payudara T47D dan sel epitel normal (sel Vero). 4
5 5 D. Keaslian Penelitian Berbagai penelitian terdahulu telah mengilhami terbentuknya gagasan penelitian ini, antara lain: 1) Di Indonesia, protein mengandung RIP dari biji A. squamosa (Sismindari et al., 1998; Sismindari et al., 2001), dan C. papaya (Rumiyati et al., 2000; Rumiyati et al., 2003) telah diuji aktivitas N-glikosidase secara in vitro. 2) Penelitian efek sitotoksik RIP dalam protein total daun M. jalapa terhadap sel kanker HeLa dan Raji (Ikawati et al., 2003), MJ30 terhadap sel kanker T47D dan SiHa (Ikawati et al., 2006) dan MJC terhadap sel kanker HeLa, Raji, SiHa, NS-1, MCF-7, T47D, EVSA-T, WiDR, dan sel normal Vero (Sismindari et al., 2010) telah menunjukkan hasil yang menjanjikan sebagai alternatif terapi kanker. 3) RIP terkonjugasi antibodi monoklonal sebagai immunotoksin dan efek sitotoksiknya terhadap berbagai sel kanker telah menunjukkan hasil yang memuaskan (Lambert et al., 1985; Gadadhar dan Karande, 2013). Bouganin, RIP tipe 1dari Bougainveillea spectabillis Wild. terkonjugasi anti EpCAM sebagai immunotoksin telah teruji secara in vitro pada cell line VB6-845 dan in vivo pada mencit SCID model xenograft tumor manusia positf EpCAM (Cizeau et al., 2009). 4) Penelitian sistem penghantaran obat dengan immuno-nanoterapi yang telah dilakukan yaitu gen penyandi saporin, yaitu RIP tipe 1 dari Saponaria officinalis yang diformulasikan dalam immuno-nanoterapi. Antibodi yang digunakan adalah anti-fgf2 (Hoganson et al., 1998). Nanopartikel PLGA 5
6 6 yang dikonjugasikan dengan antibodi monoklonal sitokeratin juga telah menunjukkan prospektif lebih baik untuk pengembangan terapi kanker payudara (Kocbek et.al,2007). 5) EpCAM nanopartikel sebagai nanobiosensor telah berhasil digunakan pada sel adenokarsinoma kolon, Caco2 (Costa et al., 2012). EpCAM nanopartikel juga telah diteliti sebagai nanoprobe untuk mengamati proses pengenalan nanopartikel terhadap sel kanker payudara SK-Br3 (Chen et al., 2013) 6) Nanopartikel kitosan berkonjugasi dengan asam thioglikolat telah menunjukkan potensi sebagai penghantar gen DNAse I yang berpotensi dengan uji sitotoksisitas dan uji uptake sel Caco-2 (Martien et al., 2007). Studi transfeksi nanopartikel kitosan thiolated sebagai penghantar gen reporter pseap telah berhasil diujikan pada sel Caco2 dan terbukti bahwa kitosan mampu membuka tight junction anta sel (Martien et al., 2008). Nanopartikel kitosan thiolated/pereduksi glutation (GSH) telah berhasil melindungi oligonukleotida dari degradase oleh DNAse I pada sel Caco2 sebagai evaluasi sistem penghantaran secara oral (Martien et al., 2011). Nanopartikel kitosan pembawa kurkumin telah menunjukkan potensi yang baik melalui uji sitotoksisitas terhadap sel T47D (Chabib et al., 2012). 7) Nanopartikel polikationik kitosan telah terbukti dapat digunakan sebagai penghantar protein BSA dengan TPP sebagai polianionik (Gan dan Wang, 2007) dan penghantar insulin dengan alginate sebagai polianionik (Zhang et al., 2011). 6
7 7 8) Preparasi dan karakterisasi nanopartikel kitosan-pektin sebagai penutup luka (Birch dan Schiffman, 2014) dan pengujian pelepasan obat nanopartikel kitosan-pektin sebagai penghantar antihistamin secara oral telah sukses dilakukan (Bawa, et al., 2011). Penelitian ini menggunakan nanopartikel kombinasi polisakarida kitosan rantai sedang sebagai matriks dan pektin sebagai penaut silang yang dikonjugasikan dengan antibodi anti EpCAM. Protein RIP MJ merupakan RIP tipe 1 dari daun M. jalapa yang digunakan sebagai obat yang diformulasikan dalam nanopartikel ini. Pada penelitian ini, nanopartikel diujikan pada sel model kanker payudara T47D. Efek yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan pemberian terapi pada sel epitel normal Vero. Bagan keaslian penelitian dapat diamati pada Gambar 1. 7
8 Aktivitas RIP Nanobiomedisin Protein/RIP dari tanaman di Indonesia Protein dari biji A.squamosa menunjukkan aktivitas N-glikosidase dan DNAse melalui pemotongan DNA superkoil (Sismindari et al., 1998; Sismindari et al., 2001) Ekstrak gubal dari daun C.papaya menunjukkan aktivitas DNAse-like dan RNA N-glikosidase pada rrna yeast (Rumiyati dkk, 2000) Fraksi protein dari daun C.papaya menunjukkan aktivitas sitotoksik pada sel HeLa (Rumiyati dkk, 2003) Protein dari daun M.jalapa menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel HeLa dan Raji (Ikawati et al., 2003) MJ30 menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel T47D dan SiHa (Ikawati et al., 2006) MJC menunjukkan aktivitas sitotoksiknya terhadap sel HeLa, Raji, SiHa, NS-1, MCF-7, T47D, EVSA-T, WiDR, dan Vero (Sismindari et al., 2010) RIP sebagai immunotoksin Gelonin dan PAP terkonjugasi tujuh macam antibodi monoklonal menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap 17 sel lymphoblastoid manusia dan satu sel lymphoblastoid kera (Lambert et al., 1985). Abrin terkonjugasi mab F1G4 dan A9E4 sebagai domain ekstraseluler GnRH-R serta mab VU1D9 sebagai antibodi anti EpCAM menunjukkan aktivitas sitotoksik spesifik terhadap sel MCF-7, HepG2, MCF- 10A dan KB (Gadadhar dan Karande, 2013). Bouganin terkonjugasi antibodi anti EpCAM menunjukkan aktivitas sitotoksik spesifik terhadap sel VB6-845 dan aktivitas rrna N-glikosidase pada mencit SCID model xenograft tumor manusia positif EpCAM (Cizeau et al., 2009) Immuno-nanopartikel lain Nanopartikel terkonjugasi anti-fgf2 sebagai penghantar saporin (Hoganson et al., 1998) Nanopartikel terkonjugasi mab anti sitokeratin sebagai penghantar BSA (Kocbek et al., 2007) Nanobiosensor terkonjugasi anti EpCAM pada sel Caco-2 (Costa et al., 2012) Nanoprobe terkonjugasi anti EpCAM sebagai pengenal sel SK-Br3 (Chen et al., 2013) Gambar 1. Keaslian Penelitian 8 Nanopartikel kitosan sebagai penghantar obat Penghantar gen DNAse I pada sel Caco-2 (Martien et al., 2013) Penghantar gen pseap pada sel Caco-2 (Martien et al., 2008) Penghantar oral dan pelindung oligonukleotida dari DNAse I (Martien et al., 2011) Penghantar kurkumin pada sel T47D (Chabib et al., 2012) Penghantar BSA dengan polianionik TPP (Gan dan Wang, 2007) Penghantar Insulin dengan polianionik alginat (Zhang et al., 2011) Nanopartikel kitosan dengan penaut silang pektin Formulasi dan karakterisasi nanopartikel sebagai penutup luka (Birch dan Schiffman, 2014) Formulasi, karakterisasi, dan uji pelepasan obat nanopartikel sebagai penghantar antihistamin secara oral (Bawa et al., 2011) Formulasi, karakterisasi, dan uji sitotoksik nanopartikel terkonjugasi anti EpCAM sebagai penghantar protein MJ Penelitian lain Penelitian lain yang mendasari penelititan tesis Penelitian yang dilakukan dalam penelititan tesis
9 9 E. Manfaat yang Diharapkan Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini antara lain: 1) Penggunaan pektin penaut silang kitosan rantai sedang sebagai bahan dasar nanopartikel untuk menghantarkan RIP yang aman, efektif, dan murah. 2) Penggunaan integrasi antibodi anti EpCAM dan nanopartikel sebagai sistem terapi tertarget yang efektif, aman, dan murah untuk terapi kanker payudara 3) Pengembangan teknologi yang memanfaatkan pektin dan kitosan sebagai salah satu kekayaan hayati Indonesia dapat memberikan nilai tambah bagi pemanfaatan pektin dan kitosan baik secara saintifik maupun ekonomis. 9
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Ribosome Inactivating Protein (RIP) merupakan kelompok enzim tanaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ribosome Inactivating Protein (RIP) merupakan kelompok enzim tanaman yang memiliki kemampuan untuk menonaktifkan ribosom dengan memodifikasi 28S rrna melalui aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ribosome Inactivating protein (RIP) adalah protein tanaman yang memiliki kemampuan memotong DNA superkoil beruntai ganda menjadi nik sirkuler dan bentuk linear (Sismindari,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali,
Lebih terperinciUJI SITOTOKSISITAS FRAKSI PROTEIN DAUN CARICA PAPAYA L. PADA SEL HeLa
Majalah Farmasi Indonesia, 14(1), 270-275, 2003 UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI PROTEIN DAUN CARICA PAPAYA L. PADA SEL HeLa CITOTOXICITY TEST OF THE PROTEIN FRACTIONS OF CARICA PAPAYA L. LEAVES ON HeLa CELL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. per oral sangat dipengaruhi banyak faktor, salah satunya berkorelasi dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemberian obat dengan cara per oral adalah rute yang paling umum dan nyaman digunakan oleh pasien. Namun demikian, ketersediaan hayati obat secara per oral
Lebih terperinciImplementasi Sistem Komputer Farmasi (Pharmacy Support System ) Terhadap Kajian Drug Related Problems Potensial pada Pasien Geriatri Rawat Jalan
Lampiran 1: Berita Acara Penentuan Penguji/ Tesis DAFTAR PENGUJI PROPOSAL TESIS YANG TELAH DISEPAKATI Magister Farmasi Sains dan Teknologi AcEPT/ TOEFL PAPS IPK Judul Proposal Tesis Penguji 1 14/373384/PFA/1465
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Stirpe dkk., 2006). RIP yang diisolasi dari tanaman pukul empat sore (Mirabilis
!1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang RIP (Ribosome Inactivating Protein) adalah protein yang tersebar luas pada tanaman dan berfungsi sebagai enzim yang dapat mendepurinasi RNA dan secara irreversible
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dalam proses
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dalam proses patogenesisnya, proses pembelahan sel menjadi tidak terkontrol karena gen yang mengatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia, termasuk Indonesia. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan dunia, termasuk Indonesia. Data Badan Kesehatan Dunia (WH) tahun 2010, menunjukkan bahwa kanker merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker merupakan penyakit yang disebabkan karena pertumbuhan abnormal pada sel-sel jaringan tubuh. Sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh dan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), negara negara di Afrika, Asia dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO), negara negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Senyawa polifenol merupakan senyawa yang mempunyai peran penting di bidang kesehatan. Senyawa ini telah banyak digunakan untuk mencegah dan mengobati berbagai macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering terjadi pada wanita dan menjadi penyebab kematian utama. Kanker
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker merupakan penyakit yang dikelompokkan sebagai penyakit terminal (Sudiana, 2011). Kanker menjadi penyebab kematian terbesar di dunia, sebanyak 7,6 juta orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kanker diseluruh dunia diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2030 dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan permasalahan yang serius karena tingkat kejadiannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. WHO melaporkan kematian akibat kanker diseluruh dunia diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan jarak ukuran nm. Obat dilarutkan, dijerat, dienkapsulasi, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanopartikel didefinisikan sebagai dispersi partikulat atau partikel padat dengan jarak ukuran 1-1000 nm. Obat dilarutkan, dijerat, dienkapsulasi, dan diikat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pada tahun 2012
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pada tahun 2012 sebanyak 8,2 juta orang meninggal karena kanker dan 65% di antaranya terjadi di negara miskin dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang (WHO, 2008 dalam Jemal et al., 2011). Menurut data dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker berada pada posisi kedua penyebab kematian di negara berkembang (WHO, 2008 dalam Jemal et al., 2011). Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun
Lebih terperinciMekanisme Molekuler Sitotoksisitas Ekstrak Daun Jati Belanda Terhadap Sel Kanker
Kode/ Nama Rumpun Ilmu : 404/Analisis Farmasi dan Kimia Medisinal LAPORAN AKHIR PENELITIAN FUNDAMENTAL Mekanisme Molekuler Sitotoksisitas Ekstrak Daun Jati Belanda Terhadap Sel Kanker TIM PENGUSUL Dr.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paku di dunia (Jones dan Luchsinger, 1987; Sastrapradja, 1980 dalam Susilawati,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu divisi tumbuhan yang menjadi kekayaan sumber daya alam Indonesia. Diperkirakan terdapat 1.300 spesies yang tumbuh di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanopartikel mempunyai kelebihan yaitu dapat menembus ruang-ruang antar sel yang hanya dapat ditembus oleh partikel berukuran koloidal. Kelebihan lainnya adalah adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neoplasma secara harafiah berarti pertumbuhan baru, adalah massa abnormal dari sel-sel yang mengalami proliferasi. Sel neoplastik adalah otonom dalam arti tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menimbulkan kematian. Menurut data WHO (World Health Organization) tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah penyakit yang muncul akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya. Sel-sel kanker
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengue diklasifikasikan WHO sebagai most important mosquito-borne viral
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengue diklasifikasikan WHO sebagai most important mosquito-borne viral disease in the world karena meluasnya daerah kejadian infeksi dan beban materil yang besar.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah utama bagi masyarakat karena menjadi salah
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker merupakan masalah utama bagi masyarakat karena menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Salah satu jenis kanker yang memiliki potensi kematian terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada wanita dengan insiden lebih dari 22% (Ellis et al, 2003) dan angka mortalitas sebanyak 13,7% (Ferlay
Lebih terperinciEKSTRAKSI PROTEIN, IDENTIFIKASI SERTA UJI EFEK EKSTRAK BIJI Jatropha curcas L : STUDI POTENSINYA SEBAGAI INDUKTOR APOPTOSIS
EKSTRAKSI PROTEIN, IDENTIFIKASI SERTA UJI EFEK EKSTRAK BIJI Jatropha curcas L : STUDI POTENSINYA SEBAGAI INDUKTOR APOPTOSIS PROTEIN EXTRACTION, IDENTIFICATION AND THE EFFECT OF PROTEIN EXTRACT OF Jatropha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker kolon merupakan salah satu penyebab umum kematian yang berasal dari transformasi epitel usus normal polip adenomatosa dan kanker invasive (Palozza et
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker merupakan salah satu penyakit dengan kasus tertinggi di dunia
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit dengan kasus tertinggi di dunia terutama di negara miskin dan berkembang. Peningkatan kasus kanker dari tahun ketahun menjadi beban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012, 32,6 juta orang hidup dengan kanker di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. Riset Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012, 32,6 juta orang hidup dengan kanker di seluruh dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang mampu menyebabkan terjadinya kerusakan ribosom secara irreversibel
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ribosome Inactivating Protein (RIP) merupakan kelompok enzim tanaman yang mampu menyebabkan terjadinya kerusakan ribosom secara irreversibel melalui aktivitas pemotongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum untuk sekelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas
Lebih terperinciUji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro
SIDANG TUGAS AKHIR Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro Hani Tenia Fadjri 1506 100 017 DOSEN PEMBIMBING: Awik Puji Dyah Nurhayati,
Lebih terperincidan tiga juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan
I. PENDAHULUAN Kanker masih merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia dan menjadi penyebab kematian kelima di Indonesia. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan tiga juta
Lebih terperinciTargeted Delivery of Saporin Toxin by Monoclonal Antibody to the Transcobalamin Receptor, TCblR/CD320
Targeted Delivery of Saporin Toxin by Monoclonal Antibody to the Transcobalamin Receptor, TCblR/CD320 Introduction Uptake vitamin B12 (cobalamin; CBL) dimediai oleh reseptor transcobalamin (TCblR/CD320)
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Indonesia penyakit kanker menduduki urutan ke-3 penyebab kematian sesudah
39 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka dan Konsep Penelitian Kanker merupakan penyebab kematian utama kedua (untuk semua umur) di Amerika Serikat. Hampir 1 juta individu
Lebih terperinciADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN
RINGKASAN Efek Sinergisme pada Aktivitas Antikanker Kombinasi Doksorubisin dan Fraksi Diterpenlakton Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) terhadap Kanker Fibrosarkoma Mencit Hasil Induksi dengan Benzo(a)pirena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang menempati peringkat tertinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang menempati peringkat tertinggi sebagai penyebab kematian di dunia, khususnya di negara-negara berkembang (Anderson et al., 2001;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel yang tidak normal. (yaitu, tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama). Penyakit kanker merupakan penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kanker paru memiliki prevalensi tertinggi di dunia. mencapai 18 % dari total kanker (World Health
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kanker paru memiliki prevalensi tertinggi di dunia mencapai 18 % dari total kanker (World Health Organization, 2008). Pada tahun 2010, insiden kanker
Lebih terperinciEfek sitotoksik suatu protein seperti Ribosome inactivating Proteins yang bersifat asam dari daun Mirabilis jalapa L.
Majalah Sudjadi Farmasi Indonesia, 18(1), 8 14, 2007 Efek sitotoksik suatu protein seperti Ribosome inactivating Proteins yang bersifat asam dari daun Mirabilis jalapa L. pada sel kanker Cytotoxic effects
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia, termasuk di Indonesia (Dinas Kesehatan Propinsi. Nanggroe Aceh Darussalam, 2012). Berdasarkan Riskesdas 2007,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan dunia, termasuk di Indonesia (Dinas Kesehatan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2012). Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian utama di dunia setelah penyakit jantung (Baratawidjaya & Rengganis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian utama di dunia setelah penyakit jantung (Baratawidjaya & Rengganis, 2010). Data WHO menunjukkan terdapat sekitar 7,4 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal, (yaitu tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kanker payudara (KPD) merupakan salah satu tumor ganas penyebab
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara (KPD) merupakan salah satu tumor ganas penyebab kematian wanita nomor satu (14,7%) di seluruh dunia (Globocan-IARC, 2012). International Agency for Research
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal (Herien, 2010). Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2000, kematian akibat kanker. diperkirakan mencapai 7 juta kematian (12% dari semua
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2000, kematian akibat kanker diperkirakan mencapai 7 juta kematian (12% dari semua kematian) di seluruh dunia, menyusul kejadian kematian akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian yang utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, penyakit kanker menyebabkan kematian sekitar 8,2 juta orang. Kanker
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA
LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA UJI KOMBINASI EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) DAN DOXORUBICIN TERHADAP PROLIFERASI SEL KANKER PAYUDARA T47D Oleh : Ika Trisharyanti Dian Kusumowati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 56 juta. orang yang meninggal dunia dan sebanyak 68% kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 56 juta orang yang meninggal dunia dan sebanyak 68% kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular. Kanker menempati posisi kedua
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adalah alga cokelat yang kaya akan komponen bioaktif. Selama beberapa dekade
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kawasan pesisir dan lautan luas dengan berbagai sumber daya hayati. Salah satu potensi sumber daya laut Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang penting dalam perawatan luka. Prinsip dasar dalam memilih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dressing (balutan) luka merupakan suatu material yang digunakan untuk menutupi luka. Tujuan dari penutupan luka ini adalah untuk melindungi luka dari infeksi
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masih tingginya angka kematian akibat kanker. Lebih detail, jenis kanker serviks
36 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Sampai saat ini penyakit kanker masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting, baik di Indonesia maupun di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan sistem imun dapat menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh (Murphy et al.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan alam untuk mengobati penyakit sudah sejak lama diterapkan oleh masyarakat. Pada jaman sekarang banyak obat herbal yang digunakan sebagai alternatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Terapi kanker payudara yang berlaku selama ini adalah dengan pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi bersifat terapi definitif lokal, sedangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari kanker kulit yang sering dijumpai setelah basalioma. Insidensi diperkirakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma epidermoid (squamous cell carcinoma) adalah suatu proliferasi ganas dari keratinosit epidermis yang merupakan tipe sel epidermis yang paling banyak dan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker ditetapkan sebagai penyebab utama kematian di dunia dengan angka yang mencapai 7,6 juta atau (sekitar 13% dari semua kematian setiap tahunnya) pada tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang dijumpai hampir 30% dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada perempuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan penyebab kematian dengan urutan ke-2 di dunia dengan persentase sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular (Kemenkes, 2014). Data Riset Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kosmetik. Jenis biota laut di daerah tropis Indonesia diperkirakan 2-3 kali lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah bagian dari wilayah Indopasifik, yang merupakan salah satu pusat keanekaragaman biota laut yang terbesar di dunia. Sumber daya biota laut tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia kasus kanker rongga mulut berkisar 3-4% dari seluruh kasus kanker yang terjadi. Sekitar 90-95% dari total kanker pada rongga mulut merupakan kanker sel skuamosa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan keempat dari semua jenis kanker ginekologi yang paling sering terjadi diseluruh dunia dan merupakan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN RIBOSOME-INACTIVATING PROTEIN (RIP) SEBAGAI ANTIKANKER. RECENT DEVELOPMENT of RIBOSOME-INACTIVATING PROTEINS (RIPs) as ANTICANCER
PERKEMBANGAN RIBOSOME-INACTIVATING PROTEIN (RIP) SEBAGAI ANTIKANKER RECENT DEVELOPMENT of RIBOSOME-INACTIVATING PROTEINS (RIPs) as ANTICANCER Sudjadi dan Sismindari Fakultas Farmasi UGM ABSTRAK Ribosome-inactivating
Lebih terperinciUJI SITOTOKSISITAS SENYAWA HASIL ISOLASI AKAR PASAK BUMI
UJI SITOTOKSISITAS SENYAWA HASIL ISOLASI AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia, Jack) TERHADAP PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN SEL MIELOMA Nina Salamah Disampaikan dalam seminar Nasional PERHIPBA Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengue. Virus dengue ditransmisikan oleh nyamuk Aedes aegypti. Infeksi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue ditransmisikan oleh nyamuk Aedes aegypti. Infeksi dengan satu atau lebih virus
Lebih terperinciABSTRAK DAN EXCECUTIVE SUMMARY KAJIAN PEMANFAATAN PHYTOESTROGEN DARI BIJI KEDELAI UNTUK PENCEGAHAN KANKER PAYUDARA PADA MENCIT STRAIN C3H
ABSTRAK DAN EXCECUTIVE SUMMARY KAJIAN PEMANFAATAN PHYTOESTROGEN DARI BIJI KEDELAI UNTUK PENCEGAHAN KANKER PAYUDARA PADA MENCIT STRAIN C3H Tahun ke 1 (satu) dari rencana 2 (dua tahun) TIM PENELITI: MAHRIANI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak dan investasi, dan semua warga negara berhak atas kesehatannya termasuk masyarakat miskin. Diperlukan suatu sistem yang mengatur pelaksanaan bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol, invasi jaringan, dan metastasis yang luas (Chisholm-Burns et al., 2008). Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian nomor tujuh di Indonesia dengan persentase 5,7 persen dari keseluruhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tumor merupakan penyakit yang mengkhawatirkan karena menjadi penyebab kematian nomor tujuh di Indonesia dengan persentase 5,7 persen dari keseluruhan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), virus dengue merupakan mosquitoborne
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Virus dengue (DENV) adalah penyebab paling umum dari penyakit arboviral. Menurut World Health Organization (WHO), virus dengue merupakan mosquitoborne viral disease
Lebih terperinciUJI SITOTOKSIK FRAKSI PROTEIN DAUN DAN BUNGA KUCING-KUCINGAN (Acalypha indica L.) TERHADAP SEL MYELOMA SKRIPSI
UJI SITOTOKSIK FRAKSI PROTEIN DAUN DAN BUNGA KUCING-KUCINGAN (Acalypha indica L.) TERHADAP SEL MYELOMA SKRIPSI Oleh SITI MUSLIMAH K 100 040 167 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Organisasi kesehatan dunia WHO (2013) mencatat terdapat 7,6 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Organisasi kesehatan dunia WHO (2013) mencatat terdapat 7,6 juta kasus (13%) penderita kanker yang meninggal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tahun didiagnosa sekitar kasus kanker payudara baru dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap tahun didiagnosa sekitar 600.000 kasus kanker payudara baru dan 250.000 kasus diantaranya ditemukan di negara berkembang, sedangkan 350.000 kasus lainnya ditemukan
Lebih terperinciNOTULENSI DISKUSI PHARM-C
NOTULENSI DISKUSI PHARM-C Hari, tanggal : Sabtu, 15 Juli 2017 Waktu : 19.00-21.30 WIB Tempat : Online (LINE Grup Pharm-C Kloter 1) Pembicara Tema Diskusi Moderator Notulis Time Keeper Jumlah Peserta :
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang paling mengancam dalam dunia kesehatan (Ganiswara dan Nafrialdi, 1995). Kanker adalah pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk. dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable diseases atau NCD). NCD merupakan penyebab
Lebih terperincidan leukemia-associated tyrosine kinase fusion (TEL-PDGFbR) (Chen, et al., 2004). Dibandingkan dengan terapi menggunakan antibodi, pembuatan sediaan
BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini sudah banyak kemajuan yang terjadi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan tersebut ditandai dengan banyaknya ilmu percabangan yang muncul di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melanoma) meliputi separuh dari kasus kanker. Kanker kulit non melanoma
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari keseluruhan kejadian kanker, kanker kulit (melanoma dan non melanoma) meliputi separuh dari kasus kanker. Kanker kulit non melanoma merupakan salah satu jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kanker masih menjadi permasalahan kesehatan utama di dunia, termasuk di Indonesia hingga saat ini. Penyakit ini merupakan penyebab kematian kedua terbesar di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu yang mempelajari fenomena dan manipulasi material pada skala atomik, molekular, dan makromolekular disebut sebagai nanosains. Hal ini diklasifikasikan sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit multifaktorial yang timbul dari tidak seimbangnya protoonkogen, antionkogen, gen yang mengendalikan apoptosis, dan gen yang mengatur perbaikan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Studi terhadap kitosan telah banyak dilakukan baik dalam bentuk serpih, butiran, membran, maupun gel. Kemampuan kitosan yang diterapkan dalam berbagai bidang industri modern,
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA MOLECULAR TARGETED THERAPY ASHFAR KURNIA
UNIVERSITAS INDONESIA MOLECULAR TARGETED THERAPY ASHFAR KURNIA 1006827120 PROGRAM STUDI ILMU HERBAL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI DEPOK 2011 MOLECULAR TARGETED THERAPY
Lebih terperinciKata Kunci : Fraksi-fraksi ekstrak Buah Merah, sel T47D
ABSTRAK UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI-FRAKSI EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP KARSINOMA MAMMAE DALAM KULTUR SEL T47D Endry, 2008; Pembimbing : Hana Ratnawati, dr., MKes. Buah Merah telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma payudara merupakan karsinoma terbanyak. pada wanita di dunia. Menurut World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan karsinoma terbanyak pada wanita di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008, kanker payudara menduduki peringkat keempat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk memelihara kesehatan (Dorly,
I. PENDAHULUAN Tumbuhan telah digunakan manusia sebagai obat sepanjang sejarah peradaban manusia. Penggunaan tumbuh-tumbuhan dalam penyembuhan suatu penyakit merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahunnya. Sihombing (2009) menyebutkan bahwa menurut data "Indonesian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi osteoporosis dan cacat tulang di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya. Sihombing (2009) menyebutkan bahwa menurut data "Indonesian White Paper" yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah suatu penyakit yang terjadi akibat pertumbuhan sel pada jaringan tubuh secara terus-menerus dan tidak terkendali sehingga dapat mneyebabkan kematian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di industri pangan, penerapan teknologi nanoenkapsulasi akan memberikan
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoenkapsulasi telah banyak diterapkan di bidang farmasi dan kesehatan. Di industri pangan, penerapan teknologi nanoenkapsulasi akan memberikan beberapa keunggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di dunia setelah kanker paru-paru, hepar dan kolon. Insidensi kanker payudara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker penyebab kematian di dunia setelah kanker paru-paru, hepar dan kolon. Insidensi kanker payudara di Amerika pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kejadian kanker kulit sekitar 3,5 juta kasus pertahun, dimana basal cell carcinoma merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari keseluruhan kejadian kanker, kanker kulit (melanoma dan non melanoma) meliputi separuh dari kasus kanker. 1,2 Di Amerika Serikat, pada tahun 2012 diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bahan alam berkhasiat obat yang banyak diteliti manfaatnya adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. Tanaman kembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat sebagai obat. Banyak tanaman yang terdapat di alam selalu digunakan sebagai obat, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. senyawa bioaktif yang tidak ditemukan dalam produk alami terrestrial (Jimeno,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan laut merupakan reservoir yang luar biasa sebagai penghasil senyawa bioaktif yang tidak ditemukan dalam produk alami terrestrial (Jimeno, 2002). Lautan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal dan tak terkontrol. Sel-sel tersebut terbentuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan selsel jaringan tubuh yang tidak normal dan tak terkontrol. Sel-sel tersebut terbentuk karena terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keampuhan kurkumin untuk berbagai penyakit seperti penyakit pernapasan, gangguan hati, dan luka diabetes telah didokumentasikan dalam literatur India kuno (Goel dkk.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neoplasma adalah suatu massa abnormal pada jaringan yang tumbuh secara cepat dan tidak terkoordinasi melebihi jaringan normal dan dapat menetap walaupun rangsangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi kronik memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya kanker. Salah satu penyakit inflamasi kronik adalah Inflammatory Bowel Disease (IBD) yang dipicu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks uteri merupakan salah satu masalah penting pada wanita di dunia. Karsinoma serviks uteri adalah keganasan kedua yang paling sering terjadi dan merupakan
Lebih terperinci