Prabu Tamba 1, Dra. Ria Manurung, M. Si 2. Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prabu Tamba 1, Dra. Ria Manurung, M. Si 2. Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara"

Transkripsi

1 ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MERESPON PERUBAHAN FUNGSI HUTAN (Studi Deskriptif tentang Kehadiran Hutan Tanaman Industri PT.Toba Pulp Lestari di Desa Tapian Nauli III, Kec. Sipahutar, Kab.Tapanuli Utara) Prabu Tamba 1, Dra. Ria Manurung, M. Si 2 Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Hutan Tanaman Industri adalah sebidang luas daerah yang sengaja ditanami dengan tanaman industri (terutama kayu) dengan tipe sejenis dengan tujuan menjadi sebuah hutan yang secara khusus dapat dieksploitasi untuk kebutuhan industri Pulp tanpa membebani hutan alami. Pembangunan HTI mempunyai 3 (tiga) sasaran utama yang dapat dicapai yakni sasaran ekonomi, ekologi dan sosial. Berdasarkan sasarannya, maka pembangunan HTI tentunya akan memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat disekitar kawasan HTI. Dalam mewujudkan pembangunan HTI maka banyak pihak yang terlibat, salah satunya masyarakat yang berada dikawasan hutan tersebut. Dengan adanya pembangunan HTI maka secara langsung masyarakat disekitar kawasan HTI tersebut tentu akan terkena pengaruh atau dampaknya baik dari segi sosial maupun ekonomi. Pengusahaan HTI ini diatur dalam Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1990 tentang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) yang melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pihak swasta, pemerintah hanya sebagai regulator (Dinas Perhutani). Tujuan pengusahaan HTI adalah menunjang pengembangan industri hasil hutan dalam negeri guna meningkatkan nilai tambah dan devisa, meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas lingkungan hidup, serta memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha (PP Nomor , pasal 2). 1 Mahasiswa Departemen Sosiologi FISIP USU Dosen Departemen Sosiologi FISIP USU

2 Melalui observasi awal dan pra survei yang dilakukan peneliti di desa Tapian Nauli III, Kecamatan Sipahutar yang terletak di Kabupaten Tapanuli Utara, PT. Toba Pulp Lestari (PT. TPL) juga memiliki Hutan Tanaman Industri (HTI). Hutan Tanaman Industri (HTI) di daerah ini merupakan konversi dari Hutan Reboisasi Dinas Perhutani yang pada awalnya merupakan tanah ulayat masyarakat yang diserahkan kepada negara. Penyerahan tanah ulayat dari masyarakat kepada negara untuk kepentingan reboisasi ini terjadi dalam 4 kali tahapan penyerahan yaitu : 1. Pada surat penyerahan tanah Tanggal 6 Februari 1975 tanah perladangan yang dinamakan Sibongbong di siharbangan seluas 500 Ha. 2. Tanggal 19 Agustus 1975, tanah Panontoran di Siharbangan seluas Ha. 3. Tanggal 22 Mei 1976 tanah di Sibongbong daerah Siharbangan seluas 800 Ha. 4. Tanggal 16 Januari 1979 tanah di Siharbangan seluas Ha. (Sumber: Arsip Desa Tapian Nauli III tahun 2012) Pada tahun 1992 tanah tersebut telah mengalami pengalihan fungsi dan penguasaan yaitu dari pemerintah kepada PT. Toba Pulp Lestari dengan bukti yaitu PT. Toba Pulp Lestari mendapat izin dengan SK HPHTI No.493/KTS-II /1992 untuk membangun Hutan tanaman industri ekaliptus guna kepentingan ekonomi perusahaan tersebut. dengan SK HPHTI tersebut PT. Toba Pulp Lestari menebang dan memanen semua tanaman pinus hasil reboisasi kemudian secara berkelanjutan menanam tanaman ekaliptus untuk dipanen setiap 4-5 tahun sekali hingga saat ini. Hutan yang berada di desa Tapian Nauli III telah mengalami peralihan fungsi, mulai dari Hutan Ulayat, Hutan Reboisasi dan kemudian berganti menjadi Hutan Tanaman Industri. Ketika hutan masih menjadi hutan ulayat, masyarakat memanfaatkan hutan ini menjadi lahan pencaharian yaitu tempat mencari hasil hutan seperti hewan buruan, rotan damar dan kemenyan (haminjon), namun pada tahun 1975 sebagian besar hutan mengalami peralihan fungsi yaitu menjadi Hutan Reboisasi yang ditanami pinus oleh Dinas Perhutani. Setelah menjadi Hutan 151

3 Reboisasi, masyarakat tidak lagi mengandalkan hutan sebagai salah-satu sumber ekonomi. Masyarakat lebih menggiatkan pertanian dan perkebunan sebagai sumber pemenuhan ekonomi rumah tangga. Kemudian pada tahun 1992 hutan mengalami peralihan fungsi lagi menjadi Hutan Tanaman Industri, tepatnya HTI milik PT. Toba Pulp Lestari. Adaptasi sosial merupakan salah satu bentuk penyesuaian diri dalam lingkungan sosial untuk memenuhi syarat-syarat dasar agar tetap dapat melangsungkan kehidupan. Menurut Soerjono Soekanto (Soekanto, 2000: 10-11) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial, yakni : 1) Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. 2) Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan. 3) Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah. 4) Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan. 5) Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem. 6) Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah. Sesuai dari penjabaran tentang adaptasi sosial di atas, adanya pergeseran pola-pola didalam lingkungan desa Tapian Nauli III. Diantaranya dari segi pekerjaan yaitu dari petani menjadi wiraswasta dan karyawan serta kontraktor (mitra usaha PT. Toba Pulp Lestari). Bergesernya pekerjaan ini merupakan adaptasi masyarakat terhadap perubahan lingkungan yang ada disekitar mereka, tepatnya perubahan fungsi hutan dimana dulunya lingkungan mereka adalah hutan reboisasi yang berubah fungsi menjadi hutan tanaman industri yang menyediakan peluang kerja baru. Adaptasi yang dilakukan masyarakat pada akhirnya berpengaruh juga dengan bergesernya penilaian masyarakat terhadap nilai kepemilikan lahan, status tenaga kerja, pendapatan, nilai sosial, status sosial dan interaksi sosial di dalam masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana adaptasi masyarakat terhadap perubahan fungsi hutan di desa Tapian Nauli III, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adaptasi yang dilakukan masyarakat terhadap perubahan fungsi hutan di desa tersebut. 152

4 TINJAUAN PUSTAKA Menurut pandangan Robert K. Merton ( Beryer, terjemahan Mohammad Oemar) struktur sosial tidak hanya menghasilkan perilaku yang konformis, tapi juga perilaku yang menyimpang. Struktur sosial menghasilkan pelanggaran terhadap aturan sosial dan menekan orang tertentu ke arah perilaku yang nonkonform (tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat). Dalam struktur sosial dan budaya, ada tujuan atau sasaran budaya yang disepakati oleh anggota masyarakat. Tujuan budaya adalah sesuatu yang pantas diraih. Untuk mencapai tujuan tersebut, struktur sosial dan budaya mengatur cara yang harus ditempuh dan aturan ini bersifat membatasi. Merton menyatakan bahwa perilaku menyimpang terjadi karena tidak adanya kaitan antara tujuan dengan cara yang telah ditetapkan dan dibenarkan oleh struktur sosial. Lebih jauh Merton mengidentifikasikan ada empat tipe cara adaptasi individu terhadap situasi tertentu. tiga diantara empat tipe itu merupakan perilaku menyimpang. keempat tipe cara adaptasi tersebut adalah sebagai berikut: a. Cara adaptasi konformitas (conformity) Pada cara adaptasi ini, perilaku seseorang mengikuti cara dan tujuan yang telah ditetapkan oleh masyarakat. b. Cara adaptasi inovasi (innovation) Pada cara adaptasi ini, perilaku seseorang mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat. Akan tetapi ia memakai cara yang dilarang oleh masyarakat. c. Cara adaptasi ritualisme (ritualism) Pada cara adaptasi ini, perilaku seseorang telah meninggalkan tujuan budaya, tetapi tetap berpegang pada cara yang telah ditetapkan oleh masyarakat. d. Cara adaptasi retreatisme (retreatism) Bentuk adaptasi ini, perilaku seseorang tidak mengikuti tujuan dan cara yang dikehendaki. Pola adaptasi ini menurut Merton dapat dilihat pada orang yang mengalami gangguan jiwa, gelandangan, pemabuk, dan pada pecandu obat bius. 153

5 Orang-orang itu ada di dalam masyarakat, tetapi dianggap tidak menjadi bagian dari masyarakat. Dari keseluruhan tipe-tipe yang disebutkan di atas, tipe adaptasi yang pertama (adaptasi konformitas) merupakan bentuk perilaku yang tidak menyimpang. Sementara tiga tipe selanjutnya merupakan bentuk perilaku yang menyimpang. Selanjutnya Soerjono Soekanto (Soekanto, 2000: 10-11) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial, yakni: a) Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. b) Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan. c) Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah. d) Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan. d) Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem. f) Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bersifat analisis deskriptif. Penelitian ini dilakukan di desa Tapian Nauli III Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara. Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Tapian Nauli III kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara. Dalam hal ini yakni masyarakat desa Tapian Nauli III yang mengetahui dan merasakan perubahan fungsi hutan yang terjadi. Adapun informan kunci pada penelitian ini diantaranya Perangkat Pemerintah Desa, Tokoh Masyarakat setempat, Masyarakat yang mengalami perubahan mata pencaharian seperti menjadi Karyawan PT. Toba Pulp Lestari, Kontraktor (Pemilik Usaha Mitra Perusahaan), juga informan biasa yaitu masyarakat yang sudah lama tinggal di desa ini. Teknik pengumpulan data primer dan sekunder yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara mendalam dan telaah pustaka melalui referensi buku, surat kabar, majalah, karya ilmiah, jurnal dan internet yang 154

6 berkaitan langsung dengan masalah penelitian. Selanjutnya data primer dan data sekunder yang didapatkan oleh peneliti di interpretasikan hingga pada akhirnya merumuskan kesimpulan sebagai laporan penelitian lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Daerah Penelitian Leluhur masyarakat Desa Tapian Nauli III awalnya berasal dari Balige yaitu Op. Pagar Batu/Op. Diharbangan Pardede dan Raja Pangumban Bosi Simanjuntak kemudian kedua leluhur ini membuka perkampungan di daerah Parlombuan yang merupakan cikal bakal desa Tapian Nauli III. Op. Pagar Batu Pardede membuka perkampungan di Lumban Ri dan Raja Pangumban Bosi Simanjuntak membuka perkampungan di Huta Aek Nauli. Perkampungan Lumban Ri dan Huta Aek Nauli itu sudah berubah menjadi Hutan Tanaman Industri (eucalyptus), dimana hingga saat ini situs makam kedua leluhur ini masih terdapat di perkampungan yang mereka buka tersebut, Keturunan marga ini selanjutnya memperluas perkampungan tersebut dan menguasai areal di sekitarnya serta membuka perkampungan-perkampungan yang baru. lebih kurang telah 13 generasi hingga sekarang Turunan Op. Pagar Batu / Op. Diharbangan Pardede dan Raja Pangumban Bosi Simanjuntak mendiami daerah ini, sehingga mayoritas marga di Daerah ini adalah Marga Pardede dan Marga Simanjuntak. Batas-batas desa Tapian Nauli III adalah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Naga Saribu 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Janji Maria 3. Sebelah timur berbatasan dengan Sabuhan Ni Huta Opat 4. Sebelah barat berbatasan dengan Tapian Nauli II Penduduk di desa Tapian Nauli III berjumlah 105 kepala keluarga (KK) dengan keseluruhan beretnis batak toba dengan mayoritas marga Pardede dan Simanjuntak, jikapun ada marga lain di luar marga tersebut pada umumnya mereka adalah menantu dari kedua marga tersebut. Penduduk desa Tapian Nauli III adalah Kristen Protestan. Hal ini didukung dengan hanya rumah peribadatan (gereja) Kristen Protestan saja yang dapat ditemui di desa Tapian Nauli III 155

7 diantaranya adalah Gereja Pentakosta Indonesia (GPI), Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dan Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI). Tingkat pendidikan masyarakat desa Tapian Nauli III rata-rata tamatan Sekolah Tingkat Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) hal ini dikarenakan fasilitas pendidikan di desa Tapian Nauli III hanya ada Sekolah Dasar (SD). Jika ingin melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi maka para siswa harus sekolah ke kecamatan yang jaraknya sangat jauh dari desa tersebut sehingga para usia sekolah merasa malas untuk melanjutkan tingkat pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. Mata pencaharian utama masyarakat adalah bertani walaupun pada saatsaat tertentu seperti pada saat lahan pertanian tidak membutuhkan perawatan khusus para penduduk desa memanfaatkannya dengan bekerja sebagai buruh harian lepas (BHL) di hutan tanaman industri milik PT. Toba Pulp Lestari. Selain petani, masyarakat juga ada yang bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Kontraktor atau pemilik usaha mitra perusahaan yang bekerja sama dengan PT. Toba Pulp Lestari. Kontraktor di desa Tapian Nauli III berjumlah delapan dengan nama-nama usaha sebagai berikut: CV. Parulian, CV. Mida, CV. Sihol Mardongan, CV. Dolok Jaya, CV. Maharani, CV. Maju Parulian, CV. Riadi Gunawan, CV. Parsulang Padot Saroha. Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari Sekitar tahun Dinas Kehutanan Kabupaten Tapanuli Utara menjalankan program reboisasi dengan menanam pinus, dan Masyarakat Tapian Nauli III menyerahkan Tanah Ulayat (tanah Adat) kepada Pihak Pemerintah dalam proses penyerahan tanah ini dinas kehutanan memberikan sejenis biaya ganti rugi (pago pago/piso-piso) kepada masyarakat. Pada tahun 1992 tanah yang diserahkan Masyarakat Tapian Nauli III kepada Dinas Kehutanan Tapanuli Utara tersebut telah mengalami peralihan fungsi dan penguasaan yaitu dari Pemerintah kepada PT. Toba Pulp Lestari dengan bukti yaitu PT. Toba Pulp Lestari mendapat izin dengan SK HPHTI No.493/KTS-II /1992 untuk membangun Hutan Tanaman Industri ekaliptus guna kepentingan ekonomi perusahaan tersebut, dengan SK HPHTI tersebut PT. Toba Pulp Lestari menebang dan memanen semua tanaman pinus hasil reboisasi kemudian secara 156

8 berkelanjutan menanam tanaman ekaliptus untuk bahan baku industri hingga saat ini. PT. Toba Pulp Lestari, Tbk memiliki lokasi penting dalam menjalankan operasinya, yaitu areal usaha PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terdiri dari dua bagian yaitu Mild Section dan Forest Section. Pabrik pembuatan pulp (Mild Section) termasuk Chemical Plant sebagai pusat produksi berlokasi di desa Sosor Ladang, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara. PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dibangun di atas tanah seluas ±200 ha, termasuk perumahan karyawan dan Tree Inprovement (pembibitan pohon) ±10 hektar.sedangkan areal hutan (forest section) saat ini meliputi 8 kabupaten yaitu, kabupaten Simalungun, Dairi, Karo, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Samosir, dan Tobasa. Salah satu lokasi Hutan Tanaman Industri milik perusahaan yaitu Perkampungan Lumban Ri dan Huta Aek Nauli yang berada Desa Tapian Nauli III kecamatan Sipahutar yang merupakan salah satu lokasi permukiman yang dibuka oleh leluhur penduduk setempat. Daerah merupakan lokasi yang mengalami peralihan fungsi hutan dari hutan tanaman reboisasi menjadi Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari (HTI PT. TPI). Desa ini masuk sektor Habinsaran milik PT. Toba Pulp Lestari. A. Sikap Masyarakat Terhadap Kehadiran Hutan Tanaman Industri Masuknya sebuah modernisasi ke desa ini yaitu dengan munculnya Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari merupakan salah satu industrialisasi yang terjadi di daerah ini, pada awalnya masuknya Hutan Tanaman Industri tersebut disambut gembira oleh masyarakat, dengan harapan masuknya modernisasi membawa perubahan yang lebih baik bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Pembangunan industri ini diharapkan masyarakat untuk memajukan daerah tempat tinggal mereka sekaligus memberikan kesempatan kerja bagi penduduk yang ada disekitar lokasi industri. Akan tetapi dengan munculnya Hutan Tanaman Industri tersebut menjadikan berubahnya fungsi hutan disekitar masyarakat. Perubahan Fungsi Hutan adalah berubahnya kegunaan atau peruntukan hutan tersebut menjadi 157

9 kegunaan lain dikarenakan adanya hal-hal yang harus dipenuhi terkait kebutuhan. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah berubahnya fungsi hutan mulai dari Hutan Ulayat, menjadi Hutan Reboisasi hingga menjadi Hutan Tanaman Industri. B. Adaptasi Jenis Pekerjaan Terhadap Perubahan Fungsi Hutan Perubahan fungsi hutan ini secara otomatis mempengaruhi pandangan masyarakat disekitar hutan mengenai nilai dan pemanfaatannya. Hal ini dikarenakan pada saat hutan masih menjadi Hutan Ulayat masyarakat memanfaatkannya untuk mengambil hasil hutan yang disediakan oleh alam seperti rotan, kayu, kemenyan (haminjon). Saat ini dengan masuknya Hutan Tanaman Industri secara otomatis menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat desa. Pihak perusahaan tidak serta merta dapat menerima masyarakat setempat untuk menjadi karyawan perusahaan, dengan melihat kondisi tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki penduduk setempat. Masyarakat desa Tapian Nauli III yang tidak terpenuhi keinginannya untuk bekerja sebagai karyawan PT. Toba Pulp Lestari kemudian mencari alternatif lain untuk menyikapi perubahan fungsi hutan yang ada yaitu dengan mendirikan usaha mitra perusahaan yang dapat menampung dan menyalurkan tenaga buruh harian lepas. Pola adaptasi yang diterapkan oleh masyarakat setempat untuk menghadapi peralihan fungsi hutan yang terjadi ialah adaptasi konformitas, dimana mereka membangun kemitraan dengan perusahaan sesuai dengan paradigma yang diterapkan pihak perusahaan. Melalui kemitraan tersebut tenaga kerja yang ada di desa ini disalurkan untuk dapat buruh harian lepas bagi pihak perusahaan. C. Adaptasi Masyarakat Terhadap Keterbatasan Lahan di Desa Tapian Nauli III Lahan merupakan aset yang sangat penting bagi masyarakat pedesaan, hal ini dikarenakan lahan merupakan salah satu sumber harapan untuk bertahan hidup bagi masyarakat pedesaan. Dengan demikian, lahan sering kali dijadikan indikator tingkat kesejahteraan masyarakat desa. Beberapa hasil penelitian mengungkapkan 158

10 bahwa luas pemilikan lahan berkorelasi positif dengan pendapatan rumah tangga (Wiradi dan Manning, 1984). Setelah masuknya Hutan Tanaman Industri di desa Tapian Nauli III maka otomatis lahan yang dapat digarap masyarakat semakin berkurang, ditambah lagi kebutuhan masyarakat akan lokasi permukiman seiring dengan pertumbuhan penduduk yang terjadi. Dengan kondisi masyarakat yang mengalami keterbatasan akan lahan tersebut maka masyarakat melakukan upaya untuk meminta (reclaim) sebagian lahan dari perusahaan untuk diusahakan masyarakat guna pemenuhan kebutuhannya, namun pihak perusahaan tidak memberikan lahan yang diminta masyarakat tersebut dikarenakan perusahaan juga membutuhkan lahan tersebut sebagai lahan penyedia bahan baku produksi pabrik yaitu kayu ekaliptus. Masalah ini menyebabkan hubungan antara masyarakat dengan perusahaan kurang harmonis. Dalam kondisi keterbatasan lahan yang terjadi saat ini, masyarakat melakukan adaptasi inovasi. Dengan adaptasi inovasi cara yang dilakukan seseorang mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat, akan tetapi ia memakai cara yang dilarang oleh masyarakat. Dalam hal ini masyarakat melakukan reclaim atas lahan yang sudah dikuasai oleh pihak perusahaan, dan cara tersebut dianggap tidak sesuai dengan kesepakatan yang dibuat oleh berbagai pihak pada awal masuknya Hutan Tanaman Industri. Dari hasil reclaim yang dilakukan masyarakat maka perusahaan menyerahkan lahan seluas 300 hektar kepada masyarakat desa Tapian Nauli III. D. Hubungan (Interaksi Sosial) Sesama Masyarakat Desa Tapian Nauli III Setelah Masuknya Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari Kebudayaan masyarakat tradisional merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial sekitarnya tanpa menerima pengaruh luar. Namun setelah masuknya perusahaan PT.TPL kondisi sosial masyarakat mengalami pergeseran dari segi pelaksanaan kegiatannya. Di desa Tapian Nauli III masyarakat masih memegang teguh adat-istiadat yang diwariskan turun-temurun dari nenek moyangnya walaupun telah mengalami adaptasi mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi di daerah ini. Beberapa 159

11 kegiatan masyarakat yang mengalami adaptasi terhadap perubahan yang terjadi diantaranya sebagai berikut. 1. Adaptasi Masyarakat Terhadap Kegiatan Adat Istiadat Kegiatan Adat-istiadat adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan kebiasaan turun-temurun. salah satu contoh kegiatan adat istiadat adalah pesta pernikahan (perkawinan). Di desa Tapian Nauli III pada saat dahulu jika ada acara adat seperti pernikahan biasanya masyarakat akan saling bantu dan bergotong royong dalam menyukseskan acara tersebut, namun pada saat ini setelah masyarakat mengalami pergeseran mata pencaharian yang menyebabkan nilai-nilai budaya disesuaikan dengan jadwal kerja masyarakat menjadikan budaya gotong royong tersebut mulai berkurang. Sebagai contoh pada saat dahulu masyarakat membantu pihak yang memiliki acara dengan memasak makanan yang akan disajikan dalam acara pesta tersebut maka saat ini kegiatan itu mulai memudar dan telah diganti dengan jasa boga (pesanan catering/pardangdang) hal ini terjadi karena warga desa yang bekerja sebagai buruh atau kontraktor sudah tidak memiliki waktu lagi untuk berpastisipasi seperti dahulu. Adaptasi masyarakat tentang kegiatan adat istiadat adalah adaptasi komformitas, yang maksudnya adalah masyarakat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan tanpa meninggalkan tujuan dan tetap berpegang pada cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Manusia cenderung bersifat dinamis. Selalu ada perubahan yang terjadi pada diri manusia. Semakin meningkatnya kebutuhan hidup sedangkan Sumber Daya Alam yang tersedia semakin menipis memaksa manusia menyesuaikan diri terhadap lingkungan agar dapat bertahan hidup, demikian juga hal yang dilakukan masyarakat setempat dalam mengatasi kondisi yang ada saat ini. 2. Adaptasi Masyarakat Terhadap Kegiatan Keagamaan Adaptasi yang dilakukan penduduk setempat terhadap kondisi masyarakat saat ini khususnya dalam hal keagaamaan yang tampak terlihat ialah pengunduran waktu beribadah dan acara-acara keagamaan yang ada di gereja. Perubahan jadwal kegiatan keagamaan adalah adaptasi komformitas maksudnya adalah masyarakat 160

12 menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan tanpa meninggalkan tujuan dan tetap berpegang pada cara yang dapat diterima oleh masyarakat. 3. Adaptasi Masyarakat Terhadap Kegiatan Kekeluargaan (Arisan) dan Serikat Tolong Menolong. Perkumpulan-perkumpulan kekeluargaan masih sering terjadi di desa Tapian Nauli III, kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk mempererat dan menjaga tali sulaturahmi diantara masyarakat. kegiatan arisan ini terdiri dari arisan marga, arisan desa (parsahutaon) dll. Pelaksanaan kegiatan ini biasanya dilakukan hari minggu dimana pada hari minggu masyarakat desa ini tidak melakukan rutinitas seperti biasanya dan kegiatan arisan ini biasanya digilir dari rumah ke rumah anggota lainnya. Kebersamaan yang dulunya ada pada masyarakat desa ini lama kelamaan semakin, sadar atau tidak disadari oleh warga rasa kebersamaan tersebut semakin terkikis, dari keterangan yang diperoleh dari para informan dapat dideskripsikan rasa kebersamaan itu jelas telah berkurang, yang ada saat ini kebersamaan yang masih dapat dirasakan walaupun tidak dapat dipungkiri hal tersebut juga ikut berkurang ialah pada ada keadaan duka cita yang dialami warga, rasa kebersamaan dalam keadaan berduka masih terbilang tinggi. Kondisi sosial di desa ini masih berlandaskan kekeluargaan. Kuatnya hubungan kekeluargaan ini tidak terlepas dari sejarah desa yang menunjukkan bahwa desa Tapian Nauli III masih merupakan keturunan dari satu nenek moyang sehingga sesama warga desa masih merasa satu bagian antara yang satu dengan yang lainnya. E. Kondisi Nilai Sosial, Norma Sosial, dan Adat-Istiadat setelah Perubahan Fungsi Hutan (Masuknya HTI PT. TPL) Masyarakat dan kebudayaan memang saling mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung, kondisi tersebut dikarenakan kebudayaan merupakan produk dari masyarakat. Pengaruh masuknya hal baru ke tengahtengah masyarakat akan membuat perubahan, perubahan umumnya terjadi karena adanya tuntutan situasi sekitar yang berkembang, sehingga masyarakat yang awalnya masyarakat pertanian lambat laun berubah menjadi masyarakat industri. 161

13 Nilai sosial, norma sosial, dan adat istiadat yang ada pada masyarakat di desa ini saat ini sudah mulai mengalami kelonggaran yang diakibatkan oleh kondisi masyarakat saat ini yang mengalami perubahan khususnya pada masalah pekerjaan, dimana jam kerja para penduduk desa ini juga ikut serta mempengaruhi intensitas para warga untuk meluangkan waktu mengikuti segala kebiasaan yang ada pada masyarakat selama ini, meskipun nilai sosial, norma sosial dan adatistiadat mengalami kelonggaran tetapi masyarakat desa masih tetap menjalankannya dan berpegang pada hal-hal yang dianggap baik. Salah-satu bukti dari nilai sosial yang masih terjaga adalah kegiatan gotong royong dan musyawarah untuk mufakat. Selain itu kearifan lokal seperti bahwa hanya marga Pardede yang bisa menjadi kepala desa juga masih tetap dipertahankan oleh masyarakat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pada awalnya keberadaan Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari di desa Tapian Nauli III yang merupakan salah satu industrialisasi yang masuk ke daerah ini disambut baik oleh masyarakat. Dengan harapan dapat memberikan kemajuan, menyediakan lapangan bagi penduduk setempat. Dari hasil wawancara dengan para informan pada penelitian di lapangan dapat disimpulkan adapun adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat tersebut adalah sebagai berikut : 1. Adaptasi Masyarakat Terhadap Bidang Pekerjaan Adaptasi yang dilakukan masyarakat ialah adaptasi konformitas yaitu perilaku seseorang mengikuti cara dan tujuan yang telah ditentukan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat mengalami perubahan pekerjaan sesuai dengan apa yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. 2. Adaptasi Masyarakat Terhadap Keterbatasan Lahan Adaptasi yang dilakukan masyarakat ialah adaptasi inovasi, dimana seseorang mengikuti tujuan masyarakat tetapi memakai cara yang dilarang masyarakat. Dalam hal ini tindakan atau model adaptasi yang 162

14 dilakukan masyarakat adalah melakukan permohonan permintaan lahan kepada perusahaan PT. Toba Pulp Lestari. 3. Hubungan (Interaksi Sosial) Sesama Masyarakat a. Adaptasi Masyarakat Terhadap Kegiatan Adat Istiadat Adaptasi yang dilakukan masyarakat adalah adaptasi komformitas, maksudnya adalah masyarakat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan tanpa meninggalkan tujuan dan tetap berpegang pada cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Dalam hal ini gambarannya adalah masyarakat menyesuaikan kegiatan Adat Istiadat dengan jadwal kerja di PT. Toba Pulp Lestari. b. Adaptasi Masyarakat Terhadap Kegiatan Keagamaan Adaptasi yang dilakukan masyarakat adalah adaptasi komformitas, maksudnya adalah masyarakat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan tanpa meninggalkan tujuan dan tetap berpegang pada cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Dalam hal ini adaptasi yang dilakukan ialah perubahan jadwal kegiatankegiatan keagamaaan yang disesuaikan dengan jam kerja ataupun kesibukan para warga. c. Adaptasi Masyarakat Terhadap Kegiatan Kekeluargaan (Arisan) dan Serikat Tolong Menolong. Adaptasi yang dilakukan masyarakat adalah adaptasi komformitas, dimana masyarakat tetap mengikuti kegiatan kekeluargaan dan Serikat Tolong Menolong, dengan cara menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan tanpa meninggalkan tujuan dan tetap berpegang pada cara yang dapat diterima oleh masyarakat. 4. Kondisi Nilai Sosial, Norma Sosial, dan Adat-Istiadat Adaptasi yang dilakukan masyarakat adalah adaptasi komformitas, dimana meskipun sebagian nilai-nilai sosial yang ada pada masyarakat mengalami kelonggaran, tetapi masyarakat desa masih tetap menjalankannya dan berpegang pada hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat. Misalnya bagi anggota masyarakat yang berpantangan berdampingan (marsubang) dalam kondisi umun tapi pada saat kondisi 163

15 kerja atau dalam transportasi kerja mendapatkan toleransi atau kelonggaran. Saran Adapun yang menjadi saran penulis melalui hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perubahan merupakan sesuatu yang pasti terjadi, salah satunya adalah modernisasi. Oleh sebab itu sudah saatnya masyarakat terbuka akan perubahan-perubahan yang ada sehingga masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. 2. Bagi pihak PT. Toba Pulp Lestari sebaiknya dalam menyelesaikan sengketa lahan yang ada lebih mengutamakan diskusi dengar pendapatdahulu agar warga desa tidak semakin sakit hati dengan PT. Toba Pulp Lestari. 3. Pemerintah sudah saatnya menjadi penengah antara masyarakat dengan pihak PT. Toba Pulp Lestari dalam menangani masalah sengketa lahan yang terjadi. hal ini perlu dilakukan secepat mungkin agar kasus ini tidak berlarut-larut ataupun bahkan dapat menjadi kasus yang lebih besar lagi. DAFTAR PUSTAKA Abdulsyani Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT Bumu Aksara. Alvin dan Suwarsono Perubahan Sosial dan Pembangunan.Jakarta: Pustaka LP3ESIndonesia. Bugin, Burhan, Penelitian kualitatif. Jakarta: Prenanda Media Group. Beryer, P. L Revolusi Kapitalis. Cetakan Pertama. Diterjemahkan oleh Mohammad Oemar. Jakarta. Penerbit LP3ES. Douglas,J.Goodman.2004.Teori Sosiologi Modern.Jakarta: Prenada Media. Jhonson, Doyle Paul (Penerjemah Robert M.Z.Lawang) Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 2.Jakarta: Gramedia Maleong, Lexi Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. M,S.Basrowi Pengantar Sosiologi.Bogor: Ghalia Indonesia. Narwoko,Dwi.J Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.Jakarta: Kencana. Poloma,Margaret M Sosiologi Kontemporer.Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ritzer,George Teori Sosiologi Modern.Jakarta: Prenada Media. Soekanto,Soerjono Sosiologi Sebagai pengantar.jakarta:ui-press. Sztompka,P Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta:Prenada Media. 164

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara tradisional hubungan masyarakat dan hutan meliputi multi aspek yaitu sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan masyrakat sekitar hutan memiliki

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 Alur dalam bab ini dimulai dengan deskripsi sejarah, dan terbentuknya Desa Hutajulu, kemudian menjelaskan desa dan seluruh isi desa tersebut hingga tahun 1960 yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI 2.1. Letak Geografis Desa Sigaol Marbun merupakan salah satu desa di Kecamatan Palipi yang berada di Kabupaten Samosir. Kecamatan Palipi terletak

Lebih terperinci

Memastikan Status Tanah Adat dan Hutan Adat di Tanah Batak

Memastikan Status Tanah Adat dan Hutan Adat di Tanah Batak Memastikan Status Tanah Adat dan Hutan Adat di Tanah Batak Ilustrasi oleh Moh Dzikri Hendika Sangat menarik mencermati seruan para perantau (orang Batak yang tinggal di luar Tanah Batak) yang mengajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara agraris. Sebagai negara agraris, salah satu peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba BAB II IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba Pada tahun 1952 penduduk km 9 dan 10 yang sebahagian besar berasal dari toba samosir dan janjiraja yang beragama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah yang langka dan terbatas, dan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Luas daratan

BAB I PENDAHULUAN. tanah yang langka dan terbatas, dan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Luas daratan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Masalah tanah merupakan masalah yang sangat menyentuh keadilan karena sifat tanah yang langka dan terbatas, dan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Luas daratan

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR A. Letak Dan Sejarah Geografis Pada tahun 1923 Jepang masuk yang diberi kekuasaan oleh Raja Siak untuk membuka lahan perkebunan karet dan sawit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya.tanah tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya.tanah tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia pada hakikatnya berusaha selalu untuk mempertahankan hidupnya. Dalam upaya mempertahankan hidup dapat kita lihat manusia berusaha mengembangkan usahanya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa Hutajulu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Onan Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang berpotensi, dan yang

Lebih terperinci

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa 17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Geografis dan Demografis Desa Balam Sempurna

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Geografis dan Demografis Desa Balam Sempurna BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis dan Demografis Desa Balam Sempurna 1. Geografis Desa Balam Sempurna Desa Balam Sempurna merupakan salah satu Desa dari sekian banyak desa yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

PT. TOBA PULP LESTARI Tbk.

PT. TOBA PULP LESTARI Tbk. PT. TOBA PULP LESTARI Tbk. Ijin HPHTI (IUPHHK Tanaman) PT. Toba Pulp Lestari didasarkan pada: SK Menteri Kehutanan No: 493/Kpts-II/1992 SK Menteri Kehutanan No: SK.351/Menhut-II/2004 Seluas 269.060 hektar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, obat-obatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, obat-obatan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang mampu menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, obat-obatan, dan pendapatan bagi keluarga, sehingga hutan

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N NOMOR: 192/PID/2016/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara Pidana pada peradilan tingkat banding telah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II. 1 Deskripsi Desa Muliorejo Desa Muliorejo merupakan salah satu desa / kelurahan yang berada di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki berbagai fungsi bagi kehidupan. Ditinjau dari aspek ekonomi,

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki berbagai fungsi bagi kehidupan. Ditinjau dari aspek ekonomi, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan memiliki berbagai fungsi bagi kehidupan. Ditinjau dari aspek ekonomi, hutan memiliki peranan besar dalam perekonomian nasional, antara lain sebagai penghasil devisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun secara lambat. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya faktor yang menunjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang di dalamnya terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan kebiasaan yang

Lebih terperinci

ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN

ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN Fani Julia Putri, Analisis Konflik Antara Masyarakat Dengan Perhutani ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN Fani Julia Putri 1, Bunyamin Maftuh 2,Elly Malihah

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. dengan sumber daya Hutan Wonosadi antara lain :

BAB III PENUTUP. dengan sumber daya Hutan Wonosadi antara lain : BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Wujud-wujud kearifan lokal warga masyarakat adat dalam interaksi dengan sumber daya Hutan Wonosadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang pembangunan ekonomi nasional. Hak Pengusahaan Hutan (HPH) menjadi sistem yang dominan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah dari Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yaitu:

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah dari Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yaitu: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Kasikan Desa Kasikan berada di Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yang mempunyai luas 22.700 ha yang terdiri dari 4 dusun dan 11 RW dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin modern membantu percepatan proses pengolahan produksi pertanian. Modernisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Karo merupakan masyarakat pedesaan yang sejak dahulu mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata pencaharian utama masyarakat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja 13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. RT dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari kepala

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. RT dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari kepala BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Kasikan Desa Kasikan berada di Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yang mempunyai luas 22.700 ha yang terdiri dari 4 dusun dan 11 RW dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah ini berdataran tinggi dan rendah mudah dilanda banjir karena desa

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah ini berdataran tinggi dan rendah mudah dilanda banjir karena desa 11 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis dan Demografis Desa Marsonja 1. Geografis Desa Marsonja Desa Marsonja merupakan salah satu desa dari sekian banyak Desa yang ada di Kecamatan Sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN. km, sedangkan jarak Desa ke Ibukota kabupaten sekitar 15 km. Jarak dengan

BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN. km, sedangkan jarak Desa ke Ibukota kabupaten sekitar 15 km. Jarak dengan BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN 2.1. Letak dan Lokasi Desa Bangun merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Jarak Desa Bangun ke Ibukota kecamatan sekitar 7 km,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa dimanapun berada memiliki kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil kreativitas manusia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani.

Lebih terperinci

PT Toba Pulp Lestari Tbk Paparan Publik. 22 Desember Ruang Eucalyptus Gedung Uniplaza Jl. Letnan Jenderal Haryono MT. Nomor A-1 MEDAN

PT Toba Pulp Lestari Tbk Paparan Publik. 22 Desember Ruang Eucalyptus Gedung Uniplaza Jl. Letnan Jenderal Haryono MT. Nomor A-1 MEDAN PT Toba Pulp Lestari Tbk Paparan Publik 22 Desember 2015 Ruang Eucalyptus Gedung Uniplaza Jl. Letnan Jenderal Haryono MT. Nomor A-1 MEDAN - 20231 1 Disclaimer Informasi yang disajikan di dalam presentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup. Upaya pemenuhan kebutuhan ini, pada dasarnya tak pernah berakhir, karena sifat kebutuhan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan memiliki sekitar 500-an suku bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik, agama dan ras yang hidup

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia dan tanah tidak dapat dipisahkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu kawasan (wilayah) akan selalu bertumbuh dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu kawasan (wilayah) akan selalu bertumbuh dan berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu kawasan (wilayah) akan selalu bertumbuh dan berkembang dinamis seiring perjalanan waktu, baik dimensi kenampakan fisik maupun non fisik yang melatarbelakanginya.kenampakan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG A. Profil Desa Krikilan 1. Kondisi Geografis Desa Krikilan di bawah pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Geografis Desa Tanjung Medan Desa Tanjung Medan merupakan salah satu desa diantara desa yang berada di Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data sosial ekonomi September 2013 sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. data sosial ekonomi September 2013 sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris karena secara geografis daerah Indonesia sangat mendukung untuk bertani. Sebagai negara agraris menjadikan sektor pertanian sangat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN LUMBANJULU. Kecamatan Lumbanjulu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Toba

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN LUMBANJULU. Kecamatan Lumbanjulu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Toba BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN LUMBANJULU 2.1 Kondisi geografis Kecamatan Lumbanjulu Kecamatan Lumbanjulu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir yang dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (1996) memberikan uaraian mengenai berbagai dampak industrialisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. (1996) memberikan uaraian mengenai berbagai dampak industrialisasi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan industri merupakan salah satu upaya manusia dalam meningkatkan kualitas hidup, salah satu tujuan dari pembangunan industri diantaranya adalah untuk memperluas

Lebih terperinci

BAB IV GAMABARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Terbanggi Besar adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Terbanggi

BAB IV GAMABARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Terbanggi Besar adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Terbanggi BAB IV GAMABARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kelurahan Terbanggi Besar Desa Terbanggi Besar adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Terbanggi Besar termasuk dalam Kabupaten Lampung Tengah, Desa

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang

BAB I PENDAHULUAN. meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Nek Sawak terdapat satu sekolah dasar bernama SD N 11 Nek Sawak, meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang ingin melanjutkan ke

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pertanian berpengaruh bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, terutama pada wilayah-wilayah di pedesaan. Sektor pertanian juga memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun pria sama-sama memiliki kesempatan untuk bisa aktif di bidang politik

BAB I PENDAHULUAN. maupun pria sama-sama memiliki kesempatan untuk bisa aktif di bidang politik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat senantiasa akan selalu mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat dapat diketahui dengan membandingkan keadaan masyarakat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

Lampiran 4. Analisis Keragaman Retensi Bahan Pengawet Asam Borat

Lampiran 4. Analisis Keragaman Retensi Bahan Pengawet Asam Borat Lampiran 1. Kadar Air Kayu Sebelum Proses Pengawetan Kayu Berat Awal (gram) BKT (gram) Kadar Air (%) 1 185,8 165,2 12,46 2 187,2 166,8 12,23 3 173,4 152,3 13,85 Kadar Air Rata-rata 12,85 Lampiran 2. Kerapatan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keberadaan gotong royong tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat pedesaan. Secara turun temurun gotong royong menjadi warisan budaya leluhur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mereka sehari-hari begitu juga penduduk yang bertempat tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mereka sehari-hari begitu juga penduduk yang bertempat tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Bagi rakyat Indonesia tanah menempati kedudukan penting dalam kehidupan mereka sehari-hari begitu juga penduduk yang bertempat tinggal di pedesaan yang mayoritas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung sebagai Desa Wisata

Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung sebagai Desa Wisata Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung sebagai Desa Wisata Hanifah Gunawan 1, Karim Suryadi 2, Elly Malihah 3 1 SMA Negeri 2 Cianjur 2 Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi 3 Dosen

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Singkat Pendirian PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Singkat Pendirian PT. Toba Pulp Lestari, Tbk KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Singkat Pendirian PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Berdirinya PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. yang dulunya bernama PT. Inti Indorayon Utama Tbk. (IIU) adalah untuk memenuhi

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hutan produksi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

2.1. DESKRIPSI KECAMATAN BALIGE

2.1. DESKRIPSI KECAMATAN BALIGE BAB II LOKASI PENELITIAN 2.1. DESKRIPSI KECAMATAN BALIGE 2.1.1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Balige terletak pada ketinggian 905-1.200 meter dari permukaan laut sehingga suhu udara cukup lembab. Luas wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 444/KPTS-II/1997 TENTANG PEMBERIAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI POLA TRANSMIGRASI ATAS AREAL HUTAN SELUAS ± 21.870 (DUA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah 10 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Kesuma Nama Kesuma dulunya namanya adalah Kalam Pasir yang dulunya terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah berkunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah diketahui bahwa penduduk Indonesia adalah multietnik (plural society). Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Geografis a. Letak Desa Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul. Memiliki luas 71,61 km 2 dan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI Oleh : UMI NURROISAH NIM. 10413244010 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN 1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN jiwa bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, sebanyak jiwa

BAB I PENDAHULUAN jiwa bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, sebanyak jiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sosial ekonomi keluarga sangat menentukan kedudukanya ditengah-tengah masyarakat. Sosial ekonomi keluarga menggambarkan bagaimana kedudukan keluarga berada.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 244/KPTS-II/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 244/KPTS-II/2000 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 244/KPTS-II/2000 TENTANG PEMBERIAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN KEPADA PT. SATRIA PERKASA AGUNG ATAS AREAL HUTAN SELUAS ± 76.017

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis Desa Maligas Bayu Kab. Simalungun

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis Desa Maligas Bayu Kab. Simalungun BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Maligas Bayu Kab. Simalungun Desa Maligas Bayu Kab. Simalungun adalah Desa yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Kec. Huta Bayu Raja,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PETANI BUNGA DI DESA RAYA. serta menetap di Tanah Karo. Menurut orang tua dahulu, Togan Raya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM PETANI BUNGA DI DESA RAYA. serta menetap di Tanah Karo. Menurut orang tua dahulu, Togan Raya merupakan BAB II GAMBARAN UMUM PETANI BUNGA DI DESA RAYA 2.1. Sejarah Desa Raya Nama Desa Raya pada mulanya berawal dari sebuah marga karo yang bernama Togan Raya. Togan Raya merupakan manusia pertama suku karo

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Geografis Desa Lebung Gajah Desa Lebung Gajah adalah merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah hukum Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 7 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa hutan merupakan suatu potensi kekayaan alam yang dapat diperbaharui,

Lebih terperinci