STUDI ANTROPOMETRI PETANI DAN KESESUAIANNYA DENGAN ALAT GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI) DI KECAMATAN JETIS, KABUPATEN PONOROGO, JAWA TIMUR SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI ANTROPOMETRI PETANI DAN KESESUAIANNYA DENGAN ALAT GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI) DI KECAMATAN JETIS, KABUPATEN PONOROGO, JAWA TIMUR SKRIPSI"

Transkripsi

1 STUDI ANTROPOMETRI PETANI DAN KESESUAIANNYA DENGAN ALAT GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI) DI KECAMATAN JETIS, KABUPATEN PONOROGO, JAWA TIMUR SKRIPSI SISKA FEBRIANA PUTRI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2 ANTROPOMETRIC STUDY ON FARMERS AND ITS MATCHABILITY TO THE GEBOT TOOL (WOOD BENCH PADDY THRESSER) AT DISTRICT JETIS, REGENCY PONOROGO, JAWA TIMUR Siska Febriana Putri and M faiz Syuaib Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Engineering Technology, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. ; siskafebrianaputri@gmail.com ABSTRACT Gebot is a tool to separate the grain from the stalk that has been harvested. This tools usually used by farmers for threshing rice. The purpose of this study was to identify the anthropometric of farmers in Jetis District, Ponorogo; ascertain the level of compliance of gebot tools to the farmer s anthropometry; determine the appropriate dimension of the gebot tool which is match to the farmers anthropometry. Data retrieval is performed using a random sampling method to get the subject of 60 people, 50 measures of antropometric parameters which consists of 24 and 26 parameters of stand up and sit down position respectively. As the results, antropometric data of male and female were collected in 5th, 50th, and 95th percentiles. The correlation coeficient (CC), mean, and standard of deviation of each antropometric measures were collected as well based on the antropometric data and the natural body movement range. The gebot dimentional design was then analyzed. The results revealed that the optimum high of gebot for 5th, 50th, and 95th percentiles of the women operator are 56.0 cm, 58.1 cm, and 60.3 cm respectively. Whereas for the men operator are 61.0 cm, 62.8 cm, and 65.0 cm respectively for 5th, 50th, and 95th percentiles. The optimum slope of the gebot for 5th, 50th, and 95th percentiles of the woman operator are 53 0, 56 0, and The optimum slope of the gebot for 5th, 50th, and 95th percentiles of the men operator are 61 0, 64 0, and Keywords : anthropometry, dimension, farmer, gebot, natural body movement range 2

3 Siska Febriana Putri. F Studi Antropometri Petani dan Kesesuaiannya dengan Alat Gebot (Papan Perontok Padi) di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Di bawah bimbingan M. Faiz Syuaib RINGKASAN Alat gebot masih digunakan ditengah banyaknya inovasi baru pada alat pertanian modern. Alat ini umumnya digunakan oleh para petani dan buruh tani. Ketika cangkul identik dengan musim tanam, maka arit dan gebotan adalah identik dengan musim panen. Gebotan umumnya dibuat sendiri oleh petani dan buruh tani. Selain bentuk dan bahannya yang mudah didapat, bentuk dari gebotan sendiri tentunya akan disesuaikan dengan penggunanya. Maka dari itu ukuran dan bentuknya pun terkadang berbeda-beda. Gebotan merupakan alat yang bahannya terbuat dari kayu yang terkadang dicampur dibeberapa bagian dengan bambu. Alat ini merupakan alat untuk memisahkan padi atau gabah dari tangkai yang sudah diarit tersebut. Aktivitas menggunakan alat gebot ini disebut ngagebot. Pada penelitian ini akan digunakan pendekatan antropometri masyarakat petani yang akan dianalisis dengan kesesuaian alat gebot. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan pengukuran antropometri petani pria dan wanita di Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan objek alat yang berbeda. Objek alat pada penelitian ini adalah alat gebot (papan perontok padi). Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi antropometri petani di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo; mengetahui tingkat kesesuaian alat gebot terhadap antropometri masyarakat petani pengguna di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo; mendesain alat gebot yang sesuai dengan antropometri yang petani pengguna. Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yaitu di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur selama dua bulan terhitung dari bulan Februari sampai bulan April 2011, dan di Bogor selama empat bulan terhitung dari bulan Mei sampai bulan Agustus Objek penelitian ini adalah alat gebot. Penelitian ini mengambil subjek petani di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur yang terdiri dari 60 orang pria dan 60 orang wanita. Untuk ukuran sampel, menurut Hu (2007), jumlah sampel diperkirakan berdasarkan persamaan yang tersedia pada gabungan ISO : 2003 Persyaratan Umum dalam Membangun Data Base Antropometri dengan selang kepercayaan 95% untuk persentil ke-5, ke-50, dan ke-95. Ukuran sampel dihitung berdasarkan data dari penelitian terdahulu yaitu pada penelitian Anindita (2003). Pengambilan data ini dilakukan secara acak dengan menggunakan metode sampling sehingga diperoleh subjek sebanyak 60 orang. Terdapat 50 parameter pengukuran yang terdiri dari 24 parameter berdiri dan 26 parameter duduk. Selain itu juga dilakukan pengukuran dimensi alat yang digunakan oleh petani, dan pengambilan data subjektif dengan membagikan kuesioner pada petani. Setelah itu data diolah untuk dicari nilai rata-rata, simpangan baku, persentil ke-5, persentil ke-50, persentil ke- 95, dan koefisien korelasi. Setelah dilakukan pengolahan data, diperoleh semua data nilai rata-rata, simpangan baku, persentil ke-5, persentil ke-50, persentil ke-95, dan koefisien korelasi dari 50 parameter antropometri tersebut. Dari hasil perhitungan nilai koefisien korelasi, semua data menunjukkan nilai koefisien korelasi s/d Hasil analisis gerak menunjukkan bahwa ada 12 parameter antropometri yang secara langsung terkait dengan desain alat gebot, yaitu : parameter tinggi badan, parameter tinggi bahu, parameter tinggi siku kaki, parameter tinggi pinggul, parameter panjang lengan atas, parameter panjang lengan, 3

4 parameter panjang telapak tangan, parameter lebar telapak tangan (4 jari), lebar telapak tangan (5 jari), keliling genggaman tangan, diameter genggaman tangan (antara ibu jari dengan telunjuk), dan diameter genggaman tangan (antara ibu jari dengan jati tengah). Berdasarkan data antropometri di atas, telah dilakukan analisis desain optimal tinggi alat gebot operator pria pada persentil ke-5, persentil ke-50, dan persentil ke-95 adalah 61,04 cm; 62,78 cm; dan 64,5 cm. Tinggi alat untuk operator wanita pada persentil ke-5, persentil ke-50, dan persentil ke-95 adalah 56 cm; 58,09 cm; dan 60,25 cm. Panjang dan lebar alat adalah 70 cm dan 100 cm. Kemiringan sudut yang optimal untuk operator pria pada persentil ke-5, persentil ke-50, dan persentil ke-95 adalah 61 0, 64 0, Kemiringan sudut yang optimal untuk operator pria pada persentil ke-5, persentil ke-50, dan persentil ke-95 adalah 53 0, 56 0,

5 STUDI ANTROPOMETRI PETANI DAN KESESUAIANNYA DENGAN ALAT GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI) DI KECAMATAN JETIS, KABUPATEN PONOROGO, JAWA TIMUR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Oleh: SISKA FEBRIANA PUTRI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

6 Judul Skripsi Nama NIM : Studi Antropometri Petani Dan Kesesuaiannya dengan Alat Gebot (Papan Perontok Padi) di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur : Siska Febriana Putri : F Menyetujui, Pembimbing Akademik Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Dr. Ir. Desrial, M.Eng. NIP Tanggal Lulus : 6

7 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Studi Antropometri Petani dan Kesesuaiannya dengan Alat Gebot (Papan Perontok Padi) di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Yang membuat pernyataan Siska Febriana Putri F

8 Hak cipta milik Siska Febriana Putri, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya. 8

9 BIODATA PENULIS Penulis bernama Siska Febriana Putri, dilahirkan di Ponorogo (Jawa Timur) pada tanggal 3 Februari Penulis merupakan anak pertama dari Hadi Supangat dan Susilowati. Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1994 sampai 1995 di TK Bustanul Atfal Aisyah Jetis. Selanjutnya pada tahun 1995 sampai 2001 penulis menyelesaikan jenjang sekolah dasar di SDN Wonoketro 2, Kecamatan Jetis, Ponorogo. Kemudian pada tahun 2001 sampai 2004 penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Jetis, Ponorogo. Pada tahun 2004 sampai 2007 penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Ponorogo. Setelah lulus dari SMA penulis melanjutkan pendidikannya di InstitutPertanian Bogor dan diterima sebagai mahasiswa melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai kegiatan. Penulis menjadi Staf bagian Keteknikan pada organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian pada tahun , dan juga pernah menjadi pengurus Oragnisasi Mahasiswa Daerah Ponorogo, Manggolo Putro pada tahun Pada tahun 2010 penulis melakukan praktek lapang di PTPN X Pesantren Baru, dengan judul Mempelajari Aspek Ergonomika dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pada Proses Budidaya dan Pengolahan Tebu di PG. Pesantren Baru PTPN X Kediri. Pada tahun 2011 penulis menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul Studi Antropometri Petani dan Kesesuaiannya dengan Alat Gebot (Papan Perontok Padi) di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. x

10 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah-nya, penulis dapat melaksanakan amanahnya menyelesaikan kuliah di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta, IPB dan menyempurnakannya dengan menysusun skripsi dengan judul Studi Antropometri Petani dan Kesesuaiannya dengan Alat Gebot (Papan perontok Padi) di Kecamatan Jetis, Kabupaten Jawa Timur. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang menjadi pemimpin sekaligus suri tauladan bagi umatnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir strata S1 pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama kegiatan perkuliahan, penelitian, penulisan, dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, pendidikan, waktu, dan pikiran serta motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. 2. Ayahanda, Ibunda, adik serta seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan dorongan motivasi dan doa selama ini. 3. Para petani di seluruh desa di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. 4. Para ketua RT & RW dan ketua Gapoktan beserta seluruh perangkatnya di seluruh desa di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. 5. Teman-teman sebimbingan, Henni, Hadi, Bahrul, dan kak Dani yang saling memberi dorongan dan motifasi kepada penulis. 6. Rekan-rekan Ensemble TEP Sahabat terdekat Lynda, Deti, Huda, Anggy, Dewi, Tami yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman tercinta di Wisma Lukita, Eka, Deti, Nunung, Rosma, Uti yang selalu memberi semangat pada penulis. 9. Seluruh keluarga besar Omda Manggolo Putro, Ponorogo. Bogor, September 2011 Penulis x

11 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv I. PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUJUAN... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI)... 3 B. ERGONOMI... 5 C. ANTROPOMETRI... 6 III. METODOLOGI PENELITIAN... 8 A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN... 8 B. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN... 8 C. LINGKUP PENELITIAN... 8 D. RANCANGAN PENELITIAN... 8 E. PENGAMBILAN DATA IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI KECAMATAN JETIS B. APLIKASI ANTROPOMERTI PADA DESAIN ALAT GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI) V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

12 DAFTAR TABEL Tabel 1. Jumlah pengambilan subjek petani di tiap desa di Kecamatan Jetis Tabel 2. Pengukuran antropometri Tabel 4. Ringkasan data antropometri petani pria di Kecamatan Jetis (satuan dalam cm, kecuali berat badan dalam kg) Tabel 5. Ringkasan data antropometri petani wanita di Kecamatan Jetis (satuan dalam cm, kecuali berat badan dalam kg) Tabel 6. Hasil wawancara dengan 43 orang petani Tabel 7. Parameter dimensi alat dengan produktivitas perontokan Tabel 8. Selang gerakan dari beberapa zona gerakan Tabel 9. Parameter antropometri yang terkait dengan desain alat gebot Tabel 10. Korelasi 13 parameter yang mempengaruhi desain alat gebot Tabel 11. Rekomendasi objektif dimensi alat gebot xiii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Petani merontokkan padi dengan alat gebot Gambar 2. Alat gebot yang digunakan oleh petani... 4 Gambar 3. Distribusi normal dan perhitungan persentil... 7 Gambar 4. Bagan rancangan penelitian... 9 Gambar 5. Cara pengukuran antropometri : Gambar 6. Ilustrasi cara pengukuran nomor 2 sampai Gambar 7. Ilustrasi cara pengukuran nomor 13 sampai Gambar 8. Ilustrasi cara pengukuran nomor 18 dan Gambar 9. Ilustrasi cara pengukuran nomor 20 sampai Gambar 10.Ilustrasi cara pengukuran nomor 23 sampai Gambar 11. Ilustrasi cara pengukuran nomor 25 sampai Gambar 12. Ilustrasi cara pengukuran nomor 33 sampai Gambar 14. Cara pengukuran dimensi alat gebot Gambar 15. Proses pengukuran dalam keadaan berdiri Gambar 16. Proses pengukuran dalam keadaan duduk Gambar 19. Bagan korelasi antara kemiringan sudut, tinggi operator, dan produktivitas perontokan. 33 Gambar 21. Macam-macam selang gerakan pada saat menggebot (merontokkan padi) Gambar 22. Gerakan petani wanita saat menggunakan alat gebot (papan perontok padi) Gambar 23. Gerakan petani pria saat menggunakan alat gebot (papan perontok padi) Gambar 24. Simulasi antropometri petani pria yang sesuai dengan SAG dan penyesuaian dimensi alat Gambar 25. Simulasi antropometri petani wanita yang sesuai dengan SAG dan penyesuaian dimensi alat xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Data antropometri petani pria di Kecamatan Jetis Lampiran 2. Data antropometri petani wanita di Kecamatan Jetis Lampiran 3. Koefisien korelasi antar parameter antropometri petani pria Lampiran 4. Koefisien korelasi antar parameter antropometri petani wanita Lampiran 5. Kuesioner Lampiran 6. Gambar desain alat gebot...87 xv

15 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penanganan pascapanen padi merupakan kegiatan sejak padi dipanen sampai menghasilkan produk antara (intermediate product) yang siap dipasarkan. Dengan demikian, kegiatan penanganan pascapanen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu proses pemanenan, penumpukan dan pengumpulan, perontokan, pembersihan, pengangkutan, pengeringan, pengemasan dan penyimpanan, serta penggilingan. Dalam setiap tahapan kegiatan pascapanen dapat dipastikan bahwa terjadi susut atau kehilangan. Besarnya nilai susut yang terjadi berubah-ubah menurut kebiasaan pascapanen yang sering dilakukan petani serta kebudayaan suatu daerah tertentu. Selain kedua hal tersebut, hal lainnya juga dapat mempengaruhi besarnya susut dalam kegiatan pascapanen. menurut Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2010) adalah tingkat kehilangan pascapanen sangat ditentukan oleh varietas padi, kondisi iklim setempat dan kondisi pertanian di masing-masing negara. Perontokan padi merupakan tahapan pascapanen padi setelah pemotongan padi (pemanenan). Tahapan kegiatan ini bertujuan untuk melepaskan gabah dari malainya. Perontokan padi dapat dilakukan secara manual atau dengan alat dan mesin perontok. Prinsip untuk melepaskan butir gabah dari malainya adalah dengan memberikan tekanan atau pukulan terhadap malai tersebut. Proses perontokan padi memberikan kontribusi cukup besar pada kehilangan hasil padi secara keseluruhan. Proses perontokan ini dapat dilakukan dengan berbagai alat. Berdasarkan alat perontok padi, cara perontokan dapat dikelompokkan menjadi beberapa cara, antara lain (1) iles/injak-injak, (2) pukul/gedig, (3) banting/gebot, (4) pedal thresher, (5) mesin perontok. Perontokan padi dengan cara dibanting dilakukan dengan cara membantingkan atau memukulkan segenggam potongan padi ke benda keras, misalnya kayu, bambu atau batu yang diletakkan pada alas penampung gabah disebut dengan cara menggebot. Gebot masih digunakan ditengah banyaknya inovasi baru pada alat pertanian modern. Alat ini umumnya digunakan oleh para petani dan buruh tani. Ketika cangkul identik dengan musim tanam, maka arit dan gebotan adalah identik dengan musim panen. Gebotan umumnya dibuat sendiri oleh petani dan buruh tani. Selain bentuk dan bahannya yang mudah didapat, bentuk dari gebotan sendiri tentunya akan disesuaikan dengan penggunanya. Maka dari itu ukuran dan bentuknya pun terkadang berbeda-beda. Gebotan merupakan alat yang bahannya terbuat dari kayu yang terkadang dicampur dibeberapa bagian dengan bambu. Alat ini merupakan alat untuk memisahkan padi atau gabah dari tangkai yang sudah diarit tersebut. Aktivitas menggunakan alat gebot ini disebut ngagebot. Pada penelitian ini akan digunakan pendekatan antropometri masyarakat petani yang akan dianalisis dengan kesesuaian alat gebot. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan pengukuran antropometri petani pria dan wanita di Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan objek alat yang berbeda. Objek alat pada penelitian ini adalah alat gebot (papan perontok padi). Subjek dalam penelitian ini adalah petani di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur yang terdiri dari 60 orang pria dan 60 orang wanita. Pada penelitian ini akan diukur antropometri petani pengguna alat gebot di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Data antropometri tersebut akan dianalisis dengan kesesuaian alat gebot yang digunakan oleh petani. Jika alat yang digunakan belum sesuai dengan antropometri petani maka akan didesain alat yang sesuai dengan antropometri tubuh petani pengguna alat gebot. Selama ini belum pernah ada data anlisis alat gebot secara ilmiah. Sehingga data pada penelitian ini akan dapat bermanfaat bagi petani khususnya petani pengguna alat gebot. 1

16 B. TUJUAN 1. Mengidentifikasi antropometri petani di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. 2. Mengetahui tingkat kesesuaian alat gebot terhadap antropometri masyarakat petani pengguna di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo. 3. Menentukan ukuran alat gebot yang sesuai dengan antropometri petani pengguna. 2

17 II. TINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI) Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan, dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan akibat ketidak tepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5%. Perontokan dapat dilakukan dengan cara diiles/ diinjak, dibanting/ ditumbuk, atau menggunakan alat perontok gabah. a. Perontokan dengan cara diiles : potongan batang padi ditaruh pada alas yang digelar di atas tanah, kemudian di injak-injak atau diiles hingga gabah lepas dari tangkainya. b. Perontokan dengan cara dibanting (di gebot): alas (anyaman bambu atau tikar) digelar di sekitar alas juga digelar plastik lainnya. Batang padi dipukul-pukul atau dibanting sampai gabah rontok. Dengan adanya plastik tersebut butir tidak akan tercecer atau terlempar ke luar dari alas yang telah digelar. Selanjutnya gabah yang sudah dirontokkan dipisahkan dan ditaruh pada wadah yang telah disiapkan. Alat yang digunakan sebagai papan perontok ini adalah gebotan. c. Perontokan dengan alat : alat ini ada yang sifatnya manual (digerakkan dengan tenaga manusia/kaki : pedal thresher), dan ada yang digerakkan dengan listrik. Pedal thresher paling banyak digunakan karena harganya terjangkau oleh petani. Proses perontokan gabah dengan alat perontok jauh lebih cepat dari pada cara diiles atau dibanting. Selain menggunakan pedal thresher dapat juga menggunakan power thresher. Power thresher merupakan mesin yang menggunakan sumber tenaga penggerak engine. Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisien kerja lebih tinggi. Dalam penelitian ini dipilih alat gebot sebagai objek penelitian. Hal ini dikarenakan selama ini belum ada data ilmiah mengenai desai alat gebot yang sesuai dengan antropometri tubuh petani. Sehingga output dari penelitian ini adalah desain alat gebot yang sesuai dengan antropometri tubuh petani. Selain itu juga akan dilakukan analisis desain alat gebot agar alat ini dapat lebih efisien saat digunakan, dan juga untuk menghindari susut panen akibat tercecer karena desai alat yang kurang tepat. Gebotan merupakan alat perontok padi tradisional dengan komponen alat terdiri dari : (1) rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan empat kaki dan dapat berdiri diatas tanah; (2) meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur atau melintang dengan jarak renggang 1-2 cm; (3) dibelakang samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar bambu, plastik lembaran atau terpal, sedangkan bagian depan terbuka. Pekerjaan menggebot ini merupakan cara sederhana yang populer yang dilakukan oleh petani dan sangat kental dengan kandungan aspek sosial budaya di tingkat petani di pedesaan dan merupakan salah satu proses dalam sistem kelembagaan upah kerja di pedesaan. Kegiatan dengan pengebotan dilakukan secara sederhana sehingga terjadi susut yang tercecer lebih besar, mutu gabah kurang baik akibat busuk dari yang tidak terontok dan membutuhkan tenaga cukup besar. Kegiatan penggebotan ini merupakan kegiatan yang cukup melelahkan bagi petani. Saat melakukan penggebotan badan harus menunduk sambil membanting malai padi pada papan gebot. Kegiatan ini dilakukan terus-menerus hingga semua hasil panen selesai dirontokkan. Oleh karena itu alat gebot harus dirancang sebaik mungkin agar kelelahan yang dialami petani saat melakukan kerja bukan akibat signifikan dari kesalahan atau ketidak sesuaian desain alat. Alat ini sebaiknya dirancang sesuai dengan posisi ergonomis tubuh petani berdasarkan pengukuran antropometri tubuh petani. 3

18 Sehingga alat yang ergonomis ini akan membuat petani nyaman menggunakannya dan tidak mengalami kelelahan yang berlebihan. Gambar 1. Petani merontokkan padi dengan alat gebot. Gambar 2. Alat gebot yang digunakan oleh petani Perontokan padi dengan cara gebot yaitu perontokan padi dengan membantingkan segenggam batang padi pada alat gebot yang terbuat dari kayu atau besi. Dalam proses perontokan dengan cara gebot tersebut perlu diperhatikan mengenai penggunaan alas terpal untuk menghindari banyaknya gabah yang tercecer akibat ayunan serta terpaan angina pada saat perontokan. Menurut Suismono (2006) dalam Heny Herawati(2008), untuk menghindari adanya kehilangan hasil yang berlebihan, plastik yang berisi tumpukan padi yang masih dialasi plastik atau karung untuk menghindari tercecernya gabah dibawa ke tempat perontokan yang telah dialasi plastik terpal dengan ukuran 6x6 m yang dilengkapi dengan tirai. Penggebotan dilakukan dengan cara membanting atau memukulkan genggaman padi ke alat gebot sebanyak 6 sampai 8 kali. Pembersihan sisa gabah yang masih menempel pada jerami dapat dilakukan secara manual. Pemindahan gabah hasil panen dapat menggunakan karung plastik yang bersih serta dijahit atau diikat agar tidak tercecer. Kapasitas perontokan dengan cara gebot sangat bervariasi, tergantung kepada kekuatan orang, yaitu berkisar antara 41,8 kg/jam/orang sampai 89,79 kg/jam/orang (Setyono, 2000 dalam Heny Herawati, 2008). Kemampuan kerja pemanen di Kabupaten Bantul, Yogyakarta untuk merontok padi dengan cara gebot berkisar antara 58,8 kg/jam/orang sampai 62,73 kg/jam/orang (Mudjisihono,1998 dalam Heny Herawati, 2008). Perontokan padi dengan cara gebot banyak gabah yang tidak terontok berkisar antara 6,4 % sampai 8,9 % (Rachmat, 1993; Setyono,2001 dalam Heny Herawati, 2008). 4

19 Perontokan dengan cara dibanting atau gebot, jika alas penampung gabah tidak luas dan tanpa tirai atau dinding maka banyak gabah yang terlempar keluar wadah perontokan. Jika bantingan kurang kuat, banyak gabah yang tidak terontok dan tertinggal dimalai. Proses perontokan secara manual dengan cara gebot memiliki kelemahan diantaranya yaitu adanya keterlambatan dalam proses perontokan atau padi tertumpuk di sawah serta sangat bergantung pada kemampuan dan kemauan tenaga penggebot. B. ERGONOMI Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan (Nurmianto, 2008). Ergonomi didasari oleh ilmu biologi manusia : anatomi, fisiologi, dan psikologi. Anatomi lebih berhubungan dengan struktur tubuh (ukuran dan konstruksi), fisiologi berhubungan dengan fungsi tubuh (proses biologi), sedangkan psikologi berhubungan dengan perilaku (respon terhadap lingkungan). (Singleton, 1972). Ergonomi adalah suatu ilmu terapan (applied science) yang bertujuan untuk mencocokkan antara kebutuhan suatu produk, pekerjaan dan tempat kerja dengan orang yang menggunakannya, atau dengan kata lain ergonomi adalah suatu ilmu terapan yang mempelajari karakter manusia yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan dan penyusunan sesuatau yang digunakan oleh manusia agar manusia dan sesuatu dapat berinteraksi dengan efektif dan aman. Tujuan ergonomi adalah meningkatkan efisiensi kerja dan aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan manusia dan mempertahankan serta meningkatkan kesehatan, keselamatan, kenyamanan, dan kepuasan dalam proses kerja (Shavanaz, 1987 dalam Nasir, 2001) Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam rangka membuat sistem kerja yang ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien). Dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkunganya saling berinteraksi dengan tujuan utama menyesuaikan manusia dengan sistem kerjanya (Nurmianto, 1998). Seiring dengan perkembangan sistem dan teknologi kerja itu sendiri, maka berbagai hal yang mengkaji dan mengatur interaksi antara manusia sebagai pelaku atau tenaga kerja dengan peralatan, mesin ataupun lingkungan kerja berkembang menjadi suatu cabang ilmu tersendiri, yaitu ergonomi. Pada dasarnya ergonomi mempelajari interaksi antara manusia dengan sistem kerja dimana mereka beraktifitas atau bekerja. Dapat pula dikatakan bahwa terdapat dua hal yang menjadi pokok bahasan dalam pendekatan ergonomi yakni manusia dan sistem kerjanya. Manusia sebagai pelaku kerja yang tentunya memiliki kemampuan dan keterbatasan. Amatlah penting mengkaji manusia sebagai elemen yang berinteraksi dengan sistem kerja, secara khusus dengan alat atau mesin dan lingkungan kerja. Antara manusia dan sistem kerja diharapkan terjadi kecocokan (match) agar manusia dapat bekerja secara aman, sehat dan nyaman. Agar didapatkan kecocokan tersebut, maka interaksi manusia dan sistem kerja harus berada pada kondisi yang optimal. Apabila tercipta kondisi kerja yang terdapat kesesuaian maka produktifitas kerja akan meningkat. Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada suatu institusi atau organisasi. Hal ini dapat tercapai apabila terjadi kesesuaian antara pekerja dengan pekerjaannya. Banyak yang menyimpulkan bahwa tenaga kerja harus dimotivasi dan kebutuhannya terpenuhi. Dengan demikian akan menurunkan jumlah karyawan yang tidak masuk kerja (absenteeism). Pendekatan ergonomi mencoba untuk mencapai kebaikan bagi pekerja dan pimpinan institusi. Hal ini 5

20 dapat tercapai dengan cara memperhatikan empat tujuan utama ergonomi, antara lain memaksimalkan efisiensi karyawan, memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja, menganjurkan agar bekerja aman (comfort), nyaman (convenience) dan bersemangat, dan memaksimalkan bentuk (performance) kerja yang meyakinkan (Gempur, 2004). C. ANTROPOMETRI Istilah Antropometri berasal dari anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto, 1995). Antropometri merupakan satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia yang secara luas yang digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan melibatkan interaksi manusia. Aplikasi antropometri meliputi perancangan areal kerja, peralatan kerja, dan produk-produk konsumtif. Menurut Kroemer (1987) dalam Sanders (1982) bahwa engineering anthropometri adalah ilmu fisik terapan dalam metode pengukuran fisik manusia untuk pengembangan standar desain alat-alat teknik. Antropometri meliputi pengukuran statik dan dinamik (fungsional), dimensi dan karakteristik fisik ruang, gerak, dan pemakaian energi sebagai fungsi dari jenis kelamin, umur, pekerjaan, etnik, asal dan demografi. Menurut Mc. Cormick dan Sanders (1987) membedakan pengukuran antropometri menjadi dua tipe yaitu tipe struktural atau statik dan tipe dinamik. Tipe statik menghasilkan data dimensi tubuh dalam keadaan diam, seperti tinggi badan, tinggi bahu dan lain-lain. Tipe dinamik adalah pengukuran antroppometri dengan memperhatikan kemampuan geraknya dalam melakukan suatau aktivitas. Dalam penerapannya pengukuran antropometri selain dilakukan untuk memperoleh data utama seperti tinggi badan, tinggi bahu, panjang lengan dan lain-lain, juga dilakukan pengukuran segi antropometri lain yang lebih terperinci seperti : panjang jari, lebar tangan dan lain-lain. Sedangkan antropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penangannan masalah desain. Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (Standar Deviasi) nya dari suatu distribusi normal. Data antropometri dapat digunakan untuk optimasi dimensi benda yang sering digunakan manusia atau mendesain alat atau mesin agar operator dapat mengoperasikan dengan nyaman, efisiensi dan aman. (Nasir, 20001). Data antropometri tergantung dari rata-rata ukuran tubuh suatu populasi yang diukur. Perbedaan ukuran tubuh pada masing-masing populasi tidak mengikuti perbandingan yang baku, karena adanya perbedaan spesifik untuk tiap anggota tubuh. Data mengenai ukuran antropometri tergantung pada rata-rata ukuran tubuh manusia di benua Eropa misalnya akan mempunyai perbedaan dengan ukuran rata-rata orang di benua Asia. Demikian juga perbedaan jenis kelamin akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh. Ukuran-ukuran tubuh sangat diperlukan dalam pembuatan tata letak dalam suatu ruang kerja yang baik sehingga dapat menurunkan beban kerja. Pergerakan tubuh yang dapar dilakukan oleh manusia normal mempunyai batas tertentu, karena keterbatasan gerakan manusia maka ada daerah yang paling optimum untuk melakukan kerja sesuai antropometri operatornya (Diantri, 1997). Dul dan Weerdmeester (2008), mengatakan bahwa dalam mendesain pekerjaan dan situasi tertentu dalam kehidupan sehari-hari, fokus ergonomi adalah manusia. Situasi yang tidak aman, tidak 6

21 sehat, tidak nyaman atau tidak efisien dalam bekerja atau dalam kehidupan sehari-hari dihindari dengan membuat perhitungan kemampuan fisik dan psikologi serta keterbatasan manusia. Sejumlah faktor memainkan peran dalam ergonomi; terdiri dari faktor ukuran tubuh dan gerakan-gerakan tubuh (duduk, berdiri, mengangkat, mendorong, dan menekan), faktor lingkungan (kebisingan, getaran, pencahayaan, iklim, zat kimia), faktor informasi dan operasi (informasi ditingkatkan secara visual atau melalui indera lain, kontrol, hubungan antara tampilan dan kontrol), organisasi kerja (tugas yang tepat, pekerjaan yang menarik). Faktor-faktor tersebut menjelaskan secara luas tingkat keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan performa yang efisien dalam bekerja dan dalam kehidupan sehari-hari. Ergonomi menggambarkan ilmu pengetahuan dari berbagai bidang iptek, termasuk antropometrika, biomekanika, psiologi, psikologi, toksikologi, teknik kimia, teknik industri, teknologi informasi dan manajemen. Hal tersebut dikumpulkan, diseleksi, dan diintegrasikan ke dalam ilmu pengetahuan yang relevan dengan bidang-bidang tersebut. Secara umum data antropometri yang diterapkan untuk hal-hal yang khusus, cukup diambil dari persentil ke-5, ke-50, ke-95 atau antara persentil ke-5 sampai persentil ke-95. Persentil ke-100 hanya diterapkan pada rancangan yang digunakan oleh semua orang contoh perlengkapan di rumahrumah sakit. Untuk alat yang dapat diatur sesuai dengan operatornya, misalnya posisi tempat duduk, posisi pegangan kendali, desain sebaiknya dirancang agar dapat memenuhi selang persentil ke-5 sampai ke-95 (Zander 1972). Menurut Nurnianto (2004), adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (ratarata) dan SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih dari nilai tersebut. Misalnya : 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal. Gambar 3. Distribusi normal dan perhitungan persentil 7

22 III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur selama dua bulan terhitung dari bulan Februari sampai bulan April 2011, dan di Bogor selama empat bulan terhitung dari bulan Mei sampai bulan Agustus B. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN 1. Peralatan yang digunakan : a. Antropolometer b. Kursi c. Timbangan d. Alat tulis e. Laptop f. Software Microsoft Office Excel 2007 g. Software AuotoCAD 2009 h. Software Video Converter to JPG 2. Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah petani di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur yang terdiri dari 60 orang pria dan 60 orang wanita. 3. Objek Objek yang dianalisis dalam penelitian ini adalah alat gebot (papan perontok padi). C. LINGKUP PENELITIAN 1. Antropometri yang diukur pada penelitian ini adalah petani laki-laki dan perempuan pengguna alat gebot yang ada di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo. Antropometri yang diukur adalah 50 parameter. Metode yang digunakan untuk pengambilan jumlah sampel antropometri adalah metode sampling. 2. Selang Alami Gerak (SAG) adalah gerakan alami dari manusia dalam melakukan suatu aktivitasnya. Gerakan dalam SAG yang baik memperbaiki sirkulasi darah dan fleksibilitas sehingga dapat mencapai gerakan yang lebih nyaman dan produktivitas yang lebih tinggi. 3. Gebot adalah alat yang digunakan untuk merontokkan padi dengan cara memukul atau membanting-banting padi pada papan sehingga padi dapat terontokkan. Papan perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur atau melintang dengan jarak renggang 1-2 cm. 4. Analisis kesesuaian dari alat gebot terhadap antropometri dari selang alami gerak (SAG) penggunanya. D. RANCANGAN PENELITIAN Bagan yang tersaji dalam Gambar 4 merupakan rancangan penelitian yang telah dilakukan. 8

23 Penelitian pendahuluan : Pemilihan lokasi, pemilihan subjek, metode pengambilan data Pengambilan data langsung Pengukuran antropometri Dimensi alat Persepsi subjektif Data antropometri Desain Kuesioner Data referensi SAG (Selang Alami Gerak) Pengoperasian alat Keluhan Perhitungan produktivitas Analisis kesesuaian desain Perbaikan/ penyempurnaan desain Gambar 4. Bagan rancangan penelitian Bagan rancangan penelitian pada Gambar 4 diatas menjelaskan tahapan penelitian yang telah dilakukan. Tahapan awal penelitian adalah penelitian pendahuluan yaitu dengan melakukan pemilihan lokasi, pemilihan subjek, dan pengambilan data. Tahapan penelitian yang selanjutnya yaitu pengambilan data secara langsung di lapangan. Data yang diambil di lapangan ada tiga macam yaitu pengukuran data antropometri, pengukuran dimensi alat gebot, dan perspeksi subjektif dari petani. Pengukuran antropometri petani secara langsung yang telah dilakukan akan menghasilkan data antropometri. Data antropometri ini akan dianalisis dengan data referensi SAG (Selang Alami Gerak). Pengukuran dimensi alat akan menunjukkan desain alat gebot yang biasa digunakan oleh petani, kemudian dilihat bagaimana petani mengoperasikan alat gebot tersebut. Dari pengoperasian alat gebot yang dilakukan oleh petani maka akan diambil data subjektif dengan melakukan wawancara dan pembagian kuesioner kepada petani. Pembagian kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui keluhan yang dirasakan oleh petani selama menggunakan alat gebot dan untuk menghitung banyaknya produktivitas perontokan yang dihasilkan oleh setiap petani. Berdasarkan keluhan dan produktivitas yang dihasilkan 9

24 maka dilakukan analisis dengan kesesuaian desain alat gebot yang digunakan petani. Apabila alat yang digunakan oleh petani tidak sesuai maka dilakukan perbaikan atau penyempurnaan desain alat gebot. E. PENGAMBILAN DATA 1. Antropometri Pengukuran antropometri dilakukan untuk memperoleh data antropometri dari petani sebagai bahan untuk menentukan ukuran dari gebot (papan perontok padi) yang ergonomis bagi petani. Pengambilan sampel dilakukan secara acak, bergantung pada jumlah populasi petani di tiap-tiap desa di Kecamatan Jetis, Ponorogo, Jawa Timur dengan selang umur tahun. Menurut Haitao Hu (2007), jumlah sampel diperkirakan berdasarkan persamaan yang tersedia pada gabungan ISO : 2003 Persyaratan Umum dalam Membangun Data Base Atropometri dengan selang kepercayaan 95% untuk persentil ke-5 dan ke-95: Dimana, n CV α Dengan, 2 CV n (1) : Ukuran sampel : Coefficient of Variation : Percentage of Relative Accuracy Desired Dimana, CV : Coefficient of Variation σ : Standar Deviasi µ : Nilai rata-rata CV (2) Ukuran subjek dihitung berdasarkan data dari penelitian terdahulu yaitu pada penelitian Anindita (2003) dan Dani (2011). Dalam penelitian Anindita tersebut terdapat 40 subjek primer dan 73 subjek sekunder. Subjek primer diambil dari penduduk di sekitar kampus IPB Dramaga. Agar karakteristik tubuh petani yang akan diukur pada penelitian ini mendekati dengan karakteristik tubuh pada penelitian terdahulu maka data yang digunakan untuk menentukan ukuran subjek penelitian ini adalah data 40 subjek primer. Sedangkan pada penelitian Dani subjek yang diambil adalah petani pria yang berada di Kecamatan Darmaga sebanyak 60 subjek. Pengalokasian pengambilan subjek dilihat dari persentase populasi di tiap desa. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengunjungi langsung petani ketika di sawah atau ladang tanpa mengetahui terlebih dahulu umur dan letak tempat tinggalnya, penulis hanya mengetahui petani tersebut berprofesi sebagai petani dan berada di desa apa dengan melakukan wawancara saat itu juga. Selain itu, dalam pengambilan data juga menghindari subjek yang akan berpotensi sebagai data pencilan seperti petani yang mengalami gigantisme, kerdil, dan kecacatan fisik lain. 10

25 Parameter berat badan pada penelitian sebelumnya dipilih karena setelah dilakukan perhitungan ukuran subjek minimum yang diambil yang terbesar ada pada parameter tersebut yaitu 57 subjek, agar data yang diperoleh lebih baik maka dalam penelitian ini diambil 60 subjek. Dalam perhitungan ukuran subjek, nilai CV, σ, dan µ parameter berat badan sebesar CV = 0.125, σ = 7.444, dan µ = ; dengan nilai CV = dan α dipilih 0.05, sehingga diperoleh ukuran subjek sebesar 57, diambil 60 (Anindita, 2003 dan Dani, 2011). Tabel 1. Jumlah pengambilan subjek petani di tiap desa di Kecamatan Jetis Populasi Petani dalam KK Ukuran Subjek No Nama Desa Persentase(%) Tahun 2009 (orang) 1 Ngasinan ,1 9 2 Kutu Kulon 315 5,2 3 3 Kutu Wetan 410 6,8 4 4 Kradenan 322 5,3 3 5 Mojomati 287 4,8 3 6 Coper 518 8,6 5 7 Mojorejo 393 6,5 4 8 Karanggebang 548 9,1 5 9 Jetis 321 5, Tegalsari 382 6, Wonoketro 387 6, Josari 498 8, Turi 466 7, Winong 336 5,6 3 Jumlah (Sumber : Dinas Pertanian Kecamatan Jetis) 11

26 Tabel 2. Pengukuran antropometri Data yang diukur dalam posisi berdiri Data yang diukur dalam posisi duduk No Keterangan No Keterangan 1 Berat badan 25 Tinggi dudukan 2 Tinggi badan 26 Tinggi lutut 3 Tinggi mata 27 Tinggi pinggul 4 Tinggi dagu 28 Tinggi bahu 5 Tinggi bahu 29 Tinggi mata 6 Tinggi siku tangan 30 Tinggi duduk 7 Tinggi pergelangan tangan 31 Tebal badan 8 Tinggi ujung tangan 32 Lebar pinggul 9 Tinggi siku kaki 33 Panjang siku ke ujung jari 10 Tinggi telapak tangan 34 Panjang siku ke pergelangan tangan 11 Tinggi selangkang 35 Tinggi siku tangan 12 Tinggi pinggul 36 Panjang kedudukan hingga siku kaki 13 Jangkauan ke depan 37 Panjang kedudukan hingga lutut 14 Jangkauan ke depan (menggenggam) 38 Panjang pergelangan tangan 15 Panjang lengan atas 39 Panjang telapak tangan 16 Panjang lengan 40 Lebar telapak tangan (4 jari) 17 Lebar bahu 41 Lebar telapak tangan (5 jari) 18 Jangkauan horizontal siku tangan 42 Keliling genggaman tangan 19 Jangkauan horizontal tangan 43 Diameter genggaman tangan (antara ibu jari dan telunjuk) 20 Panjang siku ke genggaman tangan 44 Diameter genggaman tangan (antara ibu jari dan jari tengah) 21 Tinggi genggaman tangan 45 Panjang ibu jari 22 Tinggi sandaran tangan 46 Panjang jari telunjuk 23 Lebar telapak kaki 47 Panjang jari tengah 24 Panjang telapak kaki 48 Panjang jari manis 49 Panjang jari kelingking 50 Panjang jengkal tangan 12

27 Gambar 5. Cara pengukuran antropometri : 13

28 Pengukuran diatas menggunakan alat antropolometer dan meteran. Berikut adalah penjelasan cara pengukurannya: 1. Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan alat timbangan berat badan. Subjek berdiri dengan tenang diatas timbangan berat badan tanpa melakukan gerakan yang dapat mengganggu keseimbangan badan. 2. Pengukuran nomor 2 sampai dengan no 12 dilakukan dengan cara berdiri. Yaitu dengan menyandarkan subjek pada dinding atau bidang datar vertikal, subjek dalam keadaan berdiri tegak sempurna dengan tangan berada disamping badan. Antropolometer diletakkan sejajar tegak lurus dengan dinding atau bidang datar vertikal. Berikut ilustrasi cara pengukurannya : Gambar 6. Ilustrasi cara pengukuran nomor 2 sampai Pengukuran nomor 13 sampai 16 dilakukan dengan menyandarkan subjek pada dinding atau bidang datar vertikal, subjek dalam keadaan berdiri tegak sempurna dengan tangan berada disamping badan. Untuk pengukuran nomor 13 dan 14 tangan diulurkan tegak lurus ke depan. Pada pengukuran 14 subjek ditambah dengan memegang pulpen sebagai titik acuan pengukuran. Sedangkan nomor 17 pengukuran dilakukan menggunakan alat antropolometer lainnya. Berikut ilustrasi cara pengukurannya : Gambar 7. Ilustrasi cara pengukuran nomor 13 sampai 17 14

29 4. Pengukuran nomor 18 dan 19 dilakukan dengan cara menyandarkan subjek pada dinding atau bidang datar vertikal, subjek dalam keadaan berdiri tegak sempurna. Untuk parameter nomor 18 posisi lengan ditekuk kedepan dada dengan posisi yang lurus segaris, sedangkan untuk pengukuran nomor 19 tangan dibentangkan kesamping kanan dan kiri dengan posisi yang lurus segaris. Berikut ilustrasi cara pengukurannya : Gambar 8. Ilustrasi cara pengukuran nomor 18 dan Pengukuran nomor 20 sampai 22 dilakukan dengan cara menyandarkan subjek pada dinding atau bidang datar vertikal, subjek dalam keadaan berdiri tegak sempurna. Untuk pengukuran nomor 20 dan 21 tangan dalam keadaan menggenggam pulpen sebagai titik acuan pengukuran. Sadangkan untuk pengukuran nomor 20 dan 22 tangan ditekuk membentuk sudut 90 0 dengan siku menempel di dinding. Berikut ilustrasi cara pengukurannya : Gambar 9. Ilustrasi cara pengukuran nomor 20 sampai 22 15

30 6. Pengukuran nomor 23 dan 24 dilakukan dengan kaki dalam kedaan berdiri sempurna. Untuk pengukuran nomor 24 dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Berikut ilustrasi cara pengukurannya : Gambar 10.Ilustrasi cara pengukuran nomor 23 sampai Pengukuran nomor 25 sampai 32 dilakukan dalam keadaan duduk. Posisi duduk yaitu subjaek dalam keadaan tegak, paha lurus, kaki lurus, sudut antara badan dan paha 90 0, ssudut antara paha dan kaki Apabila antara kaki dan paha tidak terbebtuk sudut 90 0 maka dapat digunakan bantalan sebagai pengganjal agar terbentuk sudut Untuk pengukuran nomor 32 digunakan alat seperti pada nomor 17. Berikut ilustrasi cara pengukurannya : Gambar 11. Ilustrasi cara pengukuran nomor 25 sampai 32 16

31 8. Pengukuran nomor 33 sampai 37 dilakukan dalam keadaan duduk. Posisi duduk yaitu subjaek dalam keadaan tegak, paha lurus, kaki lurus, sudut antara badan dan paha 90 0, ssudut antara paha dan kaki Apabila antara kaki dan paha tidak terbebtuk sudut 90 0 maka dapat digunakan bantalan sebagai pengganjal agar terbentuk sudut Berikut ilustrasi cara pengukurannya : Gambar 12. Ilustrasi cara pengukuran nomor 33 sampai Pengukuran nomor 38 sampai 50 dilakukan dalam keadaan duduk. Posisi duduk yaitu subjaek dalam keadaan tegak, paha lurus, kaki lurus, sudut antara badan dan paha 90 0, ssudut antara paha dan kaki Untuk pengukuran nomor 40 dan 41 digunakan jangka sorong, sedangkan pengukuran nomor 43 dan 44 menggunakan silinder untuk digenggam dan diukur dengan meteran pita. Berikut ilustrasi cara pengukurannya : Gambar 13. Ilustrasi cara pengukuran nomor 38 sampai 50 17

32 2. Desain dan Dimensi Alat Gebot yang Digunakan di Lokasi Penelitian Alat gebot yang digunakan di Kecamatan Jetis adalah alat gebot yang terbuat dari bahan bambu atau dari kayu. Alat ini berbentuk segitiga dengan sisi bagian depan terdiri dari belahanbelahan dengan jarak renggangan 1-2 cm. Alat gebot ini diukur menggunakan meteran. Dimensi alat yang diukur adalah panjang, lebar, dan tinggi alat. Gambar dibawah ini adalah cara pengukuran dimensi pada alat gebot. Gambar 14. Cara pengukuran dimensi alat gebot Tinggi alat gebot yang dimaksud adalah tinggi alat mulai dari ujung alat gebot sampai ke tanah. Cara pengukurannya yaitu dengan meletakkan meteran pada ujung atas alat gebot kemudian ditarik tegak lurus ke bawah hingga menyentuh tanah. Panjang alat gebot yang dimaksud adalah panjang sisi miring dari meja perontok atau bidang yang digunakan untuk memukulkan padi. Cara pengukurannya yaitu dengan meletakkan meteran pada ujung atas alat gebot kemudian ditarik ke bawah sepanjang sisi miring meta perontok. Lebar alat yang dimaksud adalah lebar sisi bagian atas dari meja perontok. Cara pengukurannya yaitu dengan meletakkan meteran pada ujung atas alat gebot kemudian ditarik kesamping sepanjang sisi atas meja perontok. Dimensi panjang dan lebar ini akan mempengaruhi luas bidang meja perontok. Kemiringan sudut yang dimaksud adalah kemiringan sudut dari meja perontok. Kemiringan sudut ini diperoleh dengan cara perhitungan dengan menggunakan atruran kosinus. 3. Persepsi Subjektif Persepsi subjektif diperoleh dari wawancara secara langsung dengan petani dan pembagian kuesioner. Subjek dari kuesioner ini adalah petani pengguna alat gebot di Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo. Petani diberikan beberapa pertanyaan (Lampiran 3) mengenai penggunaan alat gebot, bagaimana kendala saat menggunakan alat gebot, keluhan yang dirasakan saat menggunakan alat gebot, dan bagaimana produktivitas perontokan menggunakan alat gebot. Dari hasil kuesioner ini akan dianalisis yang nantinya akan menunjukkan output korelasi antara tinggi operator dengan keluhan yang dialami dan korelasi antara dimensi alat dengan produktivitas perontokan. 18

33 F. PENGOLAHAN DATA Setelah didapatkan data di lapangan kemudian diolah dengan cara : a. Pengolahan data Data yang diperoleh diolah dengan software Microsoft Office Excel 2007 dan ditentukan: Mean Menghitung mean dengan menggunakan rumus : Dimana, n x i : jumlah data : data ke-i.... (3) Perintah dalam software Microsoft Office Excel 2007 adalah AVERAGE (data ke- 1,data ke-2,data ke-3,. Data ke-n) Standar Deviasi Menghitung standar deviasi dengan menggunakan rumus : (4) Dimana, n : jumlah data x i : data ke-i x : nilai rata-rata Perintah dalam software Microsoft Office Excel 2007 adalah STDEV (data ke-1,data ke-2,data ke-3,. Data ke-n) Persentil ke-5, ke-50, dan ke-95 Menghitung persentil dengan menggunakan rumus : Dimana, x : nilai rata-rata s : standar deviasi z : z-score (nilai z) Nilai z dapat dilihat pada tabel di bawah ini:..... (5) Tabel 3. Nilai z-score P Z p z p z p Z

34 Sumber : Pheasant (2003) Perintah dalam software Microsoft Office Excel 2007 adalah persentile (baris data, k); k adalah persen dalam desimal, misal 5% (untuk persentil ke-5) diketik Koefisien korelasi Koefisien korelasi adalah ukuran hubungan linier antara dua peubah X dan Y diduga dengan koefisien korelasi contoh r, yaitu... (6) Dimana, n xi yi : jumlah data : nilai peubah xi : niali peubah yi Dapat diperoleh dengan menggunakan aplikasi add-ins pada software Microsoft Office Excel 2007 yaitu data analysis-correlation. b. Menganalisa dan mendesain gebot (papan perontok padi) dengan menggunakan data antropometri yang telah diperoleh di lapangan. 20

35 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI KECAMATAN JETIS Data diperoleh secara acak dari berbagai desa yang telah ditentukan berapa banyaknya sampel yang akan diukur. Data ini diperoleh dengan berbagai bantuan tokoh masyarakat atau ketua dari gapoktan masing-masing desa. Berikut beberapa dokumentasi pengukuran antropometri petani di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo : a. b. c. d. e. f. Keterangan : a. Pengukuran berat badan d. Pengukuran lebar bahu b. Pengukuran tinggi badan e. Pengukuran jangkauan horizontal tangan c. Pengukuran jangkauan kedepan f. Pengukuran lebar telapak kaki Gambar 15. Proses pengukuran dalam keadaan berdiri 21

36 a. b. c. d. e. f. Keterangan : a. Pengukuran tinggi duduk d. Pengukuran lebar telapak tangan (4 jari) b. Pengukuran tinggi mata e. Pengukuran keliling genggaman tangan c. Pengukuran panjang siku ke ujung jari f. Pengukuran panjang pergelangan tangan Gambar 16. Proses pengukuran dalam keadaan duduk 1. Nilai Rata-Rata, Simpangan Baku, dan Persentil Setelah dilakukan pengambilan data antropometri petani pria dan wanita secara acak pada 14 desa, maka diperoleh data secara ringkas sebagai berikut: 22

37 Tabel 4. Ringkasan data antropometri petani pria di Kecamatan Jetis (satuan dalam cm, kecuali berat badan dalam kg) Parameter Berdiri Mean Standar Deviasi Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke-95 1 Berat badan 61,28 9,44 45,75 61,28 76,80 2 Tinggi badan 161,38 5,03 153,11 161,38 169,65 3 Tinggi mata 150,20 5,30 141,48 150,20 158,92 4 Tinggi dagu 139,28 5,04 130,99 139,28 147,58 5 Tinggi bahu 135,25 5,46 126,27 135,25 144,24 6 Tinggi siku tangan 102,12 4,59 94,56 102,12 109,67 7 Tinggi pergelangan tangan 78,75 4,42 71,48 78,75 86,02 8 Tinggi ujung tangan 60,45 9,23 45,26 60,45 75,64 9 Tinggi siku kaki 43,85 4,01 37,26 43,85 50,44 10 Tinggi telapak tangan 71,58 3,61 65,64 71,58 77,52 11 Tinggi selangkang 79,07 4,19 72,18 79,07 85,97 12 Tinggi pinggul 92,86 3,63 86,88 92,86 98,84 13 Jangkauan ke depan 79,67 5,48 70,65 79,67 88,69 14 Jangkauan ke depan (menggenggam) 70,45 4,88 62,42 70,45 78,49 15 Panjang lengan atas 30,61 1,32 28,43 30,61 32,78 16 Panjang lengan 72,12 4,81 64,21 72,12 80,02 17 Lebar bahu 41,60 1,93 38,42 41,60 44,77 18 Jangkauan horizontal siku tangan 85,08 4,57 77,57 85,08 92,60 19 Jangkauan horizontal tangan 167,15 9,41 151,68 167,15 182,63 20 Panjang siku ke genggaman 31,98 2,59 27,73 31,98 36,24 tangan 21 Tinggi genggaman tangan 70,98 3,53 65,18 70,98 76,78 22 Tinggi sandaran tangan 101,93 7,35 89,83 101,93 114,02 23 Lebar telapak kaki 10,22 0,72 9,03 10,22 11,40 24 Panjang telapak kaki 22,62 1,34 20,42 22,62 24,83 Duduk 25 Tinggi dudukan 46,32 5,05 38,01 46,32 54,63 26 Tinggi lutut 56,22 3,94 49,75 56,22 62,70 27 Tinggi pinggul 65,58 6,34 55,15 65,58 76,02 28 Tinggi bahu 101,82 6,59 90,98 101,82 112,66 29 Tinggi mata 117,07 8,31 103,40 117,07 130,73 30 Tinggi duduk 127,47 6,98 115,98 127,47 138,95 31 Tebal badan 20,78 3,57 14,90 20,78 26,65 32 Lebar pinggul 27,06 2,46 23,01 27,06 31,11 33 Panjang siku ke ujung jari 45,47 2,30 41,67 45,47 49,26 34 Panjang siku ke pergelangan 27,45 1,89 24,34 27,45 30,56 tangan 35 Tinggi siku tangan 68,06 7,06 56,44 68,06 79,67 36 Panjang kedudukan hingga siku 46,25 4,98 38,06 46,25 54,45 kaki 37 Panjang kedudukan hingga lutut 56,33 4,63 48,70 56,33 63,95 23

38 38 Panjang pergelangan tangan 18,09 0,99 16,47 18,09 19,71 39 Panjang telapak tangan 10,09 0,54 9,21 10,09 10,98 40 Lebar telapak tangan (4 jari) 8,12 1,12 6,28 8,12 9,95 41 Lebar telapak tangan (5 jari) 9,50 1,22 7,50 9,50 11,50 42 Keliling genggaman tangan 26,51 2,72 22,03 26,51 30,99 43 Diameter genggaman tangan (antara ibu jari dan telunjuk) 3,15 0,77 1,88 3,15 4,42 44 Diameter genggaman tangan (antara ibu jari dan jari tengah) 3,83 0,90 2,35 3,83 5,30 45 Panjang ibu jari 5,82 0,49 5,01 5,82 6,63 46 Panjang jari telunjuk 7,04 0,44 6,31 7,04 7,77 47 Panjang jari tengah 7,83 0,46 7,06 7,83 8,59 48 Panjang jari manis 7,15 0,50 6,33 7,15 7,98 49 Panjang jari kelingking 5,68 0,58 4,72 5,68 6,64 50 Panjang jengkal tangan 19,87 2,16 16,31 19,87 23,42 Tabel 5. Ringkasan data antropometri petani wanita di Kecamatan Jetis (satuan dalam cm, kecuali berat badan dalam kg) Parameter Berdiri Mean Standar Deviasi Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke-95 1 Berat badan 56,48 9,22 41,31 56,48 71,66 2 Tinggi badan 152,30 5,70 142,93 152,30 161,67 3 Tinggi mata 141,05 5,06 132,72 141,05 149,38 4 Tinggi dagu 130,54 4,45 123,22 130,54 137,85 5 Tinggi bahu 126,17 4,71 118,42 126,17 133,92 6 Tinggi siku tangan 95,86 6,17 85,70 95,86 106,01 7 Tinggi pergelangan tangan 72,58 8,21 59,08 72,58 86,08 8 Tinggi ujung tangan 57,83 3,34 52,34 57,83 63,32 9 Tinggi siku kaki 42,85 4,75 35,04 42,85 50,66 10 Tinggi telapak tangan 65,15 6,91 53,79 65,15 76,51 11 Tinggi selangkang 76,34 3,29 70,93 76,34 81,75 12 Tinggi pinggul 89,24 3,68 83,19 89,24 95,28 13 Jangkauan ke depan 76,57 4,36 69,39 76,57 83,75 14 Jangkauan ke depan (menggenggam) 66,55 3,38 60,99 66,55 72,10 15 Panjang lengan atas 29,69 5,40 20,81 29,69 38,57 16 Panjang lengan 67,70 3,40 62,10 67,70 73,29 17 Lebar bahu 38,12 3,16 32,92 38,12 43,33 18 Jangkauan horizontal siku tangan 78,84 5,01 70,60 78,84 87,08 19 Jangkauan horizontal tangan 157,33 6,29 146,99 157,33 167,68 20 Panjang siku ke genggaman 28,93 2,12 25,45 28,93 32,42 tangan 21 Tinggi genggaman tangan 67,26 3,27 61,89 67,26 72,64 22 Tinggi sandaran tangan 95,81 3,36 90,29 95,81 101,33 24

39 23 Lebar telapak kaki 9,39 0,53 8,52 9,39 10,25 24 Panjang telapak kaki 20,98 1,13 19,12 20,98 22,85 Duduk 25 Tinggi dudukan 41,94 3,12 36,81 41,94 47,07 26 Tinggi lutut 52,18 3,60 46,26 52,18 58,10 27 Tinggi pinggul 59,91 6,16 49,78 59,91 70,04 28 Tinggi bahu 93,76 6,03 83,83 93,76 103,68 29 Tinggi mata 109,26 5,64 99,98 109,26 118,53 30 Tinggi duduk 120,52 6,46 109,89 120,52 131,15 31 Tebal badan 22,92 3,13 17,77 22,92 28,07 32 Lebar pinggul 28,15 3,05 23,14 28,15 33,16 33 Panjang siku ke ujung jari 42,82 1,63 40,14 42,82 45,51 34 Panjang siku ke pergelangan tangan 26,22 2,24 22,54 26,22 29,90 35 Tinggi siku tangan 64,53 4,53 57,09 64,53 71,98 36 Panjang kedudukan hingga siku kaki 46,79 3,88 40,40 46,79 53,17 37 Panjang kedudukan hingga lutut 55,27 3,19 50,02 55,27 60,52 38 Panjang pergelangan tangan 16,99 1,69 14,21 16,99 19,76 39 Panjang telapak tangan 9,52 1,44 7,14 9,52 11,90 40 Lebar telapak tangan (4 jari) 7,51 0,51 6,68 7,51 8,34 41 Lebar telapak tangan (5 jari) 8,83 0,55 7,92 8,83 9,74 42 Keliling genggaman tangan 23,99 1,35 21,77 23,99 26,22 43 Diameter genggaman tangan (antara ibu jari dan telunjuk) 2,91 0,43 2,20 2,91 3,61 44 Diameter genggaman tangan (antara12 ibu jari dan jari tengah) 3,52 0,41 2,84 3,52 4,19 45 Panjang ibu jari 5,55 0,36 4,96 5,55 6,14 46 Panjang jari telunjuk 6,76 0,38 6,13 6,76 7,38 47 Panjang jari tengah 7,49 0,38 6,86 7,49 8,12 48 Panjang jari manis 6,85 0,39 6,21 6,85 7,49 49 Panjang jari kelingking 5,48 0,38 4,85 5,48 6,11 50 Panjang jengkal tangan 18,33 1,27 16,24 18,33 20,41 2. Koefisien Korelasi Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Suatu korelasi antarparameter yang nilainya lebih besar dari korelasi antarparameter lain berarti korelasi antarparameter tersebut memiliki hubungan yang lebih erat dari korelasi antarparameter lain. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan sebaliknya. Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut (Sarwono, 2006): 25

40 1. 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel 2. >0 0,25: Korelasi sangat lemah 3. >0,25 0,5: Korelasi cukup 4. >0,5 0,75: Korelasi kuat 5. >0,75 0,99: Korelasi sangat kuat 6. 1: Korelasi sempurna Ada tiga penafsiran hasil analisis korelasi meliputi: pertama, melihat kekuatan hubungan dua variabel; kedua, melihat signifikansi hubungan; dan ketiga, melihat arah hubungan. Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefesien korelasi hasil perhitungan dengan menggunakan kriteria sbb: 1. Jika angka koefesien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan 2. Jika angka koefesien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin kuat 3. Jika angka koefesien korelasi mendekati 0, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah 4. Jika angka koefesien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna positif 5. Jika angka koefesien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna negatif. Dari tabel korelasi (Lampiran 3) dapat dilihat hubungan korelasi antar parameter terlihat bahwa: 1. Korelasi antara berat badan dengan lebar bahu, lebar pinggul, dan tebal badan menunjukkan nilai 0,67; 0,50; dan 0,69. Nilai ini menunjukkan korelasi yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lebar bahu dan pinggul seseorang serta semakin tebal badan seseorang maka semakin berat pula berat badannya, begitu pula sebaliknya. 2. Korelasi antara tinggi badan dengan tinggi mata, tinggi dagu, dan tinggi siku tangan menunjukkan nilai 0,95; 0,90; dan 0,86. Nilai ini menunjukkan korelasi yang sangat kuat. Ini berarti bahwa semakin tinggi badan seseorang maka kedudukan mata, dagu, dan siku tangan juga akan semakin tinggi. 3. Korelasi antara tinggi siku tangan dengan tinggi telapak tangan, tinggi pergelangan tangan, dan tinggi genggaman tangan menunjukkan nilai 0,76; 0,73; dan 0,73. Nilai ini menunjukkan korelasi yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa elemen pada bagian lengan bawah menunjukkan rasio yang seragam. 4. Korelasi antara tinggi selangkang dengan tinggi pinggul menunjukkan nilai 0,71. Nilai ini menunjukkan korelasi yang kuat. Hal ini menunjukkan semakin tinggi pinggul seseorang maka semakin tinggi pula selangkangnya. 5. Korelasi antara panjang kedudukan hingga siku kaki dengan panjang kedudukan hingga lutut menunjukkan nilai 0,87. Nilai ini menunjukkan korelasi yang sangat kuat. Hal ini berarti panjang kaki memiliki keseragaman ukuran dan rasio panjang yang seragam. 6. Korelasi antara parameter diameter genggaman tangan antara ibu jari dan telunjuk berkorelasi kuat dengan parameter diameter genggaman tangan antara ibu jari dan jari tengah menunjukkan nilai 0,93. Nilai ini menunjukkan korelasi yang sangat kuat. Hal ini berarti panjang tangan memiliki keseragaman ukuran rasio dan panjang yang seragam. 26

41 Dalam tabel korelasi terdapat hubungan korelasi antar parameter yang menunjukkan nilai 0, hal ini berarti kedua variabel tidak mempunyai hubungan. Misalnya saja pada parameter antara tinggi tangan dan panjang siku ke pergelangan tangan. Selain itu juga terdapat hubungan korelasi antar perameter yang yang menunjukkan nilai minus, hal ini berarti kedua variabel tersebut mempunuai hubungan yang berbanding terbalik. Koefisien korelasi ini menyatakan keterkaitan antara parameter yang satu dengan parameter yang lain. Semakin tinggi nilai koefisien korelasi maka hubungan antara parameter tersebut akan semakin kuat. Keterkaitan hubungan anatar parameter ini akan menunjukkan apa saja parameter antropometri petani yang berhubungan dengan desain alat gebot. B. APLIKASI ANTROPOMERTI PADA DESAIN ALAT GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI) Setelah dilakukan pengambilan data dan pengolahan datadari pengamanatan di lapangan maka diperoleh data empiris yang selanjutnya dapat dilakukan analisis untuk mendesain alat gebot (papan perontok padi) pada penelitian ini. selain melakukan pengambilan data di lapangan juga disertai dengan wawancara secara langsung dengan petani dan pembagian kuesioner. Petani yang menjadi subjek wawancara berjumlah 43 orang. Tabel 6 menunjukkan rekapitulasi hasil wawancara. Ada beberapa parameter yang akan dianalisis yang menunjukkan keterkaitan antara antropometri tubuh petani dengan kesesuaian alat dan produktivitas perontokan. Tabel 6. Hasil wawancara dengan 43 orang petani Jawaban Pertanyaan Jawaban A. Jawaban B. Jawaban C. Jawaban D. Nomor 1 7 orang 9 orang 14 orang 13 orang Nomor 2-25 orang 18 orang - Nomor 3 13 orang 5 orang - - Nomor 4 27 orang orang Nomor 5 38 orang 5 orang - - Nomor 6 28 orang 12 orang 2 orang 1 orang Nomor 7 17 orang 17 orang 9 orang - Nomor 8 2 orang 14 orang 22 orang 5 orang Nomor orang Nomor orang 27 orang - - Nomor 11 9 orang 7 orang - - Nomor 12 8 orang 3 orang 4 orang 1 orang Tabel 7. Parameter dimensi alat dengan produktivitas perontokan Nama Jenis Kelamin (L/P) Tinggi Badan (cm) Produktivitas (kg/jam) Lebar (cm) Panjang (cm) Kemiringan (dalam derajat) Taji L 153,5 20, ,13 Yusmingat L , ,25 Usup L ,57 Hari L , ,74 Santo L 156,5 16, ,55 27

42 Boiran L , ,57 Sunaryo L , ,65 Samuji L 158,5 20, ,54 Parto L , ,9 Nurkholis L , ,8 Inasti P , Mulyono L , Ponirin L , Jemanu L , ,46 Yasin L 162,5 11, ,25 Munar L , ,46 Paidi L , ,16 Tumadi L , ,13 Kadi L 164,5 18, ,13 Senen L , Jairan L 165, ,37 Yaiman L , ,37 Sarengat L ,67 Ngatirah P , ,8 Jadhi L 167,5 41, ,7 Shinto L 168,5 29, ,41 Latif L 169, ,53 Mean 161,80 25,02 89,93 61,44 61,44 Standar Deviasi 4,68 9,15 12,04 7,95 7,95 Persentil ke-5 154,10 9,97 70,11 48,36 48,36 Persentil ke ,80 25,02 89,93 61,44 61,44 Persentil ke ,49 40,06 109,74 74,53 74,53 Dari tabel diatas dapat dibuat bagan yang menunjukkan keterkaitan antara dimensi alat, antropometri operator (petani), keluhan sehari-hari yang dialami oleh petani, maupun keluhan saat menggunakan alat gebot (papan perontok padi), dan produktivitas perontokan yang dihasilkan oleh petani. Antropometri dari petani ini dibedakan menjadi tujuh kelompok yang dihitung berdasarkan selang statistiknya. Maka dapat diketahui keterkaitannya sebagai berikut : 1. Korelasi antara Tinggi Alat, Tinggi Operator, dan Keluhan Subjektif Operator Pada parameter tinggi alat ini sampel yang diambil adalah sampel secara keseluruhan yang berjumlah 43 orang. Dari keseluruhan sampel tinggi alat tersebut akan dilihat hasil korelasi dengan tinggi operator dan keluhan subjektif operator. Hipotesis dari korelasi ini adalah tinggi alat berkorelasi dengan tinggi operator. Semakin tinggi operator maka alat yang digunakan akan semakin tinggi pula. Karena akan terjadi ketidak nyamanan jika operator yang memiliki postur tubuh tinggi menggunakan alat yang pendek, maka dapat menimbulkan keluhan oleh operator. Disini akan terlihat bahwa ketidak sesuaian antaratinggi alat dan tinggi 28

43 operator akan menimbulkan beberapa keluhan. Gambar 17 menunjukkan korelasi antara tinggi alat, tinggi operator, dan keluhan subjektif operator. TINGGI ALAT TINGGI OPERATOR KELUHAN A cm A. 152,9-155,3 cm A.LENGAN B cm B.155,4-157,8 cm B. PUNGGUNG C cm C. 157,9-160,3 cm C. PINGGANG D cm D.160,4-162,8 cm D.KAKI E. 162,9-165,3 cm E.SAKIT PUNGGUNG F. 165,4-167,8 cm F. KELELAHAN G. 167,9-170,4 cm G. TIDAK ADA KELUHAN TINGGI ALAT TINGGI OPERATOR KELUHAN A cm A. 152,9-155,3 cm A.LENGAN B cm B.155,4-157,8 cm B. PUNGGUNG C cm C. 157,9-160,3 cm C. PINGGANG D cm D.160,4-162,8 cm D.KAKI E. 162,9-165,3 cm E.SAKIT PUNGGUNG F. 165,4-167,8 cm F. KELELAHAN G. 167,9-170,4 cm G. TIDAK ADA KELUHAN TINGGI ALAT TINGGI OPERATOR KELUHAN A cm A. 152,9-155,3 cm A.LENGAN B cm B.155,4-157,8 cm B. PUNGGUNG C cm C. 157,9-160,3 cm C. PINGGANG D cm D.160,4-162,8 cm D.KAKI E. 162,9-165,3 cm E.SAKIT PUNGGUNG F. 165,4-167,8 cm F. KELELAHAN G. 167,9-170,4 cm G. TIDAK ADA KELUHAN TINGGI ALAT TINGGI OPERATOR KELUHAN A cm A. 152,9-155,3 cm A.LENGAN B cm B.155,4-157,8 cm B. PUNGGUNG C cm C. 157,9-160,3 cm C. PINGGANG D cm D.160,4-162,8 cm D.KAKI E. 162,9-165,3 cm E.SAKIT PUNGGUNG F. 165,4-167,8 cm F. KELELAHAN G. 167,9-170,4 cm G. TIDAK ADA KELUHAN Gambar 17. Bagan korelasi antara tinggi alat, tinggi operator, dan keluhan subjektif operator 29

44 Semua bagan pada Gambar 17 diatas dapat menjelaskan bahwa ada keterkaitan korelasi antara parameter tinggi alat, tinggi operator, dan keluahan subjektif yang dialami oleh operator. Korelasi yang dapat disimpulkan dari ketiga parameter diatas adalah tinggi alat berkorelasi kuat dengan tinggi operator dan keluhan yang dirasakan oleh operator. Semakin tinggi operator maka alat yang digunakan sebaiknya menyesuaikan ketinggian tubuh operator. Operator yang menggunakan alat yang tingginya tidak sesuai dengan tinggi badannya akan mengalami lebih banyak keluhan. Dapat dilihat dalam bagan bahwa ada suatu keteraturan, yaitu semakin tinggi operator maka alat yang digunakan juga semakin tinggi. Hal ini dapat menjelaskan bahwa petani sebagai operator secara alami telah menggunakan prinsip kenyamanan dalam membuat alat yang sesuai untuk digunakan menurut kenyamanan mereka. Sehingga secara tidak langsung petani sudah menerapkan prinsip ergonomi dalam mendesain alat gebot yang digunakan. Berdasarkan data antropometri yang diperoleh di lapangan yang termasuk kedalam enam kelompok tinggi operator maka dapat dilihat korelasinya dengan produktivitas perontokan. Tinggi antropometri pada persentil ke-5 termasuk kedalam kelompok A. Tinggi alat yang sesuai untuk operator pada persentil ke-5 adalah cm. Tinggi antropometri pada persentil ke-50 termasuk kedalam kelompok D. Tinggi alat yang sesuai untuk operator pada persentil ke-50 adalah cm. Tinggi antropometri pada persentil ke-95 termasuk kedalam kelompok G. Tinggi alat yang sesuai untuk operator pada persentil ke-95 adalah cm. Secara alami operator dapat menentukan sendiri tinggi alat yang dipilih yang dirasa nyaman oleh mereka. Hal ini dapat dilihat dari bagan diatas, semakin tinggi operator yang menggunakan maka semakin tinggi pula alatnya. Dengan semakin tidak adanya kesesuaian tinggi alat dan tinggi operator maka keluhan yang terjadi semakin meningkat. Keluahan rasa kelelahan yang kebanyakan dialami merupakan keluhan yang wajar dirasakan ketika seseorang telah melakukan pekerjaan dalam waktu yang lama. 2. Korelasi antara Luas Bidang Perontokan, Tinggi Operator, dan Produktivitas Perontokan Parameter luas bidang perontokan diperoleh dari perkalian antara dimensi panjang dan lebar. Parameter luas bidang perontokan ini akan berpengaruh pada produktivitas perontokan. Karena semakin luas bidang perontokan maka padi dapat dipukulkan secara tepat pada pada meja perontok, sehingga dapat mengurangi susut tercecer akibat terlemparnya padi karena tidak dipukulkan secara tepat dan tidak terontokkan secara maksimal. Pengelompokan luas bidang perontokan ini berdasarkan dari dari data dimensi panjang dan lebar yang dihitung untuk mencari luasannya kemudian dihitung panjang dan lebar kelas sehingga diperoleh enam kelompok luas bidang perontokan. Begitupun dengan tinggi operator pengelompokan berdasarkan pada panjang dan lebar kelas. Tinggi operator pada data antropometri yang diukur di lapangan termasuk dalam enam kelompok tersebut. Data antropometri tinggi pada persentil ke-5 termasuk dalam kelompok A, persentil ke-50 termasuk dalam kelompok C, dan persentil ke-95 termasuk dalam kelompok F. 30

45 LUAS BIDANG PERONTOKAN TINGGI OPERATOR PRODUKTIVITAS A cm 2 A. 153,4-156,3 cm A. < 10 kg/jam B cm 2 B. 156,4-159,3 cm B kg/jam C cm 2 C. 159,4-162,3 cm C kg/jam D cm 2 D. 162,4-165,3 cm D. > 30 kg/jam E cm 2 E. 165,4-168,3 cm F cm 2 F. 168,3-171,4 cm LUAS BIDANG PERONTOKAN TINGGI OPERATOR PRODUKTIVITAS A cm 2 A. 153,4-156,3 cm A. < 10 kg/jam B cm 2 B. 156,4-159,3 cm B kg/jam C cm 2 C. 159,4-162,3 cm C kg/jam D cm 2 D. 162,4-165,3 cm D. > 30 kg/jam E cm 2 E. 165,4-168,3 cm F cm 2 F. 168,3-171,4 cm LUAS BIDANG PERONTOKAN TINGGI OPERATOR PRODUKTIVITAS A cm 2 A. 153,4-156,3 cm A. < 10 kg/jam B cm 2 B. 156,4-159,3 cm B kg/jam C cm 2 C. 159,4-162,3 cm C kg/jam D cm 2 D. 162,4-165,3 cm D. > 30 kg/jam E cm 2 E. 165,4-168,3 cm F cm 2 F. 168,3-171,4 cm LUAS BIDANG PERONTOKAN TINGGI OPERATOR PRODUKTIVITAS A cm 2 A. 153,4-156,3 cm A. < 10 kg/jam B cm 2 B. 156,4-159,3 cm B kg/jam C cm 2 C. 159,4-162,3 cm C kg/jam D cm 2 D. 162,4-165,3 cm D. > 30 kg/jam E cm 2 E. 165,4-168,3 cm F cm 2 F. 168,3-171,4 cm LUAS BIDANG PERONTOKAN TINGGI OPERATOR PRODUKTIVITAS A cm 2 A. 153,4-156,3 cm A. < 10 kg/jam B cm 2 B. 156,4-159,3 cm B kg/jam C cm 2 C. 159,4-162,3 cm C kg/jam D cm 2 D. 162,4-165,3 cm D. > 30 kg/jam E cm 2 E. 165,4-168,3 cm F cm 2 F. 168,3-171,4 cm Gambar 18. Bagan korelasi antara luas bidang perontokan, tinggi operator, dan produktivitas perontokan 31

46 Pada gambar bagan diatas dapat dilihat korelasi antara luas bidang perontokan, tinggi operator, dan produktivitas perontokan. Pada bagan dapat dilihat bahwa luas bidang perontokan tidak berkorelasi kuat dengan tiggi operator. Seperti yang terlihat pada bagan bahwa luas bidang perontokan yang sama dapat digunakan oleh operator yang mempunyai tinggi berbeda. Luas bidang perontokan berkorelasi kuat dengan produktivitas perontokan. Pada bagan diatas dapat dilihat semakin luas bidang perontokan yang digunakan maka produktivitas perontokan mengalami kenaikan. Selain dari faktor luas bidang perontokan maupun dimensi alat ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi produktivitas perontokan. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor dari petani sebagai operator. Dalam merontokkan padi petani menggunakan sistem kelompok, dalam suatu kelompok dapat merontokkan dengan hasil yang optimal jika anggota kelompok bekerja secara baik. Tetapi terkadang ada juga sebagian anggota kelompok yang tidak bekerja dengan baik sehingga hasil yang dirontokkan tidak optimal. 3. Korelasi antara Sudut Kemiringan, Tinggi Operator, dan Produktivitas Perontokan Parameter kemiringan sudut diambil dari data lebar alat dan tinggi alat melalui pengukuran secra langsung di lapangan. Dari data tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan rumus trigonometri sehingga didapat kemiringan sudutnya. Data yang diperoleh adalah sebanyak 27 sampel alat. Hipotesis yang ditunjukkan pada kemiringan alat ini adalah kemiringan akan mempengaruhi tinggi alat dan akan mempengaruhi terlemparnya padi saat dirontokkan. Dengan kemiringan yang tepat paka padi dapat dirontokan dengan maksimal, sehingga dapat mengurangi susut tercecer akibat terlemparnya padi yang terlalu jauh. Dari hipotesis tersebut dibawah ini akan ditampilkan bagan yang menunjujkan korelasi antara kemiringan sudut, tinggi operator, dan produktivitas perontokan. Kemiringan sudut akan dikelompokkan menjadi enam kelompok. Pengelompokan kemiringan sudut ini berdasarkan dari dari data yang diukur dari lapangan yang kemudian dihitung panjang dan lebar kelas sehingga diperoleh enam kelompok lebar alat. Begitupun dengan tinggi operator pengelompokan berdasarkan pada panjang dan lebar kelas. Tinggi operator pada data antropometri yang diukur di lapangan termasuk dalam enam kelompok tersebut. Data antropometri tinggi pada persentil ke-5 termasuk dalam kelompok A, persentil ke-50 termasuk dalam kelompok C, dan persentil ke-95 termasuk dalam kelompok F. Pada Gambar 19 dapat dilihat korelasi antara kemiringan sudut, tinggi operator, dan produktivitas perontokan. Pada bagan dapat dilihat bahwa kemiringan sudut tidak berkorelasi kuat dengan tinggi operator dan produktivitas perontokan. Produktivitas yang ditunjukkan relatif tidak meningkat. Berdasarkan data antropometri yang diperoleh di lapangan yang termasuk kedalam enam kelompok tinggi operator maka dapat dilihat korelasinya dengan produktivitas perontokan. Tinggi antropometri pada persentil ke-5 termasuk kedalam kelompok A yang menghasilkan produktivitas perontokan maksimal sebesar kg/jam. Kemiringan sudut yang mengahsilkan produktivitas yang maksimal adalah 52, ,48 0. Tinggi antropometri pada persentil ke-50 termasuk kedalam kelompok C yang menghasilkan produktivitaas perontokan maksimal sebesar >30 kg/jam. Kemiringan sudut yang mengahsilkan produktivitas yang maksimal adalah 60, ,54 0. Tinggi antropometri pada persentil ke-95 termasuk kedalam kelompok F yang menghasilkan produktivitaas perontokan 32

47 maksimal sebesar >30kg/jam. Kemiringan sudut yang mengahsilkan produktivitas yang maksimal adalah 44, ,42 0. Data Kemiringan sudut tersebut dapat menjadi rekomendasi secara subjektif dalam menentukan desain alat gebot. SUDUT KEMIRINGAN TINGGI OPERATOR PRODUKTIVITAS A. 40, ,39 0 A. 153,4-156,3 cm A. < 10 kg/jam B. 44, ,42 0 B. 156,4-159,3 cm B kg/jam C. 48, ,45 0 C. 159,4-162,3 cm C kg/jam D. 52, ,48 0 D. 162,4-165,3 cm D. > 30 kg/jam E. 56, ,51 0 E. 165,4-168,3 cm F. 60, ,54 0 F. 168,3-171,4 cm SUDUT KEMIRINGAN TINGGI OPERATOR PRODUKTIVITAS A. 40, ,39 0 A. 153,4-156,3 cm A. < 10 kg/jam B. 44, ,42 0 B. 156,4-159,3 cm B kg/jam C. 48, ,45 0 C. 159,4-162,3 cm C kg/jam D. 52, ,48 0 D. 162,4-165,3 cm D. > 30 kg/jam E. 56, ,51 0 E. 165,4-168,3 cm F. 60, ,54 0 F. 168,3-171,4 cm SUDUT KEMIRINGAN TINGGI OPERATOR PRODUKTIVITAS A. 40, ,39 0 A. 153,4-156,3 cm A. < 10 kg/jam B. 44, ,42 0 B. 156,4-159,3 cm B kg/jam C. 48, ,45 0 C. 159,4-162,3 cm C kg/jam D. 52, ,48 0 D. 162,4-165,3 cm D. > 30 kg/jam E. 56, ,51 0 E. 165,4-168,3 cm F. 60, ,54 0 F. 168,3-171,4 cm SUDUT KEMIRINGAN TINGGI OPERATOR PRODUKTIVITAS A. 40, ,39 0 A. 153,4-156,3 cm A. < 10 kg/jam B. 44, ,42 0 B. 156,4-159,3 cm B kg/jam C. 48, ,45 0 C. 159,4-162,3 cm C kg/jam D. 52, ,48 0 D. 162,4-165,3 cm D. > 30 kg/jam E. 56, ,51 0 E. 165,4-168,3 cm F. 60, ,54 0 F. 168,3-171,4 cm SUDUT KEMIRINGAN TINGGI OPERATOR PRODUKTIVITAS A. 40, ,39 0 A. 153,4-156,3 cm A. < 10 kg/jam B. 44, ,42 0 B. 156,4-159,3 cm B kg/jam C. 48, ,45 0 C. 159,4-162,3 cm C kg/jam D. 52, ,48 0 D. 162,4-165,3 cm D. > 30 kg/jam E. 56, ,51 0 E. 165,4-168,3 cm F. 60, ,54 0 F. 168,3-171,4 cm Gambar 19. Bagan korelasi antara kemiringan sudut, tinggi operator, dan produktivitas perontokan 33

48 Dalam melakukan pekerjaan mengebot (merontokkan padi) petani melakukan berbagai gerakan. Namun dari gerakan yang dilakukan tersebut sebenarnya manusia memiliki selang gerakan alami pada tubuhnya. Menurut Openshaw (2006) dalam Dani (2011) disebutkan bahwa tubuh manusia memiliki suatu selang alami gerakan (SAG). Gerakan dalam SAG yang baik memperbaiki sirkulasi darah dan fleksibilitas sehingga dapat mencapai gerakan yang lebih nyaman dan produktivitas yang lebih tinggi. Meskipun syarat untuk mencapai gerakan tersebut pengguna sebaiknya mencoba untuk menghindari gerakan berulang dan ekstrim dalam SAGnya selama periode waktu yang lama. Menurut Openshaw (2006), ada 4 zona berbeda yang mungkin dihadapi manusia ketika duduk dan berdiri, yaitu: 1. Zona 0 (Zona hijau/ Green Zone). Zona yang dianjurkan untuk sebagian besar gerakangerakan. Terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi. 2. Zona 1 (Zona kuning/ Yellow Zone). Zona yang dianjurkan untuk sebagian besar gerakangerakan. Terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi. 3. Zona 2 (zona Merah/ Red Zone). Banyak posisi yang ekstrim pada anggota-anggota tubuh. Terdapat lebih besar tekanan pada otot dan sendi. 4. Zona 3 (Melewati Zona Merah/ Beyond Red Zone). Posisi paling ekstrim pada anggotaanggota tubuh sebaiknya dihindari jika memungkinkan terutama ketika mengangkat beban berat atau kegiatan yang berulang-ulang. Zona ini merupakan selang-selang dimana anggota tubuh dapat bergerak secara bebas. Zona 0 dan 1 termasuk adalam selang gerakan-gerakan kecil, sedangkan zona 2 dan 3 merupakan posisi gerakan yang ekstrim. Zona 0 dan zona 1 lebih sering digunakan untuk kebanyakan gerakan-gerakan yang sering terjadi. Zona 2 dan 3 sebaiknya dihindari jika memungkinkan, khususnya untuk melakukan kegiatan yang berat dan berulang-ulang. Gerakan ini dapat menimbulakan lebih banyak beban yang dapat menyebabkan terganggunnya perkembangan musculoskeletal. Untuk lebih jelasnya dapat diliha pada Tabel 6. dan Gambar 5. selang gerakan dari beberapa zona gerakan : Tabel 8. Selang gerakan dari beberapa zona gerakan Pergelangan Tangan Punggung Tulang Belakang Leher Gerakan Selang dari zona gerakan (dalam ) Zona 0 Zona 1 Zona 2 Zona 3 Fleksi (flexion) Ekstensi (extension) Deviasi Radial (radial deviation) Deviasi Ulnar (ulnar deviation) Fleksi (flexion) Ekstensi (extension) Aduksi (adduction) Abduksi (abduction) Fleksi (flexion) Ekstensi (extension) Berputar (rotational) Menbengkok ke samping (lateral bend) Fleksi (flexion) Ekstensi (extension) Berputar (rotational) Menbengkok ke samping (lateral bend) Sumber : Chaffin (1999) dan Woodson (1992) dalam Openshaw (2006) 34

49 Gambar 20. Macam-macam selang gerakan Sumber : Chaffin (1999) dan Woodson (1992) dalam Openshaw (2006) Dari selang-selang gerakan di atas, yang terjadi pada saat melakukan penggebotan adalah gerakan pada tulang belakang, leher, punggung, dan pergelangan tangan, jika merujuk pada Gambar 20, maka gerakan menggebot dapat ditunjukkan seperti pada gambar berikut : Gambar 21. Macam-macam selang gerakan pada saat menggebot (merontokkan padi) Sumber : Chaffin (1999) dan Woodson (1992) dalam Openshaw (2006) Berikut adalah gerakan-gerakan petani saat menggebot(merontokkan padi), dapat terlihat dengan jelas apakah petani sudah mengikuti selang gerak alami yang baik yaitu berada pada zona 0 dan 1, serta menghindari gerakan yang ekstrim pada zona 2 dan 3. 35

50 A. B. α = 56 0 C. D. Keterangan : A. Gerakan awal menggebot yaitu mengangkat padi sampai keatas kepala (fleksi tulang belakang membentuk sudut 17 0 dan fleksi lengan bawah membentuk sudut 91 0 ) B. Gerakan mulai mengayunkan padi yang akan ditumbukkan pada alat gebot (fleksi tulang belakang membentuk sudut 22 0 dan fleksi lengan bawah membentuk sudut 81 0 ) C. Gerakan membungkuk petani saat akan memukulkan padi pada alat gebot (fleksi tulang belakang membentuk sudut 32 0 dan fleksi lengan bawah membentuk sudut 23 0 ) D. Gerakan petani memukulkan padi tepat pada alat gebot (fleksi tulang belakang membentuk sudut 37 0 ) Gambar 22. Gerakan petani wanita saat menggunakan alat gebot (papan perontok padi) Gambar 22 diperoleh dari video petani yang sedang menggebot di lapangan. Video ini dirubah dalam bentuk foto menggunakan sotfware video converter to JPG. Dari video tersebut diambil tiap framenya, kemudian dipilih gambar-gambar yang menunjukkan siklus gerakan menggebot. Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa gerakan menggebot masih terdapat pada zona 1 dan zona 2. Dengan menggunakan software Autocad 2009 maka diperoleh sudut-sudut yang diinginkan seperti yang terlihat pada gambar tersebut. Gambar A adalah gambar saat 36

51 petani mulai mengangkat padinya yang akan dipukulkan pada alat gebot. Pada gambar tersebut dapat terlihat bahwa petani melakukan gerakan ekstensi pada tulang belakang dengan sudut sebesar 17 0, sudut tersebut termasuk dalam zona 1 yang tegolong zona aman dalam SAG. Gambar B adalah gerakan petani mulai mengayunkan padi yang akan dipukulkan pada alat gebot. Pada gerakan tersebut terlihat perubahan sudut pada tulang belakang. Sudut fleksi tulang belakang pada gambar b sebesar 22 0 yang termaasuk pada zona 1 yang tergolong zona aman dalam SAG. Gambar C adalah gerakan petani saat akan memukulkan padi pada alat gebot. Pada gambar ini padi hampir mengenai papan gebot. Sudut fleksi tulang belakang semakin besar yaitu sebesar Besar sudut tersebut termasuk dalam zona 2 yaitu posisi ekstrim dalam SAG. Gambar D adalah gambar petani memukulkan padi tepat mengenai alat gebot. Pada gambar ini sudut fleksi tulang belakang semakin bertambah yaitu sebesar 37 0, besar sudut tersebut termasuk dalam zona 2 yaitu posisi ekstrim pada selang SAG. Pada posisi ekstrim ini akan mengakibatkan lebih besar tekanan pada otot sendi yang dapat menimbulkan keluhan pada petani. Sudut SAG yang terbentuk dari gerakan menggebot tersebut tidak sesuai dengan SAG yang aman bagi petani. Sehingga dapat membuktikan bahwa alat gebot yang digunakan tidak sesuai dengan antropometri petani penggunanya. Ketidak sesuaian SAG dengan alat ini dapat menjadi acuan untuk memperbaiki desain alat gebot. Desain akan diperbaiki dan disesuainkan dengan SAG yang aman bagi petani, yaitu SAG yang tergolong dalam zona 1. Gerakan menggebot antara petani pria dan wanita terdapat perbedaan seperti yang terlihat pada Gambar 23. Gambar A adalah gambar gerakan awal menggebot yaitu mengankat padi hingga posisinya sejajar dengan kepala. Pada posisi ini petani pria dalam keadaan berdiri tegak, tidak seperti yang dilakukan oleh petani wanita yang sedikit membungkuk. Gambar B adalah gerakan mulai mengayunkan padi yang akan dipukulkan pada alat gebot. Pada gerakan ini petani membungkuk membentuk sudut fleksi tulang belakang sebesar Sudut ini termasuk dalam zona 1 yang tergolong zona aman dalam SAG. Gambar C adalah gerakan petani membungkuk saat akan memukulkan padi pada alat gebot. Pada gambar ini petani membentuk sudut fleksi pada tulang belakang sebesar Sudut ini termasuk dalam zona 2 yaitu posisi ekstrim dalam SAG. Gambar D adalah gerakan petani memukulkan padi tepat pada alat gebot. Pada gerakan ini sudut fleksi yang terbentuk semakin besar yaitu Sudut ini termasuk dalam zona 2 yaitu posisi ekstrim dalam SAG. Sudut fleksi petani pria lebih kecil dibandingkan dengan sudut fleksi petani wanita. 37

52 A. B. C. D. Keterangan : A. Gerakan awal menggebot yaitu mengangkat padi sampai keatas kepala (fleksi lengan bawah membentuk sudut 51 0 ) B. Gerakan mulai mengayunkan padi yang akan ditumbukkan pada alat gebot (fleksi tulang belakang membentuk sudut 22 0 dan fleksi lengan bawah membentuk sudut 76 0 ) C. Gerakan membungkuk petani saat akan memukulkan padi pada alat gebot(fleksi tulang belakang membentuk sudut 27 0 dan fleksi lengan bawah membentuk sudut 40 0 ) D. Gerakan petani memukulkan padi tepat pada alat gebot (fleksi tulang belakang membentuk sudut 32 0 ) Gambar 23. Gerakan petani pria saat menggunakan alat gebot (papan perontok padi) Gerakan menggebot yang dilakukan petani pria tidak sesuai dengan SAG yang aman. Hal ini juga membuktukan bahwa alat yang digunakan tidak sesuai dengan antropometri petani pengguna alat gebot tersebut. Sehingga perlu diadakan perbaikan desain alat yang sesuai dengan SAG yang aman bagi petani. Dari hasil analisi SAG, dapat diketahui bahwa terdapat 13 parameter antropometri yang secara langsung terkait dengan desain optimal gebot. Ke-13 parameter tersebut tersaji pada Tabel 9. 38

53 No Tabel 9. Parameter antropometri yang terkait dengan desain alat gebot Parameter Persentil ke-5 (cm) Persentil ke-50 (cm) Persentil ke-95 (cm) 1 Tinggi badan 153,11 161,38 169,65 2 Tinggi bahu 126,27 135,25 144,24 3 Tinggi siku kaki 37,26 43,85 50,44 4 Tinggi pinggul 86,88 92,86 98,84 5 Panjang lengan atas 28,43 30,61 32,78 6 Panjang lengan 64,21 72,12 80,02 7 Lebar bahu 38,42 41,60 44,77 8 Panjang telapak tangan 9,21 10,09 10,98 9 Lebar telapak tangan (4 jari) 6,28 8,12 9,95 10 Lebar telapak tangan (5 jari) 7,50 9,50 11,50 11 Keliling genggaman tangan 22,03 26,51 30,99 12 Diameter genggaman tangan (antara ibu jari dan telunjuk) 1,88 3,15 4,42 13 Diameter genggaman tangan (antara ibu jari dan jari tengah) 2,35 3,83 5,30 Analisis korelasi antar 13 parameter antropometri tersebut menunjukkan bahwa terdapat 3 pasang parameter yang berkorelasi sangat kuat yaitu tinggi badan dan tinggi siku kaki, tinggi badan dan tinggi pinggul, diameter genggaman tangan (antara ibu jari dan telunjuk) dan diameter genggaman tangan (antara ibu jari dan jari tengah). Terdapat 4 pasang parameter berkorelasi kuat yaitu tinggi badan dan panjang lengan atas, tinggi badan dan panjang telapak tangan, tinggi siku kaki dan tinggi pinggul, dan tinggi siku kaki dan panjang telapak tangan, dan terdapat 71 parameter berkorelasi lemah. Analisis korelasi disajikan pada Tabel 10 dibawah ini. Tabel 10. Korelasi 13 parameter yang mempengaruhi desain alat gebot Parameter nomor , ,86 0, ,79 0,14 0, ,53 0,23 0,44 0, ,48 0,12 0,38 0,36 0, ,37 0,06 0,38 0,26 0,16 0, ,55 0,37 0,52 0,40 0,46 0,26 0, ,12 0,03 0,10 0,11-0,06 0,04-0,07 0, ,13 0,07 0,14 0,17-0,12 0,01-0,06 0,28 0, ,40 0,07 0,34 0,27 0,32 0,23 0,30 0,42 0,40 0, ,03 0,05-0,01-0,05 0,29 0,27 0,12-0,08-0,52-0,59-0, ,05 0,11 0,01 0,02 0,30 0,28 0,18-0,01-0,48-0,52-0,35 0,

54 Dari keseluruhan gerakan menggebot pada Gambar 22 dan 23 menunjukkan gerakan yang tidak sesuai dengan SAG yang baik. Sudut fleksi tulang belakang masuk dalam zona yang tidak nyaman yang dapat menimbulkan keluhan. Ketidak sesuaian gerakan operator dengan SAG yang baik dapat disebabkan oleh tidak sesuainya alat dengan antropometri operator sebagai pengguna. Pada gambar dibawah ini diperlihatkan gerakan menggebot yang sesuai dengan SAG yang aman serta penyesuaian dimensi alat dengan antropometri operator sebagai pengguna. Gerakan menggebot tersebut disimulasikan dengan menggunakan software autocad yang disesuaikan dengan SAG yang aman bagi operator. Dari simulasi autocad ini juga dapat dilihat penyesuaian dimensi alat dengan antropometri operator yang sesuai dengan SAG sehingga dapat dijadikan rekomendasi objektif untuk mendesain alat gebot. Berikut adalah simulasi autocad mengenai kesesuaian antropometri operator dengan SAG yang aman serta penyesuaian dimensi alat dengan antropometri operator pria dan operator wanita. Gambar 24. Simulasi antropometri petani pria yang sesuai dengan SAG dan penyesuaian dimensi alat Gambar 25. Simulasi antropometri petani wanita yang sesuai dengan SAG dan penyesuaian dimensi alat 40

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur selama dua bulan terhitung dari bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI)

TINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI) Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan, dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan akibat ketidak tepatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Penelitian ini dilakukan mulai Juli-September 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. B. ALAT DAN BAHAN 1. Peralatan yang digunakan a. Meteran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juni 2010 sampai Oktober 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Teknik Mesin dan Biosistem. B. Peralatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Antropometri Petani Wanita Kecamatan Dramaga Pengambilan data dilakukan secara acak dengan mengunjungi subjek yang ada di tiap-tiap desa, baik dengan langsung bertemu dengan

Lebih terperinci

A. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN

A. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN III. METODOLOGI A. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu pengambilan data yang dilakukan di 15 desa di Kecamatan Wedung,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA Dalam suatu pengambilan data antropometri pada suatu populasi yaitu pada Kecamatan Dramaga terdapat perbedaan dengan populasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER LAMPIRAN 60 Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER Tanggal: Lokasi: Nama: Usia: (L/P) tahun 1. Lama penyemprotan (per proses): 3 jam 2.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMI II. TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMI Secara harfiah kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani : ergo (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Jadi ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersamasama

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. ENGINEERING DESIGN PROCESS Engineering design process atau proses desain engineering merupakan proses atau tahapan dimana seorang engineer merancang sebuah produk/alat atau mesin

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN TANGKAI CANGKUL (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) SKRIPSI

ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN TANGKAI CANGKUL (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) SKRIPSI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN TANGKAI CANGKUL (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) SKRIPSI M. DANI RAHMAWAN F14062546 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Rumah tinggal adalah rumah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Anthropometri Menurut Sritomo (1989), salah satu bidang keilmuan ergonomis adalah istilah anthropometri yang berasal dari anthro yang berarti manusia dan metron yang

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi Menurut Nurmianto (2004), istilah ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya.

Lebih terperinci

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PANEN PADI

ALAT DAN MESIN PANEN PADI ALAT DAN MESIN PANEN PADI Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia dari jaman ke jaman, cara pemungutan hasil (panen) pertanian pun tahap demi tahap berkembang sesuai dengan

Lebih terperinci

50kg Pita ukur/meteran Terpal 5 x 5 m 2

50kg Pita ukur/meteran Terpal 5 x 5 m 2 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan Februari 2010. Pembuatan desain prototipe dilakukan di laboratorium Teknik

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 060798 merupakan salah satu sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah. SDN 060798 beralamat di Jalan Medan Area Selatan. Kel.

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS Rini Yulianingsih Bagaimanakah perancangan yang baik? Aktivitas yang dilakukan oleh perancang adalah untuk menciptakan alat/mesin/sturktur/proses yang memenuhi kebutuhan:

Lebih terperinci

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma ANTROPOMETRI Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma Definisi Antropos = manusia Metrikos = pengukuran Ilmu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN Agung Santoso 1, Benedikta Anna 2,Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3 Staf Pengajar

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri

Lebih terperinci

Analisis Antropometri terhadap Ruang Kendali Traktor Roda Empat Buatan Jepang K dan Eropa N

Analisis Antropometri terhadap Ruang Kendali Traktor Roda Empat Buatan Jepang K dan Eropa N Technical Paper Analisis Antropometri terhadap Ruang Kendali Traktor Roda Empat Buatan Jepang K dan Eropa N Anthropometry Analysis of Workstation Four Wheel Tractor Made in Japan K and Europe N Rhamdani

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi 2.1.1 Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang dapat digunakan untuk menggunakan informasi/data sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem

Lebih terperinci

Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor Based on Anthropometry

Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor Based on Anthropometry Perencanaan Tempat Duduk Traktor dengan Antropometri (Nurhidayah dkk) PERENCANAAN TEMPAT DUDUK TRAKTOR RODA EMPAT YANG ERGONOMIS DENGAN ANTROPOMETRI Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG Tri Widodo & Heli Sasmita Tiga_wd@yahoo.co.id Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI TERHADAP RUANG KENDALI PADA TRAKTOR RODA EMPAT KINTA SB55

ANALISIS ERGONOMI TERHADAP RUANG KENDALI PADA TRAKTOR RODA EMPAT KINTA SB55 ANALISIS ERGONOMI TERHADAP RUANG KENDALI PADA TRAKTOR RODA EMPAT KINTA SB55 (Analize Ergonomic of Controlling Room for Four-Wheel Tractor KINTA SB55) Robi Salim Rambe 1,2), Achwil Putra Munir 1, Saipul

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Daryono Mahasiswa (S1) Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma Scochuu_kuro@yahoo.co.id ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A Data Anthropometry Orang Dewasa Di Indonesia

LAMPIRAN A Data Anthropometry Orang Dewasa Di Indonesia L A M P I R A N LAMPIRAN A Data Anthropometry Orang Dewasa Di Indonesia L-1 1. DATA ANTHROPOMETRY Anthropometry Masyarakat Indonesia yang didapat dari interpolasi masyarakat British dan Hongkong (Pheasant,1996)

Lebih terperinci

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk Modul ke: Studio Desain II Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn Fakultas 10FDSK Program Studi Desain Produk ERGONOMI Studi ergonomi dilakukan bedasarkan panduan dari Human Factor Design

Lebih terperinci

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN B A B III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan laporan ini, penulis membagi metodologi pemecahan masalah dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Indentifikasi Masalah 2. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan

Lebih terperinci

Jember, Juli, 2011 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2011] Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) Abstrak

Jember, Juli, 2011 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2011] Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) Abstrak Penggunaan Mesin Perontok untuk Menekan Susut dan Mempertahankan Kualitas Gabah (The Use of Power Thresher to Reduce Losses and Maintain Quality of Paddy) Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) 1) Departemen

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK Abstrak ANAK Delta Pralian - NPM : 30402264 Program Studi Teknik Industri, Universitas Gunadarma E-mail : dpralian@yahoo.com

Lebih terperinci

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi 11: PANEN DAN

Lebih terperinci

Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja

Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja Modul- 3 Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Kegiatan Belajar -4 POKOK BAHASAN KONSEP DASAR DAN APLIKASI PENGUKURAN ANTROPOMETRI VARIABEL ANTROPOMETRI

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Meja Belajar Tabel 4.1 Data pengukuran meja Pengukuran Ukuran (cm) Tinggi meja 50 Panjang meja 90 Lebar meja 50 4.1.. Data Kursi Belajar

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI INDUSTRI INOVATIF Vol. 3, No. 2, September 2013: 18-23 PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI 1) Mujiono 1) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

Gambar 15. Gambar teknik perontok padi hasil rancangan (O-Belt Thresher) 34

Gambar 15. Gambar teknik perontok padi hasil rancangan (O-Belt Thresher) 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prototipe Perontok Padi Tipe Pedal Hasil Rancangan (O-Belt Thresher) Prototipe perontok padi ini merupakan modifikasi dari alat perontok padi (threadle thresher) yang sudah ada.

Lebih terperinci

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data penelitian untuk perencanaan atau perancangan arsitektur atau kota dibagi dalam tiga kelompok yaitu survei, observasi dan arsip.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA Dwi Nurul Izzhati Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik UDINUS Jl. Nakula I, No.5-11, Semarang E-mail: dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Anthropometri Anthropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Sedangkan menurut Nurmianto (1991) anthropometri adalah satu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Mekar Tani, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang dan Balai Besar Penelitian dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Disusun oleh: Daryono (344169) Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN Sumber : Openshaw (2006) dalam Rahmawan (2011) Gambar 12 Macam-macam selang gerakan pada saat menajak III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan rawa lebak Desa

Lebih terperinci

Anthropometry. the study of human body dimensions. TeknikIndustri 2015

Anthropometry. the study of human body dimensions. TeknikIndustri 2015 Anthropometry the study of human body dimensions hanna.udinus@gmail.com TeknikIndustri 2015 Definisi (Nurmianto, 2005) Antropos ( man) metron (measure) Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK ERGONOMI PEKERJA BAGIAN SORTASI AKHIR PADA PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA SECARA SEMI BASAH

ANALISIS ASPEK ERGONOMI PEKERJA BAGIAN SORTASI AKHIR PADA PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA SECARA SEMI BASAH ANALISIS ASPEK ERGONOMI PEKERJA BAGIAN SORTASI AKHIR PADA PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA SECARA SEMI BASAH (Studi Kasus PT. J. A. Wattie Perkebunan Durjo Jember) SKRIPSI oleh Isman Hadi S NIM 071710101059 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Mesin Perontok Padi (Paddy Thresher) dalam Upaya Peningkatan Kualitas dan Efisiensi Produksi Beras Pasca Panen

Rancang Bangun Mesin Perontok Padi (Paddy Thresher) dalam Upaya Peningkatan Kualitas dan Efisiensi Produksi Beras Pasca Panen Rancang Bangun Mesin Perontok Padi (Paddy Thresher) dalam Upaya Peningkatan Kualitas dan Efisiensi Produksi Beras Pasca Panen Pathya Rupajati 1,a), Saharudin 2,b), Syaiful Arif 3,c),Dwita Suastiyanti 4,d)

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE HAMMER THRESHER [Modification of Rice Thresher-Hammer thresher Type]

MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE HAMMER THRESHER [Modification of Rice Thresher-Hammer thresher Type] Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 1, No. 1, Oktober 2012: 23-28 MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE HAMMER THRESHER [Modification of Rice Thresher-Hammer thresher Type] Oleh : Ahmad Harbi 1, Tamrin 2,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Antropometri Istilah Antropometri berasal dari kata Anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ergonomi merupakan suatu studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan

Lebih terperinci

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Darsini Teknik Industri Fakultas Teknik - Univet Bantara Sukoharjo e-mail: dearsiny@yahoo.com Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah merancang desain troli

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kursi Roda adalah alat bantu untuk melakukan aktifitas bagi penderita cacat fisik seperti patah tulang kaki, cacat kaki, atau penyakit-penyakit lain yang menyebabkan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN UJI TEKNIS ALAT PERONTOK PADI SEMI MEKANIS PORTABEL

RANCANG BANGUN DAN UJI TEKNIS ALAT PERONTOK PADI SEMI MEKANIS PORTABEL RANCANG BANGUN DAN UJI TEKNIS ALAT PERONTOK PADI SEMI MEKANIS PORTABEL Mislaini R Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas-Padang 25163 Email: mislaini_rahman@yahoo.co.id ABSTRAK Rancang bangun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

Gambar 14. Grafik Jumlah Butir per Malai pada Beberapa Varietas Padi

Gambar 14. Grafik Jumlah Butir per Malai pada Beberapa Varietas Padi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Karakteristik Tanaman Padi Tanaman padi memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan varietas padi. Karakteristik yang dimiliki menjadi suatu kelebihan atau

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT BELAJAR DAN BERMAIN YANG ERGONOMIS DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA SELAT PANJANG

PERANCANGAN ALAT BELAJAR DAN BERMAIN YANG ERGONOMIS DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA SELAT PANJANG Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 PERANCANGAN ALAT BELAJAR DAN BERMAIN YANG ERGONOMIS DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA SELAT PANJANG Nofirza 1 dan Zul Infi 2 Abstrak:

Lebih terperinci

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI KERJA YANG ERGONOMIS PADA STASIUN KERJA PEMOTONGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI KERJA YANG ERGONOMIS PADA STASIUN KERJA PEMOTONGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 2, Desember 2011 ISSN 1412-6869 PERANCANGAN MEJA DAN KURSI KERJA YANG ERGONOMIS PADA STASIUN KERJA PEMOTONGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Pendahuluan

Lebih terperinci

MODUL I DESAIN ERGONOMI

MODUL I DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN STANDARD NORDIC QUESTIONNAIRE I. IDENTITAS PRIBADI (Tulislah identitas saudara dan coret yang tidak perlu) 1. Nama :... 2. Umur/Tgl. Lahir :.../... 3. Stasiun Kerja :... 4. Status : Kawin/Belum

Lebih terperinci

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS PKMT-2-1-1 RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS Mirta Widia, Mia Monasari, Vera Methalina Afma, Taufik Azali Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Perancangan wheelbarrow

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional atau studi belah lintang dimana variabel

Lebih terperinci

STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH

STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Ukuran dan model dari kursi taman/teras yang lama. Data anthropometri tentang ukuran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PRODUK BERBASIS ANTHROPOMETRI

PENGEMBANGAN PRODUK BERBASIS ANTHROPOMETRI PENGEMBANGAN PRODUK BERBASIS ANTHROPOMETRI Bernard Sianipar Bina Nusantara University, Jl. Pustaka Kencana 2 Blok U2 No.16 Sektor 12.5 Bumi Serpong Damai Tangerang Selatan, 0812-1897-6330, bernard9nipar@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai model dan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian mengenai desain perbaikan kursi untuk karyawan pada bagian kerja penyetelan dan pelapisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang penting di lingkungan sekolah maupun universitas. Pada proses belajar mengajar ini diperlukan suatu fasilitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA Fadilatus Sukma Ika Noviarmi 1, Martina Kusuma Ningtiyas 1 1 Universitas Airlangga fadilasukma@gmail.com Abstrak Stasiun kerja dalam

Lebih terperinci

. II. TINJAUAN PUSTAKA

. II. TINJAUAN PUSTAKA . II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas tanah dengan memecah partikel menjadi lebih kecil sehingga memudahkan akar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai media untuk menanam padi. memprihatinkan, dimana negara Indonesia yang memiliki lahan yang cukup luas

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai media untuk menanam padi. memprihatinkan, dimana negara Indonesia yang memiliki lahan yang cukup luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, sehingga padi termasuk tanaman prioritas. Hampir diseluruh

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PERONTOK BULU AYAM UNTUK MENINGKATKAN KEHIGIENISAN

RANCANG BANGUN ALAT PERONTOK BULU AYAM UNTUK MENINGKATKAN KEHIGIENISAN RANCANG BANGUN ALAT PERONTOK BULU AYAM UNTUK MENINGKATKAN KEHIGIENISAN BAGUS Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura bagusale12@gmail.com Abstrak- Semakin banyaknya rumah

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENERAPAN TEKNOLOGI ARLIK, ALAT PEMANEN PADI YANG ERGONOMIS DAN NYAMAN. Oleh:

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENERAPAN TEKNOLOGI ARLIK, ALAT PEMANEN PADI YANG ERGONOMIS DAN NYAMAN. Oleh: LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENERAPAN TEKNOLOGI ARLIK, ALAT PEMANEN PADI YANG ERGONOMIS DAN NYAMAN Oleh: Holil F14110061 / 2011 Farrah Virginia F14110051 / 2011 Saepul Rohman F14110050

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANTROPOMETRI Hasil pengolahan data yang akan disajikan dalam tabel-tabel pada bab pembahasan ini merupakan ringkasan data yang menunjukkan nilai rata-rata, simpangan baku, sebaran

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

APLIKASI ANTHROPOMETRI UNTUK PERANCANGAN STASIUN KERJA DI LOBBY PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS X, SURABAYA

APLIKASI ANTHROPOMETRI UNTUK PERANCANGAN STASIUN KERJA DI LOBBY PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS X, SURABAYA APLIKASI ANTHROPOMETRI UNTUK PERANCANGAN STASIUN KERJA DI LOBBY PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS X, SURABAYA Suryawirawan Widiyanto Program Studi Teknik Industri, Universitas Ma Chung, Malang Villa Puncak Tidar

Lebih terperinci

STUDI GERAK DAN WAKTU DENGAN ANALISIS BIOMEKANIKA PADA PROSES PANEN TEBU DI PG. BUNGAMAYANG, LAMPUNG OLEH: ABDUL MALIK HOSYIYAR ROHMAN F

STUDI GERAK DAN WAKTU DENGAN ANALISIS BIOMEKANIKA PADA PROSES PANEN TEBU DI PG. BUNGAMAYANG, LAMPUNG OLEH: ABDUL MALIK HOSYIYAR ROHMAN F STUDI GERAK DAN WAKTU DENGAN ANALISIS BIOMEKANIKA PADA PROSES PANEN TEBU DI PG. BUNGAMAYANG, LAMPUNG OLEH: ABDUL MALIK HOSYIYAR ROHMAN F14104049 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 70 BAB V HASIL PENELITIAN Hasil dan analisis hasil pengamatan dan pengukuran terhadap variabel pada penelitian ini disajikan sebagai berikut : 5.1 Kondisi Subjek Penelitian 5.1.1 Analisis deskripsi karakteristik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire A. DATA RESPONDEN Nama : Usia : Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Status Pernikahan : Berat Badan Tinggi Badan : kg : cm Tangan dominan : a. Kanan

Lebih terperinci

ASPEK PERANCANGAN BODI KENDARAAN (2)

ASPEK PERANCANGAN BODI KENDARAAN (2) ASPEK PERANCANGAN BODI KENDARAAN (2) 2. Ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang segala pertimbangan manusia (membahas kelebihan dan keterbatasan manusia), dan secara sistematis manfaat tersebut

Lebih terperinci

Usulan Perbaikan Meja Kerja Yang Ergonomis Untuk Proses Pemasangan Karet Kaca Pada Kendaraan Niaga Jenis TD di PT XYZ

Usulan Perbaikan Meja Kerja Yang Ergonomis Untuk Proses Pemasangan Karet Kaca Pada Kendaraan Niaga Jenis TD di PT XYZ Usulan Perbaikan Meja Kerja Yang Ergonomis Untuk Proses Pemasangan Karet Kaca Pada Kendaraan Niaga Jenis TD di PT XYZ Ririn Regiana Dwi Satya Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indraprasta

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI

PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI Agung Kristanto 1, Slamet Cahyo Widodo 2 Abstract: Salah satu tahapan dalam proses panen

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Duduk nyaman di kursi adalah factor cukup penting untuk diperhatikan, apapun itu model kursi minimalis,

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 2 Tinjauan Literatur

1 Pendahuluan. 2 Tinjauan Literatur Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.4 No. (015) 17-3 ISSN 30 934X Ergonomic and Work System Perancangan Kursi yang Ergonomis sebagai Alat Bantu di Stasiun Kerja Produksi Air Galon ( Studi Kasus

Lebih terperinci

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE TAJAK SKRIPSI. Oleh: OKTAFIL ULYA F

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE TAJAK SKRIPSI. Oleh: OKTAFIL ULYA F PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE TAJAK SKRIPSI Oleh: OKTAFIL ULYA F14054386 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT

Lebih terperinci

Perancangan Ulang Alat Perajangan Daun Tembakau Untuk Mengurangi Keluhan Pada Pekerja

Perancangan Ulang Alat Perajangan Daun Tembakau Untuk Mengurangi Keluhan Pada Pekerja Performa (013) Vol. 1, No.: 105-114 Perancangan Ulang Alat Perajangan Daun Tembakau Untuk Mengurangi Keluhan Pada Pekerja Lobes Herdiman, Taufiq Rochman *), dan Agus Budi Susilo Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

KAJIAN ANTROPOMETRI: EVALUASI DESAIN PERABOT RUANG BACA UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

KAJIAN ANTROPOMETRI: EVALUASI DESAIN PERABOT RUANG BACA UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Prosiding 2014 Hasil Penelitian Teknologi Terapan KAJIAN ANTROPOMETRI: EVALUASI DESAIN PERABOT RUANG BACA UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Rahmi Amin Ishak, Syarif Beddu, Radhiyya Amir Jurusan Teknik

Lebih terperinci