PENGARUH PENYEMPROTAN GA3 DAN ASAL TANAMAN INDUK DALAM MEMPERPANJANG MASA JUVENILE TANAMAN KENTANG. Oleh A.K. Karjadi

Transkripsi

1 PENGARUH PENYEMPROTAN GA3 DAN ASAL TANAMAN INDUK DALAM MEMPERPANJANG MASA JUVENILE TANAMAN KENTANG Effect of GA3 Application and The Source of Mother Plant to Elongate Juvenile Periode at Potato Plant Oleh A.K. Karjadi Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Jl. Tangkuban perahu No. 517 Lembang Bandung Alamat korespondensi: A.K. Karjadi ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di screen house Balai Penelitian Tanaman Sayuran pada bulan Maret s.d Oktober Rancangan dari peneltian adalah split plot dengan lima ulangan, sebagai petak utama perlakuan penyemprotan GA ppm (A1) disemprot dan (A2) tidak disemprot; anak petak asal tanaman induk: tanaman in vitro /plantlet (T1) ; stek pucuk (T2); umbi mini (T3). Setiap perlakuan ditanam di pot plastik (diameter 25 cm) dengan kerapatan 10 tanaman per pot. Perlakuan penyemprotan GA ppm dilaksanakan setelah panen stek. Hasil menunjukan bahwa perlakuan penyemprotan GA ppm dan asal tanaman induk belum mampu meningkatkan persentase tanamam induk berdaun ganda, jumlah batang maupun jumlah stek. Perlakuan penyemprotan GA ppm relatif meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman induk. Plantlet (tanaman in vitro) menghasilkan stek yang paling. Kata kunci: kentang (Solanum tuberosum L ); GA 3, plantlet (tanaman in vitro), stek pucuk, umbi mini. ABSTRACT The experiment was conducted on the screen house at IVEGRI on March until October 2011, it was arranged by using split plot with five replications. Application of GA ppm was as the main plot, they were: (A1) GA 3 application, (A2) non GA 3 application; whereas as the subplot was source of mother plant, they were : (T1) in vitro plant/plantlet, (T2) stem cutting, (T3) mini tuber. All materials were planted at plastic pot ( Ǿ 25 cm), 10 plants/pot. GA 3 was applied after harvested cutting. The result of experiment showed that GA 3 application and the source of mother plant could not improve yet on plant growth (%), multiple leaves (%), number of stem and number of cutting. It was obviously seen that GA 3 application can increase mother plant growth quality (performance). The best mother plant source for producing cutting was plantlet (in vitro plant). Key words: potato (Solanum tuberosum L); GA 3; plantlet (in vitro plant), stem cutting, mini tuber. PENDAHULUAN Tanaman kentang ( Solanum tuberosum L) merupakan salah satu komoditas yang mendapat prioritas dalam program penelitian dan pengembangan sayuran. Dikarenakan tanaman ini mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat untuk menunjang diversifikasi pangan. Dalam program perbenihan penggunaan benih yang bebas pathogen mutlak diperlukan. Benih tersebut dapat diperoleh melalui metoda kultur jaringan disertai pengujian pathogen secara intensif dilanjutkan dengan teknik perbanyakan cepat. Penggunaan teknik perbanyakan cepat dalam program perbenihan kentang 97

2 dimaksudkan untuk mempersingkat masa penyediaan benih disamping meningkatkan jumlahnya dengan kualitas umbi yang terjaga. Hasil dari beberapa penelitian ternyata perbanyakan cepat dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas benih kentang dalam waktu yang relative singkat. Pada umumnya teknik perbanyakan cepat dengana menanam stek, dipergunakan untuk perbanyakan baenih genrasi pertama pada program perbenihan. Untuk generasi selanjutnya dapat diperbanyak kembali dengan cara konvensional. Selain itu teknik ini dipakai juga untuk mempercepat peningkatan jumlah benih dasar atau sebagai pelaksanaan awal dari program perbanyakan benih varietas unggul baru. Akan tetapi sebelum memulai program perbanyakan cepat besar-besaran perlu diketahui cara terbaik yang dapat diterapkan termasuk kondisi iklim, varietas yang akan diperbanyak serta fasilitas yang tersedia, nisbah dari perbanyakan dengan menggunakan stek. Teknik perbanyakan cepat pada tanaman kentang ini menguntungkan bila ditinjau dari program perbenihan kentang dikarenakan dengan penerapan metode ini dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas benih kentang dalam waktu yang relative singkat. Menurut Bryan (1981), penanaman kentang dengan menerapkan salah satu atau kombinasi dari beberapa cara perbanyakan cepat dapat meningkatkan rasio perbandingan menjadi 1 : 40 dimana dari satu tanaman diharapkan dapat menghasilkan 3 5 umbi mini. Menurut Goodwin et al. (1980), keberhasilan dalam menggunakan teknik perbanyakan cepat ini dipengaruhi oleh tujuan dan materi yang tersedia. Dengan adanya teknik perbanyakan cepat ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas umbi benih dalam memproduksi benih bermutu. Gibberelic acid dapat merangsang pertumbuhan batang dan meningkatkan besarnya daun pada beberapa jenis tumbuhan. Selain itu zat ini dapat juga mempertahankan masa juvenile dari tanaman dimana GA3 menstimulir pembelahan sel, pemanjangan sel dan memecahkan dormansi pada umbi kentang. (Sanjaya dan Krisantini 1993, Kandil et al., 2012). Pada perbanyakan tanaman secara cepat yaitu dengan menanam stek pucuk (stek batang), sebaiknya stek tersebut dipanen dari tanaman induk yang masih muda (juvenile). Dikarenakan stek yang dipanen dari tanaman induk sudah tua mutu steknya akan kurang baik dan akan menghambat pertumbuhan dari stek tersebut (Uyen and Zaag, 1983, Struik and Wiersema, 1999) Pada umumnya panen stek dari tanaman induk dilakukan beberapa kali 98

3 sampai dengan tanaman induk sudah menunjukkan ciri sudah tua. Dalam perawatan ( pemeliharaan) tanaman induk diusahakan tetap juvenile (m uda) dimana dari tanaman induk yang juvenile ini dapat dipanen stek berkualitas baik. Perawatan (pemeliharaan) dan asal tanaman induk sangat mempengaruhi kualitas dari stek yang akan dipanen (Karjadi, et al, 1993; Kim et al, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh macam (asal) tanaman induk dan perlakuan penyemprotan GA3 dalam memperpanjang masa juvenile dari tanaman induk varietas Granola. Perlakuan penyemprotan dimulai setelah tanaman induk berumur 4 minggu setelah tanam, dan penymprotan GA3 150 ppm ini dilakukan setiap setelah panen stek. Panen stek dihentikan setelah tanaman induk menunjukkan ciri-ciri sudah tua (senescens) atau sudah terbentuk umbi. Pemeliharaan tanaman, penyiraman, pemberantasan hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Pengamatan dilakukan terhadap persentase tanaman tumbuh, jumlah batang, jumlah stek setiap panen, persentase tanaman induk membentuk daun ganda. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Screen house (rumah sere) Balai Penelitian Tanaman Sayuran, rancangan dari penelitian adalah Split plot dengan 5 ulangan, sebagai petak utama (main plot) penyemprotan GA3 : 150 ppm (A1), tidak disemprot (A2). Anak petak (sub plot) asal tanaman induk (mother plant) yaitu: tanaman induk in vitro /plantlet (T1); stek pucuk (T2) dan umbi mini <10 g (T3). Setiap perlakuan ditanam di pot plastik (diameter 25 cm) dengan kerapatan 10 tanaman. Media tanam adalah campuran pupuk kandang dan tanah yang disterilkan dengan perbandingan 1 : 2. Sebagai pupuk dasar ditambhakan NPK ( ) 5 gram per pot. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis statistik, tidak terdapat interaksi antara perlakuan penyemprotan GA3 150 ppm setelah panen stek dan asal tanaman induk kentang untuk pengamatan persentase tanaman tumbuh, jumlah batang per perlakuan, persentase tanaman berdaun ganda (majemuk) maupun jumlah stek yang akan dipanen. Pada Tabel 1, perlakuan penyemprotan larutan GA3 150 ppm setelah panen tidak berbeda nyata untuk pengamatan persentase tanaman tumbuh, jumlah batang, persentase tanaman induk berdaun ganda. Walaupun secara statistik tidak berbeda nyata, tetapi persentase tanaman tumbuh yang disemprot larutan GA3 150 ppm selalu lebih tinggi dari yang 99

4 Tabel 1. Pengaruh perlakuan penyemprotan larutan GA3 150 ppm terhadap persentase tanaman tumbuh, jumlah batang per perlakuan, persentase tanaman induk berdaun ganda Persentase tanaman tumbuh A1 ( Disemprot) 97,98 a 97,78 a 97,78 a 91,11 a 87,78 a A2 ( tidak disemprot) 96,89 a 95,55 a 94,44 a 88,89 a 84,44 a Jumlah batang per perlakuan A1 ( Disemprot) 9,78 a 11,22 a 12,22 a 12,56 a 11,56 a A2 ( tidak disemprot) 9,89 a 10,78 a 13,44 a 13,22 a 12,44 a Persentase tanaman induk berdaun ganda A1 ( Disemprot) 1,00 a 2,56 a 3,89 a 6,22 a 9,00 a A2 ( tidak disemprot) 1,22 a 3,00 a 4,89 a 7,00 a 9,44 a jarak berganda Duncan taraf 5 %. tidak disemprot. Demikian pula untuk jumlah batang. Dan kebalikannya untuk persentase tanaman induk berdaun ganda dimana tanaman induk yang disemprot GA3 150 ppm selalu lebih rendah sampai dengan 12 MST. Menurut Tehranifar dan Bettley (1997); Lopez et al (1989), pada umumnya perlakukan GA3 akan memperpanjang fase vegetative tanaman dan menunda fase generative tetapi setiap jenis tanaman akan memberikan respon berbeda. Pengamatan secara visual terlihat bahwa tanaman induk yang disemprot GA3 150 ppm warna daun lebih pekat dan tanaman induk terlihat lebih vigor (sehat). Bila dihubungkan dengan persentase tanaman induk yang tumbuh sampai dengan umur 12 MST, persentase tanaman induk tumbuh diatas 80% dan persentase tanaman induk berdaun ganda dibawah 10%. Menurut Graza dan Van der Zaag (1985), bahwa salah satu ciri tanaman induk sudah tua adalah berdaun ganda. Atau tanaman induk sudah membentuk umbi, atau warna daun sudah menguning/senescen. Dan stek yang dipanen dari tanaman induk yang sudah menunjukkan ciri sudah tua /senescens kualitasnya kurang baik. Hasil analisa statistik persentase tanaman tumbuh dari tanaman induk tidak berbeda nyata, dan pertumbuhan dari tanaman induk diatas 90%. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas tanaman induk dipengaruhi oleh asal tanaman induk dan pemeliharaannya. Semakin tua tanaman induk, % tanaman yang tumbuh menurun dan pada saat tanaman berumur 12 MST umumnya tanaman induk dari ketiga perlakuan yang tumbuh antara 83,33 88,33%. 100

5 Tabel 2. Pengaruh perlakuan asal tanaman induk kentang terhadap persentase tanaman induk tumbuh, jumlah batang per perlakuan, persentase tanaman induk berdaun ganda Persentase tanaman tumbuh T 1 ( tanaman in vitro) 96,67 a 97,67 a 95,00 a 86,67 a 83,33 a T2 ( stek pucuk) 98,33 a 95,00 a 95,00 a 91,67 a 86,67 a T3 (Umbi mini) 100,00 a 98,33 a 98,33 a 91,67 a 88,33 a Jumlah batang per perlakuan T 1 ( tanaman in vitro) 9,67 a 11,67 a 17,0 a 18,67 a 17,33 a T2 ( stek pucuk) 9,83 a 10,16 b 9,67 c 9,33 b 9,00 b T3 (Umbi mini) 10,00 a 11,16 ab 11,83 b 10,67 b 9,67 b Persentase tanaman induk berdaun ganda T1 ( tanaman in vitro) 0,00 b 0,00 c 1,17 c 1, 67 c 1,83 c T2 ( stek pucuk) 1,16 a 3,00 b 4,83 b 7,00 b 11,00 b T3 ( umbi mini) 2,17 a 5,33 a 7,17 a 11,17 a 14,83 a jarak berganda Duncan taraf 5 % Tabel 3. Pengaruh perlakuan penyemprotan larutan GA3 150 ppm terhadap jumlah stek per perlakuan dan jumlah stek per batang Jumlah stek per perlakuan A1 ( Disemprot) 14,22 a 21,22 a 26,56 a 28,22 a 27,56 a A2 ( tidak disemprot) 15,56 a 20,44 a 23,44 a 26,56 a 27,10 a Jumlah stek per batang A1 ( Disemprot) 1,45 a 1,93 a 2,29 a 2,38 a 2,47 a A2 ( tidak disemprot) 1,58 a 1,89 a 1,82 a 2,18 a 2,29 a jarak berganda Duncan taraf 5 % Untuk jumlah batang perperlakuan, rata-rata jumlah batang tanaman in vitro selalu lebih besar, secara visual terlihat dari setiap buku tumbuh tunas. Perlakuan stek (T2), umbi mini (T3) rata-rata jumlah batang hanya satu pertanaman. Persentase tanaman induk berdaun ganda sangat berpengaruh pada kulaitas stek yang dipanen, terlihat bahwa perlakuan T1(tanaman in vitro) rata-rata selalu terendah, dan dapat dikatakan bahwa tanaman induk T1( tanaman in vitro) lebih baik dari T2 (stek puc uk) dan T3 (umbi mini). Dari beberapa hasil penelitian (Karjadi, 1993 et al) bahwa perawatan (pemeliharaan) tanaman dan sifat genetik tanaman sangat mempengaruhi kualitas tanaman induk. Pada pengamatan jumlah stek per perlakuan dan per batang, uji statistik tidak berbeda nyata tetapi perlakuan peneymprotan GA3 150 ppm untuk jumlah stek per perlakuan dan perbatang selalu 101

6 lebih tinggi. Dan secara visual juga terlihat bahwa kualitas stek yang dipanen dari perlakuan A1 (disemprot ) lebih baik daripada perlakuan A2 (tidak disemprot). Panen stek hanya dilakukan sampai tanaman induk berumur 12 MST, dikarenakan pada saat tersebut kualitasstek yang dipanen sudah kurang baik. Serta tanaman induk sudah menunjukkan ciriciri sudah tua diantaranya berdaun ganda dan berumbi. Pada perlakuan penyemprotan GA3 masih belum dapat memperpanjang masa juvenile dari tanaman induk, tetapi dari penelitian ini secara visual terlihat bahwa kualitas tanaman induk yang disemprot GA3 lebih baik daripada tidak disemprot. Menurut Chatfield et al (2000) dan Mobini et al (2009), keberhasilan tunas tumbuh dipengaruhi oleh sifat genetik dari kultivar, kombinasi optimum dari temperatur, cahaya dan kelembaban relatif pada saat tanaman induk tumbuh. Hasil analisis statistik antara perlakuan asal tanaman induk berbeda nyata. Panen stek per batang tanaman induk antara 1,07 1,97. Pada umumnya tanaman induk in vitro rata-rata jumlah steknya per batang lebih tinggi. Dan secara visualpun terlihat bahwa hampir seluruh buku tumbuh tunas yang dapat dipanen steknya. Panen stek dihentikan setelah tanaman induk menunjukkan tanda-tanda sudah tua yaitu sudah membentuk daun ganda,berumbi atau daun dari tanaman induk sudah mulai menguning (senescens). Dari ketiga macam sumber tanaman induk terlihat bahwa jumlah stek per perlakuan asal tanaman in vitro selalu lebih baik dari perlakuan lainnya. Dan jumlah stek per batang umumnya hanya satu yang dapat dipanen. Disini dapat dikatakan bahwa tanaman induk asal in vitro adalah yang terbaik, walaupun untuk pemindahan (aklimatisasi) tanaman lebih sulit bila Tabel 4. Pengaruh perlakuan asal tanaman induk terhadap jumlah stek per perlakuan dan jumlah stek per batang Jumlah stek per perlakuan T 1 ( tanaman in vitro) 16,00 a 22,17 a 29,83 a 30,17 a 32,67 a T2 ( stek pucuk) 10,50 b 14,33 b 17,67 b 15,33 b 16,67 b T3 (Umbi mini) 18,17 a 16,00 a 18,00 a 16,67 b 12,50 b Jumlah stek per batang T 1 ( tanaman in vitro) 1,66 a 1,97 a 1,89 a 1,66 b 1,82 b T2 ( stek pucuk) 1,07 b 1,41 b 1,74 b 1,71 a 1,05 a T3 (Umbi mini) 1,42 b 1,35 b 1,53 b 1,48 ab 1,28 ab jarak berganda Duncan taraf 5 % 102

7 Tabel 5. Pengaruh perlakuan penyemprotan larutan GA3 150 ppm dan asal tanaman induk terhadap jumlah stek per perlakuan Perlakuan A1 T1 13,33 bc 25,00 a 34,33 a 26,67 a 26,33 a T2 10,00 c 12,33 b 15,33 c 21,67 a 29,00 a T3 19,33 a 26,33 a 30,00 ab 30,33 a 25,67 a A2 T1 18,67 a 19,33 ab 25,33 abc 33,67 a 39,00 a T2 11,00 c 16,33 b 19,00 bc 29,00 a 24,33 a T3 17,0 ab 25,67 a 26,00 abc 23,00 a 19,33 a jarak berganda Duncan taraf 5 % Tabel 6. Pengaruh perlakuan penyemprotan larutan GA3 150 ppm dan asal tanaman induk terhadap jumlah stek per batang Perlakuan A1 T1 1,39 bc 2,18 ab 2,75 a 2,79 a 2,56 b T2 1,03 c 1,23 b 1,63 ab 2,78 a 2,35 a T3 1,93 a 2,36 a 2,58 a 2,78 a 2,50 ab A2 T1 1,03 a 1,76 ab 1,34 b 2,73 a 2,08 ab T2 1,10 c 1,59 ab 1,34 b 2,64 a 2,05 ab T3 1,70 ab 1,34 b 1,29 b 2,19 a 2,05 ab jarak berganda Duncan taraf 5 % dibandingkan dengan stek pucuk dan umbi mini. Menurut Cline (1994), bahwa asal tanaman ini mempunyai sirkulasi dan kandungan hormone yang berbeda dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik sebagai tanaman induk atau tanaman kentang dalam memproduksi umbi. Dalam Tabel 5. antara perlakuan penyemprotan larutan GA3 150 ppm dan asal tanaman induk tidak ada interaksi. Perlakuan asal tanaman induk, terlihat bahwa jumlah stek perlakuan untuk tanaman induk in vitro selalu menghasilkan jumlah tertinggi baik untuk perlakuan yang disemprot GA3 maupun tidak disemprot. Panen stek hanya dilakukan sampai dengan tanaman induk berumur 12 MST, dikarenakan pada saat tersebut tanaman menunjukkan ciri-ciri sudah tua yaitu daun sudah senescens (menguning), berumbi atau membentuk daun ganda. Dan menurut Kim et al. (2009) stek yang dipanen mutunya akan kurang baik dalam pertumbuhan selanjutnya. Selain itu stek yang dipanen dari tanaman induk sudah tua jumlah umbi yang dihasilkan akan sedikit atau tidak berumbi (Bryan, 1981: Mobini et al, 2009). Dalam Tabel 6, pengamatan jumlah stek per batang, rata-rata jumlah stek antara 1,03 2,78. dan terlihat bahwa 103

8 Tabel 7. Pengaruh perlakuan penyemprotan larutan GA3 150 ppm dan asal tanaman induk terhadap % tanaman tumbuh Perlakuan A1 T1 96,67 a 96,67 a 93,33 ab 90,00 b 86,67 a T2 96,67 a 93,33 a 93,33 ab 90,00 b 86,67 a T3 100,00 a 96,67 a 96,67 a 93,33 a 90,00 a A2 T1 96,67 a 96,67 a 96,67 a 93,33 a 80,00 a T2 100,00 a 96,67 a 96,67 a 90,00 ab 86,67 a T3 100,00 a 100,00 a 100,00 a 83,33 b 86,67 a jarak berganda Duncan taraf 5 %. kombinasi perlakuan penymprotan GA3 150 ppm dan asal tanaman induk in vitro, stek yang dihasilkan selalu lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Dari rata-rata jumlah stek saat tanaman induk berumur 12 MST, jumlah steknya 2 per batang tetapi panen stek harus dihentikan karena kualitas stek yang dihasilkan kurang baik dan tanaman induk sudah menunjukkan ciri-ciri sudah tua. Walupun jumlah stek perbatang lebih dari satu tetapi kualitas tanaman asal stek ini kurang baik untuk pertumbuhan selanjutnya (Jarret, R.L. and N. Gawel. 1991, Shiboaka, 1993; Haverkort et al, 1995). Kombinasi perlakuan penyemprotan GA3 dan asal tanaman induk terlihat bahwa umur tanaman induk 10, 12 MST produksi steknya selalu lebih tinggi dari sebelumnya. Demikian pula untuk perlakuan tanpa penyemprotan. Dengan kata lain perlakuan penyemprotan tidak berpengaruh pada jumlah stek per batang. Walaupun secara visual ada perbeadaan antara perlakuan yang disemprot GA3 150 ppm dengan perlakuan tanpa penyemprotan. Dari Tabel 7, persentase tanaman tumbuh secara statistik tidak berbeda nyata untuk perlakuan yang disemprot larutan GA3 150 ppm dan tidak disemprot dari 3 macam asal tanaman induk. Dalam perlakuan ini terlihat bahwa penyemprotan larutan GA3 150 ppm meningkatkan persentase tanaman tumbuh. Hasil analisis statistik antara perlakuan penyemprotan dan asal tanamn induk tidak terdapat interaksi, dan secara visualpun terlihat bahwa antara perlakuan yang disemprot dan yang tidak disemprot tidak berbeda. Hanya dari warna daun, perlakuanyang disemprot warna daun lebih pekat serta terlihat tanaman lebih vigour. Dari ketiga perlakuan, asal tanaman induk dari umbi mini selalu menghasilkan % tanaman tumbuh lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Dan pada Tabel 7 ini terlihat bahwa walaupun secara statistik tidak berbeda tetapi perlakuan 104

9 penyemprotan dan asal tanaman induk ini mempengaruhi persentase tanaman induk tumbuh. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan: 1. Hasil analisis statistik tidak terdapat interaksi antara perlakuan penyemprotan larutan GA3 150 ppm dan asal tanaman induk terhadap persentase tanaman tumbuh, jumlah batang, persentase tanaman berdaun ganda maupun jumlah stek. 2. Perlakuan penyemprotan larutan GA3 walaupun tidak berbeda nyata tetapi selalu meningkatkan persentase tanaman tumbuh, menurunkan persentase ganda. tanaman induk berdaun 3. Asal tanaman induk in vitro adalah tanaman induk terbaik dalam menghasilkan jumlah stek perbatang. 4. Ketiga macam tanaman induk yang diberi perlakuan penyemprotan larutan GA3 150 ppm pertumbuhannya selalu lebih baik dan vigour. DAFTAR PUSTAKA Bryan, J.E Rapid multiplication technique for potatoes. Int Pot. Cent. Lima Peru. Chatfield, S.P., P.B. Stirnberg, G. Forde and O. Leyser The hormonal regulation of axillary bud growth in Arabidopsis. Plant Journal 24: Cline, M.G The role of hormones in apical dominance. New approaches to an old problem in plant development. Physiol. Plant 90: Goodwin, P.B., Y.C. Kim and T Adisarwanto propagation of potatoes by shoot tip culture. Short communication. Potato Res. 23: Graza, I and P. Van der Zaag Rapid multiplication of potatoes ( Solanum tuberosum L). The Int. Potato Cent. Region VII. Manila. Phill. Haverkost A.J and J. Marimus Effect of Gibberelic acid and multiple harvest on production and reproductive value of seed potato es produced above ground on stem cuttings. Pot. Res. 38: Jarret, R.L. and N. Gawel Chemicals and environmental growth regulation of sweet potato ( Ipomeae batatas L) in vitro. Plant Cell Tissue Organ Cult. 25: Kandil, A.A., A.E. Sharif and A.M. A. El Latif Encaourangetment germination of potato seed cultivars (Solanum tuberosum L). J. of Basic and Applied Sci. 8: Karjadi, A.K., Luthfy dan Agung S Pengaruh beberapa sumber tanaman induk dalam memproduksi stek pucuk tanaman kentang. Laporan Penelitian BPH 1993/1994. Kim, C.W, C.K. Song,, J.S. Park,, H.K. Mun, Y.K. Kang, and B.K.Kang Growth and yield of potatoes with different mini tubers in which based hydrophonics. J. Hort. Sci. Technol. 27(3): Lopez, G. S., Pascual, B, Alagarda, and J.V. Maroto The influence of winter gibberelic acid applications 105

10 on earliness, productivity and other parameters, of quantity instrawberry cultivation (Fragaria x ananassa dutch) on the Spanish Mediterranean Coast. Acta.Hort. 265: Mobini, S.H.,, M. R. Ismail and H. Aromice Influence of ventilation and media on potato (Solanum tuberosum L). tuberization and its growth characteristic. African J. Biotech. 8 (1 ): Sanjaya, L dan Krisantini, Pengaruh asam gibberelat terhadap pertumbuhan dan perkembangana Geranium ( Pelargonium hortosum ). Bull. Penel. Hort. 25: Shibaoka, H Regulation by Gibberelics of theorientation of critical microtubers in plant cells. Aust. J. Plant Physiol 20: Struik, P.C. and S.G. Wiersema Seed potato technology.wagenigen Press. TheNetherlands, 382 pp. Tehranifer, A and N.H. Battley Comparison of the effect of GA3 and Chilling on vegetative vigour and fruit set in strawberry. Acta Hort. 409: Uyen, van U. and P. Van der Zaag, Vietnamese farmers use tissue culture for commercial potato production. Amer. Pot. Journal. 60: