STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK, STATUS GIZI DAN BODYIMAGE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK, STATUS GIZI DAN BODYIMAGE"

Transkripsi

1 STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK, STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK/OBES DI SMA BUDI MULIA BOGOR MELDARIA LINGGA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 ABSTRACT Meldaria Lingga. Study of Nutrition Knowledge, Eating Habits, Physical Activity, Nutritional Status and Body Image of Normal and Overweight/Obese Female Adolescent at SMA Budi Mulia Bogor. Under the guidance of Ali Khomsan. Objectives of this research were to analyze of nutrition knowledge, eating habits, physical activity, nutritional status and body image of normal and overweight/obese female adolescent at SMA Budi Mulia Bogor. Number of sample was 35 normal and 25 overweight/obese female students aged years old. Body image was measured using Stunkard (1983) figures consist of 9 pictures representing body shape from very thin to fat. The socio-economic background of subjects was relatively not different between normal female adolescent and overweight/obese. The results of this study shows that the level of nutrition knowledge was fair (56.7%). Most of the energy (83.3%) and protein (65%) adequacy level samples were categorized as highly deficit. As many as 67% of samples had positive perception of body image. The normal female adolescent had more negative perceptions of body image than overweight/obese female adolescent. Nutritional status correlated significantly with physical activity (r= ; p= 0.030) and body image (r= 0.387; p= 0.002). Keywords: nutrition knowledge, eating habits, physical activity, nutritional status, body image, and female adolescent.

3 RINGKASAN MELDARIA LINGGA. Studi tentang Pengetahuan Gizi, Kebiasaan Makan, Aktivitas Fisik, Status Gizi dan Body Image Remaja Putri yang Berstatus Gizi Normal dan Gemuk/Obes di SMA Budi Mulia Bogor. Dibimbing oleh Ali Khomsan. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengetahuan gizi, kebiasaan makan, aktivitas fisik, status gizi dan body image remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes di SMA Budi Mulia Bogor. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui karakteristik (umur, pendidikan, pengetahuan gizi) remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes, 2) mengetahui karakteristik keluarga remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obesitas, 3) mempelajari pengetahuan gizi, kebiasaan makan dan aktivitas fisik dan persepsi body image remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes, 4) menganalisis perbedaan antara pengetahuan gizi, body image, kebiasaan makan dan aktivitas fisik pada remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes, 5) menganalisis hubungan antara status gizi remaja putri dengan pengetahuan gizi, kebiasaan makan, aktivitas fisik dan body image remaja putri. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di SMA Budi Mulia Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive. Pengumpulan data primer dilakukan selama bulan September hingga November Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah remaja putri, berusia tahun, tidak dalam keadaan sakit, memiliki status gizi normal dan gemuk berdasarkan hasil pengukuran IMT/U dan bersedia untuk dijadikan sampel dalam penelitian. Penelitian ini diawali dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan remaja untuk mengetahui jumlah remaja putri SMA yang memiliki status gizi normal dan gemuk/obes yang selanjutnya diberi kuesioner penelitian. Jumlah contoh untuk remaja status gizi normal sebanyak 35 orang dan jumlah contoh untuk remaja yang berstatus gizi gemuk/obes sebanyak 25 orang. Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia statistik dengan menggunakan alat bantu program komputer Microsoft Excell dan SPSS for Windows versi Untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan uji korelasi Pearson dan Rank Spearman. Sebagian besar (78.3%) remaja putri berusia 16 tahun. Sebagian besar (92%) remaja putri berasal dari daerah Bogor. Besar keluarga kedua kelompok remaja putri merupakan keluarga kecil (58.3%) dan sedang (41.7%). Sebagian besar orangtua remaja putri (50%) bekerja sebagai pegawai swasta. Hanya 13.3% orangtua dari remaja putri bekerja sebagai PNS. Sebagian besar remaja putri memiliki orangtua dengan tingkat pendidikan terakhir SMA (43.3%) dan perguruan tinggi (48.3%). Terdapat orangtua yang memiliki tingkat pendidikan terakhir hanya sampai SD (1.7%). Sebesar 23.3% orangtua remaja putri memiliki pendapatan perbulan >Rp Terdapat 8.3% remaja putri yang memiliki orangtua dengan pendapatan perbulan <Rp Sebagian besar (56.7%) remaja putri memiliki tingkat pengetahuan sedang dan 41.7% remaja putri memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Namun, masih terdapat 1.7% remaja putri yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang kurang pada remaja putri yang berstatus gizi normal. Sebagian besar (70%) remaja putri memiliki skor kebiasaan makan yang termasuk dalam kategori rendah dengan rata-rata skor keseluruhan sebesar 51.7 dengan standar deviasi Sebagian besar (53.3%) remaja putri terbiasa makan dengan frekuensi 3-4

4 kali/hari dan sisanya sebesar 46.7% terbiasa makan dengan frekuensi 1-2 kali/hari. Sebagian besar (55%) remaja putri terbiasa melakukan sarapan sebelum berangkat sekolah. Sebagian besar (81.7%) remaja putri menyatakan suka mengonsumsi sayur dan sebagian besar (98.3%) remaja putri menyukai buah. Lebih dari separuh tingkat kecukupan energi dan protein remaja putri tergolong defisit tingkat berat, hal ini karena sebagian besar remaja putri memiliki konsumsi pangan yang kurang baik. Sebagian besar remaja putri (88.3%) memiliki tingkat aktivitas fisik yang sangat ringan. Hal ini dikarenakan aktivitas remaja putri sebagian besar dihabiskan untuk sekolah dan tidur yang merupakan rutinitas serta sebagian besar remaja putri mengaku hanya berolahraga ketika sedang mendapat mata pelajaran olahraga. Remaja putri sebagian kecil mengetahui tentang body image dan sebagian besar menyatakan bahwa merasa cukup penting untuk memperhatikan bentuk tubuh. Sebagian besar memiliki persepsi body image yang positif atau remaja putri memiliki penilaian terhadap bentuk tubuh yang sesuai dengan status gizinya. Hanya sebagian kecil remaja putri mengaku melakukan upaya pencapaian tubuh ideal dengan melakukan diet. Hasil uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara usia, besar keluarga, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua dan tingkat pengetahuan gizi remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes (p>0.05). Berdasarkan uji korelasi Spearmen, terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan aktivitas fisik (r= ; p= 0.030). Hal ini bermakna, walaupun status gizi remaja putri baik akan tetapi remaja putri tidak meningkatkan aktivitas fisiknya. Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan body image (r= 0.387; p= 0.002), hal ini berarti bahwa semakin positif body image yang dimiliki remaja putri belum tentu semakin baik status gizinya. Berdasarkan uji korelasi Pearson, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kebiasaan makan (r= 0.034; p= 0.794), hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kebiasaan makan remaja putri belum tentu remaja putri memiliki status gizi yang baik (normal). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan pengetahuan gizi remaja putri (r= 0.043; p= 0.747), hal ini menunjukkan bahwa semakin baik status gizi remaja putri belum tentu pengetahuan gizi remaja putri semakin baik. Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya remaja putri memiliki persepsi body image yang positif sehingga tidak melakukan diet-diet ketat yang menyebabkan defisiensi energi dan zat-zat gizi. Selain itu kebiasaan makan remaja putri juga perlu diperbaiki terutama dalam hal frekuensi makan dan meal skipping. iv

5 STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK, STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK/OBES DI SMA BUDI MULIA BOGOR MELDARIA LINGGA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

6 Judul : Studi tentang Pengetahuan Gizi, Kebiasaan Makan, Aktivitas Fisik, Status Gizi dan Body Image Remaja Putri yang Berstatus Gizi Normal dan Gemuk/Obes di SMA Budi Mulia Bogor Nama : MELDARIA LINGGA N I M :I Menyetujui, Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP Tanggal disetujui:

7 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah, pertolongan dan penyertaannya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Penulis pada kesempatan ini ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Papa dan Mama tercinta serta adik-adikku (Ani, Atik, Mira) atas doa dan dukungannya selama ini yang memotivasi dan menguatkan penulis melalui proses ini. 2. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 3. Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skripsi serta atas saran dan masukan yang diberikan. 4. Kepada Dra. Cecilia Hendrawati selaku Kepala Sekolah SMA Budi Mulia Bogor yang telah memberikan izin serta para guru dan pegawai terutama Ibu Ester yang membantu penelitian ini serta siswi kelas XI SMA Budi Mulia Bogor periode 2010/2011 yang telah bersedia ikut serta dalam penelitian ini. 5. Jhon Antony Riandi Purba atas doa, dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis terutama saat melalui masa-masa sulit penyelesaian tugas akhir 6. Teman-temanku seperjuangan di Departemen Gizi Masyarakat Krisna dan Stefany, Erika, Armi, Adit, Leo, Rio, Yosepin, Riri, Imam, Weny dan Mba Wiwi atas dukungannya selama ini serta teman-teman Luminaire yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu kelancaran penyelesaian tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan informasi bagi semuanya. Bogor, November 2011 Meldaria Lingga

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 06 Mei Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Jantiaman Lingga dan Ibu Linceria Sianturi. Tahun 1995 penulis menyelesaikan pendidikan di TK Sandykara Putra Pematangsiantar. Tahun 2001 penulis lulus dari SD Kristen Kalam Kudus Pematangsiantar. Penulis melanjutkan studinya di SLTP Kristen Kalam Kudus Pematangsiantar dan lulus pada tahun Selanjutnya penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2 Pematangsiantar dan lulus pada tahun Bulan Juni 2007, penulis dinyatakan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2010 penulis menjalani Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Cipayung Girang dan mengikuti Intrenship Dietetik di RSUD Ciawi. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis cukup aktif di organisasi kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Gizi, Organisasi Daerah IKANMASS dan Parmasi, serta Komisi Kesenian Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB. Penulis pernah menjabat sebagai Kepala Divisi Paduan Suara Komisi Kesenian ( ) Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB. Penulis pernah menjadi panitia pada acara Seminar Senzasional, Kebaktian Awal Tahun (KATA), Retreat dan lain-lain.

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN...xi... xii... xiii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Tujuan Umum... 2 Tujuan Khusus... 2 Hipotesis Penelitian... 3 Kegunaan Penelitian... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Remaja... 4 Karakteristik Keluarga... 5 Besar Keluarga... 5 Pendidikan Orangtua... 5 Pekerjaan Orangtua... 6 Pendapatan Orangtua... 6 Pengetahuan Gizi... 6 Kebiasaan Makan... 8 Kebiasaan Sarapan Pagi... 9 Kebiasaan Konsumsi Buah dan Sayur... 9 Kebiasan Mengonsumsi Fast Food dan Soft Drink... 9 Kebiasaan Mengonsumsi Camilan...10 Penilaian Konsumsi Makanan...10 Aktivitas Fisik...11 Body Image...12 Status Gizi...13 Overweight dan Obesitas...14 KERANGKA PEMIKIRAN...16 METODE PENELITIAN...19 Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian...19 Jumlah dan Cara Penarikan Contoh...19 Jenis dan Cara Pengumpulan Data...19 Pengolahan dan Analisis Data... 20

10 x Definisi operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Karakteristik Remaja Putri Usia Remaja Putri Asal Daerah Remaja Putri Karakteristik Keluarga Remaja Putri Besar Keluarga Pekerjaan Orangtua Pendidikan Orangtua Pendapatan Orangtua Pengetahuan Gizi Kebiasaan Makan Aktivitas Fisik Intik Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Gizi Tingkat Kecukupan Energi Tingkat Kecukupan Protein Body Image Persepsi terhadap Tubuh Aktual Harapan Bentuk tubuh Persepsi Bentuk Tubuh Ideal, Kurus dan Gemuk Upaya Pencapaian Tubuh Ideal Hubungan antara Status Gizi dengan Beberapa Variabel KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 51

11 Tabel DAFTAR TABEL Halaman 1. Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap kegiatan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Sebaran remaja putri berdasarkan karakteristik individu dan status gizi Sebaran remaja putri berdasarkan kondisi sosial ekonomi keluarga dan status gizi Sebaran remaja putri berdasarkan jawaban yang benar dari pertanyaan tentang pengetahuan gizi Sebaran remaja putri berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan status gizi Sebaran remaja putri berdasarkan skor kebiasaan makan dan status gizi Sebaran remaja putri berdasarkan frekuensi makan dan kebiasaan sarapan Sebaran remaja putri berdasarkan kebiasaan mengonsumsi sayuran dan buah-buahan Sebaran remaja putri berdasarkan kebiasaan mengonsumsi camilan, jenis camilan yang dikonsumsi dan kebiasaan jajan di sekolah Sebaran remaja putri berdasarkan kebiasaan mengonsumsi fast food dan soft drink Sebaran remaja putri berdasarkan aktivitas fisik Sebaran remaja putri berdasarkan aktivitas fisik dan status gizi Rata-rata konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan energi dan protein remaja putri Sebaran remaja putri berdasarkan tingkat kecukupan energi dan status gizi Sebaran remaja putri menurut tingkat kecukupan protein dan status gizi Sebaran remaja putri berdasarkan pengetahuan dan pentingnya body image menurut status gizi Sebaran remaja putri berdasarkan status gizi dan persepsi terhadap tubuh aktual Sebaran remaja putri berdasarkan harapan bentuk tubuh Sebaran remaja putri berdasarkan persepsi bentuk tubuh ideal, kurus dan gemuk Sebaran remaja putri berdasarkan mispersepsi tentang bentuk tubuh Hubungan status gizi dengan beberapa variabel... 47

12 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Penilaian persepsi tubuh metode Figure Rating Scale (FRS) Skema Kerangka Pemikiran...18

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuesioner Penelitian...56

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja merupakan jembatan periode kehidupan anak dan dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun. Pada masa ini, remaja mengalami pubertas dan perkembangan tubuh atau perubahan fisik yang drastis. Salah satu aspek psikologis dari perubahan fisik di masa pubertas adalah remaja menjadi amat memperhatikan tubuh ( body image) mereka dan membangun citranya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka tampaknya dan hal ini dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar mereka (Arisman 2004). Citra tubuh adalah gambar mental yang dimiliki oleh seorang remaja terhadap tubuhnya, seperti: perasaan dan pikiran subjektif tentang tubuh dan anggota tubuh; pengalaman tubuh termasuk persepsi terhadap ukuran tubuh; serta perasaan cemas terhadap tubuh dan perilaku yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh remaja karena tidak nyaman dengan tubuhnya (Abramson 2007). Remaja putri lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak citra tubuh ( body image) yang negatif dibandingkan dengan remaja putra selama masa pubertas. Juga sejalan dengan berlangsungnya perubahan pubertas, remaja putri seringkali menjadi lebih tidak puas dengan keadaan tubuhnya, mungkin karena lemak tubuhnya bertambah, sedangkan remaja putra menjadi lebih puas dengan memasuki masa pubertas, mungkin karena masa otot mereka meningkat. Penampilan fisik merupakan suatu kontributor yang sangat berpengaruh pada rasa percaya diri remaja. Penampilan fisik secara konsisten berkorelasi paling kuat dengan rasa percaya diri secara umum (Santrock 2003). Abramson (2007) menyatakan bahwa tingkat ketidakpuasan terhadap tubuh tidak dihubungkan dengan besarnya kelebihan berat badan. Hal ini berarti bahwa ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh tidak hanya terjadi pada individu yang memiliki kelebihan berat badan, melainkan juga dapat terjadi pada individu yang tidak memiliki kelebihan berat badan. Hasil penelitian Isnani (2011) menyatakan bahwa persentase remaja normal yang memiliki persepsi tubuh negatif adalah sebanyak 60%. Body image yang ada pada remaja ini mengakibatkan remaja memiliki kebiasaan makan yang salah untuk mendapatkan bentuh tubuh ideal yang mereka inginkan. Remaja putri sering melakukan diet yang salah bahkan sengaja tidak makan. Remaja perempuan yang pada masa awal remajanya merasa negatif dengan tubuhnya cenderung akan mengalami gangguan makan dalam

15 dua tahun ke depan. Penelitian terakhir lainnya, ditemukan pula bahwa remaja perempuan yang mengalami masa transisi puber adalah remaja yang memiliki kecenderungan terbesar untuk melakukan diet atau menjalani pola makan yang terganggu. Gangguan makanan yang paling menonjol adalah anoreksia nervosa dan bulimia (Santrock 2003). Remaja membutuhkan asupan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Energi yang cukup digunakan untuk mempertahankan hidupnya agar tetap sehat, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang, diantaranya kecukupan energi, sikap individu seperti kebiasaan makan, aktivitas fisik, pendidikan dan pengetahuan tentang gizi, dan riwayat penyakit yang pernah diderita. Upaya untuk mencapai status gizi yang baik dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengatur makanan yang dikonsumsi dengan menu yang sehat dan seimbang. Menu seimbang adalah susunan hidangan beberapa macam makanan yang mengandung energi dan zat gizi secara cukup, baik jenis maupun jumlahnya (Suharjo & Riyadi 1999). Konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan makannya. Remaja putri yang ada di SMA Budi Mulia Bogor tergolong ke dalam kelompok remaja yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dan membutuhkan status gizi yang baik untuk melakukan aktivitasnya setiap hari. Selain itu, remaja putri yang ada di SMA Budi Mulia Bogor mungkin memiliki body image yang negatif. Oleh karena itu, penulis terdorong untuk menggali lebih jauh mengenai pengetahuan gizi, kebiasaan makan, aktivitas fisik status gizi dan body image remaja putri di SMA Budi Mulia Bogor. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengetahuan gizi, kebiasaan makan, aktivitas fisik, status gizi dan body image remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes di SMA Budi Mulia Bogor. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui karakteristik (umur, pendidikan, pengetahuan gizi) remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes.

16 3 2. Mengetahui karakteristik keluarga remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes. 3. Mempelajari pengetahuan gizi, kebiasaan makan aktivitas fisik dan persepsi body image remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes. 4. Menganalisis perbedaan antara pengetahuan gizi, body image, kebiasaan makan dan aktivitas fisik pada remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes. 5. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan pengetahuan gizi, kebiasaan makan, aktivitas fisik dan body image remaja putri. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Terdapat perbedaan yang nyata antara pengetahuan gizi, body image, kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes. 2. Terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan gizi, frekuensi makan, kebiasaan sarapan aktivitas fisik dan body image dengan status gizi remaja putri. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau peningkatan pengetahuan gizi bagi remaja, khususnya remaja putri SMA Budi Mulia Bogor terkait pentingnya asupan energi dan protein untuk masa pertumbuhan. Selain itu, remaja putri SMA Budi Mulia Bogor dapat menumbuhkan positive body image dan mengetahui cara menjaga tubuh agar tetap sehat serta penyuluhan menu seimbang untuk mengurangi tindakan diet yang tidak tepat, sehingga tidak terjadi kesalahan kebiasaan makan dalam melakukan upaya pencapaian tubuh ideal yang berbahaya bagi kesehatan khususnya bagi remaja yang memiliki status gizi gemuk/obes.

17 TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja ( adolescence) menunjukkan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai oleh perubahanperubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini dibedakan atas tiga, yaitu usia tahun merupakan masa remaja awal, tahun masa remaja pertengahan dan usia tahun merupakan masa remaja akhir (Mar at 2009). Masa remaja merupakan masa pencarian identitas dimana sering terjadi trial and error. Pada masa ini remaja mengalami tekanan yang hebat dari teman sebaya dan media khususnya yang berkaitan dengan body image. Remaja membutuhkan gizi yang tinggi dan pemilihan makanan selama masa remaja sangat mempengaruhi kesehatan, baik saat ini maupun untuk masa yang akan datang (Sizer & Whitney 2000). Remaja adalah periode pematangan pikiran dan tubuh. Seiring dengan pertumbuhan fisik pada masa pubertas terjadi perkembangan emosional dan intelektual yang sangat cepat. Pada masa remaja awal, remaja memiliki karakteristik sebagai berikut: sibuk dengan citra tubuh, menghormati orang dewasa dan cemas tentang hubungan peer. Remaja pada tahap ini bersedia untuk melakukan atau mencoba sesuatu yang membuat mereka terlihat lebih baik dan meningkatkan citra tubuh mereka (Mahan & Escoot 2004). Masa remaja merupakan periode penting dimana berlangsung perubahan biologis, sosial dan kognitif. Remaja memiliki kebutuhan gizi yang khusus karena memiliki pertumbuhan yang cepat (massa tubuh, massa lemak, mineralisasi tulang) dan perubahan kedewasaan yang berhubungan dengan masa pubertas. Survei gizi yang dilakukan menunjukkan bahwa banyak remaja tidak memenuhi rekomendasi diet yang sesuai untuk kelompok usia mereka dan memiliki asupan makanan yang kurang kalsium, besi, riboflavin, vitamin A dan vitamin C serta beberapa remaja memiliki masalah dengan kelebihan pola makan dan obesitas (Bowman & Russell 2001). Remaja adalah suatu periode di mana terjadi kematangan seksual dan tubuh mencapai bentuk dewasa yang sudah tetap. Suatu kecenderungan kearah pertambahan tinggi dan berat badan. Masalah medis pada masa remaja meliputi kelebihan dan kekurangan gizi, kadang-kadang berhubungan dengan kebiasaan

18 5 makan yang ditentukan oleh tekanan sosial bukannya oleh tidak adanya makanan yang memadai di rumah (Behrman 1988). WHO (2005) menyatakan bahwa kerangka konseptual dan faktor penyebab masalah gizi pada remaja adalah kurang konsumsi pangan, faktor gaya hidup, penyakit infeksi dan masalah kesehatan lainnya. Kurang konsumsi pangan disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor psikologi dan faktor sosial ekonomi. Faktor psikologi adalah pola makan, kebiasaan makan, gangguan makan dan faktor sosial ekonomi seperti akses terhadap pangan dan ketersediaan pangan. Kurang konsumsi pangan menyebabkan kekurangan zat gizi makro dan mikro serta berbagai penyakit kronik yang menyertainya. Karakteristik Keluarga Keluarga adalah tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera (BKKBN 2009). Karakteristik keluarga remaja putri dalam penelitian ini terdiri dari: besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua dan pendapatan orangtua. Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Besar keluarga mempengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dan pembagian ragam yang dikonsumsi dalam keluarga. Kualitas maupun kuantitas pangan secara langsung akan menentukan status gizi keluarga dan individu. Besar keluarga mempengaruhi pengeluaran pangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendapatan perkapita dan pengeluaran pangan menurun dengan peningkatan besar keluarga (Sanjur 1982). Pendidikan Orangtua Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsi terhadap suatu masalah (Sumarwan 2004). Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan

19 6 mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang dalam menerima informasi (Hidayat 2004 dalam Fitriadini 2010). Umumnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pendidikan orangtua juga berpengaruh terhadap tingkat pemahaman terhadap perawatan kesehatan, higiene dan kesadaran terhadap kesehatan anak dan keluarga (Sukandar 2007). Pekerjaan Orangtua Bekerja dimaksudkan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan dalam suatu jangka waktu tertentu dengan tujuan yang jelas, yaitu untuk menghasilkan/mendapatkan sesuatu dalam bentuk uang, benda, jasa, maupun ide (Santrock 2007). Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik seseorang yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dan akhirnya akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya (Sumarwan 2004). Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan karena jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan pendapatan yang diterima (Suhardjo 1989). Pendapatan Orangtua Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang dari hasil pekerjaan yang dilakukannya. Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik. Penurunan daya beli akan menurunkan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan serta aksesibilitas pelayanan kesehatan (Sukandar 2007). Status ekonomi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, hal ini dapat terlihat saat anak dengan sosial ekonomi tinggi tentunya pemenuhan kebutuhan gizinya sangat cukup baik dibandingkan anak dengan sosial ekonomi rendah (Hidayat 2004 dalam Fitriadini 2010). Pengetahuan Gizi Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 1993). Pengetahuan diperoleh seseorang melalui pendidikan formal, informal dan non-formal.

20 7 Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali kandungan gizi makanan serta kegunaan zat gizi tersebut dalam tubuh (Camire & Dougherty 2005 dalam Emilia 2008). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi seseorang. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Irawati & Fachrurozi 1992 dalam Khomsan et al. 2007). Pengetahuan gizi mempunyai peranan penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang, sebab hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Harper et al. 1985). Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan: 1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi. 3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi. Individu yang memiliki pengetahuan yang baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan (Nasoetion & Khomsan 1995). Menurut Williams (1993) dalam Khomsan et al (2007), masalah yang menyebabkan gizi salah adalah tidak cukupnya pengetahuan gizi dan kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik. Pada usia belasan masih sering dijumpai pengertian yang kurang tepat mengenai kontribusi gizi dari berbagai makanan. Oleh karena itu timbullah penyakit gizi salah yang merugikan kecerdasan dan produktivitas. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara terstruktur dengan kuesioner. Menurut Madanijah (2004), kedalaman pertanyaan disesuaikan dengan karakteristik responden. Jawaban dinilai dengan skor yaitu tahu/tidak tahu, kurang tepat/tahu dengan tepat, tidak tahu/kurang tahu/tahu. Penilaian tingkat pengetahuan gizi dapat dilakukan dengan cara: a. Nilai/skor setiap jawaban dijumlahkan b. Pengkategorian tingkat pengetahuan gizi adalah: Baik : >80% jawaban benar

21 8 Cukup : 60-80% jawaban benar Kurang: <60% jawaban benar. Kebiasaan Makan Makanan merupakan kebutuhan vital yang diperlukan oleh seluruh tubuh makhluk hidup. Bagi manusia makanan tidak hanya berfungsi untuk mengenyangkan, tetapi yang lebih penting lagi adalah fungsinya dalam memelihara kesehatan tubuh melalui manfaat zat-zat gizi yang terkandung didalamnya. Untuk memperoleh kesehatan tubuh yang optimal, perlu diketahui kualitas susunan makanan yang baik dan jumlah makanan yang seharusnya dimakan (Harper et al. 1985). Kebiasaan makan adalah faktor penting yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan seseorang khususnya remaja yang membutuhkan asupan gizi yang cukup dalam perkembangannya (Wirakusumah 1994). Kebiasaan makan adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan dan makanan, tata cara makan, frekuensi makan seseorang, pola makanan yang dimakan, pantangan, distibusi makanan dalam anggota keluarga, preferensi terhadap makanan dan cara memilih bahan pangan. Kebiasaan makan akan tercermin dalam cara-cara seseorang memilih makanan beragam sesuai dengan golongan etnik dimana seseorang tersebut berasal atau berada (Suhardjo 1989). Menurut Wirakusumah (1994) kebiasaan makan keluarga menjadi contoh bagi generasi muda dalam keluarga tersebut. Kebiasaan makan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti lingkungan budaya, alam serta populasi. Kebiasaan makan dipengaruhi oleh lingkungan khususnya budaya, secara umum sulit untuk diubah. Kebanyakan orang membatasi makanan yang mereka makan sesuai dengan yang mereka sukai atau nikmati. Nasution dan Khomsan (1995) menyatakan bahwa remaja telah mempunyai pilihan sendiri terhadap makanan yang disenangi. Pada masa remaja kebiasaan makan telah terbentuk. Para ahli antropologi berpendapat bahwa kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangannya merupakan salah satu manifestasi kebudayaan keluarga tersebut yang disebut gaya hidup ( life style). Kebiasaan makan yang salah satu akan mempengaruhi konsumsi pangan, terutama dalam hal ini penyerapan zatzat gizi yang terkandung dalam makanan. Apabila zat-zat gizi yang diserap tidak

22 9 memadai baik kuantitas maupun kualitasnya, maka dalam jangka panjang hal tersebut akan berpengaruh terhadap status gizi (Suhardjo 1989). Kebiasaan Sarapan Pagi Sarapan adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas yang lain pada hari itu. Melakukan sarapan dapat menyumbangkan 25% dari kebutuhan total energi harian (Khomsan 2002). Kebiasaan sarapan sangat penting karena semua makanan yang berasal dari makan malam, sesudah kirakira empat jam meninggalkan lambung, sehingga lambung sudah tidak terisi lagi sampai pagi hari (Suhardjo 1989). Menurut Khomsan (2002) terdapat dua manfaat sarapan, yaitu: Pertama, sarapan dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang normal, gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas. Kedua, sarapan akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya berbagai proses fisiologis dalam tubuh. Kebiasaan Konsumsi Buah dan Sayur Salah satu sumber bahan pangan yang baik untuk memperoleh zat gizi adalah buah dan sayur (Hardinsyah & Martianto 1988). Buah dan sayur disarankan untuk dikonsumsi oleh seseorang dalam piramida kesehatan. Menurut (Drapeau et al. 2004), konsumsi buah dan sayuran dapat mencegah kejadian obesitas karena dapat mengurangi rasa lapar dan tidak menimbulkan kelebihan lemak dan sebagainya. Buah dan sayur dapat menjadi makanan selingan yang sangat baik karena mengenyangkan rendah lemak, serta kaya akan vitamin yang diperlukan oleh tubuh. Kebiasan Mengonsumsi Fast Food dan Soft Drink Obesitas terutama berkaitan dengan pola makan. Fast food (makanan cepat saji), snack, dan soft drink termasuk jenis makanan tidak sehat yang bisa memicu overweight dan obesitas. Fast food merupakan jenis makanan dengan kandungan lemak dan atau kalori tinggi, namun rendah gizi terutama protein yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan (Aini 2008). Fast food (makanan cepat saji) semakin menjamur dimana-mana, hal ini disukai konsumen karena kepraktisannya. Fast food mengandung gula dan

23 10 lemak tinggi, tetapi kandungan seratnya rendah. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Kestler (1995) bahwa sebagian besar fast food tinggi kandungan kalori, lemak, garam, dan gulanya, akan tetapi rendah kandungan gizinya. Kebiasaan mengonsumsi fast food yang berlebihan dan tidak dikombinasikan dengan buah dan sayuran segar sebagai sumber serat telah memicu berbagai macam penyakit (Wirakusumah 2007). Fast food yang popular saat ini terdiri dari hamburger, kentang goreng ( french fries), pizza, doughnuts, fried chicken, dan hot dogs. Kebiasaan mengonsumsi pangan yang nutrisinya kurang, seperti fast food dapat menganggu status gizi seseorang karena dapat menyebabkan obesitas, resiko terkena hipertensi dan penyakit degeratif lain. Hal ini karena fast food umumnya tinggi kalori, lemak dan garam, tetapi miskin zat gizi yang lain. Seperti halnya fast food, minuman ringan ( soft drink) terbukti memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah bila mengonsumsi minuman ini. Obesitas dapat dicegah sejak dini. Obesitas pada anak dapat berkelanjutan hingga dewasa dan sulit diatasi (Aini 2008). Kebiasaan Mengonsumsi Camilan Menurut Wirakusumah (1994), kebiasaan mengonsumsi camilan dapat menjadi baik, namun dapat berdampak buruk pula. Apabila camilan yang diasup baik seperti cracker gandum, buah-buahan, dan lain-lain, dapat menyumbangkan sejumlah zat gizi yang signifikan tanpa menurunkan selera makan utama. Namun apabila camilan yang dikonsumsi tinggi lemak, tinggi gula namum rendah zat gizi, maka akan berakibat buruk salah-satunya adalah risiko overweight dan obesitas. Penilaian Konsumsi Makanan Penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Penilaian konsumsi makanan secara umum bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Sedangkan secara lebih khusus bertujuan antara lain untuk menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok masyarakat, menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individu, menentukan pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan pangan, sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizi, sebagai

24 11 sarana pendidikan gizi masyarakat, khususnya golongan yang beresiko, menentukan perundang-undangan yang berkenaan dengan makanan, kesehatan gizi masyarakat (Supariasa et al. 2001). Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut. Metode-metode pengukuran konsumsi makanan bersifat kualitatif antara lain metode food frequency, dietary history, telephone, dan food list. Sedangkan metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lainnya. Metode-metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain metode food recall 24 jam, perkiraan makanan (estimated food records), penimbangan makanan ( food weighing), food account, inventory method, dan pencatatan (household food records) (Gibson 1990). Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2006). Menurut Katahn (1987) dalam Novikasari (2003), kegiatan fisik cukup besar pengaruhnya terhadap kestabilan berat badan. Semakin aktif seseorang melakukan aktivitas fisik, energi yang diperlukan semakin banyak. Tubuh yang besar memerlukan energi yang lebih banyak dibandingkan tubuh yang kecil untuk melakukan kegiatan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (80%) dari peserta melaporkan bahwa aktivitas fisik dapat mengendalikan berat badan mereka (Malinauskas et al. 2006). Angka kebutuhan individu disesuaikan dengan aktivitas fisik (FAO/WHO/UNU/2001). Aktivitas fisik dan Angka Metabolisme Basal (AMB) merupakan komponen utama yang

25 12 menentukan kebutuhan energi. AMB dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan (Almatsier 2006). Body Image Body image merupakan perasaan, pencitraan, perilaku seseorang yang berhubungan dengan tubuhnya. Pengidentifikasian adanya gangguan body image dapat dilakukan secara persepsi, subyektif dan perilaku (Heinberg et al. 1996). Body image mengacu pada perasaan positif atau negatif dan persepsi diri mengenai ketertarikan fisik. Persepsi body image berbeda satu dengan yang lainnya bergantung tingkat kematangan, perubahan yang terjadi menurut waktu, situasi dan pengalaman satu dengan yang lainnya (Mandleco 2004). Kebanyakan remaja putri mengacu pada konsep tubuh ideal yang umum yaitu kurus dan tinggi dalam membangun citra dirinya. Hasil penelitian pada mahasiswa putri di Jepang dan Cina menunjukkan bahwa meskipun prevalensi mahasiswa yang kelebihan berat badan sangat rendah, tetapi mayoritas subyek perempuan di kedua negara memiliki keinginan untuk menjadi lebih kurus (Sakamaki Ruka et al. 2005). Ukuran tubuh yang ideal bagi seorang wanita identik dengan langsing. Jika seorang wanita memiliki tubuh yang langsing, maka dia memiliki tubuh yang indah yang diantaranya ditandai dengan perut yang rata, pinggang yang tidak berlipat, paha dan betis yang kencang, dan pergelangan tangan yang berukuran sedang (untuk wanita berukuran cm). Bagi sebagian besar wanita tubuh yang indah adalah impian. Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkan impian tersebut maka wanita berusaha keras untuk menjadikan tubuh ideal (Insintos 1997). Rini (2004) menjelaskan bahwa sebenarnya berat badan ideal bisa diwujudkan dengan mengonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan sehingga tidak ada penimbunan energi dalam tubuh dalam bentuk lemak, atau sebaliknya penggunaan lemak tubuh sebagai sumber energi kurang. Persepsi tubuh merupakan suatu hal yang abstrak dan tidak dapat diukur secara langsung. Oleh karena itu diperlukan suatu instrumen yang dapat mengkongkretkan persepsi tubuh sehingga dapat diukur secara langsung. Figure Rating Scale (FRS) dikembangkan oleh Stunkard et al. pada tahun FRS terdiri dari sembilan skema gambar yang memiliki interval dari sangat kurus dengan skor 1 sampai sangat gemuk dengan skor 9. Skala tersebut digunakan untuk mengukur persepsi tubuh. Remaja putri yang menjadi contoh dalam penelitian ini diminta memilih nomor mana yang sesuai dengan persepsinya.

26 13 Hasil penelitian Dewi (2010) menyatakan bahwa FRS merupakan metode pengukuran persepsi tubuh yang lebih efektif dibandingkan dengan alat ukur lain bila dilihat dari kemudahan contoh dalam memahami pertanyaan, tingkat kesulitan menjawab pertanyaan, dan penggunaan waktu. Gambar 1 Penilaian persepsi tubuh metode Figure Rating Scale (FRS) Status Gizi Status gizi adalah salah satu aspek status kesehatan yang dihasilkan dari asupan, penyerapan, dan penggunaan pangan serta terjadinya infeksi, trauma, dan faktor metabolik yang mungkin terjadi karena adanya patologi (Riyadi 1995). Status gizi seseorang merefleksikan seberapa jauh kebutuhan fisiologis akan nutrisi telah dapat dipenuhi (Hammond 2000 dalam Patriasih et al. 2009). Bila zat gizi dikonsumsi dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan metabolisme, maka perkembangan yang baik, menjaga kesehatan, mendukung aktivitas fisik, dan membantu mencegah terjadinya penyakit. Sebaliknya bila zat gizi dikonsumsi dalam jumlah terlalu banyak atau sedikit, maka tubuh akan beradaptasi untuk mencapai keadaan homeostatik sehingga fungsi fisiologis tetap terjaga. Bila keadaan kelebihan atau kekurangan ini berlangsung lama akan berakibat pada terjadinya gangguan pada fungsi tubuh dan timbulnya penyakit. Penilaian status gizi idealnya dilakukan dengan memperhatikan riwayat medis, asupan gizi, pengukuran antropometri, serta data hasil analisis laboratorium. Dalam penelitian ini, status gizi diukur berdasarkan penilaian antropometri berat badan dan tinggi badan (Patriasih et al. 2009). Metode antropometri melibatkan pengukuran fisik dan komposisi tubuh aktual. Pengukuran yang dilakukan dengan metode antropometri relatif lebih cepat, mudah, dan terpercaya (WHO 1995 dalam Gibson 2005).

27 14 Pengukuran tubuh manusia telah digunakan dalam praktek ilmu medis dan penelitian selama berabad-abad. Tekhnik pengukuran yang paling banyak digunakan adalah pengukuran berat dan tinggi, yang sering digabungkan sebagai Indeks Massa Tubuh (IMT, dalam kg/m2) untuk menunjukkan status gizi seseorang. IMT digunakan untuk mengkategorikan underweight, berat badan normal, kelebihan berat badan, dan obesitas (Wells et al. 2007). Overweight clan Obesitas Kegemukan sering kali disamakan dengan obesitas, padahal kedua istilah tersebut memiliki arti yang berbeda. Kegemukan adalah kondisi berat tubuh melebihi berat tubuh normal, sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat pertumbuhan lemak, untuk pria dan wanita masing-masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh (Rimbawan & Siagian 2004). Menurut data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 terdapat 2.1 persen kasus kelebihan berat badan atau obesitas berdasarkan indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U) pada penduduk berusia tahun di Provinsi Jawa Barat. Faktor keturunan dapat mempengaruhi terjadinya kegemukan. Pengaruhnya sendiri sebenarnya belum jelas, tetapi memang ada bukti yang mendukung fakta bahwa keturunan merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan. Dari hasil penelitian gizi di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa anakanak dari orangtua normal mempunyai 10% peluang menjadi gemuk. Peluang itu akan meningkat menjadi 40-50% bila salah satu dari orangtuanya menderita obesitas, dan akan meningkat lagi menjadi 70-80% bila kedua orangtuanya menderita obesitas (Wirakusumah 1994). Obesitas merupakan salah satu faktor utama yang memicu munculnya berbagai penyakit tidak menular termasuk hipertensi, stroke, dan diabetes mellitus (kencing manis). Peningkatan kasus-kasus penyakit yang dipicu oleh obesitas tersebut tentunya akan menambah beban pemerintah dan masyarakat (Siswono 2009). Beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas pada masa kanak-kanak diikuti dengan akibat serius di masa dewasa (Guillaume Michèle 1999). Prevalensi obesitas yang terus meningkat secara dramatis dari sekitar 9.4% pada National Health and Nutrition Examination Survey/NHANES I ( ) menjadi 14.5% pada NHANES II ( ), 22.5% pada NHANES III ( ), dan 30% pada survey tahun Angka obesitas pada perempuan cenderung lebih tinggi dibanding laki-laki. Berdasarkan karakteristik masalah obesitas cenderung lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di

28 15 perkotaan, berpendidikan lebih tinggi dan pada kelompok status ekonomi yang lebih tinggi pula (Riskesdas 2010). Individu gemuk yang ingin menurunkan berat badan sebaiknya memiliki modifikasi gaya hidup yang melibatkan diet, olahraga dan perubahan perilaku lainnya (Bacon & Aphramor 2010).

29 KERANGKA PEMIKIRAN Masa remaja merupakan masa penting bagi perkembangan perilaku diet yang berlangsung terus-menerus sampai dewasa. Kesehatan remaja tergantung pada asupan makanannya yang berfungsi untuk menyediakan energi dan gizi yang cukup untuk meningkatkan pertumbuhan fisik, sosial dan perkembangan kognitif yang optimal (Akman et al. 2010). Remaja sering mengalami gangguan makan yang ditandai dengan perubahan perilaku makan menjadi kurang baik, persepsi tentang bentuk tubuh (konsep body image) dan pengaturan berat badan yang kurang tepat (Ando et al. 2007). Kekhawatiran tentang berat badan pada remaja putri adalah salah satu penyebab munculnya gangguan makan pada remaja (Sakamaki et al. 2005). Konsep body image yang sudah melekat pada diri seorang remaja putri diduga akan berhubungan dengan perilaku makan dan perilaku sehatnya. Seseorang yang menginginkan agar tubuhnya tetap menarik dan indah dipandang mata (berat badan dan tinggi badan ideal) seringkali menjaga perilaku makan dan perilaku sehatnya. Konsep body image ini dapat mengarah ke arah yang positif dan negatif. Konsep body image negatif pada remaja umumnya menjadikan remaja cenderung menghalalkan segala macam cara untuk memperoleh penampilan fisik yang menarik. Remaja melakukan diet tanpa pengetahuan gizi yang benar dan melakukan aktivitas fisik yang berlebihan agar tubuhnya sesuai dengan yang diinginkannya. Dalam studi yang dilakukan pada remaja putri di Turki menunjukkan bahwa remaja tidak memiliki pola makan yang sehat (Akman et al. 2010). Status gizi seseorang dapat secara langsung dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan riwayat penyakit (Riyadi 2003) sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh karakteristik keluarga (besar keluarga, tingkat pendidikan orang tua, dan tingkat pengeluaran perkapita per bulan) dan karakteristik individu (usia, pendidikan, tingkat pengetahuan gizi dan aktivitas fisik) (Suhardjo 1989). Dalam penelitian ini, variabel kebiasaan makan terdiri dari kebiasaan sarapan pagi, kebiasaan konsumsi buah dan sayur, frekuensi makan, kebiasaan mengonsumsi fast food dan soft drink serta kebiasaan mengonsumsi camilan. Kebiasaan makan ini dipengaruhi oleh persepsi body image yang melekat pada diri seorang remaja putri. Pengetahuan gizi, kebiasaan makan dan preferensi bentuk tubuh seseorang bervariasi di seluruh budaya (Sakamaki et al. 2005). Menurut

30 17 Khomsan (2004) persepsi seseorang terhadap bentuk tubuhnya akan mempengaruhi perilaku makannya yang berdampak pada status gizi remaja. Persepsi bentuk tubuh dan bentuk tubuh ideal sangat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi. Media massa dan gambar dalam majalah fashion memiliki dampak yang kuat pada persepsi remaja putri tentang berat dan bentuk tubuhnya (Sakamaki et al. 2005). Selain itu, keinginan remaja untuk mendapatkan tubuh ideal dan indah dipengaruhi oleh harapannya tentang bentuk tubuhnya, keluarga, maupun teman sebayanya. Hal ini akan berakibat pada status gizi remaja putri (Khomsan 2004).

31 18 Karakteristik keluarga: Besar keluarga Pendapatan orang tua Pendidikan orang tua Pekerjaan orang tua Karakteristik individu: Usia Pendidikan Pengetahuan gizi Aktivitas fisik Kebiasaan Makan Kebiasaan sarapan pagi Kebiasaan konsumsi buah dan sayur Frekuensi makan Kebiasaan konsumsi fast food dan soft drink Kebiasaan konsumsi camilan STATUS GIZI (I MT/U) Normal dan Gemuk/Obes Faktor Genetik Teman sebaya Body Image Harapan tentang bentuk tubuh Penilaian terhadap tubuh ideal Upaya pencapaian tubuh ideal Media Keterangan: Gambar 2 Skema Kerangka Pemikiran : variabel yang diteliti :variabel yang tidak diteliti :hubungan yang dianalisis :hubungan yang tidak dianalisis

32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian dilaksanakan di SMA Budi Mulia Bogor. Tempat penelitian ditentukan secara purposive, dengan pertimbangan sekolah tersebut berada di Kota Bogor dan siswanya dari keluarga golongan menengah ke atas. Waktu penelitian berlangsung selama 2 bulan yaitu bulan September sampai November Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI Sekolah Menegah Atas (SMA) Budi Mulia Bogor. Hal ini dengan pertimbangan bahwa siswi kelas X merupakan siswi-siswi yang baru masuk dan masih beradaptasi dengan sekolah dan teman-temannya, sedangkan siswi kelas XII tidak diambil sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan bahwa mereka harus mempersiapkan ujian sebagai syarat lulus. Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah secara purposive sampling dengan kriteria: (a) remaja putri, (b) berusia tahun, (c) tidak dalam keadaan sakit, (d) memiliki status gizi normal (-2 SD 5 Z 5 +1 SD) dan gemuk/obes (+1 SD = Z z +2 SD) berdasarkan hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh terhadap umur (IMT/U), (e) bersedia untuk dijadikan sampel dalam penelitian. Penelitian ini diawali dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan remaja untuk mengetahui jumlah remaja putri SMA yang memiliki status gizi normal dan gemuk yang selanjutnya diberi kuesioner penelitian. Jumlah contoh untuk remaja status gizi normal sebanyak 35 orang dan jumlah contoh untuk remaja yang berstatus gizi gemuk/obes sebanyak 25 orang karena remaja yang memiliki status gizi gemuk/obes ada sebanyak 25 orang, oleh karena itu seluruh contoh digunakan dalam penelitian ini. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Jenis data primer yang dikumpulkan adalah: a. Data karakteristik individu dan keluarga (nama, tempat dan tanggal lahir, usia, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua

33 20 dan besar keluarga) diperoleh dengan wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner. b. Data antropometri remaja meliputi berat badan dan tinggi badan yang diperoleh melalui pengukuran secara langsung. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur berat badan yaitu timbangan injak dan alat ukur tinggi badan yaitu microtoise. c. Data kebiasaan makan diperoleh melalui wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner dan data konsumsi pangan dikumpulkan dengan cara recall 2x24 jam. d. Data pengetahuan gizi dan body image diperoleh dengan wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner. e. Data aktivitas fisik contoh diperoleh melalui metode recall 1x24 jam pada hari sekolah. Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh dari buku profil sekolah, meliputi: 1. Data jumlah guru dan pegawai 2. Data siswa (jumlah siswa kelas 1, 2, dan 3) 3. Lokasi sekolah (lokasi dekat dengan fasilitas umum dan sekolah dilalui oleh alat transportasi apa saja) 4. Fasilitas sekolah (bangunan dan lahan). Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensial menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan Statistical Program for Social Science ( SPSS for Windows versi 16.0). Karakteristik individu dan keluarga contoh (umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga) diberi kode, selanjutnya diberi kriteria untuk kategori dan disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif. Data kebiasaan makan diukur dengan 20 pertanyaan tentang kebiasaan sarapan pagi, kebiasaan konsumsi buah dan sayur, kebiasaan mengonsumsi fast food dan soft drink, kebiasaan mengonsumsi camilan dan frekuensi makan/hari. Penilaian kebiasaan makan dilakukan dengan memberi skor. Skoring kebiasaan makan dilakukan pada pertanyaan yang bisa di skor saja, bila tidak bisa di skoring maka pertanyaan kebiasaan makan tersebut dideskripsikan. Pertanyaan yang bisa dilakukan skoring seperti frekuensi makan, kebiasaan sarapan, kebiasaan mengonsumsi fast food, soft drink, camilan gurih, jajanan sekolah, sayur dan

34 21 buah. Selain itu dilakukan recall 2x24 jam terhadap konsumsi pangan responden. Data konsumsi pangan ( recall 2x24 jam) dikonversi dalam bentuk energi (kkal) dan protein (g) dengan menggunakan Daftar Konversi Bahan Makanan (DKBM 2004). Konversi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: Kgij Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) = kandungan zat gizi i dari bahan makanan j dengan berat B gram Bj = berat bahan makanan j yang dikonsumsi (gram) Gij = kandungan zat gizi I dalam 100 gram BDD bahan makanan j BDDj = Persen bahan makanan j dapat dimakan (% BDD) Data intake energi dan protein dibandingkan dengan AKG (Angka Kecukupan Gizi) remaja putri yang dihitung menggunakan rumus menurut WNPG (2004). Proses Estimasi AKE (Angka Kecukupan Energi) Anak dan Remaja dalam WNPG (2004) untuk remaja putri: AKE remaja putri (16-18 tahun) = ( U)+26.7B(AkF)+903TB+25 Keterangan: TB: Tinggi Badan (cm) U: Umur (tahun) AkF: 1.31 (Torun et al dalam WNPG 2004) Sedangkan Proses Estimasi AKP (Angka Kecukupan Protein) Anak dan Remaja dalam WNPG (2004) untuk remaja putri: Wanita (16-18 tahun) AKP = 0.85g/kgBB/hr dengan faktor koreksi mutu protein secara umum 1.2. Tingkat kecukupannya dihitung dengan rumus: Tingkat kecukupan zat gizi = Intake zat gizix 100% Kecukupan gizi menurut AKG Penilaian untuk tingkat kecukupan energi dan protein menurut Depkes (1996) dibagi dalam lima kategori yaitu: 1. Defisit tingkat berat : < 70% 2. Defisit tingkat sedang : 70% - 79% 3. Defisit tingkat ringan : 80% - 89% 4. Normal: 90% - 119% 5. Kelebihan : z 120% Pengetahuan gizi diukur dengan 20 pertanyaan tentang contoh pangan sumber zat gizi tertentu, fungsi zat gizi, dampak mengonsumsi makanan tertentu dan manfaat melakukan aktivitas fisik. Penilaian pengetahuan gizi dilakukan dengan memberi skor. Bila menjawab salah diberi skor 0, sedangkan untuk jawaban benar diberi skor 1, sehingga skor total minimum 0 dan maksimum adalah 20. Kategori pengetahuan gizi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kategori pengetahuan gizi tingkat rendah bila skor <60.0%, kategori pengetahuan gizi

35 tingkat sedang bila skor %, dan kategori pengetahuan gizi tingkat tinggi bila skor >80.0% (Khomsan 2000). Persepsi tentang body image diukur menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai penilaian aktual remaja putri terhadap tubuhnya dan harapan remaja putri terhadap bentuk tubuhnya. Penilaian aktual dan bentuk tubuh harapan remaja putri dibagi dalam tiga kategori yaitu kurus, ideal dan gemuk. Penilaian aktual remaja putri terhadap bentuk tubuhnya kemudian dibandingkan dengan status gizi remaja putri melalui pengkategorian IMT. Apabila penilaian aktual remaja putri terhadap bentuk tubuhnya sesuai dengan status gizi remaja putri maka diberi nilai 1 dan bila tidak sesuai diberi nilai 0. Adanya perbedaan antara penilaian bentuk tubuh aktual yang dipilih dengan status gizi aktual disebut persepsi body image negatif. Tidak adanya perbedaan antara penilaian bentuk tubuh aktual yang dipilih dengan status gizi aktual disebut persepsi body image positif. Responden juga ditanyakan bentuk tubuh yang diharapkan dan dibandingkan dengan kedua konsep body image. Aktivitas fisik selama 24 jam digunakan untuk menaksir pengeluaran energi. Menurut Hardinsyah dan Martianto (1989), pengeluaran energi ini dihitung berdasarkan jenis kegiatan dengan menggunakan faktor kelipatan (Fk) dan EMB (Energi Metabolisme Basal) untuk tiap jenis kegiatan. Nilai Physical Activity Ratio (PAR) untuk setiap kegiatan ditunjukkan dalam Tabel 1. Nilai PAR diperlukan untuk menentukan tingkat aktivitas fisik. Tingkat aktivitas fisik ( Physical Activity Level) diperoleh dengan mengalikan PAR (Physical Activity Ratio ) dengan lama melakukan sebuah aktivitas (FAO/WHO/UNU 2001). Secara sederhana, rumus untuk menghitung nilai PAL: Physical Activity Level (PAL) = (Lama melakukan aktivitas x PAR) 24 Jam Secara sederhana, rumus untuk menghitung total pengeluaran energi adalah: Total pengeluaran = AMB X PAL Kategori tingkat aktivitas Physical Activity Level (PAL) dibedakan menjadi tiga, yaitu aktivitas ringan, sedang dan berat. Aktivitas fisik ringan memiliki nilai PAL antara Seseorang yang mempunyai aktivitas fisik yang ringan menggunakan kendaraan untuk transportasi, tidak berolahraga, dan cenderung meluangkan waktu hanya untuk kegiatan yang dilakukan dengan duduk dan berdiri, dengan sedikit gerakan tubuh. Aktivitas fisik sedang memiliki nilai PAL Seseorang yang mempunyai tingkat aktivitas fisik sedang tidak

36 23 memerlukan energi yang besar, namun kebutuhan energi pada kegiatan ini lebih tinggi daripada kegiatan aktifiats ringan. Aktivitas fisik berat memiliki nilai PAL Aktivitas berat dilakukan oleh seseorang yang melakukan kerja berat dalam waktu yang lama (FAO/WHO/UNU 2001). Tabel 1 Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap kegiatan Kegiatan PAR Aktivitas Ringan (Sedentary/Light Activity Lifestyle ) Tidur 1.0 Perawatan diri (mandi dan berpakaian) 2.3 Makan 1.5 Memasak 2.1 Kegiatan yang dilakukan dengan duduk 1.5 Pekerjaan rumahtangga 2.8 Mengenderai kendaraan 2.0 Berjalan 3.2 Kegiatan ringan (menonton TV) 1.4 Aktivitas Sedang (Active or Moderately Active Lifestyle) Tidur 1.0 Perawatan diri (mandi dan berpakaian) 2.3 Makan 1.5 Kegiatan yang dilakukan dengan berdiri 2.2 Transportasi kerja dengan bus 1.2 Berjalan 3.2 Olahraga ringan 4.2 Kegiatan ringan (menonton TV) 1.4 Aktivitas berat ( Viogorous or Vigorously Active Lifestyle ) Tidur 1.0 Perawatan diri (mandi dan berpakaian) 2.3 Makan 1.4 Masak 2.1 Kegiatan pertanian tanpa menggunakan alat 4.1 Mengambil air 4.4 Pekerjaan rumahtangga yang berat 2.3 Berjalan 3.2 Kegiatan ringan 1.4 Sumber: FAO/WHO/UNU 2001 Keterangan: PAR= Physical Activity Ratio (faktor aktivitas) Status gizi contoh diukur berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) yang dihitung berdasarkan data antropometri berat badan dan tinggi badan siswi dengan kategori sebagai berikut: Tabel 2 Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Kategori Status Gizi Nilai IMT/U Sangat kurusz score <_ -3 SD Kurus Normal Kelebihan berat badan Gemuk -3 SD < z score <_ -2 SD -2 SD < z score < +1 SD +1 SD <_ z score < +2 SD +2 SD <_ z score < +3 SD Sangat gemukz score >_ +3 SD Sumber: WHO (2007)

37 24 Pengolahan data yang dilakukan berupa editing, coding, scoring, entry dan analisis data. Perbedaan antar variabel diperoleh dengan menggunakan uji beda t ( Independent Sampel t-test). Hubungan antar variabel dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman dan uji korelasi Pearson. Definisi operasional Remaja putri adalah siswi kelas XI SMA Budi Mulia yang memiliki status gizi normal dan gemuk yang dipilih secara purposive dan bersedia mengisi kuesioner. Body image adalah gambaran seseorang mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri; gambaran ini dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran tubuh aktualnya, perasaannya tentang bentuk tubuhnya serta harapan terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diinginkannya. Status gizi adalah keadaan gizi seorang remaja yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan yang diukur secara antropometri berdasarkan indikator IMT/U. Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh ayah remaja putri yang dikategorikan menjadi tidak tamat SD, SD, SMP,SMA dan PT. Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan yang dilakukan ayah remaja putri untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang meliputi petani, buruh, pedagang, PNS dan lain-lain. Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan yang diperoleh ayah remaja putri per bulan yang dihasilkan dari pekerjaan utama. Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah, hidup dari satu sumber penghasilan dan makan dari satu dapur yang dikelompokkan menjadi keluarga besar (> 4 orang) dan keluarga kecil (5 4 orang). Pengetahuan gizi adalah kemampuan kognitif serta pemahaman remaja putri tentang gizi. Pengetahuan gizi diukur dari kemampuan remaja putri dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan gizi yang disiapkan dalam kuesioner. Pengetahuan gizi dikategorikan rendah jika kurang dari 60% jawaban benar, sedang jika antara 60-80% jawaban benar dan tinggi jika lebih dari 80% jawaban benar (Khomsan 200).

38 25 Harapan bentuk tubuh adalah jenis bentuk tubuh yang diinginkan oleh remaja putri dan dikategorikan menjadi ingin kurus, ideal maupun lebih gemuk. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner body image. Penilaian tubuh aktual adalah mengenai bagaimana remaja putri menilai bentuk tubuhnya saat ini dan dikategorikan menjadi kurus, ideal dan gemuk. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner body image. Persepsi body image positif adalah suatu persepsi dimana penilaian terhadap bentuk tubuh aktualnya sesuai dengan status gizinya. Persepsi body image negatif adalah suatu persepsi dimana penilaian terhadap bentuk tubuh aktualnya tidak sesuai dengan status gizinya. Aktivitas fisik adalah alokasi waktu (24 jam) yang dihabiskan oleh remaja putri dalam kehidupan sehari-hari yang diukur menggunakan Physical Activity Ratio (PAR).

39 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Sekolah SMA Budi Mulia terletak di Jalan Kapten Muslihat nomor 22 Bogor. Sekolah ini terletak di pusat keramaian dan letaknya sangat strategis sehingga banyak kendaraan umum yang melaluinya. SMA Budi Mulia Bogor memiliki bangunan sekolah seluas 1835m 2 dan luas ruang kelas 72m 2. Fasilitas fisik yang dimiliki meliputi ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, perpustakaan, laboratorium (komputer, fisika, kimia dan biologi), ruang hotspot, ruang seni, ruang kegiatan, ruang konseling, kantin, gudang, toilet dan UKS (Unit Kesehatan Siswa). Fasilitas lahan yang ada terdiri atas lapangan olahraga dan lapangan parkir. SMA Budi Mulia Bogor merupakan salah satu sekolah swasta favorit yang unggul di Kota Bogor. Visi dari sekolah ini adalah SMA Budi Mulia unggul dalam pembentukan kedewasaan pribadi berdasarkan semangat kebersamaan, kekeluargaan guna meningkatkan profesionalisme yang diwujudkan melalui keteladanan dan cinta kasih. Saat ini SMA Budi Mulia Bogor dikepalai oleh Dra. Cecilia Hendrawati. Guru dan pegawai SMA Budi Mulia Bogor berjumlah 43 orang. Jumlah siswa/siswi SMA Budi Mulia Bogor adalah 719 orang dengan rincian 260 orang kelas X, 259 orang kelas XI, dan 200 orang kelas XII. Waktu belajarnya dimulai dari pukul s.d. pukul untuk semua kelas. Selain kegiatan intrakurikuler, SMA Budi Mulia Bogor juga mendukung kegiatan ekstrakurikuler akademik dan nonakademik. Karakteristik Remaja Putri Contoh dalam penelitian ini adalah siswa remaja putri SMA Budi Mulia Bogor kelas XI. Tabel 3 menjelaskan karakteristik remaja putri berdasarkan karakteristik individu dan status gizi remaja putri. Karakteristik individu yang diamati meliputi usia dan asal daerah. Contoh dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan dengan jumlah contoh sebanyak 60 orang yang terdiri dari 35 orang berstatus gizi normal dan 25 orang berstatus gizi gemuk/obes. Usia Remaja Putri Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa contoh dalam penelitian ini berusia tahun. Pada kelompok usia 16 tahun remaja putri berstatus gizi normal berjumlah 82.9% dan remaja putri berstatus gizi gemuk/obes berjumlah 72%.

40 27 Rentang usia remaja putri dalam penelitian ini termasuk dalam masa remaja pertengahan (15-18 tahun). Hasil uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara usia remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes (p>0.05). Asal Daerah Remaja Putri Persentase remaja putri yang berasal dari Bogor pada kelompok normal sebesar 88.6% dan pada kelompok gemuk/obes sebesar 96%. Hasil uji Chisquare menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara asal daerah kedua kelompok remaja putri (p>0.05). Tabel 3 Sebaran remaja putri berdasarkan karakteristik individu dan status gizi Status Gizi Karakteristik Individu Normal Gemuk/Obes Total Usia n % n % n % 15 tahun tahun tahun Total Asal daerah Bogor Luar Bogor Total Karakteristik Keluarga Remaja Putri Tabel 4 menjelaskan tentang kondisi sosial ekonomi keluarga remaja putri yang dilihat berdasarkan jumlah anggota keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua dan pendapatan orangtua. Besar Keluarga Besar keluarga menurut BKKBN (2009) dibagi menjadi keluarga kecil jika jumlah anggota keluarga 5 4 orang, sedang jika 5-6 orang dan besar jika z 7 orang. Tabel 4 menunjukkan bahwa besar keluarga kedua kelompok remaja putri merupakan keluarga kecil (58.3%) dan sedang (41.7%). Menurut Suhardjo (1996), semakin banyak anggota keluarga, maka makanan untuk setiap orang akan berkurang, akan tetapi dalam penelitian ini besar keluarga tidak menjadi faktor utama yang berpengaruh besar terhadap konsumsi pangan remaja putri. Hal ini diduga karena remaja putri yang menjadi contoh dalam penelitian ini

41 28 berasal dari keluarga yang tingkat pendapatan orangtuanya tergolong menengah ke atas. Hasil uji t menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antara besar keluarga remaja putri berstatus gizi normal dan gemuk/obes (p>0.05). Tabel 4 Sebaran remaja putri berdasarkan kondisi sosial ekonomi keluarga dan status gizi Status Gizi Karakteristik Keluarga Normal Gemuk/Obes Total Besar Keluarga Kecil Sedang Besar Total Pendidikan Orang tua n % n % n % SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi/Sederajat Total Pekerjaan Orang tua PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Polisi/ABRI Lainnya Total Pendapatan Orang tua < Rp Rp <Rp Rp Rp > Rp Total Pekerjaan Orangtua Pekerjaan orangtua (ayah) remaja putri terdiri dari PNS, pegawai swasta, wiraswasta dan lainnya (pensiunan). Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar orangtua remaja putri (50%) bekerja sebagai pegawai swasta. Hanya 13.3% orangtua dari remaja putri berstatus gizi normal dan gemuk/obes bekerja sebagai PNS. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara pekerjaan orangtua remaja putri berstatus gizi normal dan remaja putri berstatus gizi gemuk/obes

42 29 Pendidikan Orangtua Tingkat pendidikan orangtua yang baik akan memungkinkan orangtua dapat memantau dan menerima informasi tentang kesehatan anaknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka diasumsikan bahwa kemampuannya akan semakin baik dalam mengakses dan menyerap informasi serta menerima suatu inovasi (Isnani 2011). Pendidikan orangtua (ayah) dikategorikan menjadi empat, yaitu SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat dan perguruan tinggi/sederajat. Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri berstatus gizi normal dan gemuk/obesitas memiliki orangtua dengan tingkat pendidikan terakhir SMA (43.3%) dan perguruan tinggi (48.3%). Terdapat orangtua yang memiliki tingkat pendidikan terakhir hanya sampai SD (1.7%). Menurut Suhardjo et al. (1988) tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang. Hasil uji Chisquare menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pendidikan ayah kedua kelompok remaja putri (p>0.05). Pendapatan Orangtua Pendapatan orangtua pada penelitian ini diukur dari pendapatan ayah selama 1 bulan. Pendapatan orangtua diklasifikasikan menurut kisaran pendapatan sebagai berikut: <Rp , Rp <Rp , Rp Rp dan >Rp Hasil penelitian menunjukkan bahwa 23.3% orangtua remaja putri memiliki pendapatan perbulan >Rp Terdapat 8.3% remaja putri yang memiliki orangtua dengan pendapatan perbulan <Rp (Tabel 4). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa besar pendapatan orangtua remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obesitas berada pada rentang ekonomi menengah ke atas. Hasil uji Chisquare menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan orangtua kedua kelompok remaja putri (p>0.05). Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi adalah kemampuan kognitif serta pemahaman contoh tentang gizi. Pengetahuan gizi diukur dari kemampuan contoh dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan gizi secara umum yang disiapkan dalam kuesioner. Terdapat 20 buah pertanyaan pilihan berganda dengan memilih jawaban yang paling benar ( Correct-Answer Multiple Choice ). Tabel 5

43 30 menjelaskan mengenai persentase jawaban dari setiap pertanyaan yang dapat dijawab benar oleh remaja putri yang menjadi contoh dalam penelitian ini. Tabel 5 Sebaran remaja putri berdasarkan jawaban yang benar dari pertanyaan tentang pengetahuan gizi No Pengetahuan Gizi Normal (n=35) Gemuk/Obes t-test (n=25) n % n % p 1 Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air Konsumsi energi berlebihan disimpan dalam bentuk lemak. 3 Makanan berguna bagi tubuh untuk sumber tenaga, pembangun dan pengatur. 4 Contoh pangan sumber protein nabati adalah tahu dan tempe. 5 Fungsi air bagi tubuh adalah untuk mengatur suhu tubuh. 6 Kata yang berarti kegemukan adalah obesitas. 7 Kegemukan dihadapi remaja karena kelebihan karbohidrat dan lemak. 8 Makanan yang sehat adalah makan beraneka ragam makanan dalam jumlah seimbang. 9 Kebutuhan gizi dapat dipenuhi dengan cara mengonsumsi makanan yang beraneka ragam. 10 Contoh menu yang sehat (rendah lemak, garam, gula dan tinggi serat) di restoran fastfood adalah nasi putih, ayam goreng, sop sayuran dan air mineral. 11 Minuman yang sehat adalah air putih. 12 Pengertian fastfood adalah makanan tinggi kalori, rendah zat gizi. 13 Akibat mengkonsumsi fastfood setiap hari adalah timbulnya penyakit jantung dan diabetes. 14 Usaha untuk mendapatkan berat badan ideal adalah konsumsi gizi seimbang dan aktivitas fisik. 15 Keberhasilan menurunkan berat badan pada penderita overweight dipengaruhi oleh motivasi untuk hidup lebih sehat

44 31 Tabel 5 (Lanjutan) No Pengetahuan Gizi 16 Salah satu gangguan makan yang terjadi pada remaja adalah bulimia nervosa 17 Aktivitas fisik yang sehat adalah mengepel, mencuci baju dan jalan kaki. 18 Kegiatan fisik dan olahraga bermanfaat untuk mengontrol kelebihan berat badan. 19 Waktu olahraga yang baik adalah dua kali seminggu selama 30 menit. 20 Tekanan darah manusia yang normal adalah 120/80 mmhg. Normal Gemuk/Obes (n=35) (n=25) t-test n % n % p Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui perbedaan pengetahuan gizi remaja putri yang berstatus gizi normal dengan remaja putri yang berstatus gizi gemuk/obes. Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara jawaban remaja putri yang berstatus gizi normal dan remaja putri yang berstatus gizi gemuk/obes pada pertanyaan nomor 9 (p<0.05). Khomsan (2000) mengkategorikan tingkat pengetahuan gizi menjadi 3 bagian, yaitu tingkat pengetahuan rendah (<60%), sedang (60-80%) dan tinggi (80%). Tabel 6 menunjukkan hasil sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan status gizi. Tabel 6 Sebaran remaja putri berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan status gizi Normal Gemuk/Obes Total Pengetahuan Gizi n % n % n % Kurang (<_ 60%) Sedang (60-80%) Baik (> 80%) Total Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa secara keseluruhan tingkat pengetahuan gizi remaja putri pada contoh penelitian ini tergolong sudah baik. Sebagian besar (56.7%) remaja putri memiliki tingkat pengetahuan sedang dan 41.7% remaja putri memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Namun, masih terdapat 1.7% remaja putri yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang kurang pada remaja putri yang berstatus gizi normal.

45 32 Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara tingkat pengetahuan gizi remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes. Hal ini dikarenakan 54.3% remaja putri berstatus gizi normal memiliki pengetahuan gizi sedang dan 42.9% memiliki pengetahuan gizi yang baik sedangkan 60% remaja putri berstatus gizi gemuk/obes memiliki pengetahuan gizi sedang dan 40% memiliki pengetahuan gizi baik. Berdasarkan Tabel 6 tersebut dapat juga diketahui bahwa pengetahuan gizi remaja putri yang berstatus gizi gemuk/obes lebih tinggi daripada remaja putri yang berstatus gizi normal. Hal ini dikarenakan seseorang yang berstatus gizi gemuk/obes cenderung takut dengan penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh kegemukan, sehingga mereka lebi mencari informasi-informasi mengenai hal tersebut sehingga pengetahuan gizi remaja putri yang berstatus gizi gemuk/obes lebih tinggi (Wirakusumah 1994). Kebiasaan Makan Kebiasaan makan merupakan tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Persepsi seseorang terhadap bentuk tubuhnya dan terhadap kegemukan akan berpengaruh terhadap perilaku makannya. Dalam penelitian ini dilakukan skoring kebiasaan makan, semakin besar skor kebiasaan makan maka semakin baik kebiasaan makan orang tersebut. Adapun kebiasaan makan yang diberi skor dalam penelitian ini adalah frekuensi makan, kebiasaan makan berlebihan saat sedang stress, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan di sekolah, kebiasaan mengonsumsi fast food dan soft drink, kebiasaan mengonsumsi camilan, kebiasaan mengonsumsi sayur dan kebiasaan mengonsumsi buah. Berikut adalah Tabel 7 yang menunjukkan sebaran remaja putri berdasarkan skor kebiasaan makan. Tabel 7 Sebaran remaja putri berdasarkan skor kebiasaan makan dan status gizi Normal Gemuk/Obes Total Skor Kebiasaan Makan n % n % n % Rendah ( <_ 60%) Sedang (60-80%) Tinggi (> 80%) Total Rata-rata ± SD 51.7 ± 12.2

46 33 Skor tertinggi kebiasaan makan adalah 100 dan skor terendahnya 0. Semakin tinggi skor kebiasaan makan maka semakin baik kebiasaan makan yang diterapkan remaja putri. Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar (70%) remaja putri memiliki skor kebiasaan makan yang termasuk dalam kategori rendah dengan rata-rata skor keseluruhan sebesar 51.7 dengan standar deviasi Hal ini dikarenakan sebagian besar remaja putri sering melewatkan sarapan sehingga memiliki frekuensi makan makanan utama sebanyak 1-2 kali/hari. Selain itu remaja putri juga menyukai camilan gurih dan gorengan serta memiliki kebiasaan mengonsumsi soft drink. Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kebiasaan makan kedua kelompok remaja putri (p>0.05). Berikut adalah Tabel yang menunjukkan sebaran remaja putri berdasarkan frekuensi makan dalam sehari dan kebiasaan sarapan remaja putri. Tabel 8 Sebaran remaja putri berdasarkan frekuensi makan dan kebiasaan sarapan Normal Gemuk/Obes Total Kebiasaan Makan n % n % n % Frekuensi makan sehari 1-2 kali/hari kali/hari > 4 kali/hari Total Kebiasaan sarapan Ya Tidak Total Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar (53.3%) remaja putri terbiasa makan dengan frekuensi 3-4 kali/hari dan sisanya sebesar 46.7% terbiasa makan dengan frekuensi 1-2 kali/hari. Khomsan (2003) menyatakan bahwa frekuensi makan yang baik adalah 3 kali dalam sehari untuk menghindarkan kekosongan lambung. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Priyanto (2007) terbukti bahwa kelebihan frekuensi makan makanan utama dan kelebihan asupan energi merupakan faktor risiko kejadian kegemukan. Akan tetapi dalam penelitian ini frekuensi makan remaja putri gemuk/obes sebagian besar (60%) berada pada frekuensi 3-4 kali/hari. Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri memiliki frekuensi makan yang baik, tetapi pada saat dilakukan recall 2x24 jam diketahui bahwa remaja putri sering melewatkan waktu makan

47 34 khususnya makan malam dengan alasan sedang membatasi kalori yang dikonsumsi. Sebagian besar (55%) remaja putri terbiasa melakukan sarapan sebelum berangkat sekolah. Selain itu, sebesar 45% remaja putri yang tersebar pada kelompok normal dan gemuk/obes mengaku tidak pernah melakukan sarapan. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Story et al. (2002) ditemukan bahwa sarapan merupakan waktu makan yang paling sering dilewatkan oleh remaja khususnya remaja perempuan. Adapun alasan remaja melewatkan waktu sarapannya bermacam-macam mulai dari sibuk, untuk mencegah rasa kantuk saat sekolah, serta menurunkan berat badan dengan membatasi asupan kalori. Pada penelitian ini sebagian besar alasan remaja putri melewatkan sarapan adalah karena tidak sempat sarapan (terlambat bangun untuk berangkat ke sekolah) dan terbiasa tidak sarapan pagi. Selain kebiasaan makan di atas, kebiasaan mengonsumsi sayur dan buah-buahan juga diteliti dalam penelitian ini. Berikut adalah tabel yang menunjukkan kebiasaan remaja putri mengonsumsi sayur dan buah serta frekuensinya. Tabel 9 Sebaran remaja putri berdasarkan kebiasaan mengonsumsi sayuran dan buah-buahan Kebiasaan Makan Normal Gemuk/Obes Total n % n % n % Kesukaan terhadap sayur Ya Tidak Total Kebiasaan makan sayur 1-2 kali/hari kali/hari >4 kali/hari Total Kesukaan terhadap buah Ya Tidak Total Kebiasaan makan buah 1-2 kali/hari kali/hari >4 kali/hari Total

48 35 Sebagian besar (81.7%) remaja putri menyatakan suka mengonsumsi sayur, sisanya sebesar 18.3% remaja putri menyatakan tidak suka mengonsumsi sayur. Alasan remaja putri yang tidak menyukai sayur adalah karena menurut mereka rasa sayur tidak enak, tidak biasa dan terkadang pahit. Frekuensi makan sayur remaja putri dalam sehari adalah 1-2 kali/hari (68.3%), yaitu 71.4% remaja putri berstatus gizi normal dan 64% remaja putri berstatus gizi gemuk/obes. Menurut (Drapeau et al. 2004), konsumsi buah dan sayuran dapat mencegah kejadian kegemukan karena dapat mengurangi rasa lapar dan tidak menimbulkan kelebihan lemak dan sebagainya. Sebagian besar (98.3%) remaja putri menyukai buah, sisanya 1.7% tidak menyukai buah. Semua remaja putri gemuk/obesitas dalam penelitian ini mengaku menyukai buah. Sebagian besar (90%) remaja putri memiliki frekuensi makan buah 1-2 kali/hari, yaitu 88.6% remaja putri berstatus gizi normal dan 92% remaja putri berstatus gizi gemuk/obes. Hasil penelitian menujukkan bahwa remaja putri yang paling banyak mengonsumsi buah (>3 kali/hari) adalah remaja putri yang berstatus gizi gemuk/obes, hal ini dikarenakan remaja putri yang berstatus gizi gemuk/obes mengganti makan malam dengan mengonsumsi buah (apel, jeruk, dan pepaya). Selain kebiasaan mengonsumsi sayur dan buah-buahan, kebiasaan mengonsumsi camilan juga diteliti dalam penelitian ini. Camilan atau makanan ringan atau snack adalah istilah bagi makanan yang bukan merupakan menu utama (makan pagi, makan siang atau makan malam). Tabel 10 menguraikan sebaran remaja putri berdasarkan kebiasaan mengonsumsi camilan, kesukaan terhadap camilan gurih, kebisaan mengonsumsi camilan saat stres serta kebiasaan jajan di sekolah. Sebagian besar (43.3%) remaja putri mengonsumsi camilan dengan frekuensi sebanyak 3-5 kali/minggu. Adapun persentase tertinggi remaja putri yang mengonsumsi camilan setiap hari adalah pada remaja putri yang berstatus gizi gemuk/obes yaitu sebesar 20% kemudian diikuti dengan remaja putri yang berstatus gizi normal dengan persentase sebesar 17.1%. Sebagian besar (88.3%) remaja putri menyukai camilan yang rasanya gurih. Hal ini disebabkan remaja putri dalam penelitian ini suka mengonsumsi camilan gurih pada saat istirahat di sekolah. Sebagian besar remaja putri (66.7%) tidak mengonsumsi camilan berlebihan saat sedang stres, tetapi terdapat 33.3% remaja putri menyatakan

49 36 mengonsumsi camilan berlebihan saat sedang mengalami stres. Adapun kondisikondisi yang membuat remaja putri stres antara lain saat sedang banyak tugas, saat ujian ataupun sedang mengalami masalah baik dengan teman maupun keluarga. Adapun sebagian besar (66.7%) remaja putri menyatakan setiap hari membeli dan mengonsumsi jajanan di sekolah. Sebagian besar dari mereka mengaku bahwa makanan yang sering dibeli saat jajan di sekolah adalah mi instant, gorengan dan makanan ringan untuk mengisi perut sementara waktu di antara waktu belajar. Tabel 10 Sebaran remaja putri berdasarkan kebiasaan mengonsumsi camilan, jenis camilan yang dikonsumsi dan kebiasaan jajan di sekolah Kebiasaan Makan Normal Gemuk/Obes Total n % n % n % Kebiasaan mengonsumsi camilan Setiap hari kali/minggu kali/minggu Tidak pernah Total Kesukaan terhadap camilan (snack) yang rasanya gurih Ya Tidak Total Kebiasaan camilan berlebihan ketika stress Ya Tidak Total Kebiasaan jajan di sekolah Setiap hari kali/minggu kali/minggu Tidak pernah Total Kebiasaan makan yang juga diteliti dalam penelitian ini adalah kebiasaan remaja putri dalam mengonsumsi fast food dan soft drink. Dalam penelitian ini, sebagian besar (81.7%) remaja putri mengonsumsi fast food 1-2 kali/minggu. Fast food yang paling sering dikonsumsi oleh sebagian besarremaja putri adalah KFC (Kentucky Fried Chicken) karena lokasi sekolah yang dekat dengan tempat penjualan. Sebagian besar (66.7%) remaja putri menyatakan mengonsumsi soft

50 37 drink 1-2 kali/. Soft drink yang paling sering dikonsumsi oleh remaja putri adalah Coca-cola, Pepsi, Teh Botol dan Teh Gelas. Tabel 11 Sebaran remaja putri berdasarkan kebiasaan mengonsumsi fast food dan soft drink Normal Gemuk/Obes Total Kebiasaan Makan n % n % n % Kebiasaan konsumsi fast food Setiap hari kali/minggu kali/minggu Tidak pernah Total Kebiasaan konsumsi Soft Drink Setiap hari kali/minggu kali/minggu Tidak pernah Total Aktivitas Fisik Aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk penggunaan energi di dalam tubuh. Keseimbangan energi antara energi yang dikonsumsi dengan energi yang dikeluarkan pada akhirnya akan menentukan status gizi seseorang. Nilai PAL rata-rata untuk seluruh remaja putri adalah 1.3 ± 0.1. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri (88.3%) memiliki tingkat aktivitas fisik yang sangat ringan. Angka ini tidak berbeda jauh dengan data Riskesdas (2007) yang menyebutkan bahwa prevalensi nasional kurang aktivitas fisik pada penduduk yang berumur lebih dari 10 tahun adalah 48.2%. Tabel 12 Sebaran remaja putri berdasarkan aktivitas fisik Jenis Aktivitas Rata-rata+SD (jam/hari) Tidur 8.2 ± 1.2 Kebersihan diri 1.0 ± 0.1 Makan 1.0 ± 0.0 Naik mobil/bus 1.1 ± 0.5 Mengendarai motor 0.1 ± 0.3 Berjalan tanpa beban 0.1 ± 0.2 Mengetik 0.1 ± 0.4 Ngobrol/diskusi 0.8 ± 0.5 Nonton tv 2.1 ± 0.9 Aerobik intensitas rendah 0.2 ± 0.7 Berdiri/bw beban 0.1 ± 0.3 Duduk 6.6 ± 0.3 Membaca 2.7 ± 0.9

51 38 Aktivitas remaja putri yang diamati adalah aktivitas pada waktu hari sekolah. Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa sebagian besar waktu yang dimiliki oleh remaja putri dihabiskan untuk sekolah dan tidur. Rata-rata lama tidur remaja putri adalah sebesar 8.2 ± 1.2 jam/hari dan rata-rata lama di sekolah adalah 6.6 ± 0.3 jam/hari. Hal inilah yang mengakibatkan sebagian besar (88.3%) aktivitas remaja putri tergolong ke dalam aktivitas sangat ringan (Tabel 13). Tabel 13 Sebaran remaja putri berdasarkan aktivitas fisik dan status gizi Kategori Normal Gemuk/Obes Total PAL Keg iatan n % n % n % Sangat ringan < 1, Ringan 1,40-1, Sedang 1,70-1, Berat 2,00-2, Total Tidak ada remaja putri yang melakukan aktivitas memasak, membersihkan rumah dan perlengkapan rumah karena memiliki pembantu. Untuk berangkat sekolah pun seluruh remaja putri menggunakan fasilitas transportasi umum (angkutan umum dan kereta) dan kendaraan pribadi. Hal inilah yang diduga menyebabkan aktivitas fisik remaja putri tergolong sangat ringan. Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara tingkat aktivitas fisik remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes. Intik Konsumsi clan Tingkat Kecukupan Gizi Manusia memerlukan sejumlah zat gizi agar dapat hidup sehat dan mempertahankan hidupnya dengan mengonsumsi pangan. Tujuan mengonsumsi pangan dalam aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu (Hardinsyah dan Martianto 1992). Konsumsi pangan keluarga, individu maupun golongan tertentu dapat diketahui dengan melakukan survai konsumsi pangan secara kualitatif dan kuantitatif (Suhardjo 1989). Secara kuantitatif yang paling sering digunakan diantaranya adalah metode recall (mengingat) (Riyadi 1996). Konsumsi pangan seseorang dapat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan pangan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan dan

52 39 pengetahuan ibu, serta selera sebagian besar keluarga (Suhardjo 1989). Tabel 14 menguraikan rata-rata konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan energi dan protein remaja putri. Tabel 14 Rata-rata konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan energi dan protein remaja putri Zat Gizi Jumlah Energi Konsumsi (kkal) 2259 AKE (kkal) 2255 TKE (%) 99.8 Protein Konsumsi (gram) 56 AKP (gram) 55 TKP (%) 98.2 Rata-rata asupan energi remaja putri adalah 2259 Kalori dan rata-rata asupan protein sebesar 56 gram. Jika dibandingkan dengan angka kecukupan energi dan protein masing-masing individu yang dihitung menggunakan rumus acuan dari WNPG (2004) untuk energi dan protein, maka diperoleh rata-rata Tingkat Kecukupan Gizi energi sebesar 99.8% dan protein sebesar 98.2%. Mengacu kepada Departemen Kesehatan (1996) yang mengklasifikasikan tingkat kecukupan energi dan protein dalam lima tingkatan yaitu : (1) defisit tingkat berat (<70% AKG), (2) defisit tingkat sedang (70-79%), (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG), (4) Normal (90-119% AKG) dan (5) Kelebihan ( z 120% AKG), maka rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein remaja putri tergolong normal. Frekuensi konsumsi remaja putri ditampilkan untuk melihat pola kebiasaan makan dan dilakukan dengan metode recall 2x24 jam. Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam), maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasan makan individu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intik harian individu (Sanjur 1982). Tingkat Kecukupan Energi Tingkat kecukupan energi dan protein remaja putri dibedakan menjadi lima dengan mengacu pada cut of point berdasarkan Departemen Kesehatan (1996). Tabel 15 menguraikan sebaran remaja putri menurut tingkat kecukupan energi. Sebagian besar remaja putri (83.3%) termasuk dalam kategori defisit tingkat berat, hal ini terjadi karena sebagian besar remaja putri memiliki

53 40 konsumsi pangan yang kurang baik. Sebesar 6.7% remaja putri memiliki tingkat kecukupan energi yang tergolong dalam kategori normal. Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara tingkat kecukupan energi remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes. Tabel 15 Sebaran remaja putri berdasarkan tingkat kecukupan energi dan status gizi Tingkat kecukupan energi Normal Gemuk/Obes Total n % n % n % Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Normal Kelebihan Total Konsumsi energi yang masih kurang dari angka kecukupan selain diduga disebabkan karena remaja putri terutama remaja putri yang berstatus gizi gemuk/obesitas membatasi asupan makanannya (diet) terutama pangan sumber energi dan karbohidrat. Selain itu, hal ini diduga juga disebabkan oleh beberapa kesalahan yang terjadi dalam pengukuran konsumsi pangan. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain bisa disebabkan oleh responden dan enumerator, lupa, kesalahan dalam menduga ukuran porsi dan The Flat Slope Syndrome. The Flat Slope Syndrome adalah suatu kecenderungan dimana responden akan melaporkan lebih pada konsumsi yang sedikit (overestimate low intakes) atau melaporkan sedikit pada konsumsi yang berlebihan (underestimate highintakes) (Gibson 1990). Menurut Kusharto dan Sa diyyah (2003), metode recall konsumsi yang digunakan dalam penelitian memiliki kekurangan yaitu data yang dihasilkan kurang akurat karena mengandalkan keterbatasan daya ingat seseorang dan tergantung dari keahlian tenaga pencatat dalam mengkonversi ukuran rumah tangga (urt) kedalam satuan berat, serta adanya variasi intepretasi besarnya ukuran antar responden. Tingkat Kecukupan Protein Berdasarkan tingkat kecukupan protein, sebagian besar remaja putri (65%) termasuk dalam kategori defisit berat. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat fungsi protein yang sangat penting bagi pertumbuhan khususnya untuk remaja. Hal ini dikarenakan remaja putri yang berstatus gizi normal mengonsumsi pangan hewani dan nabati dalam jumlah yang sedikit, serta

54 41 remaja putri yang berstatus gizi gemuk/obes melakukan pembatasan makanan untuk menurunkan berat badan dengan mengurangi porsi makan termasuk juga porsi pangan sumber hewani yang mereka yakini sebagai makanan penyumbang lemak yang cukup besar. Terdapat tingkat kecukupan protein yang berlebih pada remaja putri yang berstatus gizi gemuk/obes (4%), diduga remaja putri tersebut tidak melakukan pembatasan pangan sumber protein baik pangan nabati maupun hewani. Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara tingkat kecukupan protein remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes. Tabel 16 menunjukkan sebaran remaja putri menurut tingkat kecukupan protein dan status gizi. Tabel 16 Sebaran remaja putri menurut tingkat kecukupan protein dan status gizi Tingkat kecukupan protein Normal Gemuk/Obes Total n % n % n % Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Normal Kelebihan Total Body Image Body image (citra raga) adalah gambaran individu mengenai penampilan fisik dan perasaan yang menyertainya, baik terhadap bagian-bagian tubuhnya maupun mengenai seluruh tubuhnya, berdasarkan penilaian sendiri. Body image pada umumnya dialami oleh mereka yang menganggap bahwa penampilan adalah faktor yang paling penting dalam kehidupan. Hal ini terutama terjadi pada usia remaja. Mereka beranggapan bahwa tubuh yang kurus dan langsing adalah yang ideal bagi wanita (Germov & Williams 2004). Wirakusumah (1994) mengatakan bahwa seseorang dikatakan mempunyai bentuk tubuh ideal apabila bentuk tubuhnya tidak terlalu kurus maupun terlalu gemuk dan terlihat serasi antara berat badan dan tinggi badan. Dalam penelitian ini, persepsi body image remaja putri dinilai melalui metode Figure Rating Scale (FRS) yang dikembangkan oleh Stunkard (1983). Persepsi body image yang dinilai adalah persepsi tubuh saat ini, persepsi bentuk tubuh ideal dan persepsi tubuh yang diharapkan berdasarkan persepsi mereka. Remaja putri mempersepsikan bentuk tubuhnya melalui gambar siluet 1-9 (Gambar 1).

55 42 Tabel 17 Sebaran remaja putri berdasarkan pengetahuan dan pentingnya body image menurut status gizi Body Image Normal Gemuk/Obes Total n % n % n % Makna Body Image Ya Tidak Total Body Image Tidak Penting Cukup Penting Sangat Penting Total Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar remaja putri (73.3%) mengaku tidak mengetahui tentang body image dan sebesar 26% remaja putri yang mengaku mengetahui tentang body image dengan menjawab bahwa pengertian body image adalah gambaran bentuk tubuh. Remaja putri yang berstatus gizi normal dan gemuk/obes menganggap cukup penting tentang body image (75%), 20% remaja putri menganggap penting dan 5% remaja putri yang menganggap bahwa body image tidak penting bagi mereka. Hal ini berarti bahwa sebagian besar remaja putri cukup memperhatikan bentuk tubuh mereka. Persepsi terhadap Tubuh Aktual Persepsi terhadap tubuh aktual adalah cara pandang individu terhadap tubuhnya sendiri. Seseorang yang memiliki persepsi terhadap tubuh aktual yang positif mencerminkan tingginya penerimaan jati diri, rasa percaya diri dan kepeduliannya terhadap kondisi badan dan kesehatan (Thompson & Altabe 1996). Pada kondisi yang ekstrim, seseorang dengan persepsi terhadap tubuh aktual yang negatif akan mengalami distorsi dalam menilai realitas. Informasi yang ada di pikirannya tentang tubuhnya akan jauh lebih buruk daripada kenyataan. Dampak psikologisnya adalah perasaan tidak puas yang mendalam sehingga berujung pada ketidakbahagiaan (Wirakusumah 1994). Gambar yang dipilih remaja putri dalam menilai bentuk tubuhnya sendiri saat ini adalah gambar nomor 2 sampai nomor 7 (Tabel 18). Sebagian besar (45%) remaja putri memilih gambar nomor 4. Gambar nomor 3 (21.7%) juga banyak dipilih remaja putri dalam mempersepsikan bentuk tubuhnya saat ini. Remaja putri juga memilih gambar nomor 5 (18.3%) dalam mempersepsikan bentuk tubuhnya saat ini dan sisanya hanya sedikit yang memilih gambar nomor 2 (6.7%), nomor 6 (3.3%) dan gambar nomor 7 (5%)

56 43 dalam mempersepsikan bentuk tubuhnya saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi remaja putri terhadap bentuk tubuhnya adalah cenderung kearah persepsi tubuh yang gemuk. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi (2010) bahwa gambar nomor 4 sampai 8 merupakan gambar yang dipilih remaja putri dalam mempersepsikan bentuk tubuhnya saat ini Tabel 18 Sebaran remaja putri berdasarkan status gizi dan persepsi terhadap tubuh aktual Persepsi terhadap Normal Gemuk/Obes Total Tubuh Aktual n % n % n % Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Total Ket: Gambar 1 merupakan gambar paling kurus Gambar 9 merupakan gambar paling gemuk Harapan Bentuk tubuh Pengaruh lingkungan yang menganggap tubuh kurus adalah cantik telah mempengaruhi persepsi remaja putri terhadap bentuk tubuh ideal. Kegemukan seringkali diidentikkan dengan ketidakcantikan, ketidakmenarikan dan ketidakluwesan dalam beraktivitas (Wirakusumah 1994). Tabel 19 menunjukkan sebaran remaja putri berdasarkan harapan bentuk tubuh. Tabel 19 Sebaran remaja putri berdasarkan harapan bentuk tubuh Harapan Bentuk Tubuh Normal Gemuk/Obes Total n % n % n % Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Total Ket: Gambar 1 merupakan gambar paling kurus Gambar 9 merupakan gambar paling gemuk

57 44 Remaja putri memilih gambar nomor 2 sampai 4 untuk mempersepsikan bentuk tubuh yang diharapkan oleh dirinya sendiri. Gambar yang paling banyak dipilih remaja putri adalah gambar nomor 3 (73.3%), sedangkan sisanya sebesar 15% remaja putri menyatakan bentuk tubuh yang mereka harapkan adalah gambar nomor 2 dan 11.7% gambar nomor 4. Gambar nomor 3 sebagai bentuk yang diharapkan oleh remaja putri berstatus gizi gemuk/obes (68%) lebih sedikit dibandingkan remaja putri berstatus gizi normal (77.1%). Sebaliknya, remaja putri berstatus gizi gemuk/obes (20%) lebih banyak dibandingkan remaja putri berstatus gizi normal (5.7%) memilih nomor 4 sebagai bentuk tubuh yang diharapkan oleh dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Isnani (2011) bahwa gambar yang paling banyak dipilih remaja putri adalah gambar nomor 3 (42.5%) dan gambar nomor 4 (41.3%) untuk mempersepsikan bentuk tubuh yang diharapkan dirinya sendiri. Hal ini berarti bahwa sebagian besar remaja putri mengharapkan bentuh tubuh yang cenderung kearah kurus. Persepsi Bentuk Tubuh Ideal, Kurus dan Gemuk Persepsi tubuh adalah suatu perasaan atau pemikiran seseorang mengenai tubuhnya serta pandangan orang lain (Khor et al dalam Dewi 2010). Persepsi tubuh terdiri dari tiga bagian, yaitu perasaan dan pikiran subjektif tentang tubuh, serta perasaan cemas terhadap tubuh dan perilaku atas ketidaknyamanan terhadap tubuh (Abramson 2005 dalam Dewi 2010). Tabel 20 merupakan tabel yang menggambarkan persepsi bentuk tubuh ideal, kurus dan gemuk remaja putri menurut status gizi. Remaja putri memilih bentuk tubuh ideal bagi remaja putri pada gambar 2, 3 dan 4. Gambar yang paling banyak dipilih remaja putri dalam mempersepsikan bentuk tubuh ideal adalah gambar nomor 3 (73.3%). Selain itu, masing-masing 13.3% remaja putri memilih gambar nomor 2 dan 3 sebagai bentuk tubuh ideal. Hal yang sama juga ditunjukkan pada penelitian Isnani (2011) yang menyatakan bahwa sebagian besar remaja putri memilih gambar nomor 3 (31.3%) dan gambar nomor 4 (51.3%) sebagai gambar bentuk tubuh ideal. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi tubuh ideal bagi remaja putri adalah persepsi tubuh yang cenderung kearah kurus. Gambar yang paling banyak dipilih remaja putri dalam mempersepsikan bentuk tubuh kurus adalah gambar nomor 1 (88.3%), serta 11.7% remaja putri memilih gambar nomor 2 sebagai bentuk tubuh kurus, yaitu 20% remaja putri berstatus gizi normal saja. Hal yang sama juga ditunjukkan pada penelitian

58 45 Isnani (2011) yang menyatakan bahwa sebagian besar remaja putri memilih gambar nomor 1 (67.4%) dan gambar nomor 2 (27.2%) sebagai gambar bentuk tubuh kurus. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri memiliki persepsi tubuh kurus kearah tubuh yang sangat kurus. Gambar yang paling banyak dipilih remaja putri dalam mempersepsikan bentuk tubuh gemuk adalah gambar nomor 4, 5, 6, 7 dan 9. Persentase terbesar pada gambar yang dipilih remaja putri adalah gambar nomor 9 (36.7%). Hal ini menunjukkan bahwa persepsi contoh terhadap tubuh gemuk cenderung kearah persepsi tubuh yang sangat gemuk. Tabel 20 Sebaran remaja putri berdasarkan persepsi bentuk tubuh ideal, kurus dan gemuk Kategori Normal Gemuk/Obes Total n % n % n % Bentuk Tubuh Ideal Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Total Bentuk Tubuh Kurus Gambar Gambar Total Bentuk Tubuh Gemuk Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Total Ket: Gambar 1 merupakan gambar paling kurus Gambar 9 merupakan gambar paling gemuk Tabel 21 menunjukkan jenis persepsi tubuh remaja putri yang diukur dengan cara membandingkan kategori status gizi remaja putri saat ini yang diukur berdasarkan IMT/U dengan persepsi tubuh saat ini. Remaja putri dikatakan memiliki persepsi negatif apabila persepsi remaja putri terhadap tubuhnya saat ini berbeda dengan status gizi remaja putri saat ini berdasarkan kategori IMT/U. Remaja putri memiliki persepsi tubuh positif apabila persepsi remaja putri terhadap tubuhnya saat ini sama dengan hasil dari kategori status gizi remaja putri saat ini berdasarkan kategori IMT/U.

59 46 Tabel 21 Sebaran remaja putri berdasarkan mispersepsi tentang bentuk tubuh Normal Gemuk/Obes Persepsi Body Image n % n % Kurus Normal Gemuk/Obes Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar remaja putri memiliki persepsi bentuk tubuh positif, yaitu 96% pada remaja putri yang berstatus gizi gemuk/obesitas dan 45.7% remaja putri berstatus gizi normal. Sedangkan remaja putri yang memiliki persepsi bentuk tubuh negatif yaitu remaja putri berstatus gizi normal, yaitu 42.9% menganggap bentuk tubuh mereka gemuk/obes dan 11.4% menganggap bentuk tubuh mereka kurus. Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri yang berstatus gizi normal lebih banyak yang memiliki persepsi tubuh negatif daripada remaja putri yang berstatus gizi gemuk/obes. Remaja putri gemuk/obes lebih dapat menerima keadaan tubuhnya dibandingkan dengan remaja putri normal. Menurut Hurlock (1980), pada masa remaja hanya sedikit yang merasa puas dengan tubuhnya terutama pada remaja putri, sehingga hal ini menyebabkan adanya persepsi negatif terhadap bentuk tubuhnya. Remaja putri lebih banyak memiliki persepsi tubuh positif dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki persepsi tubuh negatif terhadap bentuk ukuran tubuhnya saat ini. Remaja putri yang memiliki persepsi tubuh negatif merasa ideal meskipun kenyataannya ukuran tubuh remaja putri tidak pada kategori ideal tetapi gemuk. Sebaliknya remaja putri merasa gemuk dan kurus meskipun kenyataannya ukuran tubuhnya tidak pada kategori gemuk dan kurus tetapi sudah normal. Persepsi tubuh positif terlihat dari hampir sebagian besar remaja putri (66.7%) memiliki harapan yang sesuai dengan tubuhnya saat ini. Sedangkan 33.3% remaja putri memiliki harapan yang tidak sesuai dengan tubuhnya saat ini dan menginginkan bentuk tubuh yang lebih kurus dan lebih tinggi dari tubuhnya saat ini. Menurut Willet (2007) dalam Dewi (2010), masalah persepsi tubuh banyak terjadi terutama pada masa remaja. Remaja merupakan suatu periode dimana terjadi perubahan yang cepat pada tubuh. Perubahan yang terjadi secara alami dapat membuat remaja merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya.

60 47 Upaya Pencapaian Tubuh Ideal Remaja putri yang melakukan upaya pencapaian tubuh ideal hanya 17 orang dari 60 remaja putri. Upaya pencapaian tubuh ideal yang dilakukan remaja putri adalah melalui makanan, produk pelangsing dan olahraga. Upaya pencapaian tubuh ideal melalui makanan adalah dengan cara pengaturan makan seperti diet, pengurangan porsi makan, pengurangan konsumsi makanan berlemak, berkharbohidrat tinggi, peningkatan konsumsi buah dan sayur, serta pengaturan makan lainnya. Upaya pencapaian tubuh ideal dengan produk pelangsing yang dilakukan remaja putri mengonsumsi susu WRP. Upaya pencapaian tubuh ideal melalui olahraga yang dilakukan remaja putri adalah meningkatan frekuensi jalan kaki. Hubungan antara Status Gizi dengan Beberapa Variabel Status gizi merupakan salah satu aspek status kesehatan yang dihasilkan dari asupan, penyerapan dan penggunaan pangan serta terjadinya infeksi. Status gizi remaja putri dalam penelitian ini dihubungan dengan beberapa variabel seperti kebiasaan makan, aktivitas fisik, pengetahuan gizi, dan body image. Tabel 22 menyajikan hubungan status gizi remaja putri dengan beberapa variabel tersebut. Tabel 22 Hubungan status gizi dengan beberapa variabel Variabel r p Kebiasaan makan Aktivitas fisik Pengetahuan gizi Body image Uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kebiasaan makan (r= ; p= 0.794), hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kebiasaan makan remaja putri belum tentu remaja putri memiliki status gizi yang baik (normal). Hal ini dikarenakan remaja putri memiliki kebiasaan makan yang kurang baik dalam hal frekuensi makan, kebiasaan sarapan, kebiasaan mengonsumsi fast food, soft drink, camilan gurih dan jajanan sekolah yang kurang baik. Jika dihubungkan dengan status gizi hasil analisis korelasi Spearman, terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan aktivitas fisik (r= ; p= 0.030). Hal ini bermakna, walaupun status gizi remaja putri baik akan tetapi remaja putri tidak meningkatkan aktivitas fisiknya. Hal ini dikarenakan

61 48 aktivitas remaja putri merupakan rutinitas dan sebagian besar remaja putri mengaku hanya berolahraga ketika sedang mendapat mata pelajaran olahraga. Hasil uji korelasi Pearson menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan pengetahuan gizi remaja putri (r= 0.043; p= 0.747), hal ini menunjukkan bahwa semakin baik status gizi remaja putri belum tentu pengetahuan gizi remaja putri semakin baik. Hal ini dikarenakan sebagian besar remaja putri memiliki skor pengetahuan gizi yang sedang dan diduga pengetahun gizi yang dimiliki oleh remaja putri kurang diterapkan dalam mencapai status gizi yang lebih baik (normal). Jika dihubungkan dengan status gizi hasil analisis korelasi Spearman, terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan body image (r= ; p= 0.002), hal ini berarti bahwa semakin positif body image yang dimiliki remaja putri belum tentu semakin baik status gizinya. Hal ini dikarenakan terdapat remaja putri yang berstatus gizi normal memiliki persepsi body image yang negatif. Remaja putri ini menganggap bahwa bentuk tubuhnya saat ini lebih kurus atau lebih gemuk, padahal mereka memiliki status gizi yang normal.

62 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sebagian besar remaja putri dalam penelitian ini berusia 16 tahun dan berasal dari Bogor. Besar keluarga remaja putri tersebar pada kelompok keluarga kecil dan sedang. Sebagian besar orangtua remaja putri berpendidikan perguruan tinggi dan SMA/Sederajat, memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta serta memiliki pendapatan pada kisaran Rp ,00 Rp ,00 per bulannya. Pengetahuan gizi remaja putri sebagian besar berada pada kategori sedang dan memiliki skor kebiasaan makan yang termasuk dalam kategori rendah dengan rata-rata skor keseluruhan sebesar Lebih dari separuh tingkat kecukupan energi dan protein remaja putri tergolong defisit tingkat berat, hal ini karena sebagian besar remaja putri memiliki konsumsi pangan yang kurang baik. Sebagian besar remaja putri memiliki tingkat aktivitas sangat ringan. Hal ini dikarenakan aktivitas remaja putri sebagian besar dihabiskan untuk sekolah dan tidur yang merupakan rutinitas serta sebagian besar remaja putri mengaku hanya berolahraga ketika sedang mendapat mata pelajaran olahraga. Remaja putri sebagian kecil mengetahui tentang body image dan sebagian besar menyatakan bahwa merasa cukup penting untuk memperhatikan bentuk tubuh. Sebagian besar memiliki persepsi body image yang positif atau remaja putri memiliki penilaian terhadap bentuk tubuh yang sesuai dengan status gizinya. Hanya sebagian kecil remaja putri mengaku melakukan upaya pencapaian tubuh ideal dengan melakukan diet. Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan aktivitas fisik dan body image remaja putri. Akan tetapi, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kebiasaan makan dan pengetahuan gizi. Saran Remaja putri sebaiknya memiliki persepsi body image yang positif sehingga tidak melakukan diet-diet ketat yang menyebabkan defisiensi energi dan zat-zat gizi. Diet menurunkan berat badan hendaknya dikonsultasikan kepada ahli gizi atau Badan Konsultasi Gizi serta membaca literatur-literatur gizi terkait dengan diet menurunkan berat badan yang aman agar tidak membahayakan kesehatan remaja putri. Selain itu kebiasaan makan remaja putri juga perlu diperbaiki terutama dalam hal frekuensi makan dan meal skipping.

63 50 Pihak sekolah hendaknya mengevaluasi makanan yang dijual oleh pihak kantin agar makanan yang disediakan memiliki kandungan gizi yang lebih baik sehingga remaja putri dapat mengurangi konsumsi mi instant. Penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang persepsi body image yang dimiliki oleh remaja laki-laki dan halhal yang mempengaruhinya.

64 DAFTAR PUSTAKA Abramson Edward Body Intelligence: Menurunkan dan Menjaga Berat Badan Tanpa Diet. Dwi Prabantini, penerjemah. Yogyakarta: Andi. Aini N Pengendalian Pola Makan untuk Mencegah Obesitas. Kulinologi Indonesia. i.biz/preview.php?view&id=169. [18 Febuari 2011]. Akman et al Eating Patterns Of Turkish Adolescents: A Cross-Sectional Survey. Nutrition Journal 2010, 9:67. [18 Februari 2011]. Almatsier S Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ando Tetsuya et al Variations In The Preproghrelin Gene Correlate With Higher Body Mass Index, Fat Mass, And Body Dissatisfaction In Young Japanese Women. Am J Clin Nutr 2007;86: [18 Februari 2011]. Arisman Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Palupi Widyastuti, editor. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran. Bacon Linda dan Aphramor Lucy Weight Science: Evaluating the Evidence for a Paradigm Shift. Nutrition Journal 2011, 10:9. [7 Maret 2011]. Behrman Richard E Ilmu Kesehatan Anak Edisi 12. Moelia Radja Siregar, alih bahasa. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. Bowman dan Russell Present Knowledge In Nutrition 8th Edition. Washington DC: ILSI Press. [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Modul keluarga berencana. [terhubung berkala] [6 Oktober 2011]. Dewi SD Perbandingan penggunaan metode body shape questionnaire (BSQ) dan figure rating scale (FRS) untuk pengukuran persepsi tubuh pada siswi SMA [skripsi]. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Drappeau V et al Modification in Food Group Consumption are Related To Longterm Body Weight Change. American Journal of Clinical Nutrition 80: Emilia Esi Pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja [disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjan, Institut Pertanian Bogor. Fitriadini N Perilaku Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Serta Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu Kaitannya dengan Status Gizi dan Status Kesehatan Balita Bawah garis Merah di Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. [FAO] Food And Nutrition Technical Report Series Energi Requirements of Adults. [18 Februari 2011]. Gibson R.S Principles Of Nutritional Assemment. USA: Oxford University.

65 52 Gibson R.S Principles Of Nutrition Assessment 2 nd Edition. New York: Oxford University Press. Guillaume Michèle Defining Obesity in Childhood: Current Practice. Am J Clin Nutr 126S 1999;70(suppl):126S 30S. [24 Februari 2011]. Hardinsyah dan Martianto D Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari Gizi Terapan. Dirjen Pendidikan Tingkat Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Harper et al Pangan, Gizi dan Pertanian. Suhardjo, penerjemah. Jakarta: UI Press. Heinberg LJ, Wood KC, Thomson JK Adolescent Nutrition: Assessment and Management. USA: Chapman and Hall. Hurlock EB Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Insintos Diet dan Kebugaran Tubuh. Jakarta: Pustaka Bratalima. Isnani Fitri Praktik hidup sehat dan persepsi tubuh ideal remaja putri SMA Negeri 1 Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Kestler D Nutrition and Fitness Macmilan Health Encylopedia. New York: Simon and Schuster Macmilan. Kusharto MC dan Sa diyyah NY Diktat Penilaian Konsumsi Pangan Edisi Kelima. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Khomsan A Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakutas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta. Rajagrafindo Persada Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta: PT Grasindo. Khomsan Ali, Anwar F, Sukandar D, Riyadi H, Mudjajanto ES Studi Implementasi Program Gizi: Pemanfaatan, Cakupan, Keefektifan, dan Dampak Terhadap Status Gizi. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Madanijah Pendidikan Gizi dalam Pengantar Pangan dan Gizi. Depok: Penebar Swadaya. Mahan K dan Escoot S Krause s, Food, Nutrition, & Diet Therapy 11 th Edition. USA: Elsevies. Malinauskas MB, Thomas DR, Victor GA, Jean LS dan Matthew BD Dieting Practices, Weight Perceptions, And Body Composition: A Comparison Of Normal Weight, Overweight, And Obese College

66 53 Females. Nutrition Journal 2006, 5:11 doi: / [18 Februari 2011]. Mandleco Barbara L Growtha and Development Handbook: Newborn Through Adolescent. Utah: Thomson. Mar at S Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nasoetion A & Khomsan A Aspek gizi dan kesehatan dalam pembangunan pertanian. Bogor: Makalah yang disajikan dalam lokakarya eksekutif dalam rangka training integrasi gizi dan kesehatan dalam pembangunan pertanian. Notoatmodjo S Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Ofset. Novikasari M Perubahan berat badan dan status gizi mahasiswa putra jalur usmi tahun 2002 pada empat bulan pertama di IPB [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Patriasih Rita et al Laporan Penelitian, Studi Aspek Sosial Ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Kesehatan dan Status Gizi Anak Jalanan. Bandung: Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia. Priyanto R Besar Risiko Frekuensi Makan, Asupan Energi, Lemak, Serat dan Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Obesitas pada Remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP) [tesis]. Program Studi Ilmu Gizi S1 fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. Riyadi H Penilaian dan Pengukuran Status Gizi [diktat]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Metode Penilaian Status Gizi Secara Antropometri [diktat]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rimbawan dan Siagian A Indeks Glikemik Pangan. Jakarta: Penebar Swadaya. Rini JF Mencemaskan penampilan. [18 Februari 2011]. [Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI. Sakamaki Ruka et al A Comparative Study of Food Habits and Body Shape Perception of University Students in Japan and Korea. Nutrition Journal 2005, 4:31 doi: / [18 Februrari 2011]. Sanjur D Social and Cultural Perspective in Nutrition. Englowood Cliffs Prencite-Hall, New Jersey. Santrock JW Adolescence Perkembangan Remaja. Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih, alih bahasa. Wisnu CK dan Yati S, editor. Jakarta : Erlangga Adolescene, Perkembangan Remaja, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

67 54 Sizer Frances dan Whitney Eleanor Nutrition: Concepts and Controversies 8 th Edition. USA: Wadsworth Thomson Learning. Siswono Obesitas mulai jadi ancaman persoalan gizi. [18 Februari 2011]. Story M et al Individual and environmental influences on adolescent eating behaviour. Journal American Diet Association 102 (3 suppl): S40 b. Suhardjo Sosio Budaya Giz i. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, PAU Pangan Dan Gizi, Institut Pertanian Bogor Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. Suhardjo, Hardinsyah, H Riyadi Survey Konsumsi Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Suhardjo dan Riyadi H Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi, PAU Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Sukandar D Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi dan Sanitasi. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Sumarwan U Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Supariasa et.al Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Thompson dan Altabe Body image changes during early adulthood. International Journal of Eating Disorder vol 13 pp Wells Jonathan CK, Philip Treleaven, dan Tim J Cole BMI Compared With 3-Dimensional Body Shape: The UK National Sizing Survey. Am J Clin Nutr 2007;85: [18 Februari 2011]. Wirakusumah ES Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Jus Buah dan Sayuran untuk Menjaga Kesehatan dan Kebugaran. Jakarta. Penebar Plus +. [WHO] World Health Organization Nutrition in adolescence Issue and Challenges for the Health Sector. Issues in Adolescent Health and Development Growth reference 5-19 years. for age/en/index.html. [6 Oktober 2011]. [WNPG] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta: LIPI.

68 LAMPIRAN

69 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DI SMA BUDI MULIA BOGOR Penelitian ini dilaksanakan untuk mengumpulkan data dan informasi secara langsung dari siswa putri di SMA Budi Mulia Bogor. Demi kelancaran penelitian ini peneliti sangat mengharapkan bantuan dan dukungan dari Anda. 1. Nama Siswi : 2. Kelas : 3. No. HP : 4. Alamat asal : 5. Enumerator : 6. Tanggal Wawancara : DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

70 57 A. Identitas Responden Indentitas Siswi Keterangan Nama Jumlah anggota keluarga Umur Tanggallahir... orang tahun Tgl.../... Bln/... Thn Pekerjaan Orang tua 1. PNS 2. Pegawai swasta 5.Petani, Peternak, Nelayan 3. Wiraswasta 4. Polisi/ABRI 6.Lainnya sebutkan... Pendidikan Orang tua 1. SD 1. SMA/STM 2. SMP 2. PT Pendapatan per bulan keluarga (Orang tua)? 1. < < _ B. Data Antropometri 1. Berat badan: kg 2. Tinggi badan: cm 3. IMT: kg/m 2 4. Status Gizi: C. Kebiasaan Makan Responden (Berikan tanda silang Y pada satu jawaban yang Anda pilih dan isilah titik-titik sesuai dengan pertanyaan yang diberikan) 1. Berapa kali Anda makan dalam sehari? a. 1-2 kali b. 3-4 kali c. >4 kali 2. Apakah Anda sering makan berlebihan ketika sedang stress? a. Ya b. Tidak 3. Apakah ada makanan yang menjadi pantangan? a. Ya b. Tidak Jika Ya, apa jenis makanan itu? Selama ini apakah Anda biasa makan pagi sebelum berangkat sekolah?

71 58 a. Ya b. Tidak Jika Ya, maka jam berapa biasanya Anda sarapan? Cara pengolaan makanan yang paling disukai? a. Digoreng b. Dipanggang c. Direbus 6. Jenis makanan kesukaan Anda (sebut 3)? Jenis makanan yang tidak Anda sukai (sebut 3)?... Alasan: 8. Apakah ada makanan yang menurut Anda paling baik bagi Anda? a. Ada b. Tidak Jika ada, sebutkan jenis makanan itu? Apakah ada makanan yang menurut Anda berbahaya bagi Anda? a. Ada b. Tidak Jika ada, sebutkan jenis makanan itu? Apakah Anda biasa jajan di sekolah? a. Ya, setiap hari b. Ya, kira-kira 3-5 kali/minggu c. Ya, kira-kira 1-2 kali/minggu d. Tidak pernah 11. Dalam seminggu berapa kali Anda makan fast food (KFC, McD, Pizza Hut, Hoka-hoka bento, dll)? a. Ya, setiap hari b. Ya, kira-kira 3-5 kali/minggu c. Ya, kira-kira 1-2 kali/minggu d. Tidak pernah 12. Dalam seminggu berapa kali Anda minum soft drink (coca cola, fanta, sprite, teh kotak, teh botol, dll) a. Ya, setiap hari b. Ya, kira-kira 3-5 kali/minggu c. Ya, kira-kira 1-2 kali/minggu d. Tidak pernah 13. Banyaknya Anda makan camilan (keripik singkong, wafer, kue-kue kering dll)? a. Ya, setiap hari b. Ya, kira-kira 3-5 kali/minggu c. Ya, kira-kira 1-2 kali/minggu d. Tidak pernah

72 59 14.Apakah Anda menyukai cemilan ( snack) yang rasanya gurih? a. Ya b. Tidak 15. Cemilan apa yang biasanya Anda konsumsi? Sebutkan 3 jenis : 16. Apakah Anda suka makan sayur? a. Ya b. Tidak 17. Berapa kali Anda makan sayur dalam sehari? a. 1-2 kali b. 3-4 kali c. >4 kali 18. Apakah Anda suka makan buah? a.ya b. Tidak 19. Berapa kali Anda makan buah dalam sehari? a. 1-2 kali b. 3-4 kali c. >4 kali 20. Apakah ada makanan yang menjadi pantangan? a. Ya b. Tidak Jika Ya, apa jenis makanan itu?... D. Pengetahuan Gizi Responden (Berikan tanda silang Y pada jawaban yang menurut Anda benar) 1. Zat gizi apa sajakah yang dibutuhkan oleh tubuh manusia? a. Karbohidrat, energi, protein, nabati, mineral, air b. Karbohidrat, energi, vitamin, nabati, mineral, air c. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air d. Karbohidrat, protein, lemak, nabati, mineral, air 2. Konsumsi energi yang berlebihan akan disimpan dalam bentuk? a. Tenaga b. Energi c. Lemak d. Tidak tahu 3. Makanan yang kita makan berguna bagi tubuh untuk: a. Sumber tenaga dan pengatur b. Sumber tenaga, pembangun dan pemeliharaan jaringan c. Sumber tenaga, pembangun dan pengatur d. Tidak tahu 4. Yang tergolong pangan sumber protein nabati adalah: a. Kacang tanah dan kelapa b. Tahu dan tempe

73 60 c. Jagung dan singkong d. Wortel dan bayam 5. Air sangat dibutuhkan tubuh karena air berfungsi: a. Mengatur suhu tubuh b. Menggantikan sel-sel yang rusak c. Menghasilkan energi d. Menurunkan berat badan 6. Mana diantara kata-kata berikut yang berarti kegemukan? a. Diabetes b. Obesitas c. Osteotritis d. Tidak tahu 7. Kegemukan lebih mudah dihadapi remaja karena kelebihan: a. Karbohidrat dan lemak b. Lemak dan mineral c. Karbohidrat dan vitamin d. Protein dan lemak 8. Makanan yang sehat adalah: a. Makan beraneka ragam makanan dalam jumlah seimbang b. Makan beberapa jenis makanan, lebih dari makanan yang lain c. Makan beberapa jenis makanan, lebih sedikit dari makanan yang lain d. Tidak tahu 9. Kebutuhan gizi seseorang dapat dipenuhi dengan cara: a. Membiasakan makan pagi b. Mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam c. Mengkonsumsi makanan siap santap ( fastfood) setiap hari d. Tidak tahu 10. Suatu restoran fastfood menawarkan paket makan siang yang murah. Manakah menurut Anda yang lebih sehat (rendah lemak, garam, gula dan tinggi serat)? a. Kentang goreng, ayam goreng, dan soft drink b. Nasi goreng, ayam goreng, sop krim dan teh botol c. Nasi putih, ayam goreng, sop sayuran dan air mineral d. Tidak tahu

74 Ketika membeli minuman, yang manakah menurut kamu yang sehat? a. Minuman ringan (soft drink) b. Air putih c. Minuman berenergi ( energy drinks) d. Tidak tahu 12. Fastfood adalah: a. Makanan tinggi kalori, tinggi zat gizi b. Makanan tinggi kalori, rendah zat gizi c. Makanan rendah kalori, rendah zat gizi d. Tidak tahu 13. Akibat mengkonsumsi makanan siap santap ( fastfood) setiap hari adalah: a. Timbulnya penyakit jantung dan diabetes b. Badan tambah gemuk dan sehat c. Gengsi lebih meningkat d. Tidak tahu 14. Usaha yang dilakukan untuk mendapatkan berat badan ideal adalah: a. Minum obat pelangsing atau pencahar b. Membatasi makan dan olahraga berlebihan c. Konsumsi gizi seimbang dan aktivitas fisik d. Tidak tahu 15. Keberhasilan menurunkan berat badan pada penderita overweight lebih banyak dipengaruhi oleh: a. Faktor ekonomi b. Faktor usia c. Motivasi untuk hidup lebih sehat d. Tidak tahu 16. Salah satu gangguan makan yang terjadi pada remaja adalah: a. Ostheoporosis b. Bronchitis c. Bulimia nervosa d. Anemia 17. Aktivitas fisik yang sehat adalah: a. Membaca, menulis dan catur b. Menonton televisi dan menonton film c. Mengepel, mencuci baju dan jalan kaki

75 62 d. Tidak tahu 18. Kegiatan fisik dan olahraga bermanfaat untuk: a. Mengurangi kebugaran b. Mengontrol kelebihan berat badan c. Mempercepat proses penuaan d. Tidak tahu 19. Agar mendapatkan tubuh yang sehat, sebaiknya remaja melakukan olahraga: a. Empat kali seminggu selama 45 menit b. Dua kali seminggu selama 30 menit c. Satu kali seminggu selama 60 menit d. Tidak tahu 20. Tekanan darah manusia yang normal adalah: a. < 100/60 mmhg b. 120/80 mmhg c. 180/100 mmhg d. Tidak tahu E. Persepsi body image (Berikan tanda silang Y pada satu jawaban yang Anda pilih dan isilah titik-titik sesuai dengan pertanyaan yang diberikan) 1. Tahukah Anda tentang body image? a. Ya b. Tidak Jika Ya, apakah yang dimaksud dengan body image? Seberapa pentingnya memperhatikan bentuk tubuh bagi Anda? a. Tidak penting b. Cukup penting c. Sangat penting Gunakan Gambar untuk menjawab pertanyaan no Menurut Anda, bentuk tubuh yang ideal bagi remaja ada pada no Menurut Anda, bentuk tubuh kurus bagi remaja ada pada no Menurut Anda, bentuk tubuh gemuk pada remaja ada pada no...

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja ( adolescence) menunjukkan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai oleh perubahanperubahan fisik umum serta perkembangan kognitif

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja masa yang sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan periode kehidupan anak dan dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Karakteristik Remaja Putri Usia Remaja Putri

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Karakteristik Remaja Putri Usia Remaja Putri HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Sekolah SMA Budi Mulia terletak di Jalan Kapten Muslihat nomor 22 Bogor. Sekolah ini terletak di pusat keramaian dan letaknya sangat strategis sehingga banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa yang ditandai oleh perubahan mendasar yaitu perubahan secara biologis, psikologis, dan juga

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung dari pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double Burden Nutrition). Masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara gizi lebih juga

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food. Menurut hasil penelitian Health Education Authority 2012, usia 15-34 tahun adalah konsumen terbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan bagian dari sektor kesehatan yang penting dan mendapat perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Hubungan Persepsi tentang Kegemukan dengan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya hidup kota yang serba praktis memungkinkan masyarakat modern sulit untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi pola makan. Selain dari pola makan, remaja masa kini juga jarang melakukan aktivitas fisik seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Kelebihan berat badan pada anak apabila telah menjadi obesitas akan berlanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight/obesitas merupakan akar dari berbagai penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler yang saat ini masih menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad 20 telah terjadi transisi masyarakat yaitu transisi demografi yang berpengaruh terhadap transisi epidemiologi sebagai salah satu dampak pembangunan

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

STATUS GIZI DAN RIWAYAT KESEHATAN SEBAGAI DETERMINAN HIPERURISEMIA (Studi Kasus di PT. Chevron Pacific Indonesia, Distrik Duri, Riau) ALFINDA BUDIANTI

STATUS GIZI DAN RIWAYAT KESEHATAN SEBAGAI DETERMINAN HIPERURISEMIA (Studi Kasus di PT. Chevron Pacific Indonesia, Distrik Duri, Riau) ALFINDA BUDIANTI STATUS GIZI DAN RIWAYAT KESEHATAN SEBAGAI DETERMINAN HIPERURISEMIA (Studi Kasus di PT. Chevron Pacific Indonesia, Distrik Duri, Riau) ALFINDA BUDIANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

KEBIASAAN MAKAN DAN PERSEPSI BODY IMAGE PADA SISWA SMP BERSTATUS GIZI LEBIH DAN NORMAL WAHYU DEWANTI LESTARI

KEBIASAAN MAKAN DAN PERSEPSI BODY IMAGE PADA SISWA SMP BERSTATUS GIZI LEBIH DAN NORMAL WAHYU DEWANTI LESTARI KEBIASAAN MAKAN DAN PERSEPSI BODY IMAGE PADA SISWA SMP BERSTATUS GIZI LEBIH DAN NORMAL WAHYU DEWANTI LESTARI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi,

BAB I PENDAHULUAN. buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah gizi dan kesehatan anak umumnya adalah gizi buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi, dan karies gigi. Kekurangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat 24 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengambilan data dilakukan pada waktu yang bersamaan atau pada satu saat, baik variabel independen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Keterangan: N = besar populasi n = besar subyek d 2 = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0.1) n = 1 + N (d 2 )

METODE PENELITIAN. Keterangan: N = besar populasi n = besar subyek d 2 = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0.1) n = 1 + N (d 2 ) METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu yang tidak berkelanjutan. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik yang tinggal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arah pembangunan jangka menengah Indonesia ke-2 (2010-2014) adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh membaiknya berbagai indikator pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, pada saat ini menghadapi masalah yang berhubungan dengan pangan, gizi dan kesehatan. Dalam bidang gizi, Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas didefinisikan sebagai penumpukan lemak yang berlebihan sehingga dapat menggangu kesehatan tubuh. (1) Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight merupakan masalah kesehatan dunia dengan jumlah prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kegemukan bukanlah hal baru dalam masyarakat kita, bahkan 20 tahun yang lalu kegemukan merupakan kebanggaan dan lambang kemakmuran. Bentuk tubuh yang gemuk

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik di masa mendatang. Masa remaja atau adolescent adalah waktu terjadinya perubahan-perubahan yang berlangsungnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fast food adalah makanan cepat saji yang disajikan secara cepat, praktis, dan waktu persiapannya membutuhkan waktu yang singkat serta rendah serat dan tinggi lemak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seseorang mengalami masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas yaitu terdapat penimbunan lemak yang belebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya obesitas ditentukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat dengan drastis sehingga menempatkan masalah ini menjadi salah satu masalah yang perlu mendapatkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas sehingga membutuhkan nutrisi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja tentunya ingin menampilkan tampilan fisik yang menarik. Banyak remaja putra berkeinginan membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi lebih adalah suatu keadaan berat badan yang lebih atau diatas normal. Anak tergolong overweight (berat badan lebih) dan risk of overweight (risiko untuk berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu periode dalam kehidupan manusia, remaja sering dianggap memiliki karakter yang unik karena pada masa itulah terjadi perubahan baik fisik maupun psikologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada saat ini telah menjadi masalah kesehatan dan berhubungan dengan terjadinya peningkatan penyakit tidak menular (Bener, 2006). Prevalensi obesitas meningkat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot skelet yang dapat meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik dapat dikategorikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan keterbukaan untuk mendapatkan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional ~t~tdy dengan menggunakan metode survey. Penelitian dilakukan di SD Bina Insani Bogor, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pubertas merupakan suatu tahapan yang sangat penting bagi wanita. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi dewasa. Perubahan tersebut meliputi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Snack

TINJAUAN PUSTAKA Snack 5 TINJAUAN PUSTAKA Snack Makanan ringan atau snack adalah istilah bagi makanan yang bukan merupakan menu utama (makan pagi, makan siang atau makan malam). Makanan yang dianggap makanan ringan adalah sesuatu

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG Correlation Of Satisfaction Level Of Food Quality With Energy And Macronutrient

Lebih terperinci