TINJAUAN PUSTAKA Tepung Ikan sebagai Bahan Pakan Penyusun Ransum Ternak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Tepung Ikan sebagai Bahan Pakan Penyusun Ransum Ternak"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Tepung Ikan sebagai Bahan Pakan Penyusun Ransum Ternak Ransum merupakan campuran berbagai bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan nutrien ternak. Penggunaan masing-masing bahan tergantung kepada komposisi nutrien dan harga bahan tersebut serta kebutuhan nutrien ternak yang mengkonsumsinya. Proses optimasi penggunaan berbagai bahan tersebut dikenal dengan istilah formulasi ransum. Metode formulasi ransum yang selama ini diterapkan adalah linier programming (Scott et al., 1982; Leeson and Summers, 2001). Pada saat ini telah dikembangkan metode formulasi ransum yang lebih fleksibel yakni fuzzy linier programming (Adrizal dan Marimin, 2004; Cadenas et al., 2004). Dalam rangka menamin konsistensi kandungan nutrien ransum, maka pada saat memformulasikan ransum perlu diperhatikan akurasi data komposisi nutrien bahan pakan. Data komposisi nutrien yang diperhatikan untuk memformulasikan ransum ternak unggas adalah protein, lemak, serat kasar, kalsium, phospor, asam-asam amino esensial dan energi metabolisme (Scott et al., 1982; Leeson dan Summers, 2001). Tepung ikan adalah salah satu sumber protein hewani yang kaya dengan asam-asam amino. Komposisi nutrien tepung ikan tersebut bervariasi sesuai dengan enis ikan, sumber pengadaannya dan teknik pengolahannya (Ravindran dan Blair, 1993; Bragadottir et al, 2004). Berdasarkan hal itu, bila menggunakan tepung ikan di dalam ransum unggas, kandungan nutriennya harus dievaluasi dalam interval waktu tertentu. Frekuensi evaluasi nutrien tepung ikan tergantung kepada track record hasil analisis dan variabilitas bahan baku sesuai dengan pergantian musim dalam setahun. Kandungan nutrien tepung ikan harusnya lebih sering dievaluasi dibandingkan dengan bahan pakan lainnya, karena variabilitasnya yang tinggi. Kandungan air, protein kasar, lemak, kalsium dan phosphor tepung ikan harus dievaluasi pada setiap kedatangan bahan. Kandungan asam aminonya dievaluasi setiap bulan, dengan demikian pengembangan metode evaluasi yang cepat, murah dan akurat akan sangat membantu dalam pengendalian kualitas pada industri pakan ternak.

2 Komposisi Nutrien Bahan Pakan dan Metode Analisisnya Kandungan Air Kandungan air bahan pakan berhubungan erat dengan stabilitas pada saat penyimpanan. Jika bahan pakan yang diterima di pabrik mengandung air yang tinggi, maka pabrik pakan akan mengalami kerugian akibat penyusutan. Lagi pula kandungan air yang tinggi menyebabkan tumbuhnya bakteri dan amur yang dapat menurunkan kualitas ransum dan membahayakan ternak yang mengkonsumsinya. al tersebut berakibat menurunkan reputasi pabrik pakan ternak yang memproduksinya (Bates, 1993). Menurut Dewan Standisasi Nasional (DSN, 1996) kandungan air tepung ikan untuk standar mutu I maksimal 10%, sedangkan untuk mutu II dan III maksimal 12%. Metode untuk penentuan kadar air menurut Association of Official Analytical Chemists (AOAC, 1999) dilakukan dengan mengeringkan sampel. Pengeringan menggunakan oven pada suhu 95 0 C C selama 5 am. Kandungan air (basis basah) dihitung dengan rumus : W1 W2 KA = x100%...1 W 1 dimana KA adalah kadar air (%), W 1 dan W 2 berat sampel sebelum dan sesudah dikeringkan. Kandungan Protein Protein merupakan komponen utama pembentuk aringan hewan, dengan demikian kandungan protein ransum akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi ternak. Tepung ikan merupakan bahan pakan sumber protein di dalam formula ransum unggas, oleh sebab itu kandungan proteinnya merupakan kriteria utama dalam menentukan kualitas (Perry et al, 2003; Cheeke, 1999). Menurut DSN (1996) persyaratan kandungan protein minimal untuk tepung ikan dengan standar mutu I, II dan III berturut-turut 65%, 55% dan 45%.. Semua protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan kadang-kadang mengandung ferum, pospor dan sulfur. Protein pakan rata-rata mengandung 16% nitrogen. Protein-protein tersebut dibentuk oleh berbagai

3 kombinasi asam amino yang terdiri dari 25 atau lebih asam amino. Struktur dasar molekul asam amino diilustrasikan pada Gambar 1. COO R C N 2 Gambar 1 Struktur umum molekul asam amino R adalah rantai karbon C- 2 yang bervariasi panang dan strukturnya, tergantung kepada enis asam aminonya. Molekul asam amino selalu mempunyai satu atau dua gugus karboksil (COO) dan biasanya membawa satu atau dua gugus amino (N 2 ). Rantai karboksil dari satu asam amino akan berikatan dengan gugus amino dari asam amino lainnya dengan ikatan peptida. Ikatanikatan peptida ini dengan berbagai umlah asam amino menghasilkan formasi protein seperti pada Gambar 2 (Perry et al., 2003). COO O R C N C R N 2 Gambar 2 Struktur umum molekul protein Penentuan kadar protein dilakukan dengan metode Keldhal (AOAC,1999). Sampel sebanyak 15 gram dimasukkan ke dalam labu Keldhal 30 ml. Tambahkan 1.9 ± 0.1 g K 2 SO 4, 40 ± 10 mg go, 2.0 ± 0.1 ml 2 SO 4 dan masukkan beberapa butir batu didih. Didihkan selama am sampai cairan menadi ernih, kemudian dinginkan. Pindahkan isi labu ke dalam alat destilasi, kemudian bilas labu 5-6 kali dengan 1-2 ml air (air bilasan uga dimasukkan ke dalam alat destilasi). Letakkan erlenmeyer 125 ml yang berisi 5 ml larutan 2 BO 3 dan 2-4 tetes indikator (campuran dua bagian metil merah 0.2 % dalam alkohol dan satu bagian metil biru 0.2% dalam alkohol) di bawah kondensor. Uung

4 tabung kondensor harus terendam di bawah larutan 2 BO 3. Tambahkan 8-10 ml larutan NaO dan Na 2 S 2 O 3, kemudian lakukan destilasi sampai tertampung kirakira 15 ml destilat dalam erlenmeyer. Bilas tabung kondensor dengan air, tampung bilasannya dalam erlenmeyer yang sama. Encerkan isi erlenmeyer sampai kira-kira 50 ml, kemudian titrasi dengan Cl 0.02 N sampai teradi perubahan warna menadi abu-abu. Lakukan uga penetapan blanko. Persentase N dihitung dengan rumus : (ml Cl - ml blanko) x normalitas x x 100% N (%) =... 2 mg sampel Berdasarkan persentase N dapat ditentukan kandungan protein dengan Persamaan 3 berikut Protein (%) = % N x Kandungan Lemak Lemak termasuk kelompok senyawa yang tidak larut di dalam air, tetapi larut di dalam eter, aseton, benzen dan chloroform. Kelompok senyawa ini relatif beragam yang meliputi mulai dari produk-produk asam lemak yang berantai pendek sampai molekul yang sangat panang dan kompleks. Namun demikian, secara kimia lemak merupakan ester dari asam lemak-asam lemak. Sebagian besar lemak terdiri dari asam lemak. Umumnya asam lemak merupakan rantai lurus asam monokarboksilat yang panang rantainya bervariasi mulai dari dua karbon (asetic) sampai 24 karbon (lignoceric). Struktur umum dari asam lemak dipresentasikan pada Gambar 3. O R C C O Gambar 3 Struktur umum asam lemak

5 Faktor kritis yang perlu diperhatikan mengenai lemak yang terkandung di dalam pakan adalah potensi teradinya oksidasi selama penyimpanan. al ini disebabkan rasio antara hidrogen dan oksigen pada lemak sangat besar, sehingga potensi teradinya pengikatan oksigen menadi besar. Pengikatan oksigen di titik dimana adanya ikatan rangkap pada asam lemak tidak enuh menyebabkan terbentuknya aldehid dan keton. Aldehid dan keton ini menyebabkan bau tengik pada bahan pakan (Perry et al., 2003). Ikan laut banyak mengandung asam lemak tidak enuh, sehingga bila proses pengepresan pada saat produksi tepung ikan tidak sempurna, maka lemak masih banyak tersisa pada produk. al ini merupakan potensi turunnya kualitas tepung ikan selama penyimpanan, dengan demikian kandungan lemak tepung ikan merupakan kriteria penting yang harus diperhatikan di dalam penerimaan bahan baku. Menurut DSN (1996) kandungan lemak maksimal untuk tepung ikan dengan standar mutu I, II dan III berturut-turut 8%, 10% dan 12%. Menurut prosedur AOAC (AOAC,1999), penentuan lemak kasar dilakukan dengan ekstraksi menggunakan soxhlet. Sampel sebanyak 5 gram dalam bentuk tepung dibungkus dalam kertas saring dan diletakkan di dalam soxhlet. Alat kondenser dipasang di atasnya dan labu lemak di bawah (berat labu lemak sudah diketahui sebelumnya). Tuangkan pelarut dietil eter atau petroleum eter dalam labu lemak secukupnya sesuai dengan ukuran soxhlet yang digunakan. Lakukan refluks selama minimum 5 am, sampai pelarut yang turun kembali ke labu lemak berwarna ernih. Destilasi pelarut yang ada di dalam labu lemak, tampung pelarutnya. Selanutnya labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu C. Setelah dikeringkan sampai berat tetap dan didinginkan dalam desikator, timbang labu beserta lemaknya. Persentase lemak dihitung dengan rumus : beratlemak( gram) Lemak (%) = x100%... 4 beratsampel( gram) Kandungan Asam Amino Lisin dan Metionin Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein. Kualitas protein sangat ditentukan oleh ketersediaan dan keseimbangan berbagai asam

6 amino di dalamnya. Berdasarkan perlu tidaknya disediakan di dalam ransum ternak, asam amino dikategorikan menadi asam amino non-esensial dan asam amino esensial. Asam amino non esensial dapat disintesis di dalam tubuh hewan, sedangkan asam amino esensial tidak dapat disintesis sehingga harus disediakan di dalam ransum (Cheeke, 1999; Perry et al, 2003). Ada 10 asam amino esensial untuk unggas yakni arginin, lisin, histidin, leusin, isoleusin, valin, metionin, treonin, triptopan dan penil alanin (Leeson dan Summers, 2001). Ketersediaan dan keseimbangan asam-asam amino tersebut akan mempengaruhi nilai nutrien ransum. Protein yang berasal dari bii-biian tidak mampu memenuhi semua kebutuhan asam amino tersebut, karena keterbatasan umlah lisin dan metionin (Miles dan Jakob, 2003). Sebahagian besar bahan penyusun ransum unggas berasal dari bii-biian, sehingga kritis terhadap kedua macam asam amino tersebut. Berdasarkan hal itu, untuk menutupi kekurangan diperlukan bahan pakan lain. Salah satu bahan pakan sebagai sumber asam amino yang sudah umum digunakan adalah tepung ikan (Onwudike, 1981). Asam amino mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Asam amino lisin mempunyai dua gugus amino (Gambar 4). Asam amino metionin merupakan asam amino yang mengandung unsur sulfur di dalam strukturnya (Gambar 5). N N COO - C C 2 C 2 C 2 Gambar 4 Struktur kimia lisin

7 N COO - C C 2 C 2 S C 2 Gambar 5 Struktur kimia metionin Penentuan asam amino menurut methode AOAC (AOAC, 1999) dilakukan dengan hidrolisis asam. Sebelum dihidrolisis, terlebih dahulu sampel dioksidasi dengan asam performat. Sodium metasulfid ditambahkan untuk mendekomposisi asam performat. Asam-asam amino dibebaskan dari protein dengan menghidrolisisnya menggunkan 6 N Cl. Sampel yang telah dihidrolisis dilarutkan dengan buffer sodium sitrat atau dinetralkan, p diatur mencapai 2.2, dan komponen-komponen asam amino secara individual dipisahkan dengan ionexchange chromatograph. Near Infrared untuk Analisis Komposisi Nutrien Bahan Pakan Bila suatu radiasi berinteraksi dengan sampel, ia akan diabsorbsi, diteruskan atau dipantulkan. ukum konservasi energi memungkinkan keadian tersebut dapat diperhitungkan. Total energi radiasi pada sampel sama dengan umlah energi yang diabsorbsi, diteruskan dan dipantulkan (Williams dan Norris, 1990; Osborne et al., 1993), dengan demikian bila energi yang dipantulkan dapat diukur dan energi yang diteruskan diatur supaya mempunyai nilai nol maka energi yang diabsorbsi dapat dihitung. Suatu molekul mempunyai energi dalam berbagai bentuk misalnya energi vibrasi yang disebabkan perubahan periodik pada atomnya dari posisi kesetimbangannya. Di samping itu molekul uga mempunyai energi rotasi berdasarkan atas perputaran terhadap pusat gravitasinya. Besarnya perbedaan energi vibrasi dan rotasi pada molekul yang diradiasi akan mempengaruhi absorbsi near infrared.

8 Data absorbsi near infrared sangat potensial digunakan untuk analisis bahan pakan. Keuntungan penggunaan near infrared adalah cepat, murah, persiapan sampel sederhana, tanpa penggunaan bahan kimia (Leeson dan Summers, 1997, 2001; Fontaine et al., 2001; Farrel, 1999; Wrigley,1999). Prediksi dengan metode ini hanya membutuhkan beberapa gram sampel dalam bentuk tepung, kemudian disinari menggunakan near infrared. Data reflektan dari penyinaran tersebut dikonversi menadi nilai absorbsi, kemudian digunakan untuk memprediksi komposisi nutrien. al yang paling penting dalam analisis ini adalah kalibrasi hubungan antara data absorbsi dengan masing-masing kandungan nutrien. Proses kalibrasi membutuhkan sampel yang banyak dan algoritma yang sesuai, tetapi bila proses kalibrasi telah selesai maka proses analisis untuk setiap sampel membutuhkan waktu beberapa menit saa (Williams dan Norris, 1990; Osborne, et al., 1993). Basis near infrared spectroscopy adalah chemometric yang mengaplikasikan matematika ke analisis kimia. Teknik ini merupakan integrasi spectroscopy, statistik dan ilmu komputer. Model matematik dibangun atas dasar hubungan antara komposisi kimia dengan absorbsi radiasi near infrared pada panang gelombang antara 900 sampai 2500 nm. Pada spektrum tersebut kita mengukur terutama vibrasi hidrogen pada ikatan kimia dimana hidrogen terikat dengan atom lain seperti nitrogen, oksigen dan karbon. Pada umumnya bahan pakan tidak tembus cahaya, oleh sebab itu analisis near infrared cenderung menggunakan reflektan dari pada transmitan. Cahaya yang dipantulkan oleh sampel digunakan secara tidak langsung untuk mengukur umlah energi yang diabsorbsi oleh sampel. Analisis near infrared mengukur absorbsi radiasi oleh komponen-komponen di dalam sampel misalnya ikatan peptida pada panang gelombang tertentu. Komponen lain uga mengabsorbsi energi, namun bersifat mengganggu. Untuk mengurangi efek tersebut dilakukan perlakuan matematik dan regresi linier atau prosedur statistik lainnya pada data tersebut (Williams dan Norris,1990; Osborne et al., 1993). Penelitian menggunakan near infrared untuk mengevaluasi kualitas pakan sudah banyak dilakukan. Fontaine et al. (2001) telah menggunakan near infrared untuk memprediksi kandungan asam amino esensial beberapa bahan pakan yakni

9 kedelai, rapeseed meal, tepung bii bunga matahari, kacang polong, tepung ikan, tepung daging dan tepung produk samping pemotongan ayam (poultry meal). Kalibrasi dilakukan dengan modified partial least-squares regression (MPLS). asil kalibrasi dan validasi untuk tepung ikan disaikan pada Tabel 1. Pada tabel terlihat hasil kalibrasi dan validasi protein menunukkan SEC sebesar 1.55% dan 1.99% dari rata-rata kandungan protein sampel sebesar 64.30%. SEC dan SEP metionin berturut-turut 0.07 % dan 0.08% dari rata-rata 1.73%, sedangkan lisin 0.16% dan 0.20% dari rata-rata 4.67%. Tabel 1 asil kalibrasi dan validasi near infrared (%) pada tepung ikan (Fontaine et al, 2001) Kandungan Performa near infrared Variabel rata-rata standar min mak Kalibrasi Validasi deviasi SEC SEP Bhn kering Protein Metionin Sistin Met+Sis Lisin Threonin Triptophan Arginin Isoleusin Leucin Valin Prediksi energi metabolis ransum unggas menggunakan near infrared telah dilakukan oleh Valdes dan Leesons (1992) yang menunukkan bahwa metode kalibrasi dengan MLR lebih baik dibandingkan dengan principal components regression (PCR). Spektra near infrared yang digunakan adalah pada panang gelombang 1500 nm, 1720 nm, 2216 nm dan 2192nm. Prediksi tersebut menghasilkan SEP 58 kcal/kg ransum dari sampel yang mempunyai kandungan energi metabolis rata-rata 2996 kcal/kg dan standar deviasi (SD) sebesar 211 kcal/kg. Cozzolino dan Morron (2004) telah memprediksi kandungan trace mineral dari berbagai macam bahan pakan leguminosa menggunakan near infrared di Uruguay. Pada penelitian tersebut digunakan metode kalibrasi MPLS. asil yang didapatkan menunukkan akurasi yang masih rendah dimana rasio

10 SD/SEP berkisar antara 1.61 sampai Prediksi komposisi nutrien ransum kelinci telah dilakukan oleh Xiccato et al.(1999). Pada penelitian tersebut didapatkan SEC dan SEP protein sebesar 0.75 % dan 0.77 %. Jaringan Syaraf Tiruan untuk Kalibrasi Near Infrared Patterson (1996) menyatakan bahwa JST merupakan simplikasi struktur dan operasi syaraf biologik. JST untuk memproses informasi sangat berbeda dengan perhitungan konvensional atau sistem statistik. Struktur masalah hampir sama dengan analisis regresi yakni input dan output diketahui. Namun demikian proses manipulasi data auh berbeda. JST tersusun dari banyak satuan proses yang dihubungkan secara interkoneksi (Gambar 6). Syaraf-syaraf tersebut biasanya diorganisasi ke dalam kelompok yang disebut dengan layer (lapisan). Lapisan input dihubungkan dengan lapisan output melalui hidden layer (lapisan tersembunyi). Keluaran dari lapisan input merupakan masukan untuk lapisan tersembunyi yang didapat dengan Persamaan 5 berikut : = I V )... 5 ( i i dimana adalah nilai simpul ke pada lapisan tersembunyi dan V i adalah pembobot antara simpul ke i pada lapisan input dengan simpul ke pada lapisan tersembunyi. Keluaran dari lapisan tersembunyi merupakan masukan dari lapisan output yang dihitung dengan Persamaan 6 berikut: O = W )... 6 k dimana ( k Ok adalah nilai output ke k dan Wk adalah pembobot antara simpul ke pada lapisan tersembunyi dengan simpul ke k pada lapisan output. Nilai output tersebut selanutnya diaktivasi dengan fungsi sigmoid pada persamaan 7 berikut : 1 Yk = f ( Ok ) = βo 1+ e k... 7 dimana β konstanta.

11 Lapisan input Lapisan tersembunyi Lapisan output I 1 V 11 1 I 2 V 12 V 21 V 22 2 W 11 I 3 V 1n V 13 V m2 V m3 V 3n V 31 V 32 V m W 13 W 12 W 1m O 1 pembobot I n v mn m Gambar 6 Arsitektur JST (Patterson, 1996). JST mempelaari hubungan input dan output melalui proses modifikasi pembobot melalui pelatihan. Salah satu metode pelatihan yang umum dipakai adalah back propagation. Algoritma backpropagation menggunakan error dari output untuk mengubah nilai pembobot dalam arah mundur (backward). Untuk mendapatkan error ini, tahap perambatan mau (forward propagation) harus dikerakan terlebih dahulu. Pada saat perambatan mau simpul-simpul harus diaktifkan dengan menggunakan fungsi aktivasi (Patterson, 1996 dan Kusumadewi, 2004). Algoritma pelatihan menggunakan back propagation menurut Patterson (1996) adalah sebagai berikut : 1. Tentukan semua pembobot awal V dan W dengan menggunakan bilangan random. 2. Secara acak pilih pasangan sampel pelatihan (I p, T p ) dimana I p adalah nilai input sampel ke p dan T p adalah nilai target sampel ke p, selanutnya hitung nilai output setiap unit pada setiap lapisan ke q, adi q q 1 q ( O w ) O = f i i i... 8 input-input pada lapisan pertama diindeks dengan superskrip 0, maka O = I

12 3. Gunakan nilai Q O hasil perhitungan pada lapisan terakhir dan nilai target T p pada sampel tersebut untuk menghitung delta pada semua unit sebagai berikut Q Q p ' Q ( O T ) f ( ) δ = dimana Q = v i i I i 4. itung delta untuk masing-lapisan lapisan sebelumnya (backpropagation) δ q 1 f q q q ( 1 ) i w i = δ i untuk semua pada lapisan q = Q, Q-1,..., Perbaharui semua nilai pembobot w i menggunakan persamaan w new i = w + Δw old i q i pada masing-masing lapisan q dimana q q Δw = ηδ O...13 i i q 1 dimana η adalah konstanta learning rate. 6. Kembali ke langkah 2 dan ulangi untuk setiap sampel sampai umlah iterasi yang diinginkan terpenuhi. JST telah banyak diimplementasikan dalam berbagai bidang diantaranya dalam bidang pakan ternak. Suroso et al. (1999) telah menggunakan JST untuk mengoptimisasikan pemberian pakan sapi berdasarkan data spektra near infrared pada susu yang dihasilkan. asil penelitian tersebut menunukan tingkat prediksi 100 % bila menggunakan data pelatihan. Pada saat validasi diperoleh tingkat prediksi 93.3 %. Cravener dan Roush (2001) menggunakan JST untuk memprediksi profil asam amino dalam bahan pakan. Penelitian tersebut menggunakan hasil analisis proksimat (protein, kadar air, lemak, serat kasar dan abu) sebagai input dan asam amino ( metionin, lisin, total asam amino yang mengandung sulfur, triptopan, tirosin, treonin dan arginin) sebagai output. asil penelitian menunukkan r 2 asam amino tepung ikan antara 0.95 sampai Gordon et al. (1998) menggunakan JST untuk pengenalan pola hasil photoacoustic fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) untuk mendeteksi amur mycotoxigenic di dalam bii-biian. asil penelitian menunukkan prediksi 100 % dan 94 % benar pada saat pelatihan dan saat validasi. Ruan et al. (2002)

13 mengembangkan JST untuk menentukan level deoxynivalenol (toksin hasil metabolik sekunder dari amur Fusarium) pada barley. Pada penelitian tersebut digunakan spektra near infrared sebagai input dan level deoxynivalenol sebagai output. asil penelitian menunukan r 2 sebesar Aplikasi JST sebagai metode kalibrasi terbukti mempunyai akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan PLS dan PCR. Wang et al. (2002) telah membuktikan bahwa kalibrasi menggunakan JST menghasilkan akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan PLS pada klasifikasi kerusakan bii kacang kedelai menggunakan spektra near infrared. Rata-rata klasifikasi yang benar % pada saat kalibrasi dan % saat validasi, sedangkan dengan PLS rata-rata klasifikasi yang benar hanya % pada saat kalibrasi, dan % saat validasi. orimoto et al. (1997) uga telah membuktikan bahwa JST memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan PLS dan PCR. Tabel 2 memperlihatkan perbandingan kemampuan JST, PLS dan PCR dalam memprediksi kerusakan susu oleh mikroba P fragi dan P. flourescene menggunakan dynamic headspace gas chromatograph. Pada tabel terlihat bahwa rata-rata SEP lebih rendah pada JST (21.7 %) dibandingkan PLS (29.5 %) dan PCR (33.3 %). JST mencapai r 2 yang tertinggi yakni 0.80, dibandingkan dengan PLS (0.69) dan PCR (0.59). Tabel 2 Perbandingan kemampuan JST, PCR dan PLS untuk memprediksi kerusakan susu oleh mikroba P. fragi dan P. flourescene (orimoto et al.,1997) trial SEP (%) r 2 JST PLS PCR JST PLS PCR Rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Absorbsi Near Infrared Sampel Tepung Ikan Absorbsi near infrared oleh 50 sampel tepung ikan dengan panjang gelombang 900 sampai 2000 nm berkisar antara 0.1 sampai 0.7. Secara grafik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pakan Ayam Broiler

TINJAUAN PUSTAKA Pakan Ayam Broiler TINJAUAN PUSTAKA Pakan Ayam Broiler Ayam broiler merupakan salah satu jenis ternak sumber pangan bagi manusia yang banyak mengandung gizi. Budidaya ayam broiler agar dapat berlangsung cepat dan aman untuk

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml - BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Alat alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss alat destruksi Kjeldahl 250ml - - alat destilasi uap - - - labu destruksi

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2010, di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk susu kedelai bubuk komersial, isolat protein kedelai, glucono delta lactone (GDL), sodium trpolifosfat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging bagian paha sebanyak 18 ayam Sentul jantan yang berumur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HIBAH BERSAING XIII/II/2006

ARTIKEL PENELITIAN HIBAH BERSAING XIII/II/2006 PERTANIAN ARTIKEL PENELITIAN HIBAH BERSAING XIII/II/2006 SISTEM PENENTUAN KANDUNGAN GIZI BAHAN PAKAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN YANG TERINTEGRASI DENGAN FORMULASI RANSUM UNGGAS MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

Lebih terperinci

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis. 1. Kadar Air (AOAC, 1999) Sebanyak 3 gram sampel ditimbang dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobot keringnya. tersebut selanjutnya dikeringkan dalam oven

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

Asam amino merupakan komponen utama penyusun

Asam amino merupakan komponen utama penyusun ANALISIS ASAM AMINO DALAM TEPUNG IKAN DAN BUNGKIL KEDELAI Saulina Sitompul Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein, dan dibagi dalam dua kelompok yaitu asam amino esensial dan non-esensial.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat produk yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas daging ayam kampung super dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2015 sampai dengan 3 Maret 2016

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kalibrasi NIR Spektra Kalibrasi NIR dapat dilakukan apabila telah terkumpul data uji minimal 60 sampel yang telah diubah menjadi spektrum. Pada penelitian ini telah terkumpul

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai 13 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai penjual di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang dan Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Diambil 1 kg tepung onggok singkong yang telah lebih dulu dimasukkan dalam plastik transparan lalu dikukus selama 30 menit Disiapkan 1 liter

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2011. Pelaksanaan penelitian di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan 1. Penentuan Formulasi Bubur Instan Berbasis Tepung Komposit : Tepung Bonggol Pisang Batu dan Tepung Kedelai Hitam Tujuan: - Mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat

Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat LAMPIRAN 37 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Cawan aluminium kosong dioven selama 15 menit kemudian didinginkan dalam desikator dan sebanyak 5 g sampel dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Oktober 2011 di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011, dan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di. PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di. PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah. III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon Proksimat protein lemak abu serat kasar air BETN A ( rebon 0%) 35,85 3,74 15,34 1,94 6,80

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa 22 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur dan

Lebih terperinci

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan

Lebih terperinci

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya. 57 Lampiran I. Prosedur Analisis Kimia 1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). Timbang contoh yang telah berupa serbuk atau bahan yang telah dihaluskan sebanyak 1-2 g dalam botol timbang

Lebih terperinci

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti yang paling utama) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN MATERI DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak (BPMPT) Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi dan beberapa laboratorium pabrik

Lebih terperinci

Bahan ditimbang 0,1 g Dimasukkan dalam Labu Kjeldahl. Ditambahkan 5 ml HNO 3. Ditambahkan 3 ml HClO 4

Bahan ditimbang 0,1 g Dimasukkan dalam Labu Kjeldahl. Ditambahkan 5 ml HNO 3. Ditambahkan 3 ml HClO 4 LAMPIRAN 18 Lampiran 1. Prosedur analisis Cr 2 O 3 Bahan ditimbang 0,1 g Dimasukkan dalam Labu Kjeldahl Ditambahkan 5 ml HNO 3 Dipanaskan hingga larutan tersisa ± 1 ml Didinginkan Ditambahkan 3 ml HClO

Lebih terperinci

Lampiran 2. Skema tata letak akuarium perlakuan T

Lampiran 2. Skema tata letak akuarium perlakuan T LAMPIRAN 17 Lampiran 1. Pembuatan perlakuan untuk 1000 gram 1. Pakan komersil dihaluskan hingga menjadi tepung (bubuk) 2. Bahan uji sebanyak 30% dari total (300 gram) dicampurkan ke dalam 680 gram komersil

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah jagung pipil kering dengan varietas Pioneer 13 dan varietas Srikandi (QPM) serta bahanbahan kimia yang

Lebih terperinci

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Pakan ternak Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Melalui proses pencernaan, penyerapan dan metabolisme SUMBER ENERGI (JERAMI,

Lebih terperinci

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis)

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) Oleh : MARSAID/ 1409.201.717 Pembimbing: Drs.Lukman Atmaja, M.Si.,Ph.D. LATAR BELAKANG PENELITIAN GELATIN Aplikasinya

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Analisis Proksimat (Takeuchi, 1988) 1.1 Prosedur analisis kadar air (X 1 + A) A

Lampiran 1 Prosedur Analisis Proksimat (Takeuchi, 1988) 1.1 Prosedur analisis kadar air (X 1 + A) A Lampiran 1 Prosedur Analisis Proksimat (Takeuchi, 1988) 1.1 Prosedur analisis kadar air Panaskan cawan pada suhu 105-110 O C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator dan timbang (X 1 ) Timbang bahan 2-3

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler. Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit

Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler. Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit 83 Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler Kaki Ayam Broiler Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit Tulang dan daging dipisahkan untk mempermudah pengeringan Dioven pada suhu 0 0 C Penggilingan

Lebih terperinci

Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) selama 1 menit dan didiamkan selama 30 menit. diuapkan dengan evaporator menjadi 1 L.

Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) selama 1 menit dan didiamkan selama 30 menit. diuapkan dengan evaporator menjadi 1 L. LAMPIRAN 47 Lampiran 1. Prosedur Kerja Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.),Penetapan Kadar Protein, Penetapan Kadar Lemak, dan Penetapan Kadar Kolesterol Hati Itik Cihateup 48 Ekstraksi

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Bandar Lampung, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Reflektan Near Infrared Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) Perangkat NIRFlex Solids Petri N-500 yang digunakan dalam penelitian ini, menghasilkan data pengukuran berupa

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR LEMAK KASAR DALAM MAKANAN TERNAK NON RUMINANSIA DENGAN METODE KERING

PENETAPAN KADAR LEMAK KASAR DALAM MAKANAN TERNAK NON RUMINANSIA DENGAN METODE KERING PENETAPAN KADAR LEMAK KASAR DALAM MAKANAN TERNAK NON RUMINANSIA DENGAN METODE KERING Darmasih Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 162 PENDAHULUAN Lemak terdiri dari unsur C, H dan yang mempunyai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Lampiran 1 BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Bahan Tepung ubi jalar Putih Coklat collata Margarin Gula pasir Telur Coklat bubuk Kacang kenari Jumlah 250 gr 350 gr 380 gr 250 gr 8 butir 55 gr 50 gr Cara Membuat:

Lebih terperinci

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON SEMINAR HASIL PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON OLEH : FITHROTUL MILLAH NRP : 1406 100 034 Dosen pembimbing : Dra. SUKESI, M. Si. Surabaya, 18 Januari 2010 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak 21 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak dilaksanakan pada Mei 2013 di Laboratorium Nutrisi dan Makanan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode 16 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai Maret 2011, bertempat di Laboratorium Preservasi dan Pengolahan Hasil Perairan, Laboratorium

Lebih terperinci

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat dan penurunan mutu produk kopi instan formula a. Kadar air (AOAC, 1995) Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Prinsip dari metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang kedelai, kacang tanah, oat, dan wortel yang diperoleh dari daerah Bogor. Bahan kimia yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015. 3.2 Alat Alat

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. kecap dalam ransum dilaksanakan pada tanggal 28 November 28 Januari 2017.

BAB III MATERI DAN METODE. kecap dalam ransum dilaksanakan pada tanggal 28 November 28 Januari 2017. 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang kadar kimia kuning telur itik dengan penggunaan ampas kecap dalam ransum dilaksanakan pada tanggal 28 November 28 Januari 2017. Penelitian dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang evaluasi komposisi nutrisi kulit ubi kayu dengan perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Mei

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang untuk pengujian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) Lampiran 2. Hasil analisis kualitas air hari pertama

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) Lampiran 2. Hasil analisis kualitas air hari pertama LAMPIRAN 1 Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) perlakuan proksimat (% bobot kering) Protein Lemak Abu Serat kasar Kadar air BETN Pakan komersil 40,1376 1,4009 16,3450 7,4173

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan antara lain : oven, autoklap, ph meter, spatula, saringan, shaker waterbath,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012 26 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos LAMPIRA 30 Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC 1984) Cawan alumunium kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada temperatur 100 o C. Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2014 bertempat di Labolaturium Teknologi Pascapanen (TPP) dan analisis Kimia dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen laboratorium. Faktor perlakuan meliputi penambahan pengembang dan pengenyal pada pembuatan kerupuk puli menggunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakan terdiri dari pakan buatan dan pakan alami. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan disesuaikan dengan jenis hewan baik ukuran, kebutuhan protein, dan kebiasaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Ayam Pakan merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan,ataupun bahan lain yang diberikan kepada ternak. Pakan tersebut diberikan kepada ayam dalam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu 1. Analisa Proksimat a. Kadar Air (AOAC 1999) Sampel sebanyak 2 g ditimbang dan ditaruh di dalam cawan aluminium yang telah diketahui

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XVIII PENGUJIAN BAHAN SECARA KIMIAWI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

Analisa Kadar Air (Moisture Determination) Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

Analisa Kadar Air (Moisture Determination) Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Analisa Kadar Air (Moisture Determination) Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc 90 Pemaparan dan Tanya Jawab 10 Practice problem Toleransi keterlambatan 30 menit Kontrak Kuliah Materi dapat diunduh

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 20 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2011 di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Laboratorium biokimia, Departemen Teknologi Hasil Perairan,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh I. TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Coturnix coturnix japonica merupakan jenis puyuh yang populer dan banyak diternakkan di Indonesia. Puyuh jenis ini memiliki ciri kepala, punggung dan sayap berwarna coklat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN Jurnal Sains Kimia Vol 10, No.1, 2006: 40 45 STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN Emma Zaidar

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 2 bulan di mulai dari Bulan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 2 bulan di mulai dari Bulan III. MATERI DAN METODE 3.1.Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan selama 2 bulan di mulai dari Bulan Desember 2014 - Januari2015 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian dan

Lebih terperinci